Ceritasilat Novel Online

Jaka Pesolek Penangkap Petir 2

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir Bagian 2


Kemudian seperti bola kepala dan tubuh Tabib Sepuluh Jari Dewa membal ke udara.
Kepala sang tabib selamat dari kehancuran, nyawanya lolos dari kematian !
Sadar kalau ada yang menolong dirinya Tabib Sepuluh Jari Dewa cepat
membuat gerakan jungkir balik. Ketika dia injakkan kaki di tanah, berdiri
termiring-miring karena tangan kanan tergontai-gontai lepas dari persendian, di
hadapannya di atas batu dia melihat tegak seorang gadis berkaki satu, mengenakan
pakaian jingga, memiliki hidung yang terletak di pipi kanan dan menggendong
seorang anak perempuan yang bukan lain adalah Ni Gatri.
Ah ! Sang tabib terkejut. Dia tidak menyangka kalau yang menolong adalah gadis
aneh yang sebelumnya pernah dicurigainya. Sambil membungkuk orang tua bertubuh
gemuk ini berkata.
" Dewi Kaki Tunggal! Hyang Jagat Bathara! Terima kasih telah menyelamatkan selembar nyawa burukku!
" Dewi Kaki Tunggal alias Sakuntaladewi turunkan Ni Gatri dari dukungan sambil
berbisik "
Cari tempat berlindung yang aman."Lalu gadis berkaki satu itu
melompat ke samping Pendekar 212. "
Wiro, aku yakin sebentar lagi puluhan jin
di atas sana akan menyerang semua kita di sini. Pangeran keparat itu akan
menggempur dengan lenteranya. Secara sembunyi Sinuhun Merah Penghisap 177 Jaka
Pesolek Penangkat Petir
22/61 Arwah akan ikut melancarkan serangan licik tapi sangat berbahaya. Raja belum
sempat ditolong ..."
" Biar aku yang menolong Raja Mataram!
"Ada satu suara menyahuti. Satu
bayangan biru berkelebat. Rauh Kalidathi! Nenek bermuka bulat tak beralis yang
barusan sembuh ditolong Eyang Dukun Umbut Watukura langsung melompat ke hadapan
Sri Maharaja Mataram. Tangan kanan dipentang ke arah kening.
" Yang Mulia, maafkan saya karena berani menyentuhmu!
" Tidak terduga tiba-tiba wuuutt .... wuuut!
Dua sosok bugil tinggi besar sambil keluarkan suara menggembor mengikuti gerakan
Rauh Kalidathi dari belakang. Ternyata tadi bukan hanya satu Jin Perut Bumi yang
melesat dari lereng bukit di atas sana, tapi masih ada dua temannya.
Keduanya, dalam keadaan marah besar setelah melihat seorang kawan mereka menemui
ajal hancur berkeping-keping akibat jotosan Tabib Sepuluh Jari Sakti.
Sebenarnya mereka ingin menghabisi sang tabib lebih dulu, namun ketika melihat
Rauh Kalidathi hendak menolong Raja maka dengan cepat mereka mengejar si nenek.
" Nek awas di belakangmu!
"Ni Gatri yang berada di balik satu batu besar
berteriak memperingatkan Rauh Kalidathi.
" Nek! Teruskan menolong Raja! Aku akan melindungimu!
"Dewi Kaki
Tunggal berteriak lalu melesat ke udara. Kaki tunggalnya laksana kilat berturut
turut mengirimkan dua tendangan ke arah kepala dua Jin Perut Bumi.
" Dukk! Dukkk! " Dua tendangan yang bisa menghancurkan batu sebesar rumah itu menghantam sasaran
dengan telak tapi temyata tidak mempan. Walau kepala terdongak keras dan kaki
mereka amblas ke dalam tanah sampai pertengahan betis, dua Jin Perut Bumi hanya
mengerenyit merasakan sakit yang tidak berarti. Didahului suara menggembor keras
dua Jin Perut Bumi membuka mulut lebar-lebar. Dua lidah merah menyala melesat
keluar, menyambar Dewi Kaki Tunggal!.
" Plaakk! " Telapak tangan kanan Rauh Kalidathi mendarat di kening Rakai Kayuwangi.
Namun saat itu tubuh si nenek secara tidak sengaja terdorong oleh gerakan
mengelak yang dilakukan Dewi Kaki Tunggal yaitu ketika di serang dua Jin Perut
Bumi. Akibatnya dari empat buah benjolan yang ada di kening Raja Mataram, hanya
dua saja yang tersentuh dan mampu dilenyapkan oleh Rauh Kalidathi.
Sadar akan hal ini si nenek kembali pergunakan tangan kanan untuk menyentuh
kening Raja. Namun saat itu di belakangnya dia mendengar suara teriakan Dewi
Kaki Tunggal. Selain itu dari sekeliling lereng bukit sebelah atas dengan
mengeluarkan teriakan hiruk-pikuk puluhan Jin Perut Bumi melompat turun
menyerbu. Puluhan lidah merah berkelebat ganas laksana pecut api. Beberapa batu
besar yang terkena sambaran lidah api terbelah berkeping keping, berubah seolah
menjadi bara menyala!
Di saat bersamaan Kesatria Roh Jemputan alias Pangeran Matahari sentakkan
Lentera Iblis yang dipegang di tangan kanan. Didahului suara menggelegar keras
laksana petir menyambar cahaya merah berkiblat. Untuk kedua kalinya murid Si 177
Jaka Pesolek Penangkat Petir
23/61 Muka Bangkai ini lancarkan serangan Api Neraka yang sebelumnya telah
membantai belasan orang Mataram di lereng Bukit Batu Hangus. Hanya saja kali ini
serangan Lentera Iblis ditujukan tepat-tepat ke arah Raja Mataram Rakai
Kayuwangi Dyah Lokapala.
" Dewi! "Wiro berteriak ketika melihat arah kilatan serangan lawan. "Lindungi Raja!
"Dia tidak bisa turun tangan sendiri karena walau melihat dua puluh Jin Perut
Bumi melesat ke arah Raja Mataram namun puluhan lainnya menyerbu menghadang
dirinya! Wiro sendiri yang saat itu telah berhasil memulihkan keadaan dirinya dengan
cepat melesat ke udara sambil lepaskan pukulan Tangan Dewa Menghantam Matahari
dan Tangan Dewa Menghantam Batu Karang. Dengan dua pukulan sakti pemberian Datuk
Rao Basaluang Ameh inilah dia sebelumnya telah membantai dua puluh Jin Perut
Bumi yang menghadangnya di tepi telaga. Namun Pendekar 212 jadi terkesiap kaget
sewaktu menyaksikan sosok belasan Jin Perut Bumi yang ada di hadapannya hanya
terpental beberapa langkah, tidak cidera sedikitpun!
Padahal dulu dengan dua pukulan sakti itu dia mampu membuat tubuh dua puluh Jin
Perut Bumi hancur berkeping keping. Saat itu Wiro telah melayang turun dan
berdiri di atas satu batu besar.
" Aneh, apa yang terjadi"!
" Ketika puluhan Jin Perut Bumi kembali menyerang
Wiro baru melihat, tidak seperti dulu, kini tubuh mahluk alam gaib itu semuanya
diselimuti selapis cahaya samar berwarna kuning bersemu merah. "
Ada kekuatan hebat melindungi mereka!
" Ucap Wiro dalam hati.
Tiba-tiba dari balik batu besar terdengar suara. Yang berkata adalah Tabib
Sepuluh Jari Dewa yang saat itu masih cidera berat, karena tangan kanan tanggal
dari persendian di bahu akibat dipuntir oleh salah satu Jin Perut Bumi.
" Kesatria Panggilan. Mahluk-mahluk jin itu berasal dari api. Berarti hanya mampu
dihabisi dengan ilmu yang berinti pada kekuatan api atau hawa panas.
Aku tadi ... Ah, maafkan, aku tidak bisa bicara banyak. Aku harus membantu
menyelamatkan Sri Maharaja..."Sang tabib yang masih dalam keadaan cidera tangan
kanannya, bersama Eyang Dukun Umbut Watukura, Dewi Kaki Tunggal dan beberapa
orang lainnya yang memiliki kepandaian tinggi segera berkelebat memagari Raja
dari serangan dua puluh Jin Perut Bumi. Walau tangan kanan sang tabib cidera
namun Jin Perut Bumi merasa jerih mendekati Tabib Sepuluh Jari Dewa karena
dengan tangan kirinya orang tua bertubuh gemuk ini masih sanggup melancarkan
Pukulan Tangan Api Menjebol Tembok Berhala yang bisa membuat bolong tubuh mereka
lalu meledak hancur berkeping keping. Mereka mengincar kelengahan lawan dan siap
menyerang dengan semburan lidah merah menyala.
" Terima kasih atas petunjukmu Kek!
"Wiro yang mendengar ucapan Tabib
Sepuluh Jari Dewa tidak menunggu lebih lama segera pentang tangan kanan. Dia
punya dua pilihan ilmu kesaktian yang berdasarkan hawa panas atau inti api. Yang
pertama dengan mengeluarkan Kapak Maut Naga Geni 212 dan batu api sakti, yang
kedua menghajar lawan dengan Pukulan Sinar Matahari! Wiro memilih yang kedua.
Maka tangan kanan sang pendekar mulai dari siku sampai ke lima ujung 177 Jaka
Pesolek Penangkat Petir
24/61 jari tampak berubah laksana perak, bercahaya menyilaukan dan menghampar hawa
luar biasa panas.
Di atas lereng bukit sebelah utara Sinuhun Merah Penghisap Arwah bertanya.
" Kesatria Roh Jemputan, kau tahu pukulan sakti apa yang dimiliki jahanam berambut
gondrong itu. Aku mencium hawa panas sangat berbahaya. Aku
kawatir...."
Belum sempat Pangeran Matahari menjawab tiba-tiba!
" Wu s s s s s ! " Sinar putih berkiblat di lereng Bukit Batu Hangus sebelah barat. Udara serta
merta berubah luar biasa panas seolah matahari berada hanya satu jengkal di atas
kepala! Pukulan Sinar Matahari!
Belasan Jin Perut Bumi yang ada di deretan sebelah depan dan siap hendak melumat
Wiro dengan lidah api merah, menggembor keras. Suara gemboran serta merta
berubah menjadi raungan setinggi langit begitu mereka merasakan, sambaran hawa
panas. Beberapa di antara mereka dengah nekad meneruskan serangan, yang lainlain cepat menghindar.
Namun semua menjerit keras begitu Pukulan Sinar Matahari menghantam.
Cahaya putih berkilau dan panas luar biasa menebar laksana kipas raksasa
dikembang. Delapan belas Jin Perut Bumi terangkat ke udara. Lidah panjang merah
yang mencuat berputar melintir berubah menjadi pendek dan berwarna hitam
mengepulkan asap. Hanya sesaat mengambang di udara tiba-tiba tubuh sekian banyak
mahluk gaib ini meletup keras dan hancur berkeping-keping lalu amblas ke dalam
tanah di sela-sela bebatuan, meninggalkan tebaran bau amis!
Di atas lereng bukit sebelah utara Sinuhun Merah Penghisap Arwah yang berdiri di
samping Pangeran Matahari tapi tidak terlihat mata biasa karena menerapkan Ilmu
Insan Berjalan Tanpa Bayangan tersentak kaget. Sepasang mata mendelik besar,
tengkuk merinding dan darah mendidih. Dari batok kepalanya mengepul delapan
larik asap merah! Di sebelahnya pimpinan Seratus Jin Perut Bumi yang biasa
disebut Sang Ketua atau Jin Ketua berteriak marah. Cula besar di kepala
pancarkan cahaya merah menyala. Sepuluh kuku jari mencuat panjang, merah
menggidikkan dan lidah api menyembur bergulung gulung. Sekali dia menghentak
kaki kanan ke atas batu tubuh tinggi besarnya melesat ke lereng bukit sebelah
barat. Dari sepasang mata menyambar keluar cahaya merah angker.
" J i n Ketua! Jangan nekad mencari mati! Kau tidak akan sanggup menghadapi pukulan
bercahaya putih dan panas keparat Kesatria Panggilan!"
Tanpa hentikan gerakan Jin Ketua menjawab teriakan Sinuhun Merah
Penghisap Arwah. "
Kalau begitu lindungi diriku dengan Cahaya Arwah Kuning
Merah! " " Tidak ada gunanya! Aku telah melakukan hal itu pada puluhan anak buahmu!
Kau saksikan sendiri! Pukulan sakti pemuda gondrong itu menghajar hancur mereka
semua! " 177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
25/61 Sang Ketua menyahut sengit. "
Lalu apa gunanya menghadirkan Kesatria Roh
Panggilan kalau hanya menjadi penonton di tempat ini sementara puluhan anak
buahku mati berkaparan!"
Mendengar ucapan Sang Ketua Sinuhun Merah Penghisap Arwah yang berdiri di dekat
Pangeran Matahari menyumpah panjang. Rahang menggembung,
geraham bergemeletakan.
" Kurang ajar! Pemuda keparat itu ternyata memiliki ilmu pukulan inti api
mengandung hawa panas! Aku harus menerapkan ilmu Serat Berhala. Tapi apakah kali
ini akan berhasil"!"
Ketika Wiro kembali mengangkat tangan siap menghantam dua puluh Jin Perut Bumi
yang tengah menyerbu ke arah Raja Mataram, Sinuhun Merah Penghisap Arwah cepat
berteriak. " Kesatria Roh Jemputan! Cepat alihkan arah serangan Lentera Iblis pada pemuda
keparat berambut gondrong itu!"
Seperti diketahui sebelumnya Pangeran Matahari dengan mengandalkan
Lentera Iblis telah melancarkan serangan Api Neraka ke arah Raja Mataram.
Namun mendengar perintah Sinuhun Merah Penghisap Arwah, apa lagi tadi dia
menyaksikan sendiri bagaimana Wiro melabrak belasan Jin Perut Bumi dengan
pukulan sakti yang dikenalinya sebagai Pukulan Sinar Matahari, dengan cepat dia
segera putar pergelangan tangan sambil lipat gandakan tenaga dalam.
Lentera Iblis berubah arah, menukik ke jurusan Pendekar 212 Wiro Sableng yang
saat itu juga tengah mendapat serbuan dari sisa-sisa Jin Perut Bumi yang kini
tinggal sekitar enam puluh termasuk dua puluh yang menyerbu ke arah Raja!
Sekali lagi terdengar suara menggelegar laksana petir menyambar. Cahaya merah
pekat yang keluar dari Lentera Iblis berkiblat ke arah lereng Bukit Batu Hangus
sebelah barat! Perhatian Wiro jadi terpecah. Yaitu mengawatirkan keadaan Raja Mataram sementara
dirinya kembali diserang puluhan Jin Perut Bumi. Dalam pada itu ketika memandang
ke arah utara dia melihat kilatan serangan Api Neraka yang keluar dari Lentera
Iblis telah berubah arah, kini tertuju tepat ke padanya!
" Celaka! Aku tidak tahu kelemahan Lentera Iblis! Apa Pukulan Sinar Matahari
sanggup membendung"!"Wiro geser dua kaki, membuat kuda-kuda yang lebih kokoh
pertanda sang pendekar akan melancarkan pukulan sakti dengan tenaga dalam penuh!
Mendadak satu bayangan merah berkelebat dari arah timur. Daya lesatnya luar
biasa cepat, tidak kalah dari kecepatan sambaran Api Neraka yang menyembur
keluar dari Lentera Iblis. Berbarengan dengan itu ada suara orang berseru.
" Aih! Mengapa aku baru tahu kalau Bukit Batu Hangus ada petirnya!
" "

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sialan!"Wiro memaki karena gerakannya hendak melepas pukulan sakti
terhalang oleh sosok orang. Meski jengkel namun murid Sinto Gendeng tidak mau
kesalahan tangan membunuh orang atau sahabat sendiri. Lelaki itu dia juga merasa
heran, siapa gerangan orang yang bertindak nekad menghalangi datangnya serangan
Api Neraka Lentera Iblis. Apa dia punya dua raga dua nyawa"!
177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
26/61 ENAM DEWI KAKI TUNGGAL yang mengenali siapa adanya orang berpakaian
merah cepat berteriak.
" Jaka Pesolek! Jangan tolol! itu bukan petir. itu serangan senjata maut! Awas!
Lekas menghindar!
" Mungkin tidak mendengar seruan gadis berkaki satu, mungkin juga tidak perduli
orang berpakaian merah muda yang memang adalah Jaka Pesolek si Penangkap Petir
terus saja melesat menyongsong sambaran cahaya merah yang keluar dari Lentera
Iblis. Semua orang di lereng barat Bukit Batu Hangus termasuk Raja Mataram
terkesiap membelalak, ada yang berseru kaget tidak percaya ketika melihat
bagaimana Jaka Pesolek mengembangkan dua tangan lalu secepat kilat
menangkap ujung cahaya merah yang sebenarnya adalah serangan ilmu kesaktian Api
Neraka yang keluar dari Lentera Iblis di tangan Kesatria Roh Jemputan alias
Pangeran Matahari!
Jaka Pesolek juga keluarkan seruan kaget karena tidak seperti petir yang
beberapa kali berhasil ditangkap sebelumnya, petir yang satu ini walau agak
mudah ditangkap namun mempunyai daya kekuatan aneh hingga pemuda pesole kini
nyaris terbanting ke bukit batu.
" Hebat! Petir Bukit Batu Hangus ternyata Lebih nakal dari petir Bukit
Randugunting! Aku suka! Hik ... hik!"
Jaka Pesolek lalu perhatikan pakaian, tubuh serta kaki dan mengusap wajah.
" Aneh,"ucapnya perlahan. "
Tidak seperti yang sudah-sudah, mengapa pakaian
dan tubuhku tidak tertutup bara api" Hik ... hik ... hik. Ini lucu! Petir Bukit
Batu Hangus ternyata lucu! Hik... hik...hik!
" Suara yang terdengar suara lelaki tetapi lembut sedang suara tawa cekikikan
menyerupai tawa perempuan.
Jaka Pesolek kerahkan seluruh ilmu kesaktian pada kedua tangan. Dia berhasil
menggulung cahaya merah lalu ditarik ke bawah seperti menarik benang layanglayang kemudian dilibat-libatkan ke kaki, pinggang dan dada! Setelah itu Jaka
Pesolek gulingkan tubuh beberapa kali di tanah sambil keluarkan suara tawa
gembira seperti anak kecil tengah bermain-main.
" Enak juga panasnya! Tapi tidak seenak panasnya petir di Bukit Randugunting!
Pusarku terasa geli! Hik...h
i k!" Setelah puas bermain main dengan cahaya merah yang sebenarnya merupakan cahaya
serangan maut, Jaka Pesolek melompat bangun. Ujung cahaya Api Neraka dilempar
keatas dan meledak di lereng bukit pada ketinggian enam tombak!
" Oala! Mengapa meledaknya aneh"!
" Jaka Pesolek berucap kaget terheran-heran. Begitu memandang berkeliling barulah
dia melihat apa yang terjadi dan langsung bulu kuduknya jadi merinding.
"Ihhh..!"
Pangeran Matahari terjengkang akibat tenaga serangan Lentera Iblis yang membalik
menghantam dirinya, Sinuhun Merah Penghisap Arwah berteriak kaget 177 Jaka
Pesolek Penangkat Petir
27/61 dan juga marah. Bukan saja karena serangan Api Neraka musnah namun dari atas
bukit mereka melihat bagaimana tebaran cahaya merah melesat ke berbagai arah dan
secara liar melabrak Jin Perut Bumi yang saat itu tengah melesat turun untuk
menyerang Raja Mataram serta Pendekar 212.
Puluhan Jin Perut Bumi terpanggang hangus, meledak lalu lenyap setelah lebih
dulu berubah menjadi kepingan menyala. Raungan dahsyat menggelegar di seantero
tempat. Beberapa orang Mataram yang ada di lereng bukit ikut menjadi korban.
Yang lain-lain masih bisa selamatkan diri karena cepat bertiarap. Jaka Pesolek
menatap ke udara, memandang berkeliling. Dia seolah baru menyadari kalau ada
banyak orang di tempat itu. Dua orang diantara mereka dikenalinya yaitu Dewi
Kaki Tunggal dan Ni Gatri.
" Aih, di tempat ini ternyata banyak lelaki gagah dan ada pemuda lucu tapi
ganteng. Aduh bagaimana wajahku. Jangan-jangan tidak karuan rupa!"Dari balik
pakaiannya Jaka Pesolek keluarkan sebuah cermin. Sambil menatap ke dalam cermin
rambut dipatut-patut. Lalu dia mengeluarkan sebuah potongan kayu kecil berwarna
merah. Benda ini dipoleskan ke atas bibir hingga bibir itu kini berwarna lebih
merah dan tampak lebih segar. Setelah merapikan wajah, rambut dan pakaiannya,
Jaka Pesolek simpan kembali cermin dan alat pemerah bibir. Dia memandang ke arah
Rakai Kayuwangi sambil hati menduga duga karena seumur hidup dia memang belum
pernah bertemu muka dengan Raja Mataram. Lalu gadis berkumis halus ini lontarkan
lirikan pada Pendekar 212 Wiro Sableng!
Jin Ketua yang tengah melesat hendak menyerang Wiro menggembor keras
sewaktu merasa paha kirinya mendadak panas luar biasa. Ketika diperhatikan
ternyata paha itu sudah buntung. Rupanya ada pecahan sinar Lentera iblis yang
terpesat menghantam kakinya. Ujung buntungan kaki menyala dikobari api sementara
kutungan kaki sebelah bawah tidak diketahui berada dimana! Sebelum tubuhnya
meledak Sang Ketua melesat turun ke bukit berusaha mencari air untuk memadamkan
api yang mulai naik ke tubuhnya sebelah atas. Dari udara dia melihat satu mata
air kecil. Langsung saja dia mengayun tubuh lalu masukkan kaki kirinya yang
terbakar ke dalam mata air.
" Cesss! " Air dan kaki yang terbakar saling bersentuhan menimbulkan suara menggidikkan. Jin Ketua menjerit setinggi langit namun dia selamat dari
kematian! Cula di kepala pancarkan cahaya merah terang tapi berkedap-kedip.
Lidah di dalam mulut terasa kaku pendek, tak mampu dijulur keluar. Dalam keadaan
seperti itu pimpinan Jin Seratus Perut Bumi ini terperangah kaget ketika tibatiba dia melihat satu tangan kiri panjang merah menyala dengan jari-jari
membentuk tinju hanya berada sejengkal di depan dadanya, siap menjotos! Jika hal
itu sampai terjadi maka tak ampun lagi tamatlah riwayatnya dengan dada bolong
dan tubuh dilamun api lalu meledak seperti yang terjadi dengan salah seorang
anak buahnya begitu pertama kali mereka datang di Bukit Batu Hangus.
" Pukulan Tangan Api Menjebol Tembok Berhala!
"ucap Jin Ketua dengan
dada bergetar sambil menatap pucat ke arah Tabib Sepuluh Jari Dewa yang tegak di
hadapannya. Kalau saja lidah di dalam mulutnya tidak berubah pendek dan 177 Jaka
Pesolek Penangkat Petir
28/61 kaku, saat itu juga pasti orang yang berdiri di hadapannya sudah dilibas.
Melirik ke samping kiri dia melihat gadis berkaki satu dan Eyang Dukun siap
menghantam. Di samping kanan Kesatria Panggilan tegak dengan wajah
menyeringai dan tangan kanan masih memancarkan cahaya perak menyilaukan disertai
sambaran hawa panas. Lalu masih ada satu lagi orang tua berkepala gundul kuning
yakni Klingkit Kuning yang dari penampilannya pasti pula memiliki ilmu
kepandaian tinggi. Tidak ada kesempatan untuk lolos dari lobang jarum!
Satu satunya cara menyelamatkan diri adalah dengan mengamblaskan tubuh masuk ke
dalam tanah. Tapi jika gerakannya terlambat dan tangan kanan Tabib Sepuluh Jari
Dewa menghajar tubuh atau kepalanya lebih dulu maka celakalah dirinya! Apakah
dia berjibaku saja atau mengintai kelengahan orang"!
Perlahan-lahan Jin Ketua jatuhkan tubuh dan duduk di tanah setengah bersila.
Dengan suara bergetar dia berkata.
" Tabib Sepuluh Jari Dewa. Aku mahluk bersalah! Aku menyesal telah
mengkhianati Raja dan Kerajaan Mataram yang memberi peluang hidup padaku, yang
dulu pernah aku bela ketika terjadi pemberontakan besar di Bhumi ini.
Untuk menebus dosa kesalahanku, aku tidak akan menghindari kematian di tanganmu.
Namun, jika kau masih mau berbaik hati dan menaruh belas kasihan, aku mohon kau
memberi ampun pada diriku. Aku merasa tidak sanggup kembali ke alam roh untuk
selama lamanya. Aku akan berbakti padamu selama bumi terkembang!
" Tiba-tiba dua puluh satu Jin Perut Bumi anak buah Jin Ketua yang masih hidup
melompat lalu berlutut di samping kiri kanan Tabib Sepuluh Jari Dewa. Salah
seorang dari mereka berkata.
" Tabib sakti, jangan bunuh pemimpin kami. Kami bersedia menjadi tumbal kematian
untuk kau bunuh sebagai pengganti nyawa gaib pimpinan kami."Habis bicara,
diikuti teman-temannya jin tadi pentang dada ke arah Tabib Sepuluh Jari Dewa,
kepala mendongak, sepasang mata merah dipejamkan. Semua tampak
pasrah, siap, menerima kematian.
Sesaat Tabib Sepuluh Jari Dewa jadi terpana. Namun diam-diam orang tua ini
berpikir mengapa Ketua Seratus Jin Perut Bumi minta pengampunan padanya, bukan
jatuhkan diri berlutut dan memohon pada Raja Mataram.
Dalam kebimbangan sang tabib melirik pada Dewi Kaki Tunggal dan Eyang Dukun
Watukura yang berdiri di dekatnya. Eyang Dukun diam saja. Gadis berkaki satu
geleng gelengkan kepala. sambil memandang ke arah Pendekar 212. Sang pendekar
sendiri kemudian menatap ke arah Raja Mataram. Saat itulah dia menyadari bahwa
di kening Raja masih terdapat dua benjolan merah. Berarti Raja masih berada
dalam keadaan bahaya. Tidak mau membuang waktu Wiro segera melompat ke hadapan
Rakai Kayuwangi dan sapukan telapak tangan kanan di atas dua benjolan. Sambil
melompat ke arah Raja Wiro berteriak.
" Jangan percaya ucapan mahluk-mahluk alam gaib itu. Mereka semua pandai menipu!"
" Dess! " 177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
29/61 Wiro tersentak kaget ketika tangan kanannya terpental begitu bersentuhan dengan
kening Raja. Mata mendelik tatkala melihat dua benjolan yang ada di kening Raja
masih ada, tidak musnah! Malah tangan kanannya tampak bergetar hebat dan terasa
seperti mau lumpuh! Wiro cepat kerahkan hawa sakti yang bersumber pada Kapak
Naga Geni 212 yang ada di dalam rongga dada, dibantu yang ada dalam aliran
darahnya! 177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
30/61 TUJUH MELIHAT keadaan Pendekar 212 Dewi Kaki Tunggal maklum apa yang
terjadi. Cepat dia berteriak.
" Wi r o! Ada or a ng c oba me nyus upka n i l mu j a ha t ke t a nga nmu! I nga t pe r i s t i wa waktu kau berusaha melenyapkan benjolan merah di kening Lemayang dan orang
malang itu pecah kepalanya"! Saat ini agaknya kau masih menyimpan kekuatan
tenaga dalam dan aji pukulan sakti di tangan kananmu hingga ilmu jahat yang
hendak disusupkan tidak bisa tembus dan dirimu serta Raja selamat dari celaka
bes a r ! " Raja Mataram Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala tersentak pucat. Murid Sinto Gendeng
terperangah. Mata Masih membelalak menatap ke arah Raja Mataram lalu pandangi
tangan sendiri yang berwarna putih perak karena masih dialiri aji kesaktian
puku1an Sinar Matahari.
"I l mu Ser a t Be r ha t a ! " Uc a p Wi r o

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang ma s i h i nga t da n me nye but na ma i l mu hi t a m ya ng unt uk ke dua ka l i ha mpi r me nc l a ka i nya da n Ra j a Ma t a r a m. " J a ha na m keji. Pasti Sinuhun Merah Penghisap Arwah yang punya pekerjaan. Tapi aku tidak
melihat dia ada di ata
s l er e ng buki t s e be l a h ut ar a s a na ! " " Di a pa s t i a da di s a na. Se mbunyi di ba l i k i l mu ke s a kt i a n ya ng me nye s a t pa nda nga n ma t a ! " J a wa b De wi Ka ki Tungga l . Mendengar ucapan gadis berkaki satu itu serta merta Wiro kembali merapal aji
kesaktian. Begitu tangan kanan berubah warna menjadi perak menyilaukan dan
menghampar hawa panas, dia segera menghantam ke arah bukit sebelah utara.
Namun satu hal tidak terduga mendadak berlangsung di depan mata.
Selagi semua orang terbagi perhatiannya pada Raja, Dewi Kaki Tunggal dan Wiro,
Jin Ketua pergunakan kesempatan. Laksana kilat tangan kanannya yang besar dan
berkuku panjang melesat ke arah kepala Tabib Sepuluh Jari Dewa tanpa sang tabib
mampu membuat gerakan selamatkan diri.
" Pr a a kk! " Tabib Sepuluh Jari Dewa terjengkang di tanah dengan kepala rengkah
menggidikkan. Semua orang yang ada di tempat itu berteriak kaget dan marah. Tapi wusss!
Dengan mempergunakan ilmu kesaktiannya Jin Ketua amblaskan diri lenyap masuk ke
dalam bumi, meninggalkan tanah dan debu serta kepingan batu yang bermuncratan ke
udara. " Aka n a ku ke j a r ! " De wi Ka ki Tungga l be r t e r i a k. Ta di di a t e l a h menyelamatkan tabib sakti itu. Ternyata sekarang tetap saja menemui ajal.
Amarah Dewi Kaki Tunggal bukan alang kepalang. Tabib Sepuluh Jari Dewa dibunuh
di depan mata kepalanya! Didahului teriakan keras Dewi Kaki Tunggal hunjamkan
kakinya yang hanya satu ke dalam tanah lalu tubuhnya berputar laksana gasing.
Dalam sekejapan saja sosok Dewi Kaki Tunggal sudah tenggelam sampai ke pinggang.
Namun sebelum gadis itu lenyap dari permukaan tanah Raja Mataram cepat melompat
memegang bahunya.
177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
31/61 " De wi , ka u bi s a me nge j a r . Ta pi t i da k a ka n ma mpu me mbunuh ma hl uk ce l a ka itu. Bukan aku merendahkan ilmu kepandaianmu. Namun aku menduga kau tidak
memiliki ilmu kesaktian yang berinti pada kekuatan panas atau apil Terialu be
r ba haya. Ka u bi s a c e l aka da n me ne mui a j

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

a l ! " Menyadari Apa yang dikatakan Raja Mataram benar adanya, Dewi Kaki
Tunggal tidak membantah. Dia memutar tubuh ke arah berlawanan dan kejap itu juga
mencuat keluar dari dalam tanah.
Walau mengenal Tabib Sepuluh Jari Dewa belum lama dan malah pernah
mencurigai dirinya namun kematian orang tua bertubuh gemuk yang sangat
mengenaskan itu membuat Pendekar 212 Wiro Sableng mendidih amarahnya.
Pukulan Sinar Matahari yang tadinya hendak dipakai untuk menyerang musuh di
lereng bukit sebelah utara kini dihantamkan ke arah dua puluh Jin Perut Bumi
yang masih ada di tempat itu.
Dua kah terdengar suara menggelegar dan dua kali pula cahaya putih panas
menyapu. " Gi l a ! Ada pe t i r bi s a kel ua r da r i t a nga n! Dua pe t i r s e ka l i gus ! " Ti ba -tiba ada suara orang berteriak.
Sementara itu dua puluh Jin Perut Bumi ketika melihat dua serangan sinar putih
berkiblat menyambar ke arah mereka menjerit keras, berusaha melesat ke atas dan
ada yang meniru pimpinannya, mengamblaskan diri ke dalam tanah.
Namun Pukulan Sinar Matahari datang menghantam luar biasa cepat. Dua puluh Jin
Perut Bumi mencelat ke udara dengan tubuh dikobari api. Begitu jatuh di atas
bukit tubuh mereka tampak gosong hitam lalu meledak berkeping keping, berubah
jadi asap dan akhirnya lenyap dari pemandangan, meninggalkan tebaran bau amis.
Di lereng bukit sebelah utara terdengar teriakan-teriakan marah dan menyumpah.
Wiro melirik ke arah Raja Mataram ketika dia mendengar Rakai Kayuwangi menghela
nafas dalam. Wajah sang Raja tampak redup. Dewi Kaki Tunggal membisikkan sesuatu
ke telinga Wiro.
" Ya ng Mul i a , a pa ka h s aya t e l a h me mbua t ke s a l aha n" Me mbunuh pul uha n j i n t a di ?" Wi r o be r t a nya s e t el a h me nde nga r bi s i ka n ga di s be r ka ki s a t u. " Ke j a ha t a n da n ma hl uk-mahluk jahat memang harus dimusnahkan dari muka
bumi. Namun aku merasa hiba. Mahluk-mahluk yang disebut Seratus Jin Perut Bumi
itu dulu adalah mahluk gaib yang berbakti pada para sepuh Kerajaan Mataram.
Mereka ikut menyelamatkan Kerajaan ketika terjadi pemberontakan be
s a r ..." " Ya ng Mul i a , ka l a u s aya t e l a h be r bua t ke l i r u s aya mohon ma a f . Na mun ma s a lalu adalah sesuatu yang tidak akan pernah datang lagi. Kita harus menghadapi
kenyataan yang ada saat ini, Apakah kita akan menjadi korban kejahatan atau kita
harus membasmi kej
a ha t a n aga r ki t a t i da k me nj a di kor ba n. . . " Ra j a t e r di a m l a l u pega ng ba hu Pe nde kar 212 da n be r

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ka t a . " Ke s a t r i a Pa nggi l a n, ka u t i da k ke l i r u. . . " ka t a nya ke mudi a n. Wiro alihkan pandangan ke arah lereng bukit sebelah utara. Raja Mataram dan
semua orang yang masih hidup ikut palingkan kepala memandang arah yang sama. Di
lereng bukit sebelah utara Kesatria Roh Jemputan alias Pangeran 177 Jaka Pesolek
Penangkat Petir
32/61 Matahari tidak kelihatan lagi. Namun di atas sana kini ada cahaya samar redup
berwarna kuning kemerahan. Sayangnya tidak semua orang yang terlalu
memperhatikan hal ini. Kecuali Dewi Kaki Tunggal yang berbisik pada Pendekar
212. " Wi r o, wa l a u t i da k ke l i ha t a n a ku me nduga or a ngor a ng j a ha t i t u ma s i h a da di lereng bukit sebelah utara. Mereka sembunyi dibalik ilmu penyesat mata. Selain
itu ada c a haya r e dup a neh di a t a s buki t s a na . . . " " De wi , ha r a p ka u t er us me mpe r ha t i ka n. Se s ua t u yang me nce l a ka ka n bi s a t e r j a di s e ca r a me nda da k, " me nj a wa bPe nde ka r 212. Sementara itu Raja memerintahkan beberapa pengawal mengurus jenazah
Tabib Sepuluh Jari Dewa dan Klingkit Kuning. 11Kita akan menyemayamkan lalu
membakar jenazah Tabib dan Klingkit Kuning bersama jenazah semua orang yang a
da di buki t i ni . " Pe nde ka r 212 ber ka t a pada Dewi Ka ki Tungga l . " De wi , c e pa t ka u l e nya pka n dua benjolan merah yang masih ada di kening Raja Mataram. Aku tidak mau
melakukan sendiri, kawatir ilmu setan Serat Berhala masih bersarang dalam t
a nga nku. " " Ta pi a ku t i da k punya i l mu ke s a kt i a n i t u ka r e na t i da k

