Budha Pedang Penyamun Terbang 12
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira Bagian 12 Busananya yang ketat melibat dan semula berwarna-warni, kini merah karena darah. Pendekar Kupu-Kupu itu kemudian ambruk dengan ketujuh pedang dari ketujuh orang yang dibunuhnya ketika sedang bersujud. Kurasakan betapa cara kematiannya itu setimpal dengan cara yang dilakukannya untuk mengajakku bertarung. Rupa-rupanya Pendekar KupuKupu itu sangat khawatir bahwa diriku tiada akan bersedia diajaknya bertarung. Tampaknya ia telah mengamati TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kecenderunganku jauh sebelumnya. Barangkali telah disamarkannya dirinya di antara para penyamun yang mengendap-endap di balik batu, karena dengan menguasai Jurus Impian Kupu-Kupu sudah pasti dikuasainya juga ilmu meringankan tubuh luar biasa yang dapat membuat tubuhnya berkelebat seringan kupu-kupu. Bersama dengan ambruknya tubuh yang ditembus pedang dari segala arah itu, hilang pula segala sesuatu yang muncul bersama datangnya kupu-kupu. Cahaya matahari melenyap dan menyurut ditelan kabut yang pelahan tetapi pasti membuat dunia kembali menjadi kelabu. Puncak-puncak gunung batu dengan jalan melingkar-lingkar di pinggangnya yang sempat berkilauan sejenak keemas-emasan kembali menjulang dalam diam, menembus kabut dan mega-mega kekelabuan yang setiap saat siap berubah menjadi hujan. Namun tidak selalu mega-mega yang ditembus akan menjadi hujan, tidak jarang dalam sapuan mega-mega tubuhku hanya menjadi basah, tetapi bukan basah kuyup, melainkan sekadar basah karena titik-titik air yang begitu ringan mengambang sebagai kabut yang berjalan-jalan. KUTINGGALKAN mayat-mayat bergelimpangan dunia persilatan yang memang sudah menjadi pilihan. Bukankah di sungai telaga persilatan kematian bisa datang mendadak setiap saat karena serangan gelap" Demi sebuah pertarungan tidak selalu diperlukan tantangan, karena langsung menyerang secara gelap maupun berterang-terang tidaklah ditabukan sebagai bagian dari pilihan, sehingga serangan dengan senjata rahasia tidaklah harus dianggap serangan gelap kaum penjahat, melainkan memang serangan bersifat rahasia, serangan terbaik untuk menguji tingkat ilmu silat seorang pendekar. Jika bahkan hanya langkah seorang pendekar begitu jelas menunjukkan ketinggian ilmunya, dan karena itu membuat seseorang berminat mengadu ilmunya sendiri, bukankah itu memang berarti maut bagaikan debu beterbangan dalam kehidupan seorang pendekar" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sembari melangkah menuju kedai di tepi jurang yang kembali muncul dan hi-lang dan muncul lagi dalam kabut, kembali pula segala persoalan yang bagiku masih jauh dari selesai, bahkan yang menunjukkan kecenderungan secara taklangsung berhubungan denganku! Memang tidak kuketahui maksud dan tujuan perjalanan kedelapan penyoren pedang itu, tetapi telah diakui betapa saudara seperguruan mereka yang malang itu memang seorang mata-mata yang bekerja untuk suku Uighur. Adapun ketika delapan penyoren pedang itu berangkat dengan keledai beban mereka yang lamban, apakah perjalanan mereka terhubungkan dengan tugas saudara seperguruannya atau tidak" Mungkin pertanyaan ini bisa dijawab oleh isi keranjang beban yang mereka angkut dengan susah payah mendaki lautan kelabu gunung batu, tetapi apakah diriku berhak membukanya" Sesampai di kedai, bapak pemilik kedai, sambil membereskan kedai masih seperti tidak terjadi suatu apa, berkata kepadaku. ''Tuan, ketujuh orang itu telah mengaku guru kepada Tuan, kini setelah mereka ma-ti, harta bendanya sah menjadi milik Tuan.'' Tujuh, bukan delapan, karena satu orang bunuh diri. ''Namun saya kira harta dari yang mati bunuh diri itu lantas menjadi milik saudara-saudaranya, Tuan, jadi berhak juga menjadi milik T uan.'' Bukanlah masalah warisan dari orang-orang yang mati terbunuh ini tentunya yang menjadi perhatianku. Melainkan bagai-mana caranya aku mengetahui sesuatu supaya aku dapat membaca keadaan, karena perjalananku kali ini pun adalah suatu perjalanan dalam tugas rahasia. Pertama, aku ingin mendapatkan kejelasan tentang siapa yang bertanggung jawab atas kematian Amrita, dan itulah sebabnya aku harus TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menunggu untuk mengikuti Harimau Perang dengan diamdiam dari Celah Din-ding Berlian. Kedua, jika benar Hari-mau Perang dipanggil atas kemampuannya dalam membangun jaringan mata-mata un-tuk mengatasi pemberontakan, maka tugas yang dihadapinya tentu berhubungan dengan kebijakan perimbangan kekuasaan, dalam siasat Wangsa Tang menghadapi Kerajaan Tibet di perbatasan timur maupun sukusuku pengembara, termasuk Uighur, di sebelah utara Gurun Gobi, yang mungkin saja terhubungkan dengan urusan para murid perguruan ilmu pedang yang semuanya sudah mati terbunuh ini. Aku mengembara bukan untuk me libatkan diri ke dalam banyak persoalan, tetapi dalam urusanku yang sederhana ini, agaknya banyak persoalan harus dipertim-bang-kan untuk mendapat kejelasan. La-gipula, belum juga dapat kupastikan, apa-kah Harimau Perang itu memang suatu sos-ok, atau suatu jaringan. Kuketahui serba-sedikit tentang perma inan dunia mata-mata yang penuh rahasia dan tipu daya, bahwa tiada sesuatu pun yang sepintas lalu tampak-nya tidak perlu dipertanyakan lagi, da-pat diterima begitu sebagai sesuatu yang pasti. Kupandang delapan kuda Uighur serba bagus yang sedang makan rumput itu, di dekatnya sekitar dua puluh keledai juga makan rumput dengan beban yang masih berada di punggungnya. Bapak kedai itu menyela. ''Tuan telah membunuh Pendekar Kupu-Kupu, hati-hatilah. Setelah melewati Celah Dinding Berlian nanti, itulah wilayah kekuasaan Perguruan Kupu-Kupu.'' ''Perguruan Kupu-Kupu"'' ''Ya, mereka mengembangkan ilmu silat berdasarkan pendalaman atas Kitab Zhuangzi.'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku mengerti. Kitab Zhuangzi adalah sebuah nama yang tidak harus berarti merupakan pemikiran Zhuangzi, melainkan segala sesuatu yang dihimpun oleh Kuo Hsiang, seorang pengulas pemikiran Zhuangzi yang hidup seribu tahun lalu, dan karena itu takdapat dipastikan bagian kitab mana saja yang ditulis Zhuangzi sendiri. Namun sudah jelas betapa kitab itu berisi pemikiran Kaum Dao, baik dari tahap pertama, kedua, maupun ketiga. Hanya pe-mikiran yang dianggap sebagai tahap ketiga disebut merupakan pemikiran Zhuangzi sendiri, tetapi yang betapapun telah ditulis ulang oleh para pengikutnya. Tampaknya menarik sekali mengikuti cara belajar Perguruan Kupu-Kupu itu, tetapi perhatianku masih tercurahkan kepada keranjang-keranjang beban pada punggung keledai tersebut. Benarkah aku berhak membukanya" Aku tahu bahwa dengan membukanya aku harus menerima kemungkinan untuk terlibat ke dalam suatu percabangan cerita yang baru. Jalan hidup bisa dibelokkan oleh sebutir kerikil di tengah jalan. Bukankah perjalanan semacam itu pula yang telah kualami selama ini" Jika aku sudah memilih untuk hidup mengembara, bukan berarti aku hanya akan berjalan menuruti langkah kaki, melainkan juga rela terlibat persoalan yang menyeretku. Meski aku sudah bersepakat dengan diriku sendiri bahwa sebaiknya aku menghindari persoalan apapun, rupa-rupanya mengembara tanpa persoalan di dunia persilatan adalah suatu kemewahan. Apa pun persoalan yang dihindarinya, seorang pendekar tak boleh menghindar untuk membela mereka yang lemah dan tertindas. Aku telah berada di depan sebuah keranjang yang masih terpasang di punggung seekor keledai. Agaknya kedelapan murid perguruan ilmu pedang itu memang tidak bermaksud berhenti terlalu lama. Namun mereka ternyata berhenti di sini untuk selama-lamanya. Apakah kiranya isi karung dalam keranjang itu" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ (Oo-dwkz-oO) Episode 156: [Nasib Malang Seorang Kebiri] Tidak terlalu jelas bagiku mengapa aku merasa sangat ragu-ragu membuka karung itu. Setelah mengamatinya dengan cermat, karung-karung itu ternyata bukan hanya diikat, melainkan juga disegel dengan cap kerajaan. Simpul talinya ditindas lilin warna merah, dan pada dataran itu terdapat cap Wangsa Tang. Artinya karung itu sebetulnya hanya boleh dibuka oleh pejabat kerajaan, itu pun pejabat yang menjadi tujuan pengiriman karung-karung ini. Seberapa jauh peraturan itu berlaku bagiku" Bapak kedai muncul dari belakang dan meraba-raba segel itu. ''Setidaknya ada dua perkara dengan karung-karung ini,'' ujarnya, ''pertama, pengiriman resmi kerajaan ke Daerah Perlindungan An Nam biasanya dilakukan melalui laut, karena lebih murah dan lebih aman; kedua, petugas yang mengawal kiriman resmi yang disegel seperti ini seharusnya juga petugas kerajaan.'' Bapak kedai lantas memperhatikan segel itu lagi. ''Segel ini asli,'' katanya, ''tapi pengirimannya tidak resmi, karena mayat delapan orang itu sudah kugeledah dan tidak ada bukti apa pun yang menunjukkan bahwa mereka petugas kerajaan.'' Jadi dia sudah menggeledah mayat itu, pikirku. ''Mungkin mereka petugas pengantar barang, tetapi bukan dari kerajaan, karena jika tidak mengenakan seragam, setidaknya terdapat surat jalan yang menjelaskan diri mereka siapa dan bahwa mereka sedang menjalankan tugas negara.'' ''Petugas pengantar barang"'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Ya, itu usaha menjual jasa yang berkembang sekali sekarang. Nanti Tuan akan menyaksikan gardu-gardu negara yang disediakan untuk mereka, karena pemerintahan mengakui pentingnya hubungan antarwilayah yang diliputi pekerjaan para pengantar barang itu.'' Aku mengerti. Para pengantar barang harus memiliki ilmu silat tinggi untuk menjaga titipan apa pun yang dipercayakan kepadanya. Ada kalanya mereka mengantar barang. Ada kalanya mereka mengantar orang. Seperti pernah kualami dalam perjalanan bersama para mabhasana di Jawadwipa, pekerjaan mengawal barang dan orang dalam perjalanan adalah tugas yang penting. Perjalanan jauh pada masa kini selalu mengandung ancaman bahaya, karena negara yang manapun dalam kenyataannya tidak mampu menjamin keamanan warga pada setiap jengkal wilayahnya. Di kota besar terdapat perbentengan dengan pengawalan dan perondaan ketat, sementara di desa-desa terdapat penjaga keamanan yang mengenal wilayahnya dengan sangat baik. Namun di daerah yang sulit dihuni maupun didatangi berkeliaran orang-orang dan gerombolan yang menjauhi hukum, dan sebagai gantinya di wilayah seperti ini berlakulah hukum rimba. Suatu keadaan yang semakin sah adanya di daerah tak bertuan. Keadaan semacam ini menuntut peranan para pengantar barang dan pengawal perjalanan, yang dalam keadaan negara terlibat peperangan dari saat ke saat takdapat dipenuhi oleh para pengawal dan petugas kerajaan. Maka kebutuhan atas jaminan keamanan ini pun dipenuhi oleh berbagai perguruan ilmu silat, yang mengerahkan muridmuridnya untuk mengisi lowongan. Keadaan semacam ini juga memberi kesempatan bagi mereka yang belajar ilmu s ilat agar mendapat pekerjaan sesuai dengan ilmu yang dipelajarinya. Jika menjadi prajurit adalah pengabdian, menjadi pendekar adalah pengembaraan, maka hanyalah pengantar barang dan pengawal perjalanan yang tampak seperti pekerjaan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menggunakan ilmu silat dengan kemungkinan menghasilkan uang. PEKERJAAN ini kadang hanya memerlukan sedikit orang, jika wilayah yang dilewati dianggap aman, dan tidak memerlukan orang-orang berilmu terlalu tinggi; tetapi tak jarang memerlukan tenaga sampai lima puluh orang, terutama jika dipastikan melalui wilayah dengan para pemukim yang sikapnya ber-musuhan terhadap Wangsa Tang. Tentu tingginya tingkat bahaya me-nentukan pula tuntutan atas tingginya ilmu silat para pengawal. Jumlah orang sebetulnya bukanlah satu-satunya ukuran, karena dalam beberapa hal jumlah pengawal yang sedikit justru menunjukkan keyakinan atas tingginya tingkat ilmu silat yang menjadi andalan. Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Selain para pengawal seperti ini, kudengar pula cerita tentang para pengantar surat cepat, tentunya mengantarkan surat-surat penting, yang akan membawa surat sendirian saja di atas kuda yang dipacu laju, jika perlu berganti kuda baru setiap kali melewati gardu negara yang satu ke gardu negara yang lain. Seperti juga para pengantar barang dan pengawal perjalanan, para pengantar surat cepat ini terandaikan pula memiliki ilmu silat yang tinggi, demi meng-atasi segala marabahaya dalam perjalanan melewati berbagai wilayah yang sedang bergolak dengan pemberontakan. Dalam suasana kekacauan, juga tidak mudah dibedakan antara pemberontak, penyamun, ataukah regu-regu penyusup musuh, seperti dari Tibet maupun suku-suku pengembara, yang sengaja membuat kekacauan. Para pengantar surat cepat dengan begitu selain memiliki keberanian dan daya tahan berkuda luar biasa, juga harus memiliki ilmu s ilat tinggi. Sebagai murid-murid perguruan ilmu pedang yang menunggangi kuda Uighur, delapan penyoren pedang itu memenuhi syarat untuk semua kebutuhan tersebut. Tidak jarang pula negara mempercayakan keperluan dan kepentingannya kepada mereka yang menjual kemampuan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bersilat ini, sehingga jika karung-karung bersegel lilin merah kerajaan itu terdapat pada mereka adalah pe-nyamaran yang bagus pula kiranya. ''Jangan ragu-ragu membuka karung itu, T uan,'' ujar bapak kedai itu lagi, ''karena dengan begitu kita akan tahu, apakah mereka terlibat, atau tidak tahu menahu dengan sesuatu yang tampak seperti disembunyikan ini.'' Aku tidak tahu mengapa orang tua ini begitu bersemangat. Untuk mencari dan mendapatkan benda-benda berhargakah" Ataukah untuk sesuatu yang bersifat lebih rahasia lagi" Aku belum lupa tentang apa yang kupi-kirkan tentangnya, bahwa gerak-ge-rik-nya bagiku menunjukkan dirinya sebagai orang yang mengerti ilmu silat. Namun aku juga sadar, betapa di dunia persilatan pun tiada kurang yang berpikir demi keuntungan dirinya sendiri. Akan kubuka atau tidak karung-karung di dalam keranjang ini" Aku belum lupa betapa betapa perjalanan hidup dapat berbelok di luar rencana karena peristiwa tak terduga. Namun apalah artinya perjalanan hidup yang berbelok di luar rencana bagi seorang pengembara, yang mestinya tidak mempunyai rencana apa pun dalam hidupnya" Pada setiap keledai terdapat dua keranjang beban di kiri dan kanan. Apakah harus kubuka satu per satu empat puluh karung dalam keranjang itu" Kubuka ikatan karung. Dengan membuka segel itu, aku sah untuk dianggap melanggar peraturan kerajaan, dan karena itu boleh ditangkap, tetapi tetap kubuka segel itu. Aku da-pat menganggap diriku seorang pe-ngembara yang terganggu oleh perbuatan warga Negeri Atap Langit di daerah takbertuan, dan karena itu hukum Negeri Atap Langit tidak ber-laku bagiku. Di bagian atas karung itu bertum-puk jeram i untuk melindungi barang-barang porselen yang sangat mahal. Kuangkat salah satu kundika dengan hiasan kembang berwarna biru. Kulihat juga yang lain-lain. Kadang kembang, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kadang ikan, kadang sulur-sulur tetumbuhan menjulur mengitari tembikar yang disebut piring. Ka-dang terdapat gambar kuil di tengah piring dengan seseorang berdiri di depannya mengenakan baju bagus dan tangan disembunyikan ke bela-kang. Semua itu juga berwarna biru. Apakah yang bisa diterima sehingga barang pecah belah semacam itu ha-rus melewati jalan terjal yang berat, dengan kemungkinan besar menjadi pecah dan belah" Tembikar yang rapuh seperti itu tidak akan dibawa dengan keledai naik turun menyeberangi lautan ke-labu gunung batu, apalagi jika terda-pat porselen putih yang merupakan temuan pembakaran baru. Barang seperti itu dibawa dengan kapal, yang kadang-kadang memang diterjang badai dan tenggelam ke dasar lautan bersama segenap barang bawaan, tetapi membawanya dengan kapal tetaplah merupakan kelaziman dan bukannya dengan karung dalam keranjang keledai beban di jalan terjal berbatu-batu seperti ini. KUPERIKSA karung pada keledai lain, ternyata isinya tumpukan kertas yang bertuliskan puisi. Kuambil, kuraba, dan kucium benda yang mengagumkan itu. Kudengar kertas ini dibuat dari bubuk kayu, dan tulisan di atasnya ditorehkan dengan tinta. Lantas orang dapat memindahkan tulisan itu kepada suatu papan kayu, dan papan kayu itu kemudian digunakan untuk mencetak ulang tulisan di atas kertas itu sebanyak-banyaknya. Teringat betapa berat penyalinan kitab dengan lontar yang digurat pengutik, aku segera tahu bagaimana bangsa yang menjadi warga Negeri Atap Langit ini bisa mendapatkan pengetahuan melalui bahan bacaan dengan jauh lebih cepat dan mudah. Sepintas kutengok, hampir semua penyair semasa Wangsa Tang ada di karung ini, seperti Li Ba i, Du Fu, Wang Wei, Wang Zhihuan, Meng Haoran, He Zhizang, Song Zhiwen, Cen Can, bahkan juga para penyair masa sebelumnya, seperti Qu Y uan dari masa Negeri Berperang dan T ao Yuan Ming dari masa Jin TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Timur. Aku belum memasuki satu kota pun di Negeri Atap Langit, tetapi pernah kudengar kegemaran warganya untuk memasang kertas bertuliskan puisi di dinding rumah. Tentu saja puisi terbaik karya para penyair terbaik. Para penulis aksara puisi itu pun tidak dilakukan oleh sembarang orang, melainkan juga penulis aksara terbaik yang dibayar dengan harga mahal. Dalam karung lain terdapat tumpukan sutera, kayu harum, busana perempuan, dan perhiasan, juga patung-patung batu giok yang kecil, yang semuanya merupakan barang-barang dagangan. Terdapat pula kitab-kitab gulungan sutra ajaran Buddha yang biasa terdapat di dalam kuil. Senua itu tidak ada yang mencurigakan, kecuali bahwa jalur perjalanannya tidak dapat diterima untuk barang-barang semahal itu, pun atas nama kepentingan istana. Barang-barang yang diangkut dengan keledai beban menyeberangi lautan kelabu gunung batu seperti ini bukanlah yang akan terlalu penting bagi urusan istana, sehingga perlu disegel segala. Barang angkutan yang umum hanyalah barang yang penting dipertukarkan antara kedua desa, seperti hasil bumi atau binatang buruan, kadang juga ternak; atau juga barang-barang dagangan dari kota yang dibawa seorang pedagang keliling, tetapi itu pun barang-barang kebutuhan sehari-hari sahaja, seperti baju sederhana setiap pergantian musim atau alas kaki yang disebut sebagai sepatu. Namun masih ada satu karung yang belum dibuka. Dari luar sudah terlihat bentuknya berbeda, seperti seharusnya tidak muat tetapi tetap dipaksakan juga. Kami segera membukanya, dan... Ah! Sebenarnya aku sangat ingin menceritakannya dengan rinci, karena dibanding dengan isi karung-karung yang lain, isi karung terakhir ini luar biasa. Bagaimana menceritakannya" Betapapun telah kusaksikan begitu banyak pemandangan mengenaskan di berbagai medan tempur yang penuh dengan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pembantaian, belum pernah kualami rasa mual karena melihat manusia -tepatnya tubuh manusia- diperlakukan begini rupa. Barulah kusadari betapa tubuh manusia memang benar merupakan suatu keutuhan. Bahkan ketika jiwa tiada lagi menggerakkan tubuh itu berdasarkan kehendaknya, dalam keutuhan tubuh yang tidak lagi bergerak itu tetap terpandang dalam suatu penjiwaan, karena keutuhan tubuhnya tetap memberikan kesan atas jejak-jejak kehidupannya. Namun menatap tangan hanya sebagai tangan, kaki hanya sebagai kaki, dan kepala hanya sebagai kepala sangatlah berbeda, karena memang tetap menyiratkan kesan dari suatu jejak kehidupan, tetapi yang segera terasingkan dan terhancurkan oleh kesadaran yang mengingatkan betapa semua ini hanya potongan. Aku merasa mual, terutama jiwaku yang mual. Mereka yang hidup dalam dunia persilatan memang selalu hidup dalam pertaruhan nyawa, tetapi kematian yang berlangsung karenanya dianggap puncak pencapaian, tidak dapat disamakan dengan sekadar pembunuhan. Bahkan pembunuhan sebagai bentuk keliaran dan kebuasan, segera akan berhenti setelah nyawa pergi, maka apakah yang harus dikatakan tentang pembunuhan yang dilanjutkan dengan pemotongan tubuh secara rinci" Waktu kulihat wajah dari kepala yang terpisah dan terbenam di antara potongan sebelah tangan dan sebelah kaki di tempat yang tidak semestinya, bagaikan tertoreh luka panjang kedukaan yang dalam. Seperti ada rasa pedih, seperti ada rasa perih, tetapi tidak dapat diucapkan... Namun bapak kedai rupanya berhati dingin. ''Jangan pergi dulu,'' katanya, ''kita harus memeriksanya satu per satu.'' Aku tidak menjawab, meski suatu petunjuk memang harus dicari. Apakah hubungannya kedelapan penyoren pedang itu dengan karung-karung yang dibawanya ini" Apakah mereka TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mengetahui isinya" Apakah mereka tidak mengetahui isinya" Apakah mereka sendiri yang mengisinya" MENGINGAT terdapatnya segel lilin merah bercap Wangsa Tang, dan sikap mereka yang tidak terlalu peduli kepada barang-barangnya, aku menduga mereka tidak mengisinya sendiri, dan diberi tahu apa saja isinya, kecuali tentang tubuh terpotong-potong. Pendapat ini kuambil, karena untuk tidak menimbulkan pertanyaan, sebaiknya isinya memang dinyatakan, yang juga biasanya merupakan ketentuan dalam perjanjian atas penggunaan jasa mengantar barang. Tentu para pengawal barang tidak memiliki hak apa pun apabila terdapat segel Wangsa Tang seperti itu dan hanya wajib mengantar saja. Namun jika hal semacam ini dilakukan, mengingat tugas resmi menyeberangi lautan kelabu gunung batu tidak merupakan kelaziman, daripada memancing rasa penasaran, lebih baik isinya diberitahukan, tanpa menyebut itu mayat yang bernasib malang. Kuduga, dan memang hanya dugaan, itu-lah yang memang terjadi, meski tentu te-tap perlu diberikan alasan sendiri bagi me-re-ka, agar bisa menerima kenapa barang-ba-rang pecah belah harus naik turun pegunungan batu serbacuram dan serbaterjal seperti ini. Alasan ini kiranya penting, karena mayat terpotong-potong tentunya adalah persoalan besar yang dalam kenyataannya harus ditutupi. Kedelapan penyoren pedang itu mengetahui atau tidak mengetahui, perjalanan mereka jelas adalah juga suatu perjalanan rahasia. "Lihatlah Tuan! Lihat!" Bapak kedai yang kuduga seorang pendekar yang sengaja mengundurkan dari dunia persilatan itu, telah meneliti satu per satu potongan tubuh dan seperti berusaha menyatukan kembali potongan-potongan tersebut terbentuklah sebuah sosok manusia terpotong-potong di atas rerumputan. Waktu aku tiba, bapak kedai menunjuk ke salah satu potongan tubuh itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku semula tidak mengerti. "Lihat!" Ia menunjuk ke arah kemaluan. Ter-da-pat luka potongan, tetapi bukan luka baru, itu sayatan tajam hati-hati yang sudah lama sekali. "Orang kebiri!" Orang kebiri" Wajahku mungkin tampak tidak menunjukkan pengertian tertentu. "Orang kebiri! Mereka inilah yang menguasai segala jaringan di istana dan sangat dibenci! Sekarang menjadi jelas teka-teki segel ini. Seorang kebiri telah dibunuh oleh orang dalam istana, sehingga karung ini bisa keluar tanpa diperiksa lagi!" Bapak kedai kemudian menjelaskan perihal keberadaan orang-orang kebiri di dalam istana. (Oo-dwkz-oO) Episode 157: [Jaringan Kebiri di Istana] Gao Lishi adalah orang kebiri yang hidup dari 684 sampai 762. Peranannya dalam pemerintahan Wangsa Tang diceritakan bapak kedai yang belum kuketahui namanya dengan sangat hidup, tetapi sayang sekali aku tidak dapat menceritakan kembali dengan sama hangatnya. Bahasa Negeri Atap Langit yang kukuasai masih sangat terbatas, sehingga membatasi pula kemampuanku menghidupkannya. Mohon Pembaca sudi memaafkan diriku. "Di istana ia mencapai kedudukan tinggi sebagai Pemangku Qi, pejabat semasa Wangsa Tang maupun Wangsa Zhou yang sebentar saja didirikan Wu Zetian, tetapi peranan terpentingnya adalah semasa kekuasaan Maharaja Xuanzong. Gao Lishi diyakini berperan dalam banyak keputusan, yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ seharusnya menjadi tanggungjawab maharaja selama tahuntahun terakhir Xuanzong. Konon ia jauh lebih kaya dari para bangsawan masa itu. Meskipun begitu ia sering dianggap sebagai contoh yang baik atas keterlibatan orang kebiri dalam permainan kekuasaan, terutama karena kesetiaannya kepada Maharaja Xuanzong, yang ternyata kemudian membahayakan dirinya sendiri dalam masa kekuasaan selanjutnya, yakni semasa pemerintahan Maharaja Suzong, putera maharaja Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sebelumnya. "Ancaman bahaya itu datang dari kecemburuan orang kebiri yang lain, Li Fuguo, yang kemudian membuangnya, meski saat akhir pemerintahan Suzong itu kehadiran Gao Lishi taklagi berpengaruh kepada berbagai kebijakan istana. Ia diberi pengampunan pada 762 setelah Xuanzong maupun Suzong meninggal. Konon karena berduka, Gao Lishi menjadi sakit dan ikut meninggal pula. "Ia berasal dari daerah Pan, nama keluarga asalnya adalah Feng, dan katanya memang cucu-buyut pejabat pemerintahan Wangsa Tang masa awal, Feng Ang. Pada 698, seorang pejabat setempat, Li Qianli, mempersembahkan dua kebiri muda kepada Wu Zetian, saat perempuan itu meng-angkat dirinya menjadi penguasa; yang pertama adalah Lishi, yang waktu itu belum mengambil nama Gao, dan yang kedua bernama Jin'gang. Ternyata Wu Zetian lebih menyukai Lishi karena kecerdasannya dan mempertahankannya sebagai orang kebiri yang harus selalu berada di dekatnya. Kemudian hari, Lishi melakukan kesalahan kecil, dan setelah itu Wu Zetian takpernah sudi melihatnya lagi. "SEORANG kebiri tua, Gao Yanfu, lantas mengangkatnya sebagai anak, dan dari situlah nama Gao didapatnya. Adapun karena Gao Yanfu sebelumnya melayani keponakan Wu Zetian yang juga sangat berkuasa, yakni Wu Sansi, seorang pangeran dari Liang, maka ia dapat memasukkan Gao Lishi untuk melayaninya. Setahun kemudian, Wu Zetian TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ memanggilnya kembali ke istana dan sekali lagi Gao Lishi melayaninya. Ia telah tumbuh menjadi orang kebiri yang tinggi, dan karena sikapnya yang selalu berhati-hati, maka ia diberi tugas mengumumkan maklumat resmi istana, sebelum akhirnya dinaikkan pang-katnya sebagai gongwei cheng, jabatan tinggi bagi orang kebiri. "Dengan kembalinya Maharaja Zhong-zong, Gao Lishi menjalin persahabatan dengan Li Longji, keponakan maharaja, pa-ngeran dari Linzi yang menjadi anak Li Dan, pangeran dari Xiang. Li Dan adalah saudara Maharaja Zhongzong yang juga per-nah menjadi raja. Pada 705, setelah ke-matian mendadak Maharaja Zhong-zhong, Li Longji dan saudara perempuan Zhong-zong, Puteri Taiping, menggulingkan kedudukan permaisuri Zhongzong yang sangat berkuasa, Maharani Wei, dan me-ngembalikan Li Dan ke atas tahta. Li Longji menjadi putera mahkota dan Gao menjadi salah seorang pejabat di bawahnya. "Pada 712, Li Dan yang telah menjadi Maharaja Ruizong menyerahkan takhta kepada Li Longji, yang kemudian bergelar Maharaja Xuanzong, meski tetap saja Li Dan memanfaatkan kedudukannya sebagai taishang huang atau purnamaharaja untuk mempengaruhi pemerintahan, dibantu Puteri Taiping yang memang memanfaatkan Li Dan demi kepentingannya sendiri. Pada 713, disebutkan bahwa lima dari tujuh perdana menteri ditentukan oleh sang puteri, seperti Dou Huaizhen,Cen Xi, Xiao Zhizhong, Cui Shi, dan Lu Xiangxian, meski yang terakhir ini bukanlah pengikutnya. "Dalam persaingan kekuasaan antara Maharaja Xuanzong dan Puteri Taiping, Zhang Shuo dari wilayah tugasnya di Luoyang, mengirim utusan yang mempersembahkan sebuah pedang kepada Maharaja Xuanzong, yang merupakan pesan bahwa sudah waktunya mengambil tindakan menentukan. Disebutkan bahwa Puteri Taiping, Dou, Cen, Xiao, dan Cui, bersama para pejabat seperti Xue Ji, Li Jin pangeran dari TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Xinxing cucu Li Deliang keponakan Maharaja Gaozu pendirin Wangsa Tang, Li You, Jia Yingfu, Tang Jun, maupun para panglima seperti Chang Yuankai, Li Ci, dan Li Qin, bahkan termasuk rahib Huifan, berkomplot untuk menggulingkan Maharaja Xuanzong. "Dikatakan lagi, bahwa mereka membicarakan dengan seorang dayang, Puan Yuan namanya, untuk meracuni obat perangsang chijian yang biasa diminum Maharaja Xuansong. Ketika rencana ini dilaporkan kepada Maharaja Xuansong oleh Wei Zhigu, sang maharaja yang telah menerima nasihat dari Wang Ju, Zhang Suo, dan Cui Riyong untuk bertindak cepat pun segera melakukannya. Ia mengundang saudarasaudaranya nya, Li Fan dan Li Ye, masing-masing pangeran dari Q i dan Xue, bersama para pendukungnya, panglima Wang Maozhong, pejabat Jiang Jiao dan Li Lingwen, saudara iparnya Wang Shouyi, orang kebiri Gao Lishi, dan pemimpin pasukan Li Shoude, lantas memutuskan langsung bertindak. "Pada hari ke-29 bulan ketujuh tahun itu, Wang Maozhong mengerahkan 300 pasukan ke bagian penjagaan istana untuk memenggal kepala Chang dan Li Ci. Kemudian Jia, Li You, Xiao, dan Cen ditahan dan akhirnya juga dipenggal. Dou dan Puterin Taiping memilih untuk bunuh diri. Purnamaharaja Ruizong akhirnya menyerahkan kekuasaan istana sepenuhnya kepada Maharaja Xuansong, dan tidak lagi terlibat dalam keputusan-keputusan penting. "Sebagai akibat keterlibatan Gao Lishi dalam tindakan terhadap Putri T aiping dan komplotannya, Maharaja Xuanzong menganugerahinya jabatan panglima pengawal istana, yang juga menjabat neishi sheng atau kepala bagian orang-orang kebiri. Penugasan ini membuat Gao Lishi menjadi orang kebiri pertama dalam sejarah Wangsa Tang yang mencapai tingkat ketiga dari tatacara sembilan tingkat, dan inilah awal bangkitnya peranan orang-orang kebiri. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Maka Gao pun menjadi orang kepercayaan terdekat Maharaja Xuansong, dan adalah Gao itu yang akan diutus untuk menyampaikan kehendaknya kepada para pejabat penting. "Ketika pada 713 perdana menteri Yao Y uanzhi mula-mula terkejut dan cemas saat maharaja menolak untuk membahas tugas-tugas para pejabat rendahan ber-samanya, Gao berbicara kepada maharaja dan diberitahu bahwa alasannya bukanlah karena maharaja tidak berkenan terhadap Yao, melainkan karena Yao sendiri sebagai ketua penanggungjawab istana mempunyai wewenang yang harus dijalankan. Setelah Gao memberi tahu Yao soal ini, maka kekhawatiran Yao pun memudar. "Pada 726, ketika Zhang Suo dituduh menggelapkan uang untuk memperkaya dirinya sendiri dan ditahan, adalah Gao yang diutus untuk melihat apa yang dilakukannya, dan adalah berdasarkan campur tangan Gao selanjutnya bahwa hukuman Zhang pun diringankan. "Pada 730, ketika Maharaja Xuanzong mulai gelisah perihal kekuasaan dan keangkuhan Wang Maozhong, adalah Gao yang menyarankan agar bertindak lebih dulu, dan pada musim semi 731 sang maharaja pun mengasingkan Wang bersama para pembantunya, bahkan kemudian dipaksanya Wang agar melakukan bunuh diri. "Dikatakan bahwa Gao memang sangat dipercaya oleh Maharaja Xuanzong, yang menyatakan, 'Jika Gao Lishi berada di sini, daku bisa tidur nyenyak.' Gao sendiri memang sangat jarang pulang ke rumahnya sendiri, dan suatu permohonan yang diajukan kepada maharaja terlebih dahulu harus disaring oleh Gao sebelum meneruskannya kepada Maharaja Xuanzong, dan Gao menangani sendiri perkara-perkara yang kurang penting, yang membuat kekuasaannya dengan cepat meningkat. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Banyak tenaga dicurahkannya untuk membantu orangtua angkatnya, Gao Y anfu dan istrinya. Ia juga meminta jiedushi atau kepala pasukan di Lingkaran Lingnan mencari ibu kandungnya Puan Mai dan mengirimnya ke Kotaraja Chang'an, supaya ia bisa membantunya juga. Ketika Puan Mai meninggal dunia, panglima Cheng Boxian dan pejabat Feng Shaozheng yang sudah angkat sumpah persaudaraan dengan Gao Lishi sangatlah berduka. "Ketika Gao masih sangat berkuasa, disebutkan ia sangat hati-hati dan juga rendah hati, yang membuatnya terus menerus dipercaya Maharaja Xuansong. Di antara para pejabat dan panglima yang tercatat menjilat dan mengambil muka, serta telah membuat ia membantu kenaikan pangkat mereka adalah Yuwen Rong, Li Linfu, Li Shizi, Gai Jiayun, Wei Jian, Yang Shenjin, Wang Hong, Y ang Guozhong, An Lushan, An Sishun, dan Gao Xianzhi. Para cendekiawan saat itu menyalahkan Gao atas kenaikan pangkat sejumlah pejabat haus kekuasaan, selain juga mengenali bahwa setiap kali pejabat yang terhubungkan dengannya dituduh melakukan kejahatan, ia tidak akan gegabah campurtangan menyelamatkan mereka." Sampai di sini bapak kedai itu berhenti. Hari menjelang gelap. "Mengapa tidak kita masukkan dulu semua ini ke dalam karung, Tuan" Sahaya pikir segel kerajaan dan kenyataan bahwa orang bernasib malang ini seorang kebiri adalah tandatanda yang cukup jelas untuk melacak jejak selanjutnya." Aku hanya mengangguk, membiarkan ia menjalankan peran pura-pura bodohnya. Setidaknya ia ingin aku tampak percaya, jadi biarlah ia percaya. Di samping aku tahu, betapa aku tentunya tidak akan terlalu bahagia memasuk-masukkan potongan tubuh dan badan itu berdesak-desak ke dalam karung. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Betapapun sepintas terlihat bagian yang membuatnya disebut orang kebiri. Bapak kedai yang rupanya melihat bagaimana tidak enaknya perasaanku, bukannya membicarakan masalah lain, tetapi berkisah tentang serbaserbi pengebirian itu sambil terus mendesak-desakkan potongan tubuh ke dalam karung. "Tuan tahu bagaimana alat kelam in mereka dipotong" Mula-mula mereka diletakkan dalam keadaan setengah berbaring di ranjang yang rendah, lantas mereka ditanya untuk terakhir kalinya, apakah akan menyesal jika dikebiri. Jika jawabnya 'tidak', seseorang akan menjepitnya di sekitar pinggang, sementara dua orang membuka kakinya dan menekannya kuat-kuat untuk mencegah segala gerakan. Dengan pembalut mengikat erat sekitar paha dan perut bawah, calon orang kebiri ini diberi minum teh yang akan membuat urat syarafnya terbius, dan alat kelam innya dibuat mati rasa dengan siraman air merica panas. Semuanya lantas dipotong habis dengan pisau kecil serapat mungkin. Sebuah sumbat logam segera dimasukkan ke saluran kencing, dan segenap luka ditutup dengan kertas yang dibasahi, lantas dibalut dengan hati-hati." Aku menunjukkan wajah tidak suka dan melangkah ke kedai, tetapi rupanya bapak kedai yang sementara itu telah selesai memasukkan kembali potongan-potongan tubuh ke dalam karung, dan memasukkan pula karung itu ke dalam keranjang, ternyata cepat sekali menyusulku dan terus bicara. "Segera setelah itu, si orang kebiri sudah diminta berjalan di sekitar kamar selama dua atau tiga kali penanakan nasi, dibimbing oleh para pemisau tadi di kiri dan kanan, sebelum akhirnya boleh berbaring. Ia tidak boleh minum cairan apa pun selama tiga hari, dan selama itu ia akan sangat menderita karena haus dan kesakitan luar biasa, juga tak bisa buang air kecil. Setelah tiga hari balut dilepas, sumbat dikeluarkan, dan diharapkan penderita sudah bisa mengurangi kesakitannya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dengan mengalirnya air seni. Saat itulah ia diberi selamat dan dianggap lepas dari bahaya. Jika pemotongan ini membuatnya tak bisa buang air, karena merekatnya saluran air seni dan kulit, ia terkutuk untuk mati dengan sangat menderita." KUKIBASKAN tanganku karena tidak tahan lagi. ''Lanjutkan cerita yang tadi saja Bapak,'' kataku. ''Sabarlah sebentar Tuan, lebih baik sahaya masak dahulu, karena sebentar lagi waktu makan.'' Akhirnya kami berada di dalam kedai lagi. Artinya aku tertahan semalam di sini jika tetap tinggal. Aku berpikir tentang Hari-mau Perang yang tentu jaraknya telah semakin dekat. Jika ia muncul ketika aku masih di s ini, tentulah segala rencana untuk mengikutinya diam-diam bisa batal. Aku merasa harus pergi secepatnya agar tidak tersusul, tetapi aku juga merasa wajib mendengarkan cerita bapak kedai itu sampai habis. Meski belum kudapatkan titik terang, betapapun seluruh urusan rahasia istana berhu-bungan dengan peranan jaringan orang kebiri di dalam istana. Setidaknya aku merasa tidak terlalu keliru menduga, jika perjalanan Harimau Perang yang dirahasiakan itu tentu diketahui juga oleh jaringan orang kebiri tersebut. Tentu saja masih terlalu jauh menghu-bung-kan mayat kebiri terpotongpotong dalam karung itu dengan tugas rahasia Harimau Perang yang belum kuketahui, tetapi bahwa saudara seperguruan kedelapan penyoren pedang itu tewas di wilayah penugasan rahasia Harimau Perang membuatku penasaran. ''Jadi apalagi ceritamu itu Bapak"'' Kutanya ia setelah menanak nasi dan me-manaskan lauk, baunya sungguh me-rang-sang perutku di udara yang sangat dingin ini. Aku belum tahu apa yang bisa kulakukan dengan barangbarang dalam karung di keranjang keledai beban itu. Meskipun TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ aku sangat tertarik dengan puisi-puisi maupun gulungan kitabkitab agama yang ada di sana, kukira tidak mungkin aku membawanya, karena hanya akan membuatku terlibat lebih dalam kesulitan, terutama dengan terdapatnya segel dengan Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo cap Wangsa Tang tersebut. Bapak kedai itu, setelah menyorongkan ekor rusa yang direbus dalam kuali, melanjutkan ceritanya. ''Pada 737, selir Maharaja Xuanzong yang paling disayang, Wu, berusaha membuat putranya, Li Mao Pangeran dari Shou, menjadi putra mahkota, membuat tuduhan palsu kepada Putra Mahkota Li Ying, seperti juga tuduhan kepada dua pangeran yang lain, Li Yao dan Li Ju. Mereka bertiga diberhentikan dan dipaksa untuk mela-kukan bunuh diri. ''Yang Diperistri Wu meninggal bela-kangan tahu itu juga. Namun ketua penanggung jawab, Li Linfu, yang bersekutu deng-annya, meneruskan pendekatan demi ke-pentingan Li Mao. Meskuipun begitu, Maharaja Xuansong telah mempertimbangkan putra-nya yang lebih tua, Li Yu Pangeran dari Zhong, tetapi ia tak dapat memilih segera, dan tertekan oleh masalah itu seperti juga dengan pembunuhan ketiga putranya sendiri. Ia tak dapat tidur maupun makan enak. Gao mempertanyakan alasannya, dan ia menjawab, 'Kamu adalah pela-yan lamaku. Tidakkah dirimu bisa menga-ta-kannya"' Gao menjawab, 'Apakah itu tentang kedudukan putra mahkota yang belum ditentukan"'. Dijawab, 'Ya.' Gao pun berkata, 'Sang Maharaja tidak perlu bersusah hati. Pilih saja yang tertua, dan tidak akan ada yang mempersoalkannya.' Maharaja ke-mudian memantapkan dirinya, dan me-milih Li Y u yang nanti namanya berganti sebagai Li Heng, sebagai putra mahkota. ''Sementara itu, sudah menjadi adat bahwa para maharaja Tang akan menggilir tem-pat tinggal antara Kotaraja Chang'an dan ibukota wilayah timur, Luoyang, ter-gan-tung dari besarnya panen tahun itu, karena lebih mudah mengirim TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bahan pa-ngan ke Luoyang daripada Chang'an. Beta-papun, sejak Maharaja Xuansong terakhir kali kembali ke Chang'an dari Luoyang pada 736, ia tidak mengunjungi Luoyang lagi. Li Linfu tahu betapa sang maharaja, seiring dengan meningkatnya usia, yakni 49 pada 736 itu, telah menjadi lelah dengan penggiliran tersebut, dan karena itu meng-gi-atkan usaha membangun penyediaan pangan di dalam wilayah Guanzhong, de-ngan pemusatan di sekitar Chang'an. Pada 744, suatu ketika Maharaja Xuansong berujar kepada Gao: '''Sudah sepuluh tahun sejak kutinggal-kan Chang'an, alamnya damai, membuatku ingin beristirahat dan tidak melakukan apa pun, menyerahkan pemerintahan kepada Li Linfu. Apa pendapatmu"' ''Gao yang tidak mempercayai Li Linfu, menjawab: '''Sejak zaman kuna, telah menjadi adat bagi Putra Surga untuk mengunjungi ber-bagai tempat sepanjang perjalanan di te-ngah alam. Juga, kuasa pemerintahan tidak dengan mudah diberikan kepada orang lain. Jika kekuasaannya dikukuhkan, siapa yang berani melawannya"' "MAHARAJA Xuanzong kurang berkenan, dan Gao membungkuk hormat serta menyatakan, 'Hamba gila, hamba tak tahu apa yang hamba katakan, dan hamba harus dibunuh.' Maharaja Xuanzong berusaha membuat suasana menjadi ringan dengan mengadakan perjamuan untuk Gao, tetapi Gao tidak bernyali membahas masalah pemerintahan lagi sete lah itu. "Pada 746, terdapat kejadian ketika selir kesayangan baru Maharaja Xuanzong, yakni Yang Yuhuan, menimbulkan amarah maharaja karena bersikap cemburu dan kasar terhadapnya, sehingga dikirimnya ke gedung keponakan selir itu, Yang Xian. Keadaan itu membuat perasaan kacau sehingga maharaja tidak bisa makan, dan para pelayan mengalami kemurkaannya meski hanya membuat kesalahan kecil saja. Gao mengerti bahwa sebenarnya maharaja TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ merindukan Yang Yuhuan, dan Gao memohon agar harta benda di istana Y ang dikirimkan kepada selirnya itu. Maharaja Xuanzong setuju, dan lebih jauh mengirimkan pula hidangan istana kepadanya. Malamnya, Gao meminta agar Maharaja Xuan-zong menerima kembali Yang Yu-huan di istana, suatu permintaan yang dengan mudah disetujui. Setelah itu, Yang bah-kan semakin disayang, dan tiada selir lain dapat memikat perasaan sang maharaja. "Sementara, dikatakan bahwa Li Linfu tidak memiliki hubungan yang baik dengan Putra Mahkota Li Heng. Gao sering melindungi Li Heng dari kasak-kusuk, meski betapapun kedudukan Li Heng tidak pernah benar-benar terancam. Sebagai hasilnya, Li Heng menempatkan Gao sebagai saudara tua. Para pangeran dan kaum bangsawan di istana menempatkannya sebagai orangtua, atau tepatnya 'ayah', dan menantu Maharaja Xuansong menyebutnya 'guru'. Pada 748 ia mendapat pangkat yang sangat tinggi bagi seorang panglima, yang disebut piaoqi da jiangjun dan juga bergelar Yang Dipertuan dari Bohai." "Pada 750, terdapat kejadian lain ketika Yang menyerang Maharaja Xuanzong dengan kata-kata, dan maharaja pun mengirimnya kembali ke marganya. Pejabat Ji Wen mengatakan kepada maharaja bahwa tindakannya berlebihan, dan Maharaja Xuansong pun menyesali tindakannya. Maka dikirimkannya lagi hidangan istana kepadanya, dan menangislah Yang sembari mengaku kepada orang kebiri yang mengirimkannya. "'Kekurangajaranku layak dihukum dengan kematian dan betapa baik nasibku karena Yang Mulia tidak menghukum mati diriku, tetapi sebagai ganti pengembalian diriku kembali kepada marga, daku akan meninggalkan istana untuk selamalamanya. Segenap emas, zamrud, dan harta telah dianugerahkan kepadaku oleh maharaja, dan adalah tidak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sopan untuk mengirimkannya kembali. Hanya terhadap pemberian orangtuaku diriku punya nyali menawarnya.' "Yang pun memotong sebagian rambutnya dan mengirimkannya kepada Maharaja Xuanzong, yang kemudian mengirimkan Gao untuk mengawalnya kembali ke istana, untuk semakin dicintainya sepenuh hati." Aku menghela napas. Luar biasa nian pengaruh orang kebiri di istana ini. Bapak kedai masih bercerita sambil makan. "Pada 752, ketika komplotan Wang Han, saudara Wang Hong, merencanakan pengkhianatan dan membangkitkan pemberontakan di dalam Kotaraja Changian, pasukannya dipimpin Yang Guozhong, saudara selir Yang Yuhuan, dan Wang Hong takberdaya menundukkan komplotan Wang Han, maka bertindaklah Gao dengan pasukannya untuk menghancurkan para pemberontak itu sampai tuntas. Selanjutnya, ketika Wang Hong memohon pengampunan bagi saudaranya, Yang Guozhong pun menuduhnya terlibat, sehingga Wang Han maupun Wang Hong dihukum mati. "Kemudian di akhir tahun itu, ketika Maharaja Xuanzong melihat bahwa pemimpin pasukan W ilayah Longyou, Geshu Han, hubungannya buruk dengan An Lushan, pemimpin pasukan Wilayah Fanyang, maupun An Sishun, pemimpin pasukan Wilayah Shuofang yang pamannya adalah ayah tiri An Lushan, dan ingin agar hubungan ketiganya membaik, segera memanggil mereka bertiga dan meminta Gao menjamu mereka. Namun alih-alih maksud maharaja mendamaikan mereka, Geshu dan An Lushan terlibat pertengkaran, yang hanya berhenti setelah Gao menatap tajam ke arah Geshu, agar berhenti menjawab maki-makian An Lushan. "PADA 754, Yang Guozhong yang sudah menjadi penanggungjawab istana, mulai sering menuduh An Lushan merencanakan pemberontakan, dan menyatakan bahwa kalau Maharaja Xuanzong me-manggil An itu datang ke kotaraja, pastilah An tidak akan datang. Ternyata, ketika Maharaja TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Xuanzong menitahkannya datang awal 754, An Lushan muncul, dan maharaja mempertimbangkan agar ia diberi jabatan penanggungjawab istana juga. Meski pejabat Zhang Ji, putera Zhang Shuo, sempat menulis maklumat karenanya, hal itu tidak terjadi. Saat An siap kembali ke Fanyang, maharaja menugaskan Gao mengadakan perjamuan bagi An sebagai ucapan selamat jalan. Setelah usai, Gao melaporkan kepada maharaja bahwa tampaknya An Lushan tidak terlalu senang, mungkin karena semula ia mengira akan diberi jabatan tetapi ternyata tidak. Maharaja Xuanzong, yang percaya bahwa Zhang Ji dan saudara-saudaranya, Zhang Jun dan Zhang Shu, telah membocorkan berita itu, memindahkan dan menurunkan jabatan mereka semua. "Ketika peristiwa itu terjadi, sedang berlangsung pertempuran di wilayah barat daya antara pasukan Wangsa Tang mela-wan pasukan Nanzhao, dan kedudukan sangat buruk bagi Wangsa Tang yang sudah kehilangan 200.000 prajuritnya. Yang Guozhong menutupi kenyataan tersebut dari pengetahuan maharaja, dan sebaliknya menyatakan bahwa mereka mendapatkan sejumlah kemenangan. "Maka berkatalah maharaja kepada Gao, 'Daku sudah tua sekarang, daku percayakan masalah pemerintahan kepada para penanggungjawab istana dan daerah perbatasan kepada para panglima. Daku tidak khawatir terhadap mereka.' "Gao, yang melihat kekacauan mulai menyeruak, pun menjawab, 'Hamba mendengar bahwa mereka menderita kekalahan berulangkali di Yunnan, dan di perbatasan para panglima terlalu berkuasa. Ba-gai-mana mungkin Yang Mulia memegang kendali atas keadaan" Jika suatu pemberontakan meletus, tidak ada jalan meng-hentikannya. Bagaimana mungkin Yang Mulia tidak merasa perlu khawatir"' "Maharaja Xuanzong baru mulai memperhatikan, tetapi tidak melakukan tindak-an apa pun, selain berujar, 'Jangan bica-ra lebih jauh, biarlah daku pikirkan masalah ini.' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Pada saat yang sama, Yang Guozhong juga tidak melaporkan terjadinya bencana banjir besar kepada maharaja. Ketika sedang sendirian, maharaja berkata kepada Gao, 'Hujan tidak akan berhenti, katakanlah apa kehendakmu.' Gao menjawab, 'Sejak Yang Mulia mempercayakan kekuasaan kepada para penanggungjawab istana, penghargaan dan penghukuman tidak berada di tangan, dan yin serta yang berada di luar kesejajaran. Bagaimana mungkin hamba lancang bicara" "Yang Guozhong sementara itu terus berusaha memancing dan mendorong An Lushan agar berontak, termasuk dengan cara menangkap dan menghukum para pembantu utamanya di gedung An di Chang'an, yang akhirnya membuat An Lushan memang memberontak pada 755. Setahun kemudian, pada 756, pasukan Geshu dikalahkan pasukan An, setelah dipaksa oleh Yang Guozhong untuk menghadapi An. Bahkan Terusan Tong, pertahanan besar terakhir melawan pasukan An, akhirnya jatuh juga. Yang Guozhong menyarankan agar mengungsi ke Chengdu, ibukota wilayah Jiannan, tempat Yang Guozhong menjadi kepala pasukan. "Pada tanggal 14 bulan ketujuh, Maharaja Xuanzong, sambil tetap meraha-siakan berita itu dari penduduk Chang'an, membawa pengawal istana untuk melindungi dirinya, selir Yang dan keluarganya, dan keluarga dekat marganya, keluar dari Chang'an menuju Chengdu. Bersamanya ikut pula Yang Guozhong, sesama penanggungjawab istana Wei Jiansu, pejabat Wei Fangjin, panglima Chen Xuanli, dan sejumlah orang kebiri serta dayang yang dekat dengannya, termasuk Gao. "Sehari kemudian kereta Maharaja Xuanzong mencapai gardu Mawei. Para pengawal istana tidak mendapat makanan dan marah kepada Yang Guozhong. Panglima Chen juga yakin jika Yang Guozhong yang menyebabkan malapetaka ini dan berencana menangkapnya. Ia memberitahukan maksudnya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kepada Li Heng, melalui orang kebiri bawahan Li Heng yang bernama Li Fuguo, tetapi Li Heng ragu-ragu dan tidak memberikan persetujuan. Sementara para utusan dari Tufan yang menyertai Maharaja Xuanzong ke selatan, bertemu dengan Yang Guozhong dan juga mengeluh karena tidak ada makanan. Para pengawal istana mengambil peluang ini untuk menyatakan bahwa Yang Ghuozong merencanakan pengkhianatan bersama para utusan dari Tufan, dan membunuhnya bersama puteranya, Yang Xuan, puteri-puteri dari Han dan Qin, maupun Wei Fangjin. Adapun Wei Jiansu juga nyaris terbunuh, tetapi dihindarkan pada saat-saat terakhir dengan luka yang parah. Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "PARA prajurit lantas mengelilingi pesanggrahan Maharaja Xuanzong, dan menolak untuk berpencar meskipun maharaja telah berusaha menenangkan mereka dan memerintahkan mereka menyebar. Chen menyatakan secara terbuka agar selir Yang Yuhuan dihukum mati, yang langsung ditolak oleh maharaja. Setelah putra Wei Jiansu yang bernama Wei E dan Gao bicara lebih jauh, maharaja memenuhinya dengan mengirim selir Yang ke sebuah kuil Buddha, dan di sanalah Gao menjalankan tugas untuk mencekiknya." "Mencekiknya?" tanyaku. "Ya, mencekiknya." "Di sebuah kuil Buddha?" "Ya, begitulah catatan yang kubaca di tempat penyimpanan naskah di istana." Aku menggelengkan kepala. Orang kebiri Gao Lishi ini, apalah yang tidak dapat dilakukannya" Bapak kedai yang rupanya rajin membaca dan hafal luar kepala segala rinciannya itu meneruskan cerita. "Setelah mayat selir Yang diperlihatkan kepada Chen dan para panglima pengawal istana, pasukannya barulah bisa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ disebar dan bersiap menghadapi gerakan lebih jauh. Pasukan pengawal istana akhirnya mengiringi Maharaja Xuanzong ke Chengdu, dan Gao tetap siap sedia di sampingnya. Atas kesetiaan Gao ini, Maharaja Xuanzong mengangkatnya sebagai Yang Dipertuan atas Qi. "Li Heng kemudian memisahkan dirinya dari rombongan maharaja dan menuju Shuofang, lantas menyatakan dirinya sebagai Maharaja Suzong pada 756. Suatu pernyataan yang diterima oleh Maharaja Xuanzong, karena dirinya sendiri menerima gelar purnamaharaja atau taishang huang dengan kekuasaan sangat terbatas. "ada 757, Maharaja Suzong merebut kembali Chang'an dan menyambut Maharaja Xuanzong kembali ke Chang'an. Gao Lishi menemani Maharaja Xuanzong kembali ke kotaraja dan mendapat penghargaan gelar kehormatan Kaifu Yitong Sansi. "Di Chang'an, Maharaja Xuanzong tinggal di Istana Xingqing, yang telah dialihkan berdasarkan penghuniannya menjadi istana pangeran. Gao dan Chen Xuanli tetap dipekerjakan kepadanya, seperti juga adik perempuannya, Li Chiy ing Putri Yushen, dayang-dayang Ru Xianyuan, orangorang kebiri Wang Cheng'en dan Wei Yue. Adapun orang kebiri Li Fuguo kemudian menjadi sangat berkuasa, tetapi para pengikut Maharaja Xuanzong tidak merasa perlu menghormatinya. Untuk membalasnya, Li Fuguo mulai berusaha meyakinkan Maharaja Suzong bahwa Maharaja Xuanzong dan para pembantunya merencanakan untuk merebut kembali kekuasaan. "Pada 760, dengan persetujuan diam-diam Maharaja Suzong, meski tidak dinyatakan, suatu ketika saat Maharaja Xuanzong sedang keluar berkuda, Li Fuguo mencegat dan memaksanya kembali ke istana. Bahkan terhadap peristiwa itu, betapapun, Gao tidak sudi menyerah kepada Li Fuguo, dan membentak agar Li Fuguo turun dari kudanya dan mengawal Maharaja Xuanzong dengan berjalan kaki TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bersamanya. Segera setelah Maharaja Xuanzong dengan paksa dipindahkan, Li Fuguo juga memaksa Chen untuk berhenti, Li Chiy ing yang sejak 711 telah menjadi biarawati Kaum Dao agar kembali ke kuilnya, dan mengasingkan Gao, Wang, Wei, dan Ru. Dalam hal Gao, ia diasingkan ke wilayah Fu. "Pada musim semi 762, Maharaja Suzong sakit berat dan menyatakan pemaafan umum. Gao Lishi diizinkan kembali ke Changian dan segera melakukan perjalanan. Dalam perjalanan kembali itu, pada hari kelima bulan lima, Maharaja Xuanzong berpulang, yang segera disusul Maharaja Suzong pada hari keenambelas bulan yang sama. Ketika tiba di wilayah Lang ia mendengar meninggalnya kedua maharaja dan menangisi Maharaja Xuanzong dengan penuh kepahitan, sampai meludahkan darah, lantas segera meninggal juga. "Putra Maharaja Suzong, yakni Maharaja Daizong, yang menggantikannya segera setelah kematian ayahnya, mengetahui kesetiaan dan pengutamaan melindungi maharaja yang selama ini dilakukan Gao, mengembalikan nama baik dan segenap tanda kehormatan Gao. Bahkan Gao kemudian juga dimakamkan berdekatan dengan Maharaja Xuanzong. "Selain Gao Lishi dan Li Fuguo, masih ada Yu Chao'en yang..." Sampai di s ini aku segera berdiri. "Terim akasih atas semua ceritanya Bapak, tetapi saya harus pergi, berapakah harga makanan dan minuman yang harus saya bayar?" BAPAK kedai terperangah, mungkin ia tidak mengira bahwa aku akan pergi justru setelah malam tiba dan hari sudah menjadi gelap. "Sungguh-sungguhkah Tuan ingin pergi sekarang" Angin dingin sangat ganas di pegunungan batu ini, banyak binatang buas, belum lagi para penyamun, dan orang-orang yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menuntut balas. Perguruan Kupu-Kupu berada di balik gunung itu." Hmm. Apakah Perguruan Kupu-Kupu akan menuntut bela atas pertarungan yang adil dan laz im berlaku dalam dunia persilatan" "Lantas bagaimana dengan keledai dan kuda dengan segala karung dalam keranjang itu" Apakah Tuan akan membawanya juga?" Mungkin bukan keledai dan kuda itu benar yang dimaksudnya, tetapi harta benda serbamahal di dalam karungkarung itu, gulungan kitab, tumpukan kertas bertuliskan puisi, dan bagaimana pula dengan mayat orang kebiri yang terpotong-potong itu" Namun aku tidak mau tertahan lebih lama lagi, karena semenjak bertarung melawan Pendekar Kupu-Kupu sebetulnya aku selalu teringat Harimau Perang. Mereka akan menjadi masalah baru jika melihat dan mengenali diriku. Bahkan masih menjadi masalah besar bagi rencanaku jika mereka dapat membaca segala sesuatu yang telah terjadi. "Semua itu untuk Bapak, karena saya tak mungkin membawanya. Sudilah membuatnya tidak menjadi perhatian orang banyak." Ia memandangku dengan tajam sejenak, tetapi lantas tersenyum. "Akan saya lakukan Tuan, tentu akan saya lakukan, tetapi mohon Tuan pelajari masalah orang kebiri dari catatan yang akan saya bawakan, karena tanpa memahaminya Tuan bisa terjebak urusan yang sulit T uan pahamkan." Benarkah begitu" Aku sebetulnya terkejut karena ia bisa membaca pikiranku, yang merasa memang ingin mengetahui lebih lengkap tentang orang kebiri, karena betapapun kini termasuk ke dalam wilayah penyelidikanku, jika jaringan orang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kebiri ingin kulihat kemungkinannya untuk terhubungkan dengan jaringan rahasia Harimau Perang. Adapun yang membuat aku terkejut, kurasa tidak semestinyalah seorang pemilik kedai di tempat terpencil seperti ini dapat menduga sejauh itu. Siapakah kiranya pemilik kedai yang sudah jelas tampak sebagai orang persilatan yang mengasingkan diri itu" (Oo-dwkz-oO) Episode 158: [Melaju ke Celah Dinding Berlian] Malam gelap, dingin, dan berangin. Meskipun musim dingin telah berlalu, tetapi ketinggian gunung tetap memberikan suhunya sendiri. Kutinggalkan bapak kedai dengan segala harta benda istana di dalam karung di atas punggung keledaikeledai itu, yang keberadaannya ternyata hanya untuk mengelabui terdapatnya mayat orang kebiri yang terpotongpotong tersebut. Telah kuminta bapak kedai menyempurnakan mayat tersebut, mau dikubur atau dibakar aku tidak terlalu peduli. Betapapun ia harus me lakukan sesuatu, juga terhadap mayatmayat delapan penyoren pedang yang bergeletakan di lapangan rumput itu, karena jika siapa pun yang lewat menyaksikannya, besar kemungkinan akan segera menaruh kecurigaan. "Jangan khawatir Tuan, segalanya akan saya bereskan," katanya. Tentu, karena jika petugas kerajaan yang melihatnya, ia bisa mendapatkan kesulitan. Betapapun aku sendiri memang berpendapat bapak kedai tersebut bukan sekadar orang persilatan yang mengundurkan diri dari dunia ramai untuk mencari ketenangan. Tidakkah rawan mengurus sebuah kedai di tengah lautan kelabu gunung batu yang setiap gunungnya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menjadi sarang gerombolan penyamun" Ia tidak mungkin hidup tenang dalam kesendirian di sana tanpa gangguan, karena bukanlah adat para penyamun untuk membiarkan siapa pun yang lewat untuk berlalu dengan tenteram, apalagi jika bahkan berani tinggal di daerah kekuasaan mereka tanpa memberikan kepada mereka suatu keuntungan. Bahwa gerak ringan langkahnya menunjukkan dirinya sebagai salah seorang penyoren pedang dari dunia persilatan, tidak menjamin hak macam apa pun untuk dapat tinggal ongkang-ongkang. Siapa pun ia betapapun saktinya akan selalu digempur oleh para penyamun bagaimanapun caranya. Jika lawan tak bisa dikalahkan satu per satu mereka akan melakukan pengeroyokan. Jika pengeroyokan tak juga menundukkan lawan, tetap juga tiada kata menyerah dari para penyamun yang akan terus melakukan gangguan. Aku memang telah menghancurkan setidaknya dua gerombolan penyamun dari dua gunung, tetapi aku terus bergerak cepat dan pergi; jika aku tetap tinggal dan membangun gubuk seperti ini, belum tentu aku akan dapat bahagia hidup bersama segala gangguan yang diusahakan dengan penuh tipu daya. MAKA aku merasa tidaklah terlalu keliru untuk mencurigainya justru sebagai bagian dari gerombolan penyamun itu. Bagian dari kawanan yang mana aku tidak tahu, karena dari gunung yang satu ke gunung yang lain, para penyamun ini tidak jarang saling bermusuhan, meski kesepakatan atas kedaulatan wilayah masing-masing biasanya tetap terjaga. Sebagai pemilik kedai, kurasa ia dapat menjual keterangan setidaknya tentang orang atau rombongan yang mampir di kedainya. Kedudukan kedai itu di depan lapangan rumput luas yang menghubungkan dua jalan sempit dan curam berkelak-kelok panjang, membuat rombongan manapun yang kelelahan akan merasa lega tiba di sana, dan akan menikmati kelegaannya lebih dengan makan dan minum, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kalau perlu berma lam pula, sebelum mengarungi jalanan sempit di antara dinding dan juram itu lagi. Para pengembara yang berkuda sendirian lebih dapat dijamin tidak memiliki benda berharga, meski tentunya adalah bapak kedai tersebut yang diandalkan untuk memastikannya, karena di antara para penunggang kuda yang berjalan sendirian bukan tak mungkin terdapat seorang pengantar surat-surat rahasia, yang selain dibayar mahal juga membawa bekal uang yang banyak. Rombongan yang dikawal orangorang bersenjata, apalagi yang tampak membawa keledaikeledai beban, lebih merangsang untuk dicegat, dirampok, dan dijarah, tetapi jika tidak dipastikan juga akan membuang tenaga sia-sia, karena yang disangka harta karun bisa saja hasil bumi, bahan makanan, atau kitab-kitab agama, ilmu filsafat, dan karya sastra. Bagi para penyamun semua itu tidak ada gunanya. Bahkan aku sebetulnya juga merasa layak menduganya bukan sekadar sebagai penjual keterangan, melainkan juga bagian dari para penyamun itu. Mengapa pula aku tidak harus menduga betapa dirinya adalah pemimpin salah satu kawanan di balik gunung sana" Mengingat riwayat para penyamun bukan sebagai penjahat kambuhan, melainkan para pecundang dalam perang dari sebuah pemberontakan yang gagal, peran mata-mata demi kepentingan mereka bukan tak mungkin pula. Para pecundang, mereka yang terkalahkan dalam perang, masih menyimpan semangat tinggi bahwa suatu hari akan mampu melakukan pembalasan. Mereka terkumpul bukan hanya dari sisa pasukan sebuah pemberontakan, melainkan dari berbagai pasukan dalam berbagai pemberontakan dari masa ke masa. ''Bawalah kitab penjelasan tentang orang-orang kebiri ini Tuan,'' ujarnya sekali lagi ketika aku melompat ke atas kudaku, ''sahaya merasa belum tuntas menyampaikan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ penjelasan, sedangkan hal ini penting untuk memahami persoalan.'' Kuterima saja gulungan kitab itu, yang berarti tidak terlalu banyak digandakan, jika bukan satu-satunya, karena sejak ditemukan cara pembuatan kertas yang lebih kuat ditindas alat pencetak, penggandaan dengan penulisan ulang telah menjadi semakin berkurang. Jadi ia menyerahkan sebuah kitab yang bukan saja langka, tetapi juga sangat berharga. ''Saya tak tahu bagaimana bisa membalas budi Bapak,'' Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kataku. ''Jangan begitu, Tuan, barangkali kami semua nanti yang berutang budi kepada Tuan.'' Saat kuda Uighur yang kutunggangi melaju tanpa perlu kukendalikan ke dalam kegelapan malam, aku tidak menyadari terdapatnya kata-kata 'kami semua' di situ. Sekarang dalam kegelapan dan dingin malam, segala kesunyian tak dapat menjawab pertanyaanku, apakah kami semua adalah para penyamun, sebagai para pecundang tersingkir yang menuntut keadilan, ataukah sesuatu yang lain" Lagipula apakah kiranya yang dimaksudkan sebagai 'memahami persoalan'" Apakah ia mengetahui tugas yang sedang kujalankan, ataukah ia menganggap diriku terlibat dan telah mengetahui persoalannya yang sebenarnyalah tak kuketahui meski hanya sebagai dugaan" Mungkin memang harus kubaca kitab yang kukalungkan dalam karung di leher kudaku itu lebih dahulu, tetapi tentu tidak bisa kulakukan sekarang. Sembari melaju dalam kegelapan malam kadang terlihat juga di baliknya sosok-sosok puncak batu menjulang. Dalam kegelapan, puncak-puncak menjulang hanya bisa dibedakan dari langit yang menjadi latar belakangnya dari tebal tipisnya kehitaman. Apakah bedanya hitam yang tebal dan hitam yang tipis" Atau apakah bedanya hitam yang tidak terlalu tebal TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dengan hitam yang tidak terlalu tipis" Tentu aku pernah tinggal sepuluh tahun di dalam gua, yang segala pengalaman di dalamnya belum pernah kubongkar sampai takbersisa, tetapi setidaknya penghayatan atas perbedaan antara berada dalam kegelapan dengan mata terbuka dan berada dalam kegelapan dengan mata tertutup ternyata dapat membantu pembedaan. MAKA malam gelap menjadi tidak terlalu gelap lagi bagiku. Segalanya memang tetap menghitam, tetapi dapat kutandai pemandangan yang masih selalu sama. Kutandai gerigi puncak-puncak menjulang yang curam, tegak ke angkasa dalam embusan angin dingin. Angin dingin yang dalam kekencangan tiupannya itu lantas terdengar bagaikan sebuah siulan, berbunyi bagaikan rintihan panjang, meliuk-liuk di antara celah tonggak-tonggak batu menjulang ke angkasa bagaikan menopang langit. Mengikuti cara angin meliuk di antara celah, terbayang olehku seekor naga yang berkelebat, tetapi mendengarkan suara angin yang seperti siulan dan berbunyi bagaikan rintihan panjang, terbayang olehku seorang perempuan yang duduk bersimpuh dengan rambut panjang menutupi wajah dalam ratapan. Namun tiada seorang manusia pun dalam dingin malam seperti ini. Hanya angin, dan memang hanya angin bertiup dingin, begitu dinginnya sehingga selalu terbayang olehku arak panas yang pernah disediakan di dalam kedai itu, yang mengingatkan kembali ingatanku kepada bapak tua itu. Siapakah dia sebenarnya sehingga memilih jalan seperti itu, ataukah kiranya lebih tepat dikatakan: jalan apakah kiranya yang telah dia tempuh, sehingga membuat ia berada di tempat seperti itu" Demikianlah kudaku membawa diriku menempuh kembali jalan setapak di pinggir jurang, yang dalam kegelapan hanya dapat kuraba dindingnya sebagai pengukur lebar jalan. Jika teraba dinding oleh tangan kiriku, berarti jurang sudah berada TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ di bawah rentangan tangan kananku. Kudaku yang cerdas sudah lebih tahu dari aku mengenai jalan-jalan setapak di pinggir jurang, jadi ia tahu kapan berjalan pelan penuh kehatihatian dan kapan bisa melaju menembus malam dengan kencang. Aku tak bisa lagi berhenti, dan tak perlu, karena memang aku ingin mencapai Celah Dinding Berlian secepatnya setelah terus-menerus mendapat halangan. Tidaklah pernah kukira tentunya, bahwa rencana membuntuti Harimau Perang yang tampak sederhana, yakni mendahuluinya dan menunggu di Celah Dinding Berlian harus mengalami lebih dahulu begitu banyak peristiwa yang selalu diiringi tercabutnya nyawa. Angin masih bertiup seperti siulan, lagu siulan yang seperti bercerita tentang dunia yang penuh malapetaka. Meskipun angin tak kelihatan tetapi kurasakan kehadirannya seperti nagasalju yang melaju tanpa putus, seperti makhluk hidup, seperti kehidupan tersendiri di balik malam kelam yang menyusup ke balik angan-angan. Aku menggigil kedinginan di atas kudaku yang terus melaju, kadang lambat, kadang cepat, tergantung tiupan angin yang tidak jarang memang begitu kuatnya sehingga bukan tak dapat mementalkan seseorang dari punggung kuda. Kadang kudaku berhenti di balik celah, kadang cepat melaju di antara celah karena angin pun bukan tak kenal istirahat. Kadang cepat kadang lambat tergantung lebar sempit ruang di antara celah dan tonggak pada puncakpuncak nan menjulang. Apakah penyamun juga bergerak pada malam yang ganas seperti ini" Kukira mestinya tidak, tetapi mengapa tidak" Maka menghadapi hantaman angin dingin yang begitu kuat bersiulsiul di antara celah aku tidak menghilangkan kewaspadaanku. Sebagai orang yang pernah menggenggam ilmu racun bersama ilmu sihir dalam diriku kutahu bagaimana serbuk ditebarkan dalam angin untuk membunuh penduduk bukan hanya satu kampung tetapi berkampung-kampung di sebuah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ wilayah yang luas, amat luas, bagaikan tiada lagi yang bisa lebih luas, sebagai teluh yang mematikan, membunuh dan memusnahkan, tak hanya orang tetapi juga binatang, tanaman, dan siapa tahu bahkan juga jiwa-jiwa penasaran yang masih gentayangan. Jika bukan racun tentunya bisa juga senjata rahasia, bukan dilempar tetapi cukup diulurkan kepada angin dengan mantra, maka angin yang seperti punya mata akan membawanya melesat ke arah sasaran yang menjadi tujuan untuk segera menjadikannya korban. Mungkin bukan sekadar penyamun, melainkan orang-orang persilatan yang ajaib, yang memang benar menamakan diri pendekar tetapi bukan pendekar yang membela orang-orang lemah dan tertindas, karena para pendekar jenis ini hanya peduli kepada kemajuan ilmu silatnya sendiri. Mata mereka tajam dan telinga mereka peka terhadap berita, betapa suatu ketika di suatu tempat terdapat pendekar ternama, kepada siapa mereka akan mengujikan kepandaian ilmu silatnya. Ketika tiada lagi lawan yang mampu mengatasinya, mereka akan mengundurkan diri ke tempat sepi untuk memperdalam dan meningkatkan ilmu, dengan kesiapan betapa suatu kali ada saja lawan tangguh yang layak mereka tantang dan serang untuk melibatkannya ke dalam pertarungan. ITULAH dua jenis lawan yang mungkin saja kuhadapi sementara kudaku masih terus melaju dalam gelap malam menembus angin dingin yang terus berhembus membekukan badan; jika bukan gerombolan penyamun yang sungguh tangguh untuk keluar sarang menerkam mangsa yang tentunya memang menghadapi kesulitan dengan alam, pastilah para pendekar dengan ilmu silat yang telah menjadi sangat sulit dikenal karena dikembangkan dan diolah di tempat terpencil dengan lawan yang hanya berujud bayangan. Namun tanpa kedua jenis bahaya yang datang dari sesama manusia itu pun alam ini sudah sangat berat untuk diatasi. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Bukan hanya karena dingin udara yang membekukan tulang, tetapi kekuatan luar biasa embusan angin yang berdaya membentur-benturkan apa saja ke dinding dan menjatuhkannya ke jurang. Betapa malam menjadi sangat amat ganas, tetapi aku mantap dengan pilihanku untuk tetap meneruskan perjalanan, taklebih dan takkurang agar cepat sampai ke Celah Dinding Berlian dan memperlebar jarak dengan rombongan Harimau Perang. Dalam perkiraanku rombongannya tidak akan berjalan dalam keadaan alam seperti sekarang, apalagi jika mereka sudah sampai ke kedai tempat pemiliknya pasti menawarkan daging ayam hutan bakar dan arak panas. Meski begitu, tidakkah seorang Harimau Perang memiliki ketangguhan yang tak begitu mudah lekang oleh tantangan, dan mungkinkah kiranya selama dalam perjalanan tidak memutar otak-nya menghadapi segala kemungkinan" Meskipun seluruh jejak pertarunganku melawan para penyamun itu sudah tersapu bersih, kukira Harimau Perang tetap mempertimbangkan segala kemungkinan seandainya perjalanan rahasia itu diketahui orang. Jika tidak dipertimbangkannya kemungkinan dibuntuti, tidak mungkinkah dipertimbangkannya pula kemungkinan dicegat" Ia tidak mungkin mengubah arah perjalanan karena sebelum Celah Dinding Berlian ini hanya satu-satunya jalan, tetapi jika ada sesuatu tanda yang dapat dibacanya, bukan takmungkin ia memecahkan rombongan berdasarkan kecepatannya. Ada yang bergerak sangat cepat untuk mengamankan jalan di depan dan ada yang berjalan sangat lambat untuk menjaga kemungkinan di belakang. Saat itulah kudengar teriakan yang bagiku sangat mengejutkan. ''Pendekar Tanpa Nama!'' Teriakan itu diucapkan dalam bahasa Viet. Tidak terlalu keras. Namun karena untuk beberapa lama telah kubiasakan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ diriku tak dikenal, ucapan itu terasakan bagai ujung belati yang terarah ke leher. Dalam udara dingin dan gelap ma-lam, bersama embusan angin yang kuatnya bukan alang kepalang berkelebatlah dari belakang sebuah sosok dengan pedang lurus panjang menyambar tengkukku. Jika aku diam saja, nama Pen-dekar Tanpa Nama yang sebenar-nya-lah bukan suatu nama, mungkin justru akan menjadi suatu nama. Ya, jika aku diam saja kepalaku akan meng-ge--linding dan sebelum tubuhku ambruk akan ditendangnya dari atas kuda ke dalam jurang pula. Aku pun berkelebat menyatukan diri de-ngan angin sementara kubiarkan ku-daku terus melaju tanpa aku. Angin yang sungguh kuat, sangat amat terlalu kuat, segera membawaku melayang ke atas jurang tanpa aku harus mengerahkan daya tambahan. Maka ketika bayangan yang berkelebat dengan meminjam tenaga angin itu mendekatiku, kami segera bertarung sambil terus dibawa angin yang berembus kuat entah sampai ke mana. Aku berputar seperti gasing menghindari sambaran pedangnya yang berputar seperti baling-baling. Sekali waktu angin menabrakkan kami berdua ke tonggak batu, yang segera menjadi rompal terkikis baling-baling putaran pedangnya yang penuh daya. Namun angin tak selesai di sana karena memang terus menerbangkan kami entah ke mana. Dengan tangan kosong, hanya dapat kutunggu agar titik lemahnya terbuka. Maka sambil berjungkir balik ke udara, kuperagakan Jurus Penjerat Naga, yang ternyata langsung mengena. Pedangnya menyambar ke suatu titik yang dikiranya tanpa sengaja terbuka, tetapi saat itu pula pedang lepas dari tangannya, karena kuambil dan kutancapkan ke punggungnya sendiri sampai tembus ke depan. Saat itu angin menabrakkan kami sekali lagi ke tonggak batu, menancapkan pula pedang yang menembus tubuhnya itu melesak di sana. Susah payah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ aku mengambil jarak dari tubuhnya karena tekanan angin yang sungguh luar biasa, tetapi setidaknya aku justru harus mencabut pedang itu dengan segera. Alangkah beratnya mencabut yang melesak di batu setelah menembus tubuh itu, bagaikan batu dan tubuh sama-sama mencengkeram pedang, padahal aku harus mencabutnya jika tidak ingin mati ma lam ini di sini, karena dalam kegelapan berangin kencang ini telah kupasang ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang dan kutangkap sosok berpedang yang melesat secepat kilat ke arahku. Akhirnya pedang itu berhasil kucabut dan langsung kutusukkan ke belakang. Hugh! ANGIN yang sangat amat dingin masih sangat amat ributnya di puncak-puncak gunung batu menjulang ini. Tak kudengar kata-kata apa pun dari mulutnya yang tertutup kain tebal itu, yang kini telah bersimbah darah karena muntahan darah segar dari mulutnya, tetapi matanya masih menatapku, dalam kegelapan sempat kusaksikan kilat cahaya terakhir kehidupannya. Pedang yang kucabut telah membunuhnya, sedangkan pedangnya luput dan terpental entah ke mana. Kugeledah sebentar kedua mayat dalam kesulitan berat di dinding tonggak menjulang ini, dan segera kutemukan pisau melengkung beracun seperti yang digunakan kelompok rahasia Kalakuta. Angin tak kunjung berhenti jua. Aku harus segera mencapai Celah Dinding Berlian. Kedua anggota kelompok rahasia Kalakuta itu tentu berasal dari rombongan Harimau Perang. Mereka diperintahkan bergerak ke depan untuk melacak segala kemungkinan. Bagi kelompok rahasia, membaca jejak adalah bagian dari keahlian. Mungkin tak mereka temukan mayat-mayat para penyamun, karena semuanya berjatuhan ke Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo jurang dalam untuk segera dihanyutkan arus sungai deras ke jeram. Namun mungkin saja mereka menemukan sesuatu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang mencurigakan tanpa dapat kuketahui kiranya apa. Sedangkan aku pun tak dapat menghilangkan segala jejak sampai sekecil-kecilnya. Segala pertarungan berlangsung sangat cepat, bahkan lebih cepat dari kilat, sementara aku dan kudaku hampir terus menerus menderap dan melaju, tentulah tidak akan sempat kutegakkan kembali setiap helai rumput yang terinjak. Mendadak mayat yang semula menempel pada batu dan pedangnya kucabut untuk kutancapkan kepada penyerang kedua itu lepas melayang terbawa angin. Penyerang kedua masih tertancap pedang penyerang pertama yang tadi kutusukkan seperti dengan begitu saja ke arah belakang. Namun angin seperti punya tangan yang menyeret dan menarik-nariknya sementara aku tidak punya kepentingan lebih lama untuk menahannya karena sudah mengetahui darimana keduanya berasal. Mayat penyerang kedua segera melayang terbawa angin yang begitu kuatnya, sangat amat kuatnya, bagaikan tiada lagi yang mungkin lebih kuat darinya, sehingga dalam sekejap segera hilang dari pandangan ditelan kegelapan malam. Aku masih menempel pada sebuah tonggak menjulang yang seolah-olah berada di lorong angin, sebuah tonggak di antara banyak tonggak-tonggak batu alam yang menjulang di puncak-puncak lautan kelabu gunung batu. Aku bertahan dengan ilmu cicak agar tetap dapat menempel pada tonggak itu, tetapi aku takdapat terus menerus bertahan karena takkan pernah kutahu kapan angin berhenti dan apakah akan pernah berhenti...Mungkinkah aku kembali melawan arus angin yang masih terus bersiul-siul ganas sepanjang malam" Sementara kuda Uighur itu telah melaju entah sampai di mana karena aku memang menyuruhnya begitu. Kubayangkan aku bisa kembali berada di punggungnya dengan segera karena pertarungan yang kuketahui memang akan berlangsung dengan amat sangat singkat. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Angin seperti ribuan jarum yang berusaha mencabik kain pembungkus tubuhku. Kulit tangan dan pipiku begitu sakit oleh kuatnya tarikan angin itu sehingga aku mau takmau akhirnya membiarkan diriku diterbangkan angin pula, melayang-layang seperti daun kering di langit malam, berharap angin akan menjadi lebih lemah di tempat berbeda sehingga bisa kulawan atau kugunakan daya dorongnya untuk mendarat. Begitulah aku melayang-layang, melayang-layang, dan melayang-layang dalam kegelapan malam sambil masih menggenggam kedua belati melengkung yang kuambil dari anggota kelompok rahasia Kalakuta itu. Sembari melayang sempat kupikirkan apakah keduanya dikirim karena memang mengejar diriku atas perintah Harimau Perang yang berhasil mengendus keberadaanku, ataukah keduanya hanya kebetulan mengenaliku sebagai ujung tombak perjalanan rahasia untuk berjaga terhadap segala ancaman. Terhadap kedua kemungkinan itu, tiada kembalinya mereka akan meningkatkan kewaspadaan dan mengundang kecurigaan. Pada suatu titik tertentu dalam pendekatan keamanan ini mereka pasti harus bertemu kembali, sedangkan hal itu tidak akan terjadi! Kuperkirakan pengejaranku berlangsung bukan karena jejak yang kutinggalkan karena pertarungan melawan para penyamun, termasuk Sepasang Elang Puncak Ketujuh yang tangguh itu, melainkan dari apa yang mereka temukan di sekitar kedai. Tak akan sempatlah kiranya aku maupun pemilik kedai menyapu bersih tumpukan selaksa kupu-kupu yang terbelah dua sebagai penanda kehadiran Pendekar Kupu-Kupu yang tak kusadari ternyata sangat termasyhur itu. Aku pun tak tahu apakah setelah kutinggalkan bapak kedai sempat mengurus mayat delapan penyoren pedang yang takkurang dari tujuh pedangnya menancap pada tubuh Pendekar KupuKupu dan mayatnya juga masih terdapat di lapangan itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ CEROBOH! Sungguh ceroboh diriku telah membiarkan semua itu! Namun kutahu bahwa betapapun bapak kedai itu belum punya waktu saat kutinggalkan, dan seandainya pun aku masih tinggal untuk membakar, membuang, atau mengubur mayat-mayat itu, pastilah kedua orang itu telah tiba dan langsung menyerangku. Maka rombongan Harimau Perang mungkin berjalan lambat, tetapi kedua perintisnya menderap secepat-cepatnya, dan karena mereka sudah tidak lagi dicegat atau diserang para penyamun seperti aku, maka mereka dengan cepat dapat melaju menyusulku. Masalahnya, ketika mereka seharusnya memecah diri untuk memberi laporan dan menunggu perintah selanjutnya, mereka mungkin takdapat menahan diri untuk segera membunuhku setelah gagal melakukannya di Kuil Pengabdian Sejati. Mungkin tak lama aku melayang-layang tetapi rasanya bagaikan terlalu lama berada di lorong angin yang panjang, amat sangat panjang, bagaikan tiada lagi yang bisa lebih panjang, dalam siulan yang lirih merintih tetapi serasa begitu membahana dalam kemelayang-layanganku, di dalam siulan dan bukan di luarnya, menjadi siulan lirih itu sendiri yang merintih-rintih berkepanjangan, sepanjang-panjang angan dalam bayangan kepahitan yang dalam kemelayangmelayangan berkepanjangan tinggal terasa sebagai torehan luka menggiriskan... O berapa banyak luka telah kusayatkan" Berapa banyak penderitaan" Tidakkah pernah kubayangkan betapa sebenarnya tidak setiap orang sebatang kara seperti diriku yang dapat melayang-layang bebas dalam kehidupan tanpa ikatan tanpa beban tanpa perjanjian tanpa kesetiaaan tanpa pengabdian dan tanpa tujuan" Tidakkah setiap kali kuhilangkan nyawa seseorang sebenarnya telah kuruntuhkan sesuatu semacam bangunan yang begitu berharga seperti cinta dengan begitu banyak pengorbanan yang sungguh menjadi amat mulia ketika memang takpernah dikatakan" Aku melayang dalam luka, berguling-guling dalam luka, sampai terbuka sebuah dunia... Terang seperti siang, padahal TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ hanya malam yang terang karena cahaya rembulan yang dipantulkan dinding-dinding berkilauan bak berlian ke angkasa raya! Angin telah menyeret, mendorong, dan menekanku sampai ke Celah Dinding Berlian! Dengan sangat amat cepat diriku akan segera menabrak dinding yang takbisa dihancurkan meski oleh tenaga dalam tingkat sempurna. Apakah aku akan mati dengan kepala pecah berantakan dan jatuh sebagai gumpalan daging bertulang remuk berdarah-darah ke dasar jurang" Angin bagaikan mulut naga yang mencengkeram dan berusaha membenturkanku ke dinding bercahaya yang jelas mahakeras itu! (Oo-dwkz-oO) Episode 159: [Pantulan Bayangan Masa Silam] Aku dilontarkan angin, tetapi aku merasa terhisap oleh suatu daya yang luar biasa. Apakah yang harus kulakukan" Pantulan cahaya serba terang yang sangat menyilaukan membuat aku semakin tidak dapat berpikir. Celah Dinding Berlian yang cahayanya dari jauh tampak lembut karena cahaya yang dipantulkannya adalah cahaya keperakan rembulan, ketika mendadak begini dekat ternyata menjadi sangat cemerlang, begitu berkilauannya sehingga membutakan. Jika dalam kebutaan bermakna gelap dapat kukerahkan ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang yang akan menampilkan garis-garis cahaya kehijauan dalam keterpejaman, maka dalam kebutaan bermakna terang seperti kesilauan garis-garis cahaya kehijauan dalam keterpejaman menjadi tidak kelihatan. Dalam keterpejamanku hanya terdapat cahaya berkilau-kilauan, yang justru membuatku tenggelam dalam kebutaan. Demikianlah peristiwa ini berlangsung cepat sekali, begitu cepatnya, sehingga lebih cepat dari pikiran. Aku merasa diriku TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ lenyap di telan cahaya dan hanya cahaya. Kilas-kilas cahaya berkelebat menelan dan menggulungku, mengunyah dan meremukkan diriku. Aku tak bertulang, aku tak berdaging, rasanya diriku tiada bertubuh. Aku menjadi cahaya dan hanya cahaya, tetapi tetap diriku, ditelan cahaya demi cahaya... Darah melepaskan diri dari tubuh, juga daging dan tulang saling berpisah, anggota badan terpencar-pencar, jangan dikatakan lagi mata, hidung, lidah, telinga, rambut, usus, ginjal, limpa, dan entah apa lagi... Ke mana diriku. Ke mana diriku. Ke mana diriku. Aku hanya cahaya tanpa mata sehingga tidak bisa melihat apa-apa. (Oo-dwkz-oO) AKU seperti hidup di dalam mimpi. Namun jika setiap mimpi datang dari dalam diri, apakah makna mimpiku kali ini" Aku adalah bayi dalam buaian. Tenang dan tenteram dalam tatapan mata terindah yang memang begitu indahnya sehingga tiada dapat dirumuskan. Mata yang indah dan suara yang merdu... Tak kutahu betapa itu terdapat dalam diriku. SEMULA hanya sosok baur yang selalu bergerak, merengkuhku dalam jaminan kehangatan yang menenteramkan, sosok baur kekelabuan yang setiap kali mengendap ketika diriku menangis dalam keterasingan memberikan keakraban dan keteduhan. Mengapa begitu jauh segala kedamaian itu kini, ketika kutempuh jalan menuju kesempurnaan, yang ternyata begitu sepi dan sunyi, karena siapa pun yang bertujuan sama harus disingkirkan" Jika kesempurnaan hanya memberi tempat bagi satu manusia sempurna, berapa banyakkah manusia harus menjadi korban sepanjang jalan persilatan dalam perebutan tempat di puncak kesempurnaan itu" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tangisan itu tidak pernah pergi dariku. Setiap kali aku merasa terasing, sendirian, dan ditinggalkan, aku menangis, dan setiap kali menangis sosok kelabu itu selalu datang lagi dan datang lagi. Tangisan itu selalu datang lagi kemudian, ketika sosok kelabu itu berganti tiba-tiba, menjadi sosok kelabu lain, yang juga mendekapku setiap kali perasaan terasing yang mengilukan itu tiba, yang juga mendekap dan menghangatiku, sangat amat menyayangiku, bagaikan masih terasa olehku belaiannya yang begitu lembut dan sungguh meneduhkan itu... Namun aku kemudian diberi pelajaran agar membiasakan diri dengan keterasingan dan kesendirian itu. ''Dikau tidak harus menjadi seorang pendekar, Anakku, meski segenap ilmu silat yang kami miliki juga telah menjadi milikmu, tetapi sekali dikau menempuh jalan persilatan, Anakku, ketahuilah betapa itu merupakan jalan yang sangat sepi, karena dikau akan selalu berjalan sendiri. Dikau hanya akan dicari oleh lawan yang akan menantangmu bertarung dan membunuhmu pada kesempatan pertama, dan karena itu dikau harus membunuhnya sehingga dikau akan selalu berjalan dalam sepi. Begitulah akan selalu terjadi sampai suatu ketika seorang pendekar mengalahkanmu. Namun tak dapat kami bayangkan ilmu s ilat macam apa yang akan dapat mengalahkan dirimu, Anakku, apabila telah dikau pelajari segala kitab ilmu silat yang juga telah kami pelajari....'' Demikian pula kini aku merasa sendiri, melayang-layang sendiri dalam dunia kelabu masa laluku yang tak pernah kuketahui meski kualam i. Memang besar perbedaan antara kenangan yang terabadikan dengan naluri dibanding yang sengaja diabadikan dengan kesadaran bukan" Maka sebelum mampu menerjemahkan ap apun yang kualami dalam pustaka ingatanku, hanya sosok kelabu, suara merdu, dan dekapan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ hangat itu yang terasa kembali olehku, tanpa pernah kuketahui semua itu ternyata mengendap dalam diriku. Jadi apakah yang membuat aku tiba-tiba tenggelam ke dalam ingatan yang sebetulnya tak pernah kuingat itu" Kenapa aku mendadak melayang di suatu semesta yang seperti impian penuh dengan bayangan maupun bayangbayang baur yang membaur dan terus menerus berbaur-baur membuatku setiap kali seperti dapat mengingat sesuatu segera kembali menjadi kabur" Dalam keterbauran kudengar pula suara-suara. Kadang seperti suara senandung, semacam senandung yang akan membuatku tertidur dan bermimpi indah, tetapi yang segera disusul dan berbaur dengan suara-suara lainnya, seperti derap kaki-kaki kuda, derik roda kereta, teriakan-teriakan yang takkuketahui persisnya apa, dentang-dentang logam, lantas kembali sunyi, tetapi dalam kesunyian yang manapun sayupsayup suara angin selalu kembali, kembali, dan kembali, kadang memang hanya sayup-sayup sahaja tetapi kadang juga membadai tiba-tiba menghilangkan takhanya suara-suara lainnya melainkan juga segala bayangan dalam kekelabuan yang maya... Aku tidak melihat bayangan dan tidak mendengar suara melainkan aku berada di dalam bayangan dan di dalam suara. Sejak kapan mata melihat sejak kapan telinga mendengar dan sejak kapan urat syaraf yang mengabadikan kenangan di kepala bekerja" Apakah aku mendengar sebuah nama" Apakah kudengar suara menyebutkan sebuah nama" Seperti kutatap sosok dalam bayangan yang mendekap seluruh diriku itu, sosok Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo yang tercium kembali harum tubuhnya, tubuh yang selalu kurindukan kembali kedamaian dan keteduhannya, kehangatan nyata tubuh yang sungguh begitu mesra, mengendap dan mendekap untuk membisikkan sebuah nama. Siapa" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kudengar sebuah bisikan, kudengar bisikan sebuah nama, siapa" Apakah yang dibisikkannya itu sebuah nama dan apakah yang dibisikkannya itu namaku" Siapa" Apakah aku bernama" Apakah aku pernah mempunyai nama" Apakah aku pernah dipanggil dengan suatu nama" Namaku siapa" Siapa" Siapa" Siapa" Mereka menyebutku Pendekar Tanpa Nama, tetapi itu bukan namaku meski tampaknya dimaksudkan untuk menandaiku, untuk membedakan aku dengan yang lainnya. Suatu tanda bahwa aku tidak punya nama. Apakah bisikan itu memang namaku" Kalau bisikan hanya terdengar sebagai bisikan, kenapa diriku harus menduganya sebagai suatu nama dan itu namaku pula" Mengapa aku harus mempunyai nama" Benarkah manusia harus bernama" Kurasakan diriku bagaikan sedang bermimpi, tetapi ini bagaikan mimpi dengan makna nyata tentang masa lalu yang tersembunyi di dalam relung kenangan tanpa bahasa, sehingga apa pun yang akan kukatakan tentang gambaran yang berkelebat di dalam kepalaku mungkin keliru tetapi aku akan tetap mengatakannya. Bisikan itu mungkin menyebutkan sebuah nama, tetapi aku tak bisa menyebutkannya. Mungkin itu namaku, meski tiada dasar apa pun dalam diriku untuk meyakininya sebagai namaku. Bisikan lembut ketika sosok bayangan kelabu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mendekapku dengan keharuman dan kehangatan akrab yang terasakan sangat melindungi. Lantas senandung yang merdu itu lagi... Lantas suara lelaki. Suara banyak sekali laki-laki, dan gambaran kacau sosok-sosok tak jelas yang berhamburan kian kemari. Lantas sekali lagi suara ringkik kuda dan roda-roda gerobak dan langit biru. Dalam gambaran langit biru kudengar suara pedang berdentang-dentang. Ya, kini aku tahu, bunyi logam yang terus menerus beradu diseling suara jerit kesakitan tertahan itu adalah suara pedang yang berbenturan dengan pedang lainnya. (Oo-dwkz-oO) Waktu kubuka mataku kusaksikan betapa diriku sudah terkapar di Celah Dinding Berlian. Dinding-dinding memantulkan cahaya menyilaukan ke segala arah siap membutakan mata siapapun yang menatapnya, sehingga siapa pun yang menuju dan melewati celah itu harus memejamkan mata, dan hanya bisa melewatinya dengan bergantung kepada naluri kuda. Menjadi buta di sini bukanlah menjadi mati urat syaraf pada matanya, melainkan karena kesilauan yang luar biasa memang tidak akan membuat seseorang dapat melihat apa pun jua. Kulihat jalan setapak berliku-liku mengikuti lekak-lekuk pinggang jurang yang menuju kemari, dan kulihat pula betapa dari sini jalan terpecah menjadi sekian percabangan yang semuanya juga hanya setapak dan juga berliku-liku mengikuti lekak-lekuk pinggang jurang semakin lama semakin jauh sebelum akhirnya menghilang. Siapa pun yang mau tidak mau harus melewati tempatku terkapar sekarang ini, jika tidak ingin buta memang harus memejamkan matanya atau TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menutup matanya dengan kain, dan setelah melewatinya bisa segera membuka mata atau penutup kain itu asal jangan menoleh ke belakang untuk beberapa saat lamanya. Dari tempatku ini, aku membelakangi dinding yang memantulkan cahaya menyilaukan itu, sehingga aku dapat melihat ke segala arah tanpa menjadi silau sama sekali. Hari telah menjadi siang, tetapi dingin masih tetap mencengkam. Apakah yang telah terjadi" Tidakkah aku seharusnya mati dengan tubuh remuk takberwujud lagi" Aku yang semula memanfaatkan angin untuk mengatasi serangan mendadak kedua anggota perkumpulan rahasia Kalakuta itu, akhirnya terseret oleh tarikan angin yang luar biasa dan melayanglayang bagaikan berada di lorong angin dengan takberdaya sampai akhirnya terbanting menuju dinding bercahaya menyilaukan yang merupakan dinding pada Celah Dinding Berlian yang ternama. Kuingat betapa cahaya menyilaukan yang membutakan itu telah menelanku, dan semakin menghilangkan segala dayaku untuk mengatasinya, ketika dengan cepat dan pasti, aku meluncur secepat kilat menuju dan semestinyalah menabrak dinding berkilauan itu. Apakah aku memang telah menabrak dinding keras tak terperi itu, jatuh dengan tubuh remuk dan semakin remuk ketika membentur lantai batu tempat aku seharusnya menunggu rombongan Harimau Perang dan kini sudah mati" Segera telapak tanganku meraba lantai batu, terasa kasar dan berpasir, tentu saja ini masih alam jasmani tempat dapat kurasakan segala sesuatu dengan pancainderaku. Aku belum mati. Namun bagaimana mungkin" Aku beranjak bangkit. Tubuhku tidak kurang suatu apa. Jika aku membentur dinding karena bantingan angin dan jatuh meluncur untuk membentur lantai batu dasar dinding tentu aku tidak dapat beranjak dan melenting ringan seperti ini. Apakah yang telah terjadi" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "ILMU Berlari Kencang Menunggang Angin membuat sahaya bisa berkelebat lebih cepat dari angin itu, bahkan dengan mata terpejam, karena mata yang terbuka sangat mungkin dibutakan pantulan cahaya berkilauan dari Celah Dinding Berlian. Sahaya menyambar Tuan sebelum menabrak dinding dan meskipun tubuh sahaya pun tidak urung terbentur ke dinding, dalam keadaan seringan bulu burung benturan itu tidak ada artinya..." Napasnya mendadak tersengal. Aku tahu dirinya akan segera meninggal. "Yang sahaya berikan kepada Tuan adalah riwayat kami," bisiknya lirih, "mohon tak berprasangka kepada kami..." Lantas penolongku ini tidak bergerak lagi. Aku menghela nafas karena dapat membayangkan apa yang telah dilakukannya. Aku tidak terlalu keliru ketika menimbang dari caranya bergerak dan melangkah, bahwa pemilik kedai yang seperti selalu tergopoh-gopoh melayani segala pesanan adalah seseorang yang ilmu silatnya tidak bisa diabaikan. Namun taksekadar berilmu silat tinggi ia adalah seorang prajurit yang tampaknya berjuang sampai titik darah penghabisan. Meskipun merendahkan diri sebagai orang-orang kalah, ia dan mereka yang berada bersamanya sama sekali bukan para pecundang. Pernah kudengar sebuah siasat yang berasal dari masa kekuasaan Musim Semi dan Musim Gugur, ketika penguasa Yue yang bernama Chu Chien, dipaksa untuk menandatangani perdamaian memalukan di Gunung Hui Chi setelah dikalahkan penguasa Wu yang bernama Fu Chia. Ia diampuni dan diizinkan pulang kembali, tetapi kehormatannya runtuh dan semangatnya pudar, dan justru hanya dengan bersumpah untuk tidak me lupakan kekalahan pahit itulah jiwanya masih tetap hidup. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Bahwa kemudian digunakannya gadis Hsi Shih yang dididiknya takkurang dari tiga tahun untuk memikat hati Fu Chia, dan dalam kelengahan Fu Chiaoyang hanya peduli kepada selir barunyaomaka Chu Chien balas menggempur sampai Wu hancur lebur, itu perkara lain yang merupakan bagian dari Siasat Perempuan Cantik dalam kitab Lu Tiao. Betapapun itu memang siasat yang dianjurkan kepada pihak yang kalah perang. jika pasukan kuat, serang panglimanya jika panglimanya bijak, serang jiwanya jika panglima lemah dan pasukan terpecah belah kekuatannya akan hancur sendiri adalah bermanfaat untuk menekan musuh inilah pertahanan yang lentur dan serasi Kiranya cukup jelas bahwa tanpa harus membawa-bawa perempuan, siasat yang dijalankan masih sama, yakni menghadapi kekuatan bukan dengan kekuatan, tetapi dengan kelenturan tanpa sama sekali mengurangi tekanan terhadap lawan. Kubayangkan dengan ilmu meringankan tubuhnya yang luar biasa itu, ilmu Berlari Kencang Menunggang Angin, ia bukan sekadar dapat berkelebat mendahului angin, tetapi juga menyambarku yang sedang terempas menembus cahaya berkilauan nan membutakan sebelum membentur dinding sekeras berlian itu. Untuk menyambarku ia mesti mendahuluiku, lantas berbalik sambil me layang mundur, sehingga adalah telapak kakinya yang dengan segera menempel ke dinding sementara kedua tangannya membawaku yang sudah tidak sadarkan diri. BAGIAN yang tersulit adalah melepaskan diri dari jebakan angin, karena tekanannya yang dahsyat membuat siapapun bagai akan menempel selamanya pada dinding, dan hanya karena angin tekanannya berubah-ubah maka peluang untuk TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ lepas dapat ditunggu meski kepastiannya takbisa ditentukan. Sedangkan ketika tekanan berkurang, benda maupun manusia akan segera melayang jatuh, kecuali bobotnya seringan kapas atau bulu ayam. Demikianlah bapak kedai yang belum kuketahui namanya tentu juga akan turun perlahan-lahan dengan tubuh seringan kapas, tetapi saat itulah lima bayangan yang telah berkekelebat mendahuluinya sedang menanti, bahkan sangat mungkin telah menyerangnya dengan tujuan membunuhku sebelum sampai di lantai batu tempatku sekarang menghadapinya tanpa nyawa lagi. Pertarungan bisa berlangsung lama, tetapi juga bisa berlangsung cepat sekali. Melihat bagaimana senjata rahasia cakra itu tertanam pada dahi kelima anggota Kalakuta itu, kukira penolongku baru me lepaskannya setelah terluka lebih dahulu, karena ketika masih membawaku tak mungkinlah ia memegang apa pun selama diserang kelima orang yang tentu mengurungnya dengan jurus-jurus berpasangan tersebut. Kulihat lengan bajunya robek dan terlihat darah kering di sepanjang sisi robekannya. Ia tak bisa menghindar atau menangkis karena membawaku. Aku marah kepada diriku sendiri karena telah membuat seseorang kehilangan nyawa demi kehidupanku. Padahal s iapakah aku! Sedangkan namaku sendiri pun aku taktahu, bahkan tak punya! Kukira memang itulah yang terjadi. Mereka melayang dalam suatu jurus berpasangan ke atas, ketika penolongku melayang turun sambil membawa diriku. Prajurit pemberontak lanjut usia itu jelas menghindari empat sambaran belati melengkung yang sangat beracun, tetapi salah satu dari lima sambaran, entah berturutan entah serempak pasti mengenainya dalam papasan di udara itu. Hanya setelah tiba di bawah dan meletakkan diriku sempat dilontarkannya kelima senjata rahasia berbentuk cakra yang langsung menancap pada jidat kelima penyerangnya itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku mendongak. Angin masih kencang, tetapi tidak begitu kencang seperti semalam sehingga mampu menerbangkan manusia seperti debu beterbangan. Dinding itu adalah sisi pipih tonggak raksasa menjulang yang bukan alang kepalang luar biasa tingginya. Dinding yang memantulkan cahaya menyilaukan siang dan malam, baik cahaya matahari maupun rembulan, yang membuatnya dari tempat amat jauh pun sudah kelihatan. Aku tahu bagaimana diriku akan jatuh terbanting dan tubuhku remuk redam jika tiada seseorang yang menolongku seperti itu. Kuperiksa kelima mayat maupun senjata kelompok rahasia Kalakuta itu, dan pada salah satu belatinya terdapat darah yang juga sudah mengering. Kuambil belati me lengkung tersebut dan ketika kuangkat agar kena cahaya tampak suatu pantulan redup kuning kehijauan karena rendaman racun bertahun-tahun yang sangat mematikan. Seperti semua senjata, racun sebetulnya hanyalah sesama Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo alat pembunuh, tetapi terdapat semacam kesepakatan tanpa pernah dikatakan bahwa hanya golongan hitam yang akan menggunakannya sebagai senjata, seperti yang juga digunakannya untuk penyerangan secara gelap. Saat kelima penyerang mendarat kembali di tanah saat itu pula mereka tergelimpang dengan dahi tertancap. Mungkin mereka sempat me-nangkis tetapi senjata rahasia cakra itu terlalu cepat, mungkin juga mereka taksempat menyadarinya ketika senjata rahasia itu menancap, sampai terbenam setengahnya ke dalam kepala. Jelas lebih dari cukup untuk mengakhiri riwayat hidup mereka. Namun sementara itu racun yang merasuk melalui luka pada lengan bapak kedai tersebut juga langsung bekerja, dan hanya karena tingkat tenaga dalamnya saja seolah ia sempat menungguku tersadar dan berbicara. Kukira aku harus TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mengingat dengan baik segenap kata-katanya. Siapakah dia sebenarnya" Setidaknya dua perkara teringat dengan baik olehku. Pertama, bahwa ia bercerita cukup banyak tentang peranan orang-orang kebiri dalam permainan kekuasaan di istana Wangsa Tang; kedua, bahwa ia mengakui dirinya sebagai orang-orang kalah, suatu pengertian merendah dari para pemberontak yang gagal dan mengungsi ke perbatasan. Bahwa ia beberapa kali menyebut istilah kami membuktikan betapa dugaanku tidak terlalu tepat. Semula aku mengira dirinya seorang penyoren pedang, seorang pendekar silat yang mengundurkan diri dari dunia ramai dan menenggelamkan diri dalam perenungan, yang membuka kedai sekadar untuk mempertahankan kehidupan. NAMUN karena kedai itu bagaikan satu-satunya kehidupan di sepanjang lautan ke-labu gunung batu, aku sempat mencurigainya sebagai tempat yang sengaja dibangun sebagai bagian dari jaringan mata-mata, bahwa dari pengamatannya atas para pe-ngembara dan rombongan yang singgah, ia akan menjual keterangan kepada para penyamun tentang siapa kiranya yang layak dirampok karena membawa banyak uang atau harta berharga. Perkiraanku kemudian bergeser, bahwa jika tidak bekerja demi kepentingan para penyamun, yang tidak semuanya merupakan penjahat kambuhan, melainkan para pelarian yang tersingkir dari pertarungan kekuasaan, mungkin saja ia memang mata-mata, tetapi bukan untuk tujuan perampokan, melainkan perkembangan keadaan. Untuk siapa dia bekerja, untuk pemerintah atau untuk salah satu kelompok pemberontak, sangatlah sulit ditentukan. Meskipun lautan kelabu gunung batu itu seolah tak pernah terlihat ada manusianya, sebetulnya dari abad ke abad terus didatangi orang-orang yang tersingkir dalam perebutan kekuasaan, tetapi yang terus TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mempertahankan impian bah-wa dengan menghimpun kekuatan suatu saat bukan tak mungkin meraih kemenangan. Mayat kelima anggota kelompok rahasia Kalakuta itu dalam waktu s ingkat telah melayang jatuh ke kedalaman jurang yang bagai tiada berdasar. Seluruh belati melengkung mereka kuambil, karena merasa akan ada gunanya nanti menghadapi saat-saat takterduga yang rasanya terus menerus datang. Namun kubawa jenazah bapak kedai itu melenting ke atas dinding. Kulihat ada sebuah tonjolan batu pipih di situ, dan seperti yang kuduga batu pipih yang menjorok lebar itu bagaikan serambi bagi sebuah gua kecil. Di sini akan kutinggalkan jenazahnya agar dimakan usia, tetapi untuk sementara aku akan berada bersamanya, karena dari tempat ini aku dapat mengawasi keadaan dengan sangat baik. Sekarang aku mengerti arti petunjuk Iblis Suci Peremuk Tulang bahwa diriku harus secepatnya tiba di Celah Dinding Berlian. Dari sini aku dapat mengawasi ke kedua jalan itu sekaligus, melihat siapa datang dan siapa pergi tanpa diketahui, dan memang sangat penting untuk tiba di sini lebih dahulu dari rombongan Harimau Perang yang suidah berkurang tujuh orang itu, sebab jalan yang meninggalkan tempat ini langsung terbagi ke arah Dali dan Kunming. Dari Kunming, demikianlah aku diberi tahu, jalan memang menuju Chengdu, dan dari sana ke Chang'an. Namun arah perjalanan rombongan itu tidak dapat dipastikan, karena meski dari Dali pun jalannya bersambung ke Chang'an, bagaimana jika Harimau Perang tidak ditemui pengundangnya itu di Chang'an" Memang benar maharaja sendirilah yang telah mengundangnya ke istana, tetapi jika Harimau Perang diundang sebagai tokoh jaringan rahasia, mengapa ia tidak disambut di suatu tempat entah di mana secara rahasia pula" Meski akhirnya ia akan tiba di Chang'an, apa saja yang berlangsung sebelum itu harus dianggap sama pentingnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Maka dalam beberapa hari segera kukuasa i keadaan di sekitar Celah Dinding Berlian ini. Kedudukanku di gua itu sangat menguntungkan, karena tentunya tiada seorang pun mengira ada manusia bermaksud tinggal di sana meski hanya untuk sementara. Celah Dinding Berlian memang terdiri dari celah-celah sempit yang menuju dan datang dari setiap arah, yang semuanya bertemu di pelataran batu luas tempat tubuhku semestinya jatuh dan hancur jika tidak ditolong itu. Namun pelataran batu itu sebenarnyalah hanya jalan di pinggang gunung yang mendadak saja melebar, dan karenanya berhadapan dengan dinding menjulang tetaplah jurang mahadalam bagai takberdasar tempat telah kubuang lima mayat ke balik mega mengambang. Pada hari pertama ternyata yang datang adalah kuda Uighur itu. Kuda itu memang cerdas, karena meskipun aku tidak segera keluar dari tempat persembunyianku bagaikan tahu saja aku ada di sekitarnya. Ia bahkan tidak seperti mencari-cari karena memang seperti tahu saja dan juga tidak menunggu, mencari sekadar rumput di celah batu. Justru aku yang harus segera keluar karena merasa amat lapar. Pada selempang kain yang tergantung di leher kuda itulah perbekalan daging asapku berada. Begitu juga kitab gulungan yang diberikan bapak kedai tersebut. Maka sambil makan kubaca kitab itu. Aku masih juga belum lancar membaca aksara Negeri Atap Langit, belum lagi bahasanya yang sungguh amat berbeda, sehingga isinya tentu kubaca dengan kemampuan seadanya. Rupanya sambungan cerita tentang orang kebiri yang terputus itu dulu. Aku teringat mayat orang kebiri yang terpotong-potong tersebut. Lantas teringat pula duka mendalam dan rasa penasaran yang tergambar pada wajah bapak kedai yang harus ditahannya, mengingat kepemilikan segala barang di atas keledai-keledai beban tersebut yang menurutnya sendiri menjadi hakku. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kami berdua menemukan mayat orang kebiri yang terpotong-potong, dan setelah itu diceritakannya segala perkara tentang orang kebiri dalam sejarah Negeri Atap Langit. Apakah artinya" Di Jawadwipa pun pernah kudengar tentang orang kebiri ini, tetapi tidaklah begitu jelas dan tegas seperti sekarang, karena dulu tidak kupikirkan betapa hal semacam itu adalah mungkin. (Oo-dwkz-oO) Episode 160: [Tulisan, antara Peristiwa dan Makna] PEMBACA yang Budiman, untuk kese-ki-an kali izinkan aku berhenti sebentar, de-ngan alasan yang mungkin sudah sangat membosankan, bahwa menjadi tua itu tidaklah mungkin kiranya berlangsung tanpa akibat. Tanpa terasa hari sudah senja. Langit semburat jingga di balik dedaunan pohon ke-lapa. Nanti ketika langit menjadi gelap, ke-lelawar akan beterbangan di mana-mana. Aku telah menulis berhari-hari tanpa tidur, kurasa sudah waktunya untuk tidur, mengembalikan pemusatan perhatian, karena jika tidak begitu, apa jaminannya diriku akan menuliskan sesuatu yang agak dapat dipercaya" Pernah kukatakan betapa aku ingin me-nyelesa ikan seluruh riwayat hidupku ini secepat-cepatnya, dan karena itulah aku menulis terus-menerus tanpa tidur seolah-olah tiada waktu lagi. Namun setelah untuk beberapa lama melakukannya, tidakkah kekurangan tidur itu, yang akan selalu membuatku menulis dalam keadaan mengantuk, akan berakibat kepada kesadaranku" Aku ingin menulis dengan sadar, bukan asal panjang apalagi asal jadi, dan pertaruhanku jelas sangat tinggi, yakni nyawaku sendiri. Bukankah aku berusaha menuliskan kembali segala sesuatu sampai sekecil-kecilnya, dengan selengkap-lengkapnya dari saat ke saat sampai terjamin tiada akan ada yang lolos lagi, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ karena aku tidak me-ngerti mengapa negeriku sendiri menginginkan aku mati" Kupikir takdapat ku-jamin diriku mengingat segala sesuatu yang memang penting dan wajib kutuliskan Bara Maharani 12 Candika Dewi Penyebar Maut I V Naga Dari Selatan 11