Ceritasilat Novel Online

Aku Menggugat Akhwat 2

Aku Menggugat Akhwat Dan Ikhwan Karya Fajar Agustanto Bagian 2


seorang berjilbab mengendarai mobil mewah. Mungkin.
Terlihat banyak sekali orang-orang disalah satu rumah. Ya, itu rumah Dewi.
Beberapa mobil polisi, sudah terlihat disekitar rumah itu. Alhamdulillah, polisi lebih
dahulu sampai. Tidak seperti difilm-film! Polisi, dikesankan selalu datang terlambat.
Tapi, ya memang terlambat sih!
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net *** "Mbak Farah....!" Dewi berlari memelukku. Saat aku baru turun dari mobil.
"Ukhti. Anti tidak apa-apa kan!" Tanyaku, khawatir.
Dewi menggelengkan kepalanya. Isakan tangisnya masih terasa.
"Istighfar, ya Ukh!"
Sejenak Dewi menghela nafas panjang. Mencoba untuk menenangkan dirinya.
Bisikan lirih terdengar dimulutnya. "Astagfirllah." Derai air matanya, tetap mengalir
seiring isak tangis yang tiada henti.
"Ukhti, sabar! Allah sedang menguji anti."
"Mbak! Coba, Mbak masuk kedalam. Lihat tulisan yang ada di diding." Dewi
langsung menarik tanganku, mengajak masuk kedalam. Memperlihatkan tulisan
ancaman itu. "BERIKAN DATA-DATA ITU, ATAU KALIAN SEKELUARGA MATI. JANGAN
SEKALI-KALI MELAPOR KEPOLISI" Tulisan yang terpampang di dinding ruang
tamu. Aku langsung memeluk Dewi. "Ukhti, bersabar yah! Jangan takut dengan ancamanancaman mereka. Insya Allah, polisi dapat menangani kasus ini!"
Tak lama, muncul seseorang polisi. AKBP Sumarta. Aku kenal beliau. Seorang polisi,
yang pernah menangani kasus pembunuhan anak seorang karyawan perusahaannya
Abi. "Maaf, kami tidak menemukan sidik jari apapun disini! Motifnya, kemungkinan balas
dendam! Kami masih dalam penyelidikan." Seru AKBP Sumarta.
"Apakah memang, tidak ada bukti atau jejak yang terlihat Pak!" Tanyaku penasaran.
"Hem, kami hanya menemukan beberapa sapu tangan. Dan, ada setetes darah.
Kelihatannya, darah ini milik para pelaku. Yang mungkin tidak sengaja, terkena
pecahan kaca! Kami akan memeriksanya di LABFOR."
Aku dan Dewi hanya mengangguk.
"Loh, kamu kan putrinya Pak Hanafi!" Ucap AKBP Sumarta.
Aku tersenyum dan menganggukkan kepala.
"Hem. Insya Allah, saya akan berusaha sebaik-baiknya menangani kasus ini!" Ucap
AKBP Sumarta, mantap. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Iya, Pak! Saya percaya dengan Pak Sumarta. Saya hanya memberitahukan. Bahwa
sesungguhnya, Papanya Dewi. Sedang dituduh kasus korupsi oleh perusahannya.
Padahal, Papa teman saya ini malah mengetahui beberapa orang yang tersangkut
kasus korupsi diperusahaan itu! Tetapi, malahan. Yang dituduh korupsi adalah
Papanya Dewi! Hingga akhirnya, Papanya Dewi masuk rumah sakit. Karena penyakit
jantung." Jelasku. Kepada AKBP Sumarta.
"Hem. Memang, kasus korupsi dimana-mana sangat rumit! Dan sangat sulit untuk
diberantas. Mungkin karena kita memang membudayakan korupsi. Jadi korupsi
akhirnya budaya kita! Dalam bahasa kerennya, membudayakan korupsi menjadi
budaya" Ucap AKBP Sumarta, sambil tersenyum ramah. "Kami memang sedang
menangani kasus korupsi, Bapak Rosyidin. Tetapi memang, ada kejanggalan dalam
setiap data-data yang diberikan oleh perusahaan Bapak Rosyidin! Terlihat, data-data
itu tidak singkron dengan data-data yang lainnya! Saya sebenarnya, bukan mencurigai
Bapak Rosyidin. Tetapi malah mencurigai, orang-orang yang melaporkan kasus
korupsi Bapak Rosyidin! Sangat begitu ganjil. Laporan-laporan data, yang diberikan
kepada kita untuk proses BAP. Begitu tidak realistis dengan jumlah nominal
pengeluaran uangnya! Malah terkesan, berkas itu asal dibuat saja. Dan, ada
kemungkinan berkas itu palsu! Tetapi, tidak disangka. Malah, rumah Bapak Rosyidin
dibobol orang. Ini malah, menjadi sebuah pertanyaan besar bagi kami! Apakah benar,
Bapak Rosyidin terlibat korupsi diperusahaannya" Insya Allah, tim dari kepolisian.
Akan serius menangani kasus ini! Dan kami, akan melindungi keluarga Bapak
Rosyidin. Dengan cara, menempatkan beberapa personil disini. Insya Allah, akan
aman!" Alhamdulillah. Seandainya, semua polisi seperti AKBP Sumarta. Pasti, citra polisi
akan sangat baik. "Kami berdua, sangat berterima kasih kepada Bapak!" Kataku.
"Itu memang tugas kita. Dan setiap orang baik, harus mendapatkan kebaikan pula.
Saya yakin, Insya Allah. Semuanya akan berakhir dengan jelas! Dan tentunya,
semoga tidak ada korban."
Aku dan Dewi hanya mengangguk. Memasrahkan diri kepada Allah.
"Akan saya perintahkan anak buah saya. Untuk menjaga rumah ini! Dan juga,
menjaga kamar Bapak Rosyad yang di rumah sakit. Insya Allah, tidak akan terjadi
apa-apa!" "Iya pak, Insya Allah!" Ucap Dewi, sembari menahan isak tangisnya.
"Baik, kalau gitu saya permisi dulu! Beberapa anggota saya, masih akan tetap berada
disini. Sambil memeriksa beberapa barang-barang yang bisa dijadikan bukti lain."
"Silakan, Pak! Terima kasih" Ucap Dewi.
Sambil tersenyum, AKBP Sumarta mengucap salam "Assalamualaikum!" Setelah itu
pergi meninggalkan kami berdua.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Walaikumsalam" jawab kami bersamaan.
"Sekarang, anti gimana" Anti mau tinggal dirumah ana atau bagaimana?" Tanyaku
Dewi masih terlihat bingung.
"Kayaknya, anti sebaiknya tinggal di rumah ana dahulu!" Pintaku.
"Hem, Mbak. Lebih baik ana tinggal di rumah nenek aja! Itung-itung biar nenek
nggak sendirian." "Oh, iya! Ana antar, anti kesana!"
"Ana nggak ngerepotin Mbak kan?"
"Nggak, kok! Kapan berangkat?"
"Sekarang, gimana Mbak?" Pintanya.
"Ok. Ayo kita berangkat!" Ajakku.
"Tunggu sebentar Mbak!" Dewi mendatangi pembatunya. Entah apa yang
dibicarakannya. Setelah itu, Dewi langsung menghampiriku. "Baik Mbak. Kita
berangkat sekarang!"
"Loh, Surti nggak diajak?" Tanyaku bingung.
"Nggak Mbak, biar Surti dirumah! Sambil nunggu Ijah. Pembantuku yang satunya.
Ijah lagi pulang kampung. Kasihan dia, kalau nanti pulang dirumah nggak ada orang!
Ya, itung-itung juga buatin kopi dan teh para polisi yang bertugas menjaga rumah ini!
Kasihan kan, kalau sudah bertugas tetapi nggak ada camilan buat makan!"
"Iya, bener. Asalkan jangan diwajibkan aja! Biar camilannya nggak berupa uang.
Nanti bisa dikatakan Bid"ah itu!" Ujarku, sambil tersenyum.
Dewi hanya tersenyum. "Ok, kita berangkat sekarang!" Ajakku, dengan langsung menarik tangan Dewi.
*** Beberapa kali, Dewi terisak dalam tangisan yang tak kunjung mereda. Cobaan
yang mungkin berat baginya. Ironis memang, seorang yang memperjuangkan
kebenaran. Malah mendapatkan bertubi-tubi fitnah yang menerpa. Mungkin, ini
memang sunnatullah. Dimana ada sebuah kebaikan, maka disitupun akan ada sebuah
keburukan pula. Marcedesku tetap melaju dalam kecepatan yang stabil. Automatic
diver, menjadi pilihanku disaat mengendarai mobil dengan suasana yang tidak begitu
menyenangkan. Deru dalam haru, masih kami rasakan. Rasa takut, masih terlihat dari
wajah cantik sang Dewi. Berjalan dalam setiap keramaian yang tidak begitu sibuk.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Jalan-jalan yang tidak dalam kemacetan. Menyenangkan sebenarnya, hanya saja.
Kami datang dengan kondisi hati yang tidak menyenangkan.
Melaju, dalam setiap deru haru yang menderu. Kami melaju terus dalam
kebisingan lalu-lalang mobil dan motor yang tidak henti. Mereka melaju, bagaikan
tidak akan pernah berhenti dalam satu titik yang pasti. Tapi, aku merasakan ada yang
aneh dengan perjalanan kami. Aku merasa, ada sebuah mobil. Yang sedari tadi, terus
mengikuti kami. Entah benar atau tidak. Dalam sebuah persimpangan jalan, aku
membelokkan mobilku. Mencoba untuk lebih mengetahui, apakah benar memang
mereka mengikuti kami. Dari kaca spion mobil, aku masih melihat mereka pun ikut
berbelok arah. Mengikuti arah berbelokku. Aku mencoba untuk memelankan
mobilku. Ternyata, mereka pun tidak mencoba untuk mendahului kami.
Hem, siapa mereka! Gumamku.
"Mbak, ada apa?" Dewi terlihat bingung dengan sikapku.
"Ada mobil Jeep, yang sedari tadi mengikuti kita!"
Saat Dewi akan menoleh, "UKHTI! Jangan menoleh kebelakang." Bentakku.
Dewi dengan cepat memalingkan wajahnya kedepan. Saat ia akan menengok
kebelakang melihat mobil Jeep itu.
"Afwan, Ukh! Ana tidak bermaksud membentak anti. Hanya saja, biar mereka tidak
mengetahui. Kalau kita sudah mengetahui, mereka mengikuti kita!"
"Iya Mbak. Afwan!" Ucap Dewi. Terlihat panik.
"Ukh, anti nggak usah panik! Ana akan mencoba untuk berhenti. Apakah mereka
akan berhenti juga?" Dengan memperlambat kecepatan mobilku. Aku
memberhentikan mobilku disalah satu pedagang kaki lima. Berpura-pura, akan
membeli minuman ringan. Sejenak, mereka terlihat akan berhenti. Tetapi akhirnya, mereka pun
meneruskan perjalanannya. Mendahuluiku, yang sedang berhenti membeli minuman
ringan. Aku tetap memperhatikan, saat-saat Jeep itu mendahuluiku. Tentunya, dengan
hanya melirikkan mataku. Agar mereka tidak curiga, kalau kami berdua sudah
mempergoki mereka. Saat mereka sedang membuntuti kami.
Sejenak aku dan Dewi bernafas lega. Karena Jeep itu sudah berlalu dari
hadapan kami. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan kembali. Saat beberapa
meter, kami melihat Jeep itu lagi. Mereka berhenti disalah satu pedagang kaki lima.
Saat kami mendahului mereka. Terlihat dari kaca spion. Mereka dengan cepat masuk
kedalam Jeep itu. Aku percepat laju mobilku. Mencoba untuk menghindari mereka.
Sekilas, kami melihat di kaca spion. Mereka tidak terlihat lagi. Degup jantungku,
berdetak cepat. Seiring dengan laju marcedes ini yang melesat cepat. Pedal gas tetap
aku tekan lebih dalam. Untuk lebih mempercepat lajunya. Beberap kali, aku melihat
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net di kaca spion. Mereka tetap tidak terlihat lagi. Dewi, masih terlihat panik. Terlihat
dari mulutnya, terus menungucapkan lafadz-Nya. Mencoba untuk meminta
pertolongan kepada-Nya. Sebenarnya, jantungku pun berdetak dengan cepat. Rasa
takut yang teramat sangat sedang melanda dalam relung jiwa kami berdua. Tetapi, aku
harus tetap bisa bersikap tegar. Agar Dewi, tidak lebih menjadi semakin takut. Karena
melihatku, ketakutan. "CIIIITT......!"
Tak aku duga. Jeep itu langsung memotongku dari tikungan yang sedang aku
lewati. Secera cepat, Jeep itu langsung memotong jalan. Tepat berada di depanku.
Aku pun langsung spontan menginjak rem. Seketika itu, dua orang langsung meloncat
dari mobil Jeep itu. "KELUAR KALIAN. CEPAT!" Teriak mereka. Sambil menodongkan pistol kearah
kami. Ya Allah! Tolong kami. Aku masih tertegun dengan kejadian ini.
"BRENGSEK. KELUAR KALIAN, CEPAT!" Teriaknya lagi.
Dengan tergagap, aku melihat Dewi. Dewi terlihat sangat shock. Tidak ada kata
apapun yang keluar dimulutnya. Yang ada hanya, tatapan mata yang begitu sangat
ketakutan. Aku langsung memegang tangan Dewi. "Ukhti. Kita keluar! Kita layani apa mau
mereka! Allah bersama kita"
Dewi melihatku dengan tatapan yang sangat takut.
Aku menatapnya. Tatapan kekuatan seorang saudara. Aku genggam erat tangannya.
"Percayalah Ukhti! Allah bersama kita." Ucapku, lirih.
Aku buka pintu mobil. Dengan langkah pelan, aku mendekati mereka. Seorang yang
berjaket Levis, tersenyum. Tak pelak pun, pistol mengarah tepat dikepalaku.
"HAI! Kami sudah bilang. Jangan bawa-bawa polisi segala. Kami hanya
menginginkan data-data itu kalian serahkan!" Ucapnya.
Aku hanya bisa memandanginya. Hanya istighfar yang terucap dalam benakku.
Tetapi, saat aku mamandang seorang pemuda yang berada di mobil Jeep itu. Aku
merasa pernah bertemu denganya. Tatapanku, kini beralih kepada pemuda itu.
Pemuda itu pun, terlihat mengenalku. Dia merasa heran, tatapannya pun seperti
merasa serba salah. Aku yakin. Aku mengenalnya. Tapi, entah dimana.
"HAI! Sudah ayo cabut sekarang." Ucap pemuda didalam mobil itu. Terlihat sangat
salah tingkah sekali. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "INGAT! Serahkan data-data itu nanti pada kami. Atau kalian akan merasakan
akibatnya!" Ucap seorang yang berjaket Levis itu. Sambil tetap menodongkan pistol
kearah kepalaku. Setelah itu beranjak pergi.
Jeep itu sudah meninggalkan kami berdua. Dewi, hanya berdiri disamping
mobil. Tatapannya nanar. Terlihat sangat shock sekali. Segera mungkin, aku
mendatanginya. Dan langsung memeluknya. Beberapa orang yang melihat, hanya
diam saja. Orang-orang itu tidak mau menolongku. Mereka takut dengan pistol para
penjahat-penjahat itu. "Ukhti, Istighfar!" ucapku. Masya Allah, sungguh kami merasakan cobaan yang
sangat berat. Tapi aku yakin, Engkau memberikan cobaan ini. Karena engkau
menyayangi kami! Isak tangis yang semula mereda. Kini terbias dalam tatapan kosong yang
terlihat. Bening kristal, yang semula tertahan. Kini pun, telah berjatuhan.
"Hiks.... Mmbak..! Afwan, ana tidak bisa sekuat Mbak Farah. Afwan Mbak. Ini
masalah ana, tapi Mbak Farah juga kena dampaknya. Afwan Mbak! "
"Nggak, ini masalah ana juga! Anti adalah saudara ana. Maka sudah seharusnya
sesama saudara menanggung kesulitan saudara yang lainnya. Tenang Ukh, kita
pasrahkan kepada Allah!" Ucapku. Dengan memeluk tubuh Dewi, dan mengelus-elus
punggungnya. "Sudah. Sekarang, kita masuk mobil." Ajakku dengan lembut.
Astaghfirllah. Alhamdulillah, Allah masih memberikan perlindungannya! Ucapku
dalam hati, sambil mengelus dada. Hanya ditodongkan pistol dikepala. Aku sudah
sangat berkeringat dingin. Lalu, bagaimana dengan mujahidah-mujahidah di
Palestina, di Afganistan, Kosovo, Irak! Masya Allah, Imanku ternyata sangat tipis.
Tipis sekali. Aku mengira, bahwa perjuanganku adalah bukti dari keimananku!
Ternyata aku salah. Aku sudah merasa takut dengan penjahat-penjahat itu.
Bagaimana jika aku berhadapan dengan para serdadu syetan yang bernama Israel
itu" Apakah aku akan lebih takut lagi" Ya Allah, kuatkan imanku. Sekuat para
mujahidah-mujahidahmu. Sekuat para ummahat palestina yang berjuang digaris
depan. Sekuat para martir-Mu. Sekuat para syuhada-syuhada yang sudah berada
disurgamu. Ya Allah, kuatkan aku. Tak terasa, tetesan air mataku pun mengalir.
"Mbak... Mbak menangis?" Tanya Dewi. Merasa bersalah. "Afwan, Mbak. Ana telah
melibatkan Mbak Farah dalam masalah ana!"
"Ukhti. Ana bukan menangis karena sudah terlibat dengan masalah anti! Ana
menangis. Karena ternyata keimanan ana sangat tipis dan rapuh. Hanya ditodongkan
pistol dikepala. Ana sudah sangat takut! Ana, hanya berfikir. Bagaimana saudarasaudara kita yang berada di Palestina. Ana rasa, bukan todongan yang mereka
dapatkan. Tetapi, peluru adalah bagian dari makanan mereka sehari-hari. Bom adalah
penyedap bagi bumbu-bumbu para martir Allah. Iman ana sangat lemah!"
"Mbak... Mbak Farah sangat berani! Disaat Ana ketakutan. Mbak Farah, malah datang
dengan keberanian menghadapi mereka! Ana malu, ana malu dengan keberanian
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Mbak Farah! Mbak, ajarkan keberanian itu kepana ana." Isak tangis Dewi pun
kembali. Mobil pun melaju dalam setiap aspal yang tertanam dijalanan. Tubuhku, masih
merasakan gemetar yang tidak bisa ditahan. Tanganku serasa sangat lemas untuk
digerak-gerakkan. Dan tubuhku pun terasa sangat lemah. Serasa, tenagaku terkuras
habis. Mataku, menatap kedepan. Menatap, dengan tatapan yang kosong tapi terarah.
Tatapan seorang yang penuh dengan fikir tiada henti.
*** "Ukh, mendingan kita makan dulu yah!" Usulku. Karena aku benar-benar lemas.
Dewi hanya mengangguk. Terlihat mengerti.
Dengan cepat aku langsung memenggokkan marcedesku disebuah rumah makan.
Rumah makan yang asri. Pohon mangga yang menjuntai rimbun. Membuat terlihat
samakin nyaman. Dan tepat didepan, terdapat tulisan "SEDIA SATE KAMBING"
Rumah makan ini tidak terlalu ramai, tapi juga tidak terlalu sepi.
Hem, ini yang akan memberikan staminaku kembali. Aku masih teringat, saat Ummi
setiap kali jika aku sedang kecapean. Langsung saja, sate kambing sudah berada di
meja makan. Kata Ummi, daging kambing lebih bagus dalam pemulihan tenaga.
Mungkin karena Ummi keturunan Arab, jadi lebih senang makan daging kambing.


Aku Menggugat Akhwat Dan Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Anti pesan apa, Ukh?" Tanyaku.
Dewi tersenyum. Wajah cantiknya, kini bisa tersenyum kembali. "Mbak, ana terserah
anti!" "Ok. Kita pesan sate kambing saja! Tidak pake nasi." Tawarku.
"Tafadhol. Ana angka ikut aja deh!" Ucap Dewi sambil tersenyum.
Tak lama datang seorang wanita separuh baya. "Mau makan apa, Mbak?" Tanyanya
ramah. "Sate kambing, dua Bu! Tidak nggak pake nasi. Minumnya es jeruk aja Bu! Dua."
Ucapku. Ibu itu mengangguk sambil tersenyum. Setelah itu, kebelakang. Tak lama, Ibu itu
sudah membawa beberapa sate kambing. Dan menaruh, sate kambing dimeja kami
berdua. Sambil mempersilahkan makan, dengan ramah.
Hem, ini yang aku tunggu. Sate kambing. Insya Allah, pasti enak. Gumamku dalam
hati. "Ayo, Ukh! Sate ini, akan menambah energi kita lagi. Biar kuat, biar bisa hadapi
para penjahat itu" ucapku dengan senyum.
"Mbak. Entah, apa jadinya jika Mbak Farah tidak ada disini. Pasti ana sangat shock
sekali. Mbak, ana sangat beruntung. Mempunyai saudara seperti Mbak Farah!"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Ah, anti jangan melebih-lebihkan! Biasanya, kalau Ali ra. Dipuji, maka beliau akan
meleparkan terompanya!" Gurauku.
"Iya! Kalau Mbak Farah. Melemparkan satenya! Hihihi..."
"Yee... kalau ana sih. Melemparkan tusuk sate! Hehehe..."
"Mbak. Terima kasih, untuk semuanya yah!"
Aku hanya tersenyum. Setelah itu, kami memakan sate dengan sangat lahap.
Bismillah. *** Rumah yang ditanami beberapa pohon buah-buahan. Jambu, mangga,
rambutan. Sangat rimbun, dan terlihat sangat sejuk. Ya, itu adalah rumah neneknya
Dewi. "Kita, sudah sampai!" Ucapku. Saat mobil memasuki depan rumah.
Dewi memelukku. "Mbak, Syukron. Ana sudah sangat berhutang banyak kepada
Mbak Farah!" "Ukhti. Sesungguhnya, apa yang ana lakukan. Hanya semata-mata untuk ridha Allah!
Apalagi, anti adalah saudara ana. Jadi, tidak mungkin ana meninggalkan anti!"
"Syukron, Mbak Farah!"
"Afwan. Udah, anti turun. Kan udah sampai!" Ucapku, dengan senyum.
"Iya, Mbak. Mbak Farah, nggak ikut turun?"
"Kayaknya ana punya janji dengan seseorang, deh Ukh!"
"Kalau gitu, ana duluan Mbak! Assalamualaikum." Ucap Dewi, sambil membuka
pintu mobil. "Walaikumsalam" Jawabku, sambil melambaikan tangan.
Dewi tersenyum sambil juga melambaikan tangannya.
Aku, punya janji dengan siapa yah" Kayaknya, aku memang punya janji dengan
seseorang deh. Siapa, yah" Hem. Aku lupa. Aku benar-benar lupa. Yang teringat
hanya kejadian yang ada dijalan, sangat mendebarkan jantung. Debar jantung masih
sangat terasa. Hingga akhirnya mematikan sendi-sendi fikirku. Melupakan apapun
yang telah aku rencanakan. Hanya mengalami peristiwa seperti itu. Aku sudah sangat
kebingungan, hingga alam fikirku pun tidak dapat mengingat sesuatu yang sudah aku
rencanakan. Lalu, apakah aku sanggup bertemu Rabb. Saat-saat sacratul maut, saatsaat para malaikat bertanya didalam alam kubur, saat-saat tiada lagi pengampunan.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Yang ada hanya, hari-hari pembalasan didunia. Yang baik, dibalas baik. Yang buruk
dibalas buruk. Apakah aku akan ingat dengan semua yang akan aku rencanakan"
Mobil tetap berjalan dalam jalur aspal yang panjang. Hingga akhirnya Aku
ingat, aku mempunyai janji untuk bertemu seseorang di Aneka Cafe!
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Jilid 6 Suasana cafe begitu ramai. Meja-meja sudah banyak yang terisi. Memang cafe
ini paling ramai ketimbang cafe-cefe yang lain. Untung saja, meja yang kutempati
sudah dipesan sebelumnya. Nova, si penelephone itu yang sudah memesan meja.
Sehingga, aku hanya tinggal menempati saja. Entah kenapa, aku merasa asing disini.
Suasana hedon begitu terasa. Beberapa wanita duduk berduaan dengan laki-laki.
Kebanyakan meja-meja terisi dengan kaum muda-mudi yang sedang dilandang
asmara. Sayang sekali. Cinta akhirnya terpolarisasi dengan cinta yang semu dan
palsu. Mereka terbuai dengan kekuatan cinta. Tetapi mereka tidak memahami cinta.
Karena cinta mereka buat.
"Mbak, mau pesan apa?" ucap seorang pramusaji. Sambil menyodorkan daftar menu.
Aku tidak berniat makan. "Saya pesan jus alpukat dan kentang goreng aja Mbak!"
Kataku sambil menutup daftar menu.
Setelah mencatat, pramusaji itu pergi.
Tetap, aku masih merasa asing. Tetapi, bukan berarti dakwah akan terhambat disini.
Dakwah harus tetap berjalan. Bahkan ditempat pengasingan sekalipun.
Beberapa pasang mata. Selalu melihatku. Entah, mungkin mereka merasa
asing juga dengan kehadiranku. Atau mungkin, memang cafe ini tidak pernah
didatangi wanita-wanita yang berjilbab sepertiku. Ya. Mana ada, akhwat yang mau ke
cafe ini! Suasana hedonis yang terasa sekali, membuat para akhwat-akhwat tidak
akan bentah berada disini! Tetapi, apakah kita harus membiarkan terus begini. Cafe
ini bukan Pub atau pun diskotik. Masih bisa untuk dijadikan tempat mangkal para
kader dakwah! Karena dakwah pun ada dimana-mana. Seperti halnya seorang Imam
besar. Hasan Al Banna. Yang selalu berdakwah diwarung-warung kopi. Dan cafe
adalah warung kopi modern! Jadi, cara berdakwah pun harus dimodernisasi. Tetapi
tetap dalam koridor-koridor yang syar"i. Terlihat seorang wanita berjalan menuju
kearahku. Yang akhirnya membangunkanku dari lamunan. Kayaknya, aku kenal
dengan wanita itu. Gumamku dalam hati.
Wanita itu tersenyum. "Maria Nova!" Ucapnya, sambil menyodorkan tangannya
untuk berjabat tangan. "Oh, jadi kamu Nova!" Ucapku tersenyum.
Nova hanya mengangguk. "Kayaknya, aku kenal kamu?" Ucapku penuh tanya.
"Iya, mungkin. Kamu memang kenal aku!" Jawabnya.
"Hem, aku ingat. Kamu ketua UK3 (Unit Kerohanian Kristen Katholik) kan!"
Tebakku. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Nova tersenyum, lalu mengangguk pelan. "Farah, maaf yah. Kita ketemunya ditempat
yang seperti ini. Pasti kamu merasa asing!"
Aku tersenyum. "Nggak apa-apa sih! Tapi, memang aku agak terasing disini."
Ucapku sambil tersenyum. "Kalau gitu, kita keruangan khusus saja! Disana, tidak akan ada yang menganggu
kita." Ajak Nova. "Ok." Ucapku. Setelah itu, aku mengikuti Nova.
*** "Farah, aku tertarik dengan tulisan kamu! Ulasan dalam artikel kamu gamblang, jelas
dan cukup meyakinkan. Hanya saja, aku perlu lebih intens berdiskusi dengan kamu.
Tentang, tulisan-tulisan yang kamu buat!" Nova seraya mengeluarkan kertas koran.
Menunjukkan kepadaku. "Oh, itu yah!" "Aku benar-benar penasaran, dengan tulisan kamu! "Poligami harkat martabat
tertinggi para wanita." Aku sangat tak percaya, saat membaca tulisan ini. Si penulis
adalah seorang wanita. Penulis laki-laki bicara tentang poligami, itu biasa! Tetapi jika
seorang wanita, bicara tentang poligami dan setuju dengan poligami. Itu luar biasa!"
Ucap Nova, terlihat antusias.
"Jangan terlalu melebih-lebihkan! Lalu, apa yang ingin kamu tanyakan?"
"Farah, untuk saat ini. Aku ingin bertanya tentang hakekat wanita muslim dengan
jilbab dan poligaminya."
Hem, pertanyaan seperti ini selalu diulang-ulang! Nggak orang muslim, munafik,
atau bahkan kafir. Bosan sih untuk menjawab, tapi jika tidak dijawab akan malah
menjadi benalu. Insya Allah, aku akan jawab. Bismillah.
"Baik. Sebelumnya aku akan menjawab masalah jilbab secara singkat. Jilbab dalam
Islam, diperintahkan untuk dipakai oleh wanita. Hukumnya wajib. Seperti dalam
Qur"an surat Al-Ahzab 33. yang berbunyi "Hai nabi katakanlah kepada istri-istrimu,
anak-anak perempuanmu dan istri orang-orang mukmin, hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka
lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Dalam hal ini, jilbab adalah pakaian yang
memang harus dikenakan oleh wanita muslim. Untuk lebih mudah dikenal sebagai
seorang muslimah! Dan merupakan pakaian pembeda antara wanita kafir dan wanita
muslim. Jilbab adalah pakaian merdeka kaum wanita muslim, untuk lebih menjadikan
wanita muslim terhormat. Dengan menggunakan jilbab, seorang wanita lebih terbebas
dari pandangan-pandangan atau perilaku-perilaku pelecehan. Seperti dalam Qur"an
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net surat An-Nur 30-31. yang berbunyi "Katakanlah kepada orang laki-laki yang
beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya
yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada perempuan yang beriman
hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa tampak darinya.
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung (Jilbab) ke dadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka atau ayah
mereka ata ayah suami mereka atau putra-putra mereka atau putra-putra suami
mereka atau saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka,
atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau perempuan-perempuan Islam,
atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan terhadap perempuan atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian
kepada Allah hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."
Sudah jelas, bahwa wanita muslim dan laki-laki muslim. Diperintahkan untuk
menundukkan pandangannya. Upaya dalam penundukkan pandangan, tidak akan
terlaksana. Manakalah, perempuan-perempuan muslim tidak memakai jilbab. Dengan
adanya jilbab, perempuan muslim lebih mudah untuk menundukkan pandangannya.
Begitu pula sebaliknya, laki-laki muslim yang beriman akan mudah menundukkan
pandangannya jika melihat wanita-wanita mulia. Maksudnya, wanita-wanita yang
berjilbab. Laki-laki muslim, akan selalu memuja Tuhannya. Jika dia melihat seorang
perempuan mulia. Tetapi, laki-laki akan selau meminta ampun kepada Allah,
manakalah melihat wanita yang tidak berjilbab.
Jadi, sudah sangat jelas. Bahwa wanita muslim yang telah terbebas dari
belenggu-belenggu apapun. Pasti akan berjilbab." Jelasku, panjang lebar.
"Hem. Tetapi, apakah wanita muslim bukan malah sebaliknya" Dengan berjilbab
mereka akhirnya terbelenggu dengan jilbabnya, dan geraknya pun, tidak bebas!"
Sangkal Nova. Aku tersenyum. "Kalaulah yang kita cari, hanya gerak batas untuk kegiatan. Maka
jilbab bukan pakaian yang patut untuk ditentang! Karena, jilbab dapat dirancang
dengan kondisional. Bisa dirancang sesuai mobilitas para wanita. Tetapi dalam hal ini,
tetap dalam naunangan koridor yang syar"i! Aku rasa, malah dengan menggunakan
Jilbab maka belenggu-belenggu yang membatasi wanita akan hilang dengan
sendirinya! Seperti halnya, kita banyak mengetahui kasus-kasus pelecehan. Selalu
yang menjadi korban adalah wanita. Iklan-iklan, yang selalu menayangkan aurat-aurat
wanita. Dengan begitu, sudah jelas. Bahwa, memang wanita adalah objek yang pas
untuk dijadikan bahan pelecahan. Tetapi sayang, banyak wanita yang belum sadar
dengan pelecehan itu. Tetapi, malah mereka senang dan terbuai dengan pelecehanpelecehan itu. Sepertinya, wanita-wanita itu memang membutuhkan untuk
dilecehkan! Tetapi, saat wanita berjilbab. Maka seorang laki-laki, akan enggan untuk
melihat dengan tatapan penuh nafsu. Pernah ada, seorang laki-laki yang sedeng
duduk-duduk mengatakan dengan jelas disampingku. Saat aku sedang berjalan kaki.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Laki-laki itu mengatakan kepada temannya, "cantik sih, tapi kayak ninja, jadi nggak
nafsu! Coba dibuka jilbabnya, pasti banyak cowok-cowok yang ngantri naksir dia!"
Sebuah ucapan, yang sudah ada didalam Al Qur"an. Bahwa laki-laki melihat
perempuan, lebih banyak didasarkan pada nafsu semata. Jadi, perempuan merupakan
objek pelampiasan nafsu para lelaki. Tetapi saat seorang wanita berjilbab. Dengan
otomatis, para lelaki itu mengatakan "tidak bernafsu!" Jadi jelas, jika seorang yang
berjilbab. Lebih terbebas dari belenggu-belenggu apapun. Dan secara nyata, bahwa
wanita yang berjilbab. Adalah seorang wanita yang tidak pernah lepas dari kegiatan
apapun. Mobilitas kegiatan wanita-wanita berjilbab. Tidak pernah kalah dengan
wanita yang tidak berjilbab. Dan seandainya, ada seorang wanita yang berjilbab
bekerja disebuah perusahaan. Maka, aku yakin. Bahwa sesungguhnya, perusahaan itu
lebih menghargai seorang wanita dengan kepintarannya. Dari pada objek tubuh yang
seksi, untuk selalu dilihat sang bos!
Dan wanita yang berjilbab pun, akan terlepas dari belenggu mode. Yang setiap
tahun, harus berganti trend pakaiannya. Dan membuat wanita berjilbab itu, tidak
repot-repot atau bahkan kebingungan saat tidak mengikuti trend. Karena, yang ada
dalam pikiran wanita-wanita berjilbab itu adalah "bagaimana menciptakan modemode skill atau keahliannya masing-masing, bukan mode pakaian yang selalu
mengumbar auratnya" jadi lebih jelasnya lagi. Bahwa wanita yang berjilbab, lebih
memikirkan kemajuan berfikirnya ketimbang wanita yang tidak berjilbab."
Nova terlihat merenungi penjelasan yang aku utarakan. "Iya, aku mengerti! Untuk
yang poligami?" "Poligami. Sesungguhnya poligami tidak hanya dilakukan oleh kalangan muslim saja!
Bahkan sejak Islam belum ada pun, poligami itu sudah dilakukan. Pada dasarnya
poligami yang dipraktikkan, lebih banyak terjadi akibat pengaruh perbudakan yang
sempat mewarnai epos perjalanan hidup manusia! Seorang laki-laki, yang mempunyai
harta yang melimpah, dengan mudah membeli seorang wanita untuk dijadikan istriistrinya. Karena memang sifat nafsu seksualnya yang sangat tinggi! Pada saat Nazi
berkuasa di Jerman. Poligami pun, telah dilakukan disana! Bahkan dijaman kaisar
Prancis Charlemagne, sejumlah pastur membolehkan untuk berpoligami kepada para
raja. Padahal itu, sesudah Islam datang!
Memang, bentuk-bentuk poligami disetiap wilayah. Sangat berbeda-beda.
Tidak ada yang keberatan dengan keberadaan poligami, kecuali para orang-orang
Eropa modern. Mereka menggantinya dengan pola yang lain. Seperti halnya
pelacuran, perselingkuhan dll. Ini sangat kontras dengan memuliakan seorang wanita
di Islam. Dan bahkan, pada abad ke-11 kaum gereja memberlakukan undang-undang
yang isinya membolehkan suami meminjamkan istri dalam jangka waktu tertentu.
Sesuai dengan, kesepakatan pihak yang meminjam! Dan yang lebih seram lagi, adalah
orang yang punya kedudukanmn terhormat. Baik seorang pemuka agama atau pun
pejabat publik. Boleh menikmati perempuan yang dinikahi seorang petani selama 24
jam setelah akad nikah selesai diucapkan! Bahkan di Skotlandia, pada tahun 1567
mengeluarkan undang-undang yang menyatakan bahwa perempuan tidak mempunyai
hak kepemilikan barang. Bahkan, yang lebih mengherankan lagi. Adalah undangundang yang dikeluarkan Parlemen Inggris di masa Raja Henri VII. Yang berisikan,
pelarangan perempuan untuk membaca Kitab Injil!
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Ini semua terjadi. Bukan didunia Islam. Tetapi terjadi pada orang-orang
Nasrani sendiri! Jadi pada dasarnya, poligami adalah sunatullah. Atau bisa dikatakan,
adalah sebuah hal yang memang pasti terjadi. Meskipun, kepastian itu tidak harus
pasti! Dalam Islam. Poligami sangat diatur. Dan sangat ketat sekali! Seseorang lakilaki muslim, tidak dengan mudah bisa berpoligami. Laki-laki itu harus bisa berlaku
adil, dalam tataran keadilan hubungan manusia. Meskipun, keadilan hubungan hati
tidak dapat dilakukan! Dalam Al Qur"an Surat An-Nisa" 3 disebutkan "Dan jika kamu
takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana
kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua,
tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka
(kawinilah) seorang saja, atau budak-budan yang kamu miliki. Yang demikian itu
adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya." Pada dasarnya, keadilan adalah kata
abstrak. Tidak dapat diketahui bentuknya, tetapi bisa diketahui dengan perbuatannya.
Indah sekali jika poligami diterapkan, tentunya diterapkan dengan hukumhukum Islam. Seorang wanita sangat dimuliakan sekali, jika dia dinikahi. Dinikahi
dengan janji suci atas nama Ilahi! Hanya saja, stigma orang-orang yang berpoligami.
Tidaklah sebagus cara-cara yang sudah diajarkan oleh Rasulullah dengan sahabatsahabatnya. Stigma dengan keburukan poligami, lebih unggul. Ketimbang stigma
poligami yang sudah diterapkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya!
Sungguh dalam Islam, aturan-aturan yang sudah diterapkan. Jika kita
mengikutinya, maka kita akan mudah untuk menjalankan hidup ini! Kemuliaan
seorang wanita sudah sangat terkondisikan dalam Islam. Mulai dari pergaulan, jilbab
dan poligami! Hanya saja, kita sering tidak pernah mau atau bahkan tidak sempat
untuk memahami apa yang ada dalam Al Qur"an! Tidaklah seorang umat Islam, yang
sedang melakukan praktik poligami. Lalu dia,menjadikan istri-istrinya yang lain
terlantar. Terlantar dalam setiap pembagian kunjungan, terlantar dalam setiap
pembagian harta, terlantar dalam setiap kebutuhan bioligis. Coba bedakan dengan


Aku Menggugat Akhwat Dan Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seorang sahabat Rasulullah yang mengatakan. Jika seorang menelantarkan jumlah
ciuman, terhadap seorang istri-istrinya. Maka kesemuanya itu akan dituntut oleh Allah
kelak dihari pembalasan! Jadi, praktik poligami dalam Islam. Tidaklah mudah, tetapi juga tidaklah sulit.
Karena kesulitan seorang yang mempraktikkan poligami, adalah jika dia tidak selalu
mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah. Dalam segala hal. Namun,
sebaliknya. Aturan-aturan itu bisa menjadi sangat mudah dijalankan oleh seorang
Muslim. Manakalah seorang muslim itu, selalu mengerjakan aturan-aturan yang sudah
diperintahkan oleh Allah! Tidaklah poligami itu sulit bagi seorang muslim yang sudah
taat dalam mengerjakan amal ibadahnya! Hanya saja, kesempatan seorang muslim
untuk berpoligami pun tidak harus seenaknya! Karena poligami adalah merupakan
bagian solusi dari Islam. Untuk membebaskan para wanita-wanita muslim, dari
jeratan dunia yang akan membelenggunya!
Adanya kasus-kasus seorang wanita menjadi janda. Kasus-kasus jumlah
wanita terlalu banyak, kasus-kasus seorang istri tidak bisa mempunyai keturunan,
kasus-kasus seorang Istri sedang sakit, kasus-kasus menjaga kesucian dalam
beragama saat harus sering bepergian jauh. Dan kasus-kasus yang lain. Ini adalah
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net solusi bagi seorang muslim terhadap kasus-kasus itu semua. Tidaklah Allah,
memberikan sebuah masalah, tetapi tidak ada titik temunya! Karena pastilah, Allah
membuat masalah dan Allah memberikan jalan keluarnya. Karena sesungguhnya
dalam Qur"an Surat Al Baqarah 185 "Allah Swt. Menghendaki kemudahan bagimu
dan tidak menghendaki kesukaran bagimu" maka, poligami adalah merupakan cara
solusi dalam Islam, yang tidak harus dipakai. Namun tidak diperbolehkan untuk
ditentang! Karena solusi adalah, sebuah bagian dari pemecahan masalah. Namun jika
tidak ada masalah, maka solusi itu harus ditangguhkan terlebih dahulu." Aku ambil
segelas jus alpukat. Dan aku minum untuk membasahi kerongkongan yang sedari tadi
memberikan penjelasan yang panjang lebar. "Bagaimana?" Ucapku lanjut.
Nova tersenyum. "Terima kasih! Aku tidak salah untuk meminta penjelasan
kepadamu, Farah. Penjelasan yang gamblang dan memang sangat jelas sekali!
Mungkin diriku masih tidak setuju dengan penjelasan yang kamu utarakan! Tetapi,
nuraniku tidak dapat menolak dengan penjelasanmu!" Ucapnya, terlihat sendu.
"Nova, Rasulullah Muhammad Saw. Pernah bersabda, yang pada intinya Insya Allah
adalah "jika kamu bingung menentukan pilihan, mintalah fatwa kepada hatimu" Jadi,
hati adalah tempat sebuah kebanaran itu tertanam. Jika kita melakukan kesalahan,
beribu-ribu alasan untuk membenarkannya. Tetap hati tidak akan pernah mau
berbohong!" "Iya memang benar apa yang kamu katakan!"
"Nah lalu, apalagi" Apa yang ingin kamu ketahui lagi!" Ucapku. Sambil tak lupa
senyum simpatik. "Hem, kamu tadi mengatakan tentang poligami. Sekarang aku ingin tahu, apakah
kamu siap dipoligami?" Tanyanya dengan senyum yang terlihat mengejek. Tetapi,
terlihat ada naluri yang kuat untuk mencari sebuah kebanaran.
"Ehm. Sebuah pertanyaan yang langsung to the point!" Aku tersenyum. "Sangatlah
sulit menerima seorang suami berpoligami! Bahkan sekelas Ibunda Aisyah. Tetapi,
hal-hal yang sulit. Bukan berarti tidak bisa atau tidak mau menerima! Dijaman
sekarang, wanita sering merasa rendah dengan statusnya yang mempunyai suami
berpoligami. Ini merupakan fenomena besar, dari masyarakat. Tetapi, pada dasarnya.
Hakikat dari poligami itu sendiri yang harus di telaah lagi. Apakah benar, seorang
suami saat melakukan poligami tujuannya memang untuk berdakwah! Atau ada tujuan
lain" Inilah yang harus kita lihat dulu."
"Nah, berarti kamu juga nggak setuju kan!" Sela Nova.
"Hem. Sebentar, biar aku menjelaskan seluruhnya! Seorang suami saat
berpoligami, memang dalam Islam. Tidak dianjurkan untuk memberitahukan maksud
tujuan melakukan poligami. Dengan artian, seorang suami tetap sah hukumnya
berpoligami. Meskipun tidak ada persetujuan dari istrinya! Tetapi, pada dasarnya lakilaki pun tidak boleh sembarangan berpoligami. Atau dengan seenaknya sendiri
melakukan praktek poligami! Tetapi, sesungguhnya seorang suami yang berpoligami.
Lebih mulia, ketimbang suami yang melakukan perselingkuhan! Lebih baik, aku
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net memilih seorang suami yang berpoligami dari pada dengan seorang suami yang
melakukan perzinahan! Tetapi, pada dasarnya. Seharusnya wanita muslim dapat mengubah karakter
kemanusiaannya untuk mampu melesatkan diri mereka ke tingkat yang lebih tinggi
dan mampu membeningkan jiwa mereka dari noda dan nista. Sesungguhnya, wanitawanita mulia itu, saat mereka harus memilih antara dunia dan perhiasanya atau Allah
beserta Rasul-Nya juga negeri akhirat. Maka mereka dengan tegas akan mengatakan,
sudah pasti kami akan lebih meilih Allah dan Rasul-Nya juga kebahagiaan akhirat!
Karena, poligami adalah pilihan yang telah diberikan oleh Allah. Dan pernah
dilakukan oleh Rasul-Nya, maka tiada alasan kami akan menolak."
"Tetapi, apakah kamu dengan mudah menerima suami yang berpoligami?" Tanyanya
sengit. "Gini, Nov. Aku siap m
enerima, jika suatu saat nanti suamiku ingin melakukan
poligami! Tetapi, ada beberapa yang harus dibicarakan dahulu. Sebab-sebab
keinginan suamiku yang ingin melakukan poligami. Itulah yang harus aku tanyakan!
Apa yang melatar belakangi, suamiku ingin berpoligami. Apakah karena pelayananku
kurang" Ataukah bosan denganku" Kalau itu jawabannya. Maka, aku akan dengan
tegas mengatakan. Menolak suamiku berpoligami! Tetapi, jika alasan-alasan yang
dikemukakan oleh suamiku bersifat syar"i. dalam hukum-hukum Islam. Maka, aku
akan dengan mudah mengatakan "saya siap untuk menerima suamiku berpoligami!"
Layaknya sebuah contoh, saat suamiku menginginkan istri lagi. Yaitu,
keberadaannya dari ujung tombak dakwah itu sendiri! Jika, dengan mempunyai istri
lebih dari satu. Suamiku dengan mudah berdakwah, maka aku akan lebih menghargai
itu! Karena, masih banyak seorang wanita muslim yang tidak sependapat dengan
praktek poligami. Bahkan mereka menentang praktek poligami! Dengan suamiku
berpoligami. Maka aku secara tidak langsung, telah membela agama Allah! Dan
memberikan contoh yang terbaik bagi wanita-wanita muslim yang menolak sunnah
Rasulullah yang satu ini.
Poligami bukan praktek yang merendahkan wanita. Tetapi, poligami adalah
solusi untuk memuliakan wanita. Juga harus diingat, jika suamiku kelak ingin
berpoligami. Maka dia harus berdialok dulu denganku! Karena, jika aku yakin
suamiku seorang yang adil. Dengan mudah aku akan mengijinkan suamiku untuk
berpoligami! Bahkan, jika dia belum meminta untuk berpoligami. Tetapi, aku sudah
yakin akan kemampuan keadilannya. Dengan berbangga, aku akan meminta suamiku
untuk berpoligami!" Ucapku.
Nova terlihat sangat terkejut. Dia sedikit memelototkan matanya. Ekspresi wajahnya
seakan tidak percaya. "A"pa benar itu?" Ucapnya, terbata.
"Yup!" Ucapku, sambil tersenyum tegas.
"Kamu nggak merasa terhina, atau dihinakan oleh suamimu?" Ucapnya bingung.
"Justru, jika suamiku seorang yang adil. Maka aku akan sangat berbangga sekali
memilikinya! Bukanlah seorang muslim yang berbahagia, dan dia tidak membagi
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net kebahagiaannya! Dengan keadilan yang diberikan oleh suamiku, maka aku tidak akan
merasa berat untuk membaginya dengan wanita lain. Karena, aku yakin. Hak atas
diriku, pastilah tidak akan terkurangi sama sekali. Meskipun suamiku berpoligami!"
"Tapi. Apakah cinta bisa dibagi?" Tanyanya.
"Nova, aku sudah menjelaskan kepadamu bukan! Bahwa cinta atau masalah hati tidak
bisa dibagi-bagi!" "Nah, kan! Berarti seorang laki-laki itu tidak bisa berbuat adil!" Selanya sengit.
Aku menghela nafas panjang. "Nova, aku akan memberitahukan kepadamu tentang
masalah keadilan dalam Islam. Dalam Qur"an Surat An-Nisaa" 129 Allah berfirman
"Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isterimu,
walupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlahh kamu terlalu
cenderung (kepada isteri yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain
terkatung-katung?" dan ini adalah doa Rasulullah "Ya Allah, inilah pembagianku
pada apa yang aku miliki. Maka janganlah Engkau mencelaku pada apa yang Engkau
miliki, sedangkan aku tidak memiliki." Yang dimaksud dalam keadilan dalam Islam.
Adalah keadilan yang bersifat nyata, bukan keadilan bersifat abstrak. Yaitu keadilan
dalam cinta. Karena, sesungguhnya. Manusia tidak akan pernah bisa berlaku adil
dalam masalah cinta. Tetapi, manusia haruslah adil dalam masalah pembagianpembagian yang memang sudah seharusnya menjadi sebuah hak seseorang! Jadi,
syarat untuk berpoligami adalah keadilan bersifat nyata. Bukan keadilan yang terdapat
dalam hati. Karena itu Allah berfirman "Karena itu janganlah kamu terlalu cenderung
(kepada isteri yang kamu cintai). Dan Allah tidak memerintahkan kepada kita,
supaya tidak berpoligami. Karena, sesungguhnya apa yang terdapat dalam hati adalah
kepunyaan Allah! Maka dari itu Allah Swt. Menghendaki kemudahan bagimu dan
tidak menghendaki kesukaran bagimu."
"Lalu, apakah salah jika seorang lelaki muslim tidak berpoligami?" Tanya Nova.
"Oh tidak! Seorang lelaki jika menikahi satu wanita, tidak salah! Karena
bagaimanapun, Allah pun menyarankan jika seorang laki-laki tidak bisa berlaku adil.
Maka cukup menikah dengan satu perempuan saja! Dan, seandainya suamiku tidak
dapat berlaku adil. Aku pun tidak akan rela, membaginya dengan wanita lain. Karena,
jika aku menyetujuinya. Sama saja, aku menyetujui perbuatan yang bathil. Dan
kebathilan adalah neraka tempatnya!"
"Jadi, dalam Islam. Semuanya itu benar-benar diatur yah!" Ucap Nova. Wajahnya
terlihat bercahaya saat mengatakan. Seperti ada sebuah kekaguman yang besar, atau
sudah menemukan titik terang yang teramat sangat menyilaukan. Tetapi tidak
menyakitkan. Malah cahaya silau itu menyejukkan.
"Iya, Insya Allah! Semua dalam kehidupan, sudah diatur dalam Islam!" Jawabku
tegas. "Satu pertanyaan lagi." Ucap Nova, setelah itu dia menghela nafas. "Kenapa, seorang
laki-laki dan seorang wanita dalam Islam. Terlihat sangat dibedakan sekali dalam
pergaulan. Aku melihat, bahwa jarang sekali kalian berkumpul dengan teman-teman
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net laki-laki yang ada diLDK. Apakah memang ada aturan di LDK seperti itu, atau
bagaimana" Karena kalau melihat, kalian sepertinya tidak kompak. Berjalan sendirisendiri!"
"Hem. Itu pertanyaan terakhir?" Tanyaku balik. Dengan senyum.
"Iya. Mungkin?" Jawab Nova. Dengan senyum juga.
"Baik. Dalam LDK, kami tidak mempunyai peraturan yang seperti itu! Bahkan, kami
mempunyai peraturan untuk saling bekerja sama dalam berdakwah! Tetapi, dalam
agama Islam, sudah diatur tentang tatacara pergaulan. Antara laki-laki dengan
perempuan! Tatacara pergaulan laki-laki dan perempuan, tidak seharusnya sebebasbebasnya. Karena, kecenderungan seorang laki-laki dan perempuan. Jika mereka
sudah bergaul, maka tidak lain adalah pergaulan yang diluar batas! Dalam Islam
diatur masalah Ikhtilath. Atau bercampur baur. Dalam hal ini, bercampur baurnya
bergaulan. Antara wanita dan pria.
Karena sesungguhnya Rasulullah pernah bersabda "Aku melihat seorang
pemuda dan seorang pemudi dan setan belum mengamankan dari keduanya." Atau
dalam riwayat lain "Keduanya belum aman dari fitnah." Sesungguhnya, tidaklah
seorang muslim yang melakukan ikhtilath, kecuali setan yang akan mengganggunya.
Dalam Islam, kekompakan bukan berarti harus bercampur baur antara laki-laki dan
perempuan. Tetapi, kekompakan adalah manakalah mereka memegang teguh dan
melaksanakan ajaran-ajaran yang sudah ditetapkan oleh Allah Swt! Banyak
kemudharatan, atau kerugian yang akan ditimbulkan saat seseorang wanita dan lakilaki bercampur baur.
Sebuah contoh, saat kita melakukan rapat. Yang pada saat itu , bercambur baur
antara laki-laki dan perempuan. Yang akhirnya membuat seorang perempuan atau
laki-laki sulit untuk menundukkan pandangannya. Padahal, menundukkan pandangan
sangat diwajibkan dalam Islam. Baik untuk laki-laki dan perempuan!" Aku menarik
nafas dalam-dalam. "Aku kira, eksistensi dari kerjasama itu sendiri. Meskipun tidak
berkumpul secara nyata. Tetap, tidak menghilangkan kredibiltas dari kerjasama para
teman-teman LDK! Bahkan, kami. Para perempuan, merasa sangat nyaman. Jika
rapat, tidak terlihat atau dilihat oleh laki-laki. Dan itu membuat kita lebih bebas.
Bebas dalam menyatakan pendapat, baik bebas dalam menentukan sikap. Bukan
berarti, saat kami tidak berkumpul dengan para leki-leki itu. Kami menjadi tidak
kompak. Bahkan, dengan cara seperti itulah. Kami menjadi benar-benar termotivasi
untuk memberikan kontribusi yang besar bagi dakwah kita masing-masing.
Adanya kegiatan-kegiatan yang tidak dilakukan bersama-sama. Itu merupakan
agenda yang telah dimiliki oleh divisi masing-masing. Terutama divisi wanita,
mempunyai agenda tersendiri. Jadi divisi wanita lebih cenderung berisikan kegiatankegiatan yang bersifat kewanitaan. Dalam hal ini, bersifat mengembangkan atau
memberikan motifasi diri para setiap wanita. Untuk lebih memahami agama Islam ini.
Jadi, semua itu sudah tertata rapi. Bukan karena, kita memiliki kegiatan sendirisendiri. Lalu terlihat kami tidak mempunyai jiwa kekompakan dalam berorganisasi!
Malahan, dengan seperti itu. Para wanita tidak canggung lagi, untuk lebih
mengekspresikan apa yang ingin dilakukannya!
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Jadi, meskipun terlihat. Bahwa para perempuan dan laki-laki di teman-teman
LDK. Saat mengadakan kegiatan tidak berbarengan. Bukan berarti, kekompakan itu
tidak terjadi. Namun, karena memang kami menjaga diri dari hal-hal yang telah
dilarang oleh Allah. Yaitu berikhtilath.
Kamu bisa melihat, sekarang. Secara kasat mata maupun secara riil kinerja
dari teman-teman LDK dan dari UKM-UKM lainnya. Termasuk UK3. Mana yang
lebih baik. Dan predikat yang telah dijalankan teman-teman LDK, lebih bagus
ketimbang UKM yang lain! Ini bukan masalah mudah, tetapi karena memang
kekompakan yang telah terjalin. Bukan hanya kekompakan semu. Tetapi kekompakan
yang memang benar-benar terjalin erat karena adanya persamaan ideology yang kuat,
persamaan iman kuat, persamaan tujuan yang kuat, persamaan cara dakwah yang
kuat. Sehingga ini yang akhirnya mempererat jalinan ukhuwah atau persaudaraan
kami! Jadi kekuatan kompakan kami, terletak pada semua itu!"
"Iya. Aku memang mengakui, bahwa kegiatan dan kredibilitas teman-teman LDK.
Lebih bagus! Hem. Terima kasih atas kesedian kamu menjawab semua pertanyaanku.
Mungkin untuk saat ini, hanya itu pertanyaanku. Terima kasih atas waktu luangnya!"
Nova mengakhiri pembicaraan.
"Iya. Insya Allah, jika pembicaraan kita bermanfaat. Pasti aku akan dengan senang
hati mendatanginya! Dan semoga, Allah memberikan rahmat dan hidayah disetiap
pembicaraan kita ini!" Ucapku dengan menjabat tangan Nova.
Nova tersenyum. Senyuman penuh rasa kepuasan dalam hatinya.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Jilid 7 Sejenak aku merebahkan diri. Mengentaskan semua asa yang tertanam dalam
diri. Tubuhku terasa nyaman, berada dalam naungan kasur busa. Sesekali aku
menghela nafas panjang. Menerawang dalam tatapan yang penuh dengan keletihan.
Letih menjalani hari yang panjang. Hari yang melelahkan dalam satu hari penuh
dengan perjuangan. Beberapa persoalan, datang silih berganti dalam hidup. Gejolak
jiwa dalam aral yang membelenggu. Mengganggu tanpa permisi terlebih dahulu.
Semuanya datang. Semuanya terasa keras dalam balutan masalah yang tak akan
tuntas. Tetapi aku yakin. Tidak ada masalah yang tidak bisa dituntaskan. Karena
Allah, telah memberikan cobaan dengan beserta kemudahannya. Aku yakin,
semuanya bisa terselesaikan. Selesai tanpa harus membekas dalam diri dengan
setumpuk masalah yang sama bertubi-tubi.
"Tluut"Tliit"." Suara sms Hp mengagetkanku.
Febrianti. Tertulis dalam layar LCD. "Mbak, anti dmn" Nggak ngechat! Tmn2 lg
nungguin. Pngen tausyiah dari Mbak Farah. Cepat ya Mbak!" Pesan SMSnya.
Masya Allah, aku lupa. Hari ini kan ada liqo" di teman-teman chatting! Segera
mungkin aku langsung menghidupkan komputer. Tak perlu beranjak dari tempat tidur.
Karena dengan hanya menekan remote. Maka komputer dengan sendirinya langsung
merestart. Segera aku mengambil jilbabku, untuk aku kenakan. Sejenak windows xp
mengeluarkan wajah cantikku. "Afwan, sudahkah anda membaca basmalah" Kalau
sudah, tolong diisi password untuk menuju tampilan XPnya. Syukron. Wassalam!"
Bunyi tampilan otomatis dalam komputer.
Segera mungkin aku connect keinternet. Memasang camera dengan bagus. Dan
langsung menuju ke chatcam. Tak lama aku sudah menuju keteman-teman cyber
liqo". Unik sebenarnya, saat kami bertemu dalam dunia cyber. Beberapa akhwat
adalah adik kelasku, teman-temannya Dewi. Dan yang lainnya, adalah teman-teman
cyber chatku. Karena kebanyakan mereka kuliah diluar negeri. Hingga akhirnya, kami
memutuskan untuk selalu berhubungan dengan cara seperti ini. Beberapa temanteman chattingku. Malahan dulu adalah seorang non muslim. Yang begitu tertarik
dengan Islam. Hanya saja, mereka tidak dapat belajar tentang Islam lebih dalam.
Karena mereka diwilayah negeri orang-orang kafir. Sehingga alternatifnya adalah,
dengan chatting. Ada dua versi chatting yang dikembangkan dalam liqo"anku. Yaitu,
chatcam dan chatvoice. Dua-duanya langsung terhubung dalam satu channel chatting.
Sehingga dengan mudah, jika seorang yang tidak mempunyai camera. Tetap bisa
mendengarkan suara para chatter.
"Assalamualaikum!" beruntun, suara-suara para chatter. Terlihat Febri, tetap dengan
wajah imutnya dan jilbab besarnya. Lalu ada Ine dengan jilbab trendynya. Ada Ratna,
Asih, Fenti, Maya, Desti, dan banyak lagi. Juga beberapa teman-teman chatvoice yang
hanya menunjukkan inisial atau nama-namanya saja.
"Walaikumlalam."
"Mbak Farah, kok telat ada apa?" Tanya Desti.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)


Aku Menggugat Akhwat Dan Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

www.ggs001.cjb.net "Ana lagi kecapean! Satu hari yang melelahkan plus menegangkan serta menguras
pikiran!" Ucapku senyum.
"Emang, lagi ada kegiatan yah Mbak?" Tanya Febri.
"Iyah, bisa dibilang begitu!" Ucapku. Kegiatan yang telah membuat jantung begitu
keras dalam detakannya. Gumamku.
"Enak yah, Mbak! Kalau di Indonesia. Masih bisa melakukan dakwah sesukanya!"
Ucap Febri dengan senyum simpulnya.
"Iya! Kalau kita disini nggak bisa seenaknya, melakukan kegiatan-kegiatan yang
berbau religius ditempat umum! Bisa-bisa ditangkap karena mengganggu
masyarakat!" Sahut Ratna.
"Apalagi disini! Bisa-bisa langsung dikira teroris." Sela Asih, sengit.
"Memang, banyak negera-negara yang katanya menjunjung hak asasi. Tetapi seorang
yang melakukan hak asasinya malah dilarang. Banyak para akhwat Perancis yang
telah keluar dari universitas terkenal. Hanya karena mereka berjilbab! Padahal, untuk
masuknya sangat sulit." Ucap Fenti.
"Woi, kasih hak bicara dong! Jangan hanya yang punya webcam aja, yang bicara!"
sela Anggi yang berada di chatvoice.
"Ih, siapa yang memotong hak bicara! Anti saja, yang tidak mau bicara." Seru Ine.
Yang membuat teman-teman akhirnya tertawa.
"Iya, kalau disini juga susah untuk kegiatan yang berbau religius! Di Ausy, malah ada
salah satu akhwat yang diludahin saat mau berangkat kuliah." Ucap Anggi semangat.
"Siapa yang nanya!" sela Ine.
"Yee"." Ucap Anggi, bersungut.
"Hehehe". Sudah-sudah! Anti berdua ini kok kaya" apaan." Selaku. Mendamaikan.
"Biasa, Mbak! Anggi dan Ine itukan kucing dan tikus. Ngeong?" Citcit"..!" ledek
Asih. "Iya, ana kucingnya. Ukhti Ine tikusnya! Hehe?" ucap Anggi.
"Yee.. ana yang kucingnya. Anti tikusnya!" Seru Ine.
"Hehe" kok rebutan jadi binatang sih! Emang nggak enak yah jadi manusia?"
ucapku bercanda. "Iya, nih. Ukhti Asih ituloh yang mulai, Mbak!" Jawab Anggi.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Iya, ini gara-gara Ukhti Asih!" Sahut Ine.
"Loh-loh" kok malah ana sih yang disalahin!" ucap Asih. Tidak terima.
Seluruh chatter pun tertawa. Sungguh keterikatan ukhuwah yang telah menjadikan
kami bisa begitu dekat. Entah darimana asal mereka. Apa warna kulit mereka, bahasa
apa yang mereka pakai. Selama dalam naungan Islam. Mereka adalah saudara. Hingga
sampai-sampai, para room dichatting. Merasakan kenikmatan persaudaraan itu.
Perkara kecil bisa dibesar-besarkan, tetapi tidak menjadi besar. Perkara besar tidak
dibesar-besarkan malah kalau bisa dipermudah dan diperkecil. Karena ikatan
ukhuwah kita yang kuat. Sampai-sampai bagaikan seorang adik kakak. Pertikaian
kecil, merupakan bumbu-bumbu yang akan mempererat persaudaraan.
"Hehe". Ya sudah! Gimana kita mulai sekarang?" selaku.
Sejenak mereka pun sedikit demi sedikit bisa mengatur dirinya. Suara riuh canda tawa
mulai sedikit demi sedikit mereda. Mereka memulai memfokuskan dalam
bermuhasabah pada setiap dirinya.
"Tafadhol, Mbak!" Ucap Febri, mempersilahkan aku memberikan materi.
"Alhamdulillah. Insya Allah, untuk hari ini kita membahas materi akhlak dan ikhlas!"
sejenak aku mengela nafas. "Akhlak. Bisa dikatakan sebagai adab. Atau perilaku
tentang budi pekerti. Dalam kamus bahasa. Beberapa orang mengatakan, bahwa
akhlak adalah sebuah perilaku budi pekerti yang diambil dari sebuah kebudayaan.
Tetapi, Akhlak dalam Islam. Bukan dari kebudayaan orang Arab. Tetapi, lebih
dicenderungkan dalam kebudayaan manusia. Budi pekerti manusia yang universal.
Dan akhlak dalam Islam, adalah karakter dominan Rasulullah! Yaitu, seorang yang
ramah, adil, baik. Intinya, kesempurnaan manusia yang ada dunia. Hanyalah pada
Rasulullah!" dalam layer monitor. Teman-temanku mendengar secara pasti taujih
yang aku sampaikan. Rasa ketidaktahuan, atau rasa ingin memperkuat keimanan.
Terlihat dari setiap wajah-wajah dalam monitor. Tidak terkecuali, teman-teman yang
hanya bisa mendengar melalui chatvoice.
Setiap hal, yang mendetail masalah akhlak dan ikhlas. Aku sampaikan dengan
jelas. Aku ingin tidak ada yang tersisa lagi dalam setiap penyampaian materiku.
Hingga menimbulkan rasa penasaran yang tinggi. Atau ilmu yang hanya setengahsetengah saja. Dengan pasti, aku memberikan materi-materi itu. "Alhamdulillah. Baik,
ada yang perlu ditanyakan" ucapku diakhir penjelasan.
Sejenak para chatter diam. Berfikir dan merasapi taujih yang aku sampaikan. Wajah
mereka tertunduk, mengharap keikhlasan dengan perbuatan yang mereka lakukan.
Perbuatan yang entah mereka lakukan. Aku tidak tahu.
"Mbak, ana mau tanya!" ucap Desti. Membuyarkan lamunan para chatter.
"Iya, tafadhol Ukh!" jawabku.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Mbak, ana mau tanya tentang keIkhlasan. Apakah seorang yang melakukan sebuah
pekerjaan. Tetapi dia melakukan itu dengan senang hati, tetapi karena menginginkan
sesuatu selain Allah! Apakah itu juga dinamakan Ikhlas?"
"Seorang yang melakukan perbuatan, tetapi didasari untuk mendapatkan sesuatu.
Sesuatu yang bukan berdasarkan pada Allah. Juga termasuk Ikhlas! Tetapi, keikhlasan
itu hanya pada sesuatu yang diinginkannya saja. Dan dia tidak mendapatkan pahala
ikhlas yang diberikan oleh Allah. Dalam sebuah hadits disebutkan, diriwayatkan oleh
Ahmad. "Sebaik-baik usaha adalah usaha tangan seorang pekerja apabila ia
mengerjakannya dengan tulus." Jadi semua itu, mempunyai nilai keikhlasan sendirisendiri. Jika seseorang meniatkan dirinya untuk Allah, maka Allah lah yang akan
menjadi tujuannya. Dan pahala yang akan didapatkannya. Sedangkan, jika seorang
meniatkan untuk hal-hal yang lain. Selain Allah. Maka, hanya hal itu saja yang akan
didapatkannya!" jelasku.
"Lalu, cara untuk ikhlas atau menjaga ikhlas dalam dakwah bagaimana Mbak"
Kadang, ana sangat ikhlas sekali untuk mengadakan kegiatan. Tetapi, saat kegiatan itu
tidak sesuai dengan harapan. Keihlasan ana menjadi pupus!" tanya Maya.
"Iya, kadang kita benar-benar sangat bersemangat dalam beradakwah. Dan kadang
kala kita menjadi luntur atau futur. Saat-saat apa yang kita harapkan tidak tercapai.
Atau kita bosan dengan kegiatan tersebut! Mungkin, kita perlu merefiu kembali jalan
dakwah yang kita lakukan. Saat kita melakukan sebuah kegiatan. Dengan harapan,
bahwa kegiatan itu akan mencapai target yang ingin kita capai. Tetapi sayang,
beberapa teman-teman kita banyak yang tidak datang dalam kegiatan tersebut.
Biasanya membuat kita menjadi pesimis dengan berlangsungnya kegiatan dengan
bagus! Atau panitia kegiatan banyak yang datang terlambat. Itu juga, salah satu yang
membuat keikhlasan menjadi luntur!
Pernah ada seorang akhwat, melakukan kegiatan yang sudah sangat dirancang
dengan matang. Lalu, pada saat pelaksanaan kegiatan. Banyak akhwat-akhwat panitia
yang terlambat hadir atau bahkan tidak hadir. Akhwat ini bingung. Peserta sudah
sanagt membludak. Tetapi, panitia banyak yang tidak hadir. Akhirnya akhwat ini
menelephon seorang akhwat yang belum hadir. Sebuah percakapan terjadi,
Akhwat A : Akhwat B : Akhwat A : Akhwat B : Ukhti, anti dimana" Peserta sudah banyak. Anti tolong
kemari dong! Afwan ana tidak bisa hadir. Ana ada keperluaan!
Semoga anti dan teman-teman bisa mengatasi sendiri.
(Ucapnya dengan enteng, tidak ada penyesalan sama
sekali) Anti kok nggak bilang saat syuro". Kalau seperti ini kan
kasihan Al Ukh yang lain. (Ucapnya, sedikit agak
emosi) Iya, Afwan. Ana hari ini ada teman yang lagi main
kerumah. Jadi nggak bisa ninggal! Semoga anti tetap
niat ikhlas anti tidak ternodai dengan nafsu amarah anti.
(Ucapnya, tanpa ada perasaan yang bersalah)
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Akhwat A : Akhwat B : Akhwat A : Masya Allah, Ukh! Anti kan bisa ajak teman anti disini!
(Ucapnya agak tegas, dengan nada yang meninggi.
Sedikit terlihat emosi) Afwan, nggak enak. Nanti ganggu anti dan temanteman. Lebih baik, anti dan teman-teman tetap
istiqomah dijalan dakwah. Dan tetap, semoga niat anti
nggak ternodai dengan nafsu amarah anti. (Ucapnya,
tanpa ada perasaan yang bersalah. Seperti ingin
menasehati) TAHU APA ANTI TENTANG ISTIQOMAH DAN
IKHLAS. (Ucapnya dengan keras. Setelah itu menutup
telephon) Baik. Sekarang siapa yang salah" ucapku. Sambil melihat satu persatu Al Ukh,
Halaqoh Cyber Liqo".
Mereka terlihat bingung. Sesekali ada yang mengatakan salah satu yang salah.
Tetapi ada juga, yang menyalahkan kedua akhwat itu. Dengan alasan, akhwat satu
yang menelphon tidak mempunyai kesabaran untuk menghadapi Akhwat yang
ditelephon. Lalu akhwat yang ditelephon, tidak mempunyai rasa persaudaraan yang
kuat kepada akhwat yang lainnya. Tetapi, lebih banyak yang diam. Tidak
berkomentar, atau menungguku untuk lebih dalam menjelaskan persoalan ini.
"Iya! Dalam kasus tadi. Kita dapat mengambil sebuah ibroh atau hikmahnya.
Memang, niat ikhlas itu sangat diharapkan untuk tidak keluar dari dalam niat kita.
Tetapi, ada penyebab yang membuat niat ikhlas itu keluar. Yaitu, dengan cobaan
seperti apa yang terjadi dalam kasus tadi! Seorang, yang sudah ikhlas dalam hatinya.
Akhirnya ternodai oleh saudaranya sendiri! Ikhlas, bukan berarti tidak butuh bantuan.
Ikhlas, bukan berarti bertindak sendirian. Dan seharusnya, untuk menjaga keikhlasan
sesama saudara. Maka saudara yang lainnya, pun harus ikut menjaga niat keikhlasan
dalam perjuangan saudaranya. Bukan malah, membiarkan saudaranya berjuang
sendiri. Lalu dengan seenaknya, saudara yang lainnya mengatakan tentang keikhlasan.
Keikhlasan tentang saudara yang lainnya. Ini berarti, menjadikan tumbal saudara kita
sendiri!" Aku sedikit menarik nafas, lalu menghembuskannya pelan. "Maka, untuk
menjaga niat ikhlas kita. Seharusnya, sikap kita adalah tidak mementingkan hasil dari
apa yang kita kerjakan. Cukuplah usaha yang kita jalankan, sesuai dengan apa yang
memang seharusnya. Tidak usah begitu mengharapkan hasil yang sempurna. Tetapi,
tetap ada hasilnya! Dan cukuplah Allah, yang memberikan hasil dari kita. Cukuplah
kita, berikhtiar dengan usaha yang kita lakukan."
"Iya, ana juga setuju kalau seperti itu Mbak!" Ucap Desti.
"Ana jadi lebih mengerti sekarang!" Sahut Anggi.
"Sama, ana juga!" Ucap Febri.
"Syukron Mbak! Ana jadi lebih tenang, dengan penjelasan yang Mbak Farah
sampaikan!" Ucap Ine.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Sama, ana juga!" Ucap beberapa teman-teman yang lain.
"Alhamdulillah. Kalau seperti ini kan, ana jadi nggak lebih mudah menjelaskannya!"
ucapku. Sambil bercanda. "Mbak, ana mau tanya!" Ucap Anggi.
"Tafadhol!" Jawabku.
"Mbak, ana di sini sering bertemu dengan saudara kita yang lainnya. Di Australia, ada
beberapa harokah-harokah Islam yang banyak. Termasuk ada juga, beberapa yang
menyebutkan diri dari golongan pengikut ulama salaf. Anehnya, kadang kami saling
berdebat. Untuk mempertahankan harakah kita masing-masing! Mengunggulunggulkan apa yang kita kerjakan. Dan tak jarang, kata hujatan pun meluncur untuk
salah satu harakah. Suasana ini baru ana alami disini, Mbak! Saat di Indonesia, ana
tidak begitu sering melihat harakah-harakah lain. Dan tidak pernah mendengar
hujatan-hujatan yang menyakitkan! Tapi disini, semuanya bisa dilakukan.
Mengunggul-unggulkan golongan mereka, merupakan hal biasa disini. Pantas saja,
banyak para jamaah yang terlihat tidak begitu menyatu. Membaur dalam kerangka
ukhuwah yang erat! Mereka lebih memilih, bergabung dengan orang-orang yang
sealiran dengan mereka!" Ungkap Anggi.
"Hem. Iya, memang. Inilah yang menjadi persoalan serius dalam umat Islam! Banyak
para harakah, organisasi, aliran dalam Islam. Yang menyerukan tentang persatuan.
Hanya saja, persatuan yang mereka inginkan lebih bersifat penyatuan. Bukan
persatuan yang menginginkan kesatuan. Di Indonesia pun, sering terjadi. Mereka
lebih menonjolkan harakah atau organisasi mereka. Persatuan, sering digembargemborkan dalam setiap harakah atau organisasi. Tetapi sayangnya. Persatuan yang
mereka inginkan, lebih bersifat menyatukan harakah atau organisasi lain kedalam
harakah atau organisasinya sendiri. Ini yang membuat menjadikan persatuan tidak
terjaga dengan baik. Beberapa cemoohan, hujatan dan celaan harakah atau organisasi
satu dengan yang lainnya! Sepertinya, kita terhambat dengan pola perjuangan harakah
dan organisasi yang mementingkan diri mereka sendiri.
Ana pernah berdialog dengan satu aktivis harakah selain kita. Mereka dengan
mudah mengatakan sesuatu yang menyakitkan hati. Akhlak mereka menjadi bias,
dengan ashabiyah yang mereka punyai! Beberapa kali, ana mengelus dada. Saat
berbicara dengan mereka. Ana mencoba sabar dengan kata-kata yang begitu
menyakitkan. Bahkan, ada sebuah harakah yang menghina seorang ulama besar.
Hasan Al Banna. Seorang ulama yang begitu masyhur dalam dakwahnya, harus dihina
dan fitnah. Kasihan. Bahkan, isu yang digemborkan adalah. Hasan Al Banna
merupakan seorang yang membela orang-orang Israel. Membela kaum-kaum Yahudi!
Padahal, semua tahu. Bahwa banyak kader-kader Hasan Al Banna yang diterjunkan
untuk turut berperang saat Israel menyerang Palestina. Dan bahkan, hampir-hampir
saja. Kader-kader Hasan Al Banna dapat mengalahkan pasukan Israel. Kalau pada
saat itu, Anwar Saddat seorang presiden Mesir yang zhalim itu tidak menangkapi
kader-kader Hasan Al Banna!
Ironis, seorang kader yang menunjukkan eksistensinya dalam dunia Islam.
Harus dipenjarakan dan dibunuh oleh orang-orang munafik. Tetapi hebatnya, kaderFajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net kader Hasan Al Banna tidak pernah mengeluh dalam setiap perjuangannya. Dan
bahkan, mereka tidak melakukan sebuah kemakaran terhadap negaranya. Meskipun
saat itu mereka sudah sangat di zhalimi! Sangat hebat. Bahkan, saat kader-kader
Hasan Al Banna di penjara. Mereka berfikir, penjara itu adalah bagian dari rihlah
mereka! Saat mereka berada diruang penjara bawah tanah, hingga mereka tidak bisa
melihat tangannya sendiri karena gelap. Tapi, sungguh sangat mengesankan. Mereka
dengan bergantian meramaikan penjara bawah tanah itu, dengan muraja"ah Al
Qur"an. Subhanallah! Dan Hasan Al Banna adalah seorang pembesar, yang mengakui.
Bahwa Indonesia, adalah negara yang berdaulat! Yang pada saat itu, tidak ada negara
yang berani mengakui kemerdekaan Indonesia.
Ana sangat salut dengan perjuangan yang dilakukan oleh Hasan Al Banna.
Meskipun, ana pun tidak menafikkan ada ulama-ulama lain. Selain Hasan Al Banna.
Tetapi, ana lebih menyukai dan mengagumi para ulama-ulama besar. Dengan
penghormatan dan bukan penghinaan. Ulama manapun! Selama ulama itu dalam
koridor syariat yang benar, maka ana akan mengagumi mereka. Karena, ana tidak
ingin bertaklid dengan salah satu ulama. Karena ulama adalah manusia, mempunyai
kesalahan dan dosa! Tetapi, kebenaran itulah yang seharusnya kita ambil dari setiap
para ulama-ulama! Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh para ulama. Seharusnya
kita pun memahami, bahwa ulama juga manusia. Bukan lantas menyalahkan seluruh
ajarannya, hingga menafikkan ajaran keberanan-Nya!
Adapun saat kita dihina. Maka jangan sekali-kali, kita membalas hinaan
mereka dengan balik menghina! Karena sesungguhnya, kehinaan itu akan kembali
kepada seorang penghina. Dan sekarang, sudah bukan jamannya lagi untuk berdebat
dengan sesama muslim! Selama muslim itu benar dalam pandangan syariat,
melakukan perbuatan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah, melakukan perbuatan
yang tidak dilarang oleh Rasulullah. Maka kita, tidak usah saling membenarkan atau
menyalahkan! Kita ingat, musuh bersama kita sekarang bersatupadu memerangi kita.
Mereka sedang menyiapkan senjata-senjata mereka. Sejata materil, Pun senjata
propaganda perpecahan umat. Maka kita jangan sampai tertipu daya dengan
propaganda itu. Adakalanya, saat kita berdebat. Janganlah mencari pembenaran,
tetapi carilah kebenaran untuk kemaslahatan. Bukan kebanaran abstrak yang kolot
harus dilakukan. Karena, kita harus ingat. Bahwa jaman terus berubah, banyak aturanaturan Rasulullah yang tidak mengatur dalam aturan jaman yang akan datang. Dalam
konteksnya, ijtihad-ijtihad yang dilakukan ulama satu dengan ulama yang lainnya.
Tidaklah boleh saling membuat perpecahan diantara umat Islam!
Kita ingat bahwa sesungguhnya, sebuah persatuan dalam Islam akan terjadi.
Manakala semua umat Islam mengerti apa yang dilakukannya masing-masing. Usahausaha untuk saling mengingatkan antara sesama Islam. Harus dilakukan. Tetapi
dengan cara bahasa yang santun, tidak menyakitkan hati seorang yang akan kita beri
pengingatan kembali. Banyak cara agar persatuan Islam dapat kembali, salah satunya
seperti yang ana sebutkan tadi. Karena jika kita terlena dengan perang kita sendiri,
sedangkan ada musuh bersama yang sedang mengintai kita. Yang sekarang sedang
melakukan persiapan untuk menghancurkan umat Islam. Sekarang, sudah saatnya kita
harus bangun dari tidur kita dengan mimpi-mimpi buruk perpecahan umat Islam.
Akan menjadi sebuah kehancuran, saat-saat kita masih terbuai dengan mimpi-mimpi


Aku Menggugat Akhwat Dan Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdebat dengan sesama Islam. Jangan-jangan, saat kita terbangun dari tidur. Para
musuh Islam, sudah menodongkan senjata dihadapan kita! Apalagi, saat kita
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net terbangun. Ternyata kita sudah berada dipenjara-penjara musuh Islam. Atau, janganjangan. Malah saat kita terbangun, kita sudah berada diakhirat. Dibangunkan oleh
malaikat dengan pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang kita lakukan untuk Dien kita
ini! Dibangunkan oleh malaikat, saat kita diakhirat. Karena pada saat kita sedang
tertidur, musuh-musuh Islam telah menjatuhkan bom-bom mereka. Sehingga, kita
tidak sadar bahwa kita telah meninggal. Kita telah berad diakhirat, karena kebodohan
kita memerangi umat Islam sendiri!
Apakah kita rela memerangi saudara kita sendiri" Apakah kita memang
menginginkan kehancuran umat Islam" Ataukah, karena kita ingin menunjukkan
kebenaran yang pada dasarnya hanya ingin memenangkan sebuah perdebatan" Masya
Allah. Kita sekarang sedang dilanda dengan berbagai hinaan, cercaan dari umat yang
lain. Apakah kita harus saling menghina umat Islam sendiri! Inilah yang memang
seharusnya koreksi bagi kita. Meskipun, saudara-saudara kita menghina dengan
perkataan yang menyakitkan hati. Cukuplah Allah, mengetahui apa yang kita
inginkan. Hanyalah Allah, yang biar membuktikan niat dan cara kita tidak seperti
yang mereka duga. Dan biarkanlah hujatan-hujatan itu, Allah yang menjawabnya!
Maka seharusnya kita, berlapang dada dalam menerima pengingatan yang
menyakitkan. Berusaha berlapang dada dengan hinaan yang mereka ucapkan.
Berusaha untuk istiqomah dalam kekuatan yang kita bangun dan kita satukan. Kita
tidak usaha memaksa mereka untuk mengikuti cara-cara kita. Kita tidak memaksa
mereka mengikuti pola perjuangan yang sedang kita jalankan. Tidaklah sakit hati, jika
saat kita dihina oleh mereka. Sehingga kita menjadi terhina. Semua itu harus kita
pupuk dalam diri kita. Sehingga kita tidak merasa rendah dibanding mereka! Kita
harus ingat. Bahwa saat dijaman Rasulullah. Perjuangan-perjuangan yang dilakukan
bersifat mengikuti apa yang diperintahkan oleh Beliau (Rasulullah). Tetapi disaat
jaman setelah Rasululllah. Kita menjadi ingat, bahwa banyak perbedaan pendapat
yang terjadi pada beberapa sahabat Rasulullah.
Namun, perbedaan itu tidak menjadikan sebuah perpecahan umat. Malah
menambah semangat untuk memperjuangkan Dien kita ini. Sehingga kita bisa
melihat, bagamaina Abu Bakar dengan Umar saat berbeda pendapat. Kita ingat
tentang Utsman dan Ali yang berbeda pendapat. Mereka tetap menyatukan diri dalam
satu naungan. Meskipun mereka mempunyai perbedaan yang mencolok. Bahkan kita
lihat Khalid bin Walid saat berbeda pendapat dengan Umar bin Khattab. Tidaklah
menjadikan perbedaan itu meretakkan hubungan ukhuwah mereka. Mereka tetap
dalam koridor-koridor perjuangan yang pasti. Dan tidak saling menyalahkan atas
perbuatan yang dilakukan setiap sahabat. Dan tidaklah terdapat hujatan, hinaan, atau
bahkan cemoohan dan celaan kepada mereka. Bahkan mereka dengan sangat
berlapang dada, saling memuliakan saudaranya saat terjadi perbedaan pendapat. Ini
merupakan sebuah contoh yang bagus. Ini merupakan sebuah kekuatan ukhuwah yang
harus kita jalankan. Bukan malah menjadikan sebuah perbedaan sebagai hal yang
menakutkan. Bahkan menjadikan rival saudara kita sendiri, saat mereka berbeda
pendapat dengan kita. Ini merupakan perkara yang besar yang harus kita hadapi. Yang harus kita
pahami. Yang harus kita mengerti. Bukan hanya sekedar memaksakan diri untuk
mengatakan kepada saudara kita. Bahwa kitalah yang paling besar dan berjasa dalam
memperjuangkan agama kita ini. Bahkan mengatakan, kitalah yang paling benar
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net dalam setiap cara perjuangan yang kita lakukan. Jangan! Cara-cara yang kita gunakan
harus tetap sesuai dengan koridor-koridor yang sudah ditetapkan dan diajarkan oleh
Rasulullah. Dan bila terjadi sebuah cara yang lain, selama cara itu tidak merugikan
atau bahkan menyimpang dari ajaran. Maka seharusnya kita tidak ada sebuah celaan
terhadap sesuatu cara baru tersebut. Atau dengan kata lain, kita mudah mengatakan
sebuah kebid"ahan kepada saudara kita.
Pemahaman dan pengertian sesama saudara Islam. Sangat wajib dilakukan.
Bukan celaan dan pembenaran yang menjadikan umat Islam berjaya. Tetapi lebih
didasari dengan kerendahan hati, kelembutan bertutur kata, kemulian akhlak kepada
setiap saudara umat Islam yang seharusrnya ditunjukkan. Insya Allah, seperti itu.
Wallahu"alam." Jelaku penjang lebar.
"Mbak, lalu cara-cara untuk tidak terprovokasi untuk saling menghujat bagaimana?"
Tanya Febri. "Insya Allah. Hujatan, celaan, cemoohan dan perbuatan yang lain. Yang
menimbulkan rasa sakit hati seorang yang mendengarkan. Timbul karena adanya
sebab-sebab yang ditumbulkan dari beberapa faktor, yaitu internal dan eksternal.
Faktor Internal lebih dipengaruhi oleh hati kita sendiri. Faktor eksternal, lebih
dipengaruhi oleh sebuah stimulan atau pembangkit dari perkatan tersebut. Seperti
halnya, berdebat dengan argumentasi atau hujjah yang menginginkan orang harus
mengerti dengan apa kita maksud. Memaksakan kehendak seseorang saat kita
berdiskusi untuk mengikuti cara yang kita lakukan. Tidak mau mengerti dengan
hujjah atau argumentasi orang lain. Dengan contoh sebab-sebab seperti itulah yang
akan membuat kita menjadi melakukan hujatan, celaan, cemoohan dan perbuatan lain
yang tidak enak untuk didengar. Yang paling terpenting, kita tidak usah berdebat
dengan orang-orang muslim. Karena pada dasarnya, perdebatan itu dilarang oleh
Allah. Selain berdebat dengan cara yang baik dan dilakukan kepada orang-orang
kafir. Allah tahu, bahwa perdebatan itu adalah bumbu perpecahan. Maka Allah
melarang kita berdebat. Seperti dalam Qur"an Surat Al Ankabut 46. "Dan janganlah
kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali
dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman
kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu;
Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri."
Sehingga Allah memberitahukan sebuah perdebatan hanya untuk para Ahli Kitab dan
orang-orang zalim. Bukan untuk sesama orang-orang Islam!" jelasku.
"Lalu, bagaimana cara yang terbaik dalam berdakwah tanpa harus berdebat Mbak?"
Tanya Ine. "Ana belum tahu cara yang terbaik. Karena masing-masing mempunyai versi cara
terbaik bagi dirinya sendiri!" Ucapku senyum. Setelah menghela nafas, aku lanjutkan
penjelasanku "kalau menurut ana sih, cara yang terbaik dalam berdakwah agar
terhindar dari perdebatan yang membuat hati kita menjadi panas dingin, keringat
dingin mengalir, detak jantung yang tidak beraturan, nafas yang tersengal, dan
membuat sorot mata kita tajam bagaikan akan menerkam sebuah mangsa didepan.
Adalah, dengan cara tidak melakukan sebuah perdebatan. Atau menghindari hal-hal
yang berbau perdebatan. Karena, kita harus yakin. Masih banyak cara yang lain dari
pada harus berdebat dengan egoisme setiap masing-masing pembicaranya! Dengan
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net tidak menuruti hawa nafsu untuk berdebat, maka kita sudah menghindari perpecahan
umat Islam. Dan dengan begitu dakwah kita, Insya Allah akan lebih mudah.
Seseorang diingatkan, tidak harus didebat dengan kebenaran yang benar. Tetapi
cukuplah diri seseorang yang mengingatkan itu melakukan apa yang diucapkan.
Sehingga itu yang menjadi contoh bagi orang yang akan diingatkan! Dan ada
beberapa hal yang harus kita pahami. Bahwa dakwah, bukan berarti tugas seorang
saja. Tetapi setiap umat muslim, berhak dan wajib untuk berdakwah. Dengan
mendakwahkan ajaran-ajaran yang memang tidak diragukan lagi kebenarannya!
Bagaimana?" Ucapku Mereka mengangguk setuju.
"Lalu, Mbak. Cara dakwah seperti apa yang menurut Mbak Farah bagus?" Tanya
Ratna. "Cara dakwah yang bagus" Hem, ana pernah dengar dari salah satu ikhwan. Akhi
Khalid namanya, ikhwan ini mengatakan saat dia ditanya seperti itu. Dengan satu
kalimat. Cara dakwah yang bagus adalah bersyi"ar seperti Jamaah Tagbliq,
berakhidah seperti para Salafi, dan berakhlaq dan ikhlas seperti Ikhwanul Muslimin.
Tetapi, bukan berarti satu dengan yang lainnya bertentangan atau memiliki
kekurangan. Tidak. Kita hanya mengambil cara-cara yang terbaik, yang pernah
dilakukan oleh mereka. Dan tidak mengkotak-kotakan satu dengan yang lainnya. Jadi
itulah cara dakwah yang menurut ana bagus!" sedikit, aku menghela nafas. Setelah itu
mengatakan. "Baik, sudah malam nih! Bagaimana kalau liqo" kali ini kita akhiri
saja?" Tawarku. "Hem, disini masih jam sepuluh pagi Mbak!" Ucap Ratna.
"Yee... anti di Amrik. Kalau disini mah, sudah jam 10 malam!" Sergahku sambil
tersenyum. Beberapa para chatter pun tersenyum. Entah termasuk para chatvoice juga. Aku tak
tahu, karena aku tidak melihat mereka tersenyum.
"Iya, kalau Mbak Farah ingin off dulu silakan! Terima kasih banyak atas taujihnya.
Insya Allah, kami mendapatkan ilmu yang belum kami dapat." Ucap Febri.
"Ok, ana Off dulu yah. Ana udah capek banget nih! Sebelumnya, ana minta maaf jika
taujih ana ada yang tidak berkenan dihati anti semua. Baik, ana off dulu.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Serempak jawaban para chatter
tanpa dikomando. Setelah itu aku langsung menshoutdown komputer.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Jilid 8 "Insya Allah, ana siap menikah dengan anti!"
Aku terbangun dari tidurku. Jantungku berdetak cepat tidak karuhan.
Keringatku mengucur deras. Sejenak aku mengingat mimpi yang menghampiriku.
Tidak mungkin! Gumamku lirih. Sejenak air mataku mengalir. Entah mimpi tadi
adalah sebuah kebahagiaan, atau sebaliknya. Aku tidak tahu!
Suara adzan shubuh menggema dalam keheningan pagi. Masya Allah,
malamku terlewat lagi. Tahajjudku, tertinggal kembali. Begini, kalau tidak ada suami
yang membangunkan! Ucapku dalam hati. Seraya tersenyum. Segera aku bangun dari
peraduan kasur busa yang empuk. Bergerak menuju kamar mandi. Setelah berwudhu,
aku langsung mengambil jilbab dan mukenaku. Sesegara mungkin aku keluar dari
kamar, mengajak ummi untuk langsung kemasjid. Ternyata Ummi sudah berada
menungguku. Untuk berangkat bersama-sama kemasjid. Tentunya, tidak lupa
mengajak bi Iyem untuk sholat berjamaah ke masjid.
Memang dahulu ada ketentuan, seorang wanita dilarang untuk pergi kemasjid.
Tapi bukan berarti tidak boleh. Hanya saja, mungkin saat dijaman itu jalan-jalan
masih gelap. Dan ditakutkan terjadi sesuatu hal kepada para wanita. Karena itu,
sekarang banyak ahli fikih yang menyatakan boleh seorang wanita sholat berjamaah
dimasjid. Setiap berjalan dalam langkah menuju Baitullah. Aku teringat dengan Abi.
Kangen. Sudah enam bulan, Abi berada di Mesir. Mengurusi perusahaan yang baru
dibelinya disana. Hem. Rasanya aku ingin bercerita banyak kepada Abi. Tetang
mimpiku tadi malam! Seperti biasanya, setelah sholat shubuh. Amalan pertama, membaca al
ma"tsurat yang kedua tilawah dan menghapal hadits serta Al Qur"an. Lalu berolah
raga. Sedikit meregangkan otot-otot yang kaku. Gerakan-gerakan beladiri yang
pernah aku pelajari. Aku ulang kembali, hitung-hitung menghapalnya lagi. Memang
seharusnya para akhwat juga harus belajar beladiri. Kalau teringat peristiwa lalu.
Seharusnya aku sudah dapat membekuk para penjahat itu. Meskipun mereka
membawa pistol, seharusnya aku lebih berani dengan merebut pistolnya. Jika
seandainya aku sudah bisa dan terlatih dalam berbeladiri. Pastilah dengan mudah aku
merebut pistol itu. Tapi sayang, rasa takut teramat dalam yang sudah melandaku. Ya
Allah, azamkan pada diriku untuk lebih berani!
Aku teringat saat masih belajar beladiri. Para Al Ukh, sering aku ajak untuk
ikut latihan. Tetapi sayang, banyak para Al Ukh yang menolak berlatih beladiri.
Dengan alasan yang bermacam-macam. Seperti halnya, bahwa Akhwat sudah tidak
jamannya lagi berlatih beladirilah, sekarang jamannya sudah tidak memakai
beladirilah, sekarang perangnya memakai otaklah. Entah seribu satu macam alasan
yang digunakan oleh para Al Ukh, untuk tidak mengikuti latihan beladiri. Padahal,
Rasulullah sudah mengingatkan kita, bahwa mukmin yang kuat lebih dicintai Allah
ketimbang mukmin yang lemah. Kuat dalam artian, adalah kuat dalam segala hal. Kuat
hartanya, kuat fisiknya, kuat akal fikirannya. Dan kuat dalam hal yang lainnya. Ini
yang seharusnya menjadi pengingat kita. Bahwa Rasulullah senang dalam bergulat
(beladiri) untuk melatih ketangkasan geraknya, Rasulullah menganjurkan kita untuk
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net bisa berenang atau sering berenang, dalam artian. Bahwa Rasulullah menginginkan
keseimbangan dalam kehidupan kita. Lalu Rasulullah menyerukan untuk berlatih
memanah. Rasulullah menyerukan itu, agar kita lebih bisa memfokus dalam satu
target yang tepat dalam berdakwah. Sambil mengukur dan mengetahui jarak sasaran
yang tepat dalam berdakwah. Semua itu punya alasan. Bukan seperti kita yang selalu
beralasan. Jika seorang akhwat bisa beladiri, maka akhwat itu Insya Allah akan lebih
terjaga dalam geraknya. Bukan hanya pintar beladiri, tapi akhwat pun tidak harus
gaptek. Semua hal seharusnya diimbangi. Bukan hanya salah satu saja.
*** Sejenak saat aku membaca surat Faathir 11. "Dan Allah menciptakan kamu
dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan
(laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan
tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak
dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi
umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya
yang demikian itu bagi Allah adalah mudah." Aku jadi teringat mimpiku. Yaa Allah,
seandainya engkau memang benar-benar menjodohkannya kepadaku. Maka aku akan
senang sekali, tetapi aku juga tahu. Bahwa keinginan dan kesenangan-Mu jauh lebih
aku senangi! Aku bingung. Bingung dalam rasa ketertarikan kepada seorang ikhwan. Aku
tidak melihat wajahnya, yang aku lihat geliat dakwahnya. Sungguh sangat memukau.
Dia begitu bersemangat dalam berdakwah. Ketegasan dalam memimpinnya pun sudah
aku rasakan. Seorang leadership yang begitu hebat. Sangat hebat menurutku. Entah
aku melihat dengan nafsuku atau karena dia bisa memperlihatkan kemuliaan
akhlaknya. Aku sangat bingung. Apakah aku harus mendahuluinya untuk
memberitahukan maksudku ini" Tapi aku malu! Tidak, aku tidak boleh malu. Ini
bukan sebuah rasa malu. Walaupun aku nanti ditolak, biarkan. Tapi, ini bukanlah
rasa malu. Aku harus seperti shahabiah yang lainnya. Meskipun ditolak, tapi ini
bukanlah hal yang memalukan. Yang memalukan adalah, seorang akhwat yang hanya
memendam rasa cintanya dan hanya bisa berharap tanpa ada usaha yang pasti untuk
menggapainya! Aku harus bisa menggapainya.
Aku langsung menyambar HP dan kunci mobilku. Dengan cepat aku bergegas
langsung menuju mobil. Didalam mobil aku langsung menelephon bibiku. Ustadzah
Heni. "Hallo!" Ucap Bibiku.
"Hallo, Assalamualaikum. Bunda!" Salamku. Panggilan Bunda merupakan panggilan
kesayangku kepada Bibiku. Karena sejak masih kecil aku sudah disuruh untuk
memanggil Bunda. Tetapi, kalau ditempat kajian aku tidak mau memperlihatkan
kedekatanku dengan Bibiku. Biar kesannya nanti, bukan hanya aku yang memiliki
beliau. "Walaikumsalam, Zah! Ada apa nih?" Tanyanya.
"Ana pengen ketemu, Bunda! Sekarang, Bunda ada dimana?" Tanyaku balik.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Ana masih ngajar, setengah jam lagi ana sudah selesai! Anti datang disekolahan aja
yah!" Jawabnya. "Ok, Bunda. Ana sekarang meluncur kesana!" Ucapku sedikit manja.
"Iya, ana tunggu!"
"Assalamualaikum!" Ucapku.
"Walaikumsalam!"
Dengan segera aku langsung bergegas di SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) Insan
Mulia. *** "Wah, ini ada apa" kok kelihatannya ada masalah yang besar!" Ucap Bibiku.
"Nggak juga, sih Bunda! Ana mau silahturahmi ke Bunda aja." Jawabku enteng.
Tetapi menyiratkan sesuatu yang terpendam.
Bibiku tersenyum. "Hem, mana mungkin hanya silahturahmi. Pasti ada yang lainnya."
Goda bibiku. "Hehe... Bunda tahu aja!"
"Anti sudah ana asuh sejak masih bayi! Jadi ana tahu sifat anak sendiri dong!"
Ucapnya menghibur. Seraya membelai kepalaku.
"Ana mau tanya, Bunda! Tentang Ukhti Reni!"
"Ada apa, dengan Ukhti Reni?"
"Ana pernah ngobrol dengan Ukhti Reni, kalau dia ingin menembak duluan. Sudah
belum Bunda?" Tanyaku.
"Oh, itu. Alhamdulillah, sudah! Tetapi, jangan memberitahu teman-teman anti dahulu.
Ini masih dalam proses. Ana bersyukur, ada akhwat yang seberani itu!"
"Hem, lalu si Ikhwan menerima nggak Bunda?"
"Insya Allah, dari taarufnya. Si Ikhwan menerima! Memangnya kenapa?"
"Oh... nggak apa-apa kok Bunda!" Jawabku, sedikit tergagap.


Aku Menggugat Akhwat Dan Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nggak apa. Apa, nggak apa-apa?" Goda Bibiku.
"Hehe... nggap apa-apa kok Bunda! Ana hanya pengen meniru Ukhti Reni." Jawabku.
Sedikit tersenyum malu. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "HA..! Alhamdulillah, sekarang Farah Zahrani sudah besar! Sudah dapat menentukan
pilihannya sendiri." Ucap Bibiku. Terlihat kaget tetapi tersenyum senang.
"Boleh, nggak Bunda?"
"Ya, tentu boleh dong. Tetapi, tetap harus diseleksi dulu akhidahnya. Meskipun anti
yang memilih. Ana nggak mau anti menikah dengan seorang ikhwan yang akhidahnya
tidak lebih baik dari anti!"
"Insya Allah. Pilihan ana ini cocok kok buat keluarga kita!"
"Hem. Tetapi anti juga harus ingat. Jika dia tidak menerima anti, anti tidak boleh
merasa sangat malu. Malu boleh tetapi harus tetap dikontrol. Agar tidak menjadikan
rasa malu itu menjadi futur dalam berdakwah!"
"Iya, Bunda!" Jawabku singkat. Sambil masih memperlihatkan sedikit rasa malu.
"Lalu, Ikhwan mana yang terpilih untuk menjadi pendamping sang Bidadari?" Goda
Bibiku lagi. Aku masih senyum dengan memendam rasa malu yang teramat sangat. "Akhi Khalid.
Akhi Khalid Hendriansyah." Jawabku singkat.
"Alhamdulillah. Anti memilih seorang Akhi yang memang tidak salah untuk dipilih!
Tetapi anti sudah bilang ke Ummi belum?"
"Belum, Bunda. Insya Allah nanti, setelah ini!"
"Hem. Ya sudah, biar ana yang nanti bicara dengan Ummi! Anti persiapkan mental
saja dulu." "Iya, Bunda!" "Nanti, ana akan bilang ke ustad Fadlan. Ammi anti! Biar diurus semuanya."
"Ana tunggu ya, Bunda. Bunda masih ada acara lagi nggak" Kalau nggak, ana antar
Bunda pulang!" "Hem, syukron. Ana nanti masih ada syuro" dewan guru. Ana nggak enak ninggal.
Masa kepala sekolahnya nggak hadir disyuro"!" Ucap Bibiku. Dengan tersenyum.
"Ya, kalau gitu ana pamit dulu. Bunda! Assalamualaikum" Ucapku sambil mencium
tangan bibiku. "Iya. Walaikumsalam. Hati-hati!"
*** Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Dalam perjalanan pulang. Degup jantungku tak beraturan. Seorang Ikhwan
yang sejak dahulu mencuri hatiku. Harus aku raih dengan keberanianku. Keberanian
untuk menembaknya duluan. Aku takut, kalau sebenarnya. Akhi Khalid juga
berpikiran demikan. Berpikiran, bahwa dia tidak cocok untukku. Hingga dia tidak
berani menembakku duluan. Dari pada harus menunggu dengan ketidakpastian. Aku
harus lebih berani menerima sebuah kepastian. Meskipun nantinya, jika aku harus
ditolak oleh Akhi Khalid. Pedih dalam hati, pasti. Tapi, aku akhinya bisa mengetahui
kepastian itu. *** "Tluuut.... tluuutt.." bunyi Hpku. "Vita!" Tampilan nama di LCD Hpku.
"Assalamualaikum!" Ucapku. Setelah menekan tombol Call.
"Walaikumsalam." Jawabnya.
"Wah, apa kabar Mbak?" Tanyaku. Basa-basi.
"Baik! Kalau kamu, gimana Far?" Ucapnya. Balik bertanya.
"Alhamdulillah, baik juga! Ada apa Mbak?"
"Oh, nggak ada apa-apa! Hanya pengen nelphon aja. Kamu sekarang ada acara nggak,
Far?" "Nggak ada. Kenapa Mbak?"
"Aku pengen ngobrol. Bisa nggak?"
"Insya Allah, bisa! Pengen ngobrol dimana Mbak?"
"Kamu bisa ke Asia Resto nggak, sekarang?"
"Bisa. Ok, aku sekarang kesana ya Mbak!"
"Iya, aku tunggu!"
"Assalamualaikum!" Salamku.
"Walaikumsalam!"
Asia Resto. Hem, berkelas juga nih! Marcedesku melaju dalam aspal yang
terpanggang dengan panas yang terlihat membara oleh fatamorgana.
*** Setelah aku parkir mobilku. Bergegas aku langsung masuk ke Restourant itu.
Asia Resto, salah satu pijakan para eksekutif dan pembisnis untuk melepas penat
kesehariannya. Makanannya halal, tetapi mahal-mahal. Abi pernah mengadakan rapat
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net direktur disini. Yang akhirnya, aku kritik habis-habisan. Karena kehidupan hedonis
sudah masuk diperusahaan yang mereka nyatakan perusahaan Islami. Seketika itu
pun, Abi sudah tidak pernah lagi menyewa restourant itu.
Vita terlihat duduk sendirian. Wajahnya seperti menyimpan gundah dalam hati
yang mendalam. Dia terlihat melamun, sambil memain-mainkan sedotan soft
drinknya. Aku langsung berjalan kearahnya.
"Assalamualaikum!" Ucapku.
"Wa..laikumsalam!" Jawabnya, tergagap.
"Kok melamun, Mbak?" Tanyaku sambil senyum.
"Ah, nggak kok! Silakan duduk. Eh, kamu kok cepat sekali datangnya?" Ucapnya.
Sepertinya, mengalihkan pembicaraan.
"Iya. Sebenarnya sih, aku tadi dalam perjalanan yang sejalur dengan restourant ini.
Jadi lebih cepat sampainya!" Jawabku. Tak lupa dengan senyum ramah.
"Mau pesan apa, Far?" Vita menyerahkan daftar menu, kepadaku.
Aku buka daftar menu air minum. "Jus Alpukat aja deh!" Ucapku, saat melihat
minuman kesukaanku. "Kalau makannya?" Tanya Vita.
"Hem. Nggak deh, aku masih kenyang! Jus Alpukat aja, udah mengenyangkan kok"
Jawabku sambil tersenyum.
Vita tersenyum. Setelah itu memanggil waiters dan memesankan pesananku.
"Farah, kamu nggak apa-apa kan. Aku undang kesini!" Tanyanya.
"Hem. Nggak kok Mbak. Hanya saja, aku kikuk aja ditempat seperti ini. Kesannya
elit banget! Kalau aku, makan di Ayam Bakar Wong Solo aja sudah kemahalan."
Ucapku. Sambil bercanda. Untuk ukuran eksekutif, seperti Vita. Memang style yang
diutamakan. Walaupun, pulang pergi naik angkot! Tentunya, jika aku disuruh untuk
memilih antara Asia Resto dan Ayam Bakar Wong Solo. Mending di ABWS aja deh!
Vita hanya tersenyum. Sejenak, wajah yang cerianya berubah kembali murung. Kesan
raut wajah menyiratkan gundah yang mendalam.
"Mbak, kok kelihatannya sedih! Ada apa, cerita-cerita dong" Kali aja aku bisa bantu!"
"Ya, karena itulah aku memanggil kamu! Entah kenapa, aku ingin sekali curhat
dengan kamu! Entahlah." Vita sedikit menundukkan wajahnya. Sejenak menahan rasa
deru. Matanya berkaca-kaca. "Farah. Aku memang sukses dalam karier! Tetapi,
kehidupan rumah tanggaku sangat berantakan."
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Aku hanya mengangguk. Ikut mencoba merasakan kesedihannya. Walaupun, aku
tahu. Itu hanya cerita klasik seorang wanita karier.
Tetesan air matanya berjatuhan. Sedikit Vita mulai mengatur nafasnya, mencoba
mengatur lagi kondisi tubuhnya.
Vita menceritakan, kehidupan rumah tangganya tidak seindah kariernya yang
terus melonjak. Suaminya menjadi tidak betah dirumah. Hingga akhirnya Vita
menjadi sering bertengkar dengan suaminya, hanya karena masalah sepeleh saja.
Mengatur rumah, memasak, mengurusi anak, dan lain sebagainya. Tidak dapat dia
kerjakan. Karena kesibukan pekerjaannya. Sampai pada suatu malam, saat Vita
pulang dari kantor. Dia melihat suaminya sangat khawatir dengan kondisi anaknya.
Badannya demam tinggi. Beberapa kali, anaknya meracau tidak karuan. Segera
langsung Vita dan suaminya pergi kerumah sakit. Hingga akhirnya anaknya
diopname. Saat dirumah sakit, suaminya terlihat sangat sabar. Tidak seperti biasanya.
Tidak seperti hari-hari yang dialami dengan pertengkarannya. Suaminya kembali
menunjukkan sifat kesabarannya, yang pernah diadapatkan saat masih berpacaran dan
hari-hari setelah menikah serta hari-hari saat baru mempunyai anak. Saat Vita belum
bekerja. Dengan arah pembicaraan yang terlihat sangat gundah dan gelisah. Tetapi
tetap menunjukkan kesabarannya. Suami Vita, memberikan pilihan kepada Vita. Dia
berhenti bekerja dikantor, atau silakan melanjutkan pekerjaannya tetapi dia harus
bercerai. Sebuah pilihan yang sangat berat baginya. Karena dia bekerja itupun, untuk
mencukupi kekurangan gaji suaminya. Apalagi disaat-saat kariernya hampir
mencapai puncak. Vita menjadi sangat bingung. Hingga akhirnya dia, mengundangku
kerestourant yang mahal. Hanya untuk mendengarkan keluhannya. Dan kalau bisa,
memberikan wejangan untuknya. Karena, menurutnya. Orang-orang yang mempunyai
kekuatan iman. Adalah orang-orang yang bisa memberikan solusi yang bagus untuk
setiap orang. Bagus memang, hanya saja aku menjadi tersanjung dengan ungkapan
itu. Yaa Allah, lindungi aku dari sifat riya, ujub dan takabur.
"Mbak, Vita! Sebenarnya, nggak usah repot-repot ditempat seperti ini kalau mau
curhat. Kemahalan, lagi Mbak! Dicafe-cafe yang murah aja aku siap kok. Atau rumah,
dirumah Mbak Vita atau bisa juga dirumahku!" Ucapku.
"Aku, sangat menghargai orang yang mau membantuku. Bahkan hanya untuk
mendengarkan curhatku saja. Aku sangat harus menghargainya!" Ucap Vita. Terlihat
berharap dia mendapatkan solusi.
"Mbak. Kalau aku sih, jika Mbak mengundang dirumah Mbak Vita. Itu lebih terlihat
menghargaiku, daripada harus bermahal-mahalan dirumah orang" Ucapku. sambil
dengan senyum. "Hem. Kalau gitu, Insya Allah kamu aku undang kapan-kapan dirumahku! Kalau
menurut kamu, masalahku ini bagaimana?" Ucapnya, sambil terlihat bingung.
"Mbak, sebenarnya persoalan Mbak Vita ini klasik! Sering terjadi pada para wanita
karier. Yang berkarier dalam pekerjaan diluar rumah! Kesibukan dia menjadi sangat
menyita waktu para wanita karier ini!" Sedikit aku menghela nafas panjang. "Mbak,
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net kalau kita telaah lagi. Antara wanita dan pria yang melakukan sebuah pekerjaan. Saat
para lelaki melakukan pekerjaannya, atau bekerja. Mereka mempunyai tujuan.
Pertama, yang biasanya belum menikah. Maka tujuannya adalah untuk menikah.
Yang kedua, jika lelaki ini sudah menikah. Maka tujuannya adalah, memberikan
nafkah kepada keluarga. Seburuk-buruk suami, tetap suami itu ingin memberikan
nafkahnya kepada keluarganya! Tetapi, jika wanita bekerja. Biasanya yang terjadi.
Pertama, untuk wanita yang belum menikah, tujuannya adalah dua. Menabung untuk
pernikahan, atau menabung untuk urusannya sendiri. Kedua, tujuan wanita bekerja
yang mempunyai suami. Biasanya untuk membantu pemasukan keungan keluarga.
Tetapi, itupun tidak mutlak biasanya juga untuk kebutuhannya sendiri!
Tetapi, jika seorang wanita yang bekerja dengan tujuan mulia. Yaitu untuk
membantu pemasukan keuangan keluarga. Maka tujuannya jelas, bahwa keuangan
keluarga yang menjadi prioritasnya. Sehingga, keluargalah yang menjadi prioritas
pertama! Dan niat itupun tidak boleh berubah, meskipun seiring dengan apa yang
telah Mbak Vita dapatkan. Seperti halnya, karier yang terus melonjak. Tujuan awal
yang Mbak Vita inginkan, adalah sebuah kemuliaan. Seorang istri, tidak boleh
berdiam diri manakalah dia melihat keluarganya kekurangan dengan sesuatu halnya.
Seorang istri, diwajibkan untuk peka dalam urusan-urusan keluarga. Termasuk
dengan kondisi materi keluarga! Dan tujuan seorang istri dalam pekerjaannya, harus
diniatkan untuk keberhasilan dalam berkeluarga. Hingga, seharusnya. Seorang wanita
itu konsisten, atau dalam bahasa agamanya adalah Istiqomah. Terhadap niatnya.
Tidak boleh seorang istri yang bekerja dengan niat untuk keberhasilan dalam
berkeluarga. Harus menyimpang, karena keberhasilan dalam berkariernya dikantor!
Manakala keluarga lebih membutuhkan Mbak Vita. Maka tidaklah Mbak Vita
harus bingung dalam memilih. Karena tujuan Mbak Vita dalam bekerja, adalah untuk
keluarga Mbak Vita sendiri. Tidaklah lucu, saat Mbak Vita bekerja untuk keluarga.
Tetapi, keluarga yang Mbak Vita perjuangkan. Ternyata akan roboh karena tidak
adanya andil yang besar dari Mbak Vita. Nah sebuah pertanyaan, bagi Mbak Vita
kalau ingin tetap mempertahankan pekerjaan atau karier Mbak Vita. Sebenarnya,
untuk siapa Mbak Vita bekerja" Dan apa yang Mbak Vita harapkan dari hasil
pekerjaan Mbak Vita" Apakah rasa puas karena bisa mendapatkan jabatan atau
kedudukan diperusahan yang tinggi" Lalu, setelah Mbak Vita mendapatkan
kedudukan yang tinggi. Untuk apa, jika Mbak Vita sudah tidak mempunyai keluarga
lagi! Karena semua itu akan sia-sia belaka.
Dalam Islam, wanita dibolehkan bekerja. Dan tidak dikekang. Makna gender
dalam Islam pun tidak bias. Tidak seperti apa yang diperjuang oleh para feminimisme.
Karena, setiap perjuangan atau pekerjaan yang dilakukan oleh wanita-wanita muslim.
Sudah sangat jelas. Ada tujuannya. Tujuannya tetap untuk keberhasilan keluarga.
Tetapi, jika perjuangan para feminimisme yang bias gender itu. Tidak mempunyai
tujuan yang jelas, kecuali hanya egoisme dengan hawa nafsunya sendiri!
Dalam Islam, sudah jelas. Bahwa tujuan yang diharapkan oleh para wanita
muslim. Adalah untuk keluarga. Jadi keluargalah yang nomer satu. Sebuah puncak
karier yang tinggi, bagi seorang wanita. Adalah, saat mereka bisa mendidik anak-anak
mereka dengan kemuliaan akhlak bagus, akhidah yang kuat, dan kepintaran yang
membuat mereka dapat bertahan dalam kehidupannya. Sehingga tercipta keluarga
yang sangat harmonis dalam kehidupannya. Dengan kata lain, wanita itu telah
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net mendapatkan kesakinahan keluarga yang selalu diharap-harapkannya. Islam, tidak
memandang wanita kaya raya, tetapi keluarganya hancur berantakan. Tetapi, Islam
akan memandang seorang istri yang bisa menciptakan suasana yang hangat dalam
keluarganya. Mendidik anak-anaknya dengan perbuatan kebaikan seorang ibunya.
Itulah puncak karier yang paling tinggi. Karena sangat sulit untuk membentuk
keluarga seperti itu! Harus dengan intensif, seorang ibu menjaga anak-anaknya untuk
mencapai keluarga yang seperti kita harapkan!" Aku sedikit menarik nafas panjang.
"Bagaimana, Mbak?" Kataku.
"Farah. Aku sangat terkesan dengan penjelasan yang kamu utarakan! Sepertinya,
kamu lebih memahami sebuah arti keluarga daripada yang sudah berkeluarga."
Ucapnya. Sambil tersenyum.
"Hehee... Mbak Vita ada-ada saja. Yah, tidak harus berkeluarga dulu untuk mengerti
arti keluarga! Dengan mempelajari sebuah hal yang berarti dalam keluarga kita. Maka
kita akan dengan mudah memberikan pengertian tentang arti keluarga. Karena
keluarga kitalah yang menjadi sebuah contoh bagi kita!" Jelasku lagi.
"Iya, Insya Allah. Aku lebih tenang. Dan aku tahu, harus memilih yang mana! Tetapi
Farah. Lalu bagaimana aku dapat membantu suamiku dalam memberikan pemasukan
keuangan dikeluarga?" Ucap Vita. Terlihat bingung.
"Mbak Vita, bisa berdagang dirumah! Dengan berdagang apa saja. Bisa membuat
toko, wartel, apa saja yang bisa menghasilkan. Dananya, bisa diambil dari pesangon
yang Mbak Vita dapatkan setelah keluar dari perusahaan. Dengan seperti itu, Mbak
Vita akan lebih fokus dalam mengasuh anak Mbak Vita! Dan, Mbak Vita bisa
menyambut suami saat pulang dari pekerjaannya. Dengan senyum yang ramah, penuh
cinta! Itu yang akan membuat suami akan terus betah dirumah."
"Hem. Yups, ide briliant! Sebentar yah Farah." Ucap Vita, sambil mengambil
handphonenya. Setelah itu menekan beberapa nomor. "Mas, saya akan berhenti
bekerja. Sekarang juga, saya akan membuat pengunduran diri! Iya. Ya sudah. Da..
Mas!" Ucapnya mengakhiri pembicarannya.
Aduh, jangan bermanja-manjaan didepanku dong. Buat iri aja nich! Gumamku.
Sejenak aku tersenyum. Bahagia atas kebahagian yang aku rasakan dari seorang
wanita yang berbahagia. "Gimana Mbak?" Tanyaku.
"Alhamdulillah. Aku udah menetapkan pilihan, semoga ini yang terbaik! Suamiku
terlihat senang sekali, saat aku mengabarkan pilihanku ini!" Ucapnya riang.
"Alhamdulillah. Langkah awal yang Mbak Vita kerjakan, sekarang apa?" Tanyaku.
"Untuk sekarang, aku akan mengajukan pengunduran diri! Setelah itu, aku akan buka
rumah makan. Atau entah apalah namanya, dari hasil pesangonku itu. Aku yakin
pesangonku juga cukup untuk membuat rumah makan dan memperkerjakan beberapa
orang dalam beberapa bulan!" Ucapnya antusias.
"Alhamdulillah. Wah enak nih, aku pasti akan datang kesana terus menurus!"
Godaku. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Silakan. Kalau kamu yang datang kesana pasti gratis deh! Untuk seorang sahabat,
aku tidak akan menarik bayaran." Ucapnya, dengan senangnya.
"Bukan sahabat, Mbak! Tapi saudara. Kita umat Islam, adalah bersaudara. Karena
sesungguhnya semua umat Islam itu adalah bersaudara!" Ucapku.
"Terima kasih, Farah!" sebuah butiran intan berkilau, berjatuhan dari derai air
matanya. Dia langsung memelukku. Erat, bagaikan saudara yang telah lama tidak
berjumpa. "Mbak, sudah sore nih! Mbak mau pulang apa mau kekantor dulu?" Tanyaku.
"Kayaknya, aku harus kekantor dulu. Aku ingin mengajukan pengunduran diri
secepatnya!" "Ok. Kalau gitu, kita bareng aja yah! Kan, jalannya searah!" Tawarku


Aku Menggugat Akhwat Dan Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ok. Tapi, sebentar yah!" Vita menuju kasir. Membayar pesanan apa yang sudah
kami pesan. Setelah itu kami pun bergegas untuk meninggalkan restourant mahal itu. Aku
mengatakan kepada Vita untuk menunggu didepan restourant. Setelah itu aku menuju
area parkir untuk mengambil mobil. Secepatnya, aku pun langsung menuju kedepan
area restourant tempat Vita menunggu. Saat aku berada didepannya. Vita hanya diam
saja, dia tidak terlihat memperdulikan aku. Setelah aku membuka kaca mobil. Vita
tergaget sekali. Seorang wanita berjilbab, yang berada didalamnya. Aku. Sedang
mengendarai mobil marecedes.
"Far, tidak salah?" Ucap Vita, heran.
Aku hanya tersenyum, sambil menggelengkan kepala.
"Kamu Farahkan" Yang naik angkot, waktu dulu itu kan?" Ucapnya, masih tidak
percaya. "Iya, Mbak! Ayo masuk." Ajakku.
Setelah itu Vita masuk kedalam mobil. Masih terlihat rasa ketidakpercayaannya.
"Farah, aku tidak menyangka. Kalau kamu orang kaya!" Ucapnya.
"Bukan, Mbak! Yang kaya orang tuaku. Dan itu hanya harta titipan Allah! Bisa habis
kapan saja." Jawabku.
"Farah, aku sangat takjub melihatmu! Kamu memang benar-benar wanita yang
sempurna!" Ucap Vita.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Jilid 9 Aku sudah mengambil sebuah keputusan yang sangat penting bagi diriku.
Sebuah keputusan yang akan membuat perubahan dalam hidupku. Semoga saja, apa
yang aku lakukan mendapatkan sebuah keberhasilan. Keberhasilan karena keridhoan
Allah kepada diriku. Insya Allah, aku akan siap dengan apapun hasilnya. Karena
niatku hanya untuk-Nya. Maka setiap yang aku lakukan bukan berdasarkan pada
nafsuku. Insya Allah. Dalam kamar. Aku terus membayangkan apa yang telah aku lakukan. Sebuah
langkah besar dalam diriku. Langkah yang belum dan tidak pernah terpikirkan
sebelumnya. Seorang ikhwan, yang dengan dakwahnya dia hidup. Dia lebih terlihat
seperti mentari yang ingin menyinari setiap detik kehidupan. Dia lebih seperti langit,
yang ingin menaungi orang yang membutuhkan. Aku sangat salut dengannya.
Tidaklah sebuah kesalahan besar, jika aku menginginkannya. Aku hanya berusaha
untuk mendapatkannya. Berusaha dalam ikhtiar yang pasti dalam ketentuan syar"i.
Sejenak, aku mengambil buku harianku. Buku yang setiap kali selalu
menemaniku dalam keriangan serta kedukaan. Sebuah sahabat yang selalu rela
menjadi tempat curahan hati. Tiada hal yang dia keluhkan. Meskipun tinta yang aku
torehkan kedalam tubuhnya, mungkin menyakitkannya. Tetapi dia diam. Dia tetap
tenang. Dia tidak pernah berkeluh dalam setiap tinta yang terlekat erat dalam
tubuhnya. Benar-benar sahabat yang setia. Tetapi, dia hanya sebagai pelipur lara,
bukan sebagai penyembuh jiwa yang sedang dalam kegundahan.
Sejenak penaku mengalir dalam kekaguman yang tersarang dalam otakku.
Menuliskan apa yang telah aku lakukan hari ini.
Patung Dewi Ratih 2 Wiro Sableng 065 Hari Hari Terkutuk Pendekar Guntur 9

Cari Blog Ini