Trio Detektif 31 Pengemis Buta Bermuka Rusak Bagian 3
"Anda masih melihatnya lagi setelah itu?" tanya Jupe. "Sepedanya ada di bawah
lantai dermaga, tapi "a sendiri tidak kelihatan di mana-mana. Mungkinkah ia ikut
keluar dengan kapal" Barangkali ia diajak pesiar sebentar oleh menantu Anda."
Mrs. Denicola mengge!eng. "Eileen pergi bersama Ernie naik Maria," katanya.
"Aku melihat mereka berangkat berdua saja."
"Kalau begitu ke mana si Bob?" kata Jupe, setengah pada dirinya sendiri.
"Aku tidak tahu," kata Mrs. Denicola. Ia mundur selangkah sambil membuka pintu
lebar-lebar. "Tapi kurasa akan terjadi suatu bencana. Aku memimpikannya, dan
aku takut. Kurasa kau perlu bercerita tentang dirimu dan temanmu itu. Ayo,
masuklah." Mendengar suara Mrs. Denicola, untuk pertama kalinya Jupe benar-benar merasa
waswas memikirkan Bob. Sementara itu di Oxnard, Bob mendatangi perusahaan ekspedisi Pacific States.
Tempatnya di sebuah pekarangan gersang, di Albert Road. Bob melihat pagar
kawat yang tinggi, sebuah bangunan dari batako tanpa jendela, serta beberapa truk
pengangkut barang berwarna putih kotor. Jalan masuk dari gerbang ke dalam
berlubang-lubang. Di sana-sini nampak genangan air. Gerbang itu dikunci dengan
gembok. Tidak ada siapa-siapa di situ. Bob berjalan, mengelilingi pekarangan berpagar
tinggi itu. Di mana-mana dilihatnya semak dan rumput liar, peti-peti yang sudah
dibongkar, serta kertas-kertas berserakan. Di belakang diparkir beberapa truk
pengangkut barang, sehingga ia tidak bisa melihat sisi belakang bangunan. Tapi ia
mendengar suara orang bercakap-cakap. Datangnya dari dalam pekarangan.
Bob berhenti berjalan. Ia memasang telinga. Percakapan itu masih terus terdengar,
tapi kata-katanya tidak bisa ditangkap dengan jelas oleh Bob. Dilihatnya ada
sebuah truk di parkir dekat sekali ke pagar. Ia memandang ke kin dan ke kanan
sebentar, menarik napas dalam-dalam, memanjat pagar. Dari situ ia merangkak ke
atap truk tadi. Bob berbaring di situ sesaat, sambil mengatur napas. Ia memang tidak setangkas
Pete, tapi ia berhasil sampai di atas. kini ia sudah berada di dalam pekarangan.
Bob merangkak maju di atas atap.
"Takkan bisa kering pada waktunya," kata seseorang. Suaranya kini terdengar
dekat sekali. "Biar saja," kata seseorang lagi. "Kering atau basah, kan bisa saja kita pakai."
Sebuah truk lain diparkir beradu punggung dengan truk di mana Bob berada.
Sepatunya yang bersol karet sedikit pun tidak menimbulkan bunyi ketika ia
melangkah untuk pindah ke atap bak belakang truk yang satu lagi itu. Sesampai di
situ Bob cepat-cepat berjongkok lagi lalu merangkak maju ke sebelah depan. Dari
situ ia melihat ke bawah. Ia melihat suatu tempat yang lapang. Di situ ado dua
orang laki-laki. Mereka berdiri membelakangi truk di atas mana Bob berada.
Mereka sedang memandang sebuah truk bercat putih bersih. Dengan cepat Bob
merebahkan diri di atas atap truk tempatnya berada, lalu mengintip ke bawah.
"Bagus, Harry," kata salah seorang dari kedua laki-laki itu. Orang itu Strauss. Ia
berdiri bercekak pinggang, dengan kepala dimiringkan.
Orang yang bernama Harry hanya mendengus sebagai jawaban. Ia memegang
sebuah kaleng berisi cat serta sebuah kuas. Tercium bau cat basah. Pada sisi truk
yang sedang diperhatikan kedua laki-laki itu nampak tulisan yang kelihatannya
baru saja selesai dibuat, menggantikan nama perusahaan ekspedisi yang berlokasi
di situ. Bob membaca tulisan baru itu: McCUTCHEONS MARITIME SUPPLIES.
Bob nyengir dalam hati. Rupanya kedua orang itu mengubah truk itu menjadi milik
sebuah perusahaan yang menyediakan perbekalan kapal.
"Kenapa repot-repot, sih?" kata Harry sambil menunjuk dengan kuas.
"Kita tidak boleh mengambil risiko, karena taruhannya besar sekali," kata Strauss.
"Jika ada yang melihat truk perusahaan ekspedisi di dekat Dermaga Denicola, ada
kemungkinan nanti timbul berbagai pertanyaan."
Setelah itu Strauss berbalik, lalu masuk ke bangunan besar tanpa jendela yang
terbuka pintunya. Sesaat kemudian orang yang satu lagi menyusul ke dalam.
Selama beberapa saat Bob hanya mendengar bunyi kayu bergeser di atas beton.
Akhirnya Strauss muncul lagi. Ia mendorong gerobak dengan tiga peti kayu di
atasnya, menuju truk yang baru selesai dicat huruf-huruf namanya yang baru.
Harry menyusul dengan gerobak sorong pula, berisi peti-peti. Tapi tahu-tahu
gerobaknya terperosok ke dalam lubang. Salah satu peti yang ada di atasnya jatuh
ke tanah dan pecah. Berlusin-lusin kotak yang lebih kecil berserakan dalam
lumpur. "He, hati-hati!" teriak Strauss.
"Oke, oke," jawab Harry. "Tenang-tenang saja!" Orang itu berlutut
Dikumpulkannya kotak kota yang berserakan lalu dimasukkannya kembali ke
dalam peti yang pecah. Kemudian diangkatnya peti itu, ditaruhnya lagi di atas
gerobak sorong. Dari tempatnya mengintip di atas atap truk yang diparkir, Bob bisa melihat bahwa
salah satu kotak kecil itu pecah. Sebagian isinya terjatuh ke tanah. Bob menunggu
sambil menahan napas. Baik Strauss maupun Harry tidak melihat benda-benda
yang tercecer itu. Mereka terus saja memuat peti-peti ke bak belakang truk yang
putih bersih, lalu kembali ke dalam bangunan untuk mengambil peti-peti
selanjutnya. Mereka sibuk dengan pekerjaan itu selama hampir setengah jam. Mereka memuat
peti-peti dengan berbagai ukuran dan bentuk ke dalam truk. Peti-peti itu ada yang
dari kayu, dan ada pula yang dari kardus bergelombang. Di antaranya ada yang
begitu berat, sehingga perlu dijunjung oleh mereka berdua. Akhirnya mereka
menutup pintu bak belakang truk, lalu menguncinya dengan gembok.
"Tidak ada salahnya jika tadi ada yang membantu kita," kata Harry. Ia menepuknepuk
keningnya dengan sapu tangan.
"Tidak perlu ada orang lain ikut tahu," kata Strauss.
Kedua orang itu masuk lagi ke dalam bangunan besar itu. Bob tetap rebah di atas
truk. Ia menunggu. Lima menit sudah benlalu. Kemudian sepuluh. Tapi Straus dan
Harry tidak muncul lagi. Menurut perkiraan Bob, mereka pasti takkan kembali ke
tnuk yang sudah dimuat itu.
Bob meluncur turun ke atap kabin. Dan situ ke kap mesin, lalu ke tanah. Dengan
cepat Ia berlari menghampiri benda-benda yang tercecer dan kotak yang pecah dan
kini berserakan di tanah. Dipungutnya salah satu benda itu, yang ternyata berat.
Bob merinding ketakutan ketika sadar benda apa yang dipegangnya itu. Sebutir
peluru! Ketakutannya semakin bertambah ketika ia kemudian mendongak. Ia hendak
meneguk ludah, tapi lehernya serasa tersumbat. Bob merasa sekujur tubuhnya
seperti lumpuh, sama sekali tidak mampu bergerak.
Seekor anjing memandangnya. Seekor Doberman! Anjing penjaga itu berdiri
dengan sikap siaga, tidak sampai tiga meter dari tempat Bob berada. Matanya yang
hitam legam menatap Bob. Telinganya yang runcing ditegakkan. Anjing itu sedikit
pun tidak bersuara. Ia hanya menatap dengan tajam.
"He," kata Bob berbisik Tapi yang terdengar hanya desahan. "He, sini, Anjing
baik!" Bob berdiri lambat-lambat, lalu mundur selangkah menjauhi anjing itu.
Doberman itu langsung memperlihatkan taringnya. Kini baru terdengar suaranya.
Menggeram, penuh ancaman.
"He!" kata Bob lagi.
Geraman yang terdengar bertambah keras. Anjing itu bergerak maju, lalu berhenti.
Bob tidak berani lagi mundur. Ia kini benar-benar tahu bahwa anjing itu sudah
dilatih khusus untuk menjaga. Bob tidak bisa berkutik lagi!
Bab 16 JUPE TERJEBAK BAU keju, bumbu, dan saus tomat menghambur, memenuhi ruangan dalam rumah
keluarga Denicola. Tapi sekali ini Jupe sama sekali tidak menyadari bau hidangan
makanan yang sedap itu. Ia duduk berhadapan dengan Mrs. Denicola di ruang
duduk, mendengarkan wanita tua itu menceritakan mimpinya.
"Dalam mimpiku aku melihat temanmu dalam sebuah ruangan." katanya.
"Terdengar bunyi yang sangat keras, dan dinding pun merekah lalu ambruk. Aku
belum pernah melihat"baik ruangan maupun anak itu. Tapi tadi pagi, ketika aku
melihatnya sedang mengecat dinding anjungan kapal menggantikan Ernesto,
dengan segera aku tahu bahwa ialah anak yang muncul dalam mimpiku itu, dan
bahwa ia harus pergi meninggalkan tempat ini. Ada bahaya baginya di sini. Itu
jelas sekali kurasakan. Dan bahaya itu bukan mengancam "a sendiri saja, tapi juga
aku. Karenanya aku menyuruhnya pergi. dan rupanya ia mau mendengar.
Buktinya, ia tidak ada lagi di sini."
Kening Jupiter berkerut. "Mimpi Anda selalu benar-benar terjadi, Mrs. Denicola?" tanyanya.
"Tidak. Mimpiku, pada umumnya seperti mimpi yang dialami orang lain juga,
sama sekali tidak ada artinya. Tapi beberapa di antaranya lain. Kadang-kadang aku
mimpi berjumpa orang yang sama sekali tak kukenal. Kemudian aku benar-benar
ketemu dengan orang itu. Sehingga aku lantas tahu bahwa mimpiku itu lain. Tapi
tentu saja tidak semuanya kuketahui. Dalam mimpi, aku cuma sekilas saja melihat
sesuatu. Seperti kilatan sinar."
"Mimpi Anda, apakah selalu tentang bahaya?" tanya Jupe lagi.
"Tidak!" Tiba-tiba wanita tua itu tersenyum. "Misalnya saja aku mimpi tentang
seorang wanita muda berambut merah, sebelum anakku Alfredo berkenalan dengan
Eileen. Nah, itu mimpi pertanda baik..."
Jupe merasa bahwa Mrs. Denicola kini pasti akan bercerita panjang lebar tentang
keluarganya. Karena itu ia buru-buru mengalihkan pokok pembicaraan. "Orang
yang bernama Ernesto itu"ia keluarga Anda?"
"Dia" Bukan!" Pada air muka wanita tua itu terbayang sikap merendahkan. "Dia
itu orang yang oleh kami di sini dinamakan gelandangan. Tapi bisa saja hatinya
baik Kedua pemuda yang tinggal bersama dia di rumah kecil di pantai itu, mereka
berasal dari Amerika Selatan. Selalu ada saja satu atau dua orang dari sana yang
tinggal bersama Ernesto. Mereka menumpang sampai sudah mendapat kerja.
Mereka belajar bahasa Inggris sedikit-sedikit. Kemudian mereka pergi lagi. Kalau
tidak salah ayah Ernesto orang Amerika Selatan. Ia dulu pernah sangat
memerlukan pertolongan, jadi Ernesto kini menolong orang untuk menghormati
ayahnya. Itulah " setiap orang selalu ada nilainya masing-masing. Tidak ada yang
sama sekali tidak berguna."
Kini Mrs. Denicola mengerutkan keningnya.
"Dan kau?" katanya pada Jupe. "Kau kemari sebenarnya bukan untuk mencari
dompet yang hilang, kan" Dan temanmu pura-pura sedang iseng saja kemari "
kurasa ia sedang memata-matai, ya" Siapakah yang dimata-matal olehnya"
Ernesto" Ada sesuatu yang terjadi di sini, yang tidak diketahui oleh aku dan
Eileen." "Saya rasa memang ada sesuatu yang sedang terjadi," kata Jupiter. "Tapi apa
tepatnya, saya tidak tahu. Mrs. Denicola, Anda kan pernah memimpikan seorang
tunanetra yang menemukan dompet. Sejak mimpi itu, pernahkah Anda berjumpa
dengan orang itu" Maksud saya, bukan dalam mimpi"
"Tidak, tidak pernah."
"Tapi saya dan teman saya Bob, kami melihat dia," kata Jupe. Dikeluarkannya
selembar kartu nama Trio Detektif dan dompetnya. Ditulisnya sederetan angka
pada kartu itu, lalu disodorkannya pada wanita tua itu. "Jika Anda kapan-kapan
melihat orang itu, harap Anda hubungi nomor ini," katartya. "Jika saya sendiri
kebetulan tidak di sana, ada orang lain yang akan menerima pesan Anda. Dan jika
terjadi sesuatu yang tidak biasa" umpamanya saja, sesuatu yang dilakukan atau
dikatakan oleh Ernie" harap Anda beritahu kami. Saya cemas memikirkan kawan
saya." "Baiklah," kata Mrs. Denicola. "kau bijaksana, mengkhawatirkan keselamatan
kawanmu itu." "Bolehkah saya meminjam telepon Anda sebentar?" kata Jupe lagi. "Barangkali
saja ada kabar dari Bob."
Mrs. Denicola menggerakkan tangannya ke arah serambi depan. Jupiter pergi ke
sana untuk menelepon. Diputarnya nomor kantor Trio Detektif. Dengan segera
terdengar- bunyi gagang diangkat, disusul suara Pete.
"Bob tadi menelepon lagi," kata Pete. "Segera setelah kau pergi. Ia ada di Oxnard.
Katanya muncul orang baru dalam teka-teki yang kita hadapi " seseorang
bernama Strauss. Bob mengatakan hendak menyelidiki apa yang akan ditakukan
orang itu, dan nanti dia akan menelepon lagi."
"Syukurlah, kalau begitu!" kata Jupe. "Aku sudah khawatir saja jangan-jangan ada
sesuatu yang terjadi dengari dirinya, karena aku menemukan sepedanya di sini."
"Tidak, ia tidak apa-apa. Di mana kau sekarang?"
"Di rumah Mrs. Denicola. Nanti aku menelepon lagi."
Jupiter mengembalikan gagang telepon ke tempatnya. Sementara itu Mrs. Denicola
sudah berdiri di sampingnya.
"Temanmu tidak apa-apa?" kata wanita tua itu. Jupiter tersenyum. "Tidak, tadi ia
menelepon dari Oxnard. Ia... ia ada urusan di sana."
"Syukurlah," kata Mrs. Denicola. "Sekarang aku bisa dengan tenang
menyelesaikan persiapan hidangan untuk tamuku, yang sebentar lagi datang. Dan
kau, tentunya akan melanjutkan urusanmu. Tapi hati-hati, ya?"
Jupiter berjanji. Setelah itu ia keluar, dan langsung menuju rumah tempat tinggal
Ernie bersama kedua kawannya yang dari Amerika Selatan.
Jupiter menemukan tempat yang cocok untuk duduk-duduk di seberang jalan. Ia
duduk di situ, dengan kamera siap di tangan. Tapi lebih dari satu jam kemudian
barulah muncul sebuah truk tua berdebu. Truk itu berhenti, dan salah seorang
teman Ernie turun. Jupiter mengarahkan kameranya ke pemuda itu, lalu memotretnya sebanyak enam
kali, sampai pemuda itu masuk ke dalam rumah.
Sesudah itu Jupe menunggu lagi. Ia tersenyum, ketika Maria III muncul. Kapal
penangkap ikan itu lewat agak jauh di depannya, lalu merapat ke dermaga. Dua
orang turun dari kapal itu. Ernie dan Eileen. Ernie nanti pasti harus pulang ke
rumahnya yang di seberang jalan. Selama itu, Jupiter menunggu kemunculan
temannya yang satu lagi. Menit demi menit berlalu. Jupiter memperhatikan burung-burung camar yang
terbang menyambar-nyambar di pantai. Jika ia memandang ke kiri, "a bisa melihat
jalan menuju Dermaga Denicola. Sekali-sekali dilihatnya ada mobil membelok dan
masuk ke situ, dan sekali-sekali ada pula yang keluar dan situ. Jupiter tidak bisa
melihat kantor perusahaan itu karena tertutup rumah keluarga Denicola. Tapi Jupe
menduga, Eileen pasti ada di dalam. Dan Ernie mungkin juga ada di situ,
membantunya. Kini Jupe memperhatikan pantai di sebelah kanannya. Ada beberapa orang sedang
memancing di tepi air di sana, dan seseorang yang berjalan menyusur pantai
dengan membawa alat penginderia logam. Orang-orang dengan papan selancar
nampak agak jauh ke tengah, menunggu ombak datang. Awan menggumpal di
langit yang jauh, dan angin yang bertiup mulai terasa dingin. Hari itu dimulai
dengan cuaca cerah, tapi kelihatannya akan berakhir dengan hujan.
Teman Ernie yang tadi masuk ke dalam rumah muncul lagi dan berjalan menuju
dermaga. Jupiter memandang arlojinya sekilas. Sudah hampir pukul tiga. Bob tadi
mengatakan pada Pete bahwa pagi itu kedua teman Ernie ada di situ. Mana orang
yang satu lagi sekarang"
Jupe memandang ke arah rumah keluarga Denicola. Tadi ia melihat sebuah mobil
station wagon diparkir di garasi terbuka di samping rumah itu. Kini dengan tibatiba
disadarinya bahwa mobil itu tidak ada lagi. Ke manakah kendaraan itu
dipindahkan" Ia tidak melihat ada yang membawanya pergi. Rupanya ia terlena
tadi, dibuai angin, suara burung-burung camar, dan ombak yang memecah di
pantai. Jupiter berdiri lalu melangkah sepanjang pinggiran jalan raya. Ketika sudah sampai
di seberang jalan masuk ke Dermaga Denicola, dilihatnya bahwa Eileen tidak ada
di dalam kantor. Ernie yang ada di situ, duduk di kursi Mrs. Denicola, dengan kaki
terangkat ke atas meja. Duduknya menyandar dengan santai, sambil merokok dan
tertawa-tawa. Temannya duduk bersila di atas meja. Kelihatannya ia sedang
menceritakan sesuatu kepada Ernie. Air mukanya nampak bersemangat. Ia
berbicara terus, dengan tangan digerak-gerakkan.
Di manakah Eileen Denicola" Di rumah, bersama mertuanya" Apa yang akan
dikatakannya jika ia kebetulan memandang keluar dan melihat Ernie serta
temannya begitu santai duduk-duduk di kantor" Jupe merasa bahwa Eileen pasti
akan sangat marah. Tapi kemudian Jupiter menyadari bahwa rumah keluarga Denicola kelihatan
sedang kosong. Jendela-jendela ditutup, begitu pula tirai-tirainya. Sementara Jupe
masih bertanya-tanya dalam hati, dilihatnya sebuah mobil membelok masuk ke
jalan yang menuju dermaga lalu berhenti di dekat rumah keluarga Denicola.
Seorang wanita berambut putih turun, membawa bingkisan kecil yang terbungkus
kertas berwarna merah jambu. Pasti itu tamu yang ditunggu makan oleh Mrs.
Denicola yang tim, kata Jupe dalam hati. Diperhatikannya wanita itu menekan bel
di samping pintu rumah. Tapi tidak ada yang datang membukakan. Setelah
menunggu sebentar, wanita itu membunyikan bel lagi. Tetap saja tidak ada yang
datang. Lantas wanita itu pergi ke kantor perusahaan.
Ernie sejak tadi memperhatikan wanita itu. Dan melihat tamu itu datang ke arah
kantor, Ernie berdiri dengan gerakan lambat. Temannya tetap saja duduk bersila di
Trio Detektif 31 Pengemis Buta Bermuka Rusak di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
atas meja. Ernie berbicara sebentar dengan wanita itu, yang kemudian menuliskan sesuatu
pada secarik kertas, melipatnya, lalu menyerahkannya kepada Ernie. Ketika
kembali ke mobilnya, nampak oleh Jupiter bahwa ia marah.
Ernie duduk lagi ketika wanita itu sudah pergi. Dinaikkannya kembali kakinya ke
atas meja, sedang kertas yang tadi diserahkan tamu wanita itu dicampakkannya ke
keranjang sampah. Temannya tertawa. Kini Jupiter benar-benar cemas. Ia berbalik lalu melangkah lagi menyusur tepi
jalan raya sampai ia tidak kelihatan lagi dari kantor, karena tertutup rumah
keluarga Denicola. Lalu ia menyeberang jalan mendatangi rumah itu.
Di sebelah belakang ditemukannya sebuah jendela yang tidak dikunci, di samping
pintu dapur. Ia membukanya, lalu meraih ke dalam untuk memutar anak kunci
yang terselip di lubangnya di sebelah dalam daun pintu. Setelah terbuka, ia pun
masuk. Pintu ditutupnya lagi, tapi tidak dikunci. Siapa tahu, mungkin nanti ia harus
cepat-cepat keluar. Hawa di dapur panas, dan tercium bau makanan. Tapi saus tomat dan daging cacah
nampak sudah mengeras dalam panci yang terletak di atas oven. Daging panggang
di dalam oven kelihatan mulai mendingin, sementara sayuran untuk hidangan
selada terbengkalai di dalam tempat pencampur. Kelihatannya Mrs. Denicola
terburu-buru ketika pergi.
Jupiter menyelinap ke kamar makan, di mana nampak perlengkapan makan diatur
untuk tiga orang. Ruang itu gelap karena tirai-tirai ditutup semua. Begitu pula
keadaan di ruang duduk di mana Jupe kurang lebih sejam sebelumnya berada
bersama Mrs. Denicola yang tua. Di ruang duduk tercium bau tidak enak. Bau itu
nyaris mengalahkan- bau hidangan makanan yang datang dari dapur. Jupiter
melihat sebatang rokok yang sudah padam di perapian. Rokok itu dipadamkan
dengan jalan menginjaknya.
Jupiter pergi ke kaki tangga lalu memanggil-manggil dengan suara lirih, meski
sebenarnya ia tidak memperkirakan akan mendengar jawaban.
"Mrs. Denicola"! Anda ada di atas"! Ini saya, Jupiter Jones!"
Dan memang tidak didengarnya suara menja wab. Sesudah menunggu sebentar,
Jupiter menaiki tangga menuju ke tingkat atas.
Tirai-tirai tidak ditutup di kamar-kamar tidur, sehingga sinar matahari bisa masuk
ke dalam dengan leluasa. Salah satu kamar itu penuh dengan perabot besar yang
terbuat dari kayu berwarna coklat tua. Ada pula sebuah meja tulis besar di situ,
penuh dengan foto-foto yang dipajang di atasnya. Di seberang serambi ada kamar
tidur lagi dengan perabotan berwarna putih serta gambar-gambar berwarna cerah
tergantung di dinding. Jupe baru saja menjenguk ke dalam kamar itu, kelika
terdengar bunyi telepon berdering.
Jupiter terkejut. Kemudian dilihatnya pesawat telepon yang terletak di atas meja di
samping tempat tidur. Ia memandang ke arah kantor yang bisa dilihat lewat
jendela. Dilihatnya Ernie menatap pesawat telepon yang ada di meja tulis Eileen di situ.
Nampaknya ia bimbang. Kemudian diangkatnya gagang telepon. Seketika itu juga
pesawat yang ada di kamar tidur tidak berdering lagi. Jupiter tersenyum. Rupanya
pesawat itu sambungan dari yang ada di kantor. Dengan cepat tapi hati-hati
diangkatnya gagang itu dan didekatkannya ke telinga. Didengarnya suara Ernie.
"Si." Orang yang menelepon berbicara dengan ccepat dalam bahasa Spanyol Jupiter
mendengarkan sambil menahan napas. Dengan susah-payah diusahakannya
sebanyak mungkin menangkap inti percakapan itu.
Orang yang menelepon menyebut namanya sendiri. Ia bernama Alejandro. Katanya
ia akan berangkat sekarang untuk menemui Strauss. Ia juga mengatakan sesuatu
tentang uang. Jupe mendengar nama Denicola disebut" Lalu namanya sendiri!
Alejandro mengingatkan Ernie bahwa Jupiter Jones berbicara dengan si tua
Bonestell mengenai Denicola dan tentang orang yang buta. Alejandro mewantiwanti
Ernie, agar berhati-hati. Ernie menjawab bahwa ia akan berhati-hati, dan
bahwa ia dan Rafi sudah mengatur segala-galanya. Jupiter menarik kesimpulan
bahwa orang yang bernama Rafi itu pasti teman Ernie yang saat itu ada bersama
dia di dalam kantor. Setelah bercakap-cakap lagi sebentar, percakapan lewat
telepon itu diakhiri. Jupiter mengembalikan gagang telepon ke tempatnya, lalu memandang ke luar.
Kini Ernie nampak berdiri di depan kantor, memandang ke kanan dan ke kiri,
meneliti pantai. keningnya berkerut. Ketika temannya ikut keluar, Ernie menunjuk
ke arah rumahnya. Rail mengangkat bahu, lalu menuju ke sana. Ernie memandang ke arah rumah
keluarga Denicola. Tiba-tiba sikapnya nampak berubah, seperti heran. Setelah itu
"a beranjak dari tempatnya berdiri, menuju rumah keluarga Denicola.
Jupiter cepat-cepat menjauh dari jendela. Sialan, umpatnya dalam hati. Ernie pasti
tadi mendengar bunyi pelan ketika Jupiter mengangkat gagang telepon.
Jupiter mendengar langkah orang naik ke beranda di bawah, lalu bunyi anak kunci
yang dimasukkan ke dalam lubangnya. Ernie ada di bawah. Sebentar tagi ia pasti
sudah akan ada di dalam. Jupiter tidak punya waktu lagi untuk lari ke bawah. Ia
akan tertangkap, lalu... Lalu apa" Di samping kamar tidur ada kamar mandi. Jupiter mendengar bunyi air menetesnetes
di dalamnya. Terdengar bunyi berderik di bawah. Pintu depan sudah dibuka.
Dengan tiga langkah saja Jupiter sudah berada di kamar mandi. Diputarnya keran,
menyebabkan air mengucur dari pancuran. Setelah itu ia kembali ke kamar tidur.
Disembunyikannya kamera di bawah ranjang, lalu ia sendiri berdiri di belakang
pintu. Terdengar langkah Ernie bergegas naik tangga ke atas dan lari ke ambang pintu
kamar tidur. Ia berdiri sesaat di situ, memandang ke kamar mandi. Nampak uap
mengepul keluar dari situ.
Ernie bergegas melintasi kamar dan masuk ke kamar mandi. Disentakkannya tirai
plastik yang menutupi tempat pancuran ke samping. Sementara itu Jupiter
menyelinap keluar dari balik pintu, lari ke serambi dan cepat-cepat menuruni
tangga. Didengarnya suara Ernie berteriak ketika ia mem buka pintu belakang.
Tapi Jupiter tidak berhenti. Ia lari meninggalkan rumah itu.
Tapi sekarang ke mana" Ia berada di tempat yang terbuka, dan setiap saat ia akan
bisa terlihat oleh Ernie!
Bab 17 PETUNJUK YANG MENENTUKAN JUPITER lari melintasi pekarangan rumah ketuarga Denicola, menuju jalan raya.
Ia tidak mampu lama-lama berlari secepat itu, karena tubuhnya terlalu berat. Ia
perlu menemukan tempat di mana ia bisa menyemburiyikan diri. Tapi di mana"
Jupiter melihat sebuah karavan yang diparkir di pinggir jalan, dekat tempat ia
berada saat itu. Pintu belakang kendaraan itu terbuka. Pemiliknya ada di situ. Tapi
ia sedang memandang ke atas bukit di seberang jalan, sambil membersihkan
tangan dengan tisu. Jupiter tidak menunggu lama-lama lagi. Dengan cepat ia menyelinap masuk ke
dalam karavan itu, lalu meringkuk di samping beberapa ember berisi kerang.
Ditariknya selembar terpal dekil, menutupi tubuhnya. Sesaat kemudian
didengarnya bunyi pintu belakang karavan itu di tutup. Pemiliknya masuk ke
belakang setir lalu menghidupkan mesin.
Karavan itu meninggalkan pinggiran jalan, meluncur sejauh beberapa ratus meter
ke arah selatan, berputar arah lalu melaju ke utara. Jupiter menyingkirkan terpal
yang menutupi tubuhnya. Ia duduk, lalu memandang ke luar lewat jendela. Ia
melihat Ernie ketika karavan itu lewat di depan jalan masuk ke Dermaga Denicola.
Pemuda itu berdiri di pinggir jalan, sambil memandang ke kiri dan ke kanan.
Kedua tangannya terkepal, sementara air mukanya kelihatan bingung.
Jupiter tertawa. Ketika sudah separuh jalan melintasi kota Oxnard, karavan itu untuk pertama kali
sejak berangkat tadi berhenti, karena ada rambu lalu lintas. Jupe yang sudah sejak
sebelumnya bersiap-siap, langsung meloncat turun lewat pintu belakang begitu
kendaraan itu sudah tidak bergerak lagi. Dengan segera ia lari ke pinggir jalan.
Ia bergegas-gegas berjalan menuju terminal bis antarkota. Sepuluh menit kemudian
Ia sudah sampai di sana. Dan ketika bis ke Santa Monica berangkat, Jupe sudah
ada di dalamnya. Jupe merasa bergairah, sementara bis meluncur laju ke arah selatan. Kini sudah
tidak ada keragu-raguan lagi bahwa para pemuda yang ada di Dermaga Denicola
ternyata memata-matai Mr. Bonestell. Mereka tahu tentang percakapan Jupe
dengan laki-laki tua itu kemarin, dalam mana disebut-sebut tentang si Buta.
Tapi bagaimana mereka bisa tahu" Kening Jupiter berkerut. Mestinya Mr.
Bonestell berbicara mengenainya dengan seseorang. Mungkinkah orang itu Gracie
Montoya" Jupiter merasa jengkel. Disesalinya Mr. Bonestell, jika memang dia
yang tidak bisa menyimpan rahasia.
Bis meluncur terus, lewat di depan jalan masuk ke Dermaga Denicola. Tidak ada
mobil di pelataran parkir tempat itu. Di kantor yang kecil juga tidak kelihatan
siapa-siapa. Mana Ernie" Mana teman-temannya" Dan mana Mrs. Denicola yang tua serta
menantunya" Jupe merasa yakin, Ernie pasti berniat melakukan sesuatu yang jahat.
Ada persekongkolan sedang berlangsung di tempat itu. Apakah Eileen Denicola
dan mertuanya merupakan korban persekongkolan itu" Atau mungkinkah mereka
sebenarnya tidak terlibat, tapi karena secara kebetulan menjadi saksi mata lalu
disingkirkan ke salah satu tempat" Atau mereka justru termasuk dalam
persekongkolan" Tiba-tiba Jupiter merasa cemas. Eileen dan Mrs. Denicola tahu-tahu lenyap!
Apakah giliran berikut jatuh pada Mr. Bonestell"
Jupe yang paling dulu keluar ketika bis berhenti di Santa Monica. Ia membawa
uang, dan di pinggir jalan ada beberapa taksi. Dengan salah satu di antaranya ia
pergi ke Dolphin Court. Pukul lima kurang sepuluh menit taksi yang ditumpanginya berhenti di depan
rumah Mr. Bonestell. Jupiter turun, lalu membunyikan bel rumah itu. Ia merasa
lega, ketika Mr. Bonestell sendiri yang datang membukakan pintu.
"Padahal aku sama sekali tidak memintamu datang!" seru Laki-laki tua itu. Air
mukanya kelihatan harap-harap cemas. "Kutunggu-tunggu kau menelepon. Ada
perkembangan baru?" "Saya rasa ada," jawab Jupiter. Diikutinya Mr. Bonestell ke dapur, lalu duduk
menghadap meja di situ. "Mr. Bonestell," katanya, "dengan siapa Anda berbicara kemarin, setelah saya
pergi dari sini?" Mr. Bonestell kelihatan terkejut. "Bicara dengan siapa" Tidak dengan siapa-siapa.
Aku sama sekali tidak meninggalkan rumah."
"Kalau begitu ada yang menelepon," kata Jupe lagi, "atau ada yang kemari."
"Tidak," kata Mr. Bonestell. "Sama sekali tidak ada yang menelepon atau datang
kemari. Aku... aku tidak punya banyak teman yang benar-benar akrab. kenapa kau
bertanya?" "Karena ini penting. Coba Anda ingat-ingat, Mr. Bonestell. Kemarin siang kita
berbicara tentang Dermaga Denicola, dan tentang seorang pengemis tunanetra.
Anda pasti bicara dengan orang lain mengenai percakapan itu. Kalau tidak, kenapa
ada orang bernama Alejandro bisa tahu mengenainya?"
Mr. Bonestell kelihatan bingung.
"Aku tidak bicara dengan siapa-siapa," katanya berkeras. "Sama sekali tidak ada
orang di sini " kecuali Shelby, dan aku tidak mengatakan apa-apa kepadanya.
Sungguh! Shelby itu"yah, dia bukan orang yang gampang diajak mengobrol. Ia
selalu bersikap seakan-akan apa yang kukatakan tidak ada yang menarik. Mungkin
memang begitu. Pokoknya, ketika ia pulang kemarin malam, ia langsung ke atas
lalu mengurung diri di kamarnya."
"Anda tidak bicara dengan dia waktu itu" Atau pagi ini?"
"Tidak. Cuma bilang selamat malam dan selamat pagi saja. Aku yakin sekali!"
Jupe mendesah. Ia menatap tempat gula dengan pandangan kosong, sambil
menarik-narik bibir bawahnya. Kemudian terbayang dalam ingatannya wajah
Shelby Tuckerman"Shelby dengan kaca mata hitamnya yang lebar dan
kemejanya yang berkerah bulat membungkus leher. "Berdasarkan sistem hukum
kalian," kata Shelby waktu itu, "di sini berlaku prinsip praduga tak bersalah"
"Aneh, kenapa itu lewat begitu saja dan pengamatanku " kata Jupiter pada dirinya
sendiri. "Apa?" kata Mr. Donestell.
"Shelby itu bersikap tidak peduli terhadap para tetangga Anda, ya?"
"Ya, kurasa begitu," kata Mr. Bonestell. "Ia menganggap mereka itu begitu biasa."
"Apakah ia sendiri istimewa?" kata Jupe.
Mr. Bonestell hanya mengangkat bahu, sementara Jupe terus saja menatap tempat
gula. "Sejak kapan Shelby minum kopinya dengan gula?" kata Jupe dengan tiba-tiba.
"Tidak selalu, kan" Malam pertama kami kemari, ia membuat kopi untuk dia
sendiri, dan ia meminumnya tanpa gula."
"Eh... ya, kuras" memang begitulah kebiasaannya," kata Mr. BonestelL "Baru satu
atau dua hari yang lalu ia mulai meminumnya dengan gula. Katanya, dengan
begitu badannya terasa bertambah segar."
Dengan mata berkilat-kilat, Jupe meraih tempat gula yang ada di depannya, lalu
merogoh ke dalam. Dengan cepat dikeluarkannya sebuah kotak plastik berukuran
kecil dan datar. Salah satu sisinya berlubang-lubang.
Mr. Bonestell menatap benda itu.
"Ape itu?" katanya dengan nada bertanya.
"Alat penyadap percakapan. Mr. Bonestell," kata Jupe. "Anda sama sekali tidak
usah bicara secara langsung dengan Shelby. Begitu tempat gula ini sudah ditaruh di
atas meja, dengan mudah ia bisa mengikuti segala sesuatu yang dikatakan di
tempat ini." Jupe mendatangi pesawat telepon yang ada di situ.
"Shelby bekerja di perusahaan Systems TX-4," katanya. "Anda ingat nomor
perusahaan itu?" Mr. Bonestell menyebutkannya, dan Jupiter memutar nomor itu. Ketika ia
mendapat sambungan ke sana, waktu sudah pukul lima kurang semenit. Ia minta
disambungkan dengan Shelby Tuckerman. Tapi ia mendapat jawaban bahwa tidak
ada orang bernama begitu di perusahaan Systems TX-4.
"Tapi Mr. Tuckerman selama ini bekerja di situ," kata Jupe. "Sejak kapan ia
berhenti?" "Saya tidak berhak memberi keterangan mengenainya," kata operator yang
bertugas. "Coba saja menelepon lagi hari Senin pagi, mungkin bagian personalia
bisa membantu. "Ia tidak bekerja di sana." kata Mr. Bonestell, ketika Jupe sudah mengakhiri
pembicaraan. "Aku tidak mengerti. Itu tidak mungkin, karena beberapa hari yang
lalu ia masih bertugas ke Fresno untuk perusahaan itu."
"Itu saya ragukan," kata Jupe. Ia pergi ke lemari es, lalu membuka kotak tempat
penyimpanan bahan pangan beku. Barang-barang yang dimasukkan oleh Shelby
beberapa hari yang lalu sudah tidak ada lagi di situ. Yang tinggal hanya sebuah
kotak es krim, di sudut belakang.
Jupiter menutup kotak itu lagi. "Di situ rupanya ia menaruhnya selama ini,"
katanya. "Apa?" tanya Mr. Bonestell.
"Saya tidak tahu pasti," kata Jupe. "Dan mungkin kita sudah terlambat. Mr.
Bonestell, Anda kan pernah bercerita bahwa Shelby Tuckerman selalu mengunci
pintu kamarnya?" "Betul. Ia itu sangat tertutup sifatnya."
"Itu sudah jelas," kate Jupiter. "Mr. Bonestell, saya harus masuk ke kamarnya"
sekarang ini juga!" Bab 18 PARA TAWANAN JUPE dan Mr. Bonestell mengambil tangga yang dapat diulur dari garasi lalu
menyandarkannya ke dinding rumah di bawah jendela kamar Shelby Tuckerman.
Jendela itu tidak dikunci, sehingga Jupe bisa masuk lewat situ.
Ia melihat sebuah alat perekam suara di atas bupet. Diputarnya kembali pita
rekaman yang terpasang, lalu dijalankan. Ia mendengar percakapan yang baru saja
terjadi di dapur antara dia dan Mr. Bonestell. Didengarnya bagaimana ia memutar
nomor telepon lalu bicara dengan operator di penusahaan Systems TX-4.
Terdengar bunyi pintu lemari es dibuka lalu ditutup lagi, dan didengarnya
ucapannya yang mengatakan bahwa mungkin mereka sudah terlambat.
Jupiter tersenyum masam, lalu menghapus rekaman dari pita itu. Setelah itu
ditekannya lagi tombol perekam. Setelah itu diperiksanya secara sepintas lalu
kamar Shelby. Ruangan itu kelihatan seperti tidak dihuni. Di meja tidak ada surat-surat atau kartu
pos. Tidak ada buku di atas meja yang terdapat di sisi tempat tidur. Juga tidak ada
gambar dan tanaman. Bahkan peniti yang tercecer pun tidak ditemukan.
Jupe memeriksa lemari pakaian. Di situ ada beberapa jas, kemeja, dan celana
panjang. Diperiksanya kantung-kantungnya. Semuanya kosong. Ditariknya lacilaci
bupet. Di dalamnya ada pakaian dalam, kaus kaki, dan kemeja berkerah tinggi
membungkus leher.
Trio Detektif 31 Pengemis Buta Bermuka Rusak di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ditariknya laci yang paling bawah. Di situ ditemukannya sebilah pisau, ditutupi
beberapa lembar baju hangat yang dilipat rapi.
Pisau itu sangat tajam, terselip dalam sarungnya yang terbuat dari kulit halus.
Bentuknya bukan seperti yang biasa dipakai untuk meruncingkan pensil atau
memotong tali pancing. Pisau itu senjata yang cara penggunaannya dengan jalan
melempar. Jupiter membiarkan pisau itu di tempatnya. la keluar lagi lewat jendela. Sambil
mengembalikan tangga ke garasi, diceritakannya pada Mr. Bonestell apa yang
ditemukannya dalam kamar Shelby.
"Saya ingin tahu apakah pisau itu dibawanya seperti caranya membawa pistol,
yaitu sarungnya diikatkan ke betis," kata Jupiter.
Mr. Sonestell kelihatan seperti terpana. Ia menggeleng-geleng. "Katanya, pistol itu
diperlukannya karena ia sering bepergian ke luar kota, dan siapa tahu apa yang bisa
terjadi jika mobilnya mogok di jalan yang sepi. Tapi pisau" Untuk apa pisau
baginya" Ia tidak pernah berkemah, atau melakukan rekreasi lain-lainnya yang
seperti itu. Bahkan bisa dibilang kerjanya tidak lain daripada nonton TV. Dan
tidur." Jupe mengangguk. "Ia bukan orang yang bisa dibilang aktif dalam kehidupan sehari-hari. Tapi di
pihak lain, gerak-geriknya misterius. Ia menyadap dapur Anda, untuk mengikuti
percakapan yang berlangsung di situ. Dan ia menyimpan sesuatu yang sangat
berharga dalam lemari es Anda."
"Apa" Hanya bahan makanan bekunya saja yang selama ini disimpannya di situ."
"Saya rasa bungkusan-bungkusan itu bukan berisi makanan, tapi uang! Mungkin
saja itu basil perampokan bank."
"Bukan," kata Mr. Bonestell. "Shelby sudah sejak lama biasa banyak menyimpan
bahan makanan beku. Itu tidak berarti bahwa Ia sering makan di rumah. Rupanya
ia merasa tenang jika ada persediaan makanan. Ia tahu aku jarang menaruh apa-apa
dalam lemari es. Karena itu selalu diisinya dengan bahan makanannya."
"Hm!" kata Jupe. Keningnya berkerut, sementara tangannya menarik-narik bibir
bawahnya. "Jika ia tidak makan di rumah, lalu apa yang terjadi dengan bahan
makanan dalam lemari es itu" Pernahkah ia pergi dengan membawa apa-apa?"
"Wah, kalau kupikir-pikir, aku... terus terang saja, aku tidak tahu apa yang terjadi
dengan segala makanan yang begitu banyak itu. Sekali sekali ia masak di sini. Dan
memang banyak sekali yang dimasukkannya ke dalam lemari es, tapi... tapi tidak
mungkin itu uang hasil perampokan"kecuali jika Shelby sudah sejak lama sering
merampok. Lagi pula, menurutku Shelby bukan jenis orang yang berbuat begitu."
"Aha!" kata Jupe. "Kalau begitu mungkin saja narkotika! Itu bisa menjelaskan
hubungannya dengan Dermaga Denicola. Mungkin saja Maria III dipakai untuk
mendatangi kapal lain di tengah laut. Atau mungkin untuk pergi menjemput
narkotika di kawasan Baja California."
"Atau mungkin juga Shelby dan Ernie menyelundupkan pendatang gelap, dan
orang buta itu?" Jupiter tidak menyelesaikan kalimatnya.
"Tidak," katanya lagi. "itu tidak ada sangkut pautnya dengan lemari es, kecuali
jika... yah, kita tidak bisa mengatakannya secara pasti, karena belum cukup banyak
yang bisa dijadikan pegangan. Belum!"
"Apakah kita akan menghubungi polisi?" kata Mr. Bonestell.
"Saya rasa belum waktunya. Karena bagaimana kita bisa membuktikan bahwa
Shelby tidak membagi-bagikan makanannya pada kaum miskin" Atau bahwa alat
penyadap percakapan itu ditaruhnya dalam tempat gula karena iseng saja"
Terlibatkah Shelby dalam kasus perampokan itu, atau ia berurusan dengan
persoalan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan itu" Dan bagaimana
dengan Mrs. Denicola serta menantunya" Di mana mereka" Keras sekali dugaan
saya bahwa Shelby tahu tentang itu."
Untuk pertama kalinya Mr. Bonestell kelihatan marah. Dan juga bertekad. "Aku
ingin membantu." katanya. "Apa yang bisa kulakukan?"
"Banyak," kata Jupe, lalu diceritakannya rencananya.
Mr. Bonestell mengangguk-angguk dengan bersemangat. Setelah itu mereka
berdua mendatangi rumah sebelah untuk meminjam telepon. Pada wanita yang
membukakan pintu, Mr. Bonestell mengatakan bahwa teleponnya rusak.
Jupiter menelepon Pete yang masih terus menunggu di kantor Trio Detektif, untuk
memintanya agar datang ke sudut jalan antara Dolphin Court dan Second Street.
"Dalam dua puluh menit aku sudah akan ada di sana," kata Pete.
"Jika kami tidak ada di situ," kata Jupe, "kau kembali ke kantor. Nanti kutelepon,
kalau bisa." Sesudah itu Jupe dan Mr. Bonestell kembali ke pekarangan belakang rumah Mr.
Bonestell untuk berlatih sebentar. Kemudian mereka masuk ke dapur dan
memainkan adegan untuk alat penyadap percakapan yang sebelumnya sudah
dimasukkan lagi oleh Jupe ke dalam tempat gula.
"Mr. Bonestell," kata Jupe dengan suara yang jelas, "Saya tahu Anda tentunya
mulai merasa tidak sabar. Tapi mungkin sebentar lagi akan ada perkembangan
baru, yaitu dari Eileen Denicola. Tadi Pete mendatangi Chief Reynolds di Rocky
Beach, karena ada urusan sedikit; Nah, ketika ia sedang ada di situ, Eileen
Denicola menelepon. Pete tentu saja hanya bisa mendengar kata-kata yang
diucapkan oleh Chief Reynolds, tapi dari situ pun ia bisa menarik kesimpulan
bahwa menantu Mrs. Denicola itu bingung sekali, karena Chief Reynolds sampai
repot berusaha menenangkannya. Akhirnya Chief Reynolds mengatakan bahwa ia
akan segera ke sana. Setelah itu ia buru-buru keluar."
"Tapi aku sama sekali tidak kenal wanita itu," kata Mr. Bonestell, juga dengan
suara jelas. "Apa hubungan dia dengan kasus perampokan bank itu?"
"Hubungan itu pasti ada," kata Jupe. "Pete meminta kita datang ke kantor poiisi
Rocky Beach, karena menurut perkiraannya, Chief Reynolds akan membawa
Eileen Denicola ke sana."
"Sebentar, kuambil dulu jasku," kata Mr. Bonestell.
Jupiter memadamkan lampu, lalu bersama Mr. Bonestell ia pergi ke luar, menuju
mobil kecil milik laki-laki tua itu. Mr. Bonestell memundurkan kendaraan itu
sampai ke jalan lalu menjalankannya sampai ke sudut tikungan, di mana ia
memarkirnya di bawah bayangan sebatang pohon besar yang daun-daunnya
menaungi trotoar. Mereka menunggu di situ.
Tidak lama kemudian Pete muncul, naik sepeda. Mr. Bonestell memberi isyarat
dengan lampu-lampu depannya untuk memberi tahu di mana mereka berada. Pete
menyurukkan sepedanya ke dalam semak yang ada di dekat situ, lalu ia masuk ke
mobil dan duduk di jok belakang.
"Ada apa?" tanyanya bersemangat.
"Shelby menyadap percakapan di dapur Mr. Bonestell dengan alat yang
dimasukkan ke dalam tempat gula," kata Jupe. "Di kamarnya ada alat perekam
yang langsung menyala jika ada suara orang masuk. Nah, teringat pada siapa kau
sekarang?" "Si Buta!" kata Pete bergairah. "Ia mencoba memasang alat penyadap seperti itu di
Pangkalan. Jadi menurutmu Shelby itu..."
"Mungkin," kata Jupe. "Kita lihat saja nanti."
Lalu diceritakannya adegan percakapan yang baru saja dilakukannya bersama Mr.
Boriestell. "Aku prihatin memikirkan keselamatan Mrs. Denicola serta menantunya, karena
mereka tahu-tahu lenyap," kata Jupe. "Mudah-mudahan saja sesudah Shelby
mendengar rekaman percakapan kami tadi ia akan pergi ke tempat mereka berada
sekarang ini, dan kita akan membuntutinya."
Sementara itu di luar sudah sangat gelap. Hujan mulai turun, setelah langit semakin
mendung sejak siangnya. Tidak banyak kendaraan yang lewat di Second Street,
dan di Dolphin Court bahkan sama sekali tidak ada.
Tapi ketika waktu sudah pukul enam lewat beberapa belas menit, mobil Shelby
muncul di tikungan. Mr. Bonestell dan kedua remaja yang ada dalam mobilnya
memperhatikan Shelby membelokkan kendaraannya memasuki pekarangan rumah
Mr. Bonestell. Kemudian Shelby turun, sesudah memarkir mobilnya. Beberapa
saat setelah itu lampu-lampu di bagian belakang rumah menyala, lalu yang terdapat
di ruang-ruang depan. "Ia mencari aku," kata Mr. Bonestell. "Saat seperti ini aku selalu ada di rumah,
kecuali jika ada tugas."
Tidak lama kemudian nampak lampu menyala di tingkat atas, di dalam kamar
tempat tinggal Shelby. "Sebentar lagi," kata Mr. Bonestell. Ia mengatakannya dengan nada gembira. Baru
saat itu Jupiter sadar bahwa laki-laki tua itu benar-benar tidak suka pada Shelby
Tuckerman. Lampu-lampu di rumah itu tetap menyala. Tapi tahu-tahu pintu depan terbuka
dengan cepat, disusul munculnya Shelby. Ia lari melintasi halaman berumput
menuju ke mobilnya. Terdengar bunyi mesin dihidupkan, dan dengan segera
kendaraan itu melesat ke jalan. Sesaat kemudian Shelby sudah lewat di dekat mobil
Mr. Bonestell yang diparkir di tempat gelap, lalu membelok memasuki Second
Street. Sementara itu Mr. Bonestell sudah menghidupkan mesin mobilnya. Dengan segera
diikutinya kendaraan Shelby yang meluncur menuju jalan raya pesisir.
"Ia hendak ke Dermaga Denicola," kata Jupe menduga.
Mr. Bonestell memperlambat jalan mobilnya. Dibiarkannya sebuah mobil lain
menyusul dan menempati posisi di antara kendaraannya dan mobil Shelby, tapi
tanpa sampai mobil itu terlalu jauh di depan sehingga tidak kelihatan lagi. Mereka
meluncur terus ke arah utara, di tengah hujan lebat. Shelby menjalankan mobilnya
tepat pada batas kecepatan maksimum yang diperbolehkan. Sewaktu melintasi
Malibu ia agak memperlambat sedikit, lalu menambah kecepatan lagi sesudah
melewati kawasan pemukiman itu.
"Ia hendak ke Dermaga Denicola," kata Jupe. "Jangan-jangan... Mr. Bonestell,
Anda kenal seseorang yang bernama Alejandro?"
"Tidak. Shelby itu nama lengkapnya Shelby A.. Tuckerman, tapi kurasa huruf A di
tengah itu bukan singkatan dan Alejandro. Soalnya, itu nama Spanyol yang berarti
Alexander, kan" Sedang Shelby bukan orang Spanyol."
Mr. Bonestell memperlambat jalan mobilnya. Mereka sudah hampir sampai di
dermaga perusahaan keluarga Denicola. Saat itu lalu lintas di situ tidak ramai.
Mereka bisa melihat mobil Shelby di depan. Lampu-lampu belakangnya tercermin
pada permukaan jalan yang licin karena air hujan. Samar-samar juga nampak
sebuah truk berwarna putih diparkir dekat sekali ke dermaga, dengan posisi
membelakangi. Tapi sebelum Jupe sempat heran melihatnya, tahu-tahu Shelby
mengerem lalu membelok ke kanan, menjauhi laut. Ia masuk ke jalan sempit yang
menuju ke motel yang terletak di atas tebing. Ke Ocean-view Motel!
"Jangan-jangan Eileen Denicola ada di sana!" seru Pete sementara Mr. Bonestell
buru-buru menepikan mobilnya ke pinggir jalan. "Bersama mertuanya."
"Mestinya sudah terpikir olehku kemungkinan itu." kata Jupe. "Tapi baiklah,
sekarang kita sudah tahu. Maukah Anda menunggu di sini sebentar, Mr. Bonestell!
Kalau dalam lima belas menit kami belum kembali tolong teleponkan polisi."
"Beres!" kata Mr. Bonestell. "Tapi hati-hati, ya!"
Jupe dan Pete turun dan mobil, lalu memandang ke atas tebing. Bangunan motel
yang ada di sana hanya nampak berupa bayangan gelap saja. Tidak ada lampu yang
menyala. Kedua remaja itu lantas mulai mendaki jalan sempit yang berkelokkelok.
Mereka berjalan merunduk-runduk, tanpa berbicara. Ketika sudah sampai di
atas dan jalan yang sempit melebar menjadi pelataran parkir, Pete menarik lengan
Jupe. "Itu dia, mobil Shelby," bisiknya. "Tapi dia sendiri tidak nampak."
"Mungkin di dalam motel," kata Jupe.
Keduanya menyelinap ke bagian kolam renang yang terletak di sebelah belakang.
Begitu sudah sampai di sana, tiupan angin tidak lagi terasa sekeras tadi. Malam
juga tidak lagi gelap gulita, karena tetesan air hujan yang jatub miring
memantulkan sinar cahaya yang remang-remang.
Jupiter menunjuk ke arah sinar samar-samar yang membentuk segi empat Rupanya
ada lampu dinyalakan dalam sebuah ruangan yang tirai jendelanya ditutup.
Jupe den Pete menyelinap mendekati jendela itu, lalu mendekatkan kepala ke situ
untuk mendengarkan. Tiba-tiba Jupiter mendengar bunyi di belakangnya, yang bukan bunyi hujan atau
angin. Ada orang di situ.
Jupiter berpaling. "Jangan bergerak!" bentak Shelby Tuckerman. Ia memegang pistol. Setelah itu ia
berteriak. Pintu kamar motel yang lampu di dalamnya menyala itu terbuka dengan cepat.
Sinar terang memancar ke luar. Di ambang pintu berdiri satu dari kedua pemuda
yang serumah dengan Ernie. Dialah yang tidak kelihatan di dermaga sejak siang. Ia
juga memegang pistol. "Kalian berdua, masuk!" bentak Shelby.
Jupe dan Pete memasuki sebuah ruangan yang penuh asap rokok. Eileen Denicola
ada di situ. Ia duduk di kursi sempit bersandaran lurus. Kedua pergelangan
tangannya terikat ke sandaran itu. Wajahnya memancarkan kemarahan. Mertuanya
juga duduk dalam keadaan terikat pada sebuah kursi dengan sandaran lengan,
dekat tempat tidur. Shelby masuk. Pakaiannya basah kuyup. Dengan segera pemuda yang serumah
dengan Ernie menutup pintu kembali.
Suara itu dikenal baik oleh Jupe dan Pete. Di sudut kamar di belakang pintu, duduk
Bob Andrews. Juga dalam keadaan terikat.
Bab 19 M1MPI MENJADI KENYATAAN "PERCAKAPANMU tadi dengan Walter mengenal polisi," kata Shelby
Tuckerman sambil menatap Jupiter, "itu hanya tipuan saja, kan" Hanya
pancingan!" "Dan pancingan itu termakan oleh Anda. Anda membawa kami kemari," kata
Jupiter. Ia dan Pete sudah duduk pula sekarang. Pemuda yang serumah dengan Ernie"ia
ternyata bernama Luis"menyimpan pistolnya, lalu mengambil dua kursi lagi dan
kamar lain, dan menyuruh kedua remaja itu duduk di situ. Dan sementara Shelby
menjaga dengan pistol teracung, Luis mengikat mereka dengan tali yang dibuat
dari kain seprai yang dirobek-robek memanjang.
"Tapi kalian malah sial, membuntuti aku kemari," kata Shelby. "Mana Walter"
Menunggu kalian di bawah?"
Jupiter tidak menjawab. Shelby tersenyum jahat. "Akan kita buat agar ia tidak usah
terlalu lama menunggu," katanya. "Aku tidak ingin membuatnya gelisah."
Luis sudah selesai mengikat Jupe dan Pete. Shelby menyimpan pistolnya, lalu
berbicara dengan cepat dalam bahasa Spanyol pada Luis. ketika ia sedang
berbicara, terdengar ketukan dua kali berturut-turut di pintu, disusul dua ketukan
lagi. Pintu terbuka dan Ernie masuk ke dalam kamar. Ia tertegun ketika melihat
Jupe dan Pete ada di situ.
"Kenapa yang dua lagi ini ada di sini juga?" tanyanya dengan marah pada Shelby.
"Satu saja sudah repot! Tapi sudahlah, itu urusanmu. Aku kemari untuk menjemput
Luis. Kapal sudah hampir selesai dimuat. Rafi yang menyelesaikan sisanya.
Strauss sudah hendak pergi lagi."
Bob berbicara dengan suara lirih pada Jupe, yang ditempatkan di sampingnya,
"Strauss itu pemilik perusahaan ekspedisi di Oxnard. Aku mengintip sewaktu ia
memuati sebuah truk siang tadi. Salah satu peti yang dimuatnya terjatuh sehingga
pecah. Isinya peluru."
"Dan pasti juga senjata api!" kata Jupiter, dengan suara lirih pula. Ia memandang
Shelby Tuckerman. "Kusangka narkotika," katanya lagi. Kusangka Ernie dan
kawan-kawannya mempergunakan Maria III untuk keperluan penyelundupan
barang-barang terlarang itu."
"Itu tidak mungkin bisa terjadi!" seru Eileen Denicola, yang rupanya ikut
mendengarkan. "Kau keliru, jika mengira Ernie pernah membawa Maria barang
semeter pun meninggalkan dermaga, tanpa aku!"
Ernie meringis. "Tapi sekarang kami akan membawanya pergi, Mrs. Denicola," katanya, "dan
Anda tidak ikut." "Kalian akan mengangkut senjata," k"ta Jupiter. "itu rupanya alasan kenapa kalian
merampok bank. Kalian perlu uang untuk membeli senjata api! Senjata itu akan
kalian bawa ke Mesa d"Oro, dan di sana akan dipakai untuk membunuh orangorang
yang tidak bersalah."
Ernie menegakkan tubuhnya lurus-lurus.
"Senjata-senjata itu akan dipakai dalam perjuangan menegakkan kebenaran,"
katanya bersemangat. "Menurut laporan-laporan di berbagai media massa," kata Jupiter, "perjuangan
menegakkan kebenaran itu termasuk pula aksi-aksi penembakan terhadap
penduduk biasa, yang tidak bersenjata."
"Jika yang kaumaksudkan adalah anggota pertahanan sipil Mesa dOro, mereka itu
mewakili perampok-perampok yang merampas tanah milik kami!" tukas Ernie.
Mukanya merah padam. "Jangan kaudengarkan dia, Ernesto," kata Shelby. "Kita tidak perlu peduli apa
yang dipikirkan anak itu."
"Andalah pengemis dengan bekas luka di pipi itu," kata Jupe pada Shelby.
"Dengan penyamaran itu Anda bisa mengamat-arnati bank tanpa ketahuan oleh
Trio Detektif 31 Pengemis Buta Bermuka Rusak di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mr. Bonestell. Anda mengetahui seluk-beluk lemari besi di situ, dan Anda juga
tahu bahwa Mr. Bonestell akan tinggal seorang diri di dalam, sesudah para petugas
pembersih rungan pergi. Sayangnya, Anda tidak tahan melihat uang. Sehari
sebelum perampokan terjadi, Anda menemukan dompet Mr. Sebastian di sekitar
Dermaga Denicola. Dompet itu bagus, jadi Anda bukannya mengembalikan pada
pemiliknya atau memasukkannya ke dalam kotak Pos agar kemudian
dikembalikan, Anda malah mengantunginya. Tapi kemudian dompet itu terjatuh
dari kantung Anda di lokasi tempat perampokan, dan kejadian itu akhirnya
membawa kami ke dermaga."
"Aku... aku berniat akan memasukkannya ke kotak surat," kata Shelby buru-buru.
Luis memandang Ernie, berpindah ke Shelby, lalu memandang Ernie lagi. Ia
mengatakan sesuatu dalam bahasa Spanyol. Ernie menggerakkan tangan,
menyuruh kawannya diam. "Jadi orang buta itu memungut dompet yang tercecer," kata Ernie dengan nada
menuduh. Air rnukanya nampak keras. "Hanya karena sebuah dompet saja, kau
membahayakan perjuangan kita" Betulkah itu?"
"Tentu saja tidak!" tukas Shelby. "Sudah kukatakan tadi, aku bermaksud
memasukkannya ke dalam kotak surat. Sudahlah, untuk apa kita masih bertengkar
terus di sini. Si tua itu ada di bawah, di jalan raya, dan " "
"Kenapa tidak kauserahkan saja dompet itu padaku?" seru Ernie. "Aku kan bisa
menelepon Mr. Sebastian untuk mengatakan bahwa aku menemukannya. Dengan
begitu, takkan terjadi hal-hal seperti sekarang ini!"
"Itu tidak penting, kataku!" ujar Shelby berkeras. "Sebentar lagi kau sudah akan
pergi meninggalkan negeri ini. Anak-anak ini, itu urusanku!"
"Anda tidak ikut dengan mereka, Mr. Tuckerman?" kata Jupe. "Kurasa aku tahu
apa sebabnya. Anda ingin tetap di sini agar bisa hidup enak dengan sebagian hasil
perampokan. Ya, kan" Anda tidak bermaksud menyerahkan uang itu pada kaum
Republik." Ernie menatap Shelby. Air muka orang yang ditatapnya itu berubah menjadi
merah, tapi kemudian berubah lagi menjadi pucat pasi. Nampak jelas bahwa
tuduhan Jupiter tepat mengenai sasaran!
"Apa-apaan ini?" tukas Ernie. Suaranya mengandung ancaman.
"Uang itu sudah habis, dipakai untuk membayar senjata-senjata itu!" bentak
Shelby. "Itu kan kauketahui sendiri, Ernesto!"
"Aku cuma tahu tentang uang yang dua ratus ribu dolar," kata Ernie. "Tadi siang
kauserahkan separuhnya pada Strauss. Lalu malam itu aku yang menyerahkan
separuhnya lagi. Tapi bagalmana dengan sisa uang dari bank itu" Kau mengatakan
sudah kaukirimkan ke Rodriguez, tapi dari air mukamu aku bisa tahu bahwa itu
tidak benar! Pokoknya semua pasti beres, katamu. Selalu kau yang mengatur
segala-galanya. Kau yang mengusahakan penyamaran kita, begitu pula mobil
untuk melarikan diri. Lalu uang yang kita rampas. Kami percaya saja padamu. Kau
sudah begitu lama menjadi kurir. Kau yang membawa uang yang kami kumpulkan
untuk Rodriguez, dan kaukatakan uang tidak ada artinya sama sekali bagimu.
Katamu, membawa uang bagimu sama saja seperti membawa potongan-potongan
kertas biasa. Bagimu itu cuma kiriman biasa saja, katamu. Apakah dan uang
kiniman itu juga ada yang tersesat masuk ke kantungmu sendiri, hah?"
"Seenaknya saja kau bicara begitu!" teniak Shelby. "Kau harus
mempertanggungjawabkannya!"
"Tidak! Buk"n aku, tapi kau yang harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu,"
kata Ernie. "Kau harus ikut dengan kami malam ini, dan kau harus bicara dengan
kelompok pengikut Rodriguez di Mexico-City. Mungkin pula kau harus ikut
pulang"ke Mesa d"Oro, lalu?"
"Jangan ngawur!" seru Shelby. "Aku tIdak bisa ikut pergi malam ini, karena ada
tugas penting di sini. Tugasku belum selesai!"
"Di rumah Mr. Bonestell paling sedikit ada lima puluh ribu dolar," kata Jupiter
menyela. "Kau bohong!" teniak Shelby. Tiba-tiba ia berpaling, menatap Mrs. Denicola yang
tua sambil mengumpat dengan kasar. "Pasti itu juga kaumimpikan! Dan kau
menceritakannya pada anak ini, dan...
"Mrs. Denicola tidak bercerita apa-apa padaku," kata Jupiter. "Tapi aku bisa
memberi tahu temanmu Ernesto di mana uang itu berada. Di dalam lemari es Mr.
Bonestell, disembunyikan dalam kotak es krim."
Shelby menghampiri Jupiter dengan cepat, lalu menempelengnya.
Ernie menggeleng-geleng. "Itu perbuatan yang sangat dungu, Kawan," katanya. "Sekarang kita tidak perlu
bicara panjang lebar lagi. Kau harus ikut dengan kami."
Tangan Shelby bergerak ke balik jasnya. Dan tahu-tahu ia sudah menggenggam
pistol. "Ah"begitu rupanya, ya?" kata Ernie.
Selama itu Luis hanya memandang saja dengan diam-diam. Tidak ada yang
memperhatikan dia. Dan kini ia bergerak dengan begitu cepat. Sebelum Shelby
sempat berbuat apa-apa, Luis sudah ada di belakangnya dan langsung
mencengkeram lehernya. Shelby terpekik, lalu roboh. Pistolnya terlepas dari
tangannya yang lunglai. Ernie memungut pistol itu, lalu mengarahkannya pada Shelby. Orang itu
mengerang dan mencoba duduk. Luis menyentakkannya sehingga berdiri. Sesaat
kemudian tiga orang itu sudah pergi. Mereka bergegas menuruni lereng. Eileen
Denicola meronta-ronta, berusaha membebaskan diri dan ikatan. Sementara itu
hujan lebat masih turun terus. Bunyinya menderu menimpa atap motel.
"Aku sudah berusaha mengulur waktu selama mungkin," kata Jupe. "Mudahmudahan
Mr. Bonestell sempat pergi menghubungi polisi, sehingga mer"ka bisa
diringkus sebelum berhasil meninggalkan dermaga."
"Kurasa bukan begitu hal yang akan terjadi nanti," kata Mrs. Denicola yang tua.
"Kurasa akan terjadi sesuatu sebelum polisi sempat kemari "sebelum kita bisa
meninggalkan ruangan ini."
"Apa?" kata Eileen Denicola. Tiba-tiba napasnya tersentak. Terdengar bunyi lain!
Bukan bunyi hujan. Datangnya dari arah bawah. Seperti suara raksasa yang
menggeram. Tidak jauh dari situ terdengar bunyi kaca jendela pecah.
"Astaga!" kata Eileen Denicola.
"Mimpiku!" kata Mrs. Denicola yang tua dengan suara berbisik. "Bahaya itu!
Kamar bergerak-gerak, sementara aku dan anak itu ada di dalamnya!" Ia
memejamkan mata, lalu berdoa dalam bahasa Italia.
Terdengar bunyi balok-balok kayu berderak-derak, dan lebih banyak lagi kaca
pecah berantakan. Tapi yang terjadi bukan gempa bumi seperti perkiraan Bob.
Sedikit demi sedikit, lereng bukit yang basah kuyup diguyur hujan mulai meluncur
turun! Bab 20 AKHIR YANG DAHSYAT SELURUH ruangan itu terhuyung!
Lampu-lampu pecah terbanting di lantai. Kabel-kabel listrik yang meretas
menyebabkan timbulnya percikan api di mana-mana.
Eileen Denicola berdoa, memohon agar jangan sampai terjadi kebakaran.
Sementara itu semakin banyak api memercik. Tiba-tiba seluruh ruangan
diselubungi kegelapan"kegelapan yang penuh dengan bunyi kayu berderak dan
decitan paku-paku yang tercabut.
Sekali lagi seluruh ruangan terhuyung. Mrs. Denicola yang tua terpekik.
"Tolong!" teriak Pete. "Tolong, tolong!"
Tapi tidak ada yang datang.
"Sebentar lagi seluruh tebing ini akan longsor!" kata Eileen Denicola. Dan baru
saja ia berkata begitu ketika bangunan itu meluncur lagi sedikit dengan gerakan
terhuyung-huyung, menyebabkan kursi-kursi berjatuhan dalam gelap.
Pete jatuh terbanting ke tempat tidur, sementara kursi yang diduduki Jupiter
terguling ke samping. "Mrs. Denicola?" seru Jupe. "Anda tidak apa- apa?"
"Jika aku yang kaumaksudkan, keadaanku biasanya lebih baik," jawab wanita tua
itu. "Di mana kau, Eileen?"
"Di lantai," jawab Eileen.
"Polisi mestinya sudah harus muncul sekarang!" kata Jupe. "Mestinya Mr.
Bonestell sudah berhasil menghubungi mereka. Bagaimana keadaanmu, Bob"
Oke" Kau, Pete?"
"Oke," kata Bob dengan napas sesak.
"Aku di sini," kata Pete dari tempat tidur.
Mereka menunggu lagi. Semua memasang telinga. Jupiter mendengar bunyi air
mengalir. Bunyinya lebih dekat daripada bunyi hujan yang menderu di atas atap.
Jupe meringkuk pada posisi miring. Tanganriya terasa sakit, karena terikat ke kursi
ia merasa tubuhnya pelan-pelan menjadi basah. Tercium olehnya bau lumpur
bercampur bau bahan kimia. Sesaat ia bingung. Tapi detik berikutnya ia
memejamkan mata karena putus asa.
Kolam renang mulai retak dindingnya" Air dari situlah yang mulai mengalir ke
dalam kamar. Jika kolam itu benar-benar pecah nanti, akan datang air berton-ton
membanjiri mereka! "He! Dari mana datangnya air sebanyak ini?" Itu suara Pete.
Eileen Denicola berteriak minta tolong. Rupanya ia juga menyadari apa yang akan
terjadi. Tiba-tiba terdengar suara orang berseru di luar.
"Di sana! Mereka ada di sana!"
Terdengar bunyi orang berusaha membuka pintu. Tapi tidak bisa, karena macet.
Sekali lagi terasa segala-galanya terhuyung. Kaca jendela yang menghadap ke
kolam pecah berantakan. Serpihannya terpental ke dalam kamar. Kemudian ada
cahaya terang. Dua orang berdiri di lereng, dengan membawa senter. Terdengar
lagi suara berteriak-teriak, sementara semakin banyak air mengalir ke dalam
kamar. "Mrs. Denicola!" teriak Jupe. "Bantu Mrs. Denicola dulu!"
Seorang polisi jalan raya masuk lewat jendela yang sudah tidak berkaca lagi,
disusul oleh seorang petugas pemadam kebakaran. Ketika petugas itu melihat
mereka yang terikat pada kursi-kursi, ia terkejut dan berseru, "Ada apa di sini?"
Tapi hanya itu saja yang dikatakannya. Kedua petugas itu dengan cepat membawa
Mrs. Denicola ke luar, masih dalam keadaan terikat ke kursi. Wanita tua itu berdoa
terus. Sementara itu bertambah banyak orang bermunculan. Eileen Denicola
diusung keluar, lalu menyusul Jupe dan kedua temannya. Dalam beberapa detik
saja mereka sudah dibebaskan dari ikatan. Mereka bergegas menuruni lereng
tebing, jatuh bangun dan tersandung-sandung. Jatuh, dibantu berdiri, lari, lalu jatuh
lagi. Jalan raya di bawah ditutup untuk lalu lintas. Bunyi mesin-mesin berderu mengisi
suasana malam itu. Lampu-lampu sorot bergerak-gerak kian kemari, menerangi
tebing. Anak"anak dan kedua wanita itu buru-buru dibawa oleh para penolong
mereka ke tempat aman di seberang jalan.
"Kukatakan pada mereka bahwa kalian ada di atas!" Itu suara Mr. Bonestell. Ia
menerobos lewat pagar perintang. Ia nyaris menandak-nandak ketika
menggenggam tangan Jupiter dan mengguncang-guncangnya. "Kukatakan pada
mereka, kalian ada di atas! Kalian selamat! Puji Tuhan!"
"Kapal kita!" teriak Mrs. Denicola dengan tiba-tiba, sambil menunjuk.
Rumahnya terselubung kegelapan, b"gitu pula bangunan kecil yang merupakan
kantor. Truk putih yang tadi, tidak ada lagi di ujung dermaga. Tapi beberapa ratus
meter di depan dermaga nampak nyala lampu-lampu rambu kapal Maria III.
"Pembajak!" teriak Eileen Denicola sambil menatap kapal penangkap ikan itu
dengan marah. "Jika mereka mengira bisa meloloskan diri...!"
Wanita muda berambut merah itu lari ke arah dermaga.
"Ayo!" seru Pete. Disambarnya lengan Bob, diajaknya menyusul wanita muda itu.
"M Bonestell! Bilang pada polisi, suruh mereka menghubungi Penjaga Pantai,"
kata Jupe. "Orang-orang yang lari dengan kapal itu penyelundup senjata!"
"Aku yang akan menceritakan segala-galanya pada mereka" kata Mrs. Denicola
yang tua. Jupe mengangguk, lalu menyusul teman-temannya.
Eileen melesat masuk ke kantor dan menyambar anak kunci yang disembunyikan
dalam salah satu laci sebuah meja. Pete disuruhnya mengambil sepasang dayung
dari lemari yang terdapat di belakang kantor.
Dari arah jalan raya terdengar suara orang berteriak, disusul deru mesin mobilmobil
pemadam kebakaran yang buru-buru disingkirkan. Akhirnya tebing longsor
menyeret bangunan motel. Tanah, batu-batu dan bekas-bekas bangunan
berserakan, memenuhi separuh jalan. Kolam renang pecah berantakan. Airnya
membanjir ke bawah, bercampur dengan tanah tebing menjadi lumpur yang
mengalir sampai ke seberang jalan.
Hanya sesaat saja Eileen dan anak-anak berpaling untuk menatap bencana itu.
Kemudian wanita muda itu berbalik, lalu lari ke dermaga yang basah tersiram
hujan. Anak-anak lari menyusul.
"Akan kita pakai perahu motor Sebastian," Seru Eileen sambil menoleh ke
belakang sebentar. "Dengan gampang kita bisa mengejar Maria III."
Mereka masuk ke sampan yang tertambat di tepi dermaga, lalu Pete
mendayungnya sekuat tenaga mendatangi pelampung tempat speedboat itu
ditambatkan. "Tidak bisa kulihat lagi lampu-lampu Maria," kata Eileen Denicola.
"Mereka pasti menyusur pantai ke arah selatan," kata Jupe.
"Kalau Ernie yang mengemudikan, gawat!" kata Eileen. "Pasti nanti menubruk
karang!" Mereka sampai di pelampung, lalu buru-buru membuka terpal yang menutupi
kokpit. Begitu sudah terbuka, Eileen pun buru-buru masuk, disusul oleh anak-anak.
Jupiter menambatkan sampan ke pelampung. Terdengar bunyi mesin terbatukbatuk,
lalu menyala. Beberapa saat kemudian mereka sudah terangguk-angguk
sementara speedboat itu meluncur mengiris ombak. Haluannya menampar-nampar
air, menimbulkan bunyi nyaring seperti tembakan. Eileen Denicola menggenggam
roda kemudi dengan kedua tangannya. Anak-anak berpegang erat-erat ke sisi
speedboat sambil menjaga keseimbangan tubuh.
Lampu-lampu di pantai sudah jauh dan hanya kelihatan samar-samar ketika
akhirnya Bob melihat sinar di depan haluan.
"Itu dia!" serunya.
"Betul!" Eileen Denicola menambah kecepatan speedboat
Kemudian sesaat mata mereka silau karena tiba-tiba ada cahaya terang benderang
menyinar ke arah mereka. Terdengar bunyi helikopter terbang melayang di atas
kepala. Kemudian lampu sorot helikopter bergerak menjauh, menerangi
perrnukaan air yang nampak hitam kelam. Speedboat diselubungi kegelapan lagi.
"Itu Penjaga Pantai!" kata Eileen.
Lampu-lampu Maria III dipadamkan. Kini kapal penangkap ikan itu hanya nampak
berupa sosok hitam saja di tengah kekelaman malam. Tapi speedboat yang
mengejar sudah dekat sekali. Eileen dan anak-anak bisa melihat gelombang yang
melebar di buritan kapal itu.
"Setan!" teriak Eileen panas. "Mereka mengarahkannya ke tengah laut! Banditbandit!
Mereka akan bisa meloloskan diri!"
Disentakkannya roda kemudi, dan speedboat itu dengan segera berubah haluan.
Perahu motor berukuran kecil itu melesat maju, memotong ombak di belakang
buritan Maria III. Kemudian keduanya sejajar sebentar. Terdengar bunyi tembakan
dari atas kapal penangkap ikan itu.
"Pengecut!" teriak Eileen Denicola.
Speedboat melesat maju mendului kapal penangkap ikan, lalu memotong jalan di
depan haluannya. Maria III buru-buru dibelokkan, dan itu mengakibatkan kecepatannya turun.
Lampu sorot yang ada di atas kapal itu kini menyala, diarahkan ke speedboat.
Terdengar lagi bunyi tembakan. Tapi meleset, pelurunya jatuh ke air. Lalu
helikopter yang tadi muncul lagi. Lampu sorotnya yang terang benderang seperti
memaku Maria III. Jupiter mem"ndang ke arah pantai. Sinar lampu-lampu di sana kelihatan lebih
dekat sekarang. "Mana sih, kapal patroli Penjaga Pantai?" tukas Eileen Denicola sambil
mengumpat. Sementara itu Maria III meningkatkan kecepatannya lagi. Kapal itu berkelok-kelok
selama beberapa saat. Seakan-akan dengan begitu bisa melepaskan diri dari
helikopter yang melayang-layang di atasnya. Setelah itu haluannya diarahkan
kembali ke lautan lepas. Eileen Denicola tertawa geram. Speedboat dikebutnya, mengejar kapal penangkap
ikan itu. Sekali lagi speedboat itu melesat ke depan haluan Maria, dan sekali lagi
orang yang memegang kemudinya bereaksi menghindari terjadinya tubrukan.
Jupiter melihat air memutih di sebelah kirinya, dan di dengarnya bunyi ombak
memecah. "Awas!" teriak Pete.
Eileen Denicola memutar roda kemudi dengan cepat. Perahu motor berukuran kecil
itu langsung miring, nyaris meniti ombak. Kemudian mereka sudah kembali di
perairan yang gelap. Tetapi Maria III menabrak beting dengan keras sehingga
separuh lunasnya robek. Kapal penangkap ikan itu terangkat dari dalam air dan
langsung miring ke samping. Orang-orang yang ada di geladaknya berteriak-teriak
panik. Para penumpang speedboat melihat kobaran api berwarna merah
kekuningan.
Trio Detektif 31 Pengemis Buta Bermuka Rusak di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dia terbakar," kata Eileen Denicola.
Teriakan-teriakan terhenti. Kemarahan sudah lenyap dengan seketika. Eileen
Denicola menangis, sementara speedboat terapung-apung dipermainkan ombak.
"Rupanya saluran bahan bakar robek di salah satu tempat" katanya dengan air mata
berlinang-linang. Nampak seseorang terjun ke laut dan geladak Maria, disusul oleh yang kedua, lalu
terjun pula dua orang lagi.
"Ambil tongkat berkait itu," kata Eileen DenicoIa. "Jika ada yang mencoba naik
kemari, gebuk saja!"
"Ya, Maam," kata Pete.
Satu dari keempat orang yang terjun ke laut tadi berenang menghampiri.
"Di bawah tempat duduk ada jaket pelampung," kata Eileen Denicola.
Jupe melemparkan jaket-jaket pelampung ke arah keempat orang yang terapungapung
di air. Ernie mencoba berenang mendekat, tapi Pete langsung mengacungacungkan
tongkat berkait di atas kepalanya. Keempat orang yang terapung-apung
itu langsung mengerti. Mereka tidak berani mendekat.
Bob menemukan seutas tali yang bisa dijadikan pegangan oleh keempat orang itu.
Mereka terapung-apung di air, memandang ke arah Maria III.
Api di kapal itu berkobar-kobar di tengah kegelapan malam. Kemudian terdengar
bunyi ledakan. Sebagian tubuh kapal pecah berkeping-keping. kapal itu tergelincir
dari beting karang dan langsung tenggelam.
Ketika kapal patroli Penjaga Pantai tiba, speedboat dengan Eileen Denicola dan
ketiga remaja penumpangnya masih ada di situ. Dan empat pria berjaket
pelampung terapung-apung di dekatnya.
Hanya beberapa potong kayu yang terombang-ambing dipermainkan ombak saja
yang tersisa dari Maria III dengan muatannya yang sangat berbahaya itu.
Bob 21 MR. SEBASTIAN MERASA INGIN TAHU
SEMINGGU setelah peristiwa tenggelamnya Maria III, ketiga anggota Trio
Detektif kembali nampak bersepeda ke arah utara. kawasan Malibu sudah mereka
lewati. kemudian mereka keluar dari jalan raya pesisir, masuk ke Cypress Canyon
Drive yang menanjak dan kemudian sejajar dengan jalan raya. Hector Sebastian
sudah menunggu mereka di luar bangunan yang dulu bernama Charlie"s Place,
ketika masih merupakan restoran. Di dalam, di ruang besar yang menghadap ke
samudra, pemuda Vietnam bernama Don yang selalu tersenyum itu sibuk mengatur
hidangan makanan di atas meja yang beralas kaca. Sambil bekerja ia nyerocos
terus, menyebutkan berbagai merek makanan yang sering tampil di iklan-ikian
televisi. Ketika semua sudah terhidang, Don tersenyum lebar lalu berjalan mundur
meninggalkan ruangan, sambil membungkuk-bungkukkan tubuh.
Mr. Sebastian mendesah. "Kurasa jika Don disuruh ke pasar di mana dijual barang-barang yang tidak pernah
diiklankan, ia pasti akan bingung. Tidak bisa membeli apa-apa."
Jupiter dan kedua temannya tertawa geli.
"Tapi sungguh, Don perlu menghadapi kenyataan hidup," kata Mr. Sebastian lagi.
"Tidak ada salahnya jika ia tahu bahwa orang Amerika tidak hidup dari bahan
makanan yang begini saja."
"Sekarang tentang orang yang mukanya rusak dan dompet itu. Aku benar-benar
ingin tahu. Aku sudah beberapa kali bicara dengan Eileen Denicola. Tapi watak
pemarahnya cocok dengan warna rambutnya yang merah. Setiap kali ia teringat
pada Ernie Villalobos serta kawanannya, ia langsung begitu marah sehingga tidak
mampu bicara lagi. Kurasa ia merasa dirinya pribadi dirugikan oleh mereka."
"Karena kapal penangkap than itu tenggelam?" tanya Pete.
"Bukan. Karena polisi tidak mengizinkan dia melabrak Ernie."
Jupe terkekeh. "Menantu Mrs. Denicola itu galak sekali orangnya. Ia tidak suka
dibodohi." "Mana ada orang yang suka?" kata Mr. Sebastian. "Tapi pokoknya, karena ia
punya kebiasaan tidak bisa menahan marah, dan mengingat bahwa ia saat ini sibuk
sekali berdebat dengan petugas perusahaan asuransi tentang nilai ganti rugi untuk
Maria III. Ditambah urusan tawar-menawar dalam pembelian kapal baru yang
akan dijadikannya Maria IV, kuharap aku bisa memperoleh keterangan dari kalian
tentang kasus itu. Aku ingin tahu lebih banyak lagi daripada yang dimuat dalam
koran-koran. Maklumlah, aku ini dulu kan detektif, selama bertahun-tahun."
"Anda mau membaca catatan saya mengenai kasus itu?" kata Bob. Diambilnya
amplop besar yang selama ini diletakkannya di bawah kursi, lalu dikeluarkannya
sebuah map arsip dari dalamnya.
"Selama ini Mr. Hitchcock yang selalu membahasnya bersama kami," kata Pete.
"Wah, aku mendapat kehormatan, kalau begitu," kata Mr. Sebastian sambil
membungkukkan badan, memberi hormat. Setelah itu dimulainya membaca naskah
catatan Bob mengenai kasus pengemis yang misterius serta para pemuda yang
menganggap diri mereka berjuang demi kebebasan di negara mereka, Mesa d"Oro.
Selama beberapa waktu ruangan itu sunyi. Hanya deru lalu lintas di jalan raya
pesisir saja yang kedengaran. Mr. Sebastian asyik menekuni catatan yang disusun
oleh Bob. Ketika sudah selesai membaca, detektif yang sudah beralih profesi
menjadi pengarang itu menoleh ke luar, memandang ke arah pepohonan dan
samudra biru yang nampak di kejauhan.
"Ada kalanya kita perlu bensyukur bahwa manusia tidak ada yang benar-benar
sempurna," katanya. "Apabila Shelby Tuckerman itu tidak tamak, tidak langsung
silau kalau melihat sesuatu yang berharga, ia takkan menahan dompetku yang
ditemukan olehnya, dan kalian takkan menemukan jejak persekongkolan
penyelundupan senjata. Coba bayangkan andaikata penyelundupan itu berhasil,
akan berapa banyak korban jiwa yang tewas sebagal akibatnya" Kita takkan
mungkin bisa mengetahuinya."
Jupiter mengangguk. "Orang-orang seperti Ernie itu, kemungkinan akan terus
melakukan aksi-aksi kekerasan di Mesa d"Oro. Tapi setidak-tidaknya, suatu
pengiriman senjata ke sana berhasil kami gagalkan."
"Mr. Bonestell tentunya tidak dicurigai lagi sekarang, ya!" kata Mr. Sebastian.
"Namanya tidak disebut-sebut dalam berita yang ditulis dalam koran-koran."
"Ia memang tidak pernah termasuk orang yang dicurigai," kata Jupe. "Di samping
itu, Ernie dan kedua temannya membebaskan namanya dari segala kecurigaan.
Mereka benar-benar marah pada Shelby. Karenanya mereka lantas membeberkan
segala-galanya. Menurut mereka, Shelby itu penipu. Cuma berlagak menjadi matamata
dan kurir. Banyak kelompok seperti Ernie dan kawan-kawannya yang aktif
demi kepentingan kaurn Republik Mesa d Oro. Shelby bertugas mengumpulkan
dana dari para pemimpin kelompok-kelompok itu yang kemudian dibawa pulang
ke rumah Mr. Bonestell lalu disembunyikan dalam lemari es, disamarkan sebagai
bahan makanan beku. Sekali sebulan ia naik pesawat terbang ke Mexico City untuk
menyerahkan uang yang dikumpulkan pada orang-orang Rodriguez di sana. Ernie
dan kawan-kawannya menduga bahwa Shelby menggelapkan sebagian dari dana
yang terkumpul itu. Dan kemungkinan itu memang benar."
"Alejandro itu sebenarnya Shelby, kan?" kata Mr. Sebastian.
"Itu nama tengahnya." kata Jupe. "Ibunya berasal dari Mesa d'Oro. Wanita itu
salah seorang teroris di sana yang kemudian terpaksa melarikan diri ke luar negeri.
Kemudian ia menikah dengan seorang warga Amerika, bernama Tuckerman.
Shelby itu nama kecil ayahnya, sedang Alejandro nama kakeknya dari pihak ibu."
"Meski Shelby Tuckerman warga negara Amerika, tapi ia dididik ibunya untuk
beranggapan bahwa ia seorang bangsawan Mesa d"Oro, dan bahwa yang paling
penting baginya adalah penjuangan kaum Republik di sana. Ibunya selama masih
hidup aktif sekali. Kerjanya berpidato dalam pertemuan-pertemuan mencari dana.
Banyak uang yang berhasil dikumpulkan olehnya untuk kepentingan golongannya
di Mesa d"Oro. Setelah ibunya meninggal dunia beberapa tahun yang lalu, Shelby
berusaha mengambil alih peranan mendiang. Tapi ternyata ia tidak mempunyai
kewibawaan yang dimiliki ibunya. Ia tidak bisa membuat orang-orang terusmenerus
memberi. Karenanya ia lantas beralih peranan, menjadi kurir."
"Dari mana kau bisa mengetahui bahwa ia menggelapkan sebagian uang hasil
perampokan itu?" tanya Mn. Sebastian.
"Saya cuma menebak saja, walau dengan alasan yang cukup kuat. Waktu itu saya
harus mengatakan sesuatu untuk mengulur waktu, agar Mr. Bonestell sempat pergi
memberi tahu polisi. Di samping itu, saya mengkhawatirkan tindakan yang akan
diambil oleh Shelby apabila Ernie berangkat tanpa dia. Kami, dan juga Mrs.
Denicola serta menantunya, Eileen, kemudian kan bisa membongkar rahasianya!
Tapi jika Shelby berhasil membungkam Mr. Bonestell, dan setelah itu kami..."
Jupiter tidak melanjutkan kalimatnya. Air mukanya nampak tegang.
"Betul," kata Mr. Sebastian. "Situasi kalian saat itu memang gawat. kalian
mungkin bernasib baik, bahwa Ernie kemudian ternyata memaksa Shelby ikut
ketika ia dan kawan"kawannya berangkat dengan Maria III."
"Saya tahu pasti bahwa nasib kami mujur saat itu." kata Bob. "Soalnya, Shelby
itulah yang membawa saya ke motel. Saya tepergok olehnya ketika ia datang
membawa separuh pertama dari uang pembayaran senjata yang dibeli. Wah, ia
benar-benar marah waktu itu! Saya mendengar dia ribut dengan Ernie tentang apa
yang harus terjadi dengan saya. Ernie sendiri bersikap masa bodoh. Karena ia
sebentar lagi akan pergi. Tapi Shelby merasa terjepit. Ia berusaha meyakinkan
Ernie agar saya dibawa dengan kapal, lalu diceburkan di tengah laut!"
Mr. Sebastian mengernyitkan muka. "Kalian memang bisa sangat menyulitkan
dirinya! Tapi adakah bukti kongkret bahwa ia ikut berperan dalam perampokan
bank?" Pete tertawa geli. "Ada," katanya, "dan tepat seperti diduga oleh Jupe, bukti itu disembunyikan
dalam lemari es, ditaruh dalam kotak es krim. Shelby sebenarnya disuruh menjual
sebagian dari barang-barang perhiasan yang diambil Ernie dari kotak-kotak
penyimpanan milik nasabah bank ketika perampokan itu berlangsung. Tapi Shelby
menahan beberapa perhiasan yang paling berharga untuk dimiliki sendiri, dan itu
disembunyikan olehnya dalam lemari es. Polisi kemudian mengamankan barangbarang
itu, yang sementara ini telah dikenali oleh para pemilik sebenarnya."
"Polisi juga menemukan perlengkapan rias wajah serta kumpulan rambut, kumis,
dan cambang palsu di bagasi mobil Shelby. Shelby menyangka ia berani dan hebat,
menjadi mata-mata selama perampokan berlangsung dengan menyamar sebagai
Altranto, teroris yang sudah mati itu."
Mr. Sebastian tertawa. "Kurasa aku boleh mengucap syukur bahwa bukan aku
yang menangani kasus ini" katanya. "Shelby itu begitu sibuk beraksi dengan segala
macam peranannya, sampai sulit rasanya membayangkan bahwa orang seperti dia
benar-benar ada." "Tapi begitulah kenyataannya," kata Jupe. "Demikian pula halnya dengan Ernie
serta kawanannya. Saat ini mereka juga sedang sibuk dengan peranan mereka,
sebagai pahlawan. Di Mesa d"Oro, jika kita teroris dan kemudian tertangkap,
dianggap hebat apabila menyombongkan betapa berat kejahatan yang kita lakukan.
Nampaknya itu malah rnembuat pelakunya dianggap pahlawan. Dan bukan cuma
orang yang tidak waras dan menyukai aksi-aksi kekerasan dengan bahan peledak
dan senjata api. Mendingan menjadi pejuang revolusioner daripada jembel di pantai, ya?" kata Mr.
Sebastian. "Lebih mulia, menurut mereka," kata Jupiter. "Tapi seharusnya sejak semula saya
langsung curiga pada Shelby. Ia memiliki peluang yang sangat baik untuk
menyelidiki segala seluk-beluk kegiatan di bank. Lagi pula, ketika saya ada
bersama mereka, ia pernah mengatakan pada Mr. Bonestell begini, "Berdasarkan
sistem hukum kalian, di sini berlaku prinsip praduga tak bersalah." Seseorang yang
merasa dirinya warga Amerika, mestinya mengatakan begini, "Berdasarkan sistem
hukum kita...' " "Itu betul," kata Mr. Sebastian, "tapi kau tidak perlu menyesali dirimu. Prestasi
kalian hebat." Bob meringis. "Terima kasih, bahwa Anda tidak mengatakan begini: 'Prestasi kalian hebat, jika
diingat bahwa kalian ini masih anak-anak.' "
"Prestasi kalian hebat, titik," kata Mr. Sebastian. "Hasil yang kalian capai lebih
baik daripada kalau yang melakukannya sekian banyak detektif lainnya. Kurasa
Shelby waktu itu ingin sekali Mr. Bonestell memberi tugas penyelidikan pada
kalian, karena disangkanya kalian takkan mungkin mampu. Tapi kemudian ia
rupanya berubah pikiran, lalu mencoba menyadap percakapan di bengkel kalian."
"Ia juga menaruh alat seperti itu di tempat gula, di alas meja di dapur rumah Mr.
Bonestell," kata Jupe. "Begitu alat itu saya temukan dengan segera saya tahu
bahwa Shelby itulah orang yang mukanya rusak karena bekas luka di pipi, dan
dialah penghubung dengan para perampok. Tapi saya tidak mengira bahwa
urusannya juga melibatkan penyelundupan senjata. Saya sangka mereka berurusan
dengan narkotika, atau penyelundupan pendatang gelap."
"Ngomong-ngomong tentang penyelundupan senjata, bagaimana urusannya dengan
perusahaan ekspedisi yang di Oxnard?" tanya Mr. Sebastian.
"Strauss beserta kawanannya ternyata perampok juga," kata Bob. "Senjata api dan
mesiu yang dijual pada Ernie dan kawanannya merupakan basil perampokan
mereka dari sebuah truk yang mengangkutnya di kawasan timur. Beberapa dari
senjata itu sudah diambil para penyelam dari bangkai kapal Maria III dan dikenali
memang berasal dari pengiriman yang diangkut dengan truk yang dirampok itu.
Strauss sendiri sudah menghilang, bersama kawanannya."
"Lalu bagaimana dengan wanita muda yang bekerja sebagai perias wajah dan yang
dalam pertemuan malam-malam di motel juga berpidato itu?" tanya Mr. Sebastian.
"Gracie Montoya ternyata sama sekali tidak terlibat dalam kasus ini," kata Pete.
"keluarganya berasal dari Mesa d"Oro. Ia dibesarkan dalam lingkungan pendukung
perjuangan kaum Republik. Cuma itu saja."
"Yah, begitulah halnya dengan tradisi yang diturunkan dari orang tua ke anak-anak
mereka," kata Jupiter. "Saya rasa, Gracie kini berpikir-pikir lagi mengenainya. Ia
tidak merasa berkeberatan mengumpulkan dana untuk orang-orang yang hidup
dalam pengasingan di Meksiko. Tapi mengumpulkan dana guna membeli senjata
yang kemudian dipakai untuk menembaki orang"itu lain lagi!"
"Polisi sudah menanyainya tentang pertengkarannya dengan Ernie," kata Bob
menyela. "Ternyata Ernie ingin mengajaknya kencan, tapi ia tidak mau. Jadi
ramai-ramai waktu itu cuma tentang itu."
Mr. Sebastian mengangguk-angguk, lalu mengembalikan map berisi catatan yang
sudah selesai dibaca olehnya pada Bob.
End DJVU: Zonadjadoel Convert & edit: Farid ZE
Blog Pecinta Buku - PP Assalam Cepu
Riwayat Lie Bouw Pek 3 Animorphs - 31 Konspirasi The Conspiracy Jangan Percaya Pada 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama