Ceritasilat Novel Online

Tjeng Hong Kie Su 1

Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung Bagian 1 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Karya : Chin Yung Saduran : Nie Kuang Sumber : T.A.H di Indozone Ebook pdf oleh : Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/ http://kang-zusi.info/ http://cerita-silat.cc/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Daftar Isi DAFTAR ISI BAGIAN KE - 1 BAGIAN KE - 2 BAGIAN KE - 3 BAGIAN KE - 4 BAGIAN KE - 5 BAGIAN KE - 6 BAGIAN KE - 7 BAGIAN KE - 8 BAGIAN KE - 9 BAGIAN KE - 10 BAGIAN KE - 11 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ BAGIAN KE - 12 BAGIAN KE - 13 BAGIAN KE - 14 BAGIAN KE - 15 BAGIAN KE - 16 - TAMAT Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ BAGIAN KE - 1 KOTA GO-SAN yang terletak ditepi telaga Tong-teng, sebenarnya bukanlah sebuah kota yang ramai. tapi pada petang hari itu meski hari telah larut ma lam, orang2 yang berjalan hilir mudik ternyata masih sangat banyak. Apabila orang coba memperhatikan dengan seksama, orang segera mendapat kenyataan, bahwa orang2 itu keluar dari sebuah gedung bangunan tinggi dan mentereng. Dimuka pintu gedung itu yang sisi-sisinya di cat dengan air mas, tampak dua buah singa-singaan batu yang besar dan sama tingginya dengan manusia, mata-matanya terbuka lebar, kuku-kukunya runcing dan mulut-mulutnya ternganga menunjukkan gigi yang panjang dan menakuti orang. Jikalau kita coba menindak masuk keruangan tamu yang luas dibagian dalam gedung ini, kita segera menyaksikan seratus lebih lilin-lilin besar yang dipasang buat menerangi ruangan tersebut, memancarkan sinar-sinarnya yang terang bederang bagaikan disiang hari. Dibagian sama tengah ruangan itu dipajang sepasang huruf HIE (sukacita) yang besar sekali, dan dikiri-kanannya tampak meja-meja, perjamuan bekas dihadiri para tamu tadi, tapi yang sekarang telah kosong dan hanya ketinggalan piringmangkok bekas makan yang belum diangkat, sedang diantara para tamu yang sebagian besar telah meninggalkan ruangan itu, masih terdapat sebuah meja perjuangan dimana para tamu masih duduk makan-minum dengan rupa yang gembira sekali. Barang siapa memperhatikan suasana dalam ruangan itu, sudah barang tentu akan segera mengetahui, bahwa disitu baru saja selesai dirayaikan upacara dan pesta pernikahan, kedua mempelainya telah masuk kamar. Para tamu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yangmenjadi sahabat-sahabat kedua mempelai, lalu dengan beramai-ramai melakukan lauw phang*, sedang mareka yang hubungannya kurang intiem dengan kedua mempunyai, siangsiang telah meminta diri dan pulang kerumah masing-masing. Maka kalau toh disitu masih ada, orang yang berkkumpul, sudah barang tentu orang2 itu tersangkut pamili dekat atau sahabat-sahabat yang sangat akrab pada orang yang mengadakan pesta pernikahan tersebut. lauw phang*: lauw phang atau nao-pang adalah satu kebiasaan diantara rakyat Tiong-kok dijaman dahulu, untuk menggoda mempelai pria dan wanita pada malam mereka. Tatkala itu pada sebuah meja perjamuan tampak dua pasang suami isteri yang berusia sudah agak lanjut, karena usia mereka telah melebihi 50 tahun, mereka ini tengah melayani makan minum, seorang laki-laki sebaya mereka. Dua orang prianya masih tampak gagah dan penuh semangat, namun yang seorang pula, yang bertubuh kurus dan lebih katai daripada dua orang kawannya yang lainnya, romannya agak muram, se-olah2 hatinya tidak bergembira menghadapi pesta pernikahan yang baru berakhir itu. Sedang dua orang wanitanya, yang tubuhnya kurus kering, sehinggga ia lebih tepat dikatakan rangka yang terbungkus kulit, dari pada manusia yang terdiri daripada darah dan daging. Hal mana, justru menjadi kebalikannya daripada wanita yang lainnya itu, yang bertubuh gemuk terokmok bagaikan beduk, yang selalu tampak berseri-seri dan berbicara dengan tidak hentihentinya. Sementara orang pria ketiga tadi yang rambutnya telah berubah dan nampak telah agak sinting, masih saja menganjurkan orang lain minum arak dan berkata: "Mari, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mari! kamu besan laki-laki dan perempuan, rasanya sudah sepatutnya jika kalian memberi selamat minum arak kepadaku yang menjadi comblang. Ayoh kita minum kering arak ini !" Kemudian, tanpa menghiraukan pula pada orang lain, ia segera minum kering araknya dan mempergunakan lengan bajunya untuk menyeka bibirnya. "Sejak hari ini dan selanjutnya," ia melanjutkan, "dua keluarga, cabang atas kenamaan dikalangan Kang-ouw telah saling berbesan, dengan terangkapnya perjodohan putera dan puteri kalian yang sangat setimpal itu. Semoga mereka berdua hidup rukun dan bahagia sampai dihari tua! Ha,ha, ha............." Oleh karena kata-kata ini disusul dengan suara tertawa dan gerak-gerakan kaki dan tangan yang sangat gembira, maka kedua wanita dan seorang pria itupun jadi turut juga tertawa, tapi, sungguh aneh sekali, orang tua yang bertubuh kurus itu tinggal tetap mengunjukkan sikap yang kecut dan tidak bergembira, hingga si wanita teromok yang menyaksikan suaminya masih selalu mengunjukkan roman yang kurang senang, dengan lantas ia berkata : ''Hai, mengapakah kau tinggal membisu saja bagaikan sebuah patung" Hari ini adalah hari bahagia bagi anak perempuan kita yang merayakan hari nikahnya tapi mengapa kau hanya tinggal bermuram durja, hingga tepat sekali dengan nama julukanmu Kouw-bian-sin yang telah orang berikan kepadamu itu?" (Kouw-bian-sin berarti Malaikat yang beroman muram). "Memang tepat sekali!" bersorak si comblaang itu. "Memang sesunguhnya setimpal sekali akan Kouw-bian-sin menjadi pasangan Say-giok-hoan!" (Say-giok-hoan berarti Yo Kwie Hui Kedua). Wanita montok yang diberi orang gelar Say giok hoan itu, meski usianya telah mencapai 50 tahun, tapi wajahmya tidak tampak terlalu tua dan masih memberikan bayangan yang jelas akan kecantikan parasnya pada masa masa lampau. Hal Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mana, sungguh tepat sekali jika orang telah memberikan ia gelar tersebut. Hampir dalam saat itu juga, Say-giok-hoan yang jika sudah agak sinting telah menyambitkan cangkir araknya pada si comblang, hingga orang tua itu lekas-lekas berkelit dan berkata : "Say-giok hoan, janganlah kau berkelakar!" Sambitan itu luput, tapi cangkinya jatuh berserakan diatas jubin. "Kawan, apakah kau sudah mabuk?" Kouw-bian-sin yang selalu tampak bermuram durja, akhirnya telah mencampuri juga berbicara. Say-giok-hoan segera bangun berdiri dan membentak : ''Siapa berani bilang bahwa aku mabuk?" "Jangan bertengkar, jangan bertengkar!" menasehati orang-orang yang berkumpul disitu. Seketika itu dari bagian gedung itupun terdengar suara hiruk pikuk dan tindakan kaki bebrapa banyak orang yang terdengar berlarian menuju keruangan tamu disitu. "Ada apa ini ribut-ribut?" Tiba-tiba Say-giok-hoan memasang-telinga buat mendengar, hal mana, pun dituruti oleh orang-orang yang berkumpul di sekitar meja perjamuan itu. Tidak antara lama muncul dua orang pemuda yang masuk kedalam dengan wajah pucat dan tergesa-gesa. "Suhu..... Suhu ...... celaka!" kata mereka dengan suara yang hampir berbareng. Wanita kurus dan suaminya yang menjadi tuan rumah disitu sudah tentu menjadi terkejut sekali menyaksikan kedatangannya kedua orang murid itu. Kedua suami-isteri itu bukan lain dari dua orang pendekar2 kenamaan yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dikalangan Kang-ouw dikenal orang sebagai Tong-teng-sianghiap, atau sepasang pendekar dari telaga Tong-teng. Yang laki2 bernama, Liok Keng, sedang si wanita, bernama Bun So Giok. Orang yang menjadi mempelai pria pada hari itu, bukan lain daripada putera mereka yang bernama Liok Kong, yang dikalangan Kang-ouw diberikan orang nama julukan Siauwthiat-kauw, atau si Kera Besi Kecil. Mereka suami-isteri ketika melihat kedua murid itu masuk dengan ter-gopoh2, sudah barang tentu segera bertanya : "Ada urusan apa " " Pertanyaan ini membuat para tamu yang belum bubaran menjadi tercengang, kecuali Kauw-bian-sin Teng Tin yang tetap tinggal duduk dikursinya, tidak bergerak, juga tidak berkata-kata. Tapi Say-giok-hoan Wan Ho yang hatinya tidak sabaran, buru-buru melompat berdiri dan menyekal kedua orang murid tuan rumah itu sambil turut bertanya : "Ada urusan apa" jikalau kera kecil itu berani menerbitkan kerusuhan, ia harus berlaku hati-hati menjaga kepalanya!" Kedua murid itu belum lagi menjawab pertanyaan Say-giokhoan, ketika 12 atau 13 orang masuk kedalam ruangan tamu bagaikan sekawanan lebah yang berterbangan kalang kabut karena sarangnya dibakar orang. Diantara mereka ada seorang yang telah menderita Iuka-Iuka agak parah. Mereka ini, dengan kacau berlomba-lomba melaporkan sesuatu pada induk semang mereka, hingga sukar dibedakan laporan siapa yang benar atau kurang benar. Tong-teng-siang-hiap yang menyaksikan seoang anak buahnya telah terluka, tidak tertahan pula buat tidak menoleh pada Say-giok-hoan dan mengajukan pertanyaan sambil tersenyum simpul : "Pada waktu malam pernakahannya, anak perempuanmu tidak Iupa membawa juga senjatanya kedalam kamar. Apakah artinya ini?" Say-bian-hoan lain menatap wajah kedua orang yang pertama muncul itu sambil menanyakan : "Sebenarnya telah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terjadi apa, hingga membuat kalian berlarian begitu tergesagesa"..... lekas bilang! " Tapi bukannya menjawab pertanyaan itu, sebaliknya mereka menoIeh pada. Tong-teng-siang-hiap dan berkata : ''Suko telah dilukai oleh berandal perempuan itu, hingga belum diketahui apakah ia hidup atau mati !" Kata-kata "Suko" atau kakak seperguruan yang diucapkan kedua orang itu, sudah jelas dimaksudkan terhadap orang yang mentjadi mempelai pria itu, yaitu Siauw-thiat-kauw Liok Kong. Oleh karena mendengar laporan ini, sudah tentu banyak orang yang menjadi sangat terkejut. Liok Keng suami-isteri hampir tak percaya pendengaran telinga mereka. "Berandal perempuan mana yang kalian maksudkan itu ?" kata mereka dengan suara yang hampir berbarengan. "Apakah kalian anggap begitu mudah untuk setiap orang membuat kerusuhan tanpa alasan ?" Dengan pertanyaan itu, beberapa banyak orang segera mengajukan laporan2 menurut apa yang mereka masing2 ketahui, hingga suaranya hiruk pikuk dan tidak jelas siapa diantara mereka yang laporannya lebih benar dan patut dipercaya. Maka Bun So Giaok yang mendengar anak lakilakinya telah dilukai orang, sudah tentu saja hatinya jadi kaget bercampur gusar, hingga dalam keadaan tidak sabaran ia telah menggebrak meja dengan begitu keras, hingga piring, mangkok dan cawan diatasnya telah mencelat dan tidak sedikit yang berjatuhan kelantai dan hancur ........ berantakan. "Aku tidak mengerti laporan apa yang kalian sampaikan kepadaku" bentak sinyonya pendekar itu. "Aku hanya membutuhkan laporan yang cukup jelas dan dapat dimengerti orang!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Orang-orang itu yang menyaksikan induk semang mereka menjadi gusar, dengan mencelos segera mempersilahkan kedua orang yang datang duluan itu untuk memberikan laporan mereka. "Subo," kata salah seorang murid itu ...... "itulah anak perempuan mereka ini, yang telah melukai Suko!" Katanya sambil menunjukkan Say-giok-hoan dan Kouw-bian-sin Teng Tin. "Apa" Kau memaki aku berandal perempuan ?" Selak Saygiok-hoan sambil mendelikkan matanya, sedang kakinya lalu ditendangkan pada bangku yang dibuat dari pada porselen biru, hingga bangku itu mencelat dan jatuh diatas lantai lengan mengeluarkan suara gredombrangan...... keras sekali. Sedang pecahan bangku porselen tersebut hancur dan muncrat dan tergerak kian-kemari. "Sabar dahulu, kawan!" kata Say-giok-hoan dan Kouw-biansin Teng Tin pada isterinya. "Paling benar dengarlah dahulu apa kata dia itu," ia melanjulkan sambil menunjuk pada. murid Liok Keng itu. "Jangan kau bicara sembarangan !" Say-giok-hoa seolaholah mengacam pada orang yang melaporkan pada induk semang dan guru mereka itu. "Memang benar," selak murid yang kedua, bahwa anak Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo perempuan mereka inilah yang telah melukai suko !" "Bohong!" bentak lagi Say-giok-hoan Wan Ho. "Kami tidak berdusta," kata orang itu pada Liok Keng dan Bun So Giok suami-isteri. "Itulah Pek-hoa-sian-cu yang telah melukai Liok Suko! Suhu dan Subo boleh pergi periksa dan menyatakan sendiri kebenarannya kata murid itu !" Pek-hoa-sian-cu atau Dewi Beratus Bunga itulah nama gelar Teng Siauw Eng, puteri Kouw-bian-sin dan Say-giokhoan yang menjadi mempelai wanita pada petang hari itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Oleh karena itu, Wan Ho dan Kouw-bian-sin jadi terbengongbengong sejenak, tidak dapat mengucapkan barang sepatah katapun. "Kau dengar !" Bun So Giok menuding pada Say-giok-hoan dan suaminya. "Itulah sesungguhnya anak perempuanmu yang telah melukai anakku !" Say-giok-hoan yang sudah agak sinting dan mudah naik darah, segera berlompat maju sambil berseru : "Jikalau benar demikian halnya, kau hendak berbuat apa terhadap anak perempuan kami itu " " "Jadi kau menantang padaku ?" kata Bun So Giok yang juga tidak mudah digertak orang. "Jikalau anak perempuanmu membunuh anak laki-lakilku, dia harus mengganti dengan jiwanya sendiri! Kau mengerti ?" "Kurang ajar!" damprat Say-giok-hoan. "Akan kusasikan sampai dimana kelihayanmu!" Sambil berkata begitu, la segera gerakkan kedua-dua kakinya dan menendang dua buah bangku porselen dikedua s isinya, hingga bangku-bangku yang mungkin juga akan merintangi gerak-geriknya dengan secara leluasa berterbangan kekiri-kanan. Yang sebuah membentur dinding tembok dan hancur menjadi berkeping-keping disaat itu yuga meluncur keIuar gedung dan jatuh dilapetaran babaikan daun yang gugur dari tangkainya, hingga, bangku inipun hancur lebur dengan memuncratkan pecahanpecahannya kian-kemari. Tapi pada sebelum Say-giok-hoan dan Bun So Giok turun tangan buat menentukan kepandaian masing-masing, tiba-tiba diantara mereka berdua berkelebat sesosok bayangan manusia yang gerak geriknya melapaui sinar kilat, menarik tangan Say-giok-hoan Wan Ho sambil berkata : "mari kita berlalu ! " Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Bersamaan dengan diucapkannya kata-kata itu, Say-giokhoan pun telah ditarik keluar dari ruangan yang seyogyanya akan diperkirakan sebagai medan pertempuran itu. Sementara Liok keng yang melihat Kauw-bian-sin Teng Tin hendak mengajak isterinya berlalu dari situ, buru-buru ia berseru : "Teng heng, tunggu dulu !" Begitupun Say-giok-hoan yang merasa dirinya telah dirintangi maksudnya akan bertempur dengan Bun So Giok oleh suamimya, dengan lantas ia mendelikkan matanya dan membentak : "Fui! Kau mau mengajak aku berlalu dari sini, tapi bagaimana, dengan anak peremptuan kita itu ?" Benar juga apa kata pendekar wanita mudah naik darah itu. Jikalau anak perempuan mereka yang menjadi mempelai melukai bakal suaminya, apakah pihak keluarga si mempelai laki-laki tak akan mengepungnya buat menuntut balas" Seketika itu juga dari sebelah luar telah mendatangi pula beberapa banyak orang dengan sikap tergopoh-gopoh. "Barusan Pek-hoa-sian-cu telah melarikan diri dengan jalan melayang keatas genting," kata orang yang menderita luka itu. "Ketika kami sekalian hendak merintanginya, ia segera turun tangan dan melukai bahu kami dengan gembolannya! " Say-giok-hoan sangat gusar mendengar omongan orang itu, hingga ia memotong pembicaraannya dengan suara keras : "Tutup bacotmu! Anak perempuanku berani berbuat, berani yuga menanggung akibatnya, dimanakah ada aturan kabur sebagai seorang pengecut." Karena menduga pasti bahwa anak laki-laki mereka telah dilukai anak perempuan Teng Tin suami-isteri, maka Liok Keng lelas-lekas menyeIak dengan suara yang menandakan sangat gusar dan berseru : "Kalian berdua jangan pergi dahulu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jikalau kami berdua telah menyaksikan keadaan luka anak kami, barulah kita coba berunding pula! " "Tidak usah mengulur-ulur waktu," kata Say-giok-hoan dengan sengit, "jika kalian sesungguhnya berhati tabah, bolehlah segera kita lanjutkan pertempuran ini; kalau tidak, apa perlunya kau minta kami menunggu ?" Bun So Giok jadi sangat mendongkol, hingga ia sembat sebuah kursi didekatnya, dengan mana ia segera pukulkan kearah Yo Kwie Hui kedua itu, yang segera menangkis dan memukul kursi itu dengan telapak tangannya. Brak!..... Begitulah terdengar suara, bagaikan kapak yang membelah balok, hingga dilain saat kursi itu telah terpukul hancur dan kepingan-kepingannya melayang kesana-sini. Kemudian, cepat bagaikan kilat, ia. sambar bekas kaki kursi tersebut, dengan mana Say-giok-hoan telah mempergunakan untuk menotok jalan darah Leng-tay-hiat Liok Keng yang berada disebelah kirinya, sedang Bun So Giok yang mernerjang dari sebelalh kanan hendak di totok jalan darah Kian-ceng-hiat pada bagian bahunya. Tapi mereka berdua suami-isteri tidak berlaku lengah dan membiarkan Say-giok-hoan, berbuat punya suka atas diri mereka. Maka sesudah berhasil menghindarkan diri dari pada serangan itu, Liok Kong segera melompat kesisi pintu ruangan tamu dan memanggil : "T eng Heng, jangan berlalu dahulu!" Tapi sebelum Liok Keng datang menghampiri, Kouw-biansin Tong Tin telah menendangkan kedua kakinya ketanah dan melayang keatas genting bagaikan seekor burung kepinis cepatnya, hingga dalam waktu sekejapan saja ia telah rnenghilang ditelan oleh kegelapan. Liok Keng yang memang telah ketahui betapa tingginya ilmu mengentengkan badan si besan itu, terpaksa membatalkan maksud untuk mengejarnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Karena meski ia dapat mengejar dengan gerakan bagaimana cepatnya juga, sudah pasti amat sukar untuk dapat menyusulnya. Selain itu, iapun belum mengetahui, hal apa yang telah menerbitkan kehebohan itu. la kenal Teng T in sebagai salah seorang gagah yang terkenal dikalangan Kangouw, tapi sama sekali belum pernah bersahabat akrab dengannya. Sekarang karena mereka berdua telah mempunyai hubungan sebagai besan, maka ia anggap tidak selayaknya mengejar-ngejar orang bagaikan seorang musuh. Lebih-lebih duduk persoalannya belum jelas bagi dirinya. Maka setelah berdiri bengong sesaat lamanya, buru-buru ia membalikkan badannya dan menuju keruangan tamu, dimana isterinya tengah bertempur dengan Say-giok-hoan Wan Ho. Pertempuran itu telah berlangsung antara, 20 atau 30 jurus Iamanya, tapi kedua pihak sama unggul kepandaiannya, dan amat lincah gerak-gerakannya. Dua puluh orang keluarga Liok telah terdesak dan terpaksa mundur kekiri-kanan ruangan tamu itu. Bun So Giok meski kurus perawakannya, ternyata amat gesit gerak geriknya. begitupun Say-giok-hoan yang bertubuh gemuk teromok, ternyata tidak menjadi halangan untuk ia meladeni bertempur dengan besannya dengan sama gesit dan gagahnya. Jika seorang maju menyerang, maka yang lain segera berkelit dan maju kembali untuk menyerangnya lagi .... terus saling serang, berkelit, membalas dengan tunai. Hal mana membuat rasa kekaguman pada anak buah keluarga Liok yang masih berkumpul disitu. Hanya amat disayangkan, bahwa pertengkaran yang terjadi antara kedua pendekar bleh dikatakan agak membuta ..... karena belum diketahui sebab musabab yang sebenarnya terjadi. Karena kalau yang seorang merasa berwajb akan membela anak laki-lakinya yang terkabar dilukai orang, adalah yang lainnya, sebaliknya hendak membela anak perempuannya, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang selalu dianggapnya berada dalam kedudukan yang harus diibenarkan. Oleh karena itu, tidaklah heran kalau kedua pihak telah mengadu tenaga dengan sia-sia saja, bagaikan orang-orang yang memperebutkan bungkusan yang belum ketentuan apakah isi yang ada didalamnya berharga atau tidak untuk dijadikan barang rebutan ! Tatkala Bun So Giok melihat Liok Keng telah kembali keruang tamu dan berdiri disalah satu pinggiran tanpa membantui kepadanya. segera juga ia mendelikkan matanya dan berseru :"Apakah perlunya kau berdiri menonton disitu " Ayoh, segeralah kau maju buat mengepung lawan kita ini !" Liok Keng yang berpikiran panjang, tidak mau bergerak dengan secara semberono. Karena iapun telah berpikir, bahwa suatu peristiwa pastilah ada sebab musababnya yang cukup kuat untuk kemudian menimbulkan sengketa serupa ini. Kedua pihak ini percaya telah bertindak secara semberono dan salah paham, dari itu ia tidak mau sembarangan campur tangan dengan cara membabi buta. Lebih-l:ebih buat mengerubuti orang dengan berduaan. Ia enggan melakukan perbuatan pengecut ini dan lalu berkata : "Akan kupergi melihat sendiri keadaan Kong-jie disana, barulah nanti kita berunding pula! " Tapi Say-giok-hoan yang mendengar pembicaraan tuan rumah itu, dengan lantas ia berseru : "Jangan pergi!, kembalikan anak perempuanku! Aku tak suka menikahkan dia pada anakmu!" Sementara Bun So Giok yang diliputi kemarahan, wajahnya yang putih seakan-akan berubah biru. la menggerakkan kedua-dua telapak tangannya bagaikan baling-baling yang hendak menghambat terjangan angin taufan. Ketika telapak tangan kirinya membacok bahu Say-giokhoan, si harimau betina yang tersebut belakangan segera Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berkelit untuk menghindarkan diri dari pukulan itu, tapi telapak tangan kanannya lalu disodokkan kearah dada orang bagaikan kilat cepatnya. Say-giok-hoan lekas miringkan badannya untuk melewatkan sodokan itu. Dan kemudian ia mempergunakan kaki kursi yang dicekal ditangannya untuk menghantam lengan orang yang menyambar kepadanya itu. Melihat pukulannya gagal, Say-giok-hoan jadi semangkin sengit dan menerjang Bun So Giok dengan gerak-gerakan yang hebih cepat dan nekat. "Kurang ajar !" seru Bun So Giok tiba-tiba "Akan kubikin kau menyaksikan dengan mata kepalamu sendiri, betapa lihaynya ilmu pukulanku dengan tetapak tangan ini! Sekarang aku tak akan berlaku sungkan lagi !" Sambil berkata begitu, pendekar wanita dari telaga Tongteng ini segera merubah cara, penyerangannya, hingga ketika pertampuran ini berlangsung beberapa jurus lamanya, Saygiok-hoan kelihatan terkejut dan baru mengetahui, betapa dahsyatnya ilmu pukulan telapak tangan murid biarawan wanita Touw Jie Lo-nie ini. Dan jika pertempuran ini dilanjutkan, ia harus menggunakan senjata pusakanya untuk menghadapi besannya yang dengan secara tiba-tiba telah menjadi musuhnya itu. Begitulah sesudah menyambitkan kaki kursi itu pada Bun So Giok, yang Ialu mengibaskan lengan bajunya buat menyapu kaki kursi yang disambitkan untuk menusuk ulu hatinya, Say-giok-hoan Wan Ho segera menyambut sepasang Pan-koan-pit dari gegernya, dengan mana ia telah mulai membuka serangan-serangan baru dengan senjata yang ia biasa pakai dan sangat mahir untuk memainkannya. (oOo-dwkz-TAH-oOo) Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ BAGIAN KE - 2 Dengan begitu perternpuran itu seolah-olah dimulai lagi dengan babak-babak baru yang tak kalah dahsyat dan ramainya daripada tadi. "Sungguh tidak kunyana, bahwa hari ini aku beruntung dapat menjajal kelihayannya salah seorang pendekar dari telaga Tong-teng," kata Say-giok-hoan Wan Ho dengan tertawa menyindir. Tetapi Bun So Giok tidak menghirauhannya dan tinggal tetap meluncurkan pukulan-pukulannya dengan tidak banyak bicara pula. Dalam keadaan begitu, tiba-tiba Liok Keng telah kelihatan balik kembali dan segera berniat memisahkan kedua orang pendekar wanita dengan yalan melompat ketengah medan pertempuran. Tapi Say-giok-hoan yang menyangka jelek atas kedatangan tuan rumah itu, segera mengayunkan sepasang Pan-koanpitnya dan menerjang pada Liok Keng dengan siasat Pek-holiang-cie, atau bangau putih mementangkan sayap. Kedua-dua tangannya mula-mula dibentangkan, kemudian dengan gerakan secepat kilat ia menerjang untuk menusuk perut orang yang baru datang itu, hingga Liok Keng terpaksa berkelit sambil menggerakkan kakinya buat menendang, dengan gerakan yang hampir tidak terlihat karena, amat cepatnya. Sementara Say-giok-hoan yang tidak keburu menarik pulang pan-koan-pitnya yang ditusukkan pada Liok Keng, sudah barang tentu senjatanya telah kena tertendang sehingga mencelat keatas dan menancap dalam sekali pada tiang rumah ditengah ruangan tamu itu. "Celaka !" pilkir Say-giok-hoan di-dalam haltinya. Tapi keberaniannya yang dapat menyaingi besarnya gunung ThayTiraikasih Website http://kangzusi.com/ san tidak membikin ia mundur barang setapakpun dari medan pertempturan. Begitulah dengan hanya bersenjatakan sebuah Pan-koan-pit dlitangannya, ia melanjutkan pertempuran itu untuk menghadapi dua lawan dengan sekaligus. Tapi Liok Keng yang memang tidak berniat buat mengerubuti besannya itu, lekas-lekas ia mundur dan menjauhkan diri disisi medan Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo pertempuran. Bun So Giok kelihatan mendongkol sekali menyaksikan suaminya mengunjukkan kelemahan kepada pihak lawannya, tapi tak dapat berbuat lain daripada mengomel : "Goblok kau !" yang mana cukup dipahami oleh Liok Keng sendiri, yang tinggal menunjukkan sikap passif sambil menghela napas dan tinggal berdiri menonton disuatu pinggiran. Selagi pertempuran masih berlangsung dengan serunya, tiba-tiba ada beberapa orang yang datang menggotong seseorang yang rupanya terluka parah sambil berkata : "Suko datang! .... Suko datang! .........." Dengan ini, pertempuran itupun mendadak terhenti sejenak. Bun So Giok dan Liok Keng lekas-lekas menoleh pada orang-orang yang baru datang itu, sedang Say-giok-hoan yang mengambil kesempatan selagi pertempuran tertunda, dengan secara tiba-tiba ia me lompat Keatas dan menjambret senjatanya yang menancap diatas tiang, hingga dilain saat ia telah siap meladeni bertempur melawan Bun So Giok dengan menggunakan sepasang senjatanya itu. Tubuh orang yang digotong itu berlumuran darah itu ternyata adalah mempelai pria putera Tong-teng-siang-hiap sendiri, yang bernama Siauw-thiat-kauw Liok Kong. Hal mana telah membuat kekagetan yang bukan alang kepalang bagi kedua orang tuanya. "Aiii...... kau kenapa, nak ?" kata Bun So Giok yang segera menghampiri pada anaknya yang terluka parah itu. Pakaian Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Siauw-thiat-kaw tampak merah karena busah oleh darah yang keluar dari beberapa luka yang terdapat diatas tubulnya. Menyaksikan bahwa bagian luka-luka itu besar-besar bekasnya dan mengeluarkan darah tidak henti-hentinya, maka Say-giok-hoan segera mengetahui, kalau-kalau si pemuda itu telah dilukai oleh gembolan Liu-seng-houw-jiaw-tui anak perempuannya Siauw Eng, semacam gembolan berantai ,yang dapat dipergunakan untuk menyerang musuh dari jarak yang agak jauh. Hal mana telah membuat Bun So Giok yang segera juga mengetahui hal ini, segera menuding pada Say-giok-hoan Wan Ho sambil mendamprat : "Perempuan geladak, kau jangan lari !" Say-giok-hoan sendiri yang melihat dengan mata kepala sendiri luka-luka Liok Kong itu, diam-diam tidak membenarkan atas perbuatan anak perempuannya yang dianggapnya sangat katerlaluan itu, tapi buat tidak membikin harga diri merosot dimata orang banyak yang mendengar ia dicaci maki "perempuan geladak" oleh pihak besannya, sudah barang tentu ia tidak sudi mengunjukkan kelemahan dirinya dan Ialu tersenyum dingin sambil balas menjengeki : "Bukan salah anak perempuanku jikalau ia mampu turun tangan melukai anak laki-lakimu sampai begitu, tetapi anakmulah yang ternyata tidak becus berbuat apa-apa. Kau anggap aku takut kepadamu" Hm, aku tidak akan lari, tetapi hendak rnenyaksikan sendiri sampai dimana keunggulan ilmu silatmu yang sangat kau banggakan itu" Bun So Giok yang sudah merasa amat gemas dengan kecaman Say-giok-hoan yang dirasakannya amat pedas itu, keruan saja jadi amat guar dan lalu maju menerjang buat menyodok dada lawan yang bertubuh montok teromok itu dengan limajari tangannya yang runcing bagaikan ujung tombak, hingga Liok Kong yang kabetulan baru mernbuka matanya, dengan napas yang terengah-engah lalu coba berseru : "Ayah..... ! Ibu..... !" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Bun So Giok terpaksa menunda serangannya dan menoleh pada anaknya dengan perasaan hati yang hancur. "Kong-jie," katanya, "ada, urusan apa yang hendak kau sampaikan pada ibu ?" "Aku memohon ....... agar supaya kalian........... jangan bertengkar," kata Liok Kong dengan suara lemah. Bun So Giok tertegun sejenak dengan halisnya yang tebal tampak berkerut. "Apa katamu ?" seolah-olah ia hendak mengulangi. "Kau telah menderita luka-luka sedemikian parahnya, apakah itu boleh dibiarkan begitu saja tanpa mengajukan sesuatu tuntutan ?" Liok Kong yang tampaknya sudah sangat lemah, tak mampu melanjutkan bicaranya, sedang Liok Keng yang melihat luka-luka anaknya, segera totok urat darah anaknya itu untuk menghentikan darahnya yang masih mengucur keluar. "Jikalau anakku sampai kenapa-napa," kata Bun So Giok dengan hati penasaran, "kau harus ganti jiwa anakku dengan jiwa anakmu, atau dengan jiwamu si tua bangka!" Sambil mencetuskan ancaman itu, si nyonya pendekar ini lekas-lekas menoleh kearah Say-giok-hoan, tapi lekas juga ia berubah kaget dan menyebut : "Dasar si celaka!" Karena selagi ia sibuk menolong Liok Kong, si Kwie Hui Kedua telah kabur entah kemana perginya. Dan meskipun kemudian Bun So Giok telah mengejar keluar ruangan tamu itu dan mencari kemana-mana, ternyata tidak tampak pula bayang bayangannya si nyonya pendekar yang bertubuh montok terokmok itu. Oleh karena itu, apa boleh buat kedua suami-isteri itu lalu menggotong anak laki-laki mereka kedalam kamar untuk diobati dan dirawat luka-lukanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Liok Kong telah jatuh pingsan sehingga hampir setengah jam lamanya, kemudian barulah lambat laun tersadar dan dapat tidur dengan nyenyak setelah luka-lukanya Liok Keng yang telah menjadi jago kawakan dikalangan Kang-ouw sekian tahun lamamya, mengetahui bahwa lukaluka anaknya itu tidak berapa berbahaya, karena luka-luka itu hanya luka-luka diluar saja, hinggaa setelah berobat beberapa hari lamanya, pasti akan dapat sembuh dan hanya meninggalkan bekas-bekas yang tidak ada artinya samasekali. Begitulah dengan mengambil kesempatan selagi isterinya mengobati luka-luka anaknya itu. Liok Keng lalu panggill kedua anak muridnya yang menghadap tadi buat ditanyakan keterangan-keterangannya mengenai terjadinya kehebohan antara anaknya dengan si nona mempelai tadi. "Kamu boleh tuturkan tentang terjadinya peristiwa ini dari mula sehingga di akhirnya, tanpa memihak pada kami atau mempelai perempnan itu" kata orang tua itu. Demikianlah menurut Penuturan kedua anak murid tersebut: "Sesudah melakukan lauw-phang, kami sekalian telah keluar dari kamar pengantin dalam suasana yang gembira, baik dipihak kita maupun dipihak suko dan isteri. Malah sesudah kita berlalu dan diam mendengar mereka berbicara dari luar kamar, kami masih bisa mendengar suko dan isteri saling menggeda dan berkelakar serta tertawa terkekehkekeh. Tapi kemudian entah bagaimama suasana yang gembira itu mendadak terganti dengan kerusuhan. Seingat kami, diwaktu kami sekalian masuk kekamar pengantin buat melakukan lauw-phang, kami melihat gembolan nona mempelai yang bernama Liu Seng-houw-jiauw-tui dihiaskan dua buah rumbai-rumbai dengan tambang yang berwarna merah, maka kami sekalian lalu mentertawai suko sambil berkata : "Suko, kau harus berhati-hati dengan Houw-jiauw-tui ini, yang sesungguhnya yuga tidak boleh dibuat gegabah!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kami mengatakan itu sekedar kelakar belaka, tidak tahunya kecelakaan benar-benar telah menimpah atas diri suko!" Liok Keng yang tidak suka mendengar penuturan yang dilakukan secara ber-larut2 itu, segera dengan tidak sabaran membentak : "Jangan melantur! Kau boleh menuturkan dengan singkat tapi cukup jelas, aku tidak punya waktu cukup untuk mendencarkan segala dongenganmu!" Mula2 suko terdengar tertawa dan berkata : "Kau punya gembolan, tapi aku punya pedang yang juga tidak kalah hebatnya!" Kami diluar kamar turut tertawa dan menganggap ini sebagai suatu lelucon belaka. "Jikalau aku telah berumah tangga," demikianlah suko me lanjutkan, ayah akan memberikan aku sebilah pedang Ceng-hong-kiam. Bukankah kau juga mernganggap bahwa pedang itu hebat sekali2" Suhu, apakah benar suhu mempunyai pedang yang bernama Cenghong-kiam itu?" "Tak usah kau banyak bacot mencampur-adukkan persoalan yang benar dengan segala urusan tetek bengek" bentak Liok Keng dengan perarsaan mendongkol, "Ayoh, kau lanjutkan!" Kedua orang itu jadi terkejut dan lalu memulai pula : "Mulamula nona mempelai hanya tertawa saja, tetapi kemudian..........entah bagaimana ......... mendadak ia berhenti tertawa dan balik bertanya: "Kong-ko, pedang apakah itu yg kau katakan tadi'." Suko terdengar berbicara gugup dan tak mau memberikan keterangan apa-apa. Ada kemungkinan ia salah omong dan mengucapkan sesuatu rahasia dengan secara tidak disengaja. Nona mempelai coba meminta keterangan selanjutnya, tetapi suko menolak buat memberikan keterangan yang dimintanya itu. Dengan begitu, maka mulailah terjadinya kerusuhan itu. Kami sendiri tidak, menduga sama sekali, bahwa persoalan yang sekecil ini bisa mengakibatkan kesudahan yang begitu mengerikan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tapi ketika mengetahui bahwa diluar kamar masih banyak orang yang berkumpul disitu sambil mendengarkan pembicaraan mereka, maka suko berhenti sebentar kemudian memperendah suara bicaranya dan coba, melanjutkan dengan cara yang lebih tenang. "Dalam keadaan begini, rasanya paling baik kita jangan me-nyebut2 pula persoalan tadi," kata Suko dengan suara membujuk. Tapi rupanya nona mempelai tidak mau mengerti, hingga kami mendadak mendengar ia membentak : "Aku tidak perduli! Kau harus ceritakan itu kepadaku!" Kemudian suko menghiburnya dengan suara yang begitu pelahan, sehingga kami diluar kamar tak dapat mendengar jelas pembicaraan itu. Begitulah setelah keadaan sudah agak sunyi dan tidak terdengar pula mereka berbicara untuh beberapa detik lamanya, lalu kami mengajak kawankawan buat berlalu dan masuk tidur. Tidak tahunya sebegitu lekas kami hendak berlalu, tiba-tiba dari dalam kamar terdengar sinona mempelai bertengkar dengan suko dengan suara yang sengit sekali. "Siauw Eng," kami mendengar suko ber-kata2, "Tampaknya kau ter-gesa2 sekali untuk mengetahui persoalan ini! Bersabarlah hingga beberapa hari pula lamanya, niscaya kau akan ketahui hal ini dengan sepantasnya!" "Nona mempelai tampaknya gusar sekali, karena kami mendengar ia memhentak : Tidak bisa! Aku, mesti ketahui itu sekarang juga, dan kau mesti menerangkan kepadaku dengan se-jelas2-nya, cara bagaimana pedang itu bisa terjatuh kedalam tangan keluargamu !" "Aku sendiripun kurang jelas mengenai hal-ihwal pedang ini," suko memberikan keterangannya. Dan jikalau aku menyebut2 nama pedang itu hanyalah sekadar apa yang kudengar dari penuturan orang lain saja. Sedangkan ayahku sendiri, pernah mengatakan tentang pedang itu baru dua kali." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sesaat kemudian kami mendengar suara sesuatu bagaikan barang yang dirobek, yang dibarengi dengan bentakan suara nona mempelai :"Kau tengok! " Gambar - 01: ............. Kemudian nona mempelai lompat keatas genting dan menghilang diantara kegelapan......... Suko didalam kamar rupanya terkejut sekali, karena sesaat lamanya kami tidak mendengar ia berkata-kata. Setelah itu kami mendengar suko berkata-kata dengan suara separuh membujuk. "Sudahlah," katanya, "tak usah kita membicarakan persoalan dengan berlarut-larut. Eh, eh, cara bagaimana kau ........?" Belum lagi suko selesai bicara, tiba-tiba nona mempelai menyelak dan membentak : Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sudahlah, jangan banyak bicara, dan jangan salahkan aku jika aku mengambil tindakan sesuatu !" "Sesudah mendengar kata-kata itu, selanjutnya kami mendengar suko meratap-ratap, hingga kami menertawakannya dan menganggap ia seorang laki-laki yang takut isterinya". Dari meratap, kemudian suko menjerit-jerit dan mengeluh : "Sudah, Siauw Eng, sudah, janganlah kau memukuli aku! " Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Tatkala kami berdua hendak menghampiri kedepan pintu kamar pengantin, tiba-tiba kami melihat pintu jendela terbuka dan menyaksikan nona mempelai tengah menjinjing gembolan Liu-seng-houw-jiauw-tui hendak melompat keluar dari situ. Wajahnya gusar pakaiannya berlumuran darah, sedang suko didalam kamar seolah-olah membiarkan dia pergi dengan begitu saja. "Kan Sute hendak coba merintanginya, tapi ia telah dihantam bahunya oleh gembolan nona mempelai, hingga ia jatuh roboh dengan menderita luka-luka. Kemudian nona mempelai lompat keatas genting dan menghilang diantara kegelapan entah kemana perginya. Selanjutnya, karena ingin mengetahui hal apa yang telah terjadi dikamar pengantin selama ini, murid segera masuk kesana dan mendapatkan suko terlentang diatas ranjang dalam keadaan pingsan dan mandi darah. Hal ini, sudah barang tentu, sangat mengejutkan sekali hati kami, hingga dengan pikiran bingung kami lekas melaporkan pada suhu. Tetapi belum tahu apakah keadaan luka-luka suko tidak membahayakan bagi dirinya" Dan bagaimana persoalan ini harus diselesaikannya?" Liok Keng terbengong sejenak, dahinya segera berkerut bagaikan orang yang sedang berpikir keras, kedua tangannya diletakkan seenaknya saja diatas punggunya, suatu tanda bahwa ada sesuatu hal yang menindih perasaanya dengan secara hebat. Kemudian ia berpesan pada kedua muridnya itu sambil berkata : "Kamu sekarang boleh pergi dahulu, tetapi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ jangan sekali-kali kamu menerbitkan heboh dan membicarakan tentang peristiwa yang baru terjadi ini diluaran. Kamu mengerti " " Kedua murid itu berjanji akan mentaati pesan itu dengan sebaik-baiknya, barulah kemudian meninggalkan guru mereka dengan laku yang hormat sekali. (oOo-dwkz-TAH-oOo) BAGIAN KE - 3 "Aneh benar," kata Liok Keng didalam hatinya. "Apakah itu sesungguhnya ........... dia itu?" Tapi lain pikiran telah menyusul dan membuat ia merobah pikirannya. "Dimanakah ada urusan serupa ini" Ia berkata-kata pada dirinya sendiri : "Tidak mungkin, tidak mungkin. Ini semua adalah pikiran yang bukan2! " Dari situ ia menuju kedalam kamar dimana ia menjumpai isterinya tengah mengucurkan air mata sambil duduk ditepi ranjang menjagai Liok Kong yang tampaknya sudah lebih segar, tapi disaat itu telah dapat tidur tanpa merintih pula seperti barusan. "Jikalau aku belum cincang si budak Siauw Eng yang hina dina itu." kata Bun So Giok dengan sengit, "belumlah puas perasaan hatiku !" Liok yang tidak mau membikin kegusaran isterinya menjadi-jadi, mula-mula ia berkata-kata : "Luka-lukanya Kong jie tidak berbahaya, nanti besok ia tersadar dari tidurnya, bolehIah kita menanyai mengen.i peristiwa tidak enak yang telah dialam inya itu. la tentu dapat menerangkan segala sesuatu dengan sejelas-jelasnya. Seharian ini kau tentunya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ telah letih me layani tamu dan berbareng juga mengalami kerusuhan ini. Pergilah beristirahat." "Aku tak mau tidur sahut Bun So Giok." Jikalau kau masih ada urusan, pergilah kau bereskan sendiri urusanmu itu!" Liok Keng tidak menyuruh orang2 sebawahannya untuk memasang lampion, tetapi ia segera menuju keluar, berjalan dalam kegelapan. Tatkala melaui beberapa belokan, ia berhenti didepan sebuah kamar. Kamar ini tidak mempunyai ciri-ciri yang luar biasa selain, pada kedua daun pintunya dipasangi sepasang gelang kuningan yang bentuknya agak besar. Liok Keng menyekal kedua gelang itu dengan kedua tangannya. Tangannya yang kiri memutar gelang yang dicekalnya itu dua kali, sedang tangan kanannya memutargelang yang dicekalnya itu tiga kali, kemudian keduadua tangannya itu digerakkan dengan berbareng untuk membuka pintu tersebut. Pintu itu tampaknya berat dan tebal sekali, hingga meminta banyak tenaga untuk dapat membukanya. Tapi tidak diketahui daun-daun pintu itu dibuat dari bahan apa. Sesudah membuka pintu itu, dan menutupnya pula dari sebelah dalam dengan dengan laku yang sangat hati-hati, Liok Keng lalu menyalakan api untuk memasang lampu, hingga sesaat kemudian orang baru mengetahui, bahwa kamar itu bukan lain adalah sebuah perpustakaan, dimana orang tua itu menghampiri pada kursi disisi meja tulis dan duduk termenung disitu sehingga beberapa saat lamanya. Sesudah berselang sekian lamanya, tiba-tiba ia bangun berdiri, menghampiri kelemari buku, dimana tertimbun bukubuku sehingga tidak kurang dari empat ciok tingginya. Disitu, seteIah merogo kebelakan timbunan buku-buku dan merabaraba beberapa kali, akhirnya telah dikeluarkannya dari situ sebilah pedang yang berserangka dan panjang bentuknya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pada baglan belakang lemari buku itu, ternyata dindingnya telah dibobok untuk tempat menyimpan pedang tersebut, sehingga jika dilihat dengan sepintas lalu saja, orang tak akan menduga, bahwa dibelakang timbunan buku-buku itu terdapat sebuah tempat yang sangat rahasia untuk menyimpan pedang tadi. Orang tua itu lalu mengangkat pedang itu untuk diperiksa dibawah sinar api lampu, tetapi tidak mencoba untuk menghunusnya. Pada gagang pedang itu digantungkan sehelai kertas yang warnanya telah berubah kuning, dimana tertera beberapa huruf yang masih dapat dibaca dan berbunyi : Disegel pada akhir musim dingin dalam tahun Kie-bie (1499). Liok Keng membuat main pedang itu beberapa lamanya. Beberapa kali ia berniat akan merobek kertas yang tengantung pada gagang pedang itu, tetapi tampaknya ia se-olah-olah ragu-ragu dan saban-saban membatalkan niatannya. Lamalama, selagi jari-jari tangannya memain atas gagang pedang itu, tiba-tiba kertas itu memperdengaran bunyi bergeresekan, dan bersamaan dengan itu, pedang itupun tercabutlah dari serangkanya. Bunyi pedang itu menandakan, bahwa itulah sesungguhnya sebilah pedang yang baik, tapi anehnya tidak mengeluarkan sinar dan warnanya kehitam-hitaman bagaikan sepotong besi biasa yang berkarat. Pada badan pedang itu terdapat bintikbintik kemerah-merahan yang berbentud lonjong yang besarnya kurang-Iebih hampir sama dengan kuiku-kuku jari tagan. Jari-jari tangan Liok Keng meraba-raba pada bagian bintik-bintik pedang itu, dari satu pada yang lainnya, kemudian jari tangan yang meraba itu terhenti pada bintik yang ketujuh dan berkata-kata seorang diri : "Apakah ini bukan dia?" Setelah itu, buat kesekian kalinya, ia membungkuk buat memperhatikan terlebih jelas pula atas huruf-huruf yang tertera pada gagang pedang itu sambil Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menghela napas : "Aiii ....., sunguh tidak kunyana, bahwa pedang yaaig sudah disegel sekian lamanya ini, ada kemungkinan akan dipergunakan orang pada jaman ini !" Kemudian ia pergunakan singa-singaan batu kumala untuk menindih kertas yang terlepas dari gagang pedang itu. Tapi ketika baru saja ia bangun berdiri dan hendak menyimpan pedanq itu kedalam kerangkanya, tiba-tiba diluar jendela kamar ini terdengar suara orang yang dibarengi detngan berkelebatnya sesosok bayangan manusia, hingga Liok Kong yang telah banyak tahun keliaran dikalangan Kangouw, segera timbul rasa curiga dan lekas-lekas memadamkan api lampu. Dan berbarengan dengan terdengarnya suara angin yang berdesir masuk, Liok Keng ditempat gelap melihat dengan samar-samar sesuatu benda yang menyambar kejurusannya dengan sangat dahsyat sekali. Mula-mula ia berkelit untuk mengasih lewat benda aneh yang menyambar kepadanya, sambil melompat kedepan lemari buku dan menyimpan kerangka pedang itu ditempat asalnya, sedang pedang yang dicekalnya, lalu dipergunakan unituk membela dirinya sendiri. Setelah itu, ia pergunakan siasat Yau-cu-hwan-sin, atau alap-alam membalikkan badan, melayang keluar kamar itu dengan melalui jendela yang ternyata telah dibongkar orang dari sebelah luar. Syukur juga jendela itu tidak memakai ruji-ruji, hingga sesaat kemudian Liok Keng telah berada diluar dari teras melayang keatas genting untuk coba memperhatikan, kejurusan mana kaburnya tamu yang tidak diundang itu. T api ternyata tidak tampak tanda-tanda, bahwa orang itu telah kabur dengan melalui tempat-tempat yang termasuk bagian pekarangan disitu. Begitulah ia segera melompat turun pula kelataran. Selagi berdiri tertegun sejenak, tiba-tiba Liok Keng merasakan ada sesuatu benda yang menyambar kearah bahunya dengan mengeluarkan suara desiran angin yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ lembut sekali. Orang tua ini yang telah kenyang makan asam garam dikalangan Kang-ouw sehingga bertahun-tahun lamanya, sudah tentu saja tidak menjadi gugup mengalami serangan gelap itu. Dengan memperhatikan bentuk senjata yang sepintas lalu merupakan cengkraman binatang itu, ia segera dapat menerka siapa orang yang hendak membokong kepadanya itu. Dari itu dengan suara pelahan ia mengomel : "Ternyata kau masih ada disini?" Kemudian dengan mempergunakan siasat Kwan-kong-toattay-pauw, atau Kwan Kong menanggalkan jubah, lekas-lekas ia berkelit sambil memutarkan badannya, setelah itu ia maju mendesak dengan jurus Chit-seng-pouw atau langkah bintang tujuh, sedang pedang ditangannya lain disabetkan kearah musuh gelap itu dengan gerakan-gerakan secepat kilat. Orang itu lekas-lekas menarik pulang genggamannya yang teah tidak berhasil mengenai pada sasarannya, tapi berbareng pula meluncurkan senjatanya itu. Ketika melihat Liok Keng maju mendesak, Ia melakukan perlawanan dengan cepat sekali terhadap orang tua itu. Liok Keng segera mempergunakan pedangnya yang sudah ditarik pulang itu untuk menebas gegaman musuh yang bentuknya sangat aneh itu. Tapi pihak lawan yang tidak ingin genggamannya kena tertebas oleh pedang Liok Keng, lekaslekas menarik pulang gegaman itu dan me lompat keluar dari medan pertempuran. Ia bergerak dengan lincah dan segera panjangkan langkahnya untuk kabur, tapi Liok Keng tak mau melepaskannya dan lalu mengejar terus sambil menyerukan : "Kau sebenarnya siapa ", lekas kau beri tahukan kepadaku !" Tapi orang itu masih saja lari terus dengan cepatnya, sehingga Liok Keng tidak dapat menyusulnya, sedangkan orang itu terdengar tertawa dingin dan berkata : Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Apakah kau masih belum mengenali aku" " Mendengar suara itu, Liok Kong jadi terkejut dan diamdiam berkata : "Ah....., itulah ternyata benar dia?" Kemudian dengan suara perlahan ia melanjutkan : "Siauw Eng, kami sekeluarga tidak pernah memperlakukan kau tidak baik, tetapi mengapakah kau telah melakukan perbuatan serupa ini " " (oOo-dwkz-TAH-oOo) Bagian Ke - 4 Ya! benar. Orang itu memang bukan lain dari pada Teng Siauw Eng nona mempelai yang telah melukai mempelai pria, yang ternyata belum meninggalkan gedung itu, dan sesudah melukai Siaw-thiat-kauw Liok Kong, ia sekarang masih mendapat kesentpatan untuk coba menyerang Liok Keng dengan secara bergelap. Siauw Eng tidak memberi kesempatan pada Liok Keng akan bicara terus ia putar liu-seng-hauw-jiauw-tui ditangannya, dengan mana ia menerjang orang tua itu bagaikan angin tofan yang menyerbu ombak. Syukur juga Liok Keng cukup waspada dan bermata celi, hingga ia dapat selalu siap siaga untuk menghadapi segala kemungkinan. Maka sebegitu lekas Siaw Eng meluncurkan gembolannya kepadanya, lekas-lekas ia miringkan sedikit badannya, dengan lengan bajunya yang kiri ia kebutkan kearah gembolan itu, sedang pedang Ceng-hongkiam ditangannya lalu dipergunakan buat menebas tali gembolan tersebut. Tapi si nonapun yang tidak berlaku lengah, sudah lantas menarik pulang gembolannya, yang setelah diputar bagaikan baling-baling cepatnya kemudian diluncurkan kearah Liok Keng dengan mengeluarkan suara angin yang menderu-deru. Karena disamping yakin bahwa ilmu s ilat orang tua itu sangat lihay, iapun mesti selalu berlaku Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ licin agar supaya tali gembolannya jangan sampai tertabas putus. Maka kalau tali itu putus, dengan sendirinya dia tak berdaya, dan ia sudah harus mengucap syukur, jika Liok Keng menyudahi pertempuran itu. Kalau tidak, putusnya tali gembolan itu akan berarti sama dengan putusnya juga nyawanya sendiri. Tapi Siauw Eng memang bukan lawan Liok Keng yang setimpal, sehingga meski bagaimanapun ia mempertahankan dirinya, tidak urung dia tak sanggup meladeni orang tua itu untuk bertempur lebih lama lagi. Maka Liok Keng sendiripun telah melihat kelemahankelemahan pada bagian-bagian ilmu silat si nona, sambil melakukan perlawanan segera berkata : "Siauw Eng, kau bukan lawanku yang setimpal. Oleh sebab Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo itu, paling betul kau segera menjelaskan siapa sebenarnya dirimu sendiri. Kalau tidak, janganlah dianggap aku keterlaluan, apabila aku mengambil tindakan keras dengan serangan-serangan yang tak berampun." Siauw Eng tampaknya gentar juga mendengar ancaman itu. Maka sesudah berkelit tiga kali dari serangan Liok Keng" dan balas menggertak dengan serangan-serangan kosong untuk memudahkan ia keluar dari gelanggang pertempuran, nona itu segera putar gembolannya untuk melindungi dirinya, kemudian ia meloncat keatas genting dan melenyapkan diri dalam kegelapan. Orang tua itu sangat memuji tinggi atas Keng-sin-kang atau ilmu meringankan badan menantunya itu, suatu tanda bahwa dia sesungguhnya telah mampu menerima ilmu keturunan keluarganya dengan cara yang semurna sekali. Demikianlah, akhirnya ia sendiripun turut me lesat keatas genting, memperhatikan kearah mana menantunya yang luar biasa itu kabur. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ia sebenarnya tidak berniat akan mengejarnya, dan jikalau dan sekarang jika ia mengejarnya juga, tak lain tak bukan hanya untuk menanyakan serta meminta penjelasan, apakah latar belakang dari pada keributan yang telah terjadi pada petang hari itu antara si nona dengan puteranya itu. Dari kejauhan ia melihat Siauw Eng menuju ketepi telaga Tongteng, dimana terdapat hutan welingi yang lebat sekali. Dibagian atas boleh dikatakan bahwa Siauw Eng itu adalah menantu Liok Keng yang resmi, berhubung pernikahan antara si nona dengan anaknya telah dilangsungkan menurut upacara yang sudah laz im, tetapi mengapakah orang tua ini menanyakan "Kau sebenarnya siapa ?" Pertanyaan ini memang agak aneh, kalau diingat bahwa Liok Keng sendiri memang telah kenal pada Siauw Eng, sejak lama. Tapi karena mengalami peristiwa yang amat aneh dan kurang dimengertinya ini, maka rasa curiga segera timbul didalam hatinya. Hal apakah yang telah membuat Siauw Eng begitu kalap, sehingga tak segan2 pula ia melukai pada anaknya yang menjadi suaminya yang sah" Dari sejak tadi ia telah memutar otak buat coba mendugaduga, cara bagaimana pertengkaran itu bisa terjadi dengan secara tiba-tiba, tetapi tidak dapat diketemukan dimana letaknya kesalahan-kesalahan itu. Tatkala sekarang ia menghadapi sendiri persoalan yang sesunggudnya amat sulit ini, tiiba-tiba teringatlah olehnya akan penuturan kedua orang muridnya, yang selama dimintakan penjelasannya, telah menanyankan juga kepadanya, kalau-kalau orang tua itu sesungguhnya mempunyai pedang yang bernama Ceng-hongkiam itu" Tapi pada saat itu Liok Keng telah tidak menghiraukannya dan minta supaya muridnya itu melanjutkan penuturannya. Oleh sebab itu, maka sekarang telah muncul suatu dugaan baru didalam pikirannya, kalau-kalau pertengkaran antara Siauw Eng dengan anaknya itu mempunyai sangkut paut dengan pedang Ceng-hong-kiam itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rahasia apakah yang tersembunyi dibalik pedang kuno itu " Liok Keng telah memperoleh pedang Ceng-hong-kiam itu dikala usianya baru dua puluh tahun lebih. Sejak ia memperoleh pedang itu dan merantau dikalangan Kang-ouw, telah duabelas orang yang tewas dibawah barang tajam itu. Setiap kali satu jiwa melayang, maka pada pedang itu segera tampak sebuah bintik yang tak dapat dihilangkan untuk selama-lamanya. Pada jaman dua puluh tahun lebih yang Iampau itu, Liok Keng pernah bersua dengan seorang toosu tua yang telah merampas pedang itu dari dalam tangannya, hingga Liok Keng tak mampu mengambilnya pulang. Si toosu telah melemparkan pedang itu jauh sekali, dan tatkala Liok Keng meminta dengan sangat, barulah si toosu mengembalikan pula pedang itu sambil berkata : "Jikalau kau sungguh-sungguh suka pada pedang itu, tidak ada halangannya, akan kukembalikan kepadamu, hanya kalau dapat janganlah kau pergunakan itu terlebih jauh pula!" Oleh karena itu, maka sadarlah pikiran Liok Keng, akan akibat-akibat tidak baik yang dapat diapaminya kelak, dari itu ia te lah menyegel sendiri pedang tersebut dan menyimpannya baik-baik dalam tempat yang istimewa didalam lemari bukunya. Maka sejak hari itu dan selanjutnya, tak pernah ia mempergunakan pedang itu dalam perantauannya diikalangan Kang-ouw. Tapi peristiwa itu seolah-olah baru saja terjadi beberapa waktu lamanya, ketika buat pertama kalinya ia meraba pula dan mempergunakannya dalam pertempuran untuk melindungi diri dari pada serangan menantunya Pek-hoa-siancu Teng Siauw Eng. Pedang itu telah ia perolehnya saat sebelum Siauw Eng diliahirkan, oleh karena itu tidak mungkin menjadi latar belakang yang langsung mengenai pertengkaran yang terjadi antara si nona dengan anaknya Siauw-thiat-kauw Liok Kong itu. Dan jikalau pedang itu benar menjadi gara-gara dari pada Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pertengkaran itu, maka itupun bukan Iangsung mengenai diri Siauw Eng pribadi tetapi ada kemungkinan mengenai persoalan pihak leluhurnya pada jaman yang lampau itu. Ayah bunda Siauw Eng - Kauw-bian-sin Teng T in dan Saygiok-hoan Wan Ho meski hanya bertemu beberapa kali, tetapi belum sama sekali pernah terbit permusuhan apa-apa. Liok Kong dan Siauw Eng! memang pernah bertemu dikalangan Kang-ouw dan semulanya saling bertengkaran, tetapi kemudian mereka saling bersahabat dan cinta-mencintai satu sama lain, dan tidak jarang berkunjung kerumah keluarga Liok pada sebelum mereka menjadi suami-isteri. Akan tetapi setelah pernikahan mereka dilangsungkan, apakah yang menjadi sebab musabab timbulnya peristiwa Iuar biasa dan menyedihkan itu" Lama-lama timbulla!h rasa curiga yang dalam hati orang tua itu. Mungkinkah Siauw Eng yang ia ketahui begitu lemahlembut dan manis budi bahasanya itu menerbitkan kehebohan yang menggemparkan orang " "Tidak mungkin ......, tidak mungkin ......" pikir pendekar tua dari telaga Tong-teng itu. "Orang perempuan itu pasti bukan Teng Siauw Eng, hingga teka-teki ini tak dapat tidak dipecahkan selekas mungkin ! " Bersamaan dengan itu, pikiran Liok Keng jadi teringat pada Kouw-bian-sin Teng Tin, yang ketika kerusuhan itu mulai terbit, sikapnya tinggal tetap adem tidak menunjukkan aksi apa-apa. Apakah dia inipun menyimpan sesuatu rahasia yang ada sangkut pautnya dengan kerusuhan ini " Dengan hati masygul dan segala macam, persoalan yang sulit menindih pikirannya, Liok Keng melanjutkan pengejarannya ketepi telaga dan membabat utan welingi yang lebat kemana Siauw Eng telah nyelusup tadi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku mesti cari dia untuk minta penjelasan mengenai peristitwa yang menggemparkan ini!" pikirnya. Sinar rembulan telah mulai mengintai dari balik awan kemuka bumi, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa si nona bersembunyi dibagian hutan welingi yang dibabatnya itu. Sematamxn suntuk ia mencari kian kemari, tetapi ternyata Siauw Eng tidak dapat diketemukannya, sehingga akhirnya ia agak putus asa dan membatalkan maksudnya akan mengejar terus menantunya itu, meski kecurigaannya belum hilang sampai disitu saja. Maka untuk meredakan sedikit rasa penasarannya, Liok Keng lalu menuju kebawah sebuah pohon Liu yang besar, dimana ia duduk dengan mengharap untuk menantikan sampai Siauw Eng keluar dari tempat persembunyiannya. Tapi meski ditunggu-tunggu sehingga hari terang tanah, tidak juga tampak bayangan-bayangannya si menantu itu. Hal mana membuat ia khawatir akan diamat-amati oleh isterinya. Yang telah semalaman suntuk keliaran diluar mengejar-ngejar Siauw Eng dengan sia-sia. Begitulah ia bangun berdiri dan hendak pulang kerumahnya, ketika dengan secara tidak disengaja ia menoleh kebawah sebuah pohon tua yang tumbuh kira-kira beberapa belas kaki jauhnya dari bawah pohon Liu dimana ia duduk beristirahat tadi, dimana ia melihat seseorang yang telah menerbitkan kekagetannya yang bukan alang kepalang besarnya. Orang itu tampak duduk-duduk disitu dengan tenang, tidak bergerak, juga tidak menoleh kekiri-kanan, sedang kedua matanya memandangi air telaga yang berombak-ombak karena tertiup oleh angin fajar yang baru menyingsing. Liok Kong yang telah menyaksikan orang itu berada disitu dengan tidak diketahui apa maksud tujuannya, sudah tentu saja jadi berlompat mundur dengan pedang Ceng-hong-kiam ditangannya siap-sedia akan dipergunakan jika dirasa perlu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ karena orang itu pun bukan lain daripada Kouw-bian-sin T eng Tin adanya ! Tapi Kouw-bian-sin yang seolah-olah tidak menyadari akan bahaya yang sedang mengancam pada dirinya, tinggal tetap duduk bersila dengan sorot matanya yang muram ditujukan ketengah telaga Tong-teng dihadapannya. Menurut aturan, mereka berdua sekarang telah terikat sebagai besan dan terhitung bukan orang Iuar lagi. Tapi berhubung kekeluargaan itu retak dan berbalik menjadi permusuhan karena Pek-hoa-sian-cu Teng Siauw Eng telah melukai anaknca Siauw-thiat-kauw Liok Kong, maka Liok Keng terpaksa mengejar-ngejar si nona sehingga semalaman suntuk, dan akhirnya datang juga ketepi telaga Tong-teng disitu. Si menantu yang dikejar-kejar tidak dapat diketemukan, tetapi sekarang Kauw-bian-sinlah yang seakan-akan menggantikan Siauw Eng sebagai sasaran dari pengejarannya. Oleh karena itu dengan langkah yang besar ia menghampiri kejurusan pohon tua itu, dengan derapan kakinya sengaja diperkerasnya untuk menarik perhatian orang tua itu. Ia bermaksud akan segera menerjang pada Kauw-bian-sin Tong Tin, tetapi orang tua itu se-akan tidak mendengar derap langkahnya, hingga bukan saja ia tidak coba menoleh, malah bergerarakpun sama sekali tidak terlihat tanda-tandanya. Hal mana, sudah barang tentu, telah menimbulkan rasa sungkan Liok Keng yang terpaksa batalkan maksudnya akan menyerang dan berkata : "Teng Heng, ternyata, kau berada disini. Apakah kau tidak mendengar kabar tentang terjadinya kecelakaan itu?" Teng Tin tinggal membisu, meski ia menoleh sejenak kearah pedang Ceng-hong-kiam yang dicekal oleh Liok Keng itu, kemudian ia mengalihkan pandangannya ketengah telaga, sambil tinggal tetap duduk tepekur sebagaimana sediakala. Sinar mata hari pagi yang ke-emas2-an, seakan-akan menabur segala sesuatu yang terdapat dimuka bumi. GunungTiraikasih Website http://kangzusi.com/ gunung, pohon- pohon, tumbuh-tumbuhan dan air telaga. Tidak antara lama dosiran angin pun terasa tiba dan seakanakan hendak menyampaikan salam selamat paginya, tetapi Kauw-bian-sin seolah-olah tidak merasakan atau menghiraukan itu semua. Hal mana, telah membuat Liok Keng tidak sabaran dan bertanya : "Teng Heng apakah persoalan puterimu dengan Kong-jie tidak kau ketahui olehmu, dan bagaimana duduknya persoalan yang sebenar-benarnya. ?" (Oo-dwkz^Tah-oO) BAGIAN KE - 5 Teng Tin tidak menjawab atas pertanyaan itu, selain berkata-kata dengan tak tentu kemana tujuannya : "Sungguh pedang yang baik sekali Kau memang pandai menyimpan rahasia, sehingga orang-orang dikalangan Kang-ouw mengatakan, bahwa pedang itu telah lama hilang entah kemana! Ha, ha, ha .......! nyatanya masih dapat bertemu pula disini!" Liok Keng, yang menyaksikan T eng T in tak mau menjawab pertanyaan, tetapi toh mau bicara juga mengeinai pedang yang dicekalnya itu, sudah barang tentu timbul sangkaan, kalau2 pedang itu ada sangkut pautnya dengan drinya sendiri. Dengan begitu, jika nanti Teng Tin berlalu dari situ, sudah Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo barang tentunya akan menyiarkan kabar dikalangan Kangouw, bahwa pedang yang umum dikatakan telah lama lenyap itu, sebenarnya, masih berada didalam tangannya. Oleh sebab itu, apakah kabar itu tidak akan menerbitkan bencana baginya dikemiudian hari" Liok Keng yang berpikir begitu, tiba-tiba merasa tidak enak didalam hatinya dan berkata dengan sikap dingin :"Aku mengucapkan trima kasih atas pujianmu itu. Kami Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ keluarga Liok dan Teng Heng tidak pernah terbit permusuhan apa-apa, tapi mengapakah kau memperlakukan aku sedemikian tawarnya, sehingga aku seolah-olah pernah berbuat kesalahan sesuatu kepadamu"'' Orang tua, she Likk itu telah mengucapkan kata-katanya yang terakhir dengan suara yang agak keras. Teng Tin menolehkan kepalanya, dengan sikap acuh tak acuh dan berkata : "Apa katamu itu memang sesungguhnya tidak bersalah. Aku dan Tong-teng-siang-hiap memang pernah saling bertemu sehingga beberapa kali, oleh sebab itu, ada kesalahan apakah yang telah diperbuat oleh kita kedua pihak?" Liok Kong mendongkol sekali melihatt sikap Teng T in yang selain berlagak tidak tahu. Maka sesudah berpikir sejenak ia berkata : "Tong-jie telah kena terpukul 4 atau 5 kali oleh gembolan Houw-jiaw-tui puterimu. Apabila ilmu dalam anakku masih hijau, apakah ia masih bisa hidup hingga saat ini?" Teng Tin menoleh kembali ketengah telaga dan menjawab dengan sembarangan, katanya : "Sungguh aneh sekali! Gembolan itu tob bukan milikku, bukan ?" Liok Keng yang mendengar jawaban sembarangan itu, sudah barang tentu jadi sengit dan lain maju menghampri sambil berseru : "Tapi itu tob milik anak perempuanmu bukan?" "Begitu?", kata Teng Tin. "Anak, perempuanku telah menikah dengan secara resmi, dari itu, dia sekarang termasuk dalam keluargamu, mengapakah urusan rumah tanggamu kau tanyakan kepadaku?"" Mendengar jawaban itu, Liok Keng jadi terbengong sejurus. Karena meski jawaban Teng Tin itu hampir menyamai orang yang berdebat, tetapi ia harus akui juga kebenarannya. Oleh karena itu, ia terpaksa tinggal membisu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Teng Tin tampak tertawa dan lalu mengebut-ngebut pakaiannya hendak berlalu dari s itu. "Liok Keng, ketahui, bahwa ilmu mengentengkan badan Teng Tin sangat lihay, hingga jika ia dibiarkan pergi dengan begitu saja, sudah barang tentu ia akan berlalu, dan menghilang dari situ dalam waktu sejapan mata, hal mana, akan membuat ia tak mampu akan mengejarnya." Oleh sebab itu, lekas-lekas ia mengejar sambil menghunus pedang Cenghong kiam ditangannya. "Jikalau kau belum mau bicara dengan sejelas-jelasnya," serunya, "janganlah kau harap akan bisa berlalu dari s ini!" Kata-kata itu lain dilbarengi dengan berkelebatnya sinar pedang Ceng-hong-kiam yang hendak ditusukkan kearah orang tua she Teng itu, tetapi Kouw-bian-sin tinggal tetap berlaku tenang, seolah-olah tidak ada sesuatu yang amat berat sedang dipikirkannya didalam hatinya. Sementara, Liok Keng yang melihat Teng Tin tidak melakukan perlawanan apaapa, iapun jadi tertegun dan tidak mengerti apa maksudnya. Kemudian ini mencoba pula akan menyerang dengan sikap yang lebih sunguh-sungguh. Tapi Teng Tin tinggal tetap berlaku tenang dan berkata :"Keterangan apakah yang kau butuhkan dari itu" Dan ada omongan apakah yang kau anggap aku perlu katakan kepadamu ?" Liok Keng yang menggap dirinya dicemoahkan orang, suidah barang tentu jadi amat gusar dan segera menusukkan pedangnya kedada T eng T in sambil membentak "Jangan kau berlagak bodoh! Aku minta supaya segera menerangkan duduk persoalan yang sesungguhnya, kalau tidak, aku anggap kau hendak sengaja mencari permusuhan denganku. Aku orang she Liok tak akan gentar buat bertempur denganmu!" Tapi bebegitu lekas pedang itu ditujukan pada dirinya, Teng Tin segera menggerakkan jari tangannya yang tengah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ untuk menyentil pedang itu sampai mengeluarkan suara "Tring......." yang nyaring sekali. Liok Keng terkejut dan segera menarik pulang pedangnya itu sambil berlompat dan segera menarik pulang pedangnya sambil melompat kepinggiran, dengan maksud akan membuat serangan ulang terhadap Kauw-bian-sin Teng Tin. Tapi orang She Teng itu bukan saja tidak membuat perlawanan, malah sebaliknya berkata : "Itulah sesungguhnya sebilah pedang yang baik sekali!" Liok Keng yang merasa dirinya dianggap "sepi", keruan saja menjadi sangat gusar dan segera mengayunkan pedangnya buat memaksa Teng Tin melakukan perlawanan dengan membentak : "Hai orang She Teng. apakah artinya ini semua" Ayo lekaslah kau jelaskan !" Tapi T eng Tin tinggal tetap tidak meladeninya dan berkatakata seorang diri: "Pada badan pedang itu terdapat dua belas bintik-bintik, yang mana menandakan jelas sekali tentang kebaikannya pedang itu!" Liok keng tak dapat menahan sabar lagi dan segera melompat maju sambil berseru "Kouw-bian-sin, aku mendatangi! " Dengan ini, sudah jelaslah bahwa orang tua she Liok telah menyerang dengan sunguh2, dengan harapan bahwa Kouwbian-sin yang terkenal sebagai salah seorang jagoan kawakan dikalangan kang-ouw sudah barang tentu akan terpaksa melakukan perlawanan juga. Tapi kenyatannya sungguh membuat orang terkejut dan heran. Karena Kouw-bian-sin tidak mau mundur atau berkelit, maka iganya telah kena tertusuk pedang Ceng-hong-kiam yang dicekal Liok Keng itu, hingga darahnya menyembur bagaikan air yang menyemprot keluar dari sebuah pipa yang mendadak patah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Hal mana, telah memibuat Kouw-bian-sin ter-huyung2 dan matanya terbalik beberapa kali. Liok Keng jadi sangat terkejut dan berkata : "Teng Heng, mengapakah kau tidak balas menyerang atu mengadakan perlawanan apa-apa" Maksud Liok Keng yang sebenar-benarnya, ialah hendak menanyakan pada Teng Tin, hal apa yang telah menyebabkan anaknya bertengkar dengan Pek-hoa-siancu, sehingga kemudian sampai menimbulkan pertumpahan darah, tetapi Kouw-bian-sin selalu tinggal membisu dan tidak mau membicarakan sebab musababnya, yang mana hal ini telah membuat amat jengkel dan lain coba menggertak untuk memaksa dia bicara dan melakukan perlawanan, kalau saja, hal itu dianggapnya patut. Tidak tahunya Teng T in yang lebih suka mati dari pada membuka rahasia, tidak gentar karena ancaman pendekar dari telaga T ong-Teng itu. Liok Keng menyesal bukan ma in, tatkala melihat Teng T in luka parah karena perbuatannya. Tapi Kouw-bian-sin sebaliknya merasa malu didalam hati dan seakan-akan hendak coba melangkah maju. ketika dengan sekonyong-konyong ia terhuyung dan hampir saja jatuh mengusruk, kalau saja Liok Keng tidak lekas berlompat maju dan memapahnya. Teng Tin mendekap luka2-nya dengan mempergunakan kedua-dua tangannya, sedang pandangannya dialihkan pada wajah Liok Keng, yang mendapat kenyataan baltwa Kouw-bian-sin tidak mengandung sikap yang bermusuh atau penasaran karena mengalauni kecelakaan itu. Tapi pada sebelum ia menotok jalan darah Teng Tin untuk menghentikan mengucurnya darah itu, Kouw-biasin telah terkulai dan jatuh roboh, menghembuskan napasnya yang terakhir. Liok Keng sesalkan Kouw-bian-sin yang tidak menerangkan duduk persoalan yang dimintanya, tapi berbareng juga menyesalkan juga atas sikapnya sendiri yang tidak bisa menahan sabar dan semberono itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Beras sudah jadi nasi, maka hendak menyesalpun sudah kasip. Tak ada jalan untuk memperbaiki perkara yang sudah terjadi. Maka sementara ia pulang buat menanyakan duduknya persoalan tidak enak yang telah terjadi pada kemarin malam itu kepada Liok Kong, orang tua itu lalu memotong cabang-cabang pohan Liu untuk sementara, menutupi mayatnya Kouw-bian-sin. Kemudian lekas-lekas ia pulang kerumahnya, karena jika ternyata bahwa kesalahankesalahan itu berpokok pada diri anaknya, iapun rela mengorbanikan jiwanya dihadapan Say-giok-hoan Wan Ho sebagai penebusan dosa bagi jiwa Teng Tin yang telah dibinasakannya tanpa didengaja itu. Tapi ketika baru saja ia membalikkan tubuhnya hendak meninggalkan tempat itu, tiba-tiba dari dalam hutan welingi terdengar suara berkerisik, yang sewaktu diperhatikan oleh Liok Keng, ternyata dari sana telah muncul Pek-hoa Sian-cu Teng Siauw Eng yang masih mengenakan pakaian pengantin dengan sekujur badannya basah kuyup, lekas2 kabur menuju kelain yurusan. Hal mana,telah membuat Liok Keng kemekmek dan berdiri tertegun sesaat lammanya. Dalam hatinya itu berpikir, bahwa selama peristiwa tadi terjadi, niscaya Siauw Eng dari tempat persembunyiannya dapat menyaksikan dengan mata kepala sendiri, cara bagaimana ia telah membunuh ayah sinona dengan tidak disengaja, tetapi mengapakah Siauw Eng tidak keluar buat menolong, atau menuntut balas, tapi sebalihnya segera kabur dengan begitu saja" Kalau ia mengejar nona itu, kesudahannya pasti akan ada selembar diiwa yang melayang. Apakah Siauw Eng berniat akan mengundang orang pandai yang lainnya buat bantu menempurnya" Banyak persoalan2 yang ruwet telah muncul dengan silih berganti untuk mengganggu pikirannya, hingga ahirnya ia telah mengambil keputusan untuk kembali saja dahulu kerumahnya di Go-san-tin, untuk meredakan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pikirannya yang, bekerja keras tapi sia-sia untuk dapat memecahkan teka-teki yang amat sulit itu. Ditengah jalan ia berpapasan dengan, dua orang bujangnya yang berjalan mendatangi dengan rupa yang ter-gopohgopoh. "Ada urusan apa lagi yang terjadi didalam rumah kita ?" Liok Keng lekas bertanya. "Tidak ada apa-apa," sahut seorang diantaranya, "hanya karena Liok-ya belum juga pulang, maka cu-bo telah memerintahkan kami berdua untuk pergi mencari tuanku." Mendengar jawaban itu, Liok Keng lalu mempertenang suaranya dan bertanya ''Apakah siauw ya telah mendusin dari tidurnya?" Bujang itu lalu menggelengkan kepalanya dan menjawab : "Kami tidak mengetahui." Liok Keng yang tidak sabaran buat berbicara dengan bujang-bujangnya itu, lekas-lekas mempercepat langkahnya dan pulang kerumahnya dengan tidak banyak bicara pula. Ditengah jalan ia berpapasan dengan beberapa orang penduduk kota kecil itu, yang dengan diam-diam berbisik-bisik satu sama lain dibelakangnya, menduga-duga tentang hal ihwal kerusuhan yang terjadi pada kemarin malam antara pengantin pria, dan wanita. Tapi mereka tidak mengetahui jelas, sebab musabab yang menjadi pokok dari pada keributan itu. Liok Keng sendiri seolah-olah mengetahui, bahwa para pendnduk disitu tengah membicarakan persoalan yang telah terjadi dirumah tangganya, tetapi dia tak menghiraukan hal ini dan lekas-lekas puling kerumahnya sendiri. Sesampainya dimuka pintu gerbang, Liok Keng melihat pintu itu masih tertutup, sehingga dengan tidak sabaran ia mencelat keatas pagar tembok, dari mana ia melayang -turun ke cimche. Tatkala itu Bun So Giok yang melihat suaminya kembali dengan wajah yang muram, dengan jengkel lantas bertanya : Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kau pergi kemana, sehingga terang hari holong bolong baru pulang kerumah ?" Tapi Liok Kong bukan saja tidak menjawab pertanyaan itu, malah sebaliknya ia bertanya : "Apakah Kong-jie sudah bangun tidur?" Sambil berkata begitu, terus saja ia masuk kedalam. "Bangun sih sudah," sahut isterinya," tetapi ia masih tampak Iemah sekali, hingga kuatir ia baru sembuh betul setelah berselang dua atau tiga bulan lamanya." "Kau ini memang terlampau bawel !" kata Liok Keng uringuringan." Apakah dia sekarang sudah dapat berbicara ?" Bun So Giok jadi sengit mendengar dirinya disemprot. "Sudah barang tentu dia dapat berbicara,"katanya. "Jika dia tidak mampu berbicara, dia tentunya sudah mati !" Liok Keng tak mau meladeninya mengadu lidah, hanya lekas-lekas bertanya : "Dia mengatakan apa ?" "Dia tak mau mengatakan sesuatu," sahut Bun So Giok. "Telah kucoba tanyakan hal ihwal dari kerusuhan itu, tetapi nyatanya sia-sia saja. Dia tak mau bicara, pergilah kau coba tanyakan sendiri kepadanya. Dari pagi hingga sekarang, dia hanya mengucapkan sepatahkata!" (Oo-DewiKZ^Tah-oO) BAGIAN KE - 6 "Dia tak mau mengatakan sesuatu," sahut Bun So Giok. "Telah kucoba tanyakan hal ihwal dari kerusuhan itu, tetapi nyatanya sia-sia saja. Dia tak mau bicara, pergilah kau coba tanyakan sendiri kepadanya. Dari pagi hingga sekarang, dia hanya mengucapkan sepatah kata!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Apakah katanya ....?" Liok Keng mendesak buat meminta Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo keteraugan. Bun So Giok tersenyum dingin. "Si dogol ini ternyata sangat tergila-gila pada si budak jahat itu .............." "Apakah yang dikatakannya" Cobalah kau jelaskan !" orang tua itu mendesak dengan tidak sabaran. "Ia minta supaya kita jangan mempersukar Teng Siauw Eng,jyuga Ayah bundanya!" kata isterinya. "Aiii....., hal ini sesungguhnya sulit sekali untuk dapat disudahi dengan begitu saja!" Liok Keng terbengong sejenak, kemudian dengan sikap dingin ia, berkata: "Untuk maksud apa kau membuat ributribut" - Kouw-bian-sin Teng Tin telah terbinasa dibawah pedang Ceng-hong-kiam ini !" Bun So Giak jadi kamemek. "Apa, benar ".... akhirnya bertanya pada siaminya." "Kenapa tidak benar ?" kata Liok Keng sambil menghunus pedangnya dan menunjukkannya pada isterinya. "Cobalah kau periksa ini !" Tatkala Bun So Giok memperhatikan pada badan pedang itu, ternyata benar saja disitu tampak telah bertambah sebuah titik merah yang masih berdarah ! "Akan aku coba tanyakan pula persoalan ini, pada. Kongjie" kata Liok Keng sambil menghela napas. Sesudah begitu orang tua itu lalu masuk kedalam dengan langkah yang besar. Didalam kamar ia lihat Liok Kong berbaring diatas ranjang dan dengan menghadapi dinding tembok, tidak menoleh juga tidak berbicara kepadanya barang sepatah katapun. Liok Keng yang pernah merantau dikalangan Kang-ouw sehingga ber-tahun2 lamanya, sudah barang tentu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pengalamannya pun tidak dapat dikatakan sedikit. Maka sebegitu lekas masuk kekamar tidur Liok Kong dan mcndengar suara napas sang anak itu, ia segera tahu, bahwa keadaan luka-luka anaknya itu telah mulai sembuh. Dan tatkala melihat isterinya pun hendalk masuk juga kesitu, Liok Keng lalu menoleh kepadanya dan berkata dengan suara pelahan : "Kau jangan masuk dahulu. Aku hendak menanyakan padanya mengenai persoalan yang cilaka itu" Bun Su Giok yang melihat suaminya menarik muka bengis, mau tak mau-jadi menggerutu dau segera membalikkan pula badannya, membatalkan maksudnya akan turut masuk kedalam kamar anak mereka itu. Kemudian Liok Kong dengan pelahan-lahan meng-goyang2kan tubuh anaknya, tetapi Liok Kong tetap berbaring dengan menghadapi dinding tembok, tidak mau menoleh, juga tidak mau berbicara dengan ayahnya. Sementara orang tua itu yang mengetahui bahwa Liok Kong tidak tidur, sudah tentu saja jadi sengit dan membentak : "Kong-jie !" Siauw-thiat-kauw Liok Kong biasanya sangat mengindahkan dengan takut sekali pada ayahnya, tapi nada kali ini ia tinggal tetap membisu yuga tak coba menolehkan kepalanya. Kepada ayahnya. Liok Keng yang berdarah panas jadi mendongkol dan segera menghampiri kedepan ranjang dan menarik lengan anaknya, agar supaya anaknya itu bisa berhadap-hadapan dengnnnya. Tapi karena tarikan itu dilakukan agak keras karena terdorong rasa mendongkol, maka Liok Kong mengeluh dan meringis karena tak tertahan pula rasa sakitnya, hingga peluh yang sebesar biji-biji kacang tanah tampak mengucur dan jatuh menetes dari dahinya. Dan untuk mencegah agar luka-lukanya tidak melrkah akibat goncangan tubuhnya yang diseret oleh ayahnya, maka sedapat mungkin Liok Kong telah coba mempertahankan dirinya dengan sekuat tenaganya. Syukur juga Liok Keng segera menyadari atas perbuatannya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang semberono itu, hingga lekas-lekas ia melepaskan cekalannya terhadap lengan analknya itu. Begitulah ayah dan anak itu akhinya telah dapat.juga saling ber-hadap2-an, tetapi Liok Kong tinggal tetap tak mau bicara barang sepatah katapun. Melihat sikap Liok Kong yang agak keras kepala dan berbeda dari pada biasa yang dikenalnya sebagai seorang anak penurut, sudah barang tentu membuat Liok Keng jadi semakin curiga. Lalu ia menarik sebuah kursi dan duduk didepan ranjang sambil berkata: "Kong-jie, cobalah kau tuturkan peristiwa kemarin ma lam yang telah kau alami itu dengan sejelas-jelasnya. Ayah kepingin. dengar bagaimana duduknya persoalan yang se-benar2-nya." Tapi ketika Liok Kong masih juga tak mau bicara, meski dia ditanyakan hingga berkali-kali, sudah barang tentu Liok Keng jadi gusar dan membentak: "Apakah kau tidak mau bicara juga !" Liok Kong segera memaksakan diri untuk duduk dengan wajah pucat pasi. "Apakah ayah tidak tahu" katanya dengan suara yang hampir berteriak. "Dari itu, hal apakah pula yang akan kau tanyakan kepada ku?" Permbicaraan itu tidak sekali-kali mirip dengan pembicaraan antara anak dan ayah, arena karena ke-dua2nya sama keras kepala dan sengit. Dalam kesengitanya, Liok Keng tclah memukul sisi ranjang dengan telapak tangannya, hingga kedua kaki itu telah patah dan miring, hingga Liok Kong yang berbaring diartasnya terperosok kebawah. Tatkala ia mencoba bangan berdiri dan berjalan menuju kesisi pintu, Liok Kong hanya dapat melangkah dua tindak, kemudian ia jatuh mengusruk, dengan luka2-nya tampak mengeluarkan darah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dengan menahan rasa sakit dan gusar. Liok Keng, hendak coba merangkak bangun, ketika dari sebelah luar ia mendengar derap kaki beberapa orang bujang, Liok Kong yang telah dirongrong oleh segala persoalan yang sulit dan menjengkelkan hati dari kemarin malam sehingga pagi hari itu, lekas-lekas meninggalkan kamar itu dan menuju ke kamarnya sendiri untuk beristirahat. Sementara Ban So Giok yang melihat suaminya telah berlalu jauh, Lekas-lekas menolong Liok Kong naik pula keatas ranjang, setelah dua buah kursi dipcrgunakan sebagai ganjelan sementara untuk ranjang yang patah dua kakinya itu karena akibat pukulan telapak tanggan Liok Keng yang maha dahsyat itu. "Tiong-jie," kata Bun So Giok pada, anaknya, "ayahmu memang sudah kodratnya bertabiat aseran dan keras kepala, dari itu mengapakah kau berani menentang kehendaknya." Liok Hong merangkul ibunya sambil menangis bagaikan seorang anak yang masih kecil. "Jikalau kau menemui sesuatu kesulitan" kata Bun So Giok pula "segeralah kau beritahukan itu pada ibu, sudah barang tentu ibu akan dapat menolongmu untuk memecahkan persoalan itu. Sambil berbaring di ranjang dan memegang tangan ibunya erat-erat, Liok Kong lalu bertanya : "Bu, apakah Siauw Eng tidak menderita luka apa-apa ?" Bun So Giok menghela napas dan berkata : "Siang2 dia te lah kabur entah kemana perginya!" Liok Kong menggigit bibirnya sambil kemudian berkata : "Kalau begitu, maka legalah sudah pikiranku. Dan jilkalau nanti luka2-ku telah sembuh seluruhnya akan kupergi mencarinya kemanapun, tidak perduli meskii ia merantau Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ keujung langit sekalipun." Sambil berkata demikian, ia berhenti sejenak bagaikan orang yang ragu-ragu untuk menyatakan pikirannya. Kemudian ia memaksakan diri berkata juga : "Bu. apakah kau bersedia akan mengabulkan suatu permintaanku?" Bun So Giok meski tergolong pada seorang ahli silat yang keras tetapi ia hanya seorang perempuan, dan seorang ibu dari seorang anak satu-satunya, sudah barang tentu berhati lemah dan sangat menyayangi anaknya itu. Oleh karena itu, dengan tidak ragu-ragu pula ia menjawab : "lbu pasti akan mengabulkan permintaanmu. Cobalah kau segera utarakan itu." "Pada saat luka-lukaku belum sembuh," kata Liok Kong "janganlah ambil tindakan apapun terhadap Siauw Eng, seumpama nanti dia datang dan melakukan sesuatu disini. Apakah ibu bisa mengabulkan permintaanku ini." Bun So Giok jadi teebengong mendengar omongan anaknya itu. Karena ia sama sekali tidak menduga, bahwa Liok Kong yang nyata2 sangat tergila-gila pada Siauw Eng akan mengajukan permintaan tersebut, maka ia tinggal membisu sesaat lamanya, tidak mampu memberikan keputusan atau jawaban terhadap permintaan anaknya itu. Paras muka Liok Kong agak berubah dan berkata: "Bu!, apakah kau masih belum suka mengabulkan permintaanku" Kita telah cukup banyak melakukan kedosaan!" Bun Su Giok yang melihat anaknya berbicara sungguh2 terpaksa menyawab: "Kalau begitu, baiklah! Meskipun umpama ia membunuh maupun membakar rumah, niscaya kami tidak akan merintangi atau mempersulitnya!" Pada hal ia tak mendengar atau memperhatikan kata2 Liok Kong yang terakhir, yaitu "K ita telah cukup banyak melakukan kedosaan!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Oleh karena mendengar kesanggupan ibunya itu, maka Liok Kong pun baru merasa lega hatinya dan segera beristirahat, hingga ibunya pun lalu berjalan keluar dari dalam kamar itu dengan hati yang sangat masgul. Selanjutnya karena terjadinya kerusuhan ini, maka dalam kalangan keluarga Liok tua dan muda tampaknya merasa kurang tenteram. Bun Su Giok tidak enak makan atau tidur, sedang pada Liok Keng ia hampir tak banyak bicara, seperti biasanya. Mereka suami-isteri tampak muram dan susah hati. Petang hari itu tatkala Liok Kong tidur layap-layap, tiba-tiba ia mendengar suara seseorang yang se-olah2 menanyakan tentang keadaan lukanya. Udara sudah agak dingin karena hari telah larut malam. Ia merasakan tenggorokannya kering dan berniat akan memanggil buyangnya akan meminta minum, ketika dengan se-konyong2 dari luar jendela terdengar suara berkeresek yang dibarengi dengan berkelebatnya sosok bayangan manusia. Mula-mula Liok Kong agak terkesiap juga hatinya, tapi ketika memperhatikan bentuk bayangan itu yang kecil molek sesaat lamanya, segera ia kenali itulah bukan lain anak dara yang telah dicintainya sejak dua tahun lamanya, yang kemudian mereka dapat juga menjadi suami isteri pada kemarin ma lam, tatkala dengan sekonyong-konyong terjadi keributan yang akhirnya mengakibatkan tewasnya jiwa Kouwbian-sin Teng Tin dalam tangan ayahnya. Dia itulah bukan lain lain daripada Pek-hoa-sian-cu Teng Siauw Eng adanya! Liok Kong girang bukan buatan, hingga jadi kemekmek dan tak mampu mengucap barang sepatah katapun. Hampir dalam saat itu juga, Teng Siauw Eng telah berhasil menolak daun pintu jendela dan me lompat masuk kedalam kamar dengan senjatanya Liu-seng-houw jiauw-tui dicekal ditangannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Maka sebegitu lekas si nona masuk, Liok Kongpun segera memanggil: "Siauw Eng !" Siauw Eng terkesiap hatinya dan lekas-lekas membalikkan tubuhnya. Tapi sinar lampu yang cukup terang membuat ia melihat dengan jelas wajah si nona yang mengandung kesedihan dengan sinar matanya yang terang, halis yang panjang dan gerak-gerik yang mempesonakan hati. Maka tidak kelirulah jika dikatakan orang, bahwa Siauw Eng itu adalah seorang anak dara yang berwajah cantik dan gagah berani. Setelah bengong sesaat lamanya, lalu ia kertakan giginya dan berkata : "Kau menghendaki aku akan berbuat apa pula ?" Sambil berkata begitu, dengan gerakan yang sebat sekali ia telah mengerakkan gembolan ditangannya. Liok Kong tampak gugup dan segera mengulurkan tangan buat menahan gembolan yang hendak dihantamkan si nona kepadanya itu. "Siauw Eng," katanya, "kau boleh turun tangan buat menyerang kepadaku tapi aku harap kau suka dengarkan dahulu sedikit omonganku ini !" Dengan hati berdebar-debar Siauw Eng menjawab : "Cobalah kau segera ceritakan!" (Oo-dwkz^Tah-oO) BAGIAN KE - 7 Liok Kong menghela napas dan berkata : "Siauw Eng, meski apapun yaing terjadi, aku menganggap pada petang hari ini aku mesti mati dibawah gembolanmu. Aku akan rela dan mati dengan mata terpejam, Siauw Engku sayang". Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Hati T eng Siauw Eng merasa pedih sekali mendengar katakata itu, hingga air-matanya mengucur hampir tak terasa. "Kong-ko!" katanya. Dengan kata-kata itu, si nona pun merasakan tangannya lemas, terkulai sehingga gembolan ditangannya jatuh diatas lantai. "Siauw Eng" kata Liok Kong pula, "lelakon percintaan kita ini boleh dikatakan merupakan suatu kegetiran yang tiada taranya, apa mau jika sang nasib telah mengatur jalan hidup kita begini rupa, kita beruntung menjadi suami isteri, tapi.........sungguh tidak kunyana............" Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sambil berkata begitu. ia telah mengangkat tinjunya dan menumbuk dahinya sendiri. Siauw Eng merasakan hatinya tersayat karena melihat keadaan Liok Kong begitu menyedihkan. Apakah ia tidak mencintai si pemuda itu" Itu tidak mungkin, si nona menolak bisikan yang se-olah2 terdengar berkumandang didalam telinganya. Ia maju dua langkah, dan merangkul pada Liok Kong sambil menangis dan berkata : "Kong-ko! Apakah yang kau hendaki aku perbuat selanjutnya" Liok Kong mengangkat dagu si nona dan menyapu airmatanya yang membasahi kedua belahan pipi Sinona Eng dengan lengan bajunya. "Siauw Eng." katanya pelahan, "apakah kau masih mencintai aku ?" Airmata si nona turun semakin deras dan menjawab : "Sudah barang tentu aku mencintaimu ! Kong-ko apakah kau belum mengetahui itu" Liok Kong menghela napas. "Aku ada sepatah dua katakata yang headak disampaikan kepadamu," katanya, "apakah kau bersedia untuk mendengarkannya?" Tapi pada sebelum Siauw Eng menjawabnya Lok Kong telah mendahului melanjutkan bicaranya : "Dengarkanlah apa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kataku. T idak Perduli apapun yang akan terjadi!, setelah luka lukaku sembuh seluruhnya, kita boleh kabur kelain tempat yang sukar diketemukan orang, dimana kita boleh hidup bersama sama dengan rukun dan bahagia. Bukankah itu merupakan rencana hidup kita yang baik sekali ?" Si nona tampaknya sangat mupakat dengan "rencana" Siauw-thiat-kauw itu. Tetapi kemudian dengan sekonyongkonyong ia menjawab "Tidak mungkin ! Tidak mungkin ! Dimanalah hatiku bisa merasa tenang " Aku anggap semua itu memang telah di tentukan oleh Sang Takdir. Kalau bukan begitu, cara bagaimana dari dahulu kau tidak pernah mengatakan demikian " Baru setelah dimalaman pernikahan kita kau mengatalan itu dengan secara tdak sengaja! Oleh karena itu, biarlah kita menjadi suami-isteri dilain penitisan dilain jaman saja !" Gambar - 02: (Gambar Ilustrasi diatas) ........ sebegitu lekas gembolan Siauw Eng menyambar kepada si pemuda, serupa benda telah menyambar dari luar jendela ...... Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sesudah berkata demikian. Teng Siauw Eng, merasa tidak tahan untuk tidak menangis tersedu-sedu. Liok Kong mengusap-ngusap nambut si nona yang bagus sambil menghela napas dan berkata: "Siauw Eng, aku memang harus akui kebenarannya bicaramu itu. Atau sudah nasib kita berdua yang amat buruk itu, sehingga persoalan kita bisa menjadi berantakan begini rupa. Oleh karena itu, segeralah kau turuti apa kataku itu, hingga dengan begitu aku masih menganggap kau seorang pendekar wanita yang berhati baja! Maka bersamaan dengan itu, akupun sudah barang tentu tidak dapat mencintaimu !" Sesudah berkata-kata, ia segera memejamkan matanya. Siauw Eng mundur dua langkah, kemudian ia putar gembolan Houw-jiauw-tui ditangannya, akan dihantamkan kearah Liok Kong ! Sungguh aneh sekali ! Baru saja mereka selesai saling mengurcapkan kata-kata yang menandakan kasih sayang mereka, atau dalam waktu sekejapan saja Siauw Eng telah mengunjukkan kekejaman untuk mencelakai orang yang dikasihinya itu ! Apakah artinya semua ini. Sedang didalam hati s i nona itu telah berjanji, bahwa kalau nanti si pemuda telah meninggal dunia pasti akan mencari Liok Kong untuk membikin perhitungan. Maka seperti juga Liok Kong, dia sendiripun nyatanya tak sampai hati untuk melakukan itu. Oleh karena itu, ketika gembolannya datang menyambar terhadap Liok Kong, Teng Siauw Eng sendiripun telah memejamkan matanya. Dalam keadaan begitu, jiwa Liok Kong bagaikan tergantung diatas selembar rambut. Tapi sebegitu lekas gembolan Siauw Eng menyamber kedada si pemuda, serupa benda telah menyamber masuk dari luar jendela dengan kecepatan yang melampoi kecepatan sinar kilat. Benda itu telah berhasil dapat menagkis gembolan si nona dengan mengeluarkan suara "Dak....... !" yang keras sekali. Dan bersama dengan itu, si Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ nona yang masih memejamkan matanya tiba-tiba mendengar Liok Kong berseru : "Siauw Eng, lekas lari !" Tatkala Siauw Eng membuka matanya, ia melihat dari luar jendela melayang masuk sesosok bayangan manusia yang bergerak bagaikan seekor burung kepinis gesitnya, yang ketika diperhatikan sekejap lamanya, ternyata bukan lain daripada Liok Keng yang dikenal orang sebagai salah seorang antara sepasang penidekar dari telaga Tong-teng itu Maka Pek-hoa-sian-cu Teng Siauw Eng yang telah terlanjur berjanji didalam hati akan membunuh Liok Keng, segera ia putar gembolannya untuk menyerang, meskipun ia tahu bahwa ia bukan lawan yang setimpal dari jago kawakan itu. Liok Keng yang pada petang hari itu tidak bisa tidur memikirkan peristiwa tidak enak yang baru dialaminya itu, tiba-tiba teringat akan keadaan luka-luka anaknya, yang ia belum tahu apakah sudah menjadi baikan atau belum. Oleh karena itu, ia segera mengenakan baju luar dan berniat akan menjambangi anaknya. Tidak diduga ketika baru saja ia berjalan sampai diluar kamar, dengan secara kebstulan ia msndengar dua orang yang sedang bercakap-cakap. Orang tua itu jadi bercekat hatinya dan lalu pasang kuping, mendengari didepan jendela, yang ternyata hanya dirapatkan saja. Tapi tidak dikunci dari sebelalh dalam. Di situ ia mendapat kenyataan, bahwa orang-orang yang sedang bercakap-cakap itu bukan lain daripada anaknya sendiri Liok Kong dan Pek-hoa-sian-cu Teng Siauw Eng yang pada malam kemarin telah menerbitkan kerusuhan didalam rumah tangganya. Hal mana, sudah barang tentu, telah menerbitkan rasa heran dan tidak mengertinya orang tua itu. Karena jika pada kemarin malam mereka saling bertengkar, mengapakah mereka sekarang begitu akrab dan saling menyintai satu sama lain sedemikian mesranya "Pasti disana ada kepiting dibalik batu." pikir s i jago tua itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tapi dalam kekagetan dan keheranannya, pembicaraan Sang sedemikian mesranya akhirnya hendak disudani dengan Liok Kong rela mati menyerahkan dirinya untuk dibunuh oleh si nona. Maka Liok Keng yang tidak pernah terpisah dari senjata-senjata rahasia yang ia biasa dipergunakan diwaktu kesusu, sudah barang tentu segera merogo sebuah senjata rahasia To-beng-kim-koan, atau gelang emas perampas jiwa, dengan mana ia telah sambitkan kedalam kamar untuk mnenagkis gembolan Teng Siauw Eng yang melayang hendak menghantam dada Liok Kong yang mandah dibunuh si nona dengan mata dipejamkan. Siauw Eng yang melihat kedatangan orang tua itu dengan secara tiba-tiba, sudah barang tentu jadi sangat terperanjat dan segera menyerangnya dengan gembolannya itu. T api Liok Keng yang selalu berlaku waspada, tidak mudah kena diselomoti oleh pihak lawannya maka sebegitu lekas melilhat gembolan Liu-seng-houw-jiauw-tui Teng Siauw Eng menyambar kejurusannya, Liok Keng segera menggerakkan telapak tangannya yang kiri buat menangkis hingga gembolan itu luput mengenai sasarannya dan terpental jauh sekali. Dalam keadaan begitu, sifat Liok Keng dimasa muda, dikala ia masih meratau dikalangan Kang ouw dengan selalu bertanding dengan musuh-musuhnya dengan menggunakan pedang Ceng-hong-kiam, tiba-tiba timbul pula dengan serentak, sehingga ia me lupakan bahaya ia telah menyegel dan tidak akan mempergunakan pedang itu pula dalam pertempuran-pertempuran selanjutnya. Dan dengan timbulnya sifatnya yang asli dan ganas, sekarang orang tua itu tidak akan segan-segan pula untuk melukai Teng Siauw Eng. Bahkan untuk membunuhpun ia bersedia akan lakukan, kalau saja itu ternyata perlu. Liok Kong waspada akan sifat-sifat ayahnya dan cemas bukan main akan keselamatan diri orang yang sangat dicintainya itu. Oleh karena iapun yakin bahwa Siauw Eng Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bukan lawan ayahnya, maka dengan suara separuh meratap ia telah memperingati si nona : "Siauw Eng, lekas lari !" katanya. Sementara si nona yang juga melihat gelagat tidak baik bagi dirinya, lekas-lekas kelebatkan gembolannya menggertak Liok Keng akan berlompat mundur kemudian ........ bagaikan lakunya seekor burung yang lepas dari dalam sangkar - ia mencelat keluar dan kabur dengan mempergunakan ilmu Huiheng-sut atau berjalan separuh terbang. Kali ini Liok Keng pun tampaknya tidak mau mengasih hati pula pada si nona, maka ia mengejar terus bagaikan kucing yang mengejar tikus. Liok Kong yang merasa amat cemas melihat ayahnya menempur dan mendesak Siauw Eng denugan secara hebat sekali diluar pekarangan rumah, dengan susah payah ia bersandar pada sisi pintu dan memanggil dengan sekeraskeras suaranya : "Ibu...........!, Ibu..........! " Pek-hoa-sian-cu memutar gembolannya bagaikan balingbaling cepatnya, tapi Liok Keng meski hanya bertangan kosong saja, tidak menjadi gentar dan lalu melakukan perlawanan dengan siasat Kong-siu-jip-pek-jim, atau dengan tangan kosong melawan ratusan senjata. Tatkala Bun So Giok mendengar suara ribut2 itu, sudah barang tentu menjadi tersadar dari tidurnya dan lekas-lekas memburu kekamar anaknya. Dan begitu ia muncul disitu, Siauw-thiat-lauw Liok Kong lalu menyambutnya dengan katakate : "Bu, barusan kau telah mengabulkan permintaanku!." Bun So Giok yang melihat suaminya tengah bertempur dengan Teng Siauw Eng diluar pekarangan rumah, sudah barang tentu hatinya jadi sangat terkejut. Pertempuran itu berlangsung dengan dahsyat sekali. Siauw Eng pergunakan gembolannya begitu cepat, sehingga tubuhnya sendiri terbungkus oleh sinar senjatanya dan angin yang menderuderu. Liok Keng melakukan perlawanan dengam tenang, tetapi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sudah jelas ia berada diatas angin. Kalau pertempuran itu berlangsung beberapa jurus pula lamanya, ia tahu bahwa jiwa si nona akan terancam bahaya maut. Karena dalam sikap yang tenang, dan tanpa begerak terlampau banyak, Liok Keng dapat membunuh musuhnya dengan mata tidak berkedip. Siauw Eng sendiri mungkin tidak mengetahui ini, tapi Bun So Giok dan Liok Kong cukup mengetahui akan sifaf orang tua itu. Oleh sebab itu, tidaklah heran jika Liok Kong amat cemas dan ketakutan, sehingga keringat dingin telah membasahi sekujur badannya dengan hampir tak terasa. Bun So Giok sendiri sebenarnya membenci Siauw Eng karena si nona telah menerbitkan kerusuhan dan melukai anaknya. Oleh karena itu, iapun tidak bisa menyalahkan suaminya, jika kemudian ia me lukai nona mantu itu. "Kongjie," kata si nyonya berpura-pura tidak paham akan maksud pembicaraan anaknya itu, "apakah maksud pembicaraanmu itu ?" Liok Kong yang cukup paham akan sikap ibunya yang berpura-pura bodoh itu, keruan saja ia mendongkol bukan buatan. Karena marahnya, ia tak dapat berkata-kata selain menuding ibunya dengan jari tangannya Sesaat kemudian barulah ia berseru buat melampiaskan rasa jengkelnya : "Kalian benar-benar terlampau kejam!.......aduh!" Si pemuda jatuh pingsan dengan memuntahkan banyak darah dari mulutnya. Bun So Giok lokas menolong dan memapah anaknya keatas ranjang, karena sakarang ia telah ketahui, bahwa Liok Kong yang semula menderita luka-luka luar, sekarang luka-lukanya telah bertambah berat dengan timbulnya luka-luka, baru didalam badan. la, tidak tahu mengapa Liok Kong begitu menyayangi Siauw Eng yang telah mencelakainya. Maka dari itu Bun So Giok pun timbul rasa benci pada si nona dan segera menyerukan suaminya : "Lekaslah kau bunuh si budak hina Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ itu! Kalau tidak, kelak ia akan menerbitkan ke-onaran-onaran yang tidak habis-habisnya!" Disebelah sana Liok Keng tengah mengejar Teng Siauw Eng dengan siasat Pat-pouw-kan-ciam, atau dengan delapan langkah mengejar katak puru. Orang tua itu bergerak sedemikian gesitnya, hingga dilain saat ia telah berhasil menyusul si nona yang kabur dengan ilmu berjalan separuh terbang. (Oo-dwkz^Tah-oO) BAGIAN KE - 8 Liok Keng telah me luncurkan serangan menurut siasatsiasat ilmu pedang yang bernama Lian-hoan-sam-kiam, atau serangan berantai dengan menggunakan tiga bilah pedang. Serangan itu dipusatkan pada bagian-bagian atas, tengah dan bawah tubuh dengan sekaligus. Serangan ini terkenal amat cepat dan berbahaya, karena serangan pada bagian tubuh yang mana saja, jika kena terpukul, niscaya dapat mematikan orang seketika itu juga. Liok Keng berhasil dapat meyakinkan ilmu ini pada saat yang bersamaan dengan diperolehnya pedang mustika Cenghong-kiam itu. Ilmu tersebut tercatat dalam buku pelajaran ilmu pedang Ceng-hong-kiam-hoat, atau siasat-siasat yang khusus untuk ilmu pedang Ceng-hong-kiam. Sejak 20 tahun yang lampau, atas nasihat seorang toosu, Liok Keng telah menyegel dan tidak mempergunakan pula pedang itu dalam pertempuran-pertemupuran selanjutnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Maka sebagai pengganti dari pada pedang itu, ia telah mencipta suatu himpunan ilmu tinju atau Bun-hoat dengan Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mengambil bahan-bahan dari buku Ceng-hong-kiam-hoat tadi. Dan sebagai suatu ilmu tinju yang chusus, maka ilmu yang chusus! ini dibawakan oleh si penciptanya sendiri. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan jika Siauw Eng yang masih muda dan tak paham seluk beluk ilmu tinju itu, menjadi kelabakan bagaikan cacing yang kena abu. Pek-hoa-sian-cu Tang Siauw Eng merasa sukar sekali akan dapat meloloskan dirinya. Ia bertempur dengan mati-matian, gembolannya menyambar ke arah tubuh orang tua itu bagaikan air hujan yang menimpah dengan hebatnya kemuka bumi. Sesaat kemudian, tiba-tiba Liok Keng bertanya bengis : "Kau dengan Go-bie-kim-teng Cee T ie Siansu pada masa yang lampau, ada apakah sangkutpautnya?" "Aku tidak kenal siapa adanya Cee Tie Siansu yang kau katakan itu!" bentak Teng Siauw Eng. Sambil bertempur, Liok Keng berpikir didalam hatinya. Dimasa ia muda, ia pernah melukai Cee Tie Siansu yang terbilang sebagai salah seorang lawanmya yang terkuat dan tertinggi ilmu kepandaian silatnya. Tatkala Cee Tie hampir menutup mata, ia pernah mengatakan, balhwa kalau ia akan mengirim orang untuk menuntut balas. Maka diwaktu terbit kerusuhan dikamar pengantin, Liok Keng segera kembali kekamar perpustakaan, dimana ia telah mengambil pedang Ceng-hong-kiam yang telah disimpannya disitu sehingga sekian tahun lamanya. Karena selama memperhatikan laporan kedua orang muridnya, ia saolah-olah me lihat sendiri sinar terang yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ telah menimbulkan rasa curiganya, bahwa kerusuhan yang ditimbulkan oleh Teng Siauw Eng ini, mempunyai latar belakang yang ada sangkut-pautnya dengan Cee Tie Siansu yang telah marhum itu. Orangnya boleh mati, tetapi semangatnya ternyata belum padam, maka ia harus berhati-hati dan berjaga-jaga, disembarang waktu ia keluar berpergian atau berada dirumahmya sendiri sekalipun. "Kalau begitu," kata Liok Keng pula, "ada permusuhan apakah kau dan aku" ........ ayoh, kau lekas ceritakan!" Teng Siauw Eng sete lah tiga kali menyerang dengan siasia, barulah dengan terpaksa ia menahan serangannya dan menjawab: "Tidak usah kau menanyakan aku, karena kau sendiri!pun pasti tahu apa jawabannya!" Mendengar jawaban itu, diam-diam ia, mendapat kenyataan, bahwa itulah sama saja dengan kata-kata yang diucapkan oleh Liok Kong sendiri yang menjadi anaknya. "Rahasia apakah yang tersembunyi dibalik persoalan yang aneh ini?" Orang tua itu bertanya pada dirinya sendiri. Bersamaan dengan itu, Liok Kong yang merasa tertipu oleh ibunya yang telah mengingkari janjinya, jatuh pingsan dengan memuntahkan banyak darah dari mulutnya. Sementara Liok Keng yang mendengar anaknya menuduhnya melakulkan terlampau banyak kedosaan, diamdiam ia jadi terbengong dengan hati penasaran. Karena sejak sekian tahun lamanya ia merantau dikalangan Kang-ouw, ia merasa, belum pernah melukai hati rekanrekannya dalam rimba persilatan, juga hingga sebegitu jauh yang ia pernah ingat ........ belum pernah ia melakukan suatu yang boleh dikatakan kedosaan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Orang-orang yanrg terbinasa dibawah pedang Ceng-hongkiam yang mnenjadi kawan, satu-satunya dalam perantauan, boleh dikatakan telah menemui ajal mereka karena perbuatanperbuatan mereka yang tidak patut atau melanggar perikemanusiaan. Sedangkan Kouw-bian-sin Teng Tin yang baru saja terbinasa dibawah pedangnya, bukanlah karena ia sengaja membunuhnya tanpa sebab, tetapi telah terjadi karena suatu kekhilapan. Lebih-lebih karena dia sendiripun tidak menyangka sam sekali, bahwa gertakannya itu dapat mengakibatkan peristiwa sedih yang ia sendiri sangat sesalkan sekali terjadinya. Sedang sikap Siauw Eng yang bermusuhan itu, telah dinyatakan si nona pada sebelum Teng T in terbunuh dengan secara thidak sengaja. Oleh sebab itu, apakah latar belakang yang telah menyebabkan Siauw Eng memusuhinya sedemikian getirnya itu " Liok Keng justeru tengah "dikeroyok" oleh persoalanpersoalan sulit itu, ketika Bun So Giok menganjurkannya akan lekas membunuh Teng Siauw Eng. Tapi dia tak suka mengabulkan permintaan isterinya itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ GAMBAR 03 Bun-Su-Giok lalu mempergunakan senjata rahasia Thianhoa-lian-tui untuk melukai T eng Siauw Eng. Teng Siauw Eng yang barusan mendengar anjuran, Liok Kong dan terdesak disisi pagarw tembok. Lekas-Iekas mempergunakan siasat Pek-houw-yu-ciang, atau cecak keliaran di-dinding tembok, menyusuri dinding tembok untuk kemudian menjambret tepi atap dan melemparkan dirinya keatasnya dengan gerak-gerakan yang gesit sekali. Dari situ ia berlari-lari menuju keatas wuwungan rumah. Sementara Bun So Giok yang telah meninggalkan Liok Kong diatas ranjang, segera melompat juga keluar, dan tatkala, melihat si nona hendak kabur, iapun lekas-lekas mencelat keatas genting untuk mengejarnya. Begitupun Liok Keng turut juga mengejarnya, untuk menyelaskannya pada Siauw Eng Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tentang duduknya perkara yang benar mengenai kerusuhan ini. Pek-hoa-sian-cu Teng Siauw Eng yang melihat dirinya dikejar-kejar, Ialu mencabut 7 atau 8 buah genting, dengan mana ia menyambit pada Tong-teng siang-hiap yang masih melakukan pangejaran terus, kedua suami-istri pendekar itu dengan jalan mengegos atau berIompat kesamping. Tatkala ia berlaku sedikit lengah, Bun So Giok lalu mempergunakan senjata rahasia yang bernama Thian-hoalian-tui, atau bunga dewata tercerai-berai, untuk melukainya. Syukur juga ia berlaku sebat, hingga ia keburu menghindarkan diri dengan jalan melontarkan gembolannya bagaikan baling-baling cepatnya, hingga senjata-senjata rahasia nenek pendekar itu benar-benar telah terpukul jatuh sehingga serabutan kian-kemari. ---oo^DewiKZ-0-Tah^oo--- BAGIAN KE - 9 Tapi Bun So Giok tidak menjadi kecil hati oleh karenanya, ia percaya, dengan melakukan pengepungan berdua suaminya, niscaya akhirnya Siauw Eng akan kena juga tertangkap. Kecuali ia bisa terbang kelangit atau menyusup kedalam tanah. Hampir dalam saat itu juga, tiba-tiba sesosok bayangan yang bertubuh agak gemuk telah melayang naik keatas genting sambil membentak dengan suara nyaring : "Kembalikan suamiku!" Dengan kata-kata yang mengandung tuntutan itu, orang segera kenali s iapa adanya orang yang baru datang itu. Dia itu memang bukan lain daripada Say-giok-hoan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sekarang Siauw Eng telah mempunyai pembantu yang boleh diandelkan, hingga semangat bertempurnya yang barusan telah mulai menurun, tiba-tiba telah bangkit kembali dan maju menerjang Liok Keng dengan sekuat-kuat tenaga dan mengeluarkan seluruh kepandaiannya untuk dapat lekas menyudahi pertempuran tersebut. Barusan selagi Siauw Eng memutar gembolannya buat menyapu senjata-senjata rahasia yang disambitkan oleh Bun So Giok, ada tiga buah senjata yang menyambar belakangan dan hampir tak terlihat oleh si nona yang sedang sibuk menangkis serangan senjata-senjata itu. Syukur juga Say-giok-hoan yang bermata celi dan dapat melihat jelas ditempat gelap, telah dapat melihat itu dari kejauhan, hingga ia keburu mempergunakan It-siu am-kie, atau tiga senjata rahasia yang disambitkan dengan sekaligus, untuk menangkisnya, hingga si nona terluput dari bahaya maut. Bun So Giok sama sekali tak menyangka bahwa Say-giokhoan akan datang pada petang hari itu, dan pada waktu yang tepat ketika Teng Siauw Eng telah mulai keteter, hingga tiga senjata rahasianya yang melayang belakangan itu, satupersatu telah dijatuhkan tanpa memberikan hasil sebagaimana yang diharap. Seketika itu Liok Keng yang melihat gelagat kurang baik, segera merogo sakunya dan mengambil senjata rahasia, dan busurnya yang sangat diandalinya itu, To-beng-kim-koan, yang bentuk dan besarnya hampir menyerupai simpai kepala, kedua sisi senjata rahasia itu amat tajam, hingga kalan disambitkan pada musuh, dapat membuat musuh luka atau binasa. Maka dengan tidak berpikir sampai dua kali, Liok Keng segera sambitkan dua buah To-beng-kim-koan kearah Teng Siauw Eng dan Say-giok-hoan, yang segera bergerak gesit, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ untuk menghindarkan diri dari pada senjata rahasia yang mereka tahu sangat berbahaya itu. Say-giok-hoan lekas mengegos buat mengasih lewat senjata tersebut, tetapi si nona lalu menghantamnya dengan gembolannya, hingga senjata rahasia itu mencelat jauh sekali kearah Bun So Giok. Dan dalam pertempuran yang sedang berlangsung dengan ramainya ini, Liok Keng melihat istrinya jatuh terjungkal diatas genting, hingga dengan gugup ia bertanya : "So Giok, apakah tidak terjadi apa2 atas diri kau?" "Senjata2 rahasiamu itu telah mengenai bagian atas pahaku," kata si nyonya. "Lekas tutup jalan darahmu!" Liok Keng menganjurkan, karena dia khawatirkan bahwa senjata itu mengandung bisa. Belum habis ia berkata begitu, tiba2 Say-giok-hoan menerjang maju dengan rambut kusut dan terurai, romannya bengis sekali dan membentak dengan suara nyaring : "Liok Keng.....! Kau ini apakah manusia atau siluman jejadian2. Dibagian mana yang Kouw-bian-sin telah berbuat kesalahan terhadap dirimu?" Tanpa menunggu sampai pendekar tua itu memberikan jawabannya, Wan Ho telah menggerahkan sepasang Pankoan-pitnya dan melakukan serangan maut terhadap jalanjalan darah yang berhahaya atas diri Liok Keng yang dibencinya sehingga menembus kedalam sumsum, hingga kalau ia mendadak dapat merubah menjadi harimau, niscaya ia sudah terkam si pendekar tua itu dan menelannya bulatbulat. Demikianlah rasa panas hatinya Say-giok-hoan terhadap pendekar pria dari telaga. Tong-teng itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sementara Pek-hoa-sian-cu Teng Siauw Eng dilain pihak, iapun tidak tinggal diam untuk membiarkan ibunya bertempur dengan Liok Keng seorang diri saja. Dari kejauhan ia me lihat Bun So Giok tiba-tiba duduk bersila diatas genting, hingga dengan ini diketahuinya cukup jelas bahwa pendekar wanita telaga Tong-teng telah menderita luka dari senjata rahasia Liok Keng yang telah disambitkan kepadanya dan berhasil dapat ditangkisnya tadi. "Senjata makan tuan!" pikir si nona dengan perasaan puas. "Bu," Siauw Eng menyerukan ibunya, "tidak usauh kau banyak bicara pula dengan binatang itu! Segeralah turun tangan dahulu, baru kemudian kita, berunding pula!....... Petang ini Thian pasti mengabulkan kehendak ibu akan membantu anak!" Maka sambil berkata begitu si nona segera putar gembolannya dan menerjang pada Liok Keng, yang ternyata telah diserang terlebih dahulu oleh Say-giok-hoan Wan Ho. Tapi meski ia dikepung oleh kedua orang ibu-anak itu, pendekar pria dari telaga Tong-teng itu tidak tampak gentar atau mau mundur barang setapak pun, meski kedua-dua lawannya masing2 menyerbu dengan senjata ditangan. Gambar - 04 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Liok Keng meladeni bertempur melawan Say-Giok-hoan ibu dan anak dalam pertempuran dua lawan satu Say-giok-hoan Wan Ho yang ternyata telah berpapasan ditengah jalan dengan Teng Siauw Eng, telah diberitahukan, bahwa Kouw-bian-sin Teng Tin telah terbinasa dalam tangan Liok Keng. Sebagai seorang isteri yang telah hidup belasan n dengan rukun dan bahagia sebagai suami-isteri dengan Kouwbian-sin, sudah barang tentu menerima kabar celaka itu dengan hati mencelos. Maka dengan bercucuran airmata ia Tiga Dara Pendekar 10 Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung Lembah Tiga Malaikat 17

Cari Blog Ini