Ceritasilat Novel Online

Touche 2

Touche Karya Windhy Puspitadewi Bagian 2


Penyakit menular, bau napas tidak enak, atau... Riska meng"angkat bahu. Kemampuan membaca perasaan sepertiku.
Mama mengangguk-angguk. Kurasa Mama mengerti kenapa dia seperti itu, Mama ter"senyum sambil menatap Riska.
Kenapa" Coba kaubayangkan jika kau berada di posisinya, kata Mama. Orang-orang terdekatmu yang kauanggap penting, tidak menganggapmu sama pentingnya. Bahkan mereka menjauhimu karena takut padamu. Ketika akhirnya datang seseorang yang membalas perasaanmu, menganggapmu penting sebagaimana kau menganggapnya, apa yang akan kaulakukan"
Riska mencoba berpikir. Aku akan melindunginya mati-matian, katanya kemudian.
Karena..." Mama tersenyum. Riska tertegun dan menatap mamanya.
Karena, katanya. Jika tidak, aku takut tidak akan ada lagi yang tersisa.
E h, apa kau dengar gosip terbaru" tanya Tari begitu Riska
datang. Apa" Ada orang tak dikenal yang memukuli anak kelas tiga sampai babak belur, kata Tari dengan wajah dramatis.
Berapa banyak yang dipukuli" tanya Riska lalu duduk di kursinya.
Sekitar empat orang. Dan tak satu pun dari mereka yang melihat pelaku"nya" Tari mengangkat bahu. Kudengar mereka kompak menjawab tidak melihat. Dan tentang jumlah si pemukul, mereka memberi jawaban yang berbeda-beda, ada yang tiga, ada yang empat bahkan ada yang bilang mereka dikeroyok sepuluh orang. Tapi menurutku, mereka berbohong. Kenapa kau berpikir begitu"
Entahlah, jawab Tari. Sepertinya kejadian yang sebenarnya mungkin akan mempermalukan mereka, jadi mereka berbohong. Menurut perasaanku, pelakunya sih cuma satu
Riska menatapnya. Instingmu bagus. Hah"
Bel berbunyi. Tari kembali ke tempat duduknya. Sepanjang pelajaran, pikiran Riska tertuju pada Indra. Dia sudah bisa menebak siapa pelaku pemukulan itu. Anak-anak kelas tiga yang sekarang babak belur, pastilah yang mengeroyok Dani semalam.
Indra tidak ada, kata Dani yang tiba-tiba datang ke kelas Riska saat jam istirahat pertama, wajahnya me"negang.
Apa maksudmu" tanya Riska. Dani menyeretnya menjauhi keramaian.
Tadi dia menyuruhku pergi ke kelas lebih dulu tapi sampai pelajaran berakhir, dia tidak kunjung datang, jawab Dani. Wajahnya gusar. Keringatnya masih bercucuran, sepertinya dia baru saja mengelilingi sekolah ini.
Bagaimana dengan tasnya" tanya Riska yang mulai ikut panik. Atau sepeda motornya"
Itu dia! Tasnya dia bawa tapi saat aku ke tempat parkir, sepeda motornya masih ada di sana!
Riska menelan ludah. Berarti mungkin dia masih ada di sekolah.
Aku sudah mencarinya dan dia tidak ada di mana pun! Sekolah ini tidak selebar daun kelor, sahut Riska. Mung"kin dia berada di tempat yang luput kau cari. Dani menghapus keringat di dahinya. Semoga saja. Sebenarnya Riska agak ragu dengan perkataannya sendiri tapi dia sangat tidak ingin membayangkan kemungkinan bahwa Indra diculik seperti Pak Yunus.
Bagaimana" tanya Riska sepulang sekolah saat berpapasan dengan Dani. Dani menggeleng. Wajahnya tampak pucat.
Dia masih belum juga datang, katanya lemah. Aku akan menunggunya di tempat parkir. Siapa tahu dia muncul.
Riska mengangguk. Biarkan aku menemanimu. Mereka duduk di bangku taman yang menghadap tempat parkir. Waktu berjalan dan tinggal beberapa sepeda motor yang masih ada di sana tapi Indra belum juga tampak. Mata Dani menerawang.
Kau benar-benar mengkhawatirkannya ya, desah Riska. Pertanyaan bodoh, kata Dani gusar. Riska tersenyum. Langit sudah memerah dan kini tinggal sepeda motor Indra yang terparkir di sana.
Kalau kau mau pulang, kau pulang saja, kata Dani pada Riska.
Aku sudah berkata akan menemanimu, tegas Riska. Dani tersenyum. Apakah aku sudah pernah bilang kau dan Indra itu mirip"
Apakah aku harus mengucapkan terima kasih" Ucapkan saja, kata Dani. Ini pujian. Terima kasih.
Dani tertawa. Saat langit mulai gelap tiba-tiba mereka mendengar suara yang tidak asing lagi.
Apa yang kalian berdua lakukan jam segini di sini" Riska dan Dani menengok. Indra sudah berdiri di belakang mereka dengan tatapan heran.
Kau dari mana saja" Riska bangkit dari tempat
Belum selesai Riska melanjutkan kalimatnya, Dani menerjang dan memukul Indra sekuat tenaga hingga jatuh tersungkur. Darah segar menetes di sudut bibirnya.
Baik Dani maupun Indra tidak mengatakan apa-apa setelahnya. Riska bergegas mengambil saputangan dari kantong"nya lalu mencoba membantu Indra menghapus darah di bibirnya tapi ditolak dengan halus oleh cowok itu. Indra berdiri dan melepas sarung tangannya. Dia lalu mengulurkan tangannya pada Dani.
Dani masih menatap tajam dengan penuh kemarahan tapi dia menjawab uluran tangan Indra. Tepat saat tangan mereka bersentuhan, Riska memperhatikan wajah Indra seperti terkena hantaman benda yang tidak tampak selama sesaat.
Maafkan aku, kata Indra kemudian. Karena telah membuat kalian khawatir.
Dani melepaskan tangannya tanpa mengatakan apa-apa. Riska akhirnya mengerti, inilah cara mereka berbaikan. Semua kata-kata yang tak terucapkan oleh Dani bisa langsung dipahami oleh Indra. Sesaat Riska agak iri dengan persahabatan mereka.
Jadi, dari mana saja kau" tanya Riska setelah suasana agak tenang.
Aku di perpustakaan, jawab Indra. Dan sepertinya saat Dani mencariku di sana, aku sedang berada di ruang geografi. Aku memang bolak-balik di dua tempat itu. Untuk apa" tanya Dani.
Ayo ikut aku, Indra mengajak mereka kembali ke ruang geografi dan menghadap peta besar yang tergantung di sana. Kurasa... kata Indra pelan. Pak Yunus memang ada di
Tapi bukankah Surakarta di peta tidak terletak di bawah sungai Bengawan Solo" tanya Dani bingung. Apa kali ini mereka menyalahi kode yang mereka buat sendiri"
Indra menggeleng. Samping, kiri, kanan, atas, bawah kan sebenarnya tergantung dari sudut mana kita memandangnya. Itulah yang dimaksud Pak Yunus saat mengatakan ceci n est pas une pipe.
Dani menggaruk-garuk kepalanya. Aku tak mengerti. Idem ditto, timpal Riska.
Ceci n est pas une pipe yang dimaksud Pak Yunus adalah lukisan karya Magritte, Indra menatap mereka. Itu yang kutemukan setelah berjam-jam di perpustakaan.
Magritte" Riska mengernyit karena nama itu terdengar asing di telinganya. Siapa itu"
Ren" Fran"ois Ghislain Magritte, jelas Dani yang telah menyerap buku tentang orang-orang dan karya seni terkenal sesuai petunjuk Indra. Pelukis surealis kelahiran Belgia, 21 November 1898. Salah satu karyanya yang terkenal adalah The Treachery of Images yang menggambarkan pipa rokok atau cangklong dengan tulisan ceci n est pas une pipe di bawahnya.
Yang artinya ini bukan pipa itu tadi ya" Riska mengangguk-angguk. Tapi apa maksudnya tulisan itu" Bukankah yang tergambar memang pipa rokok" Lagi pula apa hubungannya dengan lokasi tempat yang kita cari"
Memangnya kau bisa merokok dengan pipa di gambar itu" tanya Indra.
Ha" Memangnya pipa dalam gambar itu bisa kauisi tembaRiska terdiam, masih tak mengerti.
Itu bukan pipa melainkan gambar pipa, itulah yang dimaksud Magritte dalam lukisan ceci n est pas une pipe-nya, lanjut Indra. Lalu apa hubungannya dengan pencarian tempat kita" Dengan begini kita tahu yang dimaksud di bawah bukan berarti terletak di bawah seperti yang sekarang kita lihat. Seperti halnya lukisan Le Bateau-nya Matisse.
Siapa lagi itu" bisik Riska pada Dani.
Henri "mile Ben"it Matisse, jawab Dani. Pemahat dan pelukis terkenal dari Prancis yang lahir pada tanggal 31 Desember 1869. Lukisannya yang terkenal adalah Woman with a Hat yang dipajang di Museum of Modern Art. Lalu Le Bateu itu apa" tanya Riska.
Lukisan dari potongan kertas yang menggambarkan awan, kapal layar, dan laut, Dani menjelaskan. Dibuat pada tahun 1953. Pada tahun 1961, Museum of Modern Art terbalik menggantungnya selama 47 hari. Baru ketika pialang saham bernama Genevieve Habert menyadari kesalahan itu dan memberitahu The New York Times, lukisan itu akhirnya digantung dengan benar.
Hah" Riska menatapnya tak percaya. Kok bisa salah gantung"
Karena mereka tidak tahu yang mana yang atas dan yang mana yang bawah, sahut Indra. Kalau kau melihat lukis"annya, aku yakin kau pun sulit membedakan mana yang atas dan bawah. Faktanya, memang tidak kurang dari 116.000 orang yang datang pada 47 hari itu yang tidak bisa membedakannya. Begitu juga peta ini.
Indra mengambil kursi di dekatnya lalu menaikinya.
Budapest dan Bucharest, lalu Digoin-Dijon, katanya sambil melepas peta itu dari gantungannya. Tapi kita tidak pernah benar-benar tahu manakah tempat penculikan dan mana tempat persembunyian. Misalnya peristiwa di Prancis, tadi kita melihat bahwa yang berada di bawah Sungai Loire adalah Digoin tapi jika peta ini kugantung terbalik, 180 derajat, sekarang di mata kalian kota mana yang berada di bawah Sungai Loire"
Riska dan Dani menelan ludah, menatap peta yang sudah digantung terbalik oleh Indra.
Dijon, kata mereka pelan.
Sekarang jika peta ini kuputar 90 derajat, katanya sam"bil menurunkan peta itu lagi lalu memutarnya. Melihat Indra agak kesulitan, Dani segera membantunya. Sekarang ke"dua kutub terletak di samping kiri-kanan secara horizontal.
Apakah Surakarta masih tampak di samping Sungai Bengawan Solo" tanya Indra.
Di bawah, Riska menatapnya kagum. Kalau dilihat de"ngan posisi seperti itu, Surakarta berada di bawah sungai Bengawan Solo!
Indra dan Dani mengembalikan peta itu kembali ke posisi semula. Setelah mengembalikan kursi yang dia naiki, Indra menghampiri kedua temannya.
Aku sudah tahu kalau kau hebat, puji Dani. Tapi aku tak pernah tahu kau sehebat ini.
Riska mengangguk lalu tersenyum. Mengagumkan. Indra tidak menunjukkan ekspresi apa pun, dia tetap dingin seperti biasanya.
Tapi ini belum selesai, katanya. Bahkan justru baru
*** Riska, Mama mengetuk pintu kamar. Kau dicari dua teman"mu.
Pasti Dani dan Indra, batin Riska.
Mama tidak tahu ternyata kau laris juga, Mama menyeringai saat Riska bergegas hendak keluar.
Yah, berarti selama ini Mama meremehkan anak Mama sendiri, Riska mengangkat bahu.
Jadi, kau pilih yang mana" tanya Mama. Yang paling kaya, jawab Riska asal.
Kalau Mama sih, pilih yang rambutnya dicat cokelat, Mama meringis.
Aku nggak mau punya Papa yang seumuran denganku, dengus Riska. Mama tertawa.
Tapi... lanjut Mama. Yang tinggi itu...
Riska menghentikan langkahnya. Kenapa dengan yang tinggi"
Sorot matanya, Mama tampak serius.
Kenapa dengan sorot matanya" tanya Riska mulai tidak sabar.
Mama agak kaget dengan reaksi Riska, tapi kemudian ter"senyum.
Tidak apa, kata Mama. Dia tadi tampak kaget melihat Mama.
Kenapa" Mama mengangkat bahu. Mana Mama tahu. Riska mengerutkan kening.
menatap Riska penuh selidik. Yang melindungi mati-matian orang yang dianggapnya penting.
Bu...bukan, Riska berbohong. Firasat mamanya memang tajam.
Kau ini tidak pandai berbohong, Mama menyeringai. Dia lalu berjalan menuju pintu keluar.
Kau lama sekali, gerutu Dani. Indra yang berdiri di sebelahnya hanya diam tanpa menunjukkan ekspresi apa pun.
Sori, tadi ada interupsi, kata Riska. Ada apa" Kami akan berangkat ke Solo Senin depan, saat anak kelas 12 ujian, jawab Dani. Saat itu kan anak-anak kelas 10 dan 11 diliburkan.
Lalu" Kami berencana pergi berdua saja, lanjut Dani. Kami tidak ingin menempatkanmu dalam bahaya.
Tidak bisa! protes Riska. Aku ikut! Toh aku memang sudah dalam bahaya sejak aku punya kemampuan ini. Tapi kami...
Jangan menganggapku anak kecil! Aku tidak akan merepotkan kalian! tegas Riska.
Dani melirik Indra, mengharapkan dukungan. Indra mendengus lalu menatap Riska. Riska sudah bersiap-siap melontarkan berbagai macam alasan jika Indra juga tidak setuju dirinya ikut.
Pegang kata-katamu. Jangan membuat kami repot, kata Indra dingin.
Dani dan Riska melongo. Kau serius" tanya Dani sambil menatapnya tak perBukankah dia bilang dia bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri"
Tapi... Apa pun yang terjadi padanya bukan urusan kita, Indra lalu mengalihkan tatapannya lagi pada Riska. Begitu, kan"
Riska kaget dengan jawaban dingin Indra tapi dia mengangguk keras. Dia ingin menunjukkan bahwa dia bukan tipe cewek yang tergantung pada orang lain. Dia memang bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
Kalau begitu kami pulang dulu, pamit Dani. Riska mengangguk. Oke.
Indra tidak berkata apa-apa tapi dia mengacungkan tangan"nya saat berbalik. Ini sudah suatu kemajuan bagi hubun n persahabatan mereka.
*** Benarkah tidak apa-apa mengajaknya" tanya Dani sambil memakai helm.
Indra mengangguk lalu menyalakan mesin motornya. Karena kau pasti akan melindunginya, kan" Dani meringis.
Indra tidak menjawab. Motor pun melaju menjauhi rumah Riska.
Baru setengah jalan, belum keluar dari kompleks rumah Riska, tiba-tiba dari arah berlawanan mobil wagon hijau muda datang dengan kecepatan tinggi lalu berhenti menyamping di depan mereka. Kalau saja refleks Indra tidak
numpang"nya. Pintu mobil terbuka dan empat orang selain sopir"nya keluar. Mereka menarik Indra dan Dani dari motornya hingga jatuh. Saat Indra mencoba bangkit, perutnya di"tendang hingga tersungkur lagi. Dua orang langsung memegangi kedua tangannya agar tak melawan.
Bawa yang ini! perintah pria bertubuh paling gempal dan satu-satunya orang yang memakai sarung tangan putih sambil menarik Dani. Dia lalu dibantu seorang lagi untuk memegangi Dani yang meronta-ronta berusaha melepaskan diri. Sayang sekali, jalan yang mereka lalui termasuk sepi karena saat pulang mereka memilih jalan pintas yang kanan dan kirinya persawahan.
Indra memberontak, berusaha menolong Dani. Dia berhasil melepaskan tangan kirinya dari cengkeraman dan berupaya membuka sarung tangannya.
Pegang tangannya! Jangan biarkan dia membuka sarung tangannya! teriak pria gempal itu, suaranya sengau hingga hampir tidak jelas apa yang dia katakan. Ingat kata Bos!
Indra tertegun. Tangannya pun dicengkeram lagi oleh para penyerang. Dia tidak berdaya tanpa keahliannya membaca pikiran karena penyerangnya kali ini sepertinya juga menguasai ilmu bela diri. Tapi melihat Dani berhasil diseret mendekati mobil, mata Indra berkilat. Dia mengerahkan semua tenaganya untuk melepaskan diri.
UOOOOOOOGGGHHH...!!!!! Indra membanting dua orang yang memegangi tangannya lalu melepas sarung tangannya.
Lepaskan dia! geramnya. Dia sudah melepas sarung tangannya, orang yang tadi
Berpikir sejenak, orang itu pun memberi isyarat pada anak buahnya untuk melepaskan Dani. Dani didorong kuatkuat hingga menubruk Indra dan para penculik menggunakan kesempatan itu untuk melarikan diri.
Kembali ke mobil! perintah si pria gempal. Dia sudah melepas sarung tangannya, bahaya jika dia membaca pikiran kita! Lakukan perintah selanjutnya!
Para penculik itu bergegas masuk ke mobil lalu melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan Indra dan Dani.
Kurasa tebakanmu benar, kata Dani sambil terengahengah, wajahnya masih pucat. Kau lihat plat nomornya" AD, Solo.
Indra tidak mengatakan apa-apa, kepalanya penuh dengan ucapan-ucapan penyerang itu. Bagaimana mereka tahu dia bisa membaca pikiran" Bagaimana mereka bisa tahu fungsi dari sarung tangan yang dipakainya" Apakah mereka orang yang sama yang menculik Pak Yunus" Kenapa hanya Dani" Lalu... apa perintah selanjutnya"
Dan, kau pulang duluan saja! Ambil jalan yang ramai! Indra memberikan kunci motornya pada Dani. Aku masih ada urusan.
Tanpa menunggu jawaban Dani, Indra berlari sekencangnya kembali ke rumah Riska. Dia cemas, jangan-jangan perintah selanjutnya adalah menculik Riska, apalagi karena mereka gagal menculik Dani. Merasa sekilas melihat wagon berwarna hijau muda menuju arah yang sama, Indra mempercepat larinya.
Sesampainya di depan rumah Riska dengan terengahengah, Indra memencet bel rumah itu. Wanita setengah
Lho, kamu yang tadi, kan" sapa wanita itu ramah. Ri...Riska, kata Indra susah payah karena napasnya masih naik-turun.
Oh, dia sedang keluar, ke mini market, jawab wanita itu sambil tersenyum.
Indra membeku. Di...di mana mini marketnya" tanya Indra setengah membentak.
Di ujung jalan ini, jawab ibu Riska. Kau masuk saja dulu, Tante buatkan teh. Sepertinya kau kelelahan dan...
Permisi! Tidak menggubris tawaran ibu Riska, Indra berlari keluar. Dia hampir seperti orang kesetanan, lari sekencang itu menuju mini market. Masih tersengal-sengal, dia masuk ke mini market dan berusaha mencari sosok Riska tapi tidak menemukannya. Dia mulai ketakutan telah terlambat menyelamatkan gadis itu.
Setelah melihat wajah ibu Riska, Indra sadar bahwa Riska-lah anak yang waktu itu ditemuinya di festival kota saat dia berumur enam tahun. Anak yang kata-katanya menyelamatkan dirinya hingga saat ini. Riska-lah penyelamat kecilnya dan Indra bertekad tidak akan pernah membiarkan penyelamatnya itu terluka.
Setelah meyakinkan diri bahwa Riska tidak ada di tempat itu, dia keluar. Saat dia hampir putus asa, tiba-tiba terdengar suara yang sangat dikenalnya.
Ndra" Ngapain kamu di sini"
Indra menoleh dan melihat Riska dengan tangan penuh barang belanjaan. Melihat Riska baik-baik saja, Indra menghela napas panjang. Rasa lega menyelimutinya hingga dia
Hoi, kau tak apa-apa" tanya Riska khawatir sambil berjongkok di sampingnya.
Dari mana saja kau" tanya Indra lemah.
Aku disuruh belanja, jawab Riska sambil mengacungkan tas belanjanya. Lalu tadi aku mampir sebentar ke warung bakso di sebelah, aku lapar.
Indra mengusap keringatnya yang deras mengucur. Riska merogoh sakunya untuk mengambil saputangan lalu memberikannya pada Indra.
Indra menerimanya tanpa mengatakan apa-apa. Apa yang terjadi" ulang Riska sambil menepuk-nepuk pipinya sendiri dengan tangan yang terbungkus sarung tangan karena dingin.
Ayo pulang, Indra bangkit.
Kau belum menjawab pertanyaanku! protes Riska. Sambil jalan, Indra mengambil tas belanja di tangan Riska. Aku saja.
Tadi, dalam perjalanan pulang dari rumahmu, kami dihadang van, Indra mulai bicara saat dia merasa tidak akan ada yang mendengarkan mereka.
Eh" Riska menatapnya kaget. Mereka hendak menculik kalian"
Hanya Dani, lanjut Indra. Anehnya, hanya Dani padahal mereka tahu aku juga touch". Mereka bahkan tahu kemampuanku adalah membaca pikiran.
Riska tertegun. Tapi untunglah usaha penculikan itu gagal.
Indra mengangguk. Sekarang di mana Dani" tanya Riska.
Kenapa kau tidak ikut pulang dengannya" tanya Riska heran. Keringatmu sampai seperti itu, jangan-jangan kau kembali ke rumahku dengan berlari"
Indra tidak menjawab, hanya balas menatap Riska. Jangan-jangan kau... Riska menghentikan langkahnya. Mengkhawatirkanku"
Sudahlah, ayo pulang, ibumu sudah menunggumu, kata Indra dingin, dia tidak ikut berhenti tapi berjalan pelan.
Tidak mungkin dia akan mengakui bahwa dia memang mengkhawatirkan Riska. Indra sudah menganggap Riska sebagai orang yang penting, sama pentingnya seperti Dani. Bahkan mungkin lebih penting. Sekarang akhirnya dia memiliki dua orang penopang, dua orang yang membuatnya merasa dibutuhkan dan dihargai. Dua orang yang menerimanya apa adanya termasuk kemampuan yang dia miliki. Tidak mungkin dia akan membiarkan orang-orang ini terluka.
Indra masih dapat merasakan ketakutan yang tadi menyergapnya, saat Dani hampir berhasil dibawa pergi dan saat tidak menemukan Riska di rumahnya. Tubuh Indra ber"gidik, dia tidak sanggup membayangkan jika ketakutannya menjadi kenyataan. Jika dia kehilangan mereka, apa lagi yang tersisa. Kesepian yang dulu dia rasakan, akan datang kembali padanya. Rasa sepi, sedih, takut yang tidak bisa diungkapkan kepada orang lain, yang harus dia tanggung sendiri. Tak ada yang tahu bahwa selama ini dia hanya berpura-pura kuat.
Tu...tunggu! Riska menarik tangan Indra.
Apa yang kau... kata-kata Indra terhenti melihat air
Indra menelan ludah, bingung dan terkejut. Jangan lagi berpura-pura kuat... suara Riska bergetar. Bagaimana mungkin dia...batin Indra tapi dia kemudian teringat kemampuan Riska.
Jangan seenaknya memakai kemampuanmu untuk membaca perasaanku! emosi Indra seketika meledak. Dia menepis tangan Riska dengan kasar lalu berjalan meninggalkannya. Indra tidak sadar Riska sedang memakai sarung tangan.
H ei, kenapa tas belanjamu ada pada temanmu" tanya
Mama heran saat Riska pulang.
Ceritanya panjang, desah Riska. Dia langsung pulang setelah mengantar tas itu"
Dia langsung pamit sih, Mama mengangkat bahu. Tapi diam-diam Mama lihat dia terus berdiri di depan pagar dan baru pergi setelah melihatmu datang.
Benarkah" Riska tertegun.
Mama mengangguk. Tanpa sadar Riska tersenyum. Apa yang terjadi" tanya Mama sambil menepuk kursi di sebelahnya. Riska menurut lalu duduk di sebelah mamanya.
Riska menghela napas panjang, mamanya menunggu dengan sabar. Riska sedang mencoba mengingat lagi apa yang baru saja terjadi. Tadi untuk pertama kalinya Riska dapat memahami perasaan orang lain tanpa menyentuhnya. Dia sendiri tidak mengerti bagaimana hal itu bisa terjadi. Seolah sikap Indra, kekhawatirannya yang berlebihan, raut wajahnya yang dingin membuat Riska bisa memahami hebatnya rasa
dirasakan Indra saat belum bertemu Dani. Semua perasaan itu entah mengapa bisa dirasakan Riska hingga dia menitikkan air mata.
Riska mengangkat kedua tangannya, memperhatikan dengan saksama.
Tadi tiba-tiba saja, kata Riska akhirnya, aku bisa memahami perasaan orang lain tanpa menyentuhnya. Benarkah" tanya Mama tak percaya. Riska mengangguk. Aku sendiri tak mengerti. Temanmu tadi yang bisa kaubaca perasaannya tanpa harus menyentuh" tanya Mama lagi.
Namanya Indra. Lalu bagaimana perasaan yang kaubaca"
Mata Riska menerawang, dia mencoba mengingatnya lagi. Aku bisa merasakan kesepiannya, rasa takut kehilangan, se"dikit kemarahan. Aku bahkan bisa tahu selama ini dia hanya berpura-pura kuat. Itu semua membuatku sedih, bahkan dadaku rasanya sakit sekali hingga tiba-tiba saja air mata"ku keluar.
Apakah itu berarti kemampuanku meningkat atau mengalami evolusi" tanyanya.
Mama tampak berpikir sejenak lalu tersenyum. Itu memang kemampuanmu, kata Mama. Tapi yang ini, datangnya bukan dari tangan. Kemampuanmu ini datang"nya dari hati.
Apa maksudnya" Riska mengerutkan kening. Sebentar lagi juga kau akan tahu, Mama mengalihkan tatapannya ke televisi di depan mereka.
Kenapa Mama tidak langsung memberitahuku saja"
Itulah jalan menuju kedewasaan, Mama tersenyum nakal.
Riska mendesah, menyerah.
Oh iya, Ma, kata Riska agak ragu. Aku lupa bilang lusa aku berencana pergi ke Solo dengan dua temanku itu.
Mama menoleh dan menatap tajam Riska. Untuk apa" Mencari teman lama, jawab Riska.
Mencari teman lama" Riska mengangguk mantap, toh dia tidak sedang berbohong. Dia memang sedang mencari Pak Yunus, teman yang dikenalnya kurang-lebih dua bulan yang lalu. Dua bulan adalah waktu yang cukup lama bagi sebagian orang.
Mama masih menatapnya, tapi kali ini tanpa mengatakan apa-apa. Sepertinya dia ingin mencari tahu apakah Riska tengah berbohong atau tidak. Kemudian mamanya menghela napas dan mengangguk.
Berhati-hatilah. Riska tersenyum. Jangan khawatir.
Yah, setidaknya Mama tahu ada orang yang akan melindungimu mati-matian, jawab mamanya.
Hah" siapa" *** Jadi besok kita berkumpul di Stasiun Gubeng jam 06.00, aku sudah membeli tiket, terang Dani. Mengerti"
Sepulang sekolah, mereka bertiga berkumpul di ruang geografi untuk merencanakan kepergian ke Solo.
diam. Sejak kejadian waktu itu, Indra terkesan menjauhinya.
Baiklah! Dani maju ke papan tulis. Apa saja menurut kalian yang harus dipersiapkan selain baju dan uang" Pisau Swiss yang serbaguna, usul Riska.
Boleh, Dani lalu menulisnya di papan. Lalu" Hmm bagaimana kalau laptop dan modemnya"
Setuju, jawab Riska. Tupperware. Kamera. Handycam. Dani dan Riska bersemangat sekali mendaftar barangbarang yang harus dibawa hingga tanpa sadar barang-barang di daftar itu terlalu banyak sampai mereka berpikir untuk membawa koper.
Kita bukan mau liburan, kata Indra tajam. Dani dan Riska berpandangan, lalu Dani meringis.
Seberapa canggih handphone kalian" tanya Indra lagi. Punya fitur GPS" 3,5G" Wifi" Peta" Kamera" Perekam video"
Semua yang kausebut ada di ponselku, jawab Dani. Kalau aku, mungkin hanya kamera, video, peta, dan 3,5G, kata Riska.
Itu sudah cukup, lanjut Indra. Ditambah dengan kemampuan Dani, kurasa kita tidak butuh laptop. Pulang dari sekolah, aku sarankan kau ke toko buku dan serap peta Surakarta, buku panduan pramuka, dan objek wisata Solo. Dani mengangguk.
pikir. Senter, pisau lipat, pensil, buku agenda, spidol, tali, dan benda-benda P3K.
Masing-masing harus membawanya, katanya tegas. Ada pendapat lain"
Dani dan Riska menggeleng.
Indra mengambil tasnya. Ayo, Dan, aku masih ada latihan judo.
Dia hebat, gumam Riska kagum. Kau baru tahu" Dani menyeringai. Riska menghela napas.
Kenapa" tanya Dani melihat perubahan raut wajah Riska.
Sepertinya Indra membenciku.
Mana mungkin" Dani mengangkat alis. Riska kemudian menceritakan apa yang terjadi. Dani mengangguk-angguk.
Dia tidak sadar kau memakai sarung tangan saat kau menyentuhnya" ulang Dani.
Riska mengangguk. Dani tersenyum lalu mengusap-usap rambut Riska.
Dia tidak membencimu, katanya lembut. Dia hanya sedikit merajuk. Mungkin karena kau sudah mengatakan ke"benaran yang tidak ingin dia dengar.
Hanya karena apa yang kukatakan" Riska tak mengerti.
Dani mengambil tasnya lalu berjalan ke pintu keluar. Lebih tepatnya bukan apa yang dikatakan, tapi siapa yang mengatakannya, katanya sambil meringis lalu hilang di balik pintu.
orang akhir-akhir ini senang berteka-teki. Setelah mamanya, sekarang Dani.
*** Riska memegangi lututnya dengan terengah-engah. Dia sudah berusaha sekuat tenaga tapi entah mengapa masih belum cukup. Hari sudah sore, padahal ini adalah hari terakhir latihannya sebelum libur karena anak kelas 12 ujian. Minggu depan, pertandingan tingkat kotamadya sudah dimulai.
Pak Joni berjalan mendekatinya. Hmmm... 13,4 detik. Bagus, Ris, tapi masih belum cukup kalau kau ingin menang.
Sekali lagi, Pak, Riska mendongak. Keringatnya mengalir deras.
Pak Joni menggeleng. Berapa kali pun dicoba, hasilnya tidak akan lebih dari ini.
Lalu... Riska menatap lurus pada Pak Joni, napasnya ma"sih terengah-engah. Saya harus bagaimana"
Pak Joni balas menatapnya lalu menghela napas. Hanya kau yang tahu jawabannya.
Lagi-lagi! Lagi-lagi teka-teki yang harus kujawab sendiri! umpat Riska dalam hati.
Satu hal yang kurang darimu adalah motivasi, lanjut Pak Joni. Apakah motivasimu, kau sendiri yang tahu. Jika kau punya motivasi, jangankan juara pertama, Bapak yakin kau bahkan bisa membuat rekor baru.
Motivasi saya, saya ingin jadi juara, jawab Riska tegas.
Pak Joni lalu berbalik. Manfaatkan waktu liburmu untuk memikirkan ulang motivasimu. Jika ternyata kau mendapati kau tidak punya motivasi, carilah.
Riska berjalan lemah menuju ruang ganti. Saat melewati aula, seperti sebelumnya, langkahnya tanpa sadar terhenti. Matanya tertuju pada sosok di sudut yang membanting lawan dengan akurat dan cepat. Rasa kagum bercampur iri memenuhi dadanya.
Bagaimana Indra bisa sebegitu hebatnya" tanya Riska dalam hati. Dia tahu itu bukan hanya karena kemampuan cowok itu membaca pikiran. Ada hal lain yang membuatnya se"hebat itu.
Riska melihat Indra sedang bersiap-siap bertarung lagi. Mata"nya berkilat. Dengan cepat dia menjegal kaki kiri lawan"nya dan membantingnya. Indra menegakkan badan lagi lalu berjalan ke tasnya untuk mengambil handuk. Saat itulah matanya dan mata Riska tak sengaja beradu. Menyadari hal itu, Riska mengangguk lalu pergi meninggalkan aula.
Hei! Seseorang memanggil Riska saat dia sampai di pintu gerbang.
Riska menoleh. Indra dengan sepeda motornya, berhenti di belakangnya.
Aku antar, kata Indra sambil menyodorkan helm pada Riska.
Riska mengangguk. Maaf, aku membentakmu waktu itu, kata Indra saat Riska naik di belakangnya. Aku sudah mendengarnya dari Dani, aku tidak sadar kau memakai sarung tangan. Tidak apa, kata Riska. Dia lega akhirnya kesalah"pahamLalu kenapa kau menangis waktu itu" Dan... Indra berhenti sejenak. Bagaimana kau bisa mengucapkan kata-kata itu"
Aku sendiri tak tahu, jawab Riska jujur. Akhir-akhir ini banyak sekali pertanyaan yang aku tak tahu jawabannya.
Aku heran kenapa kau baru menyadarinya sekarang, kata Indra sinis.
Riska sudah mulai terbiasa dengan ketajaman dan kesinisan kata-kata Indra hingga dia merasa tidak perlu menggubrisnya.
Kenapa kau tidak pernah mengunci lawanmu" tanya Riska.
Maksudmu" Bukankah dalam judo, selain bantingan juga ada teknik kuncian"
Indra terdiam sejenak. Aku sudah pernah melakukannya. Hanya satu kali dan itu yang terakhir.
Eh" Dengan mengunci, kau pikir berapa lama aku harus menyentuhnya"
Riska tertegun. Terlalu banyak pikiran yang diserap dan semuanya bukan kata-kata yang ingin kudengar, lanjut Indra dingin.


Touche Karya Windhy Puspitadewi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jadi itu sebabnya Indra memilih teknik membanting, batin Riska. Dengan begitu, dia tidak perlu menyentuh lawan"nya terlalu lama.
Kenapa kau memilih judo" tanya Riska lagi. Di antara semua olahraga yang ada, kenapa memilih judo"
Merasa tidak enak, Riska buru-buru menambahkan. Tentu saja jika tidak ingin, kau tak perlu menjawabnya.
Pertama, karena judo adalah olahraga yang paling cocok untuk orang yang bisa membaca pikiran sepertiku, jawab Indra kemudian. Kedua, karena aku ingin lebih kuat. Lebih kuat" Riska mengernyit. Untuk apa" Indra tidak menjawab, Riska pun urung untuk mendesaknya. Setelahnya tak satu pun dari mereka yang bicara hingga sampai di depan rumah Riska.
Sampai besok, kata Indra lalu melajukan motornya. Sampai besok... Riska tercenung, dia mendapat satu lagi pertanyaan yang harus dia jawab sendiri.
D ani melirik jam tangannya. Masih setengah jam lagi
hingga kereta mereka datang. Dia dan Indra mencari tempat duduk dekat pintu masuk stasiun agar bisa melihat saat Riska datang.
Kau yakin, tidak apa-apa mengajaknya" tanya Dani sambil menawari roti isi ayam.
Indra menolaknya dengan halus. Tidak apa-apa.
Sepertinya akan berbahaya baginya, lanjut Dani sambil mengunyah. Tadi saja jika aku tak salah lihat, di tempat parkir stasiun ini ada mobil wagon hijau muda yang hampir menculikku malam itu.
Kau yakin" Indra menatapnya.
Dani mengangguk. Mereka langsung pergi melihat kita datang. Aku cukup yakin karena warna hijau seperti itu lumayan langka jadi gampang mengingatnya. Lagi pula plat nomornya AD.
Indra terdiam. membuka kaleng minuman. Aku jadi agak khawatir dengan Riska.
Tidak apa-apa, kata Indra yakin. Dia tidak akan apaapa.
Dani meneguk minumannya lalu menoleh menatap sahabatnya itu. Rahang Indra mengeras, tatapannya lurus ke depan. Dani tahu arti wajah itu.
Dia tidak akan apa-apa karena kau akan melindunginya, kan" Dani tersenyum.
Kau ini bicara apa" dengus Indra. Bukankah aku sudah bilang dia harus melindungi dirinya sendiri"
Dani tertawa. Aku mungkin tidak punya kemampuan membaca pikiran sepertimu, katanya. Tapi aku tidak bodoh dan apa kau lupa berapa tahun kita berteman"
Indra tidak menjawab. Lima belas menit sebelum pukul 06.00 barulah Riska datang.
Maaf, aku terlambat, katanya dengan terengah-engah, dia sampai lupa membawa jaket dan memakai sarung tangan. Dani menunjuk tempat duduk di sebelahnya. Tidak apa, katanya. Keretanya toh belum datang. Riska duduk di sebelahnya dan melirik ke arah Indra tapi laki-laki itu diam saja. Dingin seperti biasanya.
Setelah kereta akhirnya datang, mereka bergegas menuju gerbong mereka.
Gerbong berapa" tanya Indra.
Dani mengeluarkan tiketnya. Gerbong 3, kursi 6A, 6B, dan 7A.
pembagian tempat duduknya, Indra sudah duduk di kursi 7A sehingga mau tak mau Riska dan Dani duduk di depannya.
Wajah Riska langsung merengut karena mengira Indra masih marah dan tidak mau dekat-dekat dengannya.
Dia itu memang begitu, kata Dani tiba-tiba seakan bisa membaca pikiran Riska.
Eh" Sebenarnya di antara kita bertiga, dialah yang paling peduli dengan keselamatan teman-temannya, ujar Dani setengah berbisik agar Indra tidak mendengarnya. Dia tidak ingin kau duduk sendirian dan bermaksud mengawasi kita berdua dari belakang. Kau kan tahu sendiri, dalam urusan bela diri dia lebih bisa diandalkan daripada aku. Riska terdiam.
Jadi itu maksudnya, gumamnya. Maksud apa"
Kemarin aku bertanya kepadanya kenapa dia memilih judo, jelas Riska. Dia menjawab karena judo yang paling cocok dengan kemampuannya dan...
Dan" Karena dia ingin jadi kuat, lanjut Riska. Tapi dia tidak menjelaskan kenapa dia ingin jadi kuat.
Dani mengangguk-angguk. Sekarang kau mengerti" Ya, kurasa aku tahu jawabannya.
Aku sudah lama tahu, Dani merebahkan kursinya lalu mencoba untuk tidur. Peluit di stasiun berbunyi dan kereta pun mulai berjalan.
Riska memandang ke arah jendela. Dari jendelanya, dia bisa
Sekarang dia tahu kenapa Indra ingin jadi lebih kuat. Laki-laki itu ingin lebih kuat agar bisa melindungi orang-orang yang penting baginya. Tanpa sadar Riska ter"senyum, karena dia tahu di antara orang-orang itu, ada nama"nya.
*** Dani meregangkan ototnya begitu mereka sampai di Stasiun Solo Balapan.
Sekarang ke mana kita" tanyanya.
Kita keluar dulu saja, ujar Indra sambil berjalan, tapi lang"kahnya terhenti tiba-tiba saat dia melihat tempat parkir.
Ada apa" tanya Riska. Mobil itu...
Riska dan Dani mengikuti arah pandang Indra dan melihat mobil wagon berwarna hijau muda tampak bergerak menuju pintu keluar.
Ya Tuhan! Mereka sudah sampai di sini! Dani setengah terpekik.
Memangnya itu mobil siapa" Riska menatap mereka berdua dengan bingung.
Itu mobil yang hendak menculikku malam itu, jawab Dani.
Indra memperhatikan sekeliling mereka, lalu berlari menuju taksi di luar stasiun.
Ayo! serunya. Riska dan Dani menurut dan mengikutinya dari belakang.
Mereka bertiga langsung masuk ke taksi hingga meIkuti mobil itu, Pak! perintah Indra. Pak sopir itu masih tampak bingung, tapi mengangguk saja. Taksi melaju meng"ikuti mobil wagon hijau muda yang tidak jauh di depan mereka.
Kira-kira mereka mau pergi ke mana" tanya Dani. Entah. Mata Indra menatap lurus ke depan, tidak ingin kehilangan jejak.
Mobil hijau itu berputar-putar, untung saja sopir taksi yang mereka tumpangi cukup lihai sehingga mampu mengikutinya. Tetapi begitu masuk ke keramaian, mobil itu menghilang.
Sial! umpat Dani lalu membuang muka ke jendela. Riska mengempaskan punggungnya ke kursi, kecewa. Tinggal sedikit lagi. Hanya Indra yang ekspresinya tidak ber"ubah. Dia sibuk mengutak-atik ponselnya lalu dengan tenang bertanya pada sopir taksi itu.
Apakah Keraton Surakarta Hadiningrat berada di dekat sini, Pak"
Iya, di depan sana, Dik, jawab sopir itu. Indra mengangguk. Antarkan kami ke sana. Riska dan Dani berpandangan.
Kenapa ke sana" tanya Riska.
Aku hanya menduga saja, jawab Indra kalem. Riska dan Dani menyerah. Perjalanan kali ini Indra pemimpinnya.
Dugaan Indra tidak meleset. Di tempat parkir objek wisata Keraton Surakarta, mereka melihat mobil wagon hijau muda itu terparkir di sana.
Habis berapa" tanya Dani pada Indra begitu mereka
Aku akan mengirimkan tagihannya sepulang kita ke Surabaya, jawab Indra. Dani hanya meringis.
Kau membuatku ingin berdoa yang jelek-jelek untukmu, katanya sambil terkekeh.
Riska mencondongkan badannya pada Indra. Bagaimana kau tahu mereka akan ke sini"
Indra menatapnya tapi tidak mengatakan apa-apa. Dia malah berkata, Perutku lapar, ayo kita makan dulu. Dia lalu berjalan meninggalkan Riska.
Kadang-kadang rasanya aku ingin bertukar kemampuan dengannya, dengus Riska.
Dani terkikik. Aku sudah sering merasakannya. Ayo! Dani lalu menarik tangan Riska.
Mereka lalu berhenti di warung nasi liwet tak jauh dari tempat itu. Dani memesan dua porsi nasi liwet dengan lauk ayam, tempe, dan pindang. Riska hanya geleng-geleng melihat"nya.
Sebaiknya setelah ini kita jangan terpisah, kata Indra sambil menyesap teh panasnya.
Ama maknyutmou" tanya Dani dengan mulut penuh. Kau ini mau bicara atau makan" Pilih salah satu, kata Indra.
Dani langsung menelan makanannya. Apa maksudmu" Karena aku tahu kenapa mereka berada di sini. Mereka ingin menjebak kita, Indra mulai menjelaskan. Mereka tidak bisa melakukannya di stasiun karena stasiun tidak begitu ramai. Jika mereka nekat mau membawa kita dengan paksa, akan ketahuan. Jadi mereka sengaja menunggu kita
Untuk apa" tanya Riska. Dia kehilangan nafsu makan. Tentu saja agar kita mengikuti mereka ke sini, jawab Indra.
Berarti kita terjebak" tanya Dani selesai menghabiskan makanannya.
Begitulah yang mereka pikirkan, jawab Indra kalem. Yang mereka pikirkan" Dani mengerutkan kening Bukankah kita memang terjebak"
Dari awal aku sudah sadar ini jebakan. Ekspresi Indra datar. Karena kalau tidak, mereka tidak mungkin sengaja menunggu kita dan memakir mobilnya di tempat yang bisa dilihat banyak orang.
Dani dan Riska langsung melongo.
Jadi maksudmu kita sengaja datang ke perangkap mereka" Riska hampir berteriak histeris. Aku benar-benar tak tahu apa yang ada dalam pikiranmu.
Untuk menyelamatkan ayam yang disembunyikan oleh ular, kita harus masuk sarang ular, jelas Indra. Apakah yang naik mobil itu orang yang sama dengan yang berniat menculik Dani" Untuk apa mereka menjebak kita ke sini" Jika memang mereka hendak menculik kita, bagaimana mereka akan melakukannya di tengah keramaian seperti ini" Lalu ke mana mereka akan pergi"
Dani menghela napas. Kau mengatakannya seakan hal itu adalah hal biasa. Aku sungguh iri dengan ketenanganmu.
Mereka terdiam. Sejujurnya aku tidak tenang, Indra kemudian mengaku sam"bil membayar pesanan mereka. Itulah sebabnya aku
Dani bangkit dari kursinya. Kau mengkhawatirkan keselamatan kita"
Tidak, mata Indra menatap lurus. Aku mengkhawatirkan keselamatan kalian.
Dani menepuk-nepuk bahu sahabatnya itu lalu merangkulnya. Riska yang berjalan di belakang mereka tersenyum. Wajahnya memerah.
*** Dapat dikatakan saat itu adalah musim liburan karena selain murid-murid kelas 6, 9, dan 12, murid-murid lain diliburkan. Keraton Surakarta pun tampak penuh sesak dengan pengunjung. Riska menelan ludah melihat pemandangan itu. Dia lupa membawa jaket maupun sarung tangan. Dia bahkan tak sanggup membayangkan terjangan bermacammacam perasaan manusia yang menjadi satu.
Tiba-tiba Indra melepas jaketnya dan memberikannya pada Riska.
Eh" Kau membutuhkannya, jawab Indra datar. Bagaimana denganmu"
Indra tidak menjawab, hanya mengacungkan kedua tangan"nya yang terbungkus sarung tangan lalu berjalan menuju pintu masuk keraton.
Riska memakai jaket itu dan memasukkan kedua tangannya ke kantong. Dia lalu mengikuti Indra dari belakang ber"sama Dani. Hatinya berdebar-debar. Mereka masuk melalui alun-alun di sebelah utara yang disebut Alun-alun Lor
membeli tiket untuk mereka bertiga. Ada yang menawarkan diri untuk menjadi pemandu tapi dia menolaknya dengan halus. Mereka masuk ke bangunan yang disebut Sasono Semowo yang dulu digunakan oleh Raja Surakarta sebagai tempat untuk memberi perintah dan menerima laporan dari patihnya.
Mata Indra menyapu sekeliling, mencari wajah yang tidak asing baginya. Dia tidak akan melupakan wajah orang-orang yang hendak menculik Dani malam itu. Dia bahkan ingat setiap detailnya.
Kau melihat mereka" bisik Dani. Indra menggeleng.
Mereka melangkah lagi ke selatan tempat terdapat bangunan yang letaknya lebih tinggi dari bagian lainnya dan disebut Siti Hinggil.
Mereka bertiga terus berjalan mengikuti arus, bertingkah selayaknya turis. Bahkan Dani yang sudah menyerap buku tentang sejarah Keraton Surakarta serta brosur yang tadi dia dapat, mampu bertindak seperti pemandu.
Dua pintu ini, disebut Kori Renteng dan Kori Mangu, jelas Dani saat mereka keluar dari Siti Hinggil dan melewati dua pintu. Renteng artinya pertentangan hati dan Mangu artinya ragu-ragu. Kemudian pintu raksasa di depan kita ini dinamakan Kori Brodjonolo Lor. Kata Brodjo berarti gaman atau senjata yang sangat tajam dan Nolo berarti berpikir. Jadi kalau kita mau melewati pintu ini kita diminta agar segala sesuatu harus dipikirkan dalam-dalam dulu.
Riska manggut-manggut. Walau mereka bertiga tampak menikmati bendabenda bersejarah di tempat itu, pandangEh, anu... kata Riska pelan saat mereka di pelataran Sri Manganti, di belakang Kori Kamandungan.
Ada apa" tanya Dani.
Aku mau ke toilet sebentar, boleh nggak" tanyanya. Dani memandang Indra.
Kami akan mengantarmu, jawab Indra. Kalian juga ikut masuk"
Dani terkekeh. You wish. Kami akan berjaga di depan. Mereka mengikuti Riska ke toilet. Begitu Riska masuk, mereka berdua menunggu depan untuk berjaga-jaga. Saat itulah tiba-tiba Dani melihat wajah yang dia kenal, yang pernah berusaha menculiknya dengan mobil wagon hi"jau.
Itu dia! dikendalikan oleh emosi, Dani spontan mengejar orang itu. Aku melihatnya!
Tunggu, Dan! teriak Indra, tapi kata-katanya tidak dipeduli"kan. Sekarang dia harus memilih antara menjaga Riska dan mengejar Dani. Punggung Dani mulai menghilang hingga tanpa pikir panjang Indra pun meninggalkan Riska.
Dani berjalan cepat sambil memusatkan pandangan pada orang yang pernah berusaha menculiknya itu. Berlari hanya akan tampak terlalu mencolok. Mereka masuk ke museum keraton dan menuju pelatarannya. Pelataran keraton di"penuhi hamparan pasir dan pohon sawo kecik sehingga pengunjung harus melepas alas kakinya. Saat harus melepas alas kaki di pelataran keraton itulah Dani kehilangan jejaknya. Serombongan turis mancanegara menutupi pandang"annya. Setelah rombongan itu melewatinya, dia sudah tak tahu lagi ke mana perginya penculik itu. Dani berjalan menuju menara yang disebut Panggung Songgobuwono lalu dari tempat itu meDan! Indra mencengkeram bahunya.
Dani menoleh. Aku hampir berhasil mengejarnya! Tinggal sedikit lagi!
Indra memperkuat cengkeramannya. Lalu jika kau berhasil mengejarnya apa yang akan kaulakukan" Mengajaknya minum lalu bertanya di mana Pak Yunus" Kau ini bodoh atau apa" Kau tahu, aku bahkan harus meninggalkan Ris...
Indra menelan ludah lalu berbalik.
Aku harus kembali ke tempat Riska! serunya pada Dani sambil berlari. Kau harus secepatnya keluar dari tempat ini! Lalu hubungi aku!
Karena tidak mungkin terus berlari di dalam keraton, dia berjalan cepat. Mendekati toilet tempat dia meninggalkan Riska, dia sedikit lega karena melihat gadis itu di sana dengan wajah gusar. Kemudian hatinya langsung kecut karena tak jauh dari Riska berdiri, salah satu penculik itu sedang berjalan mendekatinya. Indra baru ingat, Riska tidak pernah melihat wajah penculik itu. Dia tidak tahu dirinya dalam bahaya.
Riska yang melihat kedatangan Indra langsung mengajukan protes. Ke mana saja kalian" Aku sudah...
Indra mempercepat langkahnya dan tepat saat penculik itu hendak menyapa Riska, Indra menarik tangan gadis itu dan membawanya pergi menjauh.
A...aduh... erang Riska karena cengkeraman Indra di tangannya sangat kuat, bahkan dia serasa diseret. Kenapa" Ada apa"
Indra tidak menjawab, dia bahkan tidak menoleh. Satuke tempat yang aman. Akhirnya mereka menemukan tempat seperti itu di belakang salah satu pendopo. Setelah merasa tak akan ada yang mengikuti mereka, barulah Indra melepaskan tangan Riska.
Sekarang bolehkah aku meminta penjelasan" tanya Riska sambil mengusap-usap pergelangan tangannya yang memerah.
Indra menghela napas lalu menatapnya.
Kelemahan terbesarmu adalah kau tidak pernah melihat wajah para penculik itu.
Hah" Tadi salah satu dari mereka sudah tinggal selangkah lagi darimu.
Riska langsung membeku. Apa kita perlu menelepon polisi"
Untuk apa" Mereka tidak melakukan apa-apa, jawab Indra datar.
Mereka sudah menculik Pak Yunus dan mencoba menculik Dani, Riska hampir berteriak. Mereka sudah melakukan sesuatu.
Kita tidak punya bukti. Biar polisi saja yang mencarinya, Riska masih tidak mau mengalah.
Jangan gegabah, kata Indra tenang. Dia mengeluarkan ponselnya dari saku celana lalu menghubungi Dani Halo" jawab Dani.
Di mana kau" Aku di Masjid Agung. Baik, tunggu kami di sana.
Sekarang bagaimana" Riska menyandarkan punggungnya di tembok pendopo. Kita sudah masuk ke sarang ular, belum menemukan petunjuk tentang keberadaan ayam, dan sekarang malah ganti dikejar ular.
Indra terdiam sejenak lalu menghela napas. Kau pernah bertanya kenapa aku bisa menduga bahwa mereka akan datang ke tempat ini, kan"
Karena tempat ini dekat dengan aliran Sungai Bengawan Solo, dia mulai menjelaskan. Surakarta terhubung dengan kota-kota di Jawa Timur seperti Gresik dan Tuban melalui Sungai Bengawan Solo. Karena hubungan sungai inilah Pakubuwono II memilih tempat ini saat mereka memutuskan pindah dari Kartosuro yang sudah diduduki musuh. Penculikan yang terjadi ini adalah penculikan simbolis yang dikhususkan untuk kaum touch". Jadi kupikir tempat yang mereka pakai pastilah tempat-tempat yang memiliki unsur simbolis seperti ini dan masih berhubungan dengan puisi kuno itu, yaitu berdekatan dengan sungai.
Riska ternganga mendengar penjelasan Indra. Berarti Pak Yunus ada di sekitar sini"
Aku tak tahu, Indra menggeleng. Bisa iya, bisa juga tidak. Mungkin mereka memang hanya ingin menjebak kita saja karena ternyata masih ada dua objek lagi yang berada di dekat aliran Sungai Bengawan Solo.
Di mana itu" Belum sempat Indra menjawabnya, tiba-tiba tiga orang pria yang dikenal Indra sebagai orang-orang yang pernah ber"usaha menculik Dani sudah berdiri di hadapan mereka.
D i teman kalian, gar"on" tanya pria yang bertubuh paling gempal, dia masih mengenakan sarung tangan putih.
Indra bungkam. Dia menarik Riska ke belakang punggung"nya.
Pria itu tersenyum sinis. Kau tidak menjawab pun, kami akan menemukannya dengan mudah. Kau bisa lihat sendiri kan bagaimana kami bisa menemukanmu di sini, gar"on"
Indra tidak menjawab. Sorot matanya menunjukkan perlawanan. Rahangnya mulai mengeras.
Sepertinya pria itu bisa melihat perubahan ekspresi Indra hingga dia sedikit melunak dan melembutkan suaranya.
Tidak... tidak... selama kalian patuh dan tidak melawan, kami juga tidak akan menggunakan kekerasan, kata pria itu masih dengan suara sengau. Ah... dan melepas sarung tangan, aku anggap sebagai bentuk perlawanan lho, gar"on, atau mungkin sebaiknya kupanggil Dik Indra.
Indra terkejut bagaimana pria itu bisa tahu namanya tapi dia berhasil menutupinya dengan baik. Lain dengan Riska
Bagaimana kau bisa tahu namanya"
Pria itu mengalihkan tatapannya ke balik punggung Indra. Kau tidak perlu tahu, Dik Riska. Kalian hanya perlu ikut dengan kami.
Dua pria di samping pria gempal itu langsung maju dan menarik tangan Indra dan Riska. Riska mengerang kesakitan.
Lepaskan dia! geram Indra. Kami bisa jalan sendiri. Pria gempal itu menatap Indra lalu memberi isyarat pada dua anak buahnya untuk melepaskan tangan mereka. Kau tidak apa-apa" tanya Indra.
Riska mengangguk tapi wajahnya memucat. Dua pria tadi berjalan di belakang mereka berdua dan si gempal memimpin jalan menuju mobil. Mereka telah memindahkan mobil mereka ke tempat yang lebih sepi.
Mereka akan membawa kita ke mana" bisik Riska. Entah, jawab Indra. Tapi jika kita mencoba kabur sekarang, kita akan disetrum dengan stun gun yang dia simpan di saku celananya.
Tiba-tiba si gempal tertawa. Penglihatanmu tajam juga, gar"on.
Begitu juga pendengaranmu, balas Indra.
Indra melirik ke arah Riska. Dia bisa melihat sebersit ketakutan di wajah gadis itu walau Riska berusaha tampak tegar.
Ris... bisik Indra kemudian. Uhm"
Saat aku menyetujui kepergianmu bersama kami ke kota ini, dalam hati aku berjanji untuk melindungimu, akuEh" Riska menatapnya. Dan aku akan menepatinya.
Selesai mengucapkan kalimat itu, Indra menendang kaki kanan pria di belakangnya dengan tumitnya sambil menarik lengan pria itu lalu membantingnya. Secepat mungkin, dia melepas ranselnya dan menghantamkannya ke wajah pria di belakang Riska.
LARI! perintahnya pada Riska. Perubahan situasi yang begitu cepat membuat Riska bingung tapi dia menurut apa kata Indra dan berlari menjauhi tempat itu. Lengan Indra berhasil ditarik oleh si gempal saat dia berusaha menyusul Riska.
Kau memaksaku melakukan ini, gar"on, geram si gempal sambil menyetrumkan stun gun ke tengkuk Indra sebelum dia bisa melawan.
AAARRRGHH... erang Indra lalu dia terjatuh. Sayupsayup dia mendengar penculik-penculik itu berbicara. Gadis itu melarikan diri, apa kita perlu mengejarnya" Terlalu mencolok, sementara ini dia saja. Sial, ada orang datang. YA AMPUUUN BARU SEGINI SUDAH MABUK SAMPAI PINGSAN! HARUS SEGERA KEMBALI KE HOTEL!
Indra masih bisa merasakan tubuhnya dipanggul masuk ke mobil. Mengetahui setidaknya untuk sementara Riska aman, Indra tanpa sadar tersenyum sebelum kesadarannya menghilang.
*** aneh orang-orang. Setelah merasa sudah cukup jauh, dia berhenti, menoleh ke belakang untuk melihat apakah ada yang mengejarnya. Lama ditunggu, tak ada yang datang. Termasuk Indra. Air matanya menetes dan dia jatuh terduduk. Dia menangis tanpa suara di pinggir trotoar tapi tidak lama dia bangkit lagi. Riska merasa tidak boleh seperti ini terus, dia harus melakukan sesuatu untuk menolong Indra.
Dia mengusap kedua matanya lalu berlari menuju Masjid Agung. Sambil berlari, dia berusaha menghubungi Dani. Halo" jawab Dani.
Dan, Indra diculik! kata Riska dengan suara serak. APA! SERIUS"! SEKARANG KAU DI MANA" Aku sedang menuju tempatmu, jawab Riska dengan ter"engah-engah.
Baik, aku akan menunggumu di pintu masuk. Dari jauh, Riska bisa melihat Dani berdiri di dekat pintu masuk masjid. Wajahnya tampak cemas. Dani baru menunjuk"kan kelegaan begitu melihat Riska menghampirinya.
Kau tak apa-apa" tanya Dani, menatapnya khawatir. Apa yang terjadi"
Riska mencoba menceritakan apa yang baru saja dia dan Indra alami. Sesekali ceritanya terpotong karena tenggorokannya tercekat. Matanya pun mulai berkaca-kaca.
Begitu" Dani manggut-manggut selesai mendengar cerita Riska. Kau sudah mencoba menghubunginya"
Riska tampak terkejut dan menggeleng. Aku tidak berpikir sampai ke sana.
Dani mengambil ponselnya lalu mencoba menghubungi Indra. Telepon yang anda tuju sedang tidak aktif.
tidak punya pilihan lain selain terus bergerak untuk me"nyelamatkan Indra dan Pak Yunus. Hanya saja sekarang pertanyaannya adalah ke mana"
Riska langsung teringat percakapan mereka di keraton sebelum kedatangan ketiga penculik tadi.
Indra mengatakan, selain keraton sebenarnya masih ada dua tempat lagi yang dia duga sebagai tempat persembunyian Pak Yunus, kata Riska.
Di mana itu" Dani mengangkat alisnya.
Riska mengangkat bahu. Dia belum sempat mengatakannya. Para penculik itu keburu datang.
Dani mendesah. Gawat... otak kita kan tidak sehebat otak?"nya.
Tapi... lanjut Riska. Kata Indra, petunjuknya terletak pada aliran Sungai Bengawan Solo. Ketiga tempat itu terletak di aliran Sungai Bengawan Solo.
Ada banyak tempat di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo! kata Dani mulai putus asa.
Penculikan ini adalah penculikan simbolik, pastinya tempat yang dijadikan persembunyian bukan tempat biasa, kata Riska. Begitu yang dikatakan Indra.
Dani tiba-tiba tampak serius menatap layar ponselnya. Apa yang kaulakukan" tanya Riska bingung. Mencari informasi lewat internet, jawab Dani sambil mengutak-atik ponselnya. Objek wisata apa di sini yang berada di dekat aliran Sungai Bengawan Solo. Objek wisata" Riska mengerutkan kening. Hanya itu yang terpikir sebagai tempat simbolik, jawab Dani asal. Berapa kali harus kubilang kalau aku tidak seRiska tersenyum. Tidak lama kemudian raut wajah Dani berubah. Dia menyeringai senang.
Sepertinya aku menemukannya! serunya. Di mana"
Pasar Klewer dan Taman Jurug, jawab Dani. Menurutmu kita pergi ke mana dulu"
Riska berpikir sebentar. Kurasa Pasar Klewer dulu. Karena" tanya Dani. Bukankah Pasar Klewer tempat yang ramai" Tidak mungkin ada yang menyekap orang di sana. Pasti akan sangat mencurigakan.
Tempat yang paling aman adalah tempat yang paling ber"bahaya, jelas Riska sambil mulai berjalan. Penjahat yang pintar pasti menerapkan prinsip membasuh muka dengan batu dan tidur beralaskan aliran air.
Maksudnya" Dani berjalan mengikutinya.
Mereka melakukan hal yang tidak lazim, jelas Riska. Kata-kata itu berasal dari Soseki Natsume, aku membacanya di komik Conan.
Dani mengangguk-angguk. Pemikiran bagus, tapi kurasa para penculik itu tidak membaca komik.
*** Indra mulai bisa merasakan kesadarannya kembali. Dia pelan-pelan membuka matanya. Dia berada di kamar. Kaki dan tangannya diikat dan mulutnya ditutup lakban. Dia me"mandang sekeliling berusaha mencari petunjuk keber"adaan"nya.
kan kecil. Hanya ada meja, dua kursi, dan satu tempat tidur tempat dia dibaringkan. Di atas meja di sudut ruang"an, ransel dan ponselnya diletakkan. Mereka telah memati"kannya. Ada jendela sejajar dengan tempat tidur dan gorden"nya tidak tertutup. Langit sore tampak terpapar masuk ke kamar. Jantung Indra serasa berhenti berdetak ketika tibatiba pintu terbuka. Ternyata si gempal yang menculiknya yang masuk.
Kau sudah sadar" tanya pria itu. Di tangannya terdapat senampan makanan dan minuman. Aku tahu selain berbagai macam pertanyaan yang ingin sekali kaulontarkan, kau pasti lapar sekali.
Indra menatapnya tajam. Sudahlah, kau tidak perlu menatapku seperti itu, pria itu tersenyum sambil meletakkan nampan di depan Indra. Dia membantu Indra duduk lalu membuka lakban yang menutupi mulut Indra.
Akh! erang Indra saat lakban itu ditarik paksa. Kau bisa berteriak, tapi aku tahu kau cukup pintar untuk tidak melakukannya, kata pria itu.
Dia menatap tangan Indra yang diikat ke belakang. Maaf, aku tidak bisa melepas ikatan yang itu. Karena tangan"mu terlalu berbahaya, seperti kotak Pandora. Indra hanya diam.
Aku akan menyuapimu, kau mau yang mana lebih dulu, gar"on" tanyanya.
Indra tetap bungkam. Namaku Arman, selama di sini aku penanggung jawabmu, pria itu memperkenalkan diri dengan aksen yang aneh,
Siapa yang menyuruh kalian" Akhirnya Indra membuka suara. Lalu kenapa kalian ingin menculik kami"
Arman mengangkat bahu. Aku hanya menjalankan perintah. Tentang mengapa, kautanyakan saja pada orang yang memberi perintah.
Siapa" ulang Indra.
Makan saja makananmu ini, Arman menunjuk nampan yang berisi sepiring nasi goreng dan air putih.
Arman menyendok nasi goreng dengan telur lalu mendekatkannya ke mulut Indra. Buka mulutmu. Indra tidak bergerak, bahkan mengeraskan rahangnya. Raut wajah Arman berubah menjadi masam. Kau membuatku kesal, gar"on, geramnya. Selama ini belum pernah ada yang menolak masakanku.
Dia kembali menutup mulut Indra dengan lakban lalu beranjak sambil membawa nampan makanan menuju pintu.
Aku tak peduli lagi kalau kau sampai mati kelaparan, katanya, lalu membanting pintu.
Indra menghela napas. Sekarang dia harus segera mencari cara agar bisa menghubungi Dani dan Riska. Dia melirik ponselnya di atas meja. Tapi bagaimana dia bisa mengambilnya sedangkan kedua kakinya diikat" Bahkan tangannya pun diikat ke belakang. Kalau berhasil mengambil pun, bagaimana dia bisa berbicara kalau mulutnya ditutup lakban. Lebih penting lagi, dia harus berhasil mencari tahu terlebih dahulu di mana posisinya sekarang sebelum menghubungi dua sahabatnya itu. Indra menoleh ke jendela, melihat bayang"an yang dihasilkan.
Matahari sore terpapar masuk dari sana, batinnya. Berarti
Dia menutup mata dan mendengarkan deru kendaraan yang lalu lalang. Rumah ini dekat dengan jalan raya.
Indra sekali lagi memperhatikan sekeliling kamar itu. Tembok"nya kuning gading dan sepertinya rumah ini baru dibangun. Satu petunjuk lagi bisa dia dapat di ponselnya.
Indra menjatuhkan guling dan bantal ke lantai dengan kakinya. Untunglah lantai kamar itu terbuat dari keramik sehingga tidak terlalu menimbulkan suara. Setelah bantal dan guling tergeletak di lantai, dia menjatuhkan badan ke atasnya.
Mmmmh.., erangnya. Ternyata walaupun sudah menyiap"kan alas, dia tetap masih merasakan kerasnya lantai.
Masih dengan tangan dan kaki terikat, Indra menggerakkan tubuhnya perlahan mendekati meja. Ponsel miliknya sudah di depan mata tapi dia kesulitan untuk mengambilnya karena mejanya terlalu tinggi. Indra menempelkan punggungnya ke dinding dan menekan dinding itu kuat-kuat hingga tekanan dinding dan tubuhnya membuatnya berdiri. Dia mempelajari hal ini saat outbond dengan anggota klub judo beberapa bulan yang lalu. Setelah berhasil berdiri, dia mengambil ponselnya dengan tangan terikat di belakang. Dia juga akhirnya tahu dari jendela di hadapannya, bahwa dia berada di lantai dua rumah tingkat yang terletak di ujung sebelah barat jalan karena Indra tidak melihat ada bangunan lain di sebelah rumah ini.
Indra menyandarkan punggungnya lagi ke dinding dan perlahan-lahan menjatuhkan diri. Dia hanya bisa mengandalkan perasaan saat mencoba menyalakan ponselnya karena dia harus melakukannya tanpa melihat. Untunglah Indra
pembuka terdengar, tanda ponselnya sudah berhasil dihidupkan. Indra meletakkan telepon itu ke lantai lalu membalikkan badan dan membaca tulisan di bawah tulisan provider yang dia gunakan yang biasanya menandakan tempat dimana dia berada. JURUG.
Sudah kuduga, batinnya. Indra spontan tersenyum. Masalah baru muncul ketika harus menghubungi Dani. Bagaimana mungkin dia bisa menemukan nama Dani dalam phone"book-nya tanpa melihat layar. Apakah dia harus mem?" bolak-balikkan badannya hingga menemukan nama Dani"
Indra membalikkan badannya lagi kemudian memejamkan mata dan menghela napas.
Bodoh...umpatnya dalam hati sambil membentur-benturkan kepalanya sendiri ke dinding dengan pelan. Kemudian dia tiba-tiba teringat telepon terakhir yang dia lakukan sesaat sebelum tertangkap.
Dia menelepon Dani! Indra menegakkan badannya lagi. Sekarang dia tinggal memencet tombol call dan nama Dani pasti muncul di urutan paling atas. Karena dia tidak bisa berbicara, berarti satu-satunya cara untuk bisa berkomunikasi dengan Dani adalah memakai itu. Indra meraba-raba lalu memencet tombol call dua kali.
K e kita harus mencari" Riska memandang sekeliling"nya. Hari sudah hampir malam dan mereka sudah berkeliling Pasar Klewer selama dua jam tanpa hasil.
Aku juga tak tahu, Dani menggeleng, napasnya naikturun. Bahkan mobilnya pun tak terlihat sama sekali. Bukankah mestinya mobil wagon dengan warna seperti itu cukup mencolok"
Kurasa sebaiknya kita mencari penginapan lebih dulu, usul Dani kemudian sambil terus berjalan. Rasanya Riska sudah hampir menangis saat tiba-tiba ponsel Dani berdering. Dani melihat nama yang tertera di layarnya dan spontan berseru.
INDRA! Riska mengambil ponsel itu dari tangan Dani. Halo" Halo" Indra! Kau di mana sekarang" tanya Riska tapi tak ada jawaban. Riska mengembalikan ponsel itu pada Dani.
Halo" Ndra" tanya Dani. Sekali lagi hening tapi telepon
Apa dia tidak apa-apa" tanya Riska khawatir. Sssst... Dani memberi tanda agar Riska diam, dia sedang mendengarkan dengan saksama. Kali ini dia hanya men"dengar suara tuts yang ditekan-tekan. Mungkin sebaiknya kita menyingkir ke tempat yang agak sepi.
Mereka berjalan menuju lorong pasar yang agak sepi. Dani menekan pengeras suara ponselnya hingga Riska bisa ikut mendengar. Satu dua orang yang berlalu lalang menatap mereka dengan aneh karena bunyi suara yang keluar dari ponsel Indra hanyalah suara tuts. Pendek. Pendek Panjang. Panjang. Panjang. Panjang. Panjang. Entah apa maksudnya.
Ndra" Kamu di sana" Kamu baik-baik saja" Tolong jawab, pinta Riska, suaranya mulai bergetar.
Tidak ada jawaban selain suara tuts lagi. Riska benarbenar putus asa.
I-M-O-K, kata Dani tiba-tiba. I m okay. Eh"
Dani menatap Riska, matanya berbinar. Ini Morse! Inilah sebabnya sebelum berangkat Indra menyuruhku menyerap buku panduan Pramuka. Dani buru-buru mengambil kertas dari dalam tasnya lalu berjongkok dan meletakkan ponselnya di depan mereka.
Aku sudah paham, Ndra, sekarang di mana posisimu" tanya Dani. Bunyi tuts terdengar lagi dan Dani mulai menulis di kertasnya.
. /..-/.-./..-/--. J-U-R-U-G. Dani membacanya untuk Riska. .-./..-/--/.-/..../-../..-/.-/.-../R-U-M-A-H-D-U-A-L-T. Rumah Dua Lt, ulang Riska. Rumah dua lantai" Dia dibawa ke rumah bertingkat dua!
-.../.-/.-./.-/- B-A-R-A-T. Maksudnya rumahnya di sebelah barat" tanya Riska. Mungkin.
-.-/..-/-./../-./--./--./.-/-../../-./--.
K-U-N-I-N-G-G-A-D-I-N-G, Dani membaca sandi morse itu. Mungkin ini warna cat rumahnya. Ada lagi, Ndra"
Tuts terdengar lagi -. N" No" tanya Dani. Tak ada jawaban.
Sepertinya cuma ini petunjuk yang bisa dia sampaikan, Dani menoleh pada Riska, ternyata gadis itu sedang menangis.
Syukurlah... isak Riska. Syukurlah kau tidak apa-apa... Dani terdiam dan tiba-tiba tuts berbunyi lagi. -../ /-./-/-.-./.-./-.--/
Apa katanya" tanya Riska. Belum sempat Dani menjawab, tuts berbunyi lagi.


Touche Karya Windhy Puspitadewi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

../--/ /-.- Sekali lagi. ../--/ /-.- Don t cry, I m okay, kata Dani pelan. I m okay. Air mata Riska menetes lagi, tapi kali ini dia cepat-cepat menghapusnya. Riska mengangguk. Umh.
Dia bergegas berdiri. Ayo ke Jurug!
memasukkannya ke saku baju tanpa mematikannya. Takut jika dia melakukannya, akan sulit baginya untuk meng?" hubungi Indra lagi. Mereka pun keluar dari lorong itu. ***
Indra menghela napas lega karena akhirnya tahu Riska selamat dan dua sahabatnya itu akan segera menjemputnya. Lengah karena kelegaan itu, Indra tidak menyadari bunyi langkah kaki yang mendekati kamarnya. Tiba-tiba saja dia mendengar suara kunci dibuka dan Arman masuk.
Ya Tuhan! Kau benar-benar tidak bisa dianggap remeh, gar"on, gelegar suara Arman saat melihat Indra di lantai dengan ponsel di tangannya yang terikat ke belakang.
Aku tak tahu bagaimana kau bisa melakukannya, Arman menghampiri Indra dengan marah. Tapi kau telah melakukan kesalahan besar, gar"on.
Arman mengambil ponsel di tangan Indra lalu membanting"nya.
Pantas saja tiba-tiba temanmu bergerak ke arah sini. Indra menatapnya heran.
Arman yang menyadari tatapan Indra tersenyum sinis. Kau heran bagaimana aku tahu" katanya sambil menarik keras tangan Indra hingga dia berdiri. Indra mengerang kesakitan. Percayalah, tidak ada yang tidak kami ketahui. Sebenarnya tak perlu kami ikat seperti ini pun, kau tidak akan bisa lari. Ke ujung dunia pun kami bisa menemukanmu.
Indra meronta. Sekuat tenaga dia berusaha melepaskan diri hingga Arman hampir terjungkal. Teman-temannya akan
Arman mengeluarkan lagi stun gun dari saku celana"nya. Sebenarnya aku tidak suka melakukan ini tapi kau memaksaku, gar"on.
Indra berusaha menghindar tapi tidak berhasil karena ruang geraknya yang terbatas akibat tangan dan kaki yang terikat. Dia langsung ambruk begitu stun gun menyengat punggungnya.
Arman mengambil teleponnya. Cepat ke sini dan bantu aku!
Tidak lama kemudian, dua anak buah Arman datang. Bawa anak ini ke mobil, kita harus segera membawanya pergi dari sini.
Kedua orang itu tanpa banyak bicara langsung membopong tubuh Indra keluar dari kamar.
*** Riska dan Dani sudah sampai di depan Taman Jurug. Di seberangnya memang banyak sekali rumah yang berderet. Mereka terus menyusur, mencari rumah berlantai dua, bercat kuning gading dan terletak di ujung barat. Matahari sudah menghilang dan tergantikan cahaya lampu jalan.
Ini sudah di ujung barat, kata Dani, Matanya menyapu rumah-rumah di depannya. Tidak sulit mencari rumah yang dimaksud Indra, karena di situ hanya ada satu rumah bertingkat dua yang bercat kuning gading.
Tapi aku tidak melihat mobilnya, Riska menelan ludah. Perasaannya tidak enak.
Indra menutup teleponnya, Dani mengambil ponsel
Dia yang menutupnya atau orang lain" tanya Riska cemas.
Entah, Dani mengangkat bahu. Ayo!
Dani menarik tangan Riska hingga Riska bisa menyerap kegalauan dan ketegangan dalam hati Dani. Sangat berbeda dengan ketegaran yang coba ditampilkan laki-laki itu. Riska pun tersenyum. Dani sudah berusaha keras agar Riska tenang bahkan sampai menutupi perasaannya yang sebenarnya.
Apa rencanamu" tanya Riska, lalu dia menengadah. Sebentar lagi malam.
Dani tidak mengatakan apa pun, sejujurnya dia sendiri tak tahu apa yang harus dilakukan. Saat ini dia hanya bisa bertindak sesuai instingnya dan itu berarti: maju terus, pikir belakangan.
Mereka berdua berdiri tepat di depan pagar rumah itu. Pagar besinya tidak terlalu tinggi sehingga mereka bisa melihat halaman di dalamnya dan memang tidak ada apa-apa. Masih ada jejak ban mobil yang berarti kemungkinan besar, para penculik Indra baru saja pergi dari tempat itu.
Pertanyaannya sekarang, apakah Indra ikut bersama mereka, kata Dani pada Riska, menatap rumah di hadapannya.
Riska tidak bisa menjawab.
Yang bisa kita lakukan hanya mencari tahu secepatnya, Dani membuka pagar rumah yang ternyata tidak terkunci itu.
Kau berniat masuk" tanya Riska panik sambil menarik tangan Dani. Dia merasakan ketakutan yang amat sangat,
atau ketakutannya sendiri. Bagaimana jika di dalam masih ada komplot"an penculik itu"
Makanya, kita tidak akan tahu jika tidak melihatnya sendiri. Dani menipis tangan Riska lalu masuk.
Tidak ada tanda-tanda kehidupan di rumah itu. Dani mengetuk pintu beberapa kali namun tidak mendapat jawaban. Rumah itu hampir bisa dipastikan sudah kosong. Riska langsung lemas, mereka sudah kehilangan jejak Indra.
Dani duduk di kursi teras depan. Langit sudah mulai gelap.
Kita sudah kehilangan Indra, kata Dani lemas. Tidak! jerit Riska tiba-tiba. Kita tidak boleh kehilangan dia!
Dani tampak kaget melihat reaksi Riska.
Oi, ada apa denganmu" Kenapa kau tiba-tiba marahmarah seperti itu"
Aku juga nggak tahu! kata Riska lalu pergi meninggalkan Dani.
Riska sendiri tidak tahu kenapa dia jadi emosi mendengar kata-kata Dani. Mungkin karena hati kecilnya tidak rela jika dia tidak bisa lagi bertemu Indra. Membayangkannya saja sudah membuat tubuhnya gemetar.
Riska berjalan mengitari rumah itu berusaha mencari petunjuk, tetapi sayang, selain jejak ban mobil yang masih baru tidak ada lagi yang bisa didapatkan. Tidak lama kemudian Dani menyusulnya.
Dapat sesuatu" tanya Dani. Riska menggeleng lemah.
Dani menghela napas, lalu tampak berpikir. Jejak mobil
Mereka pasti pergi dari sini dengan terburu-buru. Mungkin mereka sudah tahu akan kedatangan kita.
Bagaimana mereka bisa mengetahuinya" tanya Riska tak percaya.
Cara yang sama dengan bagaimana mereka bisa menemukan kita di keraton, jawab Dani.
Yaitu" Dani mengangkat bahu. Analisisku berhenti sampai di situ.
Tapi... Dani berjalan mendekati jendela yang tampaknya merupakan jendela kamar di ujung bangunan. Jika mereka terburu-buru, aku yakin masih ada yang tertinggal selain pagar yang tak terkunci.
Tepat setelah Dani selesai mengatakannya, tiba-tiba mereka mendengar suara gedebuk seperti benda yang jatuh. Riska dan Dani berpandangan.
Masih ada sesuatu di dalam! kata Riska setengah berbisik.
Atau seseorang, sahut Dani. Dia meraba pinggir jendela dan mendorongnya. Ternyata jendela itu pun tidak terkunci. Tanpa berpikir panjang, Dani masuk ke kamar itu.
Apa yang kaulakukan" Riska menarik kaus Dani sambil melotot.
Sudah kubilang, Dani menepis tangan Riska. Saat ini aku hanya bisa mengandalkan instingku. Kalau kau tidak mau, kau bisa menunggu di luar.
Tidak! tegas Riska. Aku ikut bersamamu! Dani mendesah. Kau keras kepala juga. Dia lalu memterpana dengan barang-barang di kamar itu. Semuanya barang-barang mahal dan terawat dengan baik.
Yang bisa dipastikan sekarang, rumah ini bukan rumah kosong, kata Dani. Ada yang mendiaminya. Si penculik" tanya Riska.
Dani mengangkat bahu. Sekarang kita cari sumber suara tadi. Dani berjalan menuju pintu diikuti Riska. Dia memutar kenop sambil berdoa semoga pintu itu tidak dikunci dan doanya terkabul. Sekarang mereka berdua berjalan menuju ruang yang tampak seperti ruang keluarga. Dani memberi isyarat pada Riska untuk diam dan mendengar dengan saksama. Lamatlamat mereka mendengar erangan dan desahan dari kamar tepat di sebelah kamar yang tadi mereka masuki.
Apakah mereka penculiknya" bisik Riska. Apakah ini jebakan"
Kurasa tidak, jawab Dani. Mereka pergi dengan terburu-buru. Kau sendiri melihat jejak ban mobilnya kan"
Mereka mengendap-endap menuju kamar tersebut. Dani memutar kenop pintu kamar itu sepelan mungkin sambil me"nelan ludah. Begitu pintu terbuka, Dani dan Riska membeku. Mereka melihat sesosok pria dengan tangan dan kaki terikat serta mulut yang tertutup lakban sedang merontaronta di lantai.
P AK YUNUS! pekik Riska dan Dani hampir berbarengan. Pak Yunus menatap mereka dengan wajah lega. Secepatnya Dani dan Riska melepaskan semua ikatan Pak Yunus.
Bisa tolong kalian ambilkan aku a glass of water" tanya Pak Yunus begitu lakban di mulutnya dilepas. Riska mengangguk. Dia keluar dari kamar dan setelah kebingungan selama beberapa saat akhirnya menemukan dapur rumah itu. Dia mengambil gelas, mengisinya dengan air yang anehnya terisi penuh di lemari es, lalu kembali ke kamar dan menyerahkan gelas itu ke Pak Yunus.
Terima kasih, kata Pak Yunus sambil tersenyum lalu menghabiskan air itu dalam beberapa teguk.
Bisa tolong ambilkan kacamataku" pintanya kemudian.
Di mana" There, Pak Yunus menunjuk meja di dekat jendela. Maaf, aku masih belum sanggup berdiri.
Tidak masalah, kata Dani lalu mengambil kacamata Pak
Pak Yunus memakai kacamatanya lalu memandang Dani dan Riska bergantian.
Jadi, bagaimana kalian bisa sampai di sini" tanyanya. Riska dan Dani duduk di lantai mengitarinya. Riska memandang Dani, berharap cowok itu yang menceritakannya. Dani mengangguk tanda mengerti, lalu menceritakan semuanya pada Pak Yunus. Dari saat Indra berhasil memecahkan kode puisi itu hingga dia diculik dan sempat memberi petunjuk bahwa dia disekap di rumah ini.
Pak Yunus mengangguk-angguk selesai mendengar penjelasan Dani.
Dia memberi kalian petunjuk dengan morse karena tidak bisa bicara" Genius... gumam Pak Yunus.
Pak, sekarang bukan saatnya untuk kagum, pinta Riska cemas. Kita harus segera menyelamatkan Indra. Aku tahu di mana mereka, kata Pak Yunus. HEEEEEEEE... Dani dan Riska setengah terpekik. Mereka menuju Temanggung, more specific place di air terjun Grojogan Sewu, kata Pak Yunus. Mereka meneriakkan"nya saat akan meninggalkan tempat ini. Aku tidak sengaja mendengarnya. Aku tidak tahu they took Indra with them.
Kenapa mereka lupa dengan Bapak" tanya Dani heran. Pak Yunus mengangkat bahu. Aku juga tidak tahu, mungkin mereka sangat terburu-buru dan menganggapku less important than Indra. Jadi daripada repot, aku ditinggal saja.
Berarti sekarang kita harus secepatnya ke Tawangmangu! Riska langsung berdiri, tapi sebelum dia sempat pergi Dani
Tunggu! sergah Dani. Sekarang sudah malam, lebih baik kita tidur di sini dulu dan baru berangkat besok pagi!
Tidak! Riska menepis tangan Dani. Kita harus secepatnya menolong Indra atau semuanya akan terlambat! Kurasa benar kata Dani, kata Pak Yunus.
Kita sampai ke sana pun pasti sudah larut, lanjut Pak Yunus saat Riska hendak melancarkan protesnya. Dan kita tidak bisa mencari tahu rumah mana tempat Indra disekap dan akan percuma saja. Nevertheless, kurasa untuk sementara mereka tidak akan berani macam-macam pada Indra. Kenapa" tanya Riska pelan.
Because he s special, kata Pak Yunus. Much more special than all of us. Believe me.
Riska menatap Pak Yunus dengan tajam lalu menghela napas. Aku percaya kata-kata Bapak, tapi jika terjadi apaapa pada Indra, aku akan membenci Bapak sebesar aku membenci penculik-penculik itu.
Pak Yunus tersenyum. Riska lalu pergi menuju pintu. Kau mau ke mana" seru Dani.
Mandi, jawab Riska singkat lalu menghilang dari balik pintu.
Memangnya kita boleh seenaknya menginap di rumah ini" tanya Dani pada Pak Yunus.
Aku tidak melihat seorang pun yang akan melarang kita, jawab Pak Yunus santai. Lagi pula kupikir para penculik itu tidak akan kembali ke rumah ini hanya untuk me"nagih biaya penginapan. Don t you think so"
Apakah kita perlu melapor polisi" tanya Dani lagi. Pak Yunus menggeleng. Terlalu banyak pihak yang terlibat, tidak menjamin masalah akan selesai. Lagi pula aku takut jika kita lapor polisi, justru akan membuka kemampuan touch" kita.
Dani manggut-manggut. Jadi, Pak Yunus sudah punya rencana apa yang akan kita lakukan besok"
Pak Yunus menggeleng lemah. I have no idea. ***
Aku sudah menelepon tempat persewaan mobil dan mereka akan mengantarnya besok pagi-pagi sekali, kata Pak Yunus saat mereka berkumpul di ruang keluarga sambil menonton televisi.
Memangnya Bapak membawa uang" tanya Dani. Nope, Pak Yunus menggeleng. Tapi aku selalu membawa credit card-ku yang untungnya sama sekali tidak disentuh para penculik itu.
Dani meringis sambil mengacungkan jempol. Kenapa Indra" tanya Riska tiba-tiba. Matanya lurus ke televisi walau bisa dipastikan pikirannya berada di tempat lain.
Apa maksudmu" Dani mengerutkan kening. Kenapa dia diculik" Kenapa dia harus dikejar-kejar seperti itu" Indra tidak memilih untuk mendapatkan kemampu"an itu! kata Riska mulai emosi. Ini tidak adil. Mata"nya mulai berkaca-kaca.
Pak Yunus mengangguk-angguk.
kemampuan ini. Apa kau tahu, sebenarnya targetnya bukan hanya Indra, but all of us, kata Pak Yunus dengan kalem, mencoba menenangkan. Semua kaum touch".
Walau memang, Indra yang paling spesial, lanjutnya. Indra, like all of us here, tidak memilih untuk mendapatkan kemampuan ini tapi kenyatannya, kita memilikinya. Hanya itu yang ada dalam pikiran orang-orang yang mengejar kita.
Kenapa Indra yang paling spesial" tanya Dani. Karena di antara semua kemampuan touch", kemampuan membaca pikirannyalah yang paling dicari.
Karena" Karena dia bisa mendeteksi kebohongan. Bukankah ada lie detector" tanya Dani lagi. Setiap barang yang dibuat manusia, pasti tidak ada yang sempurna, jawab Pak Yunus. Apa kalian tahu, kalau lie detector bisa diakali dengan menusukkan jarum ke jempol kita" Lie detector mendeteksi penyimpangan denyut nadi, dan rasa sakit akibat tertusuk jarum cukup ampuh untuk me"ngelabuinya.
Jadi Indra dan kemampuan membaca pikirannya dikejar agar bisa digunakan untuk mencari kebenaran"
Kalau saja bisa that simple, desah Pak Yunus. FBI, CIA, KGB, bahkan lembaga peradilan kita mungkin menginginkan kemampuannya untuk itu, tapi bagaimana dengan lawan mereka" Para penjahat" Teroris"
Pak Yunus mengambil remote TV lalu mengganti salurannya ke stasiun yang sedang menayangkan konflik antara KPK, kepolisian, dan kejaksaan.
Pak Yunus. Kita tidak tahu siapa yang berbohong dan siapa yang tidak. Indra bisa dengan mudah mengetahuinya. Tapi karena hal itu pula, ada dua pihak yang berbeda yang akan me"ngejar Indra. Pihak pertama adalah pihak yang mengingin"kan kebenaran itu terungkap dan pihak kedua sebaliknya, tidak ingin kebenaran itu terungkap.
Dani menelan ludah. Berarti jika pihak yang tidak ingin kebenaran terungkap yang pertama kali mendapatkan Indra, kemungkinan besar dia akan...
Pak Yunus mengangguk. Aku yakin dia sendiri tidak tahu sebesar apa bahaya yang mengintainya.
Riska menutup kedua telinganya sambil memejamkan mata. Dia tidak ingin mendengar lebih jauh lagi. Malam hari"nya, tidak ada seorang pun yang bisa memejamkan mata. ***
Keesokan paginya setelah mobil sewaan diantar, ketiganya secepatnya berangkat ke Tawangmangu.
Bapak tahu tujuan mereka" tanya Dani sambil mengutak-atik ponselnya, mencari titik-titik tempat yang mungkin digunakan sebagai tempat Indra disekap lewat internet.
Menurutku mereka menyekapnya dalam rumah seperti sebelumnya, jawab Pak Yunus, dia yang memegang kemudi. Atau mungkin di vila. Ada banyak vila di sekitar air terjun itu.
Tapi bagaimana kita bisa mencari vila yang benar " Dani menyandarkan kepalanya ke kursi. Seperti mencari
More than that, sahut Pak Yunus. Ini seperti mencari jarum yang benar di antara tumpukan jarum. Karena jarum dan jerami memiliki bentuk berbeda.
Riska yang duduk di jok belakang hanya diam dan memandang keluar jendela. Matanya menerawang, mengkhawatir"kan keselamatan Indra.
Setelah sekitar dua jam, akhirnya mereka sampai di Tawang"mangu. Pak Yunus langsung mengemudikan mobilnya menuju kompleks vila di dekat tempat itu. Sekarang di depan mereka ada deretan vila tapi mereka tidak bisa mengetahui yang mana yang menjadi tempat persembunyian para penculik itu.
Sekarang bagaimana" desah Dani. Pak Yunus menggeleng. I don t know.
Tak ada satu pun dari mereka bertiga yang bicara hingga tiba-tiba Riska membuka mulut.
Mobil, katanya. Dani dan Pak Yunus menengok ke belakang. Apa maksudmu" Dani mengernyit.
Mobil wagon hijau muda, jelas Riska. Mobil wagon berwarna mencolok seperti itu termasuk jarang. Kita tinggal mengelilingi kompleks ini dan mencari vila yang terdapat wagon hijau muda terparkir di sana. Atau kita bisa bertanya pada orang-orang di sini tentang mobil itu.
Pak Yunus tersenyum. You re right, kenapa aku tidak terpikir sampai di situ.
Dia lalu memasukkan gigi mobil dan membawa mobil melaju mengelilingi kompleks vila itu.
P -pelan Indra mulai siuman. Tubuhnya terasa lemah
sekali. Mungkin ini efek gabungan dari terkena stun gun dan belum makan dari kemarin. Dia mulai merutuki kebodohannya menolak makanan yang disodorkan oleh Arman padahal hal utama yang harus dia siapkan jika ingin melarikan diri adalah stamina.
Kali ini para penculik itu tidak menutup mulutnya dengan lakban, namun kaki dan tangannya masih terikat. Di kamar tempatnya disekap sekarang tidak ada apa pun. Tidak ada tempat tidur, tidak ada meja. Kosong. Hanya ada dua botol air mineral dengan sedotan di dekatnya. Indra yang merasa tenggorokannya kering langsung meneguk air itu lewat sedotan sebanyak mungkin. Sepertinya ini alasanmulut"nya tidak lagi ditutup. Satu hal pasti yang bisa diketahui, para penculik itu tidak berniat membunuhnya. Setidaknya, tidak dalam waktu dekat.
Indra menyapu pandangan ke semua sudut kamar. Semua jendela ditutup dan dilapisi gorden. Lampu kamar tidak dinyalakan sehingga cahaya yang masuk hanya berasal dari
Sekarang, apa yang harus kulakukan" tanya Indra dalam hati. Ponselnya sudah rusak dan karena para penculik itu meng"ambil risiko melepas penutup mulutnya, berarti sekarang dia pasti berada di suatu tempat yang bahkan berteriak minta tolong pun sepertinya akan menjadi tindakan yang sia-sia.
Indra memejamkan mata, mencoba berpikir keras bagaimana caranya menyelamatkan diri atau setidaknya memberi tanda bagi siapa pun agar bisa menolongnya.
Dengan kaki dan tangan masih terikat, dia beringsut ke jendela. Setelah agak lama dan menghabiskan cukup banyak tenaga, Indra berhasil juga sampai di bawah daun jendela. Dia melongokkan kepalanya dan mendapati lagi-lagi dia berada di lantai dua. Hanya saja kali ini, dia tidak bisa menghubungi siapa pun untuk memberitahu lokasinya.
Tunggu! serunya dalam hati saat melihat bahwa jendela itu bisa dilihat dari jalan yang dilalui oleh mobil.
Indra kembali beringsut menuju botol minumannya yang masih utuh. Dia menjepit botol itu dengan kakinya agar tidak tumpah lalu perlahan-lahan menuju jendela lagi. Dia meng"angkat kakinya untuk melepaskan botol dan mengambil"nya dengan tangan yang terikat ke belakang. Dengan cara yang sama yang dia lakukan di Jurug, dia menekan dinding dengan punggungnya untuk membantunya berdiri. Setelah menarik gorden menggunakan mulutnya, dia menaruh botol minuman itu ke sisi jendela yang terkena sinar matahari. Dia bermaksud menjadikan botol air itu sebagai pengganti cermin, sehingga begitu terpapar sinar matahari, air di botol akan memantulkannya dan tampak berDia terduduk lagi. Tenaganya sudah hampir habis. Semoga ini berhasil, harapnya dalam hati. Semoga ini bisa jadi petunjuk.
*** Mereka bertiga sudah mengitari kompleks itu hampir selama setengah jam dan belum mendapatkan hasil apa pun. Masalah"nya, beberapa vila memiliki tembok pagar yang tinggi hingga mereka tidak bisa melihat mobil apa yang terpakir di sana.
Pak Yunus menghentikan mobilnya di sisi jalan salah satu sudut kompleks.
Kita cari udara segar, katanya sambil membuka pintu mobil. Siapa tahu bisa menjernihkan pikiran kita.
Dani mengangguk lalu menoleh ke belakang kepada Riska yang dari tadi bungkam seribu bahasa.
Ayo, katanya. Riska hanya mengangguk lemah.
Pak Yunus duduk di kap mobil, diikuti Dani. Riska berdiri di dekat mereka.
Di Amerika, aku punya teman yang bekerja di FBI, kata Pak Yunus tiba-tiba. Dia pernah berkata kepadaku bah"wa setiap kali mereka menyelesaikan suatu kasus, mereka selalu berpikir out of the box.
Maksudnya" tanya Dani tak mengerti.
Mereka tidak berpedoman pada pelajaran yang telah mereka dapatkan atau kelaziman yang mereka peroleh selama ini, jelas Pak Yunus. Mereka juga mempertimbangkan
saat kita bermain hide and seek. Aku ingat benar, dulu saat aku masih kecil, tempat paling tepat untuk bersembunyi adalah di atas rak buku.
Dani mengangkat alis. Pak Yunus tersenyum. Saat itu, aku hanya mengikuti instingku dan memanjat ke tempat itu. Tapi bertahun-tahun kemudian, aku baru sadar bahwa sebagian besar manusia mencari setinggi pandangan matanya saja. Mereka jarang mencari di atas pandangan, karena biasanya tidak begitu. Itulah yang dinamakan berpikir out of the box.
Dan apa maksud Bapak menceritakan hal itu semua kepada kami" tanya Dani.
Mungkin dari tadi kita salah mencari petunjuk, kata Pak Yunus. Mungkin, hal yang kita pikir bisa dijadikan petunjuk berdasar pengalaman malah tidak bisa diandalkan sama sekali. Sebaliknya, hal yang tidak terpikirkan atau bahkan terlewatkan malah merupakan petunjuk yang berharga. And we all know, Indra tidak sebodoh itu dengan tidak memberikan petunjuk.
Riska paham maksud Pak Yunus dan mulai berjalan di sepanjang kompleks itu. Tapi kali ini matanya tidak hanya menyapu setinggi pandangannya, dia juga menengadah, mencari petunjuk yang mungkin terlewatkan. Saat matanya tertuju pada vila berlantai dua, Riska merasa silau. Seperti ada pantulan cahaya di sana. Dia berjalan menuju vila itu yang walau dari tempat dia tadi melihat tampak dekat, ternyata cukup jauh juga jika dilalui dengan berjalan kaki.
Sesampainya di gerbang vila, dia mendongak, ke tempat cahaya itu berasal, dan melihat botol minuman di pinggir
Hanya botol minuman, keluhnya. Saat akan berbalik kembali ke tempat Pak Yunus, dia melirik sekilas ke dalam vila dan mendapati mobil wagon hijau muda terparkir di sana. Jantungnya serasa berhenti berdetak, ditambah suara dering telpon genggamnya yang tiba-tiba berbunyi. Ha...halo" jawabnya.
Kau di mana" tanya Dani gusar setengah membentak. Kami mencarimu dari tadi!
Se...sepertinya aku sudah menemukan vila yang kita cari.
Eh" hening beberapa saat. Beritahu aku posisimu. Riska menjelaskan bagaimana dia sampai ke tempat itu dan tidak sampai lima menit, Pak Yunus dan Dani datang.
Dani mengintip di sela-sela pagar. Nomor polisinya... Ya, benar! Itu mereka!
Sekarang apa yang akan kita lakukan" tanya Dani pada Pak Yunus saat mereka menghampiri Riska.
Kau bisa bela diri" Pak Yunus bertanya balik pada Dani.
Aku bisa memukul, Dani mengangkat bahu. Tidak buruk, lalu Pak Yunus mengangkat bahu. Sedangkan kau, bisa berlari dengan cepat.
Riska mengangguk. Selama ini seperti itu. Good, Pak Yunus mengangguk. Kita masuk. Jika keadaan gawat, Riska, kau harus lari secepat mungkin dari sini untuk mencari bantuan.
Aku mengerti, kata Riska.
Bagaimana dengan Bapak sendiri" tanya Dani. Bapak
Judo sabuk hitam, karate sabuk hitam, Aikido Dan IV, jawab Pak Yunus kalem.
Dani mengangkat alis. Kenapa sampai bisa diculik" Mereka memasukkan obat bius ke minumanku, jawab Pak Yunus.
Tu...tunggu! Riska mencegah tangan Pak Yunus saat dia hendak membuka pagar. Kita langsung masuk begitu saja" Kau punya ide lain" Pak Yunus balik bertanya. Riska tidak menjawab, dia melepaskan tangannya dari tangan Pak Yunus. Sejenak dia tertegun, karena entah mengapa perasaan Pak Yunus yang diserapnya adalah perasaan senang.
Pintu pagar ternyata tidak terkunci sehingga Pak Yunus dengan mudah membukanya.
Are you guys ready" Pak Yunus bertanya kepada Dani dan Riska sebelum mengetuk pintu. Mereka berdua mengangguk.
Setelah beberapa kali ketukan, mereka mendengar jawaban dari dalam.
Ya! Begitu pintu terbuka, Pak Yunus langsung melancarkan tendangannya tepat ke wajah orang yang pertama tampak. Orang itu terkapar seketika. Dani mengenalinya sebagai salah seorang yang pernah berusaha menculiknya. Mereka tidak salah tempat.
Mendengar kegaduhan yang terjadi, para penculik yang lain pun mulai berdatangan. Entah karena rasa terkejut atau kecepatan Pak Yunus, mereka semua dengan mudah dapat dilumpuhkan tanpa sempat memberikan perlawanan. Total
Masih ada seorang lagi, kata Dani. Yang beraksen Prancis dan mengenakan sarung tangan putih, dan sepertinya pemimpin mereka.
Pak Yunus mengangguk. Aku tahu siapa yang kaumaksud tapi sebaiknya kita tidak perlu pusing memikirkan di mana dia. Tujuan utama kita adalah menyelamatkan Indra. Kita harus mencarinya sesegera mungkin.
Dia di lantai dua, seru Riska, lalu mencari tangga. Di kamar yang ada botol di jendelanya.
Hah" Botol di jendela" gumam Dani bingung sambil mengikuti Riska dari belakang.
Di lantai dua ada beberapa kamar, tapi berdasarkan ingatan Riska akan posisi jendela dengan botol tadi, dia bisa mem?"perkirakan di kamar yang mana. Belum sempat memutar daun pintu, samar-samar Riska mendengar namanya dipanggil dari dalam.
Ris...ka" Itu suara Indra, pekik Riska dalam hati.
Dia memutar daun pintu, tapi ternyata pintu kamar itu terkunci. Dia menoleh ke arah Pak Yunus dan Indra. Terkunci.
Kita dobrak saja, usul Dani.
No need, kata Pak Yunus, dia mengamati daun pintu itu dengan saksama termasuk lubang kuncinya. Dia lalu mengeluarkan dompetnya dan mengambil kawat dengan lengkungan di ujungnya.
Aku mempelajarinya saat masih SD, kata Pak Yunus sambil mengutak-atik lubang kunci dengan kawatnya. Setung?"nya tipe pintu ini tidak berbeda dengan pintu kamarku.
Tidak lama, terdengar bunyi klik, dan begitu Pak Yunus memutar daun pintu, pintu pun terbuka.
Kamar di hadapan mereka sangat gelap. Cahaya remangremang hanya berasal dari jendela. Walau begitu, mereka semua bisa dengan mudah mengenali sosok yang terduduk di lantai dengan tangan dan kaki terikat.
Indra mengerjapkan matanya menyesuaikan diri dengan sinar dari pintu kamar. Melihat Riska dan Dani dia tersenyum karena akhirnya mereka bisa bertemu kembali, tapi saat matanya tertuju pada Pak Yunus raut mukanya berubah.
PERGI! teriaknya. PERGI DARI SINI! SECEPATNYA! LARI!
Riska dan Dani sangat terkejut dengan reaksi Indra. Apakah dia tidak senang dengan kedatangan mereka"
Kami datang untuk menolongmu! kata Dani agak gusar.
Kalian tidak mengerti" Indra mulai panik, baru kali ini dia seperti itu. Orang yang berada di balik ini semua adalah PAK YUNUS!
Dani dan Riska membeku, secara otomatis mereka lalu mengalihkan tatapannya pada Pak Yunus yang sekarang hanya tersenyum.
Aku sudah menduga, kau memang cerdas, kata Pak Yunus kalem.
Jantung Riska langsung serasa berhenti berdetak. Berarti
Dia sudah bersiap-siap lari, tapi tiba-tiba di belakang mereka sudah berdiri Arman dengan mengacungkan pistol.
Jangan berpikir kalian bisa lari dari sini, kata Arman dengan suara sengau.
Kenapa jadi begini... keluh Dani pelan.
P ak Y menarik Riska lalu mendekapnya hingga
Riska merasa sesak. Pak Guru...uhuk...uhuk...lepas... pinta Riska sambil berusaha melepaskan diri, tapi Pak Yunus jauh lebih kuat dibanding dirinya. Riska menyentuh tangan Pak Yunus dan se"ketika dia merasakan jantungnya berdegup sangat kencang. Adrenalinnya terpacu. Inilah yang dirasakan Pak Yunus sekarang.
Lepaskan mereka, pinta Indra. Hanya kemampuan saya yang Bapak inginkan, bukan"
Pak Yunus tersenyum. Kau tidak tahu apa yang kuinginkan.
Suasana tegang. Dani berpikir keras untuk bisa meloloskan diri dari tempat itu dan meminta bantuan. Tapi keberadaan Arman dengan pistol teracung padanya menggagalkan semua rencana.
Pantas saja Pak Yunus tidak mau ada polisi yang terlibat, batinnya.
Jawab pertanyaanku, kata Pak Yunus. Bagaimana kau
Jika saya jawab, Bapak akan melepaskan mereka" tanya Indra, dia menatap Pak Yunus dengan tajam.
Nope, jawab Pak Yunus santai, lalu mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya dan mengacungkannya ke wajah Riska. Jika kaujawab, aku tidak akan melukainya... untuk sementara.
Melihat wajah Riska yang pucat dan ketakutan, Indra menyerah.
Saya mulai merasa curiga saat Bapak memainkan Hana s Eyes dari Maxim di restoran itu, Indra mulai menjelaskan. Bapak bilang, Bapak adalah touch" yang berkemampuan menyerap ingatan dari alat musik yang Bapak sentuh. Tapi piano yang Bapak gunakan di restoran itu adalah piano baru yang baru diantar ke restoran itu siang harinya dan belum ada yang sempat memainkannya. Jadi ingatan mana yang Bapak serap"
Lalu saat Bapak memainkan Bengawan Solo di ruang musik sehari setelahnya, lanjut Indra. Biola itu dihibahkan oleh violis dari Rusia dan saya sudah memeriksanya bahwa dia belum pernah memainkan Bengawan Solo, bahkan dia belum pernah sekali pun mendengar lagu ciptaan Gesang itu. Kesimpulan saya, Bapak memang ahli memainkan berbagai macam alat musik dan berbohong tentang kemampuan touch" Bapak. Pertanyaan yang kemudian muncul, untuk apa Bapak berbohong"
Apakah saat kau memutuskan untuk mengejarku sampai ke Solo, potong Pak Yunus, kau sudah tahu bahwa aku adalah otak di balik ini semua"
Belum, jawab Indra. Saya masih mengira Bapak benardan itu membuktikan bahwa Bapak memang touch" walau saat itu saya tidak tahu kemampuan asli Bapak. Hanya saja, ada satu kebohongan Bapak lagi yang saya ketahui. Tidak pernah ada touch" yang berhubungan dengan kuliner yang diculik di Surabaya. Yang ada justru sebaliknya, juru masak hebat asli Indonesia baru saja pulang dari Prancis dan langsung terbang ke Surabaya. Belakangan baru saya tahu namanya Arman.
Pak Yunus berdecak. Kau memang mengagumkan. Juru masak yang memiliki kemampuan touch" pastilah juru masak yang hebat, lanjut Indra. Di Indonesia, berita kehilangannya pasti akan muncul di koran atau setidaknya di internet, tapi nihil. Sedangkan berita kedatangan juru masak Indonesia dari Prancis dan pergi ke Surabaya, bisa dengan mudah didapatkan dari hampir 100 situs di internet. Lagi pula, Arman selalu mengenakan sarung tangan padahal seperti Bapak bilang, mind reader dan empath hanya satu orang. Alasannya pasti hanya satu, karena pekerjaannya mem"butuhkan kemampuan touch"-nya. Lalu, walaupun sudah berusaha keras, karena sudah lama tinggal di Prancis, aksen sengaunya masih tampak. Dia pun pernah tersinggung saat saya tidak menyentuh makanannya. Apakah kesimpulan saya salah"
Sejauh ini belum, kata Pak Yunus.
Saya mulai mencurigai Bapak saat Arman mengatakan hanya menerima perintah, kata Indra. Orang yang memberinya perintah entah mengapa bisa dengan mudah melacak jejak kami semua. Kemudian saya ingat, pertemuan pertama kita di UKS itu bukan karena kebetulan. Bapak
pergi ke Prancis, saya bertaruh di sanalah Bapak bertemu de"ngan Arman. Jadi, pemberi perintah selama ini adalah Bapak dan kemampuan touch" Bapak yang sebenarnya adalah track finder.
Dani dan Riska ternganga. Pantas saja selama ini posisi mereka selalu ketahuan!
Pak Yunus menggeleng sambil tersenyum. Kau memang tidak bisa diremehkan, tapi aku yakin bukan itu saja, kan"
Kedatangan Bapak bersama mereka memastikan semuanya, aku Indra. Si pemberi perintah bukan orang bodoh. Dia bahkan tahu perihal kedatangan Riska dan Dani menuju rumah di Jurug, jadi tidak mungkin dia meninggalkan seseorang yang sudah susah payah mereka dapatkan. Orang yang tertinggal pasti digunakan untuk membawa dua orang lainnya ke sini. Sekarang, saya akan bertanya pada Riska, siapa yang memberitahumu bahwa aku dibawa ke sini"
Pak... Yunus... jawab Riska terbata-bata. Dia bilang, dia mendengar para penculik itu berteriak.
Tidak mungkin, kata Indra. Karena perintah membawaku ke sini baru diberikan saat berada di dalam mobil, aku masih bisa mendengar walau saat itu kesadaranku mulai meng"hilang.
Semua penjelasanmu tidak ada yang salah, Pak Yunus meng"angguk-angguk. Aku memang track finder. Kemampuan touch"-ku bisa mendeteksi keberadaan siapa pun, cukup dengan menyentuh peta. Tepat seperti kemampuan Cerebro yang dikatakan Dani. Tentang bagaimana aku dan Arman bertemu pun sesuai dengan penjelasanmu. Kami bertemu di
Berarti cerita tentang hilangnya satu per satu kaum touch" semuanya bohong" tanya Dani tiba-tiba. Pak Yunus menoleh ke arahnya lalu tersenyum.
Tidak semua. Beberapa benar-benar menghilang tapi mereka diculik oleh orang-orang yang berbeda, yang menyadari tentang kemampuan touch", jawab Pak Yunus. Sisanya hanya rekaanku.
Tapi ada satu hal yang masih saya tak mengerti, lanjut Indra. Untuk apa Bapak melakukan ini semua"
Terdiam sesaat, Pak Yunus akhirnya menjawab. Kali ini tidak ada lagi senyum yang tersungging.
Kau pasti sudah tahu tentang kematian kakakku. Indra mengangguk.
Dia bunuh diri di depan mataku, lanjut Pak Yunus. Semua yang berdiri di tempat itu langsung terpaku mendenga"rnya. Kemampuannya adalah data absorber. Ke"mampuan yang sangat penting di zaman digital seperti se"karang ini. Setebal apa pun lapisan pengamanan komputer, bisa dibobolnya dengan mudah hanya dengan sate sentuh"an. Awalnya, dia sangat senang dengan kemampuannya itu. Dia bisa membantu banyak orang, pikirnya. Dia menjadi konsultan di Pentagon dan CIA. Membobol komputerkomputer milik jaringan teroris dan memecahkan kode-kode yang sangat sulit. Tapi kemudian, dia bunuh diri. Ke...kenapa" tanya Riska.
Ketika USA memutuskan membombardir Irak, dia tahu itu didasarkan data yang diserapnya, lanjut Pak Yunus, kali ini sorot matanya muram. Begitu juga di Afghanistan. Dengan kemampuannya, dia telah merusak keseimbangan. Di
sisi lain dia juga memberi penderitaan bagi orang-orang di belah"an bumi yang lain. Akhirnya, karena tak sanggup menanggung rasa bersalah, dia bunuh diri. Musuh kaum touch" yang sebenarnya bukan berwujud manusia, tapi kegelapan hati.
Lalu apa yang Bapak ingin lakukan terhadap saya" tanya Indra lagi walau sebenarnya dia sudah bisa menduga jawabannya.
Melenyapkanmu. Pak Yunus menatapnya dalam-dalam. Kemampuanmu adalah kemampuan touch" yang sangat berbahaya. Kau bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak baik, kau bahkan bisa menghancurkan suatu negara hanya dengan bersalaman dengan pemimpinnya. orang dengan kemampuan touch" sepertimu memang sebaiknya tidak ada di dunia ini, demi kebaikan kita semua. Tidakkah kau berpikir seperti itu"
HENTIKAAAAAAAAAN! jerit Riska. Bukan Bapak yang berhak memutuskan itu semua!
Jika memang itu yang Bapak inginkan, bukankah Bapak tidak perlu melibatkan mereka" kata Indra tajam.
Perlu, Pak Yunus tersenyum lalu menoleh pada Arman, memberi isyarat. Arman mengambil sesuatu dari kantongnya lalu melemparkannya ke hadapan Indra. Sebungkus pil berbentuk bulat dan berwarna kekuningan.
Minum itu, perintah Pak Yunus.
Arman mendorong Dani. Buka ikatannya, tapi jika kau macam-macam, aku tidak akan segan-segan menembakmu.
Dani membuka ikatan Indra, begitu terlepas, Indra langOi! Oiii! pekik Dani panik. Indra menggeleng. Tidak apa-apa. Dia mengambil bungkusan pil di hadapannya. Jadi Bapak ingin agar kematianku tampak seperti bunuh diri"
Yes, jawab Pak Yunus tegas. Ini juga sebabnya aku mem"butuhkan kedua temanmu ini. Jika kau tidak melakukan"nya, aku akan melukai mereka dengan perlahan-lahan dan menyakitkan. Lagi pula bukankah ini keinginanmu sejak lama" Untuk apa kau hidup di dunia yang bahkan keluarga"mu saja tidak mau menyentuhmu"
Hentikaaaaaaan... pinta Riska, entah kenapa dia bisa merasakan perihnya hati Indra mendengar kata-kata itu.
Bapak benar, kata Indra setelah terdiam beberapa saat. Saya memang pernah ingin menghilang dari dunia ini. Berat memiliki kemampuan touch" seperti saya. Sangat berat, karena pikiran adalah hal paling pribadi dari manusia bahkan cerminan hati dan saya bisa dengan leluasa memasukinya.
Tapi itu dulu, sebelum saya bertemu dengan Dani dan Riska, lanjutnya. Sejak bertemu mereka, saya jadi mencintai diri saya sendiri dan bersyukur hidup di dunia ini. Saya percaya manusia itu hidup demi manusia yang lain. Kita jadi lebih kuat jika menyangkut orang yang penting bagi kita. Bapak juga percaya itu, kan" Itu sebabnya Bapak menyandera Riska, karena Bapak tahu saya akan melakukan apa pun untuknya.
Indra menatap Riska lalu tersenyum. Terima kasih. Riska menggeleng, air matanya mulai menetes. Indra meitu, dia bisa mendengar jeritan hati Dani yang memintanya untuk tidak melakukan itu semua tapi Indra hanya tersenyum.
Indra membuka bungkusan pil itu dan memuntahkan se"mua isinya ke tangannya. Dia meminta tolong Dani untuk mengambil botol air yang berada di jendela. Dani sempat menolak melakukannya, tapi tatapan teguh Indra me"lunakkan hatinya.
HENTIKAAAAAAAAAAAANN, jerit Riska, air matanya tumpah. Aku tidak mau! Aku tidak mau! Jika tidak bisa bertemu denganmu lagiiii!!!!
Kau benar-benar akan melakukannya" tanya Pak Yunus hampir tak percaya. Riska bisa merasakan, sekarang justru panik bercampur sedih yang dirasakan Pak Yunus.
Saya sudah bilang, tegas Indra. Saya akan melakukan apa pun untuk mereka. Jadi sebaiknya Pak Yunus menepati janji untuk melepaskan mereka.


Touche Karya Windhy Puspitadewi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah berkata begitu, Indra meminum semua pil yang berada di tangannya. Satu menit kemudian, dia terjatuh. Tak bergerak.
TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAK...! jerit Riska.
B ... aku mohon... bangunlah...
Suara siapa" batin Indra. Perlahan-lahan dia membuka mata dan melihat Riska berada di sebelah tempatnya tertidur sambil menggenggam tangannya. Air mata gadis itu masih menetes walau matanya sudah bengkak.
Syukurlah... Melihat Indra sadar, Riska spontan memeluk?"nya.
Hoi, semua pikiranmu terbaca... kata Indra lemah. Aku tak peduli, kata Riska serak tanpa melepaskan peluk"an"nya.
Aku pikir aku akan kehilanganmu.
Indra tersenyum mendengar suara hati Riska. Dari menyentuh Riska juga Indra tahu apa yang terjadi se"belum dia tak sadarkan diri. Ternyata pil-pil yang diminum"nya sebagian besar adalah vitamin dan ada satu butir yang merupakan obat tidur, ditambah stamina Indra yang memang sudah mencapai batas maka dia pun ambruk. Pistol yang ditodongkan ke mereka pun hanya pistol angin
kecuali permintaan maaf setelah itu, sambil memberikan tiket pesawat untuk pulang ke Surabaya besok pagi. Vila yang sekarang mereka tempati ternyata milik keluarga Pak Yunus, begitu juga rumah bercat kuning gading di Jurug. Dia juga bisa membaca bahwa perasaan terakhir yang diserap Riska dari Pak Yunus adalah perasaan sedih dan lega, tak tahu apa sebabnya.
Setelah cukup lama, akhirnya Riska melepas pelukannya. Arman sudah menyiapkan makanan, kata Riska. Mau kuambilkan"
Indra menggeleng. Terima kasih, tapi nanti saja. Aku tidak mengerti kenapa Pak Yunus melakukan semua ini, kata Dani tiba-tiba, dia duduk di sisi tempat tidur yang berseberangan dengan Riska.
Indra berusaha untuk duduk, dibantu oleh Riska. Aku juga tak mengerti, kata Indra. Aku rasa sejak semula dia tidak bermaksud jahat, dia hanya ingin membuktikan sesuatu dengan menyiapkan permainan ini.
Kenapa kau menyebutnya permainan " Lalu, membuktikan apa"
Entah tapi kita semua memang bergerak sesuai dengan skenarionya, jawab Indra. Sudah bisa ditebak dari bentuk dan warna mobil yang digunakan oleh orang-orang yang men"culik kita.
Dani mencoba mengingat-ingat. Wagon hijau muda" Indra mengangguk. Pelaku kejahatan biasanya tidak akan menggunakan kendaraan yang mencolok seperti itu dan kita semua tahu, Pak Yunus tidak bodoh. Dia sengaja memakai wagon hijau muda sebagai petunjuk agar kita mudah medapat petunjuk untuk memecahkan kode puisi itu" Tentang tempat-tempat mana saja yang pernah dikunjungi Pak Yunus"
Pak Taufik" Dani membelalakkan matanya. Pak Yunus sengaja memberitahu Pak Taufik karena dia guru geografi, jelas Indra. Dia tahu kita akan pergi ke ruang geografi dan cepat atau lambat akan bertemu dengan Pak Taufik, itu sebabnya dia menitipkan petunjuk melalui Bapak itu. Semua sudah direncanakannya. Orang se"pintar dia pasti tidak akan menyusun rencana hingga sedetail itu hanya untuk melenyapkanku.
Dani manggut-manggut, Itukah sebabnya kau mau saja menelan semua pil itu" Karena kau tahu semua hanya permainan"
Belum, jawab Indra. Aku menelan pil itu untuk mendapat"kan jawabannya. Ternyata seperti yang kaulihat, aku tidak apa-apa.
Kau sedang berjudi dengan nyawamu sendiri, Dani mendesah.
Mungkin, kata Indra. Tapi entah mengapa hati kecilku ber"kata Pak Yunus bukan orang jahat. Walau aku tak tahu apa tujuannya, aku sudah bisa memastikan satu hal: dia sama sekali tidak berniat membunuhku. Karena jika memang itu tujuannya, seperti yang baru saja kukatakan, dengan kecerdasannya dia pasti sudah melakukannya sejak awal menemukanku dan membuatnya tampak seperti kecelaka"an. Sebaliknya, yang dia lakukan justru membuat permainan, menggunakan puisi sebagai hint, dan memaksa kita pergi ke sini.
Tapi... lirih Riska, kalau ternyata Pak Yunus serius ingin melenyapkanmu, dengan situasi yang sama, apakah kau akan benar-benar meminum semua pil itu" Indra tertegun lalu menatap Riska dalam-dalam. Ya, jawabnya tegas.
*** Benarkah tidak apa-apa begini" tanya Arman saat mereka berdua berada di pesawat menuju Jakarta.
It s okay, Pak Yunus menggeleng sambil tersenyum. Kekhawatiranku berlebihan.
Kau mengira Indra akan mempunyai pikiran yang sama de"ngan kakakmu" tanya Arman lagi.
Begitulah, Pak Yunus menghela napas. Kakakku memutus"kan untuk bunuh diri karena tidak tahu lagi arti hidup"nya. Kemampuan yang semula dia sangka berkah berubah menjadi kutukan. Langsung dan tidak langsung, ternyata kemampuannya itu sudah melukai banyak orang. Kau pasti pernah mendengar kalimat ini kan: What is food to one is to others bitter poison. Lalu dia berpikir, sebelum dia berubah menjadi jahat dan menyalahgunakan kemampuannya, lebih baik secepatnya mengakhiri hidupnya demi keselamatan lebih banyak orang. Padahal dia tidak perlu sampai seperti itu. Seperti yang Indra bilang, manusia hidup untuk manusia yang lain. Kalau saja kakakku berpikir seperti itu mungkin dia tidak akan secepat itu mengambil hidupnya sendiri
Arman mengangguk-angguk. itu apalagi mind reader, lanjut Pak Yunus. Aku tidak bisa menolong kakakku, jadi aku ingin menebusnya dengan mencegah orang lain melakukan hal yang sama.
Untuk itu kau membuat permainan itu"
Pak Yunus mengangguk. Aku ingin tahu untuk apa atau siapa mind reader kita memberikan hidupnya dan seberapa erat hubungannya dengan orang-orang itu. Ternyata hasilnya seperti yang sudah kaulihat sendiri.
Sesuai perkiraanmu" Kurang-lebih, Pak Yunus tersenyum. Yang salah kuperkirakan adalah kecerdasan otak Indra karena kupikir akan butuh waktu yang lebih lama.
Apa yang akan kaulakukan jika rencanamu gagal" tanya Arman ingin tahu. Bahwa ternyata Indra mengalami situasi yang mirip dengan kakakmu yang tidak punya siapa-siapa"
Pak Yunus melepas kacamatanya. Aku akan membawa Indra ke USA dan menjaganya.
Mereka terdiam selama beberapa saat, tapi pandangan Arman masih belum beralih dari Pak Yunus.
Kau masih menyembunyikan sesuatu dariku, aku tahu alasanmu bukan hanya itu, desak Arman. Kau bukan hanya mencari pegangan hidup Indra.
Jadi sekarang kau juga berniat menjadi mind reader" Pak Yunus tersenyum.
Okay, you win, Pak Yunus mengangkat bahu. Kenapa hanya ada satu orang mind reader, satu orang empath dan satu orang track finder di tiap generasi" Itu pun selalu muncul hampir berbarengan. Aku selalu mencari tahu alasannya dan jawabannya baru kuketahui kemarin. Permainan ini kuSampai kapan pun, mind reader adalah pedang bermata dua, jelas Pak Yunus. Kemampuan itu sangat berbahaya. Dia bisa membaca rahasia terdalam yang ingin disimpan manusia. Dalam A Study in Scarlet, Sherlock Holmes pernah bilang bahwa otak manusia seperti loteng kecil dengan banyak barang di dalamnya. Jadi jika kita bilang kita lupa, sebenarnya tidak sepenuhnya lupa, hanya saja kenangan itu tertumpuk di bawah kenangan-kenangan lain, atau mungkin di dalam laci di loteng yang juga sudah tertimbun dengan barang-barang lain. Mind reader punya kunci ke semua loteng, bahkan bisa mengambil kenangan dari laci paling dalam sekalipun.
Jika dia bukan orang baik, lanjut Pak Yunus, dia mungkin sudah menyalahgunakannya dan menjadi orang paling berbahaya di muka bumi ini. Itulah sebabnya, jika rencanaku gagal, aku akan membawa Indra dan menjaganya agar tidak bisa dipengaruhi oleh orang-orang yang berniat jahat.
Lalu apa hubungannya dengan empath dan track finder" Arman masih tak mengerti.
Seperti yang kubilang, mind reader seperti pedang bermata dua, jelas Pak Yunus. Tapi jika mind reader adalah pedang, empath adalah sarungnya. Dia yang berperan mengontrol kemampuan mind reader. Kaulihat sendiri, bagaimana Riska bisa memasuki kehidupan Indra bahkan membuatnya mempertaruhkan nyawa. Track finder-lah yang ber"tugas mempertemukan empath dan mind reader, sarung dan pedangnya.
Bukankah itu menjadikan empath sebagai mata kaki
Kau benar, tapi itulah gunanya track finder, jawab Pak Yunus. Dia bisa mencegah terjadinya hal-hal yang tidak di"ingin"kan. Entah itu melindungi empath maupun segera menjaga si mind reader.
Jadi maksudmu, kau bertugas sebagai penjaga mereka" Arman mengangkat bahu.
Kau tak setuju" Arman tersenyum lalu menyandarkan kepalanya ke kursi.
Kalau itu orang lain mungkin aku tak setuju, Arman mengaku. Tapi karena ini kau, aku setuju saja.
Aku tidak tahu kau memercayaiku sampai seperti itu, Pak Yunus memakai kacamatanya lagi dan mulai membaca koran.
Kalau aku tidak memercayaimu, aku tidak akan ikut permainanmu dari awal. Arman memejamkan mata, mencoba untuk tidur. Kau orang baik.
Terima kasih, Pak Yunus tersenyum. Tapi mestinya kau ingat, di dunia ini tidak ada orang yang benar-benar baik.
Dan sebaliknya, tidak ada orang yang benar-benar jahat, timpal Arman. Tapi aku masih tidak setuju dengan penggunaan stun gun itu.
Pak Yunus tertawa. Aku tidak percaya kalimat itu keluar dari orang yang sudah menggunakannya dua kali pada bocah yang sama.
P ak Yunus kembali ke Amerika setelah kejadian di Tawangmangu. Dari berita-berita di koran, dia disebut-sebut menjadi pewaris sah yang harus mengambil alih bisnis keluarganya. Sesekali dia masih mengirim e-mail pada Dani, Indra, atau Riska untuk memberitahu tentang lokasi touch" lain di sekitar mereka. Hingga saat ini, mereka sudah bertemu se"sama touch" yang bisa menyerap ingatan mesin, menyerap ingatan cermin, dan menyerap tulisan, seperti Dani. Setiap kali ditanya tentang apa sebenarnya tujuan Pak Yunus melakukan semua itu, dia selalu menjawab dengan kutipan dari kata-kata Ralph Waldo Emerson: All is riddle and the key to a riddle is another riddle.
*** Selamat berjuang, kata Indra saat Riska hendak memulai pertandingan lari jarak pendeknya. Indra menemuinya di luar ruang ganti.
Epilog Sedang bersama tiga teman baru kita yang lain, membeli makanan, jawab Indra.
Kau tidak membawa sarung tangan" tanya Riska melihat kedua tangan Indra yang dimasukkan ke saku jaket. Terburu-buru.
Kali ini aku pasti menang, gumam Riska lebih pada dirinya sendiri.
Kenapa kau bisa sepercaya diri itu"
Karena aku sudah menemukan motivasiku, Riska meringis.
Yaitu" Riska tampak berpikir sejenak.
Sampai mati aku tidak akan mengatakannya, jawab Riska kemudian dengan tegas. Mana mungkin dia mengatakan"nya, bahwa sebenarnya motivasinya yang sekarang adalah Indra. Dia ingin menunjukkan pada Indra bahwa walaupun berbeda, touch" bisa melebihi orang biasa tanpa menggunakan kemampuannya. Dia ingin Indra lebih mencintai dirinya sendiri sebesar rasa cintanya pada cowok itu yang entah sejak kapan mulai tumbuh.
Terserah kau, jawab Indra dingin.
Sepertinya sudah waktunya aku ke lapangan, Riska melirik jam tangannya.
Indra mengangguk, tapi baru beberapa langkah dia spontan menarik tangan Riska.
Sepatumu, serunya. Belum kautalikan.
Tiba-tiba dada Riska berdegup kencang, ada sensasi bahagia, cinta hingga membuat wajahnya memerah. Ini perasaan siapa" Perasaanku atau...
Kau membaca perasaanku" kata mereka berdua hampir ber"barengan.
Keduanya lalu berdeham. Aku...maaf... kata Indra gugup. Aku tak sengaja membaca pikiranmu.
Wajah Riska langsung memerah. Malu sekali. Aku senang, Indra tersenyum.
Aku harus secepatnya ke lapangan, kata Riska buruburu, dia sudah tak sanggup bertemu mata dengan Indra.
Tapi, sergah Indra hingga Riska menghentikan langkah. Perasaan yang baru saja kaurasakan tadi. Cinta, sensasi ba"hagia yang membuatmu bertanya-tanya itu perasaan siapa"
Riska menoleh dan menatap Indra yang dibalas dengan tatapan yang sama dalamnya.
Itu perasaanku, katanya tegas.
Some of the best lessons are learned from past mistakes. The error of the past is the wisdom of the future. (Dale Turner)
Buat cewek yang lahir tanggal 14 Februari ini, menulis merupakan caranya berbagi pikir"an, perasa"an, mimpi, imajinasi, dan cita-cita"nya dengan orang lain. Ia ingin tulisannya bisa menggugah dan menginspirasi pembaca"nya, sama seperti tulisan kedua tokoh yang per"tama-tama menginspirasinya untuk menu"lis: almarhum Umar Kayam dan Jostein Gaarder.
Banyak yang mengira Windhy mengoleksi kutipan orang-orang terkenal (mulai dari Ralph Waldo Emerson sampai Detektif Conan) yang sering ia selipkan dalam novel-novel"nya. Padahal sebenarnya ia hafal! Kata-kata yang bagus itu langsung menempel hingga sewaktu-waktu dibutuhkan, ia tinggal mencomot"nya dari ingatan dan sesekali mengecek ke Om Google supaya lebih akurat.
Touch" merupakan novel keempatnya yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama, tapi novel kedua setelah Incognito yang mengambil tema fantasi. Meski mengaku awalnya memilih tema tersebut karena ingin membuat pengetahuan tampak menyenangkan , ternyata bela"kangan ia ketagihan membuat novel fantasi karena imajinasinya jadi lebih bisa dieksplor. Kesulitannya adalah bagaimana cara mengemas cerita fiktif hingga bisa meyakinkan. Pantas saja Touch" digarap sam"pai setahun!
Kesan, komentar, masukan, atau kritik teman-teman ditunggu di e-mail: my_cool_killer@yahoo.com dan Twitter: @windhy_khaze.
Profil Pengarang Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Kompas Gramedia Building
Touch" Touch" T o u c h "
Windhy Puspitadewi i n u s p i t a d e w Selain kemampuan aneh yang bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain lewat sentuhan, Riska memiliki kehidupan normal layaknya siswi SMA biasa. Tapi semua berubah sejak kedatangan Pak Yunus, guru pengganti, serta perkenalannya dengan Indra yang dingin dan Dani si juara kelas.
Riska kemudian diberitahu bahwa dirinya adalah touch" alias orang yang memiliki kemampuan melalui sentuhan, seperti halnya Indra, Dani, dan Pak Yunus. Seakan itu belum cukup mengejutkan, Pak Yunus diculik! Sebuah puisi kuno diduga merupakan kunci untuk menemukan keberadaan Pak Yunus.
Dengan segala kemampuan, Riska, Dani, dan Indra berusaha memecahkan kode dalam puisi kuno tersebut dan menyelamatkan guru mereka.
Golok Bulan Sabit 9 Jaka Sembung 3 Menumpas Bergola Ijo Pendekar Sakti Welas Asih 2

Cari Blog Ini