Ceritasilat Novel Online

Kupu Kupu Mata Dewa 3

Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa Bagian 3


Chia Swie Kim sudah maklum siapa yang datang. Orang itu membungkuk di
belakangnya, membalikkan
tubuhnya hingga tertelentang. Karena ada dua kancing bajunya yang lepas, ketika
tertelentang sebagian dada gadis itu jadi tersingkap.
Tuanku Laras melirik sebentar. Tubuhnya bergetar melihat pemandangan itu.
Seperti diketahui dia sudah memiliki tiga orang istri. Dua diantaranya masih
muda-muda, hampir sebaya gadis Cina ini. Namun kecantikan serta keelokan tubuh
Chia Swie Kim tidak dapat tertandingi oleh istri-istrinya itu.
Tuanku Laras lalu melepas totokan di leher Chia Swie Kim hingga Si gadis bisa
membuka mulut dan bicara kembali.
" Sebent ar l agi f aj ar menyi ngsing. Kita harus segera pergi dari Sini
. . . " Ber kat a Tuanku Laras. " Tuanku Lar as, saya mohon l epaskan saya. . . " " Aku t i dak ber maksud j ahat padamu. Bukankah sudah pernah aku katakan bahwa aku
akan mengawinimu secara baik-baik" Kita akan berangkat ke Periangan Padang
Panjang. Besok pagi-pagi sekali sudah ada seorang ulama yang akan menikahkan kita. Kau
akan aku panggil dengan nama Puti Mata Dewa. Bukankah nama itu lebih bagus dari
Puti Bungo Sekunt um pember i an kepar at Dat uk Mar aj o Sat i i t u ?" Mendengar ucapan Tuanku Laras yang hendak mengawininya walaupun secara baik-baik
Chia Swie Kim merasa nyawanya seperti terbang. Dia terdiam beberapa lama lalu
berkata. " Tuanku Laras, terus terang saya tidak pernah berniat dan mau jadi istri Tuanku
Laras. Tapi kalau ini memang sudah takdir saya hanya bisa berpasrah diri. Saya mohon
Tuanku Lar as t i dak menot ok j al an suar a saya kembal i . . . " Mendengar ucapan Si gadis Tuanku Laras tersenyum. Dia merasa ada perubahan pada
di r i Chi a Swi e Ki m. " Jadi kau suka aku ni
kahi ?" Tanyanya sambi l memegang bahu Si
gadis sementara sepasang mata kembali melirik ke dada yang tersingkap.
170 Kupu-kupu Mata Dewa
39 " Tuanku Laras, tadinya saya memang sangat membencimu. Namun setelah saya
berpikir dengar jernih. Agaknya tidak ada pilihan lain. Mungkin ini sudah takdir
Yang Maha Kuasa saya harus kawin dengan
Tuanku Lar as. . . " Mendengar kata-kata Chia Swie Kim Tuanku Laras jadi luar biasa gembira. Dia
membungkuk lelu menciumi wajah Si gadis. Ciumannya kemudian turun ke dada. Dalam
keadaan tertotok seperti itu Chia Swie Kim tidak mampu berbuat apa-apa selain
meratap, memohon.
" Tuanku Laras, jangan perlakukan saya seperti ini! Saya belum jadi is
t r i mu! " Kat a Chi a Swie Kira setengah berteriak. Tuanku Laras diam saja. Mukanya yang berbulu masih
terus berada di atas dada Si gadis. Nafas mengengah, dada turun naik. Sebelum
Tuanku Laras mengumbar nafsunya lebih jauh, gadis Cina ini berkata.
" Tuanku Lar as, dengar kan saya. Ada yang hendak saya katakan. Ada satu hal yang
sangat saya t akut kan. . . " Tuanku Lar as angkat kepal anya dar i dada Chi a Swi e Ki m. " Put i Mat a Dewa, kekasihk u. . . Kat akan, hai apa yang kau t akut kan?" " Saya mal u, saya t ak ber ani menyampai kan pada Tuanku Lar as. " Menj awab Chia Swie Kim. Tadi kau mengatakan takut, sekarang malu. Aku tidak mengerti. Apa yang kau
t akut kan, apa yang membuat mu mal u?" " Saya mal u pada di r i sendi r i dan saya takut pada Tuanku Laras. Saya takut apakah
Tuanku Laras masih mau menerima saya dalam keadaan
seper t i i ni . . . " " Put i Mat

Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

a Dewa, mengapa kau ber kat a begi t u. Memangnya ada apa dengan di r i mu. Kau cant i k dan kau t ahu aku sangat menyukai mu. . . " Wajah gadis puteri Pangeran Tiongkok itu tampak berubah muram. Suaranya berucap
sedikit tersendat tapi cukup jelas sampai ke telinga Tuanku Laras.
" Tuanku Lar as, ket ahui l ah, saya sudah t i dak gadi s l agi . Saya t i dak per awan l agi . . . " Sepasang mata Tuanku Laras membeliak. Bulu hitam putih yang menutupi wajah
berdiri meranggas.
Puti Mata Dewa... apa maksudmu" Bi
car a yang j el as. . . " " Tuanku Lar as, ket i ka ber ada di goa kedi aman Dat uk Mar aj o Sat i , Dat uk i t u t el ah merampas kehormatan saya. Dia meniduri saya sampai berulang kali.
. . " Habis berkata begitu Chia Swie Kim lalu menangis sesenggukan. Apa yang diucapkan
Si gadis seperti sambaran petir terdengarnya di telinga Tuanku Laras.
" Apa "! Datuk keparat itu telah menidurimu "! Dia telah merampas kegadisanmu " Jadi
sekarang kau tidak perawan lagi " Kalera ! Jahanam kurang ajar ! Apa yang
dikatakan orang rupanya benar ! Datuk mesum !"
( Kal er a = maki an kasar / j ahanam) Tuanku Lar as berteriak keras seperti orang kemasukan setan.
" Saya menger t i Tuanku Lar as sangat kecewa set el ah t ahu saya t i dak gadi s l agi . Saya mohon kalau bisa Tuanku Laras membalaskan sakit hati saya pada Datuk jahanam
itu. Saya sebenarnya lebih baik mati dari pada menerima aib seperti ini. Apa lagi
kalau saya sampai
ber badan dua. . . " Senggukan Chi a Swi e Ki m semaki n ker as. Tuanku Laras melompat bangkit. Beberapa lama dia melangkah mundar-mandir di
dalam ruangan batu sambil mulut menyumpah tiada henti. Beberapa kali saking
marahnya dia menendang hingga dinding batu hancur berlubang-lubang.
" Tuanku Lar as, saya sudah di nodai or ang. Takpantas rasanya saya jadi istri Tuanku
Lar as. . . " Tuanku Laras berhenti mundar-mandir. Darah dalam tubuhnya mengalir seperti bara
cair! " Sr et t !" Tiba-tiba Tuanku Laras cabut pedang Al Kausar dari sarungnya. Senjata itu
walaupun di dalam ruangan agak gelap tetap saja memancarkan cahaya berkilauan.
170 Kupu-kupu Mata Dewa
40 " Tuanku Lar as, j angan! "Chia Swie Kim berteriak keras. Mata terbeliak ketika melihat
bagaimana pedang berkilat dihunjamkan.
170 Kupu-kupu Mata Dewa
41 BASTIAN TITO KUPU-KUPU MATA DEWA
13 TUANKU Laras keluarkan suara menggembor. Pedang Al Kausar ditusukkan ke bawah!
Cahaya berkilau memancar pertanda dia mengerahkan seluruh tenaga dalam yang
dimiliki! Chia Swie KIm kembali menjerit
" Traangg!" Pedang sakt i ber ker ont ang ket i ka menembus l ant ai bat u sampai sepertiganya. Lantai batu bergetar. Pedang Al Kausar bergoyang-goyang
memancarkan cahaya terang menyilaukan.
" Pedang sakt i pedang Al Kausar . Kel uar dar i sini. Pagari tempat ini dengan Ilmu
Salapan Panjuru Bumi Manulak Bahalo !"
( Sal apan Panj ur u Bumi Manul ak Bahal

Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

o = Del apan Penj ur u Bumi Menol ak Bahal a. " Begitu Tuanku Laras berteriak, pedang Al Kausar yang menancap di lantai batu
pancarkan delapan cahaya putih gemerlap yang kemudian membentuk delapan buah
pedang yang sangat sama dengan aslinya. Delapan pedang ini kemudian melesat
keluar ruangan.
Chia Swie Kim tidak sempat memperhatikan apa yang kemudian terjadi, karena
begitu delapan pedang jejadian melesat keluar, saat itu pula Tuanku Laras
jatuhkan diri ke lantai lalu menghimpit tubuhnya. Dua tangan meraba kian kemari.
Chia Swie Kim menjerit keras tiada henti hingga suaranya jadi parau.
" Kau memang t i dak layak jadi Istriku! Tapi cukup layak melayaniku seberapa lama aku
suka!" Ucap Tuanku Lar as penuh naf su. " Jangan! Kasihani saya!"
Chi a Swi e Kim berteriak memohon ketika Tuanku Laras mulai
membuka paksa pakaian birunya.
*** CERMIN milik Si Kamba Mancuang yang ditempelkan di kening harimau Inyiek Nan
Tongga ternyata ampuh menangkal ilmu Santuang Panyasek Tuanku Laras Muko Balang.
Ternyata bukan saja penangkal itu berhasil menembus kesaktian Tuanku Laras dan
membuat Datuk Marajo Sati, Wiro serta Si Kamba Mancuang yang menunggang harimau
sakti berhasil mengejar dan mengetahui dimana beradanya manusia bermuka belang
itu, tapi Ki Bonang Talang Ijo serta Teng Sien yang juga mengejar Tuanku Laras
kebagian untungnya. Karena kendala sudah ditumpas, kedua orang ini juga bisa
melakukan pengejaran tanpa halangan walau agak ketinggalan di belakang.
Setelah beberapa lama melayang di udara malam yang dingin, dengan matanya yang
tajam karena dialiri hawa sakti Si Kamba Mancuang memandang ke bawah lalu
berkata pada Datuk Marajo Sati.
" Dat uk, kau l ebi h t ahu dar i saya. Saat ini bukankah kita berada di atas kawasan Air
Terjun Akar Berayun di Luhak Lima Puluh Kota ?"
" Rasanya kau t i dak kel i r u. Aku dar i t adi memang mendengar suar a der u ai r t er j un i t u, " jawab Datuk Marajo Sati. Baru saja dia berucap tiba-tiba harimau yang
ditunggangi menuki
k ke bawah. " Aku i ngat " kat a Dat uk Mar aj o Sat i set engah ber t er i ak. " Ai r t er j un Akar Berayun terletak di Lembah Hantu. Di sekitar lembah banyak relung batu membentuk
goa besar yang bisa dijadikan
t empat per sembunyi an. " Tak selang berapa lama harimau Nan Tongga sudah menjejakkan kaki di tanah. Ke
tiga orang itu memandang berkeliling. Si Kamba Mancuang angkat ujung kain putih
yang 170 Kupu-kupu Mata Dewa
42 digulung di pinggang. Ujung kain ini seperti ular hidup bergerak-gerak ke arah
depan dimana terdapat dinding lembah yang memiliki banyak relung atau goa besar.
Pendekar 212 segera terapkan Ilmu Menembus Pandang pemberian Ratu Duyung, gadis
cantik bermata biru kepercayaan Nyi Roro Kidul, Penguasa Laut Selatan.
" Dat uk, saya mel i hat ada cahaya api keci l . Mungki n l ampu mi nyak. Di ar ah sana. . . " Wiro menunjuk ke depan, ke arah salah satu relungan di dinding lembah.
Tiba-tiba Datuk Marajo Sati dan juga Wiro serta Si nenek mendengar suara Jeritan
perempuan. ' Itu suara Puti Bungo
sekunt um! " Ter i ak Dat uk Mar aj o Sat i . " Aku yaki n!" Saat i t u sang Datuk dan Si nenek sudah dapat melihat nyala api pelita yang ada di dalam salah
satu relung di dinding lembah. Tidak menunggu lebih lama ke tiga orang itu
segera melesat ke arah nyala api. Harimau Inyiek Nan Tongga melompat lebih
dahulu, menyusul Wiro. Ketika hanya tinggal sepuluh langkah dari mulut goa
dimana ada nyala api dan terdengar suara jeritan perempuan tiba-tiba dari dalam
tanah lembah yang banyak ditumbuhi semak belukar mencuat keluar delapan cahaya
terang menyilaukan, membeset ke udara.
Harimau besar Inyiek Nan Tongga mengaum keras ketika salah satu cahaya mencuat
menembus tubuhnya. Binatang ini mencelat sampai satu tombak lalu terbanting
jatuh ke tanah. Datuk Marajo Sati berteriak kaget. Cepat melompat ke arah
harimau peliharannya sambil melepas satu pukulan tangan kosong mengandung hawa
sakti. Namun terlambat Inyiek Nan Tongga tergeletak di tanah. Tubuhnya sebelah
bawah terbelah mulai dari dada sampai ke bawah perut Sebuah senjata aneh
menyerupai pedang Al Kausar menancap di tubuh binatang ini lalu berubah jadi
asap dan lenyap.
Tujuh cahaya yang juga menyerupai pedang Al Kausar jejadian laksana terbang
menderu ke arah Wiro, Datuk Marajo Sati dan Si Kamba Mancuang. Tiga membabat dua
membacok dan dua lagi menusuk.
" Tuanku Lar as kepar at ! Dia mempergunakan ilmu Salapan Panjuru Bumi Manulak
Bahayo! " Berteriak Si Kamba Mancuang yang rupanya mengetahui ilmu gaib sakti yang
dimiliki Tuanku Laras. Lalu Si nenek dorong tubuh Wiro dan Datuk Marajo Sati.
Ketiganya jatuh sama rata di tanah. Tujuh pedang ganas lewat hanya dua jengkal
di atas mereka!
" Kal au itu memang ilmunya Tuanku Laras, berarti manusia keparat itu ada di dalam goa
sana!" Sang Dat uk ber ger ak hendak masuk ke dal
am goa. Tapi Si Kamba Mancuang
cepat menarik kaki Datuk Marajo Sati hingga orang bertubuh tinggi besar ini
jatuh tergelimpang menelungkup. Di saat yang sama tujuh pedang gaib kembali
menderu, kini hanya satu jengkal di atas kepala! Datuk Marajo Sati merasa
tengkuknya dingin.


Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Ter i ma kasih, kau t el ah menyel amat kan nyawaku, " kat a Dat uk Mar aj o Sat i yang disambut Si nenek dengan senyum-senyum.
Sementara itu tujuh pedang kembaran Pedang Al Kausar berputar di udara lalu
kembali hendak menyerang. Wiro segera lepaskan pukulan sakti sekaligus dengan
dua tangan. Yang kiri melepas pukulan Kilat Menyambar Puncak Gunung, yang kanan melancarkan
pukulan Tangan Dewa Menghantam Batu Karang. Datuk Marajo Sati lepaskan pukulan
yang memancarkan cahaya kebiruan, menebar membentuk kipas. Inilah jurus pukulan
sakti bernama Manjajak Bumi Mangapuang Langlek (Menjejak Bumi Mengepung Langit)
yang sangat jarang dipergunakan oleh sang Datuk. Si Kamba Mancuang tak mau
ketinggalan. Dia menghantam dengan ilmu Angin Merapi Merambah Bumi. Sekali dia
mengangakan mulut maka dua cahaya putih mengandung hawa panas melesat keluar
dari dua deretan gigi perak.
Empat dentuman keras disertai taburan cahaya berkilauan menggelegar di Lembah
Harau Langit seperti hendak runtuh. Bumi serasa tenggelam amblas! Dan hebatnya,
yang membuat tiga orang itu kaget luar biasa adalah ketika getaran dentuman
serta taburan 170 Kupu-kupu Mata Dewa
43 cahaya lenyap, di udara tampak kembali pedang Al Kausar jejadian, tapi kini
jumlahnya bukan cuma tujuh melainkan menjadi empat belas!
" Nek, cel aka ki t a!" Ter i ak Wiro. " Dat uk! Cepat keluarkan ilmu Bumi Tabalah Azab Manimpo! Semua pedang jahanam
itu harus dimusnahkan! Cepat!"
Ter i ak Si Kamba Mancuang.
Mendengar teriakan itu serta merta Datuk Marajo Sakti kerahkan ilmu yang
dikatakan Si nenek. Wiro tidak mau ketinggalan. Murid Sinto Gendeng ini dengan
cepat keluarkan Ilmu kesaktian yang sama tapi berlainan nama yaitu Membelah Bumi
Menyedot Arwah, yang didapatnya dari negeri Latanahsllam.
Lembah Harau bergemuruh ketika tanah lembah menguak terbelah di dua tempat.
Empat belas pedang Al Kausar jejadian yang melayang di udara tak ampun lagi
terhisap ke bawah. Begitu dua tanah yang terbelah merapat kembali, empat belas
pedang amblas tersedot lenyap tak kelihatan lagi!
Di dalam relung di dinding lembah Tuanku Laras yang baru saja hendak membuka
pakaian hitamnya berteriak kaget ketika suara empat dentuman di luar sana
membuat tubuhnya terhuyung-huyung hampir jatuh. Kilau pedang Al Kausar yang
menancap di lantai batu tampak meredup, getarannya yang tadi angker kini berubah
perlahan. Tiba-tiba dilihatnya pedang itu amblas ke dalam batu sampai ke batas gagang.
Ujung gagang mengepulkan asap kehitaman.
" Jahanam kur ang aj ar ! Apa yang terjadi!"
Ter i ak Tuanku Lar as Muko Bal ang. Dengan cepat dia melompat mencabut pedang dari dalam batu. Saat itulah kiri kanan
dinding relung batu menggelegar lalu hancur berkeping-keping. Pelita di dalam
ruangan padam! Apa yang terjadi " Setelah memusnahkan empat belas pedang jejadian, Wiro dan
Datuk Marajo Sati kembali melancarkan serangan. Kali ini ditujukan pada dinding
kiri kanan goa batu dimana Tuanku Laras berada. Wiro menghantam dengan Pukulan
Harimau Dewa pemberian Datuk Rao Basaluang Amen, salah seorang tokoh yang
dianggap paling sakti di Pulau Andalas yang tinggal di dasar Danau Maninjau.
Datuk Marajo Sati cabut keris Rajo Kaluak Sambilan lalu ditusukkan ke depan.
Sembilan larik sinar biru bergulung dahsyat membentuk ujung tombak, menghajar
dinding batu sebelah kanan, inilah ilmu kesaktian yang disebut Tombak Dewa Turun
Ke Bumi. Dinding goa kiri kanan runtuh. Asap bercampur kepingan batu dan debu mencelat
tinggi sampai lima tombak.
Lembah Harau kembali dilanda dentuman keras ketika Pukulan Harimau Dewa yang
dilepas Pendekar 212 dan Tombak Dewa Turun Ke Bumi gulungan sinar biru yang
memancar dari keris sakti di tangan Datuk Marajo Sati menghantam kiri kanan
dinding goa batu hingga runtuh, asap bercampur kepingan batu dan debu mencelat
tinggi sampai lima tombak.
" Aku kawat i r ser angan ki t a mencel akai gadi s Ci na i t u!" Kat a Dat uk Mar aj o Sat i agak kawatir. Tiba-tiba dibalik debu dan asap, dari dalam goa kelihatan seorang
lelaki keluar sambil memanggul perempuan berpakaian biru.
" Li hat ! Itu dia ! Jahanam itu mencoba lari!"
Ter i ak Dat uk Mar aj o Sat i . Dengan t angan masih memegang keris sakti serta merta melompat hendak mengejar. Namun Wiro
memegang bahunya ser
aya ber kat a. " Ki t a j angan sampai t er t i pu. Set ahu saya Tuanku
Laras punya Ilmu bernama Bayangan Menipu Mata! Bukan mustahil yang kita lihat
adalah jejadian untuk memperdayai! Kita sembunyi dan mengint
ai dul u di bal i k bel ukar . " Apa yang dikatakan murid Sinto Gendeng ternyata memang benar. Beberapa saat
setelah dua sosok yang terlihat lenyap ke arah timur dimana saat itu fajar mulai
menyingsing dan keadaan di Lembah Harau mulai terang, dari balik semak belukar
tiba-tiba ketiga orang itu melihat sosok Tuanku Laras keluar dari dalam goa yang
masih dikepuli asap. Di bahu kiri dia memanggul seorang perempuan berpakaian
biru yang bukan lain adalah Chia Swie Kim. Gadis ini tidak bersuara tidak pula
meronta. Agaknya Tuanku Laras telah menotoknya kembali.
170 Kupu-kupu Mata Dewa
44 Tuanku Laras acungkan tangan kanan yang memegang pedang tinggi-tinggi di atas
kepala. Pedang Al Kausar melesat ke udara, menerbangkan Tuanku Laras dan Chia
Swie Kim. " Kur ang aj ar i Si muka belang itu melarikan diri dengan terbang ke udara mengandalkan
kesaktian Pedang Al Kausar!"
Ber ser u Si Kamba Mancuang. Datuk Marajo Sati melompat
keluar dari balik semak belukar. Wiro dan Si Kamba Mancuang juga segera
mengejar. " Cel aka! Kita tidak mungkin mengejar! Sorbanku telah tiada! Harimau tungganganku
telah tewas!"
Dat uk Mar aj o Sat i ber t er i ak mar ah dan put us asa. Di a coba menyer ang dengan keris sakti namun tak jadi karena takut akan mencelakai Chia Swie Kim. Di
udara. Sambil melayang terbang Tuanku Laras memandang ke arah ke tiga orang itu lalu
tertawa gelak-gelak.
" Dat uk kepar at ! Kau telah merusak kehormatan calon istriku! Dia mengaku sendiri!
Kalau kau masih menginginkan dirinya aku akan mengirimkan bangkainya ke Ngarai
Sianok! Ha... ha... ha!"
Tiba-tiba suara tawa Tuanku Laras terputus.
170 Kupu-kupu Mata Dewa
45 BASTIAN TITO KUPU-KUPU MATA DEWA
14 KETIKA sosok Tuanku Laras melayang di udara melewati bagian atas sebuah pohon
besar tiba-tiba dari balik kerimbunan dedaunan melesat seutas benang putih yang
demikian halusnya hingga sulit terlihat mata. Benang itu dengan cepat melibat


Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pedang Al Kausar terus bergulung ke tangan kanan Tuanku Laras Muko Balang dan
selanjutnya membuntal seluruh tubuhnya. Anehnya benang sama sekali tidak melibat
tubuh Chia Swie Kim yang ada di panggulan Tuanku Laras.
Manusia bermuka belang hitam putih itu tersentak kaget. Menyumpah marah dan
berusaha dengan segala cara untuk melepaskan libatan benang putih aneh. Namun
sia-sia saja. Malah saat itu tubuhnya seperti dikerek melayang turun ke bawah
hingga akhirnya jatuh terguling di tanah Lembah Harau, tak jauh dari air terjun
Akar Berayun. Tubuh Chia Swie Kim yang tidak terlibat benang aneh, jatuh dari bahunya dan
terbaring di tanah.
Melihat apa yang terjadi, dalam perasaan heran Datuk Marajo Sati, Wiro dan Si
Kamba Mancuang segera memburu ke tempat jatuhnya Tuanku Laras Muko Balang. Dari
arah lain mendadak muncul dua orang. Mereka ternyata adalah Ki Bonang Talang Ijo
dan Perwira Muda Teng Sien. Di saat itu pula tiba-tiba di atas pohon besar
terdengar suara tawa mengekeh. Lalu seorang berpakaian serba putih melayang
turun. " Gur u !" Ser u Wi r o. Ternyata orang yang turun dari atas pohon adalah kakek muka tengkorak Inyiek
Sukat Tandika alias Tua Gila! Dialah tadi yang menjirat Tuanku Laras Muko Balang
dengan senjata yang dikenal bernama benang sakti Benang Kayangan yang selama ini
tidak satu kekuatan atau senjata apapun bisa memutusnya! Sambil masih tertawa
mengekeh Tua Gila sentakkan benang sakti.
" Wut t t " Serta merta pedang Al Kausar yang masih tergenggam di tangan kanan Tuanku Laras
Muko Balang berikut sarungnya yang terselip di pinggang melesat ke udara. Tua
Gila angkat tangan kiri. Sarung pedang menancap lebih dulu ke tanah. Pedang
telanjang menyusul jatuh dan langsung masuk ke dalam sarung!.
Si Kamba Mancuang cepat mendatangi Chia Swie Kim dan menolong gadis ini setelah
lebih dulu melepas totokannya. Dari balik pakaiannya Si nenek keluarkan sehelai
jubah putih lalu dikenakan ke tubuh Chia Swie Kim hingga auratnya yang nyaris
telanjang kini tertutup. Datuk Marajo Sati mendatangi Tuanku Laras lebih dulu
dari Ki Bonang dan Teng Sien. Wiro dan Si Kamba Mancuang berjaga-jaga agar kedua
orang itu tidak terlalu dekat dengan Chia Swie Kim.
" I nyi ek Sukat Tandi ka, t er i ma kasih telah tolong meringkus jahanam gadang bermuka
belang ini! Mohon Inyiek melepaskan libatan benang sakti. Biarkan kami bertarung
satu lawan satu!"
Ber kat a Dat uk Mar aj o Sat i . Dari samping kiri Ki Bonang Talang Ijo membuka mulut "
Or ang t ua yang di panggi l Inyiek. Saya mohon gadis itu diserahkan pada Perwira Muda dari Tiongkok ini. Dia
bertanggung jawab untuk membawanya kembali ke negeri Cina!"
Dat uk Mar aj o Sat i mendengus l al u kel uar kan ucapan mengancam. " Siapa saja yang
menginginkan gadis itu harus melangkahi mayatku lebih dulu!"
170 Kupu-kupu Mata Dewa
46 Tua Gila tertawa. Dia tidak mengacuhkan permintaan Ki Bonang. Sementara di tanah
Tuanku Laras masih mencoba melepaskan diri dari libatan Benang Kayangan. Namun
tetap tidak berhasil. Kini dia mulai berteriak-teriak dan memaki.
" I nyi ek!Lepaskan diriku! Apa kau kira aku takut berkelahi melawan Datuk mesum itu"!"
" Bukkk!" Dimaki Datuk mesum Datuk Marajo Sati segera saja tendang dada Tuanku Laras Muko
Balang hingga orang ini terpental dan muntahkan darah kental!
" Dat uk Mar aj o Sat i , har ap kau mau ber sabar . I ni kesempat an bai k ki t a dapat meneruskan pembicaraan di Bukit Batu Patah tadi malam. Gadis yang diharapkan
akan menjadi saksi sudah ada di sini
. Aku akan menanyai nya. . . " Tua Gila berpaling ke arah Chia Swie Kim. Gadis ini tampak ketakutan.
" Gadi s ber ambut panj ang hi t am, t i dak usah t akut . Siapa namamu ?" Tua Gi l a menyapa dengan menanyakan nama.
Mula-mula Chia Swie Kim tak mau bicara. Namun dibujuk oleh Si Kamba Mancuang. Si
gadis jadi heran. Dia ingat dulu nenek seram bertangan sangat panjang dan
bergigi perak ini adalah salah seorang anggota rombongan Teng Sien yang
mengejarnya sampai di Bukit Melintang. Sekarang mengapa berbuat baik menolongnya
" " Anak gadi s, kau t ak usah t akut . Tidak akan ada seorangpun yang bakal
menyaki t i mu. . . " Ber kat a Tua Gi l a. " Har ap kau mau menj awab semua per t anyaanku. " Akhirnya Si gadis membuka mulut juga.
" Saya t er l ahi r dengan nama Chi a Swi e Ki m. Dat uk Mar aj o Sat i member i saya nama Put i Bungo Sekuntum. Datuk Juga menggelari saya Kupu Kupu Giok Ngarai Sianok
. . . " " Apa benar kau put er i seor ang Panger an di neger i Cina" Melarikan diri ke negeri ini
karena dituduh berbuat zinah dengan kekasihmu?"
" Bahwa saya

Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seor ang put er i Panger an i t u adal ah benar . Namun t uduhan bahwa saya berbuat zinah adalah fitnah belaka. Saya melarikan diri ke negeri ini atas
petunjuk Yang Maha Kuasa. Saya dimasukkan ke dalam sebuah batu giok keramat
berbentuk kupu-kupu ber
nama Kupu Kupu Mat a Dewa, mi l i k Kai sar Ti ongkok. . . " " Ber ar t i dal am t ubuhmu t er dapat t i ga unsur . Tubuh at au di r i mu yang asl i sebagai Chi a Swie Kim, lalu ujud asli Kupu Kupu Mata Dewa dan yang ke tiga ada roh anak gadis
di negeri ini yang masuk ke dalam dirimu hingga kau bisa bicara bahasa orang di
sini . . . " Chia Swie Kim mengiyakan dengan mengangguk perlahan.
" Anak gadi s, benar kah Dat uk Mar aj o Sat i t el ah menol ongmu ket i ka kau dalam ujud
kupu-kupu besar diterbangkan sorban sakti milik Sutan Panduko Alam ke goa
kediaman Datuk di Ngarai Sianok
?" Chia Swie Kim menatap ke arah Datuk Marajo Sati. Hatinya hiba melihat orang ini.
Lalu di a anggukkan kepal a dan menj awab. " Benar sekal i . Dat uk telah menyelamatkan saya,
menolong saya sebelum Perwira Muda Teng Sien
dan r ombongannya mencul i k saya. . . " " Sel ama ber ada di dal am goa ber sama Dat uk Mar aj o Sat i , apakah Dat uk memper l akukanmu dengan bai k. . . " Chi a Swi e Ki m mengangguk l agi . " Dat uk sangat memperhatikan dan menjaga
keselamatan saya. Datuk punya seekor burung elang besar yang selalu ikut
berjaga-jaga di
l uar goa. " " Apakah sel ama ber ada di goa Dat uk Mar aj o Sat i per nah mel akukan per buat an yang t i dak senonoh t er hadap di r i mu?" Ber t anya Tua Gi l a. " Tidak pernah inyiek. Datuk menganggap saya sebagai anak dan saya menganggap Dat
uk sebagai ayah sendi r i . . . " Jawab Chi a Swi e Ki m. " Apakah kau ber kat a j uj ur wahai anak gadi s?" t anya t ua Gi l a. " Saya t i dak ber dust a I

Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nyi ek. Saya ber ani ber sumpah bahwa sayamengatakan hal yang
benar . " " Per empuan Jahanam cul
as! Pendusta besar!"
Ti ba-tiba Tuanku Laras Muko Balang
ber t er i ak. " Ket i ka ber ada dal am goa di Lembah Har au kau mencer i t akan padaku bahwa 170 Kupu-kupu Mata Dewa
47 Datuk keparat itu telah merampas kehormatanmu! Keperawanmu! Kau katakan Datuk
celaka itu telah menidurimu berulang kali! Kau ketakutan kalau sampai berbadan
dua!" Semua orang yang ada di tempat itu jadi tersentak kaget! Semua mata ditujukan
pada Datuk Marajo Sati.
" Put i Bungo Sekunt um. . . Bagai mana mungki n kau. . . " Suar a Datuk Marajo Sati
bergetar. Chia Swie Kim lari dan jatuhkan diri di hadapan Datuk Marajo Sati.
Dengan air mata berlinang dia berkata.
" Dat uk, saya t ahu Dat uk t i dak pernah berlaku keji terhadap diri saya. Saya
menceritakan kedustaan itu pada Tuanku Laras untuk membuat dia marah. Saya lebih
suka dalam kemarahannya dia membunuh saya dari pada kemudian melakukan
perbuatan terkutuk. Kalau saja Datuk dan kawan-kawan tidak cepat datang menyelamatkan saya, Tuanku Laras pastilah sudah melakukan perbuatan terkutuk
itu. Tadi sebelum diberi pakaian oleh nenek itu. Datuk melihat sendiri pakaian saya
yang robek-robek karena hendak di
t anggal kan secar a paksa. . . " Datuk Marajo Sati menggembor marah. Kembali kakinya hendak menendang. Kali ini
ditujukan ke kepala Tuanku Laras Muko Balang. Namun Inyiek Sukat Tandika cepat
menghalangi dengan membelintangkan Benang Kayangan di hadapan sang Datuk.
" Dat uk Mar aj o Sat i . Jangan per t ur ut kan hawa amar ah. Dat uk har us ber syukur bahwa kebenaran telah tersingkap. Apa yang selama ini dituduhkan padamu ternyata hanya
fitnah belaka. Datuk bersih, tiada dosa, tidak ada perbuatan mesum dan kekejian
yang telah Datuk lakukan. Bahkan semoga Allah memberikan rakhmat pada Datuk
karena Datuk memang menolong gadis bernama Chia Swie Kim itu demi Allah semata,
Lillahi Ta' al a, bukan dengan maksud l ai n yang t er sembunyi . Gadi s i t u t el ah ber saksi bahkan mau
ber sumpah bahwa di a t i dak ber dust a. . . " " I nyi ek, kal au begi t u bebaskan manusia durjana ini dari libatan benang sakti. Biar kami
bertarung sampai salah satu dari kami menemui ajal kematian!"
" Dat uk, seper t i kat aku di Buki t Bat u Pat ah, aku kemar i bukan unt uk membuat onar at au ingin melihat keonaran. Biarlah hukuman Kerajaan yang akan berlaku terhadap
Tuanku Lar as. . . " Walau dendam kesumatnya terhadap Tuanku Laras tidak akan habis sampai ke liang
kubur namun saat itu Datuk Marajo Sati terpaksa mengikuti ucapan Tua Giia. Dia
bertanya " Lal u bagai mana dengan or angtua dari Jawa dan Perwira dari Cina ini" Mereka harus
bertanggung jawab atas kematian beberapa tokoh di negeri ini. Termasuk kematian
Sutan Panduko Alam dan Datuk Panglimo Kayo. Orang Cina ini, saya melihat sendiri
dia membunuh Pandeka Bumi Langi t Dar i Sumani k. . . " " Dat uk, semua itu terjadi karena hukum sebab akibat. Tapi biar kita serahkan perkara
mereka pada kebi j aksanaan Sr i

Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bagi nda Raj a di Pagar uyung. " " I ni sungguh sangat t i dak adi l !" Ti ba-tiba Ki Bonang Talang Ijo berteriak marah.
" Tua bangka t i dak t ahu di r i ! Inyiek sudah memberi kesempatan dan perlindungan
padamu! Kalau kau ingin keadilan aku bersedi
a member i kan! " Yang ber kat a ker as adal ah Si Kamba Mancuang. Begitu mengakhiri ucapan nenek ini pentang kedua tangannya.
Dua tangan melesat panjang, melibat sekujur tubuh Ki Bonang mulai dari dada
sampai ke kaki.
Meskipun Ki Bonang berilmu kepandaian tinggi namun diserang mendadak begitu rupa
membuat dia lengah. Apa lagi luka di kening dan matanya belum sembuh. Tulangtulang tubuhnya mulai berkeretakan. Selagi dia berusaha melepaskan diri, Si
Kamba Mancung berteriak.
" I ni pembal asan at as kemat i an saudar a kembar ku! " Dar i mul ut Si nenek menyembur
dua larik cahaya putih perak panas. Ki Bonang hanya sempat keluarkan keluhan
pendek. Kepalanya yang terkena semburan ilmu Angin Merapi Merambah Bumi berubah hitam
gosong dan mengepulkan asap. Begitu dua tangan yang membelit tubuhnya dilepas,
orang tua ini langsung roboh ke tanah tanpa nyawa lagi Teng Sien berteriak marah
tapi 170 Kupu-kupu Mata Dewa
48 dia tidak melakukan apa-apa. Dia juga tidak melawan sewaktu Tua Gila mengikat
tubuhnya dengan Benang Kayangan.
Pendekar 212 Wiro Sableng memberi isyarat pada Si Kamba Mancuang. Lalu pada gur
unya di a ber kat a " Kek, r asanya ur usan sudah sel esai , saya dan nenek ini mohon diberi
i zi n unt uk meni nggal kan t empat i ni . Saya ber j anj i mengunj ungi Kakek di Gunung Ker i nci . " Tua Gila tersenyum. Dia tidak menjawab. Namun saat itu Wiro mendengar suara
mengiang di telinganya.
" Rupanya kau l ebi h suka pada nenek peot di sebel ahmu dar i pada gadi s Ci na itu. He... he... Ingat ucapanku tadi malam, ujud asli nenek itu sebenarnya adalah seorang
gadis cantik sekali. Kalau kau ingin dia kembali kepada ujudnya semula kau harus
mencari tiga buah Jambak yang alur putih dan alur merahnya masing-masing
berjumlah tujuh. Sebelum memakan tiga buah itu suruh dia membaca Ayal Kursi
tujuh kali. Setelah itu kau akan melihat kekuasaan Tuhan, apa yang akan terjadi
atas dirinya. Bisa-bisa kau tidak ingat lagi pulang ke tanah Jawa! Ha...ha...ha!"
( Buah Jambak = Jambu Bol ) " Ter i ma kasih Kek, terima kasih.
I zi nkan kami per gi . . . " Wi r o membungkuk dal
am- dalam. Wiro lalu menarik tangan Si Kamba Mancuang. Nenek ini meski bingung mengikut
saja. Di tengah jalan dia bertanya.
" Wi r o, aku t i dak mendengar gur umu bi car a apa-apa. Mengapa kau berulang kali
mengucapkan terima kasih.
. . " Wiro membuka kopiah hitam pemberian Si
nenek l al u menggar uk kepal a. " Jambu Bol, Nek, " kat a sang pendekar . " Jambu Bol " Apa itu?" t anya Si nenek pula. Sambil tertawa-t
awa Wi r o ber kat a. " Nek, aku dan gur uku sudah t ahu siapa kau sebenar nya. Bel i au member i t ahu car a

Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

unt uk mengembal i kan uj udmu. . . " Wajah Si Kamba Mancuang berubah memucat
" Kau j angan ber gur au. Hanya gur uku Inyiek Susu Tigo yang tahu keadaan diriku dan satu-satunya orang bisa
mengembalikan keadaan
di r i ku dengan mant er a Pet ang! Tur un Ke Bumi . " " Gur umu bar u punya susu t i go. Aku punya susu empat ! Apa aku tidak lebih hebat. Kau
mau l i hat susuku yang dua l agi ?" l al u Wi r o pur a-pura hendak membuka celana hitam yang
dikenakannya! Karuan saja Si nenek jadi terpekik dan lari meninggalkan Wiro.
170 Kupu-kupu Mata Dewa
49 BASTIAN TITO KUPU-KUPU MATA DEWA
15 PAGI itu juga Tuanku Laras dan Perwira Muda Teng Sien dalam keadaan diikat
Benang Kayangan dibawa ke Pagaruyung. Sehari kemudian setelah Sri Baginda
memimpin pertemuan dengan para tokoh cerdik pandai di Kerajaan diambil
keputusan. Tuanku Laras Muko Balang dijatuhi hukuman penjara selama dua belas
tahun. Pedang Al Kausar disita dan disimpan di dalam satu ruang rahasia. Selain
itu untuk menjaga hal-hal yang tidak diingini seorang sakti menguras habis
seluruh ilmu kepandaian dan kesaktian orang ini.
Namun ada satu ilmu terlupa dimusnahkan yaitu Ilmu Bayangan Menipu Mata. Baru
beberapa lama manusia bermuka belang ini mendekam dalam penjara yang terletak di
pinggir timur Pagaruyung, pada saat Siang berganti malam terjadi kegegeran.
Tuanku Laras lenyap, pengawal yang memegang kunci penjara ditemui tewas. Pedang
Al Kausar hilang tak berbekas dari dalam ruang penyimpanan! Apa yang telah
terjadi" Dengan mempergunakan Ilmu Bayangan Menipu Mata pada saat matahari
terbenam Tuanku
Laras merubah diri menjadi menyerupai Penghulu Sangkalo kusir kereta yang
membawa Tua Gila ke Bukit Batu Patah. Dia berteriak-teriak minta dikeluarkan.
Meskipun tak mengerti bagaimana sang Penghulu ada di dalam penjara, pengawal
membuka juga pintu ruang tahanan. Begitu keluar Tuanku Laras langsung membunuh
pengawal itu lalu masih dalam ujud Penghulu Sangkalo dia menyelinap masuk ke
dalam Istana dan berhasil menemukan tempat penyimpanan Pedang Al Kausar. Begitu
menggenggam gagang
pedang, seluruh ilmu kesaktian Tuanku Laras yang sudah dikuras kembali pulih dan
berada lagi dalam tubuhnya.
*** HANYA beberapa waktu setelah kaburnya Tuanku Laras dari penjara dan lenyapnya
Pedang Al Kausar, Pendekar 212 Wiro Sableng bersama Si Kamba Mancuang tengah
dalam perjalanan menuju Pagaruyung. Tiba-tiba dikejauhan terdengar suara beduk
dipukul orang tiada henti.
" Tabuh Lar angan di t abuh or ang. Ada sat u per kar a besar t er j adi di Pagar uyung, " kat a Si Kamba Mancuang. Baru saja nenek ini berucap tiba-tiba dari balik kerapatan
pepohonan di samping kiri mereka terdengar suara dua orang saling membentak dan
suara beradunya senjata. Lalu tampak cahaya putih berkelebat beberapa kali
disertai suara deru keras. Ujung kain putih yang melingkar di pinggang Si Kamba
Mancuang mendadak mencuat naik ke udara.
Kain putih ini adalah kain yang pernah dipakai untuk membungkus Pedang Al
Kausar. Si nenek keluarkan seruan tertahan.
" Ada apa Nek?" t anya Wi r o. " Pedang Al Kausar . . . senj at a i t u ada di dekat sini ! " Jawab Si Kamba Mancuang. Dia
menat ap ke ar ah pepohonan. " Aku ki r a. . . " Dari balik pepohonan terdengar suara orang menjerit disusul suara orang tertawa.
Wiro tidak menunggu Si nenek menyelesaikan ucapan. Sekali lompat saja dia sudah
berada di balik deretan pepohonan. Si Kamba Mancuang mengikuti. Walau keadaan di
tempat itu mulai gelap, tapi cukup mudah bagi Wiro dan Si nenek mengenali siapa
adanya dua orang yang tengah bertarung. Yang di sebelah kanan bukan lain adalah
Tuanku Laras Muko 170 Kupu-kupu Mata Dewa
50 Balang, memegang Pedang Al Kausar. Di hadapannya berdiri Sutan Manjinjing
Langit. Jubah putihnya di bagian dada robek besar dan ada noda darah. Di tanah
tergeletak sebilah lading (golok) Saat itu Pedang Al Kausar di tangan Tuanku
Laras tengah membabat ke arah leher Sutan Manjinjing Langit. Bagaimana kedua
orang itu bisa berada di tempat itu dan terlibat dalam pertarungan"
Seperti dituturkan sebelumnya walau Sutan Manjinjing Langit meninggalkan Bukit
Batu Patah atas permintaan Tua Gila, namun orang tua yang sangat mendendam
terhadap Tuanku Laras ini sambil mencari akal bagaimana caranya dapat menuntut
balas, diam-diam mengikuti rombongan Tua Gila ke Pagaruyung. Sewaktu Tuanku
Laras melarikan diri dari penjara dan mencuri Pedang Al Kausar dari Istana
Pagaruyung, kakak Sutan Panduko Langit yang menemui ajal di tangan Ki Bonang dan
kawan-kawan termasuk Tuanku Laras ini melakukan penguntitan. Saat itu Tuanku
Laras telah kembali ke ujudnya yang asli. Sadar kalau ilmu Silat dan
kesaktiannya berada jauh dibawah Tuanku Laras maka untuk beberapa lama Sutan
Menjinjing Alam hanya mengikuti, tidak berani menghadang atau menyerang.
Rupanya Tuanku Laras tahu kalau dirinya tengah diikuti orang. Semula dia
menyangka orang Istana yang menguntit. Padahal saat itu dia tengah bersiap untuk
melayang terbang dengan mengandalkan pedang sakti. Dia jadi terkejut dan marah
besar ketika melihat ternyata Si penguntit adalah Sutan Manjinjing Langit. Tanpa
banyak bicara lagi Tuanku Laras pergunakan Pedang Al Kausar untuk menyerang
Sutan Menjinjing Langit. Yang diserang keluarkan landing (golok) besar. Namun
sekali bentrokan saja senjata Sutan Menjinjing Langit terpental patah sedang
ujung pedang Tuanku Laras berhasil melukai dadanya. Serangan berikutnya Tuanku
Laras babatkan pedang ke arah leher Sutan Manjinjing Langit yang dalam keadaan
terluka dan tidak bersenjata tidak berdaya lagi untuk menyelamatkan diri.
Hanya sekejapan lagi Pedang Al Kausar akan menabas putus leher Sutan Manjinjing
Langit, tiba-tiba selarik kain putih panjang berkelebat di udara, ujungnya
memukul badan pedang hingga terpental.
" Jahanam kur ang aj ar ! Siapa..."!"
Bentakan Tuanku Laras terputus ketika dia melihat dua orang yang berdiri di
hadapannya. Pemuda berambut panjang dan Si nenek bergigi perak. Si pemuda
berdiri dengan tangan kiri bertolak pinggang sementara di tangan kanan memegang
kain putih panjang.
" Kal i an! Jahanam kalera! Aku memang sudah lama ingin membantai kalian berdua!"
Tuanku Laras berteriak penuh marah. Secepat kilat dia melompat sembari
membabatkan pedang sakti di tangan kanan.
Cahaya putih berkilau bertabur, melanda ke arah Wiro dan Si Kamba Mancuang!
Kedua orang yang diserang begitu merasa sekujur tubuh bergetar oleh sambaran
angin senjata lawan dengan cepat bergerak mundur sambil lepaskan dua pukulan
tangan kosong bertenaga dalam tinggi yang membuat lawan tergontai-gontai. Tuanku
Laras cepat melompat setengah tombak sambil tangan kiri balas menghantam,
melepas pukulan sakti bernama Cahayo Ganto Bisu. Selarik Sinar kelabu tanpa
suara berkiblat Tuanku Laras lipat gandakan kekuatan pukulannya dengan cara
mendorong badan pedang ke depan.
" Dess!Desss! " Si Kamba Mancuang terpekik ketika tubuhnya terpental sampai empat langkah akibat


Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sambaran Sinar kelabu. Dada sesak. Di sela bibir kelihatan lelehan darah! Wiro
sendiri terhuyung-huyung, dada dan kepala mendenyut nyeri. Dalam keadaan seperti
itu Tuanku Laras tidak mensia-siakan kesempatan. Kembali dia menyerbu. Pedang Al
Kausar berpijar terang di dalam gelapnya malam pertanda Tuanku Laras dalam
menyerang mengerahkan seluruh tenaga dalam yang dimilikinya.
Tuanku Laras berlaku cerdik. Dia tahu diantara kedua lawannya Si nenek lebih
rendah ilmu kepandaiannya dibanding Wiro. Maka serangannya kali ini diarahkan
telak-telak pada 170 Kupu-kupu Mata Dewa
51 Si Kamba Mancuang. Si nenek yang tengah mengalami sakit akibat luka di dalam
ternyata memang agak lalai menghadapi serangan kali ini.
" Nek, awas pedang!" Ter i ak Wi r o. Tangan kiri didorong ke arah Si Kamba Mancuang.
Sesiur angin deras membuat tubuh Si nenek terjengkang menjauhi pedang sampai dua
langkah hingga selamat dari ujung pedang. Namun hebatnya Pedang Al Kausar,
begitu serangan menghantam tempat kosong, senjata sakti ini terus mengejar.
Tubuh Tuanku Laras ikut terangkat ke udara. Ujung pedang bergetar berubah
menjadi dua belas. Si Kamba Mancuang sulit mengetahui mana ujung pedang yang
asli mana yang hanya bayangan. Dia meniup, menangkis dengan Ilmu Angin Merapi
Merambah Bumi. Dua larik Sinar putih panas menghambur dari dua deretan gigi
perak. Namun Pedang Al Kausar terus melaju, menembus dua larik sinar putih.
" Bet t !" Si nenek terpekik ketika segumpal rambut putihnya putus dibabat mata pedang.
Selagi dia berusaha menjauhi lawan, Pedang Al Kausar dengan kecepatan kilat
berbalik menyambar ke arah pinggang. Kali ini sama sekali tidak ada kemungkinan
bagi Si Kamba Mancuang untuk menyelamatkan diri. Sekejapan lagi tubuhnya akan
terkutung dua tiba-tiba satu teriakan lantang menggelegar.
" Kapak Naga Geni Dua Sat u Dua!" Cahaya luar biasa terang yang menindih terangnya cahaya Pedang Al Kausar
berkiblat di udara disertai suara mengaung laksana ratusan tawon mengamuk. Hawa
panas menghampar!
" Trang!" Tuanku Laras berseru kaget Pedang Al Kausar gompal dan terlepas mental dari
genggaman tangan kanan. Dia tidak sempat mengetahui senjata apa yang menghantam
mental Pedang Al Kausar karena saat itu juga benda bercahaya putih dan menebar
panas telah menyambar ke arah wajahnya. Tuanku Laras berteriak keras.
" Cr aas!Kraaak!"
Suara teriakan Tuanku Laras putus. Sosoknya seperti dihantam angin prahara,
mencelat sejauh tiga tombak, terbanting ke tanah. Kepala hangus dan terbelah
mengerikan! Si Kamba Mancuang dan Sutan Menjinjing Alam terbeliak tak percaya ketika
menyaksikan benda yang merenggut nyawa Tuanku Laras itu ternyata adalah sebuah
kapak bermata dua terang menyilaukan. Keduanya sampai-sampai berseru karena
tercekat kagum ketika melihat bagaimana senjata itu kemudian masuk dan lenyap di
dalam dada Pendekar 212 Wiro Sableng!
" Nek, j angan bengong saj
a! Lekas ambi l pedang i t u! " Kat a Wi r o pada Si Kamba
Mancuang sambil menunjuk pada Pedang Al Kausar yang tercampak di tanah.
" Per set an dengan pedang i t u. " Jawab Si nenek. " Aku mau t anya dul u. Kau i ni memiliki ilmu setan atau apa. Gila! Bagaimana kapak sebesar itu bisa keluar masuk
tubuhmu! Ah... pantas... pantas Inyiek Tandika memanggilmu Anak Setan!"
Wiro cuma bisa menyengir. Tiba-tiba di kejauhan kelihatan puluhan penunggang
kuda membawa obor mendatangi.
" Or ang-orang Kerajaan Pagaruyung. Nek, ayo kita cepat pergi dari sini
. . . " Wi r o t ar i k lengan Si nenek. Keduanya lenyap dalam kegelapan malam meninggalkan Sutan
Manjinjing Langit yang terluka yang dalam sakitnya tercengang-cengang
menyaksikan apa yang telah terjadi.
*** BAGAIMANA dengan Teng Sien" Perwira Muda Kerajaan Tiongkok ini dihukum
sepuluh tahun penjara. Tiga batang emas yang ditemui dibalik pakaian Ki Bonang
dan Tuanku Laras disita oleh Kerajaan dan kelak dipergunakan untuk kesejahteraan
negeri 170 Kupu-kupu Mata Dewa
52 dan rakyat. Akan halnya rahasia satu peti batangan emas yang disembunyikan oleh
Ki Bonang dan Teng Sien tidak pernah diketahui orang dan tidak pernah terungkap.
Pada pertengahan tahun kedua hukuman yang dijalani Teng Sien, dua orang utusan
tingkat tinggi dari Kerajaan Tiongkok menemui Sri Baginda Raja Pagaruyung.
Mengingat persahabatan yang telah terjalin lama antara dua Kerajaan serta demi
hubungan masa depan yang lebih baik Sri Baginda Raja kemudian membebaskan Teng
Sien. Sebagai imbalan Kerajaan Tiongkok membeli banyak sekali rempah-rempah
serta menghadiahkan berbagai barang seperti pecah belah dan cita serta
perhiasan. Beberapa orang pandai di Pagaruyung dikirim ke Tiongkok untuk
mempelajari berbagai macam ilmu pengobatan.
Sementara itu Datuk Marajo Sati menceraikan istrinya Gadih Puti Seruni lalu
memencilkan diri bertapa lebih mendekatkan diri kepada Tuhan di puncak Gunung
Merapi. Tak lama sesudah itu terbetik kabar bahwa Gadih Putih Seruni melangsungkan
pernikahan dengan Pakih Jauhari. Keduanya kemudian meninggalkan tanah Minang
pergi ke pulau Jawa. Kepada Pakih Jauhari Puti Seruni memberi tahu bahwa sekian
lama kawin dengan Datuk Marajo Sati, sang Datuk belum pernah menyentuh dirinya.
Tentu saja Pakih Jauhari merasa sangat bahagia mendapatkan istrinya masih
seorang anak perawan suci.
Akan halnya Chia Swie Kim, gadis Cina ini tidak mau kembali ke negerinya. Dia
memilih tetap berada di tanah Minang dan tinggal di satu tempat sunyi tapi indah
di lereng Gunung Singgalang. Dia memakai nama Puti Bungo Sekuntum yaitu nama
yang diberikan Datuk Marajo Sati. Sesekali dia menemui ayah angkatnya Datuk
Marajo Sati di Gunung Merapi.
Dari sang Datuk gadis ini mendapat banyak sekali ilmu kesaktian.
Sebelum meninggalkan Minangkabau, Teng Sien dengan dikawal beberapa orang
berkepandaian tinggi dari Kerajaan Pagaruyung diizinkan menemui Puti Bungo
Sekuntum di Gunung Singgalang. Atas permintaan Teng Sien, disaksikan orang
banyak Puti Bungo Sekuntum dibantu dengan kesaktian yang didapatnya dari Datuk
Marajo Sati merubah diri menjadi kupu kupu besar, lalu kupu-kupu ini berubah ke
dalam ujud kupu kupu batu giok bermata biru menyala, Kupu Kupu Mata Dewa. Teng
Sien merasa gembira. Walau tidak bisa membawa Chia Swie Kim ke hadapan Pangeran
di Tiongkok, tapi dia berhasil mendapatkan kembali Kupu Kupu Mata Dewa yang
keramat, pusaka utama Kerajaan dan menyerahkan pada Kaisar. Untuk
keberhasilannya ini Teng Sien dinaikkan pangkatnya dua tingkat menjadi Perwira
Tinggi. Akan halnya Datuk Bandaro Putih dan Datuk Kuning Nan Sabatang tidak terdengar
kabar beritanya. Pengganti almarhum Datuk Panglimo Kayo selaku Penghulu di Luhak
Tanah Datar untuk beberapa lama tidak pernah diangkat. Sedang jabatan Datuk
Pucuk Luhak Nan Tigo yung dulu dipangku Datuk Marajo Sati dihapuskan.
Bagaimana dengan Si Kamba Mancuang " Apakah sesuai petunjuk Tua Gila Wiro
berhasil mengembalikan ujud nenek itu kebentuknya semula yaitu seorang gadis
cantik jelita"
Lalu bagaimana pula ceritanya dengan Denok Tuba Biru yang dikejar-kejar oleh
Inyiek Susu Tigo yang telah menganggapnya sebagai Istri" Nantikan kelanjutan
kisah riwayat orang-orang tersebut dalam serial khusus.
TAMAT Ikuti kisah petualangan Pendekar 212 Wiro Sableng dalam judul yang segera
terbit: MALAM JAHANAM DI MATARAM
Bhumi Mataram dilanda malapetaka mengerikan akibat perbuatan dukun-dukun jahat
peliharaan orang-orang yang hendak merebut tahta Kerajaan. Orang-orang sakti
berkepandaian tinggi yang ada di Mataram tidak mampu menumpas. MIMBA yang
dikenal dengan julukan SATRIA LONCENG DEWA hampir berhaSil menyelamatkan
Kerajaan 170 Kupu-kupu Mata Dewa
53 namun harus menghadapi 100 Jin Perut Bumi yang sangat ganas. Satria belia ini
memohon pertolongan Dewa di Kahyangan, mendapat petunjuk satu-satunya orang yang
diharapkan bisa menyelamatkan Bhuml Mataram adalah seorang pendekar muda yang
didalam tubuhnya tersimpan sebuah senjata sakti mandraguna. Sayangnya sang
pendekar itu hidup di masa 800 tahun yang akan datang. Mungkinkah dalam
keberadaannya yang maSih tiada itu dia bisa didatangkan untuk menyelamatkan
rakyat dan Kerajaan Mataram" Siapakah gerangan adanya pendekar dalam petunjuk
para Dewa tersebut"
170 Kupu-kupu Mata Dewa
54 Misteri Batu Bulan 1 Pendekar Slebor 13 Sepasang Bidadari Merah Naga Sasra Dan Sabuk Inten 32

Cari Blog Ini