The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum Bagian 5
Begitu puitis dalam pembalasan dendam, begitu kejam. Apa aku mengucapkan katakata yang beijar?" 'Ya. Karena sekarang kau berada dalam salah satunya."
"Maaf?" "Ada sepucuk pistol yang sangat istimewa di bawah meja. Dibidikkan ke sela
kakimu." Dalam sedetik, Jason menarik taplak, mengangkat senjatanya hingga
larasnya terlihat, dan langsung mendorong pistol itu ke tempatnya semula.
"Pistol ini dilengkapi peredam yang mengurangi suara kaliber empat puluh lima
menjadi letupan tutup botol sampanye, tapi kekuatan hantamannya tidak berkurang.
Liao jie ma?" "Liao jie..." kata orang Oriental itu, tegang, menarik napas dalam dengan
ketakutan. "Kau dari Cabang Khusus?"
"Aku tidak dari mana-mana. Hanya diriku."
"Kalau begitu tidak ada setengah juta dolar?"
"Ada berapa pun yang menurutmu setara dengan harga nyawamu."
"Kenapa aku?" "Kau ada dalam daftar," jawab Bourne sejujurnya.
"Untuk dieksekusi?" bisik orang Cina itu, tersentak, wajahnya berkerut.
"Itu tergantung padamu."
"Aku hams membayarmu agar tidak membunuhku?" "Bisa dikatakan begitu."
"Aku tidak membawa setengah juta dolar di sakuku! Atau di sini, di tempat ini!"
"Kalau begitu bayar aku dengan yang lain." "Apa" Berapa" Kau membuatku bingung!"
"Informasi sebagai ganti uang."
"Informasi apa?" tanya orang Cina itu sementara ketakutannya berubah menjadi
kepanikan. "Informasi apa yang mungkin kumiliki" Kenapa datang kepadaku?"
"Karena kau pemah berurusan dengan orang yang ingin kutemukan. Orang sewaan yang
mengaku bernama Jason Bourne." 'Tidak! Tidak pemah terjadi!"
Tangan pria Oriental itu mulai gemetar. Pembuluh darah di lehernya berdenyutdenyut, dan untuk pertama kali matanya beralih dari wajah Jason. Ia berbohong.
"Kau pembohong," kata Bourne pelan, mendorong lengan kanannya semakin jauh di
bawah meja saat mencondongkan tubuh ke depan. "Kau yang mengadakan kontak di
Macao." "Macao, ya! Tapi tidak ada kontak. Aku bersumpah demi makara keluargaku selama
beberapa generasi!" "Kau hampir saja kehilangan perut dan nyawamu. Kau dikirim ke Macao untuk
menghubunginya!" "Aku memang dikirim, tapi aku tidak menghubunginya!" "Buktikan padaku. Bagaimana
caramu mengadakan kontak?" "Orang Prancis itu. Aku harus berdiri di puncak
tangga Basilica St Paul yang sudah terbakar di Calcada. Aku harus mengenakan
syal hitam dan sewaktu ada yang mendekatiku orang Prancis dan mengomentari ? ?keindahan rerun tuhan itu, aku harus mengatakan seperti ini: 'Cain untuk Delta.'
Kalau ia menjawab, 'Dan Carlos untuk Cain', aku hams menerimanya sebagai
penghubung Jason Bourne. Tapi aku bersumpah padamu. ia tidak pemah "
?Bourne tidak mendengar protes orang itu berikutnya. Ledakan berturut-turut
menggempur kepalanya; benaknya terlontar ke masa lalu. Cahaya putih membutakan
memenuhi pandangannya, derakannya tak tertahankan, Cain untuk Delta dan Carlos
untuk Cain.... Cain untuk Delta! Delta One adalah Cain! Medusa bergerak; ular
telah berganti kulit. Cain ada di Paris dan Carlos akan menjadi miliknya! Itulah
kata-kata, sandi, tantangan yang dilontarkan kepada Jackal. Aku Cain dan aku
lebih unggul dan aku ada di sini! Cari aku, Jackal! Kutantang kau untuk mencari
Cain, karena ia membunuh lebih baik daripada dirimu. Sebaiknya kau cari aku
sebelum aku mencarimu, Carlos. Kau bukan tandingan Cain!
Ya Tuhan! Siapa di belahan dunia lain mengetahui kata-kata itu bisa
?mengetahuinya" Kata-kata itu terkunci dalam arsip paling rahasia dalam operasi
rahasia! Kata-kata itu merupakan penghubung langsung dengan Medusa!
Bourne hampir meremas picu pistol otomatis yang tak terlihat itu, shock akibat
pengungkapan mar biasa yang datang tiba-tiba ini. Ia mengalihkan telunjuknya,
meletakkannya di picu; ia nyaris membunuh orang karena telah mengungkap
informasi yang luar biasa. Tapi bagaimana ini bisa terjadi" Siapa penghubung ke
"Jason Bourne" baru yang mengetahui hal-hal seperti itu"
Ia hams menguasai diri kembali, ia tahu. Kebisuannya mengkhianatinya, mengungkap
keterkejutannya. Orang Cina itu menatapnya; menggeser tangannya perlahan-lahan
ke luar bilik. "Tarik tanganmu, atau buah zakar dan perutmu akan berantakan."
Bahu pria Oriental itu tersentak dan tangannya muncul kembali di meja "Aku mengatakan yang sebenamya,"
katanya. "Orang Prancis itu
tidak pemah menemuiku. Kalau ia menemuiku, aku pasti akan menceritakannya
padamu. Begitu pula kau kalau jadi aku. Aku hanya melindungi diri sendiri."
"Siapa yang mengirimmu untuk mengadakan kontak" Siapa yang memberitahukan katakata yang harus kaugunakan?"
"Sejujurnya, itu sudah di luar kemampuanku, kau hams percaya. Semua dilakukan
dengan telepon melalui pihak kedua dan ketiga yang hanya mengetahui informasi
yang mereka bawa. Bukti integritasnya adalah uang pembayaran jasaku."
"Bagaimana datangnya" Hams ada yang memberikannya padamu."
"Seseorang yang bukan siapa-siapa, yang juga disewa. Tuan rumah pesta makan
malam mewah yang tak kukenal akan meminta bertemu manajer. Aku akan menerima
pujiannya dan selama percakapan ada amplop yang diselipkan ke tanganku. Aku
mendapat sepuluh ribu dolar Amerika untuk mengontak orang Prancis itu."
"Lalu apa" Bagaimana caramu menghubunginya?"
"Ke Macao, ke kasino Kam Pek di kawasan tengah kota. Tempat itu sebagian besar
untuk orang Cina, untuk permainan fan-tan dan dai sui. Lalu menuju Meja Lima dan
meninggalkan nomor telepon sebuah hotel di Macao bukan nomor telepon ?pribadi dan nama, nama apa saja, bukan namanya sendiri, tentu saja."
?"Ia akan menghubungi kita di nomor itu?"
"Mungkin menghubungi atau mungkin tidak. Kita menunggu dua puluh ' empat jam di
Macao. Kalau ia tidak menghubungi hingga saat itu, kita sudah ditolak karena
orang Prancis itu tidak mau meny isihkan waktu."
"Begitukah aturannya"'
'Ya. Aku ditolak dua kali, dan sekali-kalinya aku diterima >a tidak muncul di
tangga Calcada." "Menurutmu kenapa kau ditolak" Menurutmu kenapa ia tidak muncul?"
"Aku tidak tahu. Mungkin ada terlalu banyak pekerjaan untuk pakar pembunuhnya.
Mungkin ada kata-kataku yang kelim dalam dua kesempatan pertama. Mungkin dalam
kesempatan ketiga ia merasa melihat orang-orang yang mencurigakan di Calcada,
orang-orang yang dipercayainya datang bersamaku dan tidak bemiat baik padanya.
Jelas tidak ada orang-orang seperti itu, tapi tidak ada naik banding kalau
berurusan dengannya."
"Meja Lima. Pembagi kartu?" kata Bourne.
"Pembagi kartunya selalu bembah. Perjanjian dengan mejanya. Upah bersama'^
kurasa. Untuk dibagi. Dan jelas ia tidak pergi ke Kam Pek sendiri ia menyewa
?peiacur dari jalanan. Ia sangat hati-hati, sangat profesional."
"Kau tahu orang lain yang pemah mencoba menghubungi Bourne ini?" tanya Bourne.
"Aku akan tahu kalau kau berbohong."
"Kupikir begitu. Kau terobsesi dan itu bukan urusanku dan kau menjebakku
? ?dengan penyangkalanku yang pertama. Tidak, aku tidak tahu, Sir. Itu yang
sebenarnya, karena aku tidak ingin ususku terburai diiringi suara letupan tutup
botol sampanye." 'Tidak ada yang lebih mendasar lagi. Dengan kata lain, kupikir aku percaya
padamu." "Percayalah, Sir. Aku hanya kurir mungkin kurir yang mahal tapi tetap saja ? ?kurir." "Aku diberitahu para pramusajimu sangat istimewa." "Mereka bukan
pengamat yang penuh perhatian." 'Tetap saja kau harus menemani aku ke pintu,"
kata Bourne. Dan sekarang nama ketiga, orang ketiga, dalam derasnya hujan di Repulse Bay.
Kontak itu bereaksi mendengar kata sandinya: "Ecoutez, Monsieur. 'Cam untuk
Delta dan Carlos untuk Cain. "'.
"Kita seharusnya bertemu di Macao!" jerit orang itu melalui telepon. "Ke mana
saja kau?" "Sibuk," kata Jason. 2f%-'i
"Kau mungkin terlambat. Klienku hanya memiliki sedikit waktu dan ia punya banyak
informasi. Ia mendengar orangmu pindah ke tempat lain. Ia terganggu. Kau sudah
berjanji padanya, orang Prancis."
"Dia pikir ke mana orangku pergi?"
"Penugasan lain, tentu saja. Ia sudah mendengar rinciannya!" "Ia keliru. Orangku
tersedia asal harganya sesuai." "Hubungi aku beberapa menit lagi. Aku akan
berbicara dengan klienku dan mencoba mencari tahu kelanjutannya."
Bourne menelepon lima menit kemudian. Persetujuan diberikan, tempat pertemuan
ditentukan. Repulse Bay. Satu jam. Patung dewa perang di pantai, di sebelah kiri
yang menuju dermaga. Kontak akan mengenakan syal hitam di Iehernya; sandinya
tetap sama. Jason memandang arlojinya; saat itu sudah dua belas menit melewati janji temu.
Kontaknya terlambat, dan hujan bukan masalah sebaliknya, hujan merupakan
?keuntungan, perlinduhgan alami. Bourne meneliti setiap meter persegi tempat
pertemuan itu, radius dua belas meter dari segala arah patung dewa perang itu
terlihat, dan ia telah melakukannya sesudah waktu pertemuan, menghabiskan menit
demi menit sambil terus mengawasi jalan setapak ke patung. Sejauh ini tidak ada
yang tidak biasa. Tidak ada jebakan yang dipasang.
Zhongguo ren itu muncul, bahunya membungkuk saat melesat menuruni tangga dalam
hujan, seakan-akan bentuk tubuhnya mampu mengusir air hujan. Ia berlari
sepanjang jalan setapak menuju patung dewa perang
dan berhenti saat mendekati patung raksasa yang menyeringai itu. la menghari
siraman cahaya lampu sorot, tapi yang terlihat sekilas di wajahnya adalah
kemarahan karena tidak melihat siapa pun. "Orang Prancis, orang Prancis/"
Bourne berlari kembali menerobos sesemakan menuju tangga, memeriksa sekali lagi
sebelum menepati janji temunya, mengurangi ke-rentanan posisinya. Ia merayap
mengitari tiang batu yang membatasi tangga dan mengintip menerobos hujan ke
bagian atas jalan setapak yang menuju hotel. Ia melihat yang diharapkan tidak
akan dilihatnya! Seorang pria bermantel hujan dan topi keluar dari Colonial
Hotel dan melangkah tergesa-gesa. Di tengah-tengah tangga ia berhenti,
mengeluarkan sesuatu dari sakunya; ia berbalik; ada selarik cahaya suram...
seketika dibalas oleh kilasan kecil yang sama di salah satu jendela lobi yang
penuh sesak. Senter. Isyarat. Seorang pembuka jalan tengah dalam perjalanan ke
pos depan, sementara penghubung atau pendukungnya mengkonfirmasi komunikasi.
Jason berbalik dari menelusuri kembali jalur menerobos sesemakan yang lebat.
"Orang Prancis, kau di mana?"
"Di sini!" "Kenapa kau tadi tidak menjawab" Di mana?"
"Lurus di depan. Sesemakan di depanmu. Cepatr
Kontak itu mendekati sesemakan; ia sejauh jangkauan tangan. Bourne menerkam dan
mencengkeramnya, membalik tubuhnya dan mendorongnya ke sesemakan basah, membekap
mulut pria itu dengan tangan kanannya. "Kalau kau mau hidup, jangan bersuara!"
Lima belas meter di dalam hutan yang membatasi pantai, Jason mengempaskan kontak
itu ke sebatang pohon. "Siapa yang bersamamu?" tanya Bourne dengan kasar,
perlahan-lahan melepaskan tangan dari mulut orang itu.
"Bersamaku" Tidak ada seorang pun yang bersamaku!"
"Jangan bohong!" Bourne mencabut pistolnya dan menempelkannya ke leher kontak
itu. Orang Cina itu tersentak hingga kepalanya membentur pohon, matanya
membelalak, mulutnya lernganga. "Aku tidak punya waktu untuk jebakan!" lanjut
Jason. "Aku tidak punya waktuF
"Dan tak seorang pun bersamakul Kata-kataku ini senilai dengan nyawaku! Tanpa
itu aku tidak memiliki profesi!"
Bourne menatap pria itu. Ia mengembalikan pistol ke sabuknya, mencengkeram
lengan kontak itu dan mendorongnya ke kanan. "Jangan bersuara. Dart aku."
Sembilan puluh detik kemudian Jason dan kontak itu merangkak menerobos sesemakan
yang basah ke areal jalur setapak sekitar enam meter di sebelah barat patung
raksasa. Hujan menutupi suara apa pun yang mungkin terdengar di malam yang
cerah. Tiba-tiba Bourne menyambar bahu orang Oriental itu, menghentikannya. Di
depan terlihat si pembuka jalan, berjongkok, merapat ke batas jalan setapak,
menggenggam sepucuk pistol. Ia menyeberang melewati siraman cahaya lampu sorot
yang menerangi patung sebelum menghilang; hanya sekejap, tapi sudah cukup.
Bourne menatap kontaknya.
Orang Cina itu tertegun. Ia tidak mampu mengalihkan pandangan dari lingkaran
cahaya tempat si pembuka jalan tadi melintas. Berbagai pikiran melintas di
benaknya dengan cepat, teror semakin hebat; hal itu terlihat dalam tatapannya.
"Shi. " bisiknya. "Jiagian!"
"Dalam bahasa Inggris yang singkat," kata Jason, berbicara mengatasi suara
hujan. "Orang im algojo?" "Shi.L. Ya."
"Katakan, apa yang kaubawa untukku?"
"Semuanya," jawab kontak itu, masih shock. "Uang muka, instruksi... segalanya."
"Klien tidak akan mengirim uang kalau ia mau membunuh orang sewaannya."
"Aku tahu," kata kontak itu pelan, sambil mengangguk dari memejamkan mata.
"Mereka mengincarku."
Kata-katanya pada Liang di jalur pelabuhan seperti ramalan. "Ini bukan jebakan
untukku.... Ini untukmu.... Kau sudah melakukan pekerjaanmu dan mereka tidak bisa
membiarkan ada jejak,... Kau tidak lagi berguna bagi mereka."
