Gadis Misterius Karya Sherls Astrella Bagian 2
memintakan ijin kepada mereka. Saya percaya mereka akan menyetujui hal ini,"
bisik Maria pada anak itu.
Ityu tersenyum senang mendengar janji Maria.
Maria tersenyum pada anak itu dan memulai ceritanya. "Dongeng ini mengenai
peperangan antara dewa dengan setan di dekat sini."
BAB 4 Terdengar suara kuda mendekat kemudian berhenti di dekat Maria yang sedang
memandang sungai. Maria memalingkan kepala dan merasa senang melihat pria yang dinantinantikannya
muncul. "Selamat pagi," katanya mendekati Maria.
"Selamat pagi," kata Maria dengan tersenyum.
"Saya mendengar engkau kini menjadi idola anak-anak Obbeyville," kata pria
itu. "Rupanya berita di Obbeyville juga cepat tersebar ke Blueberry."
"Bagaimana Anda tahu saya berasal dari Blueberry?" tanya pria itu keheranan.
"Siapa pun yang melihat pakaian Anda, tidak akan mengatakan Anda berasal
dari Obbeyville. Karena satu-satunya keluarga yang kaya di sini adalah keluarga
Sidewinder." "Bagaimana bila baju ini saya peroleh dari mereka?"
"Suatu khayalan yang takkan pernah terjadi apalagi memimpikannya."
Pria itu memandang tajam wajah Maria.
Dari sorot matanya, Maria tahu pria itu tidak mengerti arti kata-katanya.
"Hal itu tidak akan pernah terjadi. Semua penduduk Obbeyville telah mengenal
baik watak Baroness Lora dan putrinya yang seperti itu."
"Seperti apakah watak mereka?"
"Anda tidak mengetahuinya, itu berarti asal Anda bukan dari Obbeyville." Maria
tersenyum pada pria itu. "Mereka senang berfoya-foya hingga harta keluarga Sidewinder hampir habis.
Itu yang paling diketahui penduduk Obbeyville. Mereka memberikan sesuatu
kepada orang lain hanya bila mereka menginginkan sesuatu dari orang itu. Hal
inilah yang membuat saya percaya Anda berasal dari Blueberry. Selain itu masih
ada yang membuat saya tahu Anda berasal dari Blueberry."
"Dapatkah Anda memberi tahu saya sebab yang lain?"
"Di Obbeyville tidak ada keluarga yang memiliki kuda selain keluarga
Sidewinder. Kalaupun penduduk yang lain mempunyai, mereka tidak
menggunakannya untuk berkuda."
"Mengapa Anda yakin akan pendapat Anda" Bagaimana bila ternyata saya
berasal dari Obbeyville?" tanya pria itu.
"Karena saya mengetahuinya dengan pasti dan Anda telah membenarkan katakata
saya," jawab Maria sembari tersenyum pada pria itu.
"Apakah Mrs. Vye yang memberi tahumu?"
Maria menggelengkan kepalanya. "Saya mengetahuinya dalam ingatan saya.
Walau saya tidak dapat mengingat masa lalu saya tetapi saya masih dapat
mengingat segala seluk beluk mengenai Obbeyville juga Blueberry."
"Sungguh?" tanya pria itu tak percaya.
Maria tersenyum dan mulai meyakinkan pria itu, "Kota yang terletak di kaki
bukit dengan suhunya yang sejuk itu menjadi lahan yang baik untuk tanaman
Blueberry. Sehingga kota penghasil utama Blueberry di Kerajaan Zirva itu
terkenal dengan nama Blueberry sejak dulu kala."
"Anda pasti baru membacanya dari perpustakaan keluarga Sidewinder sehingga
masih dapat mengingatnya dengan tepat," kata pria itu tak percaya.
Maria meyakinkan pria itu lagi.
"Tanaman itu dibawa masuk dari Asia dan mulai dikembangkan di Blueberry oleh
nenek moyang keluarga Duke of Blueberry. Sebagian besar perkebunan
Blueberry dimiliki oleh Duke of Blueberry yang kini bernama Shaw. Ia memiliki
seorang putra dari istrinya, Chancy yang bernama Alexander. Mereka tinggal di
tepi Blueberry yang terletak kurang lebih tiga mil dari Obbeyville."
"Anda dapat mengetahuinya dari Mrs. Vye."
"Bagaimana bila ini" Blueberry memiliki suatu mitos yang hingga kini hanya
sedikit orang yang mengetahuinya dan mitos itu berhubungan dengan mitos
yang ada di Obbeyville. Mitos tentang nama asli Blueberry, Blackblood."
Pria itu terkejut mendengar kalimat terakhir Maria.
"Bagaimana Anda mengetahuinya?" tanyanya, "Hingga kini orang yang
mengetahui mitos itu hanya beberapa orang, termasuk saya. Tetapi saya tidak
mengetahuinya sejauh yang Anda ketahui. Sebelumnya saya tidak mengetahui
nama asli Blueberry."
"Saya telah mengatakan tidak tahu pada Anda. Saya tidak ingat dari mana saya
mengetahuinya, tetapi di dalam ingatan saya hal itu masih ada."
Maria menyembunyikan keterkejutannya di balik sikapnya yang tenang. Ia
merasa terkejut pada dirinya sendiri yang berusaha meyakinkan pria itu bahwa
ia mengetahui banyak mengenai Blueberry.
Ia tidak mengerti mengapa ia melakukannya. Biasanya ia tidak berusaha
meyakinkan orang bila dipandangnya tidak perlu. Ia mencoba menemukan
jawaban atas pertanyaan yang bergaung di kepalanya.
"Dapatkah Anda menceritakan lebih banyak lagi kepada saya mengenai mitos
yang Anda ketahui?" Maria memperhatikan sungai yang mengalir tenang di hadapannya. Kemudian ia
memandang wajah pria itu. "Apakah Anda mengetahui mitos sungai ini?"
tanyanya. Pria itu menganggukkan kepala.
"Di samping mitos yang ada di Obbeyville dan Blueberry, masih ada sebuah
mitos lagi yang tidak dapat saya ceritakan kepada Anda. Tetapi saya dapat
mengatakan kepada Anda bahwa ketiga mitos yang hampir hilang itu saling
berkaitan." Maria memandang Sungai Alleghei lagi. Ikan-ikan yang semula bersembunyi,
mulai meninggalkan tempat persembunyiannya seolah-olah mereka ingin
mendengarkan cerita gadis itu.
"Mitos Blueberry bercerita mengenai pertempuran antara para dewa dari Holly
Mountain dengan setan. Sebenarnya para dewa itu bukan melawan setan.
Pertempuran dashyat yang berlangsung selama berminggu-minggu itu,
membuat dunia berguncang. Setelah pertempuran itu selesai dengan
kemenangan para dewa dari Holly Mountain, tanah tempat mereka bertempur
menjadi merah kehitam-hitaman."
"Sebelum Anda melanjutkan cerita Anda, tolong jelaskan kepada saya siapakah
yang melawan para dewa dari Holly Mountain?" sela pria itu.
"Saya tidak dapat memberi tahu Anda. Mitos ketiga itu disembunyikan dari
semua orang kecuali suku itu. Tolong jangan bertanya lagi mengenai mitos
ketiga itu." Walaupun pria itu masih ingin mengetahui lebih banyak mengenai mitos ketiga
yang tak pernah didengarnya itu, tetapi ia menjawab, "Baiklah."
"Dari tanah itu, muncullah beribu-ribu bunga yang berwarna merah kehitamhitaman,
yang kini tinggal beberapa tangkai. Penduduk percaya bunga itu
adalah jelmaan darah para dewa dan setan yang meninggal dalam pertempuran.
Karena itu mereka memberinya nama Blackblood dan tanah tempat mereka
tumbuh juga dinamai Blackblood. Kemudian mereka mulai melestarikan bunga
yang mereka percayai suci itu," kata Maria.
"Mereka menanam bunga itu di halaman rumah mereka. Karena mereka percaya
dengan berbuat seperti itu, mereka akan terhindar dari mala petaka."
"Bagaimana mitos itu dapat menghilang?"
"Sejak nenek moyang Duke of Blueberry membawa dan mengembangkan
Blueberry di sana, mitos itu secara perlahan menghilang di balik kesibukan
mereka. Mereka mulai memelihara Blueberry daripada Blackblood."
"Apakah Anda menyalahkan keluarga Duke of Blueberry yang membawa dan
mengembangkan tanaman itu?"
Maria mendengar nada yang aneh dalam suara pria itu namun ia tidak berkata
apa-apa. Ia hanya dapat menduga pria itu takut ia tidak menyukai segala yang
berhubungan dengan kota asalnya, Blueberry.
"Saya tidak menyalahkan mereka. Duke of Blueberry pertama telah melakukan
sesuatu yang benar. Bila ia tidak memperkenalkan tanaman itu kepada
penduduk Blueberry, mungkin hingga kini mereka tidak akan mencapai
kemakmuran seperti ini."
Mata Maria bertemu dengan mata pria itu. Jantungnya berdebar lebih keras
daripada semula. Ia ingin terus menatap mata kelabu yang menatap tajam namun ramah itu.
Tetapi ia tahu ia harus meneruskan ceritanya. Ia memalingkan kepalanya
kepada Sungai Alleghei. "Sifat penduduk Blackblood yang praktislah yang membuat mitos itu semakin
hilang sejalan dengan punahnya bunga Blackblood. Setelah memberi nama pada
bunga dan tanah tempat tumbuhnya bunga itu, mereka jarang menyebutnya
Blackblood. Mereka sering menyebut bunga itu 'BB' yang merupakan
kependekkan dari Blackblood. Dan tanaman Blueberry, bila dipendekkan juga
menjadi 'BB'." Maria berhenti bercerita. Ia memandang sedih pada Sungai Alleghei. Ia sedih
akan nasib mitos yang ada di Blueberry.
"Itulah sebabnya nama Blackblood secara perlahan tetapi pasti berubah menjadi
Blueberry," katanya mengakhiri ceritanya yang panjang.
"Apakah engkau memberi tahu orang lain mengenai mitos ketiga itu kepada
orang lain?" tanya pria itu.
Maria menggelengkan kepala. "Saya tahu mereka telah turun-temurun
menyembunyikan mitos itu dari orang luar. Saya tidak ingin merusak apa yang
mereka percayai itu."
Pria itu tampak lega mendengar jawaban Maria. "Dari mana Anda
mengetahuinya?" gumamnya.
"Saya tidak ingat."
"Apakah Anda berasal dari Holly Mountain?" tanya pria itu.
"Saya tidak tahu."
"Anda seolah-olah berasal dari mitos itu. Anda mengetahui lebih banyak
mengenai mitos itu daripada kami."
"Saya tidak mengerti mengapa saya mengetahui banyak mengenai mitos itu.
Tetapi saya merasa saya telah mengetahuinya sejak dulu, jauh sebelum saya
berada di Obbeyville."
"Kapan Anda mengetahuinya?" tanya pria itu ingin tahu.
"Saat Mrs. Vye menceritakan mitos sungai ini kepada saya. Saya sendiri juga tak
mengerti mengapa saya lebih mengetahui dari ia yang telah tinggal puluhan
tahun di Obbeyville."
"Mungkin Anda berasal dari Holly Mountain. Tidak ada yang dapat saya pikirkan
mengenai asal usul Anda selain Holly Mountain. Anda sangat memenuhi syarat
sebagai penghuni Holly Mountain."
Maria tidak menghiraukan kata-kata pria itu, ia memandang langit yang semakin
cerah. Sinar matahari telah memenuhi langit yang biru. Ia tidak segera kembali ke
Sidewinder House sebab ia yakin Lady Debora belum bangun. Kemarin Lady
Debora pergi sepanjang hari dan baru tiba ketika hari menjelang malam.
Pria itu memperhatikan Maria yang sedang memandang langit. Ia tidak ingin
gadis itu segera pergi menuju Sidewinder House seperti kemarin. Ia ingin
bercakap-cakap dengannya, ia senang berbicara dengan gadis itu.
"Apakah yang Anda sukai dari anak-anak?"
Perlahan-lahan Maria memalingkan kepala dan mendapati mata kelabu itu
sedang memandangnya dalam-dalam seolah-olah ingin menahan dirinya.
"Pribadi anak-anak sangat unik. Mereka menyenangkan dan lucu," jawab Maria.
"Mereka selalu mengatakan apa yang mereka pikirkan, yang mereka inginkan.
Tidak pernah ada kebohongan di antara mereka."
"Bagaimana dengan anak-anak yang senang berbohong?"
"Mereka yang suka berbohong tidak mendapatkan pendidikan yang baik dari
orang tuanya. Mungkin orang tua mereka terlalu sibuk sehingga kurang
memperhatikan anak-anaknya."
"Apakah Anda hendak mengatakan pertumbuhan seorang anak dipengaruhi
orang tua anak tersebut?"
"Pertumbuhan seorang anak tidak hanya dipengaruhi orang tua, tetapi juga
lingkungan. Tidak ada gunanya orang tua mengajarkan hal-hal yang baik kepada
anaknya, tetapi lingkungan tidak mendukung ajaran orang tua," kata Maria,
"Anak-anak mudah terpengaruh lingkungan."
"Anda membuat saya terkejut sejak pertemuan kita yang pertama. Saya tidak
tahu apa yang akan Anda perbuat untuk mengejutkan saya lagi," kata pria itu
dengan tersenyum. "Saya tidak pernah dengan sengaja membuat Anda terkejut. Saya juga tidak
merasa berbuat sesuatu yang dapat membuat Anda terkejut."
"Anda tidak menyadari bahwa Anda membuat saya terkejut sejak pertemuan
pertama kita." "Dapatkah Anda memberi tahu saya apa yang saya lakukan sehingga Anda
terkejut?" tanya Maria ingin tahu.
"Pertama, saya tidak pernah menduga Anda sangat cantik. Benar-benar seperti
bidadari." Maria menundukkan kepala mendengar pujian itu. Ia tidak mengerti pada
dirinya sendiri yang merasa senang mendngar pujian pria itu.
Ia sering menerima pujian dari orang-orang di sekitarnya tetapi ia tidak pernah
merasa senang seperti ini. Rasanya seperti mendapatkan sesuatu yang sangat
langka dan berharga. Pria itu tersenyum melihat pipi Maria bersemu merah, "Saya tidak tahu manakah
yang lebih cantik, saat wajah Anda memerah atau saat Anda tersenyum manis.
Tetapi Anda telah membuat saya tidak dapat tidur semalam."
"Maafkan saya. Saya tidak tahu bahwa saya membawa masalah kepada Anda,"
Maria memandang pria itu dengan tatapan yang menampakkan penyesalannya.
"Anda tidak bersalah atas kesukaran tidur saya. Saya merasa senang dapat
membayangkan wajah Anda yang cantik sepanjang malam."
Pria itu tersenyum melihat Maria menundukkan kepalanya lagi, "Kedua, saya
tidak menduga Anda akan menjadi idola anak-anak. Ketiga, saya tidak
menyangka Anda sangat mengetahui mengenai mitos itu. Dan terakhir, Anda
mengejutkan saya dengan kata-kata Anda mengenai anak-anak."
"Mengapa Anda tidak menyangka bahwa saya akan disukai anak-anak?" tanya
Maria. "Saya bukan tidak percaya Anda akan disukai anak-anak. Saya sering melihat
teman wanita saya lebih memperhatikan dirinya sendiri daripada anak-anak.
Karena itu saya terkejut ketika mendengar Anda disukai anak-anak."
"Rupanya kekasih Anda tidak menyukai anak-anak sedangkan Anda menyukai
anak-anak," kata Maria dengan perasaannya yang aneh.
"Saya tidak mempunyai kekasih sejak saya lahir hingga kini," kata pria itu,
"Saya menyukai anak-anak, tetapi saya tidak mengetahui banyak tentang
mereka seperti Anda. Saya akan percaya bila Anda mengatakan Anda seorang
bidadari yang berasal dari Holly Mountain."
"Maaf saya mengecewakan Anda. Benar saya tidak ingat dari mana saya
berasal, tetapi saya merasa asal saya bukan dari gunung, walau saya merasa
tempat asal saya sangat tinggi dan sejuk seperti gunung."
"Mungkin Anda berasal dari Istana para dewa di Holly Mountain."
"Saya tidak tahu. Saya tidak dapat menembus kabut pekat yang menyelubungi
masa lalu saya. Saya merasa seperti berada di dalam kegelapan yang kelam bila
saya berusaha menyibakkan kabut itu."
Maria berusaha berbicara dengan tenang untuk menyembunyikan kesedihannya.
"Jangan sedih, ingatan Anda akan pulih walau membutuhkan waktu yang lama,"
hibur pria itu. "Anda beruntung masih dapat hidup hingga kini."
"Ya, saya sangat beruntung dapat diselamatkan oleh wanita sebaik Mrs. Vye.
Saya merasa mengenal seseorang yang mirip Mrs. Vye. Orang itu juga baik hati
seperti Mrs. Vye dan ia juga sangat menyayangi saya."
"Mungkin orang itu adalah ibu Anda."
"Saya tidak ingat, tetapi hal itu mungkin benar. Seorang anak lebih dekat
dengan ibunya daripada orang lain."
"Hubungan seorang anak memiliki hubungan batin dengan ibunya."
"Anda juga mengetahuinya."
"Saya hanya mengetahui sedikit," kata pria itu.
Maria melihat langit yang makin terang. Sinar matahari telah menyentuh seluruh
permukaan bumi. Langit sebelah barat juga telah terang. Awan-awan putih telah
berlari-lari di langit yang biru.
"Apakah Anda akan kembali?" tanya pria itu cemas.
Pria itu semakin cemas tatkala Maria tidak segera menjawab pertanyaannya.
Gadis itu terus memandang awan yang berkejar-kejaran. Ia ingin mengenal
gadis itu lebih jauh. Ia ingin Maria menemaninya di tepi sungai ini sambil
bercakap-cakap. Entah mengapa sejak pertemuannya yang pertama dengan gadis itu, ia tidak
Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat melupakannya. Ia tidak dapat memikirkan yang lain tentang gadis itu
selain ia berasal dari Holly Mountain. Ia juga tidak dapat membayangkan gadis
itu berada di tempat lain.
Ia merasa gadis itu sangat cocok dengan pemandangan tepi Sungai Alleghei
yang indah di pagi hari. Gadis itu tampak seperti menyatu dengan alam ketika
berada di tepi Sungai Alleghei.
"Saya harus kembali. Saya harus membantu mereka." Akhirnya Maria menjawab
pertanyaan pria itu setelah terdiam cukup lama.
"Apakah Anda tidak dapat menunda kepergian Anda?"
Pria itu bertanya dengan tenang, namun Maria tahu pria itu berharap ia dapat
menunda kepergiannya. "Saya juga ingin berbicara dengan Anda lebih lama lagi tetapi saya harus
membantu mereka. Mereka benar-benar membutuhkan bantuan saya," kata
Maria tenang. Pria itu terdiam kemudian berkata, "Baiklah, saya tidak akan memaksa Anda.
Perkenankan saya untuk mengantar Anda."
"Saya khawatir saya akan menolaknya. Saya ingin berjalan kaki," kata Maria
sembari tersenyum. Pria itu tidak mau ditolak. Ia tahu tidak ada gunanya ia memaksa Maria, tetapi
ia ingin mengantar Maria kembali ke pondok Mrs. Vye.
Ia berharap sambil mengantar Maria, ia dapat berbicara lebih banyak
dengannya. Ia mempunyai cara lain, tetapi ia tidak tahu apakah gadis itu akan
menyukainya. "Maafkan saya," bisik pria itu sembari mengangkat tubuh Maria.
Maria terkejut hingga tidak dapat berbuat apa-apa untuk menolak pria itu. Ia
membiarkan pria itu membopongnya ke kudanya kemudian menaikkannya ke
punggung kuda itu. Jantung Maria berdebar sangat kencang sewaktu pria itu mengangkat tubuhnya.
Maria tidak menyadari tangannya telah melingkari leher pria itu ketika pria itu
membawanya ke kudanya. Ia menundukkan kepala, ingin menyembunyikan wajahnya yang terasa panas
ketika tangan kekar pria itu mengangkat tubuhnya.
Maria merasa detak jantungnya semakin cepat ketika pria itu duduk di
belakangnya. Tangan kiri pria itu memeluk pinggangnya yang ramping serta
menarik tubuhnya mendekat. Sedangkan tangannya yang lain memegang tali
kendali kuda. "Mengapa Anda terus menundukkan kepala?" bisik pria itu di telinga Maria,
"Apakah Anda merasa malu karena penduduk Obbeyville melihat kita?"
Maria baru menyadari penduduk mulai berbisik-bisik di sekitarnya melihat
mereka berdua ketika pria itu bertanya kepadanya. Ia tidak merasa malu karena
dilihat penduduk Obbeyville. Ia merasa aneh sejak pria itu mengangkat
tubuhnya. "Apakah saya membuat Anda takut?" tanya pria itu ketika Maria tidak segera
menjawab pertanyaannya. Maria menggelengkan kepalanya, tetapi ia tetap menundukan kepala. Ia ingin
melihat wajah pria itu, tetapi ia takut menganggu perhatian pria itu ke kudanya.
"Apakah ini pertama kalinya Anda berkuda terutama bersama pria?"
"Saya tidak tahu," kata Maria, "Saya merasa ini bukan pertama kalinya saya
berkuda tetapi..." "Tetapi apa?" tanya pria itu.
"Saya tidak dapat mengerti perasaan saya dan diri saya sendiri. Saya merasa
kembali berada di dalam kabut pekat itu."
"Mungkin sebelum ini Anda sering berkuda bersama pria," kata pria itu.
Maria memalingkan kepalanya ke wajah pria itu ketika mendengar nada
bicaranya yang aneh. Sesaat ia melihat mata pria itu tampak sedih dan terkejut
pada gerakannya yang tiba-tiba.
Pria itu memandang menuduh padanya. "Hati-hati! Anda dapat jatuh bila Anda
bergerak tiba-tiba seperti ini," katanya dengan mengetatkan pelukannya pada
pinggang Maria. "Maafkan saya," kata Maria lirih.
Dengan perlahan, Maria memalingkan kepalanya ke arah jalanan. Ia baru
menyadari kuda itu berjalan lambat tatkala ia memandang jalanan.
Rupanya sejak tadi ia tidak menyadari hal yang lain kecuali debaran jantungnya
yang semakin cepat dan perasaannya yang aneh, perasaan yang belum pernah
dirasakannya sebelumnya. "Mengapa kita berjalan lambat?" tanyanya.
Pria itu diam saja. Ia ragu menjawab pertanyaan Maria, tetapi akhirnya ia
menjawab, "Maafkan saya. Saya sengaja melambatkan kuda ini karena saya
masih ingin berbicara dengan Anda."
Tanpa disadarinya, kepalanya telah bersandar pada bahu pria itu. "Kita dapat
bertemu lagi esok pagi."
"Apakah kita tidak dapat bertemu selain pagi hari?"
"Saya kira kita tidak dapat bertemu di lain waktu selain pagi hari. Waktu luang
saya hanya pagi hari. Sepanjang hari saya sibuk."
"Apakah yang membuat Anda sibuk?" tanya pria itu. "Anda sibuk membantu
Mrs. Vye atau bermain dengan anak-anak?"
"Keduanya," jawab Maria singkat.
Pria itu diam saja mendengar jawaban Maria. Kemudian ia memacu kudanya
lebih kencang. Ketika pondok Mrs. Vye terlihat di kejauhan, ia merasa sedih
harus berpisah dari gadis itu.
BAB 5 Mereka berjalan meninggalkan Sidewinder House.
Langit barat masih memerah. Bulan bersinar pucat diiringi bintang-bintang di
balik awan hitam yang menutupi langit malam. Lolong serigala terdengar di
kejauhan, di bukit yang tak jauh dari Obbeyville.
Angin malam bertiup kencang mempermainkan daun-daun di kegelapan malam.
Bunyi gemerisik dedaunan membuat suasana di kota kecil yang sepi itu semakin
mencekam. Bayangan pepohonan terus memanjang ke Sungai Alleghei. Dari kejauhan,
sungai itu tampak mencekam. Permukaan airnya berkilau-kilau tertimpa cahaya
bulan yang sesekali menampakkan diri dari balik awan gelap yang menyelimuti
langit malam. Melihat keindahan Sungai Alleghei di malam hari itu, Maria ingin pergi ke sana,
tetapi ia tahu Mrs. Vye tidak akan mengijinkannya. Mrs. Vye sangat
mempercayai mitos dan takhayul seperti umumnya penduduk Obbeyville.
Tiada canda tawa anak-anak yang senantiasa menambah maraknya kota kecil
itu. Tiada anak-anak yang senantiasa berkeliaran di segala sudut Obbeyville.
Anak-anak telah kembali ke rumah masing-masing.
Penduduk menutup rapat pintu rumah mereka. Mereka takut keluar pada malam
hari di musim panas. Sesaat sebelum matahari menyembunyikan wajahnya, mereka telah mengunci
diri di rumah mereka masing-masing.
Mereka mempercayai awan gelap yang senantiasa menghiasi langit malam
musim panas merupakan suatu tanda dari para dewa bagi mereka agar
bersembunyi dari kejaran para setan.
Siang hari yang panas merupakan angin yang dibawa para setan dari neraka
yang panas, sedangkan malam musim panas adalah saat yang tepat bagi para
setan untuk menghasut manusia.
Saat di mana manusia sedang lengah.
Saat manusia tidak sesibuk musim semi.
Saat matahari bersinar memerah seperti api di ujung barat.
Dari arah matahari yang memerah itulah para setan itu datang. Demikianlah
yang mereka percayai. Mereka berjalan cepat tanpa banyak bicara. Mrs. Vye tampak sangat tegang
berjalan menembus kegelapan malam yang semakin pekat. Langit barat terasa
semakin kelam setiap kali mereka menapakan kaki.
Berlainan dengan Maria yang tampak sangat tenang. Gadis itu berjalan teramat
tenang membuat Mrs. Vye merasa heran melihatnya. Wajahnya yang senantiasa
ceria tidak tampak tegang sedikitpun.
Maria segera menuju dapur sesampainya mereka di pondok. Ia memulai
mengerjakan apa yang menjadi tugasnya akhir-akhir ini. Seperti biasanya, ia
mengerjakannya dengan cepat dan terampil.
Mrs. Vye yang memandang Maria dari tempatnya menanti tampak terpesona
oleh tangan gadis itu yang cekatan dan sangat terampil. Ia tersenyum melihat
gadis itu. Ia merasa sangat beruntung dapat bertemu dengannya.
"Mengapa Anda tersenyum, Mrs. Vye?" tanya Maria sambil meletakkan seteko
teh di tengah meja. "Aku merasa sangat beruntung sekali dapat berjumpa denganmu," kata Mrs.
Vye. Maria membalas senyuman Mrs. Vye. "Saya juga merasa beruntung dapat
bertemu dengan wanita sebaik Anda, Mrs. Vye."
"Andaikan engkau putriku," gumam Mrs. Vye.
"Saya telah menganggap Anda sebagai ibu saya. Anda telah merawat dan
menjaga saya seperti merawat putri Anda sendiri, karena itu anggaplah saya ini
putri Anda," kata Maria, "Saya memang tidak sama dengan putri Anda, tetapi
saya berharap saya tidak membuat Anda kecewa."
"Engkau membuatku sangat bangga. Engkau juga sering membuatku merasa
terkejut, heran dan segala macam perasaan yang membuatku harus berpikir."
Mrs. Vye tersenyum seolah-olah tersenyum pada dirinya sendiri.
"Saya benar-benar menyesal membuat Anda merasakan perasaan seperti itu.
Saya tidak pernah menduga bahwa saya akan mengusik ketenangan batin
Anda." "Jangan menyesal apalagi meminta maaf. Ini semua bukan salahmu. Aku
merasa seperti mendapat hiburan dari perasaan itu. Aku yang biasanya selalu
merasa marah kepada Baroness Lora, kini tidak lagi. Aku mulai dapat
mengendalikan emosiku kepadanya."
"Bukan karena sayalah perasaan Anda dapat Anda kendalikan, sejak semula
Anda pandai menguasai perasaan."
"Tidak hanya aku yang merasakan perubahan sejak kedatanganmu. Mrs. Fat,
Mr. Liesting, dan Mrs. Dahrien juga merasakan perubahan itu. Tadi pagi mereka
mengatakan kepadaku bahwa kehidupan yang semula terasa membosankan di
Sidewinder House kini terasa lebih hidup sejak kedatanganmu."
"Anda semuanyalah yang telah menghidupkan suasana di rumah itu. Saya hanya
berperan kecil." "Peranmu tidak kecil, Maria. Sejak hari pertama kedatanganmu di sana, engkau
telah mulai membersihkan seluruh ruangan di Sidewinder House. Engkau
melarang kami mengerjakan tugas yang kaukatakan terlalu berat bagi orang
setua kami tetapi kami merasa hal itu telah menjadi bagian hidup kami."
"Sudah sewajarnya saya membantu Anda. Bukankah setiap orang harus saling
tolong menolong," kata Maria merendahkan diri.
Maria menatap lembut wajah Mrs. Vye.
"Saya tidak tega melihat Anda yang seharusnya duduk tenang menikmati hari
tua tetapi bekerja keras pada keluarga yang seperti itu. Mereka tidak hanya
kikir tetapi juga tidak memperhatikan kesehatan para pelayannya."
"Kami telah berkerja puluhan tahun di sana sejak kami masih muda. Aku telah
bekerja pada keluarga itu sejak aku berusia enam belas tahun. Bekerja keras
telah menjadi bagian dari kehidupan kami, karena itu janganlah membantu kami
bila engkau tidak mempunyai tugas. Pergilah bermain bersama anak-anak atau
berjalan-jalan di sepanjang sungai."
"Saran Anda bagus sekali, tetapi saya tidak dapat menahan diri untuk tidak
membantu Anda yang berusaha keras memenuhi segala keinginan Baroness
Lora dan putrinya sementara saya merasa mampu mengerjakannya."
"Engkau memang baik hati dan pengertian. Tetapi biarlah apa yang telah
berjalan terus berjalan."
"Saya harus belajar banyak dari Anda. Anda sangat setia pada keluarga
Sidewinder," kata Maria mengganti topik.
Ia tidak ingin Mrs. Vye terus mendesaknya agar berhenti membantu mereka.
Bila Mrs. Vye telah memutuskan sesuatu, akan sulit untuk membuatnya
merubah pikiran. Maria yang mulai mengenal pribadi Mrs. Vye dalam waktu yang tak lebih dari
dua minggu ini, telah mengetahui baik hal itu. Tetapi Maria harus mengakui
bahwa tidak jarang pula ia berhasil membuat Mrs. Vye merubah keputusannya.
Mrs. Vye tersenyum menyadari gadis itu sengaja mengganti topik. "Aku tidak
merasa engkau harus belajar dariku, aku merasa akulah yang harus belajar
banyak hal darimu." "Saya masih hijau di dunia ini dibandingkan Anda yang telah puluhan tahun
menghuni dunia ini. Saya belum mengetahui apa-apa."
Mrs. Vye tersenyum mendengar kata-kata gadis itu yang terdengar sangat tulus.
"Engkau membuatku terkejut dengan segala yang telah engkau lakukan."
Maria telah menduga Mrs. Vye akan terkejut. Wanita tua itu berdiri di depan
Sidewinder House ketika pria itu mengantarnya ke pondok Mrs. Vye.
"Aku tidak pernah menduga engkau pandai memasak. Aku juga tak pernah
membayangkan engkau amat terampil mengurus rumah," kata Mrs. Vye sambil
memandang wajah Maria lekat-lekat.
Maria terkejut mendengar kata-kata wanita tua itu, namun dengan segera ia
menguasai perasaannya lagi. Ia tidak menduga itulah yang dimaksudkan Mrs.
Vye. Dengan tenang, ia membalas tatapan mata Mrs. Vye.
"Tanganmu yang selalu cekatan dan terampil dalam mengurus rumah membuat
engkau seolah-olah terbiasa mengurus rumah. Aku semakin tidak dapat
menduga siapakah engkau di masa lalu."
Mrs. Vye menggeleng sedih, "Terlalu banyak kenyataan yang berbeda dengan
apa yang kuduga. Hal-hal yang saling bertentangan dalam dirimu terlalu banyak
sehingga membuat aku semakin merasa bingung."
"Janganlah Anda bingungkan masa lalu saya, saya juga tidak tahu siapa saya di
masa lalu. Biarkanlah waktu membuat segalanya jelas bagi saya maupun bagi
Anda." "Engkau benar. Kita hanya dapat berusaha sambil menanti waktu yang telah
ditentukan para dewa bagimu untuk mengingat kembali masa lalumu."
"Masa lalu saya saat ini masih berada di dalam kegelapan, tetapi saya percaya
para dewa akan menunjukkan jalan bagi saya untuk menyibakkan kegelapan
itu," kata Maria meyakinkan Mrs. Vye.
"Menurutku tak lama lagi Mrs. Dahrien akan sering mengajakmu berbicara."
Mrs. Vye menjawab keheranan yang tercermin pada mata Maria, "Ia senang
berbicara dengan orang yang bijak."
"Saya kurang bijak dibandingkan Anda semua termasuk Mrs. Dahrien sendiri,"
kata Maria merendahkan diri.
"Bagi Mrs. Dahrien engkau sangat bijaksana melebihi siapa pun. Ia juga
mengatakan bahwa ia harus banyak belajar darimu agar dapat sebijak engkau,"
kata Mrs. Vye dengan tersenyum.
"Saya juga harus banyak belajar dari Mrs. Dahrien agar menjadi sebijak ia. Tiap
orang juga harus banyak belajar agar menjadi lebih bijak. Belajar tidak
mengenal usia dan waktu."
"Apa dikatakan Mrs. Dahrien memang benar. Sedikitpun aku tidak
meragukannya'" kata Mrs. Vye pada dirinya sendiri.
Mereka berdiam diri. Masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri.
Maria memandang keluar jendela. Tetapi ia tidak memperhatikan apa yang
tampak dari balik jendela. Ia memikirkan pria itu lagi, entah berapa kali ia
memikirkan pria itu sejak pertemuan pertama mereka.
Tak dapat dimengertinya mengapa ia selalu memikirkan pria itu. Ia hanya
menduga mungkin karena ia baru pertama kali berjumpa dengan pria yang
sebaik dia sejak ia berada Obbeyville.
Penduduk Obbeyville juga baik terhadap Maria, namun mereka tidak pernah
menganggapnya sebagaimana yang diinginkannya.
Mereka memperlakukannya seperti seorang dewi walau pun ia telah berkali-kali
mengatakan kepada mereka bahwa ia seorang manusia seperti mereka juga.
Berbeda dengan pria itu. Pria itu juga menganggapnya sebagai bidadari tetapi ia
tidak memperlakukannya seperti orang suci yang bilamana melakukan sesuatu
di luar kebiasaan akan segera membicarakannya. Seperti penduduk Obbeyville
umumnya yang suka membicarakan dirinya.
Walaupun mereka tidak pernah membicarakan segala perbuatannya di depan
matanya, tetapi Maria tahu mereka membicarakan dirinya.
Ia menganggap hal itu wajar karena ia seorang gadis tak dikenal yang tiba-tiba
muncul tanpa diundang di Sungai Alleghei yang dikeramatkan mereka. Terutama
ketika mereka mengetahui ia kehilangan ingatannya.
Masa lalunya yang berada di dalam kegelapan itu membuat dirinya menjadi
misterius di mata penduduk Obbeyville, terutama Mrs. Vye.
Segala tindakan Maria sejak ia muncul dari pondok Mrs. Vye, membuat Maria
menjadi semakin penuh misteri.
Bukan hanya itu saja yang disukai Maria dari pria yang tak dikenalnya itu. Pria
Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu juga sangat menyenangkan bila diajak berbicara. Mata kelabunya selalu
menatap tajam tetapi ramah pada dirinya setiap kali mereka bertemu.
Maria merasa wajahnya memanas saat ia teringat tangan pria itu yang
memeluknya erat-erat di punggung kudanya.
Hingga kini ia tak mengerti mengapa ia membiarkan pria itu membopong
tubuhnya kemudian mengantarnya pulang dengan kuda coklat yang juga
ditungganginya saat mereka bertemu untuk pertama kalinya.
"Siapa pria itu?" tanya Mrs. Vye tiba-tiba.
Jantung Maria serasa berhenti berdetak mendengar pertanyaan itu. Ia tahu
siapa yang dimaksudkan oleh Mrs. Vye tetapi ia tetap bertanya. "Pria yang
mana, Mrs. Vye?" Jantungnya berdetak cepat.
"Pria yang tadi pagi kulihat mengantarmu," jawab Mrs. Vye tanpa menyadari
perubahan yang terjadi pada wajah Maria.
Wajah Maria terasa kian memanas dan memerah mendengar kata-kata Mrs.
Vye. Ia berusaha keras agar wajah serta suaranya tenang walau sebenarnya
bergejolak. "Saya tidak mengenalnya," jawab Maria jujur.
"Mengapa engkau membiarkan pria itu mengantarmu dengan kudanya?" sela
Mrs. Vye sebelum Maria melanjutkan kata-katanya.
"Kemarin pagi kami telah bertemu. Saya tidak mengetahui namanya, tetapi saya
tahu ia berasal dari Blueberry. Ia baik hati, saya yakin ia tidak mempunyai
maksud yang buruk terhadap saya," jawab Maria.
"Blueberry?" ulang Mrs. Vye.
Maria menganggukkan kepalanya. Ia berusaha untuk bersikap setenang
mungkin. "Di manakah kalian bertemu?"
"Kami bertemu di tepi Sungai Alleghei."
"Mengapa aku tak pernah bertemu dengannya" Selama dua hari ini engkau dan
aku pergi bersama-sama menyusuri sungai itu," kata Mrs. Vye.
"Kami bertemu tak lama setelah Anda pergi ke Sidewinder House," jawab Maria.
"Seperti apakah pria itu?" tanya Mrs. Vye.
"Saya khawatir saya tidak dapat menggambarkan pria itu dengan baik. Saya
hanya dapat mengatakan pria itu ramah terhadap saya, ia juga seorang yang
penuh pengertian." Tak puas dengan jawaban Maria, Mrs. Vye bertanya lagi, "Apakah pria itu
tampan?" Sekali lagi Maria mengangguk perlahan.
"Siapakah pria itu?" tanya Mrs. Vye pada dirinya sendiri. Kemudian Mrs. Vye
menatap tajam Maria. "Apakah ia tidak memberi tahumu namanya?"
"Apakah ia mengetahui namamu?" tanya Mrs. Vye ketika melihat Maria
menggelengkan kepalanya. Sekali lagi Maria menggelengkan kepala.
"Aneh," kata wanita itu heran, "Apa yang kalian lakukan selama di sana?"
"Kami hanya berbicara tentang banyak hal. Tak seorangpun dari kami yang
membicarakan mengenai diri kami masing-masing. Pria itu menanyakan
mengenai diri saya pada pertemuan kami yang pertama."
"Apa yang kaukatakan padanya?" sela Mrs. Vye.
"Saya menjawab bahwa saya hilang ingatan sehingga saya tidak dapat
menjawab pertanyaannya."
"Bagus. Saat ini kita tidak tahu siapa dia, apakah ia orang baik atau orang
jahat. Berhati-hatilah padanya," nasehat Mrs. Vye.
"Saya mengerti, Mrs. Vye. Saya akan selalu berhati-hati bila berjumpa
dengannya." "Bagus," kata Mrs. Vye puas. "Bagaimana dengan pekerjaan barumu?"
"Saya menyukainya," jawab Maria.
"Bagaimana engkau bisa menyukainya bila engkau harus melayani wanita yang
sombong seperti Tuan Puteri," kata Mrs. Vye heran.
"Saya senang bisa membantunya. Seburuk apapun sifatnya, saya tidak akan
mempedulikannya. Saya akan terus berusaha membantunya sejauh yang saya
bisa." "Bagaimana bila ia memakimu" Bila engkau sudah lama bekerja padanya,
sikapnya tidak akan sebaik sekarang."
"Bila ia memaki saya tentu ada kesalahan yang telah saya perbuat. Saya akan
menghindari kesalahan yang sama," kata Maria tenang.
"Engkau tidak mengerti. Tuan Puteri dan Yang Mulia tidak hanya memaki bila
engkau melakukan kesalahan. Kadang-kadang mereka marah-marah tanpa
alasan yang jelas." "Saya akan mengambil tindakan yang tepat yaitu tidak memasukkan makian
mereka ke dalam hati bila demikian halnya. Biarlah mereka memaki saya
sekehendak hati mereka asalkan saya tidak merasa benci kepada mereka, saya
akan berusaha mengubah keburukan hati mereka."
"Tidak akan berguna bila engkau berniat mengubah sifat mereka. Mereka tidak
akan mau mendengarkan kata-katamu. Mereka hanya mau bergaul dengan
orang yang kaya seperti mereka."
"Setiap orang tidak boleh berputus asa sebelum mencobanya, Mrs. Vye.
Walaupun mereka tidak mau mendengarkan saya, saya tidak akan berhenti
sebelum mereka mau berubah."
"Aku mengerti engkau bermaksud baik. Tetapi ikutilah nasehatku, jangan
mencoba merubah sifat buruk yang telah mendarah daging pada diri mereka,"
kata Mrs. Vye dengan menggengam tangan Maria di permukaan meja,
"Biarkanlah hati mereka dipenuhi oleh kebencian asalkan hatimu tidak dipenuhi
kebencian." "Kita tidak dapat membiarkan orang lain terus terjerumus ke dalam dosa, Mrs.
Vye. Setiap orang mempunyai tugas menuntun kembali sesamanya yang
tersesat ke jalan yang benar, seperti yang diajarkan Yesus sendiri."
"Baiklah, Mrs. Vye. Aku tidak akan mencoba menghentikanmu lagi, tetapi jangan
terlalu memaksakan diri. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu."
"Terima kasih, Mrs. Vye. Saya berjanji akan berusaha sebaik mungkin tanpa
menyinggung perasaan mereka."
"Engkau harus memegang teguh janjimu. Bila terjadi sesuatu padamu, Mr.
Liesting, Mrs. Fat serta Mrs. Dahrien akan marah padaku. Mereka sangat
menyayangi engkau," kata Mrs. Vye.
Maria tersenyum pada Mrs. Vye, "Saya juga menyayangi mereka semua
termasuk Anda dan segala yang ada di Obbeyville. Saya mencintai suasana di
sini, keindahannya, cuacanya. Saya mencintai segalanya."
"Andaikan Tuan Puteri dan Yang Mulia sepertimu," gumam Mrs. Vye.
"Saya yakin mereka juga mencintai tempat ini. Bukankah mereka juga berasal
dari Obbeyville?" "Aku tidak yakin. Walaupun mereka berasal dari Obbeyville, tetapi mereka lebih
menyukai kota-kota besar seperti Blueberry."
"Mengapa mereka seperti itu" Bukankah setiap orang mencintai tanah tempat
tinggalnya, tanah tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan."
"Tetapi itulah kenyatannya. Mereka sering mengeluh karena harus tinggal di
kota kecil seperti ini. Mereka menjadi semakin sering mengeluh akhir-akhir ini.
Ingin rasanya aku memaki mereka, tetapi apa yang dapat dilakukan oleh
pengurus rumah tangga tua seperti aku," keluh Mrs. Vye.
"Anda tidak boleh memarahi mereka. Betapa pun besarnya kesalahan mereka
tetapi kita tidak boleh memarahi mereka sekali pun mereka bukan majikan kita,"
kata Maria, "Kita harus dapat memberi pengertian kepada mereka. Kita harus
bersabar dalam menghadapi segala hal."
"Berkepala dingin dalam menghadapi segala hal, maksudmu?"
Maria menganggukkan kepala.
"Pantas saja engkau selalu tampak tenang dalam segala hal. Walaupun tadi pagi
kudengar Tuan Puteri marah-marah," kata Mrs. Vye.
"Ia marah karena ia terlambat bangun lagi. Katanya janjinya yang kemarin
dindur hingga hari ini, tetapi karena ia terlambat bangun maka mau tidak mau
janjinya harus mundur lagi," Maria menerangkan kepada Mrs. Vye.
"Ia memang selalu begitu. Ia tidak pernah mengatakan secara jelas perintahnya
kepada orang lain tetapi ia ingin hasil yang sempurna baginya," kata Mrs. Vye.
Maria hanya menganggukkan kepalanya mendengar kata-kata Mrs. Vye.
Dalam beberapa hari ini ia telah mengenal sifat Baroness Lora maupun Lady
Debora. Dan ia membenarkan kata-kata Mrs. Vye. Baik sifat maupun rupa kedua
orang itu sangat mirip. Keduanya sering meninggalkan rumah. Kadang pagi-pagi sekali mereka pergi
dan baru larut malam mereka pulang. Tidak ada yang tahu mereka pergi ke
mana. Yang jelas mereka pergi ke pertemuan penting bagi mereka.
Mereka selalu mengenakan pakaian mewah baik bila meninggalkan Sidewinder
House maupun di dalam Sidewinder House. Tatanan rambut mereka pun tak
mau kalah dari orang-orang kaya lainnya.
Maria bersyukur Lady Debora menyukai tatanan rambut yang diaturnya. Wanita
itu tak pernah mengeluh pada tatanan rambutnya. Maria selalu berusaha
menyisir rambut wanita itu dengan rapi dan sesuai selera wanita itu.
Ia juga memaklumi sikap Lady Debora yang seperti tidak peduli akan tatanan
rambutnya yang diakui Mrs. Vye lebih baik dari yang bisa dilakukan Mrs. Vye
sendiri. Tanpa disadarinya, ia semakin membuat Mrs. Vye merasa bingung padanya,
terutama dirinya di masa lalu. Semakin hari Mrs. Vye semakin tidak dapat
menebak diri Maria. Andaikan Maria seorang putri bangsawan, mengapa gadis itu sangat pandai
dalam merawat rumah" Tidak mungkin seorang putri bangsawan yang selalu
dikelilingi banyak pelayan akan tampak seperti biasa mengurus rumahnya
sendiri. Walaupun bila sang putri itu sendiri menginginkannya, orang tuanya pasti tidak
akan mengijinkannya ikut mengerjakan tugas pelayan. Hal itu tak disangsikan
oleh siapa pun. Tetapi bila gadis itu bukan putri bangsawan, mengapa ia mempunyai
keanggunan bangsawan" Sikap dan tutur katanya yang sopan menunjukkan ia
berasal dari keluarga bangsawan. Gaun serta kalung yang ditemukan
bersamanya juga memperkuat dugaan itu.
Kemungkinan lain yang pernah timbul dalam benak Mrs. Vye adalah Maria
berasal dalam lingkungan keluarga yang tidak memiliki pelayan tetapi masih
memiliki darah bangsawan.
Kemungkinan ini juga tidak cocok. Mengapa Maria memiliki kalung dan gaun
yang sangat indah bila ia berasal dari keluarga yang tidak sekaya bangsawan
umumnya" Gadis itu tidak mungkin mendapatkan gaun dan perhiasan itu dari orang lain.
Mrs. Vye telah mengenal baik sifat Maria dalam beberapa hari ini yang selalu
menolak halus pemberian yang ditujukan padanya.
Ia percaya Maria adalah gadis yang sangat disayangi oleh semua orang karena
kebaikan hatinya. Gadis itu selalu tahu di mana ia harus menempatkan dirinya
dalam situasi apa pun. Gadis itu telah menawan hati semua orang di Obbeyville baik tua atau muda
bahkan anak-anak dalam dua hari sejak kesembuhannya.
Mrs. Vye benar-benar kebingungan memikirkan masa lalu Maria. Satu-satunya
yang memenuhi segala syarat itu hanyalah Maria berasal dari Holly Mountain.
Gadis itu adalah bidadari yang cantik, anggun, bijaksana, rendah diri, rajin
serta disukai banyak orang. Hanya itulah yang kini ada di benak Mrs. Vye.
Seperti hari sebelumnya, Maria terus membayangkan pria itu hingga menjelang
tidur. Bahkan di dalam mimpi pun ia melihat pria itu. Tidak dapat dimengertinya
mengapa ia terus memikirkan pria yang tidak diketahui namanya itu.
Pagi ini pun ia berharap dapat bertemu dengan pria itu lagi. Pagi ini Maria
tampak berbeda dari hari-hari sebelumnya. Rambutnya yang panjang semakin
terlihat bercahaya karena baru saja dicucinya.
Rambutnya panjangnya yang bercahaya itu membuat Mrs. Vye terkagumkagum.
"Rambutmu benar-benar indah, selalu bersinar seperti sinar matahari pagi. Aku
ingin sekali mempunyai rambut seperti ini yang lembut seperti sutra dan
bersinar seperti cahaya matahari." kata Mrs. Vye sambil terus menyisir rambut
panjang Maria. "Rambut saya menjadi halus dan bersinar seperti ini karena baru dicuci," kata
Maria merendahkan diri. "Rambutmu selalu terlihat indah dalam keadaan seperti apa pun," kata Mrs. Vye
dengan senyuman yang menghiasi wajah bulatnya yang keriput.
"Terima kasih, Mrs. Vye," kata Maria, "Saya yakin rambut Anda waktu Anda
masih muda juga sangat indah."
"Rambutku dulu juga indah tetapi tidak pernah seindah rambutmu. Sekarang
rambutku sudah memutih semuanya, tidak terlihat indah lagi," kata Mrs. Vye.
"Anda jangan berkata seperti itu," kata Maria, "Keindahan seseorang tidak
hanya dilihat dari rambutnya, tetapi hatinya."
"Apakah engkau selalu menilai orang melalui hatinya?" tanya Mrs. Vye ingin
tahu. Maria menganggukkan kepala. "Saya selalu menilai orang lain dengan melihat
hatinya. Bagi saya tidak akan ada artinya bila seseorang itu cantik atau tampan
tetapi hatinya buruk."
"Engkau benar-benar bijaksana memilih menilai orang tidak melalui penampilan
tetapi hatinya. Aku harus menirumu dalam hal ini," kata Mrs. Vye.
"Hal itu sudah ditanamkan orang tua saya pada diri saya sejak saya masih
kecil," kata Maria. Ia terkejut akan ucapannya sendiri. Ia berusaha mengingat wajah orang tuanya
serta nasehat-nasehat mereka, tetapi ia masih tidak dapat membuka tabir yang
menutupi masa lalunya itu.
"Jangan sedih, Maria. Ingatanmu perlahan-lahan akan pulih kembali," kata Mrs.
Vye menghibur, "Sudah suatu kemajuan engkau dapat mengingat nasehat orang
tuamu. Aku yakin mereka adalah orang tua yang baik."
"Saya juga merasakan hal itu," kata Maria.
Kemudian Mrs. Vye berbicara mengenai mitos malam musim panas pada Maria
untuk mengalihkan perhatian gadis itu dari masa lalunya yang kini berada di
balik kegelapan. Ia senang Maria mendengarkan setiap kata-katanya dengan cermat dan selalu
menanggapinya bila ada mitos yang salah. Berulang kali Maria membetulkan
cerita mitos malam musim panas yang diketahui Mrs. Vye.
Begitulah Maria, gadis itu selalu seperti berasal dari mitos itu sendiri bila
telah berbicara mengenai mitos itu. Ia lebih banyak mengetahui mengenai mitos itu
dari semua penduduk Obbeyville. Bahkan seluruh penduduk Kerajaan Zirva,
menurut Mrs. Vye. Maria selalu mendengarkan baik-baik segala yang dikatakan orang lain
kepadanya. Tanpa mempedulikan kata-kata itu penting atau tidak, ia selalu
mengingat semua kata orang lain dalam benaknya.
Sesuatu dalam dirinya selalu mengingatkan untuk selalu mencatat segala yang
dikatakan orang lain di dalam benaknya, tidak peduli kata-kata itu penting atau
tidak. Mrs. Vye merasa enggan saat ia harus kembali ke Sidewinder House. Ia tidak
ingin meninggalkan Maria seorang diri di sungai itu. Ia ingin mengetahui pria
yang telah mengantar Maria pulang kemarin.
Walaupun gadis itu tidak menolak bila Mrs. Vye terus menemaninya hingga pria
itu muncul, tetapi sesuatu telah membisikkan ke telinganya untuk membiarkan
Maria berdua dengan pria itu.
Sebagai orang yang mempercayai mitos, Mrs. Vye percaya bisikan itu berasal
dari para dewa di Holly Mountain. Ia semakin percaya pria itu tidak bermaksud
buruk kepada Maria ketika mendengar bisikan itu.
"Aku percaya pria itu bukan orang jahat, tetapi engkau tetap harus berhatihati,"
pesan Mrs. Vye sebelum meninggalkan Maria.
Maria menganggukkan kepalanya dan memandang Mrs. Vye yang terus berjalan
menjauh. Ketika membalikkan badan untuk melanjutkan perjalanannya, ia terkejut ketika
melihat pria itu telah berdiri di sisinya. Pria itu berdiri sangat dekat
darinya. Jantung Maria kembali berdebar ketika ia menyadari jarak mereka yang sangat
dekat itu. Ia percaya bila tadi ia membalikkan badan sambil melangkah, ia akan
menubruk pria itu. "Anda membuat saya terkejut," kata Maria setelah menguasai perasaannya lagi.
"Rupanya saya selalu terlambat," kata pria itu.
"Anda terlambat sedikit bila Anda ingin bertemu dengan Mrs. Vye. Ia baru saja
kembali ke Sidewinder House. Tetapi Anda dapat menemuinya di Sidewinder
House. Sepanjang hari Mrs. Vye berada di sana," kata Maria.
"Bukan itu yang saya maksudkan. Saya tidak ingin bertemu dengan Mrs. Vye
untuk saat ini," kata pria itu.
"Bila demikian halnya, mengapa Anda mengatakan Anda selalu terlambat?"
Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tanya Maria tak mengerti.
"Saya selalu terlambat untuk menjemput Anda di pondok Mrs. Vye."
Wajah Maria memerah mendengar kalimat itu, "Mengapa Anda ingin menjemput
saya?" "Saya ingin lebih lama berbicara dengan Anda. Saya berharap bila saya dapat
menjemput Anda di pondok Mrs. Vye, waktu saya untuk berdua dengan Anda
semakin lama," kata pria itu.
Maria mendengar nada kecewa dalam kata-kata pria itu. Ia tidak melakukan
yang lain selain memandang wajah pria itu.
"Dapatkah Anda memberitahu saya pukul berapa Anda bangun pagi?" tanya pria
itu dengan sopan, "Saya merasa hari ini saya datang lebih pagi dari kemarin
tetapi saya masih terlambat."
"Saya selalu bangun pagi-pagi sekali. Saya bangun sekitar pukul tiga pagi,"
jawab Maria. Maria telah menduga pria itu terkejut mendengar jawabannya. Ia terus
memandang tenang melihat keterkejutan di mata kelabu itu.
"Mengapa Anda bangun pagi-pagi sekali?" tanya pria itu.
"Karena saya selalu melihat matahari terbit mengawali datangnya hari baru.
Tetapi di sini saya tidak dapat melihat matahari terbit," jawab Maria.
"Rupanya Anda senang melihat matahari terbit. Mengapa Anda tidak melihat
matahari terbit dari Sidewinder House" Rumah itu cukup tinggi untuk dapat
melihat matahari terbit tanpa dihalangi pohon-pohon tinggi ini."
"Saya juga pernah berpikir mengenai itu, tetapi saya lebih suka melihat
matahari terbit tanpa dihalangi pepohonan. Dari lantai teratas Sidewinder
House, saya melihat matahari yang terbit masih terhalangi pucuk-pucuk
pepohonan." "Saya tahu di mana Anda dapat melihat matahari terbit tanpa terhalangi
pepohonan," kata pria itu.
"Sungguh," seru Maria senang.
"Besok saya akan menjemput Anda pagi-pagi sekali."
"Mengapa?" tanya pria itu melihat keragu-raguan di mata Maria.
"Saya...saya... tidak bisa," kata Maria ragu-ragu.
"Mengapa?" tanya pria itu lagi.
Melihat Maria diam saja, pria itu bertanya, "Apakah Anda tidak mau pergi
bersama saya" Apakah Anda tidak mempercayai saya?"
"Saya... saya mempercayai Anda. Tetapi..."
Pria itu diam saja. Ia tahu Maria masih ragu-ragu untuk melanjutkan katakatanya,
tetapi gadis itu pasti akan menyelesaikan kalimatnya.
"Tetapi... saya ragu Mrs. Vye akan mengijinkan saya. Selain itu saya tidak biasa
pergi bersama pria lain selain..."
Kembali Maria menghentikan kata-katanya. Kali ini ia tidak berhenti karena
ragu-ragu tetapi karena tak dapat menemukan lanjutan kata-katanya yang
terdapat di balik kegelapan yang pekat.
"Saya tidak dapat pergi bersama pria yang tidak saya kenal baik," kata Maria
mengganti kalimatnya. Pria itu tersenyum aneh, "Apakah ini berarti Anda masih kurang mempercayai
saya?" "Tidak," kata Maria tenang, "Saya tidak mengatakan saya tidak mempercayai
Anda, saya sangat mempercayai Anda. Saya mengenal Anda sebagai orang baik.
Tetapi Anda harus mengerti saya tidak dapat pergi hanya bersama Anda."
"Mengapa" Apakah Mrs. Vye melarang Anda bertemu dengan saya?"
"Ia tidak melarang saya bertemu dengan Anda. Saya hanya tidak biasa pergi
berdua dengan pria selain... selain... dengan pria yang tidak dapat saya ingat."
"Baiklah. Saya tidak akan memaksa Anda," kata pria itu, "Bagaimana bila saya
mengajak serta Mrs. Vye" Apakah Anda mau?"
"Saya ragu apakah Mrs. Vye bersedia."
"Saya percaya Mrs. Vye akan setuju. Saya dan Mrs. Vye saling mengenal baik,"
kata pria itu, "Seperti saya mengenal baik bidadari cantik yang ditemukannya
ini." "Saya senang melihat wajah Anda memerah, Maria," kata pria itu.
Semula Maria tidak menyadari pria itu menyebut namanya, ia hanya diam saja.
"Bagaimana Anda mengetahui nama saya?" tanyanya ketika menyadari hal itu.
Ia merasa tidak pernah menyebutkan namanya kepada pria itu, "Anda
mengetahuinya dari mereka?"
"Dari pembicaraan penduduk Obbeyville" Ya," kata pria itu mengakui.
"Saya menjadi ragu pada Anda. Jangan-jangan Anda senang membicarakan
segala perbuatan seseorang seperti penduduk Obbeyville," kata Maria bergurau.
"Bila saya senang bersikap seperti itu, bagaimana saya harus menghadapi
Anda?" kata pria itu menanggapi gurauan Maria.
"Anda harus bersiap-siap dulu sebelum bertemu saya karena mungkin saya akan
menjadi lebih berbahaya bila telah mengetahui apa yang akan Anda katakan
sebelum Anda mengatakannya."
"Benarkah itu?" tanya pria itu tertarik.
"Mengapa tidak" Bila Anda senang membicarakan segala tingkah laku saya
selama ini, tentu saya dapat dengan mudah menebak apa yang akan Anda
katakan," kata Maria, "Dan sebelum Anda mengatakan sesuatu saya mungkin
akan menyerang Anda dulu dengan kata-kata yang sangat tajam dan
menyakitkan." "Saya ragu Anda akan berbuat seperti itu, Maria."
"Bagi saya hal itu mungkin saja. Seseorang yang telah tersakiti hatinya akan
sangat memungkinkan untuk mengucapkan kata-kata kasar yang belum pernah
mereka katakan sebelumnya," kata Maria.
"Bagaimana Anda mengetahuinya?" tanya pria itu, "Apakah Anda pernah disakiti
seseorang?" "Walaupun saya tidak pernah disakiti tetapi saya mempercayai hal itu. Semua
orang akan mengucapkan segala kata-kata kasar yang tidak pernah mereka
katakan sebelumnya. Tetapi ada pengecualian untuk mereka yang terbiasa
mengucapkan kata-kata seperti itu dalam kehidupan sehari-harinya."
Pria itu tersenyum "Anda juga termasuk suatu pengecualian. Saya yakin Anda
tidak akan mengucapkan kata-kata sekasar itu walaupun disakiti orang lain."
"Jangan terlalu yakin dengan pendapat Anda. Siapa pun bisa menjadi tak
terduga," kata Maria memperingatkan.
"Saya setuju denganmu. Anda adalah salah satu orang yang tak pernah terduga
itu. Saya tidak pernah membicarakan orang lain di belakangnya tetapi ada
seseorang yang selalu memberi tahu saya segala berita yang ada di Obbeyville."
"Rupanya pengasuh Anda tidak pernah kehilangan suatu berita pun. Saya yakin
ia juga telah memberi tahu Anda mengenai segala yang telah saya lakukan di
Sidewinder House." "Saya terkejut mendengarnya, Maria. Saya tidak pernah menduga Anda pandai
menebak," kata pria itu.
"Saya hanya secara kebetulan saja menebak dengan tepat," kata Maria
merendahkan diri. "Rasanya tidak adil bila hanya saya yang mengetahui nama Anda," kata pria itu,
"Panggillah saya Al dan saya akan memanggil Anda Maria agar kita tidak terlalu
formal seperti ini."
Maria terdiam. Ia merasa pernah mendengar nama itu. Ia sering
mengucapkannya di masa lalu, ia sangat menyayangi nama itu. Ia menyayangi
pemilik nama itu. Pria itu juga sangat menyayanginya dan selalu melindunginya. Pria itu selalu
memperhatikannya dan memberikan yang terbaik baginya.
Tetapi siapa orang itu" Dan bagaimana rupa orang itu" Apa hubungan pria itu
dengannya" Pertanyaan itu terus bergaung di telinganya saat Maria berusaha menyibakkan
tabir yang menutupi masa lalunya.
Suatu perasaan rindu muncul di dadanya saat ia terus berusaha menyibakkan
masa lalunya yang berada di balik kegelapan yang sangat pekat itu.
"Ada apa?" tanya pria itu cemas.
Entah kapan Maria telah berada di dalam pelukan pria itu, tetapi saat gadis itu
mendapatkan kesadarannya kembali, ia telah berada di pelukan pria itu.
"Tidak ada apa-apa. Terima kasih," kata Maria sambil berusaha melepaskan diri
dari pelukan pria itu. Pria itu mempererat tangannya yang merangkul pundak Maria. "Jangan terlalu
sopan lagi terhadapku, Maria," katanya berbisik, "Apa yang terjadi, Maria"
Mengapa wajahmu memucat" Engkau tampak seperti akan pingsan, apakah
engkau kurang sehat?"
Jantung Maria berdetak semakin cepat ketika pria itu mempererat pelukannya.
Dengan hati-hati ia berusaha melepaskan diri dari pelukan pria itu. Ia merasa
kehilangan sekaligus lega ketika tangan pria itu menjauh dari tubuhnya.
Dengan tenang ia berkata, "Tidak apa-apa. Terima kasih. Saya hanya merasa
sesuatu yang aneh saat Anda mengucapkan nama Anda. Saya... saya... merasa
sering menyebut dan mendengar nama itu. Tetapi saya menyadari saya berada
di kegelapan itu saat saya berusaha menemukan orang yang sering saya
panggil... Al." "Aku terkejut ada orang yang bernama sama denganku," kata pria itu, "Jangan
sedih, Maria. Ingatanmu pasti akan kembali lagi."
"Saya percaya ingatan saya akan kembali walau memakan waktu yang lama,"
kata Maria. "Mengapa engkau menerima tugas menjadi pelayan Lady Debora, Maria?" tanya
Al mengganti topik pembicaraan agar tidak membuat Maria menjadi semakin
sedih mengingat masa lalunya yang berada di kegelapan yang pekat itu.
"Mengapa Anda mempertanyakan hal itu?" Maria bertanya kepada pria itu,
"Apakah menurut Anda menjadi seorang pelayan adalah hal yang memalukan?"
Pria itu terdiam. Ia terkejut mendengar pertanyaan Maria yang sukar dijawab
itu. "Aku tidak pernah berpikir seperti itu. Aku hanya merasa heran mengapa
engkau mau menerima syarat mereka padahal mereka tidak menyukaimu
terutama Baroness Lora."
"Saya merasa sangat berterima kasih kepada mereka terutama Mrs. Vye yang
telah merawat saya selama saya tidak sadarkan diri," kata Maria tenang.
"Tetapi mereka membencimu, Maria. Mengapa engkau sangat baik hati" Engkau
tidak hanya menjadi pelayan Lady Debora tetapi juga menjadi pelayan rumah
itu." "Saya menyenangi pekerjaaan itu. Saya senang dapat membantu Mrs. Vye dan
ketiga pelayan lainnya. Mereka sudah terlalu tua untuk membersihkan rumah
itu. Saya tidak tega melihat mereka, di samping itu saya juga cepat merasa
bosan bila tidak ada yang dapat saya lakukan."
Pria itu tersenyum. "Engkau benar-benar seorang bidadari yang sempurna di
mata semua orang." "Tidak ada yang sempurna di dunia ini, tidak ada makhluk yang tak bercela,"
kata Maria merendahkan diri.
"Engkau sempurna di mataku, Maria."
"Itu karena ini pertama kalinya Anda menemukan seorang gadis tak dikenal
membuat Anda merasa terkejut berulang kali dengan hal-hal yang tak pernah
Anda duga sebelumnya," kata Maria dengan tersenyum.
"Kuakui ini memang pertama kalinya bagiku, seorang gadis mampu membuatku
mengalami berbagai macam perasaan seperti ini," kata Al, "Tetapi aku tidak
dapat membuat engkau bersikap tidak terlalu sopan kepadaku. Sikapmu yang
terlalu sopan membuatku merasa bingung harus berbuat bagaimana
terhadapmu." "Wajar bila saya bersikap sopan terhadap Anda. Anda lebih tua dari saya," kata
Maria merendahkan diri. "Apakah itu berarti engkau menganggapku sebagai seorang kakek yang sudah
sangat renta?" tanya pria itu merajuk.
Maria ingin tertawa melihat wajah cemberut pria itu, tetapi ia tahu hal itu
tidak sopan. Ia hanya tersenyum saja melihat tingkah pria itu untuk menghiburnya,
"Saya merasa Anda lebih muda dari saya bila Anda bertingkah seperti anak kecil
yang sedang merajuk."
"Lalu apa yang akan kaulakukan terhadapku yang seperti anak kecil ini?" tanya
Al. "Saya akan memperlakukan Anda seperti saya memperlakukan anak-anak
lainnya. Saya akan mendongeng untuk Anda," jawab Maria dengan tersenyum.
"Engkau mengingatkanku pada sesuatu yang patut kupertanyakan padamu,"
kata Al tiba-tiba. Maria melihat keseriusan di mata pria itu, tetapi ia tetap bersikap tenang. Ia
wmenanti kalimat pria itu.
"Mengapa engkau menceritakan mitos itu kepada Mrs. Vye dan yang lainnya,
tetapi tidak kepadaku?" tanya Al tajam.
Maria tersenyum. Dengan tenang ia berusaha mmeberikan pengertian kepada
pria itu, "Saya tidak akan pernah menceritakan mitos ketiga yang
disembunyikan dari orang luar selain suku itu. Yang saya ceritakan kepada
mereka adalah mitos mengenai nama asli Blueberry."
"Ayolah, jangan bersikap seperti anak kecil yang sedang marah. Anda membuat
saya ingin tertawa melihat tingkah Anda yang seperti ini," bujuk Maria melihat
pria itu tidak mempercayai kata-katanya, "Apa yang saya katakan ini benar."
"Aku sering melihatmu tersenyum tetapi aku belum pernah melihatmu tertawa.
Aku ingin melihatmu tertawa," kata pria itu.
Wajah Maria kembali memerah.
Ia memandang langit yang telah terang. Ia terkejut menyadari mereka telah
berbicara cukup lama. Tak terasa hari telah terang. Maria memandang wajah
pria itu dan sebelum ia mengatakan sesuatu pria itu telah berkata,
"Engkau akan pergi sekarang?" tanyanya.
"Saya harus kembali secepatnya. Saya harus membangunkannya pagi-pagi. Ia
memiliki janji berkuda dengan seseorang," kata Maria, "Kemarin ia terpaksa
mengundurkan janji yang sangat dinanti-nantikannya itu. Hari ini ia tidak ingin
terlambat bangun lagi."
"Lady Debora memiliki janji berkuda dengan seseorang tetapi mengapa ia baru
bangun sesiang ini?" tanya pria itu heran.
Maria tersenyum geli. "Bagi mereka saat ini masih terlalu dini untuk bangun.
Kata Mrs. Vye, mereka terbiasa bangun tengah hari sekitar pukul sebelas."
"Perbedaan yang sangat mencolok," kata Al.
Maria tidak tahu siapa yang dibandingkan Al dengan Lady Debora, dan ia tidak
memikirkannya. Ia merasa harus segera sampai di Sidewinder House.
"Bila Anda tidak keberatan, saya akan pergi ke Sidewinder House sekarang."
"Aku keberatan sekali bila engkau tidak mengijinkanku mengantarkanmu," kata
pria itu. "Dan aku tidak ingin engkau menolak tawaranku ini," kata pria itu menegaskan
kata-katanya. Maria tersenyum, "Hal ini lebih tepat disebut suatu tawaran yang memaksa atau
paksaan. Kata tawaran tidak cocok untuk keinginan Anda yang memaksa itu."
"Aku merasa aku selalu harus memaksamu agar mau menuruti keinginanku.
Engkau terlalu berhati-hati dan terlalu sopan terhadap siapa saja. Aku ingin
mengetahui dirimu di masa lalu. Apakah engkau bidadari yang memiliki aturan
ketat?" "Saya khawatir dugaan Anda meleset jauh. Bila melihat apa saja yang telah saya
lakukan dalam hari-hari terakhir ini, rasanya sukar mengatakan saya adalah
bidadari." "Apa pun yang kaulakukan, tidak akan membuat orang mengurangi kepercayaan
mereka bahwa engkau bidadari yang diutus para dewa Holly Mountain."
"Sebaiknya pembicaraan ini kita tunda dulu. Saya harus segera tiba di
Sidewinder House. Banyak pekerjaan yang menanti saya," kata Maria.
"Apakah engkau menerima tawaranku?"
"Tidak mungkin bagi saya untuk menolak keinginan Anda yang sangat tulus itu,"
kemudian Maria menambahkan dengan tersenyum, "Dan memaksa."
Pria itu tiba-tiba mengangkat tubuhnya dengan sangat cepat. Ia tidak dapat
melakukan apa-apa untuk mencegah gerakan tangan yang tiba-tiba karena
terkejutnya. "Sebagai hukuman karena engkau mengatakan aku memaksamu," kata Al purapura
serius melihat wajah Maria yang memerah.
"Anda sendiri yang mengatakan bahwa Anda terpaksa memaksa saya agar
menuruti tawaran Anda," kata Maria mengingatkan.
"Apakah aku mengatakannya" Aku lupa," kata Al.
Maria tidak mengatakan apa-apa untuk menghentikan pria itu. Ia menundukkan
kepalanya, ia mengulurkan tangannya untuk berpegangan pada leher Al.
Al meletakkan tubuh Maria dengan lembut di punggung kudanya. Kemudian ia
dengan cepat melompat di punggung kudanya.
Walaupun Maria tidak melihat gerakan pria itu, tetapi ia merasa yakin pria itu
sering berkuda. Al dengan luwesnya melompat ke atas kudanya.
Tangan Al menarik tubuh Maria mendekat. Maria menurut pada gerakan tangan
itu. Ia mengerti Al takut ia jatuh. Ia berusaha tetap tenang saat punggungnya
menyandar di tubuh pria itu.
Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Seperti biasanya mereka kembali ke pondok Mrs. Vye sambil bercakap-cakap.
Al turun dari kudanya kemudian mengangkat tubuh Maria ketika mereka tiba di
pondok Mrs. Vye. "Terima kasih," kata Maria, tetapi tangan pria itu tidak segera beranjak dari
pinggang Maria setelah Maria mengucapkan terima kasih, seperti kemarin.
Pria itu membungkuk dan membisikkan sesuatu di telinga Maria, "Besok akan
kujemput engkau pagi-pagi sekali."
Al masih enggan melepaskan pelukannya walau pesan telah disampaikannya.
Tangan kanannya mengangkat dagu Maria yang tertunduk dan mengecup
perlahan bibirnya. Maria terkejut dengan tindakan pria itu. Ia melepaskan diri dari pelukan pria
itu dan berlari memasuki pondok Mrs. Vye.
Al terkejut melihat wajah Maria yang memerah sambil berlari menjauhinya.
Gadis itu tampak terkejut dengan sikapnya.
Sebelumnya Al tidak menduga Maria belum pernah dicium. Gadis itu tampak
dewasa sekali sehingga sukar baginya untuk memikirkan kemungkinan bahwa
gadis itu belum pernah dicium.
Caranya tadi mengatakan apa yang akan dilakukan seseorang bila sakit hati
membuatnya semakin yakin.
Gadis itu benar-benar tidak dapat diduga.
Kini ia bingung bagaimana harus menghadapi gadis yang tak terduga itu"
Al meyakinkan dirinya untuk lebih mempercayai perasaannya daripada apa yang
dilihatnya. Perasaannya mengatakan gadis itu masih polos dan sangat muda dalam
pengalaman. Tetapi kenyataan yang dilihat berbeda dengan perasaannya. Gadis
itu bijaksana dalam segala hal seperti orang yang telah berpengalaman dalam
hidup. BAB 6 Pagi itu Maria baru bangun saat ia mendengar suara kereta datang mendekat. Ia
berusaha menembus kegelapan pagi melalui jendela kamarnya agar dapat
melihat kereta yang baru datang itu.
Dalam keremangan pagi itu, ia melihat sebuah kereta yang sangat indah berdiri
dengan anggun di depan pondok Mrs. Vye. Kuda-kuda yang menarik kereta itu
tampak masih mengantuk demikian pula kusirnya yang tampak enggan
membuka mata. Seorang pria yang berpakaian lengkap turun dari kereta. Pria itu tampak gagah
dalam kemejanya yang putih di pagi yang masih gelap itu. Maria terkejut
menyadari pria itu tak lain adalah Al.
Maria tidak menduga Al bersungguh-sungguh ketika mengatakan akan
menjemputnya pagi-pagi untuk mengantarnya ke tempat di mana ia bisa
melihat matahari terbit tanpa dihalangi pepohonan.
Pagi ini masih sangat dini untuk melihat matahari terbit. Bintang-bintang masih
bersinar terang di langit malam walau bulan telah menghilang di balik bukit.
Maria menduga tempat itu sangat jauh dari Obbeyville sehingga mereka harus
berangkat sepagi ini agar dapat melihat matahari terbit.
Ia mendengar pintu diketuk perlahan.
Ia tidak beranjak dari kamarnya untuk membukakan pintu itu bagi Al. Ia masih
merasa malu atas kejadian kemarin pagi saat Al mengantarnya pulang.
Terdengar langkah kaki Mrs. Vye yang menuju pintu untuk membukanya.
Dari kamarnya, Maria dapat mendengar seruan senang bercampur terkejut Mrs.
Vye melihat Al. Maria percaya pria itu mengatakan yang sebenarnya bahwa ia
mengenal baik Mrs. Vye. Semula Maria dapat mendengar semua permbicaraan mereka, namun mereka
semakin lama berbicara semakin perlahan sehingga Maria tidak dapat
mendengarnya. Tetapi Maria dapat menduga Al meminta ijin kepada Mrs. Vye
untuk membawanya ke sebuah tempat di mana ia dapat melihat matahari terbit
dengan jelas. Maria menanti hasil pembicaraan Mrs. Vye. Walaupun ia tahu Mrs. Vye akan
mengijinkan Al membawanya pergi tetapi ia tidak mengganti gaun tidurnya
dengan gaun yang pantas untuk bepergian.
Ia menghampiri almari gaunnya dan memilih gaun biru terang yang
diperolehnya dari Lady Debora pada hari pertamanya bekerja sebagai pelayan
Lady Debora. Gaun yang tak berbahu itu telah dibetulkan oleh Mrs. Vye sesuai dengan ukuran
tubuhnya. Kerutan-kerutan sepanjang dadanya masih tampak indah walau
bagian pinggangnya telah dikecilkan.
Muntiara-muntiara kecil yang berwarna putih menghiasi kerutan itu di bagian
tengah dada gaun itu. Kainnya yang terbuat dari sifon terasa sangat lembut di
tangannya. Dengan hati-hati diletakkannya gaun itu di tempat tidurnya kemudian ia duduk
dan mulai menyisir rambutnya.
Ia masih duduk di tepi tempat tidur sembari menyisir rambutnya dengan santai
ketika Mrs. Vye memasuki kamarnya.
"Mengapa engkau masih diam saja" Lekaslah bersiap-siap ia menunggumu,"
kata Mrs. Vye terkejut tanpa mempermasalahkan Maria yang telah
menyembunyikan ajakan pria itu dari pengetahuan Mrs. Vye.
"Saya tidak dapat pergi," kata Maria.
"Mengapa?" tanya Mrs. Vye heran, "Apakah engkau khawatir aku tidak
mengijinkanmu" Jangan khawatir aku mengijinkanmu pergi bersamanya. Aku
memang salah telah melarangmu bertemu dengannya. Seharusnya aku percaya
ia memang orang yang baik seperti katamu, sekarang aku tidak
menyangsikannya lagi. Pergilah, aku tidak akan melarang."
"Bukan itu yang saya khawatirkan. Saya ingin Anda turut serta," kata Maria,
"Saya tidak biasa pergi seorang diri bersama pria."
Mrs. Vye tersenyum mendengar permintaan Maria dan berkata, "Tadi ia telah
mengajak aku turut serta tetapi kupikir lebih baik engkau pergi berdua
bersamanya. Bila engkau juga menghendakinya, aku tidak dapat menolak lagi."
Mrs. Vye mengambil gaun yang diletakkan Maria di tempat tidur kemudian
membantu Maria mengganti gaun tidurnya dengan gaun itu.
"Gaun ini cocok sekali untukmu," kata Mrs. Vye, "Engkau pandai memilih gaun.
Gaun ini sangat tepat dikenakan sambil melihat matahari terbit."
"Terima kasih, Mrs. Vye. Saya hanya kebetulan saja melihat gaun ini dan
tertarik untuk mengenakannya pagi ini."
"Duduklah, Maria. Aku akan menata rambutmu."
"Tidak perlu, Mrs. Vye. Saya senang mengurai rambut saya."
"Rambutmu yang panjang bisa mengganggu penglihatanmu," kata Mrs. Vye
menasehati Maria. "Tidak apa-apa, Mrs. Vye. Saya lebih suka melihat matahari terbit dengan
rambut terurai," lalu Maria menambahkan dengan bercanda, "Agar saya bisa
membandingkan sinar rambut saya dengan sinar matahari pagi."
"Bandingkanlah, Maria. Dan engkau akan mendapati rambutmu memiliki warna
yang sama seperti sinar matahari pagi."
"Terima kasih, Mrs. Vye. Saya akan berusaha membandingkan keduanya dengan
teliti," kata Maria menanggapi gurauan Mrs. Vye.
"Bawalah serta mantel, Maria. Di luar udara sangat dingin," kata Mrs. Vye,
"Beginilah cuaca di Obbeyville. Walaupun sudah musim panas tetapi pagi hari
masih banyak kabut dan udaranya sangat dingin."
"Baik, Mrs. Vye."
Sebelum Maria menuju almari, Mrs. Vye telah menarik keluar sebuah mantel
dari almari itu. Mrs. Vye menyodorkan mantel bulu yang berwarna abu-abu kekuningan pada
Maria. Maria enggan menerima mantel yang menurutnya terlalu mewah itu, "Lebih baik
saya mengenakan mantel lainnya, Mrs. Vye. Saya kurang menyukai
mengenakan mantel bulu."
"Di sini tidak ada lagi mantel yang lain selain mantel bulu ini," kata Mrs. Vye,
"Kenakan saja mantel ini daripada engkau sakit. Aku khawatir engkau sakit
terkena udara yang sangat dingin ini."
"Saya benar-benar tidak menyukainya, Mrs. Vye. Mengenakannya membuat
saya merasa seperti menggantungkan hewan mati di pundak saya."
Maria melihat kekecewaan di mata Mrs. Vye. "Maafkan saya yang telah
mengecewakan Anda, Mrs. Vye. Saya tidak dapat mengenakannya seperti yang
Anda harapkan. Saya tidak ingin mengenakan mantel yang terbuat dari kulit
hewan itu. Kasihan nasib serigala yang terpaksa harus mati karena kulitnya
dibuat menjadi mantel."
"Ini bulu hewan asli?" tanya Mrs. Vye terkejut.
"Ya, itu bulu serigala asli. Ini adalah bulu serigala hutan yang mulai
dilindungi di kerajaan ini. Lady Debora bisa dihukum bila ketahuan mengenakan mantel bulu
serigala asli." "Mantel ini seperti tidak terbuat dari bulu asli," gumam Mrs. Vye sembari
mengamati mantel yang berwarna kelabu kekuningan di tangannya itu.
"Benar, mantel bulu ini seperti buatan, bukan yang asli. Pembuat mantel ini
sangat pandai, ia mampu menipu mata Istana. Tetapi ia tidak dapat menipu
mata saya, beberapa tahun yang lalu ia ditangkap dan dipenjarakan di penjara
bawah tanah yang terletak di kota paling barat kerajaan ini, Xoechbee."
"Aku tidak pernah mendengarnya sebelumnya. Hingga kapankah pria itu
ditahan?" tanya Mrs. Vye semakin tertarik mendengar cerita Maria.
"Akan saya ceritakan nanti saja," kata Maria, "Mungkin Al sudah tidak sabar lagi
menanti kita. Saya seperti mendengar langkah kakinya yang gelisah di lantai
kayu ini." "Bagaimana dengan mantel ini?"
"Saya tidak ingin mengenakannya, Mrs. Vye."
"Baiklah, aku tidak akan memaksamu lagi. Tetapi di sini tidak ada mantel yang
lain. Aku tidak dapat mengambilkan mantel yang lain untukmu dari Sidewinder
House sebab kalau aku mengambilkannya sekarang, kita akan terlambat."
Maria menganggukkan kepalanya, "Terima kasih telah membantu saya, Mrs.
Vye. Sekarang Anda bisa bersiap-siap."
"Temuilah pria itu, Maria," kata Mrs. Vye sebelum meninggalkan kamar Maria,
"Aku akan segera siap."
Maria meninggalkan kamarnya untuk menemui pria itu. Perlahan-lahan ia
menutup pintu kamarnya dan berjalan menuju ruang duduk yang menjadi satu
dengan ruang makan. Pria itu berdiri dengan gelisah di ruang kecil itu. Tubuhnya yang tinggi seperti
akan menyentuh langit-langit pondok.
Al memandang lega bercampur kagum ketika melihatnya mendekat.
"Maafkan saya telah membuat Anda menunggu," kata Maria.
"Engkau tampak cantik sekali pagi ini, Maria. Seperti peri air yang baru muncul
dari laut dalam yang indah," kata Al.
Maria tersipu mendengar pujian itu. "Terima kasih. Saya berharap saya tidak
mengecewakan Anda." "Engkau tidak pernah mengecewakan aku."
"Anda jangan berbohong. Anda sebetulnya kecewa karena saya tidak lekas
bersiap-siap sehingga Anda harus menunggu lama, bukan?" kata Maria dengan
tersenyum, "Saya tidak menyangka Anda akan menjemput saya sepagi ini.
Langit masih sangat gelap. Mungkin saat ini baru pukul setengah empat."
Pria itu membalas senyuman Maria. "Bukan mungkin lagi, Maria. Saat ini
memang pukul setengah empat tepat."
"Apakah tempat itu sangat jauh dari Obbeyville?"
Al belum menjawab pertanyaannya ketika Mrs. Vye muncul. Wanita itu telah
mengenakan gaun pelayan khas keluarga Sidewinder yang berwarna hitam
kecuali pada bagian lehernya yang tinggi serta ujung lengannya yang panjang.
Wajah Mrs. Vye tampak berseri ketika melihat mereka berdua bercakap-cakap
dengan akrab. Maria merasa lega Mrs. Vye tidak menyadari bahwa ia telah melepas kalungnya.
"Mari kita berangkat sekarang," kata Mrs. Vye.
Maria tersenyum melihat Mrs. Vye mengajak mereka berangkat dengan penuh
semangat. Wanita tua itu tidak mempedulikan Maria dan Al yang tidak segera
mengikutinya menuju kereta kuda yang telah menanti mereka.
Al memenggang lengan Maria dan menuntunnya meninggalkan pondok Mrs. Vye
yang kecil itu. Udara terasa dingin menusuk kulit ketika Maria berada di luar dan kabut masih
menghiasi alam Obbeyville. Sekeliling mereka tampak samar-samar karena
kabut yang cukup tebal itu.
Di dalam kabut itu, Maria dapat melihat kusir kuda membantu Mrs. Vye naik ke
kereta. Maria tersenyum melihat semangat wanita tua itu yang menggebu-gebu.
Dalam beberapa hari ini, ia telah mengenal watak Mrs. Vye yang periang seperti
Mrs. Fat. Walaupun ia telah lanjut usia tetapi Maria tidak menyangkal wanita itu
masih lincah. Mrs. Vye dapat bergerak cepat dengan tubuh gemuknya bila
diperlukan. Maria berdiri di samping Al yang sedang menutup pintu pondok Mrs. Vye. Ia
melihat kereta kuda yang menjemputnya itu. Kusir kudanya yang mirip dengan
Mr. Liesting masih berdiri di depan pintu kereta yang masih terbuka. Rambutnya
yang memutih tersamar dalam kabut pagi.
Tiba-tiba tubuh Maria menggigil karena udara pagi yang dingin menusuk kulit
itu. Tanpa disadarinya, kedua tangannya memeluk tubuhnya yang kedinginan.
Al yang melihat Maria kedinginan segera melepas jasnya yang berwarna hitam.
"Kenakanlah ini," kata Al sambil menyampirkan jasnya ke pundak Maria yang
telanjang. "Terima kasih," kata Maria sembari berusaha menguasai tubuhnya yang seperti
tidak mau berhenti menggigil.
Al menyadari Maria masih kedinginan walau telah mengenakan jasnya. Ia
memeluk gadis itu dengan satu tangannya dan menuntunnya mendekati kereta.
"Mengapa engkau tidak mengenakan mantel?" tanyanya.
"Karena mantel yang ada hanyalah mantel bulu dan saya tidak senang
mengenakan mantel bulu," jawab Maria tenang.
"Engkau membuatku heran, Maria. Biasanya wanita senang mengenakan mantel
bulu apalagi bila mantel itu terbuat dari bulu asli."
"Saya merasa seperti menggantung hewan mati di pundak saya bila saya
mengenakan mantel bulu. Selain itu saya merasa kasihan kepada hewan yang
harus mati hanya karena kita hendak mengambil bulunya."
Al mengangkat tubuh Maria sesampainya mereka di pintu kereta yang terbuka
itu, agar gadis itu dapat dengan mudah memasuki kereta kemudian ia menyusul
Maria setelah memberikan perintah kepada kusir kuda.
Mrs. Vye tampak gembira sekali. Senyuman gembira selalu menghiasi wajahnya
yang bulat itu tampak semakin lebar ketika Al duduk di samping Maria.
Maria duduk meringkuk di pojok kereta itu seperti seorang anak kecil yang baru
dimarahi. Tangannya masih memeluk erat-erat tubuhnya yang kedinginan.
Al tanpa ragu-ragu menarik tubuh Maria ke dalam pelukannya untuk membuat
gadis itu merasa hangat. Maria yang selalu merasa jantungnya berdebar-debar tiap kali pria itu
menyentuh tubuhnya segera menyembunyikan wajahnya yang memerah dengan
menundukkan kepala. "Mengapa engkau tidak memberi tahuku sebelumnya, Maria?" tanya Mrs. Vye,
"Bila engkau memberi tahuku sebelumnya, aku sapat mencarikan mantel yang
lain untukmu." "Ia tidak mempercayai Anda akan mengijinkannya pergi dengan saya, Mrs. Vye,"
kata pria itu. "Saya tidak menduga Al bersungguh-sungguh ketika mengatakan akan
mengajak saya ke tempat di mana saya bisa melihat matahari terbit," jawab
Maria jujur, "Lagipula saya tahu di Sidewinder House yang ada hanyalah mantel
bulu asli." "Ya, engkau benar. Kurasa tidak mungkin mereka memiliki mantel bulu buatan,"
kata Mrs. Vye, "Mereka harus ditangkap seperti katamu."
"Mereka tidak akan ditangkap bila polisi yang melihat mantel itu. Mereka tidak
dapat membedakan mantel bulu yang asli dan yang tidak."
"Mengapa engkau berkata seperti itu, Maria" Bukankah polisi yang menangkap
pembuat mantel bulu serigala asli itu?"
"Memang mereka yang menangkap tetapi bukan mereka yang menyadari mantel
itu terbuat dari bulu asli serigala hutan yang dilindungi."
"Hingga kapankah pria itu ditahan?" tanya Mrs. Vye.
"Karena ia masih membunuh banyak serigala hutan ketika peraturan itu
dikeluarkan, ia dihukum selama tiga puluh tahun," kata Maria.
"Kasihan orang itu, ia masih harus tinggal di penjara bawah tanah kota
Xoechbee yang terkenal paling menakutkan di Kerajaan Zirva selama dua puluh
tujuh tahun lagi. Penjara itu sangat gelap, sinar matahari hampir tidak dapat
menembus dinding batunya."
"Bagaimana engkau mengetahuinya, Maria?" tanya Al terkejut akan
pengetahuan Maria mengenai hal-hal yang berhubungan dengan Kerajaan.
Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Semula ia menduga Maria hanya mengetahui mengenai mitos saja. Tidak pernah
diduganya Maria akan mengetahui juga mengenai penjara bawah tanah
Kerajaan Zirva yang terkenal paling menakutkan.
Kerajaan Zirva sangat memperhatikan hukum. Dulu Istana sering memberikan
hukuman mati, tetapi sejak bertahun-tahun yang lalu hukuman itu telah dihapus
dan diganti dengan hukuman penjara yang lama.
Dan di penjara itu, ditahan orang-orang yang dianggap berbahaya. Biasanya
mereka yang melakukan kejahatan fatal seperti membunuh, membunuh
binatang yang dilindungi; ditahan di sana.
Sedangkan mereka yang dianggap melakukan kejahatan biasa seperti mencuri,
ditahan di kota-kota yang memiliki rumah tahanan.
Pengawasan di penjara itu sangat ketat. Tidak seorang sanak keluargapun yang
boleh menjenguk mereka yang ditahan di sana tanpa ijin Raja. Dan untuk
mendapatkan ijin itu sendiri, memerlukan waktu yang sangat lama dengan
prosesnya yang sulit. Di sekeliling tempat itu, didirikan pagar yang sangat tinggi. Tidak seorangpun
yang dapat mendekati tempat itu apalagi mengetahui keadaan di dalamnya.
Ia tidak dapat membayangkan Maria mengunjungi saudaranya yang ditahan di
sana sebab ia menduga Maria adalah bidadari bukan seorang manusia seperti
dirinya. "Saya tidak tahu," jawab Maria.
"Jangan dipikirkan, Maria. Suatu saat nanti engkau akan dapat mengingatnya,"
kata Mrs. Vye ketika melihat Maria berusaha mengingat masa lalunya lagi.
Al tidak menanyakan apa-apa lagi mengenai penjara itu. Ia merasa kata-kata
Mrs. Vye benar. Untuk mengalihkan perhatian Maria, ia menceritakan tempat
yang akan mereka datangi.
Sepanjang jalan Maria terus bersandar di tubuh pria itu sambil mendengarkan
pembicaraan pria itu dengan Mrs. Vye. Ia tidak banyak berkata-kata, ia
menikmati rasa hangat yang menjalari tubuhnya karena pelukan Al sambil
berusaha mengingat perasaan yang sama dengan masa lalunya.
Maria tahu ia sering diperlakukan seperti ini tetapi kapan dan oleh siapakah itu
ia tidak tahu. Ia hanya ingat perasaan hangat waktu itu sama seperti perasaan
hangat kali ini. Begitu sibuknya Maria berusaha menyikap kabut pekat yang menutupi masa
lalunya hingga ia tidak sadar mereka telah tiba. Gerak cepat Mrs. Vyelah yang
membuatnya sadar. Mrs. Vye segera melompat turun dari kereta ketika mereka telah sampai di
tempat yang mereka tuju. Al tersenyum melihat Mrs. Vye yang tampak bersemangat sekali. Ia turun dari
kereta dan membantu Maria.
Tangan Al memegang pinggang Maria untuk memudahkan gadis itu turun dari
kereta. Tangan Maria memegang pundak Al dan dengan kaki yang masih berada di
kereta, ia memandang laut dan mendapati apa yang dikatakan Al mengenai
tempat yang mereka datangi itu benar-benar tepat.
Air laut masih tampak biru kehitam-hitaman walau bintang-bintang telah
menyembunyikan wajahnya. Sejauh mata memandang, ia melihat laut itu berhiaskan ombak-ombak putih
yang saling berkejar-kejaran, ada yang besar dan ada pula yang kecil. Ombak
yang kecil membaur dengan ombak yang besar untuk kemudian bersama-sama
menerjang pantai. Di sepanjang pantai yang berpasir putih itu tidak tampak batu-batu karang yang
besar. Seluruh pantai itu tampak bersih dari batu-batu karang. Pasirnya yang
putih menghampar luas di tepi pantai.
Tidak ada seorangpun di pantai yang terletak di sebelah timur Obbeyville itu
kecuali mereka. Mrs. Vye telah berdiri di pantai yang sunyi itu. Wanita tua itu
tampak terpesona pada pemandangan di sekitarnya.
Entah berapa lama Maria terus berada dalam posisi itu sambil memandangi laut.
Pria itu tidak mengeluh sedikitpun, ia terus memegang pinggang Maria yang
ramping. Maria merasa senang ketika melihat laut di garis cakrawala mulai memerah
tanda matahari akan segera terbit. Dengan lincahnya, ia melompat ke dalam
pelukan pria itu kemudian berlari seperti anak kecil ke pantai.
Ia bermain-main dengan ombak sambil terus memandang garis cakrawala.
Mrs. Vye tidak mengatakan apa-apa melihat tingkah Maria yang seperti anak
kecil. Dengan mengangkat ujung gaunnya ia bermain dengan ombak yang
mencapai pantai. Angin yang bertiup tidak mengganggunya yang sedang bermain ombak. Maria
seperti tidak merasakan keberadaan angin itu.
Jas Al yang dikenakannya terlalu besar untuknya, tetapi ia tidak
mempedulikannya walau lengannya yang terlalu panjang sering membuatnya
kesulitan menggerakkan jari-jari tangannya.
Pria itu berdiri di sampingnya seperti ingin melindunginya. Ia juga bermain-main
dengan ombak. Sesekali Al menyiram wajah Maria dengan air laut yang berhasil
ditampung tangannya. Tiap kali Maria menghindari air itu, rambutnya yang berkibar-kibar bersinar
seperti sinar matahari. Ia tertawa riang sambil membalas Al. Mereka terus saling
menyiramkan air laut hingga hampir semua permukaan laut memerah.
Maria menghentikan perlawanannya dan memandangi langit yang semakin
memerah. Matahari muncul perlahan-lahan seolah-olah muncul dari dalam laut. Sinarnya
yang pertama membuat semua orang silau kecuali Maria.
Wajah gadis itu tampak memucat. Ia merasakan suatu perasaan aneh ketika ia
memandangi matahari yang muncul perlahan-lahan itu. Ia merasa seperti
kembali ke masa lalunya yang kini berada di balik kegelapan.
Maria pernah melihat sinar matahari yang merah seperti itu. Merah itu seperti
merah darah demikian pula langit di sekitarnya. Maria melihatnya bukan pada
saat ia melihat matahari terbit seperti kebiasaan yang diingatnya tetapi di
suatu tempat. Sesuatu yang sangat penting seakan-akan terbangkitkan kembali bersama
bangkitnya matahari dari balik malam. Tetapi apakah itu, Maria tidak dapat
mengingatnya. Maria hanya merasakan satu hal yaitu takut! Sebuah ketakutan dan kengerian
yang sangat dalam membuatnya semakin pucat. Dan akhirnya tepat ketika
matahari telah menampakkan keseluruhan dirinya, Maria jatuh pingsan.
Al yang berada di samping gadis itu segera menangkapnya.
Al segera membopong gadis itu ke kereta. Ia sangat mencemaskan gadis itu.
Badan gadis itu terasa sangat panas. Wajahnya sangat pucat dan bibir memutih.
Ia mulai menyalahkan dirinya yang mengajak gadis itu bermain ombak sehingga
gadis itu jatuh pingsan. Mrs. Vye dan kusir kuda berlari-lari mendekat ketika melihat Maria tiba-tiba
jatuh pingsan. Wajah mereka menampakkan kecemasan.
"Apa yang terjadi padanya?" tanya Mrs. Vye dengan kecemasan yang tampak
jelas dari nada bicaranya.
Wanita tua itu mengikuti dengan cemas di samping Al. Ia terus melihat wajah
Maria yang semakin memucat.
"Saya tidak tahu, Mrs. Vye. Ia tiba-tiba pingsan."
Kusir kuda segera berlari ke kereta dan membuka pintunya lebar-lebar ketika
mereka semakin mendekati kereta yang terletak tak jauh dari pantai itu.
Mrs. Vye dengan bantuan kusir kuda naik ke kereta kemudian membantu Al.
Dari dalam kereta, ia membantu meletakkan tubuh gadis yang pingsan itu ke
dalam posisi yang nyaman bagi gadis itu.
Kemudian Mrs. Vye memegang dahi Maria. Ia sangat terkejut ketika menyentuh
dahi Maria yang sangat panas.
"Ada apa, Mrs. Vye?" tanya Al.
"Suhu tubuhnya tinggi sekali, seperti waktu saya menemukannya."
"Waktu Anda menemukannya suhu tubuhnya juga seperti ini?" tanya pria itu tak
percaya. "Ya, suhu tubuhnya sangat tinggi. Kadang-kadang suhu tubuhnya turun tetapi
tiba-tiba tinggi lagi. Ia benar-benar membuat saya sangat khawatir."
"Lebih baik kita segera membawa Maria ke dokter," kata Al.
Kusir kuda yang sejak tadi berdiri di pintu kereta segera menutup perlahan pintu
kereta kemudian mulai menjalankan kereta itu, ketika mendengar majikannya
mengatakan kalimat itu. Walaupun Al tidak menyebutkan ke mana mereka harus pergi. Tetapi kusir kuda
itu tidak bertanya seolah-olah ia tahu dokter mana yang dimaksud Al.
Dan memang demikian. Sebagai kusir kuda yang telah bekerja puluhan tahun di
keluarga pemuda itu, ia telah mengetahui tempat-tempat yang sering mereka
kunjungi termasuk dokter pribadi mereka.
Mrs. Vye menyarankan kepada Al untuk memangku gadis itu.
Tanpa mengatakan apa-apa, pria itu segera melakukannya sebab hal itu telah
ada di pikirannya sebelum Mrs. Vye mengatakannya.
Di balik napasnya yang terputus-putus, ia mendengar Maria mengucapkan
sesuatu. Kata-kata yang diucapkan gadis itu sangat lirih, tetapi masih terdengar
olehnya. "Al... di mana... engkau" Al... Al..., jangan bersembunyi.... Aku... aku takut..., Al.
Al... di... sini dingin... sekali. Al... aku kedinginan. Al... Al...."
Al memandangi wajah Maria yang terkulai lemah di bahunya. Wajahnya yang
tampak semakin pucat tidak mengurangi kecantikkannya. Bulu matanya yang
hitam tampak panjang dan lentik. Bibirnya yang memutih membuka sedikit dan
berkata-kata lirih. Maria terus mengingau lirih.
Karena Al sangat mencemaskan keadaan gadis itu, ia tidak memikirkan Al yang
mana yang dimaksudkan gadis itu.
Dirasakannya tubuh Maria bergetar kedinginan di pelukannya. Ia mengetatkan
pelukannya dengan harapan dapat membuat gadis itu merasa hangat, namun
sepertinya gadis itu terus kedinginan di hawa pagi yang dingin menusuk kulit.
Pepohonan yang rimbun di sepanjang jalan yang mereka lalui tidak memberi
kesempatan kepada matahari untuk menyinari kereta itu. Angin yang berasal
dari hutan sekeliling mereka terus bertiup.
Dalam tidurnya, Maria merapatkan tubuhnya ke tubuh pria itu seperti anak kecil
yang tidak berdaya melawan rasa dingin yang terus menerpa tubuhnya yang
mungil. "Ia sangat luar biasa, bukan?" tanya Mrs. Vye memecahkan lamunan pria itu.
Al yang sejak tadi asyik memandangi wajah Maria, terkejut mendengar katakata
Mrs. Vye yang tiba-tiba itu.
Mrs. Vye yang melihat keterkejutan di wajah Al segera mengulangi katakatanya.
"Ya, ia sangat luar biasa," jawab Al.
"Apakah Anda menyukainya?" tanya Mrs. Vye ingin tahu.
"Saya rasa takkan ada orang yang tidak menyukai gadis ini. Ia sangat ramah
dan baik hati." "Ia tampak semakin cantik dengan senyum manisnya yang selalu menghiasi
wajahnya, bukan?" Sambil terus memandangi wajah Maria, Al menjawab pertanyaan Mrs. Vye. "Ia
sering tersenyum tetapi tidak pernah tertawa. Ia lebih cantik bila ia tertawa,
namun sayang ia tidak pernah tertawa. Sejak saya bertemu dengannya baru
sekali saya melihatnya tertawa."
"Anda benar. Saya juga tidak pernah melihatnya tertawa. Walaupun bersama
anak-anak, ia tidak pernah tertawa. Ia selalu tersenyum. Apakah ia bersedih
karena tidak dapat mengingat masa lalunya?"
"Saya tidak tahu, Mrs. Vye. Ia gadis yang sulit ditebak. Ia sering membuat saya
terkejut dengan tindakan-tindakannya yang di luar dugaan saya," kata Al.
Mrs. Vye tersenyum pada pria itu dan berkata, "Ia tidak hanya membuat banyak
kejutan terhadap Anda. Penduduk Obbeyville dan saya juga sering
dikejutkannya dengan segala kemampuannya."
"Kita tidak tahu kemampuan apa lagi yang dimiliki Maria."
"Ia seorang gadis yang bijaksana. Saya yang telah tua ini tidak dapat menyaingi
kebijaksanaannya. Mrs. Dahrien, pelayan yang paling tua di keluarga Sidewinder
juga mengatakan Maria memiliki kebijaksanaan yang lebih tinggi dari kami."
"Mrs. Dahrien sangat menyayangi Maria, ia menyukai kata-kata Maria yang
terdengar seperti kata-kata orang bijak."
"Bagi saya, ia gadis yang sempurna," kata Al.
"Tidak hanya bagi Anda, Tuan Muda. Kami juga menganggapnya sempurna
hingga tidak ada seorangpun dari kami, penduduk Obbeyville yang menyangkal
bahwa Maria adalah bidadari."
"Harus saya akui baru pertama kali ini saya bertemu gadis yang membuat saya
bingung. Kadang saya merasa canggung bila berhadapan dengannya. Ia selalu
bersikap sopan, bahkan kadang-kadang saya merasa ia terlalu sopan."
"Mungkin sejak kecil ia telah diajari untuk bersikap sopan terhadap siapa saja,"
kata Mrs. Vye sambil tersenyum.
"Mungkin karena sikapnya yang lain daripada gadis yang lain itulah yang
membuat saya semakin bingung seperti ini."
"Saya juga dibuat bingung oleh Maria. Saya tak mengerti darimana ia
memperoleh kemampuan seperti itu. Ia sangat pandai dalam urusan rumah
tangga." Al memandang wajah Maria. Dalam keadaan yang lemah seperti ini, gadis itu
benar-benar tampak seperti seorang anak yang lemah.
Tetapi bila ia mulai mengatakan sesuatu, sulit menebak usianya yang
sebenarnya. Kata-katanya sering mengejutkan. Sering kali kata-katanya sangat
bijaksana seperti orang tua.
Hilangnya masa lalu gadis itu membuat gadis itu menjadi seorang gadis
misterius di Obbeyville. Wajahnya yang selalu tenang semakin menambah kesan
kemisteriusan dirinya. Lebih-lebih segala tindakannya yang diluar dugaan siapa saja, sering membuat
semua orang berpikir seribu kali mengenai gadis itu.
Hingga kini tidak ada seorangpun yang dapat memberi jawaban yang tepat
mengenai segala kemisteriusan gadis itu. Satu-satunya jawaban yang dapat
diberikan semua penduduk Obbeyville adalah gadis itu adalah bidadari yang
dikirim para dewa. Gadis itu menjadi cerita misterius tersendiri bagi penduduk Obbeyville.
Bagi mereka yang baru mengenal gadis itu setelah gadis itu sadar dari
pingsannya, gadis itu adalah Maria, putri Mrs. Vye. Dan tidak seorang pun tahu
siapakah Maria di masa lalunya, semua orang hanya dapat menebak baik yang
percaya pada mitos maupun yang tidak.
Kereta berhenti tepat di depan rumah dokter pribadi keluarga Al.
Rumah berdinding batu itu berdiri tegak di perbatasan antara Obbeyville dan
Blueberry. Taman di sekitar rumah tampak rapi dan terawat.
Dedaunan yang telah menguning menghampar di rumput yang kekuningan.
Bunga-bunga musim panas yang bermekaran tampak indah di taman itu.
Sebelum kusir kuda membukakan pintu, Al telah keluar dari kereta itu dengan
membopong Maria. Mrs. Vye mengikuti di belakangnya.
Dokter yang menyambut kedatangan mereka sangat terkejut melihat keadaan
Maria. "Baru pertama kali ini saya melihat wajah pasien yang sepucat wajah gadis ini,"
kata dokter yang bernama Roe itu.
Dokter Roe segera mengantar mereka memasuki rumahnya dan memeriksa
Maria di sebuah kamar yang khusus disediakannya bagi pasien yang berobat ke
rumahnya. Al menanti dengan cemas di pintu kamar itu sementara Dokter Roe memeriksa
Maria. Suara Mrs. Vye yang sedang menjawab segala pertanyaan Dokter Roe terdengar
dari balik pintu yang membatasi ruangan tempat kerja Dokter Roe dengan
Ruang Pemeriksaan. Al merasa seperti menunggu kemunculan dokter itu selama berabad-abad.
Setelah beberapa lama, Al dapat menarik napas lega.
Dokter itu keluar dari ruangan tempat ia memeriksa Maria dengan wajah lega.
"Bagaimana keadaannya, Dokter?" tanya Al dengan cemas.
"Jangan khawatir, ia tidak separah yang saya duga. Ia hanya terkena demam
biasa," kata Dokter Roe.
"Wajahnya terlalu pucat bila ia hanya terkena demam biasa," kata Al tidak yakin
akan kata-kata dokter itu.
"Jangan cemas, Tuan Muda. Ia hanya terkena demam biasa. Wajahnya yang
sangat pucat itu tidak perlu Anda khawatirkan. Saya telah memeriksanya
dengan teliti dan saya tidak melihat ia memiliki penyakit yang lain selain
demam," kata dokter itu dengan senyumannya yang mampu membuat semua
anak tertawa. Al masih ingat, ia selalu tertawa bila ia melihat dokter yang berwajah lucu itu
tersenyum. Namun ini bukan saatnya bagi Al untuk tersenyum atau tertawa. Ia terlalu
Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mencemaskan keadaan Maria sehingga tidak mampu memperhatikan hal-hal
yang lain. Dokter Roe memang memiliki perawakan yang lucu. Rambutnya putihnya yang
tipis membuat ia tampak botak. Keriput wajahnya membuat ia tampak lucu
dengan rambutnya yang hampir habis itu. Kacamatanya yang kebesaran itu juga
membuatnya tampak semakin lucu.
Tubuhnya yang pendek gemuk seperti tong itu tidak membuat dirinya merasa
rendah diri. Sebaliknya Dokter Roe sering bergurau mengenai kegemukan
tubuhnya itu. Namun di balik kelucuannya itu, ia sebenarnya seorang dokter yang sangat
terkenal di Blueberry. Ia terkenal pandai mengobati segala macam penyakit.
Dengan gayanya yang santai, dokter itu duduk di meja kerjanya dan mulai
menulis. Al duduk di hadapan Dokter Roe sambil terus mengawasi tangan dokter itu yang
bergerak-gerak di atas kertas.
"Ia gadis itu?" tanya Dokter Roe setelah selesai menulis.
Al tahu apa yang dimaksudkan Dokter Roe. "Ya, ia gadis yang ditemukan di
Sungai Alleghei," jawabnya.
"Dan wanita tua itu adalah Mrs. Vye?" Dokter Roe bertanya lagi.
"Ya. Wanita tua itulah yang menemukan gadis itu di tepi Sungai Alleghei."
"Gadis itu memang seperti yang penduduk Obbeyville katakan. Bahkan gadis itu
lebih cantik dari yang mereka katakan. Sudah lama saya ingin bertemu
dengannya, tetapi saya tidak berani berharap sebab pekerjaan saya banyak."
"Menurut Anda, siapakah gadis itu?" tanya Al.
"Saya tidak dapat memberikan jawaban yang tepat atas pertanyaan itu. Untuk
sementara ini, saya hanya dapat menduga gadis itu memang bidadari, seperti
yang penduduk Obbeyville katakan."
"Ia sangat luar biasa. Tidak hanya kecantikannya yang membuat Obbeyville
mengatakan gadis itu bidadari utusan para dewa, tetapi juga kebaikan hatinya
dan keramahannya." "Anda telah lama mengenalnya?"
"Tidak, saya baru beberapa hari mengenalnya. Dan selama itu ia sering
membuat saya merasa terkejut. Ia gadis yang sulit diduga. Kita tidak tahu apa
lagi yang akan dilakukannya untuk menggemparkan Obbeyville."
"Saya merasa yakin ia berbeda dari wanita-wanita yang telah Anda kenal," kata
Dokter Roe sambil tersenyum memandangi wajah Al.
Al menyetujui kata-kata Dokter Roe. Dari semua wanita yang telah dikenalnya,
Maria memang berbeda dari mereka.
Sebagai pria yang berpengalaman dalam menghadapi wanita, ia dapat dengan
mudah menebak segala yang ada di pikiran wanita-wanita itu. Tetapi ia tidak
dapat menebak dengan tepat pikiran Maria.
Segala yang ada pada diri Maria sulit ditebak. Seolah-olah ada sesuatu yang
melindungi gadis itu sehingga tidak seorang pun dapat menebak pikirannya.
Dari luar, ia tampak seperti gadis yang lugu dan polos. Tetapi kata-katanya
seperti orang yang sangat berpengalaman dalam hidup ini.
Kebijaksanaan gadis itu serta kesopanannya membuat semua orang
mengaguminya. Gadis itu memiliki sesuatu yang jarang ditemui pada gadisgadis
lainnya, sesuatu yang membuat gadis itu menonjol di antara semua
wanita. Keanggunan serta tutur katanya yang lemah lembut membuat Al semakin
mengagumi gadis itu. Al percaya tidak akan ada orang yang berani menganggu Maria walau gadis
cantik itu terlihat seperti orang yang mudah diganggu.
Ada sesuatu pada diri gadis itu yang membuat semua orang bersikap hormat
kepadanya, seperti gadis itu menghormati orang di sekitarnya. Semua orang
harus berpikir berkali-kali sebelum menganggu ketenangan Maria.
Ketenangan gadis itu juga membuat Al kagum. Gadis itu selalu dapat menjaga
sikapnya setenang mungkin dalam keadaan seperti apa pun, seperti orang yang
telah terlatih untuk menghadapi segala sesuatu dengan kepala dingin.
"Ia sangat berbeda dari mereka. Walaupun saya lebih tua darinya, tetapi
kadang-kadang saya merasa ialah yang lebih tua. Baru kali ini saya bertemu
dengan seorang gadis yang sangat bijaksana."
"Saya juga baru kali ini menjumpai gadis yang sangat cantik seperti gadis itu.
Kecantikannya seperti menambah kesan kemisteriusan gadis itu."
"Maria selalu dikelilingi kemisteriusan dengan tindakannya yang tidak dapat
diduga." "Maria" Indah sekali nama itu. Mrs. Vye pandai memberi nama."
Menyadari pembicaraan mereka telah jauh menyimpang dari masalah yang kini
mereka hadapi, Al segera berkata,
"Apakah ia benar-benar tidak apa-apa, Dokter" Mrs. Vye mengatakan gadis itu
sepucat saat ini ketika ia menemukannya tergeletak pingsan di tepi Sungai
Alleghei. Dan selama itu sering suhu tubuhnya tiba-tiba berubah."
"Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, Tuan Muda, Anda tidak perlu
khawatir. Gadis itu hanya demam biasa. Bila Anda masih kurang yakin, Anda
bisa menanyakan keadaan gadis itu pada Dokter Donter."
"Saya rasa saat ini ia sedang sibuk, ia orang yang selalu sibuk. Entah siapa
yang dirawatnya saat ini. Orang tua saya pernah hendak memeriksakan diri ke Dokter
Donter, tetapi dokter itu sibuk di Istana. Apa yang dilakukannya di Istana, saya
tidak tahu. Mungkin ia sedang merawat Raja atau keluarga Raja yang lain."
"Kita memang sulit menemui Dokter Donter. Tetapi percayalah kepada saya,
gadis itu hanya demam. Dokter Donter pernah bercerita kepada saya bahwa ia
memiliki seorang pasien yang memiliki penyakit sangat aneh."
"Penyakit apa?" tanya Al.
"Katanya, pasien itu tidak tahan udara dingin. Bila terkena udara dingin sang
pasien akan jatuh sakit selama berhari-hari dan selama itu suhu tubuhnya
sangat tinggi. Kadang-kadang suhu tubuhnya turun, tetapi tidak jarang suhu
tubuhnya tiba-tiba naik lagi."
"Keadaannya sama seperti yang dikatakan Mrs. Vye," kata Al, "Apakah Anda
yakin Maria tidak apa-apa?"
"Ya, saya sangat yakin. Gadis yang dirawat Dokter Donter masih hidup dengan
tenang di tengah-tengah keluarganya. Kata Dokter Donter, gadis itu sering
mengatakan kepada dirinya:
'Saya ini orang yang aneh. Setiap orang melarikan diri dari bahaya, tetapi saya
melarikan diri bukan dari bahaya tetapi dari cuaca.'
Gadis itu jarang berada di rumah. Pada musim ini ia berada suatu tempat. Di
musim yang lain, ia berada di tempat yang lain pula."
"Siapakah gadis itu" Apakah mungkin Maria adalah gadis itu?" kata Al seolaholah pada dirinya sendiri.
"Hal itu sangat tidak mungkin, Tuan Muda. Mereka bukan gadis yang sama. Dari
yang saya ketahui dari Dokter Donter, gadis itu pada musim ini berada di rumah
musim panasnya di balik Death Rocks."
"Di samping itu, Tuan Muda, keluarga gadis itu sangat kaya. Tidak mungkin
seorang gadis yang kaya seperti dia mau merendahkan dirinya dengan
melakukan tugas pelayan."
"Ya, Anda benar. Kata Mrs. Vye, Maria pandai mengatur rumah. Mereka bukan
gadis yang sama," kata Al membuang pikirannya tentang kemungkinan gadis
yang diceritakan Dokter Roe dan Maria adalah gadis yang sama.
"Tidak baik saya menahan Anda terlalu lama. Sebaiknya Anda segera mengantar
Maria. Gadis itu membutuhkan banyak istirahat," kata Dokter Roe sambil
mengulurkan resep obat. Al menerima kertas itu, "Terima kasih, Dokter. Sekali lagi maafkan saya yang
telah mengganggu Anda sepagi ini."
"Seorang dokter memang harus siap kapan pun diperlukan. Saya senang bisa
membantu Anda," kata Dokter Roe. "Sebenarnya saya masih tidak mengerti
mengapa Anda mengajak gadis itu bepergian sepagi yang dingin seperti ini."
"Maria mengatakan ia ingin melihat matahari terbit, maka saya dengan ijin Mrs.
Vye mengajak gadis itu pergi ke pantai yang terletak di timur Obbeyville untuk
melihat matahari terbit," kata Al, "Mrs. Vye juga ikut bersama kami, jadi Anda
jangan berpikir yang tidak-tidak. Antara saya dan Maria tidak ada apa-apa."
"Saya mengerti gadis itu memang berbeda dari wanita-wanita saat ini yang
tingkahnya persis seperti wanita pelacur. Setiap hari mereka hanya mengejar
harta orang-orang kaya," kata Dokter Roe.
"Yang paling mencolok saat ini adalah Baroness Lora dan putrinya tentu saja.
Saya percaya Maria tidak akan terjangkit penyakit yang menjijikkan itu walau
mereka tinggal di tempat yang sama."
Al tertawa mendengar nada bicara Dokter Roe yang jelas-jelas menunjukkan
ketidak sukaannya pada tingkah dua wanita dari Obbeyville yang mengejar priapria
kaya. Entah berapa kali Baroness Lora terlibat skandal yang menggemparkan
Obbeyville. Beratus-ratus kali rasanya wanita itu terlibat skandal dengan
berbagai macam pria dari kalangan bangsawan. Tetapi wanita itu tidak jera-jera
juga. Bahkan hal itu telah menurun pada putrinya.
Banyak pria yang telah terperosok dalam jerat Lady Debora. Wanita itu pandai
menggunakan kecantikan wajahnya untuk menjerat pria kaya.
Walaupun Maria bekerja sebagai pelayan Lady Debora, tetapi Al percaya Maria
tidak akan tertular penyakit yang dikatakan Dokter Roe. Gadis itu telah
menunjukkan sikapnya yang berbeda dari wanita-wanita lainnya.
"Maria tidak akan terjangkit penyakit itu, Dokter. Walaupun ia masih sangat
muda dan polos, tetapi ia sangat bijaksana dalam menentukan langkahlangkahnya."
Al dan dokter itu menuju ruang tempat Maria berbaring.
Mrs. Vye duduk di tepi pembaringan sambil terus mengawasi wajah Maria yang
pucat. Wanita tua itu mengangkat kepalanya ketika Dokter Roe membuka pintu
ruang itu. Mrs. Vye segera beranjak dari tempat duduknya ketika Al mendekat. Wanita tua
itu seperti tahu apa yang akan dilakukan Al.
Ia memandang wajah Maria yang masih pucat, mata gadis itu masih terpejam.
Kemudian dengan hati-hati, pria itu mengangkat tubuh Maria dari pembaringan.
Dokter Roe mengantar mereka hingga ke pintu depan.
Setelah mengucapkan terima kasih kepada Dokter Roe, Mrs. Vye segera menuju
kereta yang telah menanti mereka.
"Terima kasih atas bantuan Anda, Dokter," kata Al.
"Jangan pernah menyakiti hati gadis itu, Tuan Muda. Jagalah ia baik-baik. Ia
satu-satunya gadis yang tepat untuk Anda. Saya percaya ia akan menjadi istri
yang baik," kata Dokter Roe menggoda Al. "Saya yakin ialah yang Anda cari
selama ini." Al tersenyum mendengar kata-kata Dokter Roe. "Saya pasti akan menjaganya
dengan baik." Dokter Roe tersenyum. Ia memandangi punggung Al yang menjauh kemudian
menghilang di dalam kereta.
Entah mengapa ia merasa gadis misterius itu benar-benar tepat untuk Al yang
terkenal sulit didekati. Banyak wanita yang ditolak pemuda itu. Pemuda itu seperti enggan
menghabiskan masa mudanya. Sementara itu, orang tua pemuda itu
menginginkan anaknya yang tahun ini berusia dua puluh tujuh tahun itu, segera
menikah. Orang tua pemuda itu juga merasa kesulitan terhadap tingkah anaknya yang
pemilih itu. Al menolak semua wanita yang disodorkan orang tuanya. Mereka
tidak mengerti wanita seperti apakah yang diinginkan anaknya.
Akhirnya mereka memilih untuk membiarkan anak mereka memilih sendiri
wanita yang akan dinikahinya. Mereka tidak pernah mendesak pemuda itu lagi.
"Maafkan saya telah membuat Anda terlambat, Mrs. Vye," kata Al.
"Jangan khawatir, Tuan Muda. Mereka tidak akan tahu saya terlambat. Mereka
takkan bangun sebelum tengah hari."
"Saya heran ternyata ada juga wanita sangat malas seperti mereka. Saya tidak
dapat membayangkan wanita yang bangun di tengah hari."
"Anda pasti juga tidak dapat membayangkan ada gadis yang bangun pagi-pagi
buta seperti Maria."
"Ya, saya juga merasa sukar mempercayainya. Saya kira ia terlalu
membesarbesarkan saja," kata Al mengakui.
"Ia tidak membesar-besarkan, Tuan Muda. Ia selalu bangun pukul tiga," kata
Mrs. Vye meyakinkan Al, "Pada mulanya saya juga tidak mempercayai ia bangun
sepagi itu, saya menduga ia tidak dapat tidur. Tetapi lama kelamaan saya
mengakui Maria berbeda dari gadis-gadis lainnya."
"Sangat berbeda. Ia sangat berbeda dari semua wanita yang saya kenal," kata
Al menyetujui pendapat Mrs. Vye.
"Apakah Anda tidak lelah" Dari tadi Anda memangku Maria," tanya Mrs. Vye
tiba-tiba. "Tidak, saya tidak lelah. Maria sangat ringan. Saya merasa seperti memangku
seorang anak kecil," jawab Al.
"Anda memang terlihat seperti seorang ayah yang memangku anaknya yang
sedang tidur," kata Mrs. Vye.
"Lebih tepat bila Anda mengatakan seorang kakak yang memeluk adiknya," kata
Al mengkoreksi. "Apakah Maria pernah menyebut tentang keluarganya kepada Anda?"
"Tidak, ia tidak pernah mengatakan apa-apa."
"Apakah ia pernah mengingau sewaktu Anda menemukannya?" tanya Al lagi.
"Tidak. Mengapa Anda menanyakan hal itu?" tanya Mrs. Vye heran.
"Ia tadi mengingau," jawab Al.
"Benarkah itu" Mengapa saya tidak mendengarnya?" sela Mrs. Vye.
"Ia mengingau sangat lirih hampir tidak terdengar oleh saya."
"Apakah yang ia ingaukan?" tanya Mrs. Vye.
"Ia mengatakan ia kedinginan dan ketakutan. Hanya itu, tidak ada lagi yang
disebutkannya." "Kasihan Maria. Saya berharap ia lekas sembuh. Saya sedih bila ia sakit.
Suasana di Sidewinder berubah sejak kedatangannya," kata Mrs. Vye sedih.
"Tidak hanya di Sidewinder House saja. Maria juga membawa perubahan di
Obbeyville," kata Al ketika mereka telah memasuki Obbeyville.
Kereta berhenti tepat di depan pondok Mrs. Vye. Suasana di Obbeyville masih
lenggang. Tidak banyak orang yang lalu lalang di jalan.
Al melewati Mrs. Vye yang membukakan pintu baginya. Dengan hati-hati ia
melewati pintu kecil itu. Mrs. Vye memegang kepala Maria agar tidak terantuk
pintu. Ia membimbing Al menuju kamar Maria. Setelah menyingkapkan selimut yang
menutup tempat tidur, ia meminta Al meletakkan Maria di pembaringan.
Al meletakkan tubuh Maria dengan lembut di atas pembaringan. Dengan satu
tangannya ia menyangga kepala gadis itu kemudian meletakkan bantal dibawah
kepalanya. "Tampaknya Maria tidak akan sadar dalam waktu dekat ini," kata Al.
"Dulu ia pingsan hampir satu minggu lamanya. Mungkin kali ini ia segera sadar."
"Ya, saya juga berharap begitu," kata Al, "Selama Maria sakit, siapakah yang
Senopati Pamungkas 22 Sepasang Naga Penakluk Iblis Karya Kho Ping Hoo Tumbal Cemburu Buta 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama