Ceritasilat Novel Online

Gerbang Nasib 1

Gerbang Nasib Postern Of Fate Karya Agatha Christie Bagian 1 Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ FOSTERN OF FATE By Agatha Christie Alihbahasa: Mareta Scanned book by BBSC, convert text by Otoy Ebook by Dewi KZ Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ Daftar Isi BAGIAN PERTAMA 1. Buku 2. Panah Hitam 3. Ke Kuburan 4. Banyak Parkinson 5. Bazar Barang Bekas 6. Persoalan 7. Persoalan Lagi 8. Nyonya Griffin BAGIAN KEDUA 9. Cerita dari Masa Silam 10.Berkenalan dengan Mathilde,Truelovean KK 11 Enam Hal yang Tak MasukAkal Sebelum Sarapan 12. Menyelidiki Truelove, Oxford, dan Cambridge 13. Metode Riset 14. Tuan Robinson BAGIAN KETIGA 15. Mary Jordan 16. Penyelidikan Tuppence 17. Tommy dan Tuppence Bertukar Pikiran 18. Perut Mathilde Dioperas 19. Wawancara dengan Kolonel Pikeaway Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ 20. Gerbang Nasib 21. Pemeriksaan 22. Kenangan akan Seorang Kakek 23. Pasukan Kecil 24. Tuppence Diserang 25. Hannibal Beraksi 26. Oxford, Cambridge, dan Lohengrin 27. Kunjungan Nona Mullins 28. Kampanye tentang Berkebun 29. Hanniba! Membantu Tuan Crispin 30. Burung-burung Terbang ke Selatan 31. Kata-kata Terakhir: Makan Malam dengan Tuan Robinson Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ BAGIAN PERTAMA 1. Buku "Huh, buku lagi!" kata Tuppence. Dia mengucapkan kata itu dengan nada yang agak kesal. "Apa?" kata Tommy. Tuppence memandang suaminya di seberang ruangan. "Aku bilang *buku*," katanya. "Hm Aku mengerti," kata Thomas Beresford. Di depan Tuppence tergeletak tiga peti besar. Dari masing-masing peti itu bermacam-macam buku dikeluarkan walaupun sebagian besar masih ada di dalamnya. "Luar biasa," kata Tuppence. "Maksudmu ruangan yang diperlukan?" "Ya." "Apa kau akan menaruh semuanya di rak buku?" "Aku tak tahu apa yang ingin kulakukan," kata Tuppence. "Itulah anehnya. Kita tak selalu tahu apa yang ingin kita lakukan. Ah," desahnya sambil menarik napas panjang. "Hm," kata suaminya. "Kau kok aneh. Biasa nya kau selalu tahu dengan baik apa yang ingin kaulakukan." "Maksudku," kata Tuppence,, "kita ini kan. sudah tua, sudah - ya - penyakitanlah. Rematik. Lebih-lebih kalau menegakkan badan. Misalnya meletakkan buku buku, atau menurunkan sesuatu dari rak. Rasanya sulit tegak lagi." "Ya, ya," kata Tommy. "Itu memang kekurangan kita. Itu yang ingin kaukatakan"' Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Bukan, bukan itu. Aku ingin mengatakan bahwa aku senang bisa membeli rumah ini rumah yang kita impikan. Tentu saja dengan perubahan kecil." "Menggabungkan dua ruangan menjadi satu ruangan yang besar," kata Tommy. "Dan menambah sebuah beranda atau teras." _ "Itu kan bagus,' kata Tuppence tegas. "Kalau sudah selesai, aku tak akan mengenalinya lagi! Itukah jawabannya?" kata Tommy. "Salah. Kalau sudah selesai, kau akan melihaitnya dan merasa gembira karena punya istri yang pandai dan memiliki selera tinggi." "Iya... iya," kata Tommy. "Akan kuingat-ingat kata-kata yang tepat untuk kuucapkan nanti." "Kau tak perlu mengingatnya, kata Tuppence. "Kata-kata itu akan keluar secara otomatis." "Apa hubungannya dengan buku?" kata Tommy. "Kita kan membawa dua atau tiga peti buku. Buku-buku yang tidak kita perlukan telah kita jual, dan kita hanya membawa bukubuku yang kita sukai. Lalu orang yang menjual rumah ini. pada kita mengatakan bahwa mereka tak mau membawa serta semua barang-barang mereka. Dan mereka katakan kalau kita mau memberikan suatu penawaran, mereka akan meninggalkan barang-barang mereka termasuk buku-buku. Dan kita datang dan melihat barangbarang mereka - " "Dan kita menawar," kata Tommy. "Ya, walaupun tidak setinggi yang mereka harapkan, aku rasa. Beberapa perabotan dan hiasan terlalu jelek. Untunglah kita tak perlu membeli benda-benda itu. Tapi waktu aku melihat-lihat buku-buku itu, ternyata ada juga buku-buku Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ pavorit. Ada juga buku-buku favoritku yang khusus seperti cerita Androcles and the Lion" katanya "Aku pikir senang juga membaca buku-buku itu lagi. Aku ingat membaca buku itu waktu umur delapan tahun. Andrew Lang." "Apa benar kau sudah pandai membaca pada umur delapan?" "Ya," kata Tuppence. "Aku mulai bisa membaca umur lima. Setiap orang bisa membaca ketika aku masih kecil dulu. Rasanya tak seorang pun yang merasa sulit belajar membaca. Maksudku, selalu ada orang yang senang membacakan cerita, dan kami merasa senang, dan ingat betul di mana buku itu disimpan. Lalu kami akan mengambil buku itu, dan tanpa sadar kami telah membacanya tanpa peduli akan ejaannya. Tapi akibatnya tidak baik," katanya "karena aku tak bisa mengeja dengan baik. Kalau saja ada yang mengajari aku mengeja waktu, aku umur empat, pasti ejaanku bagus. Ayah mengajari aku berhitung - menambah, mengurang, dan mengalikan, karena katanya tambah-tambahan itu sangat penting. Aku juga belajar membagi." "Dia pasti orang pandai!" "Aku rasa dia tidak terlalu istimewa pintarnya," kata Tuppence, "tapi dia orang yang amat" baik." "Omongan kita sudah ngelantur, kan?" "Ya, betul," kata Tuppence. "Aku ingat waktu membaca Androcles and the Lion. Buku itu tentang binatang. Ah, aku senang sekali. Kalau nggak salah karangan Andrew Lang. Dan ada cerita A Day in My Life at Eton yang dikarang oleh seorang murid sekolah Eton. Aku tak tahu kenapa aku ingin membaca buku itu. P koknya-aku membacanya. Dan buku itu merupakan salah satu buku favoritku. Lalu masih ada beberapa cerita klasik, misalnya: karangan Mrs. Moles-worth, The Cuckoo Clock, Four Winds Farm.." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Ya, sudah, sudah," kata Tommy. "Kau tak perlu memamerkan buku-buku bacaanmu waktu kecil." "Maksudku, buku-buku itu susah didapat sekarang ini. Ya, memang ada edisi cetak ulangnya. Tapi biasanya sudah diubah dan diberi gambar-gambar yang lain. Aku pernah lihat sebuah buku. Ternyata buku Alice in Wonderland tapi aku tak mengenalinya sama sekali. Semuanya kelihatan aneh. Tapi ada beberapa buku yang masih bisa kudapat. Mrs. Molesworth, satu atau dua buku tentang peri - The Pink, Blue, and Yellow Fairies. Dan... tentu saja buku-buku yang lebih baru. Buku-buku Stanley Weymans dan semacamnya. Banyak sekali di situ." "Oke," kata Tommy. "Kau tergoda. Kau merasa bahwa ini merupakan penawaran yang bagus." "Ya. Begitulah," kata Tuppence. 'Ya. aku pun tertarik dengan penawaran itu. Cukup bagus" "Dan harganya cukup murah. Dan - ini, mereka di sini di antara buku-buku kita. Tapi buku kita jadi bertumpuk-tumpuk sekarang. Dan rak buku yang sudah kita buat - aku rasa tak akan muat Bagaimana dengan kamar pribadimu" Ada tempat nggak di situ?" "Nggak ada," kata Tommy. "Buku-bukuku sendiri saja tidak cukup." "Wah, wah. Apa kita perlu menambah satu kamar lagi?" "Tidak," kata Tommy. "Kita harus menghemat. Kita sudah bilang begitu dua hari yang lalu. Ingat?" "Itu kan dua hari yang lalu" kata Tuppence. "Waktu berubah. Aku sekarang akan meletakkan buku-buku yang amat kusenangi di rak ini. Lalu - lalu kita akan melihat yang lainnya. Barangkali ada rumah sakit anak-anak, atau tempat-tempat lain yang suka buku." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Atau kita bisa menjualnya," kata Tommy. "Aku rasa buku-buku itu bukan jenis buku yang disukai orang. Aku rasa tak ada buku-buku yang bernilai luar biasa." "Siapa tahu ada buku-buku yang diperlukan orang," kata Tommy. "Barangkali ada kolektor yang berminat pada buku-buku langka edisi pertama." "Sementara ini kita harus meletakkannya di rak sambil melihat-lihat apakah bukubuku itu buku-buku yang aku sukai. Aku ingin betul-betul mengecek dan mengecek lagi. Maksudku, memisah-misahkan cerita petualangan, dongeng, cerita anak-anak, dan cerita-cerita tentang seko lah di mana anak-anak merasa begitu kaya - buku-buku L.T. Meade, maksudku. Dan beberapa buku yang biasa kita bacakan untuk Deborah ketika dia kecil. Kita semua suka cerita Winnie the Pooh. Dan buku The Littie Grry Hen. Tapi aku tak terlalu menyukai itu." "Aku rasa kau mencapek-capekkan diri saja," kata Tommy. "Aku rasa sebaiknya kita sudahi saja apa yang kaulakukan." "Ya," kata Tuppence. "Tapi aku ingin menyelesaikan bagian yang di sini dan membawa buku-buku itu ke sini..." "Aku bantu," kata Tommy. Dia datang mendekat, menumpahkan isi peti buku, dan mengangkat buku-buku itu, lalu memasukkannya ke rak buku... secara sembarangan. "Aku menyatukan buku-buku yang ukurannya sama, biar kelihatan rapi," katanya. "Oh, jangan begitu," kata Tuppence. "Cukup begitu dulu ngaturnya. Nanti bisa diatur lagi. Yang cocok dengan maumu. Kita bisa_melakukannya kalau hari hujan atau musim dingin nanti. Waktu kita tak bisa melakukan hal-hal lain" Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Persoalannya, kita selalu punya ide baru untuk melakukan sesuatu yang lain." "Ini ada tujuh buku lagi. Dan ada tempat di sudut paling atas itu. Tolong bawakan kursi kayu itu. Kakinya cukup kuat untuk dinaiki?" Dengan hati-hati Tommy naik ke atas kursi. Tuppence memberikan buku-buku kepadanya. Tommy meletakkannya di rak paling atas. Tapi sebelum dia selesai meletakkan buku-buku itu di situ, tiga buku yang terakhir meluncur ke bawah, nyaris membentur kepala Tuppence. "Wah, kasihan," kata Tuppence. "Ya- - habis kau memberikan sekaligus terlalu banyak," kata Tommy. "Ah, sudah kelihatan rapi sekarang," kata Tuppence sambil mundur dan memandangi rak bukunya. "Kalau kau meletakkan yang ini di rak nomor dua dari bawah - ada tempat kosong di situ - peti yang satu ini kosong. Yang ini, yang kuberesi tadi pagi, bukan buku-buku kita, tapi buku-buku yang kita beli. Barangkali kita menemukan sesuatu yang istimewa." "Barangkali," kata Tommy. "Aku rasa kita akan menemukan sesuatu yang berharga. Barangkali sesuatu yang bernilai' tinggi." "Lalu kita apakan",Dijual?" "Ya - aku rasa terpaksa kita jual," kata Tuppence. "Tapi bisa saja kita simpan sendiri untuk dipamerkan pada orang-orang. Bukannya nyombong, tapi barangkali kita bisa berkata, 'Oh ya, kami memang menemukan sesuatu yang berharga. Aku rasa kita juga akan menemukan sesuatu." "Apa - buku favoritmu yang kau sudah lupa?" Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Tidak perlu seperti itu. Tapi sesuatu yang mengejutkan, yang menarik - yang membuat hidup menggairahkan." "Oh, Tuppence," kata Tommy. "Pikiranmu memang luar biasa. Rasanya kok lebih mungkin menemukan suatu penyakit" "Ah, kau," kata Tuppence. "Jadi orang sebaiknya punya harapan. Itu sangat penting dalam hidup. Harapan. Ingat" Aku selalu penuh harapan." "Aku tahu," kata Tommy. Dia menarik napas panjang. "Aku sering menyesali hal itu." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ 2. Panah Hitam Nyonya thomas beresford menarik buku Cuckoo Clock karangan Mrs. Molesworth, dan memilih sebuah tempat kosong di rak ketiga dari bawah. Buku-buku karangan Mrs. Molesworth dijadikan satu di tempat itu. Tuppence menarik buku The Tapestry Room dan memegangnya sambil berpikir. Barangkali dia bisa membaca Four Winds Farm. Dia sudah lupa ceritanya, tidak seperti Cuckoo Clock dan The Tapestry Room. Jari tangannya bergerak... Tommy akan segera kembali. Tuppence melanjutkan apa yang dia lakukan. Kalau saja dia tidak bolak-balik berhenti dan menarik-narik buku-buku favoritnya serta membacanya. Memang menyenangkan, tapi menyita waktu terlalu banyak. Dan ketika Tommy bertanya padanya malam itu tentang apa yaitg dia lakukan, dia berkata, "Oh, sudah baik sekarang," dan dengan segala cara Tuppence berusaha menghalangi suaminya naik ke ruangan itu. Pekerjaan itu ternyata makan waktu lebih lama dari yang diperkirakan. Dan begitu banyak orang yang menyebalkan. Misalnya, tukang-tukang listrik yang datang dan merasa tidak puas dengan pekerjaan mereka ketika mereka datang terakhir kali. Mereka lalu menyebar dan bekerja di mana-mana dengan wajah cerah. Dan Tuppence pun terpaksa berjalan dengan sangat hati-hati, karena mereka bekerja di lantai. Dan r ketika dia salah melangkah, tiba-tiba saja muncul seorang tukang untuk menolongnya. "Kadang-kadang," kata Tuppence, "aku menyesal kita telah meninggalkan Bartons Acre." "Ingat atap ruang makannya," kata Tommy, "dan ingat lotengnya. Juga apa yang terjadi dengan garasi. "Hampir menghancurkan mobil kita." "Aku rasa kita bisa memperbaikinya," kata Tuppence Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Tidak," kata Tommy. "Kita harus membongkar bangunan yang rusak itu atau pindah. Rumah ini akan menjadi rumah yang bagus nanti. Aku yakin. Dan ada tempat yang cukup luas buat kita bila kita ingin melakukan sesuatu." "Maksudmu, kita bisa menyimpan apa-apa yang ingin kita simpan?" kata Tuppence. "Ya, aku tahu" sahut Tommy. "Kita selalu menyimpan terlalu banyak barang tanpa kita sadari. Dalam hal itu, aku tak bisa menyetujui tindakanmu lagi." Pada saat itulah Tuppence berpikir - apakah mereka akan melakukan sesuatu di rumah itu - bukan sekadar pindah ke situ saja. Hal itu kelihatannya sederhana, tetapi ternyata tidak. Dan sebagian disebabkan oleh buku-buku itu. "Seandainya aku dulu adalah seorang anak yang manis seperti anak-anak zaman sekarang, aku tak akan bisa membaca begitu cepat," kata Tuppence. "Anak-anak umur empat, lima, atau enam tahun sekarang ini kelihatannya masih belum bisa Gerbang Nasib Postern Of Fate Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo membaca. Dan banyak yang belum bisa membaca pada umur sepuluh atau sebelas. Kami semua bisa membaca Aku dan Martin di sebelah rumah, dan Jennifer di ujung jalan, dan Cyril serta Winifred. Semua. Kami memang tidak bisa mengeja dengan baik, tapi kami bisa membaca apa saja yang ingin kami baca Aku tak tahu bagaimana kami belajar. Tanya-tanya orang lain, barangkali. Tentang poster dan iklan Carter's Little Liver Pills. Kami bisa membacanya di lapangan-lapangan kalau kereta api sudah mendekati London. Sangat menyenangkan Aku selalu ingin tahu apa yang ditulis di situ. Oh, aku harus membereskan pekerjaan ini." Dia mengambil beberapa buku. Tiga perempat jam dilewatkannya dengan membaca Alice in Wonderland, lalu dengan Unknown to History-nya Charlotte Yonge. Tangan Tuppence diam menggenggam The Daisy Chain. Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Oh, aku harus membaca buku itu lagi," kata Tuppence. "Sudah berabad-abad rasanya aku tidak membaca buku itu. Menyenangkan sekali Aku berdebar membayangkan apa yang akan terjadi dengan Norman. Dan Ethel dan - apa ya nama tempat itu" Coxwel - apa ya" Dan Flora yang materialistis. Dan sifat seperti itu dianggap tidak baik pada zaman dulu. Dan kita sekacang" Apa kita juga materialistis?" "Apa, Nyonya?" "Oh, tidak apa-apa," kata Tuppence sambil memandang Albert, pelayannya yang setia, yang baru muncul di pintu. "Saya kira Nyonya memanggil saya. Nyonya membunyikan bel, kan?" "Sebenarnya tidak," kata Tuppence. "Aku menyandarkan badan dan menyenggol bel waktu naik kursi itu untuk mengambil buku." "Nyonya ingin menyuruh saya mengambil buku dari atas?" "Ya, ya." kata Tuppence. "Aku jatuh dari kursi. Kursi-kursi itu tidak beres. Ada yang kakinya goyah, ada yang licin." "Ada buku khusus yang perlu diambil?" "Sebetulnya aku baru sampai rak ketiga. Aku tak tahu buku-buku apa saja yang ada di atas." Albert naik ke atas kursi, mengambil buku satu per satu dan menepuk-nepuk masing-masing buku untuk membuang debunya, lalu mengulurkannya ke bawah. Tuppence menerimanya dengan gembira. "Wah, wah! Luar biasa. Aku sudah lupa buku-buku ini. Ini The Amulet. Dan ini The Psamayad. Ini The New Treasure Seekers. Oh, aku suka-semuanya. Jangan dikembalikan ke rak dulu, Albert Aku akan membaca buku itu. Maksudku satu atau dua buku dulu. Nah, ini buku-buku apa" Oh, Red Cockade. Ya, aku ingat, buku sejarah. Sangat menarik. Dan ini Under the Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ Red Robe. Banyak buku Stanley Weyman. Banyak sekali. Aku dulu membaca buku-buku itu waktu umur sepuluh atau sebelas. Aku tak heran kalau nggak ketemu dengan The Prisoner of Zenda." Dia menarik napas panjang. "The Prisoner of Zenda. Ini buku romantis yang pertama. Kisah cinta-Putri Flavia. Raja Ruritania Rudolph Rassendyll, nama yang romantis, yang biasa dimimpikan gadis-gadis." Albert mengulurkan beberapa buku lainnya. "Oh ya," kata Tuppence. "Ini lebih bagus. Dan lebih kuno. Aku harus menyatukan buku-buku kuno itu. Nah, apa ini" Treasure Island. Bagus. Tapi aku sudah baca, dan sudah melihat filmnya. Tapi film itu tidak bagus. Oh, ini Kidnapped. Ya, aku suka buku ini." Tangan Albert menjulur ke atas dan meraup sejumlah buku, dan Catriona pun jatuh mengenai kepala Tuppence. "Oh, maaf, Nyonya. Maaf sekali." "Tak apa-apa," kata Tuppence. "Jangan kuatir. Catriona, Ya, ada lagi buku-buku Stevenson disitu?" Albert mengulurkan beberapa buku dengan sangat hati-hati. Tuppence berseru girang. . "The Black Arrow. Wah! The Black Arrow - Panah Hitami Ini salah satu buku dari beberapa buku yang pertama-tama yang aku baca. Ya Aku rasa kau tidak pernah mengalaminya, Albert. Maksudku, kau pasti tak akan tahan. Coba aku pikir. Aku ingat-ingat lagi. Panah Hitam. Ya - ini kan gambar di dinding. Gambar mata. Mata yang hidup - memandang menembus mata yang ada di gambar itu. Luar biasa. Amat mengerikan. Oh, ya. Panah Hitam. Tentang apa, ya" Oh ya - kucing, anjing" Bukan. Kucing, tikus, dan Lovell, si anjing. Inggris dikuasai oleh seorang penjahat. Itu dia. Yang jahat tentu saja Richard Ketiga. Walaupun sekarang orang menulis bahwa dia baik dan hebat. Bukan bajingan Tapi aku tak percaya. Juga Shakespeare. Dia kan memulai dramanya dengan membuat Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ Richard berkata, 'Saya siap membuktikan seorang penjahat. Ah, ya. Panah Hitam." "Lagi, Nyonya?" "Tidak. Terima kasih, Albert. Rasanya aku agak capek." "Baiklah. O ya, Tuan tadi menelepon. Katanya datang terlambat setengah jam." "Biarlah," kata Tuppence. Dia duduk di kursi sambil membawa Panah Hitam, membuka-buka halaman buku itu dan asyik sendiri. "Hm," katanya, "bagus sekali buku ini. Aku benar-benar sudah lupa ceritanya. Pasti senang membaca lagi semuanya." Ruangan itu sepi. Albert kembali ke dapur. Tuppence bersandar di kursinya. Menit-menit berlalu. Di kursi yang agak rombeng Nyonya Thomas Beresford duduk bergelung, asyik membaca cerita yang pernah dibacanya, karangan Robert Louis Stevenson yang berjudul Panah Hitam. Di dapur, Albert pun asyik dengan kompornya. Waktu berlalu. Sebuah mobil terdengar mendekat. Albert pergi ke pintu samping. "Apa perlu dimasukkan ke garasi, Tuan?" "Tidak," jawab Tommy. "Biar aku masukkan sendiri. Kau pasti sibuk di dapur. Apa aku terlambat?" 'Tidak. Tadi Tuan kan sudah pesan akan terlambat. Malah terlalu cepat sedikit." "Oh," kata Tommy sambil keluar dari mobilnya, masuk ke dapur sambil menggosokgosok kedua tangannya. "Dingin di luar. Mana Tuppence?" "Oh, Nyonya di atas. Bersama buku buku " "Ah. Masih bersama buku-buku yang menyebalkan itu?" Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Ya. Banyak yang dibereskan. Dan membaca terus dari tadi." "Ah - sudahlah. Makan apa kita malam ini?" "Ikan goreng tanpa tulang, Tuan. Dengan bumbu jeruk lemon. Sebentar lagi siap." "Oke. Bisa siap seperempat jam lagi, kan" Aku mau cuci muka dulu." Di lantai atas Tuppence masih bergelung dikursi yang agak rombeng itu dan asyik membaca Panah Hitam. Dahinya agak berkerut Dia menemukan sesuatu yang aneh. Rasanya ada sesuatu yang mengganggu. Halaman khusus itu adalah halaman 64. Dia membacanya sekilas. Atau halaman 65" Dia tidak dapat membacanya karena beberapa kata-kata di situ digarisbawahi. Kata-kata itu tidak berurutan dan bukan kutipan. Kata-kata itu adalah kata-kata yang sengaja dipilih dan digarisbawahi dengan tinta merah. Dia membaca: '"Matcham tak dapat menahan seruan lirih. Dick kaget dan menjatuhkan terompet dari tangannya. Mereka semua berjalan kaki sambil melepaskan pedang dan belati mereka dari sarungnya. Ellis mengangkat tangannya. Bagian putih bola matanya bersinar let, lebar - '" Tuppence menggelengkan kepala. Tak ada artinya. Tak masuk akal. Dia berdiri dan berjalan ke meja tempat alat-alat tulisnya, dan mengambil beberapa lembar kertas_yang baru-baru ini dikirimkan oleh perusahaan percetakan untuk dipilih dan kemudian dicap dengan alamat keluarga Beresford yang baru: The Laurels. "Nama yang jelek," kata Tuppence. 'Tapi kalau namanya terlalu sering diganti, semua surat akan nyasar." Dia menuliskan kata-kata yang baru dibacanya. Sekarang dia melihat sesuatu yang sebelumnya tak kelihatan. 'Baru kelihatan sekarang," kata Tuppence. Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ Dia terus memperhatikan huruf-huruf di halaman itu. "Jadi kau di sini rupanya" kata Tommy tiba-tiba. "Makan malam sudah hampir siap. Bagaimana buku-buku ini?" "Ini benar-benar membingungkan," kata Tuppence. "Sangat membingungkan.' "Apa sih yang membingungkan?" 'Ini, buku Panah Hitamnya Stevenson. Aku ingin membacanya lagi, dan sudah mulai kubaca. Mula-mula nggak apa-apa. Tapi kemudian halaman-halamannya jadi aneh karena banyak kata-kata yang digarisbawahi dengan tinta merah." "Ah. Itu kan biasa dilakukan orang," kata Tommy. "Maksudku bukan tinta merahnya, tapi menggarisbawahi kata-kata. Kadang-kadang orang ingin mengingat sesuatu, atau mengutip sesuatu. Kau tahu yang kumaksud, kan?" "Aku mengerti maksudmu," kata Tuppence. "Tapi yang ini lain. Ini hurufhurufnya." "Apa maksudmu?" tanya Tommy. "Coba lihat," kata Tuppence. Tommy mendekat dan duduk di tangan kursi. Dia membaca: "'Matcham ragu dan tak dapat menahan seruan lirih. Dia yang bahkan mati kaget dan menjatuhkan jendela dengan dorongan tangan. Kedua lelaki besar di - apa ini, tidak terbaca - kerang ialah isyarat yang disepakati Mereka berjalan kaki bersama mengencangkan pedang yang longgar dan belati." Ah, gila," kata Tommy. "Ya," kata Tuppence. "Aku memang berpikir begitu. Gila. Tapi sebenarnya tidak, Tom." Suara bel terdengar dari bawah. "Makan malam sudah siap." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Biarlah," kata Tuppence. "Aku harus bicara tentang ini dulu. Yang lainnya bisa menyusul. Ini benar-benar luar biasa. Aku cerita langsung saja, ya." "Ya - ya, boleh. Kau menemukan sesuatu yang istimewa?" "BeIum. Aku cuma mengeluarkan huruf-huruf. Nah, di halaman ini, huruf M dari Matcham, yang merupakan kata pertama, digarisbawahi. Dan huruf berikutnya - A. Sesudah itu ada tiga atau empat kata lagi. Kata-kata itu tidak berurutan langsung, tapi diambil begitu saja, kurasa. Lalu digarisbawahi. Huruf yang dipakai dari kata-kata itu digarisbawahi. Lihat huruf R dari kata 'ragu', Y dari 'yang', lalu J dari 'jendela', OR dari 'dorongan', dan DAN dari 'pedang' - " "Sudah, sudah," kata Tommy. "Sebentar," kata Tuppence. "Aku cari dulu. Aku sudah menulis kata-kata itu. Kau lihat ini" Kalau kaukeluarkan huruf-huruf itu dan diurutkan, apa yang bisa kaubaca" M-a-r-y. Keempatnya digarisbawahi." "Jadi apa?" "Mary" "Oke," kata Tommy, "jadi Mary. Ada seseorang yang bernama Mary. Aku rasa nama seorang anak yang kreatif, yang ingin menunjukkan bahwa ini adalah bukunya. Orang kan suka menuliskan nama mereka di buku-buku atau benda-benda lain." "Oke. Mary," kata Tuppence. "Dan yang berikut menjadi kata J-o-r-d-a-n." "Betul, kan" Mary Jordan," kata Tommy. "Itu biasa. Kau sekarang tahu nama lengkapnya. Yaitu Mary Jordan." "Tapi ini bukan bukunya. Di halaman depan ada nama 'Alexander'. Alexander Parkinson, kalau nggak salah. Nama itu ditulis dengan tulisan kekanak-kanakan." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Lalu - apa pentingnya?" "Tentu saja penting," kata Tuppence. "Ayolah, aku lapar," kata Tommy. "Tahan dulu," kata Tuppence. "Aku akan membaca kata-kata selanjutnya sampai habis - setidaknya dalam empat halaman berikut. Huruf-huruf itu diambil dari tempat-tempat yang berlainan dari beberapa halaman. Kata-kata itu tidak berurutan. Kata-katanya sendiri tak berarti, tapi hurufnya yang penting. Nah. Kita sudah dapat M-a-r-y J-o-r-d-a-n. Itu sudah betul. Kau tahu kata-kata berikutnya" M-a-t:i t-i-d-a-k, tidak, w-a-j-a-r. Jadi apa semuanya" Mary Jordan mati tidak wajar. Nah," kata Tuppence. "Sekarang kalimat berikutnya ialah Dia salah satu dari kami. Aku rasa aku tahu yang mana. Itu saja. Tak ada lagi. Tapi menarik, ya?" Tuppence," kata Tommy. "Kau tak akan melakukan apa-apa, kan?" "Apa maksudmu melakukan apa-apa?" "Ya - apa lagi - menyelidiki misteri itu." "Hm. Ini memang suatu misteri bagiku," kata Tuppence, "Mary Jordan mati tidak wajar. Dia salah satu dari kami. Aku rasa aku tahu yang mana. Oh, Tommy. Ini benar-benar menggemaskan." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ 3. Ke Kuburan "Tuppence!" seru Tommy ketika sampai di rumah. Tak ada jawaban. Dengan agak jengkel dia naik ke lantai atas dan berlari di gang. Hampir saja kakinya terjeblos lubang di lantai. "Tukang listrik brengsek!" umpatnya. Beberapa hari yang lalu dia juga hampir terperosok. Tukang listrik datang dan bekerja penuh semangat. "Sudah baik sekarang, tak banyak lagi yang perlu dibereskan," kata mereka. "Kami kembali lagi nanti siang." Tapi siang itu mereka tak kembali. Dan Tommy sendiri tak terlalu heran. Dia sudah terbiasa dengan cara kerja tukang-tukang bangunan, tukang listrik, dan tukang gas. Mereka datang, menunjukkan efisiensi kerja, membuat pernyataanpernyataan optimis, lalu pergi mengambil sesuatu. Mereka tidak kembali. Kita bisa saja menelepon kantor mereka. Tapi rasanya selalu salah putar. Kalau telepon itu menyambung, orang yang dicari sedang tidak bekerja di bagian itu. Yang harus dilakukan adalah bersikap hati-hati agar kaki tidak keseleo, terperosok lubang, atau kena celaka lainnya. Dan Tommy kuatir, jangan-jangan istrinya kena celaka. Dia sendiri sudah lebih berpengalaman daripada Tuppence. Tuppence bisa celaka karena terguyur air panas satu ketel penuh atau kena api kompor. Tapi di mana dia sekarang" Tommy memanggil lagi. "Tuppence! Tuppence!" Dia mencemaskan Tuppence. Dia memang orang yang perlu dikuatirkan. Kalau Tommy pergi dan menasihatinya untuk berbaik-baik, dia akan berjanji untuk melakukan apa yang dinasihatkan padanya. Tidak, dia tak akan keluar kecuali membeli setengah pon mentega. Itu tak berbahaya, kan" "Bisa berbahaya kalau, kau yang membeli mentega setengah pon." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Oh," kata Tuppence. "Jangan bodoh." "Aku tidak bodoh," kata Tommy. "Aku hanya bersikap hati-hati, menjaga sesuatu yang merupakan milikku yang kusayangi. Aku tak mengerti kenapa - " "Karena," kata Tuppence, "aku menarik, dan cantik, dan bisa jadi teman yang menyenang* kan, dan aku penuh perhatian padamu." "Barangkali begitu," kata Tommy. Tapi aku juga bisa memberimu sebuah daftar lain." "Rasanya aku tidak terlalu suka dengan daf-ta0Ui itu," kata Tuppence. "Tidak. Aku rasa kau punya beberapa kesalahan yang kausimpan. Tapi jangan kuatir. Semuanya akan beres. Kalau kau pulang yang perlu kaulakukan cuma memanggil aku." Tapi sekarang di mana Tuppence" "Setan kecil," kata Tommy. "Dia pasti keluyuran." Tommy melangkah masuk ke kamar di atas, tempat dia "menemukan" istrinya waktu itu. Barangkali Tuppence sedang melihat buku anakanak. Dia pasti sedang sibuk dengan kata-kata konyol yang oleh seorang anak konyol digarisbawahi dengan tinta merah. Pasti dia sedang menyelidiki si Mary Jordan. Mary Jordan yang mati tidak wajar. Tommy tidak, mengerti. Orang vang punya rumah ini dan menjualnya kepadanya bernama Jones. Mereka memang baru tiga atau empat tahun tinggal di situ. Tapi anak yang memiliki buku Robert Louis Stevenson itu pasti sudah lebih dulu pernah tinggal di situ. Bagaimanapun juga, Tuppence tidak ada di ruangan itu. Kelihatannya buku-buku yang tergeletak di situ tak ada yang menarik. "Di mana ya, dia?" kata Thomas. Dia turun lagi, lalu memanggil-manggil satu atau dua kali. Tak ada jawaban. Dia melihat gantungan baju di ruang depan. Mantel Tuppence tak Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ ada. Kalau begitu dia pasti keluar. Tapi ke mana" Dan di mana Hannibal" Tommy Gerbang Nasib Postern Of Fate Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo memanggil Hannibal. "Hannibal - Hannibal - Hanny sayang. Sini, Hannibal." Hannibal tak ada. Setidak-tidaknya Tuppence ditemani Hannibal, pikir Tommy. Dia tak tahu hal itu baik atau tidak untuk Tuppence. Hannibal pasti bisa menjaga Tuppence. Persoalannya adalah, mungkinkah Hannibal mengganggu yang lain" Anjing itu ramah kalau diajak bertamu ke rumah orang, tapi dia selalu curiga pada orang lain yang masuk ke rumahnya sendiri. Dia siap untuk menyalak dan menggigit kalau perlu. Di mana ya mereka, kok sepi amat" Dia keluar ke jalan dan berjalan agak jauh. Tapi dia tak' melihat anjing kecil hitam dengan seorang wanita bertubuh sedang bermantel merah cerah berjalan di kejauhan. Akhirnya, dengan perasaan agak jengkel dia masuk ke rumah. Dia mencium bau sedap. Dengan cepat dia masuk ke dapur dan melihat Tuppence berbalik dari kompor dan menyambutnya dengan senyum. "Sudah sore," katanya. "Ini kaserol. Sedap ya baunya" Aku menaruh sesuatu di dalamnya. Ada tanaman bumbu di kebun. Oh, aku harap tanaman itu adalah bumbu." 'Kalau bukan bumbu," kata Tommy, "aku rasa tanaman beracun atau daun digitalin, atau fanglove. Kau dari mana?" "Membawa Hannibal jalan-jalan." Pada saat itu juga Hannibal menyambut Tommy dengan menggebu-gebu, sampai Tommy hampir jatuh. Hannibal adalah seekor anjing kecil berbulu hitam mengkilat. Di pantat dan pipinya ada belang coklat. Dia adalah anjing terrier Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ Manchester yang menganggap dirinya lebih bermartabat dibandingkan anjing-anjing lainnya. "Ah, kau. Aku putar-putar mencarimu. Jalan-jalan ke mana sih" Udara jelek begitu." "Memang. Berkabut. Ah - aku juga capek." ' Ke mana saja kau" Jalan-jalan di depan toko-toko itu?" "Tidak. Toko-toko sudah tutup sejak siang tadi. Aku tadi ke kuburan." "Wah. Apa yang kaucari di sana?" "Melihat-lihat batu nisan." "Masih belum jelas," kata Tommy. "Apa Hannibal senang di situ?" "Aku terpaksa merantai dia. Ada seorang petugas gereja yang bolak-balik keluar gereja, dan aku rasa dia tidak suka Hannibal, karena - siapa tahu - Hannibal tidak menyukai dia. Aku tak ingin berprasangka. Kita orang baru." "Apa yang kaucari di kuburan?" "Oh, melihat-lihat orang-orang macam apa yang dikubur di situ. Banyak sekali yang dikubur. Sampai panjang ke belakang. Dan kuburan-kuburan itu adalah kuburan-kuburan tua dari tahun delapan belasan. Aku rasa ada juga satu dua nisan yang lebih tua dari itu. Batunya sudah terkikis dan tulisannya tidak jelas." "Aku masih belum mengerti untuk apa kau pergi ke kuburan." "Aku sedang melakukan penyelidikan," kata Tuppence. "Penyelidikan tentang apa?" "Aku ingin tahu apa ada kuburan keluarga Jordan di situ." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Ya, ampun," kata Tommy. "Apa kau masih penasaran tentang hal itu" Apa kau mencari - ". "Yah, Mary Jordan meninggal. Kita tahu bahwa dia meninggal. Dan kita tahu karena ada sebuah buku yang mengatakan dia meninggal secara tidak, wajar. Bagaimanapun, dia pasti dikuburkan di suatu tempat, kan?" "Tentu," kata Tommy. "Barangkali juga di halaman rumah ini." "Aku rasa itu tak masuk akal," kata Tuppence. "Karena hanya anak laki-laki atau anak perempuan itulah - aku rasa anak laki-laki karena namanya Alexander - yang tahu bahwa kematian Mary Jordan tidak wajar. Dia merasa agak lebih pandai dari yang lain. Tapi seandainya hanya dia yang tahu atau dia saja yang berpikiran begitu, maka orang lain pun tak akan tahu. Maksudku, Mary meninggal dan dikubur dan tak seorang pun mengatakan - " "Tak seorang pun mengatakan ada yang tidak beres," lanjut Tommy. "Ya, begitulah. Keracunan atau kena pukul kepalanya atau terjatuh ke dalam jurang atau terlindas mobil. Oh - banyak sebab yang bisa kupikirkan." "Tentu, tentu saja," kata Tommy. "Untung kau seorang wanita yang baik hati, Tuppence. Jadi tak satu pun dari ide-ide itu yang kaupraktekkan." "Tapi tak ada nama Mary Jordan di kuburan. Dan tak ada Jordan-Jordan yang lain." "Pasti kau kecewa," kata Tommy. "Apa masakanmu itu sudah matang" Aku lapar. Dan baunya lumayan sedap." "Sudah" kata Tuppence. "Kita makan setelah kau selesai cuci muka." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ 4. Banyak Parkinson "Banyak Parkinson," kata Tuppence sambil makan. 'Berabad-abad yang lalu. Yang tua, yang muda, yang menikah. Semua Parkinson. Juga Cape dan Griffin dan Underwood dan Over-wood. Aneh ya, ada Underwood dan Over-wood?" "Aku punya teman namanya George Underwood" kata Tommy. "Ya, aku juga punya teman yang namanya Underwood. Tapi yang bernama Overwood jarang sekali." "Laki laki atau perempuan?" tanya Tommy, sedikit tertarik. "Perempuan. Namanya Rose Overwood." "Rose Overwood," kata Tommy sambil memperhatikan bunyi suara itu. "Rasanya tidak cocok." Dia menambahkan, "Aku harus menelepon tukang-tukang listrik itu setelah makan siang. Hati-hati, Tuppence. Salah sangka kan bisa kejeblos." "Kalau begitu aku bisa mati wajar, atau tidak wajar. Dua-duanya bisa." "Mati karena ingin tahu," kata Tommy. "Rasa ingin tahu menyebabkan si kucing mati." 'Apa kau sama sekali tak ingin tahu?" tanya Tuppence. "Aku tak melihat alasan yang membuatku merasa ingin tahu. Apa ada puding?" "Ada kue tart." "Wah, benar-benar enak makanannya." "Syukurlah kau suka," kata Tuppence. "Bungkusan apa di belakang pintu itu" Anggur yang kita pesan?" Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Bukan," kata Tuppence. "Umbi." "Oh, umbi," kata Tommy. "Umbi tulip," kata Tuppence. "Aku akan omong-omong dengan Pak Isaac tentang umbi itu." "Akan kautanam di mana?" "Aku rasa di sepanjang jalan yang membelah kebun." "Kasihan orang tua itu. Kelihatannya sudah tak kuat lagi," kata Tommy. "Kau keliru," kata Tuppence. "Pak Isaac itu kuat. Tukang-tukang kebun rupanya begitu. Kalau mereka tukang kebun yang baik, pada umur delapan puluh lebih mereka sangat menguasai keahliannya. Tapi kalau ada laki-laki Ugat puluh limaan atau empat puluh tahunan yang kelihatan kuat dan gagah, dan mengatakan 'Saya selalu ingin bekerja di kebun/ maka kau tidak dapat sepenuhnya mempercayai dia. Dia_akan bersedia membersihkan daun-daunan. Tapi kalau kauminta dia untuk ini dan itu, mereka pasti menolaknya dengan alasan bukan musimnya. Dan karena kita - setidaknya aku - tidak tahu kapan musim yang tepat, dia akan bicara seenak perutnya. Tapi si Isaac ini bagus. Dia tahu segalanya." Tuppence menambahkan, "Aku juga mau menanam crocus. Barangkali sudah ada di dalam paket itu. Coba kulihat dulu. Hari ini giliran dia kemari. Dia akan cerita padaku nanti." "Baik," kata Tommy. "Aku susul kau nanti." Tuppence dan Isaac pun asyik. Bungkusan itu mereka buka dan mereka sibuk bicara tentang tempat yang bagus untuk menanam umbi-umbi itu. Yang pertama tulip-tulip awal yang berbunga pada akhir Februari. Setelah itu tulip betet yang cantik. Lalu ada tulip yang amat indah dan bernama viridiflora yang akan mekar cantik pada bulan Mei dan awal Juni. Karena bunga itu berwarna hijau lembut, mereka merencanakan menanamnya dalam satu kelompok di sisi Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ kebun yang tenang, dengan demikian Tuppence mudah memotong dan mengaturnya dalam vas. Kalau tidak, bunga itu bisa ditanam di halaman depan dekat pintu pagar, supaya orang-orang yang lewat bisa ikut menikmati keindahannya. Bunga itu pasti juga bisa menyenangkan hati pedagang-pedagang sayur dan tukang daging yang lewat tiap hari. Pada pukul empat Tuppence mengeluarkan teko cokiat yang berisi teh kental dari dapur, menaruh tempat gula dan secangkir susu di dekatnya, kemudian memanggil Pak Isaac untuk minum sebelum pulang. Tuppence mencari Tommy. Pasti tertidur di suatu tempat, pikir Tuppence sambil melongok kamar-kamar satu per satu. Dia gembira ketika melihat sebuah kepala tersembul di lantai dekat tangga. "Sudah baik sekarang, Nyonya," kata seorang tukang listrik. 'Tak perlu hati-hati lagi. Sudah beres." Dia menambahkan bahwa akan membereskan bagian yang lain besok pagi. "Saya harap Anda benar-benar datang," kata Tuppence. "Anda lihat Tuan Beresford?" "Ya - suami Nyonya" Dia ada di atas kalau tak salah. Menjatuhkan benda-benda yang berat. Saya rasa buku-buku." "Buku! Ya, ampun," kata Tuppence. Tukang listrik itu masuk ke bawah lagi dan Tuppence naik ke ruang bawah atap yang menjadi ruang perpustakaan mereka. Tommy duduk di ujung tangga. Beberapa buku berserakan di sekitarnya dan di rak kelihatan sebuah ruang menganga. "Jadi kau di situ," kata Tuppence. "Kau-bilang tidak tertarik. Kau baru melihatlihat buku-buku itu, kan" Kau mengobrak-abrik buku-buku yang sudah kuatur rapi.' "Maaf, deh," kata Tommy. "Tapi aku ingin melihat-lihat." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Apa kau menemukan buku lain dengan kala kata yang bergaris bawah merah?" "Tidak, tak ada." "Menyebalkan, ya," kata Tuppence. "Aku rasa itu hasil kerja Alexander. Tuan Alexander Parkinson," kata Tommy. "Betul," kata Tuppence. "Salah seorang dari Parkinson yang begitu banyak." "Aku rasa dia seorang anak yang malas, walaupun menggarisbawahi kata-kata dengan tinta merah bukanlah pekerjaan yang menarik. Tapi tak ada informasi lainnya tentang Jordan." "Aku sudah tanya Pak Isaac. Dia tahu banyak tentang orarig-orang di sini. Katanya, seingatnya dia tak pernah dengar nama Jordan di sekitar sini." "Akan kauapakan lampu kuningan yang kau-letakkan di depan pintu itu?" tanya Tommy sambil menuruni tangga. "Aku akan membawanya ke bazar barang-barang bekas," kata Tuppence. "Kenapa?" "Karena cuma merepotkan kita saja. Dulu kita beli di luar negeri, kan?" "Ya. Kita pasti gila waktu itu. Kau tidak menyukainya. Kau bilang kau benci melihatnya. Dan aku pun setuju. Dan lampu itu berat sekali. Terlalu berat." Tapi Nona Sanderson senang sekali ketika aku membentahu bahwa mereka boleh membawa lampu itu. Dia akan mengambilnya. Tapi aku bilang aku akan mengantarkannya dengan mobil. Hari ini barang-barang dikumpulkan." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Aku bisa mengantarkannya kalau kau mau." "Tidak, aku akan pergi sendiri saja." "Oke," kata Tommy. "Aku rasa sebaiknya aku pergi menemanimu dan mengangkatkunnya untukmu." "Oh, sebaiknya aku cari orang lain saja untuk mengangkatnya," kata Tuppence. "Ya, ya, terserah. Tapi jangan membawanya sendiri." "Jangan kuatir," kata Tuppence. "Kau punya maksud lain, kan?" "Ah, aku hanya ingin ngobrol dengan orang-orang," kata Tuppence. "Aku tak pernah bisa menebak apa yang kau-rencanakan, Tuppence. Tapi aku tahu dari wajahmu, bahwa kau punya satu rencana. "Tolong bawa Hannibal jalan-jalan," kata Tuppence. "Aku tak bisa membawanya. Nanti berantem dengan anjing lain." "Baik. Kau ingin jalan-jalan, Hannibal?" Seperti biasa, Hannibal memberi jawaban positif. Jawabannya, baik positif maupun negatif pasti kelihatan jelas. Dia menggoyang-goyangkan badan dan ekornya, mengangkat satu kaki, meletakkannya lagi, kemudian mendekat serta menggosok-gosokkan kepalanya ke kaki Tommy. "Betul, barangkali itu yang ingin kauucapkan. Untuk itulah kamu ada, budakku yang tersayang. Kita akan jalan-jalan. Mudah-mudahan banyak yang bisa dicium." "Ayo," kata Tommy. "Aku akan bawa rantai. Dan jangan lari menyeberangi jalan seperti waktu kita terakhir jalan-jalan itu. Hampir saja kau terlindas kendaraan panjang dan besar itu." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ Hannibal melihat Tommy dengan pandangan "Aku adalah seekor anjing yang selalu patuh pada perintah'. Walaupun begitu, dalam kenyataannya pandangan tadi sering kali tidak benar. Dia bisa menipu orang-orang yang paling dekat dengannya sekalipun.. Tommy mengangkat lampu kuningan itu ke dalam mobil sambil menggumam, 'Berat". Tuppence meluncur dalam mobilnya. Setelah mobil itu berbelok, Tommy memasang rantai di leher Hannibal dan membawanya jalan-jalan. Lalu dia berbelok ke jalan yang menuju gereja dan melepas rantai Hannibal karena tak banyak kendaraan di situ. Hannibal yang menikmati kebebasan ini lalu mencium-cium rumput dan tanaman yang menghias tepi jalanan. Kalau saja dia bisa bicara, dia pasti akan berkata - "Wah, enak! Kaya sekali. Anjingnya besar. Pasti anjing Alsatia". Dia menggeram "Aku tak suka anjing Alsatia. Kalau aku lihat anjing yang pernah menggigitku tu pasti aku gigit dia! Wah! Sedap, sedap. Anjing betina ini manis. Ya - ya - aku suka dia. Di mana tempat tinggalnya" Di rumah itu ba raagkali. Ya, di situ barangkali." "Jangan masuk ke situ," kata Tommy. "Itu bukan rumahmu." Hannibal pura-pura tidak mendengar. "Hannibal!" Hannibal mempercepat larinya dan membelok menuju sebuah dapur. "Hannibal!" seru Tommy. "Kaudengar tidak?" "Dengar, Tuan?" kata Hannibal. 'Tuan panggil saya" Oh, ya, tentu saja." Salak yang keras terdengar dari dalam dapur. Dia keluar mendekati Tommy. Hannibal berjalan sedikit di belakang Tommy. "Bagus," kata Tommy. Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Saya tidak nakal, kan?" kata Hannibal. "Kapan saja saya diperlukan untuk membantu, saya siap di belakang." Mereka sampai di pintu samping halaman gereja. Hannibal memang lucu. Dia suka mengubah penampilannya sendiri sesuka hatinya. Kadang dia membusungkan badan sehingga kelihatan gemuk. Kadang dia mengempiskan diri menjadi seekor anjing kurus. Dan dia sekarang mengempiskan badannya lalu menerobos masuk pagar tanpa kesulitan. "Keluar, Hannibal," kata Tommy. "Kau tak boleh masuk ke situ." Barangkali kalau dia bisa bicara, dia akan menjawab, "Saya sudah berada di sini, Tuan." Dia berjalan-jalan dengan riang, seperti seekor anjing yang dilepas di taman yang indah. "Anjing bandel!" kata Tommy. Dia membuka pintu, masuk, dan mengejar Hannibal dengan rantai di tangan. Hannibal sekarang ada di sudut halaman gereja dan kelihatannya berusaha memasuki pintu gereja yang sedikit terbuka. Tapi Tommy bisa menangkapnya sebelum anjing itu masuk dan merantai lehernya. Hannibal mendongak ke atas dengan sikap sombong. "Merantai saya lagi?" katanya. "Ya, tentu saja. Saya maklum. Ini adalah suatu prestise. Ini menunjukkan bahwa saya adalah anjing yang berharga." Dia mengibas-ngibaskan ekornya. Karena kelihatannya tak ada yang melarang Hannibal berjalan-jalan dengan tuannya di situ, dap Hannibal bisa dikendalikan dengan rantainya, Tommy pun berjalan-jalan melanjutkan penyelidikan Tuppence. Mula-mula dia memperhatikan nisan yang sudah tua yang ada di dekat pintu samping gereja. Kelihatannya nisan itu termasuk salah satu dari nisan-nisan yang paling tua. Ada beberapa nisan di situ, dan kebanyakan bertahun seribu delapan ratus. Tapi ada satu nisan yang lama sekali diperhatikan Tommy. Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ Gerbang Nasib Postern Of Fate Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Aneh," katanya. "Benar-benar aneh." Hannibal mendongak memandang Tommy. Dia tidak mengerti kata-kata tuannya. Dan dia tidak melihat hal yang menarik pada nisan itu. Dia duduk dan memandang tuannya dengan mata bertanya-tanya. Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ 5. Bazar Barang Bekas Tuppence merasa gembira ketika lampu kuningan yang dibencinya itu disambut hangat oleh ibu-ibu di situ. "Anda baik sekali, Nyonya Beresford Lampu ini amat indah. Sangat menarik. Cantik sekali. Pasti dari luar negeri. Anda pasti membelinya waktu jalan-jalan ke luar negeri." "Ya, kami membelinya di Mesir," kata Tuppence. Sebetulnya Tuppence tak ingat persis, di mana dibelinya lampu itu, Karena sudah sepuluh tahun yang lalu. Barangkali dia membelinya di Damaskus. Atau Baghdad" Atau barangkali Teheran. Tapi kalau dikatakannya dari Mesir pasti akan lebih menarik, karena Mesir sedang hangat dibicarakan orang. Kecuali itu, bentuk lampu itu memang kemesir-mesiran Dan kalaupun dia mendapatnya dari negara lain, pasti produk itu hasil tiruan dari Mesir. "Sebenarnya lampu itu terlalu besar untuk rumah kami. Jadi - " "Saya rasa kita harus mengundinya," kata Nona Little. Nona Little adalah pengurus barang-barang yang akan dijual. Nama julukannya ialah si "Sepatu Gereja" karena dia tahu banyak hal yang terjadi di gereja. Dan walaupun namanya Nona Little, tapi badannya besar. Nama kecilnya adalah Dorothy dan dia biasa dipanggil Dodo. "Kami harap Anda bisa datang pada waktu penjualan nanti, Nyonya Beresford." Tuppence menyanggupi untuk datang. "Saya sudah ingin membeli sesuatu," katanya ramah. "Oh, sertang saya Anda merasa begitu." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Saya rasa ide itu bagus," kata Tuppence. "Maksud saya penjualan barang-barang yang tak diperlukan pemiliknya lagi. Karena - ya, karena kita memang tak memerlukannya, kan" Mungkin untuk seseorang benda itu tidak diperlukan, tapi untuk yang lain justru dibutuhkan." "Ya, saya rasa kita harus mengatakan hal itu kepada Pak Pendeta," kata Nona Price-Ridley, seorang wanita jangkung dengan gigi yang kelihatan rangkaprangkap. "Saya rasa dia akan senang." "Misalnya baskom kertas ini," kata Tuppence sambil mengangkat benda tersebut "Oh, apakah ada yang mau membelinya?" "Saya akan membelinya besok kalau dijual," kata Tuppence. "Sekarang kan banyak mangkuk-mangkuk plastik yang bagus-bagus." "Saya tak begitu suka plastik," kata Tuppence. "Baskom kertas itu bagus. Kalau kita pakai untuk tempat barang-barang pecah-belah dia tak akan robek. Dan ini ada pembuka kaleng kuno yang bagus pula, dengan hiasan kepala sapi jantan. Sekarang tak ada lagi yang model begini." "Ya, tapi sulit memakainya. Lebih enak yang dari listrik, kan?" Percakapan seperti itu berlangsung sejenak. Akhirnya Tuppence bertanya, kalau kalau ada yang bisa dia bantu. "Ah, Nyonya Beresford. Bagaimana kalau Anda menghias stand suvenir" Anda sangat artistik." "Ah, sama sekali tidak," kata Tuppence. Tapi saya ingin membantu mengatur stand itu. Dan tolong beritahu kalau saya keliru." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Wah, senang sekali ada yang membantu. Kami juga senang Anda ada di sini. Bagaimana, pindah rumahnya sudah beres?" "Harusnya sih sudah," kata Tuppence. "Tapi rasanya masih ada saja yang tidak beres. Tukang listriklah, tukang kayu, dan tukang-tukang lainnya. Selalu ada saja yang bolak-balik.' Mereka pun lalu ribut membicarakan tukang listrik dan perusahaan gas. "Tukang gas yang paling brengsek," kata Nona Little dengan tegas. "Karena mereka datang jauh-jauh dari Lower Stamford. Tukang listrik hanya datang dari Wellbank." Kedatangan Pak Pendeta untuk memberi semangat ibu-ibu itu membuat mereka gembira. Percakapan pun beralih. Pak Pendeta menyatakan rasa senangnya dengan kehadiran Nyonya Beresford di tengah-tengah mereka. "Kami tahu tentang Anda," katanya. "Dan tentu saja juga tentang suami Anda. Kami pernah bercakap-cakap. Sangat menarik dan menyenangkan. Anda berdua benar-benar punya pengalaman hidup yang menarik. Saya rasa hal itu tak seharusnya kita bicarakan. Jadi saya tak akan bicara. Maksud saya, tentang perang terakhir itu. Anda berdua benar-benar luar biasa." "Oh, ceritakan, Pak," kata seorang ibu sambil meninggalkan botol-botol selainya. "Itu sangat rahasia," kata Pak Pendeta. "Kalau tak salah, kemarin saya melihat Anda di halaman gereja, Nyonya Beresford." "Ya," kata Tuppence. "Saya melihat-lihat gereja. Ada satu atau dua jendela yang menarik." "Ya, betul. Jendela itu dari abad empat belas. Itu yang ada di sebelah utara altar. Tapi tentu saja semua adalah bangunan Zaman Victoria." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Waktu jalan-jalan di halaman, rasanya banyak keluarga Parkinson yang dimakamkan di situ." "Ya, betul. Memang banyak Parkinson di daerah ini, walaupun saya sendiri tidak ingat mereka; saya rasa Anda lebih kenal dengan mereka, Nyonya Lupton." Nyonya Lupton yang sudah tua dan disokong dua buah tongkat itu kelihatan senang "Ya, ya," katanya. "Saya masih ingat ketika Nyonya Parkinson masih ada - Nyonya Parkinson tua, Nyonya Parkinson yang tinggal di Manor House. Nyonya yang baik baik sekali dia." "Dan ada juga keluarga Somer, dan Chatterton." "Ah, rupanya Anda mempelajari sejarah tempat ini." "Ya, dan rasanya saya juga dengar tentang seorang Jordan - Annie atau Mary Jordan?" Tuppence memandang berkeliling dengan wajah bertanya. Nama Jordan kelihatannya tidak terlalu menarik. "Saya rasa ada yang punya tukang masak bernama Jordan. Nyonya Blackwell Ya, namanya Susan Jordan. Kalau saya tidak keliru. Tapi cuma sebentar. Enam bulan. Karena kerjanya sama sekali tidak memuaskan." "Apa sudah lama?" "Oh, tidak. Delapan atau sepuluh tahun yang lalu, saya rasa, tak lebih dari itu." "Apa ada keluarga Parkinson yang tinggal di sini sekarang?" "Tidak lagi. Mereka sudah lama tak ada. Salah seorang menikah dengan saudara sepupu sendiri lalu pergi ke Kenya, kalau tak salah." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "O, ya," kata Tuppence sambil mendekati Nyonya Lupton yang dia tahu punya hubungan dengan rumah sakit anak-anak. "Saya punya buku-buku untuk anak-anak. Buku-buku itu sudah tua. Saya mendapatnya dari pemilik perabot yang menjualnya pada kami." "Ah, Anda baik sekali Nyonya Beresford. Tentu saja kami punya buku-buku bagus dari sumbangan yang diberikan orang lain. Edisi khusus untuk anak-anak. Kasihan rasanya kalau anak-anak itu membaca buku-buku tua." "Oh, begitu?" kata Tuppence. "Saya sendiri suka buku-buku yang saya punyai waktu saya masih kecil. Beberapa di antaranya adalah buku-buku nenek saya waktu dia kecil. Dan saya sangat menyukai buku-buku itu. Saya tak akan lupa cerita Treasure Island, dan Tour Winds Farm-nya Nyonya Molesworth, dan beberapa buku Stanley Weyman." Dia memandang berkeliling dengan sikap bertanya-tanya lalu, dia memandang jam tangannya dan mengatakan bahwa dia akan pulang karena sudah sore sekali. Sesampai di rumah, Tuppence memarkir mobil di garasi dan kembali ke depan. Dia memasuki pintu yang terbuka. Albert keluar dari belakang dan menyambutnya "Mau minum teh, Nyonya" Nyonya pasti capek." "Tak usah," kata Tuppence. "Mereka tadi menyediakan teh. Cake-nya enak, tapi kue kismisnya payah." "Kue kismis memang susah. Sulit bikinnya. Seperti donat. Ah," kata Albert "Amy pandai membuat donat." "Ya. Tak ada donat seenak buatannya," kata Tuppence. Amy adalah mendiang istri Albert yang meninggal beberapa tahun yang lalu. Seingat Tuppence, Amy pandai membuat kue tart, tapi donat buatannya tidaklah terlalu istimewa. Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Donat memang sulit," kata Tuppence. "Aku tak pernah bisa membuatnya." "Ya, memerlukan keahlian." "Di mana Tuan Beresford" Keluar?" "Oh, tidak. Ada di atas. Di kamar itu. Kamar buku atau kamar apa namanya. Saya sendiri menyebutnya loteng." "Apa yang dia lakukan di situ?" tanya Tuppence dengan agak heran. "Saya rasa melihat-lihat buku. Atau mengatur buku-buku itu." "Masa" Rasanya aneh," kata Tuppence. "Dia kan tidak begitu suka buku-buku itu." "Ah, laki-laki kan memang begitu," kata Albert. "Biasanya mereka lebih suka buku-buku besar, kan" Buku-buku ilmiah yang harus dibaca pakai otak?" "Aku akan naik dan menyuruhnya keluar," kata Tuppence. "Mana Hannibal?" "Saya rasa dia di atas juga dengan Tuan." Tapi pada saat itu Hannibal muncul. Setelah menyalak galak, dia pun tahu bahwa yang datang adalah nyonya yang dicintainya, dan bukan pencuri sendok teh atau pengacau rumah tuan dan nyonyanya. Dia turun dengan ekor bergoyang-goyang dan lidah merah muda menjulur ke luar. "Ah," kata Tuppence, "Senang melihat ibumu?" Hannibal bilang bahwa dia senang melihat ibunya. Dia meloncat menerjang Tuppence dengan kuat, sampai nyonyanya hampir jatuh. "Pelan-pelan," kata Tuppence, 'pelan-pelan. Kau tak ingin membunuhku, kan?" Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ Hannibal menunjukkan bahwa rasanya dia ingin memakan Tuppence karena dia sangat suka pada nyonyanya itu. "Mana Tuan" Mana Bapak" Di atas?" Hannibal mengerti. Dia naik ke atas, menengok ke bawah menunggu Tuppence. "Wah, wah," kata Tuppence agak terengah-engah ketika dia melihat Tommy di atas tangga memasukkan dan menarik buku-buku. "Apa yang kaulakukan" Aku kira kaubawa Hannibal jalan-jalan." "Kami sudah jalan-jalan," kata Tommy. "Di halaman gereja." "Kenapa Hannibal kaubawa ke sana" Mereka pasti tidak suka anjing." "Dia kurantai," kata Tommy. "Sebetulnya bukan aku yang membawa dia ke sana, tapi dia yang mengajakku." "Mudah-mudahan tak ada sesuatu yang diincarnya," kata Tuppence. "Kau kan tahu Hannibal. Dia suka membuat kebiasaan. Kalau dia mau membiasakan diri ke gereja tiap hari, kita yang akan kesulitan." "Dia memang anjing pintar," kata Tommy. "Maksudmu dia punya kemauan sendiri?" kata Tuppence. Hannibal menoleh dan menggosok-gosokkan hidungnya di kaki Tuppence. "Dia ingin mengatakan, bahwa dia anjing pintar," kata Tommy. 'Lebih pintar dari kau maupun aku." "Apa maksudmu?" tanya Tuppence. "Bagaimana tadi" Senang?" kata Tommy membelokkan pembicaraan. Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Lumayanlah," kata Tuppence. "Mereka sangat baik padaku. Aku rasa sebaiknya aku tidak berada di tempat seperti itu lagi. Terlalu banyak orang. Sulit buat orang yang pertama kali berkenalan, karena orang-orang itu kelihatan agak sama dan memakai baju yang sama juga. Maksudku, kecuali kalau ada seseorang yang cantik sekali atau jelek sekali, barulah kelihatan jelas, bukan?" "Hannibal dan aku benar-benar pandai," kata Tommy. "Lho, tadi kau bilang Hannibal yang pintar." Tommy mengulurkan tangan dan mengambil sebuah buku di depannya. "Kidnapped," katanya. "Salah sebuah buku Robert Louis Stevenson. The Black Arrow - Panah Hitam, Kidnapped, Catriona, dan dua lainnya. Semua dihadiahkan pada Alexander Parkinson oleh seorang nenek dan seorang bibi yang sayang dan murah hati padanya." "Lalu?" "Aku menemukan kuburnya," kata Tommy. "Menemukan apa"' "Hm, Hannibal sebetulnya. Persis di sudut di depan salah satu pintu kecil gereja. Kurasa pintu yang menuju sakristi. Tulisannya kabur, dan nisannya tak terpelihara. Umurnya baru empat belas waktu meninggal. Alexander Richard Parkinson. Hannibal yang menemukan nisan itu. Aku mencoba mengajaknya pergi, setelah berhasil membaca tulisan di nisan itu, walaupun tidak jelas." "Empat belas," kata Tuppence. "Kasihan." "Ya." kata Tommy "Menyedihkan dan - " "Pasti ada sesuatu yang kaupikirkan," kata Tuppence. "Aku tak mengerti." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Aku rasa aku cuma ketularan kau," kata Tommy. "Itulah keburukanmu. Kalau kau tertarik pada sesuatu, kau tidak jalan sendiri tapi mengajak orang lain juga." "Aku tidak mengerti maksudmu," kata Tuppence. "Aku hanya berpikir-pikir - mungkinkah kejadian itu merupakan suatu sebab-akibat" "Apa maksudmu, Tommy?" "Aku sedang berpikir-pikir tentang Alexander Parkinson yang mau bersusah-susah walaupun dia menyukainya membuat kode dan meninggalkan pesan rahasia 'Mary Jordan mati tidak wajar' di sebuah buku. Seandainya itu benar" Seandainya Mary Jordan, siapa pun dia, memang mati secara tidak wajar" Nah, barangkali saja yang terjadi berikutnya adalah Alexander Parkinson meninggal." "Maksudmu - menurut pendapatmu - " "Ah-orang kan hanya menduga-duga," kata Tommy. "Hal itu membuatku bertanyatanya. Empat belas tahun. Tak ada keterangan apa yang membuatnya meninggal. Tak tertulis di nisan. Hanya ada tulisan: Di dalam Engkau aku rasakan sukacita penuh. Kata-kata seperti itu. Tapi - itu mungkin ditulis karena dia tahu sesuatu yang berbahaya untuk orang lain. Lalu - lalu dia meninggal." "Maksudmu dia dibunuh" Kau hanya berkhayal," kata Tuppence. "Kau yang memulai. Berkhayal atau bertanya-tanya. Sama saja, kan?" "Kita akan terus bertanya-tanya dan tak mendapat apa-apa," kata Tuppence, "karena kejadian , itu sudah bertahun-tahun - berpuluh tahun yang lalu." Mereka saling berpandangan. Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Kira-kira pada waktu yang sama ketika kita menyelidiki urusan Jane Finn," kata Tommy. Mereka saling berpandangan lagi. Pikiran mereka melayang ke masa lalu. Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ 6. Persoalan Biasanya orang menganggap pindah rumah merupakan kegiatan yang cukup menyenangkan, tapi tidak selalu berakhir sesuai dengan yang kita harapkan. Kita berhubungan kembali dengan tukang listrik, tukang kayu, tukang cat, tukang pasang wallpaper, tukang jok, tukang gorden, tukang karpet, tukang kulkas, tukang kompor, dan lain-lain. Setiap hari datang-pergi empat sampai dua belas orang yang sudah lama kita tunggu-tunggu ataupun yang singgah hanya sebentar. Tapi ada saat-saat ketika Tuppence mendesah lega, karena satu dua macam pekerjaan telah beres. "Aku rasa dapur kita sudah beres sekarang." katanya. "Tapi aku belum menemukan wadah tepung yang cocok." "Oh, apa itu perlu sekali?" tanya Tommy. "Ya, tentu saja. Tiap kali kita membeli kan tongan yang berisi tiga pon - selalu tak cukup jika dimasukkan ke dalam tempat ini. Semua terlalu kecil. Yang satu bergambar mawar cantik. Lainnya bergambar bunga matahari. Wadah macam begini tak akan muat satu pon. Uh, tolol juga." Tak lama kemudian Tuppence bicara lagi. "The Laurels," katanya. "Nama yang aneh untuk sebuah rumah. Kenapa diberi nama itu" Di sini tak ada pohon salam laurel. Aku rasa lebih cocok jika dinamai The Plane Trees. Kedengarannya manis." "Kata orang, sebelum The Laurels, namanya Long Scofield," kata Tommy. "Nama itu juga "tak berarti apa-apa," kata Tuppence. "Apa sih Scofield" Dan Gerbang Nasib Postern Of Fate Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo siapa yang tinggal di sini?" "Keluarga Waddington." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Wah, campur-aduk betul," kata Tuppence. "Waddington. Lalu Jones, keluarga yang menjual rumah ini pada kita. Dan sebelumnya keluarga Blackmore" Dan aku rasa pernah ada keluarga Parkinson. Begitu banyak Parkinson. Aku selalu ketemu dengan Parkinson." "Bagaimana caranya?" "Aku kan suka tanya-tanya," kata Tuppence. "Maksudku, aku bisa mencari tahu tentang Parkinson dan itu bisa - eh, bisa menyelesaikan persoalan kita." "Kelihatannya begitulah orang mengatakan sesuatu sekarang ini. Persoalan Mary Jordan, ya kan?" "Yah, bukan itu saja. Persoalan Parkinson dan persoalan Mary Jordan dan masih banyak persoalan lain kurasa. Mary Jordan meninggal dengan tidak wajar. Lalu pesan berikutnya mengatakan, 'Dia salah satu dari kami'. Sekarang, apa arti kalimat itu" Salah satu dari keluarga Parkinson" Atau seseorang yang tinggal di sini" Seandainya ada dua atau tiga Parkinson, dan ada Parkinson tua juga. Dan orang-orang lain yang ada hubungan keluarga dengan Parkinson - bibi, keponakan laki-laki atau keponakan perempuan keluarga Parkinson, dan barangkali pembantu rumah tangga, atau koki atau guru privat, barangkali juga - ah tidak. Aku rasa waktu itu belum ada gadis yang mondok. Tapi 'salah satu dari kami' pasti orang-orang yang tinggal di rumah ini. Saat itu rumah kan dihuni lebih banyak orang dan keluarga. Dan Mary Jordan seorang pembantu atau koki. Dan kenapa- orang menghendaki dia mati - dan kemudian dia mati tidak wajar" Maksudku, pasti ada orang yang menginginkan dia mati kalau tidak, pasti dia akan mati itu secara wajar. kan" Aku rnju ikut acara minum kopi lusa nanti," kata Tuppence. "Kelihatannya kau selalu ikut acara minum kopi pagi." "Itu kan cara yang baik untuk mengenal tetangga dan orang-orang satu desa. Dan lagi desa ini kan tidak besar. Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ Orang selalu bicara tentang bibi mereka yang sudah tua atau orang-orang yang mereka kenal. Aku akan mulai .dengan Nyonya Griffin yang kelihatannya seperti tokoh di desa ini. Dia mengatur semua orang dengan tongkat besi. Dia mengganggu Pak Pendeta dan mengganggu Pak Dokter, dan suster-suster rumah sakit, dan lainlain." "Perawat rumah sakit itu bisa menolong, kan?" "Aku rasa tidak. Maksudku, suster yang seharusnya di situ pada waktu keluarga Parkinson masih ada, sudah meninggal. Tak ada perhatian seperti itu di sini. Aku rasa dia bahkan tidak kenal salah satu Parkinson ini." "Oh, kuharap," kata Tommy penuh harap, "kuharap kita bisa melupakan semua Parkinson ini." "Maksudmu, dengan begitu kita tak usah punya persoalan?" "Yah - persoalan lagi," desah Tommy. "Sebetulnya Beatrice," kata Tuppence. "Ada apa dengan Beatrice?" "Dia yang memulai dengan persoalan-persoalan. Benar, Elizabeth. Pembantu kita sebelum Beatrice. Dia selalu datang padaku dan berkata, 'Oh, Nyonya. Bisakah saya bicara dengan Nyonya semenit saja" Saya ada persoalan. Lalu Beatrice datang tiap Kamis. Dia pasti sudah ketularan. Jadi, dia juga punya persoalan. Padahal dia hanya ingin mengatakan sesuatu, tapi yang begitu orang menyebutnya persoalan." "Oke," kata Tommy. "Kita anggap begitu. Jadi kau punya persoalan - aku punya persoalan. Kita berdua punya persoalan." Tommy menarik napas lalu pergi. Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ Tuppence turun perlahan-lahan sambil menggelengkan kepala. Hannibal mendekatinya sambil menggoyang-goyangkan ekor dengan berharap-harap. "Tidak, Hannibal," kata Tuppence. "Kau sudah jalan-jalan tadi pagi." Hannibal mengatakan bahwa Tuppence keliru. Dia belum berjalan-jalan. "Kau memang pandai berbohong," kata Tuppence. "Tadi kan sudah jalan-jalan dengan Bapak." Hannibal mencoba lagi membujuk, seolah-olah berkata bahwa jalan jalan dua kali pun tidak apa-apa. Karena tidak berhasil, Hannibal pun turun dan menyalak kuatkuat dan berpura-pura akan menggigit gadis berambut berantakan yang sedang memegang pengisap debu. Dia tidak suka pengisap debu itu. Dan dia tidak suka melihat Tuppence ngobrol terlalu lama dengan Beatrice. "Oh, jangan biarkan dia menggigit saya," kata Beatrice. "Dia tak akan menggigitmu," kata Tuppence. "Dia cuma berpura-pura mau menggigit." "Oh, dia pasti akan menggigit suatu kali nanti," kata Beatrice. "O ya, Nyonya, bisakah saya bicara sebentar?" "Oh, maksudmu - " "Begini, Nyonya, saya punya persoalan." "Aku sudah mengira," kata Tuppence. "Persoalan apa" O, ya, apa kau kenal dengan seseorang yang pernah tinggal di sini yang bernama Mary Jordan?" "Jordan. Wah, sulit. Ada keluarga Johnson - ah, ya dan salah seorang polisi desa bernama Johnson. Juga salah seorang tukang pos. George Johnson. Dia dulu teman saya." Gadis itu terkikik sendiri. Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Kau tak pernah dengar tentang Mary Jordan yang sudah meninggal?" Beatrice hanya kelihatan takut - dia menggelengkan kepala lalu melanjutkan percakapannya. "Persoalan itu, Nyonya?" "Ya, persoalanmu." "Sebetulnya saya tak ingin mengganggu Nyonya. Tapi rasanya saya tidak enak. Dan saya tak suka - " "Bicara langsung saja," kata Tuppence. "Aku harus pergi ke acara minum kopi." "Oh ya, di tempat Nyonya Barber, bukan?" "Betul" kata Tuppence. "Sekarang apa persoalanmu?" "Ini tentang mantel. Mantel cantik. Dijual di Simmond. Saya masuk dan mencobanya. Dan kelihatan pas untuk saya. Ada kotoran sedikit di rok bawahnya, dekat keliman. Tapi tak apa. Tapi, tapi - " "Ya, kenapa?" tanya Tuppence. "Saya baru tahu kemudian kenapa harganya murah. Saya beli mantel itu. Sampai di rumah saya lihat ada satu label lagi di situ. Label harga itu bukan ?3.70 tapi ?6. Nyonya, saya tadi tidak enak. Saya tidak tahu mesti bagaimana. Saya balik lagi ke toko itu dengan membawa mantel tadi - karena saya pikir sebaiknya saya menjelaskan bahwa saya tak bermaksud mengambil baju itu dengan curang. Lalu gadis pelayan toko itu - manis gadis itu, namanya Gladys, saya tidak tahu nama keluarganya - dia sangat bingung. Saya lalu bilang, Tidak apa-apa, akan saya tambah lagi uangnya. Dan dia bilang, Tidak, tidak bisa begitu karena sudah masuk. Nyonya mengerti - mengerti yang saya maksud?" "Ya, aku rasa aku mengerti maksudmu," kata Tuppence. Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Lalu gadis itu berkata, 'Oh, jangan begitu. Nanti aku yang mendapat kesulitan" "Kenapa dia yang mendapat kesulitan"' "Itu yang saya rasa. Maksud saya, saya telah membeli dengan harga kurang dan mengembalikannya. Saya tak tahu kenapa dia yang akan mendapat kesulitan. Dia bilang kalau terjadi hal semacam itu, mereka tidak teliti dan kita membayar murah, dia yang akan kena damprat." "Oh, aku rasa tidak," kata Tuppence. "Aku rasa kau betul. Aku tak tahu lagi apa yang mesti kaulakukan." "Justru itulah. Gadis itu jadi ribut. Dia. menangis dan macam-macam. Saya lalu membawa pergi mantel itu. Saya tak tahu apa saya berbuat curang. Saya tak tahu." "Hm," kata Tuppence. "Sebetulnya aku merasa terlalu tua untuk mengetahui keadaan sekarang ini karena semuanya serba aneh di toko toko. Harga-harganya aneh dan semuanya sulit. Tapi kalau aku jadi kamu, dan kamu ingin membayar ekstra, barangkali sebaiknya kauberikan uang itu pada gadis itu - siapa - Gladys. Dia bisa menaruhnya di laci kas atau di tempat lain." "Oh, saya tak tahu apa saya akan melakukannya. Jangan-jangan dia simpan sendiri uang itu. Maksud saya - kalau dia menyimpan uang itu tidak sulit, kan" Saya - saya sudah membeli dengan harga murah. Jadi saya boleh dikatakan mencuri uang itu walaupun sebenarnya tidak begitu. Jadi, maksud saya, Gladys, yang akhirnya mencurinya, ya kan" Saya tak terlalu percaya pada dia. Ah, bagaimana, ya?" "Ya," kata Tuppence. "Hidup memang sulit, kan" Maaf, Beatrice. Aku rasa kau harus membuat keputusan sendiri. Kalau kau tak bisa mempercayai temanmu - " "Oh, dia bukan teman. Saya cuma beli barang di toko itu. Dan dia baik. Tapi - maksud saya, dia bukan teman. Saya rasa Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ dia pernah kesulitan di tempat kerjanya yang dulu. Orang bilang dia menyimpan uang yang diterima untuk pembayaran barang yang dijual." "Kalau begitu tak ada yang perlu kaulakukan," kata Tuppence dengan sabar. Nada suara Tuppence yang tegas mengundang Hannibal datang. Dia menyalak keras pada Beatrice dan meloncati pengisap debu yang dianggapnya musuh utamanya. "Aku tak suka benda itu," kata Hannibal. "Aku mau menggigitnya." "Diam, Hannibal. Jangan ribut. Jangan menggigit apa-apa atau siapa-siapa," kata Tuppence. "Wah, aku pasti terlambat." Dia bergegas keluar rumah. "Persoalan," kata Tuppence sambil berjalan sepanjang Orchard Road. Dia berpikirpikir, apa di sepanjang jalan itu dulu ada kebun buahnya. Rasanya tidak. Nyonya Barber menyambutnya dengan gembira. Dia membawa sepiring sus coklat yang kelihatannya lezat. "Cantik-cantik sekali,"'kata Tuppence. "Anda beli di Betterby?" Betterby adalah toko kue di desa itu "Oh, tidak. Bibi saya yang membuatnya. Dia sangat baik dan pandai membuat kue." "Sus coklat seperti ini sulit membuatnya," kata Tuppence. "Dan saya tak pernah berhasil membuatnya." "Tepungnya memang tepung khusus. Saya rasa itu rahasianya." Ibu-ibu itu minum kopi dan bicara tentang sulitnya membuat kue-kue tertentu. "Nona Bolland bicara tentang Anda beberapa hari yang lalu, Nyonya Beresford." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Oh" Nona Bolland?" "Dia tinggal di dekat gereja. Keluarganya sudah lama tinggal di sini. Dia cerita tentang masa kecilnya, ketika dia belum tinggal di sini. Dia selalu menunggununggu saat bisa kembali ke sini, karena di kebun ada pohon-pohon gooseberry dan greengage. Nah, Anda pasti tidak akan menemukan pohon-pohon itu sekarang ini. Ada juga yang disebut gage plum. Tapi rasanya lain." Ibu-ibu itu lalu bicara tentang buah-buahan yang rasanya sekarang ini tidak sama dengan waktu mereka kecil. "Kakek buyut saya punya pohon greengage," kata Tuppence. 'Oh, ya" Apakah dia pendeta yang tinggal di Anchester" Pendeta Henderson dulu tinggal di sana dengan adik perempuannya. Sangat menyedihkan. Pada suatu hari dia makan cake dari biji-bijian. Lalu satu bijinya salah masuk. Lalu dia tersedak - tersedak - tersedak dan meninggal. Oh, menyedihkan, bukan?" kata Nyonya Barber. "Sangat menyedihkan. Salah seorang sepupu saya meninggal karena tersedak," katanya. "Karena sepotong daging kambing. Ada juga yang meninggal karena cegukan. Tidak bisa berhenti," jelasnya. "Kita harus menahan napas waktu'berusaha menghilangkan cegukan." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ 7. Persoalan Lagi "Boleh saya bicara sebentar, Nyonya?" "Oh," kata Tuppence. "Persoalan lagi?" Dia sedang turun dari ruang buku sambil mengibas-ngibaskan debu yang menempel di bajunya, karena dia memakai mantel dan roknya yang paling bagus. Tuppence hanya tinggal memakai topi bulunya sebelum berangkat ke jamuan minum teh yang diadakan oleh ibu-ibu panitia bazar barang bekas beberapa waktu yang lalu. Dia tak akan mau mendengarkan cerita Beatrice yang selalu penuh persoalan itu. "Bukan, bukan persoalan lagi. Saya merasa Nyonya akan suka mendengarkan cerita ini" "Oh," kata Tuppence ragu-ragu. Jangan-jangan ini persoalan juga. Dia turun pelan-pelan. "Aku harus segera pergi karena ada acara minum teh." "Oh, ini hanya tentang seseorang yang pernah Nyonya tanyakan. Namanya Mary Jordan, kan" Tapi mereka pikir namanya Mary Johnson. Karena dulu di kantor pos ada Belinda Johnson. Tapi itu sudah lama." "Ya," kata Tuppence. "Dan ada polisi yang bernama Johnson juga, kata orang." "Ya. Dan teman saya - si Gwenda namanya - itu, Nyonya pasti tahu toko itu. Kantor pos di sebelah sini, menjual amplop, kartu pos bergambar, dan di sebelah lainnya dijual barang pecah-belah, sebelum Natal, dan - " "Ya. ya," kata Tuppence. "Namanya Nyonya Garrison kalau tidak salah." "Ya, tapi sekarang bukan Garrison lagi. Namanya lain. Dan si Gwenda, dia pikir Nyonya akan tertarik karena dia pernah Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ dengar tentang Mary Jordan yang pernah ada di sini bertahun-tahun yang lalu. Tinggal di sini, di rumah ini." "Tinggal di The Laurels?" "Dulu sih namanya bukan itu. Dia pernah dengar tentang Mary Jordan, katanya. Dia pikir Nyonya akan tertarik dengan cerita itu. Ceritanya agak menyedihkan. Ada kecelakaan atau apa, begitu. Pokoknya dia lalu meninggal." "Maksudmu, dia tinggal di rumah ini waktu meninggal" Apa dia salah seorang anggota keluarga?" "Tidak. Saya rasa keluarga yang menempati rumah ini bernama Parker. Banyak Parker. Parker atau Parkiston - ah, lupa. Saya rasa gadis itu numpang saja di sini. Saya yakin Nyonya Griffin pasti tahu cerita itu. Nyonya kenal Nyonya Griffin?" "Ya, tahu," kata Tuppence. "Aku akan ke tempat dia sore ini untuk minum teh. Aku pernah bicara dengan dia waktu ada penjualan barang bekas. Sebelumnya kami tak pernah bertemu." "Dia sudah tua sekali. Umurnya lebih tua dari rupanya. Tapi saya kira ingatannya masih tajam. Kalau tidak keliru, salah satu anak lakilaki Parkinson jadi anak baptisnya." "Siapa nama baptisnya?" "Oh, Alec kalau nggak salah'. Alec atau Alix." "Apa yang terjadi dengan dia" Apa dia pergi setelah besar - menjadi tentara atau pelaut, barangkali?" "Oh, tidak. Dia meninggal. Oh ya, saya rasa dia dikubur di sini. Dulu banyak orang kena penyakit itu. Namanya seperti nama orang." "Maksudmu nama penyakit itu?" Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Penyakit Hodgkin, barangkali. Ah, rasanya bukan. Saya tak tahu. Tapi orang bilang darah orang yang kena penyakit itu jadi berubah warna. Dan sekarang orang yang kena diambil darahnya lalu diganti dengan darah yang sehat. Walaupun begitu, penderita tetap bisa mati. Nyonya Billings dari toko kue itu - anak perempuannya meninggal. Umurnya baru tujuh. Katanya penyakit itu menyerang anak-anak yang masih kecil." "Leukemia?" kata Tuppence. "Wah, Nyonya tahu juga. Ya, pasti itu namanya. Kata orang, nanti pasti bisa disembuhkan. Ada obatnya. Seperti sekarang orang bisa sembuh dari sakit tifus." "Ya, ya," kata Tuppence. "Kasihan anak laki-laki itu." "Oh, dia sudah bukan anak-anak lagi. Sudah sekolah di suatu tempat. Pasti sudah tiga belas atau empat belas tahun." "Ah, cerita yang menyedihkan," kata Tuppence. Dia diam sejenak, lalu berseru, "Wah, aku pasti terlambat. Aku harus cepat." "Saya rasa Nyonya Gnffin bisa cerita lebih banyak lagi. Maksud saya bukan hal-hal yang bisa dia ingat sendiri. Tapi dia dibesarkan di sini dan dia pasti mendengar banyak cerita. Dan kadang-kadang dia cerita banyak tentang orang-orang yang dulu tinggal di sini. Beberapa cerita memang memalukan. Itu, cerita-cerita pada Zaman Edward atau Victoria. Saya tak tahu yang mana persisnya. Mereka menyebutnya Zaman Edward. Ada juga yang dinamakan kisah Marlborough House. Ini termasuk kelas tinggi, kan?" "Ya," kata Tuppence. "Ya. Kalangan atas." "Dan macam-macamlah," kata Beatrice bersemangat "Ya, betul," kata Tuppence. Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ Gerbang Nasib Postern Of Fate Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Gadis-gadis melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan," kata Beatrice agak kecewa, karena terpaksa berhenti bicara dengan majikannya waktu percakapan ternyata semakin menarik. "Tidak," kata Tuppence. "Aku rasa gadis-gadis itu melakukan hal-hal yang baik dan mereka kawin muda." "Oh, alangkah menyenangkan," kata Beatrice. "Banyak baju-baju bagus. Nonton perlombaan kuda, pesta-pesta dansa." "Ya," kata Tuppence. "Banyak pesta dansa." "Hm, saya kenal seseorang. Neneknya menjadi pelayan di salah satu rumah-rumah besar ini. Lalu ketika Pangeran Wales - waktu itu Pangeran Wales adalah yang kemudian bergelar Edward VII, dia amat baik sekali. Baik kepada pelayan-pelayan dan lainnya. Dan waktu pelayan itu keluar, dia membawa sepotong sabun yang biasanya dipakai untuk mencuci tangan Pangeran. Dan dia menyimpan sabun itu. Dan sering menunjukkannya pada kami, waktu kami masih kecil dulu." "Wah, menyenangkan," kata Tuppence. "Mendebarkan. Barangkali Pangeran Wales pernah menginap di sini, di The Laurels?" "Oh, saya rasa tidak. Saya belum pernah dengar cerita itu. Hanya keluarga Parkinson yang tinggal di sini. Tak ada pangeran, tak ada bangsawan atau putri-putri ningrat. Keluarga Parkinson adalah keluarga pedagang. Sangat kaya, tapi tak ada yang luar biasa, kan?" "Tergantung," kata Tuppence. Dia menambahkan, "Aku rasa aku harus - " "Ya, sebaiknya Nyonya pergi sekarang." "Ya, terima kasih. Rasanya aku tak perlu topi. Rambutku sudah kusut." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Nyonya sih, berdiri di pojokan yang banyak sarang labah-labahnya. Nanti biar saya bersih-kan." Tuppence turun sambil berlari. "Alexander berlari-lari turun di sini," katanya Berkali-kali aku rasa. Dan dia tahu 'dia salah satu dari kami'. Aku ingin tahu-ingin tahu lebih banyak sekarang." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ 8. Nyonya Griffin "Saya senang sekali Anda dan suami Anda tinggal di desa kami, Nyonya Beresford," kata Nyonya Griffin sambil menuang teh. "Gula" Susu?" Dia menyorongkan sepiring sandwich dan Tuppence pun mengambil sepotong. "Lain rasanya kalau kita tinggal di suatu tempat di mana kita punya persamaan dengan tetangga-tetangga yang baik. Anda pernah tahu tempat ini sebelumnya?" "Tidak," kata Tuppence. "Sama sekali tidak. Kami telah melihat banyak rumah dengan pemandangan di sekitarnya dan detilnya disebutkan oleh agen-agen rumah- Tentu saja mereka suka memberikan keterangan yang berlebih-lebihan. Misalnya 'Penuh Dengan Keindahan Masa lalu "Saya tahu," kata Nyonya Griffin. "Saya tahu pasti. Keindahan masa lalu berarti bahwa kita harus mengganti atap dan keadaan ruanganruangannya lembap sekali. Dan istilah 'telah dimodernisasi secara menyeluruh' - kita semua tahu artinya. Banyak tetekbengek yang tidak kita inginkan, dan biasanya banyak pemandangan jelek dari jendela. Biasanya rumah-rumah ini tersembunyi. Tapi The Laurels termasuk rumah yang. bagus. Tapi saya rasa Anda harus banyak memperbaikinya. Setiap orang pasti dapat giliran untuk melakukannya." "Saya rasa dahulu banyak keluarga yang berbeda-beda yang tinggal di sana," kata Tuppence. "Oh, ya. Sekarang ini tak ada orang yang tinggal lama di suatu tempat, kan" Keluarga Cuthbertson pernah tinggal di sana. Sebelumnya keluarga Redland. Dan sebelumnya Seymour. Dan setelah itu keluarga Jones." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Kami berpikir-pikir kenapa rumah itu diberi nama The Laurels," kata Tuppence. "Oh, itu hanya nama yang biasa suka diberikan orang pada sebuah rumah. Barangkali kalau kita melihat sejarahnya waktu ditinggali keluarga Parkinson, di sana memang banyak pohon salam. Barangkali di kiri-kanan jalan setapak menuju rumah itu ditumbuhi pohon salam termasuk yang daunnya berbintik-bintik. Saya tak suka salam berbintik-bintik." "Saya juga tidak," kata Tuppence. "Kelihatannya Banyak keluarga Parkinson di sini." "Oh, ya. Saya rasa mereka cukup lama tinggal di situ. Lebih lama dari yang lain." "Tapi tak ada yang bisa cerita banyak tentang mereka." "Yah... itu kan sudah lama sekali. Ya - barangkali - hm setelah - kejadian itu... ada perasaan tak enak. Tak heran memang kalau rumah itu lalu dijual." "Rumah itu dulu punya reputasi jelek, ya?" kata Tuppence, cepat menangkap kesempatan. "Apa rumah itu semacam rumah gila dulunya?" "Oh, bukan. Bukan rumahnya. Bukan. Tapi orang-orangnya. Ada - ya - sesuatu yang memalukan - tapi itu waktu Perang Dunia Pertama. Tak seorang pun percaya. Nenek saya biasa bicara tentang hal itu, yaitu tentang rahasia-rahasia angkatan laut tentang sebuah kapal selam baru. Ada seorang gadis yang tinggal dengan keluarga Parkinson. Menurut cerita, dia terlibat dalam soal itu." "Namanya Mary Jordan?" tanya Tuppence. "Ya - -ya, betul. Setelah itu mereka mencurigainya, mereka pikir itu bukan namanya yang sebenarnya. Saya rasa ada orang yang sudah lama mencurigainya. Anak itu juga curiga. Alexander. Anak yang baik. Sangat cerdas." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ BAGIAN KEDUA 9. Cerita dari Masa Silam Tuppence memilih-milih kartu ulang tahun. Sore itu hujan dan kantor pos hampir kosong. Orang-orang hanya memasukkan surat dalam kotak pos yang ada di luar, tapi ada juga yang masuk sebentar hanya untuk membeli prangko. Setelah itu mereka biasanya cepat-cepat pulang. Waktu seperti itu bukanlah waktu berbelanja yang menyenangkan. Tapi Tuppence memang memilih waktu sepi ini. Gwenda, yang dikenalnya dengan mudah dari cerita Beatrice, membantunya dengan gembira. Gwenda memang pantas menjadi pelayan di bagian penjualan alat-alat rumah tangga dan barang pecah-belah di situ. Seorang wanita tua berambut abu-abu sekarang mengambil alih tugas-tugas pegawai kantor pos di situ. Dan Gwenda yang suka bicara dan selalu senang menghadapi orang-orang baru, gembira ada di antara kartu-kartu Natal, kartu Valentine, kartu pos-kartu pos lucu, kertas surat dan alat-alat tulis, bermacam-macam coklat, dan barang-barang pecah belah kecil untuk keperluan rumah tangga. Dia dan Tuppence segera menjadi akrab. "Saya senang rumah itu dihuni lagi. Maksud saya, Princes Lodge." "Apa bukan The Laurels namanya?" "Bukan. Saya rasa namanya bukan itu lagi. Rumah-rumah di sini sering berganti nama. Orang-orang suka memberi nama rumah mereka." "Ya, memang begitu," kata Tuppence. "Kami pun sudah berpikir-pikir untuk memberi nama. Oh ya, kata Beatrice Anda tahu banyak tentang Mary Jordan yang pernah tinggal di sini." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Saya tidak kenal dia, tapi saya pernah dengar cerita tentang dia. Waktu perang, tapi bukan perang yang terakhir. Perang pertama waktu banyak balon zeppelin." "Ya, saya ingat tentang balon-balon zeppelin," kata Tuppence. "Tahun sembilan belas lima belas atau sembilan belas enam belas - di London." "Saya ingat waktu pergi ke toko khusus tentara waktu itu dengan nenek saya. Lalu ada sirene tanda bahaya." "Mereka sering datang malam-malam, kan" Pasti menakutkan." "Sebetulnya tidak juga," kata Tuppence. "Orang-orang biasanya lalu ribut. Zeppelin tidak berbahaya seperti bom terbang dalam perang terakhir. Waktu itu rasanya kita selalu diikuti bom itu ke mana-mana." "Terpaksa menginap di stasiun bawah tanah, ya" Saya punya teman di London. Dia biasa tidur di stasiun bawah tanah. Kalau tidak salah di Warren Street. Setiap orang biasanya memilih stasiun bawah tanah tertentu untuk mengungsi di.malam hari." "Saya tidak ada di London waktu perang terakhir yang lalu," kata Tuppence. "Dan saya rasa saya tak akan senang bermalam di stasiun bawah tanah." . "Tapi teman saya si Jenny itu, wah dia suka sekali. Katanya menyenangkan. Katanya orang harus punya tempat tertentu, dan tempat itu akan selalu disisihkan untuknya. Dia membawa sandwich dan makanan, lalu bercakap-cakap dengan orang lain sepanjang malam. Kereta api datang dan pergi sampai pagi. Dia bilang, dia merasa sedih waktu perang selesai. Karena dia harus pulang dan di rumah keadaan terasa membosankan." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Tahun sembilan belas empat belas kan tak ada bom udara. Hanya balon zeppelin," kata Tuppence. Kelihatannya Gwenda tak tertarik pada balon zeppelin. "Saya. tadi tanya tentang Mary Jordan," kata Tuppence. "Beatrice cerita, Anda tahu banyak tentang dia." "Sebenarnya tidak, saya hanya pernah mendengar namanya disebut-sebut satu dua kali. Tapi itu sudah lama sekali. Nenek saya bilang gadis itu berambut emas dan amat indah. Dia orang Jerman - salah seoiang Frowline-frowline itu - yang mengasuh anak-anak kecil - seperti perawat. Dia pernah bekerja pada sebuah keluarga Angkatan Laut. Saya rasa di Skotlandia. Setelah itu dia kemari, bekerja pada keluarga Park atau Perkin. Biasanya dia mendapat satu hari libur tiap minggu. Biasanya dia ke London kalau libur, sambil membawa sesuatu." "Sesuatu itu apa?" tanya Tuppence. "Saya tak tahu. Tak ada yang cerita. Barangkali sesuatu yang dia curi." "Apa dia pernah kepergok mencuri?" "Oh, tidak. Saya rasa mereka mulai mencurigainya. Tapi dia sakit dan meninggal sebelum ada bukti." "Bagaimana meninggalnya" Dia meninggal di sini apa di rumah sakit?" "Tidak. Saya rasa waktu itu tak ada rumah sakit. Kesejahteraan belum diperhatikan waktu itu. Ada yang mengatakan karena suatu kesalahan yang dibuat oleh koki. Dia membawa pulang daun foxglove yang dikiranya bayam atau selada" Oh, tidak. Saya rasa orang lain lagi. Ada yang mengatakan daun nightshade yang beracun. Tapi saya tak percaya, karena semua orang tahu nightshade itu kan sejenis tanaman berry. Ya - saya rasa daun foxglove itulah yang dibawa masuk dari kebun karena keliru. Foxglove adalah Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ Digoxo - eh, atau nama lain yang bunyinya Digit - yang bunyinya seperti jari tangan. Daun itu mematikan - beracun. Dokter memang datang dan mencoba menolongnya. Tapi terlambat." "Apa banyak orang di rumah waktu kejadian itu?" "Oh, saya rasa banyak - ya, karena selalu ada orang menginap di situ. Begitu ceritanya. Ada anak-anak, tamu-tamu yang berakhir pekan, dan perawat, dan guru privat. Dan serombongan orang lain. Tapi saya sendiri tidak melihat hal itu. Ini cuma cerita nenek saya. Juga Tuan Bodlicott tua itu. Dia suka cerita ini-itu. Itu, tukang kebun tua yang suka bekerja di sana-sini. Dia dulu tukang kebun di sana. Dan orang-orang menyalahkan dia karena keliru membawa masuk daun beracun itu. Tapi sebenarnya bukan dia yang membawa daun itu. Ada seseorang yang ingin membantu memetik sayur di kebun, dan membawanya masuk serta memberikannya pada koki. Ya, bayam, selada, dan semacamnya kan hampir sama. Saya rasa orang itu tidak begitu tahu bedanya. Pada pemeriksaan dikatakan bahwa hal itu bisa saja terjadi karena bayam itu tumbuh di dekat digi - digit - apa sih. Saya rasa mereka melihat kedua macam daun itu, bahkan mengikatnya jadi satu. Tapi memang menyedihkan. Nenek bilang gadis itu cantik dan berambut emas." "Dan gadis itu selalu ke London tiap minggu" Tentunya dia dapat hari libur?" "Ya. Dia punya banyak teman di sana. Dia kan orang asing - kata Nenev.. ada yang bilang dia itu mata-mata Jerman." "Apa memang begitu?" "Saya rasa tidak. Pria-pria suka pada dia. Itu, para perwira Angkatan Laut dan perwira-perwira di Pangkalan Militer Shelton. Dia punya satu atau dua teman di sana. Di pangkalan militer itu." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Apa dia memang mata-mata?" "Saya rasa tidak. Nenek saya kan cerita. Itu kata orang. Dan kejadiannya bukan pada perang terakhir, tapi yang pertama. Jadi sudah bertahun-tahun yang lalu." "Aneh," kata Tuppence. "Dalam situasi perang memang mudah terjadi kekacauan. Aku kenal seorang laki-laki tua yang punya seorang teman yang terseret dalam kancah Perang Waterloo." "Wah, luar biasa. Itu sebelum tahun sembilan belas empat belas. Waktu itu orang biasa punya perawat orang asing biasanya disebut Mamselle atau Frowline. Dia baik pada anak-anak, kata Nenek. Setiap orang suka padanya." "Waktu itu dia tinggal di sini, di The Laurels?" "Waktu itu bukan itu namanya - saya rasa bukan itu namanya. Dia tinggal pada keluarga Parkinson atau Perkin, kalau tak salah," kata Gwenda. "Kalau sekarang ini, yah... seperti gadis mondok. Asalnya dari - ah, itu, tempat orang menjual kue-kue terkenal itu - dijual di Fortnum dan Mason kue - kue mahal untuk pesta. Setengah Prancis setengah Jerman, kata orang." "Strasbourg?" tanya Tuppence. "Ya - ya, itu namanya. Gadis itu suka melukis. Dia bahkan melukis salah seorang nenek saya. Kata Nenek Fanny - nenek saya itu - itu membuatnya kelihatan tua. Dia juga melukis salah seorang anak Parkinson. Nyonya Griffin masih menyimpan gambarnya. Anak laki-laki Parkinson itu menemukan sesuatu tentang dia. Maksud saya, anak yang dilukis itu. Dia anak baptis Nyonya Griffin." "Apa dia Alexander Parkinson?" "Ya, betul. Dia dikubur dekat gereja." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ 10. Berkenalan dengan Mathilde, Truelove, dan KK Esok paginya Tuppence mencari seorang lelaki yang sangat dikenal di desa itu yang biasa dipanggil Pak Isaac tua, atau dalam suasana formal - kalau ada yang ingat - disebut Tuan Bod-licott. Isaac Bodlicott merupakan salah seorang yang sangat dikenal di desa itu. Dia dikenal karena umurnya. Dia merasa berumur sembilan puluh (tak banyak yang percaya) - dan dia dapat melakukan bermacam-macam perbaikan kecil. Kalau ada yang memanggil tukang pipa air tapi tak mendapat jawaban, maka orang biasanya akan memanggil si tua Isaac Bodlicott tanpa peduli apa dia punya kemampuan untuk memperbaiki kerusakan itu. Dan dia melakukannya karena selama hidupnya dia terbiasa menghadapi problemproblem sanitasi, air mandi, alat pemanas, alat-alat listrik, dan sebagainya Dan upah yang dimintanya pun sesuai dengan upah tukang-tukang profesional. Pekerjaannya bahkan sering lebih baik. Dia bisa menangani pekerjaan tukang kayu, bisa membetulkan kunci-kunci dan bisa menggantung lukisan-lukisan - walaupun kadang-kadang agak miring - dia tahu tentang per kursi yang sudah rusak. Yang kurang menyenangkan dari Tuan Bodlicott ialah kelancaran percakapannya yang selalu terganggu oleh kebiasaan membetulkan gigi palsunya, sehingga ucapannya kurang jelas. Ingatannya tentang penghuni desa di masa lalu tak terbatas. Jadi orang sering ragu-ragu akan kebenaran apa yang dikatakannya. Tapi Tuan Bodlicott bukanlah orang yang dengan sendirinya suka mengoceh tentang kejadian menarik di masa lampau. Biasanya dia akan memulai, kalau kita katakan tentang sesuatu yang mengingatkannya pada kejadian-kejadian di masa lampau. "Anda pasti heran - pasti - kalau saya cerita tentang apa yang saya ketahui tentang dia. Yah, Anda kan tahu, semua orang bilang tahu tentang dia, tapi mereka keliru. Keliru besar. Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ Sebetulnya kakak perempuannya. Ya, dia. Gadis itu kelihatannya baik. Dan yang menunjukkan adalah anjing tukang daging itu. Dia mengikuti gadis itu pulang. Ya. Tapi itu memang bukan rumahnya sendiri. Ah, saya bisa cerita lebih banyak tentang itu. Lalu ada Nyonya Atkins tua. Tak ada yang tahu dia menyimpan pistol di rumahnya. Tapi saya tahu. Saya tahu karena saya pernah memperbaiki lemari lacinya yang tinggi. Ya, betul. Lemari yang berlaci-laci. Nah, dia berumur tujuh puluh lima. Dan di laci itu - laci-yang saya betulkan engsel dan kuncinya - di situ ada pistol. Dibungkus. Bersama dengan sepasang sepatu wanita. Sepatu wanita bernomor tiga. Atau nomor dua, barangkali. Dari satin putih. Kakinya kecil. Katanya sepatu nenek buyutnya, yang dipakai waktu menikah. Barangkali. Tapi ada yang bilang dia membelinya di toko barang-barang unik. Tapi saya sendiri tak Gerbang Nasib Postern Of Fate Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tahu. Dan ada pistol itu, yang dibungkus. Ya. Mereka bilang, anak laki lakinya yang membawa pulang pistol itu. Dari Afrika Timur. Anak itu ke sana untuk berburu gajah atau apa. Dan waktu dia pulang dia membawa pistol itu. Dan Anda tahu apa yang biasa dilakukan oleh nyonya tua itu" Anak laki lakinya mengajari dia menembak. Wanita itu biasa duduk di depan jendela melihat ke luar. Dan kalau dia melihat ada orang datang mendekat, dia akan menembak salah satu sisinya. Ya. Dia membuat mereka lari ketakutan. Dia bilang dia tak ingin ada orang yang datang dan mengganggu burung-burungnya. Dia memang cinta burung. Dan dia tak pernah menembak burung. Tidak, dia tak mau melakukan hal itu. Lalu ada cerita tentang Nyonya Letherby. Hampir saja tertangkap basah. Ya. Mencopet. Sangat pintar kata mereka. Dan kaya." Setelah minta Tuan Bodlicott mengganti genteng kaca di kamar mandi, Tuppence berpikir-pikir apakah dia bisa mengalihkan pembicaraan tentang kejadian-kejadian di masa lalu yang bisa berguna untuk mengorek misteri harta karun atau rahasia yang tersembunyi di rumah itu. Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ Si tua Isaac Bodlicott cukup ringan kaki untuk datang dan membantu perbaikanperbaikan di rumah tetangga baru itu. Dia memang senang bertemu dengan orang-orang baru. Dan dia senang bertemu dengan orang-orang yang belum pernah mendengar cerita-cerita tentang kejadian-kejadian di masa lampau di desa itu. Orang-orang yang pernah mendengar ceritanya itu biasanya tak ingin mendengar lagi cerita yang sama. Tapi orang-orang baru" Mereka biasanya menyenangkan. Dia suka cerita. Juga tentang hal-hal yang pernah dilakukannya untuk orang-orang di desa itu. Dan dia suka memberi komentar.' "Untung si Joe tua itu tidak luka. Berbahaya, bisa merobek mukanya." "Ya, betul." "Ada pecahan kaca yang harus dibersihkan di lantai Nyonya." "Ya, tapi belum ada waktu," kata Tuppence. "Ah, tapi kita tak boleh ceroboh dengan pecahan kaca. Anda kan tahu. Kena sedikit saja rasanya tak keruan. Bisa membuat orang mati kalau sampai masuk aliran darah. Saya ingat Nona Lavinia Shotacomb. Anda pasti tak percaya..." Tapi Tuppence tak tertarik pada Nona Lavinia Shotacomb. Dia pernah mendengar ceritanya dari orang lain. Wanita itu berumur tujuh atau delapan puluh tahun. Dia tuli dan hampir buta. "Saya rasa," kata Tuppence cepat-cepat, sebelum si tua cerita lebih banyak tentang Lavina Shotacomb, "Anda tahu banyak tentang siapa-siapa yang pernah tinggal di rumah ini dan cerita-cerita menarik tentang mereka." "Ah - saya memang tidak muda lagi. Delapan puluh lima lebih. Hampir sembilan puluh. Tapi ingatan saya masih baik. Ada hal-hal yang kita tahu tidak akan kita lupakan. Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ Bagaimanapun lamanya kejadian itu, pasti kita ingat karena ada hal-hal lain yang mengingatkan. Anda pasti tak akan percaya dengan cerita saya." "Wah, kalau begitu pasti menyenangkan ya, tahu banyak tentang orang-orang istimewa," kata Tuppence. "Ah, memang tidak juga. Orang yang kita sangka begini ternyata begitu, dan kadang-kadang melakukan hal-hal yang tidak kita sangka-sangka." "Barangkali kegiatan mata-mata atau tindakan kriminal," pancing Tuppence. Dia memandang si tua dengan penuh harap... tapi si tua Isaac membungkuk dan mengambil pecahan kaca. ' "Nah, ketemu," katanya. "Bagaimana rasanya kalau benda ini masuk ke dalam kaki Anda?" Tuppence merasa bahwa penggantian genting kaca tak akan cepat selesai dengan cara kerja Isaac yang suka ngobrol tentang masa lalu. Dia mengatakan bahwa rumah kaca - yang kecil itu - yang menempel di dinding dekat ruang makan, juga memerlukan perbaikan dan kaca baru. Sebaiknya diperbaiki atau dibongkar saja" Isaac menjadi gembira dengan problem baru ini. Mereka turun, keluar rumah, dan berjalan ke rumah kaca. "Ah, maksud Anda ini ?" Tuppence berkata ya, itu maksudnya. "Kay-Kay" kata Isaac. Tuppence memandangnya. Dua huruf KK tak berarti apa-apa baginya, "Apa?" "KK. itu nama yang diberikan Nyonya Lottie Jones. Saya tak tahu kenapa." "Oh, kenapa dia menamakannya KK?" Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ ' Saya tak tahu. Rasanya seperti - seperti nama yang biasa dipakai untuk tempattempat seperti ini. Rumah ini tidak besar. Rumah-rumah yang lebih besar punya rumah kaca betulan. Bisa untuk menanam pohon paku rambut perawan." "Ya," kata Tuppence dengan ingatan melayang ke masa lalu. "Namanya memang rumah kaca. Tapi yang ini namanya KK Nyonya Lottie Jones biasa menamakannya begitu. Saya tak tahu kenapa." "Apa ada pohon paku rambut perawan di dalamnya?" "Tidak. Bukan untuk itu, tapi untuk menyimpan mainan anak-anak. Saya rasa mainan itu masih ada kalau belum dibuang. Bangunannya hampir roboh, kan" Mereka hanya memberi penopang sedikit, lalu memberi atap. Saya rasa tak ada yang akan memakainya lagi. Biasanya mereka menyimpan mainan-mainan rusak di situ. Tapi ini ada kuda-kudaan di sini dan True-love di sudut itu." "Apa kita bisa masuk?" tanya Tuppence sambil mencoba mengintip ruangan itu. "Pasti banyak barang-barang aneh di situ." "Ah, kan ada kuncinya," kata Isaac. "Barangkali masih di tempat yang sama." "Di mana itu?" "Di dekat sini ada gudang." Mereka berjalan memutar, menyusuri jalan setapak. Gudang itu sudah tak pantas disebut gudang. Isaac menyepak pintunya, menyibakkan ranting dan dahan-dahan, menyepak beberapa apel busuk dan menarik sebuah keset yang tergantung di dinding, lalu menunjukkan tiga atau empat kunci yang sudah karatan yang tergantung di paku. Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Kunci-kunci si Lindop," katanya. "Dia tinggal di sini sebagai tukang kebun. Pensiunan pembuat keranjang. Nggak bisa apa-apa. Anda mau melihat KK - ?" "Oh ya," kata Tuppence penuh harap. "Saya ingin melihat apa yang ada di dalamnya. Bagaimana menulisnya?" tanyanya. "Menulis apa?" "Maksud saya KK - hanya dua huruf?" "Tidak, saya rasa lain. Saya rasa dua kata asing. Begini K-A-I dan K-A-I. KayKay, atau Kye-Kye. Saya rasa dari kata-kata Jepang." "Oh," kata Tuppence. "Apa pernah ada orang Jepang tinggal di sini"' "Oh, tidak, tidak. Bukan orang asing seperti itu." Dengan memberi sedikit minyak, yang seperti sulap tahu-tahu sudah ada di tangan Isaac, kunci-kunci berkarat itu pun dimasukkan ke lubang dan dengan suara berderit, pintu pun terbuka. Tuppence dan penunjuk jalannya masuk. "Nah," kata Isaac tua dengan suara yang tidak menunjukkan rasa bangga. "Hanya barang-barang rongsokan, kan?" "Kuda-kudaan itu bagus," kata Tuppence. "Itu si Mackild," kata Isaac. "Mack-ild?" tanya Tuppence, agak ragu-ragu. "Ya. Seperti nama perempuan. Ratu siapa, begitu. Ada yang bilang istri William si Penakluk. Tapi saya rasa mereka hanya membual saja. Memang dari Amerika asalnya. Bapak baptis Amerika itu membawanya untuk salah satu anak-anak itu." "Salah satu - ?" Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Salah satu anak-anak Bassington. Sebelum ada yang lain-lain. Saya tak tahu. Barangkali juga sudah karatan." Mathilde memang kuda-kudaan yang bagus, walaupun sudah rusak. Panjangnya sama dengan panjang kuda biasa. Tapi rambutnya yang tentunya lebat sekali dulu, kini hanya tersisa sedikit saja. Salah satu kupingnya patah. Dulunya berwarna abu-abu. Kaki depannya terbuka ke depan dan kaki belakangnya ke belakang. Ekornya tebal. "Kuda ini tidak bergerak seperti kuda-kudaan yang pernah saya lihat" kata Tuppence, merasa tertarik. "Memang tidak," jawab Isaac. "Biasanya kuda-kudaan seperti itu naik-turun, naik turun, maju-mundur. Tapi yang ini - seperti meloncat ke depan. Pertama kaki depannya meloncat - wooop. Lalu kaki belakangnya. Gerakannya bagus. Saya bisa naik dan menunjukkan - " "Hati-hati," kata Tuppence. 'Barangkali - ada paku atau sesuatu yang bisa menancap di tubuh. Atau kau bisa jatuh." "Ah, saya sudah pernah menaiki Mathilde, lima puluh atau enam puluh tahun yang lalu. Tapi saya masih ingat. Dan sekarang masih kelihatan kuat. Belum rusak." Dengan gaya akrobatik, tiba-tiba Pak Isaac meloncat ke atas Mathilde. Kudakudaan itu lalu bergerak maju mundur. "Bisa jalan, kan?" "Ya, bisa jalan," kata Tuppence. "Ah, mereka sangat menyukainya. Nona Jenny, dia biasa naik tiap hari." "Siapa Nona Jenny?" "Dia anak yang tertua. Dia yang mendapat kiriman kuda itu dari bapak baptisnya. -Dikirimi Truelove juga," tambah Isaac. Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ Tuppence memandangnya dengan wajah bertanya. Kata-kata Isaac itu kelihatannya tak sesuai dengan barang-barang lain di Kay-Kay. "Mereka menamakannya begitu. Kuda kecil dan kereta di sudut itu. Nona Pamela biasa menaikinya menuruni bukit. Nona Pamela orangnya serius. Dia naik ke puncak bukit, lalu memasang kakinya di situ. Sebetulnya ada pedalnya, tapi tidak jalan lagi. Jadi dia membawanya naik ke atas bukit, lalu dia biarkan kuda itu meluncur ke bawah. Dia mengerem dengan kakinya. Dan dia sering jatuh di semak-semak monkey puzzle itu." "Kedengarannya kok nggak enak," kata Tuppence. "Maksud saya, jatuh terperosok ke semak-semak." "Ah, sebenarnya dia bisa berhenti sebelumnya. Tapi dia memang suka begitu. Serius. Dia lakukan itu sampai tiga atau empat jam. Saya pernah memperhatikannya. Saya sering merawat mawar-mawar untuk Natal dan rumput pampas. Jadi saya bisa melihat dia berjam-jam. Saya tidak bicara dengan dia karena dia tidak suka diajak bicara. Dia asyik dengan apa yang dia lakukan, atau dia bayangkan." "Apa sebenarnya yang dia bayangkan?" tanya Tuppence yang tiba-tiba lebih tertarik pada Nona Pamela daripada Nona Jenny. "Wah, saya tidak tahu. Dia pernah bilang dia adalah seorang Putri yang sedang melarikan diri. Atau dia itu Mary, Ratu - apa ya, saya lupa - Irlandia atau Skotlandia?" "Mary, Ratu Skotlandia," kata Tuppence. "Ya, betul itu. Dia pergi melarikan diri. Masuk ke istana. Mengunci sesuatu. Bukan kunci beneran, hanya air." "Ah, ya. Saya mengerti. Pamela membayangkan dirinya sebagai Mary, Ratu Skotlandia yang melarikan diri dari musuh-musuhnya?" Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Ya, betul. Dia pergi ke Inggris, menghadap Ratu Elizabeth dan mohon ampun, tapi rupanya Ratu Elizabeth tidak sepemurah itu." "Hm," kata Tuppence, berusaha menutupi kekecewaannya, "sangat menarik ceritamu. Siapa sebenarnya orang-orang itu, yang kauceritakan itu?" "Oh, mereka itu keluarga Lister." "Apa kau pernah dengar tentang Mary Jordan?" "Ah, saya tahu siapa yang Nyonya maksud. Tidak, saya belum cukup umur ketika dia di sini. Maksud Nyonya gadis mata-mata Jerman itu, kan?" "Kelihatannya setiap orang di desa ini tahu tentang dia," kata Tuppence. "Ya. Mereka menyebutnya Frow me, atau apa, begitu. Kedengarannya seperti rel kereta api." "Memang," kata Tuppence. Tiba-tiba Isaac tertawa. "Ha, ha, ha"-katanya. "Kalau itu rel kereta api, rel kereta api. Oh, pasti relnya tidak lurus, kan" Tentu tidak." Dia tertawa lagi. "Bagus juga lawakanmu," kata Tuppence dengan ramah. Isaac tertawa lagi. "Sudah waktunya," katanya. "Nyonya mau menanam sayuran, kan" Kalau ingin menanam kacang-kacangan yang bagus-bagus, Anda harus menyiapkan benihnya dulu. Atau mau menanam selada" Saat ini yang paling tepat jenis Tom Thumb" Bagus selada itu. Daunnya kecil-kecil, tapi renyah." "Saya rasa kau banyak melakukan pekerjaan berkebun di sini. Bukan di rumah ini saja, tapi juga di rumah-rumah lain." "Ah, ya. Saya sih kerja serabutan. Saya rasa saya sudah pernah membantu bantu di semua rumah. Beberapa tukang Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ kebun tidak terlalu baik kerjanya, dan saya suka dipanggil untuk membantu-bantu. Pernah ada kejadian kekeliruan sayuran. Tapi itu sebelum saya ada.... Tapi saya dengar kejadiannya." "Apa kekeliruan tentang daun foxglove itu?" kata Tuppence. "Ah, Nyonya sudah dengar rupanya. Ya, itu sudah lama sekali terjadi. Beberapa orang jadi sakit, dan seorang meninggal. Itu yang saya dengar. Cuma dengardengar. Dari seorang teman lama." "Saya rasa itu si Frow Line," kata Tuppence. "Apa" Si Frow Line meninggal" Saya belum pernah dengar cerita itu." "Ah, barangkali saya yang keliru," kata Tuppence. "Bagaimana kalau kaubawa Truelove keluar, lalu taruh di puncak bukit itu, tempat anak itu - Pamela - main main Kalau bukit itu masih ada." "Tentu saja bukit itu masih ada. Bagaimana" Masih banyak rumput di sana, tapi harus hati hati. Saya tak tahu apa Truelove banyak karatnya. Saya bersihkan dulu, ya"' "Ya," kata Tuppence. "Lalu buatkan daftar sayur-sayuran yang perlu kita tanam." "Ya, ya. Saya akan hati-hati supaya tidak menanam foxglove dekat bayam. Saya tak ingin ada kejadian yang tak enak pada orang yang baru pindah. Rumah ini bagus kalau ada uang untuk memperbaikinya." "Terima kasih," kata Tuppence. "Dan saya akan membereskan si Truelove supaya dia tidak patah kalau Anda menaikinya. Sudah tua. Tapi barang tua kadang-kadang kuat sekali. Ada seorang saudara sepupu saya yang dapat sepeda tua. Sudah empat puluh tahun sepeda itu Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ tidak dinaiki orang. Tapi ternyata jalannya masih bagus juga setelah diminyaki. Memang luar biasa yang bisa dilakukan oleh setetes minyak." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ 11. Enam Hal yang Tak Masuk Akal Sebelum Sarapan "Astaga - ," kata Tommy. Dia biasa menemukan Tuppence di tempat-tempat yang tak terduga pada waktu pulang. Tapi kali ini dia sangat terkejut. Di dalam rumah Tuppence tak kelihatan, walaupun di luar gerimis. Dia berpikir, barangkali Tuppence sedang asyik di kebun. Jadi dia pun ke sana. Pada waktu itulah dia berkata, "Astaga - " "Halo, Tommy," seru Tuppence. "Kau pulang agak pagian." "Ini apa?" "Maksudmu Truelove?" "Apa?" "Truelove," kata Tuppence. "Itu namanya." "Apa kau mencoba menaikinya" Terlalu kecil untukmu." "Tentu saja. Ini kan mainan anak-anak. Biasanya untuk anak- anak sebelum mereka bisa naik sepeda hantu - atau... sepeda apa namanya?" "Apa bisa jalan?" tanya Tommy. "Tidak lancar," kata Tuppence. "Tapi bisa dibawa naik ke puncak bukit, lalu diluncurkan, dan dengan sendirinya akan meluncur ke bawah." "Lalu jatuh terjungkal sesampai di sini. Apa itu yang kaulakukan barusan?" "Tidak," kata Tuppence. "Bisa direm dengan kaki. Kau mau melihat aku berdemonstrasi?" Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Tidak," jawab Tommy. "Hujannya tambah lebat. Aku ingin tahu kenapa kau - yah melakukan itu. Maksudku, tidak terlalu menyenangkan, kan?" "Sebetulnya malah menakutkan," kata Tuppence. "Tapi aku ingin tahu dan - " "Kautanya nama pohon ini" Pohon apa ini" Pohon monkey puzzle, kan?" "Betul," kata Tuppence. "Kok kamu tahu?" "Tentu saja," kata Tommy. "Dan aku juga tahu namanya yang lain." Gerbang Nasib Postern Of Fate Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Aku juga tahu," kata Tuppence. Mereka saling berpandangan. "Hanya - saat ini aku lupa namanya," kata Tommy. "Pohon arti - " "Ya, kedengarannya seperti itulah," kata Tuppence. "Cukup bagus, kan?" "Apa yang kaulakukan dalam semak berduri itu"' "Ya, karena kalau kau sampai di kaki bukit, maksudku kalau kau tidak menurunkan kaki untuk mengerem, kau pasu akan terjerumus ke semak pohon arti - apa itu." "Apa aku tadi bilang arti - " Bukan urticaria" "Bukan, ya" Ah, sudahlah," kata Tommy. "Masing-masing orang punya cara aneh untuk bersenang-senang." "Aku baru saja melakukan penyelidikan kecil untuk persoalan kita." "Persoalanmu" Persoalanku" Persoalan siapa?" "Aku tak tahu," kata Tuppence. "Persoalan kita berdua, kurasa." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/ "Tapi bukan persoalan Beatrice, kan" Atau yang semacam itu?" "Oh, bukan. Aku cuma ingin tahu barang-barang apa saja yang tersembunyi di dalam rumah kita. Tadi aku lihat-lihat dan membongkar-bongkar mainan-mainan yang kelihatannya dilemparkan sembarangan ke dalam rumah kaca itu. Kelihatannya sudah bertahun-tahun lamanya di situ. Di antaranya mainan ini. Dan ada juga Mathilde, kuda-kudaan yang perutnya berlubang." "Perutnya berlubang?" "Ya. Aku rasa orang suka memasukkan macam-macam di dalamnya. Anak-anak - karena senang - banyak daun-daun tua, kertas-kertas kotor, dan macam-macam benda lain seperti kain lap, kain flanel dan benda berminyak yang dipakai untuk membersihkan." "Ayo, kita masuk ke rumah," kata Tommy. "Tom," kata Tuppence sambil menjulurkan kaki di depan perapian yang sudah dinyalakannya sebelum Tommy pulang. "Sekarang kau yang cerita. Apa kau pergi ke Ritz Hotel Gallery melihat pertunjukan di sana?" "Tidak. Terus terang, tidak. Aku tak punya waktu." "Apa maksudmu, kau tak punya waktu" Kukira kau punya rencana pergi ke sana." Lencana Pembunuh Naga 2 Pendekar Mata Keranjang 13 Mendung Di Langit Kepatihan Lingkaran Rantai Setan 2

Cari Blog Ini