Bulan Jatuh Dilereng Gunung 2
Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno Bagian 2 sehingga ia dapat menahan diri. Tetapi begitu rebah di atas balai-balai, ia tak sadarkan diri. Sekar Mulatsih menghampiri dengan hati-hati. Ia merasa berhutang budi sangat besar. Diapun tidak mempunyai pelindung lagi. Dengan ikhlas is merawat penolongnya sampai siuman kemball. Hati Sondong Landeyan yang keras mulai tersentuh. Ia jadi perasa, kini. Hati-hati ia menegakkan badannya, lalu menggulung celananya. Hati-hati ia mencabut dua batang Paku Tagih Belambangan yang masih menancap di lututnya. Bekas lukanya melepuh. Tak usah dikatakan lagi, bahwa racunnya masih meneram dan harus disedot keluar. Ia mencoba membungkuk, namun mulutnya tidak sampai. Diluar dugaan, tiba-tiba Sekar Mulatsih menempelkan mulutnya yang mungil pada lutut Sondong Landeyan dan menyedot semua darah yang beracun. - Hai - Sondong Landeyan terperanjat Sekar Mulatsih tidak tahu, bahwa apa yang sedang dilakukannya itu membahayakan jiwa sendiri. Sebab racun Paku Tagih Belambangan itu akan bisa terserap masuk ke dalam kerongkongannya. Tetapi andaikata tahu, ia sendiri sudah memutuskan hendak membalas budi penolongnya. Ia rela menyerahican jiwanya kepada pendekar dusun yang kasar itu. Tak perduli apakah dia perampok, begal, penyamun atau bangsat yang setali tiga uang dengan lainnya. Dalam hati ia memutuskan pula, akan mengikuti Sondong Landeyan yang kecuali sudah menyelamatkan jiwanya, berhasil pula membalas dendam ayahnya terhadap kawanan penjahat yang membunuhnya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sondong Landeyan terharu bukan main menyaksikan pekerti Sekar Mulatsih. Pada saat itu ia sadar, bahwa semenjak hari itu ia akan menjadi pelindung Sekar Mulatsih untuk selama hidupnya. Bertanggung jawab pula untuk membahagiakan. Bukankah Sekar Mulatsih tiada berayahbunda lagi" Bahkan diapun tidak mempunyai tempat untuk pulang. Kemana lagi dia akan berlindung kalau bukan kepadanya" Enam jam kemudian, racun yang sempat mengeram dalam darah Sondong Landeyan tidak berbahaya lagi. Meskipun demikian, sebelah kakinya terasa kejang kaku. Maka pada keesokan harinya, terpaksalah ia menguatkan diri mencari kereta ayah Sekar Mulatsih dan dibawanya pulang kepondok. Di dalam kereta terdapat perbekalan-perbekalan yang sangat dibutuhkan. Kecuali pakaian Sekar Mulatsih, terdapat pula bahan makan-minum dan uang. - Cukuplah untuk bekal hidup selama sepuluh hari. katanya kepada Sekar Mulatsih. Sekar Mulatsih tidur sekamar dengan Sondong Landeyan. Siang dan malam ia merawat Sondong Landeyan dengan saksama dan bersungguh-sungguh. Sementara itu, Sondong Landeyan dapat mencari beberapa orang penduduk yang dimintanya agar mengubur ayah Sekar Mulatsih dan kelima perampoknya. Akan tetapi peristiwa itu sendiri, menggoncangkan hati Sekar Mulatsih yang lemah lembut. Seringkali ia mengigau dalam tidurnya. Kadang memekikmekik, kadang pula menangis sedih. Sayang, Sondong Landeyan tidak pandai berbicara sehingga tidak mampu mencari kata-kata yang dapat membesarkan dan menghibur hati gadis malang itu. Meskipun demikian, setiap kali melihat Sekar Mulatsih berwajah muram, pandang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ matanya memancarkan rasa cinta-kasih yang tulus. Melihat pandang mata Sondong Landeyan, hati Sekar Mulatsih terhibur juga. Sepuluh hari lamanya, Sondong Landeyan dan Sekar Mulatsih berada dalam rumah itu. Karena mempunyai uang cukup, Sondong Landeyan dapat menggajih lima orang pekerja harian untuk membantu merapikan rumah dan sebagai pesuruh untuk mencarikan ramuan obat .Dan selama itu, hubungan hati antara Sondong Landeyan dan Sekar Mulatsih makin dekat . Sekarang Sekar Mulatsih mengadakan perbaikan-perbaikan tentang riwayat orang tuanya. Sebenarnya ayahnya dulu hanya berpangkat Mantri Pamongpraja. Kaum pemberontak kemudian mengangkatnya sebagai seorang bupati yang diberi kekuasaan memerintah Pasuruan. Keruan saja ayahnya girang bukan main. Tetapi kekuasaannya hanya berlangsung selama delapan tahun saja. Namun sempat merubah sikap hidupnya yang menjadi tinggi hati, angkuh dan gemar menggertak orang. - Pedang itu ! - kata Sekar Mulatsih menuding pedang Sangga Buwana yang tergantung di atas tempat tidur Sondong Landeyan. diperoleh ayah dari sekawanan orang yang mempersembahkannya kepada bupati Ragajampi. - Seterusnya seperti yang pernah kau jelaskan, bukan" potong Sondong Landeyan. - Benar. Hanya saja perlu kubetulkan bahwa dengan mempersembahkan kedua pusaka ke duli baginda raja, ayah mengharap bisa diakui kedudukannya sebagai bupati.http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Sebenarnya rencana yang bagus juga. - ujar Sondong Landeyan dengan suara rata. - Apakah engkau tahu asal-usul kedua pusaka itu" - - Tidak. - jawab Sekar Mulatsih. Sondong Landeyan menghela nafas, Seperti kepada dirinya sendiri ia berkata : - Yang membawa-bawa kedua pusaka itu, pasti seorang satria gagah perkasa. Pasti pula dia mati karena diracun orang. sebab dengan bersenjatakan pedang setajam itu, tidak mudah dia dikalahkan orang betapa saktipun. Pada hari kesebelas, seperti biasanya Sekar Mulatsih membawa semangkok obat ke dalam kamar. Sondong Landeyan kini sudah agak dapat bergerak dengan leluasa. Hanya saja, sebelah kakinya belum pulih seperti sediakala. Selagi ia mengeringkan mangkok obat itu, pendengarannya yang tajam menangkap suara langkah beberapa orang. - Mulatsih - katanya berbisik. - Tenangkan hatimu Kita sedang diintai beberapa orang. Pastilah mereka suruhan bupati Ragajampi. - Sekar Mulatsih jadi berkecil hati. Teringat akan pengalamannya sepuluh hari yang lampau, tak dikehendaki sendiri sekujur badannya bergemeteran. - Sayang ! Mengapa mereka tidak sabar menunggu sampai dua hari lagi" Memang aku dapat menggerakkan sebelah kakiku yang masih kaku ini. Akan tetapi manakala yang datang orang-orang tangguh kurasa aku akan menghadapi kesukaran. Kalau kupaksa, mungkin sekali lukaku akan kambuh lagi. - Lalu aku bagaimana" - Sekar Mulatsih setengah menangis. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Jangan pedulikan diriku Usahakan dirimu agar selamat ujar Sondong Landeyan dengan suara berapi-api. Sekonyong-konyong sepercik sinar putih menyambar kedalam melalui celah jendela. Itulah sebilah belati yang menancap dengan tepat pada tiang rumah. Pada gagangnya terdapat secarik kertas Sekar Mulatsih memekik dan lari terbata-bata ke samping Sondong Landeyan. Sondong Landeyan mengulurkan tangannya hendak mencabut belati itu. Akan tetapi tangannya tidak sampai. Dengan cekatan ia menghantamkan mangkok obat di tangannya ke tiang itu. Kena gempur tenaga saktinya, belati yang menancap itu terpental ke arahnya dan disambarnya cepat. Sondong Landeyan kemudian membaca tulisan itu yang berada pada secarik kertas di gagang belati. Bunyinya pendek saja : - Serahkan barang rampasanmu. A ku Surasekti. Sondong Landeyan tertawa pelahan melalui dadanya. Katanya kepada Sekar Mulatsih - Kau kenal Surasekti" Dialah seorang begal sakti yang malang melintang tiada tandingnya. Dia bermukim diwilayah Belambangan. Dia pulalah guru bangsat Suratama yang mencoba - coba merampas pedang Sangga Buwana dan keris Kyahi Tunggulmanik - Tepat pada saat itu terdengar seseorang berteriak nyaring : - Hai Sondong Landeyan Kau kira tak ada salah seorang yang sempat tahu siapa dirimu" Aku Surapringga, sempat mendengar ucapan Surengrana. Kau sudah terluka. Mau hidup atau mampus " - http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kemudian terdengar langkah beberapa orang mengepung rumah. Terdengar pula derap kuda yang lari semakin menjauh. Siapakah dia, pikir Sondong Landeyan. Ah, rupanya yang hendak merampas kedua pusaka sakti ini tidak hanya lima orang. Akan tetapi ada pula yang mengintai dan menguntit diriku. - Hm.... - Sondong Landeyan menggeram. la Mencoba berdiri tegak. Akan tetapi sebelah kakinya yang masih kaku, benar-benar mengganggu. Pada detik itu ia menoleh ke arah pedang Sangga Buwana. Terus saja ia menyambar pedang pusaka itu dan menghunusnya. O0-OdwO-0O http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 3. LEPAS SANGKAR SUNGGUH mengherankan Baru saja pedang Sangga Buwana terhunus sejengkal tangan, tiada lagi terdengar sesuatu di luar rumah. Keadaannya kembali sunyi senyap. Bahkan angin saja seakan-akan berhenti meniup. Kemana mereka perginya" Sondong Landeyan menunggu sejenak, lalu memasukkan pedangnya yang terhunus setengah ke dalam sarungnya. Pedang Sangga Buwana yang diperebutkan orang-orang pandai semenjak dahulu, disandarkan pada kursi yang berada di dekat balai-balai. - Apakah mereka orang-orang pandai" - Sekar Mulatsih minta keterangan dengan berbisik. Sondong Landeyan mengangguk. - Mereka memang mencari kita" - Sekar Mulatsih menegas. Kembali lagi Sondong Landeyan mengangguk. - Hm...mereka kabur setelah melihat betapa pandai engkau menimpuk belati yang tertancap pada tiang rumah hanya dengan lemparan mangkok. - Sekar Mulatsih mencoba memancing pendapat orang dusun itu yang tidak pandai berbicara. - Mereka hanya pengantar surat saja. - ujar Sondong Landeyan. - Ah kebetulan - seru Sekar Mulatsih. Hatinya lega dan bergembira. Sekarang ia berani berbicara dengan wajar. Katanya lagi - Mereka pasti akan melaporkan kebisaanmu kepada yang menyuruh. Dan mereka semua niscaya tidak http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ akan berani main coba-coba melawan dirimu, karena engkau berkepandaian tinggi.- - Hm. - Sondong Landeyan menggerendeng dalam dada. Mulutnya lalu membungkam lagi. Otaknya bekerja. Ia mengenal benar siapakah Surasekti. Kecuali dia, masih terdapat dua orang lagi. Itulah Surapringga dan Suratenung. Tiga sekawan itu merupakan begal tiada tandingnya semenjak jaman Pangeran Puger belum naik tahta. Mereka merajalela bagaikan raja-raja kecil yang memerintah wilayah Belambangan semenjak tahun 1700 hingga sekarang. - Sayang, lututku belum sembuh benar. - Ia mengeluh di dalam hati. Diam-diam Sekar Mulatsih memperhatikan sikap Sondong Landeyan, sipendiam dan si acuh tak acuh. Baik wajah maupun bentuk badannya benar-benar asli orang dusun. Tetapi betapapun juga, dialah penolongnya. Ia merasa berhutang budi dan jiwa. Karena itu, ia memprihatinkan keadaan nya. Jangan-jangan musuh- musuh yang bakal datang itu berkepandaian tinggi dan susah dilawan. Memperoleh pikiran itu, berkatalah ia mencoba : - Kakang, apakah tidak balk kita kabur saja sebelum mereka datang" Kita masih mempunyai kereta dan kuda penarik. Sondong Landeyan menggelengkan kepalanya. Sekar Mulatsih menunggu jawabannya. Tetapi pendekar dusun itu membungkam mulut. Gadis cantik itu tidak mengerti bahwa kabur bagi seorang pendekar besar seperti Sondong Landeyan, merupakan suatu perbuatan yang t a b u. Tetapi sikap diamnya, membuat gadis itu tidak dapat tidur nyenyak. Semenjak dirinya merasa berhutang budi, ia mulai memikirkan keselamatan sang pemolong. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Biarpun penolongnya itu termasuk orang kasar. Sondong Landeyan memang tidak mempunyai sesuatu yang bisa menarik hatinya. Wajahnya tidak cakap. Tingkah-lakunya Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kaku. Suaranya kasar. Hampir-hampir tiada memiliki daya tarik lainnya, kecuali hatinya mulia. Meskipun bergaul dan tidur sekamar selama sepuluh hari sepuluh malam, namun tiada tanda-tandanya hendak berlaku kurang senonoh. Sekar Mulatsih memperhatikan wajah Sondong Landeyan yang tertidur nyenyak . Pikirnya di dalam hati , - Dialah calon suamiku. Sebab di dunia ini, hanya dia seorang yang pantas menjadi pelindungku. Bukankah lebih baik aku dicintai daripada mencintainya" Begitulah kata orang dulu. Sebab mencintai berarti harus berani berkorban. Harus berani mempersembahkan apa yang dimiliki. Sebaliknya orang yang dicintai, tidak terlalu susah payah. Maka yang perlu kulakukan sekarang hanya membuat dia mencintai diriku. Keesokan harinya, Sekar Mulatsih mempersiapkan sarapan pagi yang terdiri dari sepiring nasi dan lauk-pauk sederhana. Dengan manis ia meletakkannya di atas meja. Lalu duduk menjajari Sondong Landeyan. Akan tetapi wajah Sondong Landeyan sama sekali tidak berubah. Ia makan dan minum dengan berdiam diri. Sekar Mulatsih mencoba mengajaknya berbicara, namun pendekar itu tetap saja mengunci mulutnya. Lama-kelamaan Sekar Mulatsih merasa malu sendiri. Patung, manusia atau batu , pikirnya setengah mendongkol . Kira-kira pukul delapan pagi, terdengar derap kuda. Sekar Mulatsih membuka daun pintu rumah lebar-lebar. Tiga orang turun dari kudanya masing-masing. Pakaian mereka aneh. Masing-masing mengenakan pakaian polos yang berbeda. Yang satu berpakaian hitam. Yang kedua dan yang ketiga, http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ putih dan abu-abu. Ketiga-tiganya berkumis tebal dan panjang. Pandang matanya berkilatkilat seolah-olah dapat menembus hati. Dengan langkah pasti, mereka memasuki halaman dan langsung mengarah ke ambang pintu rumah. Sekar Mulatsih mundur menjajari Sondong Landeyan yang tetap tidak bergerak dari kursinya. Diam-diam ia mengerling kepada pahlawannya. Pendekar itu sama sekali tiada gentar. Pada saat itu, masuklah kelima pembantu rumah. Tiba-tiba berkatalah Sondong Landeyan : - Kamu semua pulang - Kelima orang itu menyiratkan pandang. Melihat kedatangan tiga tetamu yang berkesan menyeramkan, mereka seolah-olah tahu akan tanda bahaya. Maka buru-buru mereka meninggalkan rumah dan pulang ke rumahnya masing-masing dengan melompati pagar belakang. - Mulatsih ! Kau takut" Mulatsih menggelengkan kepalanya, meskipun hatinya cemas luar biasa. Tetapi bagi Sondong Landeyan, anggukan itu berkesan manis dalam kalbunya. Itulah suatu bukti, bahwa gadis cantik jellta itu bersedia mati di sampingnya. Sekarang, ia memperhatikan ke tiga tetamunya yang istimewa. Wajah mereka mirip satu dan lainnya, sehingga susah dibedakan mana yang bernama Surasekti, Surapringga dan Suratenung. Menilik nama depan mereka menggunakan bunyi S u r a, tentunya mereka guru dan paman-guru Suratama. Mengingat Suratama berkepandaian tinggi, kepandaian mereka bertiga niscaya melebihi sekian kali lipat. Langkah mereka bertiga sama sekali tidak berbunyi. Sangat ringan seolah-olah telapak kaki mereka tidak menginjak tanah. Selama hidup di luar istana, baru kali ini akan berhadapan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengan lawan yang tangguh. Tetapi semakin tangguh lawannya, semakin berkobar-kobar semangat tempurnya. Tak dikehendaki sendiri, mendadak saja seluruh tulangbelulangnya berbunyi peratak-perotok. Itulah bunyi ilmu kebalnya yang bergerak melindungi sekujur badannya lantaran terdorong oleh semangat tempurnya. Ketiga tetamunya berhenti dengan sikap santun di depan Sondong Landeyan. Yang berada di tengah kemudian membungkuk hormat seraya berkata : - Saudara Sondong Landeyan yang terhormat. Kita bertemu kembali. Aku, Surasekti. Di sebelah kiri dan kananku, Surapringga dan Suratenung.- Hm. - Sondong Landeyan membalas dengan suara hidungnya. - Kita dulu pernah bertemu. Barangkali engkau masih terlalu muda untuk mengingat-ingat siapakah kami bertiga ini. Kami bertiga dulu adalah andalan Pangeran Jayapuspita (Nama lengkapnya Pangeran Surabaya Jayapuspita. Ada yang menyebutkan, dialah nama putera Adipati Surabaya, Jangrana. Adapula yang menerangkan, dialah adik Adipati Jangrana.). Kau pengawal peribadi Pangeran Wangsa Taruna (Pada jaman mudanya, Amangkurat IV (Jawi) bernama RM. Wangsa Taruna atau Pangeran Adipati Anom Mangkunegara. Menurut sumber V.0.C. Beliaulah yang disebut-sebut Pangeran Hangabehi.). Rupanya kita ditakdirkan bermusuhan denganmu sampai mati. Bagaimana" - ujar Surasekti tidak menghiraukan sikap Sondong Landeyan yang dingin. - Aku tidak dapat berdiri. Maafkan - Sahut Sondong Landeyan pendek. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Tak apalah. Kami tahu, kau menderita luka di lutut oleh pekerti salah seorang muridku yang gegabah. Sebenamya, tidak boleh kami mengganggumu. Akan tetapi, ini urusan besar bagi kami bertiga. Yang pertama, engkau telah membunuh murid-murid kami yang terbaik. Yang kedua, engkau melindungi pihak yang salah. Yang ketiga, Engkau mengangkangi dua pusaka sakti hasil jerih payah kami. Karena itu sekali lagi kami bertiga mohon maaf. Sondong Landeyan hanya mengangguk. - Kepandaian pendekar Sondong Landeyan sudah terkenal semenjak jaman perang besar. Entah sudah berada jumlah orang-orang kita yang mati di ujung pedangmu. - ujar Surasekti lagi dengan nada setengah menggeram. - Karena itu, kami mengakui. Bila bertanding satu lawan satu, kami tiada dapat melawanmu. Maka maafkan, kami bertiga terpaksa dengan berbareng. Surapringga, Suratenung Di depan pendekar Sondong Landeyan, kalian berdua tidak mempunyai tempat untuk berlagak. Kita bertiga maju bersama-sama ! - Baik. - sahut Surapringga dan Suratenung. Surasekti, Surapringga dan Suratenung adalah tiga sekawan begal sakti yang bermukim di wilayah Belambangan. Meskipun cara mereka mencari nafkah amat aneh, namun mereka disegani orang. Apalagi setelah diangkat Pangeran Jayapuspita menjadi tiga orang pengawal pribadinya. Bahkan dengan resmi diakui pemerintah pemberontak, sebagai mahaguru suatu perguruan yang mengajarkan ilmu jaya kawi jayan (Ilmu Jaya kawi jayan termasuk ilmu sakti, ilmu kekebalan ilmu tenung, ilmu gunaguna dsb.). http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jumlah muridnya tidak terhitung lagi. Semuanya menjadi perajurit yang menopang pemberontakan putera Adipati Jangrana. Setelah Sri Baginda Pakubuwana I berhasil menumpas pemberontakan pada tahun 1919, beberapa perwira istana dikirimkan untuk menangkap mereka bertiga. Namun tidak berhasil. Bahkan banyak di antara para perwira raja meninggal dengan sia-sia. Sekarang, mereka bertiga hendak menyerang Sondong Landeyan bersama-sama. Dapat dibayangkan betapa berbahayanya. Ilmu kepandaian mereka, pasti makin bertambah setelah menghilang beberapa tahun dari percaturan orang. Dalam pada itu, mereka bertiga sudah menarik senjatanya masing-masing. Senjata andalan Surasekti berwujud ikat celana dalam yang panjang, mirip senjata kaum Warok Ponorogo. orang Jawa menyebut nya dengan istilah kolor. senjata andalan Surapringga lain lagi. Berwujud rantai dengan ujung bola bergigi. Sedangkan senjata Suratenung sebilah golok mengkilat yang memantulkan cahaya menyilaukan. Tak usah dikatakan lagi. Senjata mereka masing-masing termasuk senjata mustika dunia. Selagi mereka bertiga mengambil tempatnya masingmasing untuk siap tempur, di luar rumah terdengar beberapa langkah orang. Merekalah penduduk desa yang datang menengok rumah Sondong Landeyan setelah mendengar tutur-kata lima pelayan Sondong Landeyan yang melarikan diri dengan melompat pagar halaman belakang. Tetapi begitu mereka melihat tiga tetamu itu menghunus senjatanya masing-masing seperti mendengar aba-aba mereka mundur ke luar jalanan dengan jantung berdebaran. Hanya seorang saja yang masih tetap berada di tempatnya. Dialah Sekar Mulatsih. Bahwasanya seorang gadis yang lemah http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ gemulai berani berdiri di tempatnya untuk menyaksikan suatu pertempuran yang akan mengancam jiwanya pula, membuat hati Sondong Landeyan yang keras bagaikan baja terharu bukan kepalang. Pada saat itu, cinta-kasihnya yang bersemi lembut terasa syahdu membahagiakan. Timbullah semangat tempurnya demi melindungi gadis itu untuk selama-lamanya. Terus saja ia menyambar pedang Sangga Buwana dan dihunusnya perlahan-lahan dari sarungnya. Sring ! Terdengar suara lembut. Itulah suara sentuhan pedang Sangga Buwana yang menggeser melalui sarungnya. Dan kemudian suatu sinar menyilaukan berkeredepan sehingga mengejapkan pandang mata Surasekti bertiga. Tak terasa mereka memuji : - Benar-benar sebatang pedang yang pantas diperebutkan dengan darah dan jiwa. - Dengan suatu teriakan nyaring, Surasekti mulai menyerang yang diikuti pula oleh dua saudara-seperguruannya. Ujung kolor, bola bergigi dan golok menghantam dari depan dan kirikanan. Sondong Landeyan melintangkan pedang Sangga Buwana tanpa bergerak. Dia menunggu saatnya yang tepat. Begitu ketiga senjata penyerangnya tiba di depan hidungya, dengan suatu kecepatan kilat pedang Sangga Buwana bergerak. Surasekti, Surapringga dan Suratenung benar-benar tiga sekawan begal yang berkepandaian tinggi. Diserang dengan mendadak, masih sempat mereka membebaskan diri. Dengan gerakan yang aneh, mereka melesat mundur. Lalu menunggu. Meskipun hanya satu gebrakan, namun bahayanya bukan main. Mereka tahu, pedang Sangga Buwana tajam luar biasa. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Seumpama tadi kasep setengah detik saja. senjata mereka masing-masing akan terkutung. Di dalam hati mereka kaget bercampur heran. Mereka tahu pula, Sondong Landeyan seorang ahli pedang kenamaan. Namun tak pernah terlintas dalam benak mereka, bahwa orang itu memiliki kecepatan kilat. Lalu, mengapa hanya membabat selintasan saja" Mengapa pula tidak lantas menyusul dengan gerakan lanjutannya yang tentunya sama cepatnya" Mereka kini tahu, bahwa Sondong Landeyan benarbenar belum dapat menggunakan sebelah kakinya yang terkena bisa Paku Tagih Belambangan. Memperoleh kesimpulan itu, mereka bertiga kemudian membalas menyerang. Gerakan kakinya hampir-hampir tidak terdengar. Tata-kerjanya cepat luar biasa. Mereka menyerang dengan bergantian tiada hentinya. Sebaliknya cara perlawanan Sondong Landeyan aneh luar biasa. Pedang Sangga Buwana diletakkan melintang di atas kursi. sebagai gantinya, ia hanya menggunakan dua kepalan tangannya yang menghantam dengan himpunan tenaga sakti. Pukulan-pukulannya aneh dan sulit ditebak. Tetapi sebenarnya ia rugi dalam pertempuran sengit itu, karena tidak dapat menggunakan kedua kakinya. Meskipun demikian, Surasekti bertiga tidak dapat menggunakan kelemahan lawannya. Mereka segan terhadap pedang Sangga Buwana. Karena itu, mereka hanya menyerang dari jarak jauh. Pada suatu kali Suratenung ingin menjajaki sampai dimana perlawanan Sondong Landeyan. Ia sengaja maju mendesak dengan mengobat-abitkan goloknya. Ternyata Sondong Landeyan tidak menggunakan pedang Sangga Buwana. Tangan kirinya hanya mengibas. Akibatnya suatu kesiur angin yang membawa tenaga luar biasa kuatnya http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mendorong Suratenung mundur sampai terbuncang nyaris menubruk daun pintu. Andaikata Sondong Landeyan menggebahnya dengan pedang Sangga Buwana, entah apa akibatnya. Ia jadi terlongong-longong sejenak kalau begitu, Sondong Landeyan tidak berniat membunuhnya. Mengapa" Apakah dia bermaksud mengampuni jiwanya" memperoleh pikiran demikian, segera ia berseru : - Sondong Landeyan, aku tahu engkau mengampuni jiwaku. Akan tetapi jangan berharap aku mengampunimu. Hutang jiwa harus kau bayar dengan jiwa juga. Sondong Landeyan tidak menjawab. Dia sedang berkutat melawan Surasekti dan Surapringga yang menyerang dengan berbareng. Keruan saja Suratenung merasa tersinggung. Tanpa mempedulikan keselamatan diri, ia melompat maju. Pada saat itu, tiba-tiba tangan kiri Sondong Landeyan berkelebat. Surasekti dan Sumpringga memekik terkejut, karena melihat bahaya yang mengancam jiwa saudara Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo seperguruannya. Dengan berbareng mereka menyambar kedua kaki Suratenung dan dibawanya mundur dengan jumpalitan. - Hai, mengapa semberono" - mereka membentak dengan berbareng. Suratenung baru saja terlepas dan maut. Nafasnya memburu. Dengan pandang tak mengerti, ia berpaling kepada kedua saudara seperguruannya. ujamya : - Dia tidak bemiat membunuh kita.- Tidak berniat membunuh kita" - bentak Surasekti mendongkol. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Kalau kau desak dengan cara demikian, siapapun akan terpaksa menggunakan pukulan maut demi menolong jiwa sendiri. - Suratenung mau mengerti, karena keterangan kakaknya seperguruan masuk akal. - Mengapa engkau yakin dia tidak akan membunuhmu" Surapringga menegas. - Barangkali....barangkali.... - Suratenung tergegap-gegap. Lalu memperbaiki alasannya, - Dia seorang satria besar. Barangkali dalam hal ini dia merasa salah. Dia tidakkan menyangkal tuntutan kita. Memang dia berhutang jiwa dan pedang Sangga Buwana yang bukan miliknya. Satu-satunya alasan mengapa dia tidak menyerah saja, karena demi mempertahankan nama besarnya sendiri.- Hm... alasanmu masuk akal juga. - Surapringga menggerendeng. Lalu berpaling kepada Surasekti minta pendapatnya. Katanya - Bagaimana " - Bagaimana" Kalau menyerang, kita menyerang berbareng Kalau berdiri sendiri-sendiri, kita bakal mati tanpa liang kubur. Kalian mempunyai kepandaian apa sampai berani main cobacoba" Kau bisa apa" Kau sanggup" - Surasekti uring-uringan. (Oo-dwkz-oO) http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jilid II Surapringga dan Suratenung seperti tersadar. Sondong Landeyan tidak mungkin roboh melawan satu orang atau dua orang. Mereka bertiga hams menyerang bersama-sama seperti rencananya semula. Dengan ketetapan itu, mereka bertiga mulai menyerang lagi. Tetapi Surasekti kini menggunakan akalnya. liba-tiba saja is menggulingkan diri di atas tanah menyerang kaki kursi. Tak ! Kaki kursi patah sebelah dan Sondong Landeyan yang duduk di atasnya, teroleng miring, pada saat itu, Surasekti meletik bangun dan membarengi kedua saudaranya menyerang dari depan. Menggunakan akal demi merebut kemenangan adalah layak. Akan tetapi bagi Surasekti bersaudara yang terkenal sebagai mahaguru, perbuatannya amat tercela. Sondong Landeyan jadi mendongkol. Tidal( mau lagi is segan-segan. Dengan sekali bergerak, is menyambar pedang Sangga Buwana dan dibabatkan. Hebat aidbatnya. Ia dapat berbalik menyerang tiga sasaran sekaligus. Mula-mula tangan kirinya menampar golok Suratenung. Dan pedangnya memotong rantai besi Surapringga sekaligus mengutungi kolor Surasekti yang bergerak mundur dengan menggulingkan dirt Pada detik itu terdengar Suratenung mengaduh. - Kau terluka" - Surasekti kaget bercampur rasa heran. Suratenung tidak menjawab. Tetapi pundaknya mengalirkan darah. Mengapa dia bisa terluka" Padahal, Sondong Landeyan hanya menamparkan tangannya. Ternyata golok mustika Suratenung rompal kena tamparan tangan Sondong Landeyan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang bertenaga sakti. Rompalan goloknya meletik dan menyerempet pundak majikannya. - Hai - Surapringga setengah mengeluh. Ia tahu benar. Adiknya seperguruan itu tidak mempan senjata tajam. Ia hanya dapat dilukai oleh senjatanya sendiri. Hal itu tidak mungkin terjadi. Akan tetapi kenyataannya demikian. Mau tak mau, ia kagum luar biasa terhadap lawannya. Tak dikehendaki sendiri, hatinya meringkas. - Kakang - terdengar suara Sekar Mulatsih dari tempatnya berdiri. - Kau tidak apa-apa" Suara itu amat manis dalam pendengaran Sondong Landeyan. Inilah untuk yang pertama kalinya seseorang memprihatinkan dirinya. Dan orang itu, seorang gadis yang cantik luar biasa. Ia menyahut dengan menggelengkan kepalanya. Pandangnya yang garang tidak beralih dari ketiga lawannya. Dia perlu berwaspada terhadap lawannya yang licik itu. Surasekti melompat menghampiri kedua saudaranya. Sejenak ia memeriksa luka Suratenung, lalu berpaling mengamati Sondong Landeyan. Kini, tak dapat lagi ia menggunakan senjatanya. Senjata kolornya sudah terpangkas sebagian. Surapringga demikian pula. Tetapi melihat kedudukan lawannya tidak menguntungkan, tak boleh ia menyia-nyiakan kesempatan itu. Berkata mencoba : - Sondong Landeyan kepandaianmu tinggi sekali. Tetapi kami bertiga belum kau kalahkan. Sayang, kami tidak bersenjata 1agi. Sebaliknya senjatamu masih utuh, meskipun hanya senjata pinjaman. Huh ! Andaikata aku membawa senjata itu, kaupun bukan tandinganku. Sekarang begini saja. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Mari kita mengadu kepandaian yang aseli ! Mari kita bertempur dengan tangan kosong. Sondong Landeyan tidak menjawab. Perlahan-lahan ia menyarungkan pedang Sangga Buwana. Menyaksikan hal itu, hati Surasekti lega luar biasa. Pancingannya temyata berhasil. Pikirnya di dalam hati : Orang ini besar kepala. Bagus Kau akan merasakan akibatnya. - Memang, sebenarnya Sondong Landeyan dapat menolak tantangan Surasekti. Akan tetapi ia merasa diri seorang pendekar yang berjalan di atas jalan lurus. Sebagai seorang pendekar yang berhati lurus pula, tidak boleh ia mau menang sendiri. Ketiga musuhnya sudah kehilangan senjata andalannya. Dengan mudah, mereka akan dapat ditumbangkannya. Namun arti kemenangan itu sendiri, rasanya kurang terhormat. - Bagaimana" Kau berani mengadu kepalan" - Surasekti menegas - Baik. Majulah - sahut Sondong Landeyan. Dengan tenang ia meletakkan pedang Sangga Buwana di sampingnya. Sebenarnya, semenjak tadi sebagian besar perlawanan Sondong Landeyan menggunakan pukulan-pukulan. Meskipun demikian, Surasekti bertiga yang bersenjata tidak dapat berbuat banyalc Apalagi kini tidak bersenjata sama sekali. Akan tetapi diam-diam Surasekti mempunyai rencananya sendiri. Tadi dia dapat mematahkan kaki kursi dengan cara menggulingkan diri. Apa halangan nya bila diulangi kembali. Sementara itu, Surapringga clan Suratenung sudah melemparkan senjata andalannya yang tidak berfungsi lagi. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Berbareng dengan. aba-aba Surasekti mereka melancarkan serangan beruntun. Tetapi, lagi-lagi pukulai Sondong Landeyan sangat aneh. Himpunan tenaga saktinya merupak*n benteng berlapis yang nada nampak. Setiap kali Surapringga dan Suratenung merangsak maju, tiba-tiba raja terpental balik. Masih syukur, mereka memiliki ilmu kebal sehingga tenaga gempuran Sondong Landeyan tidak melukai. Meskipun demikian, mereka kini tidak berani mendekat. Apalagi sampai mengadu pukulan keras melawan keras. Mereka terpaksa lari berputaran dan sekali-sekali melontarkan pukulan dari jarak jauh. Pukulan mereka sebenarnya dapat membunuh kerbau dari jarak jauh. Narnun menghadapi Sondong Landeyan, daya saktinya macet. Sama sekali Sondong Landeyan tidak bergeming. Selagi Sondong Landeyan diberondong serangan berantai terus-menerus, Surasekti tidak mau menyia-nyiakan waktu. Dengan bergullungain ia menghampiri Sondong Landeyan dart belakang, Sondong Landeyan terkejut. Dengan mengerahkan tenaga ia memutar kursinya yang tinggal berkaki tiga. Pada saat itu, Surasekti menghantamkan kakinya. Tak ! - Bedebah, kau mau apa" - Sondong Landeyan menggerung. Tetapi Surasekti sudah berhasil mematahkan kaki kursi yang kedua. Sondong Landeyan tidak hanya miring, kini bahkan terjengkang ke belakang. Meskipun demikian masih sempat tangannya menceng keram pundak Surasekti dan dilontarkan di dinding. - Surapringga ! Suratenung ! Tolong ! - ia menjerit. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Surapringga dan Suratenung merangsak untuk menghalangi. Usahanya berhasil. Sondong Landeyan hanya dapat melukai Surasekti. Namun sebagai gantinya, rasa marahnya dilampiaskan kepada Surapringga dan Suratenung. Mereka berdua terpelanting kena gempuran pukulan Sondong Landeyan. - Tahan dia ! - seru Surasekti yang terlempar ke luar pintu. Dengan menahan sakit ia mengumpulkan rumput kering dan ranting-ranting yang mudah terbakar, Kemudian ditumpuk di de- pan rumah dan dibakarnya. Penduduk desa yang menyaksikan perkelahian dari jalanan menjadi gempar. Mereka berteriak-teriak memanggil polisi desa. Teriakan mereka sambung menyarnbung : - Kebakaran ! Kebakaran ! Surapringga dan Suratenung terus saja melompat menghadang di depan pintu. Dengan wajah beringas mereka mengancam siapa saja yang berani mencoba-coba memadamkan api. Kesempatan itu diperguna kan Sekar Mulatsih untuk menolong diri . Sambil lari sekencangkencangnya ia menjerit-jerit : - Tolong dia ! Tolong ! dia Sondong Landeyan menggeram. Namun ia tidak dapat bergerak dan kursinya Kedudukannya sangat sulit, karena ia terdengklak ke belakang. Meskipun demikian, baik Surasekti maupun Surapringga berdua, tidak berani mencoba-coba membalas. Sondong Landeyan benar-benar gagah perkasa. - Tebarkan api ini - perintah Surasekti. - Dia tidak bisa lari....- http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Surapringga dan Suratenung adalah begal-begal berpengalaman. segera ia mengerti maksud Surasekti. Dengan cekatan, mereka menebarkan rumput dan ranting yang terbakar. Karena dinding rumah terbuat dari bambu yang sudah tua, api menjalar dengan mudahnya. Sebentar saja, rumah itu benar-benar menja di lautan api. Sondong Landeyan menghela nafas. Diam-diam ia mengeluh di dalam hats : - Akhirnya aku mati di sini. Tiba-tiba ia mendengar suara jeritan Sekar Mulatsih. Ia menoleh. Ternyata Sekar Mulatsih sudah tidak berada di tempatnya. Ia bersyukur bukan main. Apa1agi mendengar jerit gadis itu yang memikirkan keselamatannya. Melihat api makin menjadi-jadi, ia memeriksa seluruh ruangan. Di atas tempat tidur, keris Tunggulmanik masih terpasang rapih pada dinding. Khawatir akan ikut terbakar, ia menggulingkan diri. Lalu melompat di atas tempat tidur. Ia mencoba menegakkan badannya. Ternyata tiada terhalang. - Ah Tuhan Maha Pengasih ! - ia memanjatkan doa syukurnya. Kemudian ia menurunkan keris Tunggulmanik dan disisipkan pada ikat pinggangnya. Setelah itu ia menunggu sampai asap menutupi dirinya Kemudian berdiri di atas sebelah kakinya. Dengan mata tak berkedip la mengawaskan tiang rumah. Begitu roboh, ia akan menggunakannya sebagai galah peloncat. Diluar rumah; Surasekti, Surapringga dan Suratenung saling memandang dengan rasa puas. Mereka merasa pasti, bahwa Sondong Landeyan akan mati terbakar menjadi abu http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sementara itu, Sekar Mulatsih sudah berada di tengah kerumun penduduk desa dengan menangis terisak-isak. Sekonyong-konyong terdengar suatu bentakan dahsyat dari dalam rumah. Kemudian muncullah sesosok bayangan yang Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo melesat menyeberang lautan api yang membakar atap rumah. Itulah tubuh Sondong Landeyan yang terbang di udara dan kini turun mengarah kepada Surasekti dan dua saudaraseperguruannya bagaikan burung rajawali hendak menerkam mangsanya. Semua yang menyaksikan tertegun terlongong-longong. Belum pernah selama hidupnya mereka menyak sikan seseorang bisa terbang melintasi api yang membakar atap rumah. Tidak terkecuali Surasekti berti ga. Mereka kaget setengah mati. Itulah suatu peri stiwa yang berada diluar perhitungannya. Pada detik itu Pula mereka memutar tubuhnya hendak kabur. A kan tetapi sambaran Langan Sondong Landeyan lebih cepat. Tahu-tahu, tubuh mereka bertiga dilantarkan ke dalam lautan api berbareng pekik terkejut yang m enyaksikan. Untung, mereka berkepandalan tinggi. Tubuhnya kebal dari senjata dan jilatan api. Meskipun demikian, tak wrung rambut, kum is dan jenggotnya terbakar juga. Dengan menjerit mereka berlomba keluar dari kurungan api yang sedang meruntuhkan tiangtiang dan atap. Sewaktu keluar dari reruntuhan api, sebagian besar pakaiannya tersulut api. Terus saja mereka kabur terbirit-birit dengan berteriak-teriak seperti tiga ekor babi diuber golok. Itulah kenangan yang sangat manis di benak Sondong Landeyan, setelah di hidup berumah tangga dengan Sekar Mulatsih. Ia membawa Sekar Mulatsih hidup sebagai petani di lereng Gunung Lawu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Hidup sederhana, jauh dari keramaian tetapi bersuasana damai. Dua tahun kemudian, Sekar Mulatsih melahirkan seorang putera. Seorang putera yang berperawakan seperti ayahnya akan tetapi berwajah cakap seperti ibunya. Sampai disitu, Gunacarita tidak melanjutkan ceritanya. la menghirup minumannya sampai kering. Orang-orang yang berada dalam ruang tengah, tidak berani mengganggunya. Hati mereka sudah terebut oleh jalinan cerita ki dalang yang menawan. Kalau dia kini perlu membasahi kerongkongannya, tak apalah. Biarlah dia minum dan makan sepuas-puasnya. Sementara itu, larut malam sudah tiba dengan diam-diam. Hujan yang sebentar tadi turun rintik-rintik, kini seperti tercurah membasahi bumi. Berkali-kali guntur meledak atau bergulungan sambung-menyambung . Namun mereka semua tidak merasa dirugikan. Kecuali berada di bawah atap rumah, suasananya hangat oleh cerita ke dalang, ditambah makanan dan minuman yang berlebih. Karena ki dalang berhenti bercerita, keadaan ruang itu jadi sunyi. Masing-masing tenggelam dalam tanggapannya yang berbeda. Bogel yang rupanya tidak betah memendam perasaan, membuka suara lantang : - Kartamita, bagaimana menurut pendapatmu" Sondong Landeyan seorang pendekar jempolan atau tidak" Kartamita hendak menjawab, tetapi kedahuluan Diah Windu Rini yang mendengus tidak senang. Katanya : - Apanya yang jempolan" Dalam suatu pertempuran, menang dan kalah adalah lumrah. Bogel tergugu sejenak. Lalu tertawa membahak. Serunya : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Benar Benar ! Hai, Guna ! Sekar Mulatsih cantik atau tidak" - - Bukankah kuceritakan kecantikannya bagaikan bidadari tersesat di bumf" - sahut Gunacarita-sambil mengunyah penganan. - Cantik mana, dia atau puteri itu" - Puteri yang mana" - Puteri yang galak itu. - ujar Bagel dengan mengisyaratkan matanya. Wajah Gunacarita berubah. Menjawab - Aku belum pernah melihat Sekar Mulatsih. Yang jelas, raden ajeng (maksudnya : peteri ningrat itu) itu sangat cantik.- - Cocok. - Bogel menyetujui. Diah Windu Rini menegakkan kepalanya. Sebenamya dia hendak mengumbar adatnya. Tetapi mengingat dia memuji kecantikannya, untuk kedua kalinya ia membatalkan niatnya. - Uang, senjata mustika dan perempuan cantik memang pantas diperebutkan. Kalau perlu, darah dan jiwa taruhannya. - Bogel berkata lagi - Hei nek, bagaimana pendapatmu" - A ku" - si nenek menegakkan badannya. - Jangan kau kira, aku kempong reyot semenjak dulu. Jaman mudaku, akupun cantik seperti bunga anggrek. Kau tahu aku pernah diperebutkan duapuluh satu laki-laki. - Duapuluh satu" - Bogel tertawa. - Betul ! Duapuluh satu orang. Laki-laki beneran. Cuma saja, laki-laki bandotan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Hohooooo ......- Bagel terkekeh-kekeh. Dan orang-orang yang berada dalam ruang itu tertawa bergegaran. - Nek, kau dulu disebut apa" - Nenek itu bersakit hati, karena merasa dicemoohkan. Menyahut dengan memberengut : - Namaku sih.... namaku sendiri Saminten. Tapi orangorang yang lagi gendeng padaku, menyebut aku buah Saminten si bunga anggrek. Mengapa " Bogel masih saja tertawa haha-hihi. Lalu menyanyi lagu sunda - Saminten buah Saminten....ohooo... Untung aku belum lahir.- - Kalau lahir, kau termasuk laki-laki bandotan juga. - bentak nenek Saminten. - Kok tahu"- - Kenapa tidak" Suaramu, tampangmu, tingkahmu...ih..ada bakat bandot . - - Hahaa... mungkin betul. - Bogel mengalah. - Tetapi apakah mereka bertempur juga seperti yang dialami pendekar Sondong Landeyan"- - Sampai bertempur sih...tidak. Cuma mereka kugebah pergi semua, semua, semua ! Lalu aku memilih laki-laki yang terbaik di luar yang duapuluh satu itu. Eh, masih salah juga Setelah menghisap madu sepahnya mau dibuang. Tentu saja aku tidak mau disamakan dengan batang tebu yang...yang... yang bernasib habis manis sepah dibuang. Begitulah, lalu aku kawin lagi sampai tujuh kali. Uuuh... dasar laki-laki Kembali lagi orang-orang tertawa geli. setelah sirap, berkatalah Kartamita : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Ucapan nona tadi ada benarnya juga. Di tanah air ini banyak sekali terdapat pendekar-pendekar berkepandaian tinggi semacam Sondong Landeyan. Hai Guna, lalu apa alasanmu bahwa dia pantas kita sebut pendekar yang paling besar di jaman ini" Gunacarita meletakkan sisa penganan di atas piringnya. Lalu menjawab : - Bogel tadi berkata, bahwa uang, senjata mustika dan wanita cantik pantas diperebutkan. Kalau perlu darah dan jiwa taruhannya. Apakah memang begitu" - Benar. - sahut Kartamita dengan tidak ragu-ragu. Apalagi, bila wanita yang cantik jelita itu sudah menjadi miliknya.- - Apakah raden ajeng setuju" - Gunacarita minta pendapat Diah Windu Rini. - Huh. - Diah Windu Rini mendengus. - Wanita itu bukan boneka mati. Bukan boneka yang tidak mempunyai nafas, pikir, hati dan rasa. Dia bukan semacam benda yang dapat dinilai sesuka hati lalu-laki. Kalau laki-laki mau mempertaruhkan darah danjiwanya, terserahlah. Itu coal dia. Mungkin dia mempunyai dasar alasannya. Wanitapun begitu juga. Maka kata-kata milik itu, perlu dijelaskan dulu.- Cocok ! Benar ! - teriak nenek Saminten seperti orang kalap.- Kami bukan segelintir tembakau untuk siap dipilinpilin.- - Siapa yang mau memilinmu - Bogel mendongkol. -Tentu saja laki-laki. - bentak nenek Saminten dengan wajah merah padam. Lalu memaki - Dasar lelaki bangsat semua .- http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Hihooo .... - Bogel tidak bersakit hati. Dan orang-orang yang bisa memaklumi watak nenek Saminten tertawa geli pula. - Kamipun bukan lembu perahan pula yang kau harapkan dapat memenuhi semua keinginanmu. Kami rela mengarungi hujan badai, guntur dan geledek. Akan tetapi kaum wanitapun harus tahu makna pengorbanan itu. Berilah kami sedikit kelegaan. Itulah cinta kasihmu yang tulus. - Baik. Kaupun jangan pula main gila dengan perempuan lair. - damprat nenek Saminten. - Tetapi bagaimana kalau engkau sudah melahirkan anak" Apakah engkau tidak merasa menjadi milik keluarga" Kartamita menimbrung. Ia perlu menghentakkan suaranya, karena semenjak tadi ia tidak memperoleh kesempatan untuk menerangkan maksud nya. - Bagus ! - nenek Saminten tertawa. - Tetapi sang bapak itupun harus merasa pula menjadi milik keluarga. Nah, itu baru adil. - Ucapan nenek Saminten ada benarnya juga, sehingga membuat semua orang terdiam sejenak. Gagak Ideran menggunakan kesempatan itu untuk mengalihkan pembicaraan. Katanya kepada Gunacarita - Paman, apakah engkau masih perlu tambah minuman dan makanan" - - Oh, tidak. Rasanya sudah cukup. En tahlah lainnya. - sahut Gunacarita dengan hormat. - Kudengar paman belum dapat meyakinkan kita, bahwa pendekar Sondong Landeyan adalah yang paling sakti pada jaman ini. Apakah alasan paman" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Karena selain berkepandaian tinggi, jiwa dan hatinya besar pula. Itulah yang kumaksudkan dengan istilah paling sakti.- - Dalam hal apa dia pantas disebut berjiwa dan berhati besar. - - Tuan muda, ceritaku belum habis. Biarlah kulanjutkan. Mudah-mudahan hadirin sekalian dapat menyetujui pendapatku. - ujar Gunacarita. Kemudian ia memperbaiki duduknya setelah menghirup minumannya. SEMENJAK dapat mengalahkan tiga begal sakti dari Belambangan, nama Sondong Landeyan menjadi pembicaraan orang. Dari berbagai jurusan, orang-orang pandai datang mengunjungi rumah untuk menguji diri. Sondong Landeyan hanya melukai mereka semua. Tiada pernah seorangpun tewas dalam tangannya. Sebab kedatangan mereka bukan bermaksud jahat. Hanya sekedar ingin mengangkat diri menjadi seorang pendekar kenamaan. Pada suatu hari, Sondong Landeyan mendengar kabar tentang sepak-terjang Sri Baginda Amangkurat IV yang menurut pendapatnya amat aneh. Setelah naik tahta, rupanya mewarisi beberapa watak sepupunya, Amangkurat Mas. Selain gemar membawa wanita-wanita cantik ke dalam istana, Sri Baginda mencurigai setiap orang. Tiada seorangpun yang dipercayai. Bahkan terhadap ibunya sendiri, Ratu Pakubuwana dan saudaranya Pangeran Purbaya. Akibatnya Pangeran Purbaya lari ke Blitar bernaung di kediaman Pangeran Blitar. Perrnaisuri raja, Mas Ayu Sumarsa, ikut serta dengan membawa dua orang puteranya : Pangeran Arya Mangkunagara dan Raden Lindhu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sondong Landeyan jadi teringat kepada pengalamannya dulu, sewaktu Sri Baginda menghendaki Ayu Sumarsa menjadi isterinya. Menurut Sri Baginda, Ayu Sumarsa memiliki cahaya nareswari. Mengapa kini disia-siakan" Dia sendiri keluar dari pekerjaannya karena tidak setuju terhadap sikap raja. Namun tidak pernah terlintas dalam benaknya, bahwa pada suatu kali Ayu Sumarsa sampai harus keluar dari istana. Tentunya dia menderita. Padahal dia seorang wanita yang setia, berbakti dan penurut. Ah, pasti ada suatu masalah yang menyakitkan hati permaisuri sehingga memilih hidup di Blitar bersama kedua puteranya. - pikir Sondong Landeyan. Karena ia tidak pandai membaca apa yang terjadi di belakang layar, maka diputuskan hendak mengunjungi perrnaisuri Ayu Sumarsa di Blitar. - Bagaimana kalau orang-orang datang mencarimu" - Sekar Mulatsih cemas. - Mereka hanya mencariku. Katakan saja, aku tidak ada di rumah. - jawab Sondong Landeyan yang selamanya tidak pandai berbicara berkepanjangan. Di dalam hati, sebenarnya Sekar Mulatsih tidak senang Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menjadi isteri seorang pendekar. Selama hidup lima tahun dengan Sondong Landeyan, hatinya tidak pernah tenteram. Orang-orang datang silih berganti mengadu berbagai kepandaian. Ada yang membawa tombak, pedang, golok, penggada, tongkat, cempuling, keris, rantai dan senjata andalanya masing-masing yang aneh-aneh. Tetapi ada pula yang datang hanya untuk mempersoalkan beberapa masalah ilmu kepandaian. Mengapa tiada seorangpun yang membicarakan perkara kesenian, kesusasteraan, penghayatan ke Tuhanan atau hasil budaya lainnya yang sejenis" Apakah isi dunia ini hanya dipenuhi ilmu http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bunuh membunuh semata" Celakanya, Sondong Landeyan tidak dapat dibawa berbicara mengenai bidang lainnya. Terus terang saja, ia merasa sebal dan muak. Kalau saja tidak teringat si kecil Pitrang, ingin saja ia memperpendek umur. Sebab kalau mau Iari, lari ke mana" Dunia yang luas ini terasa sempit baginya. Alangkah buruk nasib anak seorang pemberontak. Kalau raja tidak dilindungi Sondong Landeyan, pada saat itu ia sudah tidak berjiwa lagi. Hal itu pulalah yang menjadi pertimbangan hatinya untuk bersikap diam dan menurut. Sondong Landeyan sebaliknya juga tidak dapat terlalu disalahkan. Menurut pengertiannya yang sederhana, ia sudah menjadi seorang suami yang baik. la menerima semua tantangan jago-jago demi martabat. Martabatnya berarti pula menaikkan derajat keluarganya. la ikut pula mengasuh si kecil Pitrang. Memandikan, menyuapi, kadangkala menggendongnya. Bedanya, ibunya dapat menggendong si kecil dengan menyanyi dan membujuknya. Kalau dia hanya pandai mendesis : ssst...ssst.. kaya ular menyembur katak buduk. Habis, seumur itu tidak pernah ia mengenal nyanyian merdu satu baitpun. Dan bila si kecil sedang rewel, ia membawanya lari berlompatan di atas batubatu jurang Entah karena apa, si kecil lantas berhenti menangis kemudian tidur nyenyak. Mungkin karena terbuai angin pegunungan yang mengipasinya oleh gaya lari ayahnya. Bukankah dia sudah menjadi seorang bapak dan suami yang baik" Tidak pernah ia tertarik kepada wanita lain, kecuali isterinya sendiri. Melirikpun tidak pernah , Karena itu sepanjang jalan, http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pandang matanya tetap terpancang ke depan. Dengan hanya menyelipkan keris Kyahi Tunggulmanik di balik bajunya, ia membedalkan kudanya mengarah ke timur . Pada suatu malam, ia terpaksa menginap di sebuah bangunan Kelenteng kuno yang rusak oleh peperangan. Kudanya ditambatkan pada sebuah tiang ruang belakang. Pikirnya, seumpama hujan turun, kudanya tidak akan basah kuyup. Memang ruang belakang berhalaman luas. Tempat ia meneduhkan kudanya terlindung oleh beberapa dinding sekatan, hingga tidak segera diketahui orang. Bahkan suara gerakan binatang itupun, tidak mudah terdengar oleh pendengaran lumrah. Halaman kelenteng (rumah pujaan) yang agaknya sudah cukup lama tidak terawat, dilebati oleh rerumputan. Hal ini menolong Sondong Landeyan memberi makan kudanya. Segera ia mengumpulkan rerumputan yang masih segar bugar. Dan setelah dibawa de depan kudanya, dengan langkah damai ia memasuki ruang tengah rumah pujaan itu. Tiba-tiba pendenga rannya yang tajam mendengar sesuatu. Ia melongokkan kepalanya dan melihat sepasang muda-mudi memasuki halaman kelenteng. - Mereka kakak-beradik atau sepasang kekasih yang minggat dari rumah" - ia berpikir di dalam hati. Segera ia mundur ke sudut dan memperhatikan mereka. Muda-mudi yang datang itu berumur kira-kira duapuluh satu tahun , Mungkin sekali sang pemuda lebih tua sedikit daripada sang gadis. Masing-masing membekal senjata. Yang laki-laki sebatang golok dan yang perempuan sebatang pedang panjang. - Adik, marl kita berteduh sebentar sebelum melanjutkan perjalanan. - kata sang pemuda. - Aku tadi sempat menjebol http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sebatang ketela. Bukankah lebih nyaman kita bakar di bawah atap daripada di tepi jalan" Sang gadis tertawa merdu. Menyahut : - Kakang Wigagu Apakah kakang pernah memasuki rumah kelenteng" . - - Mengapa" Apakah kau takut hantu" - Wigagu tertawa melalui hidungnya. Lalu dengan tekun ia membuat api perdiangan Setelah itu ia mengeluarkan empat batang ketela (singkong) dan ditaruh diatas dua batang kayu bakar yang dilintangkan. Gadis itu, yang bernama Sukesi, duduk di sampingnya. Ia menjelajahkan pandang matanya seakan-akan sedang memeriksa seluruh ruangan serambi depan. Kemudian beralih menembus kegelapan halaman depan. Ia tertawa perlahan. Tertawa geli yang disembunyikan di batik giginya. Berkata menggelitik : - Tanganmu memang tidak hanya cekatan menggerakan golok, tapipun pandai mencabut ketela orang dan berjalan sambil menyambar ranting-ranting patah. - Ketela orang" - - Ya. - - Mana orangnya" Ketela ini tumbuh di atas ladang liar. Kukira sudah lama ditinggalkan pemiliknya.Nah, bukankah benar ketela orang" Kakang menyebut pemiliknya. Artinya, pemah ditanam orang. Wigagu tergugu sejenak. Tiba-tiba ia berdiri tegak dan membungkuk tiga kali ke arah utara sambil berkomat-kamit : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Paman atau kakek yang menanam ketela ini, aku Wigagu mohon maaf. Karena terdorong perut lapar, aku memerlukan sebatang ketelamu. Boleh, kan" Sukesi tertawa geli. Sondong Landeyan yang pendiam ikut Pula tertawa geli dalam hatinya. Pikirnya, pemuda itu kocak juga. Tetapi selanjutnya ia terkejut sewaktu mendengar pembicaraan mereka berdua. Kata Sukesi : - Kakang Wigagu, biasanya dalam ruang kelenteng terpasang gambar tiga orang pahlawan jaman Sam Kok. Kalau tidak salah namanya - Kwan Kong, Lauw Pi dan Thio Hui. Kabarnya, Kwan Kong sering menampakkan diri. Kau benarbenar tidak takut" - Sukesi - sahut Wigagu dengan suara mantap. - Cita-cita hidupku ingin menjadi seorang Sondong Landeyan. Karena itu, aku bekerja untuk baginda. Sekarang, aku diperintahkan untuk menjemput permaisuri baginda dan Pangeran Arya Mangkunagara. Aku ditugaskan mendahului berjalan di depan. Kalau aku manusia yang takut hantu, masakan aku cukup berharga mempunyai cita-cita menjadi seorang Sondong L?ndeyan" - Sukesi tertawa melalui dadanya. Lalu menggelitik : - Rupanya engkau tergila-gila kepada tokoh Sondong Landeyan.- - Memang. - jawab Wigagu dengan tegas. - Kau tahu apa arti Sondong" Sondong artinya jago.Landeyan artinya batang penopang sebilah tombak.- Apa sih hebatnya tokoh Sondong Landeyan" . Arti namanya saja sudah jelas. Selain berkepandaian tinggi, hatinya jujur, tulus lempeng seperti landeyan (Landeyan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ batang sebilah tombak). Karena itu, sudah selayaknya dia menjadi pengawal raja. Raja ibarat tombaknya. Dan Sondong Landeyan ibarat batang tombaknya. Tombak boleh tajam. Boleh ampuh. Tetapi tanpa batang penyangganya, daya gunanya akan terbatas. Itulah sebabnya, begitu Sri Baginda kehilangan Sondong Landeyan terjadilah pemberontakanpemberontakan yang menyedihkan. Seumpama Sondong Landeyan masih menjadi andalah Sri Baginda, mustahil Pangeran Purbaya, Pangeran Blitar mengangkat senjata. Untung saja masih terdapat seorang Haria Giri yang pandai berbicara. Kalau tidak, mustahil Pangeran Arya Mangkunegara, bunda ratu dan Raden Lindhu berkenan kembali ke kotaraja. - Dan kau ingin menjadi seorang Sondong Landeyan. tungkas Sukesi. - ya.- - Tentunya engkau harus membenci perempuan, bukan" - Eh - Wigagu tergugu sedetik dua detik. - Memang aku bukan Haria Giri yang pandai menggunakan setiap kesempatan. Kau sendiri mau berangkat ke Kartasura bukankah ingin bertemu orang-orang semacam Haria Giri.- Hai ! Kau berkata apa" - Sukesi melompat berdiri. - Hm... - Wigagu mendengus. Lalu tertawa melalui hidungnya.- Mungkin berangan-angan menjadi salah seorang selir (Selir isteri seorang raja, bukan permaisuri) raja. Sreng ! Sukesi menghunus pedangnya dan terus menikam. Tikaman itu tenth saja berada diluar dugaan Wigagu. Untung, masih dapat ia mengelak dengan menggulingkan diri. Lalu dengan sebat ia menghunus goloknya. Bentaknya galak : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Kau kira aku bukan Seorang Sondong Landeyan sejati" Seorang Sondong bilang satu adalah satu. Tidak akan pernah ia menarik ucapannya. - Sukesi rupanya merasa sangat tersinggung. Terus saja ia menyerang dengan sungguh-sungguh. Wigagu juga tidak sudi mengalah. Ia melayani dengan goloknya. Sebentar saja mereka bergebrak belasan jurus. Ketela yang berada di atas perapian mulai menebarkan bau hangus. Namun mereka berdua sudah tidak tertarik lagi. Menyaksikan mereka bertempur dengan sungguh-sungguh, Sondong Landeyan jadi terheran-heran. Mengapa mereka bertempur tak keruan-keruan" A h, keduaduanya sama-sama seperti bayi belum hilang pupuk ubunubunnya. Masing-masing mudah tersinggung. Mungkin pula masing-masing mempunyai angan-angan dan mimpi indah. Tetapi mengapa nama Haria Giri dibawa-bawa sebagai perbandingan dengan dirinya" Sukesi benar-benar berkelahi dengan penuh semangat dan dendam. Namun Wigagu calon Sondong Landeyan kedua, tidak mau mengalah pula. Diapun menangkis dan membalas menyerang dengan tidak segan-segan. Goloknya menabas dan menyabet dengan curahan tenaga. Menilik gerakan-gerakan senjatanya, mereka bukan seperguruan. Masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahannya. Suatu kali, Sukesi maju menetjang. Kakinya menendang onggokan perapian. Seketika itu juga, perapian bertebaran. Dan dalam ruang serambi kelenteng itu menjadi gelap-gulita. Kemudian terdengar langkah kaki meninggalkan halaman kelenteng. Wigagu mengeluh. Dan suasana kelenten,g jadi sunyi kembali. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sondong Landeyan tersenyum. Ilmu pedang Sukesi lebih tinggi sedikit daripada Wigagu. Tetapi Wigagu menang tenaga, sehingga dalam suatu pertempuran yang panjang Sukesi akan dapat dikalahkan. Syukur, Sukesi bisa berpikir panjang. Meskipun hatinya mendongkol, ia pandai membaca kenyataan. Pada saat itu ia maju menerjang untuk memadamkan api. Lalu kabur secepat-cepatnya meninggalkan kelenteng. - Hm. - terdengar Wigagu menggerendeng seorang diri. Mengapa dia tidak menggunakan kesempatan menikamkan pedangnya sewaktu api padam" Celaka Aku berangan-angan menjadi seorang Sondong Landeyan. Tetapi aku kehilangan pengamatan sedetik dua detik oleh padamnya api. Apakah Sambil memasukkan goloknya ke dalam sarungnya, ia mengumpulkan tebaran api yang sudah jadi bara dengan sebelah Kakinya. Lalu mencoba menyalakannya kembali. Setelah beberapa kali meniupkan nafasnya yang masih memburu, ia berhasil menyalakannya kembali. Kemudian duduk menghempaskan diri dengan kepala kosong. Mulutnya berkomat-kamit kembali terdengar di berkata tak jelas : - Tak salah Ia sengaja tidak bermaksud mencelakai diriku. Ah, aku yang berangan-angan menjadi seorang Sondong Landeyan, masakan sampai diampuni jiwaku oleh seorang perempuan" - Memperoleh kesimpulan demikian, ia mundur dan bersandar pada dinding dengan wajah putus asa. Ia mengeluh dua kali, lalu berkata lagi : - Ya, kalau dipikir aku cuma menggodanya. Alasan untuk marah dan hendak membunuh diriku dengan sungguhsungguh, memang kurang kuat. Kalau begitu .... kalau begitu ..... , ia bermaksud baik. Ia hanya ingin menguji kepandaianku dan menyadarkan diriku. Tetap ..... tetapi ...... aku memang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ingin menjadi seorang laki-laki setangguh Sondong Landeyan. Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Apa salahku" Apa salahku" Seorang Sondong Landeyan, memang harus belajar membenci perempuan ! Mestinya dia harus tahu ! .... - Seorang Sondong Landeyan harus belajar membenci perempuan" Sondong Landeyan menirukan ucapan Wigagu dalam hatinya. Celaka Sikapnya yang dingin dan tidak pandai berbicara ditafsirkan salah oleh pars angkatan muda. Tetapi kalau ditimbarigtimbang dengan saksama, ucapan pemuda itu tidak terlalu salah. Memang selama ini ia tidak pernah tertarik kepada perempuan macam apapun, kecuali Sekar Mulatsih seorang. Apakah salah" Sementara itu, Wigagu sudah berdiri lagi mencari ketela bakarnya. Rupanya ia merasa lapar. Setelah menemukan ketela bakarnya yang tertebar oleh tendangan Sukesi, ia duduk kembali sambil menggera gotinya dengan nikmat. Selagi demikian, sekonyong-konyong terdengar langkah kaki di halaman depan. Wigagu melompat berdiri dan melongokkan kepalanya. - Apakah Sukesi balik kembali" - ia menduga-duga. Ternyata bukan dia. Seorang laki-laki berusia limapuluh tahun yang berperawakan tinggi kurus masuk ke halaman kelenteng dengan membimbing seorang perempuan muda berusia tigapuluh tahun. Wigagu kenal siapakah laki-laki itu. Dialah Sarayuda salah seorang anggauta utusan raja untuk menjemput pulangnya Ratu Sumarsa, Pangeran Arya Mangkunagara dan Raden Lindhu. Cepat-cepat Wigagu meletakkan goloknya di atas lantai memipit dinding. Lalu keluar pintu hendak menyambut. Ia terkejut setelah melihat tangan Sarayuda. Sehelai kain mengikat tangan kanannya pada lehernya. Sedang yang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ perempuan berjalan terpincang pincang. Tak usah dijelaskan lagi, mereka berdua menderita luka dan pakaiannya basah kuyup. - Paman Apakah paman kehujanan" - tegur Wigagu dengan ramah. Sarayuda menatapkan pandangnya kepada Wigagu. Lalu berkata kepada wanita itu : - Coba periksa ruangan dalam Wanita itu mengiakan. Dan pada saat itu, Wigagu berkata lagi : - Paman Aku Wigagu. Aku sudah berada disini beberapa waktu yang lalu. Sepi, tiada orang. Kecuali aku dan .... - Hm. - Sarayuda memotong dengan dengusnya. - Apakah engkau tidak mencium bau kuda" Mendengar kata-kata Sarayuda, Wigagu kini bercelingukan. Katanya lagi : - Bau kuda" Semenjak tadi tak ada orang. Mungkin sekali, seseorang yang menunggang kuda singgah kemari sore hari tadi. Sewaktu aku datang, tiada siapapun. Sarayuda mau percaya. Ia membatalkan perintahnya kepada wanita disampingnya. Berkata memperkenalkan : - Inilah bibimu. - - Bibi....eh....maksud paman isteri paman" - Wigagu menegas. - Ya, tentu saja. Kalau bukan isteriku masakan kubawabawa" - Sarayuda setengah membentak. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi pandang mata Wigagu mengabarkan kesan tak senang. Sebab sebagai seorang Sondong Landeyan, menurut pendapatnya tidak boleh terlalu terbuka menerima kehadiran seorang perempuan. Apalagi, perempuan itu pantas menjadi anak Sarayuda. Rupanya pandang mata Wigagu membuat Sarayuda jadi perasa. Ia perlu memberi keterangan. Katanya : - Dialah isteri sambungan. Memang berbeda umur. Katakan terpaut jauh. Tetapi kalau memang sudah jodoh, apa yang bakal tidak mungkin" Jodoh di tangan Tuhan. Wigagu tidak melayani. Ia membalikkan badannya. Kemudian kembali menggeragoti ketela bakarnya dengan duduk menjauh. Sarayuda merenunginya sejenak. Setelah itu bersikap tidak mengambil pusing. Dengan setengah membanting dirinya, ia duduk bersandar pada meja sembahyang. Dengan melepaskan nafas lega, ia memejamkan kedua matanya. Nampak benar, ia perlu beristirahat. Perlahan-lahan lantai jadi basah oleh air bersemu merah yang menetes dari pakaiannya. Memang di luar kelenteng turun hujan gerimis. Tetapi menilik betapa basah pakaian yang dikenakannya, tentunya hujan cukup deras di seberang jauh. Namun isterinya tidak menghiraukan diri. Dengan manis dan tenteram ia menyandarkan kepalanya di atas dada suaminya. Sungguh mesra kesannya, meskipun usia suarni-isteri itu tidak sebanding. Sondong Landeyan yang menyaksikan semua yang terjadi di depan matanya, dapat menerima kehadiran suami isteri Sarayuda. Ia justru gelisah terhadap sepak-terjang Wigagu yang memperagakan sebagai dirinya. Benarkah sikap hidupnya seperti yang diperagakan pemuda itu" Ia terlongong-longong beberapa saat lamanya. Kemudian beralih memperhatikan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sarayuda. Sebagai seorang pendekar tanpa tanding, dengan sekilas pandang tahulah ia, bahwa kepandaian Sarayuda tidak rendah. Mungkin terrnasuk seorang pendekar yang jarang tandingannya. Tetapi mengapa dia menderi ta begitu rupa" Siapakah lawannya" - Hm. - ia memikirkan Wigagu. - Kalau bocah itu tidak tahu diri, celakalah hidupnya.Tiba-tiba ia mendengar suara derap kuda dari kejauhan. Hampir berbareng dengan itu, Sarayuda meloncat bangun dan mencabut senjata dari pinggangnya Senjatanya ternyata sebatang tombak pendek yang diberi rantai. - Lastri ! - ia berkata setengah berbisik kepada isterinya. Kau lari dulu secepat-cepatnya Aku akan menahan mereka di sini. - Setelah berkata demikian, ia mengeluarkan sebuah bungkusan yang panjangnya kira-kira duapuluh lima senti dan mengangsurkannya kepada isterinya. - Bawalah kepadanya ! ia berbisik. Isterinya yang sesungguhnya bernama Sulastri menolak angsuran suaminya. Katanya : - Tidak Kalau kita harus mati, biarlah kita mati bersamasama. Mendengar ujar isterinya, wajah Sarayuda berubah menjadi bengis. Bentaknya : - Mulai dari Tulungagung kita bertempur dan terluka. Untuk apa semuanya ini" Bila maksud kits gagal, aku akan mati menjadi setan. Maka pergilah demi ketenteraman hatiku Aku akan melawan mereka di sini.Namun Sulastri tetap enggan meninggalkan suaminya. nangis terisak. Lalu berkata patah-patah : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Kakang Semenjak menjadi isterimu, aku tidak pernah memperoleh kesempatan untuk melayanimu dengan semestinya. Masakan...justru...pada saat begini....kita harus berpisah dengan cara ... Tidak ! Biarlah aku ikut mati pula. Sarayuda membanting kakinya seraya membentak : - Lastri, dengarkan permohonanku ini. Aku memohon. Benar-benar memohon. Bila engkau dapat membawa barang ini kepadanya, jasamu jauh lebih besar daripada kematianmu untukku. - Setelah membentak demikian, ia mendorong isterinya dan memerintah dengan suara bingung : - pergi ! Pergi, sayang...... ! Menyaksikan betapa besar rasa cinta Sulastri kepada Sarayuda, tergugahlah keperwiraan Sondong Landeyan. Ia jadi teringat kepada pengalamannya sendiri. Dulu.. diapun terluka sewaktu bertemu dengan Sekar Mulatsih. Dan Sekar Mulatsih yang kini sudah menjadi isterinya, tidak mau beranjak dari tempatnya, tatkala ia bertempur melawan Surasekti bertiga. Sebenarnya siapakah lawan Sarayuda, pikirnya menebaknebak. Beberapa saat kemudian, terdengar derap kaki tiga ekor kuda berhenti di depan kelenteng. Dua berhenti di depan pintu masuk, sedang yang satu memutar ke serambi belakang. - Aduh, Lastri - Sarayuda mengeluh dengan sacra putus asa. - Kita. sudah terkepung. Dua di depan dan satu di belakang. Tak ada jalan keluar lagi. Dengan wajah bingung, Sulastri memutar pandang ke seluruh ruang dalam. Setelah itu ia membirnbing suaminya dan naik ke atas tempat patung. Dengan pandang mata http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ memohon ia mengawaskan Wigagu dan memberi isyarat gerakan tangan agar pemuda itu tidak membuka rahasia. Kemudian bersama suaminya ia bersembunyi di belakang patung. Dengan wajah bingung, Sulastri memutar pandang ke seluruh ruang dalam. Setelah itu ia membirnbing suaminya dan naik ke atas tempat patung. Dengan pandang mata memohon ia mengawaskan Wigagu dan memberi isyarat gerakan tangan agar pemuda itu tidak membuka rahasia. Kemudian bersama suaminya ia bersembunyi di belakang patung. Dua orang memasuki serambi kelenteng. Melihat seorang pemuda berada di perapian, mereka berhenti. Wigagu sendiri bersikap dingin dan tidak pedulian. Dengan sikap wajar, ia terus menggeragoti ketela bakarnya. Pemuda yang membayangkan dirinya sebagai Sondong Landeyan, merasa perlu bersikap seperti Sondong Landeyan sejati. Harus tenang. Harus dingin, tetapi berwaspada. Akan tetapi begitu melihat wajah mereka berdua, tengkuknya meremang. Betapa tidak. Kedua orang itu mengenakan baju hujan yang terbuat dari kain minyak buatan kompeni Belanda. Wajahnya buruk luar biasa. Ails mereka turun, matanya berbentuk segi tiga. Sebelah kiri besar dan lainnya kecil sempit. Hidungriya besar melebar seperti hidung kerbau. Mulutnya lebar dihiasi kumis panjang yang runtuh melengkung nyaris menutupi kedua bibirnya. Mereka mengerlingkan matanya kepada Wigagu, lalu memasuki ruang dalam. Setelah memeriksa sampai ke ruang belakang, mereka keluar lagi memasuki ruang dalam. Sondong Landeyan yang perkasa sudah dapat menduga sebelumnya. Dengan gesit ia melompat ke langit-langit atap dan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bersembunyi di baliknya. Suasana dalam ruang itu gelap pekat Lagipula ia teraling langit-langit Dengan begitu, ia lolos dari penglihatan mereka. Sekonyong-konyong sesosok tubuh melayang masuk dari ruang dalam. Dengan ringan ia mendarat di depan kedua. rekannya. Tadi, sewaktu kedua temannya memeriksa ruang bagian dalam, ia menjelajah halaman kelenteng dan menemukan kuda Sondong Landeyan. Karena itu, ia segera balik dan menegor Wigagu. Bentaknya dengan suara melengking : - Kudamu" - Wigagu tercengang sejenak tetapi ternyata ia bisa berpikir cerdik, Dengan membawa sikapnya yang acuh tak acuh, ia menyahut : - Kuda yang mana" - - Di belakang. - Sebenamya di dalam hati, Wigagu heran setengah mati. Kalau begitu rasa curiga Sarayuda sebentar tadi beralasan. Dia sendirilah yang kurang cermat sehingga berani menjamin bahwa selama berada dalam ruang kelenteng hanya dia seorang. Sekarang orang itu, bahkan menemukan seekor kuda yang mungkin ditambat di halaman belakang. Kuda siapa" Tetapi mengingat dia harus melindungi Sarayuda dan isterinya, ia tidak mau memperpanjang percakapan. Lantas saja ia mengangguk. Syukur, orang itu mau percaya. Dengan berdiam diri ia menanggalkan baju hujannya yang segera diikuti kedua rekannya. Wigagu terperanjat. Temyata mereka bertiga membekal senjata yang aneh bentuknya. Sebuah roda bergigi, http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ perisai dan senjata pendek mirip tongkat tetapi tipis. Mungkin sekali sebatang pedang berlipat. - Kakang ! - ujar orang yang menemukan kuda Sondong Landeyan. - Mereka berdua sudah kulukai. Mereka tidak mempunyai kuda tunggangan. Mestinya, tidak mungkin dapat melarikan diri secepat angin. Sekitar kuil ini tidak terdapat rumah, Mustahil, mereka bersembunyi di balik belukar di tengah hujan. Lalu ke mana " - Mungkin di goa atau benar-benar nekat bersembunyi di balik belukar. - jawab yang paling tua. Kalau mereka_berani bersembunyi di tengah hujan, kitapun jangan segan-segan untuk mengadukaduk belukar sekitar kuil ini. Tetapi kita harus berhati-hati, karena kulihat lukanya tidak berat. - Orang kedua memutar badannya menghadap pintu. Tibatiba berpaling kepada Wigagu. Tanyanya setengah membentak : - Hai ! Kau melihat seorang laki-laki tua dan seorang perempuan muda" - Wigagu sedang berlagak menelan ketela bakarnya yang telah dikunyahnya lembut Mendengar pertanyaannya, ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu kembali kepada Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sikapnya yang acuh. Sementara itu, yang paling tua kembali memeriksa seluruh ruang dalam dengan pandang matanya yang tajam. Tiba-tiba matanya yang berpengalaman melihat sesuatu yang membangunkan rasa curiganya. Di sana-sini bertebaran bara api yang telah menjadi arang. Nampak pula beberapa telapak kaki sampai ke serambi depan. Segera ia mengamati dengan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ lebih cermat. Sekarang ia membungkuki lantai dan melihat tapak-tapak kaki yang masih basah. Sondong Landeyan yang bersembunyi di balik langit-langit atap tahu, bahwa rasa curiga orang itu beralasan. Rupanya Wigagu demikian pula. Dengan cepat ia mendahului sebelum orang itu membuka mulutnya. Katanya memberi keterangan : - Sebentar tadi ada beberapa orang yang bertempur di sini Mereka terdiri dari laki-laki dan perempuan, tua dan muda. Setelah bertempur beberapa waktu lamanya, sebagian melarikan diri dan yang lain segera mengubarnya. Mereka semua menunggang kuda. Tetapi yang sempat naik kuda hanya seorang.- - Siapa yang kau maksudkan seorang itu" - Siapa tahu" - sahut Wigagu dengan suara tinggi. - Rombongannya yang berkuda berada jauh di sana. Hanya dia seorang yang memasuki halaman kelenteng ini. Dengan membawa beberapa potong kayu yang menyala, yang paling muda segera memeriksa halaman kelenteng. Benar saja, dia hanya menemukan tapak kaki seekor kuda. Itulah kuda Sondong Landeyan. Lalu tapak-tapak kaki kuda mereka bertiga. Karena itu, hilanglah kesangsiannya terhadap Wigagu. - Ke jurusan mana mereka saling mengubar" - ia merasa perlu untuk meyakinkan diri. - Yang kulihat mereka keluar halaman ini. Aku sendiri bersembunyi di belakang dengan kudaku. Karena itu arah mana mereka berkejar-kejaran hanya setan yang tahu. Di dalam hati, Sondong Landeyan memuji kecerdikan Wigagu. Tiba-tiba terdengar orang kedua membentak : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Hai Mengapa kau membawa-bawa golok" - Golok" Eh...tentu saja. Jaman sekarang banyak begal banyak perampok. Masakan aku tidak boleh membawa-bawa golok untuk menjaga diri" - sahut Wigagu. - Kau bisa menggunakan golok" - Mengapa tidak" - Wigagu tersinggung. Pada saat itu tiba-tiba muncul Sukesi di pintu serambi. Gadis itu lantas saja menimbrung - Dia. Sondong Landeyan. Masakan tidak tahu" Mendengar Suara Sukesi, semua yang berada dalam kelenteng terkejut dengan alasannya masing-masing. Sarayuda dan isterinya yang bersembunyi di balik patung merasa seperti terpukul martil. Kalau begitu, selama mereka berdua berbicara dengan Wigagu, gadis itu pasti sudah berada di dalam kuil. Tetapi entah bersembunyi di mana. Mustahil dia berada di luar kuil kemudian masuk ke dalam dengan tanpa terdengar langkahnya. Celaka Kalau dia sampai membuka rahasia beradanya di dalam kuil, mereka bakal menjadi mayat. Sebaliknya ketiga orang yang rnengubarnya, mempunyai alasan lain yang tidak kurang mengejutkan hatinya. Mereka merasa berkepandaian tinggi dan cukup cermat. Meskipun demikian, hadirnya gadis itu di luar pengamatan mereka. Diapun menyebut-nyebut nama Sondong Landeyan. Apakah maksudnya " Sondong Landeyan bagi mereka bertiga merupakan momok yang menakutkan. Jangan-jangan .... Tetapi beberapa saat kemudian mereka terhibur tatkala menyaksikan tindakan Wigagu terhadap gadis itu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Bentak Wigagu sambil menghunus goloknya : - Kalau aku memang Sondong Landeyan kau mau apa" - Hm, melawan diriku saja kau tak mampu. Mengapa berlagak menjadi seorang Sondong Landeyan.- Kurang ajar ! - wigagu benar-benar merasa tersinggung, karena dirinya merasa di ejek di depan orang banyak. Terus saja ia melompat menerjang dengan membabatkan goloknya. Sukesi sudah bersiaga. Dengan tangkas ia menangkis. Kemudian melayani amukan Wigagu dengan mundur selangkah demi selangkah. Akhirnya mereka berdua bertempur di luar kelenteng. Lalu saling mengejar dan lambatlaun suara mereka berdua hilang dari pendengaran. Ketiga orang itu saling memandang dengan berdiam diri Tiba-tiba yang termuda berkata seperti kepada dirinya sendiri: - Sondong Landeyan... apakah dia berada di sekitar tempat ini " - Yang tertua tidak menyahut. la mengenakan baju hujannya kembali yang segera diturut oleh kedua. temannya. Lalu berjalan ke luar sambil berkata tidak jelas : - Sebelum bertemu, kita perlu menguji diri dulu kepadanya.- - Kau maksudkan Haria Giri - yang kedua menegas. - Menurut kabar, dia sahabatnya dan sama-sama bekerja sebagai pengawal raja. Kalau kita bisa mengalahkan, barulah kita berani berangan-angan untuk mencoba sekali lagi kepandaian Sondong Landeyan. Pada saat itu, matipun aku puas.- http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Tetapi racun itu hebat luar biasa.- ujar yang termuda. Menangpun, rasanya kurang tepat untuk menjadi ukuran.- Betul. Karena itu kita harus mendahului setan itu. - yang tertua membenarkan sambil melompat ke atas punggung kudanya. - Bagaimana kalau tidak keburu" - yang kedua menegas. - Paling tidak, kita bisa mengisikinya dulu.- Hm, belum tentu dia percaya. - ujar yang termuda. Mereka saling mengemukakan pendapatnya, akan tetapi kata-kata mereka tidak terdengar jelas lagi, karena sudah berada di luar kelenteng. Mereka mengarah ke tenggara. Sondong Landeyan yang berada di balik langit-langit kelenteng menyenak nafas. Semenjak mula, ia tahu siapa mereka bertiga. Merekalah Surasekti, Surapringga dan Suratenung. Setelah terlempar ke lautan api, mereka dapat meloloskan diri. Seluruh tubuhnya selamat, kecuali bagian wajahnya. Ternyata ilmu kebalnya tidak dapat melindungi kedua kelopak matanya, alis dan kumisnya. Mereka kini tidak berjenggot lagi. Sebagai gantinya ia membiarkan kumisnya melengkung runtuh nyaris menutupi mulutnya. Sedang bentuk matanya jadi berubah, karena ada sebagian pelupuknya yang terbakar. Ada yang nampak menjadi lebih besar pula yang jadi menyempit Kesan wajahnya menakutkan seperti setan jelek. Semuanya itu hanya dilihatnya dengan sepintas. Yang menarik dan mengejutkan hatinya, yalah tatkala mereka membicarakan dan menyebut-nyebut nama Hada Giri. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Haria Giri memang sahabatnya. Menurut kesan pembicaraan Wigagu dan Sukesi, ia berada di tengah perjalanan. Kalau sampai terhadang mereka bertiga untuk dibuatnya sebagai kelinci percobaan, sungguh berbahaya. Sebab mereka bertiga tidak hanya berkepandaian tinggi dan kebal, tetapi memiliki racun istimewa pula. Dia sendiri pernah mengalami getahnya. Selagi ia sibuk dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba ia mendengar suara Sarayuda berbicara dengan isterinya. Katanya : - Hai, hebat juga anak itu. Dia pandai bermain sandiwara. Dia tidak hanya bisa mengelabui ketiga setan itu saja, tetapi mengingusi kita juga.- - Maksudmu dengan munculnya gadis itu " - isterinya minta keterangan. - Benar. - Sarayuda menyahut dengan menghela nafas. Syukur, anak itu masih bisa dipercaya. Dia tidak membiarkan gadis itu berbicara Bukankah dia seorang anak yang sudah pandai berpikir " Dikemudian hari, mungkin sekali ia menjadi seorang pendekar yang harus diperhitungkan lawan. Isterinya tidak segera menyahut seakan-akan ada yang mengganggu pikirannya. Beberapa saat kemudian berkata minta pembenaran : - Setan tadi menyebut-nyebut tentang racun yang berbahaya.Apakah yang dimaksudkan bungkusan ini " - Sst Jangan keras-keras Kau masih ingat tentang kuda yang diketemukan setan itu di belakang kuil" - Apakah pemiliknya berada di antara kita " - isterinya menegas dengan suara berbisik. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sarayuda tidak menjawab. Tetapi ia berbicara kepada dirinya sendiri. Katanya penuh semangat : - Bungkusan ini memang milik mereka. Akulah yang mencurinya. Sebaliknya kalau sampai tidak dapat kupersembahkan kepada tuanku Haria Giri, lebih baik aku bunuh diri. - Sondong Landeyan kini dapat menangkap enam bagian masalah yang sedang berlaku di depan matanya. Rupanya Surasekti bertiga hendak membalas dendam kepadanya. Tetapi di tengah jalan, racunnya dicuri Sarayuda. Segera mereka mengejarnya. Tentunya dengan tujuan ingin merampasnya kembali untuk kelak dapat dipergunakan meracun dirinya. Memikir demikian, segera ia mengambil keputusan. Ia harus menguntit perjalanan Surasekti bertiga. Syukur ia dapat mencegah maksudnya hendak memusuhi Haria Giri. Dengan menggunakan ilmu saktinya yang tinggi, ia turun kelantai tanpa suara. Lalu menyusup ke belakang untuk mengambil kudanya. Setelah memasang pelananya, ia menuntunnya ke luar halaman kelenteng melalui dinding yang roboh sebagian. Selanjutnya ia mengejar Surasekti bertiga mengarah ke tenggara. Sedang berjalan selintasan, Pendengarannya yang tajam luar biasa menangkap bunyi langkah yang mengikutinya dari balakang. Ia tersenyum. Katanya di dalam hati : - Pendengarannya tajam juga. Aku sudah berusaha hati-hati menuntun kudaku. Namun rnasih saja tertangkap olehnya. Rupanya mereka berpura-pura menderita luka. Hm.... Yang dimaksudkan adalah Sarayuda dan Sulastri. Mereka berdualah yang mengikuti Sondong Landeyan setelah http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mendengar suara derap kaki kuda. Mereka tadi memasuki kelenteng dengan terpincang-pincang seolah-olah tidak mampu berjalan lagi. Memang mereka bertempur melawan Surasekti bertiga, akan tetapi tidak menderita luka terlalu parah. Tiba-tiba suatu pikiran menusuk dalam benak Sondong Landeyan. Meskipun permainan sandiwara Sarayuda dan isterinya tidak ditujukan kepadanya, akan tetapi ia merasa dikelabui juga. Timbullah niatnya hendak mengetahui tujuan mereka yang sesunggulinya. - Biarlah aku menghadang Surasekti bertiga. Tentunya Sarayuda akan mengintip. Ingin kuketahui apa yang akan dilakukannya. - Memperoleh, pikiran demikian, ia membedalkan kudanya hendak menyusul Surasekti bertiga. kebetulan sekali, Surasekti berbalik arah. Mereka bermaksud kembali ke kelenteng. Sebagai kawanan begal yang berpengalaman luas, tentu saja tidak mudah mereka menerima keterangan Wigagu. Munculnya Sukesi dengan tiba-tiba memperkuat dugaan mereka, bahwa pemuda itu sedang main gila. Maka setelah meninggalkan kelenteng beberapa waktu Iamanya, mereka balik kembali. Sondong Landeyan segera menutupi mukanya dengan selendang Iehernya. Sekarang mukanya tidak akan segera dikenal orang. Kecuali di dalam gelap pekat, mukanya seperti mengenakan topeng. Dengan sengaja ia melintangkan kudanya. Kemudian menggertak dengan suara dibesarkan : - Hooop... ! Minta jalan, bagi rejeki. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Waktu itu hujan sudah berhenti. Meskipun demikian suasana malam gelap luar biasa. Surasekti bertiga hanya melihat scseorang bertubuh besar menghadang mereka dengan melintangkan kudanya. Sebentar mereka tertegun, lalu tertawa geli. Sebab bahasa yang dipergunakan orang itu adalah bahasa begal bila menghadang mangsa. Itulah bahasanya sendiri. Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo - Aha - Suratenung tertawa terbahak-bahak. - Kau bangsat dari mana" Minggir Sambil membentak, Suratenung menyendal kendali kudanya dan menerjang kuda Sondong Landeyan. Untung, Sondong Landeyan sudah dapat menebak sebelumnya. la tidak gentar. Yang perlu disembunyikan adalah ilmu saktinya. Maka ia hanya menggunakan tenaga sakti empat bagian untuk menahan terjangan kuda Suratenung. Tangan kirinya menyambar kendali dan digentakkan. Meskipun hanya menggunakan tenaga sakti empat bagian, namun masih saja hebat akibatnya. Kuda Suratenung terhuyung mundur beberapa langkah, lalu roboh di atas tanah. Inilah diluar dugaan Suratenung. Secepat kilat ia melompat dari pelananya dan turun di atas tanah dengan tak kurang suatu apa. Surasekti dan Surapringga terkejut bukan main. Dengan berbareng mereka turun dan kudanya dan berdiri menjajari Suratenung dengan senjatanya masing-masing. - Baik baik... - ujar Suratenung dengan suara mengalah. - Kami memang merasa bersalah karena melalui wilayah tuan tanpa memberi kabar dulu. Maafkan. Kami bertiga datang dari Belambangan. Namaku Suratenung. Dan ini Surasekti dan Surapringga. Siapakah tuan" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Suratenung merasakan tenaga Sondong Landeyan yang hebat luar biasa. Maka ia sengaja mau mengalah sambil memberi kisikan kepada kedua saudara-seperguruannya agar berwaspada dan hati-hati. Sebaliknya Sondong Landeyan yang memang tidak pandai berbicara berkepanjangan, hanya mendengus. Sahutnya : - Aku orang hidup. Tidak punya nama. Belambangan termasuk wilayahku. - Mendengar jawaban Sondong Landeyan mereka mendongkol. Setelah saling pandang, Suratenung membentak - Semenjak kapan engkau menguasai wilayah Belambangan" - - Sejak kecil. - Muka Suratenung terasa panas oleh rasa mendongkolnya. Masakan dia tidak tahu, bahwa Surasekti bertiga adalah maharaja tanpa mahkota yang menguasai wilayah Belambangan, pikirnya. Tetapi di balik itu, diam-diam ia bergembira. Kalau begitu, bangsat yang menghadangnya itu tentunya bangsat teri. Sebab setiap begal, penyamun, perampok bahkan maling kecilpun tahu, siapa Surasekti Surapringga dan Suratenung. Tiba-tiba suatu ingatan menusuk benaknya. Jangan-jangan orang ini ada hubungannya dengan Sarayuda dan isterinya. Siapa tahu, dia sesungguhnya salah seorang pengawal puteraputera Amangkurat IV yang menyamar sebagai penyamun. Maka berkatalah ia mencoba : - Kau begundalnya Sarayuda, ya" - Sarayuda yang mana" - Dia bangsat Dia maling ! http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sondong Landeyan menggelengkan kepalanya. Memang, selama hidupnya belum pernah ia berkenalan dengan Sarayuda. Maka ia bergeleng dengan segenap hatinya. - Bagus - seru Suratenung,. - Kalau begitu kau berdiri di atas kaki sendiri. Begitu" Sondong Landeyan mengangguk. - Kalau begitu, minggir - bentak Surapringga dan Surasekti hampir berbareng,. Sondong Landeyan memang sudah mengambil keputusan untuk mencoba kekuatan mereka berbareng untuk memperoleh kejelasan sikap Sarayuda. Ia tertawa pelahan Lalu berkata dengan suara nyaring : - Kau mau lewat, silahkan Tetapi tinggalkan dulu uang tigapuluh ringgit ! - Mendengar ucapan Sondong Landeyan, Surasekti tidak kuasa lagi menahan kesabarannya. Itulah suatu penghinaan yang luar biasa baginya. Selama hidupnya ratusan kali ia membegal. Masakan kali ini ia bahkan mau dibegal orang" Ini tidak lucu Maka dengan serentak ia mengibaskan senjata andalannya yang berbentuk sebuah roda bergigi tajam dan maju ke depan. Buru-buru Suratenung menahannya. -Tahan dulu - katanya. Kemudian ia mengeluarkan limabelas ringgit dari dalam sakunya dan diangsurkan kepada Sondong Landeyan. - Nih, ambil Lainnya tiga ringgit emas. Kurasa melebihi permintaanmu.- Suratenung, apa yang kau lakukan ini" - bentak Surasekti. Sebagai seorang begal yang pernah malang melintang tanpa tandingan semenjak jaman mudanya, ia tidak senang menyaksikan adiknya seperguruan bersikap lemah terhadap http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ seorang begal yang dinilainya picisan. Mungkin sekali, adiknya tadi sempat mengukur kepandaian begal picisan itu. Akan tetapi sikap lemahnya benar-benar memalukan dan keterlaluan. Masakan tiga lawan satu, tidak bisa mengunggulinya" Mustahil . Tetapi Suratenung meskipun berwatak berangasan, mempunyai alasannya sendiri. Yang penting adalah menangkap Sarayuda. Kalau sampai harus bertempur berarti kehilangan waktu. Karena itu, ia mau bersikap mengalah. Sondong Landeyan sendiri tercengang melihat sikap Suratenung. Ini diluar dugaannya. Uang tigapuluh ringgit bukan jumlah sedikit Belum tentu seseorang bisa memperoleh uang sebanyak itu, meskipun bekerja satu tahun penuh. Ia tertegun sejenak. Lalu berkata dengan menggelengkan kepalanya : - Terima kasih. Akan tetapi engkau berteman dua orang. Pendek kata, setiap orang tigapuluh ringgit. Jadi semuanya harus berjumlah sembilanpuluh ringgit. Kurang sedikit, tidak boleh lewat. - Sampai disitu, habislah sudah kesabaran Suratenung. Ia memasukkan tiga ringgit emasnya ke dalam sakunya kembali. Lalu berkata kepada kedua rekannya : - Kakang Surasekti dan kakang Surapringga, kalian berjalan dulu. Biarlah aku seorang yang membereskan dia. Setelah berkata demikian, ia membentak Sondong Landeyan : - Hunuslah senjatamu !- Sondong Landeyan tahu, bahwa mereka bertiga adalah lawannya yang paling berat selama ini. Padahal ia sama sekali http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tidak membekal senjata, kecuali sebilah keris pusaka Tunggulmank Lagipula, ia harus memikirkan Sarayuda dan isterinya yang sedang mengintip tidak jauh di belakang punggungnya. Kalau membiarkan Surasekti dan Surapringga meninggalkan tempatnya, berarti gagal mencapai tujuannya. - Paling tepat aku hares menggertak mereka.- pikirnya. Pada detik itu pula, ia berpaling kepada kuda Suratenung yang tadi kena dirobohkan, Binatang itu kini sudah berdiri lagi dan berada di samping majikannya. Dengan mengerahkan tenaga saktinya, ia menghantam kepala binatang itu. Bluk ! Dan kuda itu roboh dan tidak berkutik lagi tanpa sempat memekikkan suaranya. Menyaksikan kehebatan pukulan Sondong Landeyan, Surasekti bertiga tergugu. Mereka tegak terpaku bagaikan patung yang tidak pandai berbicara. Kesempatan itu dipergunakan Sondong Landeyan untuk membetot Sanggurdi kuda Suratenung yang sudah menjadi bangkai. Dengan sekali betot, putuslah pengikatnya. - Maaf, karena tidak membawa senjata terpaksa aku pinjam sanggurdi kudamu. - katanya kepada Suratenung sambil melompat turun ke tanah. Dalam suatu pertempuran antara lawan yang seimbang, waktu sangat memegang peranan. Maka Sondong Landeyan menggunakan kesempatan selagi ketiga lawannya terteguntegun. Dengan sanggurdi rampasannya ia menghantam Suratenung, Surasekti dan Surapringga. Mereka bertiga sempat menyaksikan betapa hebat tenaga lawannya. Satusatunya cara untuk menghindarkan, hanya melompat mundur sejauh tiga langkah. Dengan begitu, Surasekti dan Surapringga gagal hendak menerobos ke luar. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Seperti ktta ketahui, senjata andalan Surasekti, Surapringga dan Suratenung dulu berwujud : k o l o r (ikat celana dalam), rantai dengan bola bergigi diujungnya dan sebilah golok. Tetapi kini mereka bersenjata roda bergigi, perisai dan senjata pendek mirip tongkat. Sebagai seorang ahli, Sondong Landeyan tahu akan dayagunanya. Tentunya ketiga macam senjata yang aneh itu dipersiapkan bagi suatu kerjasama yang rapih. Roda bergigi tajam dapat dihantamkan dari jauh. Senjata perisai dipergunakan untuk mendesak lawan sedekat-dekatnya, lalu mulailah senjata pendek berbentuk tongkat itu mulai melakukan peranannya. Tegasnya, Sondong Landeyan akan mereka lawan dari jarak jauh dan dekat. Semenjak dikalahkan Sondong Landeyan, mereka berlatih selama dua atau tiga tahun. Kerapkali mereka bertiga mencoba kehebatannya kepada orang-orang yang berkepandaian tinggi. Selama itu, mereka selalu menang. Maka mereka yakin akan dapat mengalahkan Sondong Landeyan. Meskipun demikian, berkat pengalamannya yang luas, mereka masih perlu mengujinya lagi terhadap seorang pendekar yang kepandaiannya setingkat di bawah kepandaian Sondong Landeyan. Kebetulan mereka mendengar kabar tentang keberangkatan Haria Giri mengawal permaisuri raja dan dua puteranya pulang ke Kartasura. Haria Giri dikenal orang sebagai penawal andalan raja di sarnping Sondong Landeyan. Inilah tokoh yang tepat untuk dibuat menguji diri melawan Haria Giri " sudah dibuat malu oleh seorang begal picisan dalam satu gebrakan saja. Keruan saja mereka naik pitam. Dengan serentak mereka menerjang. Senjatanya masing-masing menerbitkan kesiur angin yang menderu-deru. Sondong Landeyan tidak mau http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ didikte lawan. Segera ia memutar sanggurdinya bagaikan bandringan. Hanya saja, sedapat mungkin ia menyembunyikan kepandaiannya yang sejati. Surasekti bertiga menjadi panas hati. Dengan serentak mereka balik menyerang. Tetapi aneh, gerakan mereka mesti terpaksa terhenti di tengah jalan oleh cegatan bandringan Sondong Landeyan yang istimewa. Mau tak mau mereka terpaksa mengamati cara bertempur lawan. Pikirnya, kalau sudah mengenal corak dan gayanya akan dapat menundukkan dengan mudah. Akan tetapi maksud dan kenyataannya terpaut jauh. Mereka merasa tidak mudah mengamati gerakan lawan. Surapringga yang bersenjatakan perisai mempunyai peluang untuk mengamati daripada kedua. rekannya. Dari balik perisainya ia memperhatikan sambaran sanggurdi. Karena berpengalaman luas, tiba-tiba teringatlah ia kepada seorang tokoh sakti yang hidup pada jarnan Majapahit. Dialah Menak Koncar. Menurut cerita, tatkala Menak Koncar bertempur melawan Menak Jingga raja Belambangan, mulamula ia bersenjata cemeti. Namun cemetinya terampas. Ia tidak kehilangan akal. Ia menggunakan Sanggurdi kudanya yang tersungkur mati.Dan dengan senjata yang istimewa itu, Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ia sempat membuat Raja Belambangan kerepotan. Memperoleh ingatan itu, Surapringga sengaja membuat lowongan. Lawannya pasti akan menyabet dari samping. Pada saat itu, ia akan menangkis sambil mendorong agar Suratenung sempat menghantamkan tongkatnya. Dengan pikiran itu, ia membuka pensainya ke arah kanan dengan harapan lawan akan menggempur dari samping kiri. Memang benar. Melihat lowongan itu, Sondong Landeyan tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Hanya saja, ia tidak http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menyabetkan sanggurdinya. Melainkan melompat dan menggempur dari atas. - Hooeeiiit !- Surapringga menjerit kaget. Buru-buru ia menjatuhkan diri dan bergulingan di atas tanah. Begitu berhasil lolos dari lubang jarum, segera ia meletik bangun sambil berseru heran di dalam hati : -Aneh Sungguh aneh Mengapa dia tidak menyabet dari samping" Hai, orang ini dari aliran mana" - Surapringga sebenarnya harus berterima kasih kepada nasibnya yang masih baik. Andaikata Suratenung tidak menolong menangkis gempuran sanggurdi Sondong Landeyan yang menabas deras dari atas, kepalanya sudah pecah berantakan. Tetapi dengan demikian, rahasia senjata Suratenung yang disembunyikan jadi terbuka. Ternyata senjatanya yang berukuran pendek tipis seperti tongkat dapat memanjang tak ubah sebilah pedang. Ia terpaksa melakukan gerakan itu atau terpaksa melepaskan alat pegasnya karena hanya itulah satusatunya cara untuk menolong jiwa Surapringga. Padahal senjata itu khusus dibuat sedemikian rupa untuk mengelabui lawan. Pada saatnya yang tepat, selagi lawan tetap mengira sebagai tongkat tiba-tiba dapat meletik panjang sebagai alat penikam. Dan musuh yang diharapkan adalah Sondong Landeyan. Tetapi kini sudah terbuka rahasianya di depan hidung begal murahan yang sebenarnya Sondong Landeyan sendiri. la masgul bukan main. Surasekti yang sempat melihat macam gempuran lawan dengan jelas, terperanjat. Tak salah lagi. Itulah pukulan geledek warisan pendekar Ranggalawe dari Tuban di jaman Majapahit. Selanjutnya pasti disusul dengan pukulan kedua yang akan menghantam dada. Karena itu, dengan siulan sandi http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ia mengisiki kedua adik seperguruannya agar menjaga dadanya. Surapringga harus melintangkan perisainya untuk melindungi dada. Sementara itu, Suratenung agak setengah berjongkok untuk menusukkan senjatanya. la sendiri akan melontarkan roda bergiginya untuk memaksa lawan mempertahankan diri. Tetapi diluar dugaan Sondong Landeyan menyerang dada. Sebaliknya menghantam kaki mereka. Keruan saja mereka kaget setengah mati. Dengan berbareng mereka meloncat setinggi-tingginya. - Eh ! Eh ! ...Mengapa bisa begini " - seru Surasekti heran. - Hai - bentak Surapringga sambil melompat. -Kau pasti sanaknya Tunggul Warih dari Kediri. Tunggul Warih sangat termashur pada jamannya. Ia memiliki serangkaian pukulan-pukulan yang bertentangan dengan teori umum. Menurut kewajaran, seseorang lebih mudah menghantam dada setelah melepaskan gempuran dari atas dengan sedikit mengedut sanggurdinya. Sebaliknya kalau tiba-tiba menyapu kaki, harus dapat menahan derasnya pukulan yang sebentar tadi menggempur dari atas. Sebab laju pukulan dari atas dan dari samping adalah bertentangan. - Hm...Tunggul Warih memang kakak-seperguruanku. sahut Sondong Landeyan pendek ringkas. - Ngacau ! - maki Suratenung dengan gemas. Sebab Tunggul Warih hidup pada jaman Daha-Janggala ratusan tahun yang lalu. Masakan Sondong Landeyan mengaku sebagai adik-seperguruannya" Demikianlah Surasekti bertiga tenggelam dalam keheranannya menghadapi lawannya. Di dalam hati mereka http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengakui kehebatannya. Karena itu, tidak berani lagi meremehkannya. Sekarang mereka berkelahi dengan hati-hati. Sebaliknya Sondong Landeyan mulai gelisah. Dalam suatu perkelahian yang panjang ia akan kalah, karena tidak dapat menggunakan kepandaiannya yang aseli. Apalagi terpaksa bersenjata sanggurdi yang sebenarnya masih asing baginya. Tatkala malam sudah memasuki fajarhari, rahasianya mulai terbongkar. Sebab cara bertahan dan menyerang hanya itu-itu saja yang diulanginya berkali-kali. Hati Surasekti bertiga kini menjadi mantap. Sedikit demi sedikit, mereka mulai menyusun serangan balik yang sudah cukup dilatihnya. Roda bergigi mulai menyambar-nyambar bagaikan elang hendak menerkam mangsanya. Perisai dan senjata mulai bisa mendesak. Dalam sekejap saja, Sondong Landeyan berada di bawah angin. Akhirnya ia melompat ke luar gelanggang sambil berkata : - Baiklah, kalian yang menang. Tetapi sayang - Sayang bagaimana" - bentak Surasekti bertiga. - Hanya kemenangan murahan. Kalian membekal senjata, Sebaliknya aku tidak. - - Hm, mengapa kau berlagak meminjam sanggurdiku" ujar Suratenung. - Sebenarnya aku sudah mempunyai cara penyelesaian yang adil. Hanya saja aku khawatir kalian tidak akan berani menerima.- - Menerima apa" Katakan ! - bentak Surasekti dan Surapringga berbareng. Selagi Sondong Landeyan hendak menjawab, tiba-tiba Suratenung seperti teringat sesuatu. Terus saja ia berkata : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Hai ! Berundinglah dengan kedua saudaraku Aku akan melanjutkan perjalanan. Kuharap engkau jangan merintangi. Minggir - Setelah berkata demikian, dengan gesit Suratenung melompat ke atas. Maksudnya hendak melompat ke atas pelana kuda Surapringga untuk mencari Sarayuda yang tentunya masih mendekam dalam kelenteng. Sekiranya tidak, akan dapat diketemukan dengan mudah. Sebab sebentar lagi, matahari akan terbit dengan cahayanya yang cerah. Tetapi Sondong Landeyan tidak membiarkan dia lolos dari penjagaannya. Dengan gesit Pula ia ikut melompat. Tentu saja Suratenung tidak membiarkan dirinya dihalanginya. Senjatanya menikam. Itulah tikaman yang luar biasa cepat karena dilakukannya dengan mendadak. Sondong Landeyan sudah bersiaga. Sama sekali ia tidak berusaha mengelak atau menangkis. Dengan tangan kirinya ia menggunakan kepandaiannya yang aseli. Tiba-tiba saja ia sudah mencengkeram pergelangan tangan Suratenung dan bergerak hendak merampas senjata. Semangat Suratenung nyaris terbang. Dengan berjumpalitan ia membebaskan diri dan mendarat dengan nafas tersengal-sengal di samping kedua saudara- seperguruannya. - Ih ! - ia mengeluh. Surasekti dan Surapringga menubruk Sondong Landeyan dari kiri kanan . Tetapi pada saat itu, Sondong Landeyan sudah kembali ke tempatnya sambil berkata nyaring : - Jika kalian berani, cobalah ilmu pedangku Meskipun dapat menyelamatkan senjata andalannya, namun pergelangan tangan Suratenung sempat teraba cengkeraman si begal picisan. Ia terkejut, karena pergelangan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tangannya panas luar biasa seolah-olah tersengat bara yang menyala. Rasa panas itu mengingatkannya kepada pengalamannya yang pahit dua tiga tahun yang lalu. Itulah pengalamannya sewaktu bertempur melawan Sondong Landeyan. Dan teringat akan hal itu, diam-diam ia mengawaskan lawannya. Tetapi lawannya masih saja mengenakan penutup kain yang sama sekali tidak bergeser dari tempat nya, walaupun sudah bertempur sekian lamanya. Artinya, dia tidak perlu memeras tenaga. Padahal ia dan kedua saudara- seperguruannya sudah berkelahi dengan sungguh-sungguh. Tak dikehendaki sendiri, hatinya meringkas. - Orang ini bukan sembarangan. - pikirnya di dalam hati. Kalau aku nekat meninggalkan tempat, kakang Surasekti dan Surapringga pasti dalam bahaya. Ah, biarlah aku membereskan orang ini dulu dan baru mencari Sarayuda. Memperoleh pertimbangan demikian, ia berkata dengan hati mendongkol : - Baiklah, aku akan melayani ilmu pedangmu.- Haha....hanya kau seorang" Bagaimana mampu" Kahan harus maju bersama-sama. Nah, itu baru suatu olah raga yang seimbang.- sahut Sondong Landeyan dengan tertawa nyaring. Surasekti bertiga mendongkol bukan main. Mereka merasa diremehkan. Selagi hendak mendamprat, Sondong Landeyan mendahului : - Sebenarnya antara aku dan kalian bertiga tidak perlu terjadi permusuhan yang mendendam. Karena itu, tidak perlu kita bertempur mati-matian. Begini saja. Aku akan menggunakan batang pohon itu sebagai pedang. Kita harus berjanji, siapa yang kena sentuh, harus dianggap kalah. Bagaimana" Setuju atau tidak" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Setuju ! - mereka menyahut berbareng seperti tanpa memikir. Sondong Landeyan kemudian mematahkan sebatang dahan yang sebenamya lebih tepat disebut ranting sebesar ibu jari. Daunnya dibuang sehingga tinggal sebatang dahan yang lurus dan bersih. Lalu berkata : - Aku akan menggunakan dahan ini sebaga pedang. Kahan boleh menyerang diriku bersama-sama seperti tadi. Aku akan mempertahankan diri atau balik menyerang. Bila aku sampai terkena sambaran senjata kalian, aku mengaku kalah. Sebaliknya bila pedangku mengenai diri kalian, maka kalian harus mengaku kalah pula. Surasekti bertiga tidak kuasa menjawab lagi, lantaran mendongkolnya. Tubuh mereka bergemetaran oleh sengatan rasa marahnya yang meluap-luap. Setelah agak lama berdiam diri, Surasekti membentak : - Sebelum kau lahir di alam ramai ini, nama Surasekti bertiga sudah menggetarkan jagat. Baiklah, kami akan memegang janji. - Waktu itu tirai malam makin menipis. Masing-masing sudah nampak tegas, termasuk senjatanya. Sondong Landeyan melirik ke arah senjata Surasekti yang berbentuk sebuah roda bergigi. Semenjak semalam, ia merasa Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo heran. Roda bergigi itu sudah ratusan kali menyambar padanya dengan suara angin menderu-deru. Tetapi mengapa selalu balik ke tangan majikannya" Apakah Surasekti mempunyai semacam ilmu penyedot atau penggendam yang dapat menarik senjatanya kembali" Apakah senjatanya termasuk senjata dewata seperti Harda Dadali atau Roda Dadali milik pahlawan Arjuna yang selalu balik kembali ke http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ majikannya bila dilepaskan" Tetapi setelah diamat-amati ternyata lain. Di tengah alam yang kini mulai agak cerah, pandang mata Sondong Landeyan melihat seutas tali lembut yang menghubungkan tangan Surasekti dengan senjatanya. Tentunya terbuat dari semacam baja lembek tetapi ulet Atau urat binatang yang kuat, yang dapat mengedut lajunya roda bila luput menyambar lawan. Memperoleh kesimpulan demikian, berpikirlah ia di dalam hati - Kalau begitu aku harus dapat menabas lengannya. - Memikir demikian, segera ia berteriak nyaring : - Hayo kita mulai ! - Di tangan Sondong Landeyan, batang pohon itu mempunyai perbawa bukan main. Selain cepat luar biasa, membawa tekanan-tekanan tenaga dahsyat. Perisai Surapringga Dan Suratenung tidak mampu mendekati. Setiap kali bermaksud merangsak maju, selalu tergempur mundur oleh kesiur angin tenaga sakti. Dan selama itu,belum pernah pedang kayunya tersentuh senjata Surasekti bertiga. Tak lama kemudian, Surasekti bertiga sudah terdesak. Tak usah diceritakan lagi betapa mendong kol mereka. Begitu melihat kesempatan, Suratenung menghantamkan tongkatnya yang bisa memanjang. Sondong Landeyan tentu saja tidak berani mengadu senjata. Ia terpaksa mengelak dan pada saat itu roda bergigi Surasekti- menyambar kepalanya. Cepat-cepat Sondong Landeyan mengendapkan kepalanya. Itulah saatnya yang tepat bagi Surapringga untuk menghantamkan perisainya. Namun kali ini Sondong Landeyan tidak mengelak lagi. Ia bahkan maju seperti hendak menubruk Tetapi dengan suatu gerakan yang manis sekali, pedang kayo berbelok arah dan menabas pundak. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Serangan balik Sondong Landeyan dilakukan tidak hanya dengan gerakan yang cepat luar biasa saja, tetapi jurus ilmu pedangnya hebat pula. Andaikata Sondong Landeyan bersenjata pedang benar-benar, pundak Surapringga sudah tertabas kutung. Pada detik itu pula, wajah Surapringga pucat lesi bagaikan mayat. Dengan mengeluh putus asa ia berseru : - Sudahlah...sudahlah ! - dan ia membuang perisainya ke tanah, lalu melompat ke luar gelanggang. Surasekti dan Suratenung terkejut. Demi menolong kehormatan diri, mereka menyerang dengan berbareng. Bila dapat merobohkan lawan, berarti seri. Tetapi baru saja belasan jurus, bahkan mereka sendiri yang roboh. Suratenung terbabat lututnya dan Surasekti terpenggal kepalanya. Wajah Surasekti dan Suratenung berwarna ungu kehitam-hitaman,oleh rasa malu dan putus asa. Dengan berbareng mereka melontarkan senjatanya. Lalu mendeprok seperti kanak-kanak menahan sakit perut. Menyaksikan mereka bertiga memegang janji, di dalam Kati Sondong Landeyan memuji watak satrianya. Syukur, ia tadi tidak sampai melepaskan pukulan yang dapat mematikan. Dengan memberi hormat ia berkata : - Memang di antara kita tidak perlu sampai dendam mendendam. Kukira inilah penyelesaian yang paling baik. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Waktu itu, cahaya matahari sudah mulai merekah di ufuk timur. Semuanya yang berada di atas bumi dapat terlihat dengan jelas. Perlahan-lahan Sondong Landeyan membuka kain penutup wajahnya. Tepat pada saat itu, Surasekti bertiga berpaling kepadanya. Begitu melihat wajahnya mereka berteriak tertahan. Surasekti dan Surapringga yang mendeprok sampai terlompat bangun. - Bukankah .... - mereka menegas. - Ya. Aku Sondong Landeyan. Mereka tertegun-tegun. Tiba-tiba Surasekti menghela nafas syukur. Ujamya : - Aku kini benar-benar mengaku kalah. Dan kalah di tanganmu, aku tidak perlu merasa malu. Setelah berkata demikian, ia membungkuk hormat dan menjatuhkan diri hendak membuat sembah. Buru-buru Sondong Landeyan mencegahnya. Dengan rasa haru, ia membawa Surasekti berdiri tegak. Katanya : - Kakang Surasekti, maafkan diriku. Aku mengecewakan hatimu dan membuyarkan angan-anganmu. - Tidak. - sahut Surasekti cepat. - Benar katamu, inilah cara penyelesaian yang paling baik. Andaikata engkau menggenggam pedang pusakamu, kita bertiga sudah menjadi mayat.- - Dalam hal ini tiada hutang-piutang masalah budi.- potong Sondong Landeyan. - Hanya secara kebetulan saja aku lewat di sini dan kebetulan mendengar kakang bertiga membicarakan Haria Giri. Di mana dia kini berada" Aku ingin bertemu dan bertatap muka dengannya.http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Ah Tetapi pada saat ini, mungkin sekali sudah kasep.- Sudah kasep bagaimana" Surasekti tidak segera menjawab. Surapringga dan Suratenung kemudian maju bersama-sama. Dengan sikap hormat mereka menyahut mewakili kakaknya seperguruan. Katanya : - Sarayuda mencuri bungkusan kami yang berisi racun berbahaya. Bila terbuka ramuan pembius akan menguap menjadi semacam asap. Barang siapa yang menghirup akan lumpuh sendi tenaganya. Sebenarnya, terus terang saja racun itu kami persiapkan untuk menghadapi tuan. Akan tetapi Tuhan Maha Adil. Karena tuan seorang pendekar sejati, Tuhan berkenan .... - - Kakang Surapringga dan Suratenung, janganlah memanggil aku dengan sebutan tuan. Kalau berkenan, panggillah aku dengan adik, rekan atau sahabat. - A duh ! - hati mereka terpukul. Dengan wajah penuh haru, mereka berkata : - Masakan kami yang kini pantas menjadi budak tuan, begitu berani memanggil tuan dengan adik, rekan atau sahabat".- - Sudahlah. Apakah kakang Surasekti, Surapringga dan kakang Suratenung tidak sudi bersahabat denganku" - potong Sondong Landeyan yang tidak pandai berbasa-basi. Kemudian ia berdiri tegak dengan berdiam diri, tetapi sesungguhnya ia sedang memasang pendengarannya. Ternyata getaran nafas Sarayuda dan isteri nya yang tadi berada di balik belukar, tiada lagi di tempatnya. Tak usah dikatakan lagi, bahwa mereka berdua tentunya sudah melanjutkan perjalanannya. Hanya semenjak kapan, ia tidak tahu karena terlibat dalam suatu pertempuran. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tiba-tiba suatu ingatan menusuk benaknya. Katanya minta keterangan kepada Surasekti bertiga : - Kakang Surasekti bertiga, apakah kalian tadi mendengar tata-nafas Sarayuda" Semenjak kapan ia meninggalkan tempatnya" - - Sarayuda"- Mereka berseru dengan berbareng. -Di mana dia" Sondong Landeyan mengeluh di dalam hati. Sahutnya : - Dia berada di sekitar kita. Sayang, perhatianku terbagibagi sehingga kehilangan pengamatan. Mendengar keterangan Sondong Landeyan, mereka merasa makin takluk. Jelas sekali, ilmu kepandaian Sondong Landeyan berada jauh di atasnya. Kalau begitu mereka terlalu gegabah sampai berani berangan-angan hendak mengadu kepandaian dengan Sondong Landeyan. Baru saja mengadu ketajaman pendengaran, kepandaiannya tidak nempil sedikitpun. Maka sudah sepantasnya, bila mereka bertiga dikalahkan hanya dengan sebatang pedang kayu. - Eh...tuan... eh sahabat Sondong Landeyan. - Surasekti membuka mulutnya. - Sebenarnya rekan Sondong Landeyan pantas menjadi majikan kami. Sekarang kami diperkenankan bersahabat denganmu. Dengan ini kami bersumpah akan menjunjung persahabatan ini seumpama jiwa kami sendiri. Sebaliknya kami harap adik eh rekan eh sahabat Sondong Landeyan jangan segan-segan memakai tenaga kami. Kalau kau perintahkan kami mengejar atau meringkus Sarayuda, akan segera kami lakukan. Hanya saja, bagaimana adik mengenal dia" Apakah memang sudah lama mengenalnya" Pendekar Cacad 14 Pendekar Harpa Emas Karya Rajakelana Pedang Tanpa Perasaan 1