Kereta 450 Dari Paddington 1
Kereta 450 Dari Paddington 4.50 From Paddington Karya Agatha Christie Bagian 1 http://inzomnia.wapka.mobi KERETA 4.50 DARI PADDINGTON Edit & Convert: inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Agatha Christie lahir di Torquay. Ia mendapat dorongan untuk menulis dari Eden Phillpotts, seorang penulis drama dari Devonshire. Dalam bukunya yang pertama Misteri di Styles, dicipta-kannya tokoh detektif orang Belgia yang kemudian jadi sangat terkenal, Hercule Poirot. Hercule Poirot meraih kepopuleran setara dengan tokoh ciptaan Conan Doyle, Sherlock Holmes. Buku ini terbit di tahun 1920, sedangkan karya puncaknya yang terkenal, Pembunuhan Atas Roger Ackroyd diterbitkan pada tahun 1926. Ia menulis sekitar 75 novel detektif, novel roman dengan nama samaran Mary Westmacott, dan banyak lagi cerita pendek serta drama-termasuk The Mousetrap, yang setelah 21 tahun lebih masih juga dipentaskan di London. Banyak karyanya yang diangkat ke layar putih oleh MGM, termasuk Sepuluh Anak Negro dan Witness for the Prosecution. Agatha Christie adalah pengarang Inggris yang karya-karyanya sampai saat ini paling banyak dibaca orang, dan ia wanita yang paling berhasil mengeruk uang dari 'pembunuhan' sesudah Lucrezia Borgia! Agatha Christie menikah dengan Sir Max Mallowan, seorang ahli arkeologi yang terkenal. Agatha meninggal tahun 1976, setahun setelah Tirai diterbitkan. Dalam buku tersebut, detektif ulung Hercule Poirot meninggal dunia. Bab 1 Nyonya McGillicuddy terengah-engah menyusuri peron mengikuti langkah yang mengangkut bagasinya. Nyonya McGillicuddy bertubuh pendek-kekarsedang si kuli, tinggi dan panjang langkahnya. Tambahan pula, Nyonya McGillicuddy repot membawa bermacam-macam bungkusan belanjaan untuk Hari Natal. Jelas, pacuan itu tidak seimbang. Ketika si Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi kuli membelok di sudut peron, Nyonya McGillicuddy masih berjalan lurus. Peron 1 saat itu sebenarnya tak terlalu ramai, karena baru saja ada kereta api yang berangkat. Tapi di seberang sana gerombolan manusia bergegas ke segala arah, dari atau ke stasiun bawah tanah, kantor penitipan barang, ruang minum teh, kantor informasi, papan-papan petunjuk, dan dua buah "muara", Kedatangan dan Keberangkatan, yang menghubungkan stasiun itu dengan dunia luar. Meskipun tersenggol-senggol dan terdorong-dorong, akhirnya tiba juga Nyonya McGillicuddy berikut bungkusan-bungkusannya di pintu masuk ke Peron 3. Diletakkannya satu bungkusan di dekat kaki, lalu merogoh tas untuk mencari karcis. Hanya dengan karcis ia akan selamat melewati si galak berseragam yang menjaga pintu masuk. Tepat pada waktu itu sebuah suara parau tapi sopan bergema masuk ke telinganya. "Kereta api di Peron 3," ujar suara itu, "berangkat jam 4.50 ke Brackhampton, Milches-ter, Waverton, Carvil Junction, Roxeter, dan berhenti di Chadmouth. Para penumpang dengan tujuan Brackhampton dan Milchester dipersilakan naik ke gerbong belakang. Penumpang jurusan Vanequay silakan ganti kereta di Roxeter." Suara itu hilang setelah bunyi 'klik', kemudian kedengaran lagi mengumumkan kedatangan kereta 4.35 dari Birmingham dan Wolverhampton di Peron 9. Nyonya McGillicuddy menemukan karcisnya, lalu menyerahkannya. Si penjaga melubangi karcis itu sambil bergumam, "Kanan-belakang." Nyonya McGillicuddy melangkah mantap di sepanjang peron dan menemukan kuli pembawa barangnya di depan pintu gerbong kelas tiga. Tampak betul ia bosan, matanya menatap langit-langit peron. "Silakan, Nyonya." "Saya naik gerbong kelas satu," kata Nyonya McGillicuddy. "Kok tidak bilang dari tadi," si kuli mengomel. Diliriknya mantel Nyonya McGillicuddy yang terbuat dari kain murahan dan berpotongan maskulin. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi 8 Padahal Nyonya McGillicuddy tadi sudah mengatakannya. Tapi ia tak membantah. Ia betul-betul lelah kehabisan napas. Kuli itu mengambil kopornya kembali lalu menuju gerbong sebelah. Dalam kabinnya Nyonya McGillicuddy sendirian saja. Benar-benar nyaman. Kereta 4.50 sore tidak terlalu disukai. Penumpang kelas satu biasanya lebih suka naik kereta ekspres pagi yang lebih cepat atau kereta pukul 6.40 sore yang ada restorasinya. Nyonya McGillicuddy memberi tip dan si kuli jelas menerimanya dengan kecewa. Tip sekecil itu dianggapnya lebih pantas diberikan oleh penumpang kelas tiga. Setelah semalaman naik kereta malam dari Utara, ditambah dengan sehari penuh repot berbelanja, Nyonya McGillicuddy memang tak keberatan mengeluarkan banyak uang agar dapat menikmati perjalanan yang nyaman-tapi ia bukan orang yang royal memberi tip. Ia bersandar ke bantal-bantal mewah sambil menarik napas lega, lalu membuka majalah. Lima menit kemudian peluit melengking, dan kereta pun berangkat. Majalah itu meluncur jatuh dari tangannya, kepalanya terkulai ke samping, tiga menit kemudian ia sudah tertidur pulas. Tiga puluh lima menit lamanya ia tertidur dan ketika bangun ia merasa segar kembali. Ia membetulkan topinya yang miring, lalu menegakkan duduknya dan memandang ke luar jendela. Pemandangan pedesaan di luar berkelebatan bagai terbang. Hari sudah gelap sekarang. Hari yang berkabut di 9 bulan Desember. Hari Natal tinggal lima hari lagi. Di London cuaca mendung dan muram; tapi di pedesaan pun tak kalah muramnya, meskipun kadang-kadang tampak ceria juga dengan serpih-serpih cahaya bila kereta sedang melintasi kota atau stasiun. "Teh yang terakhir, Nyonya," kata seorang petugas sambil tiba-tiba membuka pintu koridor seperti jin. Nyonya McGillicuddy tadi sudah minum teh di sebuah toko serba ada dan sekarang ia merasa cukup kenyang. Petugas terus melaksanakan tugasnya di sepanjang koridor, sambil mengulang-ulang kata-kata yang sama. Dengan puas Nyonya Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi McGillicuddy memandangi pelbagai bungkusannya yang tersusun di rak. Handuk wajah itu mutunya baik sekali dan persis seperti yang diinginkan Margaret. Senapan luar angkasa untuk Robby dan kelinci untuk Jean benar-benar memuaskan. Dan mantel pendek untuk pesta malam, persis seperti yang dibutuhkannya, hangat tapi bergaya. Pullover untuk Hector, dan... dengan puas ia membayangkan semua belanjaan yang telah dipilih dan dibelinya. Ia kembali memandang ke luar jendela; sebuah kereta dari arah berlawanan datang berdecit-decit, menggetarkan jendela dan mengejutkannya. Kereta itu berderak melintasi sambungan rel lalu melewati sebuah stasiun. Kemudian tiba-tiba kereta yang ditumpanginya mengurangi kecepatan, mungkin karena ada si-10 nyai. Selama beberapa menit keretanya hanya beringsut-ingsut, lalu berhenti; tak lama kemudian berjalan lagi. Sebuah kereta dari depan datang berkelebat, tapi tidak mengejutkan seperti yang pertama tadi. Kereta mulai dipacu lagi. Pada saat itu, sebuah kereta lain dengan jurusan sama menjejeri kereta Nyonya McGillicuddy. Bunyi gemuruh kedua kereta itu hampirhampir membuat orang ngeri. Beberapa saat kedua kereta itu melaju sejajar, sekali-sekali bergantian saling mendahului. Lewat jendelanya, Nyonya McGillicuddy melihat ke jendela gerbong-gerbong kereta satunya. Sebagian besar tirai jendelanya diturunkan, tapi kadang-kadang ada juga penumpang yang tampak. Kereta itu tak begitu penuh. Banyak kompartemennya yang -kosong. Di saat seolah-olah kedua kereta itu tak bergerak, tirai jendela di kereta satunya mendadak ada yang tergulung ke atas dengan suara keras. Nyonya McGillicuddy memandang ke gerbong kelas satu yang terang, yang jauhnya hanya beberapa kaki saja. Kemudian tiba-tiba napasnya tertahan dan ia terlonjak setengah berdiri. Dilihatnya seorang laki-laki berdiri membelakangi jendela. Kedua tangannya mencengkeram leher wanita di hadapannya. Tanpa rasa Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi kasihan, wanita itu dicekiknya. Mata wanita itu melotot, wajahnya berubah jadi ungu. Sementara Nyonya McGillicuddy memperhatikan dengan terpana, 11 adegan itu pun berakhir. Tubuh wanita itu lemas terkulai di tangan si laki-laki: Saat itu kereta Nyonya McGillicuddy melambat lagi, sedangkan kereta satunya malah semakin melaju. Kereta itu pun lewat dan sekejap kemudian hilang dari pandangan. Hampir secara otomatis tangan Nyonya McGillicuddy langsung meraih rem darurat, tapi kemudian dia ragu-ragu. Apa gunanya menghentikan kereta yang ia tumpangi" Kejadian yang dilihatnya dari dekat tadi begitu mengerikan dan situasinya begitu luar biasa, sehingga membuatnya terlongong-longong. Ia harus melakukan sesuatu-tapi apa" Pintu kompartemennya terbuka dan kondektur berkata, "Karcisnya, Nyonya." Dengan bernapsu Nyonya McGillicuddy menoleh padanya. "Ada wanita dicekik," katanya. "Di kereta yang baru saja lewat. Saya melihatnya." Kondektur menatapnya ragu-ragu. "Maaf, Nyonya?" "Ada pria mencekik wanita! Di kereta api. Saya lihat-lewat situ." Ia menunjuk ke jendela. Kondektur kelihatan ragu-ragu sekali. "Dicekik?" katanya tak percaya. "Iya, dicekik! Saya melihatnya. Anda harus segera ambil tindakan!" Kondektur mendehem penuh maklum. "Apa bukan karena Nyonya baru saja ketiduran tadi, lalu-" Dengan sopan ia tak melanjutkan. 12 "Saya memang tidur tadi, tapi kalau Anda mengira saya hanya mimpi saja, Anda betul-betul keliru. Saya melihatnya. Betul." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Pandangan kondektur jatuh ke majalah terbuka yang menggeletak di kursi. Di halaman yang terbuka ada gambar wanita sedang dicekik sementara seorang lakilaki lain mengancam kedua orang itu dengan revolver dari ambang pintu. Dengan nada membujuk kondektur berkata, "Nah, apa bukan karena Nyonya baru saja membaca cerita seru tadi, lalu buku itu jatuh begitu saja ketika tertidur, lalu waktu bangun Nyonya sedikit bingung-" Nyonya McGillicuddy memotong. "Saya melihatnya," katanya. "Waktu itu saya sungguh sadar, sesadar-sadarnyaseperti Anda sekarang. Saya memandang ke luar jendela, ke jendela kereta yang tadi searah dengan kereta ini, dan saya lihat ada pria sedang mencekik wanita. Dan saya ingin tahu, apa tindakan Anda sekarang?" "Yah-" "Tentunya Anda akan mengambil suatu tindakan?" Dengan malas kondektur menghela napas dan melihat ke arlojinya. "Tepat tujuh menit lagi kita akan sampai di Brackhampton. Saya akan laporkan apa yang Nyonya ceritakan tadi. Ke arah mana kereta yang Anda sebut-sebut tadi?" 13 "Searah dengan kereta ini, tentu saja. Masa Anda pikir saya dapat melihat, semuanya itu jika keretanya cuma berkelebat ke arah yang berlawanan?" Agaknya kondektur berpendapat Nyonya McGillicuddy mampu melihat apa saja di mana saja, sesuai dengan angan-angannya. Namun ia tetap bersikap sopan. "Percayalah, Nyonya," katanya. "Pernyataan Nyonya akan saya laporkan. Bagaimana kalau saya minta nama dan alamat Nyonya-siapa tahu..." Nyonya McGillicuddy memberikan alamatnya untuk beberapa hari ini, berikut alamat tetapnya di Skotlandia, dan kondektur mencatatnya. Kemudian ia berlalu dengan sikap orang yang baru saja melaksanakan tugas dan berhasil mengatasi seorang penumpang yang menyebalkan. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Tapi Nyonya McGillicuddy tetap mengerutkan dahi. Ia masih merasa kurang puas. Apakah kondektur itu betul-betul akan melaporkan pernyataannya" Atau jangan-jangan ia hendak menenangkannya saja" Samar-samar terlintas di benaknya, bahwa memang banyak wanita tua yang dalam perjalanan mengaku telah membongkar komplotan komunis, merasa terancam akan dibunuh orang, melihat piring terbang dan pesawat ruang angkasa misterius, dan melaporkan peristiwa pembunuhan yang tak pernah terjadi. Kalau kondektur itu menganggap dia wanita macam itu... 14 Kereta api kini melambat, melintasi beberapa sambungan dan menghambur ke dalam cahaya terang sebuah kota kecil. Nyonya McGillicuddy membuka tasnya, mengeluarkan secarik resi pembayaran. Hanya itu yang bisa ditemukannya, Kemudian di balik resi itu ia menulis dengan ball-point, memasukkan kertas itu ke amplop kosong yang kebetulan ada, menutup amplop itu dan menulis suatu alamat. Pelan-pelan kereta masuk ke peron yang penuh sesak. Terdengar suara yang di mana-mana kedengarannya sama saja, "Kereta api yang baru tiba di Peron 1 adalah kereta api 5.38 menuju Milchester, Waverton, Roxeter, dan berakhir di Chadmouth. Para penumpang yang ingin menuju Market Basing silakan naik kereta api di Peron 3. Anjungan 1 untuk perhentian kereta yang ke Carbury." Dengan harap-harap cemas mata Nyonya McGillicuddy menelusuri peron. Penumpang begitu banyak, tapi kuli barang begitu sedikit. Nah, itu dia! Dengan lambaian tegas dipanggilnya kuli barang itu. "Pak! Tolong antar ini segera ke Kantor Kepala Stasiun." Diserahkannya amplop tadi, berikut uang satu shilling. Dengan menarik napas lega, ia menyandarkan diri. Yah, telah dikerjakannya apa yang bisa dia lakukan. Sekejap ada juga sedikit rasa sesal, kalau 15 ingat uang satu shilling tadi... Sebetulnya enam Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi pence saja sudah cukup... Di benaknya terbayang kembali adegan yang disaksikannya tadi. Mengerikan, sungguh mengerikan.... Ia tergolong wanita tabah, toh ia sampai gemetaran. Alangkah anehnya-alangkah ajaibnya pengalamannya kali ini. Elspeth McGillicuddy! Kalau saja tirai jendela itu tidak kebetulan terlepas dan menggulung ke atas... Tapi memang, ya-tentu saja itu campur tangan Yang Mahakuasa. Tuhan telah menggariskan bahwa ia, Elspeth McGillicuddy, harus menjadi saksi sebuah pembunuhan. Bibirnya merapat gemas. Terdengar suara-suara keras di mikrofon, peluit berbunyi, pintu-pintu kereta ditutup berdentam-an. Pelan-pelan kereta 5.38 beranjak, keluar dari Stasiun Brackhampton. Satu jam lima menit kemudian kereta berhenti di Milchester. Nyonya McGillicuddy mengemasi bungkusan-bungkusan dan kopornya, lalu keluar. Di peron ia menoleh ke kiri ke kanan. Ia menilai: kuli barang kurang. Agaknya kulikuli barang sedang sibuk mengangkuti kantung surat pos dan mengurusi mobil pengangkut barang. Tampaknya zaman sekarang para penumpang diharapkan membawa barang-barangnya sendiri. Yah, mana mungkin ia sekaligus menjinjing kopor, payung, dan semua bungkusan itu" Ia harus menunggu. Tak lama kemudian berhasil juga ia mendapatkan kuli barang. 16 "Taksi?" "Saya kira ada yang menjemput." Di luar Stasiun Milchester, seorang sopir taksi yang sudah sejak tadi memperhatikan pintu keluar stasiun datang menghampiri. Nada bicaranya lembut, khas logat setempat. "Nyonya McGillicuddy" Ke St. Mary Mead?" Nyonya McGillicuddy membenarkan. Kuli barang diberinya tip secukupnya, bahkan dapat dikatakan besar. Taksi pun bersama Nyonya McGillicuddy, kopor, berikut semua bungkusannya, melaju menembus malam. Jarak yang mesti Kereta 450 Dari Paddington 4.50 From Paddington Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ditempuh sembilan mil. Nyonya McGillicuddy tetap duduk tegak di dalam mobil. Sama sekali tak dapat santai. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Perasaannya sudah demikian menggebu-gebu-hampir meluap. Akhirnya taksi itu menyusuri jalan desa yang telah begitu dikenalnya dan berhenti di tempat tujuan. Nyonya McGillicuddy turun dan langsung melintasi jalan setapak dari batu bata menuju pintu rumah. Sopir meletakkan barang-barang di dalam rumah, begitu pintu dibuka oleh seorang pembantu yang sudah tua. Langsung saja Nyonya McGillicuddy melintasi lorong rumah menuju ruang duduk yang pintunya memang terbuka. Di sana sudah menunggu si nyonya rumah. Seorang nyonya tua yang sudah renta. "Elspeth!" "Jane!" Mereka berciuman, dan tanpa pendahuluan atau 17 basa-basi lagi, berhamburanlah kata-kata dari mulut Nyonya McGillicuddy. "Oh, Jane!" serunya. "Aku baru saja melihat pembunuhan!" Bab 2 I Sesuai dengan yang diajarkan ibu dan neneknya-yaitu: wanita sejati yang anggun tak pernah terkejut ataupun merasa heran-Miss Marple cuma mengangkat alis dan menggeleng-gelengkan kepala. Sahutnya, "Pasti meresahkan sekali, Elspeth, dan sungguh luar biasa. Kukira lebih baik kauceritakan segera." Memang itu yang ingin dilakukan Nyonya McGillicuddy. Ia membiarkan dirinya dibimbing ke dekat perapian, lalu duduk, melepas sarung tangan dan mulai bercerita. Lengkap dan jelas. Dengan penuh perhatian Miss Marple mendengarkan. Ketika akhirnya Nyonya McGillicuddy berhenti bicara untuk mengambil napas, Miss Marple berkata dengan penuh kepastian. "Kukira sebaiknya sekarang kau naik ke loteng, lepaskan topi dan cuci muka. Kemudian kita akan makan malam-selama makan kita tidak akan membicarakan hal ini sama sekali. Setelah makan baru kita akan Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi membicarakannya sampai terinci dan merundingkannya dari segala sudut." 19 Nyonya McGillicuddy setuju. Kedua wanita itu makan malam sambil mengobrol tentang pelbagai masalah kehidupan di desa St. Mary Mead. Miss Marple memberi komentar tentang pemain organ baru yang kurang dipercaya penduduk desa, menyinggung skandal terakhir tentang istri apoteker, dan tentang ketidakcocokan antara ibu kepala sekolah dengan lembaga desa. Kemudian pembicaraan beralih mengenai kebun masing-masing. "Peoni itu," kata Miss Marple sambil bangkit dari kursinya, "benar-benar tak bisa diduga. Kalau tidak tumbuh-ya mati, itu saja. Tapi kalau tumbuh, maka peoni akan hidup selamanya. Dan varietasnya begitu indah-indah sekarang." Mereka kembali duduk di dekat perapian. Dari lemari di sudut Miss Marple mengeluarkan dua gelas Waterford kuno, dan dari lemari lainnya mengeluarkan sebuah botol. "Malam ini kau tak usah minum kopi, Elspeth," katanya. "Sudah terlalu tegang (dan memang pantas!). Mungkin malah kau tak bisa tidur nanti. Bagaimana kalau segelas anggur saja, lalu nanti-mungkin-secangkir teh?" Setelah Nyonya McGillicuddy setuju, Miss Marple menuangkan anggurnya. "Jane," kata Nyonya McGillicuddy sambil menghirup mencicipi, "kau rak menganggap aku cuma mimpi atau berangan-angan, kan?" "Tentu saja tidak," jawab Miss Marple dengan 20 hangat. Nyonya McGillicuddy menarik napas lega. "Kondektur itu," katanya, "berpendapat demikian. Memang ia sopan dan ramah, begitupun-" "Elspeth, dalam situasi demikian kukira itu wajar saja. Kedengarannya memang seperti kisah yang tak masuk akal. Lagi pula ia sama sekali tak kenal kau. Tapi aku, sedikit pun aku tak ragu bahwa kau memang melihat apa yang kauceritakan tadi. Sungguh luar biasa-tapi bukannya sama Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi sekali tak mungkin. Seingatku, dulu aku sendiri pernah terkesan waktu ada kereta yang kebetulan berjalan pararel dengan keretaku. Waktu itu aku jadi sadar, betapa jelas dan gamblangnya kita bisa melihat ke dalam beberapa gerbong kereta lainnya. Aku ingat, waktu itu ada anak perempuan sedang bermain dengan boneka beruang. Mendadak ia sengaja melemparkan bonekanya ke laki-laki gemuk yang sedang tidur di pojok. Laki-laki itu terlonjak bangun dan marah sekali, sedangkan penumpang yang satunya tampak senang. Semuanya itu kulihat dengan jelas sekali. Bahkan setelah itu aku pasti dapat menggambarkan tiap orang dengan tepat: bagaimana rupanya dan dandanannya." Nyonya McGillicuddy mengangguk penuh terima kasih. "Memang begitu. Persis." "Laki-laki itu membelakangimu, katamu. Jadi kau tak lihat wajahnya?" 21 'Tidak." "Dan wanitanya, dapat kau menggambarkannya" Muda, tua?" "Muda. Antara tiga puluh dan tiga puluh lima, kukira. Aku tak bisa memberi perkiraan yang lebih tepat." "Cantik?" "Itu lagi-lagi aku tak bisa bilang. Soalnya, wajahnya merat-merot tak keruan dan-" Cepat-cepat Miss Marple menambahkan, "Ya, ya, aku paham sekali. Bagaimana pakaiannya?" "Memakai semacam mantel bulu, warnanya pucat. Tidak bertopi. Rambutnya pirang." "Dan kau tak ingat kalau-kalau ada sesuatu yang mencolok tentang laki-laki itu?" Sejenak Ny. McGillicuddy mengingat-ingat sebelum menjawab. "Ia jangkung-berambut hitam, kukira. Mantelnya tebal sehingga aku tak bisa mengira-ngira bentuk tubuhnya dengan baik." Dengan nada putus asa ia menambahkan, "Memang terlalu sedikit untuk dipakai melacak." "Tapi toh ada artinya," kata Miss Marple. Setelah diam sebentar ia berkata lagi, "Kauyakin, wanita itu betul-betul-mati?" "Mati, aku yakin. Lidahnya terjulur ke luar dan-ah, lebih baik aku tak bicara soal itu...." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Tentu saja, tentu saja," cepat-cepat Miss Marple menjawab. "Kukira kita akan tahu lebih banyak besok pagi." 22 "Besok pagi?" "Kukira beritanya akan muncul di koran pagi. Setelah laki-laki itu menyerang dan membunuhnya, ia jadi punya mayat yang harus diurus. Akan diapakan mayat itu" Tentunya ia akan meninggalkan kereta secepatnya, di stasiun terdekat-o ya, kauingat gerbongnya berkoridor atau tidak?" "Tidak." "Jadi kereta itu bukan kereta jarak jauh. Pasti berhenti di Brackhampton. Katakan saja ia memang turun dari kereta di Brackhampton, mungkin setelah mayatnya diatur sedemikian, duduk di sudut dengan wajah tersembunyi di balik kerah mantel, supaya tidak terlalu cepat ketahuan. Ya, kukira itulah yang akan dilakukannya. Tapi tentu saja hal itu akan ketahuan juga dan kubayangkan berita tentang wanita yang dibunuh dan ditemukan mayatnya dalam kereta api hampir pasti akan muncul di koran pagi-kita lihat saja nanti." II Tapi koran pagi tak memuat apa pun. Setelah memastikan bahwa memang tak ada koran yang memuat berita tentang itu, Miss Marple dan Nyonya McGillicuddy menghabiskan sarapan mereka dengan berdiam diri. Keduanya tercenung. Setelah makan pagi selesai, mereka berjalan-jalan mengitari kebun. Kalau biasanya acara ini 23 amat mengasyikkan, kali ini dilakukan dengan setengah hati. Memang Miss Marple menunjukkan beberapa species baru dan langka yang baru diperolehnya untuk kebunkarangnya, tapi itu dilakukannya hampir-hampir seperti sambil melamun. Dan tidak seperti biasanya pula, Nyonya McGillicuddy tidak menimpalinya dengan cerita tentang koleksinya yang terbaru. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Kebun ini benar-benar tidak seperti semestinya," kata Miss Marple, tapi tetap seperti sedang melamun. "Dokter Haydock benar-benar melarangku membungkuk atau berlutut-nah, apa pula yang bisa kita kerjakan kalau membungkuk dan berlutut tidak boleh" Memang ada si tua Edwards-tapi ia begitu keras kepala. Dan pekerja harian begini akan menumbuhkan kebiasaan buruk. Hanya minum-minum teh saja dan mengerjakan tetek-bengek-tak pernah bekerja sungguh-sungguh." "Oh, aku tahu," kata Nyonya McGillicuddy. "Yang terang aku juga dilarang membungkuk, tapi coba, terutama sehabis makan-apalagi beratku sudah bertambah begini,"-Dipandanginya tubuhnya sendiri yang cukup gemuk-"jantungku jadi panas." Keduanya diam. Kemudian dengan mantap Nyonya McGillicuddy menjejakkan kakinya ke tanah, berdiri tegak dan berpaling ke kawannya. "Bagaimana?" tanyanya. Meskipun yang diucapkan cuma sebuah kata 24 yang sepele, namun nadanya penuh arti. Miss Marple menangkap makna pertanyaan itu. "Aku tahu," katanya. Kedua wanita itu saling berpandangan. "Kukira," kata Miss Marple, "kita sebaiknya ke kantor polisi saja, menemui Sersan Cornish. Ia cerdas lagi sabar, dan aku kenal baik dengannya. Kukira ia akan mau mendengarkan-dan meneruskan informasi ini ke pihak yang tepat." Demikianlah, sekitar tiga perempat jam kemudian, Miss Marple dan Nyonya McGillicuddy sudah bercakap-cakap dengan pria berwajah segar tapi serius yang usianya antara tiga puluh dan empat puluh tahun. Ia mendengarkan mereka dengan penuh perhatian. Frank Cornish menerima Miss Marple dengan hangat, bahkan dengan hormat. Ditariknya kursi untuk kedua wanita itu, lalu berkata, "Nah, apa yang dapat kami lakukan untuk Anda, Miss Marple?" Miss Marple berkata, "Saya mohon Anda mau mendengarkan cerita kawan saya Nyonya McGillicuddy ini." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Dan Sersan Cornish memang mendengarkan. Setelah selesai, ia diam saja beberapa saat. Lalu katanya, "Cerita yang sungguh luar biasa." Ketika Nyonya McGillicuddy sedang bercerita tadi, tanpa kentara ia telah mengawasi dan menilai kepribadian nyonya itu. 25 Secara keseluruhan, kesannya baik. Wanita ini rasional, dapat bercerita dengan jelas; sejauh yang bisa dilihatnya, ia bukan jenis wanita pelamun atau histeris. Lagi pula kelihatannya Miss Marple percaya pada kebenaran kisah kawannya. Padahal ia kenal Miss Marple. Semua orang di St. Mary Mead kenal Miss Marple; wanita yang kelihatannya ruwet dan suka bingung, padahal otaknya tajam dan sangat rasional. Ia mendehem dan berkata. "Tentu saja," katanya, "ada kemungkinan Anda salah-tak berarti saya mengatakan Anda salah, lho-tapi kemungkinan itu ada. Sekarang banyak orang suka main-mainmungkin saja kejadian itu tidak serius dan tidak menyebabkan kematian." "Saya tahu betul apa yang saya saksikan," sahut Nyonya McGillicuddy geram. "Dan kau begitu yakinnya," pikir Frank Cornish, "dan kukira, mungkin atau tak mungkin, ada kemungkinan kau benar." Tapi mulutnya berkata, "Anda sudah lapor ke pegawai perkeretaapian, dan sekarang Anda datang kemari melaporkannya kepada saya. Itu sudah betul dan Anda boleh percaya saya akan mengusut perkara ini." Di situ ia berhenti. Miss Marple mengangguk pelan. Ia puas. Nyonya McGillicuddy tidak begitu puas, tapi tidak mengatakan apa-apa. Lalu Sersan Cornish mengajukan pertanyaan lain kepada Miss Marple. Lebih banyak karena ingin mendengar apa 26 komentarnya daripada karena ingin menanyakan gagasan. "Berdasarkan fakta-fakta yang dilaporkan ini," katanya, "menurut Anda mayatnya diapakan?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Kelihatannya hanya ada dua kemungkinan," sahut Miss Marple tanpa ragu. "Yang paling mungkin tentu saja, mayat itu ditinggalkan di kereta. Tapi sekarang agaknya itu tak mungkin, karena kalau memang begitu, tentu mayat itu sudah ditemukan orang tadi malam. Oleh penumpang lain, atau oleh pegawai kereta api di stasiun yang terakhir." Frank Cornish mengangguk. "Satu-satunya cara lain yang mungkin dilakukan si pembunuh adalah melempar mayat itu ke luar selagi kereta masih berjalan. Saya yakin mayat itu masih ada di sekitar jalur rel dan belum ditemukan orang-meskipun agaknya hal ini tak mungkin. Tapi sejauh yang saya lihat, tak ada lagi cara lain." "Kan kadang-kadang ada berita tentang mayat yang dimasukkan dalam peti," kata Nyonya McGillicuddy. "Tapi sekarang tak ada lagi orang yang bepergian dengan membawa-bawa peti, cuma kopor saja. Padahal kita tak bisa memasukkan mayat ke dalam kopor." "Ya," kata Cornish. "Saya setuju dengan Anda berdua. Mayatnya, jika memang ada mayat, seharusnya sekarang sudah ditemukan orang, atau tak lama lagi. Saya akan memberi tahu Anda sekalian jika ada perkembangan lebih lanjut- meskipun Anda dapat juga membacanya di 27 koran. Tentu saja masih ada kemungkinan, bahwa wanita itu, meskipun diserang sedemikian kejinya, tapi ia tidak mati. Mungkin saja ia masih dapat berjalan sendiri-turun dari kereta." "Tak mungkin tanpa bantuan orang," kata Miss Marple. "Dan kalau memang demikian, hal itu pasti menarik perhatian. Seorang pria memapah wanita yang katanya sakit." "Ya, tentu pasti ada yang memperhatikan," kata Cornish. "Atau bila ada wanita yang ditemukan pingsan atau sakit di gerbong lalu dipindahkan ke rumah sakit, pasti juga akan tercatat. Saya kira Anda boleh yakin akan mendengar kabar tak lama lagi." Tapi hari itu berlalu. Juga hari berikutnya. Malam itu Miss Marple menerima surat dari Sersan Cornish. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Sehubungan dengan masalah yang Anda laporkan kepada saya, kami telah mengadakan pengusutan, tapi tanpa hasil. Tak ada orang yang menemukan mayat wanita. Tak ada rumah sakit yang telah merawat wanita seperti yang Anda gambarkan, tak ada wanita yang menderita shock atau sakit, atau meninggalkan stasiun dengan dipapah seorang laki-laki. Pokoknya pengusutan yang tuntas telah kami laksanakan. Menurut pendapat saya, kawan Anda memang telah menyaksikan adegan seperti yang diceritakannya, tetapi adegan tersebut sebenarnya tidak seserius seperti yang diduganya. Bab 3 I "Tidak seserius itu" Omong kosong!" kata Nyonya McGillicuddy. "Itu pembunuhan!" Dengan menantang ditatapnya Miss Marple. Miss Marple menatap balik. "Ayolah, Jane," kata Nyonya McGillicuddy. "Katakan saja semua ini cuma kekeliruan! Katakan itu semua cuma lamunanku belaka! Mestinya begitu kan pikirmu sekarang?" "Siapa pun bisa salah," Miss Marple menyahut dengan lembut. "Siapa saja-bahkan kau juga. Kukira itu mesti kita ingat. Tapi kautahu, 'aku toh masih berpikir bahwa kau mungkin tidak keliru.... Kau memang berkaca mata kalau membaca, tapi daya lihat jauhmu masih amat bagus-dan yang kaulihat itu meninggalkan kesan yang Kereta 450 Dari Paddington 4.50 From Paddington Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kuat sekali padamu. Waktu baru tiba di sini kau betul-betul sedang shock." "Betul-betul sesuatu yang tak mungkin kulupa-kan," kata Nyonya McGillicuddy dengan bergidik. "Susahnya, aku tak tahu apa yang bisa kuperbuat sekarang!" 29 "Kukira," kata Miss Marple serius, "memang tak ada lagi yang dapat kaulakukan." (Kalau saja Nyonya McGillicuddy memperhatikan nada suara kawannya, sama-samar tentu ia akan menangkap bahwa kata kau agak lebih ditekankan.) "Kau telah melaporkan apa yang kausaksikan-Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi kepada petugas kereta api dan polisi. Ya, tak ada lagi yang dapat kaulakukan." "Melegakan juga sebenarnya," kata Nyonya McGillicuddy, "karena setelah Natal aku akan langsung berangkat ke Srilangka, menginap di rumah Roderick. Aku tak ingin menunda keberangkatanku. Aku sudah begitu bersemangat ingin ke sana. Meskipun aku tentu bersedia menundanya, kalau itu memang kewajibanku," tambahnya dengan taat. "Aku yakin kau bersedia, Elspeth, tapi seperti sudah kubilang, menurut aku kau telah melakukan segala sesuatu yang bisa kaulakukan." "Terserah polisi," kata Nyonya McGillicuddy. "Dan kalau polisi memilih bertindak bodoh-" Miss Marple menggeleng keras-keras. "Tidak," katanya, "polisi tidak bodoh. Dan itu justru membuat kasusnya jadi menarik ya?" Nyonya McGillicuddy memandang kawannya tanpa mengerti dan Miss Marple pun semakin yakin bahwa sahabatnya itu memang wanita yang berprinsip teguh dan tak suka mengada-ada. "Kita jadi ingin tahu," kata Miss Marple, "apa sih yang sebenarnya terjadi?" "Ia dibunuh." 30 "Ya, tapi siapa yang membunuhnya, dan kenapa, dan mayatnya diapakan" Di mana mayat itu sekarang?" "Itu urusan polisi untuk mengusutnya." "Persis-dan mereka belum juga menemukannya. Bukankah ini artinya, pria itu pintar-pintar sekali. Kautahu, tak terbayang olehku," kata Miss Marple sambil mengerutkan alis, "bagaimana cara ia menyingkirkannya.... Membunuh wanita karena kalap-tentunya pembunuhan itu tidak direncanakan, tidak mungkin ia memilih membunuh wanita ketika sebentar lagi kereta akan memasuki stasiun besar" Ya, mestinya mereka bertengkar-cemburu-semacam itulah. Lalu di-cekiknya wanita itu-dan nah! Bagaimana harus mengurus mayat justru pada saat kereta akan tiba di stasiun" Apa yang bisa dilakukannya kecuali, seperti yang Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi pernah kukatakan, mendudukkan mayat itu di sudut sehingga kelihatan seolah-olah sedang tidur, menyembunyikan wajahnya, lalu ia sendiri secepat mungkin turun dari kereta. Aku tak lihat kemungkinan lain-padahal nyatanya pasti ada kemungkinan lain..." Miss Marple tenggelam dalam pikirannya sendiri. Nyonya McGillicuddy mengajaknya berbicara sampai dua kali, baru Miss Marple menjawab. "Kau mulai tuli, Jane." "Cuma sedikit, mungkin. Memang bagiku, sekarang orang-orang tidak bisa mengucapkan kata-kata dengan jelas. Tapi itu tadi bukan karena 31 aku tak dengar. Cuma kurasa aku kurang memperhatikan." "Aku cuma bertanya tentang kereta ke London besok. Apa naik kereta sore saja, ya" Aku akan ke Margaret dan ia ingin aku datang untuk ikut minum teh." "Elspeth, kau keberatan tidak naik kereta yang jam 12.15" Kita bisa makan siang lebih awal." "Tentu saja tidak dan-" Tetapi Miss Marple terus saja berbicara, tidak mempedulikan kata-kata kawannya, "Dan kira-kira Margaret keberatan tidak kalau kau tidak datang pada saat minum teh-tapi kira-kira baru pukul tujuh?" Nyonya McGillicuddy memandang kawannya ingin tahu. "Apa gagasanmu, Jane?" "Elspeth, aku akan ikut kau ke London. Lalu kita akan naik kereta kembali kemari dengan kereta yang kaunaiki dulu. Di Brackhampton kau turun dan naik kereta balik ke London aku akan terus kemari seperti kau waktu itu. Tentu saja aku yang akan bayar karcisnya." Soal yang terakhir ini amat ditekankan oleh Miss Marple. Nyonya McGillicuddy mengabaikan saja soal ongkos-ongkos itu. "Apa sih yang kauharapkan, Jane?" tanyanya. "Pembunuhan lagi?" "Tentu saja tidak," Miss Marple terkejut. "Tapi harus kuakui, aku mesti lihat sendiri, berdasarkan 32 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi petunjukmu, e-e-aduh, apa ya istilahnya-lokasi terjadinya peristiwa." Demikianlah, keesokan harinya Miss Marple dan Nyonya McGillicuddy duduk berhadapan di sudut sebuah gerbong kelas satu. Mereka sedang meninggalkan London dengan kereta 4.50 sore dari Paddington. Paddington lebih penuh daripada Jumat yang lalu-karena Hari Natal tinggal dua hari lagi. Tapi kereta 4.50 ini relatif cukup nyaman-paling tidak di gerbong belakang. Kali ini tak ada kereta yang menyusul kerefa mereka. Kereta mereka pun tidak menyusul kereta lain. Kadang-kadang mereka berpapasan dengan kereta dari arah berlawanan, yang melaju dengan kecepatan tinggi. Sekali-sekali Ny. McGillicuddy melihat ke jam tangannya dengan bimbang. "Sungguh sulit menentukan kapan persisnya peristiwa itu terjadi-waktu itu kami baru saja melewati sebuah stasiun yang aku kenal-" Tapi mereka terus saja melewati stasiun-stasiun. "Lima menit lagi mestinya kita sampai di Brackhampton," kata Miss Marple. Kondektur muncul di ambang pintu. Miss Marple menatap dengan pandangan bertanya. Nyonya McGillicuddy menggeleng. Kondekturnya lain. Ia melubangi karcis mereka, kemudian berlalu. Jalannya agak terhuyung-huyung ketika kereta melintasi sebuah belokan panjang. Kecepatan kereta pun berkurang. "Kukira sebentar lagi sampai di Brackhampton," kata Nyonya McGillicuddy. 33 "Sudah sampai di pinggiran kotanya, kukira," kata Miss Marple. Di luar cahaya berkelebatan, juga bangunan-bangunan, dan sekali-sekali jalan dan trem tampak sekilas-sekilas. Kereta semakin lambat. Mereka mulai melintasi persimpangan rel. "Sebentar lagi sampai," kata Nyonya McGillicuddy, "dan sungguh aku sama sekali tak melihat manfaat perjalanan ini. Kaudapat suatu gagasan, Jane?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Rasanya tidak," kata Miss Marple. Suaranya kedengaran ragu. "Pemborosan yang menyedihkan," kata Nyonya McGillicuddy. Tetapi reaksinya tidak sekeras bila ia sendiri yang harus membayar karcis. Tentang itu Miss Marple memang tak dapat ditawar-tawar lagi. "Bagaimanapun," kata Miss Marple, "saya kan ingin melihat dengan mata-kepala sendiri tempat terjadinya peristiwa. Kereta ini cuma terlambat beberapa menit saja. Keretamu tepat tibanya J umat lalu?" "Kukira, ya. Tak begitu kuperhatikan." Pelan-pelan kereta masuk ke Stasiun Brackhampton yang ramai. Pengeras suara kedengaran serak, pintu-pintu kereta membuka dan menutup, orangorang masuk-keluar, berbondong-bondong di peron ke sana kemari tak menentu. Sungguh ramai dan sibuk. Mudah, pikir Miss Marple, bagi seorang pembunuh untuk berbaur dalam orang banyak itu, 34 meninggalkan stasiun di tengah begitu banyak orang yang berdesakan, atau bahkan naik salah satu gerbong dan berangkat lagi ke mana pun tujuan akhir keretanya. Memang mudah menjadi penumpang laki-laki di tengah begitu banyak orang. Tapi tak semudah itu membuat sesosok mayat lenyap begitu saja. Mayat itu pasti ada di suatu tempat. Nyonya McGillicuddy telah turun. Kini ia berbicara dari peron, lewat jendela yang terbuka. "Nah, hati-hatilah, Jane," katanya. "Jangan sampai demam. Saat ini cuaca sedang buruk-buruknya, dan kau tak lagi muda seperti dulu." "Aku tahu," sahut Miss Marple. "Dan tak usah kita pusingkan lagi soal ini. Kita sudah lakukan apa yang kita bisa." Miss Marple mengangguk, dan berkata, "Jangan berdiri begitu di tengah cuaca dingin, Elspeth. Bisa-bisa nanti kau yang demam. Pergilah minum teh di kafe. Masih ada waktu, kok. Baru dua belas menit lagi keretamu berangkat ke London." "Kukira aku akan minum teh dulu. Sampai ketemu lagi, Jane." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Sampai ketemu lagi, Elspeth. Selamat Hari Natal. Kuharap Margaret baik-baik saja. Banyak senang di Srilangka, dan salamku untuk Roderick-itu kalau ia masih ingat aku." "Tentu saja ia ingat-ingat sekali. Kau pernah menolongnya waktu ia masih sekolah-kalau tak 35 salah soal uang yang hilang dari locker-ia tak pernah melupakannya." "Oh, itu!" kata Miss Marple. Nyonya McGillicuddy berbalik, peluit berbunyi, kereta mulai bergerak. Miss Marple memperhatikan tubuh kawannya yang pendek dan kekar berjalan menjauh. Elspeth dapat berangkat ke Srilangka dengan hati ringan-ia telah menyelesaikan tugasnya dan bebas dari segala kewajiban. Sementara kereta semakin melaju, Miss Marple tidak juga menyandarkan diri. Ia tetap duduk tegak dan serius berpikir. Meskipun jika Miss Marple berbicara sering tak jelas pangkalnya dan suka berputar-putar, tapi jalan pikirannya bening dan tajam. Kini ia menghadapi suatu masalah, yakni tentang apa yang mesti dilakukannya. Dan mungkin agak aneh juga, baginya masalah itu mirip dengan yang dirasakan Nyonya McGillicuddy, masalah kewajiban. Kata Nyonya McGillicuddy, mereka berdua telah melakukan apa yang dapat mereka lakukan. Memang itu benar untuk Nyonya McGillicuddy, tapi untuk dirinya sendiriMiss Marple tak yakin. Kadang-kadang ini lebih merupakan soal pemanfaatan bakat khusus yang dimiliki seseorang- Tapi mungkin itu hanya rasa bangganya yang berlebihan saja. Apa pula yang dapat dikerjakannya" Kata-kata kawannya kembali terngiang, "Kau tak lagi muda seperti dulu...." Dengan tenang, bagai jenderal yang sedang menyusun strategi, atau akuntan yang sedang 36 memperhitungkan asset suatu bisnis, di dalam benaknya Miss Marple menimbangnimbang fakta-fakta yang mendukung dan yang memberatkannya dalam mengambil tindakan selanjutnya. Di sisi kredit didaftarnya: Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi 1. Pengalamanku yang luas dalam kehidupan dan dalam pergaulan dengan manusia. 2. Sir Henry Clithering dan putra baptisnya (sekarang di Scotland Yard, kurasa), yang banyak membantu dalam kasus Little Paddocks. 3. Putra kedua kemenakanku Raymond, si David, yang aku hampir yakin, pasti bekerja di Jawatan Kereta Api. 4. Putra Griselda, Leonard, yang luas sekali pengetahuannya mengenai peta. Semua asset itu dipertimbangkannya kembali dan ia merasa yakin. Itu semua memang amat perlu, untuk mengimbangi kelemahan-kelemahannya di sisi debit-terutama kelemahan fisiknya. "Aku sendiri tak mungkin," pikir Miss Marple, "ke sana kemari melakukan pengusutan dan penyelidikan." Ya, itulah halangan yang paling besar: usia dan kelemahan fisiknya. Meskipun untuk ukuran usianya, ia tergolong sehat, tapi ia memang sudah tua. Dan kalau Dokter Haydock dengan tegas telah melarangnya untuk bekerja di kebun, bagaimana pula reaksinya kalau ia berangkat melacak pembunuhan! Karena memang ia telah 37 bertekad akan menyelidiki kasus pembunuhan ini-sesuatu yang justru harus dihindarinya. Sebab jika sampai saat ini-katakanlah-ia sudah berkali-kali berurusan dengan kasus pembunuhan, itu memang karena ia sendiri yang mencarinya. Dan ia tak yakin jika kini itu yang diinginkannya- Ia sudah tua-tua dan letih. Pada saat ini, di penghujung sebuah hari yang melelahkan, terasa sekali betapa malasnya berurusan dengan apa pun. Tak ada yang diinginkannya selain tiba di rumah, duduk di muka perapian dengan sebaki makan malam, lalu tidur dan besok mondar-mandir sejenak memotong-motong sedikit di kebun, merapi-rapikan ala kadarnya, tanpa membungkuk, tanpa memaksakan diri sedikit pun"Aku sudah terlalu tua untuk bertualang lagi," ujarnya sendiri sambil menatap kosong ke luar jendela, ke tikungan di pematang rel. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Tikungan.... Samar-samar ia teringat sesuatu-Persis setelah kondektur melubangi karcis merekaMuncul sebuah gagasan. Hanya gagasan. Gagasan yang sama sekali lain.... Wajah Miss Marple merona merah. Tiba-tiba saja ia tak merasa capek sama sekali! "Besok pagi aku akan menulis surat kepada David," katanya sendiri. Dan saat itu juga sebuah asset berharga lain berkelebat di benaknya. "Tentu saja. Florence-ku yang selalu setia!" 38 II Miss Marple pun menyusun langkah-langkahnya secara metodik. Karena waktu itu sedang libur Natal, ia sediakan kelonggaran waktu secukupnya. Memang jelas, ini menjadi faktor penunda. Ditulisnya surat kepada cucu-kemenakannya, David West. Digabungkannya ucapan Selamat Hari Natal dengan permintaan informasi yang mendesak. Untungnya, seperti tahun-tahun yang lalu, ia diundang makan malam untuk merayakan Hari Natal di rumah pastor. Nah, dengan demikian ia akan dapat bertemu dengan Leonard karena ia pasti pulang untuk merayakan Hari Natal. Ia akan dapat bertanya soal peta. Leonard tergila-gila pada segala jenis peta. Mengapa mendadak wanita tua ini menanyakan peta berskala besar dari suatu daerah tertentu, tidak membuatnya jadi ingin tahu. Ia dapat secara umum berbicara tentang peta dengan lancarnya. Dengan persis ia menuliskan untuk Miss Marple peta apa yang akan memenuhi kebutuhannya. Bahkan, pertolongannya tak berhenti sampai di situ. Ia benar-benar menemukan peta semacam itu dalam koleksinya dan meminjamkannya. Miss Marple berjanji akan menggunakannya dengan hati-hati dan mengembalikannya pada waktunya nanti. 39 III Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Peta," kata ibunya, Griselda, yang anehnya tetap saja kelihatan muda dan menarik, padahal ia tinggal di pastoran yang lusuh dan sudah mempunyai putra yang sedang menginjak dewasa. "Mau apa ia dengan peta" Maksudku, untuk apa peta itu?" "Tak tahu," kata Leonard, "rasanya ia tak mengatakannya." "Aku jadi ingin tahu...," kata Griselda. "Membuatku curiga.... Orang setua dia, mestinya tak usah lagi main-main dengan hal-hal semacam itu." Leonard bertanya hal apa yang dimaksud ibunya, tapi jawabannya tetap tak jelas. "Yah, mengendus-endus segala macam hal. Kenapa ia butuh peta?" Beberapa waktu kemudian Miss Marple mendapat jawaban dari cucukemenakannya, David West. Bunyinya begitu hangat: Bibi Jane sayang, -Nah, mengincar apa lagi sekarang" Saya sudah mengumpulkan informasi yang Bibi inginkan. Cuma dua kereta api yang memenuhi syarat-yang jam 4.33 sore dan 5.00 sore. Kereta yang pertama itu kereta biasa, berhenti di Haling Broadway, Barwell Heath, Kereta 450 Dari Paddington 4.50 From Paddington Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Brackhampton, dan stasiun-stasiun ke arah Market Basing. Sedangkan yang jam 5.00 adalah kereta api cepat Welsh yang menuju Cardiff, Newport, dan Swansea. Kereta yang pertama mungkin dapat 40 tersusul entah di mana oleh kereta 4.50 sore, meskipun seharusnya kereta itu tiba di Brackhampton 5 menit sebelumnya dan kereta cepat Welsh menyalip kereta 4.50 persis sebelum Brackhampton. Apa semua ini ada hubungannya dengan skandal di desa, tentang seseorang yang menarik perhatian" Apakah waktu pulang dari berbelanja di London dengan kereta 4.50, Bibi melihat istri Walikota sedang dipeluk pengawas kebersihan di dalam kereta yang sedang menyalip kereta Anda" Tapi apa perlunya mengetahui kereta mana yang menyalip itu" Paling-paling mereka habis berakhir minggu di Porthcawl" Terima kasih untuk pullover-nya. Persis seperti yang saya inginkan. Bagaimana kebun Bibi" Tentunya musim ini sedang tak begitu banyak kegiatan" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Sayang selalu, DAVID Miss Marple tersenyum sedikit, lalu menimbang-nimbang informasi yang tersodor di depannya. Nyonya McGillicuddy dengan pasti sudah menyatakan bahwa gerbong kereta itu tidak berkoridor. Jadi-bukan kereta api cepat jurusan Swansea, berarti pasti kereta 4.33. Bagaimanapun tampaknya ia harus bepergian juga sedikit. Miss Marple mendesah, tapi ia tetap menyusun rencana. Seperti sebelumnya, ia berangkat ke London dengan kereta 12.15, tetapi kembalinya tidak naik 41 kereta 4.50 sore melainkan kereta 4.33 sore sampai Brackhampton. Dalam perjalanan tidak terjadi peristiwa yang mengesankan, tetapi ia mencatat beberapa hal kecil. Kereta itu tidak penuh-kereta 4.33 memang berangkat sebelum jam sibuk sore. Gerbong kelas satunya hanya berpenumpang satu-seorang pria tua yang sedang membaca New Statesman. Miss Marple duduk di kompartemen yang kosong. Di dua perhentian, yaitu Haling Broadway dan Barwell Heath, ia melongok ke luar jendela untuk memperhatikan penumpang-penumpang yang naik dan turun dari kereta api. Di Haling Broadway ada beberapa penumpang kelas tiga yang naik. Di Barwell Heath beberapa penumpang kelas tiga turun dari kereta. Tak seorang pun yang masuk atau keluar dari gerbong kelas satu kecuali si pria tua yang membawa New Statesman. Ketika kereta mendekati Brackhampton, menyusuri sebuah tikungan, Miss Marple pun bangkit dan mencoba-coba berdiri membelakangi jendela yang tirainya telah ia turunkan. Ya, ia sudah membuktikan. Ketika tiba-tiba kereta menikung dan berkurang kecepatannya, keseimbangan tubuhnya jadi terganggu; tubuhnya tersentak menimpa jendela. Akibatnya, dengan mudah tirai dapat terepas dari kaitannya dan tergulung ke atas. Miss Marple mengintip ke kegelapan malam. Malam tak begitu pekat seperti ketika Nyonya McGillicuddy yang bepergian- baru saja gelap, tapi sedikit sekali yang dapat Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi 42 terlihat. Untuk mengobservasi, ia harus lewat situ pada siang hari. Keesokan harinya, dengan kereta pagi ia berangkat lagi ke London. Di sana ia membeli empat sarung bantal linen (aduh, harganya!) dalam rangka menggabungkan penyelidikan dengan pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Ia pulang naik kereta yang meninggalkan Paddington pada jam 12.15. Lagi-lagi ia hanya sendirian di gerbong kelas satu. "Ini semua gara-gara pajak," pikir Miss Marple. "Ya, memang itu. Tak ada orang yang mampu bepergian naik gerbong kelas satu kecuali orang-orang bisnis pada jam-jam sibuk. Kukira karena mereka dapat meminta ganti uang transpor." Kira-kira seperempat jam sebelum kereta dijadwalkan tiba di Brackhampton, Miss Marple mengeluarkan peta yang dipinjamnya dari Leonard dan mulai mengamati lingkungan pedesaan di situ. Sebelumnya ia telah mempelajari peta itu dengan saksama. Begitu melihat nama stasiun yang baru saja mereka lewati, ia segera tahu sampai di mana mereka saat itu; persis ketika kereta mulai mengurangi kecepatan untuk menikung. Tikungan itu benar-benar panjang. Dengan hidung tertempel di jendela, Miss Marple mempelajari tanah di bawah (kereta api berjalan di pematang rel yang tinggi sekali) dengan teliti. Berganti-ganti diperhatikannya pemandangan di luar dan mencocokkannya dengan peta, sampai akhirnya kereta itu sampai di Brackhampton. 43 Malam itu ia menulis dan memposkan surat yang dialamatkan kepada Nona Florence Hill, Madison Road No. 4, Brackhampton.... Keesokan paginya ia pergi ke perpustakaan desa. Ia mempelajari buku petunjuk dan daftar nama-nama tempat di Brackhampton, dan sebuah buku sejarah daerah itu. Sampai kini belum ada sesuatu pun yang berlawanan dengan gagasan amat samar dan tak lengkap yang muncul di benaknya. Apa yang dibayangkannya mungkin saja benar-benar terjadi. Hanya itu yang berani disimpulkannya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Tetapi langkah berikutnya membutuhkan tindakan fisik. Tindakan fisik yang banyak sekali, yang sama sekali tak cocok dengan kondisi fisiknya. Kalau ia ingin membuktikan kebenaran atau kekeliruan teorinya secara pasti, di tahap ini ia harus meminta pertolongan orang lain. Pertanyaannya-siapa" Miss Marple memeriksa nama-nama dan segala kemungkinannya, tapi segera dibatalkannya dengan gelengan gemas. Semua orang pandai yang kecerdasannya dapat ia andalkan terlalu sibuk. Tidak saja karena mereka terikat pekerjaan yang penting-penting, tetapi liburan mereka pun biasanya sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Sedangkan orang orang yang kurang cerdas, yang punya banyak waktu, langsung dicoret oleh Miss Marple. Dengan semakin gemas dan bingung, Miss Marple termenung-berpikir keras. 44 Kemudian mendadak wajahnya berubah jadi cerah. Dari bibirnya terlompat sebuah nama. "Tak salah lagi!" kata Miss Marple. "Lucy Eyelesbarrow !' Bab 4 I Di kalangan tertentu, nama Lucy Eyelesbarrow sudah tak asing lagi. Lucy Eyelesbarrow berusia tiga puluh dua. Semasa kuliah di Oxford, ia selalu nomor satu di bidang matematik. Orang mengagumi otaknya yang brilyan dan diamdiam mengharapkan dia akan mengukir karier hebat di bidang akademik. Tetapi Lucy Eyelesbarrow, selain cemerlang di sekolah, ternyata juga cukup punya akal sehat. Dilihatnya kehidupan akademik tidak mendapat penghargaan yang sepantasnya. Ia tak berminat mengajar dan lebih suka berurusan dengan orangorang bodoh yang otaknya sama sekali tidak cemerlang. Pendek kata, ia suka bergaul dengan manusia, segala macam manusia-dan bukan orang yang sama terusmenerus. Terus Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi terang, ia juga suka uang. Untuk mendapat uang, orang harus memanfaatkan kebutuhan. Maka segera saja Lucy Eyelesbarrow menemukan kebutuhan yang amat seriuskebutuhan akan tenaga pembantu rumah tangga yang terampil di segala bidang. Kawan-kawan serta rekan-rekannya 46 sampai terheran-heran, karena Lucy Eyelesbarrow masuk ke bidang pekerjaan pembantu rumah tangga. Keberhasilannya terlihat nyata dan penghasilannya mantap. Sekarang, setelah beberapa tahun berlalu, ia terkenal di seluruh kepulauan Inggris. Sudah jamak para istri berkata dengan ceria kepada suami mereka, "Beres. Aku bisa ikut kau ke Amerika. Aku sudah punya Lucy Eyelesbarrow!" Keistimewaan Lucy Eyelesbarrow ialah, begitu ia masuk ke suatu rumah, semua kecemasan, keresahan, dan kerja keras hilang menguap dari rumah itu. Lucy Eyelesbarrow mengerjakan semuanya, memeriksa semuanya, mengatur semuanya. Betapa hebatnya ia menangani segala urusan rumah tangga. Ia bisa merawat orang-orang jompo, mengurusi anak-anak kecil, merawat orang sakit, memasak makanan yang lezat-lezat, dapat bergaul dengan pembantu tua yang bagaimanapun tak simpatiknya (biasanya tidak ada), tahu bagaimana melayani orang-orang yang sulit, menghibur pemabuk, dan juga ahli mengurus anjing. Yang paling hebat dari semua itu, ia tak pernah keberatan mengerjakan pekerjaan apa saja. Ia bersedia menggosok lantai dapur, menggali-gali di kebun, membersihkan kotoran anjing, bahkan mengambil batu bara! Salah satu peraturan yang dibuatnya dan ditaatinya sendiri ialah, tak menerima pekerjaan untuk jangka waktu lama. Biasanya ia hanya menerima pekerjaan selama dua minggu-satu 47 bulan paling lama, dalam keadaan istimewa. Untuk dua minggu itu, Anda harus membayar setinggi langit! Tapi, selama dua minggu itu, Anda bagaikan hidup di surga. Anda benar-benar bisa santai, ke luar negeri, tinggal di rumah saja, pokoknya sesuka Andalah. Anda boleh merasa Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi tenang karena segala urusan rumah tangga akan beres di tangan Lucy Eyelesbarrow. Dengan sendirinya banyak sekali yang membutuhkan Lucy. Kalau mau, ia dapat menyusun daftar pesanan untuk kira-kira tiga tahun. Ia juga sudah menerima tawaran-tawaran gaji yang hebat untuk menjadi pegawai tetap. Tapi Lucy tak berniat menjadi pegawai tetap. Ia juga tidak menerima pesanan untuk lebih dari enam bulan mendatang. Dan dalam jangka waktu tersebut, tanpa sepengetahuan para kliennya yang berebutan memesannya, ia selalu mengambil liburan singkat entah untuk berlibur dengan mewah (karena ia tak pernah mengeluarkan uang untuk keperluan apa pun, sedangkan honornya yang tinggi itu ditabungnya saja) atau menerima tawaran pekerjaan mendadak yang kebetulan menarik hatinya, mungkin karena alasan tertentu atau ia 'suka pada orangnya'. Karena kini ia bebas memilih dan menentukan dari antara orang-orang yang menjerit-jerit butuh pertolongannya, pada umumnya ia menentukan pilihan karena perasaan pribadi saja. Cuma kaya saja tidak menjamin Anda dapat memesannya. Ia dapat memilih dan menentukan, maka ia pun akan memilih dan menentukan. Ia 48 benar-benar menikmati hidupnya dan berpendapat hidupnya sungguh-sungguh menyenangkan. Lucy Eyelesbarrow membaca dan membaca lagi surat dari Miss Marple. Dua tahun yang lalu ia berkenalan dengan Miss Marple. Ketika itu ia diminta novelis Raymond West untuk merawat bibinya yang sudah tua, yang baru saja sembuh dari radang paru-paru. Lucy menerima pekerjaan itu dan berangkat ke St. Mary Mead. Ternyata ia sangat menyukai Miss Marple. Sedangkan Miss Marple, begitu melihat lewat jendela kamar bagaimana Lucy Eyelesbarrow dapat membuat penopangpenopang untuk tanaman kacang polongnya dengan benar, segera saja bersandar ke bantal sambil mendesah lega. Hidangan menggiurkan yang disediakan Lucy Eyelesbarrow langsung dimakannya sambil dengan sedikit heran mendengarkan bagaimana pembantu tuanya yang gampang marah itu bercerita, "Saya ajari Nona Eyelesbarrow pola renda baru yang belum Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi pernah diketahuinya. Wah, ia tahu berterima kasih." Dokternya pun heran melihat Miss Marple cepat sekali pulih. Di dalam suratnya Miss Marple bertanya apakah Nona Eyelesbarrow bersedia menerima pekerjaan darinya-tugas ini sedikit istimewa. Bagaimana jika Nona Eyelesbarrow menentukan waktu bertemu supaya mereka dapat membicarakan soal pekerjaan itu. Sejenak Lucy Eyelesbarrow mengerutkan kening sambil menimbangnimbang. Sebetulnya 49 jadwal kerjanya telah penuh. Namun akhirnya kata istimewa dan kenangannya akan kepribadian Miss Marple-lah yang menang. Ia segera menelepon Miss Marple. Dijelaskannya bahwa ia tak dapat datang ke St. Mary Mead karena waktu ini sedang terikat pekerjaan. Tapi keesokan harinya, antara jam 2.00 siang sampai jam 4.00 sore ia bebas dan dapat bertemu dengan Miss Marple di sembarang tempat di London. Ia sendiri mengusulkan agar mereka berjumpa di klubnya, sebuah gedung yang biasa-biasa saja tapi di sana ada beberapa ruang tulis-menulis yang suram, yang biasanya kosong. Miss Marple menerima usul itu dan di hari berikutnya mereka pun bertemu. Setelah bertukar salam, Lucy Eyelesbarrow membawa tamunya ke kamar tulis yang paling suram, dan berkata, "Saat ini memang jadwal saya penuh, tapi mungkin Anda dapat mengatakan tugas apa yang akan Anda berikan kepada saya?" "Sebetulnya sederhana sekali," kata Miss Marple. "Istimewa, tapi sederhana.... Saya ingin dicarikan mayat." Sejenak Lucy sempat curiga, jangan-jangan Miss Marple sekarang sudah linglung. Tapi dugaan itu segera dibuangnya. Miss Marple benar-benar sehat. Ia bersungguhsungguh dengan apa yang dikatakannya. "Mayat seperti apa?" tanya Lucy Eyelesbarrow dengan ketenangan yang luar biasa. 50 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Mayat wanita," kata Miss Marple. "Mayat wanita korban pembunuhan-dicekik-di kereta api." Alis Lucy sedikit naik. "Wah, ini betul-betul istimewa. Coba ceritakan." Miss Marple bercerita. Lucy Eyelesbarrow mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa menyela sedikit pun. Setelah Miss Marple selesai, ia berkata, "Semuanya tergantung pada apa yang dilihat kawan Anda itu-atau yang dikiranya dilihatnya-?" Kalimat itu menggantung di situ dengan meninggalkan nada bertanya. "Elspeth McGillicuddy bukan orang yang suka melamun," kata Miss Marple. "Itu sebabnya saya berani mempercayai kata-katanya. Nah, seandainya yang bercerita itu Dorothy Cartwright-lain lagi soalnya. Dorothy selalu punya kisah bagus untuk diceritakan, malah ia sering percaya pada cerita karangannya sendiri, yang memang selalu ada dasar kebenarannya. Tapi, yah, cuma itulah. Sebaliknya, Elspeth orang yang sulit sekali percaya bahwa halhal yang luar biasa atau aneh dapat saja terjadi. Ia orang yang sulit sekali dibuat percaya, keras kepala bagai granit." "O, begitu," kata Lucy serius. "Yah, marilah percaya saja. Lalu tugas saya apa?" "Anda dulu amat mengesankan saya," kata Miss Marple, "lagi pula, sekarang saya sudah tak cukup 51 kuat lagi untuk ke sana kemari mengerjakan ini-itu." "Anda ingin saya melakukan pengusutan" Semacam itu" Tapi mestinya polisi toh telah mengerjakannya" Atau Anda memandang mereka terlampau lamban?" "Oh, tidak," kata Miss Marple. "Mereka tidak lamban. Cuma saya punya teori tersendiri tentang di mana mayat wanita itu. Mestinya harus ada di suatu tempat. Kalau di kereta api tak ada, tentunya mayat itu telah didorong atau dilempar ke luar dari kereta-tapi di sepanjang jalur kereta api tersebut juga tak ditemukan. Maka saya pergi menjalani rute Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi yang sama untuk melihat apakah mungkin ada tempat yang bisa dimanfaatkan untuk melempar mayat itu dari kereta api, sehingga mayat itu tak mungkin ditemukan orang di sepanjang jalur kereta api itu-ternyata ada. Sebelum sampai Brackhampton, jalur kereta api melewati sebuah tikungan panjang, di ujung pematang rel yang tinggi. Kalau mayat itu dibuang di sana, ketika kereta agak miring karena menikung, saya kira mayat itu akan menggelinding jatuh dari pematang rel." "Tapi mestinya masih dapat ditemukan- meskipun di sana?" "Oh, ya. Mayat itu tentu harus segera disingkirkan.... Tapi kita akan sampai ke sana nanti. Nah, lokasinya di sini-di peta ini." Lucy membungkuk untuk mengamati tempat yang ditunjuk Miss Marple. 52 "Sekarang daerah ini persis di luar kota Brackhampton," kata Miss Marple, "tapi Kereta 450 Dari Paddington 4.50 From Paddington Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo aslinya di sana ada rumah pedesaan yang dikitari taman dan tanah lapang yang luas dan rumah itu sampai sekarang masih ada, tanpa perubahan apa pun-cuma sekarang dikelilingi bangunan dan perumahan. Rumah itu namanya Rutherford Hall. Dibangun pada tahun 1884 oleh seseorang yang bernama Crackenthorpe, pemilik pabrik yang kaya raya. Anak lakilaki Crackenthorpe, sudah tua sekarang, masih tinggal di sana bersama anak perempuannya. Jalan kereta api mengitari separuh kawasan itu." "Dan Anda ingin saya melakukan-apa?" Serta-merta Miss Marple menjawab. "Saya ingin Anda mencari pekerjaan ke sana. Semua orang sangat membutuhkan tenaga pembantu rumah tangga-rasanya tidak akan sulit mendapatkannya." "Tidak, saya rasa tidak sulit." "Saya dengar dari penduduk setempat, Tuan Crackenthorpe itu pelit bukan main. Kalau gaji Anda kecil, saya akan menutup kekurangannya sampai di atas standar Anda yang sekarang." "Karena sulitnya pekerjaan ini?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Lebih karena berbahayanya daripada karena sulitnya. Ini bisa berbahaya, lho. Tentang ini memang Anda perlu saya peringatkan lebih dulu." "Rasanya," sahut Lucy termenung serius, "saya bukan orang yang mudah surut karena bahaya." 53 "Saya juga berpendapat begitu," kata Miss Marple. "Anda bukan orang macam itu." "Malah mungkin Anda berpikir tugas ini justru akan menarik bagi saya" Dalam hidup, bahaya yang saya hadapi masih sedikit sekali. Tapi Anda betul-betul berpikir ini berbahaya?" "Ada orang," Miss Marple menerangkan, "yang baru saja berhasil melakukan pembunuhan. Tak ada yang kelabakan mencari, tak ada kecurigaan yang serius. Hanya ada cerita dari dua wanita tua yang agak tak masuk akal, polisi telah menyelidiki dan tidak menemukan apa-apa. Segalanya berjalan rapi dan tenang. Jadi saya kira orang ini, siapa pun ia, akan keberatan bila persoalan ini diungkit-ungkit-apalagi kalau Anda berhasil membongkarnya." "Apa persisnya yang mesti saya cari?" "Tanda-tanda apa saja di sepanjang pematang rel. Mungkin sobekan pakaian, patahan semak-semak-yah, yang begitulah." Lucy mengangguk. "Lalu?" "Saya akan ada dekat-dekat Anda," kata Miss Marple. "Saya punya seorang bekas pelayan, Florence, yang tinggal di Brackhampton. Bertahun-tahun ia merawat orang tuanya yang sudah jompo. Sekarang keduanya sudah meninggal, dan ia menerima kos-hampir semuanya orang baik-baik. Ia sudah menyediakan kamar untuk saya. Ia pasti akan merawat saya dengan baik sekali. Selain 54 itu saya merasa harus ada dekat-dekat Anda. Saya usulkan Anda ceritakan saja bahwa Anda punya seorang bibi yang sudah tua tinggal di Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi dekat sana, sehingga Anda butuh waktu secukupnya supaya bisa sering pergi menjenguknya." Lucy mengangguk lagi. "Rencananya lusa saya akan berangkat ke Taormina," katanya. "Liburan dapat menunggu. Tapi saya hanya bisa menjanjikan waktu tiga minggu. Setelah itu, jadwal saya penuh." "Tiga minggu cukuplah," kata Miss Marple. "Kalau dalam waktu tiga minggu kita tidak menemukan apa-apa, kita menyerah saja. Anggap saja ini semua isapan jempol belaka." Miss Marple beranjak pergi. Setelah termenung sebentar, Lucy menelepon Kantor Pendaftaran Tenaga Kerja di Brackhampton. Ia kenal baik dengan managernya, seorang wanita. Ia menerangkan bahwa ia ingin mencari pekerjaan di daerah itu supaya dapat berdekatan dengan 'bibinya'. Dengan bersusah-payah dan banyak berbohong ia menolak semua pos yang sebenarnya lebih enak. Akhirnya disebutlah nama Rutherford Hall. "Kedengarannya itu tempat yang cocok untukku," kata Lucy dengan mantap. Kantor Pendaftaran Tenaga Kerja menelepon Nona Crackenthorpe, Nona Crackenthorpe menelepon Lucy. Dua hari kemudian Lucy meninggalkan London menuju Rutherford Hall. 55 II Dengan naik mobilnya sendiri yang kecil, Lucy Eyelesbarrow masuk melewati pintu gerbang besi yang besar. Di balik pintu gerbang ada puing yang mestinya dulu pondok kecil. Entah perang, entah karena sekadar terlantar saja, kondisinya menjadi demikian. Jalan mobil memanjang diapit rumpun semak-semak rhododendron yang besar-besar dan muram sampai ke rumah. Terhenyak juga Lucy melihat rumah, yang ternyata bagaikan miniatur Istana Windsor. Tangga batu di depan rumah seharusnya dibuat dengan lebih berhati-hati dan hamparan kerikilnya hijau ditumbuhi ilalang. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Ditariknya lonceng dari besi yang sudah kuno. Bunyi dentangnya kedengaran bergema di dalam. Seorang wanita jorok melapkan tangan pada celemeknya, lalu membuka pintu. Dipandangnya Lucy dengan curiga. "Anda yang ditunggu itu, kan?" katanya. "Nona Anu-barrow, begitu katanya." "Betul," kata Lucy. Di dalam rumah betul-betul dingin. Penunjuk jalannya mengantarnya menyusuri lorong rumah yang gelap dan membuka pintu di sebelah kanan. Lucy sedikit heran, karena ternyata ruangan itu adalah ruang duduk yang amat menyenangkan. Di situ ada buku-buku dan kursinya bermotif bunga-bunga cerah. "Akan saya sampaikan dulu," kata wanita itu, 56 lalu mendahului masuk. Setelah menatap Lucy dengan pandangan benci, pintu ditutupnya. Beberapa menit kemudian pintu terbuka kembali. Sejak detik pertama Lucy sudah merasa suka kepada Emma Crackenthorpe. Ia wanita yang sudah di atas tiga puluh lima yang tak punya ciri-ciri menonjol. Cantik tidak, jelek pun tidak. Gaunnya dari bahan wol kasar dan ia mengenakan pullover. Rambutnya hitam disisir ke belakang. Matanya coklat muda, tatapannya mantap dan suaranya sungguh menyenangkan. Katanya, "Nona Eyelesbarrow?" sambil mengajak berjabat tangan. Namun kemudian ia ragu. "Saya ragu," katanya, "jangan-jangan pekerjaan di sini tak sesuai dengan yang Anda inginkan" Yang saya butuhkan bukan pengatur rumah tangga, tukang mengaturngatur, tapi orang yang mau bekerja." Lucy menjawab bahwa memang itulah yang dibutuhkan kebanyakan orang. Dengan nada menyesal Emma Crackenthorpe berkata, "Banyak orang yang agaknya berpikir, bahwa membersihkan debu di sana-sini sudah cukuplah-tapi kalau hanya membersihkan debu, saya sendiri juga bisa." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Saya mengerti sekali," kata Lucy. "Anda butuh orang yang bisa memasak, mencuci piring, membereskan segala pekerjaan rumah tangga, dan mengurus perapian untuk memasak air panas. Tak 57 apa-apa. Memang itu pekerjaan saya. Saya sama sekali tidak takut bekerja." "Rumah ini besar, dan kurang nyaman. Tentu saja yang kami huni cuma sebagian saja-Ayah dan saya saja-maksud saya. Ayah agak invalid. Hidup kami amat tenang. Ada perapian di sini. Saya punya beberapa saudara laki-laki, tapi mereka jarang kemari. Ada dua wanita yang datang bekerja di sini, Bu Kidder datang setiap pagi. Sedang Bu Hart tiga kali seminggu; tugasnya menggosok barang-barang kuningan dan yang semacamnya. Anda membawa mobil?" "Ya. Tapi biarlah di udara terbuka saja kalau tidak ada garasi. Sudah biasa demikian." "Oh, di sini banyak bekas kandang kuda. Tak ada masalah." Sejenak ia mengerutkan alis, lalu katanya, "Eyelesbarrow-nama yang istimewa. Pernah ada kawan saya yang bercerita tentang Lucy Eyelesbarrowkeluarga Kennedy?" "Ya. Saya pernah bekerja pada mereka di North Devon waktu Nyonya Kennedy baru melahirkan." Emma Crackenthorpe tersenyum. "Oh, mereka bilang belum pernah mereka begitu senang seperti ketika Anda di sana, membereskan segala hal. Tapi waktu itu kesan saya tarif Anda mahal sekali. Sedang jumlah yang saya sebutkan-" "Ah, tak apa-apa," kata Lucy. "Sebetulnya tujuan saya cuma agar bisa berdekatan dengan Brackhampton. Bibi saya sedang kritis kesehatan-58 nya dan saya tidak ingin jauh-jauh darinya. Itu sebabnya honor tidak saya utamakan. Saya toh tak mungkin menganggur saja. Boleh saya mendapat sedikit waktu bebas hampir setiap Hari?" "Oh, tentu saja. Tiap hari, setelah tengah hari sampai jam enam. Oke?" "Baik." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Nona Crackenthorpe ragu-ragu sejenak, lalu berkata, "Ayah sudah tua dan agaksulit kadang-kadang. Ia hemat sekali dan kadang-kadang kata-katanya membuat orang kesal. Saya tak ingin-" Cepat-cepat Lucy menyela, "Saya sudah terbiasa meladeni segala macam orang tua," katanya. "Biasanya saya bisa bergaul dengan mereka." Emma Crackenthorpe tampak lega. "Ayah yang sulit!" Lucy menyimpulkan. "Pasti galaknya seperti orang Tartar." Lucy rr endapat sebuah kamar besar yang suram. Mesin penghangat ruangannya kecil, sehingga kurang memadai. Ia diajak melihat-lihat, berkeliling rumah yang amat besar dan sama sekali tidak nyaman itu. Waktu lewat sebuah pintu di lorong rumah, terdengar ada yang berteriak, "Kau Emma" Gadis itu sudah datang" Bawa dia kemari. Aku ingin lihat." Wajah Emma jadi merah. Dengan menyesal ia memandang Lucy. Kedua wanita itu masuk ke kamar. Di dalam banyak perabotan yang terbungkus beludru 59 berwarna gelap. Jendela-jendelanya sempit sehingga sinar yang masuk hanya sedikit. Selain itu, kamar itu juga penuh dengan perabotan kayu mahoni dari zaman Ratu Victoria. Tuan Crackenthorpe sedang duduk di kursi khusus untuk orang invalid. Di sebelahnya ada tongkat berkepala perak. Tubuhnya besar tapi tak berisi. Dagingnya berlipat-lipat menggelambir. Wajahnya mirip anjing bulldog, dengan dagu menantang. Rambutnya lebat, hitam dengan sedikit uban di sana-sini. Matanya kecil dan menatap penuh curiga. "Coba kulihat kau, Nona." Lucy maju dengan mantap sambil tersenyum. "Ada satu hal yang sebaiknya kau segera tahu. Hanya karena kami tinggal di rumah besar tidak berarti kami kaya. Kami tidak kaya. Kami hidup sederhana-mengerti"sederhanai Percuma kau' kemari dengan Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi angan-angan yang muluk-muluk. Ikan teri sama enaknya dengan ikan kakap, jangan kaulupa itu. Aku tak suka pemborosan. Aku tinggal di sini karena ayahku yang membangun rumah ini dan aku senang di sini. Kalau aku sudah mati, mereka boleh jual rumah ini kalau mau-dan kurasa memang itu yang mereka inginkan. Sama sekali tak ada rasa kekeluargaan. Rumah ini bagus bangunannya-kokoh dan dikelilingi tanah kami sendiri, sehingga terpisah dari dunia luar. Pasti mahal sekali harganya kalau dijual untuk tanah pemukiman tapi tak mungkin terjadi kalau aku 60 masih hidup. Kalian takkan bisa mengusirku keluar dari sini kecuali jika itu atas kemauanku sendiri." Ia memelototi Lucy. "Rumah Anda adalah istana Anda," kata Lucy. "Menertawakan aku, ya?" "Tentu saja tidak. Saya kira menarik sekali melihat ada lingkungan yang masih seperti pedesaan asli di tengah-tengah kota." "Memang. Tak ada rumah lain yang kelihatan dari sini, kan" Padang rumput lengkap dengan sapi-sapinya-persis di tengah Brackhampton. Deru lalu-lintas kadang-kadang terdengar juga-terbawa angin-tapi kecuali itu, kawasan ini masih seperti di pedesaan asli." Tanpa berhenti atau mengubah nada bicaranya, ia beralih kepada anaknya, "Coba teleponkan dokter tolol itu. Katakan obatnya yang terakhir sama sekali tidak manjur." Lucy dan Emma beranjak dari situ. Tapi masih juga ia berteriak lagi kepada mereka, "Dan larang perempuan yang suka mengendus-endus debu itu kemari. Ia bikin bukubukuku berantakan." Lucy bertanya, "Sudah lama Tuan Crackenthorpe sakit-sakitan begitu?" Emma menyahut, tapi sambil mengalihkan pembicaraan, "Oh, sudah bertahun-tahun.... Ini dapurnya." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi 61 Dapurnya besar sekali. Perlengkapan dapur berbagai-ragam, tetapi terlantar tak digunakan. Di sebelahnya ada oven, berdiri sendirian. Lucy menanyakan jam makan mereka, lalu memeriksa ruang penyimpanan makanan. Setelah itu dengan riang ia berkata kepada Emma Crackenthorpe, "Sekarang saya sudah tahu semua. Tak usah repot-repot. Serahkan semuanya kepada saya." Malam itu Emma Crackenthorpe berangkat tidur dengan lega. "Tuan dan Nyonya Kennedy memang betul," katanya. "Gadis itu sungguh-sungguh hebat." Keesokan harinya Lucy bangun pukul enam pagi. Ia memberes-bereskan rumah, menyediakan buah-buahan, mengatur meja, memasak, dan menghidangkan sarapan. Bersama Bu Kidder ia merapikan tempattempat tidur, dan pada jam sebelas mereka sudah duduk mengaso di dapur sambil minum teh kental dan makan biskuit. Melihat Lucy sama sekali tidak bersikap merendahkan, juga karena tehnya begitu kental dan harum, Bu Kidder jadi santai. Ia mulai menggosip. Bu Kidder bertubuh kecil dan agak kurus. Matanya tajam dan bibirnya tipis. "Si Tua itu pelitnya minta ampun. Kasihan Nona Emma! Tapi untung ia tak sampai diinjak-injak si Tua itu. Kalau perlu, ia tetap bertahan pada pendiriannya. Kalau tuan-tuan berdatangan, Nona Emma ngotot supaya makanan yang dihidangkan pantas." 62 "Tuan-tuan?" "Ya. Ini kan keluarga besar. Yang paling tua, Tuan Edmund, tewas waktu perang. Lalu Tuan Cedric, tinggal di luar negeri, entah di mana. Tidak kawin. Kerjanya melukis. Tuan Harold tinggal di London-kawin dengan anak seorang Earl.(gelar bangsawan Inggris) Lalu Tuan Alfred. Sebetulnya ia baik juga, tapi ia kambing hitam keluarga. Pernah punya masalah satu-dua kali. Ada lagi suami Nona Edith, Tuan Bryan. Baik sekali ia-Nona Edith meninggal beberapa tahun yang lalu, tapi Tuan Bryan tetap anggota keluarga. Lalu ada Tuan Alexander, anak Nona Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Edith. Ia masih sekolah, selalu berlibur di sini. Nona Emma sayang sekali pada anak itu." Lucy mencernakan semua informasi ini, sambil terus menyuguhkan teh kepada informannya. Akhirnya, sambil ogah-ogahan Bu Kidder bangkit juga. Kereta 450 Dari Paddington 4.50 From Paddington Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Lama juga kita bersantai pagi ini," katanya merenung-renung. "Perlu bantuan mengupas kentang-kentang itu?" "Sudah selesai, kok." "Yah, memang hebat kerja Anda! Saya sendiri harus kembali bekerja, sekarang. Memang tak ada lain yang bisa saya kerjakan." Bu Kidder pergi dan Lucy yang kini leluasa menggunakan waktunya, mulai menggosok meja dapur. Sebetulnya sudah lama ia ingin menggosok meja itu, tapi takut menyinggung perasaan Bu 63 Kidder, karena seharusnya itu tugas Bu Kidder. Lalu ia menggosok perabotan perak sampai berkilauan lagi. Ia memasak untuk makan siang, membereskan meja makan, mencuci piring, dan jam setengah tiga sudah siap untuk memulai penyelidikan. Perlengkapan untuk minum teh sore sudah disiapkannya di baki, lengkap dengan sandwich, roti dan mentega ditutup serbet basah supaya rotinya tidak kering. Pertama-tama ia berjalan-jalan melihat-lihat kebun, karena bukankah itu yang secara wajar mesti dikerjakannya dulu" Kebun dapur di sana-sini ditanami sedikit sayuran. Rumah kaca sudah jadi puing. Di mana-mana jalan setapak penuh ilalang. Satu-satunya tanaman yang bebas ilalang dan dalam kondisi baik hanyalah jalur semak herbasius di dekat rumah. Tapi menurut dugaan Lucy itu hasil karya tangan Emma. Tukang kebun sudah renta sekali, lagi pula tuli; kerjanya hanya berpurapura sibuk saja. Lucy mengajak bicara si tua itu dengan ramah. Ia tinggal di pondok yang bersebelahan dengan lapangan kandang kuda. Dari lapangan kandang kuda ada jalan belakang menembus taman yang di kedua sisinya dipagari. Jalan itu menyusuri tikungan rel kereta api sampai ke sebuah jalan setapak di belakang. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Tiap beberapa menit sekali kereta api lewat men-deru-deru lewat tikungan tajam yang mengitari tanah milik Crackenthorpe. Ia berjalan di bawah rel kereta api sampai mencapai jalan setapak tadi. Agaknya jalan itu jarang dilalui orang. Di satu 64 sisinya ada pematang rel kereta api, sedangkan di sisi yang lain ada tembok tinggi yang memagari beberapa bangunan pabrik. Lucy menyusuri jalan setapak itu sampai ia tiba di sebuah jalan beraspal. Di situ berjajar rumah-rumah kecil. Ia bisa mendengar riuhnya suara lalu-lintas di jalan raya tak jauh dari situ. Dilihatnya arloji. Kebetulan ada seorang wanita yang keluar dari salah satu rumah di dekat situ. Lucy menghentikannya. "Maaf, telepon umum di mana, ya?" "Kantor pos, di sudut jalan." Lucy mengucapkan terima kasih. Ia terus berjalan sampai tiba di kantor pos yang ternyata merupakan kombinasi antara kantor pos dengan toko. Di satu sisinya ada bilik telepon umum. Lucy masuk ke situ dan memutar nomor. Ia minta bicara dengan Miss Marple. Wanita yang menyahut ketus suaranya. "Ia sedang istirahat. Dan saya tidak mau mengganggunya! Ia butuh istirahat-ia kan sudah tua. Siapa di situ?" "Nona Eyelesbarrow. Tak perlu mengganggu Miss Marple. Cukup sampaikan saja bahwa saya sudah tiba dan segala sesuatu berjalan baik, dan bahwa saya akan memberi kabar kalau ada berita." Diletakkannya kembali gagang telepon dan beranjak pulang ke Rutherford Hall. Bab 5 I "Bagaimana kalau saya sedikit berlatih golf di taman?" tanya Lucy. "Oh, boleh saja. Kau suka main golf?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Tidak pintar, tapi suka berlatih. Lebih baik daripada cuma jalan-jalan saja." "Tak ada lagi tempat jalan-jalan di luar kawasan ini," Tuan Crackenthorpe mengomel. "Yang ada cuma trotoar dan deretan rumah-rumah kecil seperti kotak. Mereka ingin merebut tanahku, lalu membangun rumah-rumah yang semacam itu lagi. Tapi mereka takkan bisa sebelum aku mati. Dan aku tidak mau mati lalu mereka yang dapat untung. Kau boleh yakin itu! Aku tidak mau membuat seorang pun senang!" Bujuk Emma Crackenthorpe lembut, "Nah, nah, Ayah." "Aku tahu apa yang mereka pikirkan-dan apa yang mereka harap-harapkan. Mereka semua. Cedric, si licin Harold yang wajahnya selalu puas diri. Tentang Alfred, aku tak yakin apakah ia tak pernah berpikir akan menembakku sendiri. Aku tak yakin bukan dia yang melakukan waktu Natal 66 yang lalu. Betul-betul penyakitku aneh waktu itu. Sampai si Quimper bingung dan menanyakan macam-macam." "Setiap orang pasti pernah sakit pencernaannya, Ayah." "Baik, baik, bilang saja terus terang aku makan terlalu banyak waktu itu! Itu kan yang kaumaksud. Dan kenapa aku makan terlalu banyak" Karena makanan begitu banyak tersedia di meja, terlalu banyak. Boros dan berlebih-lebihan. Dan aku jadi ingat-kau, kau Nona muda. Kau hidangkan lima kentang untuk makan siangbesar-besar pula. Padahal dua kentang untuk setiap orang sudah cukup. Jadi lain kali jangan sediakan lebih dari empat. Hari ini satu kentang terbuang percuma." "Tidak akan terbuang, Tuan Crackenthorpe. Memang sudah saya rencanakan akan saya buat omelet Spanyol untuk malam ini." "Ugh!" Ketika keluar kamar sambil membawa, nampan kopi, Lucy mendengar orang tua itu berkata, "Gadis licik dia, selalu ada saja jawabnya. Tapi masakannya enakdan cakep juga tampangnya." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Lucy Eyelesbarrow mengeluarkan sebuah tongkat pemukul golf dari perangkat golf yang dibawanya. Ia berjalan masuk ke taman, dan memanjat pagarnya. Ia mulai bermain. Kira-kira lima menit kemudian, karena pukulan menyilangnya, bola jatuh di pinggir pematang rel kereta api. Lucy pergi ke sana 67 untuk mencari bola itu. Ia memandang ke belakang, ke arah rumah. Ia berada jauh dari mana-mana dan tak seorang pun peduli pada apa yang dikerjakannya. Ia meneruskan mencari bola. Kadang-kadang ia memukul bola dari pematang ke rerumputan di bawah. Sepanjang sore itu sekitar sepertiga dari pematang telah diselidikinya. Tanpa hasil. Ia berlatih memukul bola kembali, ke arah rumah. Kemudian, keesokan harinya, ada sesuatu yang ditemukannya. Sebuah semak duri yang tumbuh kira-kira di pertengahan lereng pematang rel kereta api tampak seperti pernah kejatuhan sesuatu. Sebagian semak itu rebah ke tanah. Lucy mengamati pohonnya sendiri. Di salah satu durinya ada sobekan mantel bulu yang terkait di situ. Warnanya hampir sama dengan warna batang pohon semak tersebut, coklat muda. Lucy memperhatikannya sejenak, lalu mengambil gunting dari sakunya dan memotong sobekan itu dengan hati-hati-menjadi dua. Potongan yang telah diguntingnya ia masukkan ke dalam amplop yang ada di sakunya. Lalu ia menuruni tebing pematang yang curam itu untuk mencari-cari kalau-kalau ada yang lain. Rerumputan liar di padang itu diamatinya dengan saksama. Pada hematnya tampak seperti ada bekas jejak seseorang yang lewat rerumputan yang tinggi-tinggi itu. Tapi jejak itu sangat kabur-tidak sejelas jejaknya sendiri, sehingga ia tak yakin apakah yang dilihatnya itu bukan cuma angan-angannya saja. 68 Dengan saksama ia mulai mengamat-amati rerumputan di kaki tebing, tepat di bawah semak duri yang patah tadi. Tak lama kemudian pengamatannya membawa hasil. Ia menemukan sebuah kotak bedakpadat, kecil, mengkilat, dan murahan. Dibungkusnya kotak bedak itu Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi dengan saputangan lalu disimpannya dalam saku. Ia melanjutkan pengamatannya, tapi tak menemukan apa-apa lagi. Sore keesokan harinya, dengan mobilnya ia pergi mengunjungi bibinya yang sakitsakitan. Emma Crackenthorpe berpesan dengan ramah, "Tak usah buru-buru pulang. Kami baru membutuhkan Anda waktu makan malam nanti." "Terima kasih, tapi paling lambat jam enam saya sudah pulang." Madison Road No. 4 ternyata sebuah rumah kecil membosankan di sebuah jalan kecil yang sama tak menariknya. Tirai rendanya amat bersih, ambang pintunya putih berkilat dan pegangan pintunya dari kuningan yang tampaknya rajin digosok. Pintu dibuka oleh seorang wanita tinggi berwajah serius. Gaunnya hitam dan rambutnya yang sudah memutih disanggul besar. Sambil mengantarkan ke Miss Marple, wanita itu mengamati Lucy dengan pandang curiga. Miss Marple sedang duduk-duduk di ruang belakang yang menghadap ke sebuah kebun kecil rapi berbentuk segi empat. Ruangan itu bersih sekali. Keset dan tatakan ada di mana-mana, begitu 69 pula hiasan dari keramik. Selain itu, ada kursi yang agak besar dan dua pot tanaman pakis. Miss Marple duduk di kursi besar dekat perapian, sambil merajut. Lucy masuk dan menutup pintu, kemudian duduk di kursi yang berhadapan dengan kursi Miss Marple. "Wah!" katanya. "Kelihatannya Anda benar." Ia membeberkan hasil penemuannya dan menceritakan hasil pengamatannya secara terperinci. Rona kepuasan muncul di pipi Miss Marple. "Mungkin seharusnya tak boleh," katanya, "tapi terus terang saya merasa sedikit bangga karena teori saya terbukti benar!" Dirabanya sobekan kecil mantel bulu itu. "Kata Elspeth wanita itu mengenakan mantel bulu berwarna terang. Saya kira kotak bedak ini ada di saku mantel itu, lalu terjatuh waktu mayatnya menggelinding di Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi lereng. Memang barang-barang ini tidak terlalu khas, tapi pasti ada gunanya. Anda tidak mengambil semua sobekan mantel bulunya?" "Tidak. Yang separuh saya biarkan tetap di semak duri." Miss Marple mengangguk setuju. "Tepat sekali. Anda sungguh cerdas, Nak. Polisi tentunya ingin mencek kembali bagaimana tepatnya." "Anda akan ke polisi-dengan benda-benda ini?" 70 "Yah-tidak sekarang...." Miss Marple menimbang-nimbang. "Rasanya lebih baik kita temukan dulu mayatnya. Bagaimana pendapat Anda?" "Ya, tapi apa tidak terlalu sulit mencarinya" Maksud saya, katakan saja perkiraan Anda benar. Si pembunuh menjatuhkan mayat dari kereta api, lalu turun di Brackhampton dan beberapa waktu kemudian-mungkin malam itu juga-sampai di tempat jatuhnya mayat. Lalu ia singkirkan mayat itu. Tapi bagaimana kejadiannya setelah itu" Ia kan bisa menyingkirkannya ke mana saja." "Tak mungkin ke mana saja," kata Miss Marple. "Saya kira kesimpulan Anda kurang logis, Nona Eyelesbarrow." "Panggil saja saya Lucy. Kenapa tak mungkin ke mana saja?" "Karena, kalau begitu, lebih mudah membunuhnya di suatu tempat yang sepi, lalu menyeret mayatnya dari situ. Anda belum memikirkan-" Lucy memotong. "Kalau begitu-maksud Anda-ini pembunuhan berencana?" "Mula-mula saya tidak berpikir begitu," kata Miss Marple. "Tentu saja dengan sendirinya kita tidak berpikir ke situ. Peristiwanya tampak seperti akibat pertengkaran biasa; si pria kalap lalu mencekik si wanita. Dengan begitu ia menghadapi masalah bagaimana menyingkirkan korbannya-masalah yang mesti dipecahkannya hanya dalam beberapa menit. Tapi rasanya terlalu 71 banyak faktor kebetulan, jika kita menganggap setelah membunuh karena kalap, ia memandang keluar jendela dan begitu saja melihat kereta sedang ada di tikungan, persis di tempat ia dapat membuang Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi mayat itu keluar, dan tempat yang ia yakin akan dapat ditemukannya kembali untuk menyingkirkan mayat itu! Kalau saja ia hanya kebetulan membuangnya di sana, pasti ia tidak akan melakukan apa-apa lagi. Mayat itu pasti sudah ditemukan orang jauh-jauh hari." Ia diam. Lucy hanya memandang saja. "Anda tahu," kata Miss Marple sambil merenung, "pembunuhan ini dilaksanakan dengan pintar sekali-dan saya kira direncanakan dengan sangat saksama. Kereta api adalah sesuatu yang sangat bersifat umum. Kalau ia membunuhnya di rumah wanita itu, atau di tempat korban kebetulan sedang tinggal, ada kemungkinan ia dilihat orang ketika datang atau pergi. Kalau ia mengajak wanita itu bermobil keluar kota, ada kemungkinan mobilnya dikenali orang berikut nomornya dan merek mobil itu. Tapi kalau kereta api" Kereta api selalu penuh dengan orang-orang yang asing satu sama lain. Orang-orang itu naik atau turun di stasiun-stasiun. Di dalam kereta api yang tak berkoridor, sendirian saja dengan wanita itu, mudah sekali melakukannya-terutama kalau ia sudah tahu dengan pasti apa yang mesti dikerjakannya. Ia tahu-ia pasti sudah tahu-semuanya tentang Rutherford Hall. Maksud saya letak geografisnya, bagaimana terisolasinya tempat 72 itu-sebuah pulau yang dibatasi jalur rel kereta api." "Memang tempat itu persis demikian," kata Lucy. "Kejanggalan yang berasal dari masa lalu. Rutherford Hall memang dikelilingi kehidupan kota yang riuh-rendah, tapi kehidupan kota itu tidak sampai menyentuhnya. Cuma orang-orang yang menawarkan apa-apa saja yang datang ke sana tiap pagi, itu saja." "Jadi seperti yang Anda katakan tadi, kita asumsikan pembunuh datang ke Rutherford malam itu juga. Mayatnya jatuh ke situ ketika hari sudah gelap, sehingga tak mungkin ada yang menemukannya sebelum pagi." "Memang." "Naik apa si pembunuh" Mobil" Dari arah mana?" Lucy menimbang-nimbang. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Ada jalan setapak jelek di sepanjang tembok pabrik. Mungkin ia lewat situ, lalu membelok di bawah tikungan rel, dan terus menyusuri jalan di belakang rumah. Lalu ia bisa memanjat pagar, berjalan di bawah pematang rel sampai menemukan mayat itu, lalu mengangkatnya ke mobil." "Lalu," Miss Marple melanjutkan, "ia membawanya ke suatu tempat yang sudah ia pilih sebelumnya. Ini semua kan sudah dipikirkan masak-masak. Dan seperti yang sudah saya katakan tadi, ia takkan membawanya keluar dari Rutherford Hall, atau kalaupun ia membawanya keluar, lokasinya tidak akan terlalu jauh dari sana. 73 Saya kira, yang pasti ia menguburkan mayat itu di suatu tempat?" Pandangannya bertanya kepada Lucy. "Saya kira begitu," sahut Lucy mempertimbangkan. "Tapi pelaksanaannya tidak semudah kedengarannya." Miss Marple sependapat. "Tak mungkin ia menguburnya di taman. Terlalu meletihkan dan menarik perhatian. Mungkin di suatu tempat yang tanahnya sudah teraduk-aduk?" "Mungkin kebun dapur, tapi terlalu dekat ke pondok tukang kebun. Memang ia sudah tua dan tuli-tapi tetap saja terlalu riskan." "Ada anjing di sana?" "Tidak." "Jadi mungkin di gudang, atau rumah kecil yang terpisah dari gedung utama?" "Nah, itu lebih mudah dan cepat.... Ada banyak bangunan tua tak terpakai di sana; kandang babi yang sudah rusak, kandang-kandang kuda, bengkel-bengkel yang sudah tidak pernah didatangi orang. Atau mungkin juga ia sembunyikan saja mayat itu ke dalam semak-semak rhododendron." Miss Marple mengangguk. "Ya, saya kira itu jauh lebih mungkin." Pintu diketuk orang dan Florence yang serius itu masuk membawa nampan. Kereta 450 Dari Paddington 4.50 From Paddington Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Baik juga Anda mendapat kunjungan," kataKoleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi 74 nya kepada Miss Marple. "Ini saya buatkan roti kesukaan Anda." "Florence selalu menyajikan kue yang enak-enak waktu minum teh," kata Miss Marple. Karena senang, tiba-tiba Florence tersenyum. Wajahnya jadi tampak lain. Lalu ia keluar. "Saya rasa, Nak," kata Miss Marple, "sebaiknya kita tidak memperbincangkan soal pembunuhan waktu minum teh. Pokok yang sama sekali tidak menyenangkan!" II Sesudah minum teh, Lucy bangkit. "Saya harus kembali," katanya. "Seperti sudah saya ceritakan, di Rutherford Hall tidak ada laki-laki yang bisa kita curigai. Di sana cuma ada seorang laki-laki tua, wanita yang sudah hampir empat puluhan, dan tukang kebun tua yang sudah tuli." "Saya tidak mengatakan orang itu pasti tinggal di sana," kata Miss Marple. "Saya cuma berkata, ia pasti orang yang amat kenal Rutherford Hall. Tapi itu akan kita bicarakan lagi setelah Anda temukan mayatnya." "Kelihatannya Anda begitu yakin saya akan menemukannya," kata Lucy. "Saya tidak seoptimis itu." "Saya yakin, Anda akan berhasil. Anda begitu efisien." 75 "Dalam hal-hal tertentu,' tapi saya kan belum berpengalaman dalam soal mencari mayat." "Saya yakin, yang dibutuhkan cuma akal sehat saja," kata Miss Marple memberi semangat. Lucy memandangnya, lalu ketawa. Miss Marple membalasnya dengan senyum. Sore keesokan harinya, Lucy mulai bekerja dengan sistematis. Diselidikinya rumah-rumah kecil. Dicongkel-congkelnya tumpukan pipa rokok yang berserakan di kandang babi. Ia sedang mengintip ke dalam ruang pemanas di bawah rumah kaca ketika didengarnya suara batuk-Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi batuk kering. Ia menoleh. Hillman tua, si tukang kebun, memandangnya dengan pandangan mencela. "Hati-hati! J angan sampai jatuh, Non," katanya memperingatkan. "Tangga itu tidak aman dan tadi kau baru saja naik ke tempat penyimpanan rumput kering; padahal lantai di sana juga tidak aman." Lucy cukup hati-hati untuk tidak menunjukkan rasa malunya. "Kukira Anda menganggap aku usilan, ya," katanya riang. "Aku baru saja berpikirpikir apa ada yang bisa dimanfaatkan dari tempat ini-menanam jamur untuk dijual, semacam itulah. Rasanya semua dibiarkan mubazir." "Itulah Tuan. Tak mau keluar barang sesen pun. Mestinya di sini ada dua lakilaki dan satu kacung, begitu pikirku, supaya tempat ini bisa terawat baik. Tapi tak mau dengar dia, tak mau. Untuk beli mesin pemotong rumput saja, aku mesti ngotot 76 setengah mati. Tadinya ia ingin aku memotongi semua rumput di depan itu dengan tangan." "Tapi kalau-misalkan saja-tempat ini bisa dibuat menghasilkan-sesudah sedikit diperbaiki?" "Tempat macam ini tak mungkin lagi menghasilkan-sudah terlalu bobrok. Lagi pula ia takkan peduli. Yang dipikir cuma menabung saja. Ia tahu betul apa yang akan terjadi kalau ia mati-tuan-tuan muda itu akan menjual semuanya secepat-cepatnya. Mereka kan cuma tunggu ia melayang. Bakal dapat uang banyak sekali kalau ia mati, begitu yang kudengar." "Kalau begitu ia kaya sekali, ya?" tanya Lucy. "Crackenthorpe's Fancies, itulah kekayaannya. Yang mendirikan Tuan Besar, ayah Tuan Crackenthorpe. Pintar ia. Jadi kaya-raya, lalu membangun tempat ini. Kata orang ia keras, tak pernah lupa kalau disakiti. Tapi begitupun, ia tidak pelit. Sama sekali tidak. Ia kecewa pada kedua anaknya, begitu kabarnya. Kedua anak itu disekolahkan dan dididik jadi orang tinggian-sekolah di Oxford dan yang semacam itulah. Tapi mereka jadi terlalu tinggi sampai tidak mau terjun ke bisnis. Yang muda kawin dengan aktris, lalu mati dalam kecelakaan mobil karena Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi mabuk. Yang tua, yang sekarang di sini, tidak terlalu disenangi ayahnya. Banyak di luar negeri, beli banyak patung-patung kuno dan mengirimnya ke rumah. Waktu muda tidak terlalu senang pada uangnya-ia mulai begitu 77 waktu lewat setengah umur. Tak pernah cocok kedua orang itu, ia dan ayahnya, 'gitu yang kudengar." Semua itu dicatat Lucy dalam ingatannya. Dari luar tampaknya ia sangat memperhatikan. Pak tua itu bersandar ke dinding dan bersiap-siap meneruskan hikayatnya. Ia lebih suka bicara daripada mengerjakan apa pun. "Tuan Besar meninggal sebelum perang. Wah, dia memang luar biasa! Tak boleh dikurangajari, tak tahan ia." "Dan setelah ia meninggal, Tuan Crackenthorpe pulang dan tinggal di sini?" "Ia dan keluarganya. Waktu itu anak-anaknya sudah hampir dewasa." "Tapi mestinya.... Oh, aku mengerti. Maksud Anda perang tahun 1914." "Bukan. Ia meninggal tahun 1928, itu yang kumaksud." Lucy menyimpulkan, 1928 memang termasuk 'sebelum perang', meskipun ia sendiri tidak akan mengatakan seperti itu. Katanya, "Nah, kukira Anda ingin meneruskan kerja. Jangan sampai aku mengganggu Anda." "Aah," kata Hillman tua tanpa semangat, "hari begini sudah tak banyak yang bisa dikerjakan. Sudah terlalu gelap." Lucy kembali ke rumah. Di jalan ia berhenti sebentar mengamati semak-semak birkin dan azalea yang kelihatannya pantas diselidiki. 78 Emma Crackenthorpe sedang berdiri di lorong rumah sambil membaca surat. Rupanya pos sore baru saja tiba. "Besok kemenakan saya datang-dengan seorang teman sekolahnya. Kamar Alexander yang di atas beranda. Kamar sebelahnya untuk James StoddartWest. Kamar mandinya yang berhadapan dengan kedua kamar itu." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Baik, Nona Crackenthorpe. Akan saya siapkan kamarnya." "Mereka akan datang besok pagi sebelum makan siang." Setelah ragu-ragu sejenak, ia berkata, "Mestinya waktu itu mereka lapar." "Pasti," kata Lucy. "Bagaimana kalau daging sapi panggang" Dan tart karamel?" "Alexander suka sekali tart karamel." Keesokan paginya kedua anak itu datang. Rambut mereka tersisir rapi, wajah mereka polos, sedikit berhati-hati, dan sopan-santun mereka sempurna. Alexander Eastley berambut pirang dan matanya biru, sedang Stoddart-West berambut hitam dan berkaca mata. Waktu makan siang keduanya serius memperbincangkan peristiwaperistiwa olahraga, sambil sekali-sekali menyinggung buku-buku fiksi luar angkasa yang mutakhir. Pokoknya mereka bagai profesor-profesor tua yang sedang mendiskusikan alat-alat zaman batu tua. Dibandingkan mereka, Lucy jadi merasa amat muda. Daging sapi panggang ludes dalam sekejap dan 79 tartnya habis termakan, secuil remah pun tak tersisa. Tuan Crackenthorpe mengomel, "Kalian berdua bisa membuat aku bangkrut." Alexander memandangnya dengan sikap mencela. "Kami tak keberatan makan roti dan keju saja, kalau Kakek tak kuat beli daging." "Tak kuat" Aku bisa membeli. Tapi pemborosan aku tak suka." "Tak ada yang kami boroskan sedikitpun, Kek," kata Stoddart-West. Ia menunduk memandang piringnya yang jelas-jelas membuktikan pernyataannya. "Kalian makan dua kali lebih banyak dari aku." "Kami kan masih dalam masa pertumbuhan," Alexander menerangkan. "Kami butuh banyak protein." Orang tua itu mendengus. Ketika kedua anak itu meninggalkan meja, Lucy mendengar Alexander berkata menyesal kepada kawannya, Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Jangan kaugubris kakekku. Ia sedang diet atau yang semacamnya sehingga jadi sedikit aneh. Lagi pula ia pelit sekali. Kukira ia menderita semacam kompleks, entah apa." Dengan penuh pengertian Stoddart-West menjawab, "Aku punya bibi yang selalu berpikir ia akan bangkrut. Padahal uangnya banyak sekali. Patologis, kata dokter. Kaubawa bolanya, Alex?" 80 Setelah membereskan meja dan mencuci piring bekas makan siang, Lucy keluar. Ia mendengar teriakan kedua anak itu dari kejauhan di lapangan rumput. Ia sendiri mengambil arah berlawanan, lewat jalan depan terus menembus semak-semak rhododendron. Ia mulai mencari-cari dengan saksama, menyingkapi dedaunan dan mengintip ke dalam. Dengan sistematis ia beralih dari gerumbul yang satu ke gerumbul yang lain. Ia sedang mengorek-ngorek dengan pemukul golf, ketika suara Alexander Eastley yang ramah mengejutkannya. "Sedang mencari apa, Nona Eyelesbarrow?" "Bola golf," jawab Lucy segera. "Beberapa bola golf, malah. Hampir tiap sore saya berlatih golf dan bola yang hilang sudah banyak sekali. Saya pikir hari ini saya mesti bisa menemukan beberapa." "Kami bantu, ya," kata Alexander hangat. "Baik sekali kalian. Saya kira tadi kalian sedang main sepak bola." "Kita tak bisa main sepak bola terus-terusan," Stoddart-West menjelaskan. "Terlalu panas. Anda sering main golf?" "Saya suka sekali main golf, tapi kesempatan bermain sedikit." "Ya, saya kira demikian. Anda yang memasak di sini, kan?" "Ya." "Anda yang memasak makan siang tadi?" "Ya. Enak?" 81 "Hebat," kata Alexander. "Kami dapat daging juga di sekolah, tapi gawat, kering kerontang. Saya suka daging yang dalamnya masih merah muda dan berlemak. Tart karamelnya juga asyik." "Coba beri tahu saya apa saja kesukaanmu." "Bisa masak kue apel yang empuk" Itu favorit saya." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Tentu saja bisa.". Alexander mendesah senang. "Di bawah tangga ada perangkat golf-jam," katanya. "Kami bisa memasangnya di lapangan rumput lalu kita bermain. Bagaimana, Stodders?" "Good-oh! Oke!" kata Stoddart-West. "Sebetulnya ia bukan orang Australia," kata Alexander menerangkan dengan sopan. "Ia cuma sedang berlatih omong seperti orang Australia, kalau-kalau orang tuanya mengajaknya nonton Pertandingan Sepak Bola Internasional tahun depan." Karena Lucy setuju, mereka segera beranjak untuk mengambil perangkat golf-jam itu. Waktu ia kembali ke rumah, dilihatnya mereka sedang memasang perangkat golf itu di lapangan rumput sambil bertengkar tentang posisi nomor-no-mornya. "Jangan dibuat seperti jam," ujar Stoddart-West. "Itu kan permainan anak kecil. Kita buat memanjang saja. Ada yang jauh ada yang dekat. Sayang nomor-nomornya sudah berkarat begini. Hampir tak terbaca lagi." 82 "Dicat saja dengan cat putih," kata Lucy. "Besok kalian mungkin bisa mendapat cat dan mencat nomor-nomor itu." "Ide bagus." Wajah Alexander jadi cerah. "Kalau tak salah ada kaleng-kaleng cat lama di Gudang Panjang-peninggalan tukang cat yang terakhir. Ayo kita lihat?" "Gudang Panjang" Apa itu?" tanya Lucy. Alexander menunjuk ke sebuah gedung batu yang panjang agak jauh dari rumah, di dekat jalan belakang. "Gudang itu sudah tua sekali," katanya. "Kakek menamakannya Gudang Bocor dan katanya dari zaman Ratu Elizabeth. Ah, tapi itu cuma bualan saja. Aslinya gudang itu milik usaha pertanian yang dulu ada di sini. Tapi kakek buyut saya membongkar gedung pertanian itu dan membangun rumah jelek ini." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Ia melanjutkan, "Di sana ada banyak koleksi Kakek. Barang-barang yang dikirimnya dari luar negeri waktu masih muda dulu. Ada beberapa yang bentuknya mengerikan. Kadang-kadang Gudang Panjang dipakai untuk main kartu atau yang semacamnya. Pokoknya kegiatan Perkumpulan Wanita. Juga Pasar Murah. Yuk lihat ke sana?" Dengan senang hati Lucy menemani mereka ke sana. Pintu gudang itu tertutup. Terbuat dari kayu ek yang kokoh dan berpaku-paku. Tangan Alexander meraih kunci yang tergantung di paku, di sebelah kanan bagian atas pintu 83 itu, di bawah tanaman merambat. Ia memutar kunci, mendorong pintu, dan mereka masuk. Pada pandangan pertama, Lucy merasa seperti berada di museum yang sungguhsungguh jelek. Patung kepala dua kaisar Romawi dari pualam melotot memandanginya, ada sarkopagus-peti mati kuno dari batu-yang amat besar dari zaman keruntuhan Yunani-Romawi, Venus yang tersenyum tolol berdiri sambil memegangi draperi gaunnya. "Di samping karyakarya seni itu, ada pula sepasang meja berkuda-kuda, tumpukan kursi-kursi, dan berbagai macam puing, seperti alat pemangkas rumput kuno yang sudah berkarat, dua ember, sepasang jok mobil yang sudah termakan rayap dan sebuah kursi kebun dari besi berwarna hijau yang sudah kehilangan satu kaki. "Rasanya aku pernah lihat cat di sana," kata Alexander lirih. Ia berjalan ke sudut dan membuka tirai compang-camping yang menutupi sesuatu. Mereka menemukan dua kaleng cat dan kuas. Tapi kuasnya sudah kering dan kaku. "Kalian butuh terpentin," kata Lucy. Tapi mereka tak menemukan terpentin. Anak-anak itu mengusulkan akan bersepeda ke kota untuk membelinya dan Lucy mendukung gagasan itu. Mencat nomor-nomor itu akan membuat mereka asyik untuk beberapa lama, pikir Lucy. Anak-anak pergi, Lucy tinggal sendiri di gudang. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Tempat ini bisa dimanfaatkan kalau dibersihkan," ia tadi menggumam. 84 "Kalau saya sih tak mau," Alexander menasihati. "Tempat ini memang dibersihkan kalau akan dipakai. Tapi tahun ini praktis tidak akan dipakai untuk apa-apa." "Kuncinya mesti saya gantungkan lagi di luar" Apa memang begitu biasanya?" "Ya. Tak ada yang bisa dicuri di sini. Tak ada orang yang ingin patung pualam jelek itu, apalagi beratnya-minta ampun." Lucy setuju. Ia betul-betul tak dapat mengagumi selera seni Tuan Crackenthorpe. Rupa-rupanya i punya naluri yang jitu sekali untuk mengumpulkan benda-benda paling jelek dari zaman yang mana saja. Setelah anak-anak pergi, ia memandang berkeliling. Pandangannya berhenti di sarkopagus itu-dan tak berpindah dari situ. Sarkopagus itu... Hawa di dalam gudang terasa pengap, seperti lama tak berjumpa dengan udara segar. Ia mendekati sarkopagus itu. Tutupnya rapat sekali dan berat. Ia memandang sambil menimbang-nimbang. Kemudian ia tinggalkan gudang, pergi ke dapur. Di sana ia temukan sebuah linggis yang berat, lalu kembali ke gudang. Kereta 450 Dari Paddington 4.50 From Paddington Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Bukan pekerjaan yang mudah, tapi Lucy tidak cepat menyerah. Pelan-pelan tutupnya mulai terangkat, karena dicungkil dengan linggis. 85 Linggis itu berhasil mengungkit tutupnya, cukup bagi Lucy untuk melihat apa isinya-Bab 6 I Beberapa menit kemudian, dengan wajah pu at, Lucy meninggalkan gudang, mengunci pintunya, dan menggantungkan kunci itu kembali di paku. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Cepat-cepat ia ke kandang kuda, mengeluarkan mobil, lalu mengendarainya lewat jalan belakang. Di kantor pos di ujung jalan, ia berhenti. Ia melangkah ke bilik telepon umum, memasukkan uang, dan memutar nomor. "Saya ingin bicara dengan Miss Marple." "Ia sedang istirahat. Ini Nona Eyelesbarrow, kan?" "Ya." "Saya tidak akan mengganggunya, titik. Ia sudah tua dan butuh istirahat." "Anda harus mengganggunya. Ini penting sekali." "Saya tid-" "Tolong kerjakan apa yang saya bilang sekarang juga." Jika mau, suara Lucy dapat terdengar setegas baja. Dan Florence mengenali kewibawaan jika ia mendengarnya. 87 Tak lama kemudian terdengar suara Miss Marple. "Ya, Lucy?" Lucy menarik napas dalam-dalam. "Anda benar sekali," katanya. "Sudah saya temukan." "Mayat wanita?" "Ya. Wanita bermantel bulu. Ada di sarkopagus di dalam semacam gudang yang mirip museum di dekat rumah. Sekarang apa yang mesti saya kerjakan" Saya kira saya mestinya lapor ke polisi." "Ya. Anda harus melapor ke polisi. Segera." "Tapi bagaimana tentang selanjutnya" Tentang Anda" Yang pertama ingin mereka ketahui tentu kenapa saya mengintip ke balik tutup yang beratnya minta ampun itu tanpa alasan yang jelas. Anda ingin saya mengarang-ngarang alasan" Saya dapat." "Tidak. Saya kira," kata Miss Marple- suaranya lembut tapi serius-. "Satu-satunya yang harus Anda lakukan adalah menceritakan yang sebenarnya." "Tentang Anda?" "Tentang segalanya." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Mendadak saja wajah Lucy yang pucat jadi cerah. "Oh, itu mudah sekali buat saya," katanya. "Tapi tentunya mereka sulit percaya!" Telepon ditutupnya, menunggu beberapa saat, lalu menelepon kantor polisi. 88 "Saya baru saja menemukan mayat di dalam sarkopagus di Gudang Panjang di Rutherford Hall." "Apa?" Lucy mengulang pernyataannya dan karena sudah menduga pertanyaan selanjutnya, ia memberikan namanya. Ia pulang, memarkir mobil, dan masuk ke rumah. Di lorong rumah, ia berhenti sebentar sambil berpikir. Lalu ia mengangguk keras dan pergi ke perpustakaan. Di sana Nona Crackenthorpe sedang duduk membantu ayahnya mengerjakan teka-teki silang di koran The Times. "Dapat saya bicara sebentar dengan Anda, Nona Crackenthorpe?" Emma mendongak. Sekilas tampak kekhawatiran di wajahnya. Menurut Lucy, kekhawatiran itu murni menyangkut rumah tangga saja. Biasanya kata-kata seperti itu merupakan pembukaan sebelum seorang staf rumah tangga yang baik kerjanya minta pamit keluar dari pekerjaan. "Yah, bicara saja, Nona, bicara," kata Tuan Crackenthorpe jengkel. Lucy berkata kepada Emma, "Saya ingin bicara dengan Anda sendirian." "Omong kosong," kata Tuan Crackenthorpe. "Katakan saja langsung di sini apa yang ingin kaukatakan." 89 "Sebentar, Ayah." Emma bangun dan mendekati pintu. "Omong kosong semua ini. Kan bisa nanti," kata orang tua itu marah. "Saya khawatir ini harus sekarang juga," kata Lucy. Kata Tuan Crackenthorpe, "Kurang ajar!" Emma keJuar ke lorong, Lucy mengikutinya dan menutup pintu di belakang mereka. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Ya?" kata Emma. "Ada apa" Kalau Anda merasa terlalu banyak pekerjaan karena ada anak-anak itu, saya bisa membantu dan-" "Sama sekali bukan itu," kata Lucy. "Saya tidak ingin mengatakannya di depan ayah Anda karena ia kan sudah sakit-sakitan dan saya takut ini akan membuat ia shock. Soalnya, saya baru saja menemukan mayat seorang wanita korban pembunuhan di dalam sarkopagus besar di Gudang Panjang." Emma Crackenthorpe memandanginya terpana. "Di dalam sarkopagus" Wanita korban pembunuhan" Tak mungkin!" "Saya khawatir ini memang betul. Saya sudah menelepon polisi. Tak lama lagi mereka pasti datang." Sekilas pipi Emma jadi merah. "Mestinya Anda memberi tahu saya dulu- sebelum memberi tahu polisi." "Maaf," kata Lucy. "Saya tak dengar Anda menelepon-" Emma melirik ke meja telepon di lorong. 90 "Saya menelepon dari kantor pos di ujung jalan." "Kok aneh. Kenapa tidak dari sini?" Lucy berpikir cepat. "Saya takut anak-anak mungkin ada di sekitar sini-sehingga mendengar-kalau saya menelepon dari sini." "Oh, begitu... ya... begitu.... Mereka sebentar lagi datang-polisi, maksud saya?" "Sudah datang sekarang," kata Lucy, karena saat itu juga terdengar derit rem dan mobil berhenti di pintu depan dan dentangan bel terdengar di seluruh rumah. II "Saya menyesal, amat menyesal-karena harus minta Anda melakukan itu," kata Inspektur Bacon. Dibimbingnya Emma Crackenthorpe keluar dari guaang. Wajah Emma pucat sekali dan kelihatan sakit, tapi jalannya tetap tegak. "Saya yakin sekali, belum pernah melihat wanita itu seumur hidup saya." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Terima kasih, Nona Crackenthorpe. Itu saja yang ingin saya ketahui. Mungkin Anda ingin berbaring?" "Saya harus ke ayah saya. Tadi saya langsung menelepon Dokter Quimper begitu mendengar tentang ini dan sekarang dokter sedang bersama ayah saya." 91 Ketika mereka melintasi lorong, Dokter Quimper keluar dari perpustakaan. Ia tinggi, ramah, bicaranya santai, dan sikapnya sinis, sikap yang justru membuat pasien-pasiennya bergairah. Ia dan Inspektur Bacon saling mengangguk. "Nona Crackenthorpe baru melaksanakan tugas yang tidak menyenangkan dengan tabah sekali," kata Bacon. "Bagus, Emma," kata dokter itu sambil menepuk bahu Emma. "Kau memang tabah. Aku sudah tahu itu dari dulu. Ayahmu baik-baik saja. Masuklah dan omong-omong sebentar. Lalu pergi ke ruang makan dan minum segelas brandy. Ini resep, lho." Emma tersenyum penuh terima kasih dan masuk ke perpustakaan. "Wanita ini garam dunia," kata dokter itu sambil menatap ke arah perginya Emma. "Sungguh sayang ia tidak menikah. Konsekuensi jadi satu-satunya wanita di dalam keluarga yang pria melulu. Saudara perempuannya sudah tak ada, kawin waktu baru tujuh belas, kalau tak salah. Emma sebetulnya cakep juga. Sebagai istri dan ibu ia pasti sukses." "Terlalu menurut pada ayahnya, saya kira," kata Inspektur Bacon. "Sebetulnya ia tak sepenurut itu-tapi ia punya naluri yang kadang-kadang dimiliki wanita tertentu, naluri untuk bikin senang ayah dan saudara-saudara laki-lakinya. Ia lihat ayahnya senang 92 sakit-sakitan, maka ia biarkan ayahnya merasa sakit-sakitan. Sama juga dengan saudara-saudara laki-Iakinya. Cedric merasa ia pelukis ulung, siapa ya-Haroldtahu bagaimana Emma begitu tergantung pada pertimbangannya yang bijak-ia biarkan Alfred membuatnya kaget dengan cerita-ceritanya mengenai tipu muslihatnya dalam dunia bisnis. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Oh, ia wanita pintar-sama sekali tidak bodoh. Nah, Anda ingin saya melakukan sesuatu" Ingin supaya saya menjenguk mayat yang baru diurus Johnstone" (Johnstone adalah ahli bedah polisi) "dan melihat kalau-kalau wanita itu korban kesalahan diagnosa saya?" "Ya, saya memang ingin Anda melihatnya, Dokter. Kami ingin menentukan identitasnya. Barangkali tak mungkin saya minta Tuan Crackenthorpe melakukannya, ya" Terlalu tegang untuknya?" "Tegang" Omong kosong. Ia tak bakal mengampuni Anda atau saya jika kita tak memberinya kesempatan melihat. Ia begitu bersemangat. Hal yang paling mendebarkan dalam hidupnya selama lima belas tahun atau lebih-lagi pula ia kan tak usah membayar sepeser pun!" "Kalau begitu, sebetulnya ia tak benar-benar sakit?" "Ia sudah tujuh puluh dua," kata Dokter. "Hanya itu masalahnya, sebenarnya. Kadang-kadang ia disengat rematik-tapi siapa sih yang tidak" Nah, ia menyebutnya artritis. Sehabis 93 makan jantungnya suka berdebar-debar-ia menyebutnya 'jantung'. Padahal ia masih dapat mengerjakan apa saja yang ia mau! Saya punya banyak pasien yang demikian. Yang sungguh-sungguh sakit biasanya malah ngotot bahwa mereka benar-benar sehat. Ayo, mari kita lihat mayat Anda itu. Mestinya sudah kurang menyenangkan, ya?" "Menurut perkiraan Johnstone, sudah mati antara dua sampai tiga minggu yang lalu." "Kalau begitu sudah tidak menyenangkan sama sekali." Dokter berdiri di sisi sarkopagus itu. Dengan penuh minat ia menatap ke bawahsama sekali tak terpengaruh oleh apa yang disebutnya 'tidak menyenangkan'. "Belum pernah lihat. Bukan pasien saya. Rasanya tak pernah melihatnya di Brackhampton. Tentunya dulu ia cantik sekali-hm-seseorang telah menamatkan riwayatnya." Mereka keluar lagi, ke udara terbuka. Dokter Quimper memandang ke atas, ke bangunan gudang itu. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Ditemukan di-mereka sebut apa bangunan ini"-Gudang Panjang-di dalam sarkopagus! Fantastis! Siapa yang menemukan?" "Nona Lucy Eyelesbarrow." "Oo, pelayan yang baru itu" Memangnya, sedang apa ia di situ, mengintip-ngintip ke dalam sarkopagus?" 94 "Itu," sahut Inspektur Bacon serius, "persis yang ingin saya tanyakan kepadanya. Nah, sekarang tentang Tuan Crackenthorpe. Maukah Anda?" "Akan saya jemput." Terbungkus dalam syal, Tuan Crackenthorpe datang dalam langkah pendek-pendek. Dokter mendampinginya. "Memalukan," katanya. "Sungguh memalukan! Kubeli sarkopagus itu di Florence tahun-coba kuingat-ingat-tentunya 1908-atau 1909, ya?" "Tabahlah sekarang," Dokter memperingatkan. "Tidak akan menyenangkan lho." "Bagaimanapun sakitnya aku, aku kan harus memenuhi kewajibanku?" Kunjungan ke dalam Gudang Panjang singkat saja, namun ternyata sudah lebih dari cukup. Tuan Crackenthorpe terseok-seok keluar dengan kecepatan yang luar biasa. Telapak Kematian 1 Pusaka Negeri Tayli Karya Can Id Pangeran Bunga Bangkai 1