"Ada satu lagi di hotel. Aku melihat mereka saling memberi isyarat dengan lampu
senter. Itu sebabnya aku tidak bisa menjawabmu selama beberapa menit"
Orang Oriental itu berpaling memandang Jason; tidak ada perasaan mengasihani
diri di matanya. "Risiko protest" katanya. "Seperti yang dikatakan kaumku yang
bodoh, aku akan bergabung dengan para leluhur-ku, dan kuharap mereka tidak
sebodoh itu. Ini." Kontak itu memasukkan tangan ke saku dalam dan mengeluarkan
sehelai amplop. "Ini semuanya"
"Kau sudah memeriksanya?"
"Hanya uangnya. Semua ada di sana. Aku tidak akan menemui orang Prancis tanpa
membawa sesuai permintaannya, dan sisanya aku tidak ingin tahu." Tiba-tiba pria
itu menatap Bourne tajam, mengerjapkan matanya karena hujan yang turun. 'Tapi
kau bukan orang Prancis itu!"
"Tenang," kata Jason. "Situasi berjalan agak terlalu cepat bagimu malam ini."
"Kau siapa?" "Orang yang baru saja menunjukkan posisimu padamu. Berapa banyak uang yang
kaubawa?" 'Tiga puluh ribu dolar Amerika;"
"Kalau itu pembayaran pertama, sasarannya pasti sangat mengesankan."
"Kuanggap begitu."
"Simpan saja." "Apa" Apa Jcatamu?"
"Aku bukan si orang Prancis, ingat?"
"Aku tidak mengerti."
"Aku bahkan tidak menginginkan instrukskiya. Aku yakin orang berkaliber
profesional seperti dirimu bisa mengubah instruksi itu demi keuntunganmu. Orang
membayar mahal untuk informasi yang bisa mem-ban tunya; ia membayar jauh lebih
banyak demi nyawanya."
"Kenapa kau mau melakukan ini?"
"Karena tidak satu pun menarik bagiku. Aku hanya tertarik pada satu hal. Aku
menginginkan orang yang mengaku bernama Bourne dan aku tidak bisa membuang-buang
waktu. Kau mendapatkan apa yang baru saja kutawarkan ditambah dividen akan ?kukeluarkan kau dari sini dalam keadaan hidup sekalipun untuk itu aku harus
meninggalkan dua mayat di Teluk ini, aku tidak peduli. Tapi kau hams menjawab
pertanyaan yang kutanyakan padamu melalui telepon. Katamu, klienmu mengatakan
pembunuh bayaran orang Prancis itu pergi ke tempat lain. Di mana" Di mana
Bourne?" "Kau berbicara begitu cepat "
??"Sudah kukatakan, aku tidak punya waktu! Katakan! Kalau kau menolak, aku pergi
dan klienmu akan membunuhmu. Silakan pilih." "Shenzen," kata kontak itu, seakanakan takut pada nama itu. "Cina" Ada sasaran di Shenzen?"
"Bisa dianggap begitu: Klienku yang kaya memiliki sumber-sumber di Queen's
Road." "Apa itu?"
"Konsulat Republik Rakyat Cina. Ada visa sangat tidak biasa yang dikeluarkan.
Tampaknya visa itu disetujui pihak berwenang tertinggi di Beijing. Sumbemya
tidak mengetahui alasannya, dan sewaktu menanyakan keputusan itu seketika ia
dipindah. Ia melaporkannya pada klienku. Tentu saja untuk uang."
"Kenapa visa itu tidak biasa?"
"Karena tidak ada periode tunggu dan pemohon tidak datang sendiri ke Konsulat
Belum pemah ada yang seperti itu." "Sekalipun begitu, itu hanya visa."
"Di Republik Rakyat Cina tidak ada yang namanya 'hanya visa': Terutama bagi pria
kulit putih yang bepergian seorang diri dengan paspor meragukan yang diterbitkan
di Macao." "Macao?" "Ya" "Kapan tanggal masuknya?"
Jason mengamati kontak itu dengan penuh selidik. "Katamu klienmu memiliki
sumber-sumber di Konsulat Kau sendiri?"
"Yang kaupikirkan itu membutuhkan uang yang tidak sedikit karena risikonya
sangat besar." Bourne mengangkat kepalanya dan memandang dari balik tirai hujan ke arah patung
yang diterangi lampu sorot di belakangnya. Ada gerakan; pembuka jalan itu tengah
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mencari-cari sasarannya. "Tunggu di sini," katanya.
Kereta pagi dari Kowloon ke perbatasan Lo Wu makan waktu kurang dari satu jam.
Kesadaran bahwa ia berada di Cina muncul dalam waktu kurang dari sepuluh detik.
Panjang Umur Republik Rakyat Cina!
Penggunaan tanda seru itu sebenarnya tidak perlu, para penjaga perbatasan
menegakkan semboyannya. Mereka kaku, memperhatikan segalanya, dan kejam,
menghantamkan stempel karet ke paspor seperti remaja yang marah. Tapi ada sistem
pendukung pengoreksi. Di balik para penjaga berjajar para wanita muda
berseragam, berdiri sambil tersenyum di belakang meja-meja panjang yang dipenuhi
pamflet tentang keindahan dan kebaikan tanah serta sistem mereka. Kalau ada
kemunafikan dalam postur mereka, kemunafikan itu tidak terlihat.
Bourne telah membayar kontak yang dikhianati dan hendak dibunuh itu sejumlah
tujuh ribu dolar untuk visanya. Masa berlakunya lima hari. Tujuan kunjungan
dicatat sebagai "investasi bisnis di Zona Perekonomian", dan bisa diperbarui di
imigrasi Shenzen dengan bukti investasi bersama kehadiran bankir Cina pendukung
yang mengalirkan uang investasi. Sebagai ucapan terima kasih, dan tanpa biaya
tambahan, kontak itu memberikan nama bankir Shenzen yang bisa dengan mudah
mengarahkan "Mr. Cruett" pada kemungkinah-kemungkinan investasi, Mr. Cruett yang
masih terdaftar sebagai tamu di Regent Hotel di Hong Kong. Akhirnya, ada bonus
dari orang yang nyawanya telah diselamatkan di Repulse Bay: deskripsi orang yang
bepergian menggunakan paspor Macao melintasi perbatasan di Lo Wu. Tinggi 182,5
sentimeter, 92,5 kilogram, kulit putih, rambut cokelat muda." Jason menatap
informasi itu,. tanpa sadar teringat data di kartu identitas pemerintah miliknya
sendiri. Bunyinya: "TG: 182,5 cm, BRT: 93,5 kg. Pria Kulit Putih. Rambut: Cklt.
Md." Perasaan takut yang aneh menyebar dalam dirinya. Bukan takut terhadap
konfrontasi; ia menginginkan konfrontasi, di atas semuanya, karena ia ingin
Marie kembali di atas segalanya. Sebaliknya, ketakutan itu akibat perasaan ngeri
bahwa dirinya bertanggung jawab atas penciptaan monster. Pemburu maut yang
berasal dari virus mematikan yang ia sempumakan dalam laboratorium mental dan
fisiknya. Kereta itu merupakan kereta pertama yang berangkat dari Kowloon,
terutama ditumpangi buruh terampil dan eksekutif yang diizinkan ?dibujuk memasuki Zona Perekonomian Bebas Shenzen oleh Republik Rakyat Cina
?dengan harapan menarik investasi asing. Di setiap perhentian dalam perjalanan ke
perbatasan, dengan semakin bertambahnya penumpang, Bourne menyiisuri gerbong
demi gerbong, pandangannya berhenti sejenak pada setiap pria kulit putih, yang
jumlah totalnya adalah empat belas orang pada saat mereka tiba di Lo Wu. Tak
satu pun mendekati deskripsi yang diberikan orang dari Macao deskripsi dirinya
?sendiri. "Jason Bourne" yang baru ini menggunakan kereta berikut. Bourne yang
asli akan menunggu di sisi seberang perbatasan. Ia sedang menunggu sekarang.
Selama empat jam yang berlalu, ia telah enam belas kali menjelaskan pada petugas
penjaga perbatasan bahwa ia sedang menunggu rekan bisnis; ia sendiri pasti salah
jadwal dan menggunakan kereta yang terlalu awal. Seperti banyak orang di negara
asing, tapi terutama di Timur, fakta bahwa orang Amerika yang sopan telah
bersusah payah berbahasa setempat merupakan fakta yang menguntungkan. Ia
ditawari empat cangkir kopi, tujuh cangkir teh panas, dan dua di antara para
gadis berseragam itu tertawa kecil sambil menawarinya es krim Cina yang terlalu
manis. Ia menerima semua menolak adalah sikap yang kasar, dan karena sebagian
?besar Kelompok Empat bukan saja kehilangan muka tapi juga kepalanya, sikap kasar
tidak berlaku lagi, kecuali bagi para penjaga perbatasan.
Saat itu pukul 11.10. Para penumpang muncul dari lorong panjang berpagar yang
terbuka sesudah lewat imigrasi sebagian besar wisatawan, sebagian besar kulit ?putih, sebagian besar kebingungan dan takjub karena berada di sana. Kebanyakan
kelompok tur kecil, ditemani para pemandu satu dari Hong Kong dan satu dari
?Republik Rakyat Cina yang berbicara bahasa Inggris dengan cukup baik, atau
?Jerman, atau Prancis dan, dengan enggan, bahasa Jepang untuk pengunjung yang
sangat tidak disukai tapi memiliki lebih banyak uang daripada yang pernah
dimiliki Marx atau Konfusius. Jason mempelajari setiap pria kulit putih. Yang
tingginya lebih dari 180 sentimeter, terlalu muda atau terlalu tua atau terlalu
gendut atau terlalu kurus atau terlalu mencolok dengan celana panjang hijau
limau, untuk menjadi orang dari Macao itu..
Tunggu! Di sana! Pria tua bersetelan gabardin cokelat muda, yang seperti
wisatawan bertubuh sedang dengan kaki timpang tiba-tiba tampak lebih
jangkung dan timpangnya hilang! Ia berjalan -cepat menyusuri anak tangga di
?tengah-tengah keramaian dan berlari ke areal parkir raksasa yang dipenuhi bus,
van wisata, dan taksi, masing-masing deng tulisan ZHAN istirahat ditempelkan
? ?di jendela depannya. Bou berlari-lari mengejar orang itu, menghindari tubuhtubuh di hadapanny tak peduli siapa yang didorongnya ke samping. Itu
orangnya oran, dari Macao!
?"Hei, kau suiting apa" Ralph, ia mendorongku!" "Balas dorong. Kau mau aku
melakukan apa?" "Bertindaklah!" "Ia sudah pergi."
Pria bersetelan gabardin itu melompat ke pintu van yang terbuka, sebuah van
hijau tua dengan jendela berwarna yang menurut orang Cina itu milik depanemen
Suaka Burung Chutang. Pintunya bergeser menutup dan kendaraan itu seketika
meninggalkan areal parkir dan berbelok menghindari mobil-mobil Iain menuju pintu
keluar. Bourne panik; ia tidak bisa membiarkan orang itu lolos! Sebuah taksi tua
berada tepat di sebelah kanannya, mesinnya hidup. Ia membuka pintunya, dan
disambut teriakan. "Zhanl" jerit sopirnya.
"Shi ma?" raung Jason, sambil mencabut uang Amerika yang cukup banyak untuk
menjamin hidup mewah selama lima tahun di Republik Rakyat Cina.
"AiyaJ " "Zou!" perintah Bourne sambil melompat ke kursi depan dan menunjuk van yang
menukik di jalur setengah lingkaran. "Ikuti mobil itu dan kau bisa memulai
bisnismu sendiri di zona," katanya dalam bahasa Kanton. "Aku berjanjif*
Marie, aku sudah begitu dekat! Aku yakin dia orangnya! Akan kutangkap dia! Dia
milikku sekarang! Dialah penjamin kebebasan kita!
Van itu melesat ke jalan keluar, menuju selatan di persimpangan pertama,
menghindari lapangan luas yang penuh dengan bus wisata dan gerombolan wisatawan
yang dengan hati-hati menghindari sepeda-sepeda di jalan yang bagai tak ada
habisnya. Sopir taksi itu berhasil mengikuti van memasuki jalan primitif yang
lebih banyak dilapisi tanah liat keras, bukan aspal. Mobil berkaca gelap itu
bisa dilihat berbelok di tikungan panjang di depan truk terbuka, yang membawa
mesin pertanian besar, jauh di depan. Sebuah bus wisata menunggu di ujung
tikungan, meliuk ke jalan di belakang truk.
Bourne memandang ke balik van itu; ada perbukitan di depan dan jalan mulai
menanjak Lalu bus wisata lain muncul, yang satu ini di belakang mereka.
"Shumchun," kata sopirnya. $vU'
"Bin do?" tanya Jason.
"Cadangan air Shumchun," jawab si sopir dalam bahasa Cina. "Reservoir yang
sangat indah, salah satu danau terbaik di seluruh Cina. Danau itu memasok air ke
Kowloon dan Hong Kong. Sangat ramai pengunjung pada waktu-waktu ini; Pemandangan
musim gugur sangat indah."
Tiba-tiba van itu menambah kecepatan, mendaki jalan pegunungan, menjauhi truk
dan bus wisata "Bisa lebih cepat" Salip bus itu, truk itu!"
192 "Banyak tikungan di depan." "Cobalah!"
Sopir menginjak pedal gas sampai rata dengan lantai dan meliukkan kendaraan
mendului bus, nyaris menghantam bagian depan bus sewaktu terpaksa menepi lagi
karena ada kendaraan Angkatan Darat dengan dua prajurit melaju dari arah
berlawanan. Kedua prajurit dan pemandu wisata berteriak memaki mereka melalui
jendela yang terbuka. 'Tidur saja dengan ibumu yang jelek itu!" jerit sopirnya,
penuh kemenangan, hanya untuk menghadapi truk lebar dengan muatan mesin
pertanian yang menghalangi jalan.
Mereka akan menikung tajam ke kanan. Bourne mencengkeram jendela dan menjulurkan
tubuh keluar sejauh mungkin agar bisa melihat lebih jelas. 'Tidak ada mobil!"
teriaknya pada si sopir mengatasi angin yang bertiup kencang. "Maju! Kau bisa
menduluinya. Sekarang!"
Sopir itu mematuhinya, memaksa taksi tua itu sampai batas kemampuannya, rodarodanya berputar kencang di atas tanah liat keras, membuat taksi itu meliuk
berbahaya di depan truk. Tikungan lain, sekarang menukik tajam ke kiri, dan
mendaki. Di depan. jalan lurus dan mendaki di bukit tinggi. Van itu tidak
terlihat lagi; sudah menghilang di balik puncak bukit.
"Kuai!" teriak Bourne. "Bisa kaupaksa kendaraan ini lebih cepat lagi?"
"Aku belum pemah berjalan secepat ini! Kupikir dewa-dewa akan meledakkan
mesinnya! Lalu apa yang hams kulakukan" Aku perlu lima tahun untuk membeli mesin
sialan ini, dan banyak suap untuk me-ngemudikannya di Zona!"
Jason melemparkan setumpuk uang di lantai taksi dekat kaki si sopir. "Ada
sepuluh kali lipat dari itu kalau kita bisa mengejar van itu! Nah, kebut."
Taksi itu melaju melewati puncak bukit, menurun dengan cepat ke tembah raksasa
di tepi danau luas yang tampak membentang hingga bermil-mil. Di kejauhan Bourne
bisa melihat puncak pegunungan tertutup salju dan pulau-pulau hijau menghiasi
air bira kehijauan yang membentang sejauh mata memandang. Taksi berhenti di
samping pagoda besar berwarna merah dan emas yang bisa dicapai melalui tangga
beton panjang yang dipoles. Balkon-balkonnya terbuka menghadap danau. Kios-kios
makanan dan minuman serta cendera mata bertebaran di perbatasan areal parkir,
tempat empat bus wisata diparkir sementara para pemandu meneriakkan instruksi
dan memohon para tanggungan mereka agar tidak naik kendaraan yang salah pada
akhir acara. Van berjendela gelap. itu tidak terlihat di mana pun. Bourne memalingkan
kepalanya, menoleh ke segala arah. Di mana mobil itu" "Jalan apt di sebelah sana
itu?" tanyanya pada sopir.
193 "Rumah pompa. Tidak ada yang boleh melewati jalan itu, dijaga patroli Angkatan
Darat. Di balik tikungan ada pagar tinggi dan pos
jaga!" "Tunggu di sini." Jason turun dari taksi dan berjalan ke arah jalan terlarang
itu, berharap ia membawa kamera atau buku panduan wisata apa pun yang ?
membuatnya tampak seperti wisatawan. Namun ia hanya bisa melangkah ragu-ragu dan
memasang ekspresi kagum ala pelancong. Tidak ada benda yang tak penting bagi
observasinya. Ia mendekati tikungan di jalan berlapis aspal buruk itu; ia
melihat pagar tinggi dan sebagian pos jaga lalu semuanya. Palang logam panjang ?menghalangi jalan, dua prajurit tengah bercakap-cakap, memunggunginya, memandang
ke sisi lain memandang dua kendaraan yang diparkir berdampingan dekat bangunan
?beton persegi yang dicat cokelat. Salah satu kendaraan itu adalah van berjendela
gelap, yang lainnya sedan cokelat. Van itu mulai bergerak. Kembali menuju
gerbang! Bourne berpikir cepat. Ia tidak membawa senjata; tidak ada gunanya memikirkan
kemungkinan membawa senjata menyeberangi perbatasan. Kalau ia mencoba
menghentikan van itu dan menyeret pembunuhnya keluar, keributannya akan
mengundang para penjaga, tembakan senapan mereka sigap dan akurat Oleh karena
itu ia harus memancing orang dari Macao itu keluar berdasarkan keinginannya
?sendiri. Setelah itu Jason siap; ia akan menangkap penipu itu dengan satu atau
lain cara. Membawanya kembali ke perbatasan dan menyeberang, dengan satu atau
lain cara. Tidak ada orang yang sebanding dengannya; mata, leher, selangkangan
tidak aman dari serangan, sigap dan menyakitkan. David Webb tidak pemah
menyadari realita itu. Bourne menjalaninya.
Ada cara! Jason berlari kembali ke ujung tikungan sepi di jalan, tak terlihat oleh para
prajurit di gerbang. Ia kembali beraksi sebagai pelancong yang kagum dan
mendengarkan. Mesin van berderum tapi tidak bergerak; suara berdecit itu berarti
gerbang diangkat. Tinggal beberapa saat lagi sekarang. Bourne mempertahankan
posisi di sesemakan di tepi jalan. Van berbelok di tikungan saat ia
memperhitungkan waktu tindakannya.
Tiba-tiba ia ada di sana, di depan kendaraan besar itu, ekspresinya ngeri ketika
ia berputar ke samping, di bawah jendela sopir, dan menghantam pintu, menjerit
kesakitan seakan-akan ia tertabrak, mungkin terbunuh, oleh van itu. Ia berbaring
tak bergerak di tanah ketika kendaraan itu berhenti; sopirnya melompat ke luar,
orang yang tak bersalah dan berniat memprotes ketidakbersalahannya. la tidak
sempat melakukannya. Lengan Jason temlur; ia menarik pergelangan kaki orang itu
hingga terangkat dari tanah, dan mengempaskan kepalanya ke sisi van. Sopir itu
pingsan, dan Bourne menyeretnya ke bagian belakang van di bawah jendela gelap.
Ia melihat tonjolan pada jaket pria itu; bisa ditebak
194 sepucuk pistol, mengingat barang yang diangkutnya. Jason mengambilnya dan
menunggu orang dari Macao itu. Orang itu tidak muncul. Ini tidak logis.
Bourne bergegas ke bagian depan van, mencengkeram tepi kursi sopir yang berlapis
karet lalu naik, senjatanya siap ditembakkan, menyapu kursi belakang dari sisi
ke sisi. Tidak ada orang. Kendaraan itu kosong.
Bourne turun dan mendekati sopir itu, ia meludahinya dan menampar-nya sampai
sopir itu sadar. "Nali" " bisiknya kasar. "Di mana orang yang tadi ada di sini?"
"Di dalam sana!" jawab sopir itu dalam bahasa Kanton sambil menggeleng. "Di
mobil dinas bersama orang yang tak dikenal siapa pun. Tolong kasihani aku! Aku
punya tujuh anak!" "Naiklah ke mobil," kata Bourne sambil menarik pria itu berdiri dan mendorongnya
ke pintu yang terbuka. "Pergi dari sini secepat mungkin."
Tidak perlu saran lain. Van itu melesat meninggalkan area reservoir Shumchun,
berdecit ketika berbelok di tikungan dan melewati pintu keluar utama dengan
begitu cepat sehingga Jason mengira kendaraan itu akan keluar dari jalan. Orang
yang tak dikenal Siapa pun. Apa artinya" Tidak penting, orang dari Macao
terjebak. Ia ada di dalam sedan cokelat di balik gerbang di jalan terlarang.
Bourne berlari kembali ke taksi dan naik ke kursi depan; uang yang tadi disebar
di lantai mobil telah disingkirkan.
"Kau puas?" kata sopir itu. "Aku akan mendapat sepuluh kali lipat uang yang
kaulempar ke kakiku yang tak berharga ini?"
"Hentikan, Charlie Chan! Ada mobil yang akan keluar dari jalan ke rumah pompa
itu dan kau akan melakukan perintahku. Mengerti?"
"Apa kau mengerti sepuluh kali jumlah uang yang kautinggalkan di taksiku yang
tua dan tak mudah dibedakan dengan yang lain ini?"
"Aku mengerti. Bisa jadi lima belas kali lipat kalau kau melakukan tugasmu. Ayo,
bergerak. Pergilah ke tepi areal parkir. Aku tidak tahu berapa lama kita harus
menunggu." "Waktu adalah uang, Sir."
"Oh, tutup mulut!"
Penantian itu berlangsung kurang-lebih dua puluh menit Sedan cokelat itu muncul,
dan Bourne melihat apa yang tadi tidak dilihatnya. Jendela-jendelanya lebih
gelap daripada jendela van tadi; siapa pun yang ada di dalamnya tak terlihat.
Lalu Jason mendengar kata-kata yang tak ingin didengarnya.
"Ambil uangmu kembali," kata sopir itu pelan. "Akan kuantar kau kembali ke Lo
Wu. Aku tidak pemah bertemu denganmu."
195 "Kenapa?" "Itu mobil pemerintah salah satu mobil dinas pemerintah kami dan aku tidak mau? ?membuntutinya."
Tunggu sebentar! Tunggu. Dua puluh kali lipat dari apa yang sudah kuberikan
padamu, ditambah bonus kalau semua berjalan lancar! Sebelum kuperintahkan, kau
bisa berada jauh di belakang mobil itu. Aku hanya wisatawan yang ingin melihatlihat. Tidak, tunggu! Ini, akan kutunjukkan padamu! Visaku mengatakan aku
menanamkan uang: Investor diizinkan hanya melihat-lihat!"
"Dua puluh kali lipat?" ulang sopir itu sambil menatap Jason. "Apa jaminan kau
akan memenuhi janjimu?"
"Akan kuletakkan uangnya di antara kursi kita. Kau yang mengemudi; kau bisa
melakukan banyak hal dengan mobil ini. Aku tidak akan mencoba mengambilnya
kembali." "Bagus! Tapi aku akan mengikuti dari jauh. Aku kenal jalan-jalan ini. Hanya ada
satu tempat yang bisa dituju."
Tiga puluh lima menit kemudian, sementara sedan cokelat itu masih terlihat tapi
berada jauh di depan, sopir kembali berbicara. "Mereka menuju lapangan terbang."
"Lapangan terbang apa?"
"Lapangan terbang untuk pejabat pemerintah dan orang-orang beruang dari
selatan." "Orang-orang yang menanamkan modal di pabrik-pabrik, industri?" Tni Zona
Perekonomian." "Aku investor," kata Bourne. "Visaku mengatakan begitu. Cepat! Dekati mobil our
"Ada lima kendaraan di antara kita, dan kita sudah setuju aku mengikuti dari ?jauh."
"Sampai kuperintahkan sebaliknya! Sekarang berbeda. Aku punya uang. Aku
menanamkan modal di Cina!"
"Kita akan dihentikan di gerbang. Akan ada yang menelepon."
"Aku punya nama bankir di Shenzen!"
"Apakah ia memiliki namamu, Sir" Dan daftar perusahaan-perusahaan Cina dengan
siapa kau berurusan" Kalau begitu, kau saja yang berbicara di gerbang. Tapi
kalau bankir di Shenzen ini tidak kenal denganmu, kau akan ditahan karena
memberi informasi palsu. Kau akan berada di Cina selama waktu yang diperlukan
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
untuk menyelidikimu seteliti mungkin. Berminggu-minggu, berbulan-bulan."
"Aku harus mendekati mobil itu!"
"Kaudekati mobil itu, kau akan ditembak."
"Terkutuk!" teriak Jason dalam bahasa Inggris, lalu kembali menggunakan bahasa
Cina. "Dengar. Aku tidak punya waktu untuk menjelaskan, tapi aku harus
melihafayal" 196, "Itu bukan urusanku," kata sopir itu dengan dingin, waspada.
"Masukkan mobil ke dalam antrean dan bawa ke gerbang," kata Bourne. "Aku
penumpang yang kaujemput di Lo Wu, hanya itu. Aku yang akan berbicara."
"Kau meminta terlalu banyak! Aku tidak boleh terlihat bersama orang seperti
dirimu." "Lakukan saja," kata Jason, mencabut pistol dari sabuknya.
Debar di dadanya tak tertahankan saat Bourne berdiri di dekat jendela besar yang
terbuka ke landasan. Terminal itu kecil dan hanya untuk pelancong khusus. Para
pengusaha Barat membawa tas atase dan raket tenis, dan pemandangan itu
menggelisahkan Jason karena sangat kontras dengan para penjaga berseragam, yang
berdiri kaku di sekitarnya. Minyak dan air tampaknya bisa menyatu di sini.
Ia berbicara bahasa Inggris pada penerjemahnya, yang menerjemahkan kata-katanya
dengan akurat pada kepala penjaga. Ia menyatakan diri sebagai eksekutif yang
kebingungan, diperintahkan Konsulat di Queen's Road di Hong Kong untuk datang ke
lapangan terbang dan menemui seorang pejabat yang terbang dari Beijing. Ia lupa
nama pejabat tersebut, tapi mereka sempat bertemu di Kementerian Luar Negeri di
Washington dan akan saling mengenali. Ia menyiratkan bahwa pertemuan itu sangat
diharapkan oleh orang-orang penting dalam Komite Sentral. Ia mendapat kartu izin
untuk berada di terminal, dan akhirnya, ia meminta taksinya diizinkan tetap
tinggal kalau-kalau ia nanti membutuhkan alat transportasi. Permintaan itu
disetujui. "Kalau kau menginginkan uangmu, tunggu di sini," katanya pada sopir itu dalam
bahasa Kanton sambil meraih uang terlipat di antara mereka.
"Kau membawa pistol dan pandanganmu penuh kemarahan. Kau akan membunuh."
Jason menatap sopir itu. "Tindakan terakhir yang ingin kulakukan di muka bumi
ini adalah membunuh orang di dalam mobil itu. Aku hanya akan membunuh untuk
melindungi keselamatannya."
Sedan cokelat berjendela gelap itu tidak terlihat di areal parkir. Bourne
berjalan memasuki terminal dengan cepat, secepat yang menurutnya masih bisa
diterima, menuju jendela tempat ia berdiri sekarang, kepalanya bagai meledak
oleh kemarahan dan frustrasi, karena di landasan ia melihat mobil dinas itu.
Mobil itu diparkir di landasan kurang dari lima puluh meter jauhnya dari
tempatnya berdiri, tapi dinding kaca yang tak tertembus memisabkannya dari mobil
itu dari kebebasan. Tiba-tiba sedan ho melesat ke arah jet berukuran sedang ?yang diparkir beberapa ratus meter di sebelah utara landasan. Bourne menyipitkan
mata, berharap 197 u berputar ke balik pesawat dan menghiiang dari pandangan. Y ' ni<*il Terkutuk!
Dalam waktu beberapa detik jet itu bergulir ke ujung landasa sementara sedan
cokelat itu berputar dan melesat kembali ke areal pa^ dan pintu keluar.
Apa yang bisa dilakukannya" Aku tidak bisa ditinggalkan seperti la ada di sana!
Ia adalah aku dan ia ada di sana! la melarikan di\ Bourne berlari ke loket
pertama dan pura-pura kebingungan.
"Pesawat yang akan lepas landas itu! Aku seharusnya menumpans pesawat itu.
Pesawat itu akan ke Shanghai dan orang-orang di Beijing mengatakan aku harus
menumpang pesawat itu! Hentikan pesawat itu!"
Petugas di belakang meja meraih telepon. Ia menekan,nomor dengan cepat, lalu
mengembuskan napas lega dari sela-sela bibirnya yang kaku. "Itu bukan pesawat
Anda, Sir," katanya. "Pesawat itu menuju Guangdong."
"Di mana itu?" "Perbatasan Macao, Sir."
'Tidak boleh! Tidak boleh di Macao!" jerit taipan itu pada waktu itu.... "Perintah
akan turun segera, eksekusinya lebih cepat lagi. Istrimu akan mati!"
Macao. Meja Lima. Kasino Kam Pek.
"Kalau ia menuju Macao," kata McAllister dengan suara pelan, "ia bisa menjadi
ancaman yang mengerikan..." "Penghancuran?"
"Aku tidak bisa menggunakan kata itu."
14 "If W' JVAU tidak akan, kau tidak bisa mengatakan begitu padaku!" teriak Edward
Newington McAllister, sambil melompat bangkit dari kursinya. "Itu tidak bisa
diterima! Aku tidak bisa menerimanya. Aku tidak mau mendengarnya!"
"Sebaiknya kau mendengarkan, Edward," kata Major Lin Wenzu. "Ini sudah terjadi."
"Itu kesalahanku," tambah dokter Inggris itu, yang berdiri di depan meja di
Victoria Peak, menghadap si orang Amerika. "Setiap gejala menunjukkan prognosis
kerusakan saraf yang cepat. Hilangnya konsentrasi dan fokus pandangan; tidak ada
selera makan dan turunnya berat badan yang paling penting, kejang-kejang
?akibat hilangnya kendali motor sepenuhnya. Aku sejujurnya mengira proses
degeneratif itu sudah mencapai krisis negatif "
?"Apa artinyal"
"Ia sekarat. Oh, bukan dalam beberapa jam atau beberapa hari atau beberapa
minggu, tapi fakta itu tidak bisa dibalik." "Mungkinkah kau benar?"
'Tidak ada yang lebih kusukai selain kesimpulan bahwa aku benar, bahwa
diagnosisku sedikitnya masuk akal, tapi ternyata tidak. Sederhana saja, aku
ditipu." "Kau ditipuT "Kurang-lebih. Yang paling menyakitkan, Mr. Undersecretary. Kebanggaan
profesionalku. Sundal itu menipuku dengan akting amatiran, dan ia mungkin tidak
tahu perbedaan antara femur tulang paha dan fever demam. Segala sesuatu ? ? ?dilakukannya dengan perhitungan, dari selera makannya hingga perawat dan memukul
serta merampok penjaga. Semua langkahnya terencana dan satu-satunya
ketidakberesan hanyalah diriku."
"Astaga, aku harus menghubungi Havilland!"
"Ambassador Havilland?",tanya Lin, alisnya terangkat.
McAllister memandangnya. "Lupakan kau pemah mendengarnya."
"Aku tidak akan mengulanginya, tapi aku tidak bisa melupakannya.
199 Situasinya menjadi lebih jelas, London menjadi lebih jelas. Kau membicarakan
Staf Umum dan para Dewa dan sebagian besar Olympus."
"Jangan pemah menyinggung nama itu pada siapa pun, Dokter," kata McAllister.
"Aku sudah melupakannya. Aku bahkan tidak yakin aku tahu siapa orang itu."
