Ceritasilat Novel Online

Relikui Kematian 8

Harry Potter Dan Relikui Kematian Deathly Hallows Karya Jk Rowling Bagian 8


-Dia bersembunyi di sekitar dinding tinggi benteng hitam ituTidak, dia Harry, terikat dan tanpa tongkat, sedang dalam bahaya besar -melihat, ke jendela paling atas, ke menara paling tinggiDia Harry, dan mereka sedang mendiskusikan nasibnya dalam suara rendah-Waktunya untuk terbang...
"...ke Kementrian""
"Masa bodoh dengan Kementrian," geram Greyback. "Mereka yang akan dapat penghargaan, kita tak akan dipandang. Kubilang kita bawa dia langsung ke Kau-Tahu-Siapa."
"Kau mau panggil dia" Di sini"" kata Scabior, terdengar kagum sekaligus ketakutan.
"Tidak," geram Greyback, "Aku belum -mereka bilang dia menggunakan tempat Malfoy sebagai markas. Kita bawa bocah ini ke sana."
Harry pikir dia tahu kenapa Greyback tidak memanggil Voldemort. Para manusia serigala mungkin diizinkan memakai jubah Pelahap Maut saat mereka ingin memakainya, tapi hanya orang-orang dalam Voldemort yang ditandai dengan Tanda Kegelapan: Greyback belum diberkahi kehormatan itu.
Bekas luka Harry terbakar lagi -dan dia naik ke kegelapan malam, terbang lurus ke jendela di menara paling tinggi -"...benar-benar yakin itu dia" Soalnya kalau bukan, Greyback, kita bakal mati."
"Siapa yang memimpin di sini"" raung Greyback, menutupi saat-saat ketidakmampuannya. "Kubilang kalau itu Potter, dan dia dengan tongkatnya, dua ribu Galleon tepat di sana! Tapi kalau kalian terlalu pengecut untuk ikut, siapapun, semuanya untukku, dan kalau beruntung, akan kupastikan gadis itu dilempar!"
-Jendelanya seperti celah sempit di batu hitam, tidak cukup besar untuk orang masuk.. .sosok sekurus tengkorak terlihat melalui jendela, meringkuk di bawah selimut... Mati, atau tidur"
"Baiklah!" kata Scabior. "Oke, kami ikut! Dan bagaimana dengan sisanya,
Greyback, apa yang akan kita lakukan dengan mereka""
"Mungkin lebih baik kita bawa juga. Kita dapat dua Darah Lumpur, dapat sepuluh Galleon. Berikan pedangnya padaku. Kalau itu rubi, kita dapat keberuntungan kecil lagi."
Para tahanan ditarik berdiri. Harry bisa mendengar napas Hermione, cepat dan ketakutan.
"Ambil mereka dan pegang yang kuat. Aku ambil Potter!" kata Greyback, meraih segenggam rambut Harry; Harry bisa merasakan kuku kuningnya yang panjang menggaruk kulit kepalanya. "Hitungan ketiga! Satu - dua -tiga
Mereka ber-Disapparate, menarik para tahanan bersama mereka. Harry berjuang, berusaha melepaskan tangan Greyback, tapi sia-sia: Ron dan Hermione ditekan kuat ke arahnya dari sisi yang lain; dia tidak bisa memisahkan diri dari grup, dan saat dia bernapas bekas lukanya terbakar lebih sakit - saat dia mendorong dirinya sendiri melalui celah kecil jendela seperti ular dan mendarat, dengan ringan seperti uap di dalam ruangan yang seperti kamar Para tahanan bertubrukan satu sama lain saat mereka mendarat di sebuah pedesaan. Mata Harry, masih bengkak, membutuhkan waktu untuk terbiasa, kemudian melihat sepasang gerbang dari besi tempa di ujung apa yang terlihat sep
erti jalan panjang. Dia sudah berpengalaman untuk mempercayai nasib baik terkecil sekalipun. Yang terburuk belum terjadi: Voldemort tidak ada di sini. Dia, Harry tahu, karena dia sedang bertarung untuk melawan penglihatan itu, ada di suatu tempat asing, seperti benteng, di puncak menara. Berapa lama waktu yang dibutuhkan Voldemort untuk sampai ke sini, saat dia tahu harry ada di sini, itu masalah lain...
Salah satu penjambret itu berjalan menuju gerbang dan mengguncangnya.
"Bagaimana kita masuk" Pintunya dikunci, Greyback, aku tak bisa -blimey!"
Dia menyentakkan tangannya dengan ketakutan. Besinya menyeringai, membelit sendiri dari bentuk gulungan dan lilitan abstrak menjadi sebentuk wajah menakutkan, yang berbicara dalam suara berdentang dan bergema. "Nyatakan tujuanmu!"
"Kami dapat Potter!" Greyback meraung senang. "Kami menangkap Harry Potter!"
Gerbangnya terbuka. "Ayo!" kata Greyback pada orang-orangnya, dan para tahanan diseret melewati gerbang ke arah jalan, diantara pagar tanaman tinggi yang meredam langkah mereka. Harry melihat sosok putih bagai hantu di atasnya, dan menyadari itu adalah merak albino. Dia tersandung dan diseret oleh Greyback; sekarang dia berjalan terhuyung-huyung sepanjang tepi jalan, terikat dengan punggung saling berhadapan dengan tahanan lainnya. Menutup matanya yang bengkak, dia mengizinkan rasa sakit di bekas lukanya menguasai dia sesaat, ingin tahu apa yang sedang Voldemort lakukan, apakah dia sudah tahu kalau Harry tertangkap...
Sosok kurus itu bergerak di bawah selimut tipisnya dan berguling ke arahnya, matanya tebuka di wajah yang seperti tengkorak... Pria lemah itu berdiri, matanya yang amat cekung menatap pasti ke arahnya, ke arah Voldemort, dan kemudian dia tersenyum. Sebagian besar giginya sudah hilang...
"Jadi, kau sudah datang. Kukira kau akan... suatu hari. Tapi perjalananmu sia-sia.
Aku tak pernah memilikinya."
"Kau bohong!" Saat kemarahan Voldemort berdenyut dalam dirinya, bekas luka Harry seakan-akan mau pecah saking sakitnya, dan dia merenggut pikirannya kembali ke tubuhnya sendiri, bertarung untuk tetap sadar saat para tahanan didorong ke atas batu kerikil.
Cahaya menerangi mereka semua.
"Apa ini"" ujar sebuah suara dingin wanita.
"Kami di sini untuk bertemu Dia-Yang-Namanya-Tak-Boleh-Disebut!" teriak Greyback parau. "Siapa kau""
"Kau kenal aku!" terdengar kejengkelan dalam suara mausia serigalanya. "Fenrir Greyback! Kami menangkap Harry Potter!"
Greyback menangkap Harry dan menyeretnya agar menghadap cahaya, memaksa tahanan lain ikut terseret juga.
"Aku ta'u dia bengkak, Ma'am, tapi ini dia!" teriak Scabior. "Kalau Anda melihat lebih dekat, Anda bisa lihat bekas lukanya. Dan ini, lihat perempuan ini" Darah Lumpur yang diketahui bepergian dengan Harry Potter, Ma'am. Tidak ragu lagi, ini dia, dan kita dapat tongkatnya juga! Ini, Ma'am -"
Melalui kelopak matanya yang bengkak Harry melihat Narcissa Malfoy meneliti dengan cermat. Scabior menyodorkan tongkat blackthorn padanya. Dia menaikkan alisnya.
"Bawa mereka masuk," katanya.
Harry dan yang lain didorong dan ditendang menaiki tangga batu lebar memasuki aula yang dindingnya penuh lukisan.
"Ikuti aku, "kata Narcissa, memimpin jalan melewati aula. "Anakku, Draco, ada di rumah untuk liburan Paskah. Kalau itu Harry Potter, dia akan tahu."
Ruang tamu terlihat menyilaukan setelah kegelapan di luar; bahkan dengan matanya yang hampir tertutup Harry bisa melihat ruangan dengan cukup jelas.
Sebuah tempat lilin dari kristal tergantung di langit-langit, dan lebih banyak lagi lukisan tergantung di dinding berwarna ungu gelap. Dua sosok bangkit dari kursi di depan perapian marmer penuh hiasan dan ornamen saat para tahanan didorong ke ruangan oleh para Penjambret.
