Ceritasilat Novel Online

Bara Maharani 16

Bara Maharani Karya Khu Lung Bagian 16 sebuah lenganpun dia bisa hidup sampai ini hari, hal tersebut membuktikan bukan manusia sembarangan" Malaikat kedua Sim Ciu mendengus, ia segera mendekati Pek Soh Gi dan ayunkan telapaknya untuk membebaskan jalan darahnya yang tertotok. "Tunggu sebentar!" tiba-tiba Sim Kian berseru, "Malam yang panjang akan mendatangkan impian yang banyak, apa yang musti kita tunggu lagi?" "Apa yang telah dikatakan Jin Hian?" seru Sim Kian sambil tertawa dingin.... Mula mula Sim Ciu tertegun, kemudian sambil berpaling ke dalam gua teriaknya keras-keras. "Tio Sam-koh, ayoh keluar memberi jawaban!" Hoa Thian-hong yang bersembunyi dibalik kabut hitam merasa tertegun sesudah mendengar bentakan itu, ia merasa jarak antara mereka berdua dengan dirinya bertiga terpaut sejauh beberapa tombak, tak mungkin mereka bisa tahu dengusan napas mereka apalagi kabut hitam itu tebal sekali dan amat beracun sehingga sejak tadi mereka semua telah menutup pernapasan, tentu saja dalam keadaan begini tak mungkin mereka bisa tahu jejak mereka yang ada di dalam gua lewat pernapasan. Begitulah, seruan dari Sim Ciu dengan cepat membuat semua orang tertegun dan merasa sedikit diluar dugaan. Tio Sam-koh tertegun lalu menyinggung lengan Hoa Thian-hong memberi tanda kepadanya agar tidak menggubris. Tiba-tiba terdengar Sim Kian berkata pula dengan nada dingin. "Tio Sam-koh, kalau engkau tak mau unjukkan diri lagi, jangan salahkan kalau aku orang she Sim akan segera memasang api" Terkejut hati Hoa Thian-hong mendengar ancaman tersebut, pikirnya, "Aku rasa sepasang malaikat itupun tahu kalau gua ini tak boleh bertemu dengan api apa daya sekarang?" Sementara itu Sim Ciu telah berkala pula. "Loo-toa, perduli amat di dalam gua ada manusia atau setan, kita lepaskan api saja untuk membakarnya, bukankah dengan cepat kita akan tahu disana ada setannya atau tidak" Mendengar sampai disitu, Tio Sam-koh segera menarik tangan Hoa Thian-hong serta Hoa In dan meloncat mundur ke belakang. Hoa Thian-hong merasa terkejut bercampur curiga, buru-buru ia berkelebat kesisi ibunya. Sepasang telapak Hoa Hujien masih menempel di atas tanah dan tubuhpun masih tetap duduk tak berkutik di tempat semula, pada saat itu ia membuka matanya dan berbisik. "Kalian semua mundur ke belakang punggungku begitu melihat cahaya api segera lancarkan angin pukulan ke arah luar" Gua tersebut gelap gulita sulit melihat kelima jari tangan sendiri ketika Hoa Hujien membuka sepasang matanya maka terlihatlah cahaya tajam yang amat menyilaukan mata seakan-akan bintang yang gemerlapan di udara gelap memancar keluar dari balik matanya. Hoa Thian-hong amat terperanjas, ia tak mengira kalau tenaga dalam yang dimiliki ibunya telah mencapai taraf yang begitu sempurnanya, untuk beberapa saat lamanya kerena pengaruh emosi ia tak mampu mengucapkan separah katapun. Hoa In sendiri, dia diam-diam merasa terperanjat, mereka bertiga segera berdiri di belakang Hoa Hujien, hawa murni disalurkan ke dalam telapak dan setiap saat menantikan perubahan. Jarak antara gua bagian dalam dan gua bagian luar terpaut belasan tombak jauhnya bila melancarkan serangan dari dasar gua maka tenaga pukulannya sukar untuk mencapai mulut gua, keistimewaan di dalam hal ini tidak diketahui oleh Hoa Thian-hong serta Hoa In, merekapun tak berani banyak bertanya karena musuh tangguh sedang berada di depan mata, terpaksa sambil salurkan hawa murni dengan tenang mereka nantikan munculnya cahaya api dari luar gua. Rupanya Jin Hian telah menduga bahwa orang yang bersembunyi di dalam gua itu pastilah Hoa Hujien, hanya saja karena ia gentar atas kecemerlangan nama besar Hoa Hujien di masa lampau, ditambah pula nenek buta sudah menderita kekalahan maka akhirnya dia ambil keputusan untuk menyelesaikan semua persengketaan ini dalam pertemuan besar Kian ciau tay hwee. Sungguh kebetulan ketika mereka kembali ke markas, Liong bun Siang sat baru tiba, mendengar kisah tersebut mereka merasa tidak puas dan bersikeras akan datang menyelidiki duduk perkara yang sebenarnya, walau pun begitu merekapun mengetahui akan kelihayan dari Hoa Hujien, maka kewaspadaan merekapun dipertingkat. Sebagian besar orang persilatan mengetahui bahwa dalam gua kuno itu mengandung udara gas yang amat beracun dan tak bisa didiami oleh manusia, kini dengan suatu gerakan yang manis Hoa Hujien berhasil memaksa pancaran gas beracun itu langsung membumbung kedinding bukit sehingga membuat gua kuno itu terbagi jadi dua bagian kejadian tersebut boleh dibilang merupakan suatu hal yang sama sekali tak terduga. Liong bun siang sat sendiripun menduga bahwa Hoa Hujien masih bersembunyi di dalam gua, tapi karena mereka tak tabu keadaan yang sebenarnya dari gua kuno itu, untuk beberapa waktu kedua orang itu tak berani bertindak secara gegabah. Setelah menunggu beberapa saat lamanya dan baik gua masih belum juga nampak adanya suatu gejala, rasa was-was dalam hati dua bersaudara itu makin berkurang. Malaikat kedua Sim Ciu segera membentak nyaring. "Nenek bangkotan she Tio, kalau engkau menyembunyikan diri terus menerus seperti kura-kura ketakutan, jangan salahkan kalau aku orang she Sim akan menyumpal delapan keturunanmu!" Kedudukan serta nama besar Hoa Hujien di dalam dunia persilatan amat tinggi dan di hormati semua orang, rupanya mereka segan untuk secara langsung mencari gara-gara dengan dirinya, maka yang dicari adalah Tio Sam-koh. Bisa dibayangkan betapa gusarnya Tio Sam-koh mendengar teriakan tersebut dengan cepat ia gerakkan tubuhnya siap menerjang keluar dari gua itu, mendadak ia teringat bahwa Hoa Hujien pada saat ini sedang mencapai keadaan yang paling kritis, ia takut jika keadaan bertambah seru maka mereka terpaksa harus tinggalkan tempat itu, andai kata hawa murni sampai buyar, bukan saja susah payahnya selama ini akan menemui kegagalan bahkan kemungkinan besar akan mengalami jalan api menuju neraka. Mengingat betapa besarnya akibat yang bakal ditimbulkan, terpaksa Tio Sam-koh menahan amarahnya dan menghentikan gerakan tubuh yang sudah mencapai tepi gua itu. Hoa Thian-hong mengetahui bahwa nenek itu berwatak berangasan, melihat ia berhasil menguasai diri dalam hati kecilnya pemuda ini merasa amat berterima kasih, segera bisiknya, "Sam po, bersabarlah sebentar! cepat atau lambat Seng ji pasti akan bereskan manusiamanusia jahanam tersebut agar rasa dongkol sam po bisa terlampiaskan" Bluuum....! tiba-tiba kabut warna hitam yang amat tebal itu seakan-akan terhantam oleh segulung angin pukulan yang amat dahsyat dengan cepatnya menggulung ke dasar gua hingga jaraknya dengan dasar gua dimana mereka berada dekat sekali. Hoa In dengan cepat bertindak, dia lancarkan sebuah pukulan dengan ilmu Sau yang ceng ki untuk memaksa kabut hitam itu meluncur kembali ke tempat semula. Sementara itu Sim Ciu jadi semakin berani setelah dilihatnya angin pukulan yang dia lancarkan sama sekali tidak menunjukkan perubahan apapun juga, katanya, "Mungkin saja mereka telah berlalu dari tempat ini!" Dengan langkah lebar ia berjalan maju ke depan hingga tiba di depan gumpalan asap warna hitam itu, telapaknya diayun dan kembali dia lancarkan sebuah pukulan dahsyat kemuka. Blaaam.... segulung angin pukulan yang amat dahsyat dengan cepatnya menerobos masuk melewati kabut hitam dan langsung menerjang ke dalam gua. Tapi dari balik gua sama sekali tidak memperlihatkan reaksi apapun juga, tanpa terasa Sim Ciu mengerutkan dahinya. "Loo toa!" ia berseru, "rupanya gua ini kosong tak berpenghuni, biar aku masuk ke dalam untuk memeriksa keadaan disitu!" "Tak usah diperiksa lagi," tukas malaikat pertama Sim Kian dengan nada dingin, "sudah lama kudengar bahwa kabut hitam itu segera akan terbakar bila terkena api, kita coba saja melepaskan api kedalam" Habis berkata dia mengempit tubuh Pek Soh Gi yang masih tertotok jalan darahnya dan mengundurkan diri keluar gua. Malaikat kedua Sim Ciu termenung sebentar, akhirnya dia mengundurkan diri sejauh dua tombak lebih dari tempat semula lalu mengambil api untuk kemudian dilemparkan kedalam. "Blamm.... ketika cahaya api bertemu dengan udara gas berwarna hitam itu terjadilah ledakan keras yang disertai percikan cahaya api yang menerangi seluruh gua tersebut. Hoa Thian-hong yang bersembunyi di dalam gua, segera merasakan sengatan hawa panas yang luar biasa dahsyatnya, dalam keadaan demikian masing-masing orang segera melancarkan sebuah pukulan ke arah depan. Ilmu Sau yang ceng ki dari Hoa In merupakan kepandaian tenaga dalam yang sangat ampuh, tenaga dalam Tio Sam-koh yang mencapai enam puluh tahun hasil latihan serta tenaga dalam Hoa Thian-hong berkat kerja teratai racun empedu api bisa di bayangkan betapa mengerikannya tenaga gabungan dari ketiga orang tokoh sakti terse but. Baru saja cahaya api meletus di angkasa, angin pukulan yang amat dahsyat itu sudah menerjang keluar membawa percikan api yang menyengat badan keluar dari mulut gua. Malaikat kedua Sim Ciu amat terperanjat, dengan ketakutan ia loncat keluar dari gua tersebut. Dalam waktu singkat cahaya api segera padam dan suasana disekeliling tempat itupun putih kembali dalam kegelapan, bau gas yang amat tebal dan menusuk penciuman tersebar disekeliling tempat itu. Sepasang malaikat dari perguruan naga adalah gembong iblis yang berpengalaman luas, tentu saja mereka pun tahu bahwa pancaran api yang muncul keluar gua adalah berkat hasil pukulan dari Hoa Thianhong sekalian yang bersembunyi dalam gua. Sekarang dua orang bersaudara itu baru mengetahui bahwa di dalam gua masih terdapat sebuah ruang lain yang aman, dan Tio Sam-koh sekalian menyembunyikan diri disitu. Sepasang malaikat dari perguruan naga saling bertukar pandangan sekejap, sorot mata mereka berdua sama-sama memancarkan sikap ke ragu-raguan. Haruslah diketahui baik Tio Sam-koh mau pun Hoa In sama-sama merupakan jago lihay yang berkepandaian tinggi, sekalipun sepasang malaikat dari perguruan naga merasa yakin dapat menangkan mereka berdua, namun selisih kepandaian diantara mereka boleh dibilang tipis sekali, kendatipun kemenangan masih berada dipihaknya, itupun harus diperjuangkan secara matimatian. Andaikata Hoa Hujien benar-benar berada di dalam goa, dengan dua lawan tiga maka keadaan mereka dua bersaudara akan runyam. Keadaan mereka pada saat ini boleh dibilang ibaratnya menunggang di atas punggung harimau, mau turun tak berani mau tetap duduk disitupun sungkan.... sementara mereka masih berdiri dengan wajah kebingungan, tibatiba dari jembatan seberang berkumandang datang suara langkah manusia yang amat lirih. Liong bun siang sat sama-sama tertegun dan segera berpaling ke belakang, tampaklah belasan sosok bayangan manusia dengan kece patan bagaikan sambaran kilat sedang bergerak mendekat. Dalam waktu singkat seorang kekek berbadan tinggi kurus telah tiba lebih dahulu di tempat itu, dia bukan lain adalah Jin Hian ketua dari perkumpulan Hong-im-hwie, di sampingnya mengikuti seorang jago pula dan dia adalah salah seorang tulang punggung perkumpulan Hong-imhwie yang bukan lain adalah Yan-san It-koay. Diam-diam Liong bun siang sat merasa kegirangan melihat kehadiran jago-jago lihay tersebut, Sim Kian segera melemparkan tu buh Pek Soh Gi ke depan sambil serunya diiringi gelak tertawa berat, "Sungguh kebetulan sekali kedatangan Cong Tang-kee di tempat ini, dialah putri sulung dari Pek Siau-thian, coba periksalah benarkah dia adalah pembunuh yang telah membinasakan Bong ji?" Ketika tubuh gadis itu dilontarkan ke depan, jalan darahnya telah ditotok bebas, Jin Hian segera menangkapnya dan membentak dengan wajah menyeringai seram, "Pasang obor!" Dalam waktu sekejap, delapan orang pengawal golok emas yang dibawa serta oleh Jin Hian telah memasang Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo obor dan menggangkat tinggi-tinggi, suasana disekeliling gua kuno pun menjadi terang benderangbagaikan berada disiang hari. Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sambaran kilat, Jin Hian menatap wajah Pek Soh-gie tanpa berkedip, di dalam ketajaman matanya terpancar keluar cahaya seram yang menggidikan hati, seakan-akan ia hendak menembusi isi hati gadis itu. Pek Soh-gie tetap tenang dan air mukanya sedikitpun tidak beruba, mukanya yang cantik dengan biji matanya yang bening dan jeli memandang wajah Jin Hian penuh kehalusan dan ketenangan, begitu halus dan tenang keadaannya sehingga mengherankan semua orang yang hadir disitu. Beberapa waktu kemudian, tangan Jin Hian yang mencengkeram bahu Pek Soh-gie nampak gemetar keras, cahaya matanya yang bengis bagaikan iblis kian lama kian bertambah kalut dan kacau tak karuan, mukanya berkerut kencang.... akhirnya dia menundukan kepala, menghela napas dan berdiri termangu-mangu, lama sekali tak mengucapkan sepatah katapun jua. Tiba-tiba terdengar Yan sat It koay berseru, "Pek Sohgie masih gadis psrawan, sedang Bong ji dengan pembunuh itu pernah melakukan hubungan badan.... aku rasa urusan ini agak sedikit tidak beres...." Walaupun Pek Soh-gie berwajah cantik jelita bagaikan bidadari yang baru turun dari kahyangan, namun dandanannya sederhana dan biasa sekali, dari tubuhnya terpancar pula kehalusan budi serta keramah tamahan yang begitu meyakinkan, membuat barang siapa pun yang melihat tentu tak akan percaya kalau dia adalah seorang pembunuh. Jin Hian berpengalaman luas dan berpandangan luas, tentu diapun mengetahui bahwa Pek Soh-gie masih perawan suci, atau dengan perkataan lain tak mungkin dia adalah pembunuh yang membunuh putranya serta mencuri barang berharga. Dengan sepasang alis berkerut Sim kian segera berseru, "Aku lihat di dalam persoalan ini tentu ada orang yang sengaja membolak balikkan duduk perkara...." Tiba-tiba terdengar Pek Soh Gi berkata, "Apakah engkau adalah Jin locianpwee?" Jin Hian melototkan matanya bulat-bulat, setelah menenangkan hatinya dia mengangguk. "Sedikirpun tidak salah, akulah Jin Hian engkau ada perkataan apa yang hendak disampaikan?" "Boanpwee belum pernah menyeberangi sungai Huang-ho menuju keutara, dan akupun belum pernah membunuh orang...." Jin Hian menggertak giginya kencang-kencang sehingga berbunyi gemerutukan, tiba-tiba ia berpaling ke arah gua kuno itu sambil bentaknya keras-keras, "Hoa Thian-hong! Kalau engkau tak menunjukkan diri lagi, janganlah salahkan kalau aku akan bertindak kasar kepadamu!" Rupanya pikiran jago tua ini sedang kacau sekali, selesai mengucapkan kata-kata tersebut dia segera ulapkan tangannya kepada seorang pengawal golok emas yang berada disisinya sambil membentak. "Lepaskan anak panah!" Kiranya kawanan pengawal golok emas itu kecuali menyoren sebilah golok bergagang emas yang besar, pada pinggang masing-masing menyandang pula gendewa serta anak panah yang berujung bulat telur, sekilas memandang siapapun tahu kalau anak panah yang mereka siapkan adalah panah-panah berapi. Setelah mendapat perintah dari Jin Hian, buru-buru pengawal golok emas itu menyiapkan gendewa dan mengambil anak panah, setelah membakar ujungnya panah tersebut segera dibidikkan ke dalam gua, Sreeet....! Serentetan cahaya api dengan cepat meluncur masuk ke dalam gua yang gelap itu. Gelak tertawa berkumandang memecahkan kesunyian, sambil menjepit batang anak panah itu dengan ketiga jari tangannya, perlahan-lahan Hoa Thian-hong munculkan diri dari dalam gua diiringi Tio Sam-koh serta Hoa In dibelakangnya. Pepatah mengatakan: Budha harus memakai emas dan manusia harus memakai pakaian, kemarin baju yang dikenakan Hoa Thian-hong tidak komplit dan keadaannya mengenaskan sekali, sebaliknya hari ini dengan pakaian yang baru serta pedang baja tersoren di atas pinggang, keadaannya nampak begitu gagah dan mengagumkan. Liong bun siang sat baru pertama kali ini bertemu dengan Hoa Thian-hong, menyaksikan sikapnya yang gagah tanpa terasa mereka mendengus dingin. Pek Soh Gi segera mementang matanya yang jeli ketika menyaksikan kemunculan Hoa Thian-hong dari dalam gua, dengan hati kejut bercampur girang serunya, "Oooh....! ternyata Hoa toako benar-benar terlepas dari mara bahaya, ketika Ciu locianpwee mengatakan hal itu kepadaku, aku masih tidak berani untuk mempercayainya!" Hoa Thian-hong tertawa dengan wajah minta maaf, ujarnya, "Aku tak mampu menyelamatkan jiwa nona, kalau diingat benar-benar menyesal sekali!" "Hoa toako tak usah sungkan-sungkan" Hoa Thian-hong segera memberi hormat kepada Jin Hian, lalu bertanya. "Ketua Jin, kau memanggil diriku keluar entah ada urusan apa?" Jin Hian tertawa seram. "Heeeh.... heeeh.... heeeh.... harap Hoa Lo te suka menyampaikan kepada ibumu, katakanlah kalau aku ada urusan hendak bertemu dengan dirinya" "Ketua Jin sebagai pemimpin dari suatu perkumpulan besar, sudah sepantasnya kalau ibuku menemui dirimu dengan segala kehormatan," kata Hoa Thian-hong dengan wajah serius.... sayang sekali dia orang tua sedang berlatih suatu ilmu dan tak mungkin untuk keluar dari gua, karena itu aku mohon ketua Jin bisa memakluminya dan boanpwee mewakili ibuku minta maaf yang sebesar-besarnya" Mendengar perkataan itu, Jin Hian segera berpikir di dalam hati, "Jadi kalau begitu, orang yang bersembunyi di dalam gua benar-benar adalah bininya Hoa Goan Sin....!" Berpikir sampai disini, sorot matanya segera menyapu sekejap ke arah Pek Soh Gi dan berkata kembali, "Nasib aku orang she Jin memang benar-benar buruk, sudah begini tua harus kehilangan satu-satunya putera tunggalku.... aaai! Sampai sekarangpun aku masih belum mengetahui macam apakah pembunuhnya, apakah dia laki atau perempuan, cantik atau jelek.... kecuali Hoa loo te, tak ada orang lain yang, mengetahui lagi" Hoa Thian-hong termenung dan membayangkan kembali keadaan pada saat terjadinya peristiwa itu, kemudian ia menjawab, "Aku rasa pembunuh itu sudah mempunyai susunan rencana yang amat masak, pergi datangnya bukan saja menutupi raut wajah dengan kain hitam bahkan diapun minta kepada putramu untuk melarang semua orang melakukan pengintaian, dari sini memang bisa ditarik kesimpulan bahwa cuma aku seorang yang pernah mengetahui raut wajah aslinya" Ia berhenti sebentar, sesudah termenung, sambungnya lebih jauh, "Aaaai....! Meskipun aku pernah bertemu dengan raut wajah sang pembunuh, tapi kalau dipikir lebih seksama maka aku rasa belum tentu yang kusaksikan adalah raut wajahnya yang sebenarnya" "Hmmm! apakah engkau punya mata tak berbiji?" sindir Sim Gui malaikat kedua dari Liong bun siang sat dengan nada dingin. Air muka Hoa Thian-hong berubah membesi, tegurnya, "Aku rasa engkau tentulah malaikat kedua dari Liong-bun bukan" Huuh....! Sebagai seorang angkatan tua dari dunia persilatan, kalau bicara mengapa tak tahu adat dan sopan santun" Munekinkah engkau tak pernah mendapat pendidikan?" "Hmmm! Kalau engkau menganggap aku tak tahu adat, panggil saja ibumu suruh dia yang menuntut kepadaku...." Hoa Thian-hong tertawa dingin. "Engkau anggap aku tak mampu untuk menuntut dirimu?" ejeknya. Baik Liong bun siang sat maupun Yan-san It-koay semuanya merupakan jago-jago lihay yang mengerubuti Hoa Goan Sin ketika dilangsungkan pertemuan besar Pak beng Hwee, atau dengan perkataan lain mereka adalah musuh besar pembunuh ayahnya dari Hoa Thian-hong. Walaupun pemuda itu tetap memegang teguh pesan ibunya yang mengharuskan dia mengesampingkan masalah pribadi lebih dahulu, akan tetapi setelah berjumpa dengan musuh besarnya tak urung hawa kegusaran bergelora juga di dalam dadanya. Malaikat kedua Sim Kian sebagai seorang jago yang amat lihay tentu saja tidak pandang sebelah matapun terhadap diri Hoa Thian-hong, dengan sorot mata berkilat serunya sambil tertawa seram. "Bajingan cilik yang tak tahu diri, akan kutangkap dirimu lebih dahulu.... akan kulihat ibumu akan unjukkan diri atau tidak?" Sambil berkata ia menerjang maju ke depan, kelima jari tangannya bagaikan cakar garu dan segera mencengkeram dadanya. Hoa In yang berada dibelakang, pemuda ini segera mendengus dingin, sambil ayun telapaknya melancarkan serangan ia segera menerjang maju ke depan. "Hey, tua bangka! apakah engkau adalah Hoa In?" bentak Sim Ciu dengan alis berkerut. Tubuhnya menerjang maju ke depan, dan diapun mengirim satu pukulan pula kemuka. "Hmm! Kalau benar, ada apa?" Sementara pembicaraan masih berlangsung kedua orang itu sudah saling membentur satu sama lainnya untuk kemudian berpisah kembali, dalam benturan itu tubuh Sim Ciu terdesak mundur kembali ke belakang, sedangkan Hoa In tetap menghadang dimulut gua, sepasang kakinya terpantek di atas tanah dan sedikitpun tak bergeser. Dalam pada itu, Jin Hian telah berpikir di dalam hati. "Pek Soh Gi tidak mirip pembunuh yang melakukan pembunuhan berdarah tersebut, dan Bong ji sudah pasti bukan mati ditangannya.... kalau tidak urusan tentu tak akan beres-beres...." Berpikir sampai disini, kepada Yan-san It-koay serta Sim Kian segera ujarnya, "Aku harap lo koko berdua suka membayangi diriku dari samping arena, aku hendak bertempur beberapa gebrakan melawan Hoa loo-te tersebut" "Cong Tang-kee, mengapa kau harus turun tangan sendiri?" seru Sim Kian dengan cepat.... biarlah aku orang she Sim yang mewakili dirimu!" Habis berkata ia segera berjalan menuju kemulut gua. Pada saat itu Hoa Thian-hong sekalian masih berdiri berjejer di depan mulut gua, meskipun pertarungan antara Hoa In melawan Sim Ciu berlangsung dengan serunya, namun tak seorangpun yang bersedia tinggalkan tempat kedudukan mereka, kalau ditinjau keadaan tersebut jelas membuktikan bahwa beberapa orang itu hendak mempertahankan mulut gua itu matimatian dan tidak memberi kesempatan pada musuhnya untuk masuk ke dalam gua. Ketika menyaksikan Sim Kian berjalan menghampiri Hoa Thian-hong, tiba-tiba Tio Sam-koh menyikut si anak muda itu sambil membentak keras, "Seng ji, mundur selangkah ke belakang!" Luka yang diderita Hoa Thian-hong belum sembuh, ia tak berani secara gegabah menggunakan tenaga murni, lagipula pemuda itupun menyadari bahwa kekuatannya masih belum mampu menandingi Sim Kian, maka tanpa banyak bicara lagi ia mundur selangkah ke belakang dan bersembunyi di belakang Hoa In serta Tio Sam-koh. Sementara itu perempuan she Tio yang berangasan ini tidak menunggu Sim Kian turun tangan lebih dahulu, ia segera putar sen jata toyanya dan disapu ke arah depan. Permainan toyanya benar-benar dahsyat, ibarat harimau yang gila, desiran angin tajam menderu-deru memenuhi angkasa, ujung toya de ngan cepatnya meluncur keuepan dan menghantam dada Sim Kian. Menyaksikan datangnya serangan yang begitu dahsyat, buru-buru orang she Sim itu meluncur ke samping dengan ilmu Tay im sin jiau ia balas melancarkan sebuah serangan. Dalam waktu singkat Liong bun siang sat, Tio Sam-koh serta Hoa In terlibat dalam dua pertarungan yang amat seru, masing-masing pihak berusaha merebut posisi di atas angin dan merobohkan musuhnya dengan cepat, angin pukulan menderu-deru bayangan telapak berlapislapis, ilmu Tay im sin jiau dari Liong bun Siang sat menimbulkan desiran tajam yang memekikkan telinga, masing-masing pihak mengeluarkan kepandaiannya yang terampuh untuk merobohkan lawannya. Hoa Thian-hong yang berdiri dimuka gua hanya terpaut tiga lima langkah dari keempat orang itu, sementara pandangan matanya terasa kabur dan memusingkan kepala.... tiba-tiba terdengar desiran angin tajam meluncur datang ke arahnya, tahu-tahu sebatang anak panah berapi telah melurcur di depan mata....Anak panah berapi itu meluncur datang dengan kecepatan Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo bagaikan sambaran kilat, Hoa Thian-hong merasa amat terkejut dan buru-buru menyingkir setengah depa ke samping, tangannya dengan cekatan berkelebat kemuka menangkap gagang panah tersebut. Sreeet....! Sreeet....! desingan tajam kembali berkumandang memecahkan kesunyian, puluhan batang anak panah berapi pada saat yang bersamaan meluncur datang, sekilas memandang terlihatlah panah-panah itu bagaikan bintang api yang meletus di udara membuat sekeliling tempat itu segera berubah jadi merah. Hoa Thian-hong segera menggerakkan panah yang berada di dalam genggamannya untuk memukul rontok anak panah berapi yang berhamburan bagaikan hujan gerimis itu. Ketika ia menengok ke arah depan, tampaklah para pengawal golok emas telah menancapkan obornya ke atas tanah, saat itu mereka semua sedang mementang gendewa dan membidikkan anak panah ke arahnya. Haruslah diketahui para pengawal golok emas itu adalah jago-jago lihay yang sempurna di dalam hal tenaga dalam, dalam melepaskan bidikan anak panahnya itu mereka telah sertakan pula hawa murni yang amat besar. Hoa Thian-hong berjaga dimulut gua dan sama sekali tak berani bergeser dari tempat semula, dengan sendirinya ia harus berusaha menyampok rontok setiap anak panah yang melurcur ke arahnya, pekerjaan semacam ini boleh dikata payah dan banyak memakan tenaga. Jin Hian memberikan perintahnya dari samping, ketika menyaksikan semua panah yang dibidikan ke arah gua berhasil dipukul rontok semua, tiba-tiba ia meminta gendewa itu dari seorang anak buahnya dan langsung membidikkan sebatang anak panah ke arah si anak muda itu. Sreeet....! cahaya api berkilat diiringi desiran angin tajam, kepala panah dengan cepat menyambarnya lewat dari depan dada Hoa Thian-hong tidak lebih satu dua cun di atas tubuhnya. Si anak muda itu berseru kaget, panah di tangannya segera digetarkan kemuka dan sekuat tenaga menangkis datangnya ancaman tersebut. Kraaak....! di tengah benturan keras, dua batang anak panah itu segera tergetar patah jadi puluhan bagian yang kecil dan berceceran di atas tanah. Sreet! Sreet! di tengah berhamburannya hujan panah, Jin Hian kembali melepaskan pula dua bidikan ke dalam gua. Cukup didengar dari desiran angin yang jauh lebih tajam dari panah-panah lain, Hoa Thian-hong mengetahui bahwa dua batang anak panah tersebut dibidikkan sendiri oleh Jin Hian, dalam gugupnya ia segera menyambar dua batang panah musuh yang sedang meluncur datang dan sekuat tenaga disambitkan ke arah panah-panah yang dilancarkan Jin Hian itu. Traaang....! empat batang anak panah kembali patah jadi beberapa bagian yang kecil. Tiba-tiba.... sreet! Sepasang panah berapi yang amat tajam meluncur datang melewati atas kepala Hoa Thianhong dan langsung meluncur masuk ke dalam gua.... Anak panah tersebut dibidik sendiri oleh Jin Hian, Hoa Thian-hong yang sedang ayun sepasang telapaknya untuk menyampok datangnya hujan panah sama sekali tak mampu menghadang datangnya desiian panah berapi yang sedang meluncur ke dalam gua itu. "Blaaam....!" ledakan keras menggetarkan seluruh bumi, ketika hawa yang mengandung gas racun itu bertemu dengan jilatan api, se ketika terciptalah serentetan cahaya api yang menyelimuti seluruh angkasa. Hoa Thian-hong terkejut bercampur gelisah, ketika ia sedang menguatirkan keselamatan dari ibunya, tiba-tiba dari dalam gua berkumandang keluar suara dari Hoa Hujien yang dingin dan berat, "Minggir semua!" Hoa Hujien adalah orang yang paling dihormati oleh Tio Sam-koh, Hoa Thian-hong serta Hoa In tentu saja tak usah dikatakan lagi, mendengar perkataan itu tanpa berpikir panjang lagi ketiga orang itu segera tinggalkan musuh-musuhnya dan meloncat ke samping. Blaaaam.... ledakan dahsyat bagaikan meletusnya gunung api menggeletar di angkasa, hembusan udara panas yang bercampur dengan jilatan api segera meluncur keluar dari balik gua. Liong bun siang sat sendiri meskipun mendengar seruan dari Hoa Hujien, namun ia tak pernah menyangka kalau dari balik gua bakal menyembur keluar cahaya api yang begitu panas dan dahsyat, dalam kejutnya, sekuat tenaga ia loncat mundur ke belakang. Untung kepandaian silat yang dimiliki kedua orang ini sangat lihay dan luar biasa sekali, hingga badannya tidak sampai terjilat oleh hembusan api yang amat keras itu. Dalam waktu singkat jilatan api yang berada di dalam gua itu sudah padam dan lenyap tak berbekas, akan tetapi rumput serta ilalang yang tumbuh diluar gua segera terjilat api dan terjadilah kebakaran besar. Hoa Thian-hong serta Tio Sam-koh sekalian saling berpandangan dengan mulut melongo, meskipun mereka tahu bahwa kebakaran yang terjadi di sekitar tempat itu akan mengakibatkan kebakaran hutan yang hebat, tapi karena musuh tangguh ada di depan mata sementara angin gunungpun berhembus kencang, maka sekalipun ada maksud memadamkan kebakaran itu sudah tak bakal sempat lagi.... Liong bun siang sat sendiripun merasa terkejut bercampur curiga, dari pancaran api yang memantul keluar gua diiringi desiran angin tajam, mereka tahu bahwa hal ini pastilah disebabkan oleh dorongan tenaga pukulan seseorang yang amat keras, seandainya angin pukulan itu dilancarkan oleh Hoa Hujien maka dapat dibayangkan sampai dimanakah kelihayan perempuan itu, kendatipun Liong bun siang sat merasa yakin akan kemampuannya tak urung mereka merasa bergidik juga. Jin Hian jauh lebih terperanjat lagi, teringat akan keadaan nenek buta yang terhantam sampai pingsan ketika nenek memasuki gua pagi tadi, diam-diam ia merasa bergidik dan rasa was-waspun semakin dipertebal. Tetapi bagaimanapun juga dia adalah seorang pemimpin dari suatu perkumpulan besar, sebelum bertemu dengan Hoa Hujien dan mengetahui keadaan yang sebenarnya tentu saja ia tak mau mundur dengan begitu saja. Setelah berpikir sebentar, ia segera memberi hormat ke arah gua dan berkata dengan suara lantang, "Jin Hian dari perkumpulan Hong-im-hwie sengaja datang berkunjung, Hoa Hujien...." Hoa Thian-hong sendiripun merasa terkejut bercampur curiga, ia tak tahu dengan cara apakah ibunya memaksa keluar jilatan api yang berkobar di dalam gua tersebut, dia ingin sekali masuk ke dalam gua untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, maka ketika Jin Hian mengucapkan kata-kata itu, dia segera menukas, "Sekarang ibuku masih bertapa, jika ketua Jin Hian bertemu harap tunggu sebentar, aku akan segera memberi laporan" "Kalau begitu merepotkan," ujar Jin Hian dingin. Hoa Thian-hong segera masuk ke dalam gua, di tengah hembusan hawa gas yang menusuk hidung buruburu ia terjang masuk ke tempat ibunya bertapa. Kabut hitam yang menyelimuti ruang gua membuat suasana bertambah gelap, sekalipun diluar gua suasana terang benderang tapi keadaan digua tetap gelap gulita sehingga lima jari sendiripun tak dapat dilihat. Hoa Thian-hong segera jatuhkan diri berlutut disisi ibunya, lalu menegur dengan suara lirih. "Ibu, bagaimana keadaanmu" tidak apa-apa bukan?" Hoa Hujien geleng kepala. "Aku sudah paksakan diri untuk menggunakan hawa murni, sekarang harus segera bersemedi untuk memulihkan kembali tenagaku, kalau tidak maka aku akan mengalami jalan api menuju neraka," katanya serak. Setelah berhenti sebentar dia menengok sekejap keluar gua dan menyambung lebih jauh" "Kebakaran telah melanda luar gua, hal itu akan memancing datangnya para jago dari perkumpulan Sinkiepang serta Thong-thian-kauw, engkau berusahalah untuk mengulur waktu beberapa jam lagi, aku rasa sampai tengah malam nanti keadaan ku akan tidak berbahaya lagi" Hoa Thian HoDg mengiakan berulang kali, tiba-tiba ia temukan kabut putih mengepul keluar dari atas ubunubun ibunya, keringat membasahi seluruh tubuhnya, cepat-cepat ia menyeka keringat ibunya dengan ujung pakaian kemudian muncul kembali dari balik gua, Ketika dilihatnya Hoa Thian-hong muncul kembali di mulut gua, dengan sepasang mata yang tajam Jin Hian menatap wajahnya tanpa berkedip. Secara tiba-tiba pemuda itu merasakan pandangan mata orang ini buas bagaikan srigala dan sangat tak sedap dirasakan dalam hati, diapun segera menyadari bahwa Jin Hian adalah seorang manusia yang sangat berbahaya dan licik sekali, ancaman terhadap dirinya sama sekali tidak berada di bawah Thong-thian Kaucu . Terdengar Jin Hian tertawa dan berkata. "Hoa loo te, ibumu pasti masih mendendam kepada kami karena peristiwa di pertemuan Pak Beng hwee tempo dulu, sehingga sekarang tidak bersedia menjumpai kami manusia-manusia kasar dari dunia persilatan" Dengan pandangan yang tajam Hoa Thian-hong melirik sekejap ke arah bukit karang di sekelilingnya, ketika dilihatnya di bawah kobaran cahaya api tak nampak sesosok bayangan manusiapun yang muncul disitu, dengan wajah serius segera ujarnya. "Ketua Jin harap maklum, sebenarnya ibuku akan keluar dari gua untuk menyambut sendiri kedatanganmu, tapi berhubung saat ini beliau sedang berlatih ilmu maka maafkanlah bila ibuku tak bisa menemui kalian" Bicara sampai disini ia segera memberi hormat dan melanjutkan, "Ibuku memerintahkan aku untuk mewakili beliau menyambut kedatangan ketua Jin, harap ketua Jin suka masuk ke dalam gua, tapi karena tempat kami terlalu sempit dan tak bisa menyambut pula saudarasaudara yang lain, harap para enghiong lainnya suka memaafkan" Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, Tio Samkoh dan Hoa In segera berdiri tertegun. Mereka tidak habis mengerti, sekarang Hoa Hujien toh sedang berlatih ilmu kenapa Jin Hian dipersilahkan masuk kedalam" Karena kebingungan dan tak habis mengerti, maka sorot mata yang tajam segera dialihkan ke arah si anak muda itu. Hoa Thian-hong tetap berlagak pilon dan sama sekali tidak menggubris kedua orang rekannya, malahan dengan tenang ia menantikan Jin Hian untuk masuk ke dalam gua, Kendatipun Jin Hian adalah seorang jago kawakan yang banyak pengalaman, berada dalam keadaan begini diapun jadi ragu-ragu dan tak tahu apa yang musti dilakukan. Diam-diam ketua dari perkumpulan Hong-im-hwie ini segera berpikir. "Perempuan itu tersohor karena kekerasan hatinya, ketegasan tindakannya serta tingkah lakunya yang sukar diduga. Hmm! Hmm! ditinjau dari sikapnya siang hari tadi ketika dia memerintah bangsat ini untuk membokong nenek buta, tindakan tersebut sudah melanggar semangat jantan seorang pendekar ditambah pula ketika turun tangan membokong nenek buta yang merupakan tindakan melanggar peraturan Bulim.... sekarang ia hendak gunakan akal licik untuk mencelakai pula dirimu....Hmm....Hmm.... aku adalah manusia macam apa" tidak mungkin aku akan bersedia masuk perangkapmu" Berpikir sampai disini sirnalah niatnya untuk memasuki gua, tetapi karena dia sendirinya yang bermaksud untuk menemui Hoa Hujien, bila tak berani masuk ke dalam gua tentu akan dipandang remeh orang, maka dalam keadaan yang serba salah ia segera berpaling ke arah Yan-san It-koay serta Liong bun Siang sat. Kedudukan ketiga orang itu dalam perkumpulan bagaikan seorang tiongloo dalam perguruan. kedudukannya tinggi dan sangat terhormat melebihi jabatan Jin Hian sendiri. Sekarang ketika dilihatnya Jin Hian berpaling ke arah mereka dengan maksud bertanya, sorot mata dengan cepat saling bertukar pandangan cuma tiada sesuatu jalanpun yang berhasil mereka dapatkan. Malaikat kedua Sim Ciu adalah seorang yang jumawa dan bengis, melihat Jin Hian dibikin serba salah dia jadi naik pitam dan kebuasannya menyelimuti seluruh wajah, dengan kepala diangkat ke atas ia maju ke arah mulut gua dan serunya dengan dingin, "Sudah banyak manusia aneh dan pendekar sakti yang kutemui, Hujien ini benarbenar tidak pandang sebetah matapun terhadap kita semua" Tio Sam-koh berjaga-jaga di depan Hoa In, melihat orang itu maju ke depan ia segera mengetahui banwa pihak lawan ada maksud hendak masuk ke dalam gua, dengan gusar ia lantas menatap wajah orang itu Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sementara suara tertawa dingin bergema tiada hentinya, bila Sim Ciu berani berjalan makin dekat maka segera dia akan turun tangan. Hoa Thian-hong sebenarnya sedang menjalankan siasat untuk menakut-nakuti musuhnya, kendatipun Jin Hian berani menerima undangannya, dengan seorang diripun belum tentu ia ijinkan musuhnya masuk kedalam, apa lagi setelah dilihatnya orang yang mendekati gua adalah Sun Ciu, diam-diam hawa murninya dihimpun ke dalam telapak dan siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan. Siapa tahu Sim Ciu pun sedang berpikir di dalam hati, "Perempuan itu bersembunyi di dalam gua entah permainan setan apakah yang sedang ia persiapkan" Nama besarku didapat dengan susah payah dan harus berjuang selama setengah abad lamanya, buat apa aku musti menempuh mara bahaya yang sama sekali tak ada gunanya itu" Bila bangsat cilik itu berhasil kutangkap, bukankah tidak sukar untuk memaksa dia untuk mengaku....?" Berpikir sampai disini, ia segera mendekati Hoa Thianhong, tiba-tiba sambil tertawa seram dengan ilmu Tay im sin jiau ia lancarkan sebuah cengkeraman kilat kemuka. Hoa Thian-hong tertawa dingin, ia mengegos ke samping meloloskan diri dari cengkeraman Sim Ciu, kemudian jari tangan kanannya dikeraskan bagaikan tombak dan balas menyerang ke depan. Inilah jurus 'menyerang sampai mati' dari ilmu tujuh kupasan dari Ci yu, bukan saja lihay dalam serangan, hebat pula dalam tenaga. Bagi kedua orang yang sama-sama mempunyai maksud tertentu, serangan yang dilancarkan bagaikan guntur membelah bumi di siang hari bolong ini masih belum terasa seberapa lain keadaannya dengan para penonton yang berada disisi arena, mereka jadi amat terperanjat sehingga air mukanya berubah hebat. Di tengah desingan suara tajam, Hoa Thian-hong serta Sim Ciu bersama-sama loncat mundur ke belakang, kendatipun tidak sampai terluka, namun jantung mereka berdua sama-sama berdebar keras karena emosi. Dengan cepat Hoa In loncat ke depan Hoa Thian-hong sambil tegurnya dengan suara gelisah, "Siau Koan-jin, kenapa kau?" "Aku tidak apa-apa!" Sambil berkata, empat buah mata bersama-sama melirik ke arah pinggangnya, di atas jubah warna biru yane baru kini sudah bertambah dengan tiga buah bekas cakar tangan yang nyata. Sedari tadi Hoa In sudah terkesiap sehingga keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya, kini setelah rasa kagetnya agak berkurang dengan hawa amarahnya yang berkobar, ia membentak keras, "Setan tua she Sim, kalau punya kepandaian ayoh adu kekuatan dengan diriku akan kusuruh engkau rasakan sampai dimanakah kelihayan dari ilmu silat perkampungan Liong soat Sanceng!" "Huuuh....! engkau situa bangka bangkotan punya kepandaian apa?" ejek Sim Ciu dengan nada menghina, berani benar engkau menantang diriku untuk bertarung, rupanya engkau sudah bosan hidup?" Hoa In mendengus dengan gusarnya, sepasang telapak diayun ke depan sementara tubuhnya menerjang dengan hebatnya. Diluaran Sim Ciu bicara dengan enteng dan seenaknya, padahal ia tak berani bertindak gegabah, setelah mengenos dari serangan lawan tubuhnya berebut maju ke depan dan sekuat tenaga mendahului musuhnya dengan satu sodokan maut, dalam waktu singkat terjadilah suatu pertempuran yang amat seru, masingmasing pihak mengeluarkan segenap kemampuannya untuk berusaha merobohkan lawannya secepat mungkin. Setelah mengikuti jalannya pertarungan itu beberapa saat, Hoa In Hong mengetahui bahwa pertarungan itu tak akan berakhir dalam satu dua ratus jurus, sinar matanya segera dialihkan ke arah yang lain, ia lihat fajar telah menyingsing di ufuk sebelah Timur, segera pikirnya, "Ibu memerintahkan aku untuk mengulur waktu, sekarang fajar sudah hampir menyingsing, semoga saja dalam tiga jam terakhir jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lagi" Baru saja ingatan tersebut berkelebat lewat dalam benaknya, tiba-tiba dari tepi seberang muncul kembali belasan sosok bayangan manusia yang mana dengan cepatnya berlari mendekat. Dalam pada itu kobaran api telah membakar rumput ilalang yang lebat dan tingginya mencapai sedada manusia, jilatan api yang amat besar menyebar keempat penjuru menimbulkan kebakaran yang amat besar, sepanjang pandangan mata yang terlihat hanya tanah gersang yang berwarna hitam karena hangus.... Dalam waktu singkat belaian orang yang munculkan diri itu sudah berada di depan mata, ternyara mereka adalah para jago lihay perkumpulan Sin-kie-pang. Orang pertama yang memimpin rombongan para jago itu bukan lain adalah kunsu atau juru pikir dari perkumpulan Sin-kie-pang yakni Cukat beracun yau sut, dibelakangnya mengikuti dua belas orang jago yang semuanya terdiri dari para pelindung hukum perkumpulan. Bsgitu tiba di tempat tujuan, dengan pandangan yang tajam Cukat beracun Yau Sut menyapu sekejap suasana disekeliling arena tersebut, kemudian sorot matanya yang tajam dialihkan ke atas tubuh Pek Soh-gie. Begitu melihat hadirnya Yau Sut di tempat itu Hoa Thian-hong segera teringat kembali pengalamannya sewaktu berada ditepi sungai Huang-ho tempo hari, orang inilah yang telah menusuk tubuhnya dengan jarum pengunci sukma Soh hun sin ciam, dan ia pula yang memaksa dirinya menelan teratai racun empedu api untuk melakukan bunuh diri. Tanpa terasa pikirnya di dalam hati. Keadaan dari manusia berhati racun ini masih juga seperti sediakala, sayang tubuhku masih terluka.... kalau tidak aku ingin se kali memberi pelajaran kepadanya!" Dalam pada itu, Cukat racun Sut telah memberi hormat dan menyapa sambil tertawa nyaring, "Ketua Jin, baik-baik-baikah engkau" Sudah lama kita tak pernah berjumpa" "Yau heng, selamat bertemu," sahut Jin Hian sambil balas memberi hormat. Sinar mata Cukat beracun Yau Sut menyapu sekejap wajah Yan-san It-koay serta Sim Kian, tapi ketika dilihatnya kedua orang itu sama sekali tidak menggubris dirinya bahkan malah menonton jalannya pertarungan antara Sim Ciu dengan Hoa In, maka diapun tidak menyapa kedua orang itu sebaliknya alihkan kembali sorot matanya ke arah Hoa Thian-hong, Sambil tertawa ia memberi hormat dan tegurnya. "Hoa kongcu, sejak berpisah apakah engkau berada dalam keadaan baik-baik saja" Apakah masih ingat dengan aku orang she Yau?" "Aku tak berani melupakan dirimu!" jawab Hoa Thianhong sambil tertawa hambar. Air muka Cukat beracun Yau Sut segera berubah amat serius, tiba-tiba ujarnya, "Apakah nona ini adalah nona Pek Soh Gi dari perkumpulan kami?" "Sedikitpun tidak salah" sahut Pek Soh Gi sambil membentangkan biji matanya yang jeli, "keponakan bukan lain adalah Pek Soh Gi, siapa paman" Apakah engkau adalah Cukat beracun?" Melihat gadis itu mendadak membungkam, Cukat beracun Yau Sut segera tertawa nyaring. "Benar, aku adalah Cukat beracun Yau Sut, sudah lama aku mengabdi pada pangcu dan nona Gi dibesarkan oleh kami!" "Oooh.... rupanya paman Yau, maaf kalau tit-li kurang hormat" sambil berkata Pek Soh Gi hendak maju ke depan, tapi pergelangannya terasa mengencang ketika ia berpaling maka terlihatlah orang yang mencekal pergelangannya bukan lain adalah Jin Hian. Bentak-bentakan gusar berkumandang dari arah belakang, belasan orang jago yang berada di belakang Yau Sut dengan amat gusarnya siap melakukan terjangan ke arah depan. Cukat beracun Yau Sut sendiri tetap tenang, dia melintangkan tangannya menghadang anak buahnya melakukan penyergapan. Sejak ia tiba disitu situasi yang terbentang sudah terlihat olehnya, ia tahu Pek Soh Gi berada tidak jauh dari Jin Hian, asal dirinya turun tangan maka pihak lawan pasti akan mendahului dirinya, maka setelah menyaksikan pergelangan Pek Soh Gi sudah di cengkeram Jin Hian, ia semakin tak berani turun tangan secara gegabah. 0000O0000 38 SETELAH termenung sebentar Yau Sut segera mengerling sekejap ke arah kakek baju hijau yang berada disampingnya, kakek baju hijau itu mengangguk, dari sakunya dia ambil keluar sebuah bom udara dan segera dilepaskan ke udara. Sreet.... blaam! Serentetan cahaya merah membumbung tinggi ke angkasa dan meledak dengan kerasnya, serentetan bintang berwarna emas dengan cepat memancar keluar dan membentuk sebuah panji besar, perlahan kerlipan cahaya itu melayang ke bawah dan lama sekali baru lenyap. Dalam sekejap mata dari tempat kejauhan berdentuman pula beberapa puluh ledakan bunga api yang berbentuk sama. Sim Ciu yang sedang melakukan pertarungan tiba-tiba membentak keras, dia lancarkan dua pukulan dahsyat menggetar mundur musuhnya, kemudian diapun meloncat mundur pula ke belakang. Hoa In tarik kembali serangannya dan segera menegur dengan suara dingin, "Setan tua she Sim, menang kalah toh belum berhasil ditetapkan, kenapa kau mengundurkan diri di tengah jalan?" Sim Ciu menyeringai seram, "Tua bangka bangkotan, hanya mengandalkan beberapa jurus silat kasaranpun berani pentang bacot dihadapanku, suatu ketika akan suruh engkau merasakan kelihaianku" Sorot matanya dialihkan ke atas wajah Cukat beracun Yau Sut, kemudian menambahkan, "Engkaukah juru pikir dari perkumpulan Sin-kie-pang yang disebut orang Cukat beracun Yau Sut?" Cukat beracun tersenyum. "Mana nama.... aku memang bernama Yau Sut, kata beracun secara dipaksakan masih dapat kupakai, kalau kata Cukat sih tak berani kugunakan" Ketika Hoa Thian-hong melihat Sim Ciu melepaskan Hoa In dan mencari gara-gara dengan Yau Sut, hatinya jidi amat girang, pikirnya, "Andaikata kedua kekuatan besar itu saling bentrok dan bertempur sehingga waktu bisa terulur lebih lama lagi, ibu pasti akan berhasil melepaskan diri dari mara bahaya" Tiba-tiba terdengar suara Sim Ciu berseru sambil tertawa seram. "Yau Sut, kami Liong bun siang sat akan bernama kosong jika tindakan kami kalah beracunnya kalau dibandingkan dengan diri mu, aku ingin menjajal apakah engkau benar-benar beracun tidak?" Mendengar perkataan tersebut semua orang merasa tercengang, mereka tak tahu dengan cara apakah Sim Ciu akau menjajal kepandaian Yau Sut, kecuali beberapa orang kepercayaan yang merasa kuatir atas kejadian ini, semua orang diam-diam merasa girang sekali dengan terjadinya peristiwa itu, sebab mereka ingin melihat Yau Sut dibikin malu. Tapi Cukat beracun Yau Sut benar-benar lihay dan tidak malu menjabat kedudukan sebagai Kun su, orang lain tak dapat menebak maksud hati Sim Ciu sebaliknya ia sudah dapat menduga apa yang hendak dilakukan lawannya. Tampak sepasang alisnya berkerut kencang dengan wajah murung serunya, "Engkaupun merupakan seorang jago lihay yang amat tersohor di dalam dunia persilatan, kalau beraninya hanya melukai angkatan muda apakah engkau tak takut akan ditertawakan oleh para enghiong hoohan di kolong langit?" Sim Ciu tertawa terbahak-bahak, dengan langkah lebar ia berjalan mendekati kesisi Pek Soh Gi, kemudian sambil menempelkan telapaknya di atas punggung gadis itu, serunya sambil tertawa seram. "Yau Sut! aku perintahkan engkau untuk turun tangan membekuk batang leher bangsat cilik she Hoa itu di dalam seratus jurus, andaikata perintah ini dapat kau penuhi maka aku akan bertukar tawanan dengan dirimu, sebaliknya kalau engkau tak mampu, maka sekali bacok akan kubunuh mati budak ini sehingga Pek loo ji akan bikin perhitungan dengan dirimu...." "Sim Ciu!" bentak Hoa Thian-hong dengan alis berkerut, "aku orang she Hoa toh berada disini, mengapa kau tak berani turun tangan sendiri?" Tio Sam-koh takut suasana jadi bertambah kacau, mendengar ucapan tersebut dengan nada dingin ia segera berseru, "Siapa yang akan turun tangan toh sama saja, apakah kalau Pek Siau-thian kematian putrinya maka engkau yang harus mengganti nyawanya?" Hoa Thian-hong segera alihkan sorot matanya ke arah Pek Soh Gi, diam-diam ia menghela napas dan berpikir, Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Aaai.... nona itu berbudi luhur dan lemah lembut, tak tahunya bencana yang menimpa dirinya ternyata beruntun.... ia benar-benar patut dikasihani...." Walaupun berada dalam keadaan bahaya, sikap Pek Soh Gi masih tetap tenang sekali, air matanya sama sekali tidak berubah, sesudah berpikir sebentar tiba-tiba ia bertanya, "Paman Yau, sekarang ayahku berada dimana?" Pada saat itu Cukat beracun Yau Sut sedang putar otak mencari akal untuk mengatasi persoalan itu, mendengar pertanyaan tersebut segera menjawab, "Pangcu mendengar engkau sudah terjerumus ke dalam kuil It-goan-koan, sekarang ia pergi mencari Thian Ik-cu untuk minta orang, menurut Thian Ik-cu engkau sudah di culik oleh Ciu It-bong, maka setelah bertempur sebentar kami berpisah untuk mencari diri mu...." Karena kehabisan akal maka ia mengambil keputusan untuk mengulur waktu sambil menunggu datangnya bala bantuan, maka setelah berhenti sebentar Cukat racun Yau Sut segera mendehem ringan sambil berkata, "Untuk menghindari siasat licik dari Thian Ik-cu, sekarang pangcu sedang melakukan pemeriksaan langsung ke dalam setiap too koan milik perkumpulan Thong-thiankauw, sedangkan orang-orang dari pihak Thong-thiankauw sedang mencari jejak dari Ciu It-bong, sebenarnya Thian Ik-cu akan mengejar ke arah sini, tapi disebabkan mereka berhasil menemukan jejak Ciu It-bong di tengah jalan, sekarang telah mengajar ke arah lain" Mendengar perkataan itu Pek Soh-gie menghela napas panjang, gumamnya seorang diri. "Aaaai....! Untuk pertama kali keluar rumah, aku telah mendatang-kan banyak kerepotan bagi semua orang sehingga membuat ayah jadi gelisah bercampur cemas, aku benar-benar seorang anak yang tak berbakti!" "Perubahan situasi dalam dunia persilatan bagaikan awan di tengah angkasa setiap perubahan yang berlangsung sukar diramalkan sebelumnya, di dalam peristiwa ini engkau sama sekali tak salah" sambung Cukat Racun dengan cepat. Tiba-tiba terdengar malaikat kedua Sim Ciu menegur dengan suara dingin, "Yan Sut apakah pembicaraan soal rumah tangga sudah selesai" Kalau engkau tidak turun tangan lagi, jangan salahkan kalau tela pakku akan kudorong ke depan, waktu itu engkau tak usah menyesal yaa!" "Kurang ajar orang ini, benar-benar memaksa aku untuk bertindak" pikir Yau Sut di dalam hati, "dia anggap dari keluarga Hoa adalah seorang manusia yang gampang ditaklukkan" Hemm.... hemm.... kalau gampang sekali, akupun tidak nanti sudi menggunakan cara yang begini rendah untuk mengulur waktu...." Meskipun Cukat racun Yau Sut adalah seorang manusia cerdik dengan akal muslihat yang banyak, namun saat itu dia dibikin kelabakan juga sehingga tak tahu apa yang musti dilakukan. Dalam keadaan apa boleh buat terpaksa ia keluar dari barisan dan perlahan-lahan berjalan menuju ke depan gua. "Paman Yau!" tiba-tiba Pek Soh-gie berseru lantang, "jangan sekali-kali kau turun tangan secara gegabah, ketahuilah Hoa toako adalah sahabat karib dari adik Kungie, keponakan bersedia mengorbankan jiwaku dari pada musti menyusahkan Hoa toako!" Jilid 28 HOA THIAN-HONG yang ikut mendengar perkataan tersebut dalam hati ia merasa geli atas kepolosan dara muda itu di dalam berpikir, pertama belum tentu dia adalah sahabat karib dari Pek Kun-gie dan kedua belum tentu Cukat racun Yau Sut mampu membekuk dirinya, ia bermaksud untuk membantah ucapan tersebut akan tetapi ketika ucapannya hendak melontar keluar dari bibirnya mendadak ia telah kembali. Sementara itu Cukat racun Yau Sut telah berkata, "Keponakanku, engkau tak usah kuatir! Selama paman masih berada disini, tak seoanng pun akan mampu membinasakan dirimu" "Heeeeeh.... heeehh.... heeeehh.... Yau Sut, aku nasehati kepadamu lebih baik kurangilah pembicaraan yang tak berguna," sela malaikat kedua Sim Ciu sambil menyeringai seram, "ketahuilah aku tak berputera ataupun berputri, selama hidup aku tak pernah menerima murid dan lagi melakukan pekerjaan tak pernah memikirkan tentang akibatnya, jika engkau tidak turun tangan lagi maka aku segera akan beradu kekuatan dengan dirimu, akan kulihat engkau lebih 'beracun' ataukah aku yang lebih ampuh?" Cukat racun Yau Sut adalah seorang jago yang mempunyai kedudukan tinggi sekali dalam perkumpulan Sin-kie-pang, kecuali pangcu sendiri dia adalah orang yang memegang kekuasaan dalam perkumpulan itu, dihari-hari biasa, nama serta perkataannya disegani orang jangan dibilang ia sudah menyadari bahwa untuk menangkap Hoa Thian-hong bukanlah suatu pekerjaan yang gampang, berada dihadapan orang banyak diapun tak sudi dirinya diperintah oleh malaikat kedua Sim Ciu sehingga di kemudian hari ditertawakan banyak orang. Akan tetapi keselamatan jiwa Pek Soh-gie telah berada di tangan lawan, semua kecerdikannya telah diperas untuk mencari suatu jalan keluar yang paling baik untuk menolong puteri pangcunya ini sayang usahanya selalu gagal, sebagai seorang Kun su dari perkumpulan Sin-kiepang tentu saja ia tak dapat berpeluk tangan belaka, untuk beberapa saat lamanya ia jadi serba salah dan tak tahu apa yang musti dilakukan pada saat ini. Setelah termenung beberapa saat lamanya, bukan marah dia malah tertawa tergelak, tiba-tiba ujarnya dengan suara tegas, "Sim Ciu, engkau berkelana di dalam dunia persilatan lebih dahulu sedang aku orang she Yau punya nama belakangan, seandainya engkau masih mempunyai kegagahan sebagai seorang pria, silahkan datang kemari dan bertanding secara jantan dengan aku orang she Yau, tidak mungkin kutampik keinginanmu itu sekalian kita lihat umur siapa yang lebih panjang diantara kita, bagaimana" Bersedia bukan?" "Bagus sekali!" bentak Hoa Thian-hong pula sambil tertawa, "Cukat racun, memandang dalam beberapa patah kata yang barusan kau ucapkan, perselisihan diantara kita dimasa lampau aku sudahi sampai disini saja!" Kemudian pemuda itu berpaling ke arah malaikat kedua Sim Cui dan sambungnya lebih jauh. "Sim Ciu! asal engkau berhasil menangkap Cukat racun, meskipun aku punya luka dibadan tentu akan kulayani dirimu untuk bergebrak sebanyak beberapa jurus, kalau engkau merasa punya cukup kepandaian, silahkan sekalian tangkap aku orang she Hoa!" Sebagai seorang pemuda yang jujur dan berwatak gagah, pemuda itu merasa muak sekali menyaksikan perbuatan Sim Ciu yang rendah dan tak tahu malu itu sehingga karena pengaruh emosi, meluncurlah kata-kata tersebut. Bagi orang lain yang mendengar, ucapan itu tidak menimbulkan reaksi apa-apa, tetapi bagi T?o Sam-koh serta Hoa In jadi kuatir se kali. Perkataan seorang lelaki sejati berat laksana bukit, andaikata Sim Ciu benar-benar sanggup mengalahkan Cukat Racun Yau Sut, maka dengan sendirinya Hoa Thian-hong harus tampil ke depan untuk melayani tantangan dari Sim Cui, dengan dasar perjanjian yang dibuat lebih dahulu, siapakah yang mampu untuk menghalang-halangi kejadian tersebut" Malaikat kedua Sim Cui tak kuat menahan hasutan tersebut, ia segera bersiap-siap untuk meloncat masuk ke dalam gelanggang serta melayani Cukat Racun, tetapi sebelum ia sempat melangkah ke tengah gelanggang terdengarlah malaikat pertama Sim Kian dengan suara yang dalam telah berseru, "Loo ji, julukan kita adalah sepasang malaikat, jangan kau layani hasutan dari keparat cilik itu, lakukan saja apa yang kau ingin kaulakukan, jangan sekali-kali kau termakan oleh jebakan bajingan itu." Mendengar teguran dari saudaranya, malaikat kedua Sim Cui segera berubah pendirian kembali, ia tertawa aneh dan serunya kepada Cukat Racun Yau Sut. "Cukat racun, ilmu silat kucing kaki tiga yang kau miliki itu sudah pernah kulihat ketika berada dipertemuan besar Pak Reng hwe tempo hari, engkau tak usah kuatir! Setelah keparat cilik she Hoa itu berhasil kau tangkap ataukah budak ingusan she Pek itu sudah keburu mampus, aku pasti akan melayani dirimu untuk bergebrak sampai puas" "Oooh....! rupanya ketika berada dalam pertemuan besar Pak Beng Hwee engkau sudah pernah berjumpa dengan aku orang she Yau, aku masih mengira engkau benar-benar telah lupa," ejek Cukat racun dengan nada dingin. Berbicara sampai disini tiba-tiba ia berpaling dan ujarnya lagi, "Teng Loo huhoat, coba engkau minta petunjuk beberapa jurus lebih dahulu dari Hoa kongcu!" Semua orang tertegun mendengar perkataan itu, secara terang dan jelas malaikat kedua Sim Ciu memerintahkan dia untuk bergebrak melawan Hoa Thian-hong, sebaliknya dia malah memerintahkan seorang pelindung hukum untuk maju bertarung, bukankah tindakannya ini sama sekali menyimpang dari maksud hati Sim Ciu yang sebenarnya?" Terlihatlah seorang kakek berpakaian perlente meloncat maju ke tengah gelanggang, setelah memberi hormat katanya, "Aku Teng Kong Li mohon petunjuk dari Hoa kongcu, harap kongcu suka memenuhi harapanku ini!" Sambil memegang toya bajanya Tio Sam-koh segera tampil keluar dari dalam gua, teriaknya dengan gusar, "Engkau tak perlu berkaok-kaok, aku si nenek tua akan memberi petunjuk kepadamu!" Hawa amarah berkelebat dialas wajah Teng Kong Li namun tetap ia membungkam dalam seribu bahasa, ketika serangan toya yang di lancarkan Tio Sam-koh telah menyapu datang, buru-buru kakek tua itu meloncat mundur satu langkah ke belakang, dari balik bajunya dia ambil keluar sebatang alat penotok jalan darah yang berwarna emas. Setelah Tio Sam-koh melancarkan serangan gencarnya, terjadilah penarungan yang amat seru antara dua orang jago lihay itu. Mereka berdua yang menggunakan senjata berat dengan tenaga raksasa yang menimbulkan deruan angin tajam, sedang pihak lain menggunakan senjata ringan khusus melancarkan totokan dengan menggunakan peluang yang didapat, membuat suasana dalam pertarungan itu berubah jadi tegang dan ramai sekali. Tio Sam-koh adalah seorang jago lihay yang sudah tersohor dalam dunia persilatan sejak puluhan tahun berselang, sebenarnya ia sama sekali tak pandang sebelah mata pun terhadap seorang pelindung hukum yang tak bernama, dalam perkiraannya semula cukup beberapa gebrakan saja dia akan berhasil memukul keok Teng Kong Li. Siapa tahu pelindung hukum yang tak ternama dan kelihatannya lemah itu ternyata mempunyai kepandaian silat yang ampuh, selama berlangsungnya pertempuran sengit ia dapat mengatur pertahanan serta serangannya secara teratur serta jitu, sedikitpun tidak nampak bodoh. Kebagusan jurus serangan serta kecepatan perubahan gerak yang dimiliki kedua orang ini sama-sama dapat disebut sebagai ilmu silat luar biasa dalam dunia persilatan, belum lama pertarungan berlangsung semua orang sudah tertarik untuk mengikuti jalannya pertarungan tersebut. Tiba-tiba terdengar malaikat kedua Sim Ciu berseru kembali dengan suara lantang, "Manusia she Yau, benarkah engkau tak akan menggubris perkataan yang kuucapkan?" Cukat racun Yau Sut segera berpaling, kemudian jawabnya dengan nada dingin dan ketus, "Engkau tak usah sombong, ini hari aku orang she Yau mengaku kalah di tanganmu...." "Nah! begitulah sepantasnya," tukas malaikat kedua Sim Ciu sambil tertawa bangga, "kalau sudah mengaku kalah, maka sudah sepantasnya kalau engkau segera melaksanakan perintahku" "Oooh....! tentu saja akan kulaksanakan apa yang kau kehendaki itu," jawab Cukat racun Yau Sut sambil memperlihatkan satu senyuman aneh di atas wajahaya, "cuma Saja, kalau aku orang she Yau membiarkan engkau hidup sampai melewati bulan tujuh tanggal limabelas dibukanya pertemuan besar Kiani Ciau tay hwe, di kolong langit tak akan muncul seorang manusia yang bernama Cukat racun lagi" "Haaah.... haaah.... haaah.... tentu saja, tentu saja," Malaikat kedua Sim Ciu tertawa seram, "seandainya aku harus pulang ke alam baka, masa tidak kubawa serta dirimu?" Cukat racan Yau Sut mendengus dingin, sinar matanya berputar dan segera memberi tanda kepada seorang kakek bermuka kurus yang berada di samping tubuhnya. Kakek bermuka kurus itu segera mencabut senjata kaitan racun berwarna kebiru-biruan yang tersoren di atas punggungnya, kemudian sekali enjot badan ia menerjang ke arah Hoa In. Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Menyaksikan datangnya terjangan itu, Hoa In teramat gusar, telapak tangan segera diayun ke depan melancarkan sebuah pukulan dahsyat, sementara dimulut ia membentak, "Siau Koan-jin, cepat mengundurkan diri kedalem gua!" Rupanya Hoa Thian-hong sendiripun dapat merasakan gentingnya situasi yang sedang dihadapi olehnya, ia tarik napas panjang lalu mengundurkan diri ke dalam gua, ketika ia berpaling kembali maka tampaklah Hoa In serta kakek kurus bersenjata kaitan racun itu secepat kilat telah saling bergebrak sebanyak dua jurus. Setelah Tio Sam-koh serta Hoa In masing-masing menantang seorang lawan, meskipun kekuatan mereka untuk menghadapi lawannya masih le bih dari cukup namun untuk meluangkan waktu sudah tak mungkin lagi, sebab dua orang jago tua dari perkumpulan Sin-kie-pang bukan termasuk manusia-manusia sembarangan, di dalam dua tiga gebrakan tak mungkin bagi Tio Sam-koh berdua untuk merobohkannya. Tercekatlah hati Hoa Thian-hong menyaksikan peristiwa tersebut, pikirnya di dalam hati, "Dalam barisan jago-jago lihay kalangan lurus, Tio Sam-koh maupun Hoa In merupakan manusia-manusia yang amat lihay dan disegani semua orang, tetapi dua orang pelindung hukum dari perkumpulan Sin-kie-pang ternyata sudah mampu untuk membendung kekuatan mereka, bukankah hal ini...." Berpikir sampai disini ia tak berani melanjutkan kembali jalannya pikiran, sementara itu bentakanbentakan keras dari Tio Sam-koh serta Hoa In berkumandang tiada hentinya dari luar gua, jelas kedua orang jago itu merasa malu untuk melakukan pertarungan selama ini tanpa berhasil merobohkan lawannya. Terlihatlah permainan toya dari Tio Sam-koh bagaikan gulungan ombak di tengah samudra, permainan sepasang telapak Hoa In bagaikan angin puyuh dan hujan badai, dua orang itu melancarkan seranganserangan yang ampuh secara bertubi-tubi meneter musuhnya habis-habisan. Sebaliknya, permainan senjata petotok jalan darah dari Teng Kong Li serta kaitan racun dari kakek kurus rupanya terdesak hebat sehingga harus diputar sedemikian lupa untuk mengutamakan perlindungan atas keselamatan sendiri, dalam keadaan tersebut jelas dalam umpat lima jurus pertarungan itu masih tetap belum bisa diakhiri. Dalam kenyatan Hoa Thian-hong mana tahu kalau dua orang kakek tua yang sedang bertempur saat ini adalah jago-jago lihay sisa dari pertemuan besar pak Beng hwee dimasa lampau, kedua orang itu bukanlah manusia sembarangan yang tak bernama, cuma saja berhubung para jago yang dikumpulkan perkumpulan Seng Kie Pang tak terhingga banyaknya maka nama-nama mereka jadi tenggelam diantara para jago lainnya yang rata-rata lebih hebat ilmu silatnya dari mereka berdua. Tib-tiba terdengar Cukat racun Yau Sut berteriak lantang, "Hoa kongcu mumpung sekarang kita tak ada urusan, bagaimana kalau kitapun beradu kepandaian untuk meluruskan otot?" Mendengar tantangan terebut Hoa Thian-hong jadi terperanjat, dengan sorot matanya yang tajam ia menyapu sekejap disekeliling tempat itu, rupanya kakek kurus yang bersenjata kaitan racun itu berlaku cerdik, meskipun Tio Sam-koh serta Hoa In berada di depan gua, namun kakek kurus itu mundur terus kebealkang memancingg Hoa In meninggalkan mulut gua, dengan begitu terbukalah sebuah liang kosong. Menggunakan kesempatan yang sangat baik ini, Cukat racun Yau Sut segera menerobos masuk ke dalam gua dan berdiri saling berhadapan dengan Thian-hong, berada dalam keadaan begini tentu saja tangannya tak dapat diabaikan dengan begitu saja. "Bajingan yang tak tahu diri, lihat serangan!" bentak Tio Sam-koh dengan penuh kegusaran. Weeess....! Sebuah serangan gencar dengan cepat dilancarkan ke arah juru pikir dari perkumpulan Sin-kiepang itu. Sementara itu Hoa In pun takut Hoa Thian-hong melayani tantangan lawan, tubuhnya segera berputar kembali ke belakang, tanpa mengucapkan sepatah kata pun sebuah pukulan keras dilancarkan ke arah punggung Yau Sut. Sejak Thian-hong terkena racun teratai yang tak dapat dipunahkan sehingga setiap hari harus lari racun dan tak diketahui bagaimana akrabnya, Hoa In sudah amat membenci terhadap Cukat racun yang dianggap sebagai biang keladi dalam peristiwa itu, serangan yang sepnitas lalu kelihatannya enteng sekali dalam kenyataan telah diseratai dengan sepuluh bagian hawa murni Sau yang Ceng ki, asal Yau Sut berani menangkis dengan jalan keras lawan keras maka tenaga pukulan yang maha dahsyat itu bagaikan tanggul yang jebol segera akan menghantam tubuhnya dengan luar biasa hebatnya. Serangan telapak dan toya itu tiba pada sasaran hampir bersamaan waktunya, meskipun Cukat racun Yau Sut sudah bikin persiapan sejak semula, tak urung hatinya di bikin terperanjat juga oleh kedahsyatan musuhnya. Sekuat tenaga ia enjotkan badannya meloncat mundur sejauh beberapa tombak dari tempat semula, sementara Teng Kong Li serta kakek bermuka kurus itu tidak menanti sampai Tio Sam-koh serta Hoa In mengejar dari belakang, mereka segera menyerang kembali musuhmusuhnya dengan gencar, Cukat racun Yau Sut menyadari apabila pertarungan ini diteruskan lebih jauh maka dua orang anak buahnya pasti akan terluka di tangan musuh, diam-diam ia segera mengulapkan tangannya ke belakang, dengan cepat muncul kembali dua orang jago lihay yang segera menerjang ke arah Hoa In serta Tio Sam-koh. Dalam sekejap mata Tio Sam-koh harus menghadapi dua orang musuh sekaligus, dengan cepat pula situasi dalam gelanggang mengalami perubahan besar. Terdengar Cukat racun Yau Sut telah berkata kembali, "Hoa kongcu, aku dengan ibumu telah munculkan diri kembali dalam dunia persilatan, kenapa kau tidak undang keluar untuk berjumpa dengan kami?" Sambil berkata tubuhnya bergerak kembali mendekati mulut gua, hanya saja untuk menghindari sergapan dari Tio Sam-koh atau Hoa In kali ini ia tak berani terlalu mendekati gua tersebut. Hoa Thian-hong sepera tertawa dingin, pikirnya di dalam hati, "Dewasa ini jumlah lawan jauh lebih banyak dari pada pihak kami, bila pertarungan dengan cara roda kereta ini dibiarkan berlarut- larut, kendatipun Tio Sam po serta Hoa In tidak sampai menderita kalah, paling sedikit mereka akan lelah dan kehabisan tenaga, selama ini Yan-san It-koay serta Liong bun siang kiat tetap terdiam diri, dalam keadaan penat serta kehabisan tenaga darimana mungkin nenek Tio serta Hoa In mampu untuk menghadapi serangan mereka?" Berpikir sampai disini, ia tahu jika dirinya tidak segera tampil ke depan maka keadaannya akan bertambah runyam, maka sambil melangkah maju ke depan, serunya dengan suara lantang, "Aku harap saudara sekalian suka saling hentikan pertarungan, aku ada perkataan hendak disampaikan kepada kalian semua" "Pelindung hukum sekalian harap segera mengundurkan diri!" seru Yau Sut kemudian. Empat orang jago dari perkumpulan Sin-kie-pang dengan cepat menghentikan pertarungannya dan loncat mundur ke belakang, sedangkan Tio Sam-koh serta Hoa In pun terpaksa buyarkan serangan dan berhenti bertarung. Tio Sam-koh segera berpaling ke arah Hoa Thianhong, dengan mata melotot nada gusar ia menegur, "Perkataan apa yang hendak kau utarakan keluar?" Hoa Thian-hong tersenyum. "Ini hari jumlah musuh yang harus kita hadapi jauh lebin besar daripada kita, meskipun Sam poo gagah dan hebat namun mampukah engkau hadapi musuh-musuh yang begitu banyaknya" Boanpwee memang tak becus tapi aku tak tega untuk berpeluk tangan belaka, sebab cepat atau lambat pertarungan tak bisa dihindarkan lagi, oleh karena itu ijinkanlah boanpwe untuk bertempur pada babak pertama!" Tio Sam-koh tertegun mendengar perkataan itu, lalu serunya, "Tapi.... badanmu menderita luka, jika sampai kalah bukankah kekalahanmu itu sama sekali tak ada nilainya?" "Aaah....! bagaimanapun toh pertarungan ini bukan adu kepandaian di atas panggung Lui thay, ada orang mencari gara-gara masa aku tak boleh memberikan perlayanan sebagaimana mestinya?" jawab Hoa Thianhong sambil tertawa. Habis berkata, dengan langkah lebar dia segera berjalan maju ke depan. Hoa In tidak berusaha mencegah dengan menggunakan kata-kata, akan tetapi dengan ketat dia mengikuti terus disisi majikan mu danya, kalau dilihat dari tampangnya, barang siapa berani mengganggu Hoa Thian-hong maka pertama-tama harus berhadapan lebih dahulu dengan dirinya. Tiba-tiba si anak muda itu berpaling, dengan purapura gusar bentaknya keras-keras, "Ibu paling benci kalau ada orang yang mengganggu dirinya, sana! berjagalah di depan gua dan tak usah mencampuri urusan pribadiku lagi...." Dengan amat jelas Hoa In mengetahui bahwa majikan mudanya masih bukan tandingan dari Cukat racun Yau Sut, tentu saja ia tidak membiarkan si anak muda itu menghantar kematiannya, sesudah tertegun beberapa saat lamanya, ia berseru, "Budak tua tak akan memperdulikan soal apapun lagi, bagaimanapun juga...." Ditinjau dari kesetiaannya, mungkin langit ambrukpun dia benar- benar tak mau mengurusinya kecuali memperhatikan keselamatan dari majikan mudanya, akan tetapi ia tak berani membantah ataupun memperingatkan dengan kata-kata, oleh sebab itulah ia segera mengambil keputusan untuk berjaga-jaga di samping tubuh pemuda itu. Sebenarnya susah bagi Hoa Thian-hong untuk menegur ataupun menyakiti hati pelayan tuanya yang amat setia serta sangat mem perhatikan keselamatan jiwanya itu, tetapi dalam situasi semacam itu tak mungkin baginya untuk bersikap ragu-ragu, sekalipun begitu setelah mengucapkan kata-kata kasar tadi, timbul rasa tak tega dalam hati kecilnya. Tiba-tiba dari dalam gua berkumandang keluar suara dari Hoa Hujien yang berat dan rendah, "Hoa In segera mengundurkan diri, biarlah Seng ji beradu kekuatan dengan sahabat itu, bilamana diapun benar-benar tak mampu mempertahankan diri lagi rasanya belum terlambat bagimu untuk menolong dirinya!" Meskipun ucapan tersebut diucapkan dengan suara dalam dan rendah, akan tetapi nyata, jelas dia amat bertenaga. Bagi siapa pun yang pernah mengikuti pertemuan Pak Beng Hwee, suara itu bukan nada yang terlalu asing bagi bagi mereka, dan bayangan atas seorang perempuan cantik tegas dan keras dalam pendirianpun terlintas dalam be nak mereda. Sorot mata semua orang yang hadir dalam arena dengan cepat dialihkan ke dalam gua yang gelap gulita itu, air muka semua orang secara tiba-tiba saja berubah jadi amat serius. Setelah hening beberapa saat lamanya, dari boalik gua tidak kedengaran suara pembicaraan lagi, Hoa In tertegun akhirnya perlahan-lahan ia mundur beberapa langkah ke belakang. "Hoa Hujien!" terdengar malaikat kedua Sim Ciu berteriak gusar dengan sepasang alis berkernyit, "bagi setiap orang dalam dunia persilatan, siapa yang kuat di dalam pemimpin yang harus dihormati setiap orang, kami bersaudara she Sim sudah hampir beberapa jam lamanya tiba di tempat ini tapi Hujien tidak menegur ataupun menyapa, sedikitpun tidak mengindahkan tatacara dalam dunia persilatan, apakah hal ini berarti bahwa ilmu silati yang dimiliki oleh dua bersaudara she Sim masih belum mencapai taraf yang tinggi sehingga tidak pantas untuk berjumpa dengan dirimu?" "Hmm, yang kuat dialah pemimpin" pemimpin kentut anjing yang busuk...." maki Tio Sam-koh dingin. Tiba-tiba dari dalam gua berkumandang kembali suara dari Hoa Hujien, "Pendapat dari Sim kong tak sejalan dengan pikiran aku Bun si, tetapi ada satu yang jelas yakin ilmu cakar Tay in sin jiau yang kalian berdua miliki, sudah lama aku orang Bun si merasa sangat kagum" Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan, "Sejak perpisahan di pertemuan besar Pek Beng Hwe, dalam sekejap mata dua belas tahun sudah lewat, aku percaya ilmu silat yang kalian berdua miliki sudah mendapat kemajuan yang amat pesat, jika engkau bermaksud untuk memberi petunjuk, silahkan diperlihatkan dimulut gua, dari sini aku Bun si akan melayani!" Malaikat kedua Sim Ciu mengerutkan dahinya, bibir bergetar seperti mau mengucapkan sesuatu, tetapi malaikat pertama Sim Kian yang teringat kembali akan nasib nenek buta dimana baru saja tubuhnya berada dimulut gua, segulung tenaga pukulan yang amat keras telah membanting tubuhnya hingga jatuh tak sadarkan Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo diri, buru-buru mengerdipkan matanya, lalu menjawab, "Pertemuan besar Kian ciau Tay hwee yang akan diselenggarakan oleh pihak Thong-thian-kauw, dalam waktu singkat segera akan berlangsung, pada waktu itu semua jago yang ada di kolong langit boleh mendemonstrasikan keampuhannya disana. aku rasa kalau mau bertarung itulah waktunya paling tepat karenanya pertarungan saat ini lebih baik diabaikan saja!" Hoa Thian-hong tertawa, sambil memandang wajah Cukat racun Yau Sut dia pun berseru, "Kalau semua pertarungan diabaikan, maka akupun akan gunakan kesempatan ini untuk menyembunyikan kembali ilmu silatku" Cukat racun Yau Sut tahu bahwa Hoa Thian-hong adalah kekasih hati dari Pek Kun-gie, sebelum persoalan dibikin terang ia tak ingin turun tangan terhadap si anak muda itu, maka mendengar ucapan tadi sorot matanya segera dialihkan kepada malaikat kedua Sim Ciu, ujarnya sambil tertawa, "Sim kong, bagaimana dengan keputusan mengenai barter ini" dilanjutkan atau batal sampai disini?" Tiba-tiba terdengar Jin Hian tertawa dingin, lalu berseru, "Hoa loo te, membicarakan tentang asal mulanya peristiwa maka persoalan ini kembali terjatuh di atas kepalamu" "Aku bodoh dan tak dapat menangkap maksud dari ucapan Jien Tang-kee, apakah engkau bersedia untuk menerangkan lebih lanjut?" "Hmm! putraku mati di tangan Hoa loo te engkau tentu tahu bukan bahwa kematiannya tak akan sia-sia belaka!" seru jin Hian dengan nada dingin menyeramkan. "Ooo.... kiranya kau maksudkan tentang persoalan itu...." kata Hoa Thian-hong dengan alis mata berkenyit. Tidak menunggu pemuda itu menyelesaikan katakatanya, kembali Jin Hian menukas, "Pada saat peristiwa ini baru saja berlangsung, Hoa Loo te mengatakan bahwa raut wajah pembunuh itu rada mirip dengan Pek Kun-gie dan sekarang setelah persoalan berlaut-larut samnai sekarang ternyata Pek Kun-gie bukan pembunuhnya sedang Pek Soh-gie pun bukan pembunuh tersebut, sekarang aku hendak menuntut kepada Hoa Loo te, apa alasanmu menuding menjangan mengatakan kuda dan membolak balikkan duduknya persoalan sehingga menjadi tak karuan seperti ini?" "Pembunuh yang sebenarnya pasti Pui Che-giok" pikir Hoa Thian-hong di dalam hati, "sayang sekali raut wajahnya tidak cocok dengan apa yang kukatakan, bagaimana aku bisa menjawabnya?" Tatkala dilihatnya pemuda itu membungkam dalam seribu buhasa, Jin Hian segera tertawa dingin dan berkata kembali, "Hoa loo te, aku Jin Hian ingin mengajukan satu pertanyaan lagi kepadamu, putraku pernah mengadukan hubungan kelamin dangan pembunuh tersebut, apakah kesemuanya itu kau saksikan dengan mata kepala sen diri?" Hoa Thian-hong sama sekali tak menduga kalau ia bakal diajukan pertanyaan seperti ini, uniuk beberapa saat lamanya pemuda itu berdiri tertegun sementara dalam hati kecilnya ia berpikir, "Oooh....! rupanya ia masih tetap menaruh curiga atas diri kakak beradik she Pek!" Dalam hati ia berpikir demikian, diluaran ia menjawab, "Aku tidak sudi mengintip urusan pribadi seseorang apalagi urusan yang mengenai permainan di atas ranjang, benarkah putera mu pernah mengadakan hubungan badaniah dengan sang pembunuh, aku tidak menyaksikan dengan kepala sendiri dan tak berani pula menegaskan secara meyakinkan, kalau Jien Tang-kee ingin mengetahui keadaan yang sebenarnya, kenapa tidak kau tanyakan sendiri kepada pelayan yang melayani puteramu itu" Aku rasa mereka jauh lebih tahu" "Hmm! Hoa loote , bukankah engkau pernah berkata bahwa pembunuh itu telah memohon kepada anakku untuk melarang semua orang bawahannya mengintip kedatangannya?" seru Jin Hian dengan nada hambar. Tio Sam-koh yang ikut mendengarkan pembicaraan itu jadi naik pitam, dengan cepat selanya, "Sekalipun tak ada yang mengintip, diperiksa dari keadaan pembaringan masa tidak tahu?" Jin Hian sama sekali tidak menggubris perkataan itu, kembali ia berkata dengan nada menyeramkan, "Andaikata putraku tidak pernah melakukan hubungan badaniah dengan pembunuhnya maka urusan ini akan lebih gampang untuk diselesaikan, Hoa Loo te, bagaimana pendapatmu?" Hoa Thian-hong tidak langsung menjawab, diam-diam ia berpikir kembali di dalam hati, "Kakak beradik dari keluarga Pek adalah gadis-gadis perawan yang belum pernah dijamah kaum lelaki, jelas dalam pembicaraannya itu dia hendak menimpakan semua dosa serta kesalahan ini kepada dua orang gadis itu...." Berpikir demikian, tanpa terasa ia menghela napas panjang dan berkata. "Jien Tang-kee, harap engkau suka memakluminya. Tempo hari aku mengatakan bahwa raut wajah sang pembunuh agak mirip dengan nona dari keluarga Pek, apa yang kukatakan sesuai dengan apa yang kusaksikan tak sepatah katapun merupakan ucapan yang berbohong, dan sekarang akupun berani bersumpah dihadapan Thian bahwasannya pembunuh yang kumaksudkan itu bukanlah kakak beradik dari keluarga Pek...." Tiba-tiba malaikat pertama Sim Kian berkata dengan nada yang menyeramkan, "Hmm! Kalau mau menuduh seseorang tuduhlah orang itu, kalau tak mau menuduh orang lain tak usahlah kau tuduh. Heeeh.... .heeehh.... heeehh.... menurut pendapatku, kemungkinan besar memang tiada terdapat perempuan semacam itu, pembunuh yang sebenarnya bukan lain adalah kau Hoa Thian-hong seorang!" Sepasang mata Hoa Thian-hong kontan melotot bulat, dengan pandangan dingin ia melirik sekejap ke arahnya, kemudian menjawab. "Hmm! aku tahu bahwa persoalan yang paling menguatirkan hatimu tidak lain adalah Pedang emas tersebut seandainya pembunuh tersebut adalah aku Hoa Thian-hong seorang, bukankah engkau segera akan menun tut kembali pedang emas tersebut dari tanganku?" "Haah.... haaah.... haaah...." malaikat pertama Sim Kian tertawa seram, "pada waktu itu aku hendak menerima dirimu sebagai anak muridku....!" "Aaai....! aku lihat persoalan ini harus ku ucapkan keluar secara jelas dan tanpa tedeng aling-aling, kalau tidak nona Pek Sok Gie pasti tak akan memperoleh ketenangan di dalam hidup selanjutnya," pikir Hoa Thianhong di dalam hati. Berpikir sampai disini, dengan wajah serius ia segera berkata kepada diri Jin Hian, "Terus terang saja kukatakan bahwa pada saat itu dalam genggamanku telah berhasil menemukan penanda yang cukup kuat, aku telah mengetahui siapakah pembunuh yang sebenarnya telah menghabisi jiwa putramu, namun sayang sekali bukti yang kuat belum berhasil kudapatkan sehingga akupun tidak ingin mengutarakannya keluar lebih dahulu. Jin longteee! aku harap engkau bersedia untuk bersabar selama beberapa hari lagi, dalam pertemuau besar Kian ciau tay hwee aku pasti akan berhasil membuktikan kepadamu siapakah pembunuh yang sebenarnya!" Diam-diam Jin Hian mendengus dingin, batin-nya, "Keparat cilik, ergkeu anggap aku adalah seorang manusia tolol" Berani benar engkau gunakan siasat kosong untuk mengulur waktu!" "Hoa Thian-hong! terdengar malaikat kedua Sim Ciu menjerit dengan suaranya yang tinggi melengking, benarkah engkau mengetahui siapakah sebenarnya pembunuh itu?" "Kalau benar ada apa?" tanya Hoa Thian-hong dengan dahi berkerut dan alis mata berkenyit. Malaikat kedua Sim Ciu tertawa. "Kalau begitu engkau sudah mengetahui bukan pedang emas tersebut pada saat ini berada di tangan siapa?" tanyanya "Tentu saja aku tahu!" "Coba kau katakan siapakah orang itu?" "Sekalipun aku katakan keluar belum tentu kalian bersedia untuk mempercayainya," jawab Hoa Thian-hong dengan nada hambar, "pedang emas itu sekarang berada di tangan Thian Ik-cu, percaya tidak?" "Hmmm mengadu domba diantara sesama umat persilatan, engkau memang licik sekali" "Hmmm bukan sejak tadi aku sudah berkata, kendatipun kuberitahukan kepadamu, belum tentu engkau percaya. Nah seorang lihatlah bukankah ucapanku hanya sial belaka?" Jin Hian tertawa seram, tiba-tiba ia berseru, "Kalau tidak sakit tidak gatal, siapa yang bersedia mengaku secara terus terang?" "Sedikitpun tidak salah" sambung malaikat kedua Sim Ciu, "Cukat racun, bagaimana kalau aku mengajak engkau untuk membicarakan soal barter...." Kau tentu bersedia bukan?" Sambil berkata, telapak tangannya kembali ditempelkan ke atas punggung Pek Soh-gie. Cukat racun Yau Sut termasuk juga seorang jago kawakan yang punya banyak pengalaman di dalam dunia persilatan, akan tetapi berada dihadapan siluman tua yang banyak akalnya ini dia dihabiskan akal juga dibuatnya. Andaikata Pek Soh-gie adalah putrinya sendiri, mungkin akan keraskan hati dengan tidak memperdulikan perintahnya tetapi apa daya gadis tersebut adalah putri kesayangan dari ketuanya, meskipun dalam hati kecilnya merasa tak senang hati, akan tetapi perasaan tak senang itu tak berani diutarakan keluar. Terdengar Pek Soh-gie berseru dengan suara lantang, "Paman Yau, tit-li mempunyai sepucuk surat yang harus diserahkan kepada ayahku, apakah engkau bersedia menyampaikannya kepada ayahku?" "Tentu saja akan kusampaikan kepadanya," jawab Cukat racun Yau Sut dengan cepat tetapi engkau tak usah berpikir yang bukan-bukan lebih dahulu, putri dari ketua perkumpulan Sin-kie-pang tak akan begitu gampang menemui ajalnya!" Sebenarnya Pek Soh-gie ada maksud untuk menyelesaikan kehidupan sendiri apabila keadaan terlalu mendesak, sehingga tidak sampai mendatangkan banyak kesulitan dan kerepotan buat orang lain, setelah rahasia hatinya ini berhasil ditebak secara jitu oleh Yau Sut tak dapat dicegah lagi air mukanya berubah jadi merah padam saking jengahnya, untuk sesaat ia tak tahu apa yang harus dilakukan olehnya. Cukat racun Yau Sut sendiri rupa-rupanya juga telah menyadari bahwa pertarungannya pada hari ini melawan Hoa Thian-hong tak dapat dihindari lagi, otaknya dengan cepat berputar dan ia berhasil mendapatkan cara yang paling jitu untuk mengatasi masalah lersebut. Perlahan-lahan ia berjalan maju ke depan, setelah memberi hormat ujarnya, "Hoa kongco, pertarungan yang berlangsung pada hari ini sebenarnya terjadi karena keadaan yang mendesak...." "Engkau tak perlu sungkan-sungkan," tukas Hoa Thian-hong sambil tertawa pula, "akupun tahu bahwa keadaan yang memaksa kita harus bertempur!" Sambil berkata pedang bajanya perlahan-lahan dicabut keluar dan dalam sarung, kemudian bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan "Silahkan!" seru Cukat racun Yau Sut dengan wajah serius. Dalam sekejap mata suasana dalam arena berubah jadi sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapuo. Pertarungan ini merupakan suatu pertarungan yang luar biasa, orang yang hendak bergebrak yang satu merupakan jago Bulim yang sudah diketahui oleh setiap orang dalam dunia persilatan sedangkan yang lain adalah seorang keturunan jago kenamaan yang belum lama terjun dalam sungai telaga. Para penonton yang berada disisi arena semua tahu bahwa Hoa Thian-hong masih bukan tandingan dari Cukat racun Yau sut, tapi mereka tak tahu berapa banyak selisih kepandaian yang mereka miliki, semua orang ingin lahu berapa gebrakan, yang sanggup diterima oleh Hoa Thian-hong, dan berapa jurus serangan yang dibutuhkan Yau Sut Cukat racun itu untuk merobohkan lawannya. Cukat racun Yau Sut tersohor karena kekejaman serta ketelengasannya yang melebihi ular beracun atau binatang buas, dan semua orang dalam dunia persilatan mengetahui akan hal ini. Sebaliknya Hoa Thian-hong merupakan tulang punggung dari kawanan pendekar golongan lurus, pendekar muda yang disayang serta dikagumi olen kawan sealiran, golok tak bermata, pertarungan tak mengenal belas kasihan, seandainya Hoa Thian-hong sampai musnah di tangan Cukat racun Yau Sut niscaya peristiwa ini akan sangat menggemparkan seluruh kolong langit terutama sekali dalam kalangan kaum lurus sendiri. Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sementara itu fajar telah menyingsing diufuk sebelah timur, sinar keemas-emasan memancar keempat penjuru dan menyoroti mulut gua kuno tadi. Kebakaran yang terjadi disekeliling gua tersebut belum padam, bahkan makin lama semakin meluas keempat penjuru, sepintas memandang ke tempat kejauhan yang terlihat hanyalah tanah hangus yang berwarna hitam, suasana benar-benar mengenaskan sekali. Tiba-tiba...."Weeess....!" desingan angin tajam menderu-deru di angkasa, dengan membawa suara pekikan tajam pedang baja Hoa Thian-hong yang besar dan berat itu meluncur ke depan. Menyaksikan betapa dahsyat datangnya bacokan itu, tentu saja Cukat racun Yau Sut tahu lihay, dengan cepat badannya berkelit ke samping untuk meloloskan diri dari datangnya ancaman tersebut, kemudian badannya laksana kilat menerjang maju ke depan, sebuah serangan balasan ini dilancarkan dengan Kecepatan yang sukar dilukiskan dengan kata-kata, tak sempat lagi bagi Hoa Thian-hong merubah jurus ganti gerakan, tampaklah olehnya serangan itu meluncur seakan-akan kosong namun dalam kenyataan berisi serta terselip banyak perubahan yang tak terduga, membuat seluruh jalan mundurnya sama sekali tersumbat. Dalam keadaan terdesak dan gugup, Hoa Thian-hong segera menekan pergelangan tangannya ke bawah, pedang baja disilangkan di depan dada sementara tubuhnya berputar kencang. Dalam perkiraan Cukat racun Yau Sut semula, dalam satu jurus saja ia akan berhasil menguasai keadaan, siapa tahu perbuatan Hoa Thian-hong sambil menyilangkan pedangnya itu mengandung pertahanan yang sangat kuat, apabila ia tidak segera buyarkan serangan serta menarik diri niscaya separuh bagian lengannya akan terbabat sampai kutung. Dalam keadaan begini terpaksa ia rubah gerak telapaknya, sesudah berputar membentuk gerakan setengah lingkaran ia ganti menyerang pinggang Hoa Thian-hong, sementara jari tangan dan telunjuk tangan kirinya menotok jalan darah Jit kan hiat dibadan-nya. Dua jurus serangan itu dilancarkan cepat, ganas dan lincah, membuat semua jago yang menyaksikan jalannya pertarungan itu diam-diam bersorak memuji, sorot mata Liong bun siang sat serta Yao San It koay pun memancarkan cahaya tajam, setelah menyaksikan betapa sempurna dan ampunnya ilmu silat yang dimiliki Yau Sut, perasaan memandang rendah lawannya seketika lenyap tak berbekas. Hot Thian-hong segera angkat lengannya ke atas mengikuti gerakan tersebut, pedang bajanya menyapu ke depan, hawa pedang memancar ke empat penjuru dan dalam sekejap mata telah menyergap badan Yau Sut. Diam-diam Cukat racun mengerutkan alis matanya melihat kemampuan musuhnya, terburu-buru ia rubah jurus serangannya kembali, telapak dan jari melancarkan serangan secara berbarengan, ia berusaha menyerobot posisi di atas angin. Pertarungan ini benar-benar merupakan suatu pertempuran yang menarik hati, dalam sekejap mata kedua orang jago itu sudah saling bertarung sebanyak dua puluh jurus lebih. Setiap kali Hoa Thian-hong pasti berhasil meloloskan diri dari serangan lawan dengan suatu gerakan pedang yang sederhana dan mudah, gerakannya menghindar dan balas menyerang begitu leluasa permainan pedangnya itu memang khusus diciptakan untuk menahan jurus serangan lawan, kejadian ini membuat para jaro disisi arena diam-diam merasa keheranan dan tercengang. Yan-san It-koay serta Liong bun Siang sat sekalian yang ilmu silatnya telah mencapai taraf kesempurnaan, setelah menyaksikan jalannya pertarungan itu beberapa saat lamanya mereka segera menemukan bahwa ilmu pedang yang dipergunakan pemuda itu sebetulnya cuma terdiri dari enam belas jurus belaka, hal itu membuat hati mereka jauh lebih terperanjat dari pada siapapun juga. Bapi Cukat racun Yan Sut baru pertama kali ini ia berjumpa dengan serangkaian ilmu pedang sedemikian anehnya, semakin ber tempur hatinya merasa semakin terperanjat, makin bertarung hatinya semakin berat, ia sama sebali tidak jeri terhadap keampuhan ilmu silat yang dimiliki Hoa Thian-hong, tapi ia terperanjat oleh kesaktian serta kelihayan dari ilmu pedangnya itu. Hoa Thian-hong sendiri diam-diampun merasa terkejut bercampur keheranan, enam belas jurus ilmu pedang ini sudah dilatihnya selama sepuluh tahun lebih, sejak pedang bajanya ditahan oleh Ciu It-bong, selama satu tahun lebih meskipun tiap hari dia menghapalkan kembali gerakan pedang itu dalam benaknya namun tidak sekalipun pernah dipraktekkan. Siapa tahu setelah dipergunakan olehnya pada saat itu, bukan saja gerakan pedangnya sama sekali tidak kelihatan asing atau membingungkan, malahan sebaliknya bertambah hapal dan matang keampuhan yang terpancar dari ujung pedang semakin mantap dari pada keadaan dahulu. Dahulu setiap kali ia mempergunakan ilmu pedang tersebut, sering kali terasa olehnya seakan-akan bahunya sedang memikul suatu beban yang amat berat sekali, tetapi sekarang sesudah racun teratai empedu api membaur dengan tenaga dalamnya, bukan saja pedang yang berat terasa enteng dalam penggunaan yang lebih aneh lagi ketika ia mainkan pedang itu dengan enteng dan perlahan karena kuatir mulut luka di atas dadanya merekah kembali, ternyata hasil yang diperoleh luar biasa sekali, makin enteng dan perlahan ia gunakan pedang tersebut, tenaga murni yang terpancar keluar lewat ujung pedangnya semakin lancar dan luar biasa. Dalam waktu singkat, kedua orang itu sudah bertarung sebanyak limapuluh jurus lebih, Hoa Thianhong semakin memahami rahasia serta inti dari gerakan ilmu pedangnya, makin bertempur ia semakin bersemangat, semakin bergebrak ia semakin menghemat dalam penggunaan tenaga. Akan tetapi Cukat racun Yau Sut juga bukan seorang manusia sembarangan, meskipun ilmu pedang lawan sangat ampuh akan tetapi keyakinan dalam ilmu silatnya jauh lebih unggul daripada si anak muda itu, sete-lah lima puluh jurus lewat diapun berhasil menguasai seluruh keadaan. Permainan ilmu telapaknya tiba-tiba berubah, ia mulai melancarkan serangan secara bertubi-tubi, jurus satu dengan jurus berikutnya di lancarkan makin dahsyat, hal ini memaksa daya serangan yang terpancar keluar dari ujung pedang Hoa Thian-hong seketika terdesak balik. Pedang baja Hoa Thian-hong dilancarkan secara bertubi-tubi, sekuat tenaga ia berusaha untuk memulihkan kembali posisinya yang terdesak, akan tetapi ilmu silat yang dimiliki Cukat racun Yau Sut beberapa kali lipat jauh lebih tinggi beberapa kali lipat, setelah saling bertahan beberapa saat lamanya, siapa yang tangguh dan siapa yang lemahpun segeia terlihat di depan mata. Tiba-tiba terdengar Cukat racun Yau Sut membentak keras, sepasang telapaknya beterbangan di angkasa, silih berganti ia lancarkan pukulan mematikan yang memaksa Hoa Thian-hong tak mampu mempertahan-kan diri serta mundur ke belakang berulang kali. Melihat dirinya didesak hebat, hawa amarah berkobar di dalam benak Hoa Thian-hong pikirnya dalam hati, "Ibu sedang berlatih ilmu di dalam gua, sedangkan aku bertugas mempertahankan pintu masuk ke dalam gua ini, berarti pula kesela matan jiwa ibuku berada ditanganku, kalau aku begini tak becus, bagaimana tanggung jawabku terhadap ibu nantinya?" Begitu ingatan tersebut berkelebat di dalam benaknya, semangat bertempur segera berkobar di dalam benaknya, pedang baja diayunkan berulang kali, dalam waktu singkat tiga tusukan kilat telah dilepaskan. Meskipun tiga rangkaian serangan berantai itu dilancarkan dalam waktu yang amat singkat akan tetapi daya serangannya amat hebat bagaikan tanggul yang jebol, buru-buru Cukat racun Yau Sut ayunkan telapaknya berulang kali untuk memunahkah serangan tersebut, begitu berat daya tekanan yang datang menggulung membuat dia seakan-akan baru saja melakukan perjalanan jauh. Sreeet....!sreeet....!sreeeet....! tiga buah serangan balasan dilancarkan dengan cepat telah membendung pula serangan gencar dari Cukat racun Yau Sut. Diam-diam juru pikir dari perkumpulan Sin-kie-pang ini merasa amat gusar, dia mendengus dingin dan tubuhnya tiba-tiba menerjang maju ke depan, telapak kiri melancarkan serangan dengan menyapu sedangkan telapak kanan menyerang dengan tonjokan, dengan jurus Thian kang Pat to atau bintang langit cahaya diutara, ia menyerang kemuka. jurus serangan tersebut merupakan suatu serangan yang aneh dan jarang ditemui di kolong langit, menyaksikan datangnya serangan dari pihak lawan itu Hoa Thian-hong merasa gugup dan terkesiap, ia merasa seakan-akan semua jalan mundurnya telah tersumbat oleh pukulan lawan. Para jago yang menonton jalannya pertarungan dari sisi arenapun nampak berubah air mukanya setelah melihat gerakan ilmu telapak itu, Tio Sam-koh serta Hoa In paling terperanjat diantara beberapa orang itu, mereka bersama-sama menunjukkan gerakan hendak menerjang ke depan. Hoa Thian-hong sebagai keturunan seorang jago kenamaan tentu saja tak mau menyerah dengan begitu saja, tiba-tiba ia mengepos tenaga lalu membentak keras, sekuat tenaga ia lancarkan sebuah bacokan ke arah tubuh lawan. Daya serangan yang terpancar keluar dari bacokan itu amat dahsyat bagaikan meretaknya bumi terkena gempa bumi, hawa pedang memancar keempat penjuru diantara berdesingnya pedang baja menembusi angkasa terselip suara getaran lembut yang amat lirih, meskipun lirih namun mengandung daya kekuatan yang menggetarkan hati. Cukat racun Yau Sut merasa terkejut bercampur gusar, melihat sepasang telapaknya hampir menghajar tubuh lawan akan tetapi pedang baja lawanpun akan segera melukai tubuhnya terpaksa ia berganti jurus dan mencari jalan lain untuk menguasai musuhnya. Kehebatan Hoa Thian-hong segera terpancar keluar keempat penjuru, secara beruntun ia lancarkan empat buah babatan dahsyat, tiba-tiba mulut luka di atas dadanya terasa amat sakit dan kedua kakinyapun ikut jadi kaku bercampur linu, Sadarlah si anak muda itu bahwa mulut lukanya pecah kembali, diikuti diapun merasa darah segar bagaikan air marcur mengalir ke luar dengan amat derasnya. Teringat akan darah, tiba-tiba semangat pemuda itu berkobar kembali, dia membentak keras, seluruh tenaga dalamnya disalurkan ke luar dan secara tiba-tiba sebuah bacokan pedang dilepaskan ke arah depan. Dari keganasan serta kehebatan datangnya bacokan lawan, Cukat racun Yau Sut merasa tak mampu untuk menandinginya, dengan cepat badannya berputar kencang, sebuah totokan segera dilepaskan menyergap belakang punggung Hoa Thian-hong. Pertempuran itu benar-benar merupakan suatu pertarungan sengit yang menentukan antara mati hidup, ilmu silat yang dimiliki Yau Sut beraneka ragam dengan jurus yang aneh sebaliknya Hoa Thian-hong hanya mengerti enam belas jurns ilmu pedang yang biasa dan sederhana dalam menggunakan, walaupun begitu pertarungan tetap berjalan seru dan di dalam sepuluh jurus, menang kalah masih belum dapat ditentukan. Sementara itu darah segar telah mengucur keluar membasahi seluruh pakaiannya, mulut luka terasa panas, linu dan sakitnya bu kan kepalang, sambil menggertak gigi menahan rasa sakit Hoa Thian-hong masih tetap berusaha mempertahankan diri, sekalipun begitu rasa sakit terpancar juga dari atas wajahnya. 00000O00000 39 KEADAAN seperti ini tentu saja tak dapat mengelabuhi pandangan mata beberapa orang tokoh persilatan yang sedang menonton jalannya pertarungan dari sisi arena, Hoa In paling gelisah dan kuatir dan dialah yang pertama-tama menyadari keadaan majikan mudanya yang terdesak hebat itu. Teng Kong Li serta kakek bermuka kurus adalah komplotan yang setia dengan Cukat racun Yau Sut, melihat Hoa In menerjang masuk ke dalam gelanggang kedua orang itu segera membentak gusar dan terjun ke dalam kalangan untuk menghalang-halangi niat lawan. "Blaaaam....!" sebuah pukulan yang amat dahsyat dari Hoa In menghajar tubuh Teng Kong Li serta kakek bermuka kurus sehingga isi perutnya goncang dan kepalanya pusing tujuh keliling, tubuh mereka tergetar mundur sampai beberapa tombak jauhnya dari tempat semula....Sepasang mata Hoa In telah berubah jadi merah darah, sepasang telapaknya diayun berulang kali, bagaikan seekor harimau gila dia menerkam ke arah tubuh Cukat racun Yau Sut. Semua peristiwa itu berlangsung dalam sekejap mata, Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo anak buah dari perkumpulan Sin-kie-pang bersama-sama membentak keras dan terjun ke dalam gelanggang. Tio Sam-koh segera putar toya bajanya menyongsong datangnya serbuan itu, dalam waktu singkat suasana jadi kacau balau, pertarungan secara massalpun segera berlangsung. Disaat-saat yang amat kritis itulah, tiba-tiba terdengar seseorang dengan suara yang nyaring bercampur gelisah berkumandang datang, "Saudara-saudara sekalian, harap tahan!" Bersamaan dengan munculnya suara bentakan itu, terlihatlah Pek Kun-gie, Oh Sam serta tujuh delapan sosok bayangan manusia lainnya dalam waktu singkat telah menyeberangi jembatan batu dan meluncur ke arah mulut gua tersebut. Cukat racun Yau Sut berotak cerdas dan paling cepat reaksinya, begitu mendengar suara bentakan dari Pek Kun-gie dia segera menyadari bahwa beban seberat ribuan kati yang terpikul di atas bahunya kini sudah tersingkirkan, dengan cepat ia memerintahkan anak buahnya untuk berhenti bertempur serta meloncat mundur ketepi kalang an. Dalam waktu singkat Pek Kun-gie yang cantik jelita bagaikan bunga mawar itu sudah tiba lebih dahulu di tengah kalangan. Pek Soh-gie jadi kegirangan setengah mati, buru-buru teriaknya dengan suara nyaring, "Moay Moay....!" Dengan sorot mata yang tajam dan cepat Pek Kun-gie menyapu sekejap ke arah para jago yang berada disekeliling tempat itu, ke mudian tegurnya, "Cici darimana engkau bisa tiba di tempat ini?" "Thian Ik-cu telah menangkap diriku kemudian Ciu Itbong membawa aku ke tempat ini dan akhirnya para enghiong hoohan dari perkumpulan Hong-im-hwie menyandera diriku serta memaksa paman Yau untuk bertempur melawan Hoa toako, katanya bilamana paman Yau tidak berhasil menangkap Hoa toako maka akupun tak akan dilepaskan" Pek Kun-gie dengan sorot mata yang tajam dengan cepat berpaling ke arah Hoa Thian-hong. Dibalik sorot matanya itu terselip rasa cinta yang sukar dilukiskan dengan kata-kata, seakan-akan rasa hangat di tengah hujan salju bagaikan pula hujan dimusim kemarau, meskipun hanya pandangan dalam sekejap mata akan tetapi rasa cinta yang terpancar keluar dapat dirasakan pula oleh setiap jago yang hadir dalam kalangan itu. Hoa Thian-hong jadi tersipu-sipu dibuatnya oleh pandangan yang penuh dengan perasaan cinta itu, ketika teringat kembali akan pesan ibunya yang mengharuskan dia untuk memutuskan hubungan dengan gadis ini, buruburu wajahnya dicemberutkan dan tak berani menampilkan senyuman. Pek Kun-gie segera alihkan sorot matanya dan menyapu ke arah para jago dari perkumpulan Hong-imhwie, di atas wajahnya terlintas rasa muak benci dan pandangan hina yang amat tebal. Sedari kecil gadis ini sudah terbiasa dimanja dan selalu pandang tinggi diri sendiri, apabila ia memandang hina terhadap seseorang maka di atas wajahnya segera tercerminlah rasa tak senang hatinya itu. Dan terutama sekali pandangan sinisnya yang penuh penghinaan terasa jauh lebih lihay dari pada tusukan golok, kendatipun seseorang mempunyai iman yang tebal ataupun watak yang sabar, sesudah menyaksikan sikapnya yang penuh penghinaan itu tentu akan naik pitam dan menjadi marah. Malaikat kedua Sim Ciu yang pertama-tama tak kuat menahan diri, sorot mata tajam terpancar keluar dari balik kelopak matanya, dengan penuh kegusaran dia membentak keras, "Budak ingusan! engkaukah putri kedua dari Pek Siau-thian si tua bangka itu?" Cukat racun Yau Sut takut gadis itu tak tahu lihay dan melakukan tindakan secara semberono, buru-buru sambil menuding ke arah orang itu dia menerangkan, "Kedua orang ini adalah dua bersaudara she Sim dari perkumpulan Hong-im-hwie, mereka berdua menetap di Liong bun dan di sebut oleh setiap orang Bulim sebagai Liong bun Siang sat sepasang malaikat dari Liong bun!" Dari sikap malaikat kedua Sim Ciu yang berjaga-jaga di samping tubuh sucinya, Pek Kun-gie segera mengetahui apa maksud tujuan orang, tak tahan lagi ia tertawa dingin. "Heeeh.... heeehh.... heeehh.... kalau kutinjau dari situasi yang terbentang pada saat ini, rupanya perkumpulan Hong-im-hwie sudah mengambil keputusan untuk berselisih paham dengan perkumpulan Sin-kiepang kami?" "Kita toh sama-sama merupakan perkumpulan besar dalam dunia persilatan, apa takutnya untuk berselisih paham" engkau anggap kami jeri terhadap perkumpulanmu itu?" ejek malaikat kedua Sim Ciu sambil tertawa seram. Pek Kun-gie mendengus dingin. "Hmm! perkumpulan Hong-im-hwie bukan milikmu seorang, pendapatmu apakah dapat disetujui oleh rekanrekanmu yang lain?" serunya. Mendengar ucapan itu malaikat kedua Sim Ciu tertegun, sesudah termenung beberapa saat lamanya ia segera berpaling ke samping kiri kanannya dan berseru, "Kami dua bersaudara she Sim adalah satu hati satu pendirian-entah bagaimana dengan pendapat kalian semua?" Jin Hian yang sudah lama tidak buka suara ketika menyaksikan sorot mata Sim Ciu berhenti di atas wajahnya, dengan cepat ia menyambung, "Tujuanku datang kemari adalah mencari tahu siapakah pembunuh puteraku kemudian balaskan dendam bagi kematiannya, persoalan mengenai perkumpulan silahkan kalian berdua untuk memutuskannya sendiri" Setelah berhenti sebentar, sepasang matanya yang tajam menyapu tiada hentinya di atas wajah kakak beradik she Pek itu lalu melanjutkan lebih jauh, "Selamanya pendapat dari Sim loe selalu dikagumi oleh setiap saudara yang ada dalam perkumpulan, tentu saja tak usah kau rundingkan lagi dengan diriku, kalian boleh bersikap sekehendak hatimu!" Dengan sorot mata tajam malaikat kedua Sim Ciu berpaling ke arah rekannya Yan-san It-koay, kemudian bertanya lebih jauh, "Makhluk tua, bagaimana menurut pendapatmu?" "Buat apa musti bersilat lidah dengan kawanan manusia dari angkatan muda, mau berdua, bagaimana kita lakukan saja menurut rencana, kita cepat selesaikan masalah ini agar bisa segera berlalu pula dari tempat ini!" Malaikat kedua Sim Ciu mengerutkan dahinya, tibatiba dengan ilmu menyampaikan suara ia berseru, "Aku hendak berdaya upaya untuk memaksa perempuan itu keluar dari dalam gua, ingin kulihat permainan setan apakah yang sedang ia persiapkan! bagaimana pandangan mu mengenai rencanaku ini?" Dengan ilmu menyampaikan suara Yan-san It-koay segera menjawab pula, "Ilmu ampuh apakah yang telah berhasil kau yakinkan, berani benar mencari gara-gara, apakah engkau yakin mampu menangkan pihak lawan" janganlah dikarenakan sebilah pedang emas yang tak ada harganya, selembar jiwapun ikut lenyap" "Makhluk tua, engkau tak usah lain dimulut lain dihati!" seru Sim Ciu dengan dingin, "kalau engkau menginginkan pedang emas tersebut silahkan tangkap dahulu keparat cilik she hoa itu, kami berdua akan berada di belakang untuk membendung datangnya para pengejar!" "Hmmm! belum tentu ada gunanya kita tangkap keparat cilik itu, lebih batk nanti saja kita bicarakan lagi persoalan ini!" Kedua orang itu saling bercakap-cakap dengan bibir saja yang bergerak namun tak kedengaran sedikit suarapun, setelah ditunggu beberapa saat namun pihak lawan belum juga buka suara, dengan gusar Pek Kun-gie segera menegur, Bagaimana" Apakah engkau ada rahasia penting yang tak dapat diketahui oleh orang lain?" "Heeehh.... heeehh.... heeeh....!" malaikat ke dua Sim Ciu tertawa seram, "budak ingusan besar amat nyalimu! orang sih tak akan kulepaskan engkau mau apa?" Pek Kun-gie tertawa dingin. "Hmm! Semula aku mengira para enghiong hoohan dari perkumpulan Hong-im-hwie adalah manusia-manusia yang luar biasa, tak tahunya keberanian kalian hanya berbuat begitu saja....Hmm! Sungguh memuakkan...." Habis berkata selangkah demi selangkah dia maju ke depan. "Hiantitli, engkau mau berbuat apa" tegur Cukat racun Yau Sut sambil menghalangi jalan perginya. "Aku hendak mengajak jago lihay ini untuk membicarakan soal pertukaran ini" "Bagus sekali, sambung Sim Ciu sambil tertawa, "bagaimana caranya pertukaran ini dilangsungkan?" "Kalau dibicarakan sesungguhnya gampang sekali, engkau boleh segera melepaskan ciciku, sedangkan aku akan menggantikan dirinya sebagai sanderamu, bagaimana" ringan sekali bukan?" Pek Soh-gie jadi gelisah sekali mendengar perkataan itu, buru-buru teriaknya, "Adikku aku tidak takut menghadapi segala sesuatu apapun, engkau tak usah memperdulikan diriku" Pek Kun-gie pura-pura tidak mendengar ucapan tadi, sepasang sorot matanya yang tajam dan dingin berputar di atas wajah Sim Ciu, kemudian serunya kembali, "Hanya urusan yang kecil sekali, apa yang patut kau curigai lagi" takut dengan aku?" Sebenarnya kakak beradik itu adalah saudara kembar yang dilahirkan bersamaan waktunya, akan tetapi setelah keluarganya terjadi perpecahan mengakibatkan lingkungan hidup serta sistim pendidikan yang mereka terima berbeda antara yang satu dengan yang lain. Kalau Pek Soh-gie adalah seorang gadis yang lemah lembut dengan watak yang halus serta ramah tamah, sebaliknya Pek Kun-gie adalah seorang gadis yang kasar dengan mempunyai watak yang keras, sifat maupun gerak-geriknya tentu saja berbeda satu sama lainnya. Terdengar malaikat kedua Sim Ciu menyeringai dan tertawa seram, serunya mengejek, "Pek Kun-gie! Ketahuilah bila engkau sampai terjatuh ketanganku, maka siksaan badaniah yang akan kau alami berat sekali, engkau harus pikirkan lebih dahulu sebelum bertindak" "Hmmmm! banyak bicara tak ada gunanya...." dengan langkah lebar ia segera berjalan maju ke depan. "Kun-gie...." teriak Cukat racun Yau Sut dengan perasaan hati serba salah. Berhubung Cukat racun Yau Sut telah bertempur melawan Hoa Thian-hong, terhadap juru pikir dari perkumpulan ini Pek Kun-gie merasa amat tidak senang hati, tidak menanti ia menyelesaikan kata-katanya, dengan cepat ia menukas, "Paman Yau tak usah menghalang-halangi rencanaku lagi, dia adalah saudara kandungku, apakah titli musti berpeluk tangan belaka?" "Adikku...." teriak Pek Soh-gie dengan amat gelisah, "engkau ataupun aku bukankah sama saja" Kenapa engkau harus bersikeras dengan pendirianmu itu?" Pek Kuo Gie sama sekali tak menggubris ucapan encinya itu, dengan langkah lebar ia segera berjalan menuju kesisi tubuh malaikat kedua Sim Ciu. "Berbuatlah yang cerdik!" seru Sim Ciu sambil menyeringai seram, "selama berada dalam lingkaran daya seranganku, aku harap engkau jangan bertindak secara gegabah!" Rupanya malaikat kedua dari Liong bun ini sudah cukup mengenali watak Pek Kun-gie yang tidak sehalus serta sepenurut enci nya, maka begitu gadis muda itu berjalan mendekat, beberapa totokan dengan cepat di lancarkan menotok jalan darah kaku dikedua belah Mutiara Hitam 6 Roro Centil 15 Langkah-langkah Manusia Beracun Pemburu Darah Satria 2

Cari Blog Ini