Antara Budi Dan Cinta 9
Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long Bagian 9 perempuan cantik seperti dia!" "Ya!" jawab anak Buahnya segera. Air mata Feng-feng mulai menetes lagi, dia hanya bisa menangis. Perempuan selalu pasrah kepada nasib. Asal bisa bertahan hidup apa pun akan dia lakukan. Tiba-tiba Meng Xing-hun berkata, "Tunggu sebentar!" "Apakah kau masih butuh dia?" Dia tersenyum dan berkata lagi, "Tidak apa-apa, asalkan kau bisa membawa kepala Lao-bo, apa pun akan kuberikan." Dengan wajah seram Meng Xing-hun bertanya, "Aku ingin bertanya kepadamu, siapa ketua Tu itu?" Sepertinya posisi Wan Peng-wang pun seperti Lao-bo, dia juga dikhianati oleh anak buahnya. Lu Xiang-chuan sudah bersekongkol dengan Tu Dapeng, rencana busuk ini sepertinya sudah lama disusun. Keruntuhan Lao-bo adalah kesempatan yang ditunggutunggu oleh mereka. Mereka mempergunakan kesempatan ini supaya Lao-bo terus bertarung dengan Wan Peng-wang. Pertarungan ini membuat kerugian yang besar untuk kedua belah pihak, juga membuat dendam semakin dalam. Beban yang dipikul semakin berat, beban yang berat membuat mereka tidak tahan, terakhir mereka akan bertarung besar-besaran. Lu Xiang-chuan sudah memperhitungkan semuanya dengan tepat pada saat itu Lao-bo akah menyerahkan kekuasaannya ke tangan Lu Xiang-chuan. Karena tidak ada orang yang dapat dipercaya oleh Laobo. Ini adalah bagian dari rencananya yang paling penting, yaitu mendepak Lao-bo. Rencananya begitu sempurna benar-benar tidak ada celahnya, diam-diam Meng Xing-hun kagum dengan kelicikan Lu Xiang-chuan. Tiba-tiba Lu Xiang-chuan tertawa dan berkata, "Kau tidak bertanya lagi, tentunya kau sudah tahu sandiwara ini." "Masih ada yang tidak kumengerti?" "Oh?" "Dalam sandiwara ini, aku berperan sebagai apa?" Lu Xiang-chuan tampak berpikir dan menjawab, "Peranmu kecil dalam sandiwara ini." "Sekecil apa?" "Sebenarnya aku memperalatmu untuk menambah beban Lao-bo, memperalatmu supaya Lao-bo lebih percaya kepadaku, tapi malah...." "Terakhir bagaimana?" tanya Meng Xing-hun. Lu Xiang-chuan menarik nafas dan menjawab, "Belakangan peranmu menjadi penting dalam sandiwara ini dan aku menyesalinya mengapa aku melibatkanmu dalam sandiwara ini." Lu Xiang-chuan benar-benar menyesal karena dia salah tafsir kepada si pembunuh tanpa nama ini. Meng Xing-hun terdiam lama, kemudian bertanya, "Bagaimana dengan Gao Lao-da" Dia memerankan apa?" "Dia adalah perempuan." "Maksudmu....?" "Maksudku adalah dia memang sebagai perempuan, itu tidak akan mengubah kenyataan." "Dalam sandiwara-sandiwara lain biasanya perempuan sangat penting," kata Meng Xing-hun. Meng Xing-hun melanjutkan lagi, "Tapi dalam sandiwara ini ternyata tidak begitu." Lu Xiang-chuan tertawa dan berkata, "Dalam sandiwara ini hanya ada satu peran utama, dan. itu adalah diriku." "Bagaimana akhir dari peran utamanya?" "Biasanya berakhir dengan baik," jawab Lu Xiangchuan. "Apakah kau yakin?" "Aku harus yakin karena semua peran dalam sandiwara ini semua aku yang menentukan karena peranku adalah sebagai dewa. Dewa bisa menentukan hidup dan mati manusia." Di dunia ini ternyata ada yang menganggap dirinya dewa, orang seperti ini memang berbakat tapi juga gila. Biasanya akhir ceritanya malah menyedihkan. Tapi sandiwara ini hampir selesai, tiap peran sudah diatur dengan baik, tidak ada yang bisa mengubahnya. Yang terakhir berada di panggung mungkin hanya Lu Xiang-chuan dan mayat-mayat berserakan di atas panggung. Kecuali bila ada yang ingat, bila tidak akhirnya tidak akan ada orang yang dapat mengubahnya. Tapi hal ini jarang terjadi. Jarang, tapi bukan berarti tidak ada sama sekali. Ooo)dw(ooO BAB 27 Pintu sudah ditutup. Tikus-tikus gemuk keluar dan masuk, tempat itu dihembus angin yang membawa bau menyengat. Hanya beberapa hari yang lalu dia dipuji oleh temantemannya sebagai tuan rumah yang ramah, mempunyai istri yang baik, putra dan putri yang sangat sopan pada saat makan. Di atas meja selalu ada sayur dan arak. Tapi rumah itu sekarang sudah berubah menjadi menyeramkan. Tiap orang yang melewati rumah itu akan berjalan menjauh sambil menutup hidung karena tempat itu sangat bau. Tidak ada yang tahu di tempat itu sudah terjadi apa" Dan tidak ada yang tahu mengapa dalam waktu satu malam, satu keluarga yang terdiri dari 4 orang, mati bersama-sama. Banyak cerita yang bermacam-macam, teman baik pun ikut bergosip. Tidak perlu merasa sedih atau jengkel, karena ini adalah kehidupan,waktu mereka hidup mereka mempunyai teman. Waktu mati pun demi teman. Mereka hidup sangat bahagia dan senang, mati pun cukup berharga untuk mereka, ini sudah lebih dari cukup, rumput di belakang rumah tumbuh semakin tinggi. Di antara rumput-rumput itu ada sebuah sumur. Di bawah sinar matahari senja, sumur itu terlihat seperti tidak ada air. Tapi di dalam sumur itu masih ada air. Air yang hijau seperti berwarna hitam. Lu Xiang-chuan melihat ke dalam sumur, dia berkata kepada dirinya sendiri, "Sumur ini sangat dalam, lebih dalam dari sumur yang ada di dapurku." Tiba-tiba dia membalikkan tubuh, tertawa pada Meng Xing-hun. "Apakah kau pun tahu bahwa membuat sumur pun ada tekniknya, bila kau tidak tahu caranya, bagaimana pun dalamnya kau menggali, sumur itu tidak akan keluar air." Meng Xing-hun hanya mendengar dan terus mendengar, dia merasa di saat yang penting mengapa Lu Xiang-chuan mengeluarkan kata-kata yang tidak berarti, apakah karena hatinya sedang risau" Atau dia sengaja berkata seperti itu hanya untuk menenangkan hatinya. Lu Xiang-chuan kembali melihat ke dalam sumur, dia berkata lagi kepada dirinya sendiri, "Harusnya dari dulu aku ke sini untuk melihat-lihat bila aku melihat sumur ini, pasti, bisa langsung menebak Lao-bo berada di mana." Tiba-tiba dia bertanya kepada Meng Xing-hun, "Kau tahu mengapa?" "Tidak tahu," jawaban Meng Xing-hun sederhana. Lu Xiang-chuan tertawa dan berkata, "Karena aku tahu siapa yang bisa menggali lubang yang begitu bagus, orang ini bukan sengaja datang ke desa yang sepi hanya untuk menggali sumur." "Oh?" "Teman-teman Lao-bo sudah mati semua," kata Lu Xiang-chuan. Tawa Lu Xiang-chuan sangat tajam seperti pisau, kemudian dia berkata lagi, "Tapi bagaimana pun dia bisa memikirkan hal ini sudah hebat, di dalam sumur dia bisa menyembunyikan orang, dia orang yang sangat berbakat, apakah kau tahu bahwa bersembunyi juga adalah suatu ilmu?" "Tidak tahu," jawab Meng Xing-hun. "Itu adalah suatu ilmu yang sangat tinggi, harus mencari tempat yang paling cocok dan harus mencari waktu yang tepat untuk bersembunyi, dan ini merupakan dua hal yang tidak mudah." "Ada hal yang lebih penting lagi," kata Meng Xing-hun. "Oh?" "Bila kau tidak mau ditemukan orang, kau harus bisa menyembunyikan diri...." Lu Xiang-chuan tertawa lagi dan berkata, "Benar, hal ini paling penting dan yang lebih penting lagi adalah hanya orang idiot saja yang percaya bahwa perempuan akan menjaga rahasia demi seseorang. Kata-kata ini sebenarnya Lao-bo yang mengatakannya, aku tidak mengerti mengapa dia bisa lupa?" "Aku sendiri pun tidak mengerti." Lu Xiang-chuan bicara dengan perlahan, "Apakah karena dia sudah terlalu tua" Orang yang terlalu tua atau yang terlalu muda, sangat sering ditipu oleh perempuan." "Lao-bo tidak tua. Ada sejenis orang dia hanya bisa mati, tapi tidak akan bisa menjadi tua." Kata Lu Xiang-chuan, "Benar, aku pun akan memilih mati dari pada cepat menjadi tua. Menjadi tua lebih menakutkan dari pada mati." Dia menepuk pundak Meng Xing-hun dan berkata, "Oleh karena itu cepatlah ke sana untuk menemani dia mati." "Bagaimana dengan dirimu?" tanya Meng Xing-hun. "Aku akan menunggumu di sini, sebelum meiihat kepala Lao-bo aku tidak akan tenang." Wajah Meng Xing-hun datar, matanya memandang jauh kemudian dia berkata, "Kau akan segera melihatnya." Lu Xiang-chuan menepuk pundak Meng Xing-hun lagi, dengan tersenyum dia berkata, "Aku percaya padamu, sebab kata-katamu bisa dipegang." Meng Xing-hun tidak bicara apa-apa lagi, tiba-tiba dia meloncat masuk ke dalam sumur. Lu Xiang-chuan membungkukkan badan untuk melihat, katanya, "Cepatlah naik, makin cepat makin baik, bila aku sudah tidak sabar aku akan menutup sumur ini." "Aku akan cepat kembali, aku mengerti keinginanmu!" Lu Xiangchuan tertawa lagi dan berkata, "Aku tahu kau orang yang penuh pengertian." Air sumur sangat dingin. Air yang dingin membasahi tubuh Meng Xing-hun, tubuh Meng Xing-hun terendam air sumur, sekarang dia baru bisa tenang. Dia segera memikirkan kembali rencananya. Dia kembali bukan untuk membunuh Lao-bo, siapa pun tidak akan bisa menyuruh dia membunuh Lao-bo. Dia melakukan ini hanya untuk bertemu dengan Lao-bo kemudian menyusun rencana yang lain. Walaupun Lao-bo berada di mana pun, jalan mundur tidak hanya ada satu, pasti ada jalan lain. Dia percaya kepada hal ini, dia percaya di dalam tempat rahasia itu masih ada jalan lain. Dia percaya dia akan bisa membantu Lao-bo melarikan diri. Meng Xing-hun sudah menghilang di dalam air. Tiba-tiba Lu Xiang-chuan mendengar di belakangnya ada suara seseorang melangkah. Namun dia tidak membalikkan kepalanya. Karena dia tahu siapa orang itu. Tempat ini sudah terpasang banyak perangkap. Kecuali orang yang dipercaya, lalat pun tidak dapat masuk ke sana. Lu Xiang-chuan yang sekarang bukan Lu Xiang-chuan yang dulu, nyawanya sudah sangat berharga. Langkahnya sangat ringan, suaranya berat. Gao Lao-da terus berjalan mendekatinya, dia pun ikut melihat ke dalam sumur. Dengan ringan dia bertanya, "Apakah kau yakin dia akan benar-benar membunuh Lao-bo?" "Tidak," jawab Lu Xiang-chuan. "Mengapa kau membiarkan dia turun?" "Memang aku menyuruhnya turun tapi aku tidak akan membiarkan dia naik lagi," jawab Lu Xiang-chuan. Mata Gao Lao-da dimainkan dan dia berkata, "Apakah pernah terpikir olehmu, di bawah sana masih ada jalan lain?" "Pernah terpikir olehku." "Apakah kau tidak takut, mereka akan melarikan diri melalui jalan lain?" "Tidak." "Mengapa?" Tiba-tiba Lu Xiang-chuan tertawa dan berkata, "Aku bertanya kepadamu, di dunia ini siapa yang paling mengerti Lao-bo?" "Kau!" "Memang aku," kata Lu Xiang-chuan. "Apakah dia tidak akan melarikan diri melalui jalan lain?" "Tidak akan." "Mengapa?" "Karena ini adalah jalan mundurnya yang terakhir, dia sudah sampai di sini artinya sudah tidak ada jalan lagi.... walaupun masih ada jalan, dia tidak akan mundur lagi." "Mengapa?" tanya Gao Lao-da. "Tidak ada orang yang pernah menyangka bahwa Laobo bisa bersembunyi di dalam lubang anjing ini." "Memang tidak pernah." "Sekarang dengan terpaksa dia sembunyi di sini, ini adalah jalan yang terakhir bila dia sudah tidak dapat bangkit lagi, dia akan lebih memilih mati di dalam dan tidak akan keluar lagi." Mana bisa dia mundur lagi, memangnya dia mau mundur sampai di mana" Benar-benar dia sangat mengerti Lao-bo. "Bila tidak bisa membalas dendam dan tidak bisa bangkit lagi lebih baik mati saja di sini." Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Hal ini sudah direncanakan oleh Lao-bo. Bila mundur lagi keadaan lebih menyedihkan, lebih-lebih tidak ada kesempatan untuk bangkit. Apalagi bila ada yang mengejar, orang-orang itu akan teras mengejar sampai dapat. Walaupun dia bisa melarikan diri, tapi sampai kapan dia akan berlari teras" Melarikan diri adalah hal yang sangat memalukan dan sangat menyedihkan, lebih sedih dari pada kematian. Karena di dalam pikiran Lao-bo, sama sekali tidak ada kamus untuk melarikan diri. Huruf-huruf yang ada di kamus Lao-bo adalah mengejar, menangkap, dan membunuh. Akhirnya Gao Lao-da mengerti kata-kata Lu Xiangchuan, dengan senang Gao Lao-da bertanya, "Apakah maksudmu Lao-bo sampai di. tempat ini sama seperti Couw Pa-ong yang lari sampai ke Bu-kang. Hingga mati dia tetap di sana?" "Benar, memang seperti itu maksudku," jawab Lu Xiang-chuan. Tiba-tiba dia mengayunkan tangannya, segera orangorang berdatangan membawa batu besar. Semua batu itu dijatuhkan ke dalam sumir. Tiga bongkah batu besar, sebuah gerobak besar yang diisi penuh dengan tanah, 30 buah batu dan 10 gerobak tanah. Sedalam apa pun sumur itu pasti akan penuh juga. Gao Lao-da melihat Lu Xiang-chuan tiba-tiba dia menarik nafas. "Mengapa kau menarik nafas?" tanya Lu Xiang-chuan. "Pada saat aku senang aku pun sering menarik nafas." "Apakah kau sedang senang?" "Aku pasti senang sebab kau adalah sahabatku dan bukan musuh." Siapa pun yang memilih Lu Xiang-chuan menjadi musuh bukan hal yang menyenangkan, yang memilih dia menjadi sahabat juga bukan hal yang menyenangkan, mungkin lebih tidak menyenangkan. Orang seperti Lu Xiang-chuan, lebih baik tidak pernah bertemu dengannya. Tembok sumur sudah terbuka. Meng Xing-hun menggelincir masuk ke dalam, air di dalam kolam lebih hangat. Tapi pada saat itu Meng Xing-hun merasa sedikit takut, dia tidak berani menghadap Lao-bo. Karena bila dia sudah bertemu dengan Lao-bo, entah dia harus mengatakan apa. Dia tidak tega memberitahu Lao-bo bahwa Feng-feng pun mengkhianatinya. Pukulan ini terlalu berat untuk seorang pak tua. Mungkin lebih parah sewaktu Lu Xiangchuan mengkhianatinya. Bila laki-laki tahu bahwa dia dikhianati oleh perempuan yang dicintai, dia akan merasa marah dan sedih. Kemarahan dan kesedihan tidak dapat digantikan oleh apa pun. Meng Xing-hun tidak tega memberi tahu Lao-bo bahwa taruhannya sudah habis dimakan orang, harapan terakhir juga sudah hilang. Sekarang tidak ada orang yang dapat pergi ke Fei-fengbao menolong orang-orang yang ada di sana. Tapi sekarang juga bukan waktu untuk melarikan diri. Meng Xing-hun merasa sedih. Dia berharap Lao-bo lebih kuat dari dugaannya. Dia mengeluarkan kepalanya. Dan dia hanya bisa bengong. Ruang rahasia masih seperti pada waktu dia pergi, bantal pun tidak bergeser dari tempatnya. Tapi Lao-bo sudah tidak ada. Meng Xing-hun keluar dari kolam, badannya basah, dia berdiri di sana, tubuhnya menggigil kedinginan. Keadaan di sini jauh dari dugaannya, sehingga dia seperti orang bodoh dan lucu. Perubahan ini membuatnya lama baru bisa berpikir. Mengapa Lao-bo tidak ada di sini" Apakah dia pergi sendiri" Atau ada yang menculik" Tempat apa yang ditujunya" Pertanyaan-pertanyaan itu tidak dapat dijawab oleh Meng Xing-hun. Dia merasa pikirannya sangat kacau, tibatiba matanya bersorot sangat aneh. Dia mendengar suara orang yang bicara tapi suaranya terdengar sangat kecil, suara ini keluar dari pipa ventilasi. Suara ini memberi dia suatu petunjuk besar, membuat matanya tambah bersinar. "Dia benar-benar rubah tua yang licik." Dia marah, tapi dia sudah berbaring di tempat tidur, dia tertawa, hingga air matanya keluar. Saat itu dia mendengar batu pertama yang dijatuhkan ke dalam sumur, kemudian ada goncangan yang sangat dasyat, seperti ada gempa bumi. Meng Xing-hun tahu Lu Xiang-chuan sedang menutup sumur ini, kecuali menunggu kematian apa pun dia tidak pikirkan lagi. Dia tidak terkejut karena dia tahu masih ada jalan lain untuk dia keluar dari tempat itu. Getaran akhirnya berhenti, walaupun sumur begitu dalam, pasti sumur itu akan penuh juga. Perlahan-lahan dia bergerak di ruangan itu untuk mencari jalan keluar, tapi tidak ada jalan keluar. Meng Xing-hun menjadi putus asa, akhirnya dia hanya bisa pasrah, bila dia tidak dapat menemukan jalan keluar, berarti di sini memang tidak ada jalan keluar. Dia duduk. Sampai saat ini dia belum merasa takut, dia hanya merasa aneh dan kaget, dia tidak habis berpikir mengapa Lao-bo mau mati sendiri di dalam sumur seperti ini. Sepi seperti kematian. Ruangan ini semakin panas, apakah di dalam kuburan juga terasa panas" Meng Xing-hun merasa dia mulai susah bernafas, terpaksa dia berbaring di tempat tidur karena orang yang diam oksigen yang dibutuhkan juga lebih sedikit, walaupun dia tidak tahu apakah hal itu benar, dia hanya bisa melakukan hal ini. Dia seperti binatang yang sekarat berharap masih bisa hidup. Langit-langit ruangan ini terbuat dari batu yang berwarna abu-abu, ruang berbentuk persegi ini seperti sebuah peti mati. Meng Xing-hun berbaring dengan diam, dia berpikir lama, tiba-tiba dia mengerti mengapa Lao-bo tidak membuat jalan keluar. Orang seperti Lao-bo bila sudah dikejar hingga ke tempat seperti ini seperti layaknya seekor tikus yang bersembunyi, perasaannya pasti lebih sakit, bila dia tidak bisa bangkit lagi dan tidak bisa membalas dendam, apakah dia masih bisa bertahan" Bila aku adalah Lao-bo, aku juga tidak akan lari. Bila sudah sampai di sini, hanya tinggal 1 jalan saja. Dia tidak takut kepada maut, kematian baginya tidak menakutkan, yang menakutkan adalah dia tidak bisa bertemu dengan orang yang dia cintai. Hanya ketakutan seperti ini yang membuatnya sedih. Mengingat kepada sorot mata Xiao Tie pada saat terakhir, mengingat sorot matanya yang penuh cinta, kasih dan penuh harapan. Meng Xing-hun meneteskan air mata. Sumur sudah penuh oleh batu dan pasir. Lu Xiang-chuan sedang menikmati hasil karyanya seperti seorang pelukis sedang menikmati lukisannya dengan lama. "Tidak ada orang yang bisa keluar dari tempat ini begitu juga dengan Lao-bo." Ini adalah kuburan untuk Lao-bo dan Meng Xing-hun. Tiba-tiba Lu Xiang-chuan tertawa dengan santai, lalu berkata, "Kelihatannya Lao-bo sangat setia kawan." Gao Lao-da menatapnya, dia tidak tahu apa yang dimaksud oleh Lu Xiang-chuan. Dengan tersenyum Lu Xiang-chuan berkata lagi, "Laobo tidak mau merepotkan teman, hingga kuburannya pun sudah disiapkan olehnya sendiri." Gao Lao-da ikut tertawa dan berkata, "Kuburan ini sangat kokoh, bila sudah meninggal dan mempunyai kuburan seperti ini, dia pasti akan sangat puas." Ooo)*(ooO Panas. Panas yang menyesakkan dada. Di sini bukan kuburan. Di sini adalah neraka. Di neraka masih ada cahaya api, tapi di tempat ini lampu sudah padam. Meng Xing-hun terbaring di tempat gelap, keringatnya terus menetes, dalam kegelapan seperti ada sepasang tangan yang mencekik tenggorokannya. Dia tahu harapannya sudah menipis. "Lao-bo masih hidup." Rubah tua itu sudah menipu semua orang, dia sudah ada jalan untuk bangkit dan membalas dendam. Dia benar-benar menipu semua orang, bahkan Meng Xing-hun pun sudah ditipunya. Tapi Meng Xing-hun tidak membencinya juga tidak marah. Dia membayangkan apa yang akan dialami Lu Xiang-chuan. Meng Xing-hun tertawa sangat keras, dia sangat ingin tertawa. Ingin sekali. Tapi sayang dia sudah tidak bisa. Lu Xiang-chuan sedang tertawa, dia merasa dia harus tertawa, semua musuhnya sudah musnah, semua perjuangan dan rencananya sudah selesai, yang menunggunya di depan mata hanya harta kekayaan, kekuasaan, dan kenikmatan, bila tidak tertawa senang, kapan lagi" Gao Lao-da masih menatapnya, dari sorot matanya entah dia itu kagum atau sirik" Dengan tersenyum Lu Xiang-chuan berkata, "Apakah kau melihat bahwa aku sangat tampan?" Gao Lao-da mengangguk dan berkata, "Pasti tampan, orang yang sukses biasanya lebih tampan, sekarang kau sudah sukses." "Apakah kau iri kepadaku?" "Hanya sedikit." Tiba-tiba Lu Xiang-chuan menarik nafas dan berkata, "Bila kau tahu berapa harga kesuksesan ini, mungkin kau tidak akan iri kepadaku." Gao Lao-da mengedipkan mata dan berkata, "Apakah harus dibayar dengan mahal" Kau kan tidak perlu meneteskan darah dan keringat, yang meneteskan darah dan keringat adalah orang lain." "Memang betul, tapi apakah kau tahu beberapa tahun lalu bagaimana kehidupanku?" "Aku hanya tahu beberapa tahun ini hidupmu sangat enak." "Kehidupan seperti apa yang baru dikatakan sulit, tengah malam aku tidak tidur dengan nyenyak dikejutkan oleh dengan mimpi buruk, apakah kau pernah mengalaminya?" "Mengapa bisa seperti itu?" tanya Gao Lao-da. "Benar-benar tidak enak, hanya lebih sedikit enak dari pada dicelakai." Dia tertawa dan berkata, "Sukses pun tidak enak, hanya sedikit lebih baik dari pada kegagalan." "Sekarang kau masih kekurangan apa?" tanya Gao Laoda. "Aku tidak mengeluh, hanya sedikit merasa kesal." "Apa yang membuatmu kesal?" Lu Xiang-chuan memandang ke tempat jauh dengan jelas dia berkata, "Karena aku tidak melihat mayat Lao-bo dengan mata kepalaku sendiri." Tiba-tiba dia membalikkan badan, dia melihat seseorang yang masuk dari dinding luar, dengan cepat dia berjalan ke arah Lu Xiang-chuan. Orang yang bernama Giok Hong, dia adalah kepala dari 3 kelompok itu. Dengan marah Lu Xiang-chuan bertanya, "Aku sudah menyuruhmu berjaga di luar, siapa yang menyuruhmu masuk?" Sikapnya tidak begitu galak tapi dingin hingga menusuk tulang, dia tidak sama dengan Lao-bo. Lao-bo kadang-kadang seperti angin topan kadangkadang seperti terik matahari, dia dingin kadang membuat darah bisa membeku. Wajah Giok Hong segera berubah, dari jauh dia sudah telungkup di tanah saking takutnya dan dia berkata, "Hamba tidak berani meninggalkan tugas, ada orang yang mengantarkan surat, dia bilang harus segera memberikan surat ini kepada ketua, karena surat ini sangat penting." Lao-bo selalu bukan ketua dari perkumpulan mana pun, dia pun bukan ketua perkumpulan lainnya, dia lebih senang orang menganggapnya sebagai teman walaupun semua orang sangat hormat kepadanya. Tapi Lu Xiang-chuan lebih senang dipanggil dengan sebutan ketua, karena dia merasa sebutan ketua itu melambangkan kedudukan dan kekuasaan. Ooo)dw(ooO BAB 28 Amplopnya sangat biasa, tipis, dan tidak berat. Di amplop tidak tertulis huruf apa pun, di dalamnya pun tidak ada surat. Tapi amplop itu tidak kosong. Pada saat Lu Xiang-chuan menyobek amplop, dia melihat ada beberapa jarum setipis bulu sapi. Itu adalah senjata dan hanya dimiliki olehnya. Itu adalah senjata yang digunakan kepada Lao-bo. Dia sangat mengenali jarumnya, karena senjatanya belum pernah dia pakai sebanyak 2 kali. Tapi jarumnya sekarang kembali kepadanya. Kembali kepada pemiliknya. Tiba-tiba dia merasa sekujur tubuhnya menjadi dingin, dengan marah dia bertanya, "Dimana orang yang mengantar surat ini"!" Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Masih menunggu di luar." Kata-katanya belum selesai, dia sudah melihat Lu Xiangchuan meloncat seperti terbang. Saat itu juga dia mendengar suara teriakan seseorang yang seperti sedang dibunuh. Orang-orang yang berjaga di luar, dalam satu kelompok ada 3 orang. Ketiga orang itu, yang satu mahir menggunakan golok, yang satu adalah pemanah yang hebat, dan satu lagi ahli menggunakan senjata kait. Senjata yang dipakai Giok Hong adalah golok. Di tangan Lu Xiang-chuan ada secarik kertas yang sudah kusut. Kertas itu membungkus 7 buah jarum perak sebesar bulu sapi. Gao Lao-da mengerutkan dahi dan bertanya, "Apa itu?" "Ini adalah jarum 7 bintang milikku." "Apakah itu senjata rahasia?" Lu Xiang-chuan mengangguk. "Bila itu adalah senjata rahasiamu mengapa harus merasa aneh?" Lu Xiang-chuan mengepalkan sepasang tangannya dengan suara berat dia berkata, "Tapi senjata rahasia ini seharusnya ada di punggung Lao-bo." Wajah Gao Lao-da pun berubah, nafasnya seperti tercekat. Bila Lao-bo sudah terkubur di bawah sumur, senjata rahasia tidak akan bisa kembali lagi ke tangan. Lu Xiangchuan. Setelah lama Gao Lao-da baru bersuara dan bertanya, "Apakah artinya dia sudah tidak berada di bawah sumur?" Lu Xiang-chuan menggigit bibirnya dan mengangguk. "Tapi.... bila dia sudah melarikan diri, mengapa harus mengantar jarum ini kepadamu?" kata Gao Lao-da. Wajah Lu Xiang-chuan di dalam kegelapan tampak pucat seperti secarik kertas, setelah lama dia baru berkata, "Aku sudah mengerti maksudnya." "Kau tahu apa?" "Artinya dia memberitahu kepadaku bahwa dia belum mati, setiap saat dia bisa kembali mencariku." Gao Lao-da bertanya, "Mengapa dia membuatmu waspada" Bila kau tidak tahu dia masih hidup, saat dia menyerangmu bukankah itu lebih mudah?" "Maksud dia menyuruhku selalu waspada, adalah hanya ingin membuatku tegang dan takut.... walaupun dia menginginkan aku mati, hal ini juga tidak mudah." Tiba-tiba dia tertawa dan berkata, "Tapi aku tidak akan masuk ke dalam perangkapnya, tidak akan pernah." Walaupun dia tertawa tapi wajahnya terlihat takut dan tegang. Gao Lao-da pun melihat ke tempat gelap di kejauhan, matanya pun terlihat ketakutan dengan berat dia bertanya, "Bila dia kembali ke sini, tentu orang yang akan dicarinya bukan hanya kau saja." Lu Xiang-chuan mengangguk dan berkata, "Pasti bukan hanya aku saja." Gao Lao-da melihat Lu Xiang-chuan, tiba-tiba dia memegang erat tangan Lu Xiang-chuan. Kedua tangannya sangat dingin. Mereka tidak pernah merasa begitu dekat, rasa ketakutan telah membuat mereka bersatu hati. Malam sudah larut, di tempat jauh yang ada adalah kegelapan. Orang yang mereka takuti, kapankah akan datang" Tidak ada yang tahu. Siapa pun tidak tahu. Apalagi Meng Xing-hun, lebih-lebih dia tidak tahu. Tiba-tiba dia merasa sangat lelah dan kesadarannya semakin berkurang. Dia hanya ingin tidur dengan nyenyak. Tapi dia tahu bila dia tertidur dia tidak akan bangun lagi. Dia berusaha melawannya, dengan paksa dia membuka matanya, tapi kelopak matanya semakin berat, berat seperti besi. Kematian sudah menunggunya di dalam ruangan gelap. Bagitu kesadarannya semakin menghilang, dia hanya berkata, "Xiao Tie, maafkan aku...." Tiba-tiba Meng Xing-hun terloncat karena kaget. Dia dibangunkan oleh suara tembok yang dipukul seperti suara hujan yang jatuh ke atap. Dia merasa dirinya sudah kembali ke rumahnya yang berada di tepi pantai. Di luar jendela tampak hujan sudah turun, seprai walaupun sudah usang tapi baru diganti. Dia sedang berbaring di tempat tidur sambil memeluk istrinya tercinta sambil mendengar suara hujan. Suara itu seperti musik. Bila ada Xiao Tie di. sisinya, suara dari langit pun akan terdengar seperti musik. Angin yang berhembus dari jendela, meniup wajahnya hingga terasa dingin dan sejuk. Tiba-tiba dia membuka mata. Angin datang dari pipa ventilasi yang sudah ditutup oleh Lu Xiang-chuan, suara orang memukul tembok pun berasal dari sana. Ada apa ini" Apakah ada orang yang menggali kuburannya" Dia tidak dapat berpikir, lebih-lebih tidak dapat berpikir siapa yang menolongnya. Tapi dia benar-benar merasa ada angin dingin membuat dia sadai', juga membuat dia kembali bersemangat. Dia merasa ada kehidupan baru, terasa ada tenaga masuk ke dalam hidung merasuk terus ke dalam tubuhnya. Nadinya pun terasa berdenyut kembali. Kematian sudah meninggalkannya. Dia menggoyangkan tangannya, seperti ingin membuktikan bahwa semua ini bukan mimpi. Dan dia duduk. Saat itu tiba-tiba ada sedikit cahaya, kemudian dia melihat ada seseorang keluar dari kolam dan tangannya memegang obor. Orang itu tidak dikenalnya. Meng Xing-hun merasa terkejut, tapi orang ini lebih kaget lagi matanya berputar sebentar, kemudian masuk lagi ke dalam kolam. Setelah lama dia baru mendengar ada suara yang datang dari pipa ventilasi mengatakan, "Di dalam hanya ada dia." Tiba-tiba Meng Xing-hun tertawa, sekarang dia sudah mengerti persoalannya. Dia menunggu. Tidak begini lama, dia melihat lagi ada orang yang muncul dari kolam. Orang ini juga dikenalnya. Lu Xiang-chuan sudah keluar dari kolam, berdiri di sisi tempat tidur dan dia menyalakan lampu. Walaupun dia tersenyum tapi dia tidak terlihat seperti dulu, begitu sopan, menawan, dan segar. Siapa pun yang sedang basah kuyup tidak enak dipandang. Tapi Meng Xing-hun lebih suka melihat Lu Xiang-chuan yang sekarang karena itu dia terus memperhatikan Lu Xiang-chuan. Lu Xiang-chuan melirik ke kiri dan kanan kemudian ke atas ke bawah. Seseorang bila keadaannya sangat tidak lazim dia tidak mau dilihat oleh orang lain. Tiba-tiba Meng Xing-hun tertawa dan bertanya, "Siapa yang kau cari?" Lu Xiang-chuan terpaksa melihat Meng Xing-hun dan menjawab, "Kau melihat aku sedang mencari siapa?" Meng Xing-hun tertawa dan berkata, "Aku hanya tahu, kau tidak akan mencariku." "Mengapa tidak" Memangnya kecuali dirimu, di sini masih ada siapa lagi?" "Kau pasti tahu bahwa Lao-bo tidak ada di sini bukan?" Lu Xiang Cuan hanya tertawa. Meng Xing-hun pun ikut tertawa dan dia berkata, "Kau pasti tahu di sini tidak ada Lao-bo, maka kau baru berani turun, kau tahu dari mana Lao-bo tidak ada disini?" Lu Xiang-chuan tidak menjawab. Dia selalu tidak menjawab pertanyaan yang tidak menguntungkan baginya. Dia masih terus melihat dan mendekati tempat tidur itu kemudian menekan-nekannya, dia berjalan ke tempat penyimpanan daging. Dia mencoba menekan-nekannya lagi, baru dia berkata, "Tempat tidur itu terlalu keras, daging pun terlalu asin, bila aku menjadi Lao-bo, aku akan membuat tempat ini lebih nyaman." Meng Xing-hun tertawa dan berkata, "Dia tidak perlu membuat tempat ini menjadi lebih nyaman." "Mengapa?" "Karena dia tidak akan bertahan lama tinggal di tempat ini." Lu Xiang-chuan membalikkan badan dan melihat Meng Xing-hun, tiba-tiba dia tertawa dan berkata, "Sepertinya kau sangat kagum kepadanya?" "Benar, tapi yang kagum kepadanya bukan aku saja." "Oh?" Dengan santai Meng Xing-hun berkata lagi, "Orang yang paling mengagumi Lao-bo adalah kau dan kau sangat takut kepadanya, kau sangat ingin menghabisi dia." Lu Xiang-chuan masih bisa tertawa tapi tawanya seperti sangat dipaksakan. "Apakah perkataanku benar?" tanya Meng Xing-hun. Lu Xiang-chuan tiba-tiba menarik nafas dan menjawab, "Benar, orang yang bisa menipuku tidak banyak?" "Kalau kau menipu teman, suatu hari kau pun akan ditipu, kata-kata ini kau harus ingat selalu." Kata Meng Xing-hun. "Siapa yang mengatakan kalimat ini?" "Aku." Dengan dingin Lu Xiang-chuan berkata lagi, "Tapi kau sendiri pun ditipu Lao-bo." "Benar, aku juga ditipu olehnya. Walaupun aku ditipu sebanyak 10 kali, aku tetap dapat menerimanya." Tanya Lu Xiang-chuan, "Kapan kau tahu bahwa kau juga telah ditipu oleh Lao-bo?" "Begitu aku masuk sini, aku langsung tahu." "Jadi kau sudah mengerti hal ini?" Meng Xing-hun mengangguk. Lu Xiang-chuan menarik nafas lagi dan berkata, "Apakah kau bisa menceritakannya dari awal?" "Baiklah." Wajah Meng Xing-hun berekspresi sangat aneh, tiba-tiba dia tertawa lalu berkata, "Walaupun kau tidak mau mendengarnya, aku tetap harus menceritakan hal ini kepadamu." "Baik, aku akan mendengarnya." Sebenarnya tidak ada yang mengetahui rencana Lao-bo selain dirinya, tapi dia tetap mendengarkannya. Dalam hidupnya selama ini tidak ada yang memberi dia pelajaran yang begitu bagus, hal sekecil apa pun yang menyangkut Lao-bo, dia berharap bisa mengetahuinya dengan jelas. Dia berharap tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Tanya Meng Xing-hun, "Apakah kau tahu, peran utama dalam rencana ini siapa?" "Aku tahu dia adalah Feng-feng," jawab Lu Xiangchuan. "Benar, peran utamanya dilakoni oleh Feng-feng dan bukan kau." Jawab Lu Xiang-chuan dengan ringan, "Tidak setiap orang di tiap sandiwara terus menjadi peran utama." "Sayangnya kali ini peran Feng-feng adalah peran yang sangat menyedihkan, sedih dan lucu," kata Meng Xing-hun. 'Sedih dan lucu', dua hal ini. memang tidak bertentangan, tapi mempunyai satu sebab pada akhirnya yaitu.... .kebodohan. Kebodohan bisa membuat seseorang bertambah sedih dan juga bisa menyebabkan seseorang menjadi lucu. "Benar, Feng-feng itu tidak terlalu bodoh, hanya saja dia terlalu percaya diri dan terlalu meremehkan Lao-bo." Lu Xiang-chuan menarik nafas dan berkata, "Orang yang bodoh selalu sok tahu." Kata Meng Xing-hun, "Feng-feng mengira dia sudah berhasil menipu Lao-bo, dia mengira Lao-bo tertarik kepadanya, tapi dia tidak tahu bahwa Lao-bo sudah mengetahui rencananya, dengan sengaja Lao-bo melepaskan dia pergi." "Aku juga merasa aneh mengapa Lao-bo bisa percaya kepada perempuan seperti dia," kata Lu Xiang-chuan. "Lao-bo membuat dia percaya bahwa taruhan yang terakhir berada di Fei-feng-bao dan sengaja membiarkan dia membocorkan rahasia ini kepadamu, waktu itu Feng-feng sangat mempercayainya, begitu pun dengan diriku." Dengan dingin Lu Xiang-chuan berkata, "Tapi mengapa Lao-bo harus menipumu, apakah dia juga tidak percaya kepadamu?" "Lao-bo melakukan ini karena dia ingin membuat hal yang lain terlihat begitu meyakinkan, bila aku sudah tahu rencananya, sikapnya tidak akan sama, dan kau pasti bisa melihatnya." "Menipumu bukan hal yang mudah." "Bila aku tadi tidak menemukan pipa besi dan mendengarkan suara dari luar, mungkin sampai sekarang aku juga tidak akan tahu hal ini." "Oh?" "Waktu itu aku belum mencari sampai ke tempat ini dan Lao-bo sudah melepaskan Feng-feng, dia sangat senang, saat dia senang dia tidak mengeluarkan suaranya," kata Meng Xing-hun. "Apakah kau mendengar Feng-feng tertawa?" "bila Aku tidak mendengar suara tawanya, mungkin saat itu selamanya aku tidak akan tahu bahwa Lao-bo sedang bersembunyi di sini." Lu Xiang Chuan menarik nafas dan berkata, "Ini juga sebuah pelajaran bahwa seseorang jangan terlalu emosi." "Kalau Lao-bo benar-benar ditipu oleh Feng-feng dari pipa besi ini dia sudah mendengar tawa Feng-feng, untuk kedua kalinya, mana mungkin Lao-bo mau Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo melepaskannya." "Karena itu kau tadi mengatakan bahwa Lao-bo sengaja melepaskan Feng-feng?" "Benar." Dengan tawa dingin Lu Xiang-chuan berkata, "Waktu itu kau tidak tahu rencana Lao-bo karena itu kau membawa kembali Feng-feng masuk ke dalam sumur?" "Mungkin waktu Lao-bo melihat aku membawa kembali Feng-feng dalam hatinya dia sangat marah, tapi dia tetap tidak mengeluarkan reaksi apa pun." "Mungkin saat itu terpikir oleh Lao-bo bagaimana memanfaatkanmu," kata Lu Xiang-chuan. "Benar," jawab Meng Xing-hun sambil tertawa. Kata Lu Xiang-chuan lagi, "Yang lebih aneh lagi, orang yang sudah diperalat olehnya malah merasa senang." "Aku selalu merasa senang." "Yang kau sebut senang itu apa?" "Aku senang karena aku sudah mengerti maksud Laobo, dan kau sendiri masih belum mengerti." "Oh?" Kata Meng Xing-hun lagi, "Apakah kau tahu maksud dari semua rencana Lao-bo?" "Dia ingin aku percaya bahwa dia masih bersembunyi di sini, dia juga ingin aku memakai seluruh kekuatan menghadapi dia, dan dia akan mempergunakan waktu ini untuk pergi ke Fei-feng-bao dan bergabung dengan anak buahnya yang ada di sana, dia mengandalkan tenaga yang terakhir untuk bisa bangkit kembali." "Apakah kau kira ada banyak orang yang menunggunya di Fei-feng-bao?" "Itu sudah pasti." Lu Xiang-chuan bicara dengan yakin. Lu Xiang-chuan tahu, setiap kali bertarung, Lao-bo mempunyai rencana yang sangat sempurna, bila belum terpaksa dia tidak akan menyerang. Di Fei-feng-bao bila tidak ada yang membantu, Lao-bo tidak akan memimpin 12 kelompoknya untuk menyerang. "Apakah menurutmu orang-orangnya tetap akan menunggu perintahnya untuk menyerang pada tanggal 7?" tanya Meng Xing-hun. Kali ini tampaknya dia tidak begitu yakin. Kata Meng Xing-hun lagi, "Apakah kau menganggap bila Lao-bo sudah sepakat dengan mereka, dia tidak akan memikirkan akibat yang akan terjadi dan hal yang tidak diinginkan olehnya?" Lu Xiang-chuan tidak bisa menjawabnya. Dengan santai Meng Xing-hun berkata lagi, "Kau harus tahu, penyerangan ini sangat penting untuknya, apakah dengan begitu dia akan secara sembarangan memutuskan sesuatu?" Wajah Lu Xiang-chuan menjadi pucat setelah lama dia baru berkata, "Kau tahu apa maksudnya?" "Maksudku adalah dia ingin kau datang ke sini untuk mencariku." "Aku masih belum mengerti." "Menurut perhitungan Lao-bo, aku pasti akan dihadang olehmu di tengah jalan, karena aku hanya sendiri, dan aku pasti akan jatuh ke tangan kalian." "Masih ada lagi?" Kata Meng Xing-hun melanjutkan, "Lao-bo pun sudah memperhitungkan, kalian pasti akan memaksaku ke sini untuk membunuh dia." "Apakah dia pikir aku akan memakai berbagai cara untuk mengancammu?" tanya Lu Xiang-chuan. Mata Meng Xing-hun mulai bersorot marah dengan dingin dia menjawab, "Memakai Xiao Tie dan Gao Lao-da, orang seperti dirimu akan menghalalkan segala cara." Kata Lu Xiang-chuan, "Apakah Lao-bo pun sudah memperhitungkan, begitu kau turun ke dalam sumur, aku akan menutup sumur ini?" "Mungkin juga." "Lalu dia masih ada memperhitungkan apa lagi?" "Dia memperhitungkan, kau akan membuka kembali sumur ini dan kau sendiri akan turun untuk mencari dia, dia mempunyai cara untuk membuatmu percaya bahwa dia sudah tidak berada di sini lagi, kau akan merasa takut dan curiga dan kau pasti akan turun tangan sendiri untuk melihat dan membuktikannya." Tiba-tiba Lu Xiang-chuan tertawa dengan dingin, "Bagimu, Lao-bo adalah orang yang mudah diperhitungkan." "Memang benar." Dengan dingin Lu Xiang-chuan melanjutkan, "Kau pandang dia itu siapa" Apakah dia adalah seorang dewa?" Dengan entengnya Meng Xing-hun menjawab, "Apakah benar dia sangat lihai, aku hanya tahu satu hal, dia tidak salah memperhitungkan sesuatu." "Mengenai apa?" Meng Xing-hun menatapnya dan menjawab, "Dia sudah memperhitungkan, begitu kau turun ke dalam sumur, aku tidak akan mengijinkan kau naik lagi." Wajah Lu Xiang-chuan berubah. Meng Xing-hun berkata lagi, "Kau boleh tidak percaya hal yang lain, tapi yang ini kau harus percaya." Lu Xiang-chuan terus menatapnya, wajahnya pucat di bawah cahaya lampu, wajahnya terlihat seperti memakai topeng, walaupun tidak ada ekspresi dia terlihat lebih misterius dan menakutkan. Saat ini wajah Meng Xing-hun tidak enak dipandang. Dia sudah duduk, satu tangan memegang selimut dan tangan lain memegang bantal. Cara duduknya pun tidak istimewa, siapa pun yang duduk di tempat tidur posisinya akan seperti itu. Anehnya, dia masih bisa duduk dengan santai di depan musuhnya. Hanya dia yang tahu, lebih baik duduk dari pada berbaring atau berdiri. Bila dia berdiri, dia akan menjadi sasaran Lu Xiangchuan, bila dia berada dalam posisi duduk kemungkinan menjadi sasaran Lu Xiang-chuan menjadi semakin kecil. Dia berpikir, bantal itu bisa menjadi tamengnya dan selimut bisa menjadi senjata untuk menyerang. Lu Xiang-chuan melihat dia dengan seksama, seperti seorang pelatih binatang yang sedang melatih binatang yang masih terkurung di dalam kandang. Wajahnya tampak tenang dan serius, tiap gerakan Meng Xing-hun dilihatnya dengan waspada dan seksama. Meng Xing-hun pun melihatnya dengan waspada, keadaan seperti ini seperti dua ekor serigala berada dalam kandang, saling memandang, saling menunggu, kemudian akan saling menyerang. Setelah lama Lu Xiang-chuan tertawa dan berkata, "Tampaknya kau adalah musuh yang sangat menakutkan." "Oh." "Kau sangat pandai menyembunyikan kekuranganmu sendiri dan kau terlihat sangat tenang." "Oh!" Lu Xiang-chuan berkata lagi, "Tapi kau membuat suatu kesalahan fatal, sebuah kesalahan yang tidak bisa dimaafkan." "Oh?" Lu Xiang-chuan berkata lagi, "Bila kau berhadapan dengan musuh seperaku, seharusnya kau jangan bersikap seperti itu, karena aku mempunyai senjata rahasia, seharusnya kau menyerangku dulu" Meng Xing-hun hanya menatapnya, kemudian pelanpelan mengangguk dan berkata, "Sebenarnya aku memang harus melakukan hal seperti itu, tapi aku tidak boleh melakukannya." "Mengapa?" Jawab Meng Xing-hun, "Karena kakiku sedang terluka, gerakanku tidak selincah biasanya, bila aku yang menyerang dulu, aku pasti tidak akan menang, malah akan membahayakanku." "Apakah kau tidak yakin dalam sekali menyerang akan menang?" "Ya, menghadapi musuh seperti dirimu, siapa pun tidak akan menang dalam satu kali serangan." "Karena itu kau tidak berani?" "Benar, aku tidak berani." Tiba-tiba Lu Xiang-chuan tertawa dan berkata, "Seharusnya kau tidak perlu berkata jujur kepadaku." "Kau pun tidak perlu membeberkan kesalahanku, kesalahan yang besar malah akan sangat menguntungkanmu," jawab Meng Xing-hun. "Aku membeberkan kesalahanmu hanya ingin agar kau menyerangku dulu." "Tapi kau pun gagal," kata Meng Xing-hun. Dia pun dengan tenang mengangguk dan berkata, "Memang aku sudah gagal." Hingga saat ini mereka masih bersikap tenang, tidak tergesa-gesa juga tidak marah-marah. Tapi sikap tenang juga membuat seseorang menjadi tertekan. Untung saja di dalam ruangan itu tidak ada orang ketiga, bila tidak mereka akan semakin tertekan dengan suasana seperti itu. Setelah lama tiba-tiba Meng Xing-hun tertawa dan berkata, "Sebenarnya aku sudah tahu bahwa kau adalah musuh yang menakutkan." "Terima kasih." Kata Meng Xing-hun lagi, "Kau sangat tenang dan juga bisa menekan musuh, kau pun bisa menyembunyikan kekuranganmu sendiri." Kata Lu Xiang-chuan, "Pengalamanku membunuh orang tidak kalah darimu." "Kau sudah tahu kekuranganku, mengapa masih diam?" Jawab Lu Xiang-chuan, "Walaupun kau mempunyai kekurangan tapi kau pun menjaganya dengan baik, hal seperti ini lebih baik dari pada kau menyerang, kau lebih bisa menjaga situasi dari pada orang lain." "Tapi senjata rahasiamu...." "Walaupun aku sangat lihai dalam menggunakan senjata rahasia, tapi bila menghadapimu, belum tentu aku bisa menyerangmu dalam satu kaili serangan dan mematahkan perlawananmu." "Kalau begitu kau boleh menyerangku beberapa kali." "Kau salah lagi," jawab Lu Xiang-chuan. "Oh?" Kata Lu Xiang-chuan, "Seorang pesilat tangguh hanya boleh satu kali menyerang dan harus langsung menang, bila dia sudah habis kekuatannya untuk menyerang kedua kalinya, akan lebih sulit mencapai sasarannya." "Karena itu kau menungguku menyerang terlebih dahulu?" "Aku selalu menunggu dengan sabar." Meng Xing-hun tertawa dan berkata, "Kalau begitu kau menunggu saja." "Aku pasti akan menunggu, semakin lama akan semakin mengutungkanku," jawab Lu Hiang-coan. "Oh"' Dengan tersenyum Lu Xiang-chuan berkata, "Apakah kau tidak tahu bahwa Gao Lao-da pun ikut ke sini?" "Tidak tahu." "Bila dia tidak melihatku naik ke atas lagi, dia akan turun mencariku." Lu Xiang-chuan tersenyum dan berkata lagi, "Mungkin dia tidak akan membantuku untuk menyerangmu, tapi bila ada dia di sini, kau pasti tidak akan tenang, saat itu adalah kesempatan untukku bisa menyerangmu." Sudut mata Meng Xing-hun bergetar, lehernya sudah mulai terasa beku. Lu Xiang-chuan menatap ke dalam matanya dan berkata, "Sebenarnya Gao Lao-da selalu baik kepadamu, aku juga berbuat baik kepadamu, asal kau bisa menjadi temanku aku akan melupakan hal yang tidak enak yang pernah terjadi di antara kita." "Tapi aku tidak dapat melupakannya begitu saja." "Kau tidak bisa melupakan apa?" "Yang tidak dapat kulupakan adalah akhir dari riwayat teman-temanku. " Lu Xiang-chuan menarik nafas dan berkata, "Karena itu kau masih tetap ingin membunuhku." "Aku tidak ingin membunuhmu tapi hanya ingin kau mati." "Apa bedanya?" "Aku tidak yakin bisa membunuhmu, tapi aku yakin bisa membuatmu mati." "Aku masih tidak mengerti." Kata Meng Xing-hun, "Maksudku adalah walaupun kau mempunyai kesempatan lebih besar untuk membunuhku, tapi aku tetap mempunyai kesempatan menemani mu sampai mati, walaupun aku hidup atau mati, yang penting kau harus mati." Sikap Meng Xing-hun sangat dingin, sepertinya setiap kata dipikirkannya baik-baik baru dia percaya bahwa setiap kata yang diucapkannya pasti, akan dilaksanakan. Lu Xiang-chuan terlihat sangat tidak tenang, dengan tawa paksa dia berkata, "Tapi sampai sekarang kau tetap tidak mau menyerangku." "Benar." "Aku tidak ingin membunuhmu, bila kau tidak mau menyerang, aku akan pergi," kata Lu Hiang-chuan. "Kau tidak boleh pergi," kata Meng Xing-hun. "Bila kau tidak mengijinkanku pergi, kau harus menyerangku dulu walau tidak tepat pada sasaran dan aku. dengan segera bisa membunuhmu, waktu itu kau tidak bisa menemaniku mati lagi." Dengan santai Meng Xing-hun menjawab, "Benar juga. Baiklah kau boleh pergi, aku tidak akan melarangmu, tapi kau jangan lupa di sini hanya ada satu jalan keluar." Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sikap Meng Xing-hun sangat tenang dengan pelan dia melanjutkan lagi, "Waktu kau pergi aku tidak akan melarangmu tapi pada saat kau masuk ke dalam kolam, aku pun akan ikut masuk, sedikit kesempatan pun kau tidak akan punya." Dengan dingin Lu Xiang-chuan bertanya, "Mengapa kau tahu bahwa di dalam air aku tidak bisa menandingimu?" "Mu juga tidak tahu, bila ingin tahu kau boleh mencobanya dulu." Mata Lu Xiang-chuan menyipit, ujung hidungnya sudah berkeringat. Leher Meng Xing-hun yang tadinya kaku, sekarang mulai kendur dengan tersenyum dia berkata, "Aku tidak berani coba-coba, lebih-lebih pada dirimu karena nyawamu lebih mahal dibandingkan degan diriku." Lu Xiang-chuan menundukkan kepalanya, tapi matanya tampak tertawa, tawa yang licik dan kejam, dia berkata, "Kau sengaja menganggap nyawaku lebih berharga dari dirimu, supaya aku lebih takut pada kematian, tapi ada satu orang yang berbeda pendapat." "Siapa dia?" "Xiao Tie. XiaoTie." Lu Xiang-chuan tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Di dalam matanya, nyawamu lebih berharga dari siapa pun, apakah kau tega meninggalkannya?" Xiao Tie, nama itu seperti paku, tiba-tiba menancap ke dalam hati Meng Xing-hun yang paling dalam. Hati Meng Xing-hun terasa sakit, hingga membuat dia hampir meneteskan air mata. Di atas langit dan di bawah langit, tidak ada yang dapat menggerakkan hatinya, kecuali Xiao Tie. Tidak ada. Menggunakan kesempatan yang sempit ini Lu Xiangchuan mulai menyerang, tidak dapat di sangsikan bahwa senjata-senjata rahasia Lui sangat menakutkan, tapi anehnya kali ini dia tidak menggunakan senjata rahasianya. Dia hanya menarik selimut dari tempat tidur. Meng Xing-hun yang duduk di atas selimut segera terjatuh, tangan Lu Xiang-chuan secepat kilat memegang kakinya dan memukul. Dia sendiri sangat terkejut mendengar suara tulang kakinya yang patah, terdengar sangat menusuk di telinga. Waktu itu juga dalam sekejap seprai yang dipegang oleh Meng Xing-hun segera ditarik dan menelungkup menutupi kepala Lu Xiang-chuan. Lu Xiang-chuan pun terjatuh, keringat dingin bercampur dengan air mata menetes. Meng Xing-hun sambil menahan rasa sakit, meloncat turun dari tempat tidur, menindih tubuh Lu Xiang-chuan yang terjatuh tadi, dia mengayunkan tangannya memukul rusuk Lu Xiang-chuan. Pukulan itu sangat kuat, pukulan itu bisa membuat Lu Xiang-chuan jatuh pingsan. Tapi mereka seperti binatang, mereka bisa menahan rasa sakit. Tulang mereka walau sudah retak di beberapa tempat, tapi mereka masih bisa memukul dan berguling-guling, siapa pun tidak akan menyangka orang yang tadinya begitu tenang, sekarang seperti binatang saling menyerang. Apakah kebencian mereka yang tersimpan dalam hati semuanya ingin dilampiaskan saat ini" Tiba-tiba Lu Xiang-chuan berhasil memukul perut Meng Xing-hun. Meng Xing-hun terdorong mundur ke belakang beberapa langkah, perutnya terasa sangat sakit. Hidung Lu Xiang-chuan masih mengalir darah dan dia terengah-engah, sebenarnya dia masih ingin menambah pukulan tapi dia merasa lemah, dia tidak mampu maju lagi. Meng Xing-hun pun sudah tidak ada tenaga untuk membalas, tapi dia terus berusaha dengan suara serak dia berkata, "Aku sudah mengatakan bila aku mati kau pun harus ikut mati." Lu Xiang-chuan tertawa sinis dan berkata, "Mengapa kau begitu membenciku" Apakah karena anak Xiao Tie adalah anakku" Kau bisa merebut Xiao Tie tapi tidak bisa merebut anakku." Kemarahan Meng Xing-hun membuat tubuhnya bergetar. "Dia merasa bila ingin orang ini mati, dia harus tenang." Jarang ada orang yang bisa berpikir seperti Meng Xinghun, dia tahu pepatah ini, tapi dia melupakannya. Mengapa Lu Xiang-chuan juga bisa lupa" Apakah di dalam hatinya, dia pun mencintai Xiao Tie" Atau karena dia sudah tahu akan kehilangan Xiao Tie dia baru sadar bahwa dia sangat mencintai Xiao Tie. Karena itu kebencian Lu Xiang-chuan seperti Meng Xing-hun juga, sangat dalam. Mereka saling melotot, nafasnya sudah seperti binatang, begitu tenaga mereka pulih, mereka segera akan saling menyerang lagi. Pada saat itu juga mereka mendengar ada seseorang yang menarik nafas. Ada seseorang yang sudah keluar' dari kolam, dia seperti seekor ikan, begitu lincah dan ringan. Jarang ada orang yang bisa begitu mahir berenang. Orang itu tidak dikenal mereka. Seseorang yang gemuk, dia mengapung di atas air, tubuhnya menggelembung seperti ditiup oleh udara. Dia menggelengkan kepala, menghela nafas dan berkata, "Kalian berdua adalah pesilat tangguh mengapa pada saat kalian berkelahi seperti 2 ekor binatang liar, apakah kalian tidak merasa malu?" Lu Xiang-chuan langsung menjawab, "Aku malu, sangat sangat malu." Walaupun dia sedang terengah-engah tapi matanya mulai bercahaya. Tiba-tiba Meng Xing-hun sadar bahwa Lu Xiang-chuan mengenali orang itu, bahkan mempunyai hubungan akrab dengannya. Akhirnya pembantu musuhnya datang juga. Siapa pun yang melihat keadaan ini, hatinya akan terasa berat. Mungkin orang ini bukan orang yang dekat tapi dia tetap musuh yang menakutkan. Mata orang ini terus menatap Meng Xing-hun. Matanya kecil tapi berkilauan seperti ujung sebuah jarum. Wajahnya bulat. Pada saat bernafas wajahnya seperti orang tertawa. Tapi gaya tawanya sangat aneh, mungkin bila dia membunuh orang pun dengan wajah tersenyum. Dengan ringan dia mengapung di atas air, tubuhnya tidak terlihat berat. Orang ini tertawa dan menjawab, "Kau tidak mengenalku, tapi aku mengenalmu." "Apakah kau kenal denganku?" tanya Meng Xing-hun. Dengan tersenyum orang ini menjawab, "Kau she Meng, bernama Xing-hun, dalam kurun waktu 10 tahun ini kau adalah pembunuh yang paling kejam dan dingin. Kau juga sangat ahli membunuh, tapi hati ini kau membuatku kecewa." Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Seorang pembunuh terkenal walaupun harus bertahan hidup tapi mengapa pada saat bertengkar seperti seekor anjing gila yang menggigit orang?" Meng Xing-hun melihatnya dengan lama, kemudian berkata, "Kau mengenalku, aku pun mengenalmu." "Oh ya?" Dengan dingin Meng Xing-hun menjawab, "Margamu Yi, bernama Qian-long, dalam kurun 30 tahun ini kau adalah orang yang paling jago berenang dan kepandaianmu sangat lihai." Orang ini tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Betul juga, kau sudah kenal denganku." Meng Xing-hun tertawa dan berkata, "Hari ini kau sudah membuatku kecewa." "Mengapa?" "Kau adalah teman baik Lao-bo tapi pada saat dia kesulitan kau malah mengkhianati dia." Yi-qian-long melotot dan berkata, "Siapa yang mengatakan aku mengkhianatinya" Aku hanya tidak ingin bertemu dengannya." "Mengapa?" "Kalau aku bertemu dengannya, pasti dia akan menyuruhku bertarung untuknya." Kata Meng Xing-hun tajam, "Karena itu kau kabur?" Jawab Yi-qian-long, "Harus menunggu apa lagi bila tidak kabur?" Yi-qian-long mengatakan itu sangat biasa. Dengan dingin Meng Xing-hun berkata, "Kau benarbenar teman yang baik dan pintar." "Aku tidak bisa berteman baik dengan siapa pun tapi aku berasal dari kalangan persilatan dan sudah berpengalaman, karena itu Lao-bo mau berteman denganku. Apa arti orang dari kalangan persilatan yang berpengalaman" Artinya adalah lata tidak boleh terlalu setia kawan, kulit muka juga tidak boleh terlalu tipis." Dengan dingin Meng Xing-hun berkata, "Kau benarbenar seorang pesilat yang berpengalaman." Tiba-tiba Yi-qian-long menghela nafas dan berkata, "Aku tahu kau memandangku sebelah mata tapi kau harus tahu aku mempunyai anak banyak dan juga istri yang banyak." Kemudian dia berkata lagi, "Aku mempunyai 17 orang istri dan 38 orang anak, kau pikir saja apakah aku masih bisa bertarung" Bila aku mati siapa yang akan menghidupi anak-anak dan istri-istriku?" Meng Xing-hun hanya mendengar. Biasanya dia tidak sudi bicara dengan orang seperti itu yang bicara adalah kepalan tangannya tapi sekarang dia butuh waktu. Membutuhkan waktu untuk memulihkan tenaga dan membutuhkan waktu untuk menjernihkan pikiran. Hanya dengan bicara dia bisa mengulur waktu, oleh karena itu walau dia marah, tapi dia berusaha untuk tetap mendengar. Untung Yi-qian-long adalah orang yang senang bicara. Tanya Meng Xing-hun, "Kau sudah melarikan diri, mengapa kembali lagi?" "Pertama, aku sudah tahu bahwa Lao-bo sudah tidak bisa menyuruh anak buahnya bertarung untuk dia. Kedua, aku membutuhkan uang." "Kau membutuhkan uang?" Yi-qian-long menarik nafas dan menjawab, "Keluargaku yang harus kuberi makan sangat banyak, tapi orang yang mencari uang sangat sedikit menghidupi keluarga yang besar tidak mudah." "Kau mencari siapa mau meminta uang?" tanya Meng Xing-hun. "Mencari orang yang mau memberiku uang, siapa saja yang akan memberiku uang, aku mau saja." Dia melihat Meng Xing-hun tertawa dan bertanya, "Apakah kau mempunyai uang?" "Tidak ada." Yi-qian-long menarik nafas dan berkata, "Kalau begitu aku harus mencair orang lain." "Walaupun aku tidak mempunyai uang tapi aku akan berusaha untuk meminjamnya," kata Meng Xing-hun. "Dengan cara apa?" tanya Yi-qian-long. "Lu Xiang-chuan mempunyai banyak uang, bila kau mau membunuhnya, uangnya akan menjadi milikmu." Yi-qian-long tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Benar, ini adalah cara yang sangat tepat." Lu Xiang-chuan yang berada di sisinya tersenyum dan berkata, "Tapi ada tidak baiknya." "Apa?" "Walaupun aku mempunyai banyak uang tapi tidak ada yang tahu di mana aku menyimpan uang itu." "Aku akan mencarinya," jawab Yi-qian-long. "Aku jamin kau tidak akan bisa mencarinya." Lu Xiang-chuan tertawa dan melanjutkan, "Bila kau membunuh Meng Xing-hun, aku akan membagi setengah uangku untukmu." "Apakah hanya setengah?" "Dari pada tidak dapat apa-apa, setengahnya pun lumayan." Yi-qian-long tertawa lagi dan berkata, "Benar, walaupun hanya 1 tail itu juga lumayan, dari pada tidak ada sama sekali." Dia membalikkan badan menghadap kepada Meng Xinghun wajahnya masih tertawa dan berkata, "Kalau begitu aku harus membunuhmu." Dengan pelan Meng Xing-hun berkata, "Benar juga, kau memang harus membunuhku." "Bila aku sudah mempunyai uang, aku akan membeli sebuah peti mati yang bagus untukmu." "Terimakasih," kata Meng Xing-hun. "Apakah ada pesan terakhir?" "Hanya ada satu." "Cepat katakan, aku sangat suka dengan pesan terakhir dari orang yang akan mati, biasanya pesan-pesan itu sangat masuk akal." "Bila uang belum masuk ke dalam kantungmu, itu belum menjadi milikmu," kata Meng Xing-hun. "Masuk akal, sangat masuk akal." Kata Meng Xing-hun lagi, "Kadang-kadang bila kita sedang meminta uang, malah member pisau." "Walaupun aku sudah lama tidak ditusuk pisau, tapi bila mengingatnya, ngeri juga rasanya," kata Yi-qian-long. "Memang tidak enak, apalagi kau begitu gemuk, bila ditusuk dengan pisau pasti akan banyak mengeluarkan darah." Yi-qian-long menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak bisa, aku takut melihat darah. Siau Liu, perjanjian tadi dibatalkan." Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Lu Xiang-chuan sejak tadi hanya mendengarkan, dia tidak bergerak, sekarang dengan tersenyum dia berkata, "Tulang rusukku sudah ada yang patah, tulang hidungku pun sudah patah, bila kau mau membunuhnya kau tidak perlu takut aku tidak akan membayarmu." Yi-qian-long berkata lagi, "Benar juga, aku takut apa, tapi lebih aman bila kita sekarang naik ke atas, dan bila kau sudah membayarku baru aku akan membunuhnya." "Seperti itu pun boleh" "Tidak bisa!" kata Meng Xing-hun, "Bila naik ke atas, di sana adalah daerah kekuasaannya." Yi-qian-long melihat Meng Xing-hun dan berkata, "Sepertinya kau belum mengerti satu hal." "Apa?" tanya Meng Xing-hun. Jawab Yi-qian-long, "Sekarang aku adalah Lao-da (paling tua), aku bilang bisa ya bisa, di sini tidak ada hak bagimu untuk bicara." Tanya Meng Xing-hun, "Apakah kau tidak takut dia akan menipumu?" "Asalkan ada uang, menjadi cucunya pun tidak apaapa." "Baiklah, bila aku punya uang, aku akan memberikannya untuk-mu," kata Meng Xing-hun. Tiba-tiba dia meloncat seperti akan menyerang Yi-qianlong tapi begitu sampai di tengah-tengah dia balik arah. Sasarannya adalah Lu Xiang-chuan bukan Yi-qian-long. Walaupun Meng Xing-hun akan mati, dia ingin Lu Xiang-chuan menemaninya mati. Tapi sungguh sangat disayangkan, Lu Xiang-chuan juga sudah ada persiapan, sebelum Meng Xing-hun menyerangnya dia sudah masuk ke dalam kolam. Air sangat dingin, air dingin bisa membuat orang sadar. Begitu Lu Xiang-chuan masuk ke dalam air, dia tidak ingin nyawa Meng Xing-hun lagi dan juga tidak ingin mendengar perkataannya Yi-qian-long, dia hanya ingin secepatnya meninggalkan tempat itu. Tapi ada seorang yang ikut memegang kakinya. Dia sudah sampai di tempat tombol, begitu ditekan dia mengangkat kepalanya, dia melihat sinar bintang yang berada di atas sumur. Sinar bintang yang sangat indah. Akhirnya dia bisa meninggalkan tempat setan itu. Dia tidak akan pernah mau kembali lagi ke sana. Angin berhembus meniup tubuhnya, tulang rusuknya yang patah terasa sakit. Tapi Lu Xiang-chuan tidak peduli. Dia tidak peduli lagi pada hal apa pun. Sekarang dia sudah kembali menjadi Lao-da (yang tertua) lagi. Gao Lao-da tidak menunggunya di atas. Bayangannya pun tidak terlihat. "Benar-benar perempuan itu tidak ada yang bisa dipercaya!" Lu Xiang-chuan tampak geram dan berteriak, "Di mana orang-orang"!" Kata-katanya masih mengandung perintah. Segera dalam kegelapan muncul seseorang yang berjalan ke arahnya. Orang itu adalah Giok Hong, dia sangat setia kepadanya. Orang yang setia kepadamu jangan kau singkirkan, bila kau mau dia tetap setia kepadamu, kau jangan membuat dia ketakutan. Ini bukan nasehat Lao-bo, melainkan kata-kata darinya, karena dia merasa kata-katanya lebih masuk akal dari pada nasehat Lao-bo. Karena itu dia segera marah dan berkata, "Dimana saudaramu yang berjaga?" Giok Hong tertelungkup di tanah, dia sangat kaget dengan gemetar dia menjawab, "Saudara-saudara kita masih berjaga di sana, tidak ada yang berani meninggalkan tempat." Dengan tertawa Lu Xiang-chuan berkata, "Kalian harus berjaga dengan baik." Tiba-tiba dia menggaplok Giok Hong, dengan marah dia berkata, "Bila tidak ada yang meninggalkan tempat, mengapa Yi-qian-long bisa masuk?" Giok Hong menutup wajahnya dan berkata, "Tidak ada yang masuk, hanya ada Kao toanio yang pergi meninggalkan tempat ini." Dengan suara masih marah Lu Xiang-chuan berkata, "Siapa yang menyuruh kalian membiarkan Kao toanio pergi?" Dengan wajah sedih Yu Hong menjawab, "Dia adalah tamu ketua, bila dia mau pergi tidak ada yang berani melarang." Lu Xiang-chuan tertawa dengan dingin. Tapi Lu Xiang-chuan tahu sekarang bukan saatnya untuk marah-marah, sekarang masih banyak hal yang harus dikerjakan. Tiba-tiba dia melambaikan tangan dan berkata, "Mana pemanah" Cepat suruh mereka ke sini, tutup sumur ini, bila ada yang naik langsung bunuh!" Kata-katanya adalah perintah, perintahnya lebih berpengaruh dari perintah Lao-bo, tapi sepertinya sekarang dia sama sekali tidak berpengaruh lagi. Tidak ada pemanah, tidak ada orang, satu pun tidak ada, wajah Lu Xiang-chuan langsung berubah. Waktu itu dia mendengar tawa Yi-qian-long. Entah kapan Yi-qian-long keluar dari sumur, dia sedang duduk sambil tertawa di atas sumur, dengan santai dia bertanya, "Mana pemanah ketua Liu" Mengapa mereka belum muncul?" Kata-kata Yi-qian-long tiba-tiba menjadi seperti sebuah perintah. Segera muncul bayangan-bayangan orang dari kegelapan, terdengar pula suara orang yang jatuh, mereka jatuh dengan keras dan lurus, mereka memang pemanah, tapi mereka sudah pada mati. Tubuh Lu Xiang-chua,n dingin seperti es, dari ujung kepala hingga ujung kaki semua terasa dingin. Yi-qian-long melihatnya dengan tertawa dia berkata, "Ketua Liu, pemanahmu semua sudah datang, kau akan menyuruh mereka melakukan apa?" Lu Xiang-chuan tiba-tiba menjadi kaku. Kata Yi-qian-long lagi, "Ketua Liu, apakah tukang golok dan tukang senjata kailmu sudah kau suruh datang kemari juga?" "Tidak perlu," jawab Lu Xiang-chuan dengan terpaksa. Tiba-tiba Lu Xiang-chuan berubah menjadi orang yang tampak jujur dan hati-hati, dengan tersenyum dia berkata, "Sebenarnya aku sudah tahu bahwa Paman Yi akan datang walaupun aku memasang 80 buah perangkap, tapi di mata Paman Yi semua perangkap itu tidak berguna." Yi-qian-long mengerdipkan matanya dan berkata, "Sejak kapan aku menjadi pamanmu?" "Paman Yi adalah orang yang sangat kuhormati, dari dulu hingga sekarang tidak pernah berubah." Tanya Yi-qian-long, "Bagaimana dengan Lao-bo" Aku ingat, dulu orang yang paling kau hormati adalah Lao-bo tapi dia...." Lu Xiang-chuan menarik nafas dan berkata, "Betul, aku selalu menghormati dia tapi dia...." "Mengapa dengan dia?" "Di matanya kita ini hanya kaki tangannya, bagitu kita tidak berguna lagi hanya mati yang bisa kita dapatkan. Sebagai contoh adalah pamanku, Lu Man-tian." "Apakah dia membunuh Lu Man-tian?" Dengan sedih Lu Xiang-chuan menjawab, "Sifat pamanku memang sedikit aneh, kadang-kadang dia pun sering beringas dan bertengkar dengan Paman It, sebenarnya di dalam hati pamanku, Paman It adalah saudara seperjuangan." "Oooo?" Kata Lu Xiang-chuan, "Lao-bo berkata dia adalah Hansin, dia menghaluskan Paman Yi menjadi Chang-liang, karena Lao-bo mirip dengan Lauw-pang, susah senang hidup bersama. Tapi tidak bisa menjadi kaya bersamasama. Pada saat kaya, dia selalu curiga kepada teman lamanya akan merebut posisinya, sayang pamanku sudah tahu, tapi dia sudah terlambat, bila tidak dia tidak akan mati di tangan Lao-bo." "Karena itu kau mau membunuh Lao-bo" Hanya untuk membalaskan dendam pamanmu?" kata Yi-qian-long. Lu Xiang-chuan mengangguk dan menjawab, "Paman Yi tentunya sangat mengerti Lao-bo, bila tidak kau tidak akan diam-diam mundur." Yi-qian-long menatapnya dengan sangat lama, tiba-tiba dia tertawa dan berkata, "Apakah kau tahu, kapan kau terlihat begitu jujur dan begitu lucu?" Lu Xiang-chuan menggelengkan kepalanya, dia tidak mengerti maksud Yi-qian-long. Yi-qian-long tertawa dan menjawab, "Pada saat kau berbohong kau terlihat sangat jujur dan lucu." "Paman Yi sangat teliti, di depan Paman It aku tidak berani berbohong." "Apakah kata-katamu itu jujur?" tanya Yi-qian-long. "Jujur dari dalam hati yang paling dalam." Kata Yi-qian-long lagi, "Tapi ada seseorang yang berbeda pendapat denganmu." Lu Xiang-chuan mengerdipkan matanya dan berkata, "Paman Yi jangan mempercayai kata-kata Meng Xing-hun, dia hanya seorang pembunuh dan dia dibesarkan oleh seorang pelacur, kata-katanya tidak dapat dipercaya." Dengan ringan Yi-qian-long menjawab, "Aku juga tidak percaya dengan kata-katanya, tapi ada kata-kata dari mulut orang yang aku percaya." "Siapa?" Tiba-tiba di belakang Lu Xiang-chuan ada yang menjawab, "Aku!" Ooo)dw(ooO BAB 29 Tiba-tiba Lu Xiang-chuan merasa lumpuh, dia tidak perlu membalikkan tubuh untuk melihat siapa orang itu. Semua itu sudah membuatnya tubuhnya terasa lumpuh. Di dunia hanya ada satu orang yang bisa berjalan di belakangnya secara diam-diam. Di dunia ini hanya ada satu orang yang bisa membuatnya berlutut. Lao-bo. Tidak ada orang lain, hanya ada Lao-bo. Air mata Meng Xing-hun pun hampir menetes. Lao-bo masih tetap seperti Lao-bo yang biasa. Tidak berubah sedikit pun. Di bumi dan langit tidak ada yang bisa mengubahnya. Dia berdiri di sana, masih tegak, seperti sebuah tombak yang ditancapkan ke tanah. Sinar bintang menyinari wajahnya, kerutan di wajahnya bertambah dalam, matanya masih begitu tajam seperti pedang dan golok yang sudah dikeluarkan dari tempatnya. Begitu melihat Meng Xing-hun, sepasang matanya berubah menjadi hangat, dia melihat wajah Lu Xiang-chuan sebentar kemudian dia beralih kepada Meng Xing-hun. Sekarang Meng Xing-hun baru tahu bahwa wajah Laobo bukan tidak ada ekspresi, kerutan di wajahnya menyembunyikan banyak perasaan. Kerutan di wajahnya melambangkan pengalaman yang menyedihkan. Kerutan semacam ini menyembunyikan perasaannya yang begitu dalam. Lao-bo melihat Meng Xing-hun, sangat lama.... lama, perlahan-lahan dia berkata, "Apakah kau baik-baik saja?" Sepertinya dia ingin mengungkapkan banyak hal tapi dia hanya berkata 1 kalimat. Walaupun hanya 1 kalimat tapi bagi Meng Xing-hun sudah lebih berharga dari apapun. Tiba-tiba dia merasa ada seseorang yang menepuk pundaknya. Dia menoleh dan melihat Yi-qian-long. Wajah Yi-qian-long pun berseri-seri, ini adalah tawa persahabatan yang hangat. "Apakah kau sudah mengerti?" tanya Yi-qian-long. Meng Xing-hun menggelengkan kepalanya dan dia masih belum mengerti, dia terlalu senang hingga tidak bisa berpikir. Yi-qian-long sangat mengerti perasaanya, Yi-qian-long berkata lagi, "Aku tidak mengkhianati Lao-bo, juga tidak melarikan diri.... aku tidak pernah kabur." Tiba-tiba Meng Xing-hun mengerti dan menyambung kata-kata Yi-qian-long. "Saat orang lain menyangka kau melarikan diri, sebenarnya kau sedang melatih prajurit baru untuk Laobo." "Benar, orang dan perkumpulan itu pada prinsipnya sama, membutuhkan darah segar, bila tidak dia akan cepat tua dan cepat berubah, dan kapanpun bisa hancur." Dari mata Meng Xing-hun terlihat bahwa dia sangat kagum kepada Yi-qian-long karena dia tahu bahwa dia adalah teman yang sangat mulia hatinya. Yi-qian-long pun mengerti perasaan Meng Xing-hun, dengan tersenyum dia berkata, "Sebenarnya itu belum apaapa, mereka adalah anak-anak muda yang masih penuh semangat dan sangat jujur. Melatih mereka tidak begitu sulit, anak muda selalu jujur dan lebih bersemangat, kelicikan dan rencana busuk tidak dipelajari oleh mereka." Meng Xing-hun pernah muda, dia mengangguk pelan dan menghela nafas, "Melatih mereka tidak begitu sulit, yang sulit adalah harus menelan penghinaan orang lain, ini lebih sulit dari pada harus bertarung dan mengeluarkan darah." Yi-qian-long melihatnya, kemudian dia menepuk pundak Meng Xing-hun, mereka sekarang menjadi sahabat karena mereka saling mengerti dan saling menghormati. Jujur kepada teman baru bisa dihormati orang lain. "Demi seorang teman bisa menerima penghinaan, adalah orang yang tidak akan kesepian." Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tiba-tiba Meng Xing-hun bertanya, "Apakah kalian sudah pergi ke Fei-feng-bao?" "Tentu sudah, karena orang-orang yang kulatih sudah siap untuk menyerang Wan Peng-wang." "Lalu mengapa kau datang ke sini?" "Karena aku sudah berjanji kepada Lao-bo sebelum tanggal, 5 bila dia tidak memberi perintah kepadaku untuk menyerang dari belakang Fei-feng-bao tanggal 7, maka kami hanis segera ke sini." "Apakah kalian tidak mendapat perintah?" tanya Meng Xing-hun. "Tidak, karena kabar yang diterima adalah Lao-bo sudah dibunuh oleh Lu Xiang-chuan." Lu Xiang-chuan mendengar dari samping, hingga sampai kata-kata Yi-qian-long berakhir, perutnya sudah merasa mulas dan dia ingin muntah. Sampai sekarang, dia baru tahu kesalahan di mana. Seharusnya dia tidak membunuh orang-orang pilihan Lao-bo untuk menyerang Fei-feng-bao, seharusnya menunggu mereka menyerang dulu baru dibunuh. Waktu itu dia terlalu senang hingga tidak bisa menahan diri, karena itu dia membuat kesalahan yang fatal. Kesalahan ini sudah tidak dapat diubah. Lu Xiang-chuan membungkukkan badan dan memuntahkan air empedu yang pahit, tapi tidak ada orang yang mempedulikan dia. Dia adalah orang yang pintar dan berbakat, juga bisa disebut sebagai pahlawan, hanya tinggal setengah jalan lagi dia bisa sukses. Namun sekarang ini di mata orang lain, dia sudah dianggap tidak ada. Dia sudah dianggap mati. Kata Yi-qian-long, "Aku terburu-buru datang ke sini dan baru tahu rencana balas dendam Lao-bo, beliau menjelaskannya dengan detail." "Apakah sore ini kau baru sampai di tempat ini?" "Harus sore ini, bagian dari rencana Lao-bo yang paling penting adalah waktu, karena itu setiap saat kami harus hati-hati memperhitungkan semuanya, karena aku tahu bahwa waktu kadang-kadang lebih mahal dari darah." "Aku mengerti," jawab Meng Xing-hun. Dia benar-benar lebih mengerti dari orang lain. Bila dia tidak dapat menggunakan waktu dengan baik mungkin saat ini dia sudah mati. Wajah Yi-qian-long mengeluarkan pancaran sombong dan dia berkata, "Selama 30 hingga 40 tahun ini, aku sudah ikut berperang dengan Lao-bo sebanyak 200 kali lebih tidak pernah aku salah memperhitungkan waktu." Meng Xing-hun menghela nafas dan berkata, "Siapa pun yang memiliki teman sepertimu akan ikut bahagia." Yi-qian-long berkata lagi, "Lao-bo sudah memperhitungkan bahwa Lu Xiang-chuan akan ke sini mencarinya, juga sudah memperhitungkan bila Lu Xiangchuan sudah melihat 7 jarum bintang itu, dia sendiri yang akan turun ke dalam sumur untuk mencari tahu karena dia tidak percaya kepada orang lain." Dengan dingin Meng Xing-hun berkata, "Kadangkadang dia pun tidak percaya kepada dirinya sendiri." Kata Yi-qian-long, "Dalam rencana Lao-bo pada saat dia turun ke dalam sumur, kami akan menyerang dan membasmi semua prajurit-prajurit penting Lu Xiangchuan." Yi-qian-long tertawa dan melanjutkan, "Karena dia tergesa-gesa, dia tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan seluruh kekuatan, dia hanya sedikit membawa anak buahnya." "Kalian lebih tahu tempat ini daripada dia, dan ini sangat menguntungkan kalian." "Senjata Lu Xiang-chuan yang paling ampuh adalah menghina orang. Tapi kali ini sepertinya dia tidak menyangka akan ada orang-orang yang diam-diam menentang dia." "Karena itu kalian lebih beruntung," kata Meng Xinghun. Kata Yi-qian-long, "Lu Xiang-chuan datang dengan terburu-buru dan dia pun sudah menunggu lama di sini, itu membuatnya merasa lelah. Namun prajurit kami seperti harimau yang baru lahir, seperti harimau yang baru turun dari gunung." Dengan tersenyum dia berkata lagi, "Dengan semangat yang masih segar kami berhadapan dengan lawan yang sudah lelah, dari kegelapan kami menyerang ke tempat terang. Pertarungan ini tidak membutuhkan waktu lama, sudah jelas siapa yang menang dan siapa yang kalah." Kata Meng Xing-hun, "Dari waktu, tempat, dan orang, kalian sudah di atas angin." "Tapi ada satu hal lagi yang dia salah perhitungan." "Oh?" "Dia tidak menyangka kau akan ikut ke sini, dan akan turun ke dalam sumur." Meng Xing-hun tertawa kecut, "Waktu itu aku salah berpikir." "Tapi Lao-bo mengerti pikiranmu, dia tahu kau akan datang, siap sehidup semati dengannya." Meng Xing-hun merasa air matanya hampir menetes, tenggorokannya merasa tersekat. Seseorang bila mati demi teman seperti Lao-bo mati pun dia rela. Yi-qian-long sepertinya juga banyak perasaan, dia berkata, "Setelah Lao-bo tahu bahwa kau ada di bawah sumur dan bertemu dengan Lu Xiang-chuan, kau tidak akan melepaskannya naik ke atas, dengan cara apa pun kau akan menghalangi dia naik ke atas." "Karena itu kau juga turun ke bawah sumur." "Lao-bo tidak ingin Lu Xiang-chuan mati, lebih-lebih tidak ingin kau mati, karena itu...." Dia menepuk pundak Meng Xing-hun dan tertawa, "Setelah itu apa yang terjadi, kau sudah tahu bukan?" Meng Xing-hun mengangguk. Walaupun dia mengangguk, tapi ada hal yang tidak begitu dimengerti olehnya. Dia tidak tahu mengapa Lao-bo tetap menginginkan Lu Xiang-chuan tetap hidup. Tapi dia tidak bertanya apa-apa karena dia tahu apa pun yang dilakukan oleh Lao-bo tidak akan pernah salah. Tidak akan. Mengenai Lu Xiang-chuan, Lao-bo sudah salah memperhitungkan, tapi tidak akan salah untuk kedua kalinya. Lao-bo terus melihat mereka, mendengar mereka bercerita mata Lao-bo sudah penuh dengan air mata. Kemudian dengan perlahan Lao-bo berjalan ke arah mereka, memandang mereka dan dengan perlahan dia berkata, "Aku sudah melihat banyak orang, tapi aku tidak salah melihat, kalian. Kalian adalah temanku, teman terbaikku...." Tiba-tiba Lao-bo memeluk Meng Xing-hun dan berkata, "Kau adalah teman akrabku, juga anak laki-lakiku...." Meng Xing-hun mengangguk, "Ya, benar." Kemudian mereka berdua sudah meneteskan air mata. Malam sudah larut, jumlah bintang semakin berkurang. Semua orang sudah pergi, hanya tertinggal Lu Xiangchuan yang berlutut di dalam kegelapan. Dia berlutut, tidak ada yang bertanya juga tidak ada yang melihatnya.Tidak ada yang marah juga tidak mengomel dan juga tidak ada yang membalas dendam. Lao-bo pergi begitu saja. Yi-qian-long dan Meng Xinghun pun sudah pergi. Mereka membiarkan dia begitu saja. Dia seperti seekor anjing liar, terus berlutut di sana. Semua mayat pemanah sudah dipindahkan, tapi Lu Xiang-chuan masih tertinggal di sana. Dulu dia adalah orang yang sangat berkuasa, sekarang dia dipandang remeh oleh orang lain. Angin berhembus ke tubuhnya terasa dingin, tulang rusuknya yang patah terasa lebih sakit lagi. Tiba-tiba dia merasa seperti seekor anjing liar tanpa tuan dan sudah dibuang dari dunia. Dia hidup atau mati sudah tidak ada yang peduli, keringat dingin terus menetes, apakah air matanya juga akan menetes" Lu Xiang-chuan menyeka keringat di dahinya. Dia berusaha berdiri, "Bagaimana pun aku masih hidup, bila masih hidup masih ada kesempatan untuk bangkit." Dia berkata kepada dirinya sendiri, dia berusaha percaya tapi entah mengapa dia tidak ingin membalas dendam, dia hanya merasa lelah, lelah dan lelah.... Apakah keberaniannya, pun sudah hilang" Apakah Lao-bo tidak akan membunuhnya" Tapi dia sudah ada keberanian dan harga dirinya lagi. Sekarang dia hanya ingin minum, minum yang banyak.... Pemuda itu menelungkupkan wajahnya, tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu yang mengagetkan dia. Dia mengusap mata kemudian berdiri berjalan ke arah pintu dan membukanya. Ternyata di luar sudah hujan, Lu Xiang-chuan tampak basah kuyup, dia berdiri di luar pintu, matanya tampak merah, pintu sudah terbuka lama. Tapi dia masih bengong berdiri di sana sepertinya lupa untuk masuk. Seorang pemuda melihatnya, dia tidak tampak terkejut, sepertinya sudah tahu dia akan datang. Hujan membuat udara dingin. Hujan pada bulan Juni mengapa bisa begitu dingin" Pemuda itu membuka baju dan menelungkupkan ke tubuh Lu Xiang-chuan. Tiba-tiba Lu Xiang-chuan dengan erat memeluknya, dia berkata, "Hanya kau teman baikku, hanya kau saja." Pemuda itu tidak bicara lagi dan wajahnya datar. Dia terlalu bodoh hingga tidak tahu cara untuk mengungkapkannya. Dengan diam dia membalikkan tubuh dan menaruh arak di atas meja. Akhirnya Lu Xiang-chuan masuk dan duduk. Walaupun arak sudah dingin, tapi pada saat diminum tenggorokannya terasa terbakar. Hati Lu Xiang-chuan mulai terbakar, tiba-tiba dia menggebrak meja dengan kuat, dia berteriak, "Aku belum mati, asal aku masih hidup, suatu hari aku akan membalas dendam.... betul tidak?" Pemuda itu mengangguk. Walaupun Lu Xiang-chuan mengatakan apa pun dia akan setuju. Lu Xiang-chuan tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Tidak ada orang yang bisa mengalahkanku, suatu hari aku akan bangkit lagi, bila sudah tiba saatnya, aku tidak akan melupakanmu, karena kau teman baikku." Sepertinya Lu Xiang-chuan ingin membuktikan kepada pemuda itu karena itu dia berusaha berdiri dengan tegak. Tapi di belakang punggungnya, mendadak ada sebuah pisau menusuk dari belakang hingga menembus perutnya. Begitu dia mengangkat kepala untuk melihatnya, wajahnya sudah berubah menjadi pucat. Wajah Lu Xiang-chuan melotot, sangat terkejut, dia bertanya, "Apakah, kau menaruh racun di dalam arak?" Pemuda itu mengangguk. Walau apa pun yang dikatakan Lu Xiang-chuan, dia selalu mengangguk dan setuju. Dengan perlahan Lu Xiang-chuan berusaha berdiri dan bertanya, "Mengapa kau melakukan ini" Mengapa?" Wajah pemuda itu tetap datar, dia masih tidak tahu memakai cara apa untuk mengungkapkan perasaannya. Pemuda itu hanya berkata, "Aku sudah bosan dengan hari-hari seperti ini, Lao-bo berkata akan memberiku kehidupan yang lebih layak." Lao-bo. Lao-bo lagi. Bidak catur Lao-bo yang terakhir berada di sini. "Binatang kau! Aku menganggap kau teman, tapi kau malah mengkhianatiku," kata Lu Xiang-chuan dengan marah. Dengan ringan pemuda itu berkata, "Aku pun belajar ini darimu, kau bisa mengkhianati Lao-bo, mengapa aku tidak bisa mengkhianatimu?" Sebuah pukulan yang sangat dahsyat. Lu Xiang-chuan seperti dipukul hingga pandangan matanya terasa gelap, pemuda bodoh yang berada di depannya pun sudah tidak dapat dilihatnya. Mungkin dia belum pernah melihat dengan jelas pemuda ini. Lu Xiang-chuan sangat marah, dia ingin mematahkan leher pemuda itu. Tapi dia sudah roboh terlebih dahulu, akhirnya dia pun merasakan bagaimana dikhianati oleh teman. Dan dia pun merasakan kematian. Mati mungkin tidak begitu menyedihkan, tapi bila mati dikhianati oleh teman, siapa pun tidak akan ikhlas. Lu Xiang-chuan juga tidak bisa. Hari sudah tenang. Walau malam sangat panjang akhirnya pasti akan. terang juga. Asal mempunyai keberanian dan kesabaran, pasti bisa menunggu sampai hari terang. Sinar matahari masuk melalui jendela, menyinari kursi yang berada di bawah jendela itu. Akhirnya Lao-bo duduk kembali di kursinya sendiri. Sekarang Meng Xing-hun baru melihat bahwa Lao-bo sudah tampak semakin tua dan terlihat lelah. Dia lelah karena rasa senang dan puas. Lao-bo meluruskan sepasang kakinya, dia menghela nafas, "Kau pasti merasa aneh mengapa aku tidak membunuh Lu Xiang-chuan?" "Aku tidak merasa aneh." Lao-bo merasa aneh dengan jawaban Meng Xing-hun, "Mengapa?" Dengan tersenyum Meng Xing-hun berkata lagi, "Aku tahu bahwa Tuan sudah mengatur semuanya dengan baik bagaimana akhir hidup dari Lu Xiang-chuan." Lao-bo pun tertawa, tapi tawanya mengandung Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kesedihan dan kegetiran. Lu Xiang-chuan seperti pohon yang ditanam oleh Lao-bo dan sekarang sudah ditebang. Tiba-tiba Meng Xing-hun bertanya, "Dimana Gao Laoda?" Dia sudah ingin menanyakan hal ini sejak tadi. Lao-bo menarik nafas dan berkata, "Aku tidak menyalahkannya, dia adalah seorang perempuan ambisius, dia ingin mencapai posisi tinggi, walaupun dia memakai cara yang salah. Tapi siapa yang tidak pernah berbuat salah di dunia ini." "Apakah Tuan mengijinkan dia pergi?" tanya Meng Xing-hun. Lao-bo mengangguk. "Aku pun sudah memberikan surat rumah yang sangat dia inginkan, kelak bila kau melihat seseorang yang ingin merangkak mencapai posisi tinggi, kau harus membantunya, bukan mendorong dari belakang." Meng Xing-hun menundukkan kepalanya, hatinya penuh dengan rasa terima kasih dan hormat kepada Lao-bo. Lao-bo adalah Lao-bo. Mungkin dia sudah banyak melakukan kesalahan, hati yang mulia yang dimiliki Lao-bo tidak ada yang bisa menandinginya. Waktu itu juga dia melihat ada seorang pemuda masuk, pemuda yang tampak hidup dan penuh kehangatan. Gerakannya penuh dengan tenaga untuk berjuang. Mereka adalah darah segar untuk perkumpulan Lao-bo dan mereka juga adalah darah segar bagi masyarakat. Meng Xing-hun menatapnya dan dia mengambil suatu kesimpulan bahwa manusia tidak akan pernah musnah dari dunia ini. Bila manusia masih ada, kebenaran pun selamanya tidak akan pernah musnah dari dunia ini. Setelah melihat pemuda-pemuda itu, Lao-bo pun ikut bersemangat dengan tersenyum dia berkata, "Ada apa" Masuklah!" Pemuda itu tidak masuk, tapi dia berkata, "Wan Pengwang tidak mati, yang mati adalah Tu Da-peng karena dia sudah salah menilai Wan Peng-wang, karena itu dia mati." Jawaban pemuda itu singkat dan padat. Latihan yang diberikan Yi-qian-long dalam beberapa tahun ini tidak siasia. "Bagaimana dengan Feng-feng?" Dia tetap bertanya walaupun Lao-bo tidak bertanya. Apakah dia masih hidup atau sudah mati, sudah tidak penting lagi. Meng Xing-hun bertanya kepada Lao-bo, "Bagaimana cara kita menghadapi Wan Peng-wang?" Bila Wan Peng-wang belum mati, antara dia dan Lao-bo pasti akan terjadi pertarungan yang menentukan. Lao-bo menarik nafas dan menjawab, "Dia tidak mati, aku pun tidak mati, karena itu kami harus bertarung terus, walaupun kami sudah merasa lelah dan takut, kami tidak akan pernah berhenti untuk bertarung." Meng Xing-hun menundukkan kepalanya dan berkata, "Aku mengerti, seseorang yang sudah masuk ke dunia persilatan, seperti sudah menunggang seekor harimau, ingin turun pun sangat sulit. "Walaupun Wan Peng-wang sudah mati, yang lain pasti akan mencariku, kecuali bila aku sudah roboh bila tidak pertarungan ini tidak akan bisa berhenti." Dia menarik nafas dan berkata, "Orang seperti diriku selalu hidup di dalam ketakutan dan rasa bosan, pada saat aku ingin membunuh seseorang pada saat itu juga orang lain berniat untuk membunuhku." Meng Xing-hun mengerti. Dia mengerti masalah ini dari siapa pun. Dengan pelan Lao-bo berkata lagi, "Bila orang menanam bibit yang pahit, dia sendiri yang akan merasakan buah yang pahit. Bila aku bersalah aku harus membayar harga kesalahan itu, kecuali diriku siapa pun tidak dapat menggantikannya." Tiba-tiba Lao-bo tertawa dan berkata, "Tapi kau masih muda, bila kau punya keberanian masih bisa mengubah nasib, brla sudah melakukan kesalahan, itu bukan hal yang memalukan. Asalkan masih mau mengubahnya, maka tidak akan merasa malu." Apakah Kuai-huo-lin bisa mengisi kekosongan hatinya" Apakah surat rumah itu bisa menutup kesepian hatinya" Tiba-tiba dia tertawa seperti orang gila, dia merobek surat rumah itu. Di luar pintu ada yang berteriak, "Kakak Gao, cepatlah keluar! Tuan Wang dari Luo-yang sedang menunggu." Dengan tawa gila Gao Lao-da menjawab, "Suruh dia mati saja, kalian mati saja!" Di luar tidak ada suara lagi. Tiap orang tahu bila Gao Lao-da sedang marah, lebih baik didiamkan saja. Gao Lao-da menutup jendela, rambutnya yang panjang digerai, dia membuka semua bajunya, dengan telanjang dia berdiri di dalam kegelapan. Pinggang Gao Lao-da masih ramping, kakinya masih indah dan panjang, dadanya masih membusung membuat nafsu laki-laki terbangkitkan. Tapi Gao Lao-da tahu, hidupnya tidak akan lama lagi. Masa muda sudah pergi, tidak akan kembali lagi. "Seseorang lahir ke dunia ini dengan keadaan telanjang, pergi dari dunia ini pun harus dalam keadaan telanjang." Dia mulai tertawa lagi seperti orang gila, dia berputarputar sambil berdansa dalam kegelapan, sambil berputar dia minum arak. Ini adalah arak pahit kehidupan juga arak yang beracun. Begitu Shi Qun pulang, dia langsung roboh, rambutnya yang hitam tergerai di dadanya yang putih. Botol yang indah masih berkilauan, tapi nyawa Gao Lao-da sudah tidak tertolong lagi. Shi Qun berlutut di sisi Gao Lao-da, dia membelai rambutnya, air mata Shi Qun menetes membasahi rambut Gao Lao-da. Tiba-tiba rambut Gao Lao-da tampak bercahaya, matahari sudah terbit. Siapa yang mengatakan laut tidak mempunyai perasaan" Di bawah sinar bintang, air laut seperti sehelai sutra begitu lembut dan licin. Air laut sudah surut. Air laut seperti nyawa orang, kadang-kadang seperti gelombang yang besar, kadangkadang terlihat aman dan tenang. Meng Xing-hun dan Xiao Tie berpegangan tangan, mereka saling menggenggam dengan erat sambil melihat laut yang tenang. Perasaan mereka seperti laut yang disinari oleh cahaya bintang, begitu tenang. Anaknya sudah tertidur. Sekarang waktu untuk mereka berdua, mereka saling berpelukan. Setelah bekerja seharian, waktu untuk mereka berdua sepertinya sangat pendek, tapi mereka sudah merasa puas. Sangat puas. Karena mereka tahu setelah lewat hari ini, masih ada hari esok, esok akan lebih baik dari sekarang. Hari esok yang indah sedang menunggu mereka. Tibatiba di atas laut ada bintang jatuh yang lewat, membuat pemandangan laut semakin indah. Tiba-tiba Meng Xing-hun berkata, "Aku sudah melakukannya, akhirnya aku sudah melakukannya." "Kau telah melakukan apa?" tanya Xiao Tie lembut. Meng Xing-hun memeluknya dan menjawab, "Orang mengatakan bila ada bintang jatuh, bila kita membuat permohonan, permohonanmu akan dikabulkan." "Itu cerita kuno, tapi tidak ada yang percaya." "Tapi permohonanku dikabulkan," kata Meng Xing-hun tertawa. Mata Xiao Tie tampak lebih bercahaya dan bertanya, "Apakah pada saat ada bintang jatuh kau membuat permohonan"' "Benar." "Apa permohonanmu?" Meng Xing-hun tersenyum tapi tidak menjawab. Xiao Tie pun tidak bertanya lagi, sebab dia tahu permohonan Meng Xing-hun adalah permohonannya juga. Senyum mereka begitu tenang dan bahagia. Walau gelap sangat panjang tapi terang pasti akan datang juga. 0oo-d-TAMAT-w-oo0 Anak Pendekar 18 Roro Centil 21 Manusia Srigala Hantu Puncak Kematian Cinta 2