"Apa ini""
Sebuah suara yang sangat dikenal Harry, suara Lucius Malfoy yang terdengar dipanjangpanjangkan terdengar di telinga Harry. Dia panik sekarang. Dia bisa melihat tak ada jalan keluar, dan lebih mudah, saat ketakutannya meluap, untuk menutup pikiran Voldemort, meski bekas lukanya masih terasa terbakar.
"Mereka bilang mereka mendapat Potter," ujar suara dingin Narcissa. "Dra
co, kemari." Harry tidak berani menatap langsung Draco, tapi melihatnya sekilas; sosok langsing yang lebih tinggi dari sebelumnya, bangun dari kursi berlengan, wajahnya pucat dan tersamarkan dibawah rambut pirang keperakannya.
Greyback mendorong para tahanan untuk berbalik lagi agar Harry berada tepat dibawah tempat lilin.
"Well, nak"" kata si manusia serigala parau.
Harry menghadap ke sebuah cermin di seberang perapian, benda berkilau
besar dengan bingkai berbelit rumit. Melalui celah di matanya dia melihat bayangan dirinya sendiri untuk pertama kalinya sejak meninggalkan Grimmauld Place.
Wajahnya besar, bersinar, dan kemerahan, setiap bagiannya berubah gara-gara mantera Hermione. Rambut hitamnya mencapai bahu dan ada bayangan gelap di bawah rahangnya. Kalau saja dia tidak tahu siapa yang berdiri di sana, dia akan heran siapa yang memakai kacamatanya. Dia memutuskan untuk tidak berbicara, dia yakin suaranya akan dikenali; meski dia masih menghindari kontak mata dengan Draco saat dia tiba.
"Well, Draco"" kata Lucius Malfoy. Dia terdengar sangat tertarik. "Apa itu dia"
Apa itu Harry Potter""
"Aku tidak -Aku tidak yakin," kata Draco. Dia menjaga jarak dengan Greyback dan terlihat sama takutnya seperti Harry takut melihatnya.
"Tapi lihat baik-baik, lihat! Ayo mendekat!"
Harry tidak pernah mendengar Lucius setertarik ini.
"Draco, kalau kita orang yang menyerahkan Harry Potter pada Pangeran Kegelapan, semua akan dimaaf-" "Sekarang, kita tak akan lupa siapa yang sebenarnya menangkap dia, Mr. Malfoy"" kata Greyback mengancam.
"Tentu tidak, tentu tidak!" kata Lucius tidak sabar. Dia mendekati Harry, sangat dekat sehingga Harry bisa melihat wajah bertampang lesu, pucat dengan detail yang tajam meski melalui matanya yang bengkak. Dengan wajah bengkaknya yang seperti topeng, Harry merasa seperti dia mengintip lewat jeruji sel.
"Apa yang kau lakukan padanya"" Lucius bertanya pada Greyback. "Bagaimana dia bisa jadi begitu""
"Bukan kami." "Kelihatannya seperti Kutukan Sengat bagiku," kata Lucius. Mata abu-abunya menusuri kening Harry.
"Ada sesuatu di sana," bisiknya. "Bisa jadi bekas luka, tertarik ketat... Draco, kemari, lihat baik-baik! Bagaimana menurutmu""
Harry melihat wajah Draco terangkat dekat sekarang, tepat disamping ayahnya.
Mereka benar-benar mirip, kecuali sementara ayahnya memandang Harry dengan ketertarikan, ekspresi Draco terlihat sangat enggan, bahkan seperti takut.
"Aku tidak tahu," katanya, dan dia berjalan menjauh menuju perapian dimana Ibunya berdiri memperhatikan.
"Sebaiknya kita yakin, Lucius," Narcissa memanggil suaminya dalam suaranya yang dingin dan jelas. "Benar-benar yakin bahwa itu Potter, sebelum kita memanggil Pangeran Kegelapan... Mereka bilang ini miliknya" -dia meneliti tongkat blackthorn itu- "tapi ini tidak menyerupai deskripsi Ollivander...Kalau kita salah, kalau kita memanggil Pangeran Kegelapan kesini tidak untuk apapun... Ingat apa yang dia lakukan pada Rowle dan Dolohov""
"Bagaimana dengan Darah Lumpurnya, kalau begitu"" geram Greyback. Harry hampir terlempar saat para Penjambret mendorong para tahanan lagi, sehingga cahaya menerangi Hermione sekarang.
"Tunggu," kata Narcissa tajam. "Ya - ya, dia ada di Madam Malkin's dengan Potter! Aku melihat fotonya di Prophet! Lihat, Draco, bukankah ini si Granger itu""
"Aku...mungkin...yeah."
"Dan lagi, itu si Weasley!" teriak Lucius, meluncur mengelilingi tahanan yang diikat untuk menghadap Ron. "Itu mereka, teman-teman Potter -Draco, lihat dia, bukankah itu anak Arthur Weasley, siapa namanya -""
"Yeah," ujar Draco lagi, punggungnya menghadap para tahanan. "Bisa jadi."
Pintu ruang tamu terbuka di belakang Harry. Seorang wanita berkata, dan suaranya menaikkan rasa takut Harry. "Apa ini" Apa yang terjadi, Cissy""
Bellatrix Lestrange berjalan perlahan di sekitar para tahanan, dan berhenti di sebelah kanan Harry, menatap Hermione melalui matanya yang berpelupuk tebal.
"Tapi tentu saja," katanya pelan, "Ini cewek Darah Lumpur itu" Ini Grander"" "Ya, ya, ini Granger!" jerit Lucius, "Dan disampingnya, kami kira, Potter! Potter dan teman-temannya, akhirnya tertan
gkap!" "Potter"" Bellatrix tertawa terbahak-bahak, dan dia mundur, agar bisa melihat Harry lebih jelas. "Apa kau yakin" Kalau begitu, Pangeran Kegelapan harus diberi tahu segera!"
Dia menarik lengan baju kirinya: Harry melihat Tanda Kegelapan dibakarkan di lengannya, dan tahu dia akan menyentuhnya, untuk memanggil Master yang dipujanya
"Aku baru saja mau memanggil dia!" kata Lucius, dan tangannya langsung mendekati pergelangan tangan Bellatrix, mencegah dia menyentuh Tanda Kegelapan-nya. "Aku akan memanggilnya, Belia. Potter sudah dibawa ke rumahku, dan dia disini dibawah kekuasaanku -" "Kekuasaanmu!" dia menyeringai, dalam usahanya merenggut tangannya dari genggaman Lucius.
"Kau kehilangan kekuasaanmu saat kau kehilangan tongkatmu, Lucius! Beraninya kau! Lepaskan tanganmu!"
"Tak ada urusannya denganmu, kau tidak menangkap anak itu -"
"Mohon maaf, Mr. Malfoy," sela Greyback. "Tapi kami yang menangkap Potter, dan kami yang akan mengklaim emasnya -"
"Emas!" Bellatrix tertawa, masih berusaha melepaskan diri dari saudara iparnya, tangannya yang bebas meraba-raba sakunya mencari tongkatnya.
"Ambil emasmu, pemakan bangkai kotor, apa urusanku dengan emas" Aku hanya mencari penghormatan darinya -untuk -"
Dia berhenti berontak, matanya yang gelap menatap sesuatu yang Hary tak bisa lihat. Kegirangan karena Bellatrix menyerah, Lucius melempar tangannya dan menggulung lengan bajunya sendiri "BERHENTI!" jerit Bellatrix, "Jangan sentuh, kita semua akan musnah kalau Pangeran Kegelapan datang sekarang!"
Lucius membeku, jari telunjuknya melayang di tas Tanda Kegelapan miliknya.
Bellatrix meluncur keluar dari penglihatan Harry yang terbatas.
"Apa itu"" dia mendengar Bellatrix berkata.
"Pedang," geram seorang Penjambret tak-terlihat.
"Berikan padaku."
"Itu bukan milikmu, Nona, ini punyaku, kupikir aku menemukannya."
Terdengar benturan dan kilatan cahaya merah; Harry tahu si Penjambret telah dipingsankan. Terdengar raungan kemarahan dari kelompoknya: Scabior menarik tongkatnya.
"Kaupikir apa yang kau lakukan, perempuan""
"Stupefy!" dia berteriak, "Stupefy!"
Mereka bukan tandingan Bellatrbc, meski mereka berempat melawan dia sendiri: Dia penyihir wanita, setahu Harry, dengan kemampuan luar biasa dan tanpa nurani. Mereka jatuh di tempat mereka berdiri, semua kecuali Greyback, yang telah didorong ke posisi berlutut, lengannya tertarik. Diluar sudut matanya Harry melihat Bellatrix mengangkat manusia serigala itu, pedang Gryffindor tergenggam erat di tangannya, wajahnya memucat.
"Dari mana kau mendapat pedang ini"" dia berbisik pada Greyback saat dia menarik tongkat Greyback dari benggaman tangannya yang longgar.
"Beraninya kau"" dia menantang, mulutnya satu-satunya yang bisa dia gerakkan saat dia didorong untuk memandang Bellatrix. Dia menunjukan gigi-gigi tajamnya.
"Bebaskan aku, perempuan!"
"Dari mana kau mendapat pedang ini"" ulangnya, melambai-lambaikan pedangnya di wajah Greyback, "Snape mengirim ini ke lemari besiku di Gringotts!"
"Itu dari tenda mereka," kata Greyback. "Bebaskan aku, kataku!"
Dia mengayunkan tongkatnya, dan si manusia serigala meloncat di kakinya, tapi terlihat terlalu waspada untuk mendekati Bellatrix. Dia bersembunyi di belakang kursi berlengan, kukunya yang kotor melengkung menggenggam bagian belakangnya.
"Draco, pindahkan sampah itu keluar," kata Bellatrix, menunjuk pria yang tak sadarkan diri. "Kalau belum punya keberanian untuk menyelesaikan dia, tinggalkan di halaman untukku."
"Jangan berani-berani bicara pada Draco seperti -" kata Narcissa marah, tapi Bellatrbc berteriak.
"Diam! Situasinya lebih genting dari yang bisa kau bayangkan, Cissy! Kita punya masalah yang sangat serius!"
Dia berdiri, sedikit terengah-engah, melihat ke arah pedang, memeriksa
pangkalnya. Kemudian dia berbalik, menghadap para tahanan yang terdiam.
"Kalau dia benar-benar Potter, jangan sakiti," dia bergumam, lebih kepada dirinya sendiri. "Pangeran Kegelapan ingin melenyapkan Potter sendiri...
Tapi kalau dia menemukan... Aku harus... Aku harus tahu..." Dia berbalik mengadap adiknya lagi.
"Para tahanan harus ditempatkan di gudang bawah tanah
sementara aku memikirkan apa yang harus dilakukan!" "Ini rumahku, Belia, jangan beri perintah di -"
"Lakukan! Kau tak tahu bahaya yang sedang kita hadapi!" jerit Bellatrix. Dia terlihat ketakutan, marah; aliran kecil api menyembur dari tongkatnya dan membakar karpet, membentuk sebuah lubang.
Narcissa tertegun sesaat, kemudian memandang si manusia serigala.
"Bawa tahanan ini ke gudang bawah tanah, Greyack."
"Tunggu!," kata Bellatrix tajam. "Semua kecuali... kecuali si Darah Lumpur."
Greyback mengeluarkan dengkuran senang.
"Tidak!" teriak Ron. "Kau bisa menahanku, tahan aku!"
Bellatrix memukul wajahnya: suara pukulannya menggema di seluruh ruangan.
"Kalau dia mati saat ditanyai, kau yang berikutnya," katanya. "Darah pengkhianat adalah yang berikutnya setelah Darah Lumpur di bukuku. Bawa mereka turun, Greyback, dan pastikan mereka aman, tapi jangan lakukan apapun pada mereka belum." Dia melemparkan tongkat Greyback kembali, lalu mengeluarkan pisau perak pendek dari balik jubahnya. Dia membebaskan Hermione dari tahanan lain, dan menyeret rambutnya ke tengah ruangan, sementara Greyback mendorong sisa tahanan lainnya berjalan menyeret kaki mereka menyebrangi ruangan ke pintu lain, masuk ke gang gelap, tongkatnya teracung di depannya, mengeluarkan kekuatan besar yang tak terlihat.
"Kira-kira dia bakal membiarkanku menggigit sedikit gadis itu saat dia selesai dengannya"" Greyback bersenandung saat mendorong mereka sepanjang koridor. "Kubilang aku bakal dapet satu atau dua gigitan,
bagaimana, jahe""
Harry bisa merasakan Ron gemetar. Mereka didorong menuruni tangga curam, masih diikat dengan punggung berhadapan dan dalam bahaya tergelincir dan mematahkan leher mereka kapan saja. Di bawah terdapat pintu berat. Greyback membuka kuncinya dengan ketukan tongkatnya, dan mendorong mereka masuk ke ruangan lembab dan berbau apak dan meninggalkan mereka dalam kegelapan total. Gema suara pintu gudang yang dibanting masih terdengar saat terdengar suara jeritan mengerikan tepat dari atas mereka.
"HERMIONE!" Ron melenguh, dan dia mulai menggeliat dan berusaha membebaskan diri dari tali yang mengikat mereka bersama, membuat Harry menggeliat. "HERMIONE!"
"Diamlah!" kata Harry. "Diam. Ron, kita harus mencari jalan -"
"HERMIONE! HERMIONE!"
"Kita perlu rencana, berhenti berteriak - kita perlu melepaskan diri dari tali ini "Harry"" terdengar bisikan dari kegelapan. "Ron" Apa itu kau""
Ron berhenti berteriak. Terdengar suara gerakan mendekati mereka, dan Harry melihat sebuah bayangan mendekat.
"Harry" Ron"""Luna"""Ya, ini aku! Oh, tidak, aku tak mau kau tertangkap!""Luna, bisa kau bantu kami melepaskan tali ini"" kata Harry."Oh ya, kuharap bisa... Ada paku tua yang kami gunakan kalau kami perlu merusak sesuatu... Tunggu sebentar..."
Hermione menjerit lagi dari atas, dan mereka bisa mendengar Bellatrix menjerit juga, tapi kata-katanya tak terdengar, karena Ron berteriak lagi, "HERMIONE!
HERMIONE!" "Mr. Ollivander"" Harry bisa mendengar Luna berkata. "Mr. Ollivander, Anda punya
pakunya" Kalau Anda bisa bergerak edikit...Kurasa pakunya di sebelah tempat air." Dia kembali sedetik kemudian. "Kau harus diam," katanya.
Harry bisa merasakan dia menggali serabut-serabut talinya untuk membuka simpulnya.
Dari atas mereka mendengar suara Bellatrix."Aku tanya kau sekali lagi! Dimana kau dapat pedang ini" Di mana"" "Kami menemukannya -kami menemukannya KUMOHON!" Hermione menjerit lagi;
Ron berjuang lebih keras lagi, dan paku karatan itu tergelincir ke pergelangan tangan Harry.
"Ron, tolong, diamlah!" Luna berbisik. "Aku tak bisa melihat apa yang sedang kulakukan -"
"Sakuku!" kata Ron, "Di sakuku, ada Deluminator, dan penuh cahaya!"Beberapa detik berikutnya, terdengar suara ceklikan, dan bola cahaya yang diserap Deluminator dari lampu di tenda terbang ke gudang: Tak bisa kembali ke sumbernya, bola cahaya tu hanya tergantung di sana, seperti matahari kecil, membanjiri ruang bawah tanah itu dengan cahaya. Harry melihat Luna, matanya memandang wajahnya yang putih, dan sosok tak bergerak Mr. Ollivander si pembuat tongkat, bergelung di lantai di sudut. Menjulurkan
lehernya ke sekeliling, dia melihat tahanan lainnya: Dean dan Griphook si goblin, yang terlihat baru sadar, tetap berdiri karena tali yang mengikatnya
ke manusia. "Oh, itu jauh lebih baik, thanks, Ron," kata Luna, dan dia mulai memaku tali mereka
lagi. "Halo, Dean."
Dari atas terdengar suara Bellatrix.
"Kau bohong, Darah Lumpur kotor, dan aku tahu itu! Kau sudah masuk ke lemari besiku di Gringotts! Katakan yang sebenarnya, katakan yang sebenarnya!"
Terdengar teriakan mengerikan lainnya "HERMIONE!" "Apa lagi yang kau ambil" Apa lagi yang kau punya" Beri tahu aku yang sebenarnya, atau, aku bersumpah, aku akan mengulitimu dengan pisau ini!"
"Ini!" Harry merasakan talinya jatuh dan memutar, menggosok pergelangan tangannya, melihat Ron berlari mengelilingi gudang, melihat ke langit-langit rendah, mencari-cari pintu jebakan. Dean, wajahnya penuh memar dan berdarah, mengucapkan
"terima kasih" pada Luna dan berdiri di sana, gemetaran, sementara Griphook terjatuh ke lantai gudang, terlihat terhuyung-huyung dan tak terbiasa, bilur-bilur terlihat di wajahnya yang kehitaman.
Ron sekarang mencoba ber-Dissapparate tanpa tongkat.
"Tak ada jalan keluar, Ron," kata Luna, menonton usahanya yang tidak berhasil. "Gudang ini benar-benar tahan-kabur. Aku mencobanya, dulu. Mr.
Ollivander sudah lama di sini, dia sudah mencoba segalanya."
Hermione menjerit lagi: Suaranya menerpa Harry seperti sakit badannya. Baru saja sadar dari rasa sakit hebat yang menusuk di bekas lukanya, dia juga mulai berlarian berkeliling ruangan, meraba dindingnya untuk sesuatu yang hampir dia tidak sadari apa, mengetahui dalam hatinya kalau itu sia-sia.
"Apa lagi yang kau ambil, apa lagi" JAWAB AKU! CRUCIO!"
Jeritan Hermione bergema di dinding di atas, Ron setengah terisak saat dia memukul dinding dengan kepalan tangannya, dan Harry dalam keputusasaannya mengeluarkan dompet dari Hagrid dari lehernya dan meraba-raba ke dalamnya: Dia menarik keluar Snitch Dumbledore dan mengguncangnya, mengharap sesuatu yang dia tidak tahu apa -tak ada yang terjadi - dia melambaikan patahan tongkat phoenixnya, tapi tongkatnya tidak bernyawa -pecahan kaca jatuh dan berkilau di lantai, dan dia melihat kilatan biru terang Mata Dumbledore menatapnya dari dalam cermin.
"Tolong kami!" dia berteriak pada cermin itu dalam keputusasaan. "Kami di gudang bawah tanah Kediaman Malfoy, tolong kami!"
Mata itu mengedip dan hilang.
Harry bahkan tidak yakin itu benar-benar terjadi. Dia memiringkan pecahan kacanya dalam berbagai cara, dan melihat tak ada apapun yang terpantul di situ kecuali dinding dan langit-langit penjara mereka, dan di atas Hermione menjerit lebih buruk dari sebelumnya, dan di sebelahnya Ron melenguh,
"HERMIONE! HERMIONE!
"Bagaimana kau masuk ke lemari besiku"" mereka mendengar Bellatrix menjerit. "Apa goblin kecil kotor di gudang itu yang membantumu""
"Kami baru bertemu dia malam ini!" Hermione terisak. "Kami tak pernah masuk ke lemari besimu...Ini bukan pedang yang asli! Ini hanya tiruan, hanya tiruan!"
"Tiruan"" Bellatrix bercicit. "Oh, cerita yang bagus!"
"Tapi kita bisa menemukannya dengan mudah!" terdengar suara Lucius. "Draco, ambil goblin itu, dia bisa memberitahu kita pedang ini asli atau bukan!"
Harry bergerak cepat menyebrangi gudang ke tempat di mana Griphook membungkuk di lantai.
"Griphook," dia berbisik ke telinga runcing si goblin, "kau harus memberi tahu mereka kalau pedangnya palsu, mereka tak boleh tahu itu yang asli, Griphook, kumohon -"
Dia bisa mendengar langkah kaki teredam seseorang di gudang; saat berikutnya, suara gemetaran Draco berbicara dari balik pintu.
"Mundur. Berbaris di dekat tembok belakang. Jangan coba-coba lakukan apapun, atau aku akan membunuh kalian!"
Mereka berdiri seolah mereka masih diikat; saat kunci diputar, Ron menjentikkan Deluminator dan cahanyanya tersapu kembali ke kantungnya, mengembalikan kegelapan gudang. Pintu terbuka; Malfoy melangkah masuk, tongkatnya teracung di depannya, pucat dan penuh tekad. Dia mengangkat goblin kecil itu di lengannya dan keluar lagi, menyeret Griphook dengannya. Pintu dibanting menutup dan di saat yang sam
a suara krak keras terdengar menggema di dalam gudang.
Ron menjentikkan Deluminator. Tiga bola cahaya terbang lagi ke udara dari sakunya, memperlihatkan Dobby, si peri rumah, yang baru saja ber-Apparate ke tengahtengah mereka.
"DOB - !" Harry memukul Ron di lengannya untuk menghentikan dia berteriak, dan Ron terlihat ketakutan karena kesalahannya. Langkah kaki terdengar di langit-langit: Draco membawa Griphook ke Bellatrix.
Mata Dobby yang sangat besar dan seperti bola tenis melebar; Dia gemetar dari ujung kakinya ke ujung telinganya. Dia kembali ke rumah tuannya yang lama, dan
terlihat jelas kalau dia membeku ketakutan.
"Harry Potter," dia mencicit dengan suara gemetar yang paing kecil, "Dobby telah datang untuk menyelamatkan Harry Potter."
"Tapi bagaimana kau -"
Jeritan mengerikan menenggelamkan kata-kata Harry:Hermione disiksa lagi. Dia langsung ke tujuan. "Kau bisa ber-Dissapparate keluar gudang ini"" dia menanyai Dobby, yang mengangguk, telinganya mengepak.
"Dan kau bisa membawa manusia bersamamu"" Dobby mengangguk lagi.
"Baiklah, Dobby, aku ingin kau memegang Luna, Dean, dan Mr. Ollivander, dan membawa mereka - membawa mereka ke -"
"Tempat Bill dan Fleur," kata Ron, "Shell Cottage di luar Tinworth! "Peri rumah itu mengangguk untuk yang ketiga kalinya."Dan kemudian kembali lagi," kata Harry. "Bisa kau lakukan, Dobby"""Tentu saja, Harry Potter," bisik peri rumah kecil itu. Dia berjalan tergesa menuju Mr.
Ollivander, yang kelihatannya baru sadar. Dia mengambil salah satu lengan si pembuat tongkat dengan tangannya, dan mengulurkan yang lain pada Luna dan Dean, tak ada diantara mereka yang bergerak.
"Harry, kami ingin membantumu!" Luna berbisik.
"Kami tak bisa meninggalkanmu di sini," kata Dean.
"Pergi, kalian berdua! Kami akan menemui kalian di tempat Bill dan Fleur."
Saat Harry berbicara, bekas lukanya terbakar lebih buruk dari sebelumnya, dan untuk
beberapa saat dia melihat ke bawah, yang terlihat bukan si pembuat tongkat, tapi pria lain yang setua dan sekurus dia, tapi tertawa menghina.
"Bunuh aku, kalau begitu. Voldemort, aku menyambut kematian! Tapi kematianku tidak akan membawamu pada apa yang kau cari... Terlalu banyak yang tidak kau
mengerti..." Dia merasakan kemarahan Voldemort, tapi saat Hermione menjerit lagi dia juga berteriak, kembali ke gudang dan ketakutan dengan kehadirannya sendiri.
"Pergi!" Harry memohon pada Luna dan Dean. "Pergi! Kami akan mengikuti, sekarang pergi!"
Mereka mengenggam jari si peri rumah. Terdengar suara crack yang lain, lalu Dobby, Luna, Dean, dan Ollivander menghilang.
"Apa itu"" teriak Lucius dari atas kepala mereka, "apa kau mendengar itu" Apa suara di gudang itu"" Harry dan Ron saling pandang.
"Draco -tidak, panggil Wormtail! Suruh dia pergi dan periksa!"
Langkah kaki terdengar bersilangan menyebrangi ruangan, dan kemudian sunyi.
Harry tahu orang-orang di ruang tamu mendengarkan suara lain dari gudang.
"Kita harus mencoba menangani dia," dia berbisik pada Ron. Mereka tidak punya pilihan: Saat siapapun yang memasuki ruangan dan melihat ketidakhadiran tiga tahanan, mereka kalah. "Biarkan cahayanya menyala," tambah Harry, dan saat mereka mendengar seseorang melangkah mendekat di luar pintu, mereka mundur ke tembok di sisi yang lain.
"Mundur," terdengar suara Wormtail. "Mundur dari pintu. Aku masuk."
Pintu mengayun terbuka. Untuk sedetik Woemtail memandang ke ruangan yang kosong, dibutakan oleh cahaya dari tiga miniatur matahari yang melayang di udara. Kemudian Harry dan Ron menampakkan diri mereka di depannya. Ron menarik tangan Wormtail yang menggenggam tongkat dan mendorongnya ke atas.
Harry menutup tangannya ke mulutnya, membungkam suaranya. Mereka berjuang dalam diam: tongkat Wormtail memancarkan cahaya; tangan peraknya menutup di sekeliling tenggorokan Harry.
"Ada apa, Wormtail"" panggil Lucius dari atas.
"Tak ada!" Ron berteriak kembali, cukup mirip dengan suara Wormtail yang mencicit. "Semua baik-baik saja!" Harry hampir tidak bisa bernapas.
"Kau mau membunuhku"" Harry sesak napas, berusaha melepaskan diri dari jari-jari metal itu. "Setelah aku menyelamatkan nyawamu" Kau ber
hutang padaku, Wormtail!"
Jari-jari perak itu mengendur. Harry tidak menyangkanya: dia menarik dirinya bebas, terpesona, tangannya tetap menutup mulut Wormtail. Dia melihat matanya yang kecil dan berair seperti tikus melebar karena ketakutan dan terkejut: Dia terlihat sama terkejutnya seperti Harry atas apa yang tangannya lakukan, pada saat kebaikan yang terkhianati, dan dia terus berjuang lebih keras, seperti ingin memperbaiki saat-saat kelemahannya.
"Dan kami akan ambil ini," bisik Ron, menarik tongkat Wormtail dari tangannya yang lain.
Tanpa tongkat, tidak berdaya, pupil Pettigrew membesar karena ketakutan.
Matanya teralih dari wajah Harry ke sesuatu yang lain. Jari peraknya sendiri bergerak menuju tenggorokannya tanpa bsa dicegah.
"Tidak -" Tanpa berhenti untuk berfikir, Harry mencoba menarik tangan itu, tapi tak bisa menghentikannya. Alat perak yang Voldemort berikan pada pelayannya yang paling penakut telah berbalik melawan pemiliknya yang tak berguna dan terlucuti; Pettigrew mendapat balasan untuk keragu-raguannya, saat menyedihkannya; dia dicekik di depan mata mereka.
'Tidak!" Ron telah melepaskan Wormtail juga, dan bersama-sama Harry dia mencoba menarik jari-jari metal itu dari sekeliling tenggorokan Wormtail, tapi tak berguna. Pettigrew berubah jadi biru.
"Relashio!" ujar Ron, mengarahkan tongkatnya ke tangan perak, tapi tak terjadi apa-apa; Pettigrew terjatuh di lututnya, dan pada saat yang sdama, Hermione meneriakkan teriakan mengerikan dari atas kepala mereka. Mata Wormtail berputar di wajahnya yang ungu; dia memberikan puntiran terakhir, dan hening.
Harry dan Ron saling berpandangan, kemudian meninggalkan tubuh Wormtail di lantai di belakang mereka, berlari menaiki tangga dan kembali ke gang gelap yang menuju ke ruang tamu. Mereka bergerak pelan-pelan dengan sangat hati-hati sampai mereka mencapai pintu ruang tamu, yang terbuka sedikit. Sekarang mereka bisa melihat dengan jelas. Bellatrix melihat Griphook, yang memegang
pedang Gryffindor di tangannya yang berjari panjang. Hermione terbaring di kaki Bellatrix. Dia terlihat kacau.
"Well"" kata Bellatrix pada Griphook. "Apa ini pedang yang asli""
Harry menunggu, menahan napasnya, berjuang melawan rasa sakit dari bekas lukanya.
"Bukan," kata Griphook. "Ini palsu."
"Kau yakin"" kata Bellatrix terengah. "Benar-benar yakin"" "Ya," kata si goblin.
Kelegaan terlihat di wajahnya, semua ketegangan hilang.
"Bagus," katanya, dan dengan j entikan santai tongkatnya dia menorehkan goresan dalam lain ke wajah si goblin, dan dia menjerit terjatuh di kaki Bellatrix. Dia menendang goblin itu ke tepi. "Dan sekarang," dia berkata dalam suara yang meledak dengan kemenangan, "kita panggil Pangeran Kegelapan!"
Dan dia mendorong lengan bajunya dan menyentuhkan jari telunjuknya ke Tanda Kegelapan.
Saat itu, bekas luka Harry terasa seperti akan terbuka lagi. Keadaan sekitarnya yang sebenarnya hilang. Dia adalah Voldemort, dan penyihir kurus di depannya tertawa memperlihatkan giginya yang ompong padanya; dia marah sekali pada panggilan yang dia rasakan -dia sudah memperingatkan mereka, dia sudah memberitahu mereka jangan memanggilnya kecuali untuk Potter. Kalau mereka salah...
"Bunuh aku, kalau begitu!" tuntut si pria tua. "Kau tak akan menang, kau tak bisa menang! Tongkat itu tak akan, tak akan pernah jadi milikmu -"
Dan kemarahan Voldemort pecah: Secercah sahaya hijau memenuhi ruang tahanan, dan tubuh tua yang lemah itu terangkat dari tempat tidurnya yang keras, dan kemudian terjatuh lagi, tanpa kehidupan, dan Voldemort kembali ke jendela, kemarahannya hampir tak bisa terkontrol... Mereka akan menderita dalam pembalasannya kalau mereka tidak punya alasan yang bagus untuk memanggilnya...
"Dan kurasa," kata Bellatrix, "Kita bisa melenyapkan Darah Lumpur ini.
Greyback, ambil kalau kau mau dia."
"TIDAAAAAK!" Ron menghambur ke ruang tamu; Bellatrbc melihat sekeliling, terkejut; dia mengarahkan tongkatnya ke wajah Ron -"Expelliarmus!" dia meraung, mengarahkan tongkat Wormtail ke arah Bellatrix, dan tongkatnya terbang di udara dan ditangkap oleh Harry, yang berlari setelah Ron. Lucius, Narc
issa, Draco dan Greyback bergerak maju; Harry berteriak, "Stupefy!" dan Lucius Malfoy terjatuh tak sadarkan diri. Kilatan cahaya meluncur dari tongkat Draco, Narcissa dan Greyback; Harry melemparkan dirinya ke lantai, berguling di belakang sofa untuk menghindari mereka.
"BERHENTI ATAU DIA MATI!"
Terengah-engah, Harry mengintip dari ujung sofa. Bellatrix mengangkat Hermione, yang terlihat tidak sadar, dan memegang pisau perak pendeknya ke tenggorokan Hermione.
"Jatuhkan tongkat kalian," dia berbisik. "Jatuhkan, atau kita akan lihat tepatnya seberapa kotor darahnya!"
Ron berdiri kaku, memegang tongkat Wormtail. Harry berdiri, masih mengenggam tongkat Bellatrbc.
"Kubilang jatuhkan!" dia berteriak, menekan pisaunya ke tenggorokan Hermione: Harry melihat beberapa tetes darah muncul di sana.
"Baiklah!" serunya, dan dia menjatuhkan tongkat Bellatrix ke lantai di dekat kakinya, Ron melakukan hal yang sama dengan tongkat Wormtail. Keduanya mengangkat tangan di atas bahu.
"Bagus!" liriknya. "Draco, ambil tongkatnya! Pangeran Kegelapan akan datang, Harry Potter! Kematianmu sudah dekat!"
