Ceritasilat Novel Online

Topeng Kuning 1

Topeng Kuning Karya Bois Bagian 1


1 TOPENG KUNING Sebuah cerita fiksi yang ditulis oleh Bois, penulis copo
yang masih harus banyak belajar. Cerita ini hanyalah
sarana untuk mengilustrasikan makna di balik
kehidupan semu yang begitu penuh misteri. Perlu
anda ketahui, orang yang bijak itu adalah orang yang
tidak akan menilai kandungan sebuah cerita sebelum
ia tuntas membacanya. e-book ini gratis, siapa saja dipersilakan untuk
menyebarluaskannya, dengan catatan tidak sedikitpun
mengubah bentuk aslinya. Jika anda ingin membaca/mengunduh cerita lainnya
silakan kunjungi : www.bangbois.blogspot.com
www.bangbois.co.cc Salurkan donasi anda melalui:
Bank BCA, AN: ATIKAH, REC: 1281625336
2 SATU PENEMUAN YANG TAK DIDUGA-DUGA
akarta, 10 tahun dari sekarang. Pada sore yang
cerah, di sebuah pemukiman mewah, tampak
berjajar rumah-rumah besar yang tak berpagar.
Namun begitu, semua halamannya tampak begitu
indah dan tertata rapi. Pada sebuah rumah, tepatnya
di dalam sebuah ruangan berukuran 4x5 meter,
terlihat benda-benda berserakan. Ada robot-robotan
setengah badan yang dipadukan dengan tank mainan,
motor-motoran yang menggunakan baling-baling,
sebuah antena para bola mini yang terus berputar,
dan masih banyak lagi. Di depan sebuah meja panjang yang
berketinggian 30 cm, dan di atas sebuah permadani
yang empuk, seorang gadis manis berjilbab tampak
sedang melakukan percobaan. Gadis itu bernama
Sinta, dia sedang melakukan percobaan. Sebuah
J 3 mobil mainan yang sudah dilepas keempat rodanya
tampak dimodifikasi sedemikian rupa. Pada bagian
belakangnya terpasang sebuah baling-baling yang
digerakkan oleh sebuah motor listrik, sedangkan pada
bagian atasnya terpasang sebuah balon gas yang tak
begitu besar. Rupanya Sinta bercita-cita menciptakan sebuah
mobil tanpa roda yang bisa melayang dengan
ketinggian setengah meter dan bisa melaju di atas
permukaan apa saja. Melaju di atas di atas air
misalnya. Ide itu bermula setelah dia melihat sebuah
hopper craft yang bisa melaju tanpa menggunakan
roda, melainkan dengan menggunakan bilik udara
pada bagian bawahnya. Hopper craft digerakkan
dengan sebuah baling-baling besar yang dipasang
pada bagian belakangnya, dengan demikian
kendaraan itu bisa melaju di atas air maupun di rawarawa
yang berumput. Kelemahan hopper craft adalah
masih bersentuhannya antara bagian bawah
kendaraan dengan permukaan bumi, sehingga bilik
udara yang rentan terhadap gesekan membuatnya
4 tidak memungkinkan berjalan di atas permukaan yang
keras secara terus-menerus. Selain itu, perbedaan
tekanan udara juga mempengaruhi daya angkatnya.
Karena itulah, hopper craft tidak layak digunakan di
atas permukaan yang keras seperti jalan raya dan
permukaan tanah misalnya.
Saat ini Sinta masih menemui beberapa kendala,
dia belum bisa membuat mobil itu mengambang di
atas permukaan. Saat dia mencoba menggunakan
sebuah balon gas, ternyata balon itu tak mampu
mengangkat beban yang terlalu berat. Kemudian Sinta
pun mengambil balon gas yang lebih besar, lantas
dengan balon itulah mobil itu berhasil terangkat.
"Duh" ini sih sama saja dengan pesawat
zeppelin! "memangnya ada mobil pakai balon
sebesar itu" Hihihi" Bodohnya aku." Sinta merasa
lucu sendiri, kemudian dia kembali berpikir, "Hmm"
Jika menggunakan baling-baling pada bagian atas
maupun bagian bawah, rasanya tidak mungkin.
Seberapa besar baling-baling yang harus aku
gunakan" Aku kan ingin membuat mobil, bukannya
5 mau membuat helikopter!" Sinta meragukan apa yang
baru saja dipikirkannya. "Eng" tunggu dulu, jika aku
menggunakan empat buah baling-baling kecil tentu
hal itu sangat memungkinkan. Tapi, seberapa besar
tenaga yang harus aku gunakan" Wah, rasanya tidak
mungkin. Ya, tidak mungkin aku membuat mobil yang
boros bahan bakar seperti itu," Sinta kembali
meragukan kemungkinan itu.
Setelah lama berpikir, akhirnya gadis itu
menemukan sebuah cara agar mobil itu dapat
mengambang. "Ya, aku akan menggunakan cara
seperti semula saja. Pertama-tama, mobil itu harus
dibuat dari bahan yang ringan. Pada bagian atas mobil
akan kubuat sebuah lambung yang berguna untuk
menampung gas. Hmm" tapi gas apa ya yang
mampu mengangkat beban cukup berat?" Sinta
tampak kembali berpikir. "Hmm" Gas ini" tidak
mungkin. Kalau gas itu" juga tidak mungkin."
Sinta masih saja berpikir sambil terus membaca
sifat-sifat gas dalam buku catatannya. Sementara itu
di sebuah padepokan, murid-murid Perguruan Silat
6 Naga Putih tampak duduk bersila"mengamati kedua
rekan mereka yang sedang berlatih tanding. Saat itu,
semuanya tampak begitu antusias"memperhatikan
keduanya yang tampak begitu lihai, berlaga di tengah
arena"memainkan jurus-jurusnya dengan penuh
cekatan. Salah satu dari mereka bernama Bobby, pria
berkulit sawo matang yang juga dikenal sebagai
seorang pengusaha muda berusia 25 tahun. Saat itu,
tubuhnya yang atletis tampak lincah menghindari
serangan-serangan lawan, sedangkan rambutnya
yang lurus tampak terumbai-umbai mengikuti irama
ayunan kepalanya. Pada suatu kesempatan, Bobby berhasil
menangkap lengan lawannya, kemudian dengan
sebuah teknik bantingan yang cukup baik, pemuda itu
berhasil menghempaskannya ke lantai. Tak ayal,
lawannya pun langsung meringis kesakitan"
merasakan cidera pada tubuhnya yang lumayan
parah. Namun lawannya tak mau menyerah, dengan
sekuat tenaga dia berusaha bangkit kembali. Kini dia
sudah berdiri dan langsung memasang kuda-kuda.
7 Mengetahui itu, Bobby pun segera memasang kudakudanya.
Tak lama kemudian, keduanya sudah
kembali memainkan kembangan, mereka tampak
berputar-putar mencari kelemahan lawan. Tanpa
diduga, sang Lawan sudah menyerang, saat itu dia
memukul lurus ke depan. Mengetahui itu, dengan
segera Bobby berkelit ke samping, kemudian dengan
perhitungan yang cermat, akhirnya pemuda itu
berhasil menyusupkan sebuah pukulan keras dan
telak mengenai rahang lawannya. Tak ayal, lawannya
pun langsung terhuyung dan jatuh terlentang. Namun,
kali ini dia tidak mampu bangkit kembali.
"Cukup!" suara wasit terdengar menyudahi
pertarungan itu. "Horeee" hebat, Bob!" puji salah satu temannya.
"Fantastis" luar biasa!" sorak-sorai teman
sepadepokannya terdengar riuh menyambut
kemenangan Bobby. Sementara itu, lawan tanding Bobby yang
bernama Rino tampak berusaha berdiri. Melihat itu,
8 Bobby pun segera menghampiri. "Kau tidak apa-apa,
Rin?" tanyanya khawatir seraya membantunya berdiri.
"Tidak apa-apa kok, cuma sakit sedikit," jawab
Rino terus terang. "Kau hebat sekali, Bob," pujinya
kemudian.. "Kau juga hebat, Rin," balas Bobby seraya
tersenyum. Setelah saling memberi hormat, keduanya lantas
kembali ke tempat duduk masing-masing. Saat itu
Bobby terlihat duduk di sebelah guru silatnya.
"Wah, kau benar-benar makin lihai saja, Bob!" puji
sang Guru. "Terima kasih, Guru. Lagi pula, semua itu kan
berkat ketekunan Guru melatih saya," ujar Bobby
merendah. "O ya, Bob. Jangan lupa! Besok kau harus giat
berlatih di rumah! Sebab, lusa aku sendiri yang akan
menjadi lawan tandingmu."
"Tentu saja, Guru! Saya akan berusaha," kata
Bobby bersemangat. 9 Kini sang Guru mengarahkan pandangannya ke
yang lain. "Darma" Hengky" Sekarang giliran kalian!"
serunya lantang. Mendengar itu, keduanya segera menuju ke
tengah arena. Setelah saling memberi hormat,
keduanya tampak mulai memainkan kembangan. Kini
pandangan Bobby terpaku menyaksikan pertarungan
itu. Di tempat terpisah, Sinta masih saja bergelut
dengan buku catatannya. Hingga akhirnya, "Aha!
Bagaimana kalau aku menggunakan magnet yang
saling berlawanan" Caranya dengan menciptakan
medan magnet di bawah mobil itu. Tapi" bagaimana
caranya ya" Aduh, pusiiing." Sinta tampak menarik
nafas panjang, kemudian dengan segera dia
memandang ke langit-langit guna sejenak menikmati
keindahan beberapa pesawat model yang dirakitnya
sendiri. Setelah pikirannya segar kembali, gadis itu mulai
mencatat segala kemungkinan yang sekiranya bisa
diterapkan pada penelitiannya kali ini. Saat itu, jarinya
10 yang lentik tampak lincah menuliskan kata-kata yang
berbau ilmu pengetahuan, dan dengan tulisan yang
bak tulisan dokter, gadis itu terus membangun kalimat
demi kalimat. Usai menulis, pikiran gadis itu kembali
menerawang"memikirkan berbagai kemungkinan
yang baru saja terlintas. Saat itu, alisnya tampak kian
merapat. Bersamaan dengan itu, tanpa sadar gigi
putihnya mulai menggigit-gigit pena yang
dipegangnya, dan dengan pena itu pula, sesekali dia
tampak memukul-mukul pelan kepalanya yang kini
mulai terasa pening. Lama gadis itu berpikir, namun ketika dia baru
mendapat ide yang cukup meyakinkan, tiba-tiba AC
yang memberikan kesejukan mati dengan sendirinya.
Seketika gadis itu menoleh, memperhatikan AC yang
telah membuatnya begitu kecewa, "Aduh, kenapa lagi
dengan AC itu" Padahal baru kemarin diperbaiki oleh
Kak Haris. Huh! Dasar AC gak berkualitas," makinya
agak kesal. 11 Kini kerongkongan Sinta mulai terasa kering, dan
dengan segelas air dingin tentu dapat
menyegarkannya kembali. Setelah meletakkan pena
hitamnya, gadis itu segera melangkah ke dapur. Tak
lama kemudian, dia sudah kembali dengan wajah
yang tampak lebih segar. Namun baru saja dia
hendak bersila, tiba-tiba "TING TONG. Assalam"!"
terdengar suara bel rumah yang disusul dengan
ucapan salam. "Wa"alaikum"!" balas Sinta seraya buru-buru
mengenakan cadarnya dan bergegas membukakan
pintu. "O" Kak Bobby. Kok tumben datang sendirian?"
"Iya Sin, aku baru pulang latihan. "
"O ya, Kak. Maaf ya, kalau kali ini aku tidak
mempersilakanmu masuk. Maklumlah, kakakku Haris
lagi sibuk dengan pekerjaannya. Jadi, kali ini dia tidak
mungkin bisa menemaniku. "Tidak apa-apa, Sin! Lagi pula, aku cuma sebentar
kok. Seharusnya aku yang minta maaf karena sudah
mengganggumu." 12 "Tidak kok! Eng" kalau boleh kutahu, sebenarnya
ada keperluan apa, Kak?"
"Begini, Sin. Bukankah seminggu yang lalu kau
pernah bilang, kalau kau ingin mencoba teknologi
kolam air mengalir?"
"Itu memang betul, Kak! Namun, aku kesulitan
untuk mencobanya. Aku kan tidak punya lahan untuk
melakukan percobaan itu."
"Karena itulah aku datang kemari, aku mau
memberitahumu sebuah kabar gembira."
"Kabar apa itu, Kak?" tanya Sinta penasaran.
"Aku bersedia jika halaman belakang rumahku
dijadikan tempat uji cobamu," jelas Bobby.
"Apa! Benarkah yang Kakak katakan itu?" tanya
Sinta seakan tidak percaya.


Topeng Kuning Karya Bois di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bobby mengangguk, senyumnya pun langsung
mengembang lebar. "Wah! Terima kasih, Kak! Kakak itu memang
temanku yang paling baik," puji Sinta gembira.
"Kalau begitu, kau mau kan ke rumahku besok?"
13 "Besok?" Mengerjakan kolam itu?" tanya Sinta
menggebu-gebu. "Ya," jawab Bobby singkat.
"Wah, tentu saja aku mau. Tapi" aku tidak tahu,
apakah besok kakakku Haris mau menemaniku."
"Eng" kalau begitu, biar aku saja yang bicara
padanya!" "Aku setuju, Kak! Kalau begitu, mari kuantar ke
kamarnya. O ya, setelah itu tidak apa-apa kan jika aku
langsung kembali ke ruang riset untuk melanjutkan
pekerjaanku." Bobby tersenyum setuju. "Eng, Kalau begitu. Yuk, Kak!" ajak Sinta seraya
melangkah ke kamar kakaknya lebih dulu.
Sementara itu di kamar, sang Kakak yang
bernama Haris tampak sedang duduk di sebuah kursi
yang menghadap ke sebuah meja kecil. Saat itu dia
sedang sibuk memperbaiki sebuah motherboard
komputer yang rusak. Kedua tangannya tampak
begitu trampil menyolder kabel-kabel yang digunakan
14 sebagai jumper untuk menggantikan alur yang
terputus. Kini pemuda tampan yang berkacamata bulat itu
tampak begitu serius mengamati rangkaian
elektronika yang baru disoldernya. Ketika sedang
serius-seriusnya mengamati, tiba-tiba dia dikejutkan
oleh suara ketukan di pintu kamar. Seketika pemuda
itu menoleh ke arah pintu. "Masuk saja, tidak dikunci!"
serunya kepada orang yang mengetuk pintu.
Mendengar itu, orang yang mengetuk pintu segera
memasuki ruangan. Sesosok tubuh tegap yang
mengenakan T-shirt putih berstel jeans biru muda
tampak berdiri di muka pintu, wajahnya yang tampan
menyungging senyuman tipis.
"Hey, ternyata kamu Bob! Maaf ya! Tadi kupikir
yang datang itu Sinta. Ayo, Bob! Silakan masuk!
Emm" Tumben sore-sore begini kau datang kemari,
pasti ada sesuatu yang penting," duga Haris seraya
melanjutkan pekerjaannya.
Mendengar itu, Bobby segera mendekat. "Sorry
ya, Har! Kalau aku mengganggumu. Eng"
15 tampaknya kau masih sibuk sekali ya?" tanyanya
kemudian. "Tidak kok, kebetulan tinggal sedikit lagi," ujar
Haris yang masih saja terlihat sibuk. "Emm"
Memangnya ada perlu apa?" tanyanya kemudian.
"Aku mau minta bantuanmu, Har," kata Bobby
seraya memperhatikan ujung solder yang dipegang
Haris. "Bantuan apa, Bob?" tanya Haris lagi sambil terus
sibuk menyolder. "Besok pagi, kau mau ya menemani Sinta ke
rumahku!" pinta Bobby.
"Ke rumahmu" ngapain?" tanyanya dengan nada
heran. "Besok, aku dan Sinta mau membuat kolam ikan
teknologi air mengalir. Kau mau kan, sekalian juga
ikut membantu kami?"
"Kolam ikan teknologi air mengalir..." Apa itu,
Bob?" tanya Haris bingung.
"Ya... kolam ikan yang airnya selalu mengalir."
16 "O, jadi air yang disirkulasikan menggunakan
pompa air listrik. Begitu?"
"Tidak Har, buka begitu. Menurut Sinta, teknologi
itu sama sekali tidak menggunakan pompa listrik, tapi
menggunakan cara alami."
"Dengan teknik menimba menggunakan kincir
angin maksudmu?" tanya Haris lagi.
"Bukan Har. Tapi dengan cara memompa air
dengan menggunakan teknik Vacuum," jelas Bobby.
"O, jadi pompa air yang menggunakan kincir angin
ya"." "Bukan juga, Har."
"Lantas apa dong?"
"Gaya grafitasi, Har. Sinta mau menggunakan
gaya grafitasi untuk mem-vacuum-nya"
"Apa, menggunakan gaya grafitasi" Eng" kalau
boleh kutahu, teknisnya bagaimana, Bob?" tanya
Haris penasaran. "Wah, kalau ditanya teknisnya. Aku juga tidak
tahu, soalnya aku benar-benar buta dengan ilmu fisika
17 tingkat tinggi. Hmm" bagaimana kalau hal itu kau
tanyakan langsung pada adikmu!"
"Oke deh, nanti akan kutanyakan."
"O ya, Har" Ngomong-ngomong, bagaimana
dengan permintaanku tadi?" tanya Bobby
mengingatkan. "Bob, demi kemajuan adikku, aku pasti mau
menemaninya. Lagi pula, sebetulnya aku penasaran
ingin mengetahui soal teknologi itu lebih jauh."
"Benarkah" Kalau begitu, terima kasih, Har. Kau
itu memang seorang Kakak yang pengertian."
"Sudahlah, Bob! Bukankah hal itu memang sudah
menjadi kewajibanku, yang mana kepercayaan kita
tidak membenarkan jika seorang gadis pergi sendiri
ke rumah pria yang bukan muhrimnya.
"Kau benar, Har. Oke deh" Kalau begitu, aku
pulang sekarang saja," pamit Bobby.
"Oke, Bob. Sampai bertemu besok!"
"Yup, sampai bertemu besok! Assalam?"
"Waalaikum?" Balas Haris seraya mengantarkan
Bobby hingga ke muka rumah.
18 Setibanya di tempat itu, Bobby langsung
menunggangi sepeda motor dua silindernya dan
segera memacunya pulang. Saat itu, suara mesinnya
terdengar keras"menderu memecah keheningan
senja. Malam harinya, Sinta tampak sedang bersantai di
sofa yang empuk sambil menonton acara Tafakur
Channel"sebuah acara ilmu pengetahuan yang
mengajak pemirsanya untuk lebih mengenal Tuhan.
Ketika sedang asyik-asyiknya menyaksikan acara itu,
tiba-tiba Haris sudah duduk di sebelahnya. Saat itu,
Sinta tak terlalu menghiraukannya"dia masih saja
asyik memperhatikan topik yang disuguhkan pada
acara Tafakur Channel kali ini.
"Sin?" sapa Haris pada adiknya.
"Nanti saja ya, Kak. Aku lagi asyik menonton nih,"
kata Sinta kepada sang Kakak.
19 "Ya, sudah kalau begitu. Padahal aku mau
membicarakan soal mau tidaknya aku menemanimu
besok," kata Haris seraya beranjak bangun.
"Tunggu, Kak!" tahan Sinta tiba-tiba. "Maaf kan
aku, Kak. Aku betul-betul tidak tahu. Eng" Ngomongngomong,
apa benar Kakak mau menemaniku
besok?" tanyanya kemudian.
"Tentu saja. Kalau bukan aku, memangnya siapa
lagi yang mau menemanimu."
"Benarkah?" tanya Sinta seakan tak percaya,
padahal dia tahu betul kalau kakaknya itu belakangan
ini sedang sibuk sekali. Mengetahui itu, Haris langsung mengangguk.
"Makasih ya, Kak. Kakak itu memang orang yang
paling baik sedunia."
"Kok cuma bilang terima kasih saja sih" Eng"
bagaimana kalau sekarang kau buatkan aku segelas
teh manis." "Huh, dasar... teh manis lagi... teh manis lagi..."
kata Sinta terpaksa melangkahkan kakinya ke dapur
guna menuruti permintaan sang Kakak. Tak lama
20 kemudian, dia sudah kembali dengan membawa
segelas teh untuk kakaknya. "Ini, Kak..." katanya
seraya kembali duduk di tempatnya semula.
Kini kakak berandik itu tampak asyik menyaksikan
acara Tafakur Chanel bersama. Keduanya tampak
begitu antusias menyaksikan perihal sistem koloni
lebah madu yang mengagumkan itu, yang mana
memang sudah menjadi ketetapan Allah.
Sementara itu di tempat lain, di sebuah lokasi
permukiman yang agak sepi, sebuah rumah besar
tampak berdiri dengan megahnya. Halaman depannya
tampak luas dan dipagari dengan tembok setinggi 2
meter. Gerbangnya terbuat dari jeruji besi berukir
dengan ornamen dua buah relief mawar. Sedangkan
halaman samping kiri, kanan, dan halaman
belakangnya dibatasi dengan pagar tembok setinggi 3
meter. Halaman depan merupakan taman yang cukup
cantik dengan hamparan rumput jepang yang
menghijau. Jika malam tiba, taman itu diterangi oleh
empat buah lampu taman berwarna kuning dan biru.
21 Pada bagian taman yang berdekatan dengan pagar
depan dihiasi dengan pohon-pohon cemara,
sedangkan pada bagian lain terdapat pohon-pohon
hias yang tampak terawat dengan baik. Di bagian
tengah taman itu terdapat tiga buah bola batu yang
berhiaskan kaligrafi, dan ketiganya mempunyai
ketinggian yang berbeda-beda.
Halaman samping kiri tampak ditanami beberapa
pohon palem merah dan beberapa pohon cemara,
sedangkan halaman samping kanannya hanya
ditanami rumput dan bunga-bungaan, halaman itu
dipakai sebagai jalan samping yang langsung menuju
ke halaman belakang. Halaman belakang juga
merupakan taman yang cukup luas, di situ ditanami
beberapa pohon buah-buahan, dan juga bungabungaan.
Sedang pada sudut kirinya berdiri sebuah
gudang yang cukup besar. Kini dari gudang itu, seorang pemuda tampan
terlihat keluar dan langsung melangkah menuju
beranda belakang. Beranda itu tampak nyaman,
lantainya terbuat dari batu pualam yang tersusun rapi,
22 sedangkan di sekelilingnya tampak berjajar bungabunga
yang begitu indah. Kini pemuda itu sedang
duduk di sebuah kursi panjang yang terbuat dari kayu,
kedua matanya tampak memperhatikan benda
kenangan yang diambilnya dari dalam gudang"
sebuah piala yang didapatkan saat mengikuti lomba
ketangkasan ayah dan anak. Pemuda itu terus
memperhatikan benda itu walaupun hanya dibantu
cahaya lampu remang-remang. Kini keduanya
matanya tampak mulai berkaca-kaca. Dialah Bobby
yang sedang mengenang kembali akan masa lalunya,
sebuah masa yang penuh cobaan dan akhirnya
membawa dia ke rumah itu.
Pada masa yang telah lewat, ketika rumah itu baru
selesai dibangun"ayahnya dilanda cobaan,
perusahaannya mengalami kebangkrutan karena
krisis. Hingga akhirnya, rumah mereka yang berlokasi
di bilangan Menteng disita untuk melunasi hutanghutang
perusahaan. Pada saat itulah mereka pindah
ke rumah baru itu. Namun baru satu minggu
kepindahan mereka, ayahnya meninggal akibat
23 penyakit yang dideritanya. Waktu itu, sang Ayah
cukup terpukul dengan peristiwa yang menimpanya,
hingga akhirnya penyakit kencing manis dan darah
tinggi yang sudah lama dideritanya menjadi semakin
parah. Ibunya yang saat itu cuma sebagai ibu rumah
tangga tidak bisa berbuat banyak, dia hanya pasrah
menerima kenyataan itu. Jangankan untuk biaya
pengobatan, untuk makan sehari-hari saja sudah
semakin sulit. Semenjak ayahnya meninggal, sang Ibu yang
cuma lulusan S1 itu mulai berusaha mencari
pekerjaan ke sana-ke mari. Dia terus berusaha
dengan gigih agar bisa membesarkan Bobby yang
saat itu masih berusia 12 tahun. Hingga pada
akhirnya, dia diterima di salah satu perusahaan
sebagai staff administrasi, dan itu semua berkat
usaha dan doa-doanya yang tiada henti.
Ketika Bobby duduk di kelas III SMA, sang Ibu
berjumpa dengan seorang teman lamanya. Teman
lama ibunya itu menawarkan untuk bekerja di
Malaysia. Setelah memikirkan dengan matang,
24 akhirnya sang Ibu menerima tawaran itu. Bobby yang
mengetahui rencana itu merasa berat, namun sebagai
anak yang mengerti akan kondisi keluarga, akhirnya
dia merelakannya juga. Selama sang Ibu berada di Malaysia, Bobby
menempati rumah itu bersama seorang pembantu
yang sudah mengabdi sejak Bobby masih kecil.
Semua kebutuhan Bobby saat itu, baik kuliah, makan,
dan lain-lain diatur sebisanya. Dengan kata lain,


Topeng Kuning Karya Bois di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bobby harus bisa hidup mandiri. Bagi Bobby, semua
itu tidaklah terlalu sulit. Karena selama kuliah, Ibunya
sering mengirimkan uang dan terkadang juga datang
untuk menemuinya. Setelah lulus kuliah, Bobby mulai membuka usaha
dengan modal yang dikumpulkan dari uang pemberian
Ibunya. Hingga akhirnya, usahanya itu bisa
berkembang dengan pesat dan menjadikannya
seorang pengusaha yang sukses. Semua itu tak lepas
dari kerja kerasnya dan juga doa yang selalu
dipanjatkan. Kini Bobby sudah mempunyai beberapa
25 orang anak buah yang ditugaskan untuk mengurusi
perusahaannya itu. Keesokan paginya, Bobby tampak sibuk
menyiapkan segala sesuatunya untuk membuat kolam
ikan. Kini dia sedang mengeluarkan peralatan yang
akan digunakan untuk keperluan itu. Sambil
menunggu Haris dan Sinta, Bobby mulai menandai
lokasi yang akan digunakan. Saat itu dia menentukan
lokasinya tepat di tengah-tengah halaman.
Baru saja dia selesai menandai, tiba-tiba
terdengar bel rumah berbunyi. "Nah, itu pasti mereka!"
duga Bobby seraya berlari ke muka rumah. Tak lama
kemudian, dia sudah tiba di tempat itu. "Hai, Kalian!"
sapanya kepada Haris dan Sinta yang dilihatnya
sedang berdiri di depan pintu gerbang. "Bagaimana,
apakah kalian sudah siap?" tanyanya seraya
membuka pintu. "Tentu saja," jawab Sinta bersemangat.
26 "Apa semua peralatannya sudah disiapkan?"
tanya Haris menambahkan. "Sudah kok," jawab Bobby singkat. "Eng" Kalau
begitu, Yuk! Kita langsung ke belakang!" ajaknya
kemudian. Kini ketiganya tampak melangkah melewati jalan
setapak di samping rumah. Setibanya di beranda
belakang, Haris dan Sinta langsung terpaku
memperhatikan sebuah seni kaligrafi ayat Al-Quran
yang membentuk sebuah pohon. Entah kenapa,
setiap kali melihat kaligrafi itu, mereka masih saja
terkagum-kagum. Padahal, selama ini mereka sudah
sering kali melihatnya. "Silakan duduk Har!" tawar Bobby ramah. "Yuk
Sin, ikut aku ke dapur!" ajaknya kemudian.
Mendengar itu, Sinta langsung mengikuti Bobby
yang sudah melangkah lebih dulu. Sementara itu,
Haris langsung duduk di kursi beranda seraya
memperhatikan kembali kaligrafi yang masih
membuatnya kagum. Tak lama kemudian, Bobby dan
Sinta sudah tiba di dapur. Saat itu Bobby langsung
27 membuka laci dan mengeluarkan beberapa makanan,
selain itu dia juga mengeluarkan sebotol sirup rasa
jeruk yang masih tampak penuh. Semuanya
diletakkan di atas meja kecil. Pada saat itu, Sinta
cuma terpaku memperhatikannya.
"Sin" ini makanan dan sirup untuk kita nanti.
Kalau kau perlu apa-apa, ambil saja di laci ini!" jelas
Bobby. "Baik, Kak!" kata Sinta mengerti.
"Oke Sin, kalau begitu aku dan Haris akan
melakukan penggalian sekarang, kuharap kau lekas
menemui kami." Sinta mengangguk, kemudian dengan segera dia
bergerak"menyiapkan makanan dan minuman. Pada
saat yang sama, Bobby tampak sudah kembali ke
beranda. Setelah mengambil meteran yang tergeletak
di atas meja, pemuda itu segera mengajak Haris
menuju ke lokasi penggalian. Kini mereka sedang
mengukur lokasi yang akan digali dan menandainya
sesuai dengan desain kolam yang dibuat Sinta.
Setelah pengukuran selesai, keduanya segera
28 mengambil cangkul masing-masing. Bersamaan
dengan itu, Sinta sudah selesai dengan tugasnya. Kini
dia sedang menghampiri Bobby dan Haris yang
dilihatnya sudah siap menggali. "Ini Kak, makanan
dan minumannya," katanya gadis itu seraya duduk di
atas rumput dan meletakkan baki yang dibawanya ke
atas rumput. "Terima kasih, Sin," ucap Bobby seraya mulai
melakukan penggalian. Haris yang saat itu sedang berdiri santai sambil
bertopang tangan di gagang cangkul segera
mengikutinya. "O ya, Bob. Ngomong-ngomong,
berapa dalam kita akan menggali?" tanyanya
kemudian. "Sesuai dengan desainnya, kurang lebih setengah
meter, Har," jawab Bobby.
Saat itu keduanya tampak terus menggali dengan
penuh semangat. Sementara itu, Sinta tampak terus
memandorinya sambil sesekali mengisi gelas yang
mulai kosong. Semenjak awal penggalian, Bobby dan
29 Haris sudah minum sampai empat kali. Maklumlah,
cuaca pagi ini memang terasa cukup panas.
Bobby dan Haris masih terus menggali. Ketika
kedalamannya sudah mencapai 45 cm, tiba-tiba
KLONTANG! terdengar bunyi benturan dua buah
benda logam yang cukup keras.
"Wah, sepertinya cangkulku mengenai sesuatu,
Bob!" Seru Haris. "Ya, suaranya seperti mengenai sebuah benda
logam, jangan-jangan" itu harta karun peninggalan
Jepang," kata Bobby seraya mendekati Haris yang
sedang berusaha memperjelas benda yang mengenai
cangkulnya. "Ah, masa sih?" komentar Sinta seraya ikut
mendekat. "Kira-kira benda apa ya, Bob" Sepertinya cukup
besar," tanya Haris penasaran.
"Kalau begitu. Ayo, kita gali lebih dalam!" ajak
Bobby tak kalah penasaran.
30 "Benar, Kak! Dengan begitu kita bisa mengetahui,
benda apa itu sebenarnya," timpal Sinta yang juga ikut
penasaran. Kini mereka mulai menggali lebih dalam, hingga
akhirnya benda itu tampak benar-benar jelas terlihat.
Benda itu terbuat dari logam anti karat. Bentuknya
seperti kapsul dengan diameter kurang lebih 1.5m,
dan tingginya mencapai 2.5m. Pada bagian bawahnya
tampak seperti kaki penopang yang bisa membuat
kapsul itu berdiri tegak.
"Wah, benda apa itu ya, Kak Bobby?" tanya Sinta
heran. "Entah... Aku juga tidak tahu," jawab Bobby
bingung. "Bob" Bagaimana jika benda ini kita bawa ke
gudang! Dengan demikian, kita bisa menyelidikinya
lebih seksama," saran Haris.
"Kalau begitu, mari kita kerjakan!" ajak Bobby
bersemangat. Tak lama kemudian, ketiganya sudah sibuk
mempersiapkan segala sesuatunya. Setelah
31 semuanya siap, mereka mulai mengerjakan pekerjaan
yang tampaknya begitu menguras tenaga. Kini
mereka sedang mengangkat benda itu dengan
menggunakan katrol. Setelah berusaha keras,
akhirnya mereka berhasil mengeluarkan benda itu dari
lubang galian dan segera membawanya ke gudang
dengan menggunakan lori. Kini benda itu sudah diletakkan di tengah-tengah
ruangan dan sedang diamati oleh ketiganya. Di bagian
atas benda itu terdapat lempengan berupa sel solar
yang dilindungi oleh kubah transparan, sedangkan di
bagian sisinya terdapat bagian yang menyerupai pintu,
dan di dekat bagian yang menyerupai pintu itu
terdapat sebuah panel dengan dua buah tombol.
"Mmm" tidak salah lagi, bagian yang ini jelas sebuah
pintu. Lihatlah! Tombol di panel ini, ada tulisan OPEN.
Kalau begitu, aku akan mencoba membukanya," kata
Bobby. "Jangan, Kak! Mungkin benda itu berbahaya.
Sebaiknya kita laporkan saja kepada pihak berwajib,"
saran Sinta khawatir. 32 "Benar, Bob. Kita tidak perlu menanggung risiko
dengan menyelidikinya lebih jauh. Biar aparat
berwenang saja yang melakukannya," Haris
sependapat. "Kalian ini bagaimana, sih" Apakah kalian tidak
penasaran untuk mengetahui isi benda ini?" tanya
Bobby tak sependapat. "Memang sih... aku juga penasaran, tapi aku tidak
berani menanggung risikonya," jawab Haris.
"Baiklah" Bagaimana kalau besok saja kita
putuskan" Kita selidiki lebih jauh, atau kita serahkan
kepada pihak berwenang. Aku beri kesempatan
kepada kalian untuk berpikir, apakah keputusan kalian
itu memang sudah tepat?" saran Bobby.
"Oke, aku akan mempertimbangkan saranmu itu,
Kak," kata Sinta setuju.
"Bagaimana denganmu, Har?" tanya Bobby.
"Baiklah... aku juga akan mempertimbangkannya,"
jawab Haris setuju. 33 "Nah... bagaimana kalau sekarang kita selesaikan
pekerjaan yang tertunda tadi, setuju...!" ajak Bobby
bersemangat. "Setuju?" jawab Sinta dan Haris serempak.
Tak lama kemudian, ketiganya sudah kembali ke
tempat penggalian guna melanjutkan pembuatan
kolam. Malam harinya, selesai makan, Bobby tak hentihentinya
memikirkan benda yang ditemukannya siang
tadi. Sungguh saat itu dia begitu penasaran ingin
mengetahui isi benda misterius itu, bahkan di
benaknya timbul berbagai pertanyaan yang belum
terjawab. Karena rasa penasaran yang amat sangat
itulah, akhirnya Bobby pergi ke gudang untuk
menyelidikinya lebih lanjut.
Setibanya di dalam gudang, Bobby langsung
mengamati benda itu hampir ke setiap sisinya. Benda
itu tampak begitu kotor, sisa tanah yang menempel
34 membuatnya sulit mengamati. Menyadari itu, Bobby
berupaya membersihkannya dengan menggunakan
kain lap dan air sabun, hingga akhirnya benda itu
benar-benar bersih dan bisa diamati dengan jelas.
Pada sisi belakang, tepatnya di bagian bawah benda
itu terdapat 3 baris tulisan yang berbunyi, "Cakra
International Company, Transport Manufacturing,
Teleporter Capsule Model No. TC001409."
"Hmm" apakah ini sebuah alat transportasi?"
tanya Bobby seraya kembali melanjutkan
penyelidikannya. Kini pemuda itu sedang memperhatikan bagian
atas benda itu dengan penuh seksama. "Hmm" tidak
salah lagi, bagian atas benda ini memang pembangkit
listrik tenaga surya. Jika begitu, berarti benda ini
menggunakan sinar matahari sebagai sumber
tenaganya," duga Bobby dalam hati.
Setelah berpikir sejenak, akhirnya pemuda itu
mengalihkan perhatiannya ke arah panel yang
terdapat di pintu kapsul. Kini dia sedang mengamati
lampu indikator yang dilihatnya masih dalam keadaan
35 mati. "Hmm... apa mungkin jika kutekan tombol "Open"
ini akan membuatnya menyala?" tanya Bobby dalam
hati. Karena penasaran, Bobby pun segera menekan
tombol itu. Setelah tombol itu ditekan, ternyata tidak
terjadi apa-apa. Lantas Bobby pun mengulanginya
sampai beberapa kali, dan ternyata masih juga tidak
terjadi apa-apa. "Hmm" mungkin benda ini sudah
rusak sehingga tidak bisa dioperasikan lagi," pikirnya.
Bobby terus melakukan penyelidikannya,
sementara itu malam sudah tampak semakin larut.
"Aaahhh...." Bobby menguap, rupanya dia sudah
begitu lelah dan mulai mengantuk. "Hmm... sebaiknya
penyelidikan ini aku lanjutkan besok pagi saja,"
gumam pemuda itu seraya menguap sekali lagi. Tak
lama kemudian, dia sudah kembali ke rumah untuk
beristirahat. 36 DUA PESAWAT RUANG ANGKASA agi harinya udara terasa begitu sejuk. Di
beranda belakang, Bobby tampak sedang
bersantai sambil menikmati secangkir teh hangat dan
sepotong roti panggang isi keju. Pemuda itu tampak
menikmati sarapannya sambil memandang keindahan
pekarangan di belakang rumahnya. Saat itu, di atas
ranting cemara terlihat beberapa ekor burung parkit
yang sedang bertengger. Kicauan mereka terdengar
merdu, bernyanyi riang menyambut pagi yang cerah.


Topeng Kuning Karya Bois di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Beberapa dari mereka tampak terbang menuju ke
gundukan tanah yang belum dirapikan, semuanya
tampak riang melompat-lompat mencari makan"
menikmati cacing-cacing kecil yang sudah mati
maupun yang sedang sekarat.
Waktu terus berjalan, udara mulai terasa hangat,
dan embun pagi pun mulai menghilang dari
P 37 pandangan. Di ufuk timur, sang Surya sudah semakin
meninggi, membiaskan sinarnya melewati celah
dedaunan. Saat itu Bobby sedang merenung, kedua
matanya tampak memandang gudang, sedang di
benaknya tersirat beberapa hal yang masih menjadi
pertanyaan, yaitu mengenai benda misterius yang
ditemukannya kemarin. Karenanyalah, pemuda itu
berniat untuk melanjutkan penyelidikannya.
Tak lama kemudian, pemuda itu sudah beranjak
memasuki gudang. Saat itu, sinar matahari tampak
menerangi ruangan itu, cahayanya memancar melalui
atap gudang yang transparan. Di tengah ruangan,
benda misterius yang ditemukan kemarin masih
tampak berdiri dengan kokoh. Ketika pemuda itu
sedang berdiri mengamati, tiba-tiba dia dikejutkan
oleh lampu indikator yang sebelumnya padam kini
dalam keadaan menyala. "Hah! Apakah aku tidak salah lihat" Kenapa
lampu indikator itu bisa menyala?" tanya Bobby tak
habis pikir. "Hmm... A-apa mungkin karena
pembangkit listriknya telah bekerja" Ya, tidak salah
38 lagi. Aku rasa memang demikian, dan itu artinya,
benda ini masih bisa difungsikan," duga Bobby
bersemangat. Lantas tanpa pikir panjang, pemuda itu pun
segera menekan tombol yang betuliskan "OPEN".
Setelah tombol itu di tekan, tiba-tiba pintu benda itu
langsung terbuka lebar. Kini tampaklah bagian
dalamnya yang tampak kosong melompong, namun di
bagian sisi dalamnya terdapat sebuah panel yang
mempunyai layar monitor seukuran monitor ATM
(Automatic Teller Machine). Mengetahui itu, Bobby
pun segera masuk dan langsung memperhatikan layar
monitor yang dilihatnya tadi. Saat itu, di layar monitor
tampak terpampang sebuah tombol dengan tulisan
"Close The Door".
"Hmm" mungkinkah ini sebuah layar sentuh"
Sebab di dalam sini memang tidak ada tombol-tombol
untuk mengoperasikannya," pikir Bobby seraya
memberanikan diri untuk menyentuhnya. Seiring
dengan disentuhnya tulisan itu, tiba-tiba pintu benda
itu tertutup dengan sendirinya. Pada saat yang sama,
39 layar monitor tampak sudah berganti tampilan. Dan
disaat pergantian itu, terdengar pula mode suara dari
pemandu otomatis yang terprogram di benda itu.
"Select Your Destination!" katanya memberi instruksi.
Kini di layar monitor tampak terpampang peta
dunia, dan di bagian bawah layar terdapat tombol
dengan tulisan "Return to ship". Mengetahui itu, Bobby
pun segera menyentuh wilayah Indonesia. Saat itu
lagi-lagi layar monitor berganti tampilan. Kini di layar
telah terpampang peta Indonesia yang dibarengi
dengan suara "Indonesia selected". Tombol dengan
tulisan "Return to ship" masih tetap tampak, namun di
sebelah kirinya muncul tombol baru dengan tulisan
"Back". Bobby terdiam sejenak. Tak lama kemudian, dia
sudah menyentuh wilayah Jakarta. Bersamaan
dengan itu, layar monitor tampak sudah berganti
tampilan. Kini di layar telah terpampang peta Jakarta
yang dibarengi dengan suara, "Jakarta selected". Saat
itu, Bobby langsung menyentuh sebuah wilayah di
peta Jakarta. Namun kali ini layar tidak berganti
40 tampilan, melainkan hanya muncul dua buah tombol
dengan tulisan "Yes" dan "No", bersamaan dengan itu
terdengar pula suara mode suaranya "Are you ready
for launching to this coordinate?"
Kini Bobby mulai memahami, ternyata monitor itu
merupakan alat navigasi untuk menentukan lokasi
tujuan, sedangkan benda yang sedang dinaikinya itu
adalah sebuah alat transportasi. Menyadari itu, Bobby
segera menyentuh tombol "No". Seiring dengan
disentuhnya tombol itu, maka terdengarlah mode
suaranya, "Launching aborted," kata si Pemandu
memberitahu. Tak lama kemudian, Bobby tampak
memberanikan diri untuk menyentuh tombol "Return to
ship", bersamaan dengan itu layar monitor kembali
berganti tampilan. Kini di monitor terpampang sebuah
gambar tiga dimensi pesawat ruang angkasa yang
diiringi dengan suara "Are you ready?" Kemudian pada
layar monitor kembali muncul dua buah tombol yang
bertuliskan "Yes" dan "No".
41 Saat itu Bobby mengerti, bila ia memilih "Yes"
berarti ia akan menuju ke pesawat luar angkasa yang
terpampang pada layar monitor itu. "Hmm" rupanya
alat transportasi berasal dari pesawat ruang angkasa.
Sungguh sulit dipercaya, bagaimana mungkin pesawat
seperti itu sudah ada pada zaman sekarang?" gumam
Bobby tak habis pikir. Karena rasa penasaran yang
amat sangat, akhirnya dia memutuskan untuk
menyentuh tombol "Yes".
Setelah tombol itu di sentuh, tiba-tiba Bobby
merasakan sekujur tubuhnya bagai disiram pasir
halus, kemudian seiring dengan hilangnya rasa itu,
tiba-tiba terdengar suara "Welcome to Gatot Kaca
Explorer Ship." Bersamaan dengan itu, pintu alat
transportasi itu langsung terbuka secara otomatis.
Saat itu Bobby benar-benar terkejut lantaran
mengetahui ruang gudangnya seolah sudah berubah
menjadi anjungan pesawat ruang angkasa. Sungguh
dia tidak habis pikir, begitu cepatnya dia berpindah
lokasi. 42 Kini Bobby tampak melangkah memasuki
anjungan dengan sangat hati-hati. Saat itu di
benaknya ada perasaan was-was, sekaligus juga ada
rasa penasaran yang amat sangat. Bahkan dengan
penuh rasa ingin tahu, pemuda itu terus
memperhatikan isi ruangan. Saat itu kedua matanya
hampir tak berkedip, memperhatikan setiap detail
ruangan yang tampak begitu canggih. Di bagian
tengah ruangan itu terdapat tiga buah kursi yang
saling berdampingan, dan di belakang ketiga kursi itu
terdapat sebuah area berbentuk lingkaran. Bobby
tidak tahu, untuk apa area berbentuk lingkaran itu.
Sedangkan di sekeliling ruangan tampak berjajar
panel-panel yang mempunyai tombol berwarna-warni.
Bukan cuma itu, di hampir setiap sisi ruangan itu juga
terpampang beberapa monitor yang masih dalam
keadaan aktif. Sungguh Bobby merasa takjub dengan semua itu,
dan yang paling membuatnya takjub adalah layar
monitor yang sebesar layar bioskop, posisinya berada
tiga meter di depan ke tiga kursi itu. "Ini benar-benar
43 tidak masuk akal " bukankah anjungan seperti ini
hanya ada di film-film science fiction. Hmm" Apakah
ini cuma mimpi?" tanya Bobby seraya mencubit
lengannya sendiri untuk meyakinkan bahwa dia tidak
sedang bermimpi. Tak lama kemudian, kedua mata pemuda itu
sudah tertuju pada ketiga kursi yang berada di tengah
ruangan. Dia menduga, kursi-kursi itu merupakan
tempat mengendalikan pesawat. Karena penasaran,
Bobby pun segera melangkah menuju ke tiga kursi itu
dan mengamatinya dengan penuh seksama. Jarak
antara kursi yang satu dengan kursi lainnya kurang
lebih satu meter, dan di depan setiap kursi itu terdapat
sebuah panel komputer yang mempunyai keyboard.
Sekilas ketiga kursi itu tampak sama, namun ternyata
kursi yang berada di tengah agak berbeda, pada
bagian lengan kiri dan kanannya terdapat panel
dengan tombol yang berwarna-warni.
Kini Bobby sudah duduk di kursi yang berada di
tengah. Namun ketika dia sedang memperhatikan
tombol yang ada di lengan kursi, tiba-tiba dia
44 mendengar suara wanita yang terdengar keras
memenuhi ruangan, suaranya itu terdengar mirip
sekali dengan suara Veronica.
"Assalam" Welcome Captain" May I help you?"
tanyanya kepada Bobby. Bersamaan dengan itu, pada layar monitor
raksasa tampak terpampang wajah seorang wanita
bercadar. Saat itu Bobby betul-betul kaget dibuatnya,
lalu dengan serta-merta mata pemuda itu langsung
terfokus ke arah monitor"menatap wajah wanita
bercadar yang tadi menyapanya. "Wa-wa"alaikum"
Who are you" And why you call me a Captain?"
tanyanya kepada wanita di layar monitor itu.
"I am SGS. You can call me "Gita"! You are a
Captain in this ship," kata wanita itu menjawab
pertanyaan Bobby. "What! I am a Captain in this ship?" Are you
kidding?" tanya Bobby penuh kebingungan.
"I am sure about that. You are really a new
Captain in this ship," kata Gita meyakinkan.
"What SGS mean?" tanya Bobby lagi.
45 "SGS is "Ship Guide System". I am a guide in this
ship, and I can speak any language in this word. I
have a lot of information about your word. If you need
some information, you can ask me any time," jelas
Gita panjang lebar. "Can you speak Indonesian?" tanya Bobby.
"Tentu saja, saya sudah diprogram untuk mengerti
hampir semua bahasa di dunia ini," jawab Gita.
"Baiklah" Mulai sekarang sebaiknya kamu
gunakan bahasa Indonesia. O ya, sebaiknya kamu
jangan panggilku captain, tapi panggil aku "Bobby"!"
"Baiklah, Bobby. Ada yang bisa saya bantu?"
tanya Gita. Menyadari kesempatan itu, Bobby pun tak mau
menyia-nyiakannya, lantas dengan segera dia
mengajukan beberapa pertanyaan yang masih
membuatnya bingung. Sementara itu di depan
gerbang rumah Bobby, sepasang kakak beradik Haris
dan Sinta tampak gelisah. "Jangan-jangan sudah
terjadi sesuatu, Kak," duga Sinta khawatir. "Eng"
Bukankah kita sudah 10 kali menekan bel, tapi
46 kenapa Bobby belum juga keluar?" sambungnya
seraya berjongkok membelakangi gerbang lantaran
sudah pegal berdiri. "Mungkin dia begadang semalam, Sin. Jadi, usai
sholat subuh dia pasti tidur lagi dan akhirnya jam
segini masih belum bangun," kata Haris
menenangkan, kemudian pemuda itu mencoba
menekan bel sekali lagi, dengan harapan Bobby akan
segera keluar. Namun setelah agak lama menunggu,
harapannya itu tak terwujud.
"Kak, aku betul-betul khawatir, jangan-jangan
telah terjadi sesuatu dengan benda yang kita temukan
kemarin," ujar Sinta cemas.
"Mmm" bila yang kau khawatirkan itu benar,
sebaiknya kita cepat masuk untuk memeriksanya,
Sin!" "Iya, Kak. Tapi" bagaimana caranya?"
"Terpaksa kita harus memanjat pagar, Sin."
"Tapi, Kak. Itu kan melanggar hukum."
"Sudahlah"! Ini kan keadaan darurat. Jadi, tidak
apa-apa jika kita terpaksa melakukannya."
47 "Kalau begitu, apa lagi yang kita tunggu" Yuk,
Kak!" ajak Sinta seraya mengambil ancang-ancang
untuk memanjat lebih dulu.
Saat itu Haris langsung membantu adiknya untuk
memanjat. Tak lama kemudian, dia pun segera
menyusul naik. Kini Haris sudah turun ke pekarangan
dan sedang membantu adiknya turun. Sementara itu
di dalam anjungan, Bobby masih berbincang-bincang
dengan Gita. Dia menanyakan segala hal yang
berhubungan dengan pengangkatan dirinya sebagai
kapten yang baru. Kini Bobby bisa memahami kenapa
dirinya diangkat menjadi kapten. Rupanya pesawat itu
sudah lama tidak berpenghuni. Jadi, siapa saja yang
pertama kali duduk di kursi itu akan diangkat oleh Gita
sebagai kapten yang baru. Sebab, Gita mempunyai
program yang secara otomatis akan mengambil
putusan mengenai itu. Ketika Gita mulai bercerita mengenai sebab-sebab
terdamparnya pesawat, tiba-tiba Bobby teringat akan
sesuatu. Saat itu dia langsung melirik jam di
tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore.
48 "Gawat" Sore ini kan aku akan berlatih tanding


Topeng Kuning Karya Bois di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan guru silatku. Kalau begitu, aku harus segera
pulang," kata Bobby dalam hati. "O ya, Gita. Sekarang
bagaimana caranya agar aku bisa kembali ke tempat
semula?" tanya Bobby kepada SGS yang bernama
Gita itu. "Itu mudah saja. Setiap melakukan perpindahan,
Kaptrans (Kapsul Transportasi) secara otomatis akan
merekam koordinat lokasi sebelumnya. Dengan
demikian, kamu bisa kembali ke tempat semula
dengan menggunakan koordinat itu," jelas Gita
menjawab pertanyaan Bobby.
"O ya, apakah alat yang kamu sebut Kaptrans itu
selalu menggunakan tenaga surya untuk
mengoperasikannya?" tanya Bobby lagi.
"Sebenarnya penggunaan tenaga surya hanya
untuk pengisian darurat, yaitu ketika Kaptrans tidak
mempunyai tempat bersandar untuk melakukan
pengisian tenaga. Namun setiap kali Kaptrans
bersandar pada mesin induknya, yaitu di pesawat ini,
maka Kaptrans secara otomatis akan melakukan
49 pengisian. O ya, Bobby. Jika kau ingin
mengoperasikan Kaptrans dengan mode bahasa
Indonesia aku bisa mengaktifkannya sekarang," jelas
Gita. "Kalau begitu, Lakukanlah!" perintah Bobby.
Setelah berkata begitu, Bobby pun segera
memasuki Kaptrans dan menyentuh layar monitor
untuk mengoperasikannya. "Pilih tujuan anda"
Indonesia dipilih" Jakarta dipilih?" Setelah peta
Jakarta terpampang di layar monitor, Bobby pun
segera menyentuh sebuah titik merah, yaitu tanda
lokasi sebelumnya. "Apakah Anda siap meluncur
menuju koordinat ini?" tanya pemandu Kaptrans.
Mengetahui itu, Bobby pun segera menyentuh tombol
"Ya". Bersamaan dengan itu, lagi-lagi Bobby
mengalami perasaan yang sama ketika pertama kali
dia menggunakan alat transportasi itu.
Kini Bobby sudah kembali ke tempat semula yaitu
di dalam gudangnya. Namun ketika dia baru keluar
dari Kaptrans, dilihatnya Haris dan Sinta sedang
50 terpaku di ruangan itu. Saat itu, wajah keduanya
tampak seperti orang kebingungan.
"Kak Bobby! Apa yang telah terjadi" Sebenarnya
benda apa itu?" tanya Sinta heran.
"Ya, Bob. Apa yang telah terjadi" Kenapa tiba-tiba
kau muncul dengan benda itu?" timpal Haris.
"Nanti akan kuceritakan. Kalian pasti tidak akan
percaya dengan pengalaman yang baru kualami," kata
Bobby menggebu-gebu. Setelah menutupi Kaptrans dengan sebuah terpal,
akhirnya Bobby mengajak kedua sahabatnya menuju
ke beranda belakang. Setibanya di tempat itu, Bobby
langsung menceritakan pengalamannya secara
singkat, yaitu dari mulai menggunakan Kaptrans
sampai dengan keberadaannya di pesawat luar
angkasa. Hingga akhirnya, "Oke, teman-teman. Aku
harus segera berkemas. Sore ini aku akan latihan di
padepokan. Nanti malam pasti akan kuceritakan lagi,"
janji Bobby. "Ceritamu benar-benar sukar untuk dipercaya,
Bob. Tapi biar bagaimanapun, aku betul-betul
51 penasaran ingin mengetahui kelanjutannya. Nanti
malam, aku pasti akan kemari lagi," kata Haris seraya
berdiri dari duduknya.. "Ya, aku juga," timpal Sinta seraya ikut berdiri.
Tak lama kemudian, Bobby sudah mengantarkan
kedua sahabatnya hingga ke depan gerbang. "Hatihati
di jalan ya!" ucapnya kepada kedua sahabatnya
itu. "Oke, Bob. Sampai bertemu nanti," pamit Haris
seraya mulai melangkah. "Yuk, Sin!" ajaknya
kemudian. "Sampai nanti, Kak. O, ya sepulang dari sini aku
akan membuat kue. Nanti malam kita bisa
menikmatinya bersama-sama," Sinta berjanji.
Bobby mengangguk, sedang di bibirnya tampak
tersungging senyuman tipis. Setelah kedua
sahabatnya pergi, Bobby segera berkemas untuk
pergi latihan. Tak lama kemudian, dia sudah
mengeluarkan sepeda motornya dan memarkirnya di
depan garasi. Sejenak dia memanaskan mesin
motornya lebih dulu. Sesekali ditariknya tali gas
52 hingga penuh dan seketika menimbulkan suara yang
terdengar menderu keras sampai ke dada. Setelah
mesin motornya dirasa cukup panas, Bobby pun
segera berangkat menuju ke padepokan.
Setibanya di padepokan, Bobby langsung
mengenakan pakaian silat dan bergegas ke ruang
latihan. Setibanya di tempat itu, dilihatnya sang Guru
tampak sedang memimpin pemanasan. Lalu dengan
segera pemuda itu menghampirinya, "Maaf Guru,
saya terlambat!" katanya dengan nada menyesal.
"O, kau Bob. Tumben kau datang terlambat, "
komentar sang Guru. "Maaf, Guru! Tadi saya ada sedikit urusan," kata
Bobby memberi alasan. "Ya, sudah. Lain waktu jangan terlambat lagi ya!"
pesan sang Guru. "Terima kasih, Guru!" ucap Bobby seraya
bergegas bergabung dengan teman-temannya.
Selepas melakukan pemanasan, sang guru
tampak memberikan aba-aba untuk duduk
membentuk lingkaran. Saat itu, Bobby dan teman53
temannya langsung melaksanakan instruksi itu,
hingga akhirnya mereka semua sudah melingkar
membentuk sebuah arena. "Bobby, lekas ke mari...!" panggil sang guru yang
sudah berdiri di tengah-tengah arena.
"Ya, Pak!" sahut Bobby seraya bergegas
menghampiri gurunya. "Sesuai janji Bapak kemarin lusa, sekarang Bapak
akan menjadi lawan tandingmu," kata sang Guru
seraya mempersilakannya untuk bersiap-siap.
Tak lama kemudian, Bobby dan guru silatnya
tampak sudah siap bertarung"mereka sudah
memasang kuda-kuda dan sedang memainkan
kembangan. Saat itu Bobby betul-betul merasa resah
lantaran kondisinya yang tidak prima. Maklumlah,
sejak kemarin dia tidak sempat berlatih lantaran sibuk
membuat kolam ikan dan menyelidiki pesawat.
Namun begitu, dia tetap nekad untuk melawan
gurunya dengan sungguh-sungguh. Kini dia sudah
mengeluarkan jurus pertamanya, yaitu Naga
54 Mengintai, sebuah jurus yang terdiri dari beberapa
gerakan guna membuka titik kelemahan lawan.
Jurus demi jurus terus dikeluarkannya oleh Bobby
dan gurunya dengan begitu cekatan. Saat itu, temanteman
sepadepokannya terdengar riuh"bersorak
kagum menyaksikan pertarungan yang tampak begitu
seru. Bobby masih terus bertarung melawan sang
Guru dengan penuh semangat, namun setelah 20
jurus, staminanya tampak mulai menurun. Saat itu,
nafasnya sudah sangat tersengal-sengal, bahkan
keringatnya pun sudah kian banyak bercucuran. Pada
kondisi itu, tiba-tiba saja sebuah pukulan keras
tampak mengarah ke wajahnya. Untunglah saat itu
Bobby segera menangkis serangan itu dan segera
mundur menjauh. "Waduh, hampir saja. Jika terus
begini, aku pasti akan kalah," keluhnya seraya
memasang kuda-kuda dan mulai memainkan
kembangan lagi. Tak lama kemudian, Sang Guru sudah kembali
melancarkan serangan, saat itu Bobby tampak
berusaha mengimbanginya dengan sekuat tenaga.
55 Beberapa menit kemudian, Bobby sudah kembali
terdesak, namun begitu dia masih berusaha untuk
bertahan. Setelah agak lama berusaha, akhirnya
Bobby merasa kewalahan juga. Sepertinya saat itu
konsentrasinya sudah kian buyar dan membuatnya
tak mampu lagi mengantisipasi serangan-serangan
sang Guru. Benar saja, dalam waktu singkat sebuah
hantaman keras sudah bersarang di dadanya. Tak
ayal, seketika itu tubuhnya langsung terlontar jauh dan
jatuh terlentang. Kini pemuda itu tampak meringis menahan sakit,
kemudian dengan sekuat tenaga dia berusaha bangkit
kembali. Namun belum sempat dia memasang kudakuda,
tiba-tiba sebuah tendangan menyamping
langsung menyambar pipi kirinya. Tak ayal, saat itu
tubuhnya langsung terpelanting dan berputar sampai
beberapa kali, hingga akhirnya ia terjerembab ke
lantai dan tak berkutik lagi. Mengetahui itu, dengan
segera sang guru menghampiri dan membantunya
untuk berdiri. "Kau, tidak apa-apa, Bob?" tanyanya
khawatir. 56 "Alhamdulillah" Guru. Aku tidak apa-apa, aku
hanya sedikit merasakan sakit dan kehabisan tenaga."
"Syukurlah kalau kau tidak mengalami cidera yang
parah. O ya, sebetulnya apa yang membuatmu
demikian" Kau itu tidak seperti biasanya. Belum
sampai empat puluh jurus kau sudah kalah. Hmm"
apa mungkin selama dua hari ini kau tidak berlatih di
rumah dan kurang istirahat" Apa benar begitu, Bob?"
tanya sang Guru. Bobby mengangguk. Mengetahui itu, sang Guru
langsung geleng-geleng kepala, "Bob, dengarkan aku!
Kalau kau malas berlatih, bagaimana mungkin kau
bisa mengikuti turnamen tahun ini?" tanyanya dengan
nada kecewa. "Maaf kan saya, Pak! Dua hari ini saya memang
tidak sempat berlatih lantaran sibuk."
"Sudahlah, Bob! Aku tidak mau mendengar alasan
macam-macam. Begini saja, jika kau memang tidak
mau berlatih dengan sungguh-sungguh, terpaksa
Bapak akan menunjuk orang lain untuk
57 menggantikanmu mewakili padepokan kita pada
turnamen tahun ini," ancam sang Guru.
"Sekali lagi saya minta maaf, Guru! Mulai hari ini
saya berjanji akan lebih giat berlatih dan tidak
mengulanginya lagi, sebab saya memang ingin sekali
mengikuti turnamen itu," ucap Bobby dengan penuh
penyesalan. Mengetahui itu, sang Guru langsung menepuknepuk
pundak Bobby. "Baiklah" pegang janjimu itu!"
pinta sang Guru seraya mempersilakan pemuda itu
untuk kembali ke tempat duduknya. Tak lama
kemudian, Bobby sudah kembali duduk di tempatnya
semula guna menyaksikan pertarungan kedua
temannya yang saat itu baru saja memasuki arena.
Sepulang latihan, Bobby segera mandi, kemudian
beristirahat di sofa sambil menonton televisi guna
menyimak acara yang menjadi favoritnya, yaitu
sebuah acara kerohanian yang isinya selalu mengajak
58 pemirsanya untuk lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan. Sekitar pukul tujuh, Bobby tampak bersantai di
teras depan sambil membaca sebuah majalah Jihad.
Sebuah majalah yang isinya memuat perkara jihad,
dari jihad membangun diri hingga melawan tentara
setan. Ketika sedang asyik membaca, tiba-tiba bel
rumahnya berbunyi. "Nah" itu pasti mereka," duga Bobby seraya
berdiri dan bergegas menuju pintu gerbang. Ternyata
dugaannya tidak meleset, yang datang memang Haris
dan Sinta, kemudian dengan segera dia membukakan
pintu dan mempersilakan kedua sahabatnya masuk.
Kini ketiganya tampak sudah duduk di berada
belakang untuk melanjutkan perbincangan sore tadi.
"O ya, Sin. Ngomong-ngomong, mana kuenya?"
tanya Bobby menagih janji gadis itu.
"Wah, ternyata ingatan Kakak soal makanan
bagus juga ya," kata Sinta menyindir. "Ini kuenya,
Kak," kata gadis itu lagi seraya meletakkan kue yang
dibawanya di atas meja. 59 "Eng, kalau begitu tunggu sebentar ya! Aku akan
membuatkan minum dulu, sekaligus mau mengambil
pisau untuk memotong kue itu," kata Bobby seraya
beranjak ke dapur. Tak lama kemudian, pemuda itu sudah kembali
dengan membawa tiga gelas minuman dan sebuah
pisau bergerigi, kemudian segera meletakkannya di
atas meja. Setelah itu, dia segera duduk kembali di
hadapan kedua sahabatnya. Pada saat yang sama,
Sinta terlihat sedang memotong kue yang dibawanya.
"Ayo deh, dimakan!" tawar Sinta.
Tanpa ragu, Bobby pun segera mengambil kue itu
dan menikmatinya dengan begitu lahap. "Mmm" kue
buatanmu enak juga, Sin. Andai kamu mau seringsering
membawanya ke mari, tentu akan lebih enak
lagi," katanya asal.
"Huh, maunya!" kata Sinta mengomentari.


Topeng Kuning Karya Bois di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ayo dong, Bob. Lekas cerita!" Pinta Haris yang
tampak sudah begitu tak sabar. Begitu dia melihat
Bobby sedang mengambil sepotong kue lagi, lantas
dengan segera pemuda itu kembali bicara, "Aduh,
60 Bob! Kita ke sini kan mau mendengar ceritamu,
bukannya cuma mau makan kue," keluhnya agak
jengkel. "Iya, nih! Bukannya lekas cerita, eh malah makan
melulu," timpal Sinta yang juga mulai jengkel.
Bobby yang saat itu baru menghabiskan kuenya
segera angkat bicara, "Iya, iya" Aku akan segera
bercerita. Tapi" setelah yang satu ini ya!" katanya
seraya mengambil sepotong kue lagi.
"Huh, dasar!" balas Sinta bertambah jengkel
lantaran melihat Bobby makan kue lagi.
Sambil terus menikmati kue buatan Sinta,
akhirnya Bobby mulai menceritakan kejadian yang
dialaminya. Saat itu, Haris dan Sinta tampak
mendengarkannya dengan begitu antusias, bahkan
keduanya sempat geleng-geleng kepala karena
takjub. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, saat itu jam
di pergelangan tangan Bobby sudah menunjukkan
pukul sepuluh malam. Karena malam sudah semakin
61 larut, akhirnya Haris dan Sinta berpamitan untuk
pulang ke rumah. Esok paginya, Bobby tampak sedang menyiapkan
sarapan paginya"sepotong roti bakar isi telur dan
secangkir teh manis. Kini dia sedang menikmatinya di
teras belakang sambil membaca koran dan
menunggu teman-temannya datang. Beberapa jam
kemudian, terdengarlah suara bel yang berbunyi
keras. Mengetahui itu, dengan segera Bobby beranjak
ke muka rumah. "Hi, Bob! Assalam"!" ucap Haris dan Sinta
serempak dari di balik pintu gerbang.
"Hai kalian! Waalaikum"!" balas Bobby dengan
wajah yang tampak begitu berseri-seri.
"Bagaimana..." Apakah kalian sudah siap untuk
menuju ke tempat yang akan membuat kalian takjub?"
tanyanya seraya membukakan pintu untuk kedua
sahabatnya. 62 "Tentu saja, Bob. Semalaman aku sempat tidak
bisa tidur karena memikirkan hal itu," jawab Haris.
"Iya, Kak. Aku juga. Setelah mendengar ceritamu
semalam, aku benar-benar penasaran ingin segera
melihatnya," timpal Sinta.
"Baiklah... kalau begitu ayo kita berangkat!" ajak
Bobby bersemangat. Tak lama kemudian, ketiganya tampak sudah
melangkah menuju gudang. Setibanya di ruangan itu,
mereka langsung memasuki benda yang bernama
Kaptrans. Sesuai dengan cara yang pernah
dilakukannya kemarin, Bobby pun segera
mengoperasikan benda itu. Bersamaan dengan itu,
Kaptrans tampak mulai diselubungi oleh seberkas
sinar putih yang menyilaukan. Seiring dengan
hilangnya sinar itu, Kaptrans pun menghilang dari
pandangan, dan dalam sekejap, alat transportasi itu
sudah bersandar di pesawat.
Kini pintu Kaptrans sudah terbuka lebar, saat itu
Haris dan Sinta langsung terperangah melihat isi
ruangan yang tampak begitu menakjubkan, bahkan
63 mata mereka hampir tak berkedip"mengagumi
teknologi yang begitu canggih. Sementara itu, Bobby
tampak tersenyum saja melihat tingkah mereka,
kemudian dengan santai dia melangkah menuju ke
ketiga kursi yang berada di tengah ruangan. Melihat
itu, Haris dan Sinta segera mengikuti. Kini Bobby
sudah duduk di kursi yang berada di tengah. Tanpa
ragu, Sinta pun segera mengikutinya dengan duduk di
kursi sebelah kiri, sedangkan Haris segera
mengikutinya dengan duduk di kursi sebelah kanan.
Sama seperti kejadian tempo hari, monitor raksasa
yang ada di hadapan mereka mendadak menampilkan
wajah wanita bercadar. "Assalam" Selamat datang, Bobby!" sapa sistem
pemandu yang bernama Gita.
"Walaikum?" balas Bobby.
Pada saat yang sama, Haris dan Sinta cuma
terpaku menatap wanita bercadar itu.
"Gita" Kenalkan! Ini kedua sahabatku, yang di
sebelah kiriku bernama Sinta dan yang di kananku ini
64 bernama Haris," jelas Bobby memperkenalkan kedua
sahabatnya. "Senang berkenalan dengan kalian," ucap Gita
kepada keduanya. "O ya, Bobby. Kemarin kamu tidak
sempat mendengarkan penjelasan saya. Karena
itulah, sekaranglah saatnya saya menjelaskan
semuanya. Pada kesempatan ini, saya akan
menjelaskan tentang keberadaan pesawat ini.
Kemudian setelah itu, saya pun akan memberitahukan
berbagai fasilitas yang ada di pesawat ini. Nah, saya
harap kalian mau menyimaknya dengan penuh
seksama!" Seketika itu, Gita langsung menjelaskan
apa yang dikatakannya tadi, bahkan dia pun
memvisualisasikannya melalui layar raksasa. Pada
saat yang sama, Bobby, Haris, dan Sinta tampak
menyimaknya sesuai dengan anjuran Gita.
Ternyata pesawat itu berasal dari tahun 2030,
sebuah masa keemasan Islam yang telah mendorong
ilmu pengetahuan hingga mampu berkembang
dengan begitu pesat. Pada masa itu, Ilmuwan muslim
yang ingin memahami hakikat penciptaan berencana
65 untuk menguji kebenaran Relatifitas Waktu dan
sekaligus untuk memperlajari Matrix Takdir Lauhul
Mahfuz. Karena itulah, mereka segera membentuk
sebuah team yang ditugaskan untuk mempelajarinya.
Karena saat itu teknologi sudah sedemikian canggih,
akhirnya dengan mudah mereka bisa pergi ke zaman
yang mereka kehendaki, yaitu dengan memanfaatkan
gerbang waktu di ruang angkasa yang dikenal dengan
lubang hitam atau lubang cacing.
Ketika team itu sedang berada di suatu zaman,
yaitu disaat para pedagang muslim asal Gujarat
sedang memilih takdir mereka untuk mengenalkan
Islam ke Indonesia, maka terjadilah peristiwa yang
tidak diduga-duga. Kerusakan yang cukup parah telah
menimpa mesin utama pesawat, hingga akhirnya
pesawat itu terpaksa mendarat dadurat di sebuah
danau yang cukup dalam. Karena kerusakan mesin
pesawat yang tidak mungkin diperbaiki serta
persediaan makanan yang semakin menipis, akhirnya
sang Kapten memutuskan untuk mengevakuasi para
awaknya yang berjumlah sembilan orang. Pada saat
66 itu, sang Kapten berniat mengirim mereka pulang ke
zamannya dengan menggunakan Kapwak (kapsul
waktu) yang ada di pesawat.
Setelah sebuah kapsul yang memuat tiga orang
terisi, sang Kapten segera menentukan tahun
pendaratan dan segera mengirim Kapwak ke lubang
cacing. Kapsul pertama itu berhasil diluncurkan
dengan selamat. Selanjutnya sebuah Android diminta
untuk mengambil kapsul kedua dari ruang kargo.
Android adalah robot dengan kepandaian yang bisa
berkembang atau berevolusi seiring dengan
perjalanan waktu. Android dapat menangkap
informasi baru dan menganalisanya, kemudian
menyimpannya ke dalam data base-nya. Semua itu
bisa dilakukan berkat adanya program Artificial
Intelligence yang sudah dikembangkan menjelang
abad ke-21. Di ruang kargo masih ada tiga buah kapsul lagi,
lalu Android itu segera mengambil kapsul kedua dan
meletakkannya di Mesin waktu. Tak lama kemudian,
kapsul kedua itu pun berhasil ditransfer dengan
67 selamat. Lalu disusul dengan kapsul ketiga yang juga
berhasil ditransfer dengan selamat. Namun ketika
Android itu akan mengangkat kapsul keempat, tibatiba
sistem mekaniknya mengalami kerusakan"
perangkat hidrolik yang menggerakkan kedua
lengannya tidak bisa difungsikan. Karena itulah kedua
lengannya yang masing-masing mempunyai empat
buah jari tidak bisa mengangkat Kapwak.
Saat itu, sang Kapten sadar, sebagai manusia
biasa dia tidak mungkin bisa mengangkat kapsul
keempat itu ke mesin waktu sendirian. Karenanyalah,
sang Kapten berusaha keras untuk bisa memperbaiki
si Android. Namun ternyata, pria itu sama sekali tak
kuasa mengalihkan takdir buruknya"saat itu sang
Kapten sudah tak mampu lagi memperbaiki Android
yang ternyata mengalami kerusakan cukup parah.
Hingga akhirnya, dia terpaksa menerima takdir buruk
itu dan memilih pasrah pada Sang Pencipta. Sungguh
karena ketidakmampuannya itulah, akhirnya pria itu
terpaksa tinggal di zaman itu.
68 Andai saja pada masa itu Kapwak sudah bisa
dioperasikan dua arah, tentu sang Kapten bisa
dengan mudah kembali ke zamannya, yaitu dengan
cara memanggil Kapwak yang sudah diluncurkan agar
segera kembali pulang ke pesawat. Namun, lagi-lagi
takdir memang mengharuskannya demikian. Hal itu
terjadi karena para ilmuwan tak kuasa membuat
Kapwak yang seperti itu lantaran tidak adanya sumber
tenaga yang mencukupi. Pada masa itu, Kapwak
hanya bisa dioperasikan dengan mengandalkan
tenaga yang ada di pesawat. Sebab, agar kapsul
waktu itu bisa kembali pulang ke pesawat, maka
Kapwak harus menggunakan tenaganya sendiri, dan
tenaga itu haruslah besar. Pada masa itu, hanya
pesawat itu saja yang bisa pulang-pergi ke setiap
zaman lantaran telah dilengkapi dengan sumber
tenaga yang sangat besar. Hal itu dimungkinkan
karena pesawat itu telah menggunakan kristal inti
pusat bumi yang tinggal satu-satunya sebagai penguat
tenaganya. 69 Karena itulah, takdir buruk sang Kapten yang
memang harus terdampar di masa itu tak dapat
dielakkan. Demi mempertahankan kehidupannya,
akhirnya sang Kapten keluar dari pesawat dengan
menggunakan Kaptrans (Kapsul Transportasi).
Kaptrans adalah sebuah alat transportasi yang
sebagian besar prosesnya dikendalikan oleh pesawat,
yaitu dengan cara menguraikan molekul kapsul
tersebut beserta isinya, kemudian memindahkannya
ke lokasi yang sudah ditentukan. Setelah tiba di lokasi
yang dituju, molekul yang sudah terurai tadi disatukan
kembali. Koordinat lokasi peluncuran dan
pendaratannya ditentukan dengan mengandalkan
satelit GPS (Global Positioning System).
Kini yang menjadi pertanyaan Bobby adalah,
kenapa Kaptrans bisa berada di halaman belakang
rumahnya" Saat itu Gita tidak bisa menjelaskan hal
itu, yang dia tahu, sang Kapten menggunakan alat
transportasi itu sampai beberapa kali, hingga akhirnya
70 koordinat terakhir yang tercatat memang berlokasi di
halaman belakang rumah Bobby. 1
"Hmm" apa mungkin sang Kapten tewas saat
menjelajahi alam liar, dan karena ajal yang tak
diduganya itulah, akhirnya Kaptrans menjadi tak
bertuan. O ya, tadi kau juga menceritakan tentang
satelit Galileo yang diluncurkan pada abad ke 21, yang
mana menjadi awal teknologi penentuan koordinat
dengan tepat. Lalu, bagaimana pada masa lalu sang
Kapten bisa menggunakan Kaptrans, bukankah pada
masa itu belum ada teknologi tersebut?"
"Itu mudah saja. Pada tahun itu mereka
meluncurkan sebuah satelit GPS yang lebih canggih,
yaitu satelit Galipa generasi terakhir. Maka dengan
satelit itulah segalanya bisa dimungkinkan. Satelit
canggih itu sengaja dilengkapi dengan sistem
penghancur diri otomatis, yang mana akan hancur
dengan sendirinya pada saat yang sudah ditentukan.
Itu dilakukan semata-mata agar tidak terjadi
1 Nantikan kisah Kapten Robert selengkapnya dalam kisah Topeng
Kuning episode Rambut Emas. Insya Allah"
71 perubahan sejarah. Saat ini, di masa kalian. Agar bisa
menentukan koordinat Kaptrans, mau tidak mau
hanya mengandalkan satelit Galileo yang sudah
terbilang kuno itu," jelas Gita.
"Hmm" tadi kau sempat bilang soal penghancur
diri. Lalu, kenapa pesawat ini dan juga Kaptrans itu
tidak dilengkapi dengan penghancur diri."
"Sebetulnya, keduanya sudah dilengkapi dengan
penghancur diri. Namun, mode penghancuran itu tidak
secara otomatis, melainkan harus dengan persetujuan
sang Kapten." "Hmm" kalau begitu jelas sudah, ternyata semua


Topeng Kuning Karya Bois di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu akibat kelalaian sang Kapten yang menyangka
umurnya masih panjang, sehingga dia merasa belum
perlu untuk mengaktifkan mode penghancuran."
Setelah puas bertanya-tanya dengan Gita,
akhirnya Bobby, Haris, dan Sinta mulai berembuk"
membicarakan berbagai hal yang baru saja mereka
ketahui. "O ya, Kak Bobby. Bagaimana kalau sekarang kita
berkeliling untuk melihat-lihat pesawat ini!" ajak Sinta.
72 "Iya, Bob! Aku juga ingin sekali mencoba fasilitas
komputer di sini," timpal Haris.
"Sebentar! Aku ada ide... Bukankah Gita bilang di
pesawat ini ada Android penunjang pesawat.
Bagaimana kalau kita aktifkan Android itu" Bukankah
Gita bilang kalau Android itu bisa membantu kita
dalam upaya mendapatkan informasi yang kita
butuhkan," usul Bobby.
"Benar juga. Aku setuju sekali, Bob," Haris
sependapat. "Aku juga," Sinta menimpali.
"Kalau begitu, apa yang kita tunggu. Ayo kita
segera menuju ruang Android itu!" Ajak Bobby penuh
semangat. Namun belum sempat mereka melangkah, tibatiba
Gita langsung menahan, "Tunggu dulu, Bobby!"
pintanya pada pemuda itu.
Seketika Bobby, Haris, dan Sinta kembali melihat
ke arah monitor. "Ada apa, Gita?" tanya Bobby.
73 "Aku ingin memberitahukan bahwa pada sebuah
lemari di ruangan ini tersimpan beberapa Alkom (alat
komunikasi) yang berbentuk seperti telepon genggam.
Kemampuan Alkom itu adalah sebagai alat multi
fungsi. Alat itu, selain untuk berkomunikasi dengan
sesama pengguna Alkom, juga bisa digunakan untuk
berkomunikasi kepadaku, maupun kepada Android
yang ada di pesawat ini. Selain itu, alat tersebut juga
mempunyai beberapa kemampuan lain yang tak kalah
hebat." Gita pun segera menjelaskan semua kemampuan
alat itu kepada mereka. Setelah itu, Bobby tampak
bergegas ke lemari yang dimaksud. Tak lama
kemudian, dia sudah kembali dengan membawa tiga
buah Alkom yang langsung dibagikan kepada kedua
sahabatnya. Setelah mengantongi Alkom-nya masingmasing,
mereka pun segera berangkat ke ruang
pemantau"tempat Android berada.
Kini mereka sudah tiba di ruangan itu, sesaat
ketiganya sempat terpaku melihat isi ruangan yang
tampak begitu canggih. Di setiap sisi ruangan tampak
74 berjajar panel komputer dengan tombol yang
berwarna-warni, sedangkan di tengah ruangan"
tepatnya di sebelah kiri terdapat sebuah Android yang
sedang bersandar pada sebuah mesin, dan di bagian
sebelah kanan"agak jauh dari mesin itu tampak
tersanggah sebuah kostum dengan kombinasi warna
hitam, merah, dan kuning. Wajah kostum itu adalah
topeng berwarna kuning dengan sebuah gambar
bintang di dahinya. Kostum itu tersanggah di atas
sebuah mesin penyangga yang dirancang khusus.
Bobby, Haris, dan Sinta segera melangkah
mendekati mesin yang menjadi tempat Android
bersandar, kemudian mereka mengamati mesin itu
dengan penuh seksama. Rupanya mesin itu
digunakan untuk memprogram, memeriksa, maupun
untuk mengisi tenaga Android. Kini mereka sedang
mengamati Android yang sedang bersandar di mesin
itu. Bentuknya cukup unik, kakinya menyerupai kaki
laba-laba yang terbuat dari baja ringan, sedangkan
tubuhnya berbentuk persegi delapan dan dilengkapi
dengan sepasang lengan yang masing-masing
75 mempunyai empat buah jari. Kepalanya berbentuk
oval dengan bagian agak lancip ke belakang, dan bisa
berputar hingga 360 derajat. Di bagian sisi kiri dan
kanan kepalanya terpasang microphone yang
berfungsi sebagai alat pendengaran, sedangkan di
atas kepalanya juga terpasang sebuah alat
pendengaran yang sangat canggih, bentuknya seperti
para bola mini yang bisa keluar masuk dan
mempunyai kemampuan untuk menangkap suara dari
jarak yang sangat jauh. Pada dahinya terdapat sebuah
proyektor yang berguna memproyeksikan informasi
berupa gambar tiga dimensi (3D Visual Hologram),
proyektor itu mempunyai penutup yang dapat
bergeser ke bagian atas. Kedua matanya adalah
kamera yang mempunyai kemampuan luar biasa,
yaitu mampu melihat dalam gelap seperti
menggunakan teropong malam (Night vision), selain
itu juga mampu melihat dengan pandangan panas
seperti penglihatan ular (Infra red), dan yang lebih
hebat lagi adalah, kedua matanya itu mampu melihat
menembus benda seperti pendeteksi di bandara (x
76 ray), dan juga mampu menembus jaringan kulit seperti
alat pendeteksi kehamilan (USG). Mulutnya adalah
sebuah speaker yang mampu mengeluarkan suara
dengan berbagai frekuensi.
"Canggih!" komentar Sinta kagum.
"Yup, teknologi robot yang sempurna," timpal
Haris. "Layaknya robot di dalam film science fiction saja
ya?" kata Bobby hampir tak mempercayainya.
Ketika mereka sedang asyik mengagumi Android
itu, tiba-tiba sebuah monitor di ruangan itu tampak
menampilkan wajah bercadar Gita. "Hallo, Bobby"
Saya ingin memberitahumu bahwa Android itu perlu
diprogram ulang agar dia bisa mengenali kalian
bertiga sebagai tuannya, dan kau bisa
memprogramnya menggunakan mesin penunjang
kehidupannya," jelas Gita menginformasikan,
kemudian dengan segera dia menjelaskan cara
menggunakan mesin itu dan juga cara memprogram
ulang. 77 Saat itu, Bobby betul-betul bingung dengan
penjelasan Gita yang berbicara dengan menggunakan
berbagai istilah mengenai pemprograman komputer.
Maklumlah, selama ini Bobby memang cuma mampu
mengoperasikan komputer, sedangkan untuk
pemprograman komputer jelas dia tidak familiar sama
sekali. Namun tidak demikian halnya dengan Haris,
saat itu dia paham betul dengan apa yang dikatakan
Gita. Lalu, dengan segera dia mengoperasikan mesin
penunjang kehidupan Android itu dan mulai
memprogram ulang. Pada saat yang sama, Bobby
dan Sinta hanya bisa terpaku"memperhatikan Haris
yang terlihat begitu sibuk dengan pekerjaannya.
Beberapa menit kemudian, pemuda berkaca mata
bulat itu tampak beranjak memasuki tabung kaca
yang ada di sebelah mesin itu.
"Har" Apa yang kau lakukan" Kenapa kau mau
masuk ke tabung itu?" tanya Bobby khawatir.
"Tenang"! Aku hanya mau melakukan scanning
guna memasukkan data diriku ke dalam komputer
yang ada di mesin itu," jelas Haris.
78 Tak lama kemudian, dari atas tabung itu tampak
selingkar sinar Hijau yang terus bergerak turun hingga
ke bagian bawahnya, kemudian disusul dengan sinar
biru dan merah. Setelah itu, Haris tampak bergegas
keluar tabung dan kembali ke tempat duduknya.
"Nah" sekarang giliranmu, Bob!" pinta pemuda
itu. Saat itu Bobby langsung menurut, dengan tanpa
rasa takut dia pun segera memasuki tabung scanning.
Setelah selesai, Sinta pun diminta agar segera masuk
ke tabung itu. Setelah ketiganya melakukan scanning,
Haris mulai melanjutkan prosedur selanjutnya, yaitu
merekam frekuensi suara masing-masing. Setelah
prosedur itu dilakukan, akhirnya Haris kembali
melanjutkan pekerjaannya.
Beberapa menit kemudian, pekerjaan
memprogram ulang Android itu akhirnya selesai. Kini
Haris sedang bersiap-siap untuk mengaktifkannya.
Saat baru diaktifkan, Android itu tampak bergerak
dengan perlahan"menegakkan kakinya yang seperti
laba-laba, kemudian dengan perlahan pula dia mulai
79 melangkah keluar dari mesin penunjang
kehidupannya. Kini Android itu tampak memutar
kepalanya untuk melihat ke sekeliling ruangan,
kemudian kedua matanya tampak bergerak maju
mundur"memperhatikan Bobby, Haris, dan Sinta
yang saat itu telah terdeteksi sebagai objek utama.
Saat diperhatikan seperti itu, Sinta langsung
bergegas sembunyi di belakang Haris, rupanya gadis
itu benar-benar takut melihat Android yang terlihat
laksana monster siap mencari mangsa. Sementara
itu, Bobby hanya terpaku menyaksikan Android yang
baginya sangat menakjubkan. Namun, sungguh dia
tidak mengerti, kenapa Android itu hanya diam di situ
sambil terus memperhatikan mereka bertiga.
"Siapa namamu?" tanya Haris pada Android itu.
"Nama saya, Rolab," sahut Android dengan nada
berat dan intonasi yang kaku.
"Bagus" sekarang, siapa kami?" tanya Haris lagi.
"Kau adalah Haris, dan yang di sebelah kananmu
bernama Bobby, sedangkan wanita yang sedang
80 ketakutan itu bernama Sinta. Kalian bertiga adalah
tuan saya," jawab Android itu.
"Nah" sekarang, apa tugasmu?" tanya Haris
melanjutkan. "Tugas saya melindungi kalian, membantu kalian,
melayani kalian dan saya harus mematuhi semua
perintah kalian," jawab Rolab patuh.
"Nah" sekarang, coba perlihatkan kemampuan
yang kau miliki," pinta Haris kepada Rolab.
Lantas, dengan segera Rolab mendemonstrasikan
segala kemampuannya dengan menggunakan visual
hologram. Saat itu dari dahinya terpancar cahaya yang
langsung memvisualisasikan segala materi yang
sedang dijelaskannya. Selesai mendemonstrasikan
semua kemampuan yang dimilikinya, akhirnya Android
yang bernama Rolab itu kembali terdiam.
"Wow! Kemampuannya memang luar biasa,"
komentar Bobby kagum. "Ya, selain memiliki begitu banyak data mengenai
semua hal penting, dia juga mampu menganalisa
dengan akurat dan menampilkannya dalam bentuk
81 visualisasi tiga dimensi. Sungguh dia itu seperti
komputer dan perpustakaan yang bisa berjalan. Jadi,
setiap kali kita memerlukan informasi penting, tentu
kita bisa bertanya padanya," timpal Sinta tak kalah
kagum. "Selain itu, dia pun mampu memperbaiki setiap
kerusakan ringan yang terjadi di pesawat ini," kata
Haris menambahkan. "O ya, ngomong-ngomong kenapa namanya
Rolab?" tanya Bobby penasaran.
"Habis aku tidak mempunyai alternatif lain, jadi
kuberi nama dia "Rolab", kependekan dari "Robot
Laba-laba". Maklumlah, bentuknya kan memang
seperti laba-laba," jelas Haris.
"Mmm" Rolab" Ya, rasanya itu nama yang
cocok buat dia," kata Bobby sambil tersenyum lebar.
"Ya, Rolab nama yang bagus," timpal Sinta seraya
memberanikan diri untuk menyentuhnya.
Namun ketika disentuh, tiba-tiba Rolab
memandang ke arahnya. Karena kaget, Sinta pun
82 segera mundur selangkah. "Ke-kenapa kau
memandangku seperti itu?" tanya Sinta ketakutan.
"Maaf Sinta. Hal itu sudah menjadi bagian rutin
dari programku agar senantiasa bisa memperbaharui
data," jelas Rolab kepada gadis itu. "O ya, apa
mungkin kau mau memerintahkan sesuatu kepadaku,
Sinta?" tanyanya kemudian.
"Eng" Bi-bisakah kamu kembali ke mesin itu!"
pinta Sinta dengan agak terbata.
"Tentu saja," kata Rolab seraya bergerak menuju
ke mesin penunjang kehidupannya.
"Sin" Kenapa kau suruh dia kembali ke mesin itu"
Bukankah kita memerlukannya sebagai pemandu
untuk menjelajahi pesawat ini?" tanya Haris heran.
"Maaf deh! Habis" dia telah membuatku takut.
Terus terang, aku khawatir kalau-kalau dia itu Android
yang Mal Function dan akan menyakitiku," kata Sinta
memberikan alasan. "Kau tidak perlu takut, Sin! Dia tidak akan
menyakitimu karena Mal Function, percayalah"!
Sekarang, dengarkan aku baik-baik adikku sayang!
83 Jelek-jelek begini, kakakmu ini adalah seorang
programmer komputer yang bisa diandalkan.


Topeng Kuning Karya Bois di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketahuilah, tadi aku sempat menyisipkan sebuah kode
program yang bilamana ada Mal Function pada rutin
kepatuhan, maka kode program yang aku sisipkan itu
secara otomatis akan mengambil alih guna
mematikan tenaganya."
Mengetahui itu, Bobby segera menambahkan,
"Benar apa yang dikatakan oleh kakakmu itu, Sin.
Sebab, Kakakmu itu, selain jago elektronik, dia itu
juga seorang programmer yang bisa diandalkan.
Waktu itu, dia pernah menyusupkan program virus
buatannya ke dalam komputerku, yang mana jika
setiap waktu sholat tiba, komputerku pasti akan
langsung dimatikan. Sebetulnya kakakmu itu berbuat
demikian lantaran dia itu peduli padaku, yang mana
tujuannya adalah untuk memberi pelajaran padaku
yang sering menunda-nunda sholat lantaran sibuk di
depan komputer. Karenanyalah, percaya saja kalau
Android itu tidak akan menyakiti kita. Sebab, dia itu
sudah diprogram untuk mematuhi setiap perintah kita.
84 Justru dia itu akan senantiasa melindungimu," jelas
Bobby memberi keyakinan. Mendengar penuturan itu, akhirnya Sinta tak takut
lagi. "O ya, ngomong-ngomong... Bukankah lengan
Rolab sedang mengalami kerusakan?" kata Sinta tibatiba.
"Ya, itu memang benar. Karenanya itulah, untuk
sementara ini kita tidak mungkin bisa menyuruhnya
untuk melakukan pekerjaan yang menggunakan
kedua tangannya," timpal Haris.
"Kak... Bagaimana kalau aku yang
memperbaikinya. Aku menduga, mungkin saja ada
kebocoran pada mekanik hidroliknya."
"Eng" Atau mungkin juga ada kerusakan pada
sirkuit hidroliknya," timpal Haris kemudian.
"Kalau begitu, sebaiknya kita bongkar saja," saran
Bobby bersemangat. Lalu tanpa menunda-nunda lagi, mereka pun
segera membuka semua bagian yang menjadi
penutup sistem mekanik bagian lengan.
85 "Wah, tidak seperti dugaanku! Sistem mekaniknya
rumit sekali. Sepertinya akan memakan waktu yang
lumayan lama untuk mempelajarinya," keluh Sinta.
"Ya, sirkuitnya pun tampak rumit sekali. Kalau
begitu, sebaiknya kita tutup kembali saja," saran
Haris. "Ya, lain waktu saja baru kita bongkar lagi," timpal
Bobby. Tak lama kemudian, Bobby dan Haris tampak
sibuk memasang kembali setiap bagian yang telah
mereka lepas. Sementara itu, Sinta tampak sedang
mengamati kostum yang berada di sebelah kanan
ruangan. Tanpa sengaja, tangannya menyentuh
sebuah tombol yang ada di mesin penyangga kostum.
Bersamaan dengan itu, tiba-tiba dari mesin
penyangga tampak keluar lengan-lengan robot yang
langsung mengarah ke setiap bagian depan kostum
dan segera menguncinya, lalu dengan serta-merta
kembali bergerak dan membuat setiap bagian depan
kostum tampak terpisahkan. Bagian wajah, leher
depan, dada, perutnya, dan bagian depan lainnya.
86 Masing-masing tampak dipegang oleh lengan-lengan
robot yang keluar tadi. Sekarang yang tampak hanya
tinggal bagian belakang kostum yang tetap masih
berada di tempatnya. Saat itu, Sinta cuma bisa
terpaku melihatnya. Sementara itu, Bobby dan Haris
yang sempat menyaksikan kejadian itu langsung
bergegas menghampiri. Kini keduanya tampak sedang
serius memperhatikan kostum yang kini telah terbuka.
"Bob" Sepertinya kostum ini siap digunakan. Coba
kau perhatikan bagian ini!" kata Haris sambil meraba
bagian belakang kostum. "Jika seseorang
mengepaskan tubuhnya pada bagian belakang
kostum ini, pasti lengan-lengan robot yang memegang
setiap bagian depan kostum itu akan menyatukannya
kembali secara otomatis."
"Ya, sepertinya memang begitu," kata Bobby
membenarkan. Mengetahui itu, Sinta segera angkat bicara, "Kalau
begitu, bagaimana kalau salah satu dari kalian
mencobanya!" "Apa?" kata Bobby dan Haris serempak.
87 "Sin, ketahuilah! Aku ini belum tahu dampak dan
kegunaan kostum itu. Terus terang, aku tidak mau jika
disuruh mencobanya," tolak Haris dengan alasan yang
tepat. "Kalau kamu bagaimana, Kak Bobby?" tanya
Sinta. "Kenapa harus aku" Kenapa bukan kau saja,
Sin?" Bobby malah balik bertanya.
"Aku kan perempuan, Kak. Masa sih aku harus
mengenakan kostum yang dirancang untuk laki-laki,"
kata Sinta memberi alasan.
"Ups! Iya juga ya," kata Bobby seakan baru
menyadari. "Hmm" Bagaimana kalau kita tanyakan dampak
dan kegunaan kostum itu kepada Rolab?" tanya Haris
mengusulkan. "Usul yang bagus, Har," ujar Bobby sependapat.
"Ya, jika ternyata aman, maka tidak ada alasan
bagi kalian untuk tidak mencobanya," kata Sinta
menambahkan. 88 Tak lama kemudian, mereka sudah memanggil
Rolab dan langsung menanyakan perihal kostum itu.
Setelah mendapat jawaban yang memuaskan,
mereka pun tampak saling berpandangan.
"Hmm" rupanya kostum itu digunakan untuk
menjelajahi masa lalu," komentar Bobby membuka
pembicaraan. "Kau benar, Bob. Selain itu, kostum itu juga sudah
diuji coba dan keamanannya betul-betul terjamin. Jadi,
tidak ada salahnya jika kita mencoba
mengenakannya," timpal Haris kemudian.
"Hmm" Bagaimana kalau aku saja yang
mengenakannya?" Bobby menawarkan diri.
"Aku setuju, Kak Bobby," kata Sinta menanggapi.
"Bukankah kata Rolab tadi perlu ada seorang yang
selalu memonitor kostum itu. Menurutku, yang paling
familiar dengan hal itu adalah Kak Haris?"
sambungnya kemudian. "Kau benar, Sin," kata Haris menimpali. "Lagi pula,
kostum itu memang dirancang untuk orang yang
mempunyai kemampuan bertarung. Jadi, hanya
89 Bobby-lah yang lebih pantas mengenakannya. Kalau
begitu, apa lagi yang kita tunggu. Ayo, Bob! Lekas kau
bersandar di kostum itu! Aku sendiri akan segera
memantaumu lewat monitor yang ada di belakang
mesin penyangga," kata Haris melanjutkan.
Tak lama kemudian, Haris sudah duduk di
belakang monitor. Pada saat yang sama, Bobby
tampak sedang mengepaskan tubuhnya pada bagian
belakang kostum yang terbuka. Begitu tubuhnya
sudah pas tersandar, ternyata kostum itu tidak terjadi
apa-apa. "Lho, katanya jika aku sudah bersandar di
sini, semua bagian depannya itu akan menutup
dengan sendirinya. Tapi kenapa belum menutup
juga?" tanya Bobby heran
"I ya, ya Bob. Kenapa tidak mau menutup ya?"
timpal Haris juga merasa heran.
"Mungkin kostum itu sudah rusak, Kak," kata Sinta
menduga. "Ya, aku rasa begitu," Bobby sependapat. "Sebab,
jika tidak tentu sang Kapten akan menggunakan
90 kostum ini untuk mengangkat Kapwak," lanjutnya
kemudian. "Kalian benar, kostum itu memang sedang rusak.
Sebab, di monitor pemantau ini ada tulisan berwarna
merah yang menyatakan kalau kostum itu tidak siap
digunakan," jelas Haris menimpali.
Mengetahui kenyataan itu, Sinta benar-benar
kecewa. "Huh, dasar kostum tidak berkualitas. Masa,
mudah sekali rusak," keluh Sinta seraya menendang
penyangga kostum dengan keras sekali. Pada saat
itu, tiba-tiba saja semua bagian depan kostum yang
terpisah tadi terpasang kembali ke tempatnya semula,
dan tubuh Bobby yang masih bersandar pun langsung
tertutup rapat oleh kostum itu.
"Li-lihat, Kak. Ko-kostum itu berfungsi," kata Sinta
hampir tak mempercayainya.
"Kau benar, Sin. Di monitor pemantau ini pun
tulisan merah tadi sudah menghilang dan berganti
dengan tulisan warna hijau yang menyatakan kalau
kostum itu dalam kondisi prima dan siap digunakan,"
jelas Haris dengan nada gembira.
91 "Kok bisa ya, Kak?" tanya Sinta dengan nada
heran. "Kau tidak perlu heran, Sin. Dulu saja, ahli
komputer sempat bingung lantaran ada komputer
yang rusak tanpa diketahui apa kerusakannya. Selidik
punya selidik, ternyata ada seekor kutu yang mati dan
menyebabkan tubuhnya menjadi perantara hubungan
arus pendek. Karena itulah, kini ada istilah Debugging
yang maksudnya mencari kutu alias mencari
kesalahan yang tak terdeteksi. Mungkin saja, di dalam
kostum itu juga ada kutu yang mati, dan ketika tadi
kau menendangnya kutu itu lepas dan akhirnya
kostum itu bisa berfungsi kembali," jelas Haris
panjang lebar. "Hallo, Bob. Apa kau bisa mendengar
suaraku?" tanya Haris yang kini berbicara melalui
head set di mesin pemantau.
"Ya, Har. Aku bisa mendengarmu dengan jelas,"
jawab Bobby merespon. "Nah, sekarang coba kau mulai bergerak," kata
Haris lagi mengistruksikan.
92 Tanpa buang waktu, Bobby pun segera turun dari
mesin penyangga. Saat itu dia benar-benar takjub
lantaran merasakan tubuhnya dapat bergerak dengan
bebas, layaknya seperti mengenakan pakaian biasa
saja. Padahal jika dilihat dari ukuran dan bahan yang
digunakan, jelas kostum itu tidaklah ringan. Tak lama
kemudian, Bobby mulai menggerakkan setiap
persendiannya, bahkan pada saat itu dia mampu
meloncat-loncat, berjongkok, dan tiarap dengan
mudahnya. Sementara itu, Haris masih terus
memonitornya melalui komputer yang berada di
belakang mesin penyangga. Dengan komputer itulah
semua kegiatan Bobby dan keadaan di sekitarnya
dapat terpantau dengan baik. Bukan cuma itu, bahkan
setiap bagian kostum dapat di monitornya dengan
akurat. Saat itu semuanya memang dalam kondisi
prima. "Hallo, Bob! Bagaimana rasanya mengenakan
kostum itu. Apa ada keluhan?" tanya Haris kembali
berbicara melalui head set.
93 "Sama sekali tidak, Har. Bagiku kostum ini terasa
sangat nyaman, bahkan aku bisa bergerak dengan
begitu leluasa," jawab Bobby meyakinkan.
"Hmm" Bagaimana kalau sekarang kau
mencoba berbagai gerakan yang sulit" O ya,
bukankah Rolab bilang, di sebelah ruang ini ada ruang
latihan. Nah, bagaimana jika kau mencobanya di
ruangan itu," usul Haris.
Tanpa buang waktu, Bobby pun segera menurut.
Tak lama kemudian, dia sudah berada di ruang latihan
yang sangat luas. Di ruangan itu terdapat beberapa
peralatan fitness dan peralatan senam ketangkasan
yang sangat canggih. Kini Bobby mulai melakukan
berbagai gerakan yang sulit, seperti salto, berdiri
dengan sebelah tangan, jungkir balik dan masih
banyak lagi. Setelah puas melakukan semua gerakan
yang sulit, akhirnya Bobby kembali ke mesin
penyangga. Saat itu, kejadian yang sama ketika
kostum itu terbuka kini terjadi lagi"setiap bagian
depan kostum tampak dilepas oleh lengan-lengan
robot dan hanya menyisakan bagian belakangnya.
94 Kini Bobby sudah keluar dari kostum itu dan
sedang menceritakan perihal apa yang dia rasakan
ketika mengenakannya. "Begitulah teman-teman, saat
mengenakan kostum itu rasanya bagaikan manusia
super saja," kata Bobby mengakhiri ceritanya.
"Luar biasa, Kak. Itu baru gerakan-gerakan yang
menggunakan kemampuanmu sendiri. Belum lagi jika
ditambah dengan sistem penyerangan dan sistem
pertahanan yang terdapat pada kostum itu," puji Sinta.
"Benar, Bob. Bila kau bisa menggunakan semua
kemampuan yang ada pada kostum itu, tentu akan
hebat sekali. Kau itu akan menjadi manusia super
negeri ini," puji Haris menimpali.
"Kalau begitu, bagaimana kalau besok kita
mencoba semua kemampuannya" Dengan begitu,
kita bisa segera menggunakannya untuk tujuan yang


Topeng Kuning Karya Bois di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

baik," usul Bobby bersemangat.
Mengetahui itu, Haris dan Sinta tampak
menganggukkan kepala. Setelah ketiganya
berbincang-bincang sejenak, akhirnya mereka
kembali melanjutkan rencana mereka semula, yaitu
95 menjelajahi semua ruangan yang ada di pesawat. Kini
mereka sudah berada di ruang medis yang juga
berhubungan dengan ruang Android. Saat itu mereka
kembali terkagum-kagum dengan apa yang mereka
lihat. Di dalam ruangan itu terdapat seperangkat
peralatan medis yang menggunakan komputer. Pada
bagian sebelah kiri ruangan terdapat dua buah mesin
medis yang lumayan besar, yang satu merupakan
mesin pemeriksa tubuh yang dilengkapi dengan
tempat tidur berpenutup kaca, sedangkan yang
satunya lagi adalah sebuah mesin bedah yang
dilengkapi dengan kursi dan mempunyai sandaran
kepala yang dirancang khusus. Pada bagian sebelah
kanan ruangan, tepatnya di pojok sebelah kiri terdapat
sebuah tabung pengobatan. Sedangkan di pojok
kanannya terdapat sebuah tempat tidur yang
dilengkapi dengan sabuk pengikat. Setelah puas
melihat-lihat ruangan itu, akhirnya mereka
melanjutkan perjalanan untuk melihat-lihat ruangan
yang lain, yaitu ruang laboratorium, ruang kehidupan,
dan ruang mesin. 96 Bobby, Haris, Sinta, dan Rolab terus berjalan
menyusuri lorong, kemudian mereka menaiki elevator
untuk menuju ke lantai atas, hingga akhirnya mereka
sampai di depan sebuah pintu yang cukup besar.
"Ini adalah ruang laboratorium," jelas Rolab
kepada ketiganya. "Ayo kita masuk dan melihat-lihat!" ajak Haris
seraya menekan tombol yang ada di tepi pintu.
Seiring dengan ditekannya tombol itu, pintu
laboratorium itu pun terbuka, lalu dengan segera
mereka melangkah masuk. Laboratorium itu sangat
luas, di dalamnya terdapat beberapa ruangan. Saat
itu, Rolab diminta untuk menjelaskan fungsi ruangan
itu satu per satu. Ruang Biologi, berguna untuk melakukan
penelitian yang berhubungan dengan mahluk hidup"
di dalamnya terdapat seperangkat peralatan riset yang
menggunakan komputer. Selain itu tersimpan bahanbahan
kimia pada sebuah lemari khusus.
97 Ruang fisika, berguna untuk melakukan penelitian
benda mati. Di dalamnya terdapat mesin-mesin
simulasi yang dikendalikan oleh komputer.
Ruang percobaan, berguna untuk menguji coba
hasil penelitian. Di dalamnya terdapat mesin-mesin
penguji yang juga dikendalikan oleh komputer.
Ruang Kerja, berguna untuk membuat hasil
penelitian. Di dalamnya terdapat peralatan kerja dan
bahan-bahan material. Ruang kerja berhubungan
dengan ruang uji coba dan ruang kargo.
Kini Bobby, Haris, dan Sinta berjalan menuju
ruang kargo. Mereka tampak terkagum-kagum
melihat kendaraan yang berada di ruangan itu.
Sebuah mobil penjelajah dan sebuah pesawat kecil
tampak diparkir di tengah ruangan. Kini mereka
sedang mengamati mobil penjelajah dengan
seksama. Pada saat itu, Rolab diminta untuk
menjelaskannya dengan rinci.
Mobil penjelajah memiliki tiga macam bentuk roda
yang bisa diganti maupun dikombinasikan menurut
keadaan jalan. Roda yang seperti tank untuk berjalan
98 di dataran yang terjal, roda biasa (ban karet) untuk
berjalan di jalan raya, dan roda tank yang dipadukan
dengan papan seluncur untuk berjalan di atas es.
Mobil tersebut menggunakan tenaga listrik.
Sayangnya mobil tersebut tidak dilengkapi dengan
persenjataan. "Wah, hebat! Dengan mobil ini kita bisa
menjelajahi daerah yang sulit dilalui oleh kendaraan
biasa," ujar Sinta berkomentar.
"Kalau begitu. Ayo, kita lihat bagian dalamnya!"
ajak Bobby. "Iya, aku juga penasaran ingin segera melihat
bagian dalamnya," timpal Haris.
Lantas, mereka pun segera memasuki mobil itu.
Setibanya di dalam, mereka tampak terheran-heran.
"Lihatlah! Mobil ini mempunyai dapur dan ruang tidur,"
kata Sinta kagum. "Benar, Sin. Dengan Mobil ini kita bisa menjelajah
dan melakukan penelitian," timpal Haris.
"Selain itu juga bisa untuk piknik," sambung
Bobby. 99 "Ngaco kamu, Kak! Masa piknik pakai mobil
seperti ini," komentar Sinta.
"Bisa saja, Sin. Kan ada tempat tidur dan
dapurnya," bela Bobby.
"Huh, yang ada di otak kamu memang cuma
urusan senang-senang melulu. Sekali-kali kek mikir
tentang ilmu pengetahuan," komentar Sinta sok
menggurui. Mendengar itu, Bobby langsung angkat bicara,
"Yeee... Bolehnya sirik. Memangnya hidup itu harus
mikir terus apa" Boleh dong sekali-kali kita senangsenang.
Bukan begitu, Har?" "Kau benar, Bob. Kalau tidak begitu, bisa-bisa kita
jadi stress dan akhirnya gila."
"Iya iya". kalian menang!" kata Sinta dengan
tatapan kecewa. Kini mereka sudah keluar dari mobil itu dan
sedang melangkah menuju ke pesawat kecil.
Setibanya di dekat pesawat, mereka langsung
mengamatinya dengan penuh seksama. Seperti biasa,
Rolab diminta untuk menjelaskannya. Pesawat itu
100 merupakan pesawat penjelajah. Kedua sayapnya bisa
dilipat sedemikian rupa, seperti yang mereka lihat saat
ini. Pesawat itu berpenumpang dua orang, pilot dan
copilot. Pesawat tersebut digerakkan dengan mesin
plasma Jet yang menggunakan tenaga listrik. Pesawat
itu juga mempunyai persenjataan mutakhir yang
dilengkapi dengan Plasma Canon.
"Wah, pesawat kecil ini luar biasa," puji Sinta
kagum. "Sayang" di antara kita tidak ada yang bisa
mengemudikan pesawat. Aku sebenarnya ingin sekali
naik pesawat seperti itu," kata Bobby.
"Kalau kau ingin naik, ya" naik saja, Bob," kata
Haris sambil tersenyum. "Memangnya bisa?" tanya Bobby bersemangat.
"Yaaa, kalau cuma naik saja sih bisa, tapi tidak
terbang" hihihi," tawa Sinta yang memahami maksud
Haris. "Huh, payah" aku kira bisa naik menerbangkan
pesawat itu!" Bobby menggerutu.
101 Mereka kembali melihat-lihat ruang kargo.
Sekarang mereka sedang melangkah menuju area
berbentuk segi empat yang mempunyai pagar besi
setinggi satu meter. Saat itu, lagi-lagi Rolab diminta
untuk memberikan penjelasan. "Area itu adalah
sebuah mesin transportasi yang berguna untuk
memindahkan kendaraan yang ada di dalam pesawat,
mesin itu dinamakan Mestrans II," jelas Rolab.
"Wah, seperti Kaptrans, dong!" komentar Sinta.
"Benar, Sin. Cuma tidak pakai kapsul," timpal
Haris. Kini mata mereka tertuju pada sebuah benda yang
ada di dekat Mestrans II. Itulah benda yang bernama
Kapwak, kapsul waktu terakhir yang akan digunakan
sang Kapten pada masa yang telah lewat. Setelah
mengamati Kapwak, mereka segera bergerak menuju
ke ruang kehidupan. Kini mereka sedang menaiki
elevator guna menuju ke tempat itu, dan setelah
melewati sebuah lorong, akhirnya mereka tiba di
ruang kehidupan. 102 Ruang kehidupan terbagi menjadi beberapa
ruangan. Begitu memasuki pintu, mereka berada di
ruang santai. Di situ terdapat sofa, meja, dan monitor
yang juga bisa berfungsi sebagai televisi. Ruangan
tersebut sangat nyaman, karena mempunyai dekorasi
yang indah dan udaranya pun terasa begitu sejuk. Di
dalam ruang kehidupan terdapat kamar mandi,
beberapa kamar tidur, dan sebuah pantry. Setelah
beristirahat sejenak di ruang santai, akhirnya mereka
bergegas menuju ke ruang mesin.
Kini Bobby, Haris, Sinta, dan Rolab tampak
sedang menaiki elevator, mereka hendak turun ke
lantai dasar yang merupakan ruang mesin pesawat.
Tak lama kemudian, mereka sudah tiba di ruangan itu.
Selama berada di dalam ruangan, Rolab selalu
diminta untuk menjelaskan segala hal yang ada.
Bahkan dia diminta untuk selalu memperingati mereka
agar tidak sampai menyentuh sesuatu yang
berbahaya. Kini ketiganya tampak serius mengamati
isi ruang mesin yang tampak begitu menakjubkan,
ternyata ruangan itu begitu besar dan dibagi menjadi
103 dua bagian. Bagian pertama adalah area aman,
sedangkan bagian kedua adalah area tidak aman
karena dipenuhi dengan radio aktif. Kedua bagian itu
dipisahkan dengan dinding kaca yang sangat tebal.
Pada bagian tengah dinding pemisah terdapat sebuah
pintu yang menghubungkan area aman dan area tidak
aman. Pintu itu dirancang sedemikian rupa agar orang
bisa keluar masuk ke daerah tidak aman tanpa
mencemari area aman. Saat itu, Bobby, Haris, dan Sinta tampak
memperhatikan area tidak aman melalui dinding kaca.
Sungguh mereka tidak menyangka kalau sumber
listrik pesawat ternyata berasal dari dua buah
generator nuklir yang masih berfungsi dengan baik.
Karena itulah semua sistem kelistrikan di pesawat itu
masih bisa berfungsi sebagaimana mestinya, bahkan
masih mampu untuk menjalankan Kapwak pada saat
evakuasi darurat. Masing-masing generator terletak di
sebelah kiri dan kanan ruang area tidak aman. Kini
Rolab sedang menjelaskan secara rinci mengenai
kedua generator itu. Bobby, Haris, dan Sinta tampak
104 mendengarkannya dengan penuh seksama, mata
mereka tertuju pada visualisasi yang diproyeksikan
melalui dahi Rolab. Ternyata kedua generator itu
menggunakan Reifudi (Reaktor inti fusi dingin). Bahan
bakarnya menggunakan Jupenium (Zat radioaktif yang
keaktifannya melebihi Polonium dan Radium) yang
berasal dari planet Jupiter. Reifudi merupakan reaktor
yang cukup canggih, hanya dengan sedikit Jupenium
dapat menghasilkan energi yang sangat besar.
Persediaan Jupenium di pesawat itu cukup untuk 100
tahun lagi. Kini Bobby, Haris, dan Sinta tampak sudah
mengenakan pakaian anti radiasi. Tak lama
kemudian, mereka mulai memasuki area tidak aman.
Kini ketiganya sedang memperhatikan sebuah
mesin berbentuk lingkaran yang ada di tengah area
tidak aman. Mesin itu adalah mesin utama pesawat
yang kini sudah tidak bisa difungsikan lantaran
mengalami kerusakan sehingga pesawat itu tidak bisa
mengangkasa dan melakukan perpindahan waktu.
Sebab, untuk memindahkan objek yang sedemikian
besar ke dimensi lain jelas membutuhkan tenaga yang
105 lebih besar lagi, tidak cukup hanya dengan
mengandalkan kedua generator yang masih berfungsi
itu. Tak lama kemudian, Rolab langsung menjelaskan
mengenai mesin utama itu, bahkan dari dahinya
tampak sebuah gambar cetak biru mesin yang
diproyeksikan dengan begitu detail. Ternyata mesin
utama pesawat itu juga menggunakan Reifudi sebagai
pembangkit tenaganya. Pada bagian tengah mesin
terdapat sebuah alat yang memfokuskan energi
menuju ke penggerak mesin utama. Penggerak mesin
juga berbentuk lingkaran, terpasang pada langit-langit
pesawat. Di bagian tengah alat yang memfokuskan
energi itu terdapat sebuah kristal berbentuk segi
enam. Pada bagian sisinya tampak bekas pecahan,
rupanya karena kerusakan pada kristal itulah yang
menyebabkan mesin pesawat tak bisa difungsikan
lagi. Kini Rolab sedang menjelaskan kepada mereka
tentang kristal itu. Ternyata kristal yang digunakan itu
adalah bagian terkecil dari seluruh bagian kristal inti
pusat bumi yang telah ditemukan dan berhasil
106 diangkat sekitar tahun 2025, sedangkan bagian yang
terbesar dari kristal itu telah digunakan untuk
mengendalikan segala bencana alam yang terjadi di
seluruh dunia. Di pesawat, kristal itu digunakan untuk
memfokuskan energi yang dihasilkan oleh reaktor
Reifudi sehingga menjadi enam kali lipat, kemudian


Topeng Kuning Karya Bois di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

energi itu disalurkan ke penggerak mesin yang ada di
langit-langit pesawat. Di situlah energi panas diubah
menjadi energi listrik yang akhirnya disalurkan untuk
mengaktifkan mesin waktu dan sebagian lagi
disalurkan ke mesin pendorong plasma, yaitu mesin
yang bisa membuat pesawat bergerak maju.
Bobby, Haris, dan Sinta tampak menganggukangguk
mendengarkan penjelasan Rolab. Terkadang
salah satu dari mereka tampak bertanya tentang
sesuatu hal. Saat itu, Rolab pun langsung
menjawabnya dengan begitu gamblang. Setelah
dirasa cukup, ketiganya lantas segera kembali ke
Anjungan. 107 TIGA MESIN TRANSPORTASI DAN MESIN WAKTU
etibanya di anjungan, Bobby segera
berkomunikasi dengan Gita. Dia menanyakan
perihal mesin transportasi yang berada di belakang
tiga buah kursi kendali. Gita menyebutnya Mestrans I
(Mesin Transportasi Satu), kegunaan mesin itu sama
saja dengan mesin transportasi yang ada di ruang
Kargo, hanya saja kapasitasnya jauh lebih kecil.
Mestrans I berbeda dengan Kaptrans, mesin itu tidak
menggunakan kapsul untuk mengendalikannya, tapi
menggunakan seorang operator di pesawat yang
bertugas menentukan lokasi pendaratan maupun
lokasi peluncuran. Setelah memahami Mestrans I, Bobby juga
menanyakan perihal mesin waktu yang berada di
ruang anjungan. Lokasinya persis di atas mesin
Kaptrans. Untuk menuju ke mesin itu bisa melalui dua
S 108 buah anak tangga yang melingkari mesin Kaptrans.
Bentuk mesin itu mirip sekali dengan mesin Kaptrans,
hanya saja bagian kapsulnya yang bernama Kapwak
telah hilang setelah dulu dipakai melakukan evakuasi
darurat. Kapwak terakhir yang seharusnya berada di
mesin itu, kini sedang teronggok di ruang kargo
lantaran Android yang waktu itu ditugaskan
membawanya mengalami kerusakan. Saat itu Gita
menjelaskan bagaimana kondisi mesin waktu itu.
Sementara itu, Bobby, Haris, dan Sinta tampak
mendengarkannya dengan penuh seksama, bahkan
mata ketiganya hampir tak berkedip memperhatikan
layar monitor yang sedang menampilkan cetak
birunya. Sesekali, Haris dan Sinta juga ikut bertanya.
Rupanya kakak beradik itu begitu penasaran ingin
mengetahuinya lebih jauh, yaitu apakah mesin waktu
itu masih bisa difungsikan atau tidak. Setelah
mengetahui jawaban Gita, akhirnya mereka mulai
membahasnya bersama. "Sepertinya kita tidak dapat menggunakan mesin
waktu itu," kata Haris membuka pembicaraan.
109 "Ya sepertinya memang begitu," kata Bobby
menimpali. "Kalian salah. Aku rasa kita bisa menggunakan
mesin itu," kata Sinta serius.
"Apa maksudmu, Sin?" tanya Bobby penasaran.
"Iya, Sin" Bukankah Gita telah memberitahu,
bahwa orang yang pergi dengan mesin itu tidak akan
bisa kembali ke pesawat karena mesin itu merupakan
mesin waktu satu arah. Bukankah mesin itu dirancang
cuma untuk evakuasi darurat, sedangkan yang bisa
menjelajah waktu dua arah hanyalah pesawat ini,"
jelas Haris panjang lebar.
"Kau benar, Kak. Tapi jangan lupa! Sebetulnya
kita pun bisa menggunakan mesin itu secara dua arah
asalkan kita bisa membuat sebuah Kapwak yang
mempunyai tenaga cukup besar, dan dengan tenaga
yang cukup besar itulah, Kapwak bisa kembali pulang
dengan mengandalkan tenaganya sendiri, yaitu
dengan cara diperasikan oleh penumpangnya," kata
Sinta menjelaskan kemungkinannya.
110 "Tapi, bagaimana mungkin Kapwak bisa dikirim
ke lokasi yang diinginkan, sedangkan gelombang
radio jelas tidak mungkin bisa menembus dimensi
waktu?" tanya Haris tiba-tiba, "Ketahuilah, Sin. Seperti
halnya Kaptrans yang ketika menentukan koordinat
pendaratan jelas sangat membutuhkan peran pesawat
guna bisa mendapat sinyal lokasi yang berasal dari
satelit galileo," lanjutnya kemudian.
"Haris benar, Sin. Masih ingatkah dengan cerita
Gita" Waktu itu para awak pesawat ini saja harus
meluncurkan satelit dulu sebelum mereka bisa
menggunakan Kaptrans. Jadi, bagaimana mungkin
Kapwak bisa menentukan koordinat lokasi tanpa
mengandalkan satelit" Bisa-bisa, Kapwak malah akan
di kirim di tengah laut," timpal Bobby.
"Jangan khawatir! Mengenai koordinat pendaratan
itu sebetulnya mudah. Ketahuilah! Sebelum
berangkat, Kapwak akan mencatat koordinat
keberangkatan yang didapat dari satelit Galileo pada
masa ini dan menyimpannya ke dalam memori data.
Lalu setelah berada di tahun yang dituju, Kapwak
111 akan menentukan koordinatnya berdasarkan hasil
rekaman tadi. Dengan demikian, Kapwak bisa
mendarat sesuai dengan lokasi yang kita inginkan.
Aku rasa, Kapwak memang sudah dirancang seperti
itu. Masih ingatkah kalian ketika para awak pesawat
ini dievakuasi, bukahkah itu suatu bukti kalau Kapwak
sudah dilengkapi dengan alat seperti itu. Nah, yang
harus kita pikirkan sekarang adalah, bagaimana
caranya agar Kapwak bisa mempunyai tenaga yang
cukup besar," jelas Sinta panjang lebar.
"Benar juga, Sin. Tapi, apa mungkin kita bisa
membuat Kapwak yang seperti itu?" tanya Haris ragu.
"Ya, para ilmuwan saja belum berhasil membuat
Kapwak yang seperti itu," timpal Bobby meragukan.
"Kita pasti bisa, soalnya waktu itu aku sempat
menangkap penjelasan Gita yang memang mengarah
ke hal itu. Tapi sayangnya, saat ini aku benar-benar
lupa," jelas Sinta seraya menatap ke arah monitor
raksasa, "O ya, Gita" Apakah kau mempunyai
informasi yang kumaksudkan?" tanyanya kemudian.
112 "Ya, Sinta. Saya mempunyai informasi yang
berhubungan dengan hal itu. Pada tahun 2025, para
ilmuwan pernah melakukan percobaan untuk
membuat Kapwak yang bisa pulang-pergi. Namun
ketika melakukan percobaan, ternyata Kapwak tidak
kembali lagi ke mesin induknya. Selidik punya selidik,
ternyata hal itu disebabkan oleh kurangnya tenaga
pada Kapwak. Itulah kendala yang mereka dialami,
yaitu mengenai sumber tenaga yang belum bisa
terpecahkan. Karenanyalah, pada masa itu Kapwak
hanya bisa diluncurkan dari pesawat yang memang
mempunyai tenaga cukup besar, namun jika
diluncurkan dengan mengandalkan tenaganya sendiri
sama sekali tidak dimungkinkan. Jika saja pada saat
itu mereka masih mempunyai kristal inti pusat bumi,
tentu masalah itu bisa dipecahkan dengan mudah,"
cerita Gita panjang lebar.
Sinta tampak berpangku tangan dengan alis yang
kian merapat, rupanya dia sedang berpikir keras
mengenai hal yang baru diceritakan Gita. Setelah
agak lama berpikir, tiba-tiba gadis itu berdiri dari
113 duduknya, kemudian memandang Haris dengan
pandangan yang berbinar-binar.
"Aku ingat sekarang. Kristal itu! Ya" kristal itu,
Kak," kata Sinta bersemangat.
"Kristal?" Kristal yang mana ?" tanya Haris
dengan wajah sedikit bingung.
"Ingat tidak, Kak. Dengan kristal yang ada di ruang
mesin" Ya, kita bisa menggunakan kristal itu untuk
meningkatkan tenaga pada kapsul waktu," jelas Sinta
bersemangat. "Hebat" kau memang brilliant, Sin," puji Haris.
Saat itu Bobby tampak diam, dia betul-betul tidak
mengerti akan maksud Sinta.
Sinta kembali duduk, kemudian dia melanjutkan
kata-katanya, "Ya, bukankah pesawat ini sudah ada
sebelum para ahli memikirkan pemecahan masalah
tenaga untuk kapsul waktu. Aku yakin, sebenarnya
pada waktu itu mereka juga berpikiran untuk
menggunakan kristal itu. Namun karena kristal itu
jumlahnya terbatas dan yang terkecil digunakan untuk
pesawat ini, maka para ilmuwan lebih mementingkan
114 kristal itu untuk pesawat dari pada untuk Kapwak.
Nah, sekarang kan kristal itu sudah pecah, jadi kita
bisa memanfaatkan sisa pecahannya untuk Kapwak,"
jelas Sinta dengan mata berbinar-binar.
Mengetahui itu, akhirnya Bobby baru mengerti,
ternyata Sinta ingin menggunakan kristal yang ada di
ruang mesin guna meningkatkan tenaga Kapwak.
Sementara itu, Haris sedang memikirkan penjelasan
Sinta barusan. "Ya, sebaiknya kita coba saja. Aku
yakin Rolab bisa membentuk kembali kristal itu seperti
yang ada di ruang mesin, walaupun ukurannya akan
menjadi lebih kecil," kata Haris mengusulkan.
"Kenapa tidak dilebur saja seperti yang pernah
aku lihat di TV?" tanya Bobby.
"Tidak bisa, Kak. Itu bukan kristal biasa. Kalaupun
bisa, pasti akan merubah struktur molekulnya"bisabisa
malah menjadi kristal biasa, " jelas Sinta.
"Benar, Sin. Jika kristal itu bisa dilebur, tentu
pesawat ini sudah terbang dari dulu-dulu," timpal
Haris. 115 "Mmm" kalau begitu, ayo kita segera menuju ke
ruang mesin!" ajak Bobby bersemangat.
Tak lama kemudian, ketiganya sudah melangkah
menuju ke ruang mesin. Setelah mengambil kristal itu,
mereka segera membawanya ke ruang laboratorium.
Kini mereka sedang berembuk untuk mempersiapkan
segala sesuatunya, yaitu rencana membuat alat
peningkat tenaga. Saat itu, Haris dan Sinta tampak
begitu serius memikirkannya, sedangkan Bobby hanya
menjadi pendengar saja. Ketika Haris dan Sinta masih
serius dengan segala pemikirannya, tiba-tiba Bobby
sudah bangkit dari duduknya. "Wah, sudah pukul tiga
sore nih. Maaf ya, teman-teman! Aku tidak bisa
menemani kalian. Soalnya, aku harus segera pulang
untuk latihan silat," kata Bobby dengan sangat
menyesal. "Tidak apa-apa, Bob," kata Haris memaklumi.
"Ya, Kak. Kami mengerti kok," timpal Sinta.
Akhirnya Bobby segera meninggalkan kedua
sahabatnya, saat itu dia tampak melangkah ke
anjungan untuk menggunakan Kaptrans. Tak lama
116 kemudian, alat transportasi itu sudah membawanya
menuju gudang dengan begitu cepat. Kini Bobby
sudah keluar dari benda itu dan segera menutupinya
dengan sebuah terpal, kemudian dia segera
melangkah ke kamar untuk berkemas-kemas.
Sementara itu di pesawat, Haris dan Sinta masih
berada di ruang kerja laboratorium. Mereka sedang
mempersiapkan perencanaan untuk membuat
Alpenten (Alat peningkat tenaga, sebuah alat yang
nantinya akan digunakan untuk meningkatkan tenaga
pada Kapwak). Mereka cukup beruntung karena tidak
perlu mendesain sirkuit utamanya. Sebab, sirkuit
utama alat itu sudah ada cetak birunya. Saat ini,
mereka tinggal membuat komponen pendukungnya
saja. Selain itu, mereka juga akan membuat
perencanaan untuk memodifikasi Kapwak agar bisa
menggunakan alat baru yang sedang mereka
rancang. Kini Sinta tampak sibuk menggambar desain
casing dan sistem mekaniknya. Sedangkan Haris
tampak sibuk mendesain skema sirkuit
117 pendukungnya. Keduanya tampak begitu giat bekerja
di depan komputer masing-masing. Pada saat yang
sama, Gita dan Rolab diminta untuk memberikan
semua data yang diperlukan dalam menyelesaikan
pekerjaan itu. Hari demi hari terus berlalu, Haris dan Sinta masih
sibuk mendesain kompenen pendukung untuk
Alpenten dan pemodifikasian Kapwak. Sedangkan
Bobby masih giat berlatih silat di padepokannya,
selain itu dia juga sibuk berlatih menggunakan kostum
bertopeng kuning di dalam ruang latihan"di pesawat.
Semua fasilitas yang ada pada kostum tersebut
dicobanya satu per satu. Sistem pertahanan, sistem
penyerangan dan lain-lain. Semua gerakannya
direkam oleh mesin pemantau untuk dianalisa. Kini dia
sudah hampir mengusai semua kemampuan kostum
itu. 118 Seminggu kemudian, Haris dan Sinta telah
menyelesaikan cetak biru komponen pendukung. Kini
Bobby, Haris, dan Sinta mulai mempersiapkan segala


Topeng Kuning Karya Bois di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sesuatu yang diperlukan untuk merangkai Alpenten.
Dengan bantuan Rolab dan informasi dari Gita,
akhirnya mereka berhasil mengumpulkan segala yang
diperlukan untuk membuat alat itu.
"Kak" Sekarang aku dan Kak Bobby akan
membuat casing untuk alat itu," pamit Sinta.
"Oke, Sin. Aku dan Rolab akan segera merangkai
sirkuit utamanya," jelas Haris.
Bobby dan Sinta segera menuju ke mesin
pemotong, sedangkan Haris mulai merangkai sirkuit
utama Alpenten. Haris bekerja dengan penuh
semangat, dia merangkai komponen demi komponen
pada sebuah papan sirkuit utama yang sudah
dipersiapkan. Di dekat mesin pemotong, Bobby dan
Sinta sedang menggambar pola casing pada sebuah
pelat besi. Setelah gambar itu selesai dibuat, Bobby
segera memotongnya mengikuti pola tersebut,
kemudian dengan sebuah mesin press dia mulai
119 membuat lekukan-lekukan yang sesuai dengan desain
casing-nya. Sinta tampak mengawasi pekerjaan yang
dilakukan Bobby. Sesekali dia memberikan petunjuk
kepada Bobby yang mengalami kesulitan.
Sementara itu, Haris masih sibuk dengan
pekerjaannya. Setelah selesai mengerjakan perakitan
sebuah blok sirkuit, Haris segera mengujinya dengan
sebuah alat khusus. Bila blok yang baru dirakit
berfungsi dengan baik, dia segera melanjutkan ke
blok berikutnya. Sesekali Sinta menemui Haris untuk
melihat perkembangan perakitan sirkuit utama.
Beberapa jam kemudian, Bobby dan Sinta tampak
menghampiri Haris yang masih sibuk merakit. Saat itu
Bobby berpamitan untuk latihan silat ke padepokan,
sedangkan Sinta duduk di sebelah Haris.
"Bagaimana, Kak" Apakah masalah pada blok
penguat sudah terpecahkan?" tanya Sinta.
"Belum, Sin. Aku masih bingung. Transistor-4 dan
kapasitor-6 yang dipasang selalu terbakar," jelas
Haris. 120 "Hmm" Apakah tidak ada cara lain untuk
mengatasinya?" tanya Sinta.
"Aku juga belum tahu, Sin. Sekarang pun aku
masih memikirkannya," jawab Haris.
Sinta hanya terdiam memperhatikan Haris yang
saat itu sedang pusing memikirkan masalah pada blok
penguat. Haris tidak habis pikir, kenapa transistor dan
kapasitor itu selalu terbakar. Padahal Semua hitungan
sudah benar, bahkan dalam perakitannya tidak ada
kesalahan sedikit pun. "O ya, bagaimana kalau kita meminta bantuan
Rolab" Bukankah dia bisa menunjukkan cetak birunya
dalam bentuk tampilan 3D," saran Sinta.
Haris pun setuju dengan saran Sinta, lalu dengan
segera dia meminta bantuan Rolab untuk
menampilkan kembali skema sirkuit Alpenten. Tak
lama kemudian, tampilan skema 3D hologram tampak
keluar dari dahi Rolab. Saat itu Haris tampak
memperhatikannya dengan penuh seksama. Bahkan
dia meminta Rolab untuk memutar skema dan
memperbesarnya di bagian tertentu. Hampir setengah
121 jam Haris mempelajari kembali skema itu, hingga
akhirnya dia menemukan kesalahannya.
"Aha! Kini aku mengerti," kata Haris lega.
"Benarkah?" tanya Sinta ragu.
"Benar, Sin. Para ilmuwan itu memang pintar.
Mereka mencoba memproteksi sirkuit ini dengan
menghilangkan sebuah alur yang penting. Bila arus
dari gerbang C1 mengalir menuju transistor-4,
seharusnya gerbang C2 yang menuju ke kaki basis
transistor-1 dalam keadaan low bukannya high. Arus
dari kapasitor-2 yang seharusnya belum dikeluarkan
sudah dikeluarkan. Akibatnya transistor-4 kelebihan
beban. Karena transistor-4 terbakar, maka kapasitor-6
yang menampung arus akan kelebihan beban, hingga
akhirnya akan terbakar pula. Untuk mengatasi
masalah itu, jelas aku harus membuat gerbang C2
dalam keadaan low dengan cara mengaktifkan
gerbang C4, caranya dengan membuat sebuah
jumper dari kaki emitor transistor-3 ke gerbang C4
pada Chip yang ini," jelas Haris sambil menunjukkan
sebuah chip pada tampilan skema.
122 "O" begitu?" Sinta tampak menganggukanggukkan
kepala. "Wah, aku betul-betul tidak
mengerti dengan apa yang dikatakan kakakku
barusan," katanya dalam hati.
"Terima kasih, Rolab," kata Haris seraya
melanjutkan pekerjaannya.
Kini Haris sudah kembali sibuk dengan
pekerjaannya, sementara itu Sinta masih terus
menemaninya, sesekali dia mengambilkan minum
untuk kakaknya yang kehausan.
Esok harinya, di halaman belakang sebuah rumah
megah, terlihat kolam ikan yang airnya terus mengalir.
Di dalamnya tampak beberapa ikan koi dan ikan mas
koki yang tampak begitu sehat, berenang hilir mudik"
memamerkan keindahan warnanya yang begitu cerah.
Itulah kolam ikan milik Bobby yang menggunakan
teknologi air mengalir temuan Sinta. Tak jauh dari
kolam itu, Bobby tampak sedang giat berlatih silat"
123 mengulang kembali berbagai jurus yang pernah
dipelajarinya. Kini pemuda itu siap melatih kekuatan
tendangan dan pukulannya mautnya, saat itu dia
tampak berkonsentrasi penuh guna menghancurkan
kendi-kendi yang tergantung berjajar pada sebatang
bambu. Tak lama kemudian, dia sudah melompat dan
langsung menendang sebuah kendi hingga hancur
berkeping-keping. Setelah itu, dia pun memukul
sebuah kendi yang berada di sebelahnya. Tak ayal,
kendi itu pun langsung hancur berkeping-keping.
Sampai akhirnya, semua kendi yang berjumlah 10
buah hancur tak berbentuk.
Kini pemuda itu tampak melangkah menghampiri
dua tumpuk ubin pualam. Setelah berkonsentrasi
penuh, lantas dengan segera dia memukulnya hingga
terbelah dua, kemudian disusul dengan menendang
ubin pualam yang berada di sebelahnya. Tak ayal,
ubin pualam itu pun terbelah dua. Saat itu Bobby
cukup puas dengan hasil latihannya, kemudian
dengan segera dia melangkah ke beranda untuk
bermeditasi. Sementara itu di dalam pesawat, Haris
124 dan Sinta masih mengerjakan perakitan sirkuit
penambah tenaga. Kini tahap pengerjaan sudah
sampai di bagian blok out-put.
"Nah" tinggal satu komponen lagi," kata Haris
seraya menyolder sebuah komponen. "Selesai
sudah!" katanya lagi dengan wajah yang begitu
senang. "Coba diuji, Kak!" pinta Sinta
Haris pun segera menguji sirkuit penambah
tenaga dengan menggunakan sebuah alat khusus.
Tak lama kemudian, "Oke, Sin. Hasilnya bagus," kata
Haris seraya mematikan alat pengujinya.
"Kalau begitu, ayo kita segera merakitnya pada
casing yang telah kubuat itu, Kak!" ajak Sinta.
"Sebaiknya jangan sekarang, Sin. Bagaimana
kalau nanti malam saja" Lebih baik sekarang kita
istirahat dulu! Lagi pula, kau itu kan harus segera
pulang. Kalau tidak, ayah dan ibu pasti akan mencari.
O ya, malam ini kan aku akan menginap di pesawat
ini. Jangan lupa, bilang pada ayah dan ibu kalau hari
ini aku akan menginap bersama Bobby."
125 "Baiklah, Kak. Kalau begitu, ayo kita segera
hubungi Bobby agar segera menjemputku dengan
Kaptrans!" ajak Sinta seraya bangkit dari duduknya.
"Kali ini kita tidak akan menggunakan Kaptrans,
Sin," jelas Haris seraya ikut bangkit dari tempat
duduknya. "Nah, sekarang ikut aku ke Mestrans I agar
aku bisa langsung mengirimmu pulang," sambungnya
kemudian. "Tapi, Kak. Aku masih ragu menggunakan mesin
itu. Selama ini kan kita biasa menggunakan
Kaptrans," kata Sinta khawatir.
"Tenang, Sin. Alat itu aman kok, soalnya aku
sudah sempat mengujinya bersama Rolab," jelas
Haris. "Terus... bagaimana kalau Kakak salah
menentukan koordinat. Bisa-bisa aku malah dikirim ke
tengah laut." "Tenang saja, Sin. Kebetulan kemarin aku sudah
merekam koordinat kamarmu. Itu loh, ketika kau
menghubungiku dengan Alkom saat di kamar."
126 "Benarkah! Aku tidak menyangka, sempatsempatnya
Kakak merekam koordinat kamarku," kata
Sinta seakan tidak percaya.
"Tentu saja. Aku pikir, mau tidak mau kita harus
menggunakan mesin itu. Bukankah merepotkan sekali
kalau setiap mau pulang harus menunggu Bobby dulu.
Apalagi jika Bobby sedang tidak di rumah, bisa lama
sekali kita menunggu dia. Karena itulah, aku segera
merekam koordinat kamarmu agar kau bisa pulang
langsung ke kamar tanpa sepengetahuan ayah dan
ibu," jelas Haris panjang lebar.
"Wah, kalau dipikir-pikir, ada benarnya juga, Kak!
Kita memang tidak mungkin mengandalkan Kaptrans
saja. Kalau begitu, ayo kita coba!" ajak Sinta
bersemangat. Lantas, mereka pun segera melangkah menuju ke
anjungan. Setibanya di tempat itu, Sinta segera berdiri
di tengah-tengah Mestrans I. Sementara itu, Haris
tampak mengoperasikannya dengan hati-hati, dan
setelah dia menekan tombol eksekusinya, tiba-tiba
Sinta sudah lenyap dari pandangan.
127 Dalam hitungan detik, Sinta sudah berada di
kamarnya sendiri. Saat itu dia benar-benar takjub
dibuatnya, "Luar biasa" aku bisa pulang ke rumah
secepat ini," katanya dalam hati.
Sementara itu di pesawat, Haris tampak
melangkah menuju kamar mandi yang ada di ruang
kehidupan. Rupanya pemuda itu sudah begitu lelah
dan ingin berendam di air hangat guna mengendurkan
otot-ototnya yang terasa kaku. Sambil memikirkan
pekerjaannya yang belum selesai, Haris terus
berendam dengan berbalut basahan, sesekali dia
tampak memijat bagian tubuhnya yang terasa pegal.
Saat yang sama di anjungan, Bobby baru saja tiba
dengan menggunakan Kaptrans. Setelah tahu Haris
sedang mandi, akhirnya dia duduk menunggu dia
ruang santai sambil menonton TV. Rupanya malam ini
pun dia berniat menginap di pesawat bersama Haris.
Sekitar pukul tujuh malam, Alkom Haris berbunyi,
rupanya saat itu Sinta meminta segera dijemput.
Mengetahui itu, Haris pun segera melangkah menuju
anjungan. Tak lama kemudian, pemuda itu sudah
128 berada di anjungan dan langsung mengoperasikan
Mestrans I. Saat itu kedua tangannya tampak lincah
menekan tombol-tombol yang ada. Setelah tombol
eksekusi ditekan, tiba-tiba Sinta sudah berada di
tengah Mestrans I. Saat itu di tangan kanannya terlihat
rantang yang berisi makanan, dan di tangan kirinya
terlihat kantung plastik yang berisi beberapa keperluan
untuk bersih-bersih. Setelah meletakkan barangbarang
itu pada tempatnya, akhirnya Sinta segera
bergabung dengan kedua pemuda yang sudah
menunggunya di ruang makan. Kini ketiganya sedang
menikmati santap malam sambil berbincang-bincang
mengenai Alpenten. "Kak" Kapan kira-kira alat itu
selesai?" tanya Sinta.
"Mmm" kalau tidak ada hambatan mungkin akan
selesai tengah malam nanti," jelas Haris.
"Kau ikut menginap saja, Sin!" saran Bobby.
"Tidak, ah! Soalnya aku yakin kalau ayah dan ibu
pasti tidak akan mengizinkan," tolak Sinta.
"Jangan khawatir! Nanti aku akan menelepon
mereka untuk memberikan alasan. Aku jamin deh,
129 mereka akan mengijinkanmu menginap malam ini.
Bukankah ada Kakakmu yang menemani," kata Bobby
sungguh-sungguh. "Jangan, Bob!" Larang Haris tiba-tiba. "Ketahuilah!
Ayah dan ibuku pasti akan curiga kalau Sinta ikut
menginap. Sinta itu kan perempuan, tentu orang tua
kami akan bertanya-tanya jika Sinta sampai ikut
menginap. Lain halnya dengan aku yang laki-laki,
yang selama ini memang bebas untuk bisa menginap
di mana saja," jelas pemuda itu merasa khawatir.
"Betul juga, Har. Jika mereka sampai
menanyakannya, bisa-bisa rahasia kita terbongkar
lantaran Sinta takut berbohong," kata Bobby
membenarkan. Tak lama kemudian, mereka sudah selesai
menikmati santap malam, saat itu mereka masih


Topeng Kuning Karya Bois di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berbincang-bincang sambil menurunkan makanan
yang baru saja masuk ke perut. Beberapa menit
kemudian, ketiganya tampak sibuk membereskan
meja makan. Setelah itu, mereka segera menuju ke
ruang kerja di laboratorium. Di tempat itu, Haris
130 tampak mulai melanjutkan pekerjaannya dengan
ditemani oleh Bobby dan Sinta. Saat itu dia tampak
begitu berhati-hati dalam merakit Alpenten, sebab jika
salah sedikit saja tentu bisa menyebabkannya
terbakar. Menjelang pukul sembilan malam, Sinta pamit
pulang. Pada saat itu, Bobby langsung
Runtuhnya Kerajaan Manchuria 1 Wanita Gagah Perkasa Karya Liang Ie Shen Alengka Bersimbah Darah 2

Cari Blog Ini