Ceritasilat Novel Online

Petualangan Manusia Harimau 5

Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra Bagian 5 ketika di rumah kakak misan saya pada saat terjadinya bencana itu. Dia sudah pasti dia." Boleh dikata semua anggota Polisi yang mendengarkan, kini yakin bahwa si pembunuh sudah jelas, tinggal menangkapnya saja lagi. Darah korban sama-sama dihisap sampai kering. Hanya caranya sedikit berlainan. Pada yang seorang dilukai dengan kuku, pada yang lainnya digigit. Seorang anggota Polisi yang secara sukarela membantu sebuah harian pagi di Jakarta, diam-diam mengetik berita. Dalam satu hari dua pembunuhan misterius. Indentitas pembunuh sudah diketahui, tinggal menciduknya saja! Itulah kelancangan se orang petugas hukum yang merangkap wartawan. Pihak Polisi sendiri sebenarnya hendak merahasiakan cara membunuh dan siapa yang membunuh, supaya si sadis itu jangan sampai melarikan diri. Ketika berita itu tersiar banyak orang jadi gempar. Mulai dari pembaca lalu dan dari satu ke lain mulut, menjalar menimbulkan rasa takut dan gelisah. Beberapa' orang yang tidak mengetahui bagaimana pertanda-pertanda akan kiamat menceritakan kian http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kemari, bahwa dunia akan terbalik, semua hewan akan jadi manusia untuk melakukan pembalasan. Lembu/ kambing, ayam, bebek, angsa dan burung akan menyembelih manusia. Ikan-ikan laut, sungai dan empang akan bangkit berjalan di atas bumi untuk mencari manusia. Berita yang amat menggemparkan itu sampai pula ke mata Erwin. Menurut keterangan Amalia, ibu si wanita yang jadi korban, pembunuh ini adalah seorang laki-laki yang selama ini menyamar jadi dukun, la kenal benar akan dukun itu, ia berani menuding hidungnya kalau ia sudah ditangkap. Tanpa ragu-ragu ia menerangkan, kata berita yang dikirim Polisi itu kepada harian tersebut, pembunuh itu bernama E, masih muda, berasal dari Sumatera. Erwin yang pada saat membaca itu baru tahu, bahwa nyonya Juariah pun telah binasa, terkejut dan panik bukan buatan. E itu sudah terang dirinya, Erwin. Dan dia dikatakan melakukan pembunuhan terhadap ibu Amalia. "Ya Tuhan," kata dan keluh Erwin yang sudah tidak tahu akan berkata apa, "Mengapa aku ditakdirkan mempunyai nasib seburuk ini. Aku bukan pembunuh mereka Tuhan, Engkau mengetahui Tuhanku. Aku bisa mati dikeroyok orang banyak, dan mataku itu tanpa dosa! Apakah Engkau akan merelakannya Tuhan, hambaMu yang selalu malang ini akhirnya akan tewas di tangan orang-orang kejam yang belakangan ini kian membanyak jumlahnya dan penganiayaan serta pembunuhan sudah sebagai suatu permainan yang amat menyenangkan bagi mereka?" Dalam keterharuannya, Erwin tidak lagi dapat menahan air mata. la menangis tersedu-sedu sebagaimana anak kecil menangis sedih dan iba. Dalam kesedihan dan sakit hatinya itu ia memanggil-manggil ayah dan ompungnya. "Tenanglah kau anakku. Kalau sampai terjadi kau ditangkap dan disakiti tanpa dosa, maka engkau hanya menambah jumlah yang sudah ada dengan satu lagi. Bersiaplah kau untuk menerima bencana apa pun yang akan menimpa," kata suara ayahnya. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sebagai biasa panggilannya didengar oleh ayah yang amat cinta akan anaknya itu. '"Tetapi mereka tidak akan kita biarkan lolos dengan segala kejahatan dan kebengisan mereka. Kita akan perlihatkan pada mereka, bahwa makhluk-makhluk hina semacam kita juga hamba Allah dan bahwa nyawa yang ada dalam dirimu juga diberi oleh dan menjadi milik Allah! Erwin, di dunia ini ada dua macam nasib yang bisa menimpa manusia. Nasib sial semata-mata karena takdir. Dan nasib buruk karena salah kita sendiri," kata Dja Lubuk lagi. "Apakah aku akan ditangkap ayah?" tanya Erwin. "Hah, kau ini kadang-kadang lupa diri. Mana aku bisa mengetahui semua apa-apa yang akan datang. Kalau kau bernasib buruk, maka kau akan ditangkap. Tetapi orang yang ditangkap belum tentu bersalah. Banyak orang ditangkap lalu ditahan atas dasar dugaan atau sangkaan. Kau sudah pernah mengalaminya, bukan. Dan sekarang kau masih hidup!" Erwin membayangkan, bagaimana kalau ia sampai ditangkap padahal ia sama sekali tidak punya dosa di dalam kedua pembunuhan itu. KORAN KORAN sore mengutip dan mengembangkan berita tentang dua pembunuhan oleh satu makhluk yang dikenal sebagai manusia harimau. Berita itu mengungkapkan tentang kejadiankejadian lebih setahun yang lalu. Dikatakan bahwa kini si manusia harimau yang mungkin bukan yang dulu, melakukan keganasan yang lebih dahsyat lagi. Kini ia menerkam dan mengisap darah korbannya, persis Dracula. Keesokan paginya lagi koran-koran yang agak ketinggalan menulis lebih banyak. Biar terlambat satu hari, tetapi lebih luas dan lengkap. Dan pembaca pun membeli koran yang memuat kisah panjang lebar itu. Termasuk orang-orang yang biasanya sama sekali tidak mau atau tidak merasa terlalu perlu memberli koran. Ada banyak yang lebih perlu dari pada membaca. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Polisi mengadakan tukar pikiran untuk mengambil suatu keputusan dalam cara menangkap pembunuh yang sudah diyakini bahkan dipastikan Amalia. Dan Erwin juga tahu bahwa mulai tersiar berita di dalam koran itu, ia sudah jadi buronan. Lebih tepat lagi manusia harimau buruan. BEBERAPA perwira Polisi, termasuk Kapten Siregar mengadakan tukar pikiran secara mendalam. Dengan hati-hati dia menerangkan, bahwa di Suma-tera ada makhluk yang dimanakan manusia harimau. Ada lagi cindaku. Dia tahu, bahwa ada di antara rekanrekannya yang akan tertawa atau menterta-wakan. Dan memang benar demikian. Malah ada yang terus terang mengatakan, bagaimana Siregar yang sudah begitu terpelajar masih saja bisa mempercayai cerita dongeng yang tidak masuk akal. "Anda tidak perlu percaya. Saya hanya menceritakan apa yang ada di negeri kami, atau di daerah kamilah. Mengapa saya mesti omong kosong! Dan kenyataan ini tidak punya sangkut paut dengan intelektualitas atau keilmiahan tinggi!" kata Siregar. Dia sama sekali tidak emosi. Dia tahu, orang yang belum pernah melihat, sebagian teramat besar tidak akan percaya. Dan mereka tidak dapat dipersalahkan atau disesalkan. "Ya terserah kepada Kapten, tetapi kami tidak percaya," kata Kolonel Polisi Margono. "Saya tidak pernah melihat, tetapi saya percaya," kata Seorang peserta tukar pikiran lainnya, jugr seorang Kolonel Polisi, Slamet namanya. "Apa pun dinamakan orang, saya yakin ini hanya manusia bejat yang pandai menyamar. Pengisapan darah yang dijelaskan dokter setelah pemeriksaan bisa diterima. Mungkin ia termasuk semacam penyakit. Katakanlah penyakit dodar, doyan darah kata Kolonel Margono. Sebagian bawahannya ketawa. Dalam keadaan masyarakat dihantui keresahan ia masih bisa berkelakar. Satu kemampuan yang baik. Atau suatu sifat yang bisa juga menyebabkan penilaian buruk terhadap dirinya. Tidak semua cerita http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ atau peristiwa boleh dijadikan kelakar. Sahata Siregar berharap-harap agar Dja Lubuk atau ayahnya Raja Tigor mau mengaum disaat seperti itu. Sebagai suatu peringatan bagi mereka yang suka mengejek. Supaya tahu, bahwa di dunia ini, selain yang tampak dengan mata dan dapat diseminarkan guna menambah banyaknya seminar dan menambah pengeluaran, juga hal-hal yang gaib yang tak terpecahkan oleh hukum akal. Dan memang tak dapat dijelaskan dengan hukum ilmiah. Akhirnya diambil keputusan untuk secara tuntas - istilah populer yang banyak digunakan tetapi jarang dapat dilaksanakan menangkap penjahat itu untuk diseret ke depan pengadilan. Kalau ini tidak terlaksana maka wibawa Polisi yang memang banyak merosot akan lebih ambles lagi. Dalam hati, Kapten Siregar dan Kolonel Slamet tidak setuju dengan keputusan itu. Tetapi keputusan sudah diambil dengan cara demokratis. "Gunakan cara biasa. Kalau ketemu suruh menyerah baik-baik. Jangan dianiaya. Jangan kita sampai dinilai sadis oleh sementara masyarakat karena ada orang-orang yang suka ringan tangan memukuli orang tersangka atau tahanan. Bagaimanapun beratnya tuduhan berdasar keyakinan atas dirinya, tetap saja tidak boleh menganiaya/' kata Brigjen Polisi Setiyadi yang suka correct dalam melaksanakan tugas. Dalam hati Siregar timbul berbagai rasa kecemasan. Tetapi ia juga menyadari bahwa keadaan yang menggelisahkan dan tidak menguntungkan ini harus diakhiri. Menjadi kewajiban penegak dan penertib keamanan untuk melaksanakannya. Tetapi bagaimana" la tidak ragu-ragu bahwa yang dihadapi bukan manusia biasa berakal licik dan berhati sadis. Kalau hanya itu masih tidak terlalu sulit untuk diatasi walaupun akan meminta beberapa korban, la pun yakin, bahwa Erwin dengan ayah dan kakeknya merasa kecewa mengapa ia sebagai orang Tapanuli tidak dapat mengarahkan kawankawannya ke cara yang sesuai. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Padu waktu itu seakan-akan terdengar oleh Siregar suatu bisikan, agar ia tenang-tenang. Bukan salahnya Polisi akan mengambil cara biasa. Tampak, perintahkan menyerah, atau tembak di kaki setelah lebih dulu memberi tembakan peringatan kalau ia lari tidak mau menyerah. Kalau masih juga tidak mau menyerah dan ada tandatanda akan melawan atau membuat gerak yang bisa dikatakan sebagai sikap yang membahayakan keselamatan sang Polisi, maka boleh tembak. Dor, selesai. Yang bisa luput dari prosedur penyerahan yang wajar hanya penjahat-penjahat tertentu. Yang pakai sedan kelas mahal. Penjahat-penjahat halus namanya. Banyak yang mampu meloloskan diri ke luar negeri. Dengan ilmu kesaktian dari nenek moyang atau dengan ilmu yang bisa diamalkan tiap penjahat kaya. Money, yes Sir, money! Ini duit selalu bisa memerintah apa sana dan hampir siapa saja! "Aku menyesal Amang. Tidak bisa berbuat banyak. Hatiku cemas," kata Siregar kumat kamit dalam bahasa daerah seolah-olah ia benar-benar sedang bicara dengan Dja Lubuk yang ayah Erwin si buronan. "Sudah, jangan kau risau karena itu. Tak ada manusia yang dapat berbuat semau-maunya. Hanya si konyol yang mengira dirinya dapat berbuat semau hatinya tanpa menyadari lagi, bahwa sebenarnya ia hanya manusia biasa sebagaimana manusia lainnya. Kalau mungkin, kau jangan secara langsung melibatkan diri dalam sengketa ini. Aku hanya ingin memberitahukan kepadamu, bahwa Erwin tidak membunuh Sabaruddin. Juga bukan dia yang membunuh ibunya si Amalia. la juga tidak pernah membuat Amalia sampai tergila-gila kepadanya. Kami orang miskin Regar, tetapi masih merasa terlalu hina kalau untuk mengambil hati seorang wanita saja harus pakai guna-guna segala. Kau tahu kan, bagaimana sifat sebagian orang-orang kita dari sana. Lebih baik miskin daripada ambil-ambil muka!" kata-kata Dja lubuk itu didengar Siregar jelas sekali, la "yakin, bahwa manusia harimau yang selalu bang krt dari kuburannya itu memberinya nasehat untuk dipatuhi. Dan ia akan mematuhinya. Tak teringat olehnya saat itu bahwa ia punya sekian banyak atasan dan menurut ketentuan kepolisian, http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bawahan harus tunduk kepada perintah atasan. Dari apa yang dibisikkan kepadanya Siregar yakin, bahwa bukan Erwin yang melakukan pembunuhan itu. Lalu siapa" Apakah calon istri Sabaruddin yang diceritakan oleh Letnan Polisi Masduki. Yang katanya amat cantik. Masukkah di akal seorang gadis cantik mempunyai hidup rangkap" yang begitu mengerikan! Timbul keinginan yang amat besar di dalam diri Kapten Siregar untuk mengenal Sabrina. Sayang, tidak ada fotonya. Di rumah Sabaruddin yang biasanya banyak, pun sudah tiada. Dikemasinya bersama kepergiannya dari rumah itu. Apakah pengambilan semua foto itu ada sangkut paut dengan keinginan hati untuk tidak mudah dikenal orang" Ataukah untuk memperlihatkan kepada Sabaruddin bahwa ia benar-benar tidak mau hidup bersamanya karena terlalu banyak pertentangan di antara mereka, sebagaimana diterangkan di dalam surat yang ditinggalkannya" Siregar yakin, bukan Erwin membunuh. Tetapi kini dia yang akan diuber. Sesuai dengan hukum kepolisian, ia juga harus turut menangkapnya. Berbuat lain daripada itu akan dianggap melanggar disiplin. Bisa meningkat sampai pada persekongkolan. *** SABRINA pun dengan sendirinya membaca tentang bagaimana akibat pembunuhan atas diri nyonya Juariah. Pada saat itu kesetanan menguasai dirinya. Bukan haus darah, la juga tidak selalu haus darah. Tetapi semacam kepuasan atas caranya berpikir dan berbuat. Yang dinilainya amat brilyant. Dia yang membunuh, Erwin yang dituduh dengan penuh keyakinan. Atas diri laki-laki itu bukan hanya ditimpakan dugaan. Daripadanya bukan hanya akan dipinta keterangan. Melainkan pengakuan. Bahwa dia yang membunuh. Berencana lagi. Cukup kuat kesaksian Amalia untuk memastikan itu. Kalau dia tidak mau mengaku dan dengan begitu mempersulit jalannya pemeriksaan dan pelacakan, tahu sendiri! Tahu sendiri deh pokoknya. Akan berkenalan dengan petugas-petugas yang dengan suka hati mau menjalankan kewajiban tukang pukul dan injak. Banyak orang tahu, bahwa di Kalangan Polisi ada orang-orang http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ semacam itu. Senang menyiksa tersangka. Benar, baru tersangka. Tegap besar, kurus kering seperti cecak sudah lima hari tak makan, tidak jadi soal. Pokoknya bisa dibantai atau digimbal (salah satu istilah Medan) semau hati. Sepuas tangan. Sekenyang kaki. Tanpa ada perlawanan dari yang dihantam! Itu baru seronok. Sampai si "Penjahat" lemas, jatuh terkulai atau remuk. Orang itu akan menangis di dalam hati. Ah sayang mengapa cuma di dalam hati. Kalau menjerit melolong tentu akan lebih sedap lagi. Ada dua macam tangis di dalam hati. Iba Karena benar-benar tidak bersalah. Hanya salah sangka. Katakanlah salah tangkap. Sakit hati karena diperlakukan sebagai hewan. Dia turut bersalah memang. Terlibat atau bahkan pelaku utama di dalam suatu kejahatan kriminil. Tetapi bukankah ia belum divonnis. Terhadap dirinya harus diberlakukan "praduga tak bersalah." Dia banyak mendengar bahwa Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tidak semua tahanan bernasib seburuk dia. Ada yang jauh lebih jahat. Bukan terhadap perorangan. Melainkan terhadap negara dan bangsa. Tetapi kalau nasib baik bisa di "Layani" sebagai tamu terhormat. Perintah Kapolri untuk tidak menganiaya tidak selalu dipatuhi. SABRINA bangga atas dirinya karena bisa membelokkan tuduhan atas Erwin yang digilai Amalia. Kini cinta gadis itu pada Erwin sudah punah sama sekali. Tetapi apakah guna kepunahan kasih Amalia terhadap Erwin sekarang" Orang itu jadi buronan dan pada suatu saat akan ditangkap. Apa untungnya untuk dirinya sendiri" Hanya kepuasan karena kesadisan jiwa" Kebengisannya menurun, akhirnya ia diam tertunduk. Mengapa ia harus menjahili Erwin yang tidak pernah menjahati dirinya" Bahkan telah banyak sekali menolong dan mengalah. Yang lebih daripada itu pun dilakukannya. Membiarkan dirinya jadi sasaran tangkapan dan barangkali pembunuhan sebelum sampai ke depan pengadilan. Padahal dia tahu siapa yang membunuh. Mustahil dia tidak tahu. Erwin itu cerdas. Dan dia tahu bahwa di Jakarta ini ada satu gadis cindaku yang sudah hampir menewaskan dua bayi tanpa dosa secuil pun. Yang lebih lagi daripada membiarkan diri jadi buronan, Erwin sendiri dapat http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menyergap dia. Membunuhnya untuk melenyapkan si makhluk yang selalu membuat dia dalam bahaya. Mengapa Erwin tidak melakukannya" Karena tidak tega dan disebabkan kemanusiaan yang kuat di dalam dirinya sajalah" Apakah dia yang manusia harimau lebih manusia dari manusia lain" Bahkan lebih manusia dari pada manusia-manusia Pancasila yang barangkali ada beberapa gelintir saja di negara lima sila ini" Ataukah ada sebab lain" la takut memikirkannya, tetapi kemungkinan itu bukan tidak ada sama sekali! Bahwa Erwin diam-diam, sambil menekan seluruh perasaan, sebenarnya masih cinta padanya dan mengharapkan pada suatu ketika mereka berdua akan dapat berkumpul. Bercinta dan berkasih sayang! Pada saat pikiran itu lewat di dalam benaknya, rasanya Sabrina ingin mencari Erwin, mohon ampun padanya dengan menceritakan seluruh dosanya. Tetapi, yang demikian hanya satu kemungkinan. Barangkali Erwin juga benci setengah mati padanya, berlagak bodoh sekarang. Supaya Sabrina merasa dirinya benar-benar aman dan pada saat yang tidak diduga ia akan datang. Tiba-tiba saja, berdiri di hadapan Sabrina dan berkata: "Telah tiba saatnya kau mengakhiri kehadiranmu di permukaan bumi Sabnnaf!" Dan ia akan tunduk, menerima vonnis mati dijatuhkan oleh manusia harimau, dukun dan bekas kekasih itu atas dirinya. Apakah akan berakhir begitu" Pasrah pada nasib" Ataukah ia akan bangkit melawan dan berkata: "Kau kira kau siapa menjatuhkan hukuman atas diriku" Karena kau punya backing ayahmu Dja Lubuk dan ompungmu Raja Tigor?" Lalu Sabrina akan tertawa terbahak-bahak sambil berkata, bahwa di antara keluarga Sutan Rimbogadang tidak ada yang pernah mengenal "menyerah untuk mati." Lalu terjadilah perang tanding antara manusia harimau Mandailing dan cindaku cindaku yang berasal dari Kerinci. Pada waktu pikirannya sendiri kacau balau, ia jadi tidak punya keyakinan untuk masa depan. Yang pasti, tenang penuh ketenteraman. Dan manakala pikirannya letih berperang, meledaklah tangisnya. Apakah ia akan selamanya jadi petualang sampai maut merenggut nyawanya" Apakah itu nanti yang akan http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menjadi akhir daripada hidupnya" Atau kah ia akan hidup pula kembali entah sebagai apa dan untuk apa. Apakah dunia ini tidak akan ada akhir baginya, sedangkan bagi tiap manusia wajar, pasti akan tiba titik tamat di dunia. Good-bye world, good-bye forever. Sampai pada moment of no return. MESKIPUN didesas-desuskan bahwa Erwin adalah pembunuh sadis yang punya ilmu tinggi, sebagian besar anggota Polisi bertekad menangkap dirinya. Apalagi yang punya simpanan atau tuntutan khusus. Berhasil menangkapnya berarti kenaikan pangkat, jadi sebutan dan yang mau, jadi rebutan! Mereka mulai mencari dan akan mengejarnya sampai dapat. Sang dukun muda, sang manusia harimau kembali jadi insan buruan. *** PERBURUAN atas si manusia harimau tidak dapat dirahasiakan di lingkungan kepolisian, hanya cara menilai dan membicarakannya berbeda-beda. Ada yang berterus terang dan bahkan dengan nada agak takbur. Ada yang hanya berbisik-bisik disertai rasa kuatir. Mereka yang masih ingat peristiwa sekitar setahun yang lalu lebih suka untuk tidak ikut-ikutan membicarakan dan berharap agar jangan sampai turut ditugaskan dalam perburuan itu. Erwin yang tahu dirinya dicari untuk ditangkap, merasa cemas sekali, la dapat mengerti, bahwa umumnya anggota kepolisian mengejar seorang tersangka karena kewajiban semata-mata. Untuk keamanan masyarakat. Memang ada di antara para petugas itu yang over acting, bahkan kadang-kadang yang menyalahgunakan senjata yang ada padanya Tetapi jumlah yang brengsek begitu tidak seberapa. Dan kalau mereka ditindak tegas oleh yang di atas maka citra Polri bisa kembali. Bagaimanapun kepolisian kita pernah juga punya citra. Kemudian memudar dan boleh dikata hilang oleh ulah tingkah beberapa oknumnya. Erwin berpikir apa yang terbaik dilakukannya. Menghadap saja ke Polisi dan mengatakan, bahwa apa yang diceritakan di dalam suratsurat kabar itu bukan dirinya" Apakah yang begitu bukan malahan membuat dia jadi lebih kuat dituduh" Jangan-jangan dia ditahan http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ untuk diperiksa. Kalau cuma diperiksa! Dan apa yang akan dikatakannya selama pemeriksaan" Kalau kepadanya ditanyakan, siapa kira-kira yang melakukan pembunuhan itu bagaimana" Akan dikatakannya Sabrina, agar wanita bekas kekasihnya itu ditangkap ialu dipaksa mengakui dosanya" Dengan demikian dia akan terlepas dari tuduhan yang sama sekali tidak benar. Dia pun akan menyelamatkan sejumlah orang yang barangkali masih akan jadi mangsa Sabrina. Tetapi, bukankah suatu perbuatan pengecut, membuka rahasia seseorang, walaupun ia pembunuh yang amat berbahaya. Biar saja Polisi cari sendiri. Tetapi apa yang tidak disangka Erwin akan terjadi, kiranya menjadi suatu kenyataan yang amat mengejutkan dirinya,. Sabrina ditangkap. Yang menangkalnya tak lain daripada Letnan Polisi Masduki yang (Semah menerima laporan dari supir taksi dengan dua penumpangnya yang melihat Sabrina dalam keadaan setengah harimau di dalam mobil sedan yang dikemudikannya. Tetapi ketika rekan-rekannya termasuk beberapa atasan melihat wanita yang ditangkap itu, mereka jadi berbisik-bisik. Ada yang sekedar menyatakan tidak percaya, tidak masuk akal wanita secantik Sabrina tersangkut di dalam perkara pembunuhan. Ada yang berkata, bahwa Masduki barangkali sudah sinting berani menangkap dan menuduh perempuan seperti Sabrina. Mukanya saja sudah menunjukkan kebaikan hati dan ketinggian budinya. Itu suatu keuntungan wanita berparas cantik. Tapi Sabrina hanya ditahan beberapa jam, kemudian dibebaskan lagi atas perintah Kolonel Polisi Margono yang tidak percaya dengan segala macam jadi-jadian atau cindaku-cindakuan. Manusia ada, harimau juga ada, tetapi manusia harimau mana mungkin ada. Erwin yang sengaja mengikuti perkembangan, mengetahui kapan Sabrina dibebaskan kembali, bahkan melihat pula dia diantarkan pulang ke rumah sahabatnya dengan memakai sedan Kol. Pol Margono yang tegas tetapi baik hati itu. Perasaan lega dan senang menjalari pikiran Erwin. Dia sendiri tidak tahu, mengapa. Masih cintakah ia pada Sabrina" http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Marini yang sahabat Sabrina bertanya, apa sebab ia diminta datang ke kantor Polisi. "Soal pembunuhan atas diri ibu sahabat baikku Amalia. Kasihan dia. Beberapa waktu yang lalu ayahnya ditimpa musibah berat, kini ibunya pula dibunuh orang. Entah orang, entah setan. Kata dokter ia mati karena kehabisan darah. Anehnya darah itu bukan habis secara wajar!" kata Sabrina. "Maksudmu tidak wajar itu bagaimana?" tanya Marini. "Pembunuh itu mengisap darahnya dari luka di leher itu ' "Kau melihat sendiri mayat itu?" "Ya. Sedih sekali hatiku. Pucat, hampir sewarna kain putih. Rupanya darahnya dihisap sampai kering!" "Aku ada mendengar tentang cerita manusia harimau yang berkeliaran. Apakah mungkin ia dibunuh makhluk gila itu?" tanya Marini. la takut, tetapi ia ingin tahu. "Entahlah. Boleh jadi, siapa tahu!" "Sab, kau berasal dari Sumatera Barat sana. Apa betul ceritacerita tentang adanya harimau jadi-jadian di daerahmu itu?" "Aku sendiri tidak pernah bertemu, tetapi banyak orang mengatakan memang ada. Dan bukan jadi-jadian saja. Yang begitu di mana-mana -ada. Di Jakarta ini juga ada. Misalnya orang mati jadi ular, jadi babi, jadi macan, jadi tikus dan binatang lain lagi. Semua ini namanya jadi-jadian, tetapi yang di daerahku ini namanya lain lagi. Cindaku. Manusia biasa, kadang-kadang jadi harimau!" "Lalu, kalau sedang jadi harimau apakah dia lalu mengamuk membunuhi orang?" "O tidak. Otaknya tetap otak manusia. Bisa berpikir seperti manusia, bahkan kadang-kadang lebih cerdik. Sebetulnya cmdakucindaku itu makhluk yang bernasib buruk. Kalau dia menghari-mau biasanya dia dalam keadaan bahaya. Kalau orang kampung melihatnya, ia dikejar dan dibunuh beramai-ramai." "Apakah cindaku takut sama manusia?" tanya Marini semakin http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ingin tahu. "Takut sih tidak. Tetapi siapa sih yang tidak takut kalau dikeroyok" Tentu saja cindaku tidak menyerah begitu saja. Mereka melawan dan sebelum dia sendiri mati, biasanya di antara pengeroyok juga ada atau bahkan banyak yang mati!" "Kalau si cindaku sudah mati dikeroyok, bagaimana?" "Dia jadi manusia. Maksudku, mayatnya jadi mayat manusia. Lalu dia dikuburkan orang. Ada yang tamat sampai di situ, tetapi banyak yang bangkit kembali dari kuburnya karena dendam yang terus membara!" "Sampai sesudah dia mati?" "Ya, sampai kapan pun. Itulah sebenarnya yang dinamakan dendam tak punya akhir." "Aku takut, tetapi sebenarnya ingin juga melihat bagaimana rupanya cindaku. Atau yang diceritakan bernama manusia harimau itu. Kau percaya Sab, manusia harimau itu ada?" "Aku percaya, keluargaku di kampung semua tahu. Sampai sekarang di kampungku ada cindaku dan ada pula yang namanya manusia harimau! Barangkali ibu sahabatku itu benar dibunuh manusia harimau atau cindaku. Siapalah yang tahu!" "Huh ngerinya. Apa saja kata Polisi?" tanya Marini. "Kata mereka, mereka akan tangkap. Hidup atau mati!" "Apa bisa?" "Entahlah. Tapi Polisi kan punya senjata. Re-siko tentu ada. Tikus pun kalau diuber sampai terpojok akan melawan, walaupun dia pasti akan mati. Apalagi ini. Yang katanya bernama manusia harimau. Jangan-jangan bisa menghilang atau tidak kelihatan. Barangkali juga kebal peluru! Coba kita bayangkan. Misalnya sejumlah Polisi menembaki dia dengan berbagai senjata. Yang laras pendek, yang senapan. Peluru-peluru mengenai sasaran, tetapi si harimau manusia atau manusia harimau berjalan terus dengan tenang http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menuju ke orang-orang yang menembakinya itu!" kata Sabrina. "Aduh ngerinya. Dan Polisi itu satu persatu diterkamnya, dikoyakhya!" kata Marini mengkhayalkan kemungkinan itu. "Aaa, bukan hanya begitu. Perut orang-orang itu akan dirobeknya, isinya dikeluarkan. Jantung, hati, usus, semua. Kau tak mendengar peristiwa setahun yang lalu." "Peristiwa manusia dikoyak manusia harimau?" "Ya. Di Jakarta ini. Di kantor polisi pernah. Di Slipi juga pernah. Aku tidak melihat, tetapi membacanya di koran." "Apa benar-benar kejadian" Atau hanya karangan wartawan?" "Berita tidak boleh dikarang-karang dong! Korannya bakal tidak laku. Ada beberapa anggota Polisi menjadi korban waktu itu!" kata Sabrina. Kelihatan dia senang menceritakannya. "Apakah kali ini juga akan ada korban?" tanya Marini. "Mudah-mudahan tidak. Kalau dia dibiarkan, tentu tidak ada alasan baginya untuk menyerang." "Tapi kan tidak bisa dibiarkan. Dia pembunuh, dia akan membunuh dan membunuh lagi," kata Marini yang doyan cerita sensasi. Apalagi ini berita sensasi yang menjadi kenyataan. "Kau kepingin melihat manusia harimau, kalau dia ada?" tanya Sabrina. "Kuingin lihat, tetapi aku takut! Tapi aku mau tahu bagaimana rupanya/' "Aku rasa memang banyak orang yang ingin tahu. Tetapi seperti kau ini. Takut. Seumpamanya dia tertangkap, dimasukkan dalam kerangkeng besi, boleh ditonton masyarakat untuk memperlihatkan prestasi Polisi dalam melaksanakan tugasnya, apakah kau mau menontonnya?" tanya Sabrina. "Aku rasa mau. Kalau kau?" http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Ya, aku juga mau melihat. Jangan cuma dengar cerita!!" "Bagaimana kira-kira rupanya Sab. Di negerimu ada katamu." "Kata orang yang manusia harimau itu mempunyai badan harimau, tetapi mukanya muka manusia. Menakutkan tentu!" "Kasian," kata Marini. "Kau kasian?" tanya Sabrina. "Ya, bukankah otaknya bisa berpikir seperti manusia katamu tadi?" "Kau penuh kemanusiaan Rini! Memang mestinya dikasihani. Tetapi dia berbahaya." "Mengapa mereka jadi begitu" Karena nasib atau kena kutuk?" "Kedua-duanya bisa jadi penyebab," kata Sabrina. "Adakah wanita jadi manusia harimau?" tanya Marini lagi. "Aku dengar ada. Ada pula yang namanya cindaku. Seperti di daerahku." "Tentunya wanita-wanita cindaku atau perempuan harimau itu amat mengerikan ya!" "Tidak. Mereka punya wajah seperti wanita biasa. Ada yang jelek, ada yang biasabiasa, tetapi barangkali juga ada yang cantik sekali." "Aku baru mendengar sekarang. Aku jadi tambah ingin melihat. Bagaimana sih wanita cantik yang cindaku itu. Apa ada ciri-cirinya?" "Kalau cindaku ada. Di bawah hidungnya tidak ada parit yang lazim ada pada semua orang. Tetapi kalau manusia harimau tidak berciri. Yang mengerikan adalah manusia yang cindaku sekaligus Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo juga manusia harimau!" "Kau sudah pernah melihat atau bertemu?" tanya Marini. "Belum, tapi barangkali pernah ngomong-ngo-mong dengan wanita harimau, tetapi aku kan tidak tahu kalau dia manusia harimau!" http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Hih dahsyatnya daerahmu itu. Kalau kita kebetulan ngomong ngomong dengan manusia harimau atau cindaku dan mendadak dia berubah jadi harimau, bagaimana. Tentu kita dibunuhnya!" "Kata orang yang benar-benar tahu dan punya keluarga manusia harimau, mereka tidak selalu punya keinginan untuk membunuh. Mereka juga bisa sedih dan pemenung, menangis atau tertawa karena merasa amat geli akan sesuatu. Persis manusia biasa. Tetapi memang ada saatnya datang keinginan minum darah. Kami di Kerinci menamakannya "hawuih darah," artinya haus darah." Marini mendengarkan dengan penuh perhatian dan keheranan. "Kalau mereka sedang haus darah, apa yang mereka lakukan" Membunuh lalu meminum darah korbannya?" tanya Marini. "Tidak selalu begitu," jawab Sabrina. "Cindaku misalnya. Sesekali ia dahaga darah bayi. la akan bertandang ke rumah orang yang baru melahirkan atau punya bayi di dalam rumahnya, la akan bersikap ramah sekali. Sebagai orang yang sangat penyayang pada anak-anak kenl." "Lalu?" tanya Marini dengan keingintahuan yang kian meninggi. "la akan memandangi bayi itu! Tidak mesti selalu pandangan tajam. Kadang-kadang hanya dengan penglihatan yang sayu. Setelah itu dia pergi." "Buat apa dia pandangi anak itu?" "Untuk mengisap darahnya?" "Dengan mata?" "Ya dengan kekuatan pandangan matanya itu." "Hiih serem," kata Marini dan benar-benar bulu romanya berdiri. Berbagai macam pikiran dan perasaan terlintas di dalam diri Sabrina. "Kalau mungkin, kau masih juga mau bertemu dengan manusia harimau atau cindaku Rm?" tanya Sabrina. Yang ditanya tidak http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ segera menjawab. Sejurus kemudian baru ia berkata: "Ingin aku melihat wanita harimau. Tapi yang cantik. Barangkali tidak terlalu menakutkan karena tubuhnya yang harimau diimbangi oleh rupanya yang cantik. Tetapi maunya dia di dalam kerangkeng atau kandang besi," kata Marini. Sabrina dihinggapi perasaan sedih dan memandangi kawannya. *** MARINI mengajukan banyak pertanyaan tentang cindaku dan manusia harimau dan dijawab tanpa ragu ragu oleh Sabrina. "Banyak pengetahuanmu Sab," kata Marini akhirnya. "Aku tadinya buta sama sekali tentang hal-hal yang demikian. Kini aku pun tahu. Tinggal berjumpa saja yang belum!" "Rin hati-hati kalau bicara tentang manusia harimau.!Kata orang, siapa yang sangat ingin bertemu dengan manusia harimau, pada suatu saat pasti akan bertemu dengannya, la akan menampakkan diri. Sftahun yang lalu di Jakarta ini ada manusia harimau. Masih muda, kata orang, la pernah ditangkap ketika ia sedang seperti manusia biasa. Atas dirinya dituduhkan kejahatan yang tidak pernah dilakukannya. Sulit dipercaya, ayahnya yang sudah meninggal di Tapanuli datang membantu anaknya. Beberapa Polisi melihat manusia harimau tua itu. Kalau aku tak salah namanya Dja Lubuk!" kata Sabrina memperingatkan sahabatnya. "Bangkit dari kubur, lalu datang ke Jakarta?" "Ya. Bukan hanya ayahnya. Kakeknya juga datang. Dia juga manusia harimau." "Bagaimana dia bisa datang, sedangkan pulau Jawa dan Sumatera dipisahkan oleh laut?" "Tak dapat diterangkan berdasarkan hukum akal. Tetapi mereka datang dan menghukum orang-orang yang menyiksa anaknya!" kata Sabrina. Tiba-tiba terdengar petir menggelegar keras sekali. Kedua wanita itu terkejut, Teidpi Marini yang paling terperanjat. Lalu terdengar suara keras sekali; "Jangan membicarakan kami." Marini http://ceritasilat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ takut setengah mati. la memeluk Sabrina seolah-olah dengan begitu ia akan aman. "Tenangkan dirimu," kata Sabrina. "Rupanya mereka mendengar kita dan tak suka dijadikan bahan cerita." Tubuh Marini gemetar. Sampai-sampai bibirnya turut gemetaran. "Aku takut Sab," kata Marini, pelan sekali, bagaikan sukar keluar. "Dia tidak akan apa-apa. Barangkali hanya menegur kita supaya jangan membicarakan mereka." Untung bagi Marini, sekali ini Dja Lubuk atau Raja Tigor tidak memperdengarkan auman. Kalau ia mengaum, besar kemungkinan Marini akan mati kejang oleh terkejut dan takut. Lebih beruntung lagi Marini, karena ia tidak tahu bahwa yang dipeluknya itu cindaku yang baru saja mengisap habis darah dua manusia. Setelah Marini kelihatan reda, Sabrina mohon diri dengan ucapan terima kasih atas keramah ta-mahan sahabatnya selama ia menginap di sana. "Jaga dirimu baik-baik Rin," pesan Sabrina. "Tentu. Kau juga Sab. Telepon aku kalau kau sudah tiba di Bandung," kata Marini. "Bila kau ke Jakarta, jangan menginap di rumah kawan lain. Di sini saja!" Sabrina melambaikan tangan ketika taksi gelap yang ditumpanginya bergerak meninggalkan halaman rumah sahabat baiknya itu. la amat terharu atas ketulusan Marini dan sedih sekali pada nasib yang ditentukan baginya, terpaksa hidup bersandiwara. Pada saat-saat pikirannya waras dan dirinya normal seperti itu ia sangat merasakan betapa buruk nasib nya. Dan ia amat cemas, apa lagi yang akan dialami atau menimpa dirinya pada hari-hari yang akan datang. Sabrina tidak ke Bandung sebagaimana yang dikatakannya kepada Marini. la mengambil sebuah kamar di hotel terkenal mewah di Jakarta. Hanya yang berkantong padat atau punya bank account cukup saja yang berani menginap di hotel itu. Plus bandit-bandit http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berlagak pedagang atau pejabat penting. Kunjungan dan kehadiran Sabrina cukup menarik perhatian dan beberapa tamu membicarakan dirinya. Penilaian mereka bermacammacam. Ada yang mengira dia touris domestik yang banyak duit. Ada juga yang berani menduga bahwa dia menginap di sana untuk tujuan "biasa." Cari mangsa. Jangan marah, di beberapa hotel berbagai kelas memang ada saja wanita-wanita cantik yang mencari honor tinggi. Tetapi suatu kenyataan tidak jadi dugaan mereka. Bahwa wanita cantik itu bukan manusia biasa. Bahwa dia dapat membunuh dengan hanya mempergunakan pandangan matanya. ERWIN yang sedang merenungkan nasib di dalam gubugnya, tidak sadar bahwa tempat kediamannya itu sedang dikepung oleh tak kurang dari delapan petugas hukum. Semua bersenjata, tetapi tidak semua berpakaian seragam. Ada yang reserse dengan pakaian preman. Dari info-info mereka akhirnya mengetahui di mana tempat tinggal Erwin yang disangka melakukan pembunuhan atas petunjuk Amalia yang semula jatuh hati setengah mampus pada dukun yang manusia harimau itu. Mereka semua sangat hati-hati. Yang dihadapi bukan buronan biasa. Dia pasti lebih hebat daripada garong bersenjata api yang biasanya lebih suka melawan daripada menyerah. Anak Dja Lubuk dan cucu Raja Tigor itu sedang bingung. Mendatangi Polisi memberi penjelasan atau lebih baik menghindari dari Jakarta. Sama saja re-sikonya. Kalau menyerah, ia tidak akan dipercaya dan akan ditahan dengan tuduhan membunuh Nyonya Juariah. Mungkin juga kematian Sabaruddin akan dibebankan atas dirinya. Tiba-tiba Erwin terkejut mendengar suara keras dengan nada memerintah di luar. "Erwin, menyerah sajalah! Itu yang terbaik bagi dirimu!" kata satu suara keras. "Kau telah terkepung." Erwin tahu apa yang sedang terjadi, la dikepung untuk ditangkap sebagai orang yang dituduh membunuh Nyonya Juariah. Yang http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mengatakan begitu tentulah Amalia setelah ia mengetahui bahwa Erwin manusia harimau. Sabrina menceritakan dan Erwin juga membantahnya. "Keluarlah. Letakkan kedua tanganmu di kepala. Melangkah perlahan-lahan dan jangan bikin gerak yang mencurigakan, supaya kau tidak mati konyol!" tetapi Erwin tidak segera mematuhi perintah, la sudah pernah ditahan dan sudah tahu bagaimana sakitnya jadi orang tahanan. Terutama orang kecil dengan tuduhan tindak pidana kriminil. Perintah untuk menyerah diulang lagi. "Kami beri kau satu menit lagi untuk keluar. Letakkan kedua tanganmu di kepala dan melangkah pelan-pelan!" "Aku tidak bersalah!" teriak Erwin. "Kau harus menyerah. Salah atau tidak bukan jadi urusan kami! Kalau kau tidak keluar kami akan menyerbu dan tubuhmu akan hancur dirobek-robek peluru!" Pada detik terakhir Erwin keluar. Kedua tangannya di atas kepala. Delapan pucuk senjata diarahkan pada dirinya. Sampai di depan pintu gubug ia berhenti memandang ke sekeliling. Keadaan menjadi tegang. Bukan bagi Erwin. Apa yang hendak dilakukannya, tapi para petugas hukum dalam hati masing masing. Akan mendadak melompat dan melawan" Ataukah ia akan jadi harimau" Ada yang berdebar, ada yang takut dengan senjata tak mantap oleh getaran tangan. Tetapi ada juga yang berharap agar ia membuat gerak yang mencurigakan, sehingga ia punya alasan untuk menembak. Tugas yang dibebankan pada ke delapan orang itu sama, yaitu menangkap si tertuduh membunuh ganda, tetapi pikiran dan moral mereka tidak sama. "Berjalanlah pelan-pelan," kata Komandan pasukan itu, seorang bertubuh kekar dengan pistol di tangan. "Mengapa aku ditangkap?" tanya Erwin yang belum juga bergerak dari tempatnya berdiri, la memandang lagi ke sekitarnya. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Tugas kami hanya menangkap dan membawa kamu," kata si badan tegap yang bernama Karnadi itu. "Di kantor nanti kamu boleh menerangkan apa pun yang kamu ingini. Berjalanlah ke mari. Ku peringatkan sekali lagi, jangan membuat gerak yang kami tak suka. Kami dapat perintah untuk menembakmu, kalau kamu melawan." "Aku sudah pernah ditangkap dulu atas tuduhan yang tidak pernah kulakukan. Aku dipukuli hampir mati. Kalian tahu?" kata Erwin. "Banyak di antara kalian bukan mau menegakkan kebenaran tetapi mau memperlihatkan kekuasaan." Beberapa anggota Polisi yang memang sudah biasa memukul dan menerjang orang tahanan merasa tersinggung dan ingin orang ini segera sampai di rumah tahanan supaya bisa dihajar. Tetapi si komandan pasukan merasa malu mendengar kata-kata Erwin, sebab apa yang dikatakannya itu memang benar. "Yang begitu tidak ada lagi sekarang," kata Karnadi. "Kapolri sendiri sudah melarang pemukulan terhadap tertuduh. Karena orang yang dituduh belum tentu bersalah." "Baiklah, aku akan melihat nanti. Tetapi sekali lagi kukatakan, bahwa aku tidak punya dosa apa pun. Ingatlah itu baik baik," kata Erwin. Dia berkata tenang, namun begitu nada mengancam terasa oleh orang-orang yang mengepungnya. Mereka tertanya tanya di dalam hati, beginikah macamnya orang yang manusia harimau" Tiada beda dengan orang lain. Mana mungkin orang semacam ini bisa jadi harimau. Ada di antara mereka yang mulai berpikir bahwa mereka salah tangkap. Tetapi ada pula yang percaya, bahwa orang ini tentu punya sesuatu atau banyak ilmu. Kalau tidak begitu, mustahil ia tadi mengeluarkan katakata yang mengandung peringatan dan ancaman. Apakah sebentar lagi ia akan berubah ujud" Sebentar lagi. Ketika semua anggota Polisi sudah semakin ketat mengepungnya dan hendak mengenakan borgol pada kedua pergelangan tangannya. Apakah di saat itu ia akan berubah dan mengamuk, membunuhi mereka" Kini Erwin sudah dikerumuni para pengepungnya. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Tangan tetap di kepala," perintah Karnadi. Kepada dua anak buahnya ia perintahkan untuk menggeledah badan tawanan. Tidak ada apa-apa. "Kau boleh membawa pakaian untuk pengganti," kata Karnadi. Erwin tahu dia pasti akan ditahan, tetapi masih sempat merasa bahwa Polisi yang seorang ini baik hati dan punya rasa kemanusiaan. Karnadi mempunyai sesuatu dari kakeknya, yang orang lain tidak tahu dan juga tidak punya, la merasa tubuhnya panas. Itu suatu pertanda bahwa tawanan itu juga punya sesuatu. Jangan sembarangan kalau tidak mau menghadapi suatu kemungkinan yang bisa amat berbahaya. "Kami terpaksa memborgol Anda," kata Kar nadi. Kamu ditukarnya dengan Anda. "Kalau mesti begitu, silakan Letnan," ujar Erwin. Dari tanda pangkat, ia tahu bahwa komandan pasukan itu berpangkat letnan dua. la menyebutnya dengan pangkatnya, tanpa bapak. Itu sudah cukup dan wajar. "Maaf," kata Karnadi ketika ia sendiri meletakkan borgol pada kedua tangan yang diulurkan tawanan itu. Erwin sakit hati mengapa ia sampai ditangkap, karena ia sama sekali tidak bersalah, tetapi ia simpati kepada letnan yang sopan itu. la juga terus menduga, bahwa mungkin letnan ini punya sesuatu dan telah pula merasakan, bahwa ia berhrdapan dengan tawanan yang juga punya sesuatu di dalam dirinya. Bawahan Karnadi merasa heran mengapa komandan mereka bersikap begitu ramah terhadap seorang tawanan. Bagi kebanyakan di antara mereka, kalau orang ditangkap mesti orang jahat, apalagi kalau sampai diborgol Terhadap orang jahat tidak perlu sikap ramah, sebab mereka tidak pantas diramahi, begitulah pikiran cupet mereka. Di samping Karnadi yang baik hati, beberapa anak buahnya sudah punya niat untuk melampiaskan nafsu pukulnya atas diri Erwin. "Nanti lu bakal rasain bekas tangan gua," kata mereka di http://ceritasilat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dalam hati. Ada yang tidak bisa menyembunyikan kebencian mereka terhadap Erwin. Memandang si tawanan dengan mata berapi-api. Erwin disuruh naik pick-up yang membawa pasukan itu menyergap si manusia harimau. Waktu dia naik ada seorang Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo anggota polisi yang mendorongnya sambil berkata: "Hayo lekas!" Dorongan keras itu membuat Erwin hampir tersungkur. Sepanjang jalan menuju kantor polisi Erwin membayangkan apa yang akan dialaminya nanti. Kira kira seperti yang dirasakannya setahun yang silam. Dia bertanya pada diri sendiri, apakah ia memang tidak boleh bermukim cari nafkah di Jakarta. Selalu saja ditimpa musibah. Perkenalan dan permusuhannya dengan Kiyai Ampuh yang kini sudah jadi babi oleh kutukan sumpahnya sendiri dimulai dari Jakarta. Anak dan istri tercintanya tewas di ibukota ini juga. Kemudian kisahnya dengan Sabrina yang dicintainya tetapi akhirnya direbut oleh sahabat akrabnya Sabaruddin. Lalu sahabat akrab ini mati dibunuh disusul oleh pembunuhan atas diri Nyonya Juariah. la pula dituduh sebagai pelaku dari pembunuhan ganda itu. Sial, betapa sial dia di Jakarta ini. Sekarang ia diborgol sebagai terdakwa. Apa dosanya sampai ia bernasib begini buruk! *** ERWIN dimasukkan ke dalam sebuah sel berjeruji besi. Seorang diri. Pertanda dia dianggap berbahaya atau penjahat kelas berat, la memohon di dalam hati agar ayahnya datang, tetapi kemudian ia merasa malu sendiri. Mengapa selalu menginginkan kehadiran ayah kalau diri sedang terjepit" Kapan ia merasa cukup tabah menghadapi hidup ini sendiri. Walau bagaimanapun besarnya tantangan dan cobaan. la tidak segera tahu, bahwa Kapten Pol Sahata Siregar berdiri di depan pintu selnya. Ketika ia sadar akan kehadiran perwira itu ia memandangnya dengan mata bertanda tanya. *** KAPTEN Polisi Siregar tidak kuat memandang orang tahanan itu. Matanya menatap lantai. Sejenak kemudian barulah ia berkata: http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Semua ini bukan kehendakku Erwin. Aku masih punya atasan!" "Aku tahu. Kapten tak usah risau. Demi Allah aku tidak tahu menahu tentang kedua pembunuhan itu. Kadangkala orang hidup harus menerima nasib. Seperti akli sekarang. Tanpa dosa masuk tahanan. Yang melakukan kejahatan besar ada banyak berkeliaran, balpkan bermandi segala kesenangan di alam bebas!" kata Erwin. "Kau tahu, bahwa kau difitnah" Oleh anak wanita yang mati dibunuh itu!" "Tahu. Bukan salahnya, la punya alasan untuk menuduh diriku." Perwira Polisi yang asal Tapanuli itu heran. Ada manusia sudah dalam tahanan, tidak berdosa, masih juga tidak mempersalahkan orang yang menyebabkan dia dijebloskan ke sana. "Kau aneh sekali Erwin. Aku tak mampu menyelami jiwamu!" "Tak mengapa. Tak perlu diselami. Jalankan saja tugasmu dengan baik. Kalau mungkin tanpa merusak keadilan yang menjadi milik tiap manusia. Dari yang berkedudukan paling tinggi di dunia ini sampai pada yang hina dina. Mereka semua mempunyai hak sama dalam hal keadilan." Kapten Sahata Siregar merasa malu. Merasa terpukul, karena apa yang dikatakan Erwin adalah suatu kenyataan yang amat gamblang. "Adakah sesuatu yang dapat kubuat untukmu Erwin?" "Tidak ada. Kau punya atasan, bahkan banyak atasan. Mereka punya wewenang lebih besar dari Kapten. Di dunia wewenang banyak sekali artinya dan seringkali amat menentukan. Termasuk menentukan nasib sesama manusia." Dengan langkah lesu Kapten Sahata Siregar pergi, la dipanggil masuk ke kamar Kolonel Pol Margono untuk berbincang-bincang. "Sahata baru ngomong-ngomong dengan pembunuh itu, ya," kata Margono yang biasa menyebut bawahannya itu dengan nama. la selalu tegas kalau yakin akan sesuatu. Seperti membebaskan Sabrina yang katanya tidak mungkin terlibat dalam kasus http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pembunuhan itu. Dan dia menamakan Erwin pembunuh, walaupun belum diadili, karena ia yakin bahwa laki-laki inilah yang melakukan kejahatan itu. Cerita Amalia masuk akal, logis. "Apa saja katanya?" tanya Kolonel Margono. "Katanya ia hanya difitnah. Tidak tahu menahu tentang pembunuhan ganda itu. la tidak mengerti mengapa ia ditahan sedangkan di luar banyak penjahat berkeliaran bebas atau bahkan hidup bersenang-senang," ujar Siregar mengulangi kata-kata Erwin. "Biasa. Mana ada tahanan yang mengakui dosanya. Kecuali kalau ia sendiri datang menyerahkan diri. Dia pembunuh brutal, kurang ajar. Dia menyindir kita hah! Mengatakan banyak penjahat bebas di luar sambil hidup bersenang-senang! Itu kan kurang ajar!" ujar Margono. Pada waktu itu masuk Sersan Saiman. Berkata Kolonel itu kepadanya: "Kau dengan dua kawanmu nanti memeriksa pembunuh yang baru ditangkap itu. Orangnya bukan hanya jahat, tetapi juga pintar. Dia bilang di luar banyak penjahat bebas, sedangkan dia yang tidak berdosa ditangkap. Orang begitu perlu diajar adat! Bukankah begitu Kapten Sahata?" kata perwira menengah itu dengan nada marah. Betapa tidak, pembunuh saja kok berani mengeritik. Sahata Siregar tidak menyahut. Margono kesal atas sikap Sahata yang tidak menyokong pendapatnya. "Aku mengerti. Pembunuh itu juga dari Tapa nuli," kata Margono. "Jangan bawa bawa daerah Pak," kata Sahata yang juga jadi jengkel mendengar sindiran atasannya. "Biar dari neraka pun kalau salah harus ditindak. Dan biar dari neraka pun kalau belum diputus oleh Pengadilan harus berlaku praduga tidak bersalah." "Sahata marah ya," kata Kolonel Margono mendinginkan suasana. Dia merasa keliru menyebut-nyebut daerah tadi. Dia seharusnya mengetahui, bahwa Kapten Sahata Siregar terkenal correct dalam menjalankan tugas. Oleh kata-kata Margono terhadap dirinya dan vonnisnya atas Erwin ia berharap hendaknya Margono bertemu dengan Dja Lubuk atau ompungnya Raja Tigor. Biar dia http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ angan sok aksi mencemoohkan manusia harimau yang oleh cukup banyak orang diketahui bukan khayalan melainkan kenyataan yang tidak aneh bar penduduk Tapanuli Selatan dan daerah perbatasan dengan Minangkabau. "Sahata punya pendapat bagaimana tentang orang yang kita tahan ini?" tanya Margono. Keyakinannya tidak akan berubah, tetapi ia mau juga mendengar apa kata bawahannya yang tadi amat tersinggung itu. "la seorang tersangka. Kalau Kolonel tanyakan bagaimana keyakinan saya, terus terang saya percaya bahwa dia tidak bersalah!" "Sahata tentu saja bebas untuk punya pendapat. Tetapi saya akan membuktikan bahwa dialah yang melakukan pembunuhanpembunuhan itu. Saya punya firasat bahwa dia bersalah," kata Margono. "Kalau dia terbukti bersalah, dia harus mendapat hukuman yang setimpal," kata Sahata lalu ia mohon diri. JAM 24. 00 tengah malam Erwin diambil dari selnya, la akan diperiksa, sebagaimana ia lebih setahun yang lalu pernah diperiksa Polisi. Ada tiga orang petugas hukum menghadapinya, termasuk diantaranya Sersan Saiman. Yang dua orang lainnya masing-masing berpangkat kopral dan sersan seperti Saiman. ? Saiman berkata kepada Erwin bahwa pemeriksaan akan singkat saja, kalau ia secara terus terang dan jantan mengakui dosadosanya. "Tidak ada gunanya berbelat belit," kata Saiman. "Akhirnya nanti kamu akan mengaku juga. Jangan bikin aku jengkel dan marah, sebab tidak akan baik bagi dirimu sendiri!" Erwin tidak menyahut, la mengerti apa yang tercakup di dalam ancaman Saiman. "Senjata apa yang kau pergunakan membunuh untuk meninggalkan kesan, seolah-olah korban dicekik oleh binatang buas berkuku panjang dan tajam seperti harimau?" tanya si sersan http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ seolah-olah Erwin sudah mengaku bahwa dialah yang membunuh. "Saya tidak membunuh siapa pun. Barangkali mereka memang dibunuh oleh harimau atau manusia harimau!" jawab Erwin lantang. Dia juga tidak mau memberi jawaban yang berputar-putar! Saiman dan kedua orang rekannya tertawa mengejek dan satu tinju melayang ke muka Erwin. Kemudian menyusul satu tendangan dengan boots ke rusuk lalu satu lagi ke punggung Erwin yang sudah terduduk di lantai oleh pukulan ke mukanya tadi. la tidak mengaduh, tetapi ia menahan sakit. Sakit badan dan sakit hati. Karena ia menerima saja dan tidak minta ampun, rupanya ketiga anggota Polisi yang hendak memeras pengakuan dengan segala cara itu, tambah marah. Jari tangan kirinya yang bertopang di lantai diinjak dengan sepatu laars oleh Ismail yang baru kopral. Karena Erwin menahan saja tanpa jeritan, Ismail mengangkat kaki bersepatu berat itu lalu melantakkannya dengan sekuat tenaga untuk menghancurkan tangan tersangka. Tetapi kali ini Erwin mengecewakan Ismail. Tangannya sudah ditarik sebelum sepatu membina-sakannya. Keruan saja kopral itu jadi marah sekali. Diangkatnya Erwin sehingga berdiri lalu dipegangnya tangan dukun itu dari belakang. Kedua kawannya sudah tahu apa yang harus mereka perbuat. Bergantian tangan sersan Saiman dan Sersan Maladi meninju muka dan dada Erwin. "Nah, mana manusia harimaumu bangsat!" kata Saiman. "Kau mau menakut-nakuti orang dengan segala macam khayalan. Coba tunjukkan, aku mau lihat," kata Saiman yang paling galak, bahkan sudah tergolong sadis. "Kalau kau tidak jadi harimau, kau akan kutembak malam ini. Akan kukatakan bahwa kau melawan dan mau melarikan diri!" Kedua orang temannya juga tertawa-tawa mengatakan mau lihat bagaimana rupanya manusia harimau. Permintaan mereka terkabul. Di dalam ruangan itu terdengar suara mengaum keras. Ketiga pemeriksa merangkap tukang pukul itu terkejut bukan kepalang dan jadi takut setengah mati. Hanya suara mengaum. Tetapi tidak pelak lagi, itu suara harimau. Erwin menggeletak di lantai, tak berdaya dengan muka rusak http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mengeluarkan darah. Saiman dan kedua kawannya kebingungan. Dan pada saat seperti itulah mendadak di ruangan itu tampil ompung Erwin. Tubuh harimau dewasa yang besar dengan muka orang tua penuh keriput. Raja Tigor, ayah Dja Lubuk, sahabat Datuk nan Kuniang yang dimakamkan belasan tahun yang lalu di Kebayoran Lama. Semua sudah meninggal. Pernah manusia semasa hayat mereka, tetapi bangkit lagi setelah mereka meninggal. Bukan lagi manusia, tetapi juga bukan hewan , biasa sebagaimana yang umumnya dikenal orang/ Datuk nan Kuniang sendiri bukan manusia harimau, la keluar dari kuburannya bila saja dikehendakinya. Berbalutkan kain kafan yang berlumpur lumpur. Saiman dan kedua petugas sadis lainnya ingin minta tolong, tapi tak dapat mengeluarkan suara. Bergerak pun tak kuasa. "Kalian katakan tadi ingin melihat manusia harimau. Pandangilah aku. Sepuas hatimu, supaya tak pernah kau lupakan. Namaku Raja Tigor, tempat asal dan kediamanku di Mandailing. Yang kalian siksa itu cucuku. Cucu kandungku yang tidak berbuat kesalahan apa pun. Kalian kejam dan biadab," kata Raja Tigor. Tanpa mengeluarkan kata-kata lagi, Raja Tigor mendatangi Sersan Saiman. la memukul mukanya sehingga Saiman terjatuh. Kedua temannya melihat tanpa dapat bersuara atau bergerak. Dengan muka pucat, badan gemetaran Ismail dan Maladi mempersaksikan, bagaimana Raja Tigor mengoyak perut Saiman lalu mengeluarkan isinya. Kedua rekannya menunggu giliran. Tiada lagi jalan lari atau mengelak. Yang amat mengherankan, tidak ada Polisi lain masuk ke ruang pemeriksaan itu, padahal suara harimau itu tadi begitu keras. Mereka tiada mendengarnya. Raja Tigor membelai-belai cucu tersayangnya, mencium dahinya, lalu mengangkatnya ke dalam sel tempat ia ditahan. Setelah itu ia pergi. Keluar dari Kantor Polisi itu tanpa dilihat oleh siapa pun. Padahal di sana ada para penegak hukum lain. Begitu pula beberapa orang yang sedang melapor atau mengadu. Raja Tigor yang semasa hayatnya mempunyai banyak ilmu, rupanya tidak kehilangan kebolehannya itu, walaupun ia sudah mati http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dan dikuburkan. Bagaimanapun aneh kedengaran, tetapi semua ini merupakan kenyataan bagi dirinya. Yang amat ajaib ini hanya satu dari sekian banyak kemustahilan bagi hukum akal. Kenyataan yang harus kita terima tanpa perlu meletihkan diri memikirkan atau memecahkan mengapa yang demikian bisa terjadi. Setengah jam kemudian datang Letnan Karnadi, yang pada siang hari itu mengepalai pasukan penge pung dan penangkap Erwin, tanpa ada tugas. Sejak merasa badannya panas ketika mendekati Erwin, ia jadi ingin tahu perkembangan setelah orang itu dimasukkan ke dalam sel. Apakah ia akan menghilang tanpa bekas" Ataukah ia tidak punya ilmu menghilang tetapi memiliki ilmu kebal dan tahan pukul, la sudah mendengar bahwa yang akan memeriksa adalah Sersan Saiman yang sudah cukup dikenal di antara para rekannya mempunyai sifat ganas dan tak kenal ampun. Sampai setelah Kapolri memberi peringatan agar para penegak hukum itu jangan lagi menganiaya para tahanan, ia tidak berubah. Kepada rekan-rekannya di ruang muka ia bertanya tentang orang yang baru ditangkap. Mendapat jawaban bahwa pemeriksaan sedang dilakukan. Tetapi ia pasti akan mengaku, begitu keyakinan mereka. Karnadi masuk, langsung ke sel Erwin. la amat terkejut melihat orang tahanan itu tergeletak dengan muka sudah tidak keruan dan mungkin tidak sadar diri. la lalu berkata di dalam hatinya, bahwa trwm rupanya tidak mempunyai ilmu apa-apa selain daripada membuat orang merasa panas bila mendekatinya. Itu pun hanya bisa dirasakan oleh orang-orang berilmu semacam Karnadi. Kisah tentang manusia harimau yang dikaitkan dengan Erwin rupanya hanya khayalan, la panggil-pang gil nama Erwin, kalau kalau ia bisa mendengar untuk menunjukkan kesadaran diri. Tetapi panggilannya tiada berjawab. Orang tahanan itu tidak bergerak. Dari sana Karnadi pergi ke ruang pemeriksaan. Di sana baru dia terkejut bukan kepalang. Seorang petugas dengan isi perut terburai dan dua orang lainnya terduduk lesu tanpa berkata sepatah pun. Kelihatan seperti orang bingung dan bodoh. "Apa yang telah terjadi!" tanya Karnadi. Tiada jawaban, la http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bergegas keluar memanggil rekan-rekannya. Semua jadi ingin tahu dan mengikutkannya ke ruang pemeriksaan. Tak ada seorang pun yang tidak jadi pucat oleh rasa ngeri dan takut. Apalagi kedua polisi yang tidak dicederai oleh Raja Tigor tidak bisa menjawab pertanyaan. "Mana tahanannya, lari?" tanya Komandan jaga yang bernama Husin. "Di dalam selnya, pingsan," jawab Karnadi. Ramai-ramai mereka melihat Erwin yang telah babak belur. Mereka semakin heran dan Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo takut. Kalau begitu pasti ada orang ketiga. Tanpa orang ketiga tak mungkin Erwin bisa berada dalam selnya. Dialah yang meletakkan Erwin kembali di sana setelah membunuh Sersan Saiman. Dan dia masih ada di sana tanpa bisa dilihat, atau telah pergi tanpa kelihatan, la tidak bisa membawa Erwin keluar, karena diri tahanan ini sendiri tidak bisa disembunyikannya dari Polisi. Mereka semufakat untuk memberitahu Kolonel Margono yang mengepalai pemeriksaan dan penjernihan kedua kasus pembunuhan aneh atas diri Sabaruddin dan Nyonya Juariah. Ini bukan kejadian biasa. Terlalu aneh dan misterius. Siapa orang ketiga itu" KOLONEL Margono yang memang selalu bersedia bangun dari tidurnya walau jam berapa sekali pun kalau ada kejadian serius, tak kuasa mencegah getar tangannya yang memegang telepon setelah mendengar bahwa Sersan Saiman telah mati dirobek perutnya selagi melakukan pemeriksaan terhadap tersangka Erwin. "Dan jahaman itu melarikan diri" Perintahkan kejar sampai dapat dan langsung tembak mati kalau dia melawan atau mau terus lari!" perintah Margono geram. Dia sadar betul bahwa menjadi tugasnya segera melumpuhkan pembunuh yang amat berbahaya itu. Keselamatan publik harus dinomor satukan "Si tahanan ada di dalam selnya Pak!" kata Komandan Husin yang melapor. "Jadi dia belum diperiksa?" http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Sudah Pak, sudah setengah hancur mukanya dan dia pingsan!" "He, kau sudah gila" Kau melapor atau main-main!" Margono tambah geram lagi. "Saya melapor Pak. Semua ini sudah terjadi. Letnan Karnadi juga ada di sini. Saiman mati dengan isi perut berantakan. Ismail dan Maladi tergugu tidak bisa ngomong." "Maksudmu ada orang ketiga" Orang ini yang membunuh Saiman?" "Mungkin begitu!" "Mana bisa mungkin, tolol. Kalau Erwin dalam sel, Saiman mati, tentu ada orang lain yang membunuh! Apakah orang ini sudah kalian tangkap?" "Orang ketiganya ini tidak pernah kelihatan. Tidak pernah masuk, tidak pernah keluar," kata Husin tergugup gugup mendengar bentakan atasannya. "Gila, gila! Kalian tidur atau buta!" "Barangkali yang ketiga itu bukan manusia Pak!" "Hih, betul-betul kalian dungu. Kalau sudah tidak bisa menangkap penjahat, bilanglah orang itu bisa hilang, tidak kelihatan, kebal, bisa jadi babi! Alasan untuk menutupi kebodohan kalian saja! Sebentar aku datang, tanganku sendiri yang akan mematahkan leher pembunuh itu atau peluru senjataku merobekrobek badannya yang kau kata kebal!" Margono perwira berani, bukan hanya pandai ngomong kosong. Dia lakukan apa yang dikatakannya. Tak lama antaranya dia sudah siap berpakaian dinas untuk berangkat. Disaat itu telepon berdering. Setan mana lagi ni yang mengganggu! Dia mau lekas. "Hallo!" kata suara empuk di ujung sana. "Ya, siapa ini. Ada apa mau apa!" tanyanya tidak sabar. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Dengan Pak Margono?" tanya si suara lembut tenang-tenang. "Ya, masa tidak kenal suara saya." Sok juga sang kolonel. Dia rasa semua orang mestinya sudah kenal pada suaranya yang berwibawa. "Ini siapa?" "Sabrina Mas, yang pernah Mas tahan tiga jam!" Bapak ditukar "Mas" kedengaran enak sekali. "Oh, Ina. Itu hanya suatu kekeliruan, sudah saya katakan bukan. Saya menyesal sekali kok ada bawahan saya yang begitu sembrono! Saya mau cepat-cepat, nanti kita bicara lagi. Maafkan saya. Beginilah tugas Polisi. Tidak tentu malam buta, kalau ada yang gawat mesti turun sendiri." "Gawat" Ada bahaya Mas?" "Entah, pokoknya gawat. Tapi saya belum lihat dan belum percaya. Masa sersan saya mati dirobek perutnya. Yang merobek tidak kelihatan datang dan tidak kelihatan perginya." "Sersan yang mana Mas?" "Itu, yang memeriksa si Erwin pembunuh itu." "O, dia sudah tertangkap?" "Bukan tertangkap, ditangkap di gubugnya. Sedikit pun tidak melawan." "Dia lari?" "Lari apa! Dia tetap meringkuk dalam selnya. Agak sakit. Barangkali melawan petugas waktu diperiksa tadi! Ina, nanti saja satu jam lagi nelepon. Tidak ada siapa-siapa di rumah, tak usah kuatir!" Hati senang mendengar suara Ina dicampur bimbang oleh peristiwa gila yang belum dipersaksikannya itu berkecamuk dalam dirinya. Kurang dari seperempat jam kemudian ia sudah berada di kantor polisi tempat Erwin ditahan dan Saiman dirobek perutnya dengan si terburai. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Menghadapi kenyataan yang tadi sama sekali tidak dipercayanya, ia terdiam. Bukan takut. Dia bukan perwira yang mudah gentar. Tetapi aneka tanda tanya timbul di dalam hatinya. Pertama-tama tentang apa /ang tampak oleh matanya. Apakah itu bukan sekedar ilmu sihir murahan" Matanya disulap, sehingga melihat pemandangan mengerikan seperti itu. Padahal semuanya hanya khayalan. Untuk memastikan diri. ia menjongkok di hadapan mayat Saiman. Diperhatikannya benar-benar. Kemudian dipegangnya kepala Saiman. Terasa, jelas terasa, la bukan ditipu khayalan. Margono berdiri. "Aneh," katanya, la tidak menyembunyikan perasaan. "Kalian dapat menerangkan apa ini semua dan bagaimana bisa terjadi" Kalian di sini banyak. Orang ketiga itu tentunya tampak oleh kalian. Dan kalian seharusnya dapat mencegah tatkala dia masuk. Hanya ada satu pintu masuk dan kalian ada di ruang muka, bukan?" tanya Margono. la tidak lagi terlalu mempersalahkan anak bua'hnya tetapi mengemukakan teorinya. "Mestinya kelihatan Pak. Anehnya, justru ia tidak kelihatan masuk dan tidak kelihatan keluar. Suara langkah saja pun tidak ada terdengar!" kata Komandan jaga Husin. "Hai kalian berdua," kata Margono kepada Ismail dan Maladi. "Bagaimana rupa orang ketiga itu" Kalian biarkan saja dia membunuh kawan kalian?" Tiada jawaban. Karnadi yang punya sedikit pengetahuan memegang kepala Maladi dan Ismail bergantian sambil membacakan mantera yang diketahuinya. Bagaimana menyadarkan orang yang terpukau. "Mengucaplah," kata Karnadi. Beberapa menit kemudian kedua orang itu bukan bicara, tetapi jadi gemetaran dan saling berangkulan seolah-olah orang ketakutan yang cari perlindungan. Karnadi memberi isyarat agar mereka dibiarkan saja dulu. Pelan-pelan akan tenang. Dan Kolonel Margono, entah oleh apa, menurut. Maladi dan Ismail diberi minum air sejuk. Beberapa saat kemudian diajak bicara. Tergugup-gugup Maladi menceritakan http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tentang pemeriksaan. Tidak mengatakan bahwa mereka menyiksanya supaya mengaku. Tiba-tiba terdengar suara harimau mengaum, tetapi harimaunya tidak kelihatan. Yang sangat aneh, kepala harimau itu kepala manusia. Sudah tua, keriput. "Dia bilang tersangka pembunuh itu cucunya." Tubuh kedua pemeriksa Erwin gemetaran lagi. Dan di antara polisi yang lain juga sudah ada yang turut gemetaran. "Bermuka manusia, katamu?" tanya Margono. "Biar saya jangan bisa bergerak kalau saya bohongi," kata Maladi. "Biar saya disamber geledek Pak, kalau ada kata-kata yang bohong," ujar Ismail menguatkan. "Lalu bagaimana si tertuduh ada dalam sel" Aku mau lihat," kata Margono sambil bergerak ke sel Erwin. Kolonel itu betul-betul terkejut. Erwin meringkuk setengah lingkaran dengan kedua lututnya hampir rapat ke perut. Rupanya menahan sakit oleh tendangan. Muka orang tahanan itu telah bengkak-bengkak dan bahkan ada luka mengeluarkan darah. Jelas bagi Margono bahwa ketiga anak buahnya tadi telah menyiksa Erwin. "Siapa yang memasukkannya kembali ke dalam sel?" tanya Margono. "Harimau bermuka manusia itu," jawab Maladi. "Heran mengapa tak dibawanya pergi," ujar Margono. "Mau memperlihatkan kepada Bapak barangkali, bagaimana cucunya disiksa di sini," kata Komandan jaga. "Aniaya memang tidak baik, tetapi ada tertuduh yang terang bersalah, tak mau merigaku kalau tidak dianiaya. Terlalu banyak penjahat yang memungkiri perbuatannya. Serba susah memang. Dilemah lembuti tidak mau, disiksa melanggar kemanusiaan!" ujar Margono. "Kolonel," kata satu suara tiba-tiba. Keras dan tegas. Bukan dari http://ceritasilat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ salah seorang di antara mereka. "Kolonel," kata suara itu sekali lagi. Mendengarkan. Aku ini yang bernama Raja Tigor dan ompung Erwin yang kalian tahan dengan tuduhan membunuh. Aku yang merobek perut sersan kalian bernama Saiman tadi! Ada di antara kalian yang keberatan?" Itu jelas suara Raja Tigor. Tidak ada yang menyahut. Yang hadir berharap Kolonel Margono akan buka suara. Tetapi ternyata ia bungkem. Mau bilang apa. "Kolonel merasa diri tegas, tetapi saya punya pendapat lain. Kolonel kadang-kadang labiel. Terum-bang ambing. Pun tidak punya cukup daya tahan menghadapi wanita cantik." Muka kolonel itu jadi merah padam, tetapi dia tidak marah atau menanggapi. Bawahannya semua memandang padanya, sebab semua orang tahu, bahwa dia memang punya kelemahan terhadap wajah ayu. Tidak apa-apa bukan" Hampir tiap orang punya kelemahan. Margono yang lemah terhadap wanita cantik itu kebetulan Polisi. Jangan dikira dia lemah karena dia Polisi. "Kolonel bebaskan saja wanita yang bernama Sabrina itu. Kolonel merasa mustahil dia terlibat. apalagi membunuh. Barangkali keyakinan kolonel itu benar, tetapi ada hal-hal yang kolonel tidak tahu. Dia itu sahabat baik anak saya Erwin, pernah saling menyukai. Mungkin dia dapat menerangkan, bahwa cucu saya Erwin tidak mungkin terlibat dalam pembunuhan itu. Mungkin dia tahu mengapa cucunya dif itnah." Raja Tigor tidak bicara terus terang mengenai apa yang diketahuinya. Margono dan polisi lainnya heran, bagaimana Manusia harimau itu mengetahui Sabrina, mengenal Margono dan lain-lain. "Kolonel, guna sopan santun saya mau memberi-tahu kepada Kolonel bahwa beberapa orang anggota Polri ragi akan saya ambil. Cucu saya itu tidak berdosa Kolonel, tetapi Kolonel tentu tidak percaya pada omongan makhluk yang setengah manusia dan setengah harimau seperti saya, ya." "Saya percaya pada apa saja yang benar. Biar dari siapa pun http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ datangnya," jawab Kolonel Margono bijaksana. "Sabrina itu cantik sekali Kolonel. Dia berasal dari Kerinci. Di sana banyak cerita misterius. Barangkali ada gunanya kolonel jalan-jalan ke sana. Nanti akan mendapat banyak cerita nyata untuk penambahan pengetahuan Kolonel mengenai adat istiadat, kebudayaan dan hal-hal yang gaib serta ajaib di beberapa daerah. Sudah tentu Kolonel juga bisa bertemu dengan keluarga Nona, hak untuk jatuh cinta itu menjadi milik tiap individu, dari yang paling rendah kedudukannya atau cara mencari nafkahnya sampai yang tertinggi." Kata-kata Raja Tigor diucapkan tenang dan jelas sekali, sehingga semua hadirin mendengarnya. Rupanya rasa malu ini membuat sang Kolonel jadi marah sekali dan tanpa sanggup lagi mengendalikan emosi ia berkata: "Bangsat kau setan. Tunjukkan rupamu kalau kau mau tahu aku siapa." Semua yang ada di sana merasa takut oleh tantangan perwira itu, termasuk Kapten Sahata Siregar yang sudah turut bergabung di sana atas permintaan Komandan jaga Husin. "Kolonel," kata Siregar berusaha menenangkan perwira atasannya itu. "Diam kau. Aku atasanmu jangan coba-coba melawan aku. Apa saudaramu yang pengecut itu." Bicara tanpa berani memperlihatkan diri!" bentak Kolonel Margono. Sahata Siregar diam, dia sadar benar, bahwa dia hanya bawahan. Tetapi mendadak perwira yang sedang amat marah itu jadi terdiam, tanpa diketahui oleh semua bawahannya apa yang jadi penyebab. Dan mereka lihat mukanya berubah warna. Bukan merah padam, tetapi memucat. Betapa tidak, la merasa ada dua tangan diletakkan atas kedua bahunya. Berat. Entah tangan siapa. Bagaimana ia bisa tahu, yang punya tangan tidak kelihatan. Tetapi jelas terasa olehnya bahwa siapa atau apa pun yang jadi pemilik tangan itu, ia tentu berdiri di hadapannya. Tangan itu diletakkan begitu saja, tanpa ditekankan. Tapi toh terasa berat sekali. Tangan manusia biasa tentu tak akan sekian daya timpanya. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kolonel itu memandang lurus ke depan, walaupun merasa amat takut, ia sangat ingin tahu siapa atau apa yang berdiri di hadapannya. "Siapa engkau, apa maumu?" tanya Margono, membuat semua petugas hukum yang ada di sana tambah takut dan heran. Gilakah atasan mereka" Mengapa dia bicara seorang diri" Hanya orang tak waras yang omong-omong seorang diri. Beberapa orang berkeringat dingin. Ada yang gemetar. Padahal mereka semua tak kurang dari tujuh orang banyaknya. "Siapa aku, tanyamu orang berpangkat" Aku adalah aku yang datang dari jauh dan engkau adalah Kolonel Margono yang punya cukup kekuasaan di sini V Anak buahmu menganiaya cucuku yang sama sekali tidak berdosa. Aku tahu kalian berkewajiban menjaga keamanan dan menegakkan hukum. Aku hargai itu. Masyarakat perlu merasa aman dan terlindung. Itu jadi tugas kalian. Tetapi banyak di antara kalian yang justru membikin orang tidak merasa terlindung. Kolonel tahu maksudku! Bukan semuanya kalian begitu. Ada banyak sekali yang baik. Tetapi cucuku benar-benar telah rusak disiksa bawahan-bawahanmu. Yang membunuh si Saiman itu, aku. Kau tadi hendak melihat keadaan cucuku, pergilah," kata Raja Tigor. SEPERTI diperintah oleh atasannya yang sudah berpangkat letnan jenderal, Margono yang pundaknya telah dibebaskan dari tekanan tangan atau kaki depan Raja Tigor, tanpa sengaja tetapi pasti tak terlawan olehnya, memberi hormat sambil merapatkan Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kedua belah kakinya. Menyebabkan para hadirin bertambah heran, apakah yang memasuki diri kolonel ini. Apakah yang dilihatnya atau siapakah yang berdiri di hadapannya, yang tiada terlihat oleh petugas-petugas keamanan lainnya. Kemudian ia langsung menuju sel tahanan Erwin, di mana tersangka dilihatnya sedang meringkuk. Karena mukanya menghadap ke luar, Margono dapat mempersaksikan dengan jelas betapa rusaknya muka anak muda yang kadangkala melakukan pekerjaan perdukunan kalau amat diperlukan oleh siapa saja. Kapten Siregar tak dapat menahan air mata. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Muka Margono jadi pucat. Rasa-rasanya belum pernah ia sepucat itu selama hidup. Adanya bawahan yang kejam, bahkan kadangkadang sangat ganas terhadap tahanan yang belum tentu bersalah, sudah diketahuinya, la sendiri sesungguhnya tidak selalu menyetujui cara-cara kekerasan, apalagi yang melim-paui batas, la tidak heran melihat Erwin diperlakukan amat ganas. Yang begitu hampir boleh dikatakan wajar saja. Tetapi mengetahui bahwa yang dibabak belurkan ini tak kurang daripada cucu manusia harimau atau setidak-tidaknya makhluk gaib, ia benar-benar jadi amat takut, la sudah merasakan tadi bagaimana makhluk yang tidak mau memperlihatkan diri meletakkan kedua belah tangannya di atas bahunya. Amat berat, hampir tak terpikul olehnya. Polisi-polisi lain yang melihat keadaan Erwin juga merasa takut tak terhingga. Makhluk yang tiada kelihatan itu, tadi mengatakan bahwa ia masih akan mengambil beberapa anggota Polisi. Kini mereka bertanya dalam hati masing-masing siapa gerangan yang akan mengalami nasib seperti Sersan Saiman. "Kau, lihat itu, kolonel yang gagah perkasa?" tanya satu suara sambil menyindir. Bukan suara yang tadi. Ini suara lain. Dan memang lain, yang bicara sekarang Dja Lubuk. Sang perwira tidak menjawab. "Sudah banyak anggota masyarakat yang biasa kalian namakan rakyat, bertanya tugas kalian itu sebenarnya apa" Melindungi masyarakat, menegakkan keadilan ataukah jadi algojo-algojo melampiaskan nafsu kehewanan terhadap orang-orang lemah semacam anakku ini?" tanya Dja Lubuk. Mendengar perkataan "anak," segenap anggota kepolisian itu jadi tambah takut. Rasanya mau lari dari sana, tetapi takut akan dipegang atau dibinasakan oleh makhluk yang pasti ada di sana tetapi tidak mau menampakkan dirinya. Paling sedikit sudah ada dua makhluk amat menakutkan yang hadir bersama mereka. Melihat cucu dan anak mereka telah diperlakukan dengan begitu kejam. Kalau hantu atau jin atau apa pun namanya itu, mau mereka semuanya dapat dibunuhnya seperti si manusia harimau http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mengoyak-ngoyak perut Sersan Saiman. "Mengapa diam saja kolonel?" tanya Dja Lubuk. Dan si perwira tetap juga diam, dia tidak kuasa berkata barang sepatah pun. Sekarang dia harus betul-betul tahu bagaimana rasanya takut. Rupanya rasa takut amat mengerikan dan orang tidak kuasa melarikan diri dari rasa takut itu. Inilah salah satu pembalasan yang amat ampuh, la akan memburu terus, ke mana pun orang atau mereka pergi, la jarang melepaskan buruannya sampai si buronan berpisah dengan dunia fana ini. Kolonel Margono yang biasanya pandai debat dan punya ribuan dalil, itu, kali ini benar benar ketemu batunya, la terdiam. Kapten Sahata Siregar pergi tanpa kata. "He kolonel dan kalian yang dinamakan pengayom masyarakat, pemelihara ketenteraman dan ketenangan, apakah kalian punya istri" Punya anak" Sayang pada mereka" Mau berpisah dengan mereka" Aku tahu cara yang mudah! Bahkan aku mau menolong tanpa bayar!" Dja Lubuk berkelakar dengan kata-kata ancaman, la mungkin merasa senang dengan permainannya, tetapi tampak olehnya bagaimana semua anak, termasuk si Kolonel jadi lemas. Ada yang sekedar gemetar, tetapi juga ada yang terduduk tanpa daya, karena kaki sudah tak sanggup memikul tubuh mereka. "Ampun, ampuni aku," kata Margono dan kini ia pun tak kuasa berdiri lagi. la teringat akan istri dan tiga orang anaknya. Semua kesayangannya, walaupun ia senang sekali melihat Sabrina yang dibebaskannya itu. Dan ia hanya minta ampun untuk dirinya, walaupun ia pemimpin dari banyak bawahan. Egoisme" Ataukah pengkhianat" Dalam keadaan sulit penuh bahaya hanya memikirkan keselamatan diri sendiri. Yang namanya bawahan, huh. itu urusan mereka. Kasihan juga orang-orang kecil itu. Selalu amat dibutuhkan dan merupakan tenaga-tenaga yang menentukan, tetapi dalam halhal lain tidak jarang dilupakan. Maka minta ampunlah anak buah Kolonel Margono untuk diri masing-masing. Berlakulah istilah populer Jakarta: "Lu lu, gue gue! Sebodo amat!" http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kemudian suasana di depan sel itu jadi sunyi senyap. Para tahanan di sel lain yang punya ukuran lebih besar, tetapi toh jadi sesak oleh banyaknya calon-calon yang akan dibawa ke pengadilan atau tutup nasib di sana, mempersaksikan adegan demi adegan'dengan penuh keheranan tanpa mengetahui apakah sebenarnya yang sedang berlangsung. Dan mereka bersama petugas-petugas Polisi menjadi lebih heran disertai rasa ngeri yang amat sangat, ketika Maladi yang tadi sama-sama Saiman menyiksa Erwin, tiba-tiba saja terbanting tanpa terlihat ada yang membanting. Dan setelah itu ia menjerit-jerit untuk terakhir di dunia ini. Perutnya robek dan isinya dikeluarkan tanpa kelihatan siapa yang melakukan ini semua. Dja Lubuk memenuhi janji yang diucapkan oleh ayahnya Raja Tigor. Baru satu yang dibinasakan setelah Saiman. Para tahanan jadi amat gelisah. Ini pasti perbuatan jin atau hantu. Dan makhluk-makhluk halus begitu tidak pandang bulu. Termasuk "bulu" tahanan. Mereka menjerit-jerit minta tolong, walaupun ada di antara beberapa penjahat yang mendendam pada Maladi merasa senang atas perbuatan jin atau hantu atas diri petugas hukum itu. Untung, pada saat itu ada satu mobil patroli baru kembali. Mendengar hiruk pikuk itu, mereka yang terdiri dari lima orang, semuanya bergegas ke dalam. Mempersaksikan kenyataan yang belum pernah mereka lihat seumur hidup, ada di antara mereka yang jatuh pingsan. Yang segera normal kembali ingatannya hanya Karnadi, yang punya sedikit ilmu kebathinan. la ceritakan apa yang telah terjadi. Bahwa Erwin yang dituduh melakukan pembunuhan ganda mempunyai ayah dan kakek harimau. Ayah dan kakeknya itulah yang datang membalas dendam atas perlakuan terhadap diri Erwin. Kini tidak ada yang mengejek. Kolonel Margono menyesal atas segala ucapan dan keangkuhannya, la ingin bicara dengan Kapten Sahata Siregar. Tetapi orang ini sudah pergi. Setelah ia turut melihat keadaan Erwin sehabis disiksa, ia pergi meninggalkan http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mereka tanpa pamit, la sangat sedih dan kecewa, la tidak turut bersalah, tapi mungkin tidak mau terlibat dalam peristiwa-peristiwa yang dikhawatirkannya akan menyusul. Erwin manusia harimau! Dan pada manusia atau makhluk semacam itu lebih baik orang jangan sok berani-beranian atau sesumbar. Kejadian di kantor kepolisian itu ditutup rapat dengan maksud agar jangan sampai bocor ke luar. Hanya akan menimbulkan kepanikan dan ketidak tenangan masyarakat bekerja atau bepergian. Jadi bukan mau disembunyikan tanpa sebab. ATAS permintaan Kolonel Margono, keesokan harinya Kapten Sahata Siregar datang kembali. Dilihatnya atasannya sudah berubah. Ini bukan Margono yang biasa dihadapinya. "Kapten tinggalkan kami kemarin malam. Mengapa?" tanya Margono tanpa mengangkat mukanya yang menunduk menghadapi meja. "Sayat tidak mau terlibat dalam perkara misterius ini," jawabnya singkat. "Kapten asal sana. Kalau saya tugaskan untuk menyelidiki sehingga akhirnya jadi jelas siapa yang * membunuh dan siapa yang hanya terkena fitnah, bagaimana" Anda bersedia?" tanya Kolonel Margono. Sahata teringat akan sindirian dan ejekan atasannya itu kepadanya. Dengan cara halus dia menolak. Margono menceritakan apa lagi yang sudah terjadi. Kapten itu terkejut bukan kepalang, mendengar satu polisi lagi, Maladi telah mengalami nasib seperti Sersan Saiman dalam tempo begitu singkat telah jatuh dua korban. Dan kedua-duanya adalah Polisi yang menyiksa Erwin. Siregar pergi ke sel tahanan Erwin. Tersangka masih di sana dalam keadaan yang amat mengerikan. Waktu masuk sel dia masih utuh. Sekali lagi Kapten Siregar berlinang air mata. Entah karena tertuduh itu berasal dari daerah yang sama dengan dia.Atau keyakinannya akan ketidak berdosaan Erwin, tetapi toh harus mengalami nasib yang begitu kejam dan menyakiti hati. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Pada saat Siregar memandangi muka Erwin dengan perasaan yang amat pilu, tertuduh membuka matanya pelan-pelan. Lama dia memandang kearah Siregar, tetapi ia tidak bisa melihatnya dengan jelas. Kabur! Dalam hati ia bertanya dengan perasaan takut, apa lagi yang akan dilakukan atas dirinya. Kalau dipukul injak lagi, pastilah ia akan mati. Tetapi justru pada saat itulah ia memohon agar ia diberi kesempatan untuk pada suatu ketika melakukan pembalasannya atas ketiga orang yang menyiksa dirinya, la belum tahu, bahwa dua di antaranya telah disudahi oleh ompung dan amangnya sendiri. "Ini aku Sahata Siregar. Kau tandai aku, Erwin?" tanya Siregar. Setelah agak lama, ia baru merasa kenal pada suara itu. Memang Kapten Sahata Siregar. Tetapi ia tidak dapat menyahut. Mulutnya tidak dapat digerakkan oleh bekas kena tinju petugas-petugas berhati ganas tadi. "Maafkan aku Erwin. Tak punya daya mencegahnya. Pangkatku ini kecil sekali dibanding dengan mereka yang sudah kolonel ke atas." Erwin dapat mendengar dan mengerti, la tutup matanya sebentar lalu membukanya kembali, seolah-olah ingin mengatakan, bahwa ia tahu. Sahata menyeka air mata. Biasa. Ada kalanya orang terkuat bagaimanapun tak mampu menahan sedih. Di ruangan Kol. Margono, kesedihan Sahata masih belum lenyap dari wajahnya, la diam, yang lain pun diam. Tetapi tiba-tiba, tanpa diduga oleh siapa pun, dia pukul meja dengan sekuat tinjunya dan berkata: "Tidak patut kalian lakukan itu atas dirinya. Kalian lebih ganas daripada hewan. Barangkali kalian meng ganas untuk tujuan politik. Merusak citra Polisi. Supaya Polisi dimusuhi oleh rakyat!" Kesal, sakit hati dan penuh curiga berkecamuk menjadi satu di dalam dirinya. Kolonel Polisi Margono yang biasanya menyalak kalau ada bawahan yang kurang berdisiplin apalagi bersikap kurang ajar seperti Sahata kini membiarkan. Orang yang sedang sangat marah lebih baik dibiarkan. Pada suatu hari http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ nanti, kalau amarahnya sudah mereda atau hilang, barulah dia diajak bicara. Amarah disebabkan oleh sedikitnya dua macam hal. Karena emosi yang tak terkendali kan atau/karena kewajaran belaka. Terrlgiang-ngiang di telinganya kata-kata yang diucapkan Raja Tigor. Bahwa Sabrina yang dibebaskan Margono adalah sahabat baik Erwin. Bahkan pernah saling menyukai. Barangkali Sabrina dapat bercerita banyak tentang Erwin, atau membuktikan bahwa dia tidak terlibat di dalam pembunuhan itu. "Kita periksa kembali wanita yang pernah kita tanyai itu. Letnan," kata Margono kepada Karnadi yang jadi komandan pasukan pengepung dan penangkap Erwin. "Apakah mungkin dia terlibat Pak?" tanya Karnadi. "Barangkali tidak. Tetapi mungkin dia bisa menolong kita. Memberi informasi mengenai tahanan yang mendatangkan bahaya itu!" "Pak, boleh saya pengajukan usul?" tanya seorang kopral. "Usul apa! Kalau baik, apa salahnya kita lakukan. Bicaralah!" Kopral Kusumo memberanikan diri: "Tahanan ini sudah jelas bukan manusia sembarangan. Sudah terbukti dengan kematian Saiman dan Maladi. Selama orang ini masih kita tahan, maka kantor dan petugas-petugas di sini tidak akan pernah aman. Makhluk itu bisa datang tanpa kelihatan dan dengan sendirinya bisa membunuh siapa saja yang dikehendakinya. Kakeknya sudah mengatakan bahwa cucunya itu tidak berdosa!" "Tapi dia dalam keadaan sekarat. Tidak kuat bangkit dan mukanya sudah setengah binasa," kata Karnadi. "la akan ceritakan di luar apa yang dialaminya di sini. Barangkali dia ke DPR atau ke surat-surat kabar. Mukanya yang penuh bengkak dan luka-luka itu akan terpampang di semua harian!" "Panggil dokter. Minta mengobati dia sampai sembuh!" perintah Margono. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Jadi tetap kita tahan di sini?" tanya Kopral Kusumo. "Ya, sampai dapat dibuktikan bahwa dia tidak mungkin terlibat. Misalnya bahwa pada waktu kedua pembunuhan itu, dia tidak mungkin ada di sana," kata Margono yang masih tetap bertahan pada hukum. "Untuk itu diperlakukan saksi-saksi. Segeralah panggil kembali nona Sabrina!" PERLAHAN-LAHAN Erwin sadar apa yang telah terjadi atas dirinya. Dikepung, diperintah menyerah, ditangkap, lalu dimasukkan ke dalam sel. Pada tengah malam diperiksa dan dipukuli tanpa kenal ampun barang secuil pun. la ingat kembali, ada tiga polisi yang memeriksa dan menghajar dirinya. Dia tak tahu tentang kedatangan ompung, kemudian i ayahnya. Tapi dia ingat, tadi Kapten Polisi Siregar berdiri di muka selnya dengan muka yang amat sedih. SABRINA terkejut bukan kepalang, ketika Polisi yang mendatanginya mengatakan bahwa ia harus ikut lagi ke kantor Polisi. Apakah rahasianya terbongkar" TETAPI kejut cindaku itu hanya sebentar, la tidak kehilangan akal. Tidak mungkin Polisi akan melemparkan tuduhan atas dirinya, karena tidak ada bukti untuk itu. Tidak ada satu saksi pun melihat ia melakukan pembunuhan. Erwin yang buka rahasianya" Juga tidak akan merupakan bukti. Kecuali kalau ia mendadak jadi harimau di hadapan Polisi. Ini memang mungkin, tetapi kesialan semacam itu hanya tipis sekali. Bertanya ia kepada Polisi yang berpakaian preman: "Siapa yang memerintah Anda memanggil saya?" "Pak Kolonel Margono sendiri!" jawab Rifai, si petugas. "Kolonel Margono?" Sabrina tertawa. "Kalau begitu bukan urusan dinas. Atasan Anda itu sahabat saya! Oleh karena itu ia tahu saya tinggal di hotel ini. Dia sering kemari!" Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Rifai jadi ragu-ragu. la memang disuruh memanggil Sabrina, tetapi bukan mustahil atasannya itu sahabat wanita ini. "Apa sih yang terjadi di kantor Anda, sampai Kolonel jadi http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kebingungan. Sebenarnya dia bisa menelepon saja. Saya akan datang. Jadi Anda tidak usah susah-susah kemari!" "Kejadian gawat nona. Sukar masuk akal. Ada setan membunuh dua orang rekan saya." "Mana ada setan! Inilah yang ada nama tetapi tidak ada barangnya atau makhluknya. Sama seperti hantu atau jin. Mana ada!" kata Sabrina. la ingin Rifai menceritakan seluruh peristiwa. "Dua rekan saya robek perutnya. Di hadapan kami, tetapi tidak kelihatan siapa yang merobek. Apa lagi kalau bukan hantu atau setan!" "Tetapi kalau benar ada kejadian begitu, apa yang jadi sebab?" Rifai lalu menceritakan tentang adanya seorang tahanan bernama Erwin yang dituduh melakukan pembunuhan ganda. Dan semua kejadian yang diketahuinya. "Tahanan itu masih ada?" tanya Sabrina. "Ada, itu juga sangat mengherankan, la masih meringkuk di dalam sel." "Dalam keadaan wajar atau cedera karena disiksa?" "Dia rusak berat. Tapi bukan saya yang memukul. Dua di antara Polisi yang menyiksa dirinya itulah yang dirobek dan diobrak-abrik isi perutnya oleh makhluk yang tidak kelihatan itu! Mengakunya kakek dan ayah orang yang ditahan itu!" Sabrina kaget. Dia yakin cerita itu benar semua. Dja Lubuk dan Raja Tigor datang membalas dendam atas perlakuan sadis terhadap Erwin. Setelah berpikir sejenak, Sabrina berkata: "Saya akan telepon Kolonel Margono. Pergilah duluan. Saya akan datang sendiri." Dan dia benar-benar menelepon Perwira Polisi yang sangat mengagumi kecantikannya itu. Lalu disuruhnya Rifai mendengar apa kata Pak Kolonel. Benar, dia boleh kembali ke kantor. Tidak perlu menggiring Sabrina, karena dia orang baik. Dia tidak tahu, bahwa Sabrina http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ banyak berbohong kepada petugas keamanan itu. Sebenarnya Margono belum pernah mengunjungi wanita itu di hotel tempat ia menginap. Tapi kecantikan wanita memang selalu membuat orang percaya pada apa saja yang dikatakannya. Tak lama setelah Rifai melapor kepada Kolonel Margono, Sabrina pun tiba. Kecantikannya membuat semua anggota Polisi memandanginya dengan jalan pikiran atau barangkali juga khayalan masing-masing. Dan itu hanya sesuatu yang wajar. Polisi juga manusia sebagaimana manusia lainnya dengan sifat dan tabiat serta selera masing-masing pula. Ketika wanita itu masuk. Letnan Karnadi yang agak berisi dadanya oleh bekal dari kakeknya, merasa gelisah tanpa diketahuinya apa yang menjadi sebab. Tetapi kegelisahan mendadak bagi dirinya selalu berarti, bahwa di sekitarnya ada sesuatu yang tidak beres. Apakah si manusia harimau yang ayah atau kakek Erwin kembali ke ruangan itu tanpa sudi memperlihatkan diri" Seperti telah dilakukan mereka ketika membunuh Sersan Saiman dan Maladi. Siapa lagi yang akan menerima giliran" Kolonel Margono berusaha sekorek mungkin dengan mempersilakan Sabrina duduk. Tapi ia merasakan, bahwa detak jantungnya agak lain. Biasa, menghadapi wanita secantik itu yang harus ditanyai. Sekaligus juga amat disenangi. "Kami harap nona suka menolong, kalau dapat menolong!" kata Margono. "Dengan segala senang hati," kata Sabrina. "Kewajiban bagi tiap warga yang baik untuk membantu aparat penegak keamanan dan hukum. Tentu saja, kalau mungkin!" "Terima kasih," ujar Margono. Dia mengajak Sabrina melihat Erwin. Kapten Sahata Siregar juga turut, la sangat iba melihat Erwin. Tiap perkembangan dalam perkara yang amat misterius ini mungkin penting artinya dalam usahanya membersihkan orang Mandailing itu dari tuduhan, la yakin betul bahwa Erwin tidak berdosa sedikit pun dalam dua kasus pembunuhan itu. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sabrina terkejut melihat Erwin tergeletak di dalam sel tahanannya; Masih seperti tadi, dengan muka yang sudah divermaak, tetapi kini dengan mata yang terbuka. Tidak berkedip. "Lihatlah dia baik-baik," kata Kolonel Margono kepada Sabrina. Rupanya kemanusiaan dan pikiran waras sedang menang di dalam diri wanita yang kadangkala meng-harimau itu. la tak sanggup menahan air mata. Kemudian tak kuat menahan isak yang membuat bahunya tergoncang goncang. Jelas bagi Kolonel Margono dan Kapten Siregar, bahwa Sabrina memang kenal, bahkan kenal baik dengan Erwin. Sabrina benar-benar sangat sedih dan malu pada dirinya. Karena dia, Erwin harus menderita separah ini. Betapa jahat, keji dan pengecutnya dia! Mata Erwin yang terus terbuka itu bagaikan mendakwa dirinya sebagai penjahat yang amat sadis. Tetapi tahanan itu tidak berkata apa pun. Tak dapat atau tak sudi. Kolonel Margono membimbing Sabrina ke sebuah ruangan tempat membuat proses verbal. Dia tidak segera mengajukan pertanyaan. Dia mau tunggu sampai emosi wanita itu mereda. Dia tidak tahu apa yang sedang bergulat di dalam dada insan cantik itu. Melihat Erwin sampai begitu menderita. Sabrina merasa bahwa dia harus mengakui segala kejahatan yang telah dilakukannya. Dua pembunuhan. Tetapi kedua-duanya bukan atas kehendak hatinya. Waktu itu ia dikuasai setan harimau yang dahaga darah, la tidak dapat melawannya. Kalau ia sewaras sekarang, tidak mungkin ia sanggup melakukannya, la juga punya sifat pengasih, penyayang dan rasa kasihan. Tetapi kalau ia mengakui kedua pembunuhan itu akan tamatlah riwayatnya. Itu tidak dikehendakinya, la masih terlalu muda, belum sempat menikmati bagaimana indahnya hidup dunia ini. Yang telah dilaluinya sebagian besar kepa-hit getiran. Bentrokan dengan Sabaruddin, putus cinta dengan Erwin, nyaris diperkosa Ki Ampuh, mengisap darah dua bayi, kemudian membunuh dua orang lagi. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Teringat pula ia sejenak pada peristiwa perzinahannya dengan Sabaruddin yang semula amat dicintainya, kemudian dibenci dan dibunuhnya karena ia mau kembali ke Erwin. Dan orang ini sekarang ditahan dan disiksa tanpa punya dosa sedikit pun. Semua oleh ulahnya. "Nona kenal pada tahanan itu?" tanya Margono. "Bukan hanya kenal, tetapi sahabat baik," jawab Sabrina. "Nona tahu, mengapa ia ditahan?" Sabrina menjawab bahwa ia sama sekali tidak tahu dan bahkan heran mengapa sahabatnya yang diketahuinya sangat baik hati itu sampai bisa ditahan. Margono menerangkan seluruh kisah sampai pada cerita Amalia, anak Juariah korban pembunuhan terakhir dalam hal mana Erwin jadi tertuduh "Tetapi mengapa mesti dia yang dituduh?" tanya Sabrina. la ingin membebaskan Erwin dari tuduhan tetapi juga tidak mau sampai terlibat di dalam perkara ini, Apalagi disangka sebagai pembunuh. Dalam kepanikannya melihat Erwin disiksa dan dikurung di suatu tempat seperti kandang hewan buas, Sabrina lupa, bahwa dialah yang mengatakan kepada Amalia dan ibunya, manusia apa dukun yang bernama Erwin itu sebenarnya. "Bukankah nona mengatakan bahwa Erwin ini manusia harimau. Dan bahwa dia pada suatu hari akan membunuh Amalia dan ibunya?" tanya Margono, membuat Sabrina sangat terkejut dan Kapten Sahata Siregar jadi amat tertarik. Setelah diam sejenak, bagaikan orang yang terperangkap, Sabrina menjawab dengan tenang: "Memang benar saya berkata begitu. Tetapi itu hanya usaha, atau boleh juga dibilang muslihat saya untuk menjauhkan Amalia dari Erwin! Gadis itu tergila-gila benar pada Erwin." Margono heran. "Lha, kenapa nona mau memutuskan hubungan mereka?" "Karena saya menghendaki Erwin, kata Sabrina berterus terang. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dia harus membuang semua rasa malu. Apalagi memang benar pula begitu. Mendengar jawaban itu Margono merasa terpukul. Sebagai manusia ia juga sudah jatuh hati pada Sabrina. Siapa yang tidak merasa kecewa mendengar orang yang diminati rupanya cinta pada orang lain. Dan yang dicintai Sabrina tak lain daripada orang yang sedang ditahan dan sudah disiksa hampir mati. "Cerita nona ini benar atau karena kasihan melihat dia saja?" tanya Margono. Sebagai penegak hukum ia harus mengetahui yang sebenarnya, tetapi sebagai manusia Margono yang tertarik dan menaruh harapan atas Sabrina juga ingin tahu apakah benar-benar si cantik ini tertarik pada orang yang hanya seperti Erwin. "Saya bukan manusia yang suka berbohong," jawab Sabrina tegas. "Apa sih pekerjaan orang tahanan itu?" "Sepanjang tahu saya dia belum dapat pekerjaan. Tetapi dia suka mengobati orang-orang yang membutuhkan pertolongannya." "Dukun?" tanya Margono. "Ya, begitulah. Dan banyak orang sakit berat telah dapat disembuhkannya." "Nona benar-benar mau merebutnya dari anak nyonya Juariah yang jadi korban pembunuhan itu?" tanya Margono seakan-akan tak percaya, bagaimana wanita sejelita Sabrina bisa jatuh cinta pada orang yang hanya cari makan melalui perdukunan. "Saya bukan mau merebutnya, tetapi mati mencegah saja!" "Maksud nona?" tanya Margono yang didengarkan oleh Kapten Siregar dengan penuh perhatian. "Erwin sama sekali tidak jatuh cinta pada Amalia. Sebenarnya gadis itu bertepuk sebelah tangan." "Apakah dia cinta pada nona?" Margono ingin tahu. Sabrina mengangkat bahu. "Saya belum tahu." "Aneh, benar-http://ceritasilat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ benar aneh," kata Margono melepaskan apa yang dikatakan oleh hatinya. "Saya juga merasa aneh/' kata Sabrina. "Seaneh dia, yang miskin tetapi toh tidak cari duit melalui kemampuannya menyembuhkan orang yang tidak dapat ditolong oleh dokter." "Tetapi cerita nona tidak berarti bahwa bukan Erwin yang membunuh!" ujar Margono. Memang benar pendapat kolonel itu. Sabrina menjelaskan bahwa pada hari terjadinya pembunuhan itu Erwin selalu bersama dia. "Di hotel?" "di mana saja. Kebetulan pada hari-hari belakangan ini kami selalu bersama. Bukan sebagai orang yang bercinta-cintaan, tetapi sebagai dua orang bersahabat. Sudah saya terangkan tadi, saya tidak pasti apakah dia mencintai saya. Tapi saya ingin memiliki dia," kata Sabrina berani. Dalam hati Kapten Siregar memuji keberanian atau kepintaran perempuan ini, sementara Margono merasa heran dan kecewa. Kolonel Margono mengajak Kapten Siregar ke ruangan lain untuk bertukar pikiran. Dari tukar pendapat itu Margono yakin bahwa sebenarnyalah Erwin bukan si pembunuh yang dicari. Apalagi kakeknya yang tidak memperlihatkan sudah mengatakan. Makhluk yang tidak tampak ini bisa menimbulkan bencana-bencana lain. Diambillah keputusan untuk membebaskan Erwin setelah ia dirawat. Besar sekali resikonya membebaskan dia dalam keadaan rusak muka dan tubuh. Keputusan pembebasan Erwin diceritakan kepada Sabrina yang merasa senang sekali atas keberhasilan keterangannya. Kapten Siregar mengusulkan agar berita itu langsung disampaikan kepada Erwin. Margono setuju. Sabrina mohon turut lagi ke sel Erwin. Ingin melihat kegembiraan Erwin dan ingin agar Erwin tahu, bahwa pembebasannya adalah berkat jasa-jasanya. Tetapi ketika tiba di depan sel pengurung Eiwin, ketiga orang itu http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ jadi terkejut bukan kepalang. Pintu sel sudah terbuka dan Erwin sudah tidak ada di sana. Margono dan Siregar saling berpandangan. Agak lama juga ketiga orang itu berdiri di sana tanpa bertanya atau berkata. Dan Margono bukan hanya terkejut heran, tetapi kemudian dirasuki rasa takut. Erwin yang sudah tak berdaya, tak mungkin bisa lari, apalagi membuka pintu sel yang dikun ci dari luar. Mesti ada o/ang lain lagi. Orang itu yang membukakan pintu dan membuat atau mengajak dia melarikan diri. Tetapi tak ada seorang pun di antara anggota Polisi yang mengetahui karena tidak ada yang melihat Erwin dan penolongnya. "Sahata, apakah artinya semua ini?" tanya Kolonel Margono kebingungan bercampur takut. Tidak masuk akal. Tetapi suatu kenyataan. *** BERBEDA dengan Sahata dan Margono, gadis asai Kerinci itu hanya sebentar tertegun tetapi sama sekali tidak heran, la sudah mengetahui kemampuan Dja Lubuk dan Raja Tigor, ayah dan kakek Erwin yang selalu datang membela Erwin, bila keadaan amat membutuhkan. Sebagaimana ayahnya Sutan Rimbogadang, juga akan datang bilamana Sabrina amat memerlukan bantuannya. Kolonel Margono bertanya kepada para tahanan yang dijadikan satu dalam sel di seberang tempat Erwin apakah mereka melihat seseorang membuka pintu kurungan dukun itu. Tidak ada, tidak ada orang datang. Dan kini baru mereka terkejut melihat dalam sel Erwin sudah tidak ada lagi kawan senasib yang tadi tergeletak dalam keadaan pingsan setelah melalui penganiayaan berat. Keanehan itu jadi pem bicaraan ramai di antara mereka. Ada yang berpendapat, bahwa Erwin tentu mempunyai ilmu menghilang, sehingga tidak kelihatan keluar dari selnya. Yang lain bertanya, bagaimana ia membuka sel yang dikunci dari luar. Seorang tahanan yang sudah setengah umur berkata: "Bagi orang yang punya ilmu tinggi, semuanya mungkin. Sampai-sampai yang tidak masuk akal. Dia pasti mempunyai ilmu yang amat hebat." Yang lain lagi mendebat: "Kalau dia punya ilmu, mengapa ia hampir http://ceritasilat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mati dipukul. Mengapa dia tidak menghilang di waktu akan disiksa?" Tahanan lain berkata: "Waktu dipukul dia biarkan. Dia mau memberi pertunjukan yang lebih hebat kepada para petugas di sini. Mungkin ketika disiksa ia tidak gunakan ilmunya. Sehingga polisi-polisi itu menganggap enteng padanya. Kemudian ia buktikan siapa dia sebenarnya." Oleh kejadian yang amat menakjubkan ini banyak di antara para Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tahanan sudah berniat untuk mencari Erwin nanti bila mereka bisa keluar dengan selamat dari sana atau dari penjara. Mau menuntut ilmu padanya. Huh, kalau bisa menghilang, mereka akan masuk Bank dan perusahaan atau toko-toko besar yang menyimpan banyak duit. Masuk dan keluar tidak kelihatan. Juta juta akan diambil dengan tenang. Tanpa ada risiko. Tidak akan pernah lagi ditangkap, apalagi disiksa. Dia akan masuk ke gedung-gedung orang-orang yang jadi kaya melalui penyalahgunaan kedudukan. Dia ambil semua intan berlian dan uang yang disimpan di rumah. Semua itu akan dilakukannya di hadapan hidung "bapak bapak" yang pencuri besar tetapi jenis "Halus" itu. Biar mereka rasain. Bukan hanya itu. Anak anak mereka yang cantik akan diperkosa di rumahnya sendiri. Tentu saja akan mempergunakan obat bius. Biarpun punya ilmu bisa tidak kelihatan, tetapi si gadis yang diperkosa tentu akan menjerit, menyangka ada jin atau hantu menggagahinya. Kalau dibius kan siip. Kalau isterinya muda dan cantik, hasil belian dengan uang korupsi atau komisi, maka sang nyonya juga akan digarap. Wah, wah, dengan ilmu bisa membuat diri tidak kelihatan. Dia akan selalu panen. Kebutuhan materi dan seks akan terpenuhi semua. Bukan hanya itu. Orang-orang yang tidak disukainya akan dibunuh. Kuatir apa" Toh tidak ada orang yang melihat dia menancapkan pisau di jantung korbannya. Atau mengalungkan clurit di leher orang itu, untuk kemudian menariknya sekuat tenaga. Kepala akan bercerai dari tubuh, minimal setengah putus. "APA yang harus kita lakukan Siregar?" tanya Kolonel kepada bawahannya. "Tadi maksud Bapak kan akan membebaskannya. Dia bebas http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sudah," kata Siregar seenaknya, seolah-olah dia bukan perwira Polri dan kejadian ini hanya suatu keajaiban belaka. Tidak punya sangkut paut dengan hukum. Dalam keadaan wajar, pasti Kolonel Margono akan marah sekali mendengar jawaban demikian. Yang mengucapkan tak kurang dari seorang Kapten Polisi. Yang tentu mengetahui peraturan-peraturan dan ketentuan dalam Kepolisian. Menangkap seseorang tersangka harus dengan surat perintah dan membebaskannya harus pula dengan surat resmi. Tetapi dalam keadaan sekarang ia tidak sanggup marah, la bukan hanya menghadapi peristiwa-peristiwa aneh, tetapi juga memikirkan keselamatan diri dan keluarganya. Di antara tiga orang anaknya ada dua gadis. Sedang remaja dan cantik. "Nona Sabrina, apakah nona barangkali bisa memberi keterangan tentang apa yang nona lihat sendiri," lalu kepada Kapten Sahata Siregar, Kolonel Margono berkata: "Kapten tahu, apa yang baru terjadi bukannya pembebasan dari kita, tetapi tersangka melarikan diri! Dan ini salah menurut hukum. Pelarian harus ditangkap. Kita rupanya lagi sial. Kalau dia bersabar barang seperempat jam, tentu dia tidak perlu lari. Kita yang membebaskannya dari sangkaan, karena tiada bukti dan saksi yang menguatkan ketidak terlibatannya. Kini, bukan saja dia telah membuat kesalahan, tetapi kita menghadapi pekerjaan berat!" "Menangkap dia kembali," kata Kapten Siregar melengkapi kalimat Margono. "Ya, dan Kapten saya tugaskan untuk menangkapnya. Itu perintah!" Kolonel itu, dalam kebingungan dan takut, masih coba mempertahankan kewajibannya sebagai seorang perwira Polri. "Tapi dia tidak bersalah," kata Sabrina membela Erwin. "Ya, dia tidak bersalah dalam soal pembunuhan, tetapi dia melakukan suatu kesalahan besar dengan melarikan diri!" kata Margono. "Belum tentu dia melarikan diri. Melihat keadaannya tadi, bangkit http://ceritasilat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ saja dia tidak akan kuat. Walaupun dia punya ilmu, tetapi dia harus berdiri untuk dapat membuka pintu dan keluar. Dan berdiri itu yang dia tidak bisa. Walaupun sekiranya dia dapat membuat dirinya tidak kelihatan," ujar Sabrina. "Teruskan," kata Kolonel Margono. "Saya rasa dia dilarikan!" sahut Sabrina. "Siapa yang melarikan?" "Mungkin ayah atau kakeknya. Dua anak buah Pak Kolonel yang dikoyak-koyak perutnya kan juga tidak kelihatan pelakunya/' Kolonel Margono diam. Walaupun ia tidak percaya pada segala macam ilmu tetapi ia sudah mengalami sendiri, bahwa apa yang tidak dipercayainya itu sudah terjadi. Bahunya sendiri tadi telah ditekan oleh dua tangan amat berat tanpa bisa dilihatnya siapa yang empunya tangan dan bicara dengannya itu. Masih mau tidak percaya" Margono minta Letnan Karnadi menghadap. "Letnan membantu Kapten Siregar mencari dan menangkap kembali Erwin yang sudah melarikan diri," perintah Margono. Letnan yang punya sedikit isi di dalam dadanya itu jadi kaget. Bagaimana mungkin, tersangka dalam keadaan pisik gawat. Tidak mungkin tari. Kapten Siregar menceritakannya secara singkat. "Jadi, keluarnya dari sini tidak kelihatan?" tanya Karnadi, padahal pertanyaannya itu sebenarnya sudah terjawab oleh kenyataan yang baru terjadi. "Saya sudah menerangkan," kata Sabrina tanpa diminta bicara, "Dia tak mungkin lari, tetapi dilarikan oleh ayah atau kakeknya. Tentu saja, tuan-tuan boleh percaya, boleh tidak!" Letnan Karnadi yang sejak tadi merasa bulu-bulu romanya berdiri, pertanda ada yang gaib atau orang halus di sekitarnya, berkata: "Saya rasa mereka masih ada di sini. Hanya tidak kelihatan. Mungkin mendengar pembicaraan kita. Barangkali juga mentertawakan!" Walaupun Karnadi tidak punya tujuan menyindir, tetapi Kolonel Margono yang meremehkan kekuatan-kekuatan gaib, merasa http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terpukul. Kalau benar Erwin dan ayah atau kakeknya yang melarikan dia masih ada di sana, maka dirinyalah yang ditertawakan dan diejek. Karena tidak mampu menghadapi apa yang semula tidak dipercayainya. Padahal sebenarnya Erwin dan yang melarikannya sudah tidak ada di sana. Karnadi merasa kelainan pada dirinya dan mengetahui ada sesuatu yang tidak wajar di sekitarnya sebenarnya tiada lain daripada kehadiran Sabrina yang manusia cindaku. Sebagaimana dirasakannya ketika Sabrina baru datang tadi Hanya saja Karnadi tidak sampai menyangka sedikit pun bahwa wanita cantik itu kadangkaia menjadi harimau dengan hati iblis yang tidak bisa dikendalikan. "Kau yakin mereka masih ada di sini Letnan?" tanya Margono. "Saya yakin dan perasaan saya tidak pernah meleset Pak. Hanya saja saya tidak mampu melihat mereka yang punya ilmu membutakan mata kita terhadap mereka." "Kalau begitu ilmu hilang betul betul ada?" tanya Margono. Telaga Emas Berdarah 2 Pendekar Mabuk 058 Gadis Buronan Lembah Tiga Malaikat 13

Cari Blog Ini