Harry tahu; bekas lukanya seperti terbakar oleh rasa sakit, dan dia bisa merasakan Voldemort terbang di langit dari tempat yang jauh, melewati laut yang gelap dan berbadai, dan akan cukup dekat untuk ber-Apparate ke tempat mereka, dan Harry melihat tak ada jalan keluar.
"Sekarang," kata Bellatrbc lembut, saat Draco kembali padanya membawa tongkat. "Cissy, kurasa kita harus mengikat pahlawan kecil ini lagi, sementara Greyback mengurus Nona Darah Lumpur. Aku yakin Pangeran Kegelapan tak akan iri padamu karena mendapatkan gadis itu, Greyback, setelah apa yang kau lakukan malam ini."
Pada kata-kata terakhir terdengar suara berat yang aneh dari atas. Semuanya melihat ke atas tepat pada waktunya untuk melihat tempat lilin kristal itu bergetar; kemudian, dengan suara derak dan bunyi gemerincing tak menyenangkan, mulai jatuh. Bellatrix berdiri tepat di bawahnya; menjatuhkan Hermione, dia melemparkan dirinya ke samping dengan jeritan. Tempat lilin itu manimpa lantai dalam ledakan kristal dan rantai, jatuh di atas Hermione dan si goblin, yang masih memegang pedang Gryffindor. Pecahan kristal yang berkilauan terbang ke segala arah; Draco terkena, tangannya menutupi wajahnya yang berdarah.
Saat Ron berlari untuk menarik Hermione keluar dari kekacauan, Harry mengambil kesempatan: dia melompati kursi berlengan dan merebut tiga tongkat tersebut dari pegangan Draco, mengacungkan semuanya ke arah Greyback, dan berteriak, "Stupefy!" Manusia serigala itu terangkat kakinya oleh mantra triple, terbang ke langit-langit dan manghantam lantai.
Saat Narcissa menarik Draco keluar dari kekacauan lebih jauh, Bellatrix melompat, rambutnya melayang saat dia melambaikan pisau peraknya; tapi Narcissa telah mengacungkan tongkatnya ke arah pintu.


Harry Potter Dan Relikui Kematian Deathly Hallows Karya Jk Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dobby!" dia menjerit dan bahkan Bellatrix membeku. "Kau! Kau menjatuhkan tempat lilinnya -""
Peri rumah kecil itu berderap masuk ke dalam ruangan, tangannya yang gemetar menunjuk Nyonya lamanya.
"Kau tak boleh melukai Harry Potter," dia mencicit.
"Bunuh dia, Cissy!" jerit Bellatrix, tapi terdengar suara derak keras lain, dan tongkat Narcissa juga terbang dan mendarat di sisi lain ruangan.
"Kau monyet kecil kotor!" jerit Bellatrix. "Beraninya kau mengambil tongkat seorang penyihir, beraninya kau pada tuanmu""
"Dobby tak punya tuan!" cicit si peri. "Dobby peri rumah bebas, dan Dobby datang untuk menyelamatkan Harry Potter dan teman-temannya!"
Bekas luka Harry membuatnya buta dengan rasa sakit. Samar-samar dia tahu mereka punya waktu, beberapa detik sebelum Voldemort datang.
"Ron, tangkap -dan PERGI!" dia berteriak, melemparkan salah satu tongkat ke arahnya; kemudian dia menunduk untuk menarik Griphook keluar dari bawah tempat lilin. Mengangkat goblin yang merintih, yang masih menggenggam pedang,
di satu pundak, Harry mengangkat tangan Dobby dan berputar ke titik Disapparate.
Saat dia menuju ke kegelapan di luar dia menangkap kilasan terakhir dari pemandangan di ruang tamu pada sosok Narcissa dan Draco yang pucat dan membeku, kilasan merah ya
ng merupakan rambut Ron, dan kilasan biru dari sesuatu yang perak yang terbang, saat pisau Bellatrix terbang melintasi ruangan di tempat dia telah menghilang Tempat Bill dan Fleur...Shell Cottage...Tempat Bill dan Fleur...
Dia menghilang ke suatu tempat yang tidak dikenal; yang bisa dia lakukan hanyalah mengulang nama tempat tujuannya dan berharap itu cukup untuk membawanya ke sana. Rasa sakit di dahinya menusuknya, dan berat si goblin membebaninya,; dia bisa merasakan bagian tajam dari pedang Gryffindor membentur punggungnya: tangan Dobby tersentak di tangannya; dia penasaran apakah Dobby sedang mencoba untuk mengambil alih tanggung jawab, menarik mereka ke tempat yang tepat, dan mencoba, dengan tekanan pada jari-jarinya, memberi tanda bahwa mereka baik-baik saja...
Dan kemudian mereka membentur tanah keras dan mencium udara asin. Harry jatuh di lututnya, melepaskan tangan Dobby, dan mencoba menurunkan Griphook dengan lembut ke tanah.
"Kau tak apa-apa"" katanya karena goblin itu terlihat kacau, tetapi Griphook hanya merengek.
Harry mengerdip ke sekeliling dalam kegelapan. Di sana terlihat sesuatu seperti sebuah cottage tak jauh dibawah langit berbintang, dan dia pikir dia melihat gerakan di dalamnya.
"Dobby, apa ini Shell Cottage"" dia berbisik, menggenggam dua tongkat yang dia bawa dari tempat Malfoy, siap bertarung jika diperlukan. "Apa kita datang ke tempat yang tepat" Dobby""
Dia melihat ke sekeliling. Peri rumah itu berdiri satu kaki darinya.
"DOBBY!" Peri rumah itu bergoyang pelan, bintang-bintang terpantul di matanya yang lebar dan bersinar. Bersama-sama, dia dan Harry melihat ke pangkal perak dari pisau yang menonjol keluar dari dada Dobby yang bergerak naik turun.
"Dobby -tidak -TOLONG!" Harry melenguh ke arah cottage, ke orang-orang yang bergerak di dalam. "TOLONG!"
Dia tidak tahu atau tidak peduli apakah mereka penyihir atau Muggle, kawan atau lawan; semua yang dia pedulikan hanyalah noda gelap yang tersebar di bagian depan Dobby, bahwa dia menjulurkan tangannya ke arah Harry dengan tatapan memohon. Harry menangkapnya dan membaringkannya di tepi jalan di rumput yang dingin.
"Dobby, tidak, jangan mati, jangan mati -"
Mata si peri rumah menemukan matanya, dan bibirnya bergetar dengan usahanya membentuk kata-kata. "Harry... Potter..."
Dan kemudian diringi gemetar kecil Dobby terdiam, dan matanya tak lebih dari bola kaca besar, bersinar karena cahaya bintang yang tak bisa mereka lihat.
Bab 24 The Wandmaker Pembuat Tongkat
Rasanya seperti tenggelam ke dalam mimpi buruk lama; dalam sekejap, Harry seperti berlutut lagi di samping tubuh Dumbledore di kaki menara tertinggi Howarts, tapi kenyataannya dia sedang memAndang tubuh kurus yang ada di atas rumput, tertusuk oleh pisau perak Bellatrix. Suara Harry masih menyebut,
"Dobby... Dobby..." meskipun dia tahu bahwa peri itu telah pergi ke tempat dimana ia tak dapat memanggilnya kembali.
Setelah beberapa menit atau sekitar itu, dia sadar bahwa dia, akhirnya, telah datang ke tempat yang benar, ketika Bill dan Fleur, Dean dan Luna, berkumpul di sekitarnya ketika dia berlutut di samping peri itu.
"Hermione." Akhirnya dia berkata, "Dimana dia""
"Ron telah membawanya ke dalam." Kata Bill, "Dia akan baik-baik saja."
Harry melihat ke belakang pada Dobby lagi. Dia menggenggamkan tangannya dan mencabut pisau tajam itu dari tubuh Dobby, kemudian melepaskan jaketnya dan menutupi tubuh Dobby dengannya seperti selimut.
Laut menghantam karang disuatu tempat yang dekat; Harry mendengarkannya sementara yang lain berbicara mendiskusikan masalah yang tidak dapat diperhatikannya, membuat keputusan, Dean membawa Griphook yang terluka ke dalam rumah, Fleur mengikuti mereka; sekarang Bill mengerti apa yang dia
katakan, ketika dia melakukannya, dia memAndang kebawah pada tubuh kecil itu, dan lukanya menjadi sakit dan serasa terbakar, dan di salah satu bagian pikirannya, seperti memAndang dari ujung teleskop yang salah, dia melihat Voldemort menghukum mereka yang tinggal di rumah Keluarga Malfoy.
Kemarahannya sangat mengerikan dan belakangan Harry bersyukur pada Dobby yang kelihatannya meny
ebabkannya, sehingga itu menjadi sebuah badai yang jauh dan menggapai Harry dari seberang laut, lautan yang sunyi.
"Aku ingin melakukannya sendiri," adalah kata pertama yang diucapkan Harry ketika dia benar-benar sadar, "tidak dengan sihir, apakah kau punya sekop"" dan tak lama kemudian dia mulai bekerja, sendirian, menggali kubur di tempat yang ditunjukkan Bill di pinggir kebun, diantara semak. Dia menggali dengan sedikit kemarahan, melampiaskannya pada kerja moral, membanggakan nonsihir di dalamnya, pada tiap tetes keringatnya dan tiap lepuh merasakan duka cita bagi peri yang telah menyelamatkan nyawa mereka.
Bekas lukanya terasa terbakar, tapi dia menguasai sakitnya, dia merasakannya, masih belum jauh darinya. Dia akhirnya belajar bagaimana mengendalikannya, belajar menutup pikirannya dari Voldemort, sesuatu Dumbledore inginkan ia pelajari dari Snape. Hanya karena Voldemort tidak mampu menguasai Harry ketika Harry dipenuhi duka
untuk Sirius, sehingga dia berpikir bahwa Voldemort tidak mampu menguasai pikirannya sekarang ketika dia berduka atas Dobby.
Duka cita kelihatannya membuat Voldemort kalah... yang menurut Dumbledore, tentunya, bisa dikatakan sebagai cinta.
Dalam penggalian Harry, dalam dan lebih dalam lagi ke tanah yang dingin dan keras, menumpahkan duka citanya dalam keringat, mengabaikan sakit di bekas lukanya. Dikegelapan, dengan kesunyian setelah suara napasnya dan deburan laut yang tetap menemaninya, sesuatu yang terjadi di rumah Malfoy teringat lagi, sesuatu yang dia dengar kembali lagi padanya, dan pengertian terbentuk di kegelapan.
Irama tetap dari gerakan tangannya beriringan dengan pikirannya, Hallows...
Horcrux... Hallows... Horcrux... tak lama kemudian terbakar dalam keanehan itu, obsesi yang panjang. Rasa kehilangan dan ketakutan menyedotnya, dia merasa bahwa dia tersentak bangun lagi.
Lebih dalam dan lebih dalam lagi Harry menggali kedalam makam, dan dia tahu dimana Voldemort sebelumnya malam ini, dan siapa yang telah dibunuhnya di sel paling atas Numengard, dan sebabnya... Dan dia memikirkan Wormtail, meski karena dorongan tak sadar sebuah belas kasihan... Dumbledore telah meramalkannya... berapa banyak lagi yang dia tahu"
Harry kehilangan ukuran waktu, yang dia tahu hanya kegelapan telah merebak semakin gelap ketika Dean dan Ron datang menenaminya lagi.
"Bagaimana Hermione""
"Lebih baik" kata Ron, "Fleur sedang menjaganya."
Harry telah mempersiapkan alasan jika mereka menanyakan mengapa dia tidak membuat makam yang lebih baik dengan sihir, tapi dia tidak membutuhkannya.
Mereka berdua meloncat kedalam lubang yang Harry buat dengan sekop dan mereka bekerja bersama dalam diam hingga lubang itu kelihatannya sudah cukup dalam. Harry menyelimuti peri itu lebih rapi dengan jaketnya, Ron duduk di pinggiran lubang dan melepaskan sepatu dan kaus kakinya yang lalu dipakaikannya di kaki telanjang si peri, Dean memberikan topi wol, yang Harry pakaikan dengan hati-hati diatas kepala Dobby, menutupi telinga kalelawarnya. "Kita seharusnya menutup matanya."
Harry tidak mendengar yang lain datang dalam kegelapan. Bill memakai jubah perjalanannya, Fleur memakai sebuah celemek lebar berwarna putih; dari sakunya muncul sebuah ujung botol, yang Harry kenali sebagai Skele-Gro.
Hermione terbungkus gaun panjang pinjaman, dengan wajah pucat, dan berdiri sedikit goyah diatas kakinya; Ron meletakkan sebelah tangannya, merangkulnya ketika dia mendekati Ron. Luna, yang memakai salah satu mantel Fleur, membungkuk dan meletakkan jemarinya dengan perlahan di atas kelopak mata Dobby, menutupnya di atas tatapan kosong. "Begitulah," katanya lembut,
"sekarang dia dapat tertidur".
Harry meletakkan Dobby ke dalam makam, mengatur kaki kecilnya sehingga dia kelihatannya seperti beristirahat, lalu memanjat keluar dan memandang untuk terakhir kalinya kepada tubuh kecil itu. Harry berusaha tidak kecewa ketika mengingat acara pemakaman Dumbledore, baris demi baris kursi emas, dan mentri sihir di deretan paling depan, pidato tentang penghargaan kepada Dumbledore, makam marmer putih yang indah. Dia merasa Dobby layak mendapatkan acara pemaka
man yang lebih baik dari ini, tapi kenyataannya di sini terbaring peri itu dalam sebuah lubang kasar dalam tanah diantara semak.
"Kupikir kita harus mengucapkan sesuatu," Luna mulai bicara, "aku yang pertama, boleh""
Dan ketika semua orang melihat padanya, dia memAndang jasad peri di dasar lubang itu. "Terima kasih banyak, Dobby, karena telah menyelamatkan kami dari penjara itu. Sangat tidak adil kau meninggal karena kau sangat berani dan baik.
Aku akan selalu mengingat apa yang kau lakukan untuk kami. Kuharap kau bahagia sekarang."
Dia berpaling dan menatap dengan penuh harap kepada Ron, yang membasahi tenggorokannya dan berbicara dalam suara yang kecil, "Yeah... terimakasih, Dobby."
"Terima kasih," gumam Dean.
Harry melanjutkan, "Selamat tinggal, Dobby." dia mengatakannya dengan susah payah, tapi Luna telah mengatakan semuanya untuk Dobby. Bill mengangkat tongkatnya, dan gundukan tanah disamping makam terangkat ke udara dan menutup perlahan diatasnya, sebuah tanah merah yang kecil.
Mereka menggumamkan kata-kata yang tidak dapat didengar Harry; dia merasakan tepukan halus pada punggungnya, dan mereka semua berbalik untuk berjalan ke pondok lagi, meninggalkan Harry sendirian di samping si peri.
Dia melihat berkeliling: ada beberapa batu lebar berwarna putih, dihaluskan oleh laut, menandai batas untuk tempat tumbuh bunga. Dia mengambil satu yang terlebar dan meletakkannya, seperti bantal, di atas tempat dimana kepala Dobby beristirahat sekarang. Kemudian dia mengambil tongkat yang ada di sakunya. Ada dua tongkat. Dia telah lupa; sepertinya dia telah menyambar tongkat-tongkat itu dari tangan seseorang. Dia memilih tongkat yang lebih pendek, yang terasa akrab di tangannya. Ketika Harry berdiri lagi, di batu itu tertulis: DISINI TERBARING DOBBY, PERI YANG BEBAS
Dia memandang hasil pekerjaan tangannya beberapa saat; lalu berjalan pergi, bekas lukanya masih berdenyut sedikit, dan pikirannya dipenuhi suatu pikiran yang didapatkannya ketika di makam tadi, rencana yang menjadi tajam di kegelapan tadi, rencana yang sangat menarik dan sekaligus menakutkan.
Yang lain sedang duduk di ruang duduk ketika dia masuk ke dalam ruang depan yang kecil, perhatian mereka terpusat pada Bill, yang sedang berbicara. Ruangan itu berwarna cerah, indah, dengan api kecil dari kayu api yang terbakar riang di perapian. Harry tidak mau menjatuhkan lumpur di atas karpet, sehingga dia berdiri di pintu masuk, ikut mendengarkan.
".. .Beruntung Ginny sedang liburan. Jika dia sedang berada di Hogwarts, mereka dapat menangkapnya sebelum kita berhasil membawanya. Sekarang kita tahu dia aman juga." Dia memandang berkeliling dan melihat Harry berdiri disana.
"Aku telah memindahkan mereka semua dari the Burrow," dia menjelaskan.
"Memindahkan mereka ke rumah bibi Muriel." Para pelahap maut sekarang tahu Ron ada bersamamu, mereka bermaksud membatasi gerak keluarga... Jangan minta maaf," dia menambahkan pada ekspresi Harry. "ini hanya masalah waktu, Dad telah mengatakannya berbulan-bulan yang lalu. Kami adalah keluarga berdarah pengkhianat paling besar yang pernah ada."
"Bagaimana melindungi mereka"" tanya Harry.
"Mantra Fidelius." Kata Bill. "Dad Penjaga Rahasianya. Dan kami melakukannya untuk pondok ini juga; aku adalah Penjaga Rahasia di sini. Tak ada seorang pun diantara kami yang bisa pergi bekerja, tapi hal ini adalah yang terpenting untuk saat ini. Begitu Ollivander dan Griphook sudak cukup sehat, kami akan memindahkannya juga ke rumah Muriel. Tak ada cukup kamar di sini, tapi di rumah Muriel ada banyak. Kaki Griphook sedang diperbaiki. Fleur memberinya Skele-Gro... kita mungkin dapat memindahkan mereka sekitar satu jam lagi atau..."
"Tidak," kata Harry dan Bill berpaling padanya. "Aku membutuhkan mereka berdua di sini. Aku ingin berbicara dengan mereka. Ini penting." Dia mendengar kekuasaan dalam suaranya, suara yang meyakinkan, suara dari rencana yang telah datang padanya ketika dia menggali makam Dobby. Wajah mereka semua yang melihatnya penuh tanda tanya.
"Aku ingin membersihkan diri," Harry berkata pada Bill sambil melihat pada tangannya yang masih ditutu
pi oleh lumpur dan darah Dobby. "Kemudian aku ingin bertemu mereka, langsung." Dia berjalan ke dalam dapur yang kecil, ke sebuah baskom di bawah jendela yang berpemandangan laut. Fajar sedang merekah di cakrawala, berwarna merah jambu dan emas, ketika dia mencuci, dia memeriksa lagi rangkaian pikiran yang telah datang padanya dalam kegelapan di kebun tadi...
Dobby mungkin tidak akan pernah dapat memberitahu mereka siapa yang telah mengirimkannya ke penjara itu, tapi Harry tahu apa yang telah dilihatnya.
Sebuah kilatan mata berwarna biru telah melihatnya dari pecahan cermin, dan kemudian bantuan datang. Bantuan akan selalu diberikan di Hogwarts untuk mereka yang membutuhkannya.
Harry mengeringkan tangannya, tertarik pada keindahan pemandangan di luar jendela dan pada gumaman yang lain di ruang duduk. Dia melihat pada laut di luar sana dan merasa dekat, fajar ini, lebih dekat di hatinya lebih dari kapan pun.
Dan bekas lukanya masih tetap berdenyut, dan dia tahu Voldemort ada di sana juga. Harry sudah mengerti dan belum mengerti pada saat bersamaan.
Perasaannya mengatakan suatu hal, tapi otaknya mengatakan lain. Dumbledore dalam pikiran Harry tersenyum, meneliti Harry di atas jari-jarinya, yang menelengkup seperti sedang berdoa...
Kau memberi Ron Deluminator... Kau memahaminya... Kau memberinya jalan untuk kembali...
Dan kau juga mengerti Wormtail... Kau tahu ada sedikit penyesalan di sana, di suatu
tempat. Dan jika kau memahami mereka... Apa yang kau pahami tentangku, Dumbledore" Apa ini berarti aku hanya boleh tahu dan bukannya untuk mencari" Apakah kau tahu betapa sulit merasakannya" Apakah itu sebabnya kau membuat ini menjadi sulit" Sehingga aku perlu waktu untuk mengerjakannya"
Harry berdiri diam, melihat pemandangan, mengamati tempat dimana sinar keemasan matahari yang cerah terbit di cakrawala. Kemudian dia melihat ke bawah pada tangannya yang sudah bersih dan sedikit terkejut melihat pakaian yang ia genggam. Dia meletakkannya dan kembali ke ruang depan, dan ketika dia melakukannya, dia merasakan bekas lukanya berdenyut marah, dan kemudian kilatan melewati pikirannya, cepat seperti bayangan capung di atas air, sebuah bentuk bangunan yang dia kenal dengan baik.
Bill dan Fleur berdiri di kaki tangga.
"Aku ingin bebicara dengan Griphook dan Ollivander." kata Harry.
"Tidak," kata Fleur. "kau 'arus menunggu, 'Arry. Mereka berdua sangat kelela'an..."
"Aku minta maaf," dia berbicara dengan tenang, "tapi aku tidak dapat menunggu. Aku perlu berbicara dengan mereka sekarang, sendirian... dan terpisah. Ini penting."
"Harry, apa yang terjadi"" tanya Bill. "Kau datang kemari dengan seorang peri rumah yang mati dan goblin yang setengah sadar, Hermione seperti telah kena siksa, dan Ron menolak untuk memberitahuku apapun..."
"Kami tidak dapat memberitahumu apa yang kami lakukan," kata Harry datar.
"Kau di Orde, Bill. Kau tahu Dumbledore memberikan kami sebuah tugas. Kami tidak seharusnya memberitahu orang lain tentang ini."
Fleur mengeluarkan suara tidak sabar, tapi Bill tidak melihat padanya; dia memandang Harry. Wajahnya yang terluka yang dipenuhi bekas luka dalam sulit untuk dibaca. Akhirnya, Bill berkata, "Baiklah, siapa yang ingin kau ajak bicara lebih dahulu""
Harry bimbang. Dia tahu apa yang menggantung dalam keputusannya. Tak banyak waktu yang tersisa; sekarang adalah waktunya untuk memutuskan: Horcrux atau Hallows"
"Griphook," Harry berkata. "Aku akan berbicara dengan Griphook lebih dahulu."
Jantungnya bedegup kencang seakan dia telah berlari kencang dan telah menyelesaikan rintangan yang besar. "Ke atas sini, kalau begitu." Kata Bill, memimpin jalan.
Harry telah melangkah ke atas beberapa langkah sebelum dia berhenti dan melihat ke belakang.
"Aku membutuhkan kalian berdua," dia memanggil Ron dan Hermione, yang telah menyelinap, setengah tersembunyi di pintu ruang duduk.
Mereka bergerak ke dalam cahaya, melihat dengan sedikit aneh.
"Bagaimana keadaanmu"" Harry bertanya pada Hermione. "Kau luar biasa bisa bertahan dengan cerita itu ketika dia menyakitimu seperti itu..."
Hermione tersenyum lemah ketika Ron meremas sebelah len
gannya. "Apa yang kita lakukan sekarang, Harry"" Ron bertanya. "Kau akan tahu, ayo"
Harry, Ron dan Hermione mengikuti Bill naik ke tangga keatas ruangan yang sempit. Ada tiga pintu disana.
"Di dalam sini." Kata Bill, membuka pintu ruang kamarnya dan Fleur, ruangan itu mempunyai pemandangan laut, yang sekarang dipenuhi warna keemasan sinar matahari. Harry bergerak ke jendela, membalik punggungnya ke pemandangan luar biasa itu, dan menunggu, lengannya terlipat, bekas lukanya berdenyut.
Hermione duduk di kursi disamping meja rias, Ron duduk di lengan kursinya.
Bill datang lagi, menggendong seorang goblin kecil, yang diletakkannya dengan hati-hati di atas tempat tidur. Griphook mengucapkan terima kasih, dan Bill pergi, menutup pintu di depan mereka.
"Aku minta maaf mengganggu istirahatmu," kata Harry. "Bagaimana keadaan kakimu""
"Sakit," jