Bayangan Berdarah 18
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen Bagian 18 kekuatan para jago cukup untuk melakukan pertarungan tersebut. Dengan posisi yang menguntungkan dimana terdapat jalan gunung yang sempit, serta jebakan2 yang telah diatur dari balik semak belukar kedua belah sisi jalan, meskipun kekuatan Shen Bok Hong luar biasa, tidak mungkin anak buahnya bisa menghadapi serbuan yang datang dari delapan penuru, asal ada orang bisa menahan Shen Bok Hong maka dalam pertarungan kali ini pihak perkampungan Pek Hoa San Cung pasti akan mengalami kerugian besar. Berpikir sampai kesitu tanpa sadar semangatnya berkobar kembali, ingin sekali ia loncat keluar dari tempat persembunyian dan bertarung sendiri melawan orang she Shen itu. Selama ini si sie-poa emas Sang Pat selalu mengawasi tingkah laku Siauw Ling, menyaksikan sepasang alis sianak muda itu melentik dan sikapnya se-akan2 hendak loncat keluar dari tempat persembunyiannya, buru-buru bisiknya lirih, "Dewasa ini angin taupan sedang melanda seluruh dunia persilatan, kemudi perahu dari Bu-lim serta keselamatan dari seluruh jago berada ditangan toako semua. harap kau jangan bertindak secara gegabah mengingat luka toako yang demikian parah." "Aaai.... apabila kesempatan baik yang ada pada saat ini dibuang percuma, entah sampai kapan baru bisa menemukan kesempatan baik seperti ini lagi" sampai kapan aku baru bisa berduel seorang lawan seorang dengan Shen Bok Hong?" "Kemunculan Shen Bok Hong di dalam dunia persilatan telah menggetarkan seluruh Bu-lim" kata Sang Pat sambil tersenyum, "Keadaannya sudah bagaikan menunggang dipunggung harimau. mau loncat turunpun tak mungkin lagi. kesempatan dikemudian hari masih banyak sekali, harap toako jangan kuatir...." Siauw Ling termenung berpikir, sejenak, lalu berkata, "Saudaraku, bukan siauwte sengaja bicara sesumbar namun ditinjau dari para jago yang hadir pada saat ini mungkin tak seorangpun merupakan tandingan dari Shen Bok Hong harap kau suka sampaikan maksud dari Siauw-heng agar pra jago jangan terburu napsu sehingga terima tantangan berduel melawan Shen Bok Hong apabila ada tiga orang jago yang bertarung mengerubuti dirinya, se-bisa2nya lakukan pertarungan dengan hati2, jangan sampai jatuh korban dipihak kita" "Siauw-te akan segera sampaikan perintah dari toako ini" Habis berkata kembali ia menyusup ke dalam semak belukar dan turun kebawah bukit. Sementara itu shen Bok Hong melepaskan Sin Hong Pay, dengan tajam ia mengawasi para jago alisnya tanpa terasa berkerut kencang. "Selamanya Tiong-Lam Jie-Hiap tak pernah berpisah satu sama lainnya, sang Loo-jie ada disisi tentu loo-toanya sebentar lagi bakal tiba" pikirnya di dalam hati. Ia merasa dengan hadirnya Tiam It Loei disana, jelas Ke thian It pun tentu ada disekitar sama, apalagi Im Yang-cu serta Cheng Yap Chin pun muncul bersamaan waktunya disana, kemungkinan besar Boe Wie Tootiang pun telah datang pula. Ia merasa dengan hadirnya jago-jago lihay tersebut, maka tak mungkin lagi baginya untuk merampas kemenangan apalagi Sun Put Shia serta lihay yang tak diketahui namanya pun ada disana kekalahan total jelas berpihak kepadanya. Meskipun menang kalah merupakan suatu kejadian yang biasa, namun dengan kekalahan tersebut ia merasa bakal mempengaruhi sekali dengan kewibawaannya. Sungguh tak malu Shen Bok Hong disebut sebagai seorang jago lihay meski menghadapi musuh tangguh ia tetap bisa menjaga ketenangan jiwanya serta dapat pula berpikir panjang atau untung ruginya pertarungan itu. Semula jagoan yang ber-jaga2 dalam selat tersebut cuma Poh Thian Seng serta beberapa orang jago belaka, tetapi dengan adanya perubahan tersebut dalam waktu singkat makin banyak jago-jago lihay yang menggabungkan diri di dalam barisan tersebut. diantara para jago itu, kecuali sang padri tua yang jarang berkelana dalam dunia persilatan boleh dikata semuanya merupakan jago kenamaan, terutama sekali Im Yang-cu dari Bu Tong-pay serta Tiam It Loei dari Tiang Lam.... Tampak Poh Thian Seng berjalan menghampiri Im Yang-cu setelah menjura ujarnya ; "Tootiang, nama anda tersohor dikolong langit setiap orang menghormati dirimu aku rasa di dalam pertarungan yang bakal berlangsung hari ini ada baiknya Tootiang suka memegang pucuk pimpinan. "Aah, pinto tidak berani menerima jabatan ini" "Tootiang, harap kau tak usah menampik lagi, silahkan kau terima pucuk pimpinan tersebut". "Ucapan Poh-heng sedikitpun tidak salah" Be Boen Hwie menyambung. "Apabila Toa-heng suka memegang pucuk pimpinan dalam mengadapi pertempuran ini hari, keadaan kita pasti akan lebih baik lagi" Im Yang-cu ada maksud menampik, namun Tiam It Loei yang ada disampingnya sudah tidak sabaran lagi, segera selanya ; "Hey hidung kerbau, jangan saling dorong mendorong tarik menarik lagi. orang lain menghargai dirimiu. buat apa sih kau masih pasang gaya jual mahal?" Hubungan Tiam It Loei dengan pihak Bu-tong Pay amat akrab, maka bukan saja terhdap Im Yang-cu, sekalipun dihadapan Boe Wie Tootiang yang selamanya keren dan seriuspun ia sama saja bicara seenaknya sendiri. Im Yang-cu tidak marah, sambil tersenyum ia menyahut, Kalau memang demikian adanya. maka pinto akan terima perintah ini!" "Cayhe menanti perintah dari totiang!" Poh Thian Seng segera manjura. Im Yang-cu tersenyum. ia melangkah ke hadapan Shen Bok Hong dan menegur, "Shen Toa cungcu, sungguh tak nyana ini hari kembali kita saling berjumpa ditempat ini". "Hmm! letak Bu-tong san dekat sekali dengan perkampungan Pek Hoa San Cung, sekalipun ini hari kita tak pernah saling berjumpa, kesempatan bertemu dikemudian hari masih banyak sekali". "Ucapan Shen Toa Cungcu sedikitpun tidak salah. partai Bu-tong pay kami memang merupakan duri dalam mata Shen Toa CUngcu, apabila tidak cepat-cepat dicabut bakal mendatangkan bencana dikemudian hari". Shen Bok Hong mendengus dingin, ia tidak menggubris ucapan dari Im Yang-cu lagi. "Shen Toa CUngcu selamanya memandang tinggi diri sendiri, aku rasa kau tentu tidak akan pandang sebelah matapun terhadap diriku bukan....". "Mana.... mana....". Sinar mata Im Yang-cu menyapu sekejap ke atas wajah Hek-Pek Jie-Loo serta boesu2 berbaju hitam itu, kemudian ia berkata kembali, "Aku rasa setelah ini hari kita saling berjumpa, suatu pertempuran sengit tak bisa dihindari lagi". "Hanya andalkan kau Im Yang-cu seorang?" "Pinto sadar bahwa kekuatanku masih bukan tandinganmu. tapi apabila kau ingin bertempur pinto pasti akan melayani Shen Toa Cungcu dalam beberapa begrakan?" Diam2 Shen Bok Hong memperhitungkan kekuatan sendiri, pikirnya, "Kalau didengar dari ucapan hidung kerbau ini, agaknya mereka sudah bikin persiapan seandainya sipengemis tua serta jago yang tak kuketahui namanya pun berada disini, setelah pertempuran pecah nanti mereka pasti akan munculkan diri dan membantu mereka secara mendadak saat itu bila aku ingin mengundurkan diri rasanya bukan suatu pekerjaan gampang...." Karena berpikir demikian, ia lantas berkata dengan nada dingin ; "Apakah kau ingin aku orang she Shen suka menetapkan cara untuk bertarung?" "Sedikitpun tidak salah, seandainya Shen Toa CUngcu ingin bergebrak maka pinto sekalian pasti akan melayani kemauanmu itu?" Mendadak Shen Bok Hong mendongak dan tertasa terbahak2. suaranya bagaikan auman binatang terluka, begitu keras sampai menggetarkan telinga semua orang. Diam2 para jago dibikin terperanjat oleh kelihayan orang itu, pikir mereka hampir berbareng "Sungguh amat sempurna tenaga lweekang yang dimiliki orang ini....!" Menanti suara tertawanya sirap, mendadak tangannya diulapkan. Sebutir batu cadas telur itik mendadak melayang ketengah udara dan jatuh ke dalam tangan Shen Bok Hong, sepasang matanya melotot bulat dan mengawasi wajah Im Yang-cu tak berkedip. Segulung hawa seram yang menggidikkan hati menyelimuti seluruh angkasa membuat Im Yang-cu yang memiliki iman kuatpun tak urung merasa bergidik juga. Terdengar Shen Bok Hong tertawa dingin mendadak serunya, "Nih, terimalah batu tersebut" Batu cadas yang dicekal ditangan kanannya tiba tiba dilemparkan ke arah Im Yang-cu. Tatkala sang too tiang dari Bu-tong Pay ini menyambut datangnya batu cadas itu, sepasang alisnya kontan berkerut sebab ia merasakan batu tersebut terasa sangat panas hingga menyengat badan. Berada dibawah tontongan para jago. Im Yang-cu tentu saja merasa kurang enak untuk membuang batu cadas itu ke atas tanah, terpaksa ia salurkan hawa murninya untuk melawan hawa panas itu. Siapa sangka baru saja hawa murninya disalurkan ke dalam tangan, batu cadas itu mendadak hancur jadi bubuk dan tersebar ke atas tanah. "Haaa.... haaa...." Shen Bok Hong tertawa tergelak "Kau tentunya mengerti akan maksud aku orang she Shen bukan?" Ia merandek sejenak, kemudian sambil ulapkan tangannya berseru kembali ; "Pertempuran ini hari tak usah kita langsungkan lagi!" Badannya berputar, setelah loncat naik ke atas pelana ia segera kaburkan binatang tunggangan itu meninggalkan kalangan. Hek-Pek Jie-Loo serta para boesu berbaju hitam itu buruburu menyusul dari belakang Tampak debu mengepul memenuhi angkasa. dalam sekejap mata semua musuh telah meninggalkan tempat itu. Tindakannya kali ini benar2 berada diluar dugaan semua orang, para jago jadi tertegun dibuatnya. Tampak diantara rombongan para boesu itu mendadak ada seorang Boesu berbaju hitam jatuh dari atas kuda, setelah terjungkir balik beberapa kali ia menyembunyian diri dibalik semak. Puluhan ekor kuda lainnya masih tetap meneruskan perjalanannya kedepan tak seorangpun yang berpaling untuk memandang orang berbaju hitam yang terjatuh itu. Sedangkan Im Yang-cu sekalian walaupun melihat akan hal itu namun ia tidak pikirkan di dalam hati. mereka hanya merasakan bahwa setiap orang dari perkampungan Pek Hoa San Cung berhati dingin dan keji, terhadap mati hidup seorang rekannya ternyata tidak ambil perduli barang sedikitpun jua. Tampak debu mengepul makin lama semakin jauh dan akhirnya lenyap tak berbekas. Memandang dimana bayangan kuda itu lenyap Im Yang-cu menghembuskan napas panjang ujarnya "Tingkah laku serta tindakan Shen Bok Hong selamanya aneh dan sukar diduga oleh siapapun juga...." Sungguh aneh sekali! mendadak terdengar Cheng Yap Cin berseru, "Orang itu sama sekali tidak terluka!" Siapa yang kau maksudkan" Boesu berbaju hitam itu ternyata ia tidak terluka. Para jago sama2 angkat kepala terlihatlah orang berbaju hitam itu sendan merangkak bangun dari atas rumput kemudian berjalan menghampiri para jago. "Hati2...." Be Boen Hwie segera memperingatkan. "Shen Bok Hong adalah seorang manusia licik yang mempunyai banyak akal setan, entah permainan setan apakah yang sedang disiapkan orang itu, jangan sampai kita terjebak dalam siasatnya. Harap cuwi sekalian suka menunggu disini, cayhe akan maju kesana untuk melakukan pemeriksaan". "Siauwte akan menemani Be-heng" sela Cheng Yap Cing. "Baiklah!" demikianlah kedua orang itu segera berlari menyongsong kedatangan si orang berbaju hitam itu. Tatkala jarak mereka dengan orang berbaju hitam itu tinggal dua tombak, mendadak Be Boen Hwie berhenti sambil menghardik ; "Berhenti!" Orang berbaju hitam itu menurut dan berhenti kemudian sambil menjura berkata, "Siapakah yang bernama Be Boen Hwie, Be Cong Piauw Pacu?" "Cayhelah orangnya. Sahabat, kau ada urusan apa?" "Cayhe mendapat pesan dari seseorang untuk menyampaikan sepucuk surat rahasia kepada diri Be Cong Piauw Pacu kemudian harap Be Cong Piauw Pacu suka sampaikan surat tadi kepada orang yang dimaksudkan dalam sampul tersebut!" ujar orang berbaju hitam itu seraya mengambil sepucuk surat dari dalam saku. "Letakkan surat itu diatas tanah dan harap sahabat segera mundur satu tombak ke belakang" bentak Be Boen Hwie kembali. Orang berbaju hitam itu menurut dan meletakkan surat tadi ke atas tanah kemudian lambat2 mundur setombak ke belakang. Dalam jarak satu tombak Be Boen Hwie percaya sekalipun si orang berbaju hitam itu mau main gila ia masih sempat untuk berkelit, maka dengan langkah lebar ia maju kedepan. Tampaklah diatas sampul surat itu bertuliskan kata2 sebagai berikut ; Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Harap Be Boen Hwie Cong Piauw Pacu suka menyampaikan surat ini kepada Siauw Ling" Gaya tulisannya halus dan indah, jelas tulisan seorang perempuan. Dengan teliti Be Boen Hwie memeriksa dahulu apakah diatas sampul surat tersebut dipolesi racun atau tidak, setelah yakin aman ia ambil surat tadi dari atas tanah. "Surat ini berasal dari siapa?" "Sebagai imbalan buat menghantarkan surat ini cayhe peroleh kebebasan, mengenai siapakah yang menulis surat tersebut dalam surat telah tercantum jelas sipenerima surat akan mengetahui sendiri sehabis membaca surat tersebut. Nah, cayhe mohon diri lebih dahulu!" Selesai berkata ia putar badan dan menuju ke arah Selatan, arahnya bertolak belakang dengan arah yang diambil Shen Bok Hong tadi. Menanti orang itu sudah berlalu, dengan langkah lebar Cheng Yap Cin baru maju mendekat sambil bertanya, "Surat itu berasal dari siapa?" "Tentang soal ini cayhe kurang tahu!" "Apakah surat itu ditulis buat Be-heng?" "Bukan surat itu buat seorang sahabatku" jawab Be Boen Hwie sambil memasukkan surat itu ke dalam saku. Menyaksikan orang she Be itu tidak ingin berbicara banyak tentang surat tersebut, terpaksa Cheng Yap Cin pun tidak mendesak lebih jauh. Mereka berdua segera kembali ke dalam barisan, terdengar Im Yang-cu bertanya lirih. "Apa yang telah dilakukan boesu berbaju hitam yang tinggal disana tadi?" "Tiada perbuatan apapun yang ia lakukan" tukas Cheng Yap Cin cepat. "Ia cuma mengirim sepucuk surat pribadi belaka". Sengaja ia mengucapkan kata "Pribadi", dengan demikian Im Yang-cu merasa kurang enak untuk bertanya lebih jauh. Sedikitpun tiada salah, para jago yang hadir disanapun tiada seorangpun yang menanyakan persoalan itu lagi. Be Boen Hwie takut sekali karena persoalan ini menimbulkan salah paham dalam hati para jago, ingin sekali ia menjelaskan namun terasa pula sulit baginya untuk buka suara kecuali apabila mengisahkan pula asal usul dari Siauw Ling. JILID 26 Tetapi sebelum memperoleh persetujuan dari Siauw Ling, iapun tidak berani ambil keputusan sendiri. Terpaksa masalah itu ia simpan dalam hati dengan mulut tetap membungkam. Untuk beberapa saat lamanya suasana dalam kalangan jadi sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun. Lama.... lama sekali, Im Yang-cu baru menghela napas panjang dan berkata; "Perbuatan Be-heng masuk ke dalam perkampungan Pek Hoa San Cung telah tersiar luas dalam dunia persilatan, semua rekan Bu-lim sama2 kagum atas keberanian dan semangat gagah dari Be-heng ini" "Aaai....! sebenarnya siauwte cuma menemani seseorang belaka.... bicara terus terang, kali ini kami bisa tinggalkan perkampungan Pek Hoa San Cung dalam keadaan selamat, kecuali peroleh bantuan dari Sun Put Shia sang tiangloo dari Kay Pang kamipun telah mendapat bantuan seorang tokoh sakti" "Siapakah orang itu?" "Selamanya siauwte tidak suka bicara bohong, orang itu sekarang dan detik ini berada disini cuma saja sebelum peroleh persetujuannya siauwte tak berani ambil keputusan untuk mengutarakan namanya...." Ia meraba surat dalam sakunya lalu menambahkan, "Surat inipun juga surat yang ditujukan kepadanya, siauwte tak berani bertindak sembarangan". "Begitu misteriuskah orang itu?" seru Cheng Yap Cin sambil menyapu sekejap keseluruh kalangan. "Menurut apa yang cayhe ketahui, orang itu sudah menutupi wajah aslinya dengan penyaruan ia terpaksa berlaku misterius sebab ada kesulitan2 yang sukar diutarakan kepada orang lain". "Kalau demikian adanya, Be-heng pun tak perlu memperkenalkan orang itu kepada kami!" Sengaja Cheng Yap Cin mengucapkan kata2 itu dengan suara keras, agaknya ia sengaja berbuat demikian untuk memancing kemunculan orang tersebut dengan sendirinya. Siapa sangka Siauw Ling bersembunyi dipunggung bukit ia sama sekali tidak mendengar apa yang mereka ucapkan, tentu saja tak mungkin sianak muda itu munculkan diri. Setelah musuh tangguh berlalu, sipadri pemabok, sipengemis kelaparan serta Suma Kan sekalianpun munculkan diri dari semak belukar disisi jalan. Sinar mata Cheng Yap Cing segera dialihkan ke atas tubuh Suma Kan dan mengawasinya tajam tajam, bibirnya bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu namun akhirnya maksud itu dibatalkan. Buru-buru Be Boen Hwie berseru, "Mari.... mari.... siauwte perkenalkan kalian berdua, saudara ini adalah siperamal sakti dari lautan Timur Suma Kan." Kemudian berpaling ke arah Cheng Yap Cing sambungnya. "Saudara ini adalah Cheng Yap Cin Thay-hiap dari Bu Tong Pay." "Suma-heng" Cheng Yap Cing menyapa seraya menjura. Suma Kan adalah seorang manusia yang bertinggi hati, semula ia bermaksud datang kedaratan Tionggoan untuk bikin peristiwa yang menggemparkan seluruh kolong langit sekalian populerkan nama sendiri. Siapa sangka apa yang diharapkan tidak tercapai dan ia sudah jumpai peristiwa yang menggetarkan hatinya, seketika itu juga ambisi yang semula berkobar dalam hatinya padam dan lenyap tak berbekas. Menyaksikan Cheng Yap Cin gagah dan hebat iapun segera balas memberi hormat sambil menyahut, "Selamat berjumpa muka!" "Suma-heng, apakah kau baru pertama kali ini menginjakkan kakimu didaratan Tionggoan?" "Siauw-te dilahirkan didaratan dan dibesarkan disebuah pulau ditengah samudra, kali ini aku pulang kedaratan Tionggoan walaupun masih merasakan keadaan kampung halaman namun terhadap setiap manusia yang ada disini merasa tertarik sekali, kenangan masa lampau sudah buram dalam ingatanku". "Dunia persilatan didaratan Tionggoan terlalu banyak mengandung dendam dan budi, aku rasa ketentraman dipulau anda yang terletak diluar samudra jauh lebih menyenangkan daripada tempat seperti ini". "Sebelum siauwte pulang, ingin sekali kulihat dan kukenali jago-jago lihay dari daratan Tionggoan...." "Kabar yang tersiar belum boleh dipercaya. mungkin Sumaheng akan merasa kecewa." Ucapan ini membuat Suma Kan murung, ia menghela napas panjang. "Aaai....! bicara terus terang, jago-jago Bulim didataran Tionggoan banyak dan lihay, gagah dan cerdik, jauh lebih hebat daripada apa yang tersiar." "Suma-heng, kau terlalu memuji?" Mendadak terdengar sipengemis kelaparan teriak2 keras ; "Heeey.... heeey.... musuh tangguh sekarang sudah mundur, kita harus cari tempat untuk bersantap sampai kenyang, ayoh cepatan dikit, perutku sudah men-jerit2." "Tidak salah" sambung sipadri pemabok "Setan arakku sudah mulai angot, ayoh cepat sediakan arak wangi." Teriakan kedua orang ini sudah sering berkumandang dimanapun juga. mereka tidak pandang bulu berada dimana dan dihadapan siapapun juga. Cheng Yap Cin melirik sekejap ke arah padri pemabok serta pengemis kelaparan, kemudian tanyanya kepada Be Boen Hwie. "Apakah kedua orang itu adalah sipadri pemabok serta pengemis kelaparan yang tersohor." "Tidak salah, perlukan siauw-te perkenalkan kalian bertiga?" "Tidak perlu," tukas sipadri pemabok dingin. "Thaysu...." Cheng Yap Cin segera berpaling dan berseru. "Tak usah terlalu menyanjung diriku, aku sihweesio, tidak kuat menerima hal itu. bila kau merasa senang dengan aku sihweesio, kita boleh mengikat persahabatan dalam soal makan, dan panggil saja aku sihweesio arak." Sepasang alis Ceng Yap Cin berkerut kencang, setelah merandek sejenak ia berseru, "Sudah lama aku dengar thaysu suka bicara seenaknya dan tidak pakai aturan, setelah perjumpaan hari ini, aku barusadar bahwa nama besarmu bukan nama kosong belaka." "Hweesio arak tetap hweesio arak, thaysu.... thaysu melulu.... Huuu! aku sihweesio tidak sanggup menerimanya." Untuk beberapa saat lamanya Cheng Yap Cin tak sanggup meraba isi hatinya, maka terpaksa ia membungkam. Mendadak terdengar sipengemis kelaparan tertawa terbahak2, teriaknya ; "Eeeei.... hweesio arak. celaka.... celaka.... kau sudah menyinggung perasaan Cheng thay-hiap agaknya kau sihweesio sudah bosan hidup, aku sih tak ikut mengantar kematianmu, selamat tinggal, aku berangkat lebih duluan." Selesai bicara tidak menanti jawaban dari Be Boen Hwie sekalian lagi ia putar badan dan berlalu. "Hey sipengemis tua tunggu aku" teriak padri pemabok. ia berpaling dan sambil ulapkan tangan ujarnya kepada Cheng Yap Cin ; "Seandainya kau ingin bersahabat dengan aku dalam soal makan, lebih baik carilah akal untuk memberi arak wangi kepadaku, apabila aku sihweesio gede melihat arak, sikapku tentu akan berubah." "Terima kasih atas petunjukmu, akan cayhe ingat selalu di dalam hati" jawab Cheng Yap Cin sambil tertawa. Sipadri pemabok segera putar badan dan berlalu dari sana. dalam sekejap mata kedua orang pendekar kuokay itu sudah lenyap tak berbekas. "Be-heng!" Cheng Yap Cin berbisik, "Kedua orang itu benar2 pergi?" "Aaai....! sudah terlalu biasa kedua orang itu bersikap sok edan2an. jejak mereka sukar diraba. Benarkah mereka berlalu sukar diduga. Aaai dalam menghadapi pertarungan sengit di dalam perkampungan Pek Hoa San Cung, kecuali Soen Put Shia serta tokoh sakti itu, boleh dikata jasa dari padri pemabok serta pengemis kelaparan tidak kecil." Mendadak Im Yang-cu rangkap tangannya didepan dada dan berkata ; "Shen Bok Hong bersama antek2nya telah mengundurkan diri, aku rasa ia tak bakal kembali lagi, disebabkan atas munculnya kembali Shen Bok Hong dalam dunia persilatan sauw-lim ciangbunjien serta Bu-tong ciangbunjien bersama2 telah menyebarkan undangan Bu-lim keseluruh penjuru dunia, harap cuwi sekalian suka sama2 berkumpul digunung bu-tong dan membicarakan siasat untuk membasmi gembong iblis pengacau dunia itu. Aku dengan ketajaman pendengaran serta penglihatan Shen Bok Hong, rencana ini tidak akan berhasil mengelabui dirinya, masih banyak persoalan yang harus pinto selesaikan, oleh karena itu aku mohon pamit terlebih dahulu." Sehabis berkata ia menjura kepada para jago, dengan membawa Cheng Yap Cin serta Tiam It Loei mereka segera berlalu dari sana. Dalam pada itu dari balik batu karang dikedua belah sisi jalan per-lahan-lahan muncul dua puluh orang lelaki kekar yang menyandang busur serta anak panah. Kiranya orang itu merupakan jago-jago pilihan diantara anak buah Be Boen Hwie yang sengaja disembunyikan ditempat itu, mereka telah bersiap sedia bilamana para pengejar dari perkampungan Pek Hoa San Cung mengejar sampai kesitu maka hujan anak panah segera akan menyambut kedatangan mereka. Siapa sangka kejadian ada diluar dugaan semua orang, Shen Bok Hong dengan membawa para jago telah berlalu dari sana. Sementara itu Siauw Ling serta Sang Pat pun sudah tinggalkan punggung bukit dan turun kebawah. Sang Pat membuntuti kencang dibelakang Siauw Ling, terdengar ia berbisik lirih ; "Pada saat ini toako suah jadi pahlawan gagah ditengah para jago yang hadir pada saat ini, apabila ambil kesempatan ini toako berseru maka pasti akan terdapat banyak orang yang suka mengikuti diri toako, dengan kepandaian silat yang toako miliki serta kecerdikan yang melebihi orang lain, rasanya tidak sukar bagimu untuk mendirikan pula suatu kekuatan diluar sembilan partai besar serta perkampungan Pek Hoa San Cung...." "Aaai....!" Siauw Ling menghela napas panjang. "Meskipun siauwheng baru saja terjunkan diri ke dalam dunia persilatan, tetapi dalam pengamatanku selama setengah tahun ini dapat kutarik kesimpulan bahwasanya kebanyakan orang Bu-lim telah terbelenggu oleh Nama serta keuntungan, terutama sekali nama, hal ini paling mencelakai orang, setiap menusia ingin menjadi pemimpin Bu-lim, setiap orang ingin dihormati orang lain, kekacauan semacam ini tiada akan berakhir untuk selamanya." Sang Pat merasakan pipinya jadi panas setelah mendengar ucapan itu, ia tertawa dan menyambung, "Siauwte akui telah terbelenggu oleh harta, meskipun harta kekayaan itu kudapatkan dengan cara tidak halal namun belum pernah kudapatkan secara kekerasan atau merampas. Meskipun begitu dengan menggunakan akal memaksa orang lain untuk menyerahkan benda mustikanya secara sukarela sedikit banyak termasuk perbuatan orang2 rendah...." "Tetapi sejak berkenalan dengan toako, siauw te pernah membicarakan hal ini dengan Tu Kioe kami berjanji sejak hari ini tidak akan memikirkan soal harta lagi kami akan kerahkan segenap tenaga yang ada untuk membantu toako dan melakukan suatu pekerjaan yang besar serta cemerlang!" Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Siauw Ling tersenyum, mulutnya tetap membungkam, sedang dalam hati pikirnya ; "Penyakit yang sudah dideritanya hampir puluhan tahun lamanya, aku rasa tidak bakal bisa berubah dalam waktu singkat...." Sembari berbicara, tanpa terasa mereka berdua sudah berada diantara para jago lainnya. Be Boen Hwie segera merogoh sakunya ambil keluar sepucuk surat dan diangsurkan kedepan. katanya ; "Disini ada sepucuk surat, harap Siauw-heng suka menerimanya." Siauw Ling terima surat itu, menyaksikan gaya tulisan diatas sampul ia dapat menerka kalau orang yang menulis surat tersebut jelas adalah seorang wanita, hatinya tertegun keheranan. "Surat ini dari siapa?" segera ia bertanya. "Belum siauw-te lihat!" Dengan sepasang alis berkerut Siauw Ling segera membuka sampul surat itu dan membaca isinya, terbaca olehnya ; "Kemarin malam tatkala aku mendusin dengan pikiran segar, kudengar ayah membicarakan tentang dirimu walaupun kau sudah menyaru dan menyusup ke dalam perkampungan Pek Hoa San Cung, tetapi gagal untuk mengelabuhi sepasang mata ayahku, maksud ayah tidak membocorkan rahasia ini bukan lain karena beliau ingin menggunakan darah dalam tubuhmu untuk menolong selembar jiwaku...." Membaca sampai disitu, Siauw Ling sudah bisa tebak berasal dari manakah surat itu, tanpa terasa hatinya bergidik, pikirnya. "Sungguh mengerikan sekali, agaknya sebelum tok Ciu Yok Ong berhasil mengganti darah puterinya dengan darahku, sepanjang masa ia akan selalu mengincar diriku...." Ia menghela napas dan membaca surat itu lebih jauh. "Demi aku, ayah sudah memeras otak dan merasakan penderitaan yang hebat, akumerasa tak tega melihat beliau selalu tersiksa. Tetapi akupun tidak berani menerima sumbangan darahmu untuk menyelamatkan jiwaku mumpung ini hari pikiranku rada segar dan badan terasa agak sehat, kutulis sepucuk surat ini untukmu. "Aku dengan dirimu tidak pernah saling kenal, tetapi dalam tubuhku sudah terdapat darahmu badanku yang lemah sudah bagaikan lampu yang kehabisan minyak. setiap saat bisa padam dan musnah. Tetapi teringat akan penderitaan ayah diam diam kucurkan aira mata dan merasa menyesal pula terhadap diri anda. Sebagai penebus dosa maka aku ingin membantu dirimu sebagai rasa penyesalanku. "Menurut apa yang kuketahui, diantara panglima kosen yang berhasil diciptakan Shen Bok Hong, boleh dikata barisan Ngo Liong Toa Tin merupakan kekuatan yang paling dahsyat. "Yang dimaksudkan Lima naga adalah lima orang manusia aneh yang memiliki ilmu silat yang sangat lihay, sejak ditundukan Shen Bok Hong mereka dibawa pulang ke dalam perkampungan Pek Hoa San Cung, kemudian setelah membuang waktu selama banyak tahun akhirnya terciptalah barisan Ngo Liong Toa Tin tersebut diantaranya ia sudah mendapat banyak bantuan dari ayahku, oleh karena itu aku sedikit banyak memahami keadaan yang sebenarnya. Untuk membantu dirimu aku ada maksud merobohkan lima naga tersebut, maka dengan menggunakan sedikit akal kulenyapkan daya tempur dari lima naga tersebut walaupun begitu aku tak turun tangan keji sehingga melenyapkan jerih payah dari Shen Cung-cu dalam sekejap mata setelah berpikir berulang kali akhirnya kudapatkan akal yang sempurna, untuk sementara waktu lima naga itu akan kehilangan daya tempurnya selama sepuluh hari, setelah sepuluh hari mereka akan pulih kembali daya tempurnya sedikit penghargaan ini harap kau suka menerimanya sebagai balas budi dariku.... Surat tersebut terputus sampai disitu, dan dibawah surat tiada tercantum nama. Walaupun surat itu tidak berakhir namun apa yang dimaksud dapat Siauw Ling pahami dengan cepat. Kini sianak muda itu baru tahu apa sebabnya barisan Ngo Liong Toa Tin dari Shen Bok Hong tidak kuat menahan gempuran mereka, ternyata secara diam2 ada orang lain yang telah melenyapkan daya tempur mereka. Perlahan-lahan ia lipat surat itu dan dimasukkan ke dalam saku. Be Boen Hwie sekalian yang hadir disitu mesti tidak tahu apa yang dibicarakan dalam surat tersebut namun, menyaksikan Siauw Ling membungkam mereka pun tidak mendesak untuk bertanya. Tiba-tiba terdengar ujung baju tersempok angin, diikuti Kiem Lan dengan langkah ter-buru-buru lari kesisi Siauw Ling dan berbisik lirih ; "Kesehatan badan thay hujien amat lemah, tak mungkin kita lanjutkan perjalanan lagi, kita harus cepat-cepat mencari suatu tempat untuk beristirahat selama beberapa hari". "Bagaimana keadaannya?" tukas Siauw Ling dengan wajah berubah hebat. "Kini keadaannya sudah tenang...." "Aaai.... kalau begitu bagus sekali" "Menurut pemeriksaan budak serta Giok Lan atas kesehatan dari Loo hujien, kami rasa beliau tak boleh menemui kejadian yang mengejutkan hatinya lagi, kita harus mencari suatu tempat yang terpencil untuk beristirahat selama beberapa hari, menunggu kesegaran badannya sudah pulih barulah kita lanjutkan perjalanan". Siauw Ling termenung sejenak, kemudian kepada Be Boen Hwie katanya, "Kesehatan tubuh ibuku sedang mundur dan sukar untuk melakukan perjalanan lagi, siauwte ada maksud beristirahat selama beberapa hari disekitar tempat ini. Bila Beheng serta cuwi sekalian ada urusan yang harus diselesaikan, harap sialhkan berlalu!" "Tempat ini letaknya amat berdekatan dengan perkampungan Pek Hoa San Cung, aku takut Shen Bok Hong sudah menyebarkan mata2nya disekitar sini, lebih baik lakukanlah perjalanan beberapa li lagi". Belum sempat Siauw Ling menjawab, Kiem Lan sudah berebut menyambung ; "Be-ya, maaf apabila budak lancang dan banyak bicara, membicarakan dari kesehatan badan loo hujien, tak mungkin beliau sanggup untuk melakukan perjalanan lagi". Agaknya Be Boen Hwie pun dapat menangkap betapa seriusnya keadaan tersebut, lama sekali ia termenung kemudian baru menyahut. "Kalau memang demikian adanya, cayhe pun tidak leluasa untuk banya bicara lagi, semoga Siauw-heng bisa menahan beberapa orang jago lihay untuk membantu dirimu. sehingga seandainya terjadi sesuatu hal diluar dugaan ada orang yang memberi bantuan". "Bila jumlahnya terlalu banya, malahan jejak kami gampang konangan, maksud baik Be-heng biarlah siauw-te terima di dalam hati." "Kalau begitu silahkan Siauw-heng berangkat lebih dahulu, sedang siauw-te akan bertahan untuk sementara waktu ditempat ini, dari pada mata2 yang dikirim Shen Bok Hong berhasil menemukan jejak kalian." "Kalau begitu merepotkan diri Be-heng, budi kebaikan yang kau berikan ini hari pasti akan siauw-te balas dikemudian hari." Setelah tiba dibelakang bukit, dengan mengajak Tion Chiu Siang Ku, Kim Lan serta giok Lan mereka berjalan menuju ke atas bukit. "Cuwi sekalian harap tunggu sebentar" tiba-tiba terdengar sipencuri sakti Siang Hwie berseru "Walaupun usia siauw-te sudah lanjut, aku tak boleh membawa kepandaian dasar petiku masuk keliang kubur." "Siang-heng ada petunjuk apa lagi?" tanya Siauw Ling seraya berpaling. Sinar mata Siang Hwie mengerling sekejap ke arah Kim Lan serta Giok Lan lalu sambil tertawa sahutnya ; "Aku sipencuri tua lihat kedua orang bocah perguruan itu penurut sekali, maka ingin kuwariskan kepandaian mencuri kepada mereka entah nona2 gede itu suka tidak mendapat warisan ilmu mencopet dari aku sipencuri tua?" "Seandainya Siang-heng punya maksud demikian, aku rasa mereka akan menerimanya dengan senang hati." Setelah melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, Siauw Ling pun mulai merasa betapa pentingnya ilmu mencuri dan mencopet, kepandaian mencuri dari sipencuri sakti Siang Hwie tiada tandingannya dikolong langit, tentu saja ia tak berani memandang rendah dirinya. Terdengar Kim Lan serta Giok Lan menyahut berbareng. "Apabila loocianpwee punya maksud demikian kami sekalian merasa amat berterima kasih sekali." "Haaa.... haaa.... bagus. kalau memang demikian adanya. aku sipencuri tua akan ikut serta pula dalam rombongan kalian." Siperamal sakti dari Lautan Timur Suma Kan pun maju menjura ke arah Siauw Ling, lalu berkata ; "Siauwte pun ada maksud menemani kalian beberapa orang, entah kamu semua suka menerima diriku atau tidak?" "Apabila Suma-heng ada maksud menggabungkan diri, dengan senang hati tentu saja siauw-te sambut kedatanganmu." Mendadak Kim Lan mempercepat langkahnya mendekati Be Boen Hwie, lalu bisiknya lirih ; "Setiap budak yang berasal dari perkampungan Pek Hoa San Cug, tak seorangpun mempunyai harapan yang berlebihan, apabila mereka dapat diterima saja sudah merasa amat berterima kasih sekali, semoga Be Cong Piauw Pacu bisa bersikap baik terhadap Hong Coe moay-moay!" "Tentang soal ini nona boleh legakan hati." sahut Be Boen Hwie sambil tersenyum. 'Cayhe pasti akan berusaha keras untuk baik2 merawat dirinya...." Dalam pada itu Suma Kan telah berada di sisi Siauw Ling. terdengar ia bertanya dengan suara lirih, Heng-thay, apakah kau benar2 adalah Siauw Ling yang asli?" "Bicara terus terang, cayhe adalah Siauw Ling yang asli." "Nah itulah dia.... SIauw-heng, coba kau lihat bagaimanakah perubahan air muka dari Be-heng?" Siauw Ling memperhatikan sekejap wajah Be Boen Hwie, lalu geleng kepala. "Siauwte tidak berhasil melihat sesuatu" sahutnya. Wajahnya suram dan diliputi kegelapan, dalam sepuluh hari pasti terjadi perubahan besar atas dirinya. Aaai....! tatkala masih berada dalam perkampungan Pek Hoa San cung, siauwte sudah memperingatkan kepadanya bila ada bencana berdarah bakal menimpa dirinya. "Bukankah dia sudah terluka?" sambung Siauw Ling cepat, "Aku rasa ramalah Suma-heng atas bencana berdarah yang menimpa dirinya boleh dikata sudah berlalu." Namun dengan cepat suma Kan menggeleng. "Kesuraman yang menyelimuti wajahnya saat ini jauh lebih tebal dari pada sewaktu ada di dalam perkampungan Pek Hoa San Cung, bahkan hawa kesialan sudah mencapai ubun2nya, dalam beberapa waktu lagi pasti ada perubahan besar akan menimpa dirinya, paling cepat tiga hari dan paling lambat sepuluh hari kejadian itu pasti akan berlangsung." Walaupun dalam hati Siauw Ling merasa kurang percaya dengan hasil ramalannya, tapi menyaksikan kesungguhan orang itu tatkala mengucapkan kata2 tersebut hatinya bergerak juga, pikirnya "Walaupun apa yang dikatakan tak boleh dipercaya seratus persen, rasanya tidak salahnya kalau mempercayai juga...." Maka ia segera berkata, "Suma-heng, apabila kau punya keyakinan, ada baiknya memberitahukan hal ini kepadanya, agar ia bisa waspada" "Aaai....! Be Boen Hwie berwatak gagah dan ia tek gentar menghadapi segala apapun, ucapan dari siauwte belum tentu mau dipercaya olehnya!" "Lalu maksud Suma-heng?" "Apabila Siauw-heng bisa menasehati dirinya secara serius dan ber-sungguh2, mungkin ia mau menuruti nasehatmu" Siauw Ling termenung sebentar kemudian mengangguk. "Baiklah!" sahutnya, dengan langkah lebar ia mendekati Be Boen Hwie lalu berkata dengan wajah serius, "Be-heng, siauwte mempunyai beberapa patah kata yang sebenarnya tidak sesuai untuk diutarakan kepadamu, semoga Be-heng bisa memaafkan diriku setelah kata2 tersebut kuutarakan keluar!" "Siauw-heng ada persoalan apa" bila siauwte dapat melakukannya tentu akan kulaksanakan tanpa membantah". "Wajah Be-heng kelihatan suram dan gelap, selama sepuluh hari ini harap kau suka ber-hati2". "Apakah siperamal sakti dari lautan timur yang memberitahukan kepadamu?" tanya Be Boen Hwie sambil tertawa. Sementara berbicara secara diam2 Siauw Ling pun memperhatikan wajahnya. ia temukan diantara alis orang itu secara lapat2 memang diliputi oleh hawa sial, segera sahutnya, "Aku sendiri yang melihat akan hal itu!" "Baiklah!" jawab Be Boen Hwie setelah termenung sejenak. "Aku akan selalu ber-hati2 dalam setiap tindakan, harap Siauw-heng jangan kuatir!" "Apabila kesehatan badan ibuku sudah pulih dan siauwte telah menghantarkan mereka kesuatu tempat yang aman, siauwte pasti akan berusaha untuk menemukan Be-heng kembali" "Ciangbunjien dari partai Siauw-lim serta partai Bu-tong telah menyebarkan surat undangan Bu-lim-tiap untuk membuka suatu pertemuan para jago, semoga Siauw-heng bisa menghadiri pertemuan tersebut". "Untuk keadaan sekarang sulit bagiku untuk mengambil keputusan, biarlah kuputuskan setelah sampai pada saatnya...." Ia menjura dan menambahkan. "Siauwte akan beragkat duluan!" Demikianlah dengan Tu Kioe membopong Siauw Thay-jien, Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Giok Lan membopong Siauw Hujien, Sang Pat serta Siang Hwie buka jalan. Siauw Ling serta Suma Kan mengiringi dibelakang mereka yang segera lanjutkan perjalanannya memasuki lembah gunung. Kurang lebih tiga puluh li kemudian sampailah mereka disuatu tempat yang terpencil dan sunyi sekali. Siang Hwie berhenti, seraya menjura ke arah Siauw Ling, katanya, "Hampir puluhan tahun lamanya Shen Bok Hong bercokol dalam perkampungan Pek Hoa San Cung, daerah sekitar ratusan li mungkin sudah berada di dalam pengawasan mereka...." Maksud Siang-heng, apakah kita hendak mencari suatu tempat untuk beristirahat di dalam lembah gunung ini?" sela Siauw Ling. "Sedikitpun tidak salah. asalkan kita semua bersembunyi di dalam lembah gunung ini, mungkin kita bisa menghindari pengamatan dari mata-mata yang dikirim Shen Bok Hong". "Kesehatan ibuku sangat menurun, aku rasa membutuhkan banyak bahan obat2an untuk menyembuhkan, bila kita berada ditengah gunung yang begini terpencil bagaimana mungkin bisa dapatkan obat2an tersebut dengan gampang?" "Tentang soal ini Siauw-heng tak perlu murungkan, soal pembelian obat2an serahkan saja kepada aku sipencuri tua." "Siang-heng bukan saja lihay dalam ilmu mencuri yang mana tiada tandingannya dikolong langit. bahkan ilmu menyarupun tiada bandingannya" sambung Sang Pat sambil tertawa. "Aku rasa mata2 dari perkampungan Pek Hoa San Cung tidak bakal bisa kenali dirinya lagi." Pada waktu itu Giok Lan serta Tu Kioe telah memilih sebuah tanah rumput yang empuk dan meletakkan SiauwThay-jien serta Siauw-Hujien ke atas tanah kemudian membebaskan jalan darah mereka yang tertotok. Sedang Siauw Ling membersihkan wajahnya dari obat penyamaran sehingga pulih kembali keadaan wajah yang sebenarnya, setelah itu ia ber-jaga2 disisi orang tuanya. Kembali lewat beberapa saat per-lahan-lahan Siauw thayjien menghembuskan napas panjang dan mendusin. Menyaksikan ayahnya mendusin Siauw Ling segera jatuhkan diri berlutut dihadapannya. "Putra yang tak berbakti Siauw Ling menhunjuk hormat buat ayah" serunya. Sepasang mata Siauw-thay-jien dengan tajam menatap wajah Siauw Ling, lama sekali ia baru menghela napas panjang dan bertanya; "Benarkah kau adalah Leng-jie?" "Tidak salah, putranda adalah Siauw Ling!" "Aaai....! perubahan pada wajah maupun tubuhmu terlalu banyak, dahulu badanmu lemah dan berpenyakitan, tapi sekarang kau gagah dan kuat...." Ia tersenyum dan menambahkan, "Apabila diperiksa lebih cermat, memang raut wajah tempo dulu masih membekas diatas mukamu." "Putramu tidak berbakti, sehingga membuat ayah dan ibu menderita. hal ini benar2 membuat puteramu merasa tidak tenteram" keluh Siauw Ling dengan air mata yang bercucuran. Sepasang mata Siauw thayjien menyapu sekejap ke arah para jago yang ada dibelakang putranya, kemudian tersenyum ramah. "Mara bahaya yang ada di dalam tingkat pemerintahan jauh lebih hebat dari pada dunia persilatan, ayahmu sudah sering mengalami pelbagai peristiwa yang lebih mengerikan, sedikit penderitaan yang kualami masih belum terhitung seberapa" katanya. "Siangkong cepat bangun" tiba-tiba terdengar Giok Lan berbisik. "Keadaan Loo hujien rada kurang beres." Air muka Siauw Ling berubah hebat, ia enjotkan badan melewati Siang Hwie serta Suma Kan dan melayang turun disisi tubuh ibunya, setelah berlutut memayang ibunya ia berteriak cemas, "Oooh ibu.... ibu...." Begitu cemas dan gelisah hatinya, sampai tak tahan lagi air mata jatuh bercucuran dengan derasnya. Sang Pan menjawil ujung baju Suma Kan lalu berbisik lirih ; "Kau bisa meramal, entah bagaimana kepandaianmu dalam ilmu pertabiban"...." "Siauwte tidak berani terlalu mengunggulkan diri sendiri, dalam hal ilmu pertabiban aku cuma mengerti tapi tidak menguasai". "Kalau begitu pergilah nasehati Siauw toako lebih dahulu, kemudian baru kita rundingkan kembali soal pengobatan". "Tentang soal ini siauwte mengerti" Suma Kan mengangguk, ia segera berjalan menghampiri Siauw Ling dan berkata dengan wajah serius, "siauw-heng, harap kau jangan gelisah sehingga mengacaukan pikiranmu, menurut terhitungan siauwte, hujien punya hok-gie yang besar dan yang panjang, sekalipun keadaan lebih burukpun tidak akan sampai sejelek yang kau bayangkan, harap legakan hatimu". Siauw Ling berpaling memandang sekejap ke arah Suma Kan kemudian mengangguk. "Perkataan Suma-heng sedikitpun tidak salah" sahutnya. Ia turunkan ibunya ke atas tanah kemudian bangun berdiri, serta menyeka air mata diatas pipinya dan berkata lebih jauh, "Ibuku selalu berada dalam keadaan tidak sadar, siapakah diantara kalian yang menguasai keadaan disekitar sini dan suka mengundang datang tabib untuk mengobati sakitnya?" Lambat2 Siauw Thay-jien berjalan menghampiri isterinya, setelah melirih sekejap ke arah wajah nyonya itu ia menghela napas panjang. "Ling-jie, jangan gugup" serunya. Sebenarnya para jago sedang merundingkan persoalan itu dengan suara lirih, mendengar teguran dari Siauw Thay-jien, maka suasana seketika itu juga berubah jadi sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, "Ayah, kau ada petunjuk apa?" tanya Siauw Ling seraya menjura. "Sejak kau pergi tanpa pamit, ibumu selalu merindukan akan dirimu, rasa rindu yang ber-larut2 ini lama-kelamaan berubah jadi penyakit, sekalipun berulang kali kunasehati dirinya, tapi ia tak sanggup mengendalikan rasa gembira serta riangnya seperti dahulu...." "Putra tak berbakti, sehingga membuat ibu susah dan menderita. dosaku amat berat dan bertumpuk2...." Siauw Thayjien tersenyum. "Oleh karena itulah tatkala orang2 perkampungan Pek Hoa San Cung berhasil menemukan dusun Tan Koei Cung, meskipun ayahmu berhasil menemukan gerak gerik mereka sangat mencurigakan, tetapi ibumu mempercayainya seratus persen dan menunjukkan senyuman yang belum pernah ia perlihatkan sejak kepergianmu tempo dulu. aku merasa tidak tega membongkar rahasia itu maka dengan terpaksa ikut mereka melakukan perjalanan. Aai.... sekalipun selama berada di dalam perkampungan Pek Hoa San Cung kami tidak pernah merasakan siksaan atau penderitaan apapun, tetapi hidup dalam kamar yang gelap dan setiap hari tak pernah melihat sinar matahari sedikit banyak hal itu menekan pula jiwa kami." "Ananda tak dapat menggirangkan ayah dan ibu sebaliknya malah menyusahkan ayah dan ibu berdua. aiii.... kejadian ini sangat menyedihkan hatiku.... sekalipun mati, dosa ini belum juga dapat ditebus." "Karena cemas dan mendongkol ditambah rindu pula kepada putranya maka ketika berada di dalam kamar penjara ibumu, sudah menderita sakit, ditambah pula peristiwa yang amat mengerikan itu, maka ia jatuh tidak sadarkan diri, putraku. kau tak usah gugup ataupun gelisah, asal ia mendusin dan dapat berjumpa muka dengan dirimu serta mengenali kau sebagai putranya, sakit yang ia derita tentu akan sembuh sebagian besar dengan sendirinya." "Perkataan ayah sedikitpun tidak salah" Mendadak Giok Lan bangun berdiri, sambil menjura ke arah Siauw Ling ujarnya ; "Di dalam kota Koei-Chiu terdapat seorang tabib kenamaan, biarlah budak menyusup ke dalam kota dengan jalan menyaru dan undang dia datang kemari...." "Tak usah! tak usah berbuat demikian" tiba-tiba dari balik semak berkumandang gelak tertawa seseorang. "Tabib kenamaan macam apapun yang ada dikolong langit tiada seorangpun yang bisa menandingi kepandaian loohu, kalau cuma penyakit sekecil itu Loohu percaya cukup sekali tusuk jarum, penyakitnya seketika akan sembuh dan nyonya itu akan mendusin." Dengan hati terperanjat para jago sama2 angkat kepala, tampaklah diatas sebuah batu besar kurang lebih beberapa tombak dibelakang mereka berdiri seorang lelaki berbaju hitam yang kecil dan kurus kering, dia bukan lain adalah Tok Chiu Yok Ong. Karena merasa kuatir akan keselamatan Siauw Hujien, pendengaran para jago telah kehilanan daya tajamnya, sehingga sejak kapan Tok Chiu Yok Ong tiba disitu tak seorangpun yang tahu. Sang Pat per-tama yang tertawa dingin lebih dahulu, tegurnya, "Setelah kau datang kemari, jangan harap bisa berlalu dengan seenaknya!" Sembari berkata ia mengerdipkan ke arah Tu Kioe kemudian mereka berdua ber-sama2 loncat kesebelah kiri dan menghadap jalan perginya. Tok Chiu Yok Ong tertawa terbahak2 menyaksikan perbuatan kedua orang jago itu. "Seandainya loohu takut bisa datang tak dapat berlalu, tidak nanti aku menguntit kalian sampai disini?" serunya. Sembari berkata, ia melayang turun kebawah. Siauw Ling segera melangkah kedepan menghadang dihadapan ayahnya, lalu menegur dingin. "Janganlah membawa maksud jahat datang kemari kalau tidak akan kusurh kau mati tanpa tempat kubur." Tok Chiu Yok Ong tidak menggubris, ancaman sianak muda itu, seraya menatap wajahnya ia bergumam ; "Tidak salah lagi, ternyata kau benar2 telah menyaru sebagai pesuruh dari Be Boen Hwie tatkala kau masih ada di dalam perkampungan Pek Hoa San Cung, loohu telah mengetahui jejakmu!" "Pada waktu itu seandainya kau bocorkan rahasia ini kepada Shen Bok Hong mungkin kalau semua tidak akan gampang menerobos keluar dari perkampungan Pek Hoa San Cung." "Tidak salah, seandainya Shen Bok Hong tahu kau telah muncul disitu, ia pasti akan kearhkan segenap kekuatan yang ada di dalam perkampungan Pek Hoa San Cung untuk membinasakan dirimu. "Heee.... heeeh.... sayang seribu kali sayang kesempatan sebaik itu tak akan didapatkan lagi, Shen Bok Hong telah menyia2kan kesempatan yang paling baik untuk membinasakan diriku". "Loohu tidak mau membocorkan rahasiamu bukan karena disebabkan hatiku welas dan kasihan terhadap dirimu, melainkan karena aku butuh kau dalam keadaan hidup2, kemudian meminjam darah segar dalam tubuhmu untuk menolong selembar jiwa putriku". "Diantara kita tiada hubungan apapun, dengarkanlah nasehat cayhe dan matikan saja niatmu itu". "Loohu cuma punya seorang putri, sebelum tujuanku tercapai sepanjang masa loohu tak akan berhenti berusaha". "Berbicara dari keadaanmu saat ini, berani benar kau utarakan kata2 secongkak dan sesumbar itu?" tegur Siauw Ling dengan alis berkerut. Tok Chiu Yok Ong mendongak dan tertawa ter-bahak2. "Haa.... haa.... orang2 Bu-lim ada siapa yang tidak mengatakan aku sombong, tinggi hati dan suka sesumbar" buat apa kau mengatakan hal itu kepada diriku?" jengeknya. "Siauw-heng, jejak kita sudah konangan" mendadak Siang Hwie menyela. "Satu2nya cara yang bisa kita lakukan sekarang adalah membinasakan dirinya. sehingga tiada kesempatan sama sekali baginya untuk mewartakan jejakmu kepada musuh, apa gunanya kau bersilat lidah lagi dengan orang macam itu?" Seraya berkata ia siap menubruk kedepan. "Siang-heng, tunggu sebentar...." cegah Siauw Ling sambil ulapkan tangannya, per-lahan-lahan ia alihkan sinar matanya ke atas wajah Tok Chiu Yok Ong kemudian katanya, "Berdasarkan hal apakah kau hendak menggunakan darah segar dari aku orang she Siauw untuk menolong jiwa putrimu?" "Ilmu pertabiban yang loohu miliki tiada tandingannya dikolong langit dewasa ini, sedang ilmu silatkupun sama saja tidak berada dibawah orang lain, maka dengan andalkan kepandaian yang manapun aku bisa dapatkan darah dalam tubuhmu!" "Seandainya aku tidak memberi kesempatan kepadamu untuk berkutik, sampai matipun jangan harap harapanmu itu bisa tercapai...." jengek Siauw Ling seraya tertawa hambar. "Loohu percaya suatu hari aku dapat memaksa kau untuk memberikan darah dalam tubuhmu secara sukarela untuk menolong jiwa putriku!" Air muka Siauw Ling berubah hebat. "Sungguh tak nyana, putrimu berwatak halus dan ramah, ia pandai membedakan mana jahat dan mana baik, sebaliknya ia mempunyai seorang ayah yang egois dan buas, perbuatanmu benar2 sudah menodai kesuciannya...." Ia merandek sejenak, kemudian tambahnya, "Apakah kau merasa yakin bahwa ilmu silatmu sangat lihay dan sanggup untuk menundukkan aku orang she Siauw, baiklah, cayhe akan kasih satu kesempatan kepadamu untuk melakukan duel satu lawan satu, masing-masing pihak boleh andalkan kepandaian silat yang dimilikinya untuk cari kemenangan. Seandainya kau yang menang maka cayhe akan menyerahkan diri secara sukarela, darahku boleh kau ambil untuk menolong jiwa putrimu, tetapi bagaimana kalau sebalinya kau yang kalah ditangan aku orang she Siauw?" "Selama melakukan pekerjaan loohu cuma tahu berhasil, perduli dnegan cara dan tindakan apapun akan kulakukan usaha tersebut" jengek Tog Chiu Yok Ong sambil tertawa dingin. Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Orang lain boleh mentertawakan diriku, boleh mencaci maki diriku, tapi aku tak sudi bertaruh dengan orang lain, sekalipun ini hari gagal, hari esok masih panjang, suatu saat loohu pasti akan berhasil mendapatkan akal untuk merobohkan dirimu." Ucapan ini seketika itu juga membuat Siauw Ling tertegun. "Aku sungguh tak nyana atas kedudukan serta nama besarmu dalam dunia persilatan, ternyata Tok Chiu Yok Ong yang tersohor bisa mengucapkan kata2 semacam itu" teriaknya. Tok Chiu Yok Ong tidak menggubris ejekan orang, sinar matanya menyapu sekejap ketubuh Siauw Hujien yang berbaring diatas rumput lalu mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain. "Keadaan penyakit yang diderita ibumu tidak enteng, apabila tidak cepat-cepat disembuhkan mungkin penyakit itu akan kritis dan membahayakan jiwanya. "Hmm! apakah kau ingin menggunakan keadaan dari ibuku untuk memaksa aku orang she Siauw sumbangkan darah buat putrimu!" "Seandainya bisa demikian dengan senang hati akan loohu terima usulmu itu!" "Kalau cuma sedikit penyakit yan diderita Siauw Hujien, agaknya tak perlu sampai merepotkan dirimu" sela Suma Kan dari samping. Dari sakunya ia ambil keluar senjata gelang emasnya, kemudian berdiri menghadang dihadapan tubuh Siauw Hujien. Sambil mendengus dingin Tok Chiu Yok Ong menyapu sekejap wajah para jago yang ada diempat penjuru, kemudain ia bertanya ; "Benarkah kau ingin ajak aku bertaruh?" "Orang ini keji, licik dan banyak akal" pikir Siauw Ling di dalam hatinya. "Tenaganya membantu amat besar kesuksesan perkampungan Pek Hoa San Cung, apabila tidak kubasmi cepat-cepat dengan meminjam kesempatan baik ini, dikemudian hari tentu ia bakal mendatangkan bencana bagi umat Bu-lim, walaupun dengan perbuatan ini aku merasa bersalah terhadap putrinya, tapi apa boleh buat." Berpikir sampai disitu, segera sahutnya hambar, "Bila kau ingin mengajak aku bergebrak, dengan cara apapun pasti akan cayhe layani!" "Jadi orang, loohu paling tidak suka terikat oleh suatu ikatan, apabila kau ingin ajak aku bertanding, lebih baik kita tak terikat oleh peraturan peraturan dunia persilatan, menggunakan senjata rahasia, siapa lebih ampuh dialah yang menang." "Bagus sekali, kau suka menerangkan dahulu akan hal ini, dapat ditunjukkan kalau anda masih memiliki jiwa seorang enghiong." "Anda terlalu memuji!" "Masih ada satu persoalan, mungkin Yok Ong sudah luma mengutarakannya keluar?" mendadak sipencuri sakti Siang Hwie menyela. "Persoala apakah itu?" "Bertarung dengan cara mengerubut, siapa banyak jumlahnya dialah yang menang." "Ha ha ha ha.... loohu paling benci peraturan Bu-lim tentu saja sesuka hati kalian kalau mau bergebrak dengan jalan mengerubut." "Baik, kalau begitu biarlah cayhe mohon petunjukmu lebih dahulu" seru Suma Kan sambil ayunkan senjata gelang emasnya. Tapi sebelum serangannya mencapai sasaran mendadak terdengar Giok Lan menjerit lengking ; "Hujien"!!" Ia berjongkok dan memeluk tubuh Siauw Hujien. Dengan cepat Siauw Ling berpaling, ia saksikan tangan serta kaki ibunya gemetar keras, wajahnya pucat pias bagaikan mayat, sepasang matanya terpejam rapat dan keringat dingin mengucur keluar tiada hentinya, se-akan2 ia sedang menahan suatu siksaan yang hebat. Hatinya jadi terperanjat, tak kuasa lagi air matanya jatuh bercucuran membasahi wajahnya. "Tangan dan kaki gemetar ini menandakan nyonya itu terserang penyakit angin duduk" seru Tok Chiu Yok Ong sambil tertawa tergelak. "Apabila dibiarkan ber-larut2 sekalipun ada tabib sakti yang bisa sematkan selembar jiwanya, namun seluruh badannya lemas dan sepanjang masa ia tak bisa bangun lagi. Beberapa patah kata itu bagaikan sebilah golok yang menusuk keulu hati Siauw Ling. "Apakah Loocianpwee punya kemampuan untuk menyembuhkan penyakitnya" per-lahan-lahan ia bertanya sambil menyeka air mata. "Obat tiba penyakit lenyap, tanggung ia akan pulih kembali seperti sediakala!" "Kalau begitu mohon Loocianpwee suka turun tangan menolong jiwanya!" "Soal menyembuhkan sakit sih gampang sekali, cuma harga yang loohu minta sangat tinggi, kuatkah kalian membayarnya?" "Bukalah harga" sela Sang Pat secara tiba-tiba. "Intan, permata, mutiara, emas murni atau benda berharga apapun, asal kau inginkan tanpa menawar aku orang she Sang akan berikan kepadamu." "Buat apa emas, intan permata dan segala benda tak berharga itu" dalam pandangan loohu benda2 yang tak bernilai sepeserpun." "Lalu apa yang kau inginkan?" "Aku menginginkan darah dalam tubuhnya untuk menolong jiwa putriku" sahut Tok Chiu Yok Ong sambil melirik sekejap ke arah Siauw Ling. Ucapan ini seketika itu juga membuat para jago tadi tertegun dan tak tahu apa yang harus diucapkan. Terdengar Tok Chiu Yok Ong tertawa dingin dan berkata kembali ; "Meskipun harga yang loohu ajukan amat tinggi, namun tidak kupaksa pada orang lain maukah kalian terima permintaan loohu itu terserah pada keputusan kalian sendiri " Siauw thayjien yang selama ini berdiri tenang disisi kalangan, tiba tiba buka suara dan berkata, "Ling jie, usia ibumu sudah lebih dari setengah abad, keadaannya bagaikan kayu yang sudah hampir jadi perahu, sekalipun mati juga tidak mengapa. Sebaliknya usiamu masih muda, tanggung jawabmu amat besar, janganlah disebabkan suatu persoalan kecil sehingga mengaco masalah besar" Siauw Ling tidak menyahut, mendadak ia tertekuk lutu dihadapan ayahnya dan berseru ; "Harap Tia memaafkan dosa ananda yang tak dapat menuruti permintaanmu, cinta kasih ibu tiada bandingannya dikolong langit, sekalipun ananda harus matipun ananda rela asal selembar jiwa ibu dapat tertolong" Para jago yang ada diempat penjuru dapat merasa betapa penting dan seriusnya masalah tersebut, mereka sama2 membungkam dan tidak berani ikut menyela barang sekecap katapun. Lama sekali Siauw Thayjien termenung, akhirnya ia berkata, "Bangunlah lebih dahulu! apabila kau memang punya maksud untuk berbakti, tentu saja aku tak bisa banyak bicara, terserah pada keputusanmu sendiri!" Siauw Ling segera mengucapkan terima kasih dan merangkak bangun, setelah itu kepada Tok Chiu Yok Ong katanya, "Baiklah, aku suka menyumbangkan darah dalam tubuhku untuk menolong selembar jiwa putrimu...." "Kau sendiri loo yang menyetujui permintaanku itu, bukan Loohu yang paksa dirimu" sela Tok Chiu Yok Ong sambil tersenyum. "Setiap patah kata yang telah kuucapkan, selamanya tidak pernah kusesalkan lagi, apakah kau tidak percaya?" "Loohu percaya padamu!" Ia segera melangkah menuju ketempat dimana Siauw Hujien berbaring, seraya maju hardiknya ketus. "Ayoh minggir semua!" Kiranya Siang Hwie serta Suma Kan berdiri sejajar menghadang dihadapan Siauw Hujien dan menghadang dirinya, tapi berhubung keadaan situasi pada saat ini sudah berubah, terpaksa mereka menurut dan menyingkir kesamping. Setibanya disisi tubuh Siauw Hujien, Tok Chiu Yok Ong memeriksa sejenak air muka dari nyonya itu, kemudian tertawa. "Nah, bagaimana kalau kalianpun menyaksikan bagaimanakah tabib sakti nomor wahid dikolong langit dewasa ini turun tangan?" Giok Lan yang berdiri disisi Siauw Hujien mendadak menyela dengan suara dingin, "Ilmu pertabibanmu memang lihay, tapi kepandaianmu menggunakan racun jauh lebih lihay lagi, budak pernah dengar dari mulut Shen Bok Hong yang mengatakan Tok Chiu Yok Ong mempunyai kepandaian untuk menyalurkan racun lewan sesuatu benda." "Tidak salah, Loohu memang memiliki kepandaian semacam itu, tapi aku tidak bakalan sudi melukai seorang nyonya tua yang sama sekali tidak bertenaga untuk melawan. "Mungkin saja penyakit yang diderita Loo-Hujien tidak seberat dan seserius apa yang kau katakan tadi, namun kau sengaja melukiskan keadaan tersebut sedemikian serius dan parahnya dengan maksud memaksa Siauw Kongcu untuk sumbangkan darahnya guna menolong selembar jiwa putrimu." Tok Chiu Yok Ong mendengus dingin, dari dalam sakunya ia ambil keluar sebatang jarum perak dan berkata lebih jau, "Asal jarum dari Loohu ini ditusukkan ke dalam tubuhnya, ia segera akan sadar kembali...." "Tok Chiu Yok Ong, seandainya kau berani mencelakai ibuku secara diam2, tahukah kau apa yang bakal kulakukan?" sela Siauw Ling dengan nada serius. Hmmm! tidak nanti kau bisa melukai Loohu". "Putrimu akan kubunuh lebih dahulu, agar jerih payahmu selama puluhan tahun untuk menolong jiwa putrimu berantakan, dan akan kupersilahkan kau mencicipi bagaimana raasanya kalau sorang ayah kehilangan putrinya yang tercinta". "Aaaai....! orang lain mungkin tak bisa menakut2i aku si Tok Chiu Yok Ong tapi kau, mungkin sama mempunyai kemamapuan tersebut". Siauw Ling tidak ambil gubris, ia menjulurkan tangannya sambil berbisik lirih kepada diri Kim Lan, "Pinjamkan pedangmu kepadaku!" Kim Lan mengiakan dan mencabut keluar pedangnya yang kemudian dipersembahkan kepada sianak muda itu. Sepasang mata Siauw Ling berkilat, ia menatap wajah Tok Chiu Yok Ong tajam2 lalu berkata. "Hey Tok Chiu Yok Ong, pernahkah kau menyaksikan ilmu pedang yang dimiliki aku orang she Siauw?" "Dengan kepandaian tusuk jarum Loohu yang tiada tandingannya dikolong langit, ingin kutukarkan dengan melihat sejurus ilmu pedangmu!" Dalam pada itu suasana dalam kalangan diliputi ketegangan, sinar mata semua orang sama2 dicurahkan ketangan Siauw Ling. wajah semua orang diliputi kesedihan dan kedukaan yang tak terhingga. Sinar mata Siauw Ling dialihkan ke arah sebuah pohon pendek yang berada kurang lebih tiga tombak dihadapannya, kemudian ia berseru. "Baik! nah perhatikanlah secara seksama?" Diam2 hawa murninya disalurkan keseluruh tubuh, lalu perhatiannya ditumpahkan ke atas lengan sebelah kanan. Tampak pedangnya per-lahan-lahan diangkat ke atas mendadak pergelangannya bergetar dan pedang tersebut terlepas dari genggamannya. Terciptalah serentetan cahaya ke-perak2an yang amat menyilaukan mata, dengan membawa hawa pedang serta desiran yang tajam segera meluncur empat lima tombak tingginya keangkasa. Berada ditengah udara pedang tadi berputar dua lingkaran, kemudian laksana sambaran kilat meluncur ke arah pohon pendek itu. Serentetan cahaya tajam mengelilingi pohon tersebut dengan cepatnya, dimana sinar keperak perakan berkelebat lewat dahan ranting dan dedaunan sama2 rontoh ke atas tanah. Menanti cahaya pedang sudah sirap dan pedang itu kembali kewujudnya sebagai senjata, maka pohon siong yang pendek tadipun tinggal sebuah pohon yang gundul dan tak nampak lagi ranting atau daun barang sedikitpun jua. Para jago sama-sama dibikin berdiri melongo dengan mata terbelalak oleh demonstrasi ilmu pedang terbang tersebut, lama sekali mereka baru perdengarkan seruan memuji dan helaan napas. Sedang Tok Chiu Yok Ong pun mengangguk sambil berkata ; "Seingat loohu selama lima puluh tahun belakangan dalam kolong langit cuma ada empat orang jago kangouw yang memiliki kepandaian sedahsyat itu, tiga orang diantaranya terjerumus ke dalam istana terlarang dan hingga kini belum diketahui kabar beritanya...." Ia merandek sejenak, tiba-tiba serunya sambil pertinggi suaranya, "Apa hubunganmu dengan Cung San Pek?" Siauw Ling rada tertegun tatkala mendengar ia menyebutkan nama Cung San Pek, namun dengan cepat sahutnya juga. "Dia adalah guruku!" "Usiamu masih amat muda namun keberhasilanmu dalam ilmu silat melanggar kebiasaan dari keadaan umum, apabila dengan loohu tidak salah maka kecuali Cung San Pek maka kau masih mengalami pelbagai penemuan aneh yang berada diluar dugaan." Diam2 Siauw Ling terkejut dengan pernyataan tersebut pikirnya, "Sungguh lihay orang ini, apakah iapun dapat mengetahui kalau aku pernah makan jamur batu berusia seribu tahun...." Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ia tidak menjawab sebaliknya berseru. "Dengan andalkan ilmu pedangku ini, apakah tidak dapat kucabut selembar jiwa putrimu?" "Aku rasa lebih dari cukup, tapi belum tentu kau bisa melukai loohu dengan kepandaianmu itu" Habis bicara jarum perak ditangannya segera ditusukkan kedepan dada Siauw hujien. Ilmu tusuk jarum yang dimiliki orang ini benar2 lihay sekali, tatkala jarum tersebut menembusi jalan darahnya, Siauw hujien segera menghembuskan napas panjang. "Ilmu pertabibanmu benar2 luar biasa, tidak malu kau disebut si raja obat.... "Dibawah tangan Loohu tak pernah ada penyakit yang tak bisa kusembuhkan!...." Tampaklah jarum perak ditangan Tok Chiu Yok Ong bekerja cepat, dalam sekejap mata ia sudah menusuk dua belas jalan darah ditubuh Siauw hujien. setelah itu jarum tadi baru disimpan kembali dan ambil keluar sebuah botol porselen lalu dilemparkan ke arah Siauw Ling. "Apa isi botol ini" bagaimana cara penggunaannya?" tanya Siauw Ling sambil menyambut botol tersebut. "Tok Chiu Yok Ong tertawa hambar, jengeknya, Seumpama kata loohu ada maksud mencelakakan dirimu, maka pada saat ini kau sudah keracunan...." Sinar matanya menyapu sekejap ke arah para jago kemudian tertawa ter-bahak2, tambahnya. "Namun kau boleh berlega hati, Loohu masih membutuhkan darah segar dalam tubuhmu untuk menolong jiwa putriku, maka tidak nanti kuracuni badanmu!...." Siauw Ling tahu kalau ia memiliki kepandaian untuk meracuni seseorang dengan meminjam sesuatu benda, maka mulutnya membungkam dalam seribu bahasa. Terdengar Tok Chiu Yok Ong berkata lebih jauh. "Dalam botol porselen itu berisikan lima butir pil, bukan saja bermanfaat untuk menambah tenaga dan tambah usia, seandainya tiap hari menelan sebutir maka menanti kelima butir pil itu sudah habis ditelan maka tenaga serta kesehatan ibumu akan pulih kembali seperti dua puluh tahun berselang, kau harus baik2 menyimpan benda itu". "Terima kasih atas pemberian obat mujarab ini". "Sebagai tanda bukti apabila ucapan loohu tidak bohong, lima hari kemudian loohu baru akan datang lagi kemari sambil membawa putriku" Tatkala berbicara sinar matanya memancarkan cahaya pengharapan yang tak terkirakan, sewaktu memandang Siauw Ling wajahnyapun memancar keluar rasa kasih sayang bercampur rasa gelisah. Siauw Ling menghembuskan napas panjang katanya ; "Perkataan seorang lelaki sejati berat laksana gunung thaysan, harap Yok-Ong berlega hati, apabila lima hari kemudian ibuku benar2 sehat dan segar kembali seperti apa yang Yok Ong katakan, cayhe pasti akan persembahkan darah segar dalam tubuhku dengan sukarela". "Bagus, loohu percaya dengan perkataanmu itu". Ia putar badan dan sekali enjot sudah berada dua tombak dari tempat semula lalu dalam sekejap mata lenyap tak berbekas. Menanti bayangan tubuh Tok Chiu Yok Ong sudah lenyap dari pandangan, Sang Pat segera maju dan menjura kepada diri Siauw Ling, katanya ; "Toako, benarkah kau hendak berikan darah di dalam tubuhmu untuk menolong putri dari Tok Chiu Yok Ong?" "Setelah kusanggupi permintaannya, mana boleh kubohongi orang itu?" "Toako, dewasa ini kau telah memikul tanggung jawab yang amat berat sekali" sela Tu Kioe dengan hati cemas. "Nasib dan keselamatan seluruh umat Bu-lim terletak diatas pundakmu, mana boleh kau mengorbankan diri demi orang lain?" "Sepanjang masa aku sipencuri tuapun paling pegang janji, setiap perkataan yang telah kuucapkan selamanya tak pernah disesalkan kembali" sambung sipencuri sakti Siang Hwie. "Namun keadaan dari Siauw-heng pada saat ini berbeda sekali, meskipun kau ingkari janji, aku rasa kawan2 Bu-lim tetap akan menghormati dirimu." "Maksud baik cuwi sekalian biarlah kuterima di dalam hati saja. aku rasa persoalan ini tak usah dibicarakan lagi." Sang Pat tak bisa berbuat lain, ia berjalan ke hadapan Siauw thay-jien dan berkata lirih ; "Loo-pek, keselamatan Siauw toako seorang mempengaruhi nasib dan keselamatan seluruh Bu lim berada dalam keadaan seperti ini rasanya cuma Loo-pek seorang yang mungkin dapat menghalangi niatnya ini, harap Loo-pak suka mengutarakan beberapa patah kata untuk menghalangi niat dari Siauw toako ini." "Tentang soal ini.... sulit sekali bagitu untuk buka suara" sahut Siauw-thayjien dengan alis berkerut. "Dengan darahnya ia tukar obat mujarab untuk menolong jiwa ibunya, perbuatan ini merupakan suatu perbuatan yang berbakti pada orang tua ia sudah menyanggupi orang untuk memberikan darahnya sebagai balas jasa. hal ini merupakan suatu perbuatan yang menyangkut soal kepercayaan, apabila kau suruh aku ajari putraku untuk ingkar janji.... aku.... aku yang jadi ayahnya terasa sukar untuk mengatakan keluar" Ucapan ini membuat Sang Pat tertegun, lama sekali ia baru bisa menyahut. "Nasehat Loo-pek benar sekali." Dalam pada itu meski ucapan Siauw-thayjien gagah dan pakai aturan, namun teringat nasib putra kesayangannya dimana beberapa hari lagi akan meninggalkan mereka untuk se-lama2nya tak urung hatinya merasa sedih dan terharu juga. Ia segera melengos dan duduk disisi batu cadas sambil memandang awan diangkasa. Si Pit besi berwajah dingin Tu Kiow, walaupun berwajah dingin dan hambar padahal dia adalah manusia yang berhati welas, peristiwa yang menimpa Siauw Ling ini amat mencemaskan hatinya, melihat Siauw thayjien tak mau menasehati putranya terpaksa ia berjalan kesisi Giok Lan dan berkata dengan suara lirih ; "Nona Giok Lan, aku lihat persoalan ini hanya Hujien seorang yang mungkin bisa menghalangi niatnya, menanti Hujien mendusin nanti lebih baik kita ceritakan kisah ini kepadanya." Sebelum Giok Lan menjawab, Siauw Ling telah berkata lebih duluan. "Giok Lan, apabila ibuku mendusin nanti aku melarang kau untuk memberitahukan peristiwa ini kepadanya." Giok Lan tak berani membangkang terpaksa ia menurut. "Akan budak ingat terus!" "Toako, maukah kau dengarkan beberapa patah kata dari siauwte?" seru Tu Kioe dengan alis berkerut. "Apabila persoalan itu tiada sangkut pautnya dengan peristiwa tersebut, siauwheng akan mendengarkan dengan senang hati." "Kalau demikian adanya, siauwte pun tak usah banyak bicara lagi!" "Aku lihat memang ada baiknya kalian tak usah membicarakan soal ini lagi!" "Saudara Tu, tak usah berbicara lagi" sela Sang Pat dengan nada keras. "Toako sudah mantapkan hatinya untuk berbuat demikian, sekalipun kita nasehati labih jauhpun tak berguna." Sementara itu Siang Hwie mendongak memandang cuaca lalu berkata, "Tok Chiu Yok Ong membutuhkan sekali darah dalam tubuh Siauw-heng, aku rasa ia tak bakal membocorkan jejak kita semua, mata2 Shen Bok Hong lebih luarpun tidak bakal berhasil menemukan tempat persembunyian kita. asal kita bertindak lebih hati2 rasanya berdiam tiga lima hari lagi pun jejak kita tak bakal konangan." "Hanya saja tempat ini kekurangan bahan makanan bagi kita orang2 kangouw sih mencari burung atau binatang buruanpun sudah cukup untuk menangsal perut, tetapi Siauw Loo cianpwee serta hujien tidak biasa dengan penghidupan cara begini, aku sipencuri tua ada maksud untuk pergi mencuri sedikit bahan makanan, entah siapakah diantara kalian yang suka menemani aku si pencuri tua?" "Aku orang she Sang pandai berbohong tapi tidak punya kepandaian mencuri, ingin sekali kuikuti diri Siang-heng untuk menyaksikan bagaimana hebatnya kepandaian mencurimu" seru Sang Pat sambil tertawa. Kedua orang itu sengaja menghalangi Siauw Ling untuk berlalu dari sana, kemudian setelah berkata kepada diri Siang Hwie ; "Eei pencuri tua, tindakan yang kau ambil dalam menghadapi peristiwa ini membuat cayhe merasa kurang setuju". "Persoalan apa?" "Lima hari lagi Tok Chiu Yok Ong akan balik lagi ber-sama2 putrinya, bukankah kaupun mendengar perkataan itu?" "Aku dengar!" "Siauw toako tidak ingin mengingkari janji, maka kita harus berusaha keras untuk meninggalkan tempat ini agar Tok Chiu Yok Ong menubruk tempat kosong, apabila waktu ditunda lebih lama mungkin ia bisa berubah pikiran!" "Aku sipencuri tua tidak setuju dengan caramu itu". "Apakah kau mempunyai cara lain yang jauh lebih baik?" "Akal bagus sih tidak, cuma cara ini mungkin jauh lebih bagus daripada caramu tadi". "Kalau begitu cepatlah kau utarakan?" "Siauw toakomu itu walaupun berusia sangat muda tapi jadi orang sangat pegang janji dan tidak ingin urusannya dihalangi orang lain, sekalipun dalam lima hari ini kita berhasil menghindari penguntitannya, namun lama kelamaan si Tok Chiu Yok Ong tersebut bakalan berhasil juga menemukan dirinya, maka dari itu aku sipencuri tua mempunyai akal lain yang jauh lebih bagus, agar bibit bencana ini lenyap untuk selamanya". "Sudahlah, jangan jual mahal lagi. cepatlah katakan!" "Kita harus berusaha untuk menemukan Be Boen Hwie, dan minta ia kirim beberapa orang jago lihay bersembunyi dijalan yang penting menanti Tok Chiu Yok Ong datang memenuhi janji, kita serang dirinya secara serentak dan membinasakan dirinya saat itu juga. atau paling sedikit membinasakan putrinya. orang ini berhati keji dan sudah banyak melakukan kejahatan, rasanya sekalipun kita bokong dan kita keroyok sampai matipun bukan suatu perbuatan yang patut disesalkan." "Demi selamatkan selembar jiwa toakoku, sekalipun aku orang she Sang harus melakukan suatu perbuatan yang memalukan pun tidak mengapa, cuma takutnya seumpama peristiwa ini sampai diketahui oleh Siauw toako, ia tentu akan marah dan kemungkinan besar bakal memutuskan hubungan perseaudaraan dengan diriku...." "Persoalan ini justeru jangan sampai diketahui olehnya, kalian Tiong Chiu Siang Ku tak usah turun tangan, biarlah aku sipencuri tua dengan mengajak Suma Kan serta para jago lainnya yang dikirim Be Boen Hwie rasanya sudah lebih dari cukup," "Seandainya Be Boen Hwie tidak berhasil ditemukan." "Seumpama Be Boen Hwie tidak ditemukan, terpaksa kalian Tiong-chiu Siang Ku harus ikut serta di dalam perbuatan ini." "Ah.... seandainya memang tiada akal lain terpaksa kita berbuat demikian saja." Sambil ber-cakap2 sambil melakukan perjalanan, tanpa terasa sampailah mereka di dalam sebuah dusun. Siang Hwie suruh Sang Pat menunggu diluar dusun, sedang ia masuk ke dalam kampung seorang diri. Beberapa saat kemudian ia sudah muncul kembali sambil membawa beberapa ekor ayam dan bebek, dua kantung tepung mie, mangkuk kuali dan barang2 keperluan lainnya. "Semua benda ini kau dapatkan dari mencuri?" seru Sang Pat sambil geleng kepala. "Walaupun aku sipencuri tua tidak becus, namun tidak nanti kucuri barang milik orang miskin, kesemuanya ini aku beli dengan harga sepuluh tahil perak." "Terlalu mahal, terlalu mahal, kau tidak becus untuk berdagang!" "Heee.... heee.... membicarakan soal berdagang sudah tentu aku sipencuri tua terpaksa harus menyerah, bagaimanapun juga uang itu adalah kudapatkan dari mencuri, sekalipun digunakan lebih banyakpun tidak mengapa." Ia merandek sejenak, lalu terusnya ; "Kira2 harus pulang sekarang?" "Bukankah kau hendak mencari Be Boen Hwie" "Sekalipun gelisah juga tak usah terlalu ter-gesa2, waktu lima hari masih amat panjang, seandainya kau pulang seorang diri Siauw toakomu tentu akan menaruh curiga, lebih baik besok saja aku sipencuri tua pergi sendiri cari orang she Be itu." Begitulah maka kedua orang itupun dengan membawa ayam, bebek serta keperluan dapur segera pulang kelembah, tatkala tiba disana senjapun telah menjelang tiba. Kim Lan serta Giok Lan telah siapkan sebuah gua yang telah dibersihkan untuk Siauw Hujien berbaring, sebagai alasnya diberilah setumpukan rumput2 kering yang lunak dan empuk. Ilmu tusuk jarum serta pil yang ditinggalkan Tok Chiu Yok Ong benar2 sangat mujarab, setelah Siauw hujien menelan sebutir pil itu kesehatannya banyak sudah pulih dan iapun sudah sadar serta dapat kenali Siauw Ling sebagai putranya yang dirindukan siang malam. Dibawah rawatan Kim Lan serta Giok Lan yang suka cerita dan bergurau, meski tinggal di gunung yang sunyi dan terpencil namun Siauw-Hujien merasa senang dan bahagia sekali. Sedang Siauw-thayjien duduk menyepi seorang diri diluar goa, pikirannya bimbang dan kalut, ia merasa sedih karena baru beberapa hari berjumpa kembali dengan putranya, siapa sangka mereka bakal berpisah kembali untuk selamanya. Walaupun dia adalah seorang yang berjiwa besar namun cinta kasih seorang ayah terhadap anaknya membuat ia tak Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo urung merasa sedih hati juga. Siauw Ling sendiripun selalu mendampingi ibunya yang sudah tua, teringat lima hari lagi ia bakal berpisah untuk selamanya, sianak muda ini ingin sekali menggunakan kesempatan baik untuk berkumpul dengan ibunya yang tercinta. Malam ini Kim Lan demonstrasikan kepandaian memasaknya dan membuat hidangan malam itu lejat dan nikmat. Siauw Hujien memuji tiada hentinya atas kemampuan Kim Lan malam itu ia bersantap banyak sekali. Setelah santap malam, udara semakin gelap gulita, dalam guapun dibuat seunggukan api unggun. Kesehatan Siauw Hujien sudah banyak pulih kembali. dibawah sorotan api unggun ia bercakap cakap dengan Kim Lan serta Giok Lan. Memandang dua orang dayang tersebut, tiba-tiba nyonya tua itu teringat akan diri Gak Siauw Cha,maka dengan sedih ia segera bertanya ; "Sejak perpisahan pada lima tahun berselang hingga ini hari belum pernah kami bertemu lagi tapi ananda sudah mendapatkan kabar beritanya, beberapa hari lagi menanti kesehatan ibu sudah pulih ananda akan pergi mencari dirinya." Belum habis ia bicara mendadak sianak muda itu membungkam, teringat dalam masa hidupnya kali ini tak mungkin bisa berjumpa legi dengan enci Gak-nya, ia merasa hatinya seperti di-iris2, saking sedihnya kepalanya tertunduk rendah-rendah dan mulut bungkam dalam seribu bahasa. "Aaaai....! Siauw Cha bocah itu memang menyenangkan" gumam Siauw Hujien "Tatkala ia masih berada disisikum aku masih tak merasakan sesuatu, tapis ejak kepergiannya kau merasa amat rindu sekali dan kian hari rasa rinduku kian bertambah...." Ia berpaling memandang sekejap dua orang dayang yang ada disisinya dan menambahkan ; "Dua orang nona inipun menyenangkan hati, dikemudian hari...." Siauw Ling kuatir ibunya dalam keadaan senang tak sanggup mengeram, buru-buru ia menimbrung; "Penyakit yang ibu derita belum sembuh lebih baik jangan banyak bicara, beristirahatlah dengan tenang, ananda pun akan beristirahat." Habis bicara ia bangkit berdiri dan berlalu. JILID 27 Memandang bayangan punggung Siauw Ling yang berlalu, Siauw HUjien menghela napas panjang. "Aaai....! waktu masih kecil bocah ini amat lemah dan berpenyakitan, sungguh tak disangka setelah berlarian selama beberapa tahun ditempat luaran telah berubah jadi kuat dan kekar," serunya. "Aaai....! keluarga Siauw kami cuma diberkahi keturunan seorang saja, apabila sewaktu kecil ia berbadan sehat, aku ingin sekali kawinkan dirinya dengan seorang gadis yang cantik" Kim Lan serta Giok Lan sama2 tersenyum, namun mereka tak tahu harus menjawab bagaimana. Memandang kedua orang dayang itu, Siauw Hujien berkata lebih jauh, "Kalian berdua berwajah bersih, menarik lagi pula cerdik. Apabila kalian suka, akan kusuruh Ling-jie untuk menerima kalian sebagai...." "Hujien, budak sekalian tak punya rejeki sebaik itu" buruburu Giok Lan menukas. "Maksud baik Hujien biarlah budak terima di dalam hati dengan rasa penuh terima kasih saja, asal dikemudian hari budak sekalian diperbolehkan melayani diri Hujien, hal ini sudah lebih dari cukup. "Soal ini tak usah kalian kuatirkan, kita bicarakan dikemudian hari saja...." Per-lahan-lahan nyonya Siauw pun berbaring kembali. Dalam pada itu dengan langkah lambat Siauw Ling keluar dari gua, memandang keadaan cuaca ia merasa kentongan kedua sudah lewat, sianak muda itu menarik napas panjang dan per-lahan-lahan berjalan kedepan. Pikirannya terasa kalut dan wajahnya kelihatan murung serta kesal, ia merasa banyak pekerjaan yang belum diselesaikan, budi dari orang tuanya masih belum dibalas tapi ia sudah harus mati, apabila kematiannya disebabkan melakukan suatu perbuatan yang menggemparkan kolong langit it umasih agak terlalu mendingan, tapi ia harus berkorban demi menolong seorang gadis yang sama sekali tiada hubungannya dengan dia.... Karena melamun, tanpa terasa ia sudah berjalan sejauh dua li dari goa tersebut. Mendadak terdengar suara yang sangat ia kenal berkumandang datang. "Aku lihat cara ini tidak bagus, akal dari Siang-heng lebih tepat!" suara itu dingin dan tawar, itulah suara dari Tu Kioe. Siauw Ling segera merasakan hatinya tergerak ia menghentikan langkah kakinya dan mendengarkan lebih jauh dengan seksama. Angin gunung berhembus sepoi2 membuat daun dan rumput berbunyi gemirik, surar gemerisik itulah yang sudah menutupi langkah kaki dari Siauw Ling sehingga Tu Kioe sekalian sama sekali tidak sadar akan kehadiran sianak muda itu. Terdengar suara Siang Hwie menyambung. "Sang-heng, bagaimana tindakan kita selanjutnya" harap kau kasih jawaban!" Sang Pat yang selalu tertawa haha hihi, mendadak menghela napas panjang dan berkata, "Selamanya akal aku orang she Sang paling banyak tapi karena peristiwa ini pikiranku kacau dan butek. Siauw toako, adalah seorang jujur dan selalu pegang janji, sekalipun kita berlutut dan mohon berulang kalipun belum tentu ia sudi mengingkari janji." "Kiem Lan serta Giok Lan dua orang dayang itupun menaruh rasa hormat terhadap Siauw toako mu itu, setelah ia memberi pesan agar kedua orang dayang itu jangan menceritakan peristiwa ini kepada Hujien, aku rasa mereka berduapun tidak akan berani buka suara." "Tidak salah aku lihat dengan terpaksa kita harus bertindak mengikuti cara dari sipencuri tua." "Bagus sekali, kalau memang demikian adanya sekarang juga aku sipencuri tua akan berangkat untuk mencari Be Boen Hwie." "Seandainya besok pagi Siauw-toako tidak menjumpai dirimu dan bertanya, apa yang harus kami jawab?" tanya Tu Kioe. "Ia tak mungkin akan menanyakan diriku, seandainya yang tidak terlihat adalah Sang-Loo-toamu atau Tu-Loo-jie tentu ia akan bertanya se-dalam2nya sedang aku sipencuri tua, ia tak akan mengurusi diriku" "Seandainya dia menanyakan hal ini?" "Katakan saja kalianpun tidak tahu kemana aku pergi." "Baik, kita kerjakan demikian saja, kami tunggu kabar baikmu disini" "Kalianpun harus segera pulang, daripada nanti menimbulkan kecurigaan di dalam hatinya" Buru-buru Siauw Ling berkelebat dan menyembunyikan diri dibalik semak belukar. - - - - - - - 40 Menanti Siauw Ling mengintip lagi keluar tampaklah tiga sosok bayangan manusia berkelebat keluar dari balik semak. Tiong Chiu Siang Ku kembali kelembah sedang sipencuri sakti Siang Hwie berlalu seorang diri keluar lembah. Walaupun dalam hati Siauw Ling tidak begitu tahu rencana mereka pasti ada hubungannya dengan peristiwa lima hari kemudian dimana ia akan menyumbangkan darahnya untuk menolong jiwa putri dari Tok Chiu Yok Ong. Dalam hati diam2 pemuda ini merasa terharu pikirnya ; "Sungguh tak nyana Tiong Chiu Siang Ku yang mencintai harta bagaikan jiwa sendiri serta Siang Wie yang tersohor dalam Bu-lim karena ilmu mencurinya begitu memperhatikan nasib teman.... apabila dikolong langit terdapat banyak orang yang berwatak demikian, maka dunia pasti aman." Namun pikiran lain segera berkelebat dalam benaknya, ia merasa seorang lelaki sejati lebih baik mati daripada mengingkari janji, ia harus berusaha untuk menghalangi niat mereka. Berpikir sampai kesitu dengan langkah lambat segera balik ke dalam lembah. Keesokan harinya ketika para jago sama2 berkumpul, tidak salah lagi sipencuri sakti Siang Hwie tidak nampak hadir diantara mereka. Siauw Ling tetap bersabar untuk tidak menanyakan persoalan ini kepada diri Tion Chiu Siang Ku, kedua orang itupun pura2 tidak tahu Suma Kan lah yang kelihatan merasa heran, sehingga tak tahan lagi ia bertanya ; "Kemana perginya Siang-heng?" "Sipencuri tua itu sudah dasarnya punya watak suka mencuri, kalau tiga hari tidak mencuri barang, sepasang tangannya terasa jadi gatal, entah ia sedang mencuri dalam keluarga mana lagi?" Mendengar ucapan itu diam2 Siauw Ling berpikir dalam hatinya. "Apabila kemarin malam secara tak sengaja kudengar pembicaraan kalian, mungkin setelah mendengar perkataanmu itu aku jadi percaya seratus persen...." Waktu berlalu dengan cepatnya, dalam sekejap mata empat hari sudah lewat. Besok adalah waktu perjanjian antara Siauw Ling dengan Tok Chiu Yok Ong. Semalam Siauw Ling tak bisa tidur, pikirannya terasa kalut sekali sebelum fajar menyingsing ia telah membangunkan Tiong Chiu Siang Ku sambil berkata ; "Saudaraku berdua, masih ingatkah hari apakah ini hari?" "Tentu saja ingat, bukankah ini hari adalah saat perjanjian antara toako dengan Tok Chiu Yok Ong untuk memberikan darah segar guna menolong putrinya?" Kalau kelamaan Siauw Ling merasa pikirannya kacau, kini ia malah bisa tenangkan hatinya, sianak muda itu tertawa hambar. "Daya ingatmu sungguh baik sekali." pujinya. "Aku rasa Tok Chiu Yok Ong mengucapkan kata2 itu sekenanya, belum tentu ia sungguh2 datang menepati janji" kata Tu Kioe. "Seandainya ini hari ia tidak datang berarti ia sudah mengingkari janji, dikemudian hari toakopun tak usah pegang janji apabila bertemu kembali dengan dirinya" sambung Sang Pat. "Apabila mengikuti watak Tok Chiu Yok Ong sejak pagi tadi ia pasti sudah tiba disini, selewatnya tengah hari nanti kitapun tak usah menantikan kedatangannya lagi" Kiranya Tiong Chiu Siang Ku telah berjanji dengan Siang Hwie, apabila kentongan ketiga paa hari keempat ia belum balik juga, ini berarti sipencuri sakti itu sudah berhasil mengundang jago yang cukup ampuh untuk menghadang si raja obat tersebut, dan Tiong Chiu Siang Ku pun tak usah turun tangan sendiri. Kemarin malam Siang Hwie tidak balik, dus berarti sipencuri sakti itu telah berhasil mengundang bala bantuan yang cukup tangguh. Dengan mulut membungkam Siauw Ling mendengarkan pembicaraan kedua orang itu lalu sambungnya dengan hambar, "Sudah sepantasnya kalau kita sambut kedatangannya ditengah jalan...." "Apa?" seru Tu Kioe dengan nada kaget, hampir saja ia loncat ke atas. "Kita harus menyambut pula kedatangannya?" "Tidak salah, kita harus sambut kedatangan mereka berdua, kemungkinan besar ditengah jalan mereka akan menemui hadangan dari musuh2nya". Mendengar ucapan ini wajah Tu Kioe yang dasarnya sudah berwarna hijau membesi kini berubah jadi abu2, sepasang matanya melotot bulat2 dan berdiri disamping dengan mulut membungkam. Sang Pat pun rada tertegun, tapi dengan cepat ia menggeleng. "Tak usah, seandainya mereka berdua benar2 telah berjumpa dengan musuh besarnya, inilah keberuntungan kita, apa perlunya kita harus susah payah menyambut kedatangannya?" "Seandainya benar2 tiada hubungan dengan kita sih mendingan, aku tahu justru hal ini ada sangkut pautnya dengan kita". "Apa sangkut pautnya?" seru Sang Pat serta Tu Kioe hampir berbareng setelah saling berpandangan sekejap. "Seandainya Siang Hwie telah mengundang jago-jago lihay dan menghadang jalan pergi Tok Chiu Yok Ong berdua ditengah jalan, bukankah peristiwa ini ada sangkut pautnya dengan diri kita?" "Hubungan Siang Hwie dengan toako biasa2 saja, aku lihat dia tak bakal buang tenaga besar itu" "Tidak salah" Tu Kioe menyambung. "Aku lihat lebih baik toako jangan berpikir yang bukan2" "Bagaimana seandainya Siang Hwie berbuat demikian dengan memandang diatas wajah kalian berdua" atau ia sudah menerima permintaan bantuan dari kalian berdua?" Air muka Tiong Chiu Siang Ku berubah hebat mereka tak bisa mengakui, dengan ter-mangu2 kedua orang itu berdiri mematung ditempat semula. Siauw Ling tersenyum, ujarnya kembali ; "Selamanya saudara berdua selalu menghormati diriku dan tak pernah membangkang perintahku ini hari adalah saat ajal dari siauwlong kenapa kalian berdua malah tak mau mendengarkan perkataan siauw-heng?" Saking terharunya Tiong Chiu Siang Ku mengucurkan air mata, mereka segera menjura dan menyahut ; "Silahkan toako memberi perintah, toako minta kami terjun keair kami segera terjun keair suruh terjun kami keapi masuk keapi, apabila ucapan kami lain dihati lain dibibir, maka Thian akan membasmi kami dari muka bumi". Siauw Ling segera menjinjing jubahnya dan jatuhkan diri berlutut ke atas tanah, katanya, "Kedudukan saudara berdua Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dalam dunia persilatan sangat tinggi dan dihormati umat Bulim tapi kalian sudi menurunkan derajat sendiri dengan mengakui aku orang she Siauw sebagai kakak padahal pembicaraan soal usia serta tingkatan, aku masih bukan apa2nya kalau dibandingkan dengan kalian berdua...." "Harap toako segera bangun berdiri" buru-buru Tiong Chiu Siang Ku pun jatuhkan diri berlutut ke atas tanah. "Kalau ada perkataan kita bicarakan secara baik2, kalau begini terus apakah toako ingin siauw-te belah dada dan korek keluar hati kami untuk menunjukkan kesetiaan kami?" Siauw Ling tahu apa yang dikatakan kedua orang itu bisa dilakukan benar2, maka ia segera bangun berdiri. "Cinta kasih saudara berdua membuat siauw-heng merasa amat berterima kasih sekali." katanya. "Selama hidup Tiong Chiu Siang Ku tidak pernah takluk kepada orang lain, tapi terhadap toako, rasa hormat kami melebihi apapun juga" sambung Sang Pat dengan air mata bercucuran. "Apabila toako ada pesan katakanlah terus terang, perduli siauw-te sekalian mampu untuk melaksanakannya dengan kekuatan yang kami miliki atau tidak, tentu akan kami laksanakan dengan se-baik2nya, sekalian mati juga tidak menyesal." "Aku telah menyanggupi permintaan dari Tok Chiu Yok Ong, maka janji yang telah kuucapkan tak boleh diingkari kembali, budi yang diberikan ibu kepadaku dalam bagaikan lautan, sekalipun harus berkorban jiwa sudah jadi kewajibanku untuk menyelamatkan ibuku, maka setelah siauw-heng mati nanti aku sangat mengharap saudara suka merawat orang tua siauw-heng baik2, dengan demikian siauw-hengpun bisa mati dengan meram!" Selesai mendengarkan perkataan itu mendadak Sang Pat mendongak dan tertawa ter-bahak2, suaranya keras bagaikan pekikan naga sakti sehingga menembusi angkasa dan menggema tiada hentinya. "Apa yang kau tertawakan?" tegur Siauw Ling tertegun. "Seandainya toako benar2 mati karena kehabisan darah, maka aku serta Tu Kioe tentu akan adu jiwa dengan Tok Chiu Yok Ong, dia memiliki ilmu melepaskan racun lewat benda lain, dan di dalam pertarungan tersebut kemungkinan besar Saiuw-te berdua bakal mati konyol, bukankah ini berarti setelah kematian toako, aku serta Tu Kioe pun segera akan menyusul dirimu ke alam baka?" kata Sang Pat. "Aku takut setelah Loo Hujien mendengar kabar sedih ini, beliau bakal sedih dan amat berduka, perbuatan toako dengan memberikan darah untuk menolong jiwa ibumu bakal merupakan pekerjaan sia2 belaka" sambung Tu Kioe. Setiap patah yang diucapkan keluar penuh mengandung rasa persaudaraan yang akrab, namun nada ucapannya masih kedengaran dingin dan kaku. Siauw Ling segera mengerutkan dahinya, ia berkata. "Maksud hati saudara berdua sungguh membuat siauwheng merasa tidak setuju.... "Baiklah!" tiba-tiba Sang Pat berseru dengan wajah menunjukkan kebulatan tekadnya. "Kami menyanggupi permintaan toako, setelah kau kehabisan darah dan menemui ajalnya siauwte sekalian akan berusaha mengatur kedua orang tuamu terlebih dahulu, kemudian baru mencari Tok Chiu Yok Ong dan mengajaknya berduel sampai titik darah penghabisan." Dalam hati Siauw Ling mengerti, sekalipun dinasehati lebih jauh juga percuma maka ia menghela napas panjang. "Aaai....! saudaraku berbuat dengan demikian bukan berarti siauw-heng tiada kesempatan sama sekali untuk melanjutkan hidup, mungkin saja aku masih dapat hidup segar dikolong langit?" katanya. "Seseorang yang darah dalam tubuhnya telah dikeluarkan semua, masih dapat hidup dikolong langit lebih jauh kejadian ini sungguh membuat siauwte kurang percaya" seru Tu Kioe. "Tok Chiu Yok Ong pandai sekali dalam soal pertabiban, dan pandai pula menggunakan obat2 mujarab, setelah siauwheng memberikan darah di dalam tubuhku dan bilamana ia suka sembuhkan kelemahan tubuhku dengan obat mujarab, aku rasa kesempatanku untuk hidup lebih jauh masih amat besar sekali" "Sekalipun dia memiliki kemampuan untuk berbuat demikian, aku takut tiada kesabaran dalam hatinya untuk melakukan hal itu, kalau tidak kenapa ia bisa bergelar si raja obat bertangan keji?" "Aku menolong jiwa putrinya, membantu dia menyelesaikan harapan yang selama ini terkandung dalam hatinya, aku rasa tak mungkin ia biarkan aku mati tanpa ditolong, aku harap saudara berdua tak perlu menguatirkan persoalan ini lagi" "Dia mau menolong atau tidak itu terserah pada dirinya sendiri, orang lain tak dapat memaksakan harapan ini, satu2nya cara yang paling baik adalah jangan kau berikan darah dalam tubuhku...." Sinar mata Siauw Ling yang tajam menatap wajah Tu Kioe; hal ini membuat si Thiat Pit Leng Bin buru-buru mendehem dan menghentikan perkataan ditengah jalan. Lama sekali ketiga orang itu berdiri saling berpandangan, menanti fajar telah menyingsing dan jagad sudah terang perlahanlahan Siauw Ling bangun berdiri sambil berseru " "Kita harus berangkat!" "Kemana?" tanya Tu Kioe dengan alis berkerut. "Menyambut kedatangan Tok Chiu Yok Ong!" "Sejak kapan ucapan dari siauw-heng tak pernah dipenuhi?" Tiong Chiu Siang Ku saling berpandangan sekejap, mereka tidak banyak bicara lagi, mengikuti dibelakang Siauw Ling segera berlalu dari tempat itu. Sekeluarnya dari lembah, tampaklah bukit ber-sambung2an membentang didepan mata, kabut tebal menyelimuti seluruh jagad membuat Siauw Ling tertegun dan berpikir, "Begitu luasnya daerah pegunungan ditempat ini, entah para jago lihay dibawah pimpinan Siang Hwie itu bersembunyi ditempat mana" seandainya mereka memancing Tok Chiu Yok Ong berdua dengan menggunakan namaku sehingga terjerumus ke dalam lembah gunung yang terpencil dan sukar dicapai manusia.... maka jejak mereka sulit ditemui...." Tatkala Tiong Chiu Siang Ku menyaksikan Siauw Ling berhenti sambil termenung, mereka lantas tahu pastilah sianak muda itu dibikin murung karena tak tahu dimanakah para jago menyembunyian diri, diam2 timbullan suatu harapan dalam hati mereka, pikirnya, "Semoga sipencuri sakti Siang Hwie berhasil memancing Tok Chiu Yok Ong untuk memasuki suatu tempat yang terpencil dan tersembunyi kemudian baru turun tangan disana...." Sementara mereka masih termenung, tiba-tiba terdengar Siauw Ling berseru, "Saudara berdua, mari kita percepat perjalanan kita!" Habis berkata ia salurkan hawa murninya lebih dahulu berkelebat menuju kedepan. Terpaksa Tiong Chiu Siang Ku harus kerahkan pula ilmu meringankan tubuhnya untuk menyusul dari belakang. Mereka bertiga adalah sama2 jagoan Bu-lim kelas satu, perjalanan kali ini dilakukan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Kurang lebih dua jam kemudian sampailah mereka di dalam selat dimana pernah digunakan Be Boen Hwie serta sekalian anak buahnya untuk menghadang jalan pergi Shen Bok Hong. Kiranya secara tiba-tiba Siauw Ling teringat akan tempat itu sebagai suatu daerah yang amat berbahaya. walaupun ia tak tahu sampai kapan Tok Chiu Yok Ong baru tiba namun ia sadar bahwa Siang Hwie sekalian tentu tahu jalan mana yang akan ditempuh si raja obat itu, seandainya mereka ingin menghadang jalan perginya, tempat inilah merupakan daerah yang paling cocok untuk turun tangan. Oleh karena itulah dengan ter-gesa2 ia lari ketempat itu. Tempat daerah pegunungan tersebut tetap seperti sedia kala, pada mulut selat yang sempit tidak nampak sesosok bayangan manusiapun. Dibawah sorotan sinar mata, tampaklah noda darah menggenangi permukaan tanah dan memantulkan cahaya tajam. Siauw Ling segera berjongkok untuk memeriksa noda darah yang menggenangi permukaan tanah, tampak darah itu baru saja mengental dan jelas baru mengucur keluar kurang lebih setengah jam berselang, air mukanya kontan berubah hebat. Ia segera berpaling ke arah Tiong Chiu Siang Ku dan menegur, "Apakah kalian tetapkan tempat ini sebagai daerah penghadangan sesuai dengan apa yang kalian rencanakan?" "Ide ini muncul dari benak Siang Hwie" jawab Sang Pat sambil menjura dalam. "Sudah empat hari ia tidak kembali, maka siauwte pun tidak tahu mereka akan menghadang dan turun tangan terhadap diri Tok Chiu Yok Ong ditempat mana. Siauw Ling memeriksa perubahan air mukanya dan tahu kalau Sang Pat bicara jujur, iapun tidak bertanya lebih jauh. sambil berjongkok ia melakukan pemeriksaan lebih jauh dengan harapan dari darah segar yang menodai permukaan tanah tadi bisa mencari tahu ke arah mana mereka pergi. Tu Kioe melirik sekejap ke arah Sang Pat kemudian berbisik dengan ilmu menyampaikan suara ; "Sungguh tak nyana pandai benar sipencuri tua itu melaksanakan tugasnya bukan saja bersih bahkan tiada berbekas sekali, seandainya ia benar2 berhasil membinasakan Tok Chiu Yok Ong, dikemudian hari kita harus baik2 menyampaikan rasa terima kasih kepadanya. Sang Pat menggeleng dan menyahut dengan gunakan ilmu menyampaikan suara pula ; "Tok Chiu Yok Ong jadi orang liciknya luar biasa, ilmu silat yang ia milikipun sangat lihay aku rasa tidak segampang itu dirinya berhasil dibokong sampai roboh." "Ia datang kemari dengan tujuan untuk menyembuhkan penyakit yang diderita putrinya, tentu saja kedatangannya tidak akan disertai jago-jago lihay dari perkampungan Pek Hoa San Cung, dengan kekuatannya seorang diri ditambah harus membawa putrinya yang sudah kempas kempis tinggal menunggu ajalnya, sekalipun ilmu silat yang ia miliki lebih hebatpun belum tentu sanggup menghadapi kerubutan para jago". "Oleh sebab itulah ia pasti akan ber-hati2 dalam setiap tindakannya, tak bakal ia berani bertindak gegabah...." Mendadak terdengar Siauw Ling berseru, "Harap saudara berdua suka mengikuti diriku!" Selesai berkata ia berlari lebih dahulu menuju ke arah selatan. Ternyata tatkala sianak muda itu melakukan penelitian terhadap noda darah yang menggenangi permukaan tanah, ditemuinya titik-titik darah memanjang ke arah selatan, seakan2 ada seseorang yang terluka lari menuju ke arah sana. Tetapi berhubung titik darah itu sangat kecil dan terkena pula sorotan sinar matahari maka apabila tidak diperhatikan dengan seksama sulit untuk menemuinya. Begitulah Sang Pat serta Tu Kioe dengan terpaksa mengikuti dibelakang Siauw Ling dari menuju ke arah selatan. Sembari lari Tu Kioe berseru, "Apabila toako berhasil menemukan jejak Tok Chiu Yok Ong dengan mengikuti titiktitik darah di atas tanah, aku si Tu Loo-jie tentu akan putuskan hubunganku dengan sipencuri tua." "Seandainya benar-benar terjadi begini, tak bisa kita salahkan sipencuri tua itu. selamanya Siang Hwie bekerja cermat dan teliti, mungkin saja disebabkan peristiwa ini berlangsung amat tergesa-gesa sehingga tiada kesempatan lagi baginya untuk menutupi bekas-bekas tersebut. Dalam pada itu walaupun Siauw Ling tahu bahwasanya kedua orang saudaranya kasak kusuk membicarakan soal Tok Chiu Yok Ong namun berhubung ia tak tahu bertanyapun percuma maka ia pura-pura berlagak pilon. Setelah melewati puluhan tombak sampailah mereka dipuncak dinding tebing, disitu tumbuh rerumputan yang sangat tebal, sulit bagi Siauw Ling untuk meneruskan pencariannya dengan mengikuti noda darah yang membekas diatas permukaan tanah. Menjumpai keadaan medan begini curam, terpaksa Siauw Ling memotong jalan dengan menembusi dinding tersebut. Beberapa saat kemudian tujuh delapan li kembali telah ditempuh, pegunungan memanjang jauh keujung langit, lembah yang sempit tersebar dimana-mana, bayangan dari Tok Chiu Yok Ong tidak berhasil juga ditemukan. Menyaksikan kegagalan sianak muda itu Tu Kioe merasa amat girang hatinya, pikirnya. "Kini tengah hari sudah lewat, seandainya Siang Hwie berhasil membinasakan putri kesayangan dari Tok Chiu Yok Ong, maka tiada alasan lagi bagi si raja obat itu untuk memaksa Siauw Ling menyerahkan darah segar dalam tubuhnya." Sementara itu Siauw Ling telah berhenti berlari, ia berdiri dipuncak bukit dan memandang keempat penjuru. "Toako?" tegur Sang Pat setelah mendehem ringan. "Puncak bukit yang terdapat disini tersebar di-mana2, sulit bagi kita untuk menemukan jejak mereka dalam keadaan seperti ini, aku lihat lebih baik tak usah kita cari lebih lanjut!" Siauw Ling berpaling memandang sekejap ke arah Sang Pat akhirnya ia menghela napas panjang, "Baiklah mari kita berangkat." Tiong Chiu Siang Ku saling berpandangan dengan hati penuh kegirangan, saking gembiranya sehingga perasaan hati tersebut segera menghiasi wajah mereka berdua. Dengan kerahkan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki ketiga orang itu, mereka kembali ke dalam gua dengan mengikuti jalan semula. Sepanjang perjalanan Tiong Chiu Siang Ku kelihatan mulai gembira lagi mereka banyak bicara dan banyak tertawa. bahkan memuji tiada hentinya kecerdikan dari Siang Hwie sipencuri sakti itu. Walaupun Siauw Ling tidak buka suara namun ia merasa terharu oleh tingkah laku kedua orang saudaranya, diam2 ia berpikir di dalam hati ; "Orang Bu-lim kebanyakan bilang Tiong Chiu siang-Ku suka Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dengan harta kekayaan, terhadap siapapun mereka hanya tahu soal keuntungan dan tak pernah membicarakan soal hubungan persahabatan maupun persaudaraan, tapi terhadap aku siuaw Ling mereka begitu sayang dan memperhatikan, rasa persaudaraannya tebal dan berat bagaikan bukit, mati hidupku ternyata merisaukan pula hati mereka...." Perjalanan kembalipun dilakukan dengan kecepatan penuh, tidak selang dua jam kemudian mereka telah balik ketempat semula. Tampak Siauw Hujien dibawah kawalan Kim Lan serta Giok Lan sedang menikmati pemandangan alam disekeliling tempat itu, sepanjang jalan wajahnya kelihatan segar dan penuh kegembiraan. Per-lahan-lahan Siauw Ling berjalan menghampiri ibunya, setelah menjura dalam2 ia menyapa. "Ibu, apakah kesehatan badanmu sudah rada baikan?" Dengan sinar mata penuh kasih sayang Siauw Hujien menatap wajah Siauw Ling kemudian tertawa, sahutnya ; "Sebenarnya aku tidak menderita penyakit parah apapun, hanya saja rasa rinduku terhadap dirimu luar biasanya, lama kelamaan jadilah penyakit ini. Aaai....! kini aku bisa bertemu kembali dengan dirimu, penyakit apa lagi yang bakal kuderita?" Rasa sayang yang diperlihatkan ibunya ini sangat menusuk perasaan Siauw Ling, ia merasa hatinya seperti di-iris2 dengan pisau belati membuat keringat dingin mengucur keluar tiada hentinya, kepalanya tertunduk dan berkata ; "Ananda tidak berbakti dan telah banyak menyusahkan diri ibu, sekalipun mati dosaku ini belum bisa ditebus!" Sementara dalam hati ia berpikir, "Seandainya ibuku tahu bahwa aku telah menyanggupi permintaan orang untuk serahkan darah dalam tubuhku guna menyembuhkan penyakitnya, betapa sedih dan berduka hatinya...." Terdengar Siauw Hujien berkata kembali sambil tertawa, "Ling-jie kedua orang nona ini sungguh baik sekali." "Ucapan ibu sedikitpun tidak salah, mereka memang nona2 yang sangat baik". "Ling-jie, kemana saja ku selama ini?" mendadak nyonya itu menegur dengan alis berkerut, "ketika pagi2 tadi aku bangun dari tidurku sudah tidak melihat dirimu!" "Ananda telah pergi berjumpa dengan beberapa orang sahabat serta merundingkan beberapa persoalan penting...." "Aaaaai.... sebenarnya kau bukan orang kangouw, kenapa tidak kau tinggalkan penghidupan kangouw yang serba seram dan menakutkan ini" setiap hari aku selalu menguatirkan keselamatanmu". "Petunjuk ibu memang tepat sekali...." "Tidak boleh jadi" mendadak suara yang amat berat menyambung perkataan itu. "Kini Ling-jie sudah jadi salah satu pemimpin Bu-lim dia tidak boleh melepaskan diri begitu saja tanpa ada suatu pertangguan jawab apapun!...." Dengan cepat Sang Pat berpaling, tampaklah orang yang barusan bicara itu bukan lain adalah Siauw Thayjien, ia sedang melangkah datang. "Selama beberapa hari ini apa yang kudengar dan kulihat adalah perbuatan saling bunuh membunuh, balas membalas antara sesama orang kangouw, selama Ling-jie masih ada di dalam dunia persilatan, hatiku mana bisa tenang?" seru Siauw Hujien. Dengan pandangan tajam Siauw Thayjien menatap sekejap wajah putranya kemudian berpaling dan bisiknya kepada Siauw Hujien ; "Sejak kecil ia menderita penyakit aneh yang sukar disembuhkan, apabila tiada orang lihay dari Bu-lim yang memberikan obat mujarab serta mewariskan ilmu silat kepadanya, ia tak bakal bisa hidup lewat dari dua puluh tahun, karena jiwanya tertolong oleh tokoh sakti dunia persilatan maka sudah sepantasnya kalau iapun berbakti demi keadilan Bu-lim, seandainya ia tidak beruntung dan mati, anggap saja kematiannya sama halnya dengan mati karena sakit." Air muka Siauw Hujien berubah hebat. "Hmmm! dikolong langit tiada seorang ayah pun yang meng-harap2kan putranya cepat mati" tegurnya. Habis bicara, dibawah bimbingan Giok Lan serta Kim Lan ia segera berlalu dari situ. Menanti bayangan tubuh dari nyonya itu sudah lenyap dari pandangan, Siauw Thayjien baru berpaling dan berkata sambil menghela napas panjang. "Bocah, Tok Chiu Yok Ong telah datang!" Ucapan ini bagaikan guntur membelah bumi disiang hari bolong membuat wajah Tiong Chiu Siang Ku berubah hebat, dadanya seperti dihantam dengan martil besar untuk setengah harian lamanya mereka tak sanggup mengucapkan sepatah katapun, wajahnya pucat pias bagaikan mayat dan keringat dingin mengucur keluar tiada hentinya. Sedangkan Siauw Ling pun kelihatan tertegun tapi dengan cepat ia bisa menguasai diri dan wajahnya kelihatan jauh lebih tenang daripada keadaan biasanya. "Kini si raja obat itu berada dimana?" ia bertanya. "Ia datang dengan membawa putrinya yang sudah amat lemah sekali, sudah lama dia ber-cakap2 dengan diriku. Nah ikutilah aku!" Selesai berkata Siauw Thayjien putar badan dan berjalan kedepan. Wajahnya amat serius dan setiap langkahnya terasa berat bagaikan dibebani dengan besi yang amat berat. Sedang Siauw Ling tetap menjaga ketenangan hatinya, dengan langkah lebar ia mengikuti di belakang ayahnya. Tiong Chiu Siang Ku lah yang mengenaskan keadaannya. mereka diliputi ketegangan sehingga seluruh tubuhnya gemetar keras, jelas kedua orang itu sedang menahan suatu pergolakan keras dalam hatinya. Kurang lebih sepuluh tombak kemudian sampailah mereka disebuah semak belukar yang amat lebat. Siauw Thayjien berhenti, sebelum ia sempat buka suara dari balik rerumputan telah berkumandang datang suara teguran dari Tok Chiu Yok Ong ; Siauw Ling, janjimu pada lima hari berselang apakah saat ini masih berlaku?" "Ucapan seorang lelaki sejati berat bagaikan gunung thaysan, sekalipun mati juga tidak menyesal. kenapa tidak berlaku?" Tampak rumput tersingkap dan per-lahan-lahan muncullah Tok Chiu Yok Ong, terdengar ia berkata lebih jauh. "Sipencuri sakti Siang Hwie dengan memimpin delapan orang jago lihay telah menghadang perjalananku, tahukah kau akan peristiwa ini?" "Setelah cayhe tahu akan kejadian ini, maka sengaja aku melakukan perjamuan untuk menyambut kedatangan Yok Ong." "Hmm! cuma andalkan kekuatan sipencuri tua itupun hendak menghadang jalan pergi dari aku si raja obat bertangan keji, kalau sampai hal ini bisa terjadi bukankah sia2 belaka loohu berkelana dalam dunia persilatan selama puluhan tahun lamanya?" tukas Tok Chiuu Yok Ong dingin. "Yok Ong, kau sudah hidup setengah abad lebih, apakah kau tidak merasa bahwa usiamu terlalu panjang?" tegur Sang Pat. Tok Chiu Yok Ong melirik sekejap ke arah sie-poa emas itu, namun ia tidak menggubris perkataan orang, sambungnya lebih lanjut ; "Dengan menggunakan sedikit akal loohu berhasil memancing sipencuri tua itu menuju tempat lain dan bertemu dengan para jago yang dikirim keperkampungan Pek Hoa San Cung untuk mencari jejakmu, bagaimanakah hasil pertarungan diantara mereka" aku rasa hal ini harus dilihat dari nasib masing-masing. Justru karena memandang diatas wajahmu maka loohu tidak menghadapi mereka dengan gunakan racun!" "Siauw toako kami selamanya pegang janji dan jujur, setiap perkataannya berat bagaikan gunung thay-san, setelah ia menyanggupi perkataanmu maka janjinya ini tak bakal diingkari lagi...." seru Tu Kioe secara mendadak. "Justru karena aku percaya kepadanya, maka kulepaskan Siang Hwie sekalian dengan begitu saja" tukas si raja obat. "Walaupun toako kami telah setuju, tapi masih ada orang yang tidak menyetujui permintaanmu itu". "Siapa?" "Bukan lain cayhe Tu Kioe adanya!" jawab Thian Pit Ling Bin sambil menuding hidung sendiri. "Hee.... hee.... hee...., kau mau apa?" "Gampang sekali, apabila kau ingin mendapatkan darah segar dalam tubuh toakoku, maka kau harus berhasil melangkahi mayat dari Tiong Chiu Siang Ku lebih dahulu...." "Saudara Tu!" tegur Siauw Ling tiba-tiba. "Toako, kau hendak pegang janji tapi siauwte pun hendak perlihatkan rasa persaudaraanku terhadap dirimu" seru Tu Kioe dengan wajah serius dan keren. "Apabila kau halangi niat siauwte ini, maka saat ini juga siauw-te akan bunuh diri lebih dahulu dihadapan toako". "Saudara berdua, dengarkan dahulu perkataanku" seru Pukulan Naga Sakti 4 Golok Yanci Pedang Pelangi Karya Gu Long Pendekar Sakti 19