Sejuknya Kampung Halaman 4
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja Bagian 4 desis Laksana. Manggada menarik nafas dalam-dalam. Namun dalam pada itu, keduanya terkejut ketika mereka mendengar semak tersibak. Ketika mereka berpaling dan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bergeser selangkah, maka mereka melihat sekilas dua ekor harimau hilang di balik semak-semak yang banyak terdapat di halaman yang luas itu. Kedua orang anak muda itu saling berpandangan. Merekapun yakin bahwa kedua ekor harimau itu adalah harimau Ki Pandi. Merekapun segera tahu pula bahwa selama Ki Pandi pergi semalam, tentu Ki Pandi telah memanggil harimaunya. "Kecuali dengan, serulingnya, Ki Pandi mempunyai cara berhubungan dengan kedua ekor harimaunya dari jarak jauh" berkata Manggada kemudian. Laksana mengangguk-angguk. Namun iapun bergumam "Kenapa Wira Sabet dan Sura Gentong tidak kita selesaikan sama sekali. Kita tahu disini ada Ki Pandi. Apalagi ada dua ekor harimaunya. Seandainya Ki Sapa Aruh dan orangorangnya masih mendendam, maka kekuatan mereka telah jauh menyusut tanpa Wira Sabet dan Sura Gentong" "Tetapi sasaran dendam Ki Sapa Aruh tentu tidak pandang bulu. Orang-orang padukuhan ini akan mengalami nasib buruk, karena kita tidak akan dapat berada di segala tempat. Sementara Ki Sapa Aruh akan dapat mengirimkan orangorangnya kemanapun yang dikehendaki" jawab Manggada. Laksana menarik nafas dalam-dalam. Tetapi iapun kemudian mengangguk sambil berdesis "Ya. Ki Sapa aruh dapat berbuat licik sekali" "Kecuali jika kita sempat mematangkan perlawanan orangorang padukuhan ini" berkata Manggada. Laksana tidak menjawab. Tetapi ia masih saja mengangguk-angguk. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Demikianlah, maka Manggada dan Laksanapun kemudian keluar dari halaman rumah yang kotor itu. Demikian mereka turun ke jalan, maka merekapun melihat Ki Pandi dan Ki Resadana keluar dari pintu regol. "Nampaknya sulit untuk dapat berbicara dengan mereka" berkata Laksana. "Kami dari balik dinding mendengar pembicaraan kalian dengan Wira Sabet dan kemudian Sura Gentong" berkata Ki Pandi. "Kami berdua akan berbicara dengan Ki Jagabaya" berkata Manggada. "Tetapi siapa yang dimaksud dengan Tantri?" bertanya Ki Pandi. "Seorang gadis kemarin sore" Ki Resadanalah yang menyahut "umurnya masih belum setua Pideksa" "Ya. Lebih muda dari Pideksa. Ia pantas menjadi anak bungsu Sura Gentong jika ia mempunyai sepuluh orang saudara" sahut Laksana. Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Nampaknya memang sulit untuk berbicara dengan Sura Gentong. Sebenarnya tanpa pengaruh Sura Gentong dan Ki Sapa Aruh, Wira Sabet masih dapat diajak berbicara. Tetapi tidak demikian halnya dengan Sura Gentong" Ki Resa mengangguk-angguk. Namun dengan nada cemas ia berkata "Sudahlah ngger. Sebaiknya kalian berdua tidak usah turut campur. Atau bahkan sebaiknya kalian kembali saja ke tempat kalian selama ini tinggal" "Mungkin kami berdua dapat mengungsi, paman. Tetapi bagaimana dengan ayah dan ibu?" jawab Manggada. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Jika perlu bawa saja ayah dan ibu kalian bersama kalian" jawab Ki Resa. "Nampaknya ayah dan ibu tentu berkeberatan. Disini mereka dilahirkan. Disini sawah dan tanah pategalan mereka digelar. Apakah semuanya itu harus ditinggalkan tanpa melakukan pembelaan sama sekali?" "Pembelaan" Apa maksudmu" A pakah kalian akan melawan Wira Sabet dan Sura Gentong?" bertanya Ki Resa. "Jika tidak demikian, maka setidak-tidaknya kami mendapatkan penyelesaian yang terbaik" jawab Manggada. Ki Resa menarik nafas dalam-dalam, la sudah berusaha menemui orang tua kedua anak muda itu. Namun ternyata kedua anak muda itu sama sekali tidak menarik diri. Bahkan orang tua mereka agaknya tidak dengan keras melarang mereka. Namun dengan demikian, timbul sedikit sentuhan di hati Ki Resadana. Jika anak-anak yang untuk waktu yang lama sudah meninggalkan kampung halamannya masih menganggap perlu untuk berbuat sesuatu bagi kebaikan padukuhannya, apakah Ki Resa justru akan mengingkari tugas-tugas semacam itu". Namun bagaimanapun juga yang dilakukan oleh anak-anak muda itu memerlukan keberanian. Dan keberanian itu tidak dimilikinya dan tidak pula dimiliki oleh orang-orang padukuhan itu. Dalam pada itu, maka Manggada, Laksana dan Ki Pandipun kemudian telah minta diri kepada Ki Resa. Mereka akan memberian laporan tentang kewajiban yang mereka pikul untuk bertemu dan berbicara dengan Wira Sabet dan bahkan Sura Gentong kepada Ki Jagabaya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Resapun kemudian hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kesungguhan kedua orang anak muda itu untuk berbuat sesuatu bagi padukuhan mereka. Seperti yang direncanakan, maka kedua orang anak muda itu memang pergi ke rumah Ki Jagabaya. Namun Ki Pandi tidak pergi bersama mereka. Tetapi Ki Pandi berniat langsung kembali ke rumah Ki Kertasana. Namun sebelum mereka berpisah, Laksana sempat bertanya "Apakah kedua ekor harimau itu akan tetap berada disana?" "Tidak. Biarlah malam nanti keduanya kembali ke hutan. Tetapi tidak perlu hutan yang kita pergunakan untuk Tapa Ngidang itu. Tetapi hutan yang lebih dekat di sebelah Barat padukuhan ini. Meskipun hutan itu kecil, namun kedua ekor harimau itu tidak akan menjadi kelaparan sebagaimana jika keduanya tetap berada di halaman rumah itu. Bahkan jika keduanya kelaparan, mereka akan dapat berbuat hal-hal yang tidak sepatutnya mereka lakukan?" "Apakah mereka dapat menyerang seseorang?" bertanya Laksana. "Tanpa perintahku tidak. Tetapi mereka sering melakukannya terhadap seekor ternak, jika benar-benar kelaparan" jawab Ki Pandi. Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Sementara itu, maka merekapun telah sampai ke simpang tiga. Manggada dan Laksana berbelok ke kiri, sedangkan Ki Pandi berbelok ke kanan. Demikianlah, beberapa saat kemudian, maka keduanya telah sampai di rumah Ki Jagabaya. Ternyata Ki Jagabaya http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tidak sedang bepergian. Namun, lebih dahulu dari mereka berdua, Wisesa telah berada di rumah itu pula. Sampurna seperti biasanya mempersilahkan Manggada dan Laksana duduk di serambi bersama Wisesa. Kepada Tantri yang ada di dapur, Sampurna minta agar ia membuat minuman lagi bagi kedua orang tamu yang datang kemudian itu. Seterusnya Sampurna telah menemui ayahnya untuk memberitahukan kedatangan Manggada dan Laksana. "Baiklah" berkata Ki Jagabaya "sebentar lagi aku datang" Ketika kemudian Sampurna duduk lagi di serambi, maka Tantri telah menghidangkan minuman dan makanan bagi Manggada dan Laksana yang duduk bersama Wisesa. "Darimana saja kalian berdua?" bertanya Tantri. "Aku baru saja pergi ke rumah paman Wira Sabet" jawab Manggada. Namun sementara itu Laksana sibuk memperhatikan Tantri. Apa jadinya jika gadis cantik itu benarbenar harus diserahkan kepada Sura Gentong untuk menebus dendam yang menyala di hati orang yang garang itu. "Apakah kalian bertemu dengan Wira Sabet?" bertanya Tantri pula. "Ya" jawab Manggada "bahkan juga paman Sura Gentong" "Jadi kalian bertemu juga dengan Sura Gentong?" bertanya Sampurna?" "Ya" Manggada mengangguk-angguk. Lalu katanya pula "Karena itu aku langsung datang kemari untuk melaporkannya kepada Ki Jagabaya" "Apa kata mereka?" bertanya Wisesa "apakah mereka menerima gagasan besarku demi kesejahteraan padukuhan ini?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Manggada termangu-mangu sejenak. Namun Sampurnalah yang menjawab "Biarlah kita menunggu ayah. Manggada dan Laksana akan memberikan laporan kepada ayah" "Apa bedanya" Aku adalah seorang yang telah melahirkan gagasan besar itu" berkata Wisesa "bukankah kita akan membicarakan bersama pada akhirnya?" "Baiklah" berkata Sampurna "karena itu, sebaiknya kita menunggu ayah" Wisesa mengerutkan dahinya. Sebelum ia menjawab Tantri telah bangkit dan melangkah meninggalkan serambi itu. Sejenak kemudian, maka Ki Jagabayapun telah ikut duduk di serambi itu bersama Manggada, Laksana dan Wisesa. Ki Jagabaya itupun segera bertanya "Apakah kau bertemu dengan Wira Sabet dan Sura Gentong?" "Ya, Ki Jagabaya. Aku telah bertemu dengan mereka berdua" "Apakah kau membicarakan tentang satu kemungkinan untuk mengadakan satu pembicaraan?" bertanya Ki Jagabaya. "Ya, sesuai dengan gagasanku" sahut Wisesa. Manggada memandang Wisesa sekilas. Namun ia tidak menghiraukannya lagi. "Kami sudah mencoba untuk berbicara dengan mereka Ki Jagabaya. Sebenarnya aku yakin bahwa paman Wira Sabet akan dapat mengerti dan menerima rencana pembicaraan itu" jawab Manggada.. "Karena itu adalah gagasan terbaik yang dapat dilahirkan oleh seseorang dalam keadaan seperti ini" sahut Wisesa. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Jagabaya menarik nafas dalam-dalam. Tetapi iapun kemudian mengangguk-angguk sambil berdesis "Ya. Gagasan terbaik" Manggadapun kemudian telah melaporkan pertemuannya dengan Wira Sabet dan Sura Gentong. Manggada menceriterakan perbedaan sikap antara kakak beradik itu. "Apakah syarat yang telah diajukan oleh Sura Gentong?" bertanya Ki Jagabaya. Satu persatu Manggada menguraikan syarat-syarat yang dikehendaki oleh Sura Gentong dan Ki Sapa Aruh. Justru karena Tantri telah meninggalkan serambi Itu, maka Manggadapun berkata "Syarat terakhir yang dikehendaki oleh Sura Gentong adalah ganti atas meninggalnya bakal isterinya saat itu" "Tetapi perempuan itu membunuh diri" berkata Ki Jagabaya "namun nampaknya Sura Gentong menuduh bahwa aku telah membunuhnya. Atau seandainya sebenarnya ia mengetahui, tetapi ia tentu akan berpura-pura tidak mengetahuinya. Dengan demikian maka ia akan dapat menuntut ganti atas kematian isterinya" "Agaknya memang demikian Ki Jagabaya" jawab Manggada. Namun kemudian Ki Jagabaya itu berkata "Apakah ia juga mengatakan ganti seperti apa yang dikehendakinya?" Jantung Manggadapun menjadi berdebar-debar. Rasarasanya sulit untuk mengatakannya, bahwa Sura Gentong menghendaki Tantri, gadis Ki Jagabaya itu. Sejenak Manggada memandang Laksana. Tetapi Laksana menundukkan kepalanya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Akhirnya, meskipun betapa berat bibirnya bergerak, Manggada harus mengatakannya "Ki Jagabaya Yang Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dikehendaki Sura Gentong adalah Tantri" "Tantri" suara Ki Jagabaya menghentak. Wajahnya menjadi merah. Demikian pula Sampurna. Bahkan Wisesa. Dengan suara bergetar Wisea berkata "Gila. Apakah Sura Gentong sudah gila" Berapa umur Sura Gentong. Dan berapa umur Tantri" "Ya" desis Manggada "Sura Gentong agaknya, memang sudah gila" Tetapi tiba-tiba Wisesa terkejut. Ia sudah mengumpati Sura Gentong. Wisesa sadar, bahwa ia telah melakukan kesalahan yang sangat besar. Jangankan mengumpati, mencercanya saja, seseorang akan dapat mengalami bencana. Wajah Wisesa menjadi pucat. Keringat dingin mengalir dari seluruh tubuhnya. Tetapi ia sudah terlanjur mengucapkannya. Tetapi Manggada dan Laksana mengira bahwa Wisesa itu menjadi demikian marahnya, sehingga wajahnya justru menjadi pucat dan keringatnya membasahi pakaiannya. Ki Jagabayalah yang benar-benar menjadi marah. Dengan geram ia berkata "Angger berdua. Jika Ki Sapa Aruh ingin menjadi Bekel, Wira Sabet menghendaki kedudukan Kami Tuwal dan Sura Gentong sendiri ingin merampas kedudukanku sebagai Jagabaya, jika hal itu diterima oleh rakyat padukuhan Gemawang, aku tidak akan berkeberatan. Tetapi permintaannya yang terakhir membuat telingaku menjadi panas. Agaknya Sura Gentong benar-benar mencari alasan untuk melakukan kekerasan di paduuhan ini" "Agaknya memang demikian Ki Jagabaya "Laksanalah yang menyahut "Aku juga berpendapat, bahwa tidak ada jalan lain http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kecuali menghancurkan Sura Gentong dan Ki Sapa Aruh. Jika keduanya dapat di lenyapkan, maka Wira Sabet sendiri tentu masih dapat mempergunakan penalarannya. Demikian pula agaknya dengan anaknya, Pideksa" "Manggada dan Laksana" berkata Ki Jagabaya kemudian "aku berterima kasih atas kesediaan kalian membantu mencari penyelesaian sebaik-baiknya atas persoalan yang terjadi di padukuhan ini. Tetapi ternyata kalian telah terbentur pada sikap yang keras dan menyakitkan hati. Itu bukan salah kalian. Karena itu, agaknya aku tidak mempunyai pilihan lain. Aku akan mempersiapan diri menghadapi mereka apapun yang terjadi. Mungkin keluarga kami akan ditumpas habis. Tetapi aku tidak berkeberatan karena aku menganggap hal itu lebih baik daripada memenuhi permintaan mereka" "Ki Jagabaya tidak sendiri" berkata Laksana "sejak kami menghadap, kami sudah menyatakan bahwa keluarga kami akan berdiri di belakang Ki Jagabaya. Apapun yang terjadi, karena padukuhan ini adalah padukuhan kami, kampung halaman kami" "Tetapi kau tahu bahwa Wira Sabet dan Sura Gentong memiliki kekuatan yang besar sehingga melawan mereka akan dapat berakibat sangat buruk" berkata Ki Jagabaya. "Itu sudah kami perhitungkan" jawab Manggada. Ki Jagabaya mengangguk-angguk. Katanya "Aku sangat berterima kasih. Nanti aku akan menemui Ki Bekel. Aku akan minta pendapatnya untuk yang terakhir kalinya. Jika Ki Bekel masih saja ragu-ragu, aku akan meninggalkannya" Dalam pada itu, tiba-tiba saja Sampurna berkata kepada Wisesa "Bagaimana dengan kau Wisesa" Kau sudah mendengar betapa menyakitkan hati tuntutan Sura Gentong http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ itu". Gagasanmu yang besar itu ternyata merupakan satu alasan yang paling baik bagi Sura Gentong untuk menghina keluarga kami. Nah, kami memang harus mempertimbangkannya, apakah kami akan menyerahkan Tantri atau tidak" "Tentu tidak" desis Wisesa. Sampurna termangu-mangu sejenak. Namun dalam kekalutan pikiran, Ki Jagabaya mengerti maksud anak lakilakinya. Karena itu, ia tidak menyela pembicaraan anaknya dengan Wisesa. Sementara itu, Sampurnapun bertanya "Apa yang harus kita lakukan jika Sura Gentong itu datang kemari dan minta untuk membawa Tantri sekarang ini?" Wajah Wisesa yang pucat menjadi semakin pucat. Setiap kali ia teringat bahwa ia terlanjur mengumpati Sura Gentong. "Satu tindakan yang sangat disesalinya" Namun tiba-tiba Sampurna bertanya "Jika Sura Gentong itu datang untuk mengambil Tantri, apakah kau bersedia menghalanginya dengan cara apapun juga?" Wisesa tergagap. Ia tidak dapat segera menjawab pertanyaan itu. Bahkan rasanya ia menjadi semakin ketakutan, sehingga tubuhnya menjadi sangat dingin. Karena Wisesa tidak segera menjawab, maka Sampurna berkata "Tetapi aku yakin, bahwa akan ada orang yang membantu kami mempertahankannya seandainya kau tidak bersedia melakukan itu Wisesa" Perasaan Wisesa justru telah terguncang-guncang, la manjadi sakit hati jika ada orang yang berjasa melindungi Tantri. Tetapi ia sendiri tidak berani melakukannya, karena http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Wira Sabet dan Sura Gentong tidak ubahnya sebagai siluman yang sangat menakutkan baginya. Namun justru karena itu, maka Wisesa bahkan menjadi bagaikan orang yang kehabisan akal. Keringatnya sajalah yang mengalir semakin deras. Manggada dan Laksana yang mengerti maksud Sampurna, sama sekali tidak menyahut. Mereka bahkan hanya berdiam diri saja. Namun akhirnya Sampurnapun tidak lagi menyudutkan Wisesa. Tetapi ia berkata bersunguh-sungguh kepada Manggada dan Laksana "Jika demikian, maka kita harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Setiap saat suasana yang panas ini akan dapat meledak" "Kami menunggu perintah Ki Jagabaya" berkata Manggada "jika kami mendengar isyarat, kami akan segera datang" "Baiklah" Ki Jagabayalah yang menyahut "seperti yang aku katakan tadi, aku akan menemui Ki Bekel. Keadaan sudah memuncak. Agaknya memang tidak ada jalan lain kecuali dengan kekerasan" Demikianlah, maka Manggada dan Laksanapun kemudian telah minta diri. Sementara itu Wisesapun bertanya "Apakah kau akan lewat jalan Selatan?" "Kenapa?" bertanya Manggada. "Kita dapat berjalan bersama-sama" jawab Wisesa. Manggada menarik nafas dalam-dalam. Ia tahu bahwa Wisesa menjadi tiba-tiba menjadi ketakutan, sehingga ia memerlukan kawan untuk berjalan pulang. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Karena itu, maka iapun menjawab "Aku dapat lewat jalan mana saja. Meskipun sedikit berputar, baiklah, aku akan pulang lewat jalan Selatan" Hampir saja Laksana mengganggunya lagi. Tetapi Manggada sudah memandanginya dengan sikap yang bersunguh-sungguh sehingga Laksanapun telah mengurungkan niatnya. Sejenak kemudian, maka Sampurna, Tantri dan ibunya telah melepas Manggada dan Laksana pulang bersama Wisesa, sementara Ki Jagabayapun akan pergi ke rumah Ki Bekel. Di sepanjang jalan Wisesa yang berjalan tergesa-gesa sama sekali tidak mengatakan sesuatu. Ia berjalan paling depan. Namun sekali-sekali ia berpaling sambil berkata "Marilah. Kenapa kalian berjalan sangat lamban?" Tetapi Laksana justru bertanya "Kenapa kau tergesa-gesa?" "Aku masih mempunyai banyak pekerjaan di rumah" jawab Wisesa. Namun Laksana menjawab lagi "Aku tidak. Jika aku tergesagesa, aku akan mengambil jalan lain yang lebih dekat dari jalan ini" Wisesa terdiam. Ia berusaha menahan perasaannya yang bergejolak. Kebenciannya kepada kedua orang anak muda itu menjadi semakin meningkat. Sejak kanak-kanak ia memang tidak begitu senang berkawan dengan Manggada yang dianggapnya sangat nakal, keras kepala dan bengal. Tetapi Manggada itu terlalu dekat dengan Tantri. Meskipun keduanya sering berkelahi, tetapi setiap kali keduanya telah menjadi rukun kembali. Sedangkan kepada Laksana, Wisesa tidak menyukainya demikian ia mengenalnya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Wisesa masih tetap berjalan di paling depan. Namun begitu ia melihat regol rumahnya, maka iapun berkata "Aku tidak telaten berjalan bersama orang-orang malas. Kenapa kau mengambil jalan ini" Sebaiknya aku berjalan saja dahulu" Wisesa tidak menunggu jawaban, la berjalan semakin cepat. Bahkan kemudian berlari-lari kecil masuk ke dalam regol halamannya tanpa berpaling lagi. Laksana tertawa. Tetapi ia tidak berkata sesuatu. Ketika mereka sampai di rumah, maka merekapun segera menceriterakan pertemuan mereka dengan Wira Sabet dan Sura Gentong. Meskipun sebagian telah diceriterakan oleh Ki Pandi yang telah mendahului pulang, namun Manggada dan Laksana masih juga dengan bersungguh-sungguh menceriterakan kembali. Merekapun juga berceritera bahwa mereka telah singgah di rumah Ki Jagabaya dan memberikan laporan tentang pembicaraan mereka dengan Wira Sabet dan Sura Gentong. "Apa yang dikatakan oleh Ki Jagabaya?" bertanya Ki Kertasana. "Ki Jagabaya menjadi sangat marah, la bertekad untuk melawan Wira Sabet dan "Sura Gentong meskipun keduanya telah bekerja sama dengan Ki Sapa Aruh" jawab Manggada. Ki Kertasana menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Nampaknya segala usaha memang akan sia-sia jika sikap Sura Gentong demikian kasarnya. Apaboleh buat jika harus diselesaikan dengan kekerasan" "Kita memang tidak mempunyai pilihan lain. Hanya soal waktu sajalah yang menentukan benturan kekerasan yang bakal terjadi. Tetapi kita tidak tahu seberapa banyak http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sebenarnya kekuatan lawan itu. Kita juga tidak tahu tataran kemampuan mereka" berkata Ki Pandi. Ki Kertasana, Ki Citrabawa. Manggada dan Laksanapun mengangguk-angguk. Mereka megerti maksud Ki Pandi. Namun mereka memang tidak mempunyai gambaran, bagaimana caranya mereka dapat mengetahui kekuatan lawannya itu. Sementara itu tidak seorangpun tahu, dimana Wira Sabet dan Sura Gentong tinggal. Apalagi Ki Sapa Aruh. Agaknya mereka akan mengalami kesulitan untuk bertanya kepada siapapun tentang kedua orang itu. Seandainya ada yang pernah melihat, tentu tidak lebih dari arah kedatangan mereka. Terutama Wira Sabet yang memang lebih sering nampak daripada Sura Gentong. Itupun agaknya sulit memancing keterangan mereka. Dalam pada itu, maka Manggadapun berkata "Untuk sedikit mengurangi ketakutan yang mencengkam orang-orang padukuhan Gemawang, maka kita memang harus berbuat sesuatu. Jika keberatan mereka serba sedikit timbul, maka mereka akan berbicara setidaknya dimana mereka pernah melihat Wira Sabet atau dari mana ia datang. Mungkin kita dapat menelusuri dan mengetahui tempat tinggal mereka" "Tetapi itu berbahaya sekali ngger" desis Ki Pandi. "Bukankah kita perlu mengetahui gambaran kekuatan mereka?" desis Mangagada. "Tetapi tentu tidak dengan cara itu" sahut Ki Pandi. "Jadi, apa yang sebaiknya kita lakukan?" "Kita akan menyiapkan kemampuan yang ada pada kita setinggi-tingginya. Untuk sementara hanya itu yang dapat kita lakukan" jawab Ki Pandi. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Manggada mengangguk-angguk. Demikian pula Laksana. Namun tiba-tiba saja Manggada berkata "Aku ingin membangunkan orang-orang padukuhan ini dengan cara yang lain. Kami berdua akan mengelilingi padukuhan ini berkuda. Aku akan mengajak Sampurna, anak Ki Jagabaya" "Untuk apa?"bertanya Ki Kertasana. "Untuk membesarkan hati orang-orang padukuhan ini" jawab Manggada. "Jika kalian bertemu dengan Wira Sabet atau orangorangnya yang tersinggung atas perbuatan kalian?" bertanya Ki Kertasana. "Apaboleh buat" jawab Manggada "kekerasan nampaknya tidak dapat dihindari. Seandainya akan menjadi api yang menyulut pertempuran, bukankah kita sudah siap meskipun kita belum mengetahui dengan pasti besarnya kekuatan mereka?" Ki Kertasana menarik nafas dalam-dalam. Sementara Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Manggada berkata "Tetapi jika benturan kekerasan itu memang harus terjadi, biarlah terjadi. Keadaan padukuhan ini harus segera berubah" Orang-orang tua yang mendengar ketetapan hati Manggada itu hanya menarik nafas panjang. Anak semuda Manggada biasanya memang ingin memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan cepat. Apalagi setelah cara lain yang lebih lunak sudah ditempuh dan tidak berhasil. Karena itu, maka Ki Kertasana itupun hanya berpesan "Tetapi berhati-hatilah. Kita menghadapi bukan saja orangorang yang mendendam, tetapi juga orang-orang yang tamak seperti Ki Sapa Aruh yang memanfaatkan keadaan dan memhttp://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ peralat Wira Sabet dan Sura Gentong untuk kepentingannya sendiri" "Baik ayah" jawab Manggada, sementara Laksana berkata "Semakin lama keadaan ini berlangsung, maka orang-orang padukuhan ini akan menjadi semakin ketakutan dan bahkan tidak berani membuka pintu rumahnya, sehingga jika lumbung padi mereka sudah kosong, maka mereka akan dapat menjadikelaparan. Bahkan meskipun padi disawah menguning, tidak seorangpun yang akan berani memetiknya jika Wira Sabet dan Sura Gentong berdiri di tengah-tengah bulak itu" "Ya. Kemungkinan itu dapat terjadi" desis Ki Kertasana. Dengan demikian maka Manggada dan Laksanapun telah minta ijin untuk mempergunakan kuda yang ada di kandang. Mereka akan mempergunakannya untuk mencoba membangkitkan keberanian orang-orang padukuhan yang dicengkam oleh ketakutan itu. Di sore hari, ketika Ki Pandi, Manggada dan Laksana duduk di serambi gandok, maka merekapun terkejut melihat pintu regol yang tidak diselarak itu terbuka. Serentak mereka bangkit berdiri. Namun merekapun menarik nafas dalamdalam ketika mereka melihat Ki Jagabayalah yang memasuki regol halaman itu. "Marilah Ki Jagabaya" Manggada mempersilahkan. Sejenak kemudian, Ki Jagabaya itupun sudah duduk di pringgitan bersama Ki Kertasana, Ki Citrabawa, Ki Pandi, Manggada dan Laksana. Dengan kecewa Ki Jagabaya menceriterakan sikap Ki Bekel yang masih tetap ragu-ragu. Dengan nada rendah Ki Jagabaya berkata "Ki Bekel tidak dapat berbuat banyak. Ia selalu dibayangi oleh keselamatan keluarganya. Ia mempunyai tujuh http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ orang. anak. Sebagian masih kecil-kecil. Di antara mereka belum ada yang dapat membantu ayahnya jika keadaan menjadi semakin buruk" "Apakah Ki Bekel itu lebih muda dari Ki Jagabaya?" bertanya Ki Pandi. "Ya. Terpaut agak banyak. Aku sudah menjabat sebagai Jagabaya ketika padukuhan ini dijabat oleh ayah Ki Bekel yang sekarang" suara Ki Jagabaya itu merendah "tetapi Ki Bekel yang dahulu memiliki keberanian jauh lebih besar dari Ki Bekel yang sekarang. Namun agaknya aku dapat mengerti, jika Wira Sabet dan Sura Gentong itu datang ke rumah Ki Bekel, maka anak-anaknya tentu akan mengalami nasib buruk, seandainya Ki Bekel itu sendiri melawan" Ki Kertasanapun kemudian menyahut "Jika demikian, maka kita harus menghadapinya tanpa Ki Bekel. Tetapi jika harus terjadi demikian, maka apaboleh buat" "Terima kasih Ki Kertasana dan seluruh keluarga disini yang telah dengan suka-rela membantu kami yang masih berusaha untuk menegakkan harga diri padukuhan ini" "Bagi kami, apa yang kami lakukan itu merupakan bagian dari kewajiban kami sebagai penghuni padukuhan Gemawang, karena kami merasa ikut memiliki sehingga kami pun harus ikut mempertahankannya dari laku yang menyimpang" Ki Jagabaya mengangguk-angguk. Sementara Manggada mengatakan rencananya untuk berusaha membangkitkan sedikit keberanian orang-orang padukuhan itu. "Baiklah. Aku akan mengatakannya kepada Sampurna. Agaknya ia tidak akan berkeberatan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Demikianlah, setelah mendapat hidangan minuman dan makanan, maka Ki Jagabayapun segera minta diri. Seperti yang direncanakan di keesokan harinya, maka Manggada dan Laksana sucah siap dengan kuda mereka. Sejenak kemudian keduanya telah berderap menyusuri jalan padukuhan. Mula-mula keduanya pergi ke rumah Ki Jagabaya. Kemudian bersama Sampurna yang ternyata sependapat dengan Manggada dan Laksana telah mengelilingi padukuhan mereka. Derap kaki-kaki kuda itu memang menarik perhatian. Orang yang tergesa-gesa berjalan di jalan padukuhan untuk satu keperluan yang mendesak terkejut melihat ketiga orang anak muda itu. Yang langsung mereka kenali adalah Sampurna. Namun kemudian juga Manggada. Seorang laki-laki yang bertubuh kuat kekar memandang ketiganya dengan penuh keheranan. "Angger bertiga, apa kalian menyadari, bahwa yang kalian lakukan itu dapat mengundang kesulitan?" bertanya laki-laki itu. "Kenapa?" bertanya Sampurna. "Wira Sabet dan bahkan Sura Gentong sering datang ke padukuhan ini" "Apa salahanya" Bukankah kami berada di padukuhan kami sendiri" Sebagaimana paman juga berada di padukuhan paman sendiri?" jawab Sampurna. Orang itu mengerutkan dahinya. Katanya "Meskipun demikian, tetapi bukankah kalian tahu bahwa suasana padukuhan ini baru panas?" "Maksud paman?" bertanya Sampurna. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ah, seperti orang asing saja kau ngger" sahut orang itu. "Maksud paman, padukuhan kita sedang dalam keadaan ketakutan karena Wira Sabet dan Sura Gentong?" bertanya Sampurna pula. "Ya, ngger. Jika angger bertiga bertemu dengan mereka, maka kemungkinan buruk dapat terjadi atas engger bertiga" "Itulah yang ingin kami tunjukkan kepada paman dan kepada seisi padukuhan ini. Kami tidak takut, paman. Kenapa harus takut kepada paman Wira Sabet dan Sura Gentong" Mereka dahulu juga penghuni padukuhan ini. Bukankah kita sudah saling mengenal?" "Kau tiba-tiba menjadi aneh, ngger. Setiap orang menjadi ketakutan dan bersembunyi jika kedua orang itu atau salah seorang daripadanya lewat di padukuhan ini" "Paman. Sekali lagi kami ingin mengatakan kepada semua orang. Kita tidak perlu takut. Aku tidak takut. Manggada dan Laksana ini juga tidak takut. Dan semua orang seharusnya tidak takut menghadapi mereka. Seandainya kedua orang itu ingin berbuat sesuatu yang tidak semestinya di padukuhan iini, maka kita bersama-sama akan bangkit dan mengusir mereka sebagaimana pernah kita lakukan beberapa tahun yang silam" "Angger. Jangan pura-pura tidak tahu. Keduanya bukan Wira Sabet dan Sura Gentong beberapa tahun yang silam. Mereka sekarang adalah dua orang yang berilmu tinggi. Mereka datang bersama saudara-saudara seperguruan mereka dan bahkan bersama Ki Sapa Aruh yang ditakuti oleh banyak orang" Tetapi Sampurna tertawa. Katanya "Satu mimpi buruk paman. Bangunlah. Kita akan melihat satu kenyataan bahwa keduanya akan lari terbirit-birit melihat seisi padukuhan ini http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bangkit, berkumpul dan dengan berani menentangnya. Tetapi jika kita, penghuni padukuhan ini menjadi ketakutan, maka keduanya akan memasuki padukuhan ini dengan dada tengadah, menakut-nakuti kita dan akhirnya menggilas kita semuanya. Kita kemudian harus tunduk dibawah telapak kakinya dan melakukan segala perintahnya meskipun bertentangan dengan nurani kita sendiri" Orang bertubuh kuat dan kekar itu termangu-mangu. Rasarasanya ia berada di dalam satu dunia yang asing. Sikap ketiga orang anak muda itu aneh. "Ada yang tidak wajar" desis orang itu "ketidak wajaran itu ada pada kalian bertiga atau ada padaku. Tetapi rasa-rasanya aku tersuruk ke dalam satu keadaan yang membingungkan" "Kenapa?" Sampurna masih saja tertawa. Bahkan kemudian Manggada dan Laksanapun tertawa pula melihat orang itu kebingungan. Dengan nada tinggi Manggada berkata "Paman nampak bingung justru karena paman telah terbius oleh dongeng yang tersebar selama ini, bahwa Wira Sabet dan Sura Gentong adalah dua orang yang menakutkan. Tetapi jika paman tidak menjadi ketakutan, maka paman tidak usah bingung. Kita bersama-sama akan mengusir mereka. Bahkan bersama saudara-saudara seperguruannya dan sekaligus Ki Sapa Aruh" "Ini aneh. Aneh sekali bahwa anak-anak muda berani mengatakan hal seperti itu" "Bukan hal yang aneh paman. Justru inilah satu kewajaran sikap orang-orang yang berniat untuk melindungi nama padukuhannya" berkata Sampurna. Lalu katanya pula "Nah, terserah kepada paman. Tetapi menilik ujud tubuh paman yang kuat dan kekar itu, maka Wira Sabet dan Sura Gentong tentu akan berpikir dua kali untuk melawan paman. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Orang itu benar-benar menjadi bingung. Biasanya ia melihat orang-orang menjadi ketakutan jika mereka mendengar nama Wira Sabet dan Sura Gentong. Bahkan orang-orang akan segera masuk regol halaman dan hilang dibalik pintu rumahnya. Jika mereka tidak sempat mencapai rumah mereka, maka merekapun akan segera memasuki rumah tetanggatetangganya untuk menyembunyikan diri. Tetapi kali ini ia bertemu dengan anak-anak muda yang menyebut nama Wira Sabet dan Sura Gentong sambil tertawa. Seperti mereka menyebut Ki Jagabaya dan Ki Bekel. Orang yang bertubuh kuat dan kekar itu bergumam "Sampurna itu adalah anak Ki Jagabaya" Sementara itu Sampurna, Manggada dan Laksana telah menjelajahi padukuhan Gemawang. Mereka bertemu dengan orang-orang yang menjadi keheranan seperti orang bertubuh kuat dan kekar itu. Bahkan anak-anak muda sebaya merekapun merasa heran melihat sikap itu. Sikap yang tidak sama seperti sikap orang-orang padukuhan itu pada umumnya. Namun hari itu Sampurna, Manggada dan Laksana telah mulai menggelitik jantung orang-orang padukuhan itu. Mereka memang heran. Tetapi sikap ketiga anak muda itu mulai mereka renungkan. Tetapi sebagian besar dari orang-orang padukuhan itu justru menjadi cemas bahwa anak-anak muda itu akan mengalami kesulitan. Tetapi hari itu, Wira Sabet dan Sura Gentong tidak memasuki padukuhan. Karena itu, maka Sampurna, Manggada dan Laksana dapat mengelilingi padukuhannya tanpa terganggu sama sekali. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Meskipun demikian tingkah laku ketiga orang anak muda itu tidak lepas dari pengawasan orang-orang Wira Sabet dan Sura Gentong. Ternyata ada dua orang pengikut mereka yang melihat ketiga orang anak muda berkuda mengelilingi padukuhan tanpa rasa takut sama sekali. Ketika hal itu mereka laporkan kepada Wira Sabet dan Sura Gentong, maka Sura Gentongpun membentak dengan kasar "Siapakah mereka itu?" "Kami belum tahu" jawab pengikutnya. Pideksa yang juga mendengar laporan itu berkata di dalam hatinya "Tentu Manggada dan adik sepupunya itu. Tetapi siapa yang seorang lagi?" Namun Pideksa sama sekali tidak menyebut nama mereka di hadapan pamannya yang garang sekali itu. Wira Sabetpun menggeram. Tetapi gejolak di dadanya berbeda dengan gejolak kemarahan Sura Gentong. Wira Sabet menjadi sangat kecewa terhadap sikap anak-anak muda itu. ia sudah memperingatkan bahwa sebaiknya mereka tidak melibatkan dirinya dalam persoalan yang menyangkut dendam mereka kepada bebahu padukuhan itu. "Mereka memang keras kepala" berkata Wira Sabet di dalam hatinya. Seperti Pideksa iapun segera menduga bahwa anak-anak muda itu tentu Manggada dan Laksana. Tetapi iapun bertanya "Siapakah yang seorang lagi?" Dalam pada itu, Sura Gentongpun berkata lantang kepada pengikutnya "Besok kalian harus mengetahui siapakah ketiga orang anak muda itu" Pengikut Sura Gentong itu mengangguk sambil menjawab "Baik. Besok aku tentu mengetahui siapakah mereka itu" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Demikianlah, dihari berikutnya Sampurna, Manggada dan Laksana mengulangi sebagaimana dilakukan sehari sebelumnya. Bertiga mereka mengelilingi padukuhan. Bahkan mereka telah memasuki regol-regol halaman rumah kawankawan mereka untuk menyatakan sikap mereka. Tetapi orang-orang padukuhan itu masih saja menganggap kelakuan ketiga anak muda itu sebagai sesuatu yang aneh, Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo yang tidak masuk akal dan bahkan rasa-rasanya tidak dapat terjadi. Namun yang mereka cemaskan bahwa tingkah laku anakanak muda itu akan menimbulkan kesulitan bagi padukuhan mereka, ternyata memang terjadi. Ketika matahari sedikit melewati puncak langit, maka seorang laki-laki yang masih terhitung muda, berjalan terhuyung-huyung memasuki regol padukuhan. Pakaiannya bukan saja basah oleh keringat, tetapi juga oleh darah. Demikian orang itu sempat berpegangan pada tiang regol padukuhan, maka iapun berteriak dengan sisa kekuatannya "Tolong, tolong" Suaranya melengking menggetarkan udara padukuhan Gemawang. Beberapa orang yang tinggal tidak jauh dari regol itu memang mendengar teriakan itu. Tetapi mereka merasa ragu-ragu untuk keluar dari halaman rumah mereka. Namun ketika orang itu berteriak sekali lagi, maka satu dua orang mulai keluar dari rumahnya. Dengan ragu-ragu mereka mengintip dari balik pintu regol halaman. Baru ketika mereka yakin tidak melihat sesuatu, maka mereka perlahan-lahan dan berhati-hati keluar dan turun ke jalan. Demikian mereka melihat seseorang berdiri berpegangan tiang regol padukuhan, maka tiga orang laki-laki segera berlari http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mendekatinya. Dengan cepat mereka menangkap orang yang hampir roboh karena kekuatannya seakan-akan telah terkuras sebagaimana darahnya yang mengalir dari tubuhnya. Dengan cepat ketiga orang laki-laki itu telah membawa orang yang terluka itu ke rumah yang terletak di ujung padukuhan. Sementara itu beberapa orang yang lain yang datang kemudian, telah mengikuti mereka memasuki halaman rumah itu pula. "Apa yang telah terjadi?" merekapun telah saling bertanya. Tidak seorangpun yang segera dapat menjawab, sementara orang yang terluka itupun masih sulit untuk dapat diajak berbicara. Baru kemudian, setelah agak menjadi tenang, serta setelah minum beberapa teguk, ia berceritera dengan kata-kata yang sendat tentang apa yang telah terjadi atas dirinya. "Tiga laki-laki itu mencari tiga orang berkuda" berkata orang itu. "Ketiga anak-anak muda itu?" desis seseorang. "Ya" jawab orang yang terluka itu. "Apa yang kau katakan?" bertanya salah seorang yang menolongnya. "Aku tidak dapat berbohong. Mereka mencekikku. Memukulku dan melukai tubuhku dengan pisau" jawab orang itu "aku terpaksa mengatakan bahwa mereka adalah Sampurna, anak Ki Jagabaya, Manggada, anak Ki Kertasana dan sepupunya Laksana" Ketiga orang yang menolongnya itu saling berpandangan. Seorang di antara mereka berkata "Aku sudah memperingatkan ketiga orang anak muda itu. Sebaiknya http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ beritahukan mereka, agar mereka tidak melakukannya lagi, karena mereka benar-benar telah dicari" "Kenapa tidak dibiarkan saja" Biar mereka menjadi jera dan kesombongan mereka sendiri" jawab yang seorang. "Jangan" berkata yang lain lagi "sebaiknya seseorang datang kepada mereka dan memberitahukan kepada mereka, apa yang telah terjadi. Jika mereka sudah melihat sendiri, maka mereka tentu akan memikirkan kembali tingkah laku mereka" Yang lain ternyata sependapat. Karena itu, maka salah seorang dari ketiga orang itu telah memberitahukan kepada orang-orang yang ada di halaman, agar salah seorang dari mereka menemui Sampurna, anak Ki Jagabaya. Sementara yang lain diminta untuk mengamati keadaan. "Mungkin pengikut Sura Gentong itu datang kemari" desis orang itu. Karena orang itu yakin bahwa ketiga orang yang mencari anak-anak muda yang berkuda mengelilingi padukuhan itu adalah pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong. Dengan tergesa-gesa, bahkan berlari-lari kecil seseorang telah pergi ke rumah Ki Jagabaya. Demikian ia bertemu dengan Sampurna, maka ia langsung memberitahukan apa yang telah terjadi di ujung jalan induk padukuhan itu. "Jadi pengikut Sura Gentong telah menyakiti salah seorang penghuni padukuhan ini?" bertanya Sampurna. "Ya" berkata orang itu "ia sekarang masih dirawat. "Aku akan segera datang" berkata Sampurna. Namun Ki Jagabayapun berkata "Aku juga" Lalu katanya kepada orang yang memberitahukan itu "pergilah dahulu. Nanti kami segera menyusul" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Orang itu tidak membantah. Iapun segera meninggalkan rumah Ki jagabaya. Kembali ia berlari-lari. Jantungnya berdebar-debar kalau saja ia juga bertemu dengan ketiga orang pengikut Sura Gentong itu. Sejenak kemudian Ki Jagabayapun telah meninggalkan rumahnya bersama Sampurna. Kepada Tantri ia berpesan "Jika terjadi sesuatu, bunyikan isyarat. Kami tentu mendengarnya" "Ya, ayah" jawab Tantri. Sejenak kemudian maka keduanya telah turun ke jalan, Ki Jagabaya hanya berjalan kaki, sementara Sampurna berkuda, karena ia ingin mengajak Manggada dan Laksana. Beberapa saat kemudian, maka orang-orang yang ada di halaman rumah tempat orang yang terluka itu dirawat, telah menyibak. Ki Jagabayalah yang lebih dahulu sampai di rumah itu. Namun sebelum Ki Jagabaya melangkah masuk ke dalam, maka terdengar derap kaki kuda. Sampurna, Manggada dan Laksana telah sampai pula ke tempat itu. Setelah menambatkan kuda-kuda mereka, maka bersama Ki Jagabaya, mereka telah masuk ke ruang dalam untuk melihat keadaan orang yang telah mengalami kesulitan karena tingkah laku para pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu. 0o-dw-o0 http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jilid 4 KETIKA Ki Jagabaya dan ketiga orang anak muda itu berdiri di tepi pembaringan, maka keadaan orang itu sudah menjadi lebih baik. Luka- lukanya sudah dibersihkan dan diobati. Meskipun orang itu kadang- kadang masih menyeringai menahan pedih, tetapi ia sudah dapat lebih lancar berbicara. "Mereka mencari Sampurna, Manggada dan Laksana" berkata orang itu "ketika aku mereka tangkap, maka aku tidak dapat ingkar dan terpaksa mengatakan tentang kalian bertiga" Tetapi di luar dugaan, ketiga orang anak muda itu tidak menjadi ketakutan. Bahkan Manggada bertanya dengan wajah yang tegang oleh kemarahan yang bergejolak di dadanya "Apakah kira-kira mereka masih di tempat mereka menangkapmu?" "Apa yang akan kau lakukan?" bertanya orang itu. "Daripada mereka mencari kami, biarlah kami bertiga mencari mereka" jawab Manggada, http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Orang-orang yang mendengar jawaban itu memang terkejut. Sementara itu Sampurna berkata pula "Semakin cepat, semakin baik. Keadaan seperti ini tidak boleh terjadi berlarut-larut" Namun seorang di antara mereka yang ada di ruangan itu berkata "Tetapi ingat anak-anak muda. Mereka adalah kaki tangan Wira Sabet dan Sura Gentong" "Kami tidak peduli. Siapapun yang telah memperlakukan keluarga padukuhan kami dengan kasar dan apalagi melukainya, maka mereka harus dibalas" "Tetapi tidak terhadap Wira Sabet dan Sura Gentong" berkata orang yang lain. Namun jawab Ki Jagabaya juga mengejutkan "Biarlah hal itu mereka lakukan. Aku justru sependapat. Apalagi aku sebagai Jagabaya disini bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan padukuhan ini" Orang-orang itu menjadi heran. Selama ini mereka tidak pernah mendengar seseorang yang berani menentang Wira Sabet dan Sura Gentong. Mereka menjadi keheranan dan terkejut melihat pada hari-hari terakhir tiga orang anak muda yang berkuda berkeliling padukuhan. Dan kini bahkan mereka akan langsung menemui ketiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong" Seorang yang terhitung tua berkata "Angger. Kita jangan kehilangan akal. Pikirkan keputusan angger untuk mencari orang-orang itu sekali lagi. Ki Jagabaya yang terpancang pada tugasnya itu kurang memperhatikan perkembangan Wira Sabet dan Sura Gentong, Ia bukan Wira Sabet dan Sura Gentong yang ketakutan, dan melarikan diri melihat orangorang padukuhan ini datang dengan senjata seadanya. Tetapi http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ia sekarang adalah murid sebuah perguruan dan sudah memiliki ilmu yang tinggi. Apalagi ia datang bersama beberapa orang seperguruannya dan bahkan telah bekerja bersama dengan Ki Sapa Aruh" Tetapi jawab Ki Jagabaya "Siapa yang mengatakan bahwa Wira Sabet dan Sura Gentong berilmu tinggi" Mereka sendirilah yang mengatakan kepada orang yang sempat ditemuinya untuk menakuti orang-orang padukuhan ini" Orang-orang yang ada di rumah itu menjadi semakin bingung. Sementara Ki Jagabaya berkata kepada Sampurna dan kedua kawannya "Lihat, apakah ketiga orang itu masih ada disana" Sampurna tidak menunggu lebih lama lagi. Bersama Manggada dan Laksana merekapun segera keluar dari rumah itu dan dalam sekejap, kuda-kuda mereka telah berderap menuju ke tempat yang ditunjukkan oleh orang yang terluka itu. Sepeninggal ketiga orang anak muda itu, beberapa orang masih berusaha memperingatkan Ki Jagabaya. Namun Ki Jagabaya justru berkata "Jangan harapkan aku akan menyerah kepada mereka. Satu pemberitahuan yang pantas kalian dengar, bahwa Wira Sabet, Sura Gentong dan Ki Sapa Aruh berniat untuk merampas padukuhan ini dan menguasainya. Aku akan berjuang mati-matian sekedar untuk mempertahankan jabatanku, tetapi justru karena aku tahu apa yang akan terjadi jika mereka menguasai padukuhan ini. Ki Demang Kalegen tentu akan berada dibawah pengaruh Ki Sapa Aruh, Wira Sabet dan Sura Gentong. Karena itu, sebelum hal itu terjadi, maka aku akan berusaha mencegahnya dengan mengorbankan apa saja yang aku punya jika perlu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Orang-orang yang mendengar tekad Ki Jagabaya itu menarik nafas dalam-dalam. Mereka sadari, bahwa Ki Jagabaya memang benar justru karena ia mengemban tugas. Sikap itu pantas mendapat dukungan dari setiap orang. Tetapi mereka tidak mempunyai keberanian untuk melakukannya. Karena itu, maka orang-orang yang ada di rumah itu hanya terdiam saja. Beberapa saat kemudian, maka Ki Jagabaya itupun minta diri. Ia akan pulang dan kepada orang-orang yang ada di rumah itu ia berkata "Ingat. Aku tidak akan pernah menyerah kepada Wira Sabet dan Sura Gentong" Orang-orang yang mendengar pernyataan itu hanya berdiam diri saja. Namun sepeninggal Ki Jagabaya, beberapa orang mulai berbincang. Mereka mulai menilai sikap Ki Jagabaya yang Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo berani itu. Namun seorang di antara mereka berkata "Ki Jagabaya nampaknya memang seorang bebahu padukuhan yang baik. Tetapi sikap Ki Jagabaya dan anaknya serta kedua kawannya itu dapat berakibat sangat buruk bagi kami. Mungkin Ki Jagabaya sendiri mampu melindungi dirinya sendiri. Tetapi apa yang dapat kami lakukan terhadap para pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong" Mereka hari ini melukai seorang warga padukuhan ini. Besok lagi, besok lagi dan bahkan mungkin mereka mulai membunuh" "Kita minta pertanggung-jawaban Ki Jagabaya" sahut yang lain. "Yang dapat dilakukan oleh Ki Jagabaya memang sangat terbatas. Mungkin ia sendiri akan mengalami kesulitan untuk melindungi dirinya dan keluarganya jika Wira Sabet dan Sura http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Gentong benar-benar mulai bertindak kasar" berkata yang lain lagi. Seorang yang bermata dalam tiba-tiba saja berkata "Kita akan minta kepada Ki Jagabaya untuk menghentikan perlawanannya" Ternyata pendapat itu mendapat dukungan beberapa orang. Seorang yang bertubuh tinggi berkata "Aku setuju. Ki Jagabaya harus menghentikan perlawanannya" Namun mereka tidak berani berbincang terlalu lama. Jika para pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong melihat mereka berkumpul, maka mungkin akan dapat terjadi salah paham yang dapat berakibat buruk bagi mereka. Karena itu maka merekapun segera meninggalkan halaman rumah itu. Bahkan orang yang terluka itupun telah minta diri pula, karena menurut pendapatnya, ia sudah dapat berjalan sampai ke rumahnya. Tetapi salah seorang laki-laki yang menolongnya berkata "Marilah. Aku antar kau sampai ke rumah" Dalam pada itu, maka Sampurn?, Manggada dan Laksana telah sampai ke bulak persawahan. Orang yang disakiti itu mengatakan bahwa di tempat itu mereka bertemu dengan tiga orang yang menanyakan tentang tiga orang anak muda yang sering berkuda mengelilingi padukuhan Gemawang. Namun mereka sudah tidak menjumpai seorangpun. "Iblis itu tentu sudah kembali ke sarangnya" geram Sampurna menahan marah. "Besok kita akan menemui mereka" sahut Manggada. "Mudah-mudahan mereka benar-benar mencari kita" berkata Laksana pula. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sampurna menarik nafas dalam-dalam. Namun kemudian ia bertanya "Lalu, apa yang akan kita lakukan sekarang?" "Tidak ada" jawab Manggada "kita kembali ke padukuhan. Kita katakan kepada orang-orang yang ketakutan itu, bahwa mereka tidak perlu takut menghadapi Wira Sabet dan Sura Gentong. Bahkan Ki Sapa Aruh" Demikianlah, maka mereka bertiga telah berderap kembali memasuki padukuhan. Tetapi rumah tempat orang y?ng terluka itu mendapat pertolongan sementar?, ternyata sudah menjadi sepi. Demikianlah, ketiga orang anak muda itupun langsung menuju ke rumah Ki Jagabaya. Tetapi ketiga anak muda itu terkejut ketika mereka melihat dua orang yang sedang berbincang dengan Ki Jagabaya di serambi. A gaknya pembicaraan mereka tidak menemukan titik temu, sehingga nampaknya sedang terjadi perselisihan di antara mereka dengan Ki Jagabaya. Ketika ketiga orang anak muda itu ikut duduk di serambi, maka mereka segera mengetahui bahwa orang itu telah minta kepada Ki Jagabaya untuk tidak melakukan perlawanan terhadap Wira Sabet dan Sura Gentong. Orang yang datang itu adalah orang yang bermata dalam yang ada pula di antara orang-orang yang mengerumuni orang yang dilukai oleh pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu. "Ki Jagabaya" berkata orang bermata dalam itu tanpa menghiraukan ketiga orang anak muda yang ikut duduk di serambi itu "Ki Jagabaya jangan terpancang pada kedudukan Ki Jagabaya. Mungkin Ki Jagabaya benar. Tetapi sama sekali tidak berperhitungan. Nah, sekarang korban telah mulai jatuh. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Untung orang itu tidak dibunuh oleh pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong" Pembicaraan mereka ternyata terputus ketika mereka mendengar pintu sekeeng diketuk orang. Selagi mereka bertanya-tanya siapa lagi yang telah datang, maka terdengar suara seseorang memanggil, Namun yang dipanggil adalah justru nama Tantri. Ki Jagabaya Itupun segera mengetahui bahwa yang datang adalah Wisesa. Dengan kesal Sampurna bangkit dan melangkah menuju ke pintu. Sebenarnyalah bahwa yang berdiri di belakang pintu adalah Wisesa. "Marilah" Sampurna mempersilahkan. Setelah menutup dan menyelarak pintu, maka Sampurna telah mengajak Wisesa untuk duduk pula di serambi itu. Dalam pada itu, Ki Jagabaya yang tidak menghiraukan kehadiran Wisesa itupun kemudian berkata kepada orang yang bermata dalam itu "Dengar jawabanku sekali lagi. Aku tidak akan pernah tunduk kepada tekanan Wira Sabet dan Sura Gentong. Aku berharap orang-orang padukuhan ini bersedia bersamaku menentang mereka. Tetapi jika kalian tidak berani, maka jangan menghambat usaha kami" "Kami tidak mungkin tinggal diam. Ki Jagabaya, karena yang akan mengalami bencana adalah kami, orang-orang sepadukuhan" jawab orang itu. "Nah, kau tahu kenapa demikian?" bertanya Ki Jagabaya. Orang itu tidak segera menjawab. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Dengar" berkata Ki Jagabaya "karena mereka sebenarnya adalah penakut. Mereka sama sekali tidak berani berbuat apaapa kepadaku. Kepada anakku dan kepada anak-anak muda ini Aku dan anak-anak ini tidak mempunyai kelebihan apa-apa dari kalian Tetapi karena kami berani menentang mereka, maka kami tidak menjadi sasaran usaha mereka menakutnakuti orang-orang padukuhan ini" "Tidak benar" berkata orang itu "Kami tahu Ki Jagabaya mempunyai kelebihan. Anak laki-laki Ki Jagabaya itu tentu juga merasa mempunyai kelebihan. Entahlah dengan anak dan kemanakan Ki Kertasana itu" "Jadi kalian menganggap bahwa aku mempunyai kelebihan dari kalian?" bertanya Ki Jagabaya. "Ya" jawab orang itu. "Jika demikian, yakinlah bahwa aku dan anak-anak muda ini berusaha untuk melindungi kalian" berkata Ki Jagabaya. "Tetapi itu tidak mungkin Ki Jagabaya" berkata orang itu "Wira Sabet dan Sura Gentong serta beberapa orang saudara seperguruannya adalah orang-orang linuwih." "Omong kosong" bentak Ki Jagabaya yang menjadi marah "mereka tidak berani datang kepadaku. Mereka tentu tahu, jika mereka mematahkan perlawananku, maka mereka tidak akan menemui perlawanan lagi disini. Tetapi mereka tidak berani datang" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Mereka menunggu satu kesempatan yang baik" berkata orang yang bermata dalam itu. "Aku tidak peduli" jawab Ki Jagabaya. "Tetapi kami minta dengan sangat Ki Jagabaya untuk tidak meneruskan perlawanan. Atas nama semua orang di padukuhan ini" "Tidak" jawab Ki Jagabaya yang menjadi semakin marah "jika aku tidak mau, kalian mau apa" Kalian akan menentang aku" Lakukan. Aku akan memperlakukan kalian sebagaimana Wira Sabet dan Sura Gentong melakukan. Kau kira aku tidak dapat melakukan" Kau kira aku tidak dapat menyakiti dan bahkan membunuh orang yang menentang aku" Aku tidak takut seandainya kalian semuanya berpihak Wira Sabet dan Sura Gentong menentang aku. Aku tidak takut seandainya kalian semua ingin mengangkat Wira Sabet dan Sura Gentong menjadi Kami Tuwa dan Jagabaya di padukuhan Gemawang serta mengangkat Ki Sapa Aruh menjadi bekel" Orang bermata dalam itu mengerutkan dahinya, sehingga matanya menjadi semakin dalam. Di luar sadarnya ia berkata "Tentu kami tidak menghendakinya, Ki Jagabaya" "Nah, sekarang kalian dapat memilih. Wira Sabet dan Sura Gentong atau aku" geram Ki Jagabaya. Orang bermata dalam itu memang menjadi bingung. Ia sadar, bahwa Ki Jagabaya adalah seorang yang berilmu. Merekapun menduga bahwa anak laki-lakinya juga berilmu. Karena itu, maka Ki Jagabaya akan dapat memperlakukan para penghuni padukuhan ini sebagaimana dilakukan oleh Wira Sabet dan Sura Gentong. Menyakiti dan bahkan membunuh orang yang tidak mendukungnya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dengan demikian maka orang-orang padukuhan itu akan terjepit di antara dua kekuatan yang tidak terlawan. Wira Sabet dan Sura Gentong di satu pihak, sedang di pihak yang lain Ki Jagabaya serta anaknya dan tentu dua orang anak muda yang bernama Manggada dan Laksana itu. Sebelum orang itu menjawab, maka Ki Jagabayapun berkata "Nah, sekarang pulanglah. Katakan kepada orangorang Gemawang yang sependapat dengan kau berdua. Katakan, bahwa aku tidak akan pernah mundur. Aku akan menghancurkan siapa saja yang menentang aku. Aku yakin, bahwa aku memiliki kekuatan yang tidak kalah dengan Wira Sabet dan Sura Gentong" Kedua orang itu tidak berani menjawab lagi. Mereka tahu bahwa Ki Jagabaya benar-benar sudah menjadi marah. Namun tiba-tiba di luar dugaan mereka, maka Wisesapun berkata seperti orang mengigau saja "Aku sependapat dengan orang-orang itu. Ki Jagabaya. Ki Jagabaya memang harus menghentikan perlawanan terhadap Wira Sabet dan Sura Gentong. Tidak ada gunanya. Kami tahu, bahwa Ki Jagabaya memiliki kemampuan. Tetapi kemampuan Ki Jagabaya sangat terbatas. Mungkin Ki Jagabaya hanya dapat melindungi diri Ki Jagabaya saja. Tetapi bagaimana dengan orang-orang padukuhan ini atau bahkan keluarga Ki Jagabaya sendiri. Ki Jagabaya mempunyai anak dan isteri" Wajah Ki Jagabaya menjadi merah. Tetapi Ki Jagabaya masih menanam kemarahannya. Dengan suara yang bergetar, Ki Jagabaya itupun bertanya "Jadi, kau setuju jika Sura Gentong mengambil Tantri untuk menjadi isterinya?" "Tidak. Tentu tidak" jawab Wisesa terbata-bata. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Lalu apa yang dapat kau lakukan untuk mencegahnya" Jika aku menghentikan perlawanan, berarti aku harus menyerahkan segala-galanya. Kedudukan. Bukan saja aku sendiri, tetapi semua bebahu padukuhan ini. Kemudian anak perempuanku dan aku yakin, bahwa kemudian juga nyawaku" "Tidak Ki Jagabaya. Kita harus mencari jalan lain" berkata Wisesa. "Jalan yang mana?" bertanya Ki Jagabaya. "Aku mempunyai gagasan yang akan dapat memberikan pemecahan atas persoalan ini" jawab Wisesa. "Gagasan yang besar, yang akan dapat membebaskan kemelut di padukuhan ini sebagaimana pernah kau katakan?" tiba-tiba Laksana memotong. Manggada menggamitnya. Ia tahu, suasananya sedang panas. Ki Jagabaya akan dapat meledak setiap saat. Namun Manggadapun sangat menyesalkan sikap Wisesa yang ternyata masih saja dungu dan cengeng itu. Wisesa memandang Laksana dengan sorot mata penuh kebencian. Namun kemudian ia berkata kepada Ki Jagabaya tanpa menghiraukan Laksana lagi "Ki Jagabaya. Jalan yang terakhir bagi Ki Jagabaya dan keluarga adalah menyingkir dari kademangan Kalegen" "Menyingkir?" Ki Jagabaya mengulangi. "Ya" Wisesa mengangkat wajahnya "satu gagasan yang paling baik yang dapat diberikan seseorang kepada Ki Jagabaya" jawab Wisesa. Meskipun demikian, Ki Jagabaya itu sempat juga bertanya "Menyingkir ke mana?" "Ke Pajang, ke dalam dinding kota" jawab Wisesa. Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ke rumah siapa" Mengungsi ke istana" Atau ke kandang gajah milik istana?" bertanya Ki Jagabaya yang hampir kehilangan kesabaran. "Ke rumah pamanku" jawab Wisesa sambil menengadahkan dadanya "Aku mempunyai seorang paman yang tinggal di Pajang. Ia adalah seorang prajurit dari pasukan Pengawal istana. Ki Jagabaya dan keluarga Ki Jagabaya akan aman di rumah pamanku yang sangat besar itu. Wira Sabet dan Sura Gentong tentu tidak akan berani mengusik Ki Jagabaya, karena Ki Jagabaya tinggal di rumah seorang prajurit pilihan. Sementara itu, Ki Jagabaya tidak lagi perlu menghiraukan padukuhan ini, apakah Ki Sapa Aruh akan menjadi Bekel, apakah Wira Sabet dan Sura Gentong akan menjadi bebahu, bukan lagi menjadi tanggung jawab Ki Jagabaya" Bibir Ki Jagabaya menjadi gemetar menahan marah. Sementara itu Sampurna hampir tidak dapat menahan dirinya, sedangkan Manggada sekali lagi harus menggamit Laksana yang sudah beringsut setapak. Sambil menahan kemarahan yang hampir meledakkan jantungnya, Ki Jagabaya bertanya "jadi menurut gagasan besarmu, sebaiknya aku mengungsi menghindari beban tugasku?" "Bukan mengungsi Ki Jagabaya. Sebaiknya kita memang mempergunakan istilah menyingkir" jawab Wisesa. "Baiklah Wisesa" berkata Ki Jagabaya "daripada, aku harus menyingkir, aku kira lebih baik aku memenuhi saja permintaan Sura Gentong. Selain jabatan bebahu padukuhan ini, Tantri juga akan aku serahkan" "Tidak" sahut Wisesa dengan serta merta "Tantri tidak boleh jatuh ketangan Sura Gentong" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku akan menyerahkannya. Dengan demikian aku akan aman dan tidak akan terganggu lagi. Aku tidak perlu pergi ke Pajang. Tetapi aku akan tetap tinggal di rumah. Sura Gentong akan menjadi menantuku, sehingga akupun akan menjadi orang yang ditakuti seperti Sura Gentong" "Tetapi jangan serahkan Tantri. Lebih baik Ki Jagabaya menyingkir" "Dengar anak cengeng" bentak Ki Jagabaya yang kemarahannya sudah sampai ke ubun-ubun "aku tidak mempunyai pilihan lain" "Tetapi tidak untuk menyerahkan Tantri" sahut Wisesa dengan nada tinggi. "Kecuali jika kau dapat melindungi Tantri dan kami sekeluarga. Maka aku akan bersikap lain" Wajah Wisesa menjadi pucat. Sementara Ki Jagabaya berkata "Aku muak dengan gagasan-gagasan yang tidak dapat dilaksanakan seperti gagasan-gagasanmu itu" Wajah Wisesa menjadi pucat. Ia baru sadar, bahwa Ki Jagabaya benar-benar menjadi sangat marah. Karena itu, maka Wisesa tidak berani lagi mengangkat wajahnya yang kemudian menunduk dalam-dalam. Sementara itu, Ki Jagabayapun telah berkata pula kepada orang bermata tajam "Aku ulangi kata-kataku. Aku tidak akan pernah menyerah kepada Wira Sabet dan Sura Gentong. Bahkan aku menantang siapapun yang berani menghalangi aku, akan mengalami nasib yang sangat buruk. Ternyata aku bukan Orang yang lebih beradab dari Wira Sabet dan Sura Gentong" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kedua orang itupun tidak berani mengucapkan sepatah kata lagi di hadapan Ki Jagabaya, meskipun sebenarnya mereka tetap menginginkan Ki Jagabaya mengurungkan perlawanannya dan bahkan gagasan Wisesa itu telah menimbulkan satu sikap baru untuk menghadapi persoalan yang sedang berlangsung di padukuhan itu. Dalam pada itu, maka Ki Jagabayapun berkata "Nah, sekarang pergilah. Katakan kepada semua orang padukuhan ini. Siapa yang mencoba menentang aku, akan aku hancurkan sama sekali daripada mereka kelak akan berpihak kepada Wira Sabet dan Sura Gentong" Kedua orang itupun segera minta diri pula dengan jantung yang berdebaran. Mereka masih saja cemas ketika Sampurna mengantar mereka ke pintu seketeng. Demikian mereka keluar, maka Sampurnapun berkata "Nah, aku sudah mendengar sikap ayah. Jangan mencoba menentangnya, agar ayah tidak menjadi semakin marah. Sampai saat ini ayah masih berpikir, berjuang untuk padukuhan Gemawang. Tidak untuk dirinya sendiri. Tetapi jika orang-orang Gemawang ini justru menentangnya, maka ayah akan dapat bersikap lain. Sementara itu kalian harus menyadari, tidak seorangpun di padukuhan ini yang mampu melawan ayah dan tentu juga aku http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dan kedua orang sahabatku itu. Manggada dan Laksana. Ingat kata-kata ayah, bahwa ternyata ayah bukan orang yang lebih beradab dari Wira Sabet dan Sura Gentong. Maksud ayah tentu, apabila orang lain memulainya" Kedua orang itu tidak menjawab. Baru kemudian setelah mereka keluar dari regol halaman rumah Ki Jagabaya, orang yang bermata tajam itu berkata "Kedudukan kita justru menjadi semakin rumit. Dua kekuatan yang tidak dapat kami lawan telah menghimpit kita. Sehingga kita akan dapat mati terjepit ditengahnya" "Apakah kita harus berpihak?" bertanya kawannya. "Berpihak kepada siapa?" bertanya orang bermata dalam. "Kita harus memperhitungkan, kekuatan siapakah yang lebih besar. Wira Sabet dan Sura Gentong yang dibantu oleh Ki Sapa Aruh, atau Ki Jagabaya" "Kekuatan Ki Jagabaya tidak seberapa dibanding dengan kekuatan Wira Sabet dan Sura Gentong" "Tentu masih lebih besar kekuatan Wira Sabet dan Sura Gentong" jawab kawannya. "Jadi menurut pendapatmu, kita akan berpihak kepada Wira Sabet dan Sura Gentong?" bertanya orang bermata tajam itu. "Bukankah itu lebih aman" Kesempatan kita untuk selamat jauh lebih besar" jawab kawannya. "Tetapi apakah dengan demikian kita tidak berkhianat terhadap Ki Jagabaya?" orang bermata tajam itu masih bertanya lagi. "Kita sudah mencoba untuk memperingatkannya. Tetapi Ki Jagabaya tidak mendengarkan peringatan kami. Karena itu, http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ maka kita tentu tidak akan bersalah, jika kita mengambil sikap lain" Tetapi orang bermata tajam itu masih nampak ragu-ragu. Katanya "Kita bicarakan dengan kawan-kawan kita yang lain malam nanti. Kita akan mengumpulkan mereka dan kita akan mengambil keputusan. Bukankah Wira Sabet dan Sura Gentong selama ini tidak pernah datang ke padukuhan malam hari?" "Tetapi itu sangat berbahaya jika ada satu dua orang pengikut mereka yang melihat. Mereka tidak tahu apa yang kami lakukan, sehingga akan dapat menimbulkan salah paham" sahut kawannya Orang bermata tajam itu mengangguk-angguk. lapun menyadari, bahwa para pengikut Wiia Sabet dan Sura Gentong dapat saja mengawasi padukuhan itu di luar pengetahuan mereka. Karena itu, maka niat untuk bertemu dengan orang-orang padukuhan itupun dibatalkannya. Orang bermata tajam itupun kemudian berkata "Kita akan bertemu dan berbicara seorang demi seorang untuk menghindari salah paham." "Ya. Baru kemudian jika persoalannya sudah jelas kita akan menyatakan sikap. Jika perlu kita akan menemui pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong" Tetapi orang bermata dalam itu masih saja ragu-ragu. Katanya "Kita akan melihat perkembangan keadaan" Kawannya tidak menjawab. Namun ia mengusulkan untuk menemui orang yang telah terluka itu. "Bagaimana pendapatnya tentang sikap Ki Jagabaya itu" berkata kawannya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ketika keduanya berjalan menyusuri jalan padukuhan, mereka terkejut mendengar derap kaki kuda. Ternyata Sampurna, Manggada dan Laksana telah melarikan kuda mereka di sepanjang jalan padukuhan itu pula. Tetapi hari itu ketiga anak muda itu tidak bertemu dengan orang-orang Wira Sabet dan Sura Gentong. Namun hampir setiap orang yang menemui mereka telah memperingatkan, agar mereka tidak melakukan perbuatan yang sangat berbahaya itu. "Mereka sedang mencari kalian ngger" berkata seorang yang rambutnya sudah ditumbuhi uban. "Terima kasih atas peringatan paman" jawab Sampurna "tetapi persoalannya harus sgera diselesaikan" Orang yang rambut sudah ubanan itu hanya dapat menggelengkan kepalanya saja. Sementara itu, kawan orang yang bermata dalam itu berdesis "Biarkan saja mereka menyombongkan dirinya. Aku juga berharap bahwa mereka benar-benar akan bertemu dengan orang-orang Wira Sabet dan Sura Gentong yang mencari mereka" Kawannya yang bermata dalam itu tidak menjawab. Ketika matahari turun semakin rendah, maka ketiga orang anak muda itupun telah pulang ke rumah mereka masingmasing. Namun mereka telah berjanji, di keesokan harinya mereka akan mencari para pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong. Dalam pada itu, lepas senja, setelah makan malam, Ki Jagabaya masih berbincang dengan isteri dan anak-anaknya. Ki Jagabaya ternyata sangat menyesali sikap orang-orang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ padukuhan Gemawang. Mereka justru minta agar Ki Jagabaya menghentikan perlawanannya terhadap Wira Sabet dan Sura Gentong. "Orang-orang itu benar-benar telah menjadi ketakutan" berkata Sampurna. "Ya. Mereka kehilangan akal. Sementara itu, Wisesa masih saja gila dengan gagasan-gagasannya" desis Ki Jagabaya. "Hampir saja aku memukul mulutnya" gumam Sampurna. "Pemimpin yang hidupnya tidak berjejak di atas tanah" berkata Ki Jagabaya. "Tetapi ia tidak rela jika Tantri diserahkan kepada Sura Gentong" berkata Sampurna sambil memandang Tantri. "Apa?" bertanya Tantri dengan suara melengking. "Tidak" jawab Sampurna. "Apa yang kau katakan tadi?" desak Tantri yang bergeser mendekati kakaknya. "Tidak. Aku tidak berkata apa-apa" Sampurna bergeser menjauh sambil tersenyum. "Kau mentertawakan aku, ya" Tantri mulai menggapai Sampurna. Tetapi Sampurna bergeser semakin jauh "tidak. Aku tidak bermaksud mentertawakanmu. Aku justru mentertawakan Wisesa" "Kau kira aku tidak berani memilin leher anak itu" Sejak kecil ia tidak berani melawan aku" berkata Tantri. "Tetapi ia rajin berkunjung kemari" sahut Sampurna. Tantri tiba-tiba bangkit. Tetapi Sampurna meloncat menjauh sambil berkata "Sudahlah, Tantri. Aku menyerah" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tidak. Aku belum membalas" sahut Tantri. "Sudahlah" potong Ki Jagabaya "aku benar-benar sedang prihatin" "Tetapi ayah harus menghukumnya. Ia yang mula-mula Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mengganggu aku" sahut Tantri. "Duduklah yang baik" berkata Ki Jagabaya. Keduanyapun segera duduk kembali.. Sementara Ki Jagabaya berkata "Apa yang dapat kita lakukan jika orangorang padukuhan ini justru menentang kita?" "Ayah" berkata Sampurna kemudian bersungguh-sungguh "besok, aku, Manggada dan Laksana akan mencari orangorang Wira Sabet itu. Kami tidak akan berdiam diri justru mereka mencari kami" "Lalu, apa yang akan kalian lakukan?" bertanya Ki Jagabaya. Sampurna termangu-mangu sejenak. Namun kemudian katanya "Bukankah mereka juga mencari kami?" Ki Jagabaya mengangguk-angguk. Katanya "Baiklah. Kita menunggu perkembangan keadaan" Dalam pada itu, di rumahnya Manggada dan Laksana juga menceriterakan apa yang sudah terjadi. Mereka juga menyesali sikap orang-orang padukuhan Gemawang yang ketakutan, sehingga mereka kehilangan pertimbangan penalaran yang bening. "Jika keadaan berlarut-larut, maka orang-orang padukuhan ini akan benar-benar kehilangan diri mereka" desis Ki Citrabawa. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Seperti Sampurna, maka Manggada dan Laksana juga menyatakan, bahwa mereka bukan saja dicari oleh para pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong. Tetapi merekalah yang besok akan mencarinya. Demikianlah, kegelisahan dan ketegangan yang semakin memanas telah mewarnai padukuhan Gemawang. Beberapa orang sempat saling mengunjungi untuk membicarakan sikap Ki Jagabaya. Pada umumnya orang-orang Gemawang menganggap Ki Jagabaya itu seorang yang keras kepala, sehingga tidak mau melihat kenyataan yang dihadapinya. Bahkan ada yang menganggap bahwa Ki Jagabaya sekedar berjuang untuk mempertahankan kedudukannya. "Ia sampai hati telah mengorbankan penghuni padukuhan ini" berkata seorang di antara mereka yang ketakutan. Namun ketika matahari kemudian terbit di keesokan harinya, orang-orang padukuhan Gemawang telah mendengar derap kaki kuda berlari-lari di jalan-jalan padukuhan. Tiga orang anak muda telah berkeliaran di atas punggung kuda mereka tanpa mengenal takut sama sekali. Tetapi sikap orang-orang padukuhan itu ternyata telah berubah. Mereka tidak lagi berniat untuk memperingatkan ketiga orang anak muda itu. Bahkan orang-orang Gemawang berharap bahwa ketiga anak muda itu segera menjadi jera, setelah orang-orang Wira Sabet dan Sura Gentong menemukan mereka. Orang yang telah dipukuli oleh pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu berkata kepada seorang tetangganya yang datang mengunjunginya. Ketiga orang itu tentu akan segera menemukan mereka setelah orang-orang Wira Sabet dan Sura Gentong itu mengetahui siapa mereka itu. Jika ketiga orang anak muda itu sudah mengalami seperti yang aku alami, http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ barulah mereka akan menjadi jera dan tidak akan menyombongkan dirinya lagi" Tetangganya mengangguk-angguk sambil bergumam "Apakah karena ayahnya seorang Jagabaya, maka anak itu menjadi demikian sombongnya" "Anak itu salah menilai kekuatan ayahnya sekarang ini" desis orang yang terluka itu. Namun dalam pada itu, Sampurna, Manggada dan Laksana masih saja menelusuri jalan-jalan padukuhan Gemawang tanpa mengenal takut sama sekali. Namun dalam pada itu, ternyata beberapa orang yang pergi ke sawah telah kembali lagi ke padukuhan. Mereka telah melihat tiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong menuju ke padukuhan Seorang di antara mereka berjalan bergegas sambil berkata "Selagi masih ada kesempatan, aku ingin memperingatkan anak-anak muda yang berkeliaran di atas punggung kuda itu" Tetapi kawannya berkata "Untuk apa kita bersusah payah melakukannya" Kita biarkan saja mereka menjadi jera. Tidak kurang dan antara kita yang sudah memperingatkan mereka. Tetapi dengan sombong mereka menolaknya. Bahkan mereka juga sudah tahu bahwa tiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong mencari mereka. Tetapi mereka dengan sombong pala justru mencari ketiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu. Bukankah itu sudah berlebihan?" Seorang yang lain justru berkata "Aku ingin melihat ketiga orang anak muda yang sombong itu dipukuli babak belur oleh pengikutnya Wira Sabet dan Sura Gentong sebagaimana seorang dari antara kita kemarin" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Bagaimana jika mereka bertiga dibunuh oleh para pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong?" bertanya orang yang pertama. Kawan-kawannya itu terdiam. Nampaknya mereka memang berpikir sambil melangkah cepat-cepat pulang. Tiba-tiba seorang dari antara mereka berkata "Tidak. Mereka tidak akan dibunuh. Tetapi mereka akan dibuat jera dan bahkan kuda mereka akan dirampas. Itu saja" Yang lain mengangguk-angguk. Sementara itu, mereka telah memasuki padukuhan Gemawang. Berlari-lari kecil mereka berjalan di jalan padukuhan menuju ke rumah mereka masing-masing. Namun seorang di antara mereka masih berkata "Aku ingin melihat anak-anak sombong itu dipukuli" Demikianlah, maka sejenak kemudian, orang-orang itu telah hilang di belakang regol halaman mereka masing-masing. Namun sebenarnyalah bahwa ada di antara mereka yang memang ingin melihat Sampurna, Manggada dan Laksana disakiti oleh para pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong, agar mereka menjadi jera. Bahkan dengan demikian Ki Jagabaya akan dapat menjadi sadar. Ternyata ketiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu telah memasuki padukuhan Gemawang tanpa mengenal takut. Seorang di antara mereka telah berteriak "He orang-orang Gemawang. Kali ini kami tidak akan berbuat apaapa atas kalian. Jangan takut. Kami hanya akan menangkap ketiga orang anak muda yang sombong itu. Tetapi jika kita tidak berhasil menangkap mereka, maka kami akan mengambil tiga orang yang manapun yang dapat kami tangkap di antara para penghuni padukuhan ini" Teriakan-teriakan itu bergema menusuk ke dalam setiap pintu rumah. Orang-orang Gemawang itu menjadi ketakutan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Mereka berharap agar para pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu dapat bertemu dengan Sampurna, Manggada dan Laksana. Namun dalam pada itu, tiba-tiba saja terdengar derap kaki kuda. Ternyata Sampurna, Manggada dan Laksana yang menyusuri jalan padukuhan itu tidak mengetahui bahwa tiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong berada di padukuhan itu. Tidak ada seorangpun yang telah memberitahukan kepada mereka. Meskipun orang-orang yang berlari-lari kecil menghindari kehadiran ketiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu ada yang berpapasan dengan ketiga orang anak muda itu. Tetapi mereka tidak memberitahukannya. Namun orang-orang itu kemudian menjadi kecewa. Bagaimanapun juga mereka merasa ngeri, apa yang akan terjadi dengan ketiga orang anak muda itu apabila mereka benar-benar bertemu dengan orang-orang yang sedang mencari mereka itu. Demikian pula orang-orang yang berada di sebelahmenyebelah jalan padukuhan. Baru saja mereka mendengar teriakan orang-orang yang mereka takuti itu, tiba-tiba merekapun mendengar derap kaki kuda. "Apa yang akan terjadi dengan anak-anak muda itu?" bertanya orang-orang itu di dalam hati mereka. Dalam pada itu, ketiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong yang juga mendengar derap kaki kuda segera bersiap. Mereka merasa bahwa mereka akan segera dapat melakukan tugas mereka dengan baik. "Kita akan menangkap mereka dan membawa mereka menghadap Ki Wira Sabet dan Ki Sura Gentong" berkata salah seorang dari ketiga orang itu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Jika mereka melawan, kita benar-benar akan mempergunakan kekerasan" desis yang lain. Mereka tidak berbicara lebih jauh. Mereka mulai melihat tiga orang anak muda di punggung kudanya mendekati mereka. Dengan serta merta, maka ketiga orang itupun segera berloncatan ketengah jalan dan memberi isyarat ketiga orang penunggang kuda itu untuk berhenti. Sampurna yang berkuda di paling depan segera memberi isyarat pula kepada Manggada dan Laksana. Dengan serta merta ketiganya telah menarik kendali kuda mereka sehingga ketiganya telah berhenti sebelah mereka menjadi terlalu dekat dengan ketiga orang itu. "Tentu. mereka itulah yang kita cari" desis Sampurna. Laksana tidak menunggu lebih lama lagi. Ia adalah orang yang pertama meloncat turun dari punggung kudanya. Manggada dan Sampurnapun segera telah meloncat turun pula. Mereka telah mengikat kuda mereka pada b atang perdu di pinggir jalan itu. Baru kemudian mereka bertiga melangkah mendekati ketiga orang yang telah menunggu itu. Ketiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong ilu termangu-mangu sejenak. Mereka justru merasa heran. Ketiga orang anak muda itu sama sekali tidak nampak menjadi gentar. "Mereka memang sombong" geram salah seorang dari ketiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu. Kawannyapun menyahut "Sebentar lagi mereka akan menjadi jera" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sementara itu yang seorang lagi berkata "Kita lumatkan dahulu mereka sebelum kita bawa menghadap Ki Wira Sabet dan Ki Sura Gentong" Kedua kawannya tidak menyahut, sementara itu Laksana, Sampurna dan Manggada telah menjadi semakin dekat. Laksana yang berdiri dipating depan itulah yang bertanya "He, siapakah kalian yang telah berani menghentikan kami bertiga yang sedang menelusuri jalan-jalan padukuhan kami sendiri" "Anak iblis" geram orang tertua dari ketiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu "kau-kira kau berbicara dengan siapa?" "Jika aku tahu, aku tidak akan bertanya" sahut Laksana dengan lantang" "Kami datang untuk menangkap kalian dan membawa kalian ke tempat kami" jawab salah seorang dari ketiga orang itu. Laksana tertawa. Katanya "Kau kira, kau berbicara dengan siapa, he?" Ketiga orang itu menggeram. Hampir bersamaan mereka mengumpat. Seorang di antara mereka berkata "Siapakah di antara kalian yang bernama Sampurna, anak Ki Jagabaya" Hampir bersamaan pula ketiga orang anak muda itu menjawab "Aku" Tetapi mereka bertiga justru terkejut. Sejenak mereka saling berpandangan. Namun kemudian mereka bertiga tertawa meledak. Wajah ketiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu menjadi merah padam. Mereka sama sekali tidak mengira, bahwa mereka akan mendapat perlakuan yang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ demikian menyakitkan hati dari tiga orang anak-anak yang masih muda, sementara seisi padukuhan itu menjadi ketakutan melihat mereka bertiga datang" Dengan suara bergetar menahan kemarahan, seorang di antara mereka berteriak "Cukup. Aku akan mengoyak mulut kalian" Tetapi Laksana justru menjawab "Jangan terlalu garang Ki Sanak. Kalian tidak berarti apa-apa disini. Jika Paman Wira Sabet dan paman Sura Gentong melihat kehadiran kalian di daerah kuasanya, maka kalian akan segera dihancurkan sampai lumat" "Kau memang gila" geram orang itu "aku adalah bagian dari kuasa Ki Wira Sabet dan Ki Sura Gentong" "Nah, kenapa kau tidak mengatakan sejak semula. Jika kami tahu bahwa kalian adalah bagian dari kuasa paman Wira Sabet dan paman Sura Gentong, maka sampaikan salam kami kepada mereka. Khususnya kepada paman Wira Sabet. Hari ini, kami akan mengambil duwet dan manggis di halaman Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo rumahnya seperti biasanya" Kemarahan ketiga orang itu telah membakar ubun-ubun mereka. Karena itu, seorang di antara mereka berteriak "Dengar, kami akan membuat kalian menjadi lumat. Kami akan mematahkan tulang-tulang kalian dan kemudian menyeret kalian menghadap Ki Wira Sabet dan Ki Sura Gentong" Tetapi jawaban Laksana sangat menyakitkan hati "He, kenapa kalian hanya datang bertiga" Kalian tahu bahwa kami bertiga. Seharusnya kalian datang sedikitnya bersembilan, karena takaran kemampuan kami adalah tiga orang di antara kalian" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Orang-orang itu ternyata tidak tahan lagi mendengar ucapan Laksana itu. Karena itu, maka orang yang tertua di antara ketiga orang itupun berteriak "Selesaikan mereka dengan cara kita" Orang-orang yang tinggal di pinggir jalan itu menjadi berdebar-debar. Mereka mendengar bentakan-bentakan kasar. Tetapi mereka juga mendengar suara tertawa nyaring. Bahkan satu dua kalimat dapat mereka dengar ketika kalimat-kalimat itu diucapkan dengan keras. Mereka mendengar ancamanancaman yang mengerikan. Sementara suara tertawa membuat mereka menjadi bingung. "Anak-anak muda itu nampaknya sama sekali tidak menjadi ketakutan" berkata orang-orang di sebelah-menyebelah jalan itu kepada diri sendiri. Apalagi ketika kemudian mereka mendengar seseorang berkata keras-keras "Jangan ganggu aku. Aku akan menyelesaikan ketiga orang itu seorang diri. Kecuali jika aku akan mati di tangan mereka" Kata-kata itu ternyata telah diucapkan oleh Laksana. Sampurna termangu-mangu sejenak. Sementara Manggada berkata "Kita lihat saja apakah anak sombong itu dapat benarbenar berhasil" Sampurna tidak segera menjawab. Namun Laksanapun berkata sambil tertawa "Kalian tidak usah ragu-ragu. Aku tentu akan berhasil" Kemarahan ketiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong yang merasa ditakuti oleh orang sepadukuhan itu benar-benar tidak tertahankan lagi. Karena itu, sebelum Laksana selesai berbicara, maka seorang di antara mereka telah meloncat menyerang dengan garangnya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi Laksana benar-benar tangkas. Ia masih menyelesaikan kalimatnya ketika ia meloncat mengelak. Bahkan ia berkata lebih lanjut "Minggir. Aku akan menunjukkan satu permainan yang bagus bagi kalian" Kedua orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong yang lainpun telah menyerang Laksana pula. Seorang di antara mereka berkata "Kita koyakkan mulutnya lebih dahulu. Baru kita selesaikan yang lain" Tetapi Laksana yang pernah ditempa oleh ayahnya sendiri bersama Manggada, yang kemudian mendapat landasan ilmu dari Ki Ajar Pangukan dan pengalaman yang luas selama ia tinggal bersama Kiai Gumrah dan yang terakhir tapa Ngidang di hutan, telah membuatnya menjadi anak muda pilihan. Karena itu, maka ia benar-benar berniat memberikan kesan yang mantap kepada orang-orang padukuhan Gemawang serta kepada para pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong, bahwa padukuhan Gemawang tidak perlu menjadi ketakutan. Kesan itu ternyata tidak tanggung-tanggung. Ia sendiri berniat untuk mengalahkan ketiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong, agar dengan demikian, yang terjadi itu akan benar-benar dapat meyakinkan. Demikianlah, maka sejenak kemudian telah terjadi perkelahian antara Laksana dan ketiga orang itu. Seperti kijang Laksana berloncatan. Kakinya menjadi demikian ringannya sehingga seakan-akan tidak berjejak di atas tanah. Tetapi ketiga lawannya juga bukan orang kebanyakan. Mereka adalah orang-orang yang sudah berpengalaman melakukan kekerasan. Namun agaknya mereka tidak dilandasi oleh dasar-dasar ilmu yang mapan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Karena itu, maka mereka meskipun bertiga, tidak segera dapat mengatasi lawannya yang hanya seorang dan tidak lebih dari anak yang masih terlalu muda bagi mereka. Dalam pada itu, orang-orang yang tinggal di sebelah menyebelah jalan itu benar-benar dicengkam oleh ketegangan. Seorang yang memiliki sedikit keberanian telah dengan sangat hati-hati mendekati pintu regol. dari sela-sela pintunya yang sedikit terbuka ia sempat melihat apa yang terjadi. Orang itu hampir tidak percaya kepada penglihatannya. Seorang dari ketiga orang anak muda yang sering berkuda menyusuri jalan-jalan padukuhan itu tengah bertempur melawan tiga orang yang tentu pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong Bukan karena kedua orang kawan anak muda itu menjadi ketakutan dan tidak berani membantunya. Tetapi kedua anak muda yang lain berdiri di pinggir jalan dengan gaya orang yang sedang menonton aduan ayam di kalangan. "Apa yang sebenarnya terjadi?" bertanya orang itu kepada diri sendiri. Namun di luar sadarnya, maka orang itu justru tidak beranjak dari tempatnya. Ternyata tidak hanya seorang saja yang telah mengintip pertempuran itu. Di seberang jalan, di balik pintu regol yang sedikit terbuka, maka seseorang telah mengintip pula. Sebenarnyalah bahwa Laksana telah bertempur seorang diri melawan ketiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu. Dengan tangkasnya ia berloncatan. Menghindari seranganserangan ketiga orang itu. Namun kemudian dengan cepat melancarkan serangan yang tiba-tiba terhadap salah seorang dari ketiga orang lawannya. Demikian cepatnya, sehingga http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ketiga orang lawannya itu kadang-kadang memang menjadi bingung menghadapinya. Namun karena pengalaman mereka yang luas, maka ketiga orang itupun tidak segera dapat ditundukkan oleh Laksana. Tetapi sebaliknya mereka bertiga juga tidak dapat menguasai anak yang masih terhitung muda itu. Sementara itu, Sampurna dan Manggada memang tidak melibatkan dirinya Mereka justru sekali-sekali bertepuk tangan. Bahkan kemudian mereka mulai dengan lantang berteriak memberikan dorongan kepada Laksana yang sekalisekali memang hurus berloncatan surut oleh desakan ketiga orang lawannya yang bertempur semakin lama menjadi semakin kasar. Tetapi setelah berhasil mendapat pijakan yang mapan, maka Laksanalah yang kemudian dengan kecepatan yang sangat tinggi melibat ketiga orang lawannya. Seperti angin pusaran, Laksana berputaran sehingga kadang-kadang lawannya menjadi kehilangan arah. Tetapi memang tidak terlalu mudah bagi Laksana untuk dapat mengalahkan ketiga orang yang bertempur semakin keras dan kasar itu. Laksana harus meningkatkan kemampuannya semakin tinggi. Tetapi latihan-latihan yang berat sebelumnya, telah memberikan bekal yang sangat berarti bagi Laksana menghadapi ketiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu. Sementara itu teriakan-teriakan Sampurna dan Manggada memang menarik perhatian. Orang-orang yang tinggal tidak jauh dari tempat pertempuran itu terjadi, menjadi semakin tidak mengerti, apa yang telah terjadi. Sedangkan orang-orang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang berani mengintip dari celah-celah pintu regolnya, seakanakan tidak mempercayai penglihatannya, bahwa salah seorang dari ketiga orang anak muda itu mampu menghadapi tiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong. Sesuatu yang menurut mereka hanya dapat terjadi dalam mimpi yang akan terhapus saat mereka terbangun. Tetapi meskipun mereka mengusap mata mereka, yang terjadi itu memang telah terjadi. Laksana yang bertempur melawan tiga orang lawannya yang bertempur dengan keras dan kasar itu justru menjadi semakin garang, kakinya berloncatan dengan cepat, seakanakan tidak berjejak di atas tanah. Sekali-sekali ia melenting menyerang, namun kemudian meloncat menghindari serangan. Ketiga orang tawannya yang sudah mulai kelelahan menjadi sangat marah. Anak muda tiu ternyata tidak mudah untuk ditundukkan, meskipun mereka bertiga, tetapi anak muda itu berloncatan dengan tangkas seperti seekor rusa di padang perdu. Dalam pertempuran yang menjadi semakin garang, maka tiba-tiba saja terdengar seseorang mengaduh tertahan. Kaki Laksana tepat mengenai dada salah seorang lawannya. Seorang yang bertubuh tinggi agak kekurus-kurusan. Orang itu ternyata telah terlempar beberapa langkah dan jatuh terbanting di tanah. Untunglah bahwa kepalanya tidak membentur dinding halaman di pinggir jalan itu. Sementara kedua kawannya masih bertempur terus, maka orang itu berusaha untuk bangkit. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dadanya terasa sesak dan nyeri. Seakan-akan tulang-tulang iganya menjadi retak. Bahkan punggungnyapun terasa sakit. Demikian derasnya serangan Laksana, sehingga ketiga orang itu terbanting jatuh, maka punggungnya telah tergores batubatu yang berserakan di jalan. Tetapi orang itu berhasil bangkit berdiri sambil menahan sakit. Untuk beberapa saat ia berdiri termangu-mangu, sementara kedua orang kawannya semakin mengalami kesulitan menghadapi Laksana yang masih saja bertempur dengan tangkasnya. Namun beberapa saat kemudian, maka orang itupun telah mempersiapkan diri untuk kembali memasuki arena pertempuran. Meskipun tulang-tulangnya masih terasa nyeri, namun orang itu kemudian telah meloncat memasuki arena. Tetapi demikian, orang itu mulai menyerang, maka seorang kasarnya tiba-tiba saja telah jatuh terduduk sambil memegangi perutnya. Ternyata sambil berputar, kaki Laksana terayun menghantam perut orang itu Demikian kerasnya, sehingga isi perutnya seakan-akan akan menghambur keluar. Kesakitan yang sangat telah membuatnya kehilangan kekuatan untuk tetap tegak berdiri. Keadaan Laksana menjadi semakin baik. Dua lawannya telah disakitinya. Sehingga tinggal seorang saja yang masih mampu memberikan perlawanan dengan baik. Dalam pada itu, Manggadapun segera memberi isyarat kepada Sampurna untuk berdiri berseberangan. Dengan demikian, maka keduanya teah menutup kemungkinan orangorang itu melarikan diri. Pertempuran masih berlangsung meskipun keseimbangannya telah menjadi semakin jelas. Ketika orang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang perutnya kesakitan itu dapat bangkit berdiri, maka kedua kawannya benar-benar sudah terdesak. Sebelum orang itu sempat memasuki arena pertempuran, maka seorang yang masih belum disakiti itulah yang mengaduh kesakitan. Ketika Laksana sempat menusuk dengan jari-jarinya yang merapat, tepat di arah ulu hati lawannya itu, maka orang itu telah terbungkuk. Pada saat itulah, maka Laksana telah memukul tengkuknya dengan telapak tangannya. Dengan derasnya orang itu telah terjerumus dan jatuh menelungkup di tanah. Wajahnyalah yang telah tersuruk di Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tanah yang berbatu-batu kerikil. Orang yang dadanya masih kesakitan itu mencoba untuk membantunya. Dengan sisa tenaganya ia menyerang Laksana. Namun usahanya sia-sia. Dengan tangkasnya Laksana bergeser ke samping, kemudian kakinya terjulur dengan cepatnya mengenai lambungnya. Sekali lagi orang itu terdorong surut. Sementara itu, Laksana telah meloncat memburunya. Tangannyalah yang kemudian, terjulur menyambar keningnya. Orang itu tidak sempat berbuat sesuatu. Tubuhnyapun terpelanting jatuh. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kawannya yang seorang lagi ternyata hatinya kuncup, ia tidak lagi nampak garang. Bahkan kemudian ia berdiri saja dengan wajah yang pucat. Ketika Laksana melangkah mendekatinya, maka orang itupun surut kebelakang, sehingga akhirnya ia berdiri melekat dinding. "Aku dapat membunuhmu" geram Laksana. Orang itu tidak menjawab. Perut dan punggungnya masih terasa sakit. Sementara itu, ia tidak mempunyai kesempatan sama sekali. Dengan lantang Laksanapun kemudian memerintahkan ketiga orang itu berkumpul. Dua orang yang masih terbaring itupun berusaha untuk dapat bangkit. Bahkan seorang di antaranya terpaksa harus merangkak untuk melakukan perintah Laksana. Demikian ketiga orang itu duduk bersandar dinding dengan tubuh yang lemah dan sakit-sakitan, maka Laksanapun berkata "Nah, sekarang kalian mendapat kesempatan untuk melihat kenyataan yang ada di padukuhan ini" Karena ketiga orang itu tidak menjawab, maka Laksana itu bertanya pula "He, kenapa kau kemarin menyakiti seorang di antara para penghuni padukuhan ini?" Ketiga orang itu masih tetap berdiam diri. Sehingga Laksana itupun kemudian membentak "Jawab. Kenapa kau menyakiti salah seorang penghuni padukuhan ini?" Ketika Laksana menyambar baju salah seorang dari ketiganya, yang kebetulan dadanya masih terasa sangat sakit, serta tulang-tulang iganya rasa-rasanya menjadi retak, maka orang itupun mengaduh kesakitan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi Laksana justru mengguncangnya sambil membentak pula "He, kenapa kau tidak menjawab" Orang itu menjadi semakin kesakitan. karena itu, maka ia terpaksa menjawabnya "Bukan maksudku" "Jadi, maksud siapa?" desak Laksana. "Aku mendapat perintah dari Ki Wira Sabet dan Ki Sura Gentong untuk mengetahui anak-anak muda yang berkeliaran di atas punggung kuda. Kami harus menangkap mereka dan membawanya menghadap. Sebenarnya kami tidak bermaksud menyakiti orang pudukuhan itu. Kami hanya ingin sekedar bertanya. Tetapi ternyata orang itu keras kepala" "Bohong" bentak Laksana "orang-orang padukuhan ini sebagian menjadi ketakutan melihat kalian. Orang itu tidak akan berani berbohong kepadamu atau menolak untuk menjawab. Tetapi kalian tetap saja menyakitinya karena kalian ingin membuat padukuhan ini semakin ketakutan" "Tidak. Sungguh tidak ada niat kami untuk menyakitinya" jawab orang itu. Karena Laksana melepaskan tangannya sambil mendorongnya, maka orang itu terjatuh menimpa dinding halaman. Karena itu, maka orang itupun mengaduh kesakitan. Dalam pada itu maka Manggadalah yang kemudian melangkah mendekati sambil berkata "Nah, sekarang kalian sudah bertemu dan berbicara langsung dengan ketiga orang anak muda yang berkeliaran di punggung kuda. Apakah kalian masih tetap berniat menangkap kami dan membawa kami menghadap paman Wira Sabet dan paman Sura Gentong?" Orang itu termangu-mangu. Namun kemudian dengan nada rendah ia menjawab "Kami tidak berhasil" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Manggada mengangguk-angguk. Sementara itu Sampurna itupun berkata "Ki Sanak. Jika kau tidak berhasil menangkap kami dan membawa kami kepada paman Wira Sabet dan paman Sura Gentong, maka sampaikan salam kami kepada mereka dan kawan-kawannya. Tetapi sebelum kalian menemui mereka, maka kalian harus menjawab beberapa pertanyaan" Wajah orang itu menjadi semakin pucat. Sementara Sampurna berkata "Pertanyaan-pertanyaan kami sangat sederhana. Karena itu, maka kalian tentu dapat menjawabnya. "Kami tidak akan menjawab pertanyaan-pertanyaan" jawab orang yang dadanya masih terasa sakit itu. "Terserah kepada kalian" berkata Sampurna "tetapi sebelum kalian menjawab pertanyaan-pertanyaan kami, maka kalian tidak akan kami lepaskan" "Kalian tidak akan berani berbuat seperti itu" berkata orang itu. "Kenapa?" bertanya Sampurna. "Jika kami tidak kembali pada saat yang ditentukan, maka Ki Wira Sabet dan Ki Sura Gentong akan datang sendiri kemari" "Menarik sekali" berkata Sampurna "itulah salah satu pertanyaan yang ingin aku sampaikan kepada kalian. Kapan paman Wira Sabet dan paman Sura Gentong akan datang kemari. Karena itu, maka sebaiknya kami menahan kalian bertiga sampai mereka benar-benar datang" Orang itu mengumpat di dalam hati. Sementara itu kawannya yang perutnya masih terasa sakit itupun berkata "Jika Ki Wira Sabet dan Ki Sura Gentong datang kemari, http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mereka tentu tidak hanya berdua. Tentu bersama Pideksa dan beberapa orang pengawal" "Bagus" sahut Sampurna "disini kami tinggal bersuit saja. Anak-anak muda akan berdatangan untuk menyambut paman Wira Sabet dan paman Sura Gentong serta para pengawalnya" Tetapi orang yang wajahnya tersuruk ke tanah dengan goresan-goresan kecil yang menjadi merah itu berkata "Aku tidak yakin, bahwa anak-anak muda padukuhan ini berani dari keluar regol halaman rumahnya" Jawaban itu membuat Sampurna menjadi marah. Tiba-tiba saja tangannya telah menampar wajah orang itu, sehingga orang itu mengaduh kesakitan. Goresan-goresan yang berwarna merah itu sudah terasa pedih, apalagi telapak tangan Sampurna itu. "Kau menghina kami" geram Sampurna. Orang itu tidak berbicara lagi. Apalagi ketika terasa darah yang hangat mengalir disela-sela bibirnya yang pecah. Yang kemudian bertanya adalah Manggada "Ki Sanak. Katakan kepada kami, dimana tempat tinggal paman Wira Sabet dan paman Sura Gentong?" Jantung ketiga orang itu rasa-rasanya berdetak semakincepat. Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sangat menakutkan. Mereka bertiga tentu tidak akan dapat menunjukkan dimana tempat tinggal Wira Sabet dan Sura Gentong. Tetapi jika mereka tidak mengatakan, maka ketiga anak muda itu tentu akan memaksanya,. "Anak-anak muda ini memang gila" geram orang-orang itu di dalam hatinya. Mereka sama sekali tidak mengira bahwa di http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ padukuhan Gemawang itu ada juga anak-anak muda yang berilmu tinggi. Manggada memang menunggu sejenak. Tetapi karena tidak ada di antara mereka yang menjawab, maka Manggada telah mengulangi lagi pertanyaannya "Katakan kepada kami, dimana tempat tinggal paman Wira Sabet dan paman Sura Gentong. Kami tidak mempunyai waktu banyak. Karena itu, sebaiknya kau tidak menunda-nunda jawaban kalian" Adalah di luar dugaan, bahwa orang yang bertubuh tinggi agak kekurus-kurusan itu berkata "Anak-anak muda. Kalian tentu tahu, bahwa kami tidak akan dapat memberikan jawaban itu. Kami tahu, bahwa kalian dapat memaksa kami untuk berbicara dengan cara kalian. Tetapi kami tetap tidak akan berani menjawab, karena jika terloncat dari mulut kami jawaban itu, maka nasib kami akan menjadi sangat buruk" "Tetapi bukankah kau juga memaksa seorang dari penghuni padukuhan ini untuk mengatakan kepada kalian, siapakah kami bertiga?" Orang itu terdiam lagi. Tetapi jantungnya menjadi semakin berdentangan. "Ki Sanak" berkata Manggada "kami dapat memperlakukan kalian sebagaimana kalian memperlakukan salah seorang tetangga kami yang baik. Bahkan kami dapat menahan kalian sampai kalian bersedia berbicara. Kami tidak takut apakah paman Wira Sabet dan paman Sura Gentong datang kemari atau tidak. Bahkan seandainya mereka datang dengan saudara-saudara seperguruannya" "Anak-anak muda" berkata orang yang bertubuh tinggi itu "bagaimanapun juga kami tidak akan memilih untuk mengatakan dimana tempat tinggal Ki Wira Sabet dan Ki Sura http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Gentong. Seandainya kalian akan memperlakukan kami lebih buruk lagi dari perlakuan kami atas tetangga kalian itu, kami memang harus menjalaninya. Tetapi betapapun pahitnya penderitaan kami di tangan kalian, bagi kami tentu masih lebih baik dari hukuman yang akan kami terima jika kami menjawab pertanyaan kalian" "Itukah duniamu" Dunia paman Wira Sabet dan paman Sura Gentong?" "Ya" jawab orang itu. Manggada menarik nafas dalam-dalam. Ketiga orang itu tentu tidak akan berani mengatakan apa-apa. Bahkan agaknya mereka akan memilih membunuh diri daripada dipaksa untuk mengatakan, dimana letaknya tempat tinggal Wira Sabet dan Sura Gentong. Untuk membuktikan dugaannya itu maka Manggadapun berkata "Ki Sanak. Bagaimanapun juga. kami akan memaksa kalian untuk berbicara. Jangan mengira bahwa kami tidak dapat memperlakukan kalian lebih buruk dari paman Wira Sabet dan Sura Gentong. Kami dapat menghukum kalian dengan hukuman picis" Keringat dingin telah membasahi seluruh pakaian orangorang itu. Bukan saja karena mereka telah memeras tenaganya untuk berkelahi dan kalah, tetapi mereka memang menjadi sangat ngeri mendengar hukuman picis yang disebutsebut oleh anak muda itu. Meskipun demikian, mereka sama sekali tidak mempunyai keberanian untuk mengkhianati Wira Sabet dan Sura Gentong. Untuk waktu yang cukup lama mereka telah dibentuk untuk menjadi seorang hamba yang setia. Setiap kali mereka selalu mendengar ancaman, bentakan dan bahkan kadang-kadang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kekerasan badani. Namun kadang-kadang mereka juga disanjung dan diberi harapan-harapan bagi masa depan mereka. Karena orang itu masih saja ragu-ragu, maka Manggadapun berkata "Nah, pertimbangkan lagi keputusan kalian. Apakah kalian akan berbicara atau tidak" "Anak-anak muda" berkata orang yang bertubuh tinggi kekurus-kurusan "aku mohon, bunuh saja kami. Kami tidak mempunyai kesempatan apapun juga. Kematian tentu akan lebih baik daripada mengalami perlakuan Ki Wira Sabet dan Ki Sira Gentong serta beberapa orang saudara seperguruan mereka. Apalagi di antara merekapun terdapat Ki Sapa Aruh" Ketiga orang anak muda itu saling berpandangan sejenak. Namun tiba-tiba saja Manggada berkata "Baik. Jika kalian tidak mau menunjukkan tempat tinggal paman Wira Sabet dan paman Sura Gentong, maka aku mempunyai usul. Kalian kami bebaskan Tetapi dengan syarat bahwa kalian harus menangkap kami sebagaimana tugas yang diberikan kepada kalian dan membawa kami menghadap paman Wira Sabet dan paman Sura Gentong." Wajah orang itu menjadi tegang. Dengan dahi yang berkerut ia bertanya "Apakah kau bergurau?" "Tidak. Aku tidak bergurau" jawab Manggada yang lalu bertanya kepada Laksana "Apakah kau sependapat, bahwa kita akan menyerah saja dan biarlah ketiga orang itu menangkap dan membawa kita?" "Satu rencana yang bagus" sahut Laksana "aku setuju. Kita akan sampai juga ke tempat tinggal paman Wira Sabet dan paman Sura Gentong" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sampurnapun kemudian juga menyahut "Baik. Kami akan menyerahkan diri kami" Tetapi Manggada berkata "Kau jangan, Sampurna. Bagimu Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo akan menjadi sangat berbahaya. Kau akan dapat menjadi sasaran dendam paman Wira Sabat dan paman Sura Gentong. Bukankah sasaran utama dendamnya kepada ayahmu?" "Aku tidak akan gentar mengalami perlakuan apapun juga" jawab Sampurna. Namun Laksana juga memperingatkan "Jangan. Kau akan tinggal. Kau akan menyampaikan keputusan kami ini kepada ayah dan paman" "Tetapi rencana ini juga sangat berbahaya bagi kalian." "Tidak. Paman Wira Sabet pernah kami temui. Ia masih belum melupakan aku yang di masa kecil sering mencari duwet dan manggis di halaman rumahnya. Pohon duwet dan manggis itu masih ada meskipun juga sudah tua" berkata Manggada. "Tetapi itu tidak adil. Jika kalian mengalami sesuatu, maka aku akan menyesal sepanjang hidupku" jawab Sampurna. "Kami akan menjaga diri kami, percayalah. Kami titipkan kuda kami kepadamu. Sampaikan pula rencana ini kepada ayah dan paman" berkata Manggada. Lalu katanya "Dengan demikian, biarlah ayah dan paman membuat rencana berikutnya dengan Ki Jagabaya untuk mengatasinya" Sampurna masih saja ragu-ragu. Sementara itu Manggada berkata "Jika kau ikut bersama kami, maka tidak ada seorangpun yang dapat menyampaikan rencana ini kepada Ki Jagabaya dan kepada ayah serta paman" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sampurna akhirnya dapat diyakinkannya, sehingga iapun kemudian bersedia untuk tinggal. Namun ketiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itulah yang menjadi bingung. Karena itu, maka Manggada pun menjelaskan rencananya "Nah, kalian dapat memilih. Tinggal disini dengan hukuman picis, atau menangkap kami berdua dan membawa kami menghadap paman Wira Sabet dan Sura Gentong. Agar kalian tidak mendapat hukuman, maka kalian harus mengatakan kepada mereka, bahwa kalian berhasil menangkap kami berdua. Tetapi Sampurna berhasil meloloskan dirinya. Nah, jelas?" Ketiga orang itu masih saja bingung. Seorang di antara mereka berkata "Kami tidak akan dapat melakukannya. Jika kalian jatuh ketangan Ki Wira Sabet dan Ki Sura Gentong, maka nasib kalian akan menjadi sangat buruk. Kalian akan mengalami perlakuan yang tidak kalian bayangkan sebelumnya" "Memang mungkin. Tetapi ini satu-satunya cara bagi kami untuk mengetahui tempat tinggal paman Wira Sabet dan paman Sura Gentong. Selebihnya, kami akan dapat mengalami beberapa hal tentang isi tempat tinggal mereka. Tetapi orang itu menggeleng. Katanya "Jangan lakukan itu" Sikap orang-orang itu memang menarik perhatian. Manggada dan Laksana bahkan percaya, bahwa ketika orang itu tidak akan mencelakakan mereka dengan sengaja. Tetapi ketiga orang itu benar-benar menjadi bingung. Semula mereka menyangka bahwa anak-anak muda itu sekedar bergurau untuk mengganggu mereka yang telah gagal menjalankan tugas. Namun ternyata anak-anak muda itu bersungguh-sungguh. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sementara itu Manggadapun berkata "Ki Sanak. Dengarkan. Kami telah mengampuni kesalahan kalian. Seharusnya kami dapat memperlakukan kalian apa saja sekehendak kami. Kami sama sekali tidak takut atas pembalasan paman Wira Sabet dan Sura Gentong. Tetapi kami tidak melakukannya. Karena itu, terserah tanggapan kalian atas tingkah laku kami. Sementara itu, kami minta kalian menangkap kami. Membawa kami berdua sebagaimana tugas yang dibebankan kepada kalian. Kalian tidak usah segan. Perlakukan kami sebagaimana kalian memperlakukan orang-orang tangkapan." Ketiga orang itu saling berpandangan sejenak. Sementara itu Manggada telah menarik Sampurna menjauh dan memberikan beberapa pesan kepadanya. Sampurna mengangguk-angguk, Katanya hampir berbisik "Baiklah. Aku akan mengusahakannya" Demikianlah, Manggada dan Laksana telah memaksa ketiga orang itu untuk membawanya. Dengan nada keras Manggada berkata "Kesempatan ini adalah kesempatan terbaik bagi kalian. Apapun yang terjadi atas diri kami, kalian tidak usah menghiraukannya. Sementara itu, paman Wira Sabet dan paman Sura Gentong tidak akan menghukum kalian. Karena kalian tidak gagal sepenuhnya. Dua dari tiga orang telah dapat kalian tangkap" "Tetapi kami tidak akan dapat menyaksikan perlakuan Ki Wira Sabet dan Ki Sura Gepong atas kalian" "Itu tergantung kepada sikap kalian. Jika kalian tidak mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, maka nasib kami tidak akan terlalu buruk. Sementara keinginan kami untuk mengetahui tempat tinggal mereka dapat terlaksana" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ketiga orang itu benar-benar sulit untuk mengerti, apa sebenarnya yang dikehendaki oleh anak-anak muda. keinginan yang bagi mereka tidak masuk akal. Rencana itu akan dapat membahayakan jiwa mereka. Karena itu salah seorang dari ketiga orang itu berkata "Anak muda. Kalian telah berbuat di luar dugaan kami. Kalian tidak memaksa kami berbicara dengan cara yang kasar. Bahkan kalian akan membebaskan kami. Dengan demikian, apakah kami akan sampai hati melihat kalian mengalami kesulitan di sarang kami" Anak-anak muda. Kami peringatkan, bahwa Ki Sura Gentong sering menghukum seseorang dengan cara di luar batas ketahanan badani seseorang. Sehingga akibatnya menjadi sangat parah. Mati tidak tetapi hidup pun tidak" Manggada mengerutkan dahinya. Ia masih teringat ancaman Sura Gentong yang diucapkan di halaman rumah Wira Sabet. Namun Manggada masih berharap bahwa berdua Senopati Pamungkas 29 Dewa Linglung 20 Pinangan Iblis Istana Maut 1