"Apa yang bisa kukatakan" Apa yang kalian lakukan?" "Segala sesuatu yang mungkin
dilakukan," jawab mayor itu. "Kami membagi Hong Kong dan Kowloon menjadi seksiseksi. Kami menanyai setiap hotel, memeriksa dengan teliti buku tamu mereka.
Kami menyiagakan polisi dan patroli laut; semua personel memiliki duplikat
deskripsinya dan sudah diberi instruksi bahwa menemukan wanita itu merupakan
prioritas wilayah ini " "Ya Tuhan, apa yang kaukatakan" Bagaimana kau
?menjelaskannya?" "Dalam hal ini aku bisa membantu," kata doktemya. "Mengingat
ke-bodohanku, sedikitnya ini yang bisa kulakukan. Aku menerbitkan siaga medis.
Dengan begitu, lata bisa merekrut regu paramedis yang dikirim dari semua rumah
sakit, sambil terns menjaga hubungan melalui radio untuk keadaan darurat
lainnya, tentu saja. Mereka menyisir jalanan." "Siaga medis macam apa?" tanya
McAllister tajam. "Informasi minimum, tapi yang menciptakan kehebohan. Wanita
ini diketahui pemah mengunjungi pulau tak bernama di Selat Luzon yang dilarang
bagi pelancong internasional karena alasan wabah penyakit yang ditularkan
melalui peralatan makan yang tidak bersih."
"Dikategorikan seperti itu," sela Lin, "dokter kita yang baik ini menyingkirkan
segala keraguan regu-regu pencari untuk mendekati dan menahannya. Bukannya
mereka ragu-ragu, tapi di setiap keranjang ada buah yang kurang sempuma dan kita
tidak bisa menanggung satu pun. Aku percaya kita akan menemukannya, Edward. Kita
tahu ia tampak mencolok dalam keramaian. Jangkung, menarik, dan rambutnya dan
?lebih dari seribu orang mencarinya,"
"Aku berharap pada Tuhan kau benar. Tapi aku khawatir. Ia menerima pelatihan
pertama dari si bunglon," kata McAllister. "Maaf?"
"Bukan apa-apa, Dokter," kata mayor itu. "fstilah teknis dalam bisnis kami."
"Oh?" "Aku harus mendapatkan seluruh arsipnya, semuanya!" "Apa, Edward?"
"Mereka diburu bersama-sama di Eropa. Sekarang mereka terpisah. tapi masih tetap
diburu. Apa yang mereka lakukan dulu" Apa yang akan mereka lakukan sekarang"'
"Kesamaan" Pola?"
"Selalu ada," kata McAllister sambil menggosok pelipis kanannya. "Maafkan aku,
gentlemen. Aku terpaksa mengusir kalian. Aku harus melakukan panggilan telepon
yang menakutkan." Marie membarter pakaiannya dan membayar beberapa dolar untuk pakaian yang lain.
Hasilnya bisa diterima: dengan rambut disembunyikan di bawah topi matahari
berlidah lebar, ia menjadi wanita yang tampak biasa-biasa saja, dengan rok
kotak-kotak dan.bius kelabu yang menutupi bentuk tubuhnya. Sandal tanpa hak
membuat tubuhnya tampak lebih rendah dan tas tangan Gucci palsu membuatnya
kelihatan seperti wisatawan Hong Kong, kebalikan dari kenyataan. Ia menghubungi
Konsulat Kanada dan diberitahu cara menuju tempat itu dengan bus. Kantomya
terletak di Asian House, lantai empat belas, Hong Kong. Ia naik bus dari Chinese
University melewati Kowloon dan terowongan menuju pulau; ia mengawasi jalan
dengan hati-hati dan turun di halte. Ia naik dengan lift, puas karena tak ada
pria yang berada di dalam lift bersamanya meliriknya dua kali; itu bukan reaksi
yang biasa. Ia pemah belajar di Paris diajari oleh bunglon bagaimana ? ?menggunakan hal-hal sederhana untuk mengubah penampilan. Pelajaran itu mulai
diingatnya. "Aku sadar ini kedengaran konyol," katanya pada resepsionis dengan santai,
humoris, namun juga bingung, "tapi sepupu kedua dari pihak ibuku ditugaskan di
sini dan aku berianji menemuinya."
"Itu tidak konyol menurutku."
"Konyol kalau kukatakan aku lupa namanya." Kedua wanita itu tertawa. "Tentu
saja, kami tidak pemah bertemu dengannya dan ia mungkin lebih suka begitu, tapi
aku hams memberi pertanggungjawaban pada keluarga di rumah."
"Kau tahu di seksi mana ia bertugas?"
"Ada hubungannya dengan ekonomi, kalau tidak salah."
"Berarti kemungkinan besar Divisi Perdagangan." Resepsionis itu membuka laci dan
mengeluarkan buklet putih kecil bergambar bendera Kanada di sampulnya. "Ini
direktori kami. Sebaiknya kau duduk saja sambil melihat-lihat isinya."
'Terima kasih banyak," kata Marie, melangkah ke kursi kulit berlengan dan duduk.
"Aku merasa sangat bodoh," tambahnya sambil membuka direktori. "Maksudku, aku
seharusnya tahu namanya. Aku yakin kau tahu nama sepupu keduamu dari pihak
ibumu." "Sayang, aku sama sekali tidak tahu." Telepon resepsionis itu bordering; ia
menjawabnya. Sambil membalik-balik halaman, Marie membaca dengan cepat, mengamati kolomkolom, mencari nama yang memunculkan wajah. Ia menemukan tiga, tapi wajahnya
samar. Tidak jelas. Lalu di halaman dua
201 belas, wajah dan suara melompat kepadanya saat ia membaca namanya. Catherine
Staples. "Cool" Catherine, "Ice-cold" Catherine, "Stick" Catherine. Jululcan-julukan itu
tidak adil dan tidak memberi gambaran yang akurat tentang wanita itu. Marie
mengenai Catherine Staples sewaktu masih bekerja di Dewan Keuangan di Ottawa,
sewaktu Marie dan rekan-rekan seseksinya memberikan pengarahan pada korps
diplomatik sebelum penugasan luar negeri mereka. Staples menjalani pengarahan im
dua kali, sekali untuk kursus penyegaran mengenai Pasar Bersama Eropa... yang
kedua, tentu saja, untuk Hong Kong! Itu tiga belas atau empat belas bulan yang
lalu, dan sekalipun mereka tidak bersahabat dekat empat atau lima kali makan ?siang, makan malam yang disiapkan Catherine, dan sekali dibalas Marie Marie
?telah belajar cukup banyak tentang wanita yang bekerja lebih baik daripada
sebagian besar pria. Pertama-tama, peningkatan karier yang cepat di Departemen Urusan Eksternal telah
menghancurkan rumah tangganya dalam waktu singkat, Catherine Staples bersumpah
tidak akan menikah seumur hidupnya, ia menyatakan keharusan bepergian dan jam
kerjanya yang gila tidak akan bisa diterima para pria yang layak. Di usia
pertengahan lima puluhan, Staples adalah wanita dinamis bertubuh ramping dengan
tinggi sedang, mengenakan pakaian modis tapi sederhana. Ia profesional yang
bijaksana dengan lidah tajam yang menunjukkan ketidaksukaannya pada kemunafikan,
yang bisa dilihatnya seketika; dan pembenaran diri, yang memang tidak bisa
ditolerirnya. Ia bisa bersikap ramah, bahkan lembut, pada pria dan wanita yang
tidak memenuhi syarat untuk penugasan yang rhereka terima tapi bukan karena
kesalahan mereka sendiri. Tapi ia bisa bersikap brutal terhadap orang-orang yang
menerbitkan penugasan seperti itu, tidak peduli jabatan mereka. Kalau ada
istilah yang bisa menggambarkan Senior Foreign Service Officer Catherine
Staples, istilah itu adalah "tangguh tapi adil"; selain itu, ia sering kali
humoris dengan mengejek dirinya sendiri. Marie berharap Catherine juga adil di
Hong Kong. "Rasanya tidak ada yang mirip," kata Marie sambil bangkit dari kursi dan
mengembalikan direktori itu pada resepsionis. "Aku merasa tolol." "Kau sama
sekali tidak tahu rupanya"' "Aku tidak pemah terpikir untuk bertanya." "Maaf."
"Aku lebih lagi. Aku hams menelepon ke Vancouver.... Oh, tapi aku sempat melihat
satu nama. Tidak ada hubungannya dengan sepupuku, tapi kupikir ia teman dari
temanku. Wanita bernama Staples."
"'Catherine the Great'" Ia memang ada di sini, sekalipun beberapa staf tidak
akan keberatan kalau ia mendapat promosi dan ditugaskan di Eropa Timur. Ia
membuat mereka gugup. la termasuk kelas atas."
"Oh, maksudmu ia ada di sini sekarang?"
'Tidak sampai lima belas meter jauhnya. Kau mgin aku menyampaikan nama temanmu
dan melihat apakah ia punya waktu?"
Marie tergoda untuk mengatakan ya, tapi tanggung jawab resmi mencegahnya
mengambil jalan pintas itu. Kalau situasi berjalan seperti dugaan Marie dan
tanda bahaya dikirim ke konsulat-konsulat negara sahabat, Staples mungkin akan
terpaksa bekerja sama. Ia mungkin tidak bersedia, tapi ia harus menegakkan
integritas institusinya. Kedutaan dan Konsulat saling meminta bantuan secara
kontinu. Ia membutuhkan waktu bersama Catherine, tapi bukan dalam lingkungan
resmi. "Kau baik sekali," kata Marie pada resepsionis itu. "Temanku akan senang
sekali.... Tunggu sebentar. Katamu tadi "Catherine'?" "Ya, Catherine Staples.
Percayalah, hanya ada satu." "Aku yakin begitu, tapi temannya temanku itu
bernama Christine. Oh, Tuhan, ini memang bukan hari mujurku. Kau baik sekali,
jadi aku tidak akan mengganggu lagi."
"Kau juga menyenangkan, Sayang. Kau seharusnya melihat orang-orang yang datang
kemari, mengira mereka membeli arloji Carrier dengan harga sangat murah, sampai
arlojinya mati dan tukang arloji memberitahu mereka bahwa bagian dalamnya hanya
berisi dua karet gelang dan yoyo mini." Pandangan resepsionis itu jatuh ke tas
tangan Gucci dengan huruf G terbalik. "Oh, oh," katanya pelan; \ "Apa?"
'Tidak apa-apa. Semoga beruntung."
Marie menunggu di lobi Asian House selama yang ia rasa wajar, lalu keluar dan
mondar-mandir di depan pintu masuk selama hampir sejam di jalan yang ramai itu.
Saat itu lewat tengah hari, dan ia ingin tahu apakah Catherine akan repot-repot
keluar makan siang makan siang gagasan yang bagus. Selain im ada kemungkinan
? lain, barangkali hanya kemungkinan yang agak mustahil, tapi yang terns
didoakannya kalau ia masih tahu cara berdoa. David mungkin akan muncul, tapi ?bukan sebagai David, sebagai Jason Bourne, dan itu bisa berarti siapa saja.
Suaminya yang menyamar sebagai Jason Bourne akan jauh lebih pandai; ia pemah
melihat kecerdikannya di Paris dan itu dari dunia lain, dunia mematikan di mana
satu langkah kelim dan nyawa bisa melayang. Setiap langkah diperhitungkan dalam
tiga atau empat dimensi. Bagaimana kalau aku..." Bagaimana kalau ia..." Kaum
intelektual memainkan peran yang jauh lebih besar dalam dunia penuh kekerasan
daripada yang bersedia diakui dunia kaum intelektual anti kekerasan itu otak
?mereka akan meledak dalam dunia yang mereka sebut biadab karena mereka tidak
bisa berpikir cukup cepat atau cukup dalam. Cogito ergo nol. Kenapa ia
memikirkan hal-hal ini" Ia berada di dunia yang anti kekerasan, begitu pula
David! Lalu jawabannya terlihat sangat jelas. Mereka dilemparkan kembali; mereka
hams bertahan hidup dan saling mencari.
Itu dia! Catherine Staples berjalan berderap keluar dari Asian House dan
? ?berbelok ke kanan. Kurang-lebih dua belas meter jauhnya dari Marie; Marie
berlari, menabrak orang-orang yang menghalangi jalannya saat ia berusaha
mengejar. Usahakan tidak berlari, tindakan itu hanya membongkar posisimu. Aku
tak peduli! Aku harus berbicara dengannya!
Staples menyeberangi trotoar. Ada mobil Konsulat, dengan lencana daun maple di
pintu, menunggu Staples di tepi jalan. Staples masuk ke sana.
'Tidak! Tunggu.1" teriak Marie, menerobos keramaian, menyambar pintu saat
Catherine hendak menutupnya.
"Maaf?" seru Staples, sementara sopirnya berbalik di tempat, sepucuk pistol
muncul entah dari mana. "Please! Ini aku! Ottawa. Pengarahan."
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Marie" Ini benar-benar kau?"
"Ya Aku punya masalah dan membutuhkan bantuanmu." "Masuklah," kata Catherine
Staples sambil menggeser duduknya. "Singkirkan benda bodoh itu," katanya pada
sopir. "Ini temanku."
Setelah membatalkan makan siang terjadwalnya dengan alasan panggilan tiba-tiba
dari delegasi Inggris kejadian yang biasa selama konferensi dengan Republik
?Rakyat Cina atas perjanjian tahun 1997 Foreign Service Officer Staples
?memerintahkan sopir menurunkan mereka di ujung Food Street di Causeway Bay. Food
Street adalah pemandangan sekitar tiga puluh restoran yang memenuhi dua blok.
Kendaraan dilarang masuk jalan ini, bahkan kalaupun boleh, tidak mungkin
kendaraan bermotor mampu menerobos lautan manusia yang mencari kursi di antara
empat ribu meja yang ada. Catherine mengajak Marie ke pintu masuk karyawan
sebuah restoran. Ia membunyikan bel, dan lima belas detik kemudian pintu
terbuka, diikuti aroma ratusan macam hidangan Cina.
"Miss Staples, senang bertemu dengan Anda," kata orang Cina bercelemek
putih salah satu dari sekian banyak koki. "Please-please. Seperti biasa, meja
?tersedia untuk Anda."
Saat mereka berjalan melewati dapur besar yang ribut, Catherine berpaling kepada
Marie. "Syukurlah ada beberapa keuntungan dalam profesi bergaji rendah ini:
Pemiliknya punya saudara di Quebec restoran yang nyaman di St. John Street dan
? ?kupastikan visanya diproses, seperti istilah mereka, 'secepat kilat'."
Catherine mengangguk ke salah satu dari sedikit meja kosong di bagian belakang;
meja itu dekat pintu dapur. Mereka duduk, sama sekali tersembunyi oleh puluhan
pramusaji yang lalu-lalang dengan tergesa-gesa melalui pintu ayun, juga keriuhan
yang berlangsung di puluhan meja di restoran yang penuh sesak itu.
'Terima kasih karena memikirkan tempat seperti ini," kata Marie.
"Sayang," jawab Staples dengan suaranya yang berat dan tegas. "Orang yang
tampangnya seperti kau sekarang, mengenakan pakaian seperti caramu berpakaian
sekarang, dan merias diri seperti riasanmu sekarang, pasti sedang tidak ingin
menarik perhatian." "Seperti istilah orang, gampangnya begitu. Apakah kencan makan siangmu percaya
cerita tentang delegasi Inggris itu?"
'Tanpa berpikir panjang. Negara kita sedang mengumpulkan segenap kekuatan untuk
membujuk. Beijing membeli sejumlah besar gandum yang sangat dibutuhkan dari
kita tapi kau juga tahu, bahkan mungkin lebih tahu menyangkut dolar dan sen ?yang terlibat."
"Aku tidak terlalu mengikuti perkembangan akhir-akhir ini."
"Ya, aku mengerti." Staples mengangguk, menatap Marie dengan tajam tapi ramah,
pandangannya bertanya-tanya. "Aku ada di sini pada waktu itu, tapi kami
mendengar isu dan rhembaca koran Eropa. Shock saja tidak bisa menggambarkan
perasaan kami .yang mengenalmu. Selama berminggu-minggu sewaktu mengikuti
perkembangan, kami semua berusaha mendapat jawaban, tapi kami disuruh tidak
mengganggu, dan melupakannya demi keselamatanmu. 'Jangan diburu,' kata mereka
?selalu. 'Lebih baik baginya untuk menghilang.' Tentu saja, kami akhirnya
mendengar bahwa kau dibebaskan dari semua tuduhan astaga, benar-benar istilah
?yang menghina sesudah semua yang kaualami! Lalu kau menghilang begitu saja, dan
tidak ada yang mendengar kabar mengenai dirimu."
"Mereka mengatakan yang sebenarnya padamu, Catherine. Memang lebih baik
bagiko bagi kami untuk menghilang. Selama berbulan-bulan kami bersembunyi, dan
? ?sewaktu kami menjalani kehidupan beradab lagi, kami melakukarmya di tempat yang
cukup terpencil dan menggunakan nama yang hanya diketahui sedikit orang. Tapi
para pengawal masih ada." "Kami?"
"Aku menikah dengan pria yang kaubaca di koran. Tentu saja, ia bukan orang yang
digambarkan di koran; ia melakukan penyamaran yang dalam untuk pemerintah
Amerika. Ia mengorbankan sebagian besar hidupnya untuk komitmen yang luar biasa
aneh itu." "Dan sekarang kau ada di Hong Kong dan kau mengatakan punya masalah."
'"Aku di Hong Kong dan aku punya masalah." "Boleh kuanggap kejadian setahun yang
lalu berkaitan dengan kesulitanmu hari Ini?" "Aku yakin begitu." "Apa yang bisa
kaukatakan padaku?" "Segala sesuatu yang kuketahui karena aku mengharapkan bantuanmu. Aku tidak
berhak memintanya kecuali kau tahu segala yang kuketahui."
"Aku menyukai bahasa yang tegas. Bukan saja untuk kejelasannya tapi juga karena
biasanya menggambarkan orang yang menyampaikannya. Kau juga mengatakan kecuali
aku mengetahui segalanya, aku mungkin tidak bisa melakukan apa-apa."
"Aku tidak berpikir begitu, tapi kau mungkin benar."
"Bagus, aku tadi mengujimu. Dalam nouvelle diplomatic, kesederhanaan yang
berlebihan menjadi samaran sekaligus alat. Sering kali digunakan untuk menutupi
kebohongan, juga untuk melucuti musuh. Aku meng-ingatkanmu pada proklamasi
terbaru negara barumu baru sebagai istri, tentu saja."
?"Aku ahli ekonomi, Catherine, bukan diplomat."
"Kombinasikan bakatbakat yang aku tahu kaumiliki, dan kau akan melesat ke
jajaran atas Washington sebagaimana yang bisa kaulakukan di Ottawa. Tapi dengan
begitu kau akan kehilangan keanoniman yang begitu kauinginkan dalam kehidupan
beradab yang baru kauperoleh kembali itu."
"Kami harus memilikinya Hanya itu yang penting. Aku tidak."
"Menguji lagi. Kau bukannya tanpa ambisi. Kau sangat mencintai suamimu."
"Sangat. Aku ingin menemukannya. Aku ingin ia kembali." Kepala Staples tersentak
sementara ia mengerjapkan mata. "Ia di sini?"
"Di suatu tempat. Itu bagian dari ceritanya."
"Rumit?" "Sangat." "Bisa tunggu duhi dan aku serius, Marie hingga kita berada di tempat yang ? ?lebih tenang?"
"Aku diajar bersabar oleh orang yang nyawanya tergantung pada kesabaran dua
puluh empat jam sehari selama tiga tahun."
"Astaga. Kau lapar?"
"Kelaparan. Itu juga bagian dari ceritanya. Mumpung kau di sini dan mendengarkan
ceritaku, bisa kita memesan makanan?"
"Hindari dim sum, rebusannya terlalu matang dan gorengannya juga. Tapi bebeknya
yang terbaik di Hong Kong.... Kau bisa menunggu, Marie" Atau kau lebih suka
pergi?" "Aku bisa menunggu, Catherine. Seluruh hidupku sedang menunggu. Setengah jam
tidak akan berpengaruh. Dan kalau tidak makan, aku tidak akan bisa bercerita
dengan jelas." "Aku tahu. Itu bagian dari ceritanya."
Mereka duduk berhadapan di apartemen Staples, meja kopi di antara mereka,
berbagi sepoci teh. "Kurasa," kata Catherine, "aku baru saja mendengar apa yang
bisa dibilang penyalahgunaan posisi paling berani dalam tiga puluh tahun dinas luar
negeri di pihak kita, tentu saja. Kecuali ada salah tafsir yang sangat serius."
?"Maksudmu kau tidak mempercayai ceritaku."
"Sebaliknya, Sayang, kau tidak mungkin bisa mengarangnya.. Kau benar. Seluruh
kejadian ini penuh logika yang tidak logis."
"Aku tidak bilang begitu."
'Tidak perlu, fakta itu ada di sana. Suamimu disiapkan, kemungkinankemungkinannya ditanamkan, lalu ditembakkan seperti roket nuklir. Kenapa?"
"Sudah kukatakan. Ada orang yang membunuhi orang-orang dan mengaku sebagai Jason
Bourne peran yang dimainkan David selama tiga tahun."
?'Tembunuh tetap pembunuh, tak peduli nama yang digunakannya, entah Genghis Khan
atau Jack the Ripper, atau, kalau kau mau, Carlos the Jackal bahkan pembunuh
?bayaran Jason Bourne. Jebakan untuk orang-orang seperti itu direncanakan dengan
persetujuan penjebaknya."
"Aku tidak mengerti, Catherine."
"Kalau begitu dengarkan aku, Sayang. Ini benak tua yang bicara. Ingat waktu aku
menemuimu untuk kursus penyegaran Pasar Bersama dengan penekanan pada
perdagangan Timur?" "Ya. Kita saling memasakkan makan malam. Masakanmu lebih baik daripada
masakanku." 'Ya, memang. Tapi sebenarnya aku ke sana untuk mempelajari cara meyakinkan
kontak-kontakku di blok Timur bahwa aku bisa menggunakan fluktuasi nilai mata
uang agar pembelian kita jauh lebih menguntungkan bagi mereka. Aku berhasil.
Moskow marah besar."
"Catherine, apa hubungannya denganku?"
Staples memandang Marie, sikap lembutnya dihiasi ketegasan. "Biar kuperjelas.
Kalau kau pernah memikirkannya, kau pasti mengira aku datang ke Ottawa untuk
lebih memahami perekonomian Eropa agar bisa melakukan pekerjaanku dengan lebih
baik. Dalam satu segi itu benar, tapi bukan itu alasan sebenarnya. Aku berada di
sana untuk belajar cara menggunakan fluktuasi mata uang berbagai negara dan
menawarkan kontrak-kontrak dengan keuntungan terbesar bagi calon klien kita.
Sewaktu deutsche mark menanjak, kita menjual berdasarkan franc atau gulden atau
mata uang lainnya. Itu sudah ada 'dalam kontrak."
"Itu tidak menguntungkan bagi kita."
"Kita memang tidak mencari laba, kita membuka pasar yang sebelumnya tertutup
bagi kita. Keuntungannya akan datang nanti, Kau sangat jelas mengenai spekulasi
nilai tukar mata uang. Kau mengajarkau ke-jahatannya, dan aku harus belajar
menjadi setan untuk tujuan baik, tentu saja"?"Baiklah, kau mencuri ilmuku untuk tujuan yang tidak kuketahui sama sekali "
?"Jelas sekali, hal itu harus dirahasiakan sepenuhnya."
"Tapi apa hubungan kejadian itu dengan semua yang barusan kuceritakan padamu?"
"Aku mencium kebusukan di sini, dan hidung ini sangat berpengalaman. Sama
seperti aku memiliki motif yang lebih tinggi untuk menemuimu di Ottawa, siapa
pun yang melakukan tindakan ini padamu memiliki alasan yang lebih dalam dari
sekadar menangkap peniru suamimu." "Kenapa kau berkata begitu?"
"Suarnimu yang mengatakannya lebih dulu. Ini terutama dan sudah selayaknya
merupakan urusan polisi, bahkan. jaringan intelijen Interpol yang sangat
dihormati. Mereka jauh lebih memenuhi syarat untuk menangani masalah seperti ini
daripada Kementerian Luar Negeri atau Foreign Office, CIA atau MI-Six. Cabang
intemasional intelijen tidak menangani kejahatan non politis pembunuhan sehari?hari tidak bisa. Ya Tuhan, mereka justru akan mengungkap samaran yang berhasil
?mereka bangun dengan mencampuri pekerjaan polisi seperti itu."
"McAllister berpendapat lain. Ia mengklaim orang-orang terbaik di kalangan
intelijen AS dan Inggris sedang menanganinya. Ia mengatakan alasannya adalah:
kalau sampai pembunuh yang menyamar sebagai suamiku di mata orang?orang membunuh tokoh politik penting di salah satu pihak, atau memulai perang
?kelompok bawah tanah, status Hong Kong akan segera terancam. Peking akan
bergerak cepat dan mengambil alih; menggunakan perjanjian '97 sebagai alasan.
'Oriental tidak menolerir anak yang tidak patuh' itu kata-katanya."
?Tidak bisa diterima dan tidak bisa dipercaya!" sembur Catherine Staples. "Entah
menteri mudamu pembohong .atau ia goblok setengah mati! Ia justru memberimu
semua alasan bagi dinas intelijen kita untuk tidak mencampuri, untuk lepas
tangan sama sekali! Bahkan isyarat adanya operasi rahasia akan menimbulkan
bencana. Hal itu bisa memicu bocah-bocah liar di Komite Sentral. Terlepas dari
itu, aku tidak percaya sedikit pun dengan apa yang dikatakannya. London tidak
akan pernah mengizinkannya; bahkan menyinggung nama Cabang Khusus pun tidak akan
diizinkan." "Catherine, kau keliru. Kau tidak mendengarkan. Orang yang terbang ke Washington
untuk mengambil arsip Treadstone adalah orang Inggris, dan ia memang anggota MiSix. Astaga, ia terbunuh karena arsip itu."
"Aku mendengarmu. Aku hanya tidak percaya. Di atas segalanya, Foreign Office
akan berkcras seluruh kekacauan ini tetap ditangani polisi dan hanya oleh
polisi. Mereka tidak akan membiarkan Ml-Six berada di restoran yang sama dengan
detektif kelas tiga, bahkan di Food Street. Percayalah, Sayang, aku tahu yang
kubicarakan. Sekarang ini masa-masa
yang rumit dan bukan waktunya untuk aneh-aneh, terutama seperti organisasi
intelijen resmi yang mencari perkara dengan pembunuh bayaran. Tidak, kau dibawa
kemari dan suamimu dipaksa mengikuti untuk alasan yang berbeda."
"Demi Tuhan, apa?" sera Marie, tersentak maju di kursinya.
"Aku tidak tahu. Mungkin ada orang lain."
"Siapa?" "Itu di luar jangkauanku."
Kebisuan menyelimuti. Dua benak yang sangat cerdas sedang me-nimbang-nimbang
kata-kata yang diucapkan yang lain.
"Catherine," kata Marie pada akhirnya. "Aku menerima logika dan segala yang
kaukatakan, tapi kau juga mengatakan segalanya penuh logika yang tidak logis.
Katakan saja aku benar, bahwa orang-orang yang menahanku bukan pembunuh atau
penjahat, tapi birokrat yang mengikuti perintah yang tidak mereka pahami, bahwa
sikap dan penjelasan mereka yang berbelit-belit menurijukkan bahwa mereka
berasal dari pemerintah, bahkan keprihatinan mereka mengenai kenyamanan dan
kesejahteraanku. Aku tahu kau mengira McAllister yang kujabarkan adalah
pembohong atau bodoh, tapi seandainya ia pembohong tapi tidak bodoh" Dengan
anggapan masalah ini dan aku percaya masalah ini memang ada kita membicarakan ? ?dua pemerintahan yang bertindak bersama-sama dalam waktu yang rumit ini. Lalu
apa?" "Lalu ada bencana yang sedang dipersiapkan," kata Foreign Service Officer
Staples dengan suara pelan.
"Dan itu berkisar pada suamiku?"
"Kalau kau benar, ya."
"Itu mungkin, bukan?"
"Aku bahkan tidak ingin memikirkannya."
15 EmPAT puluh mil di sebelah barat daya Hong Kong, di balik pulau terluar di Laut
Cina Selatan, terdapat semenanjung Macao, koloni Portugal hanya dalam nama saja.
Asal sejarahnya dari Portugal, tapi daya tarik modemnya bagi jajaran
internasional, dengan Grand Prix tahunan dan perjudian serta yacht, disesuaikan
dengan kemewahan dan gaya hidup yang dituntut kaum kaya Eropa. Sekalipun begitu,
jangan salah. Negara itu milik Cina. Kendali atas negara itu berada di Peking.
Tidak boleh! Tidak boleh ke Macao! Perintahnya akan turun segera,
eksekusinya lebih cepat lagi! Istrimu akan tewas!
Tapi pembunuh bayaran itu ada di Macao, dan bunglon harus memasuki
hutan yang lain. Sambil mengamati wajah-wajah dan meneliti sudut-sudut gelap di terminal kecil
yang penuh sesak itu, Bourne bergerak bersama kerumunan keluar ke dermaga
hidrofoil Macao, perjalanan yang makan waktu kurang-lebih satu jam. Penumpang
terbagi menjadi tiga kategori yang mencolok: penduduk koloni Portugal yang
pulang ke rumahnya kebanyakan orang Cina yang pendiam; penjudi ?profesional campuran ras yang berbicara dengan suara pelan kalaupun mereka
?berbicara, terus-menerus memandang sekitamya untuk menilai persaingan; dan
pelancong larut malam serta wisatawan, seluruhnya kulit putih, banyak di
?antaranya mabuk, mengenakan topi berbentuk aneh dan pakaian tropis yang
mencolok. Bourne meninggalkan Shenzen dan menumpang kereta pukul tiga dari Lo Wu ke
Kowloon. Perjalanan itu melelahkan, akal sehatnya terhenti, emosinya terkuras.
Pembunuh-penipu itu begitu dekat! Kalau saja ia bisa mengisolir orang dari Macao
itu selama kurang dari semenit, ia bisa mengeluarkannya dari sana! Ada banyak
cara. Visa mereka beres; orang yang terbungkuk kesakitan, tenggorokannya luka
hingga tidak bisa berbicara, bisa dianggap orang sakit, mungkin berpenyakit,
tamu tak diundang yang dengan senang hati mereka biarkan pergi. Tapi
kenyataannya tidak begitu, kali ini tidak begitu, Kalau saja ia bisa melihatnya!
Lalu ada penemuan mengejutkan bahwa pembunuh bayaran bam ini,
210 mitos yang bukan mitos tapi pembunuh brutal ini, memiliki koneksi di Republik
Rakyat Cina. Hal itu sangat mengganggu, karena pejabat Cina hanya mengakui orang
seperti itu untuk dimanfaatkan. Itu menjadi kerumitan tambahan yang tidak
diinginkan David. Tidak ada hubungannya dengan Marie dan dirinya, padahal ia
hanya peduli pada mereka berdua. Hanya mereka berdua yang dipedulikannya! Jason
Bourne: Bawa orang dari Macao itu!
Ia telah kembali ke Peninsula, mampir di New World Centre untuk membeli jaket
nilon gelap sepinggang dan sepatu sneaker biru tua dengan sol tebal. Kegelisahan
David Webb luar biasa. Jason Bourne membuat rencana tanpa sungguh-sungguh punya
rencana. Ia memesan makanan ringan sambil duduk di ranjang menatap program
berita televisi. Lalu David bersandar ke bantal, memejamkan mata sejenak,
penasaran dari mana kata-kata ini berasal: Istirahat adalah senjata. Jangan
lupa. Bourne terjaga lima belas menit kemudian.
