Ceritasilat Novel Online

Misteri Bunga Noda 1

Wiro Sableng 153 Misteri Bunga Noda Bagian 1


Ebook byHanny Tiraikasih
Episode ke : 153
Ebook by : Hanny Tiraikasih
Scan Kitab by : Syaugy_ar
mailto:22111122@yahoo.com
153. Misteri Bunga Noda
1 Ebook byHanny Tiraikasih
153. Misteri Bunga Noda
2 Ebook byHanny Tiraikasih
DALAM kisah sebelumnya (Petaka Patung Kamasutra) diceritakan bagaimana nenek
jejadian kembaran ketiga Eyang Sepuh Kembar Tilu berusaha melepas totokan di
tubuh Pendekar 212 Wiro Sableng. Usahanya mengalami kesulitan karena totokan
berada di bawah pusar, di dekat anggota rahasia sang pendekar. Ingat
pengalamannya waktu memperbaiki letak anggota rahasia Pengemis Empat Mata Angin
dimana saat itu Purnama alias Luhmintari, gadis dan negeri 1200 tahun silam
meminjamkan tenaga dalamnya, maka Wiro minta agar si nenek melakukan hal yang
sama. Namun ternyata cara pemindahan tenaga dalam serta hawa sakti hanya bisa
dilakukan nenek itu melalui dua puting susunya. Agar tenaga dalam dan hawa sakti
itu bisa masuk ke tubuh Wiro maka sang pendekar harus menyedot dua puting susu
si nenek sekaligus!
Ketika hal itu dikatakan si nenek. Wiro tertawa gelak-gelak karena menyangka si
nenek bergurau mempermainkannya.
"Aku rasa kau punya otak jahil Nek. Kalau apa yang kau bilang aku lakukan, tibatiba kau bersalin rupa menjadi seorang gadis cantik jelita berdada putih
kencang. Aku bisa kebablasan.
Urusan bisa jadi kapiran! Ha...ha...hal"
Murid flnto Gendeng mungkin belum akan berhenti tertawa kalau tiba-tiba dari
dalam candi tidak terdengar suara orang berucap lembut tapi jelas.
"Hidup ini memang satu keanehan. Di dalam susah ada tawa.
Di dalam kesulitan ada canda."
Begitu ucapan berakhir di dekat Wiro dan nenek jubah kuning tahu-tahu telah
berdiri seorang pemuda cakap berbaju dan bercelana hitam. Kening diikat secarik
kain merah. Beborapa bagian baju dan celana serta kain merah di kepala dihias
sulaman bergambar bunga tanjung terbuat dari benang perak dipadu benang emas.
Pemuda tampan ini berkumis kecil tipis, memelihara janggut serta cambang bawuk
rapi. Belum sempat Wiro dan si nenek menanyakan siapa adanya dia, pemuda tak dikenal
itu mendahului berkata. Suaranya lembut
"Sahabat yang sedang kesusahan. Jika kau bersedia.
dengan ilmuku yang bodoh aku mungkin bisa melepas totokan di tubuhmu. Ketika
kalian datang aku sudah berada berada di 153. Misteri Bunga Noda
3 Ebook byHanny Tiraikasih
dalam candi. Harap dimaafkan kalau aku tak sengaja mendengar semua pembicaraan
sahabat dan nenek ini."
Nenek jubah kuning tegakkan kepala Menatap pemuda di hadapannya. "Aku tadi telah
mencoba, tapi tak berhasil memusnahkan totokan di tubuh sahabatku ini. Pangeran
Sena Wirapala. Keparat tua itu yang menotok. Entah Ilmu totokan celaka apa yang
dimilikinya! Eh, kau benaran bisa menolong sahabatku ini?"
Pemuda berbaju hitam mengangguk.
"Jika kau mengizinkan dan yang punya diri mau ditolong tentu saja aku akan
berusaha. Hidup didunia ini bukankah musti tolong menolong?" Jawab pemuda
berkumis kecil.
'Sahabat, kalau kau memang mampu menolong, aku berserah diri." Kata Wiro pula.
"Terima kasih kau mau mempercayaiku..."
Pemuda berpakaian hitam lalu membaringkan Wiro menelentang di lantai candi. Si
nenek mengawasi.
"Harap maafkan, aku harus menyentuh auratmu di bagian yang ditotok." Pemuda yang
hendak menolong lalu susupkan tangan kanannya ke balik celana Pendekar 212. Wiro
merasa jari-jari tangan mengusap permukaan kulit tubuhnya kira-kira setengah
jengkal di bawah pusar. Terasa dingin. Hawa sejuk aneh menjalar ke seluruh
tubuhnya. Pemuda berkumis tipis kemudian menggerakkan kedua tangan Wiro berulang
kail. Setelah itu ganti menggerakkan sepasang kaki.
"Sahabat, kau sekarang bisa menggerakkan tangan dan kakimu sendiri. Cobalah."
Mendengar ucapan orang Wiro gerakkan tangan kiri kanan. Lalu angkat kedua kaki.
Seperti yang dikatakan pemuda berpakaian hitam ternyata dia benar-benar mampu
melakukan. "Luar biasa!" Wiro berucap girang. "Sahabat, aku sangat berterima kasih padamu."
"Cobalah bangun dan berdiri." Kata pemuda berpakaian hitam.
Wiro bukan hanya mampu bangun tapi malah sanggup melompat dan di lain saat dia
sudah berdiri di hadapan pemuda penolongnya. Wiro membungkuk dalam-dalam,
mengucapkan terima kasih berulang kali.
Si nenek tertawa gembira, menepuk-nepuk bahu pemuda tampan itu seraya bertanya.
'Pemuda hebat! Kalau kami boleh tahu siapa gerangan kau adanya?"
Yang ditanya tersenyum. Dia menjawab dengan suara lembut merendah " Aku hanya
seorang yang kebetulan lewat di sini Karena kelelahan dan matahari bersinar
terik, aku masuk ke dalam candi. Aku gembira totokan di tubuh sahabatku ini
sudah musnah. Harap dimaafkan, karena ada keperluan lain 153. Misteri Bunga Noda
4 Ebook byHanny Tiraikasih
aku terpaksa meninggalkan kalian berdua. Di lain waktu mudah-mudahan kita bisa
bertemu lagi."
"Sahabat, tunggu dutul Kau belum memberi tahu namai"
Kata Wiro pula sambil berusaha mengejar.
Namun seperti ditelan bumi pemuda berkumis kecil lenyap di samping candi. Wiro
dan si nenek memutari candi, coba mencari. Pemuda itu tak kelihatan lagi.
"Ah sayang, dia pergi begitu saja..." ucap Wiro sambil menggaruk kepala.
"Orang sakti berbudi tinggi selalu merendah diri seperti itu..." kata nenek
kembar jejadian.
"Ilmunya luar biasa. Gerakannya cepat sekali. Kalau tidak dia menolong, entah
apa jadinya dengan diriku."
Murid Sinto Gendeng ingat sesuatu. Ingin tahu dia berputar membelakangi si nenek
lalu turunkan celananya di sebelah depan untuk melihat bagian tubuh di bawah
pusar yang tadi d sentuh pemuda yang menolongnya. Dia jadi terkejut ketika
melihat di bawah pusarnya menempel sekuntum bunga tanjung, putih kekuningan.
"Dari mana munculnya bunga ini?" Wiro bertanya dalam hati "Mungkin pemuda tadi
yang menempelkan" Sebagai alat untuk memusnahkan totokan di tubuhku?" Murid
Sinto Gendeng berpikir, garuk-garuk kepala. Tiba-tiba saja dia ingat pada puteri
Keraton Ambarsari yang tewas mengenaskan itu.
Otak berpikir, hati berucap. "Pertama kali aku bertemu gadis itu. ada bunga
tanjung di keningnya." Wiro meraba tengkuknya yang mendadak terasa dingin.
"Pemuda berpakaian hitam tadi.
Jangan-jangan..."
Wiro susupkan tangan ke balik celana untuk mengambil bunga tanjung yang menempel
di bawah perut Tiba-tiba rasa panas menyengat batok kepalanya. Wajahnya serasa
dipanggang api. Sekujur tubuh panas membara. Dalam keadaan seperti tu kembali
Wiro ingat pada Ambarsari. Wajah si gadis*
membayang di pelupuk matanya. Sang pendekar tersentak. Dia sadar, Ingat! Ada
sesuatu yang mengejutkannya. Wiro keluarkan Beruan tertahan.
'Ada apa?" nenek jubah kuning yang sejak tadi memperhatikan bertanya.
"Orang itu!" Wiro menunjuk ke arah lenyapnya pemuda berpakaian hitam tadi
sementara dua kakinya mendadak bergetar. Lututnya goyah tubuh terasa limbung.
"Nek, dia...dia orangnya yang mengejar Ambarsari. Dia...dia mengaku bernama
Cakra yang .."
Pendekar 212 Wiro Sableng tak sanggup lagi menyelesaikan ucapan. Kini berganti
sekujur badan diserang hawa dingin luar biasa. Dari mulut menyembur darah
kental. Tubuh Wiro 153. Misteri Bunga Noda
5 Ebook byHanny Tiraikasih
kemudian terhuyung lalu tergelimpang menelungkup di tanah.
menggeliat beberapa kali, setelah itu diam tak berkutik lagi.
Nenek kembar jejadian menjerit kaget. Dia cepat mem-balikkan Wiro hingga
tertelentang. Wajah sang pendekar tampak merah sekali. Bibir ungu kebiruan.
'Racun jahat!" teriak si nenek. Lalu dua tangannya (lengan cepat bergerak
monotok dua belas titik di sekujur tubuh Wiro.
Ketika memperhatikan bagian celana yang tersibak, dia melihat bunga tanjung yang
menempel di bawah pusar. Si nenek segera mengambil bunga itu lalu meremas sampai
hancur. "Seharusnya tadi aku tolong saja dia. Melihat atau menyentuh aurat terlarang
demi menolong apa salahnya?" Si nenek sesali diri sendiri. Mudah-mudahan aku
masih bisa menolongnya." Dengan fbu jari tangan kanan dia menekan kuat-kuat
bagian bawah pusar dimana sebelumnya menempel bunga tanjung. Dia memperkirakan
di bagian inilah jalan masuknya racun jahat ke dalam tubuh Wiro.
Tenaga dalam dikerahkan disertai aliran hawa sakti.
"Dess.. .desss.. .dess!"
Terdengar tiga letupan cukup keras disertai membersitnya buntalan asap biru. Si
nenek terpekik. Oari bawah pusar Wiro keluar menyambar hawa aneh dan masuk ke
bagian bawah perut si nenek hingga mahluk jejadian ini terpental lalu terbanting
jatuh di tanah.
Mukanya yang keriput tampak merah, bibir membiru.
Di langit muncul awan h-tam merubah udara yang tadi panas terik menjadi redup
mengelam. Guntur menggemuruh.
Sesekali kilat menyambar. Angin bertiup kencang membuat daun-daun pepohonan
bergemerisik menggidikkan. Tak selang berapa lama hujan mulai mencurah bumi.
Sosok Pendekar 212
dan nenek kembar jejadian tergeletak kuyup tak bergerak di halaman samping
candi. Tiba-tiba terjadi satu keanehan. Dari sosok tubuh nenek berjubah kuning keluar
sebentuk tubuh ramping tinggi semampai seorang gadis berkulit putih berwajah
cantik rambut hitam pekat tergerai lepas. Pakaian kebaya pendek dan celana
panjang ringkas warna kuning. Sesaat gadis ini menatap ke arah tubuh nenek
jejadian lalu balikkan diri. Dengan langkah perlahan sosok aneh ini meninggalkan
kawasan candi, berjalan ke arah matahari tenggelam. Walau saat itu hujan turun
lebat namun kepala, tubuh dan pakaiannya tidak basah sedikitpun.
Pada setiap langkah yang dibuatnya, di sebelah belakang sosok nenek jejadian
yang tergeletak di tanah perlahan-lahan berubah samar lalu sirna. Di bekas
tempat dia terbujur kini hanya kelihatan sebuah seruling perak. Inilah seruling
pemberian paderi Loan Nio yang semula hendak diserahkan si nenek kepada Wiro,
tapi belum sempat dilakukan.
153. Misteri Bunga Noda
6 Ebook byHanny Tiraikasih
HUJAN belum juga reda. Udara masih diselimuti kegelapan.
Siang hari hampir tidak beda dengan senja. Sesekali angin bertiup keras
menimbulkan suara yang membuat keadaan terasa seram. Di bawah curahan hujan
samar-samar di arah kaki bukit sebelah timur tampak berjalan terbungkuk-bungkuk
seorang lelaki tua berjubah hijau. Sekujur tubuh mulai dari rambut putih sampai
ke kaki yang tak berkasut basah kuyup. Sambil berjalan mulutnya meracau.
"Sinto. puluhan hari aku menunggu kedatanganmu. Kau hanya muncul di dalam
mimpi..." Di satu tempat orang ini hentikan langkah. Dia mengusap wajah keriput basah lalu
memandang ke arah puncak bukit.
Walau sangat samar namun dia masih bisa melihat bangunan itu.
"Bangunan di puncak bukit. Itu candi yang dikatakan Sinto Gendeng di dalam
mimpi." Orang tua ini geleng-geleng kepala.
"Sinto. kau menyiksaku. Mengapa kau menyuruh aku ke puncak bukit itu. Padahal
kau berjanji akan datang ke gubukku di tikungan Kali Progo."
Setelah berdiam diri beberapa ketika, orang tua ini melanjutkan perjalanan.
Langkah kaki kini ditujukan ke puncak bukit dimana dia melihat bangunan candi,
tanpa mengetahui kalau dibawah bukit di balik sederetan pepohonan, dua pasang
mata sejak tadi mengikuti gerak-geriknya.
Orang yang berdiri di sebelah kanan pohon besar mengenakan topi merah menyerupai
tarbus. Wajah bulat memelihara kumis dan janggut hitam tebal. Pakaian baju dan
celana ringkas warna merah pekat Orang ini adalah Damar Sarka. satu-satunya
orang penting yang masih hidup dari kelompok yang menamakan diri orang-orang
Keraton Kaliningrat.
Seperti diceritakan dalam serial Wiro Sableng (episode
"Perjanjian Dengan Roh" s/d "Api Di Puncak Merapi") seorang yang menyebut diri
Pangeran Muda bernama Sawung Guntur alias Brata Sukmapala punya rencana hendak
merebut tahta Kerajaan. Dalam menjalankan rencananya dia mengumpulkan orangorang berkepandaian tinggi dan menyebut diri sebagai penguasa Keraton
Kaliningrat Namun usaha jahat itu gagal.
Sawung Guntur menemu, ajal di tangan Patih Wira Bumi. Para pembantu utamanya dan
hampir semua anggota Keraton Kaliningrat terbunuh. Hanya Damar Sarka yang sempat
selamatkan diri. Orang ini pernah menyamar jadi kusir gerobak, membawa Wiro dan
Nyi Retno Mantili dalam perjalanan menuju hutan jati di sebuah bukit dekat
Plaosan. Sebelum berpisah dia 153. Misteri Bunga Noda
7 Ebook byHanny Tiraikasih
menyerahkan sepucuk surat dari Pangeran Muda yang isinya berusaha membujuk
Pendekar 212 Wiro Sableng agar mau bergabung dengan kelompok Keraton
Kaliningrat. Orang kedua di sebelah Damar Sarka adalah lelaki berusia sekitar empat puluh
tahun, berpakaian baju dan celana gombrong hitam. Dia bernama Surah Sentono,
adalah adik Surah Nenggolo, kepala rampok hutan Ngluwer yang ikut bergabung
dengan orang-orang Keraton Kaliningrat. Karena dianggap telah berlaku sembrono
kemudian dibunuh atas perintah Pangeran Muda Sawung Guntur.
"Bagaimana kalau orang tua itu kita bekuk di lereng bukit sana sekarang juga?"
Surah Sentono keluarkan ucapan.
"Sobatku, bersabarlah. Jangan terburu-buru. Dia pergi ke bukit pasti menemui
seseorang yang ada hubungannya dengan madat itu. Kau lihat di atas bukit ada
bangunan candi. Aku yakin dia menemui seseorang di candi itu." Menjawab Damar
Sarka. "Aku setuju kita tidak bertindak terburu-buru. Tapi kita harus menjaga jarak
sedekat mungkin. Kata Surah Sentono pula.
"Ingat, walau ilmu silatnya tidak seberapa tapi dia bukan orang sembarangan.
Manusia seperti orang tua itu setiap saat bisa menyelinap lenyap seperti ditelan
bumi. Ingat waktu tempat kediamannya digrebek pasukan Kerajaan. Yang ditemukan
dan kemudian digantung adalah Djaka Tua, pembantu Tumenggung Wirabumi. Orang tua
itu sendiri lenyap tidak diketahui dimana beradanya."
Surah Sentono menatap Damar Sarka sejurus lalu berkata
"Aku tak mau kehilangan madat lima puluh kati itu" katanya lalu cepat-cepat
melangkah ke arah bukit. Damar Sarka mengikuti. Sementara hujan masih terus
turun. 153. Misteri Bunga Noda
8 Ebook byHanny Tiraikasih
ORANG TUA berjubah hijau sampai di puncak bukit. Hujan mulai mereda sedikit
namun keadaan masih gelap. Tiba-tiba kilat menyambar. Langit seperti terbelah.
Puncak bukit sekejapan terang benderang. Pada waktu bersamaan ada sebuah benda
berkilau memantulkan cahaya terang kilat yang tadi berkiblat.
Terbungkuk-bungkuk orang tua itu melangkah mendekati benda ini. Namun baru
menindak tiga langkah gerak kakinya tertahan.
Pandangan sudut matanya membentur sosok tubuh seorang lelaki terbujur di tanah.
"Manusia atau hantukah yang mau-mauan tidur di bawah hujan lebat begini rupa"
Atau mungkin sosok itu mayat yang tersia-sia?" Orang tua berjubah hijau berkata
dalam hati. Namun bila dia ingat mimpinya tadi malam, hatinya berkata lagi.
"Jangan-jangan ini ada hubungannya dengan permintaan Sinto Gendeng dalam
mimpiku." Maka orang tua itu lantas melangkah mendekati sosok lelaki yang terbaring di
tanah becek hanya mengenakan sehelai celana panjang sementara hujan masih turun
walau tidak selebat sebelumnya.
Setelah memperhatikan sesaat orang yang tergeletak di tanah di halaman samping
candi, si orang tua terkejut, delikkan mata dan keluarkan seruan tertahan.
"Astagal Apakah aku mengenal orang ini" Bukankah dia murid sobatku Sinto
Gendeng. pemuda berjuluk Pendekar Kapak Maut Naga Geni Dua Satu Dua" Aku pernah
menolongnya sewaktu tangannya luka parah. Bagaimana dia bisa berada di sini"


Wiro Sableng 153 Misteri Bunga Noda di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Apa yang terjadi?"
Orang tua itu berlutut. Memeriksa Pendekar 212 mulai dari kepala sampai ke kaki.
Dia melihat dua belas tanda bekas totokan di sekujur tubuh Wiro. Lalu ada tanda
kemerah-merahan di bawah pusar. Perlahan-lahan dia ulurkan tangan kanan,
letakkan telapak tangan di atas dada sang pendekar. Tubuh itu terasa dingin.
Bukan karena kehujanan tapi ada penyebab lain. Kening si orang tua berkerut.
Namun dia masih merasa lega sewaktu tangannya merasa detakan jantung walau hanya
perlahan. "Aku ingat betul. Pada pertemuan pertama kali. di dada pemuda ini ada jarahan
angka Dua Satu Dua Sekarang mengapa tidak kelihatan lagi?" Orang tua ini usapusap dada Wiro. Seperti diceritakan dalam Episode berjudul "Lentera Iblis", demi
untuk menjaga keselamatan Wiro jarahan angka 212 di dadanya oleh dilenyapkan
secara gaib oleh Kiai Gede Tapa Pamungkas 153. Misteri Bunga Noda
9 Ebook byHanny Tiraikasih
sementara Kapak Naga Geni 212 dan batu sakti dimasukkan ke dalam tubuh Wiro.
"Dua belas totokan! Luar biasa! Siapa yang melakukan"
Aku menduga ada dua orang yang mengerjai pemuda ini.
Orang pertama bermaksud jahat. Mencelakainya melalui jalan darah dan syaraf di
bagian bawah pusar. Orang kedua yang membuat dua belas totokan agaknya berusaha
menolong. Tapi mengapa murid Sinto Gendeng lantas dibiarkan tergeletak sendirian
di sini" Dalam keadaan setengah telanjang begini rupa" Jika ada yang menolong
mustahil ditinggal begitu saja.
Atau mungkin orangnya pergi untuk mencari obat" Mungkin juga mencari orang lain
untuk meminta bantuan" Berarti orang itu akan kembali. Biar kutunggu."
Sementara menunggu, di bawah siraman hujan orang tua ini balikkan tubuh Pendekar
212. Dia meraba punggung sebelah kiri, di arah jantung sambil mengerahkan tenaga
dalam. Perlahan-lahan tangan diangkat jari-jari menekuk membentuk tinju. Tiba-tiba
tangan itu dipukulkan ke punggung.
"Buukk!"
Dari mulut Pendekar 212 mengalir keluar darah kehitaman.
Si orang tua tekan punggung kiri Wiro dengan tangan kiri sementara tangan kanan
mengurut dan menotok aliran darah di leher. Darah mengalir terus dari mulut
Wiro. Masih berwarna hitam.
"Celaka, darahnya tidak berubah merah. Pemuda ini mengidap racun jahat yang
tidak mematikan. Tapi membuat salah satu bagian tubuhnya akan mengalami
kelemahan seumur hidupi Sayang semua alat pengobatanku telah dimusnahkan
bergundal-bergundal Kerajaan. Sulit bagiku untuk dapat menolong pemuda ini dalam
waktu cepat. Aku harus membawanya ke gubuk di Kali Progo. Tapi bagaimana
caranya?" Orang tua itu ingat pada suling perak yang tadi dilihatnya tergeletak di tanah
becek. Suling diambil, diperhatikan lalu ditimang-timang.
"Suling perak...Bagus sekali buatannya. Milik siapa"
Setahuku murid Sinto Gendeng tidak pernah membekal suling.
Mungkin milik orang yang mencelakainya?"
Setelah menunggu cukup lama tak ada orang yang datang, orang tua ini mulai
merasa risau. 'Aku tak mungkin menggendong atau memanggulnya ke gubuk di Kali Progo. Tempat
ini agaknya jarang didatangi orang. Apa lagi cuaca buruk begini. Apa yang harus
aku lakukan?" Orang tua itu memandang berkeliling. Di bagian belakang candi dia
melihat beberapa rumpun pohon bambu. Dari balik pinggang jubah dia mengeluarkan
sebilah golok. Dengan golok ini dia menebang tiga 153. Misteri Bunga Noda
10 Ebook byHanny Tiraikasih
batang bambu lalu digabung rata jad! satu. Tubuh Wiro diletakkan di atas tiga
batang bambu dan diikat. Perlahan-lahan si orang tua mulai menyeret bambu. Baru
beberapa langkah dia berhenti dan gelengkan kepala. Tubuh sang pendekar berat
sekali. Jika dipaksakan mungkin dia sanggup membawa Wiro sampai ke kaki bukit
Tapi untuk membawa sampai di gubuknya di Kali Progo jelas dia tidak mampu
melakukan. Untuk beberapa lama orang tua ini duduk bersimpuh di tanah becek. Dia
ingat pada suling perak yang tadi ditemuinya. Suling dikeluarkan dari balik
jubah, dipandangi sambil berkata dalam hati.
"Mudah-mudahan saja suara suling akan menarik perhatian.
Membuat ada orang datang ke tempat ini."
Lalu orang tua ini duduk di tangga candi, mulai meniup suling.
Karena tiupan disertai aliran tenaga dalam maka suaranya menggema keras di
udara, menembus suara hujan dan deru angin di atas bukit.
Apa yang diharapkan orang tua ini menjadi kenyataan beberapa saat kemudian. Dua
orang berkelebat muncul mendatangi tempat dimana dia duduk di tangga candi
meniup suling. Satu berpakaian hitam gombrong, satunya lagi berbaju dan
bercelana merah, mengenakan tarbus.
Si orang tua hentikan meniup suling. Memandang pada dua orang yang barusan
datang yang belum pemah dikenalnya sebelumnya lalu membungkuk memberi
penghormatan dan berkata.
"Aku bersyukur dan berterima kasih kalian berdua telah mau datang ke sini. Dua
orang sahabat, aku butuh pertolongan kalian. Maukah kalian menggotong pemuda di
atas bambu itu ke kaki bukit" Mudah-mudahan cuaca segera berubah baik.
Mudah-mudahan nanti bertemu dengan orang membawa gerobak. Aku harus membawanya
ke tempat kediamanku di Kali Progo."
Dua orang yang barusan datang dan bukan lain adalah Damar Sarka dan Surah
Sentono saling pandang satu sama lain lalu menatap ke arah sosok tubuh yang
tergeletak di atas bambu. Begitu melihat wajah orang Damar Sarka terkejut dan
melangkah cepat mendekati. Setelah memperhatikan sebentar dia berpaling pada si
orang tua. "Ki Tambakpati. bukankah pemuda ini Pendekar Dua Satu Dua Wiro Sableng?"
"Ah, kau tahu namaku. Berarti kau memang benar-benar sahabatku. Dugaanmu juga
betul. Pemuda pingsan di atas bambu itu memang Pendekar Dua Satu Dua Wiro
Sableng, murid sahabatku Sinto Gendeng."
Damar Sarka dekati Surah Sentono. Keduanya bicara berbisik-bisik. Kemudian Damar
Sarka berkata pada orang tua berjubah 153. Misteri Bunga Noda
11 Ebook byHanny Tiraikasih
hijau yang ternyata adalah Ki Tambakpati yang dalam rimba persilatan dikenal
dengan julukan Si Tangan Penyembuh.
seorang ahli pengobatan yang pernah menolong Pangeran Matahari sampai dua kali
dan juga mengobati Wiro. (Baca serial Wiro Sableng berjudul "Kitab Seribu
Pengobatan" dan "Nyi Bodong")
"Ki Tambakpati. karena kau menganggap kami sahabatmu.
kami pasti akan menolong pendekar itu. Kami akan menggotongnya kemanapun kau
meminta." "Terima kasih....terima kasih." Ki Tambakpati gembira sekali.
"Aku mohon sahabat berdua mau membawanya ke gubuk kediamanku di tikungan Kali
Progo." "Cukup jauh dari sini," ucap Surah Sentono dengan mulut dipencongkan. "Tapi kau
tak usah kawatir. Kami berdua akan menggotongnya sampai ke sana." Surah Sentono
tersenyum dan kedipkan mata pada Damar Sarka.
Damar Sarka sambung ucapan temannya itu. "Namun sebelum kami menolong, kami
punya satu permintaan."
"Ah. kalau kalian minta pembayaran terus terang aku tidak punya uang," kata Ki
Tambakpati yang salah mengira.
"Tidak, kami tidak butuh uang. Tapi kami butuh keterangan!"
kata Damar Sarka. Nada suaranya yang tadi ramah kini berubah kasar.
"Keterangan" Keterangan apa?" tanya Ki Tambakpati sambil menatap air muka dua
orang di hadapannya. Entah mengapa secara tiba-tiba hatinya merasa tidak enak.
"Ki Tambak, kau terkenal sebagai tabib sakti rimba persilatan.
Beberapa waktu lalu kau pemah mengobati seorang pemuda mengaku sebagai Pangeran.
Benar?" Ki Tambakpati berpikir-pikir lalu anggukkan kepala.
"Benar, memang pemah. Dia datang dua kali. Tapi aku tidak akan memberi tahu apa
penyakitnya. Lagi pula aku tahu dia bukan pangeran benaran. Beberapa waktu
kemudian aku tahu dia ternyata adalah Pangeran Matahari, momok paling jahat
dalam rimba persilatan tanah Jawa Belum lama ini aku mendengar kabar dia telah
menemui ajal, tewas di puncak Gunung Merapi."
"Kami tidak perduli apa dia masih hidup atau sudah mampus,"
ucap Damar Sarka. "Pada kedatangannya yang pertama dia menunggang seekor kuda
besar. Kau ingat?"
"Ya. aku ingat."
Damar Sarka melanjutkan. "Orang itu membekal sebuah kantong kulit Digantung di
leher kuda. Kantong Itu dirampasnya dari kerabat kami. Waktu dia datang, kau
sempat melihat kantong kulit itu?"
Ki Tambakpati mengangguk. "Aku malah sempat melihat isinya." Kata si orang tua
polos. 153. Misteri Bunga Noda
12 Ebook byHanny Tiraikasih
Damar Sarka dan Surah Sentono saling pandang.
"Kalau kau memang melihat isinya, katakan benda apa yang kau lihat?" Surah
Sentono bertanya ingin menguji.
"Madat candu." Jawab Ki Tambakpati. "Aku melihat barang itu pertama kali pada
malam hari. Tapi sewaktu aku melihat lagi keesokan paginya, kantong kulit itu
sudah lenyap."
?"Kau tidak berdusta?" tanya Damar Sarka seraya menatap tajam.
Ki Tambakpati menggeleng.
"Madat bisa dipergunakan sebagai bahan pengobatan yang ampuh. Untuk menahan
segala macam rasa sakit. Bukan kau yang mengambil madat dalam kantong itu?"
Pandangan mata Damar Sarka membeliak menyelidik.
"Aku bukan bangsa pencuri." ucap Ki Tambakpati.
"Ucapanmu betul. Madat bisa dipergunakan sebagal obat, Tapi seumur hidup aku
tidak pernah menggunakan madat untuk menolong orang. Walau tahu harganya luar
biasa mahal, aku tidak mencuri madat itu."
"Kau berdusta." hardik Damar Sarka.
"Mungkin digebuk dulu baru bicara benar!" kata Surah Sentono pula sambil
letakkan tinjunya di kening Ki Tambakpati.
Walau hatinya merasa tidak tenang namun Ki Tambakpati masih bisa tersenyum.
"Aku sudah bicara jujur. Sekarang apakah kalian benaran mau menolong menggotong
pemuda itu sampai ke Kali Progo?"
Damar Sarka dan Surah Sentono tertawa gelak-gelak.
"Kenapa kalian tertawa. Apa yang lucu?" tanya Ki Tambakpati.
Damar Sarka hentikan tawa dan berkata. "Tentu saja kami akan menolong Pendekar
Dua Satu Dua. Bukan untuk menyelamatkan.
Tapi justru untuk mempercepat kematiannyal Dia dan gurunya Sinto Gendeng telah
banyak menyusahkan kami orang-orang Keraton Kaliningratl"
"Kami akan menghabisi pendekar sableng itu. Kami akan mendapat nama besar dalam
rimba persilatanl Sesudah itu jika kau masih tidak mau memberi tahu dimana madat
satu kantong itu kau sembunyikan, kami akan menyiksamu sampai lidahmu mencelet
dan mau bicara"
Habis berkala begitu Damar Sarka dan Surah Sentono melompat ke arah Wiro
terbaring di atas bambu. Ki Tambakpati berusaha menghalangi.
"Kalau kalian tidak mau menolong tidak jadi apa. Tapi kalau kalian mau membunuh
pemuda itu terpaksa aku harus mencegah!"
"Kalau begitu memang baiknya kau duluan yang kami bereskanl Biar kau bisa
menjadi penunjuk jalan bagi Pendekar Dua Satu Dua ke neraka!" Kata Damar Sarka.
Bekas anggota 153. Misteri Bunga Noda
13 Ebook byHanny Tiraikasih
Keraton Kaliningrat ini berpaling pada sahabat di sampingnya Surah! Habisi tua
bangka tak berguna ini!"
Surah Sentono menyeringai. Sekali bergerak dia sudah berada di hadapan Ki
Tambakpati. Tangan kanan melesat ke muka orang tua itu. Sebagai seorang ahli
ilmu pengobatan Ki Tambakpati juga memiliki kepandaian silat serta tenaga dalam.
Namun kalau dipakai bertarung untuk menghadapi lawan seperti Surah Sentono atau
Damar Sarka maka kedua orang itu bukanlah tandingannya.
Sambil melompat mundur Ki Tambakpati berusaha menahan jotosan Surah Sentono
dengan dua telapak tangan dikembang.
Dengan mudah Surah Sentono mencekal lengan kanan Ki Tambakpati lalu dipelintir
ke punggung dan didorong ke dinding candi.
"Katakan dlmana kau sembunyikan madat satu kantong itu!"
hardik Surah Sentono.
"Aku tidak mengambil madat itu! Tidak menyembunyikan!
Lepaskan tanganku!" Ki Tambakpati meringis kesakitan.
Surah Sentono perkencang pelintirannya hingga si orang tua terpekik keras.
"Bicara atau aku remukkan tanganmu sampai ke tulang punggungl" ancam Surah
Sentono. "Demi Tuhan, aku bersumpah tidak mengambil dan menyembunyikan madat itu!"
"Bagus! Rasakan ini!"
Ki Tambakpati meraung keras ketika Surah Sentono menyentakkan pelintirannya.
"Tunggu, lepaskan tanganku! Aku mau bicara!" teriak Ki Tambakpati dengan nafas
panjang pendek.
"Bagus! Bicara yang jelas!" kata Surah Sentono seraya kendurkan cekalan.
"Madat satu kantong itu.....Madat itu aku berikan pada setan neraka. Kalau
kalian menginginkan pergilah mengambilnya ke neraka!" Habis berkata begitu Ki
Tambakpati tertawa gelak-gelak. Dia tahu apa yang bakal terjadi atas dirinya.
Namun saat itu dia merasa puas bisa mempermainkan orang.
"Tua bangka kurang ajar!" maki Surah Sentono.
"Surah! Tak perlu banyak bicara lagi dengan tua bangka keparat itu. Pecahkan
kepalanya! Nanti kita geledah gubuknya di Kali Progo. Aku tahu letak gubuk itul"
Damar Sarka berteriak jengkel.
Mendengar teriakan itu Surah Sentono angkat tangan kirinya tinggi-tinggi. Surah
Sentono adalah seorang kidal. Tangan kirinya jauh lebih kuat dari tangan kanan.
Ketika tangan kiri itu dihantamkan ke bawah siap untuk menggebuk hancur batok
kepala Ki Tambakpati, tiba-tiba melesat sebuah benda aneh, jatuh tepat menutupi
muka Surah Sentono. Benda ini adalah sepotong kain basah lepek. Bukan basah oleh
air hujan tapi oleh cairan 153. Misteri Bunga Noda
14 Ebook byHanny Tiraikasih
menebar bau pesing air kencing.
Selagi Surah Sentono kelagapan tiba-tiba satu tendangan menghajar pinggangnya
hingga orang ini terpental, berteriak keras marah dan kesakitan.
"Bagaimana rasa air kencingku" Hangat dan sedap" Mau lagi"
Ha...ha...ha!"
Seorang kakek bermata belok, kepala setengah botak dan salah satu daun kuping
lebar terbalik berdiri di tempat itu, tertawa gelak-gelak sambil pegangi bagian
bawah celananya yang lepek oleh air kencing. Siapa lagi kalau bukan kakek konyol
si Setan Ngompol!
Surah Sentono tarik kain basah yang menempel di mukanya dan campakkan ke tanah
sambil morutuk panjang pendek dan meludah berulang kali karena ada air kencing
yang sempat masuk ke mulutnya. Begitu melihat Setan Ngompol, Surah Sentono
menggembor marah. Dia belum tahu siapa sebenarnya kakek aneh ini. Karenanya
selain marah juga menganggap enteng. Dengan sekali bergerak dan menggebuk dia
mengira bisa membuat Setan Ngompol tergelimpang roboh bahkan menemui ajal!
"Jahanam' Kau minta mampus!" teriak Surah Sentono.
Di bagian lain Damar Sarka yang mengenali siapa adanya kakek berkuping terbalik
itu tadinya hendak ikut menyerbu membantu Surah Sentono. Namun dia batalkan niat
ketika melihat ada seorang lain muncul berkelebat bersama si kakek.
Orang itu ternyata adalah seorang gadis cantik berpakaian serba biru yang bukan
lain adalah Liris Biru.
Damar Sarka terpesona, menyeringai, tenggorokan turun naik.
"Kakek juling mata jengkol! Betina cantik ini apamu"!"
"Nah, nah! Kau naksir rupanya!" sahut Setan Ngompol lalu tertawa gelak-gelak
sambfl pegangi bagian bawah perut
"Dengar, kami ampuni selembar nyawamu asal kau mau menyerahkan betina cantik ini
padaku! Bagaimana" Apa jawabmu"!" Damar Sarka berucap sambil kedap-kedipkan
sepasang matanya pada Liris Biru, murid mendiang Hantu Malam Bergigi Perak yang
menemui kematian mengenaskan di tangan Sinto Gendeng.
Setan Ngompol usap-usap kepala, kembali tertawa bergelak.
Lalu dia berpaling pada Liris Biru dan bertanya.
"Sobatku muda Cah Ayu, bagaimana menurutmu" Apa kau suka ikut kepompong merah
ini" Asal tahu saja, manusia satu ini punya banyak istri dan gendaknya
bertebaran dimana-mana." Rupanya Setan Ngompol sudah kenal siapa dan tahu


Wiro Sableng 153 Misteri Bunga Noda di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagaimana adanya Damar Sarka.
Liris Biru tertawa cekikikan mendengar Setan Ngompol menganggap Damar Sarka yang
mengenakan tarbus serta 153. Misteri Bunga Noda
15 Ebook byHanny Tiraikasih
pakaian merah itu sebagai kepompong merah.
"Siapa sudi Kek. Masih jadi kepompong saja lagaknya sudah memuakkan. Apa iagi
nanti kalau sudah keluar jadi ulat benaran!"
Liris Biru memang sudah jengkel pada Damar Sarka karena tadi dirinya dipanggil
dengan sebutan betina seolah dia seekor binatang saja.
Dikatakan kepompong Damar Sarka jadi naik pitam. Dia berteriak pada temannya
"Surah! Kau bunuh Ki Tambakpati. Aku akan meringkus gadis konyol inil"
Damar Sarka lalu melompat ke hadapan Liris Biru. langsung hendak memeluk gadis
itu. Ulurkan kepala hendak mencium.
"Plaakk"
Satu tamparan keras melanda pipi kiri Damar Sarka hingga sudut bibirnya pecah
berdarah. Tarbus merahnya terpental dari atas kepala, jatuh ke tanah. Kepalanya
yang tersingkap ternyata hanya berambut di sebelah bawah, bagian atas botak
plontos. Bekas anggota Keraton Kaliningrat yang semula menganggap enteng Liris Biru
bersurut mundur sambil pegangi pipinya yang mendenyut sakit. Ketika melihat
darah membasahi jari-jari tangannya dia berteriak marah.
"Gadis keparat! Jangan mengira aku tidak tega menghajar dirimu!"
153. Misteri Bunga Noda
16 Ebook byHanny Tiraikasih
KEPOMPONG botak!" ejek Liris Biru. "Apa kau kira aku juga tidak tega menghajar
mahluk jelek macammu"! Hik...hik."hik Majulah biar sekarang kutampar pipi
kananmu!" Amarah Damar Sarka mendidih. Namun karena mengenali siapa adanya Setan Ngompol,
dia tidak mau bertindak gegabah.
Dengan membentak dia bertanya.
"Gadis sialan! Gembel tua bangka itu apamu"!"
"Hik.. hik! Aku kira kau naksir aku. Tidak tahunya kau suka sama kakek tukang
ngompol itu! Hik...hik! Tidak sangka kepompong botak rupanya doyan mahluk
sejenis!" Meledak amarah Damar Sarka. Nafsu bejatnya yang tadi berkobar melihat kecantikan
serta keelokan dan kemulusan tubuh Liris Biru. berubah menjadi hawa pembunuhanl
Dua tangan diangkat ke atas.
"Cleekkk!"
Terdengar suara berkeclekan. Sepuluh kuku jari mencuat panjang, berwarna merah
pekat Dalam marahnya Damar Sarka mengeluarkan ilmu paling diandalkan yang
disebut Cakar Darah.
Didahului bentakan garang dia menyerbu Liris Biru. Setiap dua tangannya
berkelebat sepuluh larik sinar merah berkiblat di udara terlihat goresan
menyerupai darah, berbuntal menyerang murid Hantu Malam Bergigi Perak dari depan
dan samping kiri kanan.
Dari tempatnya berdiri Setan Ngompol walau tahu Liris Biru tidak mudah bisa
dicelakai Damar Sarka namun si kakek tetap saja merasa kawatir. Ketika dia
hendak melompat mendampingi gadis itu, Surah Sentono sudah lebih dulu menerjang
ke arahnya. Untuk menghadapi jurus-jurus berbahaya serangan lawan Liris Biru kerahkan ilmu
meringankan tubuh. Berkelebat cepat Menghindari gempuran sambil sesekali
susupkan serangan balasan.
Tujuh jurus berlalu cepat. Damar Sarka penasaran sekali karena jangankan
mencelakai, menyentuh tubuh atau pakaian lawan saja dia tidak mampu. Dia
berusaha mencari tahu siapa adanya gadis lawannya itu dengan memperhatikan ilmu
silat yang dimainkan Liris Biru.
Memasuki jurus ke sembilan, dengan keluarkan suara menggembor Damar Sarka rubah
dan percepat gerak jurus ilmu silatnya. Sosok tubuhnya masih terlihat jelas,
namun dua tangan seolah berubah menjadi bayang-bayang, menyerang dalam gerakangerakan cepat tak terduga. Sepasang kakinya seperti tidak lagi menginjak tanah.
Ternyata orang ini memiliki ilmu 153. Misteri Bunga Noda
17 Ebook byHanny Tiraikasih
meringankan tubuh setingkat lebih tinggi dari yang dimiliki Liris Biru.
Jurus kesebelas.
"Breettt!"
Liris Biru terpekik. Bahu kiri baju birunya robek besar hingga sebagian auratnya
tersingkap lebar mulai dari bahu sebelah depan sampai ke punggung.
Surah Sentono yang diam-diam rupanya juga tertarik pada Liris Biru. sambil
lancarkan serangan ke arah Setan Ngompol berseru. "Damar! Jika kau tidak suka
gadis cantik itu, jangan diciderai. Apa lagi sampai kau bunuh! Serahkan padakul"
Baru saja bertoriak Surah Sentono keluarkan seman kaget karena tiba-tiba satu
sosok menebar dan memuncratkan air kencing berkelebat di atas kepalanyal
"Jahanam setan alas" Surah Sentono momaki marah. Ini untuk kedua kalinya mukanya
kena diselomoti air kencing.
Gerak serangan tangannya yang semula hendak dihantamkan ke depan kini dirubah ke
atas. Mengarah aclangkangan Setan Ngompol yang barusan menyerangnya dengan jurus
Sefan Ngompol Mengencingi Pusara. Jika serangan Ini mengenai sasaran, celaka
besar bagi Setan Ngompol
Tidak mau berlaku ayal. Setan Ngompol hindari serangan Surah Sentono dengan
mengembangkan dua kakinya. Begitu jotosan lawan lewat di belakang dia segera
kucurkan air kencing sebanyak-banyaknya. Selagi Surah Sentono kelagapan oleh
guyuran air kencing. Setan Ngompol hunjamkan tumit kirinya ke punggung orang
hingga Surah Sentono terjerembab, setengah menungging jatuh di tanah!
"Hai! Kau belum dapatkan gadis itu! Mengapa sudah menungging duluan"!" seru
Setan Ngompol mengejek. Sambil balikkan badan dia kembali lepaskan tendangan
menghajar pantat Surah Sentono.
"Duukkk"
Surah Sentono menjerit keras karena ada bagian kaki Setan Ngompol yang
menyerempet perabotan terlarangnya!
Tubuhnya tergeletak di tanah becek, mata mendelik, dada megap-megap dan dua
tangan pegangi bagian bawah perut Setan Ngompol tertawa mengekeh sambil kucurkan
air kencing! Sadar kalau lawan memiliki kepandaian lebih tinggi dari dirinya.
Surah Sentono memutuskan lebih baik dia tinggalkan tempat itu.
Dia yakin Damar Sarka juga akan mengalami nasib celaka.Namun sebelum kabur dia
masih berusaha lancarkan satu serangan Hmu hitam. Sambil berguling ke lereng
bukit dia lambaikan tangan kanan Dari tangan itu tiba-tiba melesat keluar seekor
ular besar berwarna hitam berkilat.
Binatang jejadian ini meluncur di tanah, langsung menyerang 153. Misteri Bunga
Noda 18 Ebook byHanny Tiraikasih
ke arah Setan Ngompol yang masih asyik tertawa dan terkencing tanpa sadar kalau
bahaya maut mengancam.
Hanya tinggal satu langkah lagi ular hitam siap mematuk perut Setan Ngompol, Ki
Tambakpati berteriak lalu melompat Kaki kanannya dengan cepat menginjak ekor
ular membuat kepala binatang jejadian ini tersentak ke atas. Walau tidak
memiliki kepandaian silat namun dalam menghadapi ular Ki Tambakpati adalah
pawangnya. Secepat kilat dia sambar leher ular.
"Kreek!"
Sekali meremas, leher ular hancur sampai ke tulang belulangnya.
Dess!" Binatang jejadian itu berubah menjadi asap lalu lenyap dari pandangan mata.
Setan Ngompol yang sadar apa yang barusan terjadi hentikan tawa, pegangi bagian
bawah perutnya dan kucurkan air kencing.
"Ki Tambak, terima kasih kau telah selamatkan jiwaku," ucap Setan Ngompol.
Kita kembali dulu pada pertarungan antara Damar Sarka dan Liris Biru. Didahului
teriakan penuh amarah si gadis menerjang lawan di hadapannya. Tanpa perdulikan
keadaan tubuh yang tersingkap lebar di sisi kiri gadis ini menyerang dengan
jurus Hantu Malam Berbagi Pahala. Jurus serangan ini sebenarnya dilakukan secara
berdua. Biasanya Liris Biru melakukan bersama dengan Liris Merah kakaknya. Namun
dilakukan sendirian tidak mengurangi kehebatan serangan. Tubuh Liris Biru
melesat di udara. Kaki kanan menendang ke arah kepala sedang kaki kiri
berkelebat ke perut.
Kejut Damar Sarka bukan alang kepalang melihat serangan cepat dan ganas ini.
Terlebih lagi karena dia bisa mengenali jurus serangan yang dilancarkan lawan.
"Kaul Apa hubunganmu dengan Hantu Malam Bergigi Perak"!"
teriak Damar Sarka. Dia cepat berkelit ke samping untuk menghindari tendangan ke
arah perut. Dua tangan serentak diangkat ke atas. Yang kiri untuk menahan gerak
tendangan, tangan kanan untuk mencakar kaki kiri Liris Biru!
Liris Biru tidak bodoh. Walau dia mampu menghancurkan kepala lawan dengan
tendangan kaki namun cakaran tangan kanan Damar Sarka masih bisa menyusup
mencelakai paha kirinya, membuat dia cacat seumur hidup. Sambil berteriak keras
gadis ini putar tubuhnya di udara lalu melayang turun. Begitu kaki kiri
menyentuh tanah dia langsung menggebrak dengan jurus yang disebut Hantu Malam
Menarik Gendewa Tangan kanan dengan kecepatan kilat melesat ke arah dada kiri
tepat di arah jantung lawan.
Damar Sarka terbeliak kaget. Dia hampir tidak punya 153. Misteri Bunga Noda
19 Ebook byHanny Tiraikasih
kesempatan untuk selamatkan dada dari serangan mematikan itu.
Pikirannya singkat saja. Dia memutuskan berjibaku menyerahkan dada namun
bersamaan dengan itu sepuluh kuku jarinya melesat ganas ke arah batok kepala dan
wajah Liris Biru.
Dalam keadaan seperti itu, baik Damar Sarka maupun Liris Biru tidak punya
kesempatan lagi untuk menarik diri atau hentikan serangan. Keduanya akan akan
sama-sama menemui ajal, paling tidak menderita cidera berat dan cacat sengsara
selama-lamanya!
Hanya tinggal sepertiga jengkal lagi jotosan maut Hantu Malam Menarik Gendewa
akan mendarat telak di dada kiri Damar Sarka dan sambaran Cakar Darah akan
mengoyaK rengkah kepala serta muka Liris Biru, tiba-tiba satu bayangan hitam
berkelebat disertai terdengarnya ucapan lembut
"Sahabat berpakaian biru. Mengapa ingin mengotorkan tangan menyentuh orang jahat
ini. Mengapa menurutkan kemarahan dengan mengorbankan diri. Biar aku mewakili
dirimu menjatuhkan hukuman atas dirinya."
Bersamaan dengan terdengarnya suara itu. tubuh Damar Sarka tertarik ke belakang.
Jotosan maut Liris Biru mengambang di udara, menembus tempat kosong. Sepuluh
kuku jari Damar Sarka hanya menggapai angin. Apa yang terjadi" Saat itu orang
yang tadi berucap dengan suara lembut menarik Damar Sarka dua langkah ke
belakang, sekaligus mencekal leher dan menekan kepalanya. Belum sempat Liris
Biru melihat jelas siapa adanya orang itu tiba-tiba dua tangan bergerak dani
"Kraakk!"
Leher Damar Sarka patah mengeluarkan suara menggidikkan Nyawanya putus kejapan
itu juga. Ketika tubuh Damar Sarka dilepas dan jatuh ke tanah baru Liris Biru, Setan
Ngompol dan Ki Tambakpati melihat siapa adanya orang yang menghabisi bekas
anggota Keraton Kaliningrat itu.
Orang ini ternyata pemuda cakap berbaju dan bercelana hitam.
Kening diikat kain merah Pada baju serta kain merah dlkening terdapat sulaman
bunga dari benang perak dan benang emas.
Bibirnya dihias kumis kocll, pipi dan dagu tertutup janggut dan berewok tipis
rapi. KI Tambakpati dan Setan Ngompol segera mendatangi sementara Liris Biru
untuk beberapa saat hanya tegak memperhatikan.
"Anak muda. terima kasih kau telah menyelamatkan gadis sahabatku ini," ucap
Setan Ngompol. "Ilmu kepandaian Damar Sarka tidak rendah. Tapi kau menghabisinya begitu mudah
dan cepat Anak muda. siapa kau adanya" Pasti kau murid seorang sakti ternama."
Bertanya Ki Tambakpati.
Pemuda yang disapa tersenyum dan membungkuk memberi hormat pada dua kakek di
hadapannya. 153. Misteri Bunga Noda
20 Ebook byHanny Tiraikasih
"Aku hanya seorang pengelana muda yang tengah mencari pengalaman dan kebetulan
lewat. Kalau tidak ada aku pasti ada orang lain yang akan memberikan
pertolongan. Bukankah semua jalan hidup ini sudah diatur dan ditentukan oleh
Yang Maha Kuasa?"
Setan Ngompol ternganga. Ki Tambakpati angguk-anggukkan kepala mendengar ucapan
BI pemuda. Setan Ngompol kemudian berpaling pada Liris Biru.
"Liris Biru, apakah kau tidak Ingin mengucapkan terima kasih pada sahabat muda
yang telah menyelamatkan dirimu?"
"Aku" Liris Biru tidak mulnkukan apa yang dikatakan Setan Ngompol, ucapannya
malah diputus. Pandangan mata mengarah pada pemuda di depannya, air muka
menyatakan seperti ada yang menyekat jalan pikirannya saat itu.
"Liris..." Setan Ngompol menegur.
"Kek...."
Pemuda berpakaian hitam tersenyum. Dia berpaling pada Setan Ngompol dan berkata.
"Gadis sahabatku ini masih terpengaruh oleh apa yang barusan terjadi. Ucapan
terimakasih yang tidak dikatakan tapi disimpan di dalam hati adalah satu
ketulusan abadi.
Kakek berdua, aku minta diri karena ada urusan penting yang harus aku lakukan di
Kuto Gede."
Habis berkata begitu, tidak menunggu lebih lama pemuda berpakaian hitam segera
tinggalkan tempat itu. Sebelum pergi dia melirik sekilas ke arah sosok Pendekar
212 Wiro Sableng yang terbaring pingsan di atas bambu.
Baik Setan Ngompol maupun Ki Tambakpati tidak berusaha mengejar. Keduanya
mendatangi Liris Biru. Setan Ngompol menegur.
"Aku tidak tahu, apa yang terjadi dengan dirimu. Kau kelihatan seperti orang
bingung. Kau tidak mengucapkan terima kasih pada pemuda yang telah menyelamatkan
dirimu. Apa kau kesemsem, mendadak jatuh hati padanya"l"
Lirus Biru gelengkan kepala lalu memutar tubuh, memandang ke arah lenyapnya
pemuda tadi. "Kek, aku ingat kejadian beberapa waktu sebelum kakak Liris Merah dibunuh."
"Kejadian apa?" tanya Setan Ngompol yang saat itu merasa mau kencing lagi. Buruburu dia pegangi bagian bawah celananya yang basah.
"Waktu itu aku dan Liris Merah berada dalam goa. Lewat lobang pengintai kami
melihat kemunculan seorang pemuda tak dikenal.
Wajah dan ciri-ciri pemuda itu sangat sama dengan pemuda yang tadi menolong
diriku..."
"Kalau begitu kalian sudah saling kenal." kata Ki Tambakpati pula.
153. Misteri Bunga Noda
21 Ebook byHanny Tiraikasih
Liris Biru menggeleng lalu melanjutkan ucapan "Kemunculannya mendatangkan tanda
tanya kecurigaan. Mungkin sekali dia tengah melakukan penyelidikan..."
"Penyelidikan apa?" tanya Setan Ngompol.
"Kek, saat ini aku tidak bisa mengatakan. Lain waktu pasti aku ceritakan
padamu." Jawab Liris Biru yang masih tetap merahasiakan perihal candu 50 kati
yang tersimpan di dalam goa.
"Kakakku Liris Merah rupanya tertarik pada pemuda Itu. Ketika si pemuda pergi
Liris Merah keluar dari goa. Katanya dia mau mengikuti pemuda itu. Namun
kemudian nasib malang menimpa diri kakakku. Aku temui dirinya di tepi telaga, di
balik sebuah batu besar dalam keadaan tanpa pakaian dan tak bernyawa lagi.
Seorang pemuda yang kupergoki berada di tempat itu melarikan diri...."
'Kau sudah menceritakan kisah itu sebelumnya padaku," kata Setan Ngompol.
"Ya dan aku ingat benar Kek. Walau melihat hanya sekilas namun raut muka, ciriciri dan warna pakaian orang yang meniduri kakakku lalu membunuhnya dan kemudian
kabur melarikan diri, sama dengan pemuda tadi."
Ki Tambakpati meraba dagunya lalu berkata. "Itu sebabnya tadi kau tampak
bingung..."
"Dugaanku berat pemuda yang membunuh kakakku sama dengan pemuda yang tadi
menolongku. Namun aku tadi merasa bimbang..."
"Kalau dia memang jahal mengapa tadi dia mau susah-susah menolong menyelamatkan
dirimu dari Damar Sarka?" tanya Setan Ngompol pula.
"Orang jahat bisa punya seribu wajah seribu akal seribu tipuan.
Bukan mustahil dia sengaja menyelamatkan diriku karena kelak aku akan dijadikan
korban berikutnya."


Wiro Sableng 153 Misteri Bunga Noda di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setan Ngompol tahan air kencingnya yang hendak memancar Ki Tambakpati terdiam
Puncak bukit mendadak terasa sunyi. karena saat itu hujan telah berhenti
"Untuk mengetahui bahwa memang dia yang telah membunuh kakakku, aku harus
mengejar manusia satu itu. Dia bilang akan ke Kuto Gede. Aku akan mencarinya di
sana. Kakek berdua, harap maafkan aku terpaksa meninggalkan kalian."
"Tunggu dulu! Jangan pergi sendirian," seru Ki Tambakpati Dia merasa kawatirakan
keselamatan si gadis. Selain itu dia butuh Liris Biru untuk membantu membawa
Pendekar 212 Wiro Sableng ke gubuknya di tikungan Kali Progo. Namun Liris Biru
sudah keburu lenyap di lereng bukit sebelah timur.
Ki Tambakpati menarik dan melepas nafas panjang, berpaling pada Setan Ngompol.
"Tinggal kita berdua, tua bangka sial.
Apakah kita sanggup membawa murid Sinto Gendeng itu ke 153. Misteri Bunga Noda
22 Ebook byHanny Tiraikasih
gubukku di Kali Progo?"
"Mau dibilang apa" Itu harus kita lakukan berdua." Setan Ngompol pandangi wajah
pucat dan sosok tak bergerak tubuh Pendekar 212 beberapa ketika lalu berkata.
"Aku melihat, pendekar ini seperti mendekam satu malapetaka yang akan
menghancurkan masa depannya."
Ki Tambakpati mengangguk. "Syukur kau sudah bisa menduga.
Aku sendiri masih belum jelas apa sebenarnya yang menimpa diri murid Sinto
Gendeng ini dan apakah aku mampu mengobati."
Terbungkuk-bungkuk dua kakek itu kemudian mulai sama-sama menyeret potongan
bambu di atas mana Pendekar 212 terikat pingsan. Sebentar-sebentar Setan Ngompol
pegangi bagian bawah perutnya dengan salah satu tangan, menahan agar tidak
pancarkan air kencing.
153. Misteri Bunga Noda
23 Ebook byHanny Tiraikasih
BEBERAPA ratus tahun silam. Sebelum kemunculan pemuda misterius berpakaian serba
hitam membekal patung Kamasutra dan bunga tanjung, melakukan perkosaan atas diri
para gadis dan membunuhnya.
Kawah Gunung Bromo. Tepat tengah malam. Udara dingin luar biasa. Keadaan gelap
karena di langit tak ada bintang tak ada rembulan. Selain itu kabut tebal
menutupi hampir seluruh kawah. Dalam keadaan seperti itu dimana mahluk hidup
baik yang namanya manusia atau binatang tidak diharapkan berada di tempat itu,
samar-samar di lamping kawah sebelah timur tampak berkelebat satu bayangan
putih. Sepintas seperti setan yang terpesat gentayangan. Namun jika diperhatikan
ternyata dia manusia juga adanya yaitu seorang kakak berjubah putih.
mengenakan kain hitam tebal untuk menutup kepala sampai ke kuduk dan sepasang
telinga Alis janggut dan kumis tebal serta rambut yang tersembul di bawah
penutup kepala semua tampak putih. Walau usia paling tidak telah lebih dari
tujuh puluh tahun namun gerakannya begitu ringan dan cepat.
Pandangan matanya tajam mencari jalan yang akan di tempuh.
Dua kakinya tidak tersandung atau terpeleset dalam melangkah bahkan sesekali dia
melompat dari satu bagian kawah ke bagian lainnya. Udara dingin yang sanggup
membuat air menjadi beku seperti tidak dirasakannya Sesekali dia memasukkan
tangan kanan ke dalam saku jubah sebelah kanan. Di dalam saku ini terdapat
sebuah benda sakti berupa batu sebesar kepalan yang senantiasa memancarkan hawa
hangat Dengan kesaktian batu inilah orang tua itu bisa bertahan dari hawa dingin
luar biasa yang bisa membuat air menjadi beku.
Di satu tempat si kakek berhenti. Dia tegak meluruskan tubuh, mendongak menatap
ke langit Setiap hembusan nafas yang keluar dari hidungnya membuat kepulan hawa
dingin berwarna putih membersit di udara.
"Bulan tidak muncul. Bintang tidak kelihatan. Mudah-mudahan aku tidak salah
menghitung hari. bulan dan tahun. Mudah-mudahan aku segera menemukan batang
pohon kayu besi yang aku tancapkan sebagai tanda tiga puluh tahun silam."
Kata-kata itu terucap dalam hati. Dengan sepasang matanya yang kelabu, orang tua
berjubah putih kemudian memandang berkeliling Lalu mulutnya berkata perlahan.
"Timur di sebelah kiri, barat di sebelah kanan. Aku harus menuju ke utara.
Berarti 153. Misteri Bunga Noda
24 Ebook byHanny Tiraikasih
lurus ke depan."
Begitu selesai berucap orang tua ini melangkah ke depan.
Kaki kiri menginjak satu tonjolan batu pada lereng kawah yang terjal. Dengan
mengerahkan ilmu meringankan tubuh dia pergunakan batu itu untuk menjadi alat
pelontar diri, melesat ke udara setinggi dua tombak lalu melayang ke arah utara
Beberapa kali berkelebat akhirnya dia sampai di bagian kawah sebelah utara.
Dia memilih satu tempat ketinggian untuk berhenti dan memperhatikan keadaan
sekitarnya. Kabut putih dari dasar kawah masih terlalu tebal. Orang tua ini
menunggu dengan sabar.
Tak selang berapa lama kabut mulai naik ke atas. Perlahan-lahan bagian kawah
yang tadi tertutup kini terlihat eelas. Dan orang tua ini lepaskan nafas lega
ketika sepasang matanya membentur benda hitam batangan pohon kayu besi yang
menancap di lereng kawah sekitar dua belas langkah di depannya.
Sekali melesat orang tua ini telah berada di depan batangan kayu besi hitam.
Tiga puluh tahun lalu dia menancapkan potongan batang kayu itu di tempat itu.
Setelah sekian lama waktu berlalu batang kayu itu masih ada di tempat itu. tidak
lapuk bahkan nyaris tidak berubah. Si orang tua mengusap dan mencium batang kayu
hitam. Lalu pandangan matanya dialihkan ke arah lamping kawah, tujuh langkah
dari tempatnya berdiri. Dia menunggu dengan hati berdebar Mendongak ke langit.
Sepasang mata membesar dan wajah tampak berseri ketika di langit dia melihat
samar-samar muncul bulan sabit
"Bulan sabit telah menampakkan diri. Tepat seperti yang diramalkan semula.
Sebentar lagi aku akan melihat pemuda itu.
Pasti banyak yang berubah dengan dirinya usianya kini lima puluh lima tahun.
Lebih dari setengah abad."
Si orang tua bergerak ke depan mendekati lamping kawah di hadapannya. Pada
langkah ke enam dia berhenti lalu menduduk diri, bersila di tanah. Dua mata
dipejam, dua tangan diletakkan di atas paha. Sikapnya seperti seseorang tengah
"melakukan samadi.
Tak selang berapa lama orang tua ini mendengar langkah-langkah halus yang tak
akan mungkin didengar oleh telinga manusia biasa. Orang tua ini buka kedua
matanya. Tepat pada saat itu dinding kawah di hadapannya terasa bergetar lalu
mengeluarkan suara berderak. Pada dinding kawah kelihatan retakan dalam,
berbentuk setengah lingkaran dengan ketinggian hampir satu setengah tombak.
Perlahan-lahan retakan di sebelah atas gugus luruh dan jatuh ke bawah. Sesaat
kemudian pada dinding kawah muncul lobang besar menyerupai mulut sebuah goa.
Di langit di atas kawah tiba-tiba terjadi satu keanehan. Kilat berkiblat membuat
udara terang benderang seketika sampai ke 153. Misteri Bunga Noda
25 Ebook byHanny Tiraikasih
dasar kawah Dalam kilatan cahaya terang itu di dalam goa si orang tua melihat
satu sosok melangkah keluar. Di lain kejap di hadapan mulut goa telah berdiri
seorang pemuda tampan mengenakan baju dan celana hitam. Wajahnya segar tertutup
kumis, cambang bawuk serta jenggot tipis rapi. Pemuda ini menatap ke arah si
orang tua lalu tersenyum.
"Dewa seru sekalian alam. Orang tua itu keluarkan seruan, setengah melompat dia
menghambur ke mulut goa, jatuhkan diri di tanah sambil pegangi kaki si pemuda.
Pemuda yang dipegangi kedua kakinya balas memegang bahu orang tua itu lalu
berkata. Suaranya lembut
"Paman Darmasewara, berdirilah. Mengapa harus berlutut di hadapanku. Aku ini
masih keponakanmu, bukan Raja bukan Dewa."
Si orang tua berdiri langsung memeluk dan menciumi pemuda Itu. Sepasang matanya
berkaca-kaca. "Suma Mahendra! Sulit aku percayai Tiga puluh tahun lalu aku meninggalkanmu
waktu kau masuk menembus dinding kawah.
Kini kau berdiri di hadapanku tanpa perubahan sedikitpunl Kau tetap sebagai
seorang pemuda tiga puluh tahun silam. Rambutmu, kumis dan janggut tidak menjadi
panjang, tidak berubah warna.
Bahkan pakaianmu tidak lusuh sedikitpunl Kau seolah baru kutinggal petang tadi!"
"Kuasa dan kasih para Dewa sungguh besar terhadap diriku, Paman."
"Aku sungguh sangat bersyukur, Mahendra. Eh. lihat dirikul Ketika aku
mengantarkan kau ke kawah Gunung Bromo ini usiaku sekitar setengah abad. Kini
Kembalinya Sang Pendekar Rajawali 11 Pendekar Slebor 57 Patung Kepala Singa Dedel Duel 2

Cari Blog Ini