Ceritasilat Novel Online

Budha Pedang Penyamun Terbang 11

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira Bagian 11 semakin memudarkan kepercayaan banyak orang akan jaminan keamanannya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Perubahan besar dalam penulisan puisi Li Bai tercatat disebabkan antara lain oleh kematian sahabatnya, penyair dan cendekiawan Li Y ung, yang difitnah dan dituduh berse-kongkol melakukan pengkhianatan serta dihukum oleh Perdana Menteri Li Lin-fu yang terkenal licik. Pejabat tinggi itu berkuasa penuh antara 745 sampai 752, dan perbuatannya itu hanyalah satu perkara dari banyak kepahitan yang melukai perasaan Li Bai yang peka. Maka dari kisah-kisah manusia, Li Bai mengalihkan pokok-pokok gagasan puisinya kepada keagungan alam yang memiliki daya tarik luar biasa baginya. Bukankah puisi-puisi seperti ''Nyanyian Air Biru'' ini menunjukkan kepekaannya terhadap alam itu" bulan cemerlang membakar air kebiruan di telaga selatan lelaki itu mengumpulkan bunga leli putih bunga-bunga teratai berbisik lirih: si tukang perahu menghela napas panjang BEGITU pula kukira dengan puisi Li Ba i yang ini, yang juga sedang dikutip-kutip oleh mereka yang sedang minum arak sambil menghadapi pemandangan terbentang itu: malam pun sampai: aku bermalam di kelenteng Puncak di s ini bisa kusentuh bintang-bintang dengan tanganku aku tak berani bicara keras dalam keheningan ini takut mengusik ketenteraman penghuni Langit Maupun yang pernah kubaca terjemahannya ini: angin musim gugur betapa hening bulan jelita daunan yang tertiup mengonggok dan tersebar-sebar burung gagak yang istirah tersentak dari tidurnya aku pun bermimpi tentangmu --kapan bisa kutemui kau kembali" malam ini: ngilu hatiku TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kemudian mereka berbicara tentang bagaimana Li Bai membawa urusan antarmanusia ke dalam puisinya. Benar juga, sebetulnya belum ada minuman di Negeri Atap Langit yang bisa membuat seseorang mabuk dalam pengertian hilang seluruh kesadarannya. Bukankah delapan orang pembawa keledai-keledai beban itu meski sambil tertawa-tawa masih juga dapat mengutip puisi Li Bai di luar kepala dengan tepatnya, sementara aku yang mulai merasakan kehangatan menjalar ke kepalaku, dengan pengetahuan bahasa-bahasa Negeri Atap Langit yang terbatas masih juga dapat mengikuti puisi yang mereka maksudkan itu" bulan terang memuncak di bukit Sorga berlayar di samudera awan angin melengking sejauh sepuluhribu li terdengar suara siul dari celah bukit Y u-men tentara kerajaan menuruni Jalan Tanggul Putih bangsa Tartar menyusur sepanjang pantai Laut Biru perajurit-perajurit menoleh ke arah rumah mereka: belum pernah ada yang bisa pulang kembali malam ini perempuan itu menanti di menara tinggi yang ada tinggal duka dan hisak berkepanjangan Kehidupan Li Bai bertolak belakang dengan penyair lain yang juga sangat terkenal dari masanya sampai hari ini, yang juga adalah sahabatnya nan rendah hati, yakni Du Fu. Semasa muda mereka hidup bersama-sama di Chang'an dan jika puisipuisi keduanya diperiksa, terbaca betapa mereka tak dapat saling me lupakan satu sama lain. Namun jika Du Fu hidup berpindah-pindah dalam kemiskinan bersama keluarganya, maka Li Bai menikah beberapa kali, punya anak-anak yang mesti dibiayainya, dan suatu kali melakukan perjalanan diiringi dua gadis penyanyi dan seorang bocah pelayan, sementara di setiap wilayah para pejabat menyambutnya. Pada masa Wangsa Tang ini ketika puisi sangat dihargai dan para penyair TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dihormati, Li Bai sebagai penyair cemerlang memang mendapatkan kemewahan seperti pangeran karena bakatnya. Meski pernah sangat dicintai oleh seisi istana, Li Bai tidak pernah secara resmi menjadi bagian daripadanya, karena ia melihat bagaimana kehidupan di dalamnya adalah semu. Namun tetap saja Li Bai mencintai segala sesuatu yang baik dalam hidup, walaupun tidak selalu dapat mencapainya. Ia menyukai orang-orang di sekitarnya sebagai bagian dari mereka, daripada hanya melihat mereka dari luar. Pada masanya Li Bai memiliki keanggunan, pemikiran yang tajam, serta kepribadian memikat, dan sebagai penyair ia memimpin dengan bahasa yang di Negeri Atap Langit susah ditampik. Puisi-puisinya bagaikan bebunyian dan termasuk di antara yang terbesar dalam riwayat pencapaian manusia. Di seluruh Negeri Atap Langit puisi-puisinya dicetak dengan cukilan kayu pada kertas-kertas menguning yang disimpan dengan sangar baik dari masa ke masa. JADI aku pun tersenyum saja karena bapak kedai tentunya sudah mengerti. ''Sudah tiga puluh lima tahun,'' ujarnya, lagi, ''puisi-puisi Li Bai makin banyak dikutip orang, tetapi begitu pula Wang Wei dan Du Fu.'' Aku merasa beruntung bahwa selama enam bulan berkubang di bilik pustaka Kuil Pengabdian Sejati, tak hanya filsafat Nagarjuna yang kupelajari me lainkan juga terbaca olehku catatan para rahib tentang para penyair Wangsa Tang yang mengagumkan. Tentu saja Wang Wei dan Du Fu sama besarnya dengan Li Bai, tetapi kehidupan mereka pribadi tidaklah penuh dongeng seperti Li Bai. Wang Wei hidup dari 699 sampai 759. Ia seorang tabib, tetapi agaknya lebih banyak menulis puisi, sedangkan semasa hidupnya lebih dikenal sebagai pelukis. Maka puisi-puisinya dikenal mengandung lukisan, dan lukisan-lukisannya mengandung puisi. Pada usia dua puluh satu tahun ia sudah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ diangkat sebagai chin-shih, yakni seseorang yang sangat tinggi kadar kepandaiannya, sehingga dapat lulus ujian negara. Namun Wang Wei pernah ditawan pemberontak sampai bertahun-tahun lamanya, dan baru dilepaskan setelah pemberontak itu mati; tetapi kemudian Wang Wei dianggap sebagai pengkhianat karena selama dalam tawanan ia hidup tanpa kekurangan. Rupanya memang ia tidak begitu peduli siapa yang berkuasa. Saudaranya yang menjadi rahib Buddha berhasil mengusahakan Wang Wei menduduki jabatan penting di istana, meski tidak berlangsung lama. Setelah istrinya meninggal, Wang Wei sering bersedih. Akhirnya ia mengundurkan diri dan pergi ke bukit, tinggal di sana sampai meninggal sebagai pendeta Buddha. Wang Wei terkenal sebagai penyair yang mampu menampilkan pemandangan dalam satu baris puisi saja. Bapak kedai di hadapanku mengutip salah satu puisi Wang Wei: kerikil-kerikil putih berloncatan di arus sungai satu-dua lembar daun memerah di musim gugur yang dingin tak gugur hujan di jalan perbukitan namun bajuku basah di udara hijau segar Aku terperangah. Belum lagi kumasuki Negeri Atap Langit, tetapi alam maupun orang-orang yang kujumpai di perbatasan lautan kelabu gunung batu yang dalam dirinya sendiri sudah bagaikan puisi ini begitu penuh dengan pesona. Jika seorang pemilik kedai di pegunungan terpencil seperti ini, yang dari gerak-geriknya kuyakini mampu bersilat, pun begitu hafal dan menguasai perbincangan tentang puisi, tidakkah aku memiliki banyak alasan untuk menjadi rendah diri" Namun untuk apa merasa rendah diri bukan" Setiap orang pasti akan mampu mengatasi kekurangannya jika mau belajar, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sedangkan bagiku tiada yang lebih menarik dalam kehidupan ini selain belajar. ''Luar biasa sekali puisi seperti itu Bapak,'' kataku, ''bagaimana caranya kita dapat memiliki pula kepekaan semacam itu"'' Bapak kedai kemudian bahkan duduk di hadapanku. ''Segalanya adalah masalah sudut pandang, Tuan, dan juga latihan,'' katanya, ''jika kita berada di tengah alam, tetapi tidak berpikir tentang alam, maka alam itu tidak akan kelihatan. Namun seandainya kita berada dalam tahanan, tetapi berada dalam sudut pandang yang menempatkan diri sebagai bagian dari alam, maka sebaris lumut, sekuntum bunga rumput, seberkas cahaya matahari, maupun capung melayang lewat jendela pun dengan caranya sendiri akan menjelmakan pengalaman alam untuk kita, menjelmakan suatu kealaman...'' Sebetulnya bahasa Negeri Atap Langit yang kukuasa i sungguh-sungguh amat terbatas, tetapi karena persoalan yang diungkapnya bagiku sangat penting, maka dengan segala kekurangan pemahaman aku merasa sedikit demi sedikit bisa mengerti juga. Bapak kedai itu mengutip sebuah puisi Wang Wei lagi: kau yang baru tiba dari desa tua katakan padaku apa yang terjadi di sana" tatkala kau tinggalkan, adakah bunga-bunga sedang mengembang di bawah jendela putih itu, Saudara" DAN satu lagi: gerimis pagi kota Wei membasahi debu putih warung-warung menghijau, pohon-pohon wu-tung berbunga sebaiknya kau habiskan segelas anggur lagi di s isi barat bukit Y uan Kuan tak ada teman akan kau temui TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku merasa tubuhku melayang, bu-kan karena arak beras sederhana ini, te-tapi karena merasa berada dalam sebuah dunia yang membahagiakan. Aku terpesona oleh kenyataan, bahwa segala se-suatu yang sederhana dan tampaknya tidak penting, ternyata bisa menjadi in-dah tanpa kita harus memoles atau meng-agung-agungkannya, melainkan cukup dengan menyadari keberadaannya. Kesederhanaan menjadi cemerlang, tentu karena itu adalah puisi. Bahkan Du Fu dalam puisi yang ditujukan kepada Li Bai sampai menyebutkan istilah dewa puisi: ketika angin dingin mengunjungimu dari sudut-sudut bumi apa kabar, sahabatku, apa yang kau impikan" kapan angsa liar terbang membawa suratmu ke mari" sungai dan telaga musim panas menjadi dalam dan membuatku terkenang padamu dewa puisi membenci mereka yang beruntung hidupnya setan tertawa keras kalau ada lelaki yang berdiri di sampingnya dunia ini padang pasir! kalau saja kita bisa melemparkan puisi ke Sungai M ilo dan berbicara kepada sang jiwa agung korban bagi kesetiaan dan puisi Sejauh kuketahui dari riwayat hidup para penyair, mereka sedikit banyak adalah pengembara. Mengembara di tengah alam yang mampu mereka pandang sebagai sesuatu yang indah, apakah yang bisa lebih bermakna dari ini" Kalau seorang penyair bunuh diri, aku tidak yakin mereka mati karena menderita, melainkan karena menghendaki kebahagiaannya menjadi abadi. Arakku sudah habis, aku menggeleng ketika bapak kedai menawarkan untuk tambah. Kubayar apa yang ku-makan dan kuminum, lantas beranjak. Namun pada saat yang sama pun ternyata delapan orang yang sejak tadi ber-bicara tentang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ puisi itu juga beranjak keluar, jadi aku duduk kembali menunggu mereka keluar semua. Di luar, agaknya karena melihat kudaku mereka menjadi ribut sendiri. Perbincangan mereka berlangsung sangat cepat sehingga hanya terdengar olehku sebagai bahasa burung. Apakah yang telah terjadi" (Oo-dwkz-oO) Episode 152: [Tanda Tanya Kuda Uighur] Waktu aku keluar, mereka semua sudah mencabut pedang yang entah disimpan di mana sebelumnya karena aku tak pernah melihatnya. Menjadi jelas betapa arak itu tiada pengaruhnya, bagi mereka maupun bagiku, karena aku pun menjadi sangat siap untuk menghadapi segala kemungkinan. Seorang di antaranya berujar kepa-daku. "Kuda itu," ia menunjuk kudaku dengan goloknya, "di manakah seka-rang pemiliknya?" Ternyata aku memahami perta-nyaannya dengan jelas, karena ia me-mang memberi tekanan kepada setiap kata. Pertanyaannya memang jelas, tetapi aku merasa tidak akan dapat menjawabnya dengan mudah. Kuda orang Uighur ini kudapatkan dari istal kuda istana milik Pemerintah Daerah Perlindungan An Nam. Jika ku-da ini diternakkan orang-orang Uighur, berarti telah melewati perjalanan yang panjang untuk sampai ke Thang-long. Bukan sekadar perjalanan panjang menyeberangi gurun, menyusuri sungai, dan mendaki gunung gemunung yang kumaksudkan, melainkan perja-lanan perma inan kekuasaan yang membuat kuda orang Uighur itu sekarang kutunggangi kembali melewati jalan yang sama. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Mereka bertanya tentang pemilik kuda itu. Mungkinkah kuda itu dimiliki seseorang" Kuda-kuda orang Uighur secara berombongan dibawa ke Negeri Atap Langit sebagai bagian kerjasama Wangsa Tang dengan suku-suku pe-ngembara di luar batas negerinya, karena telah membantu Maharaja Tang Dezong. Apakah yang telah terjadi sehingga penunggang kuda ini dicari-cari" Ada dua kemungkinan, penunggang kuda ini musuh mereka, atau penunggang kuda ini adalah kawan mereka; dan aku tidak dapat menduga apapun jika tak tahu siapa mereka. Menilik bahasa, busana, maupun pe-dang yang mereka pegang, jelas mereka warga Negeri Atap Langit. Namun bagian mana dari Negeri Atap Langit yang luas itu menjadi tempat asal mereka aku taktahu. Aku tahu sedang memasuki wilayah Guangxi yang berbatasan dengan Daerah Perlindungan An Nam dan berbahasa Tai, justru bahasa yang sama sekali tidak kumengerti, tetapi sejauh telah kupelajari, bahasa Tai meliputi wilayah Guangxi saja, sementara di luar wilayahnya, yakni di wilayah Guang-dong, Hunan, Fujian, Jiangxi, Guizhou, Yunnan, di selatan; Hubei, Anhui, Henan, di tengah; Zheijiang, Jiangsu, Shandong, di timur; Gansu, Shaanxi, Hebei, Liaoning, Jijin, dan Hedongjiang di utara dan timur laut; juga sampai Sichuan dan Xinjiang di barat, semua-nya berbahasa Negeri Atap Langit, meski dengan tekanan yang berbeda-beda. DI Qinghai dan Sichuan, karena berbatasan dengan Tibet di barat, maka bahasa Tibet juga diucapkan oleh penduduk yang berada pada separo wilayah masing-masing. Di Yunnan, bahasa cukup campur aduk karena masih masuk dari selatan mereka yang berbahasa Mon-Khmer, Miao-Yao, Tai, dan juga sebagian yang berbahasa Tibet. Jika aku menembus perbatasan Negeri Atap Langit di barat laut dan utara, maka tentu kujumpai mereka yang berbahasa Korea, Turkic, Manchu Tungus, Mongolia, maupun Tajik. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku tak mungkin tahu mereka berasal dari bagian wilayah mana, karena aku tidak memiliki pengetahuan tentang perbedaan tekanan berbagai wilayah atas kesatuan berbahasa Negeri Atap Langit itu. Namun aku dapat memiliki dasar demi suatu dugaan lain, jika sempat mempertimbangkan kedudukan suku Uighur atau Huihe ini dalam perimbangan kekuasaan yang dimainkan Maharaja Tang Dezong di wilayah tengah benua. "Katakan di mana?" Delapan orang itu serentak bergerak mengepungku. "Daku tak tahu," jawabku sambil terus menuju kuda yang menjadi masalah itu, "kudaku ini pemberian seorang teman." "Pemberian" Hmmh! Tak mungkin!" "Mengapa tak mungkin" Apa untungnya daku berbohong?" Meski delapan orang itu menghunus pedangnya, aku merasa senang sedikit karena dapat mengucapkan bahasa Negeri Atap Langit meski dengan agak terbata-bata. "Karena dikau telah membunuh pemiliknya!" Bersama dengan habisnya kalimat ini delapan orang itu berkelebat menyerang diriku. Mereka menyerangku dengan jurus berpasangan bagi delapan orang, sehingga aku sebenarnya berada dalam kedudukan terkunci. Ke mana pun aku berkelit, sebilah pedang tetap akan menembus tubuhku. Namun siapakah kiranya manusia yang sudi mati di tanah sejauh ini jika ia dapat menghindarinya" Maka aku pun berkelebat ke suatu titik, seperti sengaja membiarkan diriku ditembus salah satu dari delapan pedang yang bergerak serentak itu. Sllpp! Pedang itu terjepit di ketiakku, dan kudorong pemiliknya dengan ke depan dengan pukulan Telapak Darah. Orang itu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terpental dengan darah mengalir di sudut-sudut bibirnya. Tujuh orang yang lain berloncatan mundur. Kuambil pedang yang masih terjepit pada ketiakku dan kulemparkan ke samping lelaki yang terpental itu. Aku hanya memberikan sentuhan saja ke dadanya, dan ilmu silatnya sudah jelas cukup tinggi, sehingga aku tahu ia tidak akan mati. Namun dalam dunia persilatan, tidak membunuh lawan yang kalah sering ditafsirkan sebagai penghinaan. Benarkah harus begitu" Bukankah aku juga terkalahkan oleh pendeta tua yang mendorongku jatuh melayang dari atas tebing di Desa Balinawang waktu itu" Ia yang menyerang seperti melatihku, bukankah jika mau ia dapat membunuhku setiap waktu" Dengan susah payah ia mencoba berdiri dan tidak berhasil, tetapi ia dapat meraih pedangnya. Lantas, tanpa dapat kucegah, dengan kedua tangan ia tusukkan pedang itu ke lambungnya sendiri sampai tembus ke belakang! Ah! Sebegitu mahalkah harga kehormatan" Ketujuh orang sisanya mengangkat pedang, tentunya dalam suatu jurus berpasangan tertentu. Mata mereka menyala-nyala penuh dendam atas cara kematian saudara seperguruan mereka itu. Salah seorang dari mereka berujar dengan penuh geram. "Seorang pendekar menumpah-kan darah ketika mengalahkan lawan, tetapi ia tidak menghinanya!" "Kenapa harus kehilangan nyawa karena tak percaya" Kuda itu memang pemberian! Tiada seorang pun kuhilangkan nyawanya untuk mendapatkannya! Seorang pendekar tidak gegabah membunuh seseorang untuk sesuatu yang belum diketahui kepastiannya." Mereka saling berpandangan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Bicaralah yang jelas," kataku lagi, "daku hanya seorang pengembara dari tempat yang jauh. Tidaklah daku pahami segenap persoalan kalian." Namun aku mencoba mengingat kembali segala sesuatu yang berhubungan dengan kuda Uighur itu, sejauh yang pernah kupelajari di bilik pustaka Kuil Pengabdian Sejati. Hubungan segitiga antara Wangsa Tang, Kerajaan Tibet atau Tubo, dan Kerajaan Uighur atau Huihe disebabkan oleh Pem-berontakan An Lushan antara 755 sampai 762, ketika lemahnya pengaruh istana membuat sang maharaja berpaling kepada negeri-negeri tetangga di bagian timur dan utara untuk meminta bantuannya. SUKU Uighur segera memberi bantuan pasukan kepada balatentara kemaharajaan untuk menekan pemberontak-an, dan sejak saat itulah para penguasa suku pengembara tersebut terlibat selamanya dengan permainan kekuasaan di bagian dalam Negeri Atap Langit. Se-jak saat itu, bukan sekadar ketenangan di perbatasan yang menjadi tujuan kebijakan, melainkan pemeliharaan dukungan agar bantuan untuk mempertahan-kan kekuasaan dapat terus diandalkan. Sebagai hasilnya, hubungan dagang antara Negeri Atap Langit dan Ke-raja-an Uighur berkembang, seperti pernah kuceritakan, ketika berlangsung pertukaran kain sutera untuk kuda-kuda Uighur sebagai bentuk pembayaran bagi jasa-jasa suku Uighur. Saat itu di-manfaatkan oleh Kerajaan Tibet untuk memperluas wilayahnya dengan me-ngambil wilayah Negeri Atap Langit. Serbuan mereka ke timur dari sebelah barat Negeri Atap Langit mencapai puncaknya pada bulan kesepuluh tahun 763, ketika berhasil merebut dan me-nguasai kotaraja Chang'an selama beberapa minggu. Peristiwa yang berlangsung seusai Pemberontakan An Lushan itu, membuat Wangsa Tang yang telah menjadi lemah perdagangan maupun ketentaraannya lebih yakin bahwa mereka harus merawat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dukungan negeri-negeri tetangganya itu agar tetap dapat bertahan. Akibat kerusuhan tak kunjung berhenti itu, pajak tak pernah dipungut dalam jumlah yang cukup selama waktu yang lama. Setidaknya pajak itu tidak cukup untuk tetap mempertahankan pasukan dalam jumlah tertentu, selain mempertahankan para perwiranya pula. Hubungan Negeri Atap Langit dengan suku Uighur dan orang-orang Tibet semakin rumit selama pemberontakan Pugu Huai'en, seorang jiedu shi atau pejabat tinggi ketentaraan dari Shuofang, yang baru berakhir 765. Orang-orang Tibet, se-perti juga suku Uighur semula ber-ga-bung dengan pemberontak, tetapi semenjak kematian Pugu Huiai'en, panglima Guo Ziy i dari Negeri Atap Langit antara 697-781, mengambil kebijakan bersekutu dengan suku Uighur untuk mengalahkan para pemberontak dan orang-orang Tibet. Sampai kematian Maharaja Dai-zong yang bertakhta antara 762 sampai 779, suku Uighur terbukti merupakan sekutu setia, setidaknya lebih setia dari orang-orang Tibet yang menyerbu wilayah barat laut Negeri Atap Langit, meski ini juga disebabkan karena persekutuan suku Uighur dan Negeri Atap Langit memang sudah tak bisa mempertahankan sebagian besar wilayah Wangsa Tang. Maka, semenjak penerusnya, Maharaja Dezong, naik takhta dengan gelar Putra Surga pada 779, hubungan segitiga itu memasuki tahap baru. Dalam paruh pemerintahan Maha-raja Dezong, hubungan Negeri Atap La-ngit dengan orang-orang Tibet cukup kacau. Sejak mewarisi tahta, Dezong memiliki kebijakan yang jelas menghadapi negeri-negeri di wilayah tengah benua. Ia menolak siasat untuk bersekutu dengan Uighur tetapi memusuhi, tetapi menawarkan kebijakan untuk bersekutu dengan orang-orang Tibet dan mengendalikan suku Uighur. Kedudukan Dezong disebabkan karena pengalaman pribadinya. Pada bulan kesebelas 762, Dezong yang saat itu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ masih bersama putra mahkota Pa-nge-ran Yong, memimpin suatu penugasan yang mempertemukannya dengan khaghan atau pe-mimpin Uighur yang bernama Mouyu, penguasa dari tahun 759 sampai 779, yang berkemah dengan pasukannya di Shanzhou. Pada titik rawan Wangsa Tang ini, Mouyu sebenarnya bermaksud untuk bekerja sama dengan para pemberontak. Tugas Pangeran Yong adalah memengaruhi kekuatan Uighur ini untuk bersekutu dengan pemerintahan Wangsa Tang yang sedang ber-juang melawan pemimpin pembe-rontak Shi Chaoyi, dan menekan Pemberontakan An Lushan. Namun berbeda dari ayahnya, Maharaja Daizong yang sangat pandai membuat perjanjian dengan suku-suku pengembara, Li Kua yang kelak menjadi Daezong ini terbukti keras kepala, dan mengundang masalah ketika menolak untuk menghormati khaghan dan melibatkan diri dalam pertentangan ketika berlangsung tarian upacara bagi pemimpin Uighur itu. Dengan kerangka bahwa kekuasaan langit adalah milik mereka, khaghan Uighur tentu ber-ha-rap agar warganya maupun orang asing menghormati pula dengan suatu sikap dalam upacara. Tarian upacara ini dianggap oleh suku Uighur sebagai tanda penghormartan terhadap kha-ghan. Empat penasihat Dezong dihu-kum pukulan karena perilakunya, tetapi ban-tuan Uighur berhasil didapatkan juga. Peristiwa ini, betapapun, tetap berada dalam benak Dezong untuk waktu lama dan itulah sebabnya, kemudian hari sebagai Maharaja Negeri Atap Langit, ia lebih suka kebijakan perdamaian dengan orang-orang Tibet, de-ngan kemungkinan bersekutu dan menyerang suku Uighur pada masa depan. NAMUN bagaimanakah kiranya aku menghubungkan pengetahuanku yang terbatas dengan telaah masalah kuda Uighur ini" Bukankah kuda ini justru bukti persekutuan antara Negeri Atap Langit dengan suku Uighur" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Bicaralah yang jelas,'' kataku lagi menuntut penjelasan, ''supaya tidak ada yang tewas dan terkorbankan karena kesalahpahaman.'' Mereka saling bertatapan. Adakah masalah ini juga berhubungan dengan suatu tugas rahasia" Aku jadi bertanyatanya tentang kuda yang diberikan Iblis Suci Peremuk Tulang itu kepadaku. Benarkah ia sekadar mengambil salah satu kuda dari puluhan kuda yang dirawatnya ketika menyamar sebagai tukang kuda; ataukah ia te lah dengan sengaja memilihkannya untukku dari luar kelompok kuda di istal itu" ''Saudara seperguruan kami adalah pemilik kuda itu sebelumnya, seseorang dari suku Uighur telah memberikan kuda itu kepadanya sebagai hadiah, dan begitu dekatnya ia dengan kuda itu, sehingga tidak akan melepaskannya tanpa kehilangan nyawa. Ia telah pergi ke Daerah Perlindungan An Nam demi suatu tugas, dan kini kami bermaksud menyusulnya.'' ''Dan kapankah kiranya saudara seperguruan kalian itu pergi ke Daerah Perlindungan An Nam"'' ''Sekitar setahun yang lalu.'' ''Hmm. Setahun yang lalu aku masih berada di tanah orang-orang Khmer. Enam bulan terakhir aku tidak keluar dari Kuil Pengabdian Sejati di Thang-long. Bukan tak ada orang bertarung selama itu, tetapi kuyakinkan kalian bahwa siapa pun yang terbunuh olehku, ia tidak sedang menunggang kuda ini.'' Mereka saling berpandangan lagi. Aku belum bisa menghubungkan kedelapan orang yang satunya sudah mati tersebut dengan riwayat hubungan Negeri Atap Langit dengan suku Uighur maupun orang-orang T ibet. Barangkali aku masih harus mengingatnya lebih jauh lagi. Di samping itu, penerimaan atas cerita mereka pun harus kutunda, karena aku memang tidak punya dasar untuk percaya atau tidak percaya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Aku harus menginngat secepat kilat sejauh-jauhnya, padahal catatan para bhiksu kubaca dengan kemampuan bahasa terbata-bata. Setelah perjanjian itu diwujudkannya, Maharaja Dezong dengan segera menyatakan, bahwa tujuannya adalah menggunakan kebajikan kerajaan untuk menundukkan empat jurusan dan ia memusatkan perhatiannya terutama kepada Kerajaan Tibet. Demi memperlihatkan niat baik dan keanggunannya, ia memerintahkan seluruh tawanan Tibet dikumpulkan, sampai 500 orang banyaknya, dan dikembalikan ke negaranya. Dalam bulan kedelapan tahun 779 ditunjuknya Wei Lun sebagai tai chang shao qing atau pengurus rumahtangga istana untuk upacara, dan mengutusnya untuk suatu tugas ke Tibet. Adapun untuk tugas Wei Lun adalah memanfaatkan peluang ini dan membicarakan kemungkinan perjanjian dua pihak dengan Khri-sron lde-btsan, raja Tibet yang sampai hari ini telah memerintah 23 tahun sejak 754. Meskipun pihak Tibet semula curiga dan tidak percaya bahwa sang maharaja akan menengok kembali, Wei Lun akhirnya mencapai Tibet dan bersepakat dengan raja Tibet tentang penetapan suatu hubungan damai. Khri-sron lde-btsan setuju dengan usulannya dan mengirimkan seorang duta bersama Wei Lun. Namun usaha-usaha perjanjian tanpa kekerasan Maharaja Dezong ini tidak disetujui para panglima balatentara Negeri Atap Langit. Pada umumnya para panglima yang ditempatkan di wilayah Shu menggugat cara-cara maharaja menangani masalah tawanan Tibet, dan menyatakan bahwa orang-orang Tibet itu ganas serta takbisa dikembalikan selain diperlakukan sebagai budak, seperti yang selama ini diberlangsungkan adat. Meskipun begitu, sang maharaja dengan siasat perdamaian jangka panjang dalam kepalanya, menolak untuk menerima telaah gugatan tersebut dan terus menekan melalui kebijakannya itu. Kegiatan pasukan Tibet di perbatasan tidak segera menyurut, tetapi maksud yang diarahkan kepada pihak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tibet pun hanyalah untuk melonggarkan tekanan dan menyiapkan ke keadaan yang akan membuatnya menandatangani perjanjian secara resmi. Saat pada bulan ketiga tahun 780 panglima Liu Wenxi merebut kekuasaan di Jingzhou dan mengirim anaknya ke Tibet untuk minta bantuan pasukan, orang-orang Tibet memutuskan untuk tidak melanggar perjanjian dengan Maharaja Dezong dan tidak mencampuri masalah dalam negeri Wangsa Tang. Akibatnya, hanya dalam beberapa minggu saja Liu Wenxi terbunuh. Hubungan kedutaan antara kedua negara berlanjut dan utusan masing-masing sibuk melakukan perjalanan antara Changian dan Lhasa. SELAMA masa perundingan, suatu kejadian berlangsung akhir 781, ketika dian zhong shao jian atau wakil kepala istana Negeri Atap Langit yang bernama Cui Hanheng tiba di Tibet sebagai utusan. Bagi pihak istana Ne-geri Atap Langit, dalam hal hubungan dengan pihak di luar batas wilayah yang selalu mereka anggap sebagai suku-suku takberadab, masalah upacara selalu ditekankan dalam hubungan kedua negara. Bukan hanya dalam bentuknya sebagai upacara, tetapi dalam hubungannya dengan kata-kata yang diucapkan dalam tukar menukar pernyataan antara Maharaja Negeri Atap Langit dengan pihak di luarnya, yang tentunya, seperti diucapkannya, adalah bawahannya. Penggunaan kata-kata jelas me-nun-jukkan, apakah hubungan antar ne-gara itu antara atas dan bawah ataukah setara. Sejak lama, seperti 714 dan 727, orang-orang Tibet berulang-ulang sudah mempertanyakan bentuk upacara yang mereka sebut bagaikan antara dua negara yang bermusuhan, tempat terdapatnya bahasa kasar di dalamnya. Agaknya memang sudah terdapat suatu adat bahwa pemerintah Tibet meminta kesetaraan pijakan de-ngan maharaja, yang kemudian diper-kuat oleh perkawinan dua puteri Wang-sa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tang, Wencheng pada 641, dan Jincheng pada 710 dengan raja-raja Tibet. Maka pada 781, setelah membaca surat pernyataan dari Dezong, raja Tibet menggugat kepada Cui Han-heng atas penggunaan kata-kata yang merendahkan kedudukan Tibet dalam hubungannya dengan Negeri Atap Langit. Raja Tibet Khri-sron lde-btsan berkata, ''Bagaimana mungkin dikau memperlakukan kami dengan upa-cara bagi bawahan." Pihak Negeri Atap Langit segera menyadari betapa ini bukanlah saat yang pantas untuk berdebat mengenai masalah sepele dalam kepentingan siasat Wangsa Tang, dan atas permintaan raja Tibet mengubah kalimat gong xian atau untuk menawarkan sebagai persembahan menjadi jin atau mempersembahkan, dan ci atau melimpahkan menjadi ji atau mengirim. Pihak Negeri Atap Langit bahkan bersedia menerima permintaan pihak Tibet untuk memindahkan perbatasan, yang semula diusulkan dari wilayah Ling-zhou menjadi ke pegunungan Helan, yang lebih menguntungkan pertahanan Tibet. Masalah ini tidak menghentikan kegiatan tanpa kekerasan tetapi penuh siasat semasa damai antarnegara, yang menghasilkan persekutuan antara Negeri Atap Langit dan Tibet pada hari kelimabelas bulan pertama tahun 783 yang diresmikan di Qing-shui. Upacara peresmian kesepakatan ini ditunda sampai tiga kali. Semula direncanakan di perbatasan Negeri Atap Langit dan Tibet, kemudian di kotaraja masingmasing negara. Perjanjian itu menetapkan batas baru antara kedua kerajaan. Bahaya lama dipindahkan dari wilayah baratlaut Negeri Atap Langit dan peristiwa ini memungkinkan orang-orang Tibet untuk mengamankan wilayah yang telah direbut, sebagian besar paruh abad kedelapan ini, me lalui perjanjian kedua negara. Perjanjian itu menegaskan penguasaan Tibet atas Turkeshtan Timur, Kansu, dan sebagian besar Szechwan atau Sichuan. Maharaja Dezong, yang berperan besar di balik surat perjanjian ini, telah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mencapai tujuan pertama dari kebijakannya di wilayah tengah benua, yakni perdamaian dengan Tibet. Masih banyak yang harus kuingat kembali ketika ketujuh penyoren pe-dang bercaping itu menyerang serentak dengan jurus berpasangan yang me-matikan. Aku pun berkelebat menghindar, tetapi mereka terus mendesakku sampai ke tepi jurang. Jurus berpasangan ini tak kukenal, tetapi jika jurus sebelumnya memang berpasangan un-tuk delapan pemain pedang, maka sekarang mereka me-mainkan jurus berpasangan untuk tujuh pemain pe-dang. Agaknya mereka memang ber-asal suatu perguruan ilmu pedang, yang jika bermurid cukup banyak biasanya mengajarkan jurus-jurus berpasangan selain jurus tunggal dengan satu pedang atau dua pedang. Bisa pasangan dua orang, bisa pula pasangan delapan, sepuluh, dua puluh, dua puluh lima, bahkan sampai lima pu-luh dan seratus orang. Bagi per-guruan silat yang sudah berumur ra-tus-an tahun, jurus-jurus mereka terja-min ketangguhannya. Jika negara membutuhkan tenaga pasukan dari perguruan silat, maka barisan seratus orang dari perguruan ilmu pedang mi-salnya, akan sangat berguna dalam membuat pasukan lawan porak poranda. Agaknya ketujuh orang yang saudara seperguruannya bunuh diri demi kehormatannya itu berasal dari perguruan semacam ini. Serangan mereka sungguh dahsyat seperti angin puting beliung. Kini mereka tidak pernah menyerang serentak seperti ketika masih berdelapan, melainkan satu per satu silih berganti tetapi dengan kecepatan yang sangat tinggi sehingga tidak dapat diikuti mata. BAHKAN aku pun tidak dapat mengandalkan pandangan mataku, dan hanya bergerak berdasarkan naluri saja, tentu dengan kecepatan yang tidak boleh rendah dari kecepatan mereka. Demikianlah hanya kurasakan desir angin dari gerakan mereka itu yang menyerangku, tetapi tidak ada satu pun yang dapat melukaiku. Di tepi jurang mereka masih terus TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mendesakku, seperti mengharapkan aku terpeleset dan tak berhasil memijak apa pun, sebelum akhirnya melayang jatuh ke dalam jurang. Namun mereka kubikin terpana ketika tubuhku yang terlontar ke udara di atas jurang, ternyata dapat meluncur kembali ke arah mereka dengan serangan sekaligus kepada tujuh orang. Mereka terpaksa menghindar berlompatan sebelum akhirnya tersebar kembali dalam kedudukan mengepung. Kuisi jeda ini dengan kesempatan berbicara. "Kini apa alasan kalian menyerang seorang pengembara, wahai tujuh pemain pedang unggulan. Tiada untungnya sama sekali membunuhku, dan tiada alasannya sama sekali pula untuk menghilangkan nyawaku. Aku tidak membunuh pemilik kuda Uighur itu, dan saudara seperguruan kalian itu membunuh dirinya atas keputusan sendiri yang seharusnya dihormati." Mereka sekali lagi saling berpandangan. Terpancar sedikit keraguan. Saat itu sebetulnya aku dapat bergerak lebih cepat dari kilat untuk merobohkan mereka, tetapi sungguh ingin kudengar suatu jawaban yang memberi gambaran jelas. Sangat membingungkan bagiku bahwa ketujuh orang bersama saudara seperguruannya yang sudah mati itu semula tampak seperti para pedagang keliling dengan keledai-keledai beban mereka, sebelum akhirnya kudengar bercakap-cakap dengan fasih tentang puisi-puisi Li Bai, dan akhirnya memperlihatkan diri mereka sebagai penyoren pedang. Kini juga menjadi pertanyaan bagiku, apakah kiranya isi keranjang-keranjang beban berisi karung tertutup itu. Apakah mereka membawa barang dagangan" Barang dagangan apakah kiranya yang harus dibawa melalui lautan kelabu gunung batu yang penuh penyamun bekas pemberontak yang tiada tahu cara lain menjalani hidup, dan bukannya dengan kapal me lalui lautan yang lebih cepat dan aman" Siapakah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mereka yang mendadak saja mengancam jiwaku karena melihat kudaku yang berasal dari peternakan suku Uighur itu" (Oo-dwkz-oO) Episode 153: [Tujuh Penyoren Pedang] Perdamaian antara Negeri Atap Langit dan Kerajaan Tibet tidak berlangsung lama. Hubungan yang semula tampak serasi kemudian sangat dipengaruhi perkembangan permainan kekuasaan yang berada di luar kendali keduanya. Pada bulan kesepuluh tahun 783, panglima pasukan yang ditempatkan di Jingyuan, yakni Zhu Ci, yang dianugerahi pangkat ta i wei atau kepala pertahanan, memberontak setelah sebelumnya begitu setia kepada Maharaja Dezong. Ia merebut kendali Chang'an dan menyatakan dirinya sendiri sebagai maharaja baru. Pada saat rawan ini bagi pemerintahan Dezong ini, sekutu lama Wangsa Tang, suku Uighur, ternyata berpihak kepada pemberontak dalam usaha menggulingkan wangsa yang melemah. Pihak istana yang berada di Fengtian segera mengutus Cui Hanheng, yang memainkan peran penting dalam perundingan untuk perjanjian tahun 783 di Qingshui, dengan permintaan bantuan pasukan untuk me lawan para pemberontak. Orangorang Tibet siap memberi bantuan kepada pihak istana, yang baru saja membuat perjanjian dengan mereka beberapa bulan sebelumnya. Negeri Atap Langit dan Kerajaan Tibet sebelumnya telah menyepakati perjanjian terpisah ketika pasukan Tibet membantu pembasmian pemberontakan Zhu Ci. Pihak Negeri Atap Langit menyetujui bahwa pada saat Changian dapat direbut kembali, maka wilayah Lingzhou, Jingzhou, Anxi, dan Beiting atau Beshbalik , akan dimasukkan ke dalam kekuasaan Tibet. Dengan persyaratan ini orangorang Tibet setuju untuk memberi bantuan ketentaraan lengkap dengan para panglimanya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Pada bulan kedua tahun 784, negarawan Tibet Zan Jiezan atau Zan Rgyal-btsan bertemu dengan Cui Hanheng, tetapi menolak untuk memimpin balatentaranya ke Negeri Atap Langit karena surat yang meminta bantuan pasukan tidak ditandatangani juga oleh panglima Li Huaiguang, yang memang sangat menentang penggunaan pasukan Tibet untuk mengatasi pemberontakan di dalam negeri. ADAPUN Li Huaiguang memiliki tiga alasan yang mendukung pendapatnya: pada saat pasukan Tibet membantu pembebasan Changian, mereka akan menjarah kota; menurut ketentuan istana, setiap prajurit yang membantu pembebasan Chang'an akan mendapat 100 keping mata uang kontan, tetapi akan sulit mendapatkan uang se-banyak itu untuk membalas jasa orang-orang Tibet; dan mereka tak bisa dipercaya karena mereka tidak akan ber-perang di garis depan tetapi menunggu di samping dan mengamati hasilnya, lantas akan mengakui hasil pasukan Ne-geri Atap Langit atau melanggar perjanjian dan menyerang. Li Huaiguang menoleh menandatangani surat dan kemudian ia sendiri pada 784 memberontak terhadap maharaja. Lu Zhi yang menjabat sebagai nei xiang atau menteri dalam negeri, juga membicarakan masalah tersebut de-ngan Li Huaiguang dan tidak setuju pula pasukan Tibet ikut campur urusan dalam negeri. Adapun orang-orang Tibet terus dibujuk oleh Cui Hanheng dan baru pada bulan keempat tahun 784 akhirnya mereka mengirim pa-sukan 20.000 orang ke Negeri Atap Langit di bawah pimpinan Shang Jie-zan. Mereka bergabung dengan pa-su-kan istana dan bersama-sama menye-rang pemberontak. Orang-orang Tibet menggasak pasukan pembe-rontak di Sungai Wuting yang terletak di dekat Wugong. Pertem-puran ini terbukti menentukan, karena membuat pasukan istana berhasil merebut kembali Changian dari tangan pemberontak. Betapapun, orang-orang Tibet tidak ikut dalam pembebasan Chang'an. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Meskipun pihak Negeri Atap La-ngit mengakui peran penting mereka dalam menekan pemberontakan, mereka Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menuduh orang-orang Tibet menerima suap dari pemberontak dan karena itu mereka pun mundur. Ma-haraja Dezong yang merupakan perancang persekutuan khawatir atas perkembangan terakhir. Ia membicara-kannya dengan Lu Zhi, yang kemudian menjelaskan bahwa orang-orang Tibet ini rakus dan licik. Diya-kinkannya maharaja betapa beruntungnya ia karena orang-orang Tibet mundur. Me-nurut Lu Zhi, setiap orang menentang gagasan bahwa pasukan Tibet akan membantu Negeri Atap Langit. Para panglima dan prajurit yang setia kepada maharaja, cemas bah-wa orangorang asing ini akan mengambil hak atas penghargaan dan pembayaran, sedangkan pemberontak cemas juga bahwa orang-orang Tibet akan me-nangkap dan menjadikan mereka bu-dak, sedangkan rakyat men-ce-maskan kenyataan bahwa pa-sukan Tibet akan menjarah sega-lanya. Lu Zhi bahkan memperingatkan maharaja, bahwa beliau tidak boleh bersikap cengeng kepada sekelompok anjing dan domba. Lu Zhi mendukung gagasan bahwa Changian mesti direbut menggunakan pasukan Negeri Atap Langit. Pada bulan ke-enam tahun 784 para pemberontak melarikan diri dari Chang'an dan Zhu Ci segera dibunuh oleh salah satu panglimanya. ''Daku datang dari jauh,'' kataku sambil masih terus mengingat-ingat ulasan yang kubaca di Kuil Pengab-dian Sejati itu, ''terlalu jauh untuk da-pat terlibat persoalan kalian. Daku bah-kan tak paham, bagaimanakah se-orang warga Negeri Atap Langit, suku Uighur, atau berasal dari Tibet dapat dibedakan. Daku taktahu me-nahu siapa kalian, tetapi kalian me-nyerang, dan bukanlah kesalahanku saudara seperguruan kalian membunuh dirinya sendiri atas nama kehormatan. Sekarang jelaskanlah duduk persoalan kalian, karena...'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Namun kata-kataku belum lagi selesai ketujuh bayangan telah ber-kelebat serentak menyambarku dalam serangan berpasangan mematikan. Persoalan yang rumit adalah jika sebenarnya mereka bisa berdamai, tetapi takdapat mundur kembali karena ke-matian saudara seperguruannya de-ngan cara begitu rupa, yakni membu-nuh dirinya demi kehormatan, karena ketika aku takmembunuhnya diterima sebagai penghinaan. Penghinaan harus dibayar dengan kematian, tetapi karena mengetahui tidak akan mampu membunuhku maka terkorbankanlah dirinya sendiri. BEGITULAH caranya kita harus memandang kehormatan" Ketujuh bayangan berkelebat me-nuntut kematian. Ada kalanya ujung pedang mereka hanya terpaut serambut dari titik-titik lemah di seluruh tubuhku, dan hanya karena mengandalkan kecepatan kilat, bahkan lebih cepat dari kilat sajalah maka dapat kuhindari maut yang bagaikan begitu tak sabar untuk segera menjemput. Samar-samar kukenali jurus berpasangan mereka itu dari suatu bacaan, yakni Kitab Seribu Jurus Ilmu Pedang Negeri Atap Langit yang juga terdapat dalam peti kayu pasangan pendekar yang mengasuhku. Bahkan kurasa kitab yang hanya berisi gambar-gambar itu menjadi salah satu bahan bacaan mereka ketika mengolah Ilmu Pedang Naga Kembar, termasuk Jurus Penjerat Naga yang merupakan kelanjutannya. Maka kukenali juga bahwa jurus berpasangan tujuh orang itu disebut Jurus T ujuh Pedang Satu Kibasan, yang berarti bahwa serangan yang satu adalah bagian dari enam serangan yang lain. Jika pasangan pendekar yang mengasuhku telah menggunakan kitab tersebut untuk mengolah ilmu pedang ciptaan mereka, pantas dipastikan mereka berusaha memusnahkan pula setiap jurus serangan yang ada di sana. Jurus-jurus itulah ternyata yang telah tertanam dalam diriku tanpa aku harus sengaja dengan sadar menggunakannya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Demikianlah maka serangan ketujuh penyoren pedang ini tidak pernah mengena, justru pada saat-saat ketika aku tampak begitu terdesak dan tiada berdaya. Sembari melenting di udara yang semakin dingin dan kembali berkabut itu, kulihat di bapak kedai me lipat tangan memperhatikan. Apa pula yang sedang dipikirkannya" Kupercepat gerakanku begitu rupa tanpa bermaksud menyerang apalagi melumpuhkan, selain agar mendapat ruang dalam waktu untuk sekadar menuntaskan ingatan ketika segalanya menjadi amat lamban, karena hanya dengan begitu aku mendapat dasar ketepatan untuk mempertimbangkan suatu dugaan, apakah kiranya yang menghubungkan kuda Uighur itu dengan persoalan ketujuh penyoren pedang ini. Setelah Zhu Ci terbunuh, akhir pemberontakan itu menyakitkan hati para panglima Tibet dan menandai akhir mendadak suatu masa damai singkat dalam hubungan Negeri Atap Langit dan Kerajaan Tibet. Setelah tuduhan masalah suap itu, seorang perwira tinggi penentang persekutuan dengan Tibet bernama Li Bi, yang pada akhir 787 ditunjuk menjadi zaixiang atau kepala menteri, menyarankan kepada maharaja bahwa ia tidak perlu menyerahkan wilayah Anxi dan Beiting kepada orang-orang Tibet, karena wilayah barat sangat penting bagi kedudukan Wangsa Tang. Ke-hadiran pasukan Negeri Atap Langit akan mengikat suatu bagian dari kesatuan Tibet di batas barat Kerajaan Tibet dan akan mencegah orang-orang Tibet menyatukan kekuatan pasukan untuk menyerang Negeri Atap Langit. Maharaja Dezong akhirnya memutuskan untuk tidak menyerahkan wilayah kepada Tibet dan membayar kembali bantuan pasukan Tibet dengan sutera, yang tentu saja meruntuhkan kecenderungan menjanjikan hubungan Negeri Atap Langit dan Tibet, yang telah diawali saat naiknya sang maharaja di singgasana. Maka serangan orang-orang Tibet ke wilayah perbatasan Negeri Atap Langit pun dimulai lagi. Para negarawan Tibet TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tidak melupakan perlakuan tidak adil yang mereka terima dari pihak istana dan mempersiapkan pembalasan dendam. Mereka ingin menangkap sejumlah perwira tinggi Negeri Atap Langit yang mereka ang-gap bertanggung jawab atas penolakan untuk menyerahkan wilayah pada 784. Ketujuh penyoren pedang itu memutar senjatanya seperti baling-baling. Tujuh baling-baling menyambar dari kiri kanan atas bawah, takdapat kubayangkan apa yang telah terjadi dengan lawan-lawan mereka sebelum ini. Benarkah lawanlawannya terca-cah tanpa bentuk" "Para pecinta puisi-puisi Li Bai," seruku sembari me lesat berjumpalitan ke udara, "betapa tinggi semangat pembunuhan kalian!" "Pendekar yang tidak menyebutkan nama," sahut salah seorang, "setidaknya jujurlah tentang sesuatu. Dikau membunuh saudara seperguruan kami bukan" Barangkali saja dikau juga te lah membuatnya bunuh diri seperti nasib saudara seperguruan kami!" "Janganlah kesedihan dan kemarahan membutakan kebijakan, wahai ketujuh penyoren pedang. Seseorang yang seolah datang dari tempat terjauh di dunia seperti Jawadwipa tidak akan membunuh seorang anggota perguruan ilmu pedang, karena hal itu diketa-huinya hanya akan membuatnya celaka. Izinkanlah daku lewat, Tuan-tuan, tiadalah ingin kutambahkan darah yang tumpah selama perjalanan." "Jawadwipa. Hmm. Kudengar Wang-sa Syailendra penyerbu Kam-buja yang ganas itu berasal dari sana. Adakah dikau termasuk yang telah ditinggalkannya untuk menjadi matamata?" "TIDAK semua orang dari Jawadwipa haus darah, Tuan, daku tiba dengan kapal-kapal Sriv ijaya dan mengabdi kepada Puteri Amrita yang telah gugur ketika menembus pertahanan kota Thang-long." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Panglima Amrita" Perempuan perkasa yang tiada duanya?" Namun sambil bercakap seperti ini mereka terus menyerang dan berkelebat me-nyambar-nyambar. Aku menjadi ragu dan curiga, bahwa percakapan diterus-te-ruskan hanya untuk menanti saat-saat ke-lemahan. Meski begitu tanggapan mereka se-betulnya tidaklah asal-asalan. Kuper-cepat lagi gerakanku agar mendapat ruang da--lam permainan waktu, karena aku masih ha--rus terus memeras sesuatu dari ingatanku atas ulasan tentang hubungan segitiga orang-orang Tibet, Negeri Atap Langit, dan suku Uighur yang menjadi asal kudaku itu. Pada bulan ketiga tahun 787, pasukan Tibet yang dipimpin Shang Jiezan menguasai Yanzhou dan Xiazhou, serta mulai sering mengirim utusan ke istana Negeri Atap Langit untuk meminta perjanjian damai yang baru. Semula maharaja tidak setuju dengan rencana seperti itu. Setelah itu orang-orang Tibet menghubungi Ma Sui, seorang panglima tinggi Negeri Atap Langit, dengan memperlihatkan sebuah rencana perjanjian yang dapat disetujui bersama. Mereka bahkan menjanjikan bahwa setelah perjanjian ditandatangani, dua wilayah yang baru saja direbut itu akan dikembalikan. Ma Sui mempercayainya dan bersama perwira tinggi lain, Zhang Y anshang, menawar-nawarkan gagasan ini dalam tukar pikiran dengan maharaja. Betapapun, terdapat kelompok yang amat sangat menentang Tibet, yang melihat perkembangan ini dengan penuh kecurigaan. Panglima Li Sheng berdalih bahwa tidak seorang pun dapat mempercayai orang-orang liar, tidak ada yang lebih baik selain menyerangnya. Panglima Han Youxiang terheran-heran, "Ketika orang-orang Tibet dalam keadaan lemah, mereka meminta persekutuan, ketika sudah kuat kembali, mereka menyerang; sekarang mereka telah masuk begitu jauh ke dalam wilayah kita, dan mereka meminta perjanjian, sudah jelas mereka bermaksud mengelabui kita. i Panglima Han Huang juga tidak mendu-kung TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ gagasan bersekutu dengan Tibet dan mengusulkan rencana untuk membangun benteng pada empat daerah, yakni di Yuan, Shan, Tao, dan Wei, mengi-rimkan pasukan ke sana dan dengan begitu memperkuat pertahanan. Adapun per-kara dibutuhkan sumber dana demi pelak-sanaannya, ia siap bertanggung jawab. Maharaja menolak lagi tawaran perjanjian damai Tibet itu, dan bermaksud memenuhi rencana Han Huang. Namun ternyata Han Huang kemudian meninggal, dan Ma Sui, Zhang Yanshang, bersama dengan utusan T ibet, Lun Jiare, berusaha mempengaruhi Maharaja Dezong, yang masih berpikir bahwa musuh terbesarnya adalah suku Uighur, agar bersekutu dengan orang-orang Tibet dan menyerbu suku Uighur itu. Kerja persiapan bagi perjanjian ini ditandai dengan kecurigaan dari kelompok para panglima dan perwira tinggi yang tidak percaya kepada ketulusan maksud orang-orang Tibet, yang semula menawarkan Qingshui sebagai tempat perjanjian, tetapi kemudian berganti ke Tulishu yang lebih dekat perbatasan Tibet. Para panglima Negeri Atap Langit tidak setuju dengan tempat berbahaya dan keduanya pun bersetuju pindah ke Pingliang, yang berada di dataran rata dan lebih kurang bahayanya. Li Sheng, yang tidak mempercayai orang-orang T ibet, ingin melakukan suatu persiapan rahasia dan membuka perkemahan pasukan yang dapat bertindak dalam keadaan darurat, tetapi Zhang Y anshang mencurigainya bahwa ia ingin memastikan kesimpulan perjanjian damai. Pada hari keduapuluhempat bulan kelima tahun 787, wakil kedua belah pihak bertemu di Pingliang. Pertemuan berakhir buruk karena orang-orang Tibet menyerang para wakil Negeri Atap Langit. Banyak sekali panglima dan perwira tinggi Negeri Atap Langit yang terbunuh atau tertawan dalam serangan ini. Peristiwa ini menandai akhir kebijakan dan siasat perdamaian Dezong terhadap Tibet. Delapan tahun pertama pemerintahannya, ketika ia berusaha dan takselalu berhasil mencapai hasil yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ baik dengan Tibet, dalam penentangan sejumlah perwira tinggi pula, telah berlalu. Kebijakan Negeri Atap Langit terhadap wilayah tengah benua harus diubah. PADA 787 diangkatlah Li Bi menjadi kepala menteri dengan kekuasaan penuh. Sejak awal ia memang sudah keberatan atas persekutuan Negeri Atap Langit dengan Tibet. Li Bi menyebutkan bahwa Persekutuan Besar yang direncanakannya bertujuan mengurung Tibet, dengan membentuk persekutuan bersama suku Uighur, Dashi atau Arab, kerajaan Nanzhao, dan Negeri Atap Langit. Dengan keengganan Maharaja De-zong yang belum lupa pengalaman sebelumnya dengan suku Uighur, usahanya tidak menjadi mudah. Ketika membahasnya bersama maharaja pada bulan ketujuh tahun 787, Li Bi belum berani mengungkap apa yang berada di belakang kalimatnya, ''Tanpa menggunakan pasukan Negeri Atap Langit, aku bisa mengacaukan orang-orang Tibet.'' Betapapun, pada bulan berikutnya, suku Uighur mengirim rombongan kedutaan ke istana, meminta persekutuan Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo atas dasar pernikahan dan memohon perdamaian. Saat Li Bi mengajukan tawaran perjanjian, sebetulnya Maharaja Dezong mendukung gagasannya, tetapi keberatan atas ikut sertanya suku Uighur da-lam perjanjian seperti itu. Bagi Li B i, su-dah jelas bahwa suku Uighur me-main-kan peran penting dalam rencana ini, dan akhirnya ia berusaha meyakinkan ma-haraja. Maka maharaja pun pada 788 menghadiahkan putrinya, yakni Putri Xian'an kepada khaghan Uighur yang baru, Mohe, dan setelah itu para pejabat Ne-geri Atap Langit, terutama perwira ting-gi wilayah Jiannan, Wei Gao, ''Un-tuk membangun jalan ke Qingxi, guna membuat perdamaian dengan ma-nusia-manusia buas,'' yakni membangun kembali hubungan dengan Nan-zhao pada 793-794. Para negarawan Ne-geri Atap Langit agar serangan menda-dak Tibet dapat dijauhkan dan me-me-nuhi sebagian dari siasat dan kepentingan Wangsa Tang di perbatasan barat laut. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Seringnya penyerbuan T ibet ke wilayah Negeri Atap Langit setelah Pemberontakan An Lushan adalah bahan perbincangan di antara para pejabat tinggi untuk waktu yang lama. Misalnya Lu Zhi, sebagai kepala menteri, dalam catatan riwayat hidupnya antara bulan kedelapan tahun 792 dan bulan kelima tahun 793, ketika membicarakan masalah pertahanan di perbatasan, telah menyimpulkan ber-dasarkan pengalaman dari serangan-serangan Tibet, yang mengungkap sejumlah kesalahan dalam pengaturan pertahanan Negeri Atap Langit. Pertama, menurut Lu Zhi, masalahnya adalah soal pengambilan keputusan. Para panglima pasukan di perbatasan mesti menunggu perintah dari istana, sementara panglima Tibet mendapat hak untuk memberi perintah segera, sehingga pasukannya dapat bergerak lebih lincah dan lebih cepat. Dalam catatannya yang pertama, yang dari bulan kedelapan 792, Lu Zhi melihat ini sebagai masalah utama kebijakan pertahanan Negeri Atap Langit. Catatan kedua tercurahkan kembali kepada masalah kebijakan perbatasan, dengan tujuan mengurangi biaya pemeliharaan pasukan. Ia menyarankan agar pasukan perbatasan ditempatkan bersama keluarganya, di tanah yang menjadi milik mereka sendiri, dan membuat mereka berada dalam cara tuntian atau mencukupi dirinya sendiri. Lu Zhi mengagumi kepatuhan pasukan Tibet, yang menurutnya, merupakan jawaban mengapa mereka sangat mangkus dan sangkil. Lu Zhi menyatakan, meskipun seluruh pasukan Tibet setara dengan pasukan Negeri Atap Langit sebanyak yang dipimpin sepuluh panglima, ber-dasarkan kepatuhan dan cara turunnya perintah yang langsung berhak dila-kukan panglima di medan tempur, mereka menjadi kuat dan berbahaya. Masalah utama pertahanan Negeri Atap Langit, menurut Lu Zhi, adalah tersebarnya pasukan di wilayah yang sangat luas, dan kekuasaannya terbagi-bagi antara terlalu banyak panglima. Juga bahwa perintah-perintahnya terkadang bertentangan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sehingga kekuatan pa-sukan Negeri Atap Langit tidak dapat diberdayakan sepenuhnya. Tujuh bayangan berkelebat me-nyam-bar, aku melepaskan diri dari ke-pungan dan memancing ketujuh pe-nyoren pedang itu agar mengejarku da-lam satu garis lurus memanjang. Begitu garis itu terbentuk aku berbalik dan me-nyerang mereka satu persatu dalam satu tarikan napas dengan kecepatan seperti pikiran. Kuketok tangan mereka ma-singmasing yang meme-gang pedang sehingga terpental ke udara. Kemudian kutangkap ketujuh pedang sebelum ja-tuh ke bumi. Saat mereka kembali menge-pung-ku, ketujuh pedang itu sudah berada di ta-nganku dan kulemparkan kepada pemiliknya masing-masing tanpa berniat membunuhnya. Aku tahu betapa tindakan semacam ini dapat diterima sebagai penghinaan, tetapi kuharap mereka tidak bunuh diri mengikuti sau-dara seperguruannya demi kehormatan. Kuharap mereka berpikir sebaliknya, yakni merasa harus berguru lebih tekun lagi dem i mencapai kesempurnaan. Tidak semua penyoren pedang kuharap akan berpikir bahwa ha-nya kematianlah jalan menuju kesempurnaan. Aku telah mendapat gambaran tentang kemungkinan yang menghu-bung-kan kuda Uighur itu dengan me-reka. Namun aku masih harus melengkapi ingatanku demi kepastian. HUBUNGAN antara Negeri Atap Langit, Kerajaan Tibet, dan suku Uighur pada masa ini didasarkan kepada daya permainan kekuasaan dan kepentingan kesejahteraan. Keberbedaan dalam hubungan ketiga pihak ini membawa masalah tersendiri. Dalam hubungan Negara Atap Langit dan suku Uighur, masalah kesejahteraan memainkan peranan penting. Disebabkan oleh ketergantungan Negeri Atap Langit terhadap bantuan pasukannya, suku Uighur berada dalam kedudukan untuk menentukan kehendaknya kepada maharaja Negeri Atap Langit, dan beberapa penguasanya memanfaatkan ini secara penuh. Para negarawan Negeri Atap Langit lebih suka TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bahwa dalam jangka panjang siasat persekutuan dengan Uighur akan menahan orang-orang Tibet, mungkin sebetulnya lebih karena orang-orang Turk, istilah lain bagi orang Uighur, tidak terlalu berbahaya bagi kesatuan Negeri Atap Langit. Mereka tidak pernah bisa masuk terlalu dalam ke wilayah pedalaman, ataupun menduduki wilayah manapun, antara lain karena terpisahkan dari Negeri Atap Langit oleh Gurun Gobi. Pada sisi lain, hubungan antarpenguasa Tibet dan Negeri Atap Langit ditandai usaha keduanya untuk memperkuat siasat bagi kepentingan masing-masing di wilayah perbatasan. Para negarawan Negeri Atap Langit selama masa ini tidak tertarik dengan pembahasan dalam dugaan tentang sifat hubungan Negeri Atap Langit dan suku-suku pengembara di luar perbatasan, yang mereka sebut sebagai orang-orang liar maupun orang-orang buas. Pernyataan-pernyataan mereka terhubungkan dengan segala sesuatu yang berlangsung sehari-hari. Siasat perdamaian yang dirancang oleh Dezong hanya bekerja dalam masa yang singkat. Alasan bagi kegagalannya bermacam-macam, tetapi masalah utamanya adalah bahwa kepentingan dalam siasat jangka panjang pihakpihak yang terlibat ternyata bertentangan. Pihak istana Negeri Atap Langit tidak memiliki kebijakan jangka panjang terhadap wilayah tengah benua dan siasat mereka terbentuk kebutuhan untuk mencegah bahaya mendadak, yang datang dari pemberontakan di dalam negeri maupun dari luar perbatasan, yakni suku Uighur maupun orang-orang Tibet. Para negarawan Negeri Atap Langit hanya memiliki pilihan terbatas bagi gerakan-gerakan kedutaan, karena mereka ditekan oleh keadaan yang timbul setelah Pemberontakan An Lushan untuk membuat persekutuan dengan salah satu dari dua musuh itu. Mengikuti perkembangan, pihak istana Negeri Atap Langit secara luwes berganti-ganti sekutu dan dengan begitu membuat sekutu masa lalu dan masa depannya merasa sangat terganggu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sekarang, pada bulan ketujuh 797, sisa persoalan apakah kiranya yang terhubungkan dengan kudaku" Baiklah kuanggap saja, kuda itu adalah bagian saja dari pertukaran dengan sutera seperti yang telah diterakan dalam perjanjian, tetapi setelah maharaja melepaskan perjanjiannya dengan Tibet, sedangkan ketika bersekutu dengan Tibet, mereka lepaskan perjanjian dengan suku-suku pengembara di seberang Gurun Gobi, terutama dengan suku Uighur ini. Setiap suku di wilayah tengah benua tahu belaka tentang mutu seekor kuda. Jadi meskipun perjanjian dengan Wangsa Tang sempat melukai hati mereka, tetaplah kuda yang akan mereka pertukarkan adalah kuda yang dapat memenuhi kebanggaan mereka. Di Negeri Atap Langit, kuda-kuda U ighur dianggap lebih baik dari kuda-kuda biasa, termasuk lebih baik dari kuda yang digunakan pasukan tempur. Kuda-kuda Uighur, demikianlah disebutkan, dianggap sangat baik dan berguna, terutama untuk perjalanan jarak jauh. Kukira aku boleh menduga bahwa kudaku dapat berada di Daerah Perlindungan An Nam, karena semula ditunggangi oleh seseorang yang datang atau ditugaskan dalam hubungannya dengan kepentingan pengintaian, yakni seorang mata-mata. Simpulan ini kuambil karena kuda-kuda Uighur terbaik dapat sampai di Daerah Perlindingan An Nam hanya karena ditunggangi orang pilihan, dengan tugas sangat amat penting dan tiada tugas lain yang bisa sangat penting dalam keadaan seperti sekarang, selain tugas-tugas rahasia. Kuda-kuda Uighur digunakan terutama untuk pasukan berkuda di perbatasan, baik di perbatasan dengan Tibet maupun perbatasan tempat terdapatnya suku-suku pengembara di luarnya. Namun kuda-kuda yang terbaik akan digunakan pasukan pengawal raja di istana, dan dari sini dipilih lagi untuk para pengawal rahasia istana. Jika di antara pengawal rahasia istana ini dikirim seseorang yang terpilih untuk tugas rahasia sejauh Daerah Perlindungan An Nam, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ maka kuda terbaik di antara yang terbaiklah kiranya yang akan diberikan kepada petugasnya. KUDUGA kemungkinan besar ia memang terbunuh, tentu karena dengan sua-tu cara rahasianya terbuka. Mung-kin-kah kiranya ketujuh penyoren pedang ini juga merupakan rombongan petugas rahasia yang seharusnya berhubungan dengan saudara seperguruan mereka itu" Kuper-hatikan beban keranjang pada keledai-keledai itu. Apakah isinya" Namun kuda-kuda mereka adalah juga kuda-kuda Uighur. Apakah kiranya tugas rahasia yang mungkin berlangsung sekarang ini" Mengingat apa yang telah kubaca, maka kiranya tugas-tugas rahasia tiada lebih dan tiada kurang juga berhubungan dengan pemberontakan. Negeri Atap Langit menghadapi orang-orang Tibet di timur, suku-suku pengembara di utara, dan orang-orang Viet di tenggara. Matamata ditanam di antara pemerintah pendudukan untuk mengetahui ada tidaknya di antara para panglima Negeri Atap Langit yang ber-khia-nat dan berniat memberontak. Memberontak kepada Negeri Atap Langit artinya menguntungkan para pemberontak di Daerah Perlindungan An Nam, meski para panglima ini bukannya berniat memberi mereka kemerdekaan pula. Be-ta-papun, jika ada panglima yang berniat mem-berontak maka bagi para pembe-rontak niat itu sebaiknya tidak diketahui oleh pihak istana Negeri Atap Langit. Se-orang mata-mata yang ditugaskan untuk mengetahui ada tidaknya niat itu tentunya harus segera dilenyapkan, atau dibiarkan hidup tetapi disuguhi keterangan yang ke-liru. Apabila yang terakhir ini gagal dila-ku-kan dan sebaliknya bahkan mengundang kecurigaan, maka pada akhirnya ia tetap saja harus dilenyapkan. Masalahnya, be-narkah kiranya memang ada kemungkinan bahwa para panglima Negeri Atap Langit yang ditempatkan di Daerah Perlindungan An Nam akan memberontak" Mengingat kekecewaan para perwira tinggi balatentara Negeri Atap Langit terhadap kebijakan perdamaian negara, baik dengan pihak Tibet TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ maupun Uighur, kemungkinan ini memang bisa dipertimbangkan. Di lain pihak, betapapun para panglima Negeri Atap Langit yang ditempatkan di Daerah Perlindungan An Nam dianggap telah berjasa kepada negara karena dianggap telah berhasil memadamkan pemberontakan. Mereka yang berhasil meredam pemberontakan orang-orang Viet, mungkin juga akan berhasil meredam ke-ganasan orang-orang Tibet. Namun bagai-mana jadinya jika para panglima yang berjasa ini justru berniat memberontak, meng-ingat kecenderungan terakhir bahwa para pang-lima yang merasa dirinya memba-wah-kan pasukan yang kuat akan memberontak. Jika mata-mata yang telah diki-rim untuk mengetahuinya terbunuh, sebetulnya apa yang telah diketahuinya" Pang-li-ma yang memberontak maupun pemberontakan orang-orang Viet itu sendiri, ketika permainan kekuasaan menyangkut keberimbangan kedudukan dengan pihak Tibet dan suku-suku pengembara tiada ha-bisnya, akan sangat menyulitkan dan meng-ganggu pihak istana Negeri Atap Langit. Waktu sangat sempit, ketujuh orang itu bisa mengambil pedang dan menyerangku kembali, tetapi bisa juga mengambil pe-dang dan bunuh diri! Keduanya sama sekali tidak kuinginkan. Aku berpikir cepat sekali, tetapi aku ti-dak dapat menceritakannya kembali se-ce-pat itu. Tinggal sedikit kemungkinan dari dugaanku kini, apakah memang ada pang Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo lima yang berniat memberontak dan me-ngetahui keberadaan seorang mata-mata dan lantas membunuhnya; ataukah pihak pemberontak di Daerah Perlindungan An Nam yang membunuh mata-mata itu, karena pemberontakan para panglima terhadap negaranya sendiri itu tentu sangat menguntungkan bagi orang-orang Viet. Tanganku bergerak cepat. Telah ku-sam-bar sejumlah kerikil yang melesat ke tujuh jurusan yang membuat pedang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mereka terpental. Pedang mereka melayang ke udara dan mereka hanya bisa meman-dangi-nya ketika aku melontarkan tujuh kerikil lagi ke arah tujuh pedang itu sehingga membuatnya terpental sekali lagi de-ngan semakin jauh. Sebelum pedang itu jatuh berdentang di bebatuan, ketujuh penyoren pedang yang telah kehilangan pedangnya itu bersujud sambil berkata serentak. ''Tuan Pendekar, terima lah kami sebagai murid! Akan kami lakukan segala perintah Guru!'' Guru" Aku baru berumur 26 tahun dan aku sendiri masih selalu berusaha mencari guru. T idak akan kuhabiskan waktuku un-tuk menjadi guru ketujuh penyoren pedang yang tampaknya mempunyai tugas rahasia itu di tengah lautan kelabu gunung batu. ''Bangunlah kalian,'' kataku, ''jangan bersujud seperti itu, aku seorang pengembara yang tidak akan berhenti di sini menerima tujuh orang murid.'' Salah seorang mengangkat wajahnya. ''Terima lah kami Guru! Terimalah!'' Lantas ia bersujud kembali. Kupandang pemilik kedai yang tersenyum simpul dan segera masuk kembali ke kedainya seperti pura-pura tidak mengerti. Aku pun tidak ingin mengerti, tetapi aku sekarang dengan keberadaan kuda Uighur ini. "JANGAN panggil aku Guru! Kalian semula sangat bersemangat ingin membunuhku, sekarang kalian mengaku ingin menjadi murid. Percayakah kalian sekarang bahwa aku tidak membunuh saudara seperguruanmu?" "Kami percaya! Tuan tidak perlu membunuh seseorang untuk mendapatkan kudanya!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Coba katakan kepadaku sekarang, apakah saudara seperguruan kalian seorang anggota pengawal rahasia istana Negeri Atap Langit?" "Benar Tuan Pendekar!" "Sedangkan dia adalah mata-mata suku Uighur?" Ketujuh orang itu mengangkat wajahnya serentak dan ketujuh-tujuhnya bicara berbarengan. "Hah"! Bagaimana Tuan Pendekar bisa tahu?" Aku tersenyum dan merasa puas dengan hasil penyelidikanku ke dalam kepalaku sendiri. Pihak istana Negeri Atap Langit tentu memiliki jaringan rahasia yang sangat ketat. Saudara seperguruan mereka dikirim oleh khaghan tentunya sudah menunggangi kuda yang terbaik itu, dan bukannya kuda di antara begitu banyak kuda yang dipertukarkan dengan sutera. Betapapun bangga orang-orang Uighur dengan peternakan kudanya, mereka menyimpan kuda yang paling terlatih untuk diri mereka sendiri. Kuda yang dipertukarkan dengan sutera tentulah kuda yang baik pula, tetapi sebagai suku pengembara yang menganggap kuda sangat berharga, mereka harus membuat diri mereka tetap lebih unggul dalam kepemilikan kuda. Maka betapapun hebatnya segenap kuda yang diserahkan kepada pihak istana Negeri Atap Langit, kuda yang mereka miliki tetaplah harus lebih baik lagi. Meskipun Negeri Atap Langit sedang berdamai dengan suku Uighur, sejarah menunjukkan betapa kedua belah pihak secara diamdiam sebetulnya selalu berperang juga. Jika perdamaian rusak dan mereka bertempur lagi, suku U ighur itu ingin memastikan betapa keunggulan kuda akan menentukan keberimbangan kekuatan pasukan. Demikianlah kuda terbaik tidak akan ikut diserahkan, dan jika kuda terbaik itu tampak ditunggangi seseorang yang melamar sebagai pengawal istana, pantaslah jika mengundang kecurigaan. Hanya seorang Uighur terpilih atau warga Negeri TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Atap Langit yang bekerja bagi kepentingan Uighur akan dianggap layak mendapat kuda terbaik, dan tiada pekerjaan lebih penting dalam masa pertempuran berkobar di manamana ini selain pekerjaan sebagai mata-mata di dalam istana Negeri Atap Langit. Maka ia dibiarkan masuk dan diterima sebagai pengawal istana, bahkan diangkat pula sebagai seorang pengawal rahasia. Selama itu pihak istana mengatur agar pengawal rahasia istana yang sebenarnya bekerja untuk suku Uighur ini mendapatkan keterangan-keterangan yang menyesatkan. Negeri Atap Langit membutuhkan perdamaian dengan suku Uighur agar bisa memusatkan perhatian menghadapi orangorang Tibet. Jika kepentingan ini diketahui, suku Uighur bisa memeras Negeri Atap Langit sesukanya selagi masih bisa, karena permusuhan dengan suku Uighur akan sangat besar ongkosnya, apalagi kuda-kuda mereka dipastikan dapat bergerak lebih cepat pula. Demikianlah mata-mata Uighur ini diberi makan keterangan palsu tanpa diketahuinya, yang tujuannya mengarah kepada kepentingan agar perdamaian dengan Uighur tetap bertahan, setidaknya sampai Tibet tidak lagi menjadi ancaman. Siasat seperti ini tidak dapat berlangsung selama-lamanya, karena dalam kegiatan mata-mata, kesalahan kecil saja mengundang kecurigaan dan membongkar kerahasiaan. (Oo-dwkz-oO) Episode 154: [Matinya Seorang Mata-mata] KABUT kembali turun di seluruh lautan kelabu gunung batu. Bahkan kedai itu pun tidak dapat kulihat dari tepi jurang ini, seperti juga jurang ini sendiri yang sudah tidak memperlihatkan apa-apa lagi. Tidak kulihat ketujuh penyoren pedang yang masih bersujud memohonku jadi guru itu. Namun isi kepalaku berada di sebuah dunia tempat seorang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mata-mata suatu ketika tewas tanpa mengetahui siapa yang telah membunuhnya. Bukankah begitu rawan menjalani kehidupan sebagai mata-mata" Siapakah ia kiranya yang tewas dalam kegelapan di sebuah istal kuda-kuda terbaik istana di kotaraja Thang-long itu, meninggalkan kudanya yang perkasa di antara kuda-kuda lainnya, sebelum seseorang yang lain datang mengendapendap dan membawa mayatnya pergi entah ke mana" IA bukan seorang Uighur, tetapi kuda itu semenjak kemunculannya di Chang'an untuk melamar pekerjaan sebagai anggota pengawal istana, dengan terlalu mudah telah menghubungkannya dengan kegiatan mata-mata Uighur. Bagi suku pengembara yang hidup mengembara sepanjang tundra membawa tenda-tendanya itu, kegiatan mata-mata mungkin masih dianggap sebagai tindakan yang terlalu sederhana, seperti hanya tinggal datang, melihat, mendengar, dan melaporkan. Tidak seperti kegiatan rahasia istana yang sudah amat canggih jaringannya, kegiatan mata-mata yang diniatkan orang-orang Uighur seolah-olah dapat dilakukan dengan penyamaran seadanya tanpa jaringan apa pun yang mendukungnya. Maka alih-alih diketahuinya segala sesuatu yang rahasia, sebaliknya ia menjadi sasaran kegiatan rahasia tanpa disadarinya. Pesan-pesan rahasia yang disampaikannya kepada seorang penghubung dari Uighur adalah pesan yang sengaja diumpankan untuknya, agar ketika semuanya sampai ke telinga khaghan akan memberi kesan bahwa menerima perjanjian perdamaian adalah yang terbaik bagi mereka. Salah satu umpan yang menyesatkan adalah pesan bahwa Negeri Atap Langit akan menempatkan pasukan pilihan Uighur sebagai pasukan pengawal istana. Betapapun kedudukan Wangsa Tang sedang berada dalam keadaan lemah, tidaklah akan mungkin keselamatan seorang maharaja diserahkan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kepada pasukan yang semula merupakan musuhnya. Tidak mungkin dan tidak akan pernah. Namun karena pesan ini disampaikan oleh satu-satunya mata-mata di dalam jaringan rahasia istana di Chang'an, pihak Uighur mengira bahwa Wangsa Tang memang telah menjadi begitu lemah oleh pemberontakan para panglimanya sendiri, sehingga tidak seorang pun dipercayai Maharaja Dezong untuk menjaga istana, karena membuat dirinya terlalu mudah disandera. Pihak Uighur memang tak sembarang percaya. Mereka menguji dengan sejumlah permintaan kepada Wangsa Tang, mulai dari perkawinan dengan putri raja sampai penyerahan sejumlah wilayah, yang ternyata berusaha dipenuhi demi kelancaran jebakan. Tidak ada yang mengetahui serba-serbi tersembunyi di balik perjanjian perdamaian kecuali mereka yang terlibat kegiatan rahasia. Saat perjanjian perdamaian ditandatangani barangkali pihak Uighur sudah sangat siap untuk mengambil alih istana, menangkap dan membunuh maharaja, sementara burung merpati yang mereka kirim membawa pesan ke Gurun Gobi akan memberi perintah serbuan bergelombang dari perbatasan. Perhatian para panglima Negeri Atap Langit akan terpecah dan karena itu menjadi lemah dan pasukannya mudah dikalahkan. Namun bukan saja tidak pernah ada permintaan kepada pasukan Uighur untuk menjaga istana, tetapi juga mata-mata yang kepadanya akan mereka minta pertanggungjawaban hilang lenyap taktentu rimbanya. Memang benar bahwa murid perguruan ilmu pedang yang telah menyediakan dirinya menjadi mata-mata bagi kepentingan suku Uighur itu, karena sebab-sebab yang belum dapat diduga, telah dikirim secara mendadak ke Daerah Perlindungan An Nam dengan pengawalan ketat. Mungkin ia mengira betapa pengawalan itu adalah demi kepentingan atas keselamatan dirinya. Siapa mengira justru tujuannya adalah supaya ia tidak dapat menyelamatkan diri ke mana-mana. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Setiba di Kota Thang-long yang sedang dikepung oleh pasukan gabungan para pemberontak, mungkin ia masih dipekerjakan dalam kegiatan rahasia seolah tiada kecurigaan apapun jua, dan hanya setelah pertempuran usai dan suasana lebih tenang, maka suatu ketika di istal kuda di depan kuda kesayangannya sebilah pisau melengkung menyobek dadanya dari belakang tanpa tertahankan. Pandangannya menjadi gelap sebelum ambruk dan tidaklah pernah ia ketahui siapa pembunuh itu, karena pembunuhan gelap niscaya dilakukan per-kumpulan rahasia yang menyediakan jasa pembunuhan demi bayaran. Per-kumpulan rahasia para pembunuh bayaran ini telah menjadi sangat mahir dan terampil dalam seni pembunuhan gelap, sehingga sebisa mungkin tiada jejak yang ditinggalkan, tetapi kutahu hanya ada satu perkumpulan rahasia semacam itu di Thang-long, yakni yang menamakan dirinya sebagai Kalakuta karena keahlian mereka dengan racun. Ketika kabut berpendar, segalanya tampak kembali dengan jelas, seperti sebuah puisi Wang Wei yang terbaca olehku di Kuil Pengabdian Sejati: bukit yang dingin menjelma hijau tua gemercik sungai musim gugur bergumam suaranya bertelekan tongkat, di ambang pintu pagar kudengar jerit cengkerik terbawa angin MEMANG benar ini menjelang musim gugur dan meski tak kudengar jerik cengkerik, kudengar segala macam suara terbawa angin yang justru semakin menekankan kesunyian pegunungan. Aku terkesiap, ketujuh penyoren pedang itu terkapar sebagai mayat di tempatnya masing-masing. Aku merasa sangat bersalah. Bu-kankah mereka semua sedang bersujud memohon kesudianku menjadi guru" Mereka yang mengarungi su-ngai telaga persilatan, jika sudah berniat untuk berguru seperti itu, tidak akan pernah mengangkat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ wajahnya sebe-lum guru yang dimaksud mengabul-kan permintaannya, yakni menerima-nya sebagai murid. Sang guru pun ka-dang menguji kekerasan hati calon mu-ridnya dengan cara seperti itu. Se-orang calon murid bersimpuh atau bersujud siang malam dalam hujan dan panas di muka pintu perguruan atau ru-mah gurunya, sampai sang guru sendiri menyuruhnya berdiri; takjarang sang guru pergi lebih dahulu berhari-hari dan baru ketika kembali dan dilihatnya calon murid itu masih bersujud atau ber-simpuh di situ, maka saat itulah ia akan merasa wajib menghargai ke-kerasan hati ca lon murid tersebut. Jika ternyata ketujuh orang yang bermaksud berguru kepadaku itu telah dibunuh saat bersujud, kurasa aku ha-rus menganggapnya sebagai penghinaan yang ditujukan kepadaku. Te-patnya seseorang bukan hanya ber-maksud menguji, melainkan dengan jelas, terang-terangan, dan kurang ajar telah menantangku! Aku menghela napas panjang. Sulit sekali menghindarkan diri dari pertarungan belakangan ini. Meskipun aku tak pernah berniat menerima mu-rid, tetapi aku merasa harus menghormati kematian tujuh penyoren pedang yang dibunuh ketika sedang bersujud kepadaku itu. Jika mereka tidak sedang bersujud dan pedangnya tidak ku-pentalkan dengan kerikil jauh-jauh dari mereka, belum tentu mereka akan dapat terbunuh semudah itu. Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Malang benar nasib ketujuh penyo-ren pedang itu. Aku belum tahu apakah tujuan mereka membawa keledai-keledai beban mengarungi lautan kelabu gunung batu ini. Apakah berhubungan dengan tugas rahasia sau-dara seperguruan mereka yang telah terbongkar begitu ia muncul. Mungkin jika keranjang beban di atas keledai-keledai itu dibongkar akan terdapat suatu jawaban. Namun bisa pula ke-matian mereka hanya berhubungan dengan diriku, seperti yang telah kuduga, bahwa seseorang bermaksud mengajakku bertarung TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dengan cara membunuh ketujuh penyoren pedang yang sedang bersujud memohon ke-padaku agar menjadi gurunya itu. Kutelusuri satu persatu ketujuh ma-yat yang tergeletak itu. Hatiku bersedih dua kali untuk mereka. Pertama karena kuketahui betapa diriku tidak akan menerima mereka sebagai murid; ke-dua, karena bersujud itulah mereka terbunuh dengan terlalu mudah. Aku tak tahu menahu siapa mereka, tetapi ra-sanya pantas jika kematian mereka kubalaskan. Maka setelah memeriksa satu per satu bekas luka mereka, kupungut pula ketujuh pedang mereka yang telah kubuat terpental sehingga mereka tak bisa membela diri itu, de-ngan pikiran bahwa siapa pun yang telah membunuh mereka demi sebuah pertarungan denganku harus mati oleh ketujuh pedang itu. Demikianlah ketujuh pedang itu kumasukkan ke dalam sarung pedang yang kuambil dari tubuh mereka ma-singmasing. Kemudian aku me-langkah ke arah kedai dengan tujuh pedang tersoren di punggungku. Se-genap pemandangan hilang dari pandangan karena sedang kunantikan serangan paling berbahaya dalam perjalananku di sungai telaga dan rimba hijau dunia persilatan. Siapa pun ia yang mampu membunuh tujuh manusia di sekitarku, meskipun saat itu diriku dilingkungi kabut, tentulah ilmu silatnya tidak berada di bawah diriku, dan syukurlah betapa diriku tidak usah menanti terlalu lama... Di arah kedai, kulihat bapak kedai itu sedang membereskan warungnya seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Mengapa ia harus bersikap seperti itu jika sebetulnya betapa ia mengetahui semuanya" (Oo-dwkz-oO) MATAHARI mendadak saja semburat dari balik kabut yang tiba-tiba saja seperti menyingkir. Rerumputan yang basah seperti bersemu kuning, daun rumput yang basah berkilauan, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ warna-warni bunga menjadi jelas dalam keterangbenderangan dunia yang menjadi riang seketika. Kuhentikan langkahku dan kutarik satu dari ketujuh pedang yang tersoren di punggungku. Sebentar kemudian dari segala arah muncullah kupu-kupu beterbangan ke arahku. Kupu-kupu yang indah, kupu-kupu aneka warna dengan sayap terindah di dunia. Ke-indahan yang sungguh tak tergambar-kan dengan kata-kata. Seandainya aku seorang penulis, mungkin aku bisa ber-cerita lebih baik, tetapi aku hanyalah salah seorang penyoren pedang yang mencari arti di dunia persilatan dari pertarungan satu ke pertarungan lainnya. Aku tidak mengerti bahasa sastra, aku hanya memahami bahasa pedang, dan kini harus kuhadapi segala kein-dahan ini dengan ayunan pedang pula. PULUHAN kupu-kupu, ratusan kupu-kupu, ribuan kupukupu, pu-luh-an ribu kupu-kupu yang muncul dari segala arah, dari tepi jurang, dari balik bukit batu, dari balik bunga rumput, bahkan seolah-olah muncul begitu saja di udara di hadapanku di atas kepalaku di belakangku di kiri kananku di ba-wahku, dari mana saja, mula-mula satu dua, tetapi lambat laun kemudian menjadi selaksa. Maka semula aku bergerak sesuai dengan jumlah kupukupu itu. Setiap kupu-kupu kubelah tepat di tengah dengan pedang tipisku, sehingga jatuh ke tanah tepat menjadi dua. Begitulah maka semula aku melayang ke sana kemari dengan ringan dan begitu ringannya seperti kupu-kupu itu juga, tetapi kemudian setelah kupu-kupu itu menjadi semakin banyak, tentunya aku pun harus bergerak lebih cepat, sangat amat cepat, bahkan lebih cepat dari cepat, agar dapat menyelamatkan nyawaku dari keindahan yang sangat membunuh itu. Untunglah bahwa dalam Kitab Perbendaharaan Ilmu-ilmu Silat Ajaib dari Negeri Atap Langit yang pernah kubaca di Negeri Atap Langit terdapat juga penjelasan mengenai TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ serangan yang kuhadapi ini. Seperti diketahui bahwa seperti juga yang sedang kulakukan sekarang, terdapat suatu pendekatan dalam penciptaan jurus-jurus baru ilmu s ilat, yakni rujukan penciptaan gerak berdasarkan suatu pemikiran filsafat. Agak sulit diperiksa bagaimanakah caranya suatu bentuk gerak dapat ditimba dari gagasan tak berbentuk, tetapi kecenderungan semacam inilah yang menarik untuk kutekuni, dan ternyata aku memang tidak sendirian. Jawaban atas persoalan dalam gerakan jurus-jurus ilmu silat dicari dari pemikiran filsafat yang bukan hanya menjadi latar belakang, melainkan justru sumber gagasan penciptaan geraknya. Dari kitab yang kubaca itu dikisahkan terdapatnya seorang filsuf yang hidup sekitar 400 tahun lalu bernama Zhuangzi. Terdapat suatu kisah, entah benar entah tidak, tentang sang filsuf yang berbunyi seperti ini: pada suatu hari setelah matahari terbenam Zhuangzi tidur mendengkur dan mimpi berubah jadi kupu-kupu ia mengepakkan sayapnya dan yakin sekali betapa dirinya kupu-kupu betapa senangnya mengepak kian kemari sampai lupa dirinya adalah Zhuangzi meskipun segera disadarinya kupu-kupu bahagia itu adalah Zhuangzi yang bermimpi jadi kupu-kupu, atau kupu-kupu bermimpi dirinya Zhuangzi! mungkinkah Zhuangzi adalah kupu-kupu dan kupu-kupu itu adalah Zhuangzi" Seorang pendekar dari Negeri Atap Langit semasa itu telah mengaduk-aduk cerita ini sebagai jurus silat yang tidak akan pernah diketahui jurus mana merupakan tipuan dan jurus mana yang mengarah ke sasarannya. Ter-masuk dengan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menciptakan kekaburan antara gambaran kupu-kupu dan dirinya. Jika kupu-kupu itu dikatakan tidak nyata karena ketidakmungkinannya hadir begitu saja, dalam kenyataannya sentuhan sayapnya, bahkan serbuk melayang dari kepakan sayapnya itu, sangat beracun dan dapat membunuh seketika. Namun jika kupu-kupu itu dikatakan nyata, mana mungkin lama kelamaan dapat jadi selaksa dan memenuhi udara" Aku melayang-layang mengerahkan seluruh kemampuan untuk menghindari serbuk racun tak terduga dan membabati kupu-kupu itu dengan kecepatan lebih dari kecepatan cahaya, tepat di tengah, terbelah dua, sehingga tiada mungkin sepasang sayapnya terkepakkan lagi, oleh angin maupun daya-daya yang masih tersembunyi. Bahaya serbuan kupukupu ini belum seberapa jika mengingat bahwa tentunya seseorang entah di sebelah mana sedang mengawasi dan menanti ke-sempatan mencabut nyawa, dengan sambaran mematikan yang juga telah menyelesaikan riwayat ketujuh penyoren pedang itu. MAKA harus kupecahkan persoalan filsafat dalam Impian Kupu-Kupu dari Zhuangzi yang terkenal itu, agar mendapatkan jalan keluar yang saat ini jelas nyaris buntu. Pertama, ingatanku atas kalimat dalam cerita itu haruslah tepat, karena kitab lain dalam bahasa aslinya, yang tidak berhubungan dengan ilmu silat, seperti yang pernah kugunakan sebagai bahan pelajaran membaca bahasa Negeri Atap Langit di Kuil Pengabdian Sejati, tampaknya agak sedikit berbeda, dan sedikit perbedaan saja dalam kata-kata sangat mungkin membawa penafsiran berbeda. Suatu ketika Zhuangzi bermimpi ia menjadi kupu-kupu, seekor kupu-kupu yang terbang dan berkepak berkeliling, bahagia dengan dirinya sendiri dan melakukan apa pun yamg disukainya. Ia tak tahu dirinya adalah Zhuangzi. Mendadak ia terbangun, dan di sanalah ia, dapat dipegang dan tak mungkin salah sebagai Zhuangzi. Namun ia tak tahu apakah ia adalah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Zhuangzi yang bermimpi dirinya kupu-kupu, ataukah kupukupu yang bermimpi dirinya adalah Zhuangzi. Antara Zhuangzi dan seekor kupu-kupu pasti terdapat sejumlah perbedaan! Inilah yang disebut Perubahan Segala Sesuatu. Tentulah ini agak berbeda. Jika cerita pertama diakhiri pertanyaan, maka cerita kedua diakhiri pernyataan. Mengingatnya berurutan, yang kedua bagaikan jawaban bagi yang pertama, meski jika yang pertama berdiri sendiri juga bisa ditafsirkan menjadi pernyataan yang kedua. Dalam suatu perbincangan, kisah Zhuangzi ini ditafsirkan seperti berikut: pertama, ketika Zhuangzi bermimpi tentang kupu-kupu, ini adalah suatu mimpi biasa, ketika kupu-kupu itu dikiranya dirinya sendiri; kedua, memasuki tahap mimpi pada saat sadar, seperti tahap penghubung antara bermimpi dan terbangun, saat tak diketahuinya apakah ia sedang bermimpi tentang kupu-kupu atau sebaliknya, kupu-kupu yang bermimpi bahwa dirinya Zhuangzi; ketiga, saat ia berada pada tahap pemahaman filsafat, betapa ia telah menyimpulkan mimpi itu sebagai gagasan atas perubahan segala sesuatu. Dalam ketegasan perbedaan antara Zhuangzi dan kupukupu, terdapat kekaburan keduanya untuk menegaskan perbedaan masing-masing, karena yang satu merasa dirinya yang lain, yang berarti juga menunjukkan perubahan segala sesuatu itu. Namun mengingat mustahilnya manusia menjadi kupu-kupu dan sebaliknya, maka segenap pemahaman itu berlaku bukan untuk manusia dan kupu-kupu sebagai makhluk hidup, melainkan manusia dan kupu-kupu sebagai hubungan antara manusia dan segala sesuatu yang dipikirkannya, yang bisa disebut juga segala makna. Misalnya betapa manusia dapat menempatkan dirinya dalam sudut pandang seekor kupu-kupu, dan dalam sudut pandang seekor kupu-kupu yang menempatkan dirinya jadi manusia. Kemungkinan ini ditimba bagi peluang lahirnya jurus-jurus persilatan baru, yang bukan sekadar memanfaatkan gerak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kelincahan kupu-kupu, melainkan kekaburan perbedaan antara manusia dan kupu-kupu ketika manusia merasa dirinya kupukupu dan kupu-kupu merasa dirinya manusia; dalam pertarungan tiadalah lawan dapat membedakan di sebelah mana jurus tipuan dan di sebelah mana jurus pembunuhan yang sebenarnya. Inilah kemudian yang disebut Jurus Impian Kupu-Kupu, yang akan membuat siapapun yang menguasainya dapat bergerak dengan ringan dan lincah seperti kupu-kupu, sementara pedangnya membabat cepat secepat kepakan sayap kupu-kupu itu. Begitu hebatnya jurus silat ini, sehingga kelebat bayangan pedang dan daya batin penggunanya dapat membentuk pembayangan seekor kupu-kupu, seribu kupu-kupu, bahkan selaksa kupu-kupu, masih ditambah pengaburan hubungan kupu-kupu dengan manusia yang sangat menipu, karena ketika nanti tampak seseorang menyerang, saat ditangkis dan diserang balik ia bagai memecahkan diri jadi seribu kupu-kupu yang sedang menyerang dari segala penjuru. Jurus silat itu bukanlah ilmu sihir, melainkan daya pengelabuan dalam siasat pertarungan biasa, tetapi yang dikuasai dengan tingkat kemahiran yang amat sangat tinggi. Jurus Impian Kupu-Kupu ini mendasarkan jurus-jurusnya pada pemikiran: jika kesadaran dirumuskan sebagai kemampuan menyatakan, dan karena itu perbedaan tahap kesadaran hanyalah perbedaan tahap kewaspadaan, sehingga terdapat dua tahap kesadaran dalam perjalanannya, yakni impian dan kebangunan. Aku dapat kemungkinan digunakannya jurus ini sejak memeriksa mayat-mayat ketujuh penyoren pedang itu. Dari serbuk-serbuk beracun maupun cara bekas luka sayatannya tertoreh, dapat dibaca bukan hanya senjata apa yang digunakannya, tetapi juga ilmu silat yang dikuasainya. Itulah sebabnya aku telah waspada sejak matahari membuat lapangan rumput keemasan dan kupu-kupu beterbangan muncul dari segala penjuru. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kini bagaimana caranya kuatasi dan kupunahkan serangan semacam ini" Aku bersyukur sempat membaca perihal Zhuangzi ini, dan bukan sekadar perihal filsafat Impian KupuKupu itu, melainkan juga perkara yang lain. Zhuangzi diduga hidup pada masa pemerintahan raja Hui dari Liang dan raja Xuan dari Qi, dalam kurun waktu lebih dari seribu tahun lalu. Ia berasal dari Kota Meng atau Meng Cheng di Negara Bagian Song, Henan, dan nama aslinya adalah Zhou. Ia juga dikenal sebagai Meng Zhuang. Filsafatnya disebut sebagai filsafat yang bersifat ragu-ragu, menalarkan bahwa hidup manusia sangat terbatas, tetapi menghendaki segala sesuatu tanpa batas. Menggunakan yang terbatas untuk memburu yang takterbatas adalah bodoh. Bahasa dan pengenalan manusia mensyaratkan suatu dao tempat masing-masing orang bertindak sesuai masa lalu yang berarti juga sebagai jalannya. Dengan begitu manusia harus waspada dan sangat hatihati mempertimbangkan kesimpulan, yang tampaknya akan salah arah jika masa lalunya berbeda lagi. ''Pikiran dan jiwa Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kita terlengkapi bersama seluruh tubuh kita,'' ujarnya. Penempatan alam atas perilaku tergabungkan dengan yang diperoleh, termasuk pembagian dalam penggunaan namanama, untuk menyetujui atau tidak menyetujui berdasarkan nama-nama dan untuk berlaku sesuai dengan ketentuan yang sudah terbentuk. Berpikir dan memilih langkah dalam dao ditentukan oleh keputusan alam yang lain daripada yang lain atau yang tersendiri. Pemikiran Zhuangzi juga dapat dipertimbangkan sebagai perintis cara-cara keberbagaian nilai. Keberbagaian nilainya bahkan membuat ia meragukan dasar penalaran atas guna, yang menjadi sebab tindak tersedia dalam hidup manusia, karena ini mengandaikan bahwa hidup itu baik dan mati adalah buruk. Dalam bab 18 bagian keempat ''Kebahagiaan Besar'', dikisahkan betapa ia menyatakan rasa kasihan atas tergeletaknya sebuah tengkorak di tepi jalan. Zhuangzi meratapi kenyataan betapa tengkorak itu sekarang mati, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tetapi tengkorak itu menjawab, ''Bagaimana kau tahu bahwa mati itu buruk"'' Terdapat dua kisah yang menjadi contoh bahwa tiada ukuran bagi keindahan, dan tentunya menyatakan tidak ada nilai yang berlaku sama bagi segalanya, apalagi untuk selamanya, yang terdapat bab 2, berjudul ''Tentang Menata Segala Sesuatu'': Kata orang Puteri Qiang dan Puteri Li sangat cantik, tetapi jika ikan-ikan melihatnya akan menyelam ke dasar arus; jika burung-burung me lihatnya akan terbang pergi, dan jika rusa melihatnya juga akan mendadak lari. Dari empat keadaan ini, siapa yang tahu cara menetapkan ukuran keindahan di dunia" NAMUN filsafat keberbagaian itu oleh semacam kepekaan atas keutuhan dan kesatuan dunia ini dalam ba-gian yang disebut "Kebahagiaan Ikan": Zhuangzi dan Huizi sedang berjalan-jalan di bendungan Air Terjun Hao ketika Zhuangzi berkata, "Li-hatlah ikan-ikan kecil yang melompat dan melesat sesukanya! Itulah yang sangat membahagiakan ikan!" Huizi berkata, "Dikau bukan ikan, bagaimana dikau tahu apa yang disukai ikan?" Zhuangzi berkata, "Dirimu bukan diriku, jadi bagaimana dikau tahu diriku tak tahu apa yang disukai ikan?" Huizi berkata, "Diriku bukan dirimu, jadi daku tentu ta ktahu apa yang kamu tahu. Di s isi lain, dikau jelas bukan ikan, jadi itu masih membuktikan dirimu ta ktahu apa yang disukai ikan!" Zhuangzi berkata, "Mari kita kembali kepada pertanyaan semula. Dikau bertanya bagaimana daku tahu apa yang disukai ikan. Jadi dirimu sudah tahu betapa diriku mengetahuinya ketika dikau mengajukan pertanyaannya. Daku mengetahuinya dengan berdiri di s ini di tepi Hao." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Jika kisah kedua ini dimaksudkan sebagai gagasan tentang keutuhan dan kesatuan, maka gagasan tentang keutuhan dan kesatuan ini jelas tidaklah menghapuskan keberbagaian sama sekali, karena jika aku menjadi Huizi yang berada di dekat Zhuangzi dalam peristiwa itu, aku akan menyatakan dengan tegas bahwa meskipun aku yang bertanya bagaimana sang filsuf mengetahui betapa ikan suka berlompatan dan me lesat di bawah arus, itu bukanlah karena diriku percaya ia mengerti perihal kebahagiaan ikan secara mutlak, melainkan justru mempertanyakannya. Pertanyaan bagai-mana tidak membuktikan kepercayaan betapa yang ditanya mengetahuinya, apalagi bahwa yang ditanya itu memang mengetahuinya. Saat itulah di antara kepak seribu kupu-kupu sebilah pedang tipis mendadak saja terarah ke jantungku. Aku berkelebat melejit ke atas, tetapi tidak turun lagi karena telah kugunakan ilmu meringankan tubuh yang membuat diriku menjadi lebih ringan dari kapas, melayang-layang terbawa angin. Berikut inilah penalaranku dalam memecahkan persoalan menghadapi Jurus Impian Kupu-Kupu. Telah diuraikan betapa kekaburan yang berlangsung antara apakah Zhuangzi merasa dirinya kupu-kupu dan kupu-kupu merasa dirinya Zhuangzi atau Zhuangzi merasa dirinya kupukupu yang merasa di-rinya Zhuangzi, telah diperjelas sebagai perjalanan kesadaran mulai dari mimpi, bangun dan terjaga dalam keadaaan setengah sadar, dan bangun sepenuhnya dengan kesadaran terdapat perubahan segala sesuatu. Adapun kesadaran akan perubahan segala sesuatu itu bukan kebetulan membawa-bawa makhluk kupu-kupu, karena bukankah memang kupu-kupu itu berasal dari ulat yang lamban dan buruk tetapi setelah menjadi kepompong lantas menjelma kupu-kupu yang lincah beterbangan kian kemari" Saat itu tidakkah kupu-kupu tersebut masih ingat betapa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dirinya dulu adalah seekor ulat, ataukah ia merasa dirinya ulat yang sedang bermimpi jadi kupu-kupu" Cerita tentang makhluk-makhluk yang lari me lihat putri cantik menunjukkan tiada ukuran yang sama bagi segala sesuatu, yang juga berarti segala sesuatu memiliki ukurannya sendiri-sendiri; dan cerita kedua menegaskan betapa keberbedaan segala sesuatu yang mutlak sebenarnyalah bisa diatas i dengan penalaran. Di satu pihak kupu-kupu membedakan dirinya dengan mutlak dari ulat, di pihak lain pena-laran dapat memandang keduanya takterpisahkan sama sekali. Jadi aku sebaiknya melihat kupu-kupu beracun yang beterbangan banyak sekali ini sebagai bagian dari manusia yang menyerang dengan pedang; jika aku hanya mengandalkan kecepatan aku takdapat mengatasi kupu-kupu dan manusia sekaligus mereka bergerak dengan satu jiwa dan satu pikiran, tetapi yang telah memecahkan tubuhnya menjadi takterhitung lagi. Namun dengan menyadari keadaan ini tidak berarti aku sudah menemukan cara mengalahkannya, karena sulit sekali melawan dan mengelabui jumlah yang banyak dengan satu jiwa dan satu pikiran. HANYA kuketahui betapa Jurus Impian Kupu-Kupu ini sangat mengandalkan keberadaan kupu-kupu. Adapun keberadaan kupu-kupu yang beterbangan ini adalah hasil pengerahan daya seperti yang telah mengubah ulat menjadi kupu-kupu. Aku hanya tak tahu apakah kiranya yang dapat menjadi kupu-kupu sebanyak ini jika tidak ada sesuatu pun yang tampak dapat dikerahkan dayanya untuk menjelma kupu-kupu. Betapapun dengan suatu cara aku harus dapat melenyapkan segenap kupu-kupu itu, tetapi dalam waktu yang sama juga melumpuhkan orangnya. Keberbagaian diterima sebagai kesatuan, dan karena itu harus dilawan dengan keberbagaian sebagai kesatuan juga. Begitulah ilmu s ilat yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bersumber dari filsafat dihadapi dengan pemecahan filsafatnya lebih dulu sebelum menemukan jurus terbaik untuk mengatasinya. Kuingat betapa aku menyoren tujuh pedang, sedangkan yang satu telah kupegang. Dari atas kulihat sosok yang memegang pedang tipis karena pedang itu berkilatan memantulkan cahaya matahari. Busananya kain warna-warni seperti sayap kupu-kupu sehingga tiada dapat dibedakan sama sekali dari warna-warni sayap kupu-kupu yang beterbangan terlalu banyak dan menyambar-nyambar itu. Dengan gerakan begitu ringan di antara begitu banyak kupukupu beterbangan niscaya mustahil lawan manapun dapat menghadapinya pada setiap arah dengan serentak. Maka kuberatkan tubuhku kembali, langsung menuju ke arahnya. Begitu berat tubuhku itu karena kugunakan bukan ilmu meringankan tubuh, melainkan ilmu memberatkan tubuh, yang jika menimpanya nanti akan membuat tubuhnya menjadi pipih. Tentu aku tahu betapa sosok berbusana kain warnawarni itu akan menghindar. Memang tubuhku yang menjadi sekeras batu dengan berat selaksa kati jatuh menghajar permukaan bumi yang membuat lapisan teratasnya berhamburan. Tubuhku melesak masuk bumi sementara pecahan batu-batu kecil yang berhamburan itu semburat melesat-lesat ke segala penjuru sedikit banyak juga membuyarkan serangan mengerikan kupu-kupu impian Zhuangzi itu. Tak cukup melesak aku melejit keluar lubang sebagai tujuh orang yang keluar serentak dengan tangan masing-masing memegang pedang. Inilah Jurus Naga Kembar Tujuh yang merupakan bagian dari Ilmu Pedang Naga Kembar, yang setelah kugabungkan dengan Ilmu Naga Berlari di Atas Langit membuat dapat bergerak begitu cepat sehingga tampak di mana-mana bagaikan diriku berubah menjadi 7.000 orang. Dapatkah dibayangkan betapa cepatnya pergerakanku itu" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dalam dunia ilmu silat, segala sesuatu memang berlangsung amat sangat cepat, bahkan lebih cepat dari pikiran, dan tentu jauh lebih cepat dari penulisan maupun pembacaan tercepat. Demikianlah persoalan filsafat dipecahkan secepat kilat, segala catatan yang kutuliskan sebetulnya ingatan sekelebat, dan memang begitulah segala sesuatu berlangsung, bahwa siapapun yang kalah cepat terjamin segera menjadi mayat. (Oo-dwkz-oO) Episode 155: [Jurus Naga Kembar Tujuh] DENGAN diriku menjadi tujuh penyoren pedang yang setiap orangnya bergerak begitu cepat bagaikan terdapat seribu orang bergerak serentak, maka Pendekar Kupu-Kupu itu bagaikan menghadapi lawan ta kkurang dari 7.000 orang, tetapi hanya perlu satu diriku untuk memburunya sementara 6.999 lainnya bertarung melawan kupu-kupu beracun tak terhitung. Kupusatkan diriku yang satu untuk menghadapi dan melumpuhkan Pendekar Kupu-Kupu yang bukan hanya busananya berwarna-warni seperti kupu-kupu sehingga begitu sulit dilacak dan diikuti, melainkan juga pergerakannya yang sangat ringan dan cepat sekali. Dengan begitu memang tak pernah dapat kulihat sosoknya secara tegas, hanya kelebat sosok warnap-warni seperti sayap kupu-kupu, yang membuatnya begitu baur dan hablur di tengah hamburan selaksa sayap-sayap beracun di sekitarku. Setiap kali pedangku menetak ia menghilang, tetapi setiap kali menghilang itulah pedangnya menetakku. Tetak menetak sambar menyambar kejar mengejar tangkis menangkis kini membuat suara benturan logam berdentang-dentang dan bergema dan memantul dari lembah ke lembah dari tebing ke tebing dari jurang ke jurang. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Jurus Impian Kupu-Kupu yang tidak pernah memberi kepastian mana sosok sebenarnya mana bayangan memang paling tepat dihadapi dengan Jurus Naga Kembar T ujuh yang membuat sosok sebenarnya dihadapi dengan sosok sebenarnya dan bayangan dihadapi dengan bayangan, termasuk juga ketika tiada pernah dapat dipastikan karena memang dikaburkan mana sosok sebenarnya dan mana bayangan. Ketika Jurus Impian Kupu-Kupu dihadapi dengan Jurus Naga Kembar Tujuh sebenarnya yang berlangsung adalah pertarungan kekaburan me lawan kekaburan dalam wujud bayangan warna-warni melesat-lesat saling menghindar dan saling menyerang dengan bayangan kelabu yang terbungkus cahaya putih tujuh pedang yang berputar seperti baling-baling. DALAM tabir bayangan kabur yang melesat-lesat tak terlihat maut bagaikan merayap dengan pelahan menuju urat leher tanpa kepastian apakah dapat dihindari. Bagiku maupun baginya maut hanya seujung rambut jaraknya bagaikan tiada yang lebih tipis lagi dalam jarak antara kehidupan dan kematian. Seperti kupu-kupu gerakannya begitu tak terduga dan seperti gerakan sayap kupu-kupu serangan pedangnya yang tak dapat sekadar ditangkis dan dihindari dengan sembarang jurus biasa. Denting benturan pedang terdengar sebagai rentetan ribuan dentang dalam sekejap mata bersamaan dengan semburatnya ribuan pijar cahaya nyaris seketika. Ia dapat menyerang sekaligus ke kiri dan ke kanan bagai ingin membuntungkan tangan, sehingga mesti kumiringkan tubuhku sembari menggerakkan pedang ke atas dalam lingkaran yang jika tidak berhasil dihindarinya tentu tubuhnya akan terbelah menjadi dua bagian. Dalam kekaburan bayangan berlesatan maut mengancam dari segala penjuru. Diriku yang 6999 telah berhasil mengurangi jumlah kupukupu yang senyatanya adalah senjata rahasia dan bukan bayangan sihir palsu. Bahwa senjata rahasia itu berwujud seperti kupu-kupu ataukah merupakan kupu-kupu yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ memang sebenarnyalah hidup tiada kutahu, karena Jurus Impian Kupu-Kupu tidak memungkinkan lawan untuk mengetahui. Namun memang seekor demi seekor kupu-kupu beracun itu oleh 6999 bayangan diriku yang adalah diriku dan bukan bayangan sihir palsu karena bergerak amat sangat Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo cepatnya, bahkan lebih cepat dari kilat maupun pikiran, berhasil dilumpuhkan dengan cara membelah tubuhnya menjadi dua bagian. Selama masih punya sayap berpasangan kupu-kupu itu masih dapat mengepak-ngepak dan melayanglayang terbawa angin sama seperti ketika masih hidup. Jadi memang mesti dibelah dua, karena dengan sebelah sayap tiada lagi yang dapat dilakukan kupu-kupu itu dalam kenyataan maupun dalam impian. Setiap bayangan dari yang 6999 itu bergerak dengan cepat di antara celah sempit hamburan kupu-kupu beterbangan yang menyerang. Tiada lagi yang dapat dilakukan terhadap segenap kupu-kupu yang indah itu selain pembunuhan dalam pembelahan, karena jika tidak maka segenap pesona keindahan hanya akan memberikan kematian mengerikan. Meski seiring pembelajaranku terhadap filsafat Nagarjuna maka ilmu racun yang terwariskan dari Raja Pembantai dari Selatan dalam diriku menyusut, tetapi pengetahuan tentang racun itu tidak akan pernah hilang, sehingga kuketahui bahwa dalam kerumunan kupu-kupu sebanyak ini adalah pantang bagi siapapun yang tak ingin teracuni untuk bersentuhan. Maka bisa dimaklumi seberapa banyak kecepatan dibutuhkan, agar dapat bergerak lebih cepat dari kepungan kupu-kupu dan memberlangsungkan pemusnahan. Kemudian Pendekar Kupu-Kupu itu menyerang dengan dua pedang. Luar biasa serangannya karena meski tangannya memegang dua pedang masih berhamburan senjata rahasia jarum-jarum beracun ke arahku, entah bagaimana cara mengambil dan menghamburkannya ke arahku dengan seketika. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Namun tentu saja Jurus Naga Kembar Tujuh yang membuatku bagaikan terpecah menjadi tujuh orang dan setiap orangnya dapat bergerak bagaikan terdapat seribu orang bergerak nyaris bersamaan, membuat diriku tidak usah terlalu khawatir dengan serangan seperti ini. Sesosok bayangan, yang tak lain adalah diriku sendiri, merontokkan seluruh jarum beracun itu cukup dengan sisi lebar pedangnya, sementara pedangku sendiri bergerak secepat kilat menggulungnya dengan cahaya keperakan. Meskipun begitu masih juga Pendekar Kupu-Kupu itu mampu melejit ke luar dari gulungan cahaya pedang dan bahkan menyerang. Ditetak ke sini melesat ke sana, disambar di sana menyambar kemari. Suara pedang berbenturan terdengar terus menerus dan meledakledak semakin keras karena pengerahan tenaga dalam yang semakin lama tingkatnya semakin tinggi. Jurus Impian Kupu-Kupu bukan hanya dahsyat tetapi sangat indah. Pendekar Kupu-Kupu me layang-layang dengan ringan bagaikan sedang menari dengan riang betul-betul seperti merasa dirinya seekor kupu. Apakah aku Zhuangzi yang bermimpi jadi kupu-kupu ataukah aku kupu-kupu yang bermimpi jadi Zhuangzi bagaikan pertanyaan yang terwujudkan dalam segenap gerakan Pendekar Kupu-Kupu, yang seolah berada di mana-mana dalam ruang waktu yang sama seketika padahal satu jua orangnya. Aku merasa sedih harus berpikir untuk memunahkan keindahan yang sepintas lalu begitu rapuh serapuh sayap kupu-kupu, meski kutahu gerakan ringan seperti itu sangatlah amat menipu. SEMBARI berkelebat menghindari serangan dahsyat sepasang pedang tipis yang arahnya tak pernah bisa diduga, bagaikan baru kusadari hari ini betapa pesona keindahan memang semu dan dapat menjadi berbahaya. Adapun bahaya itu dapat berarti kita lupa keindahan hanyalah sesuatu yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ semu, tetapi juga berarti bahaya karena merupakan bagian dari gerak pembunuhan! Kuingat ketujuh penyoren pedang yang sedang bersujud ketika terbunuh itu. Bersujud dan terbunuh ketika memohon agar diterima sebagai muridku. Sepasang pedang tipis lagi-lagi ingin membuat kedua tanganku buntung sejak pangkal lengan. Namun kupu-kupu sudah banyak sekali berkurang setelah Jurus Naga Kembar Tujuh seolah menghadapinya dengan 6999 orang yang menggunakan pedangnya seperti penampel lalat. Setiap kali seekor kupu-kupu terpental dan menggelepar di udara karena tampelan, saat itu pula tubuhnya terbelah jadi dua oleh sambaran cahaya. Semua itu hanyalah gerakan satu orang yang dijelmakan langsung dari dalam pikiran, yang kecepatannya sama sekali tiada berkurang setelah jumlah kupu-kupu menyusut, karena penyusutan itu sama sekali bukanlah penunjuk bahwa bahaya sudah berkurang. Dalam Jurus Impian Kupu-Kupu apa pun yang terlihat tiada dapat dipercaya, dan karenanya suatu gerak pemusnahan harus dilakukan tanpa keraguan dan tanpa ampun. Tidak kukurangi sama sekali kecepatanku, tetapi kujaga agar cukup tujuh bayangan yang membawa tujuh pedang mereka yang terbunuh itu terus menerus berkelebat menggempur Jurus Impian Kupu-Kupu tersebut. Memang tujuh pedang, tetapi hanya satu manusia sebenarnya, yakni diriku jua yang bergerak lebih cepat dari cepat menyambar pedang yang semuanya berada di udara bergantian dalam setiap kali serangan. Betapapun Jurus Naga Kembar Tujuh sebagai bagian dari Ilmu Pedang Naga Kembar adalah jurus yang tepat untuk mengatasi Jurus Impian Kupu-Kupu. Kuselingi sebentar Ilmu Pedang Naga Kembar ini dengan Jurus Bayangan Cermin untuk menyerap Jurus Impian Kupu-Kupu tersebut sebagai TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ milikku, lantas kutancap kembali Jurus Naga Kembar Tujuh yang menggunakan tujuh pedang para korban itu. Tujuh diriku mengepungnya dan menyerang satu persatu dari segala arah dengan kecepatan pikiran yang tak tertangkis lagi. Dalam sekelebat tujuh pedang berturut-turut menancap di tubuhnya. "Ini pedang korbanmu yang pertama!" Kuharap ia berasal dan mengenal bahasa Negeri Atap Langit yang kuucapkan tanpa kuketahui benar salahnya itu, tetapi kalau pun ia takberasal dari sana, sudah semestinyalah di wilayah perbatasan ini setiap orang mengenal serbasedikit bahasa Negeri Atap Langit. "Ini pedang korbanmu yang kedua!" "Ini pedang korbanmu yang ketiga!" "Ini pedang korbanmu yang keempat!" "Ini pedang korbanmu yang kelima!" "Ini pedang korbanmu yang keenam!" "Ini pedang korbanmu yang ketujuh!" Ketujuh pedang itu menancap takterelakkan dalam waktu nyaris bersamaan. Aku sudah tidak memegang apa-apa lagi ketika kusaksikan tubuh yang bersimbah darah itu masih berdiri, dengan pedang yang menancap saling menyilang, menembus tubuh dari segala arah. Pendekar Sakti 21 Panggung Penghukum Dewa Seri Pengelana Tangan Sakti Karya Lovelydear Sepasang Iblis Betina 2

Cari Blog Ini