Yang hanya melihat sebuah pembantaian adalah hal yang alami. Manusia lebih
pintar. Manusia telah memburu serigala lebih banyak dibandingkan serigala
memburu mangsanya. Tapi aku adalah serigala dan manusia. Aku melihat lebih banyak.
Visser Three menjulang tinggi besar dan mengerikan di hadapan Elfangor yang
terluka. Melahapnya melalui rahangnya yang mengerikan. Jeritan kemenangan
85 | P a g e Visser terngiang-ngiang di kepalaku. Elfangor. Dad. Yang tidak akan pernah aku
kenal. Koneksiku dengan segala sesuatu yang kuat, abadi, dan baik di alam
semesta. Dibunuh. Aku merasa kemarahanku menggelegak. Sebuah kemarahan yang membuat
seluruh tubuhku bergetar. Suatu energi yang mendadak bangkit dan mengambil
kendali. Total. Aku akan menghabisinya! Aku akan membunuh Yeerk itu!
Kebencian terukir jauh di dalam perutku. Menorehkan bekas luka disana,
tergores. Tinggalkan aku! Aku memohon. Tapi kemarahan ini takkan pergi.
Dan aku meluncur ke arah bumi, meluncur dengan kecepatan penuh.
Membentangkan sayapku dengan cepat, untuk memperlambat kecepatanku.
Meluncur. Lebih cepat! Siap, sekarang! cakar maju, terentang. Mencengkeram
mangsa. Tertusuk kulit. ke jantung. Sekitar tengkorak. Terlalu cepat sehinggai
tupai itu bahkan tidak sempat bersuara.
Yeeeeeeee! Yeeeeee! Sebuah suara. Apa" Aku tidak membunuhnya" Terbang
kembali. Ke atas. Berjuang untuk mencapai pohon. Darah menetes dari cakarku.
Tubuh hangat, menggeliat, menggapai-gapai, berjuang membebaskan diri.
Untuk hidup. "Kau burung melelahkan! Demorf!"
Elang dalam diriku memperketat cengkeramannya. Manusia dalam diriku
berteriak. dan menjerit lagi. Aku tidak ingin melakukan ini. Hidupku akan segera
berakhir. Penderitaan. Kematian. Sehingga aku bisa segera melewati ini semua.
Aku menunduk. Tidak ada cakar di sana. Tidak ada. Hanya jari-jari manusia. Jari
manusia yang berlumuran darah. Apa yang sudah kulakukan"
sayap lebar-lebar, untuk memperlambat kecepatanku. Mudah, mudah.
Sekarang! Cakar terjulur ke depan. Dan kena!
"Gilalll. Ahhh!"
Hork-Bajir memegangi matanya. Dibutakan. Aku naik di udara untuk mencapai
ketinggian yang cukup untuk menukik dan menyerang lagi. Dan saat aku
terbang, aku merasakan beban seribu luka, masing-masing terasa baru dan hidup
dalam pikiranku. Menjadi beban.
Bagaimana kau bisa menanggung beban seperti itu" Semua rasa sakit yang aku
ditimbulkan. Tampaknya tidak bisa dielakkan. Atau mungkin dihindari.
Seranganku. Seekor elang. Seorang prajurit. Seorang anak yang kejam.
Satu jeritan memekakkan telinga, terdiri dari suara semua korbanku dalam
semua pertempuranku menggangguku. Mengejutkanku. Hork-Bajir. Taxxon.
Kelinci. Tupai. Manusia. Kepalaku penuh dengan teriakan. Semuanya. Menyiksa. Tidak berkesudahan, tak
ada habisnya. Bayangan setiap pertempuran berkelebat seperti pemandangan
yang biasa kita lihat dari jendela mobil saat mobil melaju kencang. Apakah ini
balas dendam" Apakah seperti itu"
Dan kemudian: Diam. Tenang. Benar-benar hening, semua sudah pergi.
Lingkaran merah berkedip-kedip, dan redup.
87 | P a g e BAB 18 "Arrrgh! "Sub-Visser berlari ke arah Hork-Bajir terdekat dan medorongnya. Ia
mendengus, tapi tahu lebih baik diam daripada menanggapi lebih lanjut.
"Aku bodoh!" dia mengamuk tiba-tiba, entah kenapa. "Tentu saja sinar rasa sakit
tidak dapat membinasakanmu! Kau menggunakan morfmu sebagai perisai.
Makhluk yang tidak mampu merasakan akan mampu menahan rasa sakit dari
sinar rasa sakit ini. Bagaimanapun buruknya wujud burungmu sekarang, kau
adalah makhluk yang tidak bisa merasakan. Tidak mungkin! Kau tidak akan
pernah bisa bertahan ... "
Dia membalik-balik buku manual yang telah ditinggalkan oleh para ilmuwan
yang tadi. Dia berhenti di sebuah halaman akhir, tersenyum, membaca lagi,
kemudian menutup buku itu dengan keras dan melemparkannya ke seberang
meja. "Ini semua tentang hal yang berkebalikan, bukan?" Tanya Taylor. "Itu cara
hidupmu, eh" Kau tidak akan pernah merasakan sakit, sebelum kau merasakan
kesenangan. Kau tidak tahu apa artinya menjadi kuat kecuali jika kau sudah
lemah, benar begitu, Andalite" "
"Kau pikir aku lemah sekarang?" dia menjerit. "Kau ada di dalam kekuasaanku,
Andalite. Kau menyebutku lemah" Tidak, dulu aku lemah. Sekarang aku kuat.
aku tahu persis perbedaannya. Dan ketika kau pernah merasakannya, kau akan
tahu bedanya, juga. "
Tangannya berpindah lingkaran biru. Dia tampak bergairah, tampak menikmati
setiap saatnya. Lalu ia membanting tangannya.
Lingkaran bersinar. Cahaya yang teduh dan menyejukkan.
88 | P a g e Dan dalam pikiranku, aku mendengar tawa. Gemuruh gembira, tawa manusia.
Tawaku sendiri. Memantul liar di atas trampolin. Di luar kendali. Berjalan pulang dari sekolah
bertelanjang kaki, merasakan tanah berlumpur yang dingin di jari-jari kakiku.
Merasa gula kotak meleleh di lidahku. Menemukan titik lembut di belakang
telinga kucing yang membuat Dude menutup matanya dalam kesenangan.
"Kesenangan, Andalite. Menyenangkan, bukan" Mengingat kembali hari-hari
bahagiamu di planet kotormu" Apakah kau mengingat saat-saat bahagia,
berjalan di rumput" Tentu saja. Atas dan ke bawah, Andalite. Rasa sakit dan
kesenangan. Aku akan membuatmu gila, Andalite. "
Kesenangan. Lingkaran biru adalah kenikmatan: intens, terus menerus, di luar kendali.
Elang tidak tahu kesenangan. Kepuasan, memang ada. Kepuasan dari
membunuh, juga. Diikuti dengan mangsa yang diperoleh. Tapi kebahagiaan"
Jangan tinggalkan aku, elang. Aku tahu apa yang akan dia lakukan, aku tahu
rencana busuk Yeerk, tapi oh, oh, tidak ada kesedihan, tidak ada ketakutan,
semuanya pergi. Kegembiraan! Kebahagiaan!
Kebahagiaan tersebut. Bukan untuk elang. Kesenangan adalah buat manusia.
Murni buat manusia. Berlari melalui taman, berhenti di semak raspberry. laut berombak, gelombang
menabrak batu-batu. Angin mengacak-acak rambutku. Aku mengambil berry
dan memakannya. Rasanya begitu manis di lidahku. Sinar matahari mengenai
wajahku. "Anak muda!" Dari rumah puncak bukit, berdiri seperti sebuah bangunan
mercusuar, datang seorang wanita tua. Rambut yang mulai memutih. Sebuah
suara yang dalam dan berat. Tentu saja! Berry ini adalah miliknya. Begitu juga
89 | P a g e dengan seluruh taman ini. Aku adalah seorang penyusup. Aku berbalik untuk lari.
Tapi tidak, sesuatu menahanku disana. Sebuah kebaikan di matanya.
Ke dapur yang penuh dengan cahaya. Dinding dicat dengan warna-warna kuning
yang hangat. Dengan nuansa biru yang mendalam. Sungguh nyaman, hawa
panas menyelimutiku karena posisiku yang dekat dengan kompor. Dan aroma!
Minuman jus panas. Gulungan kayu manis buatan sendiri. Raspberry tart.
Ketika tidak ada orang lain peduli, Profesor Powers memberiku makan dan
bercerita. Memberiku ilusi tentang rumah.
"Kau memiliki paling banyak dua belas menit tersisa dalam morf. Mungkin
kurang! Apakah kau Andalite yang bodoh" Apakah kau ingin menjalani sisa hidup
mu sebagai burung pemangsa" Tidak pernah mengalami kesenangan,
kebahagiaan seperti itu lagi" "
Tiba-tiba, nyeri" mengerikan!
Sakit, dan kali ini tidak ada elang untuk menyelamatkanku. Penderitaan dan
tidak ada jalan untuk melarikan diri!
Tidak, tidak, tidak, tidak, aku sendirian, aku, hanya aku, hanya Tobias, anak lakilaki itu.
Sakit luar biasa seolah-olah tubuhku sedang dimasukkan ke dalam penggiling
daging. Tak tertahankan! Elang! Kembalilah, selamatkanlah aku, lindungi aku!
"Tiktok, tiktok, Andalite akan jadi burung selamanya, tiktok."
Dia sangat dekat. Aku tidak bisa melihatnya, mataku, merah dengan darahku
sendiri, pembuluh darahku rusak.
"Waktu sudah hampir habis, Andalite. Kau tidak pernah bebas lagi. Tidak bisa lagi
menggunakan ekor senjatamu yang fantastis itu. Kau akan mati, dengan cepat.
Berapa lama kau pikir elang bisa bertahan hidup" "
90 | P a g e Rachel" Tidak, tidak, Sub-Visser.
Aku ingin kau bersamaku, menjadi bagian dari diriku, hidupku, tidak mati sebagai
burung, tidak mati sia-sia.
Rachel" Rachel! Rachel! Aku sedang mendengarkan ombak memecahkan batu-batu karang.
Sebuah akhir musim semi pagi. Kabut pagi semakin menipis saat aku terbang di
sepanjang garis pantai dan membelok ke arah sebaliknya. Meluncur di atas
lapangan bisbol, mal. Sebuah rute yang sudah aku kenal: jendela kamar Rachel.
Aku meluncur di untuk mendarat di dekat jendela dan mengetuk lembut pada
kaca jendela kamarnya dengan paruhku.
Dink. Dink. Aku menunggu, jantungku berdebar. Kudengar langkah kakinya di atas lantai
yang beralaskan karpet yang empuk. Dan itu dia. Tampak mempesona ditimpa
sinar matahari pagi. "Hei, kau," bisiknya sambil tersenyum.
"Tentu saja." Teman-temanku mengatakan morfing bahkan membuat Rachel terlihat buruk
dan aku bisa mengerti. Ini murni mengenai definisi kecantikan. Tapi bagiku, dia
tampak alami dan kuat. Aku suka menonton dia morf. Dia adalah elang sekarang.
Dan kami berdua terbang!
bebas ke bumi dari ketinggian yang sangat. Pasir dan bukit-bukit dan dermaga
91 | P a g e seolah kelihatan bayangan samar saat kami jatuh. Sebuah pengalaman jatuh
bebas yang menegangkan.
Kami melebarkan sayap, seperti parasut. Berhenti di udara saat nyaris
menghantam pantai. Kami menemukan termal dan seperti tumpangan gratis.
Terbang dan terbang dan terbang lagi. Begitu terus berulang-ulang. Karnaval
paling heboh sedunia.
kegembiraan terbang. Kami bukanlah rajawali atau elang pagi ini. Kami adalah dua manusia.
Bergembira dalam kesenangan terbesar yang kita tahu. Menikmati hadiah yang
sudah diberikan Elfangor kepada kami. Membumbung tinggi ke arah matahari
yang menyilaukan. Sakit " "Kesabaranku hampir habis," kata Taylor tenang.
Sakit. Kesenangan. Sakit. Siapa aku" Dimana"
Berbaring telentang di dalam kubus kaca, menatap cahaya interogasi.
Matahari. Sinarnya yang menyilaukan. Intens dan menghangatkan.
APAKAH ANDA BAHAGIA, Tobias"
Aku ingat Ellimist. Suara yang datang dari mana-mana dan entah dari mana.
92 | P a g e Dan aku mengepakkan turun dari balok di gudang Cassie untuk melihat pakaian
yang dipilih oleh Rachel di hari Ax di sekolah. Marco tersenyum mengejek:
"Rachel, dia tampak seperti dia akan ke country club untuk bermain polo. Dia
seperti sebuah obyek yang pantas untuk diganggu. Bahkan aku ingin
memukulnya. " Dan Ax: "Ya, aku sepenuhnya manusia Man nuuu-syaa Manusia Mannnu....."
Kemudian, aku berdiri di samping Cassie. Di sebelah pot bunga di teras belakang.
Kami semua datang untuk melihat mereka. Dua bayi kelinci. "Parsley" dan
"Pansy" Marco telah menamai mereka.
"Ayo, Tobias. Sekarang giliranmu." Cassie tersenyum. Aku melangkah maju
dengan daun selada di tanganku. Menyerahkannya pada kedua makhluk mungil
yang tampak masih sangat rapuh. Lega sekarang, karena kita telah memelihara
mereka. Dan malam diterangi sinar bulan ketika aku melintasi di lapangan belakang
rumah Cassie. Ax tepat di belakangku. Dia mengatakan rumput disana sangat
bagus. Tanahnya sangat subur.
Skr-eet. Skr-eet. Skr-eet.
Alarm memekakkan telinga. Lampu berkedip.
Aku memejamkan mata lagi. Masih makan dengan Ax. Masih menghancurkan
rumput yang subur dengan kuku kakinya.
Aku merasakan sinar kesenangan dimatikan. Aku sadar bahwa aku berada di
dalam kubus. "Waktumu sudah habis. Apakah kau mengerti" Kau sudah terjebak dalam morf.
Kau akan tetap sebagai burung sampai kau mati. "
Siapa yang bicara" Rachel" Taylor, sub-Visser"
Aku" 93 | P a g e BAB 19 "Kau burung kecil brengsek! "Jeritnya." Siapa kau" Sampai kau mengorbankan
tubuhmu sendiri! Apakah kau menyadari apa yang telah kau lakukan" "
Masih dalam kondisi lemah, aku berguling dan melihatnya gelisah mondarmandir di depan kubus, tampak berpikir. Jika dia tidak bisa memberikan Visser
Three Pengendali-Andalite yang baru, apa yang akan dialaminya"
Ketakutannya jelas. Terpancar di wajahnya. Ini membuat napasnya terdengar
cepat dan memburu. Sementara dia menyiksaku, keputusasaannya semakin bertambah.
"Bandit Andalite. Beritahu aku lokasi mereka! "Dia menghentakkan kakinya di
lantai seperti seorang gadis yang frustasi, lelah. "Katakan padaku di mana
mereka berada. Aku menuntut jawabanmu! Dimana teman-temanmu" "
Aku terdiam. "Loyalitasmu sungguh lucu. Tapi kau akan belajar, Andalite." dia mengucapkan
kata-kata pahit dan dengan penekanan. "Kau akan belajar bahwa adalah bodoh
untuk melindungi teman-temanmu. Teman selalu mengkhianatimu. "
Aku menjawab secara naluriah, lupa untuk tetap waspada.
warna. Aku tahu dia bisa saja berbicara lebih banyak, tapi dia diam saja, dan
hanya mengatakan, "Aku merasa kasihan dengan kepolosanmu."
Saat itu! hanya satu pikiran. Jika aku bisa mengalihkan perhatiannya, mungkin
penyiksaan akan berhenti. Jika aku bisa mengalihkan perhatiannya, mungkin dia
lupa untuk menekan tombol. Sesaat. Setidaknya untuk sesaat.
94 | P a g e
Dia menegang. "Kau tidak berhak mengajukan pertanyaan, Andalite!" dia
meraung. "Akulah yang bertanya. Kau menjawab. "
Tangannya melayang berbahaya di atas lingkaran merah.
Aku tidak tahan lagi. Aku tidak bisa. Elang dikalahkan. Manusia, dikalahkan.
Diriku, apa pun bentukku, aku sudah dikalahkan.
Tidak ada lagi. Tidak ada lagi rasa sakit. Tidak ada lagi memori.
Jari-jarinya yang mulus dan seputih susu mengelus-elus permukaan tombol.
Ajak dia berbicara! Sesuatu yang berhubungan dengan kelebihannya. Harga
dirinya. . .
Animorphs - 33 Ilusi The Illusion di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cantik benar-benar membuatku muak.
Tapi dia membeku. Jari-jarinya diangkat dari tombol "Ya," katanya, "Aku tahu."
Dan menyentuh sisi wajahnya. "Ada saat ketika aku ... tubuh ini. . . adalah gadis
tercantik dan paling populer di sekolahnya. ketika aku masih bisa berpesta,
semua orang. . . " Aku terus mengejar. Terus. Jauhkan tangannya dari tombol.
"Diam, Andalite. Diam, dan menderita."
95 | P a g e Itu menghentikannya.
bahagia.> Dia menatapku kaku dengan wajahnya. Dia tahu aku sedang berusaha
memprovokasi dia. Dia tahu: mencoba untuk menunda rasa sakit.
Dia juga tahu aku benar.
manusia."
"Tidak seperti aku!" teriaknya, tiba-tiba suaranya meninggi. "Aku sukarela, kau
tidak tahu itu kan" Gadis ini, manusia ini, memilih kehidupan ini, memilih untuk
mengundangku untuk mengambil alih kendali atas hidupnya! Mengapa"
Mengapa" Karena ia segala bentuk kelemahan manusia. Dia memilih Yeerk
daripada bangsanya sendiri. Mengapa" karena manusia lemah dan kecil dan
bodoh dan kami akan memerintah mereka semua, kami akan membuat mereka
semua menjadi milik kami, semuanya! "
Dia gemetar. Dari marah" Dari rasa takut"
Aku tidak tahu apa yang aku katakan. Tidak tahu tipe manusia apa yang aku
hadapi. Dia tampaknya berbicara asal. Aku hanya mengatakan apa saja.
Mengatakan apa saja. Apa saja untuk membuat dia terus berbicara. Jauh dari
tombol. "Lemah" Bodoh" Ketika aku ... maksudku, ketika dia berjalan menyusuri lorong
di sekolah, tidak ada cowok yang tidak bermimpi bahwa dia adalah pacarnya. "
Dia mendekati kubus tempatku terkurung. Hembusan napasnya tercetak di kaca.
"Tidak ada seorang gadis yang tidak ingin menjadi seperti dia. Dia adalah ratu
sekolah. Juara tenis. Ketua OSIS. Dia laksana seorang putri, dan sekolah adalah
istananya. " 97 | P a g e Apa yang sedang terjadi" Aku belum pernah mendengar Yeerk bisa berbicara
seperti ini. Sepertinya aku sedang berbicara langsung dengan Taylor yang asli.
Bukan dengan Yeerk dalam dirinya.
kosong saat dia mengingat masa lalunya.
"Tidak ada yang tidak bisa dia lakukan! Dia punya semua. Manusia memiliki
kesenangan dimana Yeerk ... dunia yang berbeda dari indera, penglihatan dan
pendengaran dan. . . apa yang dia tidak punyai! Kenangan, ketika kami pertama
kali datang bersama-sama, aku harus menjalani semuanya itu, tentu saja, Kau
memang harus melakukannya saat kau menyusupi inang baru, dan mereka
begitu. . . " Tiba-tiba, dia jatuh berlutut, di atas lantai beton yang dingin.
"Kemudian api. Dia sendirian malam itu. Orang tuaku" orangtuanya,
orangtuanya. . . keluar, untuk menghadiri pesta. "Taylor menggelengkan kepala
dan rambut pirangnya berkilauan."Aku masih tidak tahu bagaimana hal itu
terjadi. Bagaimana itu bisa terjadi! Ketika aku, dia, bangun, rumah itu sudah
terbakar. Api menyerang pintu kamarku. berderak di luar jendelaku. Asap di
mana-mana, aku tidak bisa melarikan diri! "
Dia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Tangan itu! Aku telah melihat
perubahan. Aku tahu yang mana yang buatan,
Biarkan dia terus berbicara, Tobias. Biar waktu terus berjalan. Hanya itu saja yang
bisa aku lakukan.
"Mengerikan," katanya. "Sungguh mengerikan. Rasa sakit. Kau tidak bisa.,. well,
yeah, mungkin kau dapat bayangkan. Kami kehilangan lengan kiri kami. Kaki
kanannya. Dan wajahku . . . beberapa orang datang menemuiku di rumah sakit,
beberapa teman. Tidak pernah lagi, setelah itu. Lalu mulai tersebar rumor. Dia
98 | P a g e monster. Dia mengerikan. Suatu hari, aku adalah Ratu. Hari berikutnya, tidak
lagi. "
"Mereka mengulurkan persahabatan. Harapan, di saat yang paling terpuruk,
mereka membuatku percaya bahwa hidupnya belum berakhir. Bahwa aku punya
masa depan. Kemudian datang penawaran, Jika aku. . . dia. . . bersedia masuk ke
lingkaran pusat mereka - mengambil keuntungan dari segala sesuatu yang
mereka berikan kepadaku - mereka mampu memperbaiki tubuhnya. Mereka
memiliki rumah sakit sendiri, kata mereka. Teknologi canggih yang kredibel. Aku
akan utuh kembali. Aku akan kembali menjadi aku yang dulu lagi! "
Taylor bergegas berdiri. Dia menempel tangannya terhadap kaca kubusku dan
menatapku. Tatapan yang intens, menarik. Seolah-olah ia mencoba untuk
membuatku mengerti. "Mungkin tampak sedikit aneh pada awalnya." Dia memukulkan telapak
tangannya pada permukaan kubus dan aku bergidik. "Tapi semua yang aku
pikirkan adalah teman-teman di sekolah. Aku membenci mereka karena
melupakanku. Yang dia inginkan adalah hal yang dulu mereka pernah lakukan.
Aku ingin mereka cemburu. Cemburu. Apakah kau mengerti! "dia menuntut."
Aku ingin semua itu, semua kenangan, yang manis, kenangan yang sempurna,
aku ingin hidup yang seperti itu lagi. "
Dia gila, aku baru menyadari. Dia gila. Yeerk yang hidup didalamnya. Dan gadis
ini. Koneksi di antara mereka membingungkan.
Elang. Dengan anak laki-laki.
Yeerk. Dengan gadis ini. Aku butuh waktu yang lama untuk memahami. Sayang sekali. Untuk menjadi
gadis manusia yang putus asa, ketakutan, sendirian, membutuhkan seseorang
yang bisa melihat dirinya apa adanya. Untuk menjadi Yeerk, rasa lapar yang
begitu intens, begitu kuat dibandingkan membosankan, kehidupan siput yang
buta. 99 | P a g e "Aku mengambil kesepakatan." Taylor tertawa datar. "Dua Pengendali
membantuku, di kursi rodaku, aku menunggu di dalam kolam Yeerk, tidak tahu
seperti apa induk semangku nantinya. Aku hanya pernah menjadi Hork-Bajir
sebelumnya. Aku membiarkan diriku menyusupi dirinya, ia membuka dirinya
kepadaku, sukarela. Sampai saat itu, sampai aku sedang berbaring di atas
perutku, dengan kepala tegak di atas permukaan kolam renang, dia tidak tahu,
tentu saja, bagaimana dia bisa tahu" Bagaimana mungkin" "
Mata Taylor tertutup. "Gadis ini, Taylor, gadis ini bukan semata-mata tujuanku, tentu saja, aku adalah
sub-Visser, aku sudah dijadwalkan untuk mendapatkan induk semang yang
memegang posisi penting. Ibuku, adalah kepala polisi. Aku mengkhianatinya,
Tentu saja. Membantu mereka menyusupinya dengan paksa. "
Matanya berkedip. Apakah dia malu dengan perbuatannya" Tentu saja tidak.
Bukan dari Yeerk. tapi manusia" Manusia yang mempunyai kepribadian ganda
ini" Mungkin. "Aku tidak menginginkannya, wanita yang lebih tua. Aku ingin memorinya. Aku
ingin kehidupan yang aku tahu akan menjadi milikku ketika Yeerk, ketika orangorangku, memperbaiki tubuhnya lagi. Dan sekarang, aku cantik sekali lagi,
"katanya penuh kemenangan. "Tapi lihat dirimu! Lihatlah apa yang telah terjadi
pada dirimu! Betapa menyedihkan tubuh elangmu! Makhluk yang tidak
berbentuk. Bukan apa-apa. "
Dia diam.
"Aku seorang sub-Visser Kekaisaran Yeerk."
100 | P a g e
Dia tampak malu. Untuk beberapa saat dia tidak berkata apa-apa. Pandangannya
kosong. Kemudian, akhirnya, dia mengangkat wajahnya dan tersenyum.
"Maka bergabunglah dalam kegilaanku, Andalite," katanya dan da mengirim
tubuh dan pikiranku ke neraka.
101 | P a g e BAB 21 Lingkaran biru bersinar. Aku tertawa kesetanan. Seperti digelitik, aku tidak bisa
berhenti. Dan kemudian:
Biru. Pusing, tertawa histeris. Makan es krim.
Merah. Tamparan di wajah. Pukulan lagi. Operasi bedah tanpa anestesi.
Aku terbang, melemparkan diri di kaca.
berakhir. Jika dia tidak mau berhenti, aku akan mengakhirinya sendiri. Dengan
mengakhiri hidupku. Aku melemparkan diri terhadap sisi kubus. Paruhku retak. serpihan nyeri listrik
wajahku. Lingkaran biru menyala dan aku tertawa liar.
Lingkaran merah meraung dan aku dicekam kesedihan. Suara bibiku: Aku tidak
menginginkannya! Dia tidak ada artinya bagiku. Dari mana Loren bisa tahu-tahu
membuang dia di sini"
Sekali lagi aku menghantam dinding.
"Kena kau sekarang!" Teriak Taylor.
Ruangan itu dengan cepat meredup. Cahaya yang tadinya tampak begitu terang
perlahan meredup. Menghilang.
Menghilang. . . 102 | P a g e Sendiri. Aku sendirian! Ax, Jake, Cassie, Marco. Bagaimana mereka bisa melakukan ini padaku "!
Meninggalkan aku di sini!
Aku benci semua orang yang tidak ada di sini. Yang tidak melalui siksaan ini
bersama denganku. Kalau saja Rachel ada di sini. Rachel.
Tidak! Dia sudah mati. Mati atau terjebak. Kami semua. Semua yang aku cintai. .
.
Apa yang gadis gila ini inginkan dariku" Apa yang dia inginkan" dia tidak lagi
peduli apa yang dia peroleh dariku. Dia hanya menyakiti untuk kesenangannya
sendiri. Menyakiti tanpa tujuan tapi tetap menyakiti.
Dia akan membunuhku. Tidak, tidak, dia tidak akan membunuhku! Dia akan
membiarkanku hidup, hidup di neraka ini.
apapun untuk membuat semua berakhir!>
Apakah dia mendengar" Apakah dia tidak mendengar bahasa-pikiranku yang
menangis" Dia menekan tangannya pada lingkaran merah.
Tidak ada suara yang keluar dariku. Atau apakah dia tidak mendengar" Atau
apakah aku tidak bisa bersuara" Apakah aku bahkan masih hidup"
103 | P a g e Bawah, berputar ke bawah. Dunia. . .
Meredup. . . Kematian. Apakah ini kematian"
Dan aku sedang berjalan di hutan. Sebuah Jalan dengan deretan pohon-pohon
tinggi dan rimbun dimana dahannya saling menyambung membentuk sebuah
lengkungan katedral. Dekat sekolah. Setelah bermain kami bersiap-siap.
"Apakah ayahmu di sini malam ini?" guruku bertanya.
"Yeah. Dimana ayahmu?" kata temanku.
Aku mengikuti jejak melalui hutan. Hatiku begitu penuh. Aku berhenti di sebuah
lapangan. Ada sebuah benda yang setengah terkubur, berkilauan di bawah sinar
bulan, tertangkap oleh mataku. Aku menggali tanah disekelilingnya, mencoba
untuk membebaskan benda itu. Lebih dalam dan lebih dalam.
Sebuah pisau berbentuk sabit. Aku memegangnya di hadapanku. Mengapa
tampak begitu familiar" Seperti begitu banyak bagian dari diriku yang dipunyai
benda ini" Aku melihat ke arah langit malam. Dan membeku.
Dua bulan melemparkan cahaya kuning yang hangat di atas hutan. Cahayanya
mengenai pohon asparagus.
Apa! Ini bukan bumi! Ini adalah. . .
Cahaya bulan cerah mengenai pada sosok yang kuat dan mempesona. Aku terus
menatapnya. Aku tidak bisa berpaling. Aku tidak ingin.
104 | P a g e Aku melihat ekor melengkung ke atas. Melengkung perlahan di punggungnya
dan pindah ke arahku. Menggigil. Saat ekor pisaunya yang dingin menempel dahiku. Seperti tersengat
listrik. Seperti sesuatu yang berlum pernah kurasakan sebelumnya.
Sebuah gelombang baru dari kenangan! Tapi bagaimana" Bagaimana mereka
bisa jadi kenangan ketika aku belum pernah hidup bersama mereka" Mereka
baru bagiku, meskipun mereka tampak seperti temanku. Tidak, mereka bukan
bangsaku. Mereka adalah. . . 105 | P a g e BAB 22
komandan skuadron tempur. Pada layar tampilan: sebuah pesawat Des-badeen
dalam desain angka delapan.
komputer dari pesawat tempur menggunakan bahasa-pikiran dengan suara
tenang yang mengagumkan.
Terbangkan kapal melalui lubang itu. Satu tempat terbuka itu satu-satunya
harapanku. Suara komputer:
Meraba-raba liar. Sisi kapal tergores dan mulai terbakar. Panasnya membakar
hangus lengan dan panggulku.
Ka-choomp! Pesawat meluncurkan aku ke ruang angkasa. Tapi aku tidak bisa mengalahkan
pesawat Des-badeen! Dinding abu-abu baja memebuhi penglihatanku!
Setiap tulangku terasa terbakar. Tubuhku terlempar dari dinding ke dinding saat
Animorphs - 33 Ilusi The Illusion di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kapsul meluncur tak terkendali melalui ruang. Seperti sebuah bintang yang
melesat di kegelapan. Pesaawat Dome. Terlalu jauh. . . terlalu jauh. Aku
sendirian. 106 | P a g e Langit berwarna merah. Jeritan dan teriakan memenuhi kepalaku. Pertempuran
pecah di dunia Taxxon. "Sssseeeeeyaaa!"
Seratus Taxxon menggigit kakiku.
"Sssreeee!" Mulut lain mengiris lenganku.
Aku harus berjuang! Membunuh untuk bertahan hidup!
Sshhhwing! Aku mengangkat ekorku naik ke belakang dan iris bersih pada bagian
perutnya. "Skkkreeeee-eeeeeee!" Sebuah teriakan mengerikan yang tidak pernah aku
lupakan. Pembunuhanku yang pertama.
Aku menatap Taxxon kedua. Tepat pada matanya yang berlendir. Mereka yang
mengatakan kalau kau tidak bisa membaca emosi di mata Taxxon berarti bodoh.
Aku melihat ketakutan di sana. Sebuah permohonan untuk hidup. Jantungku
berdebar. Mual. "Ssssnnnnaaaaa!"
Aku memotong lubang menganga di sisinya. Lenganku terlepas. Ia jatuh ke
tanah, menjerit-jerit kesakitan. Aku berbalik, dan dengan suara muntah-muntah
mengusir kehangatan rumput pagi ini.
Jadi ini adalah perang. Aku berdiri di rumput dekat danau pesawat Dome. Menatap ke dalam kristal
yang tumbuh dari air. Warnanya hijau.
Loren. Aku ingin sekali dia berada di sampingku. Untuk mendengar dia
menyebut namaku. Untuk melihat anak kami.
Aku melakukan ritual untuk keselamatan dan kesehatannya.
107 | P a g e Lima tahun sejak Ellimist mengembalikanku pada waktuku yang benar. Lima
tahun sejak aku meninggalkan hidupku di Bumi untuk melanjutkan bentuk
Andalite dan melanjutkan tugasku.
Dan aku memikirkan masa depanku. Apa yang ingin aku capai di pertempuran
ini" kebebasan" Apakah perjuangan, rasa sakit, kesepian yang dialami sia-sia"
Akankah aku meninggal sebelum aku bisa mengalahkan musuh"
Ekor pisauku yang dingin pada dahiku mendinginkan pikiranku. Membuatku
tetap hidup.
Andalite yang telah mati untuk kebebasan. Silsilahmu adalah keberanian dan
keberanian. Jika kau tinggal, kau membawa obor kami. Sebuah beban yang
dilakukan oleh banyak orang. Sebuah kehormatan tunggal. . .>
Mulai memudar. Sebuah akhir, kisah yang luar biasa dari hal-hal yang hidup bersama Elfangor.
Prajurit. Cerdas. Oh, bagaimana dia hidup! Bertahan. Tercapai. Rasa tujuan. Hal yang tidak pernah
bisa aku pahami. Hal yang aku bisa. Dimana nantinya mungkin menjadi tujuanku.
Redup dan redup. Setitik cahaya. Aku merasa tubuhku menggigil dan aku tahu
bahwa aku sedang sekarat. Cahaya kecil itu membuatku tetap hidup.
mengancam terdengar di telingaku.
Bertahanlah untuk cahaya kecil itu. Bertahanlah!
Tepat ketika cahaya terakhir akan padam, aku merasa perangkat penyiksaan
berkedip, dan berhenti. Cahaya mulai bersinar lagi. Sampai akhirnya aku tidak
108 | P a g e lagi melihat dalam kegelapan, tapi melihat kubus kaca yang mengurungku. Aku
berserakan lantai. Kalah, tapi masih hidup.
Terakhir, masih terdengar samar suara Elfangor:
109 | P a g e BAB 23
Terdengar bahasa pikiran Visser Three.
Ia berdiri di belakang Taylor. Wajahnya datar. Tanpa ekspresi. Kemudian aku
melihat pandangannya turun ke arah lantai di bawah. Ke arah pintu yang terbuka
dan memperlihatkan Taxxon-taxxon yang kelaparan di bawah sana.
Dua Hork-Bajir membanting pintu tepat di belakang Visser. Mereka menggotong
galah tebal yang menembus sebuah kurungan kawat yang besar. Di dalam
kurungan tersebut, seekor elang bondol.
Seekor elang! Rachel! Pasti itu Rachel!
Visser cukup kesulitan menyembunyikan kegirangannya.
morf ini sebelumnya.> Ia melangkah penuh keangkuhan dan percaya diri mendekati kubusku. Jari
Andalite-nya yang panjang menunjuk pada si elang.
memfokuskan mataku. Untuk bisa melihat menembus kabut tebal rasa pusing
yang kurasakan. 110 | P a g e Burung itu terluka sangat parah. Dengan sayap yang patah. Darah mengalir di
kakinya. Bulu-bulunya kusut dan gundul di bagian dadanya.
Aku menarik napas.
ekor pisaunya dan menyentak mata tambahannya dengan liar.
teriaknya. "Kau ingin aku membuka pintu bawah tanahnya?" tanya Taylor.
Pintu bawah tanahnya tetap tertutup. Sebagai gantinya pintu terbuka dan dua
Taxxon berlendir, lipan raksasa, merayap masuk dengan barisan kakinya yang
seperti jarum. Mata bundarnya yang berwarna merah bergerak-gerak gelisah. Lidah yang
panjang dan tipis menampar-nampar ratusan giginya yang setajam silet.
"Tidakkah kita harus menyiksanya, Visser?" tanya Taylor, suaranya dipenuhi
kesenangan. "Yang satu ini mungkin mau bicara. Kita bisa saja mendapatkan
hasil."
masuk ke kurungan, menggulingkannya terbalik karena terlalu menggebu-gebu.
Si elang mengepak-ngepak dan berkuak, tapi langsung berhenti dalam beberapa
gigitan. 111 | P a g e Aku kembali sadar. Aku bahkan berusaha untuk bangkit. Visser mengamatiku
dengan kecewa. Tapi tak lagi dengan kemarahan yang menggebu.
visser ketika ia berbalik dan meninggalkan ruangan.
Inilah akhirnya. Aku tahu itu. Aku akan mati dalam siksaan berikutnya. Aku akan
berusaha untuk mati dengan berani. Aku mempersiapkan diriku untuk menerima
serangan, memandang ke sekeliling ruangan untuk terakhir kalinya. Hanya ada
aku, Sub-visser,dan dua belas Hork-Bajir berbadan besar.
Dan" Aku tersandung ke belakang.
Tak mungkin. Aku pasti berhalusinasi. Otakku yang terlalu letih ini telah
mengelabuiku. Ini sangat tidak mungkin.
Aku membenturkan kepalaku pada kaca hanya untuk memastikan bahwa aku
sepenuhnya sadar. Dan memang begitu. Jadi apa yang kulihat sedang tumbuh
membesar dari lantai, di belakang sub-visser, bukanlah khayalan belaka!
Secara diam-diam, tak terlihat oleh semuanya kecuali aku.
Sesosok Andalite sedang muncul dari morf kutu!
112 | P a g e BAB 24 Sebuah dagu berwarna biru terbentuk dari bagian mulut yang berbentuk seperti
jarum dan penyedot. Lengan-lengan Andalite menyembul dari kaki-kaki kecil
seekor kutu. Ax" Halusinasi lagi. Pasti. Namun demikian, disanalah ia, tumbuh semakin besar di belakang selusin
prajurit Hork-Bajir.
Ax melawan dua belas Hork-Bajir" Mustahil.
dari gudang jerami Cassie itu.>
Bisakah aku mempercayai mataku" Atau otakku yang sudah letih ini"
"Dengarkan aku, Andalite," Taylor berkata padaku. "Kau telah membuatku
kehilangan kepercayaan Sang Visser. Bisa dibilang kau sudah menghancurkanku.
Dan sekarang, aku akan membuatmu membayarnya. Oh ya, aku telah
memberimu kesakitan. Aku telah memberimu kesenangan. Kau telah mengalami
semua itu dengan sempurna. Tapi kau tak pernah merasakannya secara
bersamaan. Aku akan membuatmu gila!"
Aku menegang. Berdoa agar bisa selamat.
113 | P a g e Fwapp! Ekor Ax menyambar handel pintu.
Fwapp! Hork-Bajir terdekat tumbang, tanpa tahu apa yang telah menghantamnya.
Perang kekerasan yang tiba-tiba. Kilasan Marco, besar dan kuat dalam morf
gorila. Seekor harimau, menebas. Hork-Bajir berlari. Serigala, sangat cepat,
sangat akurat dengan gigi putihnya yang berbahaya.
Dan beruang. Beruang yang besar, menjulang tinggi, dengan cakar tajam yang mencabikcabik, beruang grizzly mematikan yang penuh amarah.
Rachel. Ia melihatku. Bahkan dengan penglihatan beruangnya yang kabur ia bisa
menebak apa yang telah terjadi padaku.
Lima Hork-Bajir tumbang seketika dalam hitungan detik, tiga diantaranya
disebabkan oleh pertarungan brutal dan singkat dengan Rachel.
Marco mendorong Taylor ke samping dengan tidak sopan. Ia sama sekali tidak
tahu siapa sebenarnya Taylor. Apa Taylor sebenarnya.
"Seekor gorila!" teriaknya.
Ia mengulurkan tangannya ke arah dinding dan mengangkat sebuah jepitan
penggenggam besi ke udara. Meraih sebuah balok baja. Kedua benda itu
berkelontang dan terhubung.
"Hentikan dia!" teriak Taylor. "Hentikan dia!"
114 | P a g e Tiga Hork-Bajir mengejar Marco. Jake mengeluarkan raungan menyeramkan.
Barisan prajurit yang tersisa menyerbu. Meraih Jake dengan kilasan mata pisau
dan jeritan kasar meraung di lidah Hork-Bajir.
"Ghafrash!! Gulferch Andalites!"
Tapi mereka tidak memeriksa ke belakang punggung mereka.
Kelebatan ekor mata pisau Andalite dan satu prajurit tumbang. Suara gertakan
dan gigitan dari serigala dan satu lagi prajurit tumbang ke lantai, memegangi
kakinya. Tersisa lima. Lima mesin penghancur yang berotot dan memukau.
Marco melompat ke dinding. Kaki menapak di atasnya, tangan memegang erat
pada tali, ia memanjat dengan cepat ke arah langit-langit. Lubang hidungnya
mengembang. Matanya yang kecil melebar saat ia berusaha sekuat tenaga
mencapai tujuannya dengan dengusan yang berirama.
Taylor berlari menuju rak senjata, alat penyiksa di tangannya. Cassie menyambar
tumitnya. Menyentaknya bolak-balik.
"Lepaskan aku! Yahhh!" Ia memukul moncong Cassie dengan senjata di
tangannya. Cassie menjerit dan kehilangan pegangannya. Marco berayun dari satu pipa
saluran ke pipa saluran yang lain sekarang. Terbang melintasi langit-langit
seperti monyet raksasa di hutan hujan yang terlindung. Dua Hork-Bajir
mengejarnya, hanya selisih satu ayunan di belakang. Setengah jalan di tali lain.
Tidak sulit untuk melihat bahwa mereka telah berubah menjadi penghuni pohon.
Marco meraih pipa yang lebih kecil.
karena berat badan Marco.
115 | P a g e Kkkkkkkeehh! Kkkkeh! Percikan api bermunculan ketika kabelnya putus. Tetapi Marco bertahan,
mencengkeram kabel-kabel itu bagaikan tanaman menjalar, berayun dengan
putus asa untuk meraih kubusnya. Salah satu Hork-Bajir menggantung pada
salah satu balok terdekat. Ia memposisikan sikunya yang bermata pisau dan
memotong kabelnya. Zzzzzzzz. Kkkkkkk. Zzzzzzz.
Kilatan biru! Kilatan listrik terlihat dengan jelas melengkung dari kabel-kabel tersebut ke arah
si Hork-Bajir. Ia tersentak dan bergetar dalam cengkeraman listrik yang
mengerikan. Aku memalingkan muka. Ia jatuh ke lantai.
Thwoomp! Dua kaki raksasa gorila menabrak bagian atas kubusku. Kubusnya bergoyang
keras dan membuatku terlempar ke dindingnya.
baja yang menggantung kubus ini.
baut yang mengamankan kaitan bagian atas kubusku dengan kabelnya. Ia
memutar baut tersebut sekuat tenaga, berusaha untuk mengendurkan kaitan
yang membuatku menjadi tawanan yang tergantung tak berdaya.
BOOM! BOOM! BOOM! BOOM! Empat kaki Hork-Bajir yang seperti cakar menggesek bagian atas kubus.
Membuat kubusnya bergoyang tak terkendali.
menyentak-nyentakkan tangannya, mencari pegangan.
116 | P a g e "Gilaaaaaaaaaa!"
Satu Hork-Bajir terpeleset, tak berhasil.
Floomp. Tassssshh! Ia menghantam lantai. Darah hijau-biru mulai mengalir dari dadanya. Tertusuk
oleh mata pisaunya sendiri!
Kami bagaikan bandul yang tak terkendali. Bagaimana Hork-Bajir yang lain bisa
bertahan"! Dan kemudian aku bisa melihatnya. Ia telah menemukan pegangan. Dan
pegangan itu adalah pinggang Marco.
Marco jatuh berlutut di atas kubus. Wajahnya, menunjukkan ekspresi kesakitan
yang teramat sangat, giginya terkatup rapat, menempel pada kaca kubus.
Si Hork-Bajir, matanya melebar, ototnya meregang kuat, menyerang lagi.
Ptt. Ptt. Ptt. Tetesan merah mulai terpercik di atas kaca. Si Hork-Bajir telah menyanyat dan
menanamkan mata pisau di pergelangannya dalam daging Marco. Semakin
Animorphs - 33 Ilusi The Illusion di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka meronta, semakin kami bergoyang-goyang. Bagaikan rakit tak
berjangkar. Pttpttpttptt. Darah memercik dengan lebih cepat sekarang.
Marco mendengus, penuh penderitaan. Ia melanjutkan pekerjaannya dengan
baut tadi.
tubuh Jake. Ia melompat ke belakang dengan cakar super kilatnya, tapi ia
berdarah-darah tak karuan. Kehilangan satu telinganya.
Sub-visser berbalik 180 derajat. Dari rak senjata menuju ke tengah ruangan. Ia
meluruskan lengannya. Tangannya memegang sebuah senjata sinar Dracon.
Membidik"
Dua Hork-Bajir lagi mendarat di atas kubus. "Arrrgh!" teriak Taylor. Cassie
melompat dan menjatuhkannya. Terlambat!
Ia telah menembak. 118 | P a g e BAB 25 TSEEEEW! Sinar Dracon. Keeeeew! Dan suara klik. Kabelnya, lepas, dari genggaman Marco!
Kubusnya. Lepas! Lantai mendekat dengan cepat"
KABLAMMMMM! Kubusnya menghantam lantai dengan ledakan keras.
"Ghalaaaa!"
Jeritan kebingungan. Kesakitan.
Pecahan kaca beterbangan kemana-mana karena hantaman tersebut bagaikan
pecahan peluru meriam. Menimbulkan pendarahan dimana-mana.
Wumph. Sebuah lengan Hork-Bajir yang berat menindihku dan menahan tubuhku,
punggungku menyentuh lantai. Aku memandang melalui sebuah lubang, lubang
melingkar karena terbakar sinar Dracon yang menembus lengan atasnya!
Marco menggantung pada kabel yang gosong. Daging dan rambut mulai
terbakar. 119 | P a g e
menyakitkan. Ia tidak bisa bertahan! Ia jatuh. Ke atas kasur dari pecahan kaca
yang menusuk dan remuk karena bobot tubuhnya. Raungan lagi.
Rasa sakit telah menghancurkan tubuhku. Sepertinya hantaman tadi telah
meremukkan semua tulangku. Tapi aku masih sadar. Morf! Fokus! Gertakan dan
dengusan pertarungan bergaung di dalam telingaku menunjukkan perang
kekerasan dan amarah yang mengelilingku. Aku merasakan perubahannya
dimulai. Tiba-tiba tubuh si Hork-Bajir terangkat dan terlempar ke samping. Aku terkejut,
tak berdaya. Aku menghentikan perubahannya, sepasang lengan Andalite dari
dadaku ditarik. Rambut pirang berkilauan. Bagaikan lampu sorot. Tangan sekuat baja
menggenggam tujuh jari kecilku. Meremukkannya!
Sub-visser! Ia menarikku melewati kaca yang menusuk-nusuk. Mulai menyeretku di atas
lantai. Tapi kemudian ia menjatuhkanku dan berlari kembali ke arah kubus yang
telah hancur itu seperti kelupaan sesuatu.
dua lawan lima dengan Hork-Bajir, tak dapat mendengarku. Sub-visser mencaricari dalam reruntuhan kaca dan menemukan apa yang dicarinya: miniatur dari
tiruan kontrol panel. Dengan alat kontrol yang lebih besar di bawah satu lengan
dan yang lebih kecil di tangannya, ia menuju ke arahku lagi.
dapat mendengarku. Aku memandangnya melompat dari atas meja ke bahu
Hork-Bajir, menjatuhkannya.
Hanya Marco yang melihatku. Ia bergerak untuk berlari, tetapi langsung ambruk
ke lantai dan kesakitan. 120 | P a g e Aku mencoba untuk memaksakan morf-nya. Lebih cepat! Dimana ekornya! Mata
pisaunya! Aku tidak bisa memusatkan pikiranku. Aku mengepak tak berdaya dengan
setengah sayap dan setengah lenganku. Menjejak ke udara dan menggeliat di
lantai dengan kaki-kaki letihku. Tapi aku tak bisa kemana-mana.
Kemudian berhenti. Ia menyerangku lagi dengan alat penyiksa. Tapi kenapa
sekarang" Sekali lagi ia mencengkeram jari-jari Andalite-ku yang lembut. Ia menyeretku
keluar melewati pintu. Menuju tempat yang seperti balkon. Mungkin panjangnya
empat puluh kaki, tapi sangat sempit. Lebarnya tidak lebih dari empat kaki.
Dibentuk dari permukaan batu. Berlari ke sebuah terowongan kecil di ujung.
Sebuah dek observasi" Di dalam jaringan bawah tanah sebuah terowongan yang
sempit" Bau busuk, yang berasal dari alam memenuhi paru-paru. Bau yang ku"
"Ahhh!" Teriakan yang keras dan nyaring keluar dari mulutku ketika ia
mengerahkan tenaganya untuk mengayunku keluar melewati pagar. Tubuhku
terlempar, membentuk sebuah lengkungan, jarinya-jarinya masih
mencengkeram jari-jariku.
Bam! Tubuhku menghantam dinding luar balkon.
Aku melongok ke bawah. Kolam Yeerk. Lubang besar itu seukuran tiga Astrodomes. Komplek bawah tanah Yeerk. Di
bawah pondasi dari setengah kota kami. Gedung-gedung penyimpanan dan
pusat kendali. Dermaga pesawat luar angkasa. Bermacam-macam spesies alien
bergerak terus menerus mengurusi urusan mereka, bersatu dalam satu tujuan:
penaklukan kaum manusia. Dan disana, di tengah-tengah, adalah kolam itu
121 | P a g e sendiri. Cairan kental berwarna kelam menyatu dan bercampur dengan siputsiput Yeerk. Dalam bentuk asli mereka. Tak berdaya disana, dan hanya disana.
"Aku tak tahu kau itu apa!" Sub-visser berteriak agar suaranya terdengar di
antara jeritan-jeritan protes dari para Pengendali non-sukarela yang terkurung
dalam kurungan di pinggir kolam Yeerk, dan suara-suara lain yang memenuhi
kubah. "Aku tak tahu kekuatan apa yang kau miliki, hingga kau bisa morf di atas
batas waktu dua jam." Kebencian yang tak manusiawi melingkupi kata-katanya.
"Tapi aku tahu bahwa aku tak peduli. Kau akan mati! Mati! Mati!"
Dia menguatkan cengkeramannya sampai tulang-tulang di jariku bergemeletuk.
Dan kemudian, dia melepaskan cengkeramannya.
122 | P a g e BAB 26 "Mati! Mati!" pekiknya.
Tapi aku bergelantung padanya.
Dengan jari-jari Andalite yang baru setengah terbentuk, lemah, dan gemetar,
aku bertahan. Bergelantungan pada ujung lengan buatan Taylor. Beberapa ratus
meter dari lantai di bawah sana.
"Lepaskan!" pekiknya, berusaha mengibaskan jari-jariku. "Lepaskan, dasar kau
pemakan rumput busuk!"
Masih memegang alat kontrol yang lebih kecil di tangannya yang satunya, ia
bergerak untuk melepaskan peganganku. Alatnya terlepas dari tangannya.
Aku melihat ke bawah dan melihat replika alat kontrol itu masih terjatuh. Jatuh.
Cooonk! Alat itu menghantam gedung penyimpanan besi dan memantul ke dinding yang
lebih rendah. Aku tidak mendengar bunyi airnya. Tapi aku terus melihat saat benda itu
mendarat di kolam Yeerk. "Tidak!" teriaknya. Dengan satu kibasan keras dia melepasku dari tangannya.
menakjubkan cakarku menangkap sesuatu. Sekitar tiga kaki ke bawah. Dan
dengan jari-jari yang patah dan lemah aku menggenggam sebuah tonjolan yang
keras dan kecil. Jantungku berdebar keras.
"Dasar kau?" Dia menggapai untuk meraihku. Untuk menjatuhkanku dan
mengirimku jatuh ke lubang di bawah sana. Aku berada sedikit di luar
123 | P a g e jangkauannya. Sekarang tinggal masalah waktu. Seberapa lama aku bisa
bertahan. Jari-jariku mulai terlepas. Tubuhku berat. Aku tak punya kekuatan
apapun selain adrenalin dan itupun akan menghilang dalam"
"Rrrrrooooowwrr!"
Raungan mengerikan. Raungan yang kukenali.
Taylor mulai berbalik, tapi terlambat.
Dua cakar cokelat mencengkeram kedua bahunya, menariknya ke belakang
sebelum ia sempat berteriak. Aku mendengar suara bergedebuk dan aku tahu ia
mengalami pukulan keras. Sebuah cakar beruang grizzly meraih melewati balkon, menggenggam
punggungku, mengangkatku. Taylor terbaring di lantai. Aku memusatkan pikiran
untuk menyelesaikan morf ke tubuh Andalite.
Tubuh Rachel memenuhi balkon. Dia mulai menggeram. Dalam, dan
berkelanjutan. Dia mengangkat Sub-visser dari lantai. Taylor melawan, tapi tanpa hasil.
Cengkeraman Rachel sangat kuat dan tak tergoyahkan. Dia mengeluarkan
lenguhan binatang penuh dendam.
Dalam sepersekian detik, waktu berhenti. Dan aku melihat Rachel dan Taylor
berhadapan. Yang satu kuat. Morfnya merupakan manifestasi gila antara
kekuatan dan keberanian diri. Yang satu lemah. Gadis ini yang penampilannya
merupakan segalanya, kecuali kehormatan. Gadis malang yang kelemahannya
menjadikannya mangsa yang sangat mudah bagi Yeerk. Dan aku merasa
kasihan. Kasihan pada si penyiksaku.
Cakar Rachel melingkar di leher Taylor. Meremas kerongkongannya. Wajahnya
berubah menjadi biru, tersiksa.
"Tolong!" suaranya serak dan menyedihkan. "Seseorang tolong aku!"
124 | P a g e
Rachel menoleh ke arahku. Ragu-ragu. Kemudian menjatuhkan Taylor begaikan
menjatuhkan kertas pembungkus permen. Sub-visser jatuh ke lantai dan
mencari-cari pintu.
125 | P a g e BAB 27 Hari ini angin bertiup kencang. Matahari bersinar terang. Kami semua ada disana,
semua kecuali Rachel yang punya rencana dengan ayahnya.
Kami semua dalam tubuh manusia. Bahkan Ax dan aku juga. Aku duduk di atas
pasir pantai. Anginnya menerpa rambutku. Ombak-ombak mengejar tepi pantai.
Ax duduk di sampingku, membuka bungkusan sebuah layang-layang yang
dibuatnya dari potongan kayu dan kertas. Menguraikan benangnya. Bersiap-siap
untuk menguji terbang. Hobi manusia yang katanya membuatnya damai, entah
kenapa. Cassie melangkah di air yang dangkal, memeriksa adanya makhluk apapun yang
terluka. Jake dan Marco main lempar tangkap. Jake membentuk lemparan spiral yang
menakjubkan di udara. "Ax?" kataku. "Ya, Tobias?" "Aku mengalami banyak halusinasi saat itu. Banyak sekali gambaran-gambaran
gila." Aku berusaha membuat nada suaraku normal. Aku berhenti sebentar. "Tapi
ada salah satu. Rasanya sangat nyata. Maksudku, sangat nyata seperti aku
pernah mengalaminya sendiri. Dan itu adalah Elfangor."
Ax melepaskan pandangannya dari pekerjaannya. Dia berhenti berkutat dengan
benangnya. "Beberapa gambaran yang begitu intens. Aku tenggelam dalam kesakitan, Ax.
Aku benar-benar berpikir aku akan mati" dan kemudian, dalam sekejap, aku
merasakan dinginnya ekor mata pisau di dahiku dan aku?"
126 | P a g e Ax membuat suara seperti tarikan napas dan menjatuhkan gulungan benangnya.
Matanya membesar dengan intensitas yang mengejutkan.
"Mata pisau" Di dahimu?" Dia menyeret kalimatnya, suaranya bergetar karena
terkejut. "Ax, ada apa?" Dia benar-benar terganggu. Seperti aku telah mengguncangkan kenyataannya.
Angin mulai menyeret layang-layangnya ke atas pasir. Dia tidak peduli. Hanya
duduk disana, sibuk dengan pikirannya sendiri. Aku berlari mengejar layanglayangnya dan mengembalikannya padanya.
Dia mengenyahkan apapun itu yang mengganggunya dan mendapatkan kembali
ketenangannya. "Tidak," katanya, lebih kepada dirinya daripada diriku. "Itu semua tidak masuk
akal, tentu saja. Kita semua orang yang rasional?"
"Ada apa, Ax-man?"
Dia memulai dengan ragu-ragu. "Sebuah legenda. Ritual gaib, sungguh. Utzum.
Beberapa dukun tertentu percaya bahwa mereka bisa menurunkan ingatan
melalui DNA. Legenda mengatakan pesan-pesan ingatan ini akan muncul oleh
kematian yang sudah dekat. Sebuah gelombang kekuatan di saat-saat terakhir
untuk meringankan perjalanan mereka. Takhayul kuno."
"Yeah. Mungkin kau benar. Hanya halusinasi," kataku.
Kilasan emas. Menuju ke bawah ke arah pantai. Sebuah bayangan tubuh yang
tinggi dan anggun mendorong bukit-bukit pasir untuk bertemu kami. Rachel!
Aku melompat berdiri. Ax kembali berkutat dengan layang-layangnya,
menggumamkan sesuatu tentang jari-jari manusia yang tebal dan canggung.
Saat ini yang lain sedang asyik bermain Frisbee yang sepertinya melibatkan
banyak cipratan. 127 | P a g e Aku mulai berlari menuju ke arah Rachel. Dia melihatku dan tersenyum. Aku
memperlambat langkahku saat sudah semakin dekat dengannya, nafasku
terengah-engah. Dan tiba-tiba aku telah memeluknya. Aku menenggelamkan wajahku di
rambutnya. Dia memelukku erat.
"Buruk," katanya.
"Ya," bisikku. "Sangat buruk. Aku hampir dekat dengan, kau tahu. Sangat dekat.
Aku benar-benar" maksudku, aku tidak?" Aku menarik napas beberapa kali
dengan gemetar. "Aku kehilangan diriku. Tidak tahu siapa diriku. Aku tidak yakin
aku tahu sekarang." "Tobias," katanya pelan, "Aku tahu siapa kau."
Waktu berlalu begitu lama sementara tak satupun dari kami berbicara. Tak
satupun dari kami bergerak.
Kemudian, dia berkata, "Hei, ini terasa menyenangkan dan hangat. Tapi disana
ada beberapa angin thermal yang mengasyikkan."
Aku tersenyum. "Ayo terbang."
"Ya," dia menyetujui. "Tepat setelah aku melakukan ini."
Dia menciumku. "Oke, sekarang ayo terbang," dia berkata dan tertawa dengan tawa Rachel-nya
yang liar, licik, dan mengejek.
Dan dalam waktu singkat kami meluncur di atas thermal, tinggi di atas pantai.
Dia atas bukit tertinggi. Di atas kota. Di atas segalanya.
Ingatan dari misi sebelumnya tertinggal jauh di belakang. Pengalaman
mendekati kematian terlupakan. Untuk sementara.
Siapa aku" Apakah aku" Seekor burung. Seorang anak laki-laki. Sesuatu yang
tidak seperti manusia. Sesuatu yang lebih dari manusia.
128 | P a g e
Animorphs - 33 Ilusi The Illusion di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Seseorang yang dicintai Rachel.
Aku menemukan sesuatu di tengah-tengah kesakitan dan teror dan
kebingungan. Aku menemukan bahwa jawaban dari pertanyaan apakah diriku
ini, siapakah aku ini, bukanlah sesuatu yang dapat dijawab dalam satu kata atau
satu waktu. Bisa menghabiskan waktu seumur hidup untuk menyimpulkan siapa aku ini.
Untuk sekarang, aku bersedia untuk bertahan disana, melayang di atas thermal.
Menunggu waktuku. 129 | P a g e ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
JOIN US NOW!! Kami sedang mencari temanteman-teman sesama pecinta
Animorphs untuk bergabung bersama kami dalam :
"Animorphs Translation Project Indonesia"
Kami memiliki tujuan untuk melanjutkan
penerjemahan Animorphs yang terhenti pada serial keke27 di Indonesia. Sampai saat ini sudah ada 7 serial
Animorphs yang diterjemahkan secara pribadi.
Namun, seperti layaknya para prajurit Animorphs
yang selalu bersama dalam memerangi invasi Yeerk,
Yeerk, tentu akan lebih baik jika kita melakukan translation
project ini secara bersamabersama-sama juga, kan"
So, jangan ragu lagi! Kami tunggu partisipasi kamu
di : animorphsindonesia.blogspot.com
See ya! " A ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
130 | P a g e Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 14 Wiro Sableng 049 Srigala Iblis Bayangan Berdarah 9