Budha Pedang Penyamun Terbang 21
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira Bagian 21 sebagai pendekar perkasa." Bahasa Tibet yang dikuasai Golok Karat sebenarnya tidak sebaik yang kupikir, mungkin itulah yang membuat perempuan pendekar remaja itu merasa lebih baik berbicara dalam bahasa Negeri Atap Langit saja! Jadi ia sebetulnya mengerti! Begitu juga tentunya pemilik kedai yang menjadi ayahnya itu! Bukankah di kedainya waktu itu, ketika aku berbicara kepadanya dalam bahasa Negeri Atap Langit, ayahnya itu bersikap seperti tidak mengerti, sehingga Golok Karat yang menyampaikan maksudku dalam bahasa Tibet" "Ah, Paman! Janganlah terlalu berlebihan! Sudah semestinya kita sesama manusia saling tolong menolong!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Perempuan pendekar itu seperti masih berumur 19 tahun. Namun aku mengingatkan diriku sendiri bahwa di pelosok seperti ini seseorang terpaksa menjadi dewasa lebih cepat dari seharusnya. "Daku mendengar dari pemilik kedai itu...," katanya. Berarti pemilik kedai itu bukan ayahnya! Aku mulai menangkap sesuatu yang sebetulnya telah menjadi firasatku. "...bahwa kalian adalah pengembara yang bermaksud mempelajari ilmu silat dari Mahaguru Kupu-kupu Hitam, dan kami tahu betapa jalan ke sana sangatlah berbahaya. Bukan saja karena keadaan alamnya yang kadang-kadang menjadi sangat berat, tetapi juga karena kami tahu para penyamun terbang berkeliaran di s itu." Tentu saja ia belum mengatakan semuanya. Namun betapa tiada terduga segenap perbincangan yang akan kudengar berikutnya. "... tetapi sebetulnya daku ingin menyampaikan hal lain." Golok Karat kembali menjura sembari menunduk dalam. "Dan apakah kiranya itu wahai perempuan pendekar yang perkasa?" Perempuan muda remaja itu tertawa. "Sudahilah basa-basi ini Golok Karat," katanya, "daku biasa dipanggil Pedang Kilat." Golok Karat mengangkat kepalanya dengan tersentak, matanya memandang dengan terpesona. "Jadi Puan kiranya Pedang Kilat yang sangat tersohor itu! Alangkah beruntungnya nasib kami! Diselamatkan dan bertemu muka dengan pendekar ternama pula!" Kiranya nama itu memang sesuai dengan gerakan pedangnya yang begitu cepat seperti kilat. Namun bagiku TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang lebih mengagumkan justru kemampuannya untuk menyembunyikan kependekarannya itu. Ketika perempuan muda ini berpura-pura menjadi anak pemilik kedai yang melayani kami, aku sama sekali tidak membaca gerakan apa pun yang menunjukkan dirinya berkemampuan sebagai Pedang Kilat. Dalam dunia para pendekar, tempat para petarung selalu mencari lawan agar dapat mati dalam kesempurnaan itu, sebuah gerakan yang menunjukkan seseorang berilmu sangat tinggi, meskipun ia menutupinya, sudah lebih dari cukup membuat seseorang beralasan untuk langsung menyerangnya! Maka bagi seorang pendekar yang menghindar atau mengundurkan diri dari dunia persilatan, menyamar dalam dunia pekerjaan orang-orang awam saja belum cukup, karena tanpa mampu menutupi gerakannya yang serba terlatih dari pembacaan tajam, itu hanya mengundang tantangan, atau lebih buruk lagi serangan takterduga yang bukan takmungkin akan membunuhnya! Semakin tinggi tingkat ilmu silat seseorang, semakin mampu ia menutupinya; tetapi tentu saja semakin tinggi ilmu silat seseorang maka semakin mampu pula ia menyingkap ketinggian ilmu silat seseorang yang disembunyikannya. Demikianlah dalam dunia para pendekar, pertarungan telah berlangsung jauh sebelum para petarung memasuki gelanggang pertarungan. Setiap langkah kaki dan setiap gerakan tangan bagi orang berilmu adalah kitab terbuka yang sangat jelas aksaranya. Jadi kukira Pedang Kilat berilmu silat sangat tinggi, sehingga diriku takdapat menyingkap penyamarannya, tetapi masalahnya apakah Pedang Kilat mengetahui penyamaranku" Namun kini Pedang Kilat menatap tajam kepadaku, meski ia berbicara kepada Golok Karat. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Dengarkanlah baik-baik tentang apa yang akan daku katakan ini," ujarnya tegas, "pikirkanlah kembali niat kalian berguru kepada Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu." Golok Karat tertegun. Aku yang sebenarnya tidak bermaksud menjadi murid, tetapi mencuri Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam, bersikap diam dan menunggu. "Dan kenapakah kiranya itu, Puan pendekar?" "Tindakkah dikau ketahui Golok Karat, bahwa Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu sangat kejam, dan membunuh hanya demi kesenangan membunuh itu sendiri?" "Daku memang pernah mendengarnya wahai Pendekar Pedang Kilat," sahut Golok Karat, "tetapi dalam dunia persilatan, kabar angin banyak sekali beredar, dan dalam hal berguru, sebaiknya kabar seperti itu tidaklah terlalu perlu diperhatikan lebih dulu." "Itu memang benar Golok Karat, seorang murid rela melakukan apapun demi mendapatkan ilmu dari gurunya, tetapi ingatlah betapa tidak akan ada asap jika tidak ada api," kata Pedang Kilat dengan senyum tersembunyi. Senyum tersembunyi! Aku melihatnya! Apakah perempuan pendekar yang disebut Pedang Kilat ini hanya menguji" "Betapapun Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu belum terkalahkan, wahai Pedang Kilat," kata Golok Karat yang lugu itu menunjukkan tekadnya, "dan kepada yang tiada terkalahkan itulah daku ingin belajar ilmu silat, di samping ingin kupelajari pula filsafat Zhuangzi." Golok Karat telah menunjukkan dengan tepat, bahwa hanya pendekar yang menguasai Jurus Impian Kupu-kupu akan menguasai pula filsafat Zhuangzi, yang mempertanyakan apakah dirinya Kupu-kupu yang bermimpi sebagai Zhuangzi ataukah Zhuangzi yang bermimpi sebagai Kupu-kupu, dengan baik. Artinya tidak terbantah lagi betapa ia harus mencari TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Mahaguru Kupu-kupu Hitam yang memiliki Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam, dan bukan Mahaguru Kupu-kupu yang meskipun telah mendirikan Perguruan Kupu-kupu sebetulnya belum menamatkan seluruh isi kitab ilmu silat tersebut. Namun Mahaguru Kupu-kupu Hitam telah mempelajarinya tanpa Pengantar dan Cara Membaca Kitab Ilmu Silat Kupukupu Hitam. Menurut Mahaguru Kupu-kupu, inilah yang membuat jalan pembelajarannya tersesat, dan bukannya menjadi cendekia sebagai pendekar, melainkan menjadi pembunuh kejam. Alangkah sulitnya mencapai kesempurnaan! Kukira Golok Karat tidak mengetahui latar belakang cerita itu dan kukira Pedang Kilat juga tidak, tetapi justru yang menjadi pengetahuan Pedang Kilat inilah yang sekarang menjadi masalah. "Terserahlah kepadamu jika ingin mencari kematian, wahai Golok Karat," ujar Pedang Kilat, yang dengan pedangnya tibatiba menuding diriku, "tetapi kawanmu yang mengaku tidak mempunyai nama ini harus bertarung melawanku!" Golok Karat sangat terperanjat, diriku meskipun seperti telah berfirasat pun tetap juga terperanjat. Jika aku tidak dapat menyingkapkan samarannya sebagai orang awam, sementara dirinya dapat mengungkap samaranku, tidakkah itu berarti ilmu silat perempuan pendekar berusia 19 tahun ini lebih tinggi dariku" Bagiku itu agak aneh, karena meskipun ia, seperti namanya sebagai Pedang Kilat, mampu bergerak secepat kilat, aku mampu bergerak lebih cepat dari kilat. "Ia telah berusaha mengelabui kita semua!" Pedang Kilat berkata dengan geram. "Apa maksud Puan?" Golok Karat ternganga sambil melihat diriku. Betapa ia tidak akan terkejut, jika selama ini mungkin saja ia merasa telah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menjadi pemandu dan pelindung diriku, di daerah yang tentunya memang sangat asing bagiku" ''DAKU mengikuti kalian,'' ujar Pedang Kilat, ''sebenarnya untuk melindungi kalian dari ancaman bahaya penyamun terbang, sambil memperingatkan tentang apa yang akan kalian hadapi jika tetap bersemangat untuk mencari Mahaguru Kupu-kupu Hitam. Namun rupanya aku telah membuang tenaga sia-sia!'' ''Dan kenapakah itu Puan"'' ''Golok Karat, tidakkah dikau tahu betapa nyawamu telah berkali-kali diselamatkan oleh orang asing tanpa nama tetapi berilmu sangat tinggi ini"'' Golok Karat semakin ternganga, menoleh kepadaku. Pedang Kilat terus berbicara. ''Setiap kali pedang karat dikau itu membabat seorang penyamun, sebetulnya selalu ada senjata penyamun lain yang siap membabatmu pula, tetapi mereka selalu luput dan dikau mengira dirimu selalu beruntung bukan" Ada yang luput, ada yang mendadak pedangnya terpental, ada yang mendadak terpeleset ke arah golokmu yang berayun, dan ada pula yang mendadak tidak bergerak ketika meluncur dari atas. Tidakkah itu sebetulnya mencurigakan"'' Golok Karat menatapku dengan pandangan tidak percaya. ''Sebetulnya ia berusaha keras untuk tetap tampak bodoh dan segala sesuatunya berjalan seperti biasa,'' Pedang Kilat masih mengambung, ''tetapi serangan para penyamun terbang bukanlah sekadar serangan biasa.'' Aku harus berpikir cepat, tetapi ini sama sekali bukan soal yang mudah. Semula sangat pentinglah bagiku mendapat jalan masuk ke lingkaran dalam Mahaguru Kupu-kupu Hitam untuk mendekatkan diriku kepada kitab yang harus kucuri itu, tetapi kini terbuka kemungkinan Golok Karat memahami diriku TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sebagai orang yang akan memanfaatkannya. Artinya jalan terbaik adalah tetap berpura-pura bodoh. ''Daku sama sekali tidak mengerti...'' Golok Karat seperti berbicara kepada dirinya sendiri. ''Dikau memang tidak mungkin mengetahuinya, Golok Karat, karena ia sangat pandai berpura-pura, padahal kecepatannya bergerak bukan saja lebih cepat dari pikiran, melainkan lebih cepat dari cepat, bagaimana mungkin dikau, dengan tingkat ilmu silat yang masih mengandalkan tenaga kasar itu, akan bisa mengerti" Kita semua telah dikelabuinya, wahai Golok Karat!'' Akhirnya Golok Karat menatapku. ''Benarkah wahai saudaraku yang tiada bernama, tolong katakanlah yang sejujurnya.'' Kami telah berjalan bersama selama sepuluh hari menghadapi keganasan alam bersama. Bukan hanya suhu dingin luar biasa di atas gunung seperti ini, yang terutama tentulah menjadi masalah bagiku, melainkan juga serangan binatang buas, longsoran salju, dan terakhir kali serbuan penyamun terbang, telah kami hadapi atas nama kehendak mencari guru yang sama bersama-sama. Maka bukan hanya suratan nasib sebagai dua pengembara yang disatukan jalannya, melainkan kesamaan cita-cita mempelajari ilmu silat yang sama itulah yang semestinya menyatukan kami lebih dari saudara. Ia tidak layak mengalami kekecewaan begitu rupa. Aku pun menggeleng. ''Daku tidak memiliki kemampuan semacam itu Golok Karat, dikau pun tahu itu,'' kataku, ''daku tidak mengerti apa yang dikatakan Puan Pendekar ini!'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Pedang Kilat mendadak berkelebat, meski aku mampu melihatnya sebagai gerak yang sangat lambat. Betapapun aku bersyukur, karena bukan di kedai itulah Pedang Kilat mampu menyingkap penyamaranku, ketika aku tidak mampu mengungkap penyamarannya, melainkan dalam pertarungan melawan para penyamun terbang itu. Benarkah yang dikatakan Pedang Kilat, bahwa diriku secara tersembunyi telah membantu, bahkan menyelamatkan nyawa Golok Karat, dan ketika itulah Pedang Kilat dapat membaca gerakanku" Sebetulnya tidak, ketika kami bertarung melawan para penyamun terbang itu, bukan saja Pedang Kilat takterlihat, dan bahkan takmungkin mengikuti kami tanpa kuketahui, mengingat ilmu silatnya yang tidak akan lebih tinggi dari ilmu silatku; tetapi juga aku tidak pernah memainkan ilmu silat lebih tinggi dari ilmu silat Golok Karat, yakni ilmu silat tanpa tenaga dalam. Namun memang jangan terlalu cepat menilai rendah ilmu silat dengan tenaga kasar, karena dengan tiadanya tenaga dalam maupun ilmu meringankan tubuh yang membuat seseorang seolah-olah dengan mudahnya dapat berkelebat secepat kilat, maka mereka yang berilmu silat dengan tenaga kasar dituntut untuk membuat penalarannya jauh lebih berdaya. Meskipun tenaga dalam dapat melipat gandakan daya tenaga seseorang, tanpa siasat terbaik maka kelebihan daya itu tiada akan ada gunanya sama sekali, karena memang adalah akal dan tiada lain selain akal yang telah membuat siput dan kura-kura mengalahkan kijang dan kelinci dalam lomba lari bukan" Itulah sebetulnya yang kulakukan ketika menghadapi serangan bertubi-tubi para penyamun terbang dengan ilmu silat setingkat yang dimiliki Golok Karat. SIASAT yang tepat betapapun telah dapat mengunggulkan pihak yang tampaknya lemah terhadap pihak yang berlebihan daya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sementara itu, kemampuan Golok Karat sendiri, meski tidak bertenaga dalam, sama sekali tidaklah rendah. Jadi tanpa tenaga dalam pula dengan tongkat dahan pohon siong dapat kuisi setiap kekosongan yang diberikan jurus-jurus Golok Karat, sehingga bukan saja pertahanan kami tidak dapat ditembus, tetapi bahkan ternyata mampu membalas dan Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo melumpuhkan para penyamun terbang itu pula. Laozi berkata: pendekar yang terampil melakukan serangan penentuan dan berhenti ia tidak melanjutkan serangan untuk menunjukkan keunggulan ia akan menyerang, tetapi menjaga agar tidak sombong atas keberhasilannya ia menyerang sebagai kebutuhan bukan kehendak menjadi unggul Di sanalah memang kata kuncinya, penentuan dan kebutuhan, sehingga pertahanan dan serangan kami menjadi serba menentukan dan penuh dengan ketepatan. Golok Karat dengan tenaga kasarnya yang besar, dan jurus-jurus ilmu pedangnya yang sederhana, justru dengan begitu melaksanakan hanya yang dibutuhkan saja, dengan gerakan yang menentukan. Aku hanya tinggal menyesuaikan diri sahaja. Agaknya keterpukauan atas keunggulan pihak yang dianggap lemah itu, membuat Pedang Kilat mendapat pembenaran atas kecurigaannya yang lain. Aku teringat ungkapan wajahnya ketika berbicara dengan pemilik kedai, yang semula kukira ayahnya itu, setelah Golok Karat menjelaskan dalam bahasa Tibet bahwa diriku adalah seorang pengembara tanpa nama yang berasal dari Ho-ling. Waktu itu karena tidak mengetahui sama sekali bahasa T ibet, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ aku tidak dapat menduga makna pandangan mereka. Aku memang memikirkan sesuatu, setelah Golok Karat menceritakan percakapannya dengan pemilik kedai yang bertanya tentang diriku, tetapi baru dapat melanjutkan apa yang menyeruak dalam kepala setelah Pedang Kilat menyatakan kecurigaan atas ilmu silatku. Kabar angin dari dunia persilatan beredar dari kedai ke kedai karena dihubungkan oleh para pengembara, dan tidaklah mustahil jika kabar tentang munculnya seorang pendekar asing yang tidak memiliki nama dan telah menerbangkan banyak sekali nyawa sepanjang jalur dari Thang Long sampai ke Celah Dinding Berlian, sampai pula ke tempat ini. Mungkin juga mereka telah mendengarnya dalam pengembaraan mereka sendiri. Ini berarti kemungkinan besar Pedang Kilat mengira diriku adalah diriku! Dengan dugaan seperti itu, me lihat kami berdua takjuga bisa dikalahkan oleh para penyamun terbang, apalagi dengan cara yang mangkus dan sangkil seperti itu, hanyalah membenarkan dugaannya! Ia berkelebat sambil berteriak. "Akuilah bahwa dirimu adalah Pendekar Tanpa Nama!" Pedang jian berkilat itu ujungnya terarah langsung ke tenggorokanku! Jika aku tetap berpura-pura dalam penyamaranku, ujung pedang itu akan segera menembusnya! (Oo-dwkz-oO) Episode 199: [Tiga Sungai dan Tiga Puncak] PEDANG Kilat melesat secepat kilat dengan ujung pedang terarah langsung ke tenggorokanku, tetapi dengan kemampuanku bergerak bukan hanya lebih cepat dari kilat, tetapi juga lebih cepat dari pikiran, bahkan lebih cepat dari cepat, maka aku dapat melihatnya sebagai gerakan yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sangat lambat dan sangat mudah dihindari, sehingga memberiku kesempatan untuk berpikir panjang. Pertama, sudah jelas aku tidak ingin menyakiti perasaan Golok Karat sekarang ini, dengan mengungkap kenyataan betapa aku telah mengelabuinya, yang tentu saja membuat diriku harus tetap berada dalam peranku semula; lagipula, terutama, bersama Golok Karat ini pula mendadak kutemukan jalan terbaik mendekati Mahaguru Kupu-kupu Hitam. Pernyataan Pedang Kilat yang menyatakan bahwa Mahaguru Kupu-kupu Hitam selalu membunuh siapapun yang melamar untuk jadi muridnya tidak dapat kujadikan pegangan, meskipun nama Mahaguru Kupu-kupu Hitam diambil saja dari nama gurunya. Setidaknya boleh dianggap kami berdua memberanikan diri untuk menjadi dua muridnya yang pertama! Kedua, betapapun Pedang Kilat tidak dapat kuanggap mengetahui siapa diriku sesungguhnya. Dia jelas belum menyingkap penyamaranku, baik ketika melihatku di kedai, maupum di sini ketika melihat sekilas gerakanku menghadapi para penyamun terbang, yang betapapun memang kubatasi; dan hanya terpengaruh oleh cerita tentang Pendekar Tanpa Nama itulah maka keunggulan siasatku seperti membenarkan dugaannya bahwa diriku yang tanpa nama tentulah berarti diriku adalah Pendekar T anpa Nama. NAMUN itu bukanlah bukti yang cukup, dan karena itu ia tidaklah memberiku kesempatan meneruskan penyamaran dengan membiarkan diriku teringkus jala liat para penyamun terbang. Pedang Kilat membebaskan kami terutama karena ingin menguji diriku lebih lanjut, dan aku tidak boleh membiarkan percobaannya itu terbukti. Aku harus tetap diam seperti pesilat awam, yang tidak akan mungkin mampu menangkap kecepatan kilat suatu gerakan. Pedang Kilat masih me lesat tetapi yang dimataku tetaplah terlihat lamban sekali. Jika ingin berubah pikiran, aku masih TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ memiliki kesempatan, karena aku menghadapi suatu keadaan dengan pertaruhan: kutempuh penyamaran penuh kesulitan ini demi pembebasan Yan Zi dan Elang Merah; termasuk dalam penyamaran itulah aku harus bersikap tiada berdaya menghadapi serangan secepat kilat ini, tetapi jika Pedang K ilat yakin diriku memang diriku seperti yang didengarnya, dan meneruskan tusukannya, tentu aku akan tewas dengan darah menyembur, dan tetap tidak bisa membebas Yan Zi dan Elang Merah. Ujung pedang jian yang dibuat hanya demi ilmu pedang itu tinggal sedepa dari tenggorokanku dan aku masih tetap diam! Ujung pedang itu berhenti tepat di depan tenggorokanku hanya dalam jarak satu jari! Pedang Kilat berhenti dengan tubuh masih mengambang seperti ketika meluncur dengan pedang terhunus ke depan. "Hah?" Aku pura-pura terperanjat dan melangkah mundur. "Puan Pendekar sungguh mau membunuhku?" Golok Karat tertahan nafasnya. Pedang Kilat mengubah kedudukannya dan menurunkan kedua kakinya menginjak salju. "Pendekar Tanpa Nama pun kukira tidak akan dan tidak perlu menyamar sampai seperti ini," katanya sambil menyimpan pedangnya ke sarung di punggung, "barangkali jika kalian tidak dibunuh oleh Mahaguru Kupu-kupu Hitam dan mampu menamatkan pelajaran, kita bisa melakukan pertarungan." Pedang Kilat berujar sambil menatapku penuh pandangan selidik. Ia tampak masih ragu, tetapi memang hanya pesilat awamlah yang akan diam dan tiada tahu betapa ujung pedang lawan sudah sampai sedekat itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dengan sedikit senyum seperti melihat sesuatu yang lucu, tetapi juga antara menghina dan merendahkan, Pedang Kilat berkelebat menghilang. Golok Karat datang berlari memelukku. Aku bagaikan tenggelam ke dalam tubuhnya yang tinggi besar itu. "Saudaraku! Untunglah Pedang Kilat itu pendekar yang masih menganggap membunuh orang tidak berdaya dan tidak melawan adalah tabu!" Aku sungguh terharu dengan kebaikan hatinya itu. Belum terbayang apa yang harus kukatakan kelak jika aku berhasil mencuri Kitab I lmu Silat Kupu-kupu Hitam itu. (Oo-dwkz-oO) Masih dua hari lagi kami berdua berjalan dan merayap sepanjang Pegunungan Hengduan sebelum akhirnya pada hari kesepuluh tiba di sumber air panas di kaki Gunung Gaoligong. Golok Karat mewajibkan dirinya untuk mandi di sana sebelum meneruskan perjalanan, tetapi ketika kami tiba di sana sumber air panas itu dipenuhi oleh perempuan-perempuan muda. Mereka sedang merayakan datangnya musim panas, yang dalam ketinggian seperti ini, betapapun memang tidak akan pernah terasa sebagai panas. Namun sumber air panas itu hangat airnya. Golok Karat harus menunggu hari berakhir jika ingin tetap mandi di situ. Aku membayangkan perjalanan berat yang masih harus ditempuh. "Kita adalah pengembara yang menuruti ke mana pun kaki kita melangkah," kata Golok Karat, "kita tidak pernah tahu kapan lagi akan melewati tempat ini, dan juga daku tidak akan melewatkan kesempatan untuk mandi." Betapapun kami memang tidak pernah mandi dalam udara yang begini dingin, dan juga belum tahu kapan akan pernah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mandi jika melewatkan kesempatan mandi air panas sekarang ini. Kami berada di wilayah orang-orang Lisu dan kami tidak ingin membuat kekeliruan yang tidak kami pahami jika ikut bergabung mandi begitu saja bersama perempuan-perempuan muda itu. Kampung mereka tentu tidak jauh dari s ini dan kami tidak ingin perjalanan kami tertunda-tunda lagi. "Kalau perlu kita tunggu sampai malam tiba," kata Golok Karat, "dan biarlah kalau perlu kita mandi dalam gelap." Dan begitulah kami menunggu. Kami duduk pada sebuah ketinggian yang memperlihatkan puncak-puncak Pegunungan Hengduan menutupi garis cakrawala di kejauhan sambil bercakap-cakap. Kami sempat membeli daging bakar dan arak panas dalam guci dari sebuah kedai di dekat pemandian, dan kami menikmatinya sambil menatap pemandangan. Golok Karat mengutip sebuah pepatah Tibet: jika lembah dicapai sebuah celah yang tinggi kawan-kawan terbaik atau musuh-musuh terjahat sajalah akan jadi pengunjung "Coba dikau lihat bagaimana alam seperti ini membentuk cara berpikir mereka,i katanya, isegalanya hanya dilihat sebagai kawan atau lawan, dalam rangka permusuhan." "Tetapi daku kira itu bukan satu-satunya pepatah Tibet,i kataku, itentu ada yang lain, yang tidak berhubungan dengan kawan-lawan atau permusuhan." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Maka sambil menuang kembali arak ke dalam cawan dan menenggaknya, meluncurlah berturut-turut tiga pepatah T ibet lainnya: di mana ada hidup, di s itu ada maut "Lihat bagaimana kita tidak bisa bernapas sedikit lega,"katanya. waspadailah madu dihidangkan pada pisau tajam "Perhatikanlah bagaimana mereka selalu hidup dalam keadaan curiga mencurigai," katanya lagi. kata-kata adalah gelembung air perbuatan tetesan emas atau darah "Lihat saja perumpamaannya," kata Golok Karat, "kenapa harus darah jika tidak ada hubungan dengan penumpahannya?" Aku mengangguk-angguk mengerti, karena aku pun pernah mendengar pepatah Tibet seperti ini: belang harimau jadi pakaian dan pengenalnya sedang jubah hanya pakaian manusia Artinya kepercayaan kepada ketulusan seorang bhiksu pun mereka tunda, dengan tidak sekadar mempercayai seseorang karena pakaiannya. "Pepatah muncul dari pengalaman bersama," kataku sekadar menimpali. Dalam hatiku kuhitung hari yang masih kumiliki untuk menyelamatkan Yan Zi dan Elang Merah. Mahaguru Kupukupu memberiku waktu 30 hari untuk mengambil Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam, belum termasuk menunggunya ketika menamatkan kitab itu dan bertarung menghadapinya dalam waktu seminggu, sebelum kedua perempuan itu dibebaskan, siapapun yang akan menang dalam pertarungan. Sudah 12 hari kulalui semenjak meninggalkan lautan kelabu gunung batu dan itu berarti aku tinggal memiliki 18 hari lagi. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Cukupkah itu untuk menempuh sisa perjalanan yang masih penuh kesulitan, yakni menyeberangi Tiga Sungai Sejajar melalui puncak-puncak tebing yang membatasinya, untuk Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo turun ke Shangri-La dan mencari Mahaguru Kupu-kupu Hitam" Dari puncak tebing di atas Sungai Nu, secara berturut-turut kami akan menyeberangi Sungai Nu, Sungai Lancang, dan Sungai Jinsha melalui puncak-puncak tebingnya yang curam dan turun ke kaki Gunung Merah. Dari sini kami harus berjalan lagi menuju Shangri-La yang diapit Gunung Qianhu, Gunung Salju Haba, Danau Bita, dan Gunung Merah itu sendiri. Ini semua kuketahui dari Elang Merah maupun Golok Karat yang telah mempelajarinya, tetapi tiada seorang pun dari kami berdua pernah menempuhnya. Padahal, sekali tersesat, bisa berakibat terbuangnya waktu berhari-hari lamanya, sementara sebelum kitab itu berada di tangan, aku tidak dapat berkelebat secepat kilat atau melesat di dalam angin seenaknya, karena dalam penyamaran ini diriku harus menjalani hari demi hari dengan ruang dan waktu orang awam. Arak membuat Golok Karat bicara makin lancar, dan tidak penting lagi baginya apakah perbincangannya akan ditanggapi atau tidak ditanggapi, karena sebagai pesilat kurasa ia memang kurang peduli terhadap dirinya sendiri. Ia terlalu ramah dan terlalu baik hatinya, sehingga kurasa ia telah dan masih akan sering tertipu. Namun sebagai pesilat, meski hanya memiliki tenaga kasar, dengan tubuhnya yang tinggi besar itu betapapun harus kukatakan betapa ia sangat trampil. Selain itu pun ia selalu menggunakan akalnya dengan baik sekali dalam pertarungan, seperti yang telah kusaksikan sendiri, sehingga meski tidak memiliki tenaga dalam, belum tentu siapapun yang memiliki tenaga dalam dengan sendirinya akan mampu mengalahkan Golok Karat. Seperti dikatakan pepatah tua tentang gung fu dari Negeri Atap Langit: bukanlah kepalan dahsyat yang bertarung TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ atau kata-kata bertuah yang mengutuk Sampai mendadak seperti tiba-tiba saja gelap. Pemandian m enjadi senyap dari tawa para gadis dan hanya terdengar desis aliran air panas dengan uapnya yang mengepul. Tanpa menunggu lebih lama lagi Golok Karat bergegas menuju kolam tempat pemandian air panas itu. "Marilah!" Golok Karat mengajakku. Namun aku melihat bayangan berkelebat, seperti sedang mengintai kami. Jadi memang kuikuti langkah Golok Karat, tetapi kuberi isyarat agar mandi sendiri saja karena aku harus menyelidiki sesuatu. Untunglah ia cepat mengerti. Bahkan langsung mandi sambil bernyanyi-nyanyi, sementara aku menyelinap dalam gelap dengan sangat lambat, karena tidak mungkin berkelebat dalam pandangan mata Golok Karat. Lepas dari pandangannya barulah aku berkelebat. Dengan segera aku berada di belakang dua sosok manusia yang berbicara dengan bahasa Negeri Atap Langit. Dari suaranya segera kukenali kembali dua orang sewaan Golongan Murni yang bermaksud mengadu domba Suku Naxi dan Suku Lisu itu. K ini mereka berada di wilayah Suku Lisu, mungkinkah ada sesuatu yang berhubungan dengan adu domba itu" "Mengapa Kakak tiba-tiba berhenti?" Sosok yang dipanggil Kakak mengangkat tangannya, tanda agar kawannya itu diam. Suasana sunyi senyap. Suara angin gemuruh di antara tebing sepanjang sungai terdengar di kejauhan. Hanya nyanyian Golok Karat di pemandian terdengar jelas sekali. Terlihat ia menggeleng-geleng. "Orang itu ceroboh sekali," katanya, "dia pikir seperti sedang mandi di kampungnya sendiri saja." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Jadi kenapa Kakak berhenti?" Kakak ini menoleh dengan agak gusar, meski ia bisa menjaga dirinya dengan tetap berbisik-bisik. "Tidak usah Adik pertanyakan lagilah kenapa daku berhenti," katanya, "sudah pasti karena ada sesuatu yang kuanggap penting." "Tapi Kakak, kita sudah ditunggu." "Biar saja mereka menunggu, Adik, kita sudah menjalankan semua tugas kita dengan baik, tidak ada salahnya mereka menunggu kita agak sedikit lama lagi, apalagi berhasil tidaknya pengepungan itu sangat ditentukan oleh keterangan yang akan kita berikan. Biarlah mereka menunggu!" Aku terhenyak. Pengepungan" Pengepungan oleh pihak mana kepada pihak mana" Aku merasa sangat penasaran dan untunglah yang disebut Adik itu juga masih penasaran akan sesuatu. "Kakak, kalau aku boleh bertanya, apa sebetulnya kesalahan Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu, sehingga begitu banyak orang dikerahkan untuk mengepungnya ke ShangriLa?" Sekali lagi yang disebut Kakak itu mengangkat tangannya, dan yang disebut Adik itu diam lagi. "Aneh," katanya sambil mendengarkan nyanyian Golok Karat, "kenapa hanya ada satu orang" Aku percaya telah melihat dua orang, dan aku merasa salah seorang di antaranya bersosok seperti bayangan berkelebat yang tidak bisa kukenali waktu itu." "Begitukah, Kakak" Kenapa tidak tengok saja ke pemandian itu" Bahkan kita bisa berpura-pura mandi jugaO" Sosok yang disebut Kakak kembali menukas. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Adik, kalau Adik bermaksud jadi petugas rahasia yang baik, Adik harus lebih sering menggunakan akal Adik," katanya, masih tetap berbisik, dengan nada mengajari, "misalnya kita harus tahu pasti apakah orang yang kita selidiki ilmu silatnya lebih rendah atau lebih tinggi daripada ilmu silat kita." Adik itu diam mendengarkan. "Kalau ilmu s ilatnya lebih rendah, boleh diandaikan ia tidak akan mengetahui kehadiran kita," ia melanjutkan, "tetapi jika ilmu silatnya lebih tinggi, kita harus bersikap sangat berhatihati dan lebih baik menunggu, karena jika kita gegabah, bukan kita yang akan mengawasinya, melainkan dialah yang mengawasi dan menyelidiki kita!" "Dan Kakak merasa sosok yang berkelebat itu ilmu s ilatnya lebih tinggi dari ilmu s ilat kita?" "Sebetulnya jika seseorang berkelebat dan kita tidak dapat mengikutinya, itulah tanda kecepatan bergerak kita ada di bawahnya, jika tidak dalam ilmu silat, setidaknya dalam ilmu penyusupan." Memang bisa saja ilmu penyusupan seseorang sangat tinggi, tetapi ilmu silatnya tidak seimbang dengan ilmu penyusupannya itu; dan sebaliknya ilmu s ilat yang tinggi tidak menjamin kemampuan dalam penyusupan yang juga tinggi. Jelaslah dalam keduanya kemampuan berkelebat tanpa terlihat menjadi andalan utama. Adik itu tampak mengangguk-angguk. "Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang, Kakak" Permusuhan Suku Lisu dan Suku Naxi sudah berhasil Kakak kobarkan, begitu pula permusuhan antara Suku Yi dan Suku Han, sehingga tidak akan mengganggu rencana penangkapan Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ BANYAKLAH tanda tanya belum terjawab dalam berbagai peristiwa itu, meski aku sendiri pun tidak merasa perlu mewajibkan diri mencari segenap jawabannya. Betapapun aku hanyalah pengembara yang selalu melakukan perjalanan mencari daerah baru dan sepertinya tidak akan pernah kembali. Ketika memutuskan untuk bergabung dengan kapal Srivijaya, yang ternyata adalah kapal bajak laut budiman Naga Laut yang justru selalu mengganggu armada Sriv ijaya, diriku dipenuhi semangat petualangan melihat dunia, tanpa berpikir betapa dalam setiap langkah dan tindakan terdapatlah jaringan peristiwa yang akan mengikutinya. Adapun dalam setiap peristiwa dalam jaringan itu akan terlibatlah manusia dengan siapa kita bersua, sedangkan hubungan antarmanusia itu jika di satu pihak bisa hanya berlalu seperti debu diterbangkan angin menderu, di pihak lain dapat mengikat erat seperti ular naga yang melibat dan melekat. Maka ternyata aku tidak dapat sepenuhnya bersikap sebagai pengembara, yang meninggalkan setiap peristiwa berkecamuk di wilayahnya sahaja, tanpa harus bertanggung jawab sebagaimana orang asing yang akan menghindarkan dirinya untuk terlibat, karena berbagai peristiwa itu sendiri seperti dengan sengaja bukan hanya melibatkan tetapi bahkan menjebakku untuk berada dan berperan di dalamnya. Lagipula, kemudian manusia di daerah manapun tidak akan pernah menjadi terlalu asing bagiku. Setiap manusia sebetulnya bersaudara di atas bumi yang sama. Tentu tidak bisa kutinggalkan tanggung jawabku atas tanda tanya gugurnya Amrita yang berada di tangan Harimau Perang. Ke mana pun ia pergi, ke ujung dunia sekali pun, ke seberang benua maupun ke puncak gunung, aku akan selalu mencarinya, bukan hanya atas nama segala makna yang telah kudapatkan dari Amrita; tetapi juga atas gagalnya pengepungan dan perebutan Kota Thang-long, yang hanya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mungkin terjadi karena pengkhianatan, yang telah mengakibatkan banyak korban jiwa kawan-kawan seperjuangan para pemberontak gabungan. Tidak bisa dilupakan tentu utang budiku kepada orang kebiri yang telah menyelamatkan jiwaku itu, yang menyamar sebagai pemilik kedai di lautan kelabu gunung batu, yang disebut Si Cerpelai dan menyimpan sepertiga dari rahasia penting yang berhubungan keamanan Kemaharajaan Negeri Atap Langit. Segala keterangan yang telah diberikannya kepadaku, sebagai cerita lisan maupun tertulis dalam gulungan kitab, tentang seluk beluk kehidupan orang kebiri di istana dalam sejarah Negeri Atap Langit, haruslah kuanggap mengandung suatu pesan, bahwa aku akan terlibat memecahkan persoalan. Untuk itu bahkan telah dikorbankannya nyawa sendiri agar diriku tetap hidup, dengan menghadapi para pembunuh kelompok racun Kalakuta. Ini hanya terjadi setelah ia menyaksikan sikapku terhadap orangorang Uighur yang memintaku jadi guru itu dan bagaimana aku bertarung melawan Pendekar Kupu-kupu. Belum selesa i dengan semua itu, aku terlibat pula dengan urusan Yan Zi yang meski sama sekali tiada kuminta, jelas tiada mungkin kutinggalkan pula. Menyusup masuk ke dalam istana di kotaraja Chang'an untuk mengambil Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri jelas bukan sembarang tugas yang dapat dilakukan, tetapi Angin Mendesau Berwajah Hijau seperti juga Si Cerpelai itu agaknya menangkap sesuatu dalam gerakanku, yang membuat mereka berpikir aku dapat menyelesaikan masalah mereka yang takterpecahkan oleh mereka sendiri itu. Seingatku aku tidak pernah memperagakan Jurus Tanpa Bentuk di hadapan Si Cerpelai maupun Angin Mendesau Berwajah Hijau, tetapi agaknya jejak-jejaknya tertangkap juga oleh orang yang berilmu tinggi. Kuketahui inilah jurus impian para pendekar untuk dikuasai, tetapi meskipun aku masih mengolahnya telah kuyakini bahwa tiada TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ seorang pun akan bisa menguasainya, selama masih memikirkannya sebagai suatu bentuk. Kini, di sini, meski bercak salju masih terdapat di sana-sini, bahkan masih pula membentang bagaikan padang memutih, sebenarnyalah sekarang ini sudah memasuki musim panas. Aku masih berada di tahun 796, tetapi sudah memasuki bulan Caitra. Hanya karena berada di dataran yang amat tinggi sajalah maka salju bagaikan enggan mencair. Dahan dan ranting masih berselimutkan embun membeku, yang ketika sedang bergerak menetes ternyata menjadi kaku. Betapapun belum lama aku meninggalkan Daerah Perlindungan An Nam, tetapi rasanya sudah banyak peristiwa yang kualami dalam waktu singkat. Di antara semua itu yang terakhir ini sangatlah rawan. Urusan Harimau Perang dan rahasia yang dipegang orangorang kebiri masih bisa ditunda tanpa pertaruhan nyawa, tetapi kini jika Mahaguru Kupu-kupu Hitam terbunuh dalam pengepungan golongan hitam dan para pendekar yang telah menjual jiwanya sebagai pembunuh bayaran, kecil peluangku mendapatkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam sebagai jaminan agar Yan Zi dan Elang Merah tetap hidup. Dengan menyamar sebagai pesilat awam dengan jurus-jurus sederhana untuk berguru kepada mahaguru yang akan dikepung itu, apakah kiranya yang bisa kulakukan" Perjalanan yang tersisa saja belum kuketahui apakah bisa kutempuh dengan sedikit kecepatan. PARA pendekar tinggal me lenting dari puncak ke puncak atau berselancar di atas angin, tetapi pendatang yang awam dan tidak mengenal perlengkapan terbang harus bergelantung pada tali dan merayapinya dengan bantuan roda. Penduduk setempat membawa barang-barang dan binatang piaraannya melalui tali itu juga, dan ke sana jugalah para penyamun terbang seperti pernah kudengar biasa mencari mangsanya. Akibat penyamaranku sebagai pesilat awam, aku tidak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mungkin mengatasi semua ini tanpa tenaga dalam maupun ilmu meringankan tubuh dengan mudah. Kami berdua masih bernyanyi-nyanyi di dalam kolam, tetapi Golok Karat memberi isyarat kepadaku bahwa ia melihat dua Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sosok manusia berkelebat pergi. Berhasil kami kelabui kedua petugas rahasia itu, untuk mengira betapa kami bukanlah orang yang patut dicurigai. Aku segera berhenti bernyanyi dan melompat keluar kolam. Segera kukeringkan tubuh dengan bagian luar busana yang itu juga. ''Marilah kita segera berangkat Golok Karat,'' kataku, ''banyak sekali yang masih harus kita kerjakan.'' ''Apakah kiranya itu, saudaraku yang tidak bernama"'' Aku diam sejenak sebelum menjawab, tidak tahu jawaban apa yang paling tepat. ''Marilah! Kujelaskan semuanya dalam perjalanan!'' (Oo-dwkz-oO) Episode 200: [Korban Manusia bagi Parambrahma] TAMAT Pembaca, izinkan aku berhenti sebentar. Untuk seorang tua yang sudah memasuki umur 101 tahun dan belum mati juga, usaha mengingat secara runtut ternyata bukanlah sesuatu yang selalu mudah. Kadang ingatanku kuat akan suatu peristiwa sampai kepada pernik-pernik rincian yang sekecilkecilnya, tetapi lupa sama sekali akan suatu peristiwa lain yang tidak dapat kuketahui sekarang ini sebetulnya penting atau tidak penting, karena jika teringat pun bagaikan hanya berupa gambar samar-samar dari masa lalu, kadang tampak dan kadang tidak terlihat sama sekali, bahkan kadang seperti semesta gelap yang hanya tetap dan akan tetap tinggal gelap untuk selama-lamanya. Bagaimana jika ternyata peristiwa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang kulupakan itu penting untuk memecahkan masalahku sekarang" Ada kalanya suatu peristiwa teringat kembali karena berlangsungnya peristiwa lain yang seperti tidak ada hubungannya sama sekali. Pengepungan atas pondok Rangga Tua itu misalnya, yang telah membuatku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri untuk kali pertama bentuk pengungkapan Jurus Naga Api oleh sosok yang berkelebat tak terlihat itu, justru mengingatkan diriku atas suatu peristiwa yang berhubungan dengan Sivagrha atau Rumah Siva yang sebagai Tanah Suci dipersembahkan kepada Parambrahman atau Yang Mutlak di bagian selatan sana. Setelah peristiwa Pembantaian Seratus Pendekar pada tahun 821, aku menghilang dari dunia persilatan dan melebur ke dunia ramai, dunia kehidupan orang-orang awam yang meskipun jauh dari kesaktian dan kedahsyatan para pendekar yang bagaikan tidak masuk akal, tidak kalah menariknya dari dunia persilatan itu sendiri. Aku akan terus berada di dunia awam itu selama 25 tahun, dengan segala pengalaman yang dimungkinkan oleh kehidupan, dan pada masa itulah, pada tahun 832, kudengar dimulainya pembangunan Rumah Siva yang luar biasa itu. SIVAGRA dibangun dengan mengerahkan tenaga manusia yang sangat banyak, sehingga selesa i hanya dalam waktu 24 tahun, dan diresmikan pada 856, yang juga menjadi penanda jatiningrat Rakai Pikatan, yang telah mangkat setahun sebelumnya. Sivagrha itu sendiri mulai dibangun pada masa pemerintahan Dyah Gula atau Rakai Garung, yang terus berlanjut pada masa Rakai Pikatan, yang berarti mendapat dukungan sepenuhnya dari Wangsa Syailendra, yang telah membangun Kamulan Bhumisambhara, dengan rancangan dan awal pembangunan tahun 755. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Saat itu usiaku masih lima atau enam tahun, dan hidup terpencil bersama pasangan pendekar yang mengasuhku di Celah Kledung. Adapun ketika Sivagrha hampir lengkap berdiri, aku sudah tenggelam dalam samadhi di sebuah gua, dan Wangsa Sanjaya telah mengusir Wangsa Sailendra ke Samudradvipa, sehingga Balaputra bisa membangun Sriv ijaya sebagai raja. Namanya bahkan pernah kudengar dibicarakan sebagai tercatat dalam sebuah prasasti pada 860 di Nalanda, Jambhudvipa bagian utara, ketika meminta kepada Raja Benggala Dewapaladewa untuk membangun sebuah wihara, tentunya bagi para bhiksu yang datang belajar dari Suvarnadvipa. Dengan kehidupanku yang selalu mengembara, menyamar, bersembunyi, dan hanya mendapat keterangan tidak selalu dari sumber pertama, bahkan kadang berupa kabar angin dari kedai ke kedai, aku tidak selalu merasa pasti akan pengetahuanku sendiri akan permainan kekuasaan di istana. Rakai Pikatan misalnya yang jelas memuja Siva, memang disebut dalam prasasti permaisurinya beragama Buddha, tetapi Sri Kahulunan yang meresmikan Kamulan Bhumisambhara pada 842, dan memang kudengar ketika menyamar di dunia awam, mungkin justru adalah ibundanya. Aku memang menganggap kerincian adalah penting, tetapi berita simpang siur lebih sering membingungkanku, yang betapapun memang tidak menguasai ilmu surat sebaik ilmu silat. Meski begitu memang banyak tanda-tanda pada Sivagrha yang bisa kubaca, sejauh pernah kulihat ketika juga menyamar sebagai pekerja pada masa pembangunannya. Sesuai namanya, Sivagrha adalah percandian dengan Siva sebagai dewa utamanya, tetapi di sana dibangun pula dewadewa lain dalam Hindu seperti Visnu dan Brahma. BEGITULAH arca Siva bukan hanya ditempatkan di candi tengah yang ukurannya lebih besar daripada kedua candi yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mengapitnya, yang berisi arca kedua dewa Trimurti yang lain itu, tetapi dalam candinya sendiri ia didampingi arca Durga Mahisasuramardini, Ganesha, dan Agastya yang masingmasing ditempatkan di ruang tersendiri. Kedua dewa lain itu tidak diberi pendamping. Dari pengembaraanku pada masa muda yang masih akan kuceritakan nanti, kuketahui bahwa sejak beberapa ratus tahun lalu di Jambhudv ipa para penganut Hindu terbagi dalam berbagai aliran yang bersaingan. Adapun yang merupakan aliran besar adalah Saiva, yakni mereka yang mengunggulkan pemujaan kepada Siva; Vaisnava, yakni mereka yang memilih untuk lebih memuja Visnu; dan Sakta, yakni mereka yang menganggap Sakti, yaitu Dev i pasangan dewa utama, adalah lambang kekuasaan Yang Tertinggi. Terutama antara kaum Saiva dan kaum Vaisnava, di Jambhudvipa berlangsung persaingan ketat, tetapi di dalam Sivagrha yang puncak candi utamanya menjulang ke langit di Javadvipa ini, jelas bukan hanya Visnu, melainkan juga dewa-dewa lain diberi tempat. Bahkan gambar pahatan sekeliling ketiga bangunan utama bercerita tentang Rama dan Krishna, yang jelas merupakan avatara Visnu. Namun sebetulnya bukan hanya kebersamaan dewa-dewa Hindu itu saja tanda-tanda yang terbaca pada Sivagrha, melainkan persamaan ragam seni dan cara pemahatannya yang sama dengan candi-candi Buddha. Dalam bangunannya pun pembuatan relung pada dinding candi, dan penyematan hiasan yang terpahat di atas pintu dan relung, yang sering disertai penggambaran awan dan makhluk-makhluk kahyangan di atasnya, memperlihatkan betapa cara memandang dunia dari kedua agama itu sama. Pernah kudengar istilah Siva-Buddha Tattwa yang mempertemukan keduanya, yang tampaknya menampung berbagai upacara yoga-tantra yang pernah kulihat pula. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Justru upacara itulah yang teringat olehku ketika para raja pariraksa bermaksud menangkap, dan nyaris membantai, Rangga Tua, karena mengingatkanku kepada kegemparan yang ditimbulkan para pengelola Sivagrha tersebut, saat sebagai persembahan kepada dewa, ternyata mereka disebutsebut mengorbankan manusia! (Oo-dwkz-oO) MAAFKANLAH diriku wahai Pembaca, bahwa aku tidak meletakkan bagian cerita ini dalam urutan semestinya, karena cerita ini berlangsung pada hari-hari akhirku di dunia ramai antara 846 dan 847, jadi menjelang Rakai Pikatan tampil dan kemudian mulai memerintah di Mataram, sekitar limabelas tahun dari awal pembangunan Sivagrha, dan sepuluh tahun sebelum diresmikan pada 856, tiada lebih dan tiada kurang karena diriku yang sudah tua ini takut menjadi lupa dan bagian cerita ini hilang untuk selama-lamanya. Kupikir Pembaca juga dapat mengurutkan sendiri nanti, ketika riwayat hidupku sampai kepada tahun-tahun itu, ketika Parambhrahma atau Jiwa Alam Semesta di Sivagrha diwartakan mendapat persembahan jiwa manusia selain binatang-binatang korban lainnya. Betapapun, pengepungan pondok Rangga Tua itu tanpa bisa kujelaskan ternyata mengingatkan diriku kepada cerita seseorang di masa lalu pada sebuah kedai, tentang apa yang berlangsung di Sivagrgha tersebut, percandian indah dengan 224 candi perwara yang mewakili 224 dunia dalam tatacara semesta Saiva Siddhanta sesuai dengan Bhuvanakosha itu, yang bahkan jika candi-candi perwara ini dipadankan dengan gunung Chakravada, maka delapan candi di halaman dalamnya terbandingkan juga dengan delapan puncak pegunungan Manasa di Jambhudvipa. Saat itu seseorang bercerita di sebuah kedai, tentang seorang pemuda tampan yang telah hilang diculik pada suatu malam, ketika sedang memeriksa pengairan sawahnya setelah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ hujan, oleh suatu gerombolan berkuda yang wajahnya ditutup kerudung hitam. Diceritakannya bahwa kejadian itu sebetulnya diketahui juga oleh sejumlah saksi mata, dan meskipun gerombolan berkuda itu mengetahui betapa diri mereka terpergok melakukan penculikan tersebut, tindakan itu mereka lanjutkan juga. Disebutkan bahwa para saksi mata lain, yang juga sedang berada di sawah untuk memeriksa pengairannya sehabis hujan lebat yang kadang merusak pembatasnya itu, mengenali gerombolan tersebut dari kuda yang mereka tunggangi. "MEREKA mengenalinya sebagai s isa-sisa paksha Kapalika," katanya, "mereka juga memburu anjing dan trenggiling." "Untuk persembahan mereka?" tanya orang-orang di kedai lainnya. Orang yang bercerita itu mengangguk sambil menoleh ke kiri dan ke kanan dengan wajah menyiratkan ketakutan. "Bahkan di Jambhudvipa katanya mereka sudah punah," seseorang berkata, "tetapi di sini pengaruhnya masih terasa." Aku berada di antara mereka sebagai pendengar saja, tidaklah perlu kukatakan kepada mereka bagaimana aku mengenali keberadaan penganut Kapalika di Jambhudv ipa dan penganut Kalamukha di Nepal, yang juga disebut kaum Kapalika Saiva, yang seharusnyalah sudah punah dan tidak menjalankan peribadatannya yang kejam itu lagi. Namun yang berlangsung di Yavabhumipala dengan lomba pembangunan candi-candi besar Mahayana maupun Siva saat itu keadaannya memang berbeda. Di sini Mahayana dan Siva tidak bersaing apalagi bermusuhan, melainkan hidup bersama, bahkan nyaris saling menyerupa, tetapi yang hanya dapat berlangsung dengan suatu cara. "Mereka yang belajar begitu jauh sampai Nalanda," ujar seseorang yang lain pula, "kembali hanya untuk membuat Buddha sama dengan Siva." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Saat itu aku teringat pembacaanku di ruang pustaka Kuil Pengabdian Sejati di Thang-long, tentang bagaimana Xuan Zang menceritakan kembali keberatan para bhiksu Hinayana di Orissa tentang ajaran Mahayana yang dianggap sebagai aliran sesat atau viparita-drsti. "Ya, mereka yang kembali dari Nalanda tiada bedanya dalam hal apapun dari kaum Kapalika!" Kedai itu menjadi ramai, ketika semua orang bicara tentang agama, padahal semuanya tidak paham agama, dan kukira tidak banyak pula yang bisa membaca. Bahkan bagiku, yang bisa dan cukup banyak membaca di banding orang-orang awam yang berdebat di kedai itu, betapapun terbukti tiada cukup cendekia untuk memahami segenap tanda yang tertera di Kamulan Bhumisambhara maupun Sivagrha, ketika dalam candi Buddha terdapat pengaruh Hindu, dan pada candi Hindu terdapat unsur-unsur Buddha --yang rupanya juga menjadi bahan perdebatan orang-orang awam semasaku ini. "Cangkir-cangkir tengkorak!" Seseorang berkata. "Kenapa" Itu disebut-sebut jatuh tanpa sengaja dari beban bawaan yang tutupnya terbuka itu bukan?" Aku pun pernah melihatnya, meski bukan di Mataram ini, melainkan pada sebuah kuil Tantrayana di perbatasan Negeri Atap Langit dan Kerajaan Tibet. Cangkir tengkorak yang terbuat dari perunggu. Rupanya memang pengaruh Kapalika terdapat di sini! ''ITULAH! Itulah bukti mereka berasal dari paksha Kapalika! Bagaimana mungkin adhikara dapat membiarkan mereka dengan peribadatannya yang kejam itu merajalela"'' ''Karena Tantrayana membiarkannya!'' ''Urusan Tantrayana adalah candi Mahayana, Kamulan Bhumisambhara, bukan candi pemuja Barambhahna seperti Sivagrha!'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Begitukah kata dikau" Tetapi tidakkah dikau dengar cerita para pemahat tentang tugas mereka dalam pembangunan Sivagrha itu"'' ''Apa yang dikau dengar"'' ''Mereka harus memahatkan gambar-gambar tarian Tandava!'' ''Hah!'' ''Tarian mabuk Tantrayana di Candi Siva!'' Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ''Hah!'' ''Dan tahukah saudara-saudaraku apalagi"'' ''Masih ada"'' ''Ini belum dilakukan, tetapi sudah direncanakan.'' ''Katakan!'' ''Gambar pahatan para brahmana makan ikan!'' ''Hah!'' ''Mungkinkah ejekan untuk orang Hindu dibuat orang Hindu"'' ''Hah!'' "Tantrayana di mana-mana! Mempengaruhi Mahayana! Mempengaruhi Siva!" Semua suara tinggi nadanya, sahut menyahut seperti burung berkicau, sampai terdengar nada yang rendah, tetapi terdengar jelas dan penuh wibawa. "Sabar dahulu saudara-saudaraku," katanya, "sabarlah dan berpikirlah dengan jernih dan tenang..." Saat itu aku pun mencoba berpikir tenang, karena tidak semua hal dari yang kudengar bisa kucerna dengan baik. Sejauh yang kuketahui, di dalam kitab ajaran Sang Hyang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kamahayanikan tiada disebutkan bahwa masalah yang kemudian akan dijelaskan orang itu merupakan bagian yang disebut sebagai Tantrayana. Namun karena sebelumnya ia membicarakan sepuluh paramita dan karena itu disebut Paramitayana, yang empat bagian terakhirnya tidak diuraikan sesusai dengan Mahayana Sutra, tetapi lebih cenderung kepada Tantrayana, maka dapatlah kuanggap bagian itu diungkapkan sebagai bagian yang mengantar peralihan dari ajaran Paramitayana ke ajaran Tantrayana. "Setelah menghayati dengan baik sepuluh paramita sebagai jalan yang agung atau maha-marga, hayatilah sekarang rahasia yang agung dan yang utama," orang itu masih terus berbicara. Orang-orang mengerutkan kening, aku juga mengerutkan kening. Kami tidak berada di sebuah wihara, kami semua berada di sebuah kedai yang ramai. Apakah dia bersungguhsunggguh dalam maksudnya menjelaskan suatu ajaran rahasia atau guhya" mahaguhya merupakan karana atau sebab dari perpaduan dengan bharala yang terdiri dari yoga dan bhavana Sementara ia terus berbicara, kuingat lagi betapa Tantrayana memang selalu dikaitkan dengan kerahasiaan, dalam arti dirahasiakan kepada mereka yang belum dipersiapkan untuk menerima ajaran itu. Kerahasiaan itu dipertahankan bukan karena mengandung keajaiban maupun sihir, melainkan justru dimaksudkan agar mencapai Kebuddhaan, supaya dapat menolong orang lain, dan bukan menanggung akibat buruk karena tidak siap menjalankan ajaran dan tenggelam dalam samsara. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yoga terdiri dari empat jenis menurut ajaran Hang Acarya Sri Dignaga yang terhormat yaitu mula-yoga, madhyayoga, vasana-yoga, anta-yoga ANAK! Janganlah berlebihan! Upacara Kapalika jangan disamakan dengan upacara Tantrayana! Yang terjadi sebetulnya adalah..." "Janganlah berkilah Bapak! Cirinya sudah jelas sama!" "Berarti kalian gegabah dan kurang periksa!" "Ah kita semua tahu Bapak, tidak semua yang mengaku pengikut T antrayana memahami ajaran rahasia!" Mereka berdebat sampai lama, sampai lupa berpikir tentang bagaimana korban penculikan itu mungkin masih bisa diselamatkan. Saat itulah aku berkelebat menghilang. Memang tidak jelas bagiku, apakah cerita tentang kelompok atau aliran atau paksha Kapalika di Kerajaan Mataram ini hanyalah dugaan tanpa dasar, sekadar kabar angin simpang siur, ataukah memang ada hubungannya dengan sisa-sisa paksha yang nyaris punah itu di Jambhudvipa; tetapi betapapun sudah jelas seseorang telah diculik dan meskipun berada dalam penyamaran dan peleburan dalam kehidupan awam, bukan berarti diriku tidak harus mencari jalan untuk membebaskannya. Pembaca, kejadian itulah yang teringat olehku dari peristiwa ini. Seseorang yang seperti akan ditangkap telah mengingatkanku kepada suatu penculikan di masa lalu. Namun sekali lagi maafkanlah aku wahai Pembaca, lanjutan cerita ini lebih baiklah kuceritakan pada saatnya, yang tiada lebih dan tiada kurang berarti sesuai dengan urutannya, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ karena jika tidak, aku khawatir hanya kebingunganlah yang akan didapatkan Pembaca! (Oo-dwkz-oO) MANTYASIH, tempatku tinggal sekarang ini, dihuni para penganut Siva maupun Mahayana, dengan segala paksha yang terkaitkan kepada keduanya. Pada masa aku menuliskan riwayat hidupku ini, kaum Saiva sedang mengalami kebangkitan kembali di mana-mana, bersama dengan kembalinya Wangsa Sanjaya yang berhasil mendesak Wangsa Syailendra, tetapi para penganut Mahayana, termasuk paksha Tantrayana yang perwujudannya tampak sebagai Kamulan Bhumisambhara, secara umum tetap aman tenteram dalam kehidupan bersama. Namun justru kedamaian itulah yang tidak diinginkan oleh mereka yang memiliki kepentingan atas suatu keadaan penuh kekacauan. Demi kepentingan terciptanya kekacauan itulah segala perbedaan harus dimanfaatkan, dengan cara membuatnya saling bersaingan, bermusuhan, dan diharapkan saling menghancurkan! Aku tersentak menyadari terdapatnya gejala ini. Dalam keadaan seperti ini, patutkah diriku hanya bersembunyi dan menghilang dari dunia ramai, dan hanya sibuk menuliskan riwayat hidupku sendiri" Akhirnya malam tiba. Bhiksu yang didatangkan dari sebuah wihara di dekat Kamulan Bhumisambhara untuk mengajar di balai pertemuan pada halaman itu kata-katanya terdengar jelas, dan semua orang mendengarkan dengan penuh perhatian, seperti telah me lupakan kegemparan yang ditimbulkan para raja pariraksa dan pemilik Jurus Naga Api itu. virya-paramita berarti mengarahkan kaya, vak, dan citta kepada pelaksanaan kusala-karma atau perbuatan yang berguna TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tanpa airmata tanpa keluhan siang maupun malam "Pekerjaan yang berguna sebaiknya dikerjakan siang hari," katanya menjelaskan, "seperti menyalin saddharma, memuja, mengajarkan agama, menulis aksara Pallava, meminta derma, membaca Sang Hyang Dharma dari pustaka, memelihara Sang Hyang Stupa yang berisi patung Tathagata, melaksanakan segala macam upacara, menyalakan homa atau api suci, serta melayani tamu sebagaimana layaknya seorang penganut agama Buddha. Demikianlah jenis-jenis kebaikan yang sebaiknya dilaksanakan oleh badan, ucapan, dan pikiran, pada siang hari." SAMBIL mendengarkan dari jauh aku berpikir, apakah yang dimaksudnya dengan menulis aksara Pallava" Tidakkah para kawi akhirnya bersepakat membuat dan menggunakan aksara Jawa, dan menyalin dan menerjemahkan kembali segala kitab dalam bahasa dan aksara Jawa, memang supaya Kerajaan Mataram, siapapun yang memerintah, dari Wangsa Syailendra atau Wangsa Sanjaya, memiliki aksara dan bahasanya sendiri, yang tentu berarti tidak menggunakan bahasa Sanskerta dan aksara Pallava" Aku pun tahu, bait-bait Sanskerta dalam Sang Hyang Kamahayanikan pun dalam penyalinan saddharma telah dialihkan ke bahasa Jawa, sehingga anjurannya itu memang tiada jelas maksudnya. Adapun pemeliharaan stupa bagiku sudah jelas, dan bagi penduduk di sekitar Kamulan Bhumisambhara juga jelas. Di samping menempatkan patung-patung lima Tathagata pada terasnya yang persegi, juga terdapat Tathagata dalam dharmacakramudra di dalam stupa-stupa berongga pada teras yang lonjong. Tampaknya kitab Sang Hyang Kamahayanikan yang dirujuk bhiksu itu memang menunjuk langsung kepada Kamulan Bhumisambhara, karena memang hanya Kamulan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Bhumisambhara itulah di Javabhumipala ini candi Buddha yang memiliki stupa-stupa dengan arca Tathagata di dalamnya. Namun memang penyalinan saddharma itulah bagiku candi budaya yang tiada kalah mengesankan, ketika teringat kembali olehku suasana di sekitar Kamulan Bhumisambhara yang kini menjadi pemukiman ramai itu, suasana pembelajaran agama yang penuh perdebatan mencerahkan dengan peserta dari berbagai paksha, dari pihak Mahayana maupun Saiva, yang didukung perpustakaan dengan kitabkitab nyaris lengkap. Lantas apakah yang harus dilakukan pada ma lam hari seperti ini" Kudengar sang bhiksu membacakan isi Sang Hyang Kamahayanikan. ''Mengucapkan mantra-mantra dan berlatih yoga, membaca kitab suci, memuja semua Sang Hyang T athagata dan semua Dewi dengan mantra-mantra pujaan, mendoakan untuk kepentingan semua makhluk, agar mereka sehat, lepas dari khayalan, terangkat dari belenggu kelahiran, dapat mencapai kebuddhaan, serta memperoleh kebahagiaan yang abadi. Demikianlah perbuatan yang baik, yang sebaiknya dilaksanakan pada malam hari oleh kaya, vak, citta, tanpa mengeluarkan airmata, secara terus menerus, tanpa memperdulikan kesukaran. Perbuatan yang sedemikian itulah yang disebut sebagai virya-paramita.'' Semua ini adalah upaya mengatasi kemalasan, dalam rangkaian usaha-usaha menata diri demi tercapainya pencerahan, yang kemudian memang mengingatkan diriku kepada kemalasanku sendiri. Ya, memang tiada hari berlalu dalam hari-hari yang telah memasuki tahun ketiga ini yang kulalui tanpa menuliskan riwayat hidupku itu, demi tercapainya suatu kejelasan memuaskan, apakah kiranya yang telah menjadi sebab, mengapa diriku diburu sebagai satruraja atau musuh negara. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ NAMUN jika kusebutkan kemalasan, maka sungguh mati bukanlah menulis itu sendiri yang telah membuat diriku menjadi malas dalam arti seperti biasanya; melainkan karena aku pada dasarnya bukan seorang penulis atau juru cerita yang dapat diandalkan dan sungguh mengetahui apa yang harus dilakukan, maka menulis bagiku menjadi pekerjaan yang nyaris membuatku mengerahkan segala kemampuan. Dengan kata lain ada kalanya otakku mengalami kelelahan begitu rupa dalam kerja penulisan, sehingga ketika seharusnya diriku menulis sepanjang-panjangnya dan secepat-cepatnya dalam hari yang terasa pendek, yang lebih sering terjadi kemudian adalah diriku menulis begitu pendek dengan amat sangat lambat dalam hari yang kadang terasa amat sangat panjangnya. Keadaan seperti ini akan memberikan kepadaku rasa kantuk yang luar biasa, yang kuharapkan tidak datang dari penolakan di bawah sadar, yang kemudian membuatku tertidur begitu saja dalam keadaan duduk, dengan kepala menimpa meja tempat lempir-lempir lontar bertebaran. Tiada lebih dan tiada kurang memang bagaikan orang tua yang sudah mulai menjadi pikun. Saat itulah kemudian kudengar sesuatu di balik pintu. Aku tersentak. Apakah kewaspadaanku memang sudah semakin mundur" Jika aku sejak tadi memang tertidur, sosok di balik pintu itu dapat membunuhku dengan begitu mudah, semudah membalik telapak tangan...Namun ia tidak melakukannya, berarti di tangankulah kini kesempatan terbuka untuk membunuhnya. Ia sudah begitu dekat, jika aku tidak membunuhnya sekarang, pada kesempatan lain mungkin diriku yang terbunuh olehnya. Aku berkelebat. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ TAMAT UNTUK BUKU NAGABUMI II (Oo-dwkz-oO) Manusia Harimau Merantau Lagi 2 Satria Gendeng 07 Pasukan Kelelawar Kutukan Patung Intan 2