Ceritasilat Novel Online

Meraba Matahari 2

Meraba Matahari Karya Sh Mintardja Bagian 2 perampok itu. Bahkan tidak hanya seorang yang ditangtangnya, tetapi sekelompok perampok. Ketkka ia benar-benar berhadapan dengan sekelompok perampok, maka suasana hatinya memang lain. "Minggir" bentak perampok itu. Dirga tidak mau minggir, meskipun dengan sedikit gemetar Dirga memutar goloknya sambil berkata "Kami semua akan menangkap kalian, kau lihat seluruh penghuni pedukuhan ini sudah berada disini" Ebook by Dewi Kangzusi 76 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Sayang sekali, semakin banyak yang datang akan semakin banyak pula yang akan mati. Nah, sekarang aku akan pergi meninggalkan padukuhan ini. Ketika perampok itu melangkah maju, maka Dirgapun meloncat menyerang. Goloknya diayunkan dengan kerasnya mengarah ke bahu perampok itu. Namun yang terdengar adalah dentangan senjata yang beradu, golok Dirga telah membentur bindi perampok itu, sehingga bunga apipun berloncatan dari benturan itu. Namun Dirga telah bergeser surut, telapak tangannya terasa pedih sekali. Hampir saja goloknya terlepas. Namun Dirga tidak mempunyai banyak kesempatan, perampok itu meloncat memburunya. Dengan sekali pukul, golok Dirga telah terlepas dari tangannya, terlempar beberapa depa dari kakinya. Yang terjadi kemudian telah menggetarkan jantung orang-orang yang mengepung para perampok itu. Satu ayunan bindi itu telah mengenai paha Dirga. Terdengar Dirga berteriak kesakitan, dengan serta merta iapun terjatuh dan tidak dapat bangkit berdiri lagi. Dengan serta merta perampok itupun berteriak "Siapa lagi yang akan mencoba menahan kami?" Tidak terdengar satupun jawaban. Perampok yang bertubuh tinggi besar itupun memberi isyarat kepada kawan-kawannya untuk berjalan terus meninggalkan orang-orang padukuhan yang berkerumun, sambil berkata "Jangan mencoba menghalangi kami, jika ada Ebook by Dewi Kangzusi 77 Kang Zusi http://kangzusi.com/ yang mencobanya juga, maka aku akan membunuhnya, tidak sekedar melukainya lagi" Orang-orang yang mengepung itupun menyibak, mereka tidak berani berbuat apa-apa terhadap para perampok yang nampaknya garang dan bengis itu. Apalagi senjata-senjata mereka yang mengerikan itu telah membut jantung mereka bergetar. Selain bindi, ada diantara mereka yang membawa tombak dengan mata tombak yang bercabang. Ada yang membawa semacam kapak bertangkai panjang. Ada yang membawa golok besar dan panjang dan berbagai jenis senjata yang menyeramkan lainnya. Orang-orang padukuhan itupun seakan-akan hanya sekedar menjadi penonton sebuah barisan orang-orang yang berwajah garang yang berhasil membawa barang-barang berharga milik Ki Kerti. Baru ketika mereka telah pergi, beberapa orang berusaha menolong Dirga yang merintih kesakitan, agaknya tulang pahanya telah menjadi retak. Dengan hati-hati Dirga diangkat dan dibawa pulang ke rumahnya yang tidak begitu jauh dari tempat kejadian, namun sepanjang jalan Dirga selalu mengeluh kesakitan. Beberapa orang yang lain telah berada di rumah Kang Kerti, mereka melihat Yu Kerti menangis di ruang tengah, dengan memelas iapun merintih "Aku mengumpulkan uang sekeping demi sekeping, tiba-tiba saja mereka datang dan merampas semuanya" Ebook by Dewi Kangzusi 78 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Ki Kerti duduk tepekur tidak jauh dari isterinya, pundaknya nampak berdarah, agaknya para perampok itu telah melukainya meskipun tidak begitu parah. Beberapa orang mencoba menghiburnya, namun Yu Kerti masih saja mengangis. Ia merasa telah kehilangan segala-segala yang dimilikinya. "Sudahlah Yu Kerti, yang penting Yu Kerti dan Kang Kerti selamat, harta benda dapat dicari lagi Yu, tetapi nyawa", kemana kita akan mencarinya". Bersukurlah bahwa Kang Kerti hanya luka dan tidak dibunuh oleh perampok-perampok yang keji itu" Demikianlah, sejenak kemudian, Ki Bekel dan bebahu padukuhan telah datang hampir berbareng dengan Ki Demang Karangtengah. "Jadi.... tidak ada orang yang berani berusaha menangkap mereka meskipun kalian berjumlah sekian banyaknya?" bertanya Ki Demang. "Dirga sudah mencoba, Ki Demang. Dirga yang menurut pendapat kami adalah orang yang terkuat diantara kami, dalam sekejap telah dilukai. Lalu apa pula artinya kami. Dan ara perampok itu mengancam bahwa orang berikutnya tidak hanya akan disakiti seperti Dirga, tetapi mereka benar-benar akan membunuh" "Berapa orang mereka semuanya?" "Lebih dari lima belas orang" Lima belas orang?" "Ya, Ki Demang" Ebook by Dewi Kangzusi 79 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Jumlah itupun mengejutkan Ki Demang, Ki Bekel dan bebahu padukuhan, adalah wajar sekali jika orang-orang padukuhan itu merasa ragu untuk bertempur menghadapi lima belas orang perampok yang garang dengan membawa berbagai macam senjata yang mengerikan. Ki Demang Karangtengah itupun menarik nafas panjang, seandainya orang-orang di sekitar Ki Kerti itu memberanikan diri untuk mencoba menangkap mereka, maka korbanpun akan berjatuhan, jika setiap perampok membunuh satu orang warga, maka akan ada lima belas mayat yang harus dikuburkan. Karena itu, maka Ki Demang tidak lagi menyalahkan warganya, mereka bukan penakut, tetapi mereka tahu, bahwa mereka tidak akan dapat berbuat apa-apa untuk menghadapi lima belas perampok. "Besok, peristiwa ini akan aku laporkan. Kami rakyat kademangan tidak mampu lagi mengatasi" berkata Ki Demang. "Peristiwa di padukuhan Salam beberapa hari yang lalu, tidak segarang apa yang terjadi disini. Perampok di Salam itu tidak diketahui oleh orang lain kecuali pemilik rumahnya" berkata Ki Jagabaya. Peristiwa perampokan itu akhirnya sampai kepada Kangjeng Adipati Paranganom. Bahkan yang terakhir telah terjadi perampokan dengan mencoba membunuh korbannya dengan kejam. Sebelumnya, sebuah rumah sudah dibakar habis oleh para perampok yang marah, karena mereka tidak menemukan yang mereka cari di rumah itu. Setelah menyakiti suami isteri pemilik rumah itu, maka mereka membakar Ebook by Dewi Kangzusi 80 Kang Zusi http://kangzusi.com/ rumahnya dan membiarkan suami isteri itu berada di dalamnya. Untunglah, bahwa suami isteri itu masih sempat merangkak sambil membantu isterinya keluar dari kobaran api sambil berteriak-teriak minta tolong. Pertolongan dari para tetanggapun datang tepat pada waktunya, sehingga keduanya serta anaknya yang masih kecil dapat diselamatkan. Seorang pembantu di rumah itu juga selamat, meskipun ia mengalami luka bakar. Kangjeng Adipati menjadi sangat prihatin atas peristiwa beruntun di Kadipaten Paranganom itu, sehingga secara khusus, Kangjeng Adipati telah memanggil kedua orang Tumenggung Wreda yaitu Tumenggung Wiradapa dan Tumenggung Sanggayuda. Sementara itu Kangjeng Adipati juga minta Ki Ajar Wihangga tidak tergesa-gesa meninggalkan Kadipaten. Ketika kedua orang Tumenggung Wreda itu menghadap, maka Kangjeng Adipati juga memanggil kedua puteranya untuk menghadap pula. "Keadaan sudah semakin gawat, kakang" berkata Kangjeng Adipati. "Sudah waktunya untuk bertindak, Kangjeng. Para Demang sudah memberikan laporan, bahwa mereka tidak lagi mampu berbuat apa-apa. Para perampok itu mendatangi rumh para korbannya dalam jumlah yang besar, dan merampok tiga rumah sekaligus dalam satu malam. Berkata Ki Tumenggung Wiradapa. "Memang perlu dicari pijakan dari kerusuhan yang terjadi itu, Kangjeng. Agaknya memang bukan kerusuhan biasa, bukan dilakukan oleh orang-orang yang kelaparan atau Ebook by Dewi Kangzusi 81 Kang Zusi http://kangzusi.com/ sekedar mencari harta benda untuk menimbun kekayaan" ujar Ki Ajar. "Ya, kakang" "Kangjeng Adipati, kita harus berusaha untuk dapat menangkap paraperampok dari tataran tertinggi, sehingga akan mendapat keterangan yang jelas, apakah sebenarnya yang terjadi" Kangjeng Adipati mengangguk-angguk. Namun dalam pada itu tiba-tiba saja Madyasta berkata, meskipun dengan ragu-ragu "Ayahanda, jika ayahanda berkenan, hamba akan menyampaikan pendapat hamba. Apapun alasannya, siapapun yang dalangnya, kerusuhan-kerusuhan ini harus dihentkan. Jika ayahanda berkenan, hamba mohon mendapat perintah dari ayahanda untuk mengatasi kerusuhan ini" "Maksudmu?" "Hamba akan mencoba untuk berhadapan dengan perampok itu, ayahanda" Kangjeng Adipati mengerutkan keningnya, sementara itu Wignyanapun berkata pula "Hamba sependapat denan kakangmas Madyasta, ayahanda. Jika ayahanda memerintahkan kami untuk mengatasi kerusuhan itu, maka perintah itu akan hamba junjung tinggi" Kangjeng Adipati termangu-mangu sejenak, namun Ki Ajar berkata "Kangjeng Adipati, sebenarnya bahwa angger Madyasta dan angger Wignyana telah menimba ilmu di padepokan Panambangan sampai tuntas. Agaknya memang sudah sampai saatnya, bahwa mereka mendapatkan beban tugas yang sesuai bagi mereka, juga sebagai putera seorang Adipati. Karena itu, jika Kangjeng Adipati berkenan, maka Ebook by Dewi Kangzusi 82 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Kangjeng Adipati dapat memerintahkan putera Kangjeng Adipati untuk mengatasi kerusuhan ini. Aku mengusulkan salah satu dari mereka yang berangkat. Tugas pertama ini dibebankan kepada angger Madyasta, sementara angger Wignyana tetap tinggal di Dalem Kadipaten, jika mungkin untuk mengatasi persoalan yang gawat yang dapat terjadi disini" "Guru" Wignyana itupun memohon "Jika saja guru dan ayahanda berkenan, aku ingin ikut bersama kakang Madyasta" "Wignyana' berkata Kangjeng Adipati kemudian "Aku setuju dengan gurumu, salah seorang dari kalian tetap tinggal disini, mungkin aku akan sangat memerlukannya" Wignyana tidak dapat memaksa, betapapun ia ingin pergi bersama Madyasta untuk mengatasi kerusuhan yang terjadi di Paranganom, namun ayahandanya menahannya agar ia tetap berada di istana. "Wignyana" berkata Kangjeng Adipati "Bukannya aku tidak percaya akan kemampuanmu, menurut gurumu, kau dan Madyasta telah bersama-sama menuntaskan ilmu yang kalian pelajari di padepokan, karena itu, menurut gurumu, kau dan Madyasta memiliki ilmu yang sama tinggi. Namun justru karena itu, maka aku ingin kau tetap tinggal berasamaku di Kadipaten" Wignyana sebagai seorang putera Adipati, harus mampu menempatkan diri, maka iapun berkata "Hamba menjunjung tinggi titah ayahanda Adipati" "Bagus Wignyana, kau tetap bersamaku dalam keadaan yang gawat ini" "Hamba, ayahanda" Ebook by Dewi Kangzusi 83 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Nah, dengan demikian, maka aku akan memerintahkan Madyasta untuk pergi mengatasi kerusuhan ini" "Kangjeng" berkata Ki Tumenggung Sanggayuda "Apakah tidak sebaiknya Kangjeng memerintahkan saja beberapa orang senapati untuk pergi melakukan tugas itu" "Kakang Tumenggung. Aku memang mempunyai keingingn untuk menguji anakku. Selama ini anak-anakku tidak pernah turun kedalam tugas-tugas penting. karena mereka tidak berada di Kadipaten. Biarlah angger Adipati Yudapati mengetahui, bahwa anak-anak Paranganom itu tidak saja pandai menabuh siter dan gender saja. Tetapi dalam keadaan gawat, merekapun bisa terjun ke gelanggang pertempuran" Ki Tumenggung Sanggayuda tidak mengatakan apa-apa lagi, sementara Kangjeng Adipati segera menjatuhkan perintah "Madyasta, berdasarkan perintahku, pergilah untuk memberantas kerusuhan itu, kau aku beri hak dan wewenang untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Tetapi kau tidak boleh lepas dari kebijaksanaan untuk mengatasi setiap keadaan" "Hamba ayahanda" "Pamanmu Tumenggung Wiradapa akan menunjuk, siapakah yang akan pergi bersamamu. Dengar nasehatnya serta nasehat pamanmu Tumenggung Sanggayuda" "Hamba junjung tinggi perintha ayahanda. Hamba akan mengikuti segala petunjuk paman Tumenggung bedua" "Nah, kakang Tumenggung Wiradapa dan kakang Tumenggung Sanggayuda. Aku serahkan anakku kepada kalian berdua. Biarlah ia melakukan kewajibannya sebagai Ebook by Dewi Kangzusi Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo 84 Kang Zusi http://kangzusi.com/ seorang prajurit juga sebagai putera seorang Adipati Paranganom. Semoga anakku dapat memberantas kerusuhan yang timbul di wilayah paranganom" "Hamba Kangjeng Adipati" sahut Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda hampir bersamaan. Wignyana memang merasa sangat kecewa. Tetapi ia dapat mengerti, kenapa jika salah seorang diantara mereka, dua orang putera Kangjeng Adipati, justru Madyasta yang harus dikenal oleh tentu bukan saja oleh Adipati Yudapati di Kateguhan, tetapi juga oleh rakyat Paranganom sendiri, karena Madyasta adalah putera Kangjeng Adipati. Madyasta yang kelak berhak untuk menggantikan kedudukan Kangjeng Adipati Prangkusuma di Paranganom, kakrena itu adalah wajar, bahwa Madyastalah yang harus lebih banyak dikenal oleh rakyat Paranganom. Hari itu juga Madyasta telah meninggalkan Kadipaten bersama Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda. Kedua orang Tumenggung itu akan membawa Madyasta kepada beberapa orang senapati terpilih yang akan mendampinginya, mengatasi kerusuhan di Paranganom. Bab 05 - Tiga Senapati Pilih Tanding Jilid ke 2 Hari itu juga Madyasta telah meninggalkan Kadipaten bersama Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda. Kedua orang Tumenggung itu akan membawa Madyasta kepada beberapa orang senapati terpilih yang akan mendampinginya, mengatasi kerusuhan di Paranganom. Ebook by Dewi Kangzusi 85 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Dalam pada itu, Ki Ajar yang merasa sudah terlalu lama berada di Kadipaten segera minta diri pula, ia sudah terlalu lama meninggalkan padepokannya. "Aku minta kakang dapat menunggu sampai kerusuhan di Kadipaten ini dapat diatasi" "Aku akan datang pada kesempatan lain, Kangjeng. Kasihan anak-anak di padepokan yang sudah terlalu lama aku tinggalkan" Kangjeng Adipati tidak dapat menahan Ki Ajar, sehingga akhirnya Kangjeng Adipati melepasnya meninggalkan Kadipaten pada keesokan harinya" Dalam pada itu, Ki Tumenggung Wiradapa serta Ki Tumenggung Sanggayuda sepakat untuk menunjuk tiga orang senapati muda terpilih untuk menyertai Raden Madyasta memberantas kerusuhan di Paranganom, ketiga senapati itu berasal dari kesatuan yang berbeda-beda. Bersama Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda, Madyasta pergi ke barak ketiga orang senapati yang terpisah itu. "Apakah aku sudah mengenal mereka, paman?" bertanya Madyasta. "Raden sudah lama meninggalkan Kadipaten, mungkin Raden belum mengenal mereka, tetapi dalam dua tahun ini, nama mereka banyak disebut-sebut di lingkungan keprajuritan Paranganom, mereka bertiga pula yang memimpin pasukan yang diminta oleh Kangjeng Sultan Tegal angkap. Ketika terjadi benturan kekuatan anara Tegal angkap dengan kekuatan yang datang dari seberang Bengawan Rahina. Ebook by Dewi Kangzusi 86 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Maka beberapa Kadipaten yang berada di bawah ikatan kesatuan dengan Tegal angkap telah mengirimkan pasukannya untuk bersama-sama menghadapi tekanan kekuatan yang besar yang datang dari seberang Bengawan Rahina itu. Ternyata pasukan dari Paranganom yang dipimpin ketiga orang senapati muda itu telah mendapat pujian khusus dari Kangjeng Sultan di Tegal angkap" jawab Ki Tumenggung Wiradapa. Siapakah nama-nama mereka, paman?" "Nama-nama mereka adalah Sasangka, Rembana dan Wismaya" Madyasta menganggung-angguk, seolah-olah kepada diri sendiri iapun bergumam "Nama yang baik, agaknya mereka memang meyakinkan" "Sebentar lagi angger akan segera bertemu dengan mereka, kita akan pergi ke barak terdekat, angger akan berjumpa dengan Sasangka" "Sasangka ya, rasa-rasanya aku pernah mendengar nama itu, mungkin aku pernah mengenalnya" "Sukurlah jika Raden pernah mengenalnya" Madyasta mencoba mengingatnya, namun nama Sasangka memang pernah dikenalnya empat tahun yang lalu, bahkan mungkin sebelumnya. Beberapa saat kemudian, maka mereka sampai di sebuah barak yang berpagar kayu rapat dan cukup tinggi. Ebook by Dewi Kangzusi 87 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Ketika mereka bertiga memasuki gerbang barak itu, maka prajurit yang bertugas segera memberi hormat, meskipun secara pribadi prajurit itu tidak mengenal langsung ketiga orang yang memasuki barak mereka, namun mereka dapat mengenal kedua orang diantara mereka adalah dua orang Tumenggung, sedangkan yang seorang lagi tentu orang penting pula. Bahkan kedua orang Tumenggung itupun agaknya menghormatinya pula. "Apakah Ki Lurah Sasangka ada ?" bertanya Ki Tumenggung Wiradapa. "Ada Ki Tumenggung, silahkan" Ki Tumenggung Wiradapa bersama dengan Raden Madyasta dan Ki Tumenggung Sanggayuda segera memasuki halaman barak yang terhitung luas itu. Sementara itu dua orang prajurit yang berada di gardu sebelah telah menyongsongnya pula. "Silahkan Ki Tumenggung" Salah seorang dari kedua orang prajurit itu telah mempersilahkan mereka untuk naik ke bangunan utama barak itu. "Dimana Ki Lurahmu?" bertanya Ki Tumenggung pula. "Ki Lurah sedang berlatih di halaman belakang , silahkan, biar aku menyampaikannya" "Tidak, tidak usah, biarlah kami pergi ke halaman belakang saja" Prajurit itu tidak berkata apa-apa lagi, tetapi ia melangkah mendahului kedua orang Tumenggung serta Madyasta ke halaman belakang, kawannyapun telah mengikutinya pula. Ebook by Dewi Kangzusi 88 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Di halaman belakang yang cukup luas itu, Ki Tumenggung dan Madyasta melihat para prajurit sedang berkumpul, Ki Lurah Sasangka sendiri berada di punggung kuda sambil membawa sebilah pedang telanjang. Sejenak kemudian, maka kudanya itupun berlari dengan kencang mengitari halaman belakang barak itu, setiap kali pedangnya terayun menyambar orang-orangan yang dibuat dari jerami yang berdiri berjajar beberapa langkah. Demikian kepala orang-orangan yang terakhir itu jatuh, maka prajuritpun bersorak sambil bertepuk tangan. Kuda Sasangka masih berlari berputar-putar di halaman, ketika para prajurit itu sudah berhenti bertepuk tangan dan bersorak, maka Sasangkapun telah meloncat turun dari kudanya. Namun Sasangka terkejut, bahkan para prajuritpun ikut berpaling pula ketika mereka medengar tepuk tangan yang bukan berasal dari mereka. "Ki Tumenggung" Sasangkapun mengagguk hormat, dengan tergesa-gesa ia melangkah mendekat. Namun ketika Sasangka itu berhenti beberapa langkah di depan kedua Ki Tumenggung. Ki Tumenggung Wiradapapun bertanya "Kau mengenal anak muda ini?" Sasangka mengerutkan dahinya, namun iapun kemudian menyahut "Tentu, tentu Ki Tumenggung, bukankah anak muda ini Raden Madyasta, putera Kangjeng Adipati Prangkusuma?" "Ya, ternyata kau sudah mengenalnya" Ebook by Dewi Kangzusi 89 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Sekitar empat tahun atau lima tahun yang lalu, pada saat itu aku masih menjadi menjadi seorang prajurit, aku sudah mengenal Raden Madyasta yang sering berada di tengahtengah para prajurit, bahkan kadang-kadang ikut berlatih bersama kami, waktu itu Raden Madyasta masih sangat muda diantara prajurit-prajurit yang lain". "Nah, apakah Raden masih ingat akan anak muda yang sekarang menjadi seorang Lurah prajurit, yang termasuk dalam hitungan senapati muda terpandang di Paranganom?" "Ki Tumenggung terlalu memuji, terima kasih" sahut Sasangka. "Ya, sekarang aku ingat, waktu itu aku memang sering berada diantara para prajurit muda. Beberapa kali aku mendapat peringatan karena kehadiranku yang kadangkadang justru menganggu. Tetapi aku ingin mempunyai banyak kawan, sampai pada suatu saat, ayahanda mengirim aku dan adimas Wignyana ke padepokan Panambangan". "Sekarang, Raden sudah kembali lagi ke kadipaten Paranganom atau hanya sekedar melepas kerinduan?" "Aku telah kembali pulang, kakang" "Raden dapat bermain lagi bersama kami, aku tidak akan pernah merasa terganggu jika Raden sering datang kemari dan berlatih bersama kami" "Tetapi kakang Sasangka bukan lagi kakang Sasangka yang dahulu. Seorang prajurit yang dengan gigih menempa diri di lingkungan keprajuritan" "Raden Madyastapun bukan Raden Madyasta yang dahulu" Ebook by Dewi Kangzusi 90 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Mereka berdua tersenyum. Sementara itu, Ki Lurah Sasangkah telah mempersilahkan ketiga orang tamunya duduk di pringgitan bangunan induk baraknya. "Silahkan Raden, silahkan Ki Tumenggung, aku akan mencuci kaki dan tanganku sebentar" Kedua orang prajurit yang mengantar Madyasta dan kedua orang Ki Tumenggung itu ke belakang, telah mempersilahkan ketiga orang tamu itu untuk pergi ke pendapa bangunan induk barak itu. Beberapa saat kemudian, Sasangka sempat melaporkan perkembangan barak serta pasukan yang dipimpinnya. Namun kemudian Sasangka itu bertanya "Ki Tumenggung, sebenarnyalah kehadiran Ki Tumenggung berdua, apalagi bersama Raden Madyasta, memang agak mengejutkan kami, penghuni barak ini, mungkin kami telah melakukan kesalahan yang tidak kami sadari, sehingga kehadiran Ki Tumenggung berdua serta Raden Madyasta akan mengetrapkan hukuman bagi kami seisi barak ini" Ketiga orang tamunya tertawa, Ki Tumenggung Wiradapalah yang menjawab "Jika kalian bersalah, maka bukan aku yang datang ke barakmu, tetapi kami akan memanggilmu atau mengirimkan tiga orang prajurit khusus untuk menangkapmu" Sasangkapun mengangguk hormat, katanya "Seandainya Ki Tumenggung berdua dan Raden Madyasta akan memberikan perintah, akupun dapat dipanggil menghadap" Ebook by Dewi Kangzusi 91 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Memang" sahut Ki Tumenggung Wiradapa "Tetapi sekali ini Raden Madyasta ingin melihat barakmu, ingin melihat ujudnya, namun juga ingin melihat isinya" "Terima kasih atas kesediaan datang mengunjungi barak ini. Mungkin keadaan kami tidak sebagaimana Raden kehendaki. Banyak sekali kekurangan yang terdapat di barak ini" :Aku tidak akan membuat penilaian kakang. Tetapi aku datang justru untuk mengganggu ketenanganmu" Sasangkan mengerutkan dahinya, dipandanginya kedua Ki Tumenggung yang datang bersama Madyasta itu berganti-ganti Kedua Ki Tumenggung itu tersenyum. Ki Tumenggung Sanggayudapun berkata "Kau dengar istilah yang dipergunakan oleh Raden Madyasta" Raden Madyasta tidak mengatakan bahwa ia datang untuk memberikan perintah kepadamu. Tetapi Raden Madyasta merasa dirinya justru datang mengganggumu" Madyasta tertawa, namun iapun bertanya "Apakah aku berhak memberikan perintah kepada para senapati?" "Raden" berkata Ki Tumenggung Sanggayuda "Sejak Raden mendapat perintah untuk menumpas para perampok itu, maka Raden telah madeg Senapati Agung. Bukankah ayahanda telah memberi wewenang kepada Raden untuk mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mengatasi para perampok itu?" Tetapi aku belum terbiasa melakukannya, paman. Di Padepokan, kedudukan para cantrik, semuanya sama. Adalah kebetulan bahwa aku termasuk cantrik yang sudah terhitung Ebook by Dewi Kangzusi 92 Kang Zusi http://kangzusi.com/ tua di padepokan Panambangan. Sehingga para cantrik yang sebagian besar masih muda-muda itu menaruh hormat kepadaku, bukan karana aku anak seorang Adipati. Tetapi aku adalah kakak seperguruan mereka, namun sebaliknya, kepada beberapa orang cantrik yang lebih tua daripadaku, yang masih tinggal di padepokan, akupun harus menghormati mereka, karena mereka adalah kakak seperguruaku" "Disini, kedudukan Raden mempunyai kekhususan, karena Raden adalah putera Kangjeng Adipati, apalagi Raden adalah putera tertua, yang menurut tatanan akan dapat menggantikan kedudukan ayahandamu kelak. Di Paranganom ini, hanya ada seorang Adipati, sedangkan puteranya yang tertua juga hanya seorang" Madyasta tertawam katanya "Tetapi itu bukan berarti bahwa aku adalah orang yang mempunyai kedudukan khusus di kadipaten ini, aku rasa aku tidak ada bedanya dengan anakanak muda yang lain, yang harus mengabdi kepada kadipaten ini" "Mau tidak mau, Raden" berkata Sasangka "Mau tidak mau Raden mempunyai kedudukan yang khusus, justru karena hanya ada seoroang di seluruh kadipaten" Madyasta masih tertawa, katanya "Bukankah itu menjadi beban bagiku?" "Ya" sahut Ki Tumenggung Wiradapa "Yang kemudian ada di pundak Raden adalah kewajiban, kewajiban sebagai seorang putera Adipati, tetapi disamping kewajiban yang Raden pikul, Radenpun mempunyai hak dalam kedudukan Raden sebagai putera seorang Adipati dan sebagai seorang anak muda dari kadipaten Paranganom. Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ebook by Dewi Kangzusi 93 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Baiklah" berkata Madyasta "Aku akan berusaha untuk menyesuaikan diriku dengan hak dan kewajibanku" "Nah, sekarang aku menunggu perintah Raden Madyasta" berkata Sasangka. Madyasta memandang Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda sekilas. Namun kemudian iapun berkata kepada Sasangka "Kakang, aku mendapat perintah dari ayahanda untuk menangani keresahan di beberapa kademangan karena tindak kejahatan. Perampok, penyamun dan penjahat-penjahat yang lain telah mengganggu ketenangan penduduk beberapa kademangan itu. Bahkan ketika aku pulang dari padepokan bersana Wignyana dan Ki Ajar Wihangga, kamipun telah diganggu oleh perampok di perjalanan. Sayang bahwa kami tidak dapat menangkap mereka, meskipun kami berhasil menggagalkan usaha mereka" Sasangkapun segera tanggap, dengan serta merta ia berkata "Raden akan memberikan perintah kepadaku untuk ikut bersama Raden menangani kejahatan itu?" "Ya, para Demang tidak lagi mampu membendung arus kejahatan itu, beberapa orang korban telah jatuh. Bukan hanya korban harta benda, tetapi juga korban jiwa" "Sendika, Raden. Aku siap untuk melaksanakan segala perintah" "Tetapi kita tidak hanya berdua. Menurut paman Tumenggung Wiradapa dan paman Tumenggung Sanggayuda, kita akan menghubungi kakang Rembana dan kakang Wismaya" Ebook by Dewi Kangzusi 94 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Aku sudah siap kapanpun aku harus berangkat, demikian pula pasukanku yang ada di barak ini, kami akan siap dalam waktu yang singkat" "Terima kasih kakang, tetapi kita tidak akan berangkat segera, kita masih akan berbicara dengan kakang Rembana dan kakang Wismaya. Apa yang sebaknya kita lakukan" "Jadi?" "Kita akan ke barak kakang Rembana dan kakang Wismaya lebih dahulu" "Baik, Raden. Aku akan mengantar Raden menemui Rembana dan Wismaya di barak mereka" Dalam pada itu, Raden Madyasta berkata kepada Ki Tumenggung Wiradapa berkata dan Ki Tumenggung Sanggayuda "Paman berdua, agaknya paman tidak usah mengantar aku selanjutnya, aku akan pergi bersama kakang Sasangka saja, paman Tumenggung berdua akan dapat segera beristirahat." "Jadi Raden akan pergi bersama Sasangka saja?" "Ya, paman. Jika hari ini aku tidak kembali ke Kadipaten, sampaikan kepada ayahanda, bahwa aku berada disalah satu barak dari ketiga orang senapati muda ini. Kami akan membicarakan langkah-langkah yang akan kami ambil. Karena kami harus segera berbuat sesuatu sebelum kejahatan itu menjalar keseluruh kadipaten Paranganom" "Baiklah, Raden. Agaknya Raden akan berbicara dengan anak-anak muda yang sebaya dengan Raden. Tetapi jika Raden perlu pendapat orang-orang tua ini, silahkan Raden memanggil kami berdua" berkata Ki Tumenggung Wiradapa. Ebook by Dewi Kangzusi 95 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Tentu paman, setidak-tidaknya sebelum kami berangkat, kami akan menghadap ayahanda serta bertemu dengan paman berdua" "Baik, Raden. Sekarang, kami berdua minta diri" lalu katanya kepada Sasangka "Hati-hati mengambil keputusan Sasangka, persoalannya ini tidak sederhana" "Baik, Ki Tumenggung, pada saatnya kami akan memberikan lapoaran kepada Ki Tumenggung" Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda meninggalkan barak prajurit yang dipimpin oleh lurah Sasangka itu. Sementara itu Ki Lurahpun segera bersiap untuk mengantar Raden Madyasta menemui Rembana dan Wismaya. Beberapa saat kemudian, kedua orang anak muda itu telah mengenderai kuda mereka menuju ke barak prajurit yang lain, yang letaknya tidak terlalu jauh. Ketika keduanya sampai di barak prajurit yang dipimpin oleh Rembana, kebetulan Rembana sedang berlatih bersama beberapa orang pemimpin kelompok di barak itu. Rembana tengah memberikan petunjuk-petunjuk kepada para pemimpin kelompok yang kemudian harus disampaikan kepada prajurit. Rembana telah menyampaikan beberapa gagasan kepada prajurit-prajuritnya untuk membuat gelar perang yang sudah ada menjadi semakin hidup serta gerakan-gerakan yang dapat menghancurkan lawan. Kedatangan Sasangka telah menghentikan latihan itu. Diserahkannya latihan itu kepada pemimpin kelompok yang tertua untuk melanjutkan latihan-latihan itu. Ebook by Dewi Kangzusi 96 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Teruskan latihan ini, aku akan menerima tamu" "Baik, Ki Lurah: jawab pemimpin kelompok yang tertua itu. Rembanapun kemudian mempersilahkan kedua tamunya untuk duduk di pringgitan bangunan utama barak itu. Ternyata Rembanapun telah dikenal oleh Madyasta, antara empat atau lima tahun yang lalu, sebagaimana Sasangka. Rembana waktu itu masih seorang prajurit. Madyasta yang agak nakal pada waktu itu, memang sering berada diantara prajurit muda serta berlatih bersama mereka, meskipun yang dilakukannya itu tidak dibenarkan oleh ayahanda, sehingga akhirnya, Madyasta dan Wignyana sekaligus dikirim ke padepokan Panambangan agar keduanya dapat berlatih dengan cara yang lebih baik dan teratur, memiliki bekal secara pribadi, sehingga yang benar-benar sepadan dengan kedudukan mereka. "Kedatangan Raden yang tiba-tiba memang agak mengejutkan kami, sesisi barak ini" berkata Rembana kemudian. Madyasta tersenyum, katanya "Kami mengemban perintah ayahanda Adipati kakang" Wajah Rembana menegang, dipandanginya Sasangka sekilas, kemudian iapun bertanya "Apakah ada perintah dari Kangjeng Adipati?" "Ya, kakang" jawab Madyasta "Ada hubungannya dengan meningkatnya kerusuhan di Kadipaten ini." "Apakah aku diperintahkan untuk mengatasi masalah tersebut?" Ebook by Dewi Kangzusi 97 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Kita akan bersama-sama melakukannya" "Maksud Raden?" Madyasta kemudian menjelaskan perintah ayahandanya yang diembannya, serta niatnya untuk membawa Sasangka, Rembana dan Wismaya menyertainya. "Rembana dengan serta-merta menyahut "Aku siap menerima perintah, Raden. Kapanpun dan dimanapun aku ditempatkan" "Tidak hari ini, kakang. Nanti kita bersama-sama akan berbicara serta menyusun rencana, apa yang akan harus kita lakukan, agar langkah kita dapat sampai ke sasaran dengan pasti" "Baik, Raden. Aku siap menerima perintah" "Raden Madyasta masih akan menghubungi Wismaya dahulu, Rembana" "Apakah kau akan menyertainya?" "Ya, aku akan mengantarkan Raden Madyasta untuk menemuinya" "Kalau begitu, aku juga ikut bersamamu, jika Raden mengijinkan" "Aku tidak keberatan, kakang. Kita akan pergi bertiga menemui kakang Wismaya" Rembanapun kemudian telah memberitahukan kepada orang kepercayaannya, bahwa ia akan pergi bersama Raden Ebook by Dewi Kangzusi 98 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Masyasta, putera kangjeng Adipati Prangkusuma serta Sasangka. Ketika mereka sampai di barak Wismaya, ternyata Wismaya sedang berada di sanggarnya, seorang prajurit telah memberitahukan kepadanya, bahwa ada tiga orang tamu yang mencarinya. "Siapa?" "Ki Lurah Sasangka, Ki Lurah Rembana dan Raden Madyasta, putera Kangjeng Adipati Prangkusuma" "Raden Madyasta?" ulang Wismaya "Ya, Ki Lurah" "Baiklah, persilahkan mereka duduk di pringgitan, aku akan segera menemui mereka" "Baik Ki Lurah" Wismaya dengan pakaian yang masih basah dengan keringat, menemui ketiga orang tamunya yang sudah duduk di pringgitan. Seperti Sasangka dan Rembana, Raden Masyastapun telah mengenal Wismaya seperti ia mengenal Sasangka dan Rembana. Yang dalam empat tahun mereka sudah menjadi Lurah prajurit. Bahkan telah memimpin pasukan kadipaten Paranganom bersama-sama dengan pasukan Tegal angkap menghadapi pasukan yang datang dari seberang Bengawan Rahina. "Jadi kita akan bertugas untuk mengatasi kerusuhan itu, Raden?" bertanya Wismaya. Ebook by Dewi Kangzusi 99 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Ya, kakang" "Kapan kita akan berangkat?" "Nanti malam kita akan membicarakan rancara itu sebaikbaiknya" "Apakah aku harus menghadap Raden ke dalam Kadipaten?" "Tidak, kakang. Aku tidak pulang malam ini, kita akan bertemu an berbicara di barak kakang Sasangka. Malam ini aku akan bermalam di barak itu. Besok setelah rencana kita susun sebaik-baiknya, baru kita menghadap ayahanda untuk minta diri serta melaporkan rencana kita" "Baiklah Raden, nanti aku akan datang ke barak Sasangka" "Kita akan bertemu dan berbicara lepas maghrib" "Baik Raden" Demikianlah, setelah berbicara beberapa saat, maka Madyasta minta diri. Demikian pula Rembana dan Sasangka. "Sasangka, jangan lupa, nanti setelah maghrib" Rembana mengingatkan, ketika mereka berada di regol halaman barak. "Tentu aku tidak akan lupa" jawab Wismaya. "Kau seringkali lupa, Wismaya. Kau masih muda, tetapi kau sudah pikun seperti kakek-kakek" "Tetapi aku tidak pernah lupa dengan tugas yang penting" Ebook by Dewi Kangzusi 100 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Sasangka tersenyum sambil menyahut "Wismaya dapat saja lupa tidak membawa kaki atau kepalanya. Tetapi ia tidak akan lupa tugas-tugas keprajuritannya" "Terima kasih atas pujuanmu, Sasangka" "Yang mendengarnya tertawa, sementara Rembana berkata "Sasangka, kau memuji Wismaya ya, mungkin kau berharap bahwa nanti malam Wismaya akan datang ke barakmu sambil membawa oleh-oleh jajanan pasar?" Mereka semua tertawa berkepanjangan. Seorang prajurit yang bertugas jaga di regol mengerutkan keningnya, di dalam hatinya iapun berkata Ki Lurah Wismaya itu dapat juga tertawa, jarang sekali aku melihat suasana yang begitu gembira seperti saat ini bagi Ki Lurah Wismaya yang sehari-hari kelihatan selalu bersunggung-sungguh itu. Sepeninggal Sasangka dan Rembana serta Raden Madyasta, serta setelah masuk kembali ke dalam barak, prajurit yang bertugas tadi berbicara kepada kawannya yang juga sedang bertugas "Apakah kau pernah melihat Ku Kurah Wismaya tertawa?" "Ya, pernah. Bukankah kau akan mengatakan bahwa tadi kau melihat Ki Lurah Wismaya berkelakar dengan Ki Lurah Sasangka dan Rembana" Bahkan dengan Raden Madyasta?" "Ya. Bukankah Ki Lurah Wismaya selalu kelihatan bersungguh-sungguh sehingga memandang wajahnya saja rasa-rasanya aku segan" "Tetapi Ki Lurah Wismaya itu orang baik, kau pernah melihat salah seorang dari kita yang berada di barak ini diperlakukan tidak adil", Ki Lurah memang seorang yang Ebook by Dewi Kangzusi 101 Kang Zusi http://kangzusi.com/ tegas. Tetapi sebenarnya hatinya lembut. Ketika dua orang prajuritnya gugur di peperangan dekat Bengawan Rahina, yang pada waktu itu aku juga terluka, kau tahu bahwa semalam suntuk Ki Lurah menunggu kedua sosok mayat itu?" "Ya, aku juga berada di medan pada waktu itu" "Nampaknya Ki Lurah juga telah mendapat perintah dari Raden Madyasta" Kawannya mengangguk-angguk, katanya "Kita tunggu saja, malam ini Ki Lurah akan membicarakan rencananya di barak Ki Lurah Sasangka, tetapi aku tidak mendengar lebih banyak lagi" Keduanyapun terdiam. *** Seperti yang direncanakan, maka ketika senja menjadi semakin buram, di barak masing-masing. Rembana dan Wismaya segera mempersiapkan diri, mereka akan pergi ke barak Sasangka untuk membicarakan tugas yang akan mereka pikul untuk mengatasi kerusuhan yang menjadi semakin meningkat di Paranganom. Sementara itu, Madyasta memang tidak pulang ke Kadipaten, ia ingin berada di lingkungan kehidupan para prajurit. Madyasta ingin mengalami, makan, tidur dan bahkan kehidupan para prajurit seutuhnya, sebagaimana pernah dilakukannya pada masa-masa yang lalu. Ketika malam turun, maka ketiga orang lurah prajurit itu sudah berkumpul bersama Raden Masyasta. Ebook by Dewi Kangzusi 102 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Sebelum mereka mulai menentukan sikap, maka merekapun lebih dahulu mempelajari semua laporan yang pernah disampaikan tentang kerusuhan yang terjadi di Paranganom. Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda sudah memberitahukan semua laporan tugas untuk mengatasi kerusuhan itu. Bahkan merekapun telah merencanakan pula kehadiran Raden Ayu Prawirayuda di Kadipaten Paranganom. "Kenapa Raden Ayu Prawirayuda itu diusir dari Kadipaten Kateguhan" bertanya Wismaya. "Ayahanda belum mendapat keterangan yang jelas, yang disampaikan oleh bibi hanya sekedar dugaan-dugaan dan kata orang, tetapi kakangmas Adipati di Kateguhan sendiri tidak pernah menjatuhkan tuduhan apa-apa. "Apakah kesalahan Raden Ayu Prawirayuda itu sedemikian besarnya sehingga jusutru harus dirahasiakan", atau mungkin akan menyentuh harga diri dan kewibawaan Kangjeng Adipati di Kateguhan?" "Itulah yang tidak jelas, padahal bibi adalah seorang perempuan yang berilmu tinggi. Bibi Prawirayuda yang pada waktu paman Prawirayuda masih menjadi Adipati di Kateguhan telah menyusun satu kekuatan yang belum pernah ada sebelumnya, pasukan yang terdiri dari perempuan-perempuan muda yang dilatih khusus langsung oleh bibi sendiri dibantu oleh beberapa senapati laki-laki. Sehingga pada waktu itu bibi pernah disebut sebagai Srikandi Kateguhan" Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Rasa-rasanya tentu ada sesuatu yang dirahasiakan" berkata Sasangka. Ebook by Dewi Kangzusi 103 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Sementara itu, bersamaan dengan kehadiran Raden Ayu Prawirayuda di Paranganom, kerusuhan di Paranganom menjadi semakin meningkat pula" sahut Rembana. "Mungkin hanya satu kebetulan, kakang" berkata Madyasta kemudian "Meskipun demikian, kita akan melihat perkembangan keadaan" "Mudah-mudahan memang hanya satu kebetulan, Raden. Tetapi menelusuri arah perluasan kerusuhan itu, memang dapat menumbuhkan satu pertanyaan tentang keterlibatan orang-orang Kateguhan, mungkin memang tidak ada kesengajaan dari para pemimpin di Kateguhan untuk menimbulkan kerusuhan di Paranganom. Mungkin yang terjadi adalah turunnya dengan tajam kesejahteraan hidup rakyat kateguhan, sehingga ada beberapa orang yang terpaksa mencari jalan pintas untuk mendapatkan sarana kesejahteraan bagi hidup mereka. Tetapi mereka tidak mau melakukannya di lingkungan mereka sendiri, sehingga mereka harus menyeberangi perbatasan antara kadipaten Kateguhan dan Kadipaten paranganom. "Memang ada beberapa kemungkinan, kakang" jawab Madyasta "Bahkan mungkin mereka adalah orang-orang yang datang dari jauh. Mereka bahkan mungkin juga membuat kerusuhan di kadipaten Kateguhan sebagaimana mereka lakukan di Paranganom." Ketiga orang Lurah prajurit itu mengangguk-angguk. Meskipun demikian, Wismaya bertanya "Apakah ada laporan bahwa kerusuhan itu juga terjadi di Kateghan?" "Belum kakang, beberapa orang prajurit sandi yang bertugas untuk mengamati kemungkinan itu belum memberikan laporan "Raden Madyasta berhenti sejenak, lalu katanya "Tetapi kita tidak usah menunggu laporan itu. Ebook by Dewi Kangzusi 104 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Semakin lamban kerusuhan ini ditangani, maka keresahan akan menjadi semakin tersebar luas di Paranganom. "Ya Raden" jawab Sasangka "Sekarang, kami menunggu perintah Raden, apakah kami masing-masing harus menyiapkan kelompok prajurit dan kami tempatkan di daerah yang rawan?" "Kakang, apakah kita dapat mempergunakan cara lain" Jika kita membawa prajurit ke daerah rawan, maka hal itu tentu akan segera didengar oleh para perampok. Mereka akan dapat merubah medan yang akan mereka masuki. Atau bahkan mereka untuk sementara akan menghentikan kegiatannya, sehingga dengan demikian, kepergian kita akan sia-sia. Namun demikian, jika kita menarik diri, maka mereka akan segera datang kembali" "Jadi bagaimana menurut Raden?" bertanya Wismaya. "Kita akan pergi berempat saja, mungkin kita memerlukan empat atau atau lima orang kawan lagi" "Jadi kita akan datang berempat saja?" bertanya Rembana. "Ya" "Bagus, aku sependapat Raden" "Selebihnya kita akan menyiapkan anak-anak muda dari kademangan setempat. Para perampok tentu akan meremehkan anak-anak muda itu. Tetapi kita akan dapat memberikan latihan-latihan khusus kepada mereka. Meskipun sekedar dasar-dasarnya saja. Tetapi bersama-sama dengan kita berempat, mereka akan dapat berbuat sesuatu bagi kademangan mereka" Ebook by Dewi Kangzusi 105 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Rembana termangu-mangu sejenak, sementara Sasangka kemudian berkata "Tetapi apakah tidak akan terlalu banyak korban jika benar-benar terjadi benturan kekuatan antara kita dan para perampok itu jika kita menyertakan anak-anak muda kademangan yang belum pernah mempergunakan senjata" "Kita akan selalu bersama mereka, jika perlu, seperti yang aku katakan tadi, kita akan membawa empat atau lima orang terpilih bersama kita. Tetapi tentu mereka tidak perlu berjalan seiring dengan kita" "Maksud Raden?" Bab 06 - Kademangan Panjer "Maksud Raden?" :Kita akan pergi berempat, mudah-mudahan kedatangan kita tidak mereka ketahui. Tetapi seandainya mereka tahu, maka merekapun tidak merasa perlu untuk menghindar, karena kita hanya berempat. Selebihnya, beberapa orang prajurit akan datang berurutan dalam pakaian para petani sehari-hari. Seakan-akan mereka sedang melakukan tugas sandi" "Aku mengerti maksud Raden" berkata Rembana. "Nah jika demikian, maka aku minta kakang masing-masing memilih dua prajurit terbaik, perintahkan mereka untuk menyusul kita, tetapi seperti yang aku katakan tadi, mereka berada dalam tugas sandi, agar para perampok itu tidak merubah rencana mereka" "Baik Raden, kami mengerti maksud Raden" Ebook by Dewi Kangzusi 106 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Kapan kita akan berangkat Raden" " "Besok pagi saat matahari terbit, kita akan pergi menghadap ayahanda memberikan laporan tentang rencana kita, kita akan langsung berangkat menuju ke kademangan Panjer. Bukankah menurut perhitungan kita, para perampok itu akan merambat sampai ke kademangan Panjer?" "Ya, Raden. Sementara itu, kedua orang prajurit dari barak kami masing-masing harus langsung pergi ke Panjer" "Ya, biarlah mereka berjalan kaki, tetapi mereka tidak boleh berjalan bersamasama" "Baik, baik, aku akan memerintahkan dua orangku yang terbaik untuk berangkat esok pagi, berkata Rembana. "Mereka harus langsung pergi ke rumah Ki Demang sementara kita sudah berada di kademangan itu." "Ya, Raden" Demikianklah, malam itu itu mereka telah mendapatkan kesepakatan, esok pagi, pada saat matahari terbit, mereka akan bersama-sama menghadap Kangjeng Adipati Prangkusuma. Malam itu, Sasangka, Rembana, Wismaya telah menunjuk masing-masing dua orangnya yang terbaik. Mereka mendapat perintah khusus untuk menjalankan tugas mereka yang khusus pula. Demikianlah, maka ketika matahari terbit di keesokan harinya. Madyasta bersama Sasangka, Rembana dan Wismaya telah menghadap Kangjeng Adipati Prangkusuma, meskipun Kangjeng Adipati baru saja bangun dan bersiap-siap untuk Ebook by Dewi Kangzusi 107 Kang Zusi http://kangzusi.com/ mandi, namun kedatangan Madyasta dan ketiga orang senapati itu telah mendapat perhatiannya, sehingga Kangjeng Adipati telah menerima puteranya sebelum Kangjeng Adipati sempat mandi. "Apa rencanamu Madyasta?" Madyastapun telah menyampaikan rencananya yang telah disusun semalam bersama Sasangka, Rembana dan Wismaya. Kangjeng Adipatipun mendengarkan laporan serta rencana Madyasta itu dengan sungguh-sungguh, sekali-sekali Kangjeng Adipati mengangguk-angguk, namun kadang-kadang nampak dahinya berkerut. "Aku percaya padamu, Madyasta" berkata Kangjeng Adipati. "Kami mohon doa restu ayahanda" berkata Madyasta kemudian. "Berangkatlah, kau mengemban tugas sebagai seorang putera Adipati Paranganom" Ketika matahari naik sepenggalah, maka Madyasta dan ketiga senapati muda itupun meninggalkan dalem kadipaten menuju ke kademangan Panjer yang tidak jauh dari perbatasan dengan Kadipaten Kateguhan. Berkuda mereka berempat keluar dari pintu gerbang kota, menyusuri jalan-jalan bulak, kuda mereka itupun berlari di bawah panasnya sianr matahari yang semakin terasa menyengat kulit. Sekali-sekali keempat orang itupun berhenti untuk memberi kesempatan kuda-kuda mereka beristirahat. Ebook by Dewi Kangzusi 108 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Namun kemudian keempat orang itupun segera melanjuntukan perjalanan, dibawah teriknya sinar matahari, mereka melarikan kuda mereka di jalan berbatu-batu, diantara jalur-jalur jejak roda pedati. Sekali-sekali keempat orang itu melewati jalan tidak begitu jauh dari hutan yang lebat. Namun kemudian jalan itu melingkar dan menurun tajam. Tetapi kemudian memanjat naik lereng pegunungan, menyeberangi sungai yang tidak mempunyai jembatan. Perjalanan mereka memang cukup panjang. "Kita tidak mendahului prahurit-prajurit yang pergi ke Panjer" berkata Madyasta "Atau mungkin mereka berada di pasar ketika kita melewati pasar di padukuhan seberang sungai itu?" "Padukuhan Karangwetan, Raden. Pasar itu adalah pasar Karangwetan" Namun Wismayapun menyahut "Agaknya mereka tidak mengambil jalan ini, Raden. Mereka akan mengambil jalan pintas yang lebih dekat" Madyasta mengangguk-angguk "Meskipun jalan itu agak rumit, tetapi mereka akan cepat sampai di Panjer" "Barangkali esok pagi mereka baru akan memasuki kademangan Panjer, Raden" berkata Wismaya. "Jadi mereka harus bermalam di perjalanan?" "Mereka tentu akan menghentikan perjalanan mereka dan bermalam di mana saja. Jika mereka berjalan terus di malam Ebook by Dewi Kangzusi 109 Kang Zusi http://kangzusi.com/ hari, pada saat kerusuhan sedang menghantui padukuhanpadukuhan, akan dapat timbul salah paham" Madyasta mengangguk-angguk. Di sore hari, ketika mereka berempat singgah di sebuah kedai, merekapun mendengar pembicaraan tentang kerusuhan itu, agaknya rakyat Paranganom, terutama di daerah rawan, benar-benar menjadi gelisah. "Kalian akan pergi kemana anak muda?" bertanya seorang tua yang juga sedang berada di kedai itu. Orang itu tidak menyadari bahwa ia berbicara dengan putera Kangjeng Adipati serta tiga senapati terpilih di Kadipaten Paranganom, karena mereka sama sekali tidak mengenakan ciri-ciri keprajuritan. Yang menjawab pertanyaan orang tua itu adalah Wismaya, jawabnya "Kami akan pergi ke Tegal Gumelar, Ki Sanak" Orang tua itu mengeruntukan keningnya, lalu katanya "Hati-hatilah anak muda, bukankah Tegal Gumelar itu letaknya di sebelah kademangan Panjer?" "Ya, Ki Sanak?" "Kami, di lingkungan ini sedang digelisahkan oleh kerusuhan-kerusuhan yang semakin meningkat" "Apa yang telah terjadi disini, Ki Sanak?" bertanya Rembana. "Perampokan, tidak hanya di jalan-jalan sepi, tetapi para perampok itu dengan berani mendatangi kademangankademangan, mereka tidak melakukan kejahatan itu dengan Ebook by Dewi Kangzusi 110 Kang Zusi http://kangzusi.com/ diam-diam, tetapi mereka seakan-akan sengaja menantang para penghuni kademangan yang di datanginya" "Nampaknya keadaan sudah parah, Ki Sanak" "Ya. Kerana itu, pertimbangkan perjalanan kalian. Apakah keperluan kalian ke Tegal Gumelar anak muda?" "Kami adalah pedang wesi aji dan bebatuan, Ki Sanak" "Apalagi jika kalian pedang" berkata orang tua itu "Sebaiknya kalian menunda perjalanan kalian" "Tetapi kami tidak mau kehilangan kesempatan terbaik, Ki Sanak. Kami berjanji untuk membawa barang-barang yang mereka pesan itu hari ini" "Kau akan kemalaman di jalan" "Tidak akan terlalu malam" "Anak muda" berkata orang tua itu, "Mungkin kau belum mendengar apa yang pernah terjadi di daerah ini, kerusuhan dan kejahatan semakin menjadi-jadi. Sementara itu, Kangjeng Adipati Prangkusuma nampaknya acuh tak acuh saja, kademangan-kademangan sudah menyampaikan laporan, bahwa mereka sudah tidak mampu menanggulangi kejahatan yang semakin tersebar di daerah ini. tetapi tidak ada tindakan apapun yang telah diambil oleh Kangjeng Adipati, menurut ceritanya, para prajurit telah mendapat pujian ketika mereka turun ke medan perang di sebelah bengawan Rahina, tetapi sekarang, di kadipaten itu sendiri, prajurit itu tidak mengambil tindakan apa-apa" Ebook by Dewi Kangzusi 111 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Tentu bukan begitu, Ki Sanak" berkata Sasangka "Pada saatnya Kangjeng Adipati tentu akan memerintahkan prajurit-prajurit untuk mengatasinya" "Tetapi kapan", apa pula yang ditunggu", lihat ngger, meskipun hanya berseberangan perbatasan, di Kadipaten Kateguhan tidak terjadi apa-apa. Tetapi hampir di sepanjang perbatasan, terutama yang menghadap ke daerah rawan, prajurit meronda hampir setiap saat, sehingga para perampok itu tidak berani menyeberang. Mereka tidak berani melakukan kejahatan di daerah Kateguhan.. "Mungkin Kangjeng Adipati sedan mengumpulkan keterangan-keterangan yang akan sangat berani bagi langkah-langkah yang akan diambilnya" "Itulah yang kami sesalkan, lamban sekali" Madyasta menarik nafas panjang, tetapi ia tidak menyahut sama sekali agar lidahnya tidak salah ucap. "Nah, dengar nasehatku, aku adalah penghuni daerah ini sejak lahir, aku tahu benar apa yang sedang bergejolak di daerah ini dan sekitarnya" "Tetapi bukankah Tegal Gumelar masih agak jauh dari sini?" "Ya, tetapi kau akan melintasi daerah rawan itu" Sasangkapun tersenyum sambil berkata "Terima kasih atas peringatan ini, Ki Sanak. Tetapi jangan cemaskan kami, kami akan berhati-hati" Jadi kalian tetap akan pergi ke Tegal Gumelar?" Ebook by Dewi Kangzusi 112 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Ya, Ki Sanak. Doakan kami agar kami tidak menemui hambatan yang berarti" "Aku doakan kalian meskipun kalian atidak mau mendengarkan nasehatku" Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Bukannya kami tidak mau mendengarkan nasehat Ki Sanak, tetapi kami sudah berjanji kepada seseorang yang sangat baik kepada kami" Orang tua itu memandang ke empat anak muda itu dengan kerut di dahi. Tetapi iapun kemudian tidak berbicara lagi, diangkaktnya mangkuknya, kemudian dihirupnya minuman yang ada di dalamnya. Sementara itu, beberapa orang yang lain, yang agak lama berada di kedai itu, telah meninggalkan tempat itu, setelah mereka membayar harga makanan dan minuman mereka. Madyasta dan ketiga orang senapati itu sudah merasa cukup beristirahat, demikian juga kuda-kuda mereka, maka merekapun minta diri kepada orang tua itu. "Hati-hati ngger, sebenarnyalah aku merasa sedih bahwa angger ternyata akan meneruskan perjalanan angger" "Terima kasih atas perhatian Ki Sanak, tetapi jangan cemas. Dalam beberapa hari aku akan kembali lewat jalan ini pula, sekali lagi, doakan kami, Ki Sanak" Ketika Madyasta membayar makanan serta minuman mereka, pemilik kedai itupun berkata "Aku sependapat dengan orang tua itu, Ki Sanak" Ebook by Dewi Kangzusi 113 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Tetapi kami tidak dapat berbuat lain, kami sudah berjanji untuk untuk datang hari ini meskipun kami akan sampai Tegal Gumelar agak malam" "Hati-hatilah anak-anak muda" pemilik kedai itupun berpesan. Sejenak kemudian, maka empat ekor kuda berlari di jalan-jalan bulak menuju ke kademangan Panjer. Namun Madyastapun kemudian memperlambat kudanya, kepada Wismaya yang berkuda disebelahnya, Madyastapun berkata "Rakyat benar-benar sudah menjadi gelisah, ayahanda memang agak terlambat mengambil tindakan" "Ayahanda agaknya tidak mau tergesa-gesa menanggapi peristiwa yang bagi Paranganom agak mengejuntukan dan menimbulkan banyak pertanyaan itu" "Tetapi seharusnya ayahanda tidak usah menunggu jawaban dari perptanyan itu, ternyata rakyat sudah menjadi sangat gelisah. Karena itu, kita memang harus bertindak segera" "Mungkin kita memang agak lamban, Raden, tetapi kita ingin penyelesaian yang tuntas, jika kita melakukannya sebagaimana dilakukan oleh Kadipaten Kateguhan sebagaimana dikatakan oleh orang tua itu, maka penyelesaiannyapun akan mengambang. Waktunya akan menjadi panjang. Tetapi seperti yang Raden kehendaki, cara yang kita tempuh ini agaknya memang lebih baik" Madyasta mengangguk-angguk, namun rasa-rasanya ia ingin lebih cepat sampai di Kademangan Panjer. Ebook by Dewi Kangzusi 114 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Namun dalam pada itu, setiap keempat ekor kuda itu berlari tidak terlalu kencang, Madyasta dan para prajurit itu mendengar derap kaki kuda di belakang mereka. Ketika mereka berpaling, mereka melihat beberapa orang berkuda berusaha untuk menyusul mereka. "Kita akan menunggu mereka" berkata Rembana, "Jika memreka orang-orang jahat, kita akan menyelesaikan mereka disini" Tetapi Madyasta berkata "Sebaiknya kita melarikan diri saja, aku yakin, kudakuda kita tentu lebih baik dari kuda mereka" "Kenapa melarikan diri, Raden. Bukankah jumlah mereka tidak terlalu banyak, mungkin hanya lima orang atau enam orang saja" "Bukan itu soalnya, jika mereka itu bagian dari orang-orang yang sering menimbulkan kerusuhan di daerah ini, jangan mendapat kesan bahwa ada orang-orang yang dapat mengalahkan mereka, biarkan mereka tetap dalam keadaan seperti biasa. Kita harus menghadapi mereka jika mereka datang dalam jumlah yang utuh, sehingga kerja kita akan dapat selesai dengan tuntas" "Tetapi, aku belum pernah melarikan diri dari pertempuran, apalagi hanya sekedar sekelompok perampok" berkata Rembana. "Sekarang saatnya untuk mencoba" sahut Madyasta sambil tersenyum. Rembana termangu-mangu sejenak, namun ketika Madyasta, Sasangka dan Wismaya melarikan kuda mereka Ebook by Dewi Kangzusi 115 Kang Zusi http://kangzusi.com/ semakin kencang, maka Rembana telah menghentakkan kudanya pula. Keempat ekor kuda itu berlari semakin kencang, beberapa puluh langkah dibelakang mereka, enam orang penunggang kuda mencoba untuk mengejar mereka. Beberapa lama kedua kelompok orang berkuda itu saling berkejaran di jalan-jalan bulak yang tidak terlalu lebar, bahkan jalan yang telah digores oleh jalur roda pedati yang agak dalam. Namun para penunggang kuda itu cukup terampil mengendalikan kuda mereka. Beberapa saat kemudian, jalanpun mulai mendaki dan berbelok-belok, mereka melintasi jalan yang tidak terlalu jauh dari hutan. Ternyata perhitungan Madyasta benar, jarak mereka dengan orang-orang berkuda yang memburu mereka semakin lama menjadi semakin jauh, kuda-kuda para prajurit Pajang itu memang lebh baik dari kuda yang dipergunakan oleh orang-orang yang memburu mereka. Beberapa saat kemudian, maka orang-orang yang memburu Madyasta dan ketiga senapati itu menyadari, bahwa mereka tidak akan dapat berhasil memburu sekelompok orang yang akan mereka jadikan korban perampokan itu. "Kuda-kuda itu berlari seperti anak panah" geram orang tertua diantara para perampok itu. "Kuda-kuda mereka tergolong kuda-kuda yang baik, sehingga kuda-kuda kita tidak berhasil mengejarnya" Ebook by Dewi Kangzusi 116 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Satu sasaran yang sangat baik" berkata seseorang yang lain. Ternyata mereka adalah orang-orang yang mendengar pembicaraan ketiga orang senapti Paranganom dengan orang-orang yang ada di kedai tadi. Orang-orang itulah yang meninggalkan kedai terlebih dahulu untuk mempersiapkan perampokan. Namun ternyata mereka tidak berhasil mengejar keempat orang yang mengaku pedagang wesi aji dan bebatuan itu. "Kita akan menghadang mereka pulang kelak" geram orang tertua diantara mereka. "Kapan mereka pulang" Jika mereka pulang, mereka sudah tidak membawa benda-benda berharga itu lagi" "Tetapi mereka akan membawa uang" "Ya, ya, mereka akan membawa uang" "Kita akan mengamati jalan ini, bukankah mereka mengatakan bahwa mereka akan kembali lewat jalan ini beberapa hari lagi?" "Ya, ya, beberapa hari lagi. Tetapi yang beberapa hari lagi itulah yang tidak pasti" "Sejak tiga hari mendatang, kita akan berada di daerah ini" "Jika Ki Lurah memanggil dan menghendaki kita pergi bersamanya?" Ebook by Dewi Kangzusi 117 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Apaboleh buat, kita akan kehilangan mereka, kecuali kita dapat meyakinkan Ki Lurah, bahwa sebaiknya kita tetap berada disini" "Mustahil, kita tahu watak dan sifat Ki Lurah Sura Branggah yang berhati batu itu" Orang tertua diantara mereka itu mengangguk-angguk, katanya "Sudahlah, marilah kita kembali, kita memang harus melepaskan mereka. Betapapun kita berusaha, kita tidak akan mempu mengejar mereka, jika saja kita mempunyai kuda yang lebih baik" Para penyamun itupun kemudian dengan kecewa berbalik arah, mereka tidak mempunyai kesempatan untuk memburu calon korban mereka. Dalam pada itu Madyasta yang sudah meyakini bahwa orang-orang yang mengejar mereka berhenti, memperlambat kudanya, kepada para senapati itu iapun berkata "Nah, bukankah lebih baik demikian?" "Tetapi rasa-rasanya hatiku masih belum mau menerima kenyataan, bahwa kita harus melarikan diri dari kejaran para penyamun itu" "Kita harus memperhitungkan segala kemungkinan dalam keutuhan tugas kita, kakang" berkata Madyasta. "Memang, jika kita berpijak pada harga diri kita, maka kita tidak akan melarikan menghadapi mereka. Bahkan jika jumlah mereka lebih banyak sekalipun. Jika kita sekedar berpijak pada harga diri yang berlebihan, tetapi tugas kita tidak terselesaikan, maka itu akan berarti kita lebih mementingkan diri sendiri daripada tugas kita" Ebook by Dewi Kangzusi 118 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Rembana mengangguk-angguk sambil berdesis "Ya, Raden" "Nah, para penyamun itu agaknya orang-orang yang tadi juga berada di kedai. Agaknya mereka mendengar pembicaraan kita, sehingga mereka benar-benar menganggap kita pedagang wesi aji dan bebatuan yang bernilai tinggi. Dengan demikian, maka mereka tidak akan membuat pertimbangan-pertimbangan baru untuk melanjuntukan rencana-rencana mereka, merampok dan menyamun" "Ya, Raden" Rembana masih mengangguk-angguk. Demikianlah kuda-kuda itu mamsih berlari terus, sementara itu, mataharipun menjadi semakin rendah. "Kita akan memasuki Kademangan Panjer setelah gelap" berkata Madyasta. "Ya, Raden" jawan Madyasta, "Kita harus bersiap-siap untuk mengatasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya salah paham" "Kita akan langsung pergi menemui Ki Demang Panjer." Wismaya mengangguk-angguk. Langit sudah menjadi buram ketika mereka semakin mendekati Kademangan Panjer. kuda-kuda yang sudah nampak menjadi lelah itu, tidak lagi berlari terlalu kencang. "Sudah tidak terlalu jauh lagi, Raden" berkata Sasangka. "Kuda-kuda kita sudah letih" Madyasta "Beberapa saat lagi kita akan sampai" Ebook by Dewi Kangzusi 119 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Madyasta tidak menjawab, sementara itu senjapun menjadi semakin gelap. Ketika malam turun, mereka sudah berada di bulak panjang, di lingkungan Kademangan Panjer. Sasangkalah yang kemudian berkuda paling depan, dibelakangnya Madyasta, kemudian Wismaya lalu Rembana. Dalam apda itu, selagi empat orang berkuda itu masih dalam perjalanan, maka di tempat tinggal Ki Demang di Panjer, beberapa orang bebahu sedang berkumpul. Dengan cemas mereka membicarakan perkembangan keadaan yang menurut pendapat mereka menjadi semakin gawat. "Para Perampok itu semakin lama semakin bergeser ke selatan" berkata Ki Jagabaya. "Apa maksudmu Ki Jagabaya?" berkata Ki Demang. "Coba perhatikan Ki Demang, mereka telah merampok kademangan Rara Bandang. Merekapun bergeser lagi lebih ke selatan, merekapun merampok kademangan Sanakeling. Kademangan yang terkenal dihuni oleh orang-orang yang berani, karena sebagian dari mereka senang berburu di hutan, namun kademangan Sanakeling tidak dapat memberikan perlawanan yang berarti. Dua orang diantara mereka yang mencoba memberikan perlawanan telah terbunuh. Setelah itu, Salam menjadi sasaran berikutnya, Karangtengah telah mereka rambah pula, terakhir, beberapa hari yang lalu, mereka memasuki sebuah padukuhan di kademangan tetangga kita. Mereka telah membakar rumah. Hampir saja penghuninya ikut terpanggang, untunglah bahwa jiwa mereka dapat diselamatkan meskipun mereka mengalami luka-luka bakar yang agak parah" Ebook by Dewi Kangzusi 120 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Ya, agaknya memang demikian, sasaran berikutnya ada dua pilihan, kademangan Kayulegi atau kademangan kita, Kademangan Panjer." "Menilik kesejahteraan hidup rakyat Panjer yang lebih baik, maka para perampok itu akan memasuki kademangan kita. Ki Demang, mereka akam merampok di Kademangan Panjer" Ki Demang menarik nafas dalam-dalam, namun dalam pada itu, Ki Kamituwapun bertanya "Lalu, apa yang harus kita lakukan?" "Itulah pertanyaannya" desis Ki Jagabaya. "Apakah kita akan berdiam diri saja dan membiarkan para perampok itu mengambil apa saja yang mereka senangi dari kademangan kita ini" Ki Jagabaya. menurut kabar yang dibawa oleh para pedagang di pasar, para perampok itu tidak saja merampok harta benda" "Selain harta benda, lalu apa?" "Di Karangtengah para perampok itu telah menyeret seorang perempuan yang telah mempunyai dua orang anak" "Perempuan juga?" "Ya, memang untuk yang pertama kali mereka lakukan, justru di Karangtengah, tetapi itu akan dapat menjadi kebiasaan mereka, ditempat lain mereka akan dapat merampok sambil mencari korban keliaran mereka, perempuan dan gadis-gadis" Ki Jagabaya menarik nafas dalam-dalam, katanya "Ya, aku juga mendengarnya" Ebook by Dewi Kangzusi 121 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Jika demikian, apakah kita tidak dapat berbuat apa-apa?" Ki Demang menarik nafas dalam-dalam, katanya "Pilihan yang rumit, jika diam saja, maka mereka akan dengan leluasa berbuat apa saja sesuka hati mereka. Tetapi jika kita mencoba melawan, yang terjadi mungkin lebih buruk lagi dari yang pernah terjadi di Sanakeling. Di Sanakeling dua orang terbunuh, disini mungkin korbannya akan lebih banyak lagi" "Tetapi adalah kewajiban kita untuk mempertahankan hak dan milik kita" "Ki Kebayan, yang terjadi di Sanakeling adalah bencana ganda, setelah dua orang mati terbunuh, para perampok itu justru menjadi garang karena mereka merasa mendapat perlawanan. Beberapa rumah yang malam itu di bongkar oleh para perampok, beberapa orang terluka, tetapi mereka waktu itu masih belum sempat berpikir tentang perempuan" "Kita memang tidak dapat berbuat apa-apa" desis Ki Kamituwa "Kita hanya dapat menunggu perlindungan para prajurit Paranganom yang konon gagah perkasa itu" "Kitapun hanya dapat melihat, siapakah yang datang lebih dahulu, para prajurit atau para perampok" Namun selagi mereka berbincang, dua orang anak muda dengan tergesa-gesa naik ke pendapa langsung mengetuk pintu pringgitan. Ki Demang dan para bebahu yang berbicara di ruang dalam terkejut, dengan nada rendah Ki Demang bertanya "Siapa?" Ebook by Dewi Kangzusi 122 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Kami Ki Demang, Ija dan Tanaya, kami termasuk diantara mereka yang bertugas mengawasi lingkungan kademangan ini" Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ki Demang kemudian bangkit berdiri dan membuka pintu pringgitan. Ija dan Tanaya berdiri termangu-mangu di depan pintu. "Ada apa?" bertanya Ki Demang, sementara itu Ki Jagabaya mendekatinya pula sambil bertanya "Apakah ada tanda-tanda buruk yang kalian jumpai" " "Ada empat orang berkuda memasuki kademangan ini, Ki Demang" "Empat orang berkuda", siapakah mereka" Apakah kau tidak bertanya apakah maksud mereka?" "Mereka mengatakan, bahwa mereka ingin bertemu dengan Ki Demang" "Nampaknya mereka seperti orang baik-baik Ki Demang, sikap merekapun baik pula" "Antar mereka kemari" "Baik, Ki Demang" Kedua orang anak muda itupun dengan tergesa-gesa turun dari pendapa untuk memanggil keempat orang yang akan bertemu dengan Ki Demang, keempat orang itu masih tertahan di regol padukuhan induk Kademangan Panjer. Beberapa saat kemudian, empat orang itupun sudah menuntun kudanya memasuki halaman rumah Ki Demang, Ebook by Dewi Kangzusi 123 Kang Zusi http://kangzusi.com/ sementara itu, Ki Demang dan para bebahu telah turun pula ke halaman untuk menyongsong mereka. Ki Kamituwa telah memutar kerisnya ke lambung sebelah kiri. "Kau mau apa", Ki Kamituwa" desis Ki Kebayan "Kenapa apa?" "Ki Kamituwa memutar keris" "Ah, tidak apa-apa, rasa-rasanya punggung ini agak kaku" "Aku kira Ki Kamituwa akan mengamuk dengan keris pusakanya itu" "Jika aku mengamuk, kaulah sasaran yg pertama" Ki Kebayan itupun tertawa tertahan, katanya "Jangan cepat marah" Merekapun terdiam, kedua-duanya melangkah semakin dekat, sementara salah seorang diantara keempat orang yg datang sambil menuntun kudanya itu berkata setelah mengangguk hormat "Kami ingin menghadap Ki Demang di Panjer" "Aku Demang di Panjer, Ki Sanak. Apakah maksud Ki Sanak datang di kademangan ini?" "Jika Ki Demang berkenan, kami ingin menghadap untuk menyampaikan beberapa pesan kepada Ki Demang" "Pesan dari siapa?" bertanya Ki Jagabaya dengan serta merta. Ebook by Dewi Kangzusi 124 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Seorang diantara keempat orang itupun menjawab "Nanti, kami akan menjelaskan" Ki Demang termangu-mangu sejenak, namun kemudian katanya "Baiklah, marilah, aku persilahkan kalian naik" Keempat orang itupun kemudian dipersilahkan naik ke pendapa, sementara itu Ki Jagabaya sempat mendekati Ija dan Tanaya yg mengantar keempat orang berkuda itu "Jangan lengah, meskipun ujud dan sikapnya tidak mencurigakan, kita tidak tahu siapakah mereka sebenarnya. Dimana kawan-kawanmu?" "Dua orang ada di gardu sebelah, yang lain di pintu regol halaman induk" "Baik, kalian berdua jangan pergi dahulu" "Baik Ki Jagabaya" Dalam pada itu, para tamu, Ki Demang dan para bebahu sudah duduk di pringgitan. Agaknya Ki Demang ingin segera mengetahui siapakah mereka berempat yang malammalam datang ke Kademangan Panjer. "Maaf, Ki Sanak, tetapi suasana kademangan ini sekarang memang agak keruh, sehingga kami harus berhati-hati" "Kami mengerti Ki Demang" "Siapakah Ki Sanak berempat ini, dan apa pula maksud kedatangan kalian kemari?" "Ki Demang, kami adalah prajurit dari Paranganom" Ebook by Dewi Kangzusi 125 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Prajurit dari Paranganom?" "Ya, Ki Demang" Ki Demang menarik nafas dalam-dalam, katanya "Ki Sanak, keadaan sudah demikian mencemaskan, Paranganom masih juga belum tanggap, Paranganom sempat mengirimkan prajurit yang agaknya untuk melihat apa yg telah terjadi disini. Kemudian kembali menghadap Kangjeng Adipati untuk memberikan laporan. Laporan itu masih akan dibicarakan dalam pertemuan para pemimpin di Paranganom. setelah itu, Kangjeng Adipati memerintahkan seorang senapati untuk membawa prajuritnya ke Panjer, senapati itu masih harus mengadakan persiapan selama tiga hari. Nah, ketika para prajurit itu sampai kemari, maka Panjer telah menjadi debu" Ketika Rembana beringsut setapak, Wismaya menggamitnya, sementara itu Madyastalah yang menjawab dengan sareh "Kami mengerti, Ki Demang. tetapi kami datang bukannya untuk sekedar melihat keadaan. Kami minta maaf, bahwa penanganan kami memang agak lamban, tetapi kami bermaksud untuk menyelesaikan dengan tuntas" "Apa yang tuntas", di Sanakeling dua orang sudah terbunuh, di Karangtengah, mereka mulai mengganggu perempuan" "Kami minta maaf atas keterlambatan kami, Ki Demang, tetapi kami datang tidak untuk sekedar melihat dan mengamati keadaan, kami datang dengan membawa perintah Kangjeng Adipati untuk mengatasinya" "Jadi Ki Sanak datang untuk menghadapi para perampok itu?" Ebook by Dewi Kangzusi 126 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Ki Demang, menurut laporan yg kami terima, serta menurut perhitungan kami, ada kemungkinan para perampok itu akan memasuki Kademangan Panjer, karena itu kami datang untuk memberi peringatan kepada kademangan ini, sekaligus untuk membantu mengatasinya" "Ki Sanak, barangkali Kangjeng Adipati mendapat laporan yang salah, atau barangkali telaj terjadi salah paham, sehingga Kangjeng Adipati mengirimkan empat orang prajurit untuk mengatasi para perampok itu" "Kami tidak hanya berempat, Ki Demang. mungkin esok pagi kawan-kawan kami akan memasuki kademangan ini" "Segelar sepapan?" "Tidak, Ki Demang. kawan kami itu berjumlah enam orang sehingga kami seluruhnya sepuluh orang" "Hanya sepuluh orang?" "Ya, Ki Demang" "Berapakah jumlah prajurit Paranganom", aku dengar prajurit Paranganom telah terjun dalam kancah pertempuran untuk melawan pasukan yang datang dari seberang Bengawan Rahina. Tetapi kenapa Paranganom hanya mengirimkan sepuluh orang prajurit untuk mengatasi kekacauan yg terjadi didaerah ini" "Dengan sepuluh orang kami kami akan melakukan tugas kami sebaik-baiknya Ki Demang" "Ki Sanak, dengar baik-baik, para perampok yang sering mengganggu daerah ini tidak hanya terdiri dari dua atau tiga orang, tetapi mereka lebih dari duapuluh lima orang" Ebook by Dewi Kangzusi 127 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Kami tahu, Ki Demang. tidak ada salah paham, Kangjeng Adipati tahu, bahwa jumlah para perampok itu lebih dari duapuluh lima orang. kadang-kadang mereka datang bersama-sama memasuki sebuah padukuhan. merekapun diperhitungkan akan memasuki padukuhan Panjer dengan kekuatan penuh" "Jika demikian, kenapa Ki Sanak datang hanya dengan sepuluh orang?" "Bukankah di Kadipaten ini terdapat tidak hanya dua puluh lima orang, tetapi berpuluh-puluh anak muda" "O, jadi kalian datang hanya untuk melihat bagaimana anak-anak muda kami dibantai oleh para perampok itu", jika kami mengerahkan anak-anak muda kami, maka korban yg akan jatuh tentu lebih dari dua puluh lima orang, jika seorang perampok membunuh dua orang anak muda atau lebih, apa jadinya dengan Kadipaten Panjer" Madyasta tersenyum, katanya kemudian "Ki Demang, apakah kami boleh menjelaskan rencana kami?" Bab 07 - Rara Menur "Rencana apa?" Agaknya Rembana tidak dapat menahan diri lagi, tiba-tiba saja iapun berkata "Ki Demang, kau dengar dahulu apa yang akan dikatakan Raden Madyasta, baru kau berceloteh tentang nalarmu yang pendek itu" Ebook by Dewi Kangzusi 128 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Wajah Ki Demang menjadi merah, sementara itu dengan cepat Madyasta menyambung "Maaf Ki Demang, aku minta Ki Demang mendengarkan dahulu dan kemudian mempertimbangkan rencanaku dengan seksama agar Ki Demang dapat melihat dengan jelas, apa yang mungkin terjadi di kademangan ini" "Tetapi, siapakah yang dimaksud dengan Raden Madyasta?" "Aku Ki Demang" "Tunggu, apakah aku berbicara dengan Raden Madyasta?" "Ya" "Nanti dulu, bukankah Raden Madyasta tidak berada di Kadipaten Paranganom, sudah beberapa tahun lalu Raden Madyasta berada di sebuah padepokan" "Darimana Ki Demang tahu?" bertanya Madyasta "Aku mendengar dari seorang saudara sepupuku yang mengabdi di Kadipaten Paranganom" "Ki Demang benar, sudah empat tahun aku meninggalkan Kadipaten dan tinggal di Padepokan Panambangan" "Jadi Raden adalah Raden Madyasta itu", aku pernah melihat Raden beberapa tahun yang lalu, aku sungguh-sungguh tidak dapat mengenali Raden lagi, Raden sekarang rasa-rasanya bukan Raden Madyasta yang pernah aku lihat pada suatu pertemuan di Kadipaten sekitar empat tahun yang lalu" "Aku sekarang sudah kembali, Ki Demang" Ebook by Dewi Kangzusi 129 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Raden, aku mohon maaf atas segala kesalahanku, karena aku tidak tahu bahwa kau adalah Raden Madyasta putera Kangjeng Adipati Prangkusuma" "Tidak apa-apa, Ki Demang. Apa yang Ki Demang katakan itu benar, ayahanda memang agak terlambat mengambil sikap, tetapi maskud ayahanda agar persoalan ini dapat diselesaikan dengan tuntas" "Ya, Raden" "mungkin, Ki Demang kurang memahami rancana ayahanda itu" Ki Demang tidak menjawab, ia hanya dapat menundukkan kepalanya saja. Raden Madyasta kemudian telah menjelaskan rencana di hadapan Ki Demang dan Para Bebahu. "Kebetulan, aku dapat bertemu dengan para bebahu malam ini juga" Para Bebahu itupun mendengarkan keterangan Raden Madyasta dengan segenap perhatian, Ki Demang sekali-sekali mengangguk-angguk, namun kemudian mengerutkan keningnya, demikian pula Para Bebahu yang lain, ada yang segera dapat mereka pahami, tetapi ada pula yang masih memerlukan banyak penjelasan. "Kami sengaja datang dalam tugas yang harus Ki Demang rahasiakan" berkata Madyasta kemudian "Setidak-tidaknya jangan sempat membuat para perampok itu merubah rencananya" Ebook by Dewi Kangzusi 130 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Ki Jagabaya yang masih belum paham benar langkah-langkah yang akan diambil oleh Raden Madyasta itupun bertanya "bagaimanapun juga, bukankah Raden Madyasta berniat bertumpu pada kekuatan anak-anak muda kademangan ini", itulah yang kami khawatirkan Raden, korban akan berjatuhan" "Ki Jagabaya, bukannya kami merasa diri kami memiliki kamampuan yang tinggi, tetapi sepuluh orang prajurit akan sangat berarti bagi anak-anak muda kademangan ini, sementara itu, kita tidak akan menebarkan anak-anak muda itu begitu saja, mereka harus mendapatkan petujnjuk-petunjuk yang dapat setidak-tidaknya mengurangi kemungkinan buruk yang dapat terjadi atas mereka" "Tetapi menurut pendapatku, Paranganom lebih baik mengirimkan prajurit lebih banyak lagi lagi" "Itu tidak akan menyelesaikan persoalannya dengan tuntas, bahkan mungkin kita tidak akan pernah dapat bertemu lagi apalagi bertempur dengan para perampok itu, mereka akan menyingkir, merubah rencana mereka dan membuat mereka semakin berhati-hati" Ki Jagabaya menarik nafas dalam-dalam. "Ki Jagabaya" berkata Rembana "Kita diam-diam harus menyelenggarakan latihan, kita pergunakan waktu yang pendek itu untuk sekedar menunjukkan kepada anak-anak muda, apa yang harus mereka lakukan dengan senjata-senjata mereka untuk melindungi diri mereka" "Waktu kita hanya terhitung hari" sahut Ki Jagabaya. "Ya, mungkin sepekan, mungkin dua pekan, kita manfaatkan waktu itu sebaikbaiknya, Ki Jagabaya dapat Ebook by Dewi Kangzusi 131 Kang Zusi http://kangzusi.com/ membuat gelar, mengadakan latihan terbuka di halaman banjar atau di padang perdu di lereng perbukitan, sementara itu, yang lain mengadakan latihan-latihan kepada lima orang di tempat tertutup, bukankah sudah ada lima puluh orang yang serba sedikit mendapatkan bimbingan apa yang sebaiknya mereka lakukan jika mereka benar-benar harus menghadapi para perampok" Ki Demang mengangguk-angguk, katanya "Aku dapat mengerti rencana Raden" "Jika para perampok itu benar-benar datang ke Panjer, maka yang akan ikut bersama kami menangani para perampok itu adalah anak-anak muda yang ikut berlatih bersama para prajurit, sementara itu, anak-anak muda yang berlatih bersama Ki Jagabaya dan barangkali bersama Para Bebahu yang lain atau Ki Demang sendiri, akan memagari arena agar tidak seorangpunpun diantara para perampok itu yang sempat melarikan diri" Ki Jagabaya itupun mengangguk-angguk. "Jika telah jatuh korban di kademangan lain, maka agaknya anak-anak mudanya tidak dipersiapkan sama sekali untuk menghadapi kemungkinan yang buruk itu, mereka tidak siap turun ke arena pertempuran melawan dua puluh lima orang perampok. Meskipun jumlah mereka jauh lebih banyak, tetapi tanpa petunjuk sama sekali, mereka memang akan mengalami kesulitan, bahkan dua orang telah terbunuh dan beberapa orang yang lain terluka" "Ya, Raden" Ki Jagabaya masih mengangguk-angguk. "Nah, sebaiknya Ki Jagabaya memberikan petunjukpetunjuk kepada mereka, apa yang harus mereka lakukan Ebook by Dewi Kangzusi Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo 132 Kang Zusi http://kangzusi.com/ menghadapi para perampok, demikian pula para prajurit akan melatih anak-anak muda yang akan ditunjuk oleh Ki Jagabaya" "Baik Raden" berkata Ki Demang "Jika demikian, maka kamipun dapat berharap akan dapat mengatasi jika para perampok itu, juka benar-benar mereka akan datang kemari" "Nah, jika Ki Demang sependapat, maka aku minta Ki Demang , Ki Jagabaya dan Para Bebahu segera mengatur, dimana latihan-latihan khusus itu akan diadakan, masingmasing untuk lima orang anak muda terpilih, memiliki keberanian, kesediaan mengabdi dan berkorban jika perlu, serta unsur kewadagan yang memadai" "Baik Raden" jawab Ki Demang "malam ini juga Para Bebahu akan melakukannya" "Tetapi semuanya harus dilakukan dengan hati-hati, kita akan berusaha merahasiakannya, jika para perampok mengetahuinya, mereka akan dapat merubah sasaran mereka" "Tetapi bagaimana dengan latihan-latihan di tempat terbuka itu?" "Latihan-latihan yang dipimpin sendiri oleh Ki Demang, Ki Jagabaya dan Para Bebahu itu justru akan memancing mereka untuk datang, mereka akan merasa ditantang oleh anak-anak muda kademangan ini" "Baik, baik, aku mengerti" Pembicaraan merekapun kemudian terputus, seorangpun gadis keluar lewat pintu pringgitan sambil membawa nampan untuk menghidangkan minuman kepada keempat orang tamu yang datang di rumah Ki Demang itu. Ebook by Dewi Kangzusi 133 Kang Zusi http://kangzusi.com/ ketika dengan tidak sengaja Raden Madyasta memandang wajah gadis itu, maka jantungnya tergetar, gadis yang memanjat ke usia dewasa itu, adalah gadis yang sederhana, tetapi dalam kesederhanaannya, wajahnya yang cerah bagaikan memancarkan kepribadiannya yang terang. Namun Raden Madyasta segera menyadari, bahwa ia datang sebagai seorang tamu yang baru pertama kalinya mengunjungi keluarga Ki Demang Panjer. Madyastapun belum tahu siapakah gadis itu, atau bahkan mungkin ia bukan seorangpun gadis, mungkin ia justru menantu Ki Demang Panjer" karena itu, maka Raden Madyastapun berusaha untuk tidak memperhatikannya lagi, namun diluar sadarnya, sekali-sekali anak muda itu memandang wajah gadis yang menghidangkan mangkuk-mangkuk minuman hangat itu. Ketika kemudian gadis itu meninggalkan pringgitan dan masuk ke ruang dalam, maka Ki Demangpun mempersilahkan tamu-tamunya "Marilah angger, para senapati, minumlah, mumpung masih hangat" "Terima kasih Ki Demang" sahut Madyasta yang berusaha mengusai dirinya. Namun sejenak kemudian, gadis itu telah keluar lagi dari ruang dalam sambil membawa minuman pula bagi Para Bebahu. "Aku tidak tahu, yang manakah minuman paman masing-masing, aku bawakan yang baru bagi paman" Kata-kata gadis itupun terdengar bagaikan sebuah lagu yang lembut. Ebook by Dewi Kangzusi 134 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Sejenak kemudian, ketika gadis itu sudah hilang dibalik pintu pringgitan, sekali lagi Ki Demang mempersilahkan tamu-tamunya untuk minum. Sambil minum, maka Raden Madyasta dan Ki Demang telah mematangkan kesepakatan mereka, apa yang sebaiknya mereka lakukan di kademangan itu. "Kita harus manfaatkan waktu sebaik-baiknya, Ki Demang" berkata Raden Madyasta. "Baik, Raden, mulai malam ini juga, Para Bebahu akan mulai dengan kerja mereka sebagaimana kita sepakati bersama" Demikianlah sejenak kemudian, maka Ki Demang mempersilahkan tamu-tamu mereka dari Paranganom itu makan malam. "Aku sudah makan sebelum berangkat kemari" desis Ki Kebayan. Tetapi Ki Demangpun menyahut "Aku tadi juga sudah makan, tetapi biarlah kita menemani tamu-tamu kita untuk makan malam. Setelah makan, maka para tamu itupun dipersilahkan untuk beristirahat di gandok sebelah kanan. kepada para tamu Ki Demang itu berkata "Silahkan Raden dan para senapati, tetapi inilah rumah di padesaan, sederhana dan barangkali kotor, kami sediakan dua buah bilik di gandok sebelah kanan" "Terima kasih Ki Demang, tetapi ini sudah terlalu baik bagi kami. Kami para prajurit sudah terbiasa tidur disembarangn tempat, bahkan ditempat-tempat terbuka, di pategalan atau di hutan sekalipun" Ebook by Dewi Kangzusi 135 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Itu bila para prajurit berada dalam keadaan terpaksa" Raden Madyasta tersenyum, katanya "Terima kasih atas sambutan yang baik dari Ki Demang dan Para Bebahu. Besok masih ada enam orang prajurit yang akan datang, tetapi mereka tidak datang bersama-sama, mereka akan langsung menuju kemari dan mnta untuk dapat dipertemukan dengan Ki Demang" "Baik, Raden. besok atau kapanpun mereka datang, aku akan terima dengan senang hati, bahkan dengan harapanharapan sebagaimana kedatang Raden dan ketiga senapati itu" "Kami akan berusaha sebaik-baiknya, Ki Demang" Demikianlah Raden Madyasta dan ketiga senapati itupun telah dibawa ke gandok sebelah selatan, dua bilik telah disediakan bagi mereka. Namun ternyata bahwa ketiga senapati itu lebih senang berada di dalam satu bilik, sedangkan bilik yang lain dipergunakan oleh Madyasta sendiri" Sebenarnya salah seorang dari kakang bertiga beristirahat di bilik ini bersama aku" ajak Raden Madyasta. Tetapi ketiga senapati itu agaknya merasa segan, sehingga mereka memilih tidur diatas sebuah amben bambu yang mereka rasa cukup besar bagi mereka bertiga. Namun mereka berempat tidak segera berbaring, mereka bergantian pringgitan ke pakiwan" Ebook by Dewi Kangzusi 136 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Biasanya aku mandi dahulu baru makan, sekarang aku terpaksa makan dahulu" "Kita tunggu sebentar sampai nasi ini turun ke dalam perut, baru kita mandi, mudah-mudahan para perampok itu tidak datang malam ini" Setelah mandi maka tubuh merekapun merasa segar, namun dengan demikian, ketika kentongan di gardu di sebelah rumah Ki Demang itu mengisyaratkan bahwa malam telah sampai ke pertengahannya, merekapun membaringkan tubuh mereka di pembaringan. Raden Madyasta yang tidur sendiri di dalam bilik yang terpisah, justru segera dapat tertidur. "Anak-anak muda yang meronda itu tentu akan berjaga-jaga sampai dini hari" berkata Raden Madyasta di dalam hatinya" dengan demikian, maka iapun menjadi tenang, sehingga beberapa saat kemudian, Raden Madyasta itupun telah tertidur nyenyak. Ketiga senapati yang tidur di dalam satu bilik, justru tidak dapat segera tertidur, mereka masih saja berbicara diantara mereka, tentang kemungkinan yang dapat terjadi di Kademangan Panjer. :Jika yang kemudian didatangi oleh para perampok itu bukan Kademangan Panjer?" desis Rembana. "Jika kita mendengar isyarat kentongan, kemanapun kita akan pergi, tetapi menurut perhitungan kita dan bahkan juga perhitungan Para Bebahu, para perampok itu akan datang ke Panjer" sahut Wismaya. Rembana terdiam. Ebook by Dewi Kangzusi 137 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Baru lewat tengah malam mereka tertidur nynyak. Pagipagi sekali ketiganya telah bangun, bergantian mereka menimba air mengisi jambangan pakiwan, terdengar senggot timba berderit tidak henti-hentinya. Ketika pembantu di rumah Ki Demang itu mempersilahkan mereka untuk mandi saja, sementara pembantu itu yang akan mengisi jambangan, Sasangkapun berkata "Sudahlah, kami sudah terbiasa melakukannya" Ketika matahari terbit, maka ketiga orang senapati itu serta Raden Madyasta telah selesai berbenah diri, merekapun kemudian duduk di serambi gandok. Jantung Madyasta terasa berdegup kencang ketika ia melihat gadis yang semalam menghidangkan minuman, datang kepadanya serta ketiga orang senapati itu sambil membawa mangkuk minuman hangat. Sambil meletakkan mangkuk-mangkuk minuman itu di lincak bambu di serambi, gadis itupun berkata "Silahkan Raden, marilah Ki Sanak" Madyasta yang menjadi agak gagap itupun menjawab "Terima kasih" Ketika gadis itu pergi, tanpa sadarnya Raden Madyasta memperhatikan gadis dari arah belakang, gadis yang berjalan turun ke halaman dan menuju pintu seketheng. Raden Madyasta menarik nafas dalam-dalam, gadis itu benar-benar menarik perhatiannya, justru karena kesederhanaannya serta kepribadiannya. Ebook by Dewi Kangzusi 138 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Tetapi sekali lagi, Madyasta harus mengekang diri, ia masih belum tahu pasti, siapakah gadis itu, jika ia menantu Ki Demang, maka perhatiannya harus berhenti sampai sekian. Demikian gadis itu hilang di balik pintu seketheng, maka Rembanalah yang mempersilahkan "Marilah Raden, mumpung masih panas, hari masih pagi, tetapi aku sudah haus" Keempat orang tamu Ki Demang itupun kemudian telah menghirup minuman hangat wedang sere gula kelapa. Namun dalam pada itu, dua orang melangkah memasuki halaman rumah Ki Demang, sebelum orang itu bertanya sesuatu, Wismaya mengangkat wajahnya sambil berdesis "Dua orang prajuritku sudah datang" Wismayapun kemudian bangkit berdiri menyongsong kedua orang prajuritnya. dibawanya kedua orang itu duduk di serambi. Wismayapun memperkenalkan kedua prajuritnya itu kepada Raden Madyasta. Keduanya mengangguk hormat. "Raden Madyasta adalah putera Kangjeng Adipati Prangkusuma di Paranganom" Kedua prajurit itupun mengangguk semakin dalam. "Marilah, duduklah" Kedua prajurit itupun kemudian duduk di serambi itu pula. "Aku akan melaporkan kepada Ki Demang" berkata Wismaya. Ebook by Dewi Kangzusi 139 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Sementara itu, di ruang dalam Nyi Demang serta gadis yang telah menghidangkan minuman bagi Raden Madyasta itupun telah sibuk menyiapkan makan pagi, mereka tidak menyiapkan sekedar untuk empat orang tamunya, tetapi karena pagi itu diduga akan datang lagi enam orang tamu, maka makan pagi yang disedikakan oleh Nyi Demang adalah untuk sepuluh orang tamu, serta Ki Demang sendiri. Sebenarnyalah sebelum wayah pasar temawon, enam orang prajurit dari Paranganom telah ada di rumah Ki Demang, pagi itu Ki Demang juga sudah memerintahkan Ki Jagabaya dan Para Bebahu yang lain untuk datang sedikit lewat pasar temawon. Ki Demang menerima keenam prajurit yang datang berurutan itu di ruang dalam, sekaligus mempersilahkan mereka makan pagi. "Tetapi kami baru saja datang, Ki Demang. Kami belum mandi" "Nanti saja mandi, sekarang makan saja dahulu" sahut Ki Demang sambil tersenyum. Kenam prajurit itu tidak dapat menolak, merekapun segera makan pagi di ruang dalam, sementara itu, merekapun berbincang untuk menegaskan kesepakatan mereka semalam, terutama kepada para prajurit yang baru saja datang itu. "Dalam waktu yang singkat dan pendek, kalian harus menyiapkan masing-masing lima orang anak muda, setidak-tidaknya mereka tahu, bagaimana mereka harus melindungi dirinya sendiri" berkata Raden Madyasta kepada para prajurit itu. Ebook by Dewi Kangzusi 140 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Ya, Raden" salah seorangpun dari mereka menjawab "Kami akan berusaha sejauh kemampuan kami" "Aku percaya kepada kalian, itu adalah satu-satunya jalan untuk menjebak para perampok itu" "Kami mengerti Raden" Demikianlah, maka ketika Ki Jagabaya dan Para Bebahu datang, segala sesuatunya sudah dapat ditentukan, Ki Jagabaya telah menentukan, dimana para prajurit itu harus melatih masing-masing lima orang anak muda, sedangkan anak-anak muda itupun telah ditentukan pula, siapa-siapa mereka dan dmn mereka harus berlatih. "Jika para prajurit telah siap dan tidak lagi merasa letih, anak-anak muda itu sudah dapat memulainya, nanti sedikit lewat senja, anak-anak muda itu sudah akan berada di tempat yang telah ditentukan bagi mereka" "Baik, kita memang tidak boleh menyia-nyiakan waktu di setiap kejap" Setelah para prajurit itu makan pagi, beristirahat sejenak, serta kemudian mandi dan membebahi diri, maka merekapun segera dibawa ke tempat yang telah ditentukan bagi masing-masing prajurit, tmasuk Raden Madyasta, namun Raden Madyasta telah ditentukan untuk memberikan latihan kepada lima orang anak muda di rumah Ki Demang itu sendiri. Di halaman belakang rumah Ki Demang terdapat sebuah sanggar terbuka yang sederhana, sekedar tempat untuk mempertahankan kemampuan serta ketahanan tubuh Ki Demang, tidak ada alalt-alat yang rumit, yang dapat dipergunakan untuk dengan sungguh-sungguh meningkatkan kemampuan olah kanuragan. Ebook by Dewi Kangzusi 141 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Namun tempat itu sudah memenuhi kebutuhan bagi anakanak muda yang akan berlatih bersama Raden Madyasta, yang jumlahnya tidak hanya lima orang, tetapi ternyata yang akan berlatih di kademangan itu terdapat tujuh orang anak muda. "Biar saja" berkata Raden Madyasta ketika Ki Jagabaya bertanya, apakah yang dua harus dikurangi. Sementara itu, para prajurit yang lainpun ternyata juga tidak hanya berlatih bersama lima orang, ada yang enam dan ada pula yang tujuh. Tetapi seperti Raden Madyasta, mereka sama sekali tidak berkeberatan asal tidak lebih dari tujuh orang saja. Para prajurit Paranganom itu tidak membuang-buang waktu, hari itu juga, maka latihan-latihan itupun sudah dimulai. Demikian malam turun, maka sepuluh orang prajurit itupun sudah berpencar di rumah Para Bebahu, mereka mulai memberikan latihan-latihan kepada anak-anak muda Panjer untuk menghadapi segala kemungkinan. "Jika kami, para prajurit datang dengan kekuatan penuh untuk menghadapi para perampok tanpa meningkatkan Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kemampuan anak-anak muda kademanganan ini sendiri, maka jika pada suatu saat kami meninggalkan padukuhan ini akan menjadi sasaran dendam mereka" berkata salah seorangpun prajurit kepada enam orang anak muda yang berlatih kepadanya "tetapi jika kalian sendiri mempunyai bekal yang memadai, maka kalian tidak akan cemas sedikitpun pada suatu saat kami meninggalkan kademangan ini" Ebook by Dewi Kangzusi 142 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Anak-anak muda itupun mengangguk-angguk, mereka menyadari sepenuhnya, apa yang sedang dihadapi oleh kademangannya serta kewajib yang akan dipikulnya. Kesadaran itu telah mendorong anak-anak muda kademangan Panjer berlatih dengan sungguh-sungguh, mereka bekerja keras menempa diri dibawah bimbingan para prajurit pilihan, mereka mempergunakan waktu yang singkat itu dengan sebaikbaiknya. Karena itu, anak-anak muda yang berlatih secara khusus itu tidak menghitung waktu lagi, mereka tidak lagi melakukan pekerjaan mereka sehari-hari atas ijin orang tua mereka, karena orang mereka juga mengerti, untuk apa anaknya berlatih dengan tekun setiap hari. Selain mereka, maka Ki Demang, Ki Jagabaya dan Para Bebahu telah memanggil anakanak muda kademangan itu untuk melakukan latihan terbuka, mereka berlatih di halaman banjar kademangan. Di padukuhan-padukuhan mereka berlatih di halaman banjar padukuhan atau di halaman rumah Ki Bekel. Para bekel di padukuhan-padukuhan tidak tinggal diam, mereka telah memberikan latihan-latihan sejauh dapat mereka lakukan, karena papda umunnya Para Bebahu adalah orang-orang yang mempunyai kelebihan. Namun selain Ki Bekel, tidak ada yang tahu bahwa di padukuhan induk telah dilakukan latihan-latihan khusus bagi beberapa orang anak muda terpilih, anakanak muda itu sendiri juga tidak bercerita kepada kawan-kawannya. Bahwa mereka telah melakukan latihan-latihan khusus yang berat dibawah bimbingan prajurit pilihan. Ebook by Dewi Kangzusi 143 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Tetapi dalam pada itu, disamping mereka yang dengan sukarela berlatih di tempattempat ternuka, ada pula mereka yang dengan berterus-terang menolak untuk ikut serta. "Aku tidak mau menyurukkan kepalaku ke dalam api" berkata seorangpun anak muda yang dalam khdnya sehari-hari dikenal sebagai seorangpun anak muda yang penakut. "Siapakah yang menyuruhmu menyurukkan kepalamu ke dalam api?" "Jika kita harus melawan para perampok itu, apakah itu tidak berarti bahwa kita bersama-sama membunuh diri?" "Karena itu kita mengikuti latihan yang diselenggarakan di banjar, Ki Bekel mengajari kita, bagaimana kita memegang tombak, atau pedang atau jenis-jenis senjata yang lain" "Perampok itu akan datang besok atau lusa atau sepekan lagi, apa yang kita dapatkan dengan latihan hanya sepekan itu" "Banyak" jawab kawannya. "Apa saja?" "Kita tahu bahwa kita jangan melawan seorangpun melawan seorangpun, kita tahu, bahwa kita harus melawan mereka dalam kelompok-kelompok, empat atau lima orang bersama-sama melawan seorangpun perampok, jika kita bersama-sama mengacungkan senjata dari arah yang berbeda, maka perampok itu tentu akan kebingungan, tetapi kita jangan ragu-ragu, jika ada diantara kita yang ragu-ragu, maka akibatnya akan menjadi sangat buruk bagi kita" Ebook by Dewi Kangzusi 144 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Apapun yang kau katakan, tetapi aku tidak mau melakukan kerja yang sia-sia" "Ini bukan kerja yang sia-sia, mempertahankan hak adalah kewajiban kita, semua di kademangan ini, tetapi yang terutama adalah kita, anak-anak mudanya. "Kau engar, bahwa di kademangan seberang sungai yang terkenal dengan beberapa orang pemburu yang berani, tidak mampu membendung arus perampok itu, malah ada diantara mereka yang terbunuh, sedangkan perampok itu tetap saja merampok. Nah. Bukankah itu sia-sia" "Tidak, orang yang terbunuh itu telah mengorbankan nyawanya seharusnya yang masih hidup itu mewarisi jiwa pengorbanannya, jika kita, maksudku aku, kawankawan dan kau, menyerah saja. Maka kedua orang yang mati itu memang sia-sia. tetapi jika kematiannya itu mendorong kita semuanya untuk melakukan perlawanan seperti yang telah mereka lakukan, maka kematian keduanya bukan kematian yang sia-sia, kitalah yang harus memberikan arti bagi kematian mereka" "Kau berbicara dengan gelora perasaanmu yang telah dibakar oleh Ki Bekel. Kau tahu, kenapa Ki Bekel menganjurkan kita untuk berlatih dan jika perlu berkorban untuk melawan para perampok yang ganas itu?" "Ya, Ki Bekel menghendaki kita semuanya bangkit melawan mereka" "Omong kosong, Ki Bekel menganjurkan agar kalian semuanya bersedia berlatih untuk melawan para perampok itu, karena Ki Bekel adalah seorangpun yang kaya, dengan kesediaan kalian berkorban, maka Ki Bekel akan merasa Ebook by Dewi Kangzusi 145 Kang Zusi http://kangzusi.com/ aman. Harta bendanya terlindungi tanpa memperdulikan bahwa ada diantara kita akan mati terbunuh" "Betapa kerdilnya jiwamu, kau sama sekali tidak mengikat diri ke dalam satu kesatuan diantara penghuni padukuhan ini" "Terserahla, apa saja penilaianmu, tetapi aku tidak mau mati sia-sia" "Sudahlah, jika kau memang ketakutan mendengar sebutan perampok itu, jangan ikut campur, kami akan melaksanakan tugas kami dengan baik, kami akan membantu mempertahankan kekayaan yang terdapat di kampung halaman kami" Anak muda yang penakut itu terdiam, tetapi ia tidak berbicara apa-apa lagi" Dalam pada itu, ternyata hanya seorangpun anak muda yang berusaha menghindar karena ketakutan, tetapi para Bekel tidak memaksa mereka, para bekel justru selalu bertanya kepada anak-anak muda yang berlatih di rumahnya, siapakah diantara mereka yang memang tidak berani menghadapi langsung para perampok bersenjata itu. "Sebaiknya kalian minggir, tidak apa-apa, kami tidak akan mendendam kalian. Jika kalian memang merasa ketakutan dan terpaksa harus turun ke gelanggang, maka kalian hanya akan menjadi beban kawan-kawanmu yang memang benar-benar berani menghadapi lawan yang meskipun tidak seimbang, tetapi aku selalu memperingatkan, jangan hadapi mereka seorangpun lawan seorangpun, aku dan barangkali Ki Jagabaya kademangan dan bahkan Ki Demang sendiri, tidak akan menghadapi para perampok itu dalam perang tanding" Ebook by Dewi Kangzusi 146 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Beberapa orang memang minggir, tetapi sebaliknya, orang-orang yang sudah tidak tergolong anak-anak muda lagi, bahkan mereka yang sudah mempunyai satu dua orang anak, telah menyatakan kesediaan mereka untuk ikut berlatih bersama Ki Bekel dan Para Bebahu kademangan Panjer. bahkan Ki Jagabaya sering datang pula untuk melihat latihan-latihan itu. Sementara itu, anak-anak muda yang terpilih, berlatih dengan sungguh-sungguh dibawah bimbingan para prajurit, mereka kerja keras tanpa mengenal lelah. Dari hari kehari mereka mendapat petunjuk yang penting, namun juga melakukan latihanlatihan langsung untuk memahami dan membiasakan diri mempergunakan berbagai macam senjata. Sementara itu, pengawasan dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh anak-anak muda kademangan Panjer, dengan petunjuk para prajurit Paranganom mereka dapat melakukan tugas mereka dengan baik. Dua pekan telah berlalu, ternyata masih belum ada tanda-tanda bahwa para perampok akan memasuki Kademangan Panjer, tetapi para perampok itu juga tidak memasuki kademangan lain disekitar padukuhan Panjer, mereka juga tidak mendatangi kademangan Kayulegi. Sebenarnyalah para perampok juga sedang mengadakan pengamatan atas sasaran yang akan mereka pilih, ada diantara mereka yang memilih untuk pergi ke Kayulegi. Baru kemudian ke Panjer, tetapi beberapa orang perampok ternyata telah tersinggung dengan sikap anak-anak muda Panjer yang telah mengadakan latihanlatihan dibawah bimbingan Ki Demang, Para Bebahu dan para bekel. "Apakah latihan-latihan itu mempunyai pengaruh?" bertanya salah seorangpun perampok yang kepalanya botak. Ebook by Dewi Kangzusi 147 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Ki Lurah minta kita melihat, sejauh mana latihan-latihan itu diadakan, apakah anak-anak muda itu benar-benar dapat ditempa untuk menjadi pahlawan bagi kademangan mereka, atau hanya sekedar omong kosong untuk menggertak kita" sahut kawannya. "Aku setuju, kita akan melihat, apa saja yang dilakukan oleh anak-anak muda itu" Sebenarnyalah dua orang diantara para perampok itu telah ditugaskan untuk pergi ke Panjer melihat latihan-latihan yang diselenggarakan di halaman banjar atau di halaman rumah Para Bebahu dan Para Bekel. Namun ketika keduanya kembali ke sarang mereka, maka keduanyapun tertawa berkepanjangan, katanya "Rupanya Ki Demang Panjer itu sudah gila, ketika aku lewat di depan banjar padukuhan induk, Ki Demang sendirilah yang sedang memberikan latihan-latihan kepada anak-anak muda, tidak ada yang perlu dicemaskan, mereka memang belajar menggenggam senjata, tetapi senjata itu akan dapat membunuh diri mereka sendiri." "Apakah mereka sekedar menggertak agar kia tidak berani memasuki kademangan itu?" "Ya, mereka mencoba untuk menggetarkan jantung kita" "Jika demikian, kita putuskan, bahwa kita akan pergi ke Panjer, ada empat orang saudagar kaya di kademangan induk, disamping Ki Demang, tetapi Ki Jagabaya juga terhitung kaya karena peninggalan orang tuanya." "Disamping beberapa orang kaya di kademangan induk, di beberapa padukuhanpun terdapat orang-orang kaya pula" Ebook by Dewi Kangzusi 148 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Ya, kita akan kembali beberapa kali ke kademangan Panjer, biarlah orang-orang Panjer menyesali kesombongan mereka, jika mereka melawan dengan kekuatan yang mereka kira sudah mereka persiapkan dengan baik itu, maka kita tidak akan segan-segan membunuh beberapa orang diantara mereka, agar seluruh kademangan meratapi ulah mereka sendiri" Namun agaknya pemimpin perampok itu cukup berhatihati, ia tidak segera memerintahkan orang-orangnya untuk berangkat merampok di Kademangan Panjer, namun pimpinan perampok itu masih mengirimkan dua orangnya sekali lagi untuk membuktikan, apakah pengamatan dua orang sebelumnya tidak keliru. Ternyata dua orang yang mengamati keadaan untuk yang kedua kalinya itu juga melihat, bahwa anak-anak muda yang berlatih di banjar hanya sekedar membesarkan hati anak-anak muda itu saja. "Pengaruhnya tidak ada peningkatan kemampuan mereka" berkata perampok yang lebih tua "Tetapi latihan-latihan itu membuat Kademangan Panjer menjadi semakin berani, mereka tentu merasa memiliki kemampuan lebih untuk menghadapi kita, Ki Demang dan Para Bebahu yang melatih mereka tentu akan mengatakan bahwa latihan-latihan yang diselenggarakan itu sudah meningkatkan kemampuan orangorang yang bakal datang merampok" Bab 08 - Rumah Ki Wiratenaya Para perampok yang lebih muda yang mendengar keterangan itu tertawa, namun perampok yang lebih tua itu berkata "Kalian boleh tertawa, tetapi kalianpun harus tahu, Ebook by Dewi Kangzusi 149 Kang Zusi http://kangzusi.com/ bahwa pengaruh gejolak jiwa seseorang itu benar sekali, meskipun mereka tetap tidak memiliki kemampuan yang cukup, tetapi keberanian mereka akan dapat membuat kita terkejut karenanya" "Aku setuju dengan pendapatnya" sahut pemimpin perampok yang dikenal bernama Sura Branggah itu "Kalian jangan meremehkan lawan kalian, tetapi kalianpun jangan menjadi cengeng. Ingat kalian adalah perampok yang sudah teruji, kalian terdiri dari tiga kelompok kecu yang paling ditakuti, sekelompok penyamun dan orang-orang yang diyakini memiliki ilmu yang tinggi" "Ya, Ki Lurah" anak buah Ki Sura Branggah itu hampir berbareng menyahut. Namun pembicaraan, pengamatan dan untuk meyakinkan diri, Ki Sura Branggah memerlukan waktu hampir satu bulan" Sementara itu Raden Madyasta, Rembana, Sasangka dam Wismaya justru sudah mulai menjadi cemas, bahwa para perampok dapat mencium kehadiran mereka di Kademangan Panjer, sehingga mereka merubah sasaran mereka atau bahkan untuk sementara menghentikan kegiatan mereka. Namun mereka masih saja bersabar, mereka masih akan menunggu beberapa hari lagi. Selagi mereka menunggu di Kademangan Panjer, maka Raden Madyastapun telah dapat berkenalan dengan gadis yang telah menggetarkan jantungnya. ternyata gadis itu adalah anak Ki Demang Panjer. ia memang masih seorangpun gadis yang sedang meningkat dewasa, seorangpun gadis yang terbiasa hidup pedesaan. Ebook by Dewi Kangzusi 150 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Ketika Rara Menur, anak Ki Demang Panjer itu sedang menumbuk padi, maka iapun terkejut, Rara Menur yang sedang sibuk itu tidak mendengar langkah kaki Raden Madyasta, namun tiba-tiba saja anak muda itu sudah berdiri bersandar tiang lumbung. "Ah, Raden, kenapa Raden berdiri disitu?" desis Rara Menur, diluar sadarnya, tangannyapun berhenti pula bekerja, ia tidak lagi mengangkat penumbuk padinya. "Keringatmu Rara" "Kerja ini sudah terbiasa aku lakukan, Raden" sahut Rara Menur. "Apakah tanganmu tidak menjadi terkelupas karenanya?" "Tidak Raden, ini pekerjaan yang harus aku lakukan sehari-hari?" "Bukankah kau anak seorang Demang", aku lihat ada beberapa orang perempuan pembantu di rumah ini, kenapa kau sendiri harus menumbuk padi?" "Siapa yang sempat saja Raden, ibuku juga sering menumbuk padi, kadang-kadang seorang pembantu, kadang-kadang aku, tetapi kali ini ibu menginginkan beras yang putih, seorang pembantu kadang-kadang tidak telaten, berbeda jika aku sendiri Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo yang menumbuknya" "Kenapa Nyi Demang kali ini ingin beras yang putih, sehingga yang harus menumbuk padinya harus kau sendiri?" "Bukankah sejak hampir sebulan, di kademangan ini ada tamu dari Paranganom?" Ebook by Dewi Kangzusi 151 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "O...." Raden Madyasta mengangguk-angguk "Jadi kau menumbuk padi untuk menjamu kami yang datang dari Paranganom?" "Ah, sudahlah Raden, sebenarnya Raden tidak boleh berada disini" "Jadi yang menumbuk padi kemarin, kemarin dulu sepekan yang lalu, juga kau, Rara?" "Tidak, baru kali ini aku menumbuk padi" Raden Madyasta tertawa. "Jika saja kakang Rembana, kakang Sasangka dan kakang Wismaya juga berada di kademangan, mereka tentu akan memuji, nasinya putih agak wangi, ternyata yang wangi, bukan jenis padinya, tetapi karena tangan gadis yang menumbuknya" "Ah, Raden, silahkan Raden duduk di pendapa saja. Mungkin lurah Rembana atau yang lain datang mencari Raden, sementara Raden bersembunyi disini" "Mereka tidak akan kemari pada wayah begini, Rara. Mereka sedang sibuk berlatih bersama anak-anak muda di rumah Para Bebahu itu" "Apakah latihan-latihan yang mereka selenggarakan itu tidak berhenti untuk beristirahat", Raden sekarang juga tidak sedang berlatih?" "Aku sudah berlatih sejak matahari belum terbit, Rara" "Mungkin lurah Rembana dan yang lain juga sudah berlatih sejak matahari terbit" Ebook by Dewi Kangzusi 152 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Raden Madyasta tertawa. Namun tiba-tiba saja Rara Menur itu mengerutkan keningnya, kemudian dengan nada rendah iapun berkata "Lihat Raden, bukankah aku benar?" "Apanya yang benar, Rara" "Lurah Rembana" Raden Madyasta berpaling, dilihatnya lurah Rembana berdiri bersandar sebatang pohon bangka sambil menyilangkan tangannya di dadanya. "Kau kakang?" "Apakah aku mengganggu, Raden" bertanya lurah Rembana. "Tentu kakang, kakang sudah mengganggu ketenanganku" "Tidak" yang menyahut justru Rara Menur "lurah sama sekali tidak mengganggu, Raden Madyasta yang sejak tadi mengganggu aku yang sedang menumbuk padi" "Aku sama sekali tidak bermaksud mengganggu, Rara. sebenarnya aku justru ingin membantu" "Sudahlah Raden. lurah Rembana tentu mempunyai keperluan penting jika ia datang kemari" Raden Madyasta tersenyum, katanya "Baiklah, aku akan menemui lurah Rembana. Tetapi aku harus berpesan kepadanya, agar lain kali kakang Rembana jangan Makhluk Haus Darah 2 Rajawali Emas 09 Keranda Maut Perenggut Nyawa Kemelut Di Cakrabuana 4

Cari Blog Ini