Ceritasilat Novel Online

Budha Pedang Penyamun Terbang 13

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira Bagian 13 kembali, jika aku menulis berhari-hari tanpa tidur karena justru akan kehilangan kendali terhadap masa lalu yang ada hubungannya dengan masa kini. Jadi sekarang kukira aku sebaiknya tidur. Aku hanya bisa menulis-kan--nya seperti yang kuinginkan jika aku menuliskannya dalam keadaan sangat amat cukup tidur, yang berarti aku menuliskannya dalam keadaan sehat dan sadar. Itulah yang menjadi pikiranku kini, mes-kipun kutahu kalau aku nanti bangun tidur masih ada masalah dengan ketuaanku. Ya, rasanya aku masih dapat mengingat banyak peristiwa dari masa yang sudah jauh berlalu, tetapi rasanya cukup sulit mengingat yang baru saja terjadi. Namun jika telah kuhabiskan masa 25 tahun terakhir dari hidupku da-lam samadhi, apakah yang masih mung-kin akan terjadi" Aku tidak perlu mengingat apapun dari masa hidup antara ketika aku berumur 75 sampai 100 tahun, karena selama itu aku tenggelam dalam samadhi dan tentunya tiada suatu peristiwa pun harus terjadi. Bukankah selama 25 tahun aku telah terus menerus melakukan samadhi" Mes-kipun begitu, segala sesuatu yang terjadi hari ini sangat mungkin juga ditentukan berbagai peristiwa yang berlangsung antara tahun 846 sampai 871 yang bagiku gelap sama sekali. Apakah itu berarti setelah kutulis riwayatku sampai tahun 846, saat aku mengundurkan diri dari dunia persilatan, masih harus kuperiksa segala macam kejadian yang berlangsung sampai tahun 871, saat pasukan pemerintah bermaksud menangkap dan membunuhku di dalam gua itu" Tanpa kusadari aku mendesah, memang berkesah, karena merasa khawatir tidak akan pernah kuselesaikan maksud penulisanku, yakni mengetahui sebab mengapa pemerintah dengan segala hadiah yang dijanjikannya membuat banyak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ orang memburuku. Jika penulisan riwayat hidupku sampai tahun 846 belum bisa memberi jawaban, apakah itu juga berarti aku harus membaca banyak kitab dan bertemu banyak orang yang akan menjelaskan apa pun yang berlangsung sampai 871" Bagaimana pula caranya aku bertemu banyak orang entah di berapa banyak tempat ketika mestinya aku bersembunyi" Pengalamanku menyamar dan meleburkan diri dalam kehidupan awam sehari-hari sete lah Pembantaian Seratus Pendekar, juga selama 25 tahun dari tahun 821 sampai tahun 846, terbukti selalu dipergoki, karena mata yang tajam memang sangat mampu membedakan orang-orang sungai telaga dengan orang-orang awam. Adapun rimba hijau dan sungai telaga dunia persilatan penuh dengan manusia bermata tajam! Sudah beberapa lama aku merebahkan diri di dalam pondok. Malam baru saja turun. T ernyata aku tidak bisa tidur. Dalam gelap mataku terbuka. Hhhh. Sekarang sudah tahun 872 dan umurku sudah 101. Bayangan masa lalu berkelebat. Namun aku harus menghentikan gerak setiap bayangan yang berkelebat itu. Menghentikan, menatap, dan membongkarnya. Mengingat masa lalu tidak cukup hanya dengan menyusun kembali urutan peristiwa, melainkan ibarat menghentikan langkah seorang tokoh dari masa lalu itu dan memperhatikannya. Apakah aku masih ingat setiap kata yang diucapkannya" Adakah yang kulupakan dari pandangan matanya" Memang masa lalu bukan sekadar urutan peristiwa, melainkan suatu makna. Mungkinkah aku menggalinya" MALAM merayap lambat, begitu lambat, seolah tiada akan pernah ber-gerak. Namun bagaikan terasa bagiku bumi berputar dan semesta beredar, yang membuat waktu 101 tahun menjadi tidak terlalu lama, bahkan amat singkat sahaja, begitu singkat, kata orang-orang tua seperti sekadar mampir minum. Apakah masih ada artinya kehidupan yang begitu singkat seperti itu" Aku ingat pernah memperhatikan kehidupan kupu-kupu yang umurnya hanya satu hari itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Apakah ada artinya kehidupan singkat kupu-kupu" Se-belum menjadi kupu-kupu ia adalah ulat yang lamban dan tidak menarik, yang suatu hari menjadi kepompong yang lebih tidak menarik lagi, dan hanya setelah bertapa begitu lama dan dilupakan maka suatu ketika kepompong itu terkuak dan dari dalamnya keluar kupu-kupu. Memang ada kupu-kupu buruk yang sayapnya bulukan dan sama sekali tidak menarik, tetapi kupu-kupu terburuk pun adalah bentuk yang jauh lebih indah daripada ulat maupun kepompongnya. Tentu ada pula ke-pompong berwarna perak atau keemasan yang indah, tetapi seandai-nya pun kupu-kupu yang menjelma daripadanya bukanlah kupu-kupu yang cemerlang keperakan atau ke-emasan, takdapat diingkari betapa kupu-kupu terandaikan sebagai wujud yang lebih sempurna, jika bukan penjelmaan amat sangat sempurna dari ulat nan lamban dan buruk rupa itu. Namun tidakkah begitu menyedihkan dan mengharukan jika bentuk sempurna yang harus dicapai melalui pengorbanan ulat menjadi kepompong itu hanya berumur singkat sahaja" Kupu-kupu yang terbang bagaikan lambang terbaik penjelmaan sebuah impian, impian yang kemudian menjadi nyata, tetapi yang segera hilang lenyap entah ke mana. Setiap manusia juga mempunyai impiannya sendiri, seperti ulat yang merayap lamban tetapi bermimpi terbang, begitulah manusia memiliki keterbangannya masing-masing, yakni sesuatu yang bagaikan mustahil dilakukannya, tetapi tetap dikerjakannya juga karena seluruh pertaruhan hidupnya dimaksudkan menuju ke sana, sesuatu yang seperti m impi dengan segenap kemustahilannya... Bilik ini bagaikan semakin meng-gelap. Malam terasa sejuk, padahal sebetulnya memang selalu sejuk, ha-nya diriku saja yang karena menulis tanpa henti baru menyadarinya bahwa menulis terus-menerus tanpa pernah tidur tidak akan tujuan penulisanku berhasil. Sekarang aku mendapatkan kesadaran TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bahwa aku justru harus terjamin tidur dengan cukup seperti ulat yang menjadi kepompong dan tu-lisanku menjelma kupukupu... Na-mun meski tampaknya mudah dika-takan, mengalaminya kadang bisa membingungkan. Maklumlah aku bukan seorang penulis yang telah mendapatkan segala pelajaran. Aku menulis tanpa pernah mengetahui bagaimana caranya menu-lis dengan baik, aku hanya berusaha menuliskan segala sesuatu yang telah kualami secara runtut, tetapi itu pun ternyata tidak mudah, karena dalam setiap usaha mengingat, seribu satu kenangan saling berdesak minta dituliskan. Meskipun aku mengerti betapa tidak segalanya sampai sekecil-kecilnya dapat dan perlu dituliskan semua, justru merupakan kesulitan bagiku untuk menentukan mana yang tak bisa tidak harus diceritakan kembali, dan mana yang lebih baik ditinggalkan saja. Tumbuh dan dibesarkan dalam dunia persilatan membuat dunia tulis-menulis cukup asing bagiku, meski untunglah sepasang pendekar yang mengasuhku itu telah mengumpulkan banyak kitab dalam peti kayu, dan mengajari aku dengan pengertian bahwa membaca tidaklah patut ditinggalkan oleh seorang pendekar. Memang benar, Sepasang Naga dari Celah Kledung bukan hanya membaca, tetapi juga mengundang banyak orang berpengetahuan dalam berbagai bidang untuk bertukar pikiran, karena mereka selalu menganggap silat sebagai kebudayaan, sehingga usaha memahaminya adalah mustahil jika tidak merujukkannya kepada berbagai bidang pengetahuan. Dari berbagai perbincangan yang kudengar itulah aku sampai kepada pemikiran untuk selalu menghubungkan gerakan dengan pemikiran, artinya silat dengan filsafat, sehingga dapat kumainkan jurus s ilat yang belum terlawan, yakni Jurus Tanpa Bentuk yang tidak pernah terkalahkan. Bahkan untuk memahaminya saja masih merupakan suatu persoalan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku masih belum tertidur meski sangat menginginkannya. Telah kupejamkan mataku tetapi justru karena itu kudengar segala suara dengan lebih jelas dari biasa. Antara lain kudengar suara seruling yang dimainkan Rangga. Suara seruling itu sudah sangat kukenal. Rangga sering memainkannya pada malam hari bila bulan purnama membuat segalanya tampak keperakan. Namun tiada bulan purnama malam ini, hanya bulan sabit dan segalanya tampak seolaholah hanya hitam. Rangga dahulu mengikuti rombongan pemain topeng dan selalu memainkan lagu-lagu riang, tetapi setelah ia tidak kuat berjalan lagi dan lebih banyak tinggal di pondoknya maka lagu yang dimainkannya pun berubah. Ia lebih sering meniup seruling pada malam hari seolah dirinya pun berada dalam keadaan malam dan siap mati. Sangat menarik betapa suara seruling dapat menyampaikan suara hati. NAMUN Rangga sebetulnya jauh lebih muda dariku, karena usianya sekitar 80 tahun. Ia masih pergi ke kebun, ia ju-ga membaca kitab, tetapi mengaku su-dah ingin mati. Kini yang dima inkannya adalah lagu teramat mengharukan itu... Di antara suara seruling itulah kudengar langkah yang amat sangat halusnya. Terlalu halus, begitu halus, sehingga mestinya telingaku tidak dapat mendengarnya. Sementara dari rumah salah satu tetangga terdengar pelajaran igama. "Di dalam ajaran Buddha terdapat kewajiban tertentu yang disusun bertingkat-tingkat, sesuai dengan tingkatan kesucian yang telah dicapainya. Tingkatan terendah dan karenanya menjadi kewajiban mutlak setiap orang adalah dana atau pemberian, yang ini pun ada tingkatan-tingkatannya." "Apakah yang terendah itu Bapak?" "Yang terendah adalah memberikan suatu benda, betapapun kecilnya. De-ngan dana ini orang menghimpun TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ punya, dan punya inilah yang menentukan gati manusia atau wujud kehidupan lebih tinggi dalam kelahiran kembali." Aku tersenyum mendengar ajaran ini karena teringat pembangunan Kamulan Bhumisambhara yang belum selesai juga. Dengan alam pemikiran seperti itu, maka untuk pendirian bangunan suci seperti itu setiap orang diandaikan akan berlomba-lomba untuk menyumbang. "Misalnya apa Bapak?" "Untuk membantu pembangunan candi misalnya, biarpun sekadar pasir atau kerikil dari sungai yang terdekat, atau sekadar makanan dan minuman pada waktu tertentu. Itu semua akan sangat membantu, Anakku..." "Bisakah tenaga kita diganti uang, Bapak?" "Mereka yang memiliki kekayaan cukup dan jauh tempat tinggalnya akan menyumbangkan uang, yang sangat diperlukan untuk pembeayaan atas kebutuhan yang tidak mungkin dipenuhi dengan kerja bakti, seperti biaya bagi para pemahat-halusnya." Pembangunan candi itu di beberapa bagian memang mencapai tahap akhir, karena tinggal menghias dan mengukir, yang tidak bisa dikerjakan ramai-ramai secara gotong royong, sebagai suatu pekerjaan yang membutuhkan keahlian. "Tapi," rahib itu menyambung, "ada juga seniman yang bekerja sukarela sebagai dana dari tingkat lebih tinggi." Aku mengerti, kehidupan yang berpangkal kepada usaha dana dan pengumpulan punya diatur dengan suatu cara, bahwa ada yang bertanggung jawab atas bangunan suci, yang juga telah menentukan bagaimana terdapat bagian hasil bumi, sawah maupun kebun, menjadi milik bangunan suci tersebut. Adapun untuk mendapat kedudukan penanggungjawab setiap kesatuan wilayah pemukiman, setiap orang dari kasta yang diizinkan ternyata dapat mencalonkan diri, karena TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ penghimpunan punya dari penguasa adalah kesempatan yang dianggap baik. "Kehidupan bersama seperti ini mencakup kebutuhan jasmani dan rohani, perdagangan dan keigamaan, menjadikan kebersamaan sebagai pemersatu daya khalayak ke satu tujuan, yakni mengabdikan diri untuk kepentingan bersama," katanya lagi. Aku tak tahu apakah kanak-kanak dan remaja di depannya manggut-manggut atau tidak, tetapi aku tahu saja betapa dengan sikap hidup dan kebersamaan pengaturan seperti itu, pembangunan candi dan tempat-tempat suci lainnya tidak akan melemahkan, apalagi melumpuhkan perdagangan. Padahal begitu besar Kamulan Bhu-misambhara ini, penyusunan batu-batu-nya dilakukan dengan kait, berupa tonjol-an pada batu yang satu untuk dimasukkan ke dalam lubang pada batu lainnya, dan juga dengan pasak yang juga terbuat dari batu. Aku belum lupa bagai-ma-na kait dan pasak ini baik ke samping maupun ke atas, ke bawah dan ke belakang, terjalin begitu rupa sehingga batu-batunya tidak dapat bergeser dari tempatnya, menjadi suatu dinding yang amat sangat kokoh. Kukira menatah kait dan pasak agar tepat berpasangan bukanlah sesuatu yang mudah, begitu juga pema-sangannya. Sampai kemarin masih kulihat sejumlah orang membawa alat-alat untuk membuat prancah1, gunanya untuk mencapai bagian-bagian yang tinggi. Memang tidak mungkin para pekerja berada di puncak dan seluruh bangunannya secara berangsur-angsur ditimbun tanah. Begitulah, sejauh kuikuti pembangunannya, yang masih belum selesa i meski telah kutinggal pergi mengembara dan Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo setelah kembali menghilang ke dalam gua, Kamulan Bhumisambhara yang kelak akan berdiri bukanlah bangunan sebagaimana direncanakan semula. Aku pernah berada di candi raksasa yang belum jadi itu tanpa diketahui orang pada suatu malam, ada stupa-stupa yang dipindah di sudut-sudut TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pelataran bujur sangkar yang paling atas, tepatnya di luar pelataran bundar yang pertama. DI kaki bangunannya malah ada pelataran tambahan, berupa timbunan batu-batu yang menutupi kaki semula seluruhnya. Akan kuceritakan apa yang kuketahui sehubungan dengan masalah tersebut kelak, sekarang aku hanya memastikan bahwa memang terdapat perubahan dalam pembangunan Kamulan Bhumisambhara. Masih terdengar suara seruling Rangga. Suara langkah yang sangat amat tipis itu pun masih terdengar juga. Pada saat aku ingin sekadar beristirahat! Aku memang tetap berbaring, aku ingin segera tidur dan bangun lebih segar besok pagi supaya bisa menulis dengan kesadaran dan kecermatan tinggi, tanpa dibawa oleh sekadar perasaan atas kenangan, karena celakanya memang hanya perasaan itulah yang kumiliki sebelum dapat menyadari sesuatu pun jua. Maka semakin cukup tidur dan bugar tubuhku semakin mungkin kesadaran mengusahakan kecermatan, tetapi semakin kurang tidur dan semakin redup kesadaranku semakin kuat perasaan meruyak dan menguasai kenangan. Mungkinkah kiranya manusia membebaskan kenangan dari perasaan" Benarkah aku akan harus menuliskan segala sesuatu hanya dari sudut pandangku dengan segenap perasaanku sahaja" Untuk sementara ini setidaknya dua pihak telah mengetahui tempat tinggalku. Pihak pertama tentu para anggota kelompok rahasia Kalapasa, atau yang kuduga Kalapasa, karena kudakuda mereka lebih pantas dimiliki pengawal rahasia istana; pihak kedua adalah perempuan yang telah membunuh orangorang tersebut, dan tampaknya terus berusaha berada di dekatku. Tahukah, atau tak tahukah ia betapa diriku mengetahui gerak-geriknya" Apabila aku sedang tenggelam dalam penulisan, sebetulnya kewaspadaan yang telah mengendap berpuluh-puluh tahun TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ selama mengarungi sungai telaga dunia persilatan tetaplah bekerja, yakni bahwa serangan gelap dapat muncul setiap saat tanpa pernah bisa diduga. Para pendekar golongan putih akan mengajak bertarung secara ksatria, dan apabila para pendekar golongan merdeka menyerang tiba-tiba karena keajaiban perilakunya pun tidak akan pernah dimaksudkan sebagai serangan gelap tanpa perkara; tetapi orang-orang golongan hitam akan sangat mungkin me lakukan serangan gelap dengan senjata rahasia beracun mereka yang sering tidak ada obatnya, dan banyaklah sudah para pendekar tewas bahkan tanpa sempat bertarung karenanya. Maka ketika aku mengguratkan pengutik pada lembaran lontar, aksara demi aksara, aku sungguh tahu menahu sahaja apabila sesosok bayangan berkelebat amat sangat cepatnya tanpa suara pada pucuk-pucuk kelapa, untuk suatu ketika diam dan bertengger menahan nafasnya, mengawasiku dari atas sana. Halaman di depan pondokku itu, yang juga menjadi halaman pondok-pondok lain di dalam pura, dinaungi berbagai macam pohon di sekitarnya sehingga menjadi rimbun, tetapi terdapat sebuah celah di antara kerimbunan itu yang langsung menampakkan serambi tempatku bersila di depan meja pendek ketika menuliskan segenap cerita yang telah diikuti sekalian Pembaca yang Budiman ini. Namun sebegitu jauh aku mendiamkannya saja selama bayangan berkelebat itu tidak menggangguku. Telah kukatakan betapa sekarang ini diriku mengutamakan penyelesaian tulisanku dan semestinyalah tidak ada yang perlu kuanggap lebih penting dari itu. Malam ini langkah-langkah itu terdengar lagi. Kuakui betapa kecepatan dan keringanan tubuhnya memang luar biasa, sehingga aku bertanya-tanya siapakah kiranya yang menjadi gurunya atau kitab ilmu manakah kiranya yang telah dipelajarinya. Tentu dia bukan seorang pencuri kitab, karena jika dirinya seorang pencuri kitab maka seluruh tumpukan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ gulungan lontar ini tentu telah dilarikannya. Sebaliknya, justru dibunuhnya anggota Kalapasa, atau seseorang yang kukira anggota perkumpulan rahasia Kalapasa, yang bermaksud membawa pergi tulisanku itu. Seruling Rangga berhenti. Ia pun tampaknya mau tidur. Suara langkah itu hilang. Rupanya ia berlindung dibalik suara seruling Rangga. Itu suatu cara berpikir yang masuk akal, sementara perhatian kita tertarik oleh suatu suara, kita tidak terlalu peduli terhadap suara-suara lainnya. Namun ia tentu tiada mengira betapa jika kupejamkan mataku dan memasang ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang maka kulihat sosoknya sebagai garis cahaya sesuai bentuk tubuhnya. Jadi meski ia tidak melangkah lagi, suara napasnya masih memberikan gambaran dirinya kepadaku, dan jika ia menahan napas masih juga detak jantungnya akan menjelaskan keberadaannya, sementara jika detak jantungnya berhenti, udara yang tersibak tubuhnya tetap saja memberi gambaran yang terbaca. MAKA dalam keterpejamanku terlihat jelas dari garis cahaya hijau kekuningan yang membentuk tubuhnya, bahwa yang mencoba berdiam tak bernapas itu adalah seorang perempuan. Kuingat Pendekar Melati yang hanya kuingat aroma wewangiannya itu. Ketika terakhir kali bentrok dengannya begitu melayang keluar dari gua, ia telah muntah darah karena pukulan Telapak Darah. Sayang aku tidak mengenalinya sebelumnya, karena ia menyerangku dengan membabi buta dari balik kabut. Mengingat hubunganku dengan Pendekar Melati itu di masa lalu, yang memang belum kuceritakan seluruhnya, tentu akan sangat bersedih jika dirinya tewas karena pukulanku itu. Meskipun aku hanya mengibas, tetapi pukulan Telapak Darah tidak pernah gagal, setidaknya ia akan meninggalkan dunia ini dalam sehari dan semalam. Mengapa ia harus menyerangku dari balik kabut seperti itu" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Mengapa tidak ada penjelasan apapun juga jika menurutnya aku mesti tewas di tangannya" Urusan pribadi kami setahuku sudah selesai, hanya sesuatu yang luar biasa mestinya membuat Pendekar Melati di masa tuanya turun gunung dan mencariku yang sudah menghilang 25 tahun pula... Namun kehadiran perempuan yang telah berhari-hari mengintaiku itu tentu tidak harus ada hubungannya dengan Pendekar Melati bukan" Sejauh yang kuketahui, persaingan antarperempuan pendekar ini jauh lebih ketat, lebih tajam, dan lebih sengit daripada para laki-laki pendekar. Meskipun kuketahui Pendekar Melati mendapatkan ilmu silatnya dari seorang perempuan, itu tidaklah harus berarti ia akan menurunkan ilmunya kepada seorang perempuan pula. Betapapun harus kuakui bahwa jumlah perempuan pendekar itu sangat sedikit. Di antara mereka, jika tidak saling mengenal, setidaknya tentu saling mengetahui... Maka layaklah aku menjadi penasaran dengan gerakan yang luar biasa cepatnya dengan nyaris tanpa suara itu. Setelah mengembara, berguru, maupun bertarung dengan begitu banyak pendekar dari begitu banyak aliran persilatan, aku tidak merasa mengenali ciri-ciri ilmu meringankan tubuh yang satu ini. Namun aku tentu merasa bersyukur masih bisa memergokinya. Tidak hanya di balik pucuk-pucuk pohon kelapa, tetapi juga di balik batang pohon, di balik dinding rumah, dan bila aku melangkah keluar untuk mengerjakan pembuatan lembaran lontar, ia berkelebat ke balik gerbang. Aku bisa berkelebat mencegatnya, tetapi selain tidak kulihat ia bermaksud jahat, juga aku merasa waswas dengan buntut panjang urusan yang belum dapat kuperkirakan, ketika menyelesaikan tulisan bagiku kini menjadi satu-satunya tujuan dalam kehidupan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ke manakah hilangnya suara tapak itu kini" Ia menahan nafas dan detak jantungnya tiada terdengar lagi. Padahal tidak mungkin ia tiba-tiba mati. Sedangkan bila berkelebat menghilang tentu diriku akan mengetahui. Aku bangkit dengan mata terpejam karena masih kupasang ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang. Jika memang benar ia mendadak lenyap tanpa terlacak, itu berarti dirinya bisa membunuhku setiap saat! Pernah kukatakan hanya perlu satu titik lemah terbuka dalam sekejap mata, untuk melumpuhkan seseorang betapapun saktinya dalam dunia persilatan, yang antara lain membuat orangorang golongan hitam sangat mengandalkan jarum beracun sebagai senjata rahasia dalam serangan gelapnya. Kini tinggal udara yang bisa dibaca telinga, untuk diubah menjadi pemandangan dalam keterpejaman mata. Dengan segera kuketahui bagaimana ia telah membuat langkahnya tidak terlacak, karena ia telah mengambang di udara tanpa bergerak sama sekali. Ia tentu mengambang dengan tubuh seringan kapas, bahkan lebih ringan dari kapas, karena kapas pun perlahan-lahan turun ke bumi. Ia membiarkan tubuhnya mengambang dalam keadaan melayang dengan dua tangan terentang bagai tengkurap di atas pembaringan, tetapi yang melayang terbawa a liran udara malam dalam angin yang bertiup sangat amat pelahan. Ini berarti ia mengetahui bahwa aku telah melacak kehadirannya dan ia bermaksud melarikan diri! Aku berkelebat secepat kilat. Namun ketika aku berada di tempatnya hanya kegelapan yang kutemui. Aku me lenting ke atap rumah dan memang kulihat sesosok bayangan berkelebat ke balik malam dan menghilang. Tinggal kelelawar beterbangan di mana-mana di sekitar pepohonan. Kuputuskan untuk tidak mengejarnya karena mungkin saja ia sudah menghilang lagi di tempat yang kulihat itu, dan yang lebih membuatku tidak mengejarnya adalah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tumpukan lontar itu. Sudah jelas ada pihak yang berusaha mencurinya, jika waktu itu saja sudah hampir hilang, bukan tak mungkin terjadi lagi sekarang. Aku melompat turun dari atas atap dengan ringan dan berjalan kaki ke pondokku. Ternyata Nawa sudah menungguku di serambi. 'NAWA! Kenapa kamu di sini"'' ''Aku tidak bisa tidur, aku mau tidur sama Kakek,'' katanya. Ia langsung masuk ke bilikku dan menggeletak tidur di balai-balai bambu. Pikiranku masih berada di atas atap ketika melihat bayangan hitam itu berkelebat menghilang. Aku seperti mengenali gerakannya, tetapi tidak bisa kuingat pernah kulihat sebagai gerakan siapa, ataukah gerakannya berasal dari ilmu meringankan tubuh yang mana. Kulihat Nawa sudah tertidur pulas. Aku kehilangan minat untuk tidur. Maka kuambil lagi pengutik dan setumpuk lembaran lontar yang masih kosong. Aku kembali duduk di serambi. Di bawah cahaya api dari damar itu aku mulai menulis lagi. (Oo-dwkz-oO) Episode 161: [Dari Dunia Tanpa Kelamin] UDARA yang sangat amat dingin membuat jenazah bapak kedai itu membeku. Kukira aku bisa meninggalkannya di gua ini nanti, ketika tiba saatnya mengikuti rombongan Harimau Perang dari belakang saat mereka lewat, mungkin hari ini, mungkin besok, mungkin beberapa hari lagi, tetapi aku yakin tidak akan lama lagi. Kudaku kulepas dan setiap saat bisa kupanggil dengan suitan. Kuda itu seperti tahu, bahwa seperti TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ diriku ia pun harus bersembunyi dari pandangan siapa pun juga. Catatan bapak kedai itu memberi penjelasan tentang orang-orang kebiri, yang telah menjadi bagian dari kehidupan istana Negeri Atap Langit selama ribuan tahun lamanya. Di dalam istana yang penuh dengan putri-putri dan ribuan selir maharaja, adat hanya mengizinkan orang-orang tanpa kelamin untuk melayani mereka. Kehidupan semacam ini berlangsung di dalam tembok istana yang sangat tertutup, tetapi begitu luasnya bagaikan sebuah kota di dalam kota. Adat pemeliharaan orang-orang kebiri di dalam istana terdapat di berbagai negara besar di muka bumi, tetapi adat yang berlangsung di Negeri Atap Langit adalah yang sudah berlangsung paling lama. Mengikuti ujaran Kong Fuzi, bahwa kemurnian seorang perempuan sangat penting, maka istanaistana perempuan milik maharaja hanya bisa dilayani orang kebiri tak hanya untuk menghindarkan perselingkuhan, tetapi juga karena terjaganya kesucian itu dianggap penting sebagai dukungan terhadap keabadian takhta. Orang-orang kebiri itu merupakan jaminan bahwa setiap bayi yang dilahirkan adalah anak langsung maharaja, sebab jika perma isuri tidak dapat memberikan seorang putra mahkota, maka putra selir pertama berhak dan wajib mengisi tempatnya, dan begitulah seterusnya jika selir pertama pun tidak memberikan anak lakilaki. Setiap bayi yang dilahirkan di dalam istana haruslah darah daging maharaja. Maka orang-orang kebiri bagai diandalkan untuk menjaga lingkar cahaya kesucian dan kerahasiaan istana itu sendiri. Kedudukan maharaja sebagai Putra Surga atau Putra Langit dilindungi oleh tabir yang akan membuatnya terhindar dari urusan sehari-hari manusia biasa, karena ia diandaikan tidak boleh terganggu supaya tidak gagal dalam tugasnya. Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Pengertian tabir tidak sekadar ditafsirkan sebagai perumpamaan, karena tirai-tirai bambu memang dipasang di TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tepi jalan apabila tandu maharaja yang diusung orang-orang kebiri lewat, agar pandangan mata sang maharaja tak harus menyaksikan pemandangan kota dunia awam yang kasar. Telah diketahui bahwa para pejabat tinggi pun apabila menghadap maharaja di istana harus mengarahkan pandangan matanya ke bawah, karena tatapan langsung sangat dilarang. Siapa pun yang menghadap maharaja, termasuk perwakilan negara bawahan, di hadapan maharaja harus berlutut dan mengetukkan kepala mereka sembilan kali ke lantai sebagai tanda penghormatan. Dalam dunia seperti itu, orang-orang kebiri diandaikan mendapat kepercayaan penuh, karena kerelaan untuk kehilangan bagian tubuh yang membuatnya disebut lelaki itu dihargai sebagai pengorbanan yang tinggi. Dalam adat dan kepercayaan dunia Negeri Atap Langit, kehilangan sebagian anggota tubuh membuat jiwa seseorang ikut tercacatkan untuk mati dengan sempurna. Itulah yang membuat potongan tubuh mereka tersebut selalu dibawa dan disimpan baik-baik, untuk ikut dikuburkan sebagai manusia bertubuh lengkap setelah mereka meninggal dunia. Seorang maharaja Negeri Atap Langit pernah menyebut orang-orang kebiri sebagai, ''makhluk jinak dan setia seperti binatang terkebiri'', meskipun orang-orang cacat tubuh di masyarakat Negeri Atap Langit cenderung terasing dan yang cacatnya dianggap memalukan bahkan di-asingkan. KEPERCAYAAN diberikan kepada mereka bukanlah sekadar karena kerelaannya, melainkan karena dalam keadaan terkebiri itu mereka tidak mungkin mempunyai anak, sehingga diandaikan tidak akan memiliki kepentingan politik maupun kerakusan akan kekayaan. Dunia di dalam istana yang penuh dengan rahasia, berpeluang membuat seseorang yang mengetahui dan menguasai rahasia akan menjual rahasia itu dengan imbalan tinggi. Orang kebiri, karena keadaannya, dianggap tidak ada gunanya menjual rahasia maupun mencuri barang-barang berharga dari dalam istana. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dalam kenyataannya anggapan dan pengandaian itu sangat sering keliru. Sejarah Negeri Atap Langit membuktikan berkalikali bahwa kepercayaan atas keterbungkaman dan kesetiaan orang-orang kebiri itu tidak selalu benar. Pergunjingan tentang orang-orang kebiri ini bahkan melibatkan Kong Fuze sendiri, yang banyak pemikirannya menjadi tulang punggung kebudayaan Negeri Atap Langit, yang menyatakan keberatannya atas penerimaan orang kebiri dalam jajaran kekuasaan, membuat setiap penganut Kong Fuze akan selalu merendahkan orang-orang kebiri di istana. Dalam catatan sejarah yang tentunya ditulis para cendekiawan, orang-orang kebiri memang selalu dipandang rendah. Para cendekiawan maupun kaum terpelajar yang berhak menjadi pegawai pemerintah dianggap masuk akal jika merasa iri hati dan benci terhadap orang-orang kebiri, karena kedekatan mereka dengan istana, bahkan sebagai bagian tak terlepaskan dari istana, membuat orang-orang kebiri ini kekuasaannya melebihi para menteri. Barangkali iri hati dan kebencian itulah yang membuat para cendekiawan menjadi kurang cendekia dan kaum terpelajar bagai kehilangan keterpelajarannya, sehingga selama terus menerus dari abad ke abad menuliskan gambaran tentang orang-orang kebiri sebagai pengkhianat asli dan tidak peduli kepada rakyat. Dalam cara berpikir kebudayaan Negeri Atap Langit, segenap keberdayaan maupun segala sesuatu merupakan lingkaran yin dan yang nan selalu berulang, setiap kali mencapai puncak sebagai yin akan tak tertahan meluncur ke kedalaman sebagai yang. Segala sesuatu yang berlawanan adalah keberimbangan. Kelelakian, kekuatan, dan kebajikan berada di bawah pengaruh yang, sementara kewanitaan, orang kebiri, dan kejahatan diatur oleh yin. Cara memandang dunia dengan yin-yang ini jelas membuat orang kebiri terbawahkan dan terendahkan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Maka bagaimana caranya keberadaan orang-orang kebiri bisa diterima di istana" Bayi-bayi lelaki yang diminati maharaja untuk berperan besar disendirikan dalam pengasingan ketat di istana, dirawat dan disusui oleh dayang-dayang sampai disapih, setelah itu mereka dibesarkan dan menerima pendidikan di tangan orang-orang kebiri, yang berharap bahwa diri mereka selamanya akan selalu dekat dengan kursi kekuasaan. Sampai titik itu, dengan caranya sendiri banyak orang kebiri berusaha memenangkan kecintaan maharaja pada masa depan dalam waktu yang sangat lama. Bahkan sering memanfaatkan asuhan muda mereka itu demi tujuan dan cita-cita mereka sendiri. Banyak pangeran menjadi maharaja ketika masih kanakkanak. Pada saat ia menjadi dewasa, orang-orang kebiri pengasuhnya memperkenalkan ia kepada kelemahan- kelemahan menonjol persetubuhan dan berbagai kebiasaan yang melemahkan. Sekali tubuh dan jiwa terkikis, penguasa baru menjadi alat dengan kehendak yang juga lemah di tangan para penampungnya, yang dengan mudah membuatnya percaya betapa musuh dan pengkhianat tersembunyi di mana-mana di istana seluas kota itu. Maka kepercayaan sang penguasa kepada penasihat pemerintahan yang resmi pun menjadi hancur. Satu-satunya jalan adalah menggantungkan diri kepada keterangan, nasihat, dan dukungan jaringan orang kebiri. Kadang-kadang orang kebiri bermain pada persaingan sengit, kecemburuan, dan kehendak dangkal yang lazim terdapat di istana keputrian. Di sana ribuan wanita berlomba merebut perhatian maharaja, sebagai satu-satunya jalan menuju kekayaan dan kekuasaan bagi mereka sendiri, marganya, maupun yang sangat diharapkan, yakni putra-putra mereka. Lebih dari satu orang kebiri bergabung dalam kesatuan perencanaan jahat seorang permaisuri atau selir, dalam alur gelap untuk mengenyahkan pewaris kekuasaan, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dan menempatkan putra atau siapa pun yang disukainya dalam antrian pengganti. Bahkan seorang penguasa muda sendiri akan sangat bergantung kepada orang-orang kebiri, yang telah meng-ambil alih kekuasaan begitu rupa sehingga membuat mereka bisa mendudukkan dirinya di atas takhta, daripada memilih pesaingnya. DALAM masalah seperti itu, orang-orang kebiri nyaris tidak mungkin disingkirkan dari kekuasaan, karena memegang segenap pengawasan di tangan mereka dari pemerintahan singkat yang satu ke pemerintahan singkat selanjutnya. Dalam beberapa hal, maharaja sungguh takut kepada orang-orang kebiri ini. Harus diketahui bahwa beberapa maharaja Negeri Atap Langit, yang tidak didukung orang-orang kebiri, akan tidak berdaya di hadapan berbagai kelompok pejabat maupun marga para kerabat yang berusaha menguasai takhta. Betapapun, meski banyak maharaja dipengaruhi oleh orangorang kebiri, banyak juga maharaja sepanjang sejarah Negeri Atap Langit yang sangat berdaya dan menentukan keputusannya sendiri, serta memimpin bangsanya menuju kebesaran dan tingkat kebudayaan yang jauh lebih maju dari bangsa-bangsa lain di dunia. Aku berhenti membaca sebentar, menebarkan pandanganku kepada keluasan pemandangan. Betapa berbeda kesan yang ditinggalkan langit dan puncak-puncak batu menjulang, sementara burung elang melayang lepas di antaranya, dibandingkan gambaran tentang seluk beluk istana, yang meskipun begitu besarnya, tak akan pernah cukup besar bagi sebuah nafsu kuasa. Teringat kepada ujaran Han Fei Tzu lebih dari seribu tahun lalu yang kubaca di Kuil Pengabdian Sejati. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ negara besar dan kecil menderita cacat sama penguasa dilingkari pribadi tak berharga mereka yang mengawasi penguasa akan jadi orang pertama menemukan rahasia ketakutan dan harapan mereka Kuamati sekitarku, kupejamkan mataku, berusaha menangkap sesuatu. Adakah suara kaki kuda" Ada suara sosok tubuh berkelebat meski nyaris tanpa suara" Memang benar mereka yang sangat tinggi ilmu meringankan tubuhnya akan mampu bergerak nyaris tanpa suara. Namun nyaris tanpa suara adalah suara juga, karena suara adalah desakan daya kepada udara, sehingga meskipun seorang pendekar membentangkan tangan seperti elang melayang tanpa mengepakkan sayapnya, udara yang bergelombang karena desakan benda padat tetaplah dapat dibaca sebagai getaran, tergantung tinggi rendahnya ilmu s ilat yang akan menentukan kepekaannya. Memang tidak kudengar suara apa pun di dalam udara, hanya suara angin, mengirimkan dingin yang berpentalan dari dinding ke dinding. Namun kemudian, di kejauhan yang amat sangat, kudengar juga suara langkah-langkah kuda itu... Mereka muncul dari ujung celah, bukan rombongan Harimau Perang, melainkan kuda-kuda yang telah ditinggalkan para penunggangnya karena mengejarku itu. Kuda-kuda yang sungguh setia, meneruskan perjalanan sete lah penunggangnya berkelebat memburuku. Berarti keberuntungan ada di pihakku, karena dengan tidak melihat kuda yang kehilangan penunggang, Harimau Perang masih akan mempertimbangkan kemungkinan mereka hidup dan tiada masalah yang harus dianggap mengkhawatirkan. Tentu jika Harimau Perang berpikiran seperti itu! Ini bagaikan suatu perjudian jarak jauh. Harimau Perang itu mungkin saja mengira tidak ada sesuatu yang terlalu penting dan tidak mencurigai apapun, tetapi mungkin saja ia begitu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ waspada sehingga kemungkinan apapun tidak ada yang dapat lolos dari pertimbangannya. Kuperhitungkan bahwa kedua orang yang menyerang pertama kali seharusnya hanya menyampaikan apa yang dianggapnya penting kepada lima orang yang berada di belakangnya. Namun kelima orang yang hanya melihat dua kuda kosong tanpa penunggang segera berkelebat menyusul dan mati semua. Jika kelima orang ini harus berhubungan dengan rombongannya secara berkala, jelas bahwa kewaspadaan Harimau Perang akan segera meningkat. Jika tidak, aku masih punya waktu sampai ia akhirnya akan curiga juga. Betapapun kurasa ia sudah terlalu dekat dengan Celah Dinding Berlian ini untuk kembali, kecuali kalau ternyata menginap di kedai yang telah ditinggalkan itu. SEPANJANG perjalanan memang tidak pernah kutemui desa-desa itu, tetapi sepanjang jalan berkuda di lereng-lereng serba curam ini, yang kadang melebar dan kadang menyempit tak tentu, memang sering kulihat jalan setapak di tepi jalan yang lebih sempit lagi. Betul-betul setapak, tidak seperti jalan utama yang meski tak lebar ada kalanya masih cukup juga untuk lima kuda berjajar, tentu untuk setiap saat menyempit, melebar, dan menyempit lagi berganti-ganti. Sambil lalu aku memang sudah lama memikirkan jalan sempit menuruni jurang di tepi jalan utama yang selalu menghilang di balik semak dan kabut itu. Aku sudah lama berpikir bahwa jalan itu tentunya menuju ke suatu tempat. Itulah yang luar dari yang disebut jalan bukan" Menghubungkan satu tempat ke tempat lainnya. Manusia yang ingin mengembara dengan atau tanpa tujuan tinggal menapaki suatu jalan, maka ia akan sampai ke suatu tempat yang menjadi tujuan maupun tidak menjadi tujuannya. Setiap kali melihat suatu jalan, besar maupun kecil, kecil maupun kecil sekali, di percabangan, pertigaan, maupun perempatan, aku memang selalu penasaran untuk menapak dan melangkah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ di atasnya, untuk mengetahui seperti apa tempat jalan ini Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menuju. Namun begitulah persoalan manusia dalam hidup ini bukan" Setiap kali aku melihat jalan setapak yang menghilang di balik kabut, dan tentu saja ingin mengarunginya, aku harus tetap bertahan untuk mengarungi jalan yang sedang kutempuh karena memang terdapat suatu tujuan. Itulah maksudku dengan persoalan manusia, kita selalu berhadapan dengan pilihan untuk tetap atau tidak setia... Mereka masih tertawa-tawa bagaikan tiada persoalan yang terlalu berat di dunia. Sejauh dapat kutangkap dari perbincangannya, mereka memang sudah biasa mengadakan pertunjukan dari desa ke desa, karena diundang untuk ikut memeriahkan berbagai macam upacara seperti pesta perkawinan dan semacamnya. Aku tertegun mendengarnya, meskipun desa-desa di lautan kelabu gunung batu ini begitu terpencil, bahkan tidak kelihatan sama sekali bangunan maupun penduduknya, dan karena itu kukira kehidupannya cukup sederhana, ternyata tetap ingin merayakan segala sesuatu dengan semeriah-meriahnya. Rombongan sandiwara ini sudah biasa berkeliling kian kemari untuk memeriahkan berbagai macam upacara adat, tentu setiap kali menyewa pengawal perjalanan, karena tentunya pula pembegalan, perampokan, penjarahan, pemerkosaan, dan pembunuhan tetap berlaku sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Dalam hati aku menggelenggelengkan kepala. Gairah manusia merayakan kehidupan sungguh luar biasa. Angin yang menderu semakin menegaskan kesunyian lautan kelabu gunung batu, tetapi kutahu kehidupan di wilayah yang nyaris selalu tersembunyi di balik kabut ini tidaklah sesunyi itu. Kuperhatikan para pengawal perjalanan yang membuat dadaku bagai tergores sembilu itu, meskipun pernah kubaca Kong Fuze berkata: TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ orang bijak bebas dari keraguan orang saleh bebas dari kecemasan orang berani bebas dari ketakutan orang hebat selalu bahagia orang kerdil selalu susah Artinya meskipun para pengawal perjalanan tergolong sebagai orang bernyali yang hanya membanggakan ilmu silatnya, seharusnya mereka menerima nasibnya dengan jiwa besar, dan tampaknya memang demikian, jika diingat bahwa betapapun mereka menerima peran mereka yang merangkap sebagai pengangkut beban. Kemiskinan di wilayah ini tampaknya sengaja diperparah, sebagai akibat berkumpulnya para pemberontak dari masa ke masa, yang semakin banyak. Aku sangat menghargai penerimaan mereka itu, karena jika tidak merekan tentu sudah bergabung sebagai penyamun, yang hanya akan semakin memberatkan kehidupan rakyat jelata. Aku memikirkan sesuatu, bahwa mereka mestinya tidak tersinggung jika kuberi hadiah tujuh kuda piluhan ini, yang meskipun tidak setangguh dan secerdik kuda Uighur, tentunya lebih dari cukup untuk kebutuhan mereka sekarang. Di sini terdapat tujuh kuda tanpa penunggang yang dapat kubagikan kepada mereka, lima bagi para pengawal itu agar tidak tampak terlalu mengenaskan, dan dua ekor kuda lagi yang dapat dimanfaatkan sebagai pembawa beban yang kini mereka panggul itu. TAK dapat kubayangkan bagai-mana kelima pengawal perjalanan itu dapat menjalankan tugasnya, jika penyamun menyerang rombongan sandiwara ini ketika mereka juga bertugas sebagai kuli barang seperti itu. Atau, dan inilah yang melentikkan gagasan dalam kepalaku, mengapa tidak kupikirkan betapa ilmu mereka sudah begitu tingginya, sehingga bersedia menerima beban pekerjaan seperti, karena TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ memang akan mampu mengatasi serangan para penyamun dengan mudahnya" Aku tidak harus merasa pertimbanganku meragukan, karena mempertaruhkan nyawa kurasa belum akan dilakukan sekadar karena kelaparan, meski kelaparan yang amat sangat juga akan mematikan. Dengan kuda-kuda yang akan kuberikan itu, aku mempunyai sebuah rencana. Namun sementara menunggu mereka yang masih jauh, aku kembali membaca catatan tentang orang-orang kebiri. Aku melompati beberapa bagian, tetapi aku nanti akan kembali lagi, karena perhatianku tertarik kepada cerita berikut: "Orang kebiri yang lari dari istana dengan berbagai cara tertangkap para pengawal istana dan dikembalikan. Mereka yang melakukan pelanggaran untuk pertama kalinya akan dikurung selama dua bulan, disamping dicambuk, lantas dipekerjakan lagi. Mereka yang melakukan pelanggaran untuk kedua kalinya, akan dikenakan cangue selama dua bulan, yakni sebuah bingkai kayu besar yang dipasang ke leher, membuat terhukum takbisa berbaring maupun makan dengan tangannya. Mereka yang lari untuk ketiga kalinya, dan tertangkap lagi, dibuang ke luar batas negeri selama dua setengah tahun, sama seperti orang kebiri yang terpergok mencuri. Jika barang yang dicuri dinilai sebagai berharga oleh maharaja, maka kepalanya akan dipenggal di tempat istimewa jauh di luar kotaraja. "Begitulah penolakan tugas atau kemalasan akan dihukum cambuk. Kepala orang kebiri akan memerintahkan satu orang dari antara 48 bagian dalam rumah tangga istana, untuk melaksanakan pencambukan dengan batang bambu. Yang bersalah menerima delapanpuluh sampai seratus cambukan, lantas dikirimkan kepada tabib yang juga seorang kebiri untuk mengobati lukanya. Setelah tiga hari, orang kebiri yang dihukum itu akan dicambuk lagi, hukuman itu bernama 'mengangkat koreng"' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku mengangkat pandanganku dari gulungan naskah. Aku memang belum terlalu lancar membaca aksara Negeri Atap Langit, sehingga tulisan sependek itu baru setelah kubaca cukup lama bisa kupahami. Hanya keinginan tahu yang besar saja membuat aku tahan menghadapi aksara itu lama-lama. Betapapun aku sadar, dalam makna yang terungkap oleh aksara yang jika belum akrab tampak ruwet itulah pengetahuan berharga akan tersingkapkan. Rombongan itu semakin dekat. Aku menggulung kembali naskah itu dan melayang turun dengan ringan untuk mencegatnya. (Oo-dwkz-oO) Episode 162: [Memperdayai Harimau Perang] AKU melayang turun dengan ringan bagaikan mampu menahan tubuhku sendiri di udara, dan memang aku mampu menahan tubuh di udara seperti itu, tetapi yang tidak akan kulakukan jika hanya demi pameran. Rombongan yang semenjak tadi terus-menerus tertawatawa sampai mendekati celah, mendadak menghentikan tawanya dan ternganga melihatku turun perlahan seperti kapas dari udara. Namun kelima pengawal tidak ternganga dan kuperhatikan bahkan tidak mencabut senjatanya, tentu kepercayaan diri yang besar terhadap ilmu silat mereka yang tinggi. Mereka bahkan tidak meletakkan barang bawaan mereka dari punggungnya, meski memang mata mereka menatap dengan tajam. Namun lima perempuan dan lima lelaki yang keperempuanperempuanan itu tawanya kembali pecah berderai-derai. Sungguh aku kagum dengan nyali mereka! TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Hahahahahaha! Tubuhnya mengambang tanpa bobot! Hahahahaha!" "AWAS! Diterbangkan angin nanti! Hihihihihihi!" "Ilmu meringankan tubuh! Seperti cerita silat! Huhuhuhuhu!" "Bisa diajak pertunjukan keliling! Hehehehehe!" Setiba di pelataran batu yang menghubungkan semua jalan itu aku pun bersoja dengan sopan, dan berbicara dengan bahasa Negeri Atap Langit sebisanya. "Selamat berjumpa wahai Puan-puan dan Tuan-tuan! Perkenalkanlah saya, seorang pengembara tidak berharga, menawarkan kuda dengan harga sangat murah kepada T uantuan dan Puan-puan. Saya lihat lima orang dalam rombongan berjalan kaki naik turun gunung tanpa kuda, masih membawa barang pula, tepatlah kiranya saya tawarkan tujuh kuda, lima untuk ditunggangi dan dua lagi untuk membawa beban. Saya jamin murah untuk kuda-kuda terbaik yang pernah saya tawarkan. Silakan!" Dari wajah dan cara berbahasaku, jelas aku tampak sebagai orang asing. Salah seorang lelaki yang keperempuan-perempuanan, yang tampaknya menjadi pemimpin rombongan, bicara dengan sisa senyum, mungkin karena banyak yang salah dalam kata-kataku, tetapi ia pun bersoja dengan sopan. "Selamat berjumpa pula Kawan, seberapa murahnyakah kuda-kuda dikau itu Kawan, dan mengapa pulakah bisa menjadi murah seperti itu, karena kami tidak akan membeli kuda-kuda curian, atau kuda manapun yang akan menjadi masalah di hari kemudian. Tapi sebelum itu siapakah diri dikau itu Kawan, datang dari mana dan hendak ke manakah kiranya?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sebetulnya kalimat itu pun kutangkap sepotong demi sepotong. Kadang aku hanya mampu memperkirakan saja maksudnya, tetapi tetap kujawab juga. "Saya hanyalah seorang pengembara yang tidak memiliki nama, Tuan, datang dari sebuah pulau nun jauh di selatan yang disebut Jawadwipa, kuda-kuda ini dapat kujual murah Tuan, karena para pemiliknya telah terbunuh." "Hah" Dikau yang membunuhnya?" "Hanya dua orang yang saya bunuh sendiri Tuan, lima orang sisanya dibunuh teman saya yang sudah terbunuh pula." Lelaki yang keperempuan-perempuanan itu manggutmanggut. "Hmm. Banjir darah rupanya di s ini," katanya, "dan kenapa dikau dan teman dikau itu harus membunuh para penunggang kuda-kuda yang akan dikau jual ini, Kawan?" "Ah, Tuan, mereka memang bermaksud membunuh saya, dan saya berhasil membunuh dua orang karena membela diri, Tuan. Adapun yang lima lainnya, adalah teman saya yang membunuhnya untuk melindungi saya, Tuan..." Ia manggut-manggu terus, dan sekilas tampak saling melirik dengan salah seorang pengawal yang kukira juga menjadi kepala pengawal, yang tampak mengangguk tanpa berusaha menutupinya dariku. "Jadi, Kawan, apakah kiranya yang membuat para penunggang kuda itu begitu bersemangat membunuh seorang pengembara tanpa nama seperti dikau?" Sampai di sinilah agaknya kejujuranku kucukupkan, bukan demi sebuah kebohongan, me lainkan karena jawaban manapun tak bisa disingkatkan. Akan terlalu panjang untuk menjelaskan masalah Amrita, maupun perananku dalam berbagai pertempuran antara pasukan pemberontak dengan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pasukan pemerintah Daerah Perlindungan An Nam kepada mereka. "Itulah yang saya tidak mengerti juga Tuan," kataku, "kata mereka sudah kewajiban untuk menantang saya bertarung...." Itulah pilihan yang masuk di akalku agar tampak seperti kejujuran. Lelaki keperempuan-perempuanan yang menjadi kepala rombongan itu kali ini menoleh dengan tegas kepada kepala pengawal, seperti menyerahkan persoalan. Kepala pengawal itu pun mendadak berkelebat sangat amat cepat. Takkulihat bagaimana ia meletakkan barang dan mencabut senjatanya, tetapi tiba-tiba saja ancaman bahaya pencabutan nyawa datang dari segala arah dengan kecepatan yang tidak bisa diikuti mata. Namun dalam kecepatan yang amat sangat tinggi, segala sesuatunya kini tampak amat sangat lambat. Berhadapan dalam jarak dekat, dengan mudah tanganku masuk ke dalam kantong rahasia yang berada di balik bajunya, dan kutahu kantong yang seharusnya berisi uang itu ternyata kosong. Sembari terus saling berkelebat, dalam kejernihan gerak terlambatkan, aku berpikir tentang nasib para pengawal gagah berani yang menghambakan diri kepada tujuan menyelamatkan hidup ini. Bukanlah bahwa nasib jadi mengenaskan karena pengawal perjalanan turun derajat sebagai pengangkat barang, melainkan kerelaan dan kesudian menerima segala pekerjaan dalam keunggulan kemampuan. Dengan ilmu silat setinggi ini mereka bisa menjadi kepala para penyamun yang berlimpah kemewahan, menjadi anggota kelompok rahasia yang serba berkecukupan meski harus hidup dalam kerahasiaan, atau menjadi pembunuh bayaran yang meski terpaksa mengucilkan diri akan hidup sesuai kemampuan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ NAMUN mereka memilih untuk menjadi pengawal perjalanan, yang meskipun lebih dari layak dibayar semahal Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mahalnya, di wilayah terpencil seperti ini memang tidak akan pernah mendapatkannya. Sementara itu, karena wilayah perbatasan ini memang penuh pelarian pemberontak yang menjadi penyamun maupun penyamun yang berasal dari penjahat kambuhan, keberadaan mereka tetap diperlukan. Sering juga terdengar cerita tentang dua saudara seperguruan yang berpisah jalan, ketika yang satu menjadi penyamun, maka yang lain memilih untuk menjadi pengawal perjalanan, dan pada suatu hari saling berbunuhan. Alangkah menyedihkannya menjadi tak berdaya, tetapi dalam hal pengawal perjalanan ini justru keberdayaannya untuk memilih pengabdian lebih dari patut mengundang penghargaan. Maka aku tentu tak berniat melu-kai-nya. Namun harus menunjukkan bahwa aku pun layak ditantang meski mungkin hanya gerakanku yang menyebabkannya. Jadi ke dalam kantongnya yang kosong itu kumasukkan sejumlah uang perak dan emas. Lantas sambil menghindari sambaran kelewang aku melenting ke atas dan menempel ke langit-langit batu alam yang terbentuk di atas pelataran dengan ilmu cicak. Aku tidak pernah turun kembali, punggungku menempel karena tekanan udara dari pori-pori yang terlalu kuat. Ia bisa menyusul ke atas, tetapi tentu saja kedudukannya akan menjadi lemah. Jadi ia sarungkan senjatanya dan berkata kepada kepala rombongan yang keperempuan-perempuanan itu. "Kawan kita tidak berbohong," katanya, "banyak pendekar yang pasti akan penasaran untuk mengujikan ilmu silatnya kepada anak muda ini. Siapa gurumu, Kawan?" Pertanyaan ini membuatku terhenyak, karena aku tidak pernah siap menjawabnya. Tentu aku mendapatkan Ilmu Pedang Naga Kembar yang tiada tandingannya itu dari TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sepasang Naga Celah Kledung yang mengasuhku, tetapi aku tidak akan pernah menyebutkan pasangan pendekar yang telah menjadi orangtuaku itu sebagai guru, karena dalam pandanganku sendiri ilmu silatku belumlah akan terlalu membanggakan mereka. Sepasang Naga dari Celah Kledung itu telah menolak untuk menggenapkan Pahoman Sem-bilan Naga, jelas menunjukkan keya-kin-an bahwa tingkat ilmu s ilat mereka tidak berada di bawah masing-masing pendekar yang telah mencapai taraf naga. Menolak bergabung sebetulnya bisa juga ditafsirkan sebagai penghinaan atau tantangan, meski kedua orangtuaku tidak mungkin bermaksud seperti itu, sehingga itu juga berarti Sepasang Naga dari Celah Kledung itu siap berhadapan dengan para naga yang sembilan jumlahnya itu bersama-sama. Adapun aku yang telah diburu oleh Naga Hitam begitu rupa saja belum juga menghadapinya. Kurasa belum pantaslah aku mengaku sebagai murid Sepasang Naga dari Celah Kledung. Aku merasa betapa tingkat ilmu silatku masih akan memalukan bagi mereka. Selain itu, bukankah aku juga belajar dari berbagai macam sumber ilmu dalam dunia persilatan, termasuk dari seseorang yang mengajariku secara rahasia" Jika aku mendapatkan Jurus Penjerat Naga dari kitab yang ditulis Pendekar Satu Jurus, maka bukankah aku menemukan Jurus Dua Pedang Menulis Kematian dengan segala percabangannya, Jurus Bayangan Cermin yang kuolah menjadi bangunan ilmu silat tersendiri, maupun yang selalu kupikirkan setiap saat, yakni Jurus Tanpa Bentuk, tanpa dapat menyebutkan nama seorang guru" Aku bukan hanya tidak dapat menyebutkan namaku, aku juga tidak mungkin menyebut nama seorang guru! Namun meski tidak bisa menyebutkan nama seorang guru, aku tetaplah seorang murid yang betapapun belajar dari sesuatu! "Saya tidak mempunyai guru, Tuan," jawabku, "saya belajar ilmu silat sekadar untuk membela diri dari para TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ penjaga keamanan di desa-desa yang saya lalui. Sekadar ilmu silat yang diperlukan seorang pengembara lata..." Mereka saling memandang. Kepala rombongan itu melambaikan tangannya kepadaku seperti lambaian seorang perempuan. "Turunlah ke sini pengembara! Jangan bergelantungan di sana! Biar kami beli kuda dikau! Mau dijual berapa?" "Ya, turunlah kemari," kata lima perempuan yang berbaju warna-warni itu ramai-ramai, "untuk apa menempelkan punggung di langit-langit seperti itu." Aku pun melompat turun, tetapi kali ini cepat sekali. Setidaknya bagi sepuluh orang berbaju warna-warni yang seperti tidak pernah menyadari adanya bahaya ini, padahal mereka tentunya sangat mengerti, tentu aku seperti tiba-tiba saja muncul di depan mereka. KUKATAKAN mereka seperti tidak menyadari adanya bahaya, ya, hanya seperti, karena sebetulnya tentu sangat memahami, apa artinya hidup sebagai pemain sandiwara keliling di wilayah seperti ini. Dengan pengertian semacam inilah orang-orang awam kukagumi. Tidak bisa bersilat dan tidak mengenal ilmu beladiri sama sekali tidaklah menjadi halangan untuk melangkah keluar dari pintu rumah dan pergi. Mereka selalu berpentas keliling dari desa ke desa di daerah ini dengan riang hati, dan tentu bukan tidak pernah mengalami betapa kehadiran para penyamun menjadi masalah sehari-hari. Betapa bahkan untuk hidup wajar pun dibutuhkan perjuangan yang nyaris abadi... Bahwa dengan segala kesederhanaan masih mereka sewa juga para pengawa. Aku langsung turun ke dekat pe-nam-batan ketujuh kuda, kemudian ku-bawa ketujuhnya mendekati mereka. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Bayarlah dengan berapa pun uang yang berada di kantong baju Bapak sahaja," kataku, "saya sudah cukup bahagia dapat membantu." Sambil mengucapkan kata-kata itu, mataku menatap tajam dengan penuh arti. Seperti mengerti, ia meraba kantong bajunya, meski tetap terkejut juga. Kepala pengawal perjalanan itu tentu mengerti, jika aku bermaksud membunuhnya itu semudah membalik telapak tangan. Ia sekarang mengerti bahwa aku ingin mereka membeli ketujuh kuda ini dariku dengan uangku sendiri. Ini akan memastikan bahwa ketujuh kuda ini dibeli, dan bahwa ketujuh kuda ini masih akan berada bersama mereka ketika berpapasan dengan rombongan Harimau Perang. "Kalau begitu akan kubeli dengan uang sejumlah ini," ujarnya kemudian sambil memberikan uangku sendiri. Aku sengaja tidak menghitung dan langsung memberikan ketujuh kuda itu setelah menerima uangnya. "Semoga perjalanan Tuan-tuan dan Puan-puan lancar," kataku, "ketujuh kuda ini sekarang sah milik Tuan-tuan dan Puan-puan, pengembara yang lata ini hanya mohon didoakan keselamatannya dan jangan dilupakan, bahwa dia sudah tidak bertanggung jawab lagi atas kepemilikan ketujuh kuda ini." Aku mengucapkan kata-kata itu begitu rupa, sekuat bisa dalam bahasa yang aku sendiri belum lancar bicara, yang menekankan kepentinganku untuk tidak dilibatkan lagi sebagai penjual ketujuh kuda tersebut, dan tampaknya ini disetujui. Bukan hanya aku dengan suatu cara telah membayar kepentinganku dengan tujuh ekor kuda perkasa yang biasa ditunggangi pengawal rahasia istana, tetapi bahwa aku pun telah membiarkannya tetap bernyawa. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sikap yang barangkali tidak terlalu adil, tetapi untuk sementara aku tidak menemukan cara lain untuk mengelabui Harimau Perang. Akan menjadi masalah besar jika diketahuinya, bahwa ketujuh pengawal tersebut mati karena keberadaanku sejak awal di depan rombongannya. Memang mereka akan bertemu dengan rombongan ini dan mempertanyakannya, tetapi tidak ada sesuatu pun yang dapat mereka paksakan kepada rombongan sandiwara keliling dengan lima pengawal perjalanan yang tangguh ini. Sejauh telah kuuji ilmu s ilat kepala pengawal perjalanan itu, kuketahui Harimau Perang dan rombongannya pun tidak akan bertindak gegabah --dan pesanku jelas agar dalam keadaan apa pun keberadaanku jangan disebut-sebut. Kuanggap ini merupakan siasat yang baik, termasuk satu di antara enam siasat bagian dari Siasat untuk Keadaan Mendua dalam kitab Yi Jing yang disebut siasat Kacaukan Air-nya, Ambil Ikannya yang berbunyi seperti ini: ambil peluang dari kekacauan kubu musuhmu ambil keuntungan dari kelemahan dan kurangnya pemusatan pengawasan dengan mengikutinya, dikau melewati malam dengan tenang Tujuan utamaku adalah mengikuti rom-bongan Harimau Perang diam-diam agar dapat mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan kematian Am-rita. Tujuan perjalanan Harimau Pe-rang adalah istana kemaharajaan di Changian, karena memang ia berangkat berdasarkan panggilan pusat pemerintahan Wangsa Tang itu, yang juga membawahkan Daerah Perlindungan An Nam. Diperkirakan keberhasilan menggagalkan pengepungan, bahkan melakuTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kan serangan balik, terhadap pasukan pem-berontak gabungan, merupakan ala-san utama pemanggilannya, karena pe-merintah Wangsa Tang juga tidak habis-habisnya mengalami pemberontakan, mulai dari yang besar sampai yang kecil. Se-dangkan perjalanan itu dilakukan diam-diam tentunya untuk menjamin ke-rahasiaan. Bahwa perjalanan dengan kapal me lalui laut yang lazim ternyata dihindari, memang dapat diterima demi kerahasiaan. Namun apakah yang harus dipertimbangkan jika lautan kelabu gu-nung batu ini penuh dengan penyamun yang berasal dari pemberontak pula" Di satu pihak memang itulah tuntutan kerahasiaan, tetapi di pihak lain, menurut dugaanku, ia sengaja diminta datang ke Negeri Atap Langit justru untuk mengenali wilayah yang dihuni para pembe-rontak itu, yang telah mengacaukan ketenangan dan merongrong kewiba-waan, dan ditakutkan setiap saat bertambah kuat, jika para pemberontak itu dari tahun ke tahun bergabung menyatukan perbatasan. Jika para pemberontak bersekutu dengan musuh-musuh Negeri Atap Langit di luar perbatasan, jelas ke-duduk-an pemerintah Wangsa Tang di kotaraja bagaikan ikan di dalam bubu. Jika dugaan ini benar, maka keahlian seorang Harimau Perang sangatlah hebat. HARIMAU Perang adalah seorang ahli siasat. Terbaca olehnyakah siasat-ku" Aku tentu menyerahkan ketujuh kuda itu kepada rombongan sandiwara tersebut, dengan perkiraan bahwa mereka memang akan bertemu dengan rombongan Harimau Perang. Ke-beradaan ketujuh kuda itu akan mengejutkan mereka, dan tentu mereka akan bertanya ke mana pemilik ketujuh kuda tersebut. Jawaban mana pun, apakah mereka menunjuk diri mereka sendiri, atau menyataikan pemiliknya sudah mati, tidaklah akan membawabawa diriku. Harimau Perang akan sibuk mempertimbangkan apakah para pengawal perjalanan ini memiliki urusan dengan tugasnya, dan sengaja membunuh para anggota kelompok TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ rahasia Kalakuta tersebut, ataukah bahwa suatu bentrok telah berlangsung tanpa dikehendaki, tanpa harus ada hubungan juga dengan tugasnya. Apa pun yang dipikirkan Harimau Perang, tidak akan ada hubungannya dengan diriku. Bagiku itu sudah cukup. Sementara jika para pengawal rahasia yang menjadi sisa pengawalnya itu mencoba menerapkan cara-cara pe-nyik-saan mereka untuk mendapat keterangan sejujurnya, telah kuketahui bahwa mereka tidak akan mampu mengalahkan para pengawal perjalananan. Untuk tujuan itulah memang telah kupancing kepala pengawal perjalanan itu agar menyerang, dan tingkat ilmu silatnya memberikan kepada diriku suatu keyakinan. "Semua kuda ini milik Tuan-tuan, bawalah," kataku menegaskan bahwa aku tidak menyebut Puan-puan, karena maksudku memang hanya untuk para pengawal perjalanan, bukan lima lelaki dan lima perempuan yang berbaju warnawarni. Sudah kukatakan betapa aku terharu dengan kesetiaan mereka terhadap tugasnya, dengan tidak beralih menjadi penyamun yang serba mencelakakan, meskipun hidup dalam kemiskinan begitu rupa sehingga harus merangkap pekerjaan sebagai pembawa barang. Dengan tujuh kuda dari istal istana, aku yakin hidup mereka akan lebih bahagia, dan itu memang terlihat dari wajah mereka. Mereka segera memindahkan barang-barang dari punggung mereka ke punggung dua kuda. Adapun sisa barang yang tinggal sedikit masih dapat mereka bawa bersama kuda masing-masing. Suatu ketika di antara karung tempat barang itu tersembul peralatan bunyi-bunyian yang mereka bawa. Tidak dapat kutebak apa yang berada di dalam pikiran kepala pengawal perjalanan itu sebelumnya, ketika kudengar ia berkata kepada pemimpin rombongan sandiwara. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kawan pengembara yang tidak memiliki nama ini telah menjual ketujuh kuda mahal ini dengan harga semurahmurahnya kepada kami, dan ini sangat membantu perjalanan kita," katanya,"mengapa Tuan tidak memberikan kepadanya pertunjukan yang tiada ternilai harganya pula, sekadar sebagai tanda terima kasih kita?" (Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ KITAB 9: JARINGAN RAHASIA ISTANA Episode 163: [Tarian Pohon Yangliu] Tarian Luyao disebut juga sebagai Tarian Pinggang Hijau. Makna sebenarnya mungkin harus dicari sendiri, ketika setiap orang mendapatkan penemuannya masing-masing, karena bukan saja tidak mungkin terdapat satu saja kebenaran dalam pembermaknaan, Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo melainkan juga bagaimana caranya menceritakan kembali gerak tarian dan bunyi-bunyian" di selatan sana diturunkan kein-dahan surgawi ia menari dengan pinggang yang langsing berayun indah sekali Kalimat itulah yang selalu dikatakan tentang tarian tersebut, yang masih juga merupakan tarian kata itu sendiri. Istilah Pinggang Hijau tampaknya lebih ditujukan kepada pohon yangliu yang sering terlihat di tepi sungai dengan daunnya yang kecil-kecil dan ranting-rantingnya yang lemas kalau tertiup angin tampak bergerak-gerak gemulai seperti para penari ini. Kelima perempuan penari mengganti busana warna-warni mereka itu dengan kain tipis untuk menari berwarna hijau. Busana itu pada bagian pinggangnya terputus, sehingga menjadi dua bagian, atas dan bawah, maksudnya tentu agar dalam segala gerakannya dapatlah terlihat pinggang yang langsing itu, yang se-bentar tertutup sebentar terlihat begitu putih begitu mulus seperti pualam. Busana itu rupanya sudah mereka kenakan, sehingga memang tinggal mereka buka saja busana terluar warna-warni TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang juga merupakan penahan dingin itu. Mungkin karena tarian ini memang sudah sangat terkenal dan disukai rakyat Negeri Atap Langit semasa pemerintahan Wangsa Tang, maka mereka harus selalu siap me-mainkannya selama melewati pemukiman demi pemukiman sepanjang lautan kelabu gunung batu, dan karena itulah busana untuk Tarian Luyao berwarna hijau itu sudah mereka kenakan di balik baju dingin mereka yang berwarna-warna. LIMA perempuan bergerak rampak, kadang pelahan penuh penghayatan menjatuhkan kepala ke belakang dengan tangan meraih dan melambai ke belakang, yang membuat pinggang ramping mereka terlihat dari depan, kadang pula cepat ketika melompat-lompat riang, dalam iringan bunyi-buny ian yang dipetik, ditabuh, digesek, dan ditiup kelima lelaki yang keperempuan-perempuanan. Sangatlah sulit bagiku menceritakannya dengan jaminan bahwa akan terbayang kembali pertunjukan itu, jadi lebih baik kuceritakan bagaimana Tarian Luyao yang berusaha menggambarkan pohon yangliu itu bermakna kepadaku. Telah kusebutkan bagaimana pohon yangliu sepanjang tepi sungai terpandang bergerak lemah gemulai seperti penari ketika tertiup angin, karena bukan hanya daun-daunnya tetapi juga ranting-rantingnya memang akan bergerak-gerak seperti lambaian tangan penari yang lemah gemulai. Tentulah suatu tarian alam yang penuh pesona. Namun agaknya lebih penuh dengan pesona lagi bagiku adalah kemampuan penari-penari tersebut menggambarkan lemah gemulainya daun-daun bahkan sampai ke ranting-rantingnya. Tentu bukanlah bagaimana manusia bisa menjadi mirip seperti pohon yangliu tertiup angin yang melambai-lambai lemah gemulai, melainkan betapa keindahan pohon-pohon yangliu yang merunduk tertiup angin sepanjang tepi sungai itu dapat ternyatakan kembali dalam tarian manusia. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Apalagi ditambah suara bunyi-buny ian yang meskipun tentu tidak sama ternyata dapat mengembalikan suasana deru angin, kerisik dedaunan yang tertiup angin, maupun gambaran permukaan sungai mengalir yang seolah-olah terseret embusan angin. Sekali lagi bukanlah kemiripannya, melainkan betapa keindahan alam dapat terpindahkan dalam keindahan seni gerak dan bebunyian yang dibuat manusia. Kecapi yang dipetik, seruling yang ditiup, tambur yang ditepuk, dan gesekan pada dawai tiadalah terdengar lagi sebagai angin menderu dan dedaunan gemerisik itu, melainkan sebagai keindahan dan hanya keindahan itu sahaja, yang ketika saling jalin menjalin dengan gerak Tarian Luyao bagai membuatku sedang berada entah di mana. Alam memang sangat penting dalam pemikiran Kaum Dao, yang meskipun tidak menganjurkan dalil tertentu tentang seni, tetapi kekaguman mereka atas gerakan sukma yang bebas dan pemujaan terhadap alam menjadi sumber gagasan para seniman Negeri Atap Langit. Dalam berbagai lukisan pemandangan yang pernah kulihat di Kuil Pengabdian Sejati, selalu terlihat di kaki gunung atau di tepi sungai, seseorang sedang duduk menghayati keindahan pemandangan dan merenungkan Dao atau Jalan yang mengatasi baik manusia maupun alam. Sebuah puisi ditulis Dao Jie yang hidup sekitar seribu tahun sebelum masaku ini, seperti yang pernah kupelajari juga di Kuil Pengabdian Sejati. kubangun pondokku di wilayah pemukiman manusia tetapi di dekatku tak kudengar suara kuda atau kereta inginkah kau tahu bagaimana itu mungkin" hati yang berjarak ciptakan keliaran di sekitarnya kupetik bunga serunai di bawah pagar timur dan lama menatap perbukitan jauh di musim panas udara pegunungan segar pada senja hari TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sepasang demi sepasang burung beterbangan pulang dalam semua ini terdapat makna yang dalam tetapi ketika dinyatakan, kata-kata mendadak tinggalkan kita Terbayang olehku pengembaraan rombongan ini berbagi keindahan, dari pemukiman yang satu ke pemukiman lainnya di sepanjang lautan kelabu gunung batu. Jalan setapak yang hanya sempat kulihat ujungnya karena segera menghilang di balik kabut dan semak-semak di tepi jurang. Itulah jalan menuju berbagai pemukiman terpencil dan tersembunyi di wilayah ini. Mereka bukan penyamun dan bukan pula pemberontak, melainkan penduduk asli yang hidup dengan sangat sederhana, yang akan menyambut gembira rombongan sandiwara keliling yang membawakan segala macam cerita. Saat kutatap pertunjukan mereka yang hanya untukku saja, terbayang bagaimana penduduk di berbagai pemukiman itu akan menjadi bahagia, menyaksikan tarian dan bebunyian yang diterima sebagai warta, karena tidaklah setiap orang di dunia ini adalah pengembara. Barangkali telah mereka jelajahi lautan kelabu gunung batu, tetapi besar kemungkinan tidak pernah meninggalkannya. Aku sangat ingin mengenal penduduk asli lautan kelabu gunung batu ini, yang karena banyaknya pemberontak berdatangan dan meneruskan kehidupan sebagai penyamun pula, terdesak semakin dalam di wilayahnya sendiri, bagaikan binatang terpaksa bersembunyi di dalam liang agar tidak dimangsa binatang yang lebih buas dan ganas. ALIH-ALIH menyaksikan tarian, dalam kepalaku terbayang dugaan tentang berbagai pemukiman lautan kelabu gunung batu, yang tidak hanya terdiri atas penduduk asli, melainkan juga para pemberontak yang melarikan diri dari hukuman mati, maupun penjahat kambuhan dari kota, yang tidak punya tempat lain lagi untuk hidup dalam perburuan para petugas TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pemerintah, maupun para pemburu hadiah uang yang sangat bernafsu memenggal kepala mereka. Selama perjalanan mengarungi lautan kelabu gunung batu ini, memang tidak pernah kulihat maupun kuketahui sesuatu seperti pemukiman dari orang-orang yang kujumpai di tengah jalan. Para penyamun muncul dan menghilang di balik kabut, sementara tujuan perjalanan menjauhkanku dari segala jalan setapak yang lenyap di balik semak. Hanya kedai itu saja semacam pondok yang pernah kujumpai, tetapi itu bukanlah pemukiman sama sekali. Mereka menyambung Tarian Luyao dengan Nyanyian ''Chunjianghuayueye'' yang artinya Rembulan di Atas Sungai pada Malam Musim Semi, dengan hanya sebatang xi'an atau seruling bambu mengiringinya. Kulihat mereka membawakannya dengan sangat khusyuk, dan para pengawal perjalanan yang seperti hanya mengerti urusan kekerasan dan tenaga kasar tampak sangat mampu memahami. Kata-kata berbau sastra yang dinyanyikannya, bagiku yang baru mulai belajar bahasa Negeri Atap Langit sedikit demi sedikit, sangatlah sulit untuk dimengerti. Namun suara tunggal seruling besar, yang mengiringi gerak amat sangat perlahan itu, memang menerjemahkan kembali ketenangan permukaan sungai mengalir yang memantulkan bulan di langit. Terbayang kembali olehku suasana malam yang membiru. Pantulan cahaya rembulan di mana pun yang keperak-perakan selalu bersemu kebiru-biruan. Permukaan sungai berkilat kebiru-biruan, dedaunan di tepi sungai berkilat kebiru-biruan, kelelawar berkelebat di tengah malam juga kebiru-biruan. Tentu pengalaman batin setiap orang sangat menentukan dalam penafsiran. Aku mengerti betapa siapa pun yang mendengarkan tentu akan sangat terbawa kepada kejernihan dan kelembutan seperti juga tampak dalam cara membawakan nyanyian. Namun bagi mereka yang hanya mengenal anak-anak sungai kecil melintas jalan sempit dan celah jurang di antara batu-batu besar, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bagaimanakah akan dapat membayangkan pantulan rembulan yang kebiru-biruan di atas permukaan sungai besar yang mengalir perlahan" Entah kenapa aku lantas teringat Harini yang sudah lama kutinggalkan. Kukira dia sudah kawin, beranak, dan bahagia di Balingawan. Tentu telah dibacanya pula segala kitab dalam peti kayu yang kutinggalkan di rumahnya. Aku menghela napas panjang. Udara kembali pekat dan kelabu. Rombongan itu telah siap untuk melanjutkan perjalanannya. Mereka semua kini telah berada di atas kudanya. Mereka semuanya menjura. ''Selamat tinggal Kawan, maafkan bahwa kami harus berangkat, karena kehadiran kami dinantikan oleh sebuah upacara dan pesta, yang jauhnya masih satu hari perjalanan lagi dari sini. Terima kasih atas segalanya,'' ujar kepala rombongannya. Aku pun menjura juga. ''Pengembara yang tidak bernama inilah yang sangat berterima kasih kepada Tuan-tuan dan Puan-puan. Mohon dimaafkan jika ketujuh kuda sungguh tidak ada harganya, dibandingkan hadiah lagu dan tarian terindah yang tiada dapat dinilai dengan uang. Selamat jalan Tuan-tuan dan Puan-puan! Semoga lancar perjalanan dan tiba dengan selamat di tempat tujuan!'' Memang, tiada yang lebih tepat selain ucapan seperti itu di tempat seperti ini. Semoga perjalanan dan tiba dengan selamat di tempat tujuan, mengingat rintangan takterhitung menghadapi segala kemungkinan di depan. Dalam wilayah yang penuh dengan begal mencegat di tengah jalan, tiada doa yang lebih tepat lagi bisa diberikan. Kusaksikan mereka berjalan menjauh, menjauh, dan menjauh, sampai hilang di balik kelokan. Tinggal aku sendiri TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ lagi di Celah Dinding Berlian bersama pemandangan. Meski ternyata aku tidak sendiri, ketika terasa sebuah benda tajam menekan punggungku dari belakang. (Oo-dwkz-oO) Aku tentu saja terkesiap, tapi tentu saja aku harus tenang. Tidak sembarang manusia dapat menempelkan ujung pedangnya di punggungku tanpa kuketahui seperti itu. Semula kukira aku hanya sendirian di Celah Dinding Berlian. Bahkan telah kutempati suatu kedudukan tempat dapat kupandang segala arah tanpa harus terpandang kembali, sehingga setiap pergerakan dapat kuawasi. Namun pemegang pedang yang ujungnya menempel di punggungku itu mampu menyelinap tanpa kuketahui sama sekali. KUHIBUR diriku sendiri betapa aku menjadi lengah karena terpesona oleh Tarian Pohon Yangliu dan Lagu Rembulan di Atas Sungai, sehingga tiada kusadari terdapatnya sesosok bayangan yang ber-kelebat dalam selimut kabut yang makin lama me-mang semakin pekat. Ilmu itu sejenis dengan ilmu para penyusup yang dapat bersembunyi di dalam gelapnya malam, tetapi dengan persyaratan yang lebih berat karena jika gelapnya malam adalah kehitaman kelam yang tidak memperlihatkan apapun, sepekat-pekatnya kabut maka kesamaran masihlah sesuatu yang menyarankan keterlihatan. Hanyalah ilmu halimunan tingkat tinggi mampu membuat seseorang berjalan-jalan dalam kabut itu sendiri sementara ia dapat melihat segala sesuatu di luarnya. Jika di dalam kelamnya malam seorang penyusup bersembunyi di balik selimut kegelapan sambil melayang, di dalam kabut seseorang bisa berjalan-jalan tanpa berpijak kepada apapun kecuali kabut itu sendiri meski tiada sesuatu pun di dalamnya yang bisa diinjak maupun dipegang. Ia menekankan pedangnya lebih dalam. Aku ha-rus mengerti, jika ia berniat membunuhku, maka ia sudah dapat melakukannya dari tadi. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ia mengucapkan sesuatu. Suara perempuan! Baru kusadari bau harum meruap dalam ke-pe-katan kabut yang mengendap perlahan-lahan. Ke-haruman yang pernah kukenal, bukan bau minyak wangi, melainkan seperti bau bunga-bungaan yang tidak menarik perhatian, tidak menggoda, dan menenteramkan --keharuman bunga melati, yang kelak aku akan kuketahui dikenal di Negeri Atap Langit sebagai bunga moli hua sehingga meski berada di ujung pedang dalam kelemahan, aku bagai mendapat jaminan tidak akan mengalami kema-langan. Ia mengucapkan sesuatu lagi. Sudah jelas aku tidak Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mengenalinya, mungkin karena ia berbicara terlalu cepat, yang bagiku hanya terdengar sebagai kicau burung jadinya. "Dikau bicara terlalu cepat," kataku, "daku be-lum terlalu menguasai bahasamu." Namun ia tetap bicara seperti kicau burung. Apa-kah ia memang bicara cepat, ataukah ia mengucapkan bahasa yang lain" Tusukan ujung pedangnya makin tajam mendesak punggung, pada saat yang sama terasa sebuah tangan memasuki baju dan menggeledahku. Se-genap belati melengkung yang kuambil dari para anggota kelompok rahasia Kalakuta itu segera berada di tangannya. Ia berkicau lagi panjang sekali. Tidak satu kata pun kumengerti. Mungkinkah ia berbicara dengan bahasa lain, dan bukan bahasa Negeri Atap Langit" Namun ba-hasa Negeri Atap Langit pun, seperti pernah kuce-ritakan, juga bermacammacam bukan" Semestinya tidaklah terlalu aneh bahwa manusia dari bangsa yang berlain-lainan saling bertemu di sini. Betapapun ini adalah wilayah perbatasan. Dari Negeri Atap Langit, bukan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ hanya warga Negeri Atap Langit, justru berbagai bangsa berniat melanjutkan perjalanan setibanya di Chang'an, untuk melihat negeri-negeri yang berada jauh di selatan. Selintas aku teringat Pendekar Melati, tidak mungkin pendekar yang terakhir kali kulihat dibawa pergi perempuan gurunya itu berada di tempat ini, apalagi mengucapkan bahasa kicauan bu-rung seperti itu. Kuingat gurunya juga berkelebat menghilang meninggalkan bau harum melati semacam ini. Apakah tenaga dalam mereka ber-hubungan dengan sesuatu dari bunga melati, se-hingga tubuh harus terus menerus meruapkan bau melati seperti itu" Ia masih berkicau. Apakah yang kira-kira dimaksudkannya" Jika ia berbicara dengan bahasa Viet atau Negeri Atap Langit, meskipun penguasaanku atas kedua bahasa itu sangat terbatas, setidaknya ada nada yang seperti kukenal atau setidaknya terdapat satu kata yang bisa kupahami. Sejauh kuperhatikan, hanya kata Kalakuta yang kukenali, itu pun dengan tekanan nada yang berbeda dari bahasa Viet maupun bahasa Negeri Atap Langit. Apakah ia berbicara tentang pisau-pisau be-racun yang melengkung itu" Setelah kata-katanya selesai, tekanan ujung pedang itu tidak terasa lagi. Namun kewaspadaanku dengan sendirinya meningkat. Ketika aku menoleh ke belakang seperti kuduga ia memang telah lenyap, karena memang alasan lainlah yang membuat aku merasa harus menengok ke belakang. Tidak kurang dari lima belati melengkung ber-putar seperti baling-baling tanpa suara dan meluncur langsung ke arahku! SEPERTI baling-baling! Ya, memang seperti baling-baling mendatar yang secara berturut-turut siap memenggal kepala dari lima jurusan. Artinya ke mana pun kepala bergerak menghindar terdapat baling-baling maut yang sangat beracun siap membabatnya. Andaikanlah belati yang berputar seperti baling-baling pertama dapat dihindari, itu hanya agar lehernya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ disambar yang kedua, dan jika pun yang kedua masih dapat dihindari pula, pasti tidak mungkin menghindari yang ketiga. Apalagi masih ada yang keempat dan kelima yang mengunci segala arah pengelakan. Apakah riwayatku akan berakhir sampai di s ini" Saat itulah Jurus Tanpa Bentuk yang sudah lama kutekuni memperlihatkan apa yang mungkin diperlihatkan suatu ilmu silat seolah tanpa silat itu sendiri, sehingga tanpa bergerak pun lima pisau belati yang melesat sembari berputar seperti baling-baling mendatar itu berada di belakangku. Aku sudah berada di tempat perempuan itu melemparkan kelima belati melengkung yang amat beracun tersebut, tetapi ia sudah menghilang di balik kabut. Hanya keharuman moli hua dari tubuhnya yang masih tertinggal, bersama diriku sendiri yang termenung-menung di dalam kabut. Kemudian dari jauh terdengar suara seruling. Hanya sejenak, seperti sengaja diperdengarkan hanya untukku, tetapi segera menghilang seperti dibawa menjauh. Mungkinkah perempuan pendekar mahasakti yang telah meniup seruling itu sembari melesat berlari di dalam kabut" Pernah kudengar dari Iblis Suci Peremuk Tulang tentang keberadaan seorang perempuan pendekar mahasakti di Negeri Atap Langit yang sangat jarang menampakkan diri, dan hanya meniup seruling sebagai cara memberitahukan kehadirannya. Adapun suara seruling itu hanya akan terdengar setelah ia pergi jauh dan menghilang, sehingga ia disebut sebagai Pendekar Seruling Maut. Disebut maut karena ia belum pernah terkalahkan, artinya selalu berhasil membunuh lawannya; dan juga maut karena ia juga akan memperdengarkan suara serulingnya lebih dulu sebelum muncul, menyerang, dan menamatkan riwayat lawan. Jadi apakah artinya peristiwa ini" Apakah ia mengira aku tentunya sudah mati karena lemparan lima pisau melengkung yang berputar mendatar seperti baling-baling dalam TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kedudukan mengunci" Namun aku pun tentunya harus mengerti bahwa ketika ujung benda tajam, yang mungkin bukan pedang melainkan ujung serulingnya yang disebut runcing sekali, terasa menempel di punggungku, saat itu sebetulnya aku sudah bisa dibunuhnya. Bahkan jangan-jangan kelima pisau itu pun dilemparkannya tanpa maksud membunuh sama sekali. Sebetulnya ia berbicara panjang, sayang sekali aku tidak mengerti! Hanya kata Kalakuta yang kukenal, jadi ia mengenali pisaupisau itu, yang racun salah satunya telah menewaskan pemilik kedai kepada siapa aku berutang nyawa. Ingatan tentang bapak kedai itu membuatku melejit dan melenting ke atas, bergerak dalam kabut menuju ke gua tempat berbaringnya jenazah bapak kedai tersebut. Di sanalah baru kupahami makna tiupan seruling itu. Gua itu kosong, tiada lagi jenazah bapak kedai itu, hanya tertinggal gulungan naskah yang telah diberikannya kepadaku. Naskah yang berkisah tentang jaringan orang-orang kebiri... Kabut yang luar biasa pekatnya bahkan sampai masuk ke dalam gua. Padaha gua ini sudah terletak sangat amat tinggi di bagian atas dinding tebing yang sangat amat curam. Aku duduk diam karena tidak bisa me lihat apa pun dan mencoba berpikir. Pendekar Seruling Maut itu mengenali kelima belati beracun yang diambilnya dariku sebagai milik perkumpulan rahasia Kalakuta. Sebelum mendatangiku agaknya telah ditemukannya jenazah bapak kedai tersebut di dalam gua ini. Mengingat ilmu silat bapak kedai yang tinggi, aku menduga sebetulnya ia seorang pendekar yang punya nama juga, dan agaknya saling mengenal dengan Pendekar Seruling Maut. Ketika menemukan jenazah bapak kedai yang dikenalnya di dalam gua, Pendekar Seruling Maut telah memeriksa luka dan mengetahui TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ penyebab kematiannya, yakni racun mematikan kelompok Kalakuta. Hanya itulah yang bisa kusimpulkan. Hubungan keduanya mungkin cukup dekat, yang membuat Pendekar Seruling Maut membawa jenazahnya pergi. Bahkan harum moli hua itu pun masih ada di sini. Pendekar Seruling Maut itu memang mahasakti. Pada saat aku menghindari kelima pisau belati tentu ia sudah berada di gua ini, dan ketika aku berada di tempat ia melemparkan belati, ia sudah pergi jauh dengan jenazah bapak kedai di bahunya, melenting dari puncak satu ke puncak lain dengan ringan sambil meniup serulingnya. Ia tidak pernah bermaksud membunuhku. Hanya memberi tahu aku bahwa dialah yang membawa jenazah bapak kedai itu pergi.... (Oo-dwkz-oO) Episode 164: [Pembuntutan dan Pengintaian] AKU masih tetap berada di dalam gua sampai malam. Kubaringkan tubuhku sampai aku tertidur. Dalam mimpi entah kenapa terbayang kapal-kapal Sriv ijaya. Ketika terbangun kabut belum juga pergi, tetapi kudengar suara langkah kakikaki kuda, yang meski masih jauh tetapi dengan jelas perlahan-lahan mendekat. Mereka berbicara menggunakan bahasa yang bercampurcampur, antara bahasa Viet dan Negeri Atap Langit, yang untunglah sebagian dapat kutangkap. Aku menengok ke luar gua, tetapi kabut yang memang masih pekat membuat aku tidak mungkin melihat apa pun. Mungkinkah itu mereka" Agaknya kehilangan tujuh anggota rombongan membuat mereka memutuskan untuk terus berjalan sepanjang malam dan kini mendekati Celah Dinding TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Berlian. Aku melompat keluar dari gua dengan membuat tubuhku seringan mungkin, dan sama seperti yang dilakukan Seruling Maut aku berjalan-jalan dalam kabut mendekati suara-suara itu. Aku bisa mengandalkan ilmu pendengaran Mendengarkan Semut Berbisik di Dalam Liang, tetapi untuk itu aku harus memejamkan mata, padahal aku ingin melihat mereka. Aku belum pernah melihat sosok Harimau Perang, sedangkan cerita tentangnya pun tidak pernah menyebutkan ciri-ciri sosoknya, yang membuatku mempertimbangkan bahwa Harimau Perang adalah nama tanpa sosok yang nyata Pernah kuceritakan bahwa aku mengira Harimau Perang adalah nama tanpa sosok, artinya suatu jaringan kerahasiaan, tetapi mungkin juga memang ada sosoknya tetapi disamarkan begitu rupa dengan banyak cara, sehingga jika bukan orangnya tidak mungkin ditemui secara langsung, mungkin juga bukan hanya satu sosoknya. Harimau Perang bisa hanya jaringan, tetapi bisa dua, tiga, lima, atau dua belas sosoknya. Kini ketika tiba saat untuk tinggal melihat sosoknya, kabut menutupinya pula. Namun kabut agaknya juga menyulitkan mereka. Kabut yang pekat membuat rombongan itu juga tak bisa melihat apa pun. Setiap orang di atas kudanya hanya dapat melihat bagian belakang dan kadang bahkan hanya ekor kuda di depannya, menengok ke belakang hanya kepala kuda di belakangnya, dan melihat ke bawah hanyalah kaki kudanya sendiri yang menapaki jalanan batu. Kabut pekat yang turun di lautan kelabu gunung batu pada malam yang dingin dan gelap, sementara jalan yang ditempuh tiada lebih dan tiada kurang adalah jalan setapak yang hanya kadang-kadang saja melebar, di tepi jurang yang sangat curam. Telah kugambarkan bahwa jalan sempit itu jika di sebelah kanan terdapat jurang yang dalam, maka di sebelah kirinya tentu dinding tebing yang tidak memberi riang, karena jalan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ setapak memang melingkar-lingkar di pinggang gununggunung batu dengan puncak menjulang. Dari gunung yang satu ke gunung yang lain, jika jalan melingkar-lingkar itu tidak menurun sebelum naik lagi, tentu menyeberang dari pinggang yang satu ke pinggang yang lain, atau dari puncak gunung yang satu ke puncak gunung yang lain, melalui titian batu yang menghubungkan gunung yang satu dengan gunung yang lain. Titian batu yang lebarnya hanya cukup untuk satu orang di atas kudanya ini kadang sangat amat panjang, tentu tanpa pagar dan pengaman apapun di tepi kiri maupun kanan. Titian itu sebagian besar diberikan oleh alam, meski kadang begitu halus, lurus, mulus, dan serba terukur, bagaikan tidak mungkin terbentuk tanpa sentuhan tangan-tangan manusia. Namun ada pula sejumlah titian yang jelas disediakan oleh manusia, seperti titian-titian gantung yang dasar pijakannya adalah papan-papan kayu yang diikat tali rotan dan memang kuat sekali, tetapi ada juga titian-titian yang sekadar terbuat dari bambu, tali rami, dan batang-batang cemara, yang memang maksudnya hanya menyingkat jalan untuk sementara, tetapi terus menerus dipakai juga bertahun-tahun lamanya, sehingga tidak terjam in lagi ketahanannya menopang penyeberang berkuda. Dalam lingkungan seperti itulah kabut ini turun, yang membuat rombongan itu merayap perlahan setapak demi setapak, masih mendaki pula sebelum mencapai Celah Dinding Berlian. Kabut membuat dinding yang padat, keras, dan halus seperti berlian itu tidak memantulkan cahaya ke angkasa diredam kabut yang kepekatannya dalam gelap malam bukan alang kepalang. Mereka menempuh perjalanan dengan susah payah, aku pun susah payah mengikutinya, karena selain hanya suarasuara yang terdengar dalam kabut, juga harus kujamin diriku sendiri bahwa napas dan detak jantungku sebaiknya disembunyikan. Karena apapun alasannya, rombongan ini TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tidak boleh mengetahui, bahkan meski jika hanya berjaga-jaga seandainya dibuntuti orang. MAKA aku pun masih berada di dalam kabut, dan mengikutinya juga bersama kabut yang bergerak perlahan di atas jurang, karena dengan cara ini suara apa pun makin kecil kemungkinannya ditimbulkan. Jalanan sempit berkelak-kelok di pinggang gunung, tetapi kabut merambat lurus tidak berbelok-belok, sehingga selama kabut menyelimuti seluruh lautan kelabu gunung batu dengan kepekatan yang hanya memperlihatkan pemandangan sedepa di muka, maka aku bisa bebas bergerak mendekat atau menjauh seperti yang kubutuhkan dalam pengintaian. Namun aku tak mungkin mendekat sampai sedepa, itu terlalu dekat dan mereka akan melihatku pula. Jadi sangat kujaga jarak dengan mereka, dan hanya terdengar suara percakapan mereka. "Hhhh. Dingin, gelap, berkabut pula, mengapa kita tidak tinggal ke pemukiman tempat rombongan itu menuju" Tidakkah dikau lihat betapa cantiknya perempuan-perempuan wayang itu" Sebaiknya kita tidur bersama mereka, alangkah hangat berada dalam pelukan mereka di bawah selimutnya! Brrrr..." "Ya, dan besoknya dirimu sudah tidak bernyawa. Orang Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo orang Kalakuta saja dikau lihat sendiri hanya tinggal kudanya." "Ah, hanya lima perempuan, dan lima lelaki yang keperempuan-perempuanan. Orang-orang Kalakuta dibunuh oleh pengawalnya. Salah sendiri menantang bertarung orangorang gunung yang buas." "Jangan terlalu merendahkan perempuan wayang, dikau tahu bagaimana banyak mata-mata menyamar jadi perempuan wayang, atau perempuan wayang itu sendiri dijadikan mata-mata, dengan perintah membunuh pula." "Perempuan wayang di pelosok seperti ini, siapa pula yang harus diawasi" Mereka mengamen dari pemukiman penduduk TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ asli yang satu ke pemukiman yang lain. Karena bayarannya sedikit, mereka tidur dengan siapa pun yang bersedia membayar." "Penduduk asli kata dikau" Penduduk asli" Bagaimana dikau yakin ada yang masih asli di sini, jika sepanjang sejarah lautan gunung batu ini para pemberontak yang terkalahkan mengalir kemari dan tidak pernah pergi lagi, sehingga dikira lenyap ditelan bumi?" "Tapi kelima perempuan wayang itu bukan mata-mata! Memangnya mereka bertugas untuk siapa" Atau dikau lebih tertarik kepada lima lelaki yang keperempuan-perempuanan itu. Kuperhatikan salah satunya menatapmu dengan sendu! Hahahahaha!" Agaknya kepada siapa kalimat ini ditujukan ternyata mengakibatkan kemarahan, karena tiada terdengar jawaban. Suara lain seperti mencoba menjawabkan. "Jangan sembarangan bicara, kita semua anggota pengawal rahasia di sini, tahu sekali apa yang perlu dan tidak perlu dimata-matai, dan juga tetap jaga kehormatan pribadi. Tugas kita resmi sekarang ini, dan memang sejak awal sudah resmi, jadi jangan sampai ada kejadian lagi. Kita telah mempertimbangkan untuk kembali, karena kejadian yang diceritakan para pengwal perjalanan mencurigakan sekali, tetapi kita telah memutuskan untuk menyelesaikan tugas apa pun yang terjadi. Jadi waspada dan hati-hatilah, perjalanan ini masih lama sekali. Celah Dinding Berlian saja belum terlewati." Kini aku tahu bahwa sisa tiga belas orang dalam rombongan itu, jika yang tujuh dari yangduapuluh adalah anggota kelompok rahasia Kalakuta, maka kini tinggal duabelas anggota pengawal rahasia istana untuk menjaga keselamatan seorang Harimau Perang. Di antara orang-orang yang berbicara itu, adakah kiranya suara Harimau Perang" Aku tidak punya dasar untuk menebaknya. Namun perbincangan mereka menyadarkan aku TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kepada pentingnya membongkar dan menyimpan rahasia dalam persaingan kekuasaan. Bukankah Sun Tzu yang berkata, bahwa mengetahui lebih dahulu adalah paling utama" Kuingat kembali yang mungkin pernah kutulis: yang menyebabkan raja bijaksana dan panglima ulung bergerak dan mengalahkan musuh dan mencapai hasil yang melampaui apa yang dapat dicapai orang banyak ialah mengetahui lebih dulu Tentu lantas ia katakan pula betapa orang yang mengetahui keadaan musuh ini adalah mereka yang ditugaskan sebagai mata-mata, seperti juga yang dinasehatkan oleh Arthasastra kepada para raja. INI membuat jaringan rahasia menjadi sangat menentukan, karena tanpa menjadi bagiannya segenap pengetahuan ibarat dongeng yang menyesatkan. Harimau Perang yang telah mendapat segenap keterangan dari segenap jenis mata-mata, mulai dari mata-mata setempat, mata-mata dalam, mata-mata rangkap, mata-mata mati, maupun mata-mata hidup, telah berhasil membuyarkan kepungan pasukan pemberontak, yang sebetulnya sudah berada di depan pintu kemenangan. Kini Harimau Perang yang namanya begitu terkenal, tetapi yang sosoknya tersembunyi berada sangat dekat denganku, tetapi tidak juga dapat kupandang. Bahkan aku yakin ia juga belum kudengar suaranya sama sekali. Memang adakah dia" Atau tidak adakah dia" Aku sendiri belum tahu bagaimana caranya akan dapat memecahkan teka-teki yang ditinggalkan Amrita, yang jelas menyebut Harimau Perang sebagai penyebab segalanya. Aku hanya harus waspada, bahwa penyebab segalanya tidak langsung bisa ditafs irkan betapa Harimau Perang itu sendirilah penyebabnya. Apalagi jika keberadaannya pun ternyata tidak pernah dapat dipastikan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kabut yang bergerak membawaku ke sebuah pohon siong yang sering terdapat di gunung-gunung batu. Batangnya berkelak-kelok seperti tubuh penari, demikian pula rantingrantingnya berbelok-belok seperti tangan menari-nari. Tumbuh hanya satu-satu di berbagai sudut kelokan jalan, sering terdapat di dalam lukisan-lukisan gulung yang memanjang, menjadikan pemanis suasana yang dengan segala kecuraman jalan di pinggang gunung telah menjadi sangat mencekam. Aku menempel pada sebuah rantingnya seperti benalu, sehingga aku dapat menunggu mereka lewat di bawahku, dan dapat mengikuti dari belakang, karena kabut semula telah membawaku melewati rombongan itu. Kuikuti perbincangan mereka sedekat mungkin karena aku tidak ingin kehilangan kesempatan mengetahui segala sesuatu, yang pada mulanya mungkin tidak terlalu penting, tetapi kemudian ternyata sangat menentukan. Sebuah ujaran dari Ajaran Besar menyebutkan: apa yang memang berada di dalam akan terwujud tanpa apa pun Itulah soalnya, bagaimana kewujudan tanpa apa pun itu bisa diketahui tanpa pengintaian yang rinci" Mereka lewat di bawahku. "Hhhhh ! Dingin sekali! Mataku rasa-nya te-rus-menerus minta dipejamkan!" "Jangan sampai dikau pejamkan matamu itu!" "Ya! Jangan! Nanti semuanya akan selesai! Benar-benar selesai karena mata yang terpejam itu tidak akan pernah bisa dibuka lagi!" Kabut lantas berpendar karena angin, dan angin itulah yang kemudian sungguh-sungguh membekukan tulang. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Seseorang kemudian membicarakan sesuatu yang tampaknya memang harus kuketahui. "Orang-orang kebiri itu! Mereka sungguh enak berada di dalam istana yang hangat. Nanti di Changian akan kutanya mereka, mengapa kita harus melewati gunung gemunung batu yang tiada habisnya ini, dan tidak melewati laut seperti biasa." "Apakah dikau lupa bahwa mereka menunggu kita di jalur pegunungan ini?" "Ya, tapi di kedai itu tidak ada apa-apa bukan?" "Mereka mengetahui sesuatu tetapi tidak mengatakannya." "Aneh, mengapa kita tidak tetap tinggal di sana dan memastikannya?" "Ah, dikau pun tahu, jika mereka tidak ingin mengatakannya, tidak ada yang dapat kita ketahui pula." "Kita bisa memaksanya!" "Tidakkah dikau lihat kita berada di mana" Kedai itu hanya tempat mengawasi siapa yang lewat. Orang-orang itu tidak tinggal di sana tanpa hubungan dengan tempat-tempat lainnya. Lagipula kita dikejar waktu, kita tidak bisa berhenti lama-lama." "Pesan itu mengatakan, jika kita belum sampai di Celah Dinding Berlian, mereka akan menunggu kita di kedai itu.i "Jadi kalau mereka belum ada di kedai itu, berarti mereka menunggu di Celah Dinding Berlian." "Itu yang kupikirkan. Barangkali orang-orang yang seharusnya menunggu kita itu sudah tiba di Celah Dinding Berlian, tetapi karena lama menunggu kita yang belum datang juga, lantas melanjutkan perjalanan ke kedai, dan di sana terjadi sesuatu bahkan sebelum orang-orang Kalakuta itu tiba." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Darimana dikau bersimpulan seperti itu?" "Ada banyak sekali jejak kuda di la-pangan rumput itu. Namun tadi hari sudah mulai gelap dan cuaca begini buruk, jadi tidak jelas berapa banyak, padahal yang akan menemui kita juga banyak bukan?" "Delapan orang." "Ya, delapan orang dengan kuda be-ban, dan tadi kuperhatikan terdapat jejak-jejak yang dalam. Itu jejak kuda beban!" "Dikau sudah mengatakannya dari tadi, tetapi dikau pun tahu, kita dikejar waktu!" "Aku rasa kita terlalu gegabah mene-ruskan perjalanan tanpa tahu apa yang sudah terjadi di kedai itu. Bisa saja orang-orang itu memang sudah tiba di kedai itu, lantas terjadi sesuatu." "Ya, tapi bisa saja mereka ternyata se-dang menunggu kita di Celah Dinding Berlian." "Rombongan wayang itu juga mengatakan tidak bertemu siapa pun!" "Arti-nya bisa saja mereka bahkan be-lum mencapai Celah Dinding Berlian bu-kan?" Mereka semakin jauh dari pohon siong tempat aku menempel di cabangnya seperti benalu. Aku harus berpindah tempat. Maka aku pun melangkah dengan sa-ngat hati-hati di dalam kabut, karena mes-kipun memang tidak terlihat sama sekali, siapa pun yang berilmu tinggi akan men-dengar sesuatu, bahkan tahu terdapat se-orang penyusup di dalam kabut itu jika sembarang melangkah tanpa peduli. Sebetulnya para pengawal rahasia ista-na lebih dari mengerti perihal ilmu-ilmu penyusupan semacam ini, tetapi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ keadaaan yang dihadapinya sekarang ini bukanlah sembarang malam yang sunyi dan sepi, melainkan malam sunyi dan sepi di lautan kelabu gunung batu dalam perjalanan panjang yang berat sekali. Malam memang sunyi dan sepi, tetapi dingin angin, kepekatan kabut, dan kewaspadaan tinggi terhadap segala kemungkinan berdasar-kan segala cerita tentang para penyamun dan orang-orang yang tersingkir ke wilayah perbatasan takbertuan di lautan kelabu gunung batu ini tidak akan membuat dunia tetap sunyi dan sepi. Sebaliknya, dalam kesunyian dan kesepian di tengah alam yang begitu luas bagai takberhingga ini selalu berlangsung pertarungan antarmanusia yang menegangkan sekali... Ini bukan tidak disadari rombongan pengawal rahasia istana yang bertugas menjaga keselamatan Harimau Perang yang sedang kuikuti, karena mendadak tidak kudengar lagi percakapan, bahkan langkah kuda pun terhenti. Mereka memang diam dan berhenti! Agaknya mereka telah menggunakan bahasa isyarat, karena tidak terdengar suara apapun, tetapi bagaimana caranya saling bercakap dengan bahasa isyarat dalam kepekatan kabut yang tidak memperlihatkan apapun seperti ini, itulah yang belum kumengerti. Aku pun menahan napas dan tidak bergerak sama sekali. Aku diam dan mereka juga diam. Apakah diriku telah melakukan sesuatu yang membuat mereka seperti mendengar sesuatu" Kukira tidak, karena aku bukan hanya menjaga gerak tubuh, melainkan juga embusan nafas dan detak jantungku. Namun aku mengerti juga apa yang ke-mungkinan telah terjadi, karena memang sering mengalami meski tidak mampu menjelaskannya sama sekali. Mereka yang terlatih membaca ke-adaan, meski tidak melihat atau mende-ngar apa pun, akan mempunyai firasat. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku tidak terlihat dan tidak memperdengarkan suara apapun, bahkan cuaca dan keadaan alam mengalihkan perhatian siapa pun kepada apa pun. Namun berada begitu dekat kepada mereka yang terlatih dan berpengalaman, terutama justru dalam menghadapi ilmu-ilmu penyusupan, jelas tidak mungkin berlangsung tanpa menimbulkan akibat sama sekali. Sebelum mereka yakin terdapat se-orang pengintai di sekitarnya, dan me-ngambil keputusan tidak terduga, aku harus mengambil keputusan lebih dulu. Maka kubiarkan diriku terbawa kabut menjauh, karena jika tetap berada di tempat dan tetap berada di dekat mereka, akan sangat berbahaya seandainya kabut meni-pis atau berpendar tiba-tiba. Apalagi mereka tidak perlu melihat apapun untuk me-lepaskan pisau-pisau terbangnya secara mendadak bersama-sama. Kubiarkan kabut membawa diriku menyeberangi jurang, sementara jalanan itu berkelok ke dalam, untuk kembali me Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo raih cabang sebuah pohon siong dan me-nempel lagi seperti benalu untuk menanti mereka di situ. Meski agak jauh, dapat kudengar kuda mereka melangkah lagi, pelahan mendaki menapaki jalan sempit berbatu-batu. Jarak ini membuat aku sempat memikirkan sesuatu. Pertama, yang mereka nantikan tentu para penyoren pedang yang tujuh orang telah dibunuh oleh Pendekar Kupukupu, dan satu orang terlebih dahulu bunuh diri itu; kedua, mereka berhubungan dengan orang-orang kebiri di istana kemaharajaan di Chang'an; ketiga, delapan penyoren pedang itu ternyata membawa mayat seorang kebiri yang sudah terpotong-potong; keempat, bapak kedai bercerita banyak dan menyerahkan kepadaku suatu naskah mengenai orang-orang kebiri. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Mungkinkah ini dirangkaikan ataukah sebaiknya dianggap hanya kebetulan" Aku teringat betapa naskah gulungan itu belum habis kubaca, dan kini aku teringat betapa wajah bapak kedai itu sebetulnya tidak seperti orang yang menyerahkannya tanpa maksud apapun. Ia bercerita kepadaku dan menyerahkan naskah gulungan bertuliskan aksara Negeri Atap Langit itu memang karena ada tujuannya! Betapa diriku sangat tidak peka! Tidak mungkin membaca naskah yang ada di balik bajuku itu sekarang, lagipula rombongan itu mulai mendekat lagi. Tampaknya mereka sudah merasa agak lebih aman dan mulai bercakap-cakap lagi. Harus kuakui, dalam suasana mencekam seperti ini, bercakap-cakap demi perasaan terdapatnya temanteman seperjalanan memang perlu sekali. Sayang sekali betapa hal semacam itu mesti mereka alami, karena percakapan mereka itu seharusnya tidak terdengar, meskipun hanya oleh dinding batu, angin, kuda, pepohonan, apalagi diriku yang menempel seperti benalu di atas pohon siong ini! Mereka tampak menjaga agar tidak bicara terlalu keras, tetapi aku masih mendengarnya. Kepekatan kabut yang memang tidak memperlihatkan apa pun membuat perjalanan mereka amat lambat, ibarat kata hanya mengandalkan naluri kudanya, terutama yang paling depan, yang setiap kali sebelum melangkah, memastikan dengan ketukan kakinya, bahwa ada yang dapat dipijak di depannya. Jika tidak, dan seekor kuda terus saja melangkah, maka bersama penunggangnya tentu akan langsung masuk jurang. Adapun jatuh ke dalam jurang adalah bencana yang sangat mengerikan. Waktu mereka mendaki jalan berbelok di tepi jurang tempat pohon siong ini berada, sebetulnya tidak kulihat apapun kecuali suara percakapan mereka. ''Orang-orang kebiri itu, kalian tahu, meskipun boleh membakar kemenyan, diizinkan berpuasa, dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menyumbangkan uang atau barang, mereka tetap dilarang mendekati altar pemujaan dewa utama.'' ''Kalau begitu mereka disamakan dengan orang pincang, orang yang tubuhnya berubah bentuk, tidak punya mata, tidak punya anggota badan..''i ''Bahkan sama dengan perempuan yang datang bulan!'' ''Datang bulan seumur hidupnya!'' ''Hihihihihihi...'' ''Sssstttt!'' Mereka terdiam sejenak, tetapi tidak tahan untuk bercakap kembali, seperti kataku, karena cuaca ini akan membuat seseorang tertekan dalam kebisuannya. Kepekatan kabut seperti ini bisa membuat seseorang merasa sangat amat sendiri, dan hanya dapat mengatasi keadaan ini dengan meyakinkan dirinya sendiri betapa ia telah berbicara dengan seseorang. ''Gara-gara pengebirian itu suara mereka menjadi tinggi, seperti...'' ''Gagak!'' ''Ya, mereka memang disebut gagak-gagak.'' ''Mereka juga segera dikenali karena leher mereka yang menjulur panjang, perilaku seperti anjing yang ikut ke mana pun majikannya pergi, maupun bentuk tubuhnya yang menggelembung.'' ''Padahal kalau sudah tua orang kebiri tua tidak seperti itu.'' ''Seperti apa"'' ''Dalam berbagai bentuk, mereka menjadi kurus dan keriput seperti perempuan tua!'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Dari cara jalannya saja kita sudah tahu orang itu dikebiri atau tidak.'' ''Seperti apa jalannya"'' ''Kakinya yang kurus kecil itu seperti dempet, langkahnya pendek-pendek.'' ''Apakah pengebirian itu yang membuatnya begitu" Ataukah memang ada peraturan bagi orang kebiri untuk berjalan seperti itu"'' ''Aku tidak tahu.'' ''Tapi benarkah mereka itu tubuhnya mengeluarkan bau tidak enak"'' "Bau tidak enak" Bilang saja bau kencing!" "Bau pesing!" "Ya, bau pesing!" "Benarkah itu?" "Lama setelah kelaminnya dipotong tanpa sisa, banyak orang kebiri muda yang masih membasahi ranjangnya waktu tidur, karena belum bisa menahan kencing, dan bukan hanya ranjang, tapi juga baju dan seluruh tubuhnya ikut menjadi basah. Maka kalian tahu bau seperti akan meruap dari orang kebiri itu." "Katanya mereka dihukum cambuk kalau tubuhnya masih bau." "Memang, sampai mereka sanggup tidak membasahi diri dengan air kencing mereka sendiri yang bocor ke mana-mana itu." "Kalau belum sanggup?" "Mereka akan terus dicambuk. Kadang bekasnya terbawa sampai tua." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Makanya mereka disebut juga 'kebiri bau'?" "Ya, meskipun misalnya sudah tidak bau dan tidak dicambuki lagi, sebagai bagian dari pendidikannya." "Kebiri bau... Hehehe..." "Hehehehehe!" "Sssstttt!" Mereka melewati tempatku bersembunyi di atas pohon siong. Mengingat jarak penunggang kuda terdepan sampai penunggang kuda di belakang, tentu tidak mungkin percakapan berlangsung dalam bisikan. "Oh, maka kemudian dikenal istilah, 'bau seperti orang kebiri' itu?" "Ya, asalnya dari masalah seperti itu, sampai disebutkan, bau mereka bisa tercium dari jarak yang jauh sekali." "Kasihan sekali mereka ya?" "Huh! Kasihan" Untuk apa?" "Karena mereka sudah merelakan diri kelam innya dipotong demi pengabdian, masih diburuk-burukkan pula." "Bukankah mereka itu memang buruk?" "Buruk?" "Buruk sifatnya, buruk pula kelakuannya, sampai disebut Kalkun Tua. Tapi jangan katakan ini di depan mereka. Nanti dikau mati tak jelas sebabnya." "Ya, hati-hati di hadapan mereka nanti, orang-orang kebiri sangat peka terhadap apa pun yang berhubungan dengan kekurangan mereka." "Ya, hati-hati. Kata-kata seperti 'teko tanpa pipa' atau 'anjing tanpa ekor' tidak akan pernah diucapkan di depan mereka." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dalam kepekatan dan kegelapan aku tersenyum, dapat dipastikan bahwa mereka memang berurusan dengan, atau setidaknya melalui, orang-orang kebiri. Untuk seorang pengintai yang menempuh marabahaya demi sepotong keterangan, hasil seperti ini sesuai dengan tingkat kesulitan yang harus kujalankan. Namun setelah itu aku sungguh terperanjat dan terkejut di Tembang Tantangan 10 Pendekar Cambuk Naga 14 Prahara Raden Klowor Tiga Mutiara Mustika 2

Cari Blog Ini