Ceritasilat Novel Online

Pena Wasiat 30

Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen Bagian 30


telah berkhianat kepadaku, namun mereka tak akan bisa
menghalangi keberhasilanku di masa mendatang"
"Yakinkah kau dapat kabur dari tempat ini?" jengek Cu
Siau hong sambil tertawa dingin.
"Dengan tenaga gabungan kalian berlima mungkin saja
kalian masih bisa bertarung denganku, tapi kalau aku ingin
pergi dari sini, hal mana bukan suatu pekerjaan yang terlalu
menyulitkan bagiku" Cu Siau hong segera berpikir di dalam hati: "Berbicara
dari kelihayan ilmu silat yang dimilikinya, apabila dia benarbenar
ingin menerjang keluar dari sini, agaknya memang
tiada orang yang dapat menghalanginya"
Sementara dia masih termenung, mendadak terdengar
Yu losam dan Thi losu berseru berbareng, "Toa sianseng,
apabila kau bersikeras hendak menerjang keluar dari
ruangan ini mungkin kau harus mampu membinasakan
kami lebih dulu" Toa sianseng agak tertegun, lalu serunya dengan penuh
kegusaran, "Nyali kalian benar-benar besar sekali!"
Yu lo sam tertawa, "Kalau begitu, anggap saja hari ini
kami telah makan empedu macan kumbang dan hati
beruang, sehingga berani memusuhi Toa sianseng"
"Seandainya kau benar-benar mempunyai saat untuk
bangkit kembali, mungkin aku dan Yu losam yang akan
menjadi sasaranmu yang pertama" kata Thi losu pula.
Toa sianseng semakin gusar, dengan menahan geramnya
dia berseru lantang: "Sekarang kalian masih ada kesempatan untuk mengikuti
aku pergi dari sini dan membangun kembali organisasi ini"
"Terlalu lambat" tukas Thi su sianseng, "Aku cukup
memahami watakmu, kau tak akan melepaskan kami
dengan begitu saja" "Ji sianseng!" Yu sam sianseng segera berseru, "Apa pun
yang kau katakan sekarang, kami akan menuruti
perkataanmu itu!" "Inilah satu-satunya kesempatan buat kami, kita tak
boleh melepaskan dirinya dengan begitu saja" seru Bun
Hong penuh semangat yang menyala-nyala.
Yu sam sianseng tertawa terbahak-bahak,
"Haaah...haaah..haah..Toa sianseng, Ji sianseng telah
menurunkan perintahnya, kami akan melaksanakan tugas
atas perintah, nah losu, mari kita turun tangan"
Thi losu manggut-manggut lalu bersama-sama Yu lo sam
mereka maju dan melancarkan serangan kearah Toa
sianseng. Dalam waktu singkat kedua belah pihak telah terlibat
dalam suatu pertarungan yang amat seru.
Yu losam dan Thi losu semuanya terhitung jago kelas
satu dalam dunia persilatan, tentu saja serangan yang
mereka lancarkan benar-benar hebat sekali.
Tapi Toa sianseng tetap santai saja menghadapi
serangan-serangan gencar dari kedua orang itu.
"Nona Bun" dengan suara lirih Cu Siau hong segera
berbisik, "Untuk menghadapi Toa sianseng, aku pikir tak
perlu membicarakan soal peraturan dunia persilatan lagi,
ayo kita turrun tangan bersama-sama"
Bun Hong mengangguk, mereka berdua segera maju
bersama melancarkan serangan.
Walau pun Toa sianseng memiliki kepandaian silat yang
amat lihay, namun bukan suatu pekerjaan yang mudah
baginya untuk menghadapi sekaligus empat orang jago
persilatan. Dua puluh gebrakan kemudian, dia sudah menunjukkan
tanda-tanda tak mampu untuk bertahan lebih lama lagi.
Mendadak Yu sam sianseng miringkan tubuhnya lalu
mendesak ke hadapan Toa sianseng.
Menyusul kemudian tangan kanannya menyambar
kemuka dan mencengkeram topeng kulit manusia yang
dikenakan oleh Toa sianseng tersebut.
Dia memang berhasil, tapi sayang keberhasilannya itu
harus dibayar dengan mahal.
Toa sianseng yang baru saja membendung sebuah
pukulan penggetar hati dari Thi su sianseng, tiba-tiba saja
memutar tangan kanannya dan langsung melepaskan
sebuah sodokan kedepan. Serentetan angin jari yang tajam dengan cepat
menembusi hawa murni pelindung badan dari Yu losam dan
langsung menancap diatas jalan darah tay yang hiat nya.
Serangan ini benar-benar sangat lihay membuat siapa
pun yang melihatnya jadi terkesiap dan ngeri.
Tak sempat menjerit atau mendengus lagi, Yu losam
segera roboh terkapar diatas tanah.
Sementara itu Thi su sianseng sudah mundur kesamping
setelah secara beruntun melancarkan dua buah pukulan
dahsyat. Bun Hong dan Cu Siau hong bertindak pula bersamKANG
ZUSI http://kangzusi.com/
sama, secara garang mereka lancarkan tiga jurus serangan
dan mendesak mundur To sianseng.
Menggunakan kesempatan ini, Thi losu sianseng
menyambar tubuh Yu losam dan dibawa mundur
kebelakang. Tapi diatas jalan darah tay yang hiat Yu sam sianseng
sudah muncul sebuah lubang sedalam dua inci, darah segar
meleleh keluar dari mulut dan hidungnya, ia sudah tewas
semenjak tadi. Rupanya tusukan jari tangan tadi bukan saja telah
melubangi jalan darah tay yang hiat dari Yu sam sianseng,
bahkan sudah melukai pula otak besarnya.
Bun Hong dan Cu Siau hong segera mengalihkan sorot
matanya ke wajah Toa sianseng.
Itulah selembar wajah yang tidak terlalu tampan juga
tidak terlampau jelek. Tapi yang membuat orang merasa
terkejut adalah usianya sepintas lalu dia seperti baru
berusia tiga puluh tahunan.
Bun Hong memperhatikan wajah orang itu beberapa saat
lamanya, kemudian menegur:
"Sebanarnya siapakah kau?"
Toa sianseng tertawa dingin, "Bukankah kalian selalu
berdaya upaya hendak melepaskan topeng kulit manusia
yang kukenakan" Sekarang sudah terlepas, apa sih yang
berhasil kalian peroleh" Tak lebih hanya mengorbankan
selembar jiwa dari Sam sianseng"
Dengan termangu-mangu Cu Siau hong mengawasi
selembar wajah yang asing itu dengan tertegun. Sebab
secara tiba-tiba dia merasa kalau raut wajah dan sorot mata
orang itu tidak terlampau asing baginya, bahkan dia merasa
seakan-akan pernah kenal dengan orang ini.
Namun untuk sesaat Cu Siau hong tak dapat menemukan
identitas yang sesungguhnya dari orang ini.
"Sesungguhnya siapakah dia?"
Bun Hong menghembuskan napas panjang, lalu katanya,
"Betul juga perkataan itu, kau belum pernah bertemu
dengan kami menggunakan identitasmu yang sebenarnya,
sekalipun kami berhasil mencopot topeng kulit manusia
yang kau kenakan, hasilnya tetap sama saja, kami tidak
kenal juga dengan dirimu"
Mendadak Cu Siau hong berseru dengan suara sedingin
es, "Betul-betul sebuah siasat yang licik dan pintar"
Tergerak hati Bun Hong, Thi su dan Kian Hui seng
setelah mendengar perkataan itu, seru mereka hampir
bersamaan: "Apa kau bilang?"
"Meskipun diluarnya dia mengenakan selembar topeng
manusia, sesungguhnya wajah dibalik topeng itu sudah
dirubah pula dengan ilmu penyaruan"
Tiba-tiba saja Toa sianseng tertawa terbahak-bahak,
serunya lantang: "Haaah...haaah..haah...Cu Siau hong, kau memang
sangat cerdas, tolong beritahu kepadaku bagaimana kau
bisa mengetahui rahasia ini" Padahal ilmu menyaru mukaku
ini sudah terhitung sempurna sekali, mustahil" sahut Toa
sianseng dingin, "Setiap kali sesudah menyaru wajah, aku
selalu memeriksa kembali penyaruanku dengan teliti dan
seksama" "Sewaktu Yu sam sianseng mencopot topeng kulit
manusia tadi, kau tidak seharusnya berkelit, sebab
meskipun topeng itu berhasil dicopot, toh kita tak kenal
denganmu, tapi oleh karena kau berkelit sehingga membuat
kekuatan jari tangannya kehilangan keseimbangannya,
maka topeng itu telah mengelupas pula sedikit dari obat
penyaruannya" Toa sianseng manggut-manggut, katanya kemudian: "
Seandainya titik kelemahan tersebut bisa tersimpan,
memang sempurna sekali penyamaranku ini"
Kemudian setelah tertawa terbahak-bahak dia
melanjutkan: "Sekalipun sudah meninggalkan setitik kelemahan, toh
kalian tidak kenal dengan identitasku, bukankah begitu?"
"Bukan begitu, aku hanya merasa kalau wajahmu
seakan-akan pernah kukenal, berani kau mengelupas
semua obat penyaruanmu itu?"
"Betul!" sokong Bun Hong, "Sebagai seorang lelaki sejati
kalau toh sudah berani melepaskan topeng, mengapa tidak
berani membersihkan pula obat penyaruanmu?"
"Toa sianseng" ujar Cu Siau hong pula, "Terlepas
siapakah kau dan apakah kedudukanmu, yang jelas situasi
pada hari ini sudah cukup terang, kami tak akan
melepaskan kau dengan begitu saja, bila kau tidak mati
maka kamilah yang akan mati di tanganmu, tentang hal ini
aku rasa kau sudah cukup memahami bukan?"
"Betul juga perkataan itu" sambung Bun Hong cepat,
"Perduli siapakah kau kami hanya tahu kau adalah Toa
sianseng dan hal ini sudah cukup untuk kami"
Pada saat itulah mendadak terdengar suara Han sah
berkumandang datang : "Ngo sianseng dan Jit sianseng tiba!"
Menyusul teriakan itu, Cu Siau hong segera berpaling
kearah pintu ruangan. Tampak dua orang manusia berdiri berjajar di depan
pintu ruangan. Ngo sianseng adalah seorang lelaki berusia
tiga puluh enam tujuh tahunan, tulang hidungnya menonjol
keluar, sepasang telinganya berukuran jumbo sedangkan
kepalanya juga satu kali lipat lebih berat dari batok kepala
orang biasa. Seharusnya potongan wajah semacam ini mendatangkan
semacam perasaan geli bagi yang memandang. Tapi orang
ini justru meninggalkan kesan semacam perasaan yang
dingin dan menyeramkan. Sedangkan Jit sianseng masih sangat muda, sedemikian
mudanya hingga memberi semacam perasaan kalau usianya
paling banter baru tujuh delapan belas tahunan.
Kedua orang itu memperhatikan sekejap situasi dalam
ruangan, lalu Ngo sianseng berkata dengan suara dingin:
"Ji sianseng, sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Lo ngo, kau cerdas dan berotak encer, mengapa tidak
kau terka sebab musababnya dari situasi yang terbentang di
depan mata saat ini?"
Ngo sianseng memandang sekejap topeng yang
tergeletak di tanah, lalu berkata lagi:
"Topeng itu kepunyaan Toa sianseng, siapa yang telah
mencopotnya?" "Yu losam!" jawab Thi su sianseng cepat, "Walaupun ia
berhasil mencopot topeng yang dikenakan Toa sianseng,
namun selembar jiwa sendiri pun menjadi korban"
Memandang sekejap jenazah sam sianseng, kemudian
menengok pula wajah Toa sianseng, tanpa terasa Ngo
sianseng menghela napas panjang.
"Toako" Cu Siau hong segera berbisik lirih, "Kenalkah
kau dengan manusia berkepala besar itu?"
"Sudah lama kudengar akan nama besarnya" Kian Hui
seng manggut-manggut, "Tapi baru hari ini kujumpainya
untuk pertama kali" "Siapakah dia?" bisik Cu Siau hong lebih jauh.
"Kim Bu siang, orang menyebutnya Toa tan kui ong (raja
setan berkepala besar)"
"Bagaimana dengan ilmu silat orang ini?"
"Menurut kabar dia lihay sekali, konon ilmu pukulan Bu
siang sin kun nya sudah mencapai tingkatan yang luar biasa
sekali bila kau harus bertarung melawan orang ini nanti,
kau mesti berhati-hati, jangan beri kesempatan kepadanya"
Kemudian setelah melirik sekejap kearah pemuda
berbaju biru itu, dia melanjutkan:
"Sedangkan mengenai pemuda ini, aku sama sekali tidak
kenal" "Anehnya, aku justru seperti pernah bertemu
dengannya" "Sungguh?" seru Kian Hui seng tertegun.
"Ehmmm...mungkin dibalik kesemuanya ini masih
terdapat alasan lain, biar aku pikirkan lagi dengan seksama"
"Situasi yang kita hadapi sekarang amat sukar sekali,
kitapun sulit berhasil, nampaknya untuk sementara waktu
harus melihat dulu situasinya"
Cu Siau hong manggut-manggut tanpa menjawab.
Sementara itu Toa sianseng telah berkata sambil tertawa
hambar, "Ngo sianseng, Jit sianseng, kenalkah kalian
denganku?" "Kau adalah Toa sianseng" sahut Jit sianseng.
"Baik, kalau kalian masih kenal denganku, kita masih
dapat membicarakan hal ini lebih jauh"
Namun Kim ngo sianseng segera menggeleng, "Tunggu
dulu, aku masih belum yakin kalau kau adalah Toa
sianseng" serunya. Toa sianseng agak tertegun, lalu katanya: "Masa kau
lebih tak becus daripada lo jit?"
Kim ngo sianseng berpaling dan memandang sekejap
kearah pemuda berbaju biru itu lalu katanya:
"Jit sianseng masih muda, ada banyak persoalan yang
kurang sempurna pemikirannya"


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mengapa jalan pemikiranku kurang sempurna, dia jelas
adalah Toa sianseng, mengapa kau tak mau mengakui?"
kata Jit sianseng dingin.
"Jit sianseng, kapan sih kau pernah melihat raut wajah
asli dari Toa sianseng?"
"Aku..." Dia menengok sekejap kearah Toa sianseng kemudian
membungkam secara tiba-tiba.
"Yang pernah kita jumpai hanyalah sebuah topeng, siapa
saja yang mengenakan topeng tersebut, kemungkinan
dialah Toa sianseng, bukankah begitu?"
"Apakah kalian hanya bisa mengenali diriku hanya lewat
topeng ini?" tegur Toa sianseng.
"Selama ini kau selalu memelihara dan mendidik kami
secara begini, memelihara kewibawaan melalui selembar
topeng kulit manusia" kata Kim ngo sianseng.
Toa sianseng menjadi gusar sekali, segera teriaknya
keras-keras: "Kim ngo sianseng, kau..."
"Saudara jangan gusar dulu!" sambung Kim ngo sianseng
cepat, "Aku berbicara yang sebenarnya, apabila kau benarbenar
adalah Toa sianseng, itu berarti kau mencari penyakit
buat diri sendiri, namun aku percaya kau bukan"
"Dia benar! Dialah Toa sianseng" kembali Jit sianseng
menegaskan. "Darimana kau bisa tahu?"
"Kudengar suaranya mirip sekali"
"Mirip sekali" Jit sianseng, suara orang banyak yang
sama, bila Toa sianseng mencari seorang pengganti untuk
mempermainkan kita, tentu saja orang itu harus
mempunyai suara yang mirip"
"Tidak! Dia adalah toa sianseng yang asli, aku yakin!"
Paras muka Kim ngo sianseng berubah menjadi berat
dan dalam, ujarnya kemudian:
"Coba kau tanyakan kepada Ji sianseng, Toa sianseng ini
asli bukan?" Jit sianseng berpaling dan memandang sekejap kearah
Bun Hong. Sambil tertawa Bun Hong segera berkata:
"Jit sianseng, saudaraku yang baik, perkataan ngo
sianseng benar, kita tak bisa memastikan siapakah dia"
Tapi Jit sianseng menggelengkan kembali kepalanya:
"Tidak! Dalam hati kecil kalian padahal telah mengerti
kalau dia adalah Toa sianseng, mengapa kalian tidak mau
mengakuinya?" "Jit sianseng, tenangkan dulu hatimu" kata Bun Hong
dengan suara dingin. Tiba-tiba Jit sianseng melotot dan mengawasi wajah Bun
Hong lekat-lekat, kemudian sambungnya lebih jauh.
"Aku tidak habis mengerti, kalian semua tahu kalau dia
adalah Toa sianseng tapi semuanya bersikeras tak mau
mengakui, apalagi su sianseng pun barusan berkata, topeng
itu baru saja dicopot dari wajahnya oleh Yu losam"
"Jit sianseng!"
"Siapa suruh dia kurang ajar terhadap Toa sianseng"
Mampuslah dia di akhirat.."
Sembari berseru Jit sianseng segera melompat ke depan
dan melayang turun di sisi Toa sianseng.
Pelan-pelan Toa sianseng mengalihkan sorot matanya ke
wajah Bun Hong, Thi losu lalu beralih ke wajah Kim ngo
sianseng, setelah itu ujarnya.
"Lo ngo, Ji sianseng Bun Hong dan Thi losu telah
mengkhianati aku, apa rencanamu sekarang?"
"Yu sam sianseng mati di tanganmu, sedang Lak
sianseng mati di tangan orang lain, dari tujuh orang kini
tinggal kami berlima dan sekarang semuanya hadir disini"
"Bagaimana" Jadi kau sudah mengakui identitasku?"
"Bila kau bersikeras mengatakan kalau dirimu adalah Toa
sianseng, maka akupun akan berkata demikian"
"Kalau sudah mengakui yaa sudahlah, Yu sam telah mati,
Bun Hong dan Thi su telah mengkhianati aku, sedangkan Jit
sianseng tetap setia kepadaku, sekarang tinggal kau
seorang yang belum menentukan sikap"
Sorot mata Kim ngo sianseng berputar tanpa hentinya
mengawasi semua orang yang berada di dalam ruangan,
namun tak sepatah kata pun dia ucapkan untuk menjawab
pertanyaan dari Toa sianseng tersebut.
Kiranya dia sedang menggunakan kesempatan tersebut
untuk mempertimbangkan dengan sebaik-baiknya.
Dalam keheningan tersebut, tiba-tiba Cu Siau hong
berkata dengan suara dingin:
"Toa sianseng, padahal tanpa kau lepaskan topengmu,
aku pun tahu siapakah kau yang sebenarnya"
"Masa kau sepintar itu?" jengek Toa sianseng dingin.
"Jadi kau tidak percaya?"
"Aku percaya, hubungan kita tidak meninggalkan kesan
yang kelewat dalam, atau tegasnya saja aku tidak percaya
kalau kau dapat kenali aku"
"Kau boleh saja tidak percaya, tapi aku akan
mengutarakannya keluar"
Dari balik mata Toa sianseng segera terpancar keluar
sinar penuh ejekan, katanya kemudian sambil tertawa:
"Cu Siau hong, apabila kau benar-benar bisa
menyebutkan namaku, saat ini juga akan kuhapus semua
obat penyaruan dari atas wajahku"
"Kau adalah Ketua Paykau !"
Toa sianseng segera tertawa terbahak-bahak:
"Haahh...haaah...haaah...bagus sekali ! Cu Siau hong,
kita hanya berjumpa sekilas pandangan saja tapi
kenyataannya kau masih dapat mengingat dengan begitu
jelas, daya ingatmu benar-benar membuatku kagum"
Dia segera menghapus obat penyaruan dari atas
wajahnya. Tak salah lagi dia memang Ketua Paykau.
Yang paling terperanjat saat ini bukan Cu Siau hong atau
Bun Hong, melainkan Seng Hong, Hoa Wan dan Pay kau Su
eng. Mimpi pun mereka tidak menyangka kalau otak atau
dalang dari organisasi rahasia ini bukan lain adalah ketua
mereka yang dicintai dan dihormati.
Cu Siau hong segera menghela napas panjang, katanya
kemudian: "Tak heran kalau berita yang kau peroleh begitu cepat
dan luas, tidak heran kalau kau sangat memahami tentang
gerak gerik kami semua, rupanya kau adalah manusia
bermuka dua!" "Hmm, rupanya kau adalah ketua Pay kau" dengus Bun
Hong pula, "Aku masih ingat, kau pernah beritahu kepada
kami kalau Kay pang dan pay kau adalah musuh besar kita
semua, sungguh tak disangka ternyata kau sendirilah ketua
Pay kau!" Toa sianseng tertawa terbahak-bahak:
"Haaah...haahh..haah..."
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berseru:
"Seng Hong, Hoa Wan ! Kemari kalian !"
Seng Hong dan Hoa Wan saling berpandangan sekejap,
lalu pelan-pelan berjalan maju kemuka.
"Hoa Wan, Seng Hong kalian hendak kemana?" Cu Siau
hong segera menegur cepat.
"Menjawab pertanyaan kongcu" sahut Seng Hong, "Kami
datang dari Pay kau, setelah kaucu mengundang kami,
tentu saja kami harus kembali ke sisi kaucu kami"
Cu Siau hong manggut-manggut.
"Ehmm..memang benar juga perkataan ini" katanya.
Sementara itu Toa sianseng telah menggapai kearah Su
eng sambil berseru: "Kalian pun kemarilah!"
Pay kau Su eng lebih besar usianya, mereka cukup jelas
membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Setelah berunding beberapa saat dengan suara lirih, Toa
san segera tampil kemuka lalu sesudah menjura katanya:
"Kami sudah menerima budi pendidikan dari kaucu,
mustahil bagi kami untuk memusuhi kaucu lagi, akan tetapi
kami pun tak dapat menerima perintah kaucu untuk
memusuhi Cu kongcu, hal ini benar-benar menyulitkan
posisi kami, oleh sebab itu kami berempat lebih suka
menghabisi nyawa sendiri saja sebagai tanda terima kasih
kami kepada semua pihak"
Selesai berkata, dia lantas mengayunkan telapak
tangannya menghantam keatas ubun-ubun sendiri.
Su eng turun tangan hampir bersamaan waktunya,
empat sosok mayat segera menggeletak bersama keatas
tanah. "Saudara berempat, jangan.." teriak Cu Siau hong
dengan perasaan cemas. Sayang sekali keadaan sudah terlambat.
Toa sianseng agak termangu-mangu sejenak, lalu
dengan gusar sumpahnya: "Bangsat! Memang pantas untuk
mampus!" Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Cu Siau hong,
kemudian sambungnya lebih jauh:
"Bila aku berniat membunuhmu, cukup dengan
mengandalkan orang-orang yang terpapar disekelilingmu,
rasanya sudah lebih dari cukup untuk merenggut nyawamu"
Merah membara sepasang mata Cu Siau hong, dengan
suara dingin ia berseru: "Kau telah mendesak mati keempat orang
kepercayaanmu, apakah hingga saat ini pun masih belum
mau sadar?" Toa sianseng tertawa dingin tiada hentinya:
"Haaah..haaah..haaah..kau telah merusak semua
rencana besarku, kini kau tak boleh diampuni lagi, apalagi
dibiarkan hidup terus.."
"Bila kau ingin membunuh Cu Siau hong, maka terlebih
dahulu harus dapat membunuh aku
Bun Hong lebih dahulu" timbrung Bun Hong dengan
suara dingin. "Masih ada pula aku" timbrung Thi su sianseng cepat.
"Tampaknya kau selalu berusaha memperalat kami, oleh
karenanya aku pun turut ambil bagian dalam hal ini" kata
Kim ngo sianseng pula. "Kim bgo!" tegur Toa sianseng, "Kesuksesan besar sudah
diambang pintu, dunia persilatan akan segera berubah
menjadi dunia kita, masa kau mengkhianati aku dalam
keadaan seperti ini?"
Cu Siau hong yang selama ini hanya berdiam diri
mendadak tertawa tergelak, kemudian serunya lantang:
"Aku sudah mengerti, aku sudah mengerti!"
Ucapan tersebut muncul sangat mendadak sehingga
membuat semua orang yang hadir di arena sama-sama
menjadi tertegun. "Apa yang kau pahami?" tegur Toa sianseng.
"Bukan saja kau telah mencatut nama ketua Pay kau,
bahkan kau pula si Pena wasiat itu"
Toa sianseng tertawa semakin tergelak,
"Haaah...haaah...haah..bagaimana kau bisa berpikir sampai
kesitu?" "Aaaii, sewaktu kunci persoalan ini belum berhasil
kupahami, nampaknya semua masalah seolah-olah dilapisi
oleh kemisteriusan, tapi bila satu kuncinya sudah dipahami
maka segala sesuatunya turut menjadi terang pula, jadi
yang aneh pun sekarang menjadi tak aneh lagi"
"Baik! Cu Siau hong, apabila kau dapat menerangkan
sedikit alasannya, maka aku akan menerangkan latar
belakang lainnya secara lengkap"
"Kau sebenarnya adalah ahli waris dari Pena wasiat,
bahkan mempunyai hubungan yang erat sekali dengan si
Dewa Pincang Ui thong, aku yakin kau bukan ketua Pay kau
yang sebenarnya" "Di dalam hal ini kau keliru, akulah ketua Pay kau yang
sesungguhnya" tukas Toa sianseng.
"Tidak! Kau mungkin ketua Pay kau, tapi bukan ketua
yang asli, kaucu yang sesungguhnya bisa jadi sudah kau
celakai" Toa sianseng manggut-manggut.
"Dugaanmu keliru, sebenarnya kami adalah saudara
kembar, oleh sebab itu aku tidak membunuhnya, aku hanya
menyekapnya di suatu tempat"
Pada saat itulah mendadak terdengar seorang berkata
dengan suara yang tua namun nyaring:
"Betapa pun licik dan busuknya akal busuk, rahasia
tersebut tak akan bisa tersimpan untuk selamanya, adikmu
telah berhasil kami selamatkan"
Yang barusan berbicara tak lain adalah Ui pangcu, ketua
Kay pang, perkumpulan pengemis yang termasuk
perkumpulan paling besar didalam dunia persilatan.
Di belakang Ui lo pangcu mengikuti keempat orang
tianglonya serta tiga puluh dua orang jagoan inti dari Kay
pang. Han sah dan Si im mengikuti pula dibelakang mereka.
Disamping Ui lo pangcu mengikuti pula seorang lelaki
setengah umur berambut awut-awutan, meskipun wajahnya
agak murung namun lamat-lamat dapat terlihat banyak
kemiripannya dengan wajah Toa sianseng.
Sambil menghela napas panjang Toa sianseng lantas
bergumam: "Ui pangcu, kau pun sudah sampai disini?"
Ui lo pangcu manggut-manggut.
"Yaa, kau telah mempermainkan umat persilatan baik
dari golongan putihtak lain dan golongan hitam, cara dan
tehnik yang kau pergunakan benar-benar lihay"
Toa sianseng tertawa dingin, "Ui lo pangcu!" jengeknya
sinis, "Seharusnya aku bunuh kau semenjak dulu"
Ui lo pangcu tertawa ewa.
"Sekarang kita sudah memahami semua persoalan,
adikmu yang kau sekap telah mengisahkan sebagian besar
persoalan ini kepada kami, tapi ada satu hal masih belum
kupahami" "Apa lagi yang ingin kau ketahui?"
"Sebenarnya apa sih hubunganmu dengan Pena wasiat"
Mengapa kau bisa mempunyai hubungan dengan Pena


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wasiat?" "Akulah Pena wasiat angkatan ketiga..." kata Toa
sianseng pelan-pelan. "Hei..." Ui lo pangcu menghela napas panjang, "Pena
wasiat adalah tokoh yang dihormati dan disegani setiap
orang, tapi kau...kau justru melakukan perbuatan terkutuk
yang dibenci dan disumpahi setiap orang"
Toa sianseng tertawa dingin, tiba-tiba tegurnya:
"Han sah, Si im, apakah kalian berdua pun akan
mengkhianati aku?" "Mana, mana.." jawab Han sah, "Dimasa lampau kami
masih belum mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya
dan itu masih tak mengapa, tapi sekarang setelah
mengetahui semua persoalan yang sejelasnya, keadaan pun
berbeda, biar mata kami buta namun hati kami tidak buta"
"Baik! Kalau kalian memang berani mengkhianati aku,
maka jangan salahkan kalau aku tak akan berbelas kasihan
lagi, Jit sianseng, mari kita terjang keluar dari sini"
Mendadak keempat tianglo dari Kay pang maju beberapa
langkah kemuka dan menghadang di hadapan Ui pangcu.
"Tunggu dulu" Cu Siau hong tiba-tiba berseru.
"Jit sianseng, coba kau kemarilah sebentar!"
"Aku?" Jit sianseng tertegun.
"Betul, kau!" "Kau tahu siapakah aku?" seru Jit sianseng dengan
gusar. "Kau adalah nona Ou, bagaimana kabar Ui Thong
locianpwee?" Tiba-tiba Jit sianseng maju mendekati Cu Siau hong dan
mengucurkan air mata dengan derasnya, lalu berbisik lirih:
"Kau..kau rupanya masih ingat dengan diriku"
Bun Hong maju dan berusaha menarik tangannya
katanya lembut, "Saudaraku Jit sianseng, adikku yang
manis, tunggulah pertunjukan ini selesai dulu, jangan kau
ikuti Toa sianseng" Toa sianseng yang berada di belakangnya mendadak
mengayunkan telapak tangannya kedepan, tanpa
menimbulkan sedikit suara pun dia melancarkan sergapan
maut kebelakang Jit sianseng.
"Hati-hati dengan sergapan dari belakang!" Cu Siau hong
segera memperingatkan. Sayang terlambat, tenaga pukulan Toa sianseng sudah
bersarang telak di punggung Jit sianseng.
Tak ampun lagi tubuh Jit sianseng terlepas dari cekalan
Bun Hong, segera mencelat dan melayang di tengah udara.
Cu Siau hong bertindak cepat, dia melopmpat kedepan
lalu memeluk tubuh Jit sianseng.
Sementara itu Bun Hong, Thi su, Kim ngo bersama-sama
melompat kemuka dan menerkam Toa sianseng.
"Plaak, ploook, plaak..plook" serentetan suara benturan
nyaring bergema memecahkan keheningan, keempat orang
itu masing-masing sudah termakan sebuah pukulan.
Kini Toa sianseng telah memperlihatkan ilmu silat
aslinya, dalam sekali gebrakan saja Bun Hong, Thi su dan
Kim ngo menderita luka di tgangannya.
Mereka itu mundur kebelakang dengan sempoyongan,
ketiga orang itu sama-sama memuntahkan darah segar.
"Aaaah...Kun goan sin kang!" pekik Ui lo pangcu tanpa
terasa dengan perasaan kaget.
"Benar" kata Toa sianseng. "Yang pingin mampus
secepatnya silahkan saja maju"
Cu Siau hong membaringkan Jit sianseng, nona Ou
keatas tanah, kemudian pelan-pelan mengangkat
pedangnya sambil bersiap sedia.
Sementara itu Han sah dan Si im telah menyergap
kedepan tanpa menimbulkan sedikit suara pun.
Menyusul terkaman ini, dua belas buah jarum beracun
telah dipancarkan bersama-sama.
Toa sianseng tertawa dingin, sepasang telapak
tangannya dibabat bersama kedepan menyambut
datangnya kedua serangan itu sementara badannya berdiri
tegak tak berkutik dan membiarkan jarum-jarum beracun
itu menancap semua diatas pakaiannya.
Serangan balasan yang kemudian dilancarkan sangat
cepat dan tanpa mengeluarkan suara, padahal Han sah dan
Si im sedang menyerang tiba dengan kecepatan tinggi.
"Blaaam...blaaam..!" dua kali benturan nyaring bergema
memecahkan keheningan, serangan itu masing-masing
menghantam kepala kedua orang tersebut secara telak.
"Blaaam.."dua sosok mayat menggeletak pula ke tanah.
Cu Siau hong tidak ambil diam, dia segera mengeluarkan
ilmu pedang Tay lo kiam si nya untuk menghadapi lawan,
pedangnya dengan cepat berubah menjadi serentetan
cahaya dingin langsung meluncur ke depan.
Toa sianseng menggerakkan pula tangannya, serentetan
cahaya bianglala berwarna emas segera melesat ke udara.
"Traang..!" Benturan nyaring yang memekikkan telinga bergema
memecahkan keheningan, akibat dari bentrokan itu tubuh
Cu Siau hong terlempar sejauh tujuh delapan depa dari
tempat semula. Dari tubuh Toa sianseng bergetar pula dengan keras, lalu
sambil menahan geram ujarnya:
"Sialan orang-orang buta itu, berani sekali kalian
selipkan jarum sakti besi baja diantara senjata rahasia
kalian" Sayang sekali Han sah dan Si im sudah tak mendengar
siuara umpatannya lagi. Pada saat itulah dari kelompok orang-orang Kay pang
muncul seorang pengemis tua.
Dia muncul secara diam-diam dan bergerak mendekati
arena pertarungan tanpa menimbulkan suara, kemudian
secara tiba-tiba melepaskan sebuah pukulan dahsyat
kedada Toa sianseng. Pada saat yang bersamaan Toa sianseng membalikkan
badannya sambil melancarkan sebuah bacokan.
"Blaaaaaammmm...!"
Sekali lagi sepasang telapak tangan mereka saling
beradu satu sama lainnya.
"Siapakah kau?" Toa sianseng segera menegur.
"Pena wasiat angkatan kedua!" jawab orang itu dingin.
"Suhu..." Toa sianseng segera menjerit dengan perasaan
terkesiap. Tapi pengemis tua itu segera menukas, "Dalam urutan
generasi Pena wasiat tidak berlaku sebutan guru dan murid,
yang ada hanyalah angkatan demi angkatan, sungguh tak
disangka aku punya mata tak berbiji sehingga mewariskan
seluruh kepandaianku untuk seorang manujsia yang licik,
buas dan jahat macam kau"
Sambil berkata dia mengusap wajahnya dengan tangan
sehingga terlihatlah raut wajah aslinya.
"Lo liok cianpwee.." Cu Siau hong segera berseru.
Ternyata pengemis tua itu adalah Lo Liok si penjaga istal
kuda. "Benar-benar mengecewakan" ucap Lo Liok, "Dia telah
mendapat warisan ilmu silat dan telah meneruskan generasi
Pena wasiat tetapi kenyataannya dia justru telah
mengkhianati Pena wasiat"
Toa sianseng yang diumpat seperti itu menjadi sangat
gusar, teriaknya segera: "Kau sudah tua, belum tentu kau mampu menandingi
kepandaian serta kekuatanku"
Mendadak dia menghimpun hawa murninya kedalam
telapak tangan kemudian dengan kecepatan tinggi
menolaknya kearah depan. Orang yang kebetulan berdiri disekeliling arena segera
merasa datangnya sambaran angin pukulan yang begitu
dahsyat sehingga membuat orang tak mampu berdiri tegak.
Lo liok memang sudah tua, badannya pun sudah lemah
sehingga ia mulai menunjukkan gejala terdesak dan mulai
tidak tahan. Cu Siau hong yang menyaksikan kejadian ini tiba-tiba
saja menggerakkan pedangnya dengan menggenggam
pedangnya memakai sepasang tangan, sekuat tenaga ia
lancarkan sebuah tusukan kedepan.
Tusukan ini nampaknya saja sederhana, biasa dan tiada
sesuatu yang luar biasa, namun dibalik kesemuanya itu
justru terkandung sesuatu kekuatan yang luar biasa.
Inilah jurus Bun hong seng hu (pancaran sakti
menundukkan orang) dari ilmu pedang Tay lo kiam si.
Dengan cepat pedang itu melesat kedepan menembusi
punggung Toa sianseng hingga tembus sampai ke depan
dadanya. Tak sempat banyak berkutik, Toa sianseng segera roboh
terkapar bermandikan darah diatas tanah.
Tapi ia sempat berseru dengan suara keras:
"Oooh, suhu, Pena wasiat tak boleh diteruskan lebih
jauh, karena pekerjaan Pena wasiat hanya menyelidiki
rahasia orang lain, ditambah pula ilmu silat yang maha
dahsyat dan mengerikan itu, bila orang yang tidak kuat
imannya mendapatkan warisan ini, sudah pasti dia akan
terangsang untuk berbelok ke arah jalan yang sesat.."
Agaknya perkataan tersebut belum sempat diselesaikan,
tapi selembar jiwanya sudah keburu melayang dulu
meninggalkan raganya. Lo Liok memuntahkan darah segar, kemudian
mengalihkan sinar matanya ke wajah Cu Siau hong,
ujarnya: "Nak, bila aku berhasil menemukan kau beberapa hari
lebih awal, niscaya Pena wasiat akan turun temurun
beberapa generasi lagi, sayang sekali kau dilahirkan
beberapa tahun lebih lambat."
Ucapan dari orang yang hampir mati biasanya
merupakan perkataan yang baik, apa yang dia ucapkan
memang masuk diakal juga" kata Cu Siau hong sedih,
"Sekali pun kehadiran Pena wasiat demi menegakkan
keadilan dan kebenaran, namun cara kerjanya terlalu
ganas, lagi pula khusus menyelidiki rahasia orang lain, cara
kerja semacam ini bisa jadi akan diperalat atau ditunggangi
orang lain" Lo Liok manggut-manggut. "Nak, perkataanmu memang masuk diakal, itulah
sebabnya Pena wasiat hanya berakhir sampai generasi
ketiga.." Mendadak dari arah jalan masuk datanglah berbondongbondong
jago-jago yang semula menunggu di luar tebing
Yang jit gay, paling depan tampak Pek bi taysu diiringi
kedua belas orang Lo han, Thian Pak liat, Tham Ki wan, Ho
hou poo, Seng Tiong gak serkalian.
Pek bi taysu mengunjuk hormat, "Omintohud...rupanya
lo sicu adalah Pena wasiat yang kami hormati, sukurlah..."
Berturut-turut semua jago menghunjuk hormat dan
berfbaris menurut kepala regu masing-masing.
"Mana..mana, sungguh malu aku tak becus mendidik ahli
waris..mohon maaf sekiranya perbuatanku tidak
menyenangkan para enghiong hohan disini" ujarnya.
Setelah membalas hormat, Lo Liok berpaling memandang
Ui pangcu, dia berkata pula.
"Lo pangcu, berada di hadapanmu serta apara enghiong
hohan sekalian, Pena wasiat mengumumkan bahwa
generasi Pena wasiat hanya akan berakhir samapi disini,
mungkin Pena wasiat akan muncul lagi di dalam dunia
persilatan lain saat, tapi sebelum kutemukan suatu cara
yang terbaik dan sempurna, dia tak pernah akan muncul
kembali di dunia ini"
Pelan-pelan dia membalikkan badan, memandang tubuh
nona Ou dan berkata lebih jauh:
"Cu Siau hong, demi menyelidiki cara dari Pena wasiat
angkatan ketiga, menyesal sekali tidak turun tangan untuk
mencegah terjadinya tragedi atas perkampungan Ing gwat
san ceng. Pena wasiat bukan pendekar sejati, juga bukan
orang yang suka menolong orang lain, peraturan kami amat
ketat meski terdapat banyhak sekali kekurangan, demi
menebus dosa itu, serahkan saja nona kecil ini kepadaku,
bulan besok aku akan datang ke perkampungan Ing gwat
san ceng untuk mencarimu"
"Baik, boanpwee akan selalu menantikan kedatangan
dari locianpwee.." Lo Liok tidak berbicara lagi, sambil membawa nona Ou
yang masih lemah keadaannya dia membalikkan badan dan
segera pergi dari situ. Sepeninggal Lo Liok, Cu Siau hong berpaling dan
memandang sekejap kearah Bun Hong, kemudian tegurnya:
"Nona Bun, apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Aku bersama Thi losu dan Kim ngo masih harus
membubarkan orang-orang yang tergabung dalam
organisasi ini, berilah waktu tiga bulan kepada kami,
kemudian kami bertiga akan berangkat ke markas besar
Kay pang untuk menerima hukuman.
"Kay pang tak berani" Ui pangcu menukas cepat, "Empat
bulan kemudian aku bersama-sama ketua Siau lim pay dan
Bu tong pay akan menunggu kehadiran kalian bertiga di kuil
Siau lim si, moga-moga saja persoalan ini bisa diselesaikan
dan disebarluaskan ke seluruh dunia"
Bun Hong manggut-manggut.
"Baik, kita putuskan demikian, Lo su, Lo ngo bagaimana
pendapat kalian berdua?"
Thi losu dan Kim ngo segera manggut-manggut.
"Kami akan mengikuti keputusan dari nona Bun"
"Cu kongcu!" ujar Bun Hong kemudian sambil berpaling
kearah Cu Siau hong, "Kalau begitu sampai jumpa lagi
empat bulan kemudian"
***TAMAT*** Epilog. Apa yang akan terjadi empat bulan kemudian"
Apakah nona Ou akan menjadi murid Pena Wasiat"
Apakah Bu-lim akan menjadi tenang setelah
tertumpasnya organisasi misterius yang gagal menguasai
rimba persilatan ini"
Tunggu di kisah selanjutnya....


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jago Kelana 7 Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung Pedang Kayu Harum 6

Cari Blog Ini