Ceritasilat Novel Online

Lima Centi Meter 3

Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro Bagian 3


"Nggak.., Pernah... Nyerah... Pak..." Hati Ian terasa lain, semangatnya kembali hadir
di dadanya. "Selamat siang, Ian. Bisa kok semuanya selesai
dalam dua bulan." Sang dosen pun berdiri dan
dengan senyum puas mempersilakan Ian keluar
dari ruangannya. "Nanti kamu datang lagi
dengan kuisioner yang pastinya udah selesai.
Saya yakin kok sama kamu."
Sekeluarnya dari ruangan, tiba-tiba Ian merasa
lega. "Pasti gue bisa, gue nggak pernah mau
nyerah...." Kaki Ian berputar cepat sekali dan dalam
sekejap ia sudah menjadi road runner. Ian
melesat cepat ke ATM, mengantri panjang, miris
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
melihat uangnya yang lagi low batt gara-gara
skripsi. Lari lagi, nabrak bajaj. Don't Stop Me
Now memenuhi otaknya, Ian terus berlari,
nabrak tukang rujak, ngelabrak tukang fotokopi.
"200 lembar gue nggak mau tau, selesai dalam
setengah jam. Kalo nggak, gue makan lo." Ian
lari lagi, siap-siap bikin surat penelitian, lari ke
wartel, nabrak tukang kue pancong, nabrak
anak SD, diteriakin anak kecil: "Ada monster!!!"
...balik lagi ke fotokopi, nunggu lima menit, lari
lagi, sekarang giliran diteriakin anak kecil
dengan: "Mama... mau yang itu, pake gula!" Ian
terus lari hingga ke gedung seberang-ke kantor
tujuan kuisionernya. Lagi-lagi di sana ia dikira teletubbies oleh sang
resepsionis. Ian pasrah aja sampai akhirnya
bertemu dengan salah satu staf HRD yang
belum dikenalnya sama sekali.
Setelah Ian mengambil napas, mereka pun
ngobrol. "Boleh-boleh aja silakan. Tapi saya nggak bisa
ngasih data perusahaan ya."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Nggak papa, Pak!" jawab Ian. Kan ada di
Internet, tinggal gue download, batinnya
kemudian. "Ya dah, taruh aja kuisionernya. Kapan mau
diambil?" "Seminggu lagi, Pak...."
"Ok. Nanti kamu telpon saya ya."
"Maaf, Bapak namanya siapa?"
"Nono Chaniago. Saya manajer di sini."
"Makasih ya Pak Nono."
Ian masih heran sama namanya.... Sambil
berjalan keluar kantor diliriknya tulisan besar
yang merupakan visi perusahaan itu: "Menjadi
perusahaan dunia yang melayani masyarakat
dan ikut berperan serta dalam melestarikan
ilmu pengetahuan." Visinya keren, kata Ian dalam hati.
Seminggu kemudian Ian menghubungi Pak
Nono, yang ternyata sedang tugas keluar kota.
Ian menerangkan maksudnya ke rekan Pak
Nono, yang menganjurkannya untuk langsung
aja datang ke kantor. "Mbak...!" "Dari Dufan ya?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Bukan Mbak Saya mau ambil kuisioner saya,
tadi udah telpon sama Pak Slamet"
"Oh Pak Slamet Sebentar ya." Resepsionis lalu
memencet intercom, "Pak Slamet ada yang cari,
mahasiswa mau ambil kuisioner."
Suara tanpa wajah berteriak dari dalam, "Itu
ada di bawah kamu, di lantai kolong meja, masa
nggak ngeliat?" Ian spontan ikutan melongok ke kolong meja
dan menemukan dua ratus lembar tumpukan
kuisionernya yang sudah rapi.
"Oh ini dia. Banyak banget ya?" Mbak
resepsionis mengambil setumpuk kuisioner Ian
yang sudah dikemas rapi dalam plastik. Ian
menerimanya dengan gembira.
Tapi.... Tiba-tiba airmuka Ian berubah pilu dan lemes.
Ian memejamkan matanya sebentar,
menunduk, mengempaskan napas panjang
sekali. Giginya bergemeletuk, Ian menggigit
bibirnya sendiri. "Mbak... kok... belum... diisi... semua?"
"Wah nggak tahu ya... saya juga baru sadar ini
bungkusan udah ada di sini seminggu kok..."
"Nggak pernah dibawa masuk?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Pernah sekali sama Pak Nono, tapi baru lima
menit langsung ditaruh sini lagi," jawab
resepsionis agak gugup. "Pak Nono lagi keluar
kota?" "...mmm."
"Eh... Slamet, mahasiswa gendut yang tadi
telpon nyariin gue udah dateng belum" Kasih
aja kuisionemya langsung, males gue ngurusin
begituan nggak ada duitnya," Tiba-tiba
terdengar suara dari dalam kantor.
Ian menatap resepsionis sebentar, yang
mendadak menunduk pura-pura sibuk. "Terima
kasih ya, Mbak." Ian segera membereskan kuisionemya dan
langsung pergi tanpa bicara lagi, tanpa
menengok lagi. Sebentar pandangan Ian
menangkap tulisan visi perusahaan yang
terbaca dengan jelas. "Menjadi perusahaan dunia yang melayani
masyarakat dan ikut berperan serta dalam
melestarikan ilmu pengetahuan."
Ingin sekali Ian meludah saat itu juga.
Ian tampak terduduk di bangku tukang teh botol
yang sering mangkal di kolong jembatan
penyeberangan. Jalan utama Jakarta menunggu
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
malam, macet, suara klakson terdengar di
mana-mana. Pegawai kantor dengan tampang
lelah mondar-mandir di depan Ian. Langit
Jakarta yang mulai meredup dan agak hitam
menemani pikirannya yang sedang nggak di situ.
Pikirannya melayang-layang, segala macam
bentuk kemarahan, tipu daya memenuhi mata
Ian. Sambil menyedot minumannya yang hampir
habis, Ian berkata sendiri dalam hati, Gila...
masa dua kali begini., abis deh gue. Bilang kek
kalo nggak mau diteliti., abis waktu gue
seminggu sia-sia bener. Bayangan kampusnya di seberang jalan dengan
lampu-lampu yang mulai dinyalakan menambah
dramatis, kelu, dan pilu di hati Ian. Gilaa...
tinggal sebulan lebih seminggu lagi... kalo gue
nggak sidang tahun ini gue nunggu semester
depan... enam bulan lagi abis lagi waktu
gue..kapan gue lulus?"
Sejenak bayangan teman-temannya melintas di
benaknya: Genta... Zafran... Riani... Arial. Gila...
kangen banget gue sama mereka. Coba mereka
ada di sini sekarang.... Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Mas... jam berapa?" tiba-tiba Ian dikagetkan
oleh pertanyaan seorang laki-laki berpakaian
kerja, tampang lelah tampak membebani
wajahnya "Jam enam kurang lima."
"Makasih ya, Mas."
Ian hanya mengangguk. "Mas ada api?" tanya laki-laki itu lagi.
"Ada...!" jawab Ian sambil merogoh sakunya
dan mengeluarkan korek gas.
"Rokok, Mas?" sebungkus Sampoerna Mild
tersodor ke hadapan Ian. Sejenak Ian ragu, tapi kemudian menarik
sebatang. "Mm... iya, Mas. Makasih."
Karena udah ikut menikmati rokok orang yang
belum dikenalnya itu, Ian pun berbasa-basi,
"Pulang kerja, Mas?"
"Yo'i...." "Kerja di mana?"
"Di sana tuh gedungnya...," jawab laki-laki itu
sambil menunjuk sebuah gedung bank swasta
terkenal di depan kampus Ian." "Bagian apa,
Mas?" "HRD."
Mata Ian membeliak. Sepancar wajah cerah
terpancar. "Wah Mas kebetulan nih. Saya lagi
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
bikin skripsi tentang HRD, tapi mau bagi
kuisionernya nggak ada yang mau terima. Mas
mau nggak?" "Boleh gue liat?"
Sebelum menyerahkan kuisioner, Ian
mengulurkan tangannya dan tersenyum,
"Ian...." "Fajar...." "Ini, Mas, kuisionernya."
"Nggak usah panggil Mas. Fajar aja. Lo juga
nggak mau dipanggil Mas kan?" "Oke deh."
Baru membaca sebentar, Fajar berteriak agak
keras, "Lho" Ini kan yang lagi diteliti tim gue di
kantor. Wah, bagus-bagus nih pertanyaanya...
pas banget nih... gue sebarin di kantor gue aja
ya... oke?" Fajar menatap Ian seneng dan agak
maksa. Tentu aja Ian mau, malah kesenengan sendiri.
"Tapi yang cepet ya, Mas. Saya cuma punya
waktu sebulan lebih dikit lagi... seminggu aja ya,
Mas?" "Seminggu" Tiga hari juga kelar."
Benar. Tiga hari kemudian Ian mendapatkan
kuisionemya sudah terisi dua ratus lembar pas
dan lengkap. Setelah kekenyangan ditraktir
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Fajar di restoran terkenal sebagai tanda terima
kasih karena udah bantuin kerjaannya, Ian pun
menghadap dosennya- yang ternyata bukan
sekadar bimbingan, tapi ajang curhat
Hari-hari selanjutnya Ian mengisi waktunya
bersama SikompibaiksekalitemenIan dengan
mengetik, membaca, bikin tabel, belajar
statistik, belajar SPSS, bolak-balik ke kampus
hingga mata jadi sayu kurang tidur. Kangen
Genta, kangen Zafran, kangen Arial, kangen
Riani. Carpediem!*(Rebut hari ini...!)
Ian membetulkan dasinya di kamar mandi
kampus, mencuci mukanya, entah udah untuk
yang keberapa kali ia bolak-balik ke kamar
mandi cuma buat cuci muka "Kira-kira 10 menit
lagi giliran gue." Ian teringat saat tadi pagi minta restu sama
Papa-Mama. Setelah beberapa tahun nggak
cium tangan orang tua sebelum pergi kuliah,
pagi itu Ian mencium tangan orang tuanya. Ada
sedikit sedih di hati Ian karena tangan PapaKoleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Mama sudah tidak sehalus dulu lagi. Ian bisa
ngerasain kulit keriput di tangan mereka.
Berbekal doa dari orang tuanya, Ian merasa siap
menghadapi apa aja hari itu.
Ian masih tertunduk berdoa sambil memegang
erat skripsinya. Dia langsung berdiri saat
namanya dipanggil untuk masuk ke ruang
sidang. "Assalamualaikum Wr.Wb.... Selamat pagi,
Salam Sejahtera. Nama Saya Adrian Adriano.
Hari ini saya akan mempertanggungjawabkan
tugas akhir saya...."
Ian berada di ruangan sidang itu sekitar satu
jam lima belas menit. Semua pertanyaan bisa
dijawabnya dengan lancar, semua isi skripsi
udah ada di otaknya, nggak ada yang bisa bikin
ia berhenti di hari itu. Ian on fire, Don't Stop Me
Now-nya Queen terus mengalun penuh
semangat di otak Ian. Semua yang keluar dari
mulut Ian adalah kejelasan dari berbagai
partikel yang selama ini dia pelajari dan telah
memperkaya dirinya dengan berbagai macam


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keajaiban alam semesta yang luar biasa Sekali
lagi, semesta pada hari itu telah menurunkan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
ilmu pengetahuan ke seorang anak manusia
yang tidak punya kewajiban lain selain
mengingatnya melestarikannya,
mengamalkannya, demi ilmu pengetahuan.
Jakarta menunggu sore. "Adrian Adriano...."
"A!!!" "Yes!" Ian bersorak gembira ketika nama dan
hasil sidangnya diumumkan. Saat itu juga Ian
melesat cepat sekali ke ruangan dosennya.
Bayangan teman-temannya yang sedang
tersenyum kepadanya ikut berkejaran,
berlarian. Ian langsung memeluk dosennya
sambil menahan cekat di tenggorokannya dan
mata yang hampir berair. Ian berkata lembut,
"Saya... nggak... akan... pernah... lupa... jasa...
Bapak... nggak akan pernah."
Sang dosen kaget setengah mati dipeluk Gajah
Bledug Dufan dengan seragam putih hitam
berdasi itu. "Terima kasih, Pak."
"Selamat ya, Bos." Sang dosen pun tersenyum
dan mengulurkan tangannya. Ian menerima
jabat tangan itu keras dengan mata masih
berair. Ditatapnya sang dosen penuh arti.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Lulus juga gue, kata Ian dalam hati.
"Saya bangga sekali sama kamu tadi di ruang
sidang. Kamu menguasai semuanya."
"Terima kasih, Pak...."
"Semua ini kerja keras kamu selama dua bulan,
nggak ada kata nyerah di kamus kamu ya," kata
sang dosen sambil tersenyum.
"Itu kan bapak juga yang ngajarin."
"Saya cuma perantara. Kamu sendiri dengan izin
dari yang Mahakuasa berhasil membawa diri
kamu sendiri ke situ dan mengambil keputusan
yang tepat" Ian tertunduk. "Untung juga ada Mas Fajar yang
bantu saya di kuisioner. Hoki banget saya, Pak!
Coba kalo nggak ada Mas Fajar sore itu, gawat
juga. Mungkin nggak selesai," Ian berkata
senang. "Ian... Bapak... minta... kamu... jangan...
percaya., sama... hoki." Sebelum meneruskan
bicaranya, sang dosen menarik napas dan
menatap Ian tajam, "Mas Fajar ada di situ, sore
itu, bukan karena kamu hoki, tapi kerja keras
kamu selama ini yang telah kamu tanam dengan
teras tekun dan pantang menyerah dalam
menjalankannya Apa yang kamu kerjakan itu
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
akhirnya menumpuk dan menunggu untuk
dibalas. Ketegaran kamu, ketikan kamu yang
berjam-jam, waktu yang kamu habiskan buat
baca, waktu yang kamu habiskan buat bolakbalik ke mana-mana. Mata kamu yang selalu
terlihat lelah karena kurang tidur, keteguhan
kamu, semua biaya yang orang tua kamu
keluarkan, restu orang tua kamu, semuanya
nggak pernah sia-sia."
"Semua akhirnya menumpuk dalam keranjang
dharma kamu, menumpuk tinggi, menunggu
untuk diberikan ke kamu, dan akhirnya Yang
Mahakuasa memberikannya padamu dengan
berbagai cara yang DIA mau. Salah satunya
dengan ketemu Mas Fajar di sore itu. Saya,
semenjak kamu cerita, sudah nggak percaya
kalo Mas Fajar adalah satu kebetulan. Mas Fajar
adalah perantara yang dikirim untuk membalas
dharma kamu. Semua usaha kamu selama ini,
semua yang telah kamu tanam akhirnya kamu
petik." Ian terdiam... matanya menatap ke dosennya
penuh arti. Sekilas bayang- bayang
perjuangannya yang bisa bikin stres dan
jumpalitan selama dua bulan ini lewat di
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
matanya. Omongan Pak Sukonto Legowo
seperti kelembutan yang mengalir mengisi
hatinya Dosennya benar, nggak ada yang
namanya hoki, tapi kerja keras dengan hati yang
nggak kenal nyerah, teguh, dan, tulus.
"Selamat ya, Ian... sekali lagi, Bapak bangga
sama kamu...." "Iya, Pak, terima kasih...," Ian
menatap tajam dosennya. Selamat sore Ian...
Bapak masih ada kelas. Nanti kita bisa ketemu
lagi" "Terima kasih, Pak."
Ian menghambur memeluk Pak Sukonto Legowo
sekali lagi... dan langsung ke kamar mandi
menelepon mamanya, "Ma..., Ian... udah... lulus... terima kasih...
doanya... Ian... sayang... Mama... sayang...
Papa..., terima kasih... ya... Ma"
"Ian... sayang... Mama..."
Kalimat itu lalu disusul tangis bahagia dan haru
yang sudah tak dapat ditahannya lagi.
Seperti biasa, Bapak Sukonto Legowo siap
mengajar lagi. Ia bawa buku- bukunya, melewati
lorong kelas yang sudah sering dilewatinya
hampir selama dua puluh tahun. Dindingdinding yang sama tua dengannya, koyakan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
dinding tua yang terkelupas seakan menyapa
ramah. Matahari sore yang bersinar lemah di
antara daun-daun tinggi taman kampus ikut
tersenyum ramah. Matahari seakan juga ikut bercerita kepada
daun-daun taman kampus, kepada gedung
kampus, juga kepada buku yang dibawa sang
dosen, betapa selama ini sang dosen telah
menjadikan seseorang bisa berjalan dalam
dunia ilmu ke tingkat selanjutnya, membuatkan
anak tangga pengetahuan ke setiap anak
manusia yang dibimbingnya. Bagaimanapun
sang dosen telah berbuat banyak dalam
melestarikan ilmu pengetahuan, betapa sang
dosen telah banyak menyentuh kehidupan di
sekitarnya, dan betapa sedikit manusia yang
mengetahuinya dan menghargainya.
Tinta bagi seorang pelajar lebih suci nilainya
daripada darah seorang martir
(Muhammad SAW) 135 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
ENAM Rehumanize ...Aku berpikir maka aku ada
"Project Officer... ke semuanya...."
"Project officer ke semuanya... copy."
"It's been a month of hard work, sweat, panic,
stress, rage,... but... I love you all. You've done
such a nice job." "Thank you....?"
"Ane minta maaf nih, kalo Ane sering marahmarah, makasih udah nyediain kuping buat gue.
I lorn you M. So much... muaaahhhhh... Thank
you. Abis beres-beres kita semua makan
makaaaaan. Tolong di-hooking restorannya."
"Project Officer out....'" Genta meletakkan HT
(handy talkie)nya.. Genta paling suka saat begini, duduk sendirian
ditemani rokoknya, melihat ke sekelilingnya,
memainkan name tag yang dia putar-putar, lalu
melemparnya ke udara dan menangkapnya.
Melihat partisi -partisi mulai dicopot, spanduk
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mulai diturunkan, styrofoam mulai diberesin,
lihat orang-orang berseliweran di depannya,
klien yang menyalaminya dan tersenyum puas.
"I love when all the plans come together."
Seperti biasa, sambil tersenyum sendirian Genta
mengeluarkan kalimat yang biasa dipakai
Hanibal Smith, pentolan The A Team bila semua
rencana membekuk penjahat berakhir sukses.
Genta masih duduk sendirian di panggung
utama pameran komputer gede-gedean yang
dia dan Event Organizemya. jalani.
"Ta... selamet yee...," tiba-tiba tepukan di
punggungnya bikin Genta kaget.
"Eh, elo man. Yoi, Jek. Sama-sama, ini bukan
kerjaan gue doang, tapi kerjaan kita barengbareng, thank you man. Sekali lagi kita sukses."
Genta langsung memeluk temannya,
memberikan tepukan di pungggungnya.
Firman, salah satu dari empat pemilik EO itu
duduk di depan panggung utama bareng Genta
"Semuanya puas, Man," kata Genta seneng
banget. "Yoi... nggak nyangka ya, Ta. Padahal awalnya
kita pesimis banget."
"Lo kali yang pesimis. Gue nggak pernah."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Yoi. Lo emang gila Gue kira pertamanya nggak
ada yang mau ikut pameran komputer pakai
nuansa Jungle Adventure gini. Gimana sih lo
bisa ada ide kayak gitu."
"Yah, ide sih datang aja kalo lo lagi bengong.
Intinya kan sebenarnya kalo orang pakai
komputer, dia tuh. lagi bertualang ke mana aja,
entah lagi ke Internet atau lagi ngerjain sesuatu.
Dia tuh lagi bertualang, mencoba menciptakan
sesuatu yang baru, yang lain sendiri."
"Semua kritik yang dulu bertubi-tubi dateng ke
elo sekarang udah nggak punya arti lagi."
"Enak aja lo! Semuanya masih ada di sini,"
Genta menunjuk dadanya. "Semuanya nggak akan ilang, malah nambah
kaya otak gue," sambung Genta.
"Jadi lo selalu serius dong nanggapin kritik, Ta?"
"Bukan soal serius atau nggak serius, kalo kita
bisa menganggap kritik itu bukan suatu
serangan, tapi saran, kita pasti akan tambah
yakin." "Maksudnya?" "Jangan pernah menganggap kritik itu suatu
proses kemunduran atau serangan. Kalo lo
dikritik, buat cetak biru di pikiran lo. Kalo kritik
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
itu adalah pengorbanan dari seseorang yang
mungkin telah mengorbankan rasa nggak
enaknya sama kita, entah sebagai seorang
teman atau rekan kerja, semata-mata untuk
apa"... hanya untuk membuat diri kita lebih
baik. Itu aja." Firman terdiam sejenak, merenung. Firman
melihat ke sekelilingnya lagi.
"Tapi kenapa bisa hutan, Ta?"
"Biar unik aja, berani mikir nggak biasa."
Berpikir out of the box, Firman membatin
sendiri. "Wooy Tarzan gilaaa, thank you, ya," tiba-tiba
Genta teriak ke salah satu teman yang selama
pameran bergantungan ke sana kemari bawabawa kibor komputer di antara pohon-pohon
buatan. Sang Tarzan tersenyum dan mengacungkan
jempolnya ke Genta dari kejauhan.
"Lo emang bodoh ya, Ta. Pakai Tarzan
gelantungan segala," kata Firman tertawa geli.
"Tarzan enggak makan ayam. Ayam teman
Tarzan," Genta menirukan dialognya Benyamin
S dalam film Tarzan Kota.
"Hahaha," mereka berdua tertawa bareng.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Beberapa orang lewat di depan mereka sambil
membawa kandang besar berisi macan tutul.
Firman geleng-geleng, memperhatikan teman di
sebelahnya ini. "Klien gimana, Ta?" suara Firman pelan dan
serius, dengan tetap terus memandang lurus ke
depan. Genta hanya mengacungkan jempolnya ke arah
Firman. "Pasti takjub semuanya ya, Ta?" Genta
mengangguk. "Minggu-minggu depan ada apa lagi, Man?"
"Ada gathering di Puncak, outing, sama dua
kegiatan launching. Minggu-minggu depan kita
hanya ada empat acara."
"Tambah lagi satu..., tapi akhir Agustus."
"Haah" Lo dapat dari mana lagi?" Firman


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berteriak senang. "Tadi waktu penutupan tiba-tiba ada yang
nawarin pameran persis kayak gini, tapi di
Bandung." "Nggak ada yang nolak, Ta"
Genta menggeleng. "Sponsor?" Firman masih ragu.
"Nggak ada yang nolak!"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Harga?" "Idem, tapi nanti paling kita nambah sepuluh
persen aja buat transpor. Mereka setuju."
"Orang gila..," Firman menggeleng tertawa
senang sambil menonjok bahu Genta.
"Ta... gimana bisa sih?"
"Apaan?" "Ini semua. Lo yakin banget bakal sukses. Kan
waktu pertama kali lo presentasi kita udah
ketar-ketir. Abisnya nggak masuk akal banget
kayaknya. Kita pikir, mana ada yang mau?"
"Ya gue juga nggak tau. Tiba-tiba idenya datang
aja waktu gue lagi bengong."
"Trus?" "Kalo... lo... yakin... sama... sesuatu... lo...
taruh... itu... di sini," Genta meletakkan jari
telunjuknya di keningnya, "Abis itu lo kerja
keras... semampu lo"
Firman terdiam, memandang lurus sambil
melihat convention center yang masih sibuk
membereskan sesuatu yang ajaib- sesuatu yang
baru aja mereka lakukan. "Berani keluar dari zona nyaman lo, hadapi
semua yang ada di depan lo," lanjut Genta.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Firman diam lagi. Pikirannya ke mana-mana,
merenungkan kata-kata sahabatnya yang udah
dia kenal semenjak kuliah, yang dia sendiri
mengakui kalo Genta itu enggak pernah nyerah,
berani mendobrak semuanya, berani dikritik,
berani nggak mapan. Genta masih bengong
sendiri, kangen sama Ian, Arial, Zafran, apalagi
Riani. "Eh Ta, gerombolan Voltus nggak diajak" Ke
mana aja mereka" Kangen gue sama tementemen ajaib lo." Pertanyaan Firman yang
nyambung sama bengongnya Genta bikin dia
kaget "Gue juga lagi kangen sama mereka. Kan gue
udah pernah ngomong ke elo kalo kita lagi
nggak ketemuan. Sebentar lagi juga ketemu."
"Sekarang tanggal 6 Agustus kan?" Genta
bertanya ke Firman. "Yo'i...."
"Eh Man, minggu-minggu depan gue mau pergi,
jadi lo pegang dulu semuanya ya, nggak ada
yang gede-gede banget kayak gini kan" Tanggal
21 gue balik, baru kita siapin yang di Bandung."
"Mau ke mana lo, Ta?"
"Gue ada urusan penting. Gantian dong, gue
pengen refreshing bentar. Kewajiban gue bikin
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
what to do sama check list tetep gue selesain.
Tapi selanjutnya lo gantiin gue bentar ya,
please" "Oke Bos. Dari tanggal berapa lo pergi?" Firman
mengangguk sambil "mengacungkan jempolnya.
"Dari tanggal 14 Agustus."
Sekarang 6 Agustus, berarti besok gue harus
SMS mereka semua biar siap-siap, Genta
berkata sendiri dalam hatinya.
"Heh bengong, ayo berangkat! Udah beres nih,
tinggal makan-makan kita"
"Oh iya, mari kita kemon," Genta jadi 80's.
Hati Genta gembira sekali malam itu. Acaranya
sukses berat dan sebentar lagi dia akan ketemu
sama teman-temannya yang udah bikin dia
kangen setengah mati. Apalagi ketemu Riani.
Waktu tiga bulan ini buat Genta semakin
meyakinkan dirinya kalo emang udah saatnya
dia harus jujur sama Riani tentang perasaannya,
7 Agustus jam 09.00 pagi.
Selamat pagi semuanya gw kangeeeen bgt sm
kalian semua,sumpah! Tgl 14 agt nanti qta ktm
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
di stasiun kereta api senen jam 2 siang, trus kl
ada acara dr 14 - 20 Agustus lo batalin dulu yaa.
please... ini yg hrs dibw kl gak ada minjem ya.
kan ada wkt seminggu: Carrier, bajuanget yg
bnyk.senter dan batere .makanan dan snack
buat 4 hari... kacamata item.betadine,
obat.sendal sepatu.kl bs mulai hari ini olahraga
kecil kecilan, apalagi buat lan.gitu aja ya. sampai
ktm distasiun senen jam 2. Genta yg lg kangen.
Send to many Sending... Hey Jude, don't make it bad Take a sad song and
make it better Remember to let her into your
heart Then you can start to make it better And
everytime you feel the pain... hey Jude.
Zafran sedang takjub menikmati Hey Jude-nya
The Beatles yang dibawain bagus banget sama
pengamen di Patas AC. Tiba-tiba Disco 2000 dari
Pulp memenuhi pendengarannya. Ada SMS.
"Genta" Kok". Oh iya...7 Agustus, seminggu lagi
ketemu," Zafran bingung tapi seneng mendapat
SMS dari Genta. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Asih Pasti mau jalan-jalan nih. olahraga" Jalanjalan ke mana ya, Zafran bingung dan membatin
sendiri. Tapi bodo amat ah... gue udah kangen
banget, stasiun kereta Senen jam 2 siang...Ndik
kereta dong... kok bukannya di Gambir"
Lagu Hey Jude masih mengalun. Zafran kangen
banget sama teman-temannya. Bau khas Patas
AC memenuhi penciumannya. Zafran
mencongkel-congkel busa bangku di depannya
yang udah mulai robek. Bayang-bayang wajah
teman-temannya memenuhi penglihatannya.
Riani sedang menyelesaikan laporan kerja
magangnya selama tiga bulan ini. Terdengar
bunyi SMS khas yang udah lama Riani nggak
dengar. Bunyi SMS yang sengaja Riani pilih buat
teman-teman tercintanya tiba-tiba
mengagetkannya. "Hah...?" "Ada apa ya?" Riani melihat kalender, "Oh 7 Agustus... oh iya."
New mesagges From: Genta "Hah dari Genta!!!" Riani berteriak kecil senang
sekali, "...Genta... Genta."
Riani membaca SMS dan melonjak kegirangan.
Mau ke mana nih kita"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Emang deh Genta... oh Genta..., Riani
tersenyum sendiri. Seminggu lagi ya... kangen,
kangen, kangen. Bayang-bayang temantemannya memenuhi otak Riani. Kangen
banget. Tanggal 14 sampai 20 Agustus. Mau ke mana"
Stasiun kereta api" Jauh dong, ke mana ya" Oh
iya, gue bikin trip report aja ya buat tugas
magang, tapi mau ke mana" Baju anget" Pasti
ke tempat dingin..., Riani hanya bisa mendugaduga di antara gembiranya, Ok deh tanggal 14
Agustus jam 2 siang di stasiun Senen. Yang
penting pergi dari Jakarta deh... otak gue udah
penat, batin Riani, akhirnya ketemu juga sama
dia.... Kampus Ian "Saya memang udah tahu dari awal, sejak
pertama kamu daftar kuliah di sini lima
setengah tahun lalu, saya udah nebak kalau
orang kayak kamu pasti wisudanya lebih dari
lima tahun," tuturan serius pegawai kampus
yang sedang membagikan toga membuat Ian
kaget. 'Hahaha...." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Emang dulu Bapak inget saya waktu saya
daftar?" Ian ketawa geli.
"Siapa pun inget kamu, Yan. Kamu kan sempat
masuk majalah kampus gara-gara calon
mahasiswa lain baru ngambil formulir
pendaftaran, kamu udah pakai pakaian ospek
dan bawa karung goni. Mentang-mentang kakak
kamu di sini, lantas nyolong start sendiri. Malu
kan kamu?" Semua yang di situ nengok ke Ian.
"Oh jadi ini legenda kampus yang salah kostum
itu?" Lagi-lagi Ian difoto pake handphone.
Rese..., kata Ian dalam hati.
Tiba-tiba Virtual Insanity-nya jamiroquai
mengalun dari HP Ian. "Hah" Genta?"
Ian kegirangan menerima SMS dari Genta.
Asik... ke mana nih" Kereta, senter, betadine,
nah lo gue disuruh olahraga lagi Ah bodo, yang
penting ketemu mereka semua, udah kangen
banget gue. "Adrian A..." "Iya... saya! Ada toganya?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ini bahannya kamu jahit sendiri aja, kita nggak
ada ukuran lebar di perut. Lagian, masa kita
harus ke Dufan dulu sih buat tahu ukuran
kamu...." Gue udah nebak kejadian ini, kata Ian dalam
hati. "Ya udah deh sini," jawab Ian sembari
menerima bahan toga yang lebarnya cukup buat
terpal kawinan itu. Dalam perjalanan turun di lift, Ian membaca lagi
SMS Genta, 14 sampe 20 Agustus. "Untung
nggak bentrok sama wisuda gue"
Ian berlari turun. Hari ini Ian harus pergi ke
teater balada kera di Dufan karena ada satu
kingkong di sana yang badannya pas banget
sama badan Ian. Dering polyponic Boom Shake the Room dari
Jazzy Jeff and Fresh Prince bikin Arial kaget.
Genta SMS. Inbox. Genta. Oh iya, sekarang kan 7 Agustus, teriak Arial
dalam hati. Sambil masih memegang barbel, Arial membaca
SMS Genta, "Yes! Pas banget deh... Yes... yes..."
Arial senang banget, "Ok 14 Agustus... yes... gue
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tau banget nih mau ke mana... gue tau banget
mau ke mana... siap deh gue...."
14 Agustus. Satu lebih tiga puluh lima menit.
Siang itu daerah Senen panas sekali. Di Stasiun
Senen, Genta dengan bawaannya yang
superbanyak, menikmati makan siang di salah
satu restoran Padang di situ. Sambil
menghabiskan es teh manisnya, Genta
membaca SMS lagi. Arial udah deket. Ian lagi jalan. Zafran udah di stasiun. Riani sebentar lagi sampai.
Genta udah bilang ke mereka semua kalo dia
lagi makan di Restoran Padang. Tiba-tiba sosok
Zafran terlihat oleh Genta dengan carriernya
yang gede, baju oranye menyala, celana
pendek, dan kacamata eighties ala Erik Estrada
di film CHIPs-membuat Zafran terlihat nyentrik.
'Jupleeeee!!!" Genta berteriak, teriakan yang
bikin kaget semua orang. "..." Zafran masih mematung dengan bercanda
bergaya sok cuek standar artis, dengan wajah
seakan tidak peduli. Genta tertawa ngakak.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Zafran yang nyentrik berjalan pelan, mendekati
Genta Genta yang tadinya teriak, hampir
muntah ngeliat gaya Zafran. Dengan gaya Zafran
itu, otak Genta pun dipenuhi tulisan "harap
maklum ketemu artis".
"Halo, Ta," Zafran cekikikan senang, menyalami
Genta, dilanjutkan dengan genggaman bareng
keduanya dan sebuah pelukan.
"Juple... gila ancur lo. Kangen gue sama lo, sama
anak-anak...." "Genta!!!"
"Zafran!!!" teriakan Ian dan Riani membuat
Genta dan Zafran tengak- tengok. "Ian...!"
"Riani...!"

Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sosok Ian dan Riani penuh senyum berlari kecil
memasuki Restoran Padang. Riani yang
rambutnya dikuncir sekenanya, hari itu
memakai kaos putih polos dan celana kargo
hijau tentara dengan sandal jepit-cantik dan
cuek. Riani langsung memeluk Genta dan
Zafran. "Kangen... kangen... jahat... jahat, kangen
banget gue... kangen." Pelukan Riani membuat
Genta terbang tinggi. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Riani.. Riani gue juga kangen banget sama lo,
kata Genta dalam hati. Zafran sampe sesak
napas dipeluk Riani. "Apa kabar banana boat-ku yang baik...," Zafran
memeluk Ian. "Lo gila semua, bisa gila gue tiga bulan ini," kata
Ian sambil memesan makanan.
Genta memeluk Ian, "Men apa kabar lo men."
"Entar gue ceritain ke lo semua," kata Ian
mantap. "Tadi bareng?" tanya Zafran ke Ian dan Riani.
"Ketemu di depan, di parkiran. Abis gue dipeluk
Riani, orang-orang pada ngeliatin."
"Kan kangen, Ndut!" Riani berujar sambil
mencubit pipi Ian yang tembem.
"Riani nggak makan?" tanya Genta
"Udah. Minum aja. Panas banget yah...."
"Zafran nggak makan?" kata Riani sambil
menoleh lembut. "Lagi pesen...."
"Wuahh lwo lwo giwla Iwo... guwe kwangwen
bwangwet," Ian dengan mulut penuh nasi
ngomong sambil makan. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Jangan ngomong sambil makan, Ndut," Riani
menyenggol Ian. "Udah lama banget gue nggak denger kata-kata
itu." Zafran cengar-cengir.
"Hercules Gilaaa...!!!" Zafran teriak-teriak.
Sosok Arial memasuki restoran.
"Arial...!" Riani berdiri dan memeluk badan gede
itu. "Genta... wah lo emang gila," kata Arial sambil
memeluk Genta. "Halo men!" jawab Genta.
"Juple!" "Apa kabar lo men?" tanya Zafran.
"Baik, gue mau cerita banyak nanti." kata Arial
sambil duduk dan menjatuhkan carriernya..
"Masa. gue bisa kangen banget sama Rambo
gila ini," cetus Ian polos di pelukan Arial.
"Gede banget bawaan lo," ujar Zafran sambil
memegang carrier Arial. Arial melirik Genta. Genta langsung
memberikan jempolnya. "Siip...."
Arial menatap satu-satu temannya dan berujar,
"Eh... oh iya, gue ngajak seseorang buat ikut
kita. Abisnya dia pengen banget ikut."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Lho mana orangnya?" semuanya penasaran.
Sosok Andrea Corrs berbodi canggih pun
memasuki ruangan restoran.
"Si Dinda gue ajak..." (Lho kok bukan Indy")
"Asiik... dong! gue nggak cewek.sendiri," Riani
menyambut Arinda dan langsung cipika cipiki.
"Halo semuanya... udah lama nggak ketemu
ya!" Hari itu Dinda memakai kaos abu-abu sporty
dengan celana pendek kargo hitam dan sandal
jepit. "Halo Dinda apa kabar?" semua menyapa
Dinda. Tiba giliran Zafran. Zafran masih merasa di
Stasiun Senen yang panas itu tiba-tiba turun
hujan salju-dingin dan sejuk. Zafran mengambil
sebongkah salju dan memoleskan ke mukanya,
berlari-lari di antara rusa kutub ditemani
matahari yang menembus sela-sela hutan
cemara, mencairkan beberapa salju yang ada di
wajah Zafran. Tanpa Zafran sadar, Evergreen
Love Songs melantun melalui suara lembut dan
macho Lionel Richie, Hello, memenuhi otaknya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Hello, is it me you're looking for" I can see it in
your eyes, I can see it in your smile You're all
I've ever wanted and my arms are open wide
'Cause you know just what to say and you know
just what to do And I want to tell you so much, I
love you.... Dan, di antara padang salju putih dengan
mataharinya yang cerah bersinar di depan
Zafran, serasa ada beruang kutub nyasar yang
ngelempar tulang ayam pop.
"Eh juple bengong aja, lo." Setelah melempar
tulang ayam pop, Ian tertawa sendiri ngeliat
Zafran bengong bego. "Halo Bang Zafran."
"Eh Dinda ikut?"
"Iya...." Zafran pun melonjak-lonjak sendiri
kesenengan."Asik, asik, asik."
Riani tiba-tiba mengeluarkan pertanyaan yang
dari tadi udah ditunggu tunggu, "Kita
sebenarnya mau ke mana sih?"
Pukul setengah tiga lebih, mereka berenam plus
barang bawaan yang mirip rombongan pecinta
alam pun menuju ke kereta yang siap
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
berangkat. Kereta ekonomi MATARMAJA yang
entah sudah berapa tahun melayani trayek
Malang-jakarta pulang pergi ini tampak begitu
tua dan kumuh, dengan kaca-kaca yang sudah
pecah. Panasnya Jakarta hari itu menimpa
gerbong, menambah tua tampilan kereta.
"Kenapa namanya MATARMAJA...?" tanya Ian.
"Itu singkatan dari Malang Blitar Madiun
Jakarta...," jawab Genta, matanya terus
menelusuri Stasiun Senen yang tidak terlalu
ramai. "Kenapa nggak JAMATARMA?" "Apa tuh?"
"Jakarta Madiun Blitar Malang. Tinggal di balik
doang." "Nggak atau ya, Ndut," Riani mencubit Ian
dengan pertanyaan bego tadi.
"Tanya aja sama petugas peron," Dinda ikut
kasih saran. Ian yang bener-bener nanya, kaget karena sekali
lagi ada yang memotret dirinya pakai
handphone. Semua tertawa geli.
"Penuh nggak ya, Ta?" tanya Riani.
"Kayaknya sih nggak, tapi ini kereta kan transit
di mana-mana, jadi nggak ketahuan. Tapi
kayaknya sih enggak. Bulan-bulan ini kan nggak
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
ada libur. Waktu itu gue juga nggak penuhpenuh amat."
"Kenapa sih nggak naik Argo aja?"
"Kita kan udah pernah ngerasain naik kereta
bagus, sekarang rasain juga dong kereta super
ekonomi kayak gini. Petualangan dong, apalagi
bareng-bareng, asik banget," Genta menjawab
pertanyaan Zafran. "Setuju...!" Dinda yang nggak sadar ikutan teriak setuju,
membuat yang lain kaget sendiri. Di antara
kecantikannya yang membuat orang-orang di
stasiun harus melihat Dinda lebih lama. Dinda
jadi senyum-senyum sendiri.
"Wah Arial, adik lo udah mulai kena virus kita
nih," kata Ian sambil bawa carrier yang
keberatan. "Yo'i, asal jangan kena virus Juple aja," kata Arial
sambil melingkarkan tangannya di leher Zafran
yang ceking. Zafran ketawa sambil membuka kacamatanya
sedikit, melihat nakal ke arah Dinda dan
menaik-naikkan alisnya. "Hahaha," semuanya ngakak ngeliat kelakuan
Zafran. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Di dalam hati masing-masing tebersit suatu
kegembiraan yang tak terhingga setelah sekian
lama nggak ketemu, nggak bercanda seperti ini
lagi. Mereka memasuki kereta Gerbong saat itu
panas sekali. Di sekitar mereka udah banyak
penumpang dengan tampang kepanasan.
Mereka berkipas-kipas. Nenek tua dengan
kerudung kotor transparan seadanya, bapak
setengah baya dengan anak kecilnya yang
menangis, ibu muda yang sedang menyusui
bayinya, bapak tua dengan safari lusuh dan
peci... seribu wajah yang menyentuh hati
mereka. "Ini tempat duduk kita," kata Genta, "Pas enam
orang hadap-hadapan tiga-tiga. Tas taruh di
atas atau di bawah aja."
"Sempit-sempitan gini?" protes Ian.
"Alaaa cuek, yang penting akrab," rayu Zafran.
"Sebenemya ini tempat duduk kan emang buat
tiga orang. Bang Ian aja yang kegedean badan,"
Dinda udah mulai berani nyela Ian.
Semuanya ketawa. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Gerbongnya masih kosong kok... nanti kalo
sempit pindah aja." Riani mengelus keningnya
yang penuh keringat. Setelah membereskan barang bawaan, mereka
duduk berenam, berhadap-hadapan. Riani dan
Dinda duduk berhadapan di pojok dekat
jendela. Genta di sebelah Riani berhadapan
dengan Arial, dan Zafran di sebelah Arial
berhadapan dengan Ian. Lima menit kemudian
kereta pun mulai bergerak meninggalkan
Stasiun Senen. Kereta bergerak perlahan
dengan sesekali mengeluarkan angin dari
sambungan gerbongnya. Sedikit angin yang
masuk dari jendela kaca yang lusuh mengurangi
beban panas mereka. "Ta, kapan terakhir kali lo ke sana?"
"Tiga tahun yang lalu, Ple. Bulan Agustus juga."
"Kalo bulan Agustus rame banget ya di sana?"
tanya Dinda. "Rame sih, tapi nggak rame
banget." "Kenapa Agustus?"
"Kan tiap tujuh belasan ada upacara di
puncaknya," Arial menjawab pertanyaan Dinda.
"Mas Ial kan belum pernah ke sana,"
"Diceritain Genta."
"Berapa meter tingginya, Ta?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"3676 m dari permukaan-laut...."
"Busyet, tinggi juga ya," Zafran kaget sendiri.
"Tinggi banget..." Riani bengong, "Medannya
berat nggak, Ta?" "Ya, lumayanlah."
"Kuat apa kita" Bawa paus lagi?" Zafran
bercanda sambil menendang Ian pelan di
dengkulnya. "Iya Ta, gue kuat nggak, Ta?" tanya Ian pasrah.
"Nggak tau ya, kayaknya sih nggak. Makanya lo
gue suruh lari pagi dulu seminggu sebelumnya.
Lari pagi nggak lo?"
"Lari!" "Setiap hari" Hebat juga lo!" "Enggak! Sehari
doang." "Dasar paus!"
"Bisa deh lo, Yan. Pasti bisa. Gue yakin." kata
Arial. "Pemandangannya keren nggak?" tanya Dinda.
"Cuma penyair yang bisa mengungkapkannya,"
jawab Genta sambil melihat ke atas dan
membayang indah. Zafran langsung berdiri, tangannya mulai
berputar-putar di udara. "Pegangin Jupleee!!!" semuanya tiba-tiba inget
Zafran enggak pernah bisa dengar kata penyair.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Mereka memegangi Zafran. Tangan Arial yang
kekar menahan badanya. "Hahaha, nanti aja
juple! Di sana baru lo bikin puisi," cela Ian.


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dari dulu gue pengen banget ke sana," kata
Arial, matanya membayang sendiri, "Nggak
taunya kita ke sana bareng-bareng, tambah
seneng deh gue." "Cuma di puncak sana aja yang ada upacara
tujuh belasannya?" Riani bertanya lagi.
"Enggak lah. Kalo kita jeli, hampir di tiap puncak
di Indonesia, tiap tujuh belasan pasti ada yang
naik untuk upacara. Pers aja jarang merhatiin,
padahal keren kalo dibuat liputan," Genta
berkata pelan. "Wah bagus tuh buat trip report gue" mata
Riani tampak berbinar. "Gimana ngerekamnya?" Genta bingung.
"Gue udah bawa handycam," jawab Riani
senang. "Kan ada Ian. Ndut nanti jadi kameramen gue
yaa...." "Siiip...!" "Kalo kita nanti sampai di puncaknya, berarti
kita berada di tanah paling tinggi di Pulau Jawa"
Genta menatap tajam ke teman-temannya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Oh jadi puncak yang paling tinggi di Jawa."
"Ta..." "Iya, Yan." "Nama puncaknya apa, Ta" "Mahameru."
Menjelang sore kereta mulai memasuki daerah
Cirebon. Mereka berenam masih saja bercanda
ngobrol segala macam, nggak peduli dengan
keadaan kereta. Kerinduan pada diri mereka
masing-masing mengalahkan semuanya.
"Sebentar lagi, mungkin magrib, kita sampai di
Cirebon," Genta berujar sambil melihat keluar.
"Kita sampai di Malang jam berapa, Ta?" tanya
Riani. "Besok siang, antara jam dua belas sampai jam
tiga." "Kok bisa begitu" Bisa nggak jelas gitu
sampainya," Ian bingung.
"Kan kereta ini, kereta yang dikalahin" Genta
menjawab lagi. "Maksudnya?" "Kalo di stasiun ada kereta yang level-nya lebih
tinggi mau lewat, kereta ini harus nunggu,
biarpun kereta ini sampai duluan." "Kok gitu?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Nggak tau, udah dari dulu kok begitu," jawab
Genta. "Lama juga ya...."
"Kalo kita sampainya jam tiga, padahal tadi kita
berangkat jam tiga... berarti sehari dong kita di
kereta." "Betul sekali Ibu Riani."
Udara sore yang mulai bersahabat mengalir
deras berebut masuk dari jendela kereta. Genta
tengak-tengok sendiri, satu per satu temantemannya mulai tertidur, kecapekan bercanda.
Tinggal Arial yang masih sadar melihat ke luar
sambil mendengarkan Mobile MP3 nya. Zafran
lagi baca buku Manusia Manusia Cermin.
"Juple... ikut gue yuk."
"Ke mana?" "Ngerokok bentar...."
"Oke bos...," Zafran langsung setuju, mulutnya
memang udah asem. "Eh Rambo, jaga bunker ya...."
"Siip!" Arial memberikan jempolnya ke Genta
dan Zafran. Genta melangkah hati-hati di antara
teman-temannya yang sedang tidur.
"Mau ke mana kita, Ta?"
"Ke situ doang."
Genta dan Zafran berjalan melewati sambungan
gerbong. Mereka duduk di undakan pintu
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
gerbong yang berbentuk dua anak tangga kecil.
Duduk membelakangi lorong kereta dan
menghadap ke pintu gerbong dengan jendela
yang tinggal bingkainya saja, tak berkaca. Suara
pekak sambungan antargerbong sesekali
memenuhi telinga mereka. Genta menyalakan
rokoknya, menarik napas panjang, melihat
keluar. Zafran melakukan hal yang sama.
Cahaya lighter menerangi wajahnya.
"Enak juga di sini ya, Ple. Anginnya masuk."
"Jendelanya nggak ada kaca."
Zafran melihat keluar. Sawah, sawah, dan
sawah. Sesekali Zafran melihat petani dan
kerbau yang beranjak pulang, diterangi sinar
matahari sore yang mulai melemah. Semuanya
berjalan sekilas dan cepat sekali, secepat kereta
Angin sore mengelus wajah mereka berdua.
"Jadi enak ngeliat pemandangan baru gini,
daripada ngeliat Jakarta melulu."
"Yo'i...," Genta masih ngelamun melihat
keindahan di depannya. Mereka berdua memandang lurus ke depan
dengan wajah penuh arti, melihat sore yang
bergerak cepat di mata mereka. Sesekali
mengisap rokok yang terselip di antara kedua
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
jari. Setiap laki-laki pasti punya saat seperti ini,
melamun berdua dengan laki-laki lain tanpa ada
yang diomongin, mencoba mencari sesuatu di
luar sana dengan pandangan tajam ke depan.
Rokok mereka memendek perlahan.
"Ta...." "Hmm." "Masih banyak ya orang di luar?"
"Maksudnya, Ple?"
"Iya, lo liat nggak tadi" Deretan desa kecil di
pinggir sawah. Lampu-lampu rumahnya yang
mulai nyala. Masih banyak ya orang di luar?"
"Makanya kita jangan di Jakarta mulu."
"Jakarta manusianya udah banyak banget, tapi
di sini sama di Jakarta iramanya beda, Ta."
"Irama apa?" Genta bertanya sambil menoleh
ke Zafran yang masih melihat lurus ke depan.
"Di sini nggak secepat dijakarta dan di sini apa
yang mereka lihat sehari-hari mungkin udah
bisa bikin mereka dekat sama suatu kekuatan
lain yang uap hari mengisi mereka, menyinari
mereka," Zafran mulai bersyair, Genta mencoba
mencerna- tapi nggak berhasil.
"Maksudnya?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Lo inget tentang Goa Plato yang pernah gue
ceritain?" "Inget banget, makanya kita begini, mau keluar
dari goa yang menawarkan nyaman itu," Genta
mulai tertarik. "Gue cerita dikit. Dulu di zamannya Socrates,
Socrates adalah orang bijak yang hanya
berjalan-jalan di alun-alun Athena, yang
kerjaannya cuma nanya mulu sama orang-orang
di sana. Yang unik dari Socrates adalah dia
seorang filsuf yang nggak pernah nulis satu
kalimat pun." "Oh ya?" "Salah satu kalimatnya yang terkenal adalah
'Orang yang paling bijaksana adalah orang yang
mengetahui bahwa dirinya tidak tahu.'"
"Makanya dia nanya mulu," Genta mencoba
menyimpulkan. Genta makin tertarik.
"Tapi bukan itu, Ta. Socrates bertanya untuk
berdiskusi karena dia nggak pernah mau
bersikap menggurui orang lain.
Dia selalu berlagak bodoh, berlagak nggak tau,
untuk tau semuanya. Tapi hebatnya lewat
diskusi itu orang-orang menjadi tau kehebatan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Socrates. Bahkan kadang-kadang menyadarkan
orang tersebut dengan cara halus, tidak seperti
menggurui. Socrates tidak pernah memandang
orang lain lebih rendah dari dirinya, begitupun
dia nggak mau dipandang lebih rendah orang
lain." "Humble...," (rendah hati) Genta menggumam
pelan. "Tul... jadinya waktu itu setiap orang di Athena
mengaguminya karena ia bertanya ke siapa aja,
bahkan kepada seorang budak sekalipun karena
Socrates percaya kalo setiap manusia punya
yang namanya akal. Tingkahnya inilah yang
membuat Athena terkaget-kaget Seorang ahli
filsafat yang mau bergaul dengan seorang
budak, waktu itu budak tidak dianggap
manusia." "Mungkin gini, Ple..., kayaknya mereka
terkagum-kagum sama Socrates gara-gara dia
nggak pernah memandang manusia lain lebih
rendah. Pasti di antara mereka ada yang
tersentuh harinya waktu ngeliat Socrates mau
ngobrol dan bertanya-tanya ke budak. Di balik
segala tingkatan level manusia waktu itu, pasti
manusia punya hati nurani yang bilang sendiri
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
'begitulah seharusnya manusia...'" Genta
berkesimpulan sendiri. "Betul, Ta. Socrates selalu bertindak atas
nuraninya dia pernah bilang bahwa orang yang
mengetahui apa yang baik akan selalu berbuat
baik." "Trus, trus?" Genta terbawa ke dunianya Zafran.
"Trus ada Plato."
"Kalo nggak salah Plato kan muridnya Socrates
ya?" "Betul sekali Bapak Genta. Nah Plato itulah yang
banyak menulis tentang gurunya karena
Socrates emang males nulis kali ya. Kerjaannya
kan nanya mulu, kayak tamu jauh."
"Hehehe...," keduanya tertawa kecil.
Nah dalam salah satu tulisannya, Republic, Plato
menulis tentang goa tadi. Kalo lebih jelasnya
kayak gini, sebenarnya orang-orang yang berada
di dalam goa itu duduk menghadap ke arah
dinding goa dengan cahaya api unggun di depan
mereka- dengan dunia luar berada di belakang
mereka. Sementara di luar goa, segala sesuatu
terjadi di belakang mereka dan sedihnya
mereka hanya melihatnya lewat pantulan yang
ada di dinding goa yang ada di depan mereka.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Mereka hanya melihat bayang-bayang semesta
aja. Mereka pun tenggelam dalam bayangbayang itu, mencoba mencari tahu apa dan
membicarakannya sampai mereka
menyimpulkan bahwa hanya bayang-bayang itu
aja yang ada." "Oh...," Genta berkata pelan.
Zafran meneruskan, "Suatu hari ada satu orang
yang akhirnya keluar dari goa itu dan
menemukan bahwa ternyata di luar sana
banyak keindahan sejati yang menunggu
mereka di dunia nyata, tanah, air, sungaisungai, dan kehidupan yang lebih indah. Lalu
orang yang sudah keluar goa itu memberi tahu
mereka tentang keindahan di luar sana dan
mengajak mereka keluar. Sedihnya, orang yang
masih di dalam goa itu nggak ada yang percaya.
Mereka masih percaya bahwa bayangan yang
mereka lihat di dinding goa adalah yang
aslinya." "Trus, jadinya gimana?" Genta bertanya,
tangannya mencoba mematikan rokoknya.
"Orang yang mengajak keluar dari goa itu
akhirnya dibunuh oleh mereka."
"Haaa?" Genta jadi kaget
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Katanya sih mitos yang Plato bikin tentang goa
itu merupakan cerminan dari kekecewaanya."
"Kenapa, Ple?" "Plato menganggap bahwa orang-orang yang di
goa itu adalah Athena yang telah membunuh
Socrates, dan orang yang berani keluar dari goa
itu adalah Socrates."
"Lho emangnya Socrates matinya dibunuh?"
"Dihukum mati oleh pemerintah Athena karena
pemikiran dan gagasan-gagasan filosofisnya
dianggap gila dan membahayakan negara."
"Tragis juga. Trus, apa hubungannya dengan
irama-irama tadi" Antara desa sama Jakarta,
juga soal kekuatan yang mengisi mereka tiap
hari di desa?" "Kita balik lagi ke Socrates, Bapak Genta. Pada
zaman Socrates ada sekumpulan orang bijak


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang dinamakan sophis."
"Trus...?" "Sophis ini sangat berbeda dengan Socrates
yang terus mencari tahu kebenaran dengan
kerendahan hatinya, tanpa mengharapkan apaapa. Sophis mempunyai arti kata
berpengetahuan, pandai, dan bijaksana. Tapi,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kaum sophis mengajarkan kebijaksanaan
dengan meminta imbalan atau uang."
"Oh matre..., Beda banget dong sama Socrates."
"Tul...." Zafran meneruskan, "Kalo gue sih bisa bilang
orang-orang di desa ini adalah SocratesSocrates yang masih punya kerendahan hati,
mencintai alamnya, hidup dengan kekuatan
mahabesar setiap harinya. Udah bukan barang
baru lagi kalo orang desa lebih ramah daripada
orang kota. 'Tul nggak, Ta?"
"Bener juga lo, dan mungkin orang kota adalah
orang yang tinggal di goa dan hidup dengan
bayang-bayang sendiri, yang tiap hari berkutat
dengan itu-itu aja, ngejar materi mulu."
"Kalo gue sih menganggap orang kota adalah
para sophis yang tinggal di goanya Plato."
"Lebih parah lagi lo... hahaha. Tapi nggak
semuanya kan?" "Iyalah... sombong amat gue mandang orang
lain lebih nggak tau dari gue. Ini kan cuma
cerita-cerita doang, lagi coba-coba belajar
filsafat." "Tapi lo ada benernya juga, Ple!"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Orang kota yang kita omongin itu siapa ya,
Ta?" "Nggak tau...."
"Orang desanya?"
"Nggak tau juga."
"Tapi kayaknya kalo disimpulin begini, benerin
gue kalo salah. Zaman sekarang banyak orang
yang hidup tapi nggak bener-bener 'hidup' kata
Genta sambil mengangkat dua tangannya dan
jarinya memberi tanda kutip pada kata hidup.
"Tapi siapa orang yang nggak bener-bener
'hidup' itu ya?" Zafran bertanya.
Mereka bengong sejenak dan tersenyum sambil
memandang satu sama lain.
"Manusia!" "Ya kita!" "Hahaha...," keduanya ngakak. "Orang kotanya
siapa, Ple?" "Ya kita...!" "Orang desanya?" "Kita
juga." "Apa sih yang lagi kita omongin?" Genta
menyenggol bahu Zafran. "Kesimpulannya kan kita jadi tolol sendiri."
"Kesimpulannya, kita nggak tau apa yang
barusan kita omongin." "Iya ya, jadi nggak jelas
nggak tau, bego lo, Ple!" "lo juga...."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Nggak tau ah, dark. Hahaha," Genta tertawa
kecil. "Tapi kan, kata Socrates orang yang paling
bijaksana adalah orang yang mengetahui bahwa
dirinya tidak tahu," Zafran berkata pelan.
Mereka berdua terdiam. Keramaian kota kecil
dalam bayangan senja memenuhi pandangan
mereka berdua. "Eh udah masuk kota nih, bentar lagi Cirebon.
Balik ke tempat duduk yuk, nanti di stasiun
banyak yang naik." Mereka pun kembali ke
tempat duduk semula "Abis dari mana?" Dinda
bertanya. "Ngerokok di pintu gerbong," jawab
Zafran. "Oh...."
"Saya perkenalkan guru filsafat saya, Socrates
yang bijak," Genta menunjuk Zafran yang
senyum-senyum. "Terima kasih Plato, muridku yang baik"
"Tuh kan, makanya jangan kebawa-bawa ke
dunianya si Juple," Arial bingung.
"Abis ngomongin apa?" Riani pengen tau.
"Ngomongin apa tadi, Ple?"
"Nggak tau...!" Zafran langsung ketawa ngakak.
"Ye...pinter jangan sendiri-sendiri dong" Ian
sinis. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Kereta berhenti di Stasiun Cirebon. Kesibukankesibukan kecil mulai terjadi.
"Ple ceritain, Ple."
Zafran tak tega untuk tak bercerita tentang
obrolan tadi. 'Jadi kesimpulannya, mulai
sekarang gue jadi gurunya Genta dan Genta jadi
murid gue. kayak Socrates sama Plato."
"Tapi dua-duanya kan beda. Gue juga pernah
baca kalo secara fisik Socrates itu orangnya
sangat tidak menarik dan buruk rupa,
sementara Plato ganteng abiss," kata Ian.
"Haa...?"!!" Zafran yang merasa ganteng, mulai
terganggu ego keartisannya.
"Ya udah gue jadi Plato aja...biar si Genta jadi
Socrates." "Terlalu naif kalo kita menganggap semua orang
kota itu terlalu rutin, terlalu biasa-biasa aja,
hidup di dalam goa sendiri, hidup dalam
bayang-bayang aja. Kan mereka bekerja keras
tiap hari buat keluarganya," Riani berkata pelan.
"Betul sekali...," Dinda mendukung Riani.
"Ada juga kan orang kota yang males," Genta
angkat bicara. "Ada," sahut Riani cepat.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Orang desa juga kan kerja keras," Arial ikutan
ngomong. "Ada juga orang desa yang males."
"Betul juga," Ian setuju dengan Arial.
"Tapi kita nggak boleh ngomongin karakter
individu. Kalo udah begitu masalahnya selesai.
Jadi apa-apa tergantung orangnya," Arial
menekankan. "Betul juga ya," Zafran bengong sendiri.
"Tapi emang kehidupan orang desa sama orang
kota beda kali ya?" Genta bingung.
"Bisa jadi. Trus gimana dong kesimpulannya?"
Zafran bertanya sambil memandang lurus ke
depan. "Nggak tau...."
"Nggak tau...."
Teman-temannya menggeleng.
"Rese lo, bikin kita jadi nggak mikir, Ple." Arial
tersenyum kecil. Teman-teman lain, kecuali Zafran, setuju sama
Arial. "Socrates juga pernah ngomong, sebenarnya
manusia itu adalah hewan yang berpikir. Kalo
kita nggak mau mikir, kita namanya apa?"
Zafran tertawa kecil. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Cukup! Rese...!" berbarengan semua
ngelempar kacang ke Zafran.
"Ah nggak tau ah...."
"Nggak tau...."
"Nggak tau, terserah lo lah, Ple."
"Tapi dari nggak tau kan tadi kata Socrates?"
Arial berkata pelan. Zafran langsung menjawab, "Orang yang paling
bijaksana adalah orang yang mengetahui bahwa
dirinya tidak tahu."
Temen-temannya walaupun nggak mau, masih
aja bercokol di dunia Zafran. Tiba-tiba Zafran
meletakkan telunjuk di keningnya... dan
mendesis pelan. "Cogito Ergo Sum."
"Apa tuh, Ple?" Riani mengerenyitkan
keningnya. "Aku berpikir maka aku ada."
Semua terdiam dan bengong, walaupun mereka
beneran nggak mau, toh kenyatannya tak
beranjak juga dari dunia Zafran.
Tiba-tiba Zafran teriak, "Yess... emang gue guru
yang baik." Semuanya senyum-senyum sendiri. Zafran
berargumen lagi, "Satu yang pasti, Socrates itu
berbuat segalanya tulus demi kebaikan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
manusia. Kalo di dalam hatinya, dia percaya
bahwa manusia itu punya nurani yang nggak
pernah bohong. Ini warisan terbesarnya.
Socrates sangat percaya kalo hati nurani yang
selalu tau mana yang benar dan mana yang
salah. Simpelnya, pencuri, perampok, dan orang
jahat ngerasa dalam hatinya kalo yang dia
lakukan itu salah. Socrates pun mati dalam
menegakkan hati nuraninya. Sewaktu dia
disuruh memilih antara minum racun sampai
mati atau mengakui bahwa pemikirannya salah
dan diusir dari Athena, dia memilih minum
racun demi Athena dan demi hati nuraninya."
"Hebat juga dia," Riani berujar sendiri.
"Kayak Mel Gibson di Braveheart," Ian tiba-tiba
ngomong. "Yo'i, The Great William Wallace," Genta
menambahkan. "Joan of Arc," Dinda menambahkan.
"Jean van Jean... Les Miserable," Arial pun
ikutan. "Kalo hati kita bersih dan selalu melakukan hal
yang baik, kita akan bahagia," Arial mencoba
menyimpulkan." "Maksudnya?" Ian masih bingung.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Zafran menjelaskan, "Socrates itu percaya pada
kebenaran dan kebaikan, dan di lubuk hati
seseorang pasti kebaikan itu ada, walaupun dia
berbuat salah dengan segala macam alasan
duniawi yang bisa membenarkan dia... jauh di
dalam lubuk hatinya dia tau kalau dia salah dan
orang yang nggak baik pasti nggak bahagia."
Arial mencoba menambahkan, 'Jadi, jangan
terus-terusan ngelakuin sesuatu yang salah
karena kita nggak akan bisa bahagia. Diri kita
sendiri secara alami akan menolak kebahagiaan
itu karena hati nurani kita akan selalu tau kalo
kita salah." "Orang yang bener-bener hidup untuk kebaikan
memang hidupnya akan selalu dikenang oleh
orang lain," Ian mendesis pelan.
Arial ngomong sendiri lagi, "Every man dies. Not
every man really lives. Siapa tuh" "
"Mel Gibson, Braveheart."
Kereta berjalan perlahan meninggalkan Cirebon.
Zafran memandang keluar jendela kereta. Di
hari yang hampir malam itu langit membiru
hitam, bulan terlalu cepat muncul. Di hamparan
sawah yang mulai menghitam, Zafran melihat
surau kecil, beberapa orang memakai sarung,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
peci, dan kemeja putih berjalan di antara
pematang remang-remang menuju surau kecil
itu. Lampu di surau itu memberi cahaya
seadanya, membuat surau terlihat bersinar
sendirian di antara hamparan sawah yang mulai
menggelap. Suara adzan magrib pun terdengar
sayup-sayup di telinga Zafran-tanpa disadarinya,
ia menarik napas panjang. Matanya langsung
terpejam. Ada sesuatu mengelus hatinya.
Kereta mulai melaju cepat meninggalkan
Cirebon. Sawah dan Gunung Ciremai di
kejauhan melambai lembut Malam itu sama
seperti malam dan tahun-tahun sebelumnya,
masih di atas rel yang sama, setia menemani
sang kereta. Di antara mereka berenam, ada dua makhluk
besar yang dari tadi menahan segala luapan
emosinya untuk bercerita, sesuatu yang
fantastis, yang ingin mereka bagi, kedua
makhluk itu Ian dan Arial. Belum ada yang tau
kalo Ian udah lulus. Semula, di antara mereka
berenam memang cuma Ian dan Arinda yang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
belum lulus. Juga tentang Indy. Hanya Arinda
yang tahu. "Aduh... jatuh deh!" Ian membuka dompet,
dengan sengaja dan bandel menjatuhkan
selembar kertas yang terlipat kecil.
"Juple, tolong ambilin!" Ian coba bersandiwara.


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apaan nih" Rumus Indomie lagi ya?" Zafran
cepat mengambil kertas yang jatuh dari dompet
Ian. "Jangan dibuka!" Ian bersandiwara, pura-pura
panik. Zafran tambah penasaran dan membuka kertas
itu cepet-cepet "Jangan dibaca!" Ian menambah porsi
aktingnya. Dalam hati dia seneng banget bakal
ngasih tahu kabar ini ke temen-temennya.
Zafran membaca isi kertas itu dalam hati.
Formulir pendaftaran Wisuda Sarjana LXXIV
Nama: Adrian Adriano Zafran membacanya tanpa ekspresi, "Oh, bon
belanja VCD bokep... nih gue kembaliin."
Zafran melipat kertas itu dan menyerahkannnya
kembali ke Ian. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Eh... babi got... lo masih belanja VCD aja, kapan
lo mau lulus?" Arial menyenggol Ian yang
kebingungan. Ian kacau! Ia buka kertasnya dan memeriksa
lagi. Gue nggak pernah beli VCD bokep pake bon!
Bener kok formulir pendaftaran wisuda gue, Ian
membatin dalam hati. Temen-temennya merasa ada yang aneh sama
kapur tulis SD dan kapal tanker ini. Mereka
tengak-tengok bingung. Sebelum mereka tahu
lebih lanjut, Zafran udah meloncat dari tempat
duduknya dan memeluk Ian.
"Brengsek-bangsat lo... selamet yee... gila lo...
lulus juga." Zafran merebut kertas dari tangan Ian dan
melemparkannya ke teman-temannya. Semua
membaca formulir pendaftaran wisuda Ian."
"Ian! Ian udah lulus...!"
"Sebentar lagi wisuda!"
"Ian!!! Selamat ya gendut sayang."
Semua memberi selamat ke Ian. Gerbong pun
jadi rame gara-gara teriakan makhluk-makhkluk
ajaib ini. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Seorang penumpang bertanya ke Zafran, "Mas
ada yang ulang tahun ya?"
"Nggak, Pak! Itu ada yang baru diterima kerja
jadi pesut di Ancol," kata Zafran sambil
menunjuk Ian. Penumpang itu pun percaya. Petugas kereta
yang lagi lewat geleng-geleng kepala.
"Teletubbies emang bikin heboh di manamana."
"Eh, gila hebat lo, Yan! Ditinggal tiga bulan,
dateng-dateng udah lulus aja."
Ian masih lemes bercampur bahagia. Badannya
abis dicubit, dipeluk, juga disiram aqua gelas,
dilempari kacang dan biskuit, diolesi mentega,
dikasih meses, dibolak-balik, pipinya digambargambarin, dibungkus kertas gado-gado dan
dikasih karet dua karena Ian nggak pedes. Ian
lalu diarak keliling gerbong bolak-balik, semua
penumpang di gerbong itu pun ngasih selamat,
sekalian meriksa perut Ian... bener nggak
Teletubbies ada TV di perutnya. Banyak yang
nggak percaya kalo Teletubies yang bisanya
cuma main sama tidur, ternyata bisa juga jadi.
sarjana. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Thank you... thank you,... harusnya gue ngasih
tau lewat SMS aja ya kalo begini jadinya," Ian
lemes. "Empat bab lo babat abis dalam dua bulan...
hebat lo, Yan!" Genta kagum.
"Cerita dong, Yan," mata Riani berbinar-binar.
Ian lalu lancar bercerita tentang jumpalitannya
selama dua bulan. Ian yang pantang menyerah,
dua kali penolakan kuisioner-nya,
menakjubkannya Sukonto Legowo, Mas Fajar,
keriputnya i tangan Papa-Mama, sidangnya....
Pokoknya semua Ian ceritakan. Bukan hanya
temen-temennya, semua orang di gerbong juga
mendengarkan Ian. Ian jadi seperti seorang
selebritas di acara TV yang sedang konferensi
pers menggugat cerai istrinya yang selingkuh.
Ian pun menutup konferensi persnya, "Saya
nggak pernah menyangka akan begini jadinya..."
Semua penumpang gerbong terharu dan
kembali ke tempat duduk masing-masing.
Kereta masih berjalan cepat menembus malam.
"Sekarang giliran gue" Arial tiba-tiba ngomong.
Semua penumpang berdiri dan berlarian
berebutan mau dengerin lagi! Arial langsung
membuka bajunya, berdiri tegap membelakangi
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
seluruh penumpang satu gerbong, mengikat
kepalanya pakai ikat kepala merah, mengambil
cat hitam, dan mencorat-coret pipinya, persis
Rambo yang, mau balas dendam. Semua
penumpang pun kembali ke tempat duduk,
takut sama Rambo. Mereka nggak jadi nguping.
"Ada apa nih Hercules generik?" teman yang
lain bertanya-tanya sendiri.
Arinda tersenyum. Dia udah tahu apa yang
hendak disampaikan abangnya. Arial menarik
napas sebentar. Dan.... Arial mulai bercerita tentang Indy, wanita yang
telah merebut hatinya, Indy yang tampangnya
biasa aja tapi enak dilihat, dan nggak bikin
bosen. Indy yang selalu mengisi hari-hari Arial
selama ini. Lalu tentang perjalanan ke vilanya di
Puncak yang penuh kehangatan serta
bagaimana Arial nggak mau ngelepasin
genggaman di tangan lembut Indy. Ya, semua
tentang Indy yang selalu bikin Arial tertawa.
Juga, soal Kasih-nya Ermy Kulit yang mereka
putar berulang-ulang selama perjalanan pulang.
Pokoknya Indy udah bikin Arial mendobrak
semua peraturan. Indy yang ini..., yang itu...,
yang selama tiga bulan terakhir sangat berarti
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
bagi Arial. Arial pun mencurahkan harinya
kepada teman-temannya sehingga menjadikan
mereka bengong dan terharu, serta sesekali
mengeluarkan kata kata "Oh...." "Ciee... Arial."
"Yes!" "Gile...." "Cinta." "Emang deh perempuan...." "Love,"
Arial mengakhiri ceritanya dengan menarik
napas panjang penuh arti dan berkata pelan,
"Sampai hari ini, gue dan dia akhirnya sepakat
untuk nggak ngelanjutin hubungan kita dulu.
Coba sendiri lagi dulu, kita udah coba berbagai
cara, tapi ujung-ujungnya pasti berantem dan
gue selalu bikin dia nangis. Gue nggak mau bikin
orang yang gue sayang nangis melulu. Akhirnya,
kita sepakat untuk sendirian dulu."
"Tapi nggak putus kan?" Riani bertanya sedih,
matanya menatap Arial dalam.
"Gue nggak tau apa namanya."
"Lo pergi sekarang, lo bilang ke dia?" Genta
bertanya ke Arial. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Tadi siang kan Indy-nya nganterin ke Stasiun
Senen, tapi dia langsung pulang lagi. Dia
sebenernya masih sayang kamu tuh Mas. Aku
kan tau dari tingkahnya, aku kan cewek," Arinda
tiba-tiba ngomong. "Mudah-mudahan...," Arial berharap kosong.
"Baru dua bulan, wajarlah berantem," Ian yang
jarang pacaran sok tau. "Salah banget lo, Yan. Cinta nggak kenal waktu,"
Zafran nyambung. "Trus?" Riani masih bertanya lembut.
"Gue nya salah ya ke dia?" tanya Arial sambil
melihat ke teman-temannya.
"Kalo denger dari cerita lo tadi sih iya, menurut
gue lo berlebihan. Seharusnya lo nggak terlalu
ngekang dia. Biar aja dia bebas," Riani
menjawab pertanyaan Arial.
Arinda tiba-tiba menyandarkan kepalanya ke
bahu abangnya, menatap Arial penuh arti. Arial
melihat Dinda. "Dinda juga bilang gitu sama kayak yang Riani
omongin. Gue terlalu menjaganya, terlalu takut
kehilangan dia." "Posesif ya namanya?" Ian mendesis pelan.
"Sok tau lo," Zafran nyenggol Ian.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Sekarang gue takut banget kehilangan dia. Gue
sayang banget sama Indy."
Ian heran sama Arial yang perkasa dan cocok
buat jadi GI JOE ini, akhirnya takluk juga di
tangan wanita. "Kalo menurut gue sih lo sama dia lagi coba
kenal satu sama lain aja, lagi saling belajar. Kalo
emang dua-duanya sayang, pasti balik lagi,"
Genta mencoba netral. "Tapi dia nggak suka banget sama gue yang
terlalu protektif. Padahal gue nggak bermaksud
begitu." "Lo harusnya ngomong begitu ke dia," Riani
menyarankan lagi. "Udah..., tapi dianya malah nangis."
"Jangan pernah ngomong jernih sama wanita
kalo dia lagi nangis," Riani berujar.
"Kalo cewek lagi nangis, biarin aja dulu karena
dia nggak akan pernah dengerin lo, kalo lagi
nangis. Kalo lagi nangis, cewek sebenarnya mau
nyatain sesuatu, tapi dia nggak tau gimana,
jadinya nangis. Maka, jangan ngomong sama
dia, diemin aja dulu. Lo mau bilang dia juga mau
bilang, nanti nggak ketemu."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Tul...," Arinda setuju sama Riani.
Zafran bengong dan membatin, Oh Arinda
pernah nangis" Siapa yang pernah bikin Arinda
nangis" Tega banget tuh orang... mahkluk
secantik ini dibikin nangis.
"Udah Rambo, tahan dulu aja. Kalo emang
jodoh nggak akan ke mana Terus aja usaha.
Oke?" Genta menepuk bahu Arial.
"Kalo dari cerita lo sih dia masih sayang sama
lo," Ian tambah menyemangati.
"Tadi barusan sih dia SMS...," wajah Arial
berubah seneng. "Nah tuh kan. Semakin jauh, semakin cinta," Ian
melempar kacang ke Arial.
Zafran berubah serius, berkata pelan sambil
telapak tangannya dia renggangkan, jari-jarinya
mengepal. "Love is like a sand in the hand... the
more you keep it, the more you loose it."
Semua tersenyum melihat Zafran. Zafran
tambah semangat. "Nih Rambo ada lagi nih...
makhluk bernama pria dan wanita itu emang
harus dicintai dan saling mencintai.
Woman was created from the ribs of a man Not
from his head to be above him Nor from his feet
to be walk upon him But from his side to be
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
equal Near to his arm to be protected and close
to his heart to be loved "tul nggak?" Zafran menaik-naikan alisnya sok tahu.
Semuanya tersenyum lagi ke Zafran.
"Ah udah ah... cinta mulu," Ian berkata agak
keras sambil menyenggol Zafran.
"Mendingan sekarang kita main gaple!"
"SETUJU!" Kesedihan sesaat Arial pun hilang, kembali
mereka mengarungi canda dan tawa, kerinduan
yang menumpuk selama tiga bulan
ditumpahkan semua malam itu.
Setengah malam telah lewat. Kereta tua yang
tak kenal lelah itu mulai menyapa kota-kota di
Jawa Tengah, melaju cepat di atas tanah Jawa di
malam hari. Jalan desa dan jalan kota-kota tua
yang damai dan sepi. Penerangan neon yang
seadanya di antara lintasan kereta yang mereka
lewati, memenuhi pandangan mereka.


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lengangnya tanah Jawa dan rumah-rumah
bergaya Jawa lama di tengah malam menyentuh
hati mereka. Satu per satu mata mereka pun
lelah terpejam. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Ian sudah tertidur pulas, bermimpi tentang
wisudanya. Arial memejamkan matanya, The
Moment dari Kenny G mengalun lembut dari
MP3-nya. Pikirannya menerawang jauh ke Indy.
Mata Genta terpejam, tapi pikirannya terbang
ke langit malam, berkhayal melihat Riani di
pelukannya, mengagumi rasi bintang Riani yang
bersinar terang indah. Riani terpejam lelah. Hari itu dia bahagia sekali
karena semua kangennya terobati. Hari itu dia
senang sekali bisa kembali bercanda dengan
teman-temannya, bisa bertemu dan bercanda
lagi sama seseorang yang selama ini telah
membuatnya bermimpi indah membawanya ke
langit malam, melihat rasi bintang.
Arinda, biarpun terpejam, sesuatu mengusik
hatinya. Ada seseorang yang selama ini ternyata
telah memberikan perasaan lain di hatinya. Ia
pun ingin sekali mengenalnya lebih dekat di
hari-hari selanjutnya. Perasaanya mengatakan
sesuatu yang lain, melukis sesuatu di hatinya.
Zafran mengeluarkan sebuah buku tua dan larut
dalam kata-kata indah. Sambil sesekali melihat
Arinda yang tertidur di bahu Arial, Zafran
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
senang sekali malam itu bisa mengarungi katakata indah Walt Whitman.
Wanita memang paling cantik kalau sedang
tertidur, terpejam, batin Zafran. Zafran pun
mulai berlayar dengan kata-kata puitis dalam
Leaves of Grass. Bayangan dan senyum Arinda
memenuhi kalimat-kalimat indah dalam
molekul-molekul luar biasa kata per kata, yang
didendangkan puitis dalam rangkaian kata-kata
Leaves of Grass. Berima dengan indah dengan
suara angin malam dan kereta.
...I bequeath myself to the dirt to grow from the
grass I love, If you want me again, look for me under your
boot-soles, You will hardly know who I am or what I mean,
But I shall be good health to you nevertheless,
And filter and fibre your blood
Failing to fetch me at first, keep encouraged,
Missing me one place search another,
I stop somewhere waiting f or you.
(Song of Myself, Walt Whitman)
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Stasiun Lempuyangan, Jogjakarta. Setengah tiga
malam Suara-suara penjual nasi pecel, telur asin, dan
minuman membangunkan mereka. Ian
mengucek-ngucek matanya, mengambil botol
air minumnya dan tidur lagi. Arial terbangun
sebentar dan bengong. "Udah sampai mana, Ta?" tanya Riani lembut
sambil membereskan rambutnya dan
mengikatnya. "Jogja," jawab Genta yang lalu membereskan
duduknya. "Pegel juga ya duduk melulu." Dinda berdiri
sebentar, matanya memicing silau kena cahaya
lampu neon kereta di atasnya.
"Ada toilet nggak di sini?" Riani bertanya ke
Genta. "Di stasiun aja deh. Lo tau kan toilet di kereta
kayak gini paling buat laki-laki doang"
"Oh, lama nggak keretanya berhenti" Kita turun
aja, kebelet nih," Riani meringis.
"Kayaknya sih lama, dari tadi belum ada kereta
lain yang lewat, kereta ini kan nunggu yang lain
lewat dulu." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ya udah turun yuk," Riani beranjak berdiri,
melewati sela-sela kaki temannya.
"Yuk...," Genta dan Dinda ikutan berdiri.
Zafran terbangun, matanya melihat sekilas
bayangan temannya yang mau turun ke stasiun.
"Bang Zafran mau ikut ke toilet?" Dinda
tersenyum manis sekali ke Zafran.
Zafran langsung berdiri, semangat, ngantuknya
ilang. "Rambo mau ikut?" tanya Riani.
"Nanti yang jagain tas siapa" Lagian tadi gue
udah kencing. Beliin pennen pedes dong kalo
ada," Arial yang lagi bengong berkata males.
"Oke Bos." Genta, Riani, Zafran, dan Dinda turun dari
kereta, menginjakkan kaki di ubin putih yang
mulai kekuningan di stasiun Lempuyangan
Jogjakarta. Mereka berjalan ke toilet stasiun
yang ada di antara para pedagang yang masih
mencari rezeki di malam yang terasa lain di hati
mereka berempat. Malam dingin di suatu
tempat yang jauh sekali dari rumah. Langkahlangkah pun bercerita tentang hati mereka yang
sedang tersentuh kerinduan.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Selepas dari toilet, mereka berempat duduk di
bangku stasiun-hawa agak dingin menimpa
wajah mereka. Di kejauhan, Lampu-lampu kota
Jogjakarta, jalan utama di depan stasiun yang
lengang-hanya ditunggui oleh satu-dua becak
yang diam kosong berbaris di bawah pohon
besar-diterangi lampu jalan yang kuning
temaram. "Kayaknya gue dulu pernah ke Jogja, tapi nggak
kaya gini stasiunnya, lebih bagus, lebih gede,"
Riani tiba-tiba ngomong. "Emang bukan," jawab Genta.
"Matarmaja nggak lewat stasiun utama Jogja."
"Stasiun ini namanya Lempuyangan, stasiun
kecilnya Jogja. Kalo di Jakarta kayak Stasiun
Senen atau Jatinegara" Genta menjelaskan.
"Oh pantes...."
"Hawanya lain ya kalo jauh dari rumah," Zafran
berkata pelan sambil memandang jam tua di
tembok stasiun yang mulai pudar termakan
usia. "Iya, kayaknya jauh banget," Dinda
membenarkan Zafran. "Bang Zafran mau
permen pedes?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Zafran tersenyum dan mengambil permen dari
tangan Dinda, walau cuma dua detik, saat itu
pertama kalinya Zafran menyentuh tangan
Dinda "Nak, nasi pecel, ayam telur, Nak. Endok asin,
ndok asin, hangat hangat." Seorang ibu tua
dengan pakaian khas Jawa dan kain batik lusuh,
mengusung gendongan makanannya,
menawarkan dagangannya ke Riani.
"Ada yang mau nasi?" tawar Riani.
"Boleh, gue mau. Laper juga sih," Zafran
mengiyakan. "Semuanya mau?"
Genta dan Dinda mengangguk.
"Berapaan Bu, kalo pake ayam?" tanya Dinda.
"Dua setengah," jawab ibu itu dengan logat
jawa yang kental. "Hangat?" tanya Dinda lagi.
"Iya masih hangat"
"Ya udah, dibuat enam ya Bu'e," Riani berkata
lembut "Alhamdulillah, terima kasih Gusti Pangeran."
Pendengaran mereka bergerak dalam diam.
Keempat anak manusia itu serasa ditusuk
hatinya Rambut si ibu yang mulai memutih
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tampak berjatuhan di sela-sela keringatnya
Usianya mungkin sudah enam puluhan, baju
kebaya ungunya tampak lusuh sekali, kulitnya
kering hitam legam pekerja. Kain batiknya
tampak kotor. Di malam sedingin itu, si ibu
hanya bertelanjang kaki. Sambil melihat sang ibu yang sedang
menyiapkan nasi, Dinda bertanya-tanya dengan
hatinya, Ya ampun... ibu setua ini, malammalam masih mencari rezeki, ke mana anaknya"
Dinda tambah tercekat melihat tangan hitam
dan kurus itu menyiapkan nasi.
Riani berdiri terdiam, kakinya terasa kaku,
hatinya yang lembut bergejolak, tangannya
merinding. Kalimat sang ibu tadi membuat
hatinya menggigil. "Bu'e... kok malam-malam masih jualan?" Riani
bertanya sambil memegang bahu sang ibu.
"Cari makan, Nak. Kalau ndak jual nasi, Mbok
ndak punya uang." "Suaminya ke mana, Mbok?" "Sudah
meninggal." Riani merasa menyesal menanyakan suami si
mbok. Mendengar jawaban itu, hati Genta
terasa ada yang menusuk-nusuk. Ia hanya bisa
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tertunduk dan menyalakan rokoknya. Di antara
bayangan asap rokok dilihatnya air muka tua
yang penuh guratan usia-dalam dan
menghitam-sesekali rambut ibu yang putih
jatuh di keningnya. Hati Genta terlempar ke
sana kemari. Dia udah terlalu tua untuk semua ini, batin
Genta berjalan pelan sekali, bingung dan nggak
tega. Matanya menatap lampu lampu kota Jogja
di ujung rel kereta. "Anak Mbok mana?"
"Sudah sama istrinya... kalo siang mbecak di
situ," jawab si mbok jujur, menunjuk pintu
keluar stasiun. Sambil membungkus nasi, si Mbok berkata lagi,
"Anak Mbok juga susah. Jadi Mbok harus jual
nasi, kalo siang ke pasar nyari kardus bekas buat
Mbok jual lagi." Sesekali sikut keriputnya
menyeka peluh yang jatuh di keningnya.
"Kalo malam jualan nasi?" tanya Zafran.
Si Mbok menoleh ke Zafran dengan wajah lelah,
Zafran serasa di tampar. "Mbok sudah jualan dari sore, tapi lagi sepi,
belum sampai lima lakunya," tutur si mbok
sedih. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Zafran memainkan ujung retsleting jaketnya,
berdiri menatap penjual nasi itu dengan
pandangan beribu makna. Ada yang mengganjal
di hatinya sesaat setelah mendengar jawaban
itu. Matanya berpindah memandang ubin
stasiun yang menguning dengan lampu stasiun
yang memantul pendar tidak jelas di mata
Zafran. Ia edarkan pandanganya. Jam tua di
stasiun menunjukkan hampir pukul tiga malam.
Tembok tua di stasiun dengan cat yang mulai
terkelupas, atap stasiun yang menghitam di
sudutnya, seorang tukang becak tua yang
membawa kardus, ibu muda dengan wajah lelah
dan mengantuk sedang menggendong anaknya
yang terdongak tertidur lelap. Zafran mengusap
mukanya dengan kedua tangannya, menghela
napas panjang sekali, dan melepaskannya sesak.
"Untung anak beli banyak Habis ini Mbok mau
pulang, badan sudah sakit semua, takut besok
masuk angin." Keempat anak manusia itu terdiam mematung,
hati mereka bergerak pelan sekali seperti detik
jam tua di tembok stasiun.
"Ini Nak, enam nasinya." Mbok penjual itu
menyerahkan enam bungkus nasi yang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
diwadahi kantong plastik merah bekas
seadanya. Dinda langsung jongkok di depan si Mbok lalu
mengulurkan selembar lima puluh ribuan yang
dilipat rapi. Dinda me-ngenggam tangan si
Mbok. "Mbok ini aku kasih lebih ya, buat Mbok. Tapi
besok pagi Mbok janji nggak usah ke pasar
minta kardus, Mbok tidur aja di rumah. Janji ya,
Mbok!" kata Dinda pelan.
Si Mbok melihat uang lima puluh ribu di


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangannya, matanya membesar dan
mendekatkan genggaman tangannya ke
hidungnya. "Allhamdullilah Gusti Pangeran...
Allhamdulillah." Riani mencoba untuk tidak menangis. Zafran
dan Genta terdiam mendengar rasa syukur si
Mbok. Dinda masih berjongkok mematung
memandang si Mbok. "Terima kasih ya Mbok.... Terima kasih banyak,"
Genta memegang bahu si Mbok.
Mereka berempat segera berjalan masuk ke
kereta. Dinda dan Riani menyeka mata dengan
tisu. Di antara malam yang jauh, dingin, dan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
asing, mereka masih bisa mendengar doa lelah
si Mbok di telinga mereka.
Perlahan tapi pasti, kereta mulai berjalan
meninggalkan Stasiun Lempuyangan. Suara
peluit dari stasiun dan doa si mbok masih
mengisi telinga mereka berempat. Riani melihat
keluar jendela kereta, matanya terkejut,
dadanya sesak. Di sepanjang Stasiun
Lempuyangan dilihatnya banyak sekali sosok
perempuan tua seperti si mbok penjual nasi
tadi. Di antara lambatnya kereta, mata Riani
memperhatikan muka lelah mereka satu per
satu, membayangkan nasib mereka yang
mungkin nggak jauh berbeda dengan si Mbok.
Matanya terpejam, hatinya nggak kuat lagi,
pemandangan di luar seperti memasuki hatinya,
tenggorok-kannya seperti menelan sesuatu
yang tidak enak, yang disangkal hatinya.
Pukul lima pagi. Zafran menutup Leaves of Grass-nya, melempar
pandangan ke luar kereta. Perlahan, langit
hitam malam mulai memudar, udara malam
pun mulai menjauh. Zafran bisa merasakan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
udara di luar kereta yang berubah sejuk. Langit
subuh mulai terlihat di antara rimbun
pepohonan hutan jati kecil yang melewati
matanya. Dihirupnya pelan udara subuh yang
masuk melalui jendela yang terbuka seadanya.
Sejak dari Lempuyangan memang hanya Zafran
yang belum bisa memejamkan matanya. Ia
tenggelam bersama Leaves of Grass. Temanteman yang lain masih terlelap. Zafran
tersenyum kecil melihat Dinda yang terpejam
lelap di bahu abangnya. "Juple, lo belum tidur?" Ian yang baru bangun
bengong melihat mata Zafran masih melek di
subuh yang gelap. "Tau, nggak ngantuk-ngantuk."
"Ada makanan enggak?" Ian mengucek-ucek
matanya. "Ada tuh di plastik merah, udah dingin
kali. Belinya tadi malem di Jogja. Lo tidur mulu
sih." "Gue tidur enggak ada yang ngebangunin."
"Gajah Lampung kan kulitnya keras, gimana
ngebangunin-nya" Ian mengambil nasi bungkus si Mbok yang mulai
dingin. "Cuci muka dulu kek, Yan!"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Bodo! Laper." "Eh Yan, jaga markas dulu ya. Gue mau ke
kamar mandi." Zafran beranjak berdiri dan pergi ke kamar
mandi kereta. Sehabis melaksanakan panggilan
alamnya, Zafran duduk di pintu gerbong tempat
dia kemarin ngobrol sama Genta.
"Ah... fuh...." Zafran melepas napasnya lega.
Udara dingin subuh masuk melalui jendela kaca
di depannya. Zafran menyalakan rokoknya.
Sekelebat, pemandangan indah lewat di
matanya. Hatinya yang merasa jauh dari rumah
menikmati pemandangan tidak biasa di
depannya. Zafran pun berdiri dan
menyembulkan kepalanya ke luar jendela yang
sudah tidak berkaca. Angin subuh dengan
berbagai cara ingin menceritakan sesuatu
kepadanya. Rambut gondrongnya tertarik-tarik
oleh udara yang bergerak bersama, melawan
laju kereta. Matanya melihat baris gerbong
kereta di depannya berbelok di antara sawah
berseling hutan jati kecil yang sedang
meranggas. Bau udara yang sangat lain
merasuki penciumannya, bau tanah pagi yang
khas, hari Zafran jadi takjub sendiri. Di antara
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kabut pagi pedesaan yang masih enggan
menarik selimut putihnya dari alam pagi, di
antara para petani dan kerbaunya yang sedang
berjalan pelan di pematang sawah berkabut
pagi, ibu dengan caping lebar menaiki sepeda
ontanya. Di jalan desa yang masih lengang,
pabrik gula tua peninggalan Belanda dengan
bangunannya yang bergaya Eropa dan tembok
tua bertuliskan 1899, lori-lori kecil pengangkut
tebu, pohon-pohon besar di atas jalan desa
yang masih diselimuti kabut, kebun tebu yang
seperti tembok hidup. Zafran memejamkan
matanya, keindahan seperti ini jarang sekali
dilihatnya. Zafran membuka lagi matanya perlahan.
Serombongan penduduk desa sedang
menunggu kereta lewat di perlintasan, wajahwajah penuh senyum melihat kereta, petani
dengan cangkul dan bakul selempang kain, ibu
muda yang tertawa lepas dengan caping tani di
tangannya. Bapak tua berpeci dengan seragam
guru tersenyum ramah ke para petani, anak
kecil berseragam SD penuh tawa berlarian dan
langsung mencium tangan sang guru. Mulut
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Zafran mendesis pelan, "Negeri ini indah
sekali...." Pukul 06.30 Stasiun kereta Madiun.
"Kita di mana, Ta?" Riani yang baru bangun
bertanya ke Genta. "Di Madiun." Arial menjawab pertanyaan Riani.
"Pegel semua badan gue." Arinda menguap
kecil dan melihat kesibukan pagi di Stasiun
kereta Madiun. Genta yang baru bangun masih belum menyatu
dengan keadaan sekelilingnya. Sekilas dia
melihat keluar, sinar hangat matahari pagi di
antara tembok penyangga tua stasiun, menyapa
matanya yang memicing silau.
Genta menggumam sendiri, tangannya
mengambil air mineral, Jam setengah tujuh
pagi. Kereta ini nggak telat, emang biasa kalo
masuk Madiun jam enam pagi... atau jam
tujuh." "Bang Zafran mana?"
"Tau, tadi katanya mau kencing doang, tapi
lama banget. Sejak subuh tadi," Ian menjawab
pertanyaan Dinda. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Jangan-jangan loncat dari kereta... mau
pulang," Riani tersenyum.
"Eh lagi ngomongin gue ya...." Sosok penyair
sejuta bingung bermuka ngantuk datang dengan
plastik penuh nasi bungkus. "Dari mana lo, Ple?"
tanya Arial. "Dari tanah air gue yang indah."
"Mulai deh pagi-pagi mau opera." "Apaan tuh,
Ple?" "Nasi pecel... tadi gue turun sebentar, beli nasi
pecel. Kata bokap gue nasi pecel Madiun itu
enak banget, apalagi pake peyek kedelai. Ini
masih anget lagi... masih ngebul."
"Oh...." Zafran mulai membuka bungkus daun pisang
yang berair hangat "bon appetit...."
Asap kepulan uap nasi hangat memenuhi
penciuman mereka. Pagi di Madiun semuanya
pun sarapan nasi pecel. Akhirnya, semuanya
setuju ini makanan nggak ada tandingannya,
semua fast food internasional yang pernah
mereka jelajah di Jakarta kalah deh.
"Ple, beli lagi, Ple." Ian memandangi bungkus
daun pisang yang udah licin tapi masih dihiasi
bekas-bekas bumbu pecel. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Keretanya udah mau berangkat belum?"
Zafran ten tengok. "Nasi lontong, pecel Madiun, lempeng.
Lempeng, Mas. pecel, Mas... hangat... peyek,
peyek...," ibu penjual pecel deng bakul rajutan
bambu di lorong kereta menawarkan
dagangannya. Sekilas Riani teringat ibu penjual nasi di Stasiun
Lempuyangan. "Nah... ini dia, panjang umur."
Ian tertawa senang. "Ada yang mau lagi?"
Semua mengangguk setuju karena memang
laper berat. "Mas lempeng gapitnya mau?" si
ibu penjual pecel menawarkan lempeng gapit.
"Apaan tuh, Bu?" Arial tertarik.
"Lempeng gapit" Makanan apa lagi nih?" Dinda
bertanya ke Ibu penjual pecel.
"Iki lho lempeng gapit," si ibu tertawa kecil
sambil membuat lempeng gapit-sebentuk
kerupuk cokelat muda seukuran telapak tangan
diambil si ibu. Lalu, ia mengisi kerupuk itu
dengan sayuran, bumbu pecel, dan menutupnya
dengan satu lembar kerupuk lempeng lagi,
jadilah lempeng gapit "Haa?" semuanya bengong ngeliat lempeng
gapit. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Bener kan, nggak cuma salad yang ngikutin
gado-gado, hamburger sama hotdog juga
ngikutin kita, mereka taunya dari lempeng
gapit," Ian nyerocos begitu saja, disambut tawa
teman-temannya. Renyahnya lempeng dan pedas-manisnya
bumbu pecel serta segarnya sayuran memenuhi
indera perasa mereka. Zafran bengong,
somasensory*(Sensor rasa di otak manusia.) di
otaknya setuju banget ini makanan nggak ada
tandingannya. Ian langsung pesan banyak.
Perlahan kereta meninggalkan Madiun.
Kereta mulai melaju cepat melewati hutan jati
antara Madiun dan Nganjuk. Keenam anak
manusia ini pun sudah lepas dari kantuknya,
mulai bercanda lagi di kereta. Pagi di luar sangat
cerah, seakan berdatangan menyambut
rombongan yang jauh dari rumah ini.
Kereta memasuki daerah hutan jati yang lebat.
"Eh... eh... lihat ke luar deh." Zafran menengok
ke jendela luar. Hamparan dedaunan kuning kecokelatan
tampak bertebaran di depan mereka, berpadu
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
dengan tonggak-tonggak besar menghitam
pohon jati. "Ya ampun, keren banget...," Dinda mendesis
kagum. Riani geleng-geleng kepala. Di antara sinar
matahari pagi, di mata mereka semuanya jadi
kuning sekali. "Hutan jati ini ya...?" Genta bertanya ke Zafran.
"Iya...lo inget nggak dulu waktu di SD kita sering
banget ditanya kenapa pada saat musim panas
hutan jati meranggas?"
"Meranggas... hehehe udah lama gue nggak
denger kata meranggas," Ian tertawa kecil.
"Buat mengurangi penguapan, gue inget banget
tuh." Arial menjawab pertanyaan Zafran.
"Dengan cara apa hutan jati meranggas?"
Zafran bertanya lagi. "Menggugurkan daunnya...," Dinda menjawab
pertanyaan Zafran sambil tersenyum-senyum
yang bikin Zafran terbang.
"Oh jadi sekarang hutan jati ini lagi meranggas?"
Riani menoleh ke Zafran. Helai-helai daun kuning pohon jati yang jatuh ke
tanah membuat tumpukan yang meninggi
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
seperti menutupi tanah dengan warna kuning
kecokelatan. Tumpukan yang agak tinggi itu


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membuat pohon jati seperti tidak menyentuh
tanah dan mengambang. Cabang dan rangka
pohon hitam yang berbelok tajam tanpa daun
seperti tangan yang ingin menyentuh langit
pagi. Awan yang masih sedikit tampak bergaris
memutus. Jejeran pohon di kejauhan dalam
hutan jati selaksa bayangan tidak jelas yang
diselimuti kuning daun. "Gile, keren bener!" Ian langsung mengeluarkan
kameranya dan memotret. "Jadi begini to kalo hutan jati meranggas?"
Arial masih takjub melihat pemandangan di
depannya, ditambah lagi earphone di MP3-nya
mengalun lembut Souvenir D'Enfance-nya
Richard Clayderman. Arial mencopot earphonenya... jari telunjuknya memilih Switch to
Speaker dari display LCD... tak ayal Souvenir
D'Enfance dengan denting piano lembut tinggi
mengalun di udara, di antara hutan jati, mengisi
pendengaran mereka. Teman-teman Arial memandangnya dan
tersenyum. Arial hanya menaikkan alisnya dan
ikut tersenyum. Ada sesuatu mengelus hati
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mereka semua. Zafran tiba-tiba menggamit
tangan Dinda dan beranjak berdiri.
"Ke mana?" Dinda menaikkan alisnya bingung.
"Ikut aja...," Zafran berkata kalem.
Dinda nurut. Zafran setengah berlari membawa
Dinda ke jendela pintu gerbong tak berkaca,
tempat dia ngelamun subuh tadi.
"Ngapain?" Dinda masih bingung sama tingkah
Zafran. "Liat gue ya."
Zafran menyembulkan kepalanya dari jendela
pintu gerbong tak berkaca, memejamkan
matanya, menikmati embusan angin kencang
dengan pemandangan hutan jati meranggas di
depannya. Dinda tertawa kecil ngeliat tingkah
Zafran. "Coba deh, Din... keren banget," Zafran berkata
antusias, matanya melebar meyakinkan Dinda.
Perlahan dan sedikit ragu Dinda menyembulkan
kepalanya ke luar jendela. Indah sekali semua
yang ada di depannya. Bau tanah basah pagi,
panas cahaya hangat matahari yang mulai
meninggalkan pagi menerpa muka Dinda,
kuningnya hutan jati menyentuh hati Dinda
Dinda tersenyum senang, menoleh sebentar ke
Zafran dan tersenyum manis sekali. Dinda
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
melepaskan ikatan rambutnya, membuat
rambut Dinda yang hitam panjang terbawa
bercanda dengan angin pagi yang tak bosan
mengagumi kecantikannya. Dinda tidak tahan
lagi untuk membawa segala keindahan tersebut
ke hatinya. Alis matanya perlahan menurun,
matanya perlahan terpejam.
Zafran kehilangan kata-kata melihat keindahan
alam berpadu dengan keindahan seorang anak
manusia.... Semua kata-kata indah yang pernah
dibuatnya nggak bisa melawan semua yang ada
di penglihatannya saat ini. lirik-lirik kerinduan
pun memenuhi otaknya. I'm gonna love you Till the heavens stop the rain
I'm gonna love you till the stars falls from the sky for you and I...
(Touch me, The Doors) Selepas stasiun kereta api Blitar, pukul satu
siang Panasnya siang menghantam kereta yang mulai
penuh sesak dengan berbagai macam manusia
dan barang bawaannya. Ian melihat lorong
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kereta yang sudah penuh terisi,
pemandangannya hampir seperti bus kota di
Jakarta. Bermacam wajah dengan keringat yang
menetes di leher membuat gerah suasana.
"Emh... Jakarta pindah ke sini." "Kok tiba-tiba
jadi penuh gini ya?" Arial bertanya pada Genta.
"Kan kereta ini berhenti di setiap stasiun, jadi
banyak yang transit kecil-kecilan jarak pendek,"
jawab Genta serius. "Mau pergi dari Jakarta malah ketemu Jakarta
lagi," Ian berujar dan tersenyum kecut.
"Mulai deh, Ian," gerutu Riani.
"Hehehe...." "Aqua, aqua... ngombe, ngombe... ngombe es."
"Nasi... nasi."
"Rokok, permen, permen Mas... Mas." "Kopi,
kopi...." "Kipas... kipas, handuk... handuk, sewu... sewu."
"Mas, kasihan Mas..." Seorang pengemis tua
bersama anaknya dengan baju penuh robek dan
bekas ingus mendekati Zafran.
Arial langsung memberi lima ratusan logam.
"Yah recehan gue hampir abis," Arial berkata
sambil merogoh-rogoh kantongnya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Perhatiin deh, dari kemarin banyaaak banget
tukang jualan macem- macem di sini." Dinda
bertanya ke yang lain. Para pedagang yang tidak peduli dengan
keadaan kereta yang hampir penuh terus
menawarkan dagangannya. "Recehan gue hampir habis dibagi-bagi buat
pengemis sama pengamen. Gue udah nggak
bisa ngasih lagi." Arial berkata pelan.
Arial yang emang diajari orang tuanya untuk
selalu memberi sedekah pada pengemis,
sebenarnya sudah menyiapkan cukup banyak
uang receh. Namun, rupanya itu nggak cukup
juga. Wajah-wajah penuh pasrah dan keluh masih
menumpuk dalam kereta yang mulai terasa
sempit. Para pedagang berimpit mencari rezeki
di antara desakan punggung dada dan
penumpang. "Gue jadi inget waktu zaman kita demo nurunin
Orde Baru...," Riani tiba- tiba menggumam
sendiri. "Lho apa hubungannya, Ni?" Ian bingung.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Dulu kita teriak-teriak atas nama rakyat di
seluruh penjuru Indonesia. Trus yang di
sekeliling lo ini emangnya siapa?"
Semua mengedarkan pandangan ke sekeliling.
Diam. Kilatan peristiwa masa-masa kuliah,
demo, long march ke Gedung DPR/ MPR,
memakai jaket almamater kebanggaan kampus,
dan nggak ada yang ditakutin. Saat berduka atas
tewasnya empat pahlawan reformasi, pita
hitam pun diikatkan di lengan sebagai tanda
berduka, mengiringi upacara pemakaman
penuh haru dan semangat yang membara di
Tanah Kusir. Kilasan beralih ke ruas Jalan
Sudirman dan Gatot Subroto yang jadi lautan
jaket almamater mahasiswa, gedung DPR/MPR
yang berubah menjadi base camp kebanggaan
mahasiswa, kepalan tangan dan pekik
reformasi, hingga memuncak pada pendudukan
atap gedung rakyat dan berbasah basah ria di
kolam depan DPR/MPR. Nasi bungkus gratis dari
rakyat yang dibagikan oleh ibu-ibu di pinggir
jalan dan Indonesia Raya yang dikumandangkan
penuh haru setelah reformasi tercapai,
semuanya sepilas terlintas.
"Bener juga lo," Arial memecah kekosongan.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Mereka ini juga sebagian dari yang dulu kita
perjuangkan," sambut Riani.
Arial mengedarkan pandangan berkeliling. Dia
ingat saat di Salemba Raya ada tukang rokok
miskin dengan gerobak kecilnya membagikan
seluruh minuman yang ada di warungnya untuk
mahasiswa yang sedang berjalan menuju
Gedung Rakyat serta dukungan ibu-ibu rumah
tangga di jalan yang terus menyemangati
mereka. "Karcis... karcis... karcis!" Petugas kereta
melangkah di antara sempitnya tumpukan
penumpang. "Karcisnya, Mas."
Arial menyerahkan enam tiket kereta.
Sementara, rombongan empat pria setengah
baya yang berdiri berdesakan di dekat situ,
pura-pura kebingungan waktu diminta karcis
oleh petugas. "Karcis, Mas... tiket!" Petugas akhirnya bicara
agak galak dan keras yang membuat keenam
sahabat ini makin tertarik melihat kejadian ini.
"Ore nduwe, Pak..." (nggak punya, Pak) kata
salah satu dari mereka. Petugas kereta diam. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Pira, Pak" Papat!" (Berapa, Pak" Empat) lanjut
si pemuda, memasukkan tangannya ke saku
belakang siap mengambil dompet.
"Rong puluh." (dua puluh)
"Larang tenan, Pak... ning stasiun telung ewu
lima ngatus sak wong." (mahal banget, Pak... di
stasiun aja tiga ribu lima ratus seorang).
"Rong puluh...! Salahe ora tuku neng stasiun!"
(Dua puluh...! salah sendiri tidak beli di stasiun).
Si petugas berkata galak dengan mata melotot.
"Yo wis." (ya udah) Si pemuda mengeluarkan
dua puluh ribuan dari dompetnya dan
menyerahkan ke petugas. Petugas kereta cepat-cepat memasukkan uang
tersebut ke kantong baju di dadanya yang
tampak menggelembung penuh lembaran uang,
laki segera pergi meninggalkan gerbong.
"J**cuk!" rutuk si pemuda, mukanya terlihat
kesal. Mereka berenam termenung melihat tingkah
anak pemuda itu, yang belum selesai juga
memaki dengan bahasa Jawa-timuran.
Arial memberanikan diri bertanya, "Napa Mas?"
(ada apa mas"). Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Iku... wong papat mosok rong puluh." (itu...
empat orang masa dua puluh) Lehernya
bergerak pelan menunjuk ke arah petugas di
kejauhan. "Kenapa nggak beli di stasiun, Mas?"
"Yo... biasane yo ora ana petugase. Iki lagi sial
wae." (ya... biasanya ya nggak ada petugas. Ini
sedang sial saja) "Tapi bukannya kalo naik kereta emang harus
beli karcis, Mas?" "Ya... benar, tapi kalo ndak ketahuan ya ndak
usah bayar." "Oh jadinya mau naik kereta ndak
bayar... bukannya mau beli karcis."
Si pemuda itu diam dan melihat Arial beserta
keenam temannya yang masih menyimak.
"Yah ribut nih...," Zafran bergumam dalam hati,
membetulkan letak duduknya.
Untungnya si pemuda itu diam lagi dan mulai
ngeluh sendiri. "Banyak Mas yang ndak beli
karcis, bukan aku aja. Mas lihat kan, uangnya
banyak sekali di kantongnya, itu uang dari yang
bayar di kereta. Nanti juga uangnya dipangan
dewe..., ora kanggo stasiun." (dipakai sendiri,
nggak untuk stasiun) Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Arial mau ngomong lagi, tapi ditahan oleh
tangan lembut adiknya. "Bukan salah dia juga lagi...," Riani berujar pelan
mencoba menetralisir. "Salah siapa?" Ian bertanya ke temantemannya. Semuanya terdiam.
"Ngerasain sendiri kan?" Ian menggumam kecil.
Semua tetap terdiam, tahu kalau Ian punya
pengalaman nggak enak yang membuat dia
masih kesel sama tanah airnya.
Di antara mereka, Ian satu-satunya yang punya
pandangan paling sinis tentang tanah yang
mereka diami dari dulu. Ian bahkan terangterangan menyatakan kalo dia nggak suka sama
semua elemen brengsek negara ini yang udah
bikin kacau keadaan dari segala tingkat. Ian
muak dengan semua kelakuan orang yang
bilang anti korupsi, sampai ke koruptornya.
Kejadian itu sungguh membekas di hati Ian,
yakni ketika suatu hari ia naik angkot. Di suatu


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tempat, angkot itu berhenti menurunkan
penumpangnya. Cekcok mulut pun terjadi
antara si sopir dan penumpang itu lantaran
sopir meminta tambahan ongkos, alasannya si
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
penumpang membayar di bawah tarif yang
ditentukan. Sementara, si penumpang
bersikeras kalo dia udah nggak punya uang lagi,
bahkan menurutnya itu udah lebih dari cukup.
Ian yang duduk di depan, berada di tengahtengah kedua orang yang sedang bertikai itu.
Keduanya sama-sama berpenampilan lusuh. Si
penumpang yang membawa karung beras kotor
dengan berbagai cara berusaha bercerita pada
Ian tentang segala macam perasaan yang
berlebihan tentang kesusahan. Sedangkan sopir
angkot itu, ngotot dengan muka penuh keringat
dan handuk putih kotor yang terikat di
kepalanya. Mata Ian lurus menatap ke depan. Telinganya
panas mendengar cekcok itu. Tiba-tiba matanya
menangkap sesosok anak berseragam SD
dengan muka menahan terik membawa
minuman dingin dalam plastik berwarna terang
sekali. Di antara pertengkaran dan
pemandangan di depannya, batin Ian berteriak
sendiri, salah... siapa... semua... ini"
Setelah angkot berjalan kembali, sopir angkot
itu bercerita tentang susahnya hidup sebagai
sopir angkot, yang selalu dihantui oleh setoran
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
yang selalu kurang, mahalnya biaya sekolah
swasta anaknya yang menurutnya sangat
mencekik, partai pilihannya yang ternyata isinya
koruptor semua. Gerutu si sopir berlanjut pada
rasa susahnya hidup di negara yang menurutnya
brengsek, karena setiap orang bertindak
semaunya sendiri, suka makan uang rakyat,
nggak peduli sama orang kecil, rakus kayak
tikus, nggak pernah peduli sama orang miskin,
nggak pernah mau membantu sesama, nggak
ada rasa peduli sama orang lain.
Ian mendengarkan semuanya dengan simpati
yang dalam dan sesekali bersyukur atas dirinya
yang masih berlebih, masih bisa kuliah. Tidak
berapa lama angkot mulai mendekati terminal
dan berjalan perlahan, mengambil arah
memutar di antara tumpukan angkot yang
ngetem. Angkot yang ditumpangi Ian pun
memutar dengan seenaknya di pinggir jalan,
nggak peduli dengan berbagai kendaraan lain
yang mengantri dan membunyikan klakson
menahan kekesalan ke tumpukan angkot.
Tumpukan antrian panjang angkot itu setiap
hari bikin kemacetan yang hampir dua kilo
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
panjangnya. Belum lagi perlakuan semenamena para sopir terhadap penumpang,
termasuk si sopir di dalam angkot yang
sekarang ditumpanginya, yang dengan
seenaknya menurunkan penumpang di situ,
Romantika Sebilah Pedang 7 Wiro Sableng 017 Lima Iblis Dari Nangking Kupu Kupu Mata Dewa 3

Cari Blog Ini