Sakit Hati Seorang Wanita 6
Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo Bagian 6 tempat itu tidak begitu luas. Tak lama kemudian mereka pun sudah me mbongkar papan dan mereka mene mukan terowongan bawah tanah itu. "Celaka! Dari sinilah mereka keluar atau.... dilarikan orangl" teriak Cia Kok Han dan dengan hati-hati, bersama Su Lok Bu dan dengan senjata di tangan, mereka lalu me masu ki terowongan itu, diikuti pula oleh anak buah mereka. Akan tetapi pengejaran mereka itu sudah jauh terlambat karena baru pada keesokan harinya mereka men dapatkan rahasia terowongan itu, sedangkan Cui Hong telah me larikan dua orang musuhnya pada ma la m tadi. Setelah menyeret dua orang musuh besarnya melalui terowongan, akhirnya Cui Hong me mbawa mereka ke luar di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pintu te mbusan yang berada di dasar jurang, dan ia terus menyeret mereka naik dan me masuki sebuah hutan lain yang lebat dan gelap, la memang sudah me mpersiapkan te mpattempat itu dan berhenti di sebuah lapangan rumput di tengah hutan, la lalu me mbuat dua api unggun yang cukup besar sehingga tempat itu menjadi terang, la tidak khawatir akan dilihat orang la in karena ia sudah selidiki bahwa te mpat itu, terutama di waktu malam, sunyi bukan main dan tidak pernah didatangi manusia. Juga ia tidak khawatir akan tersusul oleh pasukan yang dipimpin oleh Cia Kok Han dan Su Lok Bu karena sudah ia perhitungkan bahwa mereka tentu tidak akan mende kati pondok sa mpai keesokan harinya. Malam ini ia bebas dari gangguan orang luar! Pui Ki Cong dan Koo Cai Sun mas ih rebah terlentang tak ma mpu bergerak ataupun bersuara, hanya mata mereka saja yang terbelalak ketakutan me mandang kepada wanita itu. Cui Hong kini mengha mpiri Cai Sun yang menjadi ketakutan dan sekali tepuk, Cai Sun mendapatkan kemba li suaranya. Dia tidak mengeluarkan teriakan karena maklum bahwa hal itu akan sia-sia belaka. Teman-temannya berada di tempat yang jauh sekali dan di tempat seperti ini mana ada orang yang akan dapat mendengar teriakannya" Kemba li wanita itu menotoknya sehingga dia ma mpu bergerak, dan dia hanya dapat bangkit duduk karena kedua tangannya masih terbelenggu di belakang tubuhnya. Dia terbelalak menatap wajah wanita itu yang me mandang kepadanya dengan mata mencorong dan mulut tersenyum mengejek. "Kenapa. ... kenapa kau melakukan ini kepadaku.?" tanyanya, masih terlalu ngeri me mbayangkan apa yang ditakutinya ketika se maca m dugaan menyelinap di dalam benaknya. "Ok Cin Hwa, siapakah sebenarnya engkau?" Cui Hong tidak menjawab, me lainkan tersenyum dan kini ia me matahkan belenggu yang me ngikat kedua tangan Cai Sun. Laki-laki itu bebas dan ketika ia meraba senjatanya, yaitu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sepasang tombak pendek, ternyata sepasang senjata itu masih terselip dengan aman di punggungnya. Hatinya terasa agak aman, setidaknya dia dapat me mbela diri, pikirnya. Dia bangkit berdiri, me mbiar kan darahnya yang tadi berhenti menga lir itu kini menjad i normal kembali. Dia masih belum mengerti. Memang ada dugaan menyelinap di dalam benaknya bahwa Ok Cin Hwa ini mungkin penya maran Kim Cui Hong. Akan tetapi tidak mungkin, bantahnya. Musuhnya itu me mpunyai tahi la lat di dagunya, dan selama ini sikap Ok Cin Hwa a mat baik. Akan tetapi yang jelas, Ok Cin Hwa ini pun me mpunyai ilmu kepandaian t inggi seh ingga dapat menyeret dia dan Ki Cong keluar dari pondok setelah meroboh kan dia dengan tamparan pada tengkuknya. Dan leb ih jelas lagi, Ok Cin Hwa ini tidak me mpunyai maksud baik terhadap dia dan Ki Cong. Cui Hong meraba dagunya, menghapus bedak tebal yang menye mbunyikan tahi lalat di dagunya, kemudian melangkah maju, me mbiarkan s inar api menerangi wajahnya, mulutnya tersenyum mengeje k, "Koo Cai Sun, jahanam besar. Buka mata mu lebar-lebar dan lihat baik-ba ik, siapakah aku?" Cai Sun terbelalak, mukanya menjadi se makin pucat dan napasnya terengah-engah. Dia menderita pukulan batin yang amat menggetarkan jantungnya. Dengan tangan gemetar dia menuding ke arah muka Cui Hong. "Kau.... kau....?" Akan tetapi dia tidak ma mpu me lanjutkan karena rasa takut dan ngeri sudah me ncekik lehernya. "Ya, akulah Kim Cu i Hong. Lupakah engkau kepada gadis puteri Kim-kauwsu yang telah kauhina dan perkosa, kemudian kau buang seperti seekor binatang yang sudah ha mpir menjad i bangkai?" Saking takutnya, Cai Sun la lu me mba likkan tubuhnya dan me loncat untuk melarikan diri. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Brukkkk!!" Tubuhnya terjengkang karena tahu-tahu gadis itu telah berada di depannya, mendahuluinya dan menghadangnya, lalu menendang perutnya yang gendut. "Ah, tidak.... aku.... aku hanya ikut-ikutan.... yang bersalah adalah dia....!" Cai Sun dengan tubuh menggigil dan telunjuk tangan gemetaran menuding ke arah tubuh Ki Cong yang masih mengge letak tak jauh dari s itu dan yang sedang me mandang dengan mata me lotot ketakutan. "Dia" Dia akan mendapatkan gilirannya. Sekarang aku akan me mba las dendamku kepada mu, Koo Cai Sun!" "Tida k.... tidak!" Dan t iba-tiba Cai Sun menjatuhkan diri berlutut di depan Cui Hong. "Nona... Lihiap.... ampunkan saya.... ampunkan saya...." ratapnya. Ratap tangis ini terdengar merdu bagaikan nyanyian bagi Cui Hong. la mendengarkan sambil tersenyum senang dan setelah Cai Sun berhenti me mohon, menangis sa mbil berlutut, baru ia berkata dengan suara yang halus na mun tajam menusuk. "Jahanam busuk, keparat hina Koo Cai Sun, lupakah engkau betapa gadis Kim Ciu Hong itu pun meratap dan menang is, me mohon a mpun kepadamu dan tiga orang kawanmu yang me mper kosa-nya" Akan tetapi kalian tertawatawa senang mendengar ia meratap, merintih dan menangis, me lihat ia menggeliat-geliat kesakitan, terhina lahir batin, lupakah kamu?" "Ampun..... Lihiap, ampunkan saya. Saya merasa menyesal sekali, saya bertobat, ah, ampunkan saya, kasihanilah keluarga saya, anak isteri saya...." Kini Cai Sun tanpa maluma lu lagi me nangis! Lenyaplah se mua kegarangan dan dia merasa menyesal sekali. Mengapa dia begitu bodoh, tidak mengenal Ok Cin Hwa sebagai musuh besarnya" Kini setelah tahi lalat itu terhapus, dia mengenal wajah itu, wajah yang tujuh tahun yang lalu pernah dikenalnya baik-baik sebagai Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ wajah seorang gadis berusia Lima belas tahun, yang diper mainkannya sepuas hatinya, bersama Louw Ti, Gan Tek Un, dan didahului oleh Pui Ki Cong! Akan tetapi, ratapan ini bahkan mena mbah rasa sakit di hati Cui Hong, mena mbah kemarahannya seperti minyak bakar dis ira mkan pada api yang sudah menyala. "Bangsat rendah! Lupakah kalian yang telah membunuh ayahku dan suhengku" Dan sekarang en gkau minta aku mengasihani anak isterimu" bangkitlah dan lawan lah aku seperti seorang laki-laki. Engkau pengecut hina, bukan saja berwatak kejam dan jahat, akan tetapi juga pengecut tak tahu ma lu. Bangkitlah dan lawan aku, atau.... aku akan menyiksa mu sekarang juga!" Cai Sun adalah seorang yang amat licik dan cerdik. Dia pun maklum bahwa tidak ada gunanya segala maca m ratap tangis itu, dan dia tadi melakukannya hanya terdorong oleh rasa takutnya, juga merupakan semaca m siasat karena harus mencari jalan untuk dapat menyelamatkan dirinya. Ketika Cui Hong bicara, dia m-dia m tangannya merayap ke arah gagang sepasang senjatanya dan begitu Cui Hong habis bicara, tibatiba saja, dari keadaan berlutut, dia sudah meloncat dan menerjang dari bawah, sepasang siang-kek (tombak pendek) bercabang itu sudah menyambar dengan kecepatan kilat, yang kiri menyerang ke arah kaki, yang kanan ke arah pusar lawan! "Ma mpuslah.!" Dia me mbentak nyaring untuk mengejutkan lawan. "heiiiittt....!" Dengan gerakan a mat ringan, tubuh Cui Hong me layang ke atas belakang, lalu berjungkir balik sa mpai tiga kali baru turun ke atas tanah. Akan tetapi ternyata serangan Cai Sun yang hebat tadi hanya untuk mencari kesempatan saja, karena begitu lawan meloncat untuk mengelak, dia sudah me mbalikkan tubuhnya dan me larikan diri! Sesosok bayangan berkelebat melewatinya dan tahu-tahu Cui Hong telah menghadang di depannya sa mbil bertolak pinggang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Koo Cai Sun, engkau bukan saja seorang jahana m yang kejam dan jahat, akan tetapi juga pengecut dan curang!" Di tangan Cui Hong tergenggam sebatang kayu ranting pohon dan melihat Ini, Cai Sun menjadi ne kat. Dia tidak me mpunyai jalan keluar lag i. Bagaimanapun juga, sepasang senjatanya masih berada di tangannya, sedangkan lawan hanya me megang sebatang kayu ranting. Mustahil kalau dia sampai kalah, pikirnya, maka tanpa banyak cakap lagi dia pun lalu me nerjang maju sa mbil menggerakkan kedua to mbak pendeknya yang mengeluarkan suara berdengung dibarengi angin pukulan yang keras dan sepasang to mbak pendekitu pun lenyap berubah menjad i dua gulungan sinar. Koo Cai Sun bukan seorang le mah. Ilmu silatnya tinggi dan dia pun sudah me miliki banyak pengala man dalam perte mpuran. Akan tetapi bagaimanapun juga, tingkat kepandaian Cui Hong kini sudah berada di atasnya. Ilmu s ilat yang dimiliki Cui Hong adalah ilmu-ilmu yang lebih tinggi daripada ilmu silat Cai Sun. Selain itu, kalau Cui Hong tekun berlatih dan me miliki tenaga dan ketahanan yang kuat, sebaliknya Cai Sun yang setiap hari hanya suka mengejar perempuan dan bermain cinta saja menurut kan nafsu berahinya, menjadi se makin le mah tanpa disadarinya. Tenaganya banyak berkurang, napasnya pendek dan sebentar saja bersilat, dia telah menjad i lelah. Akan tetapi, karena sekali ini dia harus melindungi nyawanya, dan dia maklum bahwa musuhnya takkan mau menga mpuninya, dia menjadi nekat dan me lawan matimatian. Segala maca m ilmu yang ada padanya dikeluarkannya, dan dia pun me ngerahkan seluruh tenaga yang ada. Tiba-tiba dia menge luarkan gerengan keras dan dari tangan kakinya menyambar benda hita m ke arah perut dan dada lawan. Melihat senjata rahasia yang dilepas dari jarak de kat dan amat berbahaya ini, Cui Hong me mutar rantingnya dan belasan batang paku hitam runtuh ke atas tanah. Melihat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ senjata rahasianya gagal, Cai Sun menekan gagang tombak pendeknya yang kanan dan dari gagang senjata ini pun me luncur sebatang anak panah kecil yang cepat sekali ke arah leher lawan! Cui Hong terkejut, tidak keburu menangkis maka ia mengelak dengan tubuh dimiringkan sambil mengerahkan sinkang me lindungi tubuh atas. "Takkk!" Anak panah yang die lakkan itu luput dari leher akan tetapi mengenai pundak gadis itu dan meleset karena pundakitu telah dilindungi s inkang. Anak panah itu tidak me lukai kulit, meleset dan hanya merobek baju di pundak saja. Cui Hong tertawa mengejek, "Keluarkan se mua kepandaian mu, Koo Cai Sun, karena saat ini merupakan saat terakhir bagimu untuk dapat me ma merkan kepandaian mu!" Gulungan sinar yang dibentuk dari gerakan ranting itu sema kin ketat mengepung Cai Sun, me mbuat dia menjadi se ma kin repot. Bukan hanya repot menghadapi anca man ranting yang meno-tok-notok ke arah jalah darah di tubuhnya, akan tetapi juga repot mengatur pernapasannya yang hampir putus dan me mpertahankan tubuhnya yang sudah ha mpir kehabisan napas. "Pertahankan dirimu baik-baik, karena sebentar lagi aku akan me mbuat engkau kehilangan semua kepandaian mu, kehilangan se mua tenaga dan daya tarikmu, dan kemudian sekali a ku a kan menyiksa dan me mbunuh ana k-anak dan isterimu setelah aku me mbakar habis tokomu kemarin dulu. Puaslah hatiku se karang, hik-hik!" Cu i Hong sengaja menge luarkan kata-kata ini untuk menyiksa hati lawan. Dan me mang kata-kata itu mendatangkan rasa takut yang lebih berat bagi Cai Sun. Dia tahu bahwa wanita ini tidak hanya menggertak saja. Buktinya, tokonya sudah habis menjad i abu dan kini dia se makin terdesak dan dia tahu pula bahwa dia takkan dapat bertahan terlalu lama. Napas dan tenaganya semakin berkurang sedangkan wanita itu kelihatan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ semakin kuat dan se makin cepat saja. Dan siapa yang akan me lindungi isterinya dan anak-anaknya kalau wanita ini mengganggu mereka" Dia menjad i sema kin ne kat dan tanpa me mperdulikan keselamatan diri sendiri dia menubruk maju untuk mengadu nyawa. Sepasang siang-kek di tangannya menya mbar dari kanan kiri, atas bawah. Namun, dengan mudah Cui Hong me ngelak dengan loncatan ke be lakang dan begitu kedua senjata itu menyambar, ranting di tangannya menusuk dua kali dengan kecepatan kilat. Cai Sun menge luarkan teriakan kaget karena kedua pergelangan tangannya seperti disengat, seketika lumpuh dan kedua senjatanya telah terlepas dari pegangan kedua tangannya. Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sambil terkekeh Cui Hong menendang dua senjata itu sa mpai terlempar hilang ditelan kegelapan malam. Ternyata kelumpuhan tangan akibat totokan itu hanya sebentar saja dan Cai Sun sudah me mperoleh tenaganya kembali. Kini dia menubruk dengan dua tangan kosong yang dibuka seperti cakar harimau, menubruk dan menerka m untuk mengadu nyawa. "Dukkk....!" Sebuah tendangan menghantam perutnya yang gendut dan dia pun terpelanting roboh, terbanting keras. Cai Sun meringis karena perutnya terasa mendadak mulas, nyeri sekali. Mungkin usus buntunya yang tercium ujung sepatu Cui Hong tadi. "Bangunlah, anjing hina! Bangunlah!" Cui Hong menantang, ingin men ikmati per kelahian itu sepuasnya, la menendangnendang perlahan untuk me mbangunkan Cai Sun. Cai Sun mengerang sa mbil mende kam, akan tetapi ini pun hanya siasatnya, karena tiba-tiba ia menubruk dan menang kap kaki kiri Cui Hong! Sekali tertangkap, dia menggunakan kedua lengannya untuk merangkul kaki itu dan menggunakan seluruh tenaganya untuk menyeret gadis itu. Hal ini sa ma sekali tidak pernah di sang ka oleh Cui Hong sehingga ketika kakinya tertangkap, sejenak ia terkejut dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tidak ma mpu berbuat sesuatu dan ia pun ikut roboh ketika lawan menggunakan tenaga terakhir untuk me mbetotnya ke bawah. Cai Sun mengeluarkan suara ketawa aneh dan kedua tangannya lalu menerka m, maksudnya hendak mencekik leher wanita itu yang kini sudah digumulinya. Akan tetapi, Cui Hong sudah dapat me mulihkan lag i ketenangannya dan secepat kilat, jari tangan kanannya yang terbuka menusuk ke depan. "Hekkk....!" Seketika Cai Sun kehilangan tenaganya dan saat itu dipergunakan oleh Cui Hong untu k me loncat bangun. Ia merasa gemas sekali. Hampir saja ia celaka oleh kecurangan Cai Sun. Kini ia harus berhati-hati. "Bangunlah, anjing busuk, bangun dan berkelah ilah!" bentaknya. Hanya sebentar saja tusukan jari ke arah ulu hatinya tadi me mbuat Cai Sun kehilangan tenaganya. Dia maklum bahwa dia harus berkelah i sa mpai napas terakhir, maka dia pun me loncat bangun dan kembali menyerang. ilmu silat tangan kosong Thian-te Sin-kun yang menjadi andalannya, dia ma inkan dengan pengerahan tenaga terakhir. Cui Hong menyelipkan ranting tadi di ikat pinggangnya dan ia pun menyambut serangan lawan itu dengan tangan kosong saja. Akan tetapi, kini tenaga Cai Sun sudah hampir habis, dan bukan saja tenaganya habis, juga napasnya terengah-engah, me mbuat gerakannya la mbat dan tak bertenaga. Tentu saja dia merupakan lawan yang terlalu le mah kini bagi Cui Hong, menghilangkan kegembiraan Cui Hong untuk berkelahi terus. Maka gadis itu kini mencabut rantingnya. "Anjing keparat Koo Cai Sun, sekarang rasakanlah pembalasanku!" bentaknya dan ranting di tangannya berkelebat ke depan dengan cepat dan amat kuatnya. Dua kali ranting itu menya mbar ke arah kedua daun telinga Cai Sun. Bagaikan sebatang pedang saja, ranting itu me mbabat dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dua kali Cai Sun berteriak ketika sepasang daun telinganya terbabat buntung dan darah pun muncrat keluar dari luka di telinganya. Dapat dibayangkan betapa nyerinya ketika Cai Sun meraba telinga dengan kedua tangan dan melihat daun telinganya sudah lenyap dan telapak tangannya penuh darah. Dia meraung seperti seekor binatang buas, dengan nekat menubruk ke depan, akan tetapi dengan gerak langkah yang aneh, dengan mudah saja Cui Hong menge lak dan kemba li ranting di tangannya menya mbar. "Crottt....!" Cai Sun terpelanting dan meraung kesakitan, mukanya penuh berlepotan darah karena bukit hidungnya remuk dan rata dengan pipi, juga kedua bibirnya hancur dan lenyap terbabat sehingga na mpak giginya yang besar-besar! Dia bangkit dan mengeluarkan suara tidak karuan karena setelah bibirnya hilang, sukar baginya untuk bicara, apalagi hidungnya juga buntung, yang keluar hanya suara "ngakngeng-ngang-ngeng" tidak karuan. Dia menerka m lagi akan tetapi Cui Hong menendang ke arah pergelangan tangan kanannva. "Krekkk!" Tulang pergelangan tangan kanan itu re muk dan tangan itu pun menjadi lu mpuh. Cui Hong me lanjutkan dengan sabetan ranting ke arah pundak kiri. Kemba li terdengar tulang re muk ketika ranting itu me nghancurkan tulang pundaknya. Tulang itu sa ma sekali hancur sehingga tidak mungkin tersambung lagi, me mbuat lengan kirinya bengkok dan miring. Cai Sun kembali meraung-raung, akan tetapi suara raungannya menjadi se makin le mah, juga tubuhnya yang ber-kelojotan menjadi me le mah dan akhirnya dia tidak bergerak lagi karena sudah jatuh pingsan! Dia tidak tahu betapa Cui Hong menaburkan obat pada luka di telinga, hidung dan mulutnya. Ia tidak ingin me mbunuh musuhnya, dan kalau darah dibiarkan terlalu banyak keluar, mungkin saja Cai Sun tewas karena kehabisan darah. Obat bubukitu seketika mengeringkan luka, me mbuat bekas luka menghitam dan seperti terbakar, akan tetapi darah tidak keluar lag i. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sejak tadi, Pui Ki Cong menyaksikan semua itu dan melihat betapa Cai Sun disiksa, beberapa kali dia me meja mkan mata dan hampir jatuh pingsan saking ngerinya. Dia mulai merasa menyesal bukan main. Terbayanglah di pelupuk matanya ketika dia mengeram Cui Hong selama tiga malam di kamarnya, me mper mainkan gadis itu, me mperkosanya sampai sepuas hatinya, sampai dia menjadi bosan! Teringat akan itu, dan me lihat betapa gadis itu kini menyiksa Cai Sun, teringat pula akan keadaan Louw Ti, Ki Cong menjadi ketakutan setengah mati dan tanpa disadarinya, dia telah terkencingkencing dan terberak-berak di da la m celananya! Tidak la ma Cai Sun pingsan. Dia s iuman akan tetapi begitu sadar, dia menjerit-jerit dan meraung-raung kembali. Mungkin rasa nyeri yang luar biasa itulah yang me mbuat dia s iuman. Ketika dia me mandang dengan matanya yang sudah nanar karena kemasukan darahnya sendiri, dia melihat betapa kedua ujung kakinya terbakar! Kiranya, Cui Hong telah menyiram kedua ujung kaki itu dengan minyak dan me mbakarnya! Siasia saja Cai Sun menendang-nendangkan kedua kakinya untuk me mada mkan api dan akhirnya, dengan teriakan yang menyayat perasaan dia jatuh pingsan lagi! Api baru padam setelah minyak pada kakinya habis terbakar, membuat ujung kedua kaki itu melepuh, jari-jari kakinya hangus terbakar. Kini Cui Hong merasa puas dan mengha mpiri Ki Cong, me mbebaskan totokannya dan me lepaskan borgol kedua tangannya. Begitu bebas, Pui Ki Cong lalu menjatuhkan diri berlutut sambil menangis. "Nona, ampunkan saya.... ah, kau ambillah seluruh harta kekayaan saya.... akan tetapi ampunkan saya, Nona" ratapnya sambil me nangis sesenggukan. "Bangsat Pui Ki Cong yang biadab! Coba ingat kembali betapa engkau menyuruh bunuh Ayah dan Suhengku, dan lupakah eng kau akan apa yang kaulakukan terhadap tubuhku ini selama tiga hari t iga malam?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ampun.... saya mengaku salah, ampun...." Ki Cong meratap. Dia takut sekali, dan tidak seperti Cai Sun tadi, dia sama sekali tidak me mpunyai niat untuk melawan, karena apakah yang akan dapat dia lakukan terhadap wanita yang amat lihai ini" Cai Sun saja tidak ma mpu berbuat banyak, apalagi dia yang hampir tak panda i ilmu silat sama sekali! "Engkau masih dapat minta a mpun kepadaku" Hemm, Pui Ki Cong, selama bertahun-tahun aku mendenda m dan aku bersumpah bahwa aku akan me mba las dendam se mua perbuatanmu kepadaku tujuh tahun yang lalu! Se luruh s isa hidupku kutujukan untuk pe mba lasan dendam ini dan engkau minta ampun" Jangan harap!" Kini Cui Hong mencabut ranting dari ikat pinggangnya. "Aku akan menyiksamu sa mpa i engkau menjad i manusia bukan setan pun bukan, aku akan menghabiskan se luruh harta mu dan me mbunuh seluruh keluarga mu!" Tentu saja ini hanya merupakan anca manancaman untuk menyiksa batin Ki Cong. "Lakukanlah semua itu, akan tetapi a mpunkan saya, Nona." "Apa" Engkau me mbiarkan aku menghabiskan hartamu dan me mbunuh se luruh keluarga mu asal engkau dia mpuni?" "Benar, Nona. Lakukanlah segalanya, akan tetapi ampunkan aku...." "Jahanam! Benar-benar seorang pengecut dan iblis berhati kejam!" bentak Cui Hong yang tadinya merasa heran mendengar ada orang mau men gorbankan anakisteri dan hartanya asal dirinya se lamat! Dari sikap ini saja dapat dilihat betapa rendahnya martabat manusia berna ma Pui Ki Cong ini. "Sikap mu ini me ndorongku untuk segera turun tangan karena manusia maca mmu ini pantas sekali dihajar!" ranting di tangannya menyambar-nyambar, terdengar bunyi ranting itu bercuitan dan meledak-ledak di atas tubuh Ki Cong yang meraung-raung kesakitan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Cui Hong menyalurkan seluruh denda mnya melalui cambukan-cambukan itu, akan tetapi ia masih ingat untuk menyimpan tenaganya agar tidak me mukul terlalu keras dan me mbunuh orang itu. Ia terus menca mbuki seluruh tubuh Ki Cong sampai pakaiannya hancur semua, sampai kulit tubuhnya pecah-pecah dan penuh darah, la memukul terus sedangkan tubuh Ki Cong berkelojotan di atas tanah, dan ketika me mukul kedua lengan dan kaki, Cu i Hong mena mbah tenaganya sehingga tulang-tulang dari siku ke bawah dan dari lutut ke bawah remuk-re muk se mua! Ki Cong tidak ma mpu meraung lagi, hanya mer intih dan men ggeliat, ha mpir tak ma mpu bergerak lag i. Ketika ranting itu menghujani mukanya, muka itu menjad i hancur kulitnya, kedua biji matanya keluar, hidung dan bibirnya hancur, juga kedua daun telinganya putus. Keadaannya lebih menger ikan daripada keadaan Cai Sun karena dia keh ilangan kedua matanya! Menjelang pagi, Cui Hong menyeret dua tubuh yang empas-e mpis itu, yang sudah tidak men geluarkan darah lagi karena dibubuhi obat bubuk, dua tubuh yang pingsan, menuju ke kota raja. Dengan kepandaiannya, ia dapat membawa mereka melompati pagar tembok dan menggantung kedua tubuh itu dengan kepala di bawah kaki di atas, tepat di depan pintu gerbang keluarga Pui! Pagi hari itu, gegerlah kota raja. Semakin banyak saja orang berlarian mendatangi rumah gedung keluarga Pui dan mereka berkumpul di depan pintu gerbang yang menjadi ramai seperti pasar. Pemandangan di situ sungguh menger ikan semua orang. Dua tubuh itu digantung terbalik, dalam keadaan pingsan dan kalau siuman hanya dapat mer intih lirih lalu pingsan lagi. Karena tadinya orang sukar mengenali dua tubuh itu, ma ka para penjaga dan pelayan di gedung itu merasa ragu-ragu untuk menurunkan mereka. Yang me mbuat orang merasa ngeri adalah me lihat wajah dua orang itu. Sudah hancur penuh darah dan sukar dikenali lagi. Hidung, telinga dan bibir mereka hilang, na mpak lubang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ hidung dan gigi mereka, apalagi yang seorang me miliki sepasang kaki yang hangus dan me lepuh bekas terbakar. Yang seorang lagi, tidak ada bagian tubuhnya yang tidak berdarah, seolah-olah dia telah dikuliti. Kulit tubuhnya masih ada, akan tetapi sudah hancur dan penuh darah! Baru setelah Cia Kok Han dan Su Lok Bu datang ber larian, semua orang tahu bahwa dua tubuh itu adalah tubuh Pui Ki Cong dan Koo Cai Sun! Tentu saja dua tubuh itu segera diturunkan dan dirawat. Memang nyawa mereka tertolong, akan tetapi tubuh mereka tidak mungkin tertolong lagi. Tubuh itu telah menjadi penuh cacat, menjadi tubuh yang menakutkan. Tanpa hidung tanpa bibir tanpa daun telinga, dengan kaki dan tangan lumpuh bengkok-bengkok, bahkan Pui Ki Cong kini menjadi buta! Sungguh, hukuman yang dijatuhkan Cui Hong kepada musuh-musuhnya terlalu kejam dan sadis, me mbuat mereka na mpak seperti bukan manusia lagi, seperti ga mbaran iblis-iblis yang a mat mena kutkan dan menyeramkan, Yang menggegerkan mereka yang menonton, kecuali keadaan dua orang yang amat mengerikan itu, juga sehelai kain putih yang ditulis dengan huruf-huruf besar, tintanya merah karena yang dipergunakan adalah darah korban-korban itu MEWAKILI PARA WANITA YANG MEREKA PERKOSA DAN ORANG-ORANG TAK BER DOSA YANG MEREKA BUNUH. Gegerlah penduduk kota raja, akan tetapi banyak di antara mereka yang ikut merasa puas karena Pui Ki Cong dan Koo Cai Sun sudah terkenal sebagai pengganggu para wanita cantik, baik wanita itu isteri orang lain, atau janda, ataukah masih perawan. Dan banyak pula orang yang tewas di tangan mereka tanpa berani menuntut balas. Akan tetapi banyak pula yang merasa penasaran karena kedua orang itu pandai menutupi kejahatan mereka dengan sikap der mawan, menggunakan uang mereka yang kelebihan. Mereka yang pernah ditolong tentu saja merasa penasaran dan menyesal Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ me lihat betapa dermawan penolong mereka menga la mi nasib yang demikian mengerikan. Ketika banyak orang berkerumun dan tubuh manusia setengah mati yang tergantung terbalik itu, terdapat pula seorang tosu yang menonton sambil menang is! Dia hendak menye mbunyikan dan menahan tangisnya, tidak menge luarkan bunyi, akan tetapi kedua matanya bercucuran air mata. Ketika dua tubuh itu diturunkan oleh Cia Kok Han dan Su Lok Bu, ditangisi oleh keluarga Ki Cong dan Cai Sun, dibantu oleh anak buah pasukan pengawal tosu iu menyelinap pergi di antara para penonton yang berjubel di tempat itu. Dia seorang Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tosu yang usianya belum begitu tua, di bawah lima puluh tahun akan tetapi wajahnya yang penuh kerut merut tanda penderitaan batin itu membuat wajahnya nampak leb ih tua. Pakaiannya sederhana sekali, berwarna kuning yang agak luntur dan kumal. Tosu ini ber mata tajam, akan tetapi matanya me mbayangkan kedukaan besar, apalagi setelah tadi dia melihat dua orang yang keadaannya amat menger ikan itu. "Siancai....! Kekuasaan alam tak mungkin di ngkari manusia. Tangan kanan menana m tangan kiri menuai, itu sudah adil na manya. Semoga aku t idak akan menyeleweng daripada Jalan Kebenaran, siancai, siancai!" Berkali-kali tosu itu bicara kepada diri sendiri, menarik napas panjang dan berkali-kali me nggeleng kepala seperti hendak mengusir penglihatan yang tidak menyedapkan hatinya. Dia sama sekali tidak tahu bahwa sejak di tempat kerama ian tadi, ada seorang laki-la ki muda yang me mperhatikannya, bahkan ketika dia men inggalkan depan gedung keluarga Pui, laki-la ki muda itu me mbayanginya dari jauh. Tosu itu berjalan terus, seperti orang kehilangan semangatnya, seperti orang me la mun, keluar dari pintu gerbang kota sebelah barat, dan terus berjalan dengan wajah penuh duka. Laki-la ki muda itu tetap me mbayanginya dari Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ jauh. Setelah meninggalkan kota sejauh kurang lebih lima belas Li, barulah tosu itu berhenti dan masuk ke dalam sebuah kuil yang tua dan sunyi me nyendiri, di tepi jalan simpangan yang kecil, di luar sebuah dusun kecil te mpat tinggal para petani. Dan begitu dia me masu ki kuil itu, sampai di ruangan dala m, tosu itu pun menjatuhkan diri berlutut dan menang is dengan suara terisak-isak seperti anak kecil! Kemudian terdengar dia menge luh dengan suara yang cukup keras, karena dia yakin bahwa di tempat itu tidak ada orang lain kecuali dia sendiri, "Nah, menangislah, Gan Tek Un! Sesalilah semua perbuatanmu yang terkutuk dan bertaubatlah, camkanlah bahwa semua perbuatan jahat akhirnya akan mendatangkan ma lapetaka yang lebih hebat, yang akan menimpa diri sendiri. Buah dari pohon yang kautanam akan kaumakan sendiri...!" Dan dia pun menangis sa mbil menutupi muka dengan kedua tangan, teisak-isak dan ked ua pundaknya terguncang. Tiba-tiba dia menghentikan tangisnya. Ada suara kaki orang tertangkap oleh pendengarannya yang tajam. Dia bangkit berd iri dan me mbalikkan tubuh setelah cepat-cepat menghapus air matanya dan dia berhadapan dengan seorang laki-laki muda yang tidak dikenalnya. Tosu itu mengerutkan alisnya dan me mandang penuh selidik. Kemunculan laki-laki ini yang secara tiba-tiba mendatangkan kecurigaan. Seorang lakilaki berusia t iga puluh tahun, pakaiannya seperti seorang petani, dari kain kuning yang kasar, rambutnya digelung ke atas dengan pita biru, tubuhnya sedang dengan dada yang bidang. Dia tidak mengenal pe muda ini dan je las dia bukan seorang pemuda dusun de kat kuil itu. Akan tetapi, sudah menjad i kebiasaan tosu itu untuk menyambut siapa pun dengan ramah dan sopan, walaupun kedatangan pemuda ini kurang sopan, tahu-tahu langsung saja masuk ke ruangan dalam. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tosu itu menjura dengan sikap hor mat. "Selamat datang di kuil pinto yang sederhana inij orang muda. Tida k tahu apakah yang dapat pinto lakukan untukmu" Mari, silakan duduk di ruangan depan, di mana ada bangku dan kita boleh bercakapcakap dengan enak. Apakah ada yang sakit dan me mbutuhkan obat" Atau engkau datang untuk bersembahyang?" Akan tetapi orang muda itu me mba las penghormatan tosu itu, kemudian me mandang tajam penuh selidik dan akhirnya dia berkata, "Paman Gan Tek Un, apakah Pa man tidak ingat lagi kepada saya?" Tosu itu na mpak kaget sekali me ndengar ada orang me manggil na manya, nama yang selama beberapa tahun ini tidak pernah dipergunakannya. Kini dia lebih dikenal dengan sebutan Gan Tosu. Dia me mandang dengan alis berkerut dan penuh perhatian, mengingat-ingat siapa gerangan orang muda ini, akan tetapi tetap saja dia tidak ma mpu mengenalnya. "Orang muda, pinto adalah Gan Tosu, dan pinto merasa tidak pernah bertemu atau berkenalan denganmu. Siapakah engkau, datang dari mana dan ada keperluan apakah?" Akhirnya dia berkata dengan heran. Pemuda itu tersenyum. "Paman Gan Tek Un, saya adalah Tan Siong, keponakan Paman sendiri." Tosu itu terbelalak, pandang matanya menatap wajah Tan Siong penuh selidik dan akhirnya dia teringat. Kurang lebih dua puluh tahun, seorang anak laki-laki yang bernama Tan Siong, keponakannya, putera encinya yang pada waktu itu baru berusia sepuluh tahun, telah pergi dibawa oleh seorang tosu! Dan teringatlah dia akan se mua perbuatannya. "Siancai.... siancai. siancai....!" Dia menengadah dan mengangkat kedua tangan ke atas. "Betapa cepatnya dan tidak terduganya datangnya hukuman bagi seseorang!" Lalu dia me mandang kepada Tan Siong. "Tan Siong, sekarang pinto teringat, engkau me mang keponakan ku, putera dari Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mendiang Enciku. Ahh, engkau baru datang, Tan Siong" Nah, inilah pinto, orang yang penuh dosa. Kalau engkau datang untuk menghukumku, lakukan lah, pinto siap untuk menebus dosa-dosa pinto terhadap orang tuamu, Tan Siong!" Dan tosu itu la lu menjatuhkan diri ber lutut, kedua lengan bersilang di depan dada, kepalanya menunduk dengan sikap pasrah! Sejak tadi Tan Siong sudah me mbayangi tosu ini. Dia tadi ikut pula tertarik oleh keributan orang-orang yang mengabarkan bahwa di depan pintu gerbang keluarga Pui terdapat dua orang yang digantung dalam keadaan luka-luka parah. Ketika dia berdesakan dengan banyak orang untuk menonton, dia segera mengenal Cai Sun, dan orang ke dua yang digantung itu walaupun tidak dikenalnya, akan tetapi di antara orang banyak ada yang mengatakan bahwa dia adalah Pui Ki Cong, majikan gedung besar itu. Dan melihat tulisan di atas kain putih, tulisan dengan darah itu, jantung Tan Siong berdebar penuh ketegangan. Kim Cu i Hong! Siapa lagi kalau bukan Kim Cui Hong yang dapat melakukan hal itu" Ah, kini baru dia sadar. Kiranya Cai Sun merupakan seorang d i antara empat orang musuh besar Cui Hong, empat orang yang pernah merusak kehidupan Cui Hong dengan perbuatan mereka yang keji, yaitu me mperkosa dan menghinanya. Tahulah dia kini mengapa Cui Hong berada di kota raja dan menya mar sebagai Ok Cin Hwa. Kiranya sedang melakukan penyelidikan dan. sedang berusaha me mbalas denda m dan kini, melihat cara wanita itu memba las dendam, dia bergidik. Keterlaluan! Wanita itu harus dicegah me lanjutkan usahanya yang kejam. Tidak, dia tidak akan me mbiarkan wanita yang sampai kini masih dicintanya itu menjadi tersesat seperti itu. Dala m denda mnya berubah menjadi iblis yang luar biasa kejamnya. Bergidik dia melihat keadaan dua orang itu. Dia tahu bahwa biarpun mereka berdua itu dapat tertolong nyawanya karena tidak menderita luka yang parah, hanya luka-luka di kulit saja, namun mereka akan menjadi seorang penderita cacat yang mengerikan keadaannya. Dengan muka Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang rusak dan menjadi buruk dan menakutkan sekali, tanpa telinga, tanpa hidung dan bibir, dan dengan kaki tangan tidak norma l. Betapa mengerikan! O000-d-w-000O Jilid 10 DAN pada saat itu Tan Siong me lihat sesuatu yang a mat menarik hatinya. Seorang tosu yang mengis me lihat keadaan dua orang itu, walaupun tangisnya itu ditahan dan hendak dise mbunyikan. Dan selain keadaan yang aneh ini, juga dia tertarik kepada tosu itu. Ada sesuatu yang menar ik hatinya. Dia seperti sudah mengenal wajah itu. Maka ketika tosu itu pergi, dari jauh Tan Siohg me mbayanginya dan setelah tosu itu keluar dari pintu gerbang kota, dia pun teringat. Wajah itu seperti wajah ibunya! Wajah itu adalah wajah pamannya yang sedang dicarinya selama ini! Dan ternyata benar! Ketika dia mengintai tosu yang sedang menang is di dalam kuil, dia mendengar keluhan tosu itu yang menyebutkan na manya sendiri, yaitu Gan Tek Un. Maka dia pun la lu menjumpainya dan tak disang kanya bahwa pa mannya yang kini telah menjadi tosu itu telah berubah pula. Kini bukan seorang yang ganas, melainkan seorang tosu yang berbudi le mbut, yang siap menerima hukuman dan mengakui dosanya terhadap ayah dan ibunya. Akan tetapi dia tidak mendenda m. Dia sudah mendengar dan tahu se muanya. Pamannya ini sejak dahulu me mang seorang yang tergolong jahat, suka me lakukan apa saja yang kurang patut dan mengandalkan kepandaiannya untuk me lakukan kejahatan dan penindasan. Dia tahu pula bahwa pamannya ini telah me nipu kedua orang tuanya sehingga harta kekayaan orang tuanya yang tidak seberapa, termasuk rumahnya, terjatuh ke tangan Gan Tek Un dan setelah harta bendanya habis, kedua orang tuanya terlunta-lunta Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ men inggalkan dusun dan kabarnya telah men inggal dunia, entah di mana. Dia mencari pa mannya bukan untuk me mba las dendam, bukan men untut kemba linya harta kekayaan orang tuanya, melainkan untuk bertanya di mana adanya orang tuanya, dan kalau mereka sudah meninggal, di mana kuburnya. Sejenak Tan Siong menunduk, me lihat kepala tosu itu yang berlutut didepannya. Dia lalu ikut berlutut menghadapi tosu itu. "Paman, jangan begitu. Aku datang mencari Paman, sama sekali bukan untuk me mbalas denda m karena tidak ada dendam di dalam hatiku...." "Karena engkau belum tahu apa yang telah kulakukan terhadap Ayah Ibumu." "Sudah, Paman. Aku me ndengar bahwa Pa man telah men ipu mereka dan menguasai harta kekayaan mereka, me mbuat mereka menjad i orang mis kin yang hidup terluntalunta dan terlantar, sehingga mereka akhirnya men inggal dunia dala m keadaan miskin." "Benar sekali! Akulah yang me mbuat mereka menjadi miskin, menjadi sengsara sampai mereka men inggal dunia dalam keadaan orang terlantar. Dan engkau mau bilang bahwa engkau tida k mendenda m kepada Pinto?" "Tida k sa ma sekali, Pa man." "Kalau begitu engkau tentu pengecut, penakut sekali! Engkau mengerti bahwa pinto lihai ma ka engkau tidak berani mendenda m! Jangan khawatir, kau pukulilah aku, kau bunuhlah aku, dan aku takkan melawan. Pinto siap menebus dosa, anakku!" kata pula tosu itu dengan suara sedih. "Paman salah sang ka. Biarpun belum tentu aku dapat menga lahkanmu, akan tetapi sedikitnya aku pernah me mpe lajari ilmu-ilmu yang tinggi di Kun lun-san. Pa man lihat, apakah dengan tangan sekuat ini aku harus takut menghadapi Paman" Aku sa ma sekali tidak takut." Dan Tan Siong lalu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menggunakan jari-jari tangannya menusuk lantai yang terbuat dari batu. Nampak jelas bekas jar i-jari tangannya menusuk lantai itu! Dia m-dia m tosu itu terkejut bukan ma in. "Engkau telah menjad i seorang yang lihai! Akan tetapi kenapa... kenapa engkau tidak mendenda m walaupun sudah tahu bahwa aku penyebab kesengsaraan, bahkan mungkin penyebab kematian orang tuamu?" Tan Siong me megang kedua pundak orang tua itu. "Marilah bangun dan mari kita duduk dan bercakap-cakap dengan baik, Paman." "Siancai... siancai.... siancai....! Tak pinto sangka sama sekali bahwa sikap mu akan begini tehadap pinto. Aihhh.... keponakanku yang gagah dan bijaksana, tahukah engkau bahwa sikap mu ini bukan main menyiksa hatiku, lebih menyakit kan daripada kalau engkau menyerang dan me mukuhku" Ah, penyesalan dalam hatiku se ma kin bertambah berat dengan sikap mu ini...." Dan tosu itu menggunakan ujung lengan bajunya menghapus air matanya. "Makin terasa kini oleh pinto betapa dahulu pinto menjadi seorang yang sejahat-jahatnya...., dan hati pinto takkan pernah tenteram sebelum datang huku man bagi pinto." "Mari kita duduk, Paman," kata Tan Siong, me mbimbing tosu yang kelihatan le mas itu untuk sa ma-sama duduk berhadapan di atas bangku di dalam ruangan itu. Setelah mereka duduk berhadapan dan saling berpandangan beberapa lamanya. tosu itu kembali bertanya dengan suara heran dan penasaran. "Tan Siong, pinto lihat bahwa engkau telah menjad i seorang laki-laki dewasa yang Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo berilmu tinggi. Melihat cara mu menusuk lantai dengan jari tangan itu, pinto dapat menduga bahwa engkau telah me miliki sin-kang yang amat kuat dan agaknya tingkat kepandaianmu sudah melampaui tingkat pinto. Mengapa engkau tidak turun tangan me mbalas kejahatan yang telah pinto lakukan terhadap orang tuamu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Paman, segala per istiwa yang menimpa diri manusia, walaupun dia kibatkan oleh ulah manusia sendiri, na mun segalanya telah ditentukan oleh Thian. Kematian orang tuaku tentu sudah menjadi kehendak Thian pula, dan perbuatan Paman yang Pa man la kukan dahulu itu hanya menjad i satu di antara sebab saja." "Ya, Tuhan.... kenapa engkau yang masih begini muda dapat me miliki kebijaksanaan yang demikian tinggi, sedangkan pinto.... ah, pinto bergelimang dengan kejahatan." Tosu itu nampak sedih sekali. "Sudahlah, Pa man. Betapapun juga, melihat betapa Paman kini telah menjadi seorang tosu yang penuh dengan penyesalan, melihat Paman telah bertobat, maka hal itu sudah merupakan satu kenyataan yang baik sekali. Lebih baik menjad i seorang yang sadar dan bertobat akan kejahatannya yang lalu, daripada seorang yang merasa dirinya paling bersih sehingga menjadi t inggi hati dan sombong. Yang perta ma itu, bagaikan orang sakit telah se mbuh dar i sakitnya, sedangkan yang ke dua adalah orang yang jumawa dan se mbrono sehingga mudah sekali dihinggapi penyakit. Aku mencari Paman bukan untuk men untut sesuatu, hanya ingin mohon pertolongan Paman agar suka me mberi tahu kepadaku, di mana adanya Ayah Ibuku, atau lebih tepat, di mana kuburan mereka karena aku ingin me ngunjungi ma kam mere ka." Tosu itu bangkit dan merang kul keponakannya sa mbil menang is. "Ah, agaknya bukan hanya ilmu silat tinggi yang pernah kau pelajari di Kun-lun-san, akan tetapi para tosu yang bijaksana dari Kun lun-pai telah mengisi batinmu dengan kebajikan-kebajikan yang tinggi pula. Ayah Ibumu men inggal secara wajar, yaitu karena penyakit dan karena berduka, dan mereka dima kamkan dengan sederhana oleh para penduduk dusun, di dusun Hek-kee-cun di sebelah se latan kota. Namun....." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Girang sekali rasa hati Tan Siong setelah dia mengetahui di mana adanya ma kam orang tuanya. Dan dia pun merasa kasihan kepada pa mannya. Jelaslah bahwa pa mannya ini sekarang telah terhukum di dalam hatinya, menyesali semua perbuatannya yang telah lalu. Tidak ada hukuman yang lebih berat menjadi der ita batin daripada derita yang timbul karena penyesalan yang tak kunjung pada m. Dia dapat menduga bahwa tentu banyak kejahatan dilakukan pa mannya ini di waktu muda, karena kalau hanya kejahatan menipu untuk menguasai harta benda ayah ibunya yang tidak berapa banyakitu saja, kiranya tidak seperti ini keadaannya. Apalagi pamannya sa mpai menang is ketika me lihat orang tersiksa di pintu gerbang rumah gedung keluarga Pui. Tentu pa mannya ini dahulunya menjad i seorang penjahat besar. Akan tetapi, dia ikut merasa lega dan girang bahwa adik kandung ibunya ini sekarang telah sadar dan bertobat dan untuk menghibur hati orang tua, dia tidak tergesa-gesa me-ninggalkan pamannya dan tidak menolak ketika pa mannya mengajaknya makan siang. Bahkan pa mannya minta kepadanya untuk tinggal di kuil itu mene man inya sela ma beberapa hari. "Selama ini kau mengira bahwa aku hidup seorang diri saja tanpa sanak keluarga di dunia ini, dan tiba-tiba engkau, keponakanku satu-satunya muncul dalam keadaan yang begini mengagumkan. Temani lah pinto selama beberapa hari untuk me lepas kerinduanku, Tan Siong." "Maaf, Paman. Aku harus cepat pergi mencari makam orang tuaku, maka sore nanti, atau paling lambat besok pagi aku harus pergi men inggalkan Paman." Paman dan keponakan itu lalu bercakap-cakap dan dengan penuh perhatian dan girang dan bangga, Gan Tosu mendengarkan cerita keponakannya tentang masa belajarnya di Kun-lun-san. Bahkan untuk menyenangkan hati pa mannya, ketika diminta, Tan Siong lalu mainkan beberapa jurus ilmu silat Kun-lun-pai, baik dengan tangan kosong maupun dengan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pedang tipisnya. Gan Tosu menonton de monstrasi itu dengan hati penuh kagum karena baru melihat keponakan nya bersilat saja, dia pun tahu bahwa dia tidak akan ma mpu menandingi kehebatan keponakannya! "Hebat, hebat...!" Serunya dengan girang. "Ilmu silat mu demikian indah dan me ngandung kekuatan dahsyat." "Ah, Paman terlalu me muji. Aku masih mengharapkan petunjuk dari Pa man." "Pinto tidak sekedar me muji, Tan Siong. Tingkat ilmu silat mu sudah jauh lebih tinggi daripada tingkat pinto. Akan tetapi, sebaiknya kalau ilmu sepasang pedang pinto, yaitu Siang-liong-kiam (Pedang Sepasang Naga) kau pe lajari dan biarlah kuturunkan kepadamu. Nah, lihatlah pinto ma inkan ilmu itu perhatikan baik-baik." Tosu itu kini bergembira dan agaknya sudah mulai melupakan kesedihannya karena penyesalan itu. Dia menge luarkan sepasang pedang hitam putih dan bersilat pedang. Memang inilah ilmu silat andalannya dan sepasang pedang itu membentu k dua gulungan sinar hita m putih yang saling bantu dan saling me lindungi, merupakan ilmu pedang pasangan yang tangguh. Girang sekali rasa hati Tan Siong dan setelah pamannya berhenti bersilat, pa mannya lalu menyerahkan sebuah kitab. "Ilmu pedang Siang-liong-kiam itu sudah pinto catat dalam kitab ini. Pelajarilah dan kau terima lah sepasang pedang ini, Tan Siong." "Akan tetapi, Paman. Sepasang pedang ini adalah pedang pusaka milik Pa man, masih Pa man per lukan untuk pelindung diri." Tosu itu menarik napas panjang. "Terima lah, baru akan puas hati pinto kalau pedang-pedang ini berada di tangan seorang bijaksana dan gagah seperti engkau." Dia me ma ksa dan akhirnya Tan Siong menerima nya. "Di tangan pinto, sepasang pedang ini dahulu hanya membuat dosa. Biarlah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mereka pun menebus dosa-dosa mereka dengan perbuatan baik, menentang kejahatan di tangan seorang pendekar seperti engkau. Pinto sekarang tidak me mbutuhkan perlindungan pedang, tidak me mbutuhkan kekerasan lagi. Ancaman kematian a kan pinto hadapi dengan tenang dan ikhlas." Pada saat itu terdengar suara orang dari luar kuil, suara yang halus, suara wanita. "Gan Tek Un, keluarlah dari kuil, aku ingin bicara denganmu!" Gan Tojin terkejut dan wajahnya berubah puoat ketika ia mendengar suara itu. Tan Siong mengerutkan alisnya dan bangkit berdiri. Akan tetapi pamannya sudah mendahuluinya. "Tan Siong, kuminta dengan sangat kepadamu agar engkau berdiam saja di sini dan jangan menca mpuri urusan di luar kuil. Ini adalah urusan pribadi pinto sendiri. Duduklah saja dan kau tunggu di sini." Tan Siong mengangguk dan mengerutkan alisnya. Hatinya merasa kecewa. Tad i dia melihat pa mannya sudah bertobat Ia dan bahkan sudah menjadi seorang tosu. Akan tetapi bagaimana sekarang muncul seorang wanita dalam kehidupan pamannya sebagai tosu" Apakah pamannya hanya pura-pura saja menjad i tosu untuk menutupi se mua perbuatannya" Dan pamannya jelas me mesan agar dia tidak menca mpuri karena urusan dengan wanita itu adalah urusan pribadi! Kekecewaan me mbuat hatinya merasa penasaran dan marah. Sebaiknya dia cepat meninggalkan pamannya ini, yang me miliki kepribadian yang tidak meyakinkah. Dia lalu menyambar buntalan pakaiannya dan biarpun agak meragu, terpaksa dia menyimpan pula sepasang pedang dan kitab pe mberian pamannya. Keadaan pamannya me mbuat kegembiraan untuk me mpe lajari ilmu sepasang pedang itu menjadi kendur. Akan tetapi, baru saja dia bangkit dan hendak perg i, tiba-tiba dia mendengar suara wanita yang tadi lantang me maki-maki! Cepat dia berjalan berindap dan biarpun pamannya sudah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ me mesan, dia kini menuju ke luar dan mengintai ke luar dari balik jendela depan. Siapakah wanita yang me manggil Gan Tosu dengan na ma aselinya itu" Baru mendengar suaranya saja, Gan Tosu sudah dapat menduga siapa yang me manggil, dan dengan muka pucat dia pun keluar. Di luar kuil, berdiri di pekarangan sambil bertolak pinggang, Cui Hong telah menantinya. Ya, wanita itu adalah Kim Cui Hong! Ketika ia menyeret tubuh Koo Cai Sun dan Pui Ki Cong keluar dari dalam pondok kecil dan me masu ki hutan, ia telah berhasil me maksa kedua orang tua itu untuk mengaku di mana adanya musuhnya yang terakhir, yaitu Gan Tek Un. Dari kedua orang tawanannya yang sudah ketakutan setengah mati itu, ia mendengar bahwa Gan Te k Un kini telah menjad i seorang tosu berna ma Gan Tosu, tinggal di sebuah kuil tua di sebelah barat kota raja, kurang lebih belasan mil dari kota raja. Maka, setelah ia menyiksa kedua orang musuhnya dan menggantung tubuh mereka di depan pintu gerbang rumah gedung keluarga Pui, Cui Hong lalu ber istirahat di te mpat persembunyiannya. Hatinya terasa puas dan ia dapat tidur nyenyak setelah semalam suntuk tidak tidur dan tubuhnya letih sekali. Setelah tidur sampai sore, barulah ia men inggalkan te mpat persembunyiannya dan dengan pucat ia pergi mencari musuhnya yang terakhir, yaitu Gan Te k Un. Sejak melihat tubuh Pui Ki Cong dan Koo Cai Sun tergantung di depan gedung keluarga Pui, dan pernah pula dia bertemu dengan Louw Ti yang telah menjadi manusia cacat, tahulah Gan Tosu bahwa cepat atau lambat, gadis she Kim puteri guru silat Kim itu tentu akan mene mukan dirinya. Dia merasa menyesal sekali dan merasa bahwa dia telah me lakukan perbuatan yang amat keji terhadap gadis itu. Maka dia pun sudah siap u ntuk menerima hukuman untuk menebus dosanya. Maka, begitu dia mendengar seruan wanita yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ me manggilnya, dia pun dapat menduga bahwa tentu gadis itu pula yang kini datang mencarinya. Dia lalu me mesan kepada Tan Siong agar tidak menca mpuri, kemudian dengan muka pucat dan hati tenang dia pun berlari ke luar. Melihat wanita cantik dan gagah yang kini berdiri bertolak pinggang di pekarangan kuil, Gan Tosu segera teringat akan gadis remaja yang pernah diper kosanya bersama Koo Cai Sun dan Louw Ti, setelah Pui Ki Cong yang me mper mainkan gadis itu selama tiga hari merasa bosan dan menyerahkan gadis itu kepada mereka bertiga. Teringat dia betapa dia pun ikut pula me mper kosa dan menghina gadis itu. Mukanya yang tadinya pucat, kini berubah menjad i merah sekali. Dia merasa menyesal dan juga malu mengingat akan kejahatan itu. Tergopoh dia mengha mpiri gadis itu dan menjura. "Nona baru datang" Pinto memang sudah mengharapkan kedatanganmu," katanya dengan sikap tenang. Setelah kini berhadapan dengan orang yang hendak me mbalas denda m kepadanya, tosu ini bersikap tenang dan pasrah, bahkan dia me mbayangkan betapa sebentar lagi dia akan dapat menebus dosanya yang amat keji terhadap wanita ini, beberapa tahun yang lalu ketika wanita ini masih seorang gadis re maja. Cui Hong me mandang dengan sinar mata mencorong dan ia mengerutkan alisnya. "Hemni, Gan Tek Un, engkau masih mengenalku" Bagus sekali kalau begitu! Biarpun berganti baju domba atau kelenci, seekor serigala tetap serigala. Biarpun engkau sudah berganti pakaian menjadi tosu, bagiku engkau tetap saja Gan Tek Un s i jahana m keparat yang lebih jahat dari iblis sendiri. Gan Tek Un, apakah engkau mas ih ingat kepada semua perbuatan yang pernah kaulakukan terhadap diriku?" "Tentu saja pinto ingat se muanya, Nona, dan karena itulah pinto menanti kedatangan mu agar pinto dapat membayar hutang dan melunasi dosa pinto yang amat besar itu dengan hukuman yang akan nona jatuhkan kepada pinto." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Melihat sikap yang pasrah ini, kata-kata yang lembut dan penuh penyesalan, hati Cui Hong agak kecewa, la ingin me lihat lawan atau musuh terakhir ini juga masih dalam keadaan jahat dan pongah seperti tiga orang musuhnya yang telah dihukumnya, agar hatinya menjadi puas dalam pembalasan denda mnya, karena di sa mping me mba las dendam pribadi, juga berarti ia telah menyingkirkan seorang manusia berwatakiblis dari dunia ramai, me mbuat si jahat itu tidak akan ma mpu berbuat jahat lagi. "Gan Tek Un pendeta palsu banyak cakap, keluarkan sepasang pedangmu dan mari kita bertanding sampa i seorang di antara kita menggeletak di s ini!" tantangnya, tangannya hanya memegang sebatang kayu ranting pohon sebesar pergelangan tangannya. "Nona Kim Cui Hong, sudah pinto katakan bahwa pinto me mang menanti datangnya hukuman atas dosa pinto terhadap Nona. Pinto tidak akan melawan, juga tidak akan minta ampun. Nah, pinto sudah siap. Jatuhkanlah hukuman apa saja yang Nona kehendaki atas diri pinto. Pinto tidak akan me lawan!" Berkata de mikian, tosu itu lalu menjatuhkan diri berlutut, bersedakap dan memeja mkan mata, dengan tubuh dan kepala tegak, siap me nanti siksaan yang bagaimanapun tanpa melawan atau mengeluh. Dia me musatkan seluruh perhatian kepada keyakinan bahwa dia sedang menebus dosa dengan hati iklas Melihat sikap musuhnya itu, Cui Hong mengerutkan alisnya dan sejenakia termangu-mangu. Bagaimana mungkin ia menyerang seorang yang sa ma sekali tidak melawan, bahkan kini duduk bersila dengan kedua mata dipejamkan" Akan Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tetapi, bagaimana mungkin pula ia melepaskan musuh yang satu ini" Bagaimanapun juga, Gan Tek Un ini tidak lebih baik daripada yang lain. Seperti yang lain, dia dulu juga me mper kosanya dan menghinanya dan hal itu sa ma sekali tak pernah dilupakan. Selama tujuh tahun ini, bayangan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menger ikan diper kosa secara bergantian oleh empat orang musuh besarnya itu selalu me mbayanginya, kalau malam menjad i mimpi buruk dan kalau siang me mbuat ia termenung seperti orang kehilangan se mangat. Dan hanya dendam dan pembalasan itu saja yang me mbuat ia dapat bertahan untuk hidup terus, bahkan me mberi ia se mangat untuk belajar silat dengan tekun. Balas dendam! Tak mungkin ia melepaskan orang ini. "Can Tek Un, jahanam busuk! Bangkitlah dan jangan menjad i pengecut. Bangkitlah dan kaulawan aku, keparat!" Akan tetapi Gan Tek Un sudah s iap untuk menerima siksaan yang betapa hebat pun, dan dia sudah pasrah, kini sama sekali tidak menjawab dan tidak pula me mbuka kedua matanya. "Gan Tek Un, sekali lagi. Bangkitlah dan lawan lah aku, kalau tidak, aku terpaksa akan turun tangan me mba las dendam padamu!" Suara Cu i Hong penuh dengan kemarahan dan rasa penasaran, dan ranting di tangannya sudah tergetar ujungnya. Kembali Gan Tek Un tidak menjawab dan duduknya tidak pernah bergoyang. "Keparat! Jangan mencoba menggunakan kele mbutan untuk men ghapus denda mku! Sa mpa i mati pun aku tidak a kan dapat menghapus denda mku. Nah, terimalah pembalasanku!" Berkata de mikian, Cui Hong sudah mengangkat ranting itu ke atas kepalanya, siap untuk menghajar tubuh Gan Tek Un seperti ia pernah menghajar tubuh Pui Ki Cong sampa i kulitnya pecah-pecah semua. "Tahan dulu!" Tiba-tiba tampak bayangan berkelebat dan ranting di tangan Cui Hong itu tertahan oleh sebatang pedang tipis. Cui Hong me langkah ke be lakang dan me mandang dengan marah, ke mudian matanya terbelalak. "Engkau.....!"!?" la me mandang wajah Tan Siong dengan bingung, sama sekati tak pernah mengira bahwa pemuda ini Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ akan muncul, bahkan menghalanginya untuk me mba las dendam. "Kau.mau apa kau.?" tanyanya, agak gagap, hatinya "lihiap, aku harus mencegah engkau me lakukan kekeja man, menyerang orang yang tidak berdosa dan tidak mau me lawan mu." kata Tan Siong sa mbil menar ik kembali pedang yang tadi dipakai menang kis ranting di tangan Cui Hong. Cui Hong tersenyum dingin. "Tan-toa-ko, apakah engkau tahu siapa orang yang kau katakan tidak berdosa ini?" "Tentu saja aku mengenalnya. Dia adalah Can Tosu yang dulu bernama Gan Tek Un, yaitu adik mendiang ibuku, Pamanku yang sela ma ini kucari." Cui Hong terkejut dan kerut di alisnya makin menda la m. "Ahhh! Kiranya dia inikah Pa man mu" Inikah orangnya yang dulu pernah menipu orang tuamu sehingga orang tuamu menjad i terlunta-lunta dan men inggal dunia?" "Benar, lihiap." "Dan engkau kini henda k me mbelanya" Betapa anehnya sikap mu! Toako, jangan menca mpuri urusan kami. Mundurlah dan biarkan aku menyelesaikan urusan pribadiku dengan Gan Tek Un! " "Tida k, Lihiap. Engkau tidak boleh bertindak keja m." "Apa" Engkau benar-benar hendak me lindungi Pa man mu yang jahat ini?" "Biar dia Pa manku ataukah orang lain, aku tetap akan mencegah engkau bertindak kejam, Lihiap. Menyerang orang yang tidak bersalah, orang yang tidak melawan, sungguh merupakan perbuatan yang kejam dan tidak patut dila kukan seorang pendekar wanita seperti engkau ini." "He mm, Tan-toako, tahukah engkau mengapa aku hendak menyiksa orang ini?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tan Siong menggelengkan kepalanya, "Apa pun kesalahannya, tidak sepatutnya kalau engkau kini hendak menyerangnya karena dia sudah t idak mau melawan sama sekali." "Tan-toako, sudah kucer itakan kepadamu tentang empat orang manusia iblis yang telah menghinaku, me mperkosaku sampai lewat batas perikemanusiaan, perbuatan mereka me lebihi kekeja man iblis sendiri dan yang tiga orang sudah kubereskan. Hanya tinggal seorang lagi dan yang seorang itu adalah Gan Tek Un!" Bukan main kagetnya hati Tan Siong mendengar ini. Dia tahu bahwa pamannya me mang pernah menjadi penjahat, akan tetapi tak pernah disangkanya bahwa pa mannya pernah me lakukan perbuatan sekeji itu, meniper kosa gadis yang tidak berdaya, beramai-ramai dengan tiga orang kawannya! Dengan muka berubah pucat dia membalik dan me mandang kepada tosu yang masih duduk bers ila itu. "Paman, benarkah Paman dulu me lakukan perbuatan keji dan hina itu?" tanyanya dengan suara nyaring. Gan Tosu me ma ng sejak tadi mendengarkan dan kini dia menarik napas panjang, tanpa me mbuka kedua matanya. "Se mua yang dikatakan Nona ini benar be laka. Tan Siong. Memang aku pernah me lakukan perbuatan jahat itu dan perbuatanku terhadap Nona inilah yang merupa kan satu di antara banyak perbuatanku yang membuat aku menyesal setengah mati. Biarkan dia menyiksa atau me mbunuhku untuk menebus dosaku, Tan Siong." "Nah, engkau mendengar sendiri, Toa-ko. Apakah engkau kini mas ih hendak melindungi dia?" Cui Hong menuntut. "Kim-lihiap, pendirianku tidak berubah Aku tetap mencegah engkau melakukan perbuatan kejam itu. Aku me mbelanya bukan karena dia Pamanku, melainkan seorang yang tidak me lawan terancam oleh kekerasan. Dan aku mencegah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ engkau melakukan kekejaman itu karena.... terus terang saja, Lihiap, cintaku kepada mu mas ih tetap. Aku mencegah engkau menjad i pe mbunuh kejam de mi cintaku kepada mu!" Kembali Cui Hong tersenyum, akan tetapi kini senyumnya mengejek dan sepasang matanya mencorong penuh kemarahan, la merasa diper mainkan. "Tan Siong!" bentaknya dengan suara ketus. "Engkau bilang bahwa engkau mencintaku, akan tetapi engkau menentang aku yang hendak me mbalas denda m kepada orang yang telah merusak kebahagiaanku, yang telah menghancurkan harapanku, yang telah menggelapkan sinar kehidupanku, yang telah me mbunuh ayahku dan suhengku! Cinta maca m apakah itu" Tidak perlu engkau merayu, kalau engkau me mbe la jahanam Gan Tek Un ini, berarti engkau adalah musuhkul Majulah!" Cui Hong me nodongkan rantingnya, siap untuk menyerang. "Kim-lihiap, sungguh engkau me mbuat aku bersedih b ukan ma in. Tentu saja aku tidak akan me layani tantanganmu, karena sampai mati pun aku tidak akan me mu-suhimu. Aku hanya melindungi orang yang teranca m, bukan berarti me musuhi-mu. Engkau tidak dapat mengerti pendirianku. Sekali lagi, ingatlah dan hapuslah denda m dari dalam hatimu, karena itu merupakan racun yang hanya akan merusak lahir batinmu sendiri." "Cerewet! Aku mau hajar dan siksa dia untuk me mbalas dendam, baik engkau su ka maupun tidak!" Dan Cui Hong kini dengan kemarahan me luap sudah mengayun rantingnya untuk me mukul re muk tulang kaki Can Tosu yang duduk bersila itu. "Singggg...... takkkk!" Ranting itu tertangkis pedang di tangan Tan Siong. Pemuda ini sudah cepat menangkis dan kini dia berdiri menghalang di antara Cui Hong dan tosu itu dengan sikap melindungi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tan Siong, terpaksa aku harus menyingkirkan segala penghalang untuk me mbalas denda mku, termasu k engkau!" teriak Cui Hong dan ia sudah menyerang dengan rantingnya, ujung rantingnya tergetar dan seolah-olah terpecah menjadi tujuh yang melakukan serangkaian totokan ke arah tujuh jalan darah di tubuh bagian depan dari lawan. Tan Siong terkejut sekali. Dia me mang sudah tahu betapa lihainya wanita Ini ketika me mbantunya menghadapi jagoanjagoan yang menjad i pe lindung Pu i Ki Cone, akan tetapi baru sekarang dia men ghadapinya langsung sebagai lawan. Dia pun cepat menggerakkan pedang tipisnya, diputarnya dengan cepat untuk melindungi tubuhnya. Namun, pe mutaran pedang saja tidak cukup dia harus berlompatan kesana-sini karena ujung ranting itu seolah-olah dapat menerobos di antara gulungan s inar pedangnya. Cui Hong tidak berma ksud mencelaka i pemuda itu, sama sekali tidak. Dia masih merasa kagum dan suka kepada pemuda perkasa itu, apalagi mendengar betapa sampai kini pemuda itu masih tetap mencintanya, walaupun sudah mendengar riwayatnya, tahu bahwa ia bukanlah seorang perawan terhormat lagi, melainkan seorang wanita yang sudah ternoda dan terhina. Ia hanya ingin meroboh kan Tan Siong agar tidak dapat mengha langi pelaksanaan balas dendamnya terhadap Gan Tek Un, maka semua serangannya me rupakan totokan-totokan yang amat hebat. Sebaliknya, Tan Siong juga hanya ingin me lindungi pa mannya, bukan berniat untuk melukai apalagi me mbunuh gadis yang dikagumi dan dicintanya itu, maka dia pun hanya menggerakkan pedangnya untuk melindungi tubuhnya, menangkis dan menge lak tanpa balas menyerang. Akan tetapi, segera dia terdesak hebat. Andaikata dia me mba las se mua serangan Cui Hong pun belum tentu dia akan ma mpu menga lahkan gadis perkasa itu, apalagi kini dia hanya menangkis tanpa bisa menyerang. Gulungan sinar Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pedangnya semakin menye mpit, terjepit dan tertekan oleh sinar hijau dari ranting di tangan Cui Hong. "Tahan senjata kalian! Jangan berkelah i dan dengarkan pinto!" Tiba-tiba terdengar teriakan Gan Tojin, tosu yang tadi duduk bersila. Mendengar ini, Tan Siong melompat ke belakang dan Cui Hong juga menahan gerakan rantingnya, ingin tahu apa yang akan dikatakan musuh besarnya itu. Siapa tahu musuh besarnya itu timbul keberanian untuk maju sendiri menghadap inya dan melarang Tan Siong menca mpuri urusan pribadi mere ka. Tosu itu mas ih duduk bersila, mukanya pucat akan tetapi sinar mata mencorong penuh se mangat. Agaknya kesedihannya yang tadi sudah lenyap. "Siancai...! Dengan sikap kalian, maka dosa pinto berta mbah dalam dan besar saja. Setelah menjadi seorang pe meluk aga ma yang taat, pinto bahkan mengakibatkan perpecahan dan per kelahian antara dua orang muda yang saling mencinta. Nona Kim Cui Hong, engkau sudah sepatutnya membalas denda m kepada pinto karena perbuatan pinto terhadapmu dahulu itu me mang tak dapat diampuni. Dan engkau pun benar, Tan Siong, karena engkau me lindungi yang le mah, bukan karena pinto paman mu, dan itu merupakan sikap seorang pendekar. Akan tetapi kalau pinto me mbiarkan kalian saling berkelahi sa mpai seorang di antara kalian roboh tewas atau terluka, pinto akan merasa berdosa lebih hebat lagi yang takkan dapat pinto lupakan selama hidup. Karena itu, biarlah pinto mengakhiri saja semua derita ini!" Tiba-tiba na mpak s inar berkelebat dan tahu-tahu tosu itu sudah menusukkan sebuah pisau ke dadanya. "Creppp....!" Pisau itu mene mbus dada sampa i ujungnya nampak sed ikit di punggung dan dia masih tetap duduk bersila! "Paman....!" Tan Siong terkejut bukan main dan cepat berlutut di de kat tubuh pa mannya. Perbuatan tosu itu sama Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sekali tak pernah disangkanya, maka dia pun tidak sempat lagi mencegah bunuh diri itu. Cui Hong me mandang dengan mata terbelalak, mukanya sebentar pucat sebentar merah antara penasaran, marah dan kecewa, la pun sa ma sekali tidak pernah mengira bahwa tosu itu akan me mbunuh diri, maka seperti juga Tan Siong, ia tidak sempat mencegah dan kini hanya berdiri sa mbil me mandang dengan mata terbelalak. "Paman, mengapa Paman melakukan perbuatan yang bodoh ini?" Tan Siong menegur pa mannya, tanpa berani menyentuhnya karena dia me lihat bahwa nyawa pa mannya tak mungkin dapat di selamatkan lagi dengan dite mbusnya dada itu dengan pisau. "Tan Siong.. ... bunuh diri me mang bodoh.. .. dan dosa. akan tetapi.... setidaknya pinto dapat menyelamatkan kalian .. kasihan ia ..... bimbinglah ia.... dengan kasih sayang...." Tosu itu tidak kuat lag i. Jantungnya tertembus pisau dan dia pun menjad i le mas, terkulai dan roboh terjengkang. Tan Siong cepat merangkulnya dan merebahkannya ba ik-baik. Tiba-tiba terdengar suara ketawa Cui Hong. Tan Siong terkejut dan meloncat bangkit, me mandang dengan mata terbelalak. Gadis itu tertawa bebas lepas, sambil menengadah Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo me mandang langit. "Ha-ha-ha-. ... habislah sudah mereka! Ayah, Suheng.... aku telah berhasil me mbalas denda m, selesailah sudah tugas hidupku, lenyaplah sudah ganjalan hatiku, beban yang demikian berat menekan batinku, ha-haha-hi-hi-hi....!" Gadis Itu tertawa-tawa seperti orang kemasukan setan sehingga Tan Siong merasa ngeri. Cui Hong seperti telah menjad i gila, tawanya bukan tawa seorang wanita normal lagi, tawa terkekeh-kekeh dan terbahak-bahak. Tan Siong segera me lompat dekat gadis itu dan me megang kedua pundaknya, diguncang-guncangnya tubuh gadis itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hong-moi (Adik Hong)! Sadarlah engkau! Sadarlah...!" Dia me mbentak-bentak dan mengguncang-guncang, maklum bahwa gadis itu dikuasai perasaan yang mengguncang ingatannya. Maka dia mengerahkan tangannya sehingga kedua tangannya seperti cengkeraman kuat pada pundak gadis itu, mengguncang-guncangnya sehingga tubuh Cui Hong terdorong dan tertarik ke depan belakang. Tiba-tiba Cu i Hong berhenti tertawa, me mandang kepada orang yang me megang kedua punda knya dengan mata nanar dan bingung. Akhirnya, kedua matanya normal kembali, tidak liar seperti tadi. "Toako.. ., engkau?"" Cui Hong men dadak menangis, menjatuhkan diri berlutut di atas tanah. Tangisnya mengguguk, seperti anak kecil. Kedua punggung tangannya mengusap air mata yang jatuh bercucuran, pundaknya terguncang dan suara tangisnya seperti Drang mer intih-rintih, terisak dan tersedu-sedu. Air matanya bagaikan air bah menerobos bendungannya yang pecah. Selama bertahun-tahun ini, ia menyimpan saja segala rasa dukanya, bahkan berusaha sekuat tenaga untuk me lupakan ma lapetaka yang men impa dirinya setiap kali ia teringat akan keadaan d irinya. Hidupnya sebatang kara, tidak ada keluarga, tidak ada harapan sedikit pun akan dapat merasakan kebahagiaan hidup masa depan. Namun, selama ini ia menyembunyikan se mua kedukaan dan kecemasan akan keadaan dirinya di dasar kalbunya dengan cara mencurahkan seluruh perhatiannya kepada dendam sakit hatinya, kepada usahanya yang mati-matian untuk me mbalas denda mnya. Kini setelah empat orang musuhnya mener ima hukuman, menerima, pe mbalasan denda mnya dengan setimpa l, seolaholah dendam yang selama ini me mbendung air bah kedukaannya, menjadi bobol dan muncullah semua kedukaan dan kegelisahan yang selama bertahun-tahun mengendap di dasar batinnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tan Siong tidak mengerti apa yang terjadi di dalam hati gadis itu. Dia hanya berdiri bengong me mandang gadis yang menang is tersedu-sedu. Mengapa gadis itu menangis seperti ditinggal mat i orang yang amat dicintanya" Bukankah sepatutnya ia bersuka cita karena dendamnya telah terbalas" Akan tetapi Tan Siong tahu bahwa tangis merupakan saluran yang amat baik untuk melepaskan perasaan yang meluapluap, maka dia pun mendia mkannya saja dan membiarkan gadis itu menangis sepuasnya. Setelah isak tangis gadis itu agak mereda, barulah Tan Siong berlutut di depan Cui Hong dan dengan hati-hati dia berkata lembut. "Hong-moi, mengapa engkau menang is de mikian sedih?" Tangannya menyentuh lengan Cui Hong, hatinya diliputi perasaan iba yang mendalam karena dari tangis tadi dia dapat merasakan bahwa sesungguhnya gadis itu tenggelam ke dalam kesengsaraan batin yang amat hebat dan lendalam. Sepasang mata gadis itu merah me mbengkak, wajahnya pucat, rambutnya awut-awutan, mukanya mas ih basah air mata. Perasaan iba menusuk hati Tan Siong sehingga kedua tangannya nenggigil ketika dia merangkul gadis itu. "Hongmoi...., jangan bersedih...." Bagaikan dipatuk ular, Cui Hdng menar ik lengannya yang disentuh Tan Siong lan melompat bangkit berdiri me njauhi pemuda itu. Dengan mata merah rnembengka k ia me mandang pumuda itu, terbelalak. "Jangan! Jangan sentuh aku...! Aku .. aku sudah kotor, aku sudah ternoda aku bergelimang a ib...!" serunya tergagap dan kembali ia tersedu dan air mata yang agaknya tidak akan pernah habis itu bercucuran lagi menetes-netes di kedua pipinya. Kini baru Tan S iong mengerti mengapa gadis itu me nangis sedih. Dia merasa iba sekali, bangkit berdiri dan suaranya bergetar penuh keharuan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hong-moi... aku cinta padamu... engkau tetap suci dan mulia bagiku... cinta ku tak berubah sejak perta ma kita bertemu..." Tan Siong melangkah maju mengha mpiri, hendak me megang kedua tangan Cui Hong. Gadis itu menge lak dan mundur menjauh. "Tida k! Tidak...! Jangan bohong aku tidak percaya! Aku... aku bukan perawan lagi, aku.... telah ternoda.... kehormatanku diinjak-injak e mpat orang laki-laki iblis itu...! Seorang dari mereka adalah pa man mu send iri! Aku tidak percaya!" Cui Hong me lompat jauh dan melarikan diri. "Aku tida k percaya...!" suaranya masih terdengar dari jauh. "Hong-moi...!" Tan Siong mengejar, akan tetapi gadis itu sudah jauh dan terdengar suara bergema. "Jangan kejar.....! Aku tidak sudi mendengar rayuanmu...!" Tan Siong menahan kakinya. Dia menghela napas panjang berulang kali, berdiri dengan muka pucat. Hatinya terasa pedih dan kosong. Dia harus menga ku dengan jujur kepada dirinya sendiri bahwa me mang ada perasaan hampa dan kecewa kalau dia men gingat betapa gadis yang dicintanya itu telah dirusak kehormatannya oleh e mpat orang laki-laki jahat, termasuk pa mannya sendiri. Apalagi kalau diingat bahwa Cui Hong telah berubah menjadi seorang gadis kejam yang dihantui denda m, bertindak kejam kepada orang-orang yang dulu me mperkosanya. Memang gadis itu t idak me mbunuh mereka, akan tetapi penyiksaan yang ia la kukan bahkan lebih menger ikan daripada kalau ia me mbunuh mereka sebagai balas dendam. Empat orang yang dulu me mper kosanya itu dihukumnya dengan amat mengerikan. Pui Ki Cong menjadi seorang laki-laki cacat dan buruk seperti setan, tidak akan berguna selama hidup-nya. Demikian pula Koo Cai Sun, menjad i cacat, tapadaksa yang sudah bukan seperti manusia norma l lag i. Lauw Ti menjad i cacat dan gila. Keadaan mereka bertiga lebih menyedihkan dan mengerikan daripada kalau Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mereka mati. Dan pa mannya sendiri, orang ke empat yang dulu me mperkosa Cui Hong, terpaksa me mbunuh diri dengan perasaan penuh penyesalan. Sungguh pembalasan dendam Cui Hong itu terlalu keja m. Kembali Tan Siong menghela napas panjang ketika terbayang olehnya semua kekeja man yang dilakukan Cui Hong terhadap orang-orang yang dibencinya, termasuk pa mannya. Akibat kekeja mannya itu, bukan hanya empat orang yang pernah me mper kosanya itu yang mender ita, terutama yang tiga orang kecuali pamannya yang sudah tewas. Mereka itu mati tidak, hidup pun bukan. Apa artinya hidup dalam keadaan tapadaksa separah itu" Lengan dan kaki patah bahkan ada yang buntung sehingga tubuh amat sukar bergerak, muka cacat, ada yang matanya buta, ada yang hidungnya hancur, pendeknya badan lumpuh sukar bergerak, muka cacat menjijikkan, batin terguncang sehingga menjadi seperti gila! Bukan mere ka saja yang menderita hebat bukan kepalang, me lainkan juga keluarga mere ka, anakisteri mereka! "Aahh, Hong-moi.... betapa kejamnya engkau... dendam kebencian telah me mbuat engkau seperti iblis! Akan tetapi, ya Tuhan, aku cinta pada mu, Hong-moi, aku tetap cinta padamu!" Tan Siong menge luh la lu pergi dari situ dengan perasaan hampa. Semangatnya seolah ikut terbang bersama Cui Hong. 0odwo0 Sudah banyak tercatat dalam sejarah betapa perkaraperkara besar yang menyangkut bangsa dan negara, dipengaruhi oleh a mbis i pribadi para pe mimpinya. Perasaan dendam, iri, murka, dan keinginan pribadi untuk mereguk kesenangan me lalui kekuasaan dari seorang pe mimpin negara dan para pembantunya, terkadang menyeret bangsa ke dalam kehancuran. Seperti tercatat dalam sejarah Negeri Cina, bangsa Cina tadinya hidup dalam keadaan yang leb ih ba ik di bawah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pemerintahan Kerajaan Beng (Terang) dibandingkan dengan keadaan rakyat di ja man penjajahan Mongol yang mendirikan Dinasti Goan yang bertahan selama hampir satu abad (12801368). Setelah rakyat Han dapat menggulingkan penjajah Mongol dan yang berkuasa adalah bangsa sendiri dengan berdirinya Kerajaan Beng, kehidupan rakyat mula i menjadi makmur. Akan tetapi, setelah berjaya selama hampir tiga abad (1368-1644), mulailah pe merintah Beng menjad i le mah sekali sehingga mengakibatkan rakyat kemba li hidup menderita, bahkan keadaan kehidupan rakyat jelata lebih parah dibandingkan keadaan ketika dijajah orang Mongol! Hal ini disebabkan karena Kaisar terakhir Kerajaan Beng yang bernama Kaisar Cung Ceng (1620-1644) merupakan seorang kaisar yang le mah dan yang hanya mengejar kesenangan diri sendiri. Kele mahan ini tentu saja memunculkan banyak pejabat penjilat, terutama para Thai-ka m (orang kebiri, sidasida) yang berkuasa di dalam istana yang sedianya menjadi pelayan-pelayan kaisar dan keluarganya. Pada mulanya, Kaisar me mpergunakan tenaga para pria yang dikebiri ini sebagai pelayan-pelayan dalam istana untuk mencegah terjadinya perjinaan antara banyak selir dan gadis-gadis dayang istana dengan para pelayan pria. Karena itu, semua pelayan pria dikebiri seh ingga tidak me mungkinkan terjadinya penyelewengan. Karena para Thaika m ini tidak dapat lagi berhubungan dengan wanita, maka mereka me la mpiaskan semua nafsunya kepada kedudukan dan harta. Mulailah mereka menggunakan segala daya upaya untuk me mperoleh kekuasaan dan satu-satunya cara untuk mendapatkan kekuasaan itu adalah mendekati Kaisar dan menga mbil hati Kaisar. Mungkin karena merasa senasib sependeritaan, para Thaikam ini kompak sekali dan dapat bekerja sama dengan baik. Juga mereka biasanya merupakan orang-orang p ilihan. Kaisar tentu saja ingin me miliki pelayan-pelayan dalam istana yang berwajah tampan, bersih, pandai me mbawa diri, cerdas dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ cekatan. Bahkan banyak di antara mereka yang pandai . ilmu silat untuk dijadikan pengawal pribadi, menjaga keselamatan Kaisar sekeluarga. Akan tetapi sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang terpelajar, ahli sastra. Maka, tidak mengheran kan kalau sekumpulan orang pandai ini mudah menggunakan kecerdikan mere ka, menguasai politik pemerintahan dan me mpengaruhi Kaisar. Kaisar Cung Ceng yang me mang pada dasarnya lemah itu seolah men jadi boneka dan menurut saja kepada para Thaikam pimpinan yang dia anggap sebagai ha mba-ha mba yang baik dan setia! Maka, biarpun kekuasaan masih berada di tangan Kaisar, namun sesungguhnya segala keputusan yang disahkan dan ditanda tangani Kaisar itu keluar dari pikiran para Thaika m. Memang tepatlah pendapat dan ajaran para bijaksana jaman dahulu bahwa yang terpenting bagi manusia adalah hidup dalam kebenaran dan kebaikan. Benar dan baik merupakan syarat bagi manusia untuk dapat hidup berbahagia. Para bijaksana selalu menasihati keturunan dan muridnya begini "Aku tidak ingin me lihat kamu menjad i orang kaya raya, atau menjadi orang pintar, atau menjadi orang ber kuasa! Aku hanya ingin ka mu menjadi orang yang baik dan benar! Hanya orang yang baik dan benar lah menjadi kekas ih Thian (Tuhan) dan menerima kasih karunia dan kebahagiaan dunia dan akhirat!" Baik dan benar merupakan dasar bagi ketenteraman dan kebahagiaan. Orang kaya belum tentu benar, orang pintar belum tentu benar, orang berkuasa belum tentu benar. Orang yang baik dan benar tentu merupakan penyalur berkat Tuhan bagi manusia lain, bagi dunia. Akan tetapi sesungguhnya, orang kaya, orang pintar, orang berkuasa tanpa didasari sifat baik dan benar, sering malah mendatangkan malapetaka bagi manusia dan dunia karena keadaannya itu terkadang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ me mbuat dia sewenang-wenang, memikirkan kesenangan diri pribadi saja, bahkan menggunakan kekayaan, kepintaran atau kekuasaannya untuk men indas orang lain yang dianggap menjad i pengha lang kesenangannya. Demikianlah keadaan para Thaika m di dalam istana Kaisar Cung Ceng, pada masa terakhir pemerintah Kerajaan atau Dinasti Beng. Mereka berdiri dari orang-orang pintar, kaya raya, dan berkuasa, namun tidak me miliki watak dasar baik dan benar tadi. Maka sepak terjang dewikz mereka hanya men imbulkan kesengsaraan bagi negara dan bangsa. Pemerintahan Kaisar Ceng Cung menjad i le mah, banyak peraturan yang sewenang-wenang menindas rakyat. Para pejabat pemerintah yang baik, yang setia, yang ingin me mbawa roda pemer intahan me lalui jalan yang benar dan yang menyejahterakan rakyat, menjadi penghalang bagi para Thaika m dan mereka itu, satu de mi satu, disingkirkan dari jabatannya. Bahkan, yang dianggap berbahaya karena sikapnya menentang para Thaika m, banyak di antara mereka bukan hanya dipecat oleh Kaisar atas bujukan para Thaikam, Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo me lainkan dihukum berat dengan tuduhan fitnah me mberontak. Kalau pe merintah gagal menyejahterakan rakyat, bahkan menyengsarakan rakyat, maka akibatnya mudah diduga. Di mana- mana terjadilah pe mberontakan. Muncul orang-orang gagah yang t idak suka dengan keadaan itu dan mereka ini me miliki banyak pengikut, me mbentu k laskar-laskar rakyat dan mulai mengadakan aksi menentang kerajaan! Di antara para pemberontak itu, yang paling kuat memiliki banyak sekali pengikut sehingga na manya terkenal dan menjad i bagian sejarah, adalah Li Cu Seng. Sebetulnya, Li Cu Seng tadinya adalah seorang pendekar ahli silat dari dusun, bukan orang penting dan bukan orang ternama. Namun, sikapnya yang gagah dan wibawanya yang kuat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menggerakkan ratusan ribu orang yang dengan s uka rela menjad i pengikutnya. Terbentuklah bar isan yang kokoh kuat dan mulailah pasukan Li Cu Seng bergerak. Pendekar yang berasal dari Propinsi Shensi ini, me mimpin laskarnya dan mulai penyerangannya dari utara dan barat. Pada waktu itu orangorang Mancu sudah menge mbangkan kekuasaannya ke selatan, namun gerakan mereka itu terbentur dan terhenti oleh pertahanan pasukan pe mer intah Kerajaan Beng yang berjaga di Te mbok Besar yang kokoh itu. Dala m tahun 1640 Honan terjatuh ke tangan Li Cu Seng, dan dengan cepat pasukannya bergerak dan menduduki Propinsi Shensi dan Shansi. Di beberapa daerah ini, jumlah pengikutnya bertambah dan dia berhasil menghimpun pasukan yang besar dan kuat. Pemerintahan Kaisar Cung Ceng yang dipenuhi para Thai-ka m dan pejabat tinggi yang korup, tidak mendapat dukungan rakyat. Bahkan banyak pula panglima perang yang besar kekuasaannya seolah kurang mengacuhkan adanya pemberontakan Li Cu Seng yang semakin mendekati kota raja Peking. Banyak panglima perang juga sudah muak dengan pe merintahan Kaisar Cung Ceng yang korup dan dikuasai Thaika m itu. Dia m-dia m mereka mengharapkan pergantian pimpinan pada pe merintah Dinasti Beng. Di antara para panglima besar ini, yang terkenal adalah Panglima Bu Sa m Kwi. Panglima Bu Sa m Kwi me miliki pasukan yang besar dan kuat dan berkat pertahanannya di Tembok Besar Sa-hai-koan di ma na Tembok Besar sampa i di tepi lautan, maka pasukan Mancu tidak ma mpu me ne mbus ke selatan. Panglima Bu Sa m Kwi terkenal sebagai seorang panglima yang pandai me mimpin pasukan, dan dia m-dia m dia menaruh s impati kepada gerakan Li Cu Seng yang merupakan seorang Beng-cu (Pe mimpin Rakyat) yang berjuang me mbebaskan pe mer intah dari cengkera man para pejabat korup. Maka, Panglima Bu Sa m dewi Kzwi seolah-olah menutup sebelah mata dan pura-pura t idak tahu bahwa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ gerakan pemberontakan Li Cu Seng sudah menguasai beberapa propinsi, bahkan mula i mende kati kota raja Peking! Pada suatu pagi bulan kedua tahun 1644, tiga orang penunggang kuda menjalankan kudanya dengan santai di jalan umum di luar kota raja Peking sebelah barat. Yang berada di tengah adalah seorang laki-laki berusia sekitar empat puluh tahun, bertubuh sedang namun tegap dan gagah, duduk di atas punggung kuda dengan tegak lurus menunjukkan seorang ahli, wajahnya membayangkan kegagahan dan kekerasan, sepasang matanya tajam bagaikan mata burung rajawali, pakaiannya seperti seorang petani sederhana dan di punggungnya tergantung sebatang pedang. Dua orang yang menunggang kuda di kanan kirinya adalah pria-pria berusia se kitar lima puluh tahun, yang seorang bertubuh tinggi kurus wajahnya seperti tengkorak dan yang ke dua bertubuh tinggi besar seperti raksasa, wajahnya penuh brewok menyeramkan. Juga dua orang ini me mpunyai senjata golok yang terselip di punggung mere ka. Pria yang berada di tengah dan dari sikap kedua orang pendampingnya mudah diduga bahwa dialah yang menjadi pemimpin, bukanlah orang biasa. Dialah pende kar Li Cu Seng yang amat terkenal dan dipuja ratusan ribu orang sebagai pejuang yang hendak menumbangkan kekuasaan yang dianggap lalim di Kerajaan Beng. Adapun dua orang pendampingnya itu adalah dua orang pe mbantunya yang setia. Yang seperti raksasa brewok bernama Gu Kam, sedangkan yang bertubuh tinggi kurus ber muka tengkorak adalah Giam Tit, sute (adik seperguruan) dari Gu Kam. Kedua orang ini adalah tokoh-tokoh Bu-tong-pai yang terkenal lihai ilmu goloknya. Li Cu Seng adalah seorang pe mimpin rakyat yang a mat terkenal dan dia me mpunyai pasu kan yang amat besar jumlahnya. Sebagai seorang panglima besar, mengapa dia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sekarang berkeliaran di luar kota raja, diteman i dua orang pembantunya, berpakaian seperti tiga orang desa biasa" Li Cu Seng, selain lihai ilmu silatnya, juga merupakan seorang pemimpin barisan yang pandai. Setelah menguasai beberapa propinsi di barat dan daerah utara, dia me mimpin barisannya menuju kota raja Peking. Dan sebagai seorang ahli perang vang ulung, kini dia turun tangan sendiri melakukan penyelidikan d i luar benteng kota raja sebelah barat, ditemani dua orang pembantunya. Dia me mang sudah menyebar para mata- mata dan penyelidik untuk me mpe lajari kekuatan musuh di kota raja, akan tetapi dia tidak merasa puas kalau tidak terjun sendiri melakukan penyelidikan. Di sinilah letak kekuatan dari Li Cu Seng. Dia teliti dan penuh perhitungan, me lengkapi kekuatan pasukannya dengan kecerdikannya. Dua kelebihan ini digabung dan mendatangkan keberhasilan kepadanya. Karena kini pasukannya sudah s iap untuk melakukan penyerbuan ke kota raja Peking, maka Li Cu Seng, dite mani dua orang pe mbantunya yang setia, melakukan penga matan sendiri untuk me lihat bagaimana kekuatan pasukan kerajaan yang melakukan penjagaan di kota raja. Sementara itu, di kota raja send iri, para panglima yang masih setia kepada Kaisar Cung Ceng, sibuk melakukan persiapan untuk me mpertahankan kota raja dari anca man laskar rakyat pimpinan Li Cu Seng yang sudah menguasai sebagian besar daerah barat dan utara. Akan tetapi mereka ini sebagian besar adalah para panglima yang berpihak pada para Thaika m, para panglima yang me mpero leh kedudukan tinggi karena jasa para Thaika m dan yang mendapatkan pe mbagian harta benda yang mereka korup. Karena mereka hanya setia kepada harta, kedudukan, dan kesenangan, maka tentu saja mereka juga tidak sepenuh hati membela Kerajaan Beng, walaupun jumlah pasukan mereka masih cukup banyak dan kuat. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kaisar Cung Ceng sendiri tidak menyadari bahwa kota raja sudah terancam oleh laskar ra kyat pimpinan Li Cu Seng. Para Thaika m sengaja men imbuni Kaisar dengan segala maca m pesta dan kesenangan. Akan tetapi mereka juga berusaha untuk menyelamatkan diri. Mereka menghubungi dan mengirim sogokan kepada para panglima besar yang bertugas di perbatasan. Juga Panglima Bu Sa m Kwi mener ima sogokan dan hadiah dengan per mintaan agar Panglima Bu Sa m Kwi mengirim bala-tentaranya untuk melindungi kota raja dari ancaman musuh. Akan tetapi, Panglima Bu Sam Kwi yang me mang sudah t idak suka kepada Cung Ceng, tidak mengacuhkan per mintaan itu. Bahkan dia m-dia m Panglima Bu Sam Kwi condong me ndukung gerakan Li Cu Seng untuk menumbangkan Kaisar Cung Ceng yang menjadi kaisar boneka di bawah pengaruh para Thaikam. Li Cu Seng dan dua orang pembantunya, Cu Kam dan Gia m Tit, terlalu me man dang rendah kepada para pimpinan pasukan pertahanan kota raja. Karena memandang rendah, mereka menjad i lengah, tidak tahu bahwa rahasia kedatangan mereka mende kati kota raja telah diketahui mata- mata pasukan kerajaan! Bagaimanapun juga, di kota raja masih terdapat panglima tua yang a mat setia kepada Kerajaan Beng. Biarpun mereka juga t idak suka me lihat Kaisar dikuasai para Thaikam, namun mereka tetap setia kepada Dinasti Beng dan siap untuk me mbe la kerajaan itu mati-matian dengan taruhan nyawa. Dala m keadaan kota raja terancam bahaya, maka para panglima yang setia inilah yang mengundang para pendekar untuk me mbantu pasukan kerajaan me mpertahankan Peking dari serangan musuh. Di antara panglima ini terdapat seorang panglima tua, yaitu Panglima Ciok Kak yang biasa disebut Ciong-goanswe (Jenderal Ciong). Usianya sudah enam puluh lima tahun, namun dia mas ih gagah perkasa, terkenal sebagai seorang ahli silat dan ahli perang yang berpengalaman. Bahkan dia mengenal baik para pendekar di dunia kang-ouw karena dia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sendiri adalah seorang murid Siauw-lim-pai yang pandai. Dialah yang mengepalai bagian para penyelidik yang merupakan bagian penting dari pasukan pertahanan kota raja. Dia mengundang para pendekar gagah untuk menjadi penyelidik. Ciong Goanswe ini yang mengutus tujuh orang pendekar, dijadikan mata-mata yang melakukan penyelidikan dan pengawasan di luar kota raja, bersama belasan orang pendekar lain. Tujuh orang ini melakukan penga matan di sebelah barat, luar benteng kota raja. Mereka adalah Su Lok Bu, seorang murid Siauw-lim-pa i yang pandai, juga seorang pen-siunan perwira kerajaan. Orangnya berusia sekitar lima puluh dua tahun, bertubuh tinggi besar berkulit hita m, mukanya penuh brewok dan matanya lebar seperti Panglima Thio Hwi da la m cerita Sa m Kok, dan dia seorang ahli bermain siang-kia m (sepasang pedang) yang kosen. Orang ke dua adalah seorang pensiunan perwira pula, sahabat dari Su Lok Bu sejak muda, berna ma Cia Kok Han, berusia sekitar lima puluh dua tahun pula. Cia Kok Han ini seorang murid Bu-tong-pai yang terkenal dengan senjata twato (golok besar). Tubuhnya pendek dengan perut gendut, kulitnya putih, matanya sipit sekali dan seluruh ra mbut dan jenggotnya sudah putih semua. Kita mengenal Su Lok Bu dan Cia Kok Han ini karena mereka ini, kurang lebih dua tahun yang lalu, bekerja sebagai pengawal pribadi Pui Ki Cong atau yang dikenal sebagai Pui Kongcu (Tuan Muda Pui), yaitu orang pertama yang menjadi musuh besar Kim Cui Hong dan yang kemudian disiksa sampai menjad i seorang tapadaksa berat oleh gadis itu yang me mba las dendamnya. Setelah terjadi peristiwa pembalasan dendam dari Kim Cui Hong terhadap empat orang yang pernah me mperkosa dan menghinanya, yang telah disiksa tiga orang dan yang seorang me mbunuh diri, dua orang jagoan ini segera mengundurkan diri. Mereka berdua adalah pendekar, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tokoh Siauw-lim-pai dan Bu-tong-pa i. Setelah mereka mengetahui duduknya perkara, mereka segera meninggalkan keluarga bangsawan Pui. Keduanya menyadari bahwa mereka telah bekerja sebagai pengawal seorang pemuda bangsawan yang pernah melakukan perbuatan keji terhadap Kim Cui Hong. Mereka merasa ma lu dan pergi tanpa pa mit. Kemudian, dua orang sahabat ini me me menuhi panggilan Jenderal Ciong Kok yang mereka kenal baik, dan mendapat tugas menga mati keadaan di luar benteng kota raja bagian barat. Dua orang jagoan ini diteman i oleh lima orang jagoan lain yang terkenal dengan sebutan Liong-san Ngo-eng (Lima Pendekar Bukit Naga). Mereka adalah kakak beradik seperguruan, tokoh-tokoh perguruan silat Liong-san-pa i yang merupakan ahli-ahli s ilat pedang yang cukup tangguh. Tujuh orang mata-mata pe merintah ini telah me ndapat berita dari para penyelidik yang me mbuat pengamatan lebih jauh dari benteng kota raja bahwa ada tiga orang penunggang kuda yang pakaiannya seperti penduduk dusun, akan tetapi cara mereka men unggang kuda dan di punggung mereka terdapat senjata, menimbulkan dugaan bahwa mereka itu bukanlah penduduk dusun biasa dan patut dicurigai dan diselidiki leb ih lanjut karena tiga orang penunggang kuda itu menuju ke arah kota raja. Demikianlah, karena me mandang rendah pertahanan kota raja Peking, ma ka pemimpin las kar rakyat Li Cu Seng menjadi lengah. Ketia dia dan dua orang pe mbantunya tiba di luar tembok benteng, di tepi sebuah hutan, mereka men ghentikan kuda mereka. Li Cu Seng me mber i isyarat dan dua orang pembantunya, Cu Kam dan Gia m Tit, ikut pula turun dari atas punggung kuda mereka. Mereka mena mbatkan kuda di pohon tepi hutan itu. "Dari sini kita harus berjalan kaki. Bersikaplah biasa dan kalau ada pertanyaan, kita menga ku akan mengunjungi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ keluarga yang tinggal di kota raja." kata Li Cu Seng dengan sikap tenang. Dua orang pembantunya mengerutkan ali dan ta mpak ragu dan khawatir. "Me masuki kota raja?" tanya Gu Kam. "Akan tetapi itu berbahaya sekali, Li-bengcu (Pe mimpin Li)!" "He mm, Gu-twako, apakah engkau takut?" Li Cu Seng bertanya sambil menatap wajah raksasa brewok itu dengan sinar mata tajam. Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Li-bengcu, engkau tahu bahwa aku tidak pernah takut!" kata Gu Kam.. "Suheng (Ka kak Seperguruan) Gu Kam tentu saja tidak takut, Li-bengcu. Akan tetapi yang kami khawatirkan adalah bengcu sendiri. Kalau sa mpai ketahuan musuh bahwa bengcu sendiri yang me masu ki kota raja, bagaimana mungkin kami berdua dapat melindungi bengcu dari ser-gapan balatentara kerajaan yang berkumpul di kota raja?" kata Gia m Tit. Li Cu Seng tersenyum, mengangguk-angguk. Tentu saja dia tidak pernah meragukan kesetiaan dan kegagahan dua orang pembantunya ini. "Gu-twako dan Gia m-twako, aku tahu benar bahwa kalian berdua tidak takut menghadapi apapun juga. Sejak se mula kita semua sudah menyadari bahwa perjuangan ini berarti me mpertaruhkan nyawa kita. Hanya ada dua pilihan, berhasil atau mati! Karena itu, mengapa kita ragu kalau ada bahaya menanti dalam kota raja" Kiranya tidak ada yang tahu akan penyamaran kita bertiga. Kalau ada yang bertanya, jangan lupa mengatakan bahwa kita datang dari dusun dan hendak mengunjungi keluarga Panglima Bu Sa m Kwi yang tinggal di kota raja." "Akan tetapi, apakah bengcu benar-benar mengenal Jenderal Bu Sa m Kwi?" tanya Gia m Tit. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Li Cu Seng tersenyum. "Tentu saja aku mengenalnya, bahkan kami dulu menjad i sahabat baik. Aku akan me ma kai nama marga Cu, dan kalian berdua ada lah kakak beradik she (bermarga) Kam. Nah, mari kita me masuki kota raja. Kita tinggalkan kuda di sini." Mereka bertiga mena mbatkan kuda pada batang pohon, akan tetapi melepaskan kendali dari hidung dan mulut kuda-kuda itu sehingga tiga ekor binatang itu dapat makan ru mput yang tumbuh subur di bawah pohonpohon itu. Su Lok Bu dan Cia Kok Han me mber i isarat kepada lima orang Liong-san Ngo-heng untuk mende kat. Mereka bertujuh lalu berunding. "Kita be lum yakin s iapa mereka dan apa niat mereka. Belum tahu benar apakah mereka itu lawan atau kawan. Maka kita bayangi saja ke mana mereka pergi. Lihat, mereka bertiga men inggalkan kuda dan kini berjalan menuju ke pintu gerbang kota raja. Kita bayangi dari jauh!" bisik Cia Kok Han. Tujuh orang itu me mbayangi tiga orang yang berjalan dengan santai menuju ke pintu gerbang. Setelah tiba di pintu gerbang, para penjaga pintu gerbang menghadang dan menghentikan t iga orang itu. "Berhenti! Kami men dapat tugas untuk me mer iksa se mua pendatang yang tidak kami kenal. Hayo katakan, siapa kalian, datang dari mana dan hendak kemana?" tanya komandan jaga dengan sikap tegas. Li Cu Seng me langkah maju dan me mber i hormat. "Sobat, dalam keadaan seperti sekarang ini, me mang kalian sebagai penjaga-penjaga harus teliti dan tegas. Sikapmu ini mengagumkan dan pasti a kan mendapat pujian dari Pang lima Besar Bu Sam Kwi. Kami akan me laporkan ketegasanmu ini kepada beliau!" "Panglima Besar Bu Sa m Kwi?" Koman dan jaga bertanya, matanya terbelalak. Tentu saja dia tahu siapa Panglima Besar Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Bu Sa m Kwi. Se mua orang mengena l panglima besar yang amat terkenal itu, apalagi perajur lt seperti dia dan kawankawannya. "Engkau menyebut na ma Panglima Besar Bu Sa m Kwi" Apakah kalian bertiga ini perajur it-perajurit anak buah Bu Thai-ciangkun (Panglima Besar Bu)?" Li Cu Seng tersenyum, sengaja menga mbil sikap angkuh dan dua orang pembantunya juga mengimbangi sikap ini, mereka membusungkan dada. "Perajurlt" Kami adalah perwira-perwira pe mbantu be liau yang amat dipercaya sehingga beliau kini mengutus kami untuk mengunjungi ke luarga beliau di kota raja." Sikap komandan jaga dan anak buahnya yang berjumlah selosin orang itu berubah. Komandan jaga memandang hormat. "Ah, maafkan karena kami tidak mengenal sa m-wi (tuan bertiga). Akan tetapi, kalau sam-wi para pembantu Panglima Besar Bu Sa m Kwi, mengapa sa m-wi tidak mengenakan pakaian dinas?" 0ooodwkzooo0 Jilid 11 "IH, kawan. Di luar sana terdapat tt banyak pasukan pemberontak. Kalau kami me ma kai pa kaian perwira, tentu kami tidak akan dapat sampai d i sini! Kami sengaja menyamar sebagai petani agar dapat mudah masuk ke kota raja dan menya mpaikan pesan Panglima Besar Bu kepada keluarganya di kota raja." "Baiklah, kami percaya. Akan tetapi demi ketertiban, harap sam-wi me mper kenalkan na ma sa m-wi agar kami catat." "Aku ber marga Cu, dan dua orang temanku ini adalah kakak beradik bermarga Kam. Sekarang maafkan kami karena Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kami harus segera menghadap keluarga Panglima Besar Bu Sam Kwi." kata Li Cu Seng. Para penjaga itu tidak berani lagi mengha langi dan mereka me mpersilakan tiga orang yang mengaku sebagai perwira-perwira utusan Jenderal Bu me masu ki pintu gerbang kota raja. Akan tetapi pada saat itu, tujuh orang penunggang kuda yang berpakaian sebagai perwira datang dari luar. Su Lok Bu dan Cia Kok Han berlompatan turun dari atas punggung kuda mereka, diikuti o leh lima orang Liong-san Ngo-eng. Su Lok Bu dan Cia Kok Han sudah menghadang tiga orang yang baru hendak me masu ki pintu gerbang dan Su Lok Bu, murid Siauwlim-pa i yang bertubuh tinggi besar hitam brewokan itu berkata dengan suara yang nyaring. "Harap kalian bertiga berhenti dulu!" seru Su Lok Bu sa mbil berdiri tegak di depan tiga orang itu dan menga mati wajah mereka dengan tajam menyelidik. "Siapakah kalian, datang dari mana dan hendak ke mana" " Dengan penuh kewaspadaan namun dengan sikap yang tenang, Li Cu Seng tersenyum lalu menjawab. "Baru saja para penjaga pintu gerbang sudah menanyakan hal yang sama kepada kami sudah kami jawab dengan sejelasnya. Akan tetapi kalau cu-wi (ka lian se mua). ingin tahu, boleh kami ulang jawaban kami. Aku she (bermarga) Cu dan dua orang temanku ini kakak beradik bermarga Kam. Kami bertiga datang dari barisan penjaga garis depan di San hai-koan, kami tiga orang perwira kepercayaan Panglima Besar Bu Sairi Kwi dan kami diutus oleh Bu Thai-ciangkun untuk mengunjungi keluarganya di kota raja." Cia Kok Han yang bertubuh pendek gendut bertanya. "Maafkan kami, sobat-sobat, kalau kami bersikap teliti. Kalau kalian bertiga benar perwira pembantu Panglima Besar Bu Sam Kwi, tolong perlihatkan surat kuasa untuk tanda kalian agar ka mi merasa yakin. Juga agar kalian me mberi keterangan mengapa kalian berpakaian seperti petani dusun dan mengapa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pula kalian meninggalkan tiga ekor kuda tunggangan kalian di hutan itu." Dia m-dia m tiga orang pimpinan laskar pe mberontak itu terkejut. Kiranya tujuh orang itu telah mengetahui bahwa mereka datang berkuda! Ini berarti bahwa s udah sejak jauh dari situ mereka telah diawasi! Akan tetapi Li Cu Seng yang cerdik tetap tenang ketika dia menjawab sambil tersenyum. "Ka mi kira sebagai perwira-perwira yang berpengalaman, tentu cu-wi mengerti keadaan kami. Di luar sana terdapat banyak sekali pasukan pe mberontak. Kalau kami mengenakan pakaian perwira, sudah pasti kami tidak mungkin dapat sampai d i sini dan sudah terbunuh di tengah perjalanan. Kami sengaja meninggalkan kuda kami di hutan karena kami ingin agar tidak menarik perhatian karena kami menyamar sebagai orang desa. Dan tentang surat-surat yang menunjukkan bahwa kami utusan Panglima Besar Bu Sa m Kwi, ah, tentu cuwi sudah mengetahui. Kami adalah perajurit-perajurit yang setia sampai mati. Andaikata kami yang melaksanakan tugas ini harus mati dalam perjalanan, jangan sampai ada yang mengetahui siapa kami untuk menjaga rahasia pimpinan kami." Jawaban yang lancar ini me mbuat hati Su Lok Bu, Cia Kok Han dan kelima Liong-san Ngo-heng merasa puas. "Maafkan kalau kami me mer iksa dengan teliti karena kami tidak ingin kecolongan. Nah, kalau begitu silakan sa m-wi (kalian bertiga) me lanjutkan perjalanan ke rumah keluarga Panglima Besar Bu. Perkenalkan, kami bertujuh adalah para pembantu Ciong Goan-swe yang juga merupakan rekan dan sahabat Panglima Besar Bu Sa m Kwi. Kami akan melaporkan kedatangan kalian di kota raja kepada beliau." kata Su Lok Bu. Dia m-dia m hati Li Cu Seng terkejut juga. Kalau Jenderal Cong sendiri yang bertemu dengannya, tentu jenderal itu akan mengenalnya. Maka dia cepat mengucapkan terima kasih dan me lanjutkan perjalanannya ke dalam kota raja, diikuti oleh Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dua orang pe mbantunya. Karena Li Cu Seng menduga bahwa para perwira tadi cerdik dan tentu tidak akan melepaskannya dari pengawasan begitu saja, maka dia terpaksa mengajak dua orang temannya menuju ke rumah keluarga Panglima Besar Bu Sam Kwi, tidak jadi langsung menyelidiki keadaan dan kekuatan benteng pasukan kerajaan. Dua orang temannya berbisik, menyatakan kekhawatirannya kalau mereka mengunjungi keluarga Bu Sa m Kwi. Bagaimana kalau keluarga itu mengenal Li Cu Seng" Pasti akan gempar dan pasukan datang menangkap mereka. Di dalam kota raja, mereka bagaikan tiga ekor harimau yang sudah terjebak dalam ruangan tertutup dan tidak mungkin dapat lolos! "Jangan khawatir, tidak ada seorang pun anggauta keluarga Bu Sa m Kwi yang pernah mengena! aku. Bahkan Bu Sam Kwi sendiri kalau bertemu dengan aku belum tentu dapat mengenalku. Kami bersahabat ketika kami masih muda, belasan tahun yang lalu. Jangan khawatir, kita ke sana dan biarkan aku yang bicara dengan mereka. Setelah ada kesempatan, baru kita akan berkeliling dalam kota untuk me lakukan penyelidikan." Tiga orang itu lalu menuju ke rumah besar yang menjadi Delapan Sukma Merah 1 Dewa Arak 76 Penjara Langit Kelana Buana 28