Ceritasilat Novel Online

Budi Kesatria 12

Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen Bagian 12 Sementara itu Siau Ling sudah maju kedepan, dengan tangan kanannya ia membantu Tan Hiong Ciang naik keats kuda. Dua ekor kuda satu didepan yang lain dibelakang bersamasama berangkat tinggalkan tempat itu. Sesudah melewati dua buah jalan raya, dari kejauhan tampaklah Pek li Peng sedang berdiri dibawah wuwunga rumah dan menengok kesana kemari dengan wajah gelisah. Ketika itu Siau Ling telah mengganti pakaian dandanan, tentu saja Pek li Peng tak dapat mengenali dirinya kembali. Siau Ling melirik sekejap sekeliling tempat itu, kemudian ia memberi kode dengan tangan menyapa Pek li Peng. Ketika melihat kode tersebut Pek li Peng kelihatan agak tertegun, kemudian ia berjalan hendak menyusul kedepan. Siau Ling segera memberi tanda lagi kearahnya untuk mencegah Pek li Peng menyusul kedepan. Sedang kudanya dilarikan dengan lebih cepat lagi. Dua ekor kuda itu dengan cepatnya berlarian menuju kearah barat. Pek li Peng yang melihat kode rahasia tadi merasa amat bergirang hati dan segera menyusul kedepan, tetapi setelah dicegah oleh Siau Ling, terpaksa ia berhenti dan memandang Siau Ling berdua menjauh dari situ. Seorang pria memikul sayur berjalan lewat disamping tubuh gadis tersebut, ketika mereka berpapasan pria itu segera berbisik, "Nona Pek li Peng, kita berbicara disana!" Dengan perasaan apa boleh buat Pek li Peng menghela napas panjang, dengan mengikuti dibelakang pria itu berangkatlah gadis tersebut tinggalkan tempat semula. ---ooo0dw0ooo--- Setiba disuatu rumah makan kecil, mereka cari tempat dan duduk disitu. Dengan perasaan mendongkol Pek li Peng segera menegur, "Ada urusan apa engkau suruh aku datang kemari?" Pria itu tersenyum. "Masa engkaupun berani bersikap begitu galak terhadap toakoku?" Pek li Peng nampak tertegun, kemudian sahutnya, "Selamanya aku tak pernah bersikap galak terhadap dirinya" "Engkau kenal siapakah orang yang menunggang kuda dan berjalan dipaling depan tadi?" tanya pria itu sambil tertawa ewa. "Siapakah dia?" "Tan Hiong Ciang, murid kepala dari Shen Bok Hong !" "Aduh celaka toako melakukan perjalanan bersama-sama dia bukankah itu berarti keadaannya sangat berbahaya" Kita harus segera melakukan pengejaran" Tapi pria itu segera gelengkan kepalanya. "Kalau toako membutuhkan bantuan kita dia sudah pasti akan memberi tanda, kalau memang tidak memperkenankan kita ikut serta itu berarti bahwa dia tidak membutuhkan bantuan kita" "Aku lihat engkau Tu Kiu masih belum bisa memahami kecerdikan Sang Pat...", seru Pek li Peng dengan gusar. Tu Kiu segera tersenyum, selanya. "Sedari kapan sih aku yang jadi adik bisa menangkan sang kakak" Tentu saja aku bukan apa-apa kalau dibandingkan dengan Sang Pat." "Hmm! Engkau tak kenal budi tidak setia kawan engkau tidak punya perasaan !" Beberapa patah kata makian itu kedengaran sangat berat membuat Tu Kiu jadi tertegun, sesaat kemudian dia baru dapat berkata, "Semua orang mengatakan aku Leng bin tiat pit pit baja bermuka dingin tak punya perasaan, itu memang benar aku tak berperasaan, tapi kalau mengatakan aku tak setia kawan, aku protes sekeras-kerasnya tuduhan tersebut!" "Kalau engkau setia kawan dan berperasaan, mengapa menyaksikan toako sendiri menempuh bahaya dan terancam oleh maut, engkau malah berpeluk tangan belaka dan tidak berani untuk memberi pertolongan?" "Ooooh...! Rupanya engkau maksudkan demikian..." seru Tu Kiu sambil tersenyum. Setelah berhenti sebentar, sambungnya, "Ilmu silat yang dimiliki Siau toako sangat lihay, dia telah melarang kita untuk pergi kesana, kalau kita bersikeras untuk membuntutinya, bukan saja tak dapat memberi bantuan kepadanya malahan kemungkinan besar akan merepotkan toako sendiri" Tiba-tiba Pek li Peng bangkit berdiri dan berkata, "Hmm..! berbicara dengan dirimu tiada pemecahan yang berhasil diperoleh, kalau engkau tak mau pergi, biarlah aku pergi seorang diri" "Tunggu sebentar!", seru Tu Kiu dengan gelisah, cepat2 ia menghadang jalan pergi gadis itu. "Ada apa?" teriak Pek li Peng dengan gusar, "ingin berkelahi dengan aku?" "Berkelahi sih tidak berani, cuma ada beberapa kata ingin kusampaikan kepadamu, bagaimana kalau engkau dengarkan dahulu sampai selesai kemudian baru pergi?" "Baiklah! Kalau begitu cepatlah katakan keluar, sebab aku tidak ada banyak waktu untuk mendengarkan ocehanmu itu!" "Baik! Singkatnya saja kukatakan, pertama ia tidak memperkenankan nona pergi, kalau nona bersikeras mengikuti dirinya maka itu berarti engkau tak bersedia mendengarkan perkataannya, apakah tindakanmu ini tidak akan menggusarkan hatinya..." "Tentang soal ini....." Pek li Peng tampak tertegun. "Kedua" sambung Tu Kiu lebih jauh, "andaikata dia mempunyai rencana bagus, dan oleh karena kedatangan nona hingga mengalam kegagalan, bagaimanakah pertanggung jawaban nona?" Perlahan-lahan Pek li Peng duduk kembali diatas kursi, katanya, "Jadi menurut perkataanmu, aku tak boleh mengikuti dirinya?" "Tentu saja tidak boleh" "Sekalipun kita tak boleh ikut, tapi bagaimanapun juga harus mencari akal untuk segera diam-diam memberi sambutan kepadanya, hingga bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kita sudah bersiap sedia." Melihat sikap gadis tersebut, diam-diam Tu Kiu berpikir dalam hati kecilnya, "Dalam hatinya ia terlalu memikirkan tentang keselamatan toako, bahkan memandang jiwa toako jauh lebih penting daripada dirinya , aku rasa susah menasehati orang semacam ini, aku harus berusaha untuk menenteramkan dahulu kegugupan dan kecemasan hatinya" Berpikir sampai disitu perlahan-lahan ia berkata, "Bu Wi tootiang mempunyai banyak akal dan cerdas mari kita cari dia untuk merundingkan persoalan ini siapa tahu kalau dia dapat mencarikan akal buat kita?" "Kalau memang begitu, ayoh kita berangkat sekarang juga !" kata Pek li Peng sambil bangkit berdiri dan berlalu lebih dahulu dari ruangan tersebut, .......................... Sementara itu Siau Ling dan Tan Hiong Ciang telah meninggalkan kota Tiang sah. Ditengah jalan tiba-tiba Tan Hiong Ciang menahan tali les kudanya untuk melambatkan lari kuda tunggangannya kemudian berkata, "Bagaimana kalau kita berkunjung lebih dahulu kekuil Pek in koan?" "Tentang soal itu terserah pada sau cungcu sendiri cuma aku berharap bisa dengan cepat mengunjungi basis utama kekuatan perkampungan Pek hoa sancung dikota Tiang sah ini agar sau cungcu pun bisa secepatnya memperoleh kemerdekaan kembali" "Baiklah ! kalau begitu kita berangkat secepatnya" Sambil memutar arah kudanya berangkatlah mereka menuju kekuil Pek in koan. Komplek kuil Pek in koan luas sekali banyak sekali para peziarah yang bersembahyang ditempat itu sepintas memandang siapapun tak akan menyangka kalau tempat ini merupakan pusat kegiatan orang-orang dari perkumpulan Pek hoa sancung. Diluar kuil Siau Ling dan Tan Hiong Ciang turun dari kuda dan berjalan masuk kedalam kuil tersebut. Setelah menembus empat buah halaman rangkap, sampailah mereka didepan sebuah halaman yang amat sunyi, sebuah pintu kayu tertutup rapat dan kecuali itu tak nampak bangunan lain. Dalam seluruh komplek kuil Pek in koan, halaman itu letaknya tersendiri dan sama sekali tidak berhubungan dengan bagian bangunan lainnya. Setiba didepan pintu, Tan Hiong Ciang mengetuk gelang tersebut sebanyak sembilan kali. Siau Ling yang menyaksikan hal itu, diam-diam berpikir, "Oooh..! rupanya, dalam hal mengetuk pintu pun mereka mempunyai kode rahasia tertentu." Lewat beberapa saat kemudian, dari dalam pintu berkumandang suara teguran seseorang dengan suara lirih, "Siapa diluar" Pintu dibuka dan muncullah seorang pria baju hijau menghadang didepan pintu. Ketika orang itu mengetahui bahwa orang yang berada dihadapannya adalah Tan Hiong Ciang mukanya yang dingin ketus segera berubah jadi ramah dan penuh senyum dikulum, "Hamba menjumapi sau cungcu!" "Tak usah banyak adat, apakah Seng lo enghiong berada disini!" "Barusan saja komandan Seng mendapat surat lewat burung merpati dan sudah berlalu dari sini." Tan Hiong Ciang segera melangkah masuk kedalam halaman, kembali ia bertanya, "Siapa yang berada disini?" Buru-buru pria baju hijau itu menutup kembali pintunya dan membuntuti disamping Tan Hiong Ciang, mendapat pertanyaan itu dia segera menjawab, "Wakil komandan Khong Siang!" "Bagus laporkan kedalam dan katakan kalau aku ada urusan hendak menghadap dirinya" Pria baju hijau itu mengiakan buru-buru ia berlalu dari situ. Tan Hiong Ciang segera memperlambat kakinya dengan suara rendah bisiknya, "Terpaksa aku harus mengurangi ruang gerakmu, engkau hanya boleh memeriksa, melihat dan mendengar, janganlah berusaha menimbrung atau menyela pembicaraan kami" "Sau cungcu tak usah kuatir, aku bisa tutup mulut dan mengurangi pembicaraan yang tak berguna". Sementara pembicaraan masih berlangsung, tiba2 tampaklah pria baju hijau itu dengan membawa seorang pria setengah baya berusia empat puluh tahunan muncul dari ujung halaman. Dalam hati Siau Ling segera berpikir "Rupanya kedudukan Tan Hiong Ciang dalam perkampungan Pek hoa Sancung pada saat ini tidak rendah...." Sementara ia masih termenung, orang tadi sudah menghampiri mereka berdua. Pria itu segera memberi hormat dan berkata "Khong Siang menjumpai sau-cungcu!" "Tak usah banyak adat, apakah Seng heng tidak berada disini?" "Komandan Seng sudah pergi karena mendapat panggilan lewat burung merpati, untuk sementara waktu tempat ini diurus oleh siau te!" "Ada berapa orang pembantu yang berada disini?" "Kecuali Komandan Seng, masih ada dua belas orang banyaknya" "Apakah mereka berada disini semua?" "Kecuali Tiau Coan dan Keng Gak yang sedang mendapat tugas diluar, yang lain semuanya masih berada didalam kuil" Diam2 Siau Ling mengawasi keadaan disekeliling tempat itu, dia lihat ditengah halaman yang kecil penuh ditumbuhi pepohonan yang rindang sehingga membuat pemandangan indah menawan, kecuali ruang tengah di kedua belah sisinya terdapat pula serangkaian bilik. Tampak Khong Siang memberi homrmat dan berkata, "Sau cungcu, silahkan masuk kedalam ruangan untuk minum teh!" Tan Hiong Ciang mengangguk, sambil melangkah masuk kedalam ruangan tanyanya "Beberapa waktu belakangan ini apakah dalam kuil Pek-inkoan terdapat perubahan?" "Komandan Seng melarang semua anak buahnya untuk bergerak ditempat luaran, apabila bukan sedang melepaskan tugas siapa pun dilarang meninggalkan halaman ini barang selangkahpun, karena itu beradanya kami ditempat ini boleh dibilang sangat rahasia..." "Kiranya begitu...." sela Tan Hiong Ciang, setelah berhenti sebentar sambungnya lagi "Sudah lamakah komandan Seng pergi memenuhi undangan?" "Kurang lebih setengah jam berselang" Tan Hiong Ciang berpaling memandang sekejap kearah Siau Ling, kemudian sambil alihkan sorot matanya kearah Khong Siang dia berkata, "Secara kebetulan saja aku lewat disini maka sengaja aku berkunjung untuk menengok keadaan kalian semua, apabila tak ada urusan lain aku akan mohon diri lebih dahulu" Khong Siang termenng sebentar, kemudian menjawab "Persoalan sih ada, cuma mungkin sau cungcu telah mengetahuinya" "Persoalan apa?" "Persoalan mengenai Su-hay Kuncu !" Tan Hiong Ciang alihkan sorot matanya ketika melihat sepasang mata Siau Ling sedang menatap kearahnya terpaksa Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ia bertanya "Kenapa dengan Su-hay Kun cu ?" "Su-hay Kun cu telah mengutus Siau yau cu datang kemari !" "Apa yang mereka bicarakan ?" "Banyak sekali yang mereka bicarakan dengan komandan Seng dan aku hanya sempat mendengar sedikit saja agaknya mereka berkata bahwa Siau Ling telah berhasil ditangkap dalam keadaan hidup" Mendengar perkataan itu, diam-diam Tan Hiong Ciang memaki dalam hati kecilnya, "Ngaco belo tidak karuan Siau Ling berada disisiku sekarang juga siapa bilang ?a sudah kena ditangkap dalam keadaan hidup-hidup ?"" Dalam hati berpikir demikian diluaran dia bertanya dengan dingin "Bisa dipercayakah kabar berita itu ?" "Bisa dipercaya atau tidak aku tidak berani memastikan " "Apakah masih ada persoalan lain?"" "Tidak ada!" jawab Khong Siang sambil gelengkan kepalanya. "Kalau memang begitu, aku akan pergi dahulu !" ujar Tan Hiong Ciang sambil bangkit berdiri. Khong Siang bangkit untuk menghantar, setibanya didepan pintu halaman Tan Hiong Ciang segera berpaling sambil berkata, "Khong heng tak usah menghantar lebih jauh:' "Sepantasnya aku menghntar sau cungcu lebih jauh, tetapi Komandan Seng telah memberi peraturan yang ketat, karena itu terpaksa aku turut perintah" "Engkau tak usah menghantar lagi....." sambil putar badan, dengan langkah lebar orang she Tan itu berlalu dari situ. Siau Ling mengikuti dibelakangnya, dalam beberapa waktu kemudian kedua orang itu sudah keluar dari kuil Pek in koan. Para jemaah yang bersembahyang dalam kuil itu banyak sekali, manusia berlalu lalang tiada lentinya dengan suara gaduh siapapun tak akan menduga kalau kuil Pek in koan dengan jemaah yang begitu banyak, sebenarnya adalah tempat basis kekuatan dan orang2 perkampungan Pek hoa san cung. Setelah keluar dari kuil Pek in koan, Tan Hiong Ciang dan Siau Ling mendapatkan kuda mereka masih tertambat ditempat semula. Siau Ling pun menolong Tan Hiong Ciang naik keatas pelana kuda, sambil memayang tubuhnya ?a berbisik "Ehmm! kerja samamu benar2 sangat bagus" "Setelah aku menyanggupi dirimu, tentu saja aku akan berusaha dengan sepenuh tenaga, cuma akupun mengharapkan agar engkau juga pegang jauji" "Tentang soal itu engkau tak perlu kuatir, asal engkau tidak mempertunjukkan permainan setan, akupun akan tetap memegang janji Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh "Sekarang kita akan pergi kemana?" "Aku akan membawa engkau untuk berkunjung ketempat tinggal guruku..." Sambil berkata, ia larikan kudanya menuju kedepan. Siau Ling segera membuntuti dibelakang pria tadi dan meneruskan perjalanannya lebih jauh. Beberapa waktu kemudian mereka sudah menempuh jarak sejauh dua puluh li lebih, sampailah kedua orang itu didepan sebuah perkampungan kaum tani. Dengan seksama Siau Ling mengamati sekeliling tempat itu, ?a lihat perkampungan itu merupakan gabungan dari rumah2 gubuk yang disekelilingnya dipagari bambu. Tan Hiong Ciang segera larikan kudanya menuju kepintu pagar tersebut... Ketika kuda mereka sudah hampir mendekati perkampungan itu, tiba2 pintu pagar membuka dengan sendirinya. Dalam hati Siau Ling segera berpikir "Sepintas lalu perkampungan ini nampaknya sama sekali tidak memperoleh penjagaan, tapi dalam kenyataan dimanapun ada penjaga yang mengawasi gerak gerik orang..." Berpikir sampal disitu, ia segera mengempit perut kuda dan larikan binatang itu masuk kedalam pagar mengikuti dibelakang Tan Hiong Ciang. Dua orang pria berpakaian ringkas meloncat diluar dan kiri kanan dimana masing masing orang segera menahan tali les kuda tersebut, Diam-diam Tan Hiong Ciang menggigit bibir sambil turun dari atas punggung kudanya ?a bertanya "Dimanakah Toa cungcu ?" Pria baju hijau yang ada disebelah kiri segera memberi hormat dan menjawab "Toa cungcu telah tinggalkan tempat ini...." Sorot matanya yang tajam mengawasi Siau Ling tanpa berkedip sikapnya penuh rasa curiga. Tan Hiong Cing segera mendehem ringan dan berkata, "Saudara Pak ini ada urusan hendak menghadap toa cungcu !" Dua orang pria berpikaian ringkas itu segera mengangguk dengan menunggang kedua ekor kuda itu mereka masuk kedalam sebuah rumah gubuk. "Pak heng" bisik Tan Hiong Ciang kemudian dengan suara lirih " harap engkau suka mengikuti dibelakang, tempat ini mempunyai penjagaan yang ketat sekali, salah satu langkah saja kemungkinan besar jiwamu akan terancam maya bahaya" "Terima kasih atas perhatian dari Tan heng!" Diam-diam awasi sekeliling tempat itu, tampaklah suasana ditempat penjuru sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, juga tak nampak sesosok bayangan manusiapun, hanya hembusan angin yang menyibakkan daun dan ranting saja yang memperdengarkan desiran lirih: Dengan langkah lebar Tan Hiong Ciang berjalan menuju kerumah gubuk yang berada ditengah. Siau Ling mengikuti dibelakang Tan Hiong Ciang dan mengejar masuk kedalam ruangan. Bayangan manusia berkelebat lewat, empat orang pria berpakaian ringkas munculkan diri dari balik ruangan dan menghadang jalan pergi kedua orang itu, sambil memberi hormat mereka menyapa, "Sau cungcu...!" "Sudah berapa lama toa cungcu pergi dari sini?" "Sudah pergi kurang lebih satu jam lamanya" jawab pria yang ada diujung kiri. Meskipun keempat orang itu bersikap sangat menghormat terhadap Tan Hiong Ciang tetapi tak seorangpun diantara mereka yang menyingkir untuk memberi jalan. "Sekarang siapa yang bertanggung jawab ditempat ini ?" "Ji cungcu!" "Aku mau masuk kedalam apakah kedatanganku juga perlu dilaporkan lebih dahulu?" "Sau cungcu sendiri tentu saja tak usah, tapi saudara ini ...." "Pak heng ini adalah sahabat karibku", tukas Tan Hiong Ciang dengan cepat. "Ia datang bersama-sama sau cungcu sebenarnya tidak pantas kalau kuhalangi jalan perginya tapi apa boleh buat " peraturan yang ditetapkan cungcu ketat sekali dan harus dipegang teguh harap sau cungcu berserdia memberi maaf" Tan Hiong Ciang tertawa dingin. "Baik cepatlah kalian masuk kedalam untuk memberi laporan" Pria yang ada disebelah kiri itu segera memberi hormat dan berlalu dari situ. Sedangkan tiga orang pria lainya masih tetap menghalangi jalan pergi kedua orang itu Siau Ling yang menyaksikan kejadian itu, segera berpikir dalam hati kecilnya, "Peraturan yang ditelapkan Shen Bok Hong benar2 ketat sekali, sampai2 anak murid sendiripun harus menuruti peraturan!" Beberapa saat kemudian, pria tadi telah muncul kembali sambil berkata "Ji cungcu mempersilahkan kalian berdua untuk masuk kedalam" Sambil berkata, keempat orang itu bersama2 menyingkir kesamping dan menyelinap kebelakang pintu. Siau Ling segera mengikuti dibelakang Tan Hiong Ciang berjalan masuk kedalam ruangan. ---oo0dw0oo--- Jilid: 21 SESUDAH melewati gubuk tadi, dibelakang adalah sebuah jalan kecil yang beralaskan pasir putih. Dengan pandangan mata yang tajam Siau Ling mengawasi keadaan disekitar tempat itu, terlihat olehnya dikedua belah sisi jalan beralas pasir putih itu merupakan sebuah pagar bambu yang tingginya mencapai satu tombak, setiap satu tombak berdirilah seorang pria berpakaian ringkas menjaga keamanan. Panjang jalan kecil itu delapan tombak, pada ujung jalan merupakan sebuah rumah gubuk yang besar sekali. Empat orang pria bersenjata lengkap berdiri didepan pintu. Rupanya keempat orang pria bersenjata itu mengenal diri Tan Hiong Ciang, mereka segera memberi hormat sambil berkata "Menemui saucungcu" Meskipun mereka berempat bersikap amat menghormat terhadap saucungcu nya ini, tetapi seperti halnya dengan empat orang pria pertama tadi, tak seorangpun diantara mereka yang menyingkir dari tengah jalan. "Harap kalian suka memberi laporan kepada Ji-cungcu, katakanlah aku datang berkunjung " ujar Tan Hiong Ciang kembali. Sebelum pria itu sempat menjawab, Ciu Cau Liong sudah munculkan diri sambil menyapa : "Hian tit..." Tiba tiba sorot matanya dialihkan keatas wajah Siau Ling sambil bertanya : "Siapa orang itu?"" "Dia she Pek, seorang sahabat karib siau-tit!" "Silahkan duduk diluar saja! tempat ini tidak sesuai untuk menerima tamu" jawab Ciu Cau Liong kemudian dengan wajah serius. "Ia datang bersama Sau-tit, karena ada urusan hendak menjumpai toa cungcu" "Tapi suhumu telah berangkat tinggalkan tempat ini!" Tan Hiong Ciang melirik sekejap kearah Siau Ling, kemudian dengan suara rendah bisiknya kepada Ciu Cau Liong: "Paman Ciu, kedatangannya kemari adalah untuk mengunjungi guruku, rasanya kita tak enak untuk menyia nyiakan harapan hatinya . . " Ciu Cau Liong termenung dan berpikir sebentar, kemudian jawabnya: "Baiklah ! suruh dia masuk kedalam tetapi dilarang menengok kekiri ataupun kekanan juga dilarang banyak bertanya !" Tan Hong Ciang segera berpaling kearah Siau Ling dan berkata : "Inilah peraturan dari perkampungan kami terpaksa Pek heng harus turut peraturan itu " Siau Ling kuatir Ciu Cau Liong mengenali suaranya ia tak berani menjawab dan terpaksa hanya mengangguk belaka. Ciu Cau Liong segera membentak lirih :"Kalian boleh menyingkir!" Keempat orang pria bersenjata itu mengiakan dan bersama-sama menyingkir kesamping. "Siau-te akan membawakan jalan bagi Pek heng !" ujar Tan Hiong Ciang sambil berpaling dan memandang sekejap kearah Siau Ling, kemudian ia berjalan lebih dahulu kedalam. Siau Ling tetap tidak membuka suara, dengan mulut membungkam pemuda itu membuntuti dibelakang pria tersebut. Ciu Cau Liong berdiri disamping pintu, setelah melihat kedua orang itu masuk kedalam ruangan, ia segera menutup pintu rapat2, kemudian secara tiba2 tangannya berkelebat mencengkeram urat nadi pada tangan kiri Pemuda she-Siau. Kendatipun Siau Ling secara diam2 sudah bikin persiapan, namun dia membiarkan tangannya dicengkeram orang. Ketika mendengar suara berisik, Tan Hiong Ciang berhenti dan segera berpaling kebelakang, memasang matanya dengan tajam mengawasi perubanan wajah Siau Ling. Tampak olehnya air muka sianak muda itu masih tetap tenang dan sedikitpun tidak nampak kaget atau gugup, rupanya ia sudah mempunyai keyakinan dalam hatinya. Setelah melihat hal itu, ia baru berpaling kearah Ciu Cau Liong sambil menegur : "Paman Ciu sebenarnya apa maksudmu?" "Heehhh.....heehhh.....heehhh hian-tit sahabatmu ini sangat mencurigakan hatiku" kata Ciu Cau Liong sambil tertawa dingin. Tan Hiong Ciang tertawa ewa. "Selamanya dia memang tidak suka bicara tetapi itu bukan berarti mulutnya bisu " "Bagaimanapun juga sudah sepantasnya kalau dia mengucapkan beberapa patah kata agar aku bisa mendengar suaranya " Dengan suara yang parau dan kasar Siau Ling segera berseru : "Ji cungcu, beginikah caramu untuk menyambut kedatangan seorang tetamu ?" Perlahan-lahan Ciu Cau Liong melepaskan cengkeramannya pada nadi Siau Ling sambil tersenyum ujarnya : "Maafkanlah daku !" Dengan melewati didepan Tan Hiong Ciang ia berjalan lebih dahulu masuk kedalam ruangan. "Syukur lolos..." bisik Siau Ling dalam hati, ia segera menyusul dipaling belakang. Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ciu Cau Liong membawa kedua orang itu menuju kedalam sebuah ruangan besar. Ruangan itu sangat gelap dan tertutup rapat, sebagai penerangan hanya disulut dua batang lilin. Kursi diatur disekeliling ruangan, ketika itu sudah ada enam orang yang hadir disitu, Ciu Cau Long segera ambil tempat duduk dikursi utama, kepada Tan Hiong Ciang bisiknya : "Duduklah disini, kami sedang merundingkan suatu masalah yang amat penting sekali" Tan Hiong Ciang segera duduk disebuah kursi kosong didekatnya, dan Siau Ling menempati disamping orang itu. Setelah duduk, sorot matanya yang tajam secara diam2 baru mengawasi sekejap wajah orang yang hadir dalam ruangan itu. Terlihatlah diantara keenam orang itu terdapat seorang kakek gemuk pendek yang memakai baju biru, wajahnya mirip dengan Seng sam-koay. Disampinnya adalah seorang nenek tua, dia bukan lain adalah Tong Lo-thay thay dari propinsi Suchuan. Empat orang yang lainnya adalah pria2 berbaju merah. Pakaian yang dikenakan keempat orang itu sama semua, paras muka mereka pun sama, pucat pias bagaikan mayat dan sama sekali tidak ada perasaan sedikitpun. Sesudah mengamati keempat orang pria baju merah itu beberapa saat lamanya, mendadak satu ingatan berkelebat dalam benak Siau Ling, secara tiba2saja ia teringat akan kedelapan orang bayangan darah dari Shen Bok Hong, segera pikirnya : "Kalau ditinjau tampang dari keempat orang ini, rupanya mereka adalah orang2 dari delapan bayangan darah ciptaan gembong iblis tersebut, masa Ciu Cau Liong punya kemampuan untuk memberi petunjuk dan perintah kepada empat orang ini..." Sementara dia masih berpikir, terdengar Ciu Cau Liong telah berkata : "Apa yang diucapkan Seng-heng tadi, apakah tak bakal salah lagi?" "Tak bakal salah" jawab Seng sam koay, "aku telah menulis surat kepada Shen toa-cungcu dan menuturkan pula semua kejadian dengan se-jelas2nya" "Berhubung ada sesuatu urusan penting Toa cungcu harus segera tinggalkan tempat ini, sebelum berangkat ia telah berpesan kepadaku agar membicarakan persoalan ini secara seksama dengan diri Seng-heng..." "Setelah aku mengadakan pembicaraan dengan Siau-yau cu, seketika itu juga kutulis sepucuk surat rahasia dengan memerintahkan Tiau Coan Kong Gak untuk menyampaikan kepada sau-cungcu agar diserahkan kepada Shen Toa cungcu,siapa tahu baru saja kedua orang itu kuutus, surat panggilan dari Shen toa-cungcu telah kuterima, terpaksa aku berangkat kemari dengan ter buru2..." "Setelah toa-cungcu melepaskan merpati untuk mengundang kedatangan Seng heng, tiba2 ia mendapat panggilan dari seorang sahabat karibnya yang sudah puluhan tahun lamanya tak pernah bertemu, karena itu buru2 ia berangkat, toa cungcu telah berpesan kepadaku agar merundingkan persoalan ini dengan Seng-heng secara baik2" "Ketika Siau yau cu membicarakan persoalan itu dengan diriku, sikapnya amat jujur dan bersungguh sungguh, keadaannya yang terdesak memaksa dia mau tak mau harus bekerja sama dengan pihak kita..." "Baik kecerdasan maupun ilmu silat yang dimiliki toa cungcu benar benar luar biasa dan sukar ditemui dikolong langit dalam seratus tahun terakhir ini, ada dia disini maka urusan yang bagaimana besarpun dalam waktu singkat bisa diputuskan, lain halnya dengan diriku, aku harus peras otak setengah mati lebih dahulu untuk memikirkan persoalan itu, kemudian setelah yakin tak akan gagal baru berani diputuskan" "Sebelum toa cungcu berlalu, apa yang dipesankan" "tanya Seng Sam koay lagi. "Karena peristiwa itu terjadi sangat mendadak dan lagi sangat terburu maka dia hanya berpesan sepatah kata saja." "Apa pesan toa cungcu?" "Dia bilang, persoalan mengenai masalah yang dibicarakan mengenai Seng heng dengan Siau yau cu hendaknya dirundingkan kembali antara aku dengan Seng heng sebelum dilaksanakan. "Itu berarti dia telah memberikan hak penuh kepada Jicungcu untuk menyelesaikan persoalan ini ?" "Berarti juga dibalik persoalan ini masih ada bagian yang perlu dirundingkan lebih jauh atau dengan perkataan lain kita tak boleh bertindak secara gegabah... .," "Lalu Ji cungcu bersiap sedia hendak menyelesiakan persoalan ini secara bagaimana?" Ciu Cau Liong tersenyum. "Kesempatan untuk menjadi nelayan yang beruntung masih belum tiba menurut pendapatku lebih baik semua rencana dilaksanakan menurut maksud hati Seng heng hanya ada satu hal harus kita rubah lebih dahulu " "Bagian yang mana ?" "Persoalan tentang tindakan kita menghantam mereka secara diam diam lebih baik untuk sementara waktu ditunda lebih dahulu daripada rahasia ini sampai diketahui mereka hingga mengakibatkan perpecahan yang tidak diinginkan selama Toacungcu ada disini tentu saja kita tak usah takuti mereka, tapi dalam keadaan demikian mungkin kita masih belum mampu untuk menghadapi mereka" "Aku setuju sekali dengan pendapat dari Ji- cungcu!" "Bagus sekali, persoalan lain kita laksanakan menurut rencana semula..." "Biarkan saja mereka bertempur sengit lebih dahulu dengan pihak partai Bu-tong sesuai dengan rencana yang diatur Toa cungcu, cuma setelah ji-cungcu merubah rencana, entah bagian rencana ini perlu diperbaiki lagi atau tidak?" Ciu Cau Liong termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, setelah itu dia menjawab : "Untuk mendapat kepercayaan dari Siau-yau cu, menurut pendapatku lebih baik Seng-heng memimpin sebagian jago kita untuk memberikan bantuan kepadanya, cuma kalian baru boleh turun tangan andaikata pertarungan mereka sudah mencapai puncak kritis, selama toa cungcu tidak berada disini, aku tidak mengharapkan ada kekuatan dari pihak kita yang menderita luka ataupun cedera" "Susunan rencana dari Ji cungcu sempurna sekali, aku merasa amat kagum..." puji Seng Sam-koay. Sorot matanya dialihkan kearah Tan-Hiong Ciang dan menambahkan : "Mengenai persoalan ini apakah sau cung cu ada pendapat lain?" Tan Hiong Ciang segera bangkit berdiri dan menjawab: "Kalau memang suhu ada pesan dan paman Ciu telah menyusun rencana sebaik baiknya aku bersedia untuk maju kegaris depan" Mendengar perkataan itu Seng Sam koay segera tertawa, "Dalam persoalan semacam ini, aku tak berani merepotkan diri sau-cungcu ...... " serunya. Tiba tiba terdengar suara yang berat dan dalam berkumandang datang : "Lapor Ji cungcu !" "Ada urusan apa?" "Kim Hoa Hujin mohon bertemu !" Air muka Tan Hiong Ciang berubah hebat segera serunya : "Ji-cungcu sedang repot dan banyak urusan sekarang tak ada waktu untuk bertemu besok saja suruh dia datang lagi " "Hamba telah menolak kedatangannya tapi ia berkata bahwa kedatangannya membawa berita rahasia yang amat besar katanya bagaimanapun juga dia harus bertemu dengan ji-cungcu !" Tan Hiong Ciang yang ketakutan jadi gusar, bentaknya: ..Kurang ajar, Kim Hoa hujin berani main paksa" dianggapnya peraturan dari perkampungan Pek hoa san cung sama sekali tidak berlaku baginya..." " Dia adalah tamu terhormat dalam perkampungan kita "sela Ciu Cau Liong dari samping, keadaannya tentu seja jauh berbeda untung masalah besar yang kita bicarakan telah selesai, suruh saja dia masuk kedalam." Melihat Ciu Cau Liong sudah menyetujui walaupun dalam hati Tan Hiong Ciang merasa tidak tenteram tapi diapun tidak berani banyak bicara lagi. "Persilahkan dia masuk kedalam", seru Ciu Cau Liong kemudian dengan suara lantang. Orang itu mengiakan dan segera berlalu. Beberapa saat kemudian Kim Hoa Hujin dengan wajah penuh senyuman berjalan masuk kedalam ruangan. Dengan biji mata yang jeli dia menyapu sekejap seluruh ruangan tersebut kemudian sambil tertawa serunya: "Ciu Ji-cungcu aku lihat lagakmu jauh lebih besar dari pada Shen toa cungcu sendiri." Rupanya Ciu Cau Liong Segan untuk menghadapi perempuan yang penuh dengan mahkluk beracun serta berkepandaian tinggi itu dia tertawa ewa dan menjawab: "Hujin suka amat bergurau!" "Apa yang kukatakan adalah kata2 yang sesungguhnya'' kata Kim Hoa hujin dengan nada dingin, "jika Shen toa cungcu berada disim, kalau aku hendak menjumpai dirinya maka hal itu bisa kulakukan deagan gampang sekali, tetapi sekarang untuk menjumpai engkau Ciu Ji cungcu saja harus memakai tunggu diluar pintu dan memberi laporan lebih dahulu..Hmm!" Sorot matanya segera dialihkan keatas wajah Tan Hiong Ciang, sambil ulapkan tangannya ia menyapa: "Sau cungcu, baik baikkah engkau" sudah lama kita tak pernah berjumpa muka." Tan Hiong Ciang kuatir sekali kalau dia mengungkap tentang persoalannya dengan Siau Ling namun dalam kenyataan ternyata Kim Hoa Hujin sama sekali tidak menyinggung barang sepatah katapun hal itu membuat hatinya jadi lega sambil tersenyum sahutnya : "Hujin baik2kan engkau!" "Hujin, ada laporan rahasia apa yang hendak kau sampaikan" sekarang juga engkau boleh katakan "ujar Ciu Cau Liong kemudian. Kim Hoa Hujin mendehem ringan, lalu menjawab: "Hmm! kalau aku tidak mengatakan ada urusan penting yang hendak disampaikan mungkin Ji cungcu tidak akan menemui diriku" "Hujin terlalu serius memandang persoalan ini "seru Ciu Cau Liong sambil tersenyum. Tiba2 Seng Sam Koay bangkit berdiri dan memberi hormat kepada Ciu Cau Liong, katanya: "Hamba akan berangkat selangkah lebih duluan" "Seng heng silahkan berangkat lebih dahulu! "Maaf! ", dengan langkah lebar Seng Sam Koay segera berjalan menuju keluar. Kim Hoa Hujin tepat berdiri didapan pintu dan menghadang jalan pergi Seng Sam Koay ketika melihat orang itu berjalan mendekat ternyata perempuan yang berasal dari wilayah Biau ini sama sekali tidak berkutik dari tempat semula. Seng Sam koay dibuat apa boleh buat, terpaksa dia menjura sambil memohon. "Hujin, bersediakah engkau menyingkir ke samping dan memberi jalan kepadaku"'' Kim Hoa hujin tidak menyingkir, sebaliknya berkata dengan suara berbisik. "Aku melihat sekawanan hweesio sudah tiba dikota Tiang sah!'' "Hweesio apa" " "Hweesio yaa hweesio, darimana aku bisa tahu hweesio apaan mereka itu...?" "Berapa banyak rombongan padri itu?" tanya Ciu Cau Liong. "Lima orang, dua orang sudah tua dan tiga orang masih muda." perempuan itu tersenyum sambungnya kembali: "Cuma yaag mudapun sudah berumur antara empat sampai lima puluh tahunan!" "Berapa usia yang tua?" "Dua orang hwesio itu paling sedikitpun telah berusia tujuh delapan puluh tahunan." "Apakah mereka adalah para padri dari gereja Siau lim si?" diatas wajah mereka toh tak ada tulisan dan akupun tidak bertanya kepada mereka darimana aku bisa tahu kalau dia berasal dari gereja Siau-lim-si atau bukan?" Ciu Cau Liong tertawa getir, "Hujin suka amat bergurau..." Dia mendehem ringan, lalu menyambung lebih jauh : "Apakah mereka pandai bersilat atau tidak, aku rasa hujin pasti dapat mengetahui bukan?" "Menurut pengamatanku, mereka semua adalah jago2 kelas satu didalam dunia persilatan" "Waah...! kalau begitu mereka pastilah jago2 lihay dari gereja Siau-lim si" bisik Seng Sam Koay. "Ji cungcu, aku rasa kabar berita ini pasti sudah engkau ketahui bukan..." "Tidak tahu, setelah mendengar perkataan dari hujin, aku baru mengetahui akan berita ini" "Sungguh aneh!" seru Kim Hoa Hujin dengan cepat, " bukankah pihak Perkampungan Pek-hoa san cung kita telah menyebar begitu banyak mata2 dalam kota Tiang-sah, kenapa persoalan besar ini tidak mereka laporkan kemari"'' "Mungkin saja pemberitaan mereka datangnya terlambat dan tak bisa memadahi kecepatan gerak hujin!" Siau Ling yang mengikuti kejadian itu, dalam hati diam2 berpikir: "Kim Hoa hujin amat gemar menggoda dan mempermainkan orang, apalagi saat ini Shen Bok Hong tidak berada disini, Ciu Cau Liong semakin pusing menghadapi dirinya, entah pemberitaannya itu benar atau tidak?" Sementara itu terdengar Kim Hoa Hujin berkata kembali setelah hening sejenak : "Setelah kutemui jejak hweesio gundul itu, aku berkeliling pula mengitari kota Tiang-sah lebih dahulu sebelum datang Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kemari, kalau mereka akan memberi laporan semestinya sudah datang kemari, aku pikir mereka pasti tidak melihatnya!" "Aaah! tidak mungkin?" Kim Hoa Hujin tertawa ewa. "Baiklah! kalau begitu silahkan Ji cungcu menunggu datangnya laporan dari mereka saja, aku tak akan bicara lagi!" Habis berkata, tiba2 dia putar badan dan berjalan keluar. Ciu Cau Liong jadi amat terperanjat, buru buru serunya: Kim Hoa Hujin berhenti, sambil berpaling ia tertawa dan berkata : "Ada urusan apasih Ji cungcu?" Perempuan itu menganggap suatu masalah yang besar dan penting bagaikan gurauan yang diucapkan dalam suasana santai, hal ini membuat Ciu Cau Liong jadi mendongkol dan tak tahu bagaimana harus menghadapinya. Meskipun dalam hati merasa gusar dan marah, tetapi diluaran Ji cungcu dari perkampungan Pek-hoa san cung itu pura2 tertawa tanyanya dengan halus: "Apakah hujin melihat kearah mana beberapa orang hweesio itu pergi...?" "Aku cuma melihat mereka masuk kedalam kota Tiang sah, kemudian kearah mana mereka pergi aku sama sekali tidak tahu." Seng Sam Koay mendengus dingin : "Hmm! kalau memang hujin sudah mengetahui bahwa rombongan mereka merupakan jagoan kelas Satu dalam dunia persilatan kenapa tidak kau lakukan pengintaian lebih jauh" "serunya dengan nada kurang senang hati. "Aku disuruh mengintai hweesio2 gundul itu" Hmm! pertama, mata2 perkampungan Pek hoa san cung yang disebar diseluruh kota Tiang sah untuk menyadap berita sudah amat banyak sekali, dan kedua aku adalah seorang wanita, masa kalian suruh aku mengintili terus beberapa orang padri gundul itu?" Seng Sam Koay segera miringkan tubuhnya dan berkata lagi: "Jikalau apa yang diucapkan Kim Hoa Hu jin tidak salah, maka delapan bagian orang2 itu pastilah para hweesio diri gereja siau-lim si, aku tak bisa berdiam terlalu lama lagi disini, semoga Ji cungcu dapat tegera mengirim orang untuk menyelidiki persoalan ini " "Seng heng tak usah menguatirkan persoalan ini, silahkan saja menyelesaikan tugasmu sendiri." Dengan cepat Seng Sam Koay berkelebat lewat dari sisi badan Kim Hoa Hujin dan berlalu dari situ. Sepeninggalnya jago yang gemuk dan pendek itu, Ciu Cau Liong segera alihkan sinar matanya keatas wajah Tan Hiong Ciang dan berkata : "Didalam masalah ini. terpaksa aku harus merepotkan hiantit untuk melakukan penyelidikan" "Siau tit terima perintah!'' Ia bangkit berdiri dan menyapa Siau Ling: "Pek heng, ayo ikut aku!" Siau Ling segera bangkit berdiri, dan mengikuti dibelakang Tan Hiong Ciang berlalu dari situ. Diluar dugaan semua orang, ternyata kali ini secara otomatis Kim Hoa Hujin menyingkir sendiri kesamping. Setelah mengajak Siau Ling tinggalkan gubuk tadi, sepanjang jalan Tan Hiong Ciang melakukan perjalanan cepat,setelah berada didalam sebuah hutan lebat kurang lebih lima li dari tempat semula, dia baru berkata : "Siau-heng aku telah pegang janji secara baik2!" "Karena itu akupun akan pegang janji pula terhadap dirimu " sambung pemuda Siau Ling dengan cepat. Tangannya bergerak kesana kemari, dan didalam waktu singkat beberapa buah jalan darah Tan Hiong Ciang sudah dibebaskan, Tan Hiong Ciang lalu berkata : "Selama hidup baru kali ini aku mendapat tekanan diri orang sehingga gerak gerikku sama sekali tidak bebas" "Setelah ada yaag pertama maka yang kedua pasti akan menyusul, aku harap gerak gerik sau-cungcu dikota Tiang-sah bisa jauh lebih ber-hati2 lagi, sehingga jangan sampai dikemudian hari kita saling berjumpa muka kembali" "Terima kasih atas perhatianmu, lain kali aku pasti akan bertindak jauh lebih berhati2" Habis berkata ia putar badan lari keluar dari hutan itu, dalam waktu singkat badannya sudah lenyap dari pandangan. Siau Ling tahu dalam keadaan mendongkol dan dendam akibat mendapat perlakuan secara demikian darinya, kepergian Tan Hiong Ciang kali ini pasti akan mengundang jago Jagonya untuk membalas dendam, maka buru2 sianak muda itu berlalu dari hutan kayu tadi dan kembali kekota Tiang -sah. Setelah masuk kedalam kota, pemuda itu langsung lari kembali kekebun teh Jit-ci-teh wan, sementara waktu menginjak senja hari. Ditempat itu ia temukan Pek-li Peng masih berada disekitar sana sambil mengawasi setiap orang yang berlalu lalang. Rupanya Pek-li Peng setelah berjumpa dengan Bu Wi Tootiang, iapun dicegah oleh imam tua dari Bu tong Pay itu agar jangan bertindak gegabah. Dalam keadaan apa boleh buat terpaksa seorang diri Pek li Peng kembali lagi kedepan kebun teh Jit ci teh wan untuk menantikan kedatangan Siau Ling. Kali ini Bu Wi Tootiang maupun Tu Kiu tak dapat menghalangi niatnya lagi, terpaksa secara diam2 mereka melindungi keselamatan gadis tersebut. Dan Siau Ling sendiri rupanya sudah menduga sampai kesitu, masa sekembalinya dikota Tiang sah dia langsung menuju kekebun teh Jit ci teh wan, ternyata dugaannya tidak meleset dan Pek li Peng benar2 berada disitu. Dihampirinya gadis itu, kemudian sapanya dengan suara lirih : "Peng ji!!" Mendengar suara panggilan dari Siau Ling, gadis Pek-li Peng sangat kegirangan, ia putar badan menubruk kedalam pelukan pemuda itu. Dengan sebat Siau Ling menghindar kesamping, kemudian sambil mencekal pergelangan tangannya ia melanjutkan : "Tenangkan sedikit hatimu, cepatlah bawa aku menghadapi Bu Wi tootiang....!.." Pek-li Peng mengangguk, sambil menggandeng tangan pemuda itu berangkatlah mereka berlalu dari sana. Sambil berjalan, dengan halus gadis itu berkata : "Ketika melihat kedatangan toako tadi, aku agak kurang bisa menguasahi diri, toako tidak marah bukan dengan sikapku barusan?" Siau Ling tersenyum. "Kita tak boleh bertindak ceroboh, sebab disekitar kota ini penuh tersebar mata2 dari pihak perkampungan Pek-hoa-sancung!" Pek-li Peng mengangguk, sesudah memandang sekejap sekeliling tempat itu katanya : "Aku akan berjalan didepan sambil mengawasi kedua belah samping, sedang toako perhatikan belakang, jangan sampai jejak kita diikuti oring" "Bagus sekali! secara tiba2 engkau telah berubah jadi begitu seksama dan ber-hati2.." "Tadikan aku terlalu gembira..," Tiba2 pipinya jadi merah dan panas, kata selanjutnya tak bisa dilanjutkan dan cepat2 dia meneruskan perjalanannya. Ditengah lapat2nya cuaca karena malam telah menjelang datang, kedua orang itu menembusi beberapa buah jalan pasir dan masuk kedalam sebuah lorong kecil yang sunyi dan terpencil letaknya. Ketika tiba didepan sebuah pintu berwarna putih, Pek-li Peng berhenti dan per-lahan2 mengetuk pintu. Siau Ling segera angkat kepalanya memandang kearah dalam, ia lihat dibalik pintu penuh dengan tiang2 kayu yang tingginya mencapai tiga tombak, kain berkoli panjang tergantung disana sini, rupanya tempat itu adalah tempat pencuci pakaian. Dari balik pintu tidak kedengaran suara orang menegur, tapi pintu tadi perlahan lahan terbuka. Seorang pemuda berusia dua puluh tahunan muncul didepan pintu. Rupanya dia sudah kenal dengan Pek-li Peng, setelah mengamati sebentar kedua orang itu, ia menyingkir kesamping dan memberi jalan. Pek li Peng dengan mengajak Siau Ling segera masuk keruang tengah dan kemudian berputar menuju keruang samping dibagian dalam. Cahaya lampu menerangi seluruh ruangan seorang kakek tua berjubah hijau bertopi bulu dan seorang pria berpakaian compang camping segera bangkit berdiri menyambut kedatangan mereka. Kakek berjubah hijau itu memberi hormat dan menegur: "Yang datang apakah Siau tayhiap?" "Benar, aku adalah Siau Ling, dan siapakah engkau" ' Kakek berjubah hijau itu tertawa! "Pinto adalah Bu wi, dan dia adalah adik mu Tu Kiu!" Siau Ling segera mengamati kedua orang itu beberapa saat lamanya, kemudian baru berseru : "Ilmu penyaru yang kalian berdua memiliki sungguh hebat, sampai2 aku tak dapat mengenali dirimu kembali" "Orang2 dari perkumpulan Pek-hoa-San-cung rata2 lihay dan ahli dalam ilmu menyaru sehingga membuat orang sama sekali tidak menduga, untuk menghadapi musuh yang demikian tangguh, terpaksa kita harus menggunakan pula cara begini" Sementara itu Tu Kiu sudah memberi hormat sambil berkata : "Menjumpai toa ko!" Siau Ling balas memberi hormat dan berkata Sambil tertawa : "Tak usah banyak adat, mari kita berbicara sambil duduk, aku masih ada urusan penting yang hendak dilaporkan kepada tootiang!" Ketiga orang itu segera mengambil tempat duduknya masing2, sedang Pek li Peng duduk disampiug Siau Ling dengan wajah penuh senyuman, ia nampak begitu penurut, halus dan lembut. Bu Wi Tootiang yang menyaksikan sikapnya itu, dalam hati kecilnya segera berpikir: "Tadi ia selalu ribut dan tak bisa tenang sehingga susah dihadapi, sungguh tak nyana setelah berjumpa dengan Siau Ling, ternyata berubah jadi lembut dan penurut!" Siau Ling mendehem ringan, kemudian katanya: "Baru saja aku berkunjung kemarkas besar dari perkampungin Pek hoa san cung dikota Tiang sah,, dewasa ini Shen Bok Hong telah meninggalkan kota Tiang sah dan Ciu Cau Liong yang mewakili dirinya dalam mengatasi masalah ditempat ini, Siau yau cu telah mengirim jago lihaynya.!." Bagaikan air bah yang menjebolkan tanggul, perkataan demi perkataan terlontar keluar dengan lancarnya sehingga membuat Bu wi Tootiang serta Tu Kiu yang mendengar jadi terbelalak matanya dan mulut melongo. Mungkin Siau Ling merasakan juga bahwa perkataan yang diucapkan keluar terlalu cepat, buru2 serunya kemudian. "Mungkin perkataanku barusan telah membingungkan kalian berdua" baiklah, akan kututurkan secara perlahan lahan" Maka diapun segera menceritakan semua pengalaman yang baru saja dialaminya beberapa saat berselang. Mendengar peraturan itu, Bu Wi Tootiang mengerutkan dahinya rapat2 dan berkata : "Siau yau cu bisa bekerja sama dengan Shen Bok Hong, peristiwa ini memang merupakan suatu persoalan yang merepotkan sekali" "Kekuatan yang dimiliki kedua belah pihak sama2 besar dan kuat, masing2 pihakpun mempunyai ambisi untuk merajai kolong langit, selamanya dua ekor harimau yang bergaul jadi satu tak akan berlangsung terlalu lama, entah apa sebabnya kali ini mereka bisa bekerja sama untuk menghadapi kita, kalau dilihat sepintas lalu kerja sama kedua belah pihak ini seakan2 didasarkan pada tujuan yang sama, tapi didalam kenyataan secara diam2 pihak perkampungan Pek-hoa-san cung lah yang terpaksa harus berbuat demikian" Dengan wajah serius dan ber-Sungguh2 Bu Wi Tootiang berkata : "Andaikata mereka benar2 bekerja sama maka tindakan mereka itu akan sangat mempengaruhi dunia persilatan, kita tak boleh membiarkan mereka bekerja sama, kita harus mencari akal untuk merusak hubungan kerja sama diantara mereka itu" "Kerja sama antara Shen Bok Hong dengan Su-hay Kun cu pada dasarnya adalah hubungan yang didasarkan oleh siasat busuk, asal kita dapat membongkar rencana busuk itu, maka mudah sekali bagi kita untuk memancing suatu pertarungan besar diantara mereka sendiri" "Persoalan ini kalau dibicarakan saja gampang, namun kalau dilaksanakan rasanya sulit sekali" "Ketika Shen Bok Hong masih berada di kota Tiang sah, mereka sudah punya rencana untuk menghadapi Siau-yau-cu sekalian dengan jalan meracuni orang2 itu, asalkan kita bisa menyampaikan berita itu kepada Siau-yau cu maka berita itu sudah cukup beralasan mereka untuk saling bertempur sendiri.Tapi sekarang Ciu Cau Liong yang memegang pucak pimpinan, orang ini nyalinya terlalu kecil ternyata ia sudah membatalkan rencana untuk meracuni mereka!" "Seng Sam koay mengatakan hendak mengadu domba pihak kita dengan Siau yau cu sehingga saling bertempur lebih dahulu, sebenarnya apa yang telah terjadi?" "Kalau kudengar dari nada suara Seng Sam koay, agaknya Siau yau cu sudah mengetahui amat jelas tentang keadaan dari partai Bu tong, Shen Bok Hong menghendaki Siau yau cu sekalian bertempur lebih dahulu melawan partai Bu tong, menanti kedua belah pihak sudah jatuh korban yang sangat banyak, mereka baru mengirim jago2nya untuk bertempur serta menguasahi keadaan, aku rasa keadaan yang sebenarnya begitulah" Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sesudah berhenti sebentar katanya lagi. "Aku merasa tidak habis mengerti tentang satu hal" dapatkah Tootiang memberi penjelasan?"" "Persoalan apa?"" "Dikota Tiang sah, Shen Bok Hong telah menyebarkan banyak sekali mata2nya untuk mencari berita, tetapi mereka tak dapat menemukan tempat persembunyian dari Tootiang sekalian, dalam pertarungan rahasia melawan rahasia ini agaknya kita masih sedikit diatas angin, sebaliknya Siau yau cu yang tidak banyak mata2nya dikota ini, mengapa malahan bisa mengetahui akan tempat persembunyian dari Tootiang?"" Bu Wi Tootiang termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian berkata: "Aku rasa keadaan ini tak mungkin bisa terjadi, kemungkinan besar hal ini merupakan salah satu dari siasat setan Shen Bok Hong" Siau Ling segera bertepuk tangan sesudah mendengar perkataan itu, serunya: "Sedikitpun tidak salah, tootiang benar2 memiliki kecerdasan yang melebihi orang, selama ini aku selalu merasa keheranan dan tak dapat menebak apa alasannya" tapi setelah tootiang berkata demikian, akupun jadi paham dengan duduknya persoalan" "Kalau memang mereka ada rencana untuk menyergap kita, bagaimanapun juga kita harus mengadakan sedikit persiapan lebih dahulu, aku akan memerintahkan mereka untuk bersedia "kata Bu wi tootiang sambil bangkit berdiri. "Silahkan Tootiang!" Bu wi Tootiang tertawa dan mengangguk, kemudian bangkit berdiri dan berlalu. Memandang hingga bayangan punggung Bu wi tootiang lenyap dari pandangan, Tu Kiu berpaling kearah Siau Ling dan berkata dengan suara lirih: "Bu wi Tootiang telah memindahkan puluhan orang jago inti dari partai Bu tong kedalam rumah penduduk disekitar kota Tiang sah, kecuali beberapa orang jago lihay yang cerdik dan cekatan serta mendapat petunjuk khusus, boleh dibilang semuanya telah menghentikan seluruh kegiatan mereka, Rumah gedung Sam siang ini adalah markas besar mereka, semua penghidupan dilalui bagaikan orang biasa, meskipun mata2 dari Shen Bok Hong tersebar luas diseluruh kota Tiang sah, rasanya merekapun tak bisa berbuat apa2" "Bu wi Tootiang sebenarnya adalah seorang ketua terhormat dan suatu partai besar tetapi untuk menghadapi Shen Bok Hong yang licik dan kejam, terpaksa diapun harus menggunakan akal muslihat" Sementara pembicaraan masih berlangsung Bu wi Tootiang telah kembali kedalam ruangan. Setelah mengetahui bahwa Bu wi Tootiang telah melakukan persiapan, Siau Ling merasa hatinya agak lega, setelah menghela napas panjang ia bertanya: "Belum ada kabar beritanya "jawab Bu-wi Tootiang sambil menggeleng. Sun locianpwee dari Kay pang dengan membawa dua orang jago lihaynya telah berangkat untuk mencari berita dan jejaknya, Dewasa ini kekuatan kita kurang kuat dan susah untuk bertempur melawan pihak lawan namun setelah kedatangan Siau tayhiap disini, tentu saja keadaannya jauh berbeda" "Kalau dihitung dari saat berpisah, semestinya Teng ji-hiap dan Chan heng sudah tiba dikota Tiang sah, kenapa kedua orang itu sama sekali tak ada kabar beritanya" aai. ...! semoga saja tidak terjadi hal2 yang tidak diinginkan atas diri mereka berdua" Sementara pembicaraan berlangsung tiba tiba sesosok bayangan manusia berkelebat masuk, seorang bocah berdandan pekerja kasar menerjang masuk kedalam ruangan sambil berbisik kepada Bu Wi Tootiang : "Ada orang yang berjalan malam mendekati kemari!" "Sampaikan perintahku, suruh mereka bersabar sedapat mungkin, apabila keadaan tidak terlalu mendesak jangan sampai bertempur melawan pendatang itu!" Siau Ling mengamati orang itu dergan cermat, ia segera kenali bocah berpakaian pekerja kasar itu bukan lain adalah bocah pengiring dari Bu Wi tootiang. Bocah tadi segera mengiakan dan berlalu dari situ, Bu Wi Tootiang segera berkata :" Mari kitapun keluar untuk melihat siapa yang telah datang!" sambil berkata ia padamkan lampu dimeja. Siau Ling mengikuti dibelakang Bu Wi too tiang berjalan keluar, Pek li Peng dan Tu Kiu mengikuti dari belakang, mereka langsung menuju keruangan tengah. "Apakah kita harus menunggu dalam ruang tengah?" tanya pemuda Siau Ling. "Pinto telah menginstruksikan semua anak buahku untuk menyembunyikan diri, apabila keadaan tidak terlalu memaksa mereka dilarang turun tangan, karena itu menurut dugaan pinto, andaikata mereka berhasil menemukan tempat ini, maka orang itu pasti akan langsung menuju keruang tengah, kita dengan bersembunyi disini bisa mengamati gerak geriknya sekalian mencari tahu siapakah gerangan orang itu" "Walaupun ruangan ini tidak kecil, tapi aku rasa tempat untuk menyembunyikan diri rasanya tidak terlalu banyak" "Tentang soal itu aku sudah punya persiapan, tak usah Siau thayhiap kuatirkan.....' Setelah berhenti sebentar, sambungnya : "Diarah Timur dan barat aku telah mempersiapkan sebuah pintu rahasia, cuma tempat itu kecil sekali dan hanya cukup ditempati satu orang, nona Pek li dan Tu Kiu silahkan bersembunyi dibalik pintu rahasia tersebut, diatas tiang gantung pakaian terdapat sebuah lubang kecil untuk mengintip keluar"! Walaupun Pek li Peng ingin sekali berada bersama2 Siau Ling, tetapi dalam keadaan begini tidak leluasa baginya untuk buka suara, terpaksa dengan uring2an dia berlalu "Bagaimana dengan kita berdua ?" tanya Siau Ling. Bu Wi Tootiang tertawa. "Disamping kiri kanan tiang penglari terdapat satu tempat yang bisa memuat badan kita secara berbareng " katanya. "Bagus sekali, kalau begitu tunggu saja sampai mereka datang, kita baru menyembunyikan diri. Tidak lama setelah Pek li Peng dan Tu Kiu menyembunyikan diri, tiba tiba.... "Plook!" sebutir batu disambit kearah halaman luar. Inilah cara melempar batu bertanya jalan yang seringkali dipergunakan orang persilatan untuk mencari tahu keadaan musuh. Siau Ling dan Bu Wi Tootiang berilmu tinggi dan bernyali besar, mereka masih tetap berdiri tak berkutik ditengah ruangan. Dari atas wuwungan rumah melayang turun dua sosok bayangan manusia dan berdiri ditengah halaman. Bintang bertaburan diluar ruangan, secara lapat lapat dapat melihat raut wajah pendatang yang tak diundang itu. Bu Wi totiang dan Siau Ling segera mengerahkan pandangan matanya mengamati kedua orang itu, yang satu memakai baju hijau dengan membawa senjata hudtim ditangan, potongan badannya mirip dengan Siau yau cu, sedang yang lain adalah seorang pria berbaju ketat warna hitam dengan sebelah golok tersoren diatas punggungnya. Siau Ling dan Bu Wi Tootiang saling berputar pandangan sekejap kemudian masing2 loncat naik keatas tiang penglari. Terdengar orang berjubah hijau itu bertanya dengan suara lirih : "Engkau tidak salah lihat"'' Dari nada orang itu, Siau Ling segera mengenali sebagai suara dari Siau-yau-cu. "Tak bakal salah lagi!" jawab pria berpakaian ringkas itu dengan cepat. "Kalau Bu Wi tootiang dan Sun Pat Shia benar2 tinggal disini, tak mungkin disekitar tempat ini sama sekali tak ada penjagaan, apa lagi Sun Put Shia adalah seorang yang sombong dan tinggi hati, tak mungkin mendekam terus macam cucu kura2!" "Mungkin pada malam ini kedua orang tersebut tidak berada disini, bagaimana kalau kita masuk kedalam ruangan untuk memeriksa lebih dahulu?" "Engkau masuklah kedalam lebih dahulu coba lihat ada orangnya atau tidak" kalau dalam ruangan itu tak ada orangnya, pasang lah lampu penerangan! " Siau Ling yang mendengar perkataan itu diam2 segera berpikir didalam hatinya: "Siau yau cu benar2 seorang manusia yang amat licik... dari perbuatannya itu bisa diketahui betapa jahatnya hati orang ini" Sementara itu pria baju hitam tadi sudah mengiakan, dan perlahan lahan berjalan masuk kedalam ruangan. Dengan penuh kesiap siagaan orang itu mengamati sekeliling tempat itu beberapa saat lamanya, kemudan merogoh kedalam sakunya ambil keluar sebatang lilin. Dibawah sorot cahaya api, terlihatlah ruang besar itu kosong melompong tidak nampak sesosok bayangan manusiapun. Terdengar Siau-yau cu dengan suara lantang berseru: "Bu Wi Tootiang adalah seorang manusia yang sangat licin, hati-hati kalau dia sudah memasang jebakan didalam ruangan tersebut engkau harus menggeledahnya secara teliti" Pria baju hitam itu mengiakan, ia segera meloloskan goloknya dari atas punggung dan mulai menggeledah seluruh ruangan itu. Bu Wi Tootiang yang sudah mempersiapkan tempat persembunyian lebih dahulu, tentu saja sukar ditemukan jejaknya oleh pihak lawan, setelah berputar mengitari seluruh ruangan tersebut, tidak nampak sesosok bayangan manusiapun yang ditemukan ia segera berseru; "Mungkin Bu Wi Tootiang sudah mendapat kabar dan kabur lebih dahulu dari sini..... " Bayangan manusia berkelebat lewat, siau-ya cu tahu sudah menerjang masuk kedalam ruangan, setelah mengamati sekejap sekeliling tempat itu tegurnya ketus: "Sudah kau periksa dengan seksama seluruh ruangan ini " " "Sudah. " Siau-Yau cu segera tertawa dingin. "Heehh.. .heehhh ..kalau begitu lepaskan api, kita bakar dulu mulai ruang tengah ini " serunya. "Orang baju hitam itu mengiakan, tetapi sebelum dia sempat melepaskan api, Siau-Ling sudah tak dapat menahan diri lagi, dia melayang turun dari atas tiang Penglari dan berseru dengan dingin; "Tootiang, apakah engkau tidak merasa bahwa tindakanmu itu terlalu keji..?" "Siapa engkau ?"tegur Siau Yau cu dengan dahi berkerut. Siau Ling tertawa dingin. "Kita tak perlu bercakap cakap dan aku rasa kitapun tak perlu saling menyebut nama !" sahutnya Tiba tiba manusia baju hitam itu maju dua langkah kedepan, setelah berada dihadapan Siau Ling hardiknya. "Manusia tekebur yang tak tau diri, engkau berani kurang ajar terhadap tootiang " Hmm ! rupanya sudah bosan hidup..... " "Hmm, kalau engkau ingin hidup lebih lama, cepatlah mengundurkan diri dari sini", sambung Siau Ling dengan cepat. "Bangsat, pingin mampus rasanya kamu ini " bentak orang baju hitam itu sangat gusar, goloknya segera diayun dan melancarkan sebuah babatan maut kedepan. Sejak permulaan Siau Ling telah mengenakan sarung tangan kulit naganya, melihat datangnya ancaman, tangan kanannya segera berkelebat mencengkeram ujung senjata tersebut. Melihat senjata goloknya dicengkeram lawan, pria baju hitam itu merasa amat terperanjat, pergelangan kananya segera dikerahkan tenaga sambil memutar kebelakang, maksudnya hendak memapas jari tangan lawan yarg sedang menggenggam senjatanya. Tetapi Siau Ling sudah melakukan persiapan, hawa murninya diam diam disalurkan kedalam tangan, lima jarinya menggenggam golok lawan semakin kencang, ketika pria baju hitam itu memutar goloknya dengan sepenuh tenaga, ternyata senjata itu sama sekali tidak bergeming sedikitpun jua. Sekarang ia baru sadar bahwa musuh yang sedang dihadapinya saat ini adalah musuh yang amat tangguh. Baru saja dia hendak loncat mundur kebelakang, keadaan sudah terlambat, tangan kiri Siau Ling laksana kilat sudah melancarkan sebuah pukulan kearah depan. Meskipun pria baju hijau itu menyadari bahwa musuh yang sedang dihadapinya adalah seorang musuh tangguh, namun ia tidak rela melepaskan goloknya dengan begitu saja, sementara dia masih sangsi, angin pukulan dari Siau Ling telah meluncur datang dan tepat menghantam dada bagian depannya. Pukulan itu mantap dan sangat berat, membuat tubuh pria baju hitam itu terlempar hingga mencelat keluar pintu. Darah segar bagaikan pancuran air memancar keluar dari mulutnya. Siau yau cu segera putar senjata Hud-tim nya menyerang lengan kanan Siau Ling, dia berharap serangan tersebut dapat membebaskan anak buahnya dari ancaman bahaya. Tetapi sayang sekali gerak badan Siau Ling terlalu cepat, baru saja senjata Hud-tim dari Siau yau cu meluncur keluar, Siau Ling telah berhasil menghajar pria baju hitam itu dan loncat mundur sejauh tiga depa dari tempat semula. "Ilmu pukulan yang amat cepat!" puji Siau yau cu dengan dahi berkerut kencang. Hud tim nya yang meluncur keluar berhasil menggaet tangan pria baju hitam itu, ketika disentak kebelakang tubuh anak buahnya itu tertarik balik kebelakang. Ketika denyut nadinya diperiksa, ternyata pria baju hitam sudah putus nyawa, jelas isi perutnya sudah hancur terhantam pukulan Siau Ling yang sangat berat itu. Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Setelah serangannya mengenai sasaran kosong, perasaan pandang rendah musuhnya seketika lenyap dari ingatan Siau-yau cu, ia tarik kembali senjata Hud timnya dan berseru : "Ilmu sjlat yang engkau miliki lihay sekali...." Sementara ia berbicara, tiba2 terdengara ujung baju tersampok angin berkumandang datang. Dengan cepat dia menengok kebelakang seorang manusia baju hijau sedang melayang turun dari tiang penglari dan menghadang didepan pintu, ia segera membentak keras : ''Siapakah engkau?" Orang yang baru saja munculkan diri itu bukan lain adalah Bu Wi Tootiang, ketika dia menyaksikan Siau Ling sudah bertempur melawan orang itu, dia segera melayang turun dari tiang penglari dan tepat menghadang jalan mundur Siau-yaucu. Mendapat pertanyaan tersebut, Bu Wi too tiang segera tertawa dingin dan menjawab: "Aku adalah Bu wi totiang yang sedang dicari oleh tootiang.. ! " "Dan siapakah dia?" tanya Siau yau-cu sambil berpaling kearah Siau Ling. "Heeehh-heeehh ...heeehh... apakah engkau tak bisa bertanya sendiri:..?" jengek Bu wi tootiang sambil tertawa dingin. "Kalau dilihat dari ilmu silat yang dimilikinya, jelas tidak berada dibawah kepandaian ilmu silat yang dimiliki engkau sebagai ketua partai Bu tong, aku duga orang itu pastilah seorang manusia yang punya nama besar dalam kolong langit" "Too heng tak usah menggunakan siasat untuk mencari keterangan dari mulut pinto, sebab berbuat demikian jauh lebih sulit dari pada mendaki keatas langit" Siau yau cu segera alihkan sorot matanya keatas wajah Sian Ling, sambil menatap wajahnya ia menegur dengan suara dingin: "Tindakanmu dengan menyembunyikan nama dan tak berani berterus terang bukanlah tindakan dari seorang lelaki sejati!" Siau Ling tertawa ewa, "Siau yau-cu, engkau tidak kenal siapakah aku sebaliknya aku sangat mengetahui tentang dirimu!,.." Sesudah berhenti sebentar, lanjutnya : "Engkau Siau-yau-cu boleh dibilang terhitung seorang manusia berotak cerdik yang punya akal banyak, tapi sayang kalau dibandingkan dengan Shen Bok Hong engkau masih selisih jauh..." "Kenapa.. ?" tanya Siau-yau-cu dengan perasaan sangat tidak puas. "Sebab Shen Bok Hong jauh lebih licin daripadamu, dan dia jauh lebih keji dan pintar daripada dirimu sendiri, meskipun kedua belah pihak sama2 menaruh perasaan waspada yang mendalam, tetapi didalam hal menyergap atau melukai orang secara diam2 engkau masih kalah satu tingkat jika dibandingkan dengan dirinya" "Sebenarnya siapakah engkau " rupanya banyak persoalan yang engkau ketahui..'." "Sedikitpun tidak salah, aku masih mengetahui pula bahwa engkau sama sekali tidak pernah berjumpa dengan Shen Bok Hong, kerja sama diantara kalian semuanya diatur oleh Seng Sam koay sebagai perantara, bukankah begitu?" Siau yau cu mengerutkan dahinya, dibibirnya bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu, tetapi akhirnya niat tersebut dibatalkan. Dengan suara dingin, Siau Ling berkata lebih jauh: "Engkau ingin mencari muka dan membaiki Shen Bok Hong maka kalian lantas bersedia membunuhi orang2 dari partai Bu tong sebagai hadiah tanda mata, sayang sekali Shen Bok Hong sama sekali tidak pandang sebelah matapun terhadap dirimu, dengan menggunakan kesempatan ini mereka siap meracuni kalian semua dan kemudian meringkus semua jago lihay dari golonganmu, agar kalian selama hidup jadi budaknya perkampungan Pek hoa-san cung.:." "Mereka siap sedia akan turun tangan di mana" dan bagaimana caranya mereka akan turun tangan" " Sian Ling tertawa dingin, jawabnya: "Jangan dibilang aku tidak tahu, sekalipun tahu juga tak akan memberitahukan kepada kalian" Setelah berhenti sebentar sambungnya lebih jauh : "Cuma sekarang... kaliau masih dapat hidup aman tenteram untuk beberapa saat lamanya! " "Apa maksud dari perkataanmu itu?" "Berhubung Shen Bok Hong mendapat kunjungan dari seorang sahabat lamanya maka ia segera berangkat untuk melakukan pertemuan, rencana ini jadinya ditangani oleh Ji cungcu Ciu Cau Liong, orang she Ciu ini bernyali kecil dan tak berani menanggung resiko, untuk sementara waktu ia tak berani turun tangan lebih dahulu kepada kalian, oleh sebab itu untuk sementara waktu kalian masih bisa hidup aman tenteram untuk beberapa saat lamanya, ." Tiba2 Siau yau cu tertawa tergelak, sambil menukas pembicaraan Siau Ling yang belum selesai katanya: "Shen Bok Hong mengadakan pertemuan dengan sahabatnya dimana" " Siau Ling segera tertawa dingin: "Heeehh heeehh heeehh... dengan pertanyaanmu yang begitu enteng dan sederhana, apakah dianggapnya semua kecurigaanmu dapat diketahui" " serunya. "Lalu apa yang harus kulakukan sehingga apa yang ingin kuketahui dapat didengar?" "Tentang soal itu harus dinilai dahulu dari harga yang diajukan olehmu kalau balas jasanya cukup sesuai dengan kehendak kami, sudah tentu akan kami beri tahukan kalau tidak cocok kedua belah pihakpun sama2 tidak mengalami kerugian" Siau yau cu jadi amat mendongkol, ia tertawa dingin dan berseru: "Heehh...heeehb..hheeehh... sebenarnya siapa engkau" dapatkah engkau memberitahukan kepadaku?" "Perduli siapakah aku, bukankah apa yang diinginkan hanyalah perkataan yang hendak kuucapkan keluar?" Siau-yau cu menengadah keatap rumah, dengan suara dingin ia menjawab : "Cukup ditinjau dari ketidak sediaanmu untuk menyebut nama dan mengatakan asal usulmu, sudah lebih dari cukup begiku untuk tidak mempercayai perkataanmu!" "Kalau engkau tidak percaya yaa sudah, pokoknya persoalan itu menyangkut tentang mati hidup kalian sendiri, sedikitpun tidak sangkut pautnya dengan diriku!" Meskipun Siau yau-cu tak dapat menduga asal usul dari Siau Ling, tetapi dengan akalnya yang cerdik dan pengalamannya yang luas, ia dapat menduga bahwa Siau Ling adalah seorang jago persilatan yang memiliki ilmu silat amat tinggi, sebab sikap maupun cara berbicara orang itu mantap dan berpengalaman. Oleh sebab itulah, Imam tersebut tak berani turun tangan terhadap Siau Ling secara gegabah, sambil berpaling kearah Bu Wi tootiang katanya : "Tootiang, rumah gendung ini sudah dikepung rapat2 oleh dua puluh orang jago lihay yang pinto pimpin, apabila pinto membutuhkan bantuan mereka maka asal kode rahasia dilepaskan semua jago dari perkampungan Pek-hoa-san cung akan bersama2 datang kemari untuk memberi bantuan..." Bu Wi Tootiang tertawa. "Sayang sekali orang2 dari perkampungan Pek hoa-san cung telah membocorkan rencana busukmu itu, dan kami semua telah mengadakan persiapan, sebagian besar jago lihay dari partai Bu tong telah berlalu dari gedung ini dan masing2 menempati posisi yang strategis untuk mengawasi gerak gerikmu dan untuk menghadapi kekejaman dari Shen Bok Hong serta para jago Perkampungan Pek hoa san cung lainnya, aku telah melepaskan caraku bertindak menurut peraturan Bu lim, akan kuhadapi semua serangan dengan racun lawan racun. Pada saat ini para jago yang masih tertinggal dalam gedung ini kecuali jago-jago lihay dari perguruan Bu tong pay, masih ada pula beberapa orang jago persilatan lainnya, kalau engkau tidak percaya silahkan saja mencoba coba untuk turun tangan" Setelah berhenti sebentar, lanjutnya: "Cuma... pinto tidak bersedia untuk melakukan pertarungan mati2an dengan dirimu." "Kalau toh engkau sudah melakukan persiapan yang demikian sempurnanya, mengapa kalian tidak bersedia untuk melakukan pertarungan melawan pinto...' "Shen Bok Hong mengharapkan agar kita sama2 jatuh korban dan menderita, tapi pinto justru tidak menginginkan apa yang diharapkan itu terpenuhi" Siau yau cu termenung sebentar, lalu menjawab: "Hingga saat ini pinto masih belum berani mempercayai perkataan dari tootiang" "Hmm! kalau engkau tidak percaya, tiada halangan bagimu untuk turun tangan mencoba "seru Siau Ling dengan cepat, bersamaan dengan selesainya perkataan itu tiba tiba terdengar suara gemericit dan tahu2 Pek li Peng serta Tu Kiu telah munculkan diri diri balik pintu rahasia. Siau Ling berpaling dan memandang sekejap kearah Pek li Peng serta Tu Kiu kemudian ujarnya : "Kalian berjaga2lah dimulut pintu ruangan, hadang setiap serbuan musuh tangguh yang berusaha masuk kemari, sedang aku akan berlempar melawan Sau yau Cu yang punya nama amat tersohor ini, akan kulihat apakah ilmu silat yang dimilikinya di hari2 belakangan ini memperoleh kemajuan yang pesat atau tidak" Pek -li Feng tersenyum. "Jumlah musuh lebih banyak diripada jumlah kita, bolehkah aku aku turun tangan untuk melukai orang pada malam ini?"" "Terserah keputusanmu sendiri!" Pek-li Peng tersenyum. "Sreset....! ia segera cabut pedang dari dalam sarungnya dan per-lahan2 berjalan menuju kedepan pintu. Rupanya ketika bersembunyi dibalik ruang rahasia tadi ia melihat sebilah pedang tergantung disitu, maka diambilnya senjata itu untuk mempersiapkan diri. Tu Kiu sendiripun tidak banyak bicara, dia menyingkir kepintu dan berdiri saling bertolak belakang dengan Pek-li Peng, satu menghadap keluar sedang satu yang lain menghadap kedalam. Ketika Siau yau cu mendengar suara seorang perempuan, pikirannya segera tergerak pikirnya: "Orang itu jelas adalah perempuan yang nenyaru sebagai seorang pria, hal ini membuktikan kalau ditempat ini kecuali terdapat para jago dari partai Bu tong masih ada pula jago2 persilatan lainnya.." Berpikir sampai disitu ia lantas berkata dengan suara dingin: "Sungguh tak nyana partai Bu tong yang tersohor ternyata menerima pula kaum wanita sebagai murid..." "Toako, "seru Pek li Peng dengan gusar orang ini bicara sembarangan dan ngaco belo tamparkan mukannya sebagai hukuman!" Siau Ling tidak memperdulikan dari ocehan Pek li Peng itu, sebaliknya sambil berpaling kearah Bu Wi Tootiang ujarnya. "Tootiang, kalau memang Siau-yau Cu susah disadarkan dari jalan yang sesat dan membiarkan dia hidup hanya akan mendatangkan bencana belaka, lebih baik kita lenyapkan saja dirinya dari muka bumi" "Keadaan amat mendesak... yaaa, terpaksa kita harus berbuat demikian.,." Siau yau cu segera tertawa ter-bahak: "Haaahh haaahh haaahh,. sungguh besar amat bacot kalian, ketahuilah dikolong langit sekarang ini hanya beberapa orang saja yang mampu membinasakan pinto! " Mendengar perkataan itu, Siau Ling menengadah dan tertawa pula dengan kerasnya. "Haaah-haaahh haaahh.. menghadapi pentolan musuh tangguh, rasanya kita tak usah memikirkan soal belas kasihan atau rasa welas lagi... siaplah sedia untuk menerima kematianmu! " Beberapa patah kata itu amat gagah dan bersemangat penuh rasa percaya pada diri sendiri dan seakan akan membunuh Siau yau cu bukanlah suatu pekerjaan yang amat berat. Tertegun hati Siau yiu cu mendengar perkataan itu. "Siapakah sebenarnya engkau ini" "ia menegur. Siau Ling tertawa dingin, bukan menjawab dia malah berseru : "Sekarang engkau boleh mempersiapkan diri untuk turun tangan " Dari kemampuan Siau Ling dalam membinasakan pria baju hitam tersebut dalam satu gebrakan belaka Siau yau cu mengetahui bahwa dia adalah seorang jago lihay yang memiliki ilmu silat sangat tinggi tetapi orang itu ternyata tak sudi memperkenalkan namanya hal ini sama sekali berada diluar dugaannya. Dalam pada itu Siau Ling sudah tertawa dingin dan berseru kembali : "Kalau memang engkau tidak bersedia untuk turun tangan terpaksa aku harus memulainya lebih dahulu " "Sreet.... ! sebuah pukulan gencar segera dilepaskan. Sebelum pukulan itu tiba angin pukulan yang santar dan tajam telah menerjang ke tubuh imam tersebut. Siau yaucu merasa amat terperanjat telapak kiri disabet keluar mengirim satu pukulan untuk membendung datangnya ancaman dari Siau Ling sementara senjata Hud-tim ditangan kanannya dengan jurus " Lan kang cay to"atau Membendung sungai yang deras membacok pergelangan kanan Sianak muda itu. Sambil balas melancarkan serangan, dia berseru: "Engkau begitu sombong dan tekebur, terpaksa pinto harus minta pelajaran dari mu!" Siau Ling tarik pergelangan kanannya untuk melepaskan diri dari ancaman senjata lawan, bukannya mundur dia malah Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo maju kedepan, sepasang terlapaknya laksana kilatmenyambar, ajaran dari Lam it kong. Siau-Yau-cu amat terperanjat, jeritnya: "Engkau adalah Siau Ling ! " "Tidak salah, memang aku orang she-siau!" Sementara pembicaraan berlangsung, secara beruntun dia lancarkan pula delapan buah pukulan yang memaksa Sianyaucu mundur beberapa langkah kebelakang. Meskipun ia menggenggam senjata Hud-tim namun senjata tersebut sama sekali tak ada gunanya, sebab dibawah serangkaian pukulan telapak yang cepat laksana sambaran kilat dari Siau Ling, ia sudah terdesak mundur kebelakang berulang kali. Bagaimanapun juga imam tersebut merupakan seorang jago kawakan yang sudah amat berpengalaman dalam melakukan pertarungan sengit dia segera mengempos tenaga dan melancarkan tiga jurus serangan dahsyat untuk menolong posisinya yang terdesak. Pek-li Peng ,yang menyaksikan kejadian itu, segera berteriak keras: "Toako, kalau engkau tidak menggunakan senjata untuk bertempur melawan dirinya, bukankah engkau sangat rugi?"" Walaupun Siau Ling telah memperoleh inti sari dari pelajaran ilmu telapak kilat menyambar dari Lam it Kong, tetapi apa bila dia menginginkan pukulannya dahsyat bagaikan membelah bukit maka hal itu harus menunggu sampat tenaga dalamnya benar2 sempurna, apa bila dia hendak mencari kemenangan dalam pertarungannya hari ini, senjata memang merupakan andalannya yang penting, ---ooo0dw0ooo--- KARENA pikirannya bercabang, permainan telapaknya tanpa sadar jadi agak mengendor. Menggunakan kesempatan yang sangat baik itu, Siau-yau cu melancarkan serangan balasan, dalam waktu singkat Siau Ling berbalik kena didesak hingga berada diposisi bawah angin. Pek-li Peng segera ayun tangannya melemparkan pedang itu kedepan. Ia berseru : "Toako, sambutlah pedang ini" Pedang laksana sambaran kilat meluncur kearah Siau Ling. Dengan tangan kirinya Siau yau cu mengirim satu pukulan menggunakan jurus" Siat san tiau hay" atau menjepit bukit meluruk samudra, angin pukulan yang menderu2 langsung menghantam dada Siau Ling, sementara senjata hud tim di tangan kanannya menggulung pedang yang dilontarkan oleh Pek li Peng itu. Siau Ling mendengus dingin, tangan kanannya didorong kedepan menyambut datang nya serangan itu dengan keras lawan keras, sedang tangan kanannya melancarkan sentilan jari kearah depan... Inilah ilmu sentilan Sian ci singkang, salah satu kepandaian maha ampuh diantara tujuh puluh dua macam kepandaian sakti dari gereja siau lim si... Mimpipun Siau yau cu tidak menyangka kalau dalam beberapa tahun yang singkat Siau Ling sudah berhasil mempelajari ilmu jari untuk menghindar sudah tak sempat lagi segulung desiran angin tajam dengan telak menghajar iganya membuat tangan kanan jadi kendor dan senjata hud tim itu terjatuh ketanah. Pada saat yang bersamaan, ayunan Hud-tim dari Siau yau cu telab berhasil menggulung Pedang panjang yang dilontarkan Pek li Peng kearah sianak muda itu, tetapi berhubung iga kanannya kena dihajar oleh sentilan jari Sian ci sinkang dari Siau Ling, maka baik senjata Hud tim maupun pedang itu sama2 terjatuh keatas tanah. Kaki tangan Siau ling segera mencukil ke atas pedang yang terjatuh diatas tanah itu, dan dalam sekali sentakan senjata tersebut sudah berhasil ditangkap dalam genggamanya Sementara itu Siau yau cu sendiri setelah iga kanannya kena hantaman, seluruh lengan kanannya jadi kaku, linu dan sakitnya luar biasa, ia tahu bahwa dalam keadaan demikian ia tak ada kekuatan untuk melakukan pertempuran lagi, maka diambilnya keputusan untuk cepat dapat berlalu dari situ dari pada terluka ditangan Siau Ling. Ia segera mengepos tenaga dan melayang naik keatas tiang penglari, kemudian tangan kirinya diayun mengirim satu pukulan dengan sekuat tenaga...... "Blaaaam. .. ! "pasir dan atap berguguran keatas tanah, muncullah sebuah lubang besar dilangit langit ruangan itu terhajar oleh pukulan Siau-yau cu yang amat dahsyat itu. Setelah berhasil membuat lubang, dengan sebat pula imam itu menerobos keluar dan melarikan diri. Menanti Bu Wi Tootiang menyusul naik keatas wuwungan rumah, tampaklah bayangan Siau-yau cu telah menjauh dan didalam beberapa kali kelebatan saja bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan. Siau Ling segera menyusul naik keatas dan bertanya : "Totiang, apakah kau melihat kearah mana dia melarikan diri " " Bu Wi tootiang menggeleng. "Tak mungkin disusul lagi " katanya," Dia adalah seorang manusia yang memiliki ilmu silat sangat tinggi, didalam beberapa gebrakan saja ia sudah menderita kekalahan ditanganmu sehingga melarikan diri terbirit birit dari sini, bila berita ini tersiar diluaran kejadian tersebut sudah cukup menyusah kan hatinya" Siau Ling menghela napas panjang. ''Aaai.. ! kemenangan yang berhasil boan-pwee dapati boleh dibilang diperoleh secara untung untungan belaka ! " jawabnya. Dengan suara lirih Bu Wi Tootiang berkata: "Ada satu persoalan, sebenarnya pinto merasa tidak leluasa untuk diajukan, tetapi aku tak menemukan jawabannya karena itu terpaksa hendak kutanyakan kepadamu, apakah engkau bersedia untuk menjawabnya?" "Persoalan apa?" "Mengenai sentilan jarimu yang berhasil menangkan diri Siau-yau cu tadi, apakah ilmu tersebut adalah Siu-lo sin ci?" "Bukan!" sang pemuda sambil menggeleng, "ilmu jari siu lo sin ci hanya dapat menjangkau sejauh dua depa belaka, lagipula totokannya harus disertai dengan ayunan tangan..." "Jadi kalau begitu, totokan jarimu tadi bukanlah ilmu totok Siu lo sin ci?" ---ooo0dw0ooo--- Jilid: 22 BUKAN, ilmu jari yang barusan kupergunakan adalah ilmu sentilan Sian ci sin kang!" "Sian-ci sinkang kepandaian ampuh dari gereja siau lim-si?" seru Bu Wi tootiang dengan wajah tertegun. "Benar, ilmu sentilan Sian ci-sin-kang dari partai Siau-lim"!' Bu Wi tootiang segera anggukkan kepalanya berulang kali, pujinya : "Selama beberapa ratus tahun belakangan ini, Siau tayhiap boleh dibilang merupakan manusia paling aneh dikolong langit, satu orang menguasai ilmu silat dua aliran sudah luar biasa sekali, tetapi engkau sekaligus menguasai ilmu silat dari beberapa perguruan, peristiwa ini jarang sekali terjadi dalam dunia persilatan..." Dia menengadah memandang bintang yang bertaburan diangkasa, kemudian sambungnya lebih jauh : "Kecuali seorang manusia sakti seperti Siau tayhiap siapa lagi yang mampu melawan Shen Bok Hong ?"" "Tootiang terlalu memuji " ujar Siau Ling sambil menghela napas ringan. "Keberhasilan boanpwee tidak lebih hanya terjadi karena kebetulan saja sedangkan keberhasilan Shen Bok Hong benar benar merupakan suatu kejadian yang langka dalam persilatan apalagi berpengalaman luas dan berotak cerdas hingga orang lain sukar untuk menandingi dirinya meskipun beberapa perguruan besar dalam dunia persilatan mempunyai kekuatan yang tak kalah besarnya sayang sekali mereka semua mempunyai perasaan segan mencampuri urusan orang lain dan tidak bersedia bekerja sama untuk menghadapi musuh tangguh. Dewasa ini hanya partai Bu tong yang mengerahkan segenap kekuatannya untuk bertempur melawan perkampungan Pek hoa san cung setelah penyelidikanku kebasis kekuatan pihak perkampungan Pek hoa san cung dikota Tiang sah ini terasa olehku bahwa Shen Bok Hong benar benar merupakan seorang musuh yang sukar dihadapi masa depan kita betul betul masih terhalang oleh semak berduri yang lebat...." Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh: "Kali ini Shen Bok Hong bersedia melepaskan rencana besarnya untuk pergi menjumpai seorang sahabat karibnya, ditinjau dari sikapnya yang terburu buru dapat diketahui bahwa orang itu pastilah bukan seorang manusia sembarang, mungkin kita bakal bertambah dengan seorang musuh tangguh lagi." "Dewasa ini orang yang paling disegani dan ditakuti oleh Shen Bok Hong hanya engkau Siau tayhiap seorang dan sekarang ia mengerahkan segenap kekuatannya untuk melakukan penyerbuan tujuannya tidak lain adalah untuk menghadapi diri Siau tayhiap seorang, karena itu aku serta Sun Put Shia locianpwee telah berjanji untuk selanjutnya mengerahkan segenap kemampuan yang kita miliki untuk melindungi keselamatanmu ....." Siau Ling segera tersenyum dan menukas :"Aku merasa terharu dan berterima kasih sekali atas jerih payah serta kesediaan dari locianpwee berdua, cuma mengenai kata melindungi.... aku benar-benar tak berani untuk menerimanya, kalau aku orang she Siau tidak bersedia menempuh bahaya, kenapa orang lain harus menempuh bahaya bagi diriku?" dan Shen Bok Hong sendiri walaupun ia punya hasrat yang besar untuk melenyapkan diriku, tetapi asal aku bisa berhati2 dalam menghadapi setiap persoalan, rasanya untuk menyelamatkan diri bukanlah suatu pekerjaan yang terlalu menyulitkan.." Bu Wi Tootiang menghela napas panjang, selanya : "Apa yang pinto serta Sun locianpwee harapkan adalah semoga Siau tayhiap suka menjaga diri baik2 demi keamanan umat persilatan dikolong langit, Shen Bok Hong paling benci kepadamu dan dia paling takut pula menghadapi dirimu, dia pasti akan mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk menghadapi dirimu, bahkan cara yang digunakan pasti amat keji dan menggunakan segala cara rendah apapun, oleh sebab itu engkau harus berhati2 sekali menghadapi mereka, kami bukannya takut ilmu silat yang dimiliki Shen Bok Hong dapat menangkan dirimu dan mencabut jiwamu, yang kami kuatirkan adalah dia mencelakai dirimu dengan cara licik dan terkutuk, sebab serangan macam itulah paling susah dihindari..." "Tentang soal ini aku akan mengingatnya selalu didalam hati...." ujar Siau Ling sambil tertawa ewa. Sesudah memandang cuaca ujarnya kembali; "Tootiang untuk menghadapi oraug orang dari perkampungan Pek-hoa san cung rasanya kita tak usah membicarakan tentang peraturan bu-lim lagi bukan ?"" "Kalau kita tak bisa menggunakan siasat racun lawan racun maka pihak kitalah yang bakal menderita kerugian besar " "Kalau memang tootiang merasa bahwa cara ini pantas malam ini juga kita dapat mulai turun tangan...." Setelah berhenti sebentar tanyanya : "Berapa orang murid tootiang yang sekarang, masih tertinggal didalam gedung ini?" Bu Wi tootiang termenung dan berpikir sebentar kemudian jawabnya : "Kurang lebih ada dua belas orang !" "Dan berapa orang diantara mereka yang memiliki ilmu silat sangat lihay serta pengalaman paling luas?"" "Boleh dibilang ada lima orang." "Kalau begitu bersama Tootiang, aku, Tu Kiu serta Pek-li Peng semuanya berjumlah sembilan orang, rasanya jumlah itu sudah cukup!?" "Apa maksud Siau tayhiap?"" "Aku ingin turun tangan untuk melenyapkan kekuatan yang ditinggalkan Shen Bok Hong dikota Tiang sah ini serta melenyapkan markas besar mata2nya, dahulu kita selalu dikuasahi orang lain dan semua gerak gerik kita diawasi orang, maka sekarang kita harus merebut posisi yang baik dan berbalik menghadapi mereka lebih dahulu" Bu Wi Tootiang termenung dan berpikir sebentar, kemudaan tanyanya : "Kita akan berangkat sekarang juga?"" "Aku rasa makin cepat semakin baik!" "Baik, pinto akan segera memilih orang2!" imam tua itu segera loncat turun dari atas bubungan rumah. Siau Ling mengikuti loncat turun pula ke atas tanah, baru saja berdiri tegak, Pek li Peng telah memburu kedepan sambil berseru" "Toako, apakah Siau yau cu berhasil melarikan diri?" "Ehmm! dia berbasil kabur" setelah berhenti sebentar, lanjutnya lebih jauh : "Peng ji, siapkan senjata tajam dan senjata rahasiamu, malam ini aku akan mengajak engkau berkunjung kesuatu tempat dan disitu engkau dapat membuka pantangan membunuhmu sampai puas" "Kita akan pergi kemana..." " tanya Pek-li Peng dengan hati kegirangan. "Ketempat yang telah kukunjungi pagi tadi !" "Apakah siaute juga boleh ikut..." " tanya Tu Kiu sambil maju menghampiri. "Kalian semua boleh ikut!" Sementara pembicaraan masih berlangsung, Bu Wi Tootiang dengan membawa lima orang pria berpakaian ringkas telah munculkan diri disana. Rupanya untuk menghindarkan diri dari pengawasan mata2 musuh, semua anak murid partai Bu tong telah berubah dandanan dan menyaru jadi pria2 kekar. Kelima orang itu mengenakan pakaian ringkas warna hitam dan menyoren sebilah pedang diatas punggungnya. Siau Ling melirik sekejap kearah lima o-rang itu kemudian Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo perlahan lahan berkata : "Setiap anggota perkampungan Pek hoa san cung rata rata berhari kejam dan bertangan telengas bilamana kalian semua bertempur dengan mereka aku harap tak usah sungkan sungkan atau memberi belas kasihan lagi basmi seadanya dari muka bumi" "Kami semua terima perintah" jawab lima orang pria berpakaian ringkas itu berbareng. "Kalianpun tak usah saling menyebut nama dengan mereka Nah ! sekarang ikutilah diriku " ujar Siau Ling lagi selesai berkata ia berangkat lebih dahulu kedepan. Pek-li Peng dan Tu Kiu menyusut dibelakangnya, sedangkan Bu Wi Tootiang dan ke lima orang murid partai Bu tong lainnya menyusul dipaling belakang..... Siau Ling sudah hapal dengan jalan yang harus dilaluinya, sepanjang perjalanan ia bergerak cepat sekali dan langsung meluncur kearah gubuk tanah pertanian yang dihuni oleh Ciu Cau Liong sekalian. Tidak selang setengah jam kemudian tanah pertanian tersebut sudah nampak didepan mata.. Siau Ling menghentikan langkah kakinya, sambil menuding kearah tanah pertanian di tengah kegelapan ujarnya: "Menurut apa yang berhasil kuketahui, beberapa orang jagoan yang paling sukar dilayani yang saat ini berada didalam rumah rumah gubuk itu kecuali beberapa orang bayangan darah ciptaan Shen Bok Hong, boleh dibilang Tong Lo thay ciangbunjin keluarga Tong dan propinsi Suchuan lah yang boleh dipandang ampuh, dia membawa puluhan jenis senjata rahasia beracun yang sukar dihadapi dengan sembarangan, oleh karena itu kita tak usah serentak menerjang masuk ke dalam rumah rumah gubuk itu" Bu wi Tootiang menyadari bahwa sianak muda itu takut dengan ilmu silat yang di miliki beberapa orang anak muridnya itu tak mampu menahan serangan senjata rahasia dan Tong Lo-thay thay, oleh sebab itu segera ujarnya: "Silahkan Siau tayhiap memegang pucuk pimpinan dalam operasi kali ini, perintahkan saja kami untuk bertindak sesuatu!" Menurut pendapatku, lebih baik kelima orang anggota partai Bu tong itu tetap berjaga jaga diiuar perkampungan, sedang Tootiang dan aku bergerak paling depan." "Baik!" sahut Bu Wi Tootiang sambil mengangguk, "apa yang harus mereka kerjakan" harap Siau tayhiap memberi perintah!" Siau Ling berpaling dan memandang sekejap kearah kelima orang itu, kemudian jawabnya : "Sudah lama aku dengar akan keampuhan barisan pedang dari partai Bu tong pay, aku rasa Too heng berlima pasti sudah hapal bukan dengan gerakan barisan pedang tersebut?" "Kami sekalian sudah hapal!" jawab kelima orang itu sambil memberi hormat. "Bagus sekali, kalian berlima bersembunyilah didalam hutan tersebut, apabila kalian melihat ada orang yang berusaha melarikan diri dari tanah pertanian tersebut, lebih baik tangkaplah orang2 itu secara tiba2 tak berduga, perduli mau gunakan senjata rahasia atau pun menyergap secara diam2 terserah pada kehendak kalian sendiri, untuk menghadapi orang2 dari perkumpulan Pek-hoa-san cung, kalianpun tak usah membicarakan lagi soal peraturan persilatan dengan diri mereka..." Kelima orang itu mengiakan dan segera menyingkir kedalam hutan ditepi jalan. Baru-baru Siau Ling menambahkan kembali : "Perduli dalam gubuk gubuk itu terjadi perubahan apapun, kalian berlima tak usah maju menyongsong andaikata kalian berjumpa dengan musuh musuh yang memiliki ilmu silat sangat lihay, hadapilah orang itu dengan barisan pedang kalian " "Kami mengerti !" jawab kelima orang suara berbareng. Siau Ling segera berpaling dan memandang sekejap kearah Tu Kiu dan Pek li Peng kemudian ujarnya lagi : "Kekuatan musuh amat tangguh kalian tak boleh bertindak terlalu gegabah dan utamakanlah lebih dahulu keselamatan sendiri daripada melukai lawan aku dan Bu Wi Too tiang akan berjalan dipaling depan untuk membuka jalan, sedang kalian berdua ikut melangkah di belakang tapi jaraknya jangan terlalu dekat dan jangan pula terlalu jauh jaga selisih jarak antara delapan depa sampai satu tombak lima depa, agar diantara kita bisa saling membantu......" Sorot matanya dialihkan kembali keatas wajah Pek li Peng dan menambahkan: "Peng-ji engkau tak boleh terlalu gagabah dalam bertempur kalau bertemu dengan musuh yang telalu tangguh berilah bisikan kepadaku, mengerti?" "Siau moay akan ingat selalu !" jawab Pek-li Peng sambil tersenyum. "Kalau begitu, mari kita berangkat!" pemuda itu segera bergerak lebih dahulu menerjang kearah gubuk. Bu Wi tootiang segera mengempos tenaga dan berjalan berdampingan dengan Siau Ling. "Tootiang, loloslan senjatamu!" bisik Siau Ling. Bu Wi Tootiang mengiakan dan cabut ke luar pedang poo kiamnya, Ialu dia balik bertanya : "Apakah Siau-heng tidak menggunakan senjata?" "Aku membawa pisau mustika didalam saku, bilamana bertemu dengan musuh tangguh nanti senjata itu baru akan kupergunakan!" Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki keempat orang itu sangat lihay, ditengah kegelapan tubuh mereka bagaikan bintang yang meluncur berkelebat kearah depan, dalam beberapa patah kata belaka tubuh mereka sudah berada didepan rumah gubuk tersebut. Dari balik pintu terdengar suara bentakan keras berkumandang memecahkan kesunyian : "Siapa diluar?"" Siau Ling tidak menjawab, sambil menyingkir kesamping ia langsung menerjang masuk kedalam rumah gubuk itu. Cahaya berkilauan memenuhi angkasa, sebilah golok tiba2 meluncur datang dan membacok kearah tubuhnya. Siau Ling segera putar tangan kanannya mencengkeram ujung golok lawan setelah itu sekuat tenaga disentak kearah luar, seorang pria baju hitam seketika tertarik keluar dari tempat persembunyiannya. Bu Wi tootiang yang menyaksikan kejadian itu, diam2 menghela napas panjang, pikirnya : "Sekalipun Sun Put Shia sendiri, belum tentu ia berani bertempur melawan orang dengan cara begini" Setelah tangan kanan Siau Ling berhasil menyeret keluar tubuh orang itu, tangan kirinya segera diayun kemuka melancarkan satu pukulan dahsyat keatas dada lawan. Pria kekar itu mendengus berat dan seketika itu juga menemui ajalnya ditangan orang. Siau Ling sendiri, bersamaan waktunya dengan kematian pria kekar tersebut, ia telah menerjang masuk kedalam rumah gubuk tadi. Dua kali dengusan berat bergema memecahkan kesunyian, disusul dua sosok mayat terlempar keluar dan dalam gubuk. Pek-li Peng yang menyaksikan kejadian itu, diam diam segera berpikir didalam hatinya: "Toako selalu ramah dan welas kasih, tetapi malam ini ia telah melakukan pembunuhan secara keji dan telengas, itu membuktikan bahwa orang orang yang sedang dihadapinya adalah manusia manusia laknat yang sudah banyak melakukan kejahatan kalau toh toako sudah bertindak secara keji rasanya akupun tak usah bertindak sungkan sungkan lagi" Berpikir sampai di situ tangan kirinya segera merogoh kedalam saku dan menggenggam sebatang jarum Han peng ciam. Bu wi Tootiang seadiripun tak pernah menyangka kalau Siau Ling secara tiba tiba bisa melancarkan serangan dengan begitu keji dan telengasnya ia jadi tertegun beberapa saat lamanya sebelah mengikuti dibelakang Siau Ling untuk menerjang masuk kedalam gubuk. Tu Kiu dan Pek-li Peng menyusul dari belakang menyerbu kedalam rumah gubuk tadi. Jarak antara pintu gerbang rumah gubuk dengan ruang tengah masih selisih agak jauh empat orang penjaga pintu dalam waktu singkat telah dibunuh mati semua oleh Siau Ling dengan gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat, dalam anggapan pemuda itu orang orang dalam ruang dalam pasti tidak akan tahu, siapa tahu dengusan penjaga pintu ternyata kedengaran juga sampai kedalam. Tatkala Siau Ling memimpin rekan rekan lainnya mencapai satu tombak dari ruang tengah, tiba tiba terdengar desingan tajam bergema memecahkan kesunyian, serentetan hujan anak panah memenuhi seluruh angkasa. Siau Ling segera mendorong sepasang telapaknya untuk menghalau hujan panah tersebut. Ia tidak membawa senjata, terhadap hujan anak panah yang meluncur datang tiada hentinya itu lama kelamaan dibuat kewalahan juga. Bu Wi tootiang segera mengepos tenaga dan menerjang maju kedepan, pedangnya berputar kencang memancarkan cahaya putih yang berkilauan, anak panah yang mendekati tubuhnya sama sama rontok keatas tanah terkena sambaran pedangnya itu. Ciangbunjin dari perguruan besar ini rupanya sudah dibangkitkan semangatnya oleh permainan telapak Siau Ling yang begitu cepatnya itu, pedang bagaikan pelangi berkelebat mengitari seluruh badan melindungi Siau Ling dan diri sendiri dari serangan panah, ketika berhasil mendekati pintu ruangan, pedangnya segera membacok pintu hingga terbuka. Gerakan tubuh Siau Ling cepat sekali, menggunakan kesempatan dikala Bu wi Too-tiang membacok pintu ia sudah menerobos masuk kedalam ruang tengah. Sepasang telapaknya bekerja cepat, kembali dua orang musuh berhasil dibacok sampai mati. Bu Wi Tootiang segera menyusul kedalam pedangnya berputar kekiri dan kekanan, dua orang pria dilukai pula pada ujung pedangnya. Sementara itu, Pek li Peng dan Tu Kiu telah ikut menerjang masuk kedalam ruangan. Pek li Peng segera putar pedangnya bagaikan titiran angin kencang, mengikuti gerakan dari Bu wi tootiang, gadis inipus berhasil melukai dua orang musuh. Dalam ruang tengah rumah gubuk itu sebenarnya dijaga oleh sepuluh orang jago pemanah jitu, ilmu silat yang mereka miliki kendatipun sangat lihay, tetapi untuk menghadapi serbuan dari empat orang jago lihay yang sudah diliputi oleh napsu membunuh itu tentu saja masih bukan tandingannya, dalam waktu singkat kesepuluh orang itu sudah terkapar semua diatas tanah, dua orang yang belum matipun sudah menderita luka dalam yang sangat parah. Siau Ling masih tetap berjalan paling depan, tangan kanannya diayun menghantam dinding tembok... Blaaam! debu dan pasir berguguran keatas tanah, muncullah sebuah lubang besar diatas dinding tadi. Dalam hati kecilnya dia masih ingat dengan jelas letak ruang rahasia yang dipergunakan Ciu Cau Liong untuk melakukan perundingan dengan para jago2nya, dia berharap dalam sekali gebrakan berhasil menerjang masuk kedalam ruang rahasia tersebut dan menawan Ciu Cau Liong, atau paling sedikit ia harus berhasil membinasakan beberapa orang bayangan darah ciptaan dari Shen Bok Hong, Oleh karena itu pemuda tersebut ingin membongkar dinding untuk menerjang masuk kedalam. Baru saja Siau Ling berhasil membobolkan dinding tembok tersebut, tiba-tiba ... terdengar suara bentakan gusar berkumandang datang : "Siapa disitu?" Cahaya api memancar keempat penjuru dan muncullah sebuah obor menerangi sekeliling tempat itu. Siau Ling segera alihkan sorot matanya kearah depan, tampaklah orang orang yang barusan munculkan diri adalah Ciu Cau Liong dibelakangnya berdiri empat orang pria berbaju merah membahu disisi kirinya adalah Tong Lothay sedang disebelah kanannya adalah Tan Hiong Ciang. Seorang pria lain sambil membawa obor berdiri kurang lebih tiga depa didepan Ciu Cau Liong. Pakaian yang dikenakan beberapa orang itu amat rapi, agaknya belum tertidur semua. Siau Ling dapat melihat keadaan dari Ciu Cau Liong sekalian sedangkan Ciu Cau Liong juga dapat melihat Siau Ling dengan dandanan serta pakaian yang tak ada ubahnya seperti siang hari tadi hal ini membuat kepala kampung kedua dari perkampungan Pek hoa san cung jadi tertegun. "Tan Hian tit, sebenarnya apa yang telah terjadi.. ?" tegurnya. Tan Hong Ciang sama sekali tak menyangka kalau Siau Ling berani menyerbu kesitu dengan membawa orang2nya, bahkan masih memakai baju yang dikenakan pada siang harinya, kejadian itu membuat hatinya tak tenang. Apalagi sekarang setelah ditegur oleh Ciu Cau Liong, dia semakin merasa gelisah dan tidak tenteram. Siau Ling sendiri, setelah melihat bahwa beberapa orang penting yang sedang dicari olehnya sudah berkumpul semua disitu, ia malahan tidak terburu napsu untuk segera turun tangan, perlahan2 tubuhnya malah mundur dua langkah kebelakang. Tan Hiong ciang sendiri, setelah berhasil mententeramkan hatinya, sambil tebalkan muka tegurnya : "Yang datang apakah Pek heng" ' "Bukan! " jawab Siau Ling sambil tertawa dingin," sekarang aku sudah tidak bermarga Pek lagi! ' Mendengar suara pemuda itu, tiba-tiba .... Sekujur badan Ciu Cau Liong gemetar keras, teriaknya : "Engkau adalah Siau Ling?" Siau Ling sama sekati tidak memperdulikan pertanyaan dan Ciu Cau Liong itu, dengan nada dingin ujarnya : Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Kalian tak usah memperdulikan siapakah aku, cabut keluar senjata kalian dan bersiap2lah untuk bertempur!" Dengan pandangan dingin Ciu Cau Liong melirik sekejap kearah Tan Hiong Ciang, berada dihadapan musuh tangguh tak sempat baginya untuk menegur orang she Tan itu lagi, sambil tertawa dingin segera ujarnya : "Bagus sekali, kalau memang sahabat tak mau menyebutkan namamu, itu membuktikan bahwa sahabat masih menaruh perasaan segan terhadap perkampungan Pek hoa san-cung kami. Tempat ini terlalu sempit dan tidak leluasa untuk digunakan sebagai tempat bertanding, lebih baik kita pilih ketaman sebelah luar sana!" "Engkau Ciu ji-cungcu termasuk juga seorang yang mempunyai kedudukan didalam dunia persilatan, aku rasa apa yang sudah dikatakan tak akan dipungkiri kembali, pada hal... sekalipun engkau ingin melarikan diri dari sini, mungkin tak bisa kau lakukan dengan mudah!" "Hanya mengandalkan kekuatan kalian berempat" "ejek Ciu Cau Liong sambil tertawa sinis, "apakah ucapanmu itu tidak terlalu tekebur....."' Dengan pandangan tajam Siau Ling mengawasi wajah Ciu Cau Liong, kemudian perlahan-lahan mundur kebelakang. Ciu Cau Liong sekalian segera mengejar ke arah depan. Ketika melewati ruang tengah dan menyaksikan kesepuluh orang ahli pembidik tepat yang ditugaskan menjaga ruang tengah telah roboh terkapar semua dalam keadaan tak bernyawa, diam-diam Cu Cau Liong merasa terkesiap, pikirnya: "Keempat orarg ini jelas merupakan jago lihay kelas satu dalam dunia persilatan, hanya dalam waktu amat singkat sepuluh orang pembidik tepat kami sudah menggeletak semua dalam keadaan tak bernyawa." Mendadak sorot matanya membentur diatas senjata pit baja yang ada ditangan Tu Kiu, sambil tertawa dingin segera serunya : "Pit baja berwajah dingin Tu Kiu, nyali nya benar2 tidak kecil!" Setelah namanya disebut orang,Tu Kiu pun tidak merahasiakan asal usulnya lagi, sambil tertawa dingin sahutnya : "Sedikitpun tidak salah, memang aku orang she Tu!" Ciu Cau Liong alihkan sorot matanya keatas wajah Bu Wi Tootiang, sesudah mengamatinya beberapa waktu ia menegur: "Siapakah engkau?"" "Aku tak bersedia memberi jawaban!" sahut Bu Wi tootiang dengan suara dingin. Ciu Cau Liong menengadah dan tertawa ter-bahak2. "Haahhh...haaahhh....haaahhh... engkau tidak bersedia mengatakan" ataukah tidak berani mengatakannya keluar" padahal sekalipun engkau tidak mengatakan juga sama saja, karena aku sudah tahu bahwa engkau adalah Bu Wi tootiang" Bu Wi tootiang tertawa dingin, ia tidak memberi tanggapan tentang perkataannya itu. Dalam hati Siau Ling segera berpikir : Kedua belah pihak, membentuk posisi sendiri dan saling berhadapan dengan keadaan siap bertempur. Diluar dugaan Siau Ling, ternyata Ciu Cau Liang sama sekali tidak menunjukkan rasa jeri, seakan2 ia mempunyai sesuatu andalan. Walaupun kesempurnaan Ciu Cau Liong didalam hal ilmu silat tidak begitu cemerlang, tetapi kecerdasan otaknya sungguh luar biasa sekali, sementara ia masih termenung, mereka sudah tiba dihalaman paling depan. Sikap Ciu Cau Liong seolah olah ada sesuatu yang diandalkan olehnya, ia segera ulapkan tangannya sambil berseru : "Pasang beberapa buah obor lagi!,. Suara mengiakan bergema dan beberapa saat kemudian sudah ada tujuh batang obor yang telah dipasang. Delapan buah obor dipegang oleh delapan orang pria berpakaian ringkas dengan senjata lengkap berdiri pada delapan posisi yang berbeda satu sama lainnya. Dibawah sorot cahaya obor, suasana dalam kalangan jadi terang benderang bagaikan disiang hari saja...... Diam diam Ciu Cau Liong mengamati Pek-li Peng sekejap dari potongan badannya yang kecil ia tahu bahwa orang itu adalah seorang gadis hanya tidak diketahui siapakah dia. Dengan sikap yang sangat mencurigakan ini, Siau Ling bertindak semakin ber-hati2, ia berpaling dan bisiknya kepada Bu Wi tootiang dengan suara lirih : "Selamanya Ciu Cau Liong tidak berani turun tangan bertempur dengan orang secara sembarangan, tapi kali ini sikapnya jauh berbeda dengan keadaan dihari biasa, mungkin ia telah menyusun suatu rencana busuk, kita harus bertindak hati2!" Bu Wi Tootiang mengangguk tanda mengerti. "Biarlah aku yang maju menantang perang lebih dahulu! ' bisiknya. Sorot matanya segera dialihkan keatas wajah Ciu Cau Liong, dan ujarnya dengan suara lantang: "Sudah lama aku dengar akan nama besar dari Ji cungcu, ini malam bisa saling berjumpa, betul betul suatu keberuntungan bagiku, bersediakah engkau memberi pelunjuk beberapa jurus kepadaku." Ciu Cau Liong tertawa dingin jawabnya : "Aku tidak bersedia untuk turun tangan bergebrak dengan orang secara sembarangan" Ia berpaling dan memandang sekejap kearah Tong Lo thay thay, serunya : "Tong hujin harap engkau bersedia untuk bertempur dalam babak pertama!" Sambil menyambar tongkatnya Tong Lo thay thay maju ketengah gelanggang katanya : "Siapakah diantara kalian yang bersedia untuk bertempur dengan aku siorang tua?"" Dalam hati Siau Ling berpikir : "Ketika dibawah puncak liwanhong tem po hari ia bersama Kim Hoa Hujin pergi mengejar Shen Bok Hong yang terluka entah bagaimana kemudian ternyata kedua orang itu telah bergabung kembali dengan pihak Perkampungan Pek hoa san cung keadaan dari Kim Hoa hujin masih tetap seperti sedia kala, banyak bicara dan banyak berguraunya, tapi keadaan Tong Lo thay thay pada saat ini jauh berbeda, rupanya ia telah mendapat pengawasan yang jauh lebih keras...,." Berpikir sampai disitu, ia segera menyerobot maju lebih dahulu ketengah gelanggang. Pada waktu itu, sebenarnya Bu Wi too-tiang telah bersiap sedia untuk melakukan pertarungan, tetapi setelah diserobot oleh Siau Ling, terpaksa ia hentikan langkah kakinya dan cuma nonton belaka. "Laporkan namamu'!" seru Tong La-thay thay sambil ayunkan toya ditangannya. Siau Ling tertawa ewa, jawabnya : "Aku adalah Siau Ling!" "Engkau benar2 Siau Ling?" seru Tong Lo-tbay thay setelah tertegun sejenak. "Sedikitpun tidak salah, akulah orangnya!" Ciu Cau Liong sendiri, walaupun sejak permulaan tadi lelah menduga bahwa kemungkinan besar orang yang berada dihadapannya adalab Siau Ling, akan tetapi setelah mendengar pengakuan sendiri dari Siau Ling, tak urung sekujur badannya gemetar keras. Hanya empat orang pria baju merah yang berada dibelakang tubuh Ciu Cau Liong saja yang masih tetap bersikap kaku, se-akan2 mereka sama sekali tidak tahu siapakah orang yang bernama Siau Ling itu. Senjata rahasia dimiliki Tong Lo thay thay meskipun sangat lihay, akan tetapi orang yang paling disegani oleh Siau Ling masih tetap keempat orang pria baju merah itu karenanya secara diam diam ia awasi terus gerak gerik keempat orang tadi. Menyaksikan tingkah laku keempat orang pria itu kaku dan sama sekali tidak menunjukkan perubahan apapun, satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benaknya, diam diam ia berpikir: "Keadaan dari empat orang itu kaku bagaikan patung arca dari tanah liat.....hal ini menunjukkan bahwa kesadaran otak mereka sudah jelas dikuasai oleh sejenis obatan yang sangat beracun ...." Dalam pada itu terdengarlah Tong Lo thay thay berseru dengan suara lantang : "Hey orang she Siau berhati hatilah.....!" Wesss... !toyanya diiringi deruan angin tajam langsung membabat kearah batok kepala lawan. Siau Ling merasakan sapuan toya itu disertai tenaga dalam yang sangat hebat sehingga membawa deruan angin yang sangat memekikkan telinga, diam diam hatinya terperanjat, pikirnya; "Kalau ditinjau dari keadaan tersebut, rupanya ia telah tulus ikhlas tunduk dan berpihak kepada perkampungan Pek hoa san-cung, aku harus memberi sedikit pelajaran kepadanya....!' Dalam hati berpikir demikian, sementara tubuhnya segera menyingkir kearah samping. Tangan kanan secepat kilat meluncur kearah depan dan menyapu sejajar dada dengan suatu gerakan yang manis tahu tahu ia berhasil mencengkeram toya diri Tong Lo thay thay dan membetotnya keras keras kearah depan. Cara merampas senjata orang dengan kekerasan seperti ini jarang sekali ditemui dikolong langit, kecuali seseorang sudah mempunyai keyakinan sembilan puluh persen pasti berhasil, jarang sekali ada orang yang berani bertindak secara gegabah. Dalam sekali gerakan tangan Siau Ling berhasil mencengkeram toya baja dari Tong Lo thay thay, kejadian ini bukan saja membuat Cau Liongmerasa amat terperanjat sekalipun Bu Wi Tootiang sendiripun diam diam merasa terkesiap, pikirnya : "Sungguh berani amat pemuda ini menempuh bahaya dan mengambil resiko.. . benar-benar hebat!" Rupanya Tong Lo tbay thay sendiripun sama sekali tak menyangka kalau didalam sekali gebrakan saja Siau Ling telah berhasil mencengkeram senjata toyanya, peristiwa tersebut seketika membuat nenek tua itu jadi tertegun. Pada saat ia masih berdiri termangu Siau Ling telah menggerakan tenaga dalamnya untuk membetot toya baja tadi kearah depan termakan tenaga betotan yang maha hebat itu tanpa bisa dikuasahi lagi tubuh Tong Lo thay thay ikut terjengkang kearah depan. Menggunakan kesempatan itulah laksana sambaran kilat Siau Ling ayunkan tangan kirinya sebuah pukulan gencar dilepaskan. Serangan ini dilancarkan dengan kecepatan yang luar biasa begitu cepatnya sehingga tidak memberi kesempatan bagi Tong Lo-thay thay untuk menghindarkan diri...... Bluuumm !! pukulan tersebut dengan telak bersarang diatas bahu kanan Tong Lo- thay thay. Mengingat hubungan persahabatan yang pernah terjadi diantara mereka, serangan yang dilancarkan Siau Ling ini tidak terlalu berat, berbicara sampai tenaga dalam yang dimiliki Tong Lo thay thay, seharusnya pukulan itu tak akan sampai melukai dirinya Terdengar Tong Lo thay thay mendengus berat kemudian badannya roboh terjengkang kebelakang, senjata toya yang berada dalam genggamanpun segera terlepas dari cekalannya. Dengan cepat Siau Ling merampas toya tersebut, disamping itu diapun menyadari bahwa Tong Lo thay thay ada maksud mengalah kepadanya, tetapi berhubung dalam hati mempunyai kesulitan yang amat besar maka nenek itu tak berani berbicara ataupun menyapa dirinya. Oleh sebab itulah, setelah berhasil merebut senjata toya tadi, pemuda itu membentak keras, toyanya langsung diputar menerjang kearah Ciu Cau Liong. Jejak Darah Masa Lalu 1 Rajawali Emas 10 Mata Malaikat Pedang Bayangan Panji Sakti 7

Cari Blog Ini