Love United, High School Paradise, Nd2 Half Karya Orizuka Bagian 2
Oh iya, memori di hapenya, kata Cokie seolah teringat, lalu bergerak ke selokan, bermaksud menceburkan ponselnya ke sana. Via menatapnya kaget.
Eh, jangan! seru Via sambil merampas ponsel dari tangan Cokie. Via lalu menatap kesal, Cokie sudah nyengir. Lo kenapa sih"
Vi, gue serius, kata Cokie kemudian. Gue nggak pernah seserius ini.
Via tak menjawab, tampak masih belum mau percaya. Via takut kalau Cokie akan mempermainkannya lagi seperti sebelumnya.
Gue tau lo pasti masih marah sama gue. Ini memang salah gue, tapi gue bakal nunggu, kata Cokie lagi. Gue tunggu sampe lo mau maafin gue.
Via menatap Cokie lama. Via tak tahu apa Cokie benar-benar serius atau ingin mempermainkannya lagi, tapi Via ingin mengambil risiko itu.
Kalo lo & , kata Via pelan membuat Cokie yang tadinya sudah putus asa jadi kembali bersemangat. Jantungnya sudah berdetak tak keruan. Kalo lo sekali lagi mainin gue, gue sumpah nggak bakal pernah maafin lo lagi.
Cokie mengerjap-ngerjapkan matanya sesaat, tak mempercayai pendengarannya. Cokie tak ingat kapan pernah merasa segembira ini hanya karena seorang cewek. Cokie menghela napas lega, lalu mengacak-acak rambut Via.
Thanks ya, Vi, kata Cokie, lalu meraih lengan Via untuk memeluknya. Tapi sebelum sempat dipeluk, pintu rumah Via terbuka dan ibu Via muncul dari sana dengan wajah heran. Via dan Cokie cepat-cepat memisahkan diri.
t . c Tanamannya bagus ya, Vi, kata Cokie, sementara Via tertawa. Cokie mengangguk sambil nyengir kaku pada ibu Via yang sudah melotot padanya.
^ _ ^ t . c unforgettable memories Hah?"" Serius lo, Cok?"" sahut Sid dan Julia berbarengan. Cokie hanya mengangguk sambil mengambil kerupuk dari piring Julia dan memakannya.
Saat itu, mereka sedang istirahat di kantin, dan Cokie baru saja selesai mendeklarasikan hubungan barunya dengan Via. Sekarang semua anak menatap Cokie dengan mulut separuh terbuka.
Lo yakin, Cok" Lo nggak bakal jalan sama banyak cewek lagi" tanya Rama, yang akal sehatnya langsung jalan. Cokie mengangguk lagi dengan mulut penuh.
Wah, sekarang tanggal berapa nih" Pantesnya jadi hari libur nasional, kata Lando membuat Cokie terkekeh.
Selamat ya, Cok, kata Aida tulus. Cokie hanya nyengir. Tunggu-tunggu!! sahut Sid yang masih belum bisa menyerap informasi tadi. Ini & artinya & lo berhenti jadi playboy?" Lo?" Iya, Sid, kata Cokie, geli melihat tampang Sid.
Lo nggak akan jalan sama cewek-cewek yang lebih muda lagi?" tanya Julia yang juga masih histeris.
Iya, Jules, kata Cokie lagi, sudah ngakak melihat ekspresi Julia yang kurang lebih mirip Sid.
Nggak, nggak, gue nggak percaya, kata Sid sambil menggelenggelengkan kepalanya. Tahu-tahu Julia bangkit, membuat semua orang kaget. Julia menatap Cokie tajam.
t . c Cok, kalo lo berani-berani nyakitin Via lagi & .
Tenang aja, Jules, kata Cokie memutus ancaman Julia. Cokie lalu mendekatkan wajahnya pada Julia. Jules, daripada ngurusin hubungan orang lain, mending lo cari pacar deh, biar nggak senewen mulu.
Julia cemberut, sementara Cokie terkekeh.
Mana ada yang mau sama dia, kata Sid membuat Julia ganti meliriknya judes.
Emang lo sendiri ada yang mau" balas Julia, menerima tawaran perang.
Eh, banyak lagi, berantakan! Gue sih tinggal pilih! sahut Sid yakin, sementara Julia mencibir.
Emangnya penting ya punya pacar" kata Julia sambil menyeruput jus jeruknya. Kalian aja, sebelum Cokie pacaran, semuanya jomblo.
Hah" Kata siapa" tanya Cokie membuat Julia bingung. Lho" Emang iya, kan" Julia ikutan bingung.
Eh, di antara kita berempat, si Rama nih yang paling lama pacaran, kata Sid membuat Julia mengangguk-angguk, baru tahu.
Oh ya" Sama siapa" tanya Julia polos, membuat semua orang saling pandang.
Lo beneran nggak tau atau pura-pura bego" tanya Sid membuat Julia mengernyit.
Kalo nggak mau ngasih tau, ya udah! balas Julia dan menyeruput jus jeruknya dengan kesal sementara anak-anak lain saling pandang lagi.
Si Rama tuh udah pacaran dari lama sama Lara! sahut Sid membuat Julia menyemburkan jus jeruknya, sukses mengenai semua orang. Hanya Lando yang tidak kena, karena dia duduk jauh dari Julia.
Julia! Jorok banget sih lo! sahut Cokie yang kebetulan duduk di depan Julia.
t . c Julia tidak peduli dengan kehebohan yang terjadi di depannya. Dia masih syok.
Se-serius lo, Ram" tanya Julia pada Rama yang sibuk membersihkan kemejanya yang terkena semburan jus jeruk tadi.
Iya. Lo beneran nggak tau ya, Jules" tanya Rama membuat Julia menggeleng.
Lo tau, Ai" tanya Julia pada Aida.
Tau, kata Aida membuat Julia tambah bingung. Gue pikir lo juga tau.
Aaahh!!! Konspirasi!!! sahut Julia membuat anak-anak terkekeh.
Apa bukan lo yang lambat mikir" sahut Sid sambil membersihkan lengannya dengan tisu. Julie mendelik tak terima.
Habis, nggak keliatan kalo Rama pacaran sama Lara! Ya gue tau sih kalo shift malem, Rama suka nganterin Lara pulang, tapi gue nggak mikir kalo mereka pacaran! sahut Julia membela diri.
Yah, kalo udah pacaran lebih dari tiga tahun, nggak bakalan keliatan lagi, kata Rama sambil tersenyum. Julia tambah menganga.
Tiga tahun?" Berarti & dari lo SMP dong! Tapi Lara kan sekarang udah kuliah?" kata Julia lagi.
Iya, udah dari SMP. Dia kakak temen SMP gue, kata Rama kalem.
Tap-tapi & umur kalian beda tiga tahun dong! seru Julia, tambah bingung.
Emangnya kenapa" kata Rama, masih sekalem yang sebelumnya. Cinta itu nggak ada hubungannya sama umur.
Julia menatap Rama takjub. Julia sama sekali tidak tahu kalau Rama dan Lara pacaran. Lara juga tidak pernah mengatakan apa pun dengan Julia. Kalau di depan Julia pun, tak ada hal-hal aneh yang terjadi pada Rama dan Lara.
t . c Julia disadarkan dengan Cokie yang tiba-tiba bangkit dengan wajah kesal.
Gue mau cuci muka dulu, lengket semua muka gue, katanya sambil bergerak ke arah wastafel diikuti oleh Sid.
Lho, kenapa dicuci" Bagus kan, sekalian masker buah! seru Julia membuat Cokie dan Sid mendelik galak dari wastafel.
^ _ ^ Sid membuka pintu apartemennya dan mendapati sepatu Gozali di depannya. Sid menghela napas, lalu memasuki ruang tamu. Di sana, Gozali dan mamanya sedang sibuk menonton televisi. Sid mengernyit karena mereka tampak tak menyadari kedatangannya.
Lagi nonton apaan, sih" tanya Sid membuat keduanya menengok dengan wajah ceria. Sid langsung merasa tidak enak badan.
Sid, Mama masuk gosip lho!! sahut mamanya ceria, membuat Sid bingung.
Gosip" Iya, tadi di acara infotainment, Mama digosipin lagi deket sama mantan olahragawan! Terus katanya Mama udah nikah siri! sahut mamanya lagi.
Itu infotainment kekurangan artis ya" komentar Sid heran sambil bergerak ke arah kulkas dan mengambil air mineral. Lagian kenapa malah hepi sih digosipin"
Ya dengan begini popularitas Mama naik lagi! sahut mamanya membuat Sid menggeleng-gelengkan kepala. Sid melirik Gozali. Terus Bapak kenapa ikutan hepi" tanya Sid.
Karena saya dibilang mantan olahragawan, katanya membuat Sid menganga parah. Sepertinya Gozali baru diberi obat atau bagaimana.
t . c Oh iya, Sid, mumpung kita lagi ngumpul, ada yang mau Mama bicarakan, kata mamanya sambil menggiring Sid duduk di sofa. Sid menatapnya heran.
Begini, Sid. Setelah menikah nanti, Mama berencana untuk pindah ke rumah Gogo, kata mamanya membuat Sid melongo. Kamu juga ikut, ya"
Mama bercanda, ya" Nggak mau! seru Sid, menolak setengah mati. Gozali dan mamanya saling pandang.
Terus gimana dong" Apa Gogo yang pindah ke sini" tanya mamanya lagi.
Itu nggak juga! seru Sid. Mama boleh aja pindah, tapi aku nggak ikut.
Lho" Terus kamu gimana" tanya mamanya lagi. Aku di sini aja, kata Sid mantap. Mamanya dan Gozali saling pandang khawatir.
Sid, apa kamu yakin" Gimana nanti makan kamu" tanya Mamanya membuat Sid tertawa garing.
Ma, emang selama ini yang masak tuh siapa" tanya Sid keki. Oh, bener juga, kata mamanya baru sadar. Tapi, Sid, ntar kalo kamu kangen sama Mama gimana"
Sid tertawa garing lagi. Sid sudah sangat terbiasa ditinggal oleh mamanya, jadi tidak akan banyak berubah kalau mamanya tinggal bersama Gozali.
Mama kan bisa ke sini kapan aja, kata Sid lagi. Mama tenang aja deh.
Hmm & bener juga ya, kata mamanya. Tapi, Sayang, kamu juga bisa ke rumah Gogo kapan aja. Ya kan, Go"
Gozali mengangguk. Kalo mau, kamu bisa ke sana kapan aja, kata Gozali membuat Sid mengangguk walaupun tak yakin apa benar-benar mau ke sana. Jadi & kapan mau nikahnya" tanya Sid kemudian.
t . c Bulan depan, kata mamanya. Wajahnya berseri-seri. Resepsinya gede-gedean lho, banyak artis juga yang bakal dateng & .
Sid mengangguk-angguk. Sid, ntar kamu harus dateng ya, kata mamanya penuh harap. Ya iyalah, kata Sid sambil bangkit dan bergerak menuju kamarnya. Mamanya dan Gozali saling pandang sambil tersenyum.
Sid masuk kamarnya, lalu melemparkan diri ke tempat tidur. Sebentar lagi mamanya akan benar-benar menikah dengan Gozali. Tapi untung saja Sid tidak harus tinggal bersama gurunya itu.
Sid bangkit menuju cermin untuk membuka jepit rambutnya. Sid melepas jepit itu, lalu memperhatikannya. Jepit yang sudah bertahun-tahun dipakainya. Jepit yang warnanya sudah tidak keruan lagi. Jepit pemberian dari seseorang yang masih belum bisa dilupakannya.
Sid menghela napas, lalu bermaksud untuk mandi. Dia ada janji untuk mengajari Julia matematika di Hilarious.
^ _ ^ Hah" Nikahnya bulan depan" tanya Julia kaget. Sid baru saja menceritakan renacana pernikahan mamanya dengan Gozali. Julia duduk di sebelah Sid. Ya ampun, akhirnya mama lo bener-bener nikah sama Godzilla ya & .
Sid tak menjawab. Dia memilih untuk asyik mengerjakan soal matematika yang ditanyakan Julia.
Tapi Sid, lo boleh tinggal di apartemen itu sendiri" tanya Julia lagi. Sid mengangguk lagi. Wah & emang beda ya, orang kaya & . Sid mendelik pada Julia yang sedang menerawang. Lo juga dulu orang kaya, kata Sid membuat lamunan Julia buyar.
t . c Yah, itu kan dulu. Nggak ada gunanya ngomongin masa lalu. Kita hidup untuk masa sekarang dan masa depan, kata Julia membuat Sid tiba-tiba teringat sesuatu. Julia bangkit, tampak bersemangat. Ayo kerja!
Julia kembali lagi ke balik meja bar untuk membuat pesanan. Sid memperhatikannya sebentar, lalu menatap kosong buku matematikanya. Tanpa sadar, Sid mengelus rambutnya yang dijepit.
Memang Sid hidup untuk masa sekarang, tapi ada saja bagian dari masa lalu yang tidak bisa dilupakannya. Mendadak seseorang duduk di sebelahnya, membuyarkan lamunannya. Cokie sudah di sebelahnya dengan cengiran lebar.
Kenapa lo" Lesu amat, kata Cokie. Rama dan Lando menyusul duduk di depannya.
Eh, lo nggak ngeles, Lan" tanya Sid, heran melihat Lando tidak telat seperti biasanya.
Diliburin sama bonyoknya. Katanya mau ke luar kota, kata Lando sambil mengambil buku fisika dari ranselnya. Sid menganggukangguk, lalu kembali mencermati buku matematikanya.
Tak lama kemudian Julia datang membawa minuman untuk mereka semua. Julia sudah sangat hapal dengan menu favorit mereka. Jadi, tidak perlu bertanya lagi.
Jules, lo apain lagi nih si Sid" tanya Cokie pada Julia yang mengernyit. Dari tadi lemes begitu. Pasti udah lo palakin lagi, kan"
Enak aja lo nuduh! sahut Julia kesal. Tanyain aja sendiri sama anaknya, ada apa bulan depan.
Cokie, Rama, dan Lando mengernyit heran, lalu menatap Sid yang tampak tidak sadar sedang dibicarakan.
Emangnya ada apa bulan depan, Sid" tanya Rama membuat Sid mengangkat kepalanya dari buku.
Hah" tanya Sid tak mendengar.
t . c Ada apa bulan depan" desak Cokie, membuat Sid melirik galak Julia yang cepat-cepat menyingkir.
Bulan depan mereka nikah, kata Sid membuat Cokie, Rama, dan Lando terdiam. Kalian juga kayaknya harus dateng. Katanya pake ngundang segala artis gitu.
Sid sudah kembali sibuk dengan buku matematikanya, sementara Cokie, Rama, dan Lando saling pandang.
Oke! sahut Cokie sambil bangkit membuat Sid menatapnya bingung.
Oke apa" tanyanya. Sekarang ayo kita main bola! seru Cokie sambil menepuk bahu Sid. Supaya semangat lo balik lagi!
Sid menatap Cokie heran. Rama dan Lando juga sudah menyambut baik ajakan Cokie ini. Mereka segera mengemasi bukubuku. Sid nyengir, lalu ikut membereskan ranselnya. Sepakbola adalah pelepasan yang baik untuk semua stresnya.
Jules, ntar pulangnya lo tunggu ya! sahut Sid sebelum keluar. Julia mengangguk sambil menghela napas. Anak-anak cowok memang aneh.
Cokie, yang keluar duluan dari caf", tiba-tiba terpaku melihat sesosok cewek di depannya. Rama dan Lando yang keluar setelahnya juga mendadak terdiam. Cewek di depan mereka melambai ringan sambil tersenyum.
Sid yang keluar belakangan, tampak heran melihat ketiga temannya yang terdiam di depan pintu caf".
Woi, kalian ngapain sih & .
Mendadak Sid juga ikut membeku saat melihat apa yang ketiga temannya lihat.
Hai, kata cewek itu pelan. Lama nggak ketemu. Sid merasa tenggorokannya kering saat melihat cewek itu lagi setelah tiga tahun tidak bertemu. Ketiga temannya meliriknya cemas.
t . c Kalian apa kabar" tanya cewek itu lagi.
Baik, Mel, jawab Rama, yang seperti biasa selalu sadar lebih dulu. Lo apa kabar"
Baik, jawab cewek bernama Amel itu. Amel melirik Sid yang belum bereaksi. Sid, apa kabar"
Sid menelan ludahnya, tapi tetap saja tenggorokannya terasa kering. Sid hanya menatap cewek di depannya itu tanpa tahu harus melakukan apa.
Gue sebenernya mau masuk, tapi & .
Ayo, kata Sid memotong perkataan Amel. Sid menatap ketiga temannya. Ayo jalan.
Cokie, Rama, dan Lando saling pandang, sementara Sid sudah berjalan menuju motornya dan memakai helm, tanpa memedulikan Amel yang menatapnya sedih. Sid menstarter motornya dan melesat ke jalan.
Cokie menghela napas, lalu mengangguk pada Amel dan masuk ke dalam mobilnya. Lando mengikuti.
Mel, besok aja lo ke sini lagi, kata Rama pada Amel sambil menepuk bahunya. Amel mengangguk pelan.
Rama masuk ke dalam mobil Cokie. Amel menatap mobil itu sampai menghilang di tikungan.
Amel menghela napas. Dia sudah tahu akan begini jadinya. Rama, Lando, dan Cokie melirik Sid yang tampak belum bernyawa. Tadi sesampainya di lapangan bola, Sid tidak langsung bermain seperti biasanya. Dia malah duduk melamun. Rama, Lando, dan Cokie saling pandang bingung.
Sid, yang tadi itu & Amel lho, kata Cokie akhirnya, mencoba memecah kesunyian. Rama dan Lando menatap Cokie heran. Sid bergeming sambil menatap lapangan.
Amel temen kita pas SMP, kata Cokie lagi, membuat Rama dan Lando tambah mengernyit. Cewek yang dulu lo taksir & .
t . c Sid masih diam, sementara Cokie mengedik pada Rama dan Lando.
Siapa tau dia hilang ingatan gara-gara syok berat, kata Cokie menjawab pandangan galak mereka.
Rama menghela napas, lalu menatap Sid yang masih melamun.
Sid, lo ngomong dulu baik-baik sama Amel. Jangan langsung kabur gini, kata Rama membuat Sid sedikit bereaksi.
Dulu dia juga kabur, kata Sid tanpa menatap ketiga temannya yang sudah saling pandang.
Yah, itu kan dulu, kata Cokie. Masa sih lo belum lupain juga.
Cokie segera dapat sikutan dari kanan dan kirinya. Sid, yang jelas lo jangan ngehindar dulu. Dia mungkin mau ngomong baik-baik sama lo, kata Rama. Kan udah lama juga kalian nggak ketemu.
Bener juga, kata Sid sambil menghela napas. Udah mau tiga tahun. Tadi & gue cuma kaget karena dia tiba-tiba muncul. Jangankan lo, gue aja kaget, timpal Cokie.
Menurut lo & kenapa ya dia tiba-tiba dateng" tanya Sid, setengah melamun. Ketiga temannya saling pandang.
Mungkin & dia udah putus sama cowoknya" kata Cokie spekulatif, lalu memukul bahu Sid keras-keras. Bener, Sid! Siapa tau dia sadar kalo cowoknya itu nggak ada apa-apanya dibanding lo, terus dia nyesel!
Sid mengelus bahunya yang panas karena ditabok Cokie. Tapi Sid tidak benar-benar merasa sakit karena dia sibuk mencerna katakata Cokie. Rama dan Lando menatap Cokie tidak suka.
Atau mungkin dia pikir lo udah bisa ngelupain kejadian itu dan pengen berteman lagi sama lo, kata Rama. Kalo emang bener kayak gitu, lo udah bisa temenan sama dia kan, Sid"
t . c Mendadak Sid bisa merasakan panas di bahunya lagi. Katakata Rama memang jauh lebih logis daripada kata-kata Cokie. Amel tidak mungkin bertemu dengan Sid untuk minta maaf atau apa pun itu. Amel pasti hanya ingin berteman lagi dengannya.
Sid menghela napas, lalu tanpa sadar mengelus rambut yang dijepitnya. Rama, Cokie, dan Lando memperhatikan jepit itu. Jepit yang sudah tiga tahun dipakai oleh Sid, yang menandakan belum ada yang dilupakannya selama tiga tahun ini.
^ _ ^ Sid melempar tubuhnya ke ranjang. Pikirannya langsung melayang ke kejadian tadi sore, di mana dia bertemu lagi dengan Amel setelah tiga tahun tidak bertemu. Tadi, secara refleks Sid menghindari Amel sebelum sempat bicara dengannya. Sid terlalu kaget sampai tak tahu harus bicara apa.
Sid melepas jepit yang ada di rambutnya, lalu memperhatikannya. Jepit ini adalah pemberian Amel tiga tahun yang lalu. Saat itu, Sid masih kelas 3 SMP dan Amel adalah teman sekelasnya. Sid tidak pernah memerhatikan cewek sebelumnya dan Amel adalah cewek pertama yang bisa membuat Sid panas-dingin.
Saat itu, sedang jam olahraga dan cowok-cowok sedang bermain bola. Anak-anak cewek menonton dari pinggir sambil menyemangati kelas mereka. Sid ingat saat itu sedang menjaga gawang dan kebobolan karena rambut gondrongnya menutupi pandangan.
Amel yang sedang menonton dari pinggir lapangan tahutahu menghampiri Sid, melepas jepit dari rambutnya, lalu memasangkannya pada Sid. Sid juga ingat semua orang riuh-rendah meledek mereka, tapi Sid tidak peduli. Setelah itu, gawangnya tidak pernah kebobolan lagi.
Sid masih ingat dengan jelas perasaannya waktu itu. Sid terlalu senang sampai memutuskan untuk tidak melepas lagi jepit dari
t . c Amel. Dan semenjak itu, semua orang menyangka kalau Sid dan Amel berpacaran.
Sid tidak pernah keberatan dengan label itu karena dia memang punya perasaan terhadap Amel, tapi ternyata tidak dengan Amel. Saat pemilihan sekolah, Amel tiba-tiba mengatakan kalau dia akan pergi ke SMA tempat orang yang disukainya bersekolah. Sid baru tahu kalau selama ini Amel ternyata menyukai kakak kelas mereka yang sekolah di SMA Indonesia Jaya.
Sid tidak tahu harus berkata apa pada Amel. Jadi, Sid selalu menghindarinya sampai akhirnya mereka benar-benar lulus sekolah. Sid terlalu sakit hati karena cinta pertamanya justru menyukai orang lain.
Selama hampir tiga tahun, Sid tak pernah menghubunginya lagi. Sebulan setelah kelulusan, Amel pernah mencoba meneleponnya dan meng-SMS-nya, tapi Sid tidak pernah membalas.
Sid terduduk, masih memperhatikan jepit itu. Tiga tahun adalah waktu yang lama. Selama tiga tahun, Sid memang tidak pernah melepaskan jepit itu. Mungkin Sid masih mengharapkan Amel, Sid sendiri tidak yakin.
Yang jelas, saat tadi melihat cewek itu, Sid seperti merasa ada desiran hebat di hatinya, sama persis seperti saat Amel memasangkan jepit ini ke rambutnya dulu.
^ _ ^ t . c real fight Rama, Cokie, dan Lando melirik Sid cemas. Dari tadi makhluk pirang itu tak bicara apa pun. Dia hanya menatap papan tulis dengan pandangan kosong sambil sesekali menghela napas. Aida yang baru datang menatap Sid heran.
Sid kenapa" tanyanya pada Rama yang hanya balas nyengir lemah.
Masih bingung, Aida duduk di bangkunya, lalu melirik bangku di sebelahnya yang masih kosong. Julia belum datang. Aida menatap lagi keempat cowok yang ada di depannya, yang auranya masih juga suram.
Ram, ada apaan sih" tanya Aida lagi, benar-benar penasaran. Aida takut kalau mereka terlibat masalah lagi dengan Gozali. Kenapa lagi sama Pak Gozali"
Bukan soal Godzilla, jawab Rama pelan. Ntar gue ceritain deh, Ai.
Aida mengangguk-angguk sambil menatap Sid cemas. Tahutahu terdengar suara ribut dari depan kelas. Julia muncul dari pintu sambil berderap ke arah Sid. Rama, Cokie, dan Lando menatapnya ngeri.
Julia berhenti tepat di samping Sid. Tangannya berkacak di pinggang. Dari wajahnya sudah ketahuan kalau dia sedang marah
t . c besar, tapi Sid tampak tidak memerhatikannya. Matanya masih menerawang menatap papan tulis.
Heh, pirang jelek! sahut Julia membuat ketakutan Rama, Cokie, dan Lando terbukti. Kemarin malem lo ke mana, sih?"
Ketiga anak cowok itu saling pandang, sementara Sid belum bereaksi. Aida menatap mereka semua bingung.
Gue nunggu sampe karatan, tau nggak! sahut Julia lagi. Lo tau jam berapa gue keluar dari Hilarious" Jam dua belas! Terus gue jalan kaki ke rumah, nyampe jam setengah satu! Kaki gue sampe varises!
Rama akhirnya sadar kalau semalam Sid pasti lupa menjemput Julia untuk mengantarkannya pulang. Rama sama sekali tidak memprediksikannya. Lagi pula, semalam Lara tidak bekerja. Jadi, dia tidak datang ke Hilarious. Rama melirik teman-temannya yang sama-sama nyengir gugup. Sekarang seisi kelas memperhatikan Julia yang sedang mengamuk pada Sid yang masih bergeming.
Kalo emang nggak mau jemput, lo ngomong biar gue nggak nunggu kayak orang bego! sahut Julia lagi. Lo nggak tau kan bonyok gue & .
Berisik banget sih, lo, kata Sid tiba-tiba sambil bangkit, membuat Julia dan yang lain terkejut. Sid melirik Julia dingin. Emangnya gue sopir lo"
Julia melotot mendengar kata-kata Sid. Sid tidak peduli. Dia malah berjalan melewati Julia. Semua anak menatap Julia cemas, tapi Julia tidak membalas kata-kata Sid. Julia tampak terlalu syok.
Pak Ono, guru matematika, sudah masuk ke dalam kelas ketika Sid malah melewatinya.
Sid" Mau ke mana kamu" tanyanya heran, tapi Sid terus melaju.
WC, jawabnya singkat, lalu menghilang di balik pintu, membuat Pak Ono mengernyit heran.
t . c Yah, baiklah anak-anak, ayo duduk, kata Pak Ono, lalu menatap heran Julia yang masih membatu di tengah kelas. Julia" Ayo duduk, pelajaran mau dimulai.
Karena Julia tak juga sadar, Aida terpaksa menariknya sampai dia terduduk di bangkunya. Rama, Cokie, dan Lando menatap Julia cemas, lalu saling pandang. Mereka akhirnya sepakat, kalau Julia tidak boleh tahu dulu soal Amel.
^ _ ^ Kenapa sih si pirang imut itu?" sahut Julia saat istirahat. Aida berusaha menenangkannya, sementara Cokie, Rama, dan Lando saling lirik. Dia yang nyuruh gue nunggu, dia yang nggak dateng. Sekarang dia malah nanya apa dia sopir gue" Dari awal emangnya gue minta dia nganter-nganterin gue"
Julia mengambil Pepsi milik Cokie, lalu menenggaknya dengan berapi-api. Cokie hanya menatapnya tak berdaya.
Saat ini, Sid menyepi karena tak ingin bertemu siapa pun. Rama yakin dia masih bingung soal kedatangan Amel yang tibatiba. Sekarang yang Rama khawatirkan justru cewek yang sedang mengamuk di depannya ini. Julia belum tahu apa-apa dan kalau diceritakan, bisa-bisa cewek itu tambah sewot.
Eh, apa pernah gue minta jemput dia, apa pernah" sahut Julia lagi pada Cokie, yang terpaksa menggeleng kaku. Julia beralih pada Lando. Apa pernah, Lan"
Mana gue tau, gumam Lando, tak mau ikut campur. Sebenernya kenapa sih dia" sahut Julia lagi.
Iya, sebenernya Sid kenapa sih" tanya Aida pada Rama, Cokie, dan Lando. Ketiga anak itu langsung berpandangan.
Hmm & sebenernya emang ada masalah sih, kata Rama membuat Julia tiba-tiba tersentak, seperti menyadari sesuatu.
t . c Ya ampuun, kata Julia takut. Dia ada masalah di rumah, ya" Ini soal keluarganya, ya" Ya ampun, gue kok nggak peka banget sih & .
Rama, Cokie, dan Lando saling pandang lagi.
Aduh & gimana dong, gue udah marah-marah sama Sid" Dia pasti mau nggak mau mengalami ketegangan, ya kan" Sebulan lagi ibunya mau nikah sama Godzilla & . Dia pasti ada masalah di rumahnya sampe lupa ngejemput gue & . Duh, gue bego banget, sih, kata Julia, terus menyalahkan diri.
Yah, yah, kita tunggu aja sampe dia tenang sedikit, kata Cokie, bersyukur Julia sudah tenang walaupun alasannya salah.
Ntar gue minta maaf deh sama dia, kata Julia lagi sambil meneguk sisa Pepsi.
Minta maaf sih minta maaf, kata Cokie sebal. Tapi yang dari tadi lo minum tuh Pepsi gue.
Julia menatap botol di tangannya, seolah baru sadar. Eh & masa sih" katanya polos membuat Cokie tertawa garing.
^ _ ^ Saat istirahat berakhir, ternyata Sid sudah ada di dalam kelas. Dia masih melamun sampai Julia tiba-tiba mendekatinya. Sid menatapnya waspada dan ketika tangan Julia terangkat, Sid langsung melindungi diri, takut kena pukul. Tapi Julia malah menepuk bahunya sambil menatapnya simpati.
Sid, gue ngerti, kata Julia sungguh-sungguh. Gue benerbener ngerti perasaan lo. Maafin gue ya, tadi udah marah-marah sama lo.
Hah" sahut Sid tak mengerti, tapi Julia sudah mengangguk mantap.
t . c Lo tenang, Sid, semuanya pasti bakal baik-baik aja. Nggak akan ada yang berubah. Dia bakal tetep nyokap lo, kata Julia lagi, membuat tampang Sid tambah bego. Julia duduk di bangkunya, sementara Sid melemparkan pandangan bingung pada ketiga temannya yang langsung nyengir kaku.
^ _ ^ Sid memarkir motornya di depan Hilarious. Hari ini dia akan belajar lagi di sana karena rumahnya sekarang sedang dalam kondisi mengenaskan karena persiapan pernikahan mamanya yang bahkan masih lama. Sid bahkan hampir tersandung gaun pengantin yang panjangnya sekitar dua meter.
Sid masuk ke dalam Hilarious yang masih sepi pengunjung. Julia tidak tampak di meja bar. Sid menghela napas mengingat pertengkarannya dengan Julia tadi pagi. Sid begitu pusing sampai lupa harus menjemputnya semalam. Sid akan meminta maaf pada cewek itu karena sudah mengatakan hal yang tidak-tidak.
Mendadak Sid terpaku melihat pemandangan tidak biasa di depannya. Kalau biasanya di sofa itu hanya ada satu cewek bernama Aida, sekarang ada cewek lain yang sangat dikenal oleh Sid. Amel menatap Sid bimbang, lalu berdiri.
Hai, Sid, sapa Amel pelan. Sid melirik ke arah yang lain dan teman-temannya langsung pura-pura sibuk. Hanya Aida yang balas menatap Sid. Sid kembali menatap sosok di depannya. Hai, kata Sid akhirnya.
Gue & tadi & . Tadi Amel nunggu di luar lagi, kata Rama membantu Amel yang tampak kesusahan berbicara. Dia mau ngomong sama lo. Jadi, gue ajak masuk.
Sid mengangguk-angguk pelan sambil melirik Amel yang menatapnya serba salah.
t . c Kita ngobrol di tempat lain aja, kata Sid pendek sambil bergerak ke arah pintu. Amel menatap bingung Rama, Cokie, dan Lando yang balas tersenyum simpul. Amel mengikuti Sid.
Sid naik ke motor, sementara Amel berdiri di depannya, tak tahu harus berbuat apa. Sid sudah memakai helm dan siap berangkat saat Amel belum juga naik. Sid menatap Amel heran, lalu membuka sedikit helmnya.
Kenapa" Ayo naik, kata Sid membuat Amel tersadar. Sid teringat sesuatu. Dia melepas helm berwarna pink yang dulu pernah dibelikannya untuk Julia, lalu menyodorkannya pada Amel. Nih, pake.
Amel menerima helm itu, lalu memakainya. Sid memberi isyarat dengan mengedikkan kepala supaya Amel cepat naik. Amel duduk di belakang Sid dan meraih kemeja Sid hati-hati.
Sid menghela napas, lalu menstarter motornya dan segera meluncur ke jalan.
^ _ ^ Sid memainkan kunci motornya ketika Amel menatapnya lama. Mereka sudah berada di McD dan memesan minuman, tapi tak ada satu pun dari mereka yang menyentuh minuman itu.
Sid& , kata Amel memecah keheningan, membuat kunci yang dimainkan Sid terjatuh. Sid mengumpat dalam hati sambil mengambil kunci itu. Sid tidak tahu kenapa masih harus grogi terhadap cewek di depannya ini. Lo & apa kabar"
Sid mengangguk-angguk tanpa menatap Amel. Baik, jawab Sid, lalu melirik Amel yang menatapnya. Lo" Amel tersenyum lemah. Baik, jawabnya pelan. Hening lagi beberapa saat sampai Sid menghela napas.
Jadi & " tanya Sid kemudian. Kenapa tiba-tiba dateng ke Hilarious"
t . c Nggak boleh ya" kata Amel.
Bukannya nggak boleh, kata Sid. Tapi kenapa baru sekarang" Lo kan punya tiga tahun buat ke Hilarious, tapi nggak pernah lo lakuin.
Amel terpana mendengar perkataan Sid, lalu menunduk. Sid menatapnya serba salah.
Sori, kata Sid menyesal. Amel menggeleng pelan. Sid & lo masih marah sama gue" tanyanya membuat Sid terdiam.
Yah, sedikit, jawab Sid setelah beberapa lama. Tapi nggak usah dipikirin lagi. Jadi, kenapa lo ke Hilarious"
Gue & mau ketemu lo, kata Amel membuat mata Sid melebar.
Kenapa" tanya Sid setelah bisa menenangkan diri. Gue & mau minta maaf, kata Amel membuat Sid terdiam. Ternyata ini benar-benar seperti apa yang Cokie katakan kemarin. Sid menarik napas, lalu menghelanya perlahan.
Sid, gue baru aja diputusin, kata Amel lagi membuat Sid melotot. Amel tersenyum miris. Gue baru aja diputusin sama kakak kelas yang gue suka itu.
Kenapa" tanya Sid. Dia & punya cewek lain di kampusnya, jawab Amel, tampak berjuang keras menahan air mata. Dia bilang & dia nggak suka cewek SMA. Dia suka cewek yang lebih dewasa.
Mata Sid berair karena belum mengedip. Darah Sid naik ke kepala. Dia tidak percaya Amel akan dicampakkan dengan cara seperti ini. Kalau tahu orang itu brengsek, dulu Sid tak akan menyerah.
Gue & jahat banget ya" kata Amel lagi, air matanya sudah jatuh. Dulu gue ninggalin lo demi orang itu, dan setelah diputusin, gue nyari lo lagi.
t . c Sid menatap sosok di depannya yang tampak tidak banyak berubah sejak terakhir kali dia melihatnya tiga tahun lalu. Hanya saja sekarang Sid tidak melihat senyuman lebarnya yang dulu. Lo pasti benci banget sama gue, kata Amel lagi. Nggak gitu kok, Mel, kata Sid membuat Amel tersenyum miris.
Nggak, lo pasti benci banget sama gue. Lo pasti mikir gue cewek gampangan.
Mel, gue nggak pernah mikir gitu, kata Sid tegas membuat Amel terdiam.
Sid, nggak apa-apa kalo lo nggak mau liat gue lagi. Alasan gue mau ketemu lo adalah mau minta maaf karena dulu gue pura-pura nggak tau perasaan lo, kata Amel. Kalo aja dari awal gue bilang terus terang kalo udah punya orang yang gue suka, mungkin kita masih temenan.
Sid hanya diam mendengar kata-kata Amel.
Gue & kangen banget saat-saat kita SMP, kata Amel lagi. Pengen rasanya balik lagi ke masa SMP. Kalo itu sampe terjadi, gue nggak akan berbuat kesalahan yang sama.
Soal lo bakal ngasih tau gue kalo lo udah punya orang yang lo suka" tanya Sid membuat Amel tersenyum.
Soal siapa yang harusnya gue pilih, jawab Amel membuat Sid menatapnya lama. Amel tersenyum, lalu mengambil tasnya. Lo tenang aja, Sid, gue masih tau malu kok. Gue nggak akan ikut campur sama kehidupan lo yang sekarang. Gue & seneng banget akhirnya bisa ketemu sama lo lagi. Lo mau maafin gue, kan" Sid mengangguk pelan, sementara Amel bangkit. Makasih ya, Sid, kata Amel. Makasih karena dulu pernah suka sama gue. Jaga diri ya.
Sid belum sempat memberikan jawaban apa pun saat Amel sudah bergerak pergi.
Love United, High School Paradise, Nd2 Half Karya Orizuka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
^ _ ^ t . c Sepanjang hari Sid hanya memandangi gelas cola-nya yang masih penuh. Bahkan, es batunya sudah mencair dan menjadi titik-titik embun yang membasahi meja. Di depannya, anak-anak lain sedang tertawa-tawa mendengar cerita Cokie tentang mantanmantannya yang datang menyerbu ke rumahnya karena mendengar dia sudah punya pacar tetap.
Mereka nggak pada percaya kalo gue udah insyaf! sahut Cokie membuat yang lain terbahak. Lagian pada tau dari mana sih kalo gue udah punya cewek"
Pasti mereka punya semacam forum, kata Rama, berkonspirasi.
Atau arisan, tambah Julia. Yang dapet, hadiahnya ngajak lo ngedate!
Cokie langsung cemberut mendengar kata-kata Julia, sementara yang lain sudah tergelak.
Nyokap gue sampe stres tau, keluhnya.
Nyokap gue juga, kata Rama. Ketambahan satu anggota lagi buat dikasih makan semenjak lo nginep di rumah gue.
Lo perhitungan amat, sih" seru Cokie begitu anak-anak kembali tertawa. Orang kaya tuh harus banyak beramal!
Lo sendiri kaya! balas Julia tak mau kalah. Kalo kalian mau pada beramal harusnya ke gue dong!
Kok lo ngubah topik sih" kata Cokie sambil menjitak Julia yang seperti memancing di air keruh. Anak-anak tertawa melihat Julia yang kesakitan.
Tahu-tahu Sid mendesah, membuat semua mata tertuju padanya. Sid tampak tidak sadar. Dia masih menatap gelasnya dengan tatapan kosong.
Oh ya, ngomong-ngomong & dari tadi gue kayak ngerasa ada aura nggak enak. Tau-taunya anak ini, kata Cokie. Oi, lo tuh masih muda. Jangan mendesah kayak kakek-kakek gitu dong.
t . c Sid tak menjawab. Dia masih sibuk dengan pikirannya. Anakanak lain saling pandang bingung. Tahu-tahu Julia bangkit sambil mengangguk-angguk.
Gue tau, gue tau. Ini pasti masalah keluarganya. Kita harus maklum, sebulan lagi pernikahan mamanya, kata Julia sambil mendekati Sid yang masih melamun.
Cokie, Rama, Lando, dan Aida saling pandang. Mereka tahu ini bukan tentang ibu Sid. Ini pasti tentang Amel yang kemarin datang. Tapi & mereka tidak bisa mengatakannya pada Julia.
Sebagai teman yang baik, kita harus bisa mengerti perasaannya, kata Julia sambil menepuk bahu Sid. Ya kan, Sid"
Sid tersadar karena tepukan Julia. Dia menatap Julia yang senyum-senyum heran, sementara yang lain menatapnya cemas.
Apa" kata Sid pada Julia. Dia menatap gelas cola-nya bingung. Lho, kok nggak ada esnya" Lo gimana sih, Jules"
Julia menatap Sid kesal. Lo bego ya, Sid" Jelas aja esnya udah cair, lo diemin sampe mau sejam! seru Julia.
Hah" Mana mungkin! Lo yang sengaja nggak ngasih es, kan" kata Sid tidak terima. Bikinin lagi sana!
Julia menatap Sid sebal, tapi dalam hati menahan amarah dan meyakinkan diri kalau Sid sedang senewen karena pernikahan mamanya. Julia mengambil gelas Sid, lalu kembali ke meja bar untuk membuatkannya yang baru. Sementara itu, Cokie mendekatkan dirinya pada Sid.
Sid, lo dari tadi ngelamunin apaan, sih" tanyanya dengan suara pelan, supaya tidak terdengar Julia. Rama, Aida, dan Lando menatap Sid serius. Sid balas menatap mereka ragu-ragu. Bukan apa-apa, kata Sid kemudian.
Amel, kan" kata Rama membuat Sid menatapnya. Kemarin pasti ada yang terjadi kan"
Sid terdiam sebentar, lalu menghela napas. Dia mengangguk pelan.
t . c Aida menoleh untuk melihat Julia yang sedang berjalan ke arah mereka. Aida menyikut Rama yang baru akan berbicara lagi.
Ini cola-nya, Tuan Muda, kata Julia sambil meletakkan gelas di depan Sid. Beruntung lo lagi punya masalah. Jadi, sebagai teman yang baik gue harus ngertiin lo.
Sid menatap Julia heran, sementara yang lain langsung mencari kesibukan masing-masing. Julia menyadari perubahan sikap mereka.
Kalian tadi ngomongin apaan sih" tanya Julia curiga. Lo nggak usah mau tau urusan orang deh, kata Sid yang langsung menyeruput cola-nya. Julia menatapnya tidak suka.
Kok lo gitu sih" kata Julia, tapi detik berikutnya langsung sadar. Oh iya ya, lo lagi ada masalah. Gue lupa terus. Jadi, sekarang lo mau apa lagi, ntar gue ambilin.
Sid mengernyit melihat perubahan kelakuan Julia. Gue nggak tau ada apa dengan lo, tapi mending lo balik kayak dulu lagi aja deh. Kalo begini gue malah merinding, kata Sid membuat Julia melotot.
Ahaha & udah, udah, kata Aida sambil memegang Julia begitu Julia mau mengamuk. Aida menatap Rama minta pertolongan, tapi terlambat.
Lo tuh ya! Gue cuma mau ngerti perasaan lo, tapi lo malah ngelunjak! seru Julia panas.
Emangnya siapa yang minta lo ngelakuin itu" balas Sid. Aneh-aneh aja.
Siapa pun tahu kalau ada perang yang akan pecah, begitu Julia melepaskan diri dari Aida dan menghampiri Sid.
Eh, denger ya! Mulai sekarang, gue nggak akan peduli lagi sama lo dan semua masalah lo! sahut Julia.
Ya, ya, ya, berisik. Terserah lo deh, kata Sid malas. Lebih bagus begitu, jadi masalah gue berkurang satu.
t . c Bukan hanya Julia yang menganga, tapi Aida, Rama, Cokie, dan Lando juga. Bahkan, Lara menatap Sid bingung dari balik meja bar.
Lo & dasar nyebelin!! Lo tuh cuma cowok manja yang sok imut!! Pake-pake jepit nggak jelas lagi! sahut Julia sambil berusaha menarik jepit dari rambut Sid.
JANGAN SENTUH!! sahut Sid sekuat tenaga sambil menarik jepit itu paksa dari tangan Julia. Julia langsung membatu, lebih karena kaget mendengar teriakan Sid. Seluruh pelanggan menatap mereka bingung.
Sid menatap Julia sengit, sementara Julia belum bereaksi. Rama, Lando, Cokie, dan Aida menatap mereka cemas. Aida tibatiba menyadari sesuatu.
Jules, tangan lo & . Julia tersadar, lalu menatap jari telunjuknya yang sudah berdarah karena tersayat ujung jepit yang tajam. Sebelum Sid sempat melihat, dia sudah mengambil ranselnya dan berderap pergi. Aida cepat-cepat mengambil saputangan dan membalut luka Julia.
Dia & kenapa sih" kata Julia dengan suara bergetar. Aida, Cokie, Rama, dan Lando saling tatap.
Udahlah, Jules, sekarang ayo diobatin dulu, kata Rama, cemas menatap saputangan Aida yang sudah merah karena darah. Ayo kita ke rumah sakit. Kayaknya harus dijahit.
Tapi Julia tak merasakan apa pun pada jarinya. ^ _ ^
t . c back to basic Sid, kemarin lo udah keterlaluan, kata Rama begitu Sid muncul.
Saat itu, mereka sudah berada di dalam kelas. Sid baru saja datang, sementara Julia belum terlihat. Aida, Cokie, dan Lando juga menatap Sid serius. Sid balas menatap mereka, lalu terkekeh.
Ya ampun, gue baru dateng udah disodorin muka nggak enak begini, katanya santai sambil melempar tasnya ke meja dan duduk. Sid menatap lagi wajah teman-temannya yang masih belum berubah. Kalian serius amat, sih"
Rama mendesah, sementara Aida, Lando, dan Cokie menggeleng pelan.
Sid, lo yang terlalu santai. Apa menurut lo yang kemarin itu masih masuk itungan bercanda" tanya Cokie.
Lho, emang dia marah ya" tanya Sid polos, membuat Cokie, Rama, Lando, dan Aida menganga. Kalian tenang aja lagi. Dia pasti balik kayak biasa lagi, kok & .
Eh, Sid, kemarin lo tuh udah ngelukain jari dia! sahut Aida gemas. Dia sampe harus dapet 3 jahitan!
Air muka Sid langsung berubah saat mendengar Aida. Sid tidak tahu kalau jari Julia terluka dan sampai harus dijahit. Kemarin pikiran Sid terlalu kacau untuk mengurusi Julia.
t . c Serius lo" tanya Sid takut-takut. Dia & ngamuk beneran" Aida menghela napas, menyesali kebodohan makhluk pirang di depannya itu. Cokie, Rama, dan Lando juga ternyata mempunyai pikiran yang sama.
Lo kalo bercanda nggak kira-kira ya" tanya Rama pasrah. Mana nggak pake nyesel lagi.
Iya, iya, kata Sid. Tapi kalo Julia, gue yakin sekarang udah ceria lagi.
Lo kepedean ya?" kata Cokie tak habis pikir.
Jangan khawatir, gue tau kok gimana Julia, kata Sid yakin, tapi Aida, Lando, Rama, dan Cokie saling pandang sangsi.
^ _ ^ Julia berjalan pelan menuju kelasnya. Sepanjang jalan dia melamun sambil memegang jari telunjuknya yang kemarin mendapat tiga jahitan dan sekarang dibalut perban. Julia benarbenar tidak habis pikir dengan sikap Sid yang menurutnya sangat berlebihan hanya karena sebuah jepit rambut.
Semalam Julia sudah berpikir tidak akan memaafkan Sid sebelum Sid meminta maaf padanya. Julia berpikir Sid sudah sangat keterlaluan dengan mengatakan hal-hal seperti kemarin.
Julia berhenti di depan kelasnya. Dari suara-suara yang terdengar, sepertinya Sid sudah datang. Julia menarik napas, lalu mengembuskannya mantap. Apa pun yang terjadi, Julia tidak akan peduli lagi pada anak satu itu.
Julia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas. Matanya sekilas menangkap sosok Sid, tapi Julia berusaha untuk tidak melihatnya. Mata Julia menatap lurus pada Aida.
Hoi! seru Sid sambil melambai dengan cengiran besar di wajahnya. Julia hanya melewatinya tanpa melirik Sid sedikit pun. Sid membeku dengan pose yang sama untuk beberapa detik.
t . c Halo, Ai, kata Julia sambil duduk di sebelah Aida yang hanya menatapnya bingung. Cokie, Rama, dan Lando juga melakukan hal yang sama. PR kimia udah selesai"
Udah, jawab Aida sambil melirik Sid yang masih bergeming. Heh & , kata Sid sambil berbalik dan menatap Julia yang balas menatapnya dingin. Kata-kata Sid terpotong saat melihat jari Julia yang dibalut perban.
Selamat pagi, anak-anak, sahut Pak Alan, guru kimia mereka yang terkenal galak. Ayo kembali ke tempat duduk masingmasing dan kumpulkan PR-nya. Sid, sedang apa kamu" Ayo dikumpulkan.
Sid menatap Julia sebentar, lalu menoleh pada Pak Alan yang sudah berkacak pinggang. Sid menghela napas, lalu bangkit untuk mengumpulkan PR teman-temannya. Sid sempat beberapa kali melirik Julia, tapi anak itu menolak untuk balas menatapnya sampai pelajaran terakhir.
^ _ ^ Sepanjang sore Sid memperhatikan Julia yang bolak-balik mengantar pesanan. Cokie, Rama, Lando, dan Aida menatapnya kasihan.
Temen-temen, gue harus gimana dong" sahut Sid putus asa saat Julia tidak kunjung melihatnya walau cuma sedetik.
Apa kata gue, kata Cokie sambil menghela napas. Lo udah minta maaf belum"
Gimana gue mau minta maaf" Tiap gue liat, dia buang muka. Tiap gue deketin, dia melengos, kata Sid sambil melirik Julia yang sedang sibuk membuat latte di belakang meja bar. Julia, yang tahu sedang diperhatikan, berbalik badan hingga membelakangi Sid. Tuh kan!!!!
t . c Yah, yah, lo terima aja. Itu kan salah lo juga, kata Rama bersimpati.
Kalo Julia marah paling nggak lama-lama, kata Aida mencoba menghibur Sid. Tapi emang, kalo yang marahnya sampe kayak begini, gue juga baru liat.
Sid yang tadinya sudah terhibur jadi down lagi.
Tapi, Sid, apa sih yang bikin lo kalap kayak kemarin" tanya Cokie. Emang si Amel kenapa"
Sid terdiam sebentar, lalu menghela napas. Dia baru diputusin cowoknya yang anak kuliahan, Cok. Katanya cowok itu nggak suka cewek SMA. Kalo inget itu aja bikin gue emosi, kata Sid dengan raut wajah geram.
Aida, Cokie, Rama, dan Lando saling pandang, lalu menatap Sid serius.
Kenapa emosi, lo masih suka sama dia" tanya Lando. Lan, kalo bukan karena cowok itu, gue pasti sekarang udah bareng Amel! Gara-gara cowok itu, dia nolak gue! kata Sid. Dan sekarang, cowok itu nyia-nyiain Amel gitu aja, gue nggak terima & .
Terus lo mau ngapain, mau ngelabrak cowok itu" tanya Cokie membuat Sid terdiam, tak tahu harus menjawab apa.
Sid, lo mau balik sama Amel" tanya Rama. Apa dia mau balik sama lo"
Sid masih terdiam, berpikir keras. Aida menghela napas. Sid, mungkin lo cuma kesel, tapi bukan berarti lo masih ada rasa sama dia, kata Aida lembut. Sekarang ini, lo harusnya merhatiin apa yang ada di depan lo.
Cokie, Lando, dan Rama mengangguk-angguk setuju sambil melirik Julia, sementara Sid menatap Aida bingung.
Hmm" Elo, Ai" jawab Sid polos karena Aida duduk tepat di depannya. Cokie, Lando, Rama, dan Aida bengong mendengar jawaban Sid.
t . c Pokoknya, kata Aida keki. Sekarang lo minta maaf dulu sama Julia.
Sid melirik Julia yang melewatinya untuk mengantarkan pesanan, lalu menghela napas. Tidak akan mudah untuk melakukannya.
^ _ ^ Jules, kalo marah jangan lama-lama dong & , kata Sid dengan nada memelas, sementara Julia sibuk mengelap gelas.
Sudah hampir sejam Sid mengiba-iba pada Julia yang tampak tidak peduli. Anak-anak yang lain sudah pulang karena urusan mereka masing-masing. Rama mengantar pulang Lara yang sakit perut, Aida disuruh pulang sama orang tuanya, Lando mengajar, sedangkan Cokie ada kencan dengan Via.
Jules & Gue beneran nyesel, kata Sid lagi. Maafin gue ya, kemarin gue nggak sengaja.
Julia meletakkan gelas-gelas itu ke dalam lemari. Sid tampak benar-benar putus asa. Mata Sid tiba-tiba melebar saat melihat jari Julia yang diperban.
Jules, yang kemarin sakit ya" Gue bener-bener minta maaf, kata Sid, tapi Julia seolah tuli. Kesal, Sid menarik lengan Julia sampai Julia melotot padanya. Sid menarik sehelai pita dari keranjang bunga di sebelahnya, lalu memasangkannya pada jari Julia yang diperban. Maaf ya, Jules.
Julia menatap jari telunjuknya yang sekarang sudah seperti kado mungil, lalu melirik Sid yang masih menatapnya penuh harap. Julia menghela napas.
Beneran nyesel" tanya Julia akhirnya. Beneran nyesel, kata Sid serius.
Ya udah, kata Julia membuat Sid nyengir lebar. Aaahh & akhirnya lo mau maafin gue juga! sahut Sid lega.
t . c Kenapa" Seharian ini lo kangen ngobrol sama gue" kata Julia membuat Sid mencibir. Tapi berikutnya dia nyengir.
Yah, iya juga sih, kata Sid jujur. Dia memang menderita dicuekin seharian oleh Julia. Sepi aja nggak ada suara ember lo. Lo mau gue anggurin lagi" ancam Julia.
Iya, iya, ampun! sahut Sid, sementara Julia tergelak. Sid bangkit dan menghampiri Julia. Sini, gue bantuin.
Sid mengambil gelas dari tangan Julia, lalu memasukkannya ke dalam lemari. Julia menatapnya senang dan melirik jari telunjuknya yang terpasang pita. Julia tidak bisa bilang kalau sebenarnya seharian ini dia juga sangat menderita karena menghindari Sid.
^ _ ^ Sepanjang hari tidak ada yang dilakukan Julia, kecuali memandangi jari telunjuknya yang semalam dipasangi pita oleh Sid sebagai permintaan maaf. Setiap kali melihatnya, hati Julia jadi berbunga-bunga. Aida memerhatikannya dengan wajah bingung dari meja bar.
Ra, Julia kenapa sih" tanya Aida pada Lara yang sama bingungnya.
Gue juga nggak tau, Ai. Dari masuk kerja udah kayak gitu. Jangankan masuk kerja, dari masuk sekolah tadi juga udah kayak orang jatuh cinta, kata Aida. Detik berikutnya, dia saling pandang dengan Lara.
AAH!!! JATUH CINTA!!! seru mereka bersamaan. Mereka lantas cepat-cepat menutup mulut saat seisi caf" memerhatikan mereka.
Apa menurut lo & semalem ada yang terjadi" bisik Lara. Bisa jadi! Aida balas berbisik dengan semangat. Janganjangan pita itu & dari Sid?" Ya ampun, ternyata anak itu bisa romantis juga & .
t . c Aida dan Lara memerhatikan Julia yang masih menerawang dengan gagang sapu dan serok di tangannya, lalu sama-sama nyengir. Aida menghela napas. Ternyata Sid bisa juga menyelesaikan masalahnya dengan baik.
Julia menyapu pecahan gelas di bawahnya sambil bersenandung riang, lalu bergerak keluar untuk membuangnya di tempat sampah sebelah Hilarious. Di jalan kembali, dia melihat seorang gadis di depan Hilarious yang sedang melihat-lihat ke dalam. Julia menghampirinya.
Halo, kata Julia ramah. Ayo silakan masuk.
Ah, nggak. Gue& , kata gadis itu ragu, lalu melirik ke dalam
lagi. Mmm & lagi nyari seseorang" tanya Julia. Gadis itu, Amel, mengangguk pelan. Siapa" Siapa tau gue kenal.
Mmm & Sid, kata Amel pelan. Senyuman Julia menghilang sesaat, tapi kemudian kembali lagi.
Sid" Gue kenal. Ayo, tunggu di dalem aja. Bentar lagi juga dateng, kata Julia, berusaha berhenti memikirkan siapa gadis yang ada di depannya itu.
Ah, nggak, gue pulang aja, kata Amel cepat-cepat. Sebelum dia berbalik, pintu caf" sudah terbuka. Kepala Aida muncul dari sana.
Jules" Lo dipanggil Lara tuh, kata Aida, lalu menoleh ke arah Amel. Mata Aida membesar begitu melihatnya.
Halo, kata Amel, yang pernah bertemu Aida sebelumnya. Ah, halo, kata Aida sambil melirik Julia yang tampak bingung. Lo & mau ketemu Sid"
Amel menggeleng. Lain kali aja. Gue duluan ya, kata Amel, lalu berbalik dan berjalan menjauh.
Aida menggigit bibirnya. Cepat atau lambat Julia pasti tahu, tapi Aida tidak menyangka dialah yang harus menjelaskannya. Tahu-tahu suara deruman motor menyadarkan Aida. Sid melepas helmnya dan menatap kedua cewek itu bingung.
t . c Ngapain kalian di luar" tanyanya.
Habis buang sampah, kata Julia ceria, masih terkena efek semalam dan sudah lupa pada cewek tadi. Lo dari mana aja hari gini baru dateng"
Belanja buat nyokap, jawab Sid sambil turun dari motornya. Dia heran karena Aida tidak seperti biasanya. Lo kenapa, Ai"
Aida menatap Sid, lalu beralih pada Julia. Aida benar-benar mengalami dilema. Dia tidak tahu apa sebaiknya dia memberi tahu Sid kalau Amel datang atau tidak.
Ai" tanya Sid lagi sambil melambai-lambaikan tangannya di depan Aida.
Sid, tadi & Amel dateng, kata Aida akhirnya. Mata Sid langsung membesar saat Aida mengatakannya.
Apa" Terus dia ke mana" tanya Sid.
Pulang, baru aja, kata Aida lagi. Sid tampak berpikir. Sid, ntar gue minta ajarin matematika ya, kata Julia yang tidak mendengar pembicaraan Sid dan Aida karena sibuk dengan pikirannya sendiri. Tadi ada yang nggak gue & .
Sori, gue pergi dulu, kata Sid memotong kata-kata Julia. Dia segera naik ke motornya dan melesat begitu saja.
Julia menatapnya bingung, lalu menoleh pada Aida yang balas menatapnya sedih. Yang Aida tahu sekarang, Julia harus tahu semuanya karena sepertinya Sid sudah memilih.
^ _ ^ Sid sedang akan memacu motornya lebih cepat saat dia melihat sosok Amel di pinggir jalan. Sid segera berhenti tepat di depan gadis itu, lalu membuka helmnya. Amel menatapnya kaget.
Naik, kata Sid sambil menyodorkan helm pink milik Julia. Amel menerimanya ragu-ragu, tapi dia naik juga ke motor Sid. ^ _ ^
t . c Jadi, kenapa tadi nggak nunggu gue di Hilarious" tanya Sid saat mereka sampai di sebuah coffeeshop. Amel tidak menjawabnya. Sid menghela napas, sambil menatap gadis di depannya. Ada masalah apa" Mantan lo"
Apa gue & terlihat seperti itu" kata Amel akhirnya. Seperti apa" tanya Sid.
Nyari lo cuma di saat gue lagi ada masalah, kata Amel membuat Sid terdiam sesaat.
Sori, kata Sid. Nggak mungkin kan lo nyari gue kalo nggak ada apa-apa"
Amel menggigit bibirnya. Sid tahu benar kebiasaan Amel ini. Kalau dia menggigit bibir, pastilah ada yang disimpannya dalam hati.
Sid, apa & kita boleh mulai dari awal lagi" tanya Amel kemudian.
Hah" sahut Sid spontan. Sid yakin tadi dia salah dengar. Apa lo mau ngasih gue kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki kesalahan gue dulu" tanya Amel lagi. Sid menatapnya tanpa berkedip. Saat Sid tak kunjung menjawab, Amel tertawa gugup. Aduh! Maaf, Sid, gue nanya yang nggak-nggak. Pasti lo nggak mau kan, ya" Maaf.
Bukan gitu, kata Sid, yang sudah sadar dari kekagetannya. Cuma & .
Ah, lo udah punya cewek ya" tanya Amel lagi.
Bukan, gue nggak punya, jawab Sid membuat Amel menghela napas lega. Tapi detik berikutnya dia kembali gugup.
Atau & lo udah nggak suka sama gue" tanya Amel lagi. Sid menatapnya sebentar.
Gue & . Lo tau, alasan gue beraniin nanya ini sama lo karena lo masih pake jepit dari gue, kata Amel memotong kata-kata Sid. Jadi, gue pikir gue masih punya kesempatan. Tapi, gue salah ya"
t . c Sid terdiam, bingung mau menjawab apa. Amel menatapnya sebentar, lalu tersenyum.
Sid, udah nggak usah dipikirin. Maaf ya, gue udah bikin lo nggak nyaman, kata Amel lagi. Walaupun ditolak, gue nggak nyesel kok bisa terus terang sama lo. Malah kalo gue simpen terus dalam hati, gue bakal nyesel.
Sid menatap Amel yang berusaha tegar. Amel tersenyum lagi dan bangkit.
Sid, jangan benci sama gue ya, katanya sambil mengulurkan tangan. Kalo temenan boleh, kan"
Sid menatap tangan itu, lalu bangkit dan menjabatnya ragu. Amel tersenyum lagi, berbalik dan berjalan menjauh. Sid memerhatikannya. Melihatnya seperti sekarang ini mengingatkannya pada kejadian beberapa tahun lalu, di mana Amel berbalik dan tidak ada yang Sid lakukan untuk mencegahnya pergi ke pelukan kakak kelasnya. Saat itu, Sid masih sangat bodoh untuk melakukan apa pun.
Sebelum sempat disadarinya, Sid melangkah dan meraih tangan Amel, lalu menariknya keluar coffeeshop. Amel mengikutinya bingung sampai akhirnya Sid melepaskannya.
Mel, kata Sid sambil berbalik dan menatapnya serius. Ayo kita mulai dari awal lagi.
Amel menatap Sid tak percaya. Dia membekap mulutnya, mencoba menahan air mata yang sudah mengalir ke pipi. Sid tersenyum menatapnya, lalu mengacak rambutnya pelan.
Sid tidak tahu apa yang dilakukannya benar atau tidak, tapi Sid tidak mau menyesal seperti dulu lagi.
^ _ ^ Julia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul dua belas kurang lima menit. Malam itu, tinggal Julia sendirian yang
t . c ada di Hilarious. Aida sudah pulang saat mengetahui tidak ada yang bisa dia lakukan lagi.
Julia menatap jari telunjuknya yang masih dipita, lalu teringat pada kata-kata Aida tadi sore.
Cewek yang tadi itu & namanya Amel. Dia cewek yang disukai Sid dari SMP. Dulu, cewek itu nolak nerusin ke Athens karena dia mau sekolah di SMA yang sama dengan kakak kelas yang dia suka. Dia nolak Sid karena kakak kelasnya itu & .
Julia sama sekali tidak tahu soal itu semua. Dan mendengarkannya lebih lanjut, membuat hati Julia lebih sakit.
Beberapa hari yang lalu, cewek itu dateng dan bilang ke Sid kalo dia diputusin sama kakak kelasnya itu. Dan kayaknya dia nyesel dulu nggak milih Sid. Jules, jepit yang selalu dipake Sid itu & dari dia.
Jadi itu sebabnya Sid marah besar saat Julia mau mengambil jepit itu. Sid mungkin masih belum bisa melupakan Amel. Tidak, Sid memang belum bisa melupakan Amel. Itulah mengapa tempo hari Sid lupa menjemput Julia dan tadi dia langsung mengejar Amel.
Julia melirik lagi jam dinding yang menunjukkan pukul dua belas kurang satu menit.
Sid, gue tunggu lo satu menit lagi, gumam Julia. Kalo satu menit lagi lo nggak dateng & .
Julia menatap pintu Hilarious, sementara waktu terus berjalan. Julia melirik jam dinding. Lima detik lagi & Empat detik lagi & Tapi di depan Hilarious masih sepi. Tak ada satu pun tanda-tanda kedatangan Sid.
Jam dinding kemudian berbunyi, tanda bahwa sudah tengah malam.
Julia menatap pintu yang masih tertutup, kemudian menatap jari telunjuknya. Dia menggigit bibirnya ragu, lalu akhirnya melepaskan ikatan pita di telunjuknya itu.
t . c Julia meletakkan kepalanya di atas meja sambil memandang pita yang ada di tangannya sampai jatuh tertidur dengan setetes air mata mengalir ke meja.
^ _ ^ t . c separate ways Sid, gue geli liat cengiran lo, kata Lando setelah sekian lama merasakan cengiran Sid di sebelahnya. Lo pindah ke depan sana.
Ah, Lando & , kata Sid genit sambil mencolek pinggang Lando. Lando melotot buas, lalu dengan segera mengambil tasnya dan pindah ke sebelah Rama. Cokie terpaksa menggantikan Lando duduk di sebelah Sid.
Sid, lo kenapa sih" Jangankan Lando, kalo begini caranya gue juga takut! seru Cokie ketika Sid tidak juga menutup mulutnya. Cokie mencibir. Awas gigi lo kering, ntar malah nggak bisa nutup beneran lagi.
Aida menatap cemas Sid dari belakang. Melihat kebahagiaan Sid yang seperti ini, ada dua kemungkinan. Dan yang paling mungkin adalah hal yang tidak diinginkan Aida.
Teman-teman, gue ada pengumuman penting, kata Sid akhirnya, setelah tidak tahan untuk tidak bicara. Gue & sekarang & nggak jomblo lagi!!!
Cokie, Rama, dan bahkan Lando, langsung menoleh padanya secepat kilat. Hati Aida langsung mencelos begitu mendengarnya. Sid sekarang menatap mereka sambil cengengesan.
Serius lo, Sid?"" Akhirnya lo nembak dia juga?"" seru Cokie tak percaya.
t . c Bukan gue yang nembak, tapi dia! sahut Sid membuat Cokie, Rama, dan Lando terperangah.
Julia nembak lo?"?" sahut mereka serentak, membuat Sid bingung.
Kok Julia, sih" tanyanya membuat semua ikut bingung. Aida sudah tahu ini yang terjadi. Jadi, dia hanya menatap Sid cemas. Sid lantas nyengir lagi. Gue udah jadian sama Amel!
Untuk beberapa saat Rama, Lando, dan Cokie terdiam, tak menyangka nama itu yang akan keluar. Sepengetahuan mereka bertiga, kemarin Sid sudah berbaikan dengan Julia dan tak ada kabar lagi mengenai Amel.
Woy, kalian kok diem aja sih" Nggak ada kata selamat" tanya Sid menyadarkan mereka bertiga.
Ng & Sid, si Julia udah tau belum" tanya Rama. Emangnya kenapa" tanya Sid bingung. Belum sih, tapi ntar pasti gue kasih tau.
Rama, Cokie, Lando, dan Aida saling pandang, sama-sama menyerah akan ketidakpekaan Sid.
Ngomong-ngomong, anak itu jam segini kok belum dateng, ya" tanya Sid lagi.
Rama, Cokie, Lando, dan Aida juga tidak tahu kenapa Julia belum datang. Sementara itu, bel masuk sekolah sudah berbunyi. Aida menatap bangku kosong di sebelahnya cemas, mengingat kemarin Julia tidak banyak berbicara saat diberitahu tentang Amel.
^ _ ^ Wah, wah, saya tidak menyangka akan bertemu kamu lagi di sini, kata Gozali begitu melihat wajah Julia. Julia hanya nyengir lemah.
Saya & telat bangun, Pak, kata Julia.
t . c Wah, jujur sekali. Biasanya, ada cerita nolong nenek-nenek, kata Gozali. Tidak biasanya.
Julia hanya diam menyambut candaan Gozali. Gozali menatap anak itu ingin tahu karena benar-benar tidak biasanya Julia jadi pendiam seperti ini. Gozali berdehem, lalu mendekati anak didiknya itu.
Ada masalah apa" tanya Gozali dengan suara melunak dan senyum simpatik tersungging di wajahnya. Julia menatapnya dengan mata berkedip-kedip.
Pak & , kata Julia pelan sambil melangkah mundur. Saya jadi takut.
Gozali melotot, menyesal setengah mati sudah mencoba menjadi guru yang baik dan perhatian.
Sudahlah, kamu masuk kelas saja sana, kata Gozali sebal. Dan jangan sampai saya lihat kamu di sini lagi.
Julia mengangguk, lalu melangkah gontai menuju kelasnya. Gozali bengong menatapnya.
Hoi! Kamu pikir ini jam istirahat pakai acara jalan santai begitu?" Sana cepat masuk kelas!! sahut Gozali dan Julia segera melesat ke kelasnya.
Gozali menggeleng-geleng, tak habis pikir dengan anak-anak didiknya.
^ _ ^ Guru pelajaran pertama belum datang saat Julia muncul di depan kelas. Rama, Cokie, Lando, dan Aida menatapnya cemas, sementara Sid sudah melambai-lambai riang padanya.
Ke mana aja lo, hari gini baru dateng! sambut Sid saat Julia berjalan ke tempat duduknya. Julia sempat melirik Sid sebentar, lalu duduk di bangkunya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
t . c Julia tidak bisa bilang kalau semalam dia ketiduran di Hilarious dan belum sempat pulang ke rumah.
Jules, lo & oke" tanya Aida cemas. Julia menatapnya, lalu berusaha minta maaf lewat tatapan itu karena dia menjadikan Aida sebagai objek kebohongannya saat menjelaskan kepada orang tuanya kenapa dia tidak pulang ke rumah.
Nggak apa-apa kok, cuma telat bangun, kata Julia. Nah, bener kan kata gue! seru Sid sementara yang lain menatapnya ganas. Oh iya, Jules, ngomong-ngomong, gue ada pengumuman penting nih!
AAAH!!! seru Aida membuat kaget semua orang. Gue & kebelet pipis nih!! Ayo Jules, anterin gue!!
Apaan sih lo, Ai, ganggu aja, kata Sid yang tidak seperti biasa, tidak menganggap Aida malaikat lagi. Jules, ntar pas istirahat, lo boleh makan apa aja, gue yang bayarin!
Kenapa" tanya Julia, padahal tahu pasti jawabannya. Sid cengengesan sebelum menjawab.
Gue & udah punya cewek sekarang! sahut Sid, sementara Cokie, Rama, Lando, dan Aida langsung berkonsentrasi pada reaksi Julia.
Hmm & selamet deh, kata Julia membuat keempat anak itu melongo.
Tuh! Contoh dong Julia, ngasih selamet! sahut Sid lagi, tapi teman-temannya tak peduli. Mereka lebih memilih memperhatikan Julia yang biasa saja, seakan tidak terjadi apa-apa.
Selamat pagi, anak-anak! Sekarang, ayo kumpulkan PR-nya! Sid & .
Iya, Paaaak!!! sahut Sid dengan semangat, membuat Pak Alan dan seisi kelas bengong.
Aida melirik Julia cemas. Dia tahu benar kalau Julia pasti sangat sakit hati mendengar kata-kata Sid tadi.
^ _ ^ t . c Jules, sini, kata Aida sambil menarik Julia ke toilet wanita. Kenapa, Ai" Kita nggak ikutan makan gratis" tanya Julia. Stop deh akting gue-baik-baik-aja lo itu, kata Aida tegas, membuat Julia menatapnya serius. Denger, Jules, gue tau pasti kalo lo sakit hati sama Sid.
Kalo memang iya, terus kenapa" tanya Julia.
Jules, seenggaknya lo bisa bersikap lebih jujur sama dia, kata Aida lagi. Kalo lo memang sakit hati, lo bilang sama dia.
Apa ada bedanya, Ai" tanya Julia lagi. Kalo gue bilang sekarang gue sakit hati, apa dia bakal mutusin cewek itu" Nggak, kan"
Terus apa lo bakal terus kayak gini, suka sama dia dari jauh dan berpura-pura nggak kenapa-napa" Apa nggak sakit, Jules" tanya Aida.
Julia terdiam sesaat, lalu melirik jari telunjuknya yang masih diperban.
Lo liat tampang bahagia dia kan, Ai" tanya Julia. Kalo gue bilang gue suka sama dia pun, dia nggak bakal peduli. Jadi & .
Jadi kesimpulannya, lo takut untuk nyatain perasaan lo" kata Aida. Lo tau, Jules, yang duluan nembak itu Amel, bukan Sid! Jadi, di sini jelas kalo lo kurang jujur sama perasaan lo sendiri!
Kalo gue nembak Sid sebelum Amel, apa itu ngaruh, Ai" Lo tau sendiri dia nggak nganggep gue lebih dari temen! Yang ada dia bakal ngetawain gue! sahut Julia. Ai, selama dia nggak suka sama gue, gue juga nggak bisa berbuat apa-apa.
Aida terdiam, lalu menggigit bibirnya, mau menangis. Entah kenapa dia sangat kesal dengan masalah ini. Aida tahu apa yang dikatakan Julia memang benar, tapi tetap tidak bisa menerima kalau Julia harus sakit sendirian.
Ai, lo tau & kenapa selama ini gue nggak pernah kepikiran buat nyatain perasaan gue atau apa pun itu" Itu karena gue pikir di antara gue sama dia udah ada semacam kesepahaman, kata Julia
t . c membuat Aida menatapnya. Gue pikir, karena udah sama-sama suka, jadi nggak perlu ada kata-kata lagi. Tapi ternyata gue salah. Gue kegeeran sendiri.
Love United, High School Paradise, Nd2 Half Karya Orizuka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Si Sid bego itu & emang& , kata Aida sambil menggigit bibirnya lebih keras. Julia merangkul sahabatnya itu, lalu memeluknya.
Ai, makasih ya, udah mikirin gue, kata Julia, sementara Aida sudah terisak. Kok malah jadi gue sih yang ngehibur lo. Harusnya lo, dong!
Julia menjitak kepala Aida pelan. Aida terkekeh, lalu menghapus air matanya. Aida benar-benar kagum dengan ketegaran Julia. Julia hampir-hampir tidak terlihat kecewa, marah, sedih, atau apa pun itu. Walaupun begitu, Aida tahu persis bagaimana perasaan Julia. Dan sangat menyakitkan bagi Aida untuk mengetahuinya.
^ _ ^ Jules, bawain cola satu pitcher dong! sahut Sid dari meja tempat anak-anak biasa berkumpul di Hilarious.
Oke, balas Julia dari meja bar. Rama, Cokie, Lando, dan Aida menatapnya yang tidak seperti biasa, begitu menurut.
Tak berapa lama Julia datang membawa pesanan Sid. Sid menatapnya gembira.
Wah, service hari ini kok bagus banget" tanya Sid. Julia hanya tersenyum simpul dan kembali lagi ke balik meja bar. Sid memerhatikan Julia yang tampak sedikit aneh, lalu mengedikkan bahunya.
Besok kita ada ulangan fisika ya" Belajar deh, kata Rama mencoba menetralkan suasana. Cokie, Lando, dan Aida bereaksi dengan mengeluarkan buku fisika masing-masing.
Eh sebelumnya, kita cheers dulu dong buat gue! sahut Sid tiba-tiba, membuat teman-temannya menatapnya. Jules, lo ikutan sini juga! Kita cheers!
t . c Buat apa" tanya Lando.
Ya ampun, ya buat hubungan baru gue dong! sahut Sid. Ini kan pacaran pertama buat gue, masa kalian nggak ikutan seneng" Ayo, Jules, buruan!
Julia menghampiri mereka. Yang lain menatapnya ragu. Sid kemudian menyerahkan gelas ke mereka semua.
Cheers buat Sid yang udah nggak jomblo lagi! sahut Sid sambil menubrukkan gelasnya pada gelas semua orang, lalu meminum isinya. Sementara itu, Julia juga meminum isinya, sementara Cokie, Lando, Rama, dan Aida hanya diam.
Jules, lo juga cari cowok dong, masa jomblo mulu, kata Sid dengan gaya sok Don Juan. Eh tapi, emangnya ada ya cowok yang mau sama lo"
Sid tertawa terbahak, tapi tak ada satu pun dari mereka yang ikut tertawa. Sid menghentikan tawanya, lalu mendengus sebal.
Kalian kenapa, sih" Hari ini pada nggak nyenengin banget, kata Sid. Tiba-tiba Aida menggebrak meja, mengagetkan semua orang.
Sid, lo kayak anak kecil banget sih! Baru pacaran sekali aja udah sok, kata Aida emosi. Semua orang melongo menatapnya.
Ai, lo & nakutin, kata Sid. Kenapa sih, Ai" Oh gue tau deh, pasti lagi PMS kan"
Udah, udah, Ai, kata Julia begitu Aida mau membalas katakata Sid. Kalian lanjutin belajar aja deh, gue mau kerja lagi.
Julia buru-buru kembali ke meja bar, mengambil seplastik sampah, lalu berjalan keluar untuk membuangnya. Julia tahu ada beberapa pasang mata yang memerhatikannya, hanya dia mencoba untuk tidak peduli. Begitu Julia menghilang, Aida langsung menatap sengit Sid. Sid balas menatapnya bingung.
Udahlah, kata Lando pada Aida. Aida menatapnya sebentar, lalu menghela napas.
t . c Perasaan gue cuma bercanda kayak biasa deh, kata Sid, benarbenar bingung pada kelakuan teman-temannya akhir-akhir ini.
Tak lama kemudian, muncul seseorang dari balik pintu. Aida dan Rama yang pertama melihatnya, tidak bisa bereaksi selain bengong. Sid menangkap kebengongan itu, lalu dia menoleh dan mendapati Amel di sana. Sid langsung bangkit.
Mel, sini! kata Sid sementara Amel menghampirinya. Halo, kata Amel ramah yang dibalas anggukan seadanya. Ayo duduk, kata Sid membuat yang lain saling pandang. Begitu Amel hendak duduk di sebelah Lando, Lara muncul.
Lho, setau gue nggak boleh ada cewek deh yang duduk di sini, katanya sambil mengangkat gelas kotor. Ya kan, Sid"
Ya ampun, Ra, masa iya dia disuruh berdiri" tanya Sid sambil nyengir. Lagian, Aida boleh kok.
Aida kan bukan pacar salah satu di antara kalian, kata Lara lagi. Gue sama pacarnya Cokie aja nggak boleh duduk di sini.
Sid menatap kesal, lalu menoleh ke arah Amel yang serba salah. Dia melemparkan pandangan ke arah teman-temannya yang balas menatapnya seolah menyuruhnya berpikir sendiri. Dulu Sid pernah melarang Cokie untuk membawa pacar-pacarnya ke meja ini.
Ya udah, Mel, kita cari tempat lain aja, kata Sid sambil mengambil ranselnya. Kayak orang susah aja. Ayo.
Sid segera berjalan keluar, sementara Amel mengikutinya dengan wajah ragu.
Sid & nggak apa-apa" Kamu nggak marah sama mereka, kan" tanya Amel. Sid naik ke atas motornya dan memakai helmnya.
Nggak apa-apa. Lagian dari kemarin mereka emang aneh kok, kata Sid sambil menyerahkan helm pada Amel. Ayo naik.
Amel menggigit bibirnya, lalu naik ke atas motor. Sementara itu, Julia yang akan kembali ke Hilarious, tak sengaja melihat mereka. Julia berlindung di balik tembok, lalu menghela napas. ^ _ ^
t . c Jules, ntar pulangnya gue anter, ya, kata Rama ketika Julia sedang mengelap gelas dengan mata menerawang. Julia tidak kunjung menjawab. Jules"
Hah" Oh, apa, Ram" tanya Julia linglung. Rama menghela napas, lalu melirik Lara yang balas menatapnya khawatir.
Gue tadi bilang, ntar gue yang anter lo pulang, kata Rama lagi. Gue nggak bisa biarin lo pulang sendirian.
Oh, nggak usah, kata Julia cepat-cepat. Kemarin-kemarin gue juga pulang sendiri, nggak apa-apa kok.
Tapi bahaya, Jules, pulang sendirian. Atau gini aja deh, biar Lara sama gue yang nutup Hilarious. Lo pulang duluan aja. Oke" kata Rama lagi.
Beneran, Ram, gue nggak apa-apa. Gue nggak enak sama yang lain. Udah gue yang kerja, dianterin pulang lagi. Udah nggak apaapa, kata Julia mencoba untuk meyakinkan Rama. Baru ketika Rama akan menjawab, pintu Hilarious terbuka. Sid muncul dari sana dengan tampang gembira.
Hoi! serunya sambil duduk di meja bar. Lagi pada ngomongin apa nih, kok mukanya serius-serius amat"
Rama dan Lara saling pandang sesaat, sementara Julia kembali sibuk mengelap gelas. Rama menghela napas.
Lo anterin Julia pulang, ya, kata Rama.
That s why I m here, kata Sid. Biasanya juga gue yang nganterin Julia pulang.
Rama menghela napas lagi, lalu melirik Julia yang tampak pura-pura sibuk. Kalo gitu, gue sama Lara balik duluan ya, Jules, katanya, yang dibalas anggukan Julia. Ayo, Ra.
Rama menepuk bahu Sid, lalu berjalan keluar Hilarious. Lara mengikuti Rama sambil menatap Julia cemas. Sid menatap mereka bingung.
Eh Jules, akhir-akhir ini lo ngerasa orang-orang pada aneh nggak sih" tanya Sid setelah Rama dan Lara tidak tampak lagi. Julia
t . c menatap Sid sebentar, lalu mengedikkan bahu. Sid menatapnya tak percaya. Bahkan, lo juga ikutan aneh!
Julia meneruskan mengelap meja tanpa menanggapi Sid, sementara Sid memerhatikannya.
Lo kenapa sih, Jules" Ada masalah" tanya Sid membuat Julia berhenti mengelap. Julia menatap Sid.
Sid, mulai sekarang lo nggak usah nganter gue pulang lagi, katanya.
Kenapa" tanya Sid sambil mengambil sepotong kue dari toples.
Yah, lo kan udah punya cewek, kata Julia.
Emang hubungannya apaan" tanya Sid lagi, membuat Julia menatapnya kesal.
Lo nggak mikir ya kalo gue juga cewek" tanya Julia sambil menahan emosi. Kalo cewek lo jealous gimana"
Sid berhenti mengunyah untuk sesaat, lalu tertawa. Jules, Amel nggak bakal jealous sama lo! katanya geli. Adaada aja lo.
Julia menggigit bibirnya, takut tangisnya tumpah di depan Sid. Sid tampak tidak sadar, sekarang dia sedang mengambil kue untuk kedua kalinya.
Pokoknya, kata Julia dengan suara bergetar. Lo nggak usah nganterin gue pulang lagi.
Berisik lo, Jules. Udah cepetan ngelapnya, udah malem nih. Ntar bonyok lo marah, lagi, kata Sid santai sambil melahap kue.
Gue nggak mau lo nganter pulang lagi!! sahut Julia membuat Sid terkejut dan hampir tersedak. Sid menatap Julia heran.
Kalo bukan gue yang nganter pulang, terus siapa" tanya Sid sabar.
Gue bisa pulang sendiri, kata Julia membuat Sid terkekeh. Kemarin-kemarin juga gue pulang sendiri, lo nggak inget"
t . c Sid terdiam, lalu menatap Julia serius. Beberapa detik setelahnya, dia menghela napas.
Oh, jadi itu masalahnya. Lo marah karena kemarin-kemarin gue sempet lupa nganter lo pulang" kata Sid. Oke, gue minta maaf deh, Jules. Gue janji, nggak bakal lupa lagi & .
Nggak perlu, potong Julia. Mulai sekarang, lo nggak usah nganter gue pulang lagi.
Lo ngotot banget sih, Jules" kata Sid, mulai kesal. Udah deh, nggak usah pake acara ngambek-ngambekan segala. Lagian, gue bertanggung jawab atas lo karena gue yang bawa lo kemari. Ntar kalo ada apa-apa sama lo pasti gue yang kena marah.
Julia menatap Sid tak percaya. Julia merasa bodoh karena selama ini mengira Sid mengantarnya pulang karena dia memang mau mengantarnya pulang, bukan karena hal-hal semacam tanggung jawab seperti ini.
Gue & gue berterima kasih karena lo udah ngenalin gue sama tempat ini. Tapi mulai sekarang gue mau mencoba mandiri. Gue nggak mau lagi bergantung sama lo, kata Julia sambil menatap Sid serius.
Jules, jangan sok sinetron deh, kata Sid lelah. Udah buruan ganti baju sana.
Sid, gue serius, kata Julia tegas. Sid menatapnya lama. Oh oke, terserahlah, kata Sid sambil bangkit. Gue juga udah capek dari kemarin diginiin terus sama kalian semua. Gue salah apaan juga gue nggak tau.
Sid berjalan ke pintu, sementara Julia terdiam di balik meja bar. Sebelum sampai ke pintu, Sid menoleh, tetapi Julia menolak untuk menatapnya balik. Sid menghela napas, lalu keluar.
Air mata Julia mulai menetes setelah deruman motor Sid tidak terdengar lagi. Julia merasa bodoh karena sudah dengan sengaja menjauhkan diri dari Sid. Tapi Julia juga tidak tahu bagaimana harus bersikap dengan Sid kalau Sid masih ada di sekitarnya. Julia
t . c tidak tahu mana yang lebih sakit, berada di dekat Sid atau jauh darinya.
Julia melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan waktu sebelas malam. Julia cepat-cepat menyeka air matanya, lalu ganti baju. Setelah itu, dia mematikan semua lampu, lalu mengunci pintu. Saat dia berbalik, dia melihat sebuah taksi parkir di depan Hilarious.
Ketika Julia akan berjalan, jendela taksi itu terbuka. Neng, tadi ada mas-mas yang udah mesen taksi saya, kata sopir taksi itu membuat Julia berhenti. Dia juga udah bayar saya.
Julia terdiam sesaat. Pasti Sid yang melakukannya. Julia tampak berpikir sebentar, lalu mendekati taksi itu.
Nggak usah, Pak. Bapak jalan aja, kata Julia.
Setelah bimbang sesaat, sopir taksi itu mengangguk, lalu membawa taksinya menghilang di belokan. Julia menghela napas, lalu meneruskan perjalanannya.
^ _ ^ Sid melemparkan tubuhnya ke ranjang, lalu berusaha memejamkan mata. Yang pertama muncul di depannya adalah Julia. Dahi Sid mengernyit, lalu terduduk.
Kenapa lagi cewek itu, gumamnya sambil memijat dahinya. Tiba-tiba ngambek nggak jelas.
Sid kemudian memikirkan teman-temannya yang akhirakhir ini juga bersikap aneh. Dia menggaruk-garuk kepalanya frustrasi, benar-benar tak tahu apa yang terjadi. Kalau mereka mau mengerjainya, dia bahkan belum akan berulang tahun.
Sid tiba-tiba seperti mendapatkan pencerahan. Dia buru-buru melihat kalender. Setelahnya, dia terkekeh sendiri.
^ _ ^ t . c another love story Lo kenapa lagi" tanya Lando setengah jijik karena sepagian ini Sid cengar-cengir di sebelahnya. Sid menatapnya penuh arti, dan terkikik sendiri. Lando menatapnya datar, lalu bangkit untuk menghampiri Cokie. Cok, kita tukeran lagi. Sampe kita lulus.
Cokie tertawa garing pada Lando, lalu pindah tempat duduk ke sebelah Sid yang masih tersenyum-senyum simpul. Cokie, Lando, dan Rama saling pandang bingung. Aida di belakang juga melakukan hal yang sama.
Kalian emang bener-bener teman yang baik, kata Sid, lalu terkikik lagi. Gue jadi terharu.
Lo ngomong apaan, sih" tanya Lando tak habis pikir. Ah, kalian. Pokoknya gue udah tau deh strategi kalian, kata Sid lagi membuat semuanya saling tatap bingung.
Lo baik-baik aja, Sid" tanya Cokie sambil memegang dahi Sid, siapa tahu panas. Lo habis menghirup gas tawa"
Apa gas gila" sambung Lando, yang sudah pada taraf terganggu dengan cengiran Sid.
Sid terkikik lagi, sampai akhirnya Julia datang. Sid menatap Julia dengan senyumannya, sementara Julia balas menatapnya bingung. Julia memutuskan untuk tidak memedulikan, lalu duduk di bangkunya. Sid berbalik dan menatap Julia penuh arti.
t . c Ini pasti rencana lo deh, katanya membuat Julia mengernyit. Julia menatap yang lain, yang sama-sama bingung.
Apa maksud lo" tanya Julia.
Yah, gue pura-pura nggak tau aja deh, kata Sid pura-pura tersipu, lalu melangkah keluar untuk ke toilet. Julia menatap yang lain heran.
Kita pikir lo tau, kata Cokie sambil mengedikkan bahu. Ngomong-ngomong, kemarin lo dianter sama dia, kan" tanya Rama. Julia ragu sebentar, lalu mengangguk.
Baru ketika Rama akan bertanya lagi, Pak Ono sudah masuk ke dalam kelas dan menyuruh semua anak untuk diam.
^ _ ^ Setelah seharian didera cengiran Sid, akhirnya kelas berakhir juga. Lando cepat-cepat membereskan bukunya, tak mau berada sedetik pun lebih lama dengan Sid.
Eh, ntar gue nggak ke Hilarious ya, murid gue besok ulangan matematika. Gobloknya nggak ketolongan, kata Lando pada Rama.
Awas jangan keasyikan nyiksa dia, besok kita juga ada ulangan matematika, kata Rama sambil nyengir.
Lando mengacungkan jempolnya dan segera melesat keluar kelas. Aida menatapnya sambil menghela napas. Sebenarnya, tadi dia agak kecewa karena Lando pindah tempat duduk. Aida jadi tidak bisa bebas menatap punggung Lando lagi.
Ai, gue duluan ya, kata Julia. Aida mengangguk. Kelas sudah sepi saat Aida selesai membereskan bukunya. Ketika Aida mau bangkit, Aida melihat sesuatu di kolong meja Lando yang sudah ditempati Cokie. Aida mengernyit, lalu mengambil benda yang ternyata sebuah buku.
t . c Mata Aida membesar saat membaca judul buku itu. Buku itu adalah buku cetak matematika. Aida membuka halaman pertama dan nama Lando tertera di sana. Aida bingung sesaat karena besok ulangan dan Lando pasti membutuhkan buku ini.
Aida mengeluarkan ponselnya, bermaksud menelepon Rama karena Lando tidak punya ponsel. Tapi beberapa detik kemudian, dia mendapat ide lain. Aida segera mengeluarkan sebuah buku dari tas, lalu membacanya.
Aida merasa tangannya dingin dan jantungnya berdetak cepat.
^ _ ^ Lando berjalan gontai ke rumah kecilnya dan membuka pintu. Badannya sangat lelah setelah sekian lama mengajar anak muridnya yang bebal. Lando bergerak menuju dapur, melangkahi ayahnya yang tergeletak sembarangan di tengah jalan. Lando mengambil gelas yang ada di meja, lalu menuangkan air dan meminumnya.
Lando melirik ayahnya yang tampak menyedihkan, tapi tidak seperti biasa, tidak ada aroma-aroma minuman keras di rumahnya. Heran, Lando mendekati ayahnya dan memeriksa seluruh ruangan. Tapi dia tidak menemukan satu buah botol pun di sana.
Kenapa lagi" tanya Lando, yang baru sadar kalau ayahnya ternyata tidak tidur maupun pingsan.
Lan, bagi duit & , kata ayahnya serak. Ayah nggak punya duit buat beli minuman & .
Hah, dengus Lando melepas ransel dan melemparnya sembarangan. Kenapa Ayah pikir saya mau ngasih duit buat beli begituan" Buat makan aja susah.
Ayah Lando merangkak, tampak seperti kura-kura, menuju sofa tempat Lando sekarang duduk. Ayahnya duduk di sebelahnya. Lan, Ayah janji akan bayar kamu & .
t . c Bayar pake apa" tanya Lando sinis sambil membuka koran bagian lowongan pekerjaan. Kerja aja nggak bisa.
Lan, tenggorokan Ayah seret nih & .
Minum air aja, kata Lando tak peduli. Minum yang banyak dari ledeng tuh, mumpung belum diputus.
Ayahnya menatap Lando sebal, sementara Lando mengambil stabilo dan mewarnai suatu bagian. Setelah itu, Lando bangkit dan melemparkan koran itu ke pangkuan ayahnya.
Besok pergi ke tempat itu, perintah Lando sementara ayahnya membaca yang distabilo Lando. Sekedar nyapu sama ngepel bisa, kan"
Ayahnya menatap lowongan pekerjaan menjadi cleaning service di sebuah perusahaan, lalu beralih menatap Lando yang sedang memilih panci di dapur.
Kalo nggak ada kerjaan, bisa kan nyuci panci" kata Lando kesal setelah tak menemukan panci bersih.
Mau masak apa" tanya ayahnya, memilih tak menjawab pertanyaan Lando.
Masak steak sama spageti, kata Lando sinis sambil mengisi panci dengan air, lalu meletakkannya di atas kompor. Wah, asyik, kata ayahnya membuat Lando melongo. Yah, yang tadi itu ironi, kata Lando lagi. Ayah tau, balas ayahnya sambil menatap koran lagi. Lando menghela napas, lalu menatap ayahnya yang tampak serius membaca koran. Sudah lama Lando tidak melihat ayahnya yang sadar dengan akal sehat seperti ini. Biasanya dia selalu tergeletak dengan bau minuman keras. Diajak bicara pun kadang tidak bisa. Lando menganggap ini sebagai mukjizat dan bermaksud mencatat hari ini sebagai hari bersejarah.
Baru ketika Lando akan memasukkan mie instan ke dalam panci, pintu rumahnya diketuk. Bingung karena tidak pernah ada
t . c tamu yang datang ke rumah mereka, Lando menatap ayahnya sengit.
Yah, Ayah ngutang sama siapa lagi" tanya Lando kesal. Ayahnya menatap Lando bingung.
Nggak ada. Kamu tau sendiri nggak ada orang yang mau diutangin lagi sama Ayah, kata ayahnya membuat Lando berpikir memang ada benarnya. Teman-teman penjudinya saja sudah malas berurusan lagi.
Pintu diketuk lagi. Lando berdecak, lalu berjalan menuju pintu. Kalau ayahnya berbohong, Lando sudah terbiasa dengan para debt collector. Lando membuka pintu dan tampak wajah Aida di depannya.
Lando terdiam sebentar, lalu segera menutup pintunya. Lando memijat dahinya, merasa terlalu lelah sampai berhalusinasi. Setelah mengambil napas, Lando membuka pintunya lagi. Aida masih ada di sana.
Lando menatap Aida tak percaya, sementara Aida masih terkejut karena tadi pintu dibanting tepat di depan mukanya sebelum dia sempat bicara.
Hai, kata Aida setelah beberapa saat. Lando masih membeku sampai akhirnya mengangguk kaku.
Ada & apa" tanya Lando kemudian. Aida tampak salah tingkah, lalu mengeluarkan sebuah buku dari tasnya dan menyerahkan pada Lando yang bingung.
Buku matematika lo ketinggalan di kelas, kata Aida. Besok kan ulangan, gue takut lo nggak bisa belajar.
Oh, kata Lando yang sama sekali tidak sadar kalo buku matematikanya tidak ada di tas. Makasih. Tapi lo nggak perlu repot-repot ke sini. Lo bisa taro aja di Hilarious.
Nggak apa-apa, gue juga nggak ada kerjaan kok, kata Aida. Setelah itu, mereka sama-sama terdiam untuk sesaat. Lo & tau dari mana rumah gue" tanya Lando akhirnya.
t . c Dari buku data murid, jawab Aida malu-malu, merasa sudah menyalahgunakan kedudukannya sebagai sekretaris. Nggak apaapa, kan"
Harusnya gue yang tanya begitu, kata Lando membuat Aida mengernyit bingung.
Kenapa" tanya Aida polos.
Ketika Lando baru akan menjawab, terdengar teriakan dari dalam rumahnya. Aida berusaha mengintip ke dalam, tapi Lando segera menghalangi pandangannya.
Lan!! Airnya ngeluap tuh!!! seru ayahnya dari dalam, membuat Lando kesal. Aida menatapnya ingin tahu, tapi Lando tidak berniat untuk memberitahunya apa pun tentang kehidupannya yang menyedihkan.
Ayah lo" tanya Aida.
Lo ke sini naik apaan" tanya Lando sambil buru-buru menutup pintu rumahnya. Gue anterin pulang.
Eh, tapi & . Lan! seru ayah Lando yang mendadak muncul dari balik pintu. Lando menatapnya sengit, sementara Aida sudah terlanjur melihat ayahnya. Aida mengangguk sopan padanya.
Sore, Om, kata Aida membuat ayah Lando segera berlindung di balik pintu karena hanya memakai celana pendek.
Siapa, Lan" tanyanya dengan mata melekat pada Aida. Cewek kamu"
Bukan, sahut Lando cepat, membuat senyum malu-malu Aida hilang. Temen sekelas. Udah mau pulang. Ayo.
Aida menatap Lando ragu, sementara Lando sudah bergerak menuju pagar.
Lan, kamu nggak sopan banget sih. Tamunya diajak masuk dulu dong, kata ayah Lando yang ternyata sudah kepincut dengan Aida. Lando sekarang berbalik dan menatap ayahnya tak percaya.
t . c Hah?" Kenapa dia harus masuk ke rumah kita" kata Lando yang tak habis pikir dengan ayahnya. Lando benar-benar tidak ingin Aida masuk ke rumahnya yang super berantakan, tapi ternyata Aida salah paham. Lando melihat gelagat itu, lalu segera salah tingkah. Eh, bukan itu maksud gue, tapi rumah gue berantakan & .
Ayo, silakan masuk, kata ayah Lando ramah, dan sebelum Lando sempat melarang, Aida sudah dengan riang gembira masuk ke dalam. Lando melongo, lalu segera menyusulnya.
Ayah Lando segera melesat ke kamar untuk berganti pakaian yang lebih pantas, sementara Aida ditinggal di ruang tamu yang tidak bisa dibedakan dengan TPA. Aida menatap ruangan itu takjub. Lando menghela napas, lalu melakukan apa yang dia bisa untuk membuat ruangan itu sedikit lebih layak huni, seperti menendang baju-baju kotor ayahnya ke kolong meja.
Kalo mau pulang, gue anter, kata Lando yang maklum dengan ekspresi Aida. Nggak usah maksain diri.
Aida menggeleng sambil tersenyum. Dia bergerak ke arah sofa, bermaksud untuk duduk. Lando segera mencegahnya, lalu meletakkan koran terlebih dahulu untuk diduduki Aida. Aida menatapnya bingung.
Lo nggak mau tau, kata Lando serius. Aida masih bingung, tapi dia tetap duduk di atas koran itu sambil menatap sekeliling. Lando menatapnya dengan dahi berdenyut. Menatap Aida duduk di sofa di tengah-tengah ruangan ini, sama seperti melihat bunga yang tumbuh di antara sampah. Dan Lando pusing dengan kemungkinan itu.
Aida menatap Lando yang tampak serius berpikir, lalu matanya terpaku pada air yang meluap di panci di atas kompor.
Lan! Pancinya! seru Aida kaget, membuat Lando cepat-cepat bergerak untuk mematikan api. Lando menyumpahi ayahnya yang tidak cukup pintar hanya untuk mengangkat panci dari kompor atau mematikan apinya.
t . c Ketika Lando sedang mengangkat panci, ayahnya muncul dari kamar dengan setelan kemeja rapi. Panci yang dipegang Lando langsung jatuh. Lando menganga parah menatap ayahnya yang bahkan meminyaki dan menyisir rambutnya.
Halo, saya ayahnya Lando, kata ayah Lando sambil mengulurkan tangan. Aida langsung berdiri dan menyambut tangan itu.
Saya Aida, Om, teman sekelas Lando, kata Aida sambil tersenyum manis.
Ayah Lando balas tersenyum, bahkan matanya sampai berkacakaca, tak menyangka anaknya bisa kenal dengan gadis secantik Aida. Lando tahu-tahu melepas tangan Aida dari tangan ayahnya.
Ayo pulang, kata Lando datar, sambil menarik Aida, bermaksud untuk mencegah Aida terperosok lebih jauh ke kehidupannya.
Ayo, silakan duduk dulu, kata ayah Lando membuat Lando melongo untuk kesekian kalinya. Aida malah menyambut baik ajakan itu dan kembali duduk di sofa dengan ceria. Lando memang begitu, anaknya kurang bisa bergaul & .
Aida mengangguk-angguk, sementara Lando merasa denyut di dahinya semakin menyakitkan. Lando benar-benar tidak tahu apa yang membuat ayahnya berubah seratus delapan puluh derajat seperti ini.
Lan, jangan bengong aja. Sediain minum, dong, kata ayahnya lagi membuat Lando habis kesabaran.
Minum apa, air ledeng?" seru Lando membuat ayahnya terkekeh gugup.
Maaf ya, Aida, keluarga kami memang sedang kesulitan ekonomi & , kata ayah Lando membuat Aida mengangguk lagi.
Sekarang jadi keluarga, ya, gumam Lando sebal. Lagian, kapan ekonomi kita nggak sulit"
Nggak apa-apa kok, Om, kata Aida menyadarkan Lando kalau tidak seharusnya Aida ada di sini.
t . c Ai, lo harus bener-bener pulang, kata Lando serius. Kapan Ayah mengajari kamu tidak sopan begitu pada tamu" tanya ayahnya.
Kapan Ayah mengajari apa pun sama saya" balas Lando sengit, membuat Aida menatapnya khawatir. Ayo.
Lando meraih tangan Aida, lalu menariknya. Baru ketika Aida akan melangkah, kakinya menginjak botol minuman berenergi dan terpeleset sampai jatuh. Baik Aida, Lando, maupun ayahnya, samasama bengong untuk beberapa saat.
Saya udah bilang kan kalo habis minum langsung dibuang!! seru Lando naik pitam.
Itu kan kamu yang minum! seru ayahnya tak mau kalah. Aida menatap Lando dan ayahnya bingung, lalu tanpa disadari oleh mereka, Aida sudah merangkak menjauh. Lando dan ayahnya masih adu mulut sampai Aida menyerahkan sapu ke tangan Lando dan kemoceng ke tangan ayahnya. Lando dan ayahnya mendadak terdiam sambil menatap barang-barang di tangan mereka, lalu menatap Aida yang balas menatap mereka sambil nyengir.
Ayo kita beresin, kata Aida sambil melepaskan tasnya dan menaikkan lengan bajunya. Lando bengong sesaat, lalu menahan Aida saat dia hendak membereskan koran.
Nggak usah. Lo & pulang aja, kata Lando.
Nggak apa-apa, Lan. Ayo, kamu juga bantuin, kata Aida sambil meneruskan mengumpulkan koran-koran yang bertebaran.
Kamu & ?" gumam Lando, yang sadar Aida tidak memanggilnya dengan sebutan lo lagi. Lando menatap Aida yang sekarang sudah bekerja bakti dengan ayahnya. Lando beralih menatap ayahnya yang tiba-tiba jadi bersemangat membereskan rumah.
Sampahnya dikumpulin terus dimasukin plastik besar, kata Aida pada ayah Lando yang langsung menurut. Aida melirik Lando yang masih bengong. Lan, kok bengong" Ayo, kamu juga kumpulin sampahnya.
t . c Lando terdiam beberapa saat, lalu tanpa disadarinya, badannya sudah bergerak sendiri mengumpulkan sampah. Sama seperti ayahnya, Lando juga sudah terkena sihir Aida.
^ _ ^ Dua jam telah berakhir semenjak Aida mengajak Lando dan ayahnya bekerja bakti. Sekarang, rumah itu tampak benar-benar berbeda. Tidak ada lagi sampah, tidak ada lagi piring kotor, dan bahkan tidak ada lagi debu yang menempel di mana pun. Lando tidak ingat lagi apa rumahnya memang seperti ini saat pertama kali mereka menempatinya. Lando melirik ayahnya yang tampak terharu-biru.
Ternyata remote TV nggak ilang & , katanya sambil mengelus remote TV yang tadi ditemukannya di belakang lemari. Lando melirik Aida yang tersenyum menatap ayahnya.
Aida sekarang sedang sibuk di dapur, membuat sesuatu dari bahan-bahan yang dibelinya di supermarket saat Lando dan ayahnya sibuk mengebasi sofa. Lando terduduk lemas di samping ayahnya. Entah apa yang membuat Lando membiarkan Aida bekerja bakti di rumahnya.
Lan, dia & mirip ibumu, ya, kata ayah Lando membuat Lando yang sedang menjambak rambut menoleh padanya. Ayahnya menatap Aida yang sedang sibuk mencicipi kuah sayur di panci. Lando ikut menatap Aida.
Ayahnya benar. Melihat Aida yang sedang memasak mengingatkannya pada ibunya beberapa tahun lalu. Dulu, Lando selalu melihat sosok ibunya sedang memasak dan tersenyum padanya. Saat itu, keluarganya masih utuh dan mereka masih bahagia.
Aida yang sadar sedang diperhatikan menatap mereka sambil mengangkat alis.
t . c Hmm" katanya saat mendapatkan tatapan kosong Lando dan tatapan haru ayahnya. Ah, tunggu sebentar ya, Om, Lan. Sebentar lagi mateng kok.
Aida, yang salah menafsirkan pandangan itu buru-buru mengecek sayurnya. Lando menghela napas, merasa berdosa sudah membuat Aida melakukan ini dan itu.
Beberapa saat kemudian, Aida menghampiri mereka sambil membawa semangkuk sayur asem dan beberapa potong tempe dan tahu goreng.
Maaf ya, Om, saya cuma bisa bikin ini, kata Aida malu-malu. Ini juga belum tentu enak.
Nggak apa-apa kok, Ai, kata ayah Lando sambil buru-buru menyendok nasi.
Aida tersenyum, lalu beralih pada Lando yang masih menatapnya kosong.
Lan, kenapa" Ayo makan, kata Aida. Karena Lando tak kunjung bereaksi, Aida mengambilkan nasi ke piring dan menyerahkannya pada Lando. Mau pake lauk apa"
Kalian & kayak pengantin baru, ya, kata ayah Lando penuh haru, sementara Aida tersipu.
Jangan ngomong macem-macem, kata Lando sambil mengambil piring dari tangan Aida. Aida menatapnya sambil tersenyum.
Ayah Lando mengernyit saat Lando menyendokkan sayur ke piringnya.
Lan, bukannya kamu nggak suka sayur" tanya ayahnya heran.
Berisik, kata Lando, tak berani menatap Aida yang sudah tersenyum penuh arti.
Nah, sekarang, ayo kita makan, kata ayah Lando sambil menyendokkan nasi ke mulutnya. Aida menatap ayah Lando khawatir, kalau-kalau masakannya tidak enak.
t . c Gimana, Om" tanya Aida setelah beberapa saat tidak ada reaksi dari ayah Lando.
Aida! Ternyata kamu jago masak!! seru ayah Lando dengan mata berkaca-kaca. Udah lama Om nggak makan makanan seenak ini!
Bener, Om" tanya Aida girang. Syukur deh, saya pikir nggak enak & .
Lando menatap ayahnya sebal, merasa dia terlalu berlebihan. Aida kemudian ganti menatap Lando yang masih belum memakan nasinya. Merasa diperhatikan, Lando akhirnya menyuap sesendok nasi ke mulutnya. Detik berikutnya dia terdiam.
Lan" tanya Aida khawatir. Ternyata & emang nggak enak,
ya" Mendadak Lando bangkit, lalu berderap ke kamar mandi dan membanting pintunya. Aida menatapnya ngeri, lalu menyusul dan mengetuk pintunya.
Lan" Lando" Kamu nggak kenapa-napa" Masakanku nggak enak banget, ya" Maaf! seru Aida panik.
Ayah Lando menatapnya, menghela napas, lalu meneruskan makan.
Biarkan dia, Ai, katanya tenang sambil menyuap sesendok besar nasi. Bukan karena masakan kamu nggak enak. Eh" tanya Aida tak mengerti. Tapi & .
Sudah terlalu lama dia nggak makan masakan rumah, kata ayah Lando. Mungkin & makan masakan kamu membuat dia ingat kenangan-kenangan yang nggak ingin dia ingat.
Aida menatap Ayah Lando kosong, lalu beralih pada pintu kamar mandi. Lando menyalakan keran air sehingga Aida tidak bisa mendengar apa pun.
Di dalam kamar mandi, Lando tidak bisa menahan tangisnya. Ketika memakan masakan Aida tadi, Lando langsung merasakan
t . c kehangatan yang sudah lama tidak didapatkannya. Kehangatan dari sosok ibu yang dulu pernah sangat disayanginya.
Lando merasakan dadanya sesak. Selama ini, Lando selalu menahan tangisnya walaupun sangat ingin menangis. Lando berpikir kalau dia menangis maka dia tidak akan bisa kuat. Dan kalau tidak kuat maka dia dan ayahnya tidak akan bisa meneruskan hidup.
Tapi, ketegaran Lando ternyata ada batasnya. Lando tidak bisa menahan tangisnya saat memakan masakan Aida tadi. Sesuap nasi itu bisa mengingatkannya pada banyak hal yang telah lama hilang darinya.
Lando menjambak rambutnya, masih tidak tahu bagaimana harus menghentikan tangis yang seolah tidak mau berhenti ini.
^ _ ^ Setelah sekitar setengah jam mendekam di kamar mandi, Lando keluar dengan mata merah. Ternyata, Aida masih di sana. Aida menoleh, lalu nyengir bersalah.
Maaf ya, Lan, katanya. Sekarang kamu mau makan apa" Aku masakin mie instan"
Lando menatapnya sebentar, lalu kembali duduk dan mencegah Aida saat dia akan mengangkat piringnya.
Gue makan ini aja, kata Lando serak sambil kembali memakan nasinya. Sangat berat bagi Lando untuk memakannya karena baginya tiap suap sangat berharga. Lando mungkin tidak akan bisa memakan yang seperti ini lagi.
Aida menatap Lando bahagia. Aida benar-benar senang bisa mengetahui sisi lain dari seorang Lando. Tadi, ketika Lando ada di kamar mandi, ayahnya menceritakan semuanya pada Aida. Aida benar-benar tidak menyangka kalau hidup Lando jauh lebih sulit daripada perkiraannya. Sekarang, Aida bisa memaklumi mengapa Lando sulit berinteraksi dengan orang lain.
t . c Mau tambah, Lan" tanya Aida membuat Lando tak bisa menolak.
Setelah selesai makan, Aida mencuci piring. Lando dan ayahnya, yang dilarang Aida untuk membantu, menatapnya dari sofa.
Kamu sangat beruntung punya pacar seperti dia, gumam ayah Lando.
Dia bukan pacar saya, Lando balas menggumam. Tapi akan jadi pacar kamu, kan" gumam ayahnya lagi. Nggak akan, balas Lando lagi. Saya nggak bisa nyeret dia juga.
Dia yang akan menyeret kita keluar dari kehidupan lama kita.
Saya nggak akan membiarkan dia punya beban itu. Kamu nggak sadar" Dia udah melakukannya, kata ayahnya membuat Lando akhirnya menatapnya. Lando menatap Aida lagi. Semalaman ini, dia udah menyelamatkan kita.
Ayah Lando melepaskan pandangannya dari Aida, lalu menatap Lando.
Mulai besok, Ayah akan serius mencari kerja, katanya membuat Lando menatap tak percaya. Karena dia, Ayah percaya kalau kita masih punya harapan. Walaupun terlambat, Ayah harap kamu bisa memberi Ayah kesempatan lagi.
Love United, High School Paradise, Nd2 Half Karya Orizuka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lan, selama ini Ayah sudah membuat kamu tidak punya waktu untuk yang lain, kecuali belajar dan bekerja. Sekarang, kamu bisa melakukan sesuatu yang lain, kata ayahnya lagi sambil menatap Aida.
Lando menatap ayahnya lama, lalu beralih pada Aida. Lando memang sudah lama percaya kalau Aida adalah penjelmaan dari malaikat, tetapi Lando tidak percaya kalau Aida adalah malaikat bagi keluarganya. Tanpa disadarinya, Aida sekarang ada tepat di depannya.
t . c Lan" Kayaknya aku harus pulang, udah malem, katanya menyadarkan Lando.
Hah" Oh, iya, kata Lando sambil bangkit. Gue anter. Aida mengangguk, lalu mengambil tasnya.
Om, saya pulang dulu, ya, kata Aida disambut anggukan oleh Ayah Lando. Aida mengikuti Lando keluar rumah.
Lo naik apa, mau gue panggilin taksi" tanya Lando. Kita jalan aja, yuk" tanya Aida membuat Lando melongo. Kenapa" Capek ya"
Harusnya gue yang nanya itu, kata Lando, tak habis pikir. Emangnya lo nggak capek jalan kaki" Rumah lo ada setengah jam dari sini.
Tadi pas ke sini aku jalan kaki, kata Aida sambil nyengir. Ayo, jalan kaki aja. Biar sehat.
Lando menatap gadis itu, lalu menghela napas. Ya udah. Ayo, katanya sambil membuka pagar dan membiarkan Aida jalan duluan.
Selama perjalanan, tidak ada yang berbicara. Aida berjalan sedikit di belakang Lando, kesusahan mengikuti langkahnya yang besar-besar. Aida tersenyum menatap punggung Lando yang lebar dan rambutnya yang dimainkan angin. Setelah beberapa saat Lando baru sadar kalau di sebelahnya sudah tidak ada orang. Lando berbalik dan Aida langsung menyembunyikan senyumannya.
Api Di Bukit Menoreh 5 Wiro Sableng 070 Ki Ageng Tunggul Akhirat Elang Terbang Di Dataran Luas 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama