Ceritasilat Novel Online

Bulan Jatuh Dilereng Gunung 14

Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno Bagian 14 Partosimin tidak merasa, bahwa ucapan itu adalah katakata ulangan. Tadi Rawayani memotong ucapannya. Kini ia nampak kian mendongkol. Setengah mendamprat: "Apa yang harus kuadukan" Kalau sudah kuadukan, kepala kampungmu bisa apa" Tak dapatkah engkau menutup mulutmu" Aku sedang memikirkan bagaimana caranya melacak pencuri itu." "Tunggu! " tiba-tiba Partosimin berubah. "Memang kedua kuda nona hilang. Namun ada seorang gadis cantik datang kemari menukar dua ekor kuda nona." Rawayani tercengang. Menegas: "Siapa?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Seorang gadis cantik yang mengenakan pakaian putih." Rawayani terdiam. Bayangan Diah Windu Rini berkelebat dalam benaknya minta keterangan: "Kecuali dia, siapa lagi?" "Hanya seorang diri." Rawayani terdiam lagi. Tadinya ia mengira, diiringkan orang-orang yang mengaku sebagai laskar Madura. Selagi hendak membuka mulut, Partosimin mendahului, Katanya; "Nona tadi mengantarkan dua ekor kuda." "Dua ekor kuda" A pakah dibawa sendiri?" "Bukan begitu. Setelah dia pergi, datang dua orang yang berbicara dengan lidah lucu. Mereka berdua itulah yang mengantarkan dua ekor kuda untuk nona atas perintahnya." Rawayani tidak perlu penjelasan lagi. Tentunya dua orang Madura yang datang mengantarkan kuda atas perintah Diah Windu Rini. Maka segera ia memerintahkan membawa kuda pemberian Diah Windu Rini. Meskipun kuda biasa, tetapi kelihatan terpilih. "Baiklah," Rawayani memutuskah. "Yang seekor ini kutinggalkan disini. Kalau ada seorang pemuda mengaku bernama Gemak Ideran, serahkan kuda itu!" Rawayani tidak menunggu jawaban Partosimin. Setelah mengangsurkan uang satu ringgit, ia melompat ke atas kuda berbulu cokelat. Segera ia mengaburkannya ke arah tenggara. Akan tetapi kuda ini bukan seperti Guntur. Sebentar saja nafasnya sudah memburu. Barangkali karena jalannya mendaki terlalu tajam. Menyadari kenyataan itu, tidak dapat Rawayani main paksa. Ia masih perlu tenaganya. Maka ia membiarkan kudanya berjalan seenaknya. Itulah sebabnya, http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sampai Magrib tiba belum juga ia dapat mengejar kawanan pencuri. Hatinya yang bergolak panas mulai dingin. Terasalah, bahwa cara mencari jejak kawanan pencuri kurang tepat. Bukan mustahil, kawanan pencuri sengaja menyesatkan. "Benar," ia berpikir di dalam hati. "Jalan ini berbelit-belit. Mereka rhau kabur ke mana?" Memperoleh pikiran demikian, ia mencari jalan pintas. Segera ia mendaki ketinggian, kemudian menyebarkan penglihatannya. Tetapi sekali lagi ia gagal. Seluruh lembah gunung sudah tertutup kabut tebal semenjak tadi. "Biarlah aku mencari penginapan." pikirnya. Menjelang gelap malam, ia melihat api perdiangan. Ternyata api itu datang dari sebuah dusun. Dan apa yang disebut dusun itu sebenarnya hanya terdiri dari tiga atau empat rumah. Penduduknya ramah dan bebas dari prasangka. Melihat seorang gadis datang ke dusunnya seorang diri, mereka segera berkumpul dan melayani Rawayani dengan wajah cerah. Yang seorang memasakkan air minum dan yang lain menyediakan hidangan seadanya. Rawayani memberi mereka segenggam uang kecil. Dan melihat tamunya murah hati, mereka berebut menawarkan ayamnya. Demikianlah, maka malam itu Rawayani memperoleh santap malam yang sedap, dan tempat tidur tersendiri. Sebab yang menyediakan tempat tidurnya dengan sukarela pindah ke tetangganya. "Hidup di bawah gunung memang menyenangkan." ujar Rawayani. "Selamanya tenteram, tenang dan damai." "Betul, nona." sahut tuan rumah. Pada detik berikutnya, wajahnya berbimbang-bimbang. "Tetapi beberapa minggu ini, jalanan menuju ke Kartasura tidak dapat dilalui." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Mengapa?" Rawayani heran. "Petak rimba di sebelah barat ini, sekarang menjadi sarang penjahat. Entah penjahat dari mana, tetapi kata orang yang sudah pernah melihat, mereka mengenakan pakaian sama warna." "Oh, maksud bapak berpakaian seragam?" Rawayani menegas. "Apakah sama warna itu namanya seragam?" tuan rumah minta penjelasan. Rawayani mengangguk. Berkata: "Petak rimba....... apakah di lembah gunung terdapat rimba" "Maksud kami .... ladang yang ditumbuhi pohon-pohon cemara sekian ribu banyaknya, nona." Rawayani memikir sejenak. Mencoba : "Apakah bapak atau paman ada yang bersedia mengantarkan aku ke sana?" "Buat apa?" mereka menyahut dengan serentak dengan pandang mata tak mengerti. "Dusun ini aman tenteram. Sayang, kalau penjahatpenjahat itu dibiarkan hidup di situ." Hadirin berpaling kepada tuan rumah. Dan tuan rumah melemparkan pandang matanya kepada sekalian tetangganya. Setelah saling pandang beberapa saat lamanya, akhirnya tuan rumah berkata: "Apakah maksud nona hendak mengusir mereka" "Ya." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Bagaimana mungkin, nona" Mereka berjumlah banyak dan menggunakan senjata tajam. Menurut kabar, kadang-kala kelihatan serombongan laskar dan beberapa orang asing berkeliaran di sana. Ada yang mengabarkan, laskar itu mencoba memberantas. Kenyataannya, mereka tetap saja bercokol di situ." Rawayani mendongkol. Tetapi alasan tuan rumah memang dapat dimengerti. Mereka yang bertempat tinggal di dusun terpencil itu, tidak bisa diharapkan mempunyai kepandaian. Bisa tetap tinggal di dusunnya tanpa terganggu, sudah merupakan karunia sendiri. Malam hari itu, dengan diam-diam Rawayani ke luar dari rumah penginapannya. Kebetulan, udara agak terang. Meskipun berkabut, namun cahaya bulan banyak menolong penglihatan. Selagi hendak ke luar halaman, tiba-tiba tuan rumah muncul d ari rumah samping. "Mau bergadang" Mari ku temani." katanya. "Tetapi di sini tiada sesuatu yang dapat dilihat." "Terima kasih. Biarlah aku seorang diri saja. Aku ingin berjalan-jalan barang sebentar menunggu kantuk." Tuan rumah tertawa mengerti. Sahutnya: "O silahkan. Hanya saja, keadaan tanah sekitar sini cukup licin. Sebab selamanya basah kena kabut." Rawayani memanggut dan berjalan ke luar jalan. Di luar dusun, terdapat sebuah telaga alam kecil. Airnya jernih. Hanya sayang tidak terawat, sehingga semak belukar tumbuh liar di tepinya. Setelah menjenguk telaga itu serintasan, Rawayani melanjutkan jalan ke arah petak rimba yang nampak hitam lekam tertutup kabut. Syukur, ia seorang gadis yang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berkepandaian, sehingga pandang matanya melebihi manusia lumrah. Sekonyong-konyong ia melihat berkelebatnya dua sosok bayangan orang belasan meter di depannya. Ia heran. Segera ia menguntitnya. Di balik tirai kabut, terdapat tanah datar yang berumput. Pohon-pohon Pinus bertebaran di sembarang tempat. Merupakan benteng alam yang terlindung dari penglihatan orang. Ke sanalah, kedua sosok bayangan itu menyelinap masuk. Rawayani menghentikan langkahnya. Selagi menimbang-nimbang, muncul dua sosok bayangan lagi yang datang dari arah kanan. Merekapun masuk ke benteng alam itu. Rawayani heran. Pikirnya, mereka bukan gerombolan pencuri biasa atau kawanan penyamun yang tidak teratur. Gerakan tubuh dan tata-aturannya memasuki sarangnya mengingatkan Rawayani kepada tata-atur tentara yang terlatih. Tertarik penglihatan itu, ia lari pula mengikuti; tibatiba ia melihat semacam tenda di depan matanya. Ia raguragu. Benarkah itu tenda perkemahan. Dengan mengendapendap ia menghampiri. Tangannya meraba. Ternyata terbuat dari batu. Apakah goa batu, pikirnya. Pada saat itu, ia mendengar suara orang berbicara. Cepat ia menyelinap masuk dan memipit dinding yang bergelombang. Kebetulan sekali, di dalam ruang goa itu nampak cahaya penerangan. Dengan begitu, dirinya terlindung. Malahan dapat melihat apa yang terjadi di dalam. Hanya saja, ia harus berwaspada terhadap pintu masuk. Bukan mustahil, masih banyak yang akan datang dan pergi. Karena itu segera ia menutupi diri dengan mantel hitam yang selalu dibawanya kemana saja ia pergi. Mantel hitam yang terbuat dari sutra tipis semacam kain kelambu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Paman Sriwenda! Apakah paman benar-benar melihat dengan mata kepala sendiri"." terdengar suara seorang wanita. "Tidak hanya melihat, akan tetapi pernah berhantam." sahut Sriwenda. "Hm, apakah itik itu mau melintasi jalan ini?" Rawayani tahu, siapa yang dimaksudkan dengan istilah itik itu. Tentunya seseorang yang sedang diincar. Pikirnya di dalam hati: ?"Aku seperti pernah mendengar suara perempuan ini." dari balik kerodong mantelnya, ia mencoba menembus penerangan yang remang-remang. Sementara itu terdengar seseorang yang berbicara dengan lidah cadel. Kali ini Rawayani terperanjat. Tak usah dijelaskan lagi. Itulah suara orang Cina totok. Kalau begitu, pikirnya, ini bukan kawanan penyamun biasa. Teringat kepada huru-hara yang terjadi di Kartasura, bukan mustahil ada hubungannya. "Menyelidiki?" sahut Sriwenda. "Kukira, dia belum mengerti markas kita berada di sini. Mungkin secara kebetulan saja, dia mengarah kemari." "Apakah bukan karena gara-gara kuda perempuan itu?" tungkas suara seorang perempuan. Rawayani kini teringat. Itulah suara Antawati, Apakah dia yang mencuri kudanya" Ia benar-benar merasa aneh. Bila dia yang mencuri, bagaimana caranya menaklukkan si Guntur" Tentu saja hatinya jadi tertarik. Dengan penuh perhatian ia mengikuti pembicaraan mereka. "Tiat Seng! Bagaimana menurut pendapatmu?" Sriwenda minta pendapatnya orang Cina yang dipanggil Tiat Seng. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kalau hanya perkara kuda, itu gampang." jawab Tiat Seng. "Dua-duanya bisa kita pancing kemari. Lebih baik lagi, kalau satu-satu. Begitu masuk kemari, dia bisa apa?" "Jangan sembrono!" Antawati memperingatkan. "Pemuda itu hebat tenaga saktinya. Kami pernah dikalahkan. Kalau saja dia tidak melarikan diri, siang-siang kami semua sudah jadi tawanan." Mendengar kata-kata Antawati, dada Rawayani serasa hendak meledak. Jelas sekali, mereka sedang membicarakan Gemak Ideran dan dirinya. Sudah beberapa waktu lamanya, ia ingin menghajar perempuan itu. "Makanya, kita pancing mereka seorang demi seorang." ujar Tiat Seng. "Kita bukankah sudah lama bekerja-sama" Ada rejeki, kita bagi bersama. Ada susahnya, kita pikul bersama. Pada saat ini, kekuatan kita sudah nyata. Sri Baginda tidak akan melupakan budi kalian. Semuanya akan kulaporkan." "Perempuan itu pasti mencari kudanya. Secara kebetulan, itik itu akan melintasi jalan ini." ujar Antawati. "Yang masih harus kita pertanyakan, kemana larinya Niken Anggana. Daripadanya, kita bisa mengharapkan pedang Sanggabhuwana sebagai alat tukar yang ampuh." "Alat tukar bagaimana?" Tiat Seng tidak mengerti. "Ah, itu urusan kami." sahut Antawati dengan cepat. "Pendek kata, bila kami bisa menguasai pedang pusaka itu, ayah akan dapat mewujudkan cita-cita Sri Baginda mendirikan suatu dinasti yang kuat." Tentu saja Tiat Seng tidak mengerti arah jalan pikiran Antawati. Sebaliknya, tidak demikianlah halnya Rawayani. Ia tahu pasti makna kata-katanya. Antawati pasti akan membawa http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pedang Sanggabhuwana kepada orang sakti yang akan menukar dengan Ilmu Batu Panas secara lengkap. Siapa orang sakti itu, Rawayani mengerti pula. "Baiklah." terdengar Tiat Seng memutuskan. "Kalau begitu, kita bersiap-siap untuk menjebak dua itik itu." Merasa sudah cukup, hati-hati Rawayani mengundurkan diri. Ia pulang ke pondoknya. Sepanjang jalan, ia mulai berpikir keras. Sebenarnya, siapakah yang dimaksud dengan istilah perempuan" Kalau bukan dirinya, siapa lagi" Bukankah dirinya pula yang kehilangan kuda" Dalam hal ini, dia sudah memperoleh kesimpulan dan keyakinan. Kini tinggal Gemak Ideran. Benarlah dia berada di sekitar lembah ini" Memang ia berharap, pada suatu hari Gemak Ideran akan mengambil Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kudanya. Tetapi tidak secepat ini. Apakah dia turun gunung bersama Niken Anggana" Nah, masalah Niken Anggana inilah yang masih merupakan teka-teki baginya. Agaknya, kawanan Antawati sangat berkepentingan dalam hal Niken Anggana daripada dirinya. Keesokan harinya, ia meninggalkan dusun pondokannya. Kepada tuan rumah dan sekalian penduduknya, ia berkata hendak melanjutkan perjalanan. Tetapi sebenarnya bersembunyi di sekitar sarang penyamun. Ia menemukan sebuah goa yang berada tidak jauh dari telaga. Kudanya-pun dibawa masuk ke dalam, sehingga tidak nampak oleh penglihatan. Setelah itu, hati-hati ia menghampiri jalan. Ia memilih sebuah ketinggian dan mendekam di atasnya. Beberapa orang berkelebat masuk ke dalam rimba Pinus. Lalu lenyap dan tiada meninggalkan bekas suara apapun. Suasana sekitar rimba itu sunyi senyap dan terlalu hening. Sekian lamanya Rawayani menunggu. Namun tiada sesuatu yang menarik perhatian. Tatkala matahari sudah sepenggalah http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tingginya, Gemak Ideran tidak muncul-muncul juga. Apakah dia tidak melalui jalan itu" Hampir saja, Rawayani meninggalkan tempatnya. Tiba-tiba ia mendengar suara kaki kuda. Tidak lama kemudian muncullah seorang pemuda dari balik tikungan jalan. Setelah diamati, ternyata benar-benar Geinak Ideran. Memang ia sedang menunggu tibanya pemuda itu. Tetapi setelah Gemak Ideran muncul, hatinya gelisah. "Antawati memuji ketangguhannya." pikir Rawayani di dalam hati. "Tentu Gemak Ideran dipaksa bertempur. Tetapi ia tidak kurang suatu apa. Kalau begitu, ia pandai mengatur diri." Rawayani tidak tahu, bahwa Gemak Ideran menderita kerugian seperti dirinya. Ia rebah dua hari dua malam di tengah hutan. Lalu bangun tertatih-tatih mengintjp dirinya tatkala adu kepandaian melawan Diah Windu Rini. Ia memerlukan waktu satu hari penuh untuk memulihkan kesegarannya. Setelah itu hendak menolong dirinya. Akan tatapi Rawayani sudah meninggalkan tempatnya. Setelah berpikir sebentar, teringatlah dia kepada kuda pemberian Rawayani. Ia yakin, Rawayani mungkin berada di Ngrambe untuk mengambil kudanya pula. Dan berangkatlah dia ke Ngrambe. Malam tiba, sewaktu ia tiba di dusun itu. dari tuturkata Partosimin, ia merasa perlu untuk menyusul. Syukur, Partosimin dapat menunjukkan ke mana arah perjalanan Rawayani. Tetapi di tengah jalan, terpaksa ia menginap. Pada saat itulah, ia kena intip Sriwenda dan teman-temannya. Dan sebelum matahari terbit, segera ia melanjutkan perjalanan. Kini tibalah ia di ujung rimba pohon pinus. "Gemak Ideran bakal menghadapi musuh tangguh, khasiat obatku pasti sudah sirna. Apakah dia bisa melawan kerubutan mereka?" Pikir Rawayani lagi. "Hari perjanjian kira-kira masih http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ satu bulan lagi. Kenapa menyusulku" Hm, tahulah aku. Anak Haria Giri belum diketemukan; Tentunya dia ingin minta keteranganku. Fuih...." Tiba-tiba terdengar jeritan seotang perempuan. Rawayani melongokkan kepalanya. Siapa" Gemak Ideran nampaknya terperanjat mendengar suara jeritan yang nyaring dan melengking. Ia berpaling ke arah datangnya jefitan. Tampaklah seorang laki-laki yang berwajah bengis lari dengan seorang gadis memasuki rimba pinus. Dengan tertawa terbahak-bahak; laki-laki itu membentak : "Di tengah rimba raya ini, kau mengharapkan pertolongan siapa ?" "Tolong! Tolong !"gadis itu mencoba memberontak. Gemak Ideran tersentak menyaksikan perlakuan laki-laki bengis itu. Terus saja ia lari mengejar. Kuda pemberian Rawayani bukan termasuk kuda jempolan. Akan tetapi cukup kuat berlari-larian mendaki lereng gunung. Sekarang Rawayani yang terkejut. Teringatlah pembicaraan antara Antawati dan Tiat Seng. Dengan sekilas pandang tahulah dia, itulah permainan sandiwara mereka untuk menjebak Gemak Ideran. Tidak memperdulikan keselamatan diri, terus saja ia muncul dari balik ketinggian dan menyusul Gemak Ideran sambil berseru nyaring : "Jangan kejar! Kau terjebak!" Tetapi Gemak Ideran tidak mendengar peringatan Rawayani. Dengan bernafsu ia mengejar laki-laki bengis tadi yang melarikan seorang gadis. Menyaksikan hal itu, dengan serentak Rawayani menghunus pedang pendeknya dan memburu. Tepat pada saat itu, ia mendengar suara bentrokan senjata. Ia lari terus sampai melihat Gemak Ideran bertempur http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ melawan kepungan beberapa orang bersenjata. Dan di antara mereka terdapat Tiat Seng dan Sriwenda. Gadis yang terculik tadi, memang akal mereka. Gadis itu mendadak saja sudah menghunus senjatanya dan berseru gembira kepada Sriwenda: "Paman ! Bagus atau tidak akalku ini?" Gemak Ideran mendongkol. Tetapi tak dapat lagi ia mundur. Maka dengan goloknya ia mengadakan perlawanan. Syukur Sriwenda pernah merasakan betapa hebat tenaga sakti pemuda itu. Karena itu, tidak berani ia terlalu mendesak. Tidak demikianlah halnya temantemannya. Seorang pria yang berperawakan pendek buntet menerjang dengan sembrononya. Tahu-tahu ia kena. gempur golok Gemak Ideran dan terpental dengan dahi mengucurkan darah. Rawayani menghentikan langkahnya. Ia tercengang menyaksi-kan keperkasaan Gemak Ideran. Apakah dia masih dapat menggunakan obatnya yang istimewa sehingga mampu menggempur lawan dengan sekali jadi" Sebenarnya, tidak demikian. Orang itu yang semberono. Dia mengandal kepada jumlah kawannya dan memandang rendah lawannya. Akibatnya, ia kena batunya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hm." terdengar Tiat Seng mendengus. Lalu merangsak dengan ilmu silat Thay-kek kun. Tetapi Gemak Ideran tidak takut. Ternyata ilmu goloknya terlalu hebat bagi Tiat Seng. Sama sekali ia tidak dapat berbuat banyak. Bahkan seorang pembantunya, roboh lagi. Kali ini terjengkang dengan berlumuran darah. "Tiat Seng, minggir!" teriak gadis yang terculik tadi. "Biar kuhantamnya dengan paku beracunku." Mendengar istilah racun, tersiraplah Rawayani. Lantas saja ia terbangun seperti harimau betina terganggu tidurnya. Maklum, ia seorang ahli racun. Dengan sekali melompat ia mengayunkan senjata jarumnya yang beracun pula. Maksudnya jelas. Hendak ia meruntuhkan semua paku beracunnya perampuan itu sambil memberi pelajaran. Tetapi sungguh aneh sifat senjata paku beracunnya perempuan itu. Begitu runtuh di tanah, tiba-tiba terlihatlah belasan jarum beracun menyambar seakan-akan terlepas dari pegasnya. Untuk melindungi diri, Rawayani terpaksa memutar pedang pendeknya. "Rawayani, awas!" seru Gemak Ideran. Suaranya setengah gembira setengah bersemangat. Lalu ia mengebaskan goloknya dan belasan jarum berbisa terpental bertebaran sehingga orang-orang yang mengepung meloncat mundur menjauhi. "Pencar !" seru Tiat Seng. Itulah aba-aba sandi memerintahkan mereka agar kabur berpencaran. Akan tetapi karena cadel, Tiat Seng memerlukan mengulangi beberapa kali. Gemak Ideran tidak menghiraukan-arah lari mereka. Yang diincar hanyalah si Tiat Seng. Sebab beradanya Tiat Seng di http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ antara mereka, menarik perhatiannya. Rawayani demikian pula. Dengan berseru pendek ia menganjurkan agar Gemak Ideran jangan membiarkan Tiat Seng lepas. " Tentu saja seruan itu membuat Tiat Seng gugup. Seperti orang kebakaran jenggot mencari air, ia melompat menyusup sejadijadinya di antara pohon-pohon Pinus yang padat.... "Mengapa engkau tidak mendengarkan peringatanku?" tegur Rawayani sambil berlari mengejar. "Kukira engkau yang terculik." sahut Gemak Ideran. "Kenapa engkau mengira diriku?" "Secara kebetulan aku melihat engkau menggunakan tenaga berlebih-lebihan." "Ah." Rawayani tercengang. Dan diluar kehendaknya sendiri ia menghentikan langkahnya. "Jadi engkau melihat semuanya?" Gemak Ideran sudah terlanjur membuka kartu. Maka dengan wajah menyeringai ia mengangguk. Katanya lagi: "Itulah sebabnya, mengapa aku ingin menyusulmu." "Sebab apa?" Rawayani menegas. Gemak Ideran menghentikan larinya pula. Sahutnya: "Banyak yang ingin kutanyakan. Misalnya, apa sebab engkau menggunakan tenaga sakti berlebih-lebihan, padahal kau tahu akan akibatnya." "Hm, tentang itu?" Rawayani mendengus. Ia mencari tempat duduk. Setelah duduk di atas batu, ia melanjutkan: "Bukankah aku membawa obat penyembuhnya?" Seperti biasanya, suaranya tinggi dan lantang. Akan tetapi, di dalam hatinya sesungguhnya ia terharu terhadap sikap http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pemuda itu. Ternyata Gemak Ideran memperhatikan dirinya sampai menyusul perjalanannya. Karena itu, kesannya bertambah baik. "Lalu apa lagi?" masih ia menguji. "Tentang kuda, umpamanya. Siapakah yang mencuri kudamu dan siapa pula yang mengganti kudamu" "Siapa yang mengganti kudaku, sudah dapat kutebak. Dialah ayundamu Diah Windu Rini. Tetapi siapa yang mencuri kudaku....... nah, ini harus kita buktikan dulu. Orang itu pasti mempunyai ilmu istimewa untuk menaklukkan si Guntur." ujar Rawayani. Lalu menyiratkan pandangannya merenungi lembah rimba yang berkabut. "Kita bisa masuk, akan tetapi tidak mudah untuk keluar. Mari kita periksa lembah rimba ini." Sebenarnya masih banyak yang ingin ditanyakan Gemak Ideran. Kecuali masalah hubungannya dengan Diah Windu Rini dan orang-orang Madura yang dihadangnya, juga ingin mendengarkan pendapatnya tentang beradanya orang asing di antara anak-anak Cing Cing Goling. Tetapi Rawayani sudah beranjak dari tempatnya. Dengan memaksa diri, ia mencoba menerobos semak-semak yang memadatkan rimba pinus. Ternyata luar biasa sulitnya. Bahkan lambat-laun, ia kehilangan arah. "Ideran, apakah engkau membawa bekal pengisi perut?" Gemak Ideran tertawa geli. Sahutnya : "Dari mana aku memperolehnya ?" "Wah, kalau begitu hari ini terpaksa kita berpuasa. Hawanya makin dingin pula." "Kita balik saja." "Kau bisa?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Gemak Ideran mencoba mencari ketinggian untuk memperoleh penglihatan... Namun kabut tebal menutupi seluruh penglihatan. Sekarang tahulah ia, dirinya sudah terkurung rapat. Kecuali oleh rimba pinus, keadaan lembah yang aneh dan ancaman mereka. Kalau mereka muncul, kebetulan malah. Tetapi bagaimana kalau mereka memasang jebakan-jebakan tertentu. Cepat atau lama, mereka akan dapat menangkap dirinya dan Rawayani dengan sekaligus. "Rawayani, kita hanya bisa mengadu untung." akhirnya ia berkata setengah putus asa. Akan tetapi karena diucapkan dengan gelisah, kesannya justru sebaliknya. "Sekarang mari kita tentukan arah. Setelah itu, kita mencari jalan turun, Hindarkan jalan tanjakan dan ketinggian macam apapun. Kukira sebelum matahari tenggelam kita sudah ke luar dari wilayah rimba ini." Rawayani bersikap diam. Ia hanya mengikuti Gemak Iderah. Pemuda itu ternyata memiliki semangat juang yang tinggi. Dengan membungkam mulut, ia mengikuti jalan berbatu yang Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menurun. Tentu saja tidak mudah. Kecuali sempit dan licin, seberang-menyeberang penuh belukar. Tiba-tiba ia mendengar suara gemericik air. Buru-buru ia menuju ke arah datangnya suara. Di bawah sana terlihat sungai alam berair jernih sekali. Arusnya bergerak lincah menyusup-nyusup di antara batu-batu yang mencongakkan diri. Ia sendiri berada di atas tebing, sehingga dapat melihat pemandangan sekitar arus sungai tersebut. Suasananya aman damai. Hawanya sejuk menyegarkan. Akan tetapi sunyi senyap seperti tak pernah dirambah orang. Dan di jauh sana tergelar sawah yang hijau kekuning-kuningan. Itulah tanah subur yang menggiurkan para petani dari manapun datangnya. Kalau begitu, di balik gundukan bukit-bukit, pastilah terdapat perkampungan yang makmur. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Gemak Ideran tidak tahu, di mana dia kini berada. Selagi hendak menanyakan pendapat Rawayani, terdengar suara kesibukan di jauh sana. Dari sebelah kanan muncul suatu laskar bersenjata yang sedang mengejar gerombolan laskar yang lari cerai berai. Gerombolan laskar yang cerai berai itu mengingatkan Gemak Ideran kepada kawanan penyamun yang bersarang di dalam rimba pohon pinus. Mereka bersembunyi, kemudian bertahan dari balik batu-batu pegunungan yang kokoh. Maka terhentilah laskar yang mengejar mereka. Letupan-letupan senapan mulai terdengar. "Rawayani! Itulah laskar Madura!" seru Gemak Ideran yang memperhatikan serangan laskar yang mengajar gerombolan yang cerai-berai. "Mengapa laskar Madura bisa datang kemari" Apakah laskar madura ikut mengambil bagian melawan laskar Sunan Gerundi?" Meskipun bukan orang Madura asli, namun dalam darah dagingnya ia merasa orang Madura. Hal itu disebabkan, ia dibesarkan di pulau Madura dan berguru pula di pulau itu. Pelindungnya adalah Adipati Cakraningrat. Karena itu, darahnya bergolak begitu melihat laskar Madura ikut menyerbu sampai ke dataran Gunung Lawu. Jiwanya merasa terpanggil. (Oo-dwkz-mch-oO) http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 17. KYAHI LAJUGUNA HEBAT PERTEMPURAN itu. Sekarang laskar Madura roboh seorang demi seorang oleh hujan panah yang dilepaskan dari balik batu-batu. Sebaliknya, laskar Madura tidak dapat berbuat banyak. Mereka mencoba membalas melepaskan panahnya, akan tetapi selalu terpental balik. Batu-batu gunung benarbenar merupakan perisai yang ampuh dan tepat. Menyaksikan hal itu, Gemak Ideran tak dapat menahan diri lagi. Selagi hendak bergerak dari tempatnya, Rawayani menegurnya: "Mau ke mana?" "Lihat!" "Kau bisa apa?" Rawayani memotong cepat. "Kau bisa apa bagimana?" Gemak Ideran tersinggung. "Dengan berbagai kepandaianmu sekarang, kau tidak dapat berbuat banyak. Hayo, apa yang akan kau lakukan?" Ditanya demikian, Gemak Ideran tergugu. Namun ia tak mau kalah. Jawabnya sebisa-bisa, "Lihatlah! Mereka bersembunyi di balik batu-batu. Kalau ada yang menyerang dari belakang, benteng pertahanannya akan kacau." "Betul. Tapi mereka berjumlah banyak. Selain itu, medannya susah didekati. Lainlah halnya, manakala engkau memiliki kepandaian yang tinggi. Mungkin dari sini, kau bisa merobohkan mereka seorang demi seorang hanya dengan cukup menyentilkan sebuah batu." Kembali lagi Gemak Ideran tergugu. Teringatlah dia, sewaktu dirinya menelan pel istimewa pemberian Rawayani. Ia merasa menjadi sakti dan bertenaga luar biasa kuatnya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rasanya bukan mustahil, ia dapat menyentilkan sebuah batu melebih tajamnya peluru senapan. Teringat hal itu, ia mencoba : "Rawayani, apakah engkau akan memberikan obat istimewamu padaku?" "Tidak. Seumpama aku mau, kau tidak boleh minum lagi dalam jangka waktu yang pendek. Paling tidak, engkau memerlukan waktu satu bulan penuh untuk menghimpun tenaga murnimu lagi. Kalau tidak, kau akan menerima akibatnya." "Apa?" Gemak Ideran terperanjat. Iapun pernah merasakan hal itu. Dirinya terkapar entah berapa lama tanpa daya. "Tetapi mengapa aku bisa bertempur seperti sedia-kala?" "Kau maksudkan sewaktu tadi kau melabrak kawanan berandal?" "Ya." "Tetapi dalam waktu yang lama, kau akan roboh sendiri, Bila sampai demikian, di dalam dunia ini tiada obatnya lagi. Mengeridik bulu kuduk Gemak Ideran mendengarkan keterangan Rawayani. Ia mau percaya, gadis itu berbicara dengan sebenarnya. Tetapi apapun akibatnya, ia tidak dapat membiarkan laskar Madura dirobohkan dengan cara demikian. "Rawayani! Lebih baik berbuat daripada diam saja. Aku akan menyerang mereka dari belakang. "Hm," dengus Rawayani. "Boleh coba! Kau akan melalui jalan mana" Aku sendiri sih ..... biarlah menjadi penonton. Menonton seorang pahlawan kesiangan." "Kau maksudkan diriku seorang pahlawan kesiangan?" Gemak Ideran sakit hati. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rawayani tidak menyahut. Justru demikian, hatinya merasa tambah sakit. Karena sakit hati, ia jadi nekat. Terus saja ia bergerak hendak melompati tebing. Tepat pada saat itu, Rawayani berseru lantang: "Kau seorang satria atau bukan?" Gemak Ideran merandek. Menoleh sambil menyahut: "Memangnya kenapa?" "Kalau kau seorang satria, kularang engkau pergi." Gemak Ideran tercengang. Sahutnya tak mengerti: "Apa hubungannya dengan seorang satria?" "Hm," Rawayani mendengus. "Kau hutang janji berapa kali" Seorang satria akan memegang ucapannya." Diingatkan akan hal itu, hati Gemak Ideran lemas. Katanya dengan wajah muram : "Jadi ...... kau suruh aku berkhianat terhadap laskarku?" "Bukan begitu. Untuk sementara laskar Madura akan tertahan. Tetapi tidak untuk seterusnya. Kalau kau bisa berpikir harus menyerang lawan dari belakang, masakan di antara mereka tidak ada yang mempunyai pikiran demikian?" "Tak terasa Gemak Ideran mengangguk membenarkan. " Meskipun demikian, ada sesuatu yang dirasakan mengganjal hatinya. Apa itu, ia sendiri tidak dapat menjawab. Selagi demikian, tiba-tiba ia mendengar suara gemeresak seperti seseorang menyentuh semak. Dasar hatinya lagi mendongkol, terus saja ia memungut batu dan menyentilnya. Wiing! Benarbenar semak yang dibidiknya bergerak-gerak muncullah sesosok bayangan yang segera menghilang dibalik lindungan semak. Sewaktu Gemak Ideran hendak mengulangi lagi, Rawayani berseru: http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tahan !" "Mengapa?" "Lebih baik kita tangkap hidup-hidup." Gemak Ideran menyetujui saran Rawayani. Ia merasa pasti, orang tadi pasti salah seorang kawanan penyamun. Sekiranya bukan, tentunya ada hubungannya dengan laskar yang bertempur. Memperoleh pikiran demikian, segera ia memburu dengan cepat. Rawayani tidak mau ketinggalan. Ia memilih jalan memotong. Dan kena hadang Rawayani, orang itu berbelok arah. Akan tetapi disana ada Gemak Ideran. "Ha..... kiranya kau!" Gemak Ideran heran. Sebab orang itu tiada lain adalah si Tameng yang dahulu mengaku seorang pedagang keliling. Ia bertemu dengan Tameng di tepi sungai Brantas sebelah kota Ngawi. Mengapa ia ini berada di sini" Memang kehadirannya, semenjak dulu menarik perhatian Gemak Ideran. Kata-katanya terlalu pandai. Mengerti keadaan politik dan dapat menerangkan sesuatu yang masih gelap menjadi jelas. Sekarang berada di tengah rimba sarang penyamun. Sebenarnya siapakah dia" Ia lebih heran lagi, sewaktu mendengar suara Rawayani menegur dengan ramah. "Paman ! Apakah paman bermaksud menyampaikan sesuatu kepadaku?" Menilik ucapan Rawayani, agaknya gadis itu sudah terlalu mengenal Tameng. "Abangku, mari kita mencari tempat duduk yang enak" sahut Tameng memanggil Rawayani dengan anakku. Pelahan-lahan Gemak Ideran menghampirinya. Pada waktu itu, Rawayani berkata: http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Gemak Ideran, mari ku perkenalkan. Dialah yang mengasuh diriku semenjak kanak-kanak." "Ah." Gemak Ideran tercengang. Tiba-tiba ia seperti memperoleh suatu penerangan. Berbagai bayangan berkelebatan di dalam benaknya. Kelebatnya bayangan yang menakutkan. Rupa Tameng sengaja dipasang di tepi sungai Brantas untuk menghadang dirinya. Ia bersikap baik dan memberi petunjuk-petunjuk yang berharga. Kecuali situasi Ibu Kerajaan, juga tentang kegiatan Cing Cing Goling. Tanpa petunjuknya, dirinya tidak mungkin sampai ke perkampungan Cing Cing Goling. Tetapi semuanya itu terjadi atas perintah Rawayani. Siapa lagi kalau bukan dia" Bila demikian halnya, maka dirinya sudah diincar Rawayani semenjak lama. Untuk apa" Pastilah Rawayani mempunyai rencana yang sangat jauh. Ih! Tiba-tiba ia merasa sedang dilibat rencana iblis yang licin luar biasa. Pada detik itu pula, rasa takutnya terhadap Rawayani kambuh lagi. Namun betapapun juga, Gemak Ideran adalah seorang pemuda yang berjiwa satria. Ingin ia memperoleh kejelasan sampai tuntas. Segera ia menghampiri Rawayani. Tetapi belum lagi ia sempat membuka mulutnya, terdengar suara Rawayani minta keterangan kepada Tameng: "Paman! Apakah paman yang membawa Guntur?" "Ya," sahut Tameng dengan suara tak berdosa. "Ah pantas, Guntur jadi penurut. Tetapi kenapa paman membawa beberapa orang?" "Bukankah orang-orang kita sendiri?" Tameng heran. "Orang-orang kita bagaimana?" Rawayani tidak mengerti. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tameng tidak segera menjawab. Setelah menimbangnimbang sejenak, ia berkata: "Kakakku Jayadiguna dulu adalah pengikut Pangeran Blitar. Setelah Ratu Sumarsana dan Pangeran Mangkunegara dibawa kembali ke Kartasura, dia melanjutkan perjuangannya melawan pemerintahan yang tidak adil. Disinilah dia mendirikan markasnya. Sayang, pada hari tuanya dia kena bujuk Cing Cing Goling. Cing Cing Goling berkata, dirinya pun ingin menumbangkan pemerintahan boneka Belanda. Yang dimaksudkan tentunya Paku Buwana II. Kakakku kena dilagui dan dia membiarkan anak buah Cing Cing Goling bermarkas di sini. Dengan menyamar sebagai anak-buahnya yang berjumlah kira-kira duaratus orang, aku mencoba mengingatkan Cing Cing Goling. Untuk meyakinkannya, terus terang saja aku memerlukan bantuan nona. itulah sebabnya, sengaja aku membawa Guntur kemari. Akan tetapi....." sampai disini Tameng menghela nafas panjang. "Cing Cing Goling bertindak lebih jauh. Dia kini bekerja sama dengan laskar Sunan Garendi. Seorang komandan laskar Sunan Garendi bernama In Tiong, membawa empat ratus laskarnya. Di antaranya terdapat Tiat Seng dan perwira-perwira istana yang berkhianat. In Tiong hanyalah seorang jenderal. Tugasnya hanyalah mengamankan wilayah. Akan tetapi ada seorang pendekar yang berkepandaian tinggi dan berbahaya. Dialah adik Haria Giri. Namanya, Kyahi Lajuguna, Kalau dia sampai bisa bekerja sama dengan Cing Cing Goling, sungguh berbahaya. Perjalanan kita untuk menuntut dendam, tidak akan berhasil. Sebab dengan pertolongan Kyahi Lajuguna, dia bisa mencapai ilmu Batu Panas sampai tingkat sembilan, di dunia ini, siapakah yang dapat menumbangkan kesaktiannya?" "Apakah kepandaian Lajuguna berada di atas Haria Giri?" Rawayani menegas. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Bukan begitu. Akan tetapi sebenarnya dia termasuk kaum lurus. Cing Cing Goling sangat membutuhkan aliran himpunan tenaga sakti kaum lurus. Kalau tidak demikian, dia bakal tersesat, (baca : magis) Selamanya, kaum sesat ingin mengalahkan yang lain. Ingin berkuasa seorang diri, Hal itu disebabkan kadar himpunan tenaga saktinya yang tersesat." "Hm." Rawayani berpikir keras. "Dia adik seperguruan Haria Giri. Mengapa sudi bekerjasama dengan Cing Cing Goling" Apakah karena ingin menumbangkan perguruan kaum Sondong Landeyan?" "Kukira begitu. Agaknya, ilmu perguruan Haria Giri tidak akan pernah tenteram hidupnya, manakala perguruan aliran Sondong landeyan masih berdiri di atas bumi. Pendek kata, baginya di dunia ini tidak boleh ada dua mata hari. Kaumnya Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo atau golongan Sondong Landeyan yang hidup." "Baiklah. Apakah paman bisa mengantarkan kami berdua melabrak mereka". "Tentu saja. Hanya saja, kita harus berhati-hati. Lembah ini aneh sifat dan keletakannya. Di balik lembah ini, nona akan melihat sebuah lapangan luas mirip sebuah halaman. Di situlah markas mereka berada." Selama itu, Gemak Ideran bersikap mendengarkan. Teringatlah dia, Rawayani anak keturunan Bupati Bondowoso sampai Kediri. Sekarang ada seseorang yang bernama Jayadiguna memberontak melawan raja. Dan orang itu ada sangkut-pautnya dengan kedudukan Rawayani. Hal itu bukan mustahil. Hanya munculnya nama Kyahi Lajuguna itulah yang mengherankan. Benarkah dia bertujuan untuk memusnahkan kaum Sondong Landeyan" Menilik tutur-kata Tameng, Kyahi http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Lajuguha seorang sakti yang disegani Cing Cing Goling. Padahal adik seperguruan dan murid-murid Sondong Landeyan tidak begitu hebat. Mereka tidak berdaya menghadapi Blandaran, salah seorang adik-seperguruan Cing Cing Goling. Apakah Kyahi Lajuguna segan terhadap Pitrang, putera pendekar Sondong Landeyan yang kabarnya memiliki pedang mustika Sanggabhuwana" Selagi ia berpikir demikian, terdengar suara Rawayani berkata kepadanya: "Gemak Ideran, kau ingin melabrak orang-orang itu" Nah, inilah saatnya. Sekarang aku tidak hanya mengizinkan, tetapi ikut serta pula." Gemak Ideran tercengang. Menegas: "Kenapa?" "Karena orang-orang itu, musuhku pula." "Tetapi mengapa aku tidak kau ijinkan membantu kaumku?" Rawayani tersenyum. Menjawab. "Aku tidak merendahkan kepandaianmu. Tetapi pada saat ini, engkau belum dapat berhadap-hadapan dengan mereka secara terang-terangan. Kecuali kalau kau kelak sudah mempunyai kepandaian sempurna." ia berhenti mengesankan. "Tunggu satu bulan lagi, setelah engkau menemani aku. Aku tidak perlu membawa-bawa pedang Sanggabhuwana sebagai isyaratnya. Bukankah aku....." "Apakah Kyahi Lajuguna menginginkan pedang itu pula?" Gemak Ideran memotong. "Apalagi kalau bukan perkara pedang" Pedang mustika itu kini berada di tangan Pitrang. Maka pemuda itulah yang menjadi incarannya." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Mengapa tidak langsung saja merampasnya?". "Mungkin ia pernah menumbuk batu. Karena itu tidak perlu kita takut kepadanya." Tak terasa Gemak Ideran mengangguk. Di dalam hati ia kagum. Gadis itu bisa dengan cepat megambil kesimpulan. "Kau ingin membawa aku untuk menyertaimu. Mengapa?" "Ih! Kenapa kau jadi resek"." damprat Rawayani. "Bukankah aku pernah menjelaskan maksudku" Meskipun tanpa membawa pedang Sanggabhuwana, dapat aku menerima petunjuk-petunjuknya untuk melawan kesaktian ilmu Batu Panas. Tetapi karena begitu luasnya, aku memerlukan seorang teman yang dapat kupercayai dan saling mengandal." Memang Gemak Ideran pernah menerima penjelasan itu. Namun mendengar istilah saling mengandal, tak urung bulu kuduknya masih saja meremang. Entah apa sebabnya, ia merasa takut terhadap gadis itu. Padahal Rawayani seorang gadis yang cantik luar biasa. Otaknya cerdas, tindakannya tegas. Tetapi cara berpikirnya ganas. Sedikit-sedikit ia main bunuh. Tangannya gapah dan gemar menggunakan racun. Inilah yang tidak disenangi Gemak Ideran. "Rawayani, kau mengijinkan aku menolong laskar Madura, bukan?" ia berkata. "Ya. Mengapa?" "Justru demikian, aku tidak ikut pergi. Biarlah aku berada di sini." Sekatang Rawayani yang ganti tercengang. Ia tidak mengerti cara berpikir pemuda itu. Sahutnya menegas: "Sebenarnya apa maksudmu?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tidak mempunyai maksud apapun. Pendek kata, selama engkau dan Tameng masih berahasia kepadaku, aku tetap orang luar." Gemak Ideran memutuskan. Rawayani terheran-heran. Setelah menatap wajah Gemak Ideran, ia tertawa pelahan. Berkata: "Tentang hal apa yang masih kurahasiakan kepadamu?" "Aku bertemu Tameng di atas perahu. Dia berlagak seperti seorang tolol. Mengaku pedagang keliling pula. Akan tetapi mengetahui segala hal." "Apakah salah?" bantah Rawayani. "Apakah ada undangundang negeri yang melarang orang ganti nama dan ganti pekerjaan" Kau sendiri apa jawabanmu kalau ditanya orang tentang pekerjaanmu?" Dibantah demikian, mendadak saja Gemak Ideran tergugu. Tak pandai ia menjawab. Di dalam hatinya, memang ia tidak dapat memberi keterangan bila ditanya orang apa pekerjaannya" Dan apa perlu keluyuran sampai ke Jawa Tengah . Memang belum pernah ia berbohong terhadap siapapun, apabila dipertanyakan siapa dirinya. Ia selalu menyebutkan nama dan asalnya. Hanya saja, barangkali ia keberatan manakala disuruh menerangkan apa perlunya berangkat ke Kartasura. Diah Windu Rini sendiri merahasiakan maksud perjalanannya. Bahkan Niken Anggana pula. Meskipun jujur dan berhati polos, belum pernah ia mendengar gadis itu menyebut-nyebut nama ayahnya di hadapan orang banyak. Kecuali setelah berhadapan langsung dengan orang-orang yang sudah mengenal siapa dirinya. Selagi ia berenungrenung, Tameng berkata: "Raden, maafkan daku. Semuanya kulakukan demi kebaikan anda. Apakah anda menginginkan keteranganku?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sudahlah, sudahlah .... tidak perlu." Gemak Ideran mengalah. Sebab, meskipun tidak diterangkan, ia sudah dapat menduga sembilan bagian. Tameng mestinya bawahan keluarga Rawayani yang ikut serta meratakan jalan demi menuntut dendam majikannya terhadap Cing Cing Goling. Tentunya dia tahu pula rencana Rawayani yang akan berangkat menghadap seorang sakti yang diinginkan. Karena ilmu sakti itu demikian luasnya, Rawayani memerlukan seseorang yang bisa diandalkan. Kebetulan, dialah yang dipilihnya. Menurut Rawayani dulu, karena dia putera seorang Adipati yang gugur oleh Kompeni. Tentunya semangat menuntut dendam, besarnya sama dengan dirinya "Tidak, tidak!" ujar Rawayani setengah berseru. "Hari perjanjian makin dekat. Aku mengharapkan semuanya jadi jelas untukmu. Biarlah aku yang meluruskan." "Terima kasih, Rawayani. Kurasa tidak perlu lagi. A ku sudah mengerti jelas. Lebih baik, mari kita pusatkan perhatian kita untuk melabrak orang-orang yang ingin menggunakan kesempatan dalam kesempitan." "Bagus!" Rawayani setengah bersorak. "Kau tidak merasa lagi sebagai budakku, bukan" Gemak ideran tersenyum lebar. Ia menatap wajah Rawayani. Gadis itupun balik menatap wajahnya dengan rasa puas. Selagi demikian Tameng berkata: "Yang bertempur melawan laskar Madura, anak-buah In Tiong. Mereka sengaja memancing laskar Madura masuk ke dalam perangkapnya. Celakalah laskar Madura, manakala tidak cepat-cepat mendapat bantuan." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Mereka berjumlah empat ratus ditambah anak-buah CingCing Goling. Bantuan dari mana yang kau harapkan?" tanya Gemak Ideran. "Di dalam markas masih terdapat pejuang-pejuang lurus. Mereka akan siap membantu, asal yakin mereka akan menang." "Caranya?" "Aku akan mengangkat tangan manakala bersua dengan kaki-tangan Cing Cing Goling atau laskar In Tiong. Selanjutnya, bagaimana cara membereskan terserah anda." Gemak Ideran nampak perihatin. Tameng memang mencanangkan semangat tempur yang tinggi. Tetapi jumlah musuh begitu banyak. Sedangkan dia hanya tiga orang. Kalau saja laskar Jayadiguna langsung membantunya, ada harapan. Bukankah mereka berjumlah dua ratus orang" "Kau takut" A ku tidak takut." ujar Rawayani "Jumlah orang belum menentukan kalah dan menang. Lihat saja nanti." Gemak Ideran tercengang. Ia melirik kepada Tameng. Tameng pun bersenyum cerah. Dan melihat kesan wajah Tameng yang cerah, suatu ingatan berkelebat dalam benaknya. Apakah Rawayani akan menggunakan racun" Kalau dia menggunakan asap beracun seperti yang pernah dilakukan di perkampungan Cing Cing Goling, memang bisa menolong. Akan tetapi cara demikian, dinilainya kurang tepat. Untuk sampai pada dataran medan pertempuran, ternyata harus melalui jalan yang melingkar. Lalu dengan tiba-tiba menurun semacam menyusur jalan setapak bertebing tinggi. Sewaktu tiba dijalan buntu, Tameng memasuki sebuah http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terusan. Dan mulai di sini. Tameng memberi isyarat agar siap tempur. "Di luar terusan nona akan segera memasuki daerah pertempuran tadi. Aku berdoa, semoga nona berhasil mencerai-beraikan sarang persembunyian mereka. Setelah nona pecahkan, silahkan balik mengarah ke barat. Di sana terdapat dataran rimba semak semacam perkampungan. Di balik batu-batu yang mencongak, terdapat semacam perkampungan yang dilindungi lebat dedaunan. Nah, di situlah terletak markas mereka. Ingat, aku akan selalu mengangkat tanganku bila bertemu dengan lawan. Mereka tentunya mengira gerakan salam persahabatan. Silahkan, nona mengambil tindakan secepat mungkin. Jangan beri mereka kesempatan bergerak atau bersuara." Rawayani mengangguk. Ia tidak perlu nasehat lebih jauh lagi. Setelah Tameng menghilang di balik tebing gunung di balik terusan, ia berkata kepada Gemak Ideran : "Lebih baik kita memencar. Jumlah mereka besar. Akan tetapi jangan takut! Tameng tahu tugasnya. Dia pasti akan membakar markasnya untuk membuat mereka kacau dan bingung. Pada saat itu, laskar paman Jayadiguna sudah dapat dibujuknya. Mereka tentunya mengira, jumlah kita banyak pula." Diam-diam Gemak Ideran mengagumi cara bekerja Rawayani. Mendengar kata-katanya, semenjak dahulu Rawayani bekerja bukan seorang diri. Ia dibantu oleh pengikutnya. Pada saat ini baru Tameng seorang yang muncul. Bukan mustahil jumlahnya banyak, termasuk Jayadiguna. Mungkin lebih banyak lagi. Mereka bekerja dengan diam-diam. Maka pantaslah Rawayani tidak takut menghadapi Cing Cing Goling yang mempunyai jumlah murid http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ hampir sekampung. Dan memperoleh kesimpulan demikian, hati Gemak Ideran mantab. Jayadiguna tentu akan membantu dari dalam. Dengan begitu, Rawayani tidak perlu merobohkan lawan dengan racun yang dianggapnya tadi kurang tepat. "Jangan-jangan ayah gadis ini masih hidup. Kabarnya dia seorang bupati" pikirnya di dalam hati. "Kalau benar begitu, bukankah gadis ini mirip seorang panglima perang yang memimpin ratusan laskar yang bergerak bagaikan bayangan hantu" Dia hebat!" Sementara itu, ia membiarkan Rawayani berlari-larian mengambil jalan ke samping. Ia sendiri memutuskan hendak menyerang gerombolan In Tiong dari belakang. Dengan cepat ia menghampiri sebuah ketinggian dan mengintip dari balik batu. Ia melihat gerakan Rawayani yang cepat bagaikan bayangan. Pada ketinggian pertama, dapat ia melewati tiga orang penjaga yang bersembunyi di balik belukar. Tetapi pada ketinggian kedua, ia kepergok. Tiga orang memanahnya dengan berbareng. Ia membalas dengan jarum beracunnya yang berbahaya. Dan ketiga orang itu mati terjengkang tidak sempat memekik. Karena terhalang, Rawayani bergerak dengan hati-hati. Tiba-tiba seorang muncul dengan berjalan mundur. Pandang matanya mengarah ke medan pertempuran. Inilah makanan empuk. Sebat luar biasa, Rawayani menimpuknya. Dan orang itu mati tengkurap menggabruk batu. Cepat ia menghampiri dan menanggalkan baju serta tanda pengenalnya. Setelah dikenakan, ia melanjutkan tujuannya. Menyaksikan hal itu, terbangunlah semangat tempur Gemak Ideran. Masakan dirinya tinggal menjadi penonton saja" Terus saja ia lari ke depan mendekati medan. Pada tikungan pertama ia mendengar suara orang menegor : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kusen! Mengapa di sini" Ambillah tempat di sebelah kanan! Pendek kata jangan biarkan kambing-kambing Madura hidup." Panas hati Gemak Ideran mendengar orang itu menyebut orang Madura sebagai kambing. Terus saja ia melompat dari balik dinding aling dan melontarkan pukulan telak. Kedua orang itu roboh terjungkal. Gemak Ideran meniru Rawayani. Ia Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menanggalkan pakaian mereka. Lalu mengenakannya yang cocok dengan ukuran badannya. Setelah itu, ia maju lagi pada ketinggian berikutnya. Untuk yang pertama kali itu, ia menghantam musuhnya dengan telak dan bernafsu. Entah mati entah tidak, tetapi mereka berdua tidak berkutik lagi. Darah segar mengalir ke luar mulutnya. Mungkin sekali, biasanya laskar tentara tidak mempunyai kepandaian ilmu sakti. Bukan mustahil dia mati kena hantaman telak seorang pendekar berkepandaian tinggi seperti Gemak Ideran. Tetapi bagi Gemak Ideran sendiri, peristiwa itu mempunyai kesannya sendiri. Cap ! Tiba-itiba sebatang panah menancap pada batu di sampingnya. Ia terperanjat. Pastilah yang melepaskan anak panah seseorang yang bertenaga besar. Seketika itu, rasa ragunya sirna. Teringatlah ucapan gurunya, "di dalam medan perang hanya ada dua pilihan: Membunuh atau dibunuh. Sebab medan perang bukan sebuah surau tempat berkhotbah." Seketika itu juga, terbangunlah semangat tempurnya. Dengan cekatan ia mencabut anak panah itu dan dilontarkan balik. Terdengar kemudian jeritan kesakitan. Seorang laskar roboh melintang jalan setapak. Dia seorang bumi-putera yang mengenakan pakaian seragam. "Hm .... para perajuritnya ternyata terdiri dari kaum kita." pikir Gemak Ideran. "Barangkali hanya In Tiong dan beberapa http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pembantunya terdekat saja, yang bukan orang-orang kaum kita." Gemak Ideran maju terus. Medan di depan matanya nampak buram dan suram tertutup kabut tebal. Suasana alam itu menolong dirinya. Apalagi ia mengenakan samaran. Gerakannya leluasa. Siapapun tidak mengira, bahwa seorang lawan berada di belakang punggung mereka. Rawayani sendiri, sementara itu sudah merobohkan belasan laskar In Tiong. Mereka jadi berkurang jumlahnya tanpa sepengetahuan komandannya. Tetapi betapapun juga jumlah mereka terlalu banyak. Tidak mungkin mereka berdua membinasakannya. Kecuali apabila terjadi suatu keajaiban. Umpamanya laskar Jayadiguna tibatiba ikut menerjang dari belakang. Mungkinkah itu" Gemak Ideran tahu, hal itu mustahil bisa terjadi begitu cepat. Jayadiguna dan sekalian laskarnya menurut Tameng, sudah berada di bawah pengaruh Cing Cing Goling. Selain itu masih ada laskar In Tiong yang berjumlah besar. Mustahil Jayadiguna berani melabrak mereka. Kalau sampai kalah, mereka akan bersarang di mana lagi" Maka satu-satunya jalan hanya mengisiki orang-orang Madura agar mengundurkan diri secepat-cepatnya sebelum terjebak akal musuh. Memperoleh pikiran demikian, Gemak Ideran maju lagi. Tekadnya hendak memasuki medan, senyampang alam sekitar lembah itu tertutup kabut tebal. Bukankah tujuannya memasuki sarang itu semata-mata untuk menolong laskar Madura " Hebat cara bekerjanya pemuda itu. Karena sudah memperoleh pegangan, kini ia menerjang musuh tanpa raguragu. Tidak hanya menggunakan keampuhan pukulannya saja, tetapi kini bersenjata golok. Hanya dalam beberapa saat saja, ia sudah melukai belasan laskar Garendi. Dari arah samping terdengar pula teriakan-teriakan pilu. Itulah akibat bola asap http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ racun Rawayani yang menghajar siapapun yang menghalangi. Sifat senjata beracun Rawayani aneh dan ganas. Sebelum korbannya mati kejang, ia menderita kesakitan luar biasa. Dan mendengar teriakan mereka yang terkena bola asap beracun itu, rekan-rekannya kaget dan ketakutan. "Hai! Apa yang terjadi?" terdengar teriakan mereka sambung menyambung. Rawayani benar-benar ganas. Sama sekali ia tidak memberi kesempatan mereka untuk berpikir. Pada detik berikutnya, kembali lagi ia melemparkan bola-bola beracunnya yang memakan korban tidak terhitung. Bola beracun Rawayani mengeluarkan asap setiap kali meledak. Sedangkan udara di atas lembah itu, tertutup kabut. Keruan saja, udara kian gelap. Dalam kegelapan itu, belasan jarum beracun melesat ke seluruh penjuru mencari korbannya. Tetapi yang jauh lebih berbahaya adalah asap beracun itu sendiri yang kini beraduk dengan kabut. Barangsiapa menghirup nafas, beberapa waktu kemudian mati berkelejotan. Gemak Ideran pun tidak tinggal diam. Ia berdiri tegak di atas ketinggian dan berseru dalam bahasa Madura : "Teman-teman setanah air! Serbu dan cepat mundur !" Setelah berseru demikian ia cepat-cepat berlindung di balik batu untuk mengelakkan sambaran senjata lawan. Bukan mustahil di antara mereka terdapat senapan-senapan bubuk yang sangat berbahaya. Syukur, laskar Garendi rupanya tidak memiliki senapan. Mereka menggunakan senjata-senjata tradisi. Paling-paling anak panah yang berterbangan bagaikan burung menyambar sasarannya. Mula-mula pimpinan laskar Madura ragu-ragu mendengar seruan Gemak Ideran. Teman atau akal lawan" Meskipun http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ demikian, saran itu sendiri menarik perhatiannya. Sebab ia melihat suatu kekacauan yang terjadi dalam barisan lawan. Tiba-tiba ia melihat suatu kesibukan lagi. Api menyala terang di belakang kubu-kubu lawan. Kemudian terdengar teriakanteriakan nyaring. Laskar lawan yang bersembunyi di belakang batu-batu pegunungan, mencongakkan diri. Di antara mereka ada yang roboh terguling dengan mendadak. "Mundur!" terdengar aba-aba lantang. Laskar Garendi bergerak mundur. Mereka berlompatan ke luar dari kubu-kubunya. Tetapi rupanya jalan mundur ada yang menghadang. Karena itu, mereka bergerak ke arah barat. Lagi-lagi belasan orang roboh terguling. Dan menyaksikan hal itu, pemimpin laskar Madura tidak ragu-ragu lagi. Tentunya telah terjadi sesuatu yang menguntungkan pihaknya. Terus saja ia berteriak sambil mengacungkan pedangnya : "Serbuuuu...........!" Sebenarnya apa yang sudah terjadi" Itulah perbuatan Tameng dan Rawayani. Seperti diketahui, tatkala Rawayani dan Gemak Ideran bergerak mendekati kubu-kubu pertahanan laskar Garendi, Tameng mengambil jalan samping mencari teman-temannya yang bekerja sebagai anak buah Jayadiguna. Tameng tahu, tidak mungkin ia dapat membujuk kakaknya agar berbalik melawan kaki-tangan Cing Cing Goling dan Kyahi Lajuguna. Karena itu ia hanya membawa enam belas orang kepercayaannya. Mereka diperintahkan membawa jeramijerami kering alas tidurnya dan panah apis Dengan membawa enambelas orang itu. Tameng menyusul Rawayani. Melihat Rawayani sudah bekerja membinasakan musuh, segera ia memerintahkan teman-temannya menebarkan jerami-jerami kering. Lalu dibakarnya. Setelah api menyala di mana-mana, http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ enam orang diperintahkan melepaskan panah-panah api menembaki musuh. Lainnya bertugas membuat keributan dengan berteriak-teriak kalap sambil memukul gembreng yang berisik. Dan pada saat itu, Rawayani makin merajalela. Melihat laskar Garendi mulai kacau, ia tinggal menyebarkan bola mautnya yang merenggut belasan musuh dengan mudah. Laskar In Tiong benar-benar kacau-balau. Apalagi pada saat itu laskar Madura mulai menyerbu. Tidak dapat lagi komandan-komandannya menguasai anak-buahnya. Mulamula mereka ingin balik ke markas, akan tetapi kena hadang teman-teman Tameng yang kurang jelas berapa jumlahnya. Mereka kenal, panah api itu adalah milik kawanan Jayadiguna. Apakah mereka berontak" In Tiong tahu, Jayadiguna sudah semenjak lama dipaksa menyerahkan markasnya. Tentunya dia mencari kesempatan untuk merampas markasnya kembali. Itulah dugaan In Tiong. Karena itu, ia memerintahkan laskarnya lari ke arah barat menuju Kartasura. Akan tetapi di luar dugaan Rawayani menghujani mereka dengan bola mautnya. Memang, bola maut Rawayani tidak dapat membinasakan seluruh laskarnya. Meskipun demikian, laskarnya rusak. Dalam keadaan kacau balau itu, laskarnya menjadi sasaran senjata-senjata laskar Madura, kawanan Jayadiguna yang berontak dan bola beracun entah milik siapa. Tetapi bagaimanapun juga, In Tiong adalah seorang pemimpin laskar yang berpengalaman. Dua tahun lamanya, ia bertempur melawan Kompeni Belanda di Jakarta. Dia-pun mempunyai pengalaman cara melarikan diri dari pengejaran musuh. Mulai dari Jakarta, menyusur pantai sampai ke Cirebon. Dari Cirebon sampai ke Pekalongan dan bertempur sepanjang jalan. Dan dari Pekalongan ke Kartasura. Karena itu, menghadapi serangan laskar Madura dan serangan gelap, ia tidak gugup. Setelah bertahan sambil lari mengarah ke http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ barat, ia berhasil membebaskan laskarnya dari ancaman musuh. Sedikit demi sedikit ia membawa laskarnya menggeser ke arah barat. Lalu bertahan di belakang lamping gunung. Sampai di sini laskar Madura tidak berani mengejarnya lagi. Diam-diam Rawayani dan Gemak Ideran memuji kecerdikan dan ketangguhan In Tiong. Caranya menarik dan menyelamatkan laskarnya boleh ditiru. Dia membawa laskarnya mundur sambil bertahan. Jika laskar Madura tidak tahu diri sampai berani mengejar melewati lamping gunung, pasti celaka. Dalam gerakan yang cepat sekali In Tiong sudah mengatur jebakan. Barangkali dia diilhami keberanian Kwan Kong, Lau Pi, si berangasan Thio Hui dan Khong Beng tokohtokoh hebat dalam Sam Kok. Dalam pertempuran itu, kedua belah pihak sudah kehilangan orang. Mayat mereka bergelimpangan di sepanjang sungai. Dan sungai yang tadinya mengalirkan air jernih, kini membawa warna merah. Suasananya yang aman tenteram berubah menjadi mengerikan. Apalagi didukung oleh kabut tebal yang menyelimuti seluruh bumi. Cahaya surya tidak kuasa menembus tirainya. Semuanya muram seakan-akan dunia sedang berduka. Sementara itu Tameng sudah merasa menyelesaikan tugasnya. Ia menghampiri Rawayani. Berkata : "Nona, kami terpaksa pergi. Tak dapat lagi bawahan kakang Jayadiguna tinggal di sini. Apakah nona masih memerlukan Guntur?" Rawayani tertawa. Tegurnya : "Masih saja paman sering menanyakan sesuatu yang tolol" Tentu saja aku perlu. Untuk sementara bawalah Guntur kepada Partosimin. Berilah uang secukupnya. Juga bawalah http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kuda-kuda pemberian. Yang seekor berada dalam goa sebelah timur telaga. Kabarkan kepada Ibu! Setelah beres, segera aku pulang." Tameng segera meninggalkan lembah itu dengan membawa enambelas orang bawahan kakaknya. Karena sudah mengenal jalan-jalan rahasia, sebentar saja ia sudah menghilang besama teman-temannya. Dalam pada itu Gemak Ideran masih saja berdiri tertegun-tegun mengawaskan medan pertempuran. Mendadak mendengar suara membentak-bentak : "Siapa yang mengacau di sini" Siapa yang mengacau di sini?" Seorang laki-laki berberewok tebal muncul dari balik hutan belukar. Ia mengenakan jubah merah, bersorban putih. Perawakannya tipis, tetapi pandang matanya tajam luar biasa. Usianya kira-kira limapuluh tahun lebih. Seorang diri ia menghampiri Rawayani dan Gemak Ideran. "Hm." dengus Rawayani. "Tentunya engkau yang disebutsebut Kyahi Lajaguna." "Siapa kalian?" bentak orang itu. Memang dialah Kyahi Lajuguna yang melejit ke luar markas setelah mendapat laporan adanya pengacau yang merusak rencana laskar Garendi. Ia berhenti sepuluh langkah di depan Rawayani dengan sikap siap tempur. Rawayani tidak sudi menjawab. Ia malahan melemparkan bola asap beracunnya yang pecah di udara. Lajuguna terperanjat. Di tengah alam yang berkabut, asap itu tidak nampak sama sekali. Tetapi ia melihat berkeredepnya belasan jarum yang meluruk padanya. Pikirnya heran : "Eh! Senjata apa ini ?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ia tidak takut, karena yakin kepada kesaktiannya sendiri. Mendadak ia mencium bau yang menyengat pernafasan. Tahulah dia, senjata itu membawa asap beracun. Baginya tiada alasan untuk mundur. Bahkan ia ingin memamerkan kesaktiannya. Tanpa menghiraukan asap beracun itu, ia menunggu sampai bola itu tiba di depan matanya. Lalu dengan jari-jarinya ia menyentil balik. Karena tenaganya sangat hebat, dapatlah ia menghancurkannya. Di luar dugaan bola maut Rawayani membawa sifatnya sendiri yang aneh. Begitu hancur, belasan jarum yang berada di dalamnya Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo bekerja dengan serentak. Jarum-jarum itu berhamburan menyusup di antara kabut tebal yang menutup seluruh alam. Baru sekarang Lajuguna terperanjat. Segera ia merasakan sesuatu yang menyesakkan pernafasan. Seluruh, tubuhnya diselimuti rasa panas yang menyengat. Hebatnya, tak dapat ia menghindarkan diri dari serangan itu. Ia merasa seperti tersekap dalam goa api. Dan hawa panas itu menyusup terus melalui pori-porinya. Memang ia seorang sakti. Dapat ia menangkis hawa beracun macam apapun. Akan tetapi hawa panas yang menyengat itu tak dapat ditangkisnya. Terpaksa ia mengerahkan seluruh semangat hidupnya. Untung himpunan tenaga saktinya hebat. Sekiranya tidak, dia tidak hanya tersengat hawa panas saja tetapi hawa beracun pula. Namun tak urung ia merasa kesakitan juga seolah-olah kena bakar sulut api. Rawayani heran menyaksikan ketangguhan Lajuguna. Jelas sekali, bola mautnya mengenai telak. Tetapi Lajuguna tidak roboh atau terhuyung. Dia berdiri tegak bagaikan sebuah tugu batu. Di dalam hati ia membenarkan ucapan Tameng. Benar, kata hatinya. Kalau orang ini bekerjasama dengan Cing Cing Goling, sukar aku menuntut dendamku. Dia sangat tangguh dan tidak bergeming terkena racunku. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Lajuguna ternyata benar-benar seorang pendekar sakti. Meskipun lawannya seorang ahli racun, sama sekali ia tidak gentar. Hanya saja, hawa panas itu masih dapat mengganggunya. Namun tak mau ia mundur. Apalagi kabur. Dia malah maju mendekat dengan maksud merobohkan lawannya. Sebat luar biasa tangannya menyambar. Dan menghadapi serangannya yang luar biasa, Rawayanipun tidak mau mengerti. Ia menghunus pedang pendeknya yang berlumuran racun. Pedang pendek yang sudah memakan korban belasan orang pandai. Dan dengan pedang pendek itu ia menyongsong sambaran tangan Lajuguna. Gerakan pedangnya cepat pula mengimbangi kesebtan lawan. Lajuguna tengah menyambar sewaktu pedang pendek Rawayani menyongsongnya. Ia merasakan suatu keanehan pula. Ujung pedang Rawayani seperti menghembuskan hawa panas. Karena sudah pengalaman, tidak berani lagi ia mengulangi kesalahannya. Dengan mati-matian ia meletik ke udara untuk mengelakkan. Lalu mendarat dengan berjumpalitan seraya mengibaskan kedua tangannya. Itulah semacam gempuran sakti yang istimewa. Sambil membuyarkan hawa panas, ia melepaskan pukulan. Akibatnya kedua-duanya roboh. Lajuguna memang sakti dan bertenaga kuat. Akan tetapi ia terlalu mengerahkan tenaga secara mendadak untuk mengelakkan tikaman pedang Rawayani. Begitu mendarat di atas tanah, tenaga letikannya masih mendorongnya sehingga ia roboh nyaris menggabruk tanah. Untung dalam detik-detik demikian, masih dapat ia menolong diri. Sekali lagi ia mengerahkan tenaganya. Dan dengan gesit ia berjumpalitan untuk memunahkan tenaga dorongnya sendiri. Sebaliknya, tenaga Rawayani kalah jauh bila dibandingkan dengan tenaga http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Lajuguna. Kena hawa pukulan Lajuguna, ia terpental mundur dan tidak dapat menolong diri seperti Lajuguna. Inilah kesempatan bagus bagi Lajuguna untuk membalas tikamannya. Lantas saja ia melompat balik. Tangannya menyambar hendak mencekuk lawannya yang beracun. Justru demikian, mendadak ia merasakan menyambarnya suatu gumpalan angin yang kuat. Ia terkejut. Ia tahu, pastilah seseorang yang memiliki tenaga sakti telah menyerangnya. Karena perlu bertahan diri, ia membatalkan niatnya hendak mencekuk Rawayani. Ia melompat ke samping sambil menendangkan kaki kananya. Tepat sekali lompatannya. Pada detik berikutnya ia melihat berkelebatnya sebatang golok lewat di sampingnya. Itulah golok Gemak Ideran yang menyerang Lajuguna. Tikamannya semata-mata untuk menolong Rawayani. Dalam hal ilmu golok ia termasuk ahli. Dibandingkan dengan Rawayani, tenaga saktinya menang beberapa tingkat. Tikaman goloknya tepat pula membidik sasarannya. Hanya saja goloknya tidak beracun. Walaupun demikian, andaikata bukan Lajuguna, ujung goloknya sudah menembus sasaran. Rawayani melihat dirinya tertolong. Cepat ia bangun. Sebagai seorang gadis yang keras hati tak sudi ia mundur. Sebaliknya malah maju menerjang senyampang Lajuguna belum siap memperkokoh kedudukannya. Kembali lagi ia menikamkan pedang pendeknya. Kali ini bukan dari depan, tetapi dari samping. Dengan demikian, rusuk Lajuguna terancam langsung. Dalam keadaan terdesak, Lajuguna terpaksa menggunakan Ilmu Sakti Esmu Gunting. Itulah salah satu ilmu kebal yang terkenal pada jaman itu. Ilmu kebal yang mampu melawan tusukan senjata tajam. Tangannya menyambar dengan mengembangkan kelima jarinya. Tujuannya jelas, dia hendak http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ merampas pedang pendek Rawayani yang dianggapnya berbahaya. Menyaksikan keberanian Lajuguna, Gemak Ideran tercengang. Diapun mengenal macam ilmu kebal. Tetapi baru kali ini ia melihat keberanian seseorang yang sangat mengandal kepada ilmu kebalnya. Sambil membentak ia merangsak menyabetkan goloknya. Ingin ia menguji apakah ilmu kebal Lajuguna memang istimewa. Kalau berani menangkis dengan tangan kosong, benar-benar jempolan. Lajuguna sedang berusaha merampas pedang pendek Rawayani. Melihat berkelebatnya golok Gemak Ideran, tangan kirinya mengebas. Ia percaya Ilmu Sakti Esmu Gunting akan mampu mementalkan golok Gemak Ideran, mengingat pemuda itu masih sangat muda. Seumpama mempunyai ilmu saktipun masih mentah. Bukankah Rawayani tadi terpental roboh terjengkang begitu terpukul gempurannya" Tetapi ia salah duga. Meskipun masih muda, guru Gemak Ideran termasuk seorang pendekar kelas satu. Diapun mengenal macam ilmu Jayakawijayan (baca ilmu kebal). Dengan sendirinya tahu pula bagaimana cara melawannya. Maka tatkala ujung lengan jubahnya menyentuh ujung golok Gemak Ideran, malahan robek terantas. Meskipun demikian, berkat himpunan tenaga saktinya, Gemak Ideran terpental mundur empat langkah. Akan tetapi dia tidak roboh seperti Rawayani. Lajuguna penasaran. Sama sekali tak diduganya, bahwa seorang pemuda semuda itu mampu menembus Ilmu Esmu Gunting. Sekali lagi ia hendak mencoba. Kali ini ia menggunakan tendangan sakti yang disebut Ilmu Tapel A dam. Ilmu sakti Tapel Adam terkenal semenjak ratusan tahun yang lalu. Kekuatannya dipusatkan kepada ujung kaki. Barangsiapa kena tendangannya akan patah menjadi empat bagian. Akan tetapi, kali inipun Gemak Ideran bisa mengadakan perlawanan dengan bagus dan tepat. Sekarang tahulah ia, bahwa Gemak http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ideran bukan sembarang pemuda. Dia harus hati-hati dan berwaspada, karena pemuda ini tidak boleh dianggap enteng. Rawayani terbangun semangat tempurnya. Inilah untuk yang pertama kalinya, ia ditunjang Gemak Ideran. Lantas saja ia menyerang dengan hebat. Karena pedangnya senjata istimewa yang mengandung racun, maka setiap gerakannya menyebarkan asap beracun yang berbahaya. Mau tak mau Lajuguna merasa kuwalahan. Ia terpaksa bertempur dengan menahan nafas. Setiap kali merasa nyaris kehabisan nafas, ia menyerang Rawayani dengan pukulan beruntun. Lalu mundur menghirup nafas. Tetapi pada saat itu, Gemak Ideran justru merangsaknya dengan jangkauan goloknya yang panjang. Di dalam hati Lajuguna mengeluh. Ia merasa kelabakan diperlakukan lawan dengan cara demikian. Karena itu ia nekat membuka mulutnya untuk bernafas. Siapa tahu dengan cara begitu, racun tidak akan mengganggu paru-parunya. Namun lagi-lagi ia terkena serangan tak nampak yang bersifat lain. Seluruh tubuhnya tiba-tiba jadi panas. Tak dapat lagi ia menahan diri. Terus saja ia melompat mundur menjauhi. "Bagaimana ?" ejek Rawayani. "Huh." Lajuguna mendongkol. "Kalau tidak cepat-cepat lari, tubuhmu akan terbakar hangus. Terserah, kau percaya atau tidak." Bagaimana mungkin Lajuguna membiarkan dirinya kena ancaman seorang gadis kemarin sore. Dari mendongkol, ia jadi geram. Terus saja ia melompat menerjang. Ia menduga Rawayani akan menyongsongnya dengan pedang pendeknya. Ia sudah mengambil keputusan. Jika Rawayani menyongsongkan pedang pendeknya, ia akan menendang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Gemak Ideran ke samping agar memperoleh kesempatan untuk merampas pedang terkutuk itu. Tetapi untuk kesekian kalinya, ia kena diakali gadis itu. Rawayani sama sekali tidak sudi melayani. Ia malahan bergerak mundur berpura-pura keripuhan. Gemak Ideran yang berada di sampingnya yakin, gadis itu pasti mempunyai rencananya sendiri. Segera ia menerjang dari belakang punggung seakan-akan seorang gembala menggiring ternaknya ke arah tertentu. Rupanya Rawayani mundur mendekati tepi sungai. Di sini ia bertahan dengan sungguhsungguh. Rawayani yang cerdik memang sedang mengatur tipu. Ia tidak percaya, Lajuguna akan dibiarkan anak-buah Cing Cing Goling bertempur seorang diri. Lajuguna memang sedang mengejar. A nak-buah Cing Cing Goling mungkin masih berada jauh di belakang. Akan tetapi sebentar atau lama, bukankah mereka akan segera menyusul" Siapa tahu, mereka kini bahkan sudah berada di balik rimba belukar mempersiapkan barisan panah. Maka untuk menjaga segala kemungkinan, ia harus menjanhi rimba belukar itu sampai pada jarak tidak terjangkau sambaran anak panah. "Menurut Tameng, Cing Cing Goling sangat membutuhkan kehadiran Lajuguna." pikir Rawayani. "Lajuguna sekarang berada di sini. Bukan mustahil Cing Cing Goling berada di sini juga. Kalau dia tiba-tiba muncul, meskipun aku mempunyai sayap, jangan harap bisa kabur." Di tepi tebing sungai terdapat sebongkah batu yang runcing. Rawayani terdesak mundur sehingga terpaksa hingga di atasnya. Tubuhnya bergoyang-goyang, karena ia hanya dapat bediri tegak dengan sebelah kakinya. Inilah kesempatan bagus bagi Lajuguna. Terus saja melompat menerkam. Waktu http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ itu golok Gemak Ideran sudah mengancam punggungnya. Tak sempat lagi ia menangkis atau mengelak, kecuali bila ia maju satu langkah lagi. Maka tangannya menyambar pedang Rawayani. Tetapi gadis itu benar-benar cerdik. Gerakan Lajuguna sudah termasuk pula dalam hitungannya. Begitu melihat golok Gemak Ideran hampir menyentuh punggung Lajuguna, ia yakin Lajuguna tidak dapat mundur lagi. Pada saat Lajuguna menubruk, ia melejit ke samping sambil menusukkan pedangnya. Sebelah kaki Lajuguna sudah sampai pada batu itu. Dia kena ancaman golok Gemak Ideran berbareng pedang Rawayani dari samping. Secara wajar ia bergerak hendak menangkis. Justru demikian, pijakannya meleset. Dan ia tercebur di dalam sungai. "Bagus, bagus! Ini namanya kura-kura aseli keluaran Gunung Lawu. Rawayani bersorak gembira. Lajuguna menggeram karena sangat mendongkol. Dengan sekali menjejakkan kakinya, ia melompat tinggi dan hingga di tepi sungai. Jubahnya basah kuyup. Benar-benar ia mirip kurakura air tawar (bulus: Bah. Jawa), yang dipaksa keluar ke permukaan air. Tentu sekali wajahnya merah padam terjebak akal lawannya. Dengan mengerahkan tenaga saktinya ia melesat menerjang Rawayani. Rawayani melompat mundur, tetapi cipratan air me-luruk bagaikan air hujan. Ia mendongkol. Justru demikian ia tahu betapa mendongkol Lajuguna. Sewaktu hendak memakinya, Lajuguna mendahului. Teriak Lajuguna kalap: "Jika pada hari ini aku tidak dapat memotong-motong tubuhmu menjadi empat bagian, aku bersumpah tidak mau menjadi manusia lagi." "Hohoooo" Rawayani tertawa. "Bagus! Sumpahmu sudah kudengar. Nah jadilah kura-kura budukan !" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rawayani tidak hanya ahli racun saja, tetapi mulutnya jahil pula. Sebaliknya, Lajuguna selama hidupnya dihormati orang karena berkepandaian tinggi dan usianya sudah cukup tua. Sekarang ia kena diejek seorang anak kemarin sore sebagai kura-kua budukan. Keruan saja, dadanya serasa hendak meledak. Langsung saja ia menerjang dengan wajah merah padam. Rawayani tidak takut. Dengan gesit ia menikam. Bersama Gemak Ideran ia membuat Lajuguna repot. Orang tua itu Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo terpaksa menangkis atau mengelak berbareng membalas. Tetapi ia tidak bersenjata, sehingga serangan baliknya tidak begitu berarti. Memang beberapa kali ia bisa membuat Rawayani mundur terhuyung, namun pada detik berikutnya golok Gemak Ideran ganti mencecarnya sehingga ia tidak memperoleh kesempatan untuk bergerak lebih lanjut. Seumpama dia bertempur satu melawan satu, Rawayani tidak berarti banyak baginya. Meskipun memiliki bermacammacam racun, tetapi ia merasa sanggup mencekuknya dalam tigapuluh gebrakan saja. Sekarang dia dibantu Gemak Ideran yang tangguh. Mau tak mau ia merasa kerepotan. Hm, ia mendongkol. Lalu dengan pukulan berantai ia maju menerjang. Dalam hal Ilmu Golok, ternyata Gemak Ideran sudah mewarisi kepandaian gurunya. Meskipun demikian, andaikata dia bertempur melawan Lajuguna seorang diri, belum dapat ia berbuat banyak. Syukur, di sisinya terdapat Rawayani. Ia tahu, musuhnya segan terhadap racunnya. Tiba-tiba ia membentak hebat: Lalu bagaikan badai angin, goloknya berkeredepan menyerang. Lajuguna terperanjat. Ia sadar akan bahaya yang mengancam dirinya. Terhadap pemuda itu, tidak berani ia http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ melawan secara berhadap-hadapan. Satu-satunya jalan, ia mengadu kegesitan dan kecekatan. Begitu merasa terpojok ia melompat tinggi, di udara sambil melepaskan pukulan. Itulah pukulan istimewanya yang disegani lawan semenjak jaman mudanya, pukulannya berpokok pada gempuran hawa yang tiada nampak. Lengan jubahnya berkibaran tergetar hawa saktinya. Bret! Adu tenaga tidak dapat dihindarkan lagi. Sungguh aneh! Gemak Ideran memang dapat dipentalkan mundur dua langkah. Sebaliknya ujung lengan jubahnya terpapas, bahkan sampai merobek sebagian, seketika itu juga, ia nampak seperti seorang pengemis rudin. Keruan saja, ia mendongkol berbareng heran. Benarkah pemuda itu mampu menerima pukulannya" Selagi demikian, Rawayani maju dengan pedang pendeknya yang istimewa. Terpaksalah ia melayani dengan menahan nafas. "Anak haram!" makinya. "Kalian benar-benar menghina diriku. Pada hal kalian pantas menjadi anakku." Terhadap Rawayani, sama sekali ia tidak gentar. Dengan tangannya ia berani menyambar pedangnya. Ia yakin, tenaga Rawayani tidak akan mampu melukai dirinya. Memang ia memandang rendah kepandaian Rawayani. Ia layak menjadi muridnya. Tetapi satu hal yang tidak pernah diduganya. Meskipun tahu Rawayani mungkin sekali memiliki berbagai macam racun, akan tetapi bagaimana sifatnya setan pun masih kelabakan. Demikianlah begitu tangannya menyentuh ujung pedang, tiba-tiba terdengar suatu letusan. Segumpal asap meletup nyaris menyerempet wajah. Dan pada detik berikutnya belasan jarum menyambar ke berbagai jurusan. Layuguna terkejut setengah mati. Mimpipun tidak, bahwa di dunia ini terdapat semacam senjata racun yang memiliki tatahttp://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kerja begitu aneh. Terpaksalah ia mengguling diri demi menyelamatkan diri. Justru pada saat itu, Rawayani menyerang bersama-sama Gemak Ideran. "Hoooeee......." ia berteriak melengking. Dengan matimatian ia menyerang kalang kabut sejadi-jadinya. Berbareng itu, ia terus menggulungkan diri. Sekarang barulah ia merasa kecil hati. Pikirnya: "Kapan lagi kala tidak sekarang" Lambat sedikit, aku bakal mati konyol." Memikir demikian, segera ia melompat mundur dan melarikan diri masuk ke dalam lembah rimba belukar. Rawayani tidak mau sudah. Pedang pendeknya dipindahkan ke tangan kiri. Ia mengambil bola mautnya seraya memekik lantang : "Hai kura-kura budukan! Sekarang rasakan peluruku!" Hati Lajuguna tercekat. Ia tahu, ancaman gadis itu bukan ancaman kosong. Pikirnya di dalam hati: "Macam peluru beracun apa lagi yang bakal meluruk diriku ?" Belum berhenti ia berteka-teki atau ia melihat sebuah benda melejit ke udara. Ia mendongak dan benda itu meledak di dekatnya. Pada detik itu pula, penglihatannya jadi gelap. Belum lagi ia sempat menahan nafas, ia diuber belasan jarum berwarna keemasemasan. Ia heran sekali. Pikirnya lagi: "Senjata apa lagi ?" Tentu saja ia tidak berdiam diri. Sebagai seorang yang berkepandaian tinggi, ia tahu apa yang harus dilakukan. Ia mengayunkan tangannya dan memukul belasan jarum itu dengan pukulan tenaga hawa. Dan belasan jarum itu dapat dicerai-beraikan. Akan tetapi di luar dugaan, justru asap letupan itu yang berbahaya. Untung, dia sudah pengalaman. Racun itupun tidak akan dapat mencelakai dirinya, selama ia http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menahan nafas. Maka cepat-cepat ia menahan nafas sambil menyiratkan pandang. Eh siapa tahu, Rawayani mengirimkan senjata susulan. Mendadak saja, kedua matanya terasa pedas luar biasa. Kali ini, dia benar-benar merasa tertipu. Ternyata asap peluru itu tidak mengancam paru-parunya, akan tetapi akan merusak matanya. Seketika itu juga, kedua kelopak matanya terasa panas dan pedas luar biasa. Tak dikehendaki sendiri, air matanya meleleh. "Bagus, bagus!" terdengar Rawayani bersorak kegirangan di kejauhan. "Kura-kura buduk itu akhirnya menangis juga." Tidak dapat dilukiskan lagi betapa panas hati Lajuguna. Hari itu ia merasa terjungkal habis-habisan. Menuruti kata hatinya, ingin ia menyerang balik. Namun kedua matanya begitu pedas, sehingga is perlu mengucak-ucaknya dulu. Kalau tidak, ia kehilangan pengamatan. Seluruh alam menjadi gelap pekat. Celaka, pikirnya. Justru pada saat itu, ia mendengar suara Rawayani: "Kau rasakan satu kali lagi." "Haet ! Permainan gila macam apa lagi perempuan jahanam ini." maki Lajuguna di dalam hati. Keadaannya sekarang sangat merugikan dirinya. Kedua kelompak matanya penuh dengan air mata. Tak dapat lagi, penglihatannya menembus kemuraman alam. Teringat betapa hebat tata-kerja bola maut dan jarum-jaruman beracun Rawayani, dengan serentak ia melepaskan pukulan kalang-kabut. Seluruh penjuru sampai keblat udara dipukulnya dengan ilmu saktinya. Maksudnya jelas. Dia ingin memukul balik senjata bola maut Rawayani. Di luar dugaan Rawayani justru tidak melepaskan bola mautnya. Akan tetapi dia mengeluarkan ketapilnya. Setelah diisi dengan batu, ia membidik kaki Lajuguna yang tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Tak! Batu itu tepat mengenai http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mata kaki. Keruan saja, Lajuguna mengiang-iang kesakitan. Walaupun kebal dan sakti, akan tetapi sama sekali ia tidak menduga bahwa Rawayani bakal membidik kakinya. Karena itu, kedua kakinya tidak dilindungi hawa saktinya. Terus saja ia lari melompat-lompat seperti seseorang takut kena libat seekor ular. Dan dengan berkaok-kaok dan menyumpah serapah, ia menghilang di balik rimba belukar. (Oo-dwkz-mch-oO) http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 18. ORANG ANEH DENGAN PENUH haru, Gemak Ideran mengamati medan pertempuran. Belasan laskar Madura, mati atau menderita luka berat. Rata-rata mereka tertembus anak panah. Sebaliknya, anak-buah laskar Garendi mati semua terkena senjata racun Rawayani yang istimewa. Mereka mati dan tidak menderita, apapun. Keadaannya beda jauh dengan laskar Madura. Meskipun menang perang, yang luka parah merintih dan mengerang. Menyaksikan kenyataan itu, Gemak Ideran berduka. Ia sendiri dikenal baik oleh Laskar Madura. Kecuali namanya termashur sebagai seorang pemuda yang berkepandaian, diapun putera angkat Adipati Cakraningrat. Panglima laskar sendiri bersedia mendengarkan saransarannya. Pemimpin laskar Madura, bernama Sampang. Dia seorang perajurit sejati. Kepada Gemak Ideran ia bersedia memberi keterangan. Seluruh laskar Madura dikerahkan untuk menolong Sri Baginda Paku Bhuana II. Adipati Cakraningrat memegang langsung pucuk pimpinan. Mendengar nama ayahangkatnya disebut-sebut, semangat tempur Gemak Ideran bergelora di dalam rongga dadanya. Ingin saja ia ikut serta memanggul senjata. Bertempur hidup atau mati untuk menggulingkan Sunan Garendi dari tahtanya. Melihat belasan anak-buahnya menderita luka parah, dengan cepat Panglima Sampang memerintahkan agar merawat mereka di rumah-rumah penduduk yang berada tidak jauh dari sungai. Sedangkan yang gugur, dikebumikan pada satu tempat agar tidak menyebarkan wabah penyakit. Syukur, penduduk sekitar lembah Lawu masih setia kepada rajanya. Mendengar kabar laskar Madura memasuki wilayah Kartasura untuk menolong rajanya, mereka bekerja dengan bergotong http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ royong. Dengan sukarela mereka ikut merawat yang menderita luka parah. Yang sebagian ikut serta memakamkan yang gugur. Lainnya menyediakan makan-minum. Setelah itu, demi mengejar waktu, Sampang memerintahkan laskarnya melanjutkan perjalanannya. Waktu itu, matahari sudah mendekati petang. Suasana di lembah Lawu cepat sekali menjadi gelap. Gemak Ideran mengantarkan kepergian laskar Madura sampai di perbatasan. Setelah itu, barulah ia teringat kepada Rawayani. Hai, dimana dia berada" Barulah dia teringat pada gadis itu. Hal itu disebabkan hatinya ikut serta bertempur di pihak laskar Madura. Memang ia sangat perihatin dan mencemaskan laskar Madura yang menjadi bulan-bulanan sasaran bidikan anak-panah laskar In Tiong. Syukur tidak lama kemudian berkat bantuan Rawayani, laskar Madura terlepas dari bencana. Bahkan dapat mengundurkan laskar lawan. Tetapi In Tiong membuat jebakan baru. Dan kembali lagi ia menjadi gelisah dan penasaran. Sedang begitu, ia kena libat Lajuguna. Bukan main mendongkol dan masgulnya. Andaikata memiliki kepandaian tinggi, ingin ia membunuh Lajuguna dengan sekali pukul agar dapat secepatcepatnya mengisiki laskar Madura yang terancam perangkap. Itulah sebabnya pula begitu terlepas dari libatan Lajuguna, terus saja ia lari menghampiri seperti kanak-kanak menyusul ayah-bundanya. Pada saat itu seluruh perhatiannya sematamata berada pada mereka sampai melupakan segalanya. Segera ia mengisiki Sampang. Lalu membantu mengatur perawatan anak-buah yang luka berat. Tetapi begitu mereka berangkat melanjutkan perjalanan, kembalilah ia kepada kesadaran dirinya sendiri. "Rawayani! Hai, kenapa aku melupakan dia ?" ia mengeluh dan merasa salah. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dengan rasa cemas ia balik mencari tempatnya berada. Rawayani ternyata sudah meninggalkan wilayah sungai. Maka larilah ia ke kampung tempat para laskar dirawat. Siapa tahu Rawayani menyusul ke kampung itu. Di sini pun, jejak Rawayani sama sekali tiada. Sekarang ia benar-benar merasa salah dan menyesali keteledorannya. Bukankah semuanya ini terjadi berkat Rawayani. Tanpa bantuan Rawayani, mustahil laskar Madura dapat merebut kemenangan. Tanpa bantuan Rawayani pula, mustahil ia dapat mengalahkan Lajuguna yang berkepandaian jauh lebih tinggi daripadanya. Dalam pada itu, petanghari sudah beralih ke malam hari. Suasana di pegunungan gelap pekat. Tiada sesuatu yang dapat dilihat. Untuk melanjutkan perjalananpun, ia kehilangan tujuan. Lagipula ia belum mengenal wilayah itu. Apalagi dengan tujuan mencari Rawayani. Maka dengan memaksa diri ia menginap di rumah penampungan. Selagi ia berenungrenung menyiasati diri, seorang laki-laki datang menghampiri. "Tuan muda, aku dititipi surat."ujar laki-laki itu. Gemak Ideran tercengang. Menegas : "Kau siapa ?" "Sidin, tuan muda. Penduduk sini." "O pak Sidin." Gemak Ideran menyambut ramah. "Apakah tidak keliru " Baru saja aku ke mari." "Pasti tidak keliru. Sebab yang titip surat menuding tuan muda." "Siapa ?" "Terimalah!..... " Katanya "kalau sudah diterima, tuan muda akan mengerti sendiri." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Delapan bagian Gemak Ideran tahu siapa penulisnya. Siapa lagi kalau bukan Rawayani. Walaupun begitu, ia menegas lagi: "Seorang puteri, bukan ?" "Betul, tuan muda." Gemak Ideran merogoh sakunya dan mengeluarkan serenceng uang. Tidak banyak. Kira-kira nilainya lima-puluh sen. A kan tetapi pada jaman itu, cukup untuk membayar upah seorang pekerja kasar. Dengan tersenyum Gemak Ideran mengangsurkannya. Di luar dugaan Sidin menolak. Katanya : "Terima kasih, tuan muda. Aku sudah menerima upah." Setelah berkata demikian, Sidin segera meninggalkan tempat. Cepat sekali ia menghilang di kegelapan. Gemak Ideran tercengang. Inilah untuk yang pertama kalinya, pemberiannya ditolak or"ng. Kalau Sidin bukan orang jujur tentunya takut oleh ancaman Rawayani. Demikianlah setelah tercenung sejenak, ia membuka surat. Isinya pendek saja : Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Aku berjalan dulu. Kau masih mempunyai waktu tiga pekan. Tunggu di Jalatunda. Tunggu di Jalatunda, Gemak Ideran berkomat-kamit. Apakah maksudnya" Dia yang menunggu di Jalatunda atau dirinya" Kalimat itu masih berteka-teki baginya. Sebagai seorang satria, apapun akibatnya dia harus menetapi janji. Tetapi di mana letak Jalatunda, ia belum mengetahui. Maka perlu ia menunggu esok pagi untuk mencari keterangan. Selagi dia merenung-renung demikian, Sidin muncul kembali. Setelah membungkuk hormat berkata : "Apakah tuan muda hendak segera berangkat ?" "Segera berangkat?" Gemak Ideran tercengang. "Sebenarnya kau ini siapa ?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku penduduk sini, tuan muda. Tuan muda bisa minta keterangan kepada Pak Lurah. Hanya saja aku dipesan nona itu. Perjalanan dari sini sampai ke Jalatunda memakan waktu tujuh hari. "Kau tahu di mana letak Jalatunda ?" "Dari sini,, arahnya Selatan." sahut Sidin sambil menuding arah. "Tetapi tuan muda harus memutari gunung dulu. Ke Timur dulu, lalu sedikit demi sedikit membelok ke arah Selatan sampai tiba di Bulukerta. Ha, sampai di sana tuan muda bisa minta keterangan orang." "Kau pernah ke Jalatunda ?" Gemak Ideran menegas. "Belum. Tetapi pernah sampai di Bulukerta. Itu jaman mudaku." sahut Sidin dengan tertawa menang. Mengalihkan pembicaraan :"Bagaimana " Apakah tuan muda akan segera berangkat ?" "Eh." kembali lagi Gemak Ideran heran. "Seumpama segera berangkat, apakah engkau akan laporan ?" "Laporan ?" Sidin terbelalak tak mengerti. "Laporan kepada siapa " Nona itu hanya pesan, tuan muda boleh mengambil kuda di tempatnya dulu. Kata nona, tuan tahu tempatnya." "Kalau tidak segera berangkat ?" "Jangan lupa, perjalanan memakan waktu tiga pekan. Makin didengarkan kata-kata Sidin, Gemak Ideran makin heran di dalam hati. Tidak biasanya seorang dusun bisa berbicara selancar itu. Maka dengan sungguh-sungguh ia mengamatamatinya. Lalu mencoba : "Kau pengikutnya, ya ?" "Pengikutnya bagaimana ?" Sidin tercengang. "Aku hanya disuruh menghafalkan. Di, maaf . apakah nona teman berjalan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tuan muda" Dia begitu galak. Dia memaksa aku menghafal sampai .... sampai..... kepala rasanya ...." Gemak Ideran mengangguk memaklumi. Teringat betapa galak Rawayani, ia tersenyum geli. Minta keterangan : "Kau dipaksa menghafalkan apa saja ?" "Kalau tuan muda segera berangkat, aku harus mengingatkan tentang kuda. Kalau tidak segera berangkat, harus diingatkan lamanya perjalanan. Setelah itu aku harus memasak air minum dan menyediakan makan malam." Sidin memberi keterangan. Mendengar keterangan Sidin, hati Gemak Ideran terharu. Watak dan perangai Rawayani memang aneh. Dia bisa berubah menjadi hantu berbareng menjadi seorang dewi. Terhadap orang lain, tangannya gapah dan sedikit-sedikit main bunuh. Akan tetapi terhadap dirinya, selalu berusaha bersikap baik seperti wajarnya seorang gadis yang mengerti tata-santun. Meskipun demikian, maksudnya yang benar masih saja tertutup kabut. Sungguh! Terhadap gadis itu, Gemak Ideran merasa takut. (Oo-dwkz-mch-oO) RAWAYANI TERGUGU melihat Gemak Ideran langsung meninggalkannya begitu terlepas dari libatan Lajuguna. Menuruti kata hati, pantas ia melampiaskan dendam. Namun entah apa sebabnya, dia tidak sampai berbuat begitu. Ia seperti mau mengerti. Maka dengan langkah pelahan ia menghampiri medan laskar Madura. Dua jam lamanya ia menunggu. Barangkali Gemak Ideran teringat padanya Ternyata Gemak Ideran disibukkan oleh kata hatinya sendiri. Seluruh perhatian berada di laskar Madura. Karena itu, segera http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ia meninggalkan tempat. Setelah menitipkan sepucuk surat kepada orang yang kebetulan bernama Sidin, ia melanjutkan perjalanan. Hari perjanjian masih cukup lama. Masih tiga pekan lagi. Maka tidak perlu ia tergesa-gesa. Kebetulan, malah. Sebab perjalanan untuk menghadap pertapa itu harus dirahasiakan. Di dunia ini hanya Cing Cing Goling seorang yang tahu. Cing Cing Goling mempunyai kaki-tangan yang tersebar luas. Menimbang demikian, tidak boleh ia langsung menuju sasaran. Ia perlu berputar-putar dulu. Siapa tahu, kaki tangan Cing Cing Goling mengikutinya dengan diam-diam. Setelah mengambil kudanya, keesokan harinya ia mengarah ke kota Ngawi. Dari sana balik ke barat, memasuki kota Sukawati (Sragen). Dan dari Sragen menembus ke Selatan. Sampai di sini ia sudah menghabiskan waktu hampir dua minggu. Teringat akan perjanjiannya, buru-buru ia kembali ke Ngrambe. Ingin ia tahu apakah Gemak Ideran sudah mengambil kudanya. Ternyata benar. "Kapan?" ia minta keterangan kepada Partosimin. "Ya..... kira-kira lima eh enam hari yang lalu, nona." Partosimin memberi keterangan. "Ternyata orangnya ramah." "Kau berkata apa ?" "Seperti pesan nona. Nona pergi ke Ngawi." sahut Partosimin. Rawayani tidak berkepanjangan. Kalau Gemak Ideran mendahului, berarti ia ketinggalan waktu enam hari. Maka perlu ia segera menyusul. Demikianlah setelah memberi sekedar persenan, ia berangkat meninggalkan Ngrambe. Kali ini tujuannya mengarah ke Timur, mengitari pinggang Gunung Lawu. Di tengah jalan, suatu pikiran menusuk benaknya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Gemak Ideran mengambil kudanya. Berarti ia sudah mendapat penjelasan Sidin tentang lamanya perjalanan. Kalau satu minggu lagi aku berada di Jala tunda, tentunya akan ketemu." Selama berputar-putar hampir dua minggu, ia tidak menemukan sesuatu yang menarik perhatian. Mau ia percaya, bahwa anak-buah Cing Cing Goling tidak mengikutinya. Walaupun demikian, masih perlu ia berwaspada. Karena kini ia justru menuju langsung ke sasaran. Mula-mula ia menjenguk dusun Jagaraga. Dari sana ia menembus ke Magetan. Menurut rencana, ia akan ke Sumarata dulu. Baru ke Bulukerta. Dan dari Bulukerta, tidak dapat lagi ia main putar-putaran. Kecuali waktunya makin mendesak, keadaan alam sudah mulai sukar dilalui. Kabarnya, sepanjang jalan ia bakal bertemu dengan hutan belukar dan binatang-binatang ganas. Guntur, memang kuda istimewa. Meskipun dibiarkan lari seenaknya, namun sama sekali tidak kelihatan lelah. Binatang itu masih saja segar bugar. Pada hari ketiga sampailah perjalanan ke kota Magetan. Rawayani perlu beristirahat berbareng merawat kudanya. Hari sudah gelap. Waktu Magrib sudah tiba setengah jam yang lalu. Tiba-tiba seorang laki-laki berpakaian layak seorang pelayan datang menghampiri. Kemudian temannya seorang yang mengenakan pakaian punggawa dewa ikut mendampingi. Dengan membungkuk hormat dia berkata : "Apakah nona yang bernama Rawayani ?" Rawayani tercengang. Inilah untuk yang pertama kalinya, namanya ditebak seseorang yang sama sekali belum dikenalnya. Biasanya, dialah yang tahu lebih dulu siapa orang yang berada di sekelilingnya'. "Mengapa ?" ia menegas dengan rasa curiga. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kami berdua diutus untuk menyediakan tempat penginapan. Di kota ini tiada rumah penginapan yang pantas. Apalagi untuk seorang puteri seperti nona. Maka kami menyediakan sebuah rumah mungil menyendiri. Kami kira sesuai dengan nona. Silahkan !" "Tunggu dulu!" Rawayani makin heran. "Kalian kenal namaku. Siapa yang memberi tahu " Kalian pun mengerti saat kedatanganku. Apakah ada yang memberi kabar ?" Yang berpakaian punggawa desa menyahut : "Menurut yang mengutus kami, seseorang telah datang tadi tengah hari. Kami diperintahkan untuk menyediakan sebuah rumah yang pantas untuk tempat penginapan seorang nona. Dan nona itu akan tiba di Magetan sesudah Magrib. Ternyata benar." "Siapa dia ?" "Seorang puteri juga. Dia kakak nona. A h, syukur kami tidak kasep menyambut kedatangan nona. Kami berdua sudah lebih dari satu jam menunggu di sini." Rawayani heran bukan kepalang. Kakaknya" Karena heran, ia menegas : "Kakakku ?" "Ya, kakak nona." Rawayani makin heran. Sebab ia tidak mempunyai kakak. Baik kakak laki-laki maupun perempuan. Sekarang ada seorang perempuan yang mengaku sebagai kakaknya. Nampaknya dia berpengaruh, sehingga perintahnya dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan tertib. "Sebenarnya siapakah yang mengutus kalian berdua ?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kepala Lurah kami." "Maksudmu Demang ?" "Ya." (Demang memerintah delapan sampai sepuluh Kepala Dusun/Kampung. Jabatan dan kekuasaannya mirip seorang Camat). Rawayani yakin, perempuan itu tentunya dari pihak pemerintahan yang harus diperhatikan bawahannya. Lalu siapa " Ayahnya memang bekas seorang bupati. Tetapi kecuali sudah meninggal, tidakkah mungkin berpengaruh sampai di wilayah Madiun. Lagipula orang itu menyebut-nyebut seorang perempuan sebagai kakaknya. Siapa" Siapa " Agar tidak membangkitkan kecurigaan kedua orang itu, ia berpikir di dalam hati: "Ah, biarlah. Apa perduliku" Pokoknya aku mendapat penginapan yang bagus." Setelah berpikir demikian, ia berkata : "Lalu di manakah aku bisa mendapat isi perut ?" "Oh perkara itu ?" mereka tertawa. "Nona tinggal perintah saja. Mungkin sekali masakan kami tidak cocok. Akan tetapi kami sudah menyediakan daging ayam, kambing dan lembu. Dan semuanya beres. Maksud kami, kakak nona sudah membayarnya lunas." "Dan kuda ini ?" "Itupun sudah ada yang mengurus." Kedua orang itu kemudian mengantarkan Rawayani ke sebuah rumah mungil di perbatasan kota. Ruang dalam terawat rapih. Ternyata di atas meja sudah tersedia masakan yang masih panas. Baunya sedap sekali. Daging ayam, daging lembu dan kambing. Digoreng atau direbus dan dimasak. Karena perut Rawayani sudah lapar, maka tidaklah banyak ia http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menuntut. Setelah menyerahkan kudanya, segera ia makan dengan lahapnya. Malam itu ia merebahkan diri dengan berjaga-jaga. Kembali lagi ia ingin memecahkan teka-teki seorang perempuan yang mengaku sebagai kakaknya. Tiba-tiba suatu bayangan berkelebat dalam otaknya. Itulah bayangan Diah Windu Rini. Dialah satu-satunya perempuan yang mungkin sekali mempunyai pengaruh sampai ke wilayah Madiun. Akan tetapi kalau dipikir, apa kepentingannya mengikuti dirinya" Apakah ingin minta keterangan tentang Gemak Ideran. Kalau betul demikian, mengapa tidak bertanya langsung" Sampai di sini ia berbimbang-bimbang lagi. Maka perlu ia menjaga diri, walaupun yakin perempuan itu tidak bermaksud buruk terhadapnya. Keesokan harinya ia melanjutkan perjalanannya. Ia tiba di Sumarata menjelang petang. Pikirnya: "Di sini tidak ada penginapan. Padahal aku ingin menginap. Coba, dia bisa apa ?" Selagi membatin demikian, ia dihampiri seorang punggawa kampung. Orang itu membungkuk hormat. Berkata: "Bukankah nona yang bernama Rawayani" Kami di utus Pak Lurah menjemput nona. Pak Lurah sudah menyiapkan sebuah kamar penginapan yang layak untuk nona. Silahkan........." Mau tak mau Rawayani heran juga. Siapakah yang menyediakan sebuah kamar penginapan baginya" Untuk menutupi rasa herannya, ia minta keterangan : "Tentunya kakakku yang menyuruh menyediakan kamar penginapan." Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Kakak ?" orang itu menegas. "Apakah dia seorang laki-laki berumur................" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kakak perempuan." "Sama sekali tidak. Dia pantas nona sebut sebagai ayah nona. Dengan galak dia menyuruh Kepala Kampung kami menyediakan penginapan. Tetapi dia pun memberi uang secukupnya." Mendengar keterangan orang itu, wajah Rawayani guram. Ia heran berbareng mendongkol. Jelas sekali ada seseorang yang ingin bergurau dengannya. "Kalau salah seorang anakbuahnya, jelas bukan. Dia tidak berani bersikap demikian terhadapnya. Lalu siapa " "Dia sendiri menyebut apa ?" ia minta keterangan dengan sungguh-sungguh. "Paman nona. Apakah benar ?" Agar menghilangkan rasa curiganya, Rawayani mengangguk seraya tertawa. Tetapi pikirannya bingung menebak-nebak. Siapakah yang bergurau dengannya" Katanya di dalam hati: "Dia menyebut diri sebagai pemanku. Kalau begitu dia tahu siapa diriku. Sebab aku tidak berayah lagi." Sebenarnya ingin ia menanyakan perawakan orang itu. Akan tetapi dia sudah terlanjur mengangguk. Bertanya tentang perawakannya berarti ia mengingkari. Tentunya akan berakibat panjang. Tetapi orang itu berkata : "Menilik perawakannya, paman nona pantas disebut seorang warok. Kelihatannya gemar bertapa pula. Kumisnya sudah sedikit ubanan. Namun gerak-geriknya gesit." Pikiran Rawayani makin pusing. Siapakah dia" Tiba-tiba ia mencurigai anak-buah Cing Cing Goling. Bukan mustahil mereka bisa berbuat begitu. Mereka bisa main gertak dan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengancam. Akan tetapi menurut orang itu, dia memberi uang cukup setelah bersikap galak terhadap Kepala Kampung. "Paman datang seorang diri atau membawa kawan ?" ia berpura-pura mengaku sebagai kemenakannya. "Seorang diri." jawab punggawa desa. "Dia gagah sekali. Dia pesan sesuatu untuk disampaikan kepada nona." "Pesan apa ?" "Kalau mau ke Jalatunda, jangan memutar-mutar jalan. Langsung saja ke Bulukerta, katanya! Kalau ada orang jahat, paman nona yang akan membereskan." (Oo-dwkz-mch-oO) http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jilid XII Punggawa desa itu berbicara dengan bersemangat, karena melihat pedang Rawayani menghias pinggangnya. Sementara itu Rawayani makin heran. Orang yang mengaku pamannya itu bermaksud melindungi dan menasehati. Hanya saja bagaimana dia tahu, dirinya hendak mengadakan perjalanan ke Jalatunda " "Apa lagi pesannya ?" ia memancing. "Menurut paman nona ... nona harus beristirahat dua hari lagi untuk mencuci pakaian. Kami semua sudah menyediakan tukang cuci dan tukang masak. Maka nona tidak perlu berpikir yang melit-melit. Rawayani benar-benar merasa takluk dan tercengang. Memang ia bermaksud beristirahat dua hari lagi untuk menunggu hari perjanjian. Bagaimana dia tahu" Apakah dia malaekat" Pikirnya lagi: "Entah dia setan entah iblis. Tetapi orang itu luar biasa. Dia seperti dapat menebak kata hatiku. Baiklah, aku akan beristirahat di desa ini selama satu hari saja. Tentunya jangan sampai ketahuan siapapun. Coba dia mau main Sandiwara apa lagi " Di rumah Kepala Kampung ia memperoleh pelayanan sempurna. Anehnya, Kepala Kampung tidak muncul. Menurut tutur kata mereka. Kepala Kampung dipanggil Adipati Panaraga untuk menghadiri sesuatu. Entah apa perlunya, mereka tidak dapat menjelaskan. Rawayani menduga, tentunya urusan keadaan dalam negeri. Bukan mustahil Sri Paku Buwana II dilarikan orang ke Panaraga. Dan tentunya segenap Kepala Kampung wajib bersiaga menghadapi segala kemungkinan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sebenarnya kapan berangkatnya Kepala Kampung ?" ia menaruh curiga. "Setelah bertemu dengan paman nona." jawab punggawa desa yang mengantarkan. Rawayani merasa tak dapat mendesaknya lagi untuk menyelidiki orang yang mengikutinya. Namun di dalam hati ia belum merasa takluk. Maka dengan tertawa ia berkata : "Baiklah, aku akan beristirahat dua hari di sini." Punggawa itu tertawa menang. Sahutnya : "Nah, bukankah tepat dugaan paman nona" Sekarang, pakaian mana yang harus kami cuci ?" Rawayani masuk ke dalam kamarnya. Setelah menimbangnimbang, ia menyerahkan seperangkat pakaian yang tidak begitu penting. Maksudnya sudah tetap. Ia akan berangkat esok pagi. Kalau perlu pakaian yang diserahkan itu akan ditinggal untuk sementara. Agar tidak menarik perhatian, ia menyerahkan sepatunya pula dan pelana kuda untuk dibersihkan. Membersihkan sepatu dan pelana hanya membutuhkan waktu setengah malam saja. Setelah bersih dan kering segera dapat dikenakan kembali. Makan dan minuman dibawa orang ke dalam kamarnya. Yang disediakan serba istimewa dan terpilih. Tentu saja menurut selera orang kampung. Meskipun demikian, Rawayani merasa puas, karena perutnya sudah lapar. Apalagi ia melihat sebotol anggur yang tepat sekali untuk melawan hawa gunung yang dingin. Tetapi ia tidak berani minum terlalu banyak. Boleh dikatakan hanya seteguk saja. Setelah itu, ia menidurkan diri. Tatkala ia terbangun, matahari sudah sepenggalah tingginya. Ia terperanjat. Hai! Mengapa ia tertidur begitu http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ nyenyak. Belum pernah ia terbangun kesiangan. Bahkan semenjak kanak-kanak, ia bangun tidur sebelum waktu Subuh. Terus saja ia meletik bangun dan memeriksa pedangnya. Ternyata pedangnya masih saja terletak aman di atas meja. Malahan sama sekali tidak tergeser satu senti pun dari tempatnya semula. Segera ia memeriksa pernafasannya. Sebagai seorang ahli racun, yang membangunkan ingatannya adalah ancaman racun pula. Tetapi pernafasannya sama sekali tidak terganggu. Juga aliran darahnya, sewaktu ia menjungkir di atas tempat tidur, semuanya beres. Karena tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan, ia menyambar ransel pakaiannya. Lalu ke luar kamar mengambil sepatu dan memeriksa pelana kudanya. Baik sepatu maupun pelana kudanya sudah kering: Maka tiada halangan lagi untuk segera meninggalkan dusun itu, kecuali seperangkat pakaiannya yang dibiarkan tertinggal agar tidak membangkitkan kecurigaan orang. Di tengah jalan ia kembali lagi memeriksa keadaan dirinya. Ia mengumpulkan ingatannya. Sekali lagi keadaan dirinya tetap segar bugar seperti sediakala. Lalu apa yang membuatnya tertidur begitu nyenyak" Apakah minuman anggur yang diminumnya seteguk" Kalau benar demikian, syukur ia hanya minum seteguk. Kalau sampai dua teguk, apalagi setengah botol..... hm..... bisa dibayangkan apa yang bakal terjadi. Mungkin sekali dua hari dua malam, dia baru tersadar dari tidurnya. Dua hari dua malam. Hai..... ! Bukankah dirinya ditafsirkan perlu beristirahat selama dua hari di dusun Sumarata" Ha.. di sini orang yang bermain sandiwara itu salah tafsir. Dikiranya, dirinya tukang minum. Rawayani segera memeras otaknya. Berkata di dalam hati: http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Dia berkata, aku perlu beristirahat selama dua hari di Sumarata. Lalu ia mengirimkan sebotol anggur istimewa yang bisa membuat orang tidur dua hari. Tentunya dia mengira, aku seorang peminum. Atau...... setidak-tidaknya mengira aku orang pegunungan yang memerlukan minuman hangat untuk melawan hawa dingin. Kalau begitu, orang itu belum kenal siapa diriku. Sebaliknya, dia mesti orang gunung yang mengukur orang lain dengan bajunya sendiri. Siapa dia ?" Perjalanan ke Bulukerta, dapat ditempuh dalam waktu setengah hari, meskipun jalan pegunungan tidak mudah dilalui. Apalagi bila menunggang kuda. Akan tetapi Rawayani sengaja memperlambat perjalanannya. Ia mengharapkan tiba di Bulukerta pada waktu matahari tenggelam. Karena hendak memperlambat perjalanan, sengaja pula ia mengambil jalan simpang. Jalan yang hendak ditempuhnya melintang bagaikan pisau potong yang berada di celah-celah dinding tinggi. Dan di seberang sana sebuah lapangan terbuka yang berada di bawah ketinggian. Rawayani berbimbang-bimbang. Tak dapat ia membawa kudanya serta: Setelah berfikir sejenak, ia memutar balik dan kembali ke jalan besar. Di dekat jalan setapak, ia menyembunyikan kudanya. Bukankah ia hanya bermaksud memperlambat perjalanan semata" Pikirnya setelah senjahari tiba, ia akan kembali menjemput kudanya dan langsung memasuki Bulukerta. Sekarang dapatlah ia dengan bebas bergerak. Bahkan ia merasa lebih leluasa dan cekatan. Batu-batu gunung dan celah-celah lereng dilewatinya dengan cepat. Tiba di lapangan terbuka, kesan hatinya menangkap suatu kesan ajaib. Mendadak saja hatinya terbuka pula. Hawa segar yang terserap oleh pernafasannya melegakan rongga dadanya. Entah apa sebabnya, seluruh tubuhnya meremang seolah-olah http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ inderanya menangkap suatu sosok bayangan yang tidak kelihatan. Sesosok bayangan ajaib bangsa lelembut yang kabarnya berdiam di seluruh dataran Gunung Lawu. Benarkah" Sampai sekarang tiada seorang pun dapat menerangkan dengan jelas. Memang diakui, pergaulan hidup manusia tidak dapat lepas dari jagad raya, hewan dan tetumbuhan, manusia dan bangsa halus termasuk malaikat, dewa-dewa dengan iblis setannya. Itulah sebabnya pekerti manusia kadangkala seperti iblis, sebaliknya bisa dengan mendadak begitu baik, luhur dan mulia bagaikan malaikat atau dewa, begitulah ujar orang-orang tua. Atau apakah karena eksistensi manusia sendiri sesungguhnya pengejawantahan makhluk setengah iblis setengah dewa " Terpengaruh keadaan alam yang indah, murni dan nyaman, Rawayani berdiri terlongong-longong. Lalu duduk di atas batu dengan kepala kosong. Tak terasa rasa kantuknya tiba dengan diam-diam. Mungkin dalam dirinya masih terdapat sisa-sisa anggur semalam atau oleh tiupan angin pegunungan yang nyaman, kekerasan hatinya bersedia takluk. Dengan kepala kosong ia mencari tempat berteduh. Lalu menggolekkan diri. Setelah itu, ia kehilangan kesadarannya. Sewaktu bangun perasaannya segar bukan main Akan tetapi ia terperanjat. Sebab alam sekitarnya sudah remang-remang. "Celaka! Jam berapa sekarang?" ia meletik bangun. Terus saja ia menuruni tanjakan dengan berlari-larian. Mungkin sekali ia baru dapat mencapai Bulukerta tengah malam. Tetapi tak apalah, ia menghibur diri. Walaupun kasep, tidak berarti kasep dalam arti sebenarnya. Ia masih menang waktu satu hari daripada perkiraan orang yang bermain sandiwara di belakangnya. Namun suasana malam di sekitar tempat itu memberi kesan lain. Sekarang terdengar suara binatang galak. Batu-batu http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ gunung yang berdiri bertebaran di atas gunung berubah seakan-akan sekelompok hantu dan iblis. Dalam suasana demikian, hati Rawayani ngeri juga, meskipun ia biasa berkelana seorang diri di tengah malam buta. Barangkali karena waktu itu, ia merasa dipermainkan orang. Padahal biasanya dia mempermainkan orang lain. Hal itu membuat kepercayaan diri sendiri tergoncang. Tak mengherankan ketenangan hatinya gempur di luar kehendaknya sendiri. Selagi demikian, pendengarannya yang tajam mendengar suara orang tertawa. Suara tertawa yang ditekan demikian rupa, sehingga terdengar setengah meringik. Seketika itu juga, bulu kuduknya meremang. Secepat kilat ia menghunus pedangnya. Lalu membentak : "Iblis dari mana kamu ?" Belum sempat hilang gaung bentakannya, sekonyongkonyong terdengar suara bergemuruh. Dung.. ! Dung .. ! Dung........! Sebuah batu besar menggelinding dari atas. Jelas sekali itu perbuatan orang. Sebab mustahil hantu atau iblis menggempur orang dengan batu. Terus saja ia melesat ke samping. Dan batu gunung yang menggelinding ke arahnya lewat di sampingnya. "Siapa?" bentak Rawayani untuk yang kedua kalinya. Kali ini ia sudah siap tempur. Tetapi lagi-lagi bentakannya tidak diindahkan. Batu kedua meluncur dengan derasnya. Dung! Dung! Dung! "Hm, kau curang!" Rawayani mendongkol."Kau licik ! Kau pengecut ! Hayo turun ! Kita bertempur sampai mati.......!" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rawayani meloncat ke samping. Kali ini ia melompat maju pula hendak mendaki ketinggian. Sedang begitu, terdengar jawaban yang sedap : "Kalau berani, naiklah ! Apa perlu engkau cerewet tak keruan-keruan" Hayo naik! Makan dulu batu- batuku !- Lalu Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo seseorang menyambung : "Mana temanmu Gemak Pendekar Bodoh 10 Dewi Ular Misteri Gadis Tengah Malam Pasukan Alis Kuning 1

Cari Blog Ini