Kota Angkasa Luar Seri Tom Swift 1 Bagian 1
Tom Swift # 1 Kota Angkasa Luar Victor Appleton Desain sampul oleh Becky Tachna
Ilustrasi sampul oleh Alex Machin
Indira Sebuah ledakan tak bersuara mengguncangkan pesawat, menyebabkan pesawat menjadi tak terkendali menuju matahari, dan melontarkan sepotong logam panas membara yang menukik turun ke koloni ruang angkasa yang melayang. New America.
Tom Swift, anak laki-laki seorang ilmuwan yang termasyhur di dunia, menghadapi kesulitan hebat. Tak ada pesawat tunda angkasa yang tersedia untuk menolongnya - hanya cadangan udara untuk beberapa jam - dan ketika akhirnya ia berhasil mengatasi kesulitan, bahaya-bahaya lain datang mengancam. Ia harus dapat mengatasinya hanya untuk selamat dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Ebook PDF: eomer eadig Http://ebukulawas.blogspot.com
Convert & Re edited by: Farid ZE
blog Pecinta Buku - PP Assalam Cepu
Bab Satu Ada sesuatu yang salah, benar-benar salah!
Kehampaan tanpa udara sebenarnya bukanlah tempat untuk membuat kesalahan. Tetapi pesawat balap kecil Tom Swift menghadapi kesulitan besar.
Ledakan itu berlangsung tanpa suara. Ia merasakannya melalui seluruh kerangka, dan melihat kilatan api yang dipantulkan dari papan instrumen. Pada saat demikian, koloni ruang angkasa yang berbentuk silinder " New America " di kejauhan nampak bagaikan melonjak-lonjak dan meliuk-liuk. Tetapi sebenarnya pesawat Tomlah yang tidak terkendalikan.
Tom gelisah di tempat duduknya. Ia memandang kerusakan-kerusakan di bagian belakangnya melalui helm dari pakaian ruang angkasa yang terbuat dari bahan plastik yang kuat. Mekanisme pengendalian pesawat prototip itu hancur berantakan. Ia seperti tidak kuasa menutup aliran bahan bakar ke dalam roketnya yang membara.
New America nampak makin menjauh. Di latar belakang nampak Bumi bagaikan kelereng pualam. Itu pun nampak semakin kecil. Tom Swift di dalam pesawatnya sedang terlempar ke ruang angkasa, tidak terkendalikan.
"Aku sedang menghadapi masalah di sini, Ben," kata Tom.
Ia berusaha agar suaranya tetap tenang ketika berbicara dengan ahli komputer yang memonitor penerbangan percobaannya.
"Peringatan merah," jawab Ben. "Engkau tertangkap di layarku, Tom. Dan nampaknya cukup gawat. Tidak ada yang stabil. Datamu berserakan di seluruh peta. Kini aku beralih ke pandangan mata."
Di layar komputer Tom bermunculan informasi-informasi ketika ia memeriksa keadaan pesawatnya. Keping-keping kecil silikon yang ada di seluruh sistem pengendalian pesawat itu menunjukkan datanya.
"Engkau berjungkir-balik, Tom," kata Ben. Ketegangan pada suaranya terdengar parau. "Engkau keluar dari daerah percobaan ...." Ia berhenti sejenak. "Menuju ke Matahari."
"Masih seratus tigapuluh juta kilometer. Aku lebih dulu akan mati kelaparan sebelum habis terbakar!"
"Tom, pada saat ini tidak ada kapal penyelamat. Mereka sedang mengangkut bijih-bijih dari bulan, dan ...."
Ia berhenti, sedang Tom mengernyit.
"Maksudmu, aku ..." Rasa takut mencekam tenggorokan Tom.
"Pesawatku akan pecah berantakan, Ben. Dan ...."
Sebuah goncangan hampir saja melemparkan Tom dari tempat duduknya di cockpit yang sempit. Dengan menoleh ia melihat mekanisme pengendalian mulai banyak terkoyak lepas, memberikan warna putih karena panas dari jet yang membara.
Pecahan-pecahan itu melayang-layang berputar-putar di atas kepala Tom dan kemudian menghilang dari pandangannya.
"Ben, ada pecahan-pecahan yang lepas! Cepat, periksa!"
"Memang, nampak di radar," kata ahli komputer itu cepat-cepat menjawab. "Aku masukkan ke komputer sekarang". Wah!"
"Ada apa?" tanya Tom.
"Menuju kemari!"
Tom mendengar Ben berbicara dengan orang-orang lain di dalam pusat pengendalian, nun jauh di sana. Ia memperingatkan, bahwa pecahan-pecahan yang menyala itu ada di dalam orbit dekat sedang menuju New America.
Tom memeriksa cadangan udara. Ia bersyukur bahwa ia tidak saja ingat untuk mengenakan pakaian ruang angkasa yang lengkap dengan tangki udara untuk empat jam. Tetapi ia pun membawa cadangan botol udara untuk dua jam. Separoh dari alat-alat pengontrol sudah tidak dapat digunakan. Telah beku akibat ledakan dan tak mungkin diperbaiki lagi. Kalau ia harus menunggu penyelamatan dari New America, maka paling tidak ia harus mempunyai cukup persediaan udara.
"Komputer menunjukkan, bahwa engkau dalam posisi pintasan tabrakan," kata Ben di radio. "Aku sudah menyiapkan regu penanggulangan kerusakan. Tenangkan hatimu, teman! Kami sedang mengatur segala-galanya di sini!"
Tom menghela napas. Duduk berdiam saja adalah sangat menjengkelkan baginya. Maka ia memeriksa kembali persediaan udara. Sekali lagi ia berusaha untuk menghidupkan alat-alat pengontrol kembali. Tetapi alat-alat itu jelas sudah rusak.
Koloni raksasa, yang tidak lain adalah New America, nampak seperti berputar mengitari dia, makin lama makin kecil. Sementara itu pesawat Tom tengah melesat ke arah matahari. Koloni raksasa yang panjangnya lima kilometer dan bergaris tengah satu setengah kilometer itu berputar pada porosnya. Ia memberikan tempat kepada lima ribu penghuni dengan sembilanpuluh persen gravitasi.
Di dalam koloni raksasa itu terdapat ladang-ladang pertanian dengan sungai-sungai yang mengalirkan air paling bersih dan jernih, sebuah danau kecil, dan hutan-hutan yang diatur sangat dekoratif. Di antara pohon-pohonan yang rindang terdapat rumah-rumah. Tom tidak pernah dapat melupakan ketika untuk pertama kali melihat "kota besar" di antara bintang-bintang itu. Kelihatannya seperti tidak masuk di akal. Sebab di "langit" di atas kepalanya ia melihat adanya rumah-rumah, air yang mengalir, kebun-kebun sayuran serta manusia.
Mereka semua seperti melekat pada selubung silinder yang berputar, bagaikan para penonton pertunjukan "tong berputar" di taman rekreasi. Bagaimana pun, ia belum terbiasa dengan air yang menggenangi "langit". Dan kalau Tom berjalan "mendaki" ke lengkung dinding dalam selubung koloni itu, ia akan tiba di danau yang berada di bawah kakinya.
Seluruh konsep sebuah "kota besar" di antara bintang-bintang itu sangat menarik bagi Tom. Sebagai seorang anak dari seorang ahli dalam penemuan-penemuan yang termashur, yaitu Tom Swift Senior, pemimpin dari Swift Enterprises, yang juga menjadi kontraktor desain pada New America, Tom tahu bahwa tantangan-tantangan tekniknya saja sudah sangat besar. Ia sangat bangga bahwa ia dapat memberikan andil kepada desain koloni raksasa tersebut. Tetapi ia pun terpesona atas orang-orang yang telah bekerja sedemikian penuh pengabdian untuk menjadikan proyek itu menjadi kenyataan.
Sekarang, di luar sini terdapat juga industri. Telah terdapat pula pemuatan kogellaher, yaitu bantalan peluru yang demikian teliti sehingga tidak akan merusak kemurnian bulatan. Begitu pula, berhasil dibuat kristal-kristal panjang untuk bahan-bahan yang kuat luar biasa.
Obat-obatan memperoleh keuntungan dari banyaknya kemajuan industri di ruang angkasa luar. Sebab virus-virus tertentu dapat dikumpulkan dengan lebih baik di tempat yang relatif lebih murni.
Ratusan percobaan telah dilakukan. Demikian pula telah dilakukan produksi dari hasil industri yang telah lulus pada uji coba. Ruang angkasa luar merupakan pertumbuhan industri, dan Swift Enterprises adalah bagian yang vital daripadanya.
Tom sendiri pun termasuk di dalamnya. Ia,Tom Swift Yunior, mewarisi kemampuan ayahnya yang genius. Pikirannya yang selalu ingin tahu, begitu pun perawakan serta warna rambutnya yang pirang abu-abu serupa benar dengan ayahnya. Pada umur delapanbelas Tom sudah menjadi penyumbang yang vital dan aktif kepada usaha keluarganya, sebuah kompleks industri ilmiah raksasa yang bernilai multi-juta dolar, yaitu Swift Enterprises. Dari kantor pusatnya di pinggiran kota Shopton di New Mexico, perusahaan itu telah berkembang ke seluruh dunia. Usaha-usahanya yang beraneka ragam dan besar itu selalu merupakan tantangan bagi Tom. Hal demikian itu selalu mendorong bunga-rampai penemuan-penemuan yang tidak akan habis.
*** Tom melihat sekilas satelit tenaga matahari ketika ia bersama-sama pesawat prototipnya berputar-putar di kehampaan. Setiap papan hitam persegipanjang dari susunan sel-sel energi itu, berukuran tiga kali satu setengah kilometer. Di tengah-tengahnya terdapat stasiun pengumpul.
Dengan mengumpulkan tenaga langsung dari matahari, ia merupakan bagian transmisi dari "powersat" atau satelit tenaga. Sel-sel matahari mengubah cahaya matahari menjadi arus langsung. Lalu bagian transmisi mengubahnya menjadi transmisi microwave secara terus-menerus dan memancarkannya ke "ladang-ladang" rectenna di padang pasir dekat Los Angelos, California.
Satelit-satelit energi lain yang mengorbit sekeliling Bumi memancarkan energi ke Sahara, Kanada Utara, daerah Amazon dan daerah-daerah terpencil lainnya. Di sana, transmisi darat mengirimkan energi yang dibutuhkan ke seluruh bagian dunia yang haus energi.
Selanjutnya, dalam orbit di kejauhan ada sebuah koloni ruang angkasa lain. Koloni tersebut masih dalam tahap pertama pembangunan, yaitu yang disebut Sunflower. Ia mempunyai disain yang berbeda dari pada New America. Bangunan ini berbentuk mirip dengan sebuah ban dalam.
Koloni-koloni ruang angkasa itu ditempatkan di daerah-daerah yang dikenal dengan sebutan Titik Langrange atau juga Titik Troya. Nama itu didapatkan dari seorang ahli matematik dan astronomi Prancis abad delapanbelas, Joseph Louis Langrange. Ia telah menemukan penemuan revolusioner tentang sifat-sifat gravitasi planet-planet.
Langrange menemukan sebuah dalil yang menyatakan, bahwa dalam sistem dua benda, yaitu dua planet di mana satu di antaranya berputar mengelilingi yang lain, maka di antara kedua benda itu terdapat lima daerah di mana gravitasi antara kedua benda tersebut saling menghapus. Apabila benda ketiga diselipkan ke dalam salah satu daerah ini, maka ia akan tinggal tetap di sana untuk selama-lamanya tanpa dukungan. Daerah-daerah tersebut disebut dengan nomor-nomor, yaitu L-1 (Langrange satu) dan seterusnya hingga L-5.
Bulan dari Bumi adalah benda angkasa yang sedemikian besar sehingga menurut standar astronomis dapat dianggap sebagai planet.
Maka menurut teori Langrange, para ahli telah mencari dan menemukan lima daerah orbit di mana gravitasi Bumi dan gravitasi Bulan saling menghapus. Daerah-daerah itulah yang disebut Titik Langrange. Dari seluruh titik-titik itu, maka L-4 dan L-5 yang merupakan daerah yang paling stabil. Oleh karena itu New America ditempatkan di L-5, sedangkan Sunflower ditempatkan di L-4.
Seperti halnya dengan New America, maka Sunflower pun mempunyai cermin-cermin yang mengontrol arah cahaya matahari, sedang jendela-jendela "berkaca banyak" yang dapat meneruskan cahaya tersebut. Putaran sehari-semalam diatur dengan mengarahkan cermin-cermin itu menurut jam-jam yang telah ditentukan.
Tetapi tidak seperti halnya New America, kini Sunflower tidak sedang menghadapi sebongkah logam membara yang sedang melesat ke arahnya. Tom mengerang kecewa. Harus ada sesuatu yang dapat dilakukannya. Sekali lagi ia periksa kembali segala kemungkinan dan kesempatan. Ia tidak boleh hanya duduk dan diam saja.
Ia dapat saja melepaskan sabuk pengaman dan melompat keluar dari pesawatnya yang sedang jungkir balik. Ia berharap dapat hanyut melayang- layang ke arah New America. Tetapi apakah ia cukup mempunyai persediaan oksigen" Dapatkah ia mengatur lompatannya dengan tepat dari pesawatnya yang sudah tidak terkendalikan lagi"
Tetapi ia tidak mungkin terus menunggu saja. Bukan sifat dia untuk diam dan pasrah! Setiap detik dari ketidakaktifannya akan membawa dia semakin jauh dari New America dan semakin dekat dengan matahari, Cepat-cepat ia membuat keputusan. Ia tekan tombol
pemancar yang terdapat pada pakaian ruang angkasanya.
"Aku akan meinggalkan pesawat ini, Ben!" ia berkata dengan nada datar.
Tanpa menunggu jawaban ia buka sabuk pengamannya. Ia loncat keluar pesawat dan melayang bebas, terlepas dari tempat duduknya.
Kini ia menjadi tenang. Keputusannya untuk bertindak telah menghapus segala keragu-raguan dan kecemasan. Ia telah bertindak!
"Aku dalam posisi tak mampu mencegahmu, Tom," jawab Ben. "Keadaan benar-benar gila di bawah sini. Setiap orang berlari-larian ke tempatnya masing-msing dalam keadaan darurat. Aku sendiri rupanya tidak dapat menghubungi Doktor Grotz. Ia satu-satunya yang mempunyai wewenang untuk mengirimkan kapal penyelamat. Tetapi berbuatlah sesuatu untukku, Tom. Nyalakan pemancar pakaian ruang angkasamu. Dengan begitu, setidak-tidaknya aku akan tahu di mana engkau berada!"
Tom mengulurkan tangannya. Ia tekan tombol kecil yang ada di topi helm dari pakaian ruang angkasanya, tepatnya di atas dahi.
"Aku telah menerima sinyal pemancarmu yang kuat," jawab Ben hampir seketika itu juga. "Semoga engkau selamat!"
Tom melemparkan pandangannya yang terakhir kepada pesawatnya. Apakah masih ada sesuatu yang dapat diambilnya. Yang mungkin dapat menolong di luar. Tentu saja di sana masih ada botol darurat berisi oksigen. Lalu sebuah tangki logam panjang dengan katup sambungan ke pakaian ruang angkasanya. Itu akan merupakan penyangga selama dua jam antara dia dengan bencana maut. Ia segera mengambil dari tempatnya. Ia mengikatkannya di punggung. Masih ada lagi" Tidak! Hanya itu!
Nalurinya mendorong dia untuk mengulurkan tangannya ke atas dan memadamkan lampu-lampu di dalam cockpit. Sebenarnya itu tindakan yang sudah tak ada guna. Namun itu sudah kebiasaannya. Ia kemudian merangkak, suatu gerakan lambat tanpa berat badan, menuju ke katup.
Tom tidak menoleh lagi. Ia pun tidak merasakan kehilangan. Ia tidak merasakan adanya ikatan lagi dengan pesawatnya. Baginya itu hanya akan merupakan beban saja. Memang sejak semula selalu saja ada gangguan kecil, tetapi tidak sebesar sekarang . . . diode-diode yang terbakar tanpa alasan, komponen-komponen yang rusak dan lain sebagainya. Tidak ada sesuatu yang membuat dia merasa sayang seperti halnya orang yang mendapatkan kesenangan atas sebuah mesin seperti yang dirasakan Tom atas hasil-hasil penemuannya. Tetapi pesawat ini memang bukanlah hasil penemuannya sendiri seutuhnya.
Setidak-tidaknya mesin penggeraknya, telah dioper dari sebuah disain Daniel Boone, yaitu sebuah kapal planetary drive yang sekarang sedang dibangun di ruang angkasa dekat dengan New America.
Setiap kali sesuatu terjadi atas pesawat itu, Tom harus bertanya pada diri sendiri: "Di mana aku membuat kesalahan?" Dan setiap kali pula ia hanya mendapatkan kehampaan tanpa jawaban. Mesin penggerak itu seharusnya dapat bekerja dengan baik. Mesin itu sudah berulang kali diuji oleh penemunya, Doktor Grotz, yang kini menjadi pejabat direktur sementara pada proyek New America, sedang pada Swift Enterprises sebagai kontraktornya. Mesin penggerak itu, yang menjadi jantung kehidupan Daniel Boone, memungkinkan manusia dapat melepaskan diri dari batasan tata surya. Mesin itu seharusnya akan menjadikan pesawat Tom suatu pesawat yang tercepat dalam kelasnya.
Apa mungkin ia telah membuat salah tafsir tentang desain Grotz" Di mana letak salah tafsir itu" Ia sangat jengkel tak dapat menemukan kesalahan-kesalahan itu. Kejengkelan itu selalu terbawa bersamanya ke pesawat. Oleh karena itu pula pesawat tersebut hanya merupakan bongkahan logam belaka.
Dengan tangan yang satu memegang gagang pengaman di dekat pintu katup dan tangan yang lain memutar kunci pintu, ia lebih dapat merasakan daripada mendengar letupan kecil suara pintu tertutup, ... dan sejenak kemudian ia telah memandang ruang angkasa yang gelap, hampa, ketika pintu bergeser terbuka. Pesawat itu berjungkir balik lambat-lambat searah perputaran jarum jam. Di kejauhan muncul New America. Hanya itulah satu-satunya patokannya. Tempat itu pula sasaran tujuan yang paling dikehendakinya.
Tom tahu, bahwa masalah utama ialah melompat lepas dari pesawat hingga tidak tersangkut atau pun terbentur bagian-bagian pesawat.
Begitu pula jangan sampai membuat awalan yang salah hingga melayang ke arah yang salah. Atau jangan sampai kedua-duanya! Ia harus menggunakan gerak jungkir balik pesawat itu sendiri untuk melaksanakan loncatannya.
"Seribu satu " seribu dua " seribu tiga?""
Begitu Tom menghitung waktu putaran pesawat dengan jarak antara menghilangnya New America hingga munculnya kembali di depan matanya. Tujuhpuluh detik! Maka ia memperhitungkan awalan lompatannya berdasarkan jarak waktu itu. Tepat seperti memperhitungkan lintasan lengkung bola pada permainan baseball.
Hanya dalam hal ini New America merupakan catcher, pesawat itu sebagai pitcher dan Tom sendiri sebagai bolanya. Kesulitannya ialah kalau ia salah arah. Ia akan kalah lebih dari sekedar main baseball biasa.
"Seribu tigapuluh, seribu tigapuluh satu, keluar!"
Masih berpegangan pada gagang pengaman, Tom menarik dirinya keluar dari pesawat. Sekarang ia melayang di dalam ruang hampa, hanya berpegangan dengan satu tangan pada pesawat.
"Seribu empatpuluh, seribu empatpuluh satu".."
Ia terus saja menghitung sementara pesawatnya menyeret terus ke atas. ?"".seribu limapuluh sembilan, seribu enam puluh, lompat!"
Tom memerlukan seluruh keberaniannya untuk melepaskan gagang pengaman. Seluruh nalurinya menjerit-jerit agar ia tetap berpegangan, karena bagaimana pun pesawat itu kuat. Sebuah benda yang nyata, suatu tempat yang aman?".
Sebaliknya" Ruang angkasa itu hampa. Bukan apa-apa! Namun nalar Tom menghendaki agar otot-ototnya bekerja melepaskan jari-jarinya dari pegangan. Dan nalarnya itulah yang menang.
Tidak ada perasaan bergerak. Tetapi Tom melihat, bahwa ia bergerak semakin jauh dari pesawatnya, berjungkir balik dengan lambat membentuk lengkungan. Satu-satunya suara yang terdengar hanyalah napasnya sendiri membuat gema di dalam topi helmnya.
Sekarang" Dengan memandang ke dalam kehampaan ruang yang tidak ada batasnya itu, ada terasa tekanan bagaikan beban berat. Ruang begitu hampa, luas tiada batas, sedang dia sendiri demikian kecilnya.
Ia menelan ludah dengan berat dan memusatkan perhatiannya kepada masalah yang paling penting.
Tom bergerak menuju ke New America. Tetapi dia dalam keadaan jungkir balik sebagai akibat telah menggunakan pesawat itu sebagai awalan. Ia tahu, bagaimana pun ia harus menghentikan putaran itu.
Hal itu sangat mengganggu pengenalan arah dan ia rasakan tidak dapat mengendalikan diri dalam keadaan seperti itu. Ia sering melihat para penerbang bebas melakukan manuver dengan kaki dan tangan selama payung belum berkembang. Tetapi hal itu tidak mungkin ia lakukan di kehampaan ruang angkasa. Di sini tidak ada aliran udara yang mendukung tubuhnya.
Apa yang paling baik dilakukan selanjutnya" Ia memerlukan tenaga untuk menahan gerak jungkir baliknya. Misalnya dengan melepaskan sesuatu yang mempunyai tekanan. Sebuah alat jet. Botol cadangan udara! Apakah ia boleh menggunakan benda-benda itu untuk maksud demikian"
Petunjuk tekanan udara di topi helmnya menunjukkan warna hijau. Jadi ia masih punya persediaan udara cukup untuk sementara waktu.
Tetapi masih berapa lagi ia harus menggunakan botol cadangan" Ia telah mengenakan pakaian dengan tekanan udara selama percobaan penerbangan itu. Ia telah melakukan uji terbang selama tiga setengah jam. Jadi ia tinggal punya persediaan udara untuk setengah jam lagi.
Apakah selama itu kapal penyelamat sudah dapat datang"
Ketika Tom menjelang usia dewasa, ia sering mendengar obrolan pilot-pilot senior dari ayahnya dengan penuh kekaguman, yaitu tentang petualangan mereka di ruang angkasa. Mereka sependapat tentang satu hal: kalau kehabisan udara di ruang angkasa maka habislah riwayatnya! Banyak di antara mereka membicarakan perasaan marah dan kecewa apabila mendapatkan kontak radio dengan temannya yang terdampar di kehampaan.
Mereka hanya dapat mendengarkan tanpa berbuat apa pun. Bagaimana kiranya mati lemas seorang diri, melayang-layang di ruang angkasa"
Tom mengibaskan pikiran itu dari benaknya. Ia tidak punya waktu untuk memikirkan yang bukan-bukan. Waktu yang ada adalah untuk bertindak. Keputusan meninggalkan pesawat itu saja sudah merupakan permainan risiko. Dan ia pun tahu bahwa tidak dapat lagi
meninggalkan permainan risiko itu. Ia harus mengikutinya terus dan tetap meneruskannya. Selain itu, kalau ia gagal dalam permainan yang satu ini, maka lebih baik selalu terus berusaha daripada diam menunggu datangnya maut.
Tom melepaskan ikatan tombol darurat. Ia melihat tabung sambungannya. Tabung itu berupa sebuah pentil dengan katup yang dilengkapi dengan sebuah per, jadi seperti sebuah pentil ban sepeda.
Di ruang angkasa, tekanan atmosfir maupun gravitasi tidak lagi diperhitungkan. Maka tekanan per itu menahan katup pentil tetap tertutup dengan erat. Memang sederhana, tetapi efektif. Ia memeganginya di tangan seerat mungkin. Lalu ia tekan titik pusat katup pentil.
Ia tidak dapat melihat atau mendengar udara yang berdesis keluar.
Tetapi ia merasakan getaran udara yang terlepas mengalir ke seluruh pakaian ruang angkasanya. Gerakan jungkir balik menjadi sedikit melambat. Ia menekan katup lagi. Udara terlepas lebih banyak lagi yang sebenarnya untuk pernapasan. Gerakan jungkir balik menjadi lebih lambat lagi. Sekarang ia dapat menentukan arah. Ia mencari New America. Tangan-tangan beku yang tidak nampak seperti menerkam perutnya. Ia sudah tidak lagi melayang langsung menurut ke stasiun ruang angkasa itu.
Semburan udara bertekanan itu memang tidak menghentikan gerak jungkir baliknya. Tetapi ia pun mendorong keluar dari lintasannya ke arah New America. Dan yang lebih menyakitkan lagi penunjuk tekanan udara justru berubah warna, oranye. Itu berarti ia hanya punya oksigen untuk bernafas tinggal limabelas menit.
Bab Dua "Aku tidak dapat mengizinkan, Ben! Setiap kapal itu sedang melakukan tugas penting, dan lagi?".."
"Tetapi doktor Grotz," Ben menyela dengan tak sabar, ?""tuan Swift muda memahami risiko yang dihadapinya, ketika ia berangkat untuk melakukan uji terbang "
"Tetapi".."
?""..dan sekarang, karena kurang hati-hati serta kebodohannya sendiri, keselamatan stasiun ini dan anak buahnya berada dalam bahaya. Ia harus dapat menunggu! Ia dapat bersabar!"
Benyamin Franklin Walking Eagle dengan tajam menatap langsung ke dalam mata Doktor Hans Grotz yang abu-abu bagaikan baja. Ia berusaha keras menekan suaranya agar tetap menghormat. Tetapi di dalam tubuhnya darahnya menggelegak karena marah.
"Doktor Grotz, kita bicara tentang manusia yang terdampar di ruang angkasa. Bukan konsep matematik yang abstrak! Seberapa banyak bedanya pada target yang hendak anda capai, apabila mengurangi satu kapal saja untuk menyelamatkan dia?"
Demikian tanda bahaya dibunyikan, kamar monitor yang biasanya setengah kosong, tiba-tiba dipenuhi oleh para ahli teknik. Dalam keadaan darurat seperti ini, setiap ahli teknik menghadapi tugas khusus masing-masing. Maka keributan suara meningkat tajam ketika para ahli teknik itu memonitor potongan pesawat Tom yang tertangkap pada alat-alat pengamat di ruang yang kecil itu. Tetapi oleh desiran, dengungan, kerdipan, dan bunyinya mesin-mesin, sementara
Ben terus berdebat dengan Doktor Grotz.
"Aku tidak mau berdebat lebih lama, Ben! Aku harus menangani masalah ini!"
"Oke, Doktor Grotz," sahut Ben yang kini tenang sekali. "Apakah tidak sebaiknya anda saja yang memberitahu Tom bahwa kami tidak akan mengirimkan kapal penyelamat" Nah, inilah mikrofonnya! Aku ingin tahu bagaimana anda mengatakan kepada seseorang yang akan dibiarkan mati lemas!"
Doktor Grotz memandangi Ben. Wajahnya tidak menunjukkan perubahan.
"Tidak! Itu tugasmu, Ben. Aku yakin, engkau akan melakukan itu dengan wewenang yang ada padamu!"
Ben diam, tercengang memandangi orang yang bertubuh besar itu membalikkan tubuh dan berjalan menuju ke telemeter. Grotz nampaknya tiba-tiba saja menjadi terpikat, ketika seorang ahli teknik mengikuti lintasan potongan pesawat Tom. Kemudian ia keluar meninggalkan kamar monitor.
Di luar kamar monitor, orang-orang menyisih minggir ketika direktur itu lewat. Grotz tidak perlu merubah langkah-langkahnya untuk menghindar dari mereka. Ia memang tidak pernah berlaku demikian.
Ada orang yang memang merubah nasib, tetapi ada pula yang dirubah oleh nasib.
Grotz melangkah cepat. Tetapi tanpa perasaan menghadapi bahaya.
Ketika ia memasuki kantornya, sikapnya demikian tenang hingga sekretarisnya menoleh pun tidak. Nuraninya memang tenang, sebab ia tahu bahwa akhirnya ia tetap aman. Hanya dia pribadilah yang dipikirkan, sebab dialah pusat dari segala-galanya".orang-orang di sekelilingnya yang memutar kehidupan di New America.
Lintasan jatuhnya pecahan pesawat Tom telah diketahui, dan tempat itu tidak berbahaya. Grotz telah meyakinkan sendiri sebelum meninggalkan kamar monitor. Swift muda" Nah, di sanalah ada masalah. Ada sesuatu yang ia tidak dapat mengontrolnya; sesuatu yang tak mau menyesuaikan diri dengan masyarakat teratur yang dia ciptakan di New America, semenjak pukulan nasib baik memberikan kuasa kepadanya beberapa bulan yang lalu.
Direktur koloni New America mendapat serangan jantung (konon karena tekanan-tekanan). Dan Grotz sangat senang menjadi penjabat sementara sampai direktur yang baru terpilih. Tetapi rupa-rupanya tidak seorang pun ingin terburu-buru untuk mengangkat direktur baru.
Oleh karena itu Grotz dapat terus menikmati kekuasaan yang diberikan oleh kedudukan itu. Apabila Swift muda menolak untuk ikut sejalan dengan penduduk yang lain, yang telah diatur oleh Grotz dengan rapih di New America, maka ia harus disingkirkan. Grotz tertawa sendirian, lirih. Tom telah disingkirkan?"oleh pesawatnya sendiri. Ya, dengan berkurangnya seorang Swift merupakan berkat baginya.
Grotz menekan tombol interkom di mejanya.
Segera sekretarisnya menanggapi. Ia senang seperti itu. Ia selalu menuntut pelayanan seketika.
"Wilma! Apakah Worden dan Deckert telah membuat laporan?"
"Belum, Doktor Grotz. Mereka banyak menggunakan waktu mereka di geladak hanggar akhir-akhir ini. Yaitu mengerjakan pesawat tercepat, Regine!"
"Terkutuk pesawat balap itu! Aku bersumpah, kali inilah yang terakhir! Katakan, agar mereka menghadap aku, kalau datang!"
Grotz merogoh ke dalam laci. Ia mengeluarkan sebuah anak kunci yang kecil. Kemudian ia berputar pada kursi putarnya. Ia memasukkan anak kunci itu ke dalam lubangnya yang tak bertanda, yaitu komputer pribadinya.
Seketika itu layar menyala. Grotz menekan serentetan nomor-nomor serta kata Bonaparte. Layar itu mulai dipenuhi nomor-nomor dengan kepala daftar-daftar. Grotz memandangi peragaan itu dengan menggigit bibirnya. Diam-diam, seperti yang telah dilihatnya lebih dari seratus kali semenjak percobaannya yang terakhir tentang tekanan pada mesinnya Prometheus Drive. Tidak satu pun yang telah berubah.
Kesalahan-kesalahan kalkulasi yang pernah diterbitkannya masih menonjol di antara angka-angka itu, mengejeknya. Itu adalah hasil pengumuman yang terlalu cepat. Suatu kutukan bagi setiap ahli ilmu pengetahuan yang terkenal.
Pengumuman tentang mesin Star Drive antar planet telah diperhitungkan sedemikian rupa, sehingga ia dapat terpisah untuk calon pemenang hadiah Nobel. Apa yang disesalkannya ialah, bahwa dari setiap kali ia memalsu hasil-hasil percobaannya untuk mengatasi waktu yang ditetapkan, justru kali inilah gagasannya itu ternyata salah. Prometheus Drivenya akan gagal. Sekarang hal itu tidak dapat disangsikan lagi. Ia harus memperbaiki kesalahan-kesalahan itu.
Kemudian memperbaiki catatan-catatan percobaan tekanannya?"..
kalau tidak, ia terpaksa harus mencari kambing hitam.
*** Beberapa kilometer di luar New America, penunjuk tekanan pada persediaan oksigen Tom Swift telah berubah dari warna oranye menjadi warna merah. Itu tanda, bahwa tangki udara yang besar telah habis. Tom meraih ke belakang. Dengan hati-hati ia melepaskan sabuk yang mengikat bagian tengah dari tangki tersebut. Ia mengambil napas dalam-dalam. kemudian ia mendorong pelepasnya. Dua buah gesper terbuka. Dengan kedua sikunya ia mendorong tangki dari tempatnya, lalu memandangi tangki itu melayang menjauh. Biasanya ia meraih ke belakang dan memegangi tangki tersebut untuk dibawa kembali ke pesawatnya serta diisi kembali. Tetapi ia sudah tidak punya pesawat sekarang, maka tangki besar itu hanya mengganggu saja. Ia ambil tangki cadangan lalu dipasang ke tempatnya. Ia mengunci gespernya dan mengambil napas dalam-dalam. Dengan demikian ia masih punya waktu dua jam lagi sampai persediaan oksigen dalam tangki cadangan itu pun habis.
"Lebih baik aku lihat dulu berapa lama lagi sampai mereka datang menolongku," pikirnya.
Ia tekan tombol pemancar pada pakaian ruang angkasanya.
"Ben! Bagaimana keadaan di bawah sana?"
Tom mendengar suara berkeresek gangguan di radionya. Ia mendapat gangguan dari New America. Sedetik kemudian barulah terdengar suara Ben. Tetapi Tom dapat menangkap bahwa ahli teknik komputer itu sedang kebingungan.
"Hmm?"komputer menunjukkan bahwa engkau sedang meleset dari arah ke New America . . . dan" eh".ada berita buruk bagimu. Doktor Grotz tidak mengizinkan mengeluarkan sebuah kapal untuk menolongmu. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan lagi. Ia mengatakan, bahwa kapal-kapal itu tidak dapat ditarik dari tugasnya. "
Tom dengan berat menelan ludah, dan mendorong rasa takut yang muncul dari benaknya.
"Engkau".engkau tidak perlu mengatakan apa-apa, Ben. Doktor Grotz tentu mempunyai alasan-alasannya. Aku hanya akan berbuat sebatas kemampuanku. Hanya itulah! Aku sudah tidak jauh lagi dari New America. Adapun yang seharusnya aku lakukan kini ialah agar aku dapat kembali ke dalam garis lurus denganmu, dan dapat sampai di sana!"
"Aku pun akan memberikan segala bantuanku dari sini, kawan. Aku merasa demikian tidak berdaya sekarang ini!"
Awalan lompatan dari pesawat itu masih mendorongnya ke arah New America, tetapi usahanya untuk menghentikan gerak jumpalitan telah membuatnya menyeleweng arah pada suatu sudut. Kalau ia tetap pada arahnya yang sekarang, ia akan meleset. Yang paling dulu harus ia lakukan adalah kembali ke arah semula.
Kesulitannya, ia hanya tinggal mempunyai satu tangki, baik untuk pernapasan maupun untuk bergerak. Ia mengambil napas dalam-dalam. Kemudian ia lepaskan botol udara dari tempatnya. Ia mengarahkan mulut botol udara itu sedemikian rupa, sehingga semburan udara yang keluar mendorongnya menuju arah ke New America. Ia tekan katup pentil, dan terdengarlah suara Ben.
"Aku ikuti gerakmu, Tom. Engkau kembali bergerak ke arah kami sekarang. Tetapi komputer menunjukkan, bahwa dengan kecepatanmu yang sekarang, engkau akan melampaui kami. Apa yang kaugunakan untuk daya gerakmu, Tom" Masuklah Tom!"
Tom mengembalikan tangki cadangan itu ke tempatnya, lalu mengambil napas lagi.
"Udara cadanganku!" ia menjawab terengah-engah. "Sayang sekali. Aku tidak tahu sudah berapa banyak udara telah kusemburkan. Aku pun harus kehilangan udara setiap kali kugunakan sebagai daya gerak. Untuk itu aku telah banyak menghamburkannya, karena memang aku hanya dapat mengira-ngira saja!"
"Mungkin aku dapat"..."
Ben berhenti dengan mendadak. Tom dapat menangkap suara-suara lain di latar belakang.
?"..tigapuluh detik sebelum engkau akan membentur," Ben meneruskan, "itu pecahan dari pesawatmu akan mengenai stasiun ini. Mereka memerintahkan aku supaya meninggalkan tempatku. Aku segera akan kembali, kalau dapat. Habis!"
Tom Swift tahu bahwa kini ia benar-benar seorang diri. Ia mengambil napas dalam beberapa kali. Hyperventilasi akan memberikan oksigen sedikit lebih banyak lagi ke dalam sel-sel otaknya. Itu akan memberikan daya tahan sedikit lebih lama baginya. Satu semburan lagi akan mendorong dia ke ruang bertekanan dari bagian luar New America, yang terletak pada ujung. Tetapi apabila itu tidak dilakukan, sudah pasti, bahwa ia tidak akan sampai di sana, walau ia pun tahu bahwa dengan demikian mungkin udaranya akan habis pula. Sesuatu kemungkinan adalah pilihan yang terbaik baginya.
Dari sudut matanya, Tom melihat kilatan cahaya sekilas. Pecahan pesawatnya telah melewati salah satu cermin matahari yang mengelilingi bagian tengah koloni itu, dan sinar matahari telah dipantulkan sejenak oleh pecahan tersebut. New America telah terkena pecahan itu!
Kini Tom dipenuhi kembali oleh perasaan tak menentu. Ia tidak dapat memperkirakan betapa kerusakan yang dapat ditimbulkannya, dan kemungkinan besar cukup parah. Ia pun tahu, adalah menjadi kewajibannya untuk segera sampai di sana serta memberikan pertolongan. Maka dengan memegangi botol udara cadangan, ia tekan katup pentilnya sekuat-kuatnya.
Bila kecepatan geraknya bertambah, New America nampak semakin besar dan semakin nampak. Dan akhirnya memenuhi seluruh pandangannya. Dengan menggunakan semburan-semburan pendek ia berhasil mengarahkan gerak melayangnya ke arah pintu ruang bertekanan darurat di ujung koloni berbentuk silinder raksasa itu.
Pintu itulah satu-satunya yang dapat memberikan kesempatan untuk hidup baginya.
Ruang bertekanan itu telah banyak sekali digunakan selama pembangunan New America. Para pekerja dengan mudah dapat keluar masuk ke sana. Pintu itu dapat dibuka dengan tangan dari luar, yaitu hanya dengan memutar tombol tekanan, lalu memutar roda besar yang membukakan pintu. Pintu itu masih digunakan ketika diperlukan untuk perbaikan-perbaikan bagian luar koloni tersebut dengan menggunakan tangan. Tetapi setelah pembangunan koloni itu selesai, lalulintas keluar masuk dilakukan melalui pintu utama yang ada di ujung yang lain. Tom berharap bahwa pintu darurat itu tetap bekerja baik.
Tom menghentikan gerak majunya dengan semburan udara. Ia melayang-layang tepat di muka pintu ruang bertekanan. Untuk terakhir kali ia sambungkan botol udara cadangan itu dengan pakaian ruang angkasanya. Ia akan mencoba untuk langsung menuju ke pintu.
Ia masih memerlukan semburan udara yang cukup untuk sampai ke pintu. Apakah ia masih mempunyai cukup cadangan udara" Ia berharap demikian! Tetapi ia tidak dapat mengira-ngirakan berapa banyak udara yang harus digunakan untuk dapat sampai ke pintu.
Kecepatan juga merupakan salah satu faktor. Tom tidak tahu berapa lama ia dapat bertahan tanpa bernapas. Tekatnya, ia harus sampai ke pintu, memutar tombol ruang bertekanan dan membuka pintu pada sekali tarikan napas.
"Cepat!" Ia tekan katup pentil sekeras-kerasnya. Ia merasakan semburan udara yang kencang. Dan ia mulai bergerak dengan cepat menuju ruang bertekanan. Kemudian dengan mendadak sontak getaran yang diketahuinya sebagai semburan udara yang keluar, berhenti.
Udara yang tersisa tinggallah yang di dalam paru-paru serta yang di dalam lapisan pakaian ruang angkasanya. Ia lemparkan botol udara cadangannya, lalu mempersiapkan diri menahan benturan dengan tubuh New America.
Ia membentur dengan keras. Ia kalang-kabut mencari-cari tempat untuk pegangan agar tidak terlempar kembali ke ruang angkasa. Ia berhasil memegang engsel pintu darurat yang besar itu. Tom menarik tubuhnya mendekati dinding pintu. Tangannya dipukulkan kepada tombol Air Lock Cycle. Dengan seketika sebuah lampu merah menyala di atas pintu, begitu udara mulai dikeluarkan dari ruang tersebut. Hal ini diperlukan untuk menyamakan tekanan udara di dalam ruang tersebut dengan ruang angkasa di luarnya, pada waktu Tom membuka pintunya.
Nampaknya seperti seabad lamanya bagi Tom sebelum lampu menyala menjadi hijau. Paru- parunya sudah terasa hendak pecah pada waktu ia memutar roda untuk membuka pintu. Ia sudah sangat lemah ketika pintu membuka. Dengan sisa kekuatannya yang terakhir ia menarik tubuhnya masuk ke dalam serta mengunci pintu itu kembali.
Ia harus segera menghembuskan napas yang ditahannya selama ini.
Tetapi ia segera pula harus menghirup udara segar. Udara itu berupa sisa-sisa oksigen yang terdapat di dalam pakaian ruang angkasanya, dan yang untuk sebagian besar kini berupa karbon dioksid. Tetapi memang hanya itulah yang dipunyainya.
Tom sudah merasa pusing ketika menekan tombol yang bertanda Pressurize. Ia pun terkulai melayang di dalam ruang itu, bahkan tak sadar waktu membaca tekanan pada jarum penunjuknya.
Akhirnya lampu menyala hijau. Tom segera menarik topi helmnya terlepas. Ia berulang-ulang menghirup udara. Seluruh rongga dadanya sakit sedang kepala pusing. Diperlukan beberapa saat sebelum ia cukup kuat untuk meninggalkan ruangan itu.
Bab Tiga "Jangan mengganggu di jalan!"
Tom menoleh. Segera ia minggir dan menempelkan tubuhnya rapat-rapat pada dinding lorong. Tiga orang berpakaian bertekanan ringan bergegas melewatinya. Ahli penemuan muda itu melihat mereka mengangkat sebuah tangki yang bertuliskan Isi Di Bawah Tekanan.
Peti itu bergaris-garis cat warna oranye yang memantulkan cahaya.
Tom memalingkan kepalanya untuk memandangi mereka yang berjalan cepat di lorong yang sempit itu. Ia melihat, bahwa pada punggung pakaian mereka terdapat tulisan Perbaikan Darurat.
"Hee! Tunggu!" Tom berteriak.
Tetapi mereka tidak mau berhenti. Maka ia lalu bergegas untuk menyusul. Tetapi mereka telah menghilang di dalam persimpangan lorong-lorong.
Meskipun Tom telah beberapa kali berada di koloni itu pada masa pembangunannya, tetapi seluruh kompleks selalu berubah, bertambah lengkap dan bertambah luas.
Ruang bertekanan darurat itu sudah ada di belakangnya. Ia memang belum pernah menggunakannya. Kini ia berada di daerah yang belum dikenalnya. Ia sadar, bahwa ia harus sampai di tempat di mana pecahan pesawatnya jatuh dan menembus sebuah jendela yang amat besar. Ia memilih lorong yang rupanya menuju ke arah yang dikehendaki. Ia mulai berjalan dengan merayap-rayap.
Mengenakan perlengkapan ruang angkasa yang lengkap mendekati gravitasi adalah sulit dan menjengkelkan. Biar pun di tempat itu, di ujung koloni berbentuk silinder raksasa yang berputar dengan gravitasi buatan yang masih rendah.
Ia berhenti sejenak. Dengan susah payah ia membungkuk untuk mematikan tombol sepatu magnetisnya. Bagaimana pun baiknya sepatu itu di ruang angkasa memberikan semacam "pseudo-gravitasi", namun merupakan gangguan besar di dalam koloni. Tetapi ia tidak mau buang-buang waktu untuk melepaskannya. Karena itu ia melangkah secepat ia dapat.
Lorong itu berbelok-belok, berputar, bercabang-cabang dan kemudian bergabung dengan yang lain-lain. Ia mendengar suara teredam di depan, namun seperti tidak dapat ia capai. Ia tidak bertemu dengan seorang pun di dalam lorong-lorong yang sangat bersih dan dibuat anti-septik itu, maka ia tidak dapat bertanya.
Tom terengah-engah kecapaian ketika ia melihat pintu katup bertekanan di ujung lorong. Ia tahu, bahwa "Kulit" dari koloni raksasa itu sebenarnya dobel. Dengan ketebalan gudang-gudang, laboratorium-laboratorium dan tangki-tangki yang terletak di antara kedua dinding tersebut. Pintu katup terbuat dari baja yng berat, beralur-alur dan dilas kuat, terpasang pada dinding baja berbentuk sarang lebah yang sangat kuat.
Alat penguncinya sederhana dan dapat dibuka dengan tenaga tangan, dengan cara memutar rodanya. Roda itulah yang memutar, menutup dan menguncinya.
Tom melemparkan tubuhnya pada pintu katup, dan memukul-mukul dengan tinjunya.
"Berhenti! Tunggu!" terdengar dari sisi sana. Kemudian roda itu berputar berlawanan arah dan Tom membantunya. Pintu katup itu terbuka dengan suara lembut dan Tom menerobos masuk. la sudah berada di dalam koloni!
Silinder raksasa itu membentang jauh sepanjang empat setengah kilometer dari tempat ia berdiri. Sebuah karpet berwarna hijau, biru dan coklat membentang pada permukaan dalam. Ia hanya setengah sadar melihat danau yang biru berkilauan di "langit-langit" di atas kepalanya, demikian pula kubus-kubus dan kubah-kubah dari bahan ringan yang berdiri di kebun-kebun. Apa yang dapat dilihat nyata oleh Tom hanyalah sederetan panjang jendela-jendela, beratus-ratus meter lebarnya dan beribu-ribu meter panjangnya, membentang di seluruh permukaan. Beberapa di antara jendela-jendela yang tembus pandang itu memperlihatkan kegelapan ruang angkasa, sementara yang lain-lain berpendar-pendar lunak karena cahaya matahari yang dipantulkan oleh cermin-cermin raksasa luar.
Tom dapat melihat serpihan-serpihan kertas dan debu berputar-putar ke salah satu jendela. Itulah tempat yang pecah. Udara berhembus keluar, didorong oleh tekanan udara dari dalam.
Lubang itu ada di atas kepala Tom di mana ia berdiri sekarang. Ia mulai menuruni lereng yang melengkung menuju ke tanah datar di pusat silinder.
"He, anak muda! Tunggu dulu!"
Orang di belakang pintu katup itu melambaikan tangan kepadanya.
"Mana jalan yang terbaik ke tempat itu?" tanya Tom. Ujung silinder itu semacam "daerah belukar", dengan tumpukan batu-batuan dari bulan, "tanah" dan beberapa daerah yang sedang ditanami pohon pinus dan semak-semak.
"Tahan," kata orang tua itu. Ia memandangi Tom dengan teliti.
"Tunggu sebentar, engkau anak Swift, bukan?"
"Ya. Apakah itu jalannya, yang melewati semak-semak itu" Atau apakah aku harus memutar lewat batu-batu, lalu mengambil jalan yang lain?"
"Bagaimana engkau dapat kembali, nak" Kami dengar engkau menuju ke Matahari."
"Sudahlah, pak. Aku akan menceritakannya kelak. Aku ingin membantu!" Tom menunjuk ke para awak yang sedang membetulkan lubang kerusakan.
"Kami semua merasa ngeri," kata pak tua itu. "Bagaimana bisa terjadi?"
"Sudahlah!" kata Tom. "Ke mana jalannya?"
Orang itu melambaikan tangan seenaknya. "Ah, mereka akan mengurusnya. Itu tugas mereka. Jangan terlalu cemas tentang udara. Hanya sebuah lubang kecil. Cukup berminggu-minggu untuk menghabiskan udara dengan lubang sekecil itu."
"Aku harus berbuat sesuatu. Pesawatku yang menyebabkan lubang itu! Aku harus ke sana untuk membantu. Nah, mana jalan yang paling cepat ke sana?"
"Jalan itu," kata orang itu sambil mengangkat bahu, dan Tom segera berangkat dengan secepat-cepatnya. Jalan itu menurun melalui tanaman pohon-pohon pinus yang masih kecil, dan gravitasi semakin besar dengan setiap langkah. Setelah ia dekat dengan dataran rendah, ia mulai bergerak dengan lambat. Ia melalui lebih banyak lagi rumah-rumah, semuanya dibangun dengan bahan yang seringan-ringannya, tidak lebih hanya merupakan tempat berteduh pribadi. Di koloni itu tak pernah ada angin atau badai, sedangkan hujan pun adalah hujan buatan, biasanya ditimbulkan pada saat orang tidur. Setiap rumah mempunyai halaman sendiri yang kecil, dan modelnya kebanyakan seperti rumah-rumah Jepang dengan bentuk yang tepat, artistik, sedikit kecil yang memberi kesan ketimuran terhadap lingkungannya.
Tetapi bukan kebersihan dan kemungilan New America yang menarik bagi Tom pada saat itu. Ketika bagian jendela yang rusak itu semakin rendah, ia kehilangan pandangannya karena terhalang pohon-pohonan dan rumah-rumah. Tetapi kemudian ia membelok mengitari sebuah sudut dan ia dapat melihat kembali jendela yang panjang itu.
Bagaikan celah yang sangat besar jendela-jendela itu menembus dinding New America, memberikan jalan masuk bagi cahaya Matahari pemberi kehidupan. Jendela-jendela itu tersusun atas lempengan-lempengan besar berbentuk segi enam yang tembus pandang, terbuat dari plastik yang sangat kuat. Setiap lempengan segi enam yang hampir tak nampak itu terdiri atas ratusan lempeng-lempeng segi enam sejenis yang disusun menjadi satu. Dasar pemikiran itu adalah gagasan ayah Tom; jika sebuah jendela pecah karena tertimpa meteorit atau sesuatu yang pecah, lempeng-lempeng kecil itulah yang hancur, meninggalkan lubang kecil dengan tepi-tepi yang lurus rata daripada lubang yang besar bertepi runcing-runcing. Hal ini memudahkan dan lebih cepat diperbaiki.
Tom tidak tahu, menurut standar koloni lubang tersebut besar atau kecil. Ia hanya tahu, lubang itu dialah yang menyebabkannya.
Kenyataan, bahwa lubang itu ditimbulkannya secara tidak langsung dan karena kecelakaan tidaklah menjadi soal. Bagaimana pun juga dialah yang harus bertanggungjawab.
Ia bergegas maju, langsung ke dinding setinggi dada yang mengelilingi deretan jendela. Ia melihat seekor burung terbang di atasnya, berjuang melawan angin yang tak terbiasa baginya. Tetapi burung itu berhasil ke luar dari terpaan angin, dan hinggap pada cabang pohon pinus di dekatnya.
Tom bergerak cepat di sepanjang dinding ke pagar perbaikan yang terbuka. Ia dihentikan oleh seorang muda yang mengenakan seragam oranye bertekanan. "Heee! Orang sipil tidak diperkenankan ke sana!"
"Tetapi ini adalah akibat kesalahanku. Aku hendak membantu."
"Hmmm." Orang itu melihat ke Tom pun tidak. Ia sedang mengawasi para awak mencari tempat untuk bekerja.
Sulit sekali rupanya di luar sana, pada permukaan yang licin rata.
Setelah kini ia semakin dekat, Tom dapat melihat bahwa setiap limapuluh meter ada sebatang logam memanjang pada deretan segi-enam-segi-enam sebagai penunjang. Melalui batang-batang itulah para awak perbaikan bergerak.
Tom melihat mereka membuka sebuah kantong transparan yang berat untuk disambungkan pada kantong yang lain. Kemudian kedua kantong itu disambungkan lagi pada kantong yang ketiga, keempat dan begitu seterusnya. Selama itu nampak debu yang beterbangan berhembus keluar ke ruang angkasa.
"Maaf," kata tukang itu mendesak Tom ke samping.
Tom melihat sebuah pipa transparan yang ke luar dari sebuah tangki, yang terletak di dekat dinding melintang pada jendela plastik.
Seseorang yang ada di luar menghubungkannya dengan kantong-kantong yang telah bersambungan tadi. Tangki itulah yang dilihat Tom diangkut oleh para awak perbaikan darurat. Para awak itu membuka kran pipa dan terdengar suara mendesis.
Melalui pipa transparan itu Tom melihat suatu cairan kental seperti susu mengalir keluar. Cairan itu mengalir ke dalam kantong-kantong. Dan seketika itu pula kantong-kantong tersebut melembung beberapa kali besar volumenya.
Tom melihat pula pipa-pipa lain dihubungkan dengan kantong-kantong lain dan kemudian diisi dengan busa yang cepat berkembang.
Kantong-kantong itu menjadi kaku tegar setelah busa itu beku mengeras berubah menjadi lempeng segi-enam. Dengan tujuh kantong demikian disambung menjadi satu terjadilah sebuah tambalan yang jauh lebih besar daripada lubangnya. Para tukang sedang memasang tambalan itu di atas lubang. Tekanan udara akan menekannya tetap pada tempatnya hingga menutupnya rapat-rapat. Para tukang yang ada di luar, kini mempunyai kesempatan untuk memasang lempengan-lempengan yang besar itu.
Tepat pada saat mereka hendak memasang lempengan itu, terdengar suara sesuatu yang robek. Sepotong bagian lain dari jendela pecah terlepas dan jatuh. Angin menjadi bertambah kencang. Seekor burung jatuh dan terbang mengepak-ngepakkan sayapnya keluar angkasa luar.
Para awak perbaikan berpegangan erat-erat pada tambalan yang hendak melayang terbang, dihembus udara yang datang dengan mendadak.
Seorang awak di dekat Tom segera mengenakan helm, dan memberi isyarat kepada Tom untuk berbuat yang sama. Tetapi Tom tak mempunyai udara lagi di dalam pakaian ruang angkasanya. Ia terengah-engah mencari napas dan melirik ke debu yang melayang keluar. Ia melihat seorang awak melayang naik dan menanamkan sepatu hisapnya kepada lapisan plastik yang licin di permukaan, kemudian jatuh, terbawa angin keras.
Kini aliran udara bagaikan badai, mendenging-denging dan menderu-deru. Udara yang hangat bertemu ruang angkasa yang dingin, berubah menjadi awan kristal es bergemerlapan. Tom sedikit membuka helmnya, menghirup debu bersama udara yang dibutuhkannya.
Kemudian ia membungkuk dan menghidupkan sepatu magnetiknya. Ia lari melewati orang yang jatuh terbungkuk, lalu keluar ke jendela.
Dalam telinganya, melalui saluran darurat, ia mendengar awak bagian perbaikan berteriak kepadanya. Tetapi ahli penemu muda itu tak menghiraukannya.
Udara yang keras menjungkir-balikkan dia, tetapi ia sempat meraih batang penyangga yang pertama di antara lempengan-lempengan plastik. Ia segera merasa sepatu magnetiknya mendapatkan kekuatan.
Tom bergerak terus hingga ia dapat memegang kantong penambal yang telah mengembang. Kantong itu masih cukup lebar untuk menutup lubang, meskipun terlalu pas. Oleh karena itu kantong tersebut harus dipasang dengan sangat teliti.
Dengan Tom sebagai kuda-kuda, para awak yang lain bangkit dan memasang kantong itu menutup lubang. Udara yang berhembus keluar mencari jalan dan mendorongnya keluar, tetapi orang-orang itu berjuang keras untuk memasang pada tempatnya. Angin segera berhenti dengan mendadak. Hanya terdengar desis udara yang menyembur keluar dari celah tambalan yang masih kurang sempurna menutupnya. Para awak perbaikan yang berseragam oranye segera datang membawa tabung-tabung yang menyerupai meriam, menyemprotkan busa perekat.
Dalam sekejap saja semuanya telah beres, dan Tom menghela napas lega.
Bab Empat "Terimakasih," kata salah seorang awak perbaikan kepada Tom, ketika mereka turun dari permukaan jendela. "Ini baru tugas perbaikan yang pertama bagiku. Aku tak tahu, bahwa akan terjadi demikian."
"Biasanya memang tidak begitu," kata teman-nya. "Kita jarang mendapatkan tugas demikian dan biasanya tak ada masalah sama sekali. Satu bantalan kantong saja sudah cukup untuk menutup."
"Kalian memang tak akan mendapat pekerjaan demikian kalau tidak karena aku," kata Tom sedih. Sepotong dari pesawatku yang telah menyebabkannya."
Awak bagian perbaikan itu mengangkat alis matanya dan memandangi temannya, seorang nona wajahnya bopeng. Nona itu tertawa.
"Mengapa engkau berbuat begitu kepada kami?"
"Suatu kecelakaan," jawab Tom. "Setidaknya, itulah yang kuperkirakan."
Mereka melangkah melewati dinding pengaman lalu menutupnya.
"Apa maksudmu?" tanya nona itu. Ia membuka helmnya dan mengibas-ngibaskan rambutnya.
"Seharusnya tidak boleh terjadi, begitulah. Sebuah mesin baru menurut desain Doktor Grotz."
Nona itu bertukar pandang dengan temannya.
"Di mana menurut dugaanmu potongan itu jatuh?" tanya Tom.
"Susah dikatakan," jawab nona itu sambil mendongak ke atas.
"Tergantung dari sudut datangnya. Apakah mereka mengikutinya?"
"Tanyakanlah kepada bagian Lingkungan untuk mengetahui tempatnya. Di sana, di daerah peternakan itu, barangkali. Atau di danau."
"Dengarlah. Aku sungguh-sungguh menyesal!" kata Tom. "Tentu saja aku mau membayar untuk kerusakan itu."
Pemuda bagian perbaikan itu menggelengkan kepala. "Bukan bagianku. Engkau akan menerima rekening, jangan khawatir. Eh, namaku Dan Pokkins. Ini adalah Marianne Garret."
Tom melepaskan sarung tangannya untuk berjabat tangan. "Tom Swift."
"Tom Swift yang itu?" tanya Marianne tersenyum. "Dari Swift Enterprises?"
"Aku tak tahu tentang yang itu. Tetapi memang, ayahku yang mengepalai S.E."
"Dan engkau berbuat kesalahan yang demikian tolol," kata Dan Popkins.
Kota Angkasa Luar Seri Tom Swift 1 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku ..." Tom disela oleh panggilan pada gelombang darurat radio pakaian ruang angkasanya.
"Tom Swift, harap melaporkan diri ke kantor Doktor Grotz. Tom Swift, harap segera melaporkan diri ke kantor Doktor Grotz.''
"Waaah ..." kata Dan Popkins sambil melirik kepada Marianne.
Tom menghela napas. "Di mana itu?"
Dan Popkins menunjuk ke ujung yang jauh. "Ia mempunyai laboratorium di sana, di deretan kantor-kantor administrasi. Yang paling baik, kalau engkau harus cepat-cepat, gunakanlah sepeda udara."
"Sepeda udara" Oo, yang seperti itu?" Tom menunjuk ke atas. Jauh di atas kepala mereka, di pusat sumbu putaran silinder, nampak kecil seseorang mengendarai sesuatu seperti serangga dari logam.
Penunggangnya mengayuh pedal, menyebabkan sebuah baling-baling di belakangnya berputar dan mendorongnya ke depan. Sayap-sayap pendek dengan lempengan-lempengan kemudi berlaku sebagai alat-alat pengendalian yang sederhana.
"Itu tak akan dapat terbang," kata Tom tersenyum.
"Memang bukan untuk terbang," kata Marianne. "Dalam gravitasi normal tidak akan bekerja. Tetapi di atas sana tak ada gravitasi." Ia menunjuk ke belakang di mana Tom tadi memasuki koloni. "Ada sebuah hanggar di atas sana. Ambil saja yang merah. Itu untuk umum."
"Dan kayuhlah ke ujung sana," sambung Dan Popkins. "Kantor Doktor Grotz tidak jauh dari geladak pendaratan."
Tom hendak berbicara lagi, tetapi terdengar pesan radio lagi, bahwa ia harus segera melaporkan diri.
"Lebih baik segera pergi ke sana," Dan Popkins menyarankan, lalu mereka melambaikan tangan sambil beranjak pergi.
Tom menekankan dagunya ke tombol yang ada di dalam helmnya sambil memutar tubuh melangkahkan kaki kembali. "Di sini Tom Swift. Aku segera datang."
Beberapa meter kemudian ia berhenti, lalu duduk pada sebuah bangku dari batu, dengan pandangan ke sebuah kebun yang indah. Ia melepaskan pakaian ruang angkasanya. Membawa-bawa pakaian yang berat itu tidak mudah, tetapi ia dapat berjalan dengan lebih cepat.
Sebuah kota yang lengkap di ruang angkasa! Suatu dunia buatan manusia! Hampir mirip dengan toko serba raksasa model kuno di bumi. Setidaknya, itulah perasaan Tom ketika ia melihat-lihat ke sekeliling di "lantai" yang dirancang indah di dalam silinder raksasa itu. Seperti toko serba ada pula, ia menyediakan berbagai barang dan pelayanan di dalam ruangan bertekanan yang kedap udara dan aman.
Perbedaannya yang sangat menarik ialah, bahwa di sini juga tinggal orang-orang!
Dunia buatan manusia. Gagasan itu bukan barang baru. Sejak akhir abad duapuluh, seorang arsitek dan filsuf, Paolo Soleri, telah mencoba konsep lingkungan dan sosial yang baru tersebut di bumi sendiri. Di tengah gurun Arizona ia mempertaruhkan diri dan hartanya ke dalam struktur Arkosanti Arkologi, dengan harapan dapat mengurangi pengrusakan planet itu, seperti yang dilihatnya di sekelilingnya. Yaitu karena terlalu padat dan terlalu terkena polusi. Kata arkologi diambil dari kata-kata "arsitektur ekologi."
Arkosanti memerlukan waktu yang lama dalam pembangunannya.
Sebab proyek semacam itu memerlukan dana, yang pada mulanya sulit didapatkan. Tetapi gagasan itu terus berlanjut, dan kini lebih banyak lagi di bangun "arkolog-arkolog" di seluruh dunia.
Tom melewati lagi beberapa rumah, dan beberapa kali sempat melihat bagian dalamnya. Lukisan-lukisan yang dilihatnya sering nampak buatan pelukis amatir, namun cukup manis. Banyak berupa adegan-adegan di Bumi: lembah-lembah hijau dengan hutan-hutan berbayang, sungai-sungai dan awan. Ada pula potret-potret, kadang-kadang foto orang, tetapi lebih sering foto gunung-gunung dan padang-padang rumput, laut dengan kapal-kapalnya, hutan-hutan dan danau-danau.
Perabotan rumah semuanya terbuat dari kantong-kantong berisi busa, atau kepingan-kepingan batu bulan. Tom melihat pula layar-layar TV selebar dinding, tetapi hanya tipis, tidak lebih tebal dari jari-jari tangannya. Di samping itu rak-rak berisi kaset-kaset. Seorang anak kecil mengintipnya dengan boneka di tangannya. Seorang ibu tersenyum kepadanya. Seseorang yang sedang menanam anak pohon pinus melambai kepadanya, dan Tom pun balas melambai.
Gravitasi bertambah selama ia mendaki jalanan, hingga ia hampir seperti berlompatan dengan langkah-langkah panjangnya. Pakaian ruang angkasanya yang berat kini dipeganginya dengan satu tangan. Ia bergerak dengan riang gembira, melompat dari teras terjal yang satu ke teras yang lain, turun menuju ke pusat dari ujung New America.
Geladak landasan sepeda udara berupa sebuah langkan, hampir di tengah-tengah pusat ujung yang berkubah. Gravitasi hampir nol. Tom bergerak dengan menarik-narik pada batang-batang logam yang tertanam pada batu-batuan bulan yang membentuk "tanah."
Di sekitar tepi daerah tersebut terdapat rak-rak tempat kendaraan-kendaraan yang lemah itu disandarkan. Di sana terdapat pula lemari-lemari kecil, maka Tom lalu menyimpan pakaian ruang angkasanya.
Ia mengambil salah satu sepeda udara itu, memandangi dan mempelajarinya dengan cepat desainnya yang sederhana. Marianne benar, sepeda itu tak dapat digunakan dalam daerah yang bergravitasi.
Tom melihat, bahwa sepeda-sepeda yang berwarna tidak merah sering berwarna aneh-aneh, atau mempunyai variasi dari bentuknya yang sederhana. Bahkan ada pula yang untuk dua orang. Sejumlah penduduk New America rupanya mempunyai tangan yang trampil dan senang melakukan percobaan-percobaan.
Tom naik dan mulai mengayuh pedal, seketika itu pula sepeda tersebut melayang naik, sehingga mengejutkan Tom. Untung ia segera memperhatikan kemudinya. Ia membelok meliuk-liuk, hampir saja menabrak rak dengan sepeda-sepeda hijau dan biru. Dan tiba-tiba ia telah keluar.
Pada mulanya terasa seperti terus naik menuju ke arah berlawanan yang jauh. Ia mengedipkan matanya dan tiba-tiba saja ia berjalan di sepanjang sumbu bangunan raksasa itu. Rasa seperti mengambang sangat mengesankan baginya, jauh berbeda dengan berpakaian ruang angkasa di dalam daerah tak bergravitasi.
Terbang bagaikan burung! Tom tersenyum menyeringai. Memang seperti burung. Semacam itulah!
Ia melakukan percobaan: ia berhenti mengayuh. Sepeda itu melaju terus sejenak, kemudian mulai hanyut sedikit ke kanan, ke arah putaran bangunan raksasa itu. Tom mulai mengayuh lagi, dan mengemudikan "pesawatnya" sedekat mungkin dengan sumbu.
Kemudian ia memandang ke sana kemari dengan kagum.
New America memang hebat, pikir Tom. Koloni itu dibangun untuk tempat tinggal duaratus ribu orang, dan pada akhirnya seluruh koloni itu menjadi swa-sembada. Koloni itu menanam sendiri tumbuhan makanan " sekarang pun sudah mulai " dan mungkin bahkan akan dapat meng-ekspornya!
Namun sekarang penduduknya lebih kurang baru limapuluh ribu, terutama terdiri atas para awak yang paling dibutuhkan bersama keluarganya. New America, meskipun secara lahiriah telah lengkap, namun secara teknis masih dalam tahap kepeloporan, mungkin lebih sesuai untuk masa puluhan tahun mendatang. Ia belum seluruhnya bebas tak tergantung dari yang lain-lain.
Kiriman-kiriman bahan-bahan dari Bumi masih dibutuhkan. Bahan mentah didatangkan dari Pangkalan Armstrong di Bulan, dikirimkan oleh sebuah aslerator massa yang dikemudikan oleh komputer, digerakkan dengan tenaga listrik melalui jalur ke orbit yang tepat pada waktunya tiba di posisi L-5, yaitu tempat mengorbitnya New America.
Angkutan bahan-bahan itu sangat penting. Sebab dari batu-batuan bulan itulah dibangun 95 persen dari seluruh koloni. Unsur-unsur tertentu yang tidak terdapat di Bulan, setidak-tidaknya didapatkan dalam jumlah yang kurang cukup, harus didatangkan dari Bumi. Batu-batuan Bulan setelah dihancurkan dan dilumerkan, memberikan bahan-bahan yang baik bagi pembangunan. Ampasnya digunakan untuk melapisi permukaan bagian dalam. Ini merupakan perisai pertama terhadap semburan badai Matahari, yaitu ledakan-ledakan neutrion yang mematikan. Dan lapisan yang cukup tebal dapat menghentikannya. Manusia dapat hidup di ruang angkasa, dapat tumbuh baik di ruang angkasa. Tetapi manusia harus mempelajari hukum-hukumnya.
Tom teringat kata-kata Goethe: "Alam tak mengenal senda-gurau. Alam selalu benar, dan kesalahan-kesalahan serta kegagalan-kegagalan selalu berasal dari manusia."
Atau kata-kata dari Robert Ingersoll: "Di alam raya tak pernah ada hadiah-hadiah atau hukuman-hukuman; yang ada hanyalah konsekuensi-konsekuensi."
Apa yang telah terjadi padanya tentu akan membawa konsekuensi, pikir Tom. Tetapi keindahan dan keaneka-ragaman New America mencampakkan pikiran-pikiran tersebut.
Penataan papan catur bentangan alam tidak saja meliputi bagian bawah, tetapi menyeluruh ke seluruh permukaan dalam silinder raksasa tersebut. Di atas kepalanya terdapat sebuah danau, di sebelah kiri kebun buah-buahan, di bawah ladang-ladang, dan di sebelah kanan rumah-rumah. Deretan panjang jendela-jendela merupakan satu-satunya hal yang mengganggu penataan yang bagaikan taman tersebut.
Setiap anggota koloni diberikan empatratus empatpuluh lima meter persegi tanah, untuk ditinggali menurut seleranya sendiri. Kebanyakan tinggal dalam unit-unit keluarga, dan tidak semuanya memilih susunan kebun model Jepang yang indah. Beberapa orang menanam sayur-sayuran atau bunga-bungaan. Kebanyakan bunga-bunga yang besar mendominasi di daerah-daerah bergravitasi rendah. Sementara orang senang memilih ruang yang diperuntukkannya sebagai tempat tinggal murni. Hasilnya adalah suatu campuran antara yang praktis dan yang artistik, suatu bukti dari selera masing-masing akan warna, pikiran bahan, susunan penataan, fungsi dan ketrampilan. Hampir semuanya membangun "ke atas" untuk menambah luas tanah yang 445 meter persegi.
Tetapi karena mereka datang dari Bumi yang sudah terlalu padat, hampir semuanya tak merasa "kesempitan". Tom pernah mendengar seorang mengeluh karena tak ada pantai, dan seorang nona mengeluh tak ada badai atau taufan.
Cuaca bukan merupakan masalah di dalam koloni tersebut, karena hal itu diatur secara buatan. Tetapi di sana sering ada awan, suatu hal yang sering membingungkan para tamu yang mengira ada kebocoran.
Papan-papan yang bercermin mengapit tubuh silinder itu, mengarahkan cahaya Matahari ke bagian dalam. Hal ini dilakukan melalui deretan jendela-jendela, dan diatur menurut musim dan waktu sehari. Jangka waktu 24 jam itu pada khususnya diatur demi kehidupan tumbuh-tumbuhan serta untuk memenuhi tuntutan psikologis para awak, yang menurut sejarah keturunan selama tiga juta tahun telah terbiasa dengan putaran waktu siang dan malam di bumi.
Diramalkan, bahwa generasi yang menyusul, yang belum pernah ke planet yang mana pun, pada akhirnya akan semakin kurang tergantung pada putaran waktu yang "kuno", tetapi lebih tergantung pada "Jam batinnya". Sekarang pun sudah ada anak-anak kecil yang belum pernah menginjak "tanah yang sebenarnya", hanya batu-batuan bulan yang dihancurkan dan makhluk-makhluk yang dipelihara di dalamnya, seperti cacing.
New America berputar penuh pada sumbunya setiap 114 detik, dan ini memberikan tepi gravitasi yang mendekati gravitasi normal Bumi pada tenaga sentrifugalnya. Cermin-cermin yang diatur oleh komputer juga bergerak. Kalau tidak, cahaya Matahari yang masuk akan merupakan berkas-berkas cahaya yang silang menyilang pada permukaan bentangan "tanah" yang lengkung.
*** Tom melihat sesosok tubuh melayang naik dari permukaan di depan, mengenakan perlengkapan jet yang dengan cepat membawa orang tersebut ke daerah tanpa gravitasi di daerah sumbu. Orang itu berbalik dan melayang melewati Tom, melambaikan tangannya sejenak dengan ramah.
Semua orang ramah-ramah, pikir Tom. Tetapi mereka memang sekumpulan orang-orang pilihan. Pernah terdengar jeritan-jeritan elitisme dari masa tak terpelajar di Bumi, tetapi hal itu tak dapat dibantu. Untuk membangun struktur yang tangguh itu, pertama-tama menuntut keberanian dan pengajaran, maupun pandangan masa depan yang tajam dan uang yang sangat banyak. Tetapi seluruhnya adalah teknis, hingga membutuhkan beberapa pelajaran khusus. Dan orang tahu, tak seorang pun menghendaki di sana untuk alasan politik atau lainnya yang tak ada kepentingannya. Hal itu bukan masalah gelar-gelar universiter atau Ph.D, melainkan pengalaman dan ketrampilan.
Orang-orang yang telah membangun New America adalah orang-orang khusus, sekarang yang tinggal di sana pun adalah orang-orang khusus. Tak seorang pun di sana yang menghendaki orang yang sedemikian tolol atau sangat acuh tak acuh, hingga dapat membahayakan kehidupan mereka.
Dan pikiran itu membuat Tom merasa tolol dan bersalah. Ia hampir saja menyebabkan kematian. Yang jelas ia telah menyebabkan rasa khawatir, penghamburan uang dan sumber-sumber yang penting.
Danau itu terlewati di atas, Tom menyeringai tersenyum, meskipun ia sedang muram. Sebuah danau di atas kepala! Kata-kata itu saja sudah terdengar sinting! Tetapi tidak demikian pada atau di New America.
Di atas kepala itu pun masih banyak kebun-kebun, pabrik-pabrik yang sebagian merupakan otot-otot bagi koloni ruang angkasa tersebut. Di luarnya, selewat kubah di ujung koloni banyak pula pabrik-pabrik, yaitu yang membutuhkan gravitasi nol serta kehampaan udara. Di sana dibuat serabut-serabut serta kristal-kristal buatan yang sangat panjang dan sangat kuat. Bantalan pelor atau kogellaher yang paling teliti dibuat di sana pula. Juga pembiakan virus-virus, serta pembuatan serum-serum. Barang-barang tersebut merupakan bahan ekspor yang penting. Tetapi di luar sana, dalam orbitnya sendiri, di sanalah terdapat sumber pemasukan uang yang sebenarnya: penangkap energi Matahari. Berkilo-kilometer bahan-bahan sel Matahari silikon dibentangkan pada kerangka yang sangat ringan tetapi kuat sekali.
Kesemuanya itu dihubungkan dengan kawat-kawat pengantar ke pemancar gelombang mikro, menghasilkan apa yang disebut "Uang Matahari".
Tak lama lagi New America tidak lagi membutuhkan bahan-bahan dari Bumi. Mereka akan lebih banyak mengekspor daripada mengimpor.
Mereka semua akan menjadi kaya, demikian pula mereka yang ada di Bumi, yang menggunakan energi murah dan teknologi yang semakin meluas.
Tetapi itu adalah harapan masa depan, pikir Tom. Detik itu ia sedang menghadapi pertemuan dengan Doktor Grotz yang sangat mencemaskan. Tom mendarat dengan canggung, tetapi mulus di geladak sepeda udara. Itulah yang pertama-tama baginya. Ia segera menyimpan sepeda udara itu di tempatnya.
Papan di pintu berbunyi Administrasi. Ia melangkah maju, batang demi batang pegangan. Ia merasakan gravitasi yang semakin besar meskipun lambat. Ketika mencapai setengah berat tubuhnya, ia tiba di pusat administrasi New America yang berupa bangunan berdinding tipis.
Tom menggembungkan dadanya lalu masuk.
Bab Lima Doktor Grotz bertubuh tegap dan berbahu bidang, dengan perut sedikit gendut dan pandangan bermusuhan.
"Dengar, Swift! Aku tak peduli bahwa ayahmu adalah Tom Swift Senior yang besar." Grotz bernada mengejek ketika mengucapkan kata-kata terakhir itu. Tom merasa amarahnya bangkit, meskipun mereka bersalah. "Engkau tak acuh dan tolol, nak!"
"Doktor Grotz ...."
"Diam! Aku pejabat direktur New America, dan aku bertanggungjawab atas keselamatan dan kesejahteraan penduduknya dan juga keamanan seluruh koloni!"
"Doktor Grotz, aku sedang melakukan uji-coba model kecil dari desain anda sendiri untuk tenaga penggerak Daniel Boone . . . ."
"Aku selalu mengatakan, tak mengizinkan informasi demikian bagi umum!"
"Tetapi, pak! Anda mendapatkan dana dari pemerintah dan".."
"Itu masih bukan alasan! Aku akan menciptakan alat penggerak Prometheus, Swift, bukan suatu kelompok kerja! Cara mereka melakukan riset akhir-akhir ini selalu dengan panitia! Setiap semut kecil ikut menggigit sedikit-sedikit! Menyebalkan!" Grotz menatap marah kepada Tom. "Engkau pun tentu memahaminya. Usaha-usahamu yang kecil itu memang sering merupakan usaha pribadi, aku mengakui hal itu."
"Doktor Grotz, ilmu pengetahuan sangat kompleks, hingga sering tak dapat ditangani oleh seseorang...."
"Aku bisa!" Grotz menghardik. "Aku selalu bisa, dan aku harus bisa! Tak ada otak kecil yang akan mampu menjerumuskan aku! Dan engkau, Swift, engkau tak dikehendaki lebih lama lagi di sini. Kami akan sangat menghargai, kalau engkau menggunakan pesawat pulang balik yang pertama-tama kembali ke Shopton, Amerika!"
"Doktor Grotz," kata Tom dengan sadar. "Aku ada di sini untuk menghadapi the First Annuel Space Triangle Race. Karena ayahku?"
"Ayahmu!" sela Grotz mendengus.
"Karena ayahku yang membangun Daniel Bonne, aku mengira akan sangat menarik untuk mengadakan uji-coba desain anda sendiri. Aku telah melamarnya dan mendapat izin dari kantor anda sendiri di sini, dan menyelesaikan pembuatannya di sini pula, di New America. Anda tahu, bahwa aku sedang mengadakan uji-coba desain itu ...."
"Aku tidak mengizinkan!" Grotz menatap marah. "Aku tidak mau harus selalu mengawasi setiap campur tangan di sini! Seharusnya engkau tidak diizinkan kemari!"
"Mengapa, pak?" tanya Tom tenang. "Laporan-laporan anda yang disebarluaskan menunjukkan percobaan-percobaan yang intensif dan memberikan hasil yang memuaskan."
"Memang, dan itu tak memerlukan campur-tanganmu!"
Tom merasa kekecewaannya telah menyebabkan dia menggertakkan gigi. Berbicara dengan Grotz sama saja berbicara dengan batu.
"Doktor, aku?""
"Sudah cukup, Swift. "Aku tidak dapat memerintahkan engkau keluar". Mulutnya membentuk garis-garis masam. "Tidak mungkin tanpa tekanan di tengkukku dari Dewan Direksi Swift Enterprises. Mereka mungkin bukan pemilik New America, tetapi orang selalu mendengarkan suara mereka. Tetapi sekali lagi terjadi apa yang kau sebut kecelakaan, Swift, dan aku akan menendang engkau keluar. Gunakan pikiranmu"., pulanglah dengan pesawat shuttle!"
"Tidak, pak. Aku tak dapat berbuat demikian. Aku harus tahu apa yang salah. Kalau itu terjadi karena perbuatanku, suatu kesalahan atau salah perhitungan dari pihakku, aku harus tahu. Kalau itu karena desainnya, aku"."
"Desainnya!" Grotz berpegangan pada tepi meja dan setengah bangkit berdiri. "Tidak ada kesalahan apa pun dengan desain, Swift! Aku sudah menjadi ahli ilmu pengetahuan sebelum engkau dilahirkan. Engkau akan mengatakan ada sesuatu yang salah dengan desainku?"
Ketawa Grotz terdengar kasar. Ia duduk kembali dan mengibaskan tangannya ke arah Tom agar keluar. "Keluar. Aku tak ingin kesulitan lagi darimu. Jangan merintangi jalanku, dan lupakan saja segala uji-coba dan perlombaan. Nikmatilah pemandangan di sini, kalau sudah pulanglah!"
Tom berdiri sejenak, tetapi Grotz telah berpaling ke sebuah komputer besar. Tangannya segera menekan-nekan tuts membuat diagram.
Dengan marah Tom membalikkan tubuh dan melangkah keluar. Langkah-langkah itu terasa ringan dalam keadaan gravitasi ringan.
Demikian Grotz mendengar pintu tertutup, ia kembali duduk di kursinya dan tertawa seorang diri. Ia menikmati perlakuannya yang kasar sekali-kali. Hal itu agak memberikan perasaan takut kepada lawan-lawannya, dan rasa takut itu merupakan senjata yang paling mujarab untuk menguasai mereka. Grotz memutar-mutar kursinya, kemudian menekan tombol interkom.
"Wilma, salah seorang dari staf mengizinkan penggunaan desain mesin penggerak Prometheus kepada Tom Swift tanpa memberitahu aku. Carilah siapa orangnya dan berilah ia peringatan. Kalau sudah, berikan tanggungjawab orang itu kepada Doktor Ellison agar dipindahtugaskan. Jangan memberikan alasan apa-apa. Berikan saja bersama surat pemecatan itu selembar cek yang besar. Hal itu akan mencegah perdebatan lebih jauh!"
Itulah langkah pertama. Sebuah mata rantai yang lemah telah ditemukan dalam organisasinya dan itu harus dihilangkan. Orang yang berpikiran bebas tidak ada tempat di sini. Hanya kesetiaan mutlak yang dapat diterima. Seperti Doktor Greg Ellison yang masih muda itu misalnya. Orang muda itu akan mencapai kedudukan tinggi karena tak pernah membantah segala perintah yang diberikan. Ia selalu patuh.
Biarlah bila dalam hal itu terlibat semacam pemujaan kepada pahlawan. Hal itu akan semakin menguatkannya sebagai mata dan telinga Hans Grotz bila kebetulan tidak ada di tempat!
Grotz mengerutkan dahinya. Langkah selanjutnya ialah menyingkirkan Tom Swift muda dari pentasnya. Ia membenci sekali segala rintangan atas rencana-rencananya! Dan kali ini taruhannya memang besar. Hadiah Nobel! Pada akhirnya ia akan mengetahui kesalahan-kesalahan dalam perhitungannya, dan akan memperbaikinya. Ia selalu berhasil menemukan dan membetulkan kesalahannya sebelum orang lain sempat mengetahuinya. Kapal Daniel Boone akan diluncurkan pada waktunya, dan ia akan menjadi ahli ilmu pengetahuan yang paling terhormat di sejarah dunia asal Tom Swift junior tidak merintangi jalannya. Ia tak membiarkan hal itu terjadi, betapa mahal pun imbalannya! Tentu saja ia akan menyerahkan hal itu kepada Worden dan Deckert. Mereka berdua adalah ahli dalam proyek " orang Yankee, pulanglah! "
Di luar gedung administrasi, Tom berhenti sejenak. Ia memandang panjangnya koloni itu, tetapi tidak memperhatikannya. "Mereka sudah berkeputusan untuk menghentikan aku menguji mesin penggerak antar planet," pikir Tom. Ahli penemuan muda itu memaksa diri untuk bersikap tenang, tetapi hal itu tidak mudah. Tak seorang pun rela dipersalahkan tidak pada tempatnya".. tetapi apakah ia memang dipersalahkan tidak pada tempatnya"
" Barangkali ada sesuatu yang kulakukan, hingga menyebabkan alat penge
mudi itu rusak." Tom menghela napas dan melangkah menuruni anak tangga menuju ke gedung pengatur lalu'lintas. Ia akan menemui pemuda yang bernama Ben, yang hingga kini baru dikenal lewat radio. Barangkali ia mau membantu menentukan sudut datang dari pecahan pesawatnya ketika menembus jendela. Dengan demikian Tom dapat menemukan pecahan itu dan mempelajarinya.
Pemuda Bumi itu belum terbiasa dengan gravitasi rendah dan tangga-tangga yang terjal. Ia lebih memperhatikan batang-batang pengaman serta tangga-tangga, daripada memperhatikan orang yang sedang memanjat dari bawah. Karena itu ia berhenti mendadak menghindari tabrakan dengan tiga orang, lebih-lebih disebabkan karena merasakan perubahan udara dari melihat dengan matanya. Ia mendongak dan tertegun sejenak.
Di hadapannya ada tiga orang, dua pemuda masih hijau yang marah dan seorang nona berambut merah yang membatasi wajahnya bagaikan cincin cahaya yang menyala. Kedua pemuda itu segera hilang dari perhatiannya.
Kulit nona itu pucat dan sangat halus, dan sikapnya sangat menarik. Ia sungguh cantik jelita, tetapi bukan "kecantikan umum"! Nona itu nampak cerdas terpancar dari sorot kedua matanya.
Tom tak pernah tertarik oleh "kecantikan umum", wajah-wajah lemah datar seperti yang dilihatnya pada majalah. Bagi dia hal itu merupakan jenis kecantikan komersial yang menjemukan! Wanita-wanita demikian biasanya mempunyai otak seperti keong di kebun! Tom dapat mengatakannya dari pengalaman-pengalamannya.
Keluarga Swift mendapat tempat baik di masyarakat, sudah terbiasa mengunjungi pesta-pesta kalangan atas yang memancarkan kemewahan dan kekuasaan. Jamuan makan dengan kepala-kepala negara dan sebagainya sudah biasa, dan peristiwa-peristiwa demikian itu sering dibumbui dengan kecantikan-kecantikan komersial tersebut.
Memang, orang-orang penting banyak yang senang didampingi wanita-wanita cantik. Semakin cantik wanitanya, semakin penting kedudukannya sebagai pendamping, setidaknya demikianlah filsafatnya!
Sayang sekali, wanita-wanita itu hanya cantik saja, tak ada apa-apa lainnya lagi. Itu adalah profesi bagi mereka, dan segala daya dan mental diperuntukkan seluruhnya ke arah itu. Lapisan luar itu merupakan alat-alat untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Tom tahu, wanita-wanita demikian itu tak berumur panjang. Sekali kecantikannya memudar, tak ada apa-apa lagi yang tertinggal.
Tom tersentak dari lamunannya! Ia menyadari, bahwa ia telah memandangi dengan mulut ternganga si rambut merah itu selama beberapa detik. Ia merasa seperti anak tolol . . . terutama ia dapat melihat nona itu memandangi dia dengan marah, yang membuat matanya yang jeli itu menjadi keras bagaikan batu kemala!
"Engkau Tom Swift muda, kan," kata nona itu dengan berani. Salah seorang pemuda yang menyertainya tersenyum mengejek kepada Tom sambil melangkah dekat, mengancam.
"Engkau sungguh orang termasyhur . . . termasyhur tolol!"
Tom memandang si nona lalu beralih ke kedua pemuda yang marah.
Ia tahu, bahwa hal itu tidak akan menggembirakan.
"Engkau telah menguji pesawat balapmu di dalam daerah keselamatan koloni ini. Aku telah mendengarnya dari berita radio," kata si rambut merah kasar. Kini jelas bagi Tom, bahwa nona itu adalah kepala kelompok tersebut, sebab kedua pemuda itu hanya mengikuti si rambut merah.
"Aku berada di dalam daerah latihan yang diizinkan dan dimonitor oleh Bagian Pengontrol," jawab Tom.
"Memang, tetapi kutu busukmu itu telah meledak," salah seorang pemuda itu menukas. "Hal seperti itu dapat menghancurkan seluruhnya! Susah juga membangunnya tanpa membiarkan orang tolol dari Bumi mengganggunya".!" Kata-kata pemuda hijau itu berakhir dengan gerutu kecewa.
Si rambut merah melangkah lebih dekat kepada Tom. "Dengar, tuan Swift, kami telah banyak mendengar tentang engkau. Engkau tokoh besar di bawah sana, di Bumi. Tetapi di sini ialah New America! Di sini di ruang angkasa! Banyak aturan-aturan yang lain. Orang-orang tolol yang menggerecok bukan saja membunuh dirinya sendiri, tetapi juga membunuh orang banyak!"
"Dengar, eh".."
"Thorwarld. Anita Thorwald. Perlombaan ini penting bagiku, tetapi tidak sepenting jiwaku. Dan aku tidak senang melihat penggemar amatir seperti engkau itu ambil bagian!"
"Aku telah mengalami kecelakaan," jawab Tom. Ia melangkah mengitari Anita dan kedua pemuda itu, melanjutkan menuruni tangga.
Tiba-tiba saja ia ingin mengakhiri pertemuan macam ini. Ia berharap dapat bertemu Anita Thorwald tanpa pasukannya. Ia berharap mungkin dapat membuat Anita lebih memahami kedudukannya, bila keakuan Anita tidak terancam di depan orang lain. Tetapi Tom tak kuat juga menahan perasaannya. Keakuannya, terluka oleh pertemuan dengan Grotz tak dapat membiarkannya.
"Aku hendak menyelidiki kecelakaanku?"kalau itu memang kecelakaan. Aku lalu akan membangun pesawat sendiri ".dan memenangkan perlombaan itu!" katanya kepada Anita.
Dagu Anita terangkat. "Eh" Sungguh egosentris engkau ini, Swift. Siapa pun dapat memenangkan perlombaan itu kalau tidak ada pengikut yang lain! Aku ikut dalam perlombaan juga, dan aku yang akan menang! Bukan engkau!"
Tom tersenyum. "Lihat saja nanti, nona Thorwald." Ia menoleh kepada kedua pemuda. "Tuan-tuan," katanya perlahan-lahan. Ia membalikkan tubuh lalu melanjutkan turun. Tiba di bawah, ia berhenti dan menoleh ke atas. Rupanya si rambut merah telah melanjutkan perjalanannya, sebab sudah tak nampak lagi.
Sayang sekali, pikir Tom, ketika ia melihat kedua pemuda itu memasuki gedung administrasi. Apa yang dilihat gadis seperti itu pada kedua pemuda itu"
*** "Ben akan bebas dari tugas beberapa menit lagi," kata sekretaris kepada Tom. "Menyesal sekali mendengar kecelakaanmu," sambungnya.
Tom tersenyum dengan sebelah mulut. "Tetapi itu rupanya bukan pendapat umum. Aku telah menimbulkan banyak kesulitan."
Sekretaris itu tersenyum. "Memberi pekerjaan pada awak bagian penambal. Kami tak banyak mendapat praktek syukurlah dan kami harus bergilir melakukan tugas." Ia kembali menghadapi meja kerjanya. "Ben akan keluar dari pintu itu. Silakan menunggu dan anggaplah seperti di rumah sendiri!"
Tom berjalan mondar-mandir di ruang tunggu yang sempit itu.
Kemudian ia duduk. Ia baru sadar bahwa ia telah membuat sekretaris itu gugup. Diambilnya alat pembaca tape dan memilih sebuah kaset dari tempatnya. Sebuah kaset tua, The Astrophysical Journal edisi bulan Desember, lebih dari satu tahun yang lalu.
Beberapa menit telah lewat. Ia tidak sadar, bahwa ia kurang mengikuti gambar dan berita tersebut. Ia lalu menggantikannya dengan kaset Time, terbitan delapan bulan yang lalu. Ia membaca mengenai kelebihan produksi alkohol di Amerika selatan akibat melimpahnya panenan tebu.
Ia letakkan alat pembaca di sampingnya, kemudian terbenam dalam pikirannya yang muram.
Ia berpendapat, bahwa ia telah sangat berhati-hati membuat mesin penggerak pesawatnya, yaitu berdasarkan rencana-rencana dari kantor Grotz. Laporan yang telah dibacanya membayangkan, bahwa mesin itu akan merupakan langkah besar untuk perjalanan antar planet.
Dengan mesin itu penerbangan yang berbulan-bulan dapat diperpendek menjadi dalam beberapa minggu. Bahkan dalam beberapa hal dapat menjadi dalam beberapa hari.
Grotz telah mengembangkan konsep baru itu, sebagian dengan dana dari the National Science Agency. Oleh karena itu dapat pula digunakan untuk tujuan non komersial.
Laporan-laporan pendahuluan saja sudah menimbulkan kegemparan. Bahkan terdengar desas-desus adanya hadiah Nobel bagi Grotz serta ditambah hadiah-hadiah lainnya.
Tom berpendapat, bahwa hal itu terlalu tergesa-gesa. Mesin penggerak itu sebenarnya belum lagi menjalani uji-coba lapangan secara menyeluruh. Tetapi apabila memang benar-benar berhasil, mesin itu akan merupakan hasil karya yang mengagumkan.
"Di manakah letak kesalahanku?" Tom berpikir-pikir. "Aku menggunakan komputer Langley yang terbaru. Segala-galanya telah aku periksa menggunakan alat-alat penguji laser dengan sangat teliti."
"Halo! Engkau Tom Swift, tentunya!"
Tom mendongak. Di hadapannya berdiri seorang pemuda jangkung, tegap, berambut hitam mengkilat dan berkulit coklat muda. Bajunya tidak berlengan, usang tetapi bersih. Di pinggangnya terdapat tempat alat pembaca tape.
"Ben?"" tanya Tom sambil berdiri.
"Benyamin Franklin Walking Eagle!" kata pemuda itu sambil mengulurkan tangannya. "Ikut berduka atas terjadinya kecelakaan itu!"
"Dengar, Ben. Aku perlu bantuanmu," kata Tom meminta.
Tetapi sebelum pemuda itu menjawab, Tom melanjutkan kata-katanya.
"Aku harus mendapatkan pecahan pesawatku kembali. Barangkali dapat mengungkapkan kesalahan yang telah terjadi. Barangkali engkau dapat menelusuri kembali orbitnya ...."
"Tahan!" Ben mengacungkan tangan dan tersenyum. "Aku pun berpikir begitu. Aku tahu di mana pecahan pesawatmu itu jatuh. Aku berniat ke sana untuk melihat. Mau kau ikut?"
"Ingin sekali!"
Dengan tersenyum kedua pemuda itu meninggalkan kubah pengawas. Mereka berjalan menuju ke pabrik-pabrik di sebelah bawah.
"Di mana pecahan pesawat itu" Apa ada orang yang cedera terkena pecahan" Kau tahu?"
"Ah, tidak! Pecahan itu jatuh di ladang jagung, sedikit lewat toko Spaceforms."
Mereka menuruni tangga. Kemudian berjalan di jalan pabrik yang lurus. Truk-truk listrik lewat mendengung-dengung. Truk-truk itu mengangkut bahan-bahan mentah serta hasil produksi pabrik. Alat elektronik yang terbungkus plastik busa sedang diangkut ke geladak muatan utama. Ada truk-truk yang sedang memasukkan batang-batang logam dari Bulan, dan ada pula yang memasukkan unsur-unsur buatan Bumi untuk pengolahan lebih lanjut.
Tom berhenti. Ia memandangi sebuah truk yang berisi batang-batang aluminium yang tampak mengkilat. Sebuah truk lain sedang dibongkar muatannya di dekatnya. Di sana-sini terdapat tumpukanbesi-besi. Di geladak terdapat batang-batang titanium yang lebih kecil, dan sebuah peti bertuliskan: emas.
"Mesin aselerator yang baru itu sungguh hebat kerjanya di sana," kata Ben. "Dua kali lipat hasil produksinya daripada yang lama."
Tom tahu, di Bulan terdapat sebuah instalasi peleburan, yang dapat menyemburkan aliran magma dari sebuah botol elektromaknetik.
Semburan api yang luar biasa panasnya ini dapat melebur apa saja, kalau diberi waktu yang cukup. Batu-batuan bahan mentah didorong dengan buldoser ke dalam semburan api zaman purba tersebut, menguraikan batu-batu bulan ke dalam unsur-unsur dasarnya. Bagian-bagian yang lumer itu secara elektris dipacu di sepanjang saluran, dan secara otomatis terpisah berdasarkan berat atom-nya. Hasilnya adalah logam yang murni secara atom, bukan secara kimiawi. Logam tersebut lalu dicetak menjadi batang-batangan. Gas-gas hasil sampingannya juga ditangkap dan diedarkan untuk dipakai kembali. Dengan cara inilah penduduk Bulan mendapatkan udara dan air, serta makmur.
Dapat menjual bahan-bahan mentah tersebut kepada koloni O'Neil serta Bumi. Mereka telah mendahului koloni-koloni ruang angkasa.
Sebuah pelanting listrik lainnya melemparkan muatan batang-batang logam serta batu-batuan mentah ke dalam orbit, yang kemudian ditangkap oleh koloni-koloni ruang angkasa. Bumi juga mendapatkan bahan-bahan tersebut dengan cara yang sama. Mereka mengambilnya dengan penerbangan-penerbangan pulang-balik yang terkontrol.
Di Bumi sendiri, instalasi peleburan dan aselerator-aselerator digunakan untuk mengambil timbunan barang bekas serta sampah-sampah buangan. Setiap timbunan sampah (beberapa di antaranya telah ratusan tahun umur) merupakan gudang logam dan unsur-unsur yang langka. Kota-kota kecil menjadi kaya dengan jalan mengontrakkan gunung sampah mereka kepada perusahaan-perusahaan yang ambisius, serta memberikan kontrak untuk mengusahakan pemakaian kembali sampah-sampah sehari-hari. Sampah memang merupakan uang kontan yang nyata.
"Benyamin Franklin Walking Eagle," kata Tom. "Dari suku mana?"
"Cherokee." "Orang-orang konstruksi besi tinggi, ya?"
Ben tersenyum menyeringai. "Engkau telah mengenal kami, ya" Memang, leluhurku ahli memanjat tinggi selama beberapa generasi. Aku punya saudara yang bekerja pada The Empire State Building, The World Trade Towers, The Sunset Arcolog dan The Golden Gate Bridge."
Tom menggeleng sambil tersenyum. "Aneh, bahwa sekelompok orang dapat mempunyai bakat tertentu sedemikian."
"Tetapi aku tidak."
"Apa maksudmu" Bukankah karena itu pula engkau ada di atas sini?"
"Ya, memang. Ayah dan aku sejak dini telah kemari. Ia yang lebih dulu. Aku dilahirkan di Bumi, tetapi rasanya seperti seluruh hidupku ada di sini. Ayah ada di proyek Sunflower sekarang."
"Dan engkau bekerja di gedung Pengawas"."
Ben tersenyum pahit. "Ah, aku memang dapat melakukan pekerjaan konstruksi besi tinggi. Aku hanya lebih menyukai yang lain."
"Misalnya?" "Jalan di antara dua gedung itu, ladangnya tepat di sebelah sana. O, ya ".misalnya komputer. Sepanjang ingatanku, aku telah tertarik kepada komputer. Rupanya komputer-komputer itu juga menyukai aku!"
Ia tersenyum kepada Tom. "Memang ada orang-orang yang mempunyai bakat alami yang tertentu. Seperti tangan dingin kalau main kartu, main musik atau kesenian lainnya," kata Tom. "Untukmu rupanya di bidang komputer, ya?"
Ben dengan senang menjawabnya. Ia merasa senang akan perhatian Tom.
"Aku . . . yah, kedengarannya agak sombong, tetapi eh, aku memang mampu untuk itu. Aku dapat membuat program dalam sekejap. Aku sangat cepat mendapatkan fakta-fakta dari sebuah komputer, aku"..
Ia berhenti melihat Tom memberengut.
"Ha, kaukira apa yang harus dilakukan hanya menanyakan kepada komputer lalu mendapatkan jawabannya begitu saja, ya" Banyak orang berpendapat demikian, ".. termasuk orang-orang komputer sendiri. Bukan demikian, tahukah engkau" Komputer adalah tolol. Memang, komputer sangat cepat, tidak pernah lupa, tetapi ya hanya itu saja. Meskipun hal-hal baru dalam komputer seperti memiliki otak yang bebas. Tetapi sebegitu jauh mereka tidak punya otak yang kreatif. Mereka hanya mengumpulkan pikiran-pikiran lama, kenyataan-kenyataan lama dengan cara baru."
"Apakah bukan demikian pula yang dilakukan manusia?"
"Ya, kadang-kadang. Tetapi otak manusia memang sangat kompleks dan jauh lebih kreatif dari komputer yang mana pun. Hanya saja, apa yang harus dapat kulakukan ialah mengajukan pertanyaan yang benar."
"Pertanyaan yang benar?"
"Ya. Tentu saja. Harap kauketahui, komputer tak dapat menyembunyikan sesuatu. Walaupun komputer-komputer dengan instruksi rahasia, sekali pun. Bila cukup waktu, engkau akan mengetahui sistem keamanan yang paling kompleks." Ben tersenyum.
"Akan kuceritakan suatu rahasia. Pernah, ketika aku berumur empatbelas, aku menjadi jutawan selama kira-kira empatpuluh lima detik. Aku mencari sistem sandi Bank of Tokio, dan dari sana aku mendapat hubungan dengan National Bank of Brazil, the Chase Manhattan Bank dan the Lloyds."
Tom menaikkan alis matanya, dan Ben segera melanjutkan. "Biasanya bank menghitung prosentasi hingga empat atau lima angka, tetapi mereka bulatkan menjadi dua angka di belakang koma. Ini hanya masalah perseribuan pada setiap transaksi. Apa yang kulakukan hanya memindah semua perseribuan dari bunga itu ke dalam tabunganku pada Oklahoma City."
"Dan transaksi itu jutaan " kata Tom tertawa.
"Aku masih seorang anak. Hal itu hanya merupakan latihan intelektual, tetapi membuat aku menjadi takut. Sampai hari ini aku masih merasa dikejar polisi. Tentu saja kurang dari satu menit kemudian semuanya itu kukirimkan kembali, dan kuhapus dari bukuku, tetapi, ...." Ia tertawa lagi dengan nada sedih. "Ya ampun, aku masih saja takut memikirkan hal itu. Tetapi aku telah menelusurinya bagaimana hal itu dapat dilakukan dengan jalan pertukaran hingga seratus sembilan cara, dan mengapa engkau tertawa, Tom?"
"Engkau telah berhasil membaca tanda-tanda. Persis seperti para leluhurmu. Hanya saja bukan tanda-tanda melalui pasir dan batu. Apa yang kaulakukan ialah menelusuri jejak-jejak di sepanjang tape maknetik dan program-program yang tak nampak!"
Mereka bersama-sama tertawa, kemudian berhenti di tepi ladang jagung yang sangat luas.
"Ini adalah ladang percobaan. Mereka sedang mempercepat pertumbuhan hingga dapat memperoleh panenan yang meningkat setiap hektarnya. Kita menggunakan seluruh tumbuh-tumbuhannya, tentu saja. Bukan hanya tongkol-tongkolnya, tetapi juga batang, akar, dan malai-malai bunganya. Pokoknya semuanya. Bagaimana pun juga semuanya itu adalah selulosada gula," ia menjelaskan. "Kukira jatuh di sebelah sana."
Mereka dengan hati-hati menyusup di antara deretan tanaman yang rapat, dan Tom yang mula-mula menemukan petunjuk. "Lihat, batang-batang jagung yang patah!"
Pecahan itu terbenam kira-kira setengah meter di tanah yang lunak. Batang-batang jagung yang patah terarah tepat ke tempat tersebut.
Tom menggalinya dan memandangi logam yang sebagian telah lumer.
"Ini dari bagian dinding ruang pembakaran." Ia membalik-balikkan di tangannya sambil membersihkan tanah yang melekat, beberapa gumpal yang padat. Tanah ladang itu enak baunya, lembab dan harum.
Ada pula angin yang menggoyang-goyangkan batang jagung hingga bersuara bergemerisik. Tom tahu, tanpa angin sama sekali, batang-batang itu akan menjadi lemah, tak akan kuat tumbuh tegak dan mendukung tongkol-tongkol yang bernas (berisi penuh).
"Menurut engkau, bolehkah aku menggunakan laboratorium di sini?" Tom bertanya.
"Ya, Tentu! Aku punya teman yang bekerja di sana. Ia tentu senang Tom Swift dapat bekerja di sana kalau ia dapat melihatnya."
Tom tercengang akan sikap dan kata-kata Ben yang bernada memuja pahlawan.
"Eh . . . bagus," katanya sambil memegangi pecahan bagian mesin.
"Ayo, kuantar engkau ke sana."
Tom berdiri dan membersihkan tanah dari celananya. Ia mengikuti Ben, kembali melalui batang-batang jagung yang bergoyang-goyang.
Bab Enam Tom duduk di bangku laboratorium dan memandangi dengan kuyu satu-satunya bagian yang masih utuh dari pesawatnya. Ia memotong sebagian untuk dianalisa dengan alat laser, lalu mengujinya beberapa kali. Kemudian ia memotong sedikit lagi untuk diuji kekuatannya terhadap tekanan, dicelup dalam larutan kimia dan sinar x.
Tidak banyak yang dapat diketahuinya, hanya jelas terjadi ledakan, tetapi entah mengapa bisa terjadi.
Tom Swift merasa kesepian seorang diri. Ayahnya tak dapat dihubungi. Teman Ben, Chan Yen, nampak dingin sikapnya, bertindak seolah-olah ia seperti dikhianati. Grotz menyebarkan berita bahwa Tom adalah seorang pengacau dan merupakan bahaya bagi koloni itu.
Ketika makan siang di kafetaria merupakan pengalaman yang tak menyenangkan baginya, makan di tengah pandangan-pandangan bermusuhan dan mata yang selalu mengelak.
Dan sekarang menemui jalan buntu dalam analisanya. Ia tetap saja belum mengerti mengapa mesin itu dapat meledak. Dengan cepat ia menelusuri kembali kemungkinan-kemungkinannya: Kesalahan desain informasi yang kurang dan tak pasti. Kelebihan beban . ia tak pernah melakukannya sampai di dekat titik bahaya, meskipun ia telah mendorongnya sampai ke arah titik tegangan. Cacad pada bahan, ia selalu menggunakan bahan yang terbaik: logam atom murni, plastik tegangan tinggi dan sebagainya. Jadi tidak masuk akal, meskipun bukannya tidak mungkin.
Tom menggaruk-garuk pipinya. Pikirannya yang membersit masuk ke dalam benak sungguh tidak enak. Namun sebenarnya memang hanya tinggal dua kemungkinan: Kesalahan pilot, dan sabotase. Tetapi ia sendiri tidak pernah melakukan sesuatu yang mengandung risiko khusus, berlaku normal, wajar, selalu dimonitor dan hati-hati.
Jadi tinggal satu kemungkinan: sabotase!
Tetapi siapa" Dan mengapa" Yang pantas untuk dicurigai adalah para pengikut perlombaan. Tetapi itu pun tidak masuk akal. Tidak seorang pun dari pilot-pilot muda yang telah dijumpainya termasuk orang-orang yang suka menempatkan orang lain dalam bahaya, atau pun suka membunuh.
Tom menepuk meja laboratorium. Mengeluh! Nol! Kurang informasi menurut bahasa komputer!
Tom bangkit dan berdiri. Ia berjalan dengan pikiran yang penuh dan keluar dari laboratorium yang kecil itu. Ia mengangguk kepada temannya, Ben, dan berkata bahwa ia telah selesai.
"Terimakasih!" sambungnya.
Ahli teknik muda itu mengangguk tanpa memalingkan mukanya. Tom keluar. Ia berhenti di balkon dan melihat ke sekeliling. Ini suatu pelopor: kaleng raksasa di angkasa ini. Tetapi pelopor yang tak pernah akan diakui oleh Daniel Boone, dan satu-satunya pelopor yang penting, kecuali apa yang ada di dalam tubuh kita sendiri, pelopor yang terbesar. Ruang angkasa yang misterius itu sungguh tidak terbatas. Dunia di luar dunia.
Ada tigapuluh galaksi untuk setiap pria, wanita dan anak di Bumi. Tigapuluh galaksi! Bukan bintang-bintang, bukan Dunia, tetapi galaksi yang terdiri atas ratusan juta bintang-bintang. Konsep ini sungguh mahabesar, sehingga benaknya serasa menolaknya.
Ruang angkasa memang suatu pelopor yang tidak terbatas. Dan Tom ingin sekali untuk menyelidikinya. Matahari-matahari yang jauh,
Dunia-dunia yang jauh! Kehidupan, suku-suku bangsa kuno yang misterius. Bentuk kehidupan yang demikian berbeda sehingga sering tidak diakui sebagai bentuk kehidupan oleh manusia dan sebaliknya.
Makhluk-makhluk bermata majemuk dan makhluk-makhluk setengah manusia, raksasa-raksasa dan ahli-ahli sihir. Tom tersenyum.
Bagaimana bunyi pernyataan Arthur C. Clarke yang telah usang itu"
"Setiap ilmu yang cukup maju tidak dapat dibedakan dengan ilmu sihir!"
Tom mengarahkan pikirannya kembali ke waktu itu. Bintang-bintang yang jauh itu mungkin indah dan romantis, tetapi tata surya sendiri saja, manusia belum menjelajahinya. Manusia telah mengirimkan pesawat-pesawat peneliti ke segenap penjuru, yaitu "mata pencatat" ke planet-planet dan Bulan. Tetapi bagaimana pun dunia-dunia ini belum "dikuasai" oleh manusia, sebelum mereka dapat menginjakkan kaki ke sana.
Maka Daniel Boone adalah pesawat penjelajah pertama yang berawak dan berhasil melampaui Mars yang kering dan dingin itu. Bukan hanya sekedar sebuah kapsul yang sempit berawak dua orang. Untuk
itu memerlukan perjalanan yang terlalu lama, dan memakan biaya yang terlalu mahal. Daniel Boone cukup besar untuk membawa awak dan ilmuwan-ilmuwan. Mereka akan menjelajah, menguji, menggali, mengamati, mengambil contoh-contoh dan memotret. Mereka membuka selusin atau lebih bulan-bulan bagi penyelidikan. Pesawat peneliti akan dikirimkan ke dunia Jupiter yang besar, indah penuh warna-warni. Diperlukan waktu yang berbulan-bulan untuk jauh ke luar daripada jarak yang pernah ditempuh oleh manusia. Waktu-waktu yang lama, biaya yang sangat mahal, namun hasil-hasilnya sangat memuaskan.
Sebuah mesin adalah tetap mesin, pikir Tom. Memang mungkin mempunyai "perasaan" yang lebih peka daripada perasaan manusia, lebih cepat masuk ke dalam spektrum-spektrum, suatu kecepatan yang tidak dapat ditandingi oleh kepekaan perasaan manusia. Tetapi mesin-mesin itu hanya didesain untuk satu tujuan atau sejumlah tujuan yang terbatas. Manusia tidak demikian. Manusia adalah makhluk generalis.
Ia dapat membubuhkan dua dengan dua dan mungkin mendapatkan lima. Ia dapat mengirimkan sebuah mesin yang dapat menyelidiki dan menguji seratus masalah, tetapi masalah yang terpenting akan jatuh pada urutan nomor seratus satu.
Manusia selalu dibutuhkan. Manusia harus berjalan sendiri. Manusia selalu ingin tahu, sebab manusia memang selalu ingin tahu, demikian pikir Tom. Tidak tahu bagaimana membuat manusia tidak senang.
Oleh karena itu manusia harus pergi sendiri. Pada suatu hari kelak manusia akan pergi ke bintang-bintang. Pada suatu hari kelak " itu kalau manusia tidak menghancurkan diri sendiri " manusia akan pergi ke mana pun.
Sambil memandang ke luar melalui deretan jendela-jendela, memandang ke bintang-bintang, Tom memutar pikirannya: "Dan di sanalah terdapat segala sesuatu, yaitu di ruang angkasa sana!"
Ilmuwan muda itu turun ke Markas Sementara. Suatu perjalanan cepat di sepanjang pusat "kota". Putaran waktu sudah menjelang senja.
Orang-orang dari giliran kerja siang sedang akan pulang, bercakap-cakap dan tertawa-tawa. Beberapa orang dari mereka memandang dengan rasa ingin tahu kepada Tom. Beberapa orang lainnya tersenyum kepadanya. Terdengar pula beberapa gerutuan, tetapi.Tom tidak mendengarnya dengan jelas. Ia hanya mengarahkan pandangannya ke kaki lima dengan kedua tangannya di dalam saku celana.
Suara musik yang keras membuat ia mendongakkan kepala. Sebuah kubah berwarna cerah berbinar-binar dengan cahaya seirama dengan hentakan musik. Orang-orang muda berpakaian meriah berbondong-bondong masuk.
Tom ragu sebentar, lalu berjalan terus. Sebuah gedung pertunjukan hologram sedang mempertunjukkan sebuah film besar tentang pasukan kuda She Wore a Yellow Ribbon dan sebuah film dokumenter Riding the Colorado River. Gambar bayangan holografi itu nampak realistis, seakan-akan "hidup". Tape-tape mengenai alam sangatlah populer di semua stasiun dan koloni ruang angkasa, bahkan di Bulan.
Tom berjalan terus. Ia merasa terasing dan terpencil di antara kemeriahan di sekitarnya. Agak lama baru ia sadar bahwa ada orang yang menyapanya.
"He, sekali lagi, halo! Anak muda!"
Dialah orang tua yang ada di pintu gerbang darurat ketika Tom masuk setelah mengalami kecelakaan. Tom mengira-ngira umur orang itu. Ia belum tua benar, sekitar empatpuluhan, pikir Tom. Tetapi karena kebanyakan orang yang dijumpainya adalah anak-anak muda, maka mereka yang telah melewati umur duapuluhan sudah kelihatan "tua".
"Ehh, halo!" sahut Tom.
"Baik sekali cara menambalmu itu!" kata orang tersebut. "Aku telah mengamatinya. Kau sangat cerdas, anak muda!"
"Terimakasih. Tetapi semuanya itu kesalahanku juga."
"Aahh!" Orang itu lalu berjalan bersama-sama. Ia tunjukkan ibu jarinya ke bagian yang terang benderang dari bagian kota itu.
"Semua kegiatan ada di sana, anak muda!" sambungnya.
"Ya, itu aku tahu. Tetapi aku?"kurang menyenanginya!"
"Aku pun tahu maksudmu. Eh"..namaku Phil Castora."
"Tom Swift." Mereka berjabatan tangan.
"Aku kenal ayahmu, beberapa tahun yang lalu. Ia yang memberi pekerjaan kepadaku, ketika seluruhnya ini masih dalam tahap pembangunan gudang-gudang. Ia pun telah menyelamatkan jiwaku."
Tom mengangkat alisnya hendak bertanya. Castora mengetuk dadanya.
"Lemah jantung," katanya, "di atas sini gravitasinya rendah. Jadi kurang tekanan pada jantung. Kalau mulai rewel, aku melayang saja ke atas. Berputar-putar sejenak. Penemuan yang hebat gravitasi nol ini! Tetapi kau harus mengawasi dietmu. Salah-salah engkau menjadi terlalu gemuk karena tidak menanggung berat badan!"
Tom mengangguk, setengah sadar. Pikirannya masih diserap di sekitar kesalahan apa yang ada pada pesawatnya.
"Saat-saat pembangunan gudang-gudang itu adalah benar-benar menegangkan," ia menghentakkan kaki. "Waktu itu semuanya ini belum ada. Belum ada lindungan terhadap semburan badai matahari. Kecuali kalau tepat pada waktunya dapat mencari tempat perlindungan. Kadang-kadang ada yang tidak sempat, karena hampir tidak nampak tanda-tandanya sama sekali. Salah satu yang mula-mula dibangun adalah tempat observasi matahari. Benar-benar hanya sebagai perlindungan diri, bukan untuk pengamatan yang sesungguhnya. Untuk itu dilakukan pengawasan yang terus-menerus selama 24 jam. Maka begitu tanda bahaya berbunyi, semua orang melemparkan apa yang mereka pegang, lalu lari mencari perlindungan."
Orang itu melambaikan tangannya ke sekeliling.
"Tidak seperti sekarang," ia melanjutkan. "Mereka menyiarkan berita, ke mana saja. Hal itu tidak aneh lagi. Tetapi engkau tidak akan tahu bahwa telah terjadi sesuatu, kecuali yang kaulihat pada berita malam."
Tom mengangguk lagi. "Nah, Tom, mudah-mudahan aku dapat bertemu kau kembali."
Orangtua itu membalikkan tubuh dan memberi lambaian tangan. Dan Tom semakin merasa bersalah. Apakah ia telah menyakiti hati orang tua itu" Ia tidak bermaksud demikian. Tetapi ia memang sedang terpaksa terpaku pada pikirannya sendiri tentang kecelakaan, sehingga?""
"Tangkap dia!" Tiga orang muncul dari jalan simpang. Mereka berkedok dan bersenjata tongkat-tongkat alumunium pipa-pipa aluminium pejal untuk bahan sukucadang mesin.
Tom tidak punya banyak waktu untuk berpikir. Mereka langsung mengurung sambil mengayun-ayunkan tongkat mengkilat ke arah Tom. Daripada mundur, Tom justru menyerbu maju sehingga membuat mereka terkejut. Kakinya diayunkan lebar menggaet kaki dua orang penyerangnya. Keduanya jatuh bergulingan sambil menjerit-jerit. Tetapi Tom merasakan kakinya terpukul dan kemudian menangkis pukulan orang ketiga yang masih berdiri. Ada yang memukul pinggangnya. Ia membebaskan diri dengan bergulingan.
Kota Angkasa Luar Seri Tom Swift 1 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kemudian ia berdiri lagi dan sekaligus menyerang. Ia melompat tinggi-tinggi sambil memberikan tendangan tepat mengenai orang yang berada paling dekat dengannya. Orang itu melenguh "aduuuh", lalu terkulai diam.
Tom berdiri kokoh pada kedua kaki, lalu berputar sambil mengayunkan sebelah kaki. Tetapi tendangan kepada orang kedua itu meleset. Sebuah tongkat mendengung di samping kepalanya. Tom dengan cepat berputar dan membalikkan tubuh menghadapi penyerangnya yang ketiga. Orang itu mengayun-ayunkan tongkatnya, menunduk lalu membabat. Tetapi Tom sempat melangkah mundur.
Orang kedua menyerbu maju mengayunkan tongkatnya dengan dahsyat. Tom tidak sempat mengelak dari seluruh benturan tongkat itu, tetapi berhasil mengurangi tenaga pukulan tongkat dengan mendahului menghantam tangan penyerangnya. Tongkat terlepas dan berdentang jatuh di lantai.
Orang ketiga kembali menyerbu dan memaksa Tom melangkah mundur dan menjauh dari tongkat yang ada di lantai. Tom menunduk dan mengelak. Ia sadar telah terpojok pada dinding halaman rumah seseorang. Ia mendengar teriakan seseorang dari dalam rumah.
"Heee! Apa-apaan ini" Ada apa kalian di sana"''
Kesempatan baik bagi Tom untuk maju dan memukulkan tinjunya ke pergelangan tangan lawannya. Tidak urung tongkat yang digenggamnya jatuh berdentang dan pemiliknya membalikkan tubuh untuk lari. Penyerang kedua melemparkan tongkatnya. Tom menunduk tetapi merasakan bahunya ngilu terkena tongkat. Dalam sekejap ketiga penyerang itu lenyap ditelan kegelapan malam buatan.
"Ada apa?" tanya seseorang yang muncul dari dalam rumah. Berdiri di belakang Tom, menyalakan lampu senternya.
"Aku tidak tahu," jawab Tom sambil mengelus-elus bahu. Kakinya terasa sakit. Ia sadar bahwa esok ia akan berjalan pincang.
"Penjambret" Maling" Aku tidak dapat percaya!" kata orang itu. "Ya ampuun. Justru karena itu aku datang kemari, menghindari hal-hal semacam itu di Bumi. Mereka telah menyakiti engkau, nak?"
"Tidak! Aku baik-baik saja!" Tom membungkuk dan memungut salah satu tongkat aluminium. "Dari mana orang dapat mengambil ini?"
Orang itu menyorotkan lampu senternya ke batang logam itu.
"Ah, hampir di mana-mana ada. Itu logam Bulan, tidak tahukah kau" Ketahuilah bahwa di sini orang-orang tidak mengunci tempat-tempat penyimpanan!"
Ia memandangi wajah Tom dengan lebih seksama. Ia mengarahkan sinar senternya kepada Tom.
"Engkau seorang tamu, ya" Ah, ya! Engkau si bocah Swift! Aku melihat dalam berita sore tadi. Sayang sekali dengan musibah itu. Nasibmu yang buruk!"
Ia menunjuk ke arah para penyerang yang menghilang.
"Aku tidak pernah tahu ada orang-orang yang berlaku demikian!"
"Aku pun begitu!" sahut Tom.
Ia mengucapkan terimakasih kepada orang itu, lalu melanjutkan perjalanannya. Ia memegangi tongkat aluminium itu dengan berpikir keras. Jadi, itukah alasannya" Ada orang-orang yang marah karena ia telah membahayakan keadaan di koloni ini" Ataukah, ada alasan lainkah"
Tom meneruskan berjalan perlahan-lahan. Ia akan pincang esok pagi. Pundaknya terasa sakit. Ia tahu bagaimana rasa sakitnya itu, tetapi tidak tahu mengapa"
Bab Tujuh Layar di tembok berbunyi.
Tom meletakkan alat pembaca videotape yang mempertunjukkan suatu halaman dari: Stress Analysis Factors in Metallic Substances Formed in Gravitationless Environments (= Faktor-faktor Analisis Tegangan pada Unsur-unsur Logam Yang Terbentuk dalam Lingkungan Tanpa Gravitasi).
Ia lalu memungut remote control video-radionya. Layar yang besar segera berkedip-kedip, menampakkan gambar wajah Benyamin Franklin Walking Eagle yang sangat besar.
"Halo, Ben!" sambut Tom.
Pemuda berambut hitam itu tertawa. "Haa! Suaramu terdengar bergairah!"
Tom tersenyum kecut dan mengangguk.
"Aku kira, engkau telah terlalu mengurung diri di sana karena menjadi detektif ilmu!"
"Aku hanya hendak mengetahui apanya yang salah," jawab Tom.
"Gremlins1," kata Ben berwibawa, "mereka bermigrasi ke ruang angkasa kira-kira bersamaan dengan kami." Senyumannya memudar.
(gremlins = sosok monster pengacau dalam sebuah film horror Amerika berjudul : Gremlins)
"He, dengar! Kau harus keluar. Paling tidak untuk sejenak. Pernah kau main bola tangan dalam gravitasi nol?"
"Belum!" Tiba-tiba saja timbul gagasan untuk melakukan sedikit olahraga. Meskipun ia bukan seorang olahragawan yang fanatik, tetapi ia menggemarinya.
"Engkau mengajakku?" tanya Tom.
"Ya, tentu. Kita bertemu di terminal sepeda udara. Itu di ujung selatan!"
"Duapuluh menit lagi?"
"Oke!" Ben melambaikan tangannya. Layar memudar menjadi coklat kehijauan. Tom melintas kamar tamu sambil membuka baju. Ia masuk ke dalam kamar mandi elektronik dan menekan tombol. Enambelas buah kerucut-kerucut kecil membersihkan tubuhnya yang atletis itu dengan gelombang-gelombang yang tidak terdengar. Semua unsur-unsur asing yang menempel pada tubuhnya diberi muatan negatif, dan seketika itu pula berlompatan ditarik oleh jalur-jalur bermuatan positif yang terdapat pada dinding-dinding kamar mandi. Segera ia merasakan badannya bersih dan segar.
"Memang bukan seperti mandi air panas," pikir Tom, "tetapi yang jelas sangat menghemat air dan tenaga."
Ia mematikan alat tersebut. Lalu ia keluar dan masuk ke kamar ganti pakaian mengenakan jumpsuit warna putih. Ia memakai sepatu yang telah usang, tetapi enak dipakainya. Segera ia meninggalkan kamar tidurnya.
Gedung-gedung yang seperti barak terletak tidak jauh dari tempat trem, yang dengan teratur berjalan mengelilingi bagian sisi dalam koloni. Ini segera melompat naik. Tangannya berpegangan ketika kendaraan itu mendengung di sepanjang "jalan besar" dari ujung yang satu ke ujung yang lain koloni tersebut.
Seseorang yang duduk di dekatnya sedang membaca koran. Tom dapat melihat beberapa gambar foto Queen Victoria, yaitu sebuah istana terapung, pabrik dan penangkap ikan di Samodra Indonesia.
Dengan ukuran keliling yang dua per tiga kilometer, bangunan itu mengangguk-angguk anggun di lautan hampir kebal terhadap ombak.
Layar memperlihatkan di bawah kapal itu ada kapal-kapal yang berbentuk seperti kapal ruang angkasa yang menggiring ikan-ikan dengan alat-alat sonik. Dan lebih dalam lagi terdapat robot-robot yang menambang bijih logam dari dasar laut. Sementara robot-robot lain sedang membangun sebuah "kepompong plastik" di sekeliling sebuah kapal dari abad tujuhbelas, yang kemudian akan diangkat ke atas.
Kemudian pembaca berita itu berpindah ke sebuah laporan tentang munculnya kembali balapan mobil berkecepatan tinggi, dan juga tentang efisiensi mesin-mesin turbin.
Perhatian Tom jadi buyar. Ia memandangi pemandangan koloni yang sedang dilewati.
"Di sinilah terletak hari kemudian," pikir Tom. "Di sini dan di Sunflower dan di atas kapal Daniel Boone."
Ruang angkasa merupakan daerah perbatasan akhir, dan ia ingin menjadi bagian dari perbatasan tersebut. Tetapi awalannya. ternyata buruk. Itu akan menjadi semakin buruk apabila ia tidak mampu memecahkan masalah-masalah yang telah terjadi, untuk kemudian memperbaikinya.
Tom melompat turun dari trem. Ia lalu menaiki tangga dengan cepat, keadaan gravitasi makin turun setiap naik satu anak tangga. Sangat menggembirakan untuk dia karena belum terbiasa dengan hal itu.
Ketika kakinya sudah tidak menginjak lantai dengan sebenarnya, ia mendorong tubuhnya meluncur dengan menggunakan tiang-tiang tangga sebagai awalan.
Merah Muda Dan Biru 2 Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein Budha Pedang Penyamun Terbang 10
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama