Ceritasilat Novel Online

The Devil In Black Jeans 5

The Devil In Black Jeans Karya Aliazalea Bagian 5


Dan Dara mencoba kelihatan serius ketika mengatakan, Meskipun begitu, saya akan merasa lebih nyaman kalau mereka nggak tahu....
Jo mengangkat alisnya, siap mengatakan ketidaksetujuannya, tapi kemudian mengangguk dan berkata, I ll take you home.
Melihat bahwa Dara akan protes, Jo menambahkan dengan nada sedikit tajam, Kalau kamu nggak mau tinggal di sini sama saya malam ini, setidak-tidaknya biarkanlah saya mengantar kamu pulang.
Akhirnya Dara menyerah dan membiarkan Jo melakukannya. Jo menggenggam tangannya selama perjalanan menuju rumahnya, tapi mereka tidak berkata-kata. Ada banyak pertanyaan yang melayang-layang di dalam kepala Dara. Apakah arti semua ini" Apakah ini hanya one night stand atau Jo berencana melanjutkan hubungan mereka" Apa pun deinisi hubungan itu sekarang.
Oh! Dara tidak pernah sebingung ini. Apakah Jo mengharapkannya memutuskan pertunangannya dengan Panji" Rasa waswas bahwa dia pada dasarnya sudah melakukan kesalahan paling fatal dalam hidupnya dengan tidur bersama laki-laki lain ketika dia sudah bertunangan menyelimuti hatinya. Oh! Dia tidak bisa memikirkan Panji sekarang.
Jo masih tidak mengatakan apa-apa kepadanya hingga mereka sampai di depan rumah. Jo menarik persneling ke P dan menoleh kepada Dara.
hanks for the ride, ucap Dara dan membuka pintu. Seperti terakhir kali Jo mengantarnya pulang, dia meraih lengan Dara. I ll call you later" tanya Jo dengan wajah penuh harap.
Melihat ketidakpastian di wajah Jo membuat Dara tersenyum dan mengangguk. Jo lalu mengangkat tangannya untuk membelai rambut Dara yang dibiarkan tergerai karena Dara tidak bisa menemukan karet rambutnya yang melayang entah ke mana. Jo bilang dia akan mencarinya nanti sebelum Bi Uti tidak sengaja menemukannya di kamarnya dan mulai bertanya-tanya.
Dara meraih tangan Jo dan menciumnya. I ll talk to you later, ucap Dara. Dan sebelum Jo bisa berkata-kata lagi, Dara sudah masuk ke dalam rumah.
Menyadari akan janji Jo untuk meneleponnya, Dara langsung meraih HP-nya. Jam sudah menunjukkan pukul 11.00 dan dia agak terkejut Ibu tidak membangunkannya. Dia melihat ada enam missed call, semuanya dari Jo. Dia ternyata lebih lelah daripada yang dia bayangkan karena dia tidak mendengar HP-nya berdering sama sekali sepanjang pagi. Dia juga melihat ada beberapa SMS baru untuknya, semuanya juga dari Jo.
Good morning. How was your sleep" Sy gak bisa tidur sama sekali. Badan sy terlalu kaku. Thanks to you.J 6.05 AM Are you still sleeping" Coba tlp kamu, tapi gak diangkat. Call me when you wake up.
Still missing you, call me.
Dara, apa kamu baik2 aja" Knp kamu masih gak angkat tlp"
Dara baru saja akan menelepon Jo ketika HP-nya sekali lagi berdering. Nama Jo berkedip-kedip di layar.
Halo, ucap Dara sambil memaksa dirinya pada posisi duduk di tempat tidur.
Oh, thank God, suara Jo terdengar putus asa. Dara, apa kamu baik-baik aja"
Iya, saya baik-baik aja, Jo.
Jadi kenapa kamu nggak angkat telepon dari tadi pagi" teriak Jo agak ganas.
Merasa kesal karena Jo mengomelinya ketika dia baru bangun dan bahkan belum sempat ke kamar mandi, Dara membalas de ngan tidak kalah ganasnya, Karena saya baru bangun.
Sekarang sudah jam 11.00 lewat, Dara, bagaimana kamu bisa tidur selama itu"
Sekali lagi merasa bahwa Jo sudah mencurigainya akan sesuatu yang tidak jelas, Dara berkata dengan nada tersinggung, Karena saya kecapekan. Saya bahkan nggak dengar bunyi HP sama sekali.
Kata-kata ini berhasil membuat Jo terdiam. Ketika Jo berkata-kata lagi, nadanya terdengar seperti dia sedang tersenyum. I m sorry. Saya sudah berpikiran yang tidak-tidak. Saya pikir kamu menghindari saya lagi.
Kenapa kamu berpikir seperti itu"
Jo tidak menjawab pertanyaan itu. Dia malah justru mengajukan pertanyaan lagi, Can I see you today"
Why" Apa Blu memerlukan saya" tanya Dara. Ini adalah minggu pertama Dara bisa mengambil cuti tiga hari berturut-turut. Dan betapapun dia mencintai Blu, dia betulbetul memerlukan cuti ini.
No, bukan Blu yang perlu ketemu kamu, tapi saya. Ada hal penting yang perlu saya bicarakan dengan kamu, jawab Jo dengan nada sedikit tersipu-sipu.
Dara tidak bisa berkata-kata selama beberapa detik. Dia mencoba memutuskan apakah dia merasa senang Jo ingin bertemu dengannya lagi hari ini, yang berarti bahwa tadi malam bukanlah sekadar one night stand, atau khawatir, karena mungkin Jo perlu bertemu dengannya untuk memutuskan hubungan mereka.
Merasa bodoh karena dia baru saja menyebutkan apa yang terjadi tadi malam antara dirinya dan Jo sebagai suatu hubungan bukannya hanya seks, Dara memutuskan untuk menelan peluru yang sudah ditembakkan padanya dan bertanya, Apa hal ini berhubungan dengan semalam"
Iya. Jawaban Jo ini langsung membuat jantung Dara jatuh ke lantai dan perutnya mual. Oh, Jo betul-betul akan memutuskan hubungan mereka. Dia akan mengatakan bahwa tadi malam adalah suatu kesalahan, meminta maaf, kemudian memintanya untuk tidak pernah menyinggung-nyinggung hal itu sama sekali kepada siapa pun.
Bastard! Baiklah, kalau ini memang cara Jo memperlakukan wanita yang dia sudah tiduri, Dara juga bisa melakukannya. Sebelum berpikir lagi, Dara sudah berkata, Kamu nggak usah khawatir tentang kejadian tadi malam. Saya nggak akan ngomong ke siapa-siapa tentang itu. Rahasia kamu aman dengan saya.
What" Kamu nih ngomong apa sih"
Saya tahu kamu mungkin khawatir saya akan mengajukan tuduhan sexual harassment kepada kamu, tapi kamu nggak usah khawatir tentang itu. Saya nggak ada rencana untuk melakukan itu sama sekali.
Kamu pikir saya menghubungi kamu untuk minta kamu tutup mulut tentang apa yang terjadi tadi malam" Kalau saya mau melakukan itu, kenapa saya susah-susah ngirimin SMS ke kamu yang pada dasarnya mengatakan... Kata-kata Jo ini terputus oleh bunyi klakson yang cukup keras dan suara Jo yang mengomel, Son of a bitch. GET OUT OF MY WAY!!!
Omelan Jo itu diikuti oleh bunyi beberapa klakson lagi. Samar-samar Dara bisa mendengar bunyi dengungan mesin, kemungkinan besar adalah mesin mobil. Kini Dara sadar Jo sedang ada di jalan ketika meneleponnya.
Jo" tanya Dara khawatir.
God, kalau sekali lagi saya lihat orang memegang HP sambil nyetir, sumpah, saya akan melemparkan kunci ban ke kaca mobil mereka. Apa mereka nggak pernah dengar yang namanya hands free" geram Jo.
Jo, kamu lagi ada di mana"
Di jalan, baru masuk tol, balas Jo dengan suara lebih tenang. Apa ibu kamu ada di rumah hari ini"
Dara memerlukan waktu beberapa detik untuk mencerna pertanyaan Jo yang terdengar sangat tidak relevan dengan percakapan mereka sebelumnya.
I don t know. Memangnya kenapa" Dara beranjak bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi. Dia betul-betul perlu mencuci muka untuk menyegarkan pikirannya.
Just checking. Saya akan sampai di rumah kamu sekitar dua puluh menit lagi. Jangan kaget kalau ada yang membunyikan bel. Oke"
Kemudian Jo memutuskan sambungan telepon itu. Meninggalkan Dara bingung menatap HP-nya. Apa dia tidak salah dengar" Jo akan ke rumahnya" Lagi" Whaaattt" Why" Ke mudian dia sadar dia masih belum mandi, dan Jo akan sampai di rumahnya dalam sembilan belas menit. Dara buru-buru nga cir ke kamar mandi.
Jo menekan bel rumah Dara. Rumah itu kelihatan sepi. Oh God, jangan bilang Dara tidak ada di rumah. Hal tersebut bahkan tidak terlintas di kepalanya. Dara hanya bilang bahwa dia baru saja bangun, tapi tidak pernah bilang di mana. Jo hanya menyangka bahwa itu di rumahnya. Bagaimana kalau ternyata Dara tidak tidur di rumahnya tadi malam" Bahwa dia tidur di rumah... laki-laki itu, dengan laki-laki itu. Ugh!!! Jo bahkan tidak mau memikirkan hal itu. Tidak. Dara tidak seperti itu.
Ketakutan dengan pikirannya sendiri, Jo menekan bel rumah itu beberapa kali lagi dengan tidak sabar. Kompleks perumahan tempat Dara tinggal kelihatan lengang. Mungkin karena ini hari Kamis, semua orang masih ada di kantor atau sekolah pada jam segini. Jo bersyukur karena sejujurnya dia tidak mau diserang oleh tetangga Dara ketika dia sedang berdiri di depan rumahnya seperti ini. Ketika dia baru saja akan menekan bel untuk yang kelima kali, pintu rumah terbuka dan Dara muncul dengan celana pendek, tank top, dan handuk yang melibat rambutnya. Wajahnya kelihatan agak kesal, tapi Jo tidak bisa menahan diri mengembuskan napas lega ketika melihatnya.
She s here. Dia hanya baru selesai mandi, makanya agak lama membuka pintu, ucapnya dalam hati.
Semalaman Jo tidak bisa tidur sama sekali, pikirannya penuh dengan Dara. Betapa dia menyesali keputusannya untuk mengantar Dara pulang. Kenapa dia tidak berkeras agar Dara bermalam dengannya. Tentu saja dia mengerti alasan Dara yang tidak ingin dilihat oleh Blu atau Bi Uti. Sebebas-bebasnya wanita Asia, tidur dengan laki-laki yang bukan suaminya adalah tabu. Akhirnya menunggu hingga pukul 6.00 sebelum mengantar Blu ke sekolah, Jo menelepon Dara, tapi sayangnya telepon itu tidak dijawab. Dia hanya menunggu beberapa menit sebelum mengirimkan SMS pertamanya. Ketika dia tiba kembali di rumah dan Dara masih belum menghubunginya, dia mengisi waktu sambil main dengan Goldie selama sekitar 30 menit sebelum mencoba menelepon Dara lagi, dan usaha itu pun gagal. Dan dia mengirimkan SMS-nya yang kedua. Dia sempat meringis ketika membaca ulang SMS itu yang terdengar sedikit putus asa, tapi dia mengirimkannya juga. Menolak untuk kelihatan super putus asa, untuk berbicara dengan Dara, Jo memutuskan untuk mandi. Tapi ketika dia keluar dari kamar mandi dan masih tetap tidak ada missed call juga, dia mulai khawatir. Alhasil dia menelepon lagi, diikuti oleh SMS-nya yang ketiga dan keempat.
Akhirnya pada jam 10.30 dan Dara masih juga belum meneleponnya balik, rasa waswas bahwa Dara sudah menyesali apa yang terjadi tadi malam menyerangnya. Hatinya akan remuk kalau Dara menilai tadi malam, yang merupakan the best night of his life, sebagai suatu kesalahan. Jo tidak pernah merasa begitu dekat dengan orang lain, seperti dia merasa dekat dengan Dara.
Berbagi cerita tentang masa kecilnya yang tidak pernah dia ceritakan kepada siapa pun juga dan tidak takut dinilai yang tidak-tidak karenanya. Dia betul-betul menurunkan semua benteng pertahanannya untuk Dara. Dia membiarkan Dara melihat segalanya.
Dengan segala ketakutan yang menyelimuti pikirannya karena ada kemungkinan Dara akan menelantarkannya, Jo menghubungi Dara untuk yang terakhir kalinya dan selama menunggu hingga telepon itu diangkat, Jo meraih kunci mobilnya. Dia sudah duduk di belakang setir mobilnya ketika dia mengirimkan SMS kelima. God, dia pasti kelihatan seperti orang idiot berada di depan rumah Dara layaknya seperti anjing hilang.
Dara melangkah ke samping untuk mempersilakannya masuk. Jo menahan diri agar tidak menarik Dara ke dalam pelukannya dan menguburkan hidungnya di rambutnya yang sayangnya tertutup oleh handuk ketika dia mencium aroma lily. Setelah tadi malam, dia tahu bahwa segala bagian tubuh Dara dari ujung rambut hingga ujung kaki beraroma lily, tapi yang paling kuat adalah pada rambutnya, yang membuatnya hampir gila tadi malam.
Dara menunggu hingga pintu tertutup sebelum berkata-kata lagi. Sori, kamu harus nunggu agak lama di luar. Saya baru selesai mandi.
Pada saat itu Jo sadar bahwa Dara seperti menjaga jarak dengannya. Jo hanya bisa mengangguk, mencoba membaca mood Dara yang kini sedang menatapnya dengan tidak pasti. Dalam hati Jo memohon, Dear God. No. No. No. Not this again.
HEArTBrEAK AMU mau minum apa" tanya Dara, mencoba mengisi ketidaknyamanan yang datang tiba-tiba di antara mereka.
Red Bull kalau ada, jawab Jo.
Dara memutar bola matanya. Air putih kalau begitu, ucapnya dan melangkah meninggalkan ruang tamu.
Jo mengikuti Dara. Kamu sendirian aja di rumah" tanyanya. Yep, ucap Dara sambil mengambil gelas dari rak dan membuka lemari es untuk mengambil botol air putih dan menuangkannya ke dalam gelas.
Melihat bahwa Dara tahu cara dia minum air putih, selalu dingin, tapi tidak pakai es, membuat Jo tidak bisa menahan diri lagi untuk bertanya, Apa kamu menyesali kejadian tadi malam"
Dara berhenti dari menuangkan air putih ke dalam gelas dan menatap Jo terkejut. Dia tidak percaya Jo akan menanyakan hal ini padanya. Baru pada saat itu dia betul-betul melihat keraguan dan kepanikan di wajah Jo.
Nggak sama sekali. Kamu" jawab Dara dengan hati-hati dan dia tersenyum ketika melihat Jo mengembuskan napas lega atas jawabannya itu.
Jo memberikan jawabannya dengan menggeleng. Kemudian Dara melihatnya nyengir. Ekspresi itu menghangatkan hatinya, lebih daripada yang mau dia akui, dan membuat apa yang dia akan katakan selanjutnya semakin sulit.
Tapi kita nggak boleh melakukan itu lagi, Jo, ucap Dara dan dia hampir saja ingin menarik kata-katanya kembali ketika melihat cengiran di wajah Jo menghilang, digantikan dengan kebingungan dan kemudian kemarahan.
Tadi malam ketika dia duduk sendirian di kamarnya setelah diantar pulang oleh Jo dan waktu yang dihabiskannya untuk mempersiapkan diri sebelum kemunculan Jo di rumahnya sudah cukup baginya untuk mengambil keputusan. Dia sudah terlalu terbawa perasaan tadi malam dan membiarkan apa yang telah terjadi, terjadi. Dia memang tidak bisa menariknya kembali, tapi dia bisa menghentikannya dari terjadi lagi. Dia mencintai Panji, dan dia tidak akan membuang hubungan yang sudah mereka jalin selama dua tahun dan pernikahan yang sudah terencana dengan baik hanya karena satu malam bersama Jo. Dara hanya berharap Jo bisa melihat keadaan ini, seperti apa adanya, bahwa tadi malam adalah kesalahan.
Tadi malam adalah kes... Jangan bilang ke saya bahwa itu kesalahan, potong Jo. Itu memang...
Just don t, potong Jo lagi.
Dara menatap Jo yang sekarang sedang menatapnya seperti ingin mencekiknya dan dia mengomeli dirinya sendiri ketika merasakan kupu-kupu harapan mulai beterbangan di dalam perutnya. Apakah mungkin Jo betul-betul serius dengannya" Sejujurnya, kalau dia mau menggali bagian hatinya yang paling dalam, harus dia akui bahwa tadi malam berarti sesuatu juga untuknya. Bahwa kalau saja dia memberi Jo kesempatan, dia bisa mencintainya, dan itu membuatnya takut setengah mati.
Stop it, Dara. Just stop! Dia menyesali kenapa sudah memperbolehkan Jo masuk ke rumahnya ketika dia sedang sendirian. Dia juga ingin menyalahkan Panji yang sedang ada di luar kota, jadi tidak bisa menjemputnya tadi malam. Kalau saja Panji menjemputnya, kejadian tadi malam tidak akan terjadi. Maka dia tidak akan sebingung ini sekarang.
Oh!!! Dia harus berani bertanggung jawab atas apa yang sudah dia lakukan tadi malam. Tidak ada yang menodongkan pistol kepadanya ketika dia memutuskan untuk tidur dengan Jo. Keputusan itu dibuatnya ketika dia sadar seratus persen.
Jo, saya minta maaf karena sudah memberikan sinyal yang salah kepada kamu. Saya sama sekali nggak bermaksud melakukan itu. Saya sudah bertunangan dengan Panji....
Kamu kelihatannya lupa sama sekali tentang fakta itu tadi malam. Apa kamu memikirkan dia waktu bersama saya" Apa wajah dia terlintas di kepala kamu waktu kamu meneriakkan nama saya berkali-kali"
Stop being such an asshole, geram Dara.
Kalau gitu berhenti membuat saya marah, bentak Jo. Selama beberapa detik mereka hanya saling tatap penuh kemarahan. Dara bertolak pinggang dan Jo mengepalkan kedua tangannya. Kata-kata Jo selanjutnya membuat darah di sekujur tubuh Dara menjadi dingin.
Saya bertanya-tanya, apa pendapat tunangan kamu begitu dia tahu kamu sudah bersama saya.
Panji nggak akan pernah tahu tentang kejadian tadi malam, karena saya nggak akan bilang apa-apa ke dia.
Kamu lupa bahwa kejadian tadi malam melibatkan satu orang lagi, yaitu saya. Dan saya nggak ada masalah untuk menceritakan apa yang kita sudah lakukan tadi malam kepada tunangan kamu, dengan detail.
Dara sadar bahwa Jo tidak pernah sekali pun menyebut nama Panji, dia selalu menggunakan kata dia . Entah kenapa, tapi hal ini membuatnya sedikit khawatir.
Kamu nggak akan pernah melakukan itu, ucap Dara dengan keyakinan yang tidak dia rasakan.
Wanna bet on that" tanya Jo sinis.
Dari cara Jo mengatakannya membuat Dara yakin bahwa bukanlah ide yang baik baginya untuk menerima tantangan itu. Dara menarik napas, mencoba menenangkan diri. Dia harus tetap berpikiran jernih dalam menangani masalah ini. Do you even love him"
Pertanyaan Jo yang tiba-tiba ini membuat Dara mendelik, merasa tersinggung karena cintanya kepada Panji sedang dipertanyakan.
Of course I love him, jawab Dara. Apa yang membuat kamu cinta sama dia" Hah"
Saya mau tahu apa yang membuat dia begitu menarik untuk kamu sampai kamu ngotot mau menikahinya, jelas Jo. Saya nggak perlu menjelaskan apa-apa... Just answer the damn question, Dara, bentak Jo. Dara mempertimbangkan melemparkan gelas yang sedang digenggamnya kepada Jo, tapi dia tahu bahwa itu hanya akan membuat Jo semakin marah. Perlahan-lahan dia menjawab pertanyaan Jo ini.
Dia mapan, dewasa, penuh pengertian...
Penuh pengertian" Dia bahkan nggak ngebolehin kamu memilih karier yang kamu sukai. Kalau menurut saya dia nggak penuh pengertian sama sekali, potong Jo.
Berani-beraninya kamu menilai Panji. Kamu bahkan nggak mengenal dia, omel Dara.
Saya mungkin memang nggak mengenal dia, tapi saya mengenal kamu. Kamu nggak akan bahagia bersama dia.
Dara menatap Jo tidak percaya. Ini memang bukan topik baru, karena toh dia sudah membicarakannya dengan ketiga sobatnya. Tapi dia mungkin bisa menerima komentar-komentar sobatnya tentang kehidupannya dengan tangan terbuka, namun tidak dari Jo. Yang dia inginkan adalah memaki-maki Jo, tapi saking marahnya dia hanya bisa megap-megap tanpa bisa berkata-kata. Jo mengambil kesempatan ini untuk melanjutkan.
Kamu perlu seseorang yang membiarkan kamu bebas melakukan apa aja yang kamu mau. Seseorang yang bisa menghargai kamu apa adanya. Dia nggak akan bisa memberikan itu semua. Cepat atau lambat dia akan membuat kamu tidak bisa bernapas karena dia hanya akan mencekik kehidupan kamu.
Jo terdiam sejenak, seperti membiarkan Dara menelan semua kata-kata itu, kemudian dia menambahkan, Dia bukan orang yang tepat untuk kamu, Dara.
Dan kamu pikir kamu orang yang lebih tepat untuk saya" sindir Dara.
Deinitely. You don t know what you re talking about. Yes, I do.
Dara mendengus. Itu juga yang dikatakan semua laki-laki pada awalnya, tapi begitu mereka sadar apa yang mereka harus hadapi, mereka lari.
hen they re idiots. Jawaban Jo yang penuh kemarahan ini membuat Dara terdiam. Dia tidak mengerti kenapa atau untuk apa Jo mengatakan ini semua. Apa dia sebegitu tidak bisa menerima penolakankah hingga harus menjelek-jelekkan Panji" Apa dia hanya ingin balas menyakitinya karena Dara sudah tanpa sengaja menginjak-injak egonya dengan mengatakan bahwa dia tidak ingin mengulang kejadian tadi malam"
Why are you doing this to me" tanya Dara pelan. BECAUSE I M BLOODY IN LOVE WITH YOU! teriak Jo dengan mata berapi-api dan kedua tangannya sudah menggenggam sandaran salah satu kursi makan.
Dara menatap Jo tidak percaya. Hanya setelah tadi malam" tanyanya.
Setelah saya datang ke rumah kamu menawarkan pekerjaan kamu kembali dan kamu memanggil saya asshole, goddamn it, teriak Jo lagi.
Whaaattt" teriak Dara dalam hati. Dia hanya bisa membuka dan menutup mulutnya untuk beberapa detik. Tapi akhirnya dia bisa melonggarkan otot lehernya dan berkata, Hah" Bukan apa atau kenapa, hanya Hah .
Jo tidak percaya dia harus menyatakan cintanya kepada Dara dalam situasi seperti ini. Dan dia lebih tidak percaya lagi ketika mendengar reaksi Dara atas kata-katanya itu. Ini pertama kalinya dia mengatakan cinta kepada siapa pun di luar Blu dan Mama dan selama ini dia selalu membayangkan bahwa kalau dia mengucapkannya, wanita tersebut akan mengatakan hal yang sama dan lari ke pelukannya. Tapi bayangan memang tidak pernah mewakili kejadian yang sebenarnya, itu sebabnya itu disebut bayangan. Meskipun begitu, dia tidak akan menarik kembali kata-katanya itu.
You are not in love with me. You can t be in love with me, ucap Dara sambil menggeleng.
Why not" tanya Jo, kesal karena perasaannya sedang dipertanyakan.
Dara menatap Jo tidak percaya. Karena kita lebih sering berantem daripada akurnya.
Jo berpikir sejenak kemudian mengangkat bahu, seperti tidak peduli. So" Berantem sini-sana itu normal di dalam suatu hubungan, tegasnya.
HUBUNGAN"! Kita nggak punya hubungan, teriak Dara. Setelah tadi malam saya rasa saya harus berbeda pendapat dengan kamu, balas Jo tenang.
You re crazy, teriak Dara lagi sambil mengambil beberapa langkah mundur ketika mengatakan ini. Matanya terbelalak dan wajahnya memucat.
Pretty much dan itu semua gara-gara kamu. Jo mengambil beberapa langkah mendekati Dara.
Stop, stop. Jangan dekat-dekat. Saya nggak bisa berpikir kalau kamu terlalu dekat, ucap Dara sambil mengangkat tangannya mencoba menghentikan langkah Jo.
Good, setidak-tidaknya sekarang saya nggak merasa seperti seorang idiot karena merasakan hal yang sama, ucap Jo tanpa menghentikan langkahnya. Setiap saya ngeliat kamu, saya nggak bisa bernapas. Setiap saya mencium aroma kamu, yang mau saya lakukan adalah memeluk kamu. Saya nggak suka kalau kamu menyebutkan nama Panji, karena itu membuat saya mau melaku kan hal-hal yang saya yakin akan membuat saya masuk penjara. Memikirkan bahwa kamu akan memberikan diri kamu kepada nya membuat saya mau gila.
Oh my God, stop it, pinta Dara masih mengambil langkah mundur.
I m not done. Not even halfway, dan kamu akan mendengar semua yang saya harus katakan walaupun saya harus mengikat kamu ke kursi. Paham" ancam Jo.
Mata Dara terbelalak mendengar ancaman ini dan Jo tahu bahwa dia sudah siap lari, karena itu Jo terkejut ketika Dara justru berhenti mundur dan berkata, Oke, saya akan mendengarkan apa yang mau kamu katakan.
Kata-kata Dara membuat Jo kehilangan jejak argumentasinya selama beberapa detik, tapi kemudian dia menarik napas, mengangguk dan melanjutkan.
Saya perlu kamu mengerti bahwa saya mencintai segala sesuatunya tentang kamu. Nggak ada satu hal pun dari diri kamu yang mau saya ubah. Kamu membuat saya merasa diperhatikan dan dipedulikan. Selama ini saya bahkan nggak pernah tahu bahwa dua hal itu penting di dalam hidup saya. Kamu sudah membuat hidup saya berantakan, dan mungkin saya seharusnya marah pada kamu, tapi yang ada di pikiran saya adalah saya nggak peduli kalau hidup saya jadi jungkir-balik selama ada kamu di dalamnya.
Dara masih tidak bereaksi dan dengan hati-hati Jo mengambil langkah terakhir yang membuatnya bisa menyentuh Dara. Dia mengulurkan tangan untuk menyentuh rambut Dara dan menyadari bahwa rambut wanita itu masih ditutupi handuk. Dia melihat Dara menyipitkan matanya, curiga dengan aksi selanjutnya. Dengan satu gerakan Jo menarik handuk itu dan rambut Dara yang hitam kelam dan sedikit basah tergerai seperti sutra mengelilingi wajahnya dan bahunya. Aroma lily yang kuat langsung menyerang indra penciuman Jo.
I love your hair. Mengingatkan saya tentang sem.... Tanpa Jo sangka-sangka Dara menutupi mulutnya dengan tangannya. Jangan pernah kamu sebut-sebut soal itu, geram Dara.
Kini giliran Jo yang menyipitkan matanya. Tingkah laku Dara mulai membuatnya kesal. Dengan sedikit kasar dia menarik tangan Dara dari mulutnya dan berkata, Apa sih tentang tadi malam yang membuat kamu takut setengah mati" Nothing, jawab Dara dan menarik tangannya dari genggaman
Jo. Reaksi kamu menunjukkan bahwa itu something . Saya mau tahu apa, geram Jo.
Ketika Dara masih juga tidak menjawab, Jo akhirnya harus bertanya, Apa kamu mendapati kejadian tadi malam... traumatis" Apa saya menyakiti kamu"
Semua pertanyaan itu dijawab dengan gelengan Dara. Jo mengembuskan napas lega, tapi kesabarannya yang sudah habis membuatnya berteriak, hen, what is it goddamn it" Tell me!!! You re not good for me, jawab Dara pelan.
Horor memasuki pikiran Jo, tidak menyangka bahwa performanya tadi malam sebegitu buruknya. Dia tidak tahu apa dia harus minta maaf atau tersinggung mendengar kata-kata Dara. I can do better next time, ucap Jo akhirnya.
Selama beberapa detik Dara kelihatan bingung, tapi kemudian pemahaman muncul di wajahnya dan dia berkata secepat mungkin, Oh no no no no... maksud saya bukan tentang tadi malam. Tadi malam kamu... kita... semuanya...
Dara tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Wajahnya sudah kebakaran dan Jo betul-betul ingin mengasihaninya tapi dia justru mendapati dirinya bertanya, Semuanya apa, Dara"
Semuanya... sempurna, bisik Dara, dan dia menggigit bibir bawahnya dengan senewen. Oh, my God, saya nggak percaya saya baru mengucapkan itu. Entah apa yang kamu pikirkan tentang saya sekarang.
Yang ada di pikiran saya sekarang adalah betapa menggemaskannya kamu ini, ucap Jo sambil tertawa dan membelai rambut Dara.
Dara menutup matanya, seakan ingin menyerap sentuhan Jo, tapi kemudian dia membuka matanya dan berkata, Kamu nggak baik untuk saya.
Dan Jo merasa seperti semua udara sudah ditarik dari dalam paru-parunya. Dia tidak bisa bernapas.
What" Why" Saya selalu tertarik pada laki-laki seperti kamu. Charming, lucu, dan awalnya sepertinya menerima saya apa adanya, tapi semua akhirnya pergi, ninggalin saya. Nggak ada yang tahan dengan saya. Sudah terlalu banyak waktu yang saya habiskan dengan laki-laki yang salah dan waktu saya sudah habis. Semua wanita seumur saya sudah settle down dan saya juga menginginkan hal yang sama.
Kalau begitu, settle down dengan saya.
Jo tahu dia terdengar putus asa dengan pernyataannya ini, tapi dia tidak peduli. Dia sudah kehabisan argumentasi un tuk meyakinkan Dara.
Kamu belum siap settle down, Jo. Kalau kamu siap, kamu nggak akan mutusin Kayla.
Saya mutusin Kayla karena saya nggak bisa membayangkan menghabiskan seluruh hidup saya dengan dia.
No, kamu memutuskan hubungan kamu dengan Kayla karena kamu takut berkomitmen.
Saya nggak takut berkomitmen, omel Jo.
Oh, my God! Bisa nggak sih Dara berhenti mengasumsikan apa yang akan atau tidak akan dilakukannya" Jo bukan anak kecil lagi, dia laki-laki dewasa yang tahu kemampuan dan batasannya. Jo ingin mengomel.
Yes, you do. Every men do, teriak Dara dan menjauhkan dirinya dari Jo.
Bisa nggak sih kamu nggak menyamakan saya dengan semua laki-laki brengsek dari masa lalu kamu" Saya bukan mereka, Dara, dan saya nggak akan jadi mereka. Kapan kamu akan bisa melihat itu"
Dara menarik napas, menguatkan hatinya. Hanya ada satu cara baginya untuk membuat Jo berhenti mencoba mengubah pikirannya. Dan ini mungkin hal paling menyakitkan yang akan pernah dia lakukan karena hati kecilnya sejak tadi sudah meneriakkan untuk memercayai Jo, tapi dia perlu melakukannya.
Dara menarik napas dan berkata, Kamu nggak bisa memberikan apa yang saya butuhkan. Hanya Panji yang bisa.
Jo mengambil satu langkah mundur ketika mendengarnya. Mulutnya ternganga seperti tidak percaya. Rasa sakit hati, pengkhianatan, kekecewaan, dan kekalahan terlihat jelas di matanya. Jadi kamu akan kembali kepada dia" tanya Jo pelan. Dara menelan ludah dan membalas, Saya nggak pernah meninggalkan dia, Jo.
Jo kelihatan seperti ada buldoser yang baru saja melindasnya. Sebelum dia menutup matanya dan menunduk, bahunya membungkuk seperti orang kalah perang dan untuk kedua kalinya dalam satu jam Dara ingin memeluknya. Ketika Jo masih juga tidak bereaksi setelah beberapa menit, Dara mulai khawatir. Dara baru saja akan melangkah mendekat ketika Jo mengangkat kepalanya dan menatapnya. Tatapan itu dingin, seperti gunung es, dan Dara langsung menggigil. Tapi tatapan itu tidak sebanding dengan kata-kata Jo selanjutnya.
Terima kasih atas penjelasannya. Semoga kamu puas dengan keputusan kamu ini. Saya nggak akan mengganggu kamu lagi.
Sebelum Dara bisa betul-betul mencerna kata-kata Jo, lakilaki itu sudah melangkah pergi dari hadapannya. Dan yang Dara inginkan adalah menangis sekeras-kerasnya.
TrUTH J O memasuki rumah sakit dengan langkah berat. Kalau bukan karena Revel, dia mungkin akan berada di studio, menggebuki drumnya habis-habisan. Revel tentunya akan ngamuk kalau Jo sampai memecahkan simbal atau bass drum, tapi pada keadaannya saat ini, dia rasa dia akan menyambut amukan itu yang setidak-tidaknya akan mengalihkan perhatiannya untuk sementara waktu dari rasa sakit yang ada di hatinya. Untuk pertama kalinya dia menyesal karena tidak pernah menjadi seorang peminum seperti Papa. Setidak-tidaknya seorang peminum memiliki pilihan untuk menenggelamkan kesedihan dengan berbotol-botol alkohol.
Mas, sebelah sini. Suara Blu menarik perhatian Jo kepada adiknya yang sedang menuju meja informasi di sebelah kiri pintu masuk.
Jo melihat beberapa orang langsung berhenti melangkah dan menunjuk-nunjuk kepada Blu yang tidak menghiraukan mereka, sebelum kemudian menganga ketika melihatnya. Jo mengikuti adiknya dan tidak menghiraukan beberapa orang tidak dikenal yang memanggil-manggil namanya. Dia bahkan tidak berhenti untuk memberikan senyuman atau lambaian tangan kepada mereka. Untuk hari ini dia tidak mau menjadi Jo Brawijaya, drummer kawakan Indonesia yang selalu rela dikejar-kejar orang. Yang dia inginkan adalah menjadi Jo, laki-laki yang sedang patah hati karena satu-satunya wanita yang pernah membuatnya mengucapkan kata cinta, sudah menolaknya mentah-mentah untuk laki-laki lain.
Dia seharusnya tidak pernah mengucapkan kata-kata itu kepada Dara. Dia sudah tahu dari dulu bahwa tidak ada orang di dunia ini yang peduli dengannya, yang mencintainya.... Kenapa dia bisa berpikir bahwa Dara akan berbeda dari yang lainnya" He is such an idiot karena sudah menumpahkan semua perasaannya kepada Dara, membuat dirinya lemah dan terbuka untuk menerima serangan. Untuk mendengar kata cinta yang diucapkannya dilemparkan kembali kepadanya seakan kata itu tidak berarti sama sekali.
Selama perjalanan menuju rumah sakit, Jo mencoba memikirkan apa kelebihan Panji dari dirinya dan dia tidak bisa menemukan satu hal pun. Blu yang menyadari mood-nya tentunya mengomentari.
Mas kok diam aja sih dari tadi" tanya Blu.
Jo hanya menoleh dan mencoba sedaya-upaya untuk tersenyum sebelum berkata, Sori, Mas lagi mikirin sesuatu. Oh" Lagi mikirin apa"
Mikirin tentang betapa Mas ingin membakar hidup-hidup asisten kamu itu adalah yang ingin dikatakannya, tapi tentu saja dia tidak bisa mengatakan itu kepada Blu. Akhirnya dia hanya berkata, Nothing important.
Oh, aku pikir Mas lagi mikirin Mbak Dara, ucap Blu santai dan mengulurkan tangannya untuk menaikkan volume radio.
Kepala Jo langsung menoleh ketika mendengar kata-kata Blu. Kenapa kamu pikir Mas lagi mikirin dia"
I don t know, jawab Blu sambil mengangkat bahu. Mung kin karena meskipun tas Mbak Dara masih ada, aku nggak bisa menemukannya di mana-mana tadi malam waktu aku keluar untuk ngambil minum. Mungkin karena pintu kamar tidur Mas tertutup, dan Goldie masih ada di ruang TV. Atau mungkin karena Mbak Dara baru keluar rumah lewat tengah malam dan Mas Jo mengantarnya pulang.
Selama beberapa menit Jo tidak bisa berkata-kata. Dia hanya bisa membuka dan menutup mulutnya berkali-kali seperti ikan maskoki. Jo merasakan wajahnya mulai memerah dan dia harus mengalihkan perhatiannya dari tatapan Blu.
Mas dan Mbak Dara hanya...
Main catur" ledek Blu.
Mau tidak mau Jo terkekeh. Dia seharusnya tahu Blu terlalu pintar untuk dibohongi.
Well, not exactly, ucap Jo tersipu-sipu.
Man, bagaimana mungkin dia membicarakan sex life-nya dengan adiknya yang berumur enam belas tahun ini" Aku harap Mas setidak-tidaknya pakai protection, lanjut Blu. What"! Jo mencoba memutuskan apakah dia harus merasa bersyukur karena setidak-tidaknya para guru SMA sudah mendidik murid-murid mereka tentang safe sex, atau khawatir bahwa mereka tahu tentang seks terlalu dini. Apa kamu nggak terlalu kecil untuk bicara tentang seks"
Oh, please... aku ini sudah enam belas tahun. Sekarang waktu yang tepat bagi para remaja dengan hormon mereka yang meledak-ledak untuk tahu tentang seks dan segala tetekbengeknya. Aku malah lagi mikir-mikir mau jadi advokat kampanye Say no to sex di sekolah. Menurut Mas gimana"
Jo mendengus mencoba menahan tawa, tapi gagal. Akhirnya dia melepaskan tawanya. Ah, betapa dia mencintai adiknya yang bisa membuatnya tertawa ketika hatinya sedang hancur berkeping-keping.
Menurut Mas, ide yang baik kamu mau terlibat dalam kampanye seperti itu. Mas dukung seratus persen. Penduduk Indonesia sudah terlalu banyak, kita nggak perlu menambahnya dengan anak di luar nikah yang hanya akan ditelantarkan orangtuanya.
Blu tersenyum senang, lalu senyumnya perlahan-lahan menghilang, digantikan dengan tatapan khawatir.
So, what happened dengan Mbak Dara"
Jo menarik napas dan akhirnya berkata, Mas bilang bahwa Mas cinta sama dia.
Really" Ooohhh... that is sooo... sweet, teriak Blu gembira sambil menempelkan tangannya di dada. Terus... terus... Mbak Dara bilang apa" sambung Blu semangat.
Dia bilang Mas nggak akan bisa memberikan apa yang dia butuhkan. Dia menolak Mas, tandas Jo.
Kini giliran Blu yang kelihatan seperti ikan maskoki. What" No way. Are you serious" I thought... Tunggu sebentar. Ini nggak masuk akal sama sekali. Apa coba yang Mas nggak punyai" Mas kan ganteng, berpenghasilan tetap, baik, dan lucu lagi.
Jo hampir saja tertawa terbahak-bahak melihat usaha Blu membela harga dirinya.
Yeah, well... sepertinya Mbak Dara memerlukan lebih dari itu semua.
Like what" I don t know. Kamu kan perempuan, begitu kamu bisa memikirkan apa itu, let me know. Karena sampai sekarang Mas masih bingung mikirin soal itu juga.
Mereka terdiam, membiarkan suara lalu lintas dan iklan di radio mengisi kekosongan. Kemudian Jo mendengar Rihanna menyanyikan tentang menemukan cinta in a hopeless place . Lagu itu betul-betul menggambarkan kisah cintanya terhadap Dara. Cinta yang sudah putus harapan dan membuat hatinya hancur berkeping-keping. Jo langsung mengulurkan tangannya dan mematikan radio dengan sedikit ganas. Dari sudut matanya dia melihat Blu sedang memperhatikannya dengan ingin tahu, tapi tidak mengatakan apa-apa.
Blu tidak berbicara lagi hingga bangunan rumah sakit sudah kelihatan. Apa Mas mau aku menanyakannya ke Mbak Dara" Menanyakan apa"
Tentang apa yang Mbak Dara perlukan dari Mas, ucap Blu nggak sabaran.
No, no, no. Mas nggak mau sama sekali kamu membicarakan hal ini dengan dia. Ditolak satu kali sudah cukup, nggak perlu pakai dua kali.
Tapi... Nggak pakai tapi-tapi. Janji kamu nggak akan ngomong apaapa ke Mbak Dara.
Tapi aku cuma mau bantu. Janji sama Mas, Blu, geram Jo.
Fine. Aku nggak akan ngomong apa-apa ke Mbak Dara, gerutu Blu sambil menyedekapkan tangannya dan cemberut.
Mereka tidak berbicara lagi sampai mereka melangkah masuk ke dalam rumah sakit. Jo berhenti di meja informasi, mencoba mencari tahu di mana Ina dirawat. Sekitar sejam yang lalu ketika sedang menunggu di depan gerbang sekolah Blu, Jo menelepon Revel untuk menanyakan di mana sobatnya itu berada. Revel memberitahu Jo bahwa dia sedang di rumah sakit karena air ketuban Ina sudah pecah. Begitu Blu masuk ke dalam mobil, Jo langsung menuju rumah sakit. Revel hanya memberitahukan rumah sakit tempat Ina dirawat, tapi saking paniknya tidak memberitahukan lokasi persisnya sebelum menutup telepon.
Mata mbak-mbak di meja resepsionis sudah hampir meloncat keluar ketika melihat Jo, dan Jo menahan diri untuk tidak memutar bola matanya. Hari ini dia betul-betul tidak menikmati dipelototi oleh para wanita seolah dia hanyalah sepotong daging dengan wajah ganteng yang tidak memiliki perasaan. Tanpa perlu menanyakan identitasnya, petugas resepsionis itu langsung memberikan informasi tentang lokasi Ina. Jo segera menggandeng setengah memeluk Blu dan lari menuju lift setelah mengucapkan terima kasih. Dari sudut matanya dia melihat beberapa orang sudah mulai mengikuti mereka.
Apa orang-orang ini tahu bahwa Revel juga ada di rumah sakit" Mungkin kalau mereka tahu itu, mereka akan mengalihkan perhatian kepada Revel. No, Jo tidak akan melakukan hal sejahat itu kepada sobatnya yang dia yakin sudah cukup pusing memikirkan kelahiran anak pertamanya tanpa perlu lagi perhatian khalayak ramai. Ketika pintu lift terbuka di hadapannya, Jo langsung masuk dan untungnya pintu lift langsung tertutup sebelum ada yang bisa mengikuti mereka.
Jo menemukan Revel di ruang tunggu sedang mondar-mandir dengan wajah pucat. Dia tidak pernah melihat sobatnya seperti ini dan itu membuatnya melupakan masalahnya sendiri untuk sementara waktu. Jo memanggil Revel dan sobatnya itu kelihatan agak terkejut ketika melihatnya.
Hey, man, are you okay" tanya Jo ketika dia sudah berdiri di hadapan Revel.
Yeah. Just freaking out a little bit, ucap Revel dan melarikan tangannya pada rambutnya. hanks for coming, lanjutnya sambil tersenyum kepada Blu.
Ketika mendengar itu Jo tahu bahwa Revel memang betulbetul menghargai kehadirannya dan Blu.
So, Ina di dalam" tanya Jo sambil mendudukkan dirinya di salah satu sofa yang tersedia di ruang tunggu yang kosong itu.
Revel mengikutinya sebelum mengangguk, tapi tidak mengatakan apa-apa. Matanya penuh kekhawatiran.
Bukannya elo seharusnya ada di dalam sama dia" Megang tangannya atau duduk di belakangnya selama dia kontraksi gitu" ledek Jo.
Gue nggak bisa... Revel berhenti, seakan mengalami masalah mengekspresikan perasaannya dan sekali lagi melarikan tangannya pada rambutnya.
Gue nggak tega ngelihat dia kayak gitu, ucap Revel akhirnya. Suster di dalam nyuruh gue keluar karena bikin Ina panik.
Jo terkekeh dan harus berhenti ketika melihat tatapan Revel padanya. Dia mengangkat kedua tangannya tanda menyerah dan mengucapkan kata maaf.
God, what was I thinking, getting her pregnant. She s in so much pain right now because of me, bisik Revel sambil menguburkan wajahnya pada kedua telapak tangannya.
Blu yang duduk berdekatan dengan mereka mengangkat alisnya, bingung melihat produsernya yang biasanya super cool, hari ini tidak menggambarkan kata itu sama sekali. Jo hanya tersenyum kepada Blu yang memutuskan untuk mengeluarkan iPod dan sebuah buku pelajaran dari dalam tas sekolahnya. Semenit kemudian dia sudah tenggelam di dalam dunianya sendiri.
I m sure she ll be ine. Ina itu lebih kuat daripada yang elo pikir, Jo mencoba menenangkan.
Dan usahanya sepertinya berhasil karena Revel mengangkat kepalanya dan menatapnya. Gue sebaiknya nelepon keluarganya. Gue nggak mau mereka harus mendengar ini dari media. Mereka akan mencincang gue kalau mereka tahu media tahu lebih dulu tentang ini daripada mereka, ucap Revel dan mengeluarkan HP-nya.
Mendengar itu Jo meringis dan Revel menaikkan alisnya penuh tanda tanya.
Kemungkinan besar mereka sudah tahu karena tadi banyak orang yang ngelihat gue dan Blu di bawah waktu gue minta informasi tentang Ina.
Dan Revel menyumpah sambil meluncurkan jempolnya pada layar iPhone-nya. Ketika dia melakukannya, Jo menyandarkan tubuhnya pada sofa.
You look like hell, by the way, komentar Revel yang kini sedang memasukkan HP-nya kembali ke kantong celananya.
Jo membuka matanya, dia bahkan tidak sadar bahwa dia sudah tertidur. Sambil mencoba mengusir kantuk dan memfokuskan tatapannya pada sobatnya, dia berkata, Dude, I am in hell.
Dara menyerahkan surat pengunduran dirinya pada hari pertama dia kembali bekerja setelah cutinya dan dia tidak melihat Jo sama sekali selama dua minggu ke depan. Bahkan tidak ketika dia harus menjemput Tante Poppy dari bandara atau ketika dia membantu Blu membereskan barang-barangnya untuk dipindahkan dari rumah Jo ke rumah Tante Poppy. Blu kelihatan agak dingin terhadapnya, dan dia tidak tahu kenapa. Awalnya Dara berpikir Blu tahu sesuatu tentang apa yang terjadi di antara dirinya dan Jo, tapi dia membuang jauh-jauh dugaan itu ketika sadar bahwa Blu adalah orang terakhir yang akan diceritai Jo tentang apa yang terjadi di antara mereka.
Dara tahu bahwa dia tidak ada urusan untuk ingin berbicara atau bertemu Jo lagi, tidak setelah apa yang sudah dia katakan kepada lelaki itu terakhir kali mereka bertemu. Meskipun begitu, itu tidak menghentikannya dari menginginkannya untuk bertemu, setidak-tidaknya sekali saja sebelum kontrak kerjanya berakhir. Dia ingin memastikan Jo baik-baik saja. Namun pada hari terakhir dia harus bekerja, Jo masih tidak kelihatan.
Dara sedang duduk di sofa, sendirian, pada pesta perpisahannya setelah Sita permisi ke toilet ketika Tante Poppy menghampirinya. Harus diakuinya bahwa dia menyukai Tante Poppy yang menurutnya superrileks dan sangat terbuka sebagai orangtua, berbeda sekali dengan Jo yang superketat. Hanya ada tiga batasan yang diberikan Tante Poppy kepada Blu, yaitu jangan pernah menyentuh narkoba, jangan mencoba seks bebas, dan harus menelepon kalau dia mau pulang lewat jam malam.
Lagi nyariin siapa, Dara" tanya Tante Poppy ketika sadar Dara sedang celingukan.
Nggak nyariin siapa-siapa, jawab Dara cepat.
Tante Poppy tersenyum dan duduk di sebelah Dara. Dia berangkat ke Phuket tadi malam.
Siapa yang ke Phuket" tanya Dara.
Jo, jawab Tante Poppy pendek dan dengan susah payah Dara mencoba untuk tidak menganga.
Bagaimana... dari mana... Dara tidak bisa menyelesaikan kalimatnya.
Blu cerita ke saya tentang hubungan kamu dengan Jo selama saya nggak ada. I ve been kicking myself because I missed it. I would have love to see that.
See what" Jo... in love... with you, ucap Tante Poppy dan dia terkekeh. Mata Dara langsung melebar mendengar kata-kata Tante Poppy. Pertama karena dia tidak menyangka Blu tahu akan itu, kedua bahwa Blu menceritakannya ke Tante Poppy, ketiga karena Tante Poppy sekarang sedang membicarakannya dengannya. Oh! Siapa lagi yang tahu tentang ini"
Omong-omong, saya mengerti kenapa kamu menolak dia. Kamu sudah punya tunangan yang akan kamu nikahi se bulan lagi. Lagi pula, hal ini mungkin bisa jadi pelajaran bagi Jo bahwa nggak semua wanita mau sama dia.
Dara mengerutkan keningnya, tidak mengerti arah pembicaraan Tante Poppy.
Kamu mungkin nggak tahu ini, tapi Jo adalah orang paling insecure yang saya tahu. Kamu seharusnya lihat dia waktu masih belasan tahun. Saya nggak pernah lihat anak laki-laki yang begitu menyendiri dan tertutup. Dia seperti membangun benteng di sekelilingnya, mencoba menghalangi orang untuk mendekat. hat really broke my heart, melihat dia seperti itu. Saya belum sempat melakukan apa-apa untuk membantunya sebelum papanya mengirimnya ke Singapura. Kami hilang kontak selama hampir sepuluh tahun, sampai papanya meninggal dan Jo terpaksa kembali ke Jakarta.
Dara hanya berdiam diri, karena dia tahu Tante Poppy masih jauh dari kata selesai.
Di surat wasiat papanya memintanya untuk menjaga Blu, dan di luar dugaan saya, dia menerima tanggung jawab itu. Sampai hari ini saya suka bertanya-tanya kenapa dia melakukannya. Dia nggak perlu melakukannya, karenaTuhan tahu dia nggak berutang apa-apa kepada saya dan Blu. Tapi harus saya akui bahwa saya berterima kasih akan kehadiran Jo, karena Blu setidak-tidaknya memiliki igur seorang laki-laki di dalam kehidupannya. Jo memang jauh dari kata perfect, tapi dia berusaha sebisa mungkin untuk Blu. Selama beberapa tahun inilah saya jadi lebih mengenal anak tiri saya itu.
Tatapan Tante Poppy kelihatan menjauh. Secara isik beliau memang masih berada di samping Dara, tapi pikirannya sudah tenggelam ke masa lalu.
Ternyata segala insecurities yang dia miliki waktu remaja justru semakin parah setelah dia dewasa. Entah gimana dia mendapatkan ide di kepalanya bahwa nggak ada orang yang peduli pada dia. Bahwa nggak ada orang yang mencintainya, tidak peduli berapa banyak orang di sekitarnya yang mengatakan sebaliknya.
Tante Poppy menggeleng dengan sedih sebelum menambahkan, Saya menyalahkannya kepada almarhum suami saya dan ekspektasinya yang terlalu tinggi terhadap Jo tanpa menghabiskan banyak waktu dengan anaknya sendiri dan membantunya mencapai ekspektasi tersebut. Yang Jo nggak tahu adalah bahwa papanya betul-betul bangga padanya, meskipun suami saya lebih baik memotong lidahnya sendiri daripada mengatakannya di depan Jo. Dia betul-betul kecewa ketika Jo menolaknya untuk membiayai kuliahnya, lebih memilih pergi ke Jerman karena kuliahnya gratis.
Di dalam kepalanya Dara mengatakan Ooo . Selama ini dia memang selalu bertanya-tanya kenapa Jo memilih Jerman daripada negara lain untuk menekuni musik. Kini dia tahu jawabannya.
Papa Jo selalu berpendapat bahwa anak laki-laki harus dikerasin, nggak boleh dimanja, karena kalau dimanja nggak akan jadi apa-apa. Alhasil beliau mendidik Jo seperti bangsa Sparta mendidik anak mereka, sangat keras dan terkesan tidak peduli.
Tante Poppy mendesah panjang sebelum menoleh. Itu sebabnya ketika Jo dengan rela menunjukkan rasa cinta dan mengucapkan kata cintanya kepada kamu adalah sesuatu yang sangat penting untuk saya, Blu, dan semua orang yang peduli pada Jo, karena itu betul-betul langka.
Mata Dara membelalak, dan seperti membaca pikiran Dara, Tante Poppy melanjutkan. Kamu sekarang mungkin berpikir bahwa semua ini hanya bullshit, karena Jo selalu menunjukkan bahwa dia tidak bermasalah gonta-ganti wanita secepat dia mengganti pakaian. Well, saya bukan psikolog, jadi ini mungkin perasaan saya saja, tapi satu-satunya penjelasan yang saya bisa kasih ke kamu kenapa dia begitu adalah karena dia sedang mencoba mencari orang yang bisa mencintainya. Bukan Jo sang selebritas, tapi Jo, laki-laki dengan masa kecil yang berantakan dan masalah emosi yang berjibun. Sayangnya selama ini sepertinya dia mencarinya di tempat yang salah.
Dara tidak perlu menjadi seorang genius untuk tahu bahwa Tante Poppy sedang mengatakan bahwa beliau mengategorikan Dara ke dalam tempat yang salah , dan entah kenapa itu membuatnya ingin membantahnya. Sesuatu yang tidak bisa dia lakukan kalau dia masih berniat menikahi Panji. Akhirnya Dara hanya bisa bertanya, Apa ada yang bisa saya lakukan untuk Jo"
Dia baru menyadari bagaimana pertanyaan ini mungkin terkesan tidak pada tempatnya ketika dia melihat senyuman yang diberikan Tante Poppy padanya. Senyuman itu penuh pengertian, kekecewaan, dan sedikit kesedihan. Kemudian beliau menggeleng.
Jo hanya perlu waktu untuk menerima keadaan ini. Kita semua harus mengalami patah hati untuk betul-betul mengerti arti cinta, kan" Saya hanya bisa berdoa semoga suatu hari dia bisa menemukan seseorang yang bisa mencintainya sedalam dia mencintai orang tersebut.
Dara merasa seperti ada orang baru saja melayangkan kapak ke dadanya. Mengoyak dadanya dengan paksa dan mengeluarkan jantung serta hatinya kemudian membakarnya, sementara dirinya menonton selama semua itu berlangsung. Dia tidak bisa bernapas, tatapannya mulai berkunang-kunang dan hatinya remuk. Remuk untuk Jo, juga untuk dirinya yang sudah melepaskan Jo. I m an idiot, I m an idiot, I m an idiot.
Saya rasa itu sebabnya dia harus keluar dari Jakarta untuk sementara waktu.
Kata-kata Tante Poppy, yang sama sekali tidak sadar akan efek dari kata-katanya, menyadarkan Dara. Berapa lama Jo akan berada di Phuket" tanya Dara dengan susah payah. Bisa sehari, seminggu, atau sebulan, tergantung pada... Pada apa"
Tante Poppy tidak sempat menjawab pertanyaan Dara ketika Sita muncul kembali dan menarik Dara dari sofa. Selama sisa acara itu Dara mencoba berbicara lagi dengan Tante Poppy, tapi tahu-tahu acara sudah berakhir dan Tante Poppy me ngatakan bahwa mereka akan bertemu lagi pada hari perni kahan Dara lalu menghilang bersama Blu.
Malam itu Dara pulang dengan perasaan berat. Pikirannya penuh dengan kata-kata Tante Poppy dan pikirannya sendiri. Dia mempertimbangkan untuk menelepon Jo. Dia sudah hampir menekan tombol call ketika dia mengurungkan niatnya. Dia nggak bisa berbicara dengan Jo sekarang, dia harus meluruskan kepalanya terlebih dahulu. Untuk mempertimbangkan segala skenario dan konsekuensi sebelum dia bisa mengambil keputusannya.
BITTEr PIll HIS better be good. Aku sudah membatalkan meeting penting dengan klien untuk kamu, ucap Panji yang sedang menarik dasinya dengan sedikit
ganas. Dara meneleponnya sejam yang lalu, memintanya untuk datang menemuinya di rumahnya. Untuk pertama kalinya Dara tidak peduli bahwa dia telah mengganggu jadwal kerja Panji. Dia sudah mengambil keputusan dan harus memberitahu Panji secepatnya serta menerima apa pun konsekuensi tindakannya ini. Tidak ada gunanya menunda lagi. Selama beberapa bulan ini sudah ada banyak situasi yang mengindikasikan bahwa dia tidak akan pernah bisa betul-betul bahagia bersama Panji, yang dia abaikan karena laki-laki itu terlalu keras kepala dan menolak membuka mata. Tidak lagi. Kini, membayangkan dirinya terikat dengan Panji untuk dua puluh tahun ke depan membuat Dara panas-dingin.
Mungkin dia harus berterima kasih kepada Jo yang secara tidak langsung telah membantunya menyadari semua ini. Walau bagaimanapun, kini dia tahu Panji berhak tahu segalanya. Tentang apa yang sudah terjadi antara dirinya dan Jo. Dara tahu Panji akan marah besar dan kemungkinan tidak akan memaafkannya, tapi itu the right thing to do. Kejujuran akan membuatnya merasa lebih baik ketika mengakhiri hubungannya dengan Panji dan dia bertekad melakukannya. Satu hal yang dia sesali adalah bahwa dia baru bisa melakukan ini sekarang, sebulan sebelum mereka menikah.
Untung saja siang ini Ibu dan Papa sedang keluar dan Krisna pergi entah ke mana, jadi rumah kosong. Dara yakin dia harus melakukannya sekarang, siapa tahu Panji memutuskan untuk membentak-bentaknya begitu mendengar penjelasannya. Dia lebih memilih dibentak ketika sedang sendiri daripada di hadapan keluarganya.
Panji yang melihat ekspresi wajah Dara langsung waswas. What s going on" tanyanya.
Ada sesuatu yang perlu aku bicarakan dengan kamu. Sebaiknya kamu duduk, ucap Dara dan mempersilakan Panji duduk.


The Devil In Black Jeans Karya Aliazalea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Panji mengangkat alisnya ketika sadar Dara mempersilakannya duduk di ruang tamu, bukan di kamar tidurnya seperti biasa. Setelah Panji duduk, tanpa ancang-ancang lagi Dara langsung berkata, Aku mau membatalkan pernikahan kita.
Panji kelihatan bingung sejenak, seakan tidak betul-betul memahami kata-kata Dara.
Maksud kamu menunda"
No, nggak menunda. Maksud aku batal, alias aku nggak mau menikahi kamu.
APAAA"! teriak Panji dan berdiri.
Kalau kamu mendengar penjelasanku, aku rasa kamu juga nggak akan mau menikahi aku lagi. Bisa tolong kamu duduk" Aku nggak mau harus mendongak selama menjelaskan, pinta Dara.
Panji kelihatan semakin bingung dan Dara tidak menyalahkannya. Untungnya Panji kemudian kembali duduk. Dara memutar tubuhnya agar bisa berhadapan dengan Panji.
Aku sudah melakukan sesuatu yang seharusnya nggak aku lakukan. Dan demi Tuhan aku menyesalinya karena aku tahu itu akan menyakiti kamu. Aku seharusnya bilang ke kamu sebelum ini, tapi aku belum siap atau terlalu pengecut untuk menghadapi konsekuensi tindakan aku itu.
What did you do" tanya Panji curiga.
Dara menarik napas. Beberapa bulan yang lalu aku sudah membiarkan Jo menciumku, ucap Dara.
You did what" saking terkejutnya Panji hanya bisa membisikkan kata-katanya ini daripada meneriakkannya.
Dara mengambil kesempatan keterkejutan Panji ini dengan melanjutkan, Beberapa bulan kemudian dia menciumku lagi waktu kami di Singapura, tapi lain dengan sebelumnya, kali ini aku membalas ciumannya itu.
Kini Panji hanya bisa menganga melihat Dara. Dia jelas-jelas tidak pernah menyangka Dara akan berani melakukan ini kepadanya. Sekali lagi Dara menarik napas, mengumpulkan keberanian untuk mengatakan yang selanjutnya. hat s not the worst part.
Mata Panji sudah terbelalak, tapi Dara menolak mundur dan dengan cepat dia berkata, Beberapa minggu yang lalu kami sudah tidur sama-sama.
As in... Panji tidak perlu menyelesaikan pertanyaannya, Dara tahu apa yang dimaksud olehnya. Yes, jawab Dara.
THAT MOTHERFUCKER. I M GOING TO KILL HIM, geram Panji dan dengan penuh kemarahan langsung bangun dari sofa menuju pintu depan.
Sekuat tenaga Dara mencoba menarik lengan Panji. Ji, kalau kamu mau menyalahkan orang, salahkan aku. Aku seharusnya lebih bisa menahan diri. Aku yang sudah bertunangan, dia masih single. Ini semua salah aku.
Oh, setelah aku membunuh dia, aku akan kembali untuk berurusan dengan kamu, bentak Panji dan dengan kasar menarik lengannya dari genggaman Dara. How could you do this to me"
Dara melepaskan lengan Panji setelah yakin laki-laki itu tidak akan lari keluar rumah. Aku tahu aku salah dan aku minta maaf. Tapi sekarang kamu tahu kenapa aku nggak bisa menikahi kamu.
Like hell kamu nggak akan menikahi aku. Kita akan tetap menikah, teriak Panji.
What"! Ji, apa kamu nggak mendengarkan apa yang baru aku katakan" Aku sudah selingkuh dan...
Aku dengar semuanya. Kamu nggak perlu mengulanginya lagi. Tapi aku nggak akan mempermalukan diriku dan keluargaku dengan membiarkan kamu membatalkan pernikahan ini sekarang. Kita akan tetap menikah dan aku akan membuat kamu membayar apa yang sudah kamu lakukan kepadaku.
Selama beberapa detik Dara hanya bisa menatap Panji, mencoba mencerna kata-katanya. Ji, aku nggak bisa menikahi kamu, ucap Dara setenang mungkin.
Kamu bisa dan kamu akan menikahi aku, omel Panji sambil mencengkeram lengan atas Dara.
No, I won t, balas Dara tegas.
Yes... you... will, teriak Panji dan mulai mengguncangkan tubuh Dara seakan dia boneka.
Ji, lepasin aku. You re hurting me! teriak Dara mulai panik. Dia tidak suka tatapan Panji padanya. Panji kelihatan seperti orang yang sudah kehilangan akal sehat.
Seperti baru sadar akan apa yang dia sedang lakukan, Panji melepaskan Dara dengan tiba-tiba, membuat Dara hampir saja kehilangan keseimbangannya. Dia kemudian memutar tubuhnya membelakangi Dara. Bahunya naik-turun dan Dara tahu Panji sedang mencoba mengontrol emosinya. Dara memutuskan untuk memberinya sedikit ruang untuk melakukan itu tanpa mengatakan apa-apa. Dengan hati-hati dia mengusap lengan atasnya yang dia yakin akan memar besok karena cengkeraman Panji.
Jawab satu pertanyaan, Dara. Apa kamu membatalkan pernikahan kita untuk bisa sama-sama dengan... dia" Apa kamu meninggalkan aku untuk... Jo" tanya Panji setelah beberapa menit dalam keheningan.
Entah kenapa, pertanyaan itu membawa rasa sakit yang tidak terkira ke dalam hati Dara. Jo jelas-jelas tidak akan menginginkannya lagi setelah apa yang sudah dilakukannya. Kesedihan menyerangnya dengan tiba-tiba dan dengan susah payah dia menelan tangis untuk berkata, Nggak. Aku melakukan ini untuk diriku sendiri.
Mendengar ini Panji memutar tubuhnya sambil menggumam, Ini sama sekali nggak masuk akal. Apa yang membuat kamu selingkuh dari aku" Apakah yang sudah aku lakukan kepada kamu isn t right" Aku sudah memberi kamu segalanya.
Semua itu diutarakan Panji dengan penuh keputusasaan, dan tanpa Dara sadari, dia sudah mulai menjelaskan.
Kamu laki-laki yang sempurna. Kamu memiliki segala karakteristik untuk menjadi seorang suami. Kamu stabil, punya pekerjaan mapan, dan ambisius di segala aspek kehidupan kamu.
Kamu tahu apa yang kamu mau dan nggak mengenal kata kompromi. Aku selalu menghargai semua hal tentang kamu ini.
Panji menatapnya penuh tanda tanya, dan Dara melanjutkan, Tapi kamu juga suka sekali mengontrol segala sesuatu di sekitar kamu, termasuk aku. Kamu memiliki ide tentang bentuk istri yang kamu inginkan dan kamu mencoba mencetak aku jadi seperti itu. Selama ini aku sudah jungkir-balik mengubah diriku untuk memenuhi keinginan kamu, tapi aku nggak bisa melakukannya lagi. Aku ngerasa kamu sudah mencekik kehidupan aku, Ji. Aku bahkan sudah nggak tahu siapa diri aku lagi.
Panji terdiam, seakan mencoba memproses semua informasi ini. Dara lega karena setidak-tidaknya dia cukup tenang ketika melakukannya.
Kamu bilang kamu sudah jungkir-balik mengubah diri kamu untuk aku. Hal-hal apa aja yang sudah kamu lakukan" tanya Panji setelah beberapa menit.
Panji menatap Dara ketika menanyakan ini dan Dara menarik napas, mempersiapkan diri akan luapan perasaan yang dia sudah coba kubur selama dua tahun ini.
Kalau boleh memilih, aku lebih suka rambut pendek, paling panjang sebahu supaya nggak ribet ngurusnya, tapi aku memanjangkan rambut karena aku tahu kamu suka wanita berambut panjang. Aku sama sekali nggak suka makan sayur, tapi lebih dari apa pun juga aku paling benci wortel. Dan aku nggak tahan kalau ngelihat kamu makan wortel mentah. Yuck! Dara bergidik dan meringis sebelum melanjutkan, Aku senang pakai sandal dan paling sebal pakai sepatu berhak tinggi, tapi aku selalu mencoba mengenakan sepatu hak kalau keluar dengan kamu karena aku tahu kamu suka kaki aku kalau pakai sepatu hak. Aku orangnya mandiri, tapi selama ini aku selalu nelepon kamu minta bantuan, karena aku tahu itu membuat kamu merasa dibutuhkan. Aku punya opini tentang banyak hal, tapi aku selalu mengikuti opini kamu karena kamu nggak suka kalau aku membantah. Aku juga...
Masih ada lagi" potong Panji dengan mata melebar. Dara mengangguk. Oh, kalau Panji sampai tahu berapa banyak dari dirinya yang sudah dia ubah untuk mengakomodasikannya, Panji akan sadar bahwa dia tidak mengenalnya sama sekali. Dara baru saja akan melanjutkan penjelasannya ketika Panji mengangkat tangannya untuk menghentikannya.
Kalau kamu sebegini nggak puasnya dengan aku, kenapa kamu nggak pernah membicarakannya dengan aku sebelum ini"
Karena selama ini aku bisa menoleransinya, tapi kemudian Jo... Dara menghentikan dirinya yang sudah membawa-bawa nama Jo ke dalam diskusi mereka ini. Suatu kesalahan besar kalau dilihat dari reaksi Panji yang kini sedang menatapnya dengan tajam.
Dia memberikan segala hal yang nggak bisa aku berikan ke kamu. Itu sebabnya kamu lari ke dia. Panji menutup kalimat Dara. Aku seharusnya nggak pernah memperbolehkan kamu mengambil pekerjaan kamu kembali, nggak peduli berapa bayarannya. Kalau aku tegas dengan pendirianku, kamu nggak akan pernah tergoda oleh Jo. Aku sudah tahu jenis laki-laki seperti apa dia, dan aku masih melepaskan kamu di sekitar dia.
Ji, berhenti menyalahkan diri kamu. Kamu orang ter akhir di dalam situasi ini yang bisa disalahkan. Dan seperti yang sudah aku bilang, aku memang memutuskan pertunangan kita, tapi bukan berarti aku akan lari ke Jo. Aku perlu waktu sendiri. Untuk menemukan dan mencintai diri aku lagi.
Berapa lama yang kamu perlukan untuk melakukan itu" Sebulan" Enam bulan" Setahun" Berapa lama, Dara" desak Panji. I don t know.
Selama beberapa menit Panji tidak membalas, sepertinya sedang mencerna kata-kata itu. Apa kamu masih cinta sama aku" tanya Panji, suaranya sangat pelan sehingga Dara hampir saja tidak mendengarnya.
Of course. Always. Aku sudah menghabiskan lebih dari dua tahun hidupku bersama kamu.
Tapi nggak cukup untuk membuat kamu menikahi aku" Kekecewaan muncul di wajah Panji dan Dara merasa betul-betul bersalah akan apa yang sudah dia lakukan kepada Panji, tapi dia hanya akan membohongi dirinya sendiri kalau sampai mengatakan iya dan dia menolak untuk berbohong lagi. Dara menggeleng. I m sorry.
Kalau aku akan berusaha untuk berubah dengan nggak terlalu mengontrol kamu lagi, apa kamu akan mempertimbangkan kembali keputusan kamu" Kalau kamu minta aku untuk menunggu, aku akan menunggu. Kita nggak perlu menikah sekarang. Aku akan kasih kamu waktu untuk berpikir kalau itu yang kamu butuhkan.
Dara tidak pernah melihat Panji seputus asa ini terhadapnya, sebab itu selama beberapa menit dia hanya bisa menatapnya. Baru ketika dia mendengar Panji memanggil namanya, Dara membalas. Kalau kamu melakukan itu, kamu akan jadi aku. Buntut ceritanya akan sama saja. Ada satu pihak di dalam hubungan kita yang nggak bahagia. Apa kamu mau hubungan yang seperti itu"
Point taken, ucap Panji, lalu mengambil napas dalam-dalam dan mengembuskannya. Dia lalu menguburkan kepalanya di kedua telapak tangannya.
Dan kamu nggak sepantasnya menunggu aku, Ji. Aku sudah menyakiti kamu, melanggar kepercayaan kamu. Kamu berhak mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik daripada aku, yang nggak akan melakukan hal-hal yang sudah aku lakukan terhadap kamu.
Panji masih menguburkan kepalanya di kedua telapak tangannya, membuat Dara khawatir.
Ji, are you okay" tanya Dara.
Fuck no, I m not okay. Tunanganku seorang pem bohong yang sudah dengan gampangnya tidur dengan laki-laki lain. Aku nggak percaya sudah menghabiskan dua tahun hidup aku untuk kamu, geram Panji.
Dara hanya bisa terdiam, sedikit shock dan sakit hati mendengar kata-kata Panji. Ini adalah sisi Panji yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Panji mungkin memang suka mengon trol, tapi nggak pernah kasar atau kurang ajar terhadapnya. Hal ini membuatnya sedikit takut. Kemudian Dara melihat Panji mengangkat wajahnya dan apa yang dia lihat di mata laki-laki itu membuatnya mundur beberapa langkah.
Ji... Karena kamu adalah pihak yang sudah membatalkan pernikahan ini, kamulah yang harus bertanggung jawab atas semuanya. Kamu yang harus memberitahu keluargaku tentang ini, kamu yang harus membatalkan katering dan gedung, dan aku minta ganti rugi untuk semua uang yang sudah aku keluarkan untuk pernikahan ini.
Semua hal itu dikatakan dengan begitu dingin oleh Panji sehingga membuat Dara menggigil, tapi dia memaksa kepalanya mengangguk.
Jo berjalan menyisiri Pantai Patong, sesuatu yang biasa dilakukannya semenjak dia sampai di sini hampir sebulan yang lalu. Dia tahu cepat atau lambat visa turisnya akan habis dan dia harus kembali ke Jakarta, tapi dia masih ada waktu beberapa hari untuk menentukan pilihannya dan dia menolak memikirkannya sampai dia harus melakukannya. Dia tahu liburan -nya ini betul-betul akan membolongi kantongnya, tapi dia terlalu patah hati untuk peduli. Dia selalu bisa mencari uang lagi nanti setelah selesai mengasihani dirinya. Dia mempertimbangkan untuk meneruskan liburannya ke Penang atau mungkin ke Cebu. Di mana saja asalkan jauh dari Dara, bisa dicapai pesawat terbang, dekat dengan pantai, dan tidak memerlukan visa.
Selama ini Jo tidak pernah menghargai pantai yang selalu membuatnya merasa kesepian, tapi kini dia mendapati suara debur ombak mendamaikan hatinya yang sakit. Samar-samar dia mendengar suara perempuan berteriak-teriak gembira dan dia melihat sebuah banana boat berlalu cepat membawa empat wanita berbikini di atasnya. Dia menarik bagian bawah kemeja linen yang dikenakannya, yang melambai tertiup angin dan mempertontonkan perutnya sebelum melanjutkan perjalanannya. Harus diakuinya bahwa dia menghargai kebebasannya untuk bisa muncul di muka publik tanpa dikejar-kejar orang yang ingin mengambil fotonya, meneriakkan namanya, dan menyentuhnya. Meskipun begitu, dia merindukan set drumnya, mobilnya, dan tempat tidurnya di rumah. Tapi lebih dari apa pun juga, dia merindukan Blu dan Bi Uti.
Rumahnya kini kembali kosong. Tidak ada lagi yang meneleponnya kalau dia pulang terlambat, menyambutnya dengan makan malam kalau dia pulang, mengisi segala sisi rumahnya dengan pernak-pernik kewanitaan. Kini di rumah hanya ada Goldie, dan meskipun Goldie menyambutnya kalau dia pulang, itu tidak sama. Dia menginginkan, no... dia membutuhkan kehangatan sentuhan manusia di dalam hidupnya. Blu, Bi Uti, dan Dara sudah membiarkannya mencicipi rasa itu dan membuatnya ketagihan. Tapi kini dia sudah seperti seorang pecandu yang masuk pusat rehabilitasi, di mana narkoba mereka diambil dengan paksa, membuatnya mengalami withdrawal besar-besaran.
Dia tahu dia hanya memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan hidup tanpa itu semua lagi, yang dia tidak tahu adalah berapa lama. Mungkin inilah yang terbaik baginya. Jauh dari segala sesuatu yang bisa menggodanya untuk menurunkan benteng pertahanannya lagi. Toh sebelum mereka masuk ke dalam kehidupannya, dia bisa hidup dengan damai tanpa mereka. Jadi akan dia pastikan dia bisa dan akan melakukannya lagi.
Lima belas menit kemudian, yakin bahwa tubuhnya sudah menyerap cukup vitamin D, Jo menyusurkan langkahnya kembali ke hotel. Dua wanita bule yang berpapasan dengannya menatapnya dari atas sampai bawah dan Jo melihat ketertarikan di mata mereka, tapi Jo hanya mengangguk dan berlalu. Seks tidak akan menyelesaikan masalahnya, dan dari cara dua wanita itu menatapnya, dia tahu bahwa yang mereka inginkan hanyalah tubuhnya. Dan dia akan menembak dirinya terlebih dahulu sebelum melakukan meaningless sex dengan meaningless strangers. Tidak sekarang setelah dia mengerti bahwa kalau dia melakukannya dengan orang yang tepat, seks tidak akan pernah jadi meaningless lagi.
Mengingat wajah Dara cukup untuk membuat Jo lari memasuki lobi hotel, menaiki tangga karena tidak sabar menunggu lift, memasuki kamarnya, menanggalkan semua pakaiannya, menyalakan shower, dan berdiri di bawahnya, membiarkan seluruh tubuhnya dibasahi air dingin.
Stop thinking about her. Stop dreaming about her. Just stop... everything about her.
She doesn t choose you. She doesn t need you. She doesn t love you.
Setelah beberapa menit tubuhnya sudah mulai rileks dan Jo bisa bernapas lagi. Betapapun dia sudah mencoba menghapuskan Dara dari dalam pikirannya, wanita itu sepertinya menolak meninggalkannya. Semakin dia mencoba melupakan Dara, semakin sering wajahnya, suara tawanya, tatapannya, dan sen tuhannya menghantuinya. Dia harus menghentikan ini semua kalau dia tidak mau jadi gila.
Jo menarik napas dan hampir menyumpah ketika samar-samar dia bisa mencium aroma bunga lily. Menyadari bahwa aroma itu datang dari sabun di dalam genggamannya, dengan kesal dia melemparkan sabun itu ke dalam tempat sampah dan mandi menggunakan sampo. Setidak-tidaknya samponya tidak mengingatkannya pada Dara.
WAKE-UP CAll ETIKA sedang menyeka tubuhnya dengan handuk, Jo mendengar HP-nya berdering dan ketika melihat nama Blu, dia langsung mengangkatnya.
Hei, Mas, lagi ngapain" Suara Blu yang ceria menyambutnya.
Hei, you, Mas baru abis mandi, ucap Jo sambil tersenyum dan melangkah ke luar kamar mandi.
Dia berjalan menuju laci tempatnya menyimpan kaus dan pakaian dalamnya. Matahari akan terbenam sebentar lagi dan angin yang berembus membantu mendinginkan suhu panas pantai.
Malam ini ada rencana mau ke mana" tanya Blu. I don t know. Mungkin nonton hai Boxing. Jo meletakkan HP di atas meja setelah mengaktifkan speaker agar dia masih bisa mendengar Blu sementara dia berpakaian.
Ugh... how can you watch that. It s so violent, ucap Blu.
Jo terkekeh. Well, pilihannya kalau nggak nonton itu ya pergi nonton show banci. Dan Mas nggak akan pernah ketangkap basah nonton begituan.
Blu terkekeh. Apa Mas akan pergi dengan seorang teman kencan, se tidak-tidaknya"
Yeah, two of them. hey re twins, canda Jo.
Blu yang tentunya tidak mengerti candaan Jo ini berkata, Really" dengan antusias, membuat Jo tertawa terbahak-bahak.
Jo selesai berpakaian dan meraih HP-nya. Dia lalu berjalan menuju pintu geser yang menghadap ke pantai, membukanya, dan duduk di salah satu kursi taman yang tersedia di balkon. Dia akan menunggu hingga matahari betul-betul terbenam sebelum keluar.
Omong-omong, kamu sudah memutuskan penjurusan yang akan kamu pilih" tanya Jo, mengalihkan pembicaraan mereka.
Terakhir kali mereka membicarakan hal ini Blu masih bingung antara IPA atau IPS. Para guru di sekolahnya yang melihat nilainya menyarankan agar dia mengambil IPA, tapi Blu bilang dia benci setengah mati sama yang namanya isika. Tentunya itu membawa diskusi panjang lebar tentang bagaimana penjurusan ketika SMA memengaruhi persaingan masuk universitas. Jo sendiri tidak bisa mengusulkan apa-apa kepada Blu karena pilihannya waktu SMA cukup gampang. Dia mengambil jurusan arts, karena nilainya terlalu parah untuk mengambil science. Yep. Aku akan masuk IPS, ucap Blu gembira. Congratulations, teriak Jo.
Mas nggak masalah dengan pilihan aku ini"
Mendengar nada khawatir Blu, Jo berkata, Mas akan setuju dengan apa saja yang kamu pilih selama kamu yakin dan bertanggung jawab atas pilihan kamu.
Aku yakin dengan pilihan aku. hen I m happy.
Mereka menghabiskan sekitar dua puluh menit membicarakan hal-hal lainnya sampai Jo mendengar suara Poppy yang meminta Blu menyerahkan telepon kepadanya karena ada sesuatu yang ingin dia bicarakan dengan Jo.
So, kapan Mas akan kembali ke Jakarta"
Jo mendengar nada penuh harap pada pertanyaan Blu ini dan dengan berat hati dia menjawab, Soon.
Good, ucap Blu, adiknya ini terdiam sekejap sebelum menambahkan, I miss you.
Jo tersenyum dan membalas. I miss you too, kiddo. Blu lalu berpamitan dan tidak lama kemudian Jo mendengar suara Poppy.
Hei, Jo, aku dengar kamu mau pergi nonton Tiger show nanti malam. Jangan lupa foto-foto ya. Aku mau lihat. Banyak yang bilang katanya mereka cantik-cantik lho, ucap Poppy antusias.
Jo memutar bola matanya. Poppy memang senang sekali menggodanya tentang banci, karena dia tahu betapa Jo takut se tengah mati sama yang namanya banci. Jo tidak mengalami ma salah dengan keberadaan mereka selama mereka tidak dekatde kat. Pengalaman diserang fans banci sekali seumur hidupnya ketika dia sedang manggung sudah cukup, nggak pakai dua kali.
Gimana kalau kamu dan Blu kapan-kapan ke sini dan nonton sendiri" balas Jo datar.
Poppy tertawa terbahak-bahak. Samar-samar Jo bahkan mendengar tawa Blu di belakang. Setelah tawa Poppy dan Blu reda, Jo bertanya, Goldie gimana kabarnya"
Oh, she s ine. She misses you, though. Setiap hari dia nunggu di pintu depan sampai lewat malam. Nungguin kamu. Aku rasa dia merasa agak ditelantarkan.
Jo menarik napas, tahu apa yang Poppy akan katakan selanjutnya. Poppy selalu menanyakan hal yang sama, setiap kali menelepon, dan Jo selalu membalas dengan jawaban yang sama.
Are you okay over there"
Dan Jo tersenyum, menyadari betapa rutinnya pembicaraan telepon mereka.
I m i... Goddamn it, Jo. Berhenti bilang kalau kamu ine. Kamu nggak ine. Kalau kamu baik-baik aja, kamu akan ada di Jakarta sekarang, bukannya ngumpet di negara orang.
I m ine. Aku cuma perlu liburan dari semua ingar-bingar Jakarta, balas Jo, bertekad untuk meyakinkan Poppy dan juga dirinya bahwa inilah yang dia rasakan, tidak peduli bahwa itu bukan yang dia rasakan.
Poppy mengembuskan napas keras, tidak bisa menerima jawaban ini tapi tahu bahwa segala argumentasi yang dia lemparkan hanya akan masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Mereka berdiam diri selama beberapa detik.
Well, not that you would care, tapi aku cuma mau kasih tahu bahwa Dara membatalkan pernikahannya.
Lutut Jo langsung terasa lemas dan dia bersyukur dia sedang duduk karena kalau tidak dia bisa jatuh tersungkur. Dibatalkan" Maksud kamu ditunda" tanya Jo untuk mengonirmasi pendengarannya.
Nggak. Nggak ditunda, batal sama sekali. Dia telepon untuk kasih tahu kemarin sore. Aku nggak tahu deh berapa ganti rugi...
Jo tidak lagi mendengar kata-kata Poppy selanjutnya. Pikirannya sudah ke mana-mana. Dara membatalkan pernikahannya"! Merasakan semua darah mengalir ke kepalanya dan membuatnya pusing, Jo langsung mengangkat tangan kirinya untuk memijat pelipisnya. Berbagai macam perasaan bergejolak di hatinya dan beribu-ribu pertanyaan muncul di kepalanya. Satu detik dia ingin berteriak gembira akan berita ini, detik selanjutnya keraguan muncul, menahannya dari menunjukkan emosi apa-apa.
Pertanyaan seperti kenapa Dara membatalkan pernikahannya, hingga apakah dia membatalkan pernikahan untuknya, memenuhi kepalanya.
Jo, are you there" Pertanyaan Poppy membuat Jo hampir loncat dari kursinya. Dia lupa Poppy masih di telepon. Buru-buru dia berkata, Yeah I m here.
Apa kamu akan melakukan sesuatu setelah mendengar berita ini" tanya Poppy.
Like what" I don t know. Mungkin minta ganti rugi karena Dara sudah membuat kamu menghabiskan waktu sebulan ini mencoba melupakan dia dengan menghambur-hamburkan uang menginap di resor di hailand. Sumpah deh, Jo, lain kali bisa nggak sih kamu ngambeknya di tempat yang lebih murah"
Sebelum bisa menahan diri Jo sudah terkekeh dan tak lama kemudian sudah terbahak-bahak.
Ah, it s nice to hear you laugh again, ucap Poppy pelan setelah tawa Jo reda. Lalu dengan nada memohon dia berkata, Can you please come home" We all miss you. Jangan menjauh dari kami hanya karena Dara, oke" Masih banyak orang yang menyayangi kamu di Jakarta selain dia, you know.
Jo tersenyum dan untuk pertama kalinya memutuskan untuk menuruti permintaan Poppy.
Oke, ucap Jo akhirnya. Enam bulan berlalu semenjak Dara membatalkan pernikahannya dengan Panji dan dia mendapati dirinya mempertimbangkan undangan yang dikirimkan Tante Poppy lewat e-mail kepadanya. Tante Poppy akhirnya akan menggunakan ijazah yang dimilikinya dari Le Cordon Bleu untuk membuka restoran pertamanya dan beliau mengundang Dara datang ke acara pembukaan restoran tersebut. Dara merasa gembira untuknya. Dia tidak tahu kenapa Tante Poppy dan Blu (yang sikap dinginnya pada hari-hari terakhir Dara bekerja untuknya kini sudah meleleh) mengundangnya, karena sejujurnya dia hanyalah seorang mantan pegawai, bukan siapa-siapa. Dan meskipun ingin bertemu dengan Jo lagi, yang menurut Tante Poppy sudah kembali ke Jakarta, Dara agak ragu melakukannya. Dia tidak tahu bagaimana Jo akan bereaksi ketika melihatnya lagi. Apa Jo akan mengusirnya dari acara tersebut" Deinitely.
Oh, stop it, Dara. Jangan jadi seorang pengecut. Kalau memang Jo mengusir kamu, kamu selalu bisa berkata bahwa kamu datang ke acara ini atas undangan Tante Poppy dan hanya Tante Poppy yang bisa mengusir kamu.
Dan dengan keyakinan seperti itu, Dara membalas e-mail itu dengan mengatakan bahwa dia akan menghadirinya. Acara itu akan diadakan dua minggu lagi. Masih banyak waktu baginya untuk mundur kalau perlu.
Selesai membalas e-mail, Dara kembali pada tugasnya, yaitu merencanakan pernikahan Krisna. Ibu dan Papa akhirnya memperbolehkan Krisna melangkahi Dara setelah adiknya itu berkata bahwa kalau sampai mereka tidak memperbolehkannya menikahi Arman sekarang, dia akan kawin lari. Dara mengambil kesempatan ini untuk menawarkan bantuannya merencanakan pernikahan tersebut, karena dia masih memiliki semua informasi yang diperlukan.
Dia ingat betul huru-hara yang dibuatnya ketika dia meminta pertemuan keluarga untuk diadakan agar bisa menyampaikan beritanya.
Teriakan, How can you do this to me" dari Krisna masih membuat Dara meringis, bahkan hingga hari ini. Dan tuduhan, Apa yang sudah kamu lakukan" dari Ibu masih membuat hatinya sakit.
Dara hanya menerima ini semua seperti dia menerima obat Cina yang biasa Ibu berikan kalau dia sedang sakit waktu kecil. Awalnya memang pahit, tapi semuanya akan berlalu dan dia akan merasa lebih baik di kemudian hari.
Dara bersyukur akan pesangon yang diberikan Tante Poppy kepadanya ketika dia berhenti bekerja, karena dengan uang itu dia bisa membayar ganti rugi kepada Panji. Tentu saja sampai sekarang Panji dan keluarganya menolak berbicara dengannya. Dara tidak tahu apakah Panji menceritakan kepada mereka tentang alasan utama pernikahan itu batal, karena Dara terlalu sibuk menghindari peluru yang ditembakkan oleh keluarganya sendiri untuk mengkhawatirkan hal lain. Tapi satu hal yang dia sayangkan dari pengalaman ini adalah rusaknya hubungannya dengan Panji, meskipun dia mengerti kenapa Panji melakukannya dan Dara tidak bisa menyalahkannya.
Dara sudah memutuskan untuk mulai mencari kerja menjadi asisten artis lagi setelah pernikahan Krisna selesai, tapi untuk sementara waktu dia memutuskan untuk mengambil cuti. Tante Poppy menawari Dara agar melanjutkan pekerjaannya menjadi PA Blu, tapi Dara menolaknya karena dia tidak yakin bisa bekerja di tempat ada kemungkinan dia harus bertemu dengan Jo hampir setiap hari.
Merencanakan pernikahan Krisna cukup memakan waktunya dan dia menghargai ini karena dengan kesibukannya dia tidak lagi memikirkan Jo. Tiga bulan setelah dia memutuskan hubungannya dengan Panji dan kekacauan di dalam hidupnya gara-gara pembatalan pernikahannya reda, Dara memiliki banyak waktu untuk berpikir. Dia menyadari bahwa dalam masa ini tidak sekali pun Panji terlintas di kepalanya. Yang ada, dia tidak bisa berhenti memikirkan Jo. Dia betul-betul merindukan lelaki itu dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Dia ingin melihat senyum Jo yang bandel, matanya yang berbinar-binar kalau sedang tertawa, dan suaranya yang dalam dan sangat maskulin. Tapi lebih dari itu semua, dia ingin ngobrol dan bercanda dengannya lagi. Untuk menghabiskan hari-harinya dengannya dan Blu seperti dulu lagi.
Sejujurnya kini kalau dipikir-pikir lagi, Dara tidak tahu kenapa dia sangat terobsesi untuk menolak Jo hanya karena dia pikir Jo sama saja dengan laki-laki sebangsanya. Karena kalau dia mengingat kembali setiap saat yang dihabiskannya bersama Jo, Jo sangat berbeda dengan skema yang dimilikinya. Dara mengakui kesalahannya karena sudah menilai seseorang seperti itu, yaitu dengan memasukkan mereka ke dalam boks yang sudah diberi label tertentu. Dan tidak peduli apa yang orang tersebut lakukan, dia menolak memindahkannya dari boks berlabel tersebut.
Ah, tapi itulah kehidupan. Tidak akan pernah sempurna, dan kita akan membuat kesalahan di sini dan di sana, tapi kita harus mampu belajar dari semua kesalahan itu agar tidak membuat kesalahan yang sama di kemudian hari. Dan Dara bertekad untuk berbicara dengan Jo lagi untuk menjelaskan kepadanya apa yang sebetulnya terjadi. Ini satu kesalahan yang harus dia perbaiki. Karena hanya dengan ini dia bisa melanjutkan kehidupannya dengan keyakinan bahwa dia sudah melakukan segala sesuatu yang perlu dia lakukan.
Jo memasuki Bleu, restoran milik Poppy, yang dipenuhi oleh sekitar lima puluh orang. Beberapa dari mereka dia kenali, seperti Revel dan Ina, Oom Danung, dan tentunya Blu. Poppy tidak kelihatan di mana-mana. Beberapa orang dari media yang dia kenal dan dia sukai menyapanya, dan dia meluangkan waktu untuk memberikan beberapa kalimat yang bisa dimuat di media cetak. Blu yang berdiri di sampingnya lalu menariknya menuju dapur, Dan di sana dia melihat Poppy yang mengenakan pakaian koki sedang meneriakkan perintah kepada beberapa orang sekaligus. Dapur itu kelihatan sibuk tapi teratur, semua orang tahu tugas masing-masing. Jo merasa seperti sedang menonton Hell s Kitchen.
Tidak mau mengganggu Poppy, yang pastinya nervous memberi makan tamu-tamunya pada acara pembukaan restorannya, Jo meninggalkan dapur dan menuju dining room. Seorang pelayan berseragam hitam-putih langsung menanyakan pesanan minumannya. Jo sebetulnya ingin memesan Vodka on the rocks untuk menenangkan jantungnya yang berdebar-debar karena ikut panik melihat Poppy, tapi dia tahu Blu akan memelototinya kalau dia sampai memesan alkohol. Akhirnya dia memesan sebotol Perrier dingin. Pelayan itu berlalu sambil menaikkan alisnya, tidak percaya Jo baru saja memesan air putih.
Jo melihat ke sekelilingnya dan menemukan Ina dan Revel sedang tenggelam dalam percakapan seru dengan seorang wanita berambut bob pendek yang membelakanginya sehingga dia tidak bisa melihat wajahnya. Wanita itu memiliki kaki panjang dan langsing yang ditutupi jins gelap, dan meskipun hanya mengenakan sepatu lat, dia masih cukup tinggi sehingga tidak perlu terlalu mendongak ketika berbicara dengan Revel.
Ah, great. Mbak Dara sudah sampai, ucap Blu yang membuat Jo langsung menoleh.
Di mana" tanya Jo dengan suara sedikit bergetar. Dia tidak tahu Poppy mengundang Dara. Kalau dia tahu, mungkin dia tidak akan datang ke acara ini. Dia bahkan tidak tahu Poppy masih berhubungan dengan Dara. Poppy tidak pernah mengatakan apa-apa kepadanya. Tapi kalau dipikir-pikir, memangnya Poppy harus memberitahukan tentang segala aktivitasnya"
Tuh di sana, lagi ngobrol sama Mas Revel dan Mbak Ina, jelas Blu sambil menarik Jo menuju Ina dan Revel.
Tatapan Jo kembali kepada Revel dan Ina. Dia masih tidak melihat seorang pun yang mirip dengan Dara berdekatan dengan Ina dan Revel. Yang ada hanya wanita berambut pendek itu. Pada detik itu Revel mengatakan sesuatu kepada wanita berambut pendek tersebut, yang membuatnya memutar tubuhnya dan Jo langsung memelankan langkahnya.
SECoND CHANCES H, my God! teriak Jo dalam hati.
Itu memang Dara, dengan rambut superpendek dan sedang tersenyum pada Blu. Tatapan Dara kemudian jatuh kepada Jo dan senyum itu berkurang lebarnya, berubah menjadi ragu. Berpikir bahwa Jo terlalu lamban, Blu melepaskan tangannya dan berlari menuju Dara yang membuka kedua lengannya untuk memeluk Blu. Dara memejamkan matanya ketika memeluk Blu dan Jo bisa melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah itu. Dara lebih seperti sedang memeluk seorang adik yang sudah lama dia tidak temui, bukannya mantan bosnya, tapi entah kenapa hal itu membuat Jo merasa senang. Namun kemudian Jo merasa jengkel karena menyadari selama beberapa detik ini pikirannya terfokus pada Dara.
Jo mengangkat kepalanya, memasang topeng tidak peduli di wajahnya dan melangkah mendekati kumpulan itu. Dara sudah melepaskan Blu dan sedang menertawakan sesuatu yang dikatakan Blu ketika dia menyadari kehadiran Jo. Dia langsung berhenti tertawa dan menatap Jo khawatir. Jo menatap Dara dengan saksama, mencoba membiasakan diri dengan rambut Dara yang pendek. Harus dia akui Dara kelihatan lebih muda dan cute as hell dengan potongan rambut ini. Potongan rambut itu membuat tulang pipinya kelihatan tinggi dan menarik sudut matanya ke atas, membuatnya kelihatan eksotis. Hari ini Dara mengoleskan sedikit make-up dan lipgloss pink di bibirnya dan yang diinginkan Jo adalah merasakan bibir itu. Jo menarik napas dalam-dalam. Ketika dia menyadari bahwa dia sedang mencari aroma lily, dia buru-buru mengembuskan napasnya.
Merasa bodoh karena masih membiarkan Dara membuatnya merasa seperti ini setelah berbulan-bulan, Jo berkata, Ngapain kamu di sini"
Jo mendengar Ina menarik napas, Revel mengucapkan namanya dengan nada memperingatkan, dan Blu mengerutkan keningnya ketika mendengarnya. Sekilas Jo melihat keterkejutan dan sakit hati di mata Dara, dan hal ini membuatnya ingin menendang dirinya sendiri. Dia tidak berhak menanyakan hal itu. Acara hari ini adalah acaranya Poppy dan dia bisa mengundang siapa saja yang dia mau. But damn it all to hell. She should ve ask him irst.
Saya ke sini atas undangan Tante Poppy dan untuk menunjukkan support saya.
Kata-kata Dara membangunkan Jo dari pikirannya dan dia menatap Dara yang kini sedang tersenyum padanya. Meskipun senyuman itu tidak mencapai matanya yang masih kelihatan s edih. Pada saat itu sebuah suara terdengar jelas dari sound system, mengucapkan selamat datang kepada para undangan. Tatapan semua orang langsung terpaku kepada wanita pendek dengan kacamata berbingkai hitam yang berdiri di sudut ruangan. Serena, itulah namanya, memperkenalkan dirinya sebagai manajer restoran dan melanjutkan dengan menceritakan sedikit tentang sejarah Bleu dan Poppy sebagai chef. Nama Bleu dipilih oleh Poppy bukan saja untuk menghormati tempat dia mendapatkan ijazahnya, tapi juga karena nama itu mirip dengan nama Blu, meskipun pengucapannya sedikit berbeda.
Pelayan yang tadi menerima pesanan minuman Jo muncul dan memberikan sebotol Perrier dingin kepadanya. Jo memutar penutup botolnya dan menelan beberapa tegukan, mengharapkan itu adalah Vodka. Poppy muncul tidak lama kemudian untuk mengucapkan terima kasih kepada para undangan, pengkritik makanan, dan media yang sudah datang. Poppy melambaikan tangan pada Jo ketika melihatnya sebelum berseloroh mengatakan bahwa kalau para tamu mendapati makanannya tidak enak, diharapkan mereka menunggu hingga akhir acara sebelum mulai menyerukan huuu padanya. Poppy lalu menghilang kembali ke dapur dan Serena mempersilakan semua orang untuk duduk di meja yang sudah disediakan agar makanan bisa mulai disajikan.
Jo hanya bisa mendesah ketika menyadari bahwa tempat duduknya di sebelah Dara. Kalau bukan karena Poppy dan media yang akan mengatakan yang tidak-tidak kalau dia meninggalkan acara sebelum mencoba makanan, Jo akhirnya duduk di kursi yang sudah disediakan.
Sepanjang satu jam ketika makanan disajikan Dara berusaha sedaya upaya untuk membuka pembicaraan dengan Jo, tapi lelaki itu sepertinya bertekad untuk tidak menghiraukannya. Revel, Ina, dan Oom Danung yang duduk satu meja dengannya memberikan tatapan kasihan padanya. Blu yang duduk di samping Jo dan kelihatan tidak menyadari hawa dingin di antara mantan asistennya dan Jo terus nyerocos tentang segala macam hal. Mulai dari memuji semua makanan yang disajikan hingga kegiatan ekskulnya. Dara baru saja akan menyerah untuk berbicara dengan Jo dan pamit pulang ketika Jo bangun dari kursinya dan berjalan menuju restroom. Setelah beberapa menit, Dara pun bangun dari kursinya untuk melakukan hal yang sama.
Dara berpapasan dengan Jo di depan restroom dan dia langsung berkata, Boleh saya bicara sebentar dengan kamu"
Melihat bahwa Jo akan menolaknya, Dara menambahkan, Saya hanya minta lima menit.
Jo kelihatan celingukan sebelum menarik Dara ke dalam restroom laki-laki. Sebelum Dara bisa bereaksi, Jo sudah mengunci pintu dan menghadapnya sambil menyedekapkan tangannya.
What" ucapnya dengan sangar.
Dara memperhatikan sekelilingnya. Karena restoran itu masih baru dan kelas atas, restroom kelihatan sangat bersih. Semuanya serbahitam, perak, dan sangat maskulin. Membuatnya bertanyatanya apakah restroom wanita juga kelihatan seperti ini.
Kamu mau bicara sama saya atau mengagumi interior restroom ini"
Suara Jo menyadarkan Dara dari observasinya. Buru-buru dia mengucapkan kata maaf dan berkata, Saya tahu kamu marah sama saya dan nggak mau saya di sini.
Good observation, ucap Jo sinis.
Dara menarik napas, mencoba menenangkan diri. Tidak ada gunanya mengomel kepada Jo sekarang. Toh Jo memang berhak marah.
Saya mau minta maaf atas kata-kata saya waktu itu. Saya nggak pernah bermaksud menghina kamu dengan mengatakan bahwa kamu nggak bisa memberikan apa yang saya butuhkan.
Waktu saya mengatakan kamu saya nggak bermaksud kamu sebagai hanya kamu , tapi juga semua laki-laki seperti kamu.
Jo menaikkan alisnya dan berkata, Kalau kamu mencoba minta maaf, caranya nggak begini.
Dara menelan ludah. Yang saya maksud adalah bahwa selama ini saya selalu punya skema tentang semua orang. Dan skema kamu adalah: anak band, nggak akan serius, dan bukan kriteria calon suami yang baik. Dan skema saya ini susah diubah, nggak peduli apa yang sudah kamu lakukan untuk menunjukkan hal sebaliknya.
Mata Jo langsung menggelap dan Dara berpikir lelaki itu akan menghilang dari hadapannya sambil membanting pintu, tapi Jo hanya menatapnya tanpa berkedip dan Dara memberanikan diri untuk melanjutkan.
Saya selalu mengira laki-laki seperti kamu pasti sering ngebullshit dengan mengucapkan kata cinta kepada siapa aja, bahwa kata itu tidak berarti untuk kamu, tidak seperti untuk saya.
Dara mundur selangkah ketika Jo menurunkan tangannya dan memasukkannya ke dalam kantong celana jinsnya. Dengan sisa keberanian yang dia miliki, Dara berkata, Tante Poppy-lah yang kemudian menjelaskan kepada saya semuanya. Bahwa saya sudah salah menilai kamu. Bahwa kata cinta mungkin lebih berarti untuk kamu daripada untuk saya.
Jo menatap Dara sambil mengernyitkan dahi, seakan mempertimbangkan apakah dia ingin mencekik Poppy karena sudah membuka rahasianya atau Dara yang sekarang juga tahu tentang rahasia itu.
Jangan salahkan Tante Poppy, beliau hanya mau membantu kamu, karena beliau, Blu, Revel, Ina, Oom Danung, Sita, dan... saya...
Dara terdiam sejenak, tidak mampu mengatakan kata-kata selanjutnya. Takut mengatakannya. Takut kata-kata itu akan dilemparkan kembali kepadanya oleh Jo dan dia yakin dia akan menangis tersedu-sedu kalau itu sampai terjadi. Dia sudah capek menyembunyikan rasa ini, rasa yang sudah ada semenjak melihat Jo mencuci piring di rumahnya dan semakin bertambah saat dia semakin sering menghabiskan waktu dengannya.
Kami semua menyayangi dan mencintai kamu. Saya... mencintai kamu, ucap Dara akhirnya.
Jo masih berdiam diri, hanya menatapnya tanpa ekspresi dan perlahan-lahan hati Dara mulai hancur berkeping-keping, tapi dia memaksakan dirinya untuk mengatakan kata-kata selanjutnya.
Enam bulan yang lalu saya sudah siap menikah dengan Panji. Dia laki-laki sempurna yang memenuhi semua kriteria yang saya butuhkan, tapi tidak saya inginkan. Saya menginginkan kamu. Dan saya sadar saya akan melakukan kesalahan terbesar dalam hidup saya kalau saya menikahi Panji.
Dara melirik Jo, mencoba membaca reaksinya, tapi Jo hanya menatapnya kaku.
Saya menghabiskan enam bulan ini untuk memikirkan perasaan saya kepada kamu. Dan saya sadar bahwa saya bukan hanya menginginkan kamu, tapi juga membutuhkan kamu. Saya butuh mendengar suara kamu, tawa kamu kalau kamu lagi bercanda dengan Blu atau Goldie. Saya butuh duduk berseberangan dengan kamu di meja makan. Tapi lebih dari apa pun juga, harihari saya rasanya kurang kalau saya nggak ngeliat kamu.
Dara terdiam ketika menyadari Jo masih tidak mengatakan apa-apa selama beberapa menit ini. Hal ini membuatnya merasa bodoh karena sudah menumpahkan segala perasaannya dengan harapan Jo akan membalasnya.
Saya mengerti kalau kamu nggak merasakan hal yang sama, tidak setelah... Dara menelan ludah dan mengganti argumentasinya, Saya hanya berharap kamu setidak-tidaknya mau memberi saya kesempatan untuk berteman dengan kamu. Untuk... hangout dengan kamu lagi, kalau boleh"
Kamu mau berteman dan hangout sama saya" tanya Jo, untuk pertama kalinya bersuara setelah beberapa menit ini.
Dara segera mengangguk. Untuk saat ini dia akan mengambil apa saja yang ditawarkan Jo.
No, ucap Jo datar. Selama beberapa detik Dara hanya bisa menganga, mencoba mencerna kata itu. Ketika dia sadar apa yang dikatakan Jo, rasa sakit hati dan kekalahan mengisi hatinya. Dia tidak pernah menyangka satu kata bisa begitu menyakitkan.
Oke. Saya mengerti, ucap Dara sambil mengangguk. Menyadari bahwa dia masih berdiri di hadapan Jo, dia berkata, I m gonna go. Dan sambil menunduk dia berjalan melewati Jo menuju pintu.
Dia harus keluar dari restroom ini secepatnya sebelum air matanya banjir keluar. Dia baru saja mengulurkan tangannya untuk membuka kunci pintu ketika tiba-tiba dia merasakan tubuhnya ditabrak dari belakang dan sesuatu yang besar dan berat mengimpitnya ke daun pintu. Selama beberapa detik kepanikan menyerangnya, membuatnya tidak bisa bernapas. Ketika kepanikannya sudah berlalu, dia menyadari bahwa sesuatu yang besar dan berat yang mengimpitnya itu adalah tubuh Jo. What the hell do you think you re doing" teriak Dara. Jangan main-main dengan perasaan saya, Dara. Suara Jo terdengar dingin di daun telinganya.
Dengan paksa Dara mendorong tubuh Jo dari punggungnya dan memutar tubuhnya untuk menatap Jo. Saya nggak sedang mempermainkan perasaan kamu, ucapnya dengan sedikit tersedak.
Jadi kenapa satu detik kamu bilang kamu cinta sama saya, dan detik selanjutnya kamu bilang hanya mau berteman dan hangout dengan saya" geram Jo.
Kedua telapak tangan Jo yang diistirahatkan pada daun pintu mengurung kepala Dara, membuat Dara sedikit panik. Hidung Dara yang satu level dengan leher Jo bisa mencium aroma cologne Jo. Keinginan untuk menguburkan hidungnya di leher itu sangat kuat, tapi Dara mencoba melawannya.
Saya nggak... Dara mencoba menjelaskan, tapi dipotong oleh Jo dengan nada keras.
Saya orangnya egois, Dara. Kalau kamu nggak mau memberikan semua bagian diri kamu kepada saya, saya nggak mau sebagian pun. Saya nggak mau harus berbagi kamu dengan siapa pun. Kamu pikir hanya kamu yang menginginkan dan membutuhkan saya" Kamu nggak tahu betapa saya menginginkan dan mem butuhkan kamu.
Mata Jo sudah mengilat ketika mengatakan semua itu, dan demi Tuhan Dara tidak bisa memalingkan wajahnya meskipun kakinya sudah seperti kebakaran.
I was in love with you. Still in love with you. Berbagai macam cara sudah saya coba untuk melepaskan kamu, beribu-ribu kilometer saya tempuh untuk menjauh dari kamu, tapi saya nggak bisa. Kamu masih ada di sini. Jo mengusap dada sebelah kirinya tempat jantungnya berada.
Di sini. Jo menunjuk pelipisnya.
Di sini, bisik Jo sambil menyentuh bibir Dara. Perlahan-lahan Jo mendekatkan bibirnya kepada Dara, seakan memberi Dara kesempatan untuk menolaknya kalau dia mau. Dara langsung menarik kepala Jo dan mengecup bibir Jo sebelum Jo bisa berkata-kata lagi. Jo membalas ciuman itu dengan menarik pinggang Dara ke dalam pelukannya.
Oh God, I love you. Aku minta maaf atas semuanya, ucap Dara ketika dia menarik bibirnya untuk menarik napas.
Jangan pernah lari dari saya lagi, Dara. Kalau kamu ada masalah, apa pun itu, kamu harus membicarakannya dengan saya. Hidup saya beberapa bulan ini..., Jo menggeleng, hancur lebur. Saya nggak bisa mikir. Saya marah-marah nggak jelas pada semua orang, bahkan pada Revel, balas Jo sambil menyentuhkan hidungnya yang mancung ke hidung Dara.
Dara mengangguk sambil melarikan jari-jarinya pada wajah Jo. Sekejap Jo memejamkan mata, seakan mencoba menyerap sentuhan itu.
his is it, Dara. Apa kamu betul-betul mau saya" Seharusnya saya yang menanyakan hal itu kepada kamu. Melihat wajah bingung Jo, Dara menjelaskan, Saya bukan orang yang baik, Jo. Saya sudah tidur dengan seorang laki-laki waktu saya masih bertunangan dengan laki-laki lain.
Saya tahu bahwa saya seharusnya merasa khawatir akan itu, tapi saya nggak bisa. Karena laki-laki yang sudah tidur sama kamu itu saya. Dan kalau kamu nggak melakukannya, mungkin kita nggak akan pernah sampai di sini sekarang.
Apa kamu nggak takut saya akan melakukan hal yang sama dengan kamu"
Apakah kamu akan melakukannya" suara Jo terdengar tajam. No. I mean... I don t know... I hope not. Tapi seperti banyak orang bilang, once a cheater, always a cheater.
Dara, apa kamu sedang mencoba untuk lari dari saya dengan mengatakan semua ini"
Dara menunduk dan menempelkan keningnya di dada Jo. Nggak. Saya hanya nggak mau memberikan kesan yang salah kepada kamu. Saya mau kamu tahu segala hal yang rusak dan bermasalah dengan saya sebelum kamu memutuskan untuk bersama saya.
Dara, look at me. Perlahan-lahan Dara mengangkat wajahnya dan Jo menggenggam wajahnya. I love you. Semuanya dari kamu, bahkan yang rusak dan bermasalah. Dan akan saya pastikan bahwa kamu nggak akan pernah melirik laki-laki lain selama kamu sama saya. Oke"
Oke. Dan Dara membiarkan dirinya dipeluk oleh Jo lagi yang kini menatapnya seperti dia baru saja menang lotre.
EPIlog J O berdiri di kaki makam Papa dan Mama dengan perasaan
campur aduk. Terakhir kali dia berada di sini adalah pada hari pemakaman Papa, saat prosesi tersebut lebih mirip sirkus karena kehadiran media. Kini makam tersebut sudah ditutupi rumput hijau yang terpotong rapi dan ada bunga di dalam vas di kepala makam. Jo tahu Poppy dan Blu selalu datang mengunjungi makam ini secara rutin, itulah cara mereka untuk mengatakan bahwa Papa masih ada di dalam ingatan mereka dan penghormatan kepada Mama. Keluarga Papa dan Mama juga terkadang datang untuk memastikan penjagaan makam tersebut, hanya dirinyalah yang tidak pernah mengunjungi makam ini.
Jo duduk di batu granit di kaki makam. Kesedihan menyerangnya. Dia mengulurkan tangan kanannya untuk menyentuh rumput yang menutupi makam Mama. Rumput itu terasa dingin di bawah telapak tangannya, menenangkan hatinya.
Hei, Mam, Pap, apa kabar" Sori karena sudah lama nggak berkunjung. I hope you guys are okay, wherever you are. Aku sudah menikah, istriku namanya Dara. Dia baik, dan I don t know why, tapi dia sepertinya cinta sama aku. You would love her, Mam. Anyway, dia yang mendorong aku datang ke sini. So, here I am.
Jo terdiam, tidak tahu apa yang harus dikatakannya lagi. Terlalu banyak yang ingin dikatakannya sehingga dia tidak tahu harus mulai dari mana. Dia merasakan seseorang meremas tangan kirinya dan dia menoleh. Wajah Dara yang sedang tersenyum memberinya keberanian untuk melanjutkan.
Pap, I guess I should let you know, Blu berakhir menjadi penyanyi opera Indonesia yang cukup terkenal. Can you imagine that" Nggak tahu dia dapat bakat dari mana, karena aku tahu Papa nggak bisa nyanyi. Jo terkekeh dengan leluconnya sendiri. Selain nyanyi dia juga sibuk sekolah. Dia akhirnya mengambil jurusan IPS dan kelihatannya happy dengan pilihannya itu. Aku berusaha sebisa mungkin memberikan semua yang diinginkan Blu, seperti apa yang Papa minta. She s a good kid though, nggak banyak permintaannya. Cukup mandiri dan dewasa untuk anak seumurnya. Wish you were here to see her, Pap.
Jo menunduk selama beberapa detik. Tangan Dara yang mengusap punggungnya dengan penuh dukungan membuatnya mengangkat kepalanya dan berkata, I guess that s it. Aku janji untuk datang lebih sering lagi ke sini.
Jo lalu beranjak berdiri untuk meletakkan dua tangkai mawar yang dibawanya di makam Mama dan Papa. Kemudian dia meraih tangan Dara dan perlahan-lahan berjalan menuju mobil. Dara memang benar, hati Jo terasa lebih ringan setelah melakukan ini.
Are you okay" tanya Dara.
Jo menoleh dan memberikan senyum terbaiknya. Yeah. Better than okay. Makasih karena sudah membuat aku melakukan ini.
Kamu tahu kan, kalau aku akan melakukan apa aja untuk kamu"
Jo memejamkan mata, mencoba menyerap kata-kata Dara. Semenjak menikah sebulan yang lalu, mereka tidak lagi menggunakan kata saya ketika berbicara dengan satu sama lain dan siapa yang sangka pergantian satu kata dari saya ke aku bisa begitu bermakna. Mereka memang tadinya berencana menikah setelah enam bulan berpacaran, tapi buntutnya harus menundanya hingga hampir setahun karena Dara, yang sudah mengambil alih tugas Oom Danung menjadi manajer Blu, terlalu sibuk mengurus kehidupan adik iparnya itu. Jo menyadari bahwa hubungan mereka bukan hanya melibatkan dirinya dan Dara, tapi juga Blu.
Me, you, and Blu adalah cara Dara menggambarkan kehidupan mereka dan mungkin seharusnya Jo merasa khawatir bahwa perkawinannya berisi tiga orang, bukannya dua, tapi dia tahu bahwa tanpa Blu, dia tidak akan pernah bertemu Dara.
Yeah, I know. Karena kamu cinta sama aku, ucap Jo sebelum memeluk Dara dengan lebih erat dan menariknya menuju mobil.
Untuk pembelian online: e-mail: cs@gramediashop.com website: www.gramedia.com
Gramedia Pustaka Utama Untuk pembelian online: e-mail: cs@gramediashop.com website: www.gramedia.com
Gramedia Pustaka Utama Untuk pembelian online: e-mail: cs@gramediashop.com website: www.gramedia.com
Gramedia Pustaka Utama Untuk pembelian online: e-mail: cs@gramediashop.com website: www.gramedia.com
Gramedia Pustaka Utama Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Kompas Gramedia Building Blok I, Lantai 5
Jl. Palmerah Barat 29-37 Dara betul-betul mencintai pekerjaannya sebagai personal assistant para artis, sampai dia bekerja untuk Blu, penyanyi opera Indonesia berumur lima belas tahun. Masalahnya bukan pada Blu, tapi kakaknya, yaitu Johan Brawijaya, drummer paling ganteng se-Indonesia yang superprotektif kepada adiknya dan membuat Dara ingin mencekiknya setiap kali bertemu.
Sebagai drummer kawakan Indonesia dengan wajah di atas rata-rata dan masih single, Jo mencintai kebebasannya untuk melakukan apa saja yang dia mau. Kebebasan ini punah dengan kedatangan adiknya di rumahnya. Seakan itu belum cukup parah, kini seorang PA artis yang sok tahu, super menyebalkan, berbentuk Dara, muncul dan mulai mengatur kehidupannya.
Satu-satunya hal yang membuat mereka berdua bisa saling bertoleransi adalah karena Blu. Atau itulah yang mereka pikir hingga ciuman itu terjadi. Satu ciuman yang membuat keduanya berpikir dua kali tentang perasaan mereka terhadap satu sama lain.
Kisah Sepasang Bayangan Dewa 9 Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen Pendekar Kipas Akar Wangi 1

Cari Blog Ini