Ceritasilat Novel Online

Jurus Tanpa Bentuk 10

Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira Bagian 10 lagi kebutuhan hidup sehari-hari; mereka semua terbangun, dan meski sebetulnya belum terlalu sadar, telah membuat para pembunuh itu sangat terperanjat. Namun sebagian tetap mengayunkan pisaunya. Inilah saatnya aku bergerak! Dalam sekejap aku telah berada pada lima belas tempat. Pisau mereka kutampel hingga terlepas dan tubuh mereka kudorong ke tengah orang banyak, seperti menjatuhkan seseorang ke jurang. (Oo-dwkz-oO) Episode 56: [Permainan Kekuasaan] TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ KUTATAP mata mereka. Aku merasa khawatir mereka tidak akan bicara. Para penyusup dalam kegelapan malam tidak hanya menguasai seni membunuh, tetapi juga terlatih untuk menerima siksaan jika tertangkap, dan jika perlu mengakhiri hidup mereka sendiri agar membuka rahasia. Adapun jika mereka telah memutuskan untuk bunuh diri, sangatlah sulit untuk menghalanginya, karena tentu saja mereka juga sudah dilatih untuk itu, kecuali mereka sendiri tidak menghendakinya. Jadi kuminta keduapuluh orang itu dipisahkan ke duapuluh tempat, dan aku tidak terlalu tergesa-gesa untuk segera meminta penjelasan dari mereka. Hanya kuminta untuk meletakkan mayat para korban dari pihak pekerja yang tidak bersalah itu di hadapan mereka, dan kami semua menjauh, meski tetap kuminta pengawasan dari kejauhan. Pada tubuh mereka tidak terdapat tanda rajah apa pun, sehingga aku tidak dapat memastikan mereka terhubungkan dengan suatu kelompok tertentu. Tidak dengan Cakrawarti, dan belakangan juga tidak dengan Kalapasa. Cakrawarti sebagai jaringan rahasia yang telah disebut kehadirannya sejak masa Wangsa Sanjaya telah merasuk begitu rupa ke segala lapisan masyarakat, sehingga menunjukkan keberadaan dirinya tidak dengan tanda-tanda pada tubuh lagi, melainkan bahasa sandi yang setiap kali berganti. Adapun Kalapasa sebagai kelompok penyusup yang muncul lebih kemudian sangat terkenal kerahasiaannya yang takterendus, sehingga sebuah keluarga dapat menjadi anggotanya secara turun temurun tanpa dikenali sedikitpun oleh tetangganya juga secara turun temurun. Maka, jika penyamaran Cakrawarti dan penyusupan Kalapasa bukanlah dari tingkat yang mudah terbongkar, siapakah orang-orang ini" Aku teringat pengacau di balik patung Durga di daerah tak bertuan yang membawa lembaran TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ lontar dengan tulisan bahwa Cakrawarti bekerja untuk Naga Hitam. Apakah peristiwa ini menjelaskan sesuatu" Seorang di antara para pembunuh ini mengenali aku, padahal aku selalu membunuh siapapun mereka yang terlanjur mengenalku, karena mereka memang harus terbunuh dalam pertarungan untuk menguji kesempurnaan. Namun selama ini memang ada orang-orang yang mengetahui keberadaan diriku dengan tugas membunuhku. Itulah orang-orang suruhan Naga Hitam yang jaringan kejahatannya hampir selalu membayangi kehidupanku. Apakah orang-orang ini anggota jaringan Naga Hitam" Itulah pertanyaanku sekarang: Jika Naga Hitam menggunakan jaringan Cakrawarti untuk menjalankan tujuannya, apakah kiranya tujuan tersebut" Aku memikirkan beberapa hal. Pertama adalah isi surat untuk menghancurkan kepercayaan. Bukankah saat itu para petani yang memuja Durga telah berbalik mengutuk Durga ketika anggota Cakrawarti tersebut melemparkan bola cahaya yang asapnya mematikan, sementara getaran cahayanya memberi kesan delapan tangan Durga itulah yang telah melemparkannya" Jika hal semacam itu dilakukan secara serempak di manamana, tidakkah begitu banyak orang akan melepaskan kepercayaan yang selama ini telah membuat jiwanya tenteram, bahkan berganti memeluk kepercayaan lain yang sedang tumbuh dan berkembang dengan pesat di seluruh Yawabumi" Kulihat sebuah perjuangan, kulihat suatu pertarungan. Namun igama-igama tidak bertarung bukan" Manusia bertarung memperebutkan kekuasaan atas nama igama dan bukan sebaliknya. Igama manapun tidak membenarkan pertarungan antar igama dan tidak akan pernah ada kecuali TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ manusia yang begitu bodoh sehingga menafsirkan yang sebaliknya. Jika Panamkaran mampu memberikan tanah kepada igama berbeda, Panunggalan hanya dapat melawan dengan tidak mengikutinya, malah berbuat sebaliknya. Setidaknya para penasihat igama masing-masing memiliki kepentingannya pula. Bukankah sudah kuceritakan betapa seorang raja ternyata tidak menguasai dunia dan sebaliknya hanya dapat duduk di singgasana kekuasaan dengan persyaratan yang tidak mungkin disanggupinya. Barangkali ia sanggup melawan musuh yang menyerang dari luar, tapi bagaimana caranya ia mencegah gunung meletus dan mengusir wabah penyakit yang tidak dikenalnya" Maka seorang raja yang ingin tetap berkuasa harus membeli kekuasaannya dengan banyak cara, antara lain dengan sedapat mungkin memenuhi keinginan rakyatnya itu, selama itu bukan menahan banjir atau gempa bumi, misalnya dengan memenuhi kehendak rakyat yang menginginkan keseragaman igama. Itulah sebabnya ia turuti keinginan rakyat yang tidak senonoh itu, dengan menindas pemeluk igama yang lebih sedikit di wilayah kekuasaannya, meski pemeluk igama tersebut di luar wilayahnya jauh lebih besar. KEDUA, dan karena itu, ia harus membuat rakyatnya membutuhkan dirinya, membutuhkan kerajaannya, dan membutuhkan kekuasaannya. Bagaimana caranya rakyat membutuhkan perlindungannya" Seorang raja memikirkan cara yang paling menjamin kepentingannya untuk berkuasa: Sebarkan ketakutan yang hanya membuat rakyat membutuhkan perlindungan negara; jika rakyat memilih untuk pindah, maka ketakutan juga harus disebarkan di luar wilayah kekuasaannya, yakni di daerah takbertuanO Bagaimana caranya menyebarkan ketakutan" Aku telah melihatnya sendiri betapa bisa mengerikan penyebaran ketakutan demi kepentingan kekuasaan. Betapa kejam, betapa dingin, dan betapa tidak berhati. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku teringat kalimat yang kudengar malam itu: Tugas kita sudah mencapai maksudnya. Dihubungkan dengan kehadiran para pengawal rahasia istana, yang membuat para pekerja lebih tenang karena tiada lagi mayat terpotong-potong, kalimat itu meyakinkan sebagai bagian dari suatu rencana yang cermat. Gawat. Untuk membuat rakyat menyadari keberadaan negara, diperlukan suatu penyebaran ketakutan agar rakyat membutuhkan kehadiran para pengawal rahasia istana yang merupakan petugas negara. Dengan kata lain, terdapat suatu permainan sandiwara yang membutuhkan korban, yakni mereka yang dikorbankan menjadi mayat terpotong-potong! Ketiga, supaya sandiwara ini lebih meyakinkan, para pengawal rahasia istana tidak mendapat pemberitahuan sama sekali atas kebijakan tersebut. Selain karena ini akan membuat sikap mereka untuk me lindungi rakyat terlihat sungguhsungguh, juga karena jika mereka diberi tahu belum tentu akan setuju. Para pengawal rahasia istana bukanlsh sembarang prajurit atawa sembarang pengawal istana. Kata rahasia dalam sebutan itu berarti mereka adalah orang-orang pilihan, yang akan menjaga raja, pejabat tinggi, dan anggota keluarga istana dengan tingkat kewaspadaan tertinggi, tanpa diketahui seorangpun yang sekiranya mempunyai maksud buruk. Pernah terjadi dalam suatu iring-iringan, dan raja berada di dalam tandu di atas punggung gajah, sesosok bayangan mendadak berkelebat melayang ke atas dengan tombak pendek yang siap dilempar di tangannya. Pada titik tertentu ia akan melempar tombak itu dan tampaknya tidak akan ada sesuatupun yang menghalangi betapa sang raja akan menemui ajalnya hari itu. Namun sesosok bayangan putih berkelebat menggagalkan kemungkinan itu. Tepat pada saat sosok yang melayang ke atas terhenti pada garis yang sejajar dengan raja dan tombak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sudah terangkat ke belakang siap dilemparkan, bayangan putih itu tiba-tiba saja berada di hadapan calon pembunuh tersebut. Kejadian itu berlangsung begitu cepat dan tidak bisa diiikuti mata orang awam. Orang-orang yang berada di tepi jalan dan menyaksikan iring-iringan itu dengan lirikan, karena mereka semua bersujud, hanya melihat cahaya putih berkilatan ketika sebuah pedang dikeluarkan dari sarungnya. Bayangan yang membawa tombak tadi me layang turun kembali dengan dada terbelah. Ambruk ke bawah bersimbah darah. Sedangkan sosok bayangan putih tadi tetap berada di atas, berdiri di depan tandu, yang ternyata seorang peremuan berkain putih dengan pedang terhunus siap menghadapi segala kemungkinan. Sebenarnyalah para pengawal rahasia istana adalah orangorang pilihan dengan ilmu silat yang tinggi. KEBERADAANNYA sudah dikenal meski hanya dalam peristiwa yang sangat dibutuhkan seperti itu mereka terlihat melaksanakan tugasnya. Maka ketika pembunuhan yang tampak sengaja dilakukan untuk menakut-nakuti itu merajalela, kehadiran mereka yang seperti telah mengusirnya sangat terasa sebagai perlindungan negara. Mereka sendiri tidak mengira tentunya, sandiwara macam apa yang telah meminta banyak korban demi tersebarnya ketakutan. Kehadiran para pengawal rahasia istana membuat orangorang menjadi tenang, tenang dan tergantung kepada negara, sesuai dengan kehendak di balik sandiwara kejam tersebut. Kedatanganku tentu saja telah mengacaukan rencana besar tersebut, dan ini menghadapkan aku langsung kepada para pembunuh. Sebetulnya aku ingin membangkitkan kepercayaan diri rakyat, dengan muncul seolah-olah dari tengah mereka sebagai salah satu pekerja, meski tidaklah terlalu mudah membuat orang banyak percaya betapa terdapat seorang pendekar di antara mereka. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Betapapun, aku masih harus memeriksa satu perkara lagi, yang setelah beberapa saat kuakui takmungkin kudapatkan dengan pengakuan terbuka. Takseorangpun memperlihatkan perubahan perasaan kudekatkan dengan korban-korban pembunuhan mereka. Siapapun mereka, pemaksaan pengakuan akan membuat mereka bunuh diri dengan cara menekuk lidah mereka, dan aku tidak akan mendapat keterrangan apa-apa. ''Bawa mereka semuanya kemari,'' kataku, ''sudah tiba waktunya memberi mereka hukuman.'' Langit berubah warna. Aku ingin menyelesaikan persoalan ini sebelum hari terang, sebelum para pejabat istana datang dan menerapkan hukum mereka sendiri. Apa yang akan kulakukan, memang hanya dapat dilakukan dengan mengenal dunia persilatan. Mereka sudah dikumpulkan di hadapanku. ''Buka ikatan mereka,'' kataku. Tangan mereka diikat dengan tali rotan, sakitnya tentu bukan buatan. Mereka telah dilatih untuk me lepaskan diri dari ikatan seperti itu dengan mudah, tetapi dengan cara mengikat seperti itu, aku taktahu s iapakah kiranya ia yang akan mampu melepaskan diri. Setelah ikatan mereka dibuka, di wajah mereka terlihat harapan. Dengan ini saja kutahu mereka bukan anggota Kalapasa. Aku hanya harus melakukan sesuatu untuk membuktikan dugaanku. ''Kuberi kalian kesempatan hidup,'' kataku, ''dengan cara kalian semua bertarung melawanku.'' Mereka saling memandang, harapan makin terang di mata mereka. Tentu saja mereka adalah orang-orang yang belum sempat kulumpuhkan dalam penyergapan mereka yang secara keseluruhan harus dianggap gagal. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Apakah perjanjiannya"'' Salah seorang di antaranya bertanya. ''Jika aku tewas, siapa pun yang masih hidup berhak untuk Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo pergi dengan bebas.'' Seorang di antara mereka berteriak keras. ''Apakah pernyataan ini disaksikan"'' Terdengar jawaban serentak ribuan orang. ''Disaksikan!'' Maka kami pergi ke tempat yang lapang tanpa pepohonan. Senjata yang semula mereka bawa, sebuah pisau belati panjang, telah mereka pegang kembali. Seorang di antaranya telah mengenali aku, kini giliranku mengenal siapa mereka sebenarnya. Jika mereka anggota jaringan rahasia, kuragukan kemampuanku mengorek keterangan dari mulut mereka yang telah dilatih untuk bungkam dan menyimpan rahasia; tetapi dari pertarungan ini, aku akan mengetahui asal usul mereka dari jurus-jurus ilmu silatnya, dan kukira mereka juga tidak akan pernah menyangka! Mereka berduapuluh orang mengepungku dalam lingkaran. Setelah saling memandang sejenak segera bergerak dalam suatu jurus yang rupanya memang dibuat untuk dima inkan suatu kelompok. Mereka ternyata sangat terlatih, mereka bergerak memutariku sembari terus menyerang dan aku merasa seolah berhadapan dengan empatpuluh pedang secara bersamaan. Sembarang lawan akan segera terpotong-potong menghadapi jurus ajaib seperti itu. Mereka mengandalkan gelombang serangan yang berlekuk liku bagaikan liukan seekor naga. Meskipun dimainkan secara bersamaan, aku mengenal jurus yang sama ketika dimainkan satu orang, meskipun setiap orang itu pun telah membawakannya secara berlain-lainan. Sebagai pemegang Jurus Bayangan Cermin, aku memiliki kemampuan mempelajari suatu jurus dengan seketika saat itu juga, termasuk kemampuan mengenali TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ asalnya. Begitulah serangan bergelombang itu dapat kukenali sebagai pengembangan Ilmu Pedang Naga Hitam. AKU melenting dalam serangan dahsyat Ilmu Pedang Naga Hitam yang mengambil gagasan dari gerak seekor naga mengamuk dengan menyabetkan ekornya. Pada saat kita mengira berhadapan dengan suatu kepala, sabetan ekor yang mematikan akan menyambar dari belakang. Aku melenting ke sana kemari dengan senang hati, seolah-olah memberikan tontonan, padahal aku memang sedang sangat beriang hati karena telah menemukan jawab persoalan: Naga Hitam telah bekerjasama dengan jaringan rahasia Cakrawarti agar mendapat peran kekuasaan. Namun betapapun sakti dan besar pengaruh Naga Hitam sebagai tokoh dunia persilatan, dia bukanlah seorang negarawan. Untuk menggapai cita-citanya ia memanfaatkan jaringan rahasia Cakrawarti yang memang merembes ke mana-mana bahkan sampai ke dalam istana, untuk menjual jasa dan pengaruhnya di dunia persilatan. Kini taklagi uang yang diinginkannya, melainkan suatu peran dalam kekuasaan. Baginya menjadi penguasa wilayah Kubu Utara dalam dunia persilatan rupanya takcukup lagi. Astaga, benarkah pada akhirnya ia juga ingin menjadi raja" Itulah pertanyaanku: Mengapa seseorang ingin berkuasa" Adapun mereka yang begitu pandai berma in dengan kekuasaan di istana, memanfaatkan cita-cita Naga Hitam untuk memperkuat kedudukannya sendiri. Naga Hitam tidak pernah menyadari betapa jaringan rahasia seperti Cakrawarti sangat mungkin berma in dengan dua muka; di satu pihak ia melayani jasa untuk menghubungkan Naga Hitam dengan istana, di lain pihak ia melayani kepentingan istana untuk memhuat Naga Hitam tetap berjarak dengan kekuasaan, sementara Cakrawarti itu sendiri menjadi sangat penting peranannya dalam permainan kekuasaan. Jadi, Cakrawarti seolah-olah memberi jalan dan membantu Naga Hitam, seperti TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang terjadi ketika anggotanya menghancurkan kepercayaan terhadap Durga di daerah takbertuan; tetapi setiap saat Naga Hitam bisa ditinggalkannya menjadi musuh negara sendirian. Bagiku ini sungguh suatu permainan kekuasaan. Istana hanya akan memanfaatkan pengaruh Naga Hitam selama diperlukan. Pada saat jasanya untuk menyebarkan ketakutan tidak dibutuhkan lagi, para pengawal rahasia istana akan membasmi mereka dengan segala kekuatan. Istana dan raja menyebarkan ketakutan kepada rakyatnya sendiri melalui Naga Hitan, tanpa pernah bisa dibuktikan, karena tidak pernah berlangsung tatap muka manapun kecuali me lalui jaringan Cakrawarti dengan cara yang sangat penuh dengan kerahasiaan. Kekuasaan hanya sahih jika didukung oleh rakyatnya, tetapi rakyat Mataram yang dipekerjakan secara bergiliran membangun candi raksasa takbisa pergi. Rakyat terpaksa tinggal di tempat, karena sangat membutuhkan perlindungan kerajaan atas ancaman bahaya kejahatan yang sebenarnya disebarkan oleh kerajaan itu sendiri. Aku masih melenting-lenting, takpernah menapak tanah sama sekali karena setiap kali pisau panjang mereka menyambar dapat kupakai sebagai pijakan. Kadangkala aku terlihat, kadangkala juga tidak, sekadar usaha untuk membingungkan para pengepung. Mereka membentuk kesatuan gerak seperti naga yang melingkar-lingkarkan tubuhnya, menjepit yang di tengah dengan seketika. Pisau panjang mereka ibarat s isi tajam di atas punggung naga, s iap mematikan siapapun di tengahnya sampai terpotong-potong dengan seketika. Harus kuakui Ilmu Pedang Naga Hitam, dimainkan oleh satu orang maupun secara berkelompok seperti ini, memang ganas dan kejam; jika aku belum menguasai Ilmu Pedang Naga Kembar maupun Jurus Penjerat Naga, niscaya riwayatku sudah tamat sejak lama. Kini sudah kuketahui asal usul TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mereka. Aku sudah menemukan bukti bahwa Naga Hitam terlibat erat dalam penyebaran ketakutan dengan cara yang sangat kejam. Aku telah memberi mereka kesempatan untuk bisa tetap hidup, tetapi sudah saatnya riwayat mereka itulah yang kutamatkan. Dengan Jurus Bayangan Cermin kuserap segenap jurus dalam Ilmu Pedang Naga Hitam yang sudah mereka keluarkan, kukembalikan kepada mereka dengan kecepatan takterbayangkan. Diriku bagaikan menjadi empatpuluh orang yang bergerak bagaikan bayangan, setiap orang merasa dirinya menghadapi dua orang dari segala jurusan. Pada saat langit menjadi terang, duapuluh orang telah menjadi mayat bergelimpangan. Orang banyak bergerak seperti bermaksud memotongmotongnya, tetapi aku tentu saja menghalanginya. ''Mereka telah melawan dengan segala kemampuan,'' kataku, ''hormatilah mereka sebagai orang-orang yang telah berjuang.'' (Oo-dwkz-oO) Episode 57: [Kebudayaan dan Darah] AKU berjalan dalam hujan. Sudah beberapa hari kutinggalkan bukit yang kelak akan menjelma candi raksasa itu. Tidak bisa kubayangkan kapan pekerjaan besar itu akan selesai. Mengumpulkan batu dan menjadikannya kotak-kotak persegi panjang dalam ukuran-ukuran tertentu saja sudah memakan waktu lima tahun, dan itu baru dapat digunakan untuk mulai membangun dasar bangunan. Dari dasar itu akan terbentuk dinding, pada dinding itulah sedang dipahatkan cerita Maha Karmawibhangga yang bagiku terasa sangat mengesankan, karena bagiku adalah luar biasa bahwa batuTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ batu yang dingin dapat menggambarkan hangatnya kehidupan. Namun semua itu harus kutinggalkan, karena aku memang ingin me lanjutkan perjalanan. Para pengawal rahasia istana telah kembali hari itu juga karena berita datangnya pembunuh segera tersebar ke mana-mana. Begitu kulihat mereka datang, aku segera menghilang. Telah kutinggalkan lembaran lontar dengan tulisan di atasnya: carilah petinggi istana yang berhubungan dengan Cakrawarti dan membuat perjanjian dengan Naga Hitam agar anak buahnya menyebarkan kematian Mereka tidak akan segera mengerti permainan kekuasaan yang berlangsung, tetapi tentu akan mampu menyelidikinya sendiri. Aku tidak ingin berperan lebih jauh di luar batas ini. Aku hanyalah seorang pengembara, berusaha memperdalam ilmu silat dalam perjalanan, dan tidak tertarik sama sekali untuk mengabdi kerajaan. Kutinggalkan pemberitahuan itu bukan karena bermaksud ikut campur dalam permainan, melainkan karena kurasakan ketidakadilan. Para pembunuh berkepandaian tinggi merajalela tanpa lawan adalah keadaan yang mengenaskan. Biarlah para pengawal rahasia istana kini mendapat pekerjaan dan mengerahkan segala kemampuan. Mereka harus memburu dan mengobrak-abrik jaringan kejahatan Naga Hitam! Aku berjalan dalam hujan. Kubiarkan tetes-tetes hujan dari langit membasah kuyupi seluruh badan. Aku berjalan lurus ke utara karena aku ingin segera mencapai lautan. Namun aku sengaja tidak berlari kencang menggunakan Jurus Naga Berlari di Atas Langit karena ingin menikmati perjalanan. Penggambaran Maha Karmawibhangga pada dinding batu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ telah membuat aku tertarik untuk melakukan pengamatan terhadap lingkungan. Apakah yang telah diperhatikan oleh para jurupahat itu sehingga kehidupan sehari-hari yang juga kukenal dapat tergambarkan kembali dengan cara takterbayangkan" Kuperhatikan saat mereka bekerja, sebetulnya memang telah terdapat suatu rancangan keseluruhan yang menjamin keseragaman bentuk penggambaran, dengan cara menempatkan seorang pengawas pada setiap kelompok pemahat yang mengerjakan sepotong cerita. Setiap pengawas ini harus menjamin agar pengerjaan bagiannya akan menjamin ketepatannya sebagian bagian dari rancangan keseluruhan, begitu terus berlapis-lapis ke atas, sampai tinggal satu orang yang bertanggungjawab atas keutuhan rancangan; yang terkecil adalah bagian yang terbesar, tetapi yang terbesar adalah paduan segala hal sampai yang terkecil. Candi raksasa ini nanti akan menjadi sebuah pesan tentang kebesaran. Namun aku sekarang tertarik kepada yang terkecil. Begitulah sepanjang jalan kuperhatikan segala sesuatu yang telah dipahatkan sampai kepada yang sekecil-kecilnya. Apabila aku berjalan melewati pemukiman, segera kucari sesuatu yang juga telah dipahatkan, misalnya bentuk sebuah jembatan yang digunakan untuk menyeberangi sungai. Pada sebuah desa kulihat sebuah jembatan terbuat dari bambu dengan susun-bentuk yang sederhana, tetapi terlihat ramping, kuat, dan indah. Hanya terdapat satu bentuk jembatan nanti yang terdapat pada pahatan di dinding candi, yakni pada lantai keempat. JEMBATAN itu terikat kepada pancangan tiang bambu yang saling bertemu ujungnya sehingga berbentuk segitiga di kiri dan kanan jembatan, tempat jembatan itu tergantung. Ini sebuah jembatan gantung yang biasa terdapat di berbagai pemukiman dalam perjalananku, tetapi menyadarinya sebagai TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang satu-satunya dalam pahatan di seluruh candi, membuat aku bertanya-tanya: Bagaimanakah kelak jembatan itu akan berbicara" Bahkan pagar-pagar halaman bagiku tampak menarik hanya setelah melihatnya sebagai pahatan, dan memang hanya setelah melihat pahatan itulah aku kini mengamati pagar halaman yang sudah terlalu sering kulihat, tetapi tanpa makna seperti sekarang. Pagar yang dimaksud sebagai pembatas suatu halaman dengan halaman lain itu diungkapkan pada candi sebagai balok-balok batu atau kayu, yang ditanam atau disusun berjajar sepanjang batas halaman. Banyak sekali bentuk balok atau tiang pagar yang berencana mereka pahatkan pada dinding candi, hanya sebagian kecil yang sudah kulihat. Semuanya terbagi dalam berbagai jenis yang berhubungan dengan macam halaman tempat pagar itu ditancapkan. Kemudian tentu juga terdapat berbagai bangunan, yang dalam rancangan keseluruhan bahkan telah dihitung bahwa akan terdapat 147 gambar pahatan bangunan batu, 254 gambar pahatan bangunan kayu, enam gambar pahatan bangunan yang menggunakan logam, dan seperti telah diungkap, satu gambar pahatan jembatan bambu, selain juga 463 bangunan bentuk hiasan. Sebetulnya terdapat juga bangunan stupa, jumlahnya 31 gambar pahatan, tetapi aku sedang tertarik dengan berbagai bangunan dalam kehidupan sehari-hari, sesuatu yang begitu jauh bagiku yang dibesarkan dalam keterasingan, baik selama 15 tahun di Celah Kledung maupun sepuluh tahun dalam pengasingan diri di tempat terpencil ketika mendalami ilmu persilatan. Kuperhatikan bahwa bangunan kayu mempunyai susunan utama berupa rangka dari bahan kayu, tempat atap dan dinding-dindingnya diselesaikan dengan bahan kayu atau bambu, berdiri langsung di atas tanah atau di atas sebuah batur dari bahan batu. Bangunan yang pada rencana candi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terdapat 248 buah ini, merupakan susunan rangka yang mempunyai kolong atap miring dengan teritisan yang lebar, suatu bentuk bangunan yang menanggapi kelembaban. Bangunan-bangunan Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kayu ini terbedakan dalam pengelompokan berdasarkan atapnya, ada yang beratap pelana, ada yang beratap limasan, ada yang beratap limasan lengkung, ada yang beratap tajuk, ada pula yang beratap susun.7) Demikianlah sambil berjalan aku memperhatikan, mengamati, menghitung, dan mengelompokkan, dan terutama membayangkan bagaimana manusia memikirkan untuk akhirnya mendirikan semua itu sebagai bagian kehidupan mereka, lantas para pemahat memindahkannya. Mengetahui semua itu membuat diriku merasa penuh dengan semangat. Perjalanan menuju pengetahuan ternyata adalah perjalanan yang sangat membahagiakan! Atas dasar apakah para perancang gambar pahatan yang akan melingkari candi sampai empat tingkat ini menentukan isi penggambaran di dalamnya" APAKAH mereka membicarakannya bersama menghadapi gambaran keseluruhan rancangan, dan berkata, ''Masukkan rumah-rumah itu!'', ataukah seseorang telah menggambarkannya begitu saja dari dalam hati dan benaknya, dan baru kemudian dipertimbangkan bersama" Tentu ini bukan pekerjaan satu orang, tetapi tentu ada seseorang yang mempunyai peran menentukan, jika memang keadaannya demikian. Aku tidak cukup lama berada di sana untuk dapat mengetahui semuanya, tetapi aku masih dapat menggali pengetahuan dengan caraku sendiri. Maka kini aku memperhatikan bangunan yang menggunakan bahan logam. Bangunan berbahan logam adalah bangunan yang susunan utamanya rangka terbuat dari bahan logam, tempat bagian atapnya diselesaikan dengan bahan kayu. Pada gambar pahatan, bangunan bahan logam ini ditunjukkan dengan penyelesaian tiang-tiang kecil, yang bila TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dibandingkan dengan bagian yang disangganya, hanya dapat dibuat dengan rangka yang menggunakan bahan logam atau bambu. Kelompok ini bangunannya kecil-kecil, biasanya hanya memiliki empat tiang penyangga dengan atap pelana atau limasan. Bagian kaki dari bangunan ini diselesaikan dengan berbeda-beda. Ada bangunan yang berdiri di atas sebuah batur dari batu,8) ada pula bangunan-bangunan yang lantainya tidak langsung di atas tanah atau batur, tempat penyelesaian bagian kakinya merupakan panggung.9) Pada gambar pahatan, bangunan-bangunan ini semuanya diungkapkan dengan terdapatnya orang-orang yang sedang duduk di sekitarnya. Gambar-gambar pahatan itu terbayangkan kembali olehku pada saat melihat pemandangan yang digambarkannya, yakni orang-orang yang sedang duduk di sekitarnya itu. Dalam gambar pahatan batu, tentu kita tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tetapi sekarang aku dapat bergabung dengan orang-orang yang sedang duduk ini. Hujan telah lama berhenti, tetapi aku basah kuyup. Semula aku ragu-ragu bergabung karena merasa asing, tetapi seseorang dengan ramah mengajak aku duduk di dekatnya. ''Pengembara sunyi, istirahatlah di sini, dengarkanlah cerita Bapak Tua ini, sambil makan pisang,'' katanya. Aku pun mendekat, tetapi hanya berdiri di belakang, mengambil ses isir pisang, karena kainku yang masih basah kuyup. Tentu bisa kukeringkan segera dengan tenaga dalam yang kupancarkan dari tubuhku, tetapi itu akan terlalu menarik perhatian, meski perhatian semua orang sedang tertuju kepada orang yang bercerita. ''Ya, aku ikut dalam serangan seribu kapal kita tahun 767 ke negeri Champa yang mengerikan itu.11) Seribu kapal mengarungi lautan selama duapuluh hari. Hujan angin dan badai gemuruh kami tembus dengan bernyali, meski banyak di antara kami yang baru pertama kali berlayar dan mabuk laut TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dengan muntahan yang takbisa ditahan lagi. Kami memasuki sebuah teluk dan melayari sungai masuk ke pedalaman, langsung menyerbu istana ketika rajanya taksadar sama sekali akan terdapat suatu serangan. Di sana kita telah menjadi orang-orang yang ganas. Penduduk setempat menyebut orang-orang Yawabhumipala sebagai orang-orang berkulit gelap yang lebih menakutkan dari kelelawar penghisap darah, yang kejam dan buas seperti Yama, datang dengan kapalkapal, membawa pergi Mukhalingga dari Dewa, dan membakar kediaman Dewa bagaikan pasukan bersenjata Daitya melakukannya di surga. ''BERIBU-RIBU pemakan daging manusia datang dari negeri-negeri jauh dengan kapal-kapal dan menghancurkan arca serta gambar-gambar pahatan. Kita menyerang mereka lagi pada tahun 787 dan membakar kuil Bhadradhipsatisvara.13) Jangan heran jika siapapun dari kita yang pergi ke sana akan menerima sikap bermusuhan.'' ''Apakah mereka akan menunjukkannya"'' ''Mereka akan menunjukkannya bila sudah merasa kuat, dan kurasa mereka sedang menggalang kekuatan untuk itu. Namun lebih berbahaya tentu sikap bermusuhan yang tidak ditunjukkan, karena saat itulah kita akan ditusuk dari belakang. Jadi kulepaskan kalian jika ingin mencari pengalaman maupun berdagang, tetapi hati-hatilah. Ketahuilah bahwa setiap bangsa juga ingin merdeka, bebas dari penjajahan bangsa manapun jua.'' Aku tertegun dan mendadak kembali merasa rendah diri dengan sempitnya wawasanku. Banyak orang telah berlayar dan berperang menyerbu negeri-negeri yang jauh, tetapi aku masih sibuk berkecimpung dalam dunia persilatan sahaja. Rasanya rela aku melepaskan segenap ilmu silatku, tetapi digantikan dengan kesempatan mengembara sejauh-jauhnya, nun jauh ke balik cakrawala, yang tidak dapat kulakukan karena riwayat hidupku bagai selalu terlibat dengan urusan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Naga Hitam. Itulah yang selalu membuat aku ragu, tidakkah sebaiknya aku menyelesaikan urusanku dengan Naga Hitam dan menantangnya bertarung untuk suatu penentuan siapa akan terus hidup dan siapa sebaiknya mati" Ataukah kubiarkan saja Naga Hitam terhukum oleh pengkhianatan atas kependekarannya sendiri, dengan membuat jaringannya dimusnahkan para pengawal rahasia istana seperti yang telah kulakukan" Aku mencoba mengatasi rasa rendah diri itu dengan sikap rendah hati. Siapakah aku sebenarnya yang harus mengetahui dan mengalami segala hal bagaikan seorang prajurit utama sekaligus orang terpelajar, sehingga harus merasa begitu bodoh karena tidak mengetahui segala sesuatu yang dianggap penting di dunia ini" Kiranya aku harus merasa tidak ada pusat dunia, supaya aku yang berada jauh darinya tidak merasa berada jauh dari segalanya. Sebaliknya mungkin lebih baik aku merasa, bahwa di mana pun tempat aku berdiri, di situlah pusat dunia berada. Kenapa tidak" Bukankah adanya dunia ini bagi kita dapat dan memang telah ditentukan oleh sudut pandang kita" Aku tidak harus meminjam mata orang lain untuk memandang dunia, dan akupun tidak harus meminjam kata-kata siapapun jua di dunia ini untuk merumuskan dunia. ''Kita harus menjadi diri kita sendiri,'' ujar orang yang disebut Bapak Tua itu yang terasa tiba-tiba, tentu saja karena sementara tenggelam dalam pemikiranku sendiri tidak kuikuti perbincangannya. (Oo-dwkz-oO) AKU melanjutkan perjalananku dan suatu ketika melewati bangunan-bangunan batu. Banyak sekali bangunan batu yang sudah ambruk dan tidak dipergunakan lagi, begitu juga bangunan batu yang masih dapat dipergunakan tetapi ditinggalkan dan tidak dihuni. Kuperhatikan bangunanbangunan batu itu juga banyak terdapat dalam gambar pahatan. Mulai dari yang bisa kita sebut sebagai bangunan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ satu bilik, yang terbagi lagi menjadi yang tanpa bilik pintu dan yang dengan bilik pintu; bangunan satu bilik dengan bilik pintu tanpa pelipit bawah, bangunan satu bilik dengan tiga relung kecil dan bilik pintu, bangunan satu bilik dengan tiga relung besar dan bilik pintu, bangunan satu bilik dengan tiga relung besar dan bilik pintu dengan emper tertutup, bangunan satu bilik dengan pelipit yang disangga oleh tiang tanpa bilik pintu; sampai bangunan tiga bilik yang terbagi sebagai bangunan tiga bilik tanpa bilik pintu dan bangunan tiga bilik dengan bilikbilik tambahan pada kedua samping bangunannya tanpa bilik pintu.15) INI belum semua, masih terdapat bangunan bertingkat dua dengan enam bilik, yang jenisnya terbagi masing-masing bangunan bertingkat dua dengan enam bilik tanpa bilik pintu, bangunan bertingkat dua dengan enam bilik dan bilik pintu bertingkat yang terbuka, bangunan bertingkat dua dengan enam bilik dan bilik pintu yang bertingkat, maupun juga bangunan yang tidak berbilik. Terakhir, terdapat juga bangunan satu bilik dengan denah segi enam tanpa bilik pintu. Semakin jauh aku berjalan, semakin banyak yang kutemukan dan kuendapkan, semakin penuh kepalaku dengan gagasan berkelebatan. Apakah aku harus berhenti berjalan, tekun dalam pembacaan, dan meninggalkan dunia persilatan" Namun aku sudah terlanjur dibesarkan dalam asuhan sepasang pendekar, yang meskipun sangat menghargai ilmu pengetahuan yang manapun, dan selalu mempelajarinya dalam setiap kesempatan, seperti mereka ingin memberi contoh padaku, tetaplah jalan kependekaran yang mereka tempuh sebagai jalan kehidupannya. Semua manusia harus mati dan seorang pendekar mendapatkan kesempurnaan dalam kematian melalui pertarungan. Inikah yang membuat aku menjadi jauh dari ilmu pengetahuan" Sempat kukenal bahwa dunia ilmu pengetahuan adalah dunia yang dingin dan sepi, dalam usaha keras perenungan manusia demi penemuan dan penjelajahan bagi peningkatan kemanusiaan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku berada di depan sebuah bangunan tanpa bilik, dan sedang berpikir untuk berhenti dan merenung, ketika sebuah angin pukulan dahsyat menyerang dari belakang. (Oo-dwkz-oO) Episode 58: [Kematian dan Kehormatan] AKU melesat jungkir balik ke atas, langsung ke belakang manusia yang mengirim angin pukulan dahsyat itu. Melihat arah pukulannya, tampaknya ia bermaksud membunuhku dengan seketika. Seperti juga dirinya, dalam ilmu silat tangan kosong dipelajari titik-titik terlemah pada tubuh manusia, yakni 36 titik yang menyebabkan kelumpuhan sementara, 18 titik yang menyebabkan kelumpuhan selamanya, dan sembilan titik yang langsung menyebabkan kematian. Adapun angin pukulan ini tampak terarah, mengarah langsung kepada sebagian dari titik-titik kematian tersebut. Berarti kepadanya pun aku tidak perlu memberi ampun. Kudorongkan pukulan Telapak Darah ke depan. Namun rupanya iapun mampu melesat jungkir balik ke atas dan langsung berada di belakangku dan lagi-lagi mengirimkan pukulan mematikan, tetapi kini dengan kedua tangan. Aku tak mau menghindar seperti tadi, karena tentu lagi-lagi nanti ia akan berada di belakangku lagi, maka aku pun berbalik untuk mengadu tenaga! Rrrrrrrrtt! Kedua telapak tanganku merekat dengan kedua telapak tangannya, dan akupun terhenyak. Maksud hati mengadu tenaga, yang terjadi adalah tenagaku bagaikan diserap! Itu kejutan pertama. Kejutan kedua, yang kuhadapi adalah seorang perempuan! Aku memang masih baru mengembara di rimba hijau dan sungai telaga dunia persilatan, tetapi jika TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terdapat seorang perempuan pendekar dengan tingkat ilmu setinggi ini, setidak-tidaknya aku seharusnya sudah pernah mendengar ia punya nama. Tangan yang menyerap itu membuat aku terkesiap. Apakah itu berarti tenaga dalamku terserap olehnya, seperti aku mampu menyerap ilmu silat lawan dengan Jurus Bayangan Cermin" Jika memang demikian, takterbayangkan betapa dahsyat tenaga dalam yang telah dimilikinya! Mengetahui kemungkinan semacam ini, seharusnya aku melepaskan tenaga dalamku, sehingga tak ada sesuatu pun yang dapat diserapnya, dan apalagi dikembalikan kepadaku dengan tambahan tenaga dalam yang dimilikinya pula! Akibatnya akan sangat berbahaya bagi diriku, aku bisa terjengkang muntah darah. Namun jika tenaga dalamku kulepaskan, itu juga berarti pertahanan diriku terbuka, dan tanpa tenaga dalam apalah artinya nyawa dalam pertarungan tingkat tinggi seperti ini" Aku harus bergerak secepat pikiran. Jika pikiranku lambat, itulah saat sang maut akan membabat. MAKA memang kulepaskan tenaga dalamku, tetapi sebelum Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo perempuan pendekar tersebut memanfaatkan peluang atas kekosonganku, aku telah bergerak lebih cepat dari kilat, mengirimkan lima jenis pukulan yang serentak berkembang menjadi 55 pukulan. Namun perempuan pendekar ini memang hebat. Bukan saja seluruh seranganku dapat dihindarinya, tetapi ia mampu menyerangku pula. Aku meningkatkan kecepatan sampai kepada taraf yang belum pernah kulakukan, ibarat mata yang ketika berkedip hanya akan melihat bayangan sosok ketika sosoknya telah berkelebat, aku dapat kembali kepada bayangan sosok itu sebelum menghilang, dan tetap meninggalkan sosok bayangan baru, yang semuanya terjadi tak sampai satu kedipan. Namun perempuan pendekar ini dapat mengimbangiku. Sungguh lawan yang sepadan denganku, meski satu kunci TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ permainan telah kupegang: Jangan mengadu tenaga dalam! Kukira kemampuannya menyerap tenaga dalam telah menewaskan banyak lawan tangguh, jika ia memang menyerang semua orang seperti ke-tika menyerangku sekarang ini. Aku mengembangkan kecepatan pada taraf yang sangat tinggi, sehingga tak ada satu pun pukulan mematikannya mengenaiku; tetapi pukulan-pukulanku pun tak ada yang mengenainya, meski kuakui tak ada satu pun seranganku yang mematikan. Namun aku pun harus mengakui, jika kukirimkan pukulan yang dapat menewaskannya seketika, pada salah satu dari sembilan titik kematian di tubuhnya, kukira belum tentu pula aku akan dapat mengenainya. Tiba-tiba aku mendapat akal untuk memancingnya, dengan berlari memutari bangunan batu tanpa bilik itu. Jika ia mengikutiku, maka aku akan berbalik menyerangnya dengan mendadak, dan saat itu kukira aku akan mendapat peluang yang tak sampai sekedipan mata untuk menotok titik di tubuhnya yang akan membuat ia lumpuh untuk sementara; tetapi yang terjadi justru sebaliknya, pada saat aku melesat dan menoleh ke belakang, ia muncul di depanku dengan serangan yang kecepatannya melebihi cahaya. Dengan sisa waktu yang kumiliki, aku memiringkan tubuhku, meluncur tepat di bawah tubuhnya yang kini menjadi lewat di atasku. Pada saat itu, seketika waktu serasa begitu lambat, bagai tiada lagi yang lebih lambat dari kelambatan ini, karena dalam kecepatan seperti itu aku ternyata mampu membuka ruang pikiran di dalam kepalaku. Begitu dekat tubuhnya berpapasan dengan diriku, sehingga terhirup olehku bau tubuhnya yang semerbak dengan harum melati. Kukatakan bau tubuh dan bukan bau bunga, karena memang tubuhlah yang serasa terbaui oleh indera penciumanku, dan bukan bunga melati. Hanya tubuh, yang dilibat kain putih, dan hanya putih, semerbak tubuh yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dibalut kain yang seperti telah diasapi pewangi, suatu wewangian yang tidak tajam, tetapi mengendap meyakinkan memberikan kesan suatu keanggunan... Bagaikan aku dapat meraba tubuhnya itu, tubuh yang dibalut kain putih longgar di pinggang, perut terbuka dan terlihat anting-anting di pusarnya, tetapi kembali berkain ketat membelit pada payudara. Supaya tidak bergerak-gerak naik turun tentunya dalam pertarungan, menyisakan pemandangan lembah maut memutih yang sangat mendebarkan. Siapalah yang akan tega memusnahkan keindahan seperti ini dari muka bumi" Hanya ancaman mautlah yang membuat siapa pun akan tersadar, betapa keindahan yang tersaksikan dalam pertarungan antara hidup dan mati itu adalah keindahan maut adanya... Namun tidakkah maut itu sendiri barangkali sesuatu yang indah" Jika tidak, mengapa banyak orang begitu tertarik untuk bermain-main dengan maut" Tubuh berbalut kain putih itu mengalir di udara dengan lambat. Serasa ingin dan serasa bisa kusentuh kulitnya yang kecokelatan karena terbakar matahari. Jika ia tinggal di istana, ia lebih dari layak menjadi seorang putri raja, tetapi ia seorang pendekar, tentunya pendekar pengembara yang telah meninggalkan gua pertapaan dan kenyamanan atap perguruannya. Pinggangnya yang ramping tampak semakin ramping oleh tali kulit yang mengikatnya. Punggungnya terbuka, tetapi tertutupi rambut lurus panjang lebat hitam yang pada samping kiri dan kanannya dijepit sisir kulit penyu. Baru kusadari ternyata di atas pusarnya yang beranting-anting terdapat rajah seekor kalajengking. Sempat kuembus kulit perutnya dalam perpapasan itu. Waktu kembali berkelebat cepat. Siapa yang bisa menghalangi waktu" Tentu saja ia tahu telah kutiup perutnya dengan embusan dari mulut yang hangat dan ini memancing TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kemarahan jika tidak ingin mengatakannya naik pitam. Kini ia tak bergerak. Akupun tak bergerak. Kami mendadak terpaku. Ia menatapku dan aku menatapnya. IA berusaha menguasai diriku, jadi aku pun harus menguasai dirinya. Ia menggunakan tatapan mata ular yang dingin, menyihir, dan s iap memagut dalam setiap kelengahan. Patukan berbisa, apakah yang dapat menjadi lawan" Kutatap ia dalam tatapan mata elang, tatapan yang dapat melihat ikan berenang di dalam air dari atas gunung. Tatapan tanpa sihir, tatapan untuk melihat dengan nyata, untuk mencakar dan menerkam. Kami bertatapan dengan mata tajam. Siapa pun yang memiliki mata batin untuk melihat pertarungan ini akan dapat menyaksikan betapa seekor ular berbisa tanpa ampun telah tersambar oleh cengkeraman elang. Betapa elang itu akhirnya terbang tinggi dengan seekor ular meronta-ronta dalam cengkeraman cakarnya. "Bah!!!!!" Ia berteriak agar pemusatan pikiranku buyar, lantas menerjang dengan jurus-jurus pagutan ular yang mematikan. Tiada lagi yang bisa kulakukan selain mengimbanginya dengan Jurus Tarian Elang Emas yang sangat jarang kugunakan, bahkan inilah kurasa untuk kali pertama aku memainkannya. Dalam ilmu persilatan terdapat dua bentuk pembelajaran yang disampaikan bersamaan: pertama, mempelajari jurus-jurus mulai yang paling dasar sebagaimana murid mana pun dalam setiap perguruan; kedua, mempersiapkan seorang murid agar dapat menerima tenaga bantuan secara gaib dalam keadaan terdesak, bahkan terdapat pula kemungkinan tenaga gaib ini akan datang sendiri tanpa harus dipanggil, jika keadaan memang membutuhkannya. Kiranya jiwa ular telah dipanggil atau dengan sendirinya merasuk ke dalam tubuh perempuan pendekar yang luar biasa ini, yang tidak bisa diatas i tanpa mengundang tenaga gaib juga. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku memang dipersiapkan oleh Sepasang Naga dari Celah Kledung agar mampu melakukannya jika menghadapi lawan yang juga menggunakannya. Pada setiap hari pasar tertentu selama tujuh kali berturut-turut, mataku diolesi dan ditetesi cairan ramuan tertentu dari tumbuh-tumbuhan yang sepintas lalu dapat mengakibatkan kebutaan, meski yang terjadi justru kemampuan melihat sesuatu yang berada di luar jangkauan pandangan orang awam. Jika semula mata kami bertatapan, tetapi hanya bertarung di dalam pikiran; maka kini tubuh kami bertarung, tetapi mata kami terpejam, karena dalam keterpejaman terlihat sosok yang mengajak kami memainkan segenap jurus yang kami keluarkan. Maka kini bukan kami lagi yang bertarung, melainkan tubuh kami yang mewakili jiwa ular berbisa dan jiwa e lang emas. Dalam keterpejaman, kusaksikan Elang Emas itu menari, mengangkat kedua sayap dan menerjang dengan cakar; dalam keterpejaman tubuhku bergerak seperti menari tetapi menghajar. Di antara sesama tenaga bantuan yang gaib, siapakah yang akan menang" Pasangan pendekar yang mengasuhku berkata, setidaknya terdapat lima jiwa yang berhubungan dengan ilmu s ilatku yang dapat kupanggil, yakni jiwa ular, jiwa harimau, jiwa kera, dan jiwa buaya, dengan jiwa elang emas sebagai tenaga gaib utama. Benarkah terdapat suatu jiwa semacam itu di dalam dunia ini yang dapat dipanggil" Adapun yang kualam i hanyalah, aku melihat elang emas yang mengajakku bermain silat dan menirukannya -bahkan aku tidak melihat lawanku sama sekali! Maka tiada yang dapat kuceritakan selain kesaksian atas gerakan Elang Emas yang pada dasarnya tidak pernah kulihat maupun kupelajari, tetapi yang telah disiapkan oleh pasangan pendekar yang mengasuhku agar dapat dipergunakan bilamana perlu. Jurus Tarian Elang Emas yang dibawakan jiwa elang emas kini kusaksikan tanpa dapat kuterjemahkan secara tepat dalam penceritaan; aku tak dapat mengatakan jurusjurus itu dibawakan oleh seekor elang ataupun manusia, tetapi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dapat kusampaikan bahwa jurus-jurus dibawakan oleh manusia elang. IA tak bersayap tetapi bertangan, ia tak bercakar tetapi berkaki; tangannya tak menjadi sayap tetapi mencakar, kakinya tak menjadi cakar tetapi menerbangkan tubuhnya dengan jejakan dan lentingan seekor burung elang yang menyambar dari udara tanpa suara dan tanpa peringatan. Tidakkah maut ternyata penuh keindahan" Tiada heran para pendekar suka berdekat-dekat dengan kematian, kiranya keindahan maut telah menjadi pesona tak terbayangkan. Kemudian kurasakan terjadinya suatu benturan dahsyat. Aku membuka mata seperti orang yang bangun tidur. Rupanya keadaan yang sama juga terjadi dengan diri perempuan pendekar itu. Namun kini terdapat orang ketiga. Rupanya dialah yang telah memisahkan kami, dengan menahan benturan dengan kedua tangan dari samping kanan dan kiri. Tentu saja tingkat tenaga dalamnya tidak terbayangkan. Ia seorang tua dengan jenggot melambai-lambai. Ia mengenakan caping dan wajahnya seperti seorang petani. Ia membuka caping dan mengipas-ngipas seolah kepanasan, padahal hari telah semakin sore dan udara sejuk. Ia berbusana seperti orang kebanyakan, tetapi ibuku pernah berkata untuk berhati-hati terhadap siapa pun yang berusaha menyembunyikan dirinya dari kejelasan kepribadian. ''Lawan yang paling sulit dikalahkan adalah lawan yang paling sulit diduga,'' katanya. Maka aku pun mempersiapkan diri untuk keadaan yang paling buruk, karena kini aku berhadapan dengan dua lawan. Namun agaknya justru orang tua berjenggot melambai itulah yang menetapkan kami sebagai dua lawan. ''Heheheheheh! Dewa yang Agung memberikan aku berkah untuk bertemu lawan seperti kalian! Sampai setua ini aku TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ malang melintang dalam dunia persilatan, tak seorang pun kuanggap pantas sebagai lawan. Namun aku telah mengawasi pertarungan kalian dari tadi, dan dapat kuketahui s iapa kalian. Berhadapan satu lawan satu, kalian tak punya harapan, tetapi jika kutantang kalian sekaligus berdua, kuharapkan kalian dapat membunuhku.'' Perempuan pendekar itu mendengus dan meludah. ''Cuih! Tua bangka tidak tahu diri! Siapa sudi membunuh orang tua seperti kamu! Tidak ada hakmu menyuruh aku membunuhmu! Lagipula aku tidak punya keuntungan apa-apa dengan membunuh jiwa lapukmu itu!'' Orang tua itu terbatuk-batuk dan juga meludah, tetapi ini bukan sebagai penghinaan, melainkan tampaknya karena memang sakit paru-paru yang parah, sebab kuperhatikan yang diludahkannya adalah darah. ''Para pendekar, tolonglah aku, lawanlah aku dan bunuhlah aku, agar aku mati sebagai seorang pendekar...'' Suaranya sekarang serak, mungkin karena sakit, mungkin juga karena menahan tangis. ''Telah bertahun-tahun aku mencari lawan yang bisa membunuhku, karena aku benar-benar ingin mati, tetapi tiada satu pun dapat mengalahkan aku dan dapat membunuhku, sedangkan seorang pendekar sejati tak dibenarkan mengalah sekadar supaya dirinya terbunuh. Jadi kucari pertarungan terhormat untuk kematianku. Aku sudah tidak tahan dengan sakitku, tetapi aku tidak juga mati. Para pendekar muda yang terhormat, telah kudengar nama Pendekar Tanpa Nama dan Pendekar Melati dibawakan angin lembah sepanjang sungai telaga dunia persilatan. Lawanlah aku, bunuhlah aku, agar kudapatkan kematian dalam kesempurnaan.'' Ah! Itulah rupanya Pendekar Melati! Aku telah mendengar bagaimana namanya menjadi perbincangan dari kedai ke kedai sebagai perempuan pendekar takterkalahkan. Namun TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ keberadaannya sebagai perempuan telah membuat ia selalu menyerang, karena tidak seorangpun lelaki pendekar merasa pantas menantangnya. Demikianlah kudengar perbincangan dari kedai ke kedai. ''Bertarung melawan perempuan" Jika menang dianggap tidak tahu malu, jika kalah lebih memalukan lagi! Menantang perempuan sesakti apa pun belum pernah dilakukan dalam dunia persilatan!'' Sebaliknya, jika Pendekar Melati menantang, juga tidak seorang pun bersedia melayaninya. Adapun sebagai pendekar yang menempuh jalan persilatan untuk mencapai kesempurnaan, ia membutuhkan pertarungan agar mendapat pengakuan. Maka suatu cara telah dilakukannya untuk memaksakan pertarungan, yakni selalu menyerang lawan yang telah ditentukannya. Begitu rupa mematikan serangannya, Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sehingga siapa pun lawannya harus mengeluarkan seluruh ilmu silatnya jika tidak ingin menemui kematian. Itulah rupanya yang telah dilakukannya kepadaku, sampai kami mencapai tingkat pertarungan yang tak pernah terbayangkan. ''Aku menentukan lawanku sendiri, tidak seorang pun menentukan siapa yang akan kutantang.'' ''TAPI dikau kutantang, wahai perempuan pendekar, bukankah selama ini tidak seorang pendekar pun sudi menantangmu" Aku memohon kehormatan, tetapi akupun memberimu kehormatan. Tolong, kalian berdua, lawanlah aku.'' Pendekar Melati meludah lagi. Matanya yang tajam berapiapi. ''Kehormatan apa yang akan didapatkan dengan membunuh seorang tua bangka penyakitan" Dan dikau meminta aku membunuhmu dalam pengeroyokan! Jika dikau seorang pendekar yang sudah makan asam garam sungai TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ telaga dunia persilatan wahai orang tua, maka dikau tahu itulah suatu penghinaan! Aku lebih suka dikau berdua yang melawan diriku seorang! Minggirlah orang tua! Aku masih harus melanjutkan pertarungan!'' Lantas ia menghadap ke arahku, seperti bersiap melakukan serangan. Aku meningkatkan kewaspadaan, karena siapa pun orang tua itu, jelas ilmunya tinggi sekali. Jika yang terjadi adalah diriku yang terpaksa menghadapi serangan, dari orang tua itu maupun dari Pendekar Melati, sungguh aku harus mengerahkan segenap kemampuan. Namun orang tua itu membanting capingnya ke tanah, lantas menjejakkan kakinya dengan akibat yang tidak pernah terbayangkan. Suaranya berdentam dalam dan mendebarkan, bahkan bumi pun serasa bergoyang. Ia menggeram dan tampak menjadi amat kejam. ''Hmmmmmhh! Pendekar Melati! Dikau telah menghina seorang tua! Aku akan memaksamu menghindari kematian hanya dengan pertarungan!' Lantas ia menegakkan tubuhnya, memasang kuda-kuda dengan hentakan kaki yang lagi-lagi mendebarkan jantung dan membuat bumi bergoyang. Hentakan yang sangat mungkin meruntuhkan nyali! ''Pendekar Tanpa Nama dan Pendekar Melati! Bersiaplah menghadapi Raja Pembantai dari Selatan!'' Nama itu membuat bulu kudukku meremang, dan kulihat juga Pendekar Melati matanya terbelalak. Orang tua yang kini tampak seperti algojo itu menyentakkan kedua tangannya ke depan, maka dari dalam tangannya, betul-betul dari dalam tangannya, muncul sepasang pedang hitam. Nama itu sudah lama sekali tidak terdengar, tetapi nama itu memang nama yang sangat mengerikan, karena berkaitan dengan pembunuhan beribu-ribu orang! TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sepasang pedang hitam itu digenggamnya erat-erat. Warna hitam pedang itu terbentuk karena racun bercampur darah. Lantas ia sekali lagi menggeram. ''Janganlah sekedip mata pun kalian kehilangan kewaspadaan, karena kalian dapat mati dengan kesakitan tak terbayangkan!'' (Oo-dwkz-oO) Episode 59: [Wabah Kencana] SEPASANG pedang hitam yang muncul dari dalam tangan itu mendadak berputar bagai angin puting beliung. Bukanlah betapa kehitamannya merupakan campuran darah dan racun, melainkan bahwa hawa racun yang dikeluarkan pedang yang lebih berbisa dari segala bisa itu dapat membunuh bahkan tanpa lawannya itu harus tergores. Udara berbau amis, bukan amis ikan, tetapi am is racun binatang yang tidak mudah dijelaskan seperti apa baunya, yang jelas baunya sangat memualkan. Aku yang baru saja bertempur melawan Pendekar Melati dengan segenap keharuman melatinya, bagaikan berpindah mendadak dari taman bunga ke tempat penimbunan mayat-mayat yang sudah membusuk. ''Huuuuueeeeeeeekkkk!'' Pendekar Melati yang perkasa dan dalam kenyataannya belum dapat kutundukkan itu ternyata tidak tahan dengan baunya. Ia terpental keluar lingkaran dan muntah-muntah, sama sekali bukan karena kalah tenaga karena benturan senjata, melainkan melulu karena bau amis tersebut. Lebih berbahaya lagi karena keamisan tersebut menunjukkan tingginya tingkat racun. Bagi Pendekar Melati yang tenaga dalamnya tinggi, bukan masalah besar baginya untuk menahan resapan racun yang terhirup agar tidak memasuki TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ paru-parunya, tetapi itu tidak berarti ia juga akan tahan terhadap baunya! Raja Pembantai dari Selatan yang mencari kematian itu sebenarnya menyerang kami berdua bukan tanpa alasan. Seperti dikatakannya, berhadapan satu lawan satu, menurut perhitungannya ia pasti akan mampu mengalahkan kami; sebaliknya, berhadapan dengan kami berdua sekaligus, gabungan ilmu kami akan mampu menundukkan dirinya, yang berarti juga menewaskannya, dan memang itulah yang dicarinya. Maka sangat berbahaya bagi Pendekar Melati jika dalam keadaan muntah-muntah itu Raja Pembantai dari Selatan itu masih merangseknya pula. Pendekar Melati nyaris hanya bertahan, berkelit ke sana dan kemari dengan ilmu meringankan tubuhnya yang tinggi, tetapi bau amis telah membuyarkan pertahanannya. Kedudukannya sangat berbahaya. MAKA segera kusambar dua batang bambu kuning yang sembarang tergeletak dan segera kudesak Raja Pembantai dari Selatan itu dengan Jurus Dua Pedang Menulis Kematian. Ia terpaksa melepaskan perhatiannya dari Pendekar Me lati dan menghadapiku. Dalam keadaan biasa, apalah artinya batang bambu kuning menghadapi dua pedang hitam yang keluar dari tangan Raja Pembantai dari Selatan, tetapi kali ini kedua batang bambu ini telah berisi tenaga dalam, yang dengannya kumainkan Jurus Dua Pedang Menulis Kematian yang telah kukembangkan, yakni memainkannya dengan pernafasan pranayama yang bukan hanyamampu membuatku berjaya mengarahkan pukulan, tetapi juga memunahkan hawa racun dari serbuk pedang yang bertaburan setiap kali beradu. Setiap kali kedua pedang itu beradu dengan senjata lawan, serbuk hitam selembut tepung berhamburan dan bertaburan di gelanggang pertarungan, dan meracuni seluruh lingkungannya, sehingga dapat kubayangkan bagaimana TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ segala cerita tentang Raja Pembantai dari Selatan ini ternyata merupakan kebenaran. Demikianlah cerita itu kudengar dari masa kecilku maupun kudengar dari kedai ke kedai, bahwa apabila Raja Pembantai ini bertarung, maka bukan saja musuhnya yang akan tewas dengan tubuh mencair atau menghitam atau melepuh atau terjulur lidahnya dan terloncat bola matanya karena kejahatan ia punya bisa racun, tetapi juga penonton. Seluruh penonton di tempat itu akan ikut mati karena segenap udara ikut beracun. Dapat dibayangkan kekejaman Raja Pembantasi ini, karena dengan sengaja ia takhanya membunuh manusia, tetapi juga seluruh makhluk hidup di tempat ia datang meminta korban. Konon ia mempelajari ilmu gaib yang memerlukan korban. Konon pula gurunya yang gaib itu, seorang tua bungkuk yang bisa tiba-tiba tampak dan tiba-tiba menghilang, memberi syarat persembahan korban manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan yang dibunuh dengan sekejam-kejamnya, jika ingin selalu menang dalam pertarungan. Maka dengan selesainya pertarungan Raja Pembantai bukan hanya lawan dan para penonton yang tewas, tetapi segenap lingkungan hidup hancur musnah. Mayat-mayat ratusan manusia seisi desa, lelaki perempuan, tua muda, besar kecil, orang sehat atau orang sakit, orang waras atau orang gila, nenek bungkuk maupun ibu muda yang masih menyusui bayi, berikut bayi-bayinya, bergelimpangan begitu saja seperti tumpukan sabut kelapa; bangkai-bangkai hewan piaraan maupun binatang liar mulai dari ayam, bebek, sapi, kerbau, kambing, babi, anjing, sampai ular, kadal, bajing, burung-burung, serangga, dan bekicot merata di mana-mana, monyet jatuh dari pohon, kelelawar jatuh dari udara, dan ikan di sungai meloncat keluar hanya untuk menggelepar takseorang pun akan memakannya. Tanah menjadi tandus dan mati, pepohonan yang manapun, pohon maupun semaksemak, buah-buahan maupun bunga-bungaan, layu dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ meranggas, atau juga menjadi putih mencair dan lengket menjadi racun jua adanya. Jadi ia memang seorang mahadiraja pembantaian terkejam yang pernah kudengar. Pernah suatu ketika pasukan kerajaan memburu dan berhasil mengepungnya di sebuah desa yang sudah mati, tinggal gubuk-gubuk kosong yang reyot dan miring. Tidak kurang dari seribu prajurit yang datang dari empat penjuru mengepungnya di situ. Sejak pagi ia takkeluar juga semenjak terdesak pada malam harinya, tetapi pasukan itu pun takberani maju karena tahu bahwa racun akan membunuh mereka dengan siksaan yang sakitnya taktertahankan. Jika ia disebut Raja Pembantai dari Selatan, itu karena ia menguasai daerah yang paling selatan, yakni suatu daerah pantai di Yavabhumipala. Suatu daerah yang nyaris hanya dihuni olehnya seorang, karena segala sesuatunya sudah mati, bahkan tanah juga sudah mati. Memang benar Raja Pembantai dari Selatan ini memiliki banyak murid yang tersebar sebagai ahli racun, dukun klenik, tukang santet, dan bromocorah. Bahkan dulu terkenal barisan pengawalnya yang dijuluki Barisan Setan Iblis sebanyak duapuluh orang. Namun Barisan Setan Iblis ini telah dibasmi oleh para pendekar golongan putih. Meski taksatupun dari para pendekar golongan putih itu bertahan hidup karena juga dibantai, taklebih dan takkurang hanya mengukuhkan kedahsyatan Sang Raja Pembantai. KERAJAAN pun akhirnya turun tangan, karena Raja Pembantai ini terus menerus membunuh orang awam yang tidak bersalah. Dunia persilatan dan dunia kerajaan sebetulnya merupakan dua dunia yang tidak pernah terhubungkan secara langsung. Makanya, berapapun banyaknya pendekar yang terbunuh, kerajaan tidak merasa kehilangan. Namun orang awam adalah hamba kerajaan. Tanpa hamba, di manakah letaknya raja" Seorang raja tidak bertahta di atas kekosongan, kekuasaannya adalah kekuasaan atas sesuatu, dan sesuatu itu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bukankah juga tanah-tanah kosong tanpa penghuni. Tanahtanah itu harus ada penduduknya, tetapi penduduk manakah dapat hidup tenang di suatu wilayah tempat seorang pembunuh dapat merajalela mencari mangsa tanpa perlawanan" Jika kerajaan tidak berbuat sesuatu terhadap Raja Pembantai dari Selatan, maka yang akan menjadi raja bukanlah Rakai Panamkaran waktu itu, melainkan Raja Pembantai itu sendiri meski memang akan menduduki daerah yang kosong dan begitu kosongnya, bukan sekadar karena seluruh penduduknya sudah mati dan sisanya berpindah sejauh-jauhnya, tetapi karena seluruh makhluk hidup dan tetumbuhannya bahkan tanahnya sudah mati. Tiada seorang raja pun patut menyerahkan kekuasaannya kepada seorang penyebar ketakutan. Maka terkepunglah Raja Pembantai dari Selatan di wilayahnya sendiri. Seribu pasukan berkuda kerajaan bergerak maju dari empat penjuru. Mereka harus bergerak sekarang, karena jika hari menjadi gelap, para penguasa ilmu hitam akan terlalu mudah menghilang. Namun pada saat pasukan bergerak, dari tengah perkampungan mati yang penuh tulang belulang segala makhluk hidup itu mengangkasalah selaksa lebah yang segera berubah menjadi suatu cahaya, menjadi cendawan cahaya di langit, bergabung dengan langit sore yang juga keemasan. Pemandangan bagaikan sesuatu yang indah, tetapi keindahan maut yang mengancam. Maka cendawan cahaya yang kini telah memayungi pasukan kerajaan itu segera berkelebat turun dan menyambar. ''Aaaaaaaaahhhhhhhhhh!'' ''Aaaaaaaaahhhhhhhhhh!'' ''Aaaaaaaaahhhhhhhhhh!'' Cendawan cahaya yang berkelebat menyambar pasukan itu ternyata merupakan hawa panas, begitu panas, bagaikan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tiada lagi yang lebih panas, sehingga kulit mengelupas, darah Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menggelegak bagaikan air dimasak, rambut terbakar, tetapi tidak langsung mematikan. Manusia dan kuda meleleh meskipun tidak langsung mati, ketika akhirnya seribu prajurit itu tewas hampir seluruhnya, kecuali beberapa orang yang kebetulan berada di luar sapuan cendawan. Betapapun kulit tubuh dan rambut mereka tetap menjadi kuning dan segenap cairan di dalam tubuh mereka serasa menguap, menerbitkan rasa kekeringan dan kehausan yang luar biasa. Tak berhenti di sana, cendawan ini bagai mengembang melingkupi desa-desa di sekitarnya. Jika orang-orang tidak segera lari, niscaya mereka pun akan mengalami nasib serupa. Maka dengan sekuat tenaga siapapun orangnya segera lari menghindari cendawan yang terus menerus melebarkan dirinya, dengan lambat tapi pasti dan mengerikan sekali. Tidak dapat kubayangkan bagaimana orang-orang berlari ketakutan dalam kejaran cendawan kekuningan yang sangat membinasakan. Cendawan ini begitu indah dipandang mata seperti langit yang keemas-emasan, tetapi memiliki daya memunahkan yang bagaikan tanpa batasan, maka kemudian disebut sebagai Wabah Kencana. Namun semenjak saat itu Raja Pembantai dari Selatan bagaikan lenyap ditelan bumi. Tidak jelas benar apa yang sudah terjadi. Pernah kudengar bahwa ia mengundurkan diri dunia persilatan berdasarkan ketentuan dalam Musyawarah Para Naga. Dalam pertemuan tahunan ini diceritakan bahwa Naga Hitam telah berhasil mempengaruhi tujuh naga yang lain, yakni Naga Putih, Naga Kuning, Naga Merah, Naga Biru, Naga Hijau, Naga Jingga, dan Naga Dadu agar memberikan ancaman kepada Raja Pembantai dari Selatan, bahwa seluruh dunia persilatan akan mengepung dan memusuhinya jika ia tidak mengundurkan diri. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Bahwa seorang Raja Pembantai yang memiliki kemampuan menyebarkan Wabah Kencana dengan kekejamannya yang tiada tara bersedia menuruti perintah yang diputuskan dalam Musyawarah Para Naga, bagiku menunjukkan wibawa para naga di dunia persilatan; tetapi bagiku cerita ini tidak terlalu meyakinkan, aku lebih percaya Raja Pembantai dari Selatan itu mengundurkan diri dari dunia persilatan, lebih karena kehilangan lawan yang mampu menundukkannya. Begitulah berbagai jenis cerita beredar di dunia persilatan maupun di dunia awam berdasarkan kepentingan masing-masing. Di dunia a wam, pertempuran dalam pengepungan terhadap Raja Pembantai tersebut tidak pernah terjadi, meski mereka juga menyebut wabah kematian tersebut sebagai Wabah Kencana. DI tengah pertarungan, mendadak terlintas dalam benakku, cerita tentang Musyawarah Para Naga itu, benar atau tidak keberadaannya, seperti menghubungkan dunia persilatan dengan istana. Mungkinkah semua ini hanya lamunanku saja atau merupakan tanda perubahan belumlah kuketahui. Tidakkah aku dapat menanyakannya kelak pada suatu hari kepada para naga saja, ketika bertarung melawan mereka dalam jalan kependekaran untuk mencapai kesempurnaan" Namun tentu saja hal itu tidak dimungkinkan jika hari ini aku tewas dalam pertarungan melawan Raja Pembantai dari Selatan. Wuuuuuuuuuuuzzzzzzzzzzz! Pedang hitamnya nyaris membelah leherku. Aku menahan nafas ketika pedang itu lewat mendesing di bawah hidungku. Kedua pedangnya menyebarkan hawa racun yang amis, bacin, dan memuakkan. Itulah sulitnya bertempur melawan golongan hitam, karena mereka selalu menggunakan segala cara untuk menang. Jika mereka yang menempuh jalan kependekaran bersedia menempuh pertempuran untuk mencapai kesempurnaan, meski dapat berakibat kematian; bagi golongan hitam kemenangan adalah segalanya dan boleh TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ditempuh dengan segala cara, meskipun sangat licik dan penuh kecurangan dalam siasat pertempurannya. Jadi dalam pertarungan yang seharusnya menjadi pertarungan ilmu pedang seperti ini, yang tidak kalah menyita perhatian adalah cara menghadapi racun dan daya sihir yang sangat menipu pandangan. Wabah Kencana tampak sebagai langit yang indah dalam senja yang sungguh keemasan, tetapi siapakah yang akan mengira betapa akan meninggalkan bencana yang begitu menyiksa" Dalam pertarungan ini kuhayati cara bertempur golongan hitam yang licik, tidak tahu malu, dan bukannya berarti takberketrampilan. Seluruh jurus Raja Pembantai ini sangat mengerikan, karena bukan sekadar membunuh yang jadi tujuan, melainkan sedapat mungkin membunuh dengan menyakitkan. Meskipun aku dapat menerapkan Jurus Bayangan Cermin untuk menghadapinya, kutahu itu bukannya tanpa akibat, karena begitu seluruh ilmunya terserap ke dalam diriku, terserap pula segenap ilmu racun dan sihir Raja Pembantai dari Selatan itu ke dalam tubuhku! Pedang hitam itu menari-nari seperti tanduk iblis, seolaholah pedang itu memiliki matanya sendiri. Pedang yang keluar dari dalam tangan, apalah yang tidak dapat dilakukannya" Namun Jurus Dua Pedang Menulis Kematian ternyatalah bisa lebih dari mengimbanginya meski yang kugunakan hanyalah dua batang bambu kuning. Suatu kali nyaris leher Raja Pembantai dari Selatan itu terbabat putus jika ia tidak segera melesakkan dirinya ke dalam tanah. Saat itulah, ketika ia meloncat ke udara untuk memulai serangannya lagi, lima daun bambu yang telah menjadi keras dan tajam seperti pisau terbang meluncur ke dadanya. Kejadiannya berlangsung cepat sekali. Siapapun orangnya tidaklah mungkin untuk terhindar dalam keadaan seperti itu. Lima daun bambu yang telah mengeras seperti pisau terbang akan segera tertancap di dada Raja Pembantai dari Selatan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Namun kejadian selanjutnya sungguh aneh, manusia yang sejak tadi terus menerus mengelak dan menangkis pukulan senjata bambuku itu memang kemudian tampak jelas tertembus tubuhnya, bagaikan tubuhnya tidak terdiri dari darah dan daging, melainkan dari asap! "Huh?" Pendekar Melati, yang agaknya telah melemparkan daundaun bambu itu, tertegun. Aku juga tertegun. Tinggal bangunan batu tanpa bilik itu, yang tegak kehitaman di balik kelam. Aku terkesiap. Kekelamanm selalu mampu dimanfaatkan dengan baik oleh ilmu hitam, yang tidak pernah sudi berurusan dengan kejujuran. Akupun berteriak. "Dikau mencari kematian, tetapi dikau terus menerus menghindari kematian! Dari tadi sebetulnya dikau hanya bisa hidup terus karena ilmu sihirmu yang hitam, bukan ilmu pedang atau ilmu persilatan, dikau tidak akan mendapat kehormatan seorang pendekar, wahai Raja Pembantai dari Selatan!" Aku berkata demikian untuk memancingnya. Agar iblis itu melepaskan ilmu s ihirnya dan bertanding merebut kehormatan melalui pertarungan yang dapat dimenangkan sebagai seorang pendekar, bukan kemenangan seseorang dari golongan hitam. Tindakanku itu juga merupakan siasat, karena jika Wabah Kencana yang bagaikan tiada terlawan itu dikeluarkannya, aku belum tahu bagaimana mengatasinya. Namun bukan diriku sendiri yang kupikirkan, melainkan Pendekar Melati, meskipun kehadiran perempuan pendekar itu di tempat ini, taklebih dan takkurang hanyalah untuk membunuh diriku! HARI belum lagi malam, tetapi saat-saat seperti itulah yang kurasakan sebagai penuh dengan bahaya, karena kesamaran menjelang malam merupakan suasana yang sangat menipu pandangan. Bukankah senja merupakan peristiwa perubahan yang sangat cepat" Siang dan malam memberikan ketetapan suasana yang panjang, tetapi pergantian suasana dari terang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menuju gelap, tepat pada batasnya, merupakan keadaan yang paling rawan dalam pertarungan. Aku sering memanfaatkan keadaan seperti ini, tetapi kini adalah Raja Pembantai dari Selatan itu yang tampak bermaksud menggunakannya kepada diri kami berdua! Seperti telah lama bekerja sama, aku dan Pendekar Melati saling beradu punggung untuk menghadapi segala kemungkinan. Aku masih dengan senjata bambuku, perempuan pendekar itu ternyata telah memegang sebuah toya. Entah bagaimana pula toya sepanjang itu telah disimpan dan kini dikeluarkannya, apakah ia telah menyimpan senjatanya secara gaib pula" Mendadak kudengar desingan senjata-senjata rahasia, dan bersama dengan itu sejumlah bayangan berkelebat dari balik kelam. (Oo-dwkz-oO) Episode 60: [Rehat dan Filsafat] Pembaca yang Budiman, sekali lagi izinkanlah diriku yang tua ini beristirahat sebentar. Usiaku boleh seratus tahun dan aku memiliki tenaga dalam, tetapi pengalamanku menulis masih sangat singkat, apalagi untuk menulis sesuatu yang belum dapat kuketahui kapan berakhir. Ada kalanya aku menulis sangat lambat. Hanya beberapa kalimat, di atas lembaran lontar yang baru saja mengering, dengan guratan pengutik yang membentuk aksara Kawi. Kupilih menulis dalam aksara dan bahasa ini, karena aku memang membayangkan bahwa orang akan membacanya dalam bahasa ini. Lagipula, di seluruh Javadvipa, bukankan semua orang berbicara bahasa ini" Tentu aku taktahu nasib TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tulisanku, jika pada suatu kali tiada lagi bahasa Kawi ini di muka bumi. Kadang kala aku menulis dengan lambat, karena tidak semuanya teringat olehku secara tepat. Pertarungan yang berlangsung secara cepat misalnya, tidak selalu dapat kuingat dengan rinci bagaimana gerakan itu telah berlangsung. Memang bisa terjadi karena lupa dan tidak sedikitpun dapat kuingat lagi, dapat pula karena memang tidak mungkin dituliskan meski aku mengingat sampai yang sekecil-kecilnya, karena jika dituliskan dengan tetap rinci, selain akan menjadi takterhitung lagi berapa ratus lembar lontar diperlukan untuk sebuah pertarungan yang hanya singkat, justru akan terasa berlebihan dan tidak meyakinkan sebagai kenyataan yang sungguh kualami. Ini berarti sambil menulis, sebetulnya aku masih memikirkan cara untuk menulis dengan sebaik-baiknya. Sangat menggelisahkan bagiku, jika suatu peristiwa kualami sebagai sesuatu yang dahsyat, tetapi ketika kutuliskan dan kubaca kembali tampaknya tidak menjadi sesuatu yang luar biasa. Apakah rahasia orang menulis" Nah! Aku memang telah berusaha menulis dengan sejujurjujurnya, tetapi seberapa jauh tulisanku akan terbaca dan meyakinkan sebagai kenyataan" Dapatkah tulisanku dipercaya jika telah kuceritakan peristiwa yang bisa diakibatkan oleh Wabah Kencana, Jurus Bayangan Cermin, dan apalagi nanti Jurus Tanpa Bentuk" Jika aku menuliskan sesosok bayangan berkelebat bagaimanakah Pembaca yang Budiman akan menerimanya juga sebagai sesosok bayangan berkelebat " Mungkinkah Pembaca yang Budiman menerima suatu penggambaran sebagaimana aku menggambarkannya" Jika dalam hal gambar pahatan pada batu kesamaan antara penggambaran dan penerimaan masih mungkin dijamin, meski kemudian TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ penafsiran akan menghancurkan kembali kesamaan itu, seberapa mungkinkah kesamaan itu masih mungkin berlangsung dalam penggambaran dengan kata-kata" Aku berusaha menggambarkan kembali segenap pengalamanku seperti aku telah mengalam inya, tetapi selain daya dan kemampuan penggambaranku terbatas, di samping ingatanku yang juga amat sangat terbatas, penerimaan siapapun yang membaca catatanku ini juga akan sangat menentukan. Aku sendiri tidak dapat berbuat apa-apa dalam mengarahkan ketentuan atas penerimaan para pembaca. Hidup pada masa apakah Pembaca yang Budiman sekarang ini" Jika pembaca hidup dalam masa yang sama denganku sekarang ini, yakni tahun 871, itu pun belum dapat dipastikan bahwa penggambaranku akan diterima seperti yang kuinginkan, bahkan boleh dipastikan siapapun di zamanku tetap akan membacanya dengan ia punya sudut pandang dan bukan pandanganku. Apalagi pembaca catatan ini seratus tahun kemudian pada 971, atau seribuseratus tahun kemudian pada 1971 bukan" SAAT itu aku sudah tidak tahu lagi di mana diriku. Menjadi zat yang lebur dalam zat semesta raya, tiada lagi diri, hanya zat, melebur dalam udara tanpa kesadaran, yang telah kutinggalkan sebagai catatan. Begitulah aku telah menuliskan catatan ini selama berhari Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo hari dan berminggu-minggu nyaris tanpa henti, kecuali tentu saja ketika aku harus menjalankan pekerjaanku sebagai pembuat lontar. "Orang tua, dikau selalu mengambil sepuluh lembar dari setiap seratus lontar yang dikau buat. Ada apa sebenarnya, orang tua" Dikau menulis tanpa beranjak dari tempatmu duduk bagaikan seorang empu, karya tulis apakah yang kau buat wahai orang tua?" Demikianlah pengusaha lembaran lontar yang mempekerjakan aku akhirnya bertanya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Maafkanlah sahaya, Tuan, sungguh-sungguh maafkanlah sahaya, adapun sepuluh lembar lontar yang sahaya ambil dari tiap seratus lembar itu sahaya gunakan hanyalah untuk belajar menulis sahaja." "Belajar menulis" Hmm. Coba lihat." Ia memperhatikan caraku mengguratkan aksara dari sebuah lembaran. "Apa lagi yang dikau pelajari, tulisanmu ini tulisan orang yang sudah biasa menulis." "Ya, sahaya dahulu kala bekerja pada seorang guru silat, Tuan, yang mengejakan kata-kata untuk sahaya guratkan, tetapi itu pun lebih banyak gambar-gambar Tuan, gambar jurus-jurus ilmu silat." Lantas ia tatap tubuhku yang takberbaju. "Apakah dikau juga seorang pesilat, wahai orang tua?" Harus kuakui tubuhku tidaklah terlalu kurus dan kering sebagai manusia berusia seratus tahun, tetapi bukankah aku sedang menyamar sebagai orang berumur 60 tahun" "Setiap pemuda di kampung kami memang belajar silat, Tuan, tetapi hanya beberapa jurus sahaja, sebagai bagian pertahanan desa." "Ah, begitu," ia mengangguk-angguk, "di manakah kampungmu itu orang tua?" Tak kusangka tentu, pertanyaan itu. "Sahaya hanyalah orang kampung, Tuan, sahaya berasal dari wilayah Kledung." "Kledung" Hmm. Aku ingat orangtuaku bercerita tentang Sepasang Naga dari Celah Kledung." Aku tercekat. Sudah seratus tahun umurku, tetapi ingatan kepada pasangan pendekar yang mengasuhku dengan penuh TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kasih sayang itu masih membuat mataku berlinang-linang. Namun kali ini aku tidak memperlihatkannya. "Bagus sekali dongeng tentang mereka itu," katanya lagi, "kurasa memang luar biasa untuk mendapatkan kematian yang sempurna sebagai seorang pendekar, bukan kematian karena terlalu banyak makan." Ia melangkah pergi, tapi berhenti sebentar untuk bertanya. "Jadi apakah yang sedang kau tulis, orang tua?" Apalagi yang bisa kujawab" "Kenang-kenangan saya sahaja Tuan, sekadar mengisi waktu luang, sebelum nyawa kita melayangO." Ia meneruskan langkahnya dan hilang ditelan pintu bilik rumahnya. Di depan pondokku anak-anak kecil masih bermain dakon. Aku masih tertegun. Riwayat Sepasang Naga dari Celah Kledung diterima sebagai dongeng. Tentu tidak ada salahnya. Aku mengaku telah menjadi juru tulis bagi seorang guru silat, karena hanya pengalaman menulis kitab ilmu silat itulah yang pernah kulakukan sebagai seorang penulis, dan seperti telah kuakui, lebih banyak gambar daripada kata-kata yang terdapat dalam kitab ilmu silat. Tentu bukanlah kitab ilmu silat seperti yang telah kutulis itulah yang terbayang di kepala pembuat lembaran lontar untuk istana tersebut. Telah kuceritakan betapa dunia persilatan hanya terdengar bagaikan dongeng di telinga orang-orang awam, tetapi memang terdapat juga ilmu silat yang merupakan bagian dari kebudayaan orang-orang awam tersebut. Di dunia orang awam, ilmu silat adalah pelajaran wajib setiap orang sebagai kelengkapan hidupnya, karena kejahatan seperti pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, dan penjarahan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Namun selain sebagai cara untuk membela diri, ilmu silat juga hadir sebagai seni, yang biasa dipertunjukkan dalam pesta dan upacara, mulai dari pesta pernikahan sampai upacara panen. Ini berarti memang terdapat guru-guru yang mengajarkan ilmu silat, tetapi tidak terdapat pekerjaan guru silat, karena dalam kehidupan sehari-hari mereka memiliki pekerjaan masing-masing, apakah sebagai petani, tukang besi, pengantar surat, atau juga seorang pejabat desa. Mereka yang memiliki kepandaian ilmu silat tanpa pekerjaan, malah dapat dicurigai sebagai sekadar tukang pukul atau pembunuh rahasia, dan tentu saja ini akan sangat menggelisahkan. Mereka yang menjual ilmu silatnya kepada siapapun yang bersedia membayarnya, termasuk melakukan pembunuhan, akan menenggelamkan diri dalam kehidupan rahasia. Memang dunia penuh kerahasiaan inilah yang justru akan menghubungkannya dengan dunia persilatan sebenarnya, seperti yang telah kutuliskan dan kualam i sendiri. DENGAN ini juga semoga Pembaca yang Budiman menjadi lebih jelas, bagaimana menempatkan ilmu silat dunia awam dalam perbandingannya dengan ilmu silat sungai telaga dunia persilatan. Apa yang bagi orang awam merupakan dongeng, bagiku merupakan suatu kenyataan yang dapat kutuliskan, aku mengenalnya sebagai bagian diriku, sebagai dunia yang telah selalu kuhidupi dan menghidupkan diriku. Maka jika aku menuliskan betapa suatu pertarungan telah berlangsung dalam kecepatan cahaya sehingga takdapat diikuti mata orang biasa, maka pertarungan tersebut memang telah berlangsung seperti itu, setidaknya seperti yang kurasakan ketika mengalaminya. Masalahnya, seberapa mungkin aku berdaya membahasakannya" Mula-mula ini tentu masalah kemampuanku sebagai penulis, tetapi kemudian juga seberapa berdaya bahasa menerjemahkan dan mencerminkan kenyataan dunia persilatan itu. Mungkinkah ada sesuatu yang takterbahasakan di dunia ini" Ataukah harus dikatakan bahwa dunia persilatan dan dunia bahasa adalah sesuatu yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ternyata tidak berhubungan antara yang satu dengan lainnya" Kalau begitu caranya, dunia persilatan yang terbaca bukanlah persilatan jua adanya, melainkan dunia sastra, karena jurusjurus silat tidak tampil sebagaimana adanya, melainkan melalui kata-kata. Pembaca yang Budiman, izinkanlah diriku yang tua ini mengelantur ke sana kemari lebih dahulu, karena menulis berpanjang-panjang dengan liar tidaklah membuatku bahagia tanpa sekadar usaha merenungkannya. Bukankah pernah kukatakan, dengan suatu cara, bahwa dunia persilatan bukanlah seperti me lainkan adalah kesusastraan" Dalam penulisan dan pembacaan, sungai telaga dunia persilatan hidup dalam kata-kata, dan bukan permainan pedang. Memang kata-kata menjadi lebih tajam daripada pedang, bahkan kata-kata juga telah mempertajam pedang itu sendiri. Bukankah pernah kuceritakan tentang ketajaman sebuah pedang yang mampu membelah ketebalan sehelai rambut dan bukan kepanjangannya" Harus kukatakan sekarang bahwa akupun masih dapat bercerita tentang ketajaman sebuah pedang yang dapat membelah ketebalan sehelai rambut bahkan menjadi tujuh bagian. Manakah kiranya yang lebih hebat kemudian, ilmu persilatan ataukah ilmu penulisan" Jika hanya lewat tulisan dunia persilatan mendapatkan keberadaannya, maka dapat dibayangkan betapa tanpa katakata sungai telaga persilatan merupakan dunia yang terlalu sunyi. Penemuan tentang peranan kata-kataku sendiri dalam dunia persilatan agak mengejutkan bagiku. Menemukan diriku sendiri sebagai seorang pesilat kata-kata tidaklah menyenangkan diriku. Tidakkah dalam usahaku membuat pembaca tersenangkan dan percaya, aku tentu akan menuliskan sesuatu dengan cara yang mengecoh mereka" Tidakkah aku akan cenderung membuat pembaca yang manapun berpihak kepadaku, menyetujui pendapatku, dengan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ cara menggiringnya ke arah itu" Mampukah kiranya aku menahan diriku sendiri untuk tidak berlaku seperti itu" Hmm. Kejujuran adalah perkara yang rumit. Kiranya ilmu penulisan memberikan tuntutan yang tidak kalah besar tanggungjawabnya dibanding ilmu persilatan. Apabila dalam ilmu persilatan kita harus bertanggungjawab atas setiap kematian yang kita sebabkan, maka dalam ilmu penulisan kita harus bertanggungjawab agar setiap kalimat tidak merupakan penipuan; karena setiap kali seorang pembaca terkecoh pandangannya atas kenyataan, dosa seorang penulis sama besar dengan pembunuhan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Padahal seorang pendekar hanya dapat menewaskan seorang lawan satu kali; sedangkan kalimat demi kalimat yang tersusun menjadi pesan tersampaikan, bukan hanya mungkin dibaca seseorang berkali-kali, tetapi terutama mungkin saja dibaca berbagai orang dari zaman ke zaman berganti-ganti; belum lagi jika akan sering dibacakan di depan para pendengar dari kampung ke kampung, sehingga jumlahnya sungguh takterhitung banyak sekali. Aku menghela nafas. Itu berarti seorang penulis berpeluang mengumpulkan dosa sebuah pembunuhan banyak sekali tanpa disadari. Padahal, dalam penulisanku ini, aku hanya ingin menemukan suatu penyebab dalam riwayat hidupku, yang telah membuat para pembunuh bayaran memburu diriku, dan seseorang menginginkan aku mati. Mengapa seseorang menghendaki aku mati" Atau mungkinkah sejumlah orang bersepakat menentukan bahwa sebaiknya aku mati" Mungkinkah bukan sejumlah pribadi, melainkan negara itu sendiri, seperti yang dapat kutafsirkan dari selebaran perburuanku yang resmi, yang memutuskan aku harus mati" MENGAPA seseorang menghendaki aku mati" Atau mungkinkah sejumlah orang bersepakat menentukan bahwa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sebaiknya aku mati" Mungkinkah bukan sejumlah pribadi, melainkan negara itu sendiri, seperti yang dapat kutafsirkan dari selebaran perburuanku yang resmi, yang memutuskan aku harus mati" Benarkah suatu ajaran rahasia yang menjadi sumber masalah ini" Kuakui dengan jujur, betapa aku sungguh tidak mengerti. Jika suatu ajaran rahasia telah disebut sebagai vidharma atau apatha atau vipatha atau juga mithyadusti karena kerahasiaan itu sendiri, maka apakah yang tidak rahasia dalam segala ajaran di atas bumi Javadvipa ini" Tidakkah setiap ajaran memang memiliki rahasianya sendiri" (Oo-dwkz-oO) AKU masih menulis ketika dunia seperti membuka diri kepadaku, mengeluarkan diriku dari dunia di dalam batok kepalaku sendiri. Kulihat bajing me lompat naik turun pohon kelapa, menyeberang dari daun ke daun yang jadi bergoyang dan meneteskan sisa-sisa air hujan. Orang-orang kampung menyeberangi halaman puri untuk menyingkat jalan. Anak kecil berlari-lari di sekitar ibu yang menggendong adik bayinya. Segala sesuatu dari kehidupan sehari-hari, kenapa kini menjadi indah sekali, meski segala sesuatunya hanyalah sama, sama, dan sama saja sama sekali. Lantas kusadari betapa cara memandang itulah yang sudah berubah. Segala sesuatu dari kehidupan sehari-hari yang tampaknya memang akan selalu sama dapat saja menjadi lebih dari biasa jika kita memandangnya sebagai sesuatu yang luar biasa. Jadi mengapa aku tidak memandang segala sesuatu sebagai luar biasa sahaja" Mengapa aku tidak harus memandang segala sesuatu sebagai istimewa bukan" Maka kulihat orang-orang yang melangkah di halaman bukan sebagai orang-orang yang melangkah di halaman, melainkan sebagai penari yang bergerak penuh keanggunan, meski mereka hanya melangkah dan berjalan sebagaimana biasanya mereka melangkah dan berjalan. Namun segalanya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kemudian memang berubah apabila kemudian aku dapat menyaksikan pantulan matahari pada rambut lurus panjang Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo baru saja diminyaki, wajah ceria dalam canda dan tawa yang menoleh kepadaku antara terlihat dan tidak terlihat karena semburat cahaya di belakang kepala mereka, serta suarasuara riang anak-anak bermain dakon sebagai latar belakang segala pemandangan. Gadis-gadis dengan kain di pinggang dan dada mereka yang terbuka, para jejaka dengan destar di kepalaO Begitu sederhana, begitu biasa, tetapi dalam pandanganku kini penuh dengan pesona. Lantas muncullah Nawa, anak yang sangat bersemangat untuk belajar membaca dan menulis itu. "Kakek, lihatlah tulisanku." Ia membawa sejumlah lembaran lontar. Aksara telah diguratkannya dengan cukup rapi, meski terkadang masih berlari ke sana kemari, "Apakah yang kamu tulis itu Nawa" Marilah kubaca." Maka aku pun membacanya. "Salinan ya?" "Ya, dari Arthasastra di dalam sana, apakah tulisanku dapat dibaca?" Aku terkejut, bukan karena apa yang dituliskannya sebagai salinan, melainkan yang telah dibacanya sebagai pengetahuan. Anak sekecil ini telah menyalin bagian tentang Daftar Ilmu-Ilmu, bagaimana kelak ia jadinya" Anvikshaki, ketiga Veda, Varta dan Dandaniti inilah ilmu-ilmu Vidya ketiga Veda, Varta, dan Dandaniti inilah ketiga ilmu kata para pengikut Maha Rsi Manu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sedangkan Anvishaki hanyalah cabang tersendiri dari Veda hanya Varta dan Dandaniti yang termasuk ilmu kata para pengikut Maha Rsi Brhaspati karena pengetahuan Veda hanyalah suatu selubung bagi seseorang yang memahami cara-cara di dunia Dandaniti adalah satu-satunya ilmu kata para pengikut Maha Rsi Usana padanya terikat usaha-usaha yang berhubungan dengan semua ilmu empatlah sesungguhnya jumlah ilmu-ilmu itu kata Kautilya karena dengan bantuan semua ilmu itu seseorang dapat belajar tentang kebenaran dan kesejahteraan karenanya semua disebut Vidya Samkhya, Yoga, dan Lokayata inilah yang membentuk Anvikshaki kebenaran dan kebatilan tindakan dipelajari dari Veda kesejahteraan dan kemiskinan dipelajari dari Varta kebijakan baik dan buruk dipelajari dari Dandaniti begitu pula kemampuan dan kelemahan ketiga ilmu Anvikshaki memberikan manfaat kepada orang-orang dengan tetap teguh di dalam kemalangan dan kemenangan akan meningkatkan kemahiran di dalam pikiran, ucapan, dan tindakan Anvikshaki atau Filsafat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ cahaya segala ilmu alat bagi segala penunjang hukum dan kewajiban NAWA baru enam tahun umurnya. Bagaimana jadinya jika ia bertahan pada jalan pengetahuan seperti sekarang selama hidupnya" Ia akan beranjak dari jalan pengetahuan menuju jalan ilmu pengetahuan. Kuingat kehidupanku sendiri pada masa kecilku, bagaimana caranya aku mengenal pengetahuan dan persilatan. Nawa masih belajar menuliskan aksara, tetapi telah dapat kubayangkan pintu dunia yang terbuka untuknya. "Aksaramu sudah tertulis dengan bagus Nawa, tetapi kata dan kalimat mestinya ditulis rata, tidak meloncat-loncat dan jadinya miring seperti ini." Mata Nawa berbinar dan penuh cahaya. "Tapi aku sudah dapat mengejanya Kakek!" Lantas katanya: "Anvikshaki atau Filsafat adalah cahaya segala ilmu, benarkah itu Kakek?" Aku hanya tersenyum, mengusap kepalanya, sembari berdoa di dalam hati, semoga ia tidak mengenal dan menghendaki juga untuk menguasai ilmu persilatan. Aku tidak dapat membayangkan, jika jiwa semurni ini kelak harus menumpahkan darah. Namun tiba-tiba ia berkata. "Kakek, benarkah Kakek seorang pendekar?" (Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ KITAB 4: DUA PEDANG MENULIS KEMATIAN (Oo-dwkz-oO) Episode 61: [Bagaikan Ruang Angkasa] Pembaca yang Budiman, izinkanlah aku untuk menunda jawaban atas pertanyaaan Nawa, yang bertanya apakah benar aku seorang pendekar itu, sampai waktu rehat berikutnya, karena aku takut jadi terlalu melantur. Bukankah aku sedang menceritakan diriku yang berusia 25 tahun, bertemu dengan Pendekar Melati, dan bertarung antara hidup dan mati melawan Raja Pembantai dari Selatan" Aku harus segera menceritakannya kembali sebelum semuanya terlupakan dalam waktu. Senjata-senjata rahasia itu berdatangan dari segala penjuru. Aku memejamkan mata, menancap ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang, agar semuanya menjadi jelas tergambar dan takhanya sekadar terdengar sebagai suara desingan. Udara ditembusi jarumjarum beracun yang meluncur dengan kecepatan takterbayangkan. Serangan macam ini hanya dapat di atasi dengan naluri yang terlatih, karena kecepatannya memang memang melampaui kecepatan pikiran. Namun dengan ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang, kecepatannya bagai terlambatkan meski dalam kenyataannya tidak sama sekali. Tetap meluncur dan siap merajam tubuhku maupun tubuh Pendekar Melati. Dalam keremangan masih dapat kutangkap bias cahaya redup hijau kekuningan penanda tingginya tingkat racun yang dibawanya, sehingga jangankan terajam, hanya tergores pada kulit saja sudah lebih dari cukup untuk mengantar korban ke TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ jalan kematian mengerikan. Pernah kusaksikan seorang pendekar terkena jarum beracun semacam itu di tengah pertarungan dan langsung menggelepar dengan lidah terjulur dan bola mata nyaris terlompat keluar. Mengerikan sekali! K ini ribuan jarum mendesing dari segala penjuru mengancam diriku! Keadaan menjadi jauh lebih berbahaya, karena di belakang jarum-jarum itu sejumlah sosok menyerbu dengan kecepatan yang sama! Ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang menjabarkan semuanya sebelum aku dapat bertindak dengan kecepatan melebihi kilat. Pertama, bahwa jarum-jarum beracun yang meluncur itu berjumlah 200.000 sehingga pantaslah bias cahaya dan gesekannya pada udara lebih mudah dibaca daripada jika jarum yang dilepaskan hanya satu saja adanya; kedua, 200.000 jarum itu dilepaskan oleh 20 sosok bayangan yang berkelebat begitu cepat ke arah kami dengan berbagai senjata terhunus. Berarti setiap orang melepas 10.000 jarum beracun, bukan dari sebuah kantung, melainkan dari dalam tangannya! Mereka pasti duapuluh anggota Barisan Setan Iblis yang telah dibangun kembali oleh Raja Pembantai dari Selatan. KECEPATAN jarum-jarum itu menunjukkan darimana ia berasal, karena hanya dengan daya gaib maka 200.000 jarum beracun itu dapat meluncur serentak dan tidak berturut-turut. Perbedaannya juga sangat jelas, berapa banyakpun jarum yang diluncurkan berturut-turut, akan memakan ruang yang lebih sempit daripada yang terluncur serentak dari segala arah. Itu berarti tidak hanya keluar dari telapak tangan seperti ketika Raja Pembantai dari Selatan mengeluarkan pedangnya, melainkan dari segenap pori-pori kulit di lengannya dengan cara dikebutkan seperti menyentakkan selendang, tentu saja dengan lambaran tenaga dalam. Dengan ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang, dalam hembusan maut yang datang mengancam, kucari celah untuk membuka peluang. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Namun aku takdapat memikirkan diriku sendiri, aku juga harus memikirkan Pendekar Me lati, meski perempuan pendekar itu telah berusaha membunuhku! Persoalannya, dalam beradu punggung seperti ini setiap gerakan haruslah berpadanan, sementara kami bukan hanya takpernah berlatih bersama, melainkan ilmu kami sendiri belum tentu sesuai dipadu padankan, apalagi dalam keadaan yang begini mendesak. Aku memegang dua batang bambu kuning dan ia memegang sebuah toya. Akankah Pendekar Melati memahami isyaratku jika kulakukan gagasanku" Aku telah melihat kecepatannya dan betapapun waktu untuk berpikir tiada lagi. ''Ikuti daku!'' kataku. Kubungkukkan badanku dan punggungnya mengikuti punggungku, kutiarapkan tubuhku ke tanah dan punggungnya tetap menempel di punggungku, tetapi saat itulah ia memutar toyanya seperti baling-baling berkecepatan sangat tinggi, begitu cepatnya sampai tidak kelihatan lagi. ''Tahan!'' Kataku lagi. Artinya ketika aku berguling me lepaskan diri dari tindihan punggungnya, punggungnya itu tidak perlu terus menempel ke tanah, melainkan tetap mengambang, karena jarum-jarum itu ada yang meluncur hanya sehasta di atas tanah. Saat itu aku telah berkelebat di balik jarum-jarum tersebut dan menghadapi Barisan Setan Iblis. Kejadiannya sangat cepat dan tidak bisa diikuti mata. Namun karena mengalami sendiri dapat kujelaskan seperti berikut: Karena serangan jarum itu serentak, maka dapat dimentahkan dengan satu kali putaran toya, tentu dengan syarat tiada celah selubang jarumpun untuk menembusnya, yang berarti toya itu harus berputar dengan kecepatan yang lebih tinggi dari jarum-jarum beracun tersebut. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Maka ketika Barisan Setan Iblis itu tiba, serangan jarumjarum yang mendesis itu sudah dimentahkan. Pendekar Me lati telah berdiri di atas kakinya dan kami membagi ruang agar masing-masing menghadapi sepuluh orang, karena aku masih juga belum terlalu yakin ilmu kami berdua cocok untuk dipadankan menghadapi duapuluh lawan. Jadi sete lah bekerjasama sementara, kami bekerja sendiri-sendiri lagi. Aku berkelebat memojokkan sepuluh orang agar menghadapiku saja dengan Jurus Dua Pedang Menulis Kematian. Aku yakin Pendekar Melati pun akan mampu menghadapi sepuluh orang sisanya. Menghadapi sepuluh anggota Barisan Setan Iblis, meskipun sepintas lalu seperti pertarungan dalam dunia persilatan pada laz imnya, sebetulnya sama sekali tidak seperti itu. Bahwa ilmu silat mereka tinggi telah dijamin oleh nama dan pengalaman gurunya, Raja Pembantai dari Selatan itu. Namun bahwa di samping ilmu silat mereka yang tinggi itu selalu dima inkan secara licik dan licin, kenyataan bahwa selalu terdapat unsur racun dan sihir dalam ilmu mereka itu membuat pertarungan tidak menjadi mudah. Aku berkelebat dengan cepat, tetapi sepuluh orang itu pun berkelebat tidak kalah cepat. Hanya angin berkesiur di sekitar tempat pertarungan. Senja yang semakin remang bagi mereka tentu semakin menguntungkan, karena mereka sangat pandai menghindar ke balik kelam. Sungguh seperti memiliki ilmu siluman. Senjata mereka semua serba aneh. Ada yang seperti tombak berbentuk cakar, ada yang seperti pisau saja tetapi bertali panjang, ada yang menggunakan sepasang arit besar bergerigi, ada yang bersenjata gada mahaberat tetapi dima inkan dengan ringan, ada yang menggunakan senjata jala, ada yang bersenjata ruyung besi, ada yang memainkan toya tetapi terbagi tiga, ada yang pisau terbangnya bagaikan tiada habisnya, ada yang bersenjatakan limpung, ada yang bersenjatakan tombak tetapi ujungnya adalah kapak dua sisi. Masing-masing senjata itu memiliki keistimewaan yang jarang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ diungkap dalam kitab-kitab ilmu silat, sehingga melayani permainannya, apalagi secara bersama-sama menjadi sangat berat. BARISAN Setan Iblis ini tubuhnya dibalut kain serba hitam. Dalam senja yang semakin lama semakin kelam mereka bagaikan menyatu dalam kegelapan. Tinggal topeng tengkoraknya yang karena kesamaannya kadang-kadang Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo membingungkan, karena aku bagaikan menghadapi satu lawan tetapi dengan sepuluh gerakan. Maka kuputuskan untuk menyerang dan melumpuhkannya satu persatu, karena secara bersama mereka terlalu licik untuk dikalahkan. Seperti mereka, akupun mampu berkelebat ke balik kelam, dan segera mendesak salah satunya dengan Jurus Dua Pedang Menulis Kematian. Aku tidak tertarik kali ini untuk menggunakan Jurus Bayangan Cermin, karena aku tidak ingin sama sekali mengenal apalagi memiliki ilmu Barisan Setan Iblis ini. Apalagi, seperti yang kujaga dari ilmu gurunya, tiada jaminan aku tidak akan menyerap pula segenap racun yang telah menyatu dengan ilmu itu ke dalam tubuhku. Selain itu aku belum lupa dengan segala upacara dalam pelajaran ilmu setan yang sangat menjijikkan, sampai aku tidak tega dan tidak kuat pula menceritakannya kembali karena dapat menimbulkan kemualan. Begitulah aku me lenting ke atas dan menjungkirkan kepalaku ke bawah, merentangkan kedua tangan yang memegang bambu kuning dan takturun lagi. Dengan cara itulah, dengan kaki di atas dan kepala di bawah, kuhadapi setiap orang yang wajahnya bertopeng tengkorak itu. Jurus untuk dua pedang ini sungguh kugunakan untuk menulis kematian mereka. Kepada setiap orang kuberikan jurus mematikan berupa aksara Kawi yang membentuk tulisan, yang jika dikumpulkan akan membentuk kata-kata berikut. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Bagaikan ruang angkasa Taktercela Takbersifat Takberwujud Takterlukiskan Takterukur Takberwarna Serba luas Merasuk Ke sepuluh bagian Berhadapan satu persatu, senjata mereka kehilangan keampuhan dalam keterpecahan. Sepuluh orang itu tanpa ampun segera tewas tanpa kepala. Batang bambu kuningku merah karena darah. Tak kusangka ilmu pedangku telah berkembang sedemikian rupa sampai kepada kecepatan pikiran. Seolah-olah aku hanya perlu berpikir untuk mengalahkan lawan dan tidak perlu menggerakkan apapun. Rupanya tanpa sadar itu kulakukan agar mereka tidak sempat menggunakan ilmu sihirnya, karena betapapun ilmu sihir hampir selalu berhasil menipu dan mengalihkan perhatian dari masalah yang sebenarnya, sehingga mendapatkan hasil yang tampak nyata, seperti sastra. Makanya, seperti kupelajari dari pasangan pendekar yang mengasuhku, ilmu pikiran itu harus dilawan dengan tindakan dalam pikiran, artinya juga suatu ilmu pikiran juga. Begitulah akhirnya Jurus Dua Pedang Menulis Kematian yang kumainkan bergerak secepat dan sesaat yang sama ketika aku memikirkannya. Dalam keremangan yang nyaris mendekati kegelapan aku lebih baik memejamkan mata untuk menghindari pengaruh sihir mereka, karena aku tahu jika kubuka mataku yang semula sepuluh orang bisa menjadi seratus jumlahnya tanpa kita ketahui mana yang perlu ditangkis dan mana yang tidak, dan tiba-tiba kita bisa kehilangan kedua lengan kita, meski lebih sering tentu kepala kita. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Lawan-lawanku sudah tewas, ketika kubuka kembali mataku, kusaksikan Pendekar Melati memainkan toya bagaikan suatu seni pertunjukan. Dengan menancapkan toya pada tanah, ia bisa berputar-putar berpegangan pada toya itu sampai tidak terlihat oleh mata dan tahu-tahu tendangan kakinya telah memecahkan kepala salah satu anggota Barisan Setan Iblis. Ketika tampak kembali, ia sudah berdiri di atas toya yang tertancap di atas tanah itu dengan satu kaki, sementara kaki lainnya yang semula tertekuk membuka dan meluruskan diri dengan indah, lantas sembari merendahkan tubuh ke depan berputar perlahan dengan dua tangan terentang. Seperti patung yang berputar dengan lamban, tetapi apabila diserang, maka begitu saja senjata lawan telah bersarang pada tubuh pemiliknya sendiri. Kadang ditinggalkannya toya itu untuk menangkap lawannya dengan tangan dan menancapkannya kepada toya yang masih juga berdiri itu, yang tentu saja membuat nyawa lawannya segera terbang ke alam baka. Toya itu sudah penuh darah ketika lawannya tinggal satu. Ia cabut toya yang ternyata tidak tertancap, melainkan berdiri begitu saja di atas tanah. Pendekar Melati maju perlahan seperti siap me lontarkan toya menembus tubuh lawannya, tetapi lawannya itu mundur terus sampai menabrak dinding bangunan batu tanpa bilik itu. Namun ketika ia mengangkat toyanya, anggota terakhir Barisan Setan Iblis bertopeng tengkorak itu tubuhnya menembus masuk ke balik dinding batu! "Sihir setan." Pendekar Melati mendesis. KE manakah lawannya itu menghilang" Mungkinkah ia berada di dalam bangunan tanpa bilik" Kukelilingi bangunan penuh hiasan itu, dan memang tidak kelihatan lagi batang hidungnya. Apakah ia berada di dalam rongga dan apakah yang akan terjadi jika ia memang berada di dalamnya tetapi tidak dapat keluar lagi" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku baru menyelesaikan satu lingkaran ketika lagi-lagi Pendekar Melati menyerangku dengan bernafsu. ''Pendekar Melati! Apa salahku padamu" Mengapa dikau ingin membunuhku"'' ''Diam lah! Pertahankan saja dirimu, atau kusempurnakan hidupmu!'' Jadi Raja Pembantai itu benar. Perempuan pendekar yang dirinya sendiri memburu kesempurnaan hidup melalui jalan persilatan itu memang harus menyerang untuk memenuhi harapannya. Jika tidak, tak seorang pendekar pun akan melayani apalagi menantangnya bertarung, karena bertarung dan mengalahkan seorang perempuan, meskipun ia seorang pendekar perkasa, masihlah sulit diterima. Sementara itu, tentu saja kalah dari seorang perempuan, meski itu perempuan pendekar yang paling perkasa, tetap saja memalukan. Kukira memang itu sebabnya ia selalu menyerang dengan jurus mematikan, selain karena perbincangan apapun tidak akan mengarah kepada kesepakatan bertarung, hanya dengan begitu lawannya akan mengerahkan segenap kemampuan, termasuk balas menyerang. Pendekar Melati selalu berhasil memaksakan pengertian, bahwa selama dirinya masih hidup, lawannya pasti binasa, dan memang itulah yang selama ini terjadi. Ia merangsekku dengan toya yang memainkan Jurus Kera Sakti Bermain Toya. Telah kudengar betapa jurus itu memang merupakan puncak permainan toya dan kini kualami sebagai jurus yang menyerangku. Kedua ujung toya itu berubah jadi selaksa memburu titik-titik mematikan di tubuhku. Aku berguling-guling di tanah menghindari serangan, lantas melenting ke udara untuk turun lagi dengan Jurus Elang Emas Mengepakkan Sayap. Kedua batang bambu kuningku juga berubah menjadi selaksa. Tidak satupun sambaran toya itu yang tidak tertangkis dan memang sebaiknya begitu, karena TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ jika tidak, aku akan segera menjadi seonggok tubuh yang lumpuh, yang setiap saat akan menjadi takbernyawa. Pertarungan kami seimbang, tetapi Pendekar Melati tidak menggunakan kembali ilmu menyerap tenaganya yang belum dapat kuatasi; sebaliknya aku pun belum menggunakan Jurus Bayangan Cermin karena aku seperti mempunyai perasaan tidak ingin mengalahkannya. ''Pendekar Melati! Raja Pembantai dari Selatan itu belum mati! Bagaimana kalau ia tiba-tiba menyerang kita"'' ''Pendekar Tanpa Nama! Sejak kapan dikau takut menghadapi lawan sendirian" Siapapun yang masih hidup di antara kita, dialah yang akan menghadapinya!'' Namun keadaan berkembang tidak seperti diduganya, karena tepat pada saat dia terperangkap Jurus Penjerat Naga yang kumainkan secara tersembunyi di balik Jurus Dua Pedang Menulis Kematian, dan toyanya berhasil kujepit kedua batang bambu kuningku, sesosok bayangan hitam muncul dari dalam tanah mengirimkan pukulan ke dadaku sehingga aku terlempar seratus langkah, sedangkan Pendekar Melati telah Tapak Merah Darah 2 Candika Dewi Penyebar Maut X I Naga Sakti Sungai Kuning 14

Cari Blog Ini