Ceritasilat Novel Online

Pusaran Energi Kabah 1

Pusaran Energi Kabah Karya Agus Mustofa Bagian 1


http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
Sekedear Berbagi Ilmu & Buku Attention!!! Please respect the author's
copyright and purchase a legal copy of
this book AnesUlarNaga. BlogSpot. COM Sekilas tentang Penulis AGUS MUSTOFA lahir di Malang. 16 Agustus 1963.
Ayahnya seorang guru tarekat yang intens, dan
pernah duduk dalam Dewan Pembina Partai Penganut
Tarekat Indonesia. pada jaman Bung Karno. Maka
sejak kecil ia sangat akrab dengan filsafat seputar
pemikiran Tasawuf Tahun 1982 ia meninggalkan kota Malang. Jawa Timur;
dan menuntut ilmu di Fakultas Teknik. jurusan Teknik
Nuklir, Universitas Gadjahmada. Yogyakarta. Selama
kuliah itulah ia banyak bersinggungan dengan
1 ilmuwan-ilmuwan lslam yang berpemikiran modern.
seperti Prof Ahmad Baiquni dan Ir Sahirul. Alim MSc.
yang menjadi dosennya. Perpaduan antara ilmu tasawuf dan sains itu telah
menghasilkan tipikal pemikiran yang unik pada dirinya.
yang disebutnya sebagai 'Tasawuf Modern '.
Kekritisannya dalam melakukan analisa semakin terasah sejak dia bergabung di
Koran Jawa Pos. Surabaya, pada tahun 1990, sebagai wartawan. Kemudian iajuga
bergelut di media televisi lokal, milik Jawa Pos. dimana ia pernah rnenjadi General
Managernya. Di sela-sela kesibukannya, arek Malang berputra empat itu tetap
menyempatkan diri untuk melakukan syiar ilmu-ilmu Allah di masjid-masjid, di
kampus. dan berbagai instansi atau perusahaan di seputar Jawa Timur untuk
berdiskusi dalam format yang khas yaitu Islam, Sains dan Pemikiran Modern.
Demi Syiar itu juga, Ia bertekad untuk terus menulis buku serial diskusi Tasawuf
Modern. dari sudut pandang sains dan pemikiran modern. Di antaranya. yang
sedang dia persiapkan adalah. Ternyata Akhirat Tidak Kekal' . 'Terpesona Di
Sidratul Muntaha' dan 'Ternyata Kita Bersatu dengan ALlah".
Selamat menikmati! KATA PENGANTAR Sudah lama kawan-kawan di sekitar saya memberikan dorongan untuk menulis buku.
Hampir di setiap usai ceramah maupun diskusi yang saya lakukan dari satu tempat
ke tempat lainnya, mereka selalu menanyakan apakah materi yang saya sampaikan
2 tersebut telah dibukukan. Akan tetapi karena berbagai alasan yang membelit
keseharian, maka baru sekarang saya bisa menyelesaikan buku pertama saya.
Maka dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan rasa syukur kepada Allah,
Sang Penguasa Ilmu Pengetahuan atas segala Hikmah dan Bimbingan-Nya,
sehingga tersusun buku ini. Mudah-mudahan Allah mengampuni dan memaafkan
segala kekeliruan dan kelemahan yang saya lakukan dalam menyebarluaskan IlmuNya yang Maha Sempurna. Sungguh, semua itu disebabkan berbagai keterbatasan
yang saya miliki. Saya juga mengucapkan terima kasih yang sangat mendalam atas dukungan Istri
dan anak saya. serta para sahabat dan saudara dalam agama. Mereka telah
memberikan motivasi yang besar agar saya bisa segera memulai menyusun buku
dan kemudian menyelesaikannya dalam kurun 4 bulan.
Saya berharap buku ini berrnanfaat buat kawan-kawan yang ingin menambah
wawasan dan ingin selalu mendiskusikan ilmu Allah, untuk meningkatkan kualitas
keagamaannya. Khususnya kepada mereka yang mau pergi Haji atau Umrah,
barangkali buku ini bisa memberikan sedikit 'peningkatan emosi' dalam menghayati
kedekatannya dengan Ka'bah.
Akhirnya, saya sangat menyadari betapa banyaknya kekurangan dalam buku ini.
Saya bertertma kasih kepada kawan-kawan yang mau memberikan kritikan dan
masukan. Saya juga akan menyediakan diri untuk selalu berdiskusi yang lebih
panjang dengan kawan-kawan. demi maraknya syiar ilmu-ilmu Allah dt muka bumi
ini Surabaya, 16 Agustus 2003
Salam Penulis. 3 INTERPRETASI MODERN AYAT KEALAMAN
AL QUR'AN Oleh: Drs HM Hasyim Manan, MA
Bismillahirrohmanirrohim,
Al Qur'an diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad dalam bahasa Arab. Isinya
terdiri dari 6.236 ayat, 77.934 kata, dan 323.621 huruf. Kitab ini memuat sangat
banyak informasi tentang kealaman, yang oleh al-Ustadz Hanafi Ahmad disebut
sebagai al-ayat al-kauniyah fi al-Qur'an.
Ustadz Hanafi Ahmad mencoba mengurai misteri informasi kealaman yang
terkandung di dalam ayat al Qur'an, secara ilmiah. Beliau menyusun buku berjudul al
Tafsir al-Ilmi li al-ayat al-Kauniyah fi al-Qur'an. Banyak sekali pandangan baru
tentang teori kealaman yang berbeda dengan pendahulunya.
Kajian kealaman dalam ayat al-Qur'an dirintis oleh ulama besar Syaikh Tantawi
Jauhari. Kajian ini berkembang pesat di tangan generasi berikutnya seperti
Muhammad Mukhtar yang menyusun kitab Riyad al-Mukhtar, Dr Abdul Aziz Pasha
Islarnil dengan tulisannya yang berjudul Sunan Allah al-Ka un iya h , Muhammad
Ahmad al-Ghamrawi, seorang dosen ilmu Kimia, dan lain sebagainya. Termasuk
ustadz Hanafi Ahmad tersebut di atas.
Kini, di Hadapan kita, disajikan tulisan yang mencoba mengkaji ayat kealaman di
dalam al-Qur'an. Agus Mustofa, Insinyur Teknik Nuklir, tergugah untuk menulis
interpretasi modern tentang ayat kealaman tersebut.
Kegiatan semacam ini perlu dikembangkan terus dan didisku-sikan sampai
menjelma menjadi suatu rumusan mengenai teori kealaman dari al-Qur'an. Dengan
demikian, al-Qur'an yang sangat hebat dan berharga itu tidak sekedar menjadi
4 lapangan studi ( field study)' tetapi lebih dari itu sebagai suatu sumber pembangunan
teori di segala bidang (resource of theorittcal construction). Saya melihat buku ini
mengarah kesana. Semoga! Billah al Hidayah wa al-taufiq.
Penulis adalah Pembantu Rektor;
lAlN Sunan Ampel. Surabaya.
MENYENTUH NURANI ILMU PENGETAHUAN Oleh: DR R. Tatang Sanianu Adikara. MS, MST.Acp, drh
Dalam kehidupannya, manusia memperoleh energi dari dua sumber. Yang pertama,
dari dalam tubuhnya sendiri. Dan yang kedua, berasal dari luar dirinya. Yang dari
dalam, bersumber pada kromosom dan genetika. diperolehnya secara turun temurun
dari orang tuanya. misalnya: semangat. motivasi, dan keyakinan. Sedangkan yang
berasal dari luar, diperolehnya dari makanan, minuman dan berbagai interaksi
manusia dengan alam sekitamya.
Energi adalah segala-galanya bagi kehidupan manusia.
Terutama yang berperan membentuk kesehatan tubuh kita. sehingga bisa mencapai
kesempurnaan hidup. Terlebih lagi, energi yang berperanan dalam interaksi kita
dengan Sang Maha Pencipta.
Tulisan Agus Mustofa ini merupakan ungkapan yang sangat spesifik. berkaitan
dengan peranan energi yang terdapat di jagat raya ciptaan Allah. Sang Maha Besar.
5 untuk kehidupan manusia. Saya telah membaca karya-karya almarhum HAMKA.
Saya juga telah membaca Samudera Al Fatihah-nya almarhum Bey Arifin. Mereka
telah banyak mengungkapkan kebesaran ciptaan Allah SWT lewat tulisannya.
Namun, tulisan Agus Mustofa, yang Instnyur Teknik Nuklir ini terlihat lain dan sangat
spesifik. Selain itu. ia telah berhasil menyentuh nurani ilmu pengetahuan yang paling
dasar. Sungguh amat indah dan pas sekali. Saya kira tidak berlebihan jika kita
menyejajarkan buku ini dengan karyakarya pendahulunya itu.
Saya berharap, buku ini bisa membuka alam pikiran kita semua yang membacanya.
Dan mudah-mudahan. buku ini juga bisa membantu kita dalam mengungkap
kebesaran Allah dengan segala ciptaan-Nya yang tersebar di sekeliling kita.
Sungguh, saya menjadi merasa tiada arti di hadapan-Nya.
Penulis adalah Kepala Pusat Penelitian Bioenergi,
Lembaga Penelitian, Unair Surabaya.
Daftar Isi: I. KA'BAH; RUMAH SUCI PUSAT BAGI MANUSIA
II. PERTANYAAN SANG MUALLAF
IIII. TIDAK ADA PAKSAAN DALAM BERAGAMA
1. Islam bukan agama dogma,
2. Diskusi kecil dengan sang Doktor Fisika
3. Agama dan Sains mentauhidkan Allah,
6 4. Rasulullah menangis menerima wahyu sains,
5. Beragama dengan terpaksa: percuma !,
6. Empat Tingkatan Kualitas Beragama,
IV. IBRAHIM RASUL KESAYANGAN ALLAH
1. Agama Yang Lurus, 2. Karya-karya Ibrahim, 3. Ka'bah dan Sumur Zam -zam
4. Tatacara peribadatan haji
5. Hati yang lembut dan Penyantun,
6. Resonansi Hati, 7. Pancaran cahaya Ilahiah,
8. Buta Hati di dunia, Buta pula di akhirat,
V. MULTAZAM YANG MUSTA/AB
1. Faktor Nabi Ibrahim, 2. Faktor Hajar Aswad, 3. Faktor Orang Berthawat,
4. Ka'bah sebagai Kiblat Shalat,
5. Pengobatan dengan Energi Positip,
6. Mengobati Penyakit Hati,
Vl. SHALAT DENGAN PAHALA 100 RIBU X LIPAT
1. Shalat: Meditasi Energial.
2. Shalat Jamaah, 3. Shalat di Sekitar Ka'bah,
7 4. Seluruh Makhluk Bertasbih Kepada-Nya,
5. Minal Masjid ilal Masjid,
VII. PANGGILAN DATANG KE BAITULLAH
1. Barat dan Timur Milik Allah,
2. Tentang Dzat Allah, 3. Allah Lebih Dekat daripada Urat Leher,
4. Sebenarnya Dialah yang Eksis,
5. Saatnya Menghamba kepada Allah,
KA'BAH: Rumah Suci, Pusat bagi Manusia Adakah sebuah karya sehebat Ka'bah yang setiap tahunnya menyedot jutaan
manusia dari seluruh penjuru dunia selama ribuan tahun" Berapa banyak sudah
harta benda dan aktifitas kehidupan yang 'mengitarinya' selama itu yang terpancar
akibat kerinduan hamba-hamba Allah di seluruh permukaan planet bumi ...
Adakah juga karya sedahsyat ini dimana setiap saat ia menjadi pusat gerakangerakan shalat dari miliaran manusia di ber-bagai penjuru bumi" Berapa besarkah
energi yang terpancar dari keikhlasan hamba-hamba Allah yang ruku' dan sujud
sepanjang shalatnya yang khusyu' ...
Dan adakah juga keyakinan yang demikian kokohnya dimana bermiliar-miliar
manusia memusatkan seluruh konsentrasinya kepada Allah Azza wa Jalla melalui
kiblat yang satu yang menyemburkan pusaran energi' luar biasa dahsyat membawa
8 getaran-getaran doa mereka menuju Arsy Allah. Sang Maha Perkasa ...
"Allah telah menjadikan Ka'bah, rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan dan
urusan dunia) bagi manusia, dan (demikian pula) bulan Haram, had-ya, qalaid.
(Allah menjadikan yang) demikian itu agar kamu tahu, bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan bahwa
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. " (QS. Maidah: 97)
* * * Pertanyaan Sang Muallaf Saya ingin memulai diskusi kita ini dengan sebuah pertanyaan yang pemah diajukan
seorang muallaf kepada saya. Hal itu terjadi di awal tahun 2000, menjelang saya
berangkat haji bersama istri. Sebenarnya, pertanyaan dia sederhana saja. Bahkan
mungkin terlalu sederhana bagi kita yang sudah memeluk Islam puluhan tahun ini.
"Pak Kenapa sih kita mesti pergi haji ke tanah suci .. ?"
Sangat sederhana bukan pertanyaan itu" Tapi ternyata, jawabannya tidaklah
sesederhana pertanyaannya. Saya bahkan sempat tercenung beberapa kali untuk
membelikan jawaban yang memuaskan hatinya. Semakin dipikir, jawaban dari
pertanyaan itu semakin membuat hati saya merasa gamang ...
Semula, saya ingin memberikan jawaban ringkas, yang segera bisa dicerna
oleh sang muallaf: ". saya berangkat haji untuk memenuhi panggilan Allah datang ke
baitullah ... " 9 Jawaban ini sebenarnya sebuah jawaban yang biasa kita dengar dari sekitar
kita. Bahkan demikian populernya, sehingga seakan-akan sudah otomatis berada di
dalam memori otak kita. Dan siap meluncur melalui lidah kita kapan saja.
Esensi dari jawaban ini berasal dari kalimat yang dibaca para Jamaah haji
sepanjang ibadahnya: "labbaika AlIahumma labbaik; labbaika Laa syariikalaaka
labbaik .. ," "Aku datang padaMu ya Allah, aku datang padaMu, tak ada serikat bagiMu ... "
Namun sungguh, tiba-tiba saya ragu untuk memberikan jawaban itu kepada
sang muallaf. Karena saya tahu, bahwa dia tidak akan puas dengan jawaban
tersebut dan akan mengejarnya dengan pertanyaan selanjutnya yang lebih 'berat' :
"lho, apakah Allah berjarak: demikian jauhnya dari kita sehingga Dia mesti.
memanggil-manggil kita. Bahkan untuk datang ke baitullah (rumah Allah) di Mekkah
sana ?" Saya kira, jawaban dari pertanyaan susulan ini justru lebih rumit dibandingkan
pertanyaan pertama. Apalagi di situ dikatakan Allah punya 'rumah'. Saya bukannya
tidak 'berani' menjawab pertanyaan tersebut. Tetapi saya pikir, saat itu saya tidak
punya cukup waktu untuk menjawab panjang lebar, dan biasanya kemudian menjadi
sebuah diskusi panjang, sebagaimana selalu kami lakukan selama beberapa tahun
belakangan. Akhirnya saya mengurungkan jawaban itu. Saya berusaha mencari alternatif
jawaban lain yang 'lebih sederhana'. Memori di otak saya langsung mengingat
sebuah alternatif jawaban lain : " ... saya pergi haji ke tanah suci agar bisa
memperoleh pahala shalat 100 ribu kali lipat di Masjid Al Haram, dan bisa berdoa
kepada Allah di Multazam yang mustajab ... "
Tentu kita semua tahu esensi darijawaban ini. Apalagi, itu sudah menjadi
10 wacana umum bagi mereka yang berangkat haji, bahwa shalat di Masjid Al Haram
memang bernilai 100 ribu kali lipat dibandingkan shalat di tempat lain. Begitulah
Rasulullah Muhammad saw mengajarkan kepada kita. Demikian pula, berdoa di
Multazam - sebuah tempat di antara Hajar Aswad dan pintu Ka'bah - sangatlah
mustajab dan langsung direspon oleh Allah.
Alternatif jawaban yang kedua itu sudah di ujung lidah untuk saya ucapkan.
Namun, lagi-lagi saya ragu melakukannya. Kenapa begitu" Sebab, langsung
terbayang di benak saya, bahwa sang MualIaf itu akan memberondong saya dengan
pertanyaan berikutnya yang justru lebih banyak:
'Kenapa berdoa di Multazam lebih mustajab dibandingkan dengan di tempat
lain" Bahkanjuga kenapa shalat di sana bernilai 100 ribu kali lipat 7 Ini tidak adil,
karena enak sekali orang-orang yang tinggal disana dan orang-orang yang berduit
bisa pergi haji. Sementara, orang seperti saya tidak punya kesempatan pergi ke


Pusaran Energi Kabah Karya Agus Mustofa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sana dan akan kehilangan peluang untuk memperoleh pahala sebesar itu. Sebuah
pahala yang tidak mungkin saya peroleh di sini meskipun sepanjang hidup
melakukan ibadah terus ... ?"
Wah, wah ... wah. Sungguh sebuah jawaban yang mengundang 'masalah',
Bukannya ringkas malah jauh mele-bar dan menukik lebih dalam. Maka. akhirnya
saya mengambil langkah cepat untuk menjawab pertanyaan sang Muallaf itu dengan
jawaban klise, bahwa saya berangkat haji itu adalah untuk memenuhi kewajiban
yang diperintahkan Allah dan rasul-Nya. Saya berharap inilah jawaban paling
'diplomatis' untuk memutus peluang diskusi berkepanjangan yang akan terjadi di
antara kami. Akan tetapi, ternyata itu hanya sekadar harapan. Karena tiba-tiba saja terlintas
di benak saya firman Allah di dalam Al Quran surat Al Baqarah: 256.
11 'Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang
ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui'.
Astaghfirullaahal 'adzziim. Saya mohon ampun atas segala kebodohan saya.
Lagi-lagi saya mengurungkan jawaban saya kepadanya. Jawaban yang ketiga ini
pun ternyata juga mengundang 'masalah'. Malahan. jauh lebih besar! Karena.
masalahnya bukan lagi dengan sang Muallaf, melainkan justru dengan Allah. Dzat
Yang Maha Lembut dan Maha Berilmu. Kenapa bisa begitu"
Ya, karena jawaban saya yang ketiga ini adalah jawaban indoktrinasi! Seakanakan saya mengharus-haruskan dan memaksa-maksa orang - termasuk saya dan
sang muallaf itu - untuk menunaikan ibadah haji. Padahal Aliah sendiri sebagai Sang
Maha Guru kita justru mengajarkan agar kita tidak melakukan pemaksaanpemaksaan dan indoktrinasi di dalam menjalankan agama! Laa ikrahaa fiddiini ... !
Ya Allah, bimbinglah muridMu yang bodoh ini ...
Akhirnya, saya mengurungkan niatan saya untuk menjawab secara ringkas.
Karena, memang, sebenarnyalah belajar agama ini tidak bisa dirtngkas-ringkas.
Apalagi sepintas lalu. Harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, sepenuh-penuh
perhatian, dan tabayyun sepanjang kehidupan kita ... ! Maka, berubahlah niatan
saya : ...saya lantas menceburkan diri dalam sebuah diskusi panjang dan lebar
dengan sang Muallaf tentang makna haji ...
* * * 12 Tidak Ada Paksaan dalam Beragama lslam Bukan Agama Dogma "Saya memahami agama Islam bukan sebagai dogma yang harus saya telan
mentah-mentah." Demikian saya mulai menjelaskan argumentasi jawaban-jawaban
saya kepada sang Muallaf. Saya pikir, dan sini pula saya ingin memulai diskusi
dengan pembaca, dalam buku ini. Islam - terutama di abad -abad ke depan - harus
dikembangkan dari sisi logika ilmu pengetahuan modern. Khususnya bagi mereka
yang peduli terhadap perkembangan generasi Islam masa depan.
Masa depan generasi kita akan ditentukan oleh dua hal: yaitu agama dan ilmu
pengetahuan. Agama menjadi sumber etika dan sebagai syariat yang memberikan
tuntunan kepada manusia tentang 'kehidupan sesungguhnya' di balik kematian.
Sedangkan ilmu pengetahuan memberikan kaidah-kaidah empirik (bisa dibuktikan
pen.) dalam menjalani kehidupan di dunia. Keberhasilan generasi mendatang
terletak pada : bagaimana mereka memahami kedua hal itu sebagai suatu pegangan
yang bersifat interaktif dan komplernenter (saling melengkapi pen.) dalam kehidupan.
Berpegang kepada syariat saja, tanpa mempedulikan kaidah-kaidah empiris
(ilmu pengetahuan) menyebabkan kita terasing dari dunia kita sendiri. Sebaliknya,
berpegang kepada ilmu pengetahuan semata tanpa mempedulikan syariat agama.
menyebabkan kita tidak memahami bahwa ternyata ada suatu kehidupan sesudah
kematian. Sebetulnya, ini telah diinformasikan Allah kepada kita dalarn QS. Baqarah: 201,
13 bahwa hidup kita ini harus memadukan dua unsur, dunia dan akhirat. Dunia. identik
dengan ilmu pengetahuan. dan akhirat harus berpedoman kepada syariat.
"Dan di antara mereka ada yang berdoa: ya Tuhanku berilah
kami kebaikan di dunia dan berilah kami kebaikan di akhirat, serta
hindarkan kami dari siksa api neraka"
Jadi, kembali kepada QS. Al Baqarah 256, maka kita harus berpegangan
secara konsisten bahwa agama Islam tidak boleh dikembangkan dengan paksaan.
Baik secara fisik, maupun pemikiran. Di ayat tersebut - setelah mengatakan 'tidak
ada paksaan di dalam beragama' - Allah menegaskan : " ... karena sesungguhnya
telah jelas antara kebaikan dan kesesatan ... "
Ungkapan ini, menurut hemat penulis, memberikan 'tanda' kepada kita, bahwa
yang harus kita lakukan bukan memaksa, tetapi melalui sehuah proses penyadaran.
Proses penyadaran itu, hanya bisa dilakukan lewat sebuah interaksi pemikiran baik
secara personal- diri sendiri dengan alam - maupun interpersonal dengan orang lain.
Hasil akhirnya adalah sebuah kesimpulan : bahwa ternyata memang ada perbedaan
yang sangat jelas antara jalan kebaikan (agama Islam) dan kesesatan. Antara yang
bermanfaat dan membawa mudharat. Antara kemuliaan dan kehinaan ...
Yang menarik lagi, di ayat tersebut Allah juga memberikan jaminan bahwa
barangsiapa tidak mengikuti jalan kesesatan, dan hanya berpegang kepada ajaran
Islam, maka dia seperti telah berpegangan kepada tali yang sangat kuat dan tidak
bisa putus, tidak akan terombang-ambing oleh kehidupan dunia yang penuh tipuan
ini. "Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Berilmu", kata Allah, seolaholah memberikan penegasan bahwa jaminan itu pasti benar, sebab Allah adalah
Dzat yang Maha Mengetahui Segala Sesuatu.
Diskusi Kecil dengan Sang Doktor Fisika
14 Suatu ketika, saya pernah melakukan diskusi dengan seorang doktor Ilmu
Fisika, yang juga seorang dosen di sebuah perguruan tinggi terkemuka di Surabaya.
Dalam forum diskusi yang bertajuk Padang Makhsyar itu ia mempertanyakan,
sekaligus tidak setuju dengan upaya yang saya lakukan. Dia menganggap bahwa
upaya penafsiran dari sisi ilmu pengetahuan modern terhadap kandungan ayat-ayat
Quran sangatlah berbahaya. Karena. katanya, ilmu pengetahuan adalah sebuah
proses penemuan yang bersifat empirik. relatif. dan terus berubah menuju
penyempurnaan. Maka, lanjutnya, jika kita menafsirkan Quran dari sudut ilmu
pengetahuan modern, kita tidak akan pernah menemukan pemahaman yang final
terhadap Al Quran. Bahkan beliau, yang doktor Fisika Elementer lulusan Hiroshima. Jepang itu,
sempat menyebut saya telah terpengaruh oleh aliran Maurice Bucalism dari Prancis,
yang mencoba menafsir-nafsir firman Tuhan yang serba mutlak dengan pendekatan
ilmiah yang serba relatif. Menurutnya, tidak akan pemah memuaskan, dan bahkan
sangat berbahaya. Katanya, cara itu hanya akan sekedar mempesonakan
masyarakat awam saja. Tidak pernah menyentuh esensi pemahaman yang
sesungguhnya! Apa jawaban saya, ketika itu" Saya menjawabnya dengan kembali bertanya
kepadanya: apakah ada penafsiran Quran yang kebenarannya sejauh ini bersifat
mutlak" Semutlak Firman Allah" Jawabnya: pasti tidak ada. Memang Al Quran itu
mutlak kebenarannya, tetapi ketika ditafsirkan oleh seorang manusia, menjadi relatif.
Ya, namanya saja tafsir. Tentu tidak bersifat mutlak. Karena, penafsiran adalah
sebuah upaya untuk menggambarkan: 'kira-kira' maksud Tuhan - dengan firman-Nya
- adalah begini atau begitu. Kenyataannya, kita tidak pemah memahami kebenaran
mutlak itu dalam kadar yang sesungguhnya.
15 Dalam sebuah penafsiran, apa yang kita kemukakan selalu bersifat relatif dan
sangat dipengaruht oleh latar belakang ilmu kita. Seorang ahli bahasa, tentu akan
menafsirkan dengan dtpengaruhi oleh kemampuan bahasanya. Seorang ahli hukum,
tentu juga akan dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran ilmu hukumnya. Demikian
pula seorang ahli Fisika, Biologi, Matematika, dan sebagainya.
Apa yang mereka lakukan itu, tidak lebih hanyalah sebuah upaya rekonstruksi
saja. Para penafsir berupaya untuk memahami "Pikiran" Tuhan. Tetapi, kalau boleh
saya bertaruh misalnya, saya jamin tidak ada yang bisa memahami "Pikiran" Tuhan
itu 100 persen. Jangankan seratus persen, sepersejuta persen atau seper-satu
triliun pun tidak. Terlalu naif dan kalau ada orang yang mengatakan, dan mengklaim.
bahwa penafsiran dia itu adalah seperti yang dimaksudkan Allah. Orang yang
demikian, bisa terperosok dalam kemusyrikan, karena 'menyamakan' ilmunya
dengan ilmu Allah. Maka, agaknya akan lebih baik kalau kita menghargai setiap penafsiran. Tentu
saja yang bermaksud baik, dan memenuhi kaidah-kaidah penafsiran yang baik dan
benar. Karena sesungguhnyalah kita sedang memotret "Pikiran" Tuhan itu dari
berbagai sudut pandang yang berbeda, akibat keterbatasan kita sebagai manusia.
Jangan menyalahkan seseorang yang mampunya memotret 'Pikiran' Tuhan itu dari
samping kanan atau kiri. Jangan juga menyalahkan mereka yang mampunya
memotret dari atas atau bawah saja, ataupun dari muka dan belakang saja. Karena,
setiap kita tidak memiliki kemampuan untuk memotret-Nya dari semua sudut
pandang yang ada. Agama dan llmu Pengetahuan untuk
16 Mentauhidkan Allah Ada pertanyaan: "Bagaimana cara kita memadukan pemahaman agama dan
ilmu pengetahuan" Bisakah disinkronkan?"
Pertanyaan ini memiliki 'kekeliruan' yang sangat mendasar. Karena
Sesungguhnya, di dalam Al Quran Allah tidak pemah membeda-bedakan, apalagi
memisah-misahkan antara syariat dan ilmu pengetahuan. Kedua-duanya menyatu di
dalam informasi Al Quran dalam konteks untuk mentauhidkan Allah, yaitu :
memahami Eksistensi-Nya. mengenal-Nya. Berinteraksi dengan Dzat yang Maha
Agung itu, dan akhirnya 'bersatu' dalam Kebesamn-Nya.
Hampir di setiap halaman Quran yang kita buka, selalu ada informasiinformasi
ilmu pengetahuan. Dan yang menarik, informasi ilmu pengetahuan itu bukan
sekadar digunakan untuk mengembangkan ilmu itu sendiri, melainkan bertujuan
utama untuk mentauhidkan Allah. Artinya, semakin tinggi ilmu yang kita peroleh dari
fakta empirik di sekitar kita. maka efeknya harus membawa kita semakin terkagurnkagum oleh kehebatan Allah Yang Tunggal. Bukan sebaliknya, menjadi sombong
dan mengingkari Allah. Memisahkan dan membeda-bedakan fakta yang ada di sekitar kita, sebenarnya
tidak lebih hanyalah 'pekerjaan' manusia, dikarenakan keterbatasannya saja. Bagi
Allah, segala fakta ini adalah tunggal. Tidak ada bedanya agama dan ilmu
pengetahuan, karena kedua-duanya adalah ayat -ayat.Allah juga. Ilmu pengetahuan
tersebar di alam semesta, dan syariat termaktub di dalam Al Quran. Apa pun yang
kita lakukan, dan dari sisi mana pun kita melakukan pendekatan kepada Allah, pasti
kita akan ketemu dengan Allah. Dan bila kita 'gabungkan' kedua pendekatan itu,
maka Insya Allah kita akan memperoleh cara yang lebih baik ketimbang hanya lewat
satu sisi saja. 17 Ambil contoh, QS, Mukminuun : 12 - 14
"Dan sungguh telah Kami ciptakan manusia dari saripati
tanah." "Kemudian Kami jadikan saripati itu tersimpan. di dalam
tempat yang kokoh". "Kemudian Kami ciptakan dari saripati itu segumpal darah.
Maka Kami ciptakan dari segumpal darah itu segumpal daging. Maka
Kami ciptakan dari daging itu tulang-belulang. Dan Kami bungkus
tulang-belulang itu dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha Sucilah Allah. Pencipta
Yang Paling Baik. Kemudian sesudah itu, kamu sekalian akan mati.
Kemudian kamu sekalian akan dibangkitkan di Hari Kiamat. .,
Firman Allah di atas sangat jelas araImya. Bahwa kita dipancing untuk
memahami proses penciptaan manusia. Namun, informasi dari Al Qmari tersebut
terlalu global untuk membelikan pemahaman yang 'mengesankan'. Karenanya, agar
lebih memahaminya, kita harus membuka-buka inforrnasi dari ilmu pengetahuan
kedokteran yang bersifat empirik dan telah bisa dibuktikan secara ilmiah.
Memang, proses pertumbuhan janin di dalam rahim itu kini sudah diketahui
secara meluas, sebagai dampak perkembangan ilmu kedokteran. Akan tetapi. pada
awalnya. firman Allah tersebut bisa memancing orang yang membacanya untuk
mengembangkan penellitan tentang proses penciptaan manusia itu. Dan yang
demikian itu telah terjadi pada jaman keemasan Islam di abad-abad ke 8 sampai 12,
sehingga berkembanglah berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti kita kenali
18 sekarang: ilmu Kedokteran. ilmu Kimia. Matematika. sampai pada Astronomi.
Apakah tujuan dari pancingan Allah agar kita mengembang-kan ilmu
pengetahuan itu " Ternyata bukan untuk kehebatan ilmu itu sendiri. Melainkan lebih
jauh dan mendalam lagi, yaitu digunakan untuk meyakinkan kita. bahwa Allah
adalah Dzat Yang Maha Berilmu, sumber dari segala ilmu pengetahuan. Kalau kita
menghayati kenyataan empirik tersebut, hati kita benar-benar akan bergetar
mengamati proses penciptaan yang berlangsung secara sangat menakjubkan.
Berikut ini adalah contoh betapa ilmu pengetahuan kedokteran dan ayat Quran
bersifat komplementer dalam upaya pemahaman Kebesaran Allah.
Perkembangan janin di dalam rahim selama 9 bulan.
Bulan ke 0, saat terjadi pembuahan. Sebuah
sel telur atau ovum ibu dibuahi oleh sperma dari sang
ayah. Salah satu dari jutaan spermatozoa, yang
paJing gesit, akan membuahi sel telur tersebut. Pada
saat itulah sebenarnya konsepsi kehidupan mulai
teqadi. Kombinasi genetika antar sang ayah dan sang
ibu akan menentukan sifat fisik mau pun psikis dari
sang anak, lewal kombinasi sekitar 30.000 gen.
Bulan ke 1, minggu ke 4. Janin telah
mengalami pertumbuhan sangat cepat hingga 19 mencapai 10.000 kali lipat dibandingkan dengan
ukuran saat pembuahan. Pada lahap ini organorgannya sudah mulai kelihatan. Seperti langan, kaki,
mata, dan telinga. Tulang punggung dan otot-ototnya
juga mulai keliihatan. Bahkan sistem Sirkulasi darah
lewat jantung sudah mulai bekerja. Plasentalari-arinya
membentuk sistem pertukaran darah yang unik antara
sang ibu dan si janin. Bulan ke 2, minggu ke 8. Organ-organ nya telah
terbentuk secara lengkap, sebagaimana dewasa
kelak. Akan tetapi belum terbentuk sempurna.
Jantungnya berdetak lebih kencang dibanding bulan
ke 1. Pencemaan dan ginjalnya mulai berfunQSi. 40
otot mulai bisa digerakkan, tersambung ke sistem
saraf. Tulang-tulang muda mulai berubah menjadi
semakin keras Bulan ke 3, minggu ke 12. Perkembangan
organ-organ tubuhnya semakin jelas. Mulutnya mulai
bisa buka-tutup. Bisa mengernyitkan 20 dahi, mengangkat alis mata, dan menggerakkan kepala.
Kukunya mulai tumbuh di jemarinya. Tulang
punggung dan tulang dadanya semakin terbentuk
sempurna. Bulan ke 4, minggu ke 16. Kini panjang janin
sekilar 15 cm. Badannya semakin berisi, dan semakin
jelas perbedaan organ-organnya. Kepala, leher, dan
tulang belakangnya membentuk lengkungan yang
makin proporsional. Terbentuk lapisan kulit transparan, menggantikan

Pusaran Energi Kabah Karya Agus Mustofa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membran yang meliputinya, Mata masih tertutup. Hidung, mulut,
telinga dan mala, terbentuknya tambah bagus.
Bulan ke 5, minggu ke 20. Panjang badannya
21 mencapai 30 cm, dengan berat sekitar 0,5 kg, sang
ibu mulai merasakan gerakan janin. Jika ada suara
keras, janin itu bisa terkejut dan bergerak-gerak agak
kasar. Sekali waktu sang ibu merasakan janinnya
'cegukan', Si janin juga mulai bisa bergerak berputar,
dalam posisi bersedekap, Bulan ke 6, minggu ke 25. Kelenjar keringatnya
mulai berfunQSi, Kulitnya yang lembut dilindungi ejeh
semacam lapisan lembek yang disebut Vemix, dari
cairan sekitarnya.Oia mulai bisa membuka kelopak
mata. Dia sudah mulai bisa membedakan gelap dan
terang. Penubahan denyut jantungnya juga sudah
bisa dideteksi dan direkam, Dia meminum cairan
tubanya, dan dikeluarkan lewat urine. Mekanisme ini
akan melindunginya ketika dia lahir prematur.
Bulan ke 7, minggu ke 30. Keempat inderanya
sudah berfunQSi, yaitu penglihatan, pendengaran,
pengecap, dan peraba. Dia juga mulai mengenali
suara ibunya, Gerakannya jadi terbatas, karena
badannya yang semakin besar. Tapi dia bisa
mengulum ibu jarinya, la sering membuka mata untuk
22 mencari sesuatu. Air tubanya telah berkurang separo
untuk memberi ruang gerak kepadanya, Berat
badannya bertambah dengan cepal mencapai 2 kg
pada akhir usia kandungan 7 bulan.
Bulan ke 8, minggu ke 35. Kulitnya mulai
menebal dengan semacam lemak di bagian bawahnya. Antibodinya terbentuk. Dia menyerap
sekitar 1 galon air tuba 1 hati. Dalam 3 jam air
tubanya sudah berganti baru semuanya. Dia semakin
mengenal lingkungan, misalnya suara-suara tertentu
seperti musik. Badannya bertambah 1 kg
Bulan ke 9, minggu ke 38. Badannya hanya
akan bertambah sekitar 0,5 kg, karena plasentanya
sudah menua dan bersiap-siap untuk kelahiran.
Biasanya janin hanya menambah lemak untuk
pelindung tubuhnya agar tetap hangat. Juga agar
23 badan nya terlihat lebih montok. Dia segera mengatur
posisinya agar mudah saat dilahirkan.
. Terlihat sekali bagaimana hubungan antara keimanan yang berasal dari syariat
dengan ilmu pengetahuan yang harus dikembangkan secara empiris. Al Quran
menggambarkan secara garis besarnya, sedangkan sains memberikan penjabarannya. Namun demikian, tujuannya sangat jelas, bahwa lewat firman-Nya
itu, Allah ingin menunjukkan kepada kita semua, bahwa Allah adalah Sang Pencipta
yang Paling Sempurna, seperti disinggung di akhir ayat tersebut. Intinya adalah
bagaimana kita mengagumi dan mentauhidkan Allah lewat kenyataan yang digelarNya di sekitar kehidupan kita.
Atau Contoh lainnya adalah Surat Al Ghasiyaah : 17 - 26.
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana unta
diciptakan" Dan langit bagaimana ia ditinggikan" Dan gunung
bagaimana ia ditegakkan" Dan bumi bagaimana ia dihamparkan"
Maka berilah mereka peringatan, karena sesungguhnya kamu
hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang
24 yang berkuasa atas mereka. Tetapi orang yang berpaling dan kafir.
maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar.
Sesungguhnya kepada Kami-lah mereka kembali. Kemudian
sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab (mengadil) mereka.
Dalam cerita yang berbeda, di ayat ini Allah memberikan penekanan yang
sama. Pada awalnya kita dipancing untuk memahami
tentang proses penciptaan unta, langit, gunung, dan bumi. Namun, kita tahu
bahwa Al Quran hanya memberitakan secara global saja. Cerita yang lebih detil
tentu harus kita gali sendiri lewat penelitian. atau kita buka-buka informasi ilmiah
berkaitan dengan bidang tersebut, lewat perkembangan Biologi. Astronomi, dan
Geologi" Berarti. akan terjadi pengembangan pemahaman terus menerus terhadap Al
Quran" Tentu saja, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang
bersangkutan. Ketika, biologi semakin berkembang. maka pemahaman kita tentang
unta dalam firman tersebut-pasti akan ikut berkembang.
Demikian juga ketika ilmu Astronomi dan Geologi berkembang. maka
pemahaman kita tentang bumi, gunung dan langit, juga akan ikut berkembang. Tidak
ada masalah dengan pemahaman kita yang menjadi relatif terhadap firman Allah.
Justru, salah besar kalau kita memahami Al Quran secara statis. Kita menganggap
ilmu Al Quran itu, seperti yang telah kita pahami selama ini dali guru dan pendahulu
kita. Saya kira, itu adalah kesalahan yang besar dan sangat mendasar. Bahkan bisa
menjurus pada kesombongan dan kemusyrikan. Betapa tidak" Kita telah
menganggap dili kita memahami seluruh ilmu Allah! Seakan-akan kita menjadi
representasi ilmu Allah ?"!!
Padahal Allah telah berfirman. bahwa kalimat-kalimat Allah yang tersebar di
25 alam semesta ini jumlahnya tak berhingga, sebagaimana tersebut dalam QS.
Luqman: 27 "Sungguh, seandainya semua pohon di muka bumi ini dijadikan
pena dan lautan dijadikan tinta, kemudian ditambah lagi dengan
tujuh. lautan, niscaya tidak akan habis kalimat-kalimat Allah
(dituliskan). Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
Tergambar betapa luar biasa ilmu Allah yang tersebar di alam semesta sebagai
ayat kauniah, maupun ilmu Allah yang termaktub di dalam Al Quran. Kita tidak akan
pernah mampu memahami seluruh ilmu-Nya, karena manusia ini sangatlah terbatas
kemampuannya. Jadi, kini menjadi lebih jelas betapa seluruh pendekatan yang bisa kita lakukan
- baik lewat syariat maupun Sains - untuk memahami eksistensi Allah itu seberiarnya
akan bermuara pada hasil yang sama: yaitu kekaguman kita kepada Kebesaran dan
Keagungan Allah sang Maha Pencipta. Disinilah terbukti, bahwa apa pun yang kita
lakukan ternyata telah membawa kita kembali kepada Tauhidullah, yaitu proses
meng-Esakan Allah SWT. Rasul Muhammad Menangis Semalaman
Menerima Wahyu llmu Pengetahuan
Tidak pemah Rasulullah menangis 'sehebat' itu. Bahkan ketika kehilangan
orang-orang yang sangat dicintainya. Ataupun, ketika beliau mengalami tekanantekanan yang sangat berat dari kaum kafir yang menentangnya. Tangisan
Rasulullah yang berlangsung semalaman itu terjadi sesaat setelah beliau menerima
wahyu dari Allah, Sang Maha Berilmu, Ali Imran: 190 - 191:
26 "Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi dan di
dalam pergantian siang dan malam hari terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah bagi (orang yang disebut) ulil albab. Yaitu orangorang yang selalu ingat kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk,
dan berbaring dan ia selalu berpikir tentang penciptaan langit dan
bumi. Kemudian dia mengatakan: ya Tuhanku tidak ada yang sia-sia
segala yang Kau ciptakan ini. Maha Suci Engkau, maka hindarkanlah
kami dari siksa api neraka.
Bagaimanakah kejadian itu berlangsung" Diceritakan, suatu ketika Bilal seperti
biasa mengumandangkan adzan Subuh. Biasanya, sebelum adzan Subuh itu selesai.
Rasulullah sudah berada di dalam masjid untuk kemudian memimpin shalat
berjamaah bersama para sahabat. Namun, tidak seperti biasa, Rasulullah
Muhammad belum juga hadir meskipun Bilal sudah menyelesaikan kalimat terakhir
adzannya. Ditunggu beberapa saat oleh Bilal dan para sahabat, Rasulullah tidakjuga
muncul di masjid. Akhirnya, karena kha-watir terjadi sesuatu, maka Bilal pun
memutuskan menjemput nabi, yang 'rumahnya' bersebelahan dengan masjid
tersebut. Pintu bilik rumah nabi diketuk-ketuk oleh Bilal sambil mengucapkan salam.
Tidak langsung ada jawaban dari dalam bilik. Namun, sejurus kemudian, nabi
muncul sambil menjawab salam. Dan kemudian mempersilakan Bilal masuk.
Apakah yang dilihat oleh Bilal" Ia melihat nabi dalam keadaan yang sangat
mengharukan. Air mata berlinangan di pipi beliau. Matanya sembab. menunjukkan
betapa beliau telah menangis cukup lama, semalam.
Karena khawatir melihat kondisi nabi, maka Bilal pun bertanya kepada beliau.
27 Ada apakah gerangan, sehingga Rasulullah menangis seperti itu. Apakah nabi sakit.
Ataukah nabi ditegur oleh Allah" Ataukah ada kejadian hebat lainnya" Maka,
Rasulullah menjawab, bahwa beliau semalam telah menerima wahyu dari Allah.
Lantas beliau membacakan QS. Ali Imran: 190 - 191. tersebut di atas.
Saya membayangkan ekspresi Bilal pada saat itu. Barangkali. dia tidak bisa
mengerti dan tidak habis pikir, kenapa Rasulullah bisa menangis sehebat itu ketika
menerima wahyu tersebut. Ini tidak pemah terjadi sebelumnya. Apalagi, kalau kita
baca Firman Allah itu tidak bernada menegur, atau memerintah untuk menjalankan
kewajiban tertentu, misalnya.
Ayat tersebut, lebih menonjolkan kesan ilmu pengetahuan dan sikap seorang
ilmuwan dalam memahami fenomena alam semesta ketimbang sebuah perintah
untuk beribadah. Tetapi kenapa hati sang nabi sampai bergetar demikian rupa,
sehingga tak mampu' membendung airmatanya "
Marilah kita coba mencermati:
Di awal ayat itu, Allah mengatakan bahwa sesungguhnya di dalam penciptaan
langit dan bumi dan pergantian Siang dan malam hari, terdapat tanda-tanda
kebesaran Allah bagi orang yang disebut ulil albab. Yaitu, lanjutnya, orang-orang
yang selalu berpikir, baik dalam keadaan duduk, berdiri, bahkan berbaring pun
masih selalu teringat kepada Allah dan segala ciptaan-Nya. Sampai ia mendapatkan
suatu kesimpulan akhir, bahwa segala Ciptaan Allah di alam semesta ini tidak ada
yang sia-sia ... Ada beberapa kata kunci yapg bisa menuntun penafsiran kita dan kemudian
memahami kenapa Rasulullah sampai menangis seperti itu, yaitu:
1. Penciptaan langit dan bumi
2. Pergantian siang dan malam hari.
28 3. Tanda-tanda kebesaran Allah
4. Selalu berpikir tentang Allah
5. Tidak ada yang sia-sia
6. Maha Suci Allah 7. Hindarkan dari Api Neraka.
1. Penciptaan Langit dan Bumi.
Apakah kehebatan penciptaan langit dan bumi ini sehingga Rasulullah
menangisinya" Kenapa Allah memancing kita untuk mengamati dan memahami
penciptaan langit dan bumi" Dan pernahkah kita terpancing untuk melakukannya"
Kalau tidak, sungguh sayang sekali. ..
Sebenarnya Allah sedang memberikan jalan yang luas dan lebar kepada
hamba-Nya yang ingin memahami dan berkenalan dengan Allah Sang Maha
Pencipta. Bukankah Allah mengatakan, kalau kita ingin mengenali Allah, maka
kenalilah Ciptaan-Nya. Dan, Ciptaan Allah yang bernama Langit dan Bumi ini
ternyata sangatlah dahsyat, sehingga bisa menghantarkan kita untuk 'bertemu' dan
menghayati Kebesaran Allah.
Bagaimana cara kita memahami proses penciptaan langit dan bumi itu.
Bisakah hanya berdasarkan informasi dari Al Quran saja" Agaknya tidak bisa.
Setidak-tidaknya kurang memuaskan. Mau tidak mau, kita harus melakukan
pengamatan yang lebih mendalam tentang fakta yang tersebar di alam semesta ini.
Harus bersifat empirik. Namun, tidak semua kita memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian
ilmiah. Maka kita harus membaca data-data dan analisis ilmu pengetahuan
Astronomi yang sudah dilakukan oleh para ilmuwan agar bisa memahaminya.
29 Semua data itu bisa diuji dan dibuktikan, meskipun pada gilirannya nanti tetap ada
bagian yang harus disempurnakan secara ilmiah oleh generasi berikutnya. Tidak
apa-apa. Tidak menjadi masalah.
Akan tetapi. sebelum membahas tentang penciptaan langit dan bumi, terlebih
dahulu saya ingin mengajak pembaca untuk memahami posisi kita di alam semesta
yang sangat luas ini. Seperti kita ketahui, lebih dari 5 miliar manusia hidup di sebuah planet yang
bernama Bumi. Bentuknya hampir bulat. Agak pipih di bagian atas - yang disebut
sebagai Kutub Utara - dan juga bagian bawah - yang disebut Kutub Selatan. Bumi
yang kita tumpangi bersama ini berputar kencang pada dirinya sendiri, dengan
kecepatan sekitar 1.669 km per jam, di Equatornya. Namun kita tidak merasakannya,
karena kita ikut berputar dalam sebuah kendaraan 'Bumi' yang sangat besar. Kita,
bagaikan sedang berada di dalarn sebuah pesawat angkasa luar yang berpusing,
Selain itu, Bumi juga mengitari matahari padajarak sekitar 150 juta km, dengan
kecepatan lebih dari 107.000 km per jam. Artinya, kendaraan angkasa luar kita yang
bernama 'Bumi' ini sedang melaju, melesat mengembara di angkasa mengitari
matahari. Apa yang menggerakkan bumi kita ini sehingga terus menerus bergerak
berputar pada dirinya sendiri, sekaligus mengitari matahari" Ternyata, ada sebuah
gaya tarik yang sangat dahsyat yang terjadi antara matahari dan bumi, serta bendabenda langit lainnya. Mereka seperti terikat oleh sebuah tali yang tidak tampak, yang
diputar-putar melingkar terpusat pada matahari. Pusatnya matahari, di sekelilingnya
ada 9 planet, yaitu: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus,
Neptunus, dan Pluto. Semuanya mengelilingi Matahari, sebagaimana Bumi.
QS Lukman : 10 30 "Dia telah. menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kalian
lihat, dan dia meletakkan gunung-gunung di bumi supaya bumi tidak
mengguncangkan kamu dan memperkembang-biakkan padanya
segala macamjenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan. dan langit.
lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan
yang baik." Di planet Merkurius, yang paling dekat dengan Matahari tidak terdapat
kehidupan, karena permukaan planetnya demikian panasnya. Bagaikan membara.
Sedangkan di Pluto, yang terjauh dari Bumi, juga tidak terdapat kehidupan karena
seluruh permukaan planetnya membeku, tertutup oleh es. Namun demikian, di
planet-planet selain Bumi juga belum diketemukan kehidupan secara pasti. Apalagi
manusia. Hanya di Bumi inilah makhluk yang bernama manusia ini bisa
melangsungkan kehidupannya dengan baik. Tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat
dengan Matahari sebagai sumber energi kehidupan.
Kelompok 9 planet yang berpusatkan Matahari itu dinamakan Tatasurya.
Ternyata, tata surya kita ini bukanlah satu -satunya tatasurya di alam semesta. Ada
miliaran, bahkan triliunan tatasurya yang terserak di jagad semesta.
Kalau kita ingin mengetahui lebih lanjut, cobalah keluar rumah malam hari. Di
tempat yang terbuka dan sedikit gelap arahkan pandangan ke langit. Kalau langit
sedang cerah, kita akan bisa melihat bintang-bintang bertaburan di angkasa raya.
Pernahkah kita bayangkan bahwa bintang-bintang itu sebenarnya adalah
matahari, seperti matahari yang kita miliki di tata surya kita. Karena begitu jauhnya
jarak Matahari itu dengan Bumi kita, maka ia kelihatan sangat kecil dan berkedip

Pusaran Energi Kabah Karya Agus Mustofa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedip. Tapi, sesungguhnya bintang itu adalah matahari. Bahkan banyak yang
ukurannya jauh lebih besar dari matahari kita.
31 Galaksi Kate: Kumpulan matahari yang kelihatan seperti bintangbintang berukuran kecil
Matahari yang kita miliki ini, diameternya sekitar 200 kali bumi.
Isinya adalah gas Hidrogen yang sedang bereaksi secara termonuklir menjadi
gas Helium. Sedangkan bintang-bintang itu ada yang besarnya berpuluh kali atau
beratus kali dibandingkan dengan besarnya matahari kita. Yang paling besar
diketemukan oleh ilmuwan Astronomi adalah bintang Mu-cepe, yaitu sekitar 500 kali
matahari, alias 100 ribu kali besarnya bumi yang kita diami !
Begitu besar ukurannya. Tetapi kelihatan demikian kecilnya.
Ya. semua itu karena jarak bintang-bintang itu sangat jauh dari bumi.
Berapakah jarak bintang yang paling dekat dengan bumi" Informasi Astronomi
mengatakan, jaraknya sekitar 8 tahun cahaya. Apakah artinya" Artinya, cahaya saja
membutuhkan waktu tempuh 8 tahun untuk menuju bintang yang paling dekat itu.
Jadi berapa kilometer" Tinggal hitung saja.
Kecepatan cahaya adalah 300.000 km per detik. Jadi kalau cahaya
membutuhkan waktu 8 tahun untuk sampai ke bintang itu, berarti jaraknya adalah 8
th x 365 hart x 24 jam x 60 menit x 60 detik x 300.000 km = 75.686.400.000.000 km
atau sekitar 75 triliun kilometer. Sungguh jarak yang tidak pernah terbayangkan
dalam kehidupan kita! Bisakah kita pergi ke sana" Di atas kertas, mungkin saja.
Tetapi, memakan waktu berapa lama" Marilah kita hitung. Semuanya
bergantung pesawat yang kita gunakan. Andaikan saja kita naik pesawat ulang alik
32 seperti C hall enger atau Columbia yang berkecepatan 20 ribu km per jam. Berapa
lamakah kita akan sampai di bintang tersebut" Sehari, Sebulan. Setahun. Sepuluh
tahun. Seratus tahun. Kita mati di tengah jalan. ternyata kita belum sampai di
bintang yang paling dekat itu. Setelah 428 tahun kemudian. barulah kita sampai di
sana. Kita membutuhkan 5-6 generasi untuk sampai di sana. Subhanallaah ...
Pesawat Ulang-alik Columbia:
butuh waktu 428 tahun untuk sampai ke bintang terdekat
Padahal, tadi saya katakan, jumlah bintang di alam semesta ini triliunan. Setiap
100 miliar bintang membentuk gugusan yang disebut galaksi. Gugusan bintang yang
kita tempati ini bernama galaksi Bimasakti. Di sebelah Bimasakti ada galaksi
Andromeda, dan seterusnya, ada miliaran galaksi di jagad semesta ini. Dan, yang
lebih dahsyat lagi, setiap 100 miliar galaksi membentuk gugusan galaksi yang
disebut Super-kluster. Dan seterusnya, jagad semesta ini belum diketahui batasnya.
Berapakah jarak gugusan bintang-bintang itu" Bermacam-macam. Ada yang
berjarak 100 tahun cahaya. Artinya cahaya saja membutuhkan waktu 100 tahun.
Ada yang 1000 tahun cahaya. Ada juga yang 1 juta tahun cahaya. Dan yang paling
jauh, diketemukan oleh ilmuwan Jepang, berjarak 10 miliar tahun cahaya. Ya,
cahaya saja membutuhkan waktu 10 miliar tahun. Apalagi kita. Usia kita tidak ada
artinya apa-apa dibandingkan kebesaran alam semesta ini.
Galaksi Andromeda : 33 Alam semesta, sampai sekarang tidak diketahui besar dan batasnya.
Bahkan planet bumi yang kita tinggali bersama miliaran manusia ini juga tidak
ada apa-apanya. Bumi bagaikan sebuah debu di hamparan Jagad Padang Pasir
Semesta. Di atas bumi yang bagaikan debu itulah miliaran manusia hidup dengan
segala aktifitas dan kesombongannya! Masya Allah, sungguh begitu kecil kita, dan
luar biasa dahsyat Sang Maha Perkasa ...
Lantas bagaimana kita membayangkan Keperkasaan AJlah yang menciptakan
hamparan jagad semesta itu" Disinilah Allah memperkenalkan Dirinya lewat ciptaanNya yang bernama Langit dan Bumi. Dan kita dipancing-Nya untuk memahami itu
lewat finnan-Nya di QS. Ali Imran 190-191.
Ada lagi yang sangat unik ketika kita mengamati bintangbintang di angkasa.
Sebagaimana telah saya sampaikan di muka, bahwa bintang-bintang yang
bertaburan itu jaraknya sangat beragam, mulai dari matahari yang jaraknya 8 menit
cahaya, bintang yang berjarak 8- tahun cahaya, sampai yang berjarak 10 miliar
tahun cahaya. Pernahkah Anda bayangkan, bahwa matahari yang kita lihat setiap pagi itu
adalah matahari 8 menit yang lalu" Bukan matahari yang sekarang. Kenapa
demikian" Ya, karena Sinar matahari memerlukan waktu 8 menit untuk mencapai
bumi, yang berjarak 150 juta km dari matahari. Berarti, matahari yang kita lihat pada
saat itu adalah matahari 8 menit yang lalu! Aneh bukan "!
Begitu juga ketika kita melihat kepada bintang yang berjarak 8 tahun cahaya.
Bintang yang sedang kita amati itu bukanlah bintang saat ini, melainkan bintang
pada saat 8 tahun yang lalu. Karena, sinar yang sampai di mata kita itu adalah sinar
yang sudah melakukan perjalanan sejauh 8 tahun cahaya. Bukankah sinar butuh
waktu untuk menempuh jarak"
34 Tidak berbeda dengan bintang-bintang yang berjarak lebih jauh lagi. Kalau kita
sedang mengamati bintang berjarak 100 juta tahun cahaya, maka sebenarnya bitang
yang sedang kita amati itu adalah kondisi 100 juta tahun yang lalu!
Jadi, kalau malam-malam kita sedang mengamati langit, sebenarnya kita
bukan melihat langit yang sekarang saja. Tetapi pada saat yang bersamaan sedang
melihat Langit Sekarang. Langit 1000 tahun yang lalu, Langit 1 juta tahun yang lalu,
dan bahkan Langit 10 Miliar tahun yang lalu ... ! Masya Allah, kita jadi merasa aneh
dengan alam kita sendiri.
Lebih jauh, kalau kita ingin memahami kedahsyatan Ciptaan Allah di alam
semesta, marilah kita baca QS. Al Anbiyaa 30,
"Apakah orang-orang kafir itu tidak tahu bahwa langit dan
bumi itu dulunya padu, lalu Kami pisahkan keduanya dengan
kekuatan, dan Kami jadikan. dan air setiap yang hidup, apakah
mereka tidak percaya ?"
Ayat di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa alam semesta yang
luar biasa besarnya itu dulunya satu, alias berimpit. Dikatakan bahwa langit yang
berupa ruang angkasa dan bumi itu pemah tidak terpisahkan. Lantas, pada suatu
ketika Allah memisahkan keduanya dengan kekuatan yang sangat dahsyat.
Sehingga jadilah alam semesta seperti yang kita lihat sekarang.
Tetapi, sekali lagi, pemahaman yang baik. baru bisa kita peroleh kalau kita
melakukan pengamatan terhadap alam semesta dalam kegiatan empiris atau ilmu
pengetahuan. Baik secara langsung maupun lewat informasi Astronomi.
Bagaimana mungkin kita bisa memahami bahwa langit dan bumi itu dulunya
padu, kalau kita tidak mempelajari ilmu Astronomi. Firman Allah ini ternyata memang
bisa kita pahami setelah kita membaca teori Big Bang alias teorl 'Ledakan Besar'.
35 Dalam teori tentang penciptaan alam semesta itu dikatakan bahwa langit dan
bumi itu memang dulunya padu. Bagaimana kesimpulan itu diperoleh" Ternyata,
dalam pengamatan teleskop Hubble, diketahui bahwa berbagai benda langit seperti
planet, matahari, dan bintang-bintang semuanya sedang bergerak menjauh.
Kita melihat ke atas, benda-benda langit menjauh. Melihat ke 'bawah' - di balik
bumi - benda-benda langit tersebut juga menjauh. Melihat ke kiri - kanan, muka belakang, semua benda langit sedang menjauh. Apakah artinya" Artinya, karena
benda-benda langit itu kini sedang bergerak saling menjauhi ke segala arah, maka
mestinya dulu, benda-benda itu saling dekat. Lebih dulu lagi, benda-benda itu
semakin dekat. Dan pada suatu ketika, miliaran tahun yang lalu, semua benda langit
tersebut berkumpul di suatu titik yang sama, alias padu dan berimpit. Persis seperti
yang dikatakan Al Quran. Nah, dari hipotesa itulah. disusun sebuah teori yang disebut teori 'Big Bang'.
Teori itu mengatakan bahwa seluruh material dan energi alam semesta ini dulunya
termampatkan ke dalam suatu 'Titik' di pusat alam semesta. Demikian pula ruang
dan waktu, semuanya dikompres ke dalam sebuah Titik' yang menjadi cikal bakal
alam semesta, yang disebut Sop Kosmos.
Sop Kosmos itu. sangat tidak stabil karena mengandung energi. material,
ruang, dan waktu yang demikian besarnya. sehingga akhirnya meledak dengan
kekuatan yang sangat dahsyat. Ledakan itu telah melontarkan material. energi,
ruang dan waktu ke segala penjuru alam semesta hingga kini. Usianya sudah
mencapai sekitar la miliar tahun.
Dalam kurun waktu sekitar la miliar tahun itulah tercipta benda-benda langit
secara beranQSur-anQSur. Mulai dari gugusan bintang-bintang, matahari, planetplanet. dan bulan. Termasuk Bumi yang kita huni ini. Dipekirakan usia Bumi kita
36 sekitar 5 miliar tahun. Dan kemudian, di bumi yang semakin mendingin itu dtciptakanlah kehidupan
lewat sebuah proses evolusi kehidupan dari makhluk yang berderajat rendah - satu
sel - sampai yang berderajat tinggi seperti manusia. Kehidupan pertama, oleh Allah
dimulai dari perairan dari jenis ikan-ikanan. yang kemudian beralih ke daratan lewat
proses kehidupan ampibi dan jenis hewan reptilia.
QS. Al Anbiyaa : 30) "...dan Kami jadikan dari air (pemulaan) semua makhluk
hidup ..." Sedangkan kehidupan manusia modern diperkirakan baru sekitar 50 ribu tahun
yang lalu. berdasarkan fosil Cro Magnon yang ditemukan di daerah Timur Tengah.
Fosil-fosil manusia modern inilah yang diperkirakan sejaman dengan kehidupan
Nabi Adam As. Kalau hipotesa ini memang benar, maka berarti usia kehidupan manusia ini
dibandingkan dengan usia alam semesta sangatlah sebentar. Usia alam semesta
sudah sekitar 10 miliar tahun, sedangkan usia peradaban manusia baru sekitar 50
ribu tahun. Nah, jadi kembali kepada kata kunci yang pertama dalam QS. Ali Imran 190191. kita kini memahami betapa dahsyat informasi yang terkandung dalam kalimat :
" ... inna fii khalqis samaawaati wal ardii ... "
Rasulullah bisa memahami makna kalimat tersebut tanpa harus belajar ilmu
Astronomi. Kenapa bisa demikian" Ada dua hal yang menjadi penyebabnya. Yang
pertama. setiap kali Allah menurunkan wahyu kepada nabi Muhammad, Allah
langsung memasukkan makna wahyu itu ke dalam kalbu beliau. Wahyu tidak turun
ke nabi melalui otak beliau, melainkan langsung ke dalam hati. Jadi, seperti ada
37 sebuah tayangan video yang diputar di hadapan beliau, sehingga beliau langsung
bisa memahami seluruh makna wahyu itu.
Yang kedua, harus diingat bahwa wahyu tersebut turun kepada Rasulullah
pada periode Madinah. Artinya, Rasulullah sudah mengalami perjalanan Isra' Mi'raj,
Jadi beliau telah mengalami sendiri perjalanan mengarungi jagad semesta. Maka,
ketika menerima wahyu tersebut beliau bagaikan sedang 'bernostalgia' melakukan
perjalanan Isra' Mt'ra] , Sungguh tergambar secara nyata makna dari firman Allah
tentang penciptaan langit dan bumi.
Maka tidak heranlah kita, Rasulullah tak mampu membendung air matanya
ketika menerima wahyu tersebut. Gemetar seluruh jiwa raganya mengingat
Kebesaran Allah di alam semesta. Dirinya menjadi begitu kecil dan tak berarti di
hadapan Allah. Dzat Sang Maha Perkasa ...
2. Pergantian Siang dan Malam Hari
Kini kita mulai bisa memahami kenapa Rasulullah menangis ketika diingatkan
Allah tentang penciptaan Langit dan Bumi. Lantas, bagaimanakah dengan
"pergantian Siang dan malam hari"
Saya jadi teringat firman Allah di dalam Al Qashas: 71 - 72.
'Katakan: terangkan kepadaku jika Allah menjadikan untukmu
malam terus sampai hari kiamat, siapa Tuhan selain Allah yang akan
mendatangkan sinar terang kepadamu" Maka apakah kamu tidak
mendengar ?" "Katakan: terangkan kepadaku jika Allah menjadikan untukmu
malam terus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang
akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat
padanya" Maka apakah kamu tidak memperhatikan?"
38 Bisakah kita menjawab pertanyaan Allah ini" Atau, setidaktidaknya inginkah
kita memberikan jawaban atas pertanyaan : "apa jadinya kalau bumi ini mengalami
siang terus atau malam terus sampai hari kiamat ?" Saya kira ini sebuah pertanyaan
yang sangat menggelitik untuk dianalisi'.
Marilah kita cermati : Misalkan saja kita ambil kondisi kota Surabaya. Suhu pada umumnya pagi hari
di kota Surabaya, berkisar di baWah 30 derajat Celsius. Ketika siang mulai
menjelang, maka suhu beranjak di atas 30 derajat. Dan puncaknya pada jam 12
Siang sampai jam 14 siang, suhu udara bisa mencapai 33-34 derajat, atau bahkan
lebih. Pernahkah kita memperhatikan aspal jalan raya Surabaya pada siang hari. Di
permukaannya terlihat mengepul uap tipis, dan aspalnya menjadi lembek.
Diperkirakan panas permukaan jalan raya itu di atas 50 derajat. Kalau disiramkan air
di sana, tak berapa Iama kemudjan air itu akan menguap. dan jalanan itu pun kering
kembali. Kita lihat contoh di atas. Hanya dalam kurun waktu setengah hari saja, panas
udara dan permukaan bumi bisa mengalami peningkatan suhu yang demikian tinggi.
Apa jadinya kalau matahari tidak bergeser ke arah barat, tetapi tetap berada di atas
kita terus menerus" Diperkirakan, dalam waktu 100 jam, air di permukaan bumi akan mulai
mendidih, dan banyak yang mulai menguap. Dan kemudian, apa yang terjadi 100
jam berikutnya" Diperkirakan seluruh air di muka bumi sudah habis menguap, dan
darah di tubuh kita pun ikut mendidih. Dengan kata lain, tidak ada kehidupan yang
tahan di bumi yang hanya punya siang terus menerus!
Lho, jadi tidak perlu menunggu sampai hari kiamat seperti retorfka Allah dalam
39 firman-Nya tersebut di atas" Ya, begitulah, cukup dengan 200 jam saja! Sebenarnya
Allah sudah tahu secara pasti bahwa seluruh kehidupan di muka bumi ini akan
mengalami kemusnahan kalau di bumi hanya ada siang terus menerus. Akan tetapi,
Allah mempertanyakan kepada kita. dengan maksud untuk memancing perhatian
kita. Dan kemudian memahami betapa besar kasih sayang Allah yang dicurahkan
untuk kita semua ... Sebaliknya, apakah yang terjadi jika Allah hanya menciptakan malam terus di
bumi " Cobalah lihat suhu udara di daerah padang pasir, sebutlah di Arab Saudi.
Pada keadaan normal, Siang hari di sana bisa mencapai 50 derajat celsius.
sedangkan malam hari bisa mencapai 14 derajat. Puncaknya adalah antara jam 12
malam sampai sekitar 2 dini hari.
Apakah yang terjadi dalam kurun waktu 100 jam setelah suhu terendah itu"
Jika. matahari tidak pernah muncul lagi, alias malam terus, maka dalam kurun waktu
itu suhu akan terus menerus turun hingga mencapai 0 derajat, dimana air akan mulai
membeku. Dan ketika diteruskan sampai 100 jam berikutnya, maka seluruh air di
muka bumi akan membeku, termasuk cairan tubuh kita!
Jadi. sungguh sangatlah dahsyat dampak dari pergantian siang dan malam hari.
Sebuah rutinitas yang tidak semua kita pernah memikirkannya. Karena itu Allah
memanCing kita untuk mamahami. Apakah tujuan utamanya" Tak lain, agar kita
sadar bahwa di balik terjadinya rutinitas pergantian siang dan malam hari itu
terdapat sesuatu yang luar biasa yang berkait dengan Sebuah Kekuatan Besar yang
mengendalikan alam sekitar kita, yaitu Sang Maha Perkasa.
Bahkan, kalau kita lihat lebih jauh tentang pergerakan matahari, dampaknya
bukan hanya pada pergantian siang dan malam hari saja. Pergerakan matahari,
sebenarnya, ditentukan oleh dua hal : yang pertama oleh perputaran bumt pada
40 porosnya atau pada dirinya sendiri. Dan yang kedua disebabkan oleh perputaran
bumi pada or'bit nya, yaitu perputaran bumi mengelilingi matahari.
Perputaran bumi pada dirinya sendiri disebut juga Rotasi. Sekali berputar, bumi
membutuhkan waktu 24 jam. Inilah yang disebut sehari semalam. Akan tetapi jika
kita.amatt lebih jauh, lamanya malam dan lamanya siang selalu bergeser-geser.
Kadang lebih panjang malamnya. Kadang lebih panjang siangnya. Kenapa bisa
demikian" Ini disebabkan oleh pergerakan bumi mengelilingi matahari, yangjuga
disebut Revolusi Bumi. Satu kali revolusi bumi membutuhkan waktu 365 1/4 hari. Atau disebut juga
sebagai waktu setahun. QS. Luqman : 29 "Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah
memasukkan malam kepada siang dan memasukkan siang kepada
malam, dan Dia tundukkan matahari dan. bulan masingmasing
berjalan sampai waktu yang ditentukan, dan sestmgguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan"
Berjalan di angkasa bumi Kiri ke kanan: Merkurius, Venus, Bumi, Mar, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus,
Pluto. 41 Efek dari pergerakan bumi mengelilingi matahari ini adalah terjadinya musim di


Pusaran Energi Kabah Karya Agus Mustofa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

permukaan bumi. Kita lihat, di negara-negara tropis terjadi musim hujan dan musim
kemarau. Sedangkan di negara-negara sub tropis terjadi musim Salju, musim Semi,
musim Panas dan musim Gugur. Kehidupan manusia di muka bumt menjadi
demikian indah dan dinamis.
Pergerakan musim ini juga menyebabkan terjadinya waktu panen dan berbuah
yang berbeda-beda. Di sekitar musim kemarau - misalnya - bermunculanlah buahbuah yang mengandung banyak air seperti Mangga, Belimbing, Melon, Semangka,
Jeruk, dan lain sebagainya. Sedangkan di sekitar musim Hujan banyak buah-buahan
seperti Durian, Apokat, Salak, Nangka, dan lain sebagainya. Semua buah-buahan
itu bermanfaat bagi kehidupan dan kesehatan manusia, sesuai dengan musimnya.
Tata Surya kita dilihat dari pesawat Galileo.
Animasi ke 9 planet di tata surya kita
3. Tanda-Tanda Kebesaran Allah
Saya kira semua sependapat, bahwa Allah tidak bisa kita lihat. tidak bisa kita
dengar, atau kita observasi dengan seluruh panca indera kita. Kenapa demikian" Ya,
karena panca indera kita sangat terbatas kemampuannya.
Jangankan melihat Allah, melihat matahari saja mata kita akan langsung buta!
Jangankan mendengar Allah, mendengar ledakan petasan di dekat telinga saja, kita
akan tuli. Jadi begitu lemahnya panca indera kita. Maka, jangan berharap kita bisa
'bertemu' Allah dengan menggunakan panca indera kita. Allah hanya bisa kita 'lihat'
sekaligus kita 'dengar dan rasakan' hanya dengan indera keenam kita, atau agama
kita menyebutnya hati atau kalbu. 'Penglihatan' dengan hati ini akan kita bahas di
42 bagian lain. Lantas apa yang bisa kita perbuat dengan panca indera berkaitan dengan
pendekatan kita kepada Allah" Yang bisa kita observasi lewat panca indera dan akal
kita hanyalah 'tandatanda-Nya' atau dalam bahasa Al Quran disebut 'ayat-ayat-Nya'.
Suatu ketika, nabi Musa as pemah ingin melihat Allah, agar hatinya semakin
yakin. Allah sudah mengatakan bahwa Musa tidak akan mampu melihat Allah.
Tetapi beliau 'ngotot' untuk bisa melihat-Nya. Maka, Allah pun memenuhi keinginan
nabi Musa. Tapi apa yang terjadi " Allah baru menampakkan cahaya-Nya saja,
gunung Sinai tempat berpijak nabi Musa mengalami gempa VUlkanik yang luar
biasa dahsyat. Sehingga Musa pun terpental dan pingsan. Setelah siuman, beliau
baru menyadari bahwa manusia tidak mungkin melihat Allah dengan panca
inderanya. Jangankan manusia, alam semesta pun tidak mampu menerima
Eksistensi Dzat Yang maha Besar dan Maha Agung itu.
QS. Al A 'raaf : 143 "Dan ketika Musa datang untuk (bennunqjat kepada Kami)
pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman kepadanya, berkatalah Musa: Ya Tuhanku. nampakkanlah (DiriMu)
kepadaku agar aku dapat melihatMu. Tuhan berfirman : Kamu' sama
sekali tidak akan mampu melihatKu. tapi lihatlah bukit itu, jika ia
tetap di tempatnya. maka kamu akan mampu melihatKu. Ketika
Tuhan menampakkan Diri kepada gunung itu, maka hancurlah.
gunung itu. dan Musa pun pingsan . Maka setelah Musa sadar
kembali, dia berkata: Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepadaMu
dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman. "
43 QS. Asy Syuura : 51 "Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkatakata dengannya kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang
tabir, atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu
diwahyukan kepadanya dengan se izin-Nya apa yang Dia kehendaki.
SeSungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana... "
Jadi, manusia demikian ringkihnya di hadapan Allah. Kalau manusia ingin
berkenalan dengan Allah, itu bisa dilakukan melalui 'tanda-tanda' yang tersebar di
alam semesta dan termaktub di dalam Al Quran. Yang pertama disebut sebagai Ayat
Kauni dan yang kedua disebut sebagai Ayat gurani. Keduaduanya berfunQSi sama,
yaitu menuntun kita untuk lebih memahami Allah, mengenal-Nya, berinteraksi, dan
lantas kembali : menyatu dengan Dzat yang Maha Tunggal lagi Maha Agung.
Apakah bentuk tanda-tanda itu" Kalau yang berada di dalam Al Quran, kita
bisa langsung membacanya. Kemudian menganalisis-nya sesuai dengan ilmu
bahasa dan tafsir. Akan tetapi. sebagaimana telah saya sampaikan sebelumnya,
bahwa penafsiran Quran dari sisi bahasa saja tidaklah cukup untuk mengenal Allah.
Kita harus memadukannya dengan ayat -ayat yang tersebar di alam semesta.
Coba bayangkan bagaimana kita bisa memahami Langit yang tujuh, misalnya.
kalau kita tidak belajar ilmu Astronomi. Atau, bagaimana pula kita bisa beriman
kepada hari kiamat. kalau kita tidak memahami mekanisme kiamat tersebut dari
data-data empirik ilmu pengetahuan. Dan, bagaimana juga kita bisa menafsirkan QS.
Al Ma'arij : 4. yang bercerita tentang relatifitas waktu malaikat dan manusia. kalau
kita tidak belajar rumus-rumus relatifitasnya Einstein. dst. Begitu banyaknya ayatayat Allah di dalam Al Quran yang tidak bisa kita pahami. tanpa memadukannya
dengan datadata ilmu pengetahuan modern.
44 Selain melakukan pendekatan lewat ayat -ayat Quran, kita juga bisa langsung
mengobservasi ayat-ayat tersebut dari ayat Kauntah yang tersebar di seantero alam
ini. Hal inilah yang dilakukan oleh nabi Ibrahim, ketika mencari Tuhan. Akhirnya
beliau bertemu dengan Allah setelah bereksperimen secara trial and error, seperti
digambarkan QS Al An'aam: 76 - 79 "Ketika malam telah meniad: gelnp dia melihat sebuah bintang
(lalu) dia berkata: Inlah Tuhanku. Tapi tatkala bintang itu tenggelam,
dia berkata: aku tidak suka kepada yang tenggelmn. Kemudian
tatkala dia melihat bulan terbit, dia berkata : Inilah Thhanku. Tapi
setelah bulan itu terbenam dia berkata: Sesungguhnyajika TUhankU
tidak memberi petunjuk: kepadaku pastilah aku termasuk orangorang yang sesat. Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia
berkata : Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar. Maka tatkala matahari
itu telah terbenam, dia berkata : hai kaumku sesungguhnya aku
berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesung-guhnya aku
menghadapkan diriku kepada Tuhan. yang menciptakan langit dan
bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku
bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan:''
Bayangkan beliau, yang rasul kesayangan Allah itu, pernah mengira bahwa
bintang, bulan, dan matahari adalah Tuhan. Meskipun, akhirnya beliau menemukan
bahwa semua itu hanyalah Ciptaan--Nya belaka. Tetapi, beliau sempat melakukan
kekeliruan-kekeliruan dalam mencari Tuhan. Tidak langsung final, ketemu. Tidak
apa-apa. Semua ada prosesnya. Yang penting konsisten dan serius mencari Allah,
Insya Allah Dia akan membimbing hamba--Nya yang ingin bertemu dengan--Nya.
45 Betapa banyaknya para ilmuwan yang bertemu Tuhan karena melihat
kedahsyatan ilmu Allah di alam semesta. Bayangkan misalnya, bagaimana kita tidak
'terperangah' melihat jantung yang ada di dalam dada kita, terus berdenyut tanpa
ada baterainya, sejak di dalam rahim pada bulan pertama. Ini sebuah 'keganjilan,
bagi orang-orang yang mau berpikir.
Ketika bayi masih di dalam rahim, paru-parunya juga belum bekerja. Ia
mendapat makanan dari sang ibu lewat ari-arinya (plasenta). Tapi, begitu lahir. si
bayi ini kemudian ditepuk-tepuk oleh si bidan. dan akhirnya paru dan jantungnya
bekerja. Kerja jantung dan paru itu terus terjadi tak pemah berhenti sepanjang
usianya. Ini sungguh sebuah 'fenomena' yang sangat dahsyat menyangkut
kehidupan manusia, yang bisa membawa kita untuk berkenalan dengan Sang Maha
Pencipta. Atau pernahkah kita berpikir, kenapa bumi ini terus berputar pada porosnya"
Darimanakah perintah untuk berputar itu datang" Dan dari mana pulahkah energi
yang digunakan untuk berputar terus selama miliaran tahun itu" Apakah Anda
menangkap keganjilan ini.
Padahal kalau bumi ini tidak berputar (berotasi) pada porosnya, di bumi ini
tidak akan terjadi kehidupan. Ya, karena di bagian yang menghadap matahari akan
terjadi siang terus menerus. Sedangkan yang membelakangi matahari akan terjadi
malam terus. Apa akibatnya, sudah kita bahas di bagian sebelumnya.
Kita melihat ada sebuah campur tangan yang luar biasa dahsyat, untuk
memutar bumi selama miliaran tahun. Besarnya energi pemutar itu, tak akan pemah
terbayangkan oleh pikiran kita. Apalagi selama kurun waktu miharan tahun. Kalau
seandainya semua batubara, minyak, bahan bakar nuklir, dan seluruh sumber energi
yang ada di bumi ini dibakar untuk memutar bumi itu, maka sudah bisa dipastikan
46 tidak akan mencukupi' Padahal kita tahu, bukan hanya bumi yang berputar atau berotasi. Bulan juga
berputar; selain pada dirinya sendiri, ia juga mengelilingi bumi. Bumi mengelilingi
matahari. Matahari berputar juga mengelilingi pusat galaksi. Dan seluruh galaksi
yang jumlahnya miliaran itu, juga berputar-putar mengelilingi pusat Superkluster dan
alam semesta. Subhanallaah, betapa besarnya kekuatan yang terlibat dalam
pergerakan benda-benda diJagad raya ini !
QS. Ar Ra'du :2 "Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang, yang kamu
lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy, dan menundukkan
matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang
ditentukan. Allah mengatur urusan, menjelaskasi tanda-tanda, agar
kamu meyakini pertemuan dengan Tuhanmu"
Kembali kepada tanda-tanda kebesaran--Nya, masih demikian banyak tandatanda Kebesaran Allah di alam semesta ini yang bisa kita jadikan 'jalan' untuk lebih
mengenal--Nya. Bahkan jumlahnya tak berhingga.
Di pepohonan yang sedang berbuah dan bermekaran bunganya, terdapat
tanda-tanda Kebesaran Allah. Di atmosfer bumi yang memayungi kita dari ancaman
meteor-meteor, juga terserak ayat-ayat Allah. Di miliaran jenis binatang laut, darat
dan udara yang begitu indah juga terdapat bukti-bukti kebesaran-Nya. Bahkan, di
sekujur tubuh kita: di setiap tarikan nafas kita, di aliran darah dan denyut jantung, di
rambut, di mata, telinga dan seluruh panca indera, sampai kepada bisikan hati yang
paling dalam. Semuanya memberikan tanda-tanda Kebesaran Allah kepada orangorang yang mau berpikir. Tak akan pemah selesai kita tuliskan, meskipun
menggunakan tinta dari tujuh lautan, seperti difrmankan Allah ...
47 QS. Luqmaan : 27 "Sungguh, seandainya semua pohon di muka bumi ini dijadikan.
pena dan lautan dyadikan tinta, kemudian ditambah lagi dengan
tujuh lautan, niscaya tidak akan habis kalimat-kalimat Allah
(dituliskan). Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
4. Selalu berpikir tentang Allah
Kata kunci yang berikutnya dalam memahami QS. Ali Imran : 190-191 adalah
'selalu berpikir tentang Allah' . Penggalan kalimat ini juga sangatlah mendalam. Lagilagi Allah ingin mengajak kita untuk berinteraksi dengan-Nya.
Bayangkan firman yang disampaikan Allah dalam ayat tersebut : "...yaitu
orang-orang yang selalu berpikir dalam keadaan berdiri. duduk, dan berbaring, ia
selalu memikirkan tentang kejadian langit dan bumi ... "
Seakan-akan Dia ingin mengatakan kepada kita bahwa kunci kedekatan
seorang Hamba dengan Tuhannya, salah satunya, adalah selalu berpikir tentang
Allah, lewat ayat-ayat-Nya yang terserak di seluruh penjuru alam ini. Nabi Ibrahim
melakukan itu sepanjang hayatnya. Nabi Musa juga. Demikian pula nabi Muhammad,
sejak beliau berada di Gua Hira' sampai akhir hayatnya.
Berpikir adalah salah satu kunci kedekatan kita dengan Allah. Ini menunjukkan
bahwa Allah sangat menghargai pikiran kita. Orang yang tidak berpikir dan tidak
menggunakan akalnya. termasuk golongan yang dimurkai Allah.
QS. Yunus : 100 "...Allah marah besar kepada orang-orang yang tidak
menggunakan akalnya ..... "
QS. Al Baqarah: 269 48 "Allah menganugerahkan al hikmah kepada siapa yang Dia
kehendaki Dan barangsiapa yang dianugerahi al hikmah itu, ia benarbenar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orangorang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran. "
Kita juga tahu, bahwa agama ini memang diperuntukkan bagi makhluk yang
berakal. Sebagai contoh tumbuhan dan binatang, yang tidak berakal, tidak dikenai
kewajiban beragama. Demikian pula, manusia yang dalam keadaan pingsan, mabuk,
gila, atau mati suri - dimana akalnya tidak jalan - juga tidak dikenai kewajiban
beragama. Sangat jelas bahwa agama hanya cocok untuk makhluk yang berakal.
Karena itu, Allah juga secara tersirat maupun tersurat, menegaskan bahwa kita
harus berpikir untuk menjalani agama ini. Apalagi untuk 'bertemu' dengan Allah.
Nah, dalam ayat tersebut bahkan dikatakan tidak cukup berpikir hanya kadangkadang saja. Berpikir harus total, sepanjang waktu kita. Baik dalam keadaan sedang
berdiri, duduk, tidurtiduran, dan apa pun aktifitas kita. Semuanya harus diortentastkan kepada Allah. Itu kalau kita ingin bertemu dengan-Nya.
Apakah esensi dari aktifitas berpikir yang seperti itu" Intinya, kita harus
menghubungkan setiap aktifitas kita apa pun bentuknya, semata-mata Liilaahi Ta'ala.
Tidak ada tujuan lain dalam hidup kita kecuali untuk-Nya. Mulai dari bangun tidur,
shalat Subuh, olahraga pagi, sarapan, bekerja, istirahat. belanja, dan seterusnya
sampai kita tidur kembali, harus berorientasi kepada Allah. Bahkan tidur itu sendiri,
harus berortentast kepada Allah.
Ada sebuah kisah menarik pada jaman Rasulullah. Pada suatu ketika,
Rasulullah shalat berjamaah dengan para sahabat. Usai shalat berjamaah, ada
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
sahabat yang masih melanjutkan dengan shalat-shalat sunnah, dan ada pula yang
berbaring melepas lelah kemudian tertidur di serambi masjid.
Tiba-tiba saja, Rasulullah melihat ada setan masuk ke dalam masjid. Apa yang
dilakukan setan itu" Ternyata ia mencoba mengganggu orang yang sedang shalat.
Kemudian, oleh Rasulullah, setan itu ditangkapnya. Beliau mengumpulkan beberapa
sahabat, dan menjelaskan bahwa ada setan yang tertangkap karena sedang
mencoba menggoda sahabat yang sedang shalat.
Di hadapan para sahabat, Rasulullah bertanya kepada si setan : kenapa ia
mengganggu orang yang sedang shalat. Apakah ia tidak takut. Dan kenapa tidak
mengganggu orang yang sedang tidur "
Apa jawab si setan" Ia mengatakan : bahwa ia justru takut untuk mengganggu
sahabat yang tertidur itu, karena si orang yang sedang tidur hatinya berdzikir kepada
Allah. Sedangkan orang yang shalat itu, hatinya tidak khusyuk. Bahkan teringat
segala macam aktifitas keduniaannya ...
Kenapa berpikir menjadi kunci dari keberhasilan proses pendekatan kita
kepada Allah" Tidak bisakah kita tanpa berpikir lantas bisa dekat dengan Allah"
Rasanya sulit untuk mengatakan bahwa tanpa berpikir manusia bisa
mendekatkan diri kepada Allah. Allah sendiri berulang-ulang mengatakan di dalam
Al Quran bahwa manusia harus berpikir, dan Dia sangat menghargai orang-orang
yang berpikir dengan baik. Berpikir menunjukkan bahwa kita hidup. Orang yang
sudah tidak bisa berpikir, pada hakikatnya dia sudah 'mati'. Dan orang yang sudah
mati, tidak dikenai lagi kewajiban beragama.
Allah sendiri mengatakan di dalam QS Al Israa : 36
"Danjanganlah kalian mengikuti apa-apa yang kalian tidak me1 miliki ilmunya. Sesungguhnya pendengaran. penglihatan dan hati,
semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. "
Artinya kita tidak boleh ikutan-ikutan saja dalam mengerjakan sesuatu. Itu bisa
berbahaya, danlantas kita sulit untuk mempertanggungjawabkannya. Harus punya
ilmunya, kata Allah. Itu artinya kita harus banyak banyak berpikir.
Dan kalau kita membaca Al Quran, betapa banyaknya Allah menyindir kita
dengan kalimat-kalimat: afalaa ta'qiluun (apakah kalian tidak berakal") afalaa
yandzuruuna (apakah kalian tidak melakukan observasi"), afalaa yatakkaruun
(apakah kalian tidak berpikir), dan lain sebagainya.
Berpikir menjadi entry point bagi proses pendekatan kita kepada Allah.
Seseorang tidak akan memiliki keimanan yang kuat kalau tidak melalui proses
berpikir. Hal ini sudah ditunjukkan oleh para nabi besar, seperti Ibrahim, Musa dan
Muhammad. Memang. para nabi itu memperoleh ilmunya tidak lewat berguru, tetapi lewat
wahyu dari Allah, yang langsung masuk ke kalbunya. Akan tetapi, semua itu selalu
didahului dengan sebuah proses berpikir secara total, yang cukup panjang.
Nabi Ibrahim misalnya lewat proses dialognya dengan alam semesta. Nabi
Musa dengan 'bertapa' di gunung Sinai. Dan nabi Muhammad lewat proses
berkhalwat di gua Hira'. Semua itu adalah proses awal berupa perenunganperenungan untuk memperoleh ilmu yang sangat tinggi dan mendalam. Maka kalau
kita ingin memperoleh kedekatan dengan Allah lakukanlah apaapa yang telah
dialami oleh para nabi besar itu. Atau dalam konteks ini, jalankanlah apa yang
diisyaratkan Allah dalam QS Ali Imran 190 - 191 tersebut : selalu berpikir dalam


Pusaran Energi Kabah Karya Agus Mustofa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keadaan berdiri, duduk, dan berbaring ... , apa pun aktifitas kita.
5. Tidak Ada yang Sia-sia
2 Orang yang disebut sebagai 'Ulil Albab' di dalam wahyu itu akhirnya memiliki
kesimpulan: Ya Tuhanku, tidak sia-sia segala yang Engkau ciptakan ini .. ,
Kapankah seseorang bisa memiliki kesimpulan bahwa segala sesuatu yang dia
pelajari itu tidak sia-sia" Jawabnya hanya satu, yaitu ketika dia sudah sangat
memahami tentang apa yang dia pelajari. Barulah dia bisa mengatakan bahwa
ternyata segala yang dicipta oleh Allah semuanya ada manfaatnya. Betapa
mendalamnya kalimat ini. ..
Orang yang belum mengerti tentang apa yang dia pelajari, dia tidak akan bisa
mengatakan bahwa sesuatu itu bermanfaat alias tidak sia-sia. Jadi, bisakah Anda
bayangkan bahwa wahyu Allah tersebut seakan-akan menggambarkan sebuah
kurun waktu yang sangat panjang dalam kehidupan seseorang. Barangkali
sepanjang USianya. Di ayat itu, sang Pemikir digambarkan selalu gelisah untuk bisa bertemu
dengan Allah. Karena itu ia selalu berpikir tentang tanda-tanda kebesarannya
sepanjang hidupnya. Baik, ia sedang berdiri, duduk, bahkan tidur-tiduran. Ketika ia
sedang susah maupun senang. Ketika sedang sendiri maupun sedang beramatramai. Dan, segala aktiftas kehidupannya.
Setelah berpuluh-puluh tahun kemudian - sebagaimana Ibrahim - akhirnya ia
mendapatkan satu kesimpulan bahwa Allah memang Sang Pencipta Yang Maha
Pintar dan Maha Bijaksana. Tak ada satu benda pun yang tidak bermanfaat di alam
semesta ini. Barangkali, kalau aktifitas berpikirnya itu dibukukan, itu akan menjadi
sebuah infonnasi ilmu pengetahuan yang hebat dan dahsyat. Kenapa demikian" Ya,
karena kesimpulannya mengatakan bahwa ia sangat paham dengan fakta yang
terserak di alam semesta ini, dan bisa berkata: Tidak sia-sia segala yang ada ...
BegituIah Allah memancing kita untuk mempelajari alam semesta ciptaan-Nya
3 Hasil akhirnya, bukannya sekadar kita puas dengan ilmu yang kita peroleh,
melainkan kita mendapatkan satu kesimpulan esensial, yaitu lebih mengenal Dzat,
Sang Penguasa Semesta. Saya yakin, bahwa kita masih sering menganggap sesuatu yang terjadi di
sekitar kehidupan kita adalah sia-sia. Atau setidaktidaknya biasa-biasa saja. Tidak
ada gunannya. Dan tidak memberikan tanda-tanda bagi eksistensi serta keterlibatan
Allah. Ambil saja contoh. Allah mengatakan bahwa Dia tidak merasa malu
menciptakan nyamuk. Apakah kita pemah berpikir bahwa nyamuk adalah ciptaan
Allah yang luar biasa rumit dan memiliki peran dalam kehidupan kita"
QS Al Baqarah : 26 "Sesungguhnya Allah tidak malu membuat perumpamaan
berupa nyamuk atau yang lebih rendah dan itu. .. "
Sampai saat ini tidak ada seorang ahli robot pun yang bisa meniru membuat
nyamuk. Seluruh ilmu pengetahuan sepanjang peradaban manusia belum cukup
untuk digunakan membuat nyamuk. Untuk meniru gerakan kakinya saja, para ahli
robot terkemuka di dunia tidak akan bisa rnenirunya, Apalagi meniru alat
penglihatannya, pencernaannya, sayapnya, instinknya dan seluruh proses
metabolisme yang menyebabkan dia hidup dan berkembang biak.
Belum lagi peran dalam ekosistem kehidupan kita. Keterlibatannya dengan
berbagai macam penyakit, yang lantas memberikan kontribusi pada kehidupan
sosial dan kesehatan manusia. Seekor nyamuk bisa menghabiskan umur kita untuk
memahaminya lewat sebuah penelitian yang panjang. Dan akhirnya kita akan
mengatakan bahwa Allah tidak sia-sia menciptakan nyamuk dalam kehidupan di
muka bumi ini. 4 Atau pernahkah kita berpikir tentang lebah" Darimana ia memperoleh instink
untuk 'memproduksi' madu yang ternyata bisa menjadi obat itu" Berapa nilai
ekonomi dan kesehatan yang telah dihasilkan oleh serangga yang hidup
bergerombol bersama sang ratu lebah itu.
Bahkan, bukan hanya makhluk berupa binatang atau tumbuhan saja yang
menarik untuk dipikirkan. Kejadian-kejadian yang melingkupi kehidupan kita pun
tidaklah ada yang siasia. Semuanya mengandung pelajaran dan hikmah untuk kita
ambil sebagai pelajaran dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
Suatu ketika ayah teman saya mengalami kecelakaan sampai meninggal dunia.
Kejadiannya sendiri memang terkesan 'aneh'. Setiap pagi, dia selalu berangkat ke
toko tempat dia jualan pukul 07.00. Pada hari itu, entah apa yang menyebabkan dia
enggan berangkat pada jam seperti biasanya. Dia sudah keluar rumah untuk
berangkat tetapi ditundanya, dan dia masuk kembali ke rumah. Sejam kemudian dia
baru berangkat. Dan ketika dia menyeberang jalan menuju ke tokonya, dia tertabrak
mobil. Kemudian meninggal dunia.
Sepintas lalu kita akan mengatakan bahwa hal itu adalah biasa saja. Akan
tetapi kalau kita cermati, kita lantas bisa bertanya-tanya : kenapa dia menunda
kebiasaannya pergi pukul tujuh pagi, sehingga bertepatan dengan mobil yang
melintas di jalan itu, dan kemudian menabraknya. Siapakah yang membuat semua
itu terjadi secara tepat waktu" Apakah semua itu kebetulan" Padahal kalau kejadian
itu berbeda 1 menit saja, barangkali kecelakaan itu tidak terjadi.
Rasanya tidak ada yang 'kebetulan' dalam hal ini. Setiap detik telah
diperhitungkan Allah untuk mempertemukan kejadian itu. Kecepatan langkah sang
ayah dan kecepatan mobil penabrak berjalan demikian akurat, sehingga bertemu di
tempat kejadian itu. Meleset sedikit saja, maka kecelakaan itu tidak akan terjadi.
5 Maka, dengan beberapa contoh di atas saya ingin mengatakan bahwa segala
kejadian yang berlangsung di sekitar kita tidak ada yang kebetulan dan tidak ada
yang sia-sia. Semuanya berlangsung dalam sebuah skenario yang sangat teliti dan
ada hikmahnya. Kita makan, minum, tidur, bekerja, tersandung, kesedak, sakit, menikah, punya
anak, dapat rezeki, dan segala macam aktifitas kita, tidaklah ada yang kebetulan
dan sia-sia. Sekali lagi, semuanya terjadi dalamframe yangjelas dan dengan tujuan
yang jelas pula. Inilah kira - kira yang bisa kita petik dari penggalan ayat dalam wahyu tersebut.
Pemahaman yang komprehensif terhadap segala yang ada justru akan membawa
kita kepada suatu kesimpulan yang terfokus pada Kekuasan Allah, sang Maha
Perkasa. 6. Maha Suci Allah Kalimat Subhanallaah di dalam agama Islam dianjurkan untuk diucapkan ketika
kita melihat sesuatu yang mempesona atau sesuatu yang luar biasa. Maka, ketika
sang Pemikir mengucapkan kalimat itu di akhir wahyu tersebut. kita menangkap
nuansa bahwa ia sedang terpesona oleh Keagungan dan Kebesaran Allah.
Situasi ini konsisten dengan kalimat sebelumnya, di atas, di mana ia
mengatakan tidak sia-sia segala yang diciptakan Allah. Kedua-duanya memberikan
kesan kepada kita bahwa sang pemikir telah melakukan sebuah proses berpikir dan
pengamatan yang sangat mendalam, sehingga ia sampai terpesona. Orang yang
sekedar berpikir asal-asalan tidak akan pernah mencapai tingkatan terpesona.
Orang hanya bisa terpesona ketika dia sangat menghayati kenyataan luar biasa
yang sedang dihadapinya ... !
6 Maka. lagi-lagi kita menemukan bahwa wahyu yang diturunkan Allah kepada
nabi Muhammad itu memang memiliki makna yang luar biasa dahsyatnya. sehingga
Rasulullah pun menangis semalaman ...
Di dalam Al Quran Allah memberikan banyak gambaran tentang makhluk yang
bertasbih, me-Maha Suci-kan Allah. Ada suatu kesan yang kuat bahwa mereka yang
me-Maha Suci-kan Allah itu adalah mereka yang telah begitu memahami bahwa Dia
benar-benar Tuhan semesta alam.
Al lsraa' : 44 "Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya
bertasbih kepada Allah. Dan tak ada satu pun melainkan bertasbih.
dengan memuji-Nya , tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih
mereka. Sesungguhnya Dia adalah maha Penyantun lagi Maha
Pengampun. " Kalau kita mencoba mencermati firman di atas, maka kita akan mengambil
kesimpulan bahwa yang disebut tasbih dalam hal ini bukanlah sekedar
mengucapkan Subhanallah. Kenapa demikian " karena kalimat di atas memberikan
gambaran kepada kita bahwa benda-benda mati pun - seperti langit dan bumi. dan
segala macam isi alam semesta - ternyata bertasbih kepada-Nya.
Tentu kita semua tahu bahwa benda-benda itu tidak bisa berkata-kata, seperti
manusia. Termasuk. tentu saja. mereka tidak bisa mengucapkan subhanallah.
Apalagi lantas Allah memberikan penegasan pada kalimat berikutnya, bahwa kita kebanyakan manusia - tidak mengerti tasbih mereka. Karena mereka memiliki
caranya sendiri untuk mentasbihkan Allah.
Yang mengerti tentang tasbih mereka, hanya sebagian kecil saja dari kita.
Termasuk sang 'Ulil Albab' yang selalu mencermati dan berpikir tentang ayat-ayat
7 Allah di alam semesta. Hanya orangorang semacam dialah yang mengetahui bahwa
alam semesta ini sedang bertasbih kepada Allah. Sehingga dia pun akhirnya
mengucapkan kalimat yang sama: Maha Suci Engkau ya Allah. .. , sebagaimana
bagian akhir QS Ali Imran 191.
Di bagian yang lain. Allah Juga memberikan gambaran bahwa alam semesta
ini bertasbih bersama orang-orang yang berilmu pengetahuan seperti nabi Daud dan
nabi Sulaiman. QS. Al Anbiyaa' : 79 "Maka Kami telah memberiklan pengetian kepada Sulaiman
tentang hukum, dan kepada masing-masing mereka (Daud dan
Sulaiman) telah Kami berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami
tundukkan gunung-gunung dan urung-burung, semua bertasbih.
bersama Daud. Dan Kami-lah yang melakukannya.
Maka, barangkali kita boleh mengambil kesimpulan bahwa hakikat tasbih yang
dimaksudkan oleh Allah di dalam berbagai ayat Quran bukanlah sekedar berucap
Subhanallahi; melainkan lebih kepada pengakuan atas ke-Maha Perkasa-an Allah,
sehingga seluruh isi alam ini tunduk dan patuh kepada-Nya. Kepada hukum alam
yang ditegakkan-Nya. Serta kepada seluruh sunnatullah-Nya.
Bagaimana mungkin kita bisa memberikan pengakuan tentang Keperkasaan
Allah tanpa mempelajari dan memahami alam sekitar kita" Tentu saja sulit, karena
pengakuan terhadap Kehebatan Allah hanya bisa muncul kalau kita melakukan
proses pemahaman atas segala ciptaan-Nya. Kecuali, para Nabi yang memperoleh
Wahyu dari-Nya, langsung dimasukkan ke dalam kalbunya.
Berulang-ulang Allah menceritakan tasbih para makhluk-Nya di dalam Al Quran.
8 Mulai dari para malaikat, langit yang tujuh, hamparan bumi dan gunung-gunung,
burung yang beterbangan, awan yang berarak, hujan dan salju, pergantian siang
dan malam hari, penciptaan binatang-binatang melata, dan segala macam isi alam
semesta ini. Lagi-lagi semua itu menegaskan bahwa 'ketaatan' seluruh isi alam
dalam mengikuti sunnatullah itulah yang menjadi bukti Kemahasucian Allah.
QS. An Nuur: 41 - 46 "Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah. kepadanya bertasbili
apa yang di langit dan di bumi, dan ljuga) burung dengan
mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara)
sembahyang dan tasbihnya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka kerjakan. " "Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan kepada
Allah-lah semuanya kembali"
"Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan,
kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian
menjadikan-nya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan
keluar dari celah-celahnya, dan Allah juga menurunkan es dari langit,
dari gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya es itu kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan dihindarkan-Nya dari siapa yang dikehendakiNya . Kilatan awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan."
"Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat pelajaran yang benar bagi orangoang
yang mempunyai penglihatan. "
"Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air. maka
sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya.. dan
9 sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian yang lain
berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang
dikehendai-Nya . sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
" "Sesungguhnya Kami telah menurunkan ayat-ayat yang
menjelaskan. Dan Allah memimpin siapa yang dikehendaki-Nya
kepada jalan yang lurus ."
Seluruh benda mati di alam semesta ini. dengan sendirinya sudah mengakui
ke-Maha Suci-an Allah, karena eksistensi mereka seluruhnya telah mengikuti hukum
alam alias sunnatullah. Termasuk seluruh bagian dan organ dalam tubuh kita. Detak
jantung kita, nafas dan paru kita, ginjal dan hepar, pencernaan, otak, saraf, dan
seluruh sel-sel serta miliaran molekul dan atom di dalam tubuh kita, semuanya telah
bertasbih kepada Allah. Lantas. kenapa kita masih 'dituntun' oleh Allah untuk bertasbih kepada-Nya"
Ya, karena jiwa kita telah terkungkung dalam badan kemanusiaan yang serba
terbatas dan berkutub dua: yaitu 'kemuliaan' dan 'hawa nafsu', Kesadaran kita terus
bergerak di antara dua kutub itu. Ketika. kesadaran kita meningkat menuju kepada
'kemuliaan', maka kita lantas bisa 'melihat' kenyataan kehidupan yang
sesungguhnya. Sebaliknya kalau 'kesadaran' kita menurun menuju kepada hawa
nafsu, maka kita lantas kehilangan 'penglihatan' kita untuk melihat kehidupan yang
sesungguhnya. Dalam sudut pandang yang lain, kita bisa mengatakan bahwa tubuh manusia
ini menyebabkan kemampuan kita serba terbatas. Padahal kita sebenarnya memiliki
potensial ruh yang serba tidak terbatas, karena ruh adalah potensi Ilahiah. Maka
ketika kita terlalu memanjakan pemenuhan kebutuhan raga saja, seperti makan,
10 minum, harta, seksualitas, kekuasaan, dan sebagainya, kita akan terjebak kepada
hawa nafsu. Sebaliknya, kalau kita bisa memandang bahwa kebutuhan raga itu hanyalah
sebuah 'perantara' saja - dan kebutuhan ruh adalah utama - maka kita akan
mencapai derajat kemuliaan, dalam hidup yang sesungguhnya.
Disinilah, karena potensi ruh kita telah terkungkung dalam eksistensi
kemanusiaan kita, maka kualitas kesadaran kita bisa naik turun antara Kemuliaan
dan hawa nafsu yang membawa pada Kehinaan. Sehingga, lantas Allah mengingatkan kepada kita bahwa Kesadaran ruh harus terus ditingkatkan.
Caranya adalah dengan terus menerus menghubungkan 'kesadaran' ruh kita
dengan Sang Maha Pencipta. Akhirnya, diharapkan kita btsa memperoleh sebuah
'kesadaran semesta' bahwa segala eksistensi ini sebenarnya adalah kecil. Yang
besar dan penting hanya Allah saja ...
7. Hindarkan kami dari Siksa Api Neraka
Dan kalimat yang terakhir dari wahyu itu adalah permohonan untuk dihindarkan
dari siksa api neraka. Kenapa sang Pemikir - yang dijadikan tokoh dalam wahyu itu melakukan permohonan tersebut" Saya menangkap kesan bahwa dia telah
mengakut kebodohannya selama ini, yang tidak bisa memahami keluarbiasaan
tanda-tanda Kebesaran Allah yang ada di sekitarnya. Ia sangat menyesalinya ...
Betapa tidak, hamparan kekuasaan Allah demikian nyata di hadapannya,
namun selama ini ia tidak mampu menangkapnya. Ini bagaikan sebuah sindiran
kepada kita semua, bahwa kebanyakan kita tidak memiliki kepekaan untuk
menangkap tanda-tanda Kebesaran Allah itu. Maka, Rasulullah pun merasa malu
atas Sindiran Allah itu, sehingga beliau menangis semalaman.
Bagaimanakah dengan kita" Apakah. kita bisa menangis mem-baca firman
11 Allah itu" Atau, setidak-tidaknya bergetarkah hati kita" Kalau tidak, maka ini
bagaikan sebuah sindiran untuk kita. Allah mengatakan bahwa orang-orang yang
beriman itu ciri-cirinya adalah hatinya gampang bergetar ketika disebut nama Allah.
QS. Al Arifal : 2 "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka
yang jika jika disebut nama Allah, hati mereka bergetar, dan apabila
dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka,
dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal. "
Dari sisi lainnya, kita juga memperoleh kesan bahwa orangorang yang tidak
bisa menangkap sindiran Allah dalam wahyu itu akan terkena 'adzab neraka'.
Karena itu, sang tokoh di dalam ayat tersebut berdoa kepada Allah untuk
dihindarkan dari api neraka. Sebaliknya, orang-orang yang bisa memetik pelajaran
dari wahyu tersebut akan bisa terhindar dari api neraka.
Kenapa orang-orang yang tidak bisa memetik pelajaran akan terkena azab
neraka " Karena. sesungguhnya dia tidak bisa memahami hakikat beragama Islam.


Pusaran Energi Kabah Karya Agus Mustofa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Apa hakikatnya " Sesuai dengan ringkasan ayat tersebut, bahwa mereka yang bisa
tehindar dari api neraka adalah orang-orang yang 'tidak mati' hatinya sepanjang
hidupnya. Karena Allah berulangkali mengatakan di dalam firman-Nya, betapa banyaknya
manusia yang sudah 'mati' justru ketika dia masih hidUp. Hatinya tidak digunakan
untuk memahami pelajaran dari proses kehidupan yang dijalaninya.
QS. Al A'raaf :179 "Dan sesungguhnya Kami jadikan isi neraka jahanam
kebanyakan darijin. dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi
tidak digunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka
12 mempunyai mata tidak digunakan untuk: melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah). dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak
digunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti
binatang temak, bahkan lebih sesat lagi Mereka itulah orang-orang
yang lalai" Maka orang-orang yang demikian ini. seperti orang yang tidak tahu jalan
kemana mereka sedang menuju. Lantas, kehidupannya tidak ditata dengan strategi
yang baik. sesuai dengan tujuan jangka panjangnya. Sehingga. kalau demikian
keadaannya, mereka sangat gampang terjebak dalam kehidupan duniawi yang
serba semu. Dianggapnya segala kenikmatan dunia ini adalah tujuan akhir dari
kehidupannya. Padahal, kehidupan yang sesungguhnya adalah di akhirat. Di dunia
ini, kita hanya hidup dalam kurun waktu puluhan tahun saja. Tetapi di akhirat nanti
kita akan hidup dalam kurun waktu miliaran tahun. Hidup di dunia. justru untuk
memper-siapkan segala sesuatu untuk bekal hidup di akhirat nanti.
Bahkan di dalam ayat di atas Allah menggunakan sindiran yang agak 'keras'
tetapi realistis. Bahwa mereka yang tidak bisa mengambil pelajaran dari sekitarnya
bagaikan binatang temak. yang memang tidak berakal. Hidup mereka mengellndmg
saja. apa adanya, tanpa tujuan yang jelas. Apalagi untuk selalu meningkatkan
kualitas dari hari ke hari seperti di ajarkan Rasulullah.
Jadi. dengan diskusi kita yang serba ringkas ini. saya harap kita memperoleh
pemahaman yang memadai terhadap beberapa kata kunci di dalam wahyu tersebut
atas. Sehingga kita lantas bisa mengerti kenapa Rasulullah menangis sedemikian
rupa sepanjang malam ketika wahyu itu turun kepada beliau.
Harapannya adalah, hal ini bisa terjadi juga kepada kita. Caranya adalah
dengan berusaha untuk lebih memahami dan menghayati makna ayat tersebut
13 secara mendalam sehingga kita bisa merasakan hati kita bergetar-getar ketika
membacanya. Dan syukur. jika sampai melelehkan air mata. karena merasakan
kedekatan yang luar biasa dengan Allah Azza wa Jalla ...
Beragama dengan Terpaksa : Percuma !
Maukah kita beragama dengan terpaksa" Saya kira hampir setiap orang akan
mengatakan tidak mau. Akan tetapi, pada kenyataannya banyak di antara kita
beragama dengan terpaksa. Terpaksa oleh apa" Banyak hal yang bisa membuat
kita terpaksa untuk melakukan aktifitas keagamaan kita.
Ada yang terpaksa menjalankan agama Islamnya karena keluarganya dikenal
orang sebagai keluarga yang agamis. Ada juga yang terpaksa shalat karena malu
pada mertuanya atau atasannya. Dan ada pula yang 'terpaksa' menjalankan agama
sebagai taktik politik dan untuk meraih tujuan tertentu semata. Ya, sangat banyak di
sekitar kita orang menjalani agama dengan terpaksa atau 'dipaksa' oleh lingkungan
eksternalnya. Namun selain itu, sebenarnya ada keterpaksaan yang berasal dari dalam diri
kita sendiri. Keterpaksaan semacam ini biasanya disebabkan oleh 14 ketidakmengertian kita terhadap apa yang kita lakukan. Jika kita tidak mengerti
tentang makna dan manfaat shalat misalnya, tentu kita lantas melaksanakan shalat
itu dengan rasa terpaksa.
Yang sering kita temui, keterpaksaan kita dalam menjalankan ibadah karena
kita diancam dengan 'dosa'. Kalau kita tidak menjalankan perintah. kita divonis akan
masuk neraka. Nah, ketakutan inilah yang menyebabkan kita terpaksa menjalani
agama kita. Sehingga yang terjadi dalam proses kehidupan beragama kita sangatlah
menyedihkan. Dengan memeluk agama, kita justru merasa terbelenggu! Barangkali
ada yang tidak setuju dengan pernyataan ini. Tetapi marilah kita secara jujur melihat
dan bertanya ke dalam hati kita sendiri. Pernahkah kita merasa terbelenggu oleh
aturan agama kita" Kalau kita mau jujur, pasti kita akan mengatakan; ya, sering!
Kapan kita merasa terbelenggu" Mungkin ketika kita sedang sibuk bekerja,
lantas terdengar kumandang adzan. Banyak di antara kita. yang barangkali berpikir:
"Ah, nanti saja. sekarang masih sibuk ... " Pikiran ini, sebenarnya, secara tidak langsung
menyatakan bahwa shalat itu bukanlah sebuah kerinduan untuk
menjalaninya. Melainkan sebuah kewajiban yang 'membelenggu' aktifitas dan
keasyikan kita. "Ah, shalat ini merepotkan saja", barangkali begitu kalau dinyatakan
secara vulgar. Bukti keterbelengguan kita oleh 'agama' juga bisa dirasakan ketika kita
didatangi oleh seorang peminta-minta. Ketika kita sedang asyik menikmati radio di
dalam mobil. tiba-tiba ada gelandangan yang meminta uang di perempatan lampu
merah. Sebenarnya Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk menolongnya, tetapi
barangkali yang terbetik dalam pikiran kita saat itu adalah :" Ah, gelandangan ini
ganggu saja ... " 15 Nah, "kalau kita perluas, contoh-contoh keterpaksaan itu demikian banyak
dalam keseharian kita. Mulai dari menjalankan ibadah shalat, puasa, zakat. haji,
sampai kepada berbagai perbuatan amar makruf nahyi munkar, serta tolong
menolong dalam kehidupan. Dengan kata lain, perintah agama ini terasa
membelenggu 'keasyikan dan kenikmatan' kehidupan kita. Lantas muncul
kesimpulan bahwa agama adalah belenggu "! Lho, benarkah demikian" Tentu tidak
demikian. Tetapi, kalau tidak benar, dimanakah letak kesalahan berpikir kita"
Semestinya, logika umum kita mengatakan bahwa beragama ini dimaksudkan
untuk mencari kenikmatan hidup, Bukan untuk mencari persoalan hidup. Apalagi
merasa terbelenggu dan sempit kehidupannya. Kalau kita merasa agama ini sebagai
belenggu, maka pasti ada yang salah dengan pemikiran dan proses beragama kita.
Allah sendiri mengajarkan kepada kita untuk berdoa mohon kenikmatan, misalnya
dalam QS. Al Fatihah: 6 - 7
"Tunjukilah. kami jalan yang lurus. yaitu jalannya orang-orang
yang Engkau beri kenikmatan, bukanjalannya orang-orang yang
Engkau murkai, dan bukanjalannya orang-orang yang tersesat"
Jadi bisa kita simpulkan, agama Islam ini justru adalah sebuah jalan yang
memberikan 'pembebasan' kepada kita dari berbagai belenggu dunia. Sehingga.
ujung-ujungnya kita akan memperoleh kenikmatan di sepanjang hidup kita. Bukan
hanya nanti pada akhir kehidupan kita, tetapi sekarang pun dan sepanjang kita
menjalani agama ini. Bagaimana caranya agar kita tidak merasa terbelenggu oleh Islam. tetapi justru
memperoleh kenikmatan dalam beragama" Kuncinya hanya satu, yaitu jalanilah
agama ini dengan keikhlasan. Bukan dengan keterpaksaan. Kalau kita menjalani
agama ini dengan terpaksa. maka segala aktifitas kita itu akan sia-sia saja. Percuma!
16 Pesoalannya. keikhlasan itu kan tidak bisa dipaksapaksakan. Karena itu, kita harus
memahami secara benar tujuan kita melakukan ibadah tersebut.
Rasulullah sendiri mengatakan: betapa banyaknya orang yang menjalani puasa,
tidak memperoleh makna puasanya. kecuali hanya mendapat lapar dan dnhaga
Kenapa bisa demikian" Ya, karena kita tidak mengerti apa maksud kita melakukan
puasa itu. Dikiranya, puasa itu hanya sekedar 'kewajiban' untuk tidak makan, tidak
minum, tidak berhubungan seksual, dan menahan segala yang membatalkan puasa.
TIdak ! Kalau hanya itu yang kita pahami, maka benarlah apa yang dikatakan
Rasulullah tentang tidak bermanfaatnya puasa tersebut bagi kita.
Sesungguhnya, kita harus memahami makna puasa itu sendiri. Bahwa puasa
adalah sebuah proses untuk mencapai jiwa yang terkendali, alias takwa. Maka,
seharusnya puasa kita hayati sebagai sebuah latihan yang sungguh-sungguh
dengan target-target yang jelas. Bukan sekedar menggelinding apa adanya, karena
orang-orang di sekitar kita juga berpuasa.
Kalau kita sudah memiliki pemahaman yang benar, maka puasa kita Insya
Allah tidak terpaksa lagi. Bukan sekedar agar tidak berdosa, atau sekedar
menggugurkan kewajiban. Tetapi betul-betul kita lakukan dengan keikhlasan dan
kecintaan yang tulus untuk memperoleh kualitas ketakwaan yang tinggi, yang
disebut sebagai takwa yang sungguh-sungguh.
Contoh ini bisa kita perluas kepada aktifitas-aktifitas peribadatan yang lain
seperti shalat, zakat, haji, dan lain sebagainya. Kalau kita amati orang shalat
misalnya, barangkali sinyalemen Rasulullah tentang sia-sianya kita beribadah itu.
bisa jadi juga berlaku. Kalau diucapkan barangkali menjadi demikian : "Betapa
banyaknya orang shalat yang tidak memperoleh makna shalat. kecuali hanya
olahraga saja: '" 17 Ya, barangkali kita juga bisa bertanya kepada diri sendiri ; apakah kita sudah
memahami tujuan kita melakukan shalat" Jangan-jangan kita masih berpikiran
bahwa shalat kita itu hanya sekedar memenuhi kewajiban dari Allah saja. Seakanakan Allah butuh untuk kita sembah. Sama sekali tidak I
Biar kita tidak shalat. Biar kita tidak puasa, tidak berhaji, tidak berzakat dan
tidak mengamalkan seluruh ibadah yang 'dianjurkan' Allah, Dia sama sekali tidak
terganggu Kemuliaan-Nya dan Kebesaran-Nya. Sebagaimana Allah mengatakan
kitab-Nya. QS. Ibrahim : 8 "Dan Musa berkata: jika kamu dan orang-orang yang ada di
bumi semuanya mengingkari (Allah) maka sesungguhnya Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji Allah tidak punya 'kepentingan' terhadap ibadah kita. Yang punya kepentingan
adalah diri kita sendiri. Allah hanya 'menganjurkan' kepada kita untuk menjalankan
ibadah. karena itu baik buat kita. Kalau kita tidak menjalankannya Allah sama sekali
Mencari Ayah Kandung 1 Dara Getting Married Karya Citra Rizcha Maya Pendekar Elang Salju 6

Cari Blog Ini