Jason telah membeli tiket untuk pelayaran pukul 08.30 di loket peron Mass
Transit di Tsim Sha Tsui pada jam sibuk. Untuk memastikan ia tidak diikuti dan
?ia harus benar-benar yakin Jason menggunakan tiga taksi yang berbeda sampai
?seperempat mil dari dermaga feri Macao satu jam sebelum keberangkatan dan
menempuh sisa perjalanan dengan berjalan kaki. Lalu ia memulai ritual yang telah
dilatihnya dulu. Kenangan akan pelatihan itu samar-samar, tapi praktiknya amat
jelas. Ia bergabung dengan keramaian di depan terminal, merunduk, meliuk,
berjalan dari satu kelompok ke kelompok yang lain, lalu tiba-tiba berdiri tak
bergerak di tepi, memusatkan perhatian pada pola gerakan di belakangnya,
mencari-cari orang yang telah dilihatnya beberapa saat lalu, wajah atau
pandangan gelisah yang terarah kepadanya. Sejauh ini tidak ada seorang pun. Tapi
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keselamatan Marie tergantung pada kepastian itu, jadi ia mengulangi ritual itu
dua kali lagi, berakhir di dalam terminal remang-remang dengan bangku menghadap
dermaga dan laut lepas. Ia terus mencari wajah panik, mencari kepala yang terus
berpaling, orang yang berputar-putar di tempat, berniat menemukan seseorang.
Sekali lagi, ia tidak melihat satu pun. Ia bebas pergi ke Macao. Ia tengah dalam
perjalanan ke sana sekarang.
Ia duduk di kursi belakang dekat jendela dan mengawasi lampu-lampu Hong Kong dan
Kowloon memudar menjadi cahaya suram di langit Asia Lampu-lampu baru muncul dan
menghilang saat kapal hidrofoil itu menambah kecepatan dan melewati pulau-pulau
luar, pulau-pulau milik Cina Ia membayangkan orang-orang berseragam tengah
mengintip melalui teleskop dan teropong inframerah, tidak yakin akan apa yang
mereka cari tapi diperintahkan untuk mengamati segalanya. Pegunungan Wilayah
Baru menjulang tinggi, cahaya bulan memantul di puncak-puncaknya dan mempertegas
keindahannya, tapi juga mengatakan: Di sinilah kau
211 berhenti. Di balik ini, kami berbeda. Sebenarnya tidak tepat begitu. Orang-orang
menjajakan barang dagangan mereka di lapangan-lapangan Shenzen. Pekerja ahli
hidup makmur, para petani menjagal hewan-hewan mereka dan menjalani kehidupan
sebaik kelas berpendidikan di Beijing dan Shanghai biasanya dengan tempat ?tinggal yang lebih baik. Cina sedang berubah, tidak cukup cepat bagi Barat dan
?masih berapa raksasa paranoid, tapi, pikir David Webb, tanpa perut anak-anak
yang lapar, yang begitu mencolok di Cina bertahun-tahun yang lalu. Di jajaran
puncak politik banyak yang bertubuh gendut, tapi di lapangan sedikit yang
kelaparan. Ada kemajuan, pikir David, entah dunia setuju atau tidak dengan
metode mereka. Kapal hidrofoil-itu menambah kecepatan, lunasnya turun ke air. Kapal itu
melintasi celah di antara bungkahan karang buatan manusia yang diterangi lampu
sorot. Mereka ada di Macao, dan Bourne tahu apa yang. harus dilakukannya Ia
bangkit berdiri, meminta maaf saat melewati orang yang duduk di bangku dekatnya,
menyusuri lorong menuju sekelompok orang Amerika; beberapa berdiri, sisanya
duduk, yang bergerombol di sekitar kursi mereka, menyanyikan Mr. Sandman yang
jelas telah dilatih sebelumnya.
"Boom boom boom boom... Mr. Sandman, sing me a song Boom boom boom boom Oh, Mr.
Sandman..." Mereka teler. tapi tidak mabuk, dan masih terkendali. Sekelompok wisatawan lain,
dari cara bicara mereka tampaknya dari Jerman, tengah memberi semangat pada
orang-orang Amerika itu, dan di akhir lagu bertepuk tangan.
"Gut!" "Sehr gut!" "Wunderbar! " . "Danke, meine Herren." Orang Amerika yang berdiri paling dekat dengan Jason
membungkuk kepada orang-orang Jerman itu. Kemudian ada percakapan singkat dan
bersahabat, orang-orang Jerman itu berbicara bahasa Inggris dan orang Amerika
itu menjawab dalam bahasa Jerman.
"Jadi ingat rumah," kata Bourne pada orang Amerika itu.
"Hei, seorang Landsmamft Lagu itu cukup kuno untukmu, pal. Beberapa lagu lama
memang luar biasa, bukan" Omong-omong, kau termasuk kelompok?"
TKelompok apa?" -."Honeywell-Porter," jawab pria itu, menyebutkan agen periklanan New York yang
diketahui Jason memiliki cabang di seluruh dunia.
'Tidak, sayangnya bukan." **
?"Sudah kuduga. Kami hanya sekitar tiga puluh orang, termasuk orang-orang
Australia itu, dan kukira aku cukup kenal setiap orang. Kau dari mana" Namaku
Ted Mather. Aku dari kantor Honeywell-Porter L.A."
"Namaku Howard Cruett. Tidak dari kantor mana pun. Aku mengajar, tapi dari
Boston." "Beanburg! Biar kukenalkan pada Landsmann-mu, atau Stadtsmannl Howard,
perkenalkan Beantown Bemie." Mather kembali membungkuk, kali ini pada pria yang
duduk merosot di kursi dekat jendela; mulutnya terbuka, matanya terpejam. Ia
jelas mabuk dan mengenakan topi bisbol Red Sox. "Tidak perlu repot-repot
menyapa, ia tidak bisa dengar. Bernard the Brain ini dari kantor Boston kami.
Seharusnya kau.melihat dia tiga jam yang lalu. Setelan J. Press, dasi garisgaris, dan tongkat penunjuk di tangan serta selusin tabel yang hanya dipahaminya
sendiri. Tapi harus kuakui ia membuat kami tetap terjaga. Kupikir itu sebabnya ?kami mendapat sedikit ia terlalu banyak. Persetan, ini malam terakhir kami."
?"Pulang besok?"
"Penerbangan larat malam. Dengan begitu ada waktu untuk memulihkan diri."
"Kenapa Macao?"
"Keinginan bersama untuk main. Kau juga?" "Sekadar mencoba-coba. Astaga, topi
itu membuatku rindu rumah! Red Sox sudah di atas angin, dan aku belum melewatkan
satu pertandingan pun sampai perjalanan ini!"
"Dan Bemie tidak akan kehilangan topinya!" Orang iklan itu tertawa,
mencondongkan tubuh dan mencabut topi bisbol dari kepala Bernard the Brain.
"Nih, Howard, pakai saja. Kau layak mendapatkannya!"
Hidrofoil itu merapat. Bourne turun dan melewati imigrasi bersama orang-orang
Honeywell-Porter sebagai salah satu dari mereka Saat mereka menuruni tangga
semen curam ke terminal yang dindingnya dipenuhi poster, Jason dengan topi Red
?Sox yang lidahnya miring ke bawah dan langkah tidak mantap melihat seorang pria
?dekat dinding kiri mengamati orang-orang yang bam tiba. Di tangan orang itu
terdapat sehelai foto, dan Bourne tahu wajah di foto itu adalah wajahnya. Ia
tertawa mendengar salah satu komentar Ted Mather sambil berpegangan pada lengan
Beantown Bemie yang sudah sempoyongan.
- Kesempatan akan datang sendiri Kenalilah, bertindaklah berdasarkan kesempatan
itu. Jalanan di Macao hampir sama terang benderangnya seperti di Hong Kong; yang
kurang adalah perasaan adanya terlalu banyak orang di
tempat yang terlalu kecil. Dan yang berbeda berbeda dan berlawanan adalah
? ?banyaknya gedung dengan billboard-billboard modern yang terang benderang dengan
huruf-huruf Cina berkedip-kedip. Gedung-gedung itu
bergaya arsitektur Spanyol kun'o lebih akuratnya, Portugis-tapi
?karakternya Spanyol ala buku teks, Mediterania. Seolah-olah kebudayaan awal
telah tersapu serbuan budaya lain, tapi menolak menyerahkan ciri khasnya,
memproklarnirkan kekuatannya dengan tegas mengatasi tabung-tabung kaca berwarnawarni yang hanya sementara. Sejarah sengaja diingkari; gereja-gereja kosong dan
reruntuhan katedral yang terbakar berdiri dalam keharmonisan aneh dengan kasinokasino tempat para petugasnya berbahasa Kanton dan keturunan para penakluk
jarang terlihat Semuanya memesona dan amat mengancam. Ini Macao.
Jason menyelinap pergi meninggalkan kelompok Honeywell-Porter dan menemukan
taksi yang sopirnya pasti berlatih dengan menonton Grand Prix tahun an Macao. Ia
diantar ke kasino Kam Pek dengan prates hebat dari sopirnya.
?"Untukmu Lisboa, bukan Kam Pek! Kam Pek untuk orang Cina! Dai sui! Fan-tan!"
"Kam Pek, cheng nei," kata Bourne, menambahkan kata tolong dalam bahasa Kanton,
tapi tidak mengatakan apa-apa lagi.
Kasino itu gelap. Udaranya lembap dan berbau busuk, dan asap yang bergulunggulung di sekitar lampu temaram di atas meja-mejanya berbau manis, pekat, dan
menusuk. Ada bar di bagian belakang, agak jauh dari arena permainan; ia
melangkah ke sana dan duduk di bangku bulat, merendahkan tubuh untuk mengurangi
tinggi badannya. Ia berbicara dalam bahasa Cina, topi bisbolnya agak menutupi
wajahnya, -yang mungkin tidak perlu, karena ia hampir tidak bisa membaca label
botol-botol di meja. Ia memesan minuman, dan sewaktu pesanannya tiba ia
memberikan tip yang dermawan pada bartendernya dengan mata uang Hong Kong.
"Mgoi," pria bercelemek itu mengucapkan terima kasih. "Hon," kata Jason sambil
melambaikan tangan. Ada/can kontak bersahabat secepat mungkin. Terutama di
tempat yang tidak kaukenali, yang bisa jadi amat bermusuhan. Kontak itu akan
menyediakan kesempatan atau waktu yang kaubutuhkan. Dari Medusa atau Treadstone"
Tidak penting kalau ia tidak ingat.
Perlahan-lahan ia berbalik di kursinya dan memandang meja-meja; ia menemukan
pelat yang tergantung dengan karakter Cina untuk "lima". Ia kembali menghadap
bar dan mengeluarkan. buku catatan serta pena. Ia merobek kertas dan menuliskan nomor telepon sebuah hotel di Macao
yang dihafalkannya dari majalah Voyager yang disediakan bagi para penumpang
hidrofoil. Dituliskannya nama yang akan diingatnya hanya kalau perlu, dan ia
menambahkan kata-kata berikut: Bukan teman Carlos.
Ia menurunkan gelasnya ke bawah meja bar, menumpahkan minumannya, dan
mengacungkan tangan memesan lagi. Saat pesanannya datang, ia lebih dermawan
dibandingkan sebelumnya. "Mgoi saai," kata bartender, sambil membungkuk.
"Msa," kata Bourne, sekali lagi melambaikan tangan, lalu tiba-tiba
mengacungkannya tanpa bergerak, isyarat bagi bartender untuk tetap berada di
tempatnya. "Bisa kau menolongku?" lanjutnya dalam bahasa orang itu. 'Tidak akan
lebih dari sepuluh detik."
"Apa, Sir?" "Berikan surat ini ke pembagi kartu di Meja Lima. Ia teman lama, dan aku ingin
ia tahu aku ada di sini." Jason melipat surat itu dan mengacungkannya. "Akan
kubayar untuk bantuanmu."
"Itu kehormatan bagiku, Sir."
Bourne mengawasi. Pembagi kartu itu menerima pesannya, membukanya sejenak saat
bartender berlalu, dan menjejalkannya ke bawah meja. Penantian dimulai.
Penantian itu bagai tanpa akhir, begitu lama hingga bartender selesai bertugas
malam itu. Pembagi kartu pindah ke meja lain, dan dua jam kemudian ia juga
digantikan. Dua jam kemudian ada pembagi kartu lain yang mengambil alih Meja
Lima. Lantai di bawahnya sekarang basah oleh wiski, Jason memesan kopi dan cukup
puas dengan teh; saat itu pukul dua lewat sepuluh dini hari.- Sam jam lagi ia
akan pergi ke hotel yang nomor teleponnya sudah dituliskan dan mendapatkan
kamar, kalaupun untuk itu ia harus membeli sebagian sahamnya di bursa. Ia mulai
kelelahan. Kelelahahnya berhenti. Sudah terjadi! Seorang wanita Cina mengenakan gaun
berbelahan gaya peiacur berjalan mendekati Meja Lima. Ia mengitari para pemain
ke sudut kanan dan berbicara cepat pada si pembagi kartu, yang meraih ke bawah
meja dan tanpa kentara memberikan kertas terlipat kepadanya. Wanita itu
mengangguk dan berlalu, menuju pintu kasino.i"js*"^
Ia tidak muncul sendiri, tentu saja. la menggunakan peiacur dari jalan.
Bourne meninggalkan bar dan mengikuti wanita itu. Di jalan yang gelap di luar,
di mana terdapat beberapa orang tapi sepi berdasarkan standar Hong Kong, ia
bertahan sekitar lima belas meter di belakang wanita itu, berhenti sesekali
untuk memandang etalase yang terang benderang, lalu bergegas melanjutkan
perjalanan agar tidak tertinggal.
Jangan menerima penghubung pertama. Mereka berpikir sama denganmu. Yang pertama
bisa jadi hanya orang miskin yang mencari beberapa dolar dan tidak tahu apa-apa.
Bahkan penghubung kedua atau ketiga. Kau akan mengenali kontaknya. Ia pasti
berbeda. Seorang pria tua bungkuk mendekati peiacur itu. Tubuh mereka saling menyerempet,
dan wanita itu menjerit memakinya sambil mengoperkan
surat itu. Jason pura-pura mabuk dan berbalik, mengikuti penghubung kedua.
Kejadiannya berlangsung empat blok jauhnya, dan orang itu memang berbeda. Orang
Cina kecil dengan pakaian bagus, tubuhnya yang padat dengan bahu iebar dan
pinggang sempit yang memancarkan kekuatan. Kecepatan geraknya saat membayar
orang tua kumuh itu dan langkahnya saat bergegas menyeberangi jalan merupakan
peringatan bagi musuh. Bagi Bourne hal itu merupakan undangan yang tak
tertahankan; inilah kontak yang punya wewenang, penghubung si orang Prancis.
Jason melesat ke sisi seberang; ia hampir lima puluh meter jauhnya di belakang
pria itu dan semakin tertinggal. Tidak ada gunanya pura-pura sekarang; ia
berlari. Beberapa detik kemudian ia telah berada tepat di belakang kontak itu,
sol sepatu sneaker-nya meredam langkah larinya. Di depan terdapat lorong yang
berada di antara dua bangunan yang mirip gedung perkantoran; jendela-jendelanya
gelap. Ia harus bergerak cepat, tapi dengan cara begitu rupa yang tidak
menimbulkan keributan, tidak memberikan alasan pada para pejalan malam untuk
berteriak atau memanggil polisi. Dalam hal ini,'nasib berpihak padanya; ?kebanyakan orang yang berkeliaran mabuk atau teler, sisanya para buruh yang
kelelahan sesudah menyelesaikan jam kerja mereka, ingin segera tiba di rumah.
Kontak itu mendekati mulut lorong. Sekarang.
Bourne bergegas ke samping kanan orang itu. "Orang Prancis!" katanya dalam
bahasa Cina. "Aku membawa berita dari si orang Prancis! Cepat!" Ia berbelok
masuk ke lorong, dan kontak itu, tertegun, matanya membelalak, tidak memiliki
pilihan kecuali berjalan seperti zombi yang kebingungan ke mulut lorong.
Sekarang! Menerjang dari keremangan, Jason menyambar telinga kiri orang itu,
menyentakkannya, memuntimya, melontarkan kontak itu ke depan, meng; ayunkan
lututnya ke pangkal tulang punggung pria itu, sementara tangan yang lain
mencengkeram lehernya. la melemparkan orang itu semakin jauh ke dalam lorong
yang gelap, berlari bersamanya, menghantamkan sneaker-nya ke belakang lutut
kontak; pria itu jatuh bergulingan dan menatap Bourne.
"Kau! Kau rupahya!" Lalu kontak itu mengernyit. 'Tidak," katanya, tiba-tiba
tenang. "Kau bukan dia."
Tanpa gerakan peringatan, orang Cina itu mengayunkan kaki kanannya, mendorong
tubuhnya dari tanah bagai pantulan yang terbalik. Ia mengenai paha kanan Jason,
diikuti tendangan kaki kiri, terarah ke.perut Bourne sementara ia bangkit
berdiri. Tangannya teracung dan kaku, tubuhnya yang kekar bergerak lincah,
bahkan anggun, membentuk setengah lingkaran dan siap sedia.
Yang terjadi selanjutnya adalah pertempuran dua binatang, dua algojo terlatih,
setiap gerakan dilakukan dengan perencanaan matang, setiap
pukulan mematikan mendarat dengan kekuatan penuh. Yang satu berjuang demi
keselamatannya, yang lain demi bertahan hidup dan kebebasan dan seorang
?wanita; tidak mampu hidup tanpa dia, tidak bersedia hidup tanpa dia. Akhirnya,
tinggi, berat badan, dan motif yang lebih kuat daripada nyawa menghasilkan
perbedaan, memberikan kemenangan pada yang satu dan kekalahan pada yang lain.
Keduanya saling mengait dan menempel ke dinding, bercucuran keringat dan memarmemar, darah mengalir dari mulut dan mata, Bourne mengunci leher kontak itu dari
belakang, lutut kirinya terhunjam ke punggung bawah pria itu, kaki kanannya
menjepit pergelangan kaki.
"Kau tahu apa yang akan terjadi selanjutnya!" bisiknya sambil terengah-engah,
mengucapkan kata demi kata untuk memberi tekanan. "Satu sentakan dan tulang
punggungmu patah. Bukan cara yang menyenangkan untuk mati. Padahal kau tidak
perlu mati. Kau bisa hidup dengan uang lebih banyak daripada yang akan pernah
dibayarkan orang Prancis itu padamu. Percayalah, orang Prancis dan pembunuhnya
tidak akan hidup lebih lama lagi. Pilihlah. Sekarangl" Jason menarik; pembuluh
darah di tenggorokan orang itu menegang hingga hampir pecah.
"Ya, ya!" jerit kontak itu. "Aku hidup, tidak mati!"
Mereka duduk dalam lorong yang gelap, memunggungi dinding, merokok. Temyata pria
itu fasih berbahasa Inggris, yang dipelajarinya dari para biarawati di sekolah
Katolik Portugis. "Kau bagus sekali, tahu," kata Bourne sambil menyeka darah dari mulutnya.
"Aku juara Macao. Itu sebabnya orang, Prancis itu membayarku. Tapi kau
mengalahkanku. Aku sudah dipermalukan, tak peduli apa yang telah terjadi."
Tidak. Hanya saja aku tahu beberapa tipuan kotor lebih banyak daripada dirimu.
Tipuan-tipuan itu tidak diajarkan di tempatmu berlatih, dan memang seharusnya
tidak pemah. Lagi pula, tidak akan ada yang tahu."
'Tapi aku masih muda! Kau sudah tua."
"Aku tidak akan bilang begitu. Lagi pula, kondisiku tetap terjaga, berkat
seorang dokter suiting yang memberi tahu apa yang harus kulakukan. Menurutmu
berapa usiaku?" "Kau sudah lebih dari tiga puluhV
"Setuju." "Tua!" 'Trims." "Kau juga sangat kuat, sangat berat tapi lebih dari itu. Aku waras. Kau tidak"?"Mungkin." Jason memadamkan rokoknya di aspal. "Sebaiknya kita membicarakan halhal yang masiik akal," katanya sambil mengeluarkan uang dari saku. "Aku sungguhsungguh dengan yang kukatakan, aku akan membayarmu dengan baik.... Di mana orang
Prancis itu?" "Segala sesuatunya tidak seimbang." "Apa maksudmu?" "Keseimbangan
itu penting." "Aku tahu. tapi aku tidak mengerti maksudmu." "Ada
ketidakharmonisan, dan si orang Prancis marah. Berapa banyak kau akan
membayarku?" "Berapa banyak yang bisa kauceritakan padaku?" "Di mana si orang Prancis dan
pembunuhnya akan berada besok malam?"
"Sepuluh ribu dolar Amerika." "Aiyal '
. 'Tapi hanya kalau kau membawaku ke sana." "Itu di se be rang perbatasanl"
"Aku.punya visa untuk Shenzen. Masih berlaku tiga hari lagi."
"Mungkin membantu, tapi tidak sah untuk perbatasan Guangdong."
"Kalau begitu, pikirkan. Sepuluh ribu dolar, Amerika."
"Akan kupikirkan." Kontak itu diam sejenak, pandangannya terpaku pada uang yang
diulurkan orang Amerika itu. "Boleh aku mendapat apa yang aku yakin kausebut
uang muka?" "Lima ratus dolar, hanya itu."
"Negosiasi di perbatasan makan biaya jauh lebih besar." "Hubungi aku. Akan
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kubawakan uangnya." "Menghubungimu di mana?" SN&e
"Carikan aku kamar hotel di Macao ini. Akan kusimpan uangnya di lemari besi
hotel." "Lisboa."
Tidak, jangan Lisboa. Aku tidak bisa ke sana. Tempat lain." 'Tidak ada masalah.
Bantu aku berdiri.... Tidak! Akan lebih baik bagi harga diriku kalau aku tidak
membutuhkan bantuan." "Jadilah," kata Jason Bourne.
Catherine Staples duduk di mejanya, telepon yang telah terputus masih di
tangannya; tanpa sadar ia memandangnya dan meletakkannya. Percakapan yang baru
ia lakukan membuatnya tercengang. Karena tidak ada Satuan Intelijen Kanada yang
beroperasi di Hong Kong, para pejabat dinas asing membangun sendiri sumbersumber mereka* di dalam kepolisian Hong Kong kalau mereka membutuhkan inforfnasi
akurat. Kesempatan itu sering kali berhubungan dengan warga negara Kanada yang
tinggal atau bepergian di koloni itu. Masalahnya berkisar dari mereka yang ditangkap
hingga mereka yang diserang, dari orang Kanada yang tertipu hingga mereka yang
melakukan penipuan. Selain itu juga ada masalah-masalah yang lebih dalam,
masalah keamanan dan spionase, yang pertama menyamarkan kunjungan pejabat tinggi
pemerintah, yang belakangan menyangkut perlindungan terhadap pengintaian
elektronik dan perolehan informasi yang peka melalui tindakan pemerasan terhadap
personel konsulat. Sudah menjadi rahasia umum bahwa agen-agen dari blok Timur
dan rezim fanatik Timur Tengah menggunakan obat bius dan pelacur dari kedua
jenis kelamin untuk melayani jenis kelamin mana pun demi mendapatkan data
rahasia pemerintah lawan. Hong Kong-lah tempatnya. Dan dalam bidang inilah
Staples melakukan pekerjaan terbaiknya di wilayah ini. Ia pernah menyelamatkan
karier dua atase dalam konsulatnya sendiri, juga seorang Amerika dan tiga orang
Inggris. Foto-foto personel yang tengah melakukan tindakan yang memberatkan
dihancurkan bersama negatifhya, pemerasnya menghilang dari koloni diiringi
ancaman, bukan saja ancaman akan diungkap tapi juga disakiti secara fisik. Dalam
satu kesempatan, seorang pejabat konsuler Iran, berteriak-teriak dari kantornya
di Gammon House, menuduhnya mencampuri urusan yang melebihi wewenangnya.
Catherine mendengarkan selama yang mampu ditolerirnya, lalu memutuskan telepon
dengan pernyataan singkat, "Apa kau tidak tahu" Atasanmu suka bocah laki-laki."
Semua ini dimungkinkan melalui hubungannya dengan duda Inggris di akhir usia
paro baya, yang memilih pensiun dari Scotland Yard untuk menjadi kepala Urusan
Kolonial Kerajaan di Hong Kong. Di usia 67 tahun, Ian Ballantyne telah menerima
fakta bahwa kejayaannya di Yard telah berakhir, tapi pemanfaatan keahlian
profesionalnya masih jauh dari usai. Ia dengan sukarela ditugaskan di Timur
Jauh, tempat ia mengguncang divisi intelijen kepolisian koloni, dan dengan
caranya yang diam-diam mengubah organisasi itu menjadi lebih agresif sekaligus
efisien, dan lebih memahami dunia hitam Hong Kong dibandingkan dinas-dinas lain
di wilayah itu, termasuk MI6, Cabang Khusus. Catherine dan Ian bertemu pada
salah satu makan malam birokratis dan membosankan yang diwajibkan oleh
protokoler konsuler, dan sesudah percakapan panjang-lebar yang dihiasi adu nyali
dan penilaian dari rekan semejanya, Ballantyne mencondongkan tubuh dan berkata,
"Apa menitrutmu kita masih bisa melakukannya, old girl?"
"Kita coba saja," jawab Catherine waktu itu.
Mereka mencobanya. Mereka menikmatinya, dan Ian pun menjadi bagian dari
kehidupan Staples, tidak ada ikatan ataupun komitmen. Mereka saling menyukai;
itu sudah cukup. Dan Ian Ballantyne baru saja menyatakan, semua yang diberitahukan Menteri Muda
Urusan Luar Negeri Edward McAllister kepada Marie
Webb dan suaminya di Maine adalah bohong. Tidak ada taipan di Hong Kong bernama
Yao Ming, dan sumber-sumber Ballantyne yang tanpa cacat baca: dibayar mahal di? ?Macao meyakinkannya tidak ada pembunuhan ganda yang melibatkan istri seorang
taipan dan pengedar obat bius di Lisboa Hotel. Tidak ada pembunuhan seperti itu
sejak kepergian pasukan pendudukan Jepang di tahun 1945. Ada puluhan penikaman
dan penembakan yang berkaitan dengan perjudian di kasino, dan beberapa kematian
di kamar akibat penggunaan narkotika berlebihan, tapi tidak ada insiden
sebagaimana yang dijabarkan informan Staples.
"Itu bohong, Cathy old girl" kata Ian tadi. "Untuk tujuan" apa, aku tidak
mengerti." "Sumberku sah, Sayang. Apa pendapatmu?"
"Bau busuk, Sayang. Ada yang mengambil risiko luar biasa untuk tujuan yang cukup
besar. Ia melindungi diri sendiri,' tentu saja orang bisa membeli apa saja di ?sini, termasuk tutup mulut tapi seluruh informasimu itu hanya fiksi. Kau mau
?memberitahuku lebih banyak?"
"Seandainya kukatakan ini berorientasi ke Washington, bukan Inggris?"
"Aku harus menentangmu. Untuk bertindak sejauh ini, London harus dilibatkan."
"Tidak masuk akal!"
"Dari sudut pandangmu, Cathy. Kau tidak tahu sudut pandang mereka. Dan aku bisa
memberitahumu ini si maniak itu, BourneV sudah sangat merepotkan kami. Salah
?satu korbannya adalah orang yang tidak akan dibicarakan siapa'pun. Aku bahkan
tidak akan memberi tahumu, kekasihku."
"Kau mau memberitahuku kalau kuberi informasi lagi?" ."Mungkin tidak, tapi
cobalah." Staples duduk di mejanya merryaring kata-kata itu. Salah satu
korbannya adalah orang yang tidak akan dibicarakan siapa pun.
Apa maksud Ballantyne" Apa yang sedang terjadi" Dan kenapa seorang mantan ahli
ekonomi Kanada berada di tengah-tengah badai yang tiba-tiba mengamuk ini"
Terlepas dari itu, ia aman.
Ambassador Havilland, sambil membawa tas atase, melangkah masuk ke kantor di
Victoria Peak sementara McAllister melompat bangkit dari kursi, bersiap-siap
mengosongkannya untuk atasannya.
"Tetap di tempatmu, Edward. Ada berita apa?"
'Tidak ada, sayangnya."
"Astaga, aku tidak ingin mendengar jawaban itu!"'
"Di mana haram jadah idiot yang membiarkan ini terjadi?"
McAllister memucat saat Major Lin Wenzu, yang tidak terlihat oleh Havilland,
bangkit dari sofa yang menempel di dinding belakang. "Aku si haram jadah idiot
itu, orang Cina yang membiarkannya terjadi, Mr. Ambassador."
"Aku tidak akan minta maaf," kata Havilland, sambil berbalik dan berbicara
dengan kasar. "Kami berusaha menyelamatkan lehermu, bukan leher kami. Kami akan
selamat. Kau tidak."
"Aku tidak mendapat kehormatan untuk memahami rnaksudmu."
"Ini bukan kesalahannya," si menteri muda memprotes.
"Apa ini kesalahanrmfi" teriak Ambassador. "Apa kau yang bertanggung jawab atas
penahanannya?" "Aku bertanggung jawab atas segala sesuatunya di sini."
"Sikap yang sangat Kristiani, Mr. McAllister, tapi saat ini kita tidak sedang
membaca Alkitab di Sekolah Minggu."
"Itu tanggung jawabAw," sela Lin. "Kuterima penugasannya dan aku gagal. Singkat
saja, wanita itu sudah mengalahkan kita."
"Kau Lin, dari Cabang Khusus?"
'Ya, Mr. Ambassador."
"Aku mendengar banyak kabar baik mengenai dirimu." "Aku yakin prestasiku
menyatakan kekeliruan berita yang Anda dengar." "Aku diberitahu wanita itu juga
menipu seorang dokter yang sangat kompeten."
"Benar," McAllister mengiyakan. "Salah satu ahli terbaik di wilayah ini."
"Orang Inggris," tambah Lin.
"Itu tidak perlu, Major. Sama seperti kau menyelipkan kata 'Cina' waktu menyebut
dirimu sendiri. Aku tidak rasis. Dunia tidak tahu, tapi dunia tidak punya waktu
untuk omong kosong itu." Havilland menghampiri meja; ia meletakkan tas atase di
atas meja, membukanya, dan mengambil amplop manila tebal bertepi hitam. "Kau
meminta arsip Treadstone. Nih. Tidak perlu dikatakan lagi, arsip ini tidak boleh
keluar dari ruangan ini dan kalau kau tidak sedang membacanya, kunci di dalam
lemari besi." "Aku ingin memulai secepat mungkin."
"Menurutmu akan ada yang kautemukan di sana?"
"Aku tidak tahu ke mana lagi hams mencari. Omong-omong, aku pindah ke ruangan
lain di lorong ini. Lemari besinya ada di sini."
"Jangan sungkan untuk datang dan pergi," kata diplomat itu. "Berapa banyak yang
sudah kauceritakan kepada Major?"
"Hanya sesuai instruksi yang kuterima" McAllister memandang Lip Wenzu. "Ia
sering mengeluh seharusnya ia diberitahu lebih banyak lagi. Mungkin ia benar."
"Aku tidak dalam posisi untuk memaksakan keluhanku, Edward London sudah tegas,
Mr. Ambassador. Sudah sewajarnya kuterima kondisj itu."
"Aku tidak ingin kau 'menerima' apa pun, Major. Aku ingin kau lebih ketakutan
daripada yang pernah kaualami seumur hidupmu. Kita tinggalkan Mr. McAllister
agar bisa membaca dengan tenang. Kita berjalan-jalan. Dalam perjalanan kemari
aku melihat kebun yang besar dan menarik, Kau mau menemaniku?"
"Aku tersanjung, Sir."
"Meragukan, tapi memang diperlukan. Kau harus paham sepenuhnya. Kau harus
menemukan wanita itu!"
Marie berdiri di jendela apartemen Catherine Staples, memandang kegiatan di
bawahnya. Jalan-jalan ramai, seperti biasa, dan ia merasakan dorongan hati yang
kuat untuk keluar dari apartemen dan berjalan-jalan secara anonim di tengah
keramaian itu, di jalanan itu, mengitari Asian House dengan harapan menemukan
David. Sedikitnya ia bisa bergerak, melihat, mendengar, berharap bukannya ?berpikir dalam kesunyian, setengah gila. Tapi ia tidak bisa pergi; ia sudah
berjanji pada Catherine untuk tetap di dalam, tidak mengizinkan siapa pun masuk,
dan menjawab telepon hanya kalau telepon kedua, setelah yang pertama hanya
berdering dua kali. Itu berarti Staples yang menelepon.
Catherine yang baik, Catherine yang kompeten Catherine yang ketakutan. Ia
?mencoba menyembunyikan ketakutannya, tapi hal itu 'terlihat dari pertanyaanpertanyaannya, yang dilontarkan terlalu cepat, terlalu tegang, reaksinya
tertegun, sering kali diiringi sentakan napas pendek, sementara pandangannya
menerawang, otaknya jelas berputar cepat. Marie tidak mengerti, tapi ia mengerti
pengetahuan Staples akan dunia hitam Timur Jauh sangat luas, dan kalau seseorang
dengan pengetahuan seluas itu berusaha menutupi ketakutannya pada apa yang sudah
didengamya, ada lebih banyak cerita dibandingkan dengan apa yang diketahui si
penceri ta sendiri. Telepon. Dua deringan. Sunyi. Lalu deringan ketiga. Marie berlari ke rrieja
dekat sofa dan meraih telepon saat deringan ketiga terdengar. "Ya?".
"Marie, sewaktu pembohong ini, McAllister, berbicara padamu dan suamimu, ia
menyinggung tentang kabaret di Tsim Sha Tsui, kalau aku tidak salah ingat.
Behar?" "Ya, benar. Ia mengatakan sebuah Uzi itu senapan "? ?"Aku tahu apa itu, Sayang. Senjata yang sama katanya digunakan untuk membunuh
istri tarpon dan kekasihnya di Macao, begitu?"
"Benar." "Tapi apakah ia mengatakan tentang orang-orang yang dibunuh di (cabaret di
Kowloon" Apa pun?"
Marie berusaha mengingat-ingat. "Tidak, kurasa tidak. Ia lebih menekankan
senjatanya." "Kau yakin." "Ya. Aku pasti ingat."
"Aku yakin begitu," Staples menyetujui.
"Aku sudah memikirkan percakapan itu ribuan kali. Ada yang sudah kauketahui?"
"Ya. Tidak ada pembunuhan di Lisboa Hotel Macao seperti yang dijabarkan
McAllister kepadamu."
"Memang ditutup-tutupi. Bankir itu membayar."
'Tidak sebanyak bayaran yang diterima sumberku yang tanpa cacat lebih daripada
?sekadar uang. Stempel kantornya bisa menghasilkan keuntungan jauh lebih besar
untuk waktu yang sangat lama. Sebagai ganti informasi, tentu saja." .
"Catherine, apa yang kaukatakan sebenarnya?"
"Entah ini operasi paling ceroboh yang pernah kudengar, atau rencana yang
disusun dengan cemerlang untuk melibatkan suamimu dalam cara-cara yang tidak
akan pernah dipertimbangkannya, yang tidak akan pernah disetujuinya. Kurasa yang
terakhirlah yang benar."
'Kenapa kau berkata begitu?"
"Ada orang tiba di Bandara Kai-tak sore ini, negarawan yang selama ini lebih
daripada sekadar diplomat. Kami semua tahu tapi dunia tidak. Kami semua mendapat
berita kedatangannya. Ia menolak sewaktu media mau mewawancarainya, mengaku
kedatangannya semata-mata untuk berlibur di Hong Kong yang dicintainya."
"Lalu?" "Ia tidak pemah berlibur seumur hidupnya."
McAllister berlari keluar ke kebun dengan teralis, perabotan besi bercat putih,
dan deretan bunga mawar serta kolam batunya. Ia telah menyimpan arsip Treadstone
di dalam lemari besi, tapi kata-kata itu terukir dalam benaknya. Di mana mereka"
Di mana dia" Di sana! Duduk di dua bangku beton di bawah sebatang pohon ceri. Lin
mencondongkan tubuh ke depan, terpesona. McAllister tidak mampu menahan diri; ia
berlari, terengah-engah pada saat tiba di pohon itu, menatap mayor dari Cabang
Khusus, MI6. "Lint Sewaktu istri Webb menerima telepon dari suaminya telepon yang ?kauputuskan apa tepatnya yang dikatakannya?"
?'la mulai bicara tentang jalan di Paris di mana terdapat sederetan pohon, pohon
kesukaannya, kalau tidak salah ingat," jawab Lin.
kebingungan. "Ia jelas berusaha memberitahu suaminya di mana ia berada tapi ia
keliru." Ta benar! Sewaktu kau kutanyai, kau juga mengatakan ia memberitahu Webb bahwa
'situasinya menakutkan' di jalanan di Paris, atau semacam itu
?"Itu yang dikatakannya," sela Major. 'Tapi di sini situasinya lebih baik." "Itu
yang dikatakannya." "Di Paris ada seseorang yang dibunuh di Kedutaan, seseorang yang mencoba
membantu mereka berdua!"
"Apa maksudmu sebenarnya, McAllister?" sela Havilland.
"Deretan pepohonan tidak penting, Mr. Ambassador, tapi pohon kesukaannya sangat
penting. Pohon maple, daun maple. Simbol Kanada! Tidak ada kedutaan Kanada di
Hong Kong, tapi ada konsulat. Itu tempat pertemuan mereka. Itu polanya!
Mengulangi Paris!" "Kau tidak menyiagakan kedutaan sahabat konsulat?"
?"Terkutuk!" sembur menteri muda itu. "Apa yang akan kukatakan" Aku terikat
sumpah tutup mulut, ingat, Sir?"
"Kau benar. Teguran itu layak kuterima."
"Anda tidak bisa mengikat kami semua, Mr. Ambassador," kata Lin. "Anda orang
yang sangat kuhormati, tapi beberapa di antara kami juga harus dihormati hingga
taraf tertentu kalau kami diharapkan melakukan pekerjaan kami dengan benar.
Penghormatan seperti yang baru saja Anda tunjukkan padaku dengan menceritakan
kisah yang paling menakutkan ini. Sheng Chou Yang. Luar biasaY'
"Kerahasiaannya harus mutlak"
"Pasti," kata Major.
"Konsulat Kanada," kata Havilland. "Ambilkan daftar seluruh karyawannya."
16 TeLEPONNYA tiba pukul lima sore dan Bourne sudah siap. Tidak ada nama yang
disebut. "Sudah diatur," kata peneleponnya. "Kita harus berada di perbatasan beberapa
saat sebelum pukul dua puluh satu, sewaktu penjaganya berganti pliran rugas.
Visa Shenzen-mu akan diperiksa dari distempel, tapi tidak' ada yang akan
menyentuhnya. Begitu di dalam kau sendirian, tapi kau udak masuk melalui Macao."
"Bagaimana keluarnya" Kalau apa yang kaukatakan padaku benar dan segalanya
berjalan lancar, akan ada orang yang keluar bersamaku."
"Jelas bukan aku. Aku akan mengantarmu ke lokasi. Sesudah itu, kau kutinggal."
"Itu tidak menjawab pertanyaanku."
'Tidak sesulit waktu masuk, kecuali kau digeledah dan membawa barang
selundupan." 'Tidak akan ada."
"Kalau begitu kusarankan alasan mabuk. Bukan tidak umum. Ada landasan di luar
Shenzen yang digunakan oleh " "Aku tahu."?"Kau menumpang pesawat yang salah, mungkin, itu juga biasa terjadi. Jadwal
penerbangan di Cina sangat buruk." "Berapa untuk malam ini?" "Empat ribu, Hong
Kong, dan arloji baru." "Setuju."
Sekitar sepuluh mil di sebelah utara desa Gongbei perbukitan menjulang, udak
lama kemudian menjadi pegunungan kecil yang berhutan lebat. Jason dan man tan
lawannya dari lorong di Macao menyusuri jalan tanah. Orang Cina itu berhenti dan
memandang perbukitan di atas mereka.
"Lima atau enam kilometer lagi, kita akan tiba di padang. Kita akan
menyeberanginya dan menuju hutan tingkat dua. Kita harus berhati-hati.?"Kau
yakin mereka ada di sana?"
"Aku yang membawa pesannya. Kalau ada api unggun, mereka ada di sana."
"Apa pesannya?"
"Tuntutan untuk bertemu."
"Kenapa di seberang perbatasan?"
"Hartya bisa dilakukan di seberang perbatasan. Itu juga bagian dari pesannya."
"Tapi kau tidak tahu alasannya."
"Aku hanya kurir. Situasinya tidak seimbang."
"Kau sudah mengatakannya semalam. Bisa kaujelaskan maksudmu?"
"Menjelaskan pada diriku sendiri saja aku tidak bisa."
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mungkinkah karena pertemuan itu harus dilakukan di sini" Di Cina?"
"Itu jelas bagian dari ketidakseimbangan."
"Masih ada Iagi?"
"Wen ti," kata pemandu itu. "Pertanyaan timbul dari perasaan."
"Kurasa aku mengerti." Dan Jason memang mengerti. Ia sendiri memiliki
pertanyaan-pertanyaan, perasaan yang sama, sewaktu jelas baginya bahwa pembunuh
bayaran yang mengaku bernama Bourne itu menumpang kendaraan dinas Republik
Rakyat Cina. . "Kau terlalu dermawan dengan penjaga perbatasan. Arlojinya terlalu mahal."
"Aku mungkin membutuhkannya."
"Ia mungkin tidak bertugas di pos yang sama."
"Akan kutemukan."
"Ia akan menjual arlojinya:"
"Bagus. Akan kubawakan arioji Iain."
Sambil berjongkok, mereka berlari menerobos rerumputan tinggi di padang, satu
bagian demi satu bagian. Bourne mengikuti pemandu itu, pandangannya terus
berkeliaran ke samping dan depan mereka, mencari bayang-bayang dalam
kegelapan yang tidak gelap gulita. Awan yang melayang cepat dan rendah menutupi
? bulan, menyaring cahaya, tapi sesekali ada berkas-berkas cahaya yang menerobos
dan sejenak menerangi sekitarnya. Mereka tiba di deretan pepohonan tinggi dan
mulai mendaki. Orang Cina itu berhenti dan berbalik, kedua tangan terangkat.
"Ada apa?" bisik Jason.
"Kita harus perlahan-lahan, tidak bersuara."
"PatroMr Pemandu itu mengangkat bahu. "Aku tidak tahu. Tidak ada keharmonisan;'! Mereka
merangkak menerobos hutan lebat, berhenti setiap kali mendengar jeritan dan
kepak sayap burung yang terganggu, membiarkan
saat itu" berlalu. Dengung hutan terdengar terus-menerus; jangkrik melantunkan
simfoninya, burung bantu mendekut, dijawab oleh yang lain, dan makhluk-makhluk
kecil mirip pengerat berkeliaran di bawah sesemakan. Bourne dan pemandunya tiba
di ujung pepohonan tinggi itu; ada padang rumput tinggi yang landai di depan
mereka, dan di kejauhan terdapat sosok bergerigi hutan lain yang mendaki.
Juga ada sesuatu yang lain. Cahaya suram di puncak bukit berikutnya, di pucuk
pepohonan. Itu api unggun, api unggun! Bourne harus menahan diri, menghentikan
diri agar tidak bangkit berdiri dan berlari menyeberangi padang dan menerjang ke
dalam hutan, bergegas mendekatt api itu. Kesabaran adalah segalanya sekarang,
dan ia berada dalam lingkungan gelap yang dikenalnya dengan begitu baik;
kenangan samar memberitahunya agar mempercayai diri sendiri mengatakan bahwa ia?yang terbaik yang pernah ada. Sabar. Ia akan menyeberangi padang dan diam-diam
menuju puncak hutan; ia akan menemukan tempat di hutan di mana ia bisa memandang
api unggun itu dengan jelas, memandang lahan pertemuannya. Ia akan menunggu, dan
mengawasi; ia akan tahu kapan saatnya bertindak. Ia telah begitu sering
melakukannya ia tidak mampu mengingat spesifiknya, tapi mengenali polanya.
?Seseorang akan pergi, dan seperti kucing yang memburu dengan diam-diam di dalam
hutan ia akan mengikuti orang itu hingga saatnya tiba Sekali lagi, ia akan tahu
kapan saatnya, dan orang itu akan menjadi miliknya.
Marie, aku tidak akan gagal kali ini. Aku bisa bergerak dengan kemumian yang
menakutkan sekarang kedengarannya sotting, aku tahu, tapi benar... aku bisa
?membenci dengan murni dari sanalah aku berasal, menurutku. Tiga mayat
?bergelimang darah yang mengambang ke tepi sungai mengajariku cava untuk
membenci. Sidik tangan berlumuran darah di pintu di Maine mengajariku untuk
memperkuat kebenclan itu, dan untuk tidak pernah membiarkan kejadian tersebut
terulang lagi. Aku tidak sering bertentangan pendapat denganmu, kekasihku, tapi
kau keliru di Jenewa, keliru di Paris. Aku memang pembunuh.
"Ada apa denganmu?" bisik pemandunya, kepalanya dekat dengan kepala Jason. "Kau
tidak mengikuti isyaratku!"
"Maaf. Aku berpikir."
"Aku juga, peng yu! Demi keselamatan kita!"
"Kau tidak perlu khawatir, kau bisa pergi sekarang. Aku sudah melihat api di
atas bukit itu." Bourne mengeluarkan uang dari sakunya "Aku lebih suka pergi
seorang diri. Satu orang lebih sulit ketahuan
daripada dua." "Seandainya ada orang-orang lain patroli" Kau mengalahkan aku di Macao, tapi
?dalam ha I ini aku bukannya tak berharga." "Kalau memang ada, aku berniat
menemukannya." "Demi Tuhan, kenapa?"
"Aku ingin mendapatkan pistol. Aku tidak bisa mengambil risiko membawa pistol
melintasi perbatasan." "Aiya!"
Jason memberikan uangnya kepada pemandu itu. "Semuanya ada di sana. Sembilan
ribu lima ratus. Kau mau kembali ke hutan untuk menghitungnya" Aku punya senter
kecil." "Orang tidak meragukan orang yang sudah mengalahkannya. Kehormatan tidak
mengizinkan tindakan yang begitu tidak pantas."
"Kata-katamu tear biasa, tapi jangan beli berlian di Amsterdam. Pergilah dari
sini. Ini wilayahku."
"Dan ini pistolku," kata pemandu itu, mencabut pistol dari sabuknya dan
memberikannya kepada Bourne sekaligus mengambil uangnya. "Gunakan kalau
terpaksa. Magasinnya penuh sembilan peluru. Tidak terdaftar, tidak terlacak. ?Orang Prancis itu yang mengajariku." "Kau membawa pistol ini melintasi
perbatasan?" "Kau membawa arloji. Aku tidak. Aku bisa saja membuangnya di tong
sampah tapi lalu kulihat wajah penjaganya. Aku tidak akan membutuhkannya
Titisan Dewi Iblis 1 Wiro Sableng 041 Malaikat Maut Berambut Salju Sepasang Samurai Maut 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama