Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bego 9

Pendekar Bego Karya Can Id Bagian 9


menganggap kepandaiannya sangat lihay selalu menolak.
Akhirnya karena kehabisan akal, maka sambil mencak mencak kakek cebol itu
berteriak. "Hei, kalau kau tak mau memukul aku, aku akan memukul duluan... coba kulihat mau
apa kau nanti!" Selesai berkata tangannya lantas diayun dan... "Plak! Plok! Plak! Plok!" secara
beruntun ia perseni tujuh delapan buah tamparan keatas wajah Ong It sin.
Si anak muda itu segera merasakan bayangan tangan saling menyambar didepan mata,
hakekatnya ia tak mampu untuk menghindarkan diri lagi, maka setelah menyambut
ketujuh delapan buah tamparan tersebut, ia berdiri kaku di tempat semula.
Diam diam pemuda itu merasa keheranan pikirnya:
"Betul betul mencengangkan hati, tubuhnya begitu cebol dan kecil, kenapa bisa
menampar aku dengan begitu gampang."
Karena heran maka setelah tertegun sejenak, ia membungkukkan badan sambil
melancarkan sebuah serangan balasan.
Bukannya mundur kakek cebol itu malah ke depan... "Plaaak!" serangan keras dari
Ong It sin itu bersarang telak diatas dada lawan.
"Hmm! Rasain lu sekarang, sudah tahu akan kelihayanku bukan?" teriaknya.
Tapi kakek cebol itu hanya tertawa cekikikan saja sambil memandang kearahnya,
sedikitpun tidak tampak kesakitan atau ketakutan.
Ini semua membuat Ong It sin kembali tertegun, serunya dalam hati:
"Amboi! Kukira tubuhnya yang ceking itu tak akan tahan terhadap tonjokanku itu,
siapa tahu ia begitu lihay, biar kuberi sebuah pukulan yang lebih keras lagi..."
Sambil berpikir ia bermaksud menarik kembali tangannya, siapa tahu tangannya itu
seperti menempel diatas pelakat yang keras, untuk sesaat lamanya tak mampu
dilepaskan Ong It sin berkaok kaok keras dengan penuh penasaran, ia merasa tangannya yang
menempel didada kakek itu seperti terhisap oleh suatu kekuatan yang besar,
sehingga bagaimanapun ia meronta selalu tidak berhasil untuk melepaskan diri.
Ong It sin makin penasaran, ia berusaha untuk meronta lagi kuat kuat, tapi
sedikitpun tak berguna akhirnya karena geram ia berteriak teriak seperti orang
gila. "Hei, terhitung jagoan macam apa kau?" ejek kakek cebol itu kemudian sambil
tertawa, "masa jotosannya tidak saja lembek sampai tangan sendiripun tak mampu
ditarik kembali, hei! Mau pura pura mampus yaa kau" Hayo cepat lancarkan pukulan
berikutnya!" Ong It sin menarik napas panjang dan menarik kembali tangannya dengan sekuat
tenaga, tapi alhasil jangankan terlepas dari hisapan, bergemingpun tidak.
Kakek cebol itu kembali tertawa katanya.
"Bocah busuk, aku lihat tanganmu ini sudsah tak berguna lagi lebih baik dipotong
saja biar beres!" "Dikebas kutung mah bagus sekali!" jawab Ong It sin sambil tertawa getir, "tapi
bisa dipasang lagi tidak."
"Lantas bagaimana baiknya" Masa aku mesti membawa tanganmu kesana kemari" Kan
berabe! Kalau kau enggan menebasnya, biar aku saja yang membantumu untuk menebas
tangan ini!" Pergelangan tangannya segera diputar dan... "Sreet!" ia sudah meloloskan sebilah
pisau belati yang amat tajam.
Ketika pisau tersebut disambar keatas pergelangan tangannya, sekalipun belum
menyentuh kulit, Ong It sin telah merasakan hawa dingin yang menyambar datang...
Ia menjadi ketakutan setengah mati, sambil berteriak teriak seperti babi yang
hendak disembelih serunya:
"Oooh ampun! ampun, kalau bukan kau yang menghisap tanganku, masa tanganku mau
tinggal diatas badanmu yang bau" Kau tak boleh menebasnya dengan begitu saja!"
"Nah, sekarang kau baru mengaku kalau tanganmu kena kuhisap sehingga badanmu tak
mampu berkutik, hayo sekarang katakan dulu ilmu silat milik siapa yang paling
hebat." Ong It sin menjadi tertegun, sekarang ia baru mengerti.
"Jadi kalau begitu ilmu silatmu memang diatasku tapi hidungmu sudah kena kupukul
sampai penyok tadi, maka jika dihitung hitung ilmu silat kita sama kuat alias
setali tiga uang!" Padahal kakek cebol itu sengaja menarik masuk hidungnya untuk menggoda Ong It
sin, siapa tahu sekarang menuduh ilmu silatnya yang tak becus meski mangkel
kakek cebol itu merasa geli juga.
Setengah harian lebiht mereka saling berdebat dengan sengit untuk mempertahankan
pendapat masing masing tapi Ong It sin tetap ngotot berpendapat kalau ilmu silat
mereka seimbang. Akhirnya karena kewalahan, kakek cebol itu melepaskan hisapannya atas tangan
pemuda itu dan berkata sambil tertawa.
"Baiklah, kalau memang ilmu silat kita seimbang seharusnya kitapun berganti
panggilan, aku lebih tua beberapa tahun darimu mulai sekarang aku akan
memanggilmu sebagai saudara goblok!"
Ong It sin tertawa, sahutnya.
"Bagus, kau memanggil aku saudara goblok maka akupun akan memanggilmu sebagai
engkoh cebol!" Begitulah kalau ada dua orang yang sama sama suka bergurau bertemu menjadi satu
apalagi merasa mencocoki dengan watak masing masing, angkat saudara, bukan
suatru kejadian yang aneh.
"Saudara goblok!" seru kakek cebol kemudian, "sebetulnya ada urusan apa kau
datang kemari seorang diri?"
"Aku sedang mencari seseorang... ooh, bukan, bukan semua orang, tapi dua orang"
"Sudah cukup lama aku berbaring diatas pohon itu" kata si kakrek cebol sambil
menuding ke atas sebuah pohon, "setiap orang yang lewat tempat ini tak akan
lolos dari pengamatanku, macam apa sih dua orang yang sedang kau cari itu?"
Sebelum menjawab Ong It sin telah menghela napas, kemudian tanpa sebab pipinya
berubah menjadi merah padam.
Melihat itu, si kakek cebol segera mendengus.
"Hmm! Kenapa pipimu menjadi merah padam?"
"Engkoh cebol, kau... kau tidak tahu, orang yang kucari itu adalah seorang...
seorang gadis yang amat cantik!"
Kakek cebol itu memutar biji matanya berulang kali, kemudian sahutnya:
"Kalau gadis cantik yang berjalan sendirian sih tak ada, tapi ada seorang gadis
ayu yang melakukan perjalanan bersama si pipi licin anaknya Sangkoan Tin, apa
mereka yang sedang kau cari"
"Aaah... betul, betul, merekalah yang sedang kucari" buru buru Ong It sin
menyahut. Sejak munculkan diri sampai sekarang hampir sekulum senyuman selalu menghiasi
wajah kakek cebol itu, tapi sekarang tiba tiba saja senyuman itu lenyap tak
berbekas. "Saudara goblok, apa kau tahu siapa sesungguhnya bocah perempuan itu?"
"Tentu saja tahu!"
"Kalau tahu coba katakan dulu kepadaku"
Ong It sin kembali menghela napas panjang.
"Aaai...! Dia... dia she Be... dia adalah nyonya pocu dari benteng Khek po,
lantaran mencuri pedang antik Hu si ku kiam milik suamimya, ia kabur dari
benteng tersebut, tapi dia... dia adalah seorang yang baik sekali"
Ketika mendengar perkataan itu, paras muka si kakek cebol segera menunjukkan
suatu sikap yang aneh sekali, jelas apa yang dikatakan oleh Ong It sin tak
pernah diketahui oleh si kakek cebol tersebut sebelumnya.
Setelah termangu sejenak, maka ia baru berkata:
"Oooh... jadi masih ada begini banyak liku likunya dibalik persoalan ini, tapi
kalau kuperhatikan gerakan tubuhnya itu, agaknya ilmu meringankan tubuh yang ia
pergunakan berasal dari satu aliran dengan perempuan beracun Be Ji nio"
"Yaa, yaa, betul! Be Ji nio memang ibunya!" buru buru Ong It sin menyambung.
"Apa hubunganmu dengannya?" kembali kakek cebol itu bertanya.
Sebetulnya pertanyaan ini hanya diajukan tanpa maksud tertentu, tapi justru
pertanyaan tersebut merupakan masalah yang paling menyulitkan diri Ong It sin.
Seketika itu juga paras mukanya berubah menjadi merah padam bagaikan kepiting
rebus, untuk sesaat lamanya ia tak sangup mengucapkan sepatah katapun.
Kakek cebol itu kembali memperhatikannya sekejap, setelah itu baru katanya:
"Saudara goblok, ternyata kau memang benar benar bego, dan bukannya cuma pura
pura tolol!" Ong It sin semakin gelagapan, katanya kemudian dengan suara terbata bata:
"Dia... dia... sangat baik kepadaku, benar benar baik sekali kepadaku. Belum...
belum pernah ada orang sebaik ini kepadaku kecuali dia... yaa, cuma dia seorang
yang baik kepadaku!"
Berbicara pulang pergi dari tadi sampai sekarang, yang diucapkan kecuali "dia
sangat baik kepadaku", hampir tiada perkataan kedua lagi yang dia katakan.
"Kalau dia memang baik kepadamu, kenapa tidak melakukan perjalanan bersamamu"
Kenapa dia malah berjalan bersama anaknya Sangkoan Tin yang berpipi licin itu?"
seru kakek cebol. Ong It sin menghela napas dengan sedih.
"Aaai... aku sendiripun tidak mengerti, kenapa ia musti bersikap demikian
kepadaku?" Melihat kebegoan orang, kakek cebol itu tertawa.
"Goblok! Tak ada nona cantik yang tak suka pria tampan, dengan tampang seperti
kau, mana mungkin gadis macam dia bisa baik kepadamu" Lebih baik kau jangan
bermimpi disiang hari bolong lagi!"
"Mimpi?" bisik Ong It sin bimbang.
Tapi dengan cepat ia gelengkan kepalanya berulang kali, serunya:
"Tidak, aku bukan lagi bermimpi, aku tak pernah bermimpi disiang hari bolong!"
"Saudara goblok!" kata kakek cebol sambil menepuk bahunya, "sebenarnya aku
sedang berbaring diatas pohon karena ada satu persoalan yang tidak bisa
dipecahkan, hatiku sedang kesal dan masgul tapi kedatanganmu telah memancing
gelak tertawaku, kaupun mengaku diriku sebagai engkoh tuamu maka aku hendak
menghadiahkan sebuah benda kepadamu, mau bukan...?"
Ong It sin segera tertawa getir.
"Kau punya hadiah buatku, tapi aku punya hadiah untuk diberikan kepadamu... aah,
malu aku!" "Sudah, kau tak usah banyak berpikir yang bukan bukan, hayo keluarkan tanganmu!"
Ong It sin menurut dan segera meluruskan tangannya ke depan.
Kakek cebol itu segera memegang tangan kanannya dan menekan keatas sepasang
tangannya... "Criing! Criing! Criing!" dentingan nyaring bergema memecahkan keheningan, tibatiba Ong It sin merasakan kelima jari tangannya menjadi amat kaku.
Dengan hati terkejut buru buru ia menarik kembali tangannya, ternyata kelima
jarinya telah bertambah dengan sebuah sarung tangan berwarna hitam pekat, pada
ujung jari sarung tangan itu terdapat kuku yang tajam dan berwarna kehijau
hijauan yang tampak mengerikan sekali.
Ong It sin mencoba untuk melepaskan sarung tangan itu, tapi bagaimanapun ia
berusaha toh tetap tak ada hasilnya.
Dengan wajah getir iapun berkata:
"Hei, apa apaan kau" Hayo cepat lepaskan benda itu!"
"Goblok!" maki kakek cebol itu, "sarung tangan tersebut adalah semacam senjata
tajam yang luar biasa sekali, tak mungkin ada orang yang berani merampasnya bila
mereka mempunyai pengetahuan, maka hanya sekilas pandangan saja akan tahu kalau
benda ini milikku, otomatis merekapun akan bersikap amat sungkan kepadamu, jika
kau bertarung melawannya, kau pasti akan berada diatas angin"
Dengan penuh keheranan Ong It sin mengamati sarung tangan itu beberapa waktu
lamanya, kemudian ia berkata:
"Aah, tidak bisa jadi! Kalau aku kurang hati hati, bukankah cakar itu bakal
melukai diriku sendiri?"
"Coba kau putarlah pergelangan tanganmu dengan keras!" perintah kakek cebol itu
sambil tertawa. "Kreek!" Ong It sin segera memutar pergelangan tangannya, ternyata kuku kuku
tajam yang berada diujung jari itu otomatis menyusup masuk kedalam, ketika ia
memutar lagi pergelangan tangannya, maka kuku kuku itu muncul kembali.
Ong It sin menjadi kegirangan setengah mati, serunya:
"Engkoh cebol, banyak terima kasih atas pemberianmu ini setelah kumiliki benda
ini maka aaku tak usah takut lagi untuk bertarung melawan keempat jago lihay
dari Tiong lam san akupun bisa membalaskan dendam berdarah bagi ayahku"
"Oooh yaa, setengah harian lamanya kau bertarung melawan seorang perempuan tadi
sebenarnya siapa sih ayahmu?"
"Ayahku bernama Kwang gwa tayhiap Ong Tang thian"
"Apa?" "Dia adalah seorang tokoh termashur dari luar perbatasan, aku rasa kau pasti
pernah mendengar nama besarnya"
"Yaa, betul! Aku pernah mendengar akan nama orang ini, tapi pernahkah ia mati
ditangan orang orang Tiong lam pay?"
"Benar, Liok Lui yang mengakuinya sendiri!"
"Aku rasa lebih baik persoalan ini diselesaikan sekali lagi, aku kuatir kalau
kenyataan tidak demikian. Sekarang akupun tak bisa banyak berbicara kepadamu,
aku hanya berharap kau bisa bertindak dengan sangat berhati hati"
Ong It sin tidak menjawab, dia hanya memejamkan matanya sambil mengulangi
kembali kata kata dari kakek cebol itu, kemudian gumamnya seorang diri:
"Benarkah dia bukan pembunuh ayahku" Tapi kalau bukan dia, lantas siapa...?"
Mendadak ia mendongakkan kepalanya lalu berseru:
"Jangan jangan kau tahu siapakah musuh musuh besar pembunuh ayahku...?"
Kakek cebol itu tidak menjawab, tapi malah berusaha menghindari pertanyaan
tersebut, serunya tiba tiba:
"Saudara goblok, aku rasa kita musti berpisah dulu sampai disini, semoga kita
bisa berjumpa lagi dikemudian hari"
Sekalipun bodoh, Ong It sin adalah seorang laki laki berhati polos yang jarang
punya teman, betul kakek cebol itu pernah mempermainkannya habis habisan, tapi
ia tak pernah masukkan kejadian itu didalam hati.
Maka ketika kakek cebol itu mohon pamit ia menjadi sedih sekali sehingga
mulutnya ternganga dan lama sekali tak mampu mengucapkan sepatah katapun.
Kakek cebol itupun memandang ke arahnya, lama sekali ia baru berkata sambil
tertawa: "Eeeh... kenapa kau hanya memandang diriku dengan kebodohan...?"
"Kau... kau memang sangat baik kepadaku... kau adalah manusia baik...!" ujar Ong
It sin dengan wajah bersungguh sungguh.
Kakek cebol itu tertawa. "Kaupun baik juga" ia membalas.
Lama sekali kedua orang itu saling berpandangan tanpa mengucapkan sepatah
katapun Akhirnya kakek cebol itu menggerakkan tubuhnya dan berkelebat pergi meninggalkan
tempat itu. Ong It sin ingin memanggil tapi kakek cebol itu sudah keburu pergi jauh, bahkan
sekejap kemudian telah lenyap tak berbekas, terpaksa dia cuma bisa berdiri
tertegun dengan mulut melongo belaka.
Akhirnya dengan rasa kesal Ong It sin menggerutu:
"Tampaknya diapun seorang jago yang amat tangguh..."
Sambil bergumam ia permainkan kembali sarung tangan berwarna hitam itu.
Ketika teringat olehnya akan perkataan dari si kakek cebol yang mengatakan bahwa
ia pernah menjumpai Be Siau soh dan Sangkoan Bu cing sedang berjalan ke depan
sana, pemuda itu segera berlarian kencang menuju pula ke depan.
Dalam waktu singkat, tujuh delapan li sudah dilewatkan dengan cepat, dari
kejauhan sana ia segera menjumpai ada berpuluh puluh orang sedang mengerubuti
tiga orang. Pertarungan waktu itu sedang berlangsung dengan serunya, ketiga orang yang
dikepung itu bersenjata pedang, tiga bilah cahaya pedang yang semu hijau itu
menyambar kian kemari dengan hebatnya.
Betul mereka cuma berjumlah tiga orang, namun dalam kepungan orang sebanyak itu
sedikit pun tidak memperlihatkan tanda tanda akan kalah.
Karena masih berada ditempat yang jauh, Ong It sin tak sempat melihat jelas
siapa gerangan mereka semua, dia hanya merasa tak puas ketika melihat ada tiga
orang sedang dikerubuti orang banyak.
Dalam keadaan demikian, ia tak ambil peduli siapakah orang yang sedang bertarung
itu dan apa sebabnya mereka sampai saling bergebrak, pemuda itu hanya tahu
pertarungan itu tak adil dan dia harus membantu yang sedikit untuk menghadapi
mereka yang banyak. Maka sambil lari mendekati gelanggang pertarungan teriaknya keras keras.
"Berhenti! Berhenti...! Jangan bertarung dulu...!"
Sebagaimana diketahui, tenaga dalam yang dimilikinya sekarang amat sempurna,
teriakan itu ternyata amat keras bagaikan bunyi genta yang menggelegar diudara,
sungguh memekikkan telinga.
Sambil berteriak ia lari ke depan arena dan menarik dua orang yang sedang
bertarung itu.

Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dua orang yang ditarik menjadi kaget, karena menganggap dia sebagai musuh
tangguh maka kedua orang itupun dengan cepat mundur kebelakang sambil membuang
senjatanya ke tanah. Sambil berlarian mendekat dan acungkan tangannya, Ong It sin berteriak lagi:
"Kalian..." Tapi hanya sepatah kata kemudian dengan wajah tertegun pemuda itu menghentikan
kata katanya. Ternyata saat ini dia telah melihat jelas siapakah mereka itu, tiga orang yang
berdiri bertempelan punggung dengan pedang dilintangkan didepan dadanya itu
ternyata tak lain adalah Liok Lui Ih Hui serta Ih lwe sang jin dari partai Tiong
lam pay. Sebenarnya kedatangan Ong It sin kesana adalah untuk membela kebenaran serta
memberantas ketidak adilan, tapi ia mendjadi riku sendiri setelah mengetahui
siapakah tiga orang yang sedang dikerubuti, untuk sesaat ia hanya berdiri
tertegun sambil tak diketahui apa yang harus dilakukan.
Ketika Liok Lui menyaksikan kemunculan Ong It sin disitu, pedangnya segera
diputar siap melancarkan tusukan.
Tapi sebelum serarngan tersebut dilancarkan, tiba tiba Ih Hui menyikut tubuh
rekannya sambil moncongkan bibirnya menunjuk kearah tangan pemuda itu.
Liok Lui lantas melirik sekejqap ke arah tangan Ong It sin, begitu menjumpai
sarung tangan hitam tersebut, paras mukanya segera berubah hebart.
Dalam pada itu Ih lwee sangjin telah berseru pula dengan suara dalam yang hebat
"Semua jangan bergerak"
Waktu itu Ong It sin hakekatnya tidak memperhatikan ucapan dari Ih lwe sangjin
maupun sikap kaget dari Ih Hui dan Liok Lui, dia cuma berdiri disana dengan
wajah tersipu sipu. Sampai lama sekali, ia baru mendongakkan kepalanya dan memperhatikan belasan
orang disekitar sana. Rupanya belasan orang tersebut telah menganggapnya sebagai musuh pula, karena
saat itu mereka telah melebarkan kepungan dengan mengepung dirinya bersama tiga
jago dari Tiong lam pay. Ong It sin memperhatikan sekejap belasan orang tersebut, ternyata mereka terdiri
dari laki perempuan tua muda tak menentu, diantaranya terdapat seorang kakek
berwajah aneh yang berambut panjang warna perak, alis matanya memanjang kebawah,
agaknya ia merupakan pemimpin dari rombongan tersebut.
Maka sambil menjura kepada kakek tersebut, sapanya:
"Numpang tanya lotiang!"
Sebenarnya belasan orang itu sudah mengepung Ong It sin rapat rapat, setiap
orang memperhatikan gerak gerik pemuda itu dengan seksama, tapi setelah ia
menjura kepada si kakek tadi maka semua orang dapat melihat sarung tangannya itu
dengan jelas. Paras muka kakek itu kontan saja berubah hebat, cepat ia mengutarakan tangannya
memberi tanda. Gembira sekali Ong It sin setelah melihat semua orang orang terkejut setelah
menjumpai sarung tangannya itu, hal ini membuktikan bahwa apa yang dikatakan si
kakek cebol kepadanya memang tidak bohong.
Sementara itu, kakek tadipun telah balas memberi hormat lalu katanya.
"Ada persoalan apakah saudara menunda pertarungan kami?"
Sikap kakek itu ternyata amat sungkan sungkan ini membuat Ong It sin menjadi
tertegun dan untuk sesaat lamanya tak tahu bagaimana harus menjawab
Seperti apa yang diketahui, sepanjang hidupnya adalah dia hanya diperintah atau
dibentak orang secara keras dan seenaknya, belum pernah ada orang yang berbicara
sesungguh ini kepadanya maka ia agak termangu juga menghadapi keadaan tersebut.
Sesudah tertawa bodoh, sahutnya:
"Apakah kalian sedang berkelahi?"
Hakekatnya pertanyaan ini adalah sebuah pertanyaan yang sama sekali tak berguna,
sebab kalau bukan sedang berkelahi lantas apakah sambaran golok dan hawa pedang
yang menyambar nyambar hanya suatu gurauan belaka..."
Tapi kakek itu menjawab juga dengan sikap yang amat sopan dan sungkan sungkan:
"Benar kami bersaudara empat belas orang mempunyai perselisihan dengan pihak
Tiong lam pay karena kebetulan saling berjumpa disini, maka perhitungan lama
harus dituntut." "Waah... kebetulan sekali kalau begitu!" ujar Ong It sin, "Tiong lam pay adalah
musuh musuhku juga karena telah membunuh ayahku..."
Begitu ucapan tersebut diutarakan, ketiga orang jago lihay dari Tiong lam pay
itu segera mendengus dingin, sementara wajah keempat belas orang lainnya berseri
seri. oodoooOooowoo "Kalau memang begitu, bagus sekali!" kakek berambut perak itu segera bersorak,
"jadi kita mempunyai musuh yang sama bukan?"
"Tentu saja! Tapi aku lihat jumlah kalian terlalu banyak, kalau musti
menggunakan jumlah banyak untuk melawan jumlah kecil, aku rasa... aku rasa hal
ini ada sedikit kurang tepat, lotiang be... betul tidak perkataanku ini?"
Kakek itu segera mengerutkan dahinya sambil berpikir:
"Entah siapakah bocah buruk ini" Kenapa cara berbicaranya cuma ngaco belo belaka
macam orang gila?" Coba kalau ia tidak mengenali sepasang sarung yang dipakai Ong It sin adalah
benda kepunyaan seorang jago lihay, sejak tadi ia sudah akan mengumbar hawa
amarahnya. Tapi sekarang, ia terpaksa dia musti menahan sabar, sambil tertawa paksa
sahutnya: "Yaa, yaa, memang perkataan saudara ada benarnya juga! Tapi kami empat belas
orang adalah saudara saudara senasib sependeritaan, sekalipun musuh yang
dihadapi seorang kita juga akan turun tangan empat belas orang musuhnya dua
puluh delapan orang, kami juga tetap akan turun berempat belas..."
Perkataan dari kakek tersebut kedengarannya memang masuk diakal, sebab dengan
ucapan tersebut mereka menunjukkan kalau tidak akan mengandalkan jumlah banyak,
karena untuk menghadapi satu orang, mereka juga berempat belas, menghadapi
jumlah yang lebih besarpun mereka juga berempat belas.
==doowoo== Jilid 15 PADAHAL, sesungguhnya hal mana merupakan bagian dari kelicikan kakek tersebut,
sebab didalam kenyataan, mereka tak pernah berjumpa dengan musuh yang jumlahnya
jauh melebihi mereka, jadi meskipun dalam perkataan mereka bicara dengan manis,
namun dalam kenyataan mereka tetap mengandalkan jumlah banyak untuk mencari
kemenangan. Sayang otak Ong It sin terlalu bebal, ia tidak berpikir sampai kesitu, maka
ketika merasakan kalau perkataan dari kakek itu ada benarnya juga, ditambah ladi
ia memang benci dengan orang orang Tiong lam pay, maka serunya kemudian:
"Betul, betul, memang betul juga perkataanmu itu"
Sambil berkata dengan langkah lebar dia berjalan keluar dari arena.
Tapi baru beberapa langkah saja ia berjalan, tiba tiba terdengar olehnya Liok
Lui sedang berseru sambil tertawa dingin:
"Sudah semenjak lama kuduga kalau kau bukan manusia baik baiK, sekarang terbukti
sudah kebenaran dari perkataanku itu, ternyata kau memang sekomplotan dengan
siluman siluman dari Tiong kang jit sia!"
Begitu mendengar ucapan itu, kontan saja Ong It sin menghentikan langkahnya dan
berdiri melongo. Seandainya jago lain yang disebutkan, mungkin pemuda itu tidak tahu, tapi
sebagai orang yang dibesarkan diwilayah zuchuan, ia sudah amat sering mendengar
tentang kejahatan yang dilakukan oleh kaum perampok disekitar sana.
Karenanya, setelah mengetahui bahwa keempat belas orang itu bukan lain adalah
siluman siluman dari tujuh silat disungai Tiong kang, ia lantas berdiri
tertegun. Kemudian sambil menuding ke arah kakek itu ia memutar sarung tangannya keras
keras... "Kraaak!" kuku kuku tajam yang membawa sinar semu hijau itupun segera
bermunculan dari balik sarung tangan.
Kakek itu menjadi keder, tanpa sadar ia mundur setengah langkah ke belakang
dengan ketakutan. "Yaa, sekarang aku baru tahu kiranya kau adalah Tiang bi lo yau (siluman tua
beralis panjang) dari Gou kan be hei shia!" seru Ong It sin kemudian.
Kakek tua itu segera manggut manggut.
"Betul, sungguh tajam penglihatanmu, aku memang Thian bi lo sian (dewa tua
beralis panjang)...!"
Sebagaimana diketahui empat belas siluman dari tujuh selat atau Jit sia cap si
yau adalah manusia busuk yang seringkali melakukan perbuatan terkutuk, karena
itu julukan tersebut merupakan pemberian umat persilatan kepadanya, sebaliknya
mereka sendiri menyebut diri sebagai Jit shia cap si sian (empat belas dewa dari
tujuh selat). Ketika melihat musuhnya sudah mengaku, Ong It sin semakin tercekat perasaannya,
ia memutar biji matanya dan segera menjumpai seorang laki laki ceking bermata
juling. Dengan hati yang bergetar lebih keras segera serunya:
"Dan kau... kau adalah Tok gan yau (siluman bermata tunggal) dari selat Gi hiat
shia!" Lelaki bermata tunggal itu mengangguk.
"Yaa, betul! Aku adalah Dewa bermata tunggal!"
Satu per satu Ong It sin mengamati keempat belas orang itu, dari sekian banyak
orang yang hadir ada empat lima orang yang memiliki ciri khas ternyata bisa
disebutkan olehnya dengan jelas dengan demikian tak bisa disangsikan lagi,
mereka sudah pasti adalah Empat belas siluman dari tujuh selat
Betul Ong It sin orangnya bodoh, tapi ia masih bisa membedakan dengan jelas mana
yang lurus dan mana yang sesat, tentu saja hal ini dikarenakan sikapnya yang
polos dan tulus. Untuk sesaat lamanya ia menjadi tertegun dan tak tahu bagaimana harus dibuat.
Sekalipun Tiong lam pay adalah suatu perguruan kaum lurus, dan seandainya dia
ingin membantu kaum lurus membasmi yang sesat harus membantu pihak Tiong lam pay
tapi Tiong lam pay adalah musuh besarnya, tak mungkin dia akan membantu mereka.
Sebaliknya jika dia harus bersama dengan keempat belas siluman itu untuk
menghadapi Tiong lam pay, diapun merasa enggan untuk bersatu dengan kaum sesat,
tak heran kalau pemuda itu menjadi termangu mangu untuk sesaat lamanya.
Tiang bi lo yau sebagai seorang jago kawakan yang berpengalaman segera dapat
merasakan kesulitan yang sedagn dihadapi oleh Ong It sin itu...
Terhadap Ong It sin pribadi, sesungguhnya mereka berempat belas tak pandang
sebelah matapun, Tiong lam sau hiap yang begitu lihaypun berani mereka lawan,
tentu saja dasar silat yang mereka miliki cukup tangguh.
Akan tetapi pemilik sarung tangan yang dikenakan Ong It sin justru merupakan
musuh yang menakutkan, mereka tak berani membuat kesalahan terhadap orang itu,
maka dari itu mereka lebih senang jika Ong It sin jangan mencampuri urusan
mereka. Karena itu, setelah berpikir sebentar Tiang bi lo yau lantas berkata dengan
lantang: "Aku sudah mengetahui tentang maksud hati anda, bukankah kau merasa bahwa jumlah
kami sudah terlampau banyak maka kau tak ingin turun tangan lagi?"
"Benar... benar...!" sahut Ong It sin cepat cepat.
Tidak menanti pemuda itu menyelesaikan kata katanya, Tiang bi lo yau segera
berseru cepat: "Rekan rekan, harap pada menyingkir semua"
Sambil berteriak tiba tiba tangannya memutar kebelakang.
Kiranya sewaktu mengajak Ong It sin berbicara tadi, tangan kanannya
disembunyikan terus dibelakang punggungnya sehingga anak muda itu tak tahu
senjata macam apakah yang ia pergunakan.
Tapi sekarang, setelah tangannya digetarkan maka terasalah cahaya tajam
berkilauan diangkasa, tahu tahu ia sudah membawa sebuah benda panjang yang
runcing dengan tiga ujung jarum pada ujungnya.
Dengan menimbulkan suara amat tajam, tiba tiba senjata tersebut menyambar lewat
dari sisi tubuh Ong It sin dan langsung menusuk ke depan.
Dengan tindakan dari Tiang bi lo yau itu maka rekan-rekannya pun segera
menggerakkan pula senjatanya untuk melancarkan serangan kembali.
Dengan berkobarnya kembali pertarungan sengit itu, Ong It sin yang berada
ditengah gelanggang terpaksa harus mengundurkan diri dari arena bila tak ingin
kena serangan musuh... Dengan termangu mangu Ong It sin berdiri disamping arena sambil memandang pesona
jalannya pertarungan, sekarang ia baru menyadari kalau ilmu silat yang dimiliki
keempat belas siluman dari tujuh selat itu betul betul luar biasa sekali.
Tapi kepandaian yang dimiliki ketiga orang jago dari Tiong lam pay tidak
terhitung lemah juga, hawa pedang melapisi seluruh angkasa dan menciptakan suatu
pertahanan yang sangat kuat, sekalipun demikian sulit juga buat mereka untuk
melancarkan serangan balasan, betul untuk sementara waktu masih bisa bertahan,
tapi lama kelamaan mereka pasti akan menderita kekalahan total.
Makin lama Ong It sin merasa gelagat semakin tak beres, ia merasa tidak
seharusnya hanya berpeluk tangan belaka membiarkan empat belas orang jago
mengerubuti tiga orang musuh,
Maka sekali lagi dia berteriak keras:
"Tahan! Tahan!"
Beberapa kaliia sudah berteriak teriak, akan tetapi teriakannya kali ini sama
sekali tidak manjur, sebab kedua belah pihak sama sama tak mau menghentikan
pertarungan. Dengan mendongkol Ong It sin segera berteriak kembali:
"Tiang bi lo yah, aku suruh kau berhenti kenapa kalian masih bertarung terus?"
Waktu itu siluman tua beralis panjang dengan jurus jurus mautnya khusus meneter
Ih lwe Sangjin seorang, karena Ong It sin menyebut langsung namanya, maka mau
tak mau dia harus menjawab juga.
Bukankah kau mengatakan punya dendam sakit hati dengan pihak Tiong lam pay"
serunya, kenapa bukannya masuk kearena pertarungan, sebaliknya malahan suruh
kami berhenti bertempur?"
Tiba tiba satu akal bagus melihat dalam benaknya, dia lantas menjawab dengan
lantang: "Aku ingin membalas dendam sendiri, siapa suruh kalian membantu aku...?"
Dengan kemampuan kau seorang, mana mungkin bisa menandingi mereka bertiga?"
"Aku adalah seorang jago kelas satu didunia, siapa bilang tidak mampu?" seru Ong
It sin gusar. Tiang bi lo yau menjadi tertegun sendiri melongo sesudah mendengar perkataan itu
baru pertama kali dia mendengar ada orang mengakui dirinya sebagai jago tangguh.
Sesudah termenung sejenak, diapun berpikir:
"Daripada selama pertarungan berlangsung, ia berteriak terus menerus lebih baik
suruh saja dia bertarung lebih duluan... bagaimanapun juga tiga orang dari Tiong
lam pay itu sudsah menjadi mangsa dalam kepugan kami, cepat atau lambat toh
mereka bakal terjatuh juga ke tangan kami..."
Karena berpendapat demikian, ia lantas bersuit nyaring, keempat belas rekannya
serentak mengundurkan diri dari arena pertarungan.
Tiang bi lo yau yang berada disamping pemuda itu segera berkata:
"Bukankah kau hendak bertarung sendiri melawan musuh musuh besarmu" Nah,
silahkan kau turun tangan sekarang, agar kamipun bisa membuka mata lebar untuk
menikmati kelihayanmu"
Sekalipun Ong It sin bodoh orangnya, tapi dia pun tahu juga akan kehebatan tiga
jago dari Tiong lam pay tersebut, untuk menghadapi Liok Lui seorang saja ia
sudah menderita kerugian, apalagi ditambah Ih lwe Sangjin dan Ih Hui dua orang!
Tapi dalam keadaan demikianpun ia tak bisa mengundurkan diri lagi dari situ,
karenanya sambil keraskan kepala ia melangkah maju ke depan seraya berseru:
"Baik aku akan segera maju ke depan!"
Setibanya dihadapan ketiga orang jago dari Tiong lam pay itu, Ong It sin segera
menjura, kemudian katanya:
"Aku dan kalian mempunyai ikatan dendam sakit hati sedalam lautan, hari ini aku
sengaja hendak beradu jiwa dengan kalian, aku pikir akupun tak usah mengutarakan
kata kata sungkan lagi bukan?"
Selesai berkata, telapak tangannya segera diayunkan ke depan melancarkan sebuah
pukulan. Dengan senjata aneh yang dikenakannya sekarang, menurut kebiasaan ia semestinya
melancarkan cengkeraman terhadap ketiga orang itu.
Tapi pada hakekatnya tak tahu apa artinya mencengkeram ataupun mencakar, dia
hanya tahu kalau hendak menyerang maka sebuah pukulan *** disodokkan ke depan.
Tiga orang jago dari Tiong lam pay itu saling berpandang sekejap, mereka tidak
melancarkan serangan balasan, hanya pedangnya diputar ke muka dan... "Criing!"
tiga bilah pedang disilangkan di depan dada untuk menghalangi gerak maju dari
Ong It sin. Bila anak muda itu melanjutkan juga serangannya, niscaya lengan tersebut akan
beradu dengan ujung pedang, maka buru buru ia menarik kembali serangannya dengan
kaget. Untung saja hawa murninya yang sudah disiapkan sempat ditarik kembali mentah


Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mentah. Ih Hui maupun Ih lwe Sangjin pernah bertarung melawan Ong It sin ketika masih
berada di bukit Tiong lam san tempo hari, maka ketika dilihatnya pemuda tersebut
bertambah lihay, lagi pula mengenakan sarung tangan yang maha sakti itu, dengan
keheranan mereka berseru tertahan:
"Sobat Ong, apa hubunganmu dengan pemilik Sin cian ci (jari dewa) ini?"
"Sin sian ci" Apakah Sin sian ci itu?" Ong It sin balik bertanya dengan wajah
tertegun. Dengan kening berkerut Ih lwe sangjin menjawab:
"Itu pemilik sarung tangan yang kau kenakan sekarang!"
Ong It sin segera tertawa terkekeh.
"Haaahh... haaahhh... haaaahhhh... rupanya dia yang kau maksudkan..." katanya,
"dia adalah sahabatku, toakoku, saudara angkatku!"
Haruslah diketahui, orang yang menghadiahkan sarung tangan kepada Ong It sin itu
adalah seorang tokoh persilatan yang amat lihay sekali, sudah lama orang itu
lenyap dari dunia persilatan.
Seandainya Ong It sin mengakuinya sebagai seorang cianpwee nya, maka meskipun
Sin cian ci berada ditangan pemuda bodoh itu, Ih lwe sangjin akan tetap
mempercayainya. Tapi sekarang Ong It sin mengakui orang itu sebagai saudara angkatnya... betul
si anak muda itu berbicara yang sesungguhnya, tapi bagi pendengaran orang lain,
hal ini mustahil bisa terjadi.
Sebab itulah bukan cuma Ih lwee sangjin bertiga saja yang tidak percaya, bahkan
empat belas siluman dari tujuh selat pun mulai berbisik bisik dan bicarakan
persoalan itu. Ih lwee Sangjin cukup menyadari akan ketololan musuhnya itu, maka sambil tertawa
kembali ia berkata: "Waah, kalau begitu kau adalah saudara kecilnya?"
"Yaa, apa boleh buat" Usianya jauh lebih tua daripadaku, kalau tidak menjadi
saudara ciliknya, memang kau suruh aku menjadi kakeknya?"
Dengan perkataannya itu, seakan-akan ia hendak mengatakan kepada semua orang
bahwa ia terpaksa menerima sebagai saudara cilik orang lantaran kalah umur,
padahal kalau bisa ia enggan dibawah orang lain.
Mendengar itu, Ih lwee sangjin lantas berkata lagi:
"Kalau toh kalian adalah saudara angkat kenapa tidak kau ketahui kalau saudaramu
itu adalah Sin sian ci?"
"Kalau dia tidak mengatakannya kepadaku, darimana pula aku bisa tahu...?" jawab
pemuda itu tak sabar. Ih lwee sangjin saling berpandangan sekejap dengan Liok Lui serta Ih Hui,
kemudian katanya: "Ditanganmu terdapat sin sian ci, aku pikir kau pasti mempunyai hubungan dengan
pemilik sin sian ci tersebut, tentu saja apa yang kau ucapkan kami percaya
sepenuhnya nah kamipun tak ingin menyusahkan dirimu lebih jauh, sekarang kau
boleh segera pergi dari sini!"
Thian bi lo koay (siluman tua beralis panjang) yang mendengar perkataan itu
segera mengerutkan dahinya, ia berpikir:
"Bocah muda itu tak boleh sampai pergi dari sini, kalau tidak, rencanaku
menonton dua harimau berkelahi pasti akan gagal total!"
Kemudian setelah berhenti sejenak, ia berpikir lebih jauh:
"Konon pemilik sin sian ci itu wataknya suka menang sendiri, dan lagi sangat
membelai orangnya bocah goblok itu memiliki sin sian ci miliknya, itu berarti
dia ada hubungan dengannya, kalau kupancing agar ia bertarung melawan pihak
Tiong lam pay maka kejadian ini pasti akan merugikan pihaknya..."
Berpikir sampai disini, diapun bersiap siap untuk buka suara.
Tapi sebelum niat dilaksanakan, tiba tiba terdengar Ong It sin telah berkata:
"Tidak bisa, aku tak bisa pergi dari sini, kecuali kalau kalian srahkan bajingan
perempuan itu kepadaku, akan kuseret dia ke luar perbatasan, lalu akan
kusembelih dirinya ditempat itu untuk membalas sakit hati ayahku, tentu saja
sejak itu pula aku tak akan menyulitkan kalian lagi"
Ih lwee sangjin, Liok Lui serta Ih Hui yang mendengar perkataan itu segera
merasa yaa mendongkol yaa geli.
Dengan cepat Ih Hui berseru:
"Hei, aku lihat kau sedang bermimpi disiang hari bolong, bagus benar perkataanmu
itu" "Memangnya kenapa?" teriak Ong It sin marah, "dia kan telah membunuh ayahku"
Memangnya sesudah berani berbuat tak berani bertanggung jawab?"
"Sobat Ong, ayahmu bukan mati ditangan kami orang orang Tiong lam pay" kata Ih
lwe sangjin sambil menahan diri berusaha "ketahuilah dibalik peristiwa berdarah
itu sesungguhnya masih terdapat banyak lika likunya yang rumit, lebih baik
selidiki lagi duduknya perkara sebelum bertindak secara gegabah kalau begini
terus caramu bekerja, sampai kapan dendam berdarah ayahmu baru bisa terbalas?"
Ong It sin lebih marah lagi dibuatnya sambil menuding ke arah Liok Lui teriaknya
"Bukankah sewaktu berada di bukit Tiong lam san tempo dulu, ia telah mengaku
sendiri" Memangnya pengakuan tersebut hanya pengakuan yang keluar seperti
kentut" Kenapa kau mau saja membelai dirinya"!"
Liok Lui yang berangasan jadi berang, ia tak sanggup menahan sabar lagi, maka
belum habis Ong It sin membacot, ia sudah berteriak keras keras:
"Kau sendiri bau seperti kentut"
Tanpa banyak berrbicara lagi, pedangnya diayunkan ke depan menebas pergelangan
tangan Ong It sin. Menghadapi serangan itu, Ong It sin sangat terperanjat, buru buru ia menarik
tangannya kebelakang sambil melompat mundur.
Tapi gerakan pedang dari Liok Lui itu sungguh teramat cepat, sekalipun Ong It
sin sudah menarik tangannya dengan cepat, namun ujung pedang tersebut tahu tahu
sudah berada diatas kelima jari tangannya.
Agaknya lengan anak muda itu segera akan kutung diujung senjata perempuan itu...
Untunglah disaat yang berbahaya, Ih lwee sangjin bertindak cepat tiba tiba
pedangnya diayunkan ke depan untuk menangkis babatan pedang rekannya.
"Traang...!" pedang Liok Lui tertangkis ke saamping.
Ong It sin berpekik aneh, menggunakan kesempatan itu mendadak ia melancarkan
sebuah serangan ke depan.
Buru buru Liok Lui ayunkan tangannya untuk mengrhindarkan diri dari ancaman
tersebut, tapi ujung jari pemuda itu ternyata sempat menyambar ujung bajunya
hingga terobek sebagian. Menyaksikan keadaan ini, Liok Lui menjadi sangat gusar teriaknya:
"Suheng apakah kau hendak mencelakai jiwaku?"
Ih lwee sangjin mengayunkan pedangnya berulang kali mendesark mundur Ong It sin
dari situ. Tapi Ong It sin bukan orang yang takut mati, semakin garang musuhnya
menyerang, semakin nekad pula ia memberikan perlawanannya.
Sayang Ih lwee sangjin terlampau tangguh baginya, mengikuti sambaran pedangnya,
selapis cahaya pedang yang disertai kekuatan hebat mendesak datang secara
bergelombang, ini membuat anak muda itu musti mundur terus berulang kali.
Lima kali Ih lwee sangjin melancarkan bacokan lima kali Ong It sin mundur ke
belakang, tiba tiba pemuda itu merasa pandangan matanya jadi silau, tahu tahu
batok kepala bagian kanannya terasa dingin sekali.
Menyusul kemudian Ih lwee sangjin menarik kembali pedangnya dan berdiri serius.
"Coba rabalah kepalamu!" katanya.
Ketika Ong It sin meraba kepalanya, ternyata rambut bagian sebelah kanan telah
terpapas oleh sambaran pedang Ih lwee sangjin hingga botak sebagian.
Kejut dan marah Ong It sin menghadapi kejadian ini, kalau orang lain tentu akan
mundur teratur, maka pemuda ini sebaliknya malah menerjang maju tanpa
mempedulikan keadaan apapun.
"Kembalikan nyawa ayahku!" teriaknya.
Ih lwee sangjin segera memutar pedangnya dan menyodok kedepan dengan gagang
pedangnya. Segulung tenaga yang sangat besar segera menumbuk tubuh Ong It sin hingga mundur
selangkah dengan tubuh sempoyongan menyusul kemudian pedang tersebut berkelebat
lewat... Sekali lagi Ong It sin merasa kepala bagian kirinya menjadi dingin, ketika
kepalanya diraba ternyata rambut disebagian sana pun ikut terpapas juga hingga
menjadi botak. Sesungguhnya kedua bacokan tersebut merupakan ilmu sakti milik Ih lwee Sangjin
yang disebut Seng si it sian (mati hidup satu garis), kelihayannya luar biasa,
jangankan Ong It sin, sekalipun orang yang berilmu lebih hebat pun belum tentu
sanggup untuk menghadapinya.
Ong It sin segera mundur selangkah ke belakang, kali ini tanpa disuruh Ih lwee
sangjin ia memeriksa rambut sendiri, begitu mengetahui apa yang telah terjadi,
ia mengeluh. Untuk sesaat lamanya sianak muda itu hanya berdiri termangu ditempat semula
tanpa mengetahui apa yang musti dilakukan, mukanya yang jelekpun berubah menjadi
merah darah hingga tampak seperti babi panggang.
Ih lwee sangjin kembali menggetarkan pedangnya hingga menimbulkan suara
dengungan nyaring, sedangkan Ih Hui yang berada disampingnya segera tertawa
terbahak bahak. "Haaahh... haahh... haahh... kalau rambutnya yang digunduli, tak lama lagi pasti
akan tumbuh kembali, sebaliknya kalau batok kepala yang terpapas, niscaya sukar
untuk muncul lagi, kenapa kau belum juga angkat kaki dari sini?"
Paras muka Ong It sin berubah menjadi pucat kemerah merahan, untuk sesaat dia
cuma berdiri kaku tak berkutik ditempat semula.
"Kenapa tidak segera enyah dari sini?" bentak Liok Lui pula dengan suara
menggeledek. Diantara kebasan ujung bajunya, hawa sakti Thian gi cinkhi segera dipancarkan
keluar. Ketika termakan oleh pukulan tersebut, tak bisa dikendalikan lagi Ong It sin
mundur ke belakang dengan sempoyongan.
Tiba tiba Tiang bi lo yau berpekik nyaring lalu serunya:
"Sobat kenapa kau tidak cepat cepat pergi mencari saudara angkatmu untuk
melampiaskan rasa mangkelmu itu?"
Seraya berkata dia mengulapkan tangannya, empat belas orang rekan rekannya
serentak maju bersama melancarkan serangan.
Sambil meraba rambutnya yang botak dan wajah uring uringan, Ong It sin berjalan
meninggalkan arena dengan kepala tertunduk.
Kurang lebih setengah li kemudian tiba tiba terdengar bunyi air dari arah depan
sana, ternyata ia telah tiba ditepi sebuah selokan.
Memandang kepala sendiri yang botak diatas permukaan air, Ong It sin tertawa
getir, ia betul betul merasa sedih sekali.
Ditengah suasana yang diliputi kemurungan dan kemasgulan mendadak dari seberang
selokan sana kedengaran seseorang berteriak keras:
"Hei, rupanya kau sudah bosan hidup sebagai seorang awam, maka sekarang ingin
menjadi pendeta?" Ong It sin segera mendongakkan kepalanya, ternyata orang itu bukan lain adalah
manusia aneh yang telah menghadiahkan sarung tangan kepadanya itu...
Bukan menyalahkan diri sendiri yang tak berkemampuan, semua rasa sesalnya segera
dilampiaskan kepada orang itu segera teriaknya:
"Hmm, apalagi yang musti kukatakan, semuanya ini adalah gara gara sarung tangan
pemberianmu itu!" Manusia aneh tersebut segera teratawa cekikikan.
"Aaah, jangan begitu saudara jelekku, mengapa kau berkata demikian...?" serunya.
"Coba lihat!" demikian Ong It sin berteriak sambil memperlihatkan sepasang
tangannya, "sarung tanganmu ini bukan saja tak bermanfaat, malah sebaliknya
rambutku kena digunduli oleh pedang Ih lwee sangjin... kalau tidak percaya,
lihat sendiri kepalaku ini!"
Manusia aneh itu segera mendengus dingin:
"Hmm! Kiranya Ih lwee sangjin, apakah ia tidak sudi memberi muka kepadamu" Kau
adalah adik angkatku, apakah kau sudah mengatakannya kepada mereka" Kalau belum,
kau sendirilah yang salah"
"Siapa bilang belum?" teriak Ong It sin keras keras.
Dengan sekali lompatan, manusia aneh itu segera menyeberangi selokan, kemudian
serunya: "Mari, mari! Akan kuajarkan sebuah jurus serangan untukmu, kemudian pergi
carilah dia lagi, begitu ketemu muka, tanggung pedangnya bisa kau rampas"
Mendengar perkataan itu, Ong It sin menjadi sangat gembira, serunya dengan wajah
berseri: "Kenapa kau tidak memberi pelajaran beberapa jurus lebih banyak" Akan kugunduli
pula batok kepalanya"
"Bukannya hal ini tak mungkin bisa terjadi, tapi sulit. Aku rasa lebih baik kau
rampas dulu senjatanya. Nah, perhatikan baik baik, akan kuterangkan kunci
rahasia dari jurus ini"
Setelah menarik napas panjang, manusia aneh itu mulai memberi keterangan:
"Jurus ini bernama Liong seng kiu cu (naga melahirkan sembilan anak), dalam satu
jurus semuanya terdapat sembilan perubahan, begitu serangan dilancarkan maka
kemanapun musuh akan berkelit, senjatanya pasti akan kena dirampas dari antara
kesembilan perubahan itu, jika ia berkelit kekiri maka kau musti begini, jika
dia kekanan kau musti begitu, bila ia melompat keatas... bila melompat
kebawah... bila mundur kebelakang... bila maju kedepan..."
Sambil memberi keterangan dengan gerakan yang amat pelan manusia aneh itu
memberikan contohnya dihadapan Ong It sin.
Pada mulanya Ong It sin masih memperhatikan dengan seksama, tapi lama kelamaan
ia merasakan matanya mulai berkunang kunang dan kepalanya pusing tujuh keliling.
Setelah melakukan kesembilan gerakan itu manusia aneh tersebut baru menghentkan
permainannya, lalu bertanya:
"Kau sudah melihat dengan jelas?"
Ong It sin hanya melototkan sepasang matanya bulat bulat, untuk sesaat ia tak
sanggup mengucapkan sepatah katapun.
"Oooh... rupanya kau belum jelas" Baiklah, akan kuulangi sekali lagi..." kata
manusia aneh itu. Ketika dia mengulangi kembali permainan tersebut, Ong It sin merasakan matanya
semakin berkunang kunang.
Lima kali sudah manusia aneh itu mengulangi gerakan yang sama, tapi jangankan
keseluruhannya, satu gerakan pun Ong It sin tak berhasil mengingatnya secara
baik. Tapi manusia aneh itu belum putus asa, hiburnya dengan cepat:
"Jurus serangan ini memang amat sukar untuk dipelajari, kau tak boleh cepat
putus asa, pelajarilah dengan seksama"
Akan tetapi, ketika manusia aneh itu sudah mengulangi untuk ke dua puluh kalinya
sementara Ong It sin masih melotot belaka dengan wajah kebingungan, manusia aneh
itu baru menghela napas panjang.
"Aaai...! Saudara bodoh, belum pernah aku menjumpai manusia setolol kau,
tampaknya kau tak akan berhasil mempelajari jurus serangan ini."
Bahkan Ong It sin sendiri pun merasa kurang enak hati, dengan tersipu sipu ia
tertawa, kemudian ujarnya:
"Sebetulnya jurus serangan itu memang terlampau sukar untuk dipelajarinya,
apakah kau punya jurus serangan lain yang lebih gampang?"
Manusia aneh itu gelengkan kepalanya berulang kali.
"Musuh yang kau hadapi adalah Ih lwee sangjin mana ada jurus sederhana yang bisa
digunakan" Susah, susah... hal ini susah sekali"
Setelah berpikir sejenak tiba tiba ia berseru:
"Aaah, ada! Begini saja, begitu berjumpa dengan Ih lwee sangjin, kau lantas
berkata begini, jangan bertarung lain. Ingat bukan kata kata tersebut?"
"Tentu saja ingat!"
"Nah waktu itu dia pasti bilang jangan, jangan bertarung lagi, tapi kau tak usah
menggubris perkataannya, begitu selesai berbicara segera cengkeramlah pedangnya
dengan kelima jari tanganmu, jari jari tanganmu dilindungi sarung tangan,
pedangnya tak akan melukaimu, maka begitu berhasil mencengkeram pedangnya kau
lantas berjumpalitan ke belakang"
"Kenapa musti berjumpalitan?" tanya Ong It sin dengan mata terbelalak lebar.
"Meminjam tenaga dengan kau berjumpalitan ini maka jika ia kurang berhati hati,
pedangnya pasti kau akan rampas. Sebaliknya bila kau gagal merampas pedangnya
maka musti cepat cepat lepas tangan dan berjumpalitan ke belakang untuk
melarikan diri" "Hal ini mana boleh kulakukan" bukan saja aku hendak merampas pedangnya lagi
pula hendak membunuhnya untuk membalaskan dendam bagi kematian ayahku kalau cuma
mengajarkan cara berjumpalitan belaka, mana mungkin... mana mungkin aku bisa
membalaskan dendam bagi kematian ayahku."
Manusia aneh itu segera tertawa getir.
"Saudara bodoh, bukannya aku menghilangkan harapanmu, aku rasa kesempatan bagimu
untuk membalaskan dendam bagi kematian ayahmu sudah tiada lagi, kuanjurkan
kepadamu lebih baik buang saja pikiran itu jauh jauh dan tak perlu direnungkan
kembali" Mendengar perkataan itu, tiba tiba saja Ong It sin merasa amat sedih sekali,


Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hingga tak bisa dihindari lagi menangislah dia tersedu sedu.
Makin menangis suara tangisannya semakin menyedihkan hati, malahan dia mulai
berkaok kaok sambil menjerit jerit, walaupun berulang kali simanusia aneh itu
menyuruhnya jangan menangis tapi ia tak ambil peduli.
Akhirnya karena kesal, manusia aneh itu membentak sekeras kerasnya, karena
saking kagetnya pemuda itu sampai melompat bangun, maka diapun berhenti
menangis. "Goblok manusia yang tak ada gunanya!" kontan manusia aneh itu mencaci maki
kalang kabut. "Kalau aku tak berguna, maka kau adalah kakak angkatnya manusia tak berguna, apa
baiknya buatmu?" bantah Ong It sin sambil menahan sesenggukannya.
"Yaa ampun anggap saja delapan belas turunanku lagi sial, lantaran bangga bisa
ketemu denganmu, tak tahunya sudah mengikat tali persaudaraan dengan seorang
adik angkat yang ajaib seperti kau!"
Seandainya manusia aneh itu hanya memakinya sebagai goblok, tak berguna
sekalipun Ong It sin enggan disebut demikian, mungkin ia tidak seberapa marah,
akan tetapi setelah mendengar perkataan yang terakhir itu ia benar benar menjadi
sedih dan marah. Dengan suara keras segera teriaknya.
"Kau... kau tak mau mengakui aku sebagai adik angkatmu lagi" baik, baik akupun
tak sudi mengenakan sarung tanganmu ini lagi!"
Sambil menarik muka dia ingin melepaskan sarung tangan mustika itu dengan paksa.
"Sudah sudahlah, buat apa musti angot seperti kerbau dungu?" hibur manusia aneh
itu kemudian, "kalau kau berani ribut ribut lagi, kuhajar dirimu nanti"
Makin diperlakukan secara begini, Ong It sin merasa semakin sedih, sehingga ia
kembali menangis tersedu sedu.
"Cukup! Cukup! Jangan menangis lagi" teriak manusia aneh itu cepat cepat "jangan
ribut, hayo kita bersama sama mengetahui jagoan dari Tiong lam pay itu!"
Setelah mendengar janji itu, Ong It sin baru menghentikan isak tangisnya dan
segera tertawa. Si anak muda itu betul betul merasa sangat gembira, walaupun air matanya masih
membasahi mata dan pipi ia sempat juga tertawa lebar.
"Hayo kita berangkat sekarang saja," ajaknya.
"Oooh... tidak jauh, tidak terlalu jauh, cuma jelas sebentar saja kita akan
sampai disitu" "Baiklah, aku akan berangkat bersamamu kesitu, tapi ada satu hal musti
kubicarakan lebih dulu aku tidak percaya kalau ayahmu mati ditangan orang orang
Tiang lam pay maka setelah berada dihadapan ketiga orang jagoan Tiang lam pay
nanti, segala sesuatunya harus menuruti perkataanku, aku melarang untuk mencari
gara gara lagi, mengerti?"
"Tapi mana mungkin aku bisa mencari gara gara?" bantah Ong It sin sambil meraba
kepalanya yang botak dan tertawa getir.
"Baik kalau begitu mari kita berangkat!"
Maka berangkatlah kedua orang itu melanjutkan perjalanannya menuju ke depan.
Gerakan tubuh yang dimiliki manusia aneh itu sungguh enteng dan gesit, sekalipun
ia maju ke depan dengan selangkah demi selangkah, ternyata kecepatannya luar
biasa sekali, sehingga walaupun Ong It sin mempunyai tenaga dalam yang cukup
sempurna saat ini toh dibikin ketinggalan juga hingga napasnya tersengkal
sengkal. Dengan kecepatan mereka, tak lama kemudian terdengarlah suara pertarungan seru
yang sedang berlangsung didepan sana, manusia aneh itu segera mempercepat
gerakan tubuhnya untuk menerjang ke depan.
Sebetulnya Ong It sin sudah kepayahan dan harus mengejar dengan susah payah,
bahkan nyaris ketinggalan jauh maka dengan dipercepatnya gerak lari manusia aneh
itu sekarang, ia menjadi ketinggalan sendirian dibelakang, makin lama jaraknya
makin jauh dan akhrinya bayangan orang itu tidak nampak lagi.
Sesaat kemudian, suara pertarungan yang sedang berlangsung didepan sanapun ikut
terhenti, kini suasana menjadi hening dan sepi.
Ong It sin tak tahu apa yang telah terjadi didepan sana, buru buru ia
mempercepat pula larinya menyusul kedepan.
Tak sampai setengah li kemudian, ia sudah dapat menyaksikan keadaan didepan
situ. Empat belas orang siluman dari tujuh selat masih berada disitu, dua orang
diantaranya tampak terluka, sedangkan tiga jago lihay dari Tiong lam pay dengan
punggung menempel punggung berdiri ditengah arena, pedang mereka masih terhunus,
tapi wajahnya tampak sangat mengenaskan.
Waktu itu meskipun Ih Hui dan Liok Lui tidak terluka, pakaian yang mereka
kenakan tampak koyak-koyak hingga membuat keadaan mereka semakin mengenaskan.
Hal ini membuktikan bahwa pertarungan yang barusan berlangsung sungguh amat seru
sekali, hal mana membuat dua orang diantara empat belas siluman dari tujuh selat
menderita luka luka sedangkan tiga jago dari Tiong lam pay pun kepayahan.
Waktu itu, manusia aneh tadi sedang berdiri dihadapan tiga orang jago dari Tiong
lam pay, sedangkan keempat belas siluman dari tujuh selat telah mundur sejauh
dua kaki dari situ, sorot mata semua orang sama sama tertuju pada manusia aneh
tersebut dan wajah merekapun diliputi rasa kaget dan seram.
Dengan sikap yang santai, seakan akan tak pernah terjadi sesuatu apapun manusia
aneh itu berdiri manggut manggut ditengah arena lalu bergumam seorang diri:
"Bagus bagus, setelah ketemu aku lantas tak jadi bertarung, itu tandanya kalau
kalian masih memberi muka kepadaku. Nah, kalian belasan manusia siluman boleh
segera enyah dari sini"
Empat belas siluman dari tujuh selat adalah jago jago lihay yang berilmu tinggi,
gabungan mereka boleh dibilang merupakan satu kelompok kekuatan yang disegani
orang, bahkan dalam kalangan dunia sesat terhitung momok yang disegani orang.
Akan tetapi dihadapan manusia aneh tersebut, ternyata mereka berempat belas
menjadi seakan akan sama sekali tak ada harganya, malahan oleh manusia aneh itu
mereka disuruh segera "enyah" dari situ.
Begitu mendengar seruan tersebut, Ong It sin segera menduga bahwa keadaan bakal
runyam, dia cepat pasang gaya dan siap siap menghadapi musuh pertarungan.
Tapi kenyataannya, keempat belas siluman dari tujuh selat itu tak banyak
bertingkah, bukan saja mereka tidak menunjukkan siapa melawan, bahkan sambil
bersama sama memberi hormat kepada manusia aneh itu katanya:
"Bila saudara memang menghendaki demikian, kami semua tak akan berani
membangkang..." Tanpa banyak bicara lagi, mereka segera menarik diri dan mengundurkan diri
sejauh belasan kaki dari tempat semula.
Sesudah empat belas siluman itu mundur simanusia aneh tersebut baru memutar
badannya sambil menuding ke arah Ong It sin kemudian katanya kembali:
"Saudara bertiga, apakah ayah bocah ini telah tewas ditangan kalian semua?"
Hoa hoa siancu Liok Lui paling berangasan jadi orang, apalagi ayah Ong It sin
memang mempunyai hubungan yang rumit dengannya, maka begitu mendengar pertanyaan
tersebut, walaupun sadar bahwa musuhnya lihay, ia toh berteriak juga dengan
kasar: "Apa urusannya hal ini dengan anda?"
Manusia aneh tersebut segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahh... haaahh... haaahh... sebenarnya aku paling enggan untuk mencampuri
urusan orang lain tapi apa mau dikata dia adalah saudara angkatku, maka kematian
dari ayahnya berarti pula urusan pribadiku, coba katakan haruskah aku ikut
mengurusinya?" Sehabis mendengar perkataan itu, baik Ih lwee sangjin maupun Liok Lui dan Ih Hui
sama sama tertegun dibuatnya.
Sesungguhnya ketika Ong It sin munculkan diri dengan mengenakan sarung tangan
aneh tadi mereka sudah mengetahui akan asal usul benda itu maka merekapun segera
menanyakan hubungan antara sang pemuda dengan pemilik sarung tangan.
Ketika Ong It sin mengakui dirinya sebagai saudara angkat dari pemilik sarung
tangan tersebut, tentu saja ketiga orang jago dari Tiong lam pay ini tak
percaya. Maka dikala manusia aneh tadi munculkan diri baik ketiga orang jago dari Tiong
lam pay, maupun empat belas siluman dari tujuh selat segera mengenalinya kembali
sebagai jago tangguh yang paling disegani orang dalam dunia persilatan dewasa
ini. Sebab itu pula tanpa membantah, empat belas siluman dari tujuh selat itu segera
mengundurkan diri dengan teratur dari sana.
Dan kini, dari mulut si manusia aneh itu sendiri mereka mendengar Ong It sin
sudah saudara angkatnya, walaupun masih tercengang, toh mau tak mau mereka harus
mempercayainya juga. Padahal kalau berbicara dari kepandaian silat serta kedudukan si manusia aneh
itu dalam dunia persilatan, Ong It sin lebih cocok menjadi cucu muridnya,
daripada menjadi saudara angkatnya.
Karenanya buru buru Ih lwee sangjin menyikut tubuh Liok Lui dan memberi tanda
kepadanya agar jangan bersuara.
Sesungguhnya Liok Lui sudah tak kuasa menahan diri, dengan wataknya yang
berangasan ia sudah bersiap siap untuk mengumbar nafsunya, tapi setelah diberi
tanda oleh kakak seperguruannya, terpaksa iapun membatalkan niatnya itu.
Ih lwee sangjin segera maju ke muka, setelah tertawa tergelak iapun berkata:
"Peristiwa ini sungguh merupakan suatu berita aneh dalam dunia persilatan dengan
kehebatan ilmu silatmu dan nama besarmu dalam dunia persilatan, ternyata
bersedia mengangkat saudara dengan seorang pemuda tolol seperti dia itu"
Manusia aneh itu segera melototkan sepasang matanya, dengan wajah tak senang ia
berseru: "Memangnya kenapa tak boleh orang menyebut saudara karena dia memiliki watak
yang sama apalagi kalau orangnya jujur dan tulus, tak suka bicara bohong, kenapa
aku tak boleh bersaudara dengan manusia seperti ini" Aaai...! Sesungguhnya
saudaraku ini adalah manusia yang paling jujur di dunia ini!"
Oleh perkataan manusia aneh tersebut, Ong It sin menjadi tersipu sipu dibuatnya,
selama hidup boleh dibilang belum pernah ada orang yang memuji dirinya seperti
ini. Karena dengan wajah memerah teriaknya
"Toako, jangan memuji muji kebaikan orang sendiri, entar ditertawakan orang!"
"Kalau baik yaa baik, siapa yang akan mentertawakan?" teriak manusia aneh itu
lagi dengan mata melotot.
Karena malu itu Ong It sin pun tidak banyak bicara.
Sekarang Ih lwee sangjin bertiga baru percaya penuh bahwa tua dan muda dua orang
ini betul betul merupakan suatu kejadian yang langka dalam dunia persilatan.
Ih lwee sangjin mendehem pelan, setelah itu katanya.
"Tentang kematian ayah Sahabat Ong, Kim to bu tek (golok emas tanpa tandingan)
Ong Tang thian diluar perbatasan, sesungguhnya persoalan ini mempunyai liku
likunya yang banyak sekali..."
Belum lagi Ih lwere sangjin menyelesaikan kata katanya, Ong It sin telah
berteriak keras. "Toako jangan mau tertipu, apa itu liku liku yang banyak" Mereka sedang
bohong... Perempuan bajingan itu sudah mengaku kepadaku dialah pembunuh ayahku!"
xoooOdwOoooox "Nah, nah, kau lagi lagi ribut melulu" tegur manusia aneh itu sambil berpaling,
"bukankah sewaktu hendak kemari tadi sudah kuperingatkan kepadamu, memangnya
begitu cepat sudah kau lupakan segala sesuatunya...?"
"Tentu saja aku tidak lupa, cuma... cuma ketika ada dibukit Tiong lam san dulu,
perempuan bajingan itu memang telah mengaku kepadaku bahwa ayahku mati
ditangannya, masa masih ada lika likunya lagi" Aku tidak percaya!"
"Hei, kau ini perempuan bajingan melulu, hayo panggil dia sebagai Hoa hoa siancu
locianpwe!" Merah padam selembar wajah Ong It sin karena jengah, untuk sesaat dia tak
sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Walaupun dimulut ia tak berbicara apa apa tapi dalam perut dia mencaci maki
perempuan bajingan itu tiada hentinya, ini dapat diketahui semua orang dari
mimik wajahnya. Manusia aneh itu pelan pelan memutar badannya, kemudian berseru:
"Hoa Siancu!" Sekalipun hanya menyebut namanya saja tanpa dilanjutkan dengan kata kata lain,
namun semua orang tahu bahwa ia sedang bertanya kepada Liok Lui sekitar apa yang
dituduhkan Ong It sin. Pucat pias selembar wajah Liok Lui, baru saja dia hendak berbicara Ih lwee
sangjin telah berkata duluan:
"Ketika sobat Ong menyatroni bukit Tiong lam san tempo hari, Liok sumoay menjadi
naik pitam setelah mengetahui dia adalah anaknya Ong Tang thian, maka didalam
gusarnya itu ia telah berkata demikian, walaupun begitu tapi..."
"Jangan bicara lagi!" tukas manusia aneh itu sebelum Ih lwee sangjin melanjutkan
kata ktanya, "membunuh orang adalah masalah besar, apa sangkut pautnya dengan
gusar atau tidak, sekarang jawab saja sejujurnya apakah Ong Tang thian betul
betul mati ditangannya?"
Ih lwee sangjin segera tertawa getir.
"Liok sumoay membenci Ong Tang thian bencinya sampai merasuk tulang, tapi diapun
mencintai Ong Tang thian, cintanya sampai merasuk tulang, setiap hari setiap
waktu dia ingin membunuh Ong Tang thian akan tetapi setelah berjumpa dengan Ong
Tang thian" Mendadak Hoa hoa siancu Lok Lui berteriak keras dengan suara yang melengking:
"Tutup mulut! Siapapun tak boleh berbicara lagi, siapapun tak boleh melanjutkan
pembicaraan lagi!" Jeritannya itu tinggi melengking dan amat menusuk pendengaran, seakan akan
sebilah pisau tajam yang menembusi perut orang.
Karena jeritan tersebut, mau tak mau Ih lwee sangjin harus menghentikan kembali
ceritanya. Semua orang mulai termenung, semua orang membungkam, untuk sesaat suasana
menjadi hening sekali. Lebih lebih Ong It sin sendiri, setelah mendengar perkataan dari Ih lwee sangjin
itu, ia semakin tak sanggup mengucapkan sepatah katapun, pemuda itu hanya bisa
memandang kearah tiga jago lihay dari Tiong lam pay itu termangu mangu...
Lama lama sekali, Ih lwee sangjin baru berkata lagi:
"Setiap umat persilatan didunia mengetahui akan peristiwa ini, apa lagi
saudarapun melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, mengapa tidak kau
selidiki sendiri masalah ini dan membuktikan kebenarannya?"
Dengan wajah serius manusia aneh itu manggut manggut.
"Yaa, itulah sebabnya ketika saudara bego menceritakan hal ini kepadaku, aku
lantas mengatakan bahwa mungkin dia salah, karena menurut apa yang diketahui
Tiong lam pay mempunyai hubungan yang sangat akrab dengan Ong tayhiap dari luar
perbatasan, mana mungkin persahabatan itu bisa diakhiri dengan permusuhan" Aku
rasa dalam hal ini saudara bodohpun tidak mengerti"
Sampai disini, Ong It sin merasa pikirannya bertambah kalut dan kacau balau tak
karuan. Hingga kini kau baru tahu kalau Hoa hoa siancu Liok Lui, salah seorang dari
empat jago lihay Tiong lam pay ternyata adalah kekasih ayahnya dimasa lalu.
Sekalipun demikian, pemuda itu masih merasa yakin kalau ayahnya telah tewas
ditangan Liok Lui. Maka dengan suara keras dia berteriak:
"Tapi aku toh tidak mengarang cerita sendiri kalau dia yang mengaku sendiri
kepadaku bahwa dialah pembunuh ayahku!"
Paras muka Liok Lui berubah makin memucat sekujur tubuhnya gemetar keras, bahkan
suaranya pun kedengaran aneh sekali.
"Kalau aku memang berkata demikian, lantas mau apa kau" Dia memang mati
ditanganku!" "Sumoay, kau jangan sembarangan berbicara lagi biarlah aku yang memberi
keterangan" seru Ih lwee sangjin dengan suara dalam.
Setelah menarik napas panjang, pelan pelan dia pun mulai bercerita
"Sewaktu Ong tayhiap dikerubuti musuh tangguh diluar perbatasan tempo dulu,
sebelum peristiwa ini terjadi beritanya sudah bocor lebih dulu dan diketahui
setiap umat persilatan, akan tetapi berhubung musuh musuh Ong Tayhiap sangat
lihay, maka sembilan bulan sebelum terjadinya peristiwa ini semua perguruan
telah mendapat peringatan agar jangan mencampuri pertikaian mereka dengan Ong
Tayhiap, bahkan sebelum pergi orang itu sempat mendemonstrasikan kepandaiannya
yang luar biasa, itulah sebabnya meskipun Ong tayhiap mempunyai banyak teman
yang lihay dan mengetahui tempat terjadinya pertarungan itu, bahkan mengetahui
juga kalau Ong tayhiap pasti tak akan tahan menghadapi kerubutan orang banyak,
namun tak seorangpun mau memberi bantuannya...
Ketika berbicara sampai disini, Ong It sin sudah tak kuasa menahan diri lagi dia
langsung mencaci maki kalang kabut
"Betul betul bedebah semua tak tahu malu! Munafik"
Ia tahu, orang yang dimakinya sekarang termasuk juga ayahnya sendiri, sahabat
sahabat karib ayahnya semasa masih hidup dulu dan orang orang lainnya yang
ternama didunia, tapi ia tak tahan mengendalikan hawa amarahnya maka meluncurlah
kata-kata makian tersebut tanpa bisa dicegah lagi.
Dalam pandangannya, persahabatan bukan dibutuhkan dikala sedang senang dan


Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gembira, persahabatan yang sejati justru harus diperlihatkan di kala mereka
sedang mengalami kesusahan atau kesulitan.
Tapi ayahnya harus menghadapi mara bahaya seorang diri di kala ia sedang
menghadapi kesulitan, padahal dikala jayanya, tak terhitung jumlah sahabat yang
dipunyainya, tak heran kalau Ong It sin memaki mereka sebagai manusia-manusia
rendah yang tak tahu malu dan munafik.
Ih lwee sangjin menarik napas panjang, lalu berkata:
"Betul, makian dari Sahabat Ong memang tepat sekali, sahabat-Sahabat Ong tayhiap
yang mempunyai hubungan akrab dengannya dimasa masa jaya dulu memang sekawanan
manusia yang tak tahu malu, ternyata mereka telah menyembunyikan diri dan cuci
tangan bersih-bersih disaat sahabatnya menghadapi mara bahaya..."
"Tapi ada satu orang yang justru tidak bersikap demikian, ketika mengetahui akan
peristiwa ini, ia segera berangkat ke luar perbatasan dengan melakukan
perjalanan siang malam, tanpa mempedulikan keselamatan sendiri ia bersiap siap
membantu Ong tayhiap untuk menghadapi musuh-musuh tangguhnya!"
Mendengar sampai disitu, Ong It sin segera berteriak kembali:
"Bagus sekali, siapakah orang ini" Cepat beritahu kepadaku, peduli diujung
langit pun dia berada, aku akan segera menjumpainya dan menyembah tiga kali
dihadapannya" Ih lwee sangjin tertawa ewa.
"Orang itu tidak berada diujung langit atau didasar samudra, ia justru berada
dihadapanmu sekarang!"
Ong It sin bukan seorang pemuda yang cerdas, otaknya tidak dapat mengolah arti
dari ucapan tersebut, untuk sesaat lamanya ia malah berdiri tertegun sambil
memandang Ih lwee sangjin tanpa berkedip.
"Orang itu bukan lain justru adalah Liok sumoay ku ini!" kata Ih lwee sangjin
sepatah demi sepatah kata.
Hampir melompat Ong It sin karena kagetnya, sambil menuding kearah Liok Lui
serunya: "Kau... kau maksudkan perempuan bajingan ini?"
Perlu diketahui semenjak menyatroni kebukit Tiong lam san kemudian berulang kali
bentrok dengan Liok Lui, si anak muda ini sudah mempunyai kesan yang amat jelek
terhadap perempuan itu kalau tak bisa disebut membencinya.
Tapi diapun seorang pemuda yang jujur, dan berjiwa terbuka maka jika dia
diharuskan segera mengubah kesannya terhadap seseorang, hal ini tidak gampang ia
lakukan. Sebab itulah sewaktu Ih lwee sangjin menunjukkan bahwa orang yang menyusul
ayahnya ke luar perbatasan untuk bersama sama menghadapi musuh yang tangguh
ternyata adalah Liok Lui yang dibencinya, ia malah menjadi melongo.
Untuk sesaat lamanya ia tak tahu musti berbicara apa, sambil menuding kearah
Liok Lui ia termangu dan berdiri dengan wajah tersipu sipu.
Ih Hui yang berada disampingnya segera menyindir dengan suara yang amat dingin:
"Bukankah barusan kau bilang, walaupun orang itu berada diujung langit atau
dasar lautan, kau akan menjumpainya untuk menyembah tiga kali kepadanya"
Sekarang orang itu ada tepat didepan matamu, kenapa tidak segera kau sembah
dirinya?" Merah padam selembar wajah Ong It sin karena jengah.
"Dia... dia... siapa tahu kalau dia menyusul keluar perbatasan untuk membunuh
ayahku..." Padahal diapun tahu kalau hal ini tak mungkin terjadi, sebab itulah dia
mengucapkan kata kata tersebut dengan terbata bata.
Dengan suara dalam Ih lwee sangjin berkata lagi.
"Sahabat Ong, pada waktu itu sumoayku berangkat ke luar perbatasan dengan
mempertaruhkan jiwa raganya, dengan tuduhan yang kau lontarkan sekarang,
bukankah hal ini sama halnya dengan kau menilai orang dengan jalan pikiran
seorang licik?" Merah padam selembar wajah Ong It sin karena jengah, untuk sesaat lamanya ia tak
sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Liok Lui hanya berdiri kaku sambil memandang ke tempat kejauhan, lama, lama,
sekali ia baru menghela napas panjang dengan sedihnya, lalu menundukkan
kepalanya rendah rendah. Terdengar Ih lwee Sangjin berkata lebih lanjut:
"Ketika Liok sumoay berangkat ke luar perbatasan, ia sama sekali tidak
menyampaikan rencananya itu kepada kami, menunggu kami mengetahui kalau dia
sudah tak ada di bukit Tiong lam san lagi, kamipun tak tahu dia telah kemana.
Sampai akhirnya ketika ada orang yang mengabarkan kepada kami kalau berjumpa
dengan Liok Lui di jalan raya menuju ke utara, kami baru teringat akan hubungan
istimewanya dengan Ong tayhiap, itu berarti ia telah berangkat untuk memberi
pertolongan. Maka tanpa pikir panjang kamipun berangkat ke utara untuk
menyusulnya, tapi baru tiba disekitar kota Tiang shia sudah kudengar akan berita
kematian Ong tayhiap..."
Ketika mengucapkan kata kata tersebut, tampak jelas betapa sedihnya Ih lwee
Sangjin, jangankan dia, bahkan orang lain yang ikut mendengarkan kisah inipun
ikut merasakan suatu beban berat yang seraya menindih di atas dada.
Ong It sin tak dapat mengendalikan lagi rasa sedihnya, air mata jatuh bercucuran
membasahi pipinya. Setelah berhenti sebentar, Ih lwee Sangjin melanjutkan kembali kata katanya:
"Keesokan harinya kami berhasil menemukan Liok sumoay pulang dari perbatasan,
wajahnya layu dan diliputi kesedihan, ketika kami bertanya kepadanya siapakah
musuh Ong tayhiap" Apakah dia bersama sama Ong tayhiap melakukan perlawanan"
Liok sumoay tidak berkata apa apa, dia hanya berbisik terus menerus, ia sudah
mati... ia sudah mati..."
Ketika bercerita sampai disini, paras mukanya telah berubah menjadi pucat pias
seperti mayat. Liok Lui yang selama ini tak bersuara, tiba tiba ikut pula bergumam dengan
lirih: "Yaa, dia telah mati... dia... dia telah mati..."
Suara Liok Lui yang kosong dan hampa itu sungguh mendirikan bulu roma bagi
siapapun yang mendengar, tanpa terasa semua orang bergidik dan bersin beberapa
kali, sinar mata merekapun bersama sama dialihkan ke bawah perempuan tersebut.
Tapi Liok Lui hanya mengucapkan kata kata itu belaka, kemudian ia membungkam
kembali dan berdiri kaku seperti patung.
Ih lwee Sangjin memandang sekejap ke arahnya lalu dengan gelengkan kepalanya
berulang kali, katanya: "Ketika kuajukan pelbagai pertanyaan sekitar peristiwa diluar perbatasan,
sepatah katapun ia tak menjawab, bahkan sampai sekarangpun ia tak pernah
bercerita kepada kami, sebab itu apa yang dialaminya selama berada diluar
perbatasan tak diketahui oleh siapapun, sekalipun demikian kami yakin bahwa kata
katanya yang mengatakan bahwa ia telah membunuh Ong tayhiap hanya kata kata
karena mendongkol, sebab kami sudah lama bersaudara, kami cukup memahami
wataknya itu" "Apakah... apakah kata kata semacam inipun boleh dianggap sebagai permainan?"
berbicara sampai disitu, mendadak terdengar Liok Lui berteriak keras:
"Tahan!" Kata-kata itu dapat didengar setiap orang dengan jelas tapi tak seorangpun yang
mengerti kenapa ia berkata demikian, sebab waktu itu semua orang hanya berdiri
mematung, tak seorangpun yang sedang berkelahi.
Kalau memang tiada orang yang bertarung kenapa pula ia meneriakkan kata "Tahan?"
Siapa yang disuruh berhenti dari pertarungan"
Agaknya setelah mengucapkan kata kata tersebut, Liok Lui pun merasakan
kekeliruannya, ia tampak bergetar keras, lalu seperti baru sadar dari impian, ia
memandang sekejap kearah semua orang kemudian membungkam diri dalam seribu
bahasa. "Sumoay, sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Ih lwee sangjin
kemudian dengan lembut. Sepucat mayat paras muka Liok Lui, setelah menghela napas panjang katanya:
"Aku... aku... barusan, aku seperti terbayang kembali kejadian dimasa lampau
ketika diluar perbatasan... ditengah tanah bersalju..."
Dengan mulut membungkam Ih lwee sangjin manggut manggut:
Sedangkan Ih Hui segera berkata:
"Selama ini, kau tak pernah menceritakan keadaan yang sesungguhnya kepada kami,
mumpung hari ini ada Sahabat Ong hadir di sini, kenapa tidak kau ceritakan
keadaan tersebut sejelas-jelasnya agar diapun mengetahui duduk perkara yang
sebenarnya?" Liok Lui sama sekali tidak menengok ke arah Ong It sin, ia hanya mendongakkan
kepalanya memandang keangkasa.
Awan bergerak pelan pelan terhembus angin, lewat sekian lama kemudian ia baru
berkata: "Waktu itu, setelah aku mendapat kabar siang malam tanpa berhenti aku menyusul
ke luar perbatasan, seperti apa yang dikatakan ciangbun suheng tadi, walaupun
aku membencinya, tapi aku... akupun amat merindukan dirinya..."
Ketika berbicara sampai disini, tanpa terasa lagi ia tertawa getir.
Beberapa orang itu cuma membungkam sambil mendengarkan cerita selanjutnya.
Kembali Liok Lui berkisah:
"Walaupun aku melakukan perjalanan siang malam tak berhenti, tapi ketika sampai
ditempat tujuan ternyata sudah terlambat, mereka sudah mulai bertarung. Ketika
itu salju turun dengan derasnya, musuhnya ada lima orang dan memakai kain cadar
semua aku tak tahu siapa saja mereka itu, aku hanya melihat Tang thian dengan
golok emasnya tapi mengikuti perputaran tubuhnya itu, darah segar menetes keluar
setetes demi setetes membasahi permukaan salju keadaannya sungguh mengerikan..."
Berbicara sampai disitu Liok Lui menarik napas panjang panjang dan berhenti
bercerita. Ong It sin dengan peraasan terkejut bercampur terkesiap membelalakkan matanya
lebar lebar dengan mulut melongo, katanya.
"Apakah... apakah dia terluka?"
"Yaa, dia terluka!" jawab Liok Lui.
Setelah memandang sekejap kearah Ong It sin, ia berkata lebih jauh:
"Akupun segera berteriak: Tahan! Tahan! Tapi tak seorangpun menggubris
teriakanku seorang manusia berkerudung menghampiriku dan segera bertarung
denganku, sebaliknya empat orang lainnya mengerubuti Tang thian rapat rapat,
setiap pukulan mereka selalu bersarang dibagian tubuhnya yang mematikan, aku
ingin membantunya tapi selalu dikurung oleh musuhku itu hingga tak sanggup
mendekatinya. Dalam pertarungan akupun sering mendengar mereka berteriak teriak
keras dan menitahkan Tang thian agar menyerahkan kotak kepada mereka!"
Ketika Liok Lui bercerita sampai disitu satu ingatan tiba tiba melintas dalam
hati Ong It sin. Sebuah kotak" Ia lantas teringat dengan kotak peninggalan ayahnya, dia masih ingat, kotak itu
kini berada ditangan Be Siau soh.
Liok Lui bercerita lebih jauh:
"Tang thian tidak menjawab teriakan mereka, dia hanya melakukan perlawanan terus
dengan gigih sementara salju turun makin besar. Sudah berapa ratus jurus aku
bertarung melawan musuh itu, tiba tiba terdengar suara pekikan nyaring
berkumandang diangkasa, tiba tiba orang yang bertarung melawanku itu menyusut ke
belakang dan kabur dari hadapanku.
Hal ini membuat diriku tertegun, ketika kuamati lagi kedepan, ternyata kelima
orang manusia bercadar itupun sudah lenyap semua, ditengah hujan salju yang
deras, kusaksikan golok emas milik Tang thian tergeletak di atas permukaan
salju, orangnya mendekam ditepi golok emas tersebut, tubuhnya penuh dengan luka
besar, darah telah mempelopoti seluruh badannya dia...
"Yaa, waktu itu ia masih bisa bernapas walau lirih sekali. Ketika kubangunkan
dirinya, ia hanya menengokku sekejap, agaknya seperti hendak mengucapkan
sesuatu, tapi tak sepatah katapun berhasil ia ucapkan, tahu tahu ia telah mati,
mati dalam pelukanku..."
Paras muka Liok Lui bertambah pucat kulit mukanya mengejang keras, ucapannya pun
kian lama kian bertambah pelan dan lirih...
Lewat lama sekali, ia baru melanjutkan kembali kata katanya:
"Pelan pelan kubaringkan tubuhnya diatas permukaan salju, aku tak tahu siapakah
lima orang musuh besarnya yang berkerudung itu, tapi kutemukan sejumlah jurus
Hong wi siam diatas salju, selama banyak tahun ini diam diam kuselidiki terus
kejadian ini, apa mau dikata justru pada saat itulah bocah bodoh ini mendatangi
Tiong lam san dan menuduh kami sebagai musuh besar pembunuh ayahnya..."
Dengan wajah gugup dan terkesiap, Ong It sin memandang wajah Liok Lui dengan
mata terbelalak untuk sesaat lamanya ia tak tahu apa yang musti diucapkan.
"Ooh... kiranya begitu" ucap Ih lwee sangjin, "kalau begitu salah satu diantara
musuh musuh besarnya adalah Kelabang beracun Be Sam nio...?"
Boleh dibilang demikian tapi semenjak peristiwa itu, belum pernah kujumpai akan
kemunculan diri Kelabang beracun Be Sam nio lagi.
Kelabang beracun Be Sam nio memang manusia berhati busuk yang sanggup melakukan
perbuatan apapun, tak bisa diragukan lagi, dia pasti bersangkut pula dalam
peristiwa ini. Sementara beberapa orang itu membicarakan soal apakah Kelabang beracun Be sam
nio terlibat dalam peristiwa itu atau tidak, Ong It sin yang berada disamping
telah menunjukkan perubahan sikap yang aneh sekali, karena dia tahu orang yang
sedang dibicarakan sekarang tak lain adalah ibu kandung dari Be siau soh yang
diimpikan setiap hari. Oleh karena itu, ia hanya merasakan pendengarannya mendengung keras, apa yang
selanjutnya dikatakan orang orang itu hampir tak terdengar sama sekali olehnya.
Lewat beberapa saat kemudian, ia baru merasa bahunya ditepuk orang, ketika ia
mendongakkan kepalanya, maka diketahui orang itu adalah manusia aneh tersebut.
Terdengar manusia aneh itu sedang berkata:
"Sekarang tentunya kau sudah mengerti bukan akan hubunganmu dengan pihak Tiong
lam pay?" "Yaa, yaa, aku sudah mengerti!" jawab Ong It sin sambil meraba kepalanya yang
botak tertawa getir. Manusia aneh itu segera melotot.
"Apakah ucapan yang telah kau sumbarkan tadi masih berlaku?" tegurnya cepat.
"Yaa, tentu saja! Aku pasti menyembah kepadanya..."
Selesai berkata pemuda itu lantas menjatuhkan diri dihadapan Liok Lui dan
menyembahnya tiga kali. Liok Lui sama sekali tak membalas hormat itu diapun tidak membangunkan dirinya,
hanya sambil menghela napas ujarnya:
"Sudahlah, sudahlah..."
Ong It sin pun pelan pelan bangkit berdiri.
"Kalau begitu mari kita pergi dari sini!" ajak manusia aneh itu kemudian.
Ong It sin berpaling, dilihatnya empat belas siluman dari tujuh selat itu masih
berdiri ditempat kejauhan sambil mengawasi mereka dengan mata tajam.
Malihat itu Ong It sin segera berseru:
"Jika kita pergi dan mereka sampai berkelahi lagi, lantas bagaimana baiknya?"
Manusia aneh itu segera bertepuk tangan, lalu tertawa terbahak bahak, katanya
"Kalau mereka hendak berkelahi, biarkan saja mereka berkelahi, sedari kapan
dunia persilatan berhenti dari suatu perkelahian"
"Tapi merekba kan cuma bertiga, mana mungkin bisa menangkan jumlah yang lebih
banyak?" "Aaah... kamu ini, usianya masih muda, omongnya tak habis habis mengerocos
terus, kalau ada pertarungan tentu ada menang kalahnya, buat apa kau musti ambil
peduli?" kata si manusia aneh itu dengan mata melotot.
Dalam kenyataan, pernyaqtaan tersebut memang cukup masuk diakal, tapi dasar
bodoh Ong It sin justru mempunyai jalan pemikiran sendiri.
Dengan mata melotot pula teriaknya
"Kalau sampai Tiong lam pay yang kalah masakah kau tak akan peduli?"
"Goblok busuk, tentu saja aku tak akan turut campur" damprat manusia aneh itu,
"aku dengan mereka toh tiada hubungan sanak saudara, sekalipun pihak Tiong lam
pay memang juga tak ada manfaatnya buatku, kenapa aku musti turut campur?"
Ong It sin menjadi tertegun dan tak sanggup menjawab lagi, setelah tertegun
sesaat ia baru berkata: "Kalau begitu kau boleh pergi sendiri, aku mah tak akan pergi, tempo hari
sewaktu ayahku mendapat kesusahan, pihak Tiong lam pay sudah memberi
pertolongan, maka sekarangpun aku harus menolong mereka:
"Cisss, apa gunanya kau seorang?" ejek orang itu.
Orang bodoh ternyata mempunyai jalan pemikiran yang bodoh pula sambil tertawa
lebar Ong It sin segera berkata:
"Kalau aku tetap berada disini kau sebagai toako ku tentu saja tak akan pergi
sendirian, bukankah begitu?"
=----d0w----= Jilid 16 MANUSIA aneh itu menjadi tertegun, kemudian serunya sambil tertawa:
"Bagus sekali, setengah juruspun tak sanggup kau pelajari selama sebulan,
sekarang kau berani mempunyai ingatan jahat kepadaku, baiklah, anggap saja aku
sudah terjebak oleh akal busukmu..."


Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sambil berkata ia lantas menggape tangannya ke arah empat belas siluman dari
tujuh selat itu, serunya:
"Hey, kalian semua kemarilah!"
Sungguh cepat gerakan orang orang itu, baru selesai manusia aneh itu berkata,
empat belas sosok bayangan manusia telah berkelebat ke muka dan tiba dihadapan
manusia aneh itu, tampaknya mereka memang sengaja hendak mendemonstrasikan
kepandaian mereka Setelah empat belas orang itu berada dihadapannya, manusia aneh tersebut baru
berkata. "Tiga jago dari Tiong lam san ini masih ada urusan penting, agaknya kurang baik
jika kalian menghalangi jalan perginya. Aku rasa lebih baik perhitungan kalian
dilakukan lagi sekembalinya mereka ke Zuchuan nanti"
Ketika mendengar perkataan itu, walaupun keempat belas siluman tersebut tidak
menyatakan keberatan ternyata tak seorangpun diantara mereka yang bersuara.
Ketika tidak mendengar jawaban dari mereka, manusia aneh itu segera tertawa
terbahak bahak. "Haaahh... haaahh... haaahh... rupanya kalian enggan mendengar perkataanku"
Baiklah sebetulnya aku enggan pula mencampuri urusan ini, tapi lantaran ada
orang yang tak mau memberi muka kepadaku, lebih baik bersiap siaplah kalian
untuk menghadapi diriku!"
Selesai berkata, tidak tampak gerakan apa yang dilakukan, tahu tahu dia hanya
membungkukkan badan dan... "Criiing! Criiing!" sebilah pedang dan sebilah tombak
berantai telah beralih ketangannya.
Kemudian tanpa berbicara banyak, kedua macam senjata itu dibuangnya ke belakang.
Empat belas siluman dari tujuh selat itu menjadi amat terperanjat, masing masing
segera mengayunkan senjatanya untuk melakukan perlawanan.
Mendadak terdengar manusia aneh itu berteriak keras, sepasang tangannya bergerak
kesana kemari, setiap kali manusia manusia dari tujuh selat itu terbentur
olehnya, senjata mereka segera berpindah tangan dan terbuang kebelakang.
Dalam waktu singkat, empat belas macam senjata telah dirampas semua olehnya,
empat belas siluman dari tujuh selat pun berdiri termangu ditempat, dengan
tangan kosong. Paras muka keempat belas orang itu segera berubah hebat, tapi mereka tak berani
banyak berkutik. Sambil bertepuk tangan manusia aneh itu berkata lagi:
"Suruh kalian jangan berkelahi, kalian tak mau, sekarang kusuruh kalian
berkelahi disini, senjata kalian malah diberikan kepadaku... yaaa, tampaknya
kalian memang susah juga diatur!"
Empat belas siluman dari tujuh selat itu hanya saling berpandangan dengan muka
tertegun, akhirnya salah seorang diantaranya memberi hormat kepada manusia aneh
itu. "Kepandaian anda didalam merampas senjata kami dengan tangan kosong sungguh
mengagumkan sekali, baiklah! Kami semua akan menuruti perintah anda..."
"Bagus sekali, kalau memang dimikian, akupun enggan menyimpan senjata rongsokan
kalian itu, bawa pulang benda benda itu dan jangan membikin urusan lagi di
wilayah Zuchuan, mengerti?"
Empat belas siluman itu tidak berbicara lagi, masing masing mengambil kembali
senjatanya dan segera kabur dari situ.
Menanti bayangan tubuh mereka semua sudah lenyap dari pandangan, Ih lwee sangjin
baru memberi hormat kepada Ong It sin dan manusia aneh itu sambil berkata:
"Terima kasih banyak atas bantuan kalian berdua untuk membebaskan kami dari
kurungan, ilmu silat keempat belas orang itu cukup lihay, kalau pertarungan
dilanjutkan memang lebih banyak jeleknya buat kami dari pada keuntungan!"
Selesai berkata mereka bertiga pun mohon diri dari sana.
Ilmu meringankan tubuh dari ketiga orang inipun cukup cepat, dalam sekejap mata
mereka sudah pergi jauh sekali.
Sambil memandang bayangan tubuh mereka bertiga yang makin menjauh, Ong It sin
menghela napas panjang, kemudian gumamnya:
"Aku pikir dendamku bisa segera terbalas, tak tahunya makin lama makin
membingungkan, sekarang aku malah tak tahu siapakah musuh besarku yang
sebenarnya!" "Kenapa makin lama makin membingungkan" Aku lihat, salah seorang diantara mereka
sudah pasti Kelabang beracun Be Sam nio!"
Ong It sin justru paling tak suka mendengar perkataan yang terakhir itu, maka ia
cuma menundukkan kepalanya belaka tanpa menjawab.
Tiba tiba manusia aneh itu membentak keras, Ong It sin yang sedang melamun sama
sekali tak menduga sampai kesitu, ia menjadi terperanjat hingga melompat bangun.
"Ada apa" Ada apa...?" serunya buru buru.
"Ada apa?" seru manusia aneh itu dengan gusar, "sebetulnya kau sedang
memperhatikan perkataanku tidak" Sebenarnya kau ingin membalas dendam bagi
kematian ayahmu atau tidak?"
"Tentu saja ingin!" jawab Ong It sin dengan cepat.
"Nah itulah dia, beberapa kali kukatakan kepadamu bahwa salah seorang musuh
besar pembunuh ayahmu adalah Kelabang beracun Be Sam nio, kenapa kau tidak
menggubris perkataanku dan berpura pura tidak mendengar?"
Ong It sin segera tertawa getir.
"Aku... aku pikir... hal ini, hal ini belum tentu benar!" sahutnya tergagap.
Manusia aneh itu semakin gusar, tangannya segera diayun siap menggaplok sang
pemuda yang goblok itu, tapi kenyataannya ia cuma menggetarkan saja dan tidak
melanjutkan ayunan tangannya itu.
"Kalau Kelabang beracun bukan musuh besar pembunuh ayahmu, lantas Kelabang
beracun itu apamu?" teriaknya.
Sesungguhnya Ong It sin memang sudah tak sanggup berbicara lagi, apalagi setelah
mendengar perkataan si manusia aneh itu, dia semakin terbelalak hingga tak mampu
mengucapkan sepatah katapun.
Tiba tiba manusia aneh itu tertawa dingin.
"Ooh... mengerti sudah aku sekarang!" serunya kemudian.
Mendengar ucapan tersebut, paras muka Ong It sin yang jelek itu kontan berubah
menjadi merah padam. "Apa... apa yang kau pahami?" serunya tergagap.
Setajam sembilu sorot mata manusia aneh itu menatap wajah Ong It sin, sesaat
kemudian katanya sepatah demi sepatah kata:
"Kalau kau tidak mempunyai sesuatu pikiran yang nyeleweng, kenapa hanya
kusinggung sepatah kata saja, maka mukamu menjadi merah padam?"
Mendengar perkataan itu, Ong It sin menundukkan kepalanya makin rendah, ia
terbungkam dalam seribu bahasa dan tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Manusia aneh itu tertawa dingin tiada hentinya, padahal ia sendiripun tak tahu
rahasia hati apakah yang terkandung dihati anak muda itu, namun dia yakin kalau
hal ini pasti ada sebabnya.
Selain itu dia juga yakin bahwa Ong It sin yang jujur pasti akan mengaku terus
terang bila didesak olehnya.
Oleh sebab itu, dengan suara keras ia lantas membentak:
"Hayo jawabm kenapa kau mati matian membela si Kelabang beracun Be Sam nio dan
berusaha mencuci bersih dirinya dari peristiwa ini" Apakah kau sudah melupakan
dendam berdarah dari ayahmu?"
Ucapan yang tajam dan amat mendesak itu membuat Ong It sin menjadi gelagapan dan
ketakutan setengah mati, buru buru ia menggoyangkan tangannya berulang kali.
"Bukan, bukan begitu... aku... aku tak lain hanya dikarenakan hubunganku dengan
Be Siau soh..." "Lanjutkan perkataanmu itu!" desak manusia aneh itu lebih lanjut.
Dengan tergagap dan wajah memerah seperti kepiting rebus, Ong It sin berkata
kembali: "Aku sangat baik sekali dengan Be Siau soh, kalau ibunya terbukti adalah musuh
besar pembunuh ayahku, maka bukankah... bukankah hubunganku dengannya... yaa,
apa yang musti kulakukan setelah berjumpa lagi dengannya nanti?"
Manusia aneh itu segera tertawa dingin.
"Heeehh... heeehh... heeehh... lucu amat ceritamu itu, kalau bicara yang jelas
lagi, coba katakan kalau kau baik kepadanya, bagaimana pula sikapnya kepadamu?"
Ong It sin segera teringat kembali kejadian syahdu dimalam itu, pelan pelan ia
menghela napas panjang. "Aaai...! Tentu saja dia... diapun sangat... sangat baik kepadaku..."
"Yaa, dia tentu saja sangat baik kepadaku!" kata manusia aneh itu sambil
menirukan nada suaranya kemudian dengan mata melotot dan suara keras ia
meneruskan, "jika ia benar benar baik kepadamu, kenapa ia meninggalkan dirimu
sebaliknya malah kabur bersama Sangkoan Bu cing?"
Perkataan dari manusia aneh itu ibaratnya guntur yang membelah bumi disiang hari
bolong, seketika itu juga paras mukanya berubah jadi pucat pias seperti mayat,
sepasang giginya saling beradu keras, lama sekali ia tak sanggup mengucapkan
sepatah katapun. Manusia aneh itu segera menepuk nepuk bahunya, kemudian menghibur:
"Adik kecil aku lihat kau tak usah berpikir yang bukan bukan lagi, lebih baik
berlatih tekun lagi dalam ilmu silat, berusahalah untuk mencari nama dan
kedudukan didepan orang banyak"
Ong It sin merasa pikirannya amat kalut, ketika Be Siau soh pergi bersama
Sangkoan Bu cing tempo hari ia merasa amat kesal, apa lagi setelah disinggung
kembali oleh manusia aneh itu sekarang.
Seandainya dia adalah seorang pintar, maka dengan cepat ia akan menyadari akan
duduk persoalan yang sebenarnya, sayang ia tak lebih hanya seorang pemuda yang
bodoh Oleh karena itu, rasa sedihnya sekarang ibaratnya ada beribu ribu batang panah
yang bersama sama menembusi hatinya, menderitanya bukan kepalang...
Manusia aneh itu masih berusaha untuk menghibur hatinya, tapi entah dari mana
datangnya hawa amarah dihati pemuda itu, mendadak Ong It sin berteriak aneh:
"Pergi kau, pergi kau dari sini! Jangan urusi aku lagi, aku segera akan pergi
mencarinya dan menanyakan persoalan ini kepadanya"
"Tapi kemanakah kau hendak mencarinya?" tanya manusia aneh itu dengna dingin.
"Dibukit pak thian san!" jawab Ong It sin dengan wajah berubah menjadi merah
padam. "Baik, akan kutunjukkan jalannya untukmu, dari sini berangkatlah langsung ke
utara. Kalau kau menjumpai ada dua buah gunung besar yang dilapisi salju,
dakilah gunung itu dan lewatilah, disana kau akan menjumpai selapis tanah
bersalju yang luas, jalan terus menyeberangi tanah bersalju itu disana kaupun
akan menjumpai sebuah bukit lain yang dilapisi salju tebal itulah bukit Pak
thian san. "Bukankah kau... kau pun suruh aku pergi mencarinya?" tanya Ong It sin kemudian
setelah termenung sejenak.
Agaknya ia merasa menyesal karena barusan telah bersikap kasar kepadanya.
ooodooOooowoo Terdengar manusia aneh itu berkata dengan dingin:
"Kau tolol seperti seekor babi, kalau tidak kusuruh kau rasakan ketanggor batu
ditangan perempuan cabul itu, kau masih tak tahu kalau dirimu sedang bermimpi
disiang hari bolong... Hmm!"
Mendengar perkatan itu hawa amarah kembali berkobar didada Ong It sin, tapi ia
tak bisa berkata lain, maka setelah saling berpandangan sekejap dengan orang
itu, katanya dengan penuh rasa percaya pada diri sendiri:
"Baik, kita lihat saja hasilnya nanti!"
"Semoga saja setelah kau berjumpa dengan perempuan cabul itu..."
Belum habis manusia aneh itu berkata, Ong It sin telah menukas dengan suara
keras: "Tutup mulutmu! Dia bukan seorang perempuan cabul!"
"Lantas macam apakah perempuan itu?"
Ong It sin menarik napas panjang panjang kemudian sahutnya:
"Dia..." Dia... dia adalah gadis paling baik didunia ini... pada hakekatnya ia
bagaikan bidadari yang baru turun dari kahyangan... ia adalah bidadari yang
cantik jelita..." Menyaksikan keadaan Ong It sin yang betul betul dibikin terpesona oleh
kecantikan Be Siau soh itu, diam diam manusia aneh tersebut menghela napas
panjang. Walaupun usianya dengan Ong It sin berbeda jauh, ia bersedia angkat saudara
dengannya, hal ini dikarenakan ia suka dengan kepolosan dan kejujuran orang,
tentu saja ia pun cukup sadar bahwa nasehatnya tak akan berhasil menyadarkan
anak muda itu dari impian indahnya.
Iapun cukup tahu, dalam kepergiannya ke bukit Pak thian san, masih mendingan
kalau tak sampai bertemu dengan Be Siau soh, tapi begitu bertemu dengan gadis
pujaannya dan bila impian indah itu ternyata tercabik cabik entah betapa
sedihnya pemuda itu. Sayang persoalan semacam ini tak mungkin bisa ia atasi dengan kepandaian silat
walaupun kepandaiannya amat lihay.
Akhirnya manusia aneh itu hanya bisa menepuk bahu Ong It sin sambil berpesan:
"Sepanjang jalan baik baiklah menjaga diri, jangan suka berkelahi dengan orang,
ketahuilah bahwa diantara yang kuat masih ada yang lebih kuat lagi"
Walaupun barusan ia telah ribut dengan manusia aneh itu, tapi terbayang kembali
perpisahan yang segera akan berlangsung tak urung Ong It sin merasakan juga
hatinya yang amat sedih. "Aku tahu!" katanya sambil pelan pelan mengangguk.
Manusia aneh itupun tidak berbicara lagi tiba tiba ia mengerahkan tenaga
dalamnya dan memutar tubuh Ong It sin secara paksa setelah menghadapkannya ke
utara, ia mendorong tubuh anak muda itu sehingga bergerak ke depan seraya
berkata: "Nah, sekarang berangkatlah!"
Oleh dorongan itu Ong It sin merasakan tubuhnya seperti melayang diudara, lebih
kurang lima kaki kemudian ia baru bisa menghentikan langkahnya ketika ia
berpaling kebelakang, ternyata manusia aneh itu sudah lenyap tak berbekas.
Ong It sin pun tidak membuang waktu lagi, ia segera melanjutkan perjalannya
menuju kedepan. Lewat beberapa hari kemudian, dari kejauhan ia saksikan bukit bersalju menjulang
tinggi keangkasa, dibawah bukit terbentang sebuah padang rumput yang luas.
Ong It sin tidak menghentikan perjalanannya, ia mendaik bukit itu, menembusi dua
bukit dan meneruskan perjalanannya menuju ke utara.
Kini sepanjang perjalanan hanya tampak salju yang membentang keujung langit,
ketika angin berhembus lewat, tubuh serasa menggigil karena kedinginan.
Untung saja tenaga dalam yang dimiliki Ong It sin cukup sempurna, coba kalau
tidak demikian, sudah sedari dulu dulu ia mati kaku.
Belasan hari kembali sudah lewat...
Suatu hari, udara terasa cerah setelah melakukan perjalanan sekian lama,
akhirnya sampailahia didepan sebuah bukit salju yang amat besar.
Menyaksikan salju yang tebal menyelimuti seluruh bukit itu Ong It sin tahu bahwa
ia telah tiba dibukit Pek thian san, tanpa terasa jantungnya berdebar lebih
keras. Tiba tiba ia mempercepat langkahnya mendaki ke atas bukit itu, sambil berlarian,
teriaknya berulang kali: "Nona Be... nona Be...!"
Lari... lari terus... akhirnya sampailah pemuda itu dikaki bukit, tapi kecuali
suara pantulan dilembah bukit itu, tiada jawaban apapun yang terdengar.
Menghadapi suasana yang begitu hening dan sepi tanpa terasa Ong It sin berpikir:
"Heran, kenapa tiada seorang manusiapun yang menyahut" Jangan jangan Be Siau soh
sudah pergi dari sini?"
Sambil berkata ia mulai celingukan kesana kemari, tapi dengan cepat pemuda itu
tertawa geli sendiri. Kiranya sebuah bukit yang amat besar terbentang didepan mata, bukit itu
panjangnya sampai ribuan li, padahal ia tak tahu kemana Be Siau soh telah pergi
dengan sendirinya kalau ia berteriak terus dengan cara begitu, sampai
tenggorokannya pecahpun tak berguna.
Setelah mentertawakan kebodohan sendiri Ong It sin kembali merasa bersedih hati,
dengan melawan angin, menahan dingin akhirnya sampai juga ia dibukit Pek thian
san, tapi ia hanya tahu Be Siau soh menuju ke situ, sesungguhnya dimanakah gadis
itu telah pergi" Haruskah ia mencari jejaknya diatas tanah perbukitan yang begini luasnya" Ibarat
mencari jarum didasar samudra, sampai tuapun belum tentu usahanya itu akan
berhasil. Setelah tertegun sekian lama, akhirnya pemuda itu memutuskan untuk naik ke
gunung sambil beradu nasib.
Sayang agaknya ia bernasib kurang mujur, tujuh hari sudah ia berkeliaran diatas
bukit itu, tapi jejak Be Siau soh belum juga berhasil ditemukan.
Selama tujuh hari itu, makin berjalan ia semakin tersesat ke dalam bukit, makin
berjalan makin jauh, sehingga akhirnya dia sendiripun tak tahu dimanakah ia
berada. Apa yang dilihat disekitar situ hanya bukit salju melulu, ia tidak berteriak
teriak lagi, sebab dia tahu sekalipun berteriak sampai tenggorokannya pecah,
kecuali suara pantulan tiada jawaban yang akan diterimanya.


Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Suatu senja, duduklah Ong It sin diatas sebuah batu sambil melepaskan lelah,
memandang cahaya senja yang memantul dipermukaan salju, ia merasa hatinya sedih
sekali. Tentu saja ia tak akan meninggalkan bukit Pek thian san dengan begitu saja, ia
tidak putus asa, tapi ketidak berhasilannya menemukan Be Siau soh membuat
hatinya cemas bercampur sedih.
Sampai hari sudah menjadi gelap, dia masih duduk termangu mangu disitu, dia tak
tahu apa saja yang sedang dipikirkannya.
Menanti tengah malam sudah tiba, dan ia bermaksud memburu beberapa ekor ayam
hutan untuk mengisi perut, mendadak dari kejauhan sana berkumandang suara
dentingan yang sangat nyaring, suara itu sangat aneh dan tak bisa dilukiskan
suara apakah sebenarnya Iapun tak tahu suara itu berasal dari mana, karena empat penjuru merupakan
dinding salju yang menjulang ke angkasa, pantulan pasti akan menggema kemana
mana bisa terjadi suara disana.
Boleh dikata, suara ini merupakan suara pertama yang didengarnya semenjak ia
memasuki wilayah pegunungan Pak thian san.
Setelah diamati sekian lama, akhirnya Ong It sin baru tahu kalau suara tersebut
rupanya berasal dari arah sebelah utara.
Dengan cepat pemuda itu mengambil keputusan untuk menyelidiki keadaan yang
sebenarnya, ia bangkit berdiri dan berjalan menuju ke utara dimana suara
tersebut berasal. Lewat setengah jam kemudian, rembulan pun telah terbit, cahaya keperak perakan
menyelimuti seluruh permukaan tanah, setelah berjalan setengah li jauhnya, Ong
It sin menjumpai suara aneh itu makin lama terdengar semakin nyaring.
Sekarang ia sudah menelusuri sebuah lembah bukit bersalju yang membentang jauh
ke depan, menanti lembah itu sudah ditembusi, suara beradunya bongkah bongkah
salju itu kedengaran semakin jelas lagi.
Setengah li kemudian, sampailah pemuda itu disebuah lembah bukit lain yang
berdinding salju seperi kaca, dinding dinding berbentuk kristal itu indah
menawan, apalagi dibawah pantulan sinar rembulan, mendatangkan suatu pemandangan
yang sangat indah. Dalam lembah inilah, dia menyaksikan ada dua orang sedang sibuk pekerjaan disitu
Dua orang tersebut berdiri didepan sebuah gua salju yang besar, waktu itu mereka
sedang mendorong berbongkah-bongkah salju besar kedalam gua itu, tidak diketahui
apa maksud mereka berbuat demikian"
Padahal, sekalipun gerak gerik kedua orang itu lebih anehpun Ong It sin juga tak
akan mengambil peduli apa tujuan kedua orang tersebut dengan perbuatannya itu.
Sebab dalam sekilas pandang inilah, dia telah melihat bahwa orang yang berada
disebelah kiri itu ternyata bukan lain adalah Be Siau soh, gadis idaman yang
dipikirkan siang malam itu.
Jantung Ong It sin berdebar keras, ingin sekali dia berteriak untuk menyapanya.
Apa mau dikata ternyata ia tak sanggup berteriak rasanya, ia merasa
tenggorokannya seakan akan telah tersumbat oleh sesuatu benda sehingga hanya
suara aneh saja yang kedengaran.
Begitu bergema suara aneh, dua orang yang sedang mendorong bongkah salju itupun
segera berpaling dan memandang kearahnya dengan sinar mata keheranan.
Sedetikpun tak salah, kedua orang itupun tak lain adalah Be Siau soh serta
Sangkoan Bu cing. Kedua orang itupun tampak agak tercengang setelah mengetahui kalau pendatang itu
tak lain adalah Ong It sin.
Paras muka Sangkoan Bu cing kontan saja berubah hebat, sambil menarik muka ia
bersiap siap mengumbar hawa amarahnya.
Be Siau soh dengan cepat melotot sekejap ke arahnya dan memberi tanda agar
pemuda itu menahan diri, sedangkan ia sendiri segera melangkah maju kemuka
sambil menyapa. "Oooh... kiranya Ong toako yang datang ada urusan apa kau datang kemari?"
Begitu mendengar suara Be Siau soh yang merdu, Ong It sin merasakan tubuhnya
seperti melayang layang diudara, buru buru jawabnya agak tergagap:
"Aku... aku... aku..."
Saking gugup dan tegangnya, ia sampai tak mampu mengucapkan sepatah katapun.
Be Siau soh berjalan semakin mendekat, ditepuknya bahu pemuda itu dengan halus
dan mesrah. Kontan saja Ong It sin merasa tubuhnya seperti melambung diudara saking
kesemsemnya pelbagai ingatan sampai berkecamuk tak karuan dalam benaknya, ia
sangat berharap agar manusia aneh itu bisa menyaksikan adegan mesrahnya dengan
Be Siau soh ini, agar dia tahu bahwa ucapannya tempo hari adalah keliru besar.
"Siau soh!" mendadak terdengar Sangkoan Bu cing membentak keras dengan marah
karena cemburu. Be Siau soh berpaling, lalu menegur.
"Kau tak usah banyak urusan, diam diam saja disitu!"
Dengan penuh kegusaran Sangkoan Bu cing maju selangkah, lalu teriaknya lagi.
"Siau soh, kau..."
Tapi sebelum kata katanya diselesaikan Be Siau soh telah membentak kembali:
"Aku minta tutup mulut, bisa bukan?"
Melihat sikap Be Siau soh yang begitu kasar terhadap Sangkoan Bu cing, Ong It
sin merasa gembira sekali.
Kegusaran Snagkoan Bu cing seketika itu sudah sukar dilukiskan lagi dengan kata
kata, rayuan maut Be Siau soh selama beberapa hari ini telah membuat hatinya
benar benar jatuh cinta kepada gadis itu, oleh sebab itu ia merasa cemburu
sekali ketika dilihatnya gadis pujaan hatinya merayu laki laki lain.
Paras mukanya berubah menjadi hijau membesi lantaran marah, namun ia tak berani
banyak berkutik lagi. Ong It sin ingin mengucapkan sesuatu, tapi Be Siau soh segera berkata lebih dulu
dengan halus: "Kedatanganmju memang sangat kebetulan, bersediakah kau untuk melakukan suatu
pekerjaan bagiku?" "Tentu saja mau!" jawab Ong It sin tanpa berpikir panjang lagi.
Dalam keadaan begini, sekalipun Be Siau soh menyuruh naik ke bukit golok atau
terjun ke kuali minyak, tak nanti Ong It sin akan mengucapkan kata kata yang
bernada menampik. Yang lebih aneh lagi, Sangkoan Bu cing yang sebenarnya berdiri dengan wajah
hijau membesi karena marah, tiba tiba saja berubah menjadi berseri sesudah
mendengar perkataan itu. Saat itulah Be Siau soh berpaling mereka saling berpandangan sekejap kemudian
tersenyum, ini membuktikan kalau kedua orang itu telah setuju untuk melakukan
sesuatu hal. Ong It sin yang sudah kesemsem, sama sekali tidak memperhatikan gerak gerik
kedua orang itu, buru buru katanya:
"Nona Be, kau suruh aku berbuat apa?"
Sambil menuding ke gua salju itu, kata Be Siau soh:
"Aku hanya ingin menyuruh kau memasuki gua salju itu untuk mengambil sesuatu
benda, tapi kau harus tahu, gua itu dingin sekali. Apakah kau bersedia
membantuku?" Ong It sin mengira dia akan disuruh melakukan sesuatu pekerjaan besar, ketika
mengetahui hanya masuk ke gua untuk mengambil semacam benda, dalam anggapannya
pekerjaan ini kelewat gampang sekali.
Seandainya Ong It sin pintar, maka dari perkataan Be Siau soh tersebut pasti
akan dijumpai banyak hal yang tidak beres.
Dia bukannya tak tahu kalau ilmu silat dari Be Siau soh sangat lihay, sedangkan
sejak tiba di situ, iapun tidak berbicara apa apa dengan Be Siau soh, berarti
Suling Naga 16 Pendekar Naga Putih 08 Penjaga Alam Akhirat Tandu Terbang 1

Cari Blog Ini