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ke j a ngki t a n be nj ol a n merah. Maksudku, aku belum kebagian ilmu Menahan Darah Memindah Jazad yang kau
miliki. Bagaimana kalau kita minta Eyang Dukun saja yang
me l a kuka n. . . " J a wa b Sa kunt a l a de wi a l i a s De wi Ka ki Tungga l . Wiro menggaruk kepala.
" Ti da k, har us ka u s e ndi r i yang me l a kuka n. J a nga n kawa t i r , a ku aka n menolongmu. Bukankah kau yang memberi tahu jika dipakai untuk menolong, de
nga n ke henda k Ya ng Ma ha Kua s a i l mu i t u bi s a di pi nda hka n pa da or a ng l a i n. " Wiro lalu letakkan tangan kanan di punggung si gadis. Sambil merapal aji
kesaktian dia mendorong gadis berkaki satu itu mendekati Raja Mataram.
Bersamaan dengan itu Wiro kerahkan aliran sakti dan tenaga dalam ke punggung
Dewi Kaki Tunggal.
" Se ka r a ng De wi ! " uc ap Pe nde kar 212 begi t u De wi Ka ki Tungga l t e l a h berhadapan hadapan dengan Raja.
Begitu mendengar ucapan Wiro, Dewi
Kaki Tunggal segera angkat tangan kanan sementara Rakai Kayuwangi yang tahu
orang hendak menolongnya maju mendekat sambil rundukkan kepala.
Telapak tangan kanan yang halus Dewi Kaki Tunggal menyapu lembut di atas kening
Raja Mataram. Kejap itu juga dua benjolan merah di kening Rakai Kayuwangi lenyap
tidak berbekas. Semua orang yang menyaksikan berseru gembira. Dan kegembiraan
ini bersambung menjadi seruan-seruan panjang yang riuh sewaktu puluhan orang
yang masih belum sempat disembuhkan mendadak sontak ikut lenyap benjolanbenjolan merah yang ada di kening mereka.
" De wa J a ga t Ba t har a ! " be r ka t a Eyang Dukun Umbut
Wa t ukur a . " Rupa nya angkara murka yang menimpa Bhumi Mataram oleh orang-orang jahat dipusatkan pada
Sri Baginda Raja. Celaka Raja maka celaka semua yang hidup di Kerajaan ini.
Sembuh Raja sembuh pula mereka semua. Aku yakin yang mengalami
177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
33/61 kesembuhan bukan cuma yang ada di bukit ini, tapi semua orang di seluruh Ke
r a j aa n . . . ! " Raja usap keningnya yang kini licin. Sepasang mata tampak berkaca-kaca.
" Kua s a Pa r a De wa s ungguh l uar bi a s a . . . " uc a p Ra j a Ma t ar a m de nga n s ua r a bergetar. Lalu dia memimpin semua orang di tempat itu berlutut sambil
mengucapkan puji syukur dan terima kasih pada Yang Maha Kuasa. Dalam
kekhusukan itu sekonyong-konyong di lereng bukit sebelah utara terdengar
teriakan lantang disusul gelegar suara tawa.
" Ra j a da n r a kya t Ma t a r

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

a m! J a nga n t e r l a l u ce pat be r ge mbi r a da n ber s yukur ! Li ha t a pa ya ng a ku ba wa! Ha . . . ha . . . ha ! " Semua orang yang ada di lereng bukit sebelah barat sama
terkesiap dan serentak dongakkan kepala. `
" As t aga ! Me r e ka me na ngka p Ra t u Ra nda ng! " Ya ng be r t er i a k a da l a h ne ne k bermuka bulat tak beralis Rauh Kalidathi.
177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
34/61 DELAPAN DI LERENG Bukit Batu Hangus sebelah utara, dalam keredupan cahaya
kuning kemerahan tampak berdiri seorang perempuan tua, tubuh terbungkuk, kepala
menunduk dan muka lebam, mata terpejam bengkak, mulut terkancing.
Rambut yang biasa dikuncir lucu ke atas kini lepas awut-awutan. Pakaian yang
dikenakan tampak robek besar di beberapa bagian. Bukan cuma, Rauh Kalidathi yang
tadi berteriak, semua orang serta merta mengenali kalau perempuan itu memang
Ratu Randang adanya. Lereng barat bukit serta merta menjadi gempar.
Di leher Ratu Randang melingkar benda aneh berbentuk tali gelembung
panjang sebesar lengan berwarna putih berlumur darah. Tali ini bergerak
berdenyut seperti hidup. Di sela bibir perempuan berusia lebih setengah abad ini
terlihat lelehan darah tanda dia menderita, luka dalam yang cukup parah.
" Ra t u di j i r a t de nga n r a nt a i us us ba bi ! Ce l a ka ! Ki t a t i da k bi s a me mbe ba s kannya kalau tidak menemukan bangkai babi yang punya usus dan membakarnya! Yang
berteriak adalah Eyang Dukun Umbut Watukura.
Di samping kiri Ratu Randang, berdiri menyeringai seorang pemuda
berpakaian serta mengenakan ikat kepala kain hijau. Wajah tertutup kumis,
janggut dan cambang bawuk hitam. Ghama Karadipa alias Sinuhun Muda! Dialah tadi
yang mengeluarkan suara teriakan serta tawa bergelak.
Di sebelah Sinuhun Muda berdiri Kesatria Roh Jemputan alias Pangeran
Matahari, memegang Lentera Iblis dan dongakkan kepala serta mengulum
seringai penuh kecongkakan. Sepasang mata sesekali menatap tajam ke arah Jaka
Pesolek. Agaknya ada semacam kebencian, mungkin juga dendam dalam dirinya
terhadap gadis ini. Karena Jaka Pesoleklah yang telah menggagalkan serangan maut
Lentera Iblis yang tadi ditujukan untuk membunuh Pendekar 212 Wiro Sableng.
Di sebelah kanan Ratu Randang ada satu sosok aneh. Sosok ini selain terlihat
agak samar juga merupakan sosok seorang anak lelaki kecil berpakaian bagus,
berusia sekitar dua belas tahun, memiliki sepasang alis mata tebal hitam. Walau
wajahnya gagah namun sikapnya tidak kalah pongah dengan Pangeran Matahari.
Dia tegak sambil rangkapkan dua tangan di atas dada dan mata menatap dingin
sementara mulut menyeringai pencong. Sesekali tangan kirinya bergerak mengusap
anting anting emas yang mencantel di telinga kiri.
" Ya ng Mul i a , a pa Ya ng Mul i a t a hu s i a pa ge r a nga n a na k l e l a ki s a mar di sebelah kanan Ratu Randang" Kelihatannya Sinuhun Muda Ghama Karadipa
me na r uh hor ma t pa da nya. " Ber t a nya Ra uh Ka l i da t hi . Raja Mataram tidak segera menjawab. Dia berusaha berpikir keras.
Wi r o me nggar uk ke pa l a l a l u ber ka t a . "Boc a h i t u mi r i p de nga n Ke s a t r i a

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lonce ng Ma t ar a m, Mi mba Pur a na ya ng pe r na h s aya l i ha t be be r a pa wa kt u l a l u. . . " " Ka u be na r , " me nyahut i Ra j a Ma t ar a m. " Wa j a h s a nga t mi r i p t api sikap dan penampilannya tidak seperti Mimba. Yang satu ini tampak congkak. Pakaian mewah
sementara Satria Lonceng Dewa selalu mengenakan pakaian kain kasar da
n s a nga t s e de r ha na . Aku c oba me nduga ..." Raj a us a p dagunya ya ng di t umbuhi 177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
35/61 janggut meranggas. Mend
a da k wa j a h Ra ka i Kayuwa ngi be r uba h. " Dengar . . . " Ka t a nya . " Aku pe r na h me nyi r a p ka ba r . Ana k l e l a ki i ni pe r na h munc ul s e wa kt u terjadi pemberontakan besar di Bhumi Mataram. Dia tidak berada di pihak
Kerajaan! Hyang Jagat Bathara. Aku ingat sekarang! Dia adalah Dirga Purana, boc
a h ke mbar a n Mi mba Pur a na . . . " Eyang Dukun Umbut Watukara melangkah mendekati Rakai Kayuwangi.
Se t e nga h ber bi s i k di a be r ka t a . " Ke a daa n ki t a s ungguh s ul i t . J i ka boc a h i t u be r pi ha k pa da Si nuhun Me r a h Pe nghi s a p Ar wa h. . . " " Ya ng a ku

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

l e bi h ka wa t i r , " s a hut Ra j a pul a . Mi a buka n c uma be r pi ha k pa da Sinuhun Merah Penghisap Darah tapi justru dia yang jadi biang keladi semua
malapetaka yang terjadi di Bhumi Mataram! Mulai dari Malapetaka Malam jahanam!
" Ya ng Mul i a , s aya pe r na h me nde nga r t e nt ang di s e butsebutnya Sang
Junjungan oleh kelompok Sinuhun Merah Penghisap Arwah. Jangan-jangan bocah i
ni l a h or a ngnya . " ( Te nt a ng Di r ga Pur a na har ap ba c a Ser i a l Mi mba Pur a na Kesatria Lonceng Mataram karangan Bastian Tito)
" Bi s a j a di , " j a wa b Ra j a pul a . " Ki t a ha r us me l a kukan sesuatu menyelamatkan
Ra t u Ra nda ng . . . " Wiro menatap tak berkesip ke arah lereng bukit sebelah utara lalu berkata.
" Ya ng Mul i a s e t a hu s aya Ra t u Ra nda ng punya i l mu ke s a kt i a n me r uba h di r i a t a u menjadikan benda mati atau benda hidup lainnya menyerupai
dirinya. Mungkinkah saat ini dia tengah melakukan tipuan dan yang ada di atas lereng s
a na s e be na r nya buka n di r i nya yang a s l i ?" " J i ka mus uh me mpe r guna ka n r a nt a i us us ba bi ma ka s e mua ke s a kt i a n Ra t u Randang akan lenyap sampai rantai usus babi itu tersingkir dari lehernya. Untuk
menyingkirkan rantai usus babi kita harus mencari dan membakar bangkai babi yang
punya us us i t u! " Me mbe r i t a hu Eya ng Dukun Umbut

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wa t ukur a . Wi r o me l i r i k pa da ga di s be r ka ki s a t u. " Se s ua t u t e l a h t e r j a di de nga n Ra t u Randang sewaktu aku tinggal
pe r gi ke buki t i ni . . . " Dewi Kaki Tunggal berpaling pada Ni Gatri.
" Ni Ga t r i , a ku pe r na h me mi nt a mu me ne mui Ra t u Ra nda ng unt uk me ngambi l Bunga Ma t a ha r i s a kt i . Ke t i ka ka u me ne mui nya ba ga i ma na ke a daa nnya ?" " Sa a t i t u Ra t u t a mpa k bi a s a -biasa saja. Malah setelah memberikan Bunga
Ma t a ha r i Ra t u s e mpa t ber ka t a ka l a u di a a ka n s eger a pe r gi ke Buki t Ba t u Ha ngus . " Menerangkan Ni Gatri. Seperti diketahui ketika Ni Gatri menemui Ratu Randang,
nenek berwajah cantik itu baru saja bertarung menghadapi Pangeran Matahari dan
Tiga Iblis Menjunjung Dupa. Kakek Kumara Gandamayana yang muncul di
tempat kejadian membantu Ratu Randang dan berhasil menghabisi Iblis Kedua.
Namun dirinya sendiri dipendam di dalam tanah oleh Sinuhun Muda dan dua Iblis
yang masih hidup. (Baca episode seb
e l umnya be r j udul " De wi Ka l ki Tungga l " ) Mendengar keterangan Ni Gatri, Wiro menggaruk kepala.
" Ga wa t j uga! Baga i mana a ku ha r us me nye l ama t ka n Ra t u Ra nda ng! Aku me mi l i h me nga du j i wa ! " 177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
36/61 " Pe nde ka r

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dua Sa t u Dua ! Ti da k a da ya ng ga wa t ka l a u ka u ma u me ner i ma diriku s e baga i s a ha ba t ! Apa unt ungnya me nga du j i wa s ega l a "! " Di udara mendadak terdengar suara perempuan bicara. Lalu wutt! Sebuah benda
hitam panjang melesat dari balik sederetan batu besar dan buuuk! Benda panjang
ini jatuh bergulung di hadapan Wiro dan Raja.
Keduanya cepat melompat mundur.
Ternyata benda itu adalah seekor ular hitam besar berkepala putih. Dengan cepat
ular tegakkan kepala. Melihat sikap yang mengancam dari binatang ini Wiro cepat
menggeser kaki, berdiri melindungi Raja sambil tangan kanan siap melancarkan
pukulan Tangan Dewa, Menghantam Karang.
Ular besar miringkan kepala sambil keluarkan ucapan.
" Ma u me mbunuhku" Apa
unt ungnya! Pa da ha l a ku be r ni a t me mbe r i ka n pe r t ol onga n pa da ka l i a n! " Ha bi s bi c a r a wus s ! Sos ok ul a r hi t a m ke pul ka n a s a p da r i kepala sampai ke ujung ekor. Lalu terdengar suara tawa panjang. Bersamaan dengan
itu ular hitam kepala putih menjelma berubah menjadi sosok seorang gadis cantik
mengenakan pakaian sutera halus hijau nyaris tembus pandang. Di kepalanya ada
satu mahkota terbuat dari perak berkilau berbentuk kepala ular dengan sepasang
mata terbuat dari batu permata hijau. Bau harum menebar keluar dari tubuh dan
pakaian. Ular hitam kepala putih besar yang tadi lenyap kini kelihatan dalam
ukuran lebih kecil, menyembul keluar dari perut si gadis!
" De wi Ul ar ! " Uc a p Wi r o t i da k s e na ng ke t i ka me l i ha t da n me nge na l i uj ud ga di s yang berdiri di hadapannya.
" De wi Ul ar ! Ah! I t u na ma yang he ba t t a pi ya ng t i da k me mba wa keberuntungan bagi diriku. Kau tahu nama asliku. Kunti Ambiri.
Mengapa tidak memanggil aku dengan nama itu" Apa nanti tidak saru dengan s
a ha ba t mu ga di s ber ka ki s a t u i t u?" Ul a r j e j a di a n yang ki ni me r uba h uj ud me nj a di seorang gadis cantik menjawab. Suara dan sikapnya yang selalu garang dan sombong
menghina sekarang berubah lembut.
" Ada apa kau muncul di sini! Jangan berani membuat tambah kalut urusan!
Apa kau tidak tahu kalau di sini hadir Sri Baginda Raja Mataram dan kami tengah
me ngha da pi

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

s a t u per ka r a be s a r ! " " Aku t i da k ber ma ks ud me nga c a uka n ur us a n ka l i a n, a pa pun a da nya. Aku j uga mana ber a ni be r l a ku t i dak hor ma t t e r ha da p Ra j a Ma t a r a m. " Ha bi s be r ka t a begi t u Dewi Ular memutar tubuh menghadap Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala lalu
membungkuk memberi hormat. Diam-diam matanya melirik ke arah Jaka Pesolek da
n me mba t i n. " Sul i t aku me nduga a pa ka h dia benar-benar betina atau jantan.
Hi k. . hi k. . hi k! " " Ane h, ka u s e kar a ng kel i ha t a n s opa n da n l e mbut . Ma l a h j e l a s -jelas berpihak
kepada kami. Apa kau sudah tidak laku lagi menjual diri dan tipu muslihat di
kalangan mahluk bernama Sinuhun Muda" Tipuan apa yang ada dibalik semua s
i ka pmu i ni "! " Ta nya Pende ka r 212 s a mbi l me na t a p t a j a m t e pa t ke ar a h s epa s a ng mata Dewi Ular.
" Wi r o, de nga r . Aku t a hu r a ha s i a pe na ngka l i l mu r a nt a i us us ba bi ya ng me nj i r a t l e he r Ra t u Ra nda ng! " 177 Jaka Pesolek Penangkat Petir


Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

37/61 " Si a pa per c aya Pa da mu! Se mua or a ng di Bhumi Mataram tahu kalau kau
a da l a h ka ki t a nga n ba hkan ge nda k Si nuhun Muda Gha r na Ka r a di pa ! " " Ber uca p da n me nduga s e pe r t i yang ka u l a kuka n a pa s a l a hnya ?" J a wa b De wi Ul a r . " Ke t a hui l a h, or a ng-orang di lereng bukit sana sekarang sudah menjadi
musuhku. Mereka menghina dan melecehkan diriku termasuk Pangeran Matahari!
Aku diminta melayani beberapa mahluk edan yang jadi kaki tangannya! Termasuk Ke
t ua J i n Se r a t us Pe r ut Bumi yang t a di ka ki nya ka u bua t bunt ung! Si a pa s udi ! " " Aku t e t a p t i da k per c aya pa da mu! Aku t a hu kaupandai mengarang cerita!
Tidak ada yang memintamu datang ke Bhumi Mataram ini! Apa yang terjadi dengan
dirimu menjadi urusanmu sendiri! Ular sungguhan saja punya seribu ke
l i c i ka n. Apa l agi ul ar i bl i s s e pe r t i di r i mu! " Dewi Ular tersenyum.
" Wi r o, di ne ger i delapan ratus tahun mendatang kita bisa merupakan musuh
bebuyutan dan saling berbunuhan. Bahkan kau memang telah membunuh diriku di
jurang batu pualam. Ingat" Tapi di negeri ini apa salahnya kalau kita saling
bersahabat. Bersatu menghadapi musuh Raja dan ra
kya t Ma t ar a m. " Wiro tetap tidak bisa percaya ucapan Dewi Ular. Perempuan iblis ini mungkin saja
tengah menyiapkan satu tipu daya besar. Raja Mataram Rakai Kayuwangi mendekati
Wiro dan membisikkan sesuatu. Wiro kemudian menatap ke arah Dewi Ular. Lalu
berkata. " Ta di ka u me nga t a ka n ka u t a hu r a ha s i a pe na ngka l r a nt a i us us ba bi ya ng me nj i r a t Ra t u Ra nda ng. J a nga n

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

me ni pu! Baga i mana ka u bi s a t a hu . . . ?" Dewi Ular tersenyum. Ujung lidah di ulurkan membasahi bibir yang merah bagus.
Mata di kedipkan.
" Ke t i ka ma s i h be rcinta dengan Sinuhun Muda, banyak rahasia yang aku dapat.
Ti da k be da ke t i ka Ra t u Ra nda ng me ni pu Si nuhun t ol ol i t u! " " Ka l a u begi t u ka t a ka n r aha s i a i t u pa da ku. " " Aku ma l a h t e l a h me mba wa be nda pe na ngka l i t u, " j a wa b De wi Ul ar . " Coba pe r l i ha t ka n, " ka t a Wi r o pula agak tidak sabaran tapi tetap berlaku penuh
waspada. Bisa saja gadis iblis ini pura-pura mengeluarkan sebuah bendi yang
kemudian ternyata bisa meledak, membunuh atau meracuni semua orang yang ada di
tempat itu. Dewi Ular gerakkan tangan kanan ke balik dada pakaian. Gerakannya sengaja dibuat
menggairahkan. Wiro jadi curiga. Bisa saja di bawah payudaranya yang putih
kencang itu dia menyembunyikan satu benda yang dapat membawa celaka!
" Tunggu! ' Wi r o be r ka t a da n c e pa t pega ng t a nga n De wi Ul a r . "Ber s umpahl a h bahwa kau bukan dikirim oleh Sinuhun Muda atau Sinuhun Merah untuk menipu da
n me nc e l a ka i di r i ku, Ra j a a t a u s i a pa s a j a ya ng ada di t e mpa t i ni . " Dewi Ular tatap sebentar wajah Wiro Pendekar 212 lalu rundukkan kepala mencium
tangan sang pendekar penuh khidmat. Dasar gadis nakal, dari hanya mencium dia
kemudian menjilat tangan Wiro, dengan ujung lidah, lantas berkata.
" Wi r o, ma hl uk s e ma c amku ma na me nge na l s umpa h. Hi dupku a da l a h ge l a p atau hitam. Jikalau kau menaruh curiga maka silahkan gebuk dan pecahkan kepalaku
s aa t i

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ni j uga! " 177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
38/61 Wiro terdiam, menoleh ke arah Raja. Ketika Raja anggukkan kepala, perlahan lahan
Wiro tarik tangan kanannya yang masih dicium dan dijilati oleh Dewi Ular lalu
berkata. " Kunt i Ambi r i . Baga i mana pun a ku be l um bi s a per c aya pa da mu. Ta pi j i ka kau memang tidak membekal niat jahat harap kau segera perlihatkan padaku dan Raja be
nda pe na ngka l i t u! " " Te r i ma ka s i h ka u me ma nggi l ku de nga n nama i t u. Bagi ku i t u s uda h me r upa ka n s a t u ke ba hagi a a n da n ke per c ayaa n, " ka t a Dewi Ul ar pul a . Lal u da r i balik dada pakaiannya Dewi Ular alias Kunti Ambiri mengeluarkan sebuah kantong
kain hitam. Dari dalam kantong kain hitam dia mengambil satu
bungkusan daun keladi. Ketika bungkusan dibuka di atas daun terlihat satu benda
berbulu putih bergelimang darah menjijikkan.
" Apa i t u?" t a nya Wi r o. " Pot onga n ke ma l ua n ba bi be t i na . . . " J a wa b De wi Ul a r . " Hue kkk! " Raja Mataram semburkan muntah. Wiro cepat menutup mulut karena
mendadak sontak perutnya jadi mual dan ingin menyemburkan muntah pula.
Dewi Ular tertawa.
" Pe nde ka r , ka l a u umpamanya yang aku pegang ini bukan potongan kemaluan
ba bi be t i na , t a pi pot ongan ke ma l ua n pe r e mpua n be na r a n a pa ka h . . . " 177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
39/61 SEMBILAN WIRO menggaruk kepala. Walau kemudian membentak, dia berusaha
sembunyikan senyum jengkelnya.
" Kunt i Ambi r i ! J a ga mul ut mu! Ka u bi c a r a kot or apa di ha da pa n Ra j a ! " Air muka Raja Mataram sendiri tampak berubah merah mendengar ucapan
Dewi Ular. Orang-orang yang ada di tempat itu terperangah. Nenek Rauh Kalidathi
mesem-mesem. Dewi Kaki Tunggal dan Ni Gatri saling pandang sama-sama rikuh.
"

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Si a pa ya ng bi ca r a kot or ! " j a wa b Dewi Ul a r . " Se be nt a r l agi a ka n a ku bukt i ka n! " Sementara itu di atas lereng bukit sebelah utara, cahaya merah kekuningan yang
sejak tadi tampak redup kini kelihatan lebih jelas. Pertanda ada satu kekuatan
dahsyat yang tengah menunggu saat meledaknya.
Sinuhun Muda mengusap wajah lalu berkata pada anak lelaki dua belas tahun di
sebelahnya. " Ke s a t r i a J unj unga n Di r ga Pur a na . De wi Ul ar t i ba -tiba muncul di lereng bukit
sana. Gadis iblis itu menjual diri ke mana-ma
na . . . " " Si nuhun s a l a h s e or a ng pe mbe l i nya! " t uka s Di r ga Pur a na s a mbi l t e r s e nyum lalu cibirkan mulut.
Ta mpa ng Si nuhun Muda me nj a di me r a h ke l a m me mba t u. " Ke s a t r i a J unj unga n, harap tidak terus terusan menyudutkan saya! Saya punya firasat kalau Dewi Ular
saat ini tengah melakukan sesuatu yang bisa mencelakai kita. Jika saya dan
teman-teman mulai menyerang, harap kau mau memberi perlindungan dengan ilmu Me
ga Kuni ng Suj ud Ke Bum! " " Si nuhun Muda , a ku kawa t i r . Se l a ma ber c i nt a de nga n ga di s i bl i s i t u ka u t e l a h banyak terpedaya. Itu semua karena kelemahanmu. Tidak bisa mengendalikan nafsu
syahwat! Ingat, sebelum Malam Jahanam turun ke Bhumi Mataram kau sudah diberi
peringatan sebaiknya tidak menyentuh tubuh perempuan selama dua pul
uh s a t u ha r i " " Ke s a t r i a J unj unga n s aya t i da k l upa hal itu. Tapi peringatannya tidak jelas.
Didahului dengan kata-kata sebaiknya. Yang berarti kalau dilanggar tidak ada
masalah. Lagi pula semua ilmu kesaktian yang saya miliki akan berkurang dayanya
jika saya tidak bersentuhan dengan hawa hangat yang ada dalam tubuh pe
r e mpua n. Ha l ya ng s ama j uga be r

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

l a ku a t a s di r i Nyawa Ke mba r a n s aya . " Anak lelaki berusia dua belas tahun yang tampak samar dalam cahaya kuning
kemerahan seolah tidak mendengar apa yang dikatakan Sinuhun Muda. Sepasang mata
yang tadi menatap dingin kini tampak berkilat ketika pandangannya membentur Ni
Gatri, anak perempuan berusia empat belas tahun yang berwajah cantik dan
bertubuh sintal, yang sebelumnya berdiri agak terlindung di balik sebuah batu.
Tanpa mengalihkan pandangan matanya dari Ni Gatri Kesatria Junjungan
Dirga Purana berkata.
177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
40/61 " Si nuhun Muda , a ku ha nya me nyayangka n s ec a r a t i da k s a da r ka u t e l a h terbujuk menceritakan beberapa ilmu kesaktianmu termasuk penangkalnya.
Buka nkah begi t u yang t er j a di " Ka u me nga ca uka n ur us a n s e ndi r i ! " Sinuhun Muda tidak menjawab. Dia berpaling pada Kesatria Roh Jemputan.
" Aku a ka n be r t i nda k s e s ua i r e nc a na . J i ka gaga l ka u c e pa t me nyer a ng Ra j a Mataram dengan Lentera Iblis. Jika pemuda aneh berpakaian merah muda
melakukan sesuatu aku akan menghajarnya dengan Ilmu Delapan Arwah Sesat Menembus
Langit. Jika Dewi Ular, Kesatria Panggilan atau siapa saja di lereng bukit barat
sana ikut melakukan penyerangan saya harap Kesatria Junjungan mau me
l a kuka n s e s ua t u! " Bocah lelaki berusia dua belas tahun tersenyum, angguk anggukkan kepala tapi
matanya masih terus menatap ke arah Ni Gatri. Kembali ke lereng bukit sebelah
barat. Sambil memegang lengan Wiro Dewi Ular berkata.
" Aku a ka n me nyel a ma t ka n Ra t u Ra nda ng. Ka l i a n s e mua di s i ni ha r a p ma u me mba nt u. " La l u ga di s al a m r oh i t u me l i r i k pada Jaka Pesolek. Setelah melempar
s e nyum di a be r pa l i ng pa da De wi Ka ki Tungga l da n be r ka t a . " Ka u punya sekuntum Bunga Matahari sakti. Mengapa tidak dipergunakan untuk menumpas
kejahatan" Bukankah Sinuhun Muda musuh yang harus kau habisi karena dengan tipu
daya liciknya dia hampir menghancurkan kehormatanmu" Ketika dia tidak berhasil
merampas kegadisanmu dia menebar fitnah. Padahal bukankah dia s
a uda r a s a t u aya hmu s e ndi r i "! " Dewi Kaki Tunggal terbelalak. Sampai saat itu hidungnya masih berada di pipi


Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kanan. Semua orang yang ada di tempat itu dan mendengar jelas ucapan Dewi Ular
tersentak kaget. Dengan wajah berubah pucat gadis berkaki satu itu bertanya.
" Da r i . . . dar i ma na ka u t a hu s e mua i t u. . . . " " Buka n s aa t nya unt uk bi c a r a pa nj a ng. Ada ur us a n l e bi h be s a r ya ng harus s e ge r a di l a ks a na ka n! " J awa b Dewi Ul a r . Ha bi s be r ka t a begi t u di a goya ngka n dua bahu. Wusss! Saat itu juga tubuhnya berubah menjadi ular hitam raksasa berkepala
putih. Potongan kemaluan babi betina dimasukkan ke moncongnya, kepala dinaikkan
hingga kini ekornya yang berdiri di atas batu besar.
Tiba-tiba dari atas lereng bukit sebelah utara terdengar teriakan lantang.
" Ra j a Ma t a r a m Ra ka i Kayuwa ngi ! Aku Si nuhun Muda Gha ma Ka r a di pa ! J i ka kau ingin aku menyerahkan nenek mesum orang kepercayaanmu ini dalam
keadaan hidup, kau harus menyerahkan nyawa Kesatria Panggilan sebagai i
mba l a n! " Rahang Raja Mataram tampak menggembung oleh luapan amarah. Pendekar
212 kertakkan sepuluh jari tangan. Saat itu ingin sekali dia menghajar sampai
lumat mahluk bernama Sinuhun Muda Ghama Karadipa itu.
" Ya ng Mul i a , " ka t i Pe nde ka r 212. " Saya t i da k pe r dul i ! Saya a ka n me ne r i ma tantangan Sinuhun Keparat itu. Ratu Randang mungkin akan tewas. Tapi Sinuhun j
a ha na m ha r us l e l e h di t anga n s aya ! " 177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
41/61 " Tunggu dul u! " J a wa b Ra j a Ma t ar a m. La l u di a ber t e r i a k. " Si nuhun Muda Ghama Karadipa! Kau tidak layak memerintah aku Raja Mataram. Lepaskan Ratu Ra
nda ng a t a u ka u a ka n me ne r i ma hukuma n s a nga

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

t be r a t ! " Sebagai jawaban Sinuhun Muda tertawa gelak-gelak.
" Rupa nya s e ka r a ng t e l ah a da hukum ber l a ku di Bhumi Mataram! Tiga tahun
silam ketika terjadi pemberontakan dan dua orang tuaku serta saudara-saudaraku
dibantai secara keji dan kejam tanpa salah tanpa dosa saat itu tidak ada hukum!
Rakai Kayuwangi tanganmu berlumuran darah dan sampai saat ini darah itu masih be
l um ke r i ng! " " Si a pa aya hmu yang menur ut mu t i da k be r dos a t i da k be r s a l a h i t u"! " Tanya Raja berteriak.
177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
42/61 SEPULUH " AYAHKU Ra ka i Se dana Dyah Se l a du! " J a wa bn Si nuhun Muda de nga n teriakan sangat keras hingga menggelegar di seantero bukit.
Raja Mataram terkejut. Semua orang Mataram terdiam.
Sesaat kemudian Raja Mataram berkata
" Aku t i da k pe r na h me nde nga r ka l a u Ra ka i Se da na Dya h Se l a du me mpunya i s e or a ng put e r a ber na ma Si nuhun Muda Gha ma Ka r a di pa! " " Ra j a Ma t a r a m! Ka u bi ca r a a pa "! " t e r i a k Si nuhun Muda . " Apa ka u lupa kalau Rakai Sedana Dyah Seladu adalah saudara tuamu yang berhak atas tahta Kerajaan
Mataram! Yang kau rampas tahtanya secara keji! Apa kau tidak sadar tahta
Kerajaan yang kini kau duduki penuh lumuran darah rakyat Mataram yang kau bantai
termasuk kedua orang tuaku dan saudara-saudaraku"! Dan kalau semua orang mau
tahu gadis berkaki satu bernama Sakuntaladewi itu adalah satu satunya anak
perempuan keturunan Rakai Sedana yang selamat dari kezalimanmu selain di
r i ku! " " J uga s e l a ma t dar i keza l i ma n be j a t mu! Hingga dia menerima kutukan!
Bukankah kau hendak merusak kehormatannya padahal kau tahu gadis itu
ayahnya a da l a h aya hmu j uga! " Tiba-tiba Dewi Ular yang telah membentuk diri menjadi ular hitam besar dan
berdiri lurus di atas ekornya keluarkan ucapan lantang. Sebelum bicara Dewi Ular
keluarkan dulu potongan kemaluan babi betina yang ada di moncongnya yang dari
jauh tidak terlihat apa adanya oleh Sinuhun Muda.
Rahang Sinuhun Muda menggembung. Geraham bergemelatakan.
" Br a a kk! Bl e s s ! "

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gundukan batu yang dipijak Sinuhun Muda terbelah dan amblas ke dalam
tanah! " De wi Ul a r pe l ac ur i bl i s ! Ka u a ka n s eger a me nda pa t bagi a nmu! Aku be r s umpa h a ka n me me nda m r oh be j a t mu di l a pi s t a na h ke t uj uh! " Habis berteriak mengancam Sinuhun Muda berkata pada bocah lelaki di
sampingnya. " Ke s a t r i a J unj unga n, a ku mohon ka u me nyi r a p a ga r s e mua or a ng j a ngan a da yang bergerak dulu, termasuk ular hitam di atas batu sana! Biar kita bikin lumat
me r e ka s e mua de nga n s eka l i me ngge mpur ! " " Aku me nde ngar uc a pa nmu da n a ka n me l a kuka n a pa yang ka u mi nt a ! "Anak lelaki bernama Dirga Purana menjawab. Dua tangan dikembang ke samping lalu
digerakkan ke depan. Saat itu juga cahaya kuning kemerahan yang sejak tadi
menyungkup di atas Bukit Batu Hangus bergerak turun sampai seratus jengkal di
atas lereng bukit sebelah barat, membuat semua orang Mataram tertegun dalam
kejut dart takut!
"I l mu Pe mbungka m Bumi . . . " de s i s Ra j a Ma t a r am. " Si nuhun ke pa r a t ! " Ti ba-t i ba Eyang Dukun Umbut Wa t ukur a be r t e r i a k. "Ana k siapapun kau adanya! Aku salah seorang sepuh di Bhumi Mataram yang tahu semua
riwayat! Walau usia ayahmu lebih tua dari Raja Mataram Rakai
177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
43/61 Kayuwangi namun dia hanyalah anak dari seorang selir! Mana mungkin menjadi Raja
dan berhak atas tahta Kerajaan Mataram. Rakai Sedana Dyah Seladu adalah tokoh
dibalik pemberontakan. Mengajak anak istri serta saudara-saudaranya menghasut
para pejabat dart tokoh silat serta rakyat Mataram di wilayah selatan untuk
Bangau Sakti 18 Kisah Sang Budha Dan Para Muridnya Karya Tak Diketahui Pedang Langit Dan Golok Naga 43

Cari Blog Ini