Ceritasilat Novel Online

Asmara Si Pedang Tumpul 2

Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo Bagian 2 melakukan perondaan cepat-cepat agar dapat segera kembali ke gardu yang hangat. Pula, dalam udara sedingin itu, malam segelap itu, siapa sih orang yang usil dan mencari penyakit melakukan kejahatan di dalam istana yang terjaga ketat" Para petugas jaga itu agaknya lupa bahwa orang-orang Mongol tidak pernah melepaskan segala kesempatan baik. Mereka adalah orang-orang yang selalu masih merasa penasaran ketika Kerajaan Mongol runtuh demikian mudahnya setelah bangsa Mongol menguasai Cina hampir seabad lamanya (1170- 1260). Para Pangeran Mongol yang berhasil menyelamatkan diri ke utara segera membentuk suatu jaringan dalam usaha mereka menegakkan kembali kerajaan Mongol untuk menguasai Cina. Mereka menyusun jaringan mata-mata, mengirim banyak orang pandai yang menyusup ke sebelah selatan Tembok Besar. Bahkan ada pangeran yang mengirim rombongan matamata yang pandai, melakukan penyusupan tidak melalui Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tembok Besar di utara yang terjaga ketat, melainkan mengambil jalan memutar dari arah barat. Malam yang sunyi dan dingin itu, yang membuat para penjaga dan pengawal di istana Raja Muda Yung Lo menjadi lengah dan malas, tidak lepas dari pengamatan para matamata Mongol. Dalam kegelapan malam itu, di waktu sebagian besar penduduk kota sudah meringkuk di dalam kamar masing-masing berselimut tebal, nampak tiga sosok bayangan berkelebatan di atas pagar tembok istana dan melayang turun di sebelah dalam! Dengan gerakan ringan dan cepat, mereka menyelinap dalam taman, menghampiri bangunan istana yang megah dengan hati-hati sekali. Gerakan mereka yang tanpa ragu-ragu itu, dan dalam menghindar gardu-gardu penjagaan, membuktikan bahwa mereka bertiga itu mengenal baik sekali keadaan di situ dan semua gerakan mereka penuh dengan perhitungan yang matang. Sementara itu, di sebelah dalam istana, seorang wanita cantik berpakaian ringkas. Sebatang pedang menempel di punggungnya, dan di ikat pinggangnya terselip sebatang suling perak. Wanita ini berusia kurang lebih duapuluh tiga tahun, wajahnya bulat telur dengan dagu meruncing. Di dagu kanannya terdapat hiasan bawaan lahir, yaitu setitik tahi lalat yang membuat wajahnya nampak semakin manis. Matanya lembut akan tetapi kadang-kadang mencorong penuh wibawa. Bibirnya merah segar dengan bentuk menggairahkan. Pembawaannya tenang dan anggun, namun langkah kakinya menunjukkan bahwa ia memiliki tenaga dan kegesitan. Ketika wanita melewati gardu penjagaan di dekat kolam ikan, di bagian paling dalam dari istana itu, di taman bunga kecil yang berada paling dalam, tempat bermain para wanita istana, ia menghampiri gardu. Melihat tiga orang perajurit Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pengawal wanita melenggut hampir pulas di bangku panjang, ia mengerutkan alisnya dan jari tangannya mengetuk dinding gardu. "Tok-tok-tokk!" Tiga orang penjaga itu terkejut dan berloncatan bangun sambil menyambar pedang mereka. Mereka terbelalaK ketika melihat bahwa yang mengejutkan mereka itu adalah atasan mereka. Dengan alis berkerut wanita itu menegur. "Beginikah caranya melakukan penjagaan" Kalian telah lengah! Seorang petugas yang baik tidak gentar menghadapi hawa dingin dan kesukaran apapun!" "Maafkan kami, Lim-lihiap (pendekar wanita Lim)," kata seorang di antara mereka sambil berdiri tegak dan memberi hormat. "Baiklah, untung tidak terjadi apa-apa. Dalam keadaan yang dingin dan sunyi seperti ini, ketika para penjaga dalam keadaan lengah dan mengantuk, para penjahat dapat mempergunakan kesempatan untuk bergerak. Lakukan penjagaan dengan ketat dan waspada!" Setelah berkata demikian, wanita itu meninggalkan mereka untuk melakukan perondaan dan pemeriksaan terhadap anak buahnya yang bertugas jaga di lingkungan istana itu. Wanita muda yang perkasa ini adalah Lim Kui Siang yang kini oleh raja muda Yung Lo dipercaya untuk menjadi kepaia pengawal keluarga Raja Muda itu. Gadis perkasa ini memiliki ilmu kepandaian tinggi karena ia adalah murid Sam-sian pula. Ia adalan sumoi dari Sin Wan. Sebetulnya, antara Lim Kui Siang dan Sin Wan yang saudara seperguruan itu terjalin hubungan cinta kasih yang mendalam. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Bahkan guru-guru mereka pernah mengusulkan agar kedua orang murid yang saling mencinta itu menjadi suami isteri. Keduanya menerima dengan baik dan Kui Siang memang sejak kecil kagum kepada Sin Wan. Biarpun Sin wan seorang yang berbangsa Uighur, bukan pribumi, dan ia sendiri puteri bangsawan karena mendiang ayahnya keturunan atau kebangsawanan. Ketika Sin Wan melamarnya kepada para paman dan bibinya sebagai wakil ayah bunda yang telah tiada, mereka menolak dan tidak menyetujui perjodohan itu. Bahkan mereka menghina Sin Wan yang dikatakan keturunan bangsa biadab! Kui Siang marah dan mengusir para paman dan bibinya yang hanya mendekatinya karena menginginkan harta peninggalan ayahnya. Kemudian dengan sepenuh hati ia hendak menghibur Sin Wan dan nekat melangsungkan perjodohan dengan suhengnya itu. Akan tetapi, pada saat terakhir ia mendapatkan kenyataan yang amat pahit baginya, yaitu bahwa Sin Wan adalah anak tiri dari mendiang Se Jit Kong, yaitu Iblis Tangan Api yang telah membunuh ayahnya! Biarpun Sin Wan hanya anak tiri, namun kenyataan ini membuat Kui Siang terpukul. Hancur rasa hatinya dan ia tidak mau mendekati suhengnya lagi, ia meninggaikan suhengnya itu dengan perasaan hancur. Ia amat mencinta suhengnya, akan tetapi bagaimana mungkin ia berjodoh dengan anak angkat orang yang telah membunuh ayahnya dan menghancurkan keluarga ayahnya" la akan merasa durhaka terhadap orang tuanya. Dengan membawa hati yang remuk, dari tempat tinggal orang tuanya di kota raja Nan-king, Kui Siang pergi ke Peking untuk memenuhi permintaan Raja Muda Yung Lo, menjadi kepala pasukan pengawal keluarga pangeran atau raja muda itu. Kui Siang bekerja, dengan tekun dan penuh pengabdian, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bahkan ia mengganti pasukan thai-kam (laki-laki kebiri) dengan pasukan wanita yang digemblengnya. Melihat ketekunan Kui Siang, Raja Muda Yung Lo semakin kagum Raja Muda Yung Lo sejak mengundang dan menjamu Pek-sim lo-kai (Penggmis Tua Hati Putih) Bu Lee Ki yang datang bersama Sin Wan dan Kui Siang, dan melihat Kui Siang, raja muda itu kagum dan tertarik sekali. Dia mendukung Bu Lee Ki untuk menjadi pemimpin besar para kai-pang (perkumpulan pengemis), menawarkan kedudukan panglima kepada Sin Wan, dan kedudukan kepala pengawal keluarga istana kepada Kui Siang. Sin Wan yang patah hati karena penolakan Kui Siang yang memutuskan hubungan cinta di antara mereka, tidak kembali ke Peking, dan Kui Siang yang juga menderita duka itu, untuk menghibur hatinya, kembali ke Peking dan menerima penawaran kedudukan itu Selama berada di istana dan bertugas sebagai kepala pengawal keluarga, Kui Siang melihat kenyataan betapa sikap, raja muda itu terhadap dirinya amatlah baiknya. Dari pandang mata raja muda itu ia tahu bahwa pria itu jatuh hati kepadanya. Akan tetapi, biarpun ia sendiri kagum kepada raja muda ini, ia masih tidak mampu melupakan Sin Wan dan karena itu ia bersikap dingin saja sehingga Raja Muda Yung Lo belum berkenan menyatakan isi hatinya. Pada malam yang sunyi, gelap dan dingin itu, seperti biasa Kui Siang melakukan perondaan untuk memeriksa anak buahnya agar mereka melakukan penjagaan dengan sebaiknya. Ketika ia melakukan pemeriksaan ke bagian belakang, tiba-tiba ia melihat berkelebatnya bayangan ke arah gardu penjagaan di belakang dan terdengar jerit seorang wanita pengawal. Kui Siang cepat meloncat ke tempat itu dan mendengar suara seorang berkelahi. Dilihatnya betapa seorang anak buahnya menggeletak mandi darah, dan dua orang pengawal lain sedang berkelahi melawan dua orang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berpakaian hitam dan mukanya ditutup sutera hitam yang memiliki kepandaian amat lihai. Kui Siang cepat mengeluarkan suling peraknya dan meniupkan isyarat. Suling itu mengeluarkan suara melengking tinggi yang dapat terdengar oleh semua anak buah yang sedang melakukan penjagaan. Ia merasa yakin bahwa sebentar lagi, ditempat itu akan dipenuhi anak buahnya yang berjumlah duapuluh orang lebih. Ia sendiri tidak membantu anak buahnya menghadapi dua orang lawan yang lihai melainkan cepat sekali ia meloncat ke dalam dan menuju ke arah ruangan di mana dapat kamar Raja Muda Yung Lo dan keluarganya. Kui Siang maklum bahwa dalam keadaan bahaya, maka ia dapat memastikan bahwa sasaran utama musuh tentulah sang raja muda. Oleh karena itu, ia membiarkan anak buahnya yang menghadapi penyerbu, sedangkan ia sendiri harus menjaga keselamatan raja muda dan keluarganya. Perhitungannya ternyata tepat. Baru saja ia tiba di depan kamar sang raja muda, tiba-tiba nampak bayangan hitam berkelebat seperti seekor burung besar melayang turun ke dalam ruangan yang nampaknya sunyi itu. "Penjahat keji, menyerahlah engkau!" bentak Kui Siang sambil meloncat keluar menghadapi bayangan hitam itu. Bayangan itu memakai pakaian serba hitam, mukanya dari hidung ke bawah tertutup kain sutera hitam. Yang nampak hanya sepasang matanya yang mencorong tajam. Tubuh itu tinggi kurus dan gerakannya tadi ringan dan gesit. Bayangan itu agaknya kaget melihat Kui Siang. Tadinya dia mengira bahwa dua orang kawannya yang memancing keributan di gardu penjagaan belakang itu tentu akan menarik semua pengawal ke sana sehingga dia akan leluasa bergerak membunuh raja muda. Siapa kira, pemimpin pasukan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pengawal yang dia dengar memiliki ilmu kepandaian tinggi ini bahkan tiba-tiba muncul di situ. Tanpa banyak cakap lagi bayangan itu mencabut pedangnya dan menyerang dengan dahsyat, menusuk ke dada Kui Siang. "Singgg ........" saking kuatnya tusukan itu, pedang mengeluarkan suara berdesing ketika lewat di samping tubuh Kui Siang yang mengelak dengan gerakan cepat. Namun pedang yang luput dari sasaran itu membalik, kini menyambar dan membacok ke arah leher! Kui Siang terkejut juga. Ternyata penyerang ini memang lihai dan memiliki gerakan pedang yang cepat dan kuat. Iapun meloncat ke belakang sambil mencabut Jit-kong-kiam (Pedang Sinar Matahari) peninggalan mendiang Kiam-sian (Dewa Pedang). Nampak sinar menyilaukan mata ketika pedang itu tercabut. Ketika Kui Siang memutar pedangnya, lenyaplah bentuk pedang berubah menjadi gulungan sinar yang membuat ruangan itu nampak lebih terang. Itulah ilmu pedang Sinar Matahari yang amat hebat. "Ihh ......" Si kedok hitam itu mengeluarkan seruan kaget, akan tetapi diapun sama sekali bukan orang lemah. Pedangnya berkelebatan, menangkis dan balas menyerang sehingga dalam waktu singkat saja keduanya telah saling serang dengan mati-matian! Setelah mereka bertanding selama duapuluh lima jurus, tahulah Kui Siang bahwa lawannya bukan orang sembarangan. Pembunuh ini adalah seorang ahli pedang yang tangguh, maka iapun mengimbangi permainan pedangnya dengan bantuan tangan kirinya yang kini ikut menyerang dengan tebasan-tebasan tangan miring. Setiap kali tangan kirinya menyambar, terdengar suara bersiut dan tangan itu amat berbahaya karena ia telah mempergunakan ilmu Kiam-ci (Jari Pedang) yang menotok seperti tusukan pedang.. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pintu kamar besar keluarga raja muda itu terbuka dan muncullah Raja Muda Yung Lo dengan pedang di tangan. Juga dari kanan kiri bermunculan para pengawal pribadi, akan tetapi ketika para pengawal itu hendak mengeroyok si kedok hitam, Raja Muda Yung Lo memberi isyarat dengan tangan agar mereka tidak bergerak. Agaknya raja muda yang juga memiliki kepandaian lumayan itu dapat melihat betapa Kui Siang tidak kalah oleh si kedok hitam, maka dia ingin menonton pertandingan hebat itu! Para pengawal itu hanya mengepung ruangan itu, tidak memberi jalan kepada lawan untuk lolos Agaknya si kedok hitam maklum bahwa dirinya berada dalam bahaya, maka dia berlaku nekat, menyerang dengan lebih gencar dengan maksud agar kalau dia tewaspun dia akan mampu membunuh lawannya ini. Akan tetapi Kui Siang juga maklum akan kehadiran Raja Muda Yung Lo, maka dia mengerahkan seluruh tenaga dan keandaiannya, terus mendesak lawan. Si kedok hitam yang menerima tugas rahasia membunuh Raja Muda Yung Lo, melihat kesempatan baik karena raja muda itu berdIri di situ, menonton perkelahian. Diam-diam dia mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya dengan tangan kiri dan setelah mendapat kesempatan baik, tangan kirinya bergerak cepat menyambitkan tiga buah thi-lian-ci (biji teratai besi), yaitu senjata rahasia berbentuk biji teratai terbuat dari pada besi. "Awas, Yang Mulial" Kui Siang berseru kaget, akan tetapi pedangnya bergerak cepat sekali menghantam pedang lawan karena saat itu lawan sedang mencurahkan perhatian untuk menyerang Raja Muda Yung Lo. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Akan tetapi, Raja Muda Yung Lo bukan seorang lemah. Dia pernah belajar ilmu silat, bahkan selama ini dia menjadi panglima yang memimpin pasukan besar yang menggempur sisa-sisa pasukan Mongol di daerah utara. Dia sudah mengalami banyak pertempuran, dan kalau hanya diserang Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo senjata rahasia seperti itu saja, bukan merupakan hal berbahaya baginya. Tanpa diperingatkan Kui Siangpun, dia tidak akan mudah dirobohkan dengan serangan senjata rahasia thi-lian-ci. Dia sudah memutar pedangnya dan tiga buah thi-lian-ci itupun terpukul runtuh. Sebaliknya, pedang di tangan penyerang itu terlepas dan terpental ketika dipukul pedang Kui Siang sehingga kini si kedok hitam tidak lagi memegang senjata. Agaknya dia tahu bahwa akan sia-sia melarikan diri, maka diapun berkata dengan suara angkuh kepada Kui Siang, "Kalau memang engkau gagah, mari kita melanjutkan pertandingan dengan tangan kosong!" Kui Siang mengerutkan alisnya. Ia tidak sedang mengadu ilmu menguji kepandaian masing-masing, melainkan sedang menghadapi seorang penjahat yang hendak membunuh Raja Muda Yung Lo, maka tentu saja ia tidak beminat melayani tantangan orang yang sudah terdesak dan tinggal menangkap saja itu. Akan tetapi ketika ia menoleh ke arah raja muda itu, ia melihat raja muda itu mengangguk dan tersenyum kepadanya lalu berkata, "Nona Lim, aku ingin sekali melihat engkau mengalahkan jahanam ini dalam pertandingan tangan kosong." Kui Siang sudah mengenal watak Yung Lo yang suka sekali akan kegagahan. Tentu kini Yung Lo ingin melihat adu kepandaian karena si penyerang itu cukup tangguh. Dan iapun yakin banwa raja muda itu sudah bersiap-siap bersama para pengawalnya kalau sampai ia terdesak atau terancam bahaya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 5. Lamaran Raja Muda Yung Lo "BAIK, Yang Mulia," katanya dan iapun menyimpan kembali Jit-kong-kiam, menghadapi penjahat itu dengah tangan kosong. Ia tahu bahwa penjahat itu lihai, maka begitu menghadapinya, ia telah mengerahkan tenaga untuK memainkan Sam-sian Sin-ciang, ilmu peninggalan tiga orang gurunya yang amat ia andalkan. Karena Sam-sian Sin-ciang mengandung unsur ilmu-ilmu ke tiga orang Sam-sian, maka selain dalam kedua tangan gadis itu mengandung tenaga Thian-te Sin-kang (Tenaga Sakti Langit Bumi), juga kedua telapak tangan mengepulkan uap putih karena ilmu itu mengandung pula Pek-in Hoat-sut (Ilmu Sakti Awan Putih) dari Pek-mau-sian Thio Ki. Melihat gadis itu benar-benar menghadapinya dengan tangan kosong si kedok hitam menjadi berani dan nekat. Sambil mengeluarkan teriakan nyaring, diapun menerjang dengan gerakan nekat sehingga seluruh tenaga dan kepandaiannya dia kerahkan untuk membunuh lawan. Dia tahu bahwa dia tidak mungkin dapat lolos dan entah bagaimana pula nasib dua orang rekannya. Maka, sebelum tertawan dan dibunuh, dia harus dapat lebih dulu membunuh lawannya ini sehingga matinya tidak akan sia-sia. Akan tetapi, segera dengan pahit dia melihat kenyataan bahwa kalau tadi ketika mereka bertanding dengan pedang mereka masih dapat dibilang seimbang, kini setelah bertanding dengan tangan kosong, dia mendapat kenyataan bahwa gadis itu hebat bukan main ilmu silat tangan kosongnya. Kedua tangan yang mengepulkan uap putih itu mengandung tenaga yang membuat dia tergetar setiap kali mereka beradu lengan. Dan betapapun dia mendesak dan menerjang bertubi-tubi dengan cepat, tetap saja dia tidak mampu menyentuh tubuh lawannya yang bergerak luar biasa cepatnya, dengan langkah berputar-putar, yang aneh. TibaTiraikasih Website http://kangzusi.com/ tiba saja tubuh lawannya lenyap dan tahu-tahu telah berada di kanan, kiri atau belakangnya. Setelah lewat tigapuluh jurus, si kedok hitam merasa pening, matanya berkunang dan gerakannya kacau sehingga dia tidak lagi dapat melindungi dirinya dengan baik. Kesempatan itu dipergunakan oleh Kui Siang untuk menghantamkan tangan kanannya ke arah kepala lawan. Ketika lawannya mengelak ke sebelah kirinya, ia menyambut dengan serangan intinya, yaitu jari tangannya yang kiri menotok. Terdengar bunyi bercuitan ketika ia menggunakan ilmunya yang mengandung totokan Kiam-ci (Jari Pedang) dan tubuh lawan itupun roboh terjengkang. Saking cepatnya gerakan jari tangan gadis itu, sukar dilihat dan tahu-tahu si topeng hitam itu terjengkang roboh dan tewas seketika karena tepat di tengah dahinya telah tertembus jari tangan Kui Siang yang pada saat ia menggunakan ilmunya, tiada ubahnya sebatang pedang runcing. Raja Muda Yung Lo bertepuk tangan memuji dengan hati girang dan kagum. "Bagus sekali, Nona Lim." "Yang Mulia, masih ada dua orang penyerbu di belakang. Hamba akan melihatnya ke sana!" kata Kui Siang dan tanpa menanti jawaban raja muda itu, iapun sudah meloncat dengan cepat menuju ke belakang. Akan tetapi setelah tiba di gardu penjagaan, ia merasa kecewa. Ada enam orang anak buahnya terluka, akan tetapi dua orang yang dikeroyok anak buahnya tadi dapat meloloskan diri walaupun menurut keterangan anak buahnya, dua orang itu lari sambil membawa luka di tubuh mereka. Ketika kedok sutera hitam itu dibuka dari wajah orang yang telah tewas, tidak ada yang mengenalnya, akan tetapi dari bentuk wajahnya, mudah diduga bahwa dia tentulah seorang Mongol atau setidaknya peranakan Mongol. Memang setelah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menjajah selama hampir satu abad lamanya, bangsa Mongol telah mempelajari banyak sekali ilmu-ilmu penduduk pribumi, bahkan banyak di antara mereka yang menjadi jagoan ahli silat yang tangguh. Pada keesokan harinya, setelah selesai mengadakan rapat pertemuan dengan para hulubalang, Raja muda Yung Lo masuk ke dalam ruangan duduk di belakang, lalu dia memanggil Kui Siang agar datang menghadap karena ada urusan penting yang hendak dia bicarakan. Ketika Kui Siang memasuki ruangan duduk di belakang, ruangan di mana raja muda itu suka mengadakan latihan silat, ia melihat Raja Muda Yung Lo dalam pakaian ringkas, pakaian olah raga, duduk seorang diri di situ. Tidak nampak seorangpun pengawal di ruangan itu, maupun di luar ruangan. Hal ini mengejutkan dan mengherankan hati Kui Siang yang menganggap raja muda itu sungguh kurang hati-hati membiarkan diri sendiri tanpa dikawal. Dikiranya bahwa raja muda itu akan mengajaknya berlatih silat, karena biasanya raja muda itu suka berbincang-bincang, bahkan berlatih silat dengannya. "Yang Mulia, hamba tidak melihat seorangpun pengawal di sini. Sungguh berbahaya paduka berada seorang diri saja ......" Raja Muda Yung Lo tersenyum dan memberi isyarat dengan tangan agar wanita itu mengambil tempat duduk. "Kui Siang, duduklah. Mengapa berbahaya" Aku berada di dalam istana yang terkurung penjagaan rapat. Pula, aku bukan anak kecil atau orang lemah. Tidak suka aku ke manamana harus dijaga pengawal. Pula, aku ingin berdua saja denganmu, ada yang hendak kubicarakan denganmu." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Wajah gadis itu berubah kemerahan. Biasanya pangeran-itu menyebutnya nona atau Nona Lim, kenapa sekarang menyebut namanya begitu saja" Perubahan sebutan yang bukan tidak menyenangkan karena lebih akrab, akan tetapi juga membuat ia tersipu. "Yang Mulia hendak membicarakan kepentingan apakah dengan hamba?" tanyanya dengan suara biasa saja sambil duduk menghadapi raja muda itu, terhalang sebuah meja. Raja Muda Yung Lo memandang wajah Kui Siang, dan beberapa kali menarik napas panjang, agaknya sukar baginya untuk bicara. Yung Lo merupakan seorang pangeran yang sejak dia kecil mengenal perjuangan ayahnya, mengenal perang. Bahkan dia, setelah dewasa, merupakan seorang di antara pangeran yang paling rajin membantu ayahnya untuk memperkuat kedudukan Kerajaan Beng yang baru. Dia merupakan pangeran yang paling berjasa, paling cakap mengatur pasukan, maka oleh ayahnya, Kaisar Thai-cu pendiri Kerajaan Beng, dia dipercaya untuk memimpin pertahanan yang paling berat dan penting, yaitu pertahanan terhadap bangsa Mongol yang tentu saja selalu berusaha untuk membangun kembali kekuasaan mereka di selatan yang sudah runtuh. Karena kemampuannya, dia diangkat menjadi raja muda oleh kaisar, dan diberi hak dan kekuasaan di utara, dengan ibu kota Peking. Dan ternyata memang dia mampu. Raja muda yang usianya tigapuluh tahun lebih ini memang gagah, alisnya berbentuk golok, matanya dengan kedua ujung agak menyerong ke atas itu lebar dan tajam sinarnya, hidungnya besar, mulutnya dan dagunya membayangkan keteguhan hati dan kemampuan besar, kumis dan jenggotnya terpelihara rapi. Pendeknya, wajah seorang laki-laki jantan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Setelah beberapa kali menarik napas panjang dan nampak ragu, akhirnya raja muda itu berkata, "Kui Siang, sungguh aku sendiri merasa heran mengapa terasa amat berat dan sukar bagiku untuk bicara sekali ini. Selama hidupku belum pernah aku merasa begini tegang, dan hal ini saja sudah membuktikan kepadaku bahva memang aku bicara dari hatiku, bukan sekedar bicara saja. Nah, ketahuilah, bahwa sejak pertama kali bertemu denganmu, ketika engkau datang bersama Sin Wan dan Pek-sim Lo-kai Bu Lee Ki, aku merasa kagum sekali padamu. Karena kekagumanku, maka aku mengangkatmu menjadi kepala pengawal keluarga dan ternyata pilihan dan keputusanku itu memang tepat. Engkau bekerja dengan baik, dapat membentuk pasukan pengawal wanita yang kuat dan dapat dipercaya, bahkan malam tadi, engkau dan pasukanmu yang berhasil menahan pembunuhpembunuh yang dapat menyelinap masuk mengelabui para perajurit pengawal pria di luar istana." "Hamba hanya melaksanakan tugas, Yang Mulia. Sayang bahwa dua orang di antara para penjahat itu lolos. Mereka adalah orang-orang tangguh dan pasukan hamba yang belum menguasal ilmu silat tinggi bukan lawan mereka." Raja Muda Yung Lo tersenyum dan pandang matanya semakin terkagum. Gadis ini selain cantik jelita, manis budi, lihai ilmu silatnya, masih ditambah lagi rendah hati. Semua sifat inilah yang membuat dia terkagum-kagum dan dia sudah mengambil keputusan bulat sebelum memanggil Kui Siang. "Sudahlah, Kui Siang. Bagaimanapun juga pasukanmu itu telah berjasa besar, dan terutama sekali engkau sendiri. Aku ingin sekali mengutarakan isi hatiku kepadamu, dan sebelumnya kalau pernyataanku ini menyinggung perasaanmu, kuharap engkau suka memaafkan aku, Kui Siang. Aku suka akan kejujuran, keterus-terangan, dari pada menyimpan sesuatu di hati, dan aku tidak ingin memaksakan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kehendak dan keinginan hatiku kepada orang lain, terutama sekali kepadamu. Jadi, ka?lau nanti ucapanku ini tidak berkenan di hatimu, anggap saja tidak ada dan tetaplah bekerja seperti biasa. Engkau mau berjanji demikian?" Kui Siang mengangguk, jantungnya berdebar tegang. "Katakanlah, Yang Mulia." "Kui Siang, setelah engkau bekerja di sini, kekagumanku bertambah-tambah, dan akhirnya aku melihat kenyataan bahwa aku telah jatuh cinta kepadamu. Belum pernah selama hidupku aku melakukan pinangan secara langsung kepada seorang gadis, akan tetapi sekali ini aku melanggar semua hukum adat yang berlaku. Aku meminangmu untuk menjadi isteriku, seorang di antara selirku, dengan demikian aku akan selalu bersamamu tanpa khawatir pada suatu hari engkau akan berpisah dariku." Kui Siang menundukkan mukanya yang sebentar pucat sebentar merah. Dipinang seorang raja muda! Biarpun hanya dipinang menjadi selir karena raja muda itu sudah beristeri dan mempunyai beberapa orang selir, namun hal itu sudah merupakan suatu kehormatan yang tak pernah ia mimpikan. Raja muda ini seorang pangeran! Dan harus ia akui bahwa ia juga kagum sekali kepada Yung Lo. Hanya ada satu hal, malah ada dua hal yang membuat ia menunduk dengan hati seperti ditusuk. Pertama ia merasa bahwa hatinya telah menjadi milik Sin Wan ia mencinta Sin Wan dan sampai sekarangpun ia masih mencinta pemuda itu walaupun rasa baktinya terhadap orang tuanya tidak memungkinkan ia menikah dengan anak tiri pembunuh ayahnya. Dan kenyataan kedua adalah bahwa biarpun ia amat kagum dan hormat kepada Raja Muda Yung Lo, akan tetapi ia tidak mencintanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Yang membuat ia bingung sekali adalah karena ia tidak berani atau tidak tega untuk menolak. Ia tahu bahwa betapa bijaksana pun Raja Muda Yung Lo, akan tetapi sebagai seorang laki-laki yang ditolak cintanya oleh seorang wanita, tentu raja muda itu akan tersinggung, akan merasa diremehkan, malu dan terpukul. Ia menjadi serba salah. Menerima pinangan itu berarti bertentangan dengan perasaan hatinya. Menolak berarti menyinggung perasaan orang yang dijunjung dan dihormatinya, dan setelah menolak, rasanya tidak mungkin lagi mempertahankan pekerjaannya sebagai pengawal pribadi di situ. Apa yang harus ia lakukan" Raja Muda Yung Lo mengamati wajah yang menunduk itu dan sinar matanya memandang penuh selidik. Sebagai orang yang berpengalaman, tanpa mendengar jawaban dengan kata-katapun dia tahu bahwa pernyataannya tadi mengguncang hati Kui Siang dan membuat gadis itu merasa canggung, serba salah dah agaknya sukar untuk mengambil keputusan. "Kui Siang, engkau tidak perlu bingung menghadapi pinanganku. Ketahuilah bahwa selama ini aku tidak pernah meminang gadis, dan semua wanita yang menjadi isteri dan selir-selirku, hanya dihubungi seorang perantara yang menjadi utusan dan tak seorangpun di antara mereka ragu-ragu untuk menerima pinanganku. Akan tetapi engkau lain Kui Siang. Aku tahu bahwa engkau adalah seorang gadis dari dunia persilatan, walaupun dahulu engkau puteri bangsawan. Karena itu, aku melamar sendiri dan engkaupun bebas untuk Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menentukan jawabanmu. Andaikata engkau tidak setuju dan tidak dapat menerima pinanganku, jangan takut untuk memberi jawaban sejujurnya" Mendengar ucapan raja muda itu, Kui Siang mengangkat muka memandang, Sejenak dua pasang mata bertemu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pandang, bertaut dan akhirnya Kui Siang yang menundukkan mukanya. "Yang Mulia, maafkan hamba. Semua ini begitu tiba-tiba datangnya, dan tidak tersangka-sangka. Bagaimana mungkin hamba dapat menjawab seketika" Perkara ini menyangkut masa depan kehidupan hamba, sudah selayaknya kalau dipikirkan masak-masak sebelum menjawab, apalagi paduka menghendaki agar hamba menjawab dengan sejujurnya." Raja Muda Yung Lo mengangguk-angguk dan mengelus jenggotnya yang rapi. Dia semakin kagum karena jawaban Kui Siang itu membuktikan bahwa gadis ini memang bijaksana dan jujur. "Baiklah, Kui Siang. Aku mengerti dan memang engkau benar. Nah, kuberi waktu sebulan kepadamu. Cukupkah waktu itu?" Kui Siang menarik napas lega dan memandang kepada raja muda itu dengan sinar mata berterima kasih. "Terima kasih, Yang Mulia. Satu bulan sudah lebih dari pada cukup bagi hamba untuk mempertimbangkan dan memikirkannya." "Nah, sekarang jangan pikirkan lagi pembicaraan kita tadi. Mari kita berlatih, dan aku ingin sekali mengenal lebih baik ilmu silat tangan kosong yang kaupergunakan untuk mengalahkan pembunuh malam tadi. Belum, pernah aku melihat engkau memainkannya. Silat apakah itu?" Kini sikap raja muda itu sudah berubah sama sekali, pulih seperti biasa ramah dan sikap ini membuat Kui Siang amat bersyukur karena ia tidak merasa rikuh dan canggung lagi. Raja muda ini memang seorang laki-laki pilihan, bukan perayu, bukan pula pria yang suka menggunakan kekuasaan harta maupun kedudukan untuk menundukkan wanita dan mematahkan perlawanan mereka. Ia dapat membayangkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ betapa boleh dibilang setiap orang wanita akan menyambut pinangannya dengan hati dan tangan terbuka. Siapa tidak akan merasa bangga menjadi isteri atau selir pangeran yang kini menjadi raja muda, seorang laki-laki jantan yang selain berkedudukan tinggi, berwajah ganteng, gagah perkasa, juga jujur dan tidak congkak ini" "Sin Wan .......!" nama ini bergema terus, bahkan keluar dari bisikan mulutnya ketika ia sudah rebah seorang diri di dalam kamarnya. Pinangan Raja Muda Yung Lo mengundang kenangan lama dan membuat wajah Sin Wan terus saja terbayang di depan matanya. Sekuat tenaga hatinya ia mencoba untuk mengusir bayangan itu, namun semakin diusir, semakin jelas nampak wajah suhengnya itu. Engkau bodoh, demikian ia memaki diri sendiri. Bagaimana dalam keadaan menerima pinangan seorang laki-laki seperti Raja Muda Yung Lo, ia malah mengenang pemuda seperti Sin Wan itu" Seorang pemuda yang menurut para paman dan bibinya sama sekali tidak pantas menjadi suaminya! Menurut mereka, Sin Wan adalah seorang pemuda yang berdarah bangsa liar, bukan pribumi, keturunan bahkan berdarah Uighur, bangsa biadab, selain itu juga dia seorang pemuda yang tidak mempunyai apa-apa, pangkat tidak hartapun tidak. Apa yang diandalkannya untuk merjadi suaminya" "Aih, mereka itu orang-orang tamak, mata duitan dan gila pangkat," ia membela Sin Wan. Akan tetapi, satu hal yang membuat ia mengenang Sin Wan dengan hati tidak senang adalah kenyataan bahwa suhengnya itu adalah putera dari mendiang Se Jit Kong. Iblis Tangan Api, datuk sesat yang teramat jahat, yang telah membunuh ayahnya dan menghancurkan keluarga ayahnya. Bahkan kakek Bu Lee Ki, pemimpin semua Kai-pang yang bijaksana itupun menjauhkan diri dari Sin Wan setelah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengetahui bahwa Sin Wan putera Se Jit Kong! Bagaimana mungkin putera seorang datuk jahat seperti itu, walaupun hanya putera tiri, dapat menjadi seorang yang baik dan tidak akan mewarisi watak Se Jit Kong yang jahat" Lalu terbayang wajah Sin Wan. Terbayang pemuda yang bertubuh tinggi tegap, berkulit gelap, wajahnya jantan dan tampan gagah. Dahinya lebar, alisnya tebal berbentuk golok seperti alis Raja Muda Yung Lo, matanya lebar bersinar-sinar, hidungnya tinggi mancung agak besar, mulutnya membayangkan keteguhan hati. Tubuh itu sedang besarnya, bahunya bidang, tegap, langkahnya seperti langkah harimau. "Sin Wan......," ia menghela napas panjang. Ia mencinta suhengnya itu, pernah mencintanya dan masih tetap mencintanya dan mungkin takkan pernah mampu melupakannya. Baginya, kemiskinan Sin Wan, kebangsaannya, kenyataan bahwa dia miskin, papa dan tidak memiliki kedudukan, bukan apa-apa. Akan tetapi, dia putera Se Jit Kong! "Sin Wan .......!" ia mengeluh sebelum akhirnya pulas dan dalam tidurpun ia bermimpi, bertemu kembali dengan Sin Wan dan dalam mimpi itupun ia tetap mencinta Sin Wan. 0oo0 Kita tinggalkan dulu Kui Siang yang gelisah mempertimbangkan pinangan Raja Muda Yung Lo. Untung baginya bahwa Raja Muda Yung Lo memberi waktu sebulan kepadanya, cukup lama baginya untuk mempertimbangkan dengan masak sebelum memberi jawaban yang pasti. Apa yang menjadi persangkaan Raja Muda Yung Lo dan para pembantunya bahwa pembunuh yang tewas di tangan Kui Siang itu adalah seorang mata-mata Mongol, memang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tepat. Beberapa hari sejak kegagalan tiga orang pembunuh yang berhasil menyusup ke istana Raja Muda Yung Lo itu, dalam sebuah kuil tua yang sudah tidak terpakai lagi, di puncak sebuah bukit yang sunyi, nampak berkelebatnya bayangan beberapa orang memasuki kuil tua. Di dalam ruangan belakang kuil tua itu telah duduk menanti seorang laki-laki yang pakaiannya serba hitam, tubuhnya tinggi besar dengan perut gendut. Akan tetapi, wajahnya tertutup topeng hitam pula, terbuat dari sutera yang hanya memperlihatkan sepasang matanya yang tajam mencorong. Karena kepalanya juga tertutup, sukarlah menaksir bagaimana bentuk wajahnya dan berapa kira-kira usianya. Namun, mata itu sungguh berwibawa dan tajam menyeramkan. Dan di luar kuil tua, di empat penjuru, nampak penjaga yang bersembunyi, yang mengamati keadaan kuil dan mereka melihat dengan teliti siapa mereka yang datang memasuki kuil di siang hari itu. Dari tempat mereka berjaga kalau ada orang menuju kuil, baru mendaki puncak bukit itu saja sudah kelihatan sehingga tempat itu benar-benar aman, tidak mungkin dapat dikunjungi orang luar tanpa mereka melihatnya. Beberapa bayangan orang yang berkelebat memasuki kuil itu ternyata merupakan lima orang yang dari gerakan mereka mudah diketahui bahwa mereka adalah orang-orang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi. Mereka ini memang merupakan lima orang tokoh sesat yang namanya sudah amat terkenal, terdiri dari lima orang saudara seperguruan yang masing-masing memiliki ilmu kepandaian tinggi, terutama sekali permainan golok besar mereka. Mereka dikenal sebagai Hek I Ngo-liong (Lima Naga Baju Hitam) dan ke limanya memang mengenakan pakaian serba hitam, walaupun bukan terbuat dari sutera hitam halus seperti yang dipakai laki-laki yang duduk di ruangan belakang kuil itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Hek I Ngo-liong terdiri dari Coa Ok berusia limapuluh tiga tahun yang bertubuh gendut, dengan adik kandungnya bernama Coa Kun berusia limapuluh tahun yang bertubuh pendek dengan kepala botak. Orang ke tiga dan ke empat juga dua orang kakak beradik, bernama Bhe It berusia limapuluh tahun yang tinggi kurus dan Bhe Siu berusia empatpuluh lima tahun yang wajahnya tampan dan pesolek. Adapun orang ke lima bernama Kwan Su berusia empatpuluh tahun, tubuhnya sedang akan tetapi wajahnya paling jelek karena hitam dan penuh cacat bekas cacar. Masing-masing memiliki ilmu golok yang tangguh, apalagi mereka biasa maju bersama, maka dapat dibayangkan betapa lihai mereka kalau maju bersama sebagai to-tin (barisan golok), sukar dapat dikalahkan lawan. Belasan tahun yang lalu, ketika terjadi perebutan bendabenda pusaka istana kaisar yang dicuri Se Jit Kong kemudian terjatuh ke tangan Sam-sian, Hek I Ngo-liong itu pernah mencoba untuk merampasnya dari tangan Sam-sian. Akan tetapi, mereka bukan tandingan Sam-sian. Biarpun mereka maju berlima menghadapi mendiang Kiam-sian, Dewa Pedang yang semula terdesak itu akhirnya dapat mengalahkan mereka. Kalau seorang Dewa Pedang saja baru dengan susah payah dapat mengalahkan mereka, maka dapat dibayangkan betapa tangguhnya lima orang Naga Baju Hitam ini! Mereka tangguh, kejam, tidak mau tunduk kepada siapapun juga, bahkan congkak. Akan tetapi kalau ada orang yang mengenal mereka dan melihat sikap mereka ketika memasuki ruangan belakang kuil tua dan berhadapan dengan si kedok hitam yang duduk di atas kursi, orang akan merasa heran. Lima orang Hek I Ngoliong itu memberi hormat dengan sikap yang merendah sekali. Mereka mengangkat kedua tangan ke depan dada, lalu membungkuk sampai pinggang mereka terlipat ke depan, dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengan irama kacau mereka menyebut "Yang Mulia" kepada orang berkedok itu! Tanpa bangkit dari tempat duduknya, dengan sikap penuh wibawa, orang berkedok itu memandang lima orang pendatang dengan sinar matanya yang mencorong penuh selidik, lalu mengangguk dan terdengar suaranya yang dalam dan parau, namun kata-katanya teratur rapi seperti cara bicara seorang bangsawan tinggi. "Selamat datang, Hek I Ngo-liong. Duduklah kita masih menanti datangnya beberapa rekan lagi." "Baik Yang Mulia," kata Coa Ok mewakili mereka berlima dan merekapun mengambil tempat duduk. Di situ telah diatur bangku-bangku yang mengelilingi sebuah meja besar. Karena orang berkedok itu hanya duduk dengan tegak, tidak memandang lagi kepada mereka, juga tidak mengeluarkan sepatah kata lagi, diam seperti patung, Hek I Ngo-liong juga duduk diam. Bahkan lima orang yang biasanya acuh dan tidak menghormati orang lain ini, yang biasa bersikap kasar dan mau menang seperti lima ekor tikus berhadapan dengan seekor kucing yang galak. Mereka mati kutu dan tidak berani bergerak! Memang mengherankan sekali. Akan tetapi kalau orang sudah tahu siapa si kedok hitam ini, tentu mereka mengerti mengapa Hek I Ngo-liong bersikap demikian takut. Mereka berlima juga tidak pernah melihat wajah aseli si kedok hitam dan hanya mengenalnya sebagai "Yang Mulia" saja. Mereka hanya tahu bahwa si kedok hitam ini memiliki kepandaian tinggi, juga mempunyai anak buah yang rata-rata lihai bukan main. Yang membuat dia ditakuti adalah karena mudah saja dia membunuh orang, akan tetapi juga mudah memberi hadiah yang luar biasa royalnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Hek I Ngo-liong sendiri sudah banyak menerima hadiah dari Yang Mulia, dan mereka tahu bahwa mereka berlima sama sekali bukan tandingan dari orang aneh itu. Mereka juga tahu bahwa Yang Mulia ini merupakan seorang di antara para pimpinan yang berusaha untuk membangun kembali Kerajaan Mongol! Mereka bekerja secara rahasia, namun telah membuat jaringan yang kuat, mempunyai banyak anak buah yang dijadikan mata-mata dan tersebar di mana-mana. Tak lama kemudian, nampak ada dua bayangan orang berkelebat dan muncul dua orang yang berpakaian ringkas, keduanya bertubuh tinggi kurus dan melihat usia mereka, tentu mereka berusia sekitar empatpuluh tahun. Namun wajah keduanya pucat dan biarpun gerakan mereka masih ringan dan cepat, namun yang seorang agak terpincang dan seorang lagi membongkok. Ternyata keduanya menderita luka, seorang terluka di paha dan seorang lagi di punggung. Begitu tiba di ruangan itu, keduanya menjatuhkan diri dan memberi hormat dengan setengah berlutut kepada Yang Mulia. Sepasang mata di balik kedok itu berkilat menyambar. "Kalian yang telah gagal menunaikan tugas, duduklah dulu." Dengan wajah nampak pucat kedua orang itu bangkit, menggumamkan terima kasih lalu duduk di sudut terjauh dari tempat duduk si kedok hitam. Suasana sunyi, bukan saja amat mencekam bagi dua orang itu, melainkan Hek I Ngo-liong yang biasanya tabah itupun nampak saling pandang dan jelas bahwa merekapun merasa tegang. Tak lama kemudian berkelebat bayangan lain dan di situ telah berdiri seorang laki-laki yang tubuhnya tinggi kurus, usianya enampuluh tahun lebih dan di punggungnya nampak sarung pedang yang terisi dua batang pedang pasangan. Begitu tiba di ruangan itu, ruangan itu dengan pandang matanya, kemudian melangkah maju menghadapi si kedok Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ hitam dan memberi hormat dengan merangkap, kedua tangan depan dada. "Yang Mulia, saya datang mewakili semua saudara saya seperti yang dikehendaki Yang Mulia." Orang berkedok itu memandang sejenak lalu menganggukangguk. "Engkau yang dijuluki Bu-tek Kiam-mo (Iblis Pedang Tanpa Tanding), bukan" Engkau mewakili Bu-tek Cap-sha-kwi (Tiga belas Setan Tanpa Tanding)" Duduklah!" Orang yang dijuluki Bu-tek Kiam-mo itu menghaturkan terima kasih lalu mengamambil tempat duduk. Dia saling pandang dengan Hek I Ngo-liong, dan si Iblis Pedang nampak terkejut agaknya tidak mengira bahwa lima orang pandai itu berada pula di situ. Akan tetapi dia tidak berani mengeluarkan kata apapun, dan di pihak lima orang tokoh itupun nampaknya menahan untuk tidak berkata apa-apa ketika mereka melihat hadirnya seorang di antara Bu-tek Cap-sha-kwi, karena orang Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo berkedok itu masih belum bergerak atau mengeluarkan katakata, agaknya masih menanti munculnya orang lain, maka delapan orang yang sudah datang itu juga diam saja di atas bangku masing-masing, dengan sikap menunggu. Di antara mereka yang delapan itu, hanya Bu-tek Kiam-mo seorang saja yang berani mengangkat muka memandang kepada si kedok hitam. Hanya dia yang bersikap sebagai tamu, bukan sebagai hamba. Hal ini adalah karena baru sekarang Bu-tek Kiam-mo mendapat kesempatan menghadap Yang Mulia, tokoh baru yang menggemparkan dan yang sudah lama dia dengar namanya. Pula, dia belum menjadi hamba orang aneh ini. Dia mewakili semua saudaranya yang berjumlah tigabelas orang bersama dirinya, dan mereka adalah anak buah dari Tung-hai-liong (Naga Laut Timur) Ouwyang Cin, datuk besar yang menguasai lautan timur, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bahkan kekuasaannya diakui oleh para bajak laut Jepang dan para tokoh kang-ouw di sepanjang pantai laut timur. Tiba-tiba terdengar suara bercuitan, seperti burung malam, namun suara itu meninggi dan menggetarkan jantung. Mendengar suara ini si kedok hitam menggerakkan kepala, menoleh dan memandang ke arah pintu. Baru sekarang dia memperlihatkan perhatian, pada hal kedatangan delapan orang tadi disambutnya dengan sikap acuh saja. Kini sepasang matanya mengeluarkan sinar berseri seolah dia mengharapkan sesuatu yang menyenangkan akan terjadi. Memang berbeda gerakan kedua orang yang muncul sekarang ini. Berkelebatnya bayangan mereka hampir tidak nampak, seolah-olah ada dua iblis yang tiba-tiba muncul dari tiada. Tahu-tahu di situ telah berdiri dua orang yang aneh, baik wajah mereka, pakaian mereka, maupun sikap mereka. Yang seorang adalah pria yang usianya kurang lebih enampuluh tahun akan tetapi nampak jauh lebih muda dari pada usianya. Tubuhnya tinggi tegap dan mukanya berwarna aneh sekali, merah seperti dicat dengan darah! Pakaiannya sutera putih sehingga warna mukanya yang merah itu menjadi semakin cerah. Di punggungnya terdapat sebatang senjata golok yang punggungnya berbentuk gergaji. Dia adalah Angbin Moko (Iblis Jantan Muka Merah). Adapun orang kedua tentu saja Pek-bin Moli (Iblis Betina Muka Putih), wanita yang usianya satu dua tahun lebih muda, masih cantik dan ramping, akan tetapi mukanya sepucat muka mayat dan pakaiannya juga sutera putih seperti yang dipakai Ang-bin Moko. Wanita ini tidak memegang atau membawa senjata, akan tetapi sabuk yang melilit pinggangnya adalah seekor ular yang sudah mati dan itulah senjata yang ampuh! Sejenak kedua orang itu hanya berdiri memandang ke arah si kedok hitam, dan orang yang tadi acuh saja itu kinipun Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bangkit berdiri. Tubuhnya yang tinggi besar nampak gagah dan menambah kewibawaannya, apalagi karena pakaiannya yang serba hitam itu terbuat dari sutera yang halus. Diapun diam saja dan menyambut pandang mata kedua orang yang datang berkunjung itu dengan penuh selidik. "Ang-ko, inikah orang yang akan memberi pekerjaan dan memimpin kita?" Pek-bin Mo-li tiba-tiba bertanya kepada temannya. Suaranya nyaring tinggi dan lembut, namun mengandung suara dingin mengejek. "Ha..ha, agaknya benar, Pek-moi. Kita akan menjadi pembantu seorang yang bersembunyi di balik topeng" Ha..ha, lucu juga!" jawab Ang-bin Moko, juga suaranya mengandung ejekan dan memandang rendah. Pasangan ini memang terkenal sebagai pasangan iblis yang tidak pernah mengenal takut, memandang diri sendiri terpandai. Sekali ini mereka menerima undangan dari Yang Mulia, nama yang sudah mereka dengar dari para tokoh kangouw sebagai nama seorang pemimpin rahasia yang tidak sayang melimpahkan hadiah yang amat royal sebagai imbalan jasa seseorang akan tetapi yang juga tidak segan-segan untuk membunuh dengan amat kejam siapa saja yang menjadi penghalang. Mendengar ucapan sepasang iblis itu, si kedok hitam mendengus, dan suaranya yang sopan terpelajar seperti bangsawan tinggi itu terdengar penuh wibawa ketika dia bicara, "Kami mengenal nama besar Ang-bin Moko dan Pekbin Moli, dan sikap angkuh mereka memang mengesankan, akan tetapi kalau keangkuhan itu tidak mengandung kenyataan akan ilmu yang benar-benar tinggi, maka keangkuhan itu hanya akan menjadi bahan ejekan dan tertawaan belaka. Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli, melihat sikap kalian, kamipun meragu dan tidak akan berani Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ memperbantukan tenaga kalian tanpa lebih dahulu menyaksikan kemampuan kalian!" Sepasang iblis itu saling pandang dan alis mereka berkerut. Ucapan itu, betapapun halusnya, merupakan tantangan! Mereka maklum bahwa orang berkedok yang hanya dikenal dengan sebutan Yang Mulia ini selain memiliki ilmu kepandaian tinggi, juga mempunyai anak buah yang banyak sekali, terdiri dari orang-orang lihai yang tentu kini banyak bersembunyi di sekitar tempat itu. Mereka bukan orang-orang bodoh yang mencari perkara dan memancing kesulitan bagi mereka sendiri. Akan tetapi merekapun bukan orang-orang yang membiarkan setiap tantangan lewat tanpa menyambutnya. Ang-bin Moko menghadapi si kedok hitam dan matanya mengeluarkan sinar berkilat. "Yang Mulia, apakah ucapan Yang Mulia itu merupakan tantangan ataukah sekedar ujian?" Suara di balik kedok itu terkekeh, juga kekeh yang sopan. "Heh..heh, kalian berdua kami undang bukan untuk dijadikan musuh, melainkan diajak bekerja sama. Tentu saja kami hanya ingin menguji apakah sesuai benar tingkat kepandaian kalian dengan nama besar dan sikap kalian." "Bagus sekali!" Pek-bin Moli berteriak nyaring. "Siapa yang akan menguji kami dan bagaimana pula caranya?" sikap dan suaranya menantang dan mukanya yang sepucat muka mayat itu nampak cantik akan tetapi mengerikan, matanya jelilatan memandang ke sekeliling seolah mencari musuh. "Karena kalian merupakan orang-orang yang amat terkenal, biarlah kami yang akan menguji. Kalian boleh maju bersama dan kalau dalam sepuluh jurus kalian mampu mengalahkan kami, maka kalian boleh menjadi pembantu kami dengan menentukan sendiri besarnya upah kalian." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 6. Yang Mulia "Si Kedok Hitam" Sepasang iblis itu saling pandang dan keduanya menyeringai. Mengeroyok selama sepuluh jurus" Dan orang ini menjanjikan kalau mereka menang boleh menentukan sendiri besarnya upah mereka" Orang ini tentu gila, dan juga tentu kaya bukan main! "Bagaimana kalau kami gagal?" "Kalau kalian gagal dan tewas, kami akan menguburkan jenazah kalian baik-baik, akan tetapi kalau kalian gagal dan tidak tewas, kalian boleh menjadi pembantu kami, akan tetapi kami yang akan menentukan besarnya upah kalian." Kembali sepasang iblis itu saling pandang, dan mereka tertawa. Orang ini tentu gila, pikir mereka. Bagaimana mungkin dapat bertahan terhadap pengeroyokan mereka selama sepuluh jurus" Dan membayangkan kemungkinan dia dapat menewaskan mereka dalam sepuluh jurus. Gila! Tiba-tiba Ang-bin Moko tertawa bergelak. "Baik, kami setuju!" dan tanpa menggerakkan bibirnya, dia mengirim suara kepada Pek-bin Moli, kita lucuti kedoknya ........" Mengirim suara seperti itu hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki tenaga sakti yang amat kuat. Hanya getaran suara saja yang mengudara dan ditangkap oleh orang yang dikirimi suara, telinga lain tidak dapat mendengar apaapa. Akan tetapi, betapa kaget hati sepasang iblis itu ketika terdengar si kedok hitam berkata tenang. "Jangan harap kalian dapat melakukan niat itu! Nah, kalian mulailah!" tiba-tiba tubuh yang tinggi besar itu melayang ke Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kiri, ke arah ruangan yang cukup luas, tubuhnya berdiri tegak lurus dengan perut menggendut, hanya sepasang mata di balik kedok itu saja yang nampak hidup, mencorong dan penuh kewaspadaan. Sepasang iblis itu belum bergerak dari tempat mereka berdiri. Ang-bin Moko yang bersikap hati-hati segera bertanya. "Yang Mulia, selama sepuluh jurus ini, kita bertanding dengan tangan kosong ataukah bersenjata?" Si kedok hitam kembali terkekeh sopan. "Heh..heh, kami mendengar bahwa golok gergajimu dan sabuk ular Pek-bin Moli hanya untuk menakut-nakuti lawan saja, akan tetapi yang lebih ampuh adalah Toat-beng Tok-ciang dan Touw-kut-ci kalian. Be?narkah itu?" Kembali sepasang iblis itu saling pandang. Hebat juga orang ini. Tentu memiliki seribu telinga maka dapat mengetahui ilmu simpanan mereka. Dan setelah mengetahui, masih berani menantang mereka berdua untuk mengeroyoknya. Ini saja sudah membuktikan bahwa orang itu tentu memiliki sesuatu yang dapat dia andalkan untuk menandingi kedua ilmu baru mereka. Ang-bin Moko memberi isyarat kepada Pek-bin Moli dan keduanya menggerakkan tubuh. Bagaikan dua ekor burung rajawali, tubuh mereka melayang ke depan si kedok hitam. Gerakan mereka demikian ringan dan gesitnya, membuat mata di balik kedok itu bersinar-sinar gembira. Dia telah mendapatkan dua orang pembantu yang boleh diandalkan, pikir si kedok hitam. Dua orang ini jauh lebih pandai dibandingkan Cap-sha-kwi maupun Ngo-liong. Biarpun hanya melalui pandang mata, Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli sudah dapat saling memberi isyarat. Dua-orang ini memang kompak sekali, bukan saja mereka berdua berasal Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dari saudara seperguruan, akan tetapi mereka juga samasama merangkai ilmu-ilmu silat, dan lebih dari itu, hubungan mereka juga sebagai kekasih atau suami isteri. Setelah saling pandang memberi isyarat, kedua orang itu lalu mengerahkan tenaga sakti sehingga kedua tangan mereka, dari ujung jari sampai sebatas siku, berubah warnanya menjadi kehijauan. Itulah tandanya bahwa mereka telah mengerahkan tenaga dari ilmu Toat-beng Tok-ciang (Tangan Beracun Pencabut Nyawa). "Yang Mulia, waspadalah, kami akan menggunakan Toatbeng Tok-ciang," teriak Ang-bin Mo-ko. Bagaimanapun juga, diapun tahu bahwa orang berkedok ini memiliki banyak sekali anak buah yang tentu sudah siap di tempat itu. Kalau dia dan Pek-bin Moli kesalahan tangan sampai membunuh orang ini, tentu keadaan akan menjadi runyam dan mereka berdua dalam bahaya. Walaupun mereka tidak takut, akan tetapi menguntungkan bagi mereka, bahkan hanya merepotkan saja. Itulah sebabnya maka Ang-bin Mo-ko sengaja meneriakkan peringatan ini, hal yang biasanya tak pernah dia lakukan. Biasanya, kalau dia hendak membunuh atau menyerang orang, dia melakukannya dengan tiba-tiba dan tanpa memberi peringatan sama sekali. Maklum bahwa ilmu pukulan kedua orang itu memang berbahaya sekali, si kedok hitam juga tidak bersikap lengah atau memandang rendah. Dia berdiri dengan kedua kaki terpentang lebar, kokoh kuat seperti pagoda besi, kedua lutut ditekuk sehingga membentuk siku-siku, kedua lengannya disilangkan di depan dada, dengan jari tangan terbuka, akan tetapi kalau jari-jari tangan yang lain agak melengkung, kedua jari telunjuknya lurus menunjuk ke atas dan kedua jari tangan itu berubah warna, kini menjadi hitam seperti arang! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Melihat ini, kembali sepasang iblis itu saling pandang dan merekapun teringat akan adanya semacam ilmu yang amat berbahaya, yang disebut It-kok-ci (Jari Racun Tunggal) yang kabarnya merupakan ilmu yang amat hebat dan pernah dikuasai oleh seorang saja, yaitu keluarga Wan-yen yang menjadi orang kepercayaan kaisar-kaisar Mongol. Akan tetapi, mereka tahu bahwa pemilik ilmu itu sudah tewas dalam pertempuran ketika Kerajaan Mongol jatuh. Apakah orang ini telah mewarisi ilmu itu?" "Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli, aku telah siap!" kata si kedok hitam. Sepasang iblis itu lalu mengerahkan tenaga dan menggerakkan tangan mereka, memukul dari jarak jauh ke arah lawan. Terdengar bunyi bercuitan seperti beberapa ekor tikus yang terjepit atau ketakutan, mencicit dan makin lama semakin tinggi melengking. Dari kedua tangan mereka menyambar hawa pukulan yang amat kuat, menyambar ke arah jalan darah di tubuh lawan. Itulah Toat-beng Tok-ciang yang dapat membunuh orang dari jarak jauh dengan mudah. Seperti ada sinar yang tidak nampak meluncur ke arah tubuh si kedok hitam. Akan tetapi, orang ini dengan tenang, tanpa mengubah kedudukan kedua kakinya, juga menggerakkan kedua tangannya, dan menuding dengan gerakan menotok ke udara di depannya. Terdengar bunyi mendesir keluar dari jari-jari telunjuk yang hitam itu dan ada hawa menyambar keluar mengeluarkan uap pitam! Tenaga yang keluar dari kedua telunjuk ini seperti perisai menangkis hawa pukulan Toat-beng Tok-ciang sehingga pukulan jarak jauh itu terpental kembali. Tentu saja Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli terkejut dan merasa penasaran bukan main. Selama memiliki ilmu baru itu, belum pernah mereka gagal mempergunakannya. Dari Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ puluhan orang yang pernah mereka hadapi, baru seorang pemuda saja yang mampu mengelak dan menangkis Toatbeng Tok-ciang, yaitu Sin Wan murid Sam-sian. Akan tetapi pemuda itupun hanya mengelak dan menangkis dengan pukulan yang mengeluarkan uap putih, bukannya langsung menyambut dengan totokan jarak jauh seperti yang dilakukan si kedok hitam ini. Mereka mengerahkan tenaga dan melanjutkan serangan mereka, berbareng akan tetapi berpencar, mereka menyerang dari kanan kiri. Si kedok-hitam tetap mempergunakan totokan jarak jauh satu tangan yang mengeluarkan uap hitam, dan sampai lima jurus lamanya, kedua iblis itu sama sekali tidak pernah mampu Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mengenai sasaran dengan pukulan jarak jauh mereka, apa lagi merobohkan! Ang-bin Moko memberi isyarat kepada Pek-bin Moli dan kini keduanya berlompatan menerjang lawan dengan ilmu mereka yang kedua, yaitu Touw-kut-ci (Jari Penembus Tulang), ilmu totokan yang amat keji karena dilatihnyapun menggunakan banyak tengkorak manusia. Celakalah lawan yang terkena totokan jari tangan mereka. Jari tangan mereka dapat menembus tulang dan sekali mengenai kepala, jari-jari tangan itu akan menembus otak. Kini, sepasang iblis itu menyerang dengan Touw-kut-ci, keduanya mendesak dan mencari kesempatan untuk mencengkeram ke arah muka lawan. dan merenggut lepas kedok sutera hitam. Akan tetapi, si kedok hitam memang bukan orang sembarangan. Sebelum menantang sepasang iblis itu, tentu saja dia telah melakukan penyelidikan terlebih dahulu tentang kemampuan sepasang iblis itu. Dia tahu pula akan kedahsyatan Touw-kut-ci, dan dia memang sudah siap siaga menghadapi ilmu dari sepasang iblis itu. Karena itulah maka tadi dia sengaja menantang selama sepuluh jurus, karena kalau lebih lama dari itu, terpaksa dia harus Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menggunakan tangan maut untuk mencapai kemenangan. Kalau hanya sepuluh jurus, dia yakin akan mampu mempertahankan diri. Sepasang iblis itu menjadi terkejut bukan main ketika melihat betapa tubuh si kedok hitam itu berpusing seperti gasing dan dari putaran itu keluar angin menyambar-nyambar. Tubuh itu tidak nampak hanya bayangan hitam berpusing amat cepatnya. Karena ini, terpaksa serangan Touw-kut-ci tidak dapat diarahkan ke sasaran yang tepat, hanya ngawur saja asal mengenal tubuh lawan. Namun, betapa sukarnya mengenai tubuh yang berpusing itu karena dari situ terasa ada angin pukulan yang amat kuat menyambar-nyambar, bahkan dapat menyeret mereka seperti pusaran angin puyuh. Mereka berdua berusaha sekuatnya untuk memasukkan totokan dan mengenai tubuh lawan. Satu kali saja mengenai lawan, tentu jari mereka akan meninggalkan bekas dan berarti mereka menang. Akan tetapi, pada jurus ke lima ketika sepasang iblis itu menjadi lebih nekat untuk mencapai kemenangan pada jurus terakhir sehingga mereka menubruk ke depan menerobos putaran angin, tiba-tiba tubuh mereka terdorong dan terhuyung ke belakang oleh tangkisan lengan yang amat kuat mengenai lengan mereka dari samping. Mulamula Pek-bin Moli yang terdorong ke belakang, disusul Angbin Moko yang terhuyung. Putaran bayangan hitam itu berhenti dan si kedok hitam sudah berdiri tegak di depan mereka. Sepuluh jurus telah lewat dan mereka berdua harus mengakui bahwa selama itu, jangankan merobohkan si kedok hitam, menyentuh tubuhnyapun mereka tidak mampu. Diam-diam mereka terkejut dan menduga-duga siapa sebenarnya si kedok hitam yang amat lihai ini. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Bagus, bagus, kalian memang lihai sekali dan pantas menjadi pembantu utama kami," kata si kedok hitam. "Dalam sepuluh jurus, biarpun kalian tidak mampu mengalahkan kami akan tetapi kamipun sama sekali tidak sempat untuk balas menyerang. Untuk menyatakan kegembiraan hati kami, kami menghadiahkan benda ini kepada kalian, kalau kalian menerimanya, berarti kalian sanggup untuk membantu kami dengan setia." Si kedok hitam mengeluarkan dua butir mutiara hitam yang besar dan indah dari saku bajunya dan memberikan dua butir benda berharga itu kepada Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli dengan dilemparkannya kepada mereka. Sepasang iblis itu menangkap mutiara itu dan wajah mereka berseri. Mereka mengenal benda berharga dan kagum akan keroyalan si kedok hitam. "Kami telah mengaku kalah, mulai hari ini kami berdua siap melaksanakan semua perintah Yang Mulia," kata Ang-bin Moko sambil menyimpan mutiara hitam itu. "Hamba senang sekali dapat menghambakan diri kepada Yang Mulia, dengan harapan kelak kalau usaha Yang Mulia berhasil, tidak akan melupakan hamba," kata pula Pek-bin Moli dengan senang. "Tentu saja, kami tidaK pernah melupakan jasa seorang pembantu, juga tidak pernah membiarkan begitu saja mereka yang telah merugikan kami. Nah, silakan kalian duduk karena kita akan membicarakan urusan pekerjaan yang amat penting. Akan tetapi sebelum itu, ingin kami bicara dengan orang yang telah mengecewakan hati kami dan amat merugikan gerakan perjuangan kami." Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli mengambil tempat duduk, dan mendengar ucapan itu, dua orang yang datang lebih Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dahulu dan yang menderita luka di paha dan punggung, segera bangkit dari bangku dan menghampiri orang berkedok hitam, lalu menjatuhkan diri berlutut di depan kakinya dalam jarak empat meter lebih. "Hemm, kalian dua orang tolol, kalian bukan saja gagal melaksanakan tugas penting, akan tetapi juga bersikap pengecut, meninggalkan kawan sehingga tewas dan kalian melarikan diri. Begitukah sikap orang-orang yang telah menjadi pembantu dan anak buah kami?" "Ampun, Yang Mulia. Kami ...... tidak kuat menghadapi pengeroyokan banyak pengawal......." kata seorang di antara mereka yang luka pahanya. "Kami sudah berusaha sekuat tenaga dan gagal, mohon paduka mengampuni kami," kata orang kedua yang terluka punggungnya. Sepasang mata di balik kedok itu berkilat. "Enak saja kalian minta ampun. Kalian telah bertindak ceroboh sehingga menggagalkan tugas, bahkan membahayakan kedudukan kita semua dengan pelarian kalian ini. Kalian tidak patut berada di sini dan tidak pantas menjadi angguta perjuangan kita. Kalau kalian berhasil dalam tugas, selalu kami memberi hadiah besar, sekarang kalian gagal, bahkan melarikan diri, tahukah kalian apa hukumannya?" Dengan tubuh gemetar dua orang itu membenturbenturkan dahi di lantai sambil minta ampun. Akan tetapi, si kedok hitam itu menggerakkan kedua tangannya, telunjuknya berubah hitam arang dan ditudingkan ke arah kedua orang itu. Seperti ada sinar hitam mencuat dari kedua jari telunjuk itu, menyambar ke depan, ke arah kepala dua orang itu. Mereka terjengkang, tanpa mengeluarkan suara lagi karena mereka telah tewas dengan muka berubah hitam arang! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Melihat ini, sepasang iblis itu terkejut. Mereka bertahuntahun melatih diri dengan Touw-kut-ci mempergunakan banyak tengkorak, kini mereka melihat ilmu tusukan jari tangan dari jarak jauh yang teramat dahsyat, jauh lebih dahsyat dibandingkan Touw-kut-ci mereka. Hal itu saja membuat mereka semakin tunduk, maklum bahwa mereka berhadapan dengan orang sakti yang pantas menjadi pimpinan mereka. Melihat ini, Bu-tek Kiam-mo bangkit berdiri dari bangkunya dengan alis berkerut. Dia bukan anak buah si kedok hitam, dan dia datang sebagai utusan Tung-hai- liong, datuk yang kekuasaannya seperti raja saja di lautan timur. Melihat hukuman yang dijatuhkan kepada dua orang itu, dia merasa penasaran. "Yang Mulia, apa yang harus saya laporkan kepada majikan saya melihat hukuman ini" Apakah kalau kelak kami gagal dalam tugas, kamipun akan dihukum mati seperti ini?" Si kedok hitam mengangkat tangan kiri ke atas sebagai isyarat dan nampak bayangan empat orang berkelebat masuk. Tanpa banyak bicara lagi, empat orang itu menggotong pergi jenazah kedua orang yang mendapat hukuman tadi. Barulah si kedok hitam menghadapi Bu-tek Kiam-mo. "Bu-tek Kiam-mo, engkau salah mengerti. Dua orang ini adalah anak buah kami, dan di antara kami sudah ada peraturan yang tidak bolen dilanggar. Kalian yang hadir ini lain lagi, bukan anak buah kami melainkan sahabat yang akan diajak bekerja sama. Tentu saja peraturan yang dikenakan kepada anak buah kami tidak berlaku untuk kalian. Yang dihukum bukan hanya kegagalan mereka, akan tetapi karena mereka berdua melarikan diri dan meninggalkan seorang rekan yang tewas. Nah, mengertikah engkau sekarang?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Bu-tek Kiam-mo mengangguk dan duduk kembali. Tentu saja dia tidak dapat mencampuri urusan dalam antara si kedok hitam dan anak buahnya, seperti juga majikannya yang tidak kalah kejamnya dibandingkan dengan apa yang dilakukan si kedok hitam terhadap anak buahnya tadi. Setelah mereka duduk, dua orang anak buah si kedok hitam datang menyuguhkan arak dan makanan kecil, lalu mereka meninggalkan ruangan itu pula. Coa Ok, orang pertama dari Hek I Ngo-liong tak dapat menahan keinginan tahunya dan bertanya "Yang Mulia, tugas apakah yang telah gagal dilakukan tiga orang anak buah paduka itu?" Semua orang mendengarkan penuh perhatian, ingin tahu jawaban orang aneh yang penuh rahasia itu. "Kami mengirim tiga orang anak buah kami menyusup ke istana Raja Muda Yung Lo untuk membunuhnya. Akan tetapi, mereka bukan hanya gagal, bahkan seorang yang kami percaya memiliki kemampuan, telah tewas dan dua orang tadi melarikan diri membawa luka-luka." Mendengar ini, Coa Ok yang berwatak sombong itu tersenyum menyeringai. "Heh, kalau hendak membunuhnya, kenapa harus menyusup ke istana di mana terdapat banyak pengawal" Serahkan saja kepada kami. Kami akan menghadang dan raja muda itu keluar dari istana, kami akan sanggup membunuhnya!" Akan tetapi si kedok hitam mengangkat tangan dan menggeleng kepala. "Tidak selain mereka kini tentu lebih waspada dan melakukan penjagaan juga kami telah mengubah siasat. Setelah mendengar hasil penyelidikan jaringan mata-mata kami di kota raja selatan, dan setelah menerima pesan dari Pangeran Thian-cu (Anak Langit), siasat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kami berubah sama sekali. Kami tidak lagi menggunakan kekerasan melainkan mengatur siasat yang halus." "Siapakah Pangeran Thian-cu?" tanya Pek-bin Moli. "Siasat apa yang akan dipergunakan dan apa pula tugas kami?" tanya Coa Ok mewakili semua saudaranya. "Dan pesan apa yang harus saya sampaikan kepada majikan saya Naga Lautan Timur?" tanya Bu-tek Kiam-mo. "Tenanglah dan dengarkan penjelasanku. Juga engkau Butek Kiam-mo, dengarkan baik-baik agar kelak dapat kaulaporkan kepada majikanmu. Kalian tentu tahu siapa Kaisar Thai-cu yang telah memberontak terhadap Kerajaan Goan (Mongol). Dia tadinya bernama Chu Goan Ciang dan siapa dia" Seorang petani! Bayangkan saja. Seorang petani busuk menjadi kaisar dan akan memerintah kita! Bagaimana mungkin kita dapat direndahkan sampai seperti itu" Tidak! Kita harus mengenyahkan kekuasaan para petani busuk itu" "Maaf, Yang Mulia," kata Ang-bin Moko. "Akan tetapi, bagaimana kita akan dapat melakukan hal itu" Kaisar Thai-cu telah membangun Kerajaan Beng, dan memiliki pasukan besar yang amat kuat. Bagaimana kita mampu melawan sebuah kerajaan yang memiliki pasukan besar?" Semua orang mengangguk membenarkan pendapat Angbin Moko itu. Merekapun akan pikir-pikir dulu kalau diharuskan melawan pasukan pemerintah yang ratusan ribu jumlahnya. "Heh..heh, kita tidak begitu bodoh. Kalau dengan jalan kekerasan tidak mungkin, masih banyak jalan yang lebih halus. Dan baru saja kami mendapat keterangan dari para penyelidik. Kalian dengarkan baik-baik siasat yang akan kami atur." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dengan suara yang halus dan jelas, si kedok hitam lalu menggambarkan rencana siasatnya. Mula-mula dia menceritakan keadaan keluarga kaisar, betapa kaisar telah mengangkat pangeran Yung Lo menjadi raja muda di Peking karena pangeran ini memang ahli dalam mengatur pasukan untuk menahan gelombang serangan orang-orang Mongol yang hendak merebut kembali kekuasaannya di selatan. "Nah, Raja Muda Yung Lo, walaupun bukan pangeran sulung, bukan pangeran mahkota karena dia lahir dari selir, tentu saja menganggap dirinya sebagai pangeran yang paling gagah, paling cakap untuk kelak menggantikan ayahnya. Akan tetapi dia harus mengalah terhadap Pangeran Mahkota, putera pertama kaisar dari permaisuri, yaitu Pangeran Chu Hui San yang telah ditetapkan kelak menggantikan ayahnya karena diapun merupakan putera sulung. Dan di antara kedua pangeran ini seperti terdapat persaingan, dan akan mudah dicetuskan api permusuhan antara Raja Muda Yung Lo dan kakaknya, Pangeran Mahkota Chu Hui San. Inilah jalan yang kami maksudkan, cara halus yang kalau berhasil, jauh lebih menguntungkan dari pada sekedar penyerbuan dan pertempuran." "Akan tetapi bagaimana caranya, Yang Mulia" Kami berdua masih belum jelas benar, walaupun sudah mengerti apa yang paduka maksudkan dengan cara yang halus tanpa kekerasan itu," kata Pek-bin Moli. "Jalan satu-satunya adalah melakukan penyusupan ke dalam istana Pangeran Mahkota. Kita harus mengobarkan persaingan itu menjadi permusuhan. Sukar untuk mempengaruhi Raja Muda Yung Lo karena wataknya keras dan dia dapat berbahaya. Akan tetapi, Pangeran Chu Hui San adalah seorang pangeran yang lemah dan kita akan dapat mempengaruhinya. Nah, menyusup ke istana Pangeran Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Mahkota dan mempengaruhinya merupakan satu di antara tugas kita. Ada pula tugas lain yang tidak kalah pentingnya." "Apakah tugas itu, Yang Mulia?" tanya Ang-bin Moko. "Kami lebih menyukai tugas yang membutuhkan kekuatan. Menyusup ke istana dan bermain sandiwara terlalu sukar bagi kami." "Heh..heh, kami juga tidak akan mengutus kalian Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo melakukan penyusupan ke istana, Moko. Kalian berdua dikenal oleh para tokoh persilatan, dan kalau para tokoh mengetahui kalian menyusup ke istana pangeran Mahkota, tentu kalian akan dicurigai. Tidak, kalian lebih tepat untuk tugas kedua, yaitu berusaha merebut kedudukan bengcu (pimpinan) yang akan diadakan oleh para datuk persilatan beberapa bulan mendatang di puncak Thai-san. Kalian harus dapat merebut kedudukan bengcu sehingga dengan mudah kita akan mendapat dukungan dari dunia persilatan kalau saatnya tiba bagi kita untuk bergerak." Sepasang iblis itu saling pandang dan mereka terbelalak. "Wah, kami sendiripun sejak dulu berkeinginan menjadi bengcu dan kami berlatih keras untuk dapat mengikuti pemilihan bengcu. Akan tetapi, Yang Mulia, kami tahu bahwa tidaklah mudah untuk menjadi orang yang paling tangguh. Banyak orang sakti akan mengikuti pemilihan itu, dan mereka memiliki pendukung, sedangkan kami tidak." "Heh..heh, kami dapat mempersiapkan pendukung yang amat banyak. Kami berdiri di belakang kalian, dan akan kami usahakan sedapatnya agar kalian yang menang. Selain itu, juga kami akan mengirim pembantu untuk menyusup ke dalam perkumpulan pengemis. Kalau kita dapat menguasai para kai-pang, mereka dapat menjadi pendukung yang besar jumlahnya dan kuat. Nah, sekarang sudah ada tiga macam tugas kita. Pertama, menyusup ke istana Putera Mahkota. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kedua, mencoba untuk menguasai kai-pang (perkumpulan pengemis), dan ke tiga, berusaha meraih gelar bengcu agar dapat menguasai dunia kangouw. Untuk yang ke empat, kami sendiri yang akan mengaturnya, yaitu menyambut kedatangan Yang Mulia Pangeran karena beliau sendiri yang akan memimpin kita agar perjuangan ini berhasil baik." "Yang Mulia Pangeran?" Ang-bin Moli berseru heran. "Siapakah beliau" Dan siapa pula paduka" Mengapa paduka selalu menyembunyikan wajah di balik kedok" Tidak enak rasanya bagi kami tidak mengenal siapa pemimpin kami. Dan Yang Mulia Pangeran itu, diakah pemimpin kita yang utama?" Si kedok hitam mengangguk-angguk. "Pertanyaan yang pantas dan memang kalian perlu mengetahui agar tidak raguragu lagi. Ketahuilah bahwa perjuangan kita ini dipimpin langsung oleh Pangeran Yaluta yang mulia, bijaksana dan memiliki ilmu kepandaian tinggi. Beliau yang menjadi pemimpin besar dan selama ini beliau mewakilkan kepada kami. Karena aku tidak ingin dikenal agar aku dapat bergerak dengan leluasa, maka aku memakai kedok sutera hitam. Kini, Yang Mulia Pangeran merasa sudah tiba saatnya beliau sendiri yang memimpin langsung, maka beliau akan datang. Kelak, kalau beliau sudah datang, akan kami perkenalkan kepada kalian semua. Sekarang, mari kita membagi tugas masingmasing." Si kedok hitam lalu mengatur siasat, membagikan tugas kepada mereka semua dengan teliti sekali. Melihat cara kerja si kedok hitam, sepasang iblis itu kagum karena siasat itu rapi dan seperti siasat seorang panglima perang saja. Kepada Bu-tek Kiam-mo, si topeng hitam itu memberi kiriman benda-benda berharga untuk dihadiahkan kepada Tung-hai-liong Ouwyang Cin, juga diharapkan bantuan datuk itu agar cita-cita Pangeran Yaluta dapat terkabul, yaitu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menjatuhkan kaisar petani seperti yang disebut oleh si kedok hitam dan mendirikan kembali Kerajaan Goan yang sudah runtuh. Harta dan kedudukan merupakan dua kesenangan yang amat kuat daya pengaruhnya terhadap manusia. Demi mengejar kedudukan dan harta, manusia lupa diri dan tidak segan melakukan perbuatan apapun juga. Membunuh, merampok, menipu, berkhianat, apa saja akan dilakukan demi mendapatkan harta atau kedudukan yang diinginkannya. Kalau sudah begini, manusia kehilangan harga dirinya sebagai manusia, sebagai mahluk yang mendapatkan anugerah paling besar dari Sang Pencipta. Manusia sudah menjadi budak, menjadi hamba dari kesenangan, hamba dari nafsunya sendiri. Manusia lupa bahwa menghambakan diri, bertekuk lutut kepada nafsu merupakan sumber segala malapetaka dalam kehidupan, sumber sengketa, sumber derita sengsara. Harta kekayaan yang tadinya dibayangkan sebagai sumber segala kesenangan, akhirnya hanya menjadi sumber kegelisahan, takut akan kehilangan, sumber sengketa dan perebutan, dan kesenangan yang dihasilkan oleh adanya harta hanya menjadi kesenangan palsu yang membosankan. Pengejaran terhadap harta dan kedudukan membutakan hati merusak pertimbangan, membuat kita tidak sadar bahwa kita telah melakukan hal-hal yang amat tidak baik, jahat atau merugikan orang yang pada akhirnya akan membuahkan buah yang pahit, yang harus kita makan sendiri. Kita terkadang silau oleh tujuan, buta akan cara yang kita pergunakan untuk pengajaran mencapai tujuan itu. Bagaimana mungkin cara yang kotor bisa menghasilkan sesuatu yang bersih" Tujuan merupakan akibat, merupakan hasil daripada caranya. Cara tidak terpisah dari hasilnya. Kaisar Thai-cu, pendiri Kerajaan Beng (Terang) adalah seorang yang pandai. Biarpun ia terlahir sebagai anak petani, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ namun berkat pengalaman dan kepemimpinannya, dia berhasil menyusun kekuatan, menarik dukungan hampir seluruh rakyat dan akhirnya berhasil pula menumbangkan kekuasaan Mongol yang sudah menjajah selama hampir seratus tahun itu. Dan diapun maklum bahwa orang-orang Mongol tentu saja tidak rela melepas kekuasaan mereka dan pasti mereka akan selalu berusaha untuk merebut kembali tahta kerajaan. Oleh karena itu, maka diapun mengangkat puteranya yang sejak muda memiliki kemampuan seperti dia, yaitu pandai mengatur pasukan, Pangeran Yung Lo, sebagai raja muda di Peking sehingga puteranya itu akan menjamin bahwa orangorang Mongol tidak akan menyeberangi Tembok Besar. Juga dia mengerahkan kekuatan untuk melakukan penjagaan di perbatasan, mempertanankan kedaulatan Kerajaan Beng. Untuk tugas-tugas ini, dia memiliki banyak pembantu. Para panglimanya adalah orang-orang yang cakap, di antaranya yang menjadi orang kepercayaannya adalah Jenderal Shu Ta dan Jenderal Yauw Ti. Kedua orang jenderal ini merupakan panglima-panglima perang yang pandai dan merekalah yang mengatur semua penjagaan, walaupun keduanya tetap tinggal di kota raja. Jasa keduanya amat besar dalam meruntuhkan Kerajaan Goan (Mongol), maka kaisar memberi mereka kedudukan tinggi yang membuat mereka berdua dapat menetap di kota raja dan sekali-sekali saja melakukan peninjauan ke perbatasan. Di kalangan sipil, Kaisar Thai-cu juga mempunyai banyak menteri yang pandai. Seorang kaisar memang harus dapat mempergunakan orangorang pandai kalau dia menghendaki kemajuan dalam pemerintahan yang dikendalikannya. Kaisar Thai-cu yang kini telah berusia enam puluh tahun itu mempunyai banyak anak dari para selirnya, akan tetapi dari permaisuri, dia hanya mempunyai seorang putera, yaitu Pangeran Chu Hui San yang diangkat menjadi putera Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mahkota. Hanya ada satu hal yang kadang merisaukan hati sang Kaisar, yaitu melihat betapa puteranya yang menjadi Pangeran Mahkota itu dianggapnya tidak memiliki kewibawaan dan kekuatan yang patut membuat dia menjadi calon kaisar, tidak seperti puteranya yang kini menjadi raja muda di Peking. Pangeran Mahkota yang sudah berusia empatpuluh tahun itu lemah dan hanya berfoya-foya saja, sama sekali tidak memperdulikan urusan pemerintah. Padahal, Putera Mahkota itu sudah cukup dewasa, bukan kanak-kanak lagi. Dia sudah mempunyai beberapa orang anak, dari isterinya mempunyai seorang anak laki-laki yang sudah berusia enam tahun dan bernama Pangeran Chu Song, sedangkan dari para selirnya, dia juga mempunyai beberapa orang anak. Bahkan ada puterinya yang sudah berusia delapanbelas dan tujuhbelas tahun. Namun, tetap saja Pangeran Mahkota ini berwatak kekanak-kanakan dan selalu mengejar kesenangan. Tidak mengheran?kan apabila dia dikelilingi penjilat-penjilat yang memanfaatkan kelemahannya untuk mendapatkan keuntungan darinya. Pangeran Chu Hui San hidup bermewahmewah, setiap hari hanya berpesta, bermain judi, bahkan dia terkenal sekali di antara rumah-rumah pelesir yang dikunjunginya secara diam-diam dan menyamar, tentu saja atas anjuran para penjilat yang menjadi teman-temannya, yaitu para pemuda bangsawan putera para pejabat tinggi di kota raja. Pangeran Mahkota dan teman-temannya itu merupakan sebuah gerombolan bangsawan yang mempunyai tukangtukang pukul sendiri, dan kadang mereka melakukan hal-hal yang tidak pantas seperti merampas barang berharga yang mereka senangi dari siapa saja, dan tidak jarang mereka merampas seorang gadis cantik dan menculiknya dengan kekerasan. Tak seorangpun berani menentang mereka, karena pemimpin gerombolan itu adalah Pangeran Mahkota! Bahkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tidak ada yang berani melapor kepada kaisar yang amat menyayang putera mahkota ini, sehingga kaisar sendiri tidak tahu akan sepak terjang calon penggantinya itu. 7. Pangeran Mongol Ya Lu Ta MEMANG sesungguhnya, tidak ada yang sempur?na di seluruh alam mayapada ini kecuali Tuhan Yang Maha Sempurna. Tidak ada seorangpun yang hidupnya mulus tanpa cacat. Tidak ada hati yang selalu mengenal senang tanpa mengenal susah. Kaisar Thai-cu memang dari luar nampak hidup penuh kesenangan, penuh kebahagiaan. Dia merupakan pendiri sebuah kerajaan baru yang berhasil. Hidup penuh kemuliaan sebagai kaisar, orang yang paling tinggi kedudukannya di antara ratusan juta manusia. Dia tidur di atas puncak kekuasaan, berenang di lautan kemewahan. Berkuasa, mulia, terhormat, kaya raya, mempunyai banyak isteri dan banyak anak. Lengkap semua! Itu hanya nampaknya saja bagi orang lain. Namun, betapa kaisar yang satu ini seringkali termenung bertopang dagu memikirkan keadaan putera mahkota, tidak ada yang tahu! Betapa hatinya seringkali gelisah, khawatir kalau-kalau kerajaan yang dibangunnya itu tidak akan bertahan, tidak akan berkembang menjadi besar dan jaya. Betapa dia selalu dirongrong oleh berita tentang pemberontakan di perbatasan, tentang usaha orang Mongol yang hendak merebut kembali kekuasaan, negara-negara tetangga di selatan dan barat yang tidak mengakui kedaulatan Kerajaan Beng, dan para bajak laut yang mengacau di sepanjang pantai timur. Tentang pejabat yang korup, pengkhianat, dan masih banyak hal lagi yang cukup membuat kaisar merasa hidupnya tidak berbahagia! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Nafsu itu seperti api, selalu mencari bahan bakar, tak pernah berhenti selama ada yang dilahapnya. Yang sudah dibakar, ditinggalkannya menjadi abu, tak dihiraukannya lagi karena selalu disibukkan mencari bahan bakar baru. Kalau kita sudah dikuasai nafsu, kita selalu mengejar sesuatu yang belum kita miliki. Yang sudah kita miliki terlupa, tidak lagi nampak keindahannya, tidak lagi menyenangkan, bahkan ada kalanya membosankan. Yang nampak indah menarik dan dianggap menjadi sumber kesenangan hanyalah yang belum diperoleh, seperti api yang selalu tertarik kepada sesuatu yang belum dijamahnya. Nafsu membuat segala sesuatu hanya nampak indah menyenangkan bagi yang belum memiliki! Akan tetapi yang sudah memiliki, menjadi bosan dan yang dimiliki itu segera kehilangan daya tariknya. Hanya mereka yang tidak kaya saja yang menganggap bahwa kaya raya itu amat membahagiakan, sebaliknya, yang sudah kaya raya kehilangan apa yang digambarkan oleh yang belum kaya itu. Hanya yang tidak memiliki kedudukan menganggap bahwa yang berpangkat tinggi itu senang dan bahagia, namun seringkali dia tersiksa justeru oleh kedudukannya itu. Orang yang tinggal di kota rindu kepada gunung, sebaliknya yang tinggal di gunung rindu kepada kota! Demikianlah bekerjanya nafsu, mendorong kita untuk tidak merasa puas dengan keadaan yang ada, selalu haus akan hal yang belum kita miliki. Ini memang wajar. Nafsu memang amat berguna bagi kehidupan kita. Nafsu yang membuat kita maju dan bertumbuh, membuat kita "hidup". Namun, kalau dia menjadi alat, menjadi hamba kita. Kalau terjadi sebaliknya, kita yang diperhamba, celakalah! Kita akan menjadi robot, dan kita kehilangan pertimbangan, mau saja dituntun melakukan perbuatan yang jahat atau tidak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ benar hanya untuk memuaskan nafsu mendapatkan hal-hal yang kita inginkan. Seperti api yanq terus menjalar mencari bahan bakar baru, melupakan dan meninggalkan yang lama. Namun kaisar Thai-cu adalah seorang yang gigih, tidak pernah menyerah kepada segala macam kesukaran. Dia selalu berusaha menanggulangi segala masalah. Dia seorang yang sadar akan romantika kehidupan. Hidup memang merupakan perjuangan, di mana tantangan datang dari segala penjuru dan di segala saat. Bahaya dan tantangan berdatangan, dan justeru itulah romantika kehidupan. Betapa akan hampa dan haramnya penghidupan ini tanpa adanya tantangan! Betapa akan membosankan siang hari tanpa adanya malam! Rasa manispun akan memuakkan tanpa adanya rasa pahit dan lain-iain. Hidup adalah perjuangan menghadapi semua tantangan. Melarikan diri dari tantangan hidup berarti sudah tigaperempat mati. Kita harus menghadapi kenyataan yang ada, berani menghadapi tantangan yang datang menimpa. Menghadapi tantangan, menanggulangi atau mengatasi tantangan, itu seni kehidupan! Kita harus mempergunakan segala daya yang ada pada kita, setiap anggauta jasmani, hati akal pikiran, untuk menanggulangi segala masalah kehidupan, persoalan lahiriah dah mengatasinya, memenangkannya. Mengenai batiniah, Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kerohanian, kita serahkan saja kepada Tuhan! Percaya, menyerah dengan sabar, ikhlas, tawakal. Rohani adalah kuasa Tuhan, akan tetapi urusan jasmani adalah tugas kewajiban kita sendiri. Kaisar Thai-cu tak pernah tunduk terhadap segala kesukaran yang berdatangan semenjak dia menjadi kaisar. Bukan saja dia memilih para pembantu yang pandai untuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dijadikan pejabat yang bijaksana, akan tetapi dia bahkan tidak melupakan para tokoh di dunia persilatan untuk memanfaatkan tenaga mereka. Dia tahu benar bahwa para pendekar yang tidak mau memegang jabatan merupakan orang-orang yang dapat berjasa banyak demi lancarnya roda pemerintahannya. Oleh karena itu, dia selalu menghubungi mereka untuk dimintai pendapat, nasihat dan bahkan bantuan. Ketika banyak pusaka istana lenyap dari gudang istana, belasan tahun yang lalu, dia juga minta bantuan para tokoh persilatan, bahkan kemudian, Sam-sian (Tiga Dewa) yang berhasil mendapatkan kembali kumpulan pusaka yang dicuri oleh mendiang Se Jit Kong itu. Kemudian dia mendengar akan adanya usaha orang-orang Mongol untuk menyebar mata-mata yang mungkin akan membahayakan, maka diapun segera mengirim utusan mencari dan mengundang Sam-sian untuk datang menghadap. Akan tetapi, yang datang menghadap hanya Ciusian seorang, karena dua orang rekannya, Kiam-sian dan Pekmau-sian, telah meninggal dunia. Kaisar Thai-cu lalu minta bantuan Ciu-sian untuk menanggulangi dan menyelidiki gerakan jaringan mata-mata Mongol. Ciu-sian menyanggupi, akan tetapi dia merasa tua, maka dia mewakilkan pelaksanaan tugas penting yang berat itu kepada muridnya, yaitu Sin Wan. 0o0 Bayangan merah muda itu meluncur cepat menuruni lembah gunung sebelah timur. Baru setelah ia berhenti di tepi padang rumput kehijauan, nampak jelas bahwa ia seorang gadis yang berpakaian serba merah muda. Seorang gadis yang cantik manis, dengan wajah yang cerah, sepasang mata yang berkilat tajam, mulut yang mungil terhias senyum mengejek dan mulut itu dihias lesung pipi yang manis sekali. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ia mengagumi pemandangan alam yang indah di pagi itu, menghirup udara yang sejuk hangat sehingga cuping hidungnya yang tipis nampak kembang kempis. Tubuhnya ramping padat dengan lekuk liku sempurna karena ia seorang gadis muda usia. Sesungguhnya, usianya sudah duapuluh dua tahun, akan tetapi takkan ada orang menyangka begitu, tentu ia akan disangka berusia paling banyak delapanbelas tahun. Begitu segar berseri, anggun seperti setangkai bunga yang baru merekah dihembus semilirnya angin gunung, bermandi embun dan sinar matahari pagi. Pakaiannya ringkas, namun pakaian berwarna merah muda itu terbuat dari sutera yang mahal. Tubuhnya terbungkus ketat sehingga nampak jelas tonjolan dan lekukannya. Rambut kepalanya digelung ke atas dan diikat dengan pita berwarna hijau dan kuning, tusuk sanggulnya terbuat dari emas berbentuk burung merak yang indah. Kakinya yang kecil memakai sepatu dari kulit hitam mengkilap. Di punggungnya terdapat buntalan pakaian dan sebatang pedang melintang di bawahnya dengan gagang di belakang pundak kanan. Gadis itu adalah Tang Bwe Li atau yang biasa disebut Lili. Setelah menerima tugas dari sucinya, ia meninggalkan Bukit Ular tempat tinggal suhunya, See-thian Coa-ong Cu Kiat, dan hatinya merasa riang gembira. Tidak saja ia merasa seperti seekor burung bebas lepas di udara, dapat melakukan apa saja sekehendak hatinya tanpa harus mentaati perintah siapapun, menjadi majikan dirinya sendiri, akan tetapi juga ia merasa dirinya penting sekali. Sucinya yang lihai dan yang semula malah menjadi gurunya itu, yang merawat dan mendidiknya sejak ia kecil, sucinya yang amat dihormati dan disayangnya, begitu percaya kepadanya untuk mewakili membalas dendam kepada seorang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ laki-laki yang dianggap telah menghancurkan kehidupan sucinya! Dan ia akan menunaikan tugas itu dengan baik. Ia harus dapat melaksanakan balas dendam itu, demi sucinya ia rela mempertaruhkan nyawanya. Tidak aneh kalau Lili merasa bebas dan gembira. Ia penuh kepercayaan kepada diri sendiri dan pada saat itu, ia memang merupakan seorang gadis yang telah memiliki ilmu kepandaian tinggi. Dahulu, ketika ia belum digembleng oleh See-thian Coa-ong sendiri yang ketika itu adalah kakek gurunya, ia sudah merupakan seorang gadis yang sukar dicari bandingnya dalam ilmu silat. Apalagi sekarang, setelah menerima gemblengan datuk itu, ilmu kepandaiannya meningkat dengan cepatnya sehingga kini tingkatnya hampir sejajar dengan Bi-coa Sianli Cu Sui In, bekas gurunya yang kini menjadi sucinya. Dengan ilmu kepandaian sehebat itu, tentu saja Lili merasa kuat dan penuh kepercayaan kepada diri sendiri, apalagi memang pada dasarnya ia seorang gadis yang pemberani bahkan tidak mengenal artinya takut. Sudah belasan hari ia meninggalkan Bukit Ular dan selama itu ia sudah melewati banyak gunung, padang rumput, gurun dan lembah yang amat sukar dilalui. Juga banyak ia melewati perkampungan bermacam suku bangsa, namun tidak pernah ada gangguan. Pagi hari ini, dengan gembira ia menuruni bukit menuju ke sebuah dusun yang tadi sudah dilihatnya dari puncak bukit itu. Perutnya terasa lapar pagi itu, dan perjalanan sejak matahari terbit tadi menambah rasa laparnya. Di dusun bawah sana tentu ia akan dapat membeli sesuatu untuk sarapan. Bekal makanan yang masih ada dalam buntalan di punggungnya hanya roti kering dan daging asin, untuk minum hanya ada air Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ putih. Ia ingin sarapan makanan yang hangat seperti bubur, dan ingin minum air teh panas-panas. Ketika ia menuruni lembah terakhir dan tiba di sebuah tikungan, ia mendengar suara banyak orang dan melihat bahwa di depan sana terdapat banyak orang sedang mengaso, duduk di bawah pohon-pohon dan batu-batu besar. Banyak di antara mereka berada di balik pohon dan rumpun semak belukar, maka ia tidak dapat melihat jelas berapa banyaknya orang yang berada di sana dan sedang apa mereka itu. Akan tetapi, tiba-tiba dua orang laki-laki sudah meloncat dan berdiri di depannya. Lili memperhatikan mereka. Dua orang ini bertubuh tinggi besar dan memakai topi bulu putih. Mereka kelihatan kokoh kuat, dan keduanya memandang kepadanya seperti dua ekor srigala kelaparan melihat seekor kelinci gemuk. Mata mereka seperti hendak menelannya bulat-bulat, bahkan seorang di antara mereka, yang kumisnya panjang menjuntai ke bawah, terang-terangan menjulurkan lidah dan menjilati bibir sendiri seperti seekor anjing mengilar melihat sepotong tulang. Orang ke dua, yang mukanya bopeng karena cacar, menyeringai dan nampak giginya yang besar-besar dan hitam. Agaknya orang ini pecandu rokok yang berat atau pengunyah tembakau. Lili adalah seorang gadis cantik yang usianya duapuluh dua tahun dan sudah banyak melakukan perjalanan, dan mengalami banyak gangguan dari para pria yang mata keranjang. Tentu saja sekilas pandang dara ini tahu bahwa ia berhadapan dengan dua orang pria yang kurang ajar. "Hemm, kalian ini pringas-pringis seperti monyet, mau apa?" Lili bertanya, dan senyumnya tambah mengejek. "Heh..heh, aku mau mencium kamu!" kata si kumis bergantung. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 'Ha..ha, dan aku mau memeluk kamu!" kata si muka bopeng. Mulut itu masih tersenyum, mata itu masih bersinar-sinar, akan tetapi cuping hidung tipis itu kembang kempis. Dua orang itu mengira bahwa gadis manis di depan mereka menyambut dengan gembira, tidak tahu bahwa kalau cuping hidungnya sudah kembang kempis, itu tandanya Lili mulai marah. "Benarkah kalian hendak memeluk dan mencium?" tanya Lili suaranya masih ramah. "Heh..heh, mari beri aku sebuah ciuman manis, sayang!" kata si kumis. "Mari rebah dalam pelukanku yang hangat, manis!" kata si bopeng. Tiba-tiba tubuh Lili bergerak dengan kecepatan yang tak dapat diikuti pandang mata, hanya terdengar ia berkata, "Nah, ciumlah sepatuku ini dan peluklah tanah!" Ucapannya itu disusul gerakan kaki menendang mulut si kumis dan tangan kiri menampar tengkuk si bopeng. "Dukk! Plakk ......!" Dua orang itu terpelanting. Si kumis terjengkang oleh sambaran kaki, mulutnya benar-benar mendapat ciuman sepatu yang keras sehingga bibirnya pecah-pecah berdarah, beberapa buah giginya rontok! Sedangkan si bopeng terpelanting dan jatuh menelungkup, memeluk dan mencium tanah dalam keadaan puyeng karena bumi rasanya berputar, dadanya sesak dan sukar bernapas. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Heiiii .....! Gadis liar, apa yang kau lakukan itu?" terdengar bentakan orang dan nampak lima orang sudah berlari ke tempat itu. Mereka juga mengenakan topi bulu yang berwarna putih dan melihat dua orang rekan mereka roboh dan mengaduh-aduh, apalagi melihat si kumis megap-megap dengan mulut remuk berdarah, mereka marah sekali. "Kalian ingin seperti mereka?" Lili bertanya dengan sikap mengejek dan suaranya masih ramah dan lembut. Ia memang memiliki suara yang basah, seperti orang berbisik mesra. Tentu saja lima orang itu menjadi marah sekali. "Gadis liar dan sombong, engkau patut dihajar!" teriak seorang di antara mereka dan mereka pun sudah menerjang ke depan dengan maksud untuk menangkap gadis yang telah merobohkan dan melukai dua orang rekan mereka itu. Namun mereka disambut kilat yang menyambar-nyambar! Seperti kilat saja tubuh Lili bergerak, kedua tangan dan kakinya berkelebatan dan lima orang itupun terpelanting satu demi satu, merintih kesakitan, ada yang mulutnya penyok, ada yang tulang pundaknya patah, ada yang perutnya mulas dicium sepatu, ada yang berjingkrak karena tulang kering kakinya retak. Dalam segebrakan saja Lili telah membuat lima orang laki-laki yang bertubuh kuat itu tidak berdaya melanjutkan serangan mereka! Setelah lima orang itu roboh, Lili mendapatkan dirinya dikepung sedikitnya duabelas orang laki-laki dan mereka semua memegang senjata, ada pedang, golok atau ruyung! Lili bersikap tenang, mulutnya masih tersenyum mengejek dan matanya mengerling ke kanan kiri. "Hemm, kalau mereka tadi hanya layak dihajar, kalian ini memegang senjata tajam, apakah kalian sudah bosan hidup?" suaranya terdengar merdu dan ramah, sama sekali tidak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ membayangkan kemarahan. Lili memang tidak marah karena ia memandang rendah semua pengepungnya itu. Yang marah dan penasaran adalah belasan orang yang mengepungnya. Gadis itu telah merobohkan tujuh orang rekan mereka dan kini dalam keadaan terkepung masih mengeluarkan ucapan yang memandang rendah sekali kepada mereka. Betapapun cantik menariknya gadis itu, perasaan marah membuat mereka merasa gatal tangan untuk membunuhnya. Mereka mulai membuat gerakan mengelilingi gadis itu dengan senjata di tangan. Lili masih tersenyum, berdiri tegak dan tenang seperti sikap seekor ular yang melingkar di tengah-tengah, dikepung dan dikelilingi belasan ekor tikus yang mencoba untuk mengganggunya. "Hemm, tikus-tikus ini memang sudah bosan hidup," kata Lili seperti kepada diri sendiri. "Tahan!" tiba-tiba terdengar seruan dan belasan orang itu mengenal suara komandan mereka, lalu mereka semua menahan senjata dan mundur, membiarkan dua orang laki-laki berusia limapuluhan tahun maju, menghadapi Lili. Mereka itu juga memakai topi bulu putih, akan tetapi melihat pakaian mereka yang lebih mewah dan sikap mereka yang berwibawa, nampak jelas perbedaannya dan mereka tentu merupakan pimpinan, pikir Lili. Juga mereka tidak bersikap sombong seperti para anak buah mereka tadi. Keduanya bertubuh tinggi besar, yang seorang berwajah bersih tanpa jenggot dan kumis, akan tetapi orang kedua bercambang bauk dengan kumis dan jenggot lebat. Di pinggang mereka tergantung pedang, dan sikap mereka sama menunjukkan bahwa mereka berdua adalah orang-orang yang "berisi", bukan kaleng-kaleng kosong macam yang mengeroyoknya tadi. "Nona, siapakah nona dan mengapa nona menganiaya tujuh orang anak buah kami?" tanya yang bermuka bersih. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Lili tersenyum mengejek. "Siapa aku tidak perlu kalian ketahui, dan mengapa aku menghajar anak buah kalian" Karena mereka yang minta dihajar, bukan aku yang sengaja menghajar." "Tidak mungkin!" bentak yang berewok karena jawaban gadis itu dianggapnya tidak masuk diakal. "Mana ada orang minta dihajar?" "Hemm, kalau tidak percaya, tanya saja kepada mereka," kata pula Lili sambil menunjuk ke arah tujuh orang yang masih nampak kesakitan itu. Mendengar ucapan itu, tentu saja dua orang pemimpin itu menoleh ke arah tubuh anak buah mereka yang tadi kena dihajar, Mereka itu sambil meringis kesakitan, menggeleng kepala dan seorang di antara mereka, yang tulang keringnya retak, menudingkan telunjuknya ke arah Lili dan berseru. "Toako (kakak tertua), Ji-ko (kakak ke dua), gadis itu sombong dan jahat sekali. Tolong balaskan penghinaan atas diri kami!" Si berewok kini menghampiri Lili dan membentak, "Nona, engkau masih muda akan tetapi sudah bersikap sombong dan kejam. Sungguh engkau terlalu mengandalkan kepandaian Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sendiri!" Lili tersenyum dan matanya mengerling tajam. "Orang hutan, kalau begitu engkau mau apa?" tantangnya. "Bocah sombong, engkau patut dihajar!" bentak si berewok sambil menyerang dengan tangannya yang besar, panjang dan kuat. Temannya, si muka bersih juga sudah siap untuk menyerang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pukulan tangan yang besar dan kuat itu cukup berbahaya, mendatangkan angin pukulan yang amat kuat. Lili maklum akan hal ini, namun ia tetap memandang rendah. Orang itu hanya tenaga otot yang kuat, tidak terlalu berbahaya baginya. Dengan gerakan ringan sekali, iapun menggeser tubuh ke kiri, pinggangnya meliuk seperti tubuh ular saja dan pukulan si berewok yang amat kuat itupun luput. Dari sebelah kirinya, datang angin pukulan menyambar dahsyat. Ah, kiranya si muka bersih itu malah lebih kuat dari pada si berewok, pikir Lili dan kembali tubuhnya membuat gerakan meliuk dan pukulan itupun luput. Dua orang itu terkejut. Mereka melihat gerakan tubuh gadis itu amat aneh, tidak seperti orang bersilat, lebih mirip gerakan seekor ular kalau mengelak, tubuhnya begitu lentur dan dengan mudah saja menghindarkan pukulan mereka. Tentu saja keduanya merasa penasaran bukan main dan menyerang lebih gencar. Kini Lili memperlihatkan kepandaiannya. la memang telah mewarisi ilmu silat dari See-thian Coa-ong (Raja Ular Dunia Barat) yang memiliki ilmu silat aneh, ilmu silat yang mengandung gerakan ular. Tubuh Lili meliuk-liuk dengan cepatnya ketika menghindarkan semua serangan dan begitu ia membalas, kedua orang lawan itupun terkejut dan cepat menghindar dengan loncatan seperti orang dipagut ular. Kedua tangan gadis itu membentuk kepala ular dengan jarijari disatukan, dan ketika tangan itu meluncur dan menyerang, maka terdengar suara mendesis, seolah kedua tangan itu benar-benar telah berubah menjadi dua ekor ular berbisa yang ganas! Akan tetapi kedua orang itu tidak boleh disamakan dengan tujuh orang yang tadi sudah dikalahkan Lili. Kalau hanya seperti mereka, biar ia dikeroyok puluhan orang, ia tidak perlu bekerja keras untuk merobohkan mereka. Dua orang pengeroyoknya ini lain. Mereka ternyata adalah dua orang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang tangguh, memiliki gerakan silat yang baik, mantap dan bertenaga. Memang, kalau Lili mau menurunkan tangan maut, kiranya tidak akan terlalu lama ia dapat merobohkan mereka. Akan tetapi ia tidak ingin membunuh orang tanpa sebab yang kuat. Ia selalu tidak setuju dengan watak gurunya atau sucinya yang mudah saja membunuh orang. Di dasar hatinya, Lili bukan seorang yang jahat atau kejam. Ia hanya galak dan ganas karena sejak kecil ia hidup di dekat orang-orang yang biasa mengandalkan kepandaian untuk memaksakan kehendaknya. Sampai belasan jurus, belum juga dua orang setengah tua itu mampu merobohkan Lili. Apa lagi merobohkan, bahkan semua serangan mereka, baik dengan tangan ataupun kaki, tidak pernah mampu menyentuh tubuh gadis itu. Sebaliknya, Lili yang memang suka bertanding mengadu ilmu itu, sengaja mempermainkan mereka. Ia menanti saat baik dan memancing-mancing dengan membiarkan diri di tengah, diapit oleh kedua orang lawan dari kanan kiri. Ketika saat yang dinanti-nantinya tiba, yaitu ketika kedua orang itu dengan hampir berbareng memukulnya dengan tangan mereka yang besar dan lengan yang panjang dari kanan agak ke depan, ia tidak bergerak mengelak, melainkan menyambut pukulan mereka itu dengan kedua tangannya. Akan tetapi ia bukan sekedar menangkis. Begitu pergelangan kedua tangannya bertemu dengan pergelangan tangan lawan yang memukulnya, ia meliuk maju, kedua tangannya itu bagaikan seekor ular membelit lengan lawan! Dua orang lawan itu terkejut, berusaha untuk menarik kembali tangan mereka, akan tetapi, seperti melekat dengan kedua lengan gadis itu yang bukan saja membelit, bahkan seperti dua ekor ular, tangan dan lengan gadis itu merayap maju cepat sekali dan tahu-tahu kedua tangan yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ membentuk kepala ular itu telah mematuk dada mereka tanpa dapat mereka hindarkan lagi. "Tuk! Tuk!" Dua orang itu mengeluh dan roboh terjengkang. Untung bagi mereka bahwa Lili memang tidak berniat membunuh orang, maka ia membatasi tenaganya ketika kedua tangannya yang membentuk kepala ular itu mematuk. Dua orang itu tidak tewas, hanya merasa betapa mereka kehilangan tenaga dan dada terasa nyeri, napas mereka menjadi sesak. Akan tetapi karena merekapun bukan orang lemah, sebentar saja mereka dapat memulihkan keadaan tubuh mereka. Keduanya berloncatan berdiri dan nampak sinar berkilauan ketika mereka berdua mencabut pedang. Berkembang kempis cuping hidung Lili, tanda ia marah. Kalau lawan menyerangnya dengan tangan kosong, ia menganggap mereka itu hanya menguji ilmu, maka ia tidak mau membunuh orang. Akan tetapi kalau lawan sudah mencabut senjata, berarti bahwa lawan menginginkan kematiannya, maka ia menganggap sudah sepatutnya kalau iapun berusaha membunuhnya! Dalam keadaan yang menegangkan, kedua orang itu dengan pedang di tangan berhadapan dengan Lili yang masih berdiri tenang dengan mulut tersenyum. Akan tetapi tangan kanannya sudah siap untuk mencabut pedang di punggungnya, dan sekali pedang itu tercabut, akan celakalah kedua orang lawan itu. Pedang Pek-coa-kiam (Pedang Ular Putih), jarang dicabut dari sarungnya, akan tetapi biasanya, sekali dicabut, tentu akan jatuh korban! "Tahan senjata!" tiba-tiba terdengar bentakan nyaring dan mendengar bentakan ini, dua orang yang memegang pedang itu cepat menengok dan menjatuhkan diri setengah berlutut, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menyimpan pedang dan memberi hormat kepada pria yang muncul di situ. "Kongcu ......!" kata mereka dengan sikap merendah sekali. Melihat ini, Lili merasa heran dan iapun memandang kepada orang yang baru muncul itu penuh perhatian. Dia seorang lakilaki berusia sekitar tigapuluh lima tahun, bertubuh tinggi kokoh namun pembawaannya lembut dan sopan seperti pembawaan seorang bangsawan terpelajar. Pakaiannya rapi, pakaian seorang sasterawan dan diapun memakai sebuah topi bulu yang indah. Wajahnya tampan dan cerah sehingga dia nampak jauh lebih muda dari pada usianya, wajah yang halus dan tidak berkumis atau berjenggot karena dicukur bersih. Matanya tajam berwibawa dan mata itu jelas menunjukkan kecerdikan. Diam-diam Lili merasa heran bagaimana dua orang yang tangguh itu bersikap demikian merendah terhadap seorang kongcu yang nampaknya lemah. Juga mereka yang tadi mengepungnya, kini bersikap hormat dan tidak ada seorangpun di antara mereka yang mencabut senjata lagi. Pria itu menyapu mereka dengan pandang matanya, lalu terdengar dia bicara dengan suara lantang namun lembut. "Apa yang telah terjadi di sini dan mengapa kalian mengepung siocia (nona) ini?" Karena pertanyaan itu ditujukan kepada dua orang yang tadi mengeroyok Lili, maka dua orang itu saling pandang dan si muka bersih memberi hormat lalu menjawab. "Maaf, kongcu. Kami berdua menyerangnya karena nona ini menghajar dan merobohkan lima orang anak buah kami." Pria itu mengangguk, lalu menengok ke arah mereka yang masih meringis kesakitan. Kemudian dia menghadapi Lili, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengangkat kedua tangan ke depan dada sebagai penghormatan. "Nona, kalau boleh aku bertanya, mengapa nona menghajar lima orang anak buah kami" Kesalahan apakah yang mereka lakukan terhadap diri nona?" Melihat sikap yang sopan dari pria itu, Lili juga bersikap baik dan sambil tersenyum ia menjawab, "Ah, kiranya mereka itu anak buahmu" Jadi engkau ini majikan mereka" Tanya saja kepada mereka karena mereka mengeroyok dan menyerangku maka kurobohkan mereka." Pria itu mengerutkan alisnya, lalu menoleh kepada lima orang yang masih kesakitan itu. "Hei kalian berlima. Benarkah kalian mengeroyok nona ini, dan kalau benar kenapa?" Dalam suaranya yang lembut itu terkandung teguran keras. Sambil menahan rasa nyeri, lima orang itu menjatuhkan diri berlutut menghadap pria itu dan seorang di antara mereka mewakili teman-teman menjawab, "Maafkan kami, kongcu. Karena melihat nona itu memukul roboh dan melukai dua orang rekan, maka kami berlima turun tangan mengeroyoknya." Pria itu kini kembali menghadapi Lili, sepasang matanya mengamati penuh selidik dan nampak kekaguman dalam pandang matanya. Gadis yang demikian muda, cantik manis dan nampak lembut, telah memiliki kepandaian yang demikian tinggi sehingga dua orang pembantunya yang dia tahu cukup lihai, tadi nampaknya tidak berdaya melawan nona ini. "Nona, agaknya terpaksa aku harus kembali kepada nona dan bertanya mengapa nona melukai dua orang anak buah kami." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Senyum dibibir Lili melebar. Ia merasa tertarik. Pria ini demikian lembut dan tenang, akan tetapi dalam menyelidiki urusan dan mengajukan pertanyaan, cukup adil dan tidak berat sebelah, tidak memihak seperti seorang hakim yang jujur. "Engkau ingin tahu mengapa aku hajar mereka" Yang seorang ingin menciumku, dan orang ke dua ingin memelukku, maka aku lalu membiarkan yang seorang mencium sepatuku, dan orang ke dua memeluk tanah!" Wajah pria itu berubah kemerahan dan dengan suara yang meninggi dia lalu menoleh dan berseru. "Siapakah kalian berdua" Maju ke sini!" Dua orang yang tadi mencari gara-gara dengan Lili, merangkak maju, berlutut menghadap pria itu. Karena si kumis mulutnya remuk dan dia tidak dapat bicara, maka si bopeng yang mewakili. "Kongcu, ampunkan kami ........" "Jawab, benarkah kalian hendak memeluk dan mencium nona ini" Ceritakan apa yang terjadi?" "Ampun, kongcu. Kami berdua melihat nona ini lewat ..... melihat ia begitu cantik, kami ..... kami hanya ingin main-main ........" "Cukup! Kalian tahu bahwa satu di antara larangan keras kita adalah mengganggu wanita?" "Kami ..... kami tahu, kongcu." "Dan kalian tahu apa hukumannya kalau melanggar larangan itu"' Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dua orang itu menjadi ketakutan. Mereka membenturkan dahi di tanah dan merintih minta ampun, akan tetapi karena ketakutan, si bopeng masih dapat berkata dengan suara menggigil, "Kami ...... kami siap meneriam hukuman ......" "Bagus! Setidaknya kalian mati sebagai laki-laki yang bertanggung jawab!" kata pria itu dan tiba-tiba saja tubuhnya bergerak, nampak sinar berkelebat dan dua tubuh yang berlutut itu terpelanting dengan kepala terpisah dari badan. Lili memandang kagum. Gerakan pria itu sungguh cepat bukan main. Bagi mata biasa, gerakan itu tidak dapat diikuti, akan tetapi Lili tadi dapat melihat betapa cepatnya pria itu bergerak mencabut pedang yang berada di pinggangnya tertutup jubah panjang, mengelebatkan pedangnya memancung kepala dua orang itu lalu menyarungkan kembali pedangnya yang tidak ternoda darah! Demikian cepatnya gerakan itu, menunjukkan ilmu pedang dahsyat seorang ahli! "Kuburkan mayat mereka," kata pria itu kepada para anak buahnya. Mayat dua orang itu lalu digotong pergi dan pria itu memberi hormat kepada Lili. "Kami harap nona memaafkan kami dan puas dengan pelaksanaan hukuman bagi anak buah kami yang telah menghina nona." 8. Petinggi Militer Kerajaan Beng Lili masih tertegun karena kagum. Orang ini jelas bukan orang sembarangan, pikirnya. Kelihatan lemah lembut dan seperti seorang bangsawan terpelajar, namun memiliki ilmu pedang yang dahsyat! Selain itu, juga amat berwibawa dan sikapnya mengingatkan ia akan gurunya, See-thian Coa-ong yang juga dapat bertindak tegas berwibawa terhadap anak buahnya. Pula, dia menghukum mati dua orang anak buahnya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang mengganggu wanita, hal ini saja sudah mendatangkan rasa kagum dan suka di hati Lili. "Kiamsut (ilmu pedang) yang hebat!" katanya memuji. "Aih, dibandingkan nona, aku bukan apa-apa," pria itu merendah. "Kalau nona tidak menganggap aku terlalu rendah untuk menjadi kenalanmu, perkenalkanlah. Namaku Lu Ta dan semua Orangku menyebut aku Ya-kongcu. Bolehkah aku mengetahui nama nona?" Karena sikap orang ini baik dan cukup berharga untuk dijadikan teman, setidaknya kenalan, Lili menjawab sederhana. "Namaku Tang Bwe Li dan orang biasa memanggil Lili." Ya Lu Ta atau Ya-kongcu kembali memberi hormat, kemudian dia menoleh ke belakang, kepada anak buahnya dan berteriak, "Heiii, kalian lihat. Ini adalah Tang Siocia, mulai sekarang menjadi sahabatku. Kalian harus bersikap hormat kepadanya!" Kemudian dia berkata kepada Lili, "Tang Siocia, kami persilakan engkau untuk menjadi tamu kehormatan kami dan sudi makan minum bersama kami." Lili memang sedang lapar. Menghadapi sikap yang demikian hormat dan baik, dan penawaran itupun dilakukan dengan sikap hormat dan jujur, iapun tertawa lepas. "Heh..heh, memang aku sedang lapar dan sedang bingung bertanya-tanya dalam hati ke mana harus mencari sarapan. Terima kasih, aku akan suka sekali makan minum denganmu, Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Pendekar Sejagat 5 Pendekar Mabuk 087 Pembantai Cantik Pedang Guntur Biru 1

Cari Blog Ini