Ceritasilat Novel Online

Budha Pedang Penyamun Terbang 7

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira Bagian 7 berhasil kita bunuh"'' ''Itulah masalahnya Cambuk Emas! Seluruh mata-mata sampai saat ini belum berhasil menemukan jejaknya!'' Aku terkesiap dalam dingin udara yang sungguh menyiksa. Pasukan pemberontak penuh dengan mata-mata! Tidak ada salahnya tak seorang pun pernah bertemu dengan Harimau Perang. Aku mulai menduga betapa sebetulnya orang yang bernama Harimau Perang itu tidak ada. Namun yang sebenarnya terjadi, Harimau Perang itu terdiri dari beberapa orang. Hanya satu Harimau Perang asli, selebihnya hanya jebakan, meski dalam kenyataannya belum seorang pun dari seluruh kepala-kepala pasukan pemberontak pernah melihat wajah Harimau Perang. ''Bagaimana dengan perempuan Khmer itu"'' ''Amrita"'' ''Ya, anak Jayavarman II, apakah kita akan bisa mengatasinya"'' Untuk beberapa saat tiada jawaban. ''Mengapa dikau diam begitu lama Pedang Biru! Apakah dikau akan berkata kita tidak akan mampu mengatasinya"'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Tenanglah dahulu Tombak Gila, yang kupikirkan adalah suatu bahaya yang lebih besar dari itu...'' Di dalam ruangan hampir terdengar suara bersahutsahutan. ''Apakah bahaya itu Pedang Biru" Cepat katakan!'' ''Ya, cepat katakan, wahai Pedang Biru! Apakah bahaya itu"'' Sejenak masih berlangsung kesuny ian, tetapi yang disebut Pedang Biru lantas menjawab setelah menghela napas panjang. ''Amrita sangat berbahaya dan baginya belum kita temukan lawan sepadan, bahkan begitu juga untuk seorang kepala regunya, Iblis Suci Peremuk Tulang, pendeta yang kuilnya di Sungai Hitam pernah kita hancurkan. Para pemberontak dibantu oleh banyak pendekar hebat yang berasa l dari berbagai negeri, mulai dari Campa, Siam, Malayu, dan Pagan. Namun hanya satu orang yang tiada dapat kubayangkan akan pernah menemui lawan...'' ''Siapa"'' ''Pendekar ini selalu berada di dekat Amrita, yang membuat keduanya semakin tak bisa ditundukkan, dan ia berasal dari Jawadwipa.'' ''Siapakah dia dan apa kata mata-mata kita"'' "IA tidak mempunyai nama. Dialah yang menggagalkan pengepungan kita atas pasukan Amrita di hilir Sungai Merah waktu itu, karena garis terdepan maupun garis belakang dikacaunya sendirian saja. Pasukan kita kalah di sana dan sejak itu keadaan berbalik sampai mereka mengepung kita sekarang. Menurut mata-mata kita pasukan yang terdiri atas seribu orang dihadapinya sendirian." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Hmm. Jadi itulah Pendekar Tanpa Nama yang menjadi buah bibir orang-orang di selatan, yang karenanya selaksa balatentara Jayavarman II takdapat menangkap seorang Amrita." "Hmm." "Hmm." "Hmm." Aku menahan napas. Tidakkah begitu luar biasa jaringan mata-mata mereka" Jadi ada mata yang dapat menangkap gerakanku, bahkan menandai keberadaanku ketika kukacaukan pengepungan dengan Jurus Seribu Naga Menyerbu Bersama. Masalahnya, hanya yang berkepandaian sama tinggi dengan tingkat ilmu itu sekadar dapat menyaksikannya, dan sekarang ia berada di sana tanpa seorang pun mengetahuinya! Meskipun sangat kupercayai kemampuan Amrita, di antara pasukannya terdapat musuh dalam selimut yang sangat berbahaya! Sembari menempel pada dinding tembok kubayangkan pedang seorang mata-mata musuh menusuk punggung Amrita yang tembus sampai ke dadanya. Kugoyangkan kepalaku seperti bisa mengusir bayangan buruk. Namun bayangan betapa mata-mata musuh bertebaran di sepanjang lingkaran pengepungan tidak dapat kuhapus. Betapa sulit menebak dan menduga keberadaan mata-mata dalam pasukan pemberontak, apakah mereka berada di antara pasukan yang terdiri dari orang-orang asing, ataukah berada di antara orang-orang Viet sendiri. Setidaknya dari perbincangan yang kudengar, kuketahui bahwa bukan hanya Harimau Perang yang dicari-cari, tetapi juga keberadaan Amrita dan bahkan diriku takluput diawasi! Namun perbincangan rupanya telah beralih ke masalah lain. "Pedang Biru, apakah kiranya yang dikau pikirkan, jika ternyata pasukan pemberontak itu ternyata mendapat banyak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bantuan, bukan hanya dari para petani di pedalaman, tetapi juga para pendekar dunia persilatan dari berbagai negara?" "Tidakkah semuanya jelas, Cambuk Emas" Gagasan penjajahan telah memuakkan semua orang." "Hmmhh! Sudah berapa ratus tahun pemberontakan silih berganti" Hanya penderitaan dialam i orang-orang di pedesaan. Bagaimanakah kiranya kesejahteraan dan kemakmuran diselenggarakan tanpa adanya ketenangan?" "Tentu, tetapi gagasan perlawanan beredar di manamana." "Gagasan! Memang itu sangat berbahaya, lebih berbahaya daripada senjata! Tapi kita tidak bisa memeriksa dan memenggal kepala setiap orang." Aku teringat yang tertulis dalam Arthasastra: rakyat yang menjadi miskin, menjadi rakus jika rakus mereka menjadi tidak patuh jika tidak patuh mereka akan menyeberang ke musuh atau bahkan mereka sendiri akan membunuh tuannya karena itu ia jangan membiarkan penyebab kemunduran, kerakusan, dan ketidak patuhan muncul di antara rakyat atau kalau sudah tumbuh harus segera diberantas mana yang terburuk rakyat yang miskin atau tidak patuh" yang miskin, karena takut diganggu atau dihancurkan lebih suka segera berdamai, atau perang, atau melarikan diri yang rakus, yang tidak puas karena rakus TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ akan terpikat bujukan musuh TAMPAK sederhana yang diungkapkan Arthasastra, tetapi menjelaskan segalanya. Daerah Perlindungan An Nam diperlukan Negeri Atap Langit bukan demi rakyat An Nam, melainkan kepentingan terjaganya jalur ke pelabuhan yang dapat menghubungkannya ke Jambhudvipa. Jalur perdagangan terbentuk tentu saja untuk memakmurkan Negeri Atap Langit sendiri, bukan para petani An Nam yang tanpa penjajahan pun telah selalu menderita oleh banjir. Namun Negeri Atap Langit telah berhasil menyusun pemerintahan Daerah Perlindungan An Nam yang terdiri atas orang-orang Viet sendiri dan hanya kepala daerah dan lapisan pejabat tertinggi saja didatangkan dari Negeri Atap Langit. Maka sebuah pemberontakan adalah perang yang untuk sebagian berlangsung di antara orang-orang Viet. "Katakanlah yang sebenarnya Pedang Biru, bagaimanakah kedudukan kita sekarang" Apakah kita segera akan dapat menyerbu dan meraih kemenangan, ataukah kita harus bertahan dalam pengepungan dalam waktu yang belum bisa ditentukan?" Untuk beberapa saat Pedang Biru berdiam diri, tetapi kemudian kudengar jawabannya. "Pasukan pemberontak sebetulnya berada dalam keadaan lelah. Jika kita menempur mereka dengan kekuatan yang sama besarnya, dalam keadaan biasa mereka akan dapat dikalahkan oleh pasukan mana pun yang lebih segar. Namun semangat mereka sedang begitu tinggi dan sangat bergelora, bagaikan tiada peduli betapa kematian menghadang di depan, sedangkan pasukan kita masih selalu memikirkan anak isteri mereka di rumah. Bukankah susah memiliki pasukan tentara yang hanya bisa mencari selamat" Inilah yang membuat pasukan pemerintah di mana-mana mengalami kekalahan dan kini terdesak masuk ke dalam kota serta kita mengalami pengepungan." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Belum selesai kata-katanya ketika terdengar ledakan cambuk menggelegar. Pastilah ini ledakan cambuk dari yang disebut Cambuk Emas. Dari suara ledakannya aku tahu betapa tenaga dalamnya sangat tinggi. "Tapi Cambuk Emas tidak akan sudi menyerah di tangan para pemberontak dekil itu! B iarlah maju segala pendekar dari segenap penjuru dunia, Cambuk Emas tidak pernah akan mundur!" Aku tertegun. Jika para ksatria tersebar pada kedua kubu, bukankah menyedihkan ketika mereka harus mengadu jiwa ketika berhadapan" Saat itulah dalam bahasa Viet kudengar teriakan. "Penyelusup!" Aku membuka mata, setidaknya dua puluh anak panah dari busur-busur berkait yang tepat sasaran meluncur bersamaan ke arahku. Meski tadi kugunakan ilmu pendengaran Mendengar Semut di Dalam Liang, perhatianku ke dalam perbincangan di dalam ruangan telah membuat aku lengah terhadap pengepungan gedung ini. Panah-panah itu berbatang, bermata, dan berbulu penyeimbang yang juga hitam. Tali busurnya terpentang kencang dan tertahan kait sebelum dilepaskan dengan kayu lurus di tengah busur yang menjamin ketepatan, karena terdapatnya pengarah bidikan. Inilah jenis panah yang sekali tancap menembus badan. Melesak tanpa ampun dan meski tanpa racun batangnya yang besar tentu berdaya besar pula untuk melumpuhkan. Jika aku tetap menempel di tembok ini, sungguh aku akan tewas terajam. Maka kulepaskan ilmu cicak sehingga tubuhku jatuh dan menggelinding ke bawah di atas genting. Sekilas terlihatlah dua puluh anak melesak bersamaan pada tembok, menancap sampai kepada pangkalnya. Tentu mata anak panahnya menembus ke balik dan terlihat dari dalam. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Di bawah telah menunggu pasukan penjaga dengan seratus tombak siap merajam, dan tentu tak kubiarkan diriku tertembus tombak-tombak bagus dengan ujung tajam yang mampu melubangi perisai besi. Begitu tubuhku menyentuh saluran air yang penuh salju aku melenting ke atas, dan di sanalah dari atas genting berkelebat suatu bayangan yang menyabetkan cambuknya. Masih di udara aku terpaksa berkelit dengan berjungkir balik ke atas semakin tinggi. Sabetan cambuk yang luput itu mengeluarkan bunyi ledakan dengan lelatu api yang mengejarku! Ah! Ini rupanya yang membuat ia disebut Cambuk Emas. Masih di udara kusapu kembang api yang mengejarku bagai peluru katapel raksasa itu ke pelontarnya kembali. Cambuk Emas terpaksa mencambuk hancur kembang api kirimannya sendiri itu. Terdengar ledakan yang menyusul pecahnya cahaya ke segala arah membuat malam bersalju menjadi terang benderang sejenak sebelum gelap kembali. Namun sebelum kegelapan malam kembali dan lelatu api semburat ke mana-mana aku telah menerobosnya dengan ilmu memberatkan badan, yang membuat jejakan kakiku menimpa dada Cambuk Emas, jatuh bersama menembus genting yang terasa bagaikan hanya kayu lapuk ke dalam ruangan, menembus lantai sehingga tubuh Cambuk Emas tercetak di lantai batu itu. MESKI lantai hancur dan melesak oleh tubuhnya yang terinjak olehku, Cambuk Emas tak kurang suatu apa karena tenaga dalamnya yang tinggi. Cambuknya menyambar dadaku, tetapi aku telah melesat ke atas melalui lubang tembusan pada atap rumah tadi dan tentu saja sekali lagi pijar kembang api mengejarku. Di atas, semua orang yang tadi berada dalam rumah sudah berada di wuwungan rumah gedung bertingkat itu. Kuhindari kembang api dengan geliat tubuh, sambil tangan kananku menyapu pijar kembang api, sehingga perbenturannya bahkan membuat langit pun menjadi terang sekali. Begitu terang cahayanya, sehingga sangat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menyilaukan sekali, jauh dari maksud Cambuk Emas dengan ledakan cambuknya, karena akulah yang meminjam dan mengembalikan daya pijar kembang api itu secara berlipat ganda dengan Jurus Sentuhan Dewa. Ketika cahaya menyilaukan hilang, mata orang masih berkunang-kunang, aku berkelebat pergi dengan Jurus Naga Berlari di Atas Langit yang agak kuperlambat, agar mereka Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo yang berada di atas genting itu sempat mengejarku. Aku melenting dari genting ke genting dan segera terlihat seseorang yang berjubah dengan senjata tombak mengejarku. Aku melompat ke bawah dan menjejak sebuah tiang rumah besar sehingga me lesat ke atas lagi dengan kecepatan kilat yang takterduga oleh pengejarku itu. Aku tahu ilmunya tinggi dari kemampuannya menyusulku, makanya kuberikan jurus yang tak dapat diduganya sama sekali, bahkan mengejutkannya. Ia masih melesat ketika dari bawah kusambar tombaknya, lantas kutepuk punggungnya sehingga jatuh menggelinding ke bawah dari atas genting. Malang nasibnya karena panah dan tombak para penjaga di bawah yang dimaksudkan merajamku, ternyata merajam tubuhnya itu. ''Aaaaarrgghh!'' Jubahnya yang putih bersimbah darah dan sa lju yang putih ikut ternoda cipratan darah. Sementara aku melejit dan berkelebat, melenting dengan ringan dari genting ke genting, dengan sengaja memperlambat lajunya sedikit, agar pengejar terdepan segera tiba. Demikianlah dari atap ke atap di sepanjang kota Thang-long aku diburu para perwira pasukan pemberontak yang tinggi ilmunya, sementara di jalanan dan di lorong-lorong, para penjaga kota dengan sigap telah selalu berada di bawah, menunggu mangsa yang terjatuhkan untuk segera mereka rajam. Kematian orang bersenjata tombak dan berjubah putih yang tadi mengejarku di tangan mereka TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sendiri, agaknya telah membangkitkan kemarahan seluruh mereka semua. Atap-atap rumah memutih karena salju, tidak kuketahui berapa lama lagi malam bertahan. Aku masih berkelebat sambl menyiapkan tombak yang kupegang untuk menyambut pengejar yang berikutnya. Ketika pengejar itu tiba ternyata ia pun bersenjatakan tombak. Serangannya sangat cepat dan tajam. Kulayani sebentar permainan tombaknya. Tampaknya ini memang ilmu tombak yang berasal dari Negeri Atap Langit. Ujung tombaknya seolah menjadi ratusan dan mematukmatuk dengan ganas ke sekitar leher dan kepalaku. Dengan cepat kuujikan Jurus Bayangan Cermin yang sedang kususun menjadi ilmu silat yang mandiri, lantas kukembalikan jurus yang sama kepadanya, tetapi tanpa dapat dikenalinya. Kutinggalkan mayat ahli tombak ini dalam keadaan berdiri disangga tombak yang menusuk jantungnya di atas wuwungan rumah, agar siapa pun yang datang segera terpancing mengejarku. Sengaja aku berdiri di wuwungan rumah lain di dekatnya, agar mereka yang datang bisa melihatku, sebelum melesat lagi setelah mereka mengejarku dengan kecepatan yang sangat tinggi. Begitulah caranya mereka kuselesaikan riwayatnya satu per satu. Aku berkelebat dari atap ke atap, turun ke lorong, naik lagi ke atap, untuk setiap kali menelan korban. Dalam sekejap mayat mereka bergeletakan di atas genting, di lorong, di jalanan, dan di lapangan. Pasukan penjaga di bawah akhirnya selalu kutinggalkan dan para perwira yang berkelebat dari segala arah mengepungku tetap saja kalah cepat dan hanya menemukan mayat yang masih hangat dan bersimbah darah segar. Dalam hamparan malam, permadani salju terciprat bercak-bercak darah segar... Semakin banyak yang mengejar semakin banyak korban berjatuhan. Untuk beberapa saat masih kugunakan tombak, tetapi kemudian kugunakan sebilah pedang kuning keemasan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang berhasil kurebut dari salah seorang dan karenanya dapat kumainkan Ilmu Pedang Cahaya Naga maupun Ilmu Pedang Naga Kembar berganti-ganti untuk menghadapi ilmu mereka yang tinggi. Nyaris seluruh kota Thang-long terjelajahi dalam kejar mengejar ini dan kedudukan dari atap ke atap, kadang dari gedung bertingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya, membuat diriku berpeluang mendapat gambaran atas pertahanan kota, yang ternyata memang kuat sekali. Ibarat jebakan, inilah jebakan lubang bagi harimau dengan tombaktombak menanti di dasarnya, siap menembusi tubuh sang harimau yang jatuh melayang dalam kegelapan. SEKARANG aku mengerti kenapa pengejaranku berlangsung secara besar-besaran. Sudah dua puluh korban kujatuhkan dan mereka semua berilmu tinggi yang dalam peperangan tentu dibutuhkan. Jika masih saja mereka berdatangan mengejarku dalam jumlah yang terlalu banyak untuk mengejar satu orang, tentulah karena pertaruhan mereka yang tinggi, bahwa jika aku lolos maka seluruh rencana mereka berantakan. Namun apakah yang sebenarnya kuketahui sampai saat ini" Aku hanya mengetahui bahwa mata-mata yang bekerja untuk pemerintah bertebaran di dalam gabungan pasukan pemberontak yang sedang melakukan pengepungan, tetapi aku belum mengetahui sama sekali apa yang akan mereka lakukan. Jadi apakah kiranya yang belum kuketahui sehingga keberadaanku menjadi sangat gawat sekali" Dua pengejar terakhir tiba dan langsung menyerang. Telah kuketahui yang bernama Cambuk Emas dan seorang lagi tentulah yang bernama Pedang Biru. Ia langsung berteriak bagai telah dipastikannya diriku mengenal bahasa Viet. "Pendekar Tanpa Nama! Bukankah itu dirimu" Janganlah pergi sebelum bermain sedikit denganku!" Pendekar Tanpa Nama bagaikan telah menjadi namaku, meski betapapun memang bukanlah namaku. Mengapa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ seseorang di dunia harus mempunyai nama bukan" Apalagi jika tidak seorang pun memanggil, mencari, dan membutuhkannya. Jawadwipa adalah tempat yang jauh, tetapi melalui para pedagang Sriv ijaya dan serangan-serangan Wangsa Syailendra yang menggunakan kapal-kapalnya, segala sesuatu yang berlangsung di sana tampaknya bagaikan dekat saja tampaknya. "Daku tidak pernah nemiliki nama Tuan, dan daku hanyalah seorang pengembara yang mencari pengalaman." "Janganlah terlalu merendah dan berbasa-basi pendekar! Izinkan kami mencicipi sebagian kecil dari ilmu silatmu yang termasyhur!' Ilmu silatku yang termasyhur" Apakah yang telah menjadi perbincangan tentang ilmu silatku" Semua pertarunganku dalam dunia persilatan berlangsung tanpa kesaksian. Jadi tidaklah mungkin seseorang bercerita tentang diriku sejauh berhubungan dengan ilmu silatku. Mereka yang bertarung denganku, jika diriku masih hidup, tentulah berarti tewas. Adapun mereka yang boleh dianggap menonton, yang tidak terjadi dalam pertarungan antarpendekar, tidaklah akan dapat mengikuti gerakanku, yang kecepatannya jauh lebih tinggi daripada kecepatan pikiran. Namun tiada dapat kucegah beredarnya dongeng dari kedai ke kedai yang tidak selalu mudah dipisahkan dan diuraikan, mana yang bisa diterima akal dan mana yang khayalan. Pedang yang berada di tangan Pedang Biru memang bercahaya redup kebiru-biruan. Kusambut papasannya dengan pedang di tanganku yang kuning keemasan. Dalam sekejap pedang di tanganku disabetnya kanan kiri dan patah menjadi dua belas bagian, itu pun masih ditambah ujung pedang birunya yang nyaris menyambar urat leherku jika aku tidak menjatuhkan diri dari wuwungan ke tanah bersalju untuk segera melenting kembali. Segera kulolos cambuk kulit dari pinggangku dan kusambut sabetan Cambuk Emas dengan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sabetan pula, keduanya langsung saling membelit, tetapi cambukku pun kali ini putus dan rontok menjadi dua belas bagian. Di atas atap genting berselimut salju, aku terkepung pada sebuah wuwungan, di sebelah kananku Cambuk Emas dan di sebelah kiriku Pedang Biru. Senjata keduanya berpijar, pertanda cahayanya bukan pantulan karena datang dari dalam, jelas keduanya adalah senjata mestika. Umurku masih 25 tahun, mungkin sebentar lagi akan memasuki 26. Kedua lawanku adalah para petarung berpengalaman dengan usia di atas 40 tahunan. Namun aku mempelajari dan mengolah ilmu silat yang sangat berbeda dari ilmu silat mana pun di dunia. Jadi aku memang seharusnya bersilat tanpa senjata, bahkan tanpa bersilat sama sekali, karena aku telah mengolah dan merenungkan ilmu s ilat yang tidak menyerang badan melainkan pemikiran. Ini bukan sihir, melainkan filsafat, bahwa aku hanya dapat menggugurkan seluruh bangunan ilmu silat melalui filsafat yang menjadi sumbernya. Mampu menggugurkan bangunan filsafatnya berarti mampu pula menggugurkan bangunan ilmu silatnya. Mereka menyerang, aku tak bergerak. Pedang kebiruan yang dipegang Pedang Biru jika digerakkan akan meninggalkan jejak cahaya kebiruan yang tidak segera hilang di udara, seperti berusaha mengikuti gerak pedangnya. Adapun cambuk di tangan Cambuk Emas telah diketahui apabila dilecutkan akan mengeluarkan lelatu api, yang tidak sekadar berpijar sekejap melainkan dapat mengeras dan menyerang sebagai peluru api. Aku memusatkan perhatian kepada kenyataan, bahwa mutu ilmu silat tidak terletak pada senjata yang digunakan, melainkan kepada cara memainkan senjata itu, dan tentu saja cara kedua orang itu memainkan senjatanya sangat luar biasa. NAMUN bukankah Sun Tzu berkata, ''Menaklukkan tentara lawan tanpa berperang adalah siasat yang paling baik.'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dalam hal ini, aku menjalankan suatu jurus yang kelak akan bernama Jurus Tanpa Bentuk -dan karena tanpa bentuk memang tidak ada yang bisa diceritakan tentang pertarungan. Sebaliknya yang tampak oleh mereka yang mengepungku di sekeliling rumah mungkin akan sangat membingungkan, karena ketika pedang dan cambuk itu bagaikan sudah begitu pastinya akan membunuhku, ternyata adalah Pedang Biru dan Cambuk Emas itulah yang tewas, keduanya dengan dada terbakar dari jejak berbentuk telapak tangan. Api masih menyala dari dada keduanya ketika kedua tanganku masing-masing sudah memegang kedua senjata mereka. Mereka masih berdiri ketika tewas, dan mata keduanya terbeliak memandang dada mereka yang terbakar itu. Ini berarti Jurus T anpa Bentuk yang kumatangkan selama ini belum sempurna, karena masih kubutuhkan ilmu pukulan tangan kosong Telapak Darah untuk menamatkan riwayat lawan. Padahal dengan Jurus Tanpa Bentuk seharusnya kematian lawan tidak disebabkan oleh serangan apa pun juga. Dari bawah seribu anak panah melesat ke segala titik kematian pada tubuhku. Dengan Pedang Biru kuarahkan cahaya-cahaya biru yang menyusulnya kepada panah-panah itu seperti mengibaskan selendang, yang membuat panahpanah yang menuju kepadaku itu rontok berhamburan. Lantas dengan cambuk yang setiap kali dilecutkan mengeluarkan lelatu api itu aku me lompat turun ke arah pasukan penjaga yang sejak tadi memburuku dari rumah ke rumah, dengan tujuan membuat kekacauan. Aku memang belum tahu sama sekali rencana mereka, tetapi aku yakin jika dapat kubuat kekacauan malam ini, rencana apapun yang mereka persiapkan dengan pengiriman para penyusup ke dalam pasukan pemberontak yang mengepung itu akan mengalami kegagalan. Maka aku pun menyuruk masuk ke dalam pasukan penjaga yang semakin banyak saja mengejarku. Aku ingin membuat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kekacauan sebanyak-banyaknya lantas melesat dan kembali ke garis pengepungan secepat-cepatnya, karena penyelidikanku belum memberi pengetahuan terlalu banyak tentang apa yang akan mereka lakukan. Sangat kukhawatirkan bahwa mereka telah merancang sesuatu di luar jangkauan siasat perang Kautilya dalam Arthasastra maupun Sun Tzu, karena jika masih menyangkut dua nama tersebut, para pemimpin pasukan pemberontak pun menguasainya. Kedudukan para pengepung sangat kuat, tetapi kuketahui betapa mereka sudah sangat lelah, seperti yang pasti juga Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dapat diduga oleh pihak pemerintah. Aku menyuruk dengan pedang biru dan cambuk keemasemasan itu. Pasukan penjaga yang tampaknya mengenal senjata-senjata mestika para pemimpinnya, menjadi jeri dan segera menjauh, tetapi mengepung dan mengurungku dengan panah-panah yang melesat tajam dan mendesing kejam penuh kehendak membunuh. Begitu banyak pasukan yang mengepungku, mengalir bagai tiada habisnya, bahkan mereka yang berilmu tinggi segera berlompatan ke atap-atap rumah dan melepaskan panah-panahnya dari sini. Aku sungguhsungguh terkepung dan meskipun tidak satu panah pun berhasil melukaiku, hujan panah yang terus menerus sungguh menghambat laju gerakku. Mereka bukan taksengaja menyusun kedudukan yang membuatku tidak bisa beranjak ke mana-mana, kecuali menangkis ribuan anak panah yang terus menerus mengancam jiwaku dari segala penjuru. (Oo-dwkz-oO) Episode 133: [Naga Mendekam di Balik Air Terjun] RIBUAN anak panah yang berlesatan menyergap dan mengancam kugugurkan dengan pedang dan cambuk mestika yang kumainkan dengan Jurus Naga Mendekam di Balik Air Terjun. Dengan jurus ini memang terjamin betapa tidak satu anak panah pun mampu menyerempetku, tetapi aku tetap TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tidak dapat beranjak. Setiap orang dari pasukan penjaga kota Thang-long ini dengan mudah dapat kulumpuhkan, tetapi sebagai kesatuan terbukti para guru perang Negeri Atap Langit telah mengajari orang-orang Viet ini dengan baik. Sun Tzu berkata tentang keadaan: ''Mereka yang zaman dahulu disebut pandai berperang itu tidak hanya menang, melainkan menang atas musuh yang mudah dikalahkan. Itulah sebabnya, mereka yang pandai berperang itu kemenangannya tidak memberinya nama karena kearifan, tidak pula memberinya jasa karena keberanian. ''Itulah sebabnya, mereka menang perang tanpa meleset. Tanpa meleset artinya apa yang diikhtiarkannya tentu menghasilkan kemenangan, mereka menang atas lawan yang sudah kalah. ''Itulah sebabnya, mereka yang pandai berperang itu menempati kedudukan yang tidak terkalahkan dan tidak melepaskan kesempatan untuk mengalahkan lawan. ''Itulah sebabnya, tentara yang menang itu sudah lebih dahulu menang, kemudian baru mengajak berperang; tentara yang kalah itu lebih dahulu berperang, kemudian baru berharap menang.'' Panah masih terus menerus berhamburan dari busur silang yang tenaganya luar biasa itu. Jika panah itu menancap pada tubuh manusia, ia tak pernah tidak menembusinya. Bahkan batok kepala manusia yang keras, meski ditutup pelindung kepala terkeras, andaikanlah ditambah perisai tiga lapis, masih ditembus dengan halus tanpa harus memecahkannya, karena ketajaman dan daya peluncuran yang luar biasa. Jika senjata yang kupegang bukan pedang dan cambuk mestika, sudah dari tadi tubuhku terajam menancap di salju. ''Kepung! Kepung! Kepung! Jangan biarkan dia lolos!'' Kudengar aba-aba dalam bahasa Viet. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Betapapun Jurus Naga Mendekam di Balik Air Terjun memberikan kepadaku kesempatan berpikir. Panah-panah berhamburan dalam keadaan terpotong, melengkung, atau terbelah dari ujung sampai ekornya, karena kedahsyatan senjata-senjata yang tadi kurebut dari tangan pemiliknya itu. Sembari memikirkan jalan keluar, aku menyadari kenyataan betapa pasukan yang kuhadapi sangat matang dalam bersiasat. Membuatku bertanya-tanya di tengah serbuan panah, tidakkah kemenangan pasukan pemberontak di berbagai medan tempur di pedalaman selama ini bukanlah sesuatu yang semu" Pasukan pemerintah yang ditugaskan memburu mereka itu, tidakkah terlalu mudah untuk dikalahkan" Atau, jika mereka memang dikirim untuk menumpas pasukan pemberontak, bukankah memang cukup dikirim pasukan yang tidak harus menang" Dalam kenyataannya, seperti yang kualami bersama pasukan Amrita, pasukan pemerintah yang dikirim memang bukanlah sembarang pasukan, melainkan pasukan yang dilatih untuk memburu pasukan pemberontak dari hutan ke hutan, tetapi tetap saja takbisa menang. Memang, setelah peristiwa kekalahan itu, di berbagai wilayah di Daerah Perlindungan An Nam pasukan pemerintah terus menerus mengalami kekalahan, sehingga para pemimpin pasukan pemberontak, dengan perantaraan Harimau Perang, memutuskan keluar dari hutan, turun gunung dan melibas kota demi kota, sampai mengepung pusat pemerintahan. Dari kota ke kota bukan tidak ada perlawanan, bahkan perlawanan itu kudengar berlangsung sengit, kadang dengan membumi hanguskan kota yang ditinggalkan itu, sehingga memang tidak akan pernah terduga sebagai siasat mundur teratur untuk dengan mendadak menyerang kembali. Masalah seharusnya sudah terpecahkan, jika pasukan pemberontak memiliki jaringan mata-mata yang bisa diandalkan, yang selama ini pengaturannya berada di bawah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Harimau Perang, tetapi yang saat itu belumlah kuketahui keberadaannya. Sebaliknya, seperti perbincangan yang kudengar itu, yang kini pembicaranya telah kutewaskan semua, justru mata-mata pemerintah bertebaran di pihak pemberontak, yang begitu sulit dilacak, karena merupakan mata-mata tidur yang tentunya telah ditanam puluhan tahun. Bagaimana jika pada saat menentukan seperti ini para matamata tidur itu dibangunkan" Karena mata-mata tidur dibangunkan, hanya untuk menjalankan tugas-tugas penting. AKU melenting ke atas atap untuk membersihkan para pemanah yang berada di atasku. Ini hanya bisa kulakukan ketika berlangsung pergantian regu pemanah di bawah, yang dalam sekejap kumanfaatkan untuk melesat. Sekali terjadi kekosongan, aku berkelebat meloloskan diri dari kepungan, dan melejit ke arah perbentengan, tempat pasukan pemerintah berjaga di sekeliling kota, dalam pengawasan yang sangat ketat. Beberapa orang yang berilmu tinggi mengejarku sambil melempar pisau-pisau terbang. Sekali kibas dengan cambuk keemasan, pisau-pisau terbang itu rontok berantakan dan pelemparnya muntah darah karena angin pukulan Telapak Darah. Aku masih dalam pengejaran ketika tiba di dekat benteng, dan menyaksikan betapa pintu gerbang kota telah dibuka! Baru terlihat olehku sekarang betapa banyak pasukan yang bersembunyi di balik tembok perbentengan tersebut. Bukan sekadar parit jebakan dan pertahanan di balik benteng itu ternyata telah diisi pasukan berkuda yang siaga sejak semalam, melainkan juga bahwa parit-parit yang menjadi tempat persembunyian sebelumnya telah ditutup atap-atap anyaman bambu yang di atasnya dilakukan penyamaran dengan tanah, dan kemudian salju. Pada musim panas, bersembunyi di dalam parit dengan kudanya akanlah sangat menyiksa bagi suatu pasukan, tetapi pada musim dingin bersalju, justru itu menjadi tempat yang sangat nyaman. Pantaslah dari udara ketika aku melewatinya bagai layangTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ layang diterbangkan angin masuk kota, tidak kulihat apa pun sepanjang perbentengan selain pasukan penjaga yang memang kuat sekali. Agaknya kemungkinan lolosnya penyusup dari pengamatan telah mereka perhitungkan, sehingga apabila penyusup itu berada di dekat benteng pun, tak akan penyusup itu menduga betapa di dalam tanah bersembunyi balatentara yang besarnya sama sekali tidak terduga. Sementara aku masih diburu para penjaga perbatasan berilmu tinggi yang sangat mahir menggunakan pisau terbang, kulihat betapa setelah pintu gerbang dibuka, jembatan gantung di atas sungai yang tadi dikerek naik diturunkan pula, dan tiba di tempatnya tepat ketika pasukan berkuda melewatinya dengan menggebu. Pasukan pemerintah melakukan serangan mendadak pada pagi buta, ketika pasukan pemberontak masih sibuk me layani para penyusup, yang ketika kutinggal memang belum berhasil mengacaukan keadaan, jika hal itu yang menjadi tujuan. Namun bagaimanakah bisa kupastikan suatu tujuan, dari pengetahuan sangat terbatas, dalam perang siasat yang penuh tipu muslihat ini" Bagaimana jika berlangsung suatu keadaan yang ternyata sesuai dengan tujuan pasukan pemerintah, yang kini tampak begitu perkasa menghambur dari empat gerbang kota di barat, timur, selatan, maupun utara" Lima penjaga perbatasan mengurungku di atas benteng dan para penjaga benteng di bagian itu menyerangku pula dengan senjata rantai berkait yang sengaja digunakan untuk menangkap penyusup hidup-hidup. Mulai dari rantai berkait sabit sampai rantai berkait cakra besi beracun berkelebatan berusaha mengait kaki maupun tangan, sementara senjatasenjata lain, tombak trisula, pedang, dan kapak dua sisi, menyambar bagian depan dan belakang tubuhku. Bila aku melenting ke atas, kutahu anak-anak panah yang dilepaskan busur silang bertenaga kuat, akan segera menancap di segenap titik lemah yang pasti mematikan. Keadaanku TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sungguh sulit, dan hatiku gelisah karena sangat khawatir dengan keadaan Amrita. Aku berkelebat menghindari segenap serangan rantai berkait, tetapi senjata-senjata lain kupapas dengan pedang biru mestika yang luar biasa itu. Tombak trisula, pedang, dan kapak dua sisi terputus begitu saja dalam sekali putaran. Lantas aku melesat ke udara, sengaja memancing diluncurkannya anak panah yang memang segera berhamburan melesat. Dengan sisi lebar pedang biru, dalam sekali kebas kubelokkan arah panah-panah itu ke arah semua orang yang telah menyerangku. Itulah yang disebut Jurus Naga Melipat Ekor. Dalam pengembangan jurus ini, bahkan mungkin pula setiap senjata yang mengancam nyawaku akan berbalik ke arah penyerang itu sendiri. Demikianlah mereka berguguran jatuh dari tembok perbentengan dengan anak panah yang dilepaskan kawan mereka sendiri menancap pada jantung mereka. Dengan cambuk keemasan kulecutkan ledakan-ledakan berlelatu api yang membuat barisan pemanah itu pekak dan sebagian pingsan. Tentu saja berlesatan lagi regu penjagaan ke arahku. "Penyusup! Penyusup! Penyusup!" Kudengar teriakan itu di mana-mana. Namun aku mendapat kesempatan untuk memperhatikan bahwa barisan pasukan pemerintah ini, begitu menyeberang jembatan dan sampai di seberang sungai, segera terbagi menuju dua arah. JIKA ini juga dilakukan pada ketiga gerbang yang lain, berarti pasuikan pemerintah menyerbu ke arah delapan titik pada delapan mata angin, yang jelas bermaksud memecahkan pemusatan perhatian pasukan pemberontak. Sejauh pasukan pembe-rontak tidak terkacaukan pemusatan perhatiannya oleh serangan para penyusup yang belum teratasi ketika kutinggalkan, maka serbuan macam apapun akan mampu diatas i oleh pasukan pemberontak yang nyaris selalu hidup dalam suasana peperangan itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Justru itulah sebabnya aku merasa waswas, bahwa para pengatur siasat pasukan pemerintah tidak akan melakukan serangan yang sia-sia. Bahkan aku mulai memikirkan kemungkinan yang sangat masuk akal tetapi sungguh tidak terduga, bahwa kekalahan pasukan pemerintah di manamana, meski tampak meyakinkan sebagai kekalahan yang sebenarnya, memang bertujuan untuk memancing segenap pasukan pemberontak turun menyerbu Thang-long sebagai pusat pemerintahan. Kemenangan demi kemenangan di pedalaman telah membuat pasukan pemberontak haus kemenangan, dan tidak menyadari keberadaan mereka sebagai harimau yang sedang dipancing masuk jebakan. Dalam kenyataannya, melumpuhkan pasukan pemberontak di pedalaman, artinya di dalam hutan, di gunung-gunung, di antara lembah dan tepian jurang sangatlah sulit untuk tidak dikatakan mustahil. Dalam perang ratusan tahun, pasukan pemberontak tidak akan melayani tantangan perang terbuka, melainkan bertempur dari hutan ke hutan, tempat mereka menjalankan siasat serang dan sembunyi ke dalam hutan, yang sangat ampuh untuk sedikit demi sedikit melemahkan pasukan pemerintah. Apabila kemudian pasukan pemerintah ini berhasil mereka pancing untuk mengejar ke rawa-rawa, di sanalah mereka akan habis dibantai, dan tidak satu orang pun bisa kembali pulang. Jika ini berlangsung bukan hanya di satu wilayah, melainkan di segenap wilayah pemberontakan di pedalaman, akan semakin mustahil bahwa pemberontakan dapat dipadamkan. Maka, bukankah masuk akal untuk menduga, bahwa para pengatur siasat mencari jalan, agar pasukan pemberontak dapat berkumpul di satu tempat dan di sanalah mereka ditumpas sampai tiada satu orang pun tersisa" Kenyataan lain yang menyebabkan pasukan pemberontak sulit dilumpuhkan di pedalaman, adalah keberpihakan penduduk pedalaman, yang dengan segala cara akan membantu pasukan pemberontak. Dikatakan betapa masih mungkin mengalahkan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ balatentara suatu negara dalam pertempuran, tetapi adalah mustahil menundukkan suatu bangsa dengan peperangan macam apapun, karena semangat perlawanan suatu bangsa tidak terletak pada senjata, melainkan berada dalam jiwanya. Itulah sebabnya cara terbaik adalah memancingnya keluar dari Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kubu masing-masing, melepaskan setiap kesatuan dari bumi dan rakyat yang mendukungnya, lantas menumpasnya di satu tempat sampai habis tanpa sisa. T iada umpan lebih baik agar siasat semacam ini terlaksana, selain meyakinkan pihak pemberontak bahwa kesempatan merebut Thang-long terbuka di depan mata. Untuk memberi keyakinan yang tidak mencurigakan, kekalahan demi kekalahan pasukan pemerintah saja takcukup, tetapi harus ditanamkan gagasan bahwa merebut Thang-long dan menggulingkan kekuasaan pemerintah Daerah Perlindungan An Nam sudah matang untuk dilaksanakan. Namun bagaimanakah caranya menyebar dan menanamkan gagasan semacam itu, dengan jaminan yang bisa dipercaya" Siapakah kiranya, atau jaringan mata-mata macam apa, yang akan mampu menyusup, menyelinap, dan diterima sebagai kawan, tanpa sedikit pun menimbulkan kecurigaan" Tentu aku tidak lupa bahwa pasukan pemerintah yang sebagian didatangkan dari Negeri Atap Langit juga terdiri dari narapidana, yang semula merupakan para penjahat kambuhan. Siasat yang tepat untuk memperdaya pasukan pemberontak, sembari mengorbankan orang-orang yang sejak awalnya memang merupakan orang-orang hukuman. Sekali lagi kuputar pedang biru dan cambuk kuning keemasan dengan Jurus Naga Mendekam di Balik Air Terjun. Seorang pendekar yang menilik busananya berasal dari Negeri Atap Langit memimpin sebuah regu yang mengepungku. Pisau terbang berhamburan dari segala penjuru. Namun selama aku menggunakan jurus tersebut, meski di atas tembok perbentengan ini aku dikepung oleh semakin banyak orang, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ aku akan tetap taktersentuh. Aku berpikir keras. Aku teringat pembicaraanku dengan Amrita tentang seorang perwira penghubung terkenal bernama Harimau Perang. Bukankah ia dengan pasukan penghubungnya yang istimewa disebut-sebut menghubungkan setiap pemimpin pasukan pemberontak di pedalaman, baik antara masing-masing pemimpin pasukan, maupun dengan para pemimpin pemberontakan yang memang tidak boleh tampak untuk menghindari pembunuhan" TIDAK jelas bagiku, apakah gangguan para penyusup telah berhasil diatasi, tetapi cara pasukan pemberontak melayani mereka satu lawan satu dengan tandingan sepadan adalah siasat yang sangat baik, karena setiap serbuan masih akan selalu siap mereka layani. Jadi meskipun dari dalam benteng terdapat serbuan ke delapan titik pada delapan penjuru angin, jika keadaannya tetap demikian maka serbuan ini pun akan dapat mereka hadapi dengan seimbang. Pasukan pemberontak adalah pasukan yang ganas, dan keganasannya itulah yang lebih sering membuat pasukan pemerintah jeri, bahkan jauh sebelum berhadapan sama sekali. Namun tentu saja pasukan pemerintah tidak akan menyerbu pada pagi buta, setelah menunggu di bawah tanah dalam hujan salju, tanpa perhitungan secermat-cermatnya bukan" Aku gelisah dan karena itu ingin segera menyelesaikan pertarunganku sendiri secepatnya. Sudah jelas betapa aku telah gagal menunda sebuah penyerbuan. Jika pasukan pemerintah ingin memastikan suatu kemenangan, apakah kiranya yang akan menjadi andalan" Aku teringat dengan mata-mata tidur mereka, kiranya inilah saat yang paling tepat bagi mereka untuk dibangunkanodan itulah yang rupanya terjadi. Di garis belakang pasukan para pengepung mendadak saja terdengar ledakan dan api segera menyala-nyala ke angkasa pada delapan penjuru angin. Takhanya ledakan, api itu rupa-rupanya merambat melalui sebuah sumbu tumpukan jerami di sepanjang garis belakang sampai kedelapan titik itu bersatu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Jadi pasukan pemerintah tiba pada delapan titik serbuan pada saat yang tepat. Luar biasa. Api di padang salju. Hanya penyusupan dan pengkhianatan cermat yang memungkinkan pada garis belakang itu tergali parit untuk menyimpan tumpukan jerami, yang agaknya disiram minyak lampu agar menyala. Mendapatkan jerami di musim dingin tidaklah mudah, membuktikan kecermatan persiapan yang sudah berlangsung lama. Siapa sajakah kiranya mata-mata tidur yang telah melaksanakan tugasnya dengan sangat baik itu" Aliran pasukan dari dalam kota belum juga berakhir ketika sebilah pisau terbang menembus pertahananku dan me lesat ke arah leherku. Kutangkap pisau terbang itu dengan gigitan dan kukembalikan kepada pelemparnya untuk tepat menancap di dahinya. Tubuhnya belum ambruk ke lantai perbentengan ketika aku melesat melewatinya sebagai titik terbuka dalam pengepungan diriku. Aku melompat keluar benteng dan turun ke arah pasukan berkuda yang me laju ke medan tempur itu. Dengan Jurus Naga Berlari di Atas Langit aku melesat di atas kepala dan bahu para prajurit pasukan berkuda yang menyerbu sambil berteriak-teriak itu. Agaknya semangat mereka telah dipompa dalam penantian panjang sembari memupuk pembalasan dendam kepada pemberontak, takselalu karena alasan kebangsaan dan kenegaraan, melainkan juga karena alasan-alasan pribadi yang sudah sangat sulit diteliti lagi. Api berjalan tak tertahankan membentuk lingkaran yang mengepung pasukan pemberontak dari belakang, mereka kini terkurung api, sementara dari depan pasukan pemerintah menghambur dari delapan titik bagaikan air bah. Aku telah melewati jembatan, dengan segera kusalip baris terdepan yang telah disambut barisan penjaga yang memang telah disiapkan menyambut segala serangan. Aku segera menuju pasukan yang dipimpin Amrita. Barisan depan pasukan pemerintah tampak telah terkuak oleh amukan Iblis Suci TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Peremuk Tulang. Bandul besinya yang mengerikan bergerak lincah mencabut nyawa bagaikan kebutan selendang. Manusia dan kuda tanpa ampun bergelimpangan dan terpental dengan tulang remuk setiap kali tersambar kebutan. NAMUN masalahnya terdapat di belakang, karena kulihat bukan saja para penyusup itu masih bertahan, melainkan betapa mereka dibantu oleh wajah-wajah yang telah sangat kukenal, yang semuanya perempuan! Bisakah dibayangkan betapa perempuan yang pertama kali kukenal karena menyusui bay i yang kutolong itu, kini ternyata dengan ganas membunuh teman-temannya sendiri" Perempuan-perempuan yang menyusui bayi-bay i terlantar itu ternyata bukan sekadar pengungsi banjir, melainkan memang sengaja dipasang untuk menyambut kedatangan pasukan pemberontak, yang memang selalu kekurangan dan membutuhkan perempuan. Sudah bukan rahasia lagi betapa dalam pasukan pihak mana pun yang mengembara dalam hutan, bahwa perempuan yang tidak bersuami akan dibenarkan melayani setiap orang jika berkenan, juga apabila ia menuntut bayaran. Ketika mereka mengikuti rombongan aku pun tidak merasa heran. Namun itu berarti bukan merekalah mata-mata tidurnya, mereka mungkin adalah mata-mata setempat, yakni penduduk daerah musuh yang digunakan sebagai mata-mata. Di daerah tak bertuan yang menjadi wilayah peperangan, memang menjadi sulit menilai kepada siapa seseorang berpihak. Betapapun di wilayah seperti itulah banyak perempuan menjadi janda dan me lakukan segala cara untuk mempertahankan kelanjutan hidupnya. Maka siapalah yang akan curiga jika seperti perempuan mana pun di wilayah sengketa yang miskin, sehabis terlanda banjir bandang pula, perempuan-perempuan ini menggabungkan diri dengan rombongan, dan terus ikut dengan setia dalam berbagai pertempuran keluar masuk hutan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ selama berbulan-bulan" Dengan Amrita sebagai pemimpin pasukan, yang selalu peduli kepada kepentingan perempuan, keberadaan mereka dalam rombongan bahkan mendapat jaminan keamanan. Kini mereka itulah yang mengamuk tak tertahankan. Pada setiap pasukan rupanya mata-mata seperti mereka telah ditanamkan, dan agaknya telah dihubungkan oleh satu tugas yang sama pada saat menentukan, yakni membentuk lingkaran api, saat pasukan pemberontak seluruhnya, ya seluruhnya, harus ditumpas dan dipunahkan! (Oo-dwkz-oO) Episode 134: [Siapakah Harimau Perang] BUMI bergetar oleh derap pasukan berkuda yang mengalir bagaikan tiada hentinya dari dalam kota. Ratusan ribu pasukan berkuda, tidak terhitung lagi tepatnya berapa, menyerbu pasukan pemberontak dengan ganas. Pasukan berkuda yang terlatih, yang bahkan kudanya pun menggigit dan menyepak dengan tepat, mengalir dan mengalir dari balik pintu gerbang, seperti dimuntahkan mulut naga yang menganga. ''Bunuh! Bunuh! Bunuh!'' Kudengar perintah dalam bahasa Viet untuk mengobarkan semangat prajuritnya berkumandang di mana-mana. Dalam udara dingin darah memercik karena bacokan senjata tajam, menodai putihnya hamparan salju, yang memang telah menjadi berantakan oleh pertempuran antarmanusia yang berseberangan pikiran itu. Pikiran yang harus dinyatakan melalui ayunan senjata tajam, yang kini saling berbenturan dengan suara berdentang-dentang. Tombak dihadang tombak, pedang dihadang pedang, kelewang bertemu kelewang, sambar menyambar dengan penuh ancaman, sekali lengah nyawa langsung melayang. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Jerit kesakitan dan maki kemarahan terdengar mengiringi tertembusnya tubuh oleh senjata tajam. Tombak panjang menembus tubuh tiga orang, sabetan pedang membuntungkan lengan, putus kepala tanpa ampun oleh ayunan kelewang. Ringkik kuda mengeruhkan keadaan. Kuda menggigit kuda. Ribuan anak panah turun dari langit mencari mangsa dan menancap pada bahu, dada, punggung, maupun kepala. Tentu juga menancap pada tubuh-tubuh yang telah terkapar maupun tengkurap sebagai mayat berserakan. Sebegitu jauh pasukan pemberontak, meski dalam keadaan lelah akibat perjalanan panjang dari pertempuran satu ke pertempuran lain sebelum bergabung dalam pengepungan, berhasil menghadapi serbuan pasukan pemerintah yang mengalir bagai air bah dengan siasat yang tepat. Dengan suitan-suitan antara kepala pasukan seperti yang kudengar dalam pertempuran di atas kapal, serbuan mengalir seperti air pada delapan titik pengepungan itu disambut dengan kedudukan barisan yang dalam Arthasastra disebut Usana maupun Brhaspati. DALAM gabungan kedua kedudukan ini, berlangsung pergerakan silang kesatuan ular, kesatuan lingkaran, maupun kesatuan tersebar. Kedudukan ini dapat menghadapi segala serangan dengan lentur. Membuat serbuan pasukan berkuda yang mengalir seperti air bah itu memasuki kincir air raksasa yang menampung segala aliran dengan segala kecepatan. Persoalannya, pasukan pemerintah juga telah menggunakan siasat lain yang diajarkan Sun Tzu, yakni Serangan dengan Api, yang tentunya hanya akan berlangsung pada musim kering, tepatnya ketika bulan menduduki rasi Pengki, Tembok, Sayap, atau Sengkang Kereta. Hari yang menduduki rasi tersebut adalah hari yang terbanyak anginnya. Menurut Sun Tzu, terdapat lima jenis serangan dengan api, yakni membakar pasukan musuh dalam perkemahannya, membakar pangkalan perbekalan, membakar kereta TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo perbekalan, membakar gudang perbekalan, dan membakar iringan pasukan. Sun Tzu berkata: "Umumnya dalam serangan dengan api, mesti kita adakan serbuan terpadu sesuai dengan perubahan kelima serangan itu. Jika api dikobarkan dari dalam, segeralah lakukan serbuan dari luar. Walaupun api berkobar, jika pasukannya tetap tenang, tunggu, dan jangan menyerbu. Jika kobaran api mencapai puncaknya, jika dapat dimanfaatkan, majulah; jika tidak dapat, mundurlah. Jika api dapat dikobarkan dari luar, tentulah tidak perlu menunggu pengobaran dari dalam. Hanyalah perlu dikobarkan pada saat yang tepat. Kobarkanlah api dari mata angin. Janganlah menyerbu dari arah yang berlawanan dengan mata angin." Sehubungan dengan pertempuran ini: "Semua tentara mesti mengetahui adanya perubahan kelima serangan dengan api itu dan waspada terhadapnya dengan memperhitungkan kemungkinan musuh menyerang dengan api." Tentu saja tiada seorang pun dari pihak pemberontak, betapapun kecerdasannya seperti Amrita, akan waspada terhadap serangan api pada musim dingin, apalagi dilakukan mata-mata setempat yang mereka ajak sendiri sebagai para penghibur dalam rombongan, yang lima di antaranya kini justru sedang mengepung Amrita! Bukanlah sekadar betapa serangan api yang tak terduga telah dilakukan mata-mata dengan persiapan matang, sehingga api berkobar-kobar begitu tingginya di udara dingin bersalju, tetapi bahwa tak seorang pun mata-mata pihak pemberontak dapat mengendusnya! Mungkinkah" Serangan api ini terlalu rapi, terlalu terencana, dan terlalu besar untuk tidak diketahui mata-mata pihak pemberontak sendiri. Sampai saat itu belumlah kuketahui bahwa yang disebut Harimau Perang, dengan pasukan penghubungnya yang terlatih, sebenarnya juga mengemban tugas sebagai pemimpin kesatuan mata-mata. Dialah yang mengatur tugas kelima jenis TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mata-mata dengan cermat dan selama ini selalu berhasil, sehingga pasukan pemberontak di berbagai tempat terpisah meraih kemenangan demi kemenangan, dan dapat bertemu di Thang-long dalam waktu bersamaan untuk mengepung. Amrita telah mengeluarkan sepasang kipasnya dan berkelebat di antara sambaran berbagai macam senjata. Kuperhatikan bahwa tingkat ilmu silat kelima perempuan mata-mata yang mengurungnya sama sekali tidak di bawah Amrita. Apakah yang membuat mereka tidak sejak awal membunuh Amrita dari belakang, yang dengan tingkat ilmu silat setinggi itu sebetulnya bisa saja dilakukannya" Agaknya semua itu telah diatur dengan sangat terperinci. Kematian Amrita yang terlalu awal akan membuat terdapatnya jaringan mata-mata terbongkar. Sedangkan jaringan mata-mata ditanam demi suatu rencana yang dijalankan langkah demi langkah dengan cermat agar mencapai tujuan yang diinginkan. Kiranya kerahasiaan itulah prasyarat pekerjaan mata-mata yang merupakan kemutlakan. Bukan lima perempuan pendekar itu saja mata-mata yang tertanam di dalam pasukan Amrita, melainkan terdapat lima perempuan lagi dengan kepandaian sama tinggi, yang serangannya sama sekali di luar perhitungan. Sementara lapis penjagaan terdepan membentuk kedudukan kincir air untuk meredam air bah serbuan pasukan pemerintah membuat keadaan tetap berimbang, kobaran api yang menghabiskan segalanya dan tikaman dari belakang para perempuan matamata itu mengubah keberimbangan. Betapa tidak jika sekali berkelebat setiap perempuan mata-mata itu dapat menewaskan lima orang" Bagi pasukan pemberontak, kenyataan betapa para perempuan yang semula hanya mereka pandang sebagai penghibur itu mendadak jadi pembunuh tanpa ampun tentulah sangat mengejutkan. MEMANG sebagai anggota pasukan pemberontak selama ini mereka juga telah menunjukkan kemampuan tempur dalam TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ hutan rimba, sama seperti kaum lelaki dalam kemampuan memainkan senjata. Namun tiada seorang pun tentunya mengira betapa mereka semua akan mampu berkelebat dan melenting begitu rupa seperti Amrita, berkelebat dan melesat dengan kecepatan yang tidak bisa diikuti mata, mencabut nyawa dengan bebas tanpa halangan apa pun jua. Dalam pasukan Amrita mereka digabungkan dengan regu panah, sebagai pemanah jitu yang bertugas mengincar para pemimpin pasukan pihak lawan. Maka jika selama ini tugas semacam itu berjalan dengan sangat baik, maka apalah yang harus menjadi alasan untuk meragukan kesetiaan mereka" Jika pada setiap pasukan terdapat mata-mata yang menusuk dari belakang dengan kemampuan setinggi ini, Kuambil tiga dari lawan Amrita, karena keselamatan Amrita bagiku sangatlah utama. Bukan sekadar karena hubunganku dengan Amrita, melainkan karena tidak banyak orang seperti Amrita yang menguasai seluk beluk siasat perang yang telah dipelajarinya sebagai putri raja Jayavarman II. Dengan pedang biru kubabat putus pedang dan tombak di tangan mereka, begitu ketiganya melompat mundur sembari melepaskan pisau-pisau terbangnya, cambuk kuning keemasan yang kupegang berputar cepat bagaikan kincir membentuk perisai dan merontokkan serangan dari tiga jurusan. Rerontokan pisau terbang belum lagi sampai ke bumi ketika ribuan jarum mendesing sembari meruapkan aroma racun. Menangkis serangan jarum beracun, apalagi dalam jumlah ribuan, yang hanya bisa dilakukan tangan terlatih yang sangat terampil, di tengah pertempuran seperti ini adalah persoalan pelik, karena jika tidak berhasil kurontokkan ke tanah tentu melesat ke lain arah dan dapat membunuh teman sendiri. Juga tak dapat sekadar melesat ke atas dengan ilmu meringankan tubuh untuk menghindarinya, karena ini sama dengan merajam orang lain yang tak bisa menghindar di sekitar kita. Pernah kusaksikan betapa jarum-jarum beracun TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ itu menancap pada tubuh kuda sejak leher sampai perutnya, dan betapa mengenaskannya nasib kuda tempur yang betapapun perkasanya tiada berdaya melawan racun yang segera membekukan darahnya. Tentu telah kusaksikan pula akibat tangkisan yang mementalkan ribuan jarum itu kepada manusia, yang wajahnya bisa berubah menjadi hijau, biru, dan kuning karena racun ganas jarum-jarum itu. Maka, di tengah pertempuran kacau balau yang tidak segera dapat dibedakan mana kawan dan mana lawan, kuterima seluruh jarum itu agar menancap pada tubuhku. Jarum-jarum itu menembus baju tebal musim dinginku dan menancap pada kulitku, yang berani kulakukan hanya karena kuanggap dalam diriku masih tersisa ilmu-ilmu pemunah racun warisan Raja Pembantai dari Selatan itu. Suatu pikiran yang sangat berbahaya! Karena setiap kali aku dapat memecahkan mantra Sansekerta itu sebagai baitbait ajaran filsafat Nagarjuna, daya pemunah racun maupun sihir dari mantra-mantra itu semakin berkurang, bagaikan penanda yang tak bisa lebih tepat lagi atas bergesernya kepercayaan kepada yang gaib kepada ilmu penalaran. Ketiga perempuan pendekar yang telah berbulan-bulan bersama kami itu tertegun. Bagaimana mungkin ribuan jarum beracun dapat menancap begitu rupa menembus baju musim dingin tanpa akibat apa pun juga" Namun dalam pertarungan tingkat tinggi, kelengahan sesaat sangat berakibat. Saat ketiganya tertegun itulah nyawanya terputus oleh pedang biru yang menyapu leher jenjang mereka. Iblis Suci Peremuk Tulang datang pada saat yang tepat untuk menghadapi lima perempuan mata-mata lain yang mengamuk tanpa lawan, sehingga terlalu banyak korban di pihak pasukan pemberontak bergelimpangan. Namun ia tidak akan bisa menghadapinya sendirian, karena para perempuan mata-mata ini memang bukan sembarang petarung. Mereka tidak takut mati, dan memberikan nyawa demi kemenangan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ perang adalah segala-galanya. Iblis Suci Peremuk Tulang bahkan nyaris terbunuh oleh pisau terbang jika Amrita, yang telah menewaskan kedua lawannya, tidak menepisnya jatuh dengan tampelan kipas sebelum menembus leher paderi itu. "Iblis Suci! Hancurkan saja para penyerbu di depan itu! B iar kubasmi tikus-tikus ini bersama Pendekar Tanpa Nama!" Siasat Amrita tepat. Sambil melenting-lenting jungkir balik ke udara menghindari pisau terbang yang berhamburan dari segala penjuru, kusaksikan di tempat lain pasukan pemberontak sungguh terdesak, karena pasukan perempuan mata-mata yang serba sakti mandraguna itu sungguh tidak ada lawannya. Adapun mereka itu menyerang secepat kilat tanpa tertahankan dari belakang, ketika perhatian pasukan pemberontak di setiap titik pengepungan terbelah, antara para penyelusup yang masih bertahan dan serbuan pasukan berkuda pemerintah Daerah Perlindungan An Nam yang bagaikan air bah. HAMPIR di setiap titik pada delapan penjuru angin pasukan pemberontak terdesak ke arah dinding api, yang berkobarkobar menggapai angkasa pada pagi buta di musim dingin seperti ini. Sambil turun dari udara kusapukan lenganku agar jarum-jarum beracun yang menancap pada lenganku di balik baju dapat melncur sebagai senjata rahasia ke arah tiga lawanku. Mereka melenting dan jumpalitan ke udara menghindarinya, maka pedang biru dan cambuk kuning keemasan yang kugerakkan dengan Jurus Naga Menguap di Tepi Danau membuat riwayat mereka tamat sebelum kembali menyentuh bumi. Untuk sesaat segalanya tampak begitu lamban bagiku, dan kelambanan membuat segala sesuatu tampak terlalu jelas. Pertempuran ganas yang berubah menjadi tarian terindah, mulut kuda yang meringkik dengan kedua kaki depan terangkat ke atas dan matanya memancarkan kengerian, penunggangnya yang membacok ganas dengan kelewang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berkilatan, tetapi yang pada punggungnya tiba-tiba saja menancap sebatang anak panah, dan dari bawah sebatang tombak menembus titik lemahnya yang terbuka saat ia membacok. Tubuhnya terangkat oleh tombak itu, terlontar dari kuda dan dibuang ke arah barisan lawan, yang tak ingin kuceritakan lagi kelanjutannya. Bunuh membunuh tiada hentinya berlangsung dalam pertempuran. Dalam peperangan panjang seperti yang telah berlangsung beratus-ratus tahun semenjak Negeri Atap Langit menguasai An Nam, takterhitung lagi banyaknya manusia yang tewas bergelimpangan. Untuk sesaat segalanya memang tampak lamban, tetapi hanya dalam beberapa saat, berapa ribu manusia tewas karena senjata tajam dengan kesakitan tak tertahankan" Mereka yang sejatinya bukan prajurit tempur melainkan petani-petani desa sahaja, telah berubah menjadi binatangbinatang ganas tanpa ampun, yang tak bisa lain selain meraung, meradang dan menerjang, dengan amukan penuh dendam tanpa terlalu paham apa yang sebenarnya dipersoalkan. Hanya pasukan yang dalam Arthasastra disebut sebagai pasukan turun-temurun bertempur dengan lebih tenang dan penuh perhitungan. Mereka ini tidak berteriakteriak, yang memang lebih sering digunakan oleh mereka yang merasa jeri bertempur untuk menutupi ketakutannya sendiri. Namun memang tiada yang lebih ganas daripada mereka yang takut mati, karena mereka dipastikan akan membunuh siapa pun yang berpeluang membunuh mereka dengan sepastipastinya. Apa yang bagi prajurit sejati cukup dilumpuhkan, bagi petani yang maju berperang hanya karena kewajiban, atau tiada lagi tanah garapan, kematian saja belum cukup jika tidak diiringi perajaman. Mataku berkejap mengusir lamunan. Amrita telah menewaskan satu lawannya dengan bersimbah air mata. Sambil bertarung ia tersedu sedan tak dapat lagi menahan tangisnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Kenapa kalian paksa daku membunuh kalian begini rupa" Kenapa" Bukankah kita telah bersahabat begitu dekat, selalu bersama dalam suka dan duka. Kenapa daku harus membunuh kalian... Kenapa...'' Air matanya berderai membasahi pipi. Namun tampaknya ia pun tidak menanti jawaban, ketika kipasnya bergerak mementahkan segenap jarum beracun yang berhamburan dari perempuan mata-mata itu. Lebih tidak memerlukan jawaban lagi, karena setelah jarum-jarum beracunnya gagal mengenai Amrita, perempuan mata-mata yang sangat bernyali itu lantas menghamburkan jarum-jarum beracunnya ke mana-mana dan menewaskan banyak sekali pasukan Amrita. Maka Amrita pun melesat dan menyelesaikan pertarungan dengan Jurus Satu Kebutan Satu Nyawa. Pedang yang dipegang perempuan mata-mata itu terpental ke udara dan pada saat itu pula kipas Amrita dalam keadaan tertutup menohok jantungnya. Ia terpental ke arah sejumlah pendekar yang secara ksatria tidak merajamnya. Dari mulutnya tersembur darah. Amrita memeluknya sambil menangis sementara pertempuran masih terus berlangsung di sekitarnya. ''Maafkan kami, Kakak, seandainya saja kita berada di pihak sama... Tapi saya tidak menyesal terbunuh oleh Kakak...'' Tidaklah kuketahui bagaimana caranya mengungkapkan kesedihan Amrita. Perempuan mata-mata itu memegang tangan Amrita, mulutnya penuh darah, tangannya menggamit agar Amrita mendekatkan telinga kepadanya. Kulihat ia membisikkan sesuatu kepada Amrita sebelum meninggal. Lantas kusaksikan Amrita bangkit dan menjejakkan kakinya dengan kemarahan luar biasa. ''Pengkhianat!'' teriaknya dengan mata menyala-nyala. Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo KAMI saling berpandangan. Kedekatanku dengan Amrita membuat kami cukup berpandangan sekilas untuk mengetahui apa yang dikehendaki. Ia menggerakkan kepalanya ke arah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dinding api yang berkobar di belakang. Maka aku pun mengerti bahwa ia memintaku agar membuka jalan supaya pasukannya bisa melewati api itu. Di antara semua titik serbuan pasukan pemerintah, memang hanya pasukan kami yang dapat bertahan, bahkan mendesak mundur pasukan pemerintah berkat amukan Iblis Suci Peremuk Tulang yang mengerikan. Namun pada titik lain, perempuan mata-mata di tempat mereka masing-masing agaknya tidak tertandingi, sementara para penyusup masih bertahan pula, sehingga pasukan pemberontak terdesak ke dinding api. Ketika langit mulai terang, semakin jelas bahwa bukanlah sekadar sumbu yang telah menghubungkan ledakan api pada delapan mata angin menjadi satu, melainkan juga segenap perbekalan, tenda, gerobak, bahan pangan, yang selama ini diserahkan penjagaannya kepada perempuan-perempuan itu. Dalam siraman bergentong-gentong minyak lampu yang sengaja dipersiapkan, semua itu menyambungkan api di belakang para pengepung sekeliling perbentengan, sehingga pasukan pemberontak yang semula mengepung itulah yang kemudian terkepung api. Bukanlah betapa api itu begitu tinggi, melainkan betapa luas dan lebarnya, sehingga bagai mustahil melewatinya tanpa tertembus jadi daging bakar di tengah padang salju itu. Serangan api pada musim dingin. Dengan pengetahuan bahwa setiap pasukan tempur mengacu kepada kitab falsafah seni perang Sun T zu, kemutlakan mustahilnya melakukan serangan api pada musim dingin dima inkan, sehingga pasukan pemberontak terkecoh. Alih-alih siap memasuki Thang-long dengan langkah kemenangan, kini berada dalam ancaman kekalahan dan kepunahan. Aku melesat ke garis paling belakang. Masih terdapat sisasisa para penyusup yang belum juga bisa dilumpuhkan. Betapapun harus kuakui, yang kudengar sebagai pasukan sewaan dari Negeri Atap Langit itu, mungkin berasal dari TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ suatu jaringan rahasia, adalah orang-orang yang tangguh. Namun tiada waktu bagiku untuk mengaguminya. Kuambil alih pertarungan lima lawan lima itu dengan Jurus Dua Pedang Menulis Kematian, meski hanya tangan kirikulah yang memegang pedang biru, sementara di tangan kananku cambuk kuning keemasan, yang membuat jurus ini semakin sulit dibaca lagi. Inilah kalimat yang dituliskan kedua senjataku: dari mana kalian datang kawan menjemput kematian di negeri orang tiada maksud sahaya memutus kehidupan selain menjalankan kewajiban Dalam tiga baris pertama kuselesaikan perlawanan tiga orang, dengan baris terakhir tamatlah riwayat dua orang gagah sekaligus. Kelimanya bergelimpangan di medan pertempuran. Begitulah caranya Jurus Dua Pedang Menulis Kematian. Tanpa memahami aksara maupun isinya untuk membentuk kalimat sanggahan sebagai jurus perlawanan, kematian sudah menjadi ketentuan. (Oo-dwkz-oO) KUSAKSIKAN parit api yang tak mungkin dilompati kuda tempur. Kusapukan angin pukulan untuk membunuh api, dengan cara memukul tanah di bawah api tersebut dari jauh, sehingga tanah terbongkar dan menutup api itu sampai padam. Aku harus melakukannya berkali-kali, bukan sekadar karena yang terbakar bukanlah sekadar jerami kering seperti terjadi pada musim panas, melainkan bahan-bahan lain yang ditumpahkan ke sana, juga karena harus cukup luas untuk jalan keluar pasukan pemberontak ini sebanyak-banyaknya. Melalui regu penyampai pesan, Amrita menyebarkan gagasannya, yang tidak mungkin untuk tidak dituruti, karena pilihan hanyalah tertambus api sementara dihujani ribuan anak panah dari busur silang yang mematikan. Terdengar suitan di sana-sini di tengah dentang senjata yang beradu dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ jerit terakhir dari kehidupan. Dimulai dengan pasukan Amrita berlangsunglah pengunduran diri melalui celah yang kubuat, dan masih terus kuusahakan bertambah lebar dengan pemadaman demi pemadaman, yang tidak terlalu mudah karena pasukan pemerintah ternyata segera mengetahui perkembangan. Mereka tidak ingin pasukan pemberontak sekadar dikalahkan dan mundur kembali ke hutan. Mereka ingin membasmi pasukan pemberontak yang memang telah berkumpul semuanya dan berhasil mereka kurung dengan api. Setidaknya kubuka jalan dengan cara mematikan api sepanjang empat ribu hasta prajapati, lebih dari cukup untuk jalan keluar suatu barisan. NAMUN siapakah kiranya yang sudi melepaskan musuh terdesak di depan mata" Bukan hanya pasukan pemberontak mengundurkan diri dan keluar dari gelanggang pertempuran melalui bagian yang apinya telah kumatikan, tetapi pasukan pemerintah pun memanfaatkan sebagai celah pengejaran. Demikianlah pertarungan tidak berhenti dengan pelarian, karena segera disusul perburuan. Langit mulai terang ketika aliran pasukan pemberontak terbentuk ke arah tenggara, karena dari arah itulah pasukan Amrita datang dan kini menjadikannya jalan pelarian. Pilihan yang bisa dimengerti, karena itulah wilayah yang telah mereka kenal, tempat mereka telah mencapai kemenangan demi kemenangan, meskipun kemenangan itu ternyata semu dan menyesatkan. Para pemberontak melaju dengan sisa-sisa tenaga kuda mereka, dalam kejaran pasukan pemerintah yang kuda-kudanya masih segar dan baru keluar perbentengan setelah disiapkan berbulan-bulan. Dalam waktu yang tidak terlalu lama pasukan berkuda pemerintah telah berada di kiri dan kanan barisan, dan pertempuran dilanjutkan sembari melaju tanpa henti dengan korban-korban bergelimpangan sepanjang jalan. (Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Episode 135: [Amrita Gugur] PASUKAN pemberontak mengalir keluar bagai lagu kesedihan. Dengan pedih kusaksikan bagaimana pasukan pemerintah memburu mereka sembari melaju di kiri dan kanan barisan. Pasukan pemberontak memacu kuda sambil harus terus menangkis anak-anak panah yang berlesatan dari kiri dan kanan yang dilepaskan oleh para pemanah terbaik dari atas kuda yang berlari dengan busur-busur silang yang selalu tepat sasaran. Demikianlah anak-anak panah berlesetan dan menancap pada sisi kiri dan kanan tubuh, yang membuat korbannya terjatuh, terseret laju kudanya sendiri, atau terlindas kaki-kaki kuda temannya sendiri yang masih mengalir dan melaju dengan kecepatan tinggi. Anak-anak panah juga mengincar leher atau badan kuda jika selalu kena tangkisan, dan pada saat kuda terjatuh maka tubuh penunggangnya akan segera dibabat kelewang. Bukankah begitu menyedihkan ketika menyaksikan kawan-kawan seperjalanan bergelimpangan sebagai mangsa empuk lawan" Bukan berarti tiada perlawanan dari pihak pasukan pemberontak, pisau terbang yang berhamburan ke kiri dan kanan juga memakan tak sedikit korban yang mementalkan para pengejar dari punggung kudanya, juga untuk segera dilindas gelombang pasukan pemerintah yang bagai air bah tak henti-hentinya mengalir dan membuncah melalui pintu keluar dari bagian padam dinding api yang masih berkobar itu. Tidak usah diceritakan dengan panjang lebar, betapa sebagian besar dari pasukan pemberontak tidak pernah sempat keluar melalui celah tersebut, terdesak ke dinding api seluas parit lebar dan terbakar, sementara anak-anak panah menyambar tak henti-hentinya dari balik api yang masih terus menyala pada pagi musim dingin bersalju itu. Keberadaan perempuan mata-mata yang bertindak tepat saat serangan dilakukan, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ telah melemahkan kedudukan pihak pemberontak pada setiap pasukan, sehingga dengan segera terdesak dan dihancurkan. Setelah beberapa lama terseret arus pasukan-pasukan yang mengalir sambil terus saling menempur dalam pengejaran, kusadari betapa Amrita sama sekali tidak kelihatan. Kucari-cari ke sekeliling, hanya kulihat Iblis Suci Peremuk Tulang melenting-lenting di atas bahu dan kepala para pasukan pemerintah, sambil mengayunkan bandul besinya begitu rupa untuk mengurangi jumlah pasukan pemerintah sebanyakbanyaknya. Namun betapapun banyak sudah prajurit dijadikannya korban dalam keremukan tulang belulang, tiadalah terlalu berarti dalam arus pasukan yang melaju bagaikan air bah tanpa berkesudahan. ''Iblis Suci! Di manakah Amrita"'' ''Putri kembali ke sana! Ia mencari pengkhianat itu di dalam kota!'' Pengkhianat" Setidaknya telah dua kali kudengar istilah itu. Kuingat Amrita mengucapkannya dengan mata nyalang setelah mendengar bisikan perempuan mata-mata sahabatnya sendiri yang terpaksa dibunuhnya. Siapakah nama yang telah dibisikkan itu" Tentu seseorang yang telah sangat dikenalnya, dalam pengertian yang sebaliknya, yakni seseorang yang sangat dipercaya, sehingga Amrita menjadi murka karenanya. Siapa pun orangnya, tentulah seseorang yang memegang segala rahasia pasukan pemberontak, begitu rupa banyaknya rahasia itu, sehingga sekali ia berganti pihak, rontoklah segala siasat andalan pasukan pemberontak, seperti yang telah terjadi dengan pengepungan ini. Alih-alih pengepungan menjadi langkah menuju penguasaan, berubah menjadi jebakan jitu untuk mengakhiri pemberontakan sama sekali. AKU berpikir cepat, hanya pekerjaan gabungan yang memungkinkan terketahuinya seluruh rahasia itu, yakni TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pekerjaan mata-mata, dan tentu saja tugas sebagai penghubung yang menyimpan dan membagi seluruh rahasia ke setiap pemimpin pasukan itu. Dalam kepalaku terbetik sebuah nama. Harimau Perang! Bukankah nama itu yang selama ini menjadi kunci pergerakan kaum pemberontak, karena selain ia menjadi penghubung antara para pem impin pemberontak dengan para pemimpin pasukan, ia juga menjadi penghubung antara para pemimpin pasukan di seluruh wilayah pemberontakan di Daerah Perlindungan An Nam" Tentu sangat bisa diterima jika keberadaan para pemimpin pemberontak itu dirahasiakan, demi menghindari pembunuhan gelap dalam penyusupan, tetapi sangatlah berbahaya mempercayakan seluruh rahasia pergerakan maupun perkembangan pemikiran, hanya kepada satu orang. ''Iblis Suci! Arahkan pasukan ke Sungai Merah dan menyeberang! Mereka tidak akan mengejar sampai ke seberang!'' Setelah itu aku melesat kembali yang berarti melawan arus pasukan-pasukan yang mengalir sambil terus berbaku bunuh itu, dengan cara melenting-lenting sembari menjejak kepala manusia maupun kuda. Dengan segera aku tiba di celah yang terbentuk karena apinya kupadamkan itu. Tiada lagi pasukan berani mati yang menahan laju pengejaran pasukan pemerintah, agar pasukan pemberontak dapat mengundurkan diri tanpa terganggu. Mereka telah gugur dirajam tombak dan panah, bahkan didesak ke dalam. Terlihat banyak tombak menancap di tanah dalam api dengan tubuh mereka di atasnya yang telah terbakar sebagai arang. Pintu gerbang kota terbuka. pasukan pemerintah yang terakhir dikirim telah melewatinya. Pertempuran masih berkecamuk di seberang sungai yang sengaja dibelokkan alirannya melingkari perbentengan, sehingga di depan setiap gerbang pada empat penjuru terdapatlah sebuah jembatan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ gantung yang dapat dikerek naik turun. Namun karena hanya ada satu jalan keluar yang kubuat menembus dinding api, di jalan keluar arus menumpuk begitu rupa sehingga aliran pengunduran dan pengejaran itu tidak selancar seperti sebelumnya. Maka kubuka bajuku, karena ingin kumanfaatkan sisa-sisa jarum beracun yang menembus baju musim dinginku, menempel pada tubuhku, tetapi tak bisa membunuhku, karena masih terdapat sisa-sisa ilmu pemunah racun Raja Pembantai dari Selatan dalam diriku. Selama aku belum menguasai ujaran filsafat Nagarjuna berbahasa Sansekerta sepenuhnya, ujaran itu tetap akan tinggal sebagai mantra sihir yang bekerja dengan sendirinya setiap kali serangan racun dan sihir menerpa. Segera kuputar tubuhku seperti gasing, dan melesatlah jarum-jarum beracun yang telah dilepaskan para perempuan mata-mata itu ke arah pasukan berkuda lawan, setiap jarum satu orang, sehingga mereka tewas bergelimpangan dari atas kudanya. Maka mengalir makin cepatlah pasukan pemberontak, hanya untuk sementara, karena kutahu akan segera tiba pasukan pemerintah berikutnya karena inilah kesempatan terakhir untuk membasmi pasukan pemberontak tanpa sisa. Ini berarti tak cukup satu jalan untuk menyelamatkan mereka. Jalan yang kubuat berada di wilayah pengepungan tenggara di dekat pintu gerbang selatan. Kubayangkan aku harus membuka jalan setidaknya tiga lagi. Aku pun me lesat dengan Jurus Naga Berlari di Atas Langit, yang dalam kecepatan tinggi kembali segalanya terlihat lambat, amat sangat lambat, dan menyaksikan segalanya dalam keadaan yang terlalu jelas seperti itu rasanya sangatlah mengenaskan. Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Darah yang menciprat perlahan-lahan ke udara, mulut menyeringai kesakitan dari wajah yang menemui ajalnya, dan kelebat segala senjata tajam yang ketika saling berbenturan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menjadi dentang yang panjang, sangat panjang, begitu panjang bagai tiada akan pernah menghilang. Bukan hanya dentang yang menjadi lagu baru dalam perubahan ruang waktu karena percepatan, tetapi juga ringkik kuda, jeritan maut, maupun desis dan desau anak panah yang lepas dari busurnya, terdengar menjadi sesuatu yang berbeda dalam Naga Berlari di Atas Langit. Dengan cepat aku melesat keliling perbentengan. Pada setiap titik pada empat penjuru angin, bukan hanya kubuka jalan bagi pasukan pemberontak yang telah terdesak dengan cara memadamkan api dengan angin pukulan tenaga dalam, tetapi juga kuserang jembatan gantung yang digunakan pasukan pemerintah menyeberangi sungai. Dengan terbukanya empat dinding api, pelarian pasukan pemberontak terpecah ke empat jurusan, dan karena itu semakin lancar; sedangkan jembatan gantung kuserang dalam arti kuruntuhkan, dengan cara membabat tempat bergantungnya dengan pedang biru, pedang mestika pemimpin mereka sendiri yang bernama Pedang Biru. SATU persatu jembatan gantung itu runtuh ke sungai bersama pasukan pemerintah yang sedang gemuruh menyeberang di atasnya. Maka selain terpecah, arus pasukan pemerintah menjadi amat sangat lambat, untuk tidak mengatakannya berhenti sama sekali. Pasukan masih berusaha diseberangkan lewat sungai, tetapi kecepatannya tentu menjadi sangat berkurang untuk mengejar laju pasukan pemberontak yang kini dapat melalui empat jalan keluar. Kemudian, apabila dinding-dinding api itu menyurut, karena betapapun pertempuran ini berlangsung di musim dingin, maka berlompatanlah kuda-kuda pasukan pemberontak melewati bara yang cepat padam dalam hembusan angin yang membawa serpihan salju. Baju yang tadi kubuka tidak kupakai lagi, penggunaan tenaga dalam terus menerus membuat tubuhku panas TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sehingga udara dingin tidak berpengaruh. Aku masih menggenggam pedang biru di tangan kanan dan cambuk kuning keemasan di tangan kanan. Sudah kukatakan ilmu s ilat yang kukembangkan tidak membutuhkan senjata, bahkan juga sebenarnya tidak membutuhkan gerakan sama sekali, karena yang kuserang dan kurontokkan adalah pemikiran, tetapi kedua senjata ini dan sangat berguna jika terlihat kupegang. Dalam salah satu serbuanku ke jembatan, sempat terjadi tiada perlawanan sama sekali karena wibawa senjata yang tidak terpisahkan dari pemiliknya sama sekali. Adapun bila perlawanan tetap berlangsung, dengan pedang biru memang tombak dan pedang bagaikan hanya rumput melawan sabit, sementara dengan cambuk kuning keemasan itu, bahkan suara ledakannya saja dapat membuat lawan-lawanku langsung pingsan. Aku berkelebat memasuki Thang-long begitu pasukan terakhir melewati gerbang. Pintu tidak ditutup kembali, tetapi pengawalan sangatlah ketat. Aku tidak melewati pemeriksaan orang-orang yang keluar masuk karena melesat di atas tembok perbentengan. Aku tidak sedang menyamar, aku menyusup pada pagi hari dalam keadaan perang, tetapi firasat bahwa Amrita terancam bahaya membuat aku mengerahkan segenap kemampuanku. Aku berkelebat dari dinding ke dinding, dari pohon ke pohon, dari genting ke genting, menuju gedung besar tempat aku mencuri dengar perbincangan pada malam harinya, ketika kudengar mereka menyebut-nyebut nama Amrita maupun Harimau Perang. Meski dalam keadaan peramg, kehidupan sehari-hari tetap berjalan di dalam kota, dengan pengawasan ketat pada berbagai bangunan penting. Sudah kukatakan aku tidak berbaju, dengan ilmu bunglon kini kulitku tidak dapat dibedakan dengan tembok, atau dengan apapun yang berada di dekatku. Di atas pohon aku berwarna pohon, tiarap di tanah aku berwarna tanah, melayang di udara aku berwarna langit, dengan cara ini aku lolos dari segala pengawasan dan telah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berada di atas genting dan betapa terkejutnya diriku ketika melihat Amrita terkapar di lapangan yang berada di dalam gedung itu. Di sekitarnya terdapat mayat-mayat bergelimpangan. Kusapu bangunan dan kuketahui sepasukan pengawal sedang berlari dari lorong ke lorong menuju tempat Amrita. ''Penyusup! Penyusup!'' Kudengar teriakan dalam bahasa Viet. Aku melompat turun. Kusambar tubuh Amrita yang terbaring di atas salju. Ia masih hidup. Aku langsung melesat kembali dan me loloskan diri dengan melenting dari genting ke genting. Ketika membopong Amrita kurasakan punggungnya yang panas. Kutahu punggung itu hangus terbakar. Ia telah mendapat pukulan tenaga dalam yang mengandalkan prana api dari belakang. Amrita te lah mengalahkan lawan-lawannya, tetapi ia pun akan kehilangan nyawa karena pukulan itu. Betapapun ia telah memasuki sarang harimau, dan tidak sembarang manusia dapat meloloskan diri setelah membunuh para perwira andalan sebanyak itu. Berhadapan satu persatu, aku tahu Amrita tak akan terkalahkan, tetapi hukum perang tidaklah sama dengan hukum taktertulis dunia persilatan. Jika pertarungan dalam dunia persilatan adalah pertarungan antara dua pendekar, maka pertempuran sebagai bagian dari peperangan panjang adalah setidaknya pertarungan antara para ahli s iasat yang melibatkan segenap manusia dari bangsa yang bersengketa. Amrita Vighnesvara yang cerdas tentu mengetahuinya, tetapi Amrita yang muda dan berdarah panas tidak bisa menerima pengkhianatan, yang sebetulnya laz im dalam perang panjang yang melibatkan seribu satu manusia dengan berbagai macam kepentingan. Pertarungan siasat yang licin, licik, penuh muslihat dan tipu daya, memang adalah bagian dari perang semesta seutuhnya. Tiada lebih dan tiada kurang karena manusia jualah para pelakunya, sehingga peperangan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berlangsung dengan daya pembayangan tinggi, tentang yang dimungkinkan maupun diharapkan akan terjadi. Tentulah ini suatu pengkhianatan yang luar biasa kejinya, yang mengundang kemarahan begitu rupa karena kepercayaan besar yang terlanjur diberikan olehnya. AKU melesat sambil berpikir ke mana Amrita akan kubawa. Aku tidak terkejar oleh pasukan pengawal karena berkelebat sangat cepat dalam lindungan ilmu bunglon, sehingga memang tidak mungkin mata awam akan dapat menangkapnya. Gabungan antara ilmu bunglon dan Jurus Naga Berlari di Atas Langit yang semakin lama telah menjadi semakin matang ini pada dasarnya membuat diriku sama sekali tidak kelihatan. Kupandang Amrita, matanya dengan lemah menatapku, tetapi ia tampak bahagia melihatku. Ia tampak seperti ingin mengatakan sesuatu. Namun kota Thang-long yang tetap hiruk pikuk dalam hujan salju membuat aku tak tahu di mana harus berhenti dan bersembunyi. Angin melayangkan gumpalan-gumpalan salju yang beterbangan bagai kapas, tetapi aku tak dapat menikmatinya sebagai keindahan melainkan penanda suasana hatiku bagaikan mengalami kerontokan. Amrita mengalam i luka dalam. Tidak seorang pun akan bisa menolongnya dengan luka seperti itu. Tidak juga gurunya yang sakti mandraguna, Naga Bawah Tanah yang tidak pernah memperlihatkan diri. Sembari melayang kutatap wajahnya. Tampak ia ingin mengatakan sesuatu. Bibirnya bergerak-gerak, dan airmata mengalir dari sudut matanya, yang langsung tersapu angin. Aku melayang dan hinggap pada sebuah tembok yang membatas ke tetanggaan orang-orang kaya. Pada rumah yang satu terlihat kegiatan pagi di kebun belakang rumah, para pelayan menyiapkan penganan kukus untuk sarapan majikannya, uap mengepul dari tudung yang dibuka oleh perempuan-perempuan pelayan berbaju panjang yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menutup seluruh tubuhnya; pada rumah yang lain, tampak kosong tak terawat dengan tanaman tumbuh tak beraturan dan salju tebal menumpuk, jadi aku melompat turun ke sana. Kubaringkan Amrita di sebuah bangku panjang usang di bawah atap. Sepintas kulihat ruang dalamnya penuh perabotan, tetapi tak berpenghuni. "Amrita..." Kataku pelan. Aku tak tahu apa yang harus kukatakan. Kupegang tangannya. Kudekatkan telingaku ke mulutnya yang mengatakan sesuatu dengan sangat lemah seperti bisikan. "Harimau Perang...," katanya, "merusak segalanya..." Lantas wajahnya membeku. "Amrita!" Aku berteriak. "Amrita!" Putri Khmer itu tidak bergerak. Aku memeluknya dengan mata yang telah menjadi basah. (Oo-dwkz-oO) Episode 136: [Gagak Beterbangan Memenuhi Langit] BURUNG-BURUNG gagak masih saja berdatangan memenuhi langit, lantas turun ke medan peperangan yang telah menjadi sepi, tetapi penuh dengan mayat-mayat bergeletakan dalam timbunan salju. Pemerintah Daerah Perlindungan An Nam telah mengerahkan banyak petugas maupun penduduk di pinggiran kota yang tidak berkasta, untuk membersihkan tanah lapang medan pertempuran dari mayat manusia maupun bangkai kuda, dan tentu saja mereka yang masih hidup tapi terluka tanpa peduli kawan atau lawan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Orang-orang yang terluka dibawa dengan tandu, dipapah, atau diangkut dengan gerobak ke dalam kota melalui jembatan gantung yang sempat kuruntuhkan itu. Aku hanya membabat putus tali raksasa tempat bergantungnya jembatan, sehingga jika yang putus disambung kembali, maka jembatan itu pun kembali ke tempatnya semula. Namun mengangkat kembali jembatan yang telah tercebur ke sungai itu tidaklah mudah, karena memerlukan tenaga beratus-ratus orang, dibantu oleh empat ekor gajah pada kedua sisi sungai, belum lagi menyambungkan tali putus dengan tepat yang merupakan masalah tersendiri. Setidaknya memerlukan waktu dua hari sebelum jembatan gantung pada empat mata angin itu seluruhnya dapat dilewati kembali. Sebelumnya, orang-orang sakit harus diseberangkan dengan rakit, sementara mayat-mayat manusia dan bangkai kuda dibakar bersama senjata-senjata yang menancap di tubuh mereka, lengkap maupun tidak lengkap tubuhnya, dengan atau tanpa kepala, lawan maupun kawan, apapun agama dan suku bangsanya, tanpa kecuali dibakar habis tanpa upacara dan pembacaan doa apapun juga. Senjata-senjata logam yang bergeletakan dikumpulkan dan diangkut ke dalam kota, karena yang rusak akan dipisahkan untuk dilebur dan kembali ditempa oleh para pandai besi yang dipekerjakan pemerintah, sedangkan yang masih utuh dibawa ke gudang senjata sebagai milik negara. Semua ini kuikuti dengan cermat, karena sejak kematian Amrita diriku masih berada di Thang-long. Dalam beberapa hari ini kudengar cerita tentang bagaimana pasukan pemerintah telah berhasil memukul mundur pasukan pemberontak dengan kemenangan gilang gemilang, meski pada pihak pasukan pemerintah pun taksedikit jatuh korban. Kusaksikan sendiri barisan pasukan pemerintah yang kembali dari pengejaran pasukan pemberontak sampai ke tepi Sungai Merah itu tampak lunglai, letih, dan lesu. Jumlah pasukan pemerintah yang kembali mungkin tinggal separuhnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Mengingat jumlah mereka yang besar, tentunya mesti dianggap pasukan pemberontaklah yang mendapat banyak keuntungan. Namun dalam peperangan, banyak sekali juru cerita mendapat tugas untuk menunjukkan yang sebaliknya. Memang, jangan terlalu percaya kepada juru cerita, meski kita boleh menyukai dan mengaguminya, karena cerita adalah cerita, yakni kenyataan yang disusun kembali menurut kehendaknya, dan tiada kenyataan yang sampai kepada kita tanpa melalui susunan cerita yang terbebani suatu tujuan. Maka petabumi dunia juru cerita terbanding dengan petabumi dunia pendekar dalam persilatan, yakni bahwa terdapat juru cerita yang mengandaikan dirinya wajib menyampaikan kebenaran, yang terbandingkan dengan golongan putih; juru cerita yang sengaja memutarbalikkan kenyataan demi kepentingan tertentu, yang terbandingkan dengan golongan Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo hitam; dan juru cerita yang mengandaikan bahwa cara bercerita itu sendirilah yang terpenting dalam bercerita, dan bukan isi maupun tujuan yang ingin disampaikannya, yang terbandingkan dengan para pendekar golongan merdeka. Namun untuk sementara dapat kutafsirkan sendiri apa yang terjadi melihat iring-iringan yang kembali dari pengejaran tersebut. Betapapun, meski berada dalam pengejaran, semakin jauh pengejaran berlangsung, semakin para pemberontak itu kembali ke medan yang sangat mereka kenal, dan karena itu bukan takmungkin pasukan pemberontak dapat menjebak pasukan pemerintah di tempat tertentu. Kemudian akan kudengar cerita tentang pertempuran seru di sepanjang tepi Sungai Merah, ketika pasukan pemberontak menyeberangi sungai, dan terus dikejar karena tampak kelelahan, tetapi segera menghilang ke dalam air untuk muncul kembali di belakang punggung setiap anggota pasukan pemerintah yang sedang menyeberang di sepanjang Sungai Merah itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Maka pasukan pemerintah Daerah Perlindungan An Nam tidak lagi meneruskan pengejaran, dan hanya dapat menyaksikan ratusan kawan-kawan mereka yang terlanjur menyeberang itu muncul kembali ke permukaan sebagai mayat-mayat mengambang dengan luka gorokan. Demikianlah terceritakan betapa Sungai Merah menjadi sungai yang sungguh-sungguh merah karena darah dengan mayat-mayat mengambang yang terbawa arus, seperti sengaja mengambangkan dirinya agar terbawa sampai ke lautan lepas. Dalam iring-iringan yang melangkah dengan kepala tertunduk meski umbul-umbul berkibar gagah, dan barisan berkuda yang sebagian besar membawa mayat-mayat penunggangnya sendiri, terbayang kisah sedih dari suatu pasukan yang dikalahkan, sama sekali bukan kemenangan. Betapapun penduduk Thang-long bergembira ria karena pengepungan telah dipatahkan, meski hanya berarti bahwa pemberontakan belum lagi tumpas. Kumasuki kota dengan bersikap sebagai pengembara miskin yang banyak berkeliaran di negeri-negeri yang dilanda peperangan dan bencana. Meskipun di sana-sini terdapat pengawal bersenjata mondarmandir dan tandu mengusung orang sakit hilir mudik, kehidupan ramai tetap berjalan seperti biasa, bahkan seperti sengaja mengingkari suasana peperangan, yang oleh pengepungan sebelumnya terasa amat menekan. Sejarah peperangan selama ratusan tahun membuat penduduk paham, alangkah mengerikannya jika para pemberontak berhasil masuk dan menguasai kota. Dapat dipastikan betapa penjarahan dan pembakaran akan diiringi pemerkosaan dan pembunuhan yang tiada semena-mena, membuat kehidupan porak poranda. Suasana sedikit banyak meriah, tetapi kepergian Amrita telah meninggalkan kepadaku suatu perasaan yang kosong. Ketika aku terpisah lama darinya, seperti saat dirinya diculik Naga Kecil, masih dapat kubayangkan sebuah percakapan, seperti dirinya masih ada, berpikir dan berbicara. Namun kini TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bayangan semacam itu harus kugugurkan dengan terpaksa, karena aku tidak mungkin mengenangnya tanpa rasa duka yang sangat mendalam. AKU mengarungi Thang-long dengan perasaan hambar, meski tujuanku tetap jelas, yakni mencari dan menyelidiki peranan Harimau Perang, sebelum memutuskan apakah yang harus kulakukan kepadanya. Membiarkannya tetap hidup ataukah menantangnya bertarung sampai mati. Pengembaraan yang telah membawaku kepada perang melawan Negeri Atap Langit ini membuatku bertanya-tanya tentang tujuan hidupku, apakah diriku masih bermaksud mencari kesempurnaan dalam ilmu silat, dengan pertaruhan nyawa dalam pertarungan dengan para pendekar, atau sekadar pengembara yang hanya menikmati perjalanan dari segi yang menyenangkan dirinya, antara lain dengan menghindari segala sesuatu yang tidak harus menjadi urusannya. Aku masih terus bertanya-tanya dan tidak merasa harus menyelesaikan kebimbangan itu segera, karena terpesona oleh dunia ramai yang tetap hiruk pikuk menyembunyikan kesedihan mendalam. Dengan korban sebanyak itu, bagaikan tiada mungkin ada keluarga yang tidak kehilangan anggota keluarganya. Bahkan tidak usahlah terlalu heran jika sesama orang Viet yang berhadapan dalam pertempuran adalah keluarganya sendiri pula. Demikianlah di antara hiruk pikuk pasar, pedagang keliling di lorong-lorong, dan pesta kemenangan resmi pemerintah Daerah Perlindungan An Nam dengan pawai di jalan-jalan utama, kutemui upacara perkabungan di dalam rumah yang dilangsungkan diam-diam dalam kegelapan. Dalam peperangan seperti itu, tiada jenazah dapat disaksikan untuk menggenapkan perkabungan, bahkan terlalu sering tiada jelas seorang handai taulan memang terbunuh sebagai pahlawan atau hilang dalam penugasan. Maka memang ada dua jenis doa, yakni bagi yang jelas tewas dan bagi yang hilang entah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ masih hidup atau nyawanya sudah melayang. Semerbak dupa menggenang di antara keramaian, bagai mengingatkan atas pengorbanan setiap orang sebagai ganti kenyamanan. Doa membubung di antara salju bak kapas yang melayang ringan di antara dingin angin yang mendesau dan bergumam perlahan-lahan. Aku sungguh memasuki dunia baru, dan serentak dengan itu teringat duniaku yang lama. Bagaimanakah kabarnya Kamulan Bhumisambhara dengan berbagai persoalan di sekitarnya" Apakah di Mataram Rakai Panunggalan masih sibuk menghadapi sisa-sisa pengikut Rakai Panamkaran yang menjadi gerombolan dan mengumpulkan segenap astacandala tanpa kasta untuk memberontak dan merongrong kewibawaan" Begitulah para penguasa mengeluarkan prasasti dalam batu berukir maupun lempengan emas dan tembaga, untuk mengukuhkan kekuasaannya, tetapi pada masa depan kelak siapa yang tahu kejadian apa saja berlangsung di baliknya" Apa yang terjadi dengan Pendekar Melati, setelah gurunya membawa ia pergi dalam keadaaan taksadarkan diri" Kuingat gurunya mengundangku ke Gunung Halimun. Baru kusadari sekarang betapa ajakan yang ramah itu dapat ditafsirkan sebagai tantangan bertarung. Mungkin Pendekar Melati sudah menamatkan pelajarannya sekarang. Kuingat perempuan gurunya yang menandai kemunculannya dengan seruling itu, jubahnya yang putih dan rambutnya yang putih, siapakah dia sebenarnya" Aku masih terlalu muda dalam dunia persilatan. Telah kualami cukup banyak pertarungan, bahkan tanpa maksud bersombong diriku belum terkalahkan, tetapi kuakui betapa masih miskin diriku dengan pertarungan melawan pendekar-pendekar kenamaan. Bahkan pengetahuanku tentang para pendekar itu sendiri juga sangat terbatas. Pendekar yang begitu sakti seperti perempuan guru Pendekar Melati itu sendiri sampai sekarang takkuketahui namanya. Kuingat ilmu Pendekar Melati yang mampu menyerap tenaga, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sampai lawan takberdaya, bahkan dalam pengembaraanku selama ini pun, setelah bertemu berbagai macam pendekar dengan ilmu mereka yang serba ajaib, belum pernah melampaui kemampuan begitu rupa. Kota-kota di Jawadwipa mungkin tidak semegah kota-kota yang kutemui kemudian, tetapi sungguh Jawadwipa itu penuh dengan pendekar tangguh takterkalahkan. Meskipun dengan Jurus Bayangan Cermin yang kukembangkan menjadi Ilmu Bayangan Cermin telah kukuasa i ilmu silat lawan sebelum kukalahkan, sehingga perbendaharaan ilmu silatku cukup banyak untuk kupilih maupun kugabungkan menjadi ilmu silat yang membingungkan lawan, masih saja aku ragu apakah itu cukup untuk mengalahkan satu saja dari Pahoman Sembilan Naga. Padahal, jika aku sungguh ingin mencapai kesempurnaan dalam ilmu silat, harus kuujikan ilmu silatku kepada mereka semua. AKU menghela nafas. Kurasa wilayah An Nam cukup jauh dari Jawadwipa, yang dalam dingin angin bersalju di sini, bagaikan terhirup kembali bau rumput segar dan kesejukan hutan-hutan di sana. Bagaikan terdengar kembali desir angin dari rumpun bambunya yang gemerisik, disela bunyi malas dari genta tanah liat pada leher sapi yang menghela pedati, yang membawa perempuan-perempuan tercantik berambut lurus panjang berdada terbuka di atasnya. Baru kusadari takpernah kutemui lagi pemandangan seperti itu di kota-kota An Nam ini. Bukan sekadar karena musim dingin menuntut setiap orang menutup badan, tetapi kebudayaan Negeri Atap Langit yang banyak diikuti di wilayah ini membuat busana setiap orang, juga busana prianya, menutup seluruh badan. Begitulah di dunia yang asing bagiku ini aku harus mencari seorang mata-mata licin yang disebut Harimau Perang. Pernah kupikirkan bahwa dengan peranan sepenting itu, sangat mungkin ia hanyalah nama yang diciptakan untuk mengecoh lawan, atau memang ada tetapi jumlah orang yang bernama TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sama dengan segala kemiripan tubuh diperbanyak agar tersamarkan. Kini bahkan kupikirkan kemungkinan, bahwa nama Harimau Perang adalah nama yang selalu digunakan siapapun dalam peranan itu, jadi memang satu orang, tapi selalu berganti sepanjang masa peperangan. Jadi, Harimau Perang mana yang dimaksud Amrita" Harimau Perang sebagai suatu kesatuan jaringan, ataukah Harimau Perang tertentu yang kali ini berkhianat dan bertanggung jawab atas seluruh kegagalan pasukan pemberontak" Pada 722 tercatat terdapatnya pemberontakan Mai-ThucLoan; pada 767, jadi tigapuluh tahun lalu, ibukota didirikan di sebelah selatan Thang-long sekarang, dan bernama Dai-la, tempat kesenian Dai-la berkembang pesat; dan enam tahun lalu, pada 791, maraklah pemberontakan Do-Anh-Han. Mungkinkah jaringan rahasia Harimau Perang sebetulnya ditanam sejak lama oleh wangsa manapun dari Negeri Atap Langit untuk menggagalkan pemberontakan demi pemberontakan bangsa Viet untuk menggulingkan kekuasaan" AKU masih terus berjalan sembari berpikir tentang apa yang harus kulakukan. Dari manakah aku bisa mulai" Kubayangkan bahwa dalam segala bentuknya, jika memang benar Harimau Perang melakukan pengkhianatan, maka tentunya ia bermukim di kota ini. Namun bagaimanakah cara memastikannya" Kuingat perbincangan yang kudengar malam itu. Bukankah mata-mata musuh disebar untuk me lacak jejak dan membunuh Harimau Perang" Mereka yang kucuri dengar malam itu, Pedang Biru, Cambuk Emas, maupun yang disebut Tombak Gila, semuanya telah terbunuh olehku. Mereka tak tahu menahu bahwa Harimau Perang itulah yang telah merencanakan dan mengarahkan agar pasukan pemberontak turun gunung, mengepung Thang-long, sementara perempuan mata-mata mereka yang bergabung sebagai penghibur serbaguna telah ditanam, untuk bertindak pada saat yang tepat. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Amrita mendapat keterangan tentang Harimau Perang dari perempuan mata-mata, yang mungkin karena merasa sudah dekat ajal lantas mengungkap saja rahasia yang mestinya dibawa sampai mati. Tentu terdapat suatu masalah sehingga rahasia itu diungkapnya, karena para mata-mata yang berani dan tangguh seperti mereka seharusnya setia terhadap tugas, yakni membawa rahasia ke alam baka, dan di sana pula terletak kebanggaan atas pekerjaan ini. Apakah kesalahan Harimau Perang sehingga rahasianya perlu terungkap sebagai mata-mata yang ternyata mengabdi kepada pihak pemerintah" Sebagai perwira Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo penghubung ia telah mengarahkan segenap pasukan pemberontak keluar dari hutan, menyeberangi sungai demi sungai demi sungai, mengalahkan dan mengejar pasukan pemerintah yang semula dikirim untuk menumpas mereka, untuk mengepung Thanglong, tempat mereka tertambus api. Aku tentu bisa menebak apa pun, tetapi yang kuperlukan adalah bukti. Penghianat bagi Amrita, artinya Harimau Perang mengkhianati pasukan pemberontak; pengkhianat yang perlu dibocorkan rahasianya, artinya Harimau Perang bermasalah dengan pihak pemerintah Daerah Perlindungan An Nam. Bukankah ini rumit" Lebih rumit lagi bagi orang luar sepertiku, yang bahkan menafsirkan kehidupan sehari-hari saja mesti berpikir seratus kali. Dunia mata-mata sungguh rumit, tetapi menurut Sun Tzu, siapa yang memiliki pengetahuan lebih banyak tentang musuhnya itulah yang lebih berpeluang menang dalam perang. Pernah kudengar cerita tentang burung elang yang terbang di atas perkemahan atau pasukan yang sedang menempuh perjalanan ke tempat musuh. Disebutkan bahwa melalui mata elang itulah seorang matamata melakukan pengawasan, yang membuat burung apa pun yang terbang di atas pasukan yang berangkat berperang selalu menjadi sasaran para pemanah jitu. Cerita ini bukan tanpa kebenaran, tetapi bukanlah bahwa seorang mata-mata meminjam mata elang untuk melakukan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pengawasan, melainkan betapa dari gerak-gerik burung elang, bahkan burung apa pun di angkasa, seorang pengamat dapat memperkirakan pergerakan yang berlangsung di bawahnya, misalnya bahwa terdapat barisan pasukan. Maka cerita tentang Harimau Perang pun kurasa bisa sama berkembangnya cerita tentang burung elang tersebut. Aku memerlukan bukti untuk menentukan sikap, karena menurutku haruslah ada seseorang yang bertanggung jawab atas kematian Amrita. Betapapun ia tewas oleh pukulan tenaga dalam yang telak dari belakang, sehingga punggungnya hangus terbakar. Meskipun dalam keadaan perang, peristiwa itu tidak terjadi di medan pertempuran yang hiruk pikuk dan memang lazimnya tak berketentuan. Aku merasa berhak menuntut sikap ksatria dari mereka, yang meskipun telah tewas, masih menyisakan satu orang yang menyerangnya dari belakang. Orang ini mungkin Harimau Perang, mungkin juga bukan, tetapi satu maupun dua orang haruslah kutemukan. Tanpa terasa aku telah mengelilingi kota tanpa tujuan pasti. Kadang ikut arus orang ramai, kadang tiba-tiba sendirian. Masih tampak korban-korban perang memasuki kota, pertanda pasukan pemerintah ini memburu sampai ke tempat yang jauh. Aku belum makan, tapi tidak merasa lapar. Kekosongan perasaan setelah kematian Amrita membuat aku tidak terlalu peduli kepada keadaan diriku sendiri seperti itu. Semakin hari perasaan itu semakin kuat, bagaikan suatu gema yang semakin jauh dari peristiwanya semakin tergandakan maknanya. Tidak kukira bahwa cara kematian Amrita yang begitu rupa telah mengubah sikap dan perasaanku kepadanya. Semula aku sempat berpikir, jika pasukan pemberontak akhirnya memasuki kota sebagai pemenang, aku akan meninggalkan Amrita dengan kemenangannya untuk melanjutkan pengembaraan. Namun kenyataan berbicara lain. Di depan sebuah kuil aku bergabung dengan orang-orang yang mendapat sedekah makanan. Pada saat aku berada dalam antrian seseorang menepuk bahuku dari belakang. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ (Oo-dwkz-oO) Episode 137: [Di Kota Than Long] AKU menoleh. Sebuah wajah yang kukenal tersenyum lebar dan tertawa tanpa berusaha menarik perhatian. ''Iblis Suci! Kenapa dikau ada di sini"'' Ia menyamar sebagai paria pengemis. Astacandala juga. Golongan manusia yang tidak dianggap manusia, kecuali oleh para rahib Mahayana di kuil itu, yang tentu tahu bagaimana rasanya jadi pengemis. Meskipun igama Buddha tiada mengenal kasta, keberkastaan dalam kehidupan masyarakatnya, yang semula menyembah Visnu, Durga, dan Siva, tidaklah terhindarkan. Namun makanan yang dibagi bukanlah hasil dari mengemis. Inilah dana amal Pemerintah Daerah Perlindungan An Nam, keturunan campuran Han-Viet itu, yang sengaja disediakan untuk menjaga ketenangan. Diketahui bahwa sebagian besar dari mereka yang mengemis itu pun bukanlah pengemis dalam arti paria yang sesungguhnya. Kadangkala mereka adalah orang desa dari pedalaman sahaja, para petani yang sawahnya disapu banjir bandang atau desanya dibakar karena peperangan. Kedudukan orang desa memang bisa serba disalahkan, karena pasukan pemerintah akan membumihanguskan desanya jika dianggap telah berpihak kepada pemberontak, yang juga akan dilakukan pasukan pemberontak jika mereka berpendapat desa tersebut mengakui pemerintahan yang sah. Tidak jarang, karena takut dibunuh dan diperkosa, oleh pihak mana pun, desa-desa itu ditinggalkan begitu saja dalam keadaan kosong. Daripada kehilangan nyawa, lebih menghinakan diri sebagai paria tak berkasta dalam kota, tempat mereka merasa hanya akan dianggap sebagai kumpulan lalat menjijikkan, yang tidak akan pernah dicurigai dan diawasi. Justru karena itulah menyamar sebagai pengemis TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ adalah pilihan termudah mata-mata, dan sebaliknya para pengawal rahasia istana selalu menempatkan pula matamatanya di sana. Demikianlah dunia yang aman bagi orang desa dari kejaran pasukan mana pun adalah dunia yang sama sekali belum terjamin bagi kaum mata-mata, yang menyamar maupun mencari orang yang menyamar. ''Apakah dikau berharap diriku enak-enak minum arak di suatu tempat, tanpa kepastian atas nasib kalian yang menghilang dan tak kembali lagi" Di manakah Amrita"'' Tentu tak kujawab, dan kurasa Iblis Suci Peremuk Tulang itu mengerti. Ia menundukkan kepala dan mendesah. Betapapun kami bertiga lama bersama keluar masuk hutan dalam berbagai pertempuran. ''Biar kudobrak saja istana dan mencari pengkhianatnya!'' Ia mendesis penuh amarah. ''Tidak bisa begitu Iblis Suci, mendobrak seperti membalik tangan, tetapi menemukan yang bertanggung jawab atas kematiannya seperti mencari jarum di tumpukan jerami.'' ''Ah! Kita bunuh saja seluruh isi istana! Siapa pun yang berkhianat tentu ikut mati di s itu!'' ''Tidaklah semudah itu, Iblis Suci, kita tidak akan membunuh mereka yang tidak bersalah, sementara yang bertanggungjawab tak kelihatan lagi.'' Aku memang memikirkan masalah ini. Dalam peperangan, bagaimanakah menilai suatu pengkhianatan" Dalam pertempuran, bunuh membunuh bukanlah suatu kebersalahan, sementara jika kegiatan mata-mata merupakan bagian dari perang, seberapa jauh suatu pengkhianatan harus dianggap salah dan mendapat hukuman" Para pengkhianat dihukum mati, tetapi dihukum mati sebagai pengkhianat dan dihukum mati sebagai mata-mata pihak musuh yang berani TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mati perbedaannya besar sekali; yang pertama terhina, yang kedua sangat dihormati. Kegiatan mata-mata tak hanya membuka mata dan telinga lantas menyampaikan segala keterangan yang didapatnya, melainkan juga membujuk, merayu, menawarkan, dalam tingkat penyamaran yang kadangkala sulit dipercaya. Berusaha menjadi kekasih tercinta dengan permainan asmara yang bergelora, bagi lelaki maupun perempuan mata-mata, adalah cerita biasa; tetapi bagaimana dengan menjadi suami atau istri, yang melahirkan anak segala" Bagaimanakah caranya seseorang membangun keluarga tanpa cinta demi tugasnya sebagai mata-mata" Demikianlah pernah pula kudengar cerita tentang matamata yang terserap dalam cinta, mengalahkan kepentingan tugasnya, bahkan takjarang beralih pihak dan berkhianat, sehingga mati terbunuh karenanya. Betapa tipis jarak antara kesetiaan dan pengkhianatan, dengan alasan yang adakalanya sangat bisa diterima, karena menolak tugas untuk membunuh isteri atau suami dan anak sendiri tentu masuk akal adanya. Tentu cerita tentang mata-mata yang terpaksa melenyapkan anak, isteri atau suaminya sendiri, ketika siapakah dirinya yang sebenarnya terbongkar, adalah cerita yang sering beredar dari kedai ke kedai pula. Pengemis di belakang kami berteriak marah. ''Kalian mau bicara atau mau makan" Cepat maju!'' TERNYATA yang di depan sudah maju begitu jauh, dan rahib yang membagi-bagikan kentang itu tampak kesal menanti. "Kalian berdua seperti tidak butuh makanan, masih banyak orang antri di belakang kalian. Ayo cepat!" Kutengok ke belakang, ternyata panjang juga barisan, bahkan sampai keluar halaman. Kurasa sudah sangat bagus pembagian makanan untuk orang miskin ini tidak berlangsung kacau. Di hadapan rahib berjubah merah berlapis kuning itu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kuulurkan batok kelapa yang kubawa. Seketika batok kelapa itu segera penuh dengan kentang panasnya mengepulkan uap. Aku mendadak merasa lapar dan segera menepi, agar Iblis Suci bisa maju ke depan. Saat itulah rahib tersebut terbelalak. Rupanya ia mengenali Iblis Suci. Aku teringat riwayat Iblis Suci Peremuk Tulang dari Sungai Hitam yang kuilnya dihancurkan pasukan pemerintah karena menampung keluarga pemberontak. Ia memanggil Iblis Suci dengan sebuah nama yang tidak dapat kueja. Setelah itu mereka berpelukan sambil menangis dan mengeluarkan kata-kata dalam bahasa burung. Aku mulai memahami bahasa orang Viet sedikit demi sedikit, sedangkan seperti kebudayaannya, bahasa Viet juga banyak menyerap bahasa Negeri Atap Langit. Maka alangkah mengherankan bagiku betapa diriku taksepatah pun memahami bahasa yang mereka ucapkan. Baru nanti akan kusadari betapa Negeri Atap Langit itu merupakan negeri yang betul-betul besar, bukan hanya karena luas wilayah yang dicakupnya, tetapi juga keragaman bahasa yang takpernah terduga keberbedaannya. Anak Berandalan 3 Shugyosa Samurai Pengembara 8 Malaikat Pencabut Nyawa 1

Cari Blog Ini