Bara Maharani 7
Bara Maharani Karya Khu Lung Bagian 7 terbayang kembali akan pemandangan sewaktu berada ditepi pantai Sungai Huang-hoo tempo dulu, Kiranya perempuan Cantik itu bukan lain adalah Giok Teng Hujien dari perkumpulan Tong-thian-kauw. Dalam hati segera pikirnya, "Seluruh tubuhku telah penuh dengan racun, badanku sudah kebal terhadap racun macam apapun. Kecuali di dalam ilmu silat kita belum pernah bergebrak untuk mengetahui siapa menang siapa kalah, rasanya dia pun tak akan sanggup mengapa-apakan diriku......." Karena berpikir begitu la lantas jejakkan kakinya dan menerobos masuk ke dalam kamarnya lewat jendela. Terdengar Giok Teng Hujien berkata, "Tutuplah pintu jendela dan pasanglah lampu lentera!" "Hmm! maaf cayhe sedang lelah. lebih baik kau turun tangan sendiri!...:" tampik Hoa Thian-hong dengan nada ketus, habis bicara ia segera duduk dikursi. Giok Teng Hujien tertawa riang, "Eeeif bukankah kau telah masuk jadi anggota perkumpulan Tong-thiankauw...?" tegurnya. "Bagaimanapun aku toh menjadi anggota lebih dahulu, kalau dihitung maka aku lebih punya hak dari pada dirimu bukan begitu?" "Oooh..... Jadi ia sudah tahu akan pertarunganku melawan si hweesio gede tadi..." pikir Hoa Thian-hong di dalam hati. Di dalam ia berpikir demikian, diluar ia menjawab dengan nada hambar, "Pek Kun-gie undang diriku untuk masuk menjadi anggota Sin-kie-pang, tapi akhirnya dia menyesal. Aku adalah seorang manusia yang membawa sial, aku takut perkumpulan Tong-thian-kauw pun tak akan mengijinkan aku menancap kaki disitu?" Sambil berbicara ia awasi pihak lawannya lebih seksama lagi. Tampaklah pada tangan kanannya ia membawa sebuah Hud-tim sedang di tangan kirinya membopong makhluk aneh berbulu putih mulus, bermata merah serta berbentuk mirip rase itu. Sikapnya agung dan senyuman manis selalu menghiasi ujung bibirnya. Makhluk aneh berbulu putih itu sebenarnya sedang tidur, kini ia mendusin. Sepasang matanya yang berwarna merah memandang kesana kemari dengan sikap yang aneh, membuat orang yang memandang jadi tidak tenteram dan berdebar. Dalam hati si anak muda itu kembali berpikir, "Si Cukat beracun Yauw Sut adalah manusia licik yang sangat ditakuti oleh setiap umat Bulim, tetapi setelah ia berjumpa dengan Giok Teng Hujien sikapnya ternyata begitu hati-hati dan tak berani bertindak gegabah, dalam segala hal ia mengalah tiga bagian kepadanya. hal ini menunjukkan kalau perempuan ini seandainya tidak memiliki ilmu silat yang sangat lihay. tentulah memiliki tindakan yang paling ganas dan kejam ...." Berpikir sampai disitu, tiba-tiba terdengar Giok Teng Hujien telah berkata kembali, "Duduklah di atas pembaringan, aku hendak mengajak kau untuk melakukan pembicaraan yang seksama." "Hujien. kalau kau ada persoalan katakanlah, cayhe akan mendengarkan dengan serius "sahut Hoa Thianhong dengan sepasang alis berkerut. Giok Teng Hujien tertawa manis. "Kau adalah seorang manusia yang terhormat "ujarnya. "baik siang maupun malam selalu ada saja orang yang melindungi dirimu secara diam-diam, rahasia yang akan kita bicarakan tak boleh sampai kedengaran orang lain!" "Selama cayhe bertindak dan berbuat secara jujur dan terbuka, entah ada rahasia apa yang hendak hujien bicarakan dengan diriku?" "Huuuh! Kau ini memang seorang lelaki yang keras diluar lunak didalam... " terang-terangan kau takut padaku, di mulut saja ngomongnya ketus dan gagah, apakah kau tidak takut dimalu-malui orang?" seru Giok Teng Hujien sambil cibirkan bibirnya yang kecil. "Hujien, tak ada gunanya kau memanasi hatiku!" Tiba-tiba ia teringat bahwa dirinya memang merasa agak jeri terhadap dirinya, maka sambil tertawa geli ia segera bangkit dan berjalan ke sisinya, kemudian duduk ditepi pembaringan sambil menuding makhluk aneh yang berada di dalam bopongannya ia bertanya, "Apakah dia juga pandai menggigit orang?" Giok Teng Hujien tertawa, "Dia bernama Soat-jia, menghadapi manusia semacam Cia Kim....Huuhl Sekalipun ditambah seorang lagipun juga percuma. dalam waktu singkat mereka bakal keok digigitnya!" "Aaaah.. .! masa begitu lihay" waaah ... waaah.... cayhe tidak berani mendekatinya....." seru Hoa Thianhong dengan alis berkerut, sementara dalam hati ia merasa amat terperanjat. "Kau ini.....si.setan cilik" maki Giok Teng Hujien sambil tertawa, ia segera menoleh ke arah "Soat-Jie" dalam pengakuannya dan memerintahkan, "Soat-jie! tunggulah diluar jendela Sana, sebelum ada perintahku janganlah melukai orang!" Rupanya makhluk aneh itu sangat memahami bahasa manusia, mendengar perintah dari majikannya tanpa ragu-ragu lagi ia segera bangkit berdiri. Tampaklah bayangan putih berkelebat lewat melalui jendela yang terbentang lebar, dalam sekejap mata telah lenyap tak berbekas. "Oooh ... sungguh hebat!" seru Hoa Thian-hong tanpa terasa dengan hati kaget. "Aaah konyol kau ini!" kembali Giok Teng Hujien memaki sambil tertawa, tiba-tiba ia merendahkan suaranya dan berkata lebih jauh, "Kau tentu mengetahui bukan siapa yang telah membinasakan Jien Bong, anaknya Jien Han?" Jantung Hoa Thian-hong terdengar amat keras, tadi dengan cepat ia berusaha untuk menenteramkan hatinya kembali, "Menurut apa yang kau ketahui, orang itu adalah seorang gadis yang mengaku bernama Poei Che Giok. entah benar entah tidak aku sendiripun kurang jelas!" "Persoalan itu sih hanya suatu urusan kecil, tetapi kau musti tahu setelah dunia aman tenteram untuk beberapa waktu lamanya, dewasa ini mulai menunjukkan gejala perubahan yang besar, kau hanya kebetulan saja menjumpai kejadian itu maka alangkah baiknya kalau cepat-cepat mengambil keputusan" "Bukankah kolong langit telah dibagi tiga dan pihak Tong-thian-kauw telah memperoleh satu bagian"apa sih gunanya membikin gara-gara lagi"...."tanya si anak muda itu dengan alis berkerut. Giok Teng Hujien segera tersenyum."Bagi suatu perkumpulan macam Sin-kie-pang ataupun Hong-im-hwie mungkin saja mereka puas dengan satu daerah tersebut, tapi bagi partai sekte agama lain keadaannya. cita-cita mereka adalah mengarungi seluruh jagad. nah. itulah dia apa sebabnya Tong-thian-kauw tidak bisa hanya bertahan pada sebagian daerah saja." Ia merandek sejenak, biji matannya yang jeli segera melirik sekejap ke arah wajah Hoa Thian-hong dengan kerlingan tajam kemudian terusnya, "Pek Siauw-thian terlalu kemaruk akan harta dan kekuasaan, sedang Jien Hian adalah seorang manusia licik dengan pikiran yang panjang, kedua orang itu sama-sama bertahan pada daerah kekuasaannya sekarang tanpa ada keinginan untuk meluaskan wilayahnya, waktu berlalu dengan cepat lama kelamaan apakah Tong-thian-kauwcu tidak punya keinginan untuk majukan daerah kekuasaannya" inilah kesempatan yang paling baik untuk bertindak!" "Kalau begitu Tong-thian-kauwcu seharusnya adalah seorang manusia dengan ambisi yang amat besar dan kepandaian memimpin yang hebat?" "Ambisi yang besar mungkin tak bakal salah, mengenai hebatnya kepandaian untuk memimpin sih sulit untuk dikatakan." "Hujien entah apa maksud dan tujuanmu mengucapkan kata-kata seperti ini?" tanya Hoa Thianhong sambil tertawa hambar. "Dunia persilatan sedang kacau, dan perhatian orang tercurahkan ke pihak kami, kenapa kau tidak memanfaatkan kesempatan yang sangat baik ini untuk raembangun serta memperjuangkan cita-citamu?" "Ooooh....! Rupanya ucapanmu mengandung maksud yang sangat dalam!" teriak Hoa Thian-hong dengan hati tercengang. "Hujien, kau toh seorang enghiong dari pihak Tong-thian-kauw, mengapa kau ucapkan kata-kata seperti itu kepadaku?" Giok Teng Hujien segera tertawa cekikikan "Hiiih.... hiiih kau betul-betul seorang manusia yang tak tahu diri!" Serunya pura-pura marah, setelah merandek sejenak sambungnya. "Angin berhembus dikala udara tenang, kematian Jien Bong telah membuat situasi dalam dunia persilatan jadi kacau dan mulai menunjukkan gejala keretakan diantara hubungan tiga kekuatan besar, usiamu pada saat ini masih muda, inilah kesempatan yang sangat baik bagimu untuk tunjukkan kelihayan dan angkat nama, apa yang harus dilakukan sepantasnya kalau kau mulai menyusun rencana sejak kini." "Waaah.... kalau begitu lebih baik cayhe menggabungkan diri ke dalam perkumpulan Hong-imhwie saja!" "Kenapa?" tanya Giok Teng Hujien dengan alis berkerut. "Tabiat cayhe suka terus terang dan bicara seadanya, tidak suka menggunakan akal dan membantu kaum yang kuat dan kosen untuk bekerja, maka setelah kupikir pulang pergi rasanya lebih enak dan menguntungkan kalau aku menggabungkan diri dibawah panji dibawah kekuasaan Jie Hian saja." Giok Teng Hujien tahu kalau pemuda itu cuma bicara ngawur dan sekenanya saja, dalam kenyataan ia tidak ber-sungguh2 hati. maka sambil tertawa tanyanya, "Dimanakah ibumu?" "Dia orang tua sedang melatih semacam kepandaian sakti yang diberi nama Thong-Mo-Sin-Kang atau ilmu sakti pembasmi iblis asal ilmu tadi telah berhasil dilatihnya maka beliau pasti akan segera turun gunung." "Aduuuh. rupanya kau lagi menggertak cici yaah" Hmm! tak usah yaa....!" seru Giok Teng Hujien sambil tertawa. ia merandek dan alihkan pembicaraan kesoal lain "Aku dengar setiap kali kau "Lari Racun" keadaanmu tambah payah dan serius, betulkah itu?" "Terima kasih buat perhatian serta pertanyaanmu iiu, aku rasa dalam dua tiga bulan jiwaku belum sampai mati konyol!" Giok Teng Hujien pun gerakkan pergelangannya mengeluarkan tiga buah jari tangan lalu digeserkan ke arah urat nadi untuk memeriksa denyutan jantung si anak muda itu. Seolah olah menghindari pagutan ular berbisa dengan cepat Hoa Thian-hong tarik kembali tangannya ke belakang sambil berseru "Sekujur badan cayhe penuh dengan racun keji, barang siapa berani menyentuh tubuhku niscaya telapaknya bakal busuk dan keluar nanah. kau jangan dekati diriku!" Giok Teng Hujien tertawa cekikikan, kemudian katanya, "Coba menurut penglihatanmu seandainya pihak perkumpulan Tong-thian-kauw ada maksud meluaskan wilayah kekuasaannya, maka kami akan turun tangan ke pihak yang mana lebih dulu?" "Pertanyaan yang hujien ajukan terlalu berat, darimana cayhe bisa tahu mengenai persoalan yang maha besar itu?" si anak muda itu berpikir sejenak lalu terusnya. "Agaknya pihak Hong~Im-Hwie yang paling lemah, kalau menurut penilaianku maka bila mau menyerang maka pertama-tama kita musti hancurkan pihak mereka lebih dahulu." Sambil tertawa Giok Teng Hujien segera gelengkan kepalanya. "Bila dua kekuatan saling bertempur maka bukan saja kita beradu perajurit, panglimapun kita adu. Pihak perkumpulan Sin-kie-pang menang karena memiliki jumlah prajurit yang banyak, sedang pihak perkumpulan Hong-im-hwie lebih menang dalam hal panglima perangnya. Seandainya kita serang perkumpulan Hongimhwie lebih dulu maka kerugian yang bakal kami derita akan terlalu berat, pihak Perkumpulan Sin-kie-pang yang bersembunyi dibelakang akan jauh lebih ampuh kekuatannya. Sebaliknya kalau kita pukul pihak Sin-kiepang lebih dulu, walaupun Hong-im-hwie memiliki beberapa orang lihay, itupun belum mampu untuk menghadapi pihak Tong-thian-kauw." "Sungguh lihay perempuan ini "pikir Hoa Thian-hong di dalam hati. "Usianya masih begitu muda, tetapi. ia telah menguasai keadaan serta situasi dunia dengan begitu jelas, bukan saja otaknya cerdas siasat, yang dikemukakan pun tepat dan mantap, kedudukannya di dalam perkumpulan Tong Thiap Kauw pasti tidak kecil.... ... Dalam bati berpikir demikian, diluar ia menjawab, "Cara berpikir Hujien serta penganalisaan yang telah kau berikan sungguh hebat, cayhe merasa amat kagum" Giok Teng Hujien mendengus ringan, lalu tertawa. "Apa yang barusan kuutarakan barusan hanyalah siasat cadangan, bilamana keadaan tidak terlalu memaksa kamipun tak akan kerahkan segenap kekuatan kita untuk bertindak demikian, tahukah kau apakah siasatku. yang sebetulnya"........" "Apanya yang susah untuk menebak persoalan itu?" pikir Hoa Thian-hong di dalam hati, "Paling banter kau Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo hanya berusaha menghasut dan memancing terjadinya selisih paham serta bentrokan langsung antara perkumpulan Sin-kie-pang dengan Hong-In-Hwie, sedang pihak Tong-thian-kauw duduk berpangku tangan menonton dua harimau bertarung, dan kemudian menjadi nelayan yang untung ...." Sebenarnya apa yang mereka bicarakan hanyalah suatu kejadian yang sederhana, tapi bila sungguh2 dilaksanakan tidaklah akan segampang seperti waktu berpikir dan mengucapkannya keluar, meski si anak muda itu berpikir sampai disini tapi ia tetap berpura pura tidak tahu, katanya sambil tersenyum, "Pengetahuan cayhe amat cetek, tidak mengerti akan persoalan yang begitu besar dan berat, Hujien! apa pendapatmu" katakanlah agar cayhe bisa mendengarkan dengan seksama dan menambah pengetahuanku yang masih picik......." "Telur busuk cilik!" maki Giok Teng Hujien dengan wajah cemberut, tiba-tiba ia tertawa dan menepuk-nepuk bantal di sisinya sambil berseru, "Ayoh sini, berbaring! aku hendak ajak kau berbicara." Kerlingan mata yang genit serta tingkah lakunya yang merangsang seketika membuat Hoa Thian-hong jadi ter sipu2 dengan wajah berubah jadi merah padam ia gelengkan kepalanya berulang kali. "Lebih baik cayhe duduk saja disini!" "Kalau begitu padamkanlah lampu lentera itu!" Melihat udara sudah terang dan Cahaya sang surya telah memancar masuk lewat jendela, Hoa Thian-hong pun segera ayunkan tangannya untuk memadamkan lampu lentera yang ada di atas meja, angin pukulan menyambar lewat Cahaya lentera seketika padam. Siapa tahu dikala pikirannya bercabang itulah, Giok Teng Hujien bertindak Cepat, ia rangkul pundak si anak muda itu kemudian ditariknya ke belakang hingga roboh terjengkang di atas pembaringan dan tidur berdampingan dengan perempuan itu. Haruslah diketahui, Giok Teng Hujien adalah seorang perempuan yang sudah tersohor akan kegenitannya, nama harumnya tersebar dimana-mana dan dikenal oleh setiap pria. Terhadap perempuan ini sebetulnya saja Hoa Thianhong menaruh rasa jeri dan was-was, Sekarang setelah badannya dirangkul kencang dan berbaring disisi tubuhnya yang montok, hatinya jadi kebat-kebit dan pikirannya terasa kalut. pikirnya di dalam hati "Di kolong langit hanyalah perempuan dan manusia rendah yang sulit dihadapi demikian ujar2 kuno, seandainya aku menyalahi dirinya sehingga membuat perempuan ini dari malunya jadi gusar, tentu saja ia akan mendendam diriku. Dalam keadaan serta situasi seperti ini aku tidak ingin mengikat tali permusuhan dengan siapapun apalagi musuh tangguh macam dia, sebaliknya kalau kau harus menuruti kehendaknya untuk berbuat tidak genah.... waaah entah bagaimana akhirnya"....." Setelah dipikir bolak-balik ia belum berhasil juga menemukan suatu cara yang dirasakan paling bagus, tanpa terasa hatinya jadi semakin tak tenteram. Bagaikan duduk di atas jarum bergeser kesini tak enak bergeser kesanapun sungkan. Terdengar Giok Teng Hujien tertawa merdu, serunya, "Aku mengerti bahwa kau bukanlah makhluk ajaib yang berada di dalam kolam, tidak nanti kau rela masuk jadi anggota perkumpulan Tong-thian-kauw dengan tulus Hali, semakin tak masuk diakal lagi kalau kau rela menggabungkan diri dengan pihak Houg Im Hwie ataupun Sin-kie-pang, bukan begitu?" Hoa Thian-hong hanya berharap bisa cepat-cepat melepaskan diri dari rangkulan mautnya, maka ia lantas menjawab, "Cayhe hanya sebatang kara dan kekuatannya terbatas sekali, apalagi sudah kenyang disiksa kesana kemari. Kalau pihak Tong-thian-kauw suka menerima diriku jadi anggota, Cayhe lebih balk menyerah saja!" "Eeei....Bajingan Cilik, kau jangan lain diluar lain di hati, mengerti?" maki Giok Teng Hujien sambil tertawa. "Hmm..... Hmm..... sekalipun Tong-thian-kauw suka menerima dirimu mereka juga tak ingin mengundang setan masuk pintu." Kalau memang begitu, silahkan hujien segera berlalu!" Giok Teng Hujien tertawa Cekikikan. "Sudah begini saja aku akan memberi kedudukan yang terhormat sekali kepadamu" serunya. "Asal kau suka menjadi anggota perkumpulan kami maka akan kupersilahkan dirimu Untuk menduduki jabatan sebagai Kauwcu dan aku jadi wakilnya, dengan sepenuh hati dan sepenuh tenaga kubantu dan lindungi dirimu. Bagaimana" Apa kau ada, minat" "Loo.. apa Hujien sudah tidak berada dibawah perintah Tong-thian-kauw lagi, masa di dalam sekte agama tersebut masih terdapat organisasi lain lagi?" "Hiih....hiih..,.hiih .. kalau orang tidak serakah langit dan bumi pasti akan ambruk dan kiamat tentu saja akupun ingin mendirikan sebuah perkumpulan sendiri" Diam-diam Hoa Thian-hong terkejut juga setelah mendengar perkataan itu, pikirnya "Ooh. ternyata di dalam tubuh perkumpulan Tong-thian-kauw-pun terdapat orang yang secara diam-diam mengandung maksudmaksud tertentu...:" Berpikir sampai disitu, la sengaja berlagak pilon dan seolah olah tak tahu urusan apapun. katanya, "Cayhe duga sang Kauwcunya tentulah Hujien sendiri. bukan tegitu" tapi.... apasih nama perkumpulanmu itu" sudah ada berapa banyak anggota perkumpulanmu itu?" "Andaikata kau suka menjabat sebagai kauwcuya maka aku adalah anggotamu yang pertama, kau dan aku dua orang bekerja sama bersatu hati memukul rata seluruh kotoug langit, aku tanggung banyak keuntungan yang bakal kita peroleh" Giok Teng Hujien sambil mengerdipkan biji matanya yang jeli, sinar matanya berputar lalu dengan wajah serius ia menambahkan, "Bagaimana kalau kita namakan perkumpulan Thian Te Kauw saja?" Merah jengah selembar wajah Hoa Thian-hong. "0oooh, kiranya hujien sedang mempermainkan diriku, hampir saja cayhe kira apa yang kau katakan adalah sungguh2l" Secara lapat2 iapun dapat menangkap arti serta makna dari ucapan itu, jelas Giok Teng Hujien telah mengutarakan perkataan tadi dengan arti rangkap. secara diam-diam ia sedang memberi kisikan kepadanya bahwa, Sejak bergaul dengan Chin Wan Hong selama beberapa waktu, pikirannya boleh dibilang sudah mulai terbuka terutama sekali mengenai soal cinta asmara, pikirannya sudah tidak sebodoh dan secupat dahulu lagi mengenai soal muda-mudi. Sekarang setelah ia berbaring berdampingan dengan Giok Teng Hujien ditambah pula dengan bau harum semerbak yang aneh berhembus masuk ke dalam lubang hidungnya membuat ia jadi mabok dan seolah olah sedang melayang menuju ke nirwana yang penuh dengan bidadari. Giok Teng Hujien meskipun telah disebut nyonya, namun usianya masih muda belia hanya saja sikapnya yang jauh lebih dewasa serta tingkah lakunya yang Hot mendatangkan daya rangsang yang lebih besar dari sekawanan gadis lain. Hoa Thian-hong adalah seorang pemuda dengan darah panas, setelah berbaring dalam jarak yang begini dekat apalagi kulit harus bergerak dengan kulit, lama kelamaan terpengaruh juga oleh nafsunya hingga tak sanggup menguasai diri. Tetapi... bagaimanapun ia adalah seorang pemuda luar biasa yang lain daripada yang lain, terutama sekali pendidikan moral yang tinggi dari ibunya semenjak kecil membuat dia dengan cepat menyadari akan ketidakbenarannya. Dengan cepat pemuda itu bangkit berdiri sambil berseru, "Hujien, jauh2 datang kemari kau adalah Seorang tamu, cayhe sampai lupa untuk menghidangkan air teh" "Kenapa sih musti bertindak macam segala tetek bengek itu?" tukas Giok Teng Hujien sambil tertawa, ia segera rangkul kembali tubuh si anak muda itu sambil ditarik untuk berbaring kembali. "Terhadap diriku, kau tak usah sungkan-sungkan!" Wajah Hoa Thian-hong berubah semakin merah. "Hujien, racun dari Teratai empedu api masih bersarang di dalam pusarku..."serunya. "Hiiih....hiiih....hiiih..."Giok Teng Hujien kontan tertawa cekikikan, sambil mengerling tajam serunya, "Eeei. setan cilik! cici hanya ingin berbicara saja, aku tak mau minum teh juga tak mau ajak kau untuk......" "Pada saat itulah, tiba-tiba dari halaman luar berkumandang datang suara nyanyian. nyaring yang tajam dan lantang. suara itu segera memenuhi seluruh angkasa dan berdengung tiada hentinya: "Rambut mega Rambut embun lebih indah dari kumpulan gagak, Memperlihatkan kaki yang indah dari balik gaun berwana merah, Tapi lebih indah bunga liar di luar dinding jendela, Kumaki kau bagaikan seorang penghibur lelaki yang murah, Setengah bagian susah dilayani setengah mempermainkan." Baik lagu tersebut walaupun banyak orang yang bisa menyanyikan, tetapi kemunculan yang sangat kebetulan itu cukup mendatangkan suasana yang aneh bagi kedua orang muda-mudi itu. Hoa Thian-hong segera tahu bahwa tingkah lakunya telah diketahui oleh orang lain yang mangintip dari luar jendela, air mukanya seketika itu juga berubah jadi merah padam, dengan tersipu2 ia segera loncat turun dari atas pembaringan. Mula2 Giok Teng Hujien nampak tertegun, tapi dengan cepat ia menjadi tenang kembali. Dengan senyuman dikulum ia dengarkan nyanyian itu hingga habis kemudian. Perlahan-lahan turun dari pembaringan dan menengok keluar jendela, sikapnya aras2an seperti badannya sama sekali tak bertenaga. Tampak suasan diluar halaman tetap sunyi senyap tak nampak sesosok bayangan manusiapun, kecuali Soet jie si makhluk aneh itu tetap melingkar dibawah jendela, tiada sesuatu pertanda apapun ada disitu. Hoa Thian-hong yakin bahwa ketajaman penglihatan serta pendengarannya masih bisa dipertanggung jawabkan, maka ketika dilihatnya suasana di halaman luar sunyi senyap tak nampak sesosok bayangan manusiapun, ia segera sadar bahwa si penyanyi itu sudah berlalu. Dalam hati segera pikirnya, "Entah siapakah orang itu" Kecepatan geraknya benar-benar mengagumkan sekali, bukan saja menyerupai sukma gentayangan bahkan sama sekali tidak meninggalkan sedikit jejakpun!" Dalam pada itu Giok Teng Hujien telah membopong Soat-jie makhluk anehnya sambil berbisik, "Siapa sih tadi yang ada diluar halaman" Ayoh kita kejar dirinya sampai dapat." Sudah dua kali Hoa Thian-hong berjumpa dengan perempuan yang menamakan dirinya Giok Teng Hujien ini, tapi baru pertama kali ini ia menjumpai perempuan itu berbicara dengan wajah kaku, sementara hatinya masih tertegun terasalah pandangan matanya jadi kabur, makhluk aneh bernama Soat-Jie itu sudah berkelebat menuju ke pintu kebun disamping kiri dan lenyap dibalik kegelapan. Giok Teng Hujien segera menoleh dan tertawa, ketika dijumpainya Hoa Thian-hong masih berdiri dengan wajah terkejut ia lantas berseru, "Eeei .. pemuda tampan, mari ikutlah cici, aku telah memerintahkan Soat-jie untuk menangkap bajingan tersebut bagimu!" Dalam hati Hoa Thian-hong memang berharap begitu, maka dengan senang hati ia segera menyetujui ajakan tersebut. Baru saja badannya hendak loncat keluar dari dalam kamar, tahu-tahu tangannya sudah digenggam oleh perempuan itu dan diajak melayang keluar dari kamar. Baru saja tubuh mereka berdua melayang keluar dari pintu kebun, mendadak dari tempat kejauhan terdengar suara ringkikan kuda dan teriakan manusia berkumandang datang, buru-buru mereka segera memburu kesitu. Sebelum tubuh mereka tiba di tempat tujuan, telinga mereka telah menangkap suara desiran tajam yang menderu deru, diikuti teriakan gusar seseorang dengan suara yang serak dan nyaring berkumandang memenuhi seluruh angkasa, "Rase sialan! kuhajar kau sampai mampus! Rase terkutuk ... kuhancurkan tubuhmu........" Sejak tadi Hoa Thian-hong sudah dibikin terkejut dan diliputi keragu-raguan, sedangkan Giok Teag Hujien sewaktu mendengar dengusan-dengusan gusar dari Soat-Jie makhluk aneh itu, di dalam hati iapun merasa terkejut: cepat-cepat badannya berkelebat ke depan, dalam waktu singkat bersama Hoa Thian-hong ia sudah tiba di istal kuda. Tampaklah beberapa orang pelayan sedang berjongkok di sudut tembok dengan badan gemetar, kuda yang berada di istal meloncat loncat dan meringkik panjang tiada hentinya. Di sudut sebelah lain tampaklah seorang kakek tua Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo berbadan kurus tinggi dan berwajah hijau membesi sedang mainkan sebilah pedang lemas sepanjang empat depa di tangan kanannya, lima buah roda berwarna keemas-emasan di tangan kirinya untuk melindungi seluruh tubuhnya dari sergapan maut si makhluk aneh tersebut. Sedangkan Soat-Jie dengan menciptakan diri jadi sesosok bayangan putih yang samar melancarkan tubrukan maut tiada hentinya ke arah si kakek tua itu. Di sudut lain, tampak seorang pria berjubah putih menggeletak di atas tanah dengan badan penuh luka berdarah, pakaiannya koyak-koyak dan raut mukanya susah dikenali lagi karena boleh dibilang sudah hancur sama sekali. Diam-diam Hoa Thian-hong merasa hatinya tercekat Juga setelah menyaksikan pemandangan yang terbentang di depan matanya saat ini, bulu kuduk tanpa terasa pada bangun berdiri. pikirnya: Tidak aneh kalau perempuan itu berani bicara sesumbar dengan mengatakan bahwa dua orang jago lihay macam Cia Kim pun tak akan sanggup menandingi Soat-jie nya kalau ditinjau dari ilmu silat yang dimiliki si kakek tua ini jelas jauh di atas kepandaian Cia Kim, tetapi. Haruslah diketahui si kakek kurus kering itu sekaligus telah menggunakan dua macam senjata aneh yang berbeda satu sama lainnya dimana seluruhnya berjumlah enam buah Pedang lemas adalah sebuah senjata yang sulit digunakan sementara Ngo-Heng-Loen di tangan kirinya terdiri dari lima buah roda yang beratnya rata-rata di atas enam puluh kati, bilamana seorang tidak memiliki gerakan tangan yang lincah serta tenaga lwekang yang amat sempurna untuk mengimbangi penggunaan senjata pedang yang enteng dan senjata roda yang berat, jelas tak mungkin sanggup untuk mempergunakan senjata tersebut. Atau dengan perkataan lain si kakek tinggi jelas memiliki kedudukan yang amat tinggi di dalam dunia persilatan Tampaklah Giok Teng Hujien tertawa hambar lalu berseru, "Aku kira siapa yang berani ajak aku untuk bergurau, kiranya Pelindung Hukum Utama dari perkumpulan Sin-K-ie Pang yang telah tiba!" "Giok Teng Hujien" seru si kakek kurus kering itu. "Dibalik kejadian ini sebenarnya masih terselip persoalan lain....." Sepasang tangannya harus bekerja keras memainkan pedang serta senjata godanya, sedang sepasang matapun dengan tajam menatap terus bayangan putih yang menerjang datang tiada hentinya itu tanpa berkedip, maka untuk mengucapkan dua patah kata yang sikap ia membutuhkan waktu yang amat lama sekali, Giok Teng Hujien tertawa dingin, ia merandek sejenak kemudian secara tiba-tiba memperdengarkan siulan nyaring yang panjang. Begitu mendengar siulan tersebut, Soat-jie si makhluk aneh itu segera menghentikan tubrukannya dan mendekam di atas tanah tanpa bergerak barang sedikitpun jua, sepasang matanya yang berwarna merah darah menatap terus wajah si kakek kurus kering itu tanpa berkedip: seakan-akan ia takut kalau mangsanya itu kabur. "Traaaak....!" ditengah dentingan nyaring, kelima buah senjata roda itu menumpuk menjadi satu dan melayang balik ke tangan kakek tua itu. Walaupun begitu jelas terlihat bahwa seluruh tubuh kakek kurus itu sudah basah kuyup oleh keringat, napasnya tersengal-sengal dan dapat didengar dengan amat jelas. "Ciat Tiang Hong!" jengek Giok Teng Hujien dengan nada ketus. "Bukankah kau mengatakan bahwa dibalik persoalan ini masih terselip masalah lain" Mengapa tidak kau ucapkan keluar?" "Orang yang menyanyikan lagu itu adalah orang lain, Makhluk aneh milik hujien ini meskipun pandai bertempur tapi belum mampu untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah" Sekalipun baru saja lolos dari bahaya maut, tapi nada ucapannya tajam dan jumawa sedikitpun tidak ada maksud untuk mengalah Tidak malu ia duduk sebagai seorang Pelindung Hukum terutama dari perkumpulan Sin-kie-pang, Giok Teng Hujien mendengus dingin sinar matanya segera dialihkan ke arah pria berbaju putih yang menggeletak di atas tanah, setelah menarik sekejap ke arahnya ia lantas menegur:"Siapakah orang ini" apakah dia yang menyaksikan bait lagu tadi".,.." "Saudara ini adalah seorang sahabat dari perkumpulan Hong-im-hwie, maaf kalau loohu tidak bisa mengatakan kejelekan orang lain" jawab kakek kurus itu makin ketus. Terdengarlah pria berbaju putih yang menggeletak di atas tanah itu merintih dan berkata; "Bait lagu itu bukan cayhe yang nyanyikan....." Rupanya ilmu silat yang dimiliki orang ini agak cetek maka tubuhnya tercakar oleh Soat-Jie hingga menderita luka yang amat parah, ketika itu dia sama sekali tak sanggup untuk bangkit berdiri. Sepasang alis Giok Teng Hujien segera berkerut kencang,serunya dengan nada yang dingin, "Sekalipun bait lagu itu bukan kalian yang menyanyikan, tetapi seandainya kau tidak mengintip dan mengawasi diriku dari tempat kegelapan, Soat jie kau juga tak akan mencari kalian tanpa alasan. Hmm. kau tidak ingin dicurigai maka lebih baik segera menyingkir dari sini, jelas kalianlah yang tidak pandang sebelah matapun terhadap diriku. Soet Jie! terjang dia....!" Soet Jie benar-benar amat cerdik dan mengerti akan bahasa manusia, ketika Giok Teng suruh ia berhenti bertarung ia segera berhenti, sekarang setelah diberi perintah untuk menyerang iapun segera maju menyerang. Begitu perintah terakhir dari perempuan itu meluncur keluar dari bibirnya, Soet jie segera menjerit aneh dan menubruk kembali ke depan. Si-kakek kurus kering itu jadi terkejut bercampur gusar. Sreeet! Senjata Ngo Hoen-Loen nya segera direntangkan untuk melindungi tubuhnya dari ancaman lawan, sementara pedang lemasnya dimainkan dengan rapat disekeliling tubuhnya, terlihatlah bayangan pedang menggulung dan mengelilingi seluruh badannya tanpa meninggalkan sedikit peluangpun bagi lawannya untuk menyarangkan cakarnya ke atas tubuhnya. Untung kakek kurus itu cukup cerdik dan berdiri di sudut tembok, dalam posisi yang begini ia hanya cukup berjaga jaga terhadap serangan yang datang dari depan, Meskipun tubrukan dan terjangan Soat-jie cepat laksana kilat tapi dalam keadaan begini daya kekuatannya berkurang juga, seandainya ditanah lapang yang luas, sejak tadi mungkin kakek tua itu sudah kewalahan. Tiba-tiba tampak sesosok bayangan manusia berkelebat lewat, si Utusan pencabut nyawa Mo Ching San meloncat masuk dari luar dinding pekarangan, setelah memberi hormat katanya, "Hujien jangan gusar, hamba ada urusan hendak memberi laporan!" Giok Teng Hujien bersiul memanggil kembali makhluk aneh Soat Jie untuk mundur kesisi tubuhnya, lalu sambil tertawa dingin makinya, "Heeeh.... heeeh.... heeeeeh, bagus, kau tentu sudah lari amat .iauh bukan?" Sekujur badan Ma Ching-san si utusan pencabut nyawa itu seketika gemetar keras buru-buru sahutnya, "Hamba tidak berani melalaikan tugas yang telah dibebankan pada pundak hamba... " ia menghembuskan napas panjang dan meneruskan. "Hamba tidak berani berdiri di tengah halaman .." "Bicara sesingkatnya Saja!" tukas Giok Teng Hujien. "Ketika hamba bertugas diluar dinding tembok mendadak kudengar ada orang sedang menyanyi di dalam halaman. karena takut nyanyian itu mengganggu ketenangan hujien maka aku siap masuk ke dalam untuk melakukan pemeriksaan, pada saat itulah secara tiba-tiba dari pintu belakang berjalan keluar seorang kakek tua dengan langkah yang seenaknya. Karena wajahnya terasa asing maka hamba segera melakukan pengejaran, siapa tahu kakek tua itu licik sekali setelah mengitari halaman ini dua lingkaran mendadak bayangan tubuhnya lenyap tak berbekas." Dalam waktu singkat ia telah berbicara sampai disitu, mendadak selanjutnya ia jadi gelagapan dan tak sanggup meneruskan kembali kata-katanya. Ma Ching-san tahu, ia pasti sudah jatuh kecundang di tangan maka tak berani meneruskan kembali katakatanya, ditinjau dari sikapnya yang begitu ketakutan tanpa terasa pemuda itu segera berpikir, "Aku mengira Hujien ini cuma kukoay dan genit, ternyata semua anggota perkumpulan Tong-thian-kauw begitu ketakutan menghadapi dirinya, ia pastilah seorang yang lihay!" Sementara itu Giok Teng Hujien telah bertanya, "Macam apakah si kakek tua itu" apakah kau berhasil memperhatikan raut wajah serta potongan tubuhnya?" "Dia adalah seorang kakek yang pendek dan gemuk" jawab Ma Ching-san dengan amat hormat. "Wajahaya berwarna merah memancarkan sinar terang, kepalanya botak dan jenggotnya pendek. pakaian yang dikenakan terbuat dari kain kasar, sedangkan di tangannya membawa sebuah kipas bulat yang besar!" Mendengar laporan itu Giok Teng Hujien tundukkan kepala dan berpikir sebentar, tiba-tiba ia mendongak dan melotot sekejap ke arah Hoa Thian-hong dengan pandangan gemas. "Beeei...!Kenapa sih Hujien melotot wajahku" apa salahnya cayhe?" Teriak Hoa Thian-hong dengan cepat. "Huuuh! orang itu bukan anggota perkumpulan Sinkiepang, Hong In Hwie maupun Teng Thian Kauw!" "Lalu kenapa?" "Itu berarti bahwa orang itu adalah manusia dari pihakmu!" Hoa Thian-hong melengak, tapi dengan cepat ia berseru, "Kalau memang dia adalah kawan cayhe, biarlah aku segera pergi mencari dirinya." Sesudah menjura ia segera putar badan dan berlalu dari situ. Giok Teng Hujien segera tertawa cekikikan, lengannya diulur ke depan tahu-tahu Soat jie sudah menyusup ke dalam gendongannya. Tampaklah pinggangnya yang ramping bergerak dan di dalam waktu singkat ia sudah mengejar ke sisi si anak muda itu untuk berjalan berdampingan dengan dirinya sikap tersebut se-akanakan menganggap di sekitar sana tak ada seorang manusiapun. Diam-diam Hoa Thian-hong kesal juga melihat perempuan itu membuntuti terus jejaknya, dalam hati ia berpikir, "Waaduuuh....celaka nih! kalau sampai aku dilengketi terus olehnya, apa yang musti kulakukan?" Otaknya dengan cepat bekerja keras untuk mencari akal guna melepaskan diri dari penguntitan perempuan itu, namun tak sepotong siasatpun yang berhasil didapatkan, Akhirnya dengan perasaan apa boleb buat katanya "Waktu sudah tidak dapat pagi2, siauwte siap akan pergi "Lari Racun" cici bagaimana kalau kau pulang dulu kekuil It Goan Koan" besok siauwte pasti datang berkunjung lagi." "Iiiiirh.,..masih benar mulutmu itu," ejek Giok Teng Hujien sambil tertawa cekikikan. "Cici tak pernah menduga kalau kau sepandai itu untuk merayu perempuan!" Sementara pembicaraan masih berlangsung, kedua orang itu sudah berjalan keluar dari rumah penginapan dan menuju ke jalan raya. Bergaul dengan perempuan seperti ini, Hoa Thianhong merasakan hatinya selalu kebat-kebit diliputi rasa takut, ia takut tindakannya yang keliru akan mengakibatkan munculnya kembali seorang musuh tangguh, waktu itu baik perkumpulan Sin-kie-pang, Hong-im-hwie maupun Tong-thian-kauw akan menjadi musuhnya membuat ia sama sekali tiada tempat untuk berpijak, keadaan seperti itu pastilah mengenaskan sekali. Tiba-tiba terdengar Giok Teng Hujien tertawa dan berkata, "Kau sudah bergadang semalam suntuk, aku pikir perutmu tentu sudah lapar, ayoh aku undang kau pergi makan pagi!" Hoa Thian-hong tidak tahu musti menampik atau menurut saja terhadap undangan nya itu, terpaksa dengan mengikuti disisinya mereka berangkat menuju ke pusat kota. Sepasang muda-mudi ini berjalan berdampingan ternyata amat menyolok sekali, yang lelaki adalah seorang pria tampan berbadan tegap sedang yang perempuan cantik jelita bagaikan bidadari, sepintas lagi hubungan mereka bagaikan kakak beradik tapi kalau dipandang lebih seksama hubungan itu lebih mirip dengan sepasang kekasih. Terlihatlah orang-orang dijalan yang bertemu dengan mereka berdua. ada yang lewat dengan kepala tunduk ada pula yang buru-buru menoleh ke arah lain pura pura tidak melihat, tak seorangpun berani menggunakan pandangan yang gamblang untuk mengawasi kedua orang itu. Beberapa saat kemudian sampailah mereka berdua di depan sebuah rumah makan yang amat megah, Sambil menuding hurup "Cie-Eng-Loo" yang tergantung di depan Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo rumah makan itu Giok Teng Hujien berkata sambil tertanya, "Dua kali ber-turut2 ayah ibu telah mengadakan perjamuan para enghiong di atas rumah makan ini untuk menjumpai pimpinan Hong-im-hwie serta Tong-thian-kauw dan menyelesaikan beberapa masalah Bulim yang serius, rumah makan ini semula bernama "Ka Peng-Cioe-Loo" tapi sekarang mereknya sudah diganti, itupun gara-gara disebabkan karena peristiwa itu!....." Waktu itu sebenarnya Hoa Thian-hong telah melangkah masuk ke dalam pintu, mendengar cerita tadi ia segera alihkan sinar matanya yang diliputi perasaan tercengang untuk memperhatikan sejenak papan merek yang luasnya dua tombak itu, kemudian sambil tertawa paksa sahutnya, "Pengetahuan cici benar-benar amat luas, waktu diutarakan keluar pun menarik sekali untuk didengar...." "Idiiih....malu aah, masa memuji sambil menyindir.,.. Ogah, ogah, aku tak bicara lagi." Di tengah gelak tertawa kedut orang itu telah naik ke atas loteng dan mencari sebuah tempat yang tenang di dekat jendela. Setelah memesan sayur dan arak, Giok Teng Hujien berkata lagi sambil tertawa, "Maukah kau dengarkan kisah mengenai ayah ibumu dimasa yang silam".,..,.." "Mendengarkan saja tentu mau .." tiba-tiba si anak muda itu teringat kembali akan pesan ibunya sesaat sebelum ia turun gunung ia dilarang menyelidiki kisah ayah ibunya. Sebagai seorang anak berbakti dan menuruti perkataan orang tuanya, tentu saja Hoa Thian-hong tak berani melanggar pesan ibunya itu, dengan cepat ia berseru, "Seorang lelaki sejati tak akan membicarakan kejadian yang telah lampau, lebih baik kita tak usah membicarakan persoalan itu." Tertegun dan melongo Giok Teng Hujien setelah mendengar ucapan itu, sambil tertawa segera tanyanya, "Makhluk aneh cilik, lalu apa yang hendak kita bicarakan?" "Cici pernah berkata bahwa pihak perkumpulan Sinkiepang lebih banyak dalam prajurit sedang pihak Hong lm Hwie lebih luas dalam panglima, mengenai soal ini siauwte merasa kurang begitu jelas." "Bukankah persoalan itu gampang sekali untuk dijawab" kenapa kau musti suruh aku kasih penjelasan?" "Malaikat berlengan delapan Cia Kim adalah Sam Tang-kee dari perkumpulan Hong-im-hwie, aku lihat meskipun ilmu silatnya lumayan tapi belum sampai mencapai taraf yang dikatakan betul betul hebat, aku pikir yang lainnya." "Jangan sembarangan menduga, makin menduga semakin keliru "tukas Giok Teng Hujien cepat, "Itulah sebabnya Siauwte mohon penjelasan.." Persoalan ini gampang sekali untuk dijelaskan, perkumpulan Sin-kie-pang adalah suatu perkumpulan dengan mengambil struktur organisasinya menyerupai sebuah pagoda. sang Pangcu duduk jauh di paling atas sedang sisanya adalah anak buahnya semua. "Itu memang betul," Hoa Thian-hong mengangguk membenarkan, "Bila orang lain memiliki ilmu silat jauh di atas Pek Siauw-thian, tentu saja ia tak akan sudi tunduk dibawah perintah orang!" "Sedang perkumpulan Hong-im-hwie sesuai dengan namanya adalah merupakan suatu kumpulan dari semua jago dari pelbagai lapisan masyarakat. semua anggota saling menyebut sebagai saudara. walaupun ada perbedaan dalam sebutan Loo-Toa, Loo-jie atau Loo-sam namun kedudukan serta tingkatan mereka adalah seimbang. Yang disebut sebagai Tang-kee adalah orang yang mendapat tugas untuk menyelesaikan pelbagai persoalan. mengenai hal kepandaian, ketajaman berbicara serta hak dan kewajiban tidak memiliki patokan yang khusus. pokoknya secara singkatnya saja mereka tidak membedakan tingkatan, yang ada hanya urutan dan nomor urutanpun tidak ada hubungannya dengan tinggi atau tidak ilmu silat yang mereka miliki!" "Maksudmu para jago dalam perkumpulan Hong In Hwie, tidak sedikit yang memiliki ilmu silat yang di atas si Malaikat berlengan delapan Cia Kim" . "Boleh dibilang banyak sekali," sahut Giok Teng Hujien, ia merandek sejenak dan angkat teko untuk memenuhi cawan mereka- dengan arak, kemudian sambil tertawa sambungnya Sebetulnya ilmu silat yang dimiliki Cia-Kim tidak berada dibawah kepandaian Ciong-Lian-Khek, kekalahan yang dideritanya kemarin malam sebagian besar disebabkan karena rasa menyesal yang timbul dalam hatinya setelah teringat akan kesalahan yang pernah dibuatnya membuat ia jadi tidak tenang dan pikirannya jadi kalut. kau janganlah menilai seorang enghiong dari menang kalahnya, berhubung ia kalah maka kau anggap ilmu silatnya hanya begitu-begitu saja Si Hweesio gede yang bernama Seng Hauw itupun bukan seorang manusia sembarangan "Aku sanggup menahan dirinya, itu berarti bahwa ia belum termasuk seorang jago yang sangat lihay" seru Hoa Thian-hong dengan cepat sambil tertawa geli, Sementara pembicaraan masih berlangsung tiba-tiba dari luar rumah makan berkumandang datang suara derap kaki kuda, diikuti seseorang dengan suara pembicaraan yang berat dan penuh bertenaga sedang bercakap-cakap dengan seseorang. Giok Teng Hujien melongok sekejap keluar jendela, air mukanya mendadak berubah, serunya sambil tertawa." "Waduuuih! Coe Goan Khek telah datang, dia adalah Jie Tang-kee dari perkumpulan Hong-im-hwie seorang jago lihay diantara jago lihay yang lain!:.." Mendengar ucapan itu buru-buru Hoa Thian-hong pun melongok keluar tampak olehnya seorang kakek tua berjenggot panjang selambung berwajah model persegi, berbahu bidang dan sepasang mata memancarkan cahaya tajam sedang melangkah masuk ke dalam rumah makan diikuti tiga orang pria lainnya. Diantara ketiga orang pengikutnya itu, dua orang mempunyai perawakan kurus kering bagaikan dua batang tongkat bambu, Sedang orang ketiga adalah seorang pemuda tampan berbadan kekar Raut wajah pemuda itu tampan sekali, cuma sorot matanya sayu dan ke-bodoh2an, wajahnya tidak memperlihatkan perubahan perasaan dan jalannya tegak lagi lurus ke muka, keadaan itu bagaikan seseorang yang ngelindur dan berjalan di dalam impian Begitu bertatapan muka dengan orang itu sekujur badan Hoa Thian Hong segera bergetar keras, Dalam pada itu Giok Teng Hujien telah berkata lagi sambil tertawa, "Bocah muda berdandan Boe-su yang kemarin Kau hajar sampai setengah mati itu bersama Coe Siauw Khek dia adalah putra kesayangan dart Coe Goan Khek ini...." Mendadak ia merandek ketika dilihatnya air muka si anak muda itu berubah hebat dengan cepat ia genggam tangannya sambil menegur, "Eeeei! kenapa kau" Tengah hari belum sampai masa racun teratai dalam tubuhmu sudah kambuh?" Tingkah lakunya yang lembut dan romantis tanpa terasa telah menghilangkan rasa permusuhan diantara Hoa Thian Hong dengan Giok Teng Hujien, seakan-akan sedang berbicara dengan encinya saja, ia lantas menjawab, "Pemuda gagah yang berada dipaling belakang itu adalah sahabatku, kenapa ia bisa melakukan perjalanan bersama sama Coe Goan khek?" "Apa" dia adalah kawanmu?" seru Giok Teng Hujien tercengang. "Apakah tahu dengan asal usulnya?" "Dia bernama Chin Giok Liong, putranya Chin Pek Cuan dari kota Keng-Chiu...!" "Ooooh...! sekarang aku ingat sudah!" seru Giok Teng Hujien sambil tertawa. "Bukankah kau punya hubungan yang sangat akrab dengan encinya" dia toh adik iparmu?" Hoa Thian-hong ulapkan tangannya dan segera berdiri menuju ke tempat luar. Giok Teng Hujien tertawa ringan, ia tarik tangan si anak muda itu sambil serunya, "Eeei, mau apa kau" marah yaah dengan cici?" "Cici, aku tidak marah kepadamu!" jawab Hoa Thianhong dengan alis berkerut. "Harap tunggulah sebentar disini, aku mau kesana untuk bertanya kepada Toako dari keluarga Chin itu, kenapa ia melakukan perjalanan bersama-sama Coe Goan Khek?" "Tak usah ditanyakan lagi, Chin Toako mu itu sudah dicekoki dengan sebangsa obat pemabok, kesadarannya telah punah sama sekali. Keadaannya tidak lebih bagaikan sesosok mayat hidup." "Hoa Thian-hong jadi semakin gelisah. "Aku harus pergi kesana dan menanyakan, persoalan ini hingga sejelas-jelasnya!" Ia meronta dan berusaha melepaskan diri dari cengkeraman si perempuan itu. Tapi genggaman Giok Teng Hujien pada tangannya sedikitpun tidak mengendor, malah sambil tertawa merdu nasehatnya. "Persengketaanmu dengan pihak perkumpulan Hongimhwie tidak kecil, kalau memaksa juga untuk kesitu maka kemungkinan besar jiwamu akan terancam oleh bayangan maut." Jilid 12 : Thong Thian Kauw vs Hong Im Hwie CICI, kau tidak tahu bahwa nona Chin dengan mempertaruhkan jiwanya telah menyelamatkan diriku dari mara bahaya, namun hal ini masih tidak penting...." "Lalu apa yang paling penting?" "Kedatangan siauwte ke dalam dunia persilatan kali ini tujuannya bukan tain adalah melaksanakan perintah dari ibuku untuk menyelamatkan jiwa keluarga Chin," kata Hoa Thian-hong dengan wajah serius. "Bila menolong orang tidak menolong sampai pada dasarnya, darimana siauwte punya maka untuk berjumpa lagi dengan ibuku?" "Saudaraku, apa yang cici katakan kepadamu adalah perkataan yang sejujurnya!" seru Giok Teng Hujien sambil tertawa. "Tenaga gabungan kita berduapun belum tentu bisa menandingi kekuatan mereka bertiga, kenapa sih kau musti mencari kerugian yang ada di depan mata?" Dengan perasaan berterima kasih Hoa Thian-hong anggukkan kepalanya. "Siauwte pun mengerti akan enteng beratnya persoalan, cuma peristiwa ini sudah berada di depan mata, masalah kita musti mengkeret dan takut untuk maju" Cici, harap kau duduk sejenak disini, siauwte akan pergi sebentar saja kesitu dan segera kembali." Giok Teng Hujien tertawa mengikik. "Manusia tolol, setelah kesitu kau takkan bisa kembali lagi!" Ia menghela napas panjang, bangkit berdiri dan berlalu bersama-sama dirinya. Sambil tertawa ia melanjutkan, "Aaaii.... akupun tak tahu kenapa bisa begitu menurut dengan dirimu...." "Kenapa?" "Kalau tidak mengerti, lebih baik jangan bertanya!" Rumah makan Cie Eng Loo adalah rumah makan paling besar pada waktu itu, di tengah rumah makan itu terdapat sebidang tanah lapang yang diberi nama 'YanBoe-Peng' atau lapangan demonstrasi silat, luasnya dua puluh tombak persegi dengan alas batu hijau yang atos, sekeliling tempat itu dilapisi oleh dinding tembok terbuat dari batu granit, disitulah tempat yang biasanya digunakan untuk beradu silat. Diluar pagar merupakan sebuah serambi yang berliukliuk, dimana biasanya para penonton menikmati jalannya pertarungan sambil minum arak. Di samping serambi tadi terdapat pula garuda dan bangunan loteng sejumlah dua puluh buah. Pemilik dari rumah makan inipun seorang jago silat dari kalangan Bulim, tapi tidak tergabung dalam perkumpulan Sin-kie-pang, Hong-im-hwie maupun Thong-thian-kauw. Dalam rumah makan tadi terdapat satu peraturan yang unik, yaitu bilamana tidak terdesak oleh keadaan selamanya tidak memberi kesempatan bagi para jago dari ketiga perkumpulan itu untuk saling berjumpa muka di tempat itu, tindakan ini dimaksudkan agar bisa mengurangi bentrokan phisik yang tidak perlu. Setibanya di tempat luar, Hoa Thian-hong segera celingukan kesana kemari namun bayangan tubuh Cu Goan-khek sekalian tak ditemukan juga. Melihat tingkah laku si anak muda itu, Giok Teng Hujien segera tertawa. Kepada pengurus yang bertugas di serambi bawah tegurnya, "Eeei, Cu Tang-kee berada dimana?" "Hamba segera akan membawa jalan!" buru-buru pengurus itu berseru sambil bongkok bongkokkan badannya. oooOcoo DENGAN mengikuti di belakang pengurus tadi, kedua orang itu secara beruntun telah melewati beberapa lapis serambi yang berbelok kesana kemari, akhirnya sampailah di sebuah beranda tepat berhadapan dengan lapangan 'Yan-Boe-Peng'. Tampaklah sebuah meja perjamuan telah dipersiapkan, Cu Goan-khek duduk di kursi utara sedang dua orang kurus kering yang nampaknya menyerupai sepasang saudara kembar itu duduk di kedua belah sisinya. sedang Chin Giok-liong dengan badan kaku bagaikan patung duduk di hadapan mereka. Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tiba-tiba Cu Goan-khek angkat kepalanya, ketika ia jumpai Giok Teng Hujien mendampingi seorang pemuda berwajah tampan berjalan menghampiri dirinya, air muka orang itu seketika berubah hebat diikuti wajahnya yang berbentuk persegi segera terlapis oleh nafsu membunuh yang menyeramkan. Hoa Thian-hong langsung berjalan masuk ke dalam ruangan, sinar matanya dengan tajam menatap Chin Giok-liong tanpa berkedip, melihat pemuda itu tetap duduk dengan wajah yang ketolol-tololan tanpa terasa diam-diam ia menghela napas panjang. Sebetulnya pada saat itu wajah Giok Teng Hujien dihiasi dengan senyum tetapi setelah menjumpai beberapa orang itu tak seorangpun yang bangkit dari tempat duduknya, ia segera berhenti berjalan dan serunya dengan nada dingin, "Saudaraku, kalau kau ada urusan cepatlah diselesaikan kemudian kita harus pergi minum arak." "Sungguh mengagumkan sekali 'Nyonya' ini, berhadapan muka dengan musuh tangguhpun tak mau turunkan pamornya," pikir Hoa Thian-hong di dalam hati. Otaknya dengan cepat berputar, setelah mengambil keputusan untuk mengatasi persoalan itu di ujung senjata seorang diri ia segera meneruskan langkahnya berjalan maju ke depan. Tiba-tiba terdengar Cu Goan-khek tertawa keras, sepasang telapaknya menekan pinggiran meja dan segera bangkit dari tempat duduknya. Tenaga lweekang yang dimiliki orang ini sungguh amat sempurna, gelak tertawa yang amat perlahan itu ternyata cukup menggetarkan telinga sehingga gendang telinganya secara 1apat-lapat terasa sakit. Setelah Cu Goan-khek bangkit dari tempat duduknya, kedua orang lelaki kurus kering itupun bangkit berdiri, hanya Chin Giok-liong seorang tetap duduk di tempat semula tanpa berkutik, seolah olah terhadap gerak-gerik beberapa orang itu ia sama sekali tidak melihat. Giok Teng Hujieu kuattr Cu Gotn Khek secara tiba melancarkan serangan bokongan yang mematikan, cepat iapun melangkah maju ke depan dan berdiri disisi Hoa Thian-hong, wajahnya berubah jadi sinis dan penuh dihiasi dengan ejekan. Suasana jadi semakin tegang, rupanya sebelum pembicaraan dilangsungkan pertempuran bisa segera meledak. Tiba-tiba Cu Goan-khek berhenti maju ke depan dan merangkap tangannya menjura, kemudian sambil tertawa katanya, "Hujien, Harap kau suka maafkan diri loohu yang sudah bersikap kurang hormat terhadap dirimu. Maklumlah, loohu sedang diumbar oleh hawa amarah yang rasanya susah dikendalikan lagi." Air muka Giok Teng Hujien masih tetap dihiasi senyuman sinis, sambil menyelempitkan senjata Hudtimnya ke belakang bahu ia berkata dengan nada ketus, "Soat-jie ku tadi pagi telah melukai seorang anggota perkumpulan kalian." "Jumlah anggota perkumpulan Sin-kie-pang, Hong-imhwie serta Thong-thian-kauw amat banyak dan tak terhitung jumlahnya, sekalipun terjadi sedikit kesalahpahaman diantara kawanan sealiran, rasanya juga tak usah dipersoalkan lebih lanjut" tukas Cu Goankhek sambil goyangkan tangannya. Ia merandek sejenak, lalu sambil tertawa terbahakbahak sambungnya lebih lanjut, "Loohu mempunyai peraturan loohu sendiri, dan Hujien pun mempunyai peraturan menurut selera serta cara hujien sendiri, bilamana manusia yang tak tahu diri berani bertindak kurangajar, sudah sewajarnya kalau kita beri hukuman yang setimpal." Giok Teng Hujien segera tersenyum. "Pantanganku yang paling berat adalah tidak akan memberi kesempatan hidup bagi seseorang yang berani mengintip rahasia pribadiku, entah bagaimana pula dengan peraturan dari Jie Tang-kee?" "Putra kesayangan dari Jien toako telah mati dibunuh oleh seorang manusia berhati keji, Loohu pun hanya mempunyai seorang putra tunggal, aku tidak ingin kejadian serupa itu terulang kembali untuk kedua kalinya!" Bicara sampai disitu, dengan sorot mata yang tajam menggidikkan orang she Cu itu segera alihkan sinar matanya ke atas wajah Hoa Thian-hong, tegurnya, "Putra kesayangan Loohu apakah menderita luka di tanganmu?" Giok Teng Hujien gerakkan bibirnya seperti mau mengucapkan sesuatu, tiba-tiba Hoa Thian-hong berpaling dan katanya sambil tertawa." "Cici, maafkanlah daku, siauwte akan mengatasi sendiri persoalan ini!!" Diluar ia berkata demikian, sementara di dalam hati pikirnya, "Hidup di dalam dunia persilatan memang penuh diliputi oleh mara bahaya yang setiap saat bisa mengancam datang, bila aku tak mampu menandingi kepandaian silatnya aku masih bisa kabur, kalau tak Sanggup kabur adu bisa bertahan sampai titik darah penghabisan, minta perlindungan di bawah gaun seorang perempuan, kejadian ini apakah tidak akan dibuat sebagai bahan lelucon oleh orang lain" lagipula belum tentu ia sanggup memberikan perlindungan kepadaku." Setelah mengambil keputusan di dalam hati sikapnya jadi semakin tenang dan kalem, kepada Cu Goan-khek ujarnya, "Kemarin malam cayhe memang pernah saling beradu satu pukulan dengan putra kesayanganmu, waktu itu serangan yang cayhe lancarkan terlalu berat hingga mungkin sudah melukai putramu, untuk itu harap kau suka memberi maaf!" Sepasang mata Cu Goan-khek melotot besar, sepasang sorot mata yang tajam bagaikan dua batang pisau menatap wajah si anak muda itu tanpa berkedip, lama kemudian ia baru menegur, "Apakah kau she Hoa?" "Cayhe Hoa Thian-hong, majikan lama dari perkampungan Liok Soat Sanceng," jawab si anak muda itu sambil tertawa ewa. Cu Goan-khek mendengus dingin. "Hmmmm! peristiwa yang sudah lampau tak usah kita ungkap kembali. Putraku tak becus dan terima kasih buat pelajaran yang telah kau berikan kepadanya mewakili diriku. Loohu sendiripun merupakan seorang manusia yang tak tahu diri, aku ingin sekali mohon petunjuk pula mengenai kehebatan ilmu silatmu!" "Oooh, jadi inikah peraturan dari Jie Tang-kee?" "Sedikitpun tidak salah, inilah peraturan dari Loohu! Musuh yang tak sanggup dihadapi putraku maka Loohu akan turun tangan sendiri untuk menghadapinya." "Ooooh, pandai sekali Jie Tang-kee menyayang anak!" sindir Hoa Thian-hong sambil tertawa, mendadak dengan wajah serius ujarnya lebih jauh, "Kedatangan cayhe pada saat ini bukanlah untuk mencari satori atau gara-gara dengan diri Jie Tang-kee, tapi kalau memang Jie Tangkee ada keinginan untuk minta petunjuk tentu saja cayhe akan mengiringi keinginanmu itu." "Sebelumnya ada sedikit urusan kecil mohon Jie Tangkee suka memberi penjelasan terlebih dahulu" Sebelum orang she-Cu itu sempat menjawab, tiba-tiba terdengar Giok Teng Hujien telah berteriak, "Jie TangTiraikasih Website http://kangzusi.com/ kee, kaupun merupakan seorang enghiong yang memiliki nama besar yang telah menggemparkan seluruh kolong langit. masa beginikah caramu untuk menyambut kedatangan seorang tetamu?" "Aku dengar perempuan siluman ini lihay sekali," diam-diam Cu Goan-khek berpikir di dalam hati. "Jika ditinjau dari sikapnya yang begitu membelai bajingan cilik itu, kemungkinan besar kedua orang ini sudah berkomplot lebih dahulu. Dalam hati ia berpikir demikian, diluar segera mempersilahkan tamunya untuk masuk ke dalam ruangan, katanya, "Silakan kalian berdua masuk ke dalam pertama-tama loohu hendak menghormati secawan arak lebih dahulu kepada kalian kemudian baru minta petunjuk dari Hoa kongcu!" Giok Teng hujien tersenyum, ia segera berjalan masuk lebih dibulu ke dalam ruangan. Hoa Thian-hong berjalan ke sisi Chin Giok-liong dan duduk disampingnya, ia menegur, "Chin-heng, masih ingatkah kau dengan siauwte Hong-po Seng?" Mendapat pertanyaan itu, sepasang mata Chin Giokliong yang pudar tak bercahaya dialihkan ke atas wajah Hoa Thian-hong, lama sekali ia duduk tertegun lalu menoleh ke arah Cu Goan-khek. Orang she-Cu itu segera menunjukkan suatu gerakan tangan, melihat gerakan itu Chin Giok-liong tundukkan kepalanya dan tidak memberikan suatu reaksi lagi. Diam-diam Hoa Thian-hong jadi amat gelisah, pikirnya, "Gerakan tangannya itu sederhana dan sama sekali tidak mengandung arti, tapi dalam pandangan Chin Giok-liong yang nampaknya pudar dan tak bercahaya itu seolah-olah mengandung suatu arti yang mendalam, sebetulnya apa yang telah terjadi?" Pelayan telah menambah cawan dan sumpit bagi tamu yang baru datang, sedang pria tinggi kurus yang duduk di kursi utama angkat poci araknya dan memenuhi cawan dari Giok Teng Hujien serta Hoa Thian-hong. Menyaksikan kesemuanya itu, Giok Teng hujien tertawa. sambil menuding ke arah orang itu katanya, "Saudaraku, dia ada1ah Siang loo-toa, sedang disebelah sana Siang loo-jie, kedua orang bersaudara ini menduduki urutan kursi keenam belas dan tujuh belas di dalam perkumpulan Hong-im-hwie, ilmu cakar Thong Long-Jiauw yang diyakini kedua orang ini termasyhur sebagai ilmu silat maha sakti di dalam dunia persilatan!" "Selamat bertemu!" kata Hoa Thian-hong sambil menjura, sinar matanya berkelebat menyapu sekejap jari tangan Siang loo-toa yang mencekal poci arak, ketika dilihatnya kelima jari tangan orang itu bersih tidak menyerupai seseorang yang ilmu cakar beracun, dalam bati ia merasa keheranan sedang rasa was-was pun semakin menebal. Tampak Siang loo-toa meletakkan poci arak itu ke atas meja, lalu sambil balas memberi hormat katanya, "Aku adalah Siang Kiat dengan adikku Siang Hauw!" Sementara Siang Hauw dengan suara dingin menegur, "Hoa-heng, apakah kau telah menggabung diri dengan pihak sekte agama Thong-thian-kauw?" Walaupan Siang Kiat serta Siang Hauw adalah saudara sekandung tetapi watak Loo toa lebih mantap dan berpikir panjang sedang sang Loo-jie berangasan, tak dapat menyembunyikan perasaan sendiri. Mendengar teguran orang tidak senonoh dan mengandung maksud tak baik, tidak menanti Giok Teng Hujien buka suara, Hoa Thian-hong segera menjawab dengan nada ketus . "Selama aku hidup berkelana Seorang diri, belum pernah terlintas dalam benakku untuk masuk menjadi anggota perkumpulan Thong-thian-kauw!" Giok Teng Hujien yang sedang memberi minum Soatjie makhluk anehnya dengan arak wangi segera menyambung pula sambil tertawa, "Sekalipun antara aku dengan saudara Hoa tiada hubungan tugas, tetapi hubungan persahabatan kami sangat erat, bila Siang Loo-jie ada urusan mau cari dia atau aku juga lama saja" Sepasang alis Siang Hauw kontan berkerut, dengan wajah berubah hebat serunya, "Sudah lama aku Siang Loo-jie mendengar orang berkata bahwa ilmu Kie-Sat Sinkang yang dimiliki Hujien merupakan ilmu ampuh dalam dunia persilatan, bila kau tidak keberatan ingin sekali aku mohon beberapa jurus petunjuk dari Hujien." "Hiih....Hiih....Hiiiih....bagus sekali!" sahut Giok Teng Hujien sambil tertawa terkekeh kekeh. "Bila kalian dua bersaudara punya kegembiraan, aku pasti unjukkan kejelekanku buat kalian berdua." Maksud dari ucapan itu jelas sekali, ia telah masukkan pula sang Loo-toa Siang Kiat dalam hitungan. Cu Goan-khek yang merasakan situasi makin lama tidak menguntungkan, segera tertawa seram, ia menoleh ke arah Hoa Thian-hong sambil tegurnya hambar, "Apa kongcu kau ada urusan apa" rasanya sekarang boleh utarakan keluar" Hoa Thian-hong mengejek dingin, ia tuding ke arah Chin Giok-liong dan berkata, "Karena persoalan apa Saudara Chin ini telah menyatroni diri Jie Tang-kee...." Kalau dilihat tingkah lakunya yang bodoh dan lamban, cahaya matanya yang pudar serta sikapnya yang tidak bicara tidak tertawa, rupanya kau sudah cekoki sebangsa obat pemabok kepadanya hingga ia hilang ingatan...!" "Oooh! Rupanya kedatangan Hoa kongcu adalah disebabkan urusan ini!...." Ia merandek sejenak, sorot matanya yang tajam kembali menatap wajah si anak muda itu dalam2. Kesaktian ilmu silat yang dimiliki Hoa Goan-siu serta nama besarnya yang telah menggetarkan seluruh sungai telaga telah membekas sangat dalam di hati kecil setiap jago dari dunia persilatan, sekalipun Hoa Thian-hong masih muda, namun Cu Goan-khek tak berani memandang enteng dirinya sebab ia menganggap ayahnya lihay sedikit banyak anaknya pasti punya simpanan yang lumayan. Setelah merandek sejenak, segera sambungnya kembali, "Chin Giok-liong ini sih tidak mencari perkara dengan diriku, tetapi dia sudah menyalahi seorang Ciong Touw-cu kami hingga ia harus minum obat pemabok Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo milik Touwcu tersebut, lalu tolong tanya Hoa kongcu ada rencana apa terhadap urusan ini?" Diam-diam Hoa Thian-hong merasa amat gusar jawabnya tegas, "Maaf terpaksa aku orang She Hoa-kee harus bertindak kurangajar dan minta kembali orang itu dari tangan Jie Tang-kee, di samping minta pula obat penawar dari racun pemabok dari Jie Loo Tang-kee!" "Haaaah.... haaaah..... haaaah...." Cu Goan-khek mendongak dan tertawa terbahak bahak. "Untuk minta kembali orang ini sih gampang, cuma untuk mendapatkan obat penawar itu rasanya terlalu susah!" Apa kehendak Jie Tang-kee harap segera dikatakan keluar, aku orang she Hoa pasti akan berusaha memenuhinya dengan sebaik baiknya!" Nafsu membunuh berkelebat menghiasi wajah Cu Goan-khek, ia tertawa dingin. "Untuk memerintah dirimu sih aku berani, tetapi Hoa kongcu sebagai keturunan seorang jagoan yang tersohor namanya di kolong langit tentu memiliki ilmu silat yang sakti, asal kau sanggup memenangkan satu atau setengah jurus dariku, maka Chin Giok-liong segera akan kuserahkan kembali pada diri kongcu" Giok Teng Hujien yang selama ini selalu membungkam, tiba-tiba menimbrung dari samping, "Oooh...! Sungguh tak nyana Jie Tang-kee mempunyai kegembiraan sebesar itu, akupun sudah lama tak pernah bergebrak melawan orang, otot-otot di tangan serta kakiku terasa agak kaku dan linu...... bagus sekali! Beruntung kita bisa saling bertemu pada hari ini, biarlah aku yang melayani Jie Tang-kee untuk bermain sebanyak beberapa jurus!" Habis berkata ia mengelus bulu makhluk anehnya kemudian meletakkan binatang tadi di bawah meja. Baik Cu Goan-khek maupun dua bersaudara she-Siang sama-sama mengetahui sampai dimanakah kelihayan dari makhluk aneh itu, melihat binatang tersebut mendekam di bawah meja ketiga orang itu diam-diam jadi tegang bercampur gelisah, mereka kuatir kalau makhluk itu secara tiba-tiba menggigit kaki sendiri. Oleh sebab itu seluruh perhatian mereka segera dipusatkan jadi satu untuk bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan, siapapun diantara ketiga orang itu tak berani turun tangan secara gegabah Giok Teng Hujien tersenyum, ia menoleh ke arah Hoa Thian-hong dan bertanya lirih, "Sewaktu racun dalam tubuhmu kambuh, apakah kau masih sanggup untuk turun tangan bergebrak melawan orang?" Setiap perkataan dan setiap senyuman dari perempuan ini terhadap diri Hoa Thian-hong selalu disertai dengan nada halus, lunak dan hangat yang sukar dilukiskan dengan kata", membuat si anak muda itu lama kelamaan takluk oleh kelembutan serta kemesraannya itu, perasaan simpatik dan senangpun makin mendekati perempuan itu. Terutama sekali berhadapan muka dengan musuh tangguh pada saat ini bisa mendengar pertanyaan yang begitu hangat serta penuh perhatian membuat si anak muda itu jadi amat terharu. "Terima kasih atas perhatian dari cici," sahutnya. "Siauwte sendiripun tidak tahu dikala racun teratai itu mulai kambuh, sanggupkah aku bergebrak melawan orang?" Bicara sampai disini ia putar kepala dan memandang cuaca, setelah mengetahui bahwa saatnya hingga racun teratai itu mulai kambuh masih terpaut setengah jam, dalam hati segera pikirnya, "Ilmu silat yang dimiliki Chin Pek-cuan ada batasnya, enci Wan-hong sendiri kendati sudah angkat Kioe-Tok Sian-Ci sebagai guru tetapi ilmu silatnya sewaktu masuk perguruan ada batas2nya pula, apalagi air yang jauh sulit menolong kebakaran di depan mata, Dalam urusan yang terjadi hari ini bila aku tidak unjukkan diri untuk bantu yang lemah, maka kesatu aku akan malu menjumpai enci Wan-hong, kedua, aku gagal menolong orang dan tak bisa memberikan pertanggungan jawab terhadap ibu ..." Meski yang dipikir banyak tapi semua ingatan tersebut berkelebat dalam sekejap mata, sesudah mengambil keputusan di dalam hati ia segera bangkit berdiri dan turun dari beranda. Melihat pemuda itu sudah tinggalkan tempat duduknya Che Goan Khek segera menoleh dan menatap wajah Giok Teng Hujien tajam-tajam, serunya, "Peristiwa yang terjadi hari ini merupakan bentrokan antara sahabat ataukah perebutan antara perkumpulan Hong-im-hwie dengan Thong-thian-kauw" harap Hujien bisa memberikan ketegasan!" "Bagiku kedua duanya sama saja!" "Perempuan siluman" sumpah Cu Goan-khek di dalam hati. "Kau tak usah jual lagak dihadapanku suatu hari loohu pasti akan suruh kau rasakan kelihayanku!" Dalam hati ia memaki, diluar wajah tetap tenang seperti sedia kala. dan dalam sakunya dia ambil keluar sebuah medali Kim Pay dan serahkan kepada pelayan yang berdiri disisi ruangan, katanya, "Katakan kepada pengurus, semua saudara yang tergabung dalam perkumpulan Hong-im-hwie tidak diperkenankan masuk ke dalam rumah makan ini ..." Giok Teng Hujien tertawa terkekeh, dari sakunya diapun ambil keluar sebuah benda dan diserahkan kepada pelayan itu sambil pesannya , "Bilamana di atas loteng terdapat anak murid dari perkumpulan Thongthiankauw, usir mereka semua dari tempat ini" Pelayan itu mengiyakan berulang kali, sambil membawa tanda pengenal dari kedua orang itu buruburu berlalu dari situ. Menggunakan kesempatan dikala pelayan tadi berjalan lewat dihadapannya, Hoa Thian-hong melirik sekejap memperhatikan kedua benda itu. Tampaklah di atas medali Kim-pay terukir sebuah lukisan angin dan mega, di bawah lambang dari perkumpulan Hong-im-hwie atau Angin dan mega itu terukir pula sebuah huruf ,.,Cu" yakni she dari Cu Goankhek. Sebaliknya tanda pengenal dari Giok Teng Hujien merupakan tanda pengenal pribadi yang sama sekali tiada hubungannya dengan sekte agama Thong-thiankauw, benda itu adalah sebuah hioloo kumala yang tingginya cuma beberapa senti, Selama Soat-jie si makhluk aneh itu tetap mendekam di bawah meja Cu Goan-khek serta dua bersaudara she Siang selalu merasa hati mereka tidak tenang suatu ketika mereka bertiga saling berpandangan sekejap dan serentak bangkit berdiri Alis Giok Teng Hujien seketika berkerut tegurnya, "Apakah kalian bertiga akan turun tangan berbareng?" Siang Hauw melangkah ke samping sejauh enam depa dan berdiri jauh dari meja perjamuan, sambil tertawa dingin jawabnya, "Heeeh.... heeeh.... heeeeh, saudara dari perkumpulan Hong-im-hwie belum sampai setidak becus itu." "Sahabat Siang! Kau tak usah bersombong hati!" bentak Hoa Thian-hong secara mendadak dengan suara gusar. "Akupun sudah pernah menjumpai beberapa orang Hoohan dari perkumpulan Hong-im-hwie." Giok Teng Hujien yang menyaksikan sikap si anak muda itu secara tiba-tiba berubah Jadi berangasan hingga kegagahannya tadi sama sekali hilang tak berbekas, jadi melengak, serunya, "Saudara Hoa, inilah yang dinamakan tata cara dunia persilatan, sebelum kirim pasukan harus melakukan upacara lebih dulu." Terhadap manusia-manusia yang tergabung dalam perkumpulan Hong-im-hwie maupun Sin-kie-pang. Hoa Thian-hong telah mempunyai kesan buruk yang amat mendalam, ia tahu bila tengah hari sudah tiba maka racun teratai yang mengeram di dalam tubuhnya akan kambuh, bila pertempuran tidak diselesaikan dengan cepat niscaya situasi tidak menguntungkan bagi dirinya. Oleh sebab itu tidak menanti sampai Giok Teng Hujien menyelesaikan kata-katanya, dengan nada yang dingin dan ketus ia berseru kembali ' Setelah kita hajar yang kecil, yang tua tentu akan keluar sendiri. Biar kubereskan dulu si Loo jie ini kemudian baru meringkus si Loo toa. buat apa kita musti urusi segala macam tata cara Bulim yang sama sekali tak ada gunanya itu" dari pada banyak ngebacot lebih baik kita selesaikan urusan dengan adu tenaga!". Bicara sampai disitu ia putar badan dan menghardik dengan nada gusar, "Cu Goan-khek! Ayoh cepat unjukkan diri di tengah kalangan!" Dari mulutnya Cu Goan-khek jadi gusar, ia melayang turun dari beranda dan berseru, "Ayoh! Kau beleh mulai turun tangan, asal loohu berhasil kau kalahkan kami Chin Giok-liong kau boleh bawa pergi." "Omong kosong kau anggap tanpa menangkan dirimu aku akan membiarkan kau membawa pergi Chin-heng dari sini?" "Sreeet!" telapak segera berputar dan melancarkan sebuah pukulan kilat ke depan. Waktu berlalu dengan cepatnya, jurus 'Koeo Siu-CaTauw' ini tampak terasa sudah setengah dilatihnya dengan giat, meskipun belum bisa menandingi kematangan diri kakek telaga dingin Cioe It Bong yang setiap saat sanggup menciptakan perubahan baru, tetapi jurus-jurus serangan yang berhasil dikuasainya itu sudah dilatihnya hingga matang dan amat sempurna. Dari hebatnya serangan yang mengancam datang, seketika Cu Goan-khek menyadari akan kelihayannya si anak muda itu, ia tahu bahwa untuk merobohkan Hoa Thian-hong tak mungkin bisa dilakukannya dalam tiga jurus belaka. Telapak kirinya segera diayun membabat pergelangan lawan, telapak kanan dengan mengeluarkan ilmu pukulan 'Mo-Im Jiu' melancarkan satu pukulan kemuka. Dalam sekejap mata terjadilah suatu pertempuran yang amat seru antara Cu Goan-khek yang sudah tersohor didunia persilatan melawan Hoa Thian-hong yang baru saja menunjukkan diri dimuka bumi. Sementara itu Giok Teng Hujien yang diserobot beberapa kali oleh ucapan Hoa Thian-hong yang tajam, membuat hatinya merasa amat mendongkol. Melihat kedua orang itu sudah mulai bertempur. ia segera geserkan langkahnya dan berdiri di atas beranda, sedang Soat-jie si makhluk aneh itu menerobos keluar dari bawah meja dan lari ke sisinya. Dua bersaudara she-Siang pun berjalan keluar dari beranda, pelayan segera menggeserkan kursi bagi tamunya agar bisa menonton jalannya pertarungan sambil duduk. Soat-jie si makluk aneh itu rupanya mengerti akan ilmu silat, sepasang matanya yang berwarna merah menatap tajam gerakan Hoa Thian-hong maupun Cu Goan-khek yang sedang bertarung, cahaya tajam berkilauan menyorot keluar dari matanya, mungkin binatang itu sedang bersiap diri untuk menolong Hoa Thian-hong dimana perlu. Di tengah pertarungan, tiba-tiba terdengar Hoa Thianhong membentak keras, jurus demi jurus serangan dilancarkan makin gencar, tubuhnya pun ikut mendesak kemuka. Ilmu pukulan tangan kirinya ini didapatkan dari sikakek telaga dingin Cioe It Bong, bagi si kakek tersebut sudah tentu jurus pukulan itu bisa dimainkan dengan pelbagai perubahan yang diluar dugaan, tetapi setelah dimainkan pemuda ini gerakannya berubah dan setiap jurus serangannyapun berubah jadi jurus pukulan yang jujur dan bersifat keras Cu Goan-khek belum begitu menguasai menghadapi serangan tangan kiri lawan yang begitu dahsyat, melihat datangnya serangan yang bertubi-tubi dan lihay itu terpaksa ia harus kerahkan segenap kemampuannya untuk memunahkan setiap ancaman yang tiba, ia terdesak untuk menggunakan posisi bertahan guna melindungi dirinya dari ancaman. Bagaimanapun juga Cu Goan-khek adalah seorang jagoan yang telah punya nama sejak puluhan tahun berselang, pengalamannya menghadapi pertempuran sudah amat matang dan iapun sudah banyak kali menghadapi musuh tangguh, kini walaupun ia tak sanggup untuk mengalahkan si anak muda itu dengan mudah, tetapi untuk melindungi keselamatan sendiri tentu saja masih jauh lebih mampu. Setelah melancarkan tujuh belas buah pukulan gencar tanpa berhasil mendesak mundur Cu Goan-khek dari tempatnya semula Hoa Thian-hong mulai sadar bahwa musuh yang dihadapinya saat ini merupakan musuh paling tangguh yang pernah dijumpainya selama ini, kecuali muncul keanehan disitu jelas harapannya untuk merebut kemenangan amat tipis. Hawa murninya segera dihimpun dengan ketat diseluruh tubuh, otaknya mulai berputar kencang untuk mencari jalan guna merebut kemenangan. Bagi jago lihay yang sedang bertempur semua gerakan berlalu laksana kilat, karena harus cabangkan pikiran untuk berpikir itulah serangan Hoa Thian-hong jadi mengendor. Cu Goan-khek segera mendengus dingin, telapaknya berputar kencang dan ia mulai melancarkan serangan balasan dalam sekejap mata dari posisi bertahan ia berubah jadi posisi menyerang, sepasang telapaknya menari di angkasa dengan gencarnya, satu serangan Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo lebih hebat dari serangan sebelumnya, memaksa Hoa Thian-hong harus berlarian diseluruh kalangan untuk melepaskan diri dari bahaya maut. Beberapa saat kemudian keadaan Hoa Thian-hong jadi sangat berbahaya, maut setiap saat mengancam jiwanya, dari keadaan itu bisa terlihat bahwa tidak sampai seratus jurus lagi ia pasti akan menderita kalah di ujung telapak Cu Goan-khek. Giok Teng Hujien menyaksikan keadaan itu, sepasang alisnya tangsung berkerut kencang. Sepasang mata dengan tajam memperhatikan gerakan telapak orang she Cu itu, sementara kakinya perlahan-lahan bergeser maju ke depan, Soat-jie si makhluk aneh diturunkan di belakang tubuhnya. Pertempuran sengit yang sedang berlangsung dewasa ini penuh diliputi oleh nafsu membunuh yang tebal, masing-masing pihak bernafsu besar untuk mengalahkan lawannya, hanya sayang yang satu adalah keturunan jago kenamaan sedang yang lain adalah jago lihay kelas satu, meskipun kedua orang itu sama-sama ganas tapi kecuali membentak dan mendengus tiada kedengaran suara makian atau ejekan. Makin bertempur kedua orang itu saling bergebrak makin sengit, diam-diam Giok Teng Hujien serta dua saudara she Siang merasa tegang, tampaknya asal Cu Goan-khek melancarkan beberapa jurus serangan lagi niscaya Hoa Thian-hong akan menderita kekalahan total. Siapa tabu pada saat itulah Hoa Thian-hong membentak keras. telapak tangannya dengan dahsyat mengirim satu pukulan keras ke depan. "Blaaaam......!" sepasang telapak saling beradu satu sama lainnya menimbulkan suara bentrokan nyaring. Tubuh kedua orang itu sama-sama terjengkang ke belakang dan mundur beberapa langkah, Cu Goan-khek dengan pengalamannya yang lebih matang segera memanfaatkan kesempatan itu sebaik baiknya, dikala tubuhnya belum bergerak mundur ke belakang tangan kirinya dituding ke atas dan menyodok iga si anak muda itu. Pada saat itu kekuatan tubuh kedua orang itu samasama telah mengendor, serangan bokongan yang dilancarkan Cu Goan-khek saat ini betul-betul merupakan suatu serangan yang luar biasa dan mematikan. Hoa Thian-hong jadi tercekat hatinya dan berseru kaget, sebelum ingatan kedua berkelebat di dalam benaknya. jari musuh telah menempel di atas tubuhnya. Pada detik terakhir yang kritis itulah, tiba-tiba Hoa Thian-hong tarik napas dalam2 dengan ilmu 'Hoei-SiKang' ia alihkan jalan darahnya setengah coen lebih kesampings kemudian telapak kanannya berputar kencang menggunakan gerakan membabat ia bacok batok kepala Cu Goan-khek yang sedang menjorok kemuka, Ketika melihat totokan jarinya mengenai sasaran, Cu Goan-khek merasa sangat berbangga hati, tiba-tiba jarinya bergetar keras dan jalan darah yang diancamnya ternyata meleset dari dugaan semula. Bagaimanapun dia adalah seorang jago kawakan, begitu merasakan sesuatu yang aneh pada ujung jarinya. segera ia menyadari bahwa si anak muda itn memiliki kepandaian untuk memindahkan jalan darahSementara hatinya masih tertegun dan ingatan kedua belum muncul dalam benaknya, babatan telapak kanan dari Hoa Thian-hong telah membacok tiba. Sreet..,! diiringi desiran tajam bagaikan sabetan senjata tajam, babatan itu melesat ke bawah. Cu Goan-khek merasa terkejut bercampur sangsi, ia tahu ilmu pukulan apa yang telah digunakan lawannya, dalam gugupnya sepasang kaki segera menjejak tanah dengan sekuat tenaga, tubuhnya segera menyurut mundur sejauh beberapa tombak dari tempat semula. Dengan gebrakan mundurnya sang lawan, babatan telapak Hoa Thian-hong gagal melukai musuhnya, kendati begitu sambaran angin pukulannya yang tajam sempat menyambar ujung jubah Cu Goan-khek hingga terkupas kutung sebagian, pada ujung robekan kain jubah tadi nampak amat rata bagaikan tersobek oleh babatan pisau. Semua kejadian ini hanya berlangsung dalam sekejap mata, setelah peristiwa itu berlalu Hoa Thian-hong berdiri menjublak dengan keringat dingin membasahi tubuhnya. air muka Cu Goan-khek berubah jadi hijau membesi, wajah Giok Teng Hujien berubah jadi pucat pias bagaikan mayat, sedangkan dua bersaudara she Siang tergetar keras hatinya, semua orang dibuat kaget dan tercekat oleh kejadian yang baru saja berlalu itu. Totokan dari Cu Goan-khek dilancarkan secara mendadak itu melanggar kebiasaan Bulim, sekalipun Giok Teng Hujien mengawasi jalannya pertarungan dari sisi kalangan dengan siap siaga penuh, namun ia tak sempat memberikan bantuannya dikala Hoa Thian-hong terancam banyak maut. Sebaliknya si anak muda itu sanggup menggeserkan letak jalan darahnya dari tempat semula disaat yang kritis. tindakan itu cukup mengejutkan hati orang terutama sekali babatan telapaknya yang dahsyat lebihlebih menggetarkan hati musuhnya. Semua orang belum pernah menyaksikan permainan ilmu pedangnya, mereka hanya tahu bahwa pemuda ini memiliki ilmu pukulan tangan kiri yang hebat, siapa tahu disaat yang paling kritis itulah dengan telapak menggantikan pedang ternyata pemuda itu berhasil membabat robek sebagian dari jubah yang dikenakan Cu Goan-khek, kejadian ini sungguh diluar dugaan siapapun juga Untuk sesaat suasana berobah jadi hening dan sunyi tak kedengaran sedikit suarapun yang memecahkan kesepian yang mencekam seluruh ruangan itu. Beberapa saat kemudian terdengar Giok Teng Hujien tertawa dan berkata, "Sebuah totokan ditukar dengan sebuah babatan, kedua belah pihak sama-sama kuat dan setali tiga uang. Menurut pendapatku lebih baik pertarungan yang berlangsung pada hari tni hanya dihentikan sampai disini saja, Jie Tang-kee! bagaimana kalau kau jual muka bagiku dan serahkan Chin Giok-liong agar bisa diajak pergi oleh Hoa Kongcu" Tentang obat pemunahnya biar kita lanjutkan pembicaraan ini di kemudian hari." Cu Goan-khek adalah seorang jagoan yang tersohor namanya di dalam dunia persilatan, sedangkan Hoa Thian-hong hanya seorang pemuda yang baru saja munculkan diri di dalam Bulim, tentu saja ia tak sudi mengakui bahwa kekuatan mereka seimbang. Pikirnya di dalam hati, "Meskipun ilmu silat yang dimiliki perempuan siluman ini amat lihay, rasanya dengan tenaga gabungan dari Siang Loo-toa serta Siang Loo-jie untuk sementara waktu ia bisa ditahan. Ditambah pula dengan binatang aneh itu paling banter kedua belah pihak berada pada posisi seimbang biarlah aku lihat dulu bagaimanakah keadaan dari si bajingan cilik ini disaat racun teratainya sedang kambuh ...." Karena berpikir demikian ia segera tertawa dingin. Katanya, "Perintah dari Hujien sudah sepantasnya kalau kupenuhi, Cuma sayang bila Chin Giok-liong sampai terlepas dari tanganku maka aku jadi tak dapat mempertanggung jawabkan diri dihadapan toako nanti, maka maaf bila aku tak sanggup memenuhi keinginanmu itu." Sepasang bahunya bergerak maju ke depan, sebuah pukulan kembali dilancarkan ke arah Hoa Thian-hong. Dalam bentrokan kekerasan tadi jelas terlihat bahwa kekuatan tenaga lwekang yang dimiliki kedua belah pihak sama" Kuat Cu Goan-khek hanya lebih menang dalam pengalaman, beraneka ragamnya jurus pukulan serta pengetahuan yang lebih luas. sekalipun begitu untuk mengalahkan Hoa Thian-hong bukanlah suatu pekerjaan yang gampang baginya. Kembali kedua orang itu melangsungkan pertarungannya. Hoa Thian-hong yang selalu kuatir racun teratai dalam tubuhnya keburu kambuh, serangan-serangan yang dilancarkan kian lama kian bertambah gencar, dalam sekejap mata ia sudah membawa pertarungan itu berubah jadi sengit dan seru. Giok Teng Hujien yang menonton jalannya pertarungan dan sisi kalangan. Mengerutkan alisnya, tiba-tiba ia berseru dengan nada dingin, "Jie Tang-kee kau terlalu tidak pandang sebelah mata kepada orang lain ..." Sambil berseru Seat-Jie si makhluk aneh itu dilempar masuk ke dalam kalangan pertempuran. Tampak bayangan putih berkelebat lewat, 'Soat-Jie' si makhluk aneh itu bagaikan segulung asap ringan segera meluncur ke arah kaki Cu Goan-khek yang sedang bertempur. "Jie-ko, hati-hati!" teriak dua bersaudara she Siang hampir berbareng dengan suara kaget. Cu Goan-khek terkejut bercampur gusar badannya cepat berputar kencang sambil mengirim satu tendangan kilat menyongsong datangnya tubrukan dari makhluk aneh itu. Tampak bayangan putih kembali berkelebat, dengan kecepatan yang sukar dilakukan dengan kata-kata Soatjie berkelebat menuju ke belakang tubuh Cu Goan-khek, kecepatannya sungguh membuat hati orang tercekat. Walaupun ilmu silat yang dimiliki Cu Goan-khek masih lebih tinggi satu tingkat jika dibandingkan dengan Hoa Thian-hong, tetapi si anak muda itu tetap merupakan seorang tandingan yang keras dan berat Kini setelah ikut campurnya si Soat-jie makhluk aneh itu ke dalam kalangan pertempuran, Cu Goan-khek kontan merasakan tekanan yang menimpa dirinya semakin berat, dalam waktu singkat gerakannya sudah mulai kacau dan kelabakan tidak karuan. Berhadapan dengan situasi seperti ini, Hoa Thian-hong pun lantas berpikir di dalam hati. "Menolong orang adalah masalah besar. aku tak usah memikirkan masalah gengsi atau muka lagi!" Berpikir demikian menggunakan kesempatan dikala perhatian orang she Cu itu dipusatkan ke bawah kakinya, ia segera maju ke depan sambil melancarkan serangan bertubi tubi, bayangan telapak menumpuk laksana bukit menggulung dan menghajar ke depan tiada hentinya. Soat-jie si makhluk aneh itu sambil mendekam di tanah khusus menyerang sepasang kaki Cu Goan-khek, gerakannya kesana kemari cepat laksanakan kilatan cahaya, bukan Saja lihay bahkan sukar diduga sebelumnya. Ditambah pula dengan serangan gencar dari Hoa Thian-hong, sesaat kemudian Cu Goan-khek sudah terdesak hebat hingga keringat dingin mengucur keluar tiada hentinya membasahi seluruh tubuhnya, ia merasa amat gelisah bercampur kuatir, sang badan sering kali meloncat ke tengah udara sambil meraung gusar. Dua bersaudara she-Siang yang menyaksikan jalannya pertarungan disisi kalangan berusaha keras untuk menemukan cara yang baik untuk mengatasi serangan dari rase putih itu, namun setiap kali jalan pikiran mereka selalu menemui jalan buntu, kini setelah menyaksikan keadaan Cu Goan-khek amat terdesak dan jiwanya terancam bahaya mereka sadar apabila dirinya berdua tidak segera turun tangan niscaya Jie Tang-kee nya ini akan keok di tangan musuh. Dalam keadaan begini mereka berdua tak bisa berpikir panjang lagi, setelah saling tukar pandangan sekejap serentak mereka menyerbu ke dalam kalangan pertempuran. Terdengar Giok Teng Hujien tertawa merdu tegurnya, "Siang Loo-jie, katanya kau tak akan berbuat sehina ini, kenapa sekarang kau tebalkan muka dan ikut terjun ke dalam gelanggang?" Sembari berseru senjata Hud-timnya dibabat kemuka langsung menyerang tubuh Siang Kiat, Siang Hauw berdua. Siang Hauw mendengus dingin, tangan kirinya dikebaskan ke muka melancarkan sebuah babatan dahsyat hingga menggetarkan senjata Hud-tim di tangan Giok Teng Hujien. Sementara kelima jari tangan kanannya bagaikan kaitan tajam langsung menyambar ketubuh lawan. Giok Teng Hujien tetap tersenyum, senjata Hud-tim nya menyerang pinggang Siang Kiat sementara ujung baju tangan kirinya dikebas menggulung pergelangan tagan Siauw Hauw. Beberapa orang itu semuanya merupakan jago-jago lihay yang memiliki ilmu silat amat tinggi, gerak-gerik Giok Teng Hujien enteng dan indah bagaikan bidadari yang sedang menari. Sebaliknya sepasang bersaudara she-Siang yang melatih ilmu cakar maut, dengan perawakannya yang tinggi kurus jauh lebih tinggi dua depa dari perawakan Giok Teng Hujien, di bawah serangan Thong-Long-Jiauw mereka yang lihay tampak sepuluh jari berubah jadi hitam bercahaya dan amar menusuk mata, seranganserangan yang dilancarkan kedua orang inipun luar biasa lihaynya. Di tengah pertarungan Siang Kiat bergerak cepat melepaskan diri dari ancaman senjata Hud-tim Giok Teng Hujien, kakinya bergerak cepat dan segera menyapu ke arah Soat-jie makhluk aneh itu. Perawakan tubuh rase putih ini cuma beberapa depa saja ditambah ekornya paling banter cuma tiga depa, sekalipun badannya kecil tetapi gerak-geriknya Cepat Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo laksana kilat, cakarnya tajam dan giginya runcing ditambah pula tenaganya luar biasa, serangannya yang khusus mengancam kaki orang benar-benar merupakan suatu ancaman yang sangat berbahaya. Tendangan yang dilancarkan Siang Kiat nampak segera akan mengenai sasarannya, tiba-tiba pandangan mata terasa jadi kabur dan tahu-tahu tendangannya mengenai Sasaran kosong, buru-buru ia tarik kembali serangannya sambil ganti melancarkan satu tendangan dengan kaki kiri, Dalam waktu singkat situasi di tengah kalanganpun segera berubah, Siang Kiat seorang diri bertempur melawan rase putih itu, satu manusia yang lain binasa bergebrak dalam keadaan seimbang, untuk sesaat si rase putih itu tak sanggup melukai Siang Kiat sedangkan Si Siang Kiat jago lihay yang sudah punya nama besar dalam dunia persilatan pun tak bisa berkutik melawan seekor makhluk aneh. Giok Teng Hujien memutar senjata Hud-tim nya mengurung seluruh tubuh Siang Hauw, jelas ia tidak menggunakan Segenap kekuatan yang dimilikinya. Sambil bertempur perhatiannya selalu dicurahkan ke arah Hoa Thian-hong serta Soat-jie makhluk anehnya itu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Agaknya perempuan ini tak mau menimbulkan bentrokan langsung antara perkumpulan Thong-thiankauwnya dengan pihak perkumpulan Hong-im-hwie. karena itu walau sudah bertempur agak lama tetapi ia tak pernah melancarkan serangan mematikan, Dipihak lain Hoa Thian-hong yang sedang bertempur melawan Cu Goan-khek lama kelamaan ia terdesak hebat dan tak sanggup menahan diri. ditambah pula ancaman racun teratai yang setiap saat bisa kambuh dalam tubuhnya membuat pikiran pemuda ini bertambah tidak senang, dengan sendirinya daya tekanan pada seranganserangan yang dilancarkanpun bertambah merosot Cu Goan-khek berhasil menguasai keadaan dan merebut posisi di atas angin, pukulan2nya dengan gencar dan mantap meneter musuhnya habis2an, sedikitpun ia tidak beri kesempatan lagi lawannya untuk bertukar napas. Tiba-tiba Hoa Thian-hong merasakan segulung hawa panas yang amat menyengat badan muncul dan dalam pusarnya dan menyebar ke seluruh tubuh, Sedarlah si anak muda ini bahwa tengah hari sudah tiba dan daya kerja racun teratai empedu api sudah mulai kambuh Selamanya pada saat seperti ini belum pernah ia bergebrak melawan orang, ini hari terdesak oleh keadaan membuat pemuda itu mau tak mau membendung rasa keadaan, pada pengalaman yang pertama ini ia tak kuasa membendung rasa tegang yang menguasai hatinya. begitu hawa panas mulai muncul di dalam pusar ia jadi tercekat dan serangannya semakin mengendor. Cu Goan-khek adalah seorang jago lihay yang pengalaman. begitu mengetahui peluang baik kembali didapatkan olehnya, ia segera membentak keras. serangan yang lebih dahsyatpun dilancarkan bartubi-tubi . Serangan itu meluncur laksana sambaran kilat, tampaknya dada Hoa Thian-hong segera akan termakan oleh pukulan itu. Mendadak terdengar suara bentakan nyaring berkumandang datang, disusul segulung angin pukulan yang tajam menyapu tiba. Cepat-cepat Cu Goan-khek berpaling tampaklah sebuah telapak putih yang memacarkan cahaya merah yang membara tiba-tiba menyerang tubuhnya dari arah belakang, dengan cepat ia geserkan tubuhnya lima depa dari tempat semula untuk melepaskan diri dari ancaman tersebut. Tetapi dengan adanya gerakan ini maka dengan sendirinya hawa pukulan yang sudah dihimpun dalam telapakpun jadi buyar, sekalipun bersarang telak di atas dada Hoa Thian-hong hingga menggetarkan tubuhnya sejauh beberapa tombak dan jatuh terjengkang. namun tidak sampai melukai isi perutnya Cu Goan-khek jadi amat gusar, la membentak dan melancarkan serangan dahsyat ke arah Giok Teng Hujien, pertempuran sengitpun segera berlangsung dengan serunya. dalam waktu singkat mereka telah saling bergebrak sebanyak delapan sembilan jurus. Dalam pada itu Siang Hauw yang terlepas dari belenggu senjata Hud-tim Giok Teng Hujien segera menerjang ke arah Hoa Thian-hong, kelima jari tangannya yang hitam berkilat menyambar kian kemari mengancam batok kepala si anak muda itu Terdengar Giok Teng Hujien bersuit nyaring, rase putih yang sedang bertempur melawan Siang Kiat segera meninggalkan lawannya dan berbalik menubruk ke arah kaki dari Loo-jie Siang Hauw. Haruslah diketahui perawakan tubuh sepasang bersaudara she-Siang ini mencapai ketinggian delapan depa lebih, mereka yang harus bertempur melawan Rase putih yang pendek kecil serta khusus menyerang kaki ini benar-benar terasa amat payah dan tidak leluasa. Begitu merasakan datangnya ancaman dari belakang tubuh, Siang Hauw segera lepaskan Hoa Thian-hong sambil putar badan mengirim sebuah tendangan kilat, perhatiannya dipusatkan jadi satu dan sedikitpun tak berani bertindak gegabah. Hoa Thian-hong bergelinding di atas tanah beberapa tombak jauhnya lalu meloncat bangun dan berdiri tak berkutik, sepasang matanya melotot besar memperhatikan empat orang yang sedang bertempur di tengah kalangan. Sepasang matanya telah berubah jadi merah berapi api, sepasang giginya bergemerutuk kencang, otot dan daging di atas keningnya bergetar keras. keringat membasahi seluruh wajahnya, keadaan Hoa Thian-hong pada saat ini benar-benar mengerikan sekali, Tiba-tiba. terdengar Giok Teng Hujien membentak keras, "Jie Tang-kee, harap tahan sebentar!"Cu Goan-khek yang bertempur sengit beberapa waktu lamanya tanpa berhasil menangkan musuhnya, dalam hati merasa amat mendendam terhadap Giok Teng Hujien, apa lacur ilmu silat yang dimiliki perempuan itu terlalu lihay membuat ia kehilangan pegangan untuk merebut kemenangan begitu mendengar seruan berhenti, tanpa banyak bicara lagi ia tarik kembali serangannya dan mengundurkan diri ke belakang. Dengan cepat Giok Teng Hujien berkelebat ke sisi Hoa Thian-hong, tanyanya dengan nada penuh perhatian, "Kenapa kau saudaraku" Aku lihat lebih baik pergilah dulu keluar kota untuk berlari racun urusan di tempat ini kita selesaikan di kemudian hari saja." Sekujur badan Hoa Thian gemetar keras sepasang giginya saling berada gemerutukan keringat dingin mengucur keluar dengan amat deras ingin sekali pemuda itu untuk berlari kencang. Ia gelengkan kepalanya lalu mengangguk tiba-tiba dengan langkah lebar berjalan masuk ke dalam ruangan, teriaknya lantang, "Giok Liong heng, ayoh kita pergi dari sini" Selama beberapa orang itu melangsungkan pertarungan sengit Chin Giok-liong seorang diri duduk di depan meja dengan membelakangi pintu, selamanya ia tak pernah berpaling atau menegok ke belakang. Menanti dirinya dibentak keras barulah kepalanya perlahan lahan menoleh ke belakang. Hoa Thian-hong melangkah maju ke depan. tangan kanannya bergerak mencengkeram pergelangan tangannya lalu berseru lagi dengan suara keras, "Saudara Giok Liong, ayoh kita pergi dari sini!" Chin Giok-liong merasakan pergelangannya amat sakit, ia berusaha meronta untuk melepaskan diri dari cekalan lawan tetapi usahanya gagal, sementara tubuhnya sudah diseret keluar oleh Hoa Thian-hong. Dari sikap serta perubahan wajahnya yang menahan penderitaan besar Giok Teng Hujien mengetahui bahwa pemuda itu sudah tak kuat menahan diri, ia segera maju menghampiri sambil berkata, "Saudaraku, pergilah 'Lari racun'! persoalan di tempat ini serahkan saja kepada cici untuk menyelesaikannya." Hoa Thian-hong gelengkan kepalanya, dengan ujung baju ia menyeka keringat yang membasahi keningnya lalu menyahut, "Terima kasih atas bantuan yang cici berikan kepadaku, siauwte akan menyelesaikan sendiri persoalan ini hingga duduknya perkara jadi jelas" Sambil berkata ia tarik pergelangan tangan Chin Giokliong dan berjalan menuju keluar dengan langkah lebar. Cu Goan-khek jadi mendongkol dibuatnya, dengan sigap ia menghadang jalan pergi pemuda itu. serunya, "Hoa Thian-hong, kau toh tidak berhasil menahan diriku, kenapa kau ajak pergi orang itu?" Hoa Thian-hong berhenti melangkah, wajahnya berubah jadi merah padam, hardiknya, "Enyah kau dari sini!" Sambil berseru telapaknya bergerak cepat melancarkan sebuah babatan ke depan. Pukulan telapak ini dilancarkan dengan amat sederhana dan merupakan suatu pandangan hina terhadap lawannya Cu Goan-khek merasa amat gusar, telapaknya segera dia ayun menyambut datangnya serangan tadi dengan keras lawan keras. "Blaam...,! di tengah suara bentrokan yang amat nyaring, tubuh kedua orang itu sama'2 tergetar keras dan mundur selangkah ke belakang Hoa Thian-hong merasakan tubuhnya jadi lebih nyaman Setelah terjadi bentrokan itu, daya tekanan yang mengempit tubuhnya jauh lebih berkurang. segera ia lepaskan pergelangan Chin Giok-liong dan melangkah maju ke depan, bentaknya dengan penuh kegusaran, "Cu Goan-khek. lihat pukulan!" Jago tua she-Cu itu sudah tentu tak mau unjukkan kelemahannya, ia ayunkan pula telapaknya untuk menyambut datangnya serangan. "Blaaam...! Sekali lagi terjadi bentrokan keras, sepasang kaki kedua orang itu yang menginjak di atas lantai batu segera mencetak dalam2 di atas ubin meninggalkan bekas telapak yang nyata. Dalam tubuh Hoa Thian-hong merasa amat tersiksa tetapi setelah menggunakan tenaga dalamnya untuk menyerang ia merasa rasa sakitnya rada berkurang, karena kejadian ini timbullah niatnya untuk menyerang lebih gencar lagi agar rasa sakit dalam badannya lebih berkurang. Berpikir demikian ia lantas gertak gigi dan maju lagi ke depan sambil melancarkan satu pukulan. Cu Goan-khek merasa kaget bercampur gusar, telapaknya segara diayun menyambut datangnya ancaman itu. "Braaak.....! Untuk kesekian kalinya terjadi benturan keras yang menimbulkan suara nyaring, kedua orang itu mendengus dingin Sambil tergetar mundur dua langkah ke belakang, ubin batu di atas 1antai segera hancur berantakan terinjak kaki kedua orang itu. Pada saat itu baik Giok Teng Hujien, dua bersaudara she-Siang maupun para jago yang secara diam-diam mengintip jalannya pertarungan dari tempat persembunyian sama-sama dibikin melengak oleh cara bertarung kedua orang itu, Giok Teng Hujien yang berdiri sangat dekat dengan kalangan pertempuranpun tidak berhasil menentukan siapa menang siapa kalah dalam bentrokan2 kekerasan itu, iapun tak tahu bagaimana caranya untuk mencegah terjadinya peristiwa itu. Dikala semua orang mencurahkan perhatiannya ke tengah kalangan itulah, tiba-tiba dari balik ruangan muncul seorang kakek tua, ia punya perawakan yang pendek. lagi gemuk, kepalanya botak dan bersinar tajam, pakaiannya kasar dengan sebuah kipas bulat berada dalam cekalannya. Tanpa menimbulkan sedikit suarapun ia menyusup ke dalam ruangan itu dan mendekati tubuh Chin Giok-liong. Air muka si kakek gemuk ini merah bercahaya, pipinya montok dan mulutnya lebar saat itu dengan wajah murung bersembunyi di belakang tubuh Chin Giok-liong sambil menatap tajam wajah Hoa Thian-hong, dari balik sorot matanya secara lapat memancar keluar rasa murung, kasihan serta kuatirnya yang amal mendalam. Terdengar Hoa Thian-hong yang berada di tengah kalangan membentak keras, "Cu Goan-khek, aku orang she-Hoa ingin minta petunjuk tiga buah pukulan lagi darimu!" Tubuhnya merangsek ke depan dan telapak nya langsung membabat tubuh lawannya. Sementara itu Cu Goan-khek merasakan isi perutnya telah bergetar keras, darah panas dalam dadanya bergolak kencang, dalam keadaan begitu ia tak ingin bergebrak lebih lanjut. sebab keadaannya sudah payah, tetapi mengingat nama besarnya yang dipupuk selama ini dengan susah payah, ia tak mau unjukkan kelemahannya dihadapan orang. Ia segera membentak keras, dengan menghimpun tenaga dalamnya sebesar sepuluh bagian sebuah pukulan dahsyat segera dilancarkan. "BRAAAK..! dalam bentrokan kali ini tubuh kedua orang itu sama-sama tergetar mundur dengan kuda2nya gempur. jelas kedua belah pihak telah menderita kerugian semua. Giok Teng Hujien mengerutkan alisnya ia hendak maju ke depan melerai pertarungan itu, sedang dua saudara she Siang-pun telah menemukan pula keadaan Cu Goankhek yang payah, bila sampai terjadi bentrokan lagi niscaya ia akan menderita luka parah, kedua orang itu segera saling bertukar pandangan dan siap maju ke Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo depan. Tapi sebelum kedua belah pihak sama-sama turun tangan untuk membantu jagonya masing-masing, si kakek cebol gemuk yang berdiri di belakang Chin Giokliong itu mendadak menyambar pinggang pemuda itu lalu mengempitnya di bawah ketiak, sambil berteriak tubuhnya segera lari keluar dari ruangan tersebut ... Lima orang yang berada di dalam kalangan saat itu rata-rata merupakan jago lihay yang memiliki ilmu silat tinggi, tetapi berhubung Hoa Thian-hong yang tersiksa oleh daya kerja racun teratai harus menyerang secara ganas dan nekad, semua perhatian Giok Teng Hujien maupun dua bersaudara she-Siang harus dipusatkah ke tengah kalangan, siapapun tidak memperhatikan keadaan di belakang mereka. Menanti beberapa orang itu sadar kembali dan berpaling, tampaklah kakek cebol dan gemuk itu sudah mengepit tubuh Chin Giok-liong dan kabur jauh. Reaksi Giok Teng Hujien paling cepat diantara beberapa orang itu, sepintas memandang bayangan punggungnya ia segera kenali orang itu sebagai orang yang menggoda dirinya sewaktu ada di rumah penginapan dengan bait lagunya yang konyol, ia segera tertawa merdu dan berseru, "Saudaraku, Chin Giok-liong telah dirampas orang. kenapa kau tidak melakukan pengejaran?" Walaupun tubuh Hoa Thian-hong terasa amat sakit dan menderita, namun pikirannya masih terang, mendengar seruan itu iapun tinggalkan Cu Goan-khek dan mengejar ke arah kakek tua itu. Giok Teng Hujien tak berani berayal diapun enjotkan badannya menyusul disisi pemuda itu, Soat-jie si rase putih menyusul di belakang mereka dan Cu Goan-khek serta dua bersaudara Siang berada di paling buncit. Gerakan tubuh kakek gemuk cebol itu sangat aneh, dalam waktu singkat ia sudah berada amat jauh dari situ. Terlihatlah ia membelok ke kiri menikung ke kanan bergerak menuju ke pintu besar rumah makan. Walaupun di sekitar situ banyak terdapat manusia tetapi sebagian besar mereka adalah orang-orang dari perkumpulan Sin-kie-pang yang tak sudi mencampuri urusan itu, para anggota perkumpulan Hong-im-hwie maupun Thong-thian-kauw telah dipersilahkan keluar dari rumah makan itu sebelum kedua belah pihak saling bertempur tadi dan kini berjaga jaga diluar pintu sambil menunggu berita hasil pertarungan itu. Dengan demikian sewaktu kakek cebol itu raendadak munculkan diri diluar pintu. tak seorangpun yang turun tangan menghalangi jalan perginya. Dengan tangan kiri mengepit tubuh Chin Giok-liong, tangan kanan menggoyangkan kipas dalam usaha melarikan dirinya itu mendadak si kakek cebol tadi bersenandung nyaring, Arak lama habis, arak baru meluap. Berdiri di tepi baskom sambil tertawa terbahak- bahak. Padri gunung kakek liar saling berjumpa muka. Ia sambang sepasang ayam, aku sumbang seekor bebek. Ooh.... hidup di alam ini sungguh berbahagia. Bait lagu ini sangat populer dan dikenal setiap orang, walaupun seorang pekerja kasar juga bisa membawakan lagu ini, tapi dinyanyikan oleh si kakek gemuk itu ternyata membawa suasana yang lain. Giok Teng Hujien segera tertawa cekikikan, teriaknya nyaring, "Hey. kakek tua, pandai amat kau menyanyi" Bagaimana kalau kau bawakan lagu Soe-Koay-Giok?" Kakek cebol itu pura-pura tidak mendengar, badannya dengan cepat berkelebat masuk ke dalam ruang dalam, terlihatlah manusia berjubal-jubal diluar pintu hingga sulit bagi siapapun untuk berjalan keluar, disaat ia menemui jalan buntu itulah mendadak dilihatnya ada dua benda berada di atas meja pengurus rumah makan, benda itu yang satu adalah Kim Pay dari Cu Goan-khek sedang yang lain adalah hioloo kumalu dari Giok Teng Hujien. Dengan gerakan yang cepat bagaikan hembusan angin kakek cebol gemuk itu meluncur ke arah meja tersebut, kipasnya dengan cepat bergerak menyapu kedua benda tadi. Suasana diluar pintu kontan jadi kacau dan ribut, si kakek cebol gemuk itu tidak berhenti sampai disitu saja, kembali kipasnya bergerak melemparkan kedua macam benda itu ke tengah rumah orang. Suasana semakin kacau tak karuan, para anggota perkumpulan Hong-im-hwie sama-sama menyambar tanda pengenai Kim Pay itu, sedang para anak buah perkumpulan Thong-thian-kauw sama-sama merampas hioloo kumala ttu, suasana jadi hiruk pikuk dan ramai. Menggunakan kesempatan yang sangat baik itulah si kakek cebol tadi menyusup diantara gerombolan manusia dan melayang keluar dari pintu. Sementara itu Hoa Thian-hong serta Giok Teng Hujien bersama-sama telah tiba disitu, Soat-jie si makhluk aneh segera menyusup di antara gerombolan manusia. Suasana semakin kacau lagi, di tengah jeritan kaget dan panik para jago dari perkumpulan Hong-im-hwie maupun Thong-thian-kauw sama-sama berlompatan ke samping dan melarikan diri keempat penjuru. Cu Goan-khek serta dua bersaudara she-Siangpun sejenak kemudian menyusul tiba disitu, terhadang oleh orang yang saling berdesak2an dihadapan mereka tanpa sadar beberapa Orang itu tergencet jadi satu dengan Hoa Thian-hong. Pada saat itulah seorang murid perkumpulan Thongthiankauw menyerahkan hioloo kecil yang berhasil didapatkan itu ke tangan Giok Teng, Hujien, sedang seorang anggota perkumpulan Hong-im-hwie menyerahkan Kim-Pay itu ke tangan Cu Goan-khek. Hanya Hoa Thian-hong seorang yang pusatkan seluruh perhatiannya pada Chin Giok-liong, ditambah pula daya kerja racun teratai yang bergelora dalam tubuhnya membuat ia amat tersiksa, sepasang tangannya bekerja keras mendorong orang-orang yang menghadang dihadapannya ke samping, sekuat tenaga ia menerjang maju terus ke depan Siang Hauw yang berada disisi pemuda itu segera timbul niat jahatnya ketika melihat ketiak orang terbuka tanpa perlindungan. Pikirnya, "Usia keparat cilik ini. belum mencapai dua puluh tahun, tapi ia telah sanggup beradu tenaga dalam dengan Cu Jie ko, bila ia dibiarkan hidup terus di kolong langit maka sepuluh tahun kemudian bukankah akan muncul seorang Hoa Goan-siu lagi .." Berpikir sampai disini hawa murninya segera disalurkan ke dalam tangan, kelima jarinya dipentang dan menunggu disaat Hoa Thian-hong sedang mendorong orang-orang di hadapannya hingga ketiaknya terbuka, jari tangannya itu segera mencengkeram tubuh lawan. Tindakan orang ini betul-betul amat keji, ilmu cakar 'Thong-Long-Jiauw' yang diyakininya itu merupakan ilmu kepandaian beracun yang amat tersohor, begitu bertemu dengan, darah segera akan bekerja dan mencabut jiwa korbannya, Hoa Thian-hong berada dalam keadaan tidak siap tentu saja sulit baginya untuk menghindarkan diri. Dalam pada itu Hoa Thian-hong.sama sekali tidak menduga dirinya bakal diserang dari belakang secara keji. menanti ia menyadari akan datangnya ancaman tahu-tahu ketiaknya sudah kena dicengkeram oleh Jari tangan Siang Hauw. Dalam gugupnya tanpa menunggu jari tangan lawan menusuk lebih dalam, sikutnya segera disodok ke belakang menghajar lengan musuh sementara tubuhnya berputar kencang ke belakang sambil menggerakkan tangan kanannya mencakar sepasang mata lawan. Cengkeraman ini sama sekali tidak pakai aturan tetapi merupakan suatu ancaman yang amat ganas dan keji, dengan sebat Siang Hauw miringkan, kepalanya menghindarkan dari ancaman tersebut, siapa tahu karena terburu nafsu gerakan tangannya jadi terlambat, sodokan sikut Hoa Thian-hong segera membentuk telak di atas pergelangannya hingga Jari kelingkingnya terasa amat sakit kukunya hampir saja patah jadi dua bagian. Giok Teng Hujien yang menyaksikan kejadian itu jadi amat gusar, ia gerakan tangannya mencengkeram pergelangan Siang Hauw. Serunya dengan nada ketus, "Hey orang she Siang, kau betul-betul tak tahu malu. Akan kusuruh kau rasakan siksaan yang paling hebat sebelum ajalmu tiba!" Sambil berkata hawa sinkang 'Hiat-Sat-sinkang' nya disalurkan ke tangan kiri dan mengurung tubuhnya. Siang Hauw yang merasa salah karena serangan bokongannya itu jadi ketakutan, buru-buru ia geserkan badannya bersembunyi di belakang tubuh Cu Goan-khek, sementara Siang Kiat serta jago she Cu itu segera menangkis serangan yang dilancarkan Giok Tang Hujien. "Orang she-Siang?" bentak Giok Teng Hujien dengan suara seram. Cepat serahkan obat pemunah kepadaku, kalau tidak kau akan merasa menyesal untuk selamanya." "Heeeh.... heeeh.....heeh.... bukankah orang she-Hoa itu masih segar bugar....?" seru Siang Hauw sambil memuding ke arah pemuda itu. "Toh ia sendiri yang terburu-buru, kenapa Hujien mesti ikut prihatin karena porsoalan ini?" JILID 13 : Pek Kun Gie..aku benci kau GiOK TENG Hujien jadi amat gusar ia menyeringai seram. "Rupanya kau benar-benar sudah bosan hidup!" teriaknya, telapaknya diayun kemuka dan perlahan-lahan didorong ke depan. "Siang Lo-jie, cepat mundur!" bentak Cu Goan-khek, sepasang kakinya disilang ke depan dan menggunakan sepasang telapaknya diapun melancarkan sebuah pukulan. Hiat-Sat Sinkang merupakan ilmu pukulan yang paling sakti dikalangan kaum sesat, begitu sepasang tenaga saling bertemu Cu Goan-khek segera merasakan telapaknya seperti dihantam oleh segulung tenaga yang berat dan aneh, dadanya jadi sesak dan hidungnya seperti mencium bau amis darah yang memuakkan,Isi perutnya goncang keras, hampir saja muntah darah segar. Dalam pada itu Hoa Thian-hong pun telah tundukan kepala memeriksa ketiak sendiri ia lihat di atas pakaiannya telah bertambah dengan lima buah lubang kecil yang mengucurkan darah berwarna hitam, walaupun dalam hati merasa amat gusar tetapi karena teringat akan keselamatan diri Chin Giok-liong ia berusaha keras untuk menekan bawa amarahnya itu di dalam hati. "Cici, ayo kita pergi!" serunya. Di dalam tubuhnya masih bersarang racun Teratai empedu api, semua jalan darah dalam tubuhnya terasa panas, kaku dan gatal seolah olah diterobosi oleh berjuta juta ekor semut, penderitaan yang dirasakannya pada waktu itu benar-benar amat hebat. Sehabis bicara ia segera putar kepala dan meneruskan kembali pengejarannya ke arah kakek cebol gemuk itu. Giok Teng Hujien yang berhadapan dengan keadaan seperti ini jadi gugup dan tak tahu apa yang musti dilakukan pada saat ini, hawa pukulan Hiat-Sat sinkangnya segera ditarik kembali, sambil mengejar pemuda itu serunya cemas, "Saudaraku, di atas ilmu Seruling Sakti 4 Misteri Lukisan Tengkorak Seri 4 Opas Karya Wen Rui An Harimau Mendekam Naga Sembunyi 5