terkejut saat ekor berbulu muncul dari dasar tulang punggungku. Tapi aku pernah
berubah jadi bajing sebelumnya. Ini mirip dengan proses menjadi bajing.
Tapi bulu-bulu ini sungguh pengalaman baru. Oh, aku pernah bermetamorfosis jadi
binatang berbulu, tapi belum pernah yang bulunya sepanjang, sebanyak, dan
sebagus ini. Aku seperti memakai mantel bulu mahal. Sebagian besar berwarna
hitam, dengan sapuan putih mengesankan di sepanjang punggung, terus ke ekor.
Indra sigung juga tidak dramatis. Mungkin pendengarannya sedikit lebih tajam
daripada pendengaran manusia. Penciumannya tajam. Penglihatannya tidak setajam
penglihatan manusia. Dan tubuh sigung tidak kuat, gerakannya pun tidak sigap. Gerakannya seperti
melenggok ketika aku mencoba berjalan. Saat kucoba berlari malah lenggokannya
makin kencang. Kaki depanku bisa menangkap dan memegang benda-benda, tapi kemampuannya jauh di
bawah tangan manusia. Yang paling aneh adalah jalan pikiran dan naluri sigung. Aku sudah pernah berada
dalam pikiran yang melulu dipenuhi ketakutan, atau rasa lapar. Pikiran yang
tegang, seperti dipenuhi adrenalin.
Tapi pikiran ini, naluri ini, sangat... lembut. Tidak ada rasa takut. Tidak
sombong dan sok seperti harimau.
Aku seekor binatang yang tak lebih besar daripada kucing rumahan. Tak punya gigi
tajam atau cakar tajam. Tapi nyaris tak ada binatang hutan lain berani
menggangguku. Kurasakan nyamannya rasa percaya diri yang penuh.
Kudengar nguikan bayi-bayi sigung di dalam lubang.
Aku melenggak-lenggok ke arah lubang dan kumasukkan kepalaku ke dalamnya. Gelap,
tapi aku bisa melihat keempat bayi itu.
Bayi yang mungil, tak berdaya. Sebetulnya sudah tidak bayi lagi, tapi mereka
masih belum mampu melindungi diri ataupun berburu mangsa seperti sigung dewasa.
Aku tahu ada orang-orang yang mengira binatang tidak punya emosi. Tapi keempat
bayi sigung itu gembira melihatku. Dan sesuatu dalam pikiran sigungku merasa
lega dan bahagia melihat mereka.
Kukeluarkan belalang yang kini sudah tak lagi beku. Aku merangkak masuk ke dalam
lubang. Aku berbaring melingkar dan keempat bayi sigung itu menempel ke tubuhku.
Kusuapi mereka belalang. Aku tahu aku cuma bisa menjadi sigung selama dua jam. Tapi meskipun aku baru
bangun beberapa jam sebelumnya, kini aku merasa mengantuk. Acara pemberian makan
sudah selesai. Bayi-bayi sigung ini tidak akan kelaparan. Dan aku merasa
mengantuk dan sangat, sangat damai.
Bahkan dalam tidurku aku tahu apa yang sedang terjadi padaku.
Tahu kan, aku sangat cinta binatang. Dari dulu. Tapi sekarang, kurasa aku
kehilangan rasa cintaku. Alam tidak selalu lucu dan berbulu lembut. Yang kuat makan yang lemah. Yang
lemah makan yang lebih lemah lagi. Itulah yang dilakukan para Yeerk: mencoba
memangsa makhluk paling unggul di Bumi, yakni manusia atau Homo sapiens.
WHUMP! "Hei! Hei! Kau di dalam situ" Cassie!"
Aku terbangun. Gelap. Di manakah aku" Di dalam kamarkukah" Apakah aku... oh,
astaga, apakah aku dalam koloni rayap"!
Keempat bayi sigung masih tidur, menempel di tubuhku. Aku berada dalam sarang
sigung.
"Ini aku, Jake. Cassie, keluar dari situ. Sekarang juga! Kau sudah hampir dua
jam jadi sigung!" Aku langsung bangun seratus persen. Aku melesat keluar dari lubang dan segera
memulai proses metamorfosis ke wujud asalku.
Jake berdiri di depan lubang bersama Marco. Tobias bertengger di dahan pohon di
atas mereka. Aku sudah pernah melihat Jake marah. Tapi belum pernah aku melihatnya semarah
ini. "Kau pikir apa yang kaulakukan"!" teriaknya, tanpa menunggu aku jadi manusia.
"Sepuluh menit saja terlambat, kau akan menghabiskan sisa hidupmu sebagai
sigung!"
"Kau sudah sinting ya" Kenapa sih kau ini?" Aku tak pernah tahu bahwa ada urat
di dahi Jake yang langsung menonjol kalau ia marah.
"Aku minta maaf," gumamku setelah selesai bermetamorfosis.
Ia masih belum mau memaafkanku. "Kita punya kemampuan ini bukan untuk hal-hal
seperti itu. Kita tidak akan mencoba menyelamatkan sigung-sigung merana di
dunia," Jake mengomel. "Kita ini pasukan. Pasukan kecil yang lemah dan
menyedihkan. Anggota kita cuma enam. Tobias sudah terperangkap jadi elang. Tapi
dia terperangkap ketika sedang melawan Yeerk. Aku tak percaya kau nyaris
terperangkap hanya gara-gara sigung!"
Marco melangkah mendekat dan meletakkan tangannya di bahu Jake, setengah
menariknya ke belakang. "Sudahlah, Jake. Dia sudah selamat."
"Berkat Tobias," tukas Jake. "Bukan karena dia sendiri."
Aku tak tahu harus bilang apa. Aku terlalu kaget. Dan terus terang saja, aku
sebetulnya ngeri juga memikirkan apa yang nyaris saja terjadi.
"Marco, Tobias, kalian jalan-jalan dulu. Oke?" kata Jake.
Kemudian ia berbalik menghadapiku. Wajahnya cuma beberapa senti dari wajahku.
"Aku tahu pengalamanmu semalam benar-benar mengerikan. Aku ada di sana. Aku
sendiri sampai mimpi buruk. Aku tahu apa yang ada dalam pikiranmu sekarang."
"Aku tidak apa-apa," gumamku.
"Diam dulu dan dengarkan aku," katanya. Tapi kemarahannya sudah reda. "Aku
sayang padamu, Cassie. Kami semua menyayangimu. Dan kami semua membutuhkanmu."
"Supaya bisa menang?" tanyaku. "Kalian membutuhkanku untuk ikut bertempur"
Bagaimana kalau aku tak mau lagi bertempur" Bagaimana kalau aku menganggap semua
ini sudah cukup untukku" Yang kulakukan memang sudah cukup."
"Yang kaulakukan sudah lebih dari cukup. Seratus kali lebih dari cukup. Tapi
para Yeerk masih ada di sini."
Aku mengangkat bahu. "Yang kuat memakan yang lemah," kataku. "Itu bagian dari alam. Manusia selalu
menang, binatang lain selalu kalah. Mungkin sekarang giliran kita untuk kalah."
Jake mengangguk. "Ini bukan masalah ras yang disebut manusia. Ini masalah orangorang yang kita kenal. Orang-orang yang kita temui setiap hari. Kakakku, Tom,
salah satu dari mereka. Jadi, kenapa kau tidak menemui Tom dan bilang padanya
bahwa oke-oke saja dia jadi budak Yeerk karena sekarang giliran kita untuk
kalah?" Jake berbalik dan pergi. "Jake?" Ia berhenti. "Jake" Ehm... ayahku akan mengembalikan induk sigung ke sini beberapa hari lagi.
Aku tak bisa membiarkan bayi-bayinya telantar begitu saja."
Ia bertolak pinggang dan mendelik padaku. "Kau tak bisa berubah wujud begitu
lama. Kau kan sudah tahu."
"Aku tahu. Tapi aku harus menjaga agar tak ada binatang pemangsa yang datang.
Aku harus membawakan makanan untuk mereka. Dan dari waktu ke waktu aku harus
menjelma menjadi sigung, menyamar sebagai induk mereka. Aku tahu, kau dan Marco,
dan mungkin juga orang-orang lain, menganggap ini perbuatan bodoh. Tapi aku
harus melakukannya."
Aku tadi lupa betapa tajamnya pendengaran elang.
"Tobias akan menjaga. Kita susun rencana," kata Jake. "Kita akan menyelamatkan
sigung-sigung jelek itu. Lagi pula kan tak ada hal lain yang harus kita
kerjakan. Kecuali menyelamatkan dunia."
"Terima kasih, Jake," kataku. "Dan... sori. Aku tidak bermaksud membuatmu
ketakutan. Kurasa aku baik?baik saja sekarang."
Ia tersenyum, senyum khasnya yang merekah pelan. "Aku juga baik-baik saja,
Cassie. Asal kau ada di sampingku."
Agak di kejauhan, di sebelah kiri kami, kudengar Marco mengeluarkan suara keras
seperti tersedak. Aku jadi tertawa. Pastilah perasaanku sudah jauh lebih baik, sampai aku bisa
tertawa. Chapter 17 "WAH, ini sih bukan cuma sekadar sinting," kata Marco. Masih hari yang sama,
Minggu malam. Kami semua berkumpul di depan sarang sigung. "Kita akan
membesarkan bayi sigung kecil yang bau ini?"
"Apanya yang sinting?" tanya Rachel tajam.
Rachel yang baik. Ia pasti berpendapat ini ide sinting juga. Tapi ia sahabatku,
dan selalu membelaku. "Mereka kan sigung," kata Marco, sambil memandang bergantian dari Rachel ke
Jake, lalu ke Ax, seakan ia satu-satunya orang normal di bangsal rumah sakit
jiwa. "Mereka kan lucu," kata Rachel, mendelik pada Marco dan kelihatan seperti cewek
yang belum pernah menggunakan kata "lucu".
"Ah, begitu. 'Lucu.' Sekarang jelas jadinya."
Jake menyela, "Cassie tidak bisa membawanya ke klinik. Nanti mereka jadi
terbiasa dengan manusia. Mereka masih kecil. Pengalaman ini akan membekas bagi
mereka. Jadi kita memelihara... sigung-sigung ini......sampai mama sigung pulang
dari rumah sakit."
"Semua binatang keramat bagi Cassie," kata Marco. "Dia kan gabungan Dokter
Doolittle - itu tuh dokter yang ngerti bahasa binatang dan bisa bicara dengan
mereka - dan tokoh penyayang binatang yang muncul dalam acara Flora dan Fauna."
"Kami tidak makan anjing!" protesku.
"Tapi di negara-negara tertentu ada yang makan anjing. Aku baca di Buku Pintar
Dunia.> Kami telah menghadiahkan Buku Pintar Dunia kepada Ax untuk membantunya belajar
tentang Bumi. Sejak itu, ia jadi ahli dalam memberikan informasi-informasi yang
tak berguna. Ia bisa memberitahumu berapa penghasilan tahunan penduduk Tanzania
atau rekor lompat jauh dalam Olympiade.
"Yah, tapi di negara ini orang tidak makan anjing."
"Ehm... maaf?" Jake menyela. Ia menarik-narik pangkal hidungnya. Jelas ia
pusing. Aku bisa memahaminya. "Begini persoalannya: Kita berada kira-kira tiga
ratus meter dari kompleks para Yeerk. Mereka punya sensor, mereka punya penjaga.
Tobias berjaga dari atas, jadi untuk sementara kita selamat. Tapi kita tak boleh
ceroboh. Cassie, ceritakan rencana kita."
"Oke. Besok sementara kita di sekolah, Ax dan Tobias akan menjaga lubang ini.
Dari waktu ke waktu Ax akan berubah menjadi induk sigung. Tobias akan berpatroli
dari atas. Akan kubawakan Tobias makanan beku, supaya dia tak usah berburu
selama berjaga." "Oooh, Daging Tikus Beku Tanpa Lemak," Marco meledek.
"Aku tahu," Marco nyengir puas.
"Kemudian, di luar jam sekolah dan sepanjang malam, kita berempat bergantian
berjaga. Aku yang akan berubah menjadi sigung, tapi di antara saat-saat itu
Jake, Rachel, dan Marco harus bergantian membantu berjaga."
Marco mengangkat tangan. "Ya, Marco?" tanyaku.
"Apakah kita akan mendapat kaus dan stiker bertulisan 'Selamatkan Sigung'?"
"Tak ada yang dipaksa melakukan ini," kataku. "Begini....aku tahu ini kelihatannya
sinting." "Ah, tidak kok," ujar Marco. "Coba saja pikir. Aku sudah bolak-balik tidak
mengerjakan PR. Dad mengira aku ikut geng - entah geng apa - karena aku tak
pernah ada di rumah. Aku kurang tidur karena setiap kali kucoba tidur, tiba-tiba
aku jadi rayap lagi dan aku terbangun sambil jerit-jerit. Aku sama sekali tak
punya waktu untuk duduk dan nonton TV. Dan dalam waktu luangku, aku harus
membantu memikirkan bagaimana kita bisa mencegah para Yeerk mengubah seorang
laki-laki bernama Farrand menjadi Pengendali, supaya mereka bisa memusnahkan
hutan dan menangkap si Cowok-burung dan satu-satunya Andalite di dunia yang
telah membaca Buku Pintar Dunia. Maksudku, aku tahu jadi anak SMP itu berat,
tapi ini sih sudah keterlaluan."
Lama Jake menatap Marco dengan pandangan ragu-ragu. "Jadi, dengan kata lain, kau
akan membantu dengan senang hati."
Kali ini, Jake-lah yang membuat kami semua tertawa. Bahkan Marco pun ikut
tertawa. Marco mengangkat bahu. "Tahu tidak, sebetulnya kita jadi lega juga begitu tahu
bahwa Cassie ternyata sinting. Kita sudah tahu Rachel itu sableng. Kita tahu aku
gila. Cassie satu-satunya yang waras selama ini. Selamat bergabung di
perkumpulan orang sinting, Cassie. Selamatkan sigung! Cium tanaman! Izinkan
anjing ikut pemilu!"
Yang lain semua tertawa. Aku juga ikut tertawa, sedikit. Marco selalu meledekku
sebagai pencinta lingkungan. Biasanya sih oke-oke saja, karena aku tahu
keyakinanku benar. Tapi kali ini humornya menoreh sedikit lebih dalam. Aku tidak menyelamatkan ikan
paus atau panda atau burung hantu berbintik. Aku menyelamatkan beberapa sigung.
Ada banyak sigung di dunia. Mereka sama sekali tidak terancam punah.
Semuanya bermula dari ratu rayap. Serangga. Aku telah membunuh serangga, dan
entah bagaimana, fakta itu telah menggoyahkan keyakinanku yang terdalam.
Mungkin Marco benar. Mungkin aku memang sinting.
Chapter 18 SELAMA dua hari berikutnya kami melindungi dan memberi makan empat bayi sigung.
Walaupun kedengarannya mustahil, tapi ternyata kami berhasil. Yah, boleh
dibilang berhasil. Mungkin aku menipu diri, tapi kurasa yang lain mulai menikmatinya juga. Bisa
ditebak, Marcolah yang memutuskan - sesudah gilirannya berjaga yang pertama bahwa bayi-bayi itu perlu nama.
"Joey, Johnny, Marky, dan C.J.," ia mengumumkan, seakan sudah jelas. "Grup The
Ramones. Godfather punk rock. Mereka akan merasa mendapat kehormatan. Yang
setrip putihnya lebar itu, dia Joey. Nah, si Johnny..."
Mula-mulanya, hanya aku yang bermetamorfosis menjadi induk sigung. Lalu Ax mau.
Kemudian yang lain juga, bergantian. Aku jadi agak cemburu.
Sepulang sekolah, tiga hari kemudian, aku pergi ke sarang sigung dan melihat
Tobias melayang berjaga di atas lubang.
"Jadi anak-anak selamat?"
Marky. Ini tidak baik. Apalagi kalau mereka melakukannya di malam hari.>
Aku menjelma menjadi induk sigung dan merayap ke dalam lubang. Tobias benar anak-anak sigung itu resah. Mereka tumbuh dengan pesat, dan secara naluriah
mereka ingin menjelajah dunia luas di luar lubang mereka.
Tobias lega diberi kesempatan pergi. Tapi begitu ia pergi, aku jadi meragukan
ide brilianku untuk mengajak anak-anak sigung ini berjalan-jalan. Bagaimana aku
bisa menjaga agar mereka tetap berkumpul" Bagaimana kalau mereka memencar"
Sementara aku sedang berdebat sendiri, Marky dengan liar lari keluar dan aku
harus mengejarnya. Tapi begitu aku keluar, anak sigung itu berdiri anteng di
belakangku. Satu demi satu, ketiga anak sigung lainnya keluar. Dan betapa
herannya aku, karena mereka berbaris rapi seperti anak TK yang patuh.
ucapanku.
Aku berjalan pelan-pelan. Sepuluh langkah kemudian aku menoleh. Keempatnya masih
berjajar di belakangku. Aku induk mereka, setahu mereka begitu. Dan mereka sudah
diprogram untuk mengikuti induk mereka.
Aku berjalan terus, merasa agak aneh, tapi bahagia. Kami berjalan-jalan selama
setengah jam. Dari waktu ke waktu kami berhenti untuk mengendus macam-macam bau.
Kebanyakan bau berbagai binatang.
Dan kemudian aku menyadari sesuatu. Kami tentunya tidak hanya jalan-jalan saja.
Anak-anak sigung itu lapar. Aku induk mereka.
Tugaskulah untuk memberi mereka makan.
Jika aku tidak mengajar mereka menangkap serangga, mereka takkan bisa hidup.
Sigung makan beberapa jenis tanaman, tapi mereka juga makan cengkerik dan
belalang, bahkan tikus. Aku berhenti berjalan dan menoleh memandang anak-anakku.
Animorphs - 9 Senjata Rahasia Cassie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Empat bulatan bulu hitam-putih yang hampir serupa. Empat wajah ingin tahu
menatapku. Ingin melihat apa yang akan kulakukan. Ingin belajar.
Selama ini aku memberi mereka belalang dan daging tikus yang dibekukan yang
kubawa dari klinik. Sama seperti yang kuberikan pada Tobias karena ia tak sempat
berburu sendiri. Tapi anak-anak sigung ini tak bisa diberi makan oleh manusia
selamanya. Tiba-tiba terdengar bunyi keras! Ada yang berlari di hutan, menembus pepohonan.
Ceroboh, liar, bising. Dan bunyinya datang mendekati kami!
Aku mulai membawa anak-anak sigung kembali ke lubangnya, tapi bunyi itu makin
keras. Terlalu cepat datangnya!
Kucoba untuk mengendus binatang apa itu, tapi angin bertiup ke arah berlawanan.
Kemudian... GUK! GUK! GUKGUKGUK!
Anjing! Serigala pasti lebih bijaksana. Setelah melihat gumpalan bulu hitam-putih,
serigala pasti memutuskan pergi ke tempat lain. Beruang juga begitu. Semua
binatang liar tahu sebaiknya tidak mengganggu sigung dewasa.
Tapi anjing besar yang riang gembira ini bukan binatang liar. Ia tinggal bersama
manusia. Ia tak tahu apa-apa tentang sigung.
Tanpa berpikir lagi, aku berbalik membelakangi si anjing. Kuangkat ekorku
sebagai peringatan. Anjing itu tetap mendekat. Liur menetes dari sebelah moncongnya dan lidahnya
menjuntai dari sisi lainnya, dan ia sedang luar biasa gembiranya. Ia berada di
hutan, dan ada serombongan binatang kecil hitam-putih yang bisa diajaknya
bermain-main. Anak-anak sigung masih berjajar. Mereka memandangku dengan serius. Nyaris saja
aku tertawa - kalau aku bisa tertawa. Ini saat penting bagi mereka - mereka akan
belajar kenapa binatang yang bijaksana sebaiknya tidak mengganggu sigung.
Aku belum punya pengalaman menyemprot. Tapi pikiran sigung dalam otakku tahu
persis apa yang harus dilakukan.
Aku mengatur bidikanku. Aku menoleh untuk memperkirakan jaraknya. Sasaranku muka anjing itu, dan aku
menyemprot. Tepat pada saat aku menembak, aku punya perasaan aneh bahwa aku
kenal anjing ini, entah di mana.
Tapi sudah terlambat. Sudah sangat terlambat.
Dari jarak tiga meter, semprotanku mengenai sasaran dengan ketepatan peluru
senapan laser. GUK" GUK" Anjing itu langsung berhenti melangkah. Pandangan matanya menyiratkan kengerian
yang luar biasa. Bagaimana mungkin"
Bagaimana mungkin makhluk kecil hitam-putih itu berbuat begini terhadapnya"
Detik berikutnya, aku mendengar sesuatu yang membuatku merasa sangat bersalah.
"Homer" Kenapa kau, Homer?" tanya Jake. "Oh. Ohhhhh, Homer! Aku kan sudah bilang
jangan mengikutiku ke dalam hutan."
"Kaaaing, kaaaing, kaaaing," Homer mendengking memelas.
Jake, Marco, Rachel, dan Ax datang berlarian. Marco sudah terbahak-bahak.
"Kau menyemprot Homer!" Marco terkikik geli. "Cassie menyemprot Homer. Tunggu,
itu Cassie, kan?" Aku benar-benar berpikir untuk pura-pura jadi sigung lain saja.
"Wuahhh, baunya," komentar Rachel. "Jangan tersinggung, Cassie. Tapi maksudku...
hoek! Oh. Ugh."
Homer berusaha menempelkan tubuh pada Jake, tapi betapapun sayangnya Jake pada
anjingnya, ia mana mau didekati. "Jangan, Homer. Aku sudah bilang kau di rumah
saja. Tapi kau bandel, kau malah ikut aku. Sekarang pulanglah. PULANG, Homer!"
Homer akhirnya memutuskan bahwa rumah ternyata tempat yang lebih baik daripada
hutan. Ia berjalan pulang, dengan ekor terkulai di antara dua kaki belakangnya.
"Wah, hebat banget deh," kata Jake. "Luar biasa. Orangtuaku pasti senang sekali
begitu Homer tiba di rumah membawa bau sigung. Ihhh, yuk kita pergi dari sini,
oke" Maksudku, astaga, baunya kebangetan."
Kami meninggalkan tempat berbau busuk itu dan pindah ke dekat lubang sigung.
Kupimpin anak-anak sigung masuk lubang.
Mereka puas dan senang, sehingga langsung bergulung dan tidur. Rupanya jalanjalan tadi sungguh seru bagi mereka.
Aku kembali keluar dan berubah menjadi manusia lagi.
"Bau Homer akan hilang kalau dia kaumandikan dengan jus tomat dan dibiarkan di
luar selama beberapa hari," aku memberitahu Jake. "Sori."
"Kasihan betul Homer," kata Jake. "Tapi kita punya masalah yang lebih besar.
Begini, Cassie, kami datang untuk menemuimu dan Tobias. Ingat si Farrand" Ax dan
Marco kan bisa mengakses komputer di kompleks Yeerk."
"Yeah," Marco nyengir. "Si Ax-man benar-benar jago komputer."
"Yeah, yang jelas kami berhasil mengetahui sesuatu. Mr. Farrand tidak jadi
datang akhir pekan ini. Dia datang lebih awal. Dia datang untuk memberikan suara
yang menentukan soal penebangan hutan ini. Dan dia akan berada di sini kira-kira
satu jam lagi." Chapter 19 "KITA punya waktu satu jam untuk menyusun rencana dan bersiap-siap," kata Jake.
"Satu jam. Kurang malah, karena kita kan harus berada di sana sebelumnya."
"Oke, apa yang kita ketahui?" tanya Marco. "Kita tahu Mr. Farrand yang akan
menentukan apakah operasi Yeerk ini bisa dilaksanakan atau tidak. Kita tahu dia
bukan Pengendali, sebab kalau ya, pasti dia sudah memberikan suara dan
mengizinkan penebangan hutan dimulai."
"Kita tahu para Yeerk pasti tidak mau sekadar untung-untungan," kata Rachel.
"Mr. Farrand akan datang ke tempat mereka. Mereka pasti sudah siap untuk
melakukan pemaksaan. Saat ini mereka sudah menyiapkan Yeerk, yang tinggal
menunggu kesempatan untuk merayap masuk ke dalam telinga orang itu."
suara yang menguntungkan, siapa tahu dia akan langsung dilepas.>
"Jadi, apa yang akan kita lakukan" Menyerang?" tanya Rachel. "Langsung menyerbu
dan mengacaukan segalanya?"
"Apa?" tanya Rachel.
Kami semua mendengarkan baik-baik. Kemudian terdengarlah bunyi itu, terbawa
angin - bunyi mesin disel.
"Mungkin teman kita, Yeerk, sedang memindah-mindah peralatan berat mereka.
Dijajarkan rapi, supaya mengesankan kalau Mr. Farrand datang memeriksa," kata
Jake. Tapi kemudian ia berpikir lagi dan menambahkan, "Tobias" Keberatan tidak
kalau kau melihat ke sana?"
Tobias mengepakkan sayapnya dan melayang di atas pepohonan, menghilang dari
pandangan. "Oke, kembali ke masalah tadi," kata Jake. "Mr. Farrand-lah kuncinya. Kalau dia
bilang ya, para Yeerk bisa membabat hutan ini. Kalau dia bilang tidak, mereka
tak bisa apa-apa. Yah, maksa sih bisa juga, tapi akan menarik terlalu banyak
perhatian." "Itu kalau mereka membiarkan Mr. Farrand hidup cukup lama untuk bilang tidak,"
kata Rachel. "Kalau begitu, itu tugas kita," usulku. "Kita harus menjaga agar Mr. Farrand
tetap hidup, dan agar para Yeerk tidak membuatnya menjadi Pengendali."
Semua mengangguk. "Sayangnya, aku tak tahu bagaimana caranya," aku mengakui.
Saat itu Tobias meluncur dari angkasa.
menukik dan mendarat di dahan.
"Mulai apa?" tanyaku.
"Wah," kata Jake. "Kurasa sekarang sudah jelas para Yeerk tidak mau repot-repot
memaksa Mr. Farrand."
"Mereka tidak peduli pada pendapat Mr. Farrand," kata Rachel. "Mereka tidak akan
berusaha meyakinkan dia. Kasihan benar orang itu. Pasti sudah ada siput Yeerk
yang dilabeli namanya."
Tobias yang kelihatan terguncang.
memusatkan pandangan kedua mata tanduknya ke sarang sigung.
Aku mengira Marco akan menyindir bahwa siapa yang peduli pada sigung pada saat
seperti ini. Maka betapa herannya aku ketika ia berkata, "Hei, tak ada yang
boleh mengganggu sigung. Mereka di bawah perlindungan resmi Animorphs."
Ia mengedip padaku sambil memberi hormat dengan tangan terkepal. "Selamatkan
Sigung,Earth Sister!"
Marco memang kelewatan. Tapi, saat kau mengira ia akan membuatmu marah, ia malah
membelamu. "Yeah, mereka sigung kita," kata Rachel. "Tak ada yang boleh mengganggu sigung
kita." "Hei-hei-hei!" Halo?" Jake memotong. "Apa rencana kita"! Apa, nih?"
"Begini...," aku mulai berkata.
"Apa?" tanya Jake.
Aku mengangkat bahu. "Kalau Mr. Farrand kuncinya, kita perlu merebut kunci itu.
Betul, kan" Kemungkinan mereka akan mematikan force field agar Mr. Farrand bisa
masuk kompleks. Saat itulah kita menjauhkannya dari para Yeerk. Apa pun
risikonya." "Pegang Mr. Farrand," kata Marco. "Sederhana. Bagus. Tapi, kalau kita
perhitungkan kekuatan Yeerk di kompleks itu, ini berarti bunuh diri. Aku heran
padamu, Cassie. Biasanya kan Rachel yang mengajukan usul-usul bunuh diri."
"Kau punya ide yang lebih baik?" tanya Jake pada Marco.
"Kita bisa pulang dan nonton TV."
"Dengan jawaban itu kuandaikan tak ada rencana lain yang lebih baik." Jake
menggosok-gosok kedua tangannya. "Baik. Kalau begitu kita tangkap Mr. Farand
begitu dia muncul. Sementara itu, kita harus memperlambat acara tebang pohon
ini." Rachel menyeringai. "Asyik," ujarnya.
Aku pusing. Chapter 20 HANYA ada satu jalan untuk bisa tiba di kompleks penebangan kayu itu, yang bisa
dilalui mobil. Mereka harus melewati jalan tanah menembus hutan, yang telah
dibuat para Yeerk. Jake dengan cepat mengambil keputusan. Ia memintaku pergi bersama Tobias untuk
mengecek kalau-kalau Mr. Farrand sudah datang. Ia sendiri, bersama Marco,
Rachel, dan Ax pergi, meninggalkan aku dengan Tobias.
Aku memandang muram pada Tobias. "Tinggal kita berdua."
Aku mulai berubah menjadi elang laut. Elang laut adalah pilihanku kalau aku
harus berubah jadi burung pemangsa. Dan itu satu-satunya metamorfosis yang aku
bisa, yang dapat mengimbangi kecepatan Tobias di angkasa.
"Eh, Tobias" Ada yang ingin kukatakan padamu. Hal ini sudah lama menggangguku.
Dan aku ingin mengeluarkan unek-unek ini. Aku minta maaf karena aku marah padamu
soal anak sigung itu. Padahal kau cuma melakukan apa yang harus kaulakukan,"
kataku. Aku bisa merasakan tulang-tulangku mengecil dan melebar ke samping. Pola bulu
abu-abu mulai tampak di lenganku.
berubah menjadi paruh.
yang membunuh untukku" Apakah lebih baik kalau aku makan tikus beku yang kalian
beli dari toko makanan hewan, yang mendapatkan tikus itu dari para manusia
pemburu tikus">
sungguh membingungkan. Maksudku, bagaimana kita bisa bilang mana yang benar atau
mana yang salah dalam hal ini">
Bulu lembut seputih salju tumbuh memenuhi bagian depan tubuhku, menggantikan
baju seragam metamorfosisku. Kakiku berubah menjadi cakar abu-abu pucat.
dengan tikus atau sigung.>
Mata manusiaku mulai berubah menjadi mata elang yang penglihatannya sangat
tajam. Tapi aku mengalami gangguan dalam mengenali warna karena mata elang laut
didesain untuk melihat menembus air. Elang laut makan ikan. Alam mendesain
matanya untuk melihat ikan, bahkan ikan yang berada di balik permukaan air danau
atau sungai yang berkilauan.
Kukepakkan sayapku beberapa kali.
Tobias mengepakkan sayapnya, berhasil menembus angin sakal yang berlawanan arah,
dan tiba-tiba saja langsung melesat hampir lurus ke atas.
Kukembangkan sayapku dan kugerakkan otot-otot terbangnya yang tak kenal lelah.
Plak, plak, plak, dan aku pun berhasil melawan angin sakal itu. Aku terbang ke
atas pepohonan. Kemudian angin yang lebih kencang bertiup dan aku melesat
tinggi. Rasanya seperti melangkah ke dalam lift yang cepat sekali.
Zoom! Kukepakkan sayap keras-keras, ingin merasakan sensasi kecepatan.
Tobias ada di depanku, dan sambil terbang aku mengawasinya. Kupandang gerakan
sayapnya yang sangat halus. Kelihatannya ia mampu menggerakkan helai demi helai
bulu. Baginya, angin bukannya sesuatu yang tidak kelihatan. Baginya, angin
adalah jalan raya, sama jelasnya seperti jalan beraspal.
Melayang mengikutinya, aku merasakan otak elang laut di bawah otakku,
menyesuaikan diri dan bereaksi terhadap angin.
Mataku melihat benda yang paling kecil sekalipun. Mataku menangkap setiap
binatang, setiap lubang tempat seekor binatang mungkin bersembunyi. Aku melihat
sungai kecil dan melihat bayang-bayang ikan yang menyelinap di antara karangkarang. Elang lautku ini telah didesain oleh alam untuk terbang tinggi dan menemukan
mangsanya. Sama seperti Tobias.
Kami terbang terus, makin lama makin tinggi. Bagian atas pepohonan tampak
seperti padang rumput yang bergunduk-gunduk di bawah kami.
Aku bisa melihat seluruh kompleks penebangan kayu Yeerk. Dan aku bisa melihat
mesin-mesin besar berwarna kuning yang memotong pohon-pohon seperti pisau panas
menembus mentega. Akibat pembabatan itu sudah tampak, hamparan tunggul-tunggul kayu yang berparut
seperti kena luka. Luka yang menyebar seperti penyakit menular mengerikan,
membinasakan hutan. Tobias menikung ke kiri, menuju jalan panjang berkelok yang menembus pepohonan.
Kubelokkan sayapku dan kuikuti dia.
Sungai kecil tadi bermuara ke sungai yang lebih besar, mengalir beriak sepanjang
jalan. Menembus air, menembus busa dan gelembung, aku melihat rombongan ikanikan yang meluncur. Dan kurasakan otak elang lautku mempertimbangkan situasi
ini. Mengukur jaraknya. Menghitung sudutnya. Merencanakan bagaimana ia akan melayang
rendah di atas air, kemudian menurunkan cakar tajamnya pada saat yang paling
tepat untuk menyerang. Untuk menyambar ikan dari dalam air.
Aku tahu bahwa Tobias membuat perhitungan yang sama saat ia terbang di atas
tikus dan kelinci dan... sigung.
Tobias dan aku adalah dua pembunuh hebat yang indah. Kami menggiring angin,
sementara mangsa-mangsa kami meringkuk ketakutan di bawah.
Tapi ia benar. Kami punya hak untuk hidup, sama dengan mangsa-mangsa kami yang
mana pun. Dan kami telah didesain oleh evolusi selama jutaan tahun untuk menjadi
hewan pemangsa.
Aku menoleh dan melihat mobil yang datang. Dengan ketajaman pandangan elang, aku
bisa melihat menembus jendela, seakan kaca jendela itu permukaan air.
Animorphs - 9 Senjata Rahasia Cassie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
di belakang, dan dia kayaknya lebih tua dari yang di depan.>
belakang melihat ke kanan dan ke kiri, seakan dia sangat tertarik pada apa yang
sedang terjadi.>
kataku.
berarti dia sudah jadi salah satu dari mereka.>
tanyaku.
kedengaran marah. Kami sekarang mengikuti jip itu, menuju ke kompleks Yeerk.
Beberapa menit lagi Mr. Farrand akan melihat apa yang sedang terjadi, dan kami
akan tahu siapa sebenarnya dia.
Salah satu dari kami, atau salah satu dari mereka.
Jip berhenti di depan benteng Yeerk.
Mr. Farrand membuka pintu mobil dan meloncat turun. Dengan jelas kulihat ia
mengayun-ayunkan tangannya. Bahkan dari tempatku berada aku bisa melihat
kemarahan di wajahnya. Kemudian dari dalam bangunan muncul seorang laki-laki.
Tapi... rasanya ia bukan manusia deh. Bahkan dari ketinggian di angkasa ini, aku
merasakan sesuatu yang mengerikan terpancar dari orang itu.
Aku langsung sadar siapa yang dimaksud Tobias.
kata Tobias. Visser Three. Chapter 21 VISSER THREE. Pemimpin penyerbuan kaum Yeerk ke Bumi. Satu-satunya Yeerk di seluruh jagat yang
bisa menguasai tubuh Andalite. Satu-satunya Yeerk di jagat raya yang punya
kemampuan untuk bermetamorfosis.
Seharusnya aku tidak terkejut ia menjelma menjadi manusia.
Pilihan yang logis, kan. Tapi aku toh marah besar. Tidak masuk akal memang, tapi aku tetap marah. Ia
manusia palsu. Ia menggunakan DNA manusia dan bentuk manusia sebagai bagian dari
rencananya untuk memperbudak umat manusia.
Mr. Farrand berjalan menghampiri Visser Three, tangannya masih melambai
serabutan ke arah mesin-mesin berat yang sedang menebang pepohonan.
Visser Three tersenyum. Bukan senyum yang ramah.
Tiba-tiba saja Visser Three menyerang. Ditamparnya pipi Mr. Farrand. Laki-laki
itu terhuyung ke belakang. Tangannya memegang pipinya.
Kedua laki-laki dari dalam jip maju menyergap Mr. Farrand.
Mr. Farrand lebih tua dari mereka. Ia tak berdaya.
harimau loreng-jingga besar melesat ke arah Mr. Farrand. Tapi ia terlalu jauh.
Semuanya terjadi begitu cepat. Jake tidak siap. Aku bahkan tidak tahu di mana
yang lain. Mungkin malah sedang dalam proses metamorfosis.
Kuatur arah sayapku, lalu aku menukik turun mengarah Visser Three.
Turun, turun, turun. Makin cepat dan makin cepat, sampai sayapku bergetar dan tulang-tulangku
berkeretak saking cepatnya.
Targetku, kepala manusia Visser Three, makin lama makin besar.
Makin besar. Makin besar!
Kujulurkan cakarku ke depan, kukembangkan sayapku secukupnya agar terbangku
tidak keterusan, lalu aku menyerang. Bisa kurasakan cakarku menembus kulit
kepalanya. Dan kemudian aku melesat dari sana, terbawa kecepatanku sendiri.
"Aaarrrgghh!" jerit si Visser.
Pada saat yang bersaman, Tobias menyerang salah satu laki-laki dari dalam jip.
Tobias lebih berpengalaman dari aku. Sasarannya lebih tepat. Laki-laki yang
diserangnya akan memakai penutup mata sebelah seumur hidupnya.
Mr. Farrand berhasil melepaskan diri dari sergapan laki-laki yang lain dan lari.
"Tangkap dia!" teriak Visser Three. "Siaga penuh!"
Laki-laki yang tak terluka mengejar Mr. Farrand. Dengan mudah ia berhasil
menangkapnya dan menghantamnya sampai roboh di tanah. Kulihat kilatan warna
hitam dan jingga. Jake menyerbu.
Di belakang Jake, kulihat terjadi pertempuran lain di tepi hutan.
Dua serigala - Rachel dan Marco - menyerang para Pengendali yang mengoperasikan
mesin. Para penjaga berlarian mendekat, senjata otomatis mereka sudah dikokang.
Mendadak, secepat gazelle, Ax berlari mendekat membantu Rachel. Penjaga terdekat
menoleh dan bersiap menembak. Ekor Ax menyambar, dan si Pengendali tak lagi
punya tangan untuk menarik pelatuk.
Persis di bawahku, laki-laki yang tadi naik jip menendang Mr. Farrand, yang
sedang berusaha bangkit. Ini sudah keterlaluan bagiku.
Aku berputar di angkasa dan menyerang untuk kedua kalinya.
Pintu depan bangunan terbuka dan mereka berbondong-bondong keluar - setengah
lusin Pengendali-Manusia, semua bersenjata. Dan jauh lebih mengerikan lagi,
ditambah empat Hork-Bajir besar.
Tapi sudah terlambat untuk mundur. Aku sudah telanjur menukik.
DOR! DOR! DOR! Aku mendengar dua peluru pertama mendesing melewatiku.
Kurasakan peluru ketiga mengenai sayap. Peluru itu menembus sayap kananku, dan
aku meluncur dari udara, tiba-tiba saja gerakan terbangku kaku seperti anak
ayam. Aku jatuh. Tanpa daya, aku jatuh.
BLUK! Keras aku menghantam tanah.
Pusing dan bingung, kupikir aku melihat Jake melompat menyerang satu prajurit
Hork-Bajir. Tapi aku tidak yakin.
Pandanganku kabur. Kabur...
Duniaku jadi sempit dan gelap. Aku tak lagi bisa melihat sesuatu yang jauh. Aku
hanya bisa memfokuskan pandangan ke tanah di depanku.
Seekor semut merayap di depanku, membawa serangga mati.
Mungkin aku membayangkan yang tidak-tidak, selagi aku nyaris pingsan begini.
Mungkin otakku merekayasa hal-hal yang sebetulnya tidak ada. Tapi aku hampir
pasti bahwa serangga mati yang diseret semut tadi adalah bangkai kering si ratu rayap.
Dan kemudian semua menjadi gelap.
Chapter 22 AKU terbangun dalam semacam kotak besar. Gelap, tapi bukannya sama sekali tanpa
cahaya. Ada lubang-lubang bulat kecil di sisi-sisi kotak. Lubang udara.
Kulihat Mr. Farrand tergeletak pingsan di sebelahku. Ia kelihatan tua. Kepalanya
hampir botak dan lubang telinganya ditumbuhi rambut. Darah menetes dari luka di
dahinya. "Hidupkan pertahanan di sekeliling kompleks!" teriak Visser Three.
Aku bisa mendengarnya dengan jelas. Aneh juga, bisa mendengar suara Yeerk-nya.
Kami selalu bertemu Visser Three ketika ia berada dalam tubuh Andalite yang
dicurinya. Saat itu ia berkomunikasi dengan bahasa pikiran.
"Kau! Dan kau! Kalian jaga kotak itu!" perintah Visser Three. "Kalau ada
sesuatu... sesuatu, tak peduli betapa pun kecilnya mencoba keluar dari dalamnya,
binasakan! Ada bandit Andalite dalam kotak itu, dan sebaiknya dia masih ada di
situ kalau semua ini sudah selesai. Kalau tidak, kubinasakan kalian berdua!"
Bandit Andalite. Akulah yang dimaksud. Tentu saja, kalau aku tidak keluar dari
dalam kotak, nantinya aku toh harus kembali ke wujud asliku dan Visser Three
akan tahu bahwa aku sebetulnya manusia.
Dan aku harus segera berubah. Sayapku serasa terbakar. Sakit sekali.
"Visser! Bandit-bandit Andalite sudah berhasil membalik mesin-mesin besar dan
mengarahkannya kepada kita!" teriak seseorang.
"Kalau begitu, pasang force field!"
"Tapi... tapi, Visser... orang-orang kita sendiri akan terperangkap di luar
force field." Suara Visser Three berubah menjadi tenang. Tenang yang membahayakan. "Apakah aku
baru saja mendengar kau mempertanyakan perintahku?"
"Tidak! Tidak, Visser! Kupasang force field-nya!"
Mr. Farrand merintih. Kepalanya bergerak sedikit, kemudian ia diam lagi.
Oke, Cassie, berpikirlah. Berpikir!
Jelas kawan-kawanku masih bertempur. Pastilah mereka menang, kalau tidak Visser
Three tidak akan memasang force field.
Mereka telah berhasil mengambil alih beberapa mesin dan mengarahkannya ke
bangunan ini. Begitu force field terpasang, mesin-mesin besar itu takkan berguna
lagi. Dan para Yeerk punya taktik lain. Visser Three akan memanggil bala bantuan.
Pesawat-pesawat Bug Fighter penuh Hork-Bajir segar bisa mendarat kapan saja.
Kalau itu terjadi, semua sia-sia.
Kami kalah total. Tidak! Pikir, Cassie! Ini permainan antara pemangsa dan mangsanya. Ini perang.
Apa kelemahan para Yeerk" Apa sesuatu yang mereka butuhkan yang bisa kuambil"
Mr. Farrand merintih lagi.
Tentu saja! Aku menghela napas dalam-dalam. Aku mulai bermetamorfosis meninggalkan tubuh
elang lautku yang terluka dan kesakitan, kembali ke wujud manusiaku. Morph
terjadi berdasarkan DNA dan DNA tidak dipengaruhi luka. Wujud manusiaku akan
utuh dan sehat. Sesak benar dalam kotak berisi dua manusia ini. Aku sedang membungkuk di depan
Mr. Farrand ketika matanya mengerjap terbuka. Saat itu aku sudah dalam proses
metamorfosisku yang berikutnya. Yang dilihatnya adalah wajah seorang gadis, tapi
dipenuhi bulu tebal hitam dan putih.
Matanya terpejam lagi. Ia akan mengira semua itu cuma mimpi.
Mudah-mudahan saja. "Hah!" kudengar Visser Three berkaok. "Force field sudah berhasil menghentikan
mereka!" "Visser! Pesawat Bug Fighter yang pertama akan mendarat di sini lima belas menit
lagi."
Ia menggunakan bahasa pikiran. Visser Three sudah kembali ke wujudnya semula.
Kufokuskan pikiranku. Aku tahu apa yang harus kulakukan.
Tapi ini berbahaya. Aku harus berkomunikasi dengan Visser Three dengan
menggunakan bahasa pikiran. Dan itu harus kulakukan hati-hati, jangan sampai dia
bisa mendeteksi bahwa aku ini sebenarnya manusia.
Percakapannya singkat saja. Suara monoton. Sesedikit mungkin kata-kata. Jangan
memberikan gambaran apa pun.
Inilah kelemahan Visser Three - ia membutuhkan Mr. Farrand hidup-hidup. Di sinilah
ia bisa kutekan. Dengan mengancam untuk membunuh Mr. Farrand, aku mengancam
rencana Visser Three. Soalnya, mayat kan tidak bisa dijadikan Pengendali. Visser Three langsung
mengerti.
bisa berbentuk binatang liar, entah apa! Jangan sampai dia lolos.>
Aku mengambil posisi. Manusia dalam diriku takut. Tapi aku sebagai sigung sangat
tenang. Sigung tahu senjatanya yang sangat ampuh.
Tiba-tiba pintu kotak itu terbuka.
Visser Three berdiri dalam tubuh Andalite-nya. Ekor Andalite-nya mengacung, siap
disabetkan. Di kanan-kirinya berdiri masing-masing tiga Pengendali-Manusia bersenjata. Dan
di antara para manusia itu, menjulang di atas mereka, lima prajurit Hork-Bajir.
Para Pengendali-Manusia membidikkan senapan mereka.
Para Hork-Bajir itu juga membawa senjata, tapi mereka sebetulnya tak
memerlukannya. Hork-Bajir sendiri sudah berwujud senjata. Tubuhnya setinggi dua
meter lebih, dengan mata kaki pisau, lutut pisau, siku pisau,dahi tombak, dan
ekor tajam - kombinasi Stegosaurus dan Klingon.
Semua senjata mematikan yang luar biasa ini menunduk menatapku.
Visser Three mengarahkan mata tanduk Andalite-nya kepadaku. Mata utamanya sudah
menatap dengan geli.
Ia tertawa lagi. Ia tertawa melihat binatang lucu seperti kucing gemuk berbulu hitam dan putih
yang ada dalam kotak. Ia tertawa melihat caraku berdiri membelakanginya, dengan
ekor terangkat, kepala menoleh ke belakang.
Sigung bisa menembakkan baunya dengan ketepatan super dari jarak sampai empat
setengah meter. Visser Three jauhnya cuma dua meter dariku.
Tapi aku menembak lebih dulu.
Sigung bisa menembakkan baunya lima sampai tujuh kali.
Tembakan pertamaku mengenai muka Visser Three.
Tembakan keduaku mengenai Hork-Bajir di kiri yang paling dekat. Sekali lagi,
kena dua Pengendali-Manusia. Sekali lagi dan lagi.
Semua itu terjadi hanya dalam waktu tiga detik.
"Herunt gahal! Bau! Arrrr!"
Visser Three terhuyung ke belakang, matanya terpejam dan ia pusing karena bau
busuk yang menusuk itu. Para Pengendali-Manusia menutup mulut mereka dengan
tangan. Beberapa di antaranya bahkan menjatuhkan senjata mereka.
Para Hork-Bajir-lah yang kucemaskan. Aku tak tahu apakah Hork-Bajir punya indra
penciuman. Ternyata punya. Ternyata indra penciuman mereka tajam sekali. Rasain deh.
Justru para Hork-Bajir yang panik lebih dulu. Salah satu dari mereka menembakkan
senapan Dracon-nya dengan membabi buta.
lantai kayu. "Bau fernall gahal!" salah satu Hork-Bajir tak henti-hentinya mengumpat dalam
bahasa gado-gadonya. Kemudian para Hork-Bajir itu lepas kendali. Mereka berbalik dan kabur.
Aku sendiri sih tidak bisa mengerti, ngapain mereka sampai panik begitu.
Bagiku baunya oke-oke saja.
Chapter 23 MEREKA kabur. Para Pengendali-Manusia, Hork-Bajir, dan Visser Three. Mereka tak
tahan pada bau sigung-ku yang bukan main.
Aku berjalan melenggok. Sampai di pintu aku terpana. Pemandangan di depanku
sungguh luar biasa. Force field masih tetap terpasang. Tiga mesin besar penebang
Animorphs - 9 Senjata Rahasia Cassie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pohon, mesin diselnya menderu-deru dan mengepulkan asap tebal, menabrak-nabrak
force field seperti anjing gila yang dirantai.
Di dalam force field itu, tampak pasukan Yeerk yang sudah patah semangat.
Di luar force field juga ada kebun binatang yang aneh - harimau, beruang
grizzly, dan gorila. Dan sesuatu yang lain yang belum pernah ada di kebun
binatang di dunia - Andalite.
Jake, Rachel, Marco, dan Ax.
Bertebaran di padang terbuka, sekelompok Pengendali-Manusia dan Hork-Bajir
sedang merawat luka mereka. Beberapa cuma berbaring di tanah.
Sungguh pemandangan aneh dan menegangkan. Jika force field berhasil dirobohkan,
traktor dan mesin penebang pohon itu dalam sekejap akan menabrak bangunan.
Tapi sebaliknya, meskipun mereka berbau busuk sigung, terhuyung, dan setengah
buta, kekuatan di dalam force field itu jauh lebih besar daripada Jake, Rachel,
Marco, dan Ax. Tentu saja, jika mesin-mesin penebang pohon itu menabrak bangunan, Mr. Farrand
mungkin akan terbunuh. Para Yeerk tidak mau itu terjadi. Kami juga tidak, tapi
Visser Three tidak tahu itu.
bahasa-pikiran.
Aku yakin harimau tidak bisa tersenyum. Tapi aku berani sumpah Jake saat itu
tersenyum. Jake pastilah diam-diam memberitahu Ax apa yang terjadi. Ax satu-satunya yang
kami percayai untuk bicara dengan Visser Three. Ia satu-satunya Andalite sejati.
Ax mengangguk.
"Visser, menurut ingatan induk semangku...," salah satu Pengendali-Manusia
mencoba menjelaskan. Ekor Visser Three yang berujung tajam membelah udara, lalu menempel di leher si
Pengendali-Manusia. Digerakkan sedikit saja, kepala Pengendali itu akan
melayang.
kimia Andalite, ada cara untuk menghilangkan bau itu. Bebaskan si manusia Mr.
Farrand itu. Dia pingsan dan tidak menyaksikan kau ini sebenarnya siapa. Izinkan
dia pergi, kami akan memberimu resep penetralisir bau itu, dan kami semua pun
akan pergi.>
di bengkel besar. Kalau tidak, tak akan ada yang tahan berada dalam pesawat
Blade-mu.> Visser Three cuma berdiri saja. Berdiri diam dan mendelik. Mata tanduknya pun
merunduk.
"Visser...," salah satu Hork Bajir mengerang, jelas ia malas kembali ke dalam
ruangan yang bau busuknya bahkan lebih menyengat lagi.
Kedua Hork-Bajir kembali ke dalam bangunan dan segera muncul lagi, menyeret Mr.
Farrand. Laki-laki itu mereka jatuhkan di tanah.
rahasianya. Jangan coba-coba menipu. Kami akan mengawasi.> Ax mengarahkan mata
tanduknya ke angkasa. Visser Three mengikuti arah pandangannya dan melihat, jauh di angkasa, seekor
elang berekor merah.
kata Visser Three.
ia selamat, Ax memberitahu Visser Three bahwa sejenis jus tertentu bisa
menghilangkan bau sigung.
Visser Three masih memaki-maki ketika kami menghilang ke dalam hutan.
*** Keesokan harinya, Jake, Marco, Rachel, Ax, dan aku mengembalikan induk sigung ke
sarangnya. Ia melenggok masuk ke lubangnya dan beberapa menit kemudian keluar
lagi, diikuti oleh Joey, Johnnie, Marky, dan C.J.
Mereka sama sekali tidak mengacuhkan keempat manusia dan Andalite ini.
Bagaimanapun juga, induk sigung sudah berkumpul dengan anak-anaknya. Dan induk
sigung tidak takut pada apa pun.
"Cepat benar mereka besar," kata Rachel, ketika mereka melenggok melewati kami
dalam satu barisan. "Kayaknya induk sigung akan memberi nama lain pada mereka," kata Marco. Kurasa
ia cuma bergurau. "Yah, yang penting hutan sekarang sudah aman buat bayi-bayi sigung," kata Jake.
Jake telah berubah menjadi lalat untuk menyelidiki Mr. Farrand di rumah sakit.
Laki-laki itu baik-baik saja. Hal pertama yang ia lakukan ketika sudah sadar
adalah menelepon untuk memberitahukan bahwa ia menentang rencana penebangan
hutan. Bahkan, menurut Jake, Mr. Farrand bersumpah ia tak akan pernah lagi mempercayai
perusahaan Dapsen Lumber. Dan kemungkinan besar ia akan mengajukan tuntutan.
Menurut Mr. Farrand, tampaknya para binatang hutan pun memberontak melawan para
penebang itu. Ia menyatakan bahwa ia sendiri dikunjungi oleh roh sigung raksasa
dengan mata seperti mata anak perempuan.
"Hiduplah dengan tenang dan bahagia, sigung-sigung kecil," kata Marco kepada
keluarga sigung. Penguasa hutan kecil-mungil yang berbulu.
Semua tersenyum dan kelihatan puas. Tapi aku masih bingung.
Ketika kami berjalan pulang melewati hutan, Jake menemaniku di belakang,
membiarkan yang lain jalan lebih dulu.
"Tampaknya kau tidak begitu gembira," kata Jake. "Apa kau menyesal tidak jadi
mama sigung lagi?" Aku tersenyum. "Tidak. Maksudku, ya, sedikit. Tapi bukan itu."
"Jadi" Apa yang membuatmu resah?"
Aku mengangkat bahu. "Semua ini tak masuk akal bagiku. Tobias makan salah satu
anak sigung, kemudian dia membantu menyelamatkan sisanya. Aku membunuh ratu
rayap untuk menyelamatkan diriku dan teman-temanku, sesudah itu aku merasa
berdosa sekali. Tapi menghadapi Visser Three, aku tak ragu-ragu menyerangnya.
Sekejap aku tikus yang dikejar-kejar cowok badung di lab sekolah, menit
berikutnya aku membawakan Tobias tikus mati. Lalu Tobias menjaga sigung, padahal
seharusnya ia memburu sigung-sigung itu untuk dimakan. Semua itu kan merupakan
bagian dari sistem besar yang sama. Sistem alam. Bagaimana bisa masuk akal,
coba?" Jake kelihatannya menyesal telah memulai pembicaraan ini.
"Ehm... wah, Cassie, aku juga tak tahu."
"Oke, kalau begitu jelaskan saja ini. Apakah aku bagian dari alam, sehingga aku
harus hidup mengikuti hukum alam, yaitu membunuh untuk hidup, membunuh atau
dibunuh" Atau apakah aku ini sesuatu yang berbeda karena aku ini manusia?"
Kami berjalan dalam diam sementara Jake memikirkan ucapanku. Aku kasihan
padanya. Aku tahu ia lebih suka membicarakan Spiderman versus Batman dengan
Marco. "Yah, kurasa kau keduanya," kata Jake akhirnya. "Maksudku, kau orang yang
membinasakan ratu rayap. Kau juga orang yang bersusah payah menyelamatkan
beberapa anak sigung. Sama seperti Tobias yang suatu hari memakan sigung,
kemudian hari berikutnya menyelamatkan sigung."
"Itu sih tidak banyak membantu," kataku. "Itu cuma berarti manusia bisa dibilang
setengah-setengah - sebagian masih binatang liar, melakukan apa saja agar bisa
tetap hidup, dan sebagian lagi... sebagian lagi, aku tak tahu apa. Mungkin
sesuatu yang lebih dibanding binatang-binatang lain."
"Satu hal yang aku tahu. Semua makhluk mempertahankan diri untuk tetap hidup.
Tapi hanya ada satu makhluk yang punya kecerdasan dan kemampuan untuk
menyelamatkan makhluk-makhluk lain."
Aku mengangguk. "Kadang-kadang kau ini pintar, Jake," kataku.
"Cuma kadang-kadang?"
"Kau benar. Hanya satu makhluk yang bisa membantu menyelamatkan makhluk atau
binatang lain. Hanya manusia yang bisa melakukannya. Tentu saja, pertama-tama
kita harus menyelamatkan diri kita sendiri." Aku menghela napas. "Masih tetap
ruwet deh." Ada bayangan melesat di angkasa. Aku mendongak dan melihat Tobias. Ia menukik
menuju pepohonan dan muncul lagi di dahan di pinggir jalan setapak.
"Hai, Tobias," sapaku.
sekali. "Ada apa, Cowok-burung?" tanya Marco padanya.
menggali lubang besar di tanah dan membuat semacam kolam renang yang diisi
dengan jus. Visser Three berendam di situ hampir sepanjang malam dan sepanjang
pagi ini. Kalau melihat semua masih menjauhinya, kukira dia masih bau. Tambahan
lagi,> Tobias menambahkan dengan diiringi tawa jail,
"Wow, bukan main," kata Rachel. "Aku kasihan sekali padanya."
"Jadi, menyesal nih kita tidak bilang yang sebenarnya" Bahwa jus tomatlah dan
bukan jus anggur yang bisa menghilangkan bau sigung?" tanyaku.
Kami semua berpandangan, dan meledak tertawa pada saat yang sama.
"Ah, kurasa tidak," kataku.
END Ebook PDF: eomer eadig Http://ebukulawas.blogspot.com
Convert & Re edited by: Farid ZE
blog Pecinta Buku - PP Assalam Cepu
Bayangan Berdarah 9 Pendekar Slebor 06 Bangkitnya Ki Rawa Rontek Rumah Judi Pancing Perak 2