Ceritasilat Novel Online

Loventure 1

Loventure Karya Mia Arsjad Bagian 1


Tengkyu! Tengkyu! Tengkyuf
Horeeeeee... akhirnya novel keduall! Serasa
mimpi! Ternyata bikin novel kedua lebih susah
daripada novel pertama. Serius deh! Tapi dengan
semangat perjuangan akhirnya beres juga.
Waaahhh, banyak nih yang mau aku kasih ucap"
an terima kasih. First of all pastinya Allah SWT.
For giving mc ide"ide yang ada di kepala. My
Papah and my Mamah, terus Ibu sama Papa"
tengkyu.... Ah! Buat Adam... luvyu luvyu luvyuf Hehehehehe... Also for my brothers, sistem. Semuaaa! Oh
ya, buat temen"temon yang udah baca novel
pertamaku, Miss Cupid, MAKASIUHHH udah
bikin aku semangat nyelesein novel kedua ini"
I love you all (Ih, kok serasa lagi berdiri di
panggung Oscar gini ya" ;p)
Satu lagi dan penting banget! Mbak Dharma! My
luvly editor. Buat kesabarannya mengedit naskahku
yang (masih) penuh salah ketik. Hehehehehe. ..
Semua kru GPU" makasihhh, makasiiihhh....
Nggak lupa buat Premier Zuaro, Knightmare
Forca, Visionaire, Luna, Kimba, Gypsi, Bobshe,
Acong, Martin, Cherry, Bennet, Rajamatri cats
gank... luv :; all my pets and horses.
Oh ya, oh ya, temen"temenku yang ancur di
Trans TV! Aiyaaa... yu all krezi laaahl
LOVENTURE. Enjoy it! Have tz fun reading!
Life is full of colors... Love, is one of the color in
our life. EGHHH..., Beni, apa-apaan sih lo"! Gila 10
ya?" bentak Nina garang.
"Ayo dong, Sayang. Di sini nggak ada siapasiapa kok. Sekalian ngerayain tiga bulanan kita
dengan istimewa." Nina melotot. "Apa" Apanya yang istimewa"
Beni! Lepas! Minggirl Gue mo pulang!"
Beni malah memeluk Nina. "Sayang, pertama
kali semua juga pasti kayak kamu gini. Ketakutan. Dulu aku juga gitu, tapi sekarang..."
"BRENGSEK! Playboy kelas bulu 10! Jadi ini
yang 10 incer"!" Nina menampar mulut nyosor
Beni yang nyaris menyerempet leher jenjangnya
yang mulus. Lalu senjata pamungkas penghancur
masa depan: tendangan keras di selangkangan
Beni. "WADAW!!!" pekik Beni. Belum sempat nyutnyutannya hilang, dengan sigap Nina mendorong
Beni yang masih meringis ke dalam kamar mandi
di kamar Beni. Klik! la menguncinya dari luar.
Biar mampus! **H- BRAAAKKK!!! Pintu paviliun terpentang lebar.
Bintang melotot mendadak dari tidur sorenya.
Gila apa, lagi ("ak-enak tidur tibatiba Nina
masuk ke paviliunnya dengan muka sembap dan
mata bergenang air mata, siap sedia untuk nangis
bombay. "Lho, katanya ada acara dinner ngerayain tiga
bulanan?" tanyanya saat melihat Nina, sahabatnya
yang biasa dia panggil Ninot, masuk dengan
tampang berantakan, masih memakai gaun biru
muda yang dinner banget. Gaun cantik berbahan
lembut model sackdress yang keliatan anggun dan
romantis. Seromantis bayangan Nina tentang malam perayaan tiga bulanannya.
Nina manyun, lalu melompat ke sofa.
"Uggghhhlil" Ia pun menangis kencang-kencang.
Dengan sigap Bintang turun dari tempat tidurnya dan menyodorkan segelas air mineral. "Putus
lagi?" "Brengseeekkk. . .!!l" pekik Nina.
Rangkulan dan tepukan Bintang di pundaknya
selalu berhasil mengurangi vnlume pekikan maki"
an Nina dan membuat tetangga sekompleks
urung mencaci maki Nina saking berisiknya.
"Halo, Caca" Ke sini dong. Teman kita patah
hati lagi nih. Kali ini kayaknya serius." Ritual
yang sama. Nina datang menjerit histeris, Bintang
menyodorkan minuman, Nina histeris lagi, Bintang menelepon Caca. "Nah, udah tenang" Mau
cerita?" Selanjutnya, Bintang jadi pendengar setia
segala kemurkaan Nina. " Jue nggak nyangka, tau nggak, Tang, nggak
nyangkaaa... Padahal, padahal, lo tau sendiri kan"
Beni itu baik banget, kan?"
Bintang mengangguk kalem. Cowok berbadan
tegap bermuka macho ini sudah ngerti luar-dalam
kelakuan sobatnya. "Tuh kan, lo aja ketipu. Lo juga nyangka dia
baik banget, kan?" Bintang mengangguk lagi. Habis, memangnya
Nina mau percaya kalau Bintang bilang Beni itu
brengsek" "Gue benci banget. Ternyata semuanya cuma
tipuan! Halusinasi! Ilusi! Fatamorgana..."
Bintang mengerutkan alis tebalnya.
"Lo ngerti kan, Tang" Dia ternyata brengsek.
Gue benci" Tau nggak, tadi sebelum pergi ke
restoran, Beni ngajak gue ke rumahnya dulu.
Katanya ada yang ketinggalan. Tau nggak" Ternyata di rumahnya nggak ada orang. Dia bilang,
gimana kalo kami ngerayain hari jadian kami di
rumah dia aja." Nina meneguk minumannya clengan gelisah, lalu menarik napas paniang. "Ya
gue setuju aja. Tapi ternyata... dia berusaha...
dia berusaha..." Bintang menatap mata Nina. "Berusaha apa,
Not?" Nina memejamkan matanya yang bercucuran
air mata rapat-rapat. Menggigit bibirnya kuatkuat. "Dia berusaha ngajak gue gituaaannn..."
Nina melompat ke pelukan Bintang sambil sesenggukan. "APA?"?" suara Bintang menggelegar, bisa jadi
menimbulkan gempa bumi kecil.
Nina nyaris terpelanting gara-gara Bintang berdiri mendadak. "Bintang, mau ke manaaa...?"
rengeknya. "Mau menghajar Beni."
Nina buru"buru mencengkeram lengan Bintang.
"]angaaan... di sini aja. Gue nggak mau lo ber"
urusan sama Beni. Lagian, gue masih pengin
curhat." Tangan Bintang mengepal. Selama ini, setiap
kali Nina patah hati gara-gara cowoknya, Bintang
oke-oke saja saat dilarang "menyelesaikan masa"
lah secara laki"laki" dengan mantan"mantannya
Ninot. Tapi kali ini" Itu. kan sama saja dengan
percobaan pemerkosaan. "Lo gila apa gimana
sih" Dia nyaris memerkosa lo, tau! Masih bagus
gue nggak lapor polisi!"
"Tapi kan nggak diperkosa."
"APA" Ninot mo diperkosa" Sama siapa" L-o
baik"baik aja kan, Not"!" tiba-tiba Caca nongol
clan mengguncang-guncang bahu Nina panik.
"Bukan diperkosa," tukas Nina risi.
Bintang memakai jaketnya.
"Bintang..., di sini ajaaa. Gue perlu kalian berdua. Lagian ngapain ngurusin si Beni" Biarin aja
dia mampus gue kunciin di kamar mandi."
Bintang melirik dari sudut matanya. "Lo ngunciin dia di kamar mandi?"
Nina mengangguk sambil nyengir. Rasanya dia
sedikit puas kalau ingat sekarang Beni pasti lagi
sibuk teriak"teriak minta tolong. Pastinya dengan
posisi kamar mandi yang di dalam kamar, Beni
bakalan lama ada di situ. Mungkin sampai nanti
malam, waktu orangtuanya mulai sadar anak
lelakinya yang kurang ajar itu belum keluar buat
makan malam. "Bagus! Biar dia mati dimakan kecoa." Bintang
melempar badannya ke kasur.
"Kalian ngomongin siapa sih" Siapa yang din
kurung di kamar mandi" Pemerkosanya?" Caca
celingukan bingung. "Beni," jawab Nina pendek.
"BENI"!" Nina mengangguk. CTAK! Caca menjentikkan jari kuatvkuat. "[
knew it!!! Gue udah duga si Beni monyet itu
brengsek!!! Untung Ia belum sempet diapa-apain."
Nina dan Bintang menatap heran ke arah Caca.
"Kok?" ujar Nina bingung.
"Tapi 10 jangan marah ya, Not?"
Alis Nina naik dua sentimeter. "Marah?"
"Si Beni pernah nyoba ngerayu gue..."
"APA?"?" "...ngerayu Julia anak kelas sebelah, ngerayu
Sisil anak kelas 3 IPA 1, ngerayu Piyem anak Bu
Kantin, malah pernah ngerayu Bu Ida, guru magang waktu itu." Nina melongo. "Selama dia pacaran sama gue?"
Caca mengangguk. "Sialaaan! Terkutuk! Kurang ajar! Nggak tau
diri! Sok kecakapaaarmn!" jerit Nina murka. Se"
mentara Nina mengamuk, Bintang dan Caca siap"
siap pasang jurus "menghindari timpukan kilat".
Masalahnya, sambil jerit"jcrit Nina melempar se"
mua benda yang ada di kasur. Semua yang ada
di kasur, bantal, guling, plus kaus kaki bau bekas Bintang latihan bola, beterbangan ke manamana. "Aduh!" pekik Caca yang sial kosambit kotak
pensil. Hah" Kotak pensil"!
"Ninot, stooop!" Bintang buru-buru menahan
tangan Nina begitu sadar tangan Nina mulai
merambah meja belajar yang berada persis di sebelah kasur. Biarpun sekarang Nina sudah lumayan tenang,
dongkolnya belum hilang juga. Baru kali ini dia
putus pacaran dengan cara semengerikan itu.
Bibir Nina masih bersungut"sungut sewot sambil
sesekali meninju kasur Bintang yang sudah babak
belur alias berantakan kayak habis kena gempa
bumi lokal. Nina paling anti menjomblo. Kenyataannya memang Nina tidak pernah menjomblo. Sayangnya,
dari sederet cowok yang penah pacaran sama
Nina, tidak ada yang bertahan lebih dari tiga
bulan! (jampang buat Nina dapat cowok lain setelah putus cinta dan meraungvraung histeris
pada kedua sobatnya, Bintang dan Caca. Cowok
mana yang nggak ngiler sama wajah cantik, gaya
keren, dan bodi oke Nina"
"Niih..., Tante bikin pisang keju..." kata mama
Bintang yang hobi masak untuk teman-teman
anaknya, tibawtiba nongol di paviliun Bintang.
"Makasih, Tante," jawab Nina dan Caca korn"
pak. Mata Nina masih bengkak. Maskaranya berlepotan di sekeliling mata. Mirip orang kena tinju
waktu tawuran. Rambutnya yang hasil nyalon
dari pagi, jadi jabrik mirip singa jantan.
"Makan pisangnya, Not. Biar tumbuh semangat
monyet." Bintang menusuk sepotong pisang dev
ngan garpu. "Apaan sih, semangat monyet?"
Caca cekikikan. "Semangat makan pisang lah.
Memang ada, monyet semangat cari jodoh?"
Nina mencibir. "Ngeledeeek...," katanya sambil
menusuk pisang. "Kayaknya gue kena kutukan
deh," keluh Nina. "Kutukan" Siapa yang ngutuk elo?" tanya Caca
dengan mulut penuh pisang keju.
Nina angkat bahu. "Mana gue tau" Yang jelas,
gue nggak pernah bisa punya pacar lebih dari
tiga bulan. Selalu putus. Apa lagi coba, kalo bukan kutukan"!" "Apes?" celetuk Caca sadis.
Bintang cekikikan. "Kok kalian malah ngetawain gue sih"! Lo sih
enak, Ca, dari zaman bedil sundut sampe peluru
kendali, pacar lo itu-itu aja: Kareeelll... melulu.
Nggak putus"putus. Jelas lo nggak menanggung
kutukan." "jelas lah. Siapa yang mau ngutuk gue" Mantan
gue cuma satu, itu juga putus baik"baik."
Mendadak Nina terlonjak, mirip orang yang
nggak sengaja menduduki belut listrik. "HAH"
Maksud lo" Kemungkinan ini kutukan dari
mantan-mantan gue?" "Siapa tahu." Bintang mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
"Stop, stop! Kalian ngomongin apaan sih" Kutakkutuk-kutak"kutuk."
"Kutukan," ralat Nina.
"Ada"ada aja. Realistis dong, Not. Masa sih
ada yang begituan."

Loventure Karya Mia Arsjad di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau begitu kenapa dong?"
Bintang menggaruk-gamk kepalanya. "Mungkin
ini semua asalnya dari 10 sendiri."
"Lho, kok gue" Udah jelas mereka"mereka itu
yang aneh. Malah ada yang brengsek kayak Beni.
Masa gue bertahan pacaran kalo mereka kayak
gitu?" Sepertinya sudah saatnya Bintang memberitahu
sahabatnya ini. Siapa sih yang tega melihat teman
dekatnya setiap tiga bulan patah hati" Apalagi
kalau dia selalu menangis di paviliunnya ini.
"Mungkin karena lo terlalu gampang jatuh cinta."
Ekspresi Nina kali ini betulabetul luar biasa.
Matanya melotot, bibir melongo, ditambah me"
matung di posisinya. Bintang duduk di sandaran
tangan sofa tempat Nina duduk.
"Masa lo nggak sadar?"
Nina menggeleng. Caca ikut menggeleng.
"Coba gue tanya, pernah nggak lo nolak co"
wok?" "Nggg." pernah, Busori."
"Ninot, Busori jangan diitung. Dia kan penjaga
sekolah. Umurnya aja hampir tiga lima. Serius,
Not." Nina berpikir keras. Setiap putus dari satu
cowok, Nina selalu menerima ajakan jadian dari
cowok berikutnya. Tentunya nggak sembarang
cowok berani menyatakan cinta pada Nina. Paling
tidak, si cowok harus sadar diri. Introspeksi sebelum maju. Cukup ganteng atau nggak, cukup
keren atau nggak, dan... cukup "bermutu" atau
nggak untuk jadi pacar Nina. Semacam seleksi
gitu deh. Menolak cowok" Siapa yang harus dia
tolak" Mereka semua cowok keren.
"Kayaknya nggak, semua mantan gue emang
cowok yang gue suka kok"."
"Suka" Cuma sekadar suka terus ia langsung
jadian" Not, lo terlalu gampang pacaran. Nggak
milih-milih. Setiap putus, lo anti ngejomblo. Status punya cowok buat lo penting banget. Sampesampe 10 nggak milih cowok macam apa yang
lo terima. Jelas aja lo putus melulu. Gue udah
lama merhatiin ini lho, Not... dan gue yakin banget, itu sebabnya. Kebanyakan pacar 10 cuma
pelampiasan dari yang sebelumnya." Bintang nyerocos panjang"lebar. Pidato siang hari.
"Kayaknya Bintang bener deh," timpal Caca.
Nina terdiam. Masa iya"
NINA menyelonjorkan kaki di kursi teras paviliun Bintang. Lumayan juga sore-sore begini kena
angin sepoi-sepoi. Bintang duduk di sebelah Nina,
siapin kuping buat jadi gentong nampung curhatan Nina. Plus siap bahu. Hehehe, & shoulder to
cry an gitu maksudnya. Caca keranjingan chatting. Padahal chatting"nya
kalau bukan sama Karel (pacarnya, yang dalam
keadaan mengigau pun Caca ber-SMS ria sama
dia), paling sama Candra, abangnya yang sekolah
di luar negeri. Caca bilang dia bakal menyusul
ke teras kalau Karel sudah sekitar seratus kali
mengetik I love you selama mereka chatting. Dia
duduk santai di depan laptop Bintang yang internetnya online nyaris 24 jam.
"Barangkali lo bener juga ya, Tang...," desah
Nina pelan. Bintang menyeruput cokelat panasnya. "Mung"
kin." "Abis gimana dong, Tang" Gue nggak tahan
ngejomblo. Kayaknya ada yang kurang aja gitu."
"Kan ada gue sama Caca."
"Tapi kalian berdua kan sobat gue, bukan pacar.
Masa sih gue mau mesra-mesraan sama elo?"
N ina melirik Bintang sambil nyengir.
"Kalo itu bisa membantu. Paling nggak, sampe
10 nemuin cowok yang tepat. Sama gue, paling
nggak lo juga nggak perlu nangis bombay garagara patah hati." Bintang melempar batu ke arah
taman. Nina memandang langit-langit teras dan menv
desah. "Sampe gue nemuin cowok yang tepat?"
"He-eh." "Selama ini satu pun nggak ada ya, Tang?"
"Mana gue tau, emangnya gue hombreeenggg...?"
Bintang bergaya centi] sambil mengibaskan tangan dengan kemayu ala bences.
"Bintaaanggg..., resa banget sih lo!" Nina meninju"ninju bahu Bintang.
"Ampun-ampun, iya, iya...."
Sambil cemberut, Nina melipat tangannya di
depan dada. "Oke, oke, gue serius. Gue rasa, mulai sekarang
lo harus berhenti pacaran. cuma gara"gara lo
nggak suka jadi jomblo. Cari deh orang yang te"
pat. Satu orang yang tepat bakal jauh lebih baik
daripada seribu cowok yang sama sekali salah.
Sekeren apa pun mereka," ujar Bintang sok serius.
"Alaaahhh, serius banget," ledek Nina. "Eh,
1'8 tapi ya, gue rasa 10 bener juga. Kayaknya cowok"
cowok gue yang dulu kok nggak ada yang beres
ya, Tang?" Nina mengetuk"ngetukkan jarinya di
bibir, menerawang ke masa lalu. "Lo inget
Bibong, nggak" Cowok gue yang pemain band
itu?" "Oooh, yang bikin nyokap-bokap lo nyaris kena
serangan jantung begitu tahu lo pacaran sama
dia?" Nina mengangguk. 'l'iba-tiba dia cekikikan sendiri. lngatannya terbang ke masa pacarannya
sama Bibong yang ancur itu. Dan sumpah, Nina
bersyukur semuanya sudah berlalu!
369936 Nina celingukan mencari sosok Bibong. Ah, itu
dia! "Aduh..., Pak Iyo pulang duluan aja, yaaa?"
bujuk Nina pada sopirnya yang dengan setia
menunggu di depan gerbang sekolah. Papa sama
Mama berjanji Nina baka] berhenti diantar-jcmput
Pak lyo kalau sudah kelas dua SMA. Berhubung
sekarang dia masih kelas satu, baru semester
satu pula, Pak Iyo tetap harus nongkrong di
depan gerbang tiap hari. "Waduh, Neng, Pak Iyo bilang apa nanti sama
Ibu?" "Bilang aja Nina yang suruh Pak Iyo pulang.
Ya?" Nina berkeras. Lagian, sejauh apa sih SQkOa
lahnya di daerah Cihampelas sampai ke rumahnya di daerah Setiabudi"
"Gimana yaaa...," Pak Iyo mengetuk-ngetuk
setirnya. "Pliiis, Pak [ya", pliiisss...."
"Gimana kalo Pak Iyo ngikutin Neng dari bela"
kang?" Nina menepuk jidatnya. Masa sih mau ngedate
sama pacar diikutin sopir dari belakang" Kecuali
Bibong punya uak seumuran Pak Iyo buat dijadiin
bemper. Biar Pak Iyo nggak perlu menyaksikan
adegan pacaran Nina dan Bibong karena sibuk
sama uak Bibong. Tapi mana mungkiiin"
"Jangan, Pak Iyo. Pak Iyo pulang aja, ya" Nina
janji... nanti Nina yang bilang sama Mama dan
Papa. Malah Nina mau bikin kejutan buat me_reka...," Nina memohon.
Akhirnya Pak Iyo luluh juga, dengan perjanjian
tertulis di kertas sobekan dari buku Nina, yang
isinya semua ini tanggung jawab Nina dan ditandatangani Nina. "Sopir lo ngotot juga, ya?" Bibong menstarter
motor gedenya. Kakak kelasnya ini memang terkenal hobi balap motor. Dia juga penggebuk
drum band underground yang lumayan terkenal
di Bandung. Sebenarnya Nina kurang paham tentang musik yang berisiknya minta ampun itu.
Setiap kali band Bibong manggung, satu"satunya
kata yang keluar dari mulut vokalisnya yang
Nina ngerti cuma, "AAAHHH!"
"Gue duduknya nyamping ya, Bong?" Nina
panik melihat jok motor gede yang tak kalah
gede dengan ukuran motornya itu. Tapi siapa
sih yang bakal nolak boncengan naik motor sama
cowok semacho Bibong"
Bibong mengangkat alis. "Nyamping" Emang
lo mo ke pasar naek motor bebek" Kalo duduknya nyamping, gue rasa 10 harus pake konde,"
kata Bibong dengan suara garangnya.
Nina meringis. "Gue ngadep depan deh." Dari"
pada harus pake konde. BERERERRP... BEREREERP... BRUUUMMM.
suara motor itu juga gede banget. Nina memeluk
pinggang kekar Bibong dari belakang. Sambil
setengah mati mencari posisi yang pas supaya
gambar Doraemon di balik roknya aman.
"Bong, jangan ngebut dong. Gue nggak biasa
nih naik motor..." "ltulah seninya muter, Sayang. Semakin kenceng
motor gue, semakin kenceng lo meluk pinggang
gue. Asyik, kan?" Bibong memutar gasnya.
Muka Bibong mendadak seperti tercekik. Jadi
aneh. Matanya jadi agak juling.
"Ekhh, ekhhhh, Sayhang, melhluknya kheken(tengan... gue bisa mhati nih?"
*** "Nina, kamu dari mana" Kenapa kamu suruh
Pak Iya- pul?" "Mama, kenalin, ini Bibong."
"Halo, Tante." Bibong mengulurkan tangannya
yang penuh berbagai macam aksesori metal. "Apa
kabar, Tan" Saya Bibong. Nama sebenernya sih
Bhirawa, yah, tapi kedengeran kurang keren gitu,
Tante. Apalagi buat band metal kayak band saya,
kurang garang. Makanya saya ganti jadi Bibong.
Tau kan, Tante, Bibong, Bi untuk Bhirawa, dan"
AUW!" Nina menginjak kaki Bibong sebelum
cowok itu sempat mengatakan "Bong untuk alat
isap narkoba entah apa."
Mama meringis. Betul-betul meringis. Persis
orang yang meringis nahan sakit perut atau garagara kakinya menginiak duri landak. Yang pasti
Mama meringis. "Halo, Bhirawa..."
"Bibong, Tante, Bibong...," ralat Bibong sambil
mengguncang-guncang tangan Mama.
"Oh ya, Nak Bibong. Silakan duduk."
"Oh, nggak usah, Tante. Kebetulan saya mau
langsung cabut aja. Masih ada urusan di kios
tato saya. Banyak pelanggan."
Nina yakin mata Mama nyaris melompat keluar
karena terlalu ngotot menelan ludah mendengar
Bibong-pemilik kios tato yang banyak pelanggannya"mau cabut. Dan bisa ditebak, sorenya sewaktu Papa pulang
kerja, Mama membuat laporan tentang Bibong
lengkap dengan ciri-cirinya, termasuk semua
ucapan Bibong. Kios tato, mau cabut, Bi untuk
Bhirawa dan Bong untuk sesuatu yang Mama
belum sempat dengar karena Nina dengan sengaja dan kentara banget menginjak kaki Bibong
supaya bungkam dan menyumpal mulutnya de"
ngan peralatan tato kalau bisa.
Dan Nina pun masuk ke ruang makan untuk
disidang. "Nina...," Papa memulai pidato kenegaraannya.
"Kamu anak perempuan Papa satu-satunya." Itu
mah Nina juga tahu, karena selama lima belas
tahun Nina kan tinggal di rumah yang sama.
"Kakak kamu, Reno, ada di luar negeri. Bisa dibilang kamu satu-satunya milik Papa dan Mama
sekarang." Nina menunduk mengadukaaduk nasinya. Curang banget Reno. Pasti sekarang abangnya itu
bebas merdeka di negara Paman Sam sana. Pacaran sama cewek-cewek keren. Padahal gaya cewekcewek sana pasti bisa bikin Mama seratus kali
lebih shock daripada waktu melihat Bibong tadi.
"Papa nggak mau kamu terjerumus pergaulan
bebas." Oh my God... kere it comes...
"Papa pengin kamu bisa pilih"pilih temen bergaul. Jangan sampai kamu salah pergaulan. Apalagi sama cowok"cowok urakan yang nggak jelas
juntrungannya seperti Bongbung..."
"Bibong, Pa." "Ya, Bibong. Yang Mama ceritakan sama Papa
tadi." "Tapi, Pa, Bibong bukan anak urakan..."
"Tapi punya kios tato" Dan mengganti nama
nya jadi mirip alat pengisap narkoba?"
Nina angkat bahu. "Pokoknya, Papa nggak mau kamu bergaul sa"
ma cowok macam begitu," tegas Papa.
"Tapi, Pa?"

Loventure Karya Mia Arsjad di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nggak ada tapi"tapian, ini semua demi kebaikan kamu," putus Papa final.
*** "Masa bokap gue bilang gitu sih, Tang" Padahal
kan Bibong pacar gue"," dumel Nina.
Papa kebangetan deh! Masa Nina diuitimatum
untuk nggak ketemu Bibong lagi atau Nina bakai
dikurung alias dilarang ke mana"rnana kecuali
ke sekolah. Sadisnya lagi, Papa bilang Bintang
ditetapkan sebagai satu"satunya iaki"laki yang diizinkan datang ke rumah" WAH! Terus kapan
Nina punya pacar dung" Memangnya harus
pacaran sama Bintang" Papa tega banget! Mengekang kebebasan dan keceriaan masa remaja nih
namanya! "Ya intinya bokap-nyokap lo nggak suka sama
Bihong," jawab Bintang pendek sambil menekan
tombol X pada stik PSZ"nya, menendang musuh
yang nyolot bergoyang kananukiri di depannya.
Nina meniup poninya. "Itu sih gue juga tahu.
Masalahnya, berarti bokap gue nggak menghargai
kejujuran gue dong. Jarang lho, anak zaman seka"
rang mau terus terang soal pacarnya ke orang"
tua," balas Nina membela diri.
"Lo suruh aja Bibong berhenti dari band anehnya, balik lagi ke nama Bhirawa, terus ganti usa"
ha tatonya jadi usaha pengetikan kilat atau rental
komputer. Panti pijet bisa juga."
"Kalo gitu sih, mending gue pacaran sama
Asep aja." "Ya udah, pacaran aja sama Asep sana."
Nina menggebuk bahu Bintang pakai bantal
raksasa. Bantal terbesar yang pernah ada di toko
bantai. "Serius dong, Tang! 'Gue ke sini mau
minta bantuan elo, tau! Eh, elo malah ngeledek
gue." "Habis gimana dong" Jelas bokap 10 nggak suka sama Bibong. jujur nih, kalo gue jadi bokap
10, gue juga nggak mau anak perempuan gue
pacaran sama cowok model Bibong."
"Tuh kaaan, Bintang...."
"Serius. Mendingan sekarang lo yakinin ortu
lo kalo Bibong anak baik-baik. Kalo bisa ya 10
minta Bibong berubah. Selama dia masih kayak
gitu, bokap lo tetep aja nggak bakalan suka."
Nina terdiam. "Pokoknya bakal gue tunjukin
kalo Bibong itu anaknya aSyik. Masa sih, bokapnyokap gue nggak bisa ngeliat tampang keren
Bibong di balik gaya urakannya?"
Bintang melirik bingung. "Tampang keren?"
"Seandainya Papa dan Mama bisa melihatnya,
mungkin aja kan mereka agak melunak" Maksudnyaaa... cowok cakep selalu bisa dimaafkan. Ya,
kan?" "Good luck deh," sahut Bintang datar sambil
tetap serius menatap layar TV.
*** "Ya ampuuun, Nina." kamu mau ke mana pake
baju aneh kayak gitu?"
"Mau nonton konser, Ma," jawab Nina cuek.
Jangan bilang Mama mau mengeluarkan perintah
mengganti tank top singlet, jins hjpster robek-robek, rambut gaya punk acak-acakan, plus atribut
metal lainnya. Apalagi kalau harus menghapus
makeup gothic"nya. Tok, tok, ini kan konser punk"!
Kayaknya kepala Mama langsung pening deh.
Buktinya Mama mendadak duduk di kursi meja
makan sambil melongo memelototi Nina-nya.
"Pake baju begitu?" ulang Mama.
"Ma, Nina mau nonton konser," ulang Nina,
meyakinkan Mama nonton konser memang begini. Kecuali konser keroncong atau Garutan.
Mama menarik napas dalam-dalam, mengibas"
ngibaskan telapak tangannya di depan hidung.
Mungkin angin hasil kipasan tangan itu menambah udara yang masuk ke paru"paru Mama yang
jadi sesak akibat kaget. "Oke. Kamu pergi sama
siapa?" "Sama Bintang kok, Ma?"
Pasti Mama langsung lega mendengar nama
Bintang. Satu-satunya cowok yang sering diun"
dang makan di rumah. Malah makanan"makanan
favoritnya hampir selain disiapkan. "Sama Bintang." Kok Mama mendadak jadi beo sih"
"Iya, sama Bintang," Nina meyakinkan. "Nah,
tuh dia dateng." Suara bel pintu berbunyi.
"Sore, Tante," sapa Bintang sopan.
Mama langsung sumringah melihat Bintang.
Saking akrabnya, kayaknya Mama sama Papa lebih percaya kata-kata Bintang atau Caca daripada
Nina. "Mau pergi sekarang?"
"Iya, Tante." "Ya sudah. Titip Nina, ya" Dandanannya aneh
gitu kayak landak. Tante takut dia diculik," komentar Mama asal. "Mama ah?" "Kami jalan dulu ya, Tante?" pamit Bintang.
"Dah, Mama..." Nina mengecup pipi kanan"
kiri Mama. Fiuuuhhhh, untung ada Bintang. Masa
sih, Nina harus rela nonton konser pake gaun"
Hui". **"!- "Gila 10, Not, gue jadi ikutan dosa, tau!" Bibir
Bintang bersungut-sungut mirip tikus mondok.
Lucu juga kalau di hidungnya bertengger kacamata hitam berlensa bulat. Tikus mondok banget.
Nina nyengir. "Tapi apa yang 10 lakukan buat
gue ini bener"bennneeerrr berarti," rayu Nina.
Bintang memutar bola matanya. "Berarti gimana" Gue jadi bohong sama nyokap lo. Belum
lagi kalo ada apawapa pas lo lagi sama Bibong
nanti. Yang kena kan gue juga, udah bantuin lo
pergi diem"diem sarna Bibong."
"Iya, iya, iyaaa... Tapi gue janii deh, nggak
bakalan ada apa"apa." Nina mengacungkan dua
jarinya. "Suer."
Kalau sudah begini, Bintang bisa apa" Kenapa
sih laki-laki sering lemah sama rengekan wanita"
Biarpun Nina mengacungkan empat tanda suer
dengan jarinya, dengan tangan kiri, tangan kanan,
kaki kiri, kaki kanan, siapa yang bisa jamin Nina
bakal aman-aman saja sarna Bibong" Anak punk
yang rambutnya bisa dibuat tusuk sate"
"Kiri, kiri, Tang..." Nina memukul-mukul Sisi
pintu mobil. "Iya, iya.... Kok kayak nyetop angkot aja sih"
Gue juga bisa lihat Bibong berdiri di situ. Rambutnya bisa buat rambu lalu lintas." Bintang rnenepikan mobilnya. Bibong nangkring dengan macho di sadel motornya. Tindik bibirnya sekarang jadi tempat ber"
tengger anting siiver. Cuma di luar sekolah Bibong
bisa memamerkan semua antingnya. Di bibir, di
alis, di hidung. Malah ada gosip Bibong ikut"
ikutan Axl Rose tindik di.... Hiii.
"Hei, man, thanks ya udah ngejemput cewek
gue." Bibong merangkul pundak Bintang.
Bintang tersenyum sekilas. "Berhubung gue
yang harus mulangin lagi, pastiin lo balikin dia
ke gue utuh. Kalo ada apa-apa, lo balikin aja
sendiri ke rumahnya."
Entah apa yang lucu, tapi Bibong tertawa ngakak sambil menepuk"nepuk, atau tepatnya meng"
gebuk"gebuk punggung Bintang. Sebenarnya Nina
agak ngilu melihat anting bibir cowoknya itu
ikut bergerak-gerak. "Santai, manan, dia pasti aman."
Bintang pun berlalu. *** "Yeaaahhh!!! Arggghhh.... waccacacacaca
aaahhhhfil" begitu kira-kira teriakan vokalis band
Bibong yang tertangkap oleh Nina.
Nina melirik kanan-kiri. Nyaris semua orang
di situ memakai celana kulit ketat dengan rambut
berdiri tegak, malah runcing-runcing. Sepatu mereka juga mungkin empat nomor lebih besar claripada ukuran kaki mereka sebenarnya. Ada se"
patu bergambar bendera Inggris dipakai cowok
di sebelahnya yang b'erteriak-teriak kalap sambil
melompat"lompat heboh. Orang Inggris bakal
marah nggak ya, kalau tahu benderanya dijadiin
lukisan sepatu" Kalau itu bendera lndonesia,
kayaknya cowok berambut jabrik dan bau itu sudah memenuhi layar liputan kriminal gara-gara
dianggap menghina negara.
"Ini buat Ninaaa...!!!" DUNG TAK TAK DUNG
TAK DUNG TRAKTAK TAK TAK CESSSSSS!
Nina melongo waktu namanya disebut lalu diikuti gebukan atraktif drum dari Bibong. Belum
lagi aksi heroik Bibong berdiri di atas bangku
lalu menunjuk Nina dengan stik drumnya. "Cintakuuuill" pekiknya lagi.
"Yeeeaaahhh!!!" sambut kerumunan anak muda
itu sambil melompatklompat.
Sedetik, dua detik, tiga detik, Nina baru sadar.
Romantis banget. (Weil, bukan dalam artian
romantis yang "romantis" ya. Maksudnya bukan
sentimentil gitu). Yang jelas pacarnya yang keren
dan punk abis itu menyebut namanya di depan
kerumunan penonton, menunjuknya dengan stik
drum, lalu menjerit histeris "Cintakuuu". Itu cukup romantis lho, buat orang segarang Bibong.
NINA memeluk kaki. Dari selonjoran, sekarang
jadi meringkuk. Rupanya biarpun anginnya cuma
sepoi-sepoi, lama"Iama dingin juga.
"Pake jaket nih, gaun lo tipis banget." Bintang
melemparkan jaketnya ke arah Nina.
"Makasih." Jaket Bintang hangat. Di balik bahan
denimnya ada bulu-bulu yang lumayan tebal.
"Lo juga sih, dulu terlalu bela-belain Bibong."
Kata-kata yang meluncur dari mulut Bintang
bikin Nina terbatuk-batuk kecil. "Hah?"
"Lo terlalu belain si Bibong."
"Ah, masa sih?"
Bintang memutar bola matanya. Betul kata
orang, cinta itu buta. Atau orang bisa buta karena
cinta. Atau cinta bikin hilang ingatan ya"
"Emangnya lo lupa, gue selalu jadi korban
setiap lo mau kencan sama Bibong" Lo inget
nggak, lo udah bikin gue batal nonton KOBATAMA sama anak"anak?" Bintang melirik Nina. Masa
pengorbanannya dilupakan begitu saja"
Nina menggaruk-garuk kepalanya yang nggak
gatal. Mengingat-ingat. Apa iya dia dulu segitunya
sama Bibong" Tapi yang namanya kenangan sama
Bibong memang susah buat dilupain. Sekarang
Nina malah cengar-cengir sendiri sambil melamun
mengingat makhluk "ajaib" bernama Bibong itu.
*** "Ya, Bintang, ya?"" rengek Nina sambil menarik"
narik lengan baju Bintang.
"Mau ke mana sih, Not" Lagian kan ada
Bibeng. Minta anter dia aja, tinggal bilang pergi
sama gue ke orang rumah. Biasanya juga gitu,
kan?" Bintang memasukkan buku-bukunya ke
tas. Boy clan Yerri dari tadi nangkring di depan
kelas menunggunya. Boy lagi murah hati. Dia
punya tiga tiket KOBATAMA dan dengan sangat
dermawan mengajak Bintang dan Yerri.
Nina malah garukbgaruk kepala.
"Kok malah garuk-garuk sih" Belum cuci rambut" Malu sama Bibong" Rambut dia kan sama
baunya, cuek aja." "Tunggu, tunggu..." Nina menangkap tangan
Bintang. "Anterin gu"e deh, ya" Nanti gue beliin
tiket KOBATAMA buat babak selanjutnya. Ya"
Kita nonton bertiga sarna Caca," pinta Nina memelas. Bintang berhenti, menoleh, dan menatap sahabatnya terheran-heran. Wah, kenapa nih" Kek
tiba-tiba semua orang jadi murah hati"
".Nggg" soalnya, Tang, gue mau ke acara peng"
galangan dana buat bencana alam. Gue ngemsi."
"Terus" Ya udah, minta anter Bibong aja." Bin"
tang siap-siap cabut. "Bintang, Bintang, Bintaaang..."
"Apa, apa, apa.?"?" Bintang melirik Boy dan
Yerri yang sibuk memberi kode supaya cepetan.
"Nggg, masalahnya, Tang, kalo ke acara amal
bukan bagian Bibnng," ujar Nina pelan.
"Maksudnya?" alis Bintang berkerut heran.
"Ke konser musik dan main band prioritas no"
mor satu, piknik alias jalan"jalan dan nge"daie
naik motor prioritas nomor dua. Belanja boleh,
tapi Bibong nunggu di kafe aja. Plus nganter pu"
lang sekolah. Yang lainnya bukan jatah Bibong
buat nganter"nganter. Soalnya, cuma tempat-tem"
pat itu yang bikin Bibeng nyaman," sambar Caca
yang entah sejak kapan ada di Situ.
Bintang melambai-lambaikan telapak tangannya


Loventure Karya Mia Arsjad di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tanda belum mengerti penjelasan Caca. "Apaan
sih" Bukan jatah Bibong" Merasa nyaman?" Bin"
tang menatap Nina penuh tanda tanya.
Nina melotot ke arah Caca. Penjelasannya terlalu gamblang. Mata Bintang nyaris copot menv
dengar pengenalan singkat syarat-syarat pacaran
Bibong. Nina nyengir. "Ngg... ngg... Bibong kan
orangnya nggak gampang nyesuain diri..."
"Ya, tapi masa 10 ada acara sepenting ini dia?"
kata-kata Bintang terputus karena ia sama sekali
blank di mana si Bibong sekarang. "Omong-omong,
di mana dia?" "Ngecat pelat nomor motornya," cicit Nina
pelan. "NGECAT PELAT NOMOR?" pekik Bintang,
seolah barusan Nina bilang Bibong lagi pesta
shabu-shabu atau jadi bandar togel. "Dasar
cewek. lio sadar nggak sih, itu berarti dia cuma
mau nganterin lo ke acara"acaranya dia aja. Kecuali duduk di kafe nungguin lo belanja. Sambil
ngeceng mungkin?" seloroh Bintang geram. "Padahal lo mau nganter dia ke mana"mana.... Ahhh,
bentar, bentar, lo tunggu sini." Bintang melempar
tasnya ke bangku dan melangkah cepat keluar
menghampiri Boy clan Yerri. Lalu mereka ngobrol
serius. Beberapa menit kemudian Bintang balik dengan
bibir sedikit manyun. "Ayo."
Nina refleks melonjak-lonjak. "Asyiiikkk, Boy
sama Yerri nggak apa-apa, kan?"
"Bawel ah. Memangnya kalau Boy sarna Yerri
protes, lo bakal berhenti ngerengek-rengek?" Bintang meraih tasnya. "Lo ikut kan, Ca?"
Nina ikut menatap Caca. Bagus banget kalau
Bintang bisa merayu Caca untuk ikut. Sejak peristiwa tsunami dan populernya video amatir, Caca
selalu membawa DV mininya ke mana"rnana,
ikut terobsesi merekam semua kejadian, yang kebanyakan nggak penting. Paling nggak, peristiwa
Nina ngemsi di acara amal bisa diabadikan. Yang
nyebelin, Caca pelit banget soal pinjam-meminjam
DV kesayangannya. Sekalipun sama Nina.
"Wah, sori nih, gue ada janji sama Karel,"
tolak Caca sambil membentuk tanda love dengan
kedua tangannya. "Kapan sih lo nggak ada janji sama Karel?"
protes Nina. "lh siriiiki Makanya..., pacaran yang langgeng
dong kayak gue...," cibir Caca sambil ngeloyor
kabur. Eh, ngacir ding, Sebelum Nina menyambar
tangannya sambil merengek-rengek plus bumbu
pandangan berkaea-kaca clan berbintang-bintang
memelas persis anjing kecil yang minta diajak
jalan-jalan. Masalahnya, Caca sering nggak tega,
dan akhirnya terpaksa mengecewakan Karel sang
pujaan hati dengan membatalkan janji kencan
hari ini. Tak usah ya! "Nggak ngerti gue sama Bibong lo itu."
"Minum, Tang, minum. Gue haus. Grogi abis
nih." Bintang menyodorkan jus apel. "Masa Bibong
nggak mau nganter ceweknya datang ke acara
sepenting ini sih" Malah lebih rela ceweknya
diantar cowok lain, lagi."
Nina mencubit hidung Bintang gemas. "Tapi lo
bukan sembarang cewek. Lo sobat gue yang
paliiinggg... baik."
Mulut Bintang menirukan kata"kata Nina tanpa
suara dengan gaya mengejek.
Penampilan anak"anak jalanan yang mempera
sembahkan lagu dengan alatnalat musik sederhana di atas panggung menarik banyak pengunjung. "Keren juga ya kalo bandnya Bibong bisa main
di sini?" komentar Nina.
Bintang mendelik kaget. Tampang preman
Bibong lagi melet dengan mata melotot clan rambut berdiri melintas di bayangannya. "Hiti?" ia
bergidik. "Begini?" Bintang memasang tanda metal dengan jarinya di depan mulutnya yang menganga dengan lidah melelet.
"Ahhh, lo jahatffi Masa pacar gue disamain
ular kobra gitu!" Bintang cekikikan. "Habis apaan" Ulat keket"
Ulat pete" Atau timun suri?" Bintang langsung
ngakak karena mendadak membayangkan Bibong
berbadan ulat pete atau jadi bulat kayak timun
Suri sekalian. HAHAHAHA! Mau dipasang di
mana antingnya" Mau tak mau Nina nyengir juga. Dalam hati ia
masih kurang rela sih. Masa pacarnya dibilang
mirip timun suri sama ulat pete" Sadis banget.
"Udah dong, Tang, meledeknya. Yang penting
sekarang kan ada elo, nemenin hari penting gue."
Bintang mencibir. "Memangnya gue ban serep?"
Suara tepuk tangan terdengar riuh rendah. Artinya sebentar lagi Nina naik ke panggung dan
bercuap"cuap tentang acara selanjutnya.
"Okeee... tepuk tangan deng buat adik-adik
kita tadi. Penampilannya oke banget, kan?" dengan lancar Nina berkoar di depan para pengunjung. Bintang menatap ke arah panggung sambil tersenyum. Boleh juga si Nina.
*** "Teastl" Nina dan Bintang mendentingkan gelas lemon
squash mereka. Sekarang mereka duduk di kursi
depan Kafe Bloemen Ciwalk, Cihampelas Walk.
"Sukses banget lo, Not!" Bintang menyeruput
minumannya. Lumayan juga dapat traktiran honor ngemsi dari Nina. "Ah, untung ada elo, Tang. Paling nggak foto
gue ngemsi ada di HP. Hehehe, lebih bagus lagi
sih kalo ada Caca. ngerekam pake DV."
"Sok artis," sungut Bintang. "Mas, steiknya
mana nih?" serunya pada pelayan sambil mengusap-usap perutnya mirip singa kelaparan.
Sere-sore di Ciwalk angin berembus semilir
dan banyak pohon tinggi yang berayun-ayun ang"
gun tertiup angin. Orang"Orang berbagai macam
gaya berseliweran. Ada yang bawa belanjaan se"
gunung, ada yang tidak bawa belanjaan sama
sekali, ada yang sasak poninya setinggi gunung,
ada yang sandalnya lebar banget, selopnya tinggi
banget, malah ada yang anaknya banyak banget
sampai bisa bikin tim voli pantai atau futsal keluarga. Satu di tangan kanan, satu di tangan kiri,
satu menggelayut di pundak, satu lagi di kereta
dorong bayi, yang satu lagi kabur.
"Anaknya banyak amat," komentar Nina.
"Lo nanti mau punya anak berapa?"
"Hah?" Nina melongo. "Sama Bibong?" tampang Nina jadi aneh. Bintang mengangkat kedua tangannya dan sedikit mengedikkan bahu. "Siapa tahu. Memangnya kalau sarna Bibong kenapa?"
Nina meringis. "Silakan, Mas, steiknya." Dua piring steik Sirloin
yang masih mengepul mejeng dengan tampang
menggiurkan. Ditambah sayuran hijau dan warna
oranye wortel yang bikin meneteskan air liur.
Yang namanya urusan makanan, Nina dan
Bintang kompak sekompak"kempaknya. Begitu
piring menyentuh meja, obrolan langsung di-cut
sementara. Sekarang waktunya makaaan!
*** Sahabat adalah seseorang yang ada pada saat
susah dan senang. Pada saat SUSAH dan senang.
Kali ini Bintang bukan menemani dalam susah
dan senang, tapi ketiban susah. Tepatnya sial.
Entah dari mana rimbanya, tapi tiba-tiba...
"Nina!" itu jelas-jelas suara Bibong. Cowok me"
tal itu sekarang berdiri tepat di belakang Nina
dan Bintang yang siap"siap masuk mobil. Jujur
aja nih, tampang Bibong agak ketuaan untuk
ukuran anak kelas 3 SMA. "Bib-Bibong?" "Jadi gitu ya" Lo bilang lo mo pergi ngemsi di
acara sosial, nggak tahunya lt) jalan sarna cowok
lainf" geram Bibong dengan mata melotot.
"Lho, gue emang habis ngemsi kok. Gue tadi
makan dulu. Sekarang mau balik. Lagian, Beng.
ini kan Bintang," Nina menekankan. Bintang kan
sahabatnya. Bibong juga tahu. Bukankah selama
ini yang dengan sukses meloloskan Nina dari
rumah buat jalan sama Bibeng itu Bintang"
Bibong makin melotot. Ditariknya Nina agak
menjauh dari Bintang. "Iya, gue tahu dia Bintang.
Dia cewek, kan" Lagian lo udah punya cowok
masih jalan sama berduaan sama cowok lain.
Biarpun dia sobat lo, tetap aja dia cewek. Lo
sendiri, memang nggak marah kalau gue jalan
berduaan sama cewek lain" Hah?"
"Ngg..." "Lo kan bisa pergi sendiri. Nggak harus bet"
duaan sama cewek. Le harus inget deng, Nin, lo
tuh udah punya pacar. Udah nggak bisa gitu
lagi. Sama Bintang sekalipun," tegas BibOng.
"ternyata Bibeng cemburu. "Sori ya, Beng... Gue
nggak tahu lo bakalan marah. Soalnya Bintang
kan... Bintang kan saha?"
Tibaatiba Bibong mencengkeram bahu Nina.
"Gue tahu dia sahabat lo. Tapi lo punya pacar.
Gue!" "Udah dong, Bong. Tadi gue yang nawarin diri
nganterin dia. Habis gue pikir..."
Bibong menepis tangan Bintang. "Aaahhh, le
mendingan nggak usah ikut campur! lni urusan
gue sama cewek gue!" ancamnya.
"Tapi dia itu sahabat gue."
"Sahabat, sahabatl Basi tahu nggak! LO memang..." Muka Bibong merah menahan amarah.
Giginya dikertakkan. Bibirnya terkatup marah dan
urat-urat di kepalanya bertenjolan. Tangannya terangkat siap meninju Bintang.
KRUOOEEEK! Hah"! Bunyi apaan tuh"f
Wajah Bintang tak kalah aneh. Dia sudah pasang kuda-kuda menahan pukulan Bibong, tahunya... "Lo kentut, ya?" tanya Bintang polos, lalu
melirik Nina minta konfirmasi bahwa Nina juga
mendengar bunyi aneh dan mengerikan tadi.
Nina melirik Bintang heran. Situasi lagi panas,
ditambah "kecelakaan" kentut yang bikin Bibong
tambah naik darah, masa sih Bintang sempatsempatnya bertanya" Dengan hati-hati takut ketahuan Bibong, Nina menunjuk perutnya sendiri,
berusaha mengirim kode sambil meringis geli
campur ngeri. "Perutnya..., bunyi perutnya...," bisik Nina nyaris tanpa suara.
Bintang membulatkan bibirnya. "Ooo"," desisnya pelan. "Lo laper?" tanyanya polos. Ya ampun!
"Ahhh!!! Ayo, Nina! Gue yang nganter lo pu"
lang!!!" Masih dengan wajah merah, Bibong menyeret Nina yang perasaannya sangat campur
aduk kali ini. Kaget, takut, merasa bersalah, senang karena dicemburui, sekaligus geli. Ya ampun, perutnya bunyi waktu mau berantem"
Bibong kayaknya bakal balik lagi ke Ciwalk nanti,
pengin banget rasanya nonjok koki yang seenaknya masak enak waktu perutnya lebih dari
sekadar keroncongan gara-gata belum makan.
Menjatuhkan harga diri!!! Ini perut juga, nggak
tau diri! Kenapa pakai bunyi segala sih"!
L"O berdua ngomongin Bibong, ya?" celetuk
Caca yang tiba-tiba nongol dari dalam rumah
sambil meletakkan piring berisi keripik kentang.
Biarpun asyik pacaran online sama Karel, kuping
Caca selalu siaga memantau obrolan Nina dan
Bintang di teras. Nina dan Bintang kompak mengangguk.
"Gila, baru kali itu gue liat kalian berdua musuhan." Caca nyengir sambil melompat ke kursi.
"Musuhan" Siapa yang musuhan" Ngaco lo,
Ca, kami berdua memang jadi rada jauh, terus
jarang ketemu dan main bareng lagi..."
"Ya elah, Not" itu kan kata lo. Ielas"jelas lo
berdua udah kayak orang musuhan. Lo bukannya
rada jauh, lagi, tapi putus komunikasi! Bibong
kan cemburu berat kalau lo masih deket sama
Bintang. Ya, kan" Lo tuh udah asli kayak nggak
pernah kenal Bintang. Demi Bibong! Semua orang
juga tahu, Not." Nina tereenung. "Masa sih?" tanyanya menatap
Bintang. Bintang mengangkat bahu. "Lo tahu, Tang" Memang gitu, ya" Lo tahu
tapi kok nggak bilang sama gue sih?" dumel
Nina. "Mana mungkin sih Bintang bilang sama lo"


Loventure Karya Mia Arsjad di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gue aja nyaris dicekik gara-gara mau cerita ke
elo. Dia nggak mau lo berantem lagi sama
Bibong. Kalau lo tahu, pasti lo parno. Gitu, kan"
Kata Bintang biarin aja dulu, lo lagi menikmati
masa-masa jatuh cinta. Sok romantis nih anak!"
Caca mendorong bahu Bintang pelan.
Bintang nyengir. "Maksud gue, biarin aja. Ntar
kalau udah bosen juga dia balik lagi ke gue.
Hehehe... Dia kan nggak bisa iauh-jauh dari gue."
Nina manyun. "Ce-er lo, jelek" Mana mungkin
gue bertahan sama Bibong yang aneh dan berbahaya itu?" "Duuuhhh, dulu cinta!!!"
"Reset" Nina terbayang-bayang dan jadi heran sendiri.
Kenapa juga ya dia dulu segitunya sama Bibong"
"- >f' =(- "Jadi kan kita hari ini" Janji kita" Oke, Nina
sayang?" Bibong merangkul Nina mesra.
Nina meringis. "Eh, jadi, jadi. Iya, jadi," jawab"
nya gugup. "Kamu nggak takut, kan?" Bibong menyodorv
kan helm pada Nina. Nina menggeleng. "Ng-nggak kok."
Bibeng memeluk Nina gemas. "Bagus! Ini kan
untuk membuktikan cinta kita. Ya kan, Sayang"
Aku jadi makin sayang sama kamu."
Nina nyengir lagi. Dia memang sayang sama
Bibong. Nggak nyangka Bibong minta pembukti"
an cinta. Maksudnya, nonton konser punk yang
penuh orang dengan dandanan aneh dan berjingkrak"jingkrak sambil seradak-seruduk, dandan
metal sampai bikin Mama-Papa nyaris gila, berjauhan dengan Bintang" Ya ampuuun, Nina kangen Bintang. Aturan Bibong betul"betul ketat
sampai"sampai di sekolah Bibong ngintilin Nina
ke mana-mana, takut Nina ngomong sama Bin"
tang. Yang lebih heboh lagi, Bibong sampai menyebar mata"mata amatiran (yang kalau nguntit
kentara banget) buat ngawasin Nina kalau pas
Bibong nggak ada. Dia takut Nina curi-curi ketemu Bintang. Nina dan Bibong pasangan metal
yang mesra dan jarang berantem, tapi peraturan
alias perjanjian bersama mereka adalah Nina
harus menjaga jarak dari Bintang. Hiks. Belum
lagi jarang ngobrol sama Caca, dan sederet pengorbanan lainnya. Apa belum bisa dibilang pem"
buktian cinta" Sampai harus melakukan pernbuktian cinta yang "menyakitkan" ini" Berisiko,
lagi. Nina nggak bisa membayangkan kalau
orangtuanya sampai tahu."
Yang ielas, Nina nggak mau dianggap kuno,
anak mami, dsb, dst.... "Siap?" Nina mencengkeram kuat"kuat lengan Bibong.
"Tapi bener kan, nggak bakal sakit?" ratapnya
sambil menatap mata Bibong.
Bibong mengangguk. "Tenang dong, Sayang,
aku udah berkali-kali kok. Baik-baik aja."
Nina memejamkan matanya. Tangannya makin
kuat mencengkeram. Menarik napas dalam-dalam.
"Aaahhh...!" jerit Nina kencang.
"Ya ampun, Nina, jarumnya belurn nempel di
kulit kok udah teriak sih?"
"Gue takut, Booong," rengek Nina. Matanya
melirik miris melihat alat tembak di tangan Suryo,
anak metal di kios tato Bibong yang siap menembak telinganya. "Nggak bakal sakit, Nin, percaya deh. Nih,
lihat..." Bibong melet. "Di lidah gue aja ada."
Nina meringis ngilu. No way kalau dia harus
tindik di 'tempat-tempat aneh macam itu. "Bong,
dibius dulu bisa nggak?"
Bibong mendengus. "Ya ampun, nggak perlu
lah. Udah, merem aja."
Nina merem. Mencengkeram kuat lagi. Menahan napas lagi. "Ahhh...!!!" ia menjerit lagi bah"
kan sebelum Suryo bergerak. "Nggak jadi, nggak
jadi!" pekiknya, lalu buru"buru menyambar tangan Bibong. "Gue sayang sama le. Bener! Gue
Cuma takut sarna jarum. Bong, pake cara laen
aja, ya" Gue nggak bisa melakukan ini. Ya?"
Muka Bibong berubah kesal. Tapi ia mengangkat tangan menyuruh Suryo berhenti beraksi.
"Kok begitu" Kita kan udah janji mau tindik
sama-sama." "Iya, tapi gue nggak sanggup. Gue takut."
Bibong mendengus lagi. "Ya udah lah. Yo, 10
beresin deh tuh. Ketakutan dia. Kayak mau diapain aja!" Nina cemberut. "Gue kan takut," bisiknya pelan.
Bibong cuek. Dia langsung menyuruh Suryo
menindik telinganya lagi. Daun telinganya sudah
penuh sesak dan nyaris membentuk lubang
raksasa karena deretan lubang kecil. Hiiii Kok
bisa sih, ada orang tahan bagian tubuhnya di"
tusuk jarum berkali"kali" Ya ampun! Mungkin
itu sebabnya ya, bayi perempuan ditindik waktu
masih bayi" Nina sih mending nggak usah pernah pakai anting seumur hidup, deh, daripada
harus merelakan telinganya disakiti setelah dia
sadar penuh arti rasa sakit itu! IH!
31-3- "Mau ke mana kamu, Nin?"
Nina langsung ngerem mendadak. "Ng... ada
pentas seni gitu, Ma, di sekolah teman Nina."
"Sama siapa?" tanya Mama curiga.
?"El-Bintang, Ma. Memangnya siapa lagi?"
Aduuuh, Nina desa banget sih. Padahal Bintang
nggak tahu apa-apa. Ah, lagian Bintang pasti
maklum kalau dia tahu Nina mencatut namanya
buat bohong sama Mama. Maksudnya, selama
ini toh Bintang nggak pernah protes atau kebe"
ratan kalau Nina dengan sangat terpaksa mendesaknya. Nina mau nggak mau harus "menjual"
nama Bintang di hadapan Mama dan Papa. Toh
pergi sama Bibong aman. Sebatas konser punk,
atau kios tatonya yang selalu jadi tempat mereka
nongkrong. Biarpun metal begitu, Nina yakin
Bibong nggak mungkin ngajak Nina ke tempat
mesum atau pesta narkoba. Jadi" cukup aman,
kan" Mata Mama menyipit penuh tanda tanya. Apalagi melihat dandanan Nina yang ajaib. "Mana
Bintang-nya?" Aduh! "Bintang udah nunggu Nina di depan
kompleks, Ma. Baru aja dia SMS. Tadinya dia
mau jemput ke sini, tapi katanya ketemu teman
di depan, trus ngobrol. Makanya Nina yang ke
sana." Duh! Lancar amat berbohongnya. Nina
menatap Mama harap-harap cemas. Untung Papa
belum pulang. Papa bisa lebih gila daripada polisi
kalau soal menginterogasi anak gadisnya.
"Ya udah. Hati"hati. Jangan pulang kemaleman.
Ntar Mama yang bilang sama Papa."
"Makasih, Ma," Nina memeluk mamanya dari
belakang. "Nina pergi dulu ya. Assalamuaalai"
kumf" Itu satu kelemahan Mama yang selalu
menguntungkan Nina. Mama nggak pernah mencoba kroscek apa Nina betul pergi sama Bintang
atau nggak. "Lho, Bong, kok ke sini" Katanya mau lihat
Pensi di SMA Merdeka?" teriak Nina di telinga
Bibong, di tengah deru motornya yang berisik.
"Nggak seru lihat Pensi jam segini. Ntar kalau
udah agak malem, baru kita ke sana," sahut
Bibong tak kalah kencang.
"Terus kita mau ke mana?"
Bibong diam. Akhirnya moternya masuk ke
pekarangan rumah di kawasan Dipati Ukur yang
rimbun. Dari luar rumah itu kelihatan sepi-sepi
saja. Ada beberapa meter segede motor Bibong
parkir di situ. "Rumah siapa nih?" bisik Nina heran.
"Woi, Bong!" seorang cowok cepak yang ber"
tindik tak kalah banyak sama Bibong nongol
dari pintu depan. Tangannya penuh gelang ber"
aneka model. Ada yang dari kulit, tali gunung,
batu-batuan, sampai rantai anjing.
"Ini rumah teman gue, anak SMA Merdeka.
Bandnya bakal main ntar malem. Sebelum bintang
tamu lho. Sekarang kita party di sini aja dulu."
Bibong menggantung helmnya. "Woi, No, yang
lain udah dateng?" tanya Bibong pada cowok
itu. "Ini cewek lo, Bong" Edaaan, boleh juga lo
milih cewek. Beda," komentarnya, membuat Nina
risi karena menekankan kata "beda". Apa sih
maksudnya" "Gue Bruno." "Nina," jawab Nina basa"basi.
"Nina." Bruno mengedipkan sebelah mata pada
Bibong sambil mengacungkan jempolnya di belakang Nina. Dan Nina tahu betul maksudnya sih
memuji. Tapi kan risi! "Yo, yo, masuk. Anakanak ada di dalem kok. Eh, ada tune sama
Marisa juga." "Oh ya?" sahut Bibong antusias.
Nina melirik Bibong heran.
"Asyik, Nin, lo ada temennya, jadi 10 nggak
bengong sendirian." Bibong merangkul Nina dan
berjalan masuk. Nina nyaris pingsan begitu sampai di dalam.
Ada sekitar lima cowok lain berpenampilan tak
kalah heboh dan mengerikan dari Bibong. Asap
rokok mengepul di mana-mana, bikin sesak
napas. Dan ya ampun! Ada dua cewek, yang
satu pakai rok supermini dan satu lagi bercelana
superketat dan superhipster plus baju atasan ketat
yang nyaris membuat dadanya tumpah ruah!
"Bibooong, ya ampun, ke mana aja lo" Sibuk
pacaran?" kata si rok mini sambil melirik sinis
ke arah Nina. Apaan sih" Biasa aja dong!
"Ah, rese lo!" Bibong menyeret Nina mendekat
ke arah cewek itu. "Kenalin nih, Nina. Nin, ini
Marisa." Bibong memperkenalkan si rok mini.
Berarti yang satu lagi itu pasti June. Dia kelihatan
asyik berangkulan mesra dengan salah satu cowok.
"Bong, ada merek baru nih! Gue dibawain sepupu dari luar," si Iune berkata dengan suara
serak-serak seksinya. "Oh ya" Apaan" Nandang nggak?"
Jempol ]une teracung. "Nih, cobain aja sendiri.
Cewek lo sekalian. ]arang-jarang nih."
Bibong meraih gelas plastik berwarna hijau
dari tangan Iune. Apaan sih itu" Baunya menyengat banget, bahkan sebelum gelas itu sampai ke
dekat Nina. "Cobain, Nin!" ujar Bibong setengah memaksa.
"Apa nih?" "Udah, cobain aja."
Nina baru tahu minuman dalam gelas itu ada
aroma jeruknya. Sebelum meneguknya karena disuruh Bibong, Nina sempat melirik botol di meja.
orange vodka. "Wek!" Nina menjulurkan lidahnya.
Baunya memang bau jeruk. Tapi rasanya membakar tenggorokan. Belum lagi pahitnya yang
bikin enek. Tapi Nina telanjur meneguknya nyaris
setengah gelas. Dan"
"Jangan dibuang, jangan dibuang!" pekik
Bibong histeris waktu Nina nyaris menyemburkan
cairan aneh yang menusuk itu. "Telen aja, Nin.
Itu mahal. Lagian lama"lama juga lo biasa."
GLEK! Nina menelan dengan wajah tersiksa.
Ugh! Air comberan mungkin bau, tapi yang jelas
nggak panas kayak gini. Mana panasnya menjalar
ke perut, lagi. Ugh! Mungkin begini rasanya nelen
api bulat-bulat. "Gitu dooong!" Entah kenapa, semua orang di
situ langsung tepuk tangan begitu Nina menelan
minuman itu. Memang apa hebatnya Sih"
"]ek, ada barang baru nih!" Yang satu ini namanya Kiko. Dan semua orang dipanggilnya "jek".
Dasar orang gila. Bibong melirik Nina, lalu merapatkan telunjuk"
nya di bibir ke arah Kiko. Biarpun Nina nggak
tahu pasti, dia yakin betul ada yang kurang beres. Di sinetron"sinteron, biasanya adegan begini
kalau... "Bibong, lo nggak pake narkoba, kan?" ceplos
Nina. Kepalanya terasa agak pusing. Mungkin
akibat vodka tadi. Nina baru ingat vodka salah
satu nama minuman keras. Gila!
Wajah BibOng berubah kaget, tapi buru-buru
berubah tenang. "Kenapa,_ Nin" Kok bingung
gitu" Sekali"sekali gue sama anak"anak memang
suka have fun kayak gini. Tapi kita nggak nyandu
kok." "Tapi tetep aja lo make narkoba!" pekik Nina.
Marisa dan june mendelik, wajah mereka menyi

Loventure Karya Mia Arsjad di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ratkan kata "kampungan". Nina sering baca peng"
alaman remaja yang menyadarkan pasangannya
saat terjerat narkoba. Orang-orang itu selalu mendampingi pacarnya itu. Tapi ya ampun! Nina
sama sekali nggak siap buat hal gila macam itu.
Tapi Bibong kelihatan gagah dan biasa-biasa aja
tuh. Dia lebih cenderung bisa memengaruhi orang
untuk ikut daripada dia yang terpengaruh untuk
sembuh. Ya ampun, selama ini Nina dengan naif
menyangka Bibong anak metal belhati lembut.
Tak lebih dari sekadar bertatn dan bertindik.
Tapi" "Le nggak usah teriak gitu dong!" bentak
Bibong. Kok bentak"bentak sih! batin Nina. Cuma demi
narkoba dan supaya kelihatan gaya di depan
temanetemannya yang urakan dan dua cewek
yang bajunya kekurangan bahan itu"
"Gue nggak mau liat ln lagi!" Nina mendorong
tubuh Bibong lalu kabur keluar sambil menangis.
"Sayangi Nina! Woi, Nina!" Bibong berteriak"
teriak sambil berusaha mengejar Nina
Nina tak peduli lagi Dasar sinting! Cinta sih
cinta Ternyata semuanya gombal! Bibong cuma
cari korban untuk diajak masuk ke gengnya. Sori
aja ya! Dan Nina semakin ogah menggubris
teriakan Bibong karena kata"katanya semakin kasar. Nina langsung sakit hati sekaligus benci se"
tengah mati pada Bibong saat mendengar kalimat
terakhirnya. "Woi! Cewek udik! Awas le y,a kalo sampe
masalah ini bocor ke mana" mana! Lo liat aja
kak) lo berani..." *** Nina menatap pintu depan paviliun Bintang.
Sudah lumayan lama sejak kejadian Ciwalk Nina
tak pernah lagi bertemu Bintang. Malu-maluin
sebenarnya. Setelah sekian lama Nina menjaga
jarak, sekarang dia berdiri di depan pintu Bintang
siap menangis mcraung"raung. Cuma kepada Bin"
tang Nina bisa melakukan itu. Caca bukan orang
yang tepat untuk tahu soal ini pertama kali.
Saran Caca kebanyakan malah bikin orang tam"
bah stres. "Ninot?" pintu itu terbuka. Bintang muncul
dengan celana pendek dan rambut acak"acakannya.
Nina diam menunduk dalam-datam.
Bintang melipat tangan di depan dada. "Lo
dari mana dan mau ke mana" Lo nggak mungkin
sengaja dandan aneh gini buat ke sini., kan?"
Nina menunduk makin dalam. Padahal kalau
ingin menahan air mata, Nina harusnya menengadah tinggi"tinggi. Tangan Bintang menyentuh bahu Nina. "Lo
kenapa sih?" tanyanya lembut. Sama seperti ke"
marin-kemarin. Tangis Nina meledak. "HUAAA...!"
Bintang mengusap-usap punggung Nina. "Kenapa sih?" "HU" HU... HU... HEEE...," tangisnya malah
makin heboh. "Ya udah, nangis dulu deh. Kita masuk, ya"
Ngambil minum." Bintang membimbing Nina.
"Omong-omong, rambut 10 kok kayak kakaktua
Not" Ku ku ku ku?"
Nina manyun. Orang lagi sedih malah dikatain
kayak burung kakaktua. Tapi Nina akhirnya senyum juga. Bintang selalu bisa bikin hatinya
tega. "Lo tuh yang kayak landak duri lunak."
rambut jabrikf" ledek Nina masih sambil ber"
genang air mata. "Bandeng duri lunak, kali..., goda Bintang
sambil pasang posisi siap sedia jadi pendengar
setia. NINA melirik jam tangannya. Lumayan lama
mereka bertiga duduk di teras paviliun sambil
melamun mengenang manusia bernama Bibong
yang aneh bin ajaib. Tiba-tiba Caca berdiri. "Sori ya, teman"teman
tersayang, gue mesti cabut." Caca merapikan
rambutnya dengan. tangan lalu berkaca di cermin
kecil yang selalu dia bawa ke mana"mana.
"Mau ke mana sih?"
Caca nyengir lebar. "Bukannya gue nggak prihatin atas musibah putusnya 10 sama Beni, Not,
tapi gue..." "Ada janji sarna Karel. Standar," sambar Nina
cemberut. Karel sama seperti mereka, kelas 3
SMA, tapi dewasanya minta ampun. Mungkin
itu juga yang bikin Caca nggak putus"putus.
Caca cengengesan nyebelin. "Sori yaaa, gue
udah janjian dari kemaren. Abisan lo nggak
bilang-bilang sih bakalan putus hari ini. Kalau
tahu kan gue nggak janjian."
"Sialan 10! Udah sana gih, ntar 10 ikutan putus,
lagi, kelamaan di sini."
"ihhh amit"amit, jangan dong. Kepala, pantat,
kepala, pantat." Caca menepuk kepala dan pantatnya bergantian tanda amit"amit. "Dadaaah..."
Tangan Nina dan Bintang melambai kompak.
"Uhhh, padahal gue sama Caca deket banget
dari SD. Tapi soal cinta kayaknya gue sial banget.
Nggak kayak dia. Perasaan Karel baru pacar kedua, kan" Dulu dia putus sama Yudi cuma gara"
gara cowok itu cabut ke luar negeri. Keren tau
nggak endingnya, nggak kayak gue," sungut Nina.
Bintang tersenyum sekilas. "Ada"ada aja 10,
Not." "Lho, memang iya kok. Kurang sial apa coba,
abis Bibong gue malah dapet Gian. Dia memang
bukan pengguna narkoba atau anak metal kayak
Bibong, tapi kan?" "HAHAHAHAHA... iya, iya, gue inget. Si anak
gunung itu, kan" HAHAHA!" Bintang malah
ngakak. Dasar" Bintang nggak pernah habis pikir
soal mantan Nina yang satu itu. Giant Kalau diingat"ingat... Nina itu ngelindur atau apa sih
sampai bisaubisanya nekat jadian sama Gian" Mengorbankan jiwa raga tuh namanya!
Bintang masih cekikikan. Gian"
95-76-1- Nggak terasa hampir seminggu lewat Nina putus
sama Bibong. Biarpun sebel setengah mati sama
monster bertato itu, tetap aja serasa ada yang
menghilang. "Udah dong, Not. Jangan ngelamun meiuiu. Lo
udah kayak ayam tetek), tau nggak. Bengooong...
melulu," ujar Caca cemas.
Masa sih, ada orang makan bakso Mang Endin
sambi" melamun" Bisa lenyap tuh enaknya sarisari bakso. Sedih sih sedih, tapi kan bukan berarti
jadi menyia"nyiakan makanan enak.
"Hhhh...," desah Nina.
"Gue ngerti In sedih banget, kecewa sama si
Bibong. Tapi kan selama dunia berputar, bakso
tetep bulet. Masih banyak cowok lajang," kata
Caca asal. Nina mendelik sewot. Apaan sih, kok bakso
dibawa-bawa. "Cowok iajang mana yang mau
sama gue?" "Ah, elo. Biasanya juga nggak pernah kosong
tama"lama. Ini kan baru seminggu setengah. Lima
menit lagi juga masa kejombloan elo berakhir."
"Enak aja. Emangnya gue cewek apaan."
Caca cekikikan. "Buruan makannya, katanya
kita mau liat latihan panjat tebing. Lo jadi mau
ikutan kan?" Nina mengangguk lemah. "Jadi laaahl'm, gue
perlu kegiatan buat nyibukin diri."
Berhubung Nina satu sekolah sama Bibong,
mau tak mau setiap hari dia masih harus melihat
tampang kriminal Bibong di sekolah. Bibong jadi
judes minta ampun. Jangankan tersenyum,
kalaupun melirik, Iirikannya setajam silet yang
menyayat hati. UGH! "Bintang"nya mana?"
"Dia nunggu di sana. Lagi ngobrol sama anak"
anak HIGH, kan dia kenal." Klub panjat dinding
itu bukan ekskul sekolah. Ada segerombolan pencinta alam yang punya klub sendiri. Kebetulan
Bintang kenal betul para anggotanya. Hobi kemping Bintang membuatnya hobi nongkrong di
situ. Apalagi dia juga suka manjat.
353-1- Dinding tinggi penuh lukisan warna-warni itu
jadi tempat bergelantungan beberapa cowok yang
kelihatan mengiiat karena keringat.
"Bintang!" "Nah, itu mereka. Sini!" panggil Bintang yang
nongkrong di bawah dinding sambil asyik meng"
obroi. "Kenalin nih. Kevin, Asep, Surya, yang ini
Gian. Dia ketuanya di sini," kata Bintang memperkenalkan beberapa orang yang ada di situ.
"Hate," cowok bernama Gian itu mengulurkan
tangannya. "Nina." "Caca." Gian tinggi. Badannya langsing berisi. Berhubung dia bertelanjang dada, Nina dan Caca
dibuat melongo melihat perut six pack"nya yang
kencang. Belum lagi kalung bertali hitam dengan
bandul berbentuk dayung yang membuat dia
kelihatan seksi. "jadi, kalian minat gabung?"
Nina dan Caca gelagapan. Gila. Suaranya juga
seksi banget. "'I"iya..."
"Kok bisa ada minat ikutan olahraga ini" Ini
kan termasuk olahraga ekstrem?" tanyanya. Suaranya ramah. Tapi bibir Gian cuma naik sedikit
dan tidak bisa dibilang senyum.
"Nina kan baru aja" AUW?"
Secepat kilat Nina menginjak kaki Caca. Gila
apa, masa sih Caca mau terang-terangan bilang
Nina berminat masuk HIGH gara-gara baru putus
sarna pacar premannya yang bertindik, bertato,
suka narkoba, jadi Nina perlu aktivitas untuk
membunuh waktu supaya bisa lupa kesedihannya
putus cinta" Bisa-bisa Gian pingsan mendadak.
Penghinaan tuh namanya! Nina melirik Bintang. Mata Bintang menyipit
penuh tanya. Dia menunggu jawaban Nina. Dia
juga kaget, karena sahabatnya yang feminin dan
memang sedikit tomboi ini bisa berminat kegiatan
semacam ini. Olahraga paling esktrem buat Nina
selama ini adalah ice skating. Dan itu sebetulnya
sama sekali tidak bisa dibilang ekstrem. Hanya
saja dalam dua minggu latihan Nina nyungsep
lima kali, ditabrak tiga kali, tabrakan enam kali,
nabrak orang dua kali, dan nabrak dinding dua
kali. Nina akhirnya mengundurkan diri karena
badannya nyaris biru"biru semua.
"Gue tertarik banget. Gue emang suka banget
olahraga ekstrem. Awalnya sih lihat di majalah"
majalah abang gue. Udah lama gue pengin masuk
klub, tapi belum ada waktu sama belum ke"
temu tempat yang cocok. Lagian kata orang, gue
emang agak-agak tomboi gitu," rentet Nina asal.
Jangan sampai ada yang tahu dia patah hati dan
pengin banget ikutan olahraga ekstrem cuma
gara-gara butuh pelampiasan dan keliatan keren
di depan mantannya (mamerin dia baik-baik aja).
Caca dan Bintang langsung saling menatap bingung. "Iya, emang. Nih anak tomboi banget. Mandiri
banget. Ehmm, apa ya namanya" Cewek tough!"
timpal Bintang cuek. "Makasih banget ya, bikin semuanya jadi kelihatan over. Mandiri" Cewek tough" Lo bantuin gue
apa ngeledek?" sungut Nina judes.
Bintang melirik Nina yang manyun di jok sebelah. Diinjaknya rem begitu lampu lalu lintas
berubah merah. "Lho, kan elo sendiri yang bilang
kalo lo tomboi. Gue kan cuma bikin supaya jadi
meyakinkan. Biasanya, cewek tomboi itu mandiri. Tough." Caca cekikikan. "Diem lo, Ca," dumel Nina lagi. "Tapi gue kan
cuma bohongan." "Justru itu, gue ngomong gitu supaya lebih
meyakinkan. Jadi lo nggak ketauan bohong."
Nina mendengus kesal. "Lo memperkeruh ke"
adaan, tau nggak?" Dilipatnya kedua tangan di
depan dada. Sekarang sih dia nggak bisa akting
tomboi ala kadarnya. Dia harus tomboi habishabisan. Akting Hollywood bak memperebutkan
piala Oscar! Daripada dia malu sama seluruh
anggota HIGH. "Aduuuhhh, Gian, Caca istirahat, ya" Nggak
kuattt...," Caca menggelantung lemas di atas tali.
Padahal dia belum memanjat dinding itu lebih
dari satu meter. Tepatnya masih nemplok di bagi

Loventure Karya Mia Arsjad di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

an dasar. Bodi Caca yang bahenol tampaknya
jadi salah satu faktor kesulitan.
Gian tersenyum tipis. Buat anggota baru, Gian
langsung turun tangan melatih. Anak-anak HIGH
segar bugar bagaikan kena siraman air es karena
kedatangan anggota baru: CEWEK. Sebelum ada
Caca dan Nina, mereka cuma punya empat ang"
gota cewek, dua di antaranya atlet nasional dan
kemampuannya jelas di atas rata-rata. Yang dua
lagi kelewat tomboi dan lebih mirip laki-laki.
"Lo juga mau istirahat dulu?" tanya Gian pada
Nina. "Nggak. Gue masih kuat. Lagian gue penasaran
kalo belum berhasil nyampe ke tanda itu." Imej
cewek tough ini betul"betul merepotkan. Tapi N ina
juga ogah dianggap cewek manja. Bisafbisa dia
cuma jadi bahan ledekan. Terutama sarna Bintang.
Dia setengah mati ragu Nina bisa bertahan di
klub "keras" macam ini. Tapi, ngapain sih Gian
bikin tanda setinggi itu untuk panjatan pertama"
nya"! Mata Gian berubah cerah. Dia tampak terkagum"kagurn melihat cewek cantik berkulit mulus dan kelihatan anggun, ternyata kuat dan penuh semangat. "Oke, pokoknya gue pegang talinya. Lo manjat aja," perintahnya.
]angan pingsan, jangan pingsan, jangan pingsan,
Nina bergumam dalam hati. Nyanyi dalam hati
mungkin bisa sedikit membantu nih.
Naik, naik, ke puncak gunung... Tinggi, tinggi,
sekali... Huh! Lagu itu malah bikin tambah capek. Nina
mencengkeram batu palsu yang menempel di
dinding tembok. Kayaknya ini pilihan yang salah.
Kenapa juga dia harus masuk klub ini cuma
gara"gara patah hati dan poster keren seorang
pemanjat cewek yang dia lihat di toko outdoor
equipment waktu ikut Bintang membeli pisau
lipat" Keputusan yang SALAH!!! Tapi sudah te"
lanjur. Bukan waktunya mundur. Nina harus
maju! "Bagus, Nina! Elo bisa turun sekarangf" Teriakan Gian membuyarkan lamunan Nina. Rupanya dia sudah sampai atas. Fiuuuhhhh....
Nina meluncur turun. Keringatnya juga terus;
terusan mengucur deras. Gian menepuk pundaknya kagum. "Gue salut
sama 10." Nina tersenyum malu-malu. "Makasih." UGH!
Asin. Ternyata butir"butir keringat itu masuk ke
mulutnya. Uwek! "Gue suka banget cewek tangguh dan kuat
kayak lo. Sekarang ini cewek kayak lo udah
jarang. Hampir seluruh dunia cuma penuh cewek
centil dan hobi dandan. Palsu. Kecantikan alami
itu datang dari alam," katanya sambil menatap
Nina dan menyerahkan sebotol minuman.
"Makasih." Entah apa maksud kalimat Gian
tadi, tapi yang jelas pipi Nina langsung bersemu
merah karena senang. Juga sedikit kaget. Untung
Gian tidak pernah kenal dia sebelumnya. Nina
yang modis, dan hobi gelayutan di lengan Bintang dan bahu Mama. Bisa"bisa Gian kecewa se"
tengah mati. Bikin kecewa cowok sekeren ini"
Bego aja. Lamunan Bintang terputus. Adegannya berhenti
dulu kayak DVD di"pause. Mulutnya gatel pengin
nanya, semacam pertanyaan terpendam, gitu.
Soalnya dari dulu Bintang takut buat nanya. Ta"
kut Nina tersinggung. Jadi sekarang Bintang
mempertaruhkan jidatnya buat nanya. Siapa tahu
Nina betulan tersinggung dan langsung main
jitak" ]idatnya taruhannya!
"Heran gue. Jelas-jelas si Gian itu datar, cuek,
jarang senyum, dingin, borOHboro romantis. Pernah denger kata romantis aja kayaknya dia nggak
pernah. Kok bisa"bisanya sih 10 suka sama dia?"
"Tapi dia keren banget. Macho. Kayaknya bisa
ngelindungin, gitu," tukas Nina tak mau kalah.
"Cuma fisik aja nih?" cibir Bintang. "Kalo butuh bodyguard kan nggak perlu Gian. Banyak lho,
bodyguard andal yang sekaligus ramah dan bisa
senyum." Nina menonjok bahu Bintang kesal. "Basi 10.
Dari zaman jeprut sarannya itu"itu aja. Waktu
itu juga lo bilang gitu," sungutnya. "Masalahnya,
Tang, gue juga nggak ngerti kenapa waktu itu
gue bisa suka sama Gian. Maksudnya, selain
gara-gara tampangnya yang luar biasa keren itu
lho ya" Pokoknya ada sesuatu deh dalam diri
dia yang bikin gue jadi mau pacaran sama dia."
Bintang mencibir lagi. Kali ini sambil melet.
"Rayuan"rayuan sama pujian-pujiannya yang
nggak pake senyum itu?" katanya sambil tersenyum supermanis. Nina mungkin satu-satunya
manusia yang tak sadar betapa kerennya Bintang
karena terlalu dekat. "Bintaaangg...," rengek Nina.
Tiba-tiba Nina teringat. Ada satu ketololannya
sebelum dia jadian sarna Gian waktu itu. Ketoiolan yang satu ini Nina nggak mungkin lupa deh!
358-1- Nina menyipitkan mata ke arah etalase. Dasar
Bintang! Mentang-mentang distro favorit Nina
ada di sebelah toko outdoor equipment, kepikiran
aja nyuruh Nina mampir ke toko yang isinya
barang-barang nggak jelas semua ini. Eh, tapi luv
mayan nih. Nina bisa sekalian belajar tentang
alat-alat kegiatan outdeor. Bisa buat nambah poin
di depan Gian. Cowok itu pasti terkagum-kagum
kalau tahu Nina juga ngerti soal alat"a14
"Rupanya suka ke toko ini juga?"
"Gian" Hai," sapa Nina salting.
Gian berdiri di sampingnya. Ada wangi parfum
sekilas. Rupanya dia pakai parfum juga. "Lagi
nyari apa?" Gian mengulurkan tangan mengambil
sepatu panjat berwarna biru dari atas rak.
Nina memutar otaknya. Waduh! Tadinya dia
ke sini cuma gara-gara Bintang titip minta tolong
cek harga sarung untuk pisaunya yang baru.
Tapi masa bilang ke Gian mau beli sarung pisau"
Nina belum sempat belajar apa-apaf
"Lini nih. Keren." Entah dapat ide dari mana,
Nina mengangkat dayung berwarna biru"kuning
yang terletak di perahu karet untuk rafting.
"Oh ya" Kamu suka rafting juga?"
Rafting" Waduh! Apa pula itu" Kok belum di"
ajarin Bintang ya" Pasti ada hubungannya sama
dayung dan perahu raksasa di depannya. "Ng"
oh... arung jeram?" "Iya. Rafting. Suka juga?" Gian meraih dayung
dari tangan Nina dan mematut-matutnya. "Dayung ini memang keren banget. Tapi mahal,"
lanjut Gian, masih tetap pelit senyum. Tapi tampang cooZ"nya itu maiah bikin jadi keren.
"Iya. Keren. Warnanya juga bagus," timpal Nina
asal. Habis apa lagi" Fungsinya pasti untuk rnendayung. Tapi memangnya teknik dayungnya sama
dengan dayung perahu bebek"
"Jadi, lo suka rafting?" ulang Gian.
Konyol banget nih jadinya. Nina mengangguk
cepat. "Suka banget. Makanya gue dari tadi liat"
]iat dayung ini. Sebenernya gue udah lama banget
naksir dayung ini." Nina memelototi dayung biru"
kuning yang mirip dayung mainan untuk kana
kanoan anak kecil. Dilihat dari segala Sudut,
tetap saja mirip mainan. Masa sih bisa dipakai
buat arung jeram" Dipelototin bagaimanapun juga
dayung itu belum berubah. ]adi biola, misalnya"
Atau gitar" Atau... ng" tongkat mayoret" Paling
nggak Nina tahu persis fungsi benda"benda tadi.
Nggak kayak benda satu ini, yang mirip dayung
perahu bebek-bebekan ini. Asli, benda ini bakal
bikin Nina kelihatan bego kalau terus bengong
kayak gini! "Wah, kebetulan dong. Gue juga hobi banget.
Udah turun di sungai mana aja" Grade berapa?"
GAWATE Nina melongo. Bibirnya mangap sendiri. "Nina?" "Oh, sungainya ya" Nama sungainya?"
Gian mengangguk bingung. "Iya, nama sungai"
nya. Masa sih gue nanya nama skipper"nya?"
GOSH! Apa itu skipper" Kiper pake "5?" Atau
saudaranya selai kacang Skippy" "Eh, ehm..., gue
agak-agak lupa. Udah kebanyakan, gitu. Jadi gue
nggak bisa inget." "Satu pun?" Gian tampak tak percaya.
Nina bahkan belum pernah ke sungai! Ada
nggak ya rafting di laut" Nina kan bisa nyebut
Anyer atau Carita. Tapi takut konyol. ]elas"jelas
Gian bilang sungai. Nanti disangka budek, lagi.
"Ng..." Nama sungai di jawa Barat biasanya
diawali "Ci", kan" "Di sungai Ci" Ci... Ci apa
ya" Pokoknya Ci" Ci?"
"Cililitan?" celetuk Gian, masih dengan muka
datar. "Nahl" telunjuk Nina mengacung. "Itu dial
Cililitan," katanya sok tahu.
Gian menaikkan bibirnya sebelah. "Lo bercanda
kan?" "Hah?" "Lo bercanda, kan" Lo rafting di jalan tol Cililitan
Jakarta?" GLEK! Mampus! "Ah, hahahaha, ya iya lah,
gue bercanda! Abis lo asal sih. Hehehe, mana
bisa arung jeram di jalan toi. Ya, kan" Ah, pokoknya gue beneran lupa nama sungainya." Nina
cengengesan. "Nyantai aja. Banyak kok yang suka lupa nama
sungai saking banyaknya."
Nina cengengesan lagi. Kali ini cengengesan
lega. Rupanya akting pura"pura lupanya hebat
juga. Gian sama sekali nggak curiga. Gian malah
langsung asyik memegang, mengamati, rnengagum"ngagumi semua benda yang ada di situ.
Nina bahkan tidak tahu sebagian benda yang
Gian pegang. Yang dia tahu cuma dayung, senter,
sarung tangan, atau kupluk. Yang lainnya nggak
ngerti. Apaan tuh, benda aneh terbuat dari besi,
kecil, dan harganya mahal banget. Belum lagi
ada termos yang harganya seharga jam tangan
Nina. Ada juga batang warna-warni yang entah
buat apa. Bentuknya sih agak mirip lem lalat.
Tapi pastinya bukan. Harganya bisa untuk beli
beberapa kardus lem lalat.
"Nggak beli apa-apa?" tanya Gian setelah puas
melihat"lihat dan membawa beberapa meter tali
ke kasir. "Nggak deh. Gue liat"liat dulu. Ngecek harganya. Nanti ada duit, baru gue beli," elak Nina.
Gila apa, beli dayung nyaris lima ratus ribu. Ke"
napa nggak pake dayung bambu aja sih" Kan
gratis. "Oh ya, lo balik sama siapa?" lirik Gian.
"Oh, ada Caca nunggu di depan. Baru aja dateng. Tuh, di tempat parkir."
"Oooo, tadinya gue mau ngajakin lo bareng.
Kayaknya gue cocok ngobrol sama elo."
SERRR!!! Wajah Nina menghangat. "Gue duluan
ya?" pamit Nina sebelum dia loncat"loncat kegirangan kayak orang gila. "Oh ya. Lo mau kan ikut kami arung jeram"
Bosen juga kami kalo yang ikut itu-itu aja. Gimana" Masih minggu depan kok."
Telanjur basah! "Oke," jawab Nina.
CSIIAN memang keren. Dan saking terpana pada
kekerenannya, sekarang Nina kalang kabut. Dan
seperti biasa, orang lain ikut diajak repot.
"Gue mesti gimana dong?" Nina menelungkupkan kepala di mejanya. Bintang cuma menggigit-gigit ujung pensil clan
Caca pura-pura sibuk menyalin PR dari buku Nina.
"Bintaaang, Cacaaa...," rengeknya.
"Ya udah. Sekarang lo siap"siap aja arung jeram. Abis mau gimana lagi?" saran Bintang putus
asa. Sahabatnya ini memang rada aneh. Dari tadi
Bintang menyarankan untuk membatalkan rencananya ikut arung jeram berbusa"busa. Jangankan arung jeram di sungai betulan, arung jeram
di Dufan aja Nina males. "Nggak nolong," dumelnya. "Kan udah gue
bilang, gue nggak mungkin ngebatalin."
"Selamat berjuang deh," celetuk Caca dari balik
buku PR"nya. "Ahhhfl!" $$$- "Nih dayung elo, Nin!"
Susah payah Nina menangkap dayung yang
dilempar Gian. Helmnya yang bau apek belum


Loventure Karya Mia Arsjad di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dikancing, begitu juga rompi pelampungnya yang
tak kalah bau dan terasa dingin karena basah.
Duh" Bintang sarna Caca kebangetan deh! Mereka
berdua malah nggak mau ikutan. Padahal kan
sama-sama anggota HIGH. "Turun yoi Turun!" komando Gian.
Turun" Ke sana" Ke sungai yang arusnya deras
dan suaranya keras itu" Nina menelan ludah.
Memangnya perahu-perahu karet itu bakaian selamat sampai tujuan melawan arus yang berbuihbuih dan bergejolak heboh itu" Dan apa iya, pelampung bau yang dinginnya minta ampun dan
menempel di badannya ini dijamin bisa mengv
apung seandainya perahu itu tenggelam atau bocor" Ya ampun. Ini sih bunuh diri.
"Ayo, Nina. Lo seperahu sama gue aja." Gian
yang sudah nangkring di perahu menepuk-nepuk
bantalan perahu, menyuruh Nina duduk di situ,
di perahu karet yang bentuknya betul-betul kurang meyakinkan itu. "O"oke..." Nina mengacungkan jempotnya. Ini
harus lompat ya" Nina menaikkan satu kakinya
ke badan perahu. Sebelah lagi masih tertinggal
di pinggir sungai. Tebak apa tindakan Gian" Menolong dengan
gaya gentleman" SALAH! Dia cuma diem! Gian
sama sekali tidak berniat membantu. Dia cuma
menatap Nina"si cewek tomboi, mandiri, tough,
dan juga jago arung jeram"penuh kekaguman.
Siapa yang butuh dibantu naik perahu kalau sudah menyandang atribut sebanyak itu"
"Ya, loncat, Nin!" Gian malah mengomandoinya
untuk lompat. Fiuuuhhh, satu..., dua", TIGA! BLUGH! "AUW!"
wajah Nina mendarat di bantalan biru yang tak
kalah bau dengan pelampungnya. Hebatnya lagi,
Nina mendarat tengkurap! "Ughhh! Sori, sori, gue
kesandung. Gue nggak pa-pa. Gue nggak pa-pa."
Seisi perahu cuma memandang Nina sambil
mati-matian menahan tawa.
Ternyata arung jeram nggak jelek"jelek amat.
Jauh dari kata mengerikan. Buktinya, Nina yang
asli baru pertama kali bisa tenang duduk di
perahu sambil menikmati pemandangan sepanjang jalan. Dayungnya juga cuma dipakai basabasi. Supaya meyakinkan, Nina cuma pasang tampang sedikit ngeden. Pokoknya kelihatannya Nina
memang serius mendayung pakai tenaga.
Kalau arung jeram cuma begini sih... Nina
kayaknya mau juga jadi atlet arung jeram. Tinggal
duduk di perahu, dayung sedikit-sedikit...
Ya ampun! Apa itu di depan" AIR TERJUN"!
Gila, kok perahunya sama sekali nggak ngerem
atau tambah pelan" Itu kan ada air terjun mini.
Mereka seharusnya belok ke arah permukaan air
yang datar. "Eh, di depan ada air terjun tuh," ujar Nina
memberitahu yang lain. Supaya mereka bisa
cepat-cepat belok, menepi, atau balik lagi.
Ekspresi semua manusia yang ada di situ malah
berubah girang. Apalagi Gian. "Yoi. Jeram yang
satu ini memang mirip air terjun kecil. Seru, kan"
Sungai ini top banget. Ieram pertamanya aja udah
kayak gitu. Jeram-jeram laennya lebih seru lagi."
HAI"l"i Seru" Maksudnya mereka bakalan iewat
Situ" Jeram pertama" ]erarn-jeram lain" Yang satu
ini saja sudah cukup mengerikan.
"Ada berapa jeram lagi?" tanya Nina khawatir.
"Kita-kira sepuluh. Masih dua jam perjalanan
lagi." APA"! "BOOOMMM!!!" teriak skipper yang duduk di
belakang perahu. Serempak mereka semua rnerunduk ke dalam perahu karena akan melewati
jeram. Dan perahu karet itu pun terjun bebas.
"AHHH!!!" sekuat tenaga Nina mencengkeram
tali yang melilit di badan perahu dan sejak tadi
dipegangnya untuk jaga-jaga. Ternyata memang
fungsinya buat pegangan. Nina bersumpah rne"
nyesal setengah mati tadi sempat kepikiran bahwa
tali"tali butut ini nggak berguna. Ternyata sangat
berguna banget! *** "Gue salut sama 10. Rupanya biarpun di sungai
baru, lo bisa bertahan juga ya, nggak mental
dari perahu," puji Gian.
"Hehehe," Nina cengengesan. Memang apa
gunanya Nina mencengkeram tali sepanjang per"
jalanan" Jalan berdampingan dengan Gian yang bertelanjang dada dan rambut basah ternyata bikin jantung Nina deg"degan. Sesekali Gian mengacakacak rambutnya supaya cepat kering. Sementara
Nina masih menggigil kedinginan.
"Ehm... Nina?" "Ya?" "Habis ini, 10 mau nggak..," Gian menggigit
bibirnya gelisah, "jalan sama gue" Kayaknya gue
ngerasa asyik deket sama 10. Beda sarna cewek
kebanyakan yang manja. Gue suka."
Entah apa warna muka Nina. Santai betul Gian
nembak dia dengan kata"kata sederhana tapi artinya sangat tidak sederhana buat Nina. Apalagi
bagian "beda sama cewek kebanyakan yang
manja". Rupanya Gian jatuh cinta sama Nina the
tough girl. "Nina?" panggil Gian. "Tapi nyantai aja, lagi,
Nin. Kalo lo nggak mau, atau..."
"Eh, nggak. Bukan gitu, Yan. Gue mau kok."
UPS! Kok kedengarannya ngebet ya"
36%!- "Bintang..." Nina menyeruak masuk.
"Wah, ada apa lagi nih" Arung jeramnya sukses?" Bintang bertanya tanpa menoleh dari PS2nya. Dengan wajah berbinar-binar (kalau di film
kartun, ada bunga"bunga beterbangan di sekitar
Nina) Nina melompat ke sofa panjang Bintang.
Tempat favoritnya di paviliun Bintang yang nyaman dan keren ini. "Lebih daripada sukses."
Bintang menoleh antusias. "Oh ya" Iadi, 10 dapet
penghargaan dari MURI" Sebagai peserta arung
jeram pertama yang turun arung jeram gara"gara
nggak sengaja megang dayung di toko?"
Dengan gemas Nina menoyor jidat Bintang.
"Hihihihi, abis apaan dong?" Bintang menaruh
stik PS-nya lalu menenggak cola--nya yang tinggal
setengah kaleng. "Lebih heboh daripada penghargaan apa pun."
Dengan norak Nina menari-nari di sofa. Gaya
narinya jadi aneh karena Nina menari-nari sambil
duduk. "Gue jadian sama Gian. Dia bilang suka
sama gue, terus udah ngajakin gue nge-date."
"PFFFTTT," Bintang menyemburkan minuman"
nya. "APA"!"
"Gue nggak bisa lupa kenapa lo putus sama
Gian," ujar Bintang cengengesan.
"Makasih yaaa. Lo emang baiiik, ingetnya yang
ancur"ancuuurrr."
Bintang nyengir, memamerkan giginya yang
berderet rapi. "Siapa suruh sok jago ikutan
survival di hutan segala, hehehe. Emang enak
mesti buang hajat di hut?"
"Dieeemmm!" Nina memencet hidung Bintang.
"Jangan ngeledek terus dong! Gian nggak ada
masalah kok. Dia baik, bukan peselingkuh, gue
masih suka kok sama dia...."
"Tapi?" "Tapi gue nggak tahan ngikutin gaya hidup
rimbanyaaa!" Nina sebetulnya nggak punya alasan yang kuat
buat mutusin Gian waktu itu. Pokoknya Nina
betul-betul nggak sanggup kalau harus lebih lama
lagi pacaran sama Gian. Di mata Gian, kayaknya
Nina bukan cewek. Nina ikut kemping dan
terpaksa buang (sori) hajat di hutan, Nina okeoke aja. Diajak cross country jalan kaki masuk
hutan sambil menggendong ransel segede anak
beruang, Nina masih oke. Puncaknya... Gian
nggak mau nemenin Nina pipis waktu tengah
malam Nina kebelet pipis. Gila apa" Dia bilang
kan WC daruratnya cuma lima meter dari tenda.
Gian enak ngomong begitu. Sementara si WC
darurat (yang cuma ditutupin sarung plus harus
gali lubang sendiri itu) adanya di semak"semak.
Biarpun dekat tenda, memangnya ular peduli"
Memangnya beruang ngerti itu WC terus ogah
deket"deket" Hiii."
Daripada mati konyol dipatok ular atau dimakan beruang, Nina memilih nahan pipis sampai
besok paginya. Bukan cuma pipis, Nina malah
sakit hati sama Gian karena cowok itu sama sekali
nggak peduli sama dia yang kebelet pipis dan
ketakutan. Buat cewek itu sensitif lho... Ya, kan"
Bintang ngakak sampai puas. Waktu itu Nina
persis Paris Hilton yang harus kawin sama
Tarzan. Ganteng-ganteng anak gorila. Hehehehe."
"Tapi gue masih sedih nih, Tang." Air muka
Nina yang tadi sempat ceria berubah keruh lagi.
Bintang menghela napas. "Kenapa" Masih mikirin Beni?" Nina mengangguk pelan. Bintang meletakkan telapak tangannya di kepala
Nina. "Ya wajar sih, Not, namanya juga baru
putus cinta," ujar Bintang lembut.
Nina meniup poninya yang jatuh ke hidung.
"Masalahnya, Tang, lo kan tahu gue sebenernya
suka banget sama Beni." Suara Nina pelan dan
lemas tak berenergi. Memelas.
Bintang melirik Nina. Wajah cewek itu kusut,
matanya bengkak kebanyakan nangis, ujung hidungnya merah karena kebanyakan buang ingus.
Pokoknya berantakan. Bintang kasihan pada
sahabat tersayangnya ini. Bintang juga tahu kok
Nina sayang banget sama Beni. Gimana nggak
sayang" Di depan Nina, Beni betul-betul jadi
cowok cakep yang perfect luar-daiam. Lahir-batin.
Nina malah dengan yakin pernah bilang mau
kalau diajak kawin muda sama Beni. Gila kan"
"Ya udah lah, Not. Bagus kan semuanya ketahuan sekarang?" Bintang mengucek-ucek rambut Nina pelan. "Kalo telat, gue nggak tega ngebayangin gimana elo jadinya."
Nina memuntir"muntir ujung rambutnya. "Iya
sih, Tuhan masih sayang sama gue. Tapi io nggak
bosen, Tang, tiap kali gue kayak gini?" Nina rnetirik Bintang. Bintang meringis. "Jujur?"
Nina mendelik sewot. "Ya iya lah?"
"Bosen!" Bintang menyambar stik PS-nya dan
langsung sibuk memencet-mencet tombol lagi.
Nina merengut. "Nyebelin banget sih! Katanya
menghibur, eh malah bikin drop."
"Lho" katanya disuruh jujur" Gue bosen tau,
liat lo mewek melulu. Mendingan cepet deh lo
berubah... Ya" Ya?" seloroh Bintang cuek sambil
terus menghajar musuhnya di layar TV.
Dasar Bintang nyebelin! Nina menyambar stik
PS lain yang nganggur. "Lawan gue!" katanya
sambil memencet tombol JOIN.
"Siapa takuuut! Daripada lo cemberut melulu,
mendingan lo berusaha ngalahain gue! Bermanfaat, kan?" kata Bintang cengengesan.
Nina mencibir. Thanks, Bintang. Setiap gue se"
dih, Io selalu bisa bikin gue ketawa lagi....
___"' ! AK terasa nyaris sebulan berlalu sejak Nina
putus sama Beni. REKOR!" Sampai hari ini Nina
belum punya pacar baru. Kata"kata Bintang tentang mencari cowok yang tepat, tampaknya mulai
melekat di memori otak Nina. Mati-matian dia
bertahan nggak gampang naksir cowok-cowok
keren yang berseliweran dan menawarkan "cinta".
Cuma satu cowok yang mampu mengganggu
pikiran Nina. Namanya Kinan. Cowok tegap ber"
wajah manis itu gencar mendekati Nina dua
minggu terakhir. Kinan bukan kapten sepak bola atau basket
yang jadi standar cowok keren. Apalagi pencinta
alam liar seperti Gian. Yang Nina tahu, dia hobi
banget main musik. Tapi bukan musik
"Arrrggghhh... aaa" wacacaca" kayak Bibong.
Denger"denger, dia drummer salah satu grup jazz
yang sering manggung di kafe elite, juga ketua
klub musik di sekolah mereka. Biarpun beda kelas, nama Kinan sudah sering Nina dengar. Orangnya baik, cenderung pendiam. Nina suka sih,
tapi kan... "Net!!!" tepukan halus mendarat di punggung
Nina.

Loventure Karya Mia Arsjad di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ahhh, rese deh. Ngapain sih, Tang" Emang
PR lo udah beres" Kok ada waktu gangguin
gue"!" omel Nina. Menjelang kelulusan, PR makin
menggila. Guru-guru seperti kesurupan menum"
pahkan jurus"jurus PR maut yang bikin mata
melek nggak bisa tidur. Tas buluk Bintang mendarat di meja. Tepat di
depan hidung Nina. "Uweeek! [ni tas apa karung sesajen?"
"Alaaah..., kayak baru sekali nyium aja. Nga"
pain sih ngelamun dari tadi?"
Nina menggeleng. "Nggak ngelamun kok."
"Abis?" "Mikir." Alis tebal Bintang berkerut. "Mikirin apa" Negara" Siapa juga sih, yang mau milih 10 jadi presiden?" Cubitan kecil langsung mampir ke bahu Bintang. "Auwww, iya, iya ampuuun...," pekiknya
kesakitan. "Gue ada berita bagus nih!"
Nina melepaskan cubitannya. "Buat siapa"
Gue?" "Yah, secara tidak langsung sih", buat 10 juga.
Gue dapet surat cinta dari Tania."
Mata Nina membulat kocak. Untung jidatnya
nggak membengkak. Bisa-bisa dia disangka blasteran louhan sama mas koki. "Seriusss" Selamat
ya" [ya, iya gue bahagia! Akhirnya 10 bisa pacaran
lagi... Tapi jangan cuekin gue, ya?" pesannya
sedikit cemburu. SLEP! Telunjuk Bintang menempel di bibir Nina
memberi kode diam. "SST! Itu kabar biasa aja.
Kabar bagusnya belum..."
Nina makin penasaran. "Haaah" Apa lagi" Lo
menang undian semiliar" Asyiiikkk!" Nina jing"
krak-jingkrak sambil mengangkat-angkat tangan
heboh. BLEP! Sekarang telapak tangan Bintang menye"
kap mulut Nina. "Jangan dipotonglpotong dong,
gue kan belum beres," dumel Bintang kesal. "Berita
bagusnya... gue tolak!"
GUBRAK!!! "Itu berita bagusnya" Dasar bloon! Kok Tania
ditolak" Lo tau kan dia cantik?"
Bintang manggut"manggut.
"Seksi?" Bintang mengangguk lagi. "Keren?" Bintang mengangguk lebih kencang.
"Sering nolak cowokvcnwok?"
Bintang memutar bula matanya. "Iya, tauuu..."
"Terus?" "Kabar gembiranya, uhhh... harusnya lo tadi
nanya 'kenapa"' bukannya promosi kayak gitu."
"Kenapa?" cetus Nina tak sabar.
"Gue nggak mau pacaran sebelum lo dapet
pacar dan ngelupain Beni. ]adi gue bisa tenang.
Mana bisa gue ngebiarin lo terombang"ambing
sendirian kalau ada masalah..."
PLAK!!! Nina menepuk jidatnya keras. "Dasar
o"oeonnn!!! Gimana sih"!" rutuk Nina tak sang"
gup berkata-kata lagi. Dia cuma bisa menjeritjerit histeris mendengar kebegoan sahabatnya.
"Aduh, jangan histeris gitu dong. Iya, iya",
nanti gue pertimbangkan deh. Gue belum siap.
Lagian gue belum kenal banget sama Tania.
Penjajakan dulu dong. Belum tentu cocok."
Nina menggeleng kuat-kuat. "tiiihhh, terserah
laaah.?" aaa" "Jadi gimana dong, Tang?" rengek Nina di pojok
kantin. Masalah surat cinta Tania dilupakan begitu saia. ]ari Bintang mengetuk-ngetuk dagunya sendiri.
"Kinan..." Nina melotot. "Gue minta pendapat. Nggak
nyuruh lo nyebut"nyebut namanya kayak gitu"
]ijik, tau!" Sepotong pangsit masuk ke mulut Bintang. "Setau gue sih anaknya nggak ada masalah. Cuma
emang pendiem." "Lo nggak lagi menyembunyikan fakta kayak
waktu Bibong, kan?" selidik Nina.
Dua jari Bintang teracung. "Sumpah pramuka,
nggak!" "Dia rajin nyapa gue tiap hari. Ngirimin pesen
lewat temennya. Beberapa kali dia ngirim free pass
untuk nonton band jazznya manggung, tapi gue
nggak pernah dateng." Nina menerawang, membayangkan sosok Kinan yang bersih dan cute.
"Jadi apa yang dibingungin?"
Pengin rasanya Nina memuntir ujung hidung
Bintang atau menarik bulu hidungnya keluar dari
lubang. Dari tadi ke mana aja sih" Kan dari
awal Nina cerita panjang"lebar. ]angan-jangan dia
ngelamun masih nyesel nggak nerima Tania.
"Nyimak nggak sih?"
"Nyimak. Cuma nggak ngerti. Di mana letak
susahnya" ]alanin aja kalo suka."
"Not helpiiing! Halooo, Bintang, masih inget
kan, gue meraung-raung di paviliun lo" Atau
nasihat 10 tentang gue yang terlalu gampang
jatuh cinta, bla" bla... bla..." Nina menunjuknunjuk kepalanya sendiri, memberi kode supaya
Bintang membuka arsip otaknya.
"Ya, ya, gue tau, tapi kan yang beginian cuma
10 yang tau. Gue cuma ngasih saran satu. Jangan
buru"buru. Semua harus pake penjajakan. Kalo
menurut lo dia cocok, terusin. Kalo nggak, ya"
didrop aja. Daripada patah hati lagi?"
**H- "Makasih ya, Nin, akhirnya kamu mau dateng
ke sini." Entah keberanian dari mana, akhirnya malam
ini Nina datang ke kafe tempat Kinan manggung.
Suasana kafe yang asyik tambah asyik karena
interior modernnya. Alunan musik jazz yang ele"
gan menggema di seluruh penjuru kafe. Perasaan
Nina jadi nyaman. Sekarang Kinan duduk di depannya, masih memegang stik drum. Dia kelihatan beda kalau nggak pake seragam.
"Ng." sebenernya sih, gue, ng..." Kok jadi
gugup gini ya" Kinan tersenyum keren. "Ya, pokoknya aku
makasih banget kamu mau dateng. Tapi kok
nggak pake free pass dari aku" Tadi bayar
sendiri?" tanyanya. Nina mengangguk. "Iya, ng... tapi nggak
masalah kok. Uangnya ada." IDAGI Salah omong
nih. Kesannya malah sombong. Kenapa nggak
sekalian aja bilang, "Iya nih, kapal pesiar di rumah juga masih nganggur. Kalo mau beli gerobak
karapan sapi langsung dari Madura juga sanggup
bayar kok." Tapi Kinan adalah Kinan. Dia sama sekali tak
berpikir yang aneh-aneh tentang kata-kata Nina.
Dengan ajaib dia malah bilang...
"Wah, tadi makin tersanjung nih. Kamu mau
bayar cuma buat nonton aku manggung" Once
again, thanks." Aahhh, so sweeetit... Nina meringis. ] think ! found Mr. Right, katanya
dalam hati. Nina betuI"betul jatuh cinta.
"Oh ya, aku harus main tiga lagu lagi. Kamu
mau nunggu?" tanya Kinan sopan.
Nina mengangguk. "iya. Aku ke sini memang
buat nonton kamu, Nan." Ah, sejak kapan Nina
jadi gombal begitu" Badan Kinan memang nggak sekekar Bintang
atau Gian. Wajahnya juga nggak semacho mereka
berdua. Tapi Kinan lain. Dia keren dengan cara.
yang lain. Lengannya yang putih mulus jadi kelihatan kekar waktu menggebuk drum. Wajah
manisnya juga kelihatan macho waktu serius berkonsentrasi dengan irama ketukan drumnya.
Kalau kita jadi memuja cuma dia yang paling
keren, apa namanya kalau bukan jatuh cinta"
:i"x"x- "Kamu biasa naik motor?" Kinan bertanya kha"
watir. "Kalau nggak, kamu naik taksi aja, biar
aku ikutin dari belakang," katanya serius.
"Ah, nggak. Aku biasa kok naik moter waktu
sarna Bib?" Ups. "Bibong?" Mata Kinan menyelidik nakal. "Kok
mahrmalu" Santai aja. Seisi sekolah juga tau,"
godanya. "Hah" Serius" Kamu juga tau?"
Kinan mengangguk. Alamaaakkk."
"Nina pacaran sama Bibong. Gempar banget
tuh. Kayak denger kabar gajah kawin sarna gorita." Bibir Nina menyong lima senti. "Kok perumpamaannya jelek banget" Jadi aku gajah apa
gorila?" Kinan tertawa kecil. "Ehmmrn..., anak gajah?"
"Kinaaan..." Nina mencubit pinggang Kinan
gemas. He's sa eztteeeeeee!
:en->t- Nina menyerahkan helm pada Kinan. "Makasih
banyak ya, Nan?" jempol Kinan terangkat memberi kode. "Sip
"Eh, naik motor sama kamu enak"nggak pake
bonus sport jantung," puji Nina tulus. Dia ter"
ingat pengalamannya sarna Bibong. Naik motor
seperti kewajiban disuntik jarum raksasa setiap
hari. Deg"degan campur panik campur mual. Segala macem. Belum lagi dipelototin polisi lalu
lintas. Pipi Pak Polisi senantiasa menggembung,
siap-siap meniup sempritan alias peluit kecilnya
setiap kali memergoki Bibong lewat dengan moternya. Kinan tersenyum manis. "Berarti lain kali mau
dong boncengan lagi?"
Pipi Nina bersemu merah. Ya mau lah. Plis
deh, Kinan. Nina naksir berat sama elo, kali!
"Lho, mau ke mana, Nan?"
Mendadak Nina merasa tolol bin bolot mekantarkan kalimat sadis tadi. Harusnya dia yang
nawarin Kinan mampir. Eh, ketika Kinan meng"
ikuti langkahnya masuk pekarangan malah ditanya mau ngapain. Kesannya kan ngusir!
"Nganter kamu sampe ke tangan orangtua. Mea
reka harus tahu dong anaknya pulang sama
siapa," katanya berwibawa. Ugh! Gentleman sejatil
Hati Nina semakin yakin. Mama membukakan pintu untuk Nina. Senyumnya merekah membalas salam Kinan. Wah,
Mama kok iain nih" Maksa-maksa Kinan minum
dulu segala. "Masa abis nganter langsung petang sih"
Nggak mau nyoba teh buatan Tante?"
idiiihhhtl! Mama ramah abiiisif! Pake acara sok
kenal nepuk-nepuk bahu Kinan, lagi.
"Makasih, Tante. Udah kemaleman. Kasian
Nina, pasti ngantuk," tolaknya sopan.
AJAIB" Mama sama sekali nggak tersinggung.
Mama malah tersenyum penuh simpati dan mengerjap"ngeriapkan mata dramatis. Sekarang
Mama malah mengusap"usap bahu Kinan akrab.
"Ya sudah, tapi lain kali mampir, ya?"
"Iya, Tante. Makasih banyak. Yuk, Nin?" pamit
Kinan. Mama dengan semangat melambai"lambai ke
arah Kinan. Ini betulabetui aneh.
Secepat kilat Nina menoleh pada Mama setelah
Kinan pergi. Langsung melemparkan pandangan
maut penuh tanda tanya. "Itu pacar kamu?" tanya Mama antusias.
Nina mendelik. "Mudah"mudahan aja. Kalo dia
nggak ketakutan lihat mamaku yang agresif..."
Mama mengulum senyum. "Aduh... cakepnya
itu anak. Mana sopan, lagi. Tumben mata kamu
nggak korslet," kata Mama cuek sambil ngeloyor
ke dapur. Bintangtlttt Buah keiapa buah duren Kinan KEREEENNNN.... Message sent Apaan nih" Nggak ngerti. Message sent G dianter plg nek motor! Ktemu Mama! Surprise!!! Mama loves Kinanti!!! Message sent Nina mencorat-coret diarinya asal. Kok jawab"
nya lama sih" BEEP! BEEP! O ya" Gud!!! So" Kapan jadiannya?"


Loventure Karya Mia Arsjad di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nina cekikikan membaca SMS Bintang. Dasar
usil. Kan bru PDKT! Doain lancar...
Maju terus pantang mundur!
Ooohhh... he's cooolll! Message sent. i'm happy 4 u. Tidur gih, udh mlm. Jgn ke skul pake kantong mata. Jetak!
Kayak panda! Hehehehe... C u 2morrow. Nina membanting tubuhnya ke kasur. Aduh,
muka Kinan kok nemplok di matanya terus" Uh,
detail, lagi! Nina sampai bisa melihat tahi lalat
kecil di dekat dagu Kinan, yang di dunia nyata
entah ada atau nggak. Parah, ya" Nina menarik
selimut tebalnya sampai menutupi muka. Kali ini
dia nggak boleh salah lagi. Kinan memang
kelihatan sempurna. Dulu Beni juga begitu. Akhirnya Nina ngorok sambil mencari-cari kira-kira ada
yang salah atau nggak sama Kinan. Padahal sekarang pun Nina sudah kecantol berat sama
drummer muda yang simpatik itu.
...-ll. & ONGKAT berujung bendera milik Nina berputar"putar di udara sebelum akhirnya balik lagi
ke genggaman Nina. Latihan marching band sore
ini begitu"begitu aja. Nggak ada show yang harus
dikejar. Nggak ada jadwal lomba. Garing.
"Gue serius, Ca" Gue udah mencari jejak key
iahatan Kinan, tapi nggak ada tuh."
Caca menyipit. "Jejak kejahatan" Lo sampe ke
polsek"polsek, gitu?"
Nina mementung pelan jidat Caca dengan
ujung tongkatnya. "Ke anak-anak, Neng. Ngapain
gue ke polsek?" Suara musik yang keras mulai terdengar. Tangan Iiham si field cemmander melambaiilambai
semangat memberi kode. "Dia bersih," lanjut Nina.
"Dari narkoba?"
TUNG! Kali ini lebih keras sedikit.
"Aduh, iya, iya, gue ngerti. Kan cuma bercanda.
Terus?" "Ya nggak tau ah!"
"Bingung apa lagi" Mau nyatain duluan" Ntar
gue bantuin deh...."
Nina udah siap-siap mementung jidat Caca
ketika terdengar suara seseorang... "Nina! Caca!
Kalau mau main pentung-pentungan mendingan
kalian jadi hansip aja sana!" suara Pak Hadi
menggelegar. Suara Pak Hadi memang dahsyat. Di tengah
suara musik, suaranya berhasil membuat seluruh
anggota marching band menoleh ke arah Nina
dan Caca dalam sekejap. Pentung-pentungan" Oh,
nggak elite sekali tuduhanmu, Pak Hadiii!
TUNG!!! Caca mementung Nina penuh dendam. "Elo siiih!"
"Wah! Garis tangannya menunjukkan tanda"tanda
kesuksesan dalam cinta." Untuk menambah se"
mangat, Nina meminta Ilham meramal tangannya.
Ilham memang buka usaha sampingan jadi pembaca garis tangan. Walau lebih sering ngaco, kadang"kadang ada juga yang tepat. Tergantung
nasib aja. Soalnya Ilham belajar meramal dari
buku panduan yang dia beli di toko. Jadi, bisa
dibilang Ilham juga masih dalam tahap belajar
Nina langsung ceria demi mendengar garis ke"
suksesan cinta. "Ntar dulu, maksudnya dari zaman dulu" Atau mulai hari ini?"
Nina jadi penasaran. Kalau dari dulu, Beni ter"
masuk dong" Keberuntungan macam apa itu"
"Ramalan ini berlaku mulai hari ini"," Ilham
menyipit-nyipitkan matanya supaya seram. Imej
peramalnya memang jatuh gara-gara matanya
yang kurang meyakinkan. Belum lagi rambutnya
yang pernah di-rebending. Dia lebih mirip banci
salon daripada peramal. "Yakin nih nggak meleset?" Nina mengetes.
"Nggak, coba aja tunggu," kata Ilham yakin.
Menyaksikan sahabatnya mengupayakan segala
cara, Caca mesem-mesem sendiri. Ilham kan dicurigai bikin rumus sendiri tentang garis tangan"
Wah... gawat! "Ngapain sih pake diramal segala?" protes Caca
setelah [tham pergi. "Meyakinkan diri sendiri lah, Ca" jajak pendapat. Terima"nggak, terima-nggak, bingung, kan"
"Memang dia udah nembak?"
Nina nyengir frustrasi. "Nggak sih..." Nina kan
cuma menyimpulkan berdasarkan tanda"tanda
yang ada. "Tapi gue juga nggak mau percaya
tanda-tanda dari Kinan. Takut kecewa. Ntar gue
udah ge"er, ternyata dia nggak serius sama gue.
Berabe, kan" Bisa-bisa cinta gue layu sebelum
berkembang dong," tambah Nina sambil menerima gelas es jeruk dari Mang Babah yang mangkal di depan sekolah. Dasar aneh! Kayaknya sejak putus dari Beni,
Nina berubah 180 derajat. Yang tadinya asal
terima cowok"yang penting keren"sekarang jadi
ekstra hati"hati. "Mang! Saya mau es buah, sarna tolong pesenin
siomay sekalian, ya?"
Mang Babah mengacungkan jempol sambil
mengangguk ala Kesatria Baja Hitam RX menang"
gapi pesanan Caca. Dia terobsesi banget dibilang
keren. Mang Babah melongok keluar kiosnya lalu
mengacungkan jari ke arah abang siomay yang
mangkal di pinggir jalan persis di depan kios
Mang Babah. "Gue ada ide." Mata Nina mendadak berbinar.
*** "Ya, Taaang" Tolongin gue, ya" Ya" Ya?" rengek
Nina pada Bintang yang asyik mengutak"atik
motornya. Mimpi apa Bintang tadi malam" Mendadak
Nina datang dengan bau keringat karena baru
selesai latihan marching band, dan sekarang memohon"mohon sesuatu yang nggak mungkin.
"Kayaknya tadi malem gue mimpi dipatok ular
deh. Mustinya kan itu tanda bakat dapet jodoh."
Nina melongo. "Memangnya gue nanya se"
malem 10 mimpi apaan" Aneh banget sih..."!"
Bintang melengos. "Lo bawa jodoh buat gue?"
"Jodohf jodoh! Mau gue jodehin sama kingkong
Afrika" Nggak! Gue bawa permintaan tolongw
Eh, serius dikit dong! Mau nolongin nggak?"
"Nolongin apa?" Bintang meletakkan obeng
kembang di jok motornya. Nina manyun. "000, jadi dari tadi gue nyerocos
nggak didengerin" Gitu?"
"Bukaaan, cuma nggak ngerti aja."
Dengan aksi tante judes Nina berkacak pinggang.
Matanya yang rada sipit dibuat semelotot mungkin.
Hasilnya lumayan lah.... "Belakangan ini IQ lo
melorot ya" Kurang minum susu" Makan sarna
garam doang" Dikitwdikit nggak ngerti, dikit-dikit
nggak paham..." Sandal jepit Bintang yang beda warna berbunyi
keplek-keplek waktu dia berjalan mendekati Nina
yang masih bertahan di posisi berdiri sambil rne"
lotot. Pastinya capek banget tuh.
"Not, yang gue nggak ngerti, kok lo tega sih,
nyuruh gue ngejalanin misi ajaib lo itu?" protesnya sambil menenggak air mineral.
"Apanya yang ajaib" Cuma gitu doang."
"Cuma gitu doang" Iya kalo lo nyuruh gue
ikutan lomba panjat tebing. Lo kan tau, Not, satusatunya alat musik yang bisa gue mainin itu cuma
kastanyet!!! Cuma buka-tutup jari udah bunyi. Itu
aja masih sering kejepitl Masa lo tega nyuruh gue
gabung sama klub musiknya Kinan cuma buat
mastiin Kinan bukan cowok bermasalah"! Mau
ditaro di mana muka gue?"
"Di balik bulu idung." Nina menunjuk lubang
hidung Bintang. "Ya nggak di mana"mana! Memangnya 10 masih bisa hidup kalo mendadak
kepala ia pindah ke pantat?" katanya judes.
"Yeee, udah minta tolong, masih judes, lagi."
Nina menarik Bintang duduk di tangga teras.
"Masa 10 nggak mau nolongin sih" Lo satu-satunya harapan gue nih?"
Bintang menggaruk"garuk kepalanya panik.
"Aduh, Nooot, lo kayak nggak kenal gue aja.
Gue bener"bener nggak bisa. Pastinya klub musik
atau bandnya Kinan nggak butuh pemain kasta"
nyet, kan?" Nina diam, tapi matanya menatap penuh harap.
"Gue ada ide! Kenapa lo nggak nyuruh Busori
atau Karno Rano aja?"
Nina meringis geli. "Kok?"
"Gue yakin mereka mau dan bakat ngejalanin
tugasnya sepenuh hati. Busori jelas naksir 10.
Dan dia rada bego. Apa pun tugasnya, kalo
demi lo, gue jamin dia mau. Le tinggal ngedipin
dia sedikit. Pasti datanya lengkap sampe ke ta"
ngan lo." "Hiii..." Nina bergidik.
"Kain gitu Karno Rano aja. Bayar aja ala kadarnya. Dia kan terobsesi banget pengin jadi aktor.
Nah, tugas io bisa menjadi salah satu jalan buat
dia membuktikan keampuhan aktingnya. Dibayar,
lagi. Setau gue dia bisa main gendang. Dia pastiakting pol"polan deh, nggak bakat ketauan. Buat
apa dia ganti nama belakangnya jadi Rano" Pasti
biar mirip Rano Karno, kan?" promosi Bintang
bersemangat. Nina merengut. "Tapi lo lupa kan, dia cowok
ember sedunia" Dia paling nggak bisa nyimpen
cerita. Apalagi rahasia. Memangnya lo pikir siapa
yang nyebarin ke anak"anak kalo si Titin yang
montok itu punya tempel buluan di jempol"
Karno Rano!!! Oh ya, sama yang nyebarin Bu Yuni
suka sama Cak Hasan tukang mi ayam" Dia juga!"
Bintang menopang dagu dengan kepalan tangan. "Abis gimana dong?"
"LO aja deh, Taaang..., pliiisss..."
"Nggak ah. Kali ini bener deh, nggak bisa.
Soriii..." "Kok gitu sih lo?"
"Eh, gimana kalo ]ayadi aja?"
Nina mendelik sebal. Kepepet sih kepepet. Tapi
jangan asal dong. Masa Bintang tega nyuruh
]ayadi yang do re mi aja nggak hafal"hafal ikutan
klub musik" Ketauan banget bohongnya!
"Bintaaang..., gue perlu orang yang bisa mem"
perlancar misi penyelidikan gue. Gue perlu orang
yang... yang... yang kayak elo, gitu," rengek Nina
putus asa. Bintang mengusap-usap dagunya. "Parah lo,
Not. Gue pikir"pikir dulu deh," putus Bintang.
Muka Nina sedikit ceria lagi. Lumayan, dari
nggak mau Bintang berubah jadi pikir-pikir. Berarti
ada kemungkinan dia mau. Nina berdoa dalam
hati, semoga Bintang akhirnya memutuskan mau.
INI yang namanya meniilat ludah sendiri.
Menginiak tahi sapi. Atau apalah namanya!!!
"Selamat bergabung. Kami seneng banget ada
anggota baru," Kinan menyalami Bintang.
Uluran tangan Kinan dibalas Bintang dengan
jabat tangan kuat ditambah bonus meringis ngeri
membayangkan apa yang bakal terjadi nanti. W.;"
jah memelas Nina betul"betul bikin dia nggak
bisa tidur. Akhirnya dia menyerah dan mau jadi
mata"mata alias informan Nina.
Dan sekarang, sahabatnya yang baik hati, dermawan, suka bergotong royong, memikirkan na"
sib teman-temannya, juga adil terhadap sesama
manusia itu, cengengesan senang di sebelahnya.
Ke mana ekspresi memelasnya yang menyebalkan
kemarin" "Kamu nggak ikut gabung sekalian?" Kinan
tersenyum pada Nina. "Ng..., nggak deh. Aku nggak terlalu bisa main
musik. Paling-paling cuma kastanyet. Itu juga sering kejepit. Aku Iebih Suka menikmati orang
yang mainin musiknya," elak Nina norak.
Bintang melirik sadis. Kastanyet" Kayaknya itu
alat musik Favoritnya deh! Dan Bintang tahu
banget, Nina itu bisa main piano! Dasar licik!
Tega-teganya pakai kata-kata penolakan Bintang
kemarin! Awas aja! "Ajarin Bintang sampe jaga ya" Dia berbakat
banget lho?" Bintang melotot lagi. Ya ampun! Ngapain sih
dia di sini"! "APA" Lo nyuruh Bintang masuk klub musik?"
Caca terperangah. Pensil yang dia pegang untuk


Loventure Karya Mia Arsjad di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyalin PR sampai terpeianting ke bawah mejanya. Pokoknya kalau dalam gerak lambat pasti
dramatis banget deh! "Iya. Cerdas kan gue?"
Caca memungut pensilnya. "Dia langsung mau?"
Sepotong cokelat mendarat di mulut Nina.
"Nggak sih. Rayuan maut dong. Apa gunanya
gue pernah ikutan teater."
"Gila." "Kok gila?" "Tega banget lo, Not. Untung buat lo, pastinya
malapetaka tuh buat Bintang. Lo tau sendiri dia
buta nada?" "Makanya dia gue suruh ikut klub musik.
Itung-itung belajar."
Caca geleng-geleng. "Elo tuh ye, kalo ada
maunya..." "Lagian kan, untuk ujian praktik nanti kita
ada tes musik. Untung kan buat Bintang" Namanya juga kita SMA Negeri, jadi harus cinta negeri." Caca bingung. Apa hubungannya sih"
arsen- Pelajaran olahraga kadang-kadang seru, kadangkadang bikin suntuk. Kayak sekarang init Masa
mereka harus belajar sepak takraw" Hari gini"
Ke mana larinya basket" Sofbol" Apa kek! Karate" Judo" Bola rotan itu mirip banget sama gebukan kasur
Bi Ncop, pembantu di rumah Nina. Cuma yang
ini bentuknya bulat. "Gimana persiapan latihan pertama?" Nina me"
nendang pelan bola rotan yang aneh itu ke arah
Bintang. Caca dari tadi mojok sama Karel.
"Pasrah pada Tuhan Yang Maha Esa."
"tdih, segitunya."
Mata tajam Bintang memandang Nina luruslurus. "Ini utang. Utang adalah utang, utang
nyawa dibayar nyawa, utang malu dibayar malu."
Nina menjulurkan lidahnya. "Weee, nggak ta"
kut." Bintang nyengir. "Pokoknya ini utang. Suatu
hari mesti dibayar."
Entah datang dari mana, Tania sudah berdiri
di belakang Bintang. "Hai," katanya, memamerkan gigi yang putih
bersih. Selain rajin sikat gigi dan kumur-kumur
pakai antiseptik, cewek itu pasti rutin ke dokter
gigi. 'tempat pembantaian sepanjang masa. Nina
takut pergi ke dokter gigi. Dia jarang ke dokter
gigi keeuaii terpaksa, lebih sering sih dipaksa.
Wajah Bintang mendadak merah padam. Baru
kali ini Nina melihat kenyataan hidup Bintang,
sahabatnya nyaris tiga tahun, bisa berubah wujud
jadi kepiting rebus. Eh, lebih tepat pantat monyet.
Hehe... "Hai, Tan." Salah tingkahf Bintang salah tingkah!!! Ya ampuni Nina cekikikan.
Mata Tania liar menatap keadaan sekeliling.
Lalu tangannya dengan cuek meremas lengan
Bintang. Nina tahu banget Bintang nyaris kejang"
kejang karena kaget. "Ehm, gue mau ngomong sama lo, Tang," suara
merdu Tania bagai embusan angin di tepi pan)
tai. "Boleh. Ngomong aja," jawab Bintang santai.
Kayaknya dia mulai bisa mengendalikan jantungnya yang joget reggae dan perutnya yang main
gendang dangdut irama melayu.
Tania melirik Nina. "Berdua," katanya.
Adegan sinetron five! Persis yang sering Nina
100 lihat di sinetron remaja. Sahabat cowoknya ditaksir cewek top di sekolah"si cewek iri sama
sahabat cewek si cowok. Terus sok-sok mesra.
Soalnya, pada kenyataannya si sahabat itu juga
suka sama si cowok. Standar banget sih! Tapi ini
kan beda. Nina nggak lagi naksir Bintang. Jelasjelas dia lagi kepincut Kinan. Tania aja yang geer. "Dibawa aja ke pojokan, Tan."
Usul Nina bikin Tania serasa ditonjok di perut
ditempeleng di pipi. Memang itu niatnya sih.
"Yuk, Tang, ikut gue bentar." Tania betul"betul
menyeret Bintang ke pojokan.
Nina mengacung-aeungkan jempolnya memberi
semangat pada Bintang. Gila! Diajak mojok sama
cewek! Siapa tahu sudah tiba waktunya Bintang
punya pacar. Tapi bete juga sih, memangnya dia
siapa" Pakai takut ketahuan segala. Sumpah deh!
Nina penasaran, Tania ngomong apa sih di pojok
sana" Sampai Bintang kelihatan gelisah sambil
garuk-garuk kepala begitu" Padahal, setahu Nina,
Bintang itu nggak ketombean. Dia rajin cuci rambut. Kadang"kadang ikut Nina ke salon nemenin
creambath. Malah ikutan creambath juga. Dan
mbak-mbak di salon langganan Nina hobi banget
nawarin produk antiketombe paling mutakhir.
Kata mereka, cocok banget buat cowok aktif kayak Bintang. Lagian Nina belum pernah tuh mergokin serpihan ketombe"ketombe nakal kalau Bin"
tang pakai baju hitam. 101 Nina menendang-nendang lagi bola sepak
takrawnya. Huh! Buat apa juga sih penasaran"!
Jd" Udh jadian sm Tania"
Message 5th Me tau aja. Mendingan. Io berdoa, smg
bsk drumnya rusak! Kinan lo itu mau ngajarin gue maen drum!!!
102 BIAR mendung, kantin tetap penuh sesak. Kalau pas bel masuk tiba-tiba hujan deras malah
untung, hehe... bisa nongkrong dulu di kantin.
Gampang kan alasannya" Takut baju basah kena
hujan, jadi nunggu reda dulu. Dijamin" Segalakgalaknya Bu Yuni, paling mentnk-mentok cuma
melotot. "Jadi?" Mata sipit Nina mengerjap-ngerjap ke
arah Bintang. "Kenapa sih" Cacingan?"
Caca ngikik. "Cacing kreminya lagi piknik."
Nina menoyor jidat Caca. "Diem deh. Ikut"
ikutan aja." Mata Nina kembali mengerjapngerjap heboh ke arah Bintang.
"Apa sih, Not" Gue cakep banget ya sampe
bikin silau?" Nina menggigit lengan Bintang gemas. "Pura"
pura bego, lagi. Kemareeen, kemareeen... Gimana
103 ceritanya" SMS lo nggak mutu, nggak informatifl" Bintang menusuk bakso urat ukuran jumbo
dengan garpunya. "Info apa sih" Bakso uratnya
enak nih, uratnya kerasa banget..."
"Namanya iuga bakso urat. Kalo bakso kaki"
kakinya yang kerasa," semprot Nina ngamuk.
Apaan sih Bintang" Sok berbeiit"belit.
"Deeeuuuh, maraaah...," celetuk Caca ngom"
purin. "Udah, Tang, kasih aja informasinya. Lagi"
an, ln baru jadi agen KGB, ya" Kok punya info"
info gitu segala?" "Agen KGB apaan" Kutil Gede Banget" Gue
nggak ngerti nih anak."
Nina makin gemas. "Tania, kemaren sama Tania
gimana" Masih kurang jelas juga" Kurang paham"
KGB, KGB!" Mendengar nama Tania disebut kencengkenceng, Bintang langsung tersedak. "Heh! jangan
keneeng"kenceng gitu dong. timangnya kita lagi
di Jeddah, nggak ada yang kenal gue atau Tania?"
Nina tersenyum puas. "Makanya, dmi't play
giriiies with me lah?"
Mangap Caca ternyata lebih spektakuler daripada kuda nil nguap. Teriakan Nina juga kalah
heboh sama mangapnya yang lebar banget.
"Tania"! Ada apa nih" Kok gue. nggak tahu?"
UPS! Tatapan maut Bintang menghantam Nina.
Tatapan penuh cacian dan makian yang menyirat"
kan "gara-gara 10 sekarang Caca ikut heboh."
104 "LO JADIAN SAMA TANIA?"?" Yang ini bukan
teriakan lagi. Tapi ngamuk histeris! Raungan gajah kawin"! "AUWWWIH" jerit Caca mengenaskan karena tiba-tiba kakinya diinjak Nina kuatkuat. "Ini juga lagi diselidikin. Nggak usah heboh
gitu deh." Caca mengangguk-angguk sambil melemparkan
tatapan detektif ke arah Bintang. Ini baru namanya gnsipl Kalau Nina jarang banget menjomblo,
Bintang kebalikannya"kelamaan jadi jomblo.
Posisi Bintang sekarang jadi ajaib. Kayak tersangka yang lagi diwawancarai gerombolan wartawan. "tangannya menutupi muka, rambutnya
berjatuhan ke depan karena menunduk dalam"
dalam. "Cewek-Cewek, bisa tenang dikit nggak?" desisnya pasrah. "Cerita dooong," tudung Caca.
"Jadi, gini," Nina memulai kisahnya. "Tania
kan nyatain ke Bintang..."
"A-apa?" Caca yang sudah mangap lebar siap
teriak, langsung bisik-bisik melihat Nina yang
juga sudah siap mengangkat kaki mau menginjak
kakinya kalau dia sampai teriak.
And 50 tm... and se 1311" cerita bergulir dari mu"
lut Nina dengan Bintang cuma bisa megap"megap
tapi nggak punya kesempatan membantah.
"Terus, Tang?" Caca buru-buru menodong Bintang lagi. 105 "Ngapain nanya sama gue" Bukannya Ninot
lebih tau?" Cubitan keeil nyelekit mendarat di paha Bintang. "Iya, iyaaa, ampuuun," Bintang merintihrintih kesakitan. Sekarang dua pasang mata melotot ke arah
Bintang. Kalau begini, mendingan...
"Oke, oke, gue ceritain ya, ibu-ibu arisan biang
gosiiip..." Nina dan Caca mencibir bersamaan.
"Langsung aja deh," Nina mulai nggak sabar.
"Gue nggak jadian..."
"Yaaahhh...," Caca dan Nina kecewa kompakan.
"Kok kalian yang kecewa sih?"
"Terus kemaren gimana" Ngapain?" cecar Caca
yang sebenarnya nggak melihat kejadiannya, tapi
sekarang malah lebih histeris daripada Nina.
"Dia nanya sekali lagi..."
"Nyatain lagi?" serang Nina.
"Nanyain..." "Nanyain, nyatain, apa bedanya" Intinya dia
nembak 10 lagi, kan?" Caca makin nyerocos.
Aksi garuk-garuk kepala Bintang mulai lagi.
"Terserah deh, yang penting gue udah cerita.
Udah, ya" Puas, kan" Gue cabut dulu, mau maen
basket. Daaahhh..." "BINTAAANG!" 3631-3- 106 "32211111 ada info &uat hani itu?" 9" &magum
fafi/zan fc" (Mcfi'z/z 61312 apa cy'rz"
Bintang cepat-cepat menulis jawabannya di
kertas kecil lecek yang dilempar Nina ke mejanya.
SUIHNGGG! Langsung dilempar batik.
Clean! Dra derah. Gue udah bisa ngeles'mpar 51517"
drum ke yibfat abang tukang bakwan. Mana gue rau sak
drum .er bisa terbang?" Sekarang gue dilb/ack list
sama abang ba/Wanf ((man clean] Gue Jimi punya
coretan kriminal" Lagan 50/0/1 abangnya senam," nganterin
bakwan ke da/em nggak kerak pintu a'u/u/
Nina cekikikan geli. Info yang bagus nih! Sekaligus lucu. Nggak kebayang tampang si abang
bakwan mendadak ditimpuk pake stik drum.
SIUUUTTTH! Kertas lecek itu mendarat lagi di
meja Bintang. Win dia' dam" Kw: &: ba)" (:qu kafi
fathah?"" Dan kertas iecek itu terbang lagi ke meja Nina.
Kan rhfb buat har! rb! yang /0 mmm" Satrah dua hari
53"! OK Lagan &; anak kayaknya hidupnya emang baa!
mastiin" masak musriikk/(fff
107 SUHlTrl'T! HAP!!! lni tragedi terbesar abad ini!!! Kertas lecek yang
sudah mulai jago terbang itu sekarang ada di
genggaman Pak Kusno yang dengan sigapnya


Loventure Karya Mia Arsjad di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menangkap si buntelan kertas yang sedang me"
layang di udara. Nina dan Bintang langsung pucat past.
"APA INI?" bentak Pak Kusno menggelegar.
Nina melirik Bintang. Bintang diam sambil me"
mutar-mutar pensilnya. "Info" Clean" Apa maksudnya" Apa salah satu
dari kalian sudah jadi Agen KCB" HAH?"
Caca langsung refleks eekikikan. Bisa-bisa ini
dua buat Bintang. Siapa tahu aja, sebentar lagi
Bintang beneran jadi agen KGB.
"Kamu, Caca! Kenapa kamu tertawa" Apa yang
lucu?" Pak Kusno makin murka. Pipinya yang
tembam jadi agak-agak merah. Nyeremin!
"Ng" anu, Pak"," Caca gelagapan.
"Anu! Anu! Sekarang kalian bertiga maju ke
depan! Berdiri di pojok sana!" perintah Pak Kusno
menggelegar. Bintang dan Nina kompak berdiri dari bangkunya dan berjalan ke depan, menunduk sambil
mesam-mesem. "Bapak bilang bertiga!" ulang Pak Kusno sambil
melotot ke arah Caca. "l'iah" Sama" sama saya, Pak?" tanya Caca
tolol sambil menunjuk dirinya sendiri.
108 "Iya! Sama kamu" Memangnya sama siapa
lagi"!" Caca nyengir dan langsung buru"buru menyusul Nina dan Bintang. Cuma partisipasi cekikikan kena setrap juga! Huh!
***- Nina celingukan di depan gerbang sekolah. Caricari mangsa yang bisa diajak jalan"jalan. Garagara Caca nih. ]anii palsu.l Dua hari yang lalu
Caca yakin banget hari ini dia pasti bisa nemenin
Nina. Nggak tahunya" Huh! Mana mendadak,
lagi, bitang nggak bisanya. Coba dari kemarin.
Udah gitu, Bintang ngacir duluan tadi. Katanya
Boy punya game baru. "Hai." Lutut Nina seakan mati rasa melihat wajah
tampan Kinan sudah berdiri di depannya sambil
menggenggam stik drum kebanggaannya.
"Haii" balasnya sok ceria. Maiah kelihatan berlebihan. Kinan mengulum senyum. "Mau ke mana nih?"
"Langsung pulang kayaknya, Nan. Tadinya mau
ke Gramedia. Tapi yang mau nemenin mendadak
diapelin." "Caca?" Nina mengangguk. "Awet banget sama Karel."
109 "Awet abis. Nggak ada tanggal kedaluwarsanya,"
Nina bersungut"sungut.
Kinan tersenyum lagi. "Bagus dong awet. ]arang lho, anak SMA pacaran awet begitu. Kayaknya dia bakal paling dulu kawin."
Nina mengangkat bahu. "Bisa jadi."
"Ngomong-ngomong, mau beli buku apa di
Gramedia?" "Efdest. Terusannya Eragon. Gue... eh... aku udah
nabung nih, takut uangnya kepake, makanya mau
beli hari ini. Tapi bisa besok kok. Itu juga kalo si
Caca iagi berantem."
Baru kali ini Nina mendengar Kinan cekikikan.
Lucu juga. "Aku yang antar, mau?"
"Hah?" UGH! Jawaban toiol!
"Kebetulan aku juga perlu beli sesuatu di sana.
Gimana?" Tanpa pikir panjang, Nina mengikuti iangkah
Kinan menuju motornya lalu melompat ke boncengannya. Bukan kencan sih, tapi lumayan, kan"
*** Biar bukan kencan, rasanya kayak kencan kok.
Sekarang aja Nina duduk manis di Kafe Oh La
La BSM, Bandung Super Mall, berhadap-hadapan
dengan Kinan. Croissant almond dan ice chocolate"
nya juga Kinan yang bayar.
"Gimana Bintang?" Nina memecah keheningan.
110 Sekilas Nina melihat Kinan nyaris nyengir. Asli
nyengir! Bukan senyum atau tertawa. "Ehem,
Bintang" Lumayan, udah banyak kemajuan
daripada hari pertama."
Nina melongo bingung. "Gebukannya kuat."
Ya iya lah, biasa mencengkeram tebing sama
dayung, gimana nggak kuat" Preman terminal
aja pernah tumbang sarna kepalan tangan Bin"
tang. Padahal, waktu itu si preman mengganggu
Nina cuma pakai priwitan parkir. Kan belum
tentu dia ngegodain, siapa tau aja kebetulan lagi
markirin mobil. "Oh, bagus deh. Gebukan kuat itu bakat, ya?"
Kinan mengangguk. "Salah satunya. Tapi harus
diarahkan, biar nggak..."
"Menjatuhkan korban?"
Kali ini Kinan nyengir beneran terus langsung
ngikik. "Bintang cerita, ya?"
"Masalah tukang bakwan?"
Kinan terus cekikikan sebelum ngomong lagi.
"Dia semangat banget. Bagus tuh. Tapi kemaren
terlalu semangat. Nih stiknya, makanya aku mau
beli lagi." SPEKTAKULER!!! Stik drum yang ditunjukin
Kinan bocel di ujungnya. Gila! ]idat si tukang
bakwan itu terbuat dari ulekan batu, kali! Stik
drum bisa gempal gini! Atau sebenarnya Bintang
berdiri di depan si tukang bakwan lalu dengan
penuh dendam mengayunkan stik drum itu ke
111 jidat si tukang" 'l'api apa alasannya" Masa cuma
gara"gara bakwannya telat" Kayaknya Bintang
nggak scbruta] itu deh. "Jangan panik, Nin" ini bukan gara-gara jidat
si tukang bakwan. Tapi waktu jatuh ke lantai
kenceng banget." FlUUUI-IHI 1! Nina lega. Takutnya Bintang jadi
emosional gara-gara dipaksa ikutan klub musik.
Perasaan berdosa langsung pergi dari dada Nina.
Perasaan senang Nina bertahan sampai ke
rumah. Gimana nggak" Kinan lagi-lagi mengantarnya langsung ke. tangan orangtuanya. Mama
jelas tersenyum sumringah. Papa juga, setelah
mendapat suntikanasuntikan info dari Mama.
**)" "DORRRTH" Pintu kamar Nina terbuka. I,.amunannya tentang
Kinan langsung bubar jalan.
"Reno"!" Kejutan... Reno pulang kampung!
Biasanya kalau pulang, pengumumannya ke
warga sekampung. Angin apa nih, tiba-tiba
nongol di depan pintu kamar"
"Halomo, adikku ini makin cuantik ajaaa..." Reno
menggesek-gcsekkan kepalanya ke rambut Nina.
Rase banget sih! Udah bukan waktunya deh!
Memangnya Nina masih kecil apa" "Renooo, sana
ah!" Nina mendorong bibir monyong Reno dan
dagunya yang mulai ditumbuhi brewok waktu
112 abangnya itu nyosor mau mencium pipinya. IH!
Aturan sun-sunan itu bagi Nina sudah nggak
berlaku lagi sejak beberapa tahun yang lalu.
"Sombong banget!"
"Ngapain udah pulang" Di-DO, ya?"
PLETAK! Jitakan mendarat di unyeng-unycng
Nina. "Sembarangan. Kakakmu ini bakai lulus dengan
nilai memuaskan." "Abis ngapain Kang Reno udah pulang?"
Dengan gerakan secepat kilak Reno melempar
bingkisan duty free ke kasur Nina.
"Asyiiik..., oleh"olehf" kata Nina, lupa pada
pertanyaannya tadi. Tapi kemudian dia ingat lagi.
"Terus kenapa pulang cepet" Nggak betah" Mau
kawin" Diusir ibu kos?"
"Bukan, Neng, melainkan ada acara ulang
tahun kampus seminggu. Lumayan kan?"
"000," bibir Nina membulat.
"Lagi ngelamun, ya" Tumben ngelamun... Udah
punya topik ngelamun nih ceritanya?"
Dasar kurang ajar. Belum tahu aja dia rekor
pacaran adiknya. "Ngelamunin apa sih?"
Hidung Nina mengerut meledak. "Dasar nggak
peka. Emangnya apa lagi yang dilamunin remaja
seusia aku?" "Cowok?" Nina mendesah. Ya ampun, ke mana aja sih..."
"Siapa" Bintang, ya?"
113 PLOK! Mainan jeli bentuk uburvubur mendarat
di hidung Reno. "Kok Bintang" Tebakannya
nggak ada yang lebih tokcer?"
Nasib si mainan ubur"ubur memang sial. Sekarang dia diremet"remet tangan Reno, sementara
cowok itu memikirkan nama lain yang memungkinkan. "Dokter Boyke?"
"HAH" KOK DOKTER BOYKE SIH?"
36313!- "Siapa Sih, Ma, orang yang bisa bikin Nina gang"
guan jiwa gini?" Reno melirik adiknya yang dari
tadi senyam-senyum sendiri.
"Orangnya keren, NO," promosi Mama. "Ya
kan, Pa?" Papa mengangguk. Padahal beium pernah lihat
jelas. "Kerennya keren kategori Mama juga nih?"
selidik Reno. Dia sebenarnya tahu Mama sering
heboh soal pacar"pacar Nina. Gimana nggak, setiap ada kehebohan, Mama nelepon dia nggak
kena! waktu. "Nggak kayak si Bangbang, kan?"
"Nggak usah bawarbawa Bibooong...," protes
Nina. Mama dan Papa senyam-senyurn. Mereka dulu
sempat panik kalau harus menerima lamaran
Bibong. ]angan-jangan ngelamamya bawa pasukan metal sama rombongan motqr yang suka
114 ngepet dan tatonya bagai bulu badan yang menyebar ke mana-mana. "Pokoknya pas deh," sambar Papa sok tahu.
"Nggak kayak si Dedi juga ya, Ma?"
Ya ampun! Nina sampai 1upa dia pernah pacaran sama Dedi. Bayangin, waktu itu dia kelas 2
SMP. Pertama kali kena1 Bintang. Nggak tahan,
Nina tersenyum sendiri mengenang saat itu.
115 ALAAAH, pacaran sama anak seumuran mah
nggak zaman," sembur Nina pada Fita yang sombongnya minta ampun setelah jadian sama Kevin,
pemain skateboard kelas sebelah. Nina keki setengah mati karena dia juga sempet ngecengin
Kevin. Tapi apa daya, Kevin memilih Fita.
Untuk ukuran anak SMP, Fita memang kinclong.
Menyilaukan!!! Badannya bongsor, bibirnya penuh.
Belum lagi gaya dandannya yang trendi abis. Dia
jago dandan. Sudah kenal foundation, blush cm,
iipgloss, juga parfum mahal. Perawatan ke salon
juga rutin dia lakukan. Maklum, maminya mantan
model. Nina" Jangan tanya deh. Waktu itu dia masih
culun berat. Rambutnya yang lurus tergerai kaku
karena jarang ke salon. Wajah cantiknya sering
banget dihinggapi jerawat-jerawat kecil yang bande] dan menyakitkan. Boro"boro foundation, bedak
aja Mama yang beliin. 116 Dan sekarang Fita pamer tentang kabar jadiannya. Pake acara nanya kenapa Nina belum punya
pacar, lagi! Pita terkaget-kaget dengan pernyataan Nina soal
pacar seumuran tadi. "Memangnya 10 punya pacar yang lebih tua?"
Telanjur kemakan gengsi nih. "Punya... Belum
jadian sih, tapi dia udah pedekate sama gue.
Paling bentar lagi juga nembak," katanya yakin,
Sekakmat! Fita terbengong kalah. Tapi nggak
lama. "Bawa dong ke sini. Kenalin sama kitakita. Punya pacar kok diumpetin?"
Gawat!!! "Umur berapa sih cowok lo itu?" Caca yang
waktu itu juga masih culun punya ikutan penasaran. Siapa sih cowok itu" Perasaan memang
ada sih yang pedekate sama Nina, cowok yang
lebih tua, tapi...

Loventure Karya Mia Arsjad di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kelas 2 SMA," kata Nina mantap.
Caca menebak"nebak dalam hati. Wah, janganjangan... "HAAAAAHHH?"?"
"Aduh, jangan panjang-panjang gitu dong!!!
Kayak serigala melolong aja!" Nina menutup
telinganya. Caca panik sambil menggigit-gigit kukunya.
"Oi!" Caca menjerit terkena lemparan ubur117 ubur jeli. Ubur"ubur jeli itu udah jadi bahan timpuk"menimpuk sejak Nina SMP. Korbannya aja
yang beda. Kali ini Caca yang duduk di kursi
komputer kena timpakan benda lembek yang sebenarnya menjijikkan itu.
"Gila 10 ya?" akhirnya makian Caca keluar juga.
"Gila gimana" Gue nggak bohong, kan" Emang
bener ada yang pedekate sama gue?" Nina me"
nekan tombol OFF di remote AC lalu membuka
jendela. Caca melempar balik si ubur"ubur. "Iya, tapi,
Nin, masa sih lo mau..."
"Ah, gampang ajaaa, bisa diatur."
2.391- "Jadi kamu menerimah cintah sayaaah?" rasa
takjub Dedi tak terbendung waktu Nina memberi jawaban atas suratisurat cintanya. Contoh
suratvsurat cinta zaman Romeo dan Juliet masih
SD gitu deh. Teruntuk: Adinda Nina Shelamifa Diandrasari
Cinta datang tibatiba... tak terduga... menyentuh
hati yang nelangsa... Kurasakan getaran bila kupandang wajahmu yang
ayu. Seayu lembayung senja... Cintaku, ingin kupersembahkan untukmu...
Memujamu: Dedz'e Maafkan 118 Atau: Teruntuk: Adinda Nina Shalomita Diandmsari
Hampa hidup ini tanpa dirimu.
Cintaku Hah terpaku padamu ah mawar mewangi
Adinda.... Terimalah Cinta fulusku... sepenuh hati'.
Memajamu: Dedie Masfihun Atau: Teruntuk: Adinda Nina Shalomim Diandrasa'ri
Ingin kumiliki bunga mm indah di tengah taman...
Senmnis madu sang lebah...
Cintaku..., kuharap kauterima.
Memujmnu: Dedie Mas)?"hun
*** Hiiihhh! Puisi-puisi cinta itu betul"betul menge"
rikan. Belum 1agi dengan kurang kerjaannya, Dedi
selalu menulis nama lengkap Nina. Memangnya
Nina amnesia sampai lupa nama sendiri"!
Cewek itu memang murid pindahan di SMAnya Kang Reno. Anaknya baik, cuma noraknya
naujubileh! Ampun deh! Dia masih menganggap
jambul tinggi itu keren. Di kampungnya, nggak
ada tuh yang namanya mal, jadilah dia cowok
aneh yang hobi ke mal. Oh ya, tujuan dia ke
119 Bandung adalah belajar. Betulrbetul belajar! Dan
cari pacar tentunya. Cewek 6 Pendekar Bayangan Sukma 2 Dendam Orang Orang Gagah Api Di Bukit Menoreh 10

Cari Blog Ini