Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana Bagian 2
memaksakan ketertarikanmu padaku !?" tanya Yo-hun
langsung dengan sikap tenang."
"hik..hik"luar biasa sekali kamu Hun-ko."
"sudahlah nona, kamu ini nampak saya sudah
berumur, dan saya juga demikian, sangat kekanakkanakan sikapmu ini." tegur Yo-hun
"bukankah cinta tidak mengenal batasan Hun-ko, aku
memang sudah berumur namun sampai hari ini aku
belum menikah." "dan aku sudah menikah, bahkan sudah punya anak,
jadi kamu ini salah, karena akan menggangu
kenyamanan keluargaku."
"Hun-ko beberapa tahun yang silam aku bertemu
dengan Im-yang-sin-taihap, dan dikatakannya bahwa
cintaku hanya sebatas birahi, selama ini aku berpikir
apakah demikian, dan kemungkinan besar apa yang
dikatakannya itu benar, namun aku sekarang
melihatmu, dan aku hanya ingin perhatian sedikit
darimu disamping istrimu, bukankah itu tidak sematamata karena birahi ?"
"In-hong, untuk apa kamu mencari perhatian sedikit
dari seorang lelaki, jika kamu bisa mendapatkan
perhatian penuh, kamu ini cantik walaupun kamu
sudah berumur, namun saya yakin banyak lelaki yang
masih sendiri akan suka padamu.
"tapi tidak ada yang seperti kalian dari golongan
taihap, aku hanya ingin mencari pasangan yang
mendapat predikat taihap."
"kenapa harus taihap, nona Khu ?"
"karena taihap akan dapat mengayomi diriku yang
terlunta-lunta, sejak Im-yang-sin-taihap menilaiku, aku
jadi merasa berkecil hati, dan ingin menunjukkan
bahwa cintaku juga memiliki prinsip yang suci, dan itu
dapat ku wujudkan dalam bayangan dirimu taihap,"
"tidak demikian harusnya nona Khu, penilaian dari Imyang-sin-taihap padamu, memang benar dan kamu
juga mengakuinya, dan berakibat baik bahwa hatimu
terpicu untuk lebih baik, namun nona Khu, kalau benar
prinsip cintamu suci, janganlah dilandasi rasa kecil
hati, karena itu tidak akan bertahan."
"jadi harusnya bagaiamana taihap ?"
"sebagai pemicu, kecil hati boleh-boleh saja, tapi
seharusnya lama kelamaan prinsip cinta dilandasai
kesadaran bahwa memang demikianlah kebenaran
dari prinsip cinta, yakni tidak semata-mata birahi, dan
hal ini dapat kita ukur."
"bagaimana mengukurnya taihap ?"
"cinta yang berlandaskan karena terpicu dari rasa
kecil hati, sehingga ingin menunjukkan bahwa anda
tidak sebagaimana yang dinilai, jika cintamu saya
tolak, maka cintamu itu akan menjadi bumerang
bagimu untuk bertindak tidak baik karena kecewa,
tapi jika karena kesadaran, apapun jawaban saya
maka kamu aku tetap merasa lega, dan tetap
memegang prinsip kebenaran dan kesucian cintamu."
"bagimana jika aku menolak cintamu, akankah timbul
kekecewaan ?" tanya Yo-hun dengan nada iba,
sejenak Khu-hong-in terdiam dan menunduk, terasa
hatinya teriris sakit, kemudian Hong-in menatap
wajah Yo-hun, tatapan itu berkilat, tiba-tiba Yo-hun
berkata "nona Khu, maukah kamu mendengar saranku ?"
mendengar itu mata yang berkilat itu meredup
"katakankanlah apa saramnu itu ?"
"saya melihat bahwa kamu sangat mencintai Imyang-sin-taihap." "bagimana kamu berkata demikian walhal Im-yangsin-taihap menilai lain."
"mungkin saat ia mengatakan hal itu memang benar,
namun saat ini aku melihat sebaliknya."
"maksudmu apa taihap ?"
"apa yang kamu ingin tunjukkan sebenarnya bukan
pada siapa-siapa melainkan kepada Im-yang-taihap
sendiri, jika engkau sabar dan kuat maka kamu akan
mendapatkan lahanan cinta sucimu pada diri Im-yangsin-taihap." "apakah menurutmu hal itu bisa terjadi taihap ?"
"sangat bisa jadi nona Khu."
"kenapa dan bagaimana hal itu bisa terjadi taihap ?"
"nona Khu, she-taihap sangat unik memahami cinta,
salah satunya adalah prinsip berbagi cinta selama ia
pada prinsip benar dan seimbang, apa yang kamu
tawarkan pada saya dengan istilah mengambil sedikit
tempat di samping istri saya, satu hal sering terjadi
pada turunan Kim-khong-taihap, jadi tawaranmu itu
akan mendapat peluang yang besar dihadapan shetaihap, hanya kamu butuh kesabaran sehingga
bertemu dengan Im-yang-sin-taihap, dan tanpa kamu
katakan pun itu pada she-taihap, dia akan melihat
dan mengetahuinya." "sepertinya taihap sangat mengenal she-taihap."
"bagaimana tidak nona Khu, kita ini hidup dengan
bayang-bayang kim-khong-taihap dan turunannya,
keunikannya, kebijaksanaannya, kepiawaiannya dan
kebaikannya." "saranmu sangat mengena dalam hati saya taihap."
"syukurlah kalau demikian nona khu, jadi bersabarlah
dan carilah Im-yang-sin-taihap, pada pertemuan kalian
yang kedua, saya yakin kamu akan melihat
kebenaran yang aku katakan."
"baiklah taihap, dan terimakasih." ujar Khu-hong-in
dan segera berlalu dari hadapan Yo-hun, Yo-hun
tersenyum sambil melanjutkan perjalanannya menuju
kediaman she-Lu. Setelah urusannya dengan she-Lu selesai, dengan
buru-buru Yo-hun kembali ke rumahnya karena
malam sudah tiba, sesampai di rumah, istrinya
menyambut dengan mesra "maaf Kim-moi saya sedikit terlambat." ujar Yo-hun
"tidak apa Hun-ko, malam pun baru saja tiba, jadi
sekarang marilah kita makan" sahut Lui-kim, Yo-hun
duduk dan makanan pun di hidangkan istrinya,
kemudian keduanya pun bersantap malam.
Ketika keduanya diatas peraduan, sebelum tidur
biasanya ada saja hal yang mereka bicarakan sambil
bermesraan "Kim-moi tahukah kenapa saya terlambat ?"
"tidak Hun-ko, memangnya kenapa Hun-ko
terlambat." "ditengah jalan saya berpapasan dengan wanita yang
mendatangi toko kita tadi siang."
"hmh..dia lagi, sungguh tidak mempunyai rasa malu."
cela Lui-kim "nanti dulu Kim-moi, kita tidak seharusnya mencela
demikian, tapi malah harus iba padanya." ujar Yo-hun,
Lui-kim menatap dalam pada suaminya.
"bagaimana maksudya Hun-ko ?"
"perempuan itu adalah Khu-hong-in, murid dari "Imkan-kok-sianli-sam" dia itu tertaut hati dengan Imyang-sin-taihap, namun sepertinya cintanya tertolak."
"lalu bagaimana kita iba, terlebih dia adalah pentolan
hek-to, cinta di tolak memang menyakitkan, namun
untuk iba pada pentolah hek-to untuk masalah itu,
merupakan hal yang aneh." ujar Lui-kim tegas dengan
nada sedikit tidak senang, Yo-hun mendengar nada
suara istrinya jadi tersenyum
"kim-moi, kalau ceritanya hanya sampai disitu,
mungkin benar apa yang kim-moi sampaikan."
"memangnya ada lagi yang lain ?" sela Lui-kim
"ada , dan itulah yang menyebabkan kita iba
padanya." "apa itu Hun-ko ?" tanya Lui-kim penasaran
"Hong-in itu tertolak karena Im-yang-sin-taihap
menilai cintanya hanya sekedar birahi, oleh karena itu
ia berkecil hati dan terpicu untuk menunjukkan
bahwa cintanya bukan sebagaimana telah dinilai, dia
terpaut dengan saya, dan rasa suka itu tidak ada
keinginan mutlak untuk memiliki saya, bahkan dia
hanya meminta sedikit perhatian dari saya disamping
kamu." "enak saja dia, dengan meminta seperti itu, itu artinya
dia mau merusak keluarga kita." sela Lui-kim lantang
dengan nada tidak senang "mungkin saja, tapi itukan jika aku menerimanya."
sahut Yo-hun, Lui-kim terdiam dan menatap dalam
kemata suaminya, Yo-hun dengan senyum mesra
mengecup mata istrinya dan berkata
"aku tidak menerimanya Kim-moi, dan ketika
keberikan padanya saran, pada saat itulah aku iba
padanya." "apa yang Hun-ko sarankan padanya ?"
"aku menyarankan supaya dia bersabar dan berusaha
menemukan Im-yang-sin-taihap."
"kenapa Hun-ko menyarankan seperti itu ?"
"karena perlakuaanya kepada kita hanya supaya Imyang-sin-taihap tahu bahwa ia tidak seperti yang
dinilai, saya melihat betapa seorang dedengkot hekto, dapat berubah halaun karena kepincut cinta, dan
penolakan yang diterimanya mengakibatkan motivasi
baik dalam memahami cintanya kepada Im-yang-sintaihap." "apakah dia menerima saran dari Hun-ko ?"
"ya, dia sangat menerima saranku, dan binary
semangat hidup yang tadi redup karena penolakanku
sekana dapat pegangan dan bersinar lagi."
"bagaimana bisa begitu Hun-ko ?"
"karena aku meyakinkan dirinya bahwa peluang
cintanya sangat besar jika dihadapkan kepada Imyang-sin-taihap." Maksudnya bagaimana Hun-ko ?"
"cinta she-taihap kim-moi adalah type yang unik dan
luar biasa, para istri-istri mereka sangat merasa lega
jika ada wanita lain yang mengambil tempat disisi
mereka, jika sudah demikian, bukankah Hong-in
memiliki peluang yang besar kalau hanya untuk
meminta tempat dihati Im-yang-sin-taihap." jawab Yohun, Lui-kim manggut-manggut.
Keesokan harinya Yo-hun kebali pada aktiviatsnya,
hari itu para pembeli tidaklah seberapa, dan ketika
hendak makan siang, seorang lelaki tua mendekati
took, Yo-hun mencoba mengingat-ingat, karena wajah
itu rasanya pernah dijumpai, setelah ingat senyumnya
pun mengembang "cianpwe Ui-hai-sian !" seru Yo-hun, lelaki tua yang
mendekati tokoh menatap terkejut
"eh"siapa yah ! eh"kamu , bukankah kamu Ui-hailiong-siang !?" "benar cianpwe, salam bertemu cianpwe dan marilah
masuk sebentar !" ajak Yo-hun, Ui-hai-sian memenuhi
ajakan itu dan diapun masuk. Didalam rumah, Lui-kim
menyambutnya dengan ramah
"wah kiranya cianpwe Ui-hai-sian yang berkunjung."
"hehehe" Lui-kim sebenarnya tidak berkunjung, tapi
hanya mau membeli bumbu untuk bekal perjalanan,
dan tidak dinyana bahwa pemilik took ini kalian."
"ya..ya.., lalu bagaimana kabar cianpwe selama ini ?"
tanya Lui-kim "kabarku baik-baik saja, dan bagaimana dengan
kalian ?" "kami juga baik-baik cianpwe, oh ya kebagian mana
lagi cianpwe akan berpetualang ?"
"saya berencana akan keselatan setelah selama ini
berada di utara." "apakah ada yang menarik hati cianpwe diselatan ?"
sela Yo-hun "tidak ada, saya hanya ingin melihat perkembangan
tionggoan setelah Pah-sim-sai-jin menghilang."
Apakah cianpwe terus mengikuti perkembangan
usaha Im-yang-sin-taihap selama ini ?"
"bisa dikatakan seperti itulah Yo-hun, ternyata Imyang-sin-taihap tidak dapat juga menewaskan Pahsim-sai-jin." Jawab Tio-can dengan nada sedikit
sumbang, kedua suami istri itu saling pandang.
"tapi menurut saya cianpwe, apa yang telah
dikerjakan oleh Im-yang-sin-taihap sudah merupakan
hal yang luar biasa."
"itu karena kamu sudah terlanjur terpengaruh akan
kehebatan she-taihap, Yo-hun."
"bukan demikian cianpwe, saya hanya
membandingkan dengan diri saya, karena Pah-simsai-jin seorang manusia ganjil yang memiliki ilmu
yang hebat, dan saya tidak yakin akan dapat
mengalahkannya." "sudahlah urusan tentang Im-yang-sin-taihap itu,
apakah cianpwe tidak ada rencana menetap di suatu
tempat ?" sela Lui-kim
"belum terpikirkan oleh saya, namun entahlah jika
saya sudah sampai diselatan." jawab Ui-hai-sian
"kalian ternyata sudah menetap disini dan anak kalian
sudah tumbuh besar, siapakah namanya Yo-hun ?"
ujar Tio-can sambil menatap Yoseng yang bermain
dipangkuan ibunya. "namanya Yo-seng cianpwe." jawab Yo-hun
"aku suka dengan anakmu ini Yo-hun, jika ada
kesempatan aku ingin mewariskan satu dua ilmu
padanya." "terimaksih cianpwe, akan aku ingat hal itu, jika
saatnya tepat tentu akan kuanjurkan pada Seng-ji."
sahut Yo-hun
Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"baiklah Yo-hun, aku pemit dulu, dan tolong
bungkuskan untukku rempah-rempah untuk bumbu
bekal perjalananku."
"baiklah loncinpawe." sahut Yo-hun dan segera berdiri
dan membungkus rempah-rempah.
"ini cianpwe dan tolong jangan ditolak karena berupa
pemberian." ujar Yo-hun
"terimakasih kalau begitu Yo-hun selamat tinggal."
sahut Tio-can, kemudia Ui-hai sian meninggalkan
suami istri tersebut. "dia masih seperti dulu, tidak suka pada Im-yang-sintaihap, walaupun kenyataan Im-yang-sin-taihap
berhasil membuat Pah-sim-sai-jin melarikan diri." ujar
Yo-hun "itu haknya memiliki pendapat lain Hun-ko." sahut Luikim "memang benar Kim-moi." ujar Yo-hun, dan kemudian
mereka masuk kedalam. Ui-hai-sian melakukan perjalanan cepat, sehingga
sebulan kemudian dia sudah disebuah bukit disebelah
utara timur kota Kunming, segerombolan penjahat
mencegatnya "tinggalkan barang bawaan kalau masih sayang
nyawa !" bentak pimpinan rampok
"kalian tidak mengenal orang sehingga sesumbar
demikian rupa." sahut Ui-hai-sin
"sialan, malah menantang, ayok ringkus kakek tidak
tahu diri ini !" teriak pimpinan rombongan
Lima dari anak buahnya maju kedepan dan
mengamangkan senjata kearah Ui-hai-sian, namun
alangkah kaget mereka, karena sebelum bergerak
pedang mereka sudah berpindah tanngan, Ui-hai-sian
sudah terlebih dahulu mempreteli senjata mereka,
nyali kelima orang itu ciut dan undur dua langkah.
Pimpinan rampok juga terkesima, namun dengan
nekat dia melompat sambil berteriak, "habisi laki-laki
tua ini !" sepuluh orang serempak maju dan
menyerang UI-hai-sian, pimpinan rampok dengan
gesit melancarkan serangan, Ui-hai-sian berkelit
dengan tidak kalah cepatnya, tubuhnya yang ringan
bergerak diantara para pengeroyok, kibasan
tangannya melencengkan semua senjata lawan,
bahkan ada yang kembali memakan tuannya sendiri,
sehingga beberapa orang berteriak histeris kesakitan
karena terluka senjata sendiri.
Ui-hai-sian mencecar pimpinan rampok, pimpinan
rampok jadi kalang kabut mengelak
mempartahankan diri, namun serangan Ui-hai-sian
sangat cepat dan dahsyat, sehingga dalam lima
gebrakan berikutnya senjata pimpinan rampok
terlepas dan sekali ayun pedang itu meluncur
menembus jantung sang pimpinan, pimpinan itu
menjerit dan tubuhnya ambruk lalu tewas seketika
"anak buahnya yang hanya tersisa tujuh orang
langsung ambil langkah seribu menyelamatkan diri,
sementara yang lainnya sudah tewas, hanya dua
orang yang masih hidup dengan luka parah, Ui-haisian tanpa menggubris yang luka, meninggalkan bukit
dan menuju gerbang kota Kunming.
Didalam sebuah likoan Ui-hai-sian istirahat dan
memesan makanan, dan diantara tamu itu ada
seorang wanita cantik yang sangat dikenal Ui-hai-sian,
dia adalah Kao-in-hong, Kao-in-hong yang melihat Uihai-sian juga bersikap mendiamkan, bahkan setelah
selesai makan Kao-in-hong keluar dari likoan tanpa
menoleh Ui-hai-sian. Ui-hai-sian penasaran dan ingin menantang
perempuan yang pernah berduel dengannya, saat itu
dia terpaksa lari karena dia dikeroyok tiga, Ui-hai sian
cepat menyelesaikan makannya, dan segera
mengikuti Kao-In-hong, Kao-in-hong menururuni
sebuah lembah dengan buntalannya yang lumayan
besar. Saat menjelang sore Kao-in-hong sampai disebuah
pondok dilembah yang cukup sejuk dan indah, Ui-haisian berdiri disamping sebuah pohon yang besar dan
rimbun sambil memperhatikan ke arah pondok, ketika
malam sudah tiba, Ui-hai-sian mengendap-endap
mendekati pondok kao-in-hong, dengan gerakan halus
dan ringan Ui-hai-sian mengintai dari atap pondok
Kao-in-hong sedang berpakaian setelah mandi,
pemandangan erotis bagi sepasang mata tua itu, Uihai-sian mengupat dalam hati sehingga ia membuat
gerakan yang mencurigakan, Kao-in-hong terkesiap
dan dengan cepat memakai bajunya dan bergerak
keluar "penguntit busuk keluar kamu !" bentak Kao-in-hong
sambil melompat ke atas atap, Ui-hai-sian tidak
sempat melarikan diri, dengan muka merah ia turun
dan diikuti oleh Kao-in-hong
"heh ternyata kamu Ui-hai-sian, apakah kamu sudah
demikian latah hingga mengintip aku." bentak Kao-inhong "siapa yang mengintip, aku tidak bermaksud
mengintipmu." sahut Ui-hai-sian
"kalau tidak mengintip untuk apa kamu berada diatas
atap pondokku !?" "aku hanya ingin melihat apa yang kamu kerjakan."
"huh, sama saja, memangnya apa urusanmu
denganku !?" "heh nona, kita masih punya hutang piutang yang
harus diselesaikan."
"hmh"apa kamu ingin melanjutkan pertempuran
tempo dulu !?" "ya dan hari ini akan kuhajar kamu habis-habisan."
"sebenarnya aku tidak suka mengungkit masa lalu,
tapi kalau kamu memaksa aku akan siap
menghadapimu." tantang Kao-in-hong
"katakana saja kamu takut, alasan saja tidak mau
mengungkit masa lalu." cemooh Ui-hai-sian
"orang tua majulah jika memang urusan itu mau
anda tuntaskan." Tantang Kao-in-hong dengan
memasang kuda-kuda "baik"terimalah seranganku !" sahut Ui-hai-sian,
kemudia keduanyapun bertarung dengan gesit, Kaoin-hong mengerahkan seluruh kemampuan
menghadapi orang tua kosen ini, namun karena
ilmunya memang dibawah Ui-hai-sian, pada jurus
keseratus Kao-in-hong sudah terdesak dan tidak
mampu untuk membalas serangan, Kao-in-hong
mempertahankan diri dengan gigih.
Namaun lima puluh jurus kemudian sebuah tamparan
Ui-hai-sian menghantam pundaknya, remuk rasanya
tulang bahunya, namun dengan cekatan Kao-in-hong
meloncat menjauh dan berusaha untuk tidak jatuh,
serangan susulan Ui-hai-sian demikian dahsyat dan
"plak..buk?" sekali lagi bahunya kena tamper dan
sebuah pukulan menghantam perutnya, Kao-in-hong
tidak dapat bertahan dan akhirnya ia terduduk
menahan sakit yang nyeri pada bahunya dan rasa
mual pada perutnya. Wajahnya pucat dan nafasnya sesak, Kao-in-hong
menatap Ui-hai-sian pasrah, kemudian memjamkan
mata untuk menerima pukulan terakhir Ui-hai-sian
yang akan menewaskannya, namun sampai lama
pukulan itu tidak kunjung datang, Kao-in-hong
membuka matanya, dan melihat Ui-hai-sian duduk
ditangga rumahnya "kenapa kamu tidak lanjutkan menjatuhkan tangan
maut pada saya ?" "kenapa kamu demikian pasrah dan tenang ?" Ui-hai
sian balik bertanya "tidak ada yang kusesali dalam hidup ini, dan
kematian sesuatu yang jamak pada setiap
kehidupan." "aneh.., he nona, kamu itu adalah pentolan hek-to
murid dari Im-kan-kok-sian-li "sam tampuk pimpinan
Tung-kek-hek-te, seharusnya kamu tidak bersikap
seperti itu." "aku harus bersikap bagaimana orangtua !"
"harusnya kamu masih dengan kesombonganmu dan
berhelah untuk menyelamatkan diri."
"orangtua mungkin kalau aku Kao-in-hong yang dulu,
mungkin saja pandanganmu itu."
"heh..apa maksudmu nona, apa kamu sudah berubah
haluan, berubah menjadi orang baik-baik?"
"aku hanya berusaha untuk menjadi orang baik,
apakah itu tidak boleh !?"
"boleh saja nona, karena itu hakmu, namun
bagaimana bisa orang seculas kamu bisa seperti ini."
"hal itu rasanya tidak perlu kamu ketahui, dan aku
tidak mesti menceritakannya padamu."
"hehehe"hehehe" hebat..hebat"apakah ini akibat
kekalahan kalian dengan Im-yang-sin-taihap !?"
"orangtua sudah aku katakan, kamu tidak perlu tahu,
dan jangan mencampuri urusan pribadiku."
"luar biasa, heh nona jika kamu merasa sakit hati
karena kekalahan malam ini, kamu boleh menantang
saya lain kali." "pergilah orangtua, aku tidak ada lagi urusan
denganmu." "apakah kamu tidak sakit hati dengan kekalahanmu
ini ?" tanya Ui-hai-sian berusaha menyinggung harga
diri Kao-in-hong "orangtua mengikut perasaan tidak benar akan
mencelakakan diri sendiri."
"apa maksudmu dengan perasaan tidak benar ?"
"sakit hati dan dendam adalah perasaan tidak benar,
jadi untuk apa diturutkan ?"
"heh..hahaha..hehehe"prinsip seorang lihap sejati,
tidak kusangka aku melihat keanehan ini pada diri
seorang penjahat." "terserah apapun penilaianmu orang tua,
tinggalkanlah aku, kalau kau tidak akan menjatuhkan
tangan maut padaku."
"ck..ck"ck"hmh".baiklah nona selamat tinggal" ujar
Ui-hai-sian dan meninggalkan Kao-in-hong.
Kao-in-hong kembali masuk kedalam pondoknya
dengan rasa nyeri di pundaknya, Kao-in-hong
membaluri pundaknya dengan obat bubuk, hatinya
puas sambil membayangkan Im-yang-sin-taihap
"Bu-ko..alangkah nikmatnya kekalahan jika didasari
pikiran jernih, semoga prilakuku sesuai dengan
pandanganmu saying." bisik hatinya mesra, luar biasa
perubahan Kao-in-hong setelah bertemu dengan Imyang-sin-taihap, Kharisma she-taihap demikian
menancap dalam sehingga membuat dedengkot dunia
hitam ini takluk lahir batin, mereka memang tidak
mendapat perhatian dari Im-yang-sin-taihap kala
pertemuan pertama, namun bagi Kao-in-hong tidak
menjadi masalah, mengikuti prinsip hidup pujaan
hatinya sudah cukup baginya, hatinya sudah merasa
nyaman dapat bertahan dalam bayangan kharisma
sang pujaan hatinya. Kao-in-hong sejak berpisah dengan Im-yang-sin-taihap
sudah menyendiri di lembah yang indah itu, lembah
itu bernama "hwa-kok" (lembah bunga), dan sudah
hampir empat tahun ia berada dilembah itu, Kao-inhong hanya hidup dengan gambaran kharisma dan
kebaikan-kebaikan she-taihap, yang dalam hal ini
adalah figur Im-yang-sin-taihap.
Ui-hai-sian melanjutkan perjalanan, perubahan yang
terjadi pada Kao-in-hong menjadi bahan pikiran yang
melahirkan rasa penasaran dibenaknya, dua bulan
kemudian Ui-hai-sian sampai di kota Hanzhong, dia
memasuki sebuah likoan, dan ketika sedang makan,
seorang perempuan cantik berumur tiga puluh tahun
memasuki likoan, dan Ui-hai-sian tidak dapat tidak
harus memperhatikannya, karena perempuan ini juga
dikenal oleh Ui-hai-sian, perempuan itu adalah
saudara seperguruan dari Kao-in-hong, yang bernama
Lauw-bi-hong "pelayan, tolong nasi dan lauknya di bungkus."
"baik siocia, ada lagi lagi yang lain siocia !?"
"tidak, hanya itu saja, dan tolong cepat."
"baik?" sahut pelayan dan segera memutar badan,
Lauw-bi-hong duduk dekat meja pembayaran sambil
sesekali memperhatikan tamu-tamu yang makan, dan
tidak berapa lama nasi bungkus yang dipesanpun
datang, Lauw-bi-hong membayar makanan dan
kemudian melangkah keluar likoan.
Sewaktu melintas didepan Ui-hai-sian, keduanya
saling memandang "hahaha..hehehe" ternyata murid Im-kan-kok-sian-lisam." "apa kabar cianpwe." sahut Lauw-bi-hong, tersedak
Ui-hai-sian mendengar sapaan ramah itu, sehingga dia
terbatuk-batuk, segera Ui-hai-sian minum untuk
meredakan batuknya, Ui-hai-sian menatap Lauw-bihong dengan pandangan heran
"maaf cianpwe, aku dalam perjalanan, jadi tidak bisa
beramah tamah lebih jauh."
"tunggu dulu nona !" sela Ui-hai-sian makin bingung
"apa lagi cianpwe !?" tanya Lauw-bi-hong sambil
menoleh "aku tidak habis mengerti akan keanehan yang aku
lihat ini, jadi duduklah sebentar."
"aih..maaf cianpwe aku terpaksa mengecewakan
anda, benar aku sedang memburu waktu." sahut
Lauw-bi-hong, kemudian melangkah keluar likoan, Ui
Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hai-siang melonggo tak dapat berbuat apa-apa.
Ui-hai-sian segera membayar makanannya dan
segera menyusul Lauw-bi-hong
"nona tunggu dulu, aku mau bicara !"
"oh cianpwe, ada apakah !?"
"nona, kamu dan saya masih ada urusan yang belum
selesai." "urusan apakah itu cianpwe, rasanya kita tidak punya
urusan." "urusan kita adalah urusan ketika kalian mengeroyok
aku sehingga membuat aku malu."
"ooh, jika pertemuan dulu yang cianpwe maksud,
saya sungguh menyesal bahwa hal itu telah terjadi,
dan hari ini saya akan minta maaf pada cianpwe."
sahut Lauw-bi-hong, Ui-hai-sian makin merasa
penasaran, ada apa dengan orang-orang ini, pikirnya
"nona, kita adalah kalangan liok-lim, rasa penasaran
harus dituntaskan dan ganjalan hati harus
diselesaikan." "maksud cianpwe, apa dan bagaimana ?"
"nona, aku akan penasaran jika kita tidak
melanjutkan pertandingan dulu."
"cianpwe, rasanya apa yang terjadi dulu adalah
sesuatu yang jamak dan tidak perlu diperpanjang,
rasa ingin lebih unggul, kita sama-sama tahu bahwa
cianpwe lebih kuat dari saya."
"benarkah demikian " kalau iya coba buktikan !" ujar
Ui-hai-sian sambil menyerang dengan cepat, Lauw-bihong terpaksa mengerahkan gin-kangnya untuk
berkelit dari serangan gesit dan luar biasa itu.
Pertempuran seru terjadi di gang yang sunyi itu,
serangan Ui-hai-sian tidak dapat dia anggap remeh,
karena sekali lalai akan menghabisi nyawa, Lauw-bihong dengan sendirinya terpaksa mempertahan diri
sekuat tenaga dan kemampuan, selama seratus jurus
lebih kedaan masih seimbang, namun lama kelamaan
Lauw-bi-hong semakin terdesak, ketika sebuah roda
bergigi senjata Ui-hai-sian mencecar kakinya, Lauw-bihong melakukan poksai kebelakan, namun
serangkum tenaga sakti tidak dapat dihindarkan
Lauw-bi-hong, sehingga tubuhnya sempoyongan dan
jatuh terjengkang, posisi yang berbahaya ketika
senjata Ui-hai-sian bergasing meluncur ke-arahnya.
Lauw-bi-hong memjamkan matanya, karena senjata
itu akan perutnya, dan "trang"sebuah pedang meluncur dari arah samping
menghantam roda senjata Ui-hai-sian, pedang itu
patah, sementara roda itu ambruk ketanah sebelum
mencapai tubuh Lauw-bi-hong, Lauw-bi-hong
membuka matanya, dan seorang perempuan cantik
berumur dua puluh satu tahun berdiri disampingnya.
"hmh" siapakah kamu yang lancang ikut campur !?"
tanya Ui-hai-sian "orang tua aku adalah Cia-sian-li, dan aku tidak
mungkin membiarkan kekejaman berlaku didepan
mataku." jawab perempuan yang ternyata Cia-sian-li
Cia-sian-li adalah putri dari Cia-cungcu desa Kanghu,
setelah berpisah dengan Im-yang-sin-taihap, dia
menjalani kehidupan dibawah naungan cinta dan janji
Im-yang-sin-taihap, Cia-sian-li semakin pendiam, dan
gigih berlatih ilmu silat dari kedua orangtuanya yang
bekas putra-putri ciangbujin kunlunpai dan thaisan-pai.
Karena itu ilmu silatnya makin maju pesat, sehingga
orangtuanya sudah tidak mampu lagi mengatasinya,
hal itu sebenarnya membanggakan Cia-peng dan
Tang-siulan "sungguh kemajuan yang kamu raih sangat membuat
ayah bangga." ujar Cia-peng
"benar Li-ji, kegigihanmu membuat kami bangga
sekaligus heran." sela Tang-siulian
"aih..kenapa ibu heran ?" tanya Cia-sian-li
"karena sejak pertemuan dengan Im-yang-sin-taihap
kamu banyak diam dan giat melatih ilmu silat, apakah
ada hubungan dengan Im-yang-sin-taihap anakku ?"
tanya Tang-siulian, Cia-sian-li tertunduk
membayangkan wajah Im-yang-sin-tai-hap, sudah
dua tahun sejak mereka berpisah, mekar sedikit
kerinduan didadanya. "kenapa kamu diam Li-ji, kamu dengarkan
pertanyaan ibumu ?" sela Cia-peng
"aku dengar ayah, jujur aku akui, benar bahwa apa
yang berlaku padaku karena Im-yang-sin-taihap."
jawab Cia-sian-li, ibunya tersenyum maklum
"hmh"apakah ada hubungan yang tidak kami ketahui
nak ?" "ibu, aku sangat menyukai Im-yang-sin-taihap."
"pertemuan yang hanya sekali tidak menutup
kemungkinan apa yang kau rasakan, namun apakah
Im-yang-sin-taihap tahu akan hal ini " nak merajut
impian janganlah terlalu muluk."
"ibu, apa yang aku rasakan diketahui benar oleh Imyang-sin-taihap." "lalu apa tanggapan she-taihap ?" sela Cia-peng
"aku lega dengan jawabannya walaupun itu baru
sekedar janji ayah."
"maksudmu kamu dan she-taihap sudah mengikat
janji ?" "benar ayah, dan aku yakin she-taihap arif dengan
janjinya." "hal itu tidak dipungkiri Li-ji, bahwa she-taihap adalah
orang yang arif, lalu apa rencanamu selanjutnya ?"
sela ibunya "ibu, Bu-ko berjanji akan datang menemuiku setelah
urusan Pah-sim-sai-jin dapat di selesaikan, dan saya
akan menepati perintah Bu-ko menunggu disini."
jawab Cia-sian-li "hmh..jika demikian, lakukanlah yang terbaik
menurutmu Li-ji, saya dan ibumu akan ikut merasa
bahagia jika apa yang kamu impikan selama ini dapat
terwujud." "jadi ayah dan ibu akan merestui perasaanku kepada
she-taihap ?" "tentu anakku, pilihanmu luar biasa tepat, tidak ada
yang dapat mengingkari dan bahkan menjadi harapan
bagi siapapun jika ada celah dapat menghubungkan
diri dengan she-taihap." jawab Cia-peng.
Seminggu setelah percakapan itu, rombongan dari
kota Bao menemui Cia-peng, rombongan itu adalah
rombongan The-kungcu, Cia-peng dan perangkat desa
menyambut dengan hangat dan ramah
"sungguh mengejutkan kunjungan taijin kali ini,
adakah yang luar biasa penting untuk disampaikan
kepada kami taijin ?" tanya Cia-peng
"cia-cungcu, kunjungan ini tidaklah kunjungan
pemerintahan, akan tetapi kunjungan pribadi." Jawan
The-taijin, Cia-peng menatap The-taijin dan kemudian
enam orang perangkat desanya yang juga hadir.
"Jika demikian taijin, terimalah sambutan kami atas
nama seluruh warga desa, dan mari kita cicipi
hidangan ala kadarnya." ujar Cia-peng, kemudian
acara penyambutan the-kungcupun dilangsungkan,
dua tiga buah hiburan pun disuguhkan, bahkan
beberapa atraksi kegiatan pemuda desa, acara itu
demikian meriah. Setelah acara selesai, para warga pun meninggalkan
kediaman Cia-peng, begitu juga dengan para
perangkat desa, dan kesempatan itu hal yang pribadi
itupun diajukan oleh The-taijin
"Cia-cungcu, memang amat mengejutkan kedatangan
kami, tapi ini karena permintaan anak satu-satunya."
"ada apakah gerangan taijin ?"
"begini Cia-cungcu, anak kami The-sin-ma sudah
berumur dua puluh tiga tahun, dan sudah cukup umur
untuk berumah tangga, dan kami tahu bahwa Ciacungcu mempunya seorang putri yang cerdas dan
cantik, dan anak kami juga katanya sudah pernah
melihat dan hatinya terpikat, oleh karena itulah Ciacungcu kami datang hendak mengajukan lamaran."
ujar The-taijin, Cia-peng terdiam sejenak dan
kemudian menatap mata istrinya.
"Taijin yang mulia, sungguh niat itu amat baik, dan
kami sangat berterimakasih atas perhatian taijin dan
keluarga kepada kami, namun tai-jin putri kami sudah
mengikat janji dengan seseorang, dan kami pun
sudah merestuinya, sehingga niat baik taijin dan
keluarga terpaksa tidak dapat kami terima." ujar Ciapeng dengan nada tegas dan hati-hati, The-taijin
berubah air mukanya "Cia-cungcu, jawabanmu sungguh mengecewakan
kami, ketahuilah Cia-cungcu, anak kami tidak ada
kuranganya, dia seorang pemuda yang rupawan,
terpelajar dan juga punya masa depan yang
cemerlang." "kami tidak mengingkari hal itu taijin, namun
demikianlah jawaban kami, semoga taijin dapat
mengerti." sahut Cia-peng
"Cia-peng, apakah penolakanmu sudah kamu pikirkan
matang-matang !?" "apakah maksud taijin dengan bertanya seperti itu ?"
tanya Cia-peng membalikkan pertanyaan dengan
tegas "Cia-peng, penolakanmu ini akan berakibat tidak baik
pada keluargamu." ancam The-taijin
"taijin dalam setiap tindakan ada resiko, maka kami
siap menerima resiko tersebut." sahut Cia-peng
dengan lantang. "baiklah jika demikian Cia-peng, kami akan kembali
ke kota Bao hari ini juga." ujar The-taijin dengan
ketus, kemudian rombongan itu bergegas
meninggalkan desa Kanghu.
Dikediaman Cia-peng anak beranak itu berkumpul
"apakah yang akan dilakukan oleh kungcu itu Pengko ?" tanya istrinya
"entahlah Lian-moi, kita tunggu saja apa yang akan
terjadi." "memangnya hal apakah yang telah terjadi ayah ?"
sela Cia-sian-li "The-taijin mengajukan lamaran padamu anakku, dan
kami telah menolaknya, dan sepertinya The-taijin
hendak memaksakan keinginannya kepada kita."
sahut Cia-peng "alangkah tidak benarnya sikap tai-jin tersebut ayah."
"memang benar anakku, jadi karena ketidak tepatan
itu, kita harus berani menerima resiko buruk yang
akan terjadi." sahut Cia-peng.
Sebulan kemudian rombongan ciangkun dari Kota Bao
mendatangi kediaman Cia-Peng, para perangkat desa
ikut di kumpulkan "kepada Cia-cungcu dan segenap perangkat desa,
kami diutus oleh The-kungcu kota Bao untuk
menyampaikan bahwa untuk memperbaiki kinerja
para jajaran pemerintahan, maka telah diadakan
rotasi dan penggantian perangkat pemerintahan,
sebagian ada yang yang di rotasi dan ada yang
diganti, dan adapun cungcu desa Kang-hu oleh Thetaijin telah mengganti Cia-peng dengan Gu-liong,
selanjutnya kepada Cia-peng agar meninggalkan desa
Kang-hu karena tindakan tidak setia pada taijin."
Ciangkun yang membaca surat The-kungcu dengan
lantang "saya harap apa yang tertulis dalam surat The-taijin
supaya ditaati." "Ciangkun yang terhotmat soal pergantian jabatan
dikalangan pemerintahan hal yang sah-sah saja,
namun soal pengusiran Cia-sicu dari desa ini karena
tidak setia, kami merasa janggal dan aneh." sela
seorang sesepuh desa "hal ini telah diputuskan dan tidak dapat diganggu
gugat, terserah pada Cia-peng, apakah akan taat atau
mungkir." Sahut ciangkun dengan tegas.
"sicu sekalian, apa yang dituliskan dan diputuskan
tentu kita taat, walaupun kadang keputusan itu tidak
dapat kita pertanyakan, dan saya juga tidak akan
mempertanyakan apa dan bagaimana keputusan itu
dapat seperti itu." "tapi Cia-sicu, tuduhan tidak setia itu harus ada
pembuktian, dan kami yang selama ini bersama Ciasicu tidak pernah merasa bahwa Cia-sicu tergolong
pada tuduhan itu." "Lauw-lopek defenisi setia setiap manusia tidaklah
sama, bagi yang menggantungkan pemikiran pada
nafsunya maka makna kesetiaan dapat dibolak balik,
jadi mendebatnyapun tiada guna."
"kami hanya menjalankan perintah, dan mengawal
pelaksanaan keputusan yang terteta pada surat." sela
ciangkun "baiklah ciangkun, berapa harikah tempo yang
diberikan kepada kami ?"
"saya hanya bisa memberikan tempo selama tiga
hari." "hmh"jika demikian, kami akan berkemas, dan tolong
semua bubar dari depan rumah saya." sahut Cia-peng,
para peserta pertemuan tidak dapat membantah, lalu
merekapun bubar "apakah ketidak adilan ini akan didiamkan ayah ?"
tanya Cia-sian-li "Li-ji mengharapkan keadilan dari orang-orang yang
ditunggangi nafsu ingin menang sendiri tidak ada
gunanya." Jawab Cia-peng
"tapi ayah, jika kita tidak membantah maka tuduhan
Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu akan menjadi sebuah kebenaran."
"Li-ji untuk mendapatkan kebenaran dari orang yang
tidak memehami kebenaran, biarkan saja orang
dengan penilaiannya, orang berpikir akan dapat
merasakan kenyataan, dan kenyataan itu yang
menjadi pegangan kita."
"lalu apa selanjutnya rencana ayah, kemana kita
akan pindah ?" "Li-ji saya dan ibumu akan kembali ke kun-lun-san
dan berusaha untuk mendirikan kembali Kunlun-pai,
sementara kamu anakku jadilah seorang lihap yang
mengawal kebenaran disepenjang perjalanan kamu
di dunia luar." "apakah ayang akan melepas saya untuk
berkelana ?" "benar Li-ji dan matangnya sebuah ilmu, pengalaman
dan cara pandang jika sudah terjun kedunia ramai,
dan ayah ingin kamu bagian dari dinamika dunia
kangowu, hal itu perlu bagimu, karena jika Thian
berkenan bahwa kamu menjadi bagian dari shetaihap, tugas-tugas seperti itu adalah bagian hidup
para she-taihap." sahut Cia-peng, Cia-sian-li tertunduk
diam "apa yang dikatakan ayahmu benar sekali Li-ji, jadi
janganlah ragu dan bimbang, kita ini keleuarga rimba
persilatan, jadi tak obahnya kita hanya kembali ke
lingkungan kita." sela Tang-siulian.
Dua hari kemudian Cia-sian-li meninggalkan desa
Kanghu untuk memulai perantauan, dan keesokan
harinya Cia-peng dan istrinya berangkat menuju
Kunlun-san, Cia-sian-li mengadakan perjalanan ke
wilayah timur, perjalanannya dilakukan dengan
santai, dan waspada, disetiap kesempatan jika ia
mendengar tindakan sewenang-wenang dari
beberapa bukoan, piauwkiok dan rampok disepenjang
perjalanan, tanpa sungkan Cia-sian-li memberantas ke
zaliman dan melenyapkan tindasan pada orang-orang
lemah, dalam setahun perjalanannyanya dunia
kangowu mengenalnya dengan julukan Yan-ganlihap" (pendekar wanita bermata walet)
Demikianlah ketika Yan-gan-lihap sampai di kota
Hanzhong dan lewat gang dimana Lauw-bi-hong dan
Ui-hai-sian sedang berbantah masalah penuntasan
dendam, dan dia mendengar bahwa si wanita tidak
ingin melayani si kakek, namun si kakek terus
memaksa, sehingga terjadi pertempuran, Yan-gansianli menontot pertempuran itudan bergerak tangkas
dengan melempar pedangnya ketika Lauw-bi-hong
terancam senjata roda dari Ui-hai-sian
"hmh..artinya kamu seorang lihap, tahukah kamu
siapa yang kamu bantu itu ?"
"saya tidak tahu siapa cici itu, namun yang saya
dengar bahwa cici itu tidak ingin meladeni urusan
kalian yang tidak tuntas, dari hal itu saja, saya tahu
pihak mana yang memaksakan kehendak."
"dia itu adalah murid dari Im-kan-kok-sianli, dia ini
pentolah penjahat musuh para taihap dan lihap."
"cianpwe aku tidak bagimana jalan pemikiran
cianpwe dalam usaha memberantas kejahatan, saya
melihat cici itu berupaya tidak melayani kamuan
cianpwe urusan balas dendam, dari sikap cici itu aku
melihat peluang bahwa cici itu pada saat ini tidak
keukeuh dengan prinsip kejahatan, dan sebaliknya
saya malah melihat prinsip kejahatan itu cianpwe
yang menepati posisi tersebut, yakni memelihara
dendam." "nona aku tidak butuh pemahamanmu tentang
kejahatan, dan jangan mengajari saya tentang baik
dan jahat, karena pengalaman saya tentang itu sudah
karatan." "tidak dipungkiri cianpwe melihat umur cianpwe yang
sudah tua, namun saya hanya sekedar
mengingatkan." "sialan, heh nona apa kamu merasa lebih pandai dari
saya." "tidak cianpwe, saya yakin kepandaian cianpwe
diatas saya dan cici itu."
"lalu kenapa kamu sesumbar didepan saya sehingga
berani mendikte saya."
"cianpwe sekali lagi aku hanya mengingatkan, dan
soal sesumbar, apakah kebenaran dan kejahatan
hanya di monopoli oleh orang-orang yang sudah tua,
jika demikian bukankah itu artinya bahwa orangtua
hanya mau benar sendiri ?" sahut Cia-sian-li, Ui-haisian makin bouwhat, dan kalah argumentasi, sehingga
membuat wajahnya merah karena marah, dan juga
serba salah, kemudian dengan hati mengkal Ui-haisian meninggalkan keduanya.
"terimakasih siauwmoi atas bantuannya." ujar Lauwbi-hong "ah" tidak pantas aku mendapatkan ucapan itu cici,
karena aku tidak juga bisa berbuat apa-apa, karena
cianpwe itu jauh diatas kepandaian saya, seandainya
dia ingin, tentu kita akan dapat dicelakainya."
"siauwmoi, membuat Ui-hai-sian jadi serba salah dan
mati kutu sudah merupakan perbuatan, dan hasilnya
kita selamat dari tangannya."
"apakah dia itu Ui-hai-sian ?" tanya Cia-sian-li
"benar siauw-moi, apakah engakau pernah
mendengarnya sebelum ini ?"
"namaku Cia-sian-li, benar aku setengah tahun yang
lalu aku mendengar julukan itu."
"namaku Lauw-bi-hong, julukannya muncul delapan
tahun yang lalu, bersamaan dengan julukan Im-yangsin-taihap atau Ui-hai-liong-siang, namun tidak setenar
Im-yang-sin-taihap atau Ui-hai-liong-siang."
"Hong-cici, benarkah engkau murid dari Im-kan-koksianli-sam ?" "benar Li-moi, dan kenyataan itu memang tidak dapat
dirubah walaupun disesali."
"sungguh berbahagialah orang yang mendapat
penerangan dan berusaha memperbaiki diri."
"Li-moi darimanakah engkau dan hendak kemanakah
tujuanmu ?" "saya dari wilayah utara dan hendak keselatan."
"wah sepertinya kita punya tujuan yang sama, aku
juga hendak keselatan."
"hmh"kalau begitu alangkah bagusnya jika kita
melakukan perjalanan bersama."
"benar Li-moi, saya juga merasa senang."
"baiklah kalau begiti Hong-cici, marilah kita
berangkat." sahut Cia-sian-li.
Keduanyapun keluar dari pintu gerbang selan kota
Hanzhong, perjalanan yang akrab dan ramah, selama
sebulan perjalanan yang mereka lakukan, Cia-sian-li
amat takjub dengan tindak tanduk Lauw-bi-hong
yang memang berbeda, walhal Lauw-bi-hong
sebagaimana diketahu adalah dedengkot dunia hitam.
Ketika mereka sampai disebuah hutan disebelah timur
kota Kun-leng, mereka istirahat dan memanggang
binatang buruan "Hong-cici, duniamu sebelum ini tentu sarat dengan
berbagai tindakan menyimpang, sudah berapa
lamakah cici, mendapat anugrah sehingga mampu
merubah diri dari tata cara hidup dan prinsip hek-to."
"Li-moi, aku tidak tahu apakah sudah benar dasar
perubahan hidup ini, aku sudah menjalani keadaan ini
sudah hampir lima tahun, dan masih mampu untuk
bertahan dari godaan."
"apakah maksud Hong-cici dasar perubahan, dan
apakah dasar perubahan itu ?"
"LI-moi awalnya kami ini tiga bersaudara perguruan,
selama dalam bawahan Hek-te yang dikomandoi oleh
Pah-sim-sai-jin, kami bisa dan biasa berlaku
sewenang-wenang, dan menurutkan keinginan, dan
itulah diajarkan oleh ketiga guru kami. Lalu ketika
kami bertiga bertemu dengan Im-yang-sin-taihap, ada
hal yang memicu kami untuk berubah."
"hal apakah itu Hong-cici ?" tanya Cia-sian-li dengan
dada bergemuruh, karena kekasih pujaannya disebutsebut dalam rangkaian perubahan wanita didepannya.
"Kita tahu bahwa she-taihap adalah figur yang luar
biasa melekat dihati setiap orang, baik kalangan
pendekar atau penjahat, sebelum bertemu Im-yangsin-taihap, kami bertiga mempunyai bayangan birahi
terhadapnya, karena kepastian bahwa she-taihap
adalah turunan rupawan yang menggemaskan."
"lalu bagaimana ketika ketiga cici berjumpa dengan
Im-yang-sin-taihap ?"
"ketika kami berjumpa dengannya, memang
bayangan kami itu memenuhi harapan birahi yang
selam ini kami nikmati, dan ketika kami tidak kuasa
menghadapinya, dan kami ditundukkan muncul
sebuah ketaklukan mutlak dihadapannya, takluk akan
kesaktiannya, takluk akan kerupawanannya."
"lalu apa yang terjadi cici ?"
"saudaraku Khu-hong-in menyatakan keinginannya
didepan Im-yang-sin-taihap dengan sangat terbuka,
namun Im-yang-sin-taihap menjawab bahwa cinta
kami itu hanya karena birahi, dan menyuruh kami
pergi dengan harapan bertemu dalam kondisi yang
lebih baik, dan jawaban itu membuat aku berpikir,
bahwa Im-yang-sin-taihap tidak sepenuhnya menolak
kami, kami tertolak hanya karena dasar yang tidak
tepat, jadi karena itu selama ini aku berpikir bahwa
jika cintaku akan diterima jika dasarnya benar, dan
kondisi yang lebih baik itu bagi saya merupakan celah
harapan yang di ungkapkan oleh Im-yang-sin-taihap."
"jadi artinya dasar perubahan ini hanya karena cinta
kepada Im-yang-sin-taihap."
"benar Li-moi, aku tidak tahu akan kokohkah
perubahan ini dengan dasar cinta, apakah kamu
punya pendapat Li-moi ?"
"saya juga tidak tahu Hong-cici, namun saya cendrung
dasar itu kokoh." "bagaimana kamu bisa mengatakan seperti itu, Limoi ?" "Hong-cici, she-taihap adalah figur kebenaran, jika cici
mencintai she-taihap maka itu artinya cici mencintai
kebenaran, dan bukankah mencintai kebenaran
adalah dasar yang kuat, hanya sanya bagaimana jika
cinta itu tidak terwujud."
"hmh..benar, itulah yang membuatku gamang dengan
dasar tersebut." "Hong-cici, cinta yang bagaimana yang engkau
harapkan dari Im-yang-sin-taihap ?" tanya Cia-sian-li
tiba-tiba, Lauw-bi-hong serta merta menoleh Cia-sianli. "cinta bahwa aku diperistiri oleh Im-yang-sin-taihap
dan aku menjadi bagian hidupnya, dan hal yang tidak
terperikan saya harapkan adalah, saya dapat
melahirkan keturunan she-taihap."
"bagaimana kalau seandainya Im-yang-sin-taihap
sudah beristri ?" "jika harapan diperistri tidak terpenuhi, setidaknya
aku ingin mengandung anaknya, maka aku sudah
merasakan bahwa aku adalah orang terbahagia."
jawab Lauw-bi-hong sambil memejamkan mata
menikmati harapannya, Cia-sian-li menatap wajah
yang menyimpan sejuta pengharapan, kemudian
keduanya saling pandang "eh..kenapa denganmu Li-moi, kenapa engkau
meneteskan air mata ?" tanya Lauw-bi-hong heran
karena Cia-sian-li sesugukan berurai air mata
"aku sangat terharu dengan cintamu itu Hong-cici, dan
aku doakan semoga cici dapat diperistri oleh Im-yangsin-taihap." "kamu sungguh baik Li-moi, kamu ini masih muda
namun cara pandangmu demikian arif."
"jika Hong-cici merasakan kearifan itu, hal itu juga
muncul dari gejolak pesona seseorang yang nyaman
jika dibayangkan, kharismanya sekaligus memotivasi
aneka kebaikan yang tersurat maupun tersirat."
"luarbiasa sekali Li-moi."
"benar, dia memang luarbiasa."
"hmh...,kita ini sudah berada diselatan, kemanakah
lagi tujuanmu, Li-moi ?"
"aku hendak kekota kaifeng Hong-cici, dan kalau cici
hendak kemanakah ?" "saya belum menentukan kemananya."
"jika demikian kita ke kaifeng saja Hong-cici."
"demikianpun baik, dan aku sangat senang masih bisa
berjalan bersama denganmu Li-moi."
"saya juga Hong-cici, sangat senang dengan
perjalanan yang kita lakukan ini."
"kalau begitu marilah kita lanjutkan perjalanan !" ujar
Lauw-bi-hong dan Cia-sian-li mengangguk sambil
berdiri, kemudian keduanya dengan santai melangkah
keluar dari hutan sambil bercengkrama dengan akrab,
pembicaraan mereka ada saja, seakan keduanya
banyak hal yang mau dibagi dan disampaikan."
Jim-kok (lembah unggas) yang sejuk karena tiupan
angin mengandung hawa air dari telaga yang
menghampar teduh dipandang mata, terlebih sore itu
hembusan angin agak kuat sehingga permukaan
telaga beriak bergelombang, sungguh panorama yang
indah bagi mata yang memandang.
Tidak jauh dari telaga ada sebuah bangunan besar
dan kokoh, halamannya demikian asri penuh tanaman
cilan warna putih, seorang wanita berumur tiga puluh
Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lebih sedang menyirami tanaman di sore hari itu,
wajahnya merona merah mengkilat karena basahnya
keringat, wajah tirus bujur telur dengan kulit kuning
langsat, tubuhnya yang semampai dengan sanggul
yang digulung rapi, menambah daya tarik disamping
wajahnya nancantik jelita, persisis seperi ratu dari
sebuah kerajaan. Perempuan itu adalah Can-hang-bi yang berjulukan
"Biciong-bi-moli" (setan cantik tidak berperasaan) dia
adalah murid utama dari Pah-sim-sai-jin sehingga
ilmunya tergolong rentetan tingkat atas di rimba
persilatan, didalam bangunan itu hanya Can-hang-bi
dengan tiga pembantu wanita yang berumur lima
puluhan tahun. Setelah selesai menyiram taman bunga
dihalamannya, Can-hang-bi masuk kedalam, dan air
mandi hangat sudah disiapkan dua wanita
pembantunya, Can-hang-bi pun mandi membersihkan
badan, kedua pembantu meninggalkan Can-hang-bi
setelah mempersiapkan baju ganti, dengan santai
Can-hang-bi menggosok tubuhnya dengan binar mata
yang ayu, sesaat dia pejamkan mata sambil
bersandar di pinggiran bak mandi.
Bibirnya yang mungil basah mereka mengulum
senyum membayang sesuatu yang membuat hatinya
menggeliat bahagia, wajah seorang pemuda rupawan
jelas membayang dalam benaknya yang syahdu,
wajah Im-yang-sin-taihap yang tampan rupawan,
kharisma yang kuat, pendekar pujaan hatinya yang
telah lima tahun meninggalkannya ditempat itu
dengan sebuah harapan manis, Can-hang-bi hidup
dengan harapan itu, semangat hidupnya menyala
hangat dengan kenangan Im-yang-sin-taihap
"Bu-ko kekasihku.." bisiknya mesra dengan seulas
senyum yang indah, dan tidak lama kemudian Canhang-bi bangkit dan keluar dari bak mandi dan
mengeringkan tubuh, lalu memakai baju ganti yang
indah, hangat dan harum. Tidak lama malampun tiba, Can-hang-bi dan ketiga
pembantunya duduk semeja untuk makan malam,
ketiga pembantunya sudah empat tahun bekerja
ditempat itu, dan ketiganya sangat hormat dan
sayang kepada majikan mereka ini, karena mereka
diperlakukan dengan baik, sepertinya julukannya itu
tidak lagi sepadan disematkan kepadanya, karena
demikian harmonisnya ia dengan tiga pembantunya.
Memang benar, Can-hang-bi yang dulunya dedengkot
hek-to yang sadis, sejak lima tahun yang silam sudah
berubah seratus delapan puluh derajat, hatinya tidak
lagi tidak berperasaan tapi malah sebaliknya penuh
cinta dan welas asih pada sesama, ini berkat
pertemuannya dengan Im-yang-sin-taihap yang telah
menundukannya lahir dan batin, sejak pertemuan itu
cita-citanya hanya satu yakni mengimbangi prinsip
hidup pujaan hatinya yang terkenal kebaikan dan
kebijakannya, dia mesti menjadi air yang mengalir
jernih, sesuai dengan nasehat kekasihnya.
"can-siocia, sepertinya perbekalan sayur dan lauk kita
sudah habis." Ujar seorang pembantunya setelah
selesai makan "hmh"kalau begitu Ma-siokbo, aku akan kekota Bao
besok untuk membeli persedian kita." sahut Canhang-bi, pembantunya mengangguk
"apakah ada lagi yang mungkin sam-siokbo titip
untuk saya beli nanti dikota ?"
"kalau sempat Can-siocia, belikanlah beberapa helai
kain untukku." sahut she-Ma
"kalau saya Can-siocia, kalau dapat belikan juga
sepaket riasan wajah." sela she-Sim
"bagaimana dengan Kao-siokbo, apakah ada yang
mau dititip ?" "tidak ada Can-siocia." jawab she-Kao
"baiklah kalau begitu, sekarang istirahatlah sam-siokbo !" ujar Can-hang-bi, kemudian ketiga pembantunya
berdiri dan membersihkan meja makan dan
mengangkati mangkok bekas makanan.
Keesokan harinya Can-hang-bi berangkat kekota Bao,
perjalanan hanya memakan satu hari sampailah ia di
kota Bao, persedian sayur dan lauk serta titipan dua
pembantunyapun dibeli, ketika hendak pulang,
seorang pemuda buntung menegurnya
"selamat bertemu Bi-sumoi !" tegur lelaki itu dan
empat temannya juga ikut menjura kepada Canhang-bi "hmh" ternyata Bouw-suheng, apa kabarmu
suheng ?" sahut Can-hang
"kabarku baik-baik saja sumoi, dimanakah sekarang
engkau tinggal, sumoi ?"
"aku berdiam di Jim-kok suheng, marilah singgah di
tempatku !" "baiklah, mari si-sute kita singgah di tempat sumoi."
sahut Ma-tin-bouw, kemudian merekapun bergerak
dengan mengerahkan lari cepat, sehingga keesokan
harinya sampailah mereka di kediaman Can-hang-bi,
mereka disambut tiga pembantu Can-hang-bi.
Ma-tin-bouw dan keempat sutenya heran melihat
kehidupan rekan seperguruan mereka yang terkesan
sepi, setelah makan siang mereka duduk di ruang
tengah "tempatmu ini sangat indah sumoi, namun
kemanakah saudara-saudara kita yang lain ?"
"saudara-saudara yang lain tidak tinggal disini suheng,
dan hanya saya dan tiga pembantu saya yang
menghuni tempat ini."
"kenapa demikian sumoi, bukankah seratus dari adik
seperguruan kita ada pada tanggunganmu ?"
"benar suheng, namun lima tahun yang lalu mereka
sudah saya bubarkan, setelah beberapa orang tewas
di tangan sumoinya Im-yang-sin-taihap."
"lalu kenapa yang lain sumoi bubarkan ?" tanya Matin-bouw dengan nada tidak senang
"karena aku tidak mau lagi terikat dengan mereka,
dan saya sudah cuci tangan dari apa yang selama ini
saya lakukan." "cuci tangan " apakah kamu mendurhakai prinsip
suhu thian-te-ong ?"
"benar suheng, saya tidak mau lagi mengikuti prinsip
hidup Thian-te-ong."
"sungguh engkau mengecewakan sekali sumoi !"
tegur Ma-tin-bouw keras "suheng, ini adalah keputusan yang telah ku ambil,
dan aku harap suheng tidak ikut campur dalam hal
ini." "kurangajar, kamu telah menghianati suhu, dan
humumannya hanya kematian !" bentak Ma-tin-bouw
"suheng, pelankan suaramu, hak hidupku tidak ada
yang boleh mencampuri sekalipun suhu sendiri." sahut
Can-hang-bi lantang "Can-hang-bi, tidak kusangka kamu akan menjadi
seperti ini, kamu tahun, kita ini harapan dari suhu,
kenapa engkau berbuat seperti ini, apa sebabnya !?"
"sebabnya tidak perlu suheng ketahui, yang jelas aku
telah mengambil dan memutuskan jalan hidupku,
terserah bagimana penilaian suheng, tapi tolong
jangan merusak pertemuan kita ini dengan hal yang
tidak baik, saya masih menghormati ikatan perguruan
yang ada." "kamu adalah murid durhaka, kamu pantas dihukum,
dan saya akan mewakili suhu untuk
menghukummu !" "suheng, jika rasa hormat saya ini anda putuskan
seperti demikian, maka saya tidak akan undur."
tantang Can-hang-bi "kalau begitu terimalah ini !" teriak Ma-tin-bouw
sambil menyerang Can-hang-bi, Can-hang-bi dengan
gesit berkelit dan melayang keluar rumah, lima
saudaranya mengejar dan langsung mengurung Canhang-bi, ketiga pembantu Can-hang-bi keluar rumah
untuk melihat keadaan dengan wajah pucat dan
takut Can-hang-bi dikeroyok oleh lima saudara
seperguruannya, dengan gigih Can-hang-bi melawan
keroyokan yang dahsyat dan berbahaya, serangan
Ma-tin-bouw demikian gencar dan bertubi-tubi
ditambah lagi empat sutenya yang tidak boleh
dipandang ringan, dengan tenang dan mantap Canhang-bi menerima segala kemungkinan, hatinya tetap
untuk menerima segala resiko dari langkah yang
diambilnya. Seratus jurus sudah berlalu, Can-hang-bi sudah
terdesak hebat, beberapa sabetan pedang telah
melukai tubuhnya, namun Can-hang-bi tidak
mengeluh dan tetap melawan sedaya upaya, kalau
hanya Ma-tin-bouw yang menyerangnya,
kemungkinan besar keadaan akan seimbang, namun
karena Ma-tin-bouw mengeroyoknya dengan empat
sute mereka, Can-hang-bi harus rela menjadi bulanbulanan keroyokan saudara-saudaranya.
"mampuslah kamu murid durhaka !" bentak Ma-tinbouw sambil memutar pedang dengan sebelah
tangannya dan dengan cepat mengayun kearah
pinggang Can-hang-bi, Can-hang-bi berkelit dengan
melempar diri kebelakang "cep?" pedang seorang saudaranya menancap
dibahunya dan sebelum pedangnya jatuh, Can-hangbi melempar pedangnya sehingga menancap diperut
seorang pengeroyoknya, sehingga tubuhnya
berkelonjotan dan tewas seketika, Can-hang-bi
sempoyongan memegang pundaknya yang bersimbah
darah, dan kemudian sebuah sabetan pedang
mengancam lehernya, Can-hang-bi berusaha
menghindar dengan menggelinding dan
"cep"prak?" sebuah pedang lain meusuk pahanya,
darah muncrat, namun orang yang menusuknya
kepalanya pecah di hantam pukulan Can-hang-bi dan
tewas seketika, Can-hang-bi berusaha bergerak
menjauh menyeret tubuhnya, Ma-tin-bouw
melangkah mendekatinya "Can-hang-bi kembalilah pada prinsip guru, sebelum
nyawamu kami habisi !"
"Ma-tin-bouw, aku sudah tidak berdaya, jika engkau
mau bunuh, maka bunuhlah, jangan harap aku akan
mengotori diriku dengan kebusukan prinsip kalian."
sahut Can-hang-bi mantap.
"sialan, apa yang harus kita lakukan suheng !?" tanya
sutenya dengan kesal dan gemas
"hmh".apakah kamu sudah demikian bodoh Hangbi !?" sela Ma-tin-bouw dengan nada marah, Canhang-bi diam tidak menjawab, keadaan itu sepi dan
tegang "apakah aku harus membunuhmu Can-hang-bi !"
"Ma-tin-bouw lakukankah, apa yang hendak kamu
lakukan, Bu-ko"kekasihku". aku akan tetap menjadi
aliran sungai yang jernih walaupun nyawaku jadi
tebusannya." sahut Can-hang-bi sambil meneriaki
kekasihnya, senyumnya mereka dan matanya
menatap kelangit "sudahlah suheng, bunuh sajalah, apalagi yang
hendak ditunggu, dua saudara kita telah tewas
ditangannya ." sela saudaranya
"hmh"apakah Bu-ko mu itu Kwaa-han-bu Im-yangsin-taihap !?" tanya Ma-tin-bouw gemas, Can-hang-bi
tidak menggubris dan hanya diam, hal ini membuat
Ma-tin-bouw makin kesal "bangsat sialan, baiklah, kamu tidak akan mati tapi
akan ku buat cacat dan kurobek wajamu, sehingga
kamu merasa menyesal, karena kekasihmu akan
enggan melihat wajah dan cacatmu." ancam Ma-tinbouw, Can-hang-bi memejamkan matanya, dan
"crak"sssst"ssttttt..sstttt".crak?" sebelah tangan Canhang-bi bunting sebatas siku, wajahnya tiga kali
disayat pedang, dan sebelah kakinya buntung sebatas
lutut, Can-hang-bi dengan mengeram sakit hingga
pingsan, darah bersimbah memancur dari luka
tebasan dan sayatan. "mari kita pergi dari sini !" ujar Ma-tin-bouw
berkelabat dari tempat itu, dua sutenya menyusul,
mereka meninggalkan jasad dua sutenya yang tewas
disamping Can-hang-bi yang pingsan dengan keadaan
mengerikan, ketiga pembantu Can-hang-bi menjerit
histeris mendapatkan Can-hang-bi yang pingsan,
ketiganya segera mengangkat Can-hang-bi dan
membersihkan luka yang membuat perut mual.
Pada hari ketiga Can-hang-bi siuman dari pingsannya
yang sudah dua hari, segera she-Ma menyuap bubur
hangat untuk mengisi perut Can-hang-bi yang kosong,
Can-hang-bi mencoba bergerak, rasanya seluruh
tubuhnya nyeri "janganlah terlalu banyak bergerak social, lukamu
sangat parah dan darahmu banyak yang keluar, dan
baru semalam kering, dan sudah diobati dan dibalut."
sela pembantunya she-Kao.
Muka Can-hang-bi dibalut oleh pembantunya she-Ma
dengan total hanya bagian mata dan mulut yang
kelihatan, begitu juga sebelah tangan dan sebelah
kaki Can-hang-bi, keadaan Can-hang-bi memang
memperihatinkan dan mengenaskan, namun luar
biasanya hati demikian lapang menerima
keadaannya, walhal disela sela nyeri yang ia rasakan
benaknya dihiasi oleh wajah kekasih hatinya Im
Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang-sin-taihap, dan kenyataannya bayangan itu
membuat hatinya nyaman dan lapang.
setiap tiga hari she-ma menukar pembalut luka Canhang-bi, dan tiga bulan kemudian, luka sayatan
diwajahnya tidak lagi dibalut, bekasnya sungguh
mengerikan, batang hidung yang dulunya cantik
sekarang sudah sompal, dua alis mata yang dulu
nyata sekarang sudah kelimis bergurat sampai kepipi
kanan dan dikiri, dan bibir bagian bawah robek besar
sehingga giginya tidak bisa lagi tertutup. sungguh
wajah itu sekarang mengerikan.
Tiga pembantunya yang setiap hari menyaksikan
wajah itu memandangnya penuh iba.
"pa..u..gis a-bo " tanya can-hang-bi, ketika melihat
she-Ma menangis " "siocia, alangkah hebatnya derita yang kamu alami,
sungguh saudaramu itu iblis durjana."
"lah"a-bo"ngan.. dih, ngan..at..ku..di"mah." sahut
Can-hang-bi, she-ma semakin sesugukan untuk
merangkai kata-kata Can-hang-bi.
Pulau kura-kura sekarang sudah ramai kembali,
bukoan Pat-hong-heng-te telah dibuka kembali,
dipimpin oleh delapan kauwsu, dalam jangka setahun
setelah taisu mereka menikah, murid-murid Pat-hongheng-te sudah berjumlah seratus lima puluh yang
terdiri dari seratus pemuda belia berumur lima belas
sampai delapan belas tahun, dan lima puluh wanita
belia. Perguruan Pat-hong-heng-te memiliki dua ilmu yangan
kosong yang sudah disaring oleh Im-yang sin-taihap,
yakni "lo-sian-ciang-pat" (Delapan pukulan dewa tua)
ilmu ini rangkuman dari empat ilmu yang dikuasai
oleh delapan kauwsu yang diciptakan Kim-khongtaihap pada mulanya, kemudian "Sian-po-kunpat" (delapan pukulan langkah dewa) ilmu rangkuman
Im-yang-sin-taihap akan enam ilmu ciptaan Kimkhong-taihap akan intisari keenam istrinya.
Kemudian satu ilmu pedang yang disaring oleh Imyang-sin-taihap dari dua ilmu pedang pathong-heng-te
dan dan digabung dengan ilmu pedang keturunan
she-kwee, dan diberi nama Lo-sian-pat-lui-kongkiam" (pedang kilat delapan dewa tua), kemudian
satu ilmu yang menggunakan sabuk dan kipas, yang
diberi nama "sin-kin-sian-san" (kipas dewa sabuk
sakti). Malam itu Im-yang-sin-taihap mengumpulkan delapan
suhengnya di runga tengah istana pulau kura-kura
"pat-suheng yang saya muliakan, besok saya dan istri
akan kedaratan besar, untuk mengurus beberapa hal
disamping berkelana memantau kondisi liok-lim."
"sute yang baik, untuk hal urusanmu di daratan besar
tentu kami tidak patut ikut campur, hanya untuk
kondisi liok-lim, hal apakah yang ingin sute lakukan?"
tanya Coa-ban-kui "Kui-suheng, sebagaimana dulu saya katakan bahwa
Pah-sim-sai-jin belumlah tewas, oleh karena itu saya
akan memantau keberadaan dan kemunculannya."
"hmh"jika demikian sute, kami pun merasa tepat
dengan rencana sute, untuk menjelajah daratan
besar, semoga saja tugas sute ini dapat berjalan
dengan baik dan menghasilkan apa yang kita
harapkan." "semoga dengan restu para suheng, Thian
memberikan kemudahan bagi kami dalam
mengemban tugas." sahut Im-yang-sin-taihap,
kemudian pembicaraan malam itu banyak nasehat
dan harapan-harapan yang dibicarakan sehingga larut
malam. Keesokan harinya Im-yang-sin-taihap dan istrinya
Kwee-kim-in bertolak dari pulau kura-kura menuju
daratan besar, sesampai di kota Kaifeng, Kwaa-han-bu
dan istrinya singgah untuk melewatkan malam di
sebuah likoan "dari arah manakah kita mulai Bu-ko perjalanan ini ?"
"kita akan mulau dari sini kewilayah timur, dan kita
akan singgah dulu di kota Kun-leng untuk melihat
keadaan rumah disana."
"apakah rumah disana ada yang menjaganya ?"
"entahlah In-moi, jadi karena itu kita perlu melihatnya
kesana." jawab Kwaa-han-bu sambil membuka baju
luar dan Kwee-kim-in menerima baju itu dari tangan
suaminya dan menggantungnya.
"sekarang marilah kita istirahat !" ajak Kwaa-han-bu,
Kwee kim-in mengikuti suaminya keranjang dan
baring manja disampingnya.
Sambil berpelukan sepasang sejoli itu terlelap dalam
tidur, keesokan harinya keduanya melanjutkan
perjalanan menuju kota Kun-leng, ketika sampai di
kota Kicu keduanya memasuki likoan, pengunjung
likoan itu lumayan padat, seorang pelayan
mendatangi mereka "sicu pelayan tolong dihidangkan dua porsi makanan
nasi dan lauknya serta sepoci teh hangat." ujar Kweekim-in "baik kouwnio, silahkan duduk dan sabar, kami akan
segera menghidakannya." sahut pelayan ramah,
Kwaa-han-bu memperhatikan para tamu yang sedang
makan, dan matanya bertemu pandang dengan
seorang lelaki tua, lelaki tua itu juga memandang
kepadanya, Kwaa-han-bu mengangguk sambil
tersenyum, lelaki tua itu kemudian melanjutkan
makannya. Tidak lama kemudian makanan yang dipesanpun
datang dan dihidangankan pelayan, Kwaa-han-bu dan
istri makan dengan lahap "Im-yang-sin-taihap, setelah selesai makan aku ingin
bicara denganmu di pintu gerbang utara kota." sela
lelaki tua itu sambil lalu dari depan Kwaa-han-bu
"baik cianpwe, aku akan menemui cianpwe di sana."
"siapakah cianpwe itu Bu-ko ?"
"dia adalah Ui-hai-sian, seorang yang dulunya
pemburu pusaka pulau es."
"hmh" apakah maksudnya mengundang Bu-ko untuk
bertemu ?" "tidak tahu, nanti juga akan kita ketahui."
"kelihatannya dia bangga dengan ketuaannya, Bu-ko."
"benar, dan memang dia adalah golongan tua, dan
patut kita hormat padanya."
"tapi dari nada bicaranya, membuat kesan jelek
dalam pandanganku Bu-ko."
"berprasangka baiklah In-moi, karena itu lebih baik
dan lebih selamat." tegur Kwaa-han-bu, Kwee-kim-in
menunduk dan mengangguk patuh pada suaminya.
Setelah selesai makan, Kwaa-han-bu dan istri
berangkat ke gerbang utara kota, sesampai disana,
Ui-hai-sian sedang duduk menantinya di pinggir hutan
"selamat bertemu cianpwe Ui-hai-sian !" sapa Kwaahan-bu "selamat bertemu Im-yang-sin-taihap." sahut Ui-haisian "cianpwe ini adalah istri saya Kwee-kim-in."
"selamat bertemu Kwaa-hujin." sapa Ui-hai-sian
sambil menjura, dan dibalas ramah oleh Kwee-kim-in
"ada apakah cianpwe sehingga mengundang saya,
apakah yang ingin cianpwe bicarakan ?"
"Im-yang-sin-taihap, kamu sepertinya tidak tuntas
melenyapkan Pah-sim-sai-jin, karena menurut yang
saya dengar, kamu membiarkan dia melarikan diri."
"memang benar cianpwe, lalu hubungannya apa
cianpwe ?" "she-taihap, jika Pah-sim-sai-jin masih hidup, ada
kemungkinan besar dia akan kembali membuat
kejahatan." "hal itu memang sangat mungkin cianpwe, oleh
karena itu kita harus tetap waspada."
"sayang sekali she-taihap, pekerjaanmu kepalang
tanggung." "maaf loncianpwe, kemampuan saya hanya sapai
disitu, karena saya juga tidak habis pikir tentang
kegaanjilan tubuh Pah-sim-sai-jin.
"maaf cianpwe, jika cianpwe ada saat itu ketika kami
berhadapan dengan Pah-sim-sai-jin, mungkin usaha
kita dapat maksimal, tapi kemanakah cianpwe saat
itu ?" sela Kwee-kim-in tajam, Ui-hai-sian menetap
Kwee-kim-in dengan air muka berobah
"karena orang-orang menyandarkan harapan hanya
pada she-taihap, makanya saya hanya
memperhatikan." "bukankah itu sikap kekanak-kenakan cianpwe, tidak
seharusnya cianpwe mengambil sikap seperti itu, kita
ini menghadapi tirani, dan tirani adalah tanggung
jawab kita semua untuk melenyapkan."
"sudahlah In-moi dan cianpwe Ui-hai-sian, tak guna
memperdebatkan hal seperti itu, yang penting
sekarang, mengatasi jika kemungkinan Pah-sim-sai-jin
akan kembali menebar tirani, apakah usul cianpwe
dalam masalah ini ?" ujar Kwaa-han-bu menengahi
ketegangan antara Ui-hai-sian dan istrinya.
"saya punya ide, jika kemungkinan itu terjadi."
"apakah ide itu cianpwe ?" tanya Kwaa-han-bu
"kita harus kembali mengadakan pemilihan bengcu
sebagai batu penjuru dari kekuatan pendekar."
"hmh" ide yang bagus cianpwe, apakah cianpwe
mau memprakarsai perhelatan tersebut ?"
"tentu aku siap untuk itu." jawab Ui-hai-sian
"jika demikian, cianpwe lakukankanlah, kami akan
sangat suka menghadirinya untuk kemaslahatan kita
semua. "bagaimana cianpwe memulainya, dan seperti apa
rencana perhelatan itu ?" sela Kwee-kim-in
"saya akan menyampaikan undangan ini atas nama
she-taihap, dan rencana saya, bahwa perhelatan itu
akan di adakan tahun depan pada musim cun di kota
Sinyang." "demikian pun bagus cianpwe, kami juga akan
membantu cianpwe untuk menyampaikan kedunia
liok-lim." sela Kwaa-han-bu.
"baiklah kalau begitu, kita berpisah disini dan tahun
depan kita berjumpa kembali."
"baik cianpwe kami akan usahakan untuk
menghadirinya kalau tidak aral melintang." sahut Imyang-sin-taihap, Ui-hai-sin berkelabat dari tempat itu,
dan Im-yang-sin-taihap dan istri juga segera
melanjutkan perjalanan. Disebuah hutan dua wanita cantik sedang menikmati
panggang kelinci, keduanya adalah Lauw-bi-hong dan
Cia-sian-li, sedang lahpanya mekan, tiba-tiba
gerombolan perampok muncul dan mengurung
tempat itu "hehehe"ada dua mangsa mungil twako, kalau tidak
ada barang bawaan, tubuh mereka bukan tidak
berharga." ujar seorang perampok dengan mata
berkedip mengkilat "hahaha..hahah.. memang kamu sute, pantang
melihat wanita cantik." sahut yang dipanggil twako.
"saya minta kalian tidak memancing urusan dengan
kami, demi untuk kebaikan kalian." ujar Lauw-bi-hong
lantang "hah"sialan, malah kita dipandang remeh, heh..! kami
ini penguasa wilayah daerah ini, dan siapa yang cobacoba menantang kami, maka itu pertanda akhir dari
hidupnya." "sekali lagi aku katakana, enyahlah kalian dari sini,
jika tidak kalian akan menyesal telah membuat
urusan dengan kami." sahut Lauw-bi-hong
Bangsat badebah, ringkus dua wanita tidak tahu diri
ini !" teriak pimpinan rampok, serta merta dua puluh
menyerang dan yang lain berjaga-jaga, Lauw-bi-hong
bergerak cepat memapaki banjir serangan itu,
gerakannya sangat cepat dan menyalip diantara
ayunan dan sabetan senjata lawan
"trang"tranggg..trangg".trangg.." empat pedang
lawan beradu dengan pedang Lauw-bi-hong
kemudian disusul dengan sebuah serangan
"crak.,..cep"crak".crak?" empat lawannya terjungkal
tewas bermandikan darah, gerakan itu masih
memburu lawan-lawannya, sehingga kontan sisa
perampok yang mengeroyok undur tiga tindak
"serang" jangan takut !" teriak pimpinan rampok
sambil bergerak menyerang ke arah Lauw-bi-hong,
Lauw-bi-hong dengan cekatan melayani serangan
pimpinan dan para anak buahnya, sementara Ciasian-li diam berdiri menonton pertempuran tersebut,
dia selalu waspada jika keadaan mendesak Lauw-bihong, namun sampai sejauh itu Lauw-bi-hong masih
ibarat benteng ketaton yang memporak-porandakan
keroyokan lawannya, dan terbukti lima orang ambruk
tidak berdaya dengan luka-luka yang tidak ringan.
"pimpinan rampok makin kesal dan marah, anak
buahnya terus diteriaki untuk merangsak maju,
namun setiap mereka maju semakin bertambah
korban dari pihak mereka, sudah ada dua puluh orang
dari mereka yang tergeletak, sebagian besar tewas
dan yang lainnya luka parah, mereka tinggal lima
belas orang, mereka hanya mengurung sementara
empat pimpinan mereka berusaha menundukkan
Lauw-bi-hong. Lauw-bi-hong dengan ilmunya yang luar biasa
membalas serangan-serangan empat lawannya,
gerakan pedangnya yang laksana gelombang
Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membuat empat lawannya tergetar, perubahanperubahan gerakan yang luar biasa gesit membuat
keempatnya harus ekstra hati-hati, dan pada jurus
keseratus, dua dari mereka terpaksa menerima
binasa, karena tidak sanggup berkelit dari tusukan
berantai dari Lauw-bi-hong, yang mengancam
jantung, keduanya ambruk tewas seketika
Dua pimpinan yang lain segera melompat dan ambil
langkah seribu, mnelihat dua pimpinan mereka
menyingkir, konta lima belas orang itu membalik
badan dan melarikan diri, Lauw-bi-hong dan Cia-sian-li
tidak mengejar "hmh.. membikin tempat ini jadi tidak nyaman,
marilah Li-moi kita ketempat lain." Ujar Lauw-bi-hong,
keduanya berkelebata ke bagian timur hutan, ketika
mereka berhenti, mereka melihat bayangan menuruni
lembah dan mengendap-endap diantara pepohonan,
keduanya menuruni lembah untuk melihat apa yang
ingin dilakukan orang tersebut.
Dibawah lembah ternyata ada sebuah sungai yang
jernih, dan ditengah sungai itu seorang lelaki sedang
mandi, sementara di pinggir suungai seorang wanita
cantik sedang memanggang binatang buruan.
"hmh" ternyata kita dia mengintip pasangan itu." bisik
Cia-sian-li memalingkan wajahnya, namun Lauw-bihong tetap melihat penuh perhatian pada lelaki yang
sedang mandi. "cici, apa yang kamu lihat, alangkah memalukan
perbuatan kita ini." ujar Cia-sian-li sambil memandang
kearah lain. "lelaki itu she-taihap, bayangan yang selalu menghiasi
hari-hariku." sahut Lauw-bi-hong lirih dengan nada
bergetar, mendengar nada suara yang bergetar dan
panggilan she-taihap memmbuat darah Cia-sian-li
tersirap dan tubuhnya bergetar, dengan spontan dia
menoleh kembali dan jelaslah baginya lelaki yang
mandi itu adalah Im-yang-sin-taihap, kemudian Ciasian-li melihat wanita di pinggir sungai, hati berteriak,
karena wanita itu adalah Kwee-kim-in.
Cia-sian-li memandang kepada Lauw-bi-hong yang
juga memandangnya, wajah keduanya pucat, dan itu
membuat Lauw-bi-hong heran
"kamu kenapa Li-moi ?"
"tidak..tidak apa-apa Hong-cici, apa yang harus kita
lakukan ?" sahut Cia-sian-li
"hmh"apakah menurutmu kita akan turun dan
mendatangi mereka, siapakah wanita itu?" ujar Lauwbi-hong "wanita itu adalah sumoinya cici."
"heh..kenalkah engkau dengan wanita itu, siapakah
namanya ?" "aku kenal keduanya cici, sumoinya itu bernama
Kwee-kim-in." "apakah kalian pernah bertemu ?"
"pernah cici, dulu ketika mereka singgah didesa kami."
"kalua begitu kita harus menemui mereka." ujar
Lauw-bi-hong dan bergerak menuruni lembah ke arah
sungai, Cia-sian-li mengikuti Lauw-bi-hong
Kwaa-han-bu bangkit dari air dan tiga bayangan
hampir bersamaan sampai ketepi diseberang sungai,
dan tak pelak mereka melihat seluruh bagian tubuh
Im-yang-sin-taihap, Im-yang-sin-taihap spontan
membenamkan dirinya kedalam sungai, Kwee-kim-in
yang melihat tiga bayangan itu melotot dan berteriak
"heh"siapa kalian, apa kalian tidak punya sopan
santun !?" "maaf In-moi dan Bu-ko." sahut Cia-sian-li sambil
menunduk dalam dengan muka jengah dan malu,
Lauw-bi-hong juga menunduk dan matanya melirik
kesamping pada orang ketiga, ternyata orang ketiga
adalah Khu-hong-in "apakah itu kamu Li-moi !?" tanya Kwaa-han-bu
"benar Bu-ko, ini aku Cia-sian-li." sahut Cia-sian-li
tetap menunduk "she-taihap, aku Lauw-bi-hong."
"dan aku Khu-hong-in, taihap, maafkan kami." sela
Khu-hong-in "hahaha..hahaha"kalian sungguh membuat aku malu,
kalian berbaliklah dulu, aku mau berpakaian." ujar
Kwaa-han-bu, mendengar suara tawa itu, ketiganya
menjadi tersenyum, entah bagaimana rasa malu itu
hilang seketika, dan mereka membalik badan dengan
senyum terkulum. "sudah kalian datanglah kesini !" ujar Kwaa-han-bu,
ketiganya langsung bergerak melompat keatas
bebatuan yang tersembul dari dalam sungai yang
jernih, dan dengan tiga kali lompatan mereka sudah
sampai ke dekat Kwee-kim-in.
"maaf bu-ko, sungguh kami tidak kuasa menahan
untuk bertemu." ujar Cia-sian-li
"hik..hik" Li-cici, tidak kusangka kita akan bertemu
disini." sela Kwee-kim-in sambil memeluk Cia-sian-li
"dan dua cici ini siapakah ?" tanya Kwee-kim-in
"mereka juga adalah teman kita In-moi, itu adalah
Lauw-bi-hong dan yang ini adalah Khu-hong-in."
jawab Kwaa-han-bu "selamat bertemu Hong-cici dan In-cici, saya adalah
Kwee-kim-in istri dari Bu-ko." ujar Kwee-kim-in sambil
menjura, mendengar bahwa Kwee-hong-in yang
ramah ini adalah istri Im-yang-sin-taihap ketiganya
melengak terdiam seribu basa
duduklah Bi-hong dan Hong-in, kamu juga Li-moi, dan
makanlah bersama In-moi, sebentar saya akan
kembali lagi." Ujar Kwaa-han-bu dan tubuhnya
menghilang dari tempat itu.
"sepertinya kedatangan sam cici, mempunyai tujuan
yang sama yakni ingin bertemu dengan Bu-ko." ujar
Kwee-kim-in, ketiganya saling pandang
"bisa dikatakan demikianlah In-moi, tapi sejauh
perjalanan yang kami tempuh, saya tidak tahu
apakah Li-moi juga demikian." jawab Lauw-bi-hong
"memang hal niat saya tidak saya sampaikan pada
Hong-cici, sementara apa yang terniat dihati Hong-cici,
saya ketahui, dan saat ini saya katakana, memang
awalnya saya mau menumui Bu-ko, tapi setelah
mengetahui bahwa Bu-ko telah mengambil In-moi
jadi istri, maka saya ingin bertemu dan berbagi rasa
dengan In-moi." sela Cia-sian-li
"bagaimana dengan Khu-cici ?" tanya Kwee-kim-in
"saya sama tujuan dengan rekanku Lauw-bi-hong,
dan saya tidak menyangka bahwa kami berdua akan
bertemu dalam kondisi seperti ini."
"kondisi seperti apakah maksud Khu-cici ?"
"In-moi, jujur kami akui, bahwa kami telah bertemu
dengan Im-yang-sin-tai-hap, kami bertiga seperguruan
mempunyai ketertarikan yang sama pada Im-yangsin-taihap, suami In-moi."
"bolehkah aku tahu apa tujuan menemui suamiku ?"
"In-moi, kamu mungkin memiliki pemikiran untuk
menolak apa yang ingin kami sampaikan, tapi karena
kamu berhak mengetahuinya, maka akan kami
sampaikan juga." "sampaikanlah Li-cici, jujur aku melihat ada
kesepakatan tidak tertulis antara sam-cici dengan
suami saya," "maaf In-moi, saya dan Im-yang-sin-tai-hap tidak ada
kesepakatan." sela Lauw-bi-hong
"demikian juga dengan saya." sela Khu-hong-in
"bagaimana dengan Li-cici ?"
"saya dan Bu-ko, pada hari engkau tinggalkan kami
berdua, kamu mengikat janji, tapi aku berbesar hati
apapun keadaan Bu-ko sekarang ini, jika memang Buko akan menepati janjinya pada saya sungguh aku
bahagia dengan itu, namun jika janji itu tidak dapat
Bu-ko penuhi, aku akan tetap hidup dengan itu
walaupun sampai hayat aku hidup dengan bayangan
Bu-ko." "perihal Li-cici, memang telah aku ketahui, dan saya
juga mengharapkan bahwa Bu-ko memenuhi janjinya
kepada Li-cici, dan perjalanan kami ini salah satunya
adalah untuk tujuan itu, meminta cici kepada paman
Cia." sahut Kwee-kim-in, Cia-sian-li menatap Kweekim-in dengan lembut dan sesaat matanya berkacakaca "In-moi, apakah kamu rela membagi tempat dengan
saya disamping Bu-ko ?"
"benar Li-cici, dalam cinta bukan aku yang pertama
menawan hati Bu-ko, akan tetapi dirimulah Li-moi,
jadi sungguh tidak patut aku menghalangi ikatan janji
suci itu, dan terlebih cintaku pada Bu-koko tidak ingin
melihat Bu-ko mengingkari janjinya, aku hanya cinta
pada Bu-koko, bagiku aku mendapatkan cinta Bukoko cukuplah bagiku." ujar Kwee-kim-in, Lauw-bihong dan Khu-hong-in tercenung meresapi kata-kata
Kwee-kim-in. "satu bentuk rasa yang luarbiasa apa yang aku
dengar In-moi, dan juga engkau Li-moi, aku tidak
menyangka bahwa engkau juga menyimpan rasa
kepada Im-yang-sin-taihap, namun dengan rapi
engkau menyimpan perasaan itu walaupun aku
demikian mesra membayangkan Im-yang-sin-taihap
disampingmu selama kita dalam perjalanan." ujar
Lauw-bi-hong "Hong-cici, bagiku sama hal dengan In-moi,
mendapatkan cinta Bu-ko cukuplah bagiku, Bu-ko
adalah sandaran kokoh dan hangat bagi setiap wanita
yang mencinta, jadi tidak benar aku menghalangi
kaumku untuk mendapatkan apa yang ingin
kudapatkan." sahut Cia-sian-li "sungguh kalian sangat tepat mendampingi Im-yangsin-taihap, dan kalian demikian terbuka dalam hal ini,
sehingga aku melihat betapa luas peluang untuk
meraih cinta Im-yang-sin-taihap, ji-moi, menurut
kalian apakah aku tepat menjadi bagian dari kalian ?"
sela Khu-hong-in "Khu-cici, tepat dan tidak tepat tergantung type cinta
apa yang hendak cici persembahkan kepada Bu-ko,
dan menurut saya, siapapun wanita itu, jika Bu-ko
mengambilnya pasti sudah layak berbagi tempat
denganku disamping Bu-ko." sahut Kwee-kim-in.
"terimakasih atas kelapangan hati In-moi, semoga
Thian menetapkan takdirku ada diantaramu In-moi,
namun sebagaimana kata Li-moi, aku akan lega
dengan apapun keputusan dari Im-yang-sin-taihap."
sela Lauw-bi-hong "benar sekali Bi-hong, karena kharisma Im-yang-sintaihap kita berubah, dan sekarang cinta kita akan
diuji, boleh jadi selama ini kita bertahan karena
hangat dan indahnya bayangan cinta Im-yang-sintaihap, dan setelah bertemu kenyataan bahwa beliau
telah memiliki istri, hati kita juga lega dengan
kenyataan itu, tidak ada rasa kecewa maupun sakit
dalam hatiku akan kenyataan ini, lalu bagaimana
nanti keputusan Im-yang-sin-taihap, tidak sabar aku
ingin mengetahui apa yang kurasakan."
"Khu-cici, alangkah tegarnya perasaan cinta yang
kamu tunjukkan pada suamiku, saya juga
mendoakan kepada Thian, semoga cinta yang
sedemikian besar mendapat pelabuhan yang sesuai
harapan cici." "terimakasih In-moi, sungguh ungkapanmu membuat
aku haru dan bahagia." sahut Khu-hong-in sambil
memeluk Kwee-kim-in. "suamiku meminta kita makan panggang kelinci ini."
"In-moi, walaupun aku belum menerima keputusan
Im-yang-sin-taihap, namun jika beliau menyuruhku
makan mendahuluinya, rasanya tidak mungkin aku
dapat telan, rasa takluk dan salutku padanya
membuat aku bersikap demikian." ujar Lauw-bi-hong
"aku juga demikian Hong-cici, aku mengerti sekali
dengan sikap cici, kita berempat mencintai Bu-ko, jadi
tentu kita punya perasaan yang sama." sahut Kweekim-in, keempat sepakat melalui rasa untuk
menunggu Im-yang-sin-taihap.
Setengah jam kemudian Kwaa-han-bu datang
membawa seekor kijang yang sudah disembelih
"kenapa kalian belum makan ?" tanya Kwaa-han-bu
sambil melihat dua panggang kelinci yang masih
teronggok diatas daun pisang.
"Bu-ko, saya dan sam cici sepakat menunggumu
untuk makan bersama." jawab Kwee-kim-in.
"jika demikian tunggulah sebentar, aku akan
menguliti kijang ini, siapkanlah bumbunya In-moi !"
ujar Kwaa-han-bu Hanya dalam lima belas menit kijang telah selesai
dikuliti, dan panggang guling kijangpun mulai
menebar aroma yang menerbitkan selera,
"Bu-ko karena nampaknya hari ini kita akan makan
besar, aku akan mengambil beberapa helai daun
untuk alas makan kita."
"benar aku akan menemani In-moi." sela Khu-hong-in
"demikian juga aku, ranting untuk daging panggang
besar ini kelihatannya kurang, aku akan mencari
tambahan ranting." sela Lauw-bi-hong, kemudian
ketiganya meninggalkan Kwaa-han-bu dan Cia-sian-li
Cia-sian-li merasa kikuk dan jengah setelah berduaan
dengan Kwaa-han-bu, Kwaa-han-bu menatap wajah
yang tertunduk itu "Li-moi, bagaimana kabar paman di Kanghu ?"
Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bu-ko kami tidak lagi di Kanghu, ayah dan ibu pindah
ke Kun-lun-san sementara aku mengadakan
perjalanan ke selatan."
"kenapa paman pindah Li-moi ?"
"kami diusir oleh The-kuncu, karena sakit hati
lamarannya kami tolak."
"lalu kenapa kamu tidak ikut paman ke Kun-lun-san ?"
"hal kita telah diketahui oleh ayah, dan ayah
menyarankan aku untuk berkelana untuk
membaktikan kebaikan di rimba persilatan, dan
harapan mereka sebagaimana harapanku tentang
ikatan diantara kita." jawab Cia-sian-li, sejenak
keduanya terdiam "Bu-ko, aku melihat bahwa In-moi sudah menjadi
istrimu, sungguh aku merasa bahagia dengan
kenyataan itu, dan hatiku selalu berharap bahwa aku
dapat hidup disampingmu, sebagai apakah aku, tidak
masalah bagiku, hidup dengan melihat engkau ada
didekatku, merupakan kebahagian dan tujuan
hidupku." ujar Cia-sian-li, Kwaa-han-bu berdiri dan
meraih tangan Cia-sian-li, betapa gugupnya Cia-sian-li
merasakan tarikan tangan Kwaa-han-bu yang
mengajaknya berdiri, setelah Cia-sian-li berdiri,
sebelah tangan Kwaa-hanbu memeluk pinggang Ciasian-li, makin gemetar tubuh Cia-sian-li
Li-moi, apa yang kamu harapkan sama dengan
harapanku, aku juga merindukan dan mencintaimu,
aku akan menikahimu sayang." bisik Kwaa-han-bu
mesra, Cia-sian-li merasa terbang keawang-awang,
terlebih sebuah lumatan mesra pada bibirnya
membuat dia megap-megap tidak berdaya,
tangannya melingkar dileher Kwaa-han-bu dan
menikmati lumatan hangat pada bibirnya.
Keduanya saling melepas lumatan panjang dan nafas
mereka saling memburu, Cia-sian-li menunduk malu
dan bahagia, tidak lama Lauw-bi-hong datang
membawa ranting kayu "Hong-cici, dimanakah In-moi dan Khu-cici "
"mungkin masih mencari daun disebelah hilir sungai."
"bu-ko aku akan menyusul mereka." ujar Cia-sian-li
sambil tersenyum mesra dan pandangan lembut.
"baiklah, dan cepatlah kalian kembali." sahut Kwaahan-bu, Cia-sian-li segera meninggalkan keduanya
Lauw-bi-hong meletakkan ranting didekat perapian,
dan menambah ranting untuk menambah bara api,
dirinya tidak kuasa menatap Kwaa-han-bu, suasana
hening "Bi-hong, kemanakah engakau selama ini ?" tanya
Kwaa-han-bu memecah kesunyian
"aku hanya berkelana di timur sambil memperbaiki
diriku." "lalu apa yang kamu rasakan selama ini dalam usaha
memperbaiki diri itu ?"
"sungguh nikmat she-taihap, berbuat baik kepada
orang menimbulkan kebahagian tersendiri, walaupun
pada awalnya perubahan diri itu dipicu karena hatiku
yang mencinta dirimu."
"tidakkah kamu tahu bahwa aku sudah berisitri "
tentu kamu kecewa bukan ?"
"aku tidak kecewa taihap, malah sebaliknya aku
merasa tidak patut, istrimu sungguh luar biasa,
cintanya demikian besar dan murni padamu,
sementara aku wanita yang terjebak pada kenistaan
hidup, aku menyadari bahwa aku tidak pantas untuk
dirimu, namun hati ini dengan tidak mengenal malu
tetap ingin dekat denganmu, aku akan berusaha
bertahan pada kebaikan ini walaupun aku tidak
pantas disampingmu."
"kamu demikian baik Bi-hong, cintamu telah
membawa kebaikan yang luarbiasa, ketahuilah Bihong, harapan orang baik, Thian selalu perkenankan,
aku tidak tahu apakah cintaku dapat memenuhi
kecintaanmu yang luar biasa itu." ujar Kwaa-han-bu,
mendengar itu serta merta Lauw-bi-hong menatap
wajah Kwaa-han-bu. "she-taihap, sungguh engkau telah menyanjungku
sedemikian rupa, dan membuatku malu akan diriku."
"Bi-hong, cintamu merupakan anugrah besar, aku
bangga dengan dirimu, tidak bisa ku ingkari bahwa
aku juga mencintaimu, memberikan bagian belahan
jiwaku ini untukmu apakah pantas dan mencukupi
bagi besarnya cintamu."
"she-taihap, jawabanmnu saja telah memenuhi
rongga batinku, sungguh sangat melimpah kurasakan
jika aku dapat menjadi bagian dari belahan jiwamu."
sahut Lauw-bi-hong dengan nada bergetar, Kwaa-hanbu mendekati Lauw-bi-hong dan mengajaknya berdiri,
Lauw-bi-hong merasa debaran hati yang bertalu-talu
ketika jemari Kwaa-han-bu meraih tubuhnya, begitu
dekat wajah Kwaa-han-bu, sehingga merasakan
hembusan nafas membelai pipinya
"menikahlah denganku Bi-hong." bisik Kwaa-han-bu,
Kwaa-han-bu langsung lemas dan mandah saja ketika
tubuhnya dipeluk erat Kwaa-han-bu, saat Lauw-bihong merasakan kenyataan kepalanya bersandar
lekat didada Kwaa-han-bu, hatinya haru bahagia, dan
tidak terasa air matanya mengalir deras menikmati
hangatnya pelukan itu. Tidak lama kemudian Kwee-kim-in beserta yang yang
lain "apakah sudah matang hong-cici?" Tanya Kwee-kim-in
"sudah In-moi, marilah kita hidangkan pesta kecil kita
ini." jawab Lauw-bi-hong, kemudian merekapun
duduk melingkar menyantap daging panggang kijang
yang harum dan lezat Khu-hong-in melirik Kwaa-han-bu penuh hati berdebar,
karena ketika mereka sedang mencari daun bersama
Kwee-kim-in "bagimana ceritanya saat Khu-cici pertemuan dengan
Bu-koko ?" "pertemuan yang amat janggal sebenarnya In-moi
"maksudnya bagaimana cici ?"
"kami bertiga sejak mendengar bahwa musuh kami
adalah she-taihap, perasaan salut dan birahi kami
muncul, dan dalam usaha untuk meringkus she-taihap,
kami bertiga dirundung oleh perasaan hangat yang
bergejolak." "lalu bagaimana Khu-cici ?"
"saat pertemuan itu untungnya tidak terjadi
pertempuran, disebabkan hati kami yang memang
sudah takluk, dan she-taihap memilih menasehati
kami dengan kata-kata dari pada memukuli kami."
"lalu apa selanjutnya yang terjadi Khu-cici?"
"mendengar nasehat itu kami tahu bahwa terus
menentang she-taihap akan celaka, sementara hati
kami kian bergolak cinta pada paras dan
kewibawaannya, saat itu aku dengan tidak malumalu menawarkan apa yang kurasakan pada shetaihap, namun she-taihap menyatakan bahwa cintaku
itu berdasarkan birahi sesaat."
"terus bagaimana cici ?"
"setelah she-taihap meninggalkan kami, kami bertiga
berpisah untuk mengambil jalan masing-masing,
hatiku selama tiga bulan bertanya-tanya benarkah
cintaku berlandaskan birahi, kemudian aku singgah
disebuah likoan di kota changchung dan bertemu
dengan seorang lelaki tampan anak seorang
hartawan, selama tiga hari akupun lupa dengan shetaihap, suatu malam aku bermimpi setelah selesai
melakukan hubungan dengan lelaki yang menjadi
kekasihku itu." "apakah mimpimu itu Khu-cici ?"
"aku bermimpi melihat diriku jatuh dan terhempas
kedalam Lumpur, badanku kotor sekali, kemudian aku
mencari sumber air untuk mencuci badanku yang
kotor, namun berhari-hari aku mencari sumber air
tidak aku dapatkan, dan anehnya setiap aku berhenti
selalu ada rawa kotor disampingku."
"lalu bagaimana selanjutnya cici ?"
"setelah esoknya aku meninggalkan kekasihku itu,
dan anehnya selama tiga hari aku berturur-turut
mengalami mimpi yang sama, kemudian kuputuskan
untuk menyendiri disebuah hutan di sebelah utara
kota changchung, aku mau jadi pertapa saja, selama
dua tahun aku menyendiri, keadaanku baik-baik saja,
namun pada tahun ketiga aku teringat pada shetaihap, dan hatiku yang lain berkata bahwa aku ini
tidak pantas, semakin aku berusaha melupakan shetaihap semakin besar kerinduanku padanya."
"selanjutnya bagaimana cici ?"
"sejak itu aku tidak lagi kuasa menghindar dari
bayang-bayang she-taihap, akhirnya aku sakit karena
rindu, saat sakit itu aku berpikir biarlah aku mati saja,
namun apa yang kuharapkan tidak terjadi, aku
bahkan sebulan kemudian sehat kembali, semakin
kerinduanku itu menyesak dan melemahkan timbul
kenyamanan yang tiada tara yang kurasakan."
"kemudian bagaimana cici ?"
"aku pun keluar dari hutan dan hendak menuju
keselatan, disepanjang perjalanan aku malu pada
diriku, karena mengingat kebejatan yang aku
lakukan, jika aku memberikan bantuan pada orang,
semakin diriku merasa tidak pantas dengan orang
kurindukan." "lalu selanjutnya bagaimana cici?"
"oleh karena perasaan tidak pantas itu aku mencoba
menghilangkan perasaan itu, tapi tidak bisa, kemudian
aku berpikir bahwa jika ada seorang pendekar yang
mencintaiku, tentu aku dapat melupakan she-taihap,
demikianlah ketika aku sampai di kota Sinyang, aku
melihat Ui-hai-liong-siang, dia adalah pendekar
kenamaan, memiliki pribadi yang kuat, lalu aku
mendatanginya dan berusaha untuk membujuknya,
aku tahu ia juga sudah menikah, aku hanya minta
sedikit dari cintanya, aku bangga dengan perasaan itu,
bahwa cintaku saat itu bukan didorong keinginan
birahi tapi didorong keinginan bertahan pada
kebaikan." "lalu bagaimana tanggapan Ui-hai-liong-siang ?"
"dia menolak, dan menyarankan bahwa perasaanku
itu bukan untuknya tapi kepada she-taihap, bahkan
dia mengatakan bahwa she-taihap akan melihat apa
yang kuperjuangkan dalam cinta itu akan diketahui
oleh she-taihap tanpa kuutarakan."
"hmh"lalu bagaimana setelah bertemu dengan Buko ?" "entahlah In-moi, hatiku makin sayang padanya,
hatiku haru dan gembira melihatnya, dan kenapa aku
gembira dan hari itupun tidak kuketahui, tidak ada
sedikitpun terbersit dalam hatiku bahwa cintaku tidak
bersambut, mungkinkah karena sikapmu In-moi?"
"mungkin saja Khu-cici, marilah kita kembali, nanti
kita akan ketahui bagimana jadinya."
Setelah selesai makan, empat wanita itu
membersihkan tempat bekas makan, kemudian
keempatnya duduk dihadapan Kwaa-hanbu
"In-moi, bagimana pandanganmu terhadap ketiga
lihap ini ?" "Bu-ko, Li-cici orang yang pertama menawan hatimu,
dan dua cici ini adalah dua wanita yang luarbiasa
yang demikian ulet mencari nilai cinta yang mereka
rasakan, cinta mereka menghasilkan kebaikan, jadi
mengabaikan cinta pertama apakah hasilnya "
menelantarkan kebaikan apa pulakah yang tersisa,
tentu pertanyaan ini hanya Bu-ko yang dapat
memberi jawaban." "In-moi-ku sayang, jawabanmu sungguh membuat
aku takluk, syukur kepada Thian akan anugrah yang
telah memberikan dirimu padaku." sahut Kwaa-han-bu
"baiklah dan dengarkanlah, kita semua akan ke
Kunleng dan disana perasaan cinta akan diikatkan,
Khu-hong-in, kamu adalah wanita yang tidak sungkan
dengan perasaanmu, kamu demikian terbuka,
usahamu selama ini dalam memahami cintamu
demikian ulet, matamu jelas menunjukkannya
padaku, cintamu juga akan berlabuh dipantai
pengharapan yang selalu kamu impikan sayang,
cintaku juga berlimpah padamu." ujar Kwaa-han-bu,
mendengar itu ketiga wanita itu menangis sesugukan
dan tiba-tiba ketiganya memeluk Kwee-kim-in, Kweekim-in tidak kuasa ikut juga menangis bahagia
menyambut pelukan dari tiga rekannya dalam
mencintai Kwaa-han-bu Sesampai mereka di Kun-leng, Kwaa-han-bu menemui
pek-peknya Kwaa-tang-kui "Kui-pek, selamat bertemu kembali."
"hmh".siapakah ?" tanya lelaki tua keluar dari
kedainya "Kui-pek, saya adalah Han-bu."
"Han-bu, anak bungsu anak bungsu Lun-te !?"
"benar Kui-pek."
"ya..thian ". ternyata kamu selamat dari makar Pahsim-sai-jin di pulau kura-kura, ayok mari masuk, Ahok gantikan aku melayani pembeli." Ujar Kwaa-tangkui, kemudian merekapun masuk dan disambut
keluarga pamannya "kemana saja kamu selama ini Bu-ji ?"
"maaf Kui-pek setelah keluar dari Pulau kura-kura aku
langsung menyibukkan diriku dengan tugas-tugas
didunia persilatan sampai bertemu dengan Pah-sim
Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sai-jin." "jadi Im-yang-sin-taihap itu ternyata kamu Bu-ji."
"benar paman, dan kenalkan ini adalah Kwee-kim-In,
putri dari paman Kwee-thian, dan sekarang ia adalah
istri saya." sahut Kwaa-han-bu, Kwaa-tang-kui dan
keluarga manggut-manggut dan menyambut dengan
senyum ketika Kwee-kim-in menjura hormat pada
mereka. "dan ini adalah Cia-sian-li, Lauw-bi-hong dan Khuhong-in, ketiganya adalah calon istriku yang aku ingin
mengikat pernikahan disini Kui-pek."
"demikiankah Bu-ji !?"
"benar Kui-pek."
"jadi kapan rencanamu menikahi ketiga calon istrimu
ini ?" "setelah kami memasuki rumah yang ditinggalkan
ayah Kui-pek." "rumah itu masih berdiri kokoh, hanya tidak terawat,
jadi harus kita bersihkan dulu."
"benar paman, bagaimana baiknya saya serahkan
pada Kui-pek sebagai pengganti orangtua saya."
"baiklah kalau begitu, besok kita akan melihat
keadaan rumahmu dan membersihkan serta
merenovasi yang perlu." sahut Kwaa-tang-kui
Keesokan harinya rumah peninggalan orang tua
Kwaa-han-bu pun di renovasi dan dibersihkan, dua
minggu pekerjaan itupun selesai, rumah besar itu pun
asri kembali, catnya yang baru demikian cemerlang
ditengah kota yang lumayan besar itu, warga kota
pun merasa senang dengan kedatangan Im-yang-sintaihap, seorang pendekar yang luar biasa, merupakan
kebanggan tersendiri bagi warga kota karena
bagaimanapun she-taihap adalah asli dari bagian
warga kota Kun-leng. Terlebih ketika undangan pernikahan Im-yang-sintaihap disebar, warga kota berduyun-duyun
menghadirinya, termasuk Gak-kungcu dan para
hartawan, ketiga wanita yang disandingkan dengan
Kwaa-han-bu merasakan bahagia yang tidak
terlukiskan, terlebih Kwee-kim-in merasa bahagia
melihat ketiga kebahagiaan ketiganya ditambah
perutnya yang semakin besar karena hamilnya sudah
genap empat bulan dan gerakan jabang bayi shetaihap menambah suka citanya.
"Cia-sian-li, Lauw-bi-hong dan Khu-hong-in dengan iba
dan bahagia melayani suami mereka mereguk
madunya jalinan suami istri, limpahan cinta dan
kemesraan Kwaa-han-bu demikian melelapkan hati
mereka, selama sebulan madu asmara itu bertubi-tubi
tak terlukiskan. Kwaa-han-bu dan keempat istrinya berdiam di Kunleng, kebahagiaan mereka makin lengkap saat Kweekim-in melahirkan anak pertamanya, ditambah Khuhong-in diketahui hamil, anak kwee-kim-in seorang
perempuan dan diberi nama Kwaa-thian-eng, sungguh
keluarga itu damai dan harmonis, hari-hari dilalui
dengan indahnya kebersamaan diantara mereka, Khuhong-in demikian menikmati masa-masa hamilnya
demikian juga disusul oleh Cia-sian-li dan yang
terakhir kehamilan Lauw-bi-hong ketika hamil Khuhong-in genap sembilan bulan, dan melahirkan anak
perempuan yang diberi nama Kwaa-hoa-mei.
Kota Yinchuan sebagimana biasa ramai dan sibuk,
seorang lelaki berumur hampir lima puluh tahun
memasuki kota, wajahnya burik dan perawakannya
tinggi, dia adalah Lu-koai atau Pah-sim-sai-jin, setelah
lima tahun berada di kota Dali belajar dibawah
asuhan Hoatsut-sian. Selama melalui beraneka macam tapa dan
pemenuhan syarat, Pah-sim-sai-jin dengan gigih
memahamkan ilmu sihir yang dipelajarinya, sehingga
dalam jangka empat tahun Pah-sim-sai-jin sudah
dapat mengimbangi Hoatsut-sian, Pah-sim-sai-jin
mempelajari dua jenis ilmu dari Hoatsut-sian, yakni
"Giamlo-seng-hoatsut" (sihir malaikat maut) dan
"Bong-pai-khai" (membuka nisan).
"sekarang kamu keluarlah dari sini, dan rajut kembali
cita-citamu yang telah di hancurkan she-taihap !"
"baik, apakah Hoatsut-sian masih tetap disini atau ikut
saya kedunia ramai ?"
"hehehe"hehe" tidak perlu, aku lebih suka disini."
"hmh"baik kalau begitu aku berangkat." sahut Pahsim-sai-jin sambil berkelabat dari depan Hoatsut-sian.
Semua orang dalam likoan terkesima melihat wajah
yang tidak asing itu, Pah-sim-sai-jin balas menatap
dan spontan orang-orang itu tertunduk
"aku mau makan cepat kalian sediakan makanan
enak untukku !" teriak Pah-sim-sai-jin, pemiliki likoan
segera memerintahkan anak buahnya menyediakan
dan menghidangkan makanan, setelah makanan
terhidang Pah-sim-sai-jin makan dengan lahap
"siapa diantara kalian dari kalangan kangowu segera
mendekat kesini." teriak Pah-sim-sai-jin sambil
mengunyah makanannya, tidak ada seorangpun yang
bergerak "apa kalian tidak mendengar perintahku !" bentak
Pah-sim-sai-jin, lima orang bergerak hendak melarikan
diri, namun sekali kibas beberapa butir nasi telah
menghantam tubuh kelimanya sehingga mereka
kaku. "kalian seret lima orang itu kesini !" teriak Pah-sim-saijin, orang-orang yang dilanda ketakutan itu segera
bergerak mengangngkat lima orang itu kedepan Pahsim-sai-jin, kelima orang itu wajahnya pucat sekali
karena takutnya "kalian ceritakan keadaan dunia persilatan sekarang !"
"tidak ada kejadian yang menonjol kecuali hanya
berita pertemuan yang akan diadakan di kota Sinyang
yang disponsori Ui-hai-sian atas nama she-taihap."
"hmh..kapan pertemuan itu akan dilaksanakan ?"
"pertemuan itu akan dilangsungkan dua bulan lagi."
"hal apa yang mau dibicarakan pada pertemuan itu ?"
"pemilihan bengcu tuan."
"hmh"sekarang kalian cari lima gadis cantik untuk
melayaniku." "tuan di tempat bordil banyak wanita cantik dan tuan
akan dilayani dengan baik."
"sialan, aku tidak ingin wanita-wanita seperti itu,
carikan aku lima gadis perawan, kalian harus
dapatkan sampai siang nanti, cepat !" bentak Pah-simsai-jin, kelima orang itu makin keder ketakutan.
Kelima orang itu pun keluar dari likoan, disebuah gang
mereka berhenti "bagaimana menurut sicu, apakah kita akan
melakukan perintah Pah-sim-sai-jin ?"
"aku tidak mau, lebih baik menghindar selagi ada
kesempatan." sela seorang dari mereka dan segera
berkelabat dengan cepat keluar kota, empat yang lain
serta merta menyusul melarikan diri.
Pada siang harinya, kelima orang itu tidak muncul,
sementara Pah-sim-sai-jin sedang rebahan
diranjangnya yang empuk, dengan senyum sinis Pahsim-sai-jin duduk dan sejenak matanya terpejam dan
mulutnya komat-kamit melafalkan mantra, setelah
selesai terjadi keanehan pada kelima orang yang
sedang melarikan diri. Kelima orang itu sudah sampai di tengah hutan yang
jauh dari gerbang utara kota
"heh" kita istirahat dulu !" seru seorang dari mereka
"ya..kita istirahat dulu, aduh aku rasanya capek
sekali." sela yang lain, kemudian merekapun istirahat,
setelah serengah jam seorang dari mereka berkata
"heh..bukankah kita tadi sudah melewati gundukan
tanah itu dan pohon tumbang ini ?" keempat
rekannya melihat gundukan tanah dan pohon
tumbang yang ditunjuk temannya
"hmh". sepertinya benar juga." Sela yang lain
"tapi mungkin saja areal yang kita lalui tadi sama
dengan tempat ini." sahut seorang dari mereka
"sudahlah mari kita lanjutkan, supaya nanti sore kita
sudah keluar dari hutan ini." ujar yang lain, lalu
merekapun bergerak mengerahkan tenaga sakti
untuk berlari. Dua jam kemudian mereka kembali istirahat, karena
merasa kecapean, terlihat dari nafas mereka yang
memburu "hah..ini lagi gundukan tadi dan ini lagi pohon
tumbang tadi." seru seorang dari mereka
"hmh"ini pohon yang tadi saya duduki." gumam
seorang yang paling tua diantara mereka.
"hmh..kenapa seperti ini sicu, apa yang terjadi dengan
kita ?" "mungkinkah kita hanya berputar-putar diareal ini
saja ?" "aduh perutku sangat lapar, sebaiknya kita cari
binatang buruan untuk makanan."
"benar aku juga merasa sangat lapar." sahut yang
lain, lalu merekapun mencari-cari binatang buruan,
namun sampai malam tiba mereka tidak
mendapatkan seekor apapun untuk dimakan.
Kelimanya menggeloso lemas, setelah malam kian
merambat tiba-tiba seorang dari mereka melihat
seeor ayam hutan "itu ada seekor ayam hutan."
"mana ayam hutannya ?" tanya empat orang
rekannya "itu bukan ayam hutan tapi ular ."
"bukan ular tapi tikus hutan." sela yang lain
"kalian ini bagaimana sih, bebek kok dikatakan tikus
hutan." "kalian salah semua yang benar itu adalah anjing
hutan." Kelimanya berbantah-bantah tentang apa yang
mereka lihat, lalu mereka terdiam dan saling pandang
"iihh..hutan ini rasanya aneh dan mengerikan,
mungkin kita ini kerasukan siluman hutan ini." seru
yang tertua dari mereka, empat rekannya ikut
merinding ketakutan "apa yang harus kita lakukan sicu, badanku tidak
dapat lagi bergerak saking lapar dan lemasnya."
"saya juga merasakan hal yang sama." Sahut empat
rekannya serempak, kemudian terdengar desisian
binatang dari semak-semak
"ihh..ular..ular datang mendekati kita." teriak seorang
dari mereka dan hendak bangkit dari tempat dia
merebahkan diri, namun badannya tidak kuasa ia
angkat, yang lain juga merasakan hal yang sama,
wajah mereka pucat ketakutan memandang kearah
segerombolan ular yang merayap mendekati mereka
"aduh". Agh".. shhhh"aouw?"aduh?"" teriak
mereka berberangan karena ular-ular itu sudah
mematuk tubuh mereka, berkali-kali mereka menjerit
kesakitan akibat patokan ular yang bertubi-tubi, tubuh
mereka tegang meredam rasa sakit bisa ular yang
meracuni darah mereka, tiba-tiba segerombolan
serigala muncul dengan lidah menjulur, dengan buas
serigala-serigala itu menerkam tubuh mereka yang
sedang menggeliat tidak berdaya dan kesakitan.
Naas dan malang nasib kelima orang tersebut, tubuh
mereka dirobek-robek oleh serigala, dikelarutan
malam yang mengerikan itu kelimanya tewas
menjadi santapan binatang hutan yang buas, mereka
sekarat saat dicabik-cabik serigala sehingga
kelimanya tewas mengenaskan, di dalam kamar
disebuah likoan dimana Pah-sim-sai-jin berada,
tersenyum puas sambil merebahkan diri dan menarik
selimut hangat menjemput tidur
"mampuslah kalian berani menentang keinginan Pahsim-sai-jin." gumamnya dengan seulas senyum sinis.
Keesokan harinya Pah-sim-sai-jin meninggalkan kota
Yinchuan dan berlari cepat kearah wilayah timur, dia
ingin memamfaatkan momen pertemuan yang akan
diadakan di kota Sinyang untuk menjalankan misi
kejahatannya, setiap desa dan kota yang
disinggahinya, Pah-sim-sai-jin selalu membuat kacau
dan meneroror orang-orang yang bertemu dengannya
atau yang sengaja ia datangi, momok Pah-sim-sai-jin
kembali bergema membuat orang ngeri dan
ketakutan. Kota sinyang dibanjiri para kalangan dari dunia
persilatan, banyak para kalangan perampok dan
perguruan sesat yang datang, demikian juga para
golongan pendekar, bahkan delapan partai besar yang
sudah mulai tumbuh kembali ikut andil untuk
menghadiri pertemuan tersebut.
Pertemuan itu diadakan di "Ang-coa-kok" (lembah ular
merah) di sebelah barat gerbang kota Sinyang,
ciangbujin delapan partai besar sudah hadir dan
membuat tenda di pinggir lembah, beberapa bukoan
lain juga demikian, para perampok dan bajak juga
tidak ketinggalan, beberapa pendekar baik laki-laki
dan perempuan juga sudah banyak yang memasuki
wilayah lembah, kumpulan kaipang juga banyak hadir
dan mebuat tenda-tenda darurat bagi kumpulan
mereka, Ui-hai-sian selaku sponsor pertemuan sejak
dua hari yang lalu sudah berada disekitar lembah.
Keesokan harinya orang-orang itu pun bergerak turun
menuju sebuah lapangan yang sangat luas, tanpa ada
protokoler mereka mengambil tempat masing-masing
mengelilingi area lapangan tersebut, rombongan yang
Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pertama mengambil tempat adalah sepuluh orang dari
"Kui-liong-bukoan" (perguruan naga siluman) yang
berasal dari kota changchung mereka dipimpin oleh
kauwsunya sendiri yang berjulukan "Hak-kwi" (si
jubah setan), kemudian muncul empat orang yang
terdiri dari tiga laki-laki dan seorang perempuan,
mereka itu dikenal dengan "hoa-kok-kui-si" (empat
siluman lembah bunga) Kemudian disusul dua orang lelaki berumur empat
puluh lima tahun, keduanya dikenal dengan julukan
"Tung-san-sian-ji" (dua dewa laut timur), lalu empat
rombongan rampok yang dipimpin oleh ketua masingmasing, lelu kemudian empat rombongan bajak laut,
setengah jam kemudian tujuh rombongan pengemis
pun sampai dilapangan tersebut dan dipimpin pangcu
masing-masing. Lalu kemudian lima rombongan piauwkiok juga
sampai dan mengambil tempat di antara kumpulan
yang sudah hadir, ketika hari sudah siang hampir tiga
ratus orang memadati lapangan pertemuan tersebut
dan Ui-hai-sian pun berdiri dan melangkah ketengah
lapangan. "para hohan, sicu pangcu, kauwsu dan cianpwe yang
terhormat, selamat datang saya ucapkan atas
kehadirannya pada pertemuan kali ini, pada undangan
yang kami sampaikan, bahwa pertemuan kita ini
diadakan untuk menetapkan bengcu rimba persilatan
yang selama ini tidak jelas bagi kita."
"Ui-hai-sian yang terhormat, tidak jelas bagi kita
hanya setelah kemunculan Pah-sim-sai-jin, dan ide
pertemuan penetapan bengcu hari ini sudah sangat
tepat, tapi kenapa she-taihap atau setidaknya pathong-heng-te tidak ada yang hadir pada pertemuan
ini." sela Lo-sian (dewa tua) seorang kakek berumur
tujuh puluh tahun. "Kita juga mengharapkan kehadiran dari mereka sicu,
namun sampai siang begini belum ada pun dari
mereka yang hadir, tapi yang jelas sebagaimana
dalam undangan yang disebar bahwa Im-yang-sintaihap sudah menyetujui pertemuan ini, jadi
bagaimana menurut sicu sekalian ?"
"jika memang demikian, saya juga setuju
melanjutkan pertemuan ini, karena hadir tidak
hadirnya she-taihap, terlebih yang tersisa hanya Imyang-sin-taihap yang merupakan keturunan bengcu,
dan juga pengambilan alihan bengcu dari tangan shetaihap tidak diperlukan karena yang ada hanya
keturunan bengcu yang dalam hal ini Kwee-san-kui."
sela Wan-kui salah satu dari Tung-san-sian-ji
"JIka memang kita sama sepakat maka marilah kita
mulai pertemuan ini dengan membicarakan syaratsyarat penunjukan bengcu." sahut Ui-hai-sian
"persyaratan pada umumnya adalah yang terpandai
diantara kita dalam pibu, dan juga syarat calon
bengcu di ajukan oleh setidaknya lima puluh orang."
sela "Hak-kwi" "kiranya itu saja sudah cukup, dan marilah kita mulai
mengajukan calon bengcu." Sahut Ui-hai-sian.
"kami dari kalangan Piauwsu mengajukan "Pengtwi" (tendangan garuda) sebagi bengcu" teriak orang
dari kalangan piauwsu "kami dari kalangan kaipang mengajukan "pak-kangtung" (tongkat baja dari utara)
"kami dari kalangan bajak laut mengajukan "Hakkwi" "kami dari kalangan tai-ong mengajukan "Mo-sanlohap" (pertapa dari gunung setan)
"kami dari kalangan yang tidak punya perkumpulan
mengajukan "Ui-hai-sian"
"kami dari shaolin, gobi dan kun-lun mengajukan
"Pek-hak-lojin" (si tua berbaju putih)
Kami dari Khotong-pai, Hoasan-pai mengajukan "Sinciu-sian" (dewa arak sakti)
"kami dari Hengsan-pai dan Thaisan-pai mengajukan
"Liong-kiam-hiap" (pendekar pedang naga)
"mohon kepada yan namanya telah diajukan supaya
maju ketengah lapangan !" ujar Ui-hai-sian, tujuh
orang segera melompat ketengah lapangan.
Peng-twi seorang lelaki tampan yang sudah berumur
lima puluh tahun, demikian juga dengan "Pak-kangtung" hanya saja Pak-kang-tung lebih pendek dari
Peng-poh, sementara Hak-kwi juga berumur
sepantaran dengan Peng-poh, namun wajahnya putih
dengan stelan baju panjang hitam, kemudian Mo-sanlohap lelaki tua berumur enam puluh tahun dengan
wajah kemerah-merahan dan mata yang sangat cipit,
Rahasia Dara Iblis 1 Pendekar Rajawali Sakti 117 Memburu Pengkhianat The Order Of Phoenix 6
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama