Ceritasilat Novel Online

Jabrik Sakti Wanara 1

Wiro Sableng 191 Jabrik Sakti Wanara Bagian 1


BASTIAN TITO Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212
WIRO SABLENG Episode 191 JABRIK SAKTI WANARA
BASTIAN TITO e-book by: m i k e
e-mail: deepblue_hazeman@yahoo.com
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO "Tubuh bocah cilik tersebut bergetar keras akibat betotan tangan Ki Buyut Pocong
Mayit dan Merak Jingga yang saling berebut menarik kedua tangannya. Kedua tokoh
tersebut tidak mempedulikan keadaan sang bocah yang mengenaskan.
mereka baru tersadar kala satu kekuatan dahsyat yang
dibarengi auman harimau dikejauhan melempar keduanya
masuk kedalam tegalan sawah! Mata kedua tokoh hitam ini
terbeliak tak percaya kala melihat bocah yang diperebutkan tersebut nampak
melayang diudara dengan sepasang mata
tampak memutih menakutkan sementara di dada sang bocah
yang kurus telanjang tampak bercahaya tiga guratan angka, angka dua satu dua!
"astaga! Apa tidak salah mataku ini" Apa benar itu Wiro" Tapi kenapa..." seru
Setan Ngompol sembari delikkan kedua mata kearah sosok bayangan yang berdiri
mengambang di punggung bocah kurus berambut jabrik yang
dipanggil dengan sebutan Jabrik Sakti Wanara itu, apa yang dilihat oleh Setan
Ngompol juga dilihat oleh Mahesa Edan, Naga Kuning dan Panji Ateleng. Dibalik
sosok melayang Jabrik Sakti Wanara berdiri mengambang satu sosok seorang kakek
berbaju dan berdestar putih. Rambut dan janggutnya terlihat melambai berwarna
putih keperakan sementara ditangan sang kakek tergenggam sebuah senjata yang
amat ditakuti oleh
para tokoh golongan hitam. Kapak Maut Naga Geni 212!"
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO BASTIAN TITO PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212
WIRO SABLENG Episode 191 JABRIK SAKTI WANARA
Wiro Sableng telah terdaftar di Departemen Kehakiman dan merupakan
Milik serta Hak cipta dari Bastian Tito seorang, Tokoh Panutan dan Inspirator
Penulis, Lanjutan Wiro Sableng ini dibuat tanpa maksud
apapun sekedar Wujud Kecintaan Penulis terhadap tokoh yang telah menemani
Penulis dalam suka dan duka. Oleh karenanya penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada pihak yang merasa berkeberatan
dilanjutkannya kisah Wiro Sableng ini.
SALAM 212!!! Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO BASTIAN TITO Jabrik Sakti Wanara 1 Kucuran air dingin perlahan berjatuhan membasahi
sepasang tangan renta milik Ki Tanu Mangir.
"SubhanAllah..." ucap sang kakek kala merasakan kesegaran
yang mengalir dari kucuran air dari bedeng bambu yang
terletak di samping Surau. Suasana subuh yang hening dan
senyap terasa demikian damai kala terdengar suara gemericik
air yang berbunyi saat kakek penjaga Surau tersebut terlihat mengambil wudhu dan
bersuci diri. Setelah selesai bersuci, Ki Tanu Mangir pun berjalan memasuki
Surau dengan langkah
ringan. Kala itu suasana Surau masih terlihat lengang, tidak terlihat seorang
jamaahpun berada di dalam Surau. namun
saat sang kakek memalingkan wajahnya ke salah satu sudut
ruangan, dilihatnya seorang bocah tertidur pulas sembari
meringkuk didalam kemulan sehelai kain sarung kumal. Sang
kakek mengerutkan kening karena merasa tidak mengenali
bocah yang sedang tertidur lelap ini. Ki Tanu Mangir
kemudian memperhatikan si bocah lebih seksama, Yang
menjadi perhatian pertama Ki Tanu Mangir adalah Rambut Si
Bocah yang panjang dan berdiri kaku keatas serta sebagian
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO besar sudah berwarna putih. "anak ini masih kecil namun
hampir seluruh rambutnya sudah memutih..." gumam Ki
Tanu Mangir masih menatap rambut sang bocah yang
nampak diikat secarik kain Lurik. Tubuh bocah kecil ini
terlihat kurus dan ringkih, namun begitu tubuhnya terlihat
bersih dan tidak berbau pertanda sang bocah pandai
mengurus diri. Bocah cilik ini tidak memakai baju atasan
sehingga tulang dada dan rusuknya terlihat dengan jelas.
Satu-satunya pakaian yang dikenakan bocah ini selain kain
sarung adalah sehelai celana pangsi sebatas lutut. "kasihan
anak ini..."ucap Ki Tanu Mangir sembari mengusap rambut
sang bocah. Kakek penjaga Surau ini kemudian beranjak
bangkit untuk Melaksanakan Shalat Subuh. Setelah
menyelesaikan panggilan Illahi, Sang Kakek kemudian
berjalan mendekati si bocah yang masih tertidur pulas.
"Bangun Nduk... Sudah Pagi..." ucap Ki Tanu sambil
menepuk bahu si bocah. Bocah yang ditepuk bahunya
kemudian terlihat membuka mata lalu perlahan bangkit
duduk sembari mengusap-usap wajahnya.
"Assalamualaikum, Kyai... maaf saya numpang tidur di Surau
tanpa permisi dulu sama Kyai..." ucap bocah cilik ini sembari
mencium tangan Ki Tanu Mangir. Sang Kakek terlihat
tertegun melihat kesopanan dan tutur kata si bocah yang
terdengar halus dan terpelajar. "Waalaikumsalam, anak
baik... jangan panggil saya Kyai... saya hanya penjaga Surau
Kecil ini saja. saya malu kalau dipanggil Kyai, saya ini belum Jabrik Sakti
Wanara BASTIAN TITO pernah naik Haji... panggil saja saya Ki Tanu Mangir..." ucap
Ki Tanu Mangir sembari menatap bocah dihadapannya
dengan seksama. "Namamu siapa Nduk" Aki rasanya belum
pernah melihat wajahmu di daerah ini..." Tanya sang kakek.
"Saya memang bukan orang asli sini Ki, Nama saya Sakti
Wanara, tapi banyak orang sering memanggil saya dengan
panggilan Jabrik atau Uban..." ucap sang bocah lugu sembari
mengusap-usap rambutnya yang berdiri kaku tegak. "saya
tidak punya tempat tinggal Ki, saya hanya singgah sebentar
karena lelah semalaman berjalan. Saat saya melihat surau ini saya langsung
memutuskan untuk beristirahat sebentar..."
ucap si bocah sembari terpekur menatap lantai surau. "aki
tidak marah kan?"ucap si bocah perlahan. Ki Tanu Mangir
tertawa lepas mendengar pertanyaan si bocah cilik. "Semua
orang itu diterima di rumah Allah Nduk, selama beritikad
baik dan memiliki hati yang suci bersih..." ucap sang kakek
sembari mengusap kepala bocah yang bernama Sakti Wanara
ini. "kau sudah makan Nduk?" lanjut sang kakek. Bocah cilik ini tidak menjawab
pertanyaan si kakek melainkan
memandang berkeliling. "belum ada yang datang Shalat Ki?"
ucap si bocah tanpa disangka oleh Ki Tanu Mangir. Wajah si
kakek terlihat berubah sedih. "belum cah bagus, orang-orang
di desa sekitar nampaknya mulai enggan pergi ke surau... "
ucap Ki Tanu Mangir sembari menghela nafas berat. Tiba-tiba
si bocah jabrik bangkit berdiri lalu kembali mencium tangan
ki tanu mangir "saya permisi ambil wudhu dulu Ki..."ucap si
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO bocah sambil berlari menuju keluar Surau. Ki Tanu Mangir
yang melihat tingkah laku si bocah hanya bisa mengelengkan
kepala. "dasar anak-anak..."batin sang kakek sembari
berjalan kearah rak buku di sudut Surau. Beberapa saat
kemudian mulai terdengar bunyi gemerisik air mengalir dari
tempat wudhu di samping surau. Ki Tanu Mangir baru mulai
hendak membaca Kitab Kuning saat tiba-tiba telinga tuanya
mendengar alunan suara yang membuatnya terhenyak.
"Astaghfirullah... apakah tidak salah pendengaranku ini...?"
ucap Ki Tanu Mangir seraya beranjak bangkit dan berjalan
mendekati pintu Surau. Disana tepat di depan jalan turunan
yang mengarah ke perkampungan dilihatnya bocah tak
berbaju yang tadi tertidur di dalam Surau nampak berdiri
menengadah dengan kedua tangan di telinga sembari
mengumandangkan suara Adzan! "SubhanAllah...! Maha
Besar Allah...!" seru sang kakek takjub! Air mata sang kakek
mulai terlihat menitik disudut matanya Apalagi kala
dilihatnya beberapa orang mulai nampak di berjalan diujung
jalan menuju keatas bukit tempat Surau kecil itu berdiri.
Memang sudah sejak lama Kalam Penyejuk Kalbu tersebut
tak terdengar di Surau Kecil tersebut semenjak penyakit
paru-paru menyerang dan mengerogoti tubuh renta Ki Tanu
Mangir. Sementara itu bocah bernama Jabrik Sakti Wanara
tersebut setelah selesai mengumandangkan adzan langsung
berjalan kedalam masjid dengan tidak lupa kembali mencium
tangan sang kakek. "saya mau Shalat dulu ya Ki... tapi maaf
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO saya tidak punya pakaian... apa kira-kira Allah bakalan
Marah ya Ki...?" ucap si bocah dengan polos. Sang Kakek
langsung memeluk si bocah erat. "tidak Nduk... Allah tidak
akan marah... Allah tidak pernah memandang rupa maupun
apa yang disandang manusia, Allah hanya memandang
keikhlasan hati dan amal ibadat kita..." ucap Ki Tanu Mangir
sembari mengusap airmatanya. "Shalatlah dulu dan jangan
kemana-mana setelah itu, Aki akan carikan baju untukmu di
pasar..." ucap sang kakek seraya melepaskan pelukannya.
"benaran ya Ki" Janji ya?" ucap sang bocah riang. Ki Tanu
Mangir terlihat mengangguk dan tersenyum sembari
membelai rambut jabrik sang bocah. Sang bocah pun
kemudian terlihat mulai melakukan Shalat Subuh diikuti
pandangan takzim Sang Kakek. "Sungguh besar kuasa
Allah... anak sekecil ini sudah bisa menunjukan akidah yang
lebih dari pada orang dewasa... sikap ruku dan bacaannya
juga benar-benar sempurna... apakah memang Gusti Allah
yang mengantarkan sepasang kaki mungilnya ke mari"
SubhanAllah..." ucap Ki Tanu Mangir tak henti-hentinya
memuji kebesaran Yang Maha Kuasa. Sementara itu beberapa
orang pun mulai terlihat berdatangan untuk menunaikan
kewajiban mereka yang seakan mulai terlupakan sampai
bergaungnya kembali suara adzan yang keluar dari bibir
mungil bocah kecil bernama Jabrik Sakti Wanara!
* * * Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO BASTIAN TITO Jabrik Sakti Wanara 2 S udah terlalu lama kita meninggalkan dua orang konyol
sahabat pendekar kita yaitu Setan Ngompol dan Naga
Kuning. Dalam episode Si Pengumpul Bangkai diceritakan
mengenai pertemuan Setan Ngompol dan Naga Kuning
dengan Dewi Dua Musim. dalam pertemuan singkat tersebut
Dewi Dua Musim dan Setan Ngompol serta Naga Kuning
berjanji untuk bertemu pada sore harinya di hilir sebelah
barat Kaliprogo. Pada saat yang hampir bersamaan pula,
Kedua orang ini juga bertemu dan berkenalan dengan Mahesa
Edan Si Pendekar Dari Liang Kubur dan bersama-sama
dengan pendekar yang selalu menghisap rokok ini, mereka
berhasil menyelamatkan seorang pemuda yang dikejar-kejar
oleh beberapa orang prajurit dan seorang tokoh sakti. tokoh
sakti yang dipanggil dengan sebutan Pangeran Banowo
tersebut terus menyerang dengan serangan bertubi-tubi
hingga membuat sang pemuda malang tersebut jatuh hanyut
di tengah Kaliprogo dan akhirnya ditolong oleh Setan
Ngompol. Setan Ngompol sendiri setelah berhasil
menenangkan nafasnya yang memburu, perlahan nampak
mengusap mukanya yang pucat pasi. Saat sang kakek
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO memandang ke tepian sungai, dirinya menghembuskan nafas
lega karena melihat rombongan prajurit yang dipimpin oleh
lelaki yang menghujaninya dengan pukulan sakti tersebut
sudah tidak menampakkan diri. Sementara itu terlihat Naga
Kuning sedang berlutut di tepi sungai sembari mengurut
dada Pemuda yang diselamatkan oleh Setan Ngompol
tersebut. "Bagaimana Keadaannya Ning...?" seru setan
ngompol. "dia sudah tidak apa-apa kek...! Hanya kebanyakan
minum air..." ujar si bocah sembari berusaha mendudukan
pemuda yang bukan lain adalah Panji Ateleng ini. Sementara
itu Mahesa Edang sembari mengisap Rokok Kawungnya
menatap tajam kearah Panji Ateleng. "siapa namamu
Kisanak..." Mengapa orang-orang kerajaan mengejarmu
sedemikian rupa" Panji Ateleng mengusap wajahnya yang
basah kuyup dengan kedua tangannya sebelum membalas
pertanyaan Mahesa Edan. "Terima kasih sebelumnya atas
pertolongan kalian, kalau kalian tidak menolongku dari kali
tersebut aku pasti sudah hanyut terbawa arus air..." naga
kuning yang berada paling dekat dengan Panji Ateleng
kemudian menyahut " berterima kasihlah pada kakek bau
pesing di sebelah sana itu! Dia yang tadi mati-matian
menarikmu keluar dari dalam kali!" Panji Ateleng palingkan
wajah kearah Setan Ngompol lalu memegang tangan si kakek
erat "Kek budi pertolonganmu sungguh tak dapat kubalas...
tak dapat kubayangkan apa yang akan terjadi jika kau tadi
tidak menarikku keluar dari dalam air..." setan ngompol yang
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO tangannya di genggam tersenyum malu. "sudahlah anak
muda.. saling tolong menolong di dunia itu sudah jamak
lumrah! Jadi jangan berterima kasih padaku, Berterima
kasihlah pada Gusti Allah, ..." sementara itu Mahesa Edan
nampak kembali menghisap rokoknya dan kali ini
dihembuskan kearah Naga Kuning yang sontak mengomel
panjang-pendek. "kau belum menjawab pertanyaanku
Kisanak, Siapa namamu dan mengapa orang-orang kerajaan


Wiro Sableng 191 Jabrik Sakti Wanara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tadi mengejar dan ingin menghabisimu?" Panji Ateleng
menarik nafas berat lalu memandang kearah Mahesa Edan
"maafkan ketidak sopananku kisanak, Namaku adalah Panji
Ateleng, aku berasal dari satu desa kecil di timur Kuto gede.
Orang yang menyerangku tadi adalah Pangeran Banowo,
orang yang tidak lain dan tidak bukan adalah kakak iparku
sendiri..." Naga Kuning dan Setan Ngompol saling
berpandangan manakala mendengar penuturan Panji Ateleng.
"waladalah...!! Bagaimana ceritanya sampai ada kakak ipar
yang mau menghabisi nyawa adik iparnya sendiri?" ucap si
kakek sambil pelototkan m,ata jerengnya kearah Panji
Ateleng. Panji ateleng yang ditatap sedemikian rupa hanya
bisa menghela nafas berat. "ceritanya panjang kek, tapi yang jelas pangeran itu
sudah bukan lagi kakak iparku. Pangeran
keparat itu sudah membunuh kakakku... cemani kakakku
satu-satunya..." desis Panji Ateleng dengan rahang
menggembung pertanda menahan amarah. Mahesa Edan
yang sedari tadi nampak berdiam diri sembari menghisap
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO rokok kawungnya nampak berjalan mendekat kearah Panji
Ateleng dan menepuk pundak si pemuda perlahan.
"tenangkan hatimu sahabat, kami semua yang ada disini
punya banyak waktu untuk mendengar ceritamu. Mungkin
dengan mendengar ceritamu kami yang ada disini dapat
memberikan bantuan atau setidaknya memikirkan
pemecahan bagi masalahmu itu..." ucap Mahesa Edan
sembari kembali menghembuskan asap rokoknya kearah
Naga Kuning yang kembali langsung dibalas dengan umpatan
oleh sang bocah! "Pemecahan sontoloyo...! kalau ngerokok
kira-kira dong! Asapnya jangan disemburin ke saya melulu!
Tuh semburin ke kakek Setan Ngompol biar baunya
komplit...!" sembur si bocah sembari mengebut-ngebutkan
asap rokok kawung yang memenuhi wajahnya. Panji ateleng
yang melihat tingkah si bocah mau tak mau akhirnya
tersenyum geli. Sang pemuda kemudian terlihat berdiri
perlahan lalu sesaat kemudian Panji Ateleng nampak
memejamkan mata dan menahan nafasnya. "Alhamdulilah,
akhirnya terlepas juga..." ucap sang pemuda seraya
membuka kedua matanya dan menghembuskan nafas
panjang. Lalu secara tiba-tiba pemuda murid eyang toh bagus
kamandipa ini terlihat menggetarkan seluruh tubuhnya
dengan keras! Terdengar bunyi berkerotokan dari seluruh
ruas tulang di tubuh pemuda ini! Tidak hanya sampai disitu
kehebatan yang ditunjukan oleh Panji Ateleng, bersamaan
dengan terdengarnya bunyi ruas tulang si pemuda bersamaan
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO itu pula basahan air dan Lumpur yang mengotori tubuhnya
mengering dan sirna! "wah luar biasa! Kau ternyata orang
hebat kak! Tolong ajari aku ilmu mengeringkan badan seperti
itu kak... ya kak ya...?" Rengek Naga Kuning sembari
menguncang-guncangkan tangan Panji Ateleng. Setan
Ngompol yang melihat ini terlihat mencibirkan bibirnya.
"walaaah...! Kalo itu mah ilmu kacangan ning! Aku juga kalo
Cuma yang seperti itu mah kecil..." ucap si Kakek seraya
menjentikkan jari kelingkingnya. Naga Kuning dan Mahesa
Edan yang tahu gelagat buruk berusaha untuk mencegah
tindakan si kakek. Namun Mereka terlambat! Si kakek sudah
keburu menggetarkan badan seperti yang dilakukan oleh
Panji Ateleng! Alhasil muncratan basahan air kali ditambah
air kencing si kakek yang menempel di tubuhnya akhirnya
bertebaran kemana-mana! Ini masih ditambah lagi dengan
berhamburannya robekan dedaunan yang menutupi aurat
terlarang si kakek! si kakek rupanya lupa kalau dia saat itu hanya mengenakan
dedaunan seadanya untuk menutup
bagian bawah tubuhnya! Akhirnya bukan hanya tubuh si
kakek yang bergetar, perabotan milik si kakek turut bergetar gundal-gandil
kemana-mana! Caci maki dan sumpah serapah
terdengar keluar dari mulut naga kuning dan Mahesa Edan
yang kecipratan air kencing si kakek. Sementara Panji Ateleng yang juga turut
kecipratan hanya mengerutkan kening untuk
kemudian akhirnya terlihat tertawa terpingkal-pingkal! Setan Ngompol yang baru
tersadar akan keadaannya buru-buru
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO mendekap bagian bawah tubuhnya dan meloncat kedalam
kali. Naga Kuning yang masih jengkel dengan perbuatan si
kakek langsung menimpuk kepala botak si kakek yang
menyembul di permukaan kali dengan bungkus sisa nasi
timbel! Semua hal ini tentu saja tidak lepas dari amatan Panji Ateleng yang
tidak henti-hentinya tertawa melihat Tingkah
kedua sahabat pendekar dua satu dua ini. Akhirnya Setelah
beberapa saat berlalu nampak Panji Ateleng duduk diatas
sebuah batu kali dikelilingi oleh Mahesa Edan, Naga Kuning
dan Setan Ngompol yang kali ini sudah mengenakan pakaian
dan celananya yang sebelumnya dijemur di pinggir kali. Panji ateleng nampak
menjura hormat kearah ketiga orang yang
duduk di sekelilingnya. "sungguh aku benar-benar merasa
terhormat bisa berkenalan dengan kalian bertiga, khususnya
anda saudara Mahesa, Sudah semenjak lama aku mendengar
kebesaran nama Pendekar Dari Liang Kubur dari Pegunungan
Iyang. Tak disangka hari ini bisa berjumpa disini, Sungguh
ini benar-benar merupakan satu kehormatan bagi ku."
Mahesa Edan yang mulutnya tak henti-hentinya menghisap
rokok terlihat terkekeh geli "segala nama kosong apalah
artinya" Cuma jadi isapan jempol jika tidak dibarengi dengan akhlak dan
perbuatan yang baik. Saya ini siapa" Belum
pantas dikasih kehormatan segala, kalau dikasih rokok klobot saya sih akur
saja!" ucap si pendekar sembari mengebulkan
asapnya tinggi-tinggi keudara, "ada baiknya jika kau
ceritakan saja kenapa sampai Pangeran yang kau sebut tadi
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO sampai tega membunuh istrinya sendiri dan hendak
mencelakakan dirimu.." sambung sang pendekar. Panji
Ateleng menatap langit sejenak sebelum mulai berucap.
"seperti yang kubilang tadi, namaku adalah Panji Ateleng.
Saat masih kecil aku bersama kakakku yang bernama cemani
terpisah dengan adik dan kedua orang tuaku saat terjadi
banjir bandang di desa kami. Aku dan kakakku kemudian di
tolong oleh Guru yakni Eyang Toh Bagus Kamandipa dan
diangkat sebagai murid serta bersama-sama guru menetap di
pantai selatan. Waktu berlalu begitu cepat, dan akhirnya
tanpa terasa delapan tahun sudah aku dan kakak menimba
ilmu di tempat tetirahan guru di pantai selatan. kakakku
cemani yang kala itu genap berumur delapan belas tahun
akhirnya di beri ijin oleh guru untuk turun ke dunia luas
untuk memperdalam pengetahuan dan pengalaman sekaligus
mencari kabar mengenai jejak adik dan orang tua kami yang
terseret arus banjir delapan tahun yang lalu. Tanpa terasa
Waktu kembali berputar, Suatu hari setelah mengembara
selama dua tahun lamanya kak Cemani akhirnya pulang
kembali ke tetirahan guru bersama seorang pria dan diiringi
oleh sepasukan prajurit kerajaan. Pria tersebut kemudian
diketahui sebagai utusan dari Pangeran Banowo yang masih
bertalian darah dengan baginda raja. Kedatangan utusan
pangeran tersebut kemudian diketahui bertujuan untuk
menghantar lamaran kepada Guru atas diri Kak Cemani.
Kami saat itu benar-benar gembira dan bahagia apalagi saat
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO tiga hari kemudian sang pangeran sendiri datang secara
pribadi untuk meminta restu memboyong kak cemani ke
tempat kediaman sang Pangeran di Magelang. Hari itu juga
kemudian dilaksanakan acara akad nikah yang
dilangsungkan secara sederhana di tempat kediaman kami di
Pantai selatan. Keesokan harinya dengan alasan banyak
tugas dan pekerjaan yang harus diselesaikan Pangeran
Banowo langsung memboyong Kak cemani ke tempat
kediamannya di magelang.." Panji ateleng sesaat
menghentikan ceritanya dengan pandangan mata
menerawang. Sementara itu sembari mendengarkan cerita
Panji ateleng, Mahesa Edan nampak sibuk menggulung daun
jagung kering berisi tembakau dan batang cengkeh untuk
kemudian disulutnya dan dihisap dalam dalam sebelum
kembali asyik mendengarkan penuturan Lanjutan Panji
Ateleng. "beberapa bulan sejak peristiwa perkawinan antara
Kak cemani dan pangeran banowo aku dan guru beberapa
kali datang menjenguk kediaman sang pangeran di magelang.
Kami pada saat itu mendapat sambutan yang cukup baik oleh
sang pangeran dan kak cemani walaupun pada saat itu kami
melihat ada sesuatu yang tidak wajar pada raut muka
kakakku tersebut. Aku pernah menanyakan perihal tersebut
kepada Guru namun guru hanya tertawa dan mengatakan
bahwa hal itu kemungkinan besar karena Kakakku cemani
saat itu mungkin sedang mengandung sehingga terlihat
pucat. Aku saat itu pun berpikiran sama dan tidak pernah
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO lagi memikirkannya. Namun dua bulan setelah kedatangan
kami yang terakhir, kami mendapatkan berita yang
mengejutkan yang dibawa oleh seorang Prajurit utusan
Pangeran Banowo..." Panji ateleng kembali terdiam untuk
beberapa saat. "prajurit itu menyampaikan kabar bahwa kak
Cemani meninggal akibat sakit keras... aku dan guru benarbenar terkejut dengan berita itu. Namun yang paling terpukul adalah guru. Beliau
sampai menderita sakit dan terpaksa
harus beristirahat di pembaringan. Aku pun kemudian diutus
guru untuk menemui Pangeran Banowo di tempat
kediamannya. Walaupun berat karena harus meninggalkan
guru yang sedang sakit, namum aku pun kemudian pergi
juga untuk menemui pangeran banowo di magelang namun
alih-alih mendapat penjelasan mengenai perihal kematian kak
cemani, pangeran keparat tersebut tiba-tiba dengan secara
pengecutnya menangkap diriku dan menjebloskan diriku
kedalam penjara..." ucap panji ateleng dengan suara bergetar
sebelum kemudian kembali melanjutkan ceritanya. "pada
saat diriku berada dalam penjara itulah baru aku mengetahui
bahwa kakakku bukanlah meninggal akibat sakit keras
melainkan dibunuh oleh pangeran keparat tersebut...
Laknat...!" seru sang pemuda dengan tidak dapat
mengendalikan amarahnya. "maafkan aku memotong
penjelasanmu sobat, tapi apa tujuan sebenarnya dari
pangeran tersebut dengan membunuh kakak perempuanmu
dan menjebloskanmu ke dalam penjara?" Potong Mahesa
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO Edan sembari menatap tajam kearah murid eyang toh bagus
kamandipa ini. "tujuan pangeran keparat tersebut mendekati
dan menikahi kak cemani rupanya hanya untuk
mendapatkan sepasang mutiara merah yang tertanam dalam
tubuh kami berdua..." mendengar apa yang diucapkan panji
ateleng, naga kuning dan setan ngompol serta mahesa edan
nampak saling berpandangan. "apa yang kau maksud dengan
mutiara merah kak" Dan apa khasiat mutiara tersebut
sehingga pangeran itu sampai begitu tega membunuh istrinya
sendiri?" kali ini naga kuning yang mengajukan pertanyaan.
Panji ateleng nampak menggelengkan kepala sembari
menghembuskan nafas berat. "aku juga tidak tahu apa
kegunaan sepasang mutiara merah tersebut. Guruku eyang
toh bagus kamandipa yang menanamnya kedalam tubuh
kami masing-masing saat kami berdua masih kecil..." ucap si
pemuda "lalu bagaimana kau bisa tahu kalau sepasang
mutiara itulah yang menjadi pangkal musabab malapetaka
yang menimpa kalian berdua kakak beradik?" Tanya setan
ngompol sembari memperbaiki letak duduknya. "selama
dalam penjara tersebut pangeran gila dengan dua orang anak
buahnya yakni Lor randuwali dan Seno Kalimurti itu tidak
henti-hentinya menyiksa diriku baik secara halus maupun
dengan cara kasar agar aku mau menyerahkan mutiara
merah yang kumiliki kepadanya. Dari situlah aku mengetahui
bahwa mustika milik kak cemani pasti telah jatuh ke
tangannya... dari bibir mereka berdua juga aku mengetahui
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO bahwa nyawa kakakku cemani dihabisi oleh dua keparat
tersebut atas perintah Pangeran Banowo..." tutup sang
pemuda. "lalu bagaimana dengan mustikamu sendiri kak"
Masih adakan" Tidak kau serahkan kepada pangeran itu
kan?" Tanya naga kuning. Panji ateleng nampak tersenyum
sembari menggeleng kepalanya pelan. "mutiara itu sudah
kuberikan kepada orang lain adik kecil..." setan ngompol yang
mendengar apa yang dikatakan oleh panji ateleng sampai
terlonjak kaget dan menepuk kedua pahanya. 'walah...! Kamu
kasih mutiara itu ke orang lain" Kamu sudah gila " barang
yang jadi penyebab meninggalnya kakak perempuanmu itu
kau beri begitu saja kepada orang lain" Alamak! Pasti orang
itu gadis cantik..!!! iya toh..." Kalau tidak aku tidak percaya kau mau
memberikannya begitu saja..." Panji Ateleng nampak
menundukkan kepalanya dan memandang kearah air yang
mengalir di hadapannya.
* * * Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO BASTIAN TITO Jabrik Sakti Wanara 3 Betapapun kerasnya Panji Ateleng mencoba untuk
bertahan untuk tidak tersenyum namun akhirnya sang
pemuda tersenyum juga. "kau benar kek, orang yang
kuberikan mutiara merah itu memang seorang gadis cantik,
tapi..." belum sempat panji ateleng meneruskan ucapannya
Sang Kakekkembali memotong ucapannya. "nah... kan"
Betulkan apa yang ku bilang..." Kalau begini, ceritanya jadi
lain lagi....betul tidak ning..?" ucap si kakek sembari terkekeh sementara Naga
Kuning nampak mengiyakan apa yang
diucapkan oleh Sang Kakek. "semuanya tidak seperti yang


Wiro Sableng 191 Jabrik Sakti Wanara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kau bayangkan kek...! Aku memberikan mutiara itu kepada
Gadis itu karena dia membebaskanku saat seluruh Tubuhku
dipantek oleh seorang Warok dari Hutan Roban yang ternyata
adalah saudara seperguruan Pangeran Banowo..." mahesa
edan yang sebelumnya nampak hanya diam mendengarkan
tiba-tiba memotong ucapan Panji ateleng. "apakah yang kau
maksud dengan warok hutan roban itu adalah seorang pria
tinggi besar bersenjatakan paku dan martil besar dan
menyebut dirinya dengan panggilan Suro Gledek...?" Panji
Ateleng nampak terhenyak dan memandang kearah Mahesa
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO Edan. "Apakah kerabat Mahesa mengenal manusia sesat
itu...?" Tanya Panji Ateleng, namun mahesa nampak
menggeleng lemah. "sejujurnya aku tidak begitu mengenal
atau pernah bertemu muka dengan manusia bernama Suro
Gledek itu, namun aku sangat mengenal dan punya urusan
yang cukup runyam dengan gurunya Si Jenazah Kubur Batu
Watu Selirang, Ki Buyut Pocong Mayit..." Panji Ateleng
Nampak terhenyak mendengar penuturan Mahesa Edan
"astaga...! Apakah yang kau maksud dengan ki buyut pocong
mayit itu adalah kakek bungkuk berpakaian layaknya pocong
dengan kalung tiga buah pocongan kecil dilehernya itu sobat
Mahesa...?" Mahesa Edan nampak mengangguk mengiyakan.
"Orang itu adalah Guru Pangeran Banowo...! Dia adalah
orang yang mengunci ilmu dan tenaga dalamku dengan ilmu
tatapannya yang aneh sehingga aku terpaksa harus lari dan
dikejar-kejar Pangeran Banowo hingga sampai ke kali ini...!
kakek aneh itu Pula yang kemudian kuketahui belakangan
secara mati-matian berusaha untuk mendapatkan sepasang
mutiara merah pemberian guru..." tutup Panji Ateleng sambil
menatap kearah Pendekar dari liang kubur ini. mahesa edan
nampak kembali menyalakan api pada rokoknya. "kakek itu
adalah seorang yang amat berbahaya...! Aku ditugaskan oleh
guruku untuk mengambil kembali suatu barang milik guru
yang pernah dicuri oleh makhluk celaka tersebut namun aku
tidak pernah mendengar kabarnya lagi setelah peristiwa
pencurian itu sampai pada hari ini..." ucap si pemuda.
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO "apakah barang yang kau maksud adalah milik gurumu si
Kunti Kendil..."' Tanya Setan Ngompol. Mahesa edan sembari
mengebulkan asap rokoknya kembali nampak menggeleng.
"bukan, barang yang dicuri oleh Kakek setan itu adalah milik guruku yang
satunya, Suko Ingil..." setan ngompol kembali
terlonjak kaget. "apa yang kau maksud gurumu yang satunya
itu Suko Ingil, Si Pendekar Muka Tengkorak...?" kini gantian
Mahesa yang memandang heran kearah Setan Ngompol. "kau
juga mengenal guruku yang itu kek?" Setan Ngompol baru
hendak berucap membalas pertanyaan Mahesa Edan
manakala mendadak dari seberang sungai nampak berkelebat
puluhan bayangan hitam yang secara ganas menyambar
kearah mereka! "Paku Kayu iblis Jati Roban...! Awas...!
Semua menghindar...!" teriak Panji Ateleng kala melihat jelas
wujud puluhan bayangan yang menderu deras kearah mereka
berempat! Keempat orang yang duduk diatas batu masingmasing bergerak secepat kilat begitu menyadari adanya
bahaya yang datang. Satu gerakan yang amat indah
ditunjukan oleh Sang Pendekar dari liang kubur manakala
menghadapi ratusan pasak kayu yang turun dari langit.
Dengan menggunakan jurus silat Diatas Kubur Badai
Mengamuk sang pendekar terlihat dengan begitu lincahnya mengelak serangan pasak
yang datang bertubi-tubi. Sembari
bergerak kesana-kemari memainkan jurus silat hebat
pemberian eyang kunti kendil ini, kedua tangan mahesa juga
tidak hanya diam terpaku, tangan kanan sang pendekar yang
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO memegang senjata andalannya yaitu papan nisan kayu hitam
ini nampak mengebutkan papan sakti tersebut berulang kali
hingga menimbulkan hembusan angin serangan yang
menggebubu laksana badai! Sementara tangan kiri sang
pendekar nampak berulangkali mengeluarkan pukulan sakti
andalannya yakni Api Geledek Menggusur Makam dan
Pukulan Makam Sakti Meletus! Apa yang dilakukan oleh murid pendekar muka
tengkorak ini benar-benar mengagumkan!
Angin serangan yang keluar dari papan nisan kayu hitam dan
jalur-jalur pukulan sakti yang dilepaskannya ini terbukti
mampu meluluhlantakkan puluhan pasak kayu yang datang
bagaikan hujan tercurah! Sementara itu Panji ateleng dan
Naga Kuning juga nampak sedang sibuk mengeluarkan
pukulan sakti masing-masing untuk menghadapi hujan
serangan pasak kayu. Hanya setan ngompol yang nampak
adem ayem duduk mendekam di balik sebuah batu besar.
Memang saat terjadi hujan serangan kebetulan tempat duduk
si kakek tepat berada dekat sebuah batu besar yang memiliki
cerukan cukup dalam sehingga sang kakek tinggal melompat
kedalam cerukan tersebut kala Panji ateleng berteriak keras.
namun si kakek tidak bisa lama-lama bersembunyi, satu
hempasan angin keras dibarengi lesatan cahaya merah
memaksa sang kakek pontang-panting keluar dari
persembunyiannya. Dengan nafas terengah-engah setan
ngompol berpaling kearah batu besar tempat dimana semula
dirinya bersembunyi. Sang kakek langsung menenggak
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO ludahnya manakala melihat batu besar tersebut nampak
sudah hancur berkeping-keping! "bukan main...! Kalau saja
aku lebih lama mendekam di balik batu itu bukan mustahil
aku juga bakalan bernasib sama seperti batu itu..." desis
setan ngompol sembari menyeka keringat didahinya. Sang
kakek kemudian memalingkan wajahnya kearah depan dan
melihat dihadapannya telah berdiri seorang pemuda berbaju
dan berdestar hitam berdiri dengan angkuhnya sembari
berpangku tangan. "cepat Juga kau kek..." desis sang
Pemuda dengan senyum pongah. "anak muda...! Siapa kau
sebenarnya" Aku merasa tidak memiliki silang sengketa
dengan dirimu hingga kau menyerangku sedemikian rupa...?"
ucap si kakek sembari mengerutkan kening. Naga kuning
setelah berhasil menyampok jatuh serangan paku yang
menyerang dirinya kemudian terlihat melompat kearah Setan
Ngompol. "kau kenal pemuda berdestar hitam itu kek"
Serangannya sangat mematikan...! Kau pernah apakan dia
kek sampai nampaknya dia begitu mendendamnya pada
dirimu...?" Tanya naga kuning. Setan ngompol nampak
berpikir serius. "seingatku aku tidak pernah memiliki silang sengketa dengan
anak ini... memang aku punya banyak
musuh karena semua perbuatanku dalam menegakkan
kebenaran, tapi aku benar-benar tidak ingat kalau pernah
berurusan dengan pemuda ini..." ucap si kakek rada-rada
sombong! "jangan takabur kek...! Coba kau Tanya baik-baik
kepada pemuda itu kenapa kau dijadikan sasaran
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO serangannya barusan..."ucap naga kuning sembari menepuk
pundak si kakek. "aku memang tidak punya silang sengketa
apa-apa dengan dirimu kek..." ucap si pemuda sembari
mengeluarkan sebuah bumbung bambu kecil. Begitu
bumbung bambu kecil tersebut dibuka sumbatnya oleh si
pemuda maka tersiarlah bau harum luar biasa! "aku juga
tidak punya dendam yang harus kutagih atas dirimu.... aku
menyerangmu semata-mata hanya karena dari semua yang
ada disini kaulah orang yang paling bau..." ucap santai si
pemuda sembari menuangkan isi bambu yang ternyata
adalah minyak wangi ini ke seluruh badannya! Mendengar
apa yang di ucapkan oleh sang pemuda, wajah sang kakek
langsung berubah merah sementara Naga Kuning tidak bisa
lagi menahan ledakan tawanya! "akuur..! setuju...! Kau betul
kak! Kalau mau bunuh orang, memang harus cari yang paling
bau...!" tawa naga kuning. Setan ngompol dengan muka
masam langsung mencoba menjitak kepala naga kuning.
"setan kau ning...! Teman mau di pateni kau malah enakenakan tertawa..." sungut
setan ngompol. Naga Kuning yang
kepalanya hendak dijitak cepat mengelak dan kembali tertawa
terbahak-bahak. namun Tawa sang bocah tiba-tiba hilang
layaknya direnggut setan manakala tiba-tiba satu angin
panas bersiur kencang kearah dirinya! "Naga Kuning...! Awas
Serangan...!" teriak setan ngompol kala melihat pemuda yang
berada didepannya secara tiba-tiba bergerak dengan
kecepatan luar biasa meluruk deras kearah naga kuning
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO dengan cakar terpentang! Kita tinggalkan dahulu Naga
Kuning yang saat itu sedang menghadapi bahaya besar,
Sementara itu ada baiknya jika Kita untuk sejenak
menengok keadaan Mahesa Edan dan Panji Ateleng. Bagitu
hujan serangan pasak paku mulai mereda, anak murid
pendekar wanita gunung iyang ini langsung melompat kearah
Panji Ateleng. Disitu telah nampak berdiri satu sosok tinggi besar yang
menyeramkan yang mengenakan sebuah jubah
hitam menutupi hampir sebagian besar tubuhnya. Pria yang
nampak memegangi sebuah martil raksasa ini nampak
mengeram gusar kearah Panji Ateleng. "Pemuda keparat...!
sekarang kau tidak akan bisa lari lagi...! Cepat serahkan
Mutiara merah itu sekarang atau kucabut nyawamu saat ini
juga...!" bentak si pria yang memiliki wajah dipenuhi
cambang dan kumis yang meranggas ini. Panji ateleng baru
hendak berucap manakala secara tiba-tiba Mahesa edan
menepuk pundaknya dan langsung berdiri menghadapi Si
tinggi besar yang sedang memegang martil raksasa ini.
Sebelum berbicara pemuda edan satu ini masih sempatsempatnya menyalakan rokok dan menghembuskan asap
rokoknya kearah lelaki tinggi besar ini. "Numpang Tanya...
apa sampeyan yang tadi melempar paku-paku pedati ini kearah kami...?" mendengar
pertanyaan Mahesa Edan yang
terkesan begitu merendahkannya kemarahan Pria inipun
meledak tak terhingga! Dengan diiringi teriakan keras pria ini dengan sekuat
tenaga menghantamkan martil di tangannya
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO kearah Kepala Mahesa! "hati-hati Sobat! Orang inilah Suro
Gledek murid Ki Buyut Pocong Mayit orang yang kau cari
itu..." teriak Panji ateleng memperingatkan. "sangat
menarik...! Aku ingin melihat bagaimana cara Pocong Pencuri
itu mengajar muridnya bermain silat...!" ejek Mahesa Edan
membuat Suro Gledek semakin bertambah murka! Kali ini
bukan hanya martil besar yang mengayun deras kearah
Mahesa Edan, Sebuah Paku besar yang digenggam di tangan
kirinya juga dihujamkan dengan keras kearah tenggorokan
murid eyang kunti kendil ini! Benar-benar satu serangan
yang amat dahsyat! Namun tidak percuma pendekar kita ini
digodok selama delapan belas tahun lamanya di Pegunungan
Iyang, hanya sekejapan mata lagi martil besar dan paku
raksasa akan menghujam dan meluluhlantakkan tubuhnya,
tiba-tiba pendekar kita ini melakukan satu gerakan aneh,
tubuhnya nampak terhuyung kebelakang seakan hendak
terjatuh sehingga serangan kedua senjata maut yang
dilancarkan oleh warok dari hutan roban ini hanya meleset
beberapa jengkal dari kulit muka Sang Pendekar! Tidak
hanya sampai disitu, dalam keadaan terhuyung, Sang
pendekar dari liang kubur ini masih sempat melakukan aksi
yang mencengangkan! Tangan kirinya dengan cepat bergerak
menggapai dan meremas jakun Warok bertubuh tinggi besar
ini dan melemparnya kearah belakang! Akibat gaya
serangannya sendiri yang teramat dahsyat ditambah
cengkraman dan hempasan tiba-tiba yang dilancarkan
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO Mahesa, Tubuh tinggi Besar Suro Gledek sontak melesat jauh
dan jatuh berdebam laksana pohon Rubuh! Inilah Jurus Si
Buta Terjatuh Menggapai Karang dan jurus Si Buta Mencengkram Langit yang
merupakan salah Satu dari
beberapa jurus dahsyat yang terdapat dalam ilmu Silat Orang Buta yang didapat
sang pendekar dari seorang tokoh silat sakti bergelar Gembel Cengeng Sakti Mata
Buta! (untuk lebih
mengenal Kisah perjalanan Mahesa Edan dan ilmu-ilmu yang
dimilikinya, Silahkan baca Serial Mahesa Edan, Pendekar
Dari Liang Kubur karangan Bastian Tito) Mahesa edan kembali berjalan mendapati
Panji Ateleng dengan Santainya.
"ternyata warok satu ini tidak ada apa-apanya... yang hanya
bisa dilakukannya hanya melempar paku dan menakuti anak
kecil... sayang sekali Pocong Keparat itu ternyata tidak pandai mendidik murid..."
ucap Pendekar satu ini sembari
menghembuskan asap rokoknya. "apa benar begitu..." Kau
rupanya benar-benar memandang remeh padaku anak
muda..." ucap satu suara berat secara tiba-tiba ditelinga
Mahesa! Sungguh kejut bukan kepalang Pendekar kita satu
ini hingga dia dengan refleksnya membalikkan mukanya.
"Tidak...! Jangan berbalik...! Bahaya...!" teriak Panji Ateleng
mengingatkan namun terlambat! Nampak Mahesa Edan Sang
Pendekar Dari Liang kubur terlihat berdiri terpaku dengan
mata membeliak dan mulut terbuka lebar memandang satu
sosok mengerikan yang berdiri diatas batu tidak jauh dari
tempat dirinya berdiri. "Tu... Tubuhku...! Aku tak mampu
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO menggerakkan tubuhku...!" desis Sang Pendekar panik,
Sementara di depannya nampak berdiri sosok seorang kakek
bungkuk yang memakai pakaian layaknya seorang pocong
bangkit dari kubur! Kain kafan kotor berselimut debu dan
Lumpur nampak melilit tubuhnya Sementara tiga buah kain
berbentuk pocongan kecil nampak tergantung di leher kakek
yang bahkan di hidungnya ini masih terlihat kapas
penyumbat! Bau busuk menghantar keluar dari tubuh sang
kakek kala kakek ini berjalan perlahan mendapati Mahesa
dan Panji Ateleng yang berdiri kaku akibat tatapan yang
dilepas oleh Kakek sesat ini!
* * * Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO

Wiro Sableng 191 Jabrik Sakti Wanara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

BASTIAN TITO Jabrik Sakti Wanara 4 Kakek berdandan aneh menyerupai pocong ini
sebenarnya merupakan salah satu dari sekian banyak
tokoh sesat yang selama ini mengasingkan diri dan tidak
pernah keluar untuk membuat kekacauan dalam dunia
persilatan. Terakhir kali kakek ini terdengar kabarnya kala Si Kakek yang
bertempat tinggal dalam sebuah kubur batu di
Watu Selirang ini mencuri sebuah Bokor Emas sakti Milik
Pendekar Muka Tengkorak yang juga merupakan guru dari
Mahesa Edan belasan tahun yang lalu. Setelah peristiwa itu
sang kakek sudah tidak pernah lagi terdengar kabar
beritanya. jika hari ini kakek satu ini sampai menampakkan
dirinya di tanah jawa tentu akan ada satu kejadian luar biasa yang akan terjadi!
Sang kakek berjalan namun tubuh
Pendekar Dari liang kubur nampak dilewatinya, Sang kakek
berjalan terus dan berhenti dihadapan Panji Ateleng! "anak
muda, kali ini kau tidak akan bisa lagi lolos dengan
mudahnya seperti tempo hari... Ilmu Tatapan Penggetar
Sukmaku kali ini tidak akan ada lagi yang akan
menghalangi..." sang kakek kemudian nampak membuka
matanya lebar-lebar menatap kearah Panji Ateleng apa yang
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO dilakukan oleh sang kakek ternyata benar membuat Pemuda
murid Eyang toh bagus kamandipa ini benar tersiksa!
Sekujur tubuhnya yang tak mampu bergerak terasa seakan
ditusuk ribuan jarum panas kala sinar mata sang kakek yang
memancarkan cahaya biru masuk kedalam mata dan terus
menjalar keseluruh sel dalam tubuhnya! Inilah salah satu
ilmu sesat yang hampir punah pada masa itu yakni Ilmu
Tatapan Penggetar Sukma! Konon dengan ilmu ini seseorang dapat membunuh orang
dengan hanya mengunakan tatapan
mata! Benar-benar ilmu yang sangat menakutkan! "hemm...
ternyata mutiara itu memang sudah tidak berada lagi dalam
tubuhmu... " desis sang kakek seraya memicingkan matanya.
"cepat atau lambat dengan bantuan bokor emas sakti milik si
keparat Suko ingil itu aku pasti dapat menemukan mutiara
merah satunya itu... kau sudah tidak berguna lagi bagiku...
jadi lebih baik kau mati saja...!" jengek sang kakek secara
tiba-tiba sembari menghantamkan cakarnya kearah dada si
pemuda guna membetot keluar jantung pemuda murid Toh
Bagus Kamandipa ini! Sesaat lagi pemuda ini akan meregang
nyawa tanpa berbuat apa-apa, tiba-tiba saja dari dalam dada
pemuda bernama panji ateleng ini keluar satu tangan yang
dengan cepat dan tidak masuk akal menghantam cakar yang
dilepas oleh Ki Buyut Pocong Mayit...! "AAargh.....!" sang
Pocong berteriak keras dalam keadaan terjengkang hebat
mana kala hempasan tenaga dalam maha kuat menghantam
cakar dan seakan meremukkan tangannya dari tangan yang
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO secara ajaib keluar dari dada pemuda dari kuto gede ini!
Berulangkali kakek ini mengibaskan tangannya menahan
sakit. Saat sang kakek menengadahkan kepalanya di situ
dilihatnya di samping Panji Ateleng berdiri seorang kakek
yang memakai sorban hitam yang dililit sehelai kain sutra
putih. Wajah si kakek terlihat menyeramkan manakala
sepasang kuping yang seharusnya berada di samping kiri
kanan kini nampak bertengger di dahi! Dan bukan itu saja,
bibir yang seharusnya berada di bawah hidung kini nampak
terlihat menempel di leher. "Iblis Hitam Kepala Putih...!" desis ki buyut pocong
mayit kala melihat sosok kakek yang tadi
menolong panji ateleng dengan cara yang menakjubkan itu.
Kakek yang bukan lain adalah Ajengan manggala Waneng pati
itu terlihat menggeleng lemah. "kau terus saja berbuat dosa
dan tidak mau bertobat Jayengrana... tidak cukupkah kau
sesatkan bekas muridku itu hingga kini kau hendak lagi
mencabut nyawa pemuda tidak berdosa ini... berbaliklah
jayengrana... umur manusia tidaklah abadi... kita sudah
sama-sama tua... sudah saatnya buat kita untuk bersiap
menghadap Sang Khalik..." ucap Manggala wanengpati seraya
mengusap ubun-ubun Panji Ateleng dan Mahesa edan hingga
kedua pemuda ini pulih dari sirapan yang dilepas oleh si
kakek pocong. Kakek berpakaian layaknya pocong ini
memandang dengan penuh kebencian kearah Ajengan
Manggala Wanengpati namun begitu nampak jelas tersirat
kalau kakek satu ini sangat jerih memandang Ajengan
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO Manggala Wanengpati. "sesukamulah Wanengpati...! Anggap
saja aku yang sial bertemu denganmu hari ini..." dengus sang
kakek sembari berjalan kearah suro gledek dan dengan
entengnya menaruh pria tinggi besar itu ke pundaknya yang
bungkuk. Sebelum berlalu dari tempat itu sang kakek masih
sempat berbalik dan mengeluarkan sumpah serapah. "ingat
baik-baik Wanengpati...! Suatu hari akulah yang akan
berbalik mencarimu dan membalaskan semua sakit hati yang
pernah kau berikan padaku... camkan hal ini baik-baik dan
tunggu hari itu tiba...!" ucap sang kakek sembari membuang
ludahnya ketanah dan melesat cepat kearah barat. Panji
ateleng yang sudah bisa menggerakkan tubuhnya berjalan
mendapati sang kakek dan mengucapkan terima kasih.
Sementara Mahesa nampak bersungut-sungut. "mengapa kau
melepaskan Manusia Satu itu Kek..." Dia akan menjadi
momok yang berbahaya dan menakutkan dalam dunia
persilatan, disamping itu aku masih harus merampas bokor
mas milik guru yang dirampasnya..." Ajengan MAnggala
wanengpati tersenyum dan menatap Mahesa. "kakek satu itu
sangat sakti...! Apakah kau merasa mampu mengalahkan
Tatapan Penggetar sukmanya...?" Mahesa Nampak terdiam
sesaat. "sudahlah... ayo kita lihat kedua sahabat kalian
disana... hemm... nampaknya orang yang kutunggu-tunggu
sudah datang di tempat ini membantu kedua temanmu itu..."
ucap Sang ajengan membuat Mahesa dan Panji Ateleng
Sontak sama memandang kearah jurusan dimana Setan
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO Ngompol dan Naga Kuning berada. Dan disana tidak jauh dari
tempat mereka berdiri terlihat Setan Ngompol dan Naga
Kuning berdiri sembari sesekali berjingkrak kegirangan
memperhatikan pertarungan yang terjadi antara pemuda
berdestar hitam dan seorang gadis berbaju biru. "Dewi...!"
seru Panji Ateleng dengan girang kala melihat siapa yang
menjadi lawan pemuda berdestar hitam itu. Sebenarnya apa
yang terjadi" Seperti di ceritakan sebelumnya Naga Kuning
yang sedang menertawai Setan Ngompol menjadi tidak
waspada dan tidak menyadari manakala pemuda yang
sebelumnya berniat membunuh Setan Ngompol secara tibatiba menyerangnya dengan ganas dan dengan kecepatan yang
luar biasa! Hanya dalam hitungan sepersekian detik cakar
panjang sang pemuda yang tidak dikenal ini sudah akan
sampai ke leher si bocah! "air adalah sumber kehidupan,
hapuskan dahaga hilangkan angkara..." satu suara merdu
tiba-tiba terdengar di barengi hempasan air laksana
gelombang yang menghantam dengan tepat tubuh Pemuda
yang berkelebat cepat hendak menghantam Naga Kuning ini!
Akibatnya sungguh diluar dugaan! Bukan saja serangan
berupa hempasan air laksana gelombang ini dapat
menyelamatkan Naga Kuning, namun juga hempasan ini
mengakibatkan tubuh pemuda berdestar hitam ini terhempas
keras menghantam bebatuan yang ada di pinggir kaliprogo!
"Dewi Dua Musim...!" girang Setan Ngompol saat melihat
sosok seorang gadis sedang berdiri berpangku tangan diatas
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO sebuah sampan kecil di tengah kali yang mengalir pelan. Sang gdis nampak
tersenyum kearah Setan Ngompol sebelum
kemudian melesat dariats sampan dan berdiri tegak di
samping Naga Kuning. "kakak Cantik...! Terima kasih kau
sudah menyelamatkan ku...!" ucap Naga Kuning sembari
memegang tangan Dewi Dua Musim dan melompat-lompat
kegirangan. Dewi dua musim tertawa kecil melihat tingkah
naga kuning. "adik kecil kau menyingkirlah dahulu biar
kakak bereskan dulu orang dimuka ini..." ucap Dewi dua
Musim seraya berjalan perlahan kearah Pemuda yang tegak
diantara bebatuan dengan mata merah menahan amarah.
"Dasar Wanita keparat...! Lagi-lagi kau menghalangiku...! Apa
maumu sebenarnya...?" bentak sang pemuda dengan berapiapi. "Maafkan aku Merak Jingga... aku tidak bisa
membiarkanmu begitu saja menyakiti orang yang tidak
berdosa... apalagi kedua orang ini adalah sahabatsahabatku... tidak...! Aku tidak bisa membiarkan hal itu
terjadi...!" ucap gadis berbaju biru ini dengan tegas.
"nampaknya aku memang tidak bisa berpanjang cakap
dengan orang seperti dirimu... biarlah hari ini aku melupakan
semua budi yang kau tanam atas diriku dan guruku...!
Jangan salahkan aku yang akan bertindak kejam...!" Dewi
dua Musim nampak menghela nafas berat. "aku menolong
dirimu dan gurumu Sang Penyesat Iman bukan karena ingin
menanam budi, tapi memang itu merupakan kewajibanku
saat itu untuk menolong siapapun yang membutuhkan
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO pertolongan... buat aku budi dan dendam itu sama saja...
tidak berarti dan berwujud jadi sudah seharusnya jika kau
tidak mengungkit-ungkit masalah itu lagi..." mendengar apa
yang dikatakan oleh gadis ini pemuda bernama Merak Jingga
ini perdengarkan suara tawa keras. "baguslah kalau begitu...1
aku jadi tidak perlu sungkan-sungkan lagi...!" ucap si
pemuda sembari melesat dengan sepasang cakar terkembang
kearah dada dewi dua musim! Gadis berbaju biru yang
diserang dengan secara kurang ajar ini nampak mengerutkan
keningnya. " nampaknya kau memang jenis orang yang harus
diberi pelajaran terlebih dahulu...!" ucap sang gadis sembari menggerakkan tangan
kirinya menepis serangan sang
pemuda. gerakan tangan si gadis sebenarnya hanya biasa
saja, namun dari tangan kiri tersebut nampak menyala redup
sebuah tanda seperti tanda air mengalir dan begitu tangan itu bergerak maka arus
air kali progo seakan bergolak tanpa
henti dan satu gelombang kecil nampak melesat kearah
Merak Jingga seakan mengikuti gerak tangan si Gadis
berbaju biru! Sang Gadis dengan cara yang amat mustahil
dan menganggumkan menunjukan kepandaiannya
menguasai air dan mengendalikan air sebagai senjatanya!
Namun pemuda yang menyerang gadis ini rupanya juga
bukanlah lawan yang enteng. Dengan melesat keatas Sang
pemuda berhasil menghindari serangan ombak dan membalas
dengan menggunakan serangan jarak jauh berupa lesatan
sinar berwarna merah yang keluar dari sepasang cakarnya.
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO Inilah jurus Sepasang Cakar Mengeruk Bumi yang kekuatan serangannya juga cukup
mematikan. Orang yang terkena
serangan ini dapat dipastikan akan hancur lebur tak
berbentuk. Namun sebagaimana Pemuda ini, gadis berbaju
biru ini juga bukanlah lawan yang dianggap enteng. Dengan
kembali menggerakkan tangan kirinya keatas dan kebawah
dengan satu alur yang terlihat sangat indah sang gadis
kembali menarik satu gulungan air dari kaliprogo dan
menggunakannya sebagai satu perisai dalam menahan arus
serangan jarak jauh yang dilepaskan oleh sang pemuda! Satu
pertarungan yang dahsyat dan indah benar-benar
dipertunjukkan oleh gadis ini membuat semua yang ada
sampai berdecak kagum. "benar-benar kemampuan yang
amat hebat... Mungkin selain dirinya hanya nenek gurunya
yaitu Sekar Kedaton Ratu Randang yang mampu
menunjukkan kemahiran mempermainkan dan
mengendalikan air sedemikian rupa..." ujar Ajengan Manggala
Wanengpati yang saat itu sudah bergabung bersama-sama
dengan PAnji Ateleng dan MAhesa Edan berjalan bersamasama mendapati Setan Ngompol dan Naga Kuning. Begitu
melihat kedatangan orang tua ini Setan Ngompol dan Naga
Kuning nampak melengak Kaget. "astaga Ning Coba Lihat...!
Orang tua ini punya wajah yang aneh...! Lihat kupingnya
dua-duanya ada di jidat...!" bisik Setan Ngompol yang
langsung dibalas bisikan juga oleh naga kuning. "iya kek...!
Benar...! Dan bukan hanya itu saja... coba lihat kakek itu
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO tidak punya mulut...! eh ada kek... tapi ya ampun...! Mulut si
kakek ada tapi adanya dileher...!" ucap Naga Kuning Pelan.
Naga Kuning kemudian menjawil pundak si kakek. "apa yang
kau pikirkan sama dengan jalan pikiranku kek..?" Tanya si
bocah kepada setan ngompol yang langsung dibalas
anggukan sang kakek. "sama ning...! lain kali kita jangan
makan lagi di tempatnya yu Pinem, coba lain kali kita
ngutangnya ke mbok Tukijem yang pasti nasi timbelnya enak
juga..." belum selesai si kakek menyerocos Naga Kuning
sudah lebih dahulu menendang pantat si kakek. "sialan kau
ning...! Biar begini aku ini orqang tua! Hormat sedikit
kenapa...?" sungut Setan Ngompol sembari mengusap
pantatnya yang kena tending. "pikiranmu Cuma makanan
melulu kek...! Yang kumaksudkan wajah kakek satu itu jadi
begitu jangan-jangan hasil kerjaannya Wiro...! Ingat...! Cuma
dia di tanah jawa ini yang bisa mengacak-acak barang orang
seenak udelnya! Ingat apa yang diperbuat pada telingamu
kek?" tanga naga kuning yang sontak membuat setan
ngompol meraba telinganya yang terbalik sebelah. "bisa jadi
ning... bisa jadi begitu...!" ucap lirih si kakek. "kalian tidak usah berbisik-bisik
segala... aku bisa mendengar semua yang
kalian ucapkan. Wajahku ini begini sejak lahir jadi bukan
pekerjaan siapa-siapa..." ucap ajengan manggala wanengpati
membuat wajah Setan Ngompol dan naga kuning memerah.
"maafkan kakek temanku ini kek...! Dia kalo ngomong suka
kurang ajar...! Maklum sudah tua jadi agak pikun sedikit...1"
Jabrik Sakti Wanara


Wiro Sableng 191 Jabrik Sakti Wanara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

BASTIAN TITO ucap Naga Kuning sembari tersenyum malu. "sialan kau ning!
Kau yang mulai duluan baru kau limpahkan salahnya ke
aku..." omel setan ngompol sembari mencucuk pantat si
bocah dengan jempol kakinya. Kontan si bocah menyumpah
panjang pendek sembari mendekap pantatnya erat-erat.
Sementara itu pertarungan yang berlangsung antara Dewi
Dua Musim semakin berjalan seru. Merak Jingga yang terus
dicecar oleh serangan air yang tidak berkeputusan oleh sang
Dewi akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan
pertempuran ini lebih lama lagi. "sialan...! Perempuan satu ini benar-benar
tangguh...! Si pocong keparat itu juga
tampaknya sudah duluan merat...! Tidak ada gunanya lagi
aku berada disini..." sungut sang pemuda dalam hati.
"Dewi...! Pertarungan hari ini kita sudahi saja sampai disini...
lain kali kita lanjutkan lagi...! Tapi ingat! lain kali aku tidak akan
melepaskanmu begitu saja..." ucap si pemuda sembari
melompat terjun kedalam kali diikuti pandangan dewi dua
musim. "pemuda itu sangat kuat...! Entah apa lain kali aku
masih bisa mengimbanginya atau tidak..." keluh dewi dua
musim dalam hati.
* * * Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO BASTIAN TITO Jabrik Sakti Wanara 5 Gadis berbaju biru ini kemudian berjalan kearah Setan
Ngompol dan kawan-kawan. Sang gadis nampak
kemudian menjura hormat kearah Ajengan Manggala
Wanengpati. "Salam hormatku Ajengan..." ucap si gadis
seraya menundukan mukanya. "hormatmu kuterima Dewi...
bagaimana keadaan gurumu...?" dewi dua musim nampak
tersenyum mendengar pertanyaan kakek ini. "guru baik-baik
saja ajengan, beliau juga menitipkan salam kepadamu..."
ajengan Manggala Wanengpati terlihat menganggukkan
kepalanya. " aku sebelumnya menyangka bahwa kita tidak
akan bertemu sesuai perjanjian kita sebelumnya dewi, Aku
bahkan telah terlebih dahulu menyuruh dua muridku yang
bodoh itu untuk pulang dahulu ke sumenep... aku tidak
menyangka kita akhirnya bisa juga bertemu di tempat ini.
Dan amat kebetulan disini juga kita bertemu dengan sahabatsahabat ini. ini benar-benar merupakan satu anugerah..."
ucap ajengan Manggala wanengpati. "maaf kek sebelumnya
kalau boleh tahu kakek ini siapa yah" Dan juga mengenai
perihal teman kami pendekar dua satu dua yang sedang kami
cari itu yang katanya akan kakak dewi bicarakan dengan
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO kami itu bagaimana...?" ucap Naga Kuning seraya menatap
bolak-balik kearah Dewi dua Musim dan Ajengan Manggala
Wanengpati. Mendengar pertanyaan ini dewi Dua Musim
nampak tersenyum kecil sementara Ajengan manggala
Wanengpati nampak terkekeh. "hei bocah yang bukan bocah,
mengenai siapa diriku sesungguhnya bukanlah merupakan
sesuatu yang penting untuk ditanyakan. Namun mengenai
perihal Pendekar Dua Satu Dua sahabatmu itulah menjadi
alasan kehadiran kami di tempat ini..." Naga Kuning dan
Setan Ngompol saling berpandangan dengan pandangan
bingung. "maksudmu apa kek" Jangan berputar-putar...!"
kami tidak mengerti dengan apa yang kau maksudkan...?"
ucap setan ngompol yang langsung diiyakan oleh naga
kuning. "apa kalian saat ini sedang mencari keberadaan
pendekar dua satu dua..?" setan ngompol dan naga kuning
nampak mengangguk kompak. "dan apa kalian sudah
menemukan keberadaan pendekar itu..." mereka berdua
kembali menggelengkan kepalanya. Ajengan Manggala
Wanengpati kemudian saling memandang kearah Dewi Dua
musim dan mengeluarkan sebuah benda di tangannya. Dewi
dua musim juga nampaknya mengeluarkan benda yang
nyaris serupa dalam genggaman tangannya. "bencana besar
sebentar lagi akan turun dan meluluhlantakkan tanah jawa
jika kita tidak mampu menemukan pendekar dua satu dua!
Dan satu satunya petunjuk mengenai keberadaan pendekar
itu hanya ada pada sepasang batu segitiga ini..." ucap si
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO kakek seraya menunjukkan barang yang dipegangnya yang
ternyata adalah sebuah batu putih berbentuk segitiga yang
tertuliskan angka dua dan sebuah garis di pinggirnya. Batu
yang sama juga nampak ditunjukkan oleh dewi Dua Musim.
"batu ini merupakan batu amanat yang diturunkan secara
turun temurun oleh guru kami..." ucap dewi dua musim yang
dibalas dengan anggukan oleh Ajengan Manggala wanengpati.
"kau bilang tadi bencana besar dan keberadaan wiro hanya
tergantung pada batu ini bagaimana bisa begitu kek?" Tanya
Naga Kuning penasaran. "baiklah untuk membuktikannya
kita coba saja menyatukan batu ini... kau siap dewi...?" ucap
ajengan manggala wanengpati yang langsung dibalas
anggukan oleh dewi dua musim. Ajengan Manggala
Wanengpati kemudian bergerak bersama-sama dengan dewi
dua musim untuk menyatukan batu putih berbentuk segitiga
yang diatas nya terukir deretan angka dua satu dua tersebut, Beberapa saat
berlalu namun tidak nampak sesuatu terjadi
atas sepasang batu yang dipegang oleh kakek bersorban
selendang putih dan gadis berbaju biru yang dipanggil dengan dewi dua musim ini.
Setan ngompol yang penasaran beranjak
mendekat untuk mengamati batu yang dipegang oleh
Ajengan Manggala Wanengpati dan dewi dua musim ini,
namun baru saja sang kakek hendak pentangkan mata
jerengnya dan berkomentar, tiba-tiba dari angka satu yang
berada ditengah-tengah batu yang terbelah ini mendadak
keluar satu sinar berupa lingkaran putih yang berputar
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO kencang diatas batu! "Lihat sinar itu berputar dan
mengambang diatas batu...!" teriak Naga Kuning sembari
menunjuk kearah sinar putih berbentuk lingkaran yang
berputar di depan Ajengan Manggala Waneng Pati dan Dewi
dua musim ini. "diam sedikit! Kita lihat dulu apa yang akan
terjadi..." ucap Mahesa Edan sembari menarik tangan Naga
Kuning agar tidak menghalangi pandangannya. Semua orang
kemudian menahan nafas dengan tegang sembari tak lepas
memperhatikan putaran sinar yang berputar bergeredepan
diatas batu putih berbentuk segitiga ini. Namun setelah
beberapa saat menunggu dalam kesunyian, tidak ada lagi
sesuatu yang terjadi atas sinar yang masih berputar kencang
itu. "ini maksudnya apaan" Kok yang ada Cuma sinar putih
ini melulu..." Sebenarnya kita ini sedang menunggu apa"
gerutu setan ngompol. Sementara itu kakek dengan mulut
dileher yang sedang memegang batu kini juga nampak
menggumam pelan. "aneh, kenapa jadinya begini"
Seharusnya batu ini menjadi satu-satunya petunjuk
mengenai keberadaan Pendekar Dua Satu Dua dan perihal
bencana dahsyat yang akan melanda Seluruh Negeri! Tidak
mungkin Kiai Manding Saroka salah berucap!" ucap ajengan
manggala wanengpati dengan kening berkerut. sementara itu
Mahesa Edan si pendekar dari liang kubur nampak berjalan
mendekat kearah Ajengan Manggala wanengpati dan dewi dua
musim yang memegang batu dimana diatasnya berpendar
sinar putih yang berputar kencang. Setelah memperhatikan
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO sekilas, Pendekar satu ini nampak menghembuskan asap
rokoknya sembari berujar kecewa. "tidak ada yang istimewa
pada batu dan sinar ini! Mungkin batu ini hanyalah semacam
lelucon kurang kerjaan dari orang pandai pada masa lalu..."
ucap Sang Pendekar sembari kembali menghembuskan asap
rokoknya yang kali ini tanpa disengaja mengarah pada
lingkaran sinar yang berputar diatas batu putih dua satu
dua. "Astaga! Coba Lihat! Sesuatu nampak didalam sinar
putih itu...! coba Mahesa kau hembuskan lagi asap rokokmu
itu...!" ucap Setan Ngompol dengan mata jerengnya sembari
terus memperhatikan cahaya bulat yang berputar kencang.
"matamu kek yang mungkin lamur... salah liat...!" ucap si
pemuda asal-asalan sembari kembali menghirup rokok
kawung di bibirnya. "sudah lakukan saja! Jangan banyak
ngomong!" ucap Setan Ngompol sembari delikkan mata
jerengnya kearah Mahesa Edan. "saudara Mahesa, ada
baiknya saudara lakukan saja apa yang dikatakan oleh Kakek
Setan Ngompol, aku juga tadi sekilas melihat sesuatu dalam
gulungan sinar ini.." ucap dewi Dua musim sembari
tersenyum kearah Sang Pendekar. Mahesa Edan kemudian
sembari mengangkat bahu kembali mengisap rokoknya
dalam-dalam lalu menghembuskan kearah lingkaran sinar
yang berputar. "Astaga...! Coba Lihat disana...! bukankah itu
Wiro yang sedang naik kuda lumping sambil melesat
diangkasa! ada seorang anak kecil lagi! dan... Buseet...
kenapa Juga Nenek Bau Pesing itu ikut Gelantungan...?"
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO teriak Setan Ngompol kala melihat dalam lingkaran sinar tiba-tiba nampak
bayangan berpendar membentuk bayangan jelas
Wiro, Ni Gatri dan Sinto Gendeng yang melesat diangkasa
dengan menggunakan sebuah Kuda Lumping. (untuk lebih
jelas silahkan baca episode: Ksatria Panggilan) mendengar apa yang dikatakan
oleh setan ngompol, semua yang ada di
tempat itu sontak maju dan memperhatikan dengan seksama
kedalam sinar yang berputar diatas batu dan benar saja! Di
dalam sinar yang dihembusi oleh asap rokok oleh mahesa
edan nampak terbayang sosok orang yang mereka semua
sama kenali sebagai Wiro Sableng Sang Pendekar dua satu
dua dan gurunya Sinto Gendeng! rupanya dalam batu
tersebut tersimpan sebuah pesan tersembunyi berupa
bayangan yang hanya bisa dilihat jika sinar putih yang keluar dari dalam batu
tersebut diberi asap! "astaga! Mau kemana
Wiro dan Nenek Gendeng itu Pergi" Tapi anak kecil di
belakangnya itu cantik montok! Hik hik hik mau aku kalau
bisa main kuda lumpingan juga sama dia...!" kekeh naga
kuning yang langsung disambut jitakan Setan Ngompol.
"dasar Bocah Mesum...! tidak Lihat apa kalau mereka terbang
menembus angkasa" Sebenarnya mau kemana mereka
pergi?" ucap Setan Ngompol penasaran. saat semuanya
menjadi tegang karena memperhatikan dengan serius,
bayangan didalam sinar tiba-tiba menghilang! Rupanya asap
rokok yang dihembuskan oleh Mahesa Edan sudah pupus
tertiup angin "yaaaa.... Bagaimana sih" Cepat hembuskan
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO lagi asap rokoknya Mahesa...!" ucap Naga Kuning penasaran.
Mahesa Edan buru-buru menyulut kembali rokok Kawungnya
sebatang lalu menghembuskan asapnya ke tengah Lingkaran
Cahaya diatas Batu. Lalu kemudian nampak bagaimana
sebuah bayangan kembali terbentuk dalam lingkaran cahaya.
Kali ini terlihat bagaimana nampak banjir air berwarna merah pekat meluluh
lantakkan areal persawahan dan pemukiman.
Nampak juga mayat-mayat bergelimpangan dan orang-orang
yang terbujur merintih dengan benjolan-benjolan besar diatas kepala. "astaga!
baru seumur-umur ini aku melihat ada yang
namanya banjir darah! Benar-benar mengerikan! Dan itu juga
apa" Kenapa semua orang punya benjolan diatas keningnya"
Apa yang sebenarnya terjadi?" ucap Panji Ateleng dengan
kening berkerut. Naga Kuning yang berada paling dekat
dengan Setan Ngompol nampak beringsut kearah telinga si
kakek "kek, mungkin seperti saat kita terpesat ke
latanahsilam tempo hari, wiro kembali terpesat lagi ke negeri aneh! Ke negeri
dimana orang-orang bijinya tumbuh di jidat!"
bisik naga kuning kurang ajar. Setan Ngompol langsung
menyikut si bocah namun tidak urung terkekeh juga.
"pendekar sahabatmu itu dikirim ke Tanah Mataram Kuna
delapan ratus Tahun yang lalu oleh orang-orang sakti atas
suruhan Raja Mataram kala itu yakni sri maharaja Rakai
Kayuwangi dyah Lokapala..." ucap Ajengan Manggala
wanengpati tiba-tiba membuat semua orang langsung
menatap si kakek dengan pandangan heran. "darimana kau
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO tahu semua itu kek?" ucap Naga Kuning penasaran. Si kakek
nampak terkekeh sembari tetap memegang batu bercahaya.
"soal itu nanti bisa dijelaskan, sekarang ada baiknya kita
perhatikan kembali apa yang akan ditunjukkan oleh batu
mustika ini atau mungkin kau mau bijimu itu dipindahkan ke
jidat seperti orang-orang yang kau bilang tadi"..." ucap si
kakek yang sontak membuat Naga Kuning beringsut mundur
ke belakang setan ngompol. "Kakek itu bisa mendengar
bisikanku kek! Pendengarannya sangat tajam...!" bisik naga
kuning sembari melirik ajengan manggala waneng pati dari
balik punggung setan ngompol. "makanya jadi orang jangan
suka ngomong yang aneh-aneh! Sudah...! Lebih baik kamu
diam saja ...!" balas setan ngompol. semua orang kemudian
kembali menatap kearah cahaya putih diatas batu yang
kembali berpendar saat mahesa edan kembali meniupkan
asap rokoknya. "astaga Ning, Lihat..! Bukankah pemuda yang
bertarung melawan Wiro itu pangeran Matahari! Tapi
bukankah bangsat satu itu sudah menemui ajal di tangan
Sinto Gendeng tempo hari" Bagaimana bisa dajal satu itu
bisa terpesat juga bersama dengan wiro...?" teriak Setan
Ngompol keras membuat asap di tengah sinar terpencar
akibat udara yang keluar dari mulut dan hidung si kakek.
"dasar kakek sialan! Lihat asapnya jadi buyar kan" Bikin
susah orang saja...!" umpat naga kuning sembari menarik
tangan setan ngompol agar menjauh. Mahesa kemudian
kembali menghembuskan asap rokoknya. Beberapa saat
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO kemudian nampak bayangan sesosok makhluk berupa
jerangkong hitam membara nampak berdiri mencuat keluar
dari tubuh satu makhluk tinggi besar yang memiliki mata


Wiro Sableng 191 Jabrik Sakti Wanara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mencuat dari kedua rongganya! Makhluk ini nampak
memberi perintah pada ratusan anak buahnya yang
mengendarai satu makhluk berwujud jin putih untuk
menyerang wiro dan beberapa orang yang nampak bertempur
mati-matian di samping wiro! Semua orang yang
menyaksikan nampak terpaku dengan tegang manakala
melihat adegan demi adegan yang terpampang di atas batu
putih yang bercahaya tersebut. "Astaga kek! Lihat...!
bukankah itu Lakasipo...! Demi Tuhan...! Lihat apa yang
dilakukannya terhadap Wiro...!" teriak naga Kuning keras
sembari meremas tangan Setan Ngompol manakala melihat
orang yang dikenalinya Sebagai Lakasipo alias Hantu Kaki
Batu saudara angkat mereka di latanah silam ini nampak
menikam Wiro dari belakang! Sementara itu Setan Ngompol
yang diremas tangannya oleh si bocah hanya bisa terdiam
dengan mata membeliak besar! bulir air mata tanpa disadari
menetes dari sudut mata sang kakek!
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO BASTIAN TITO Jabrik Sakti Wanara 6 Beberapa saat kemudian bayangan diatas sinar
nampak kembali berpendar dan berganti menjadi
bayangan dimana Sosok Wiro tiba-tiba terlihat berada di
belakang Lakasipo sembari mengarah telapak tangannya
kearah pundak hantu kaki batu ini. "Lihat kek...! Coba kau
Lihat...! Wiro tidak mati kek..! kau lihat bukan...!" girang
naga kuning bukan kepalang. Sementara Setan ngompol
nampak mengusap air matanya yang tadi nampak menetes di
pipi sang kakek. "Dasar Anak Sableng..." ucap sang kakek
lirih. Sementara pemandangan diatas batu kembali berputar
silih berganti. disatu saat terlihat bagaimana Wiro nampak
bertarung keras melawan sosok tengkorak berapi di dalam
lamunan badai di empat penjuru! Gambar bergerak diatas
batu kembali berganti, kemudian terlihat bagaimana sebuah
cahaya laksana bintang jatuh meluruk dengan dahsyatnya
mengantam tubuh manusia jerangkong! "bukan main...!"
desis mereka yang melihat peristiwa ini dengan berdecak
kagum. Bersamaan dengan desisan mereka asap diatas batu
kembali sirna! "yaaaa... mahesa...! Bagaimana ini..." Ini lagi
seru-serunya jadi tolong asapnya jangan sampai putus...!
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO Penonton kecewa nih...!" sembur Naga Kuning. "ya benar...!
Balikin cepat karcisnya...!" sambung Setan Ngompol kumat
gilanya "anak Setan! Gendeng semuanya! Kalian pikir ini
nonton ludruk apa..." Tidak lihat kalau bibir sudah jontor
dari tadi! Nih! Bantuin isap! Jangan Cuma bisa enak-enakan
perintah orang...!" sembur Mahesa Edan sembari mengusap
matanya yang merah berair akibat terlalu lama terkena asap
rokok. Sang Pendekar kemudian melemparkan bungkusan
Kain Hitam berisi daun jagung kering dan tembakau kearah
Setan Ngompol dan Naga Kuning. Setan Ngompol kemudian
membuka bungkusan yang berisi lintingan rokok kawung
milik sang pendekar dari pegunungan iyang ini lalu
membaginya dengan Naga Kuning dan mulai menyulut rokok
kawung pemberian sang pendekar dengan gayanya! akan
halnya Naga Kuning yang baru hendak menyulut rokok yang
baru dilintingnya dikejutkan manakala dengan cepat Panji
Ateleng mengambil rokok yang terselip dibibirnya! "anak Kecil tidak boleh
Merokok! Tidak baik untuk kesehatan!" ucap Sang
Pemuda yang langsung menyulut rokok dan bersama-sama
dengan Setan Ngompol dan Mahesa Edan bergantian
Menghembuskan Asap Rokok Kawung yang berbau
menyengat tersebut kearah Lingkaran Cahaya Putih. Setelah
asap rokok yang terkumpul cukup banyak maka kemudian
kembali terlihat deretan gambar-gambar peristiwa
terpampang di atas sinar yang berpendar. Nampak bagaimana
sebuah beringin raksasa melayang dan jatuh tepat dimana
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO bintang bercahaya sebelumnya jatuh. Lalu dari dalam pohon
beringin tersebut keluar seorang pemuda berpakaian hitam
bersulam kain tanjung. "Astaga kek! Itu Suma Mahendra..."
desis Naga Kuning kepada Setan Ngompol yang sedang sibuk
menghirup hembus asap rokok. "suma Mahendra Siapa..."
Aku tidak kenal...!" sambung si kakek. "Suma Mahendra...
Penjaga Pohon beringin di dasar kawah Gunung Bromo... dia,
ah sudahlah... di bilangin juga kakek gak bakalan
ngerti..."Lanjut si bocah membuat setan ngompol delikkan
matanya besar-besar. (mengenai perihal Suma Mahendra
silahkan baca episode: TOPAN GURUN TENGGER) gambar kembali berganti, kali ini
nampak diatas batu bercahaya
bayangan seorang gadis yang bergerak cepat laksana angin
membopong tubuh pendekar dua satu dua yang berwarna
merah bagaikan bara. "kecepatan Gadis itu benar-benar luar
biasa..." ujar Dewi Dua Musim memecah kesunyian. "iya,
kecepatan gadis itu memang luar biasa, tapi kenapa dia
harus berlari secepat itu" Apa ada seseorang yang
mengejarnya" Lalu kenapa anak sableng itu tubuhnya
berwarna merah seperti kepiting rebus begitu...?" ucap setan
ngompol. "aku menduga sahabatmu pendekar dua satu dua
itu terkena racun yang amat ganas kek, wanita yang berlari
laksana kilat itu tampaknya sedang berusaha untuk
menyelamatkan sahabatmu itu kek..." sambung Panji ateleng
seraya menyeka matanya yang berair akibat asap rokok.
Setan Ngompol hanya bisa mengangguk mendengar apa yang
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO diucapkan oleh Panji Ateleng. Selayaknya mahesa dan panji,
mata kakek ini juga bengkak merah berair akibat terkena
asap rokok terlalu lama. Namun sang kakek terlihat yang
paling parah keadaanya. Mulut berasap sementara mata atas
bawah bercucuran! "bertahanlah kek...!" ucap mahesa edan
sembari menepuk punggung sang kakek, Kontan si kakek
terbatuk kepayahan! " Sialan kau mahesa...! Aku sudah tidak
kuat...!" keluh si kakek sembari menyeka air matanya.
"bersabarlah kek...! Kita harus mengetahui rahasia yang
tersimpan dalam batu ini sampai akhir...! Ini aku tambahkan
lagi rokoknya...! Satu orang satu batang lagi..." seru Mahesa
Edan seraya mengangsurkan tiga batang rokok yang terselip
di balik telinganya! Ternyata banyak tempat simpanan juga
Pendekar kita yang satu ini! "Tobaat...! Biyung...!" keluh
Setan ngompol namun toh tangannya tetap menerima rokok
pemberian Mahesa dan kembali menyulutnya walau dengan
kepayahan! Alhasil kemudian nampak ketiga orang ini
kembali dengan masing-masing dua batang rokok kawung
dibibir saling bahu membahu mengebulkan asap rokok
kearah batu berpendar! walaupun sudah sangat kepayahan
namun ketiganya terus berjuang untuk menjaga agar asap
rokok yang mengebul tidak jadi padam, Sungguh perjuangan
yang benar-benar layak dipuji... Sementara itu melihat
Mahesa edan, setan Ngompol dan Panji Ateleng yang nampak
begitu tersiksa dengan nafas yang kembang kempis dan mata
merah bercucuran akibat asap rokok, Ajengan Manggala
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO Wanengpati beberapa saat kemudian nampak menggunakan
tangan kirinya merogoh saku jubahnya dan mengeluarkan
sesuatu dalam genggaman tangannya. Barang dalam
genggaman tangannya ternyata adalah segenggam bijih
kemenyan dan kulit kering Kayu Gaharu. Begitu sang kakek
meremas kemenyan dan kayu gaharu tersebut maka
nampaklah asap tebal mengepul dari tangan kakek sakti
tersebut. "Huuh...! Dari Tadi Keek...!!!!" sembur Mahesa
Edan, Setan Ngompol dan Panji Ateleng Kompak. Setan
Ngompol yang paling kepayahan langsung duduk merosot di
tanah "Kenapa nggak dari kemaren-kemaren saja sekalian
Keluarin asapnya" Bibir atas bawah udah jontor kayak gini...!
Baru dikeluarin...! Coba dari tadi, kan kita-kita gak harus
termonyong-monyong isap rokok bulukan kayak gini...!" omel
setan ngompol sambil membanting rokok yang terselip di
jarinya! Sambil mengomel panjang pendek, bibir "bawah"
sang kakek juga mengucur panjang pendek! "Kampret
Sialan...! Bibirmu itu yang bulukan kek! Jangan salahin
rokokku...!" sembur Mahesa Edan menimpali ucapan si kakek
bau pesing. Melihat hal ini Naga Kuning dan dewi dua Musim
nampak terkikik geli. "kakek ini lucu ya kak" Yang lainnya
sudah mau semaput baru turun tangan buat asap...
Hik.hik.hik" tawa geli si bocah sembari memegang perutnya.
Sementara itu Ajengan manggala Wanengpati tanpa merasa
salah dan berdosa terlihat meniup kepulan asap yang keluar
dari genggaman tangan kirinya kearah batu bersinar di
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO tangan kanannya. Begitu kepulan asap kembali mengenai
cahaya diatas batu maka kembali nampak sebuah
pemandangan didalam bayang-bayang sinar putih. "astaga...!
Bukankah yang ada di dalam sinar itu adalah gambar Candi
Prambanan..." Kalian semua Lihat..." Ada awan merah
berbentuk naga bergulung diatas kepundan candi...!" seru
Panji Ateleng membuat semua yang ada terperangah! "betul...
itu candi prambanan kak! Gadis itu membawa wiro kedalam
Candi Prambanan...!" ujar Naga Kuning menimpali "sesuatu
telah terjadi di dalam Candi..." desah Ajengan Manggala
wanengpati dengan kening berkerut membuat sepasang
telinga yang menempel di dahi sang kakek nampak bergerak
aneh. Baru saja sang kakek selesai berujar tiba-tiba
gambaran diatas batu berubah dan memancarkan cahaya
terang! Dengan memicingkan mata semua yang ada berusaha
melihat menerobos cahaya untuk melihat apa yang
sesungguhnya terjadi, maka kemudian nampaklah bagaimana
cahaya diatas batu yang berpendar menampakkan bagaimana
sosok wiro yang duduk bersila diatas lantai candi perlahan
berubah menjadi batu manakala tubuhnya dikelilingi oleh
sosok melayang seseorang yang memancarkan cahaya putih
dan sebuah patung yang juga memancarkan cahaya terang!
"Demi Tuhan...! Apa yang mereka lakukan..." Lihat Ning"
Orang dan patung itu merubah Wiro menjadi batu...!"panik
Setan ngompol sambil menjambak dan meremas rambut
jabrik Naga Kuning. Naga Kuning yang juga sebenarnya
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO terkejut akhirnya jengkel juga dan menendang tulang kering
si Kakek. "Dasar kakek sialan..."sungut si bocah. Sementara
itu empat orang lainnya yang ada disitu nampak
menunjukkan raut muka terkejut manakala melihat apa yang
terjadi "Sabda Pandita Ratu...!" Ujar Ajengan Manggala
Wanengpati, Panji Ateleng dan Mahesa Edan secara
bersamaan. "Apa sih yang kalian maksud dengan Sabda
Pandita Ratu..." Lalu apa hubungannya dengan Tubuh Wiro
yang menjadi batu...?" Tanya setan ngompol sembari meringis
memegangi tulang keringnya yang ditendang naga kuning.
Dewi Dua Musim yang kebetulan berada di samping Setan
Ngompol nampak tersenyum mendengar pertanyaan si kakek.
"Kau pernah mendengar cerita tentang Legenda Patung Loro
Jonggrang dan candi prambanan kek?" Tanya si gadis
membuat sikakek cengengesan. "ya jelas tahu cah ayu... Loro
jonggrang itu kan putri cantik yang dikutuk jadi batu oleh
Bandung bondowoso kan" He.he.he kalau cerita itu yang
pasti semua orang juga tahu...! Tapi yang paling tahu ya aku
ini...!" ucap si kakek sembari membusungkan dada
kerempengnya. "nah patung yang kau sebutkan itu adalah
patung yang tadi terlihat di dalam gambaran tadi kek...!
Sementara orang yang satunya pasti adalah Sri Raja Mataram
yang sedang mengeluarkan Sabda Pandita Ratu untuk
membuat sahabatmu itu menjadi Batu... sabda yang sama
yang juga jatuh atas diri Nyi Loro Jonggrang..." sambung
Sang Dewi. "jadi..." Maksudnya Wiro sudah...?" Setan
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO Ngompol tak kuasa melanjutkan ucapannya. "sabarlah kek...
kita perhatikan saja terus perkembangannya seperti apa... "
ucap Mahesa edan enteng sembari kembali menyalakan rokok
kawungnya! "semuanya diam...! Lihat sesuatu terjadi pada
batu ini...!" ujar Ajengan Manggala Waneng Pati tiba-tiba
seraya melepaskan pegangannya pada batu itu manakala
merasakan batu yang dipegangnya bergetar keras. Dewi dua
musim juga nampak melepaskan pegangannya atas batu
tersebut manakala merasakan hal yang sama, Satu keanehan
kemudian terjadi! Batu yang seharusnya jatuh ke tanah saat
dilepaskan dari genggaman kini nampak melayang diudara!
Sinar benderang semakin berputar kencang lalu didalamnya
terlihat satu pemandangan yang amat mengerikan! Terlihat
bagaimana ratusan bahkan ribuan orang bergelimpangan
dimana-mana! Api dan petir menyambar-nyambar dari
angkasa sementara gulungan kabut pekat nampak menyebar
laksana air bah menghempas semua yang terlihat dalam
pandangan mata...! "demi Tuhan...! Inikah bencana yang
akan menimpa Tanah Jawa seperti yang di sebut oleh Kiai
Manding Saroka...?" desis Ajengan Manengpati dengan suara
bergetar manakala melihat pemandangan yang terpampang
dihadapan mereka. "apakah ini masa depan yang akan terjadi
di tanah jawa dwipa... Tuhan Beri Hambamu ini Petunjuk..."
sambung sang kakek sembari memejamkan mata. "Hey
ning...! Lihat...! Ada seorang bocah yang mirip dengan dirimu
dalam pendaran cahaya..." ucap setan ngompol tiba-tiba
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO sembari menunjuk kearah lingkaran cahaya. Mendengar apa
yang dikatakan oleh Setan Ngompol semua kembali
memperhatikan dengan seksama kejadian yang terjadi di
dalam lingkaran cahaya. Didalam lingkaran cahaya tersebut
terlihat seorang bocah bertelanjang dada dengan rambut
jabrik berwarna putih sedang menangkupkan kedua
tangannya di telinga berdiri gagah didepan sebuah surau
dengan gaya layaknya seorang yang sedang


Wiro Sableng 191 Jabrik Sakti Wanara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengumandangkan adzan! "hei...! Aku kenal surau kecil
itu...! Letaknya tidak jauh dari sini...! Aku beberapa hari yang lalu masih sempat
singgah sebentar di surau kecil itu untuk
Sholat dan melepas lelah..." ucap Mahesa Edan tiba-tiba.
Baru saja sang pendekar hendak kembali membuka suara
tiba-tiba saja lingkaran sinar yang berputar diatas batu
meredup dan akhirnya hilang sama sekali. Bersamaan
dengan hilangnya sinar diatas batu, maka batu yang
sebelumnya melayang diudara kontan jatuh terhempas keatas
tanah! Ajengan Manggala Wanengpati kemudian memungut
batu yang terjatuh dan memasukkannya kedalam saku
bajunya. Sang kakek kemudian langsung memandang kearah
Mahesa Edan. "anak muda, seperti turut apa yang kau
sebutkan barusan, apakah kau benar-benar mengetahui letak
surau yang ditunjukan oleh sinar dalam batu tadi?" Tanya
Sang kakek yang langsung dibalas dengan anggukan oleh
sang pendekar. Ajengan manggala wanengpati kemudian
nampak menganggukan kepalanya berulangkali. "turut apa
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO yang disampaikan oleh guruku kiai manding saroka
sebelumnya, kekacauan besar dan musibah yang tak
terelakkan akan menimpa seluruh tanah Jawa dwipa hingga
jauh keseberang hingga tanah bali dan pulau Andalas. Masih
menurut penuturan sang kiai, Satu-satunya orang yang bisa
mencegah semua itu terjadi adalah Pendekar Dua Satu Dua
Wiro Sableng, oleh karenanya mau tidak mau dan dengan
cara apapun! kita harus menemukan pendekar tersebut...!
"ucap sang kakek dengan nafas berat. "kalau bencana itu
memang benar akan terjadi bagaimana cara si anak sableng
itu dalam menghadapinya" Terlebih kita tidak tahu
keberadaan anak setan itu dan apa benar dia kini betul-betul menjadi batu
seperti yang tadi ditunjukkan dalam lingkaran
cahaya tersebut..." ucap Setan Ngompol yang dibalas oleh
Dewi Musim. "satu-satunya petunjuk yang mungkin bisa kita
dapatkan dan kita peroleh mungkin hanya ada di dua
tempat..." ucap si gadis sambil mengacungkan dua jarinya
sembari tersenyum. "... yaitu Istana Mataram..." sambung
Mahesa Edan. ".... dan Candi Prambanan..." sambung pula
Panji Ateleng. "Tepat...!" ucap Dewi dua Musim sembari
melemparkan senyumnya kepada kedua orang tersebut. "dan
jangan kalian lupakan bocah kecil dan surau diatas bukit..."
sambung setan ngompol sambil membetulkan letak
celananya. "tumben hari ini kau pintar kek...?" goda naga
kuning. Sementara itu dewi dua musim dan ajengan
manggala wanengpati nampak saling pandang dan
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO mengaggukkan kepala. "para sahabat, bencana besar sudah
ada di depan mata... aku membutuhkan pertolongan kalian
semua untuk menemukan Pendekar Dua Satu dua dan
mencegah sebisa mungkin agar bencana ini jangan sampai
terjadi... aku dan dewi dua musim masih ada satu masalah
yang harus diselesaikan di satu tempat... jikalau tidak
keberatan baiklah kita saling berbagi tugas, biarlah urusan mengenai kerajaan
mataram menjadi bagianku dengan dewi
dua musim, sementara urusan bocah kecil disurau dan
masalah candi prambanan ku serahkan kepada kalian...
apakah kalian setuju...?" naga kuning, Setan Ngompol serta
Mahesa Edan saling berpandangan. "kami berdua tidak
merasa keberatan untuk menjalankan tugas ini kek
disamping kami memang diutus oleh Kiai Gede tapa
Pamungkas untuk menemukan Anak sableng itu... entah
bagaimana dengan Sobat Mahesa dan Sobat Panji..." ucap
Setan Ngompol. "aku sih ikut ramenya saja...!" ucap Mahesa
edan sembari memainkan rokok di bibirnya. Sementara itu
Panji Ateleng juga terlihat menganggukkan kepalanya, namun
pandangan matanya tak lepas dari sosok dewi dua musim
dihadapannya. "baiklah kalau begitu. Satu purnama
kemudian kita kembali bertemu di tempat ini untuk
membahas perkembangan yang terjadi... selamat jalan...!"
ucap Ajengan Manggala Wanengpati sembari melesat kearah
utara diikuti oleh Dewi Dua Musim yang sempat melirik dan
melepaskan senyumnya kearah Panji Ateleng. "ahh..." desis
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO Panji Ateleng sedih. "Surau yang tadi terlihat dalam
penampakan cahaya letaknya tidak terlalu jauh dari sini...
bagaimana kalau kita kesana dahulu melihat situasi baru
kita beranjak menuju Prambanan?" Tanya Mahesa Edan yang
dibalas anggukan oleh yang lainnya. Maka kemudian keempat
orang inipun mulai beranjak meninggalkan kaliprogo dengan
pikiran masing-masing. Setan ngompol dan naga kuning
memikirkan nasib sahabat mereka Wiro Sableng si pendekar
dua Satu dua, Panji Ateleng memikirkan Dewi dua Musim,
sementara Mahesa nampak sibuk memikirkan dimana
warung terdekat. Tangannya kiri kanan nampak sibuk
menggeledah sekujur tubuhnya hingga mengucak-ngucak
kedalam rambut gondrongnya Memeriksa kalau-kalau masih
ada sebatang rokok yang terselip! Rupanya persediaan rokok
sang pendekar sudah habis! "anak setan....!" Maki sang
pemuda panjang pendek dengan bibir gatal! sementara itu
sepeninggalnya mereka, tanpa disadari oleh keempatnya satu
bayangan putih dan bayangan hitam nampak melesat
kencang mengejar dan kemudian memotong arah menuju
ketempat dimana surau kecil yang menjadi tujuan keempat
pendekar kita ini melangkah!
* * * Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO BASTIAN TITO Jabrik Sakti Wanara 7 Ki Tanu Mangir menyeka lelehan keringat yang
bercucuran didahi dengan ujung baju luriknya. Baju
lurik tersebut nampak sudah basah dengan keringat dan
nampak kotor oleh debu dan Lumpur sawah. Sang kakek
kemudian beranjak dari dalam petak sawah dan berjalan
menuju ke sebuah bale-bale kecil yang sering
dipergunakannya untuk beristirahat sembari memperhatikan
petak sawah kecil miliknya tersebut. Udara sore yang
berhembus saat itu cukup menyegarkan tubuh renta yang
kala itu baru saja selesai mencangkuli petak sawah kecil
yang terletak tidak jauh dari Surau kecil tempat tinggalnya
selama ini. Sang kakek terlihat tersenyum, mana kala melihat seorang bocah kecil
yang terlihat sedang berlari-lari sembari tertawa di tegalan sawah miliknya.
Bocah ini hanya
bertelanjang dada, namun di kepalanya terlihat sebuah
mahkota terbuat dari untaian daun jati dan daun pisang yang
dijalin sedemikan rupa. Saat itu si bocah tidak sedang
sendirian, ada dua orang anak lelaki sebayanya yang juga
sedang bermain bersama sama dengan bocah berambut jabrik
ini. "Nah Jenar...! Kau tertangkap...! Giliran kamu sekarang
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO yang jadi kucing ayo...!" ucap si bocah berambut jabrik
sembari melepas mahkota daun jatinya dan memasangkan ke
kepala bocah bernama jenar yang berhasil di tangkapnya. "ah
kau curang Jabrik! Tubuhmu kan kecil, sedangkan aku
gemuk begini! Ya pasti gampang kamu tangkap! Mana bisa
aku menangkap kalian berdua! Tidak mau ah! Aku tidak mau
jadi kucing! " sungut si bocah bernama jenar yang memang
bertubuh gempal ini. Sementara itu seorang lagi bocah
nampak berjalan mendekat dan mendorong bahu jenar. "tidak
bisa begitu jenar! Kan aturannya siapa yang tertangkap harus jadi kucing, nah
aku dan jabrik kan sudah giliran jadi kucing, sekarang kan giliran kamu apalagi
kamu yang duluan
tertangkap. Kamu tuh yang curang! Pokoknya sekarang kamu
harus jadi kucing! Titik...!" ucap si bocah dengan sengit.
Sementara itu Bocah yang tidak lain adalah Jabrik Sakti
Wanara ini nampak mengambil kembali mahkota pelepah
daun jati dari kepala jenar. "sudahlah Wirat, biar saja... tidak mengapa kalau aku
jadi kucing lagi, asal kalian jangan
berantem ya" Ayo kita mulai, awas ya aku pasti bisa
menangkap kalian...!" ucap Si bocah sembari tertawa lepas.
Namun tawa sang bocah mendadak lenyap manakala
dilihatnya dua orang temannya tersebut tidak mendengar apa
yang diucapkannya melainkan nampak berdiri kaku dengan
mata membeliak memandang kearah belakang Jabrik Sakti.
"Wirat..." Jenar..." Ada apa dengan kalian" Ayo kita main
lagi... aku..." sang bocah berucap sembari menyentuh bahu
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO kedua sahabatnya tersebut namun betapa kagetnya
manakala begitu kedua tangannya memegang kedua bahu
sahabatnya tersebut, tubuh kedua bocah kecil itu langsung
jatuh ambruk ketanah! Tubuh kedua bocah malang tersebut
nampak berubah kebiruan sementara darah nampak
merembes dari sudut mata, telinga serta hidung dan mulut
kedua anak malang tersebut. "Astaga! Wirat... Jenar...! Kalian
kenapa?" ucap Jabrik Sakti seraya mengguncang-guncang
kedua pundak kedua sahabatnya tersebut bergantian. "Kalau
mereka berdua tidak mau jadi kucing, bagaimana kalau Aki
saja yang jadi kucingnya" He.he.he dan kau yang jadi
tikusnya... he.he.he..." ucap satu suara berat dari balik
punggung Jabrik Sakti yang tentu saja mengagetkan si bocah.
Si bocah kontan berbalik untuk mencari tahu siapa yang
berbicara di belakangnya dan itu merupakan satu kesalahan
fatal! Begitu sang bocah menatap sosok yang berdiri di
belakangnya tubuh sang bocah sontak menegang kaku!
Kedua mata si bocah nampak membeliak besar sementara
mulutnya terbuka lebar! Dihadapan Jabrik Sakti Wanara
berdiri seorang kakek bungkuk mengerikan yang
mengenakan kain berbentuk pocongan! Kain kafan yang
dikenakan oleh kakek ini penuh dengan robekan dan kotoran
tanah sementara itu nampak seutas tali yang terbuat dari
sebangsa usus kering tergantung di lehernya. di kalung
tersebut terlihat tiga buah kain putih yang juga berupa
pocongan dan menebar bau busuk yang amat sangat! Siapa
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO lagi kalau bukan Ki Buyut Pocong Mayit, Guru Pangeran
Banowo! kakek sesat ini kala itu Kembali mengeluarkan ilmu
Tatapan Penggetar Sukma miliknya yang pernah di
keluarkannya pada Panji Ateleng untuk melumpuhkan Jabrik
Sakti Wanara dan kedua sahabatnya tersebut sehingga
Betapa kerasnya Jabrik Sakti berusaha untuk menggerakkan
badannya, tetap saja kedua kaki dan tangan serta seluruh
tubuhnya terbujur kaku. "Orang Jahat...! Lepaskan anak
itu...!" teriak ki tanu mangir sembari mengangkat cangkulnya
tinggi-tinggi dan berlari memburu kearah dimana Jabrik sakti Wanara berdiri
terpaku akibat sirapan Ki buyut Pocong Mayit.
namun baru beberapa langkah berlari tubuh kakek tua ini
tiba-tiba tersungkur deras ke tanah berlumpur! Dengan
tubuh bergetar kakek tua penjaga surau ini berusaha
beranjak bangkit namun tubuh rentanya kembali terbanting
rubuh manakala sang kakek malang baru menyadari bahwa
dia sudah tidak memiliki sepasang kaki lagi! "Ki Tanu...! "
seru Jabrik Sakti Wanara kala melihat apa yang menimpa
Kakek Penjaga surau yang baik hati ini. Air mata menetes
deras di pipi bocah polos ini kala melihat bagaimana seorang Pemuda berpakaian
dan berdestar hitam berjalan sembari
menyeret sepasang kaki yang di kenali si bocah Sebagai Kaki
milik si Penjaga Surau! Sang pemuda nampak berhenti dan
menatap Tubuh Ki Tanu Mangir yang nampak masih terus
berusaha merangkak kearah tempat Jabrik Sakti berada.
"Lari ki...! Cepat pergi dari situ...!" teriak si bocah keras
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO dengan air mata berlinang. Bocah kecil ini seakan-akan tidak menyadari kalau
kakek penjaga Surau yang dikasihinya ini
sudah tidak lagi memiliki kaki untuk beranjak kemana-mana!
"kakek keparat...! cepat lepaskan tubuhku...!" teriak Jabrik
Sakti dengan kalap sembari memandang dengan penuh
kemarahan kearah Ki Buyut Pocong Mayit. Sementara itu pria
yang bukan lain adalah Merak Jingga yang sebelumnya
bertarung dengan Dewi Dua Musim ini kemudian dengan
secara kejamnya menendang tubuh sang kakek yang kontan
terhempas kedalam sawah dengan keadaan mengenaskan
dan putus nyawanya saat itu juga! " kakek...!" teriak Jabrik
Sakti Wanara kencang entah dengan kekuatan apa tiba tiba si
bocah mampu menggerakkan tubuhnya dan berlari kencang
kearah tempat Ki Tanu mangir terhempas. Ki Buyut Pocong
Mayit bahkan sampai terkejut dengan apa yang bocah itu
lakukan. "Menakjubkan! Anak ini mampu lepas dari belenggu
tatapan penggetar sukma..." Benar-benar bocah ajaib!" ucap
sang kakek gegetun. Sementara itu Sang Bocah sudah berdiri
di samping jenazah kakek malang penjaga Surau kala satu
tangan terasa membetot tangannya."ayo kau ikut aku anak
kecil..." ucap Merak Jingga seraya meanrik tangan si bocah
keras. Namun sibocah tidak bergerak rupanya di tangan
satunya nampak Ki buyut Pocong mayit juga sudah
menggengam tangan sang bocah keras. "he.he.he, aku
menemukan anak ini duluan jadi dia harus ikut aku dulu..."
kekeh si kakek. "kakek keparat..." maki Merak jingga sembari
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO berusaha menarik tangan sang bocah. Sementara itu hampir
bersamaan dengan kedatangan kedua tokoh sesat itu,
rombongan naga kuning juga sudah sampai di tempat itu dan
melihat apa yang dilakukan oleh kedua tokoh sesat itu.
"celaka...! Keduaorang jahat itu sudah menemukan bocah itu
terlebih dahulu...1 bagaimana mereka bisa tahu...?" ucap
naga kuning heran. "selamatkan dahulu bocah itu, lihat dia
begitu tersiksa atas perlakuan mereka berdua..." ucap
mahesa yang dibals angukan oleh yang lainnya. Namun baru
saja hendak bergerak tiba-tiba ki buyut pocong mayit nampak
membentak sembari mendelikkan matanya."jangan ikut


Wiro Sableng 191 Jabrik Sakti Wanara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

campur...!" teriak sang kakek. "jangan lihat matanya! Seru
PAnji Ateleng dan Mahesa bersamaan. Namun mereka
terlambat! "celaka ning! Aku... aku tidak bisa menggerakkan
kakiku...!'keluh setan ngompol. "sama kek...! Aku juga tidak
bisa kemana-mana...!" panik naga kuning. Sementara itu
Tubuh bocah cilik tersebut mulai bergetar keras akibat
betotan tangan Ki Buyut Pocong Mayit dan Merak Jingga yang
saling berebut menarik kedua tangannya. Kedua tokoh
tersebut tidak mempedulikan keadaan sang bocah yang
mengenaskan. mereka baru tersadar kala satu kekuatan
dahsyat yang dibarengi auman harimau dikejauhan melempar
keduanya masuk kedalam tegalan sawah! Mata kedua tokoh
hitam ini terbeliak tak percaya kala melihat bocah yang
diperebutkan tersebut nampak melayang diudara dengan
sepasang mata tampak memutih menakutkan sementara di
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO dada sang bocah yang kurus telanjang tampak bercahaya tiga
guratan angka, angka dua satu dua! "astaga! Apa tidak salah
mataku ini" Apa benar itu Wiro" Tapi kenapa..." seru Setan
Ngompol sembari delikkan kedua mata kearah sosok
bayangan yang berdiri mengambang di punggung bocah
kurus berambut jabrik yang dipanggil dengan sebutan Jabrik
Sakti Wanara itu, apa yang dilihat oleh Setan Ngompol juga
dilihat oleh Mahesa Edan, Naga Kuning dan Panji Ateleng.
Dibalik sosok melayang Jabrik Sakti Wanara berdiri
mengambang satu sosok seorang kakek berbaju dan
berdestar putih. Rambut dan janggutnya terlihat melambai
berwarna putih keperakan sementara ditangan sang kakek
tergenggam sebuah senjata yang amat ditakuti oleh para
tokoh golongan hitam. Kapak Maut Naga Geni Dua Satu Dua!
"astaga...! Benar itu kapak milik Wiro...! Tapi kenapa
orangnya bisa jadi tua begitu..." Alamak...! Pusing aku! Tidak
mungkin...! Aku tak percaya kalau kakek itu benaran
Wiro...!" seru setan Ngompol sembari mencengkeram bagian
bawah perutnya yang kembali bocor! Sementara itu Ki Buyut
Pocong Mayit yang sebelumnya terlempar jatuh kedalam
Tegalan Sawah terlihat merutuk habis-habisan. Kakek satu
ini kemudian setelah tersadar dari keterkejutannya akibat
hempasan kekuatan dahsyat yang keluar dari dalam tubuh
Jabrik sakti lalu kemudian nampak menggenggam seonggok
Lumpur sawah dan mengoleskannya ke kedua matanya
sembari mengucapkan sebuah rapalan, Hal yang sama juga
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO nampak dilakukan oleh Merak jingga. Begitu kedua orang ini
membuka matanya maka nampaklah bagaimana sepasang
mata kedua tokoh ini telah berubah menjadi merah semerah
darah! Ki buyut pocong mayit dan merak jingga sama
pentangkan mata lebar-lebar kearah tubuh Jabrik Sakti
Wanara, kedua tokoh ini kemudian sama melihat bahwa
selain sosok kakek berdestar putih yang memegang kapak
nampak pula sosok seorang Nenek yang memakai kain
tanjung putih memegang sebuah pedang tipis berkepala naga
menyatu dalam diri si bocah! Namun bukan Nenek dan
pedang yang dipegang olehnya yang menjadi perhatian dua
orang tokoh sesat ini melainkan sebuah bayangan samar
berbentuk sebuah keris berlekuk delapan yang nampak
bersemayam di dekat jantung si bocah kecil! "ternyata benar
apa yang dikatakan Nyai ratu junjungan tempo hari! Bocah
berambut jabrik itu kemungkinan besar merupakan
perwujudan kasar dari Keris Naga Sanjaya Dua Satu Dua
yang ada dalam legenda! Sebuah keris hasil perkawinan
sepasang senjata sakti Kapak Maut Naga Geni dan Pedang
Naga Suci Dua Satu Dua! Keparat...! aku harus merebut Keris
itu sebelum kedahuluan Yang Lainnya...!" sehabis berpikir
begitu Kakek berdandan layaknya Pocong ini melesat secepat
kilat dengan tangan terpentang mengarah ke dada sang
Bocah! Hal yang sama kembali juga dilakukan oleh Merak
Jingga, melihat Ki buyut Pocong Mayit bergerak melabrak
Jabrik Sakti yang saat itu masih dalam keadaan melayang
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO diudara, Pemuda ini juga bergerak secepat kilat dengan cakar terpentang mengarah
kedada sang Bocah yang didalam
tubuhnya tersimpan tiga buah senjata sakti ini! "anak itu
dalam bahaya...!" teriak naga kuning yang akhirnya bisa
membebaskan diri dari sirapan si kakek pocong sambil
melesat sembari melepaskan satu pukulan tangan kosong
kearah Merak Jingga yang berada paling dekat dengan
dirinya. Seolah-olah sejalan dengan pemikiran sang bocah,
setan ngompol yang saat itu sudah bisa membebaskan diri
dari sirapan ilmu Tatapan Penggetar sukma yang sebelumnya dilepas oleh Ki Buyut
Pocong Mayit saat itu juga nampak
sedang berjibaku melancarkan jurus andalannya yaitu S etan Ngompol Mengencingi
Pusara kearah kepala Ki Buyut Pocong Mayit! Kakek Penghuni Kubur Batu Watu
Selirang ini keluarkan suara tercekik kala angin tendangan yang
dibarengi titik-titik air berbau pesing menghantam wajahnya.
"jahanam...!" rutuk sang kakek seraya memutar cakarnya
menyambut tendangan dua kaki setan ngompol. Hebatnya
sembari membalas serangan setan ngompol, kakek ini masih
sempat melancarkan serangan jarak jauh berupa satu sinar
pukulan berwarna kuning kearah dada jabrik sakti wanara!
Setan ngompol terjengkang keras manakala kibasan cakar Ki
buyut pocong mayit melabrak kedua kakinya. Tidak jauh
berbeda dengan apa yang terjadi pada diri Naga Kuning,
serangan tangan kosong si bocah ini di mentahkan dengan
begitu mudahnya dengan satu kibasan tangan merak jingga
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO yang dilembari aji kesaktian Watu Cadas andalannya.
kemudian Begitu berhasil menjatuhkan naga kuning, Merak
jingga kembali melanjutkan serangannya. Kedua telapak
tangannya yang berbentuk cakar dihantamkan kedepan
kearah tubuh Jabrik Sakti dengan menggunakan salah satu
ilmu ajaran gurunya Sang Penyesat Iman yaitu ilmu
Sepasang Cakar Mengeruk Samudera. akhirnya kemudian
nampaklah bagaimana Dua jalur ilmu pukulan mematikan
yang dilepaskan oleh Ki Buyut Pocong Mayit dan Merak
Jingga bergerak dengan kecepatan luar biasa saling
berkejaran hendak meluluh lantakkan tubuh Jabrik Sakti!
Panji Ateleng dan Mahesa Edan yang melihat keadaan yang
berbahaya ini berseru keras sembari melesat hendak
memapaki dua serangan ilmu kesaktian yang berbahaya ini,
Nampak Mahesa Edan bergerak hendak memutar Papan Kayu
Hitam senjatanya kearah kedua sinar yang hendak melabrak
tubuh sang bocah! Begitu juga dengan Panji Ateleng,
sepasang telapaknya yang berwarna kebiruan baru saja
hendak melepaskan pukulan Membalik Puncak Menyingkap
Mega yang di dapatnya dari Eyang Toh Bagus Kamandipa namun kedua pemuda ini
akhirnya urung bertindak
manakala nampak dua bayangan lain melesat secepat kilat
dari balik tubuh sang bocah secara tiba-tiba melabrak
langsung serangan Ki Buyut Pocong Mayit dan Merak Jingga!
Bayangan pertama adalah bayangan kakek berbaju putih
yang memegang kapak maut naga geni dua satu dua yang
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO sedari tadi berdiri menggantung di balik pungung sang bocah, sementara bayangan
lainnya adalah bayangan seorang Nenek
berkain tanjung yang juga berwarna Putih. Namun beda
dengan kakek yang memegang kapak, Nenek satu ini nampak
melesat dari dalam dada si bocah kurus sembari
mengacungkan sebilah pedang! Pedang Naga Suci Dua Satu
Dua! suara ledakan keras terdengar membahana manakala
pukulan Sepasang Cakar Mengeruk Samudera yang dilepas oleh Merak Jingga dan
pukulan Wisa Kuning yang dilepas oleh Ki Buyut Pocong Mayit dipunahkan oleh
sepasang senjata sakti Kapak Maut Naga Geni dan Pedang Naga Suci
Dua Satu Dua! Naga Kuning dan Setan Ngompol yang saat itu
sama-sama rebah ditanah akibat hantaman merak jingga dan
ki buyut pocong mayit perdengarkan sorak kegirangan mana
kala melihat bagaimana dua serangan yang dilancarkan oleh
dua orang tokoh sesat ini bisa dipunahkan oleh dua orang
kakek dan nenek penjaga Bocah aneh berambut jabrik
dihadapan mereka dengan menggunakan senjata yang
mereka kenali sebagai kapak maut naga geni dan pedang
naga suci dua satu dua ini. Namun kegirangan mereka
sontak berubah mana kala tiba-tiba terlihat segulungan asap berbentuk kabut
pekat bergulung membuntal secara cepat
melibat tubuh dan tangan Nenek yang memegang Pedang
naga suci dua satu dua! Tidak hanya sampai disitu, kabut
tebal yang entah datang darimana itu dengan kecepatan luar
biasa juga melibat dan membungkus erat tubuh semua orang
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO yang ada di tempat itu dengan tidak terkecuali! "kakek setan ngompol! Tolong
aku! Aku tidak bisa bergerak!" teriak naga
kuning panik seraya berusaha membebaskan diri dari libatan
kabut yang mengikat erat tubuhnya. "sama ning! Aku juga
tak bisa bergerak! Celaka! Kabut apaan nih buset! Pakai
masuk dalam celana segala! Aduh... aduuhh" teriak setan
ngompol tak kalah paniknya! "Arya Segoro! selamatkan Jabrik
Sakti! Jangan sampai Naga Sanjaya direbut oleh mereka!"
teriak sang nenek pemegang pedang naga Suci dua satu dua
keras kearah kakek berambut perak yang serta merta
meloncat mundur kearah tubuh jabrik sakti wanara
manakala melihat hal yang terjadi pada si Nenek. "Kintani
Saraswati...!" seru si kakek yang dipanggil dengan sebutan
Arya Segoro ini sembari berusaha menghalau kabut yang
hendak menyelimuti dirinya dan jabrik sakti dengan
mengebutkan Kapak Maut Naga Geni kearah kabut yang
menjalar dengan cepat. terdengar suara laksana ribuan tawon
mengamuk manakala kapak maut naga geni berputar
kencang menyelubungi tubuh sang kakek dan jabrik sakti
wanara yang masih dalam keadaan tak sadarkan diri
mengambang diudara! Sementara itu dalam keadaan
sedemikian rupa mendadak dari langit turun sebuah cahaya
kemerahan melesat dengan kecepatan tinggi kearah Tubuh
sang Kakek dan Jabrik Sakti Wanara! "Astagfirullah! Jangan
Kau sesat wahai Putera Langit! Yang kau ingin bunuh itu
adikmu sendiri Naga Sanjaya!" teriak Si nenek keras kala
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO melihat cahaya merah yang meluncur dengan derasnya dari
atas langit tersebut! sosok yang meluncur deras tersebut
ternyata adalah sosok seorang kakek yang memegang sebuah
pedang merah yang bercahaya terang! Pedang tersebut
bergetar keras dalam genggaman kakek yang tidak jelas
terlihat akibat cahaya silau yang menebar dari dalam badan
pedang. Dengan kecepatan yang luar biasa Pedang merah ini
menukik dengan derasnya dengan sasaran yaitu bayangan
keris berlekuk delapan yang membayang samar di dada
Jabrik Sakti Wanara! "Demi Allah! Naga Geni, Naga Suci!
Selamatkan Putera Kalian...!" teriak Nenek yang dipanggil
dengan sebutan Kintani Saraswati ini seraya melemparkan
pedang naga suci dua satu dua ke udara! Mendengar teriakan
sang nenek, Sang Kakek berdestar putih yang bernama Arya
Segoro ini juga langsung melemparkan Kapak yang di
genggamnya kearah cahaya merah laksana mega yang datang
menyongsong dari langit! "astaga...! Ning...! Lihat...!
Bukankah kakek yang memegang pedang itu Kiai Gede Tapa
Pamungkas...! atau apa mataku yang salah ya...?" teriak
setan ngompol dengan pandangan melotot kearah kakek
pemegang pedang merah yang menukik deras ke bawah. "iya
kek...! matamu tidak salah! Biar jereng tapi benar tidak salah!
Itu benaran Sang Kiai...! Itu guru kek...!" ucap Naga Kuning
dengan mata sama melotot! Sementara itu kejadian luar biasa
kembali terjadi manakala sepasang senjata yang ditakuti di
seluruh penjuru negeri ini dilemparkan keudara
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO menyongsong datangnya cahaya merah! Sosok pedang dan
kapak tiba-tiba saja sirna berganti wujud menjadi sepasang
naga raksasa! Yang satu adalah seekor naga jantan berwarna
putih dengan sebuah batu permata besar berwarna merah
melekat dikeningnya sementara satunya lagi adalah seekor
naga betina yang juga memiliki sebuah permata berwarna
hijau yang melekat diatas kening sang naga. Dua ekor naga
raksasa ini nampak mengaum gusar menyambut datangnya
cahaya merah yang mereka kenali sebagai cahaya buah hati
mereka, Buah hati tak berdosa yang terlahir akibat cinta
terlarang, buah hati Yang kini datang dengan dendam
membara hendak membunuh adiknya sendiri Keris Naga
Sanjaya Dua Satu Dua! Dialah Pedang Naga Merah Dua Satu
Dua, Sang Putera Langit!
T A M A T Episode Berikut:
"Keris Naga Sanjaya 212"
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO Cuplikan episode berikutnya:
" Naga Dewantara semakin mempererat dekapan Pedang
Naga Merah yang perlahan namun pasti mulai menembus
dada bidangnya yang dipenuhi sisik kuning ini. Tubuh pemuda berambut panjang
menjulai yang lebih dikenal dengan
sebutan Naga Hantu dari Langit Ketujuh ini mulai bergetar keras! Sepasang
matanya yang juga berwarna Kuning nampak membeliak besar kala merasakan
bagaimana panasnya hawa
pedang yang mulai memasuki tubuhnya sedikit demi sedikit!
sungguh sukar nian dibayangkan penderitaan yang dialami
oleh pemuda perwujudan naga pelindung bocah Naga Kuning
ini. bahkan Kiai Gede Tapa Pamungkas seorang yang
dianggap manusia setengah dewa pun sampai meneteskan air matanya melihat
penderitaan Sang Naga! Sang Kiai nampak
perlahan membisikkan kalimat suci yang dengan susah payah diikuti oleh Sang
Pemuda, Begitu Selesai berucap maka
menggelegarlah teriakan dari mulut Sang Raja Naga Tanah
Jawa! Tubuh sang pemuda mulai dari dada hingga ke ujung


Wiro Sableng 191 Jabrik Sakti Wanara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rambutnya dilamun kobaran api yang sangat besar! Inilah
akhir hidup dari Tetua Para Naga Tanah Jawa yang selama
hidupnya diabdikan untuk menjaga kelangsungan hidup
seorang Bocah dan harus mengakhiri hidupnya guna
melindungi hidup bocah lainnya. Hanya dia seorang yang
mampu melakukan semua itu, Dialah Sang Naga Dewantara,
alias Naga Hantu Langit ke Tujuh...!" (^0^)!
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO Catatan Kecil Seorang Mike:
"Sebelumnya saya minta maaf jika dalam penulisan episode
Pendekar Kapak Maut Naga Geni Dua Satu Dua kali ini
memakan waktu yang cukup panjang (hampir enam bulan!)
hal ini dikarenakan dalam jangka waktu tersebut saya baru
saja pindah bekerja dari Bitung, Sulawesi Utara dan di
tugaskan di Tobelo, Halmahera Utara. (sama-sama Utara, tapi
buseet...! Jauh amat...!) Tobelo sebenarnya cukup indah
walaupun merupakan salah satu daerah bekas konflik. Tapi
bukan itu masalahnya, saya terkendala dengan masalah
pekerjaan dan Lampu yang suka Byar Peet! Lampu disini
hanya menyala enam jam dan mati dua belas Jam! Pada saat
lampu menyala biasanya adalah jam kerja dimana saya harus
fokus pada pekerjaan saya. Saya kini bekerja di instansi
Perum Pegadaian Cabang Tobelo (ada yang mau gadai emas"
He.he.he...) kendala lainnya adalah masalah jaringan
internet, disini hanya ada satu warnet dan itupun lebih sering down dari pada
OL! (maklum disini belum ada speedy)
Akibatnya saya sangat sulit untuk mendownload atau
mengupload atau hanya sekedar mengecek e-mail. oleh
karenanya saya memohon maaf kepada mereka yang
emailnya belum sempat saya balas. Oh ya saya juga ingin
ucapkan selamat buat padepokan baru yang sampe sekarang
belum sempat saya kunjungi karena masalah tersebut diatas
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO (connection) saya juga mengucapkan banyak terima kasih
buat teman-teman pendekar di Kaskus yang sudah sabar dan
selalu memotivasi saya selama ini. SAYA SEJUJURNYA tidak
merasa keberatan jika ada orang lain yang ingin melanjutkan
kisah pendekar kita ini mengingat kesibukan saya yang kini
sangat menyita belakangan ini, saya sungguh tidak bisa
menjamin apakah bisa meneruskan kisah ini atau tidak. Lain
halnya jika saya adalah orang yang memegang hak cipta dari
Kisah Pendekar kita tercinta. Saya tentunya akan bisa dengan sepenuh tenaga
mencurahkan segenap kemampuan untuk
meneruskan kisah kesayangan kita ini. (saya menulis kisah
ini sama sekali atas dasar kerelaan dan sama sekali tidak
menerima sepeser uang pun!) oleh karenanya harap
dimaklumi kalau saya harus mengutamakan pekerjaan saya
terlebih dahulu. Jadi kalau ada yang bersungguh hati mau
meneruskan kisah ini ya monggo saja! Gak usah permisi
segala! wong saya juga nulisnya awalnya gak pake acara sungkem segala! (Ini mah
bawaan orok! Asli kurang ajar!)
He.he.he saya malah tentu merasa bangga karena pasti akan
ada banyak tantangan dan inspirasi-inspirasi baru yang bisa
digali oleh mereka-mereka para penulis yang berbakat ini.
OK" Oh ya buat yang ingin sekedar say hai bisa menghubungi
no saya di: 081254367013 tapi sms saja ya, soalnya hp selalu saya matikan saat
bekerja. sukur-sukur sekalian dikasih
pulsa... (minimal lemarebu, biar bisa balas sms! he.he.he,
matre amat!) en buat yang ingin berkenalan dan ingin
Jabrik Sakti Wanara
BASTIAN TITO menjalin hubungan serius saya menerima dengan tangan
terbuka, khususnya buat wanita berumur di bawah dua
lima...! ha.ha.ha (kumat gilanya!) saya masih trauma waktu
bung F.R mengajak kenalan dan menyamar sebagai wanita...
waktu itu hujan... (udah ah! Mulai ngaco...!)..."
Pendekar Narsis Berwajah Cabul... Ha.Ha.Ha...
Salam 212! Tobelo, 1 Agustus 2009
Mike Simons Jabrik Sakti Wanara
Document Outline
PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212
WIRO SABLENG Episode 191 JABRIK SAKTI WANARA
BASTIAN TITO e-book by: m i k e
e-mail: deepblue_hazeman@yahoo.com
"Tubuh bocah cilik tersebut bergetar keras akibat betotan tangan Ki Buyut Pocong
Mayit dan Merak Jingga yang saling berebut menarik kedua tangannya. Kedua tokoh
tersebut tidak mempedulikan keadaan sang bocah yang mengenaskan. mereka baru
tersadar kala satu kekuatan dahsyat yang dibarengi auman harimau dikejauhan
melempar keduanya masuk kedalam tegalan sawah! Mata kedua tokoh hitam ini
terbeliak tak percaya kala melihat bocah yang diperebutkan tersebut nampak
melayang diudara dengan sepasang mata tampak memutih menakutkan sementara di
dada sang bocah yang kurus telanjang tampak bercahaya tiga guratan angka, angka
dua satu dua! "astaga! Apa tidak salah mataku ini" Apa benar itu Wiro" Tapi
kenapa..." seru Setan Ngompol sembari delikkan kedua mata kearah sosok bayangan
yang berdiri mengambang di punggung bocah kurus berambut jabrik yang dipanggil
dengan sebutan Jabrik Sakti Wanara itu, apa yang dilihat oleh Setan Ngompol juga
dilihat oleh Mahesa Edan, Naga Kuning dan Panji Ateleng. Dibalik sosok melayang
Imbauan Pendekar 1 Pendekar Naga Putih 27 Sengketa Jago Jago Pedang Badai Di Selat Karimata 3

Cari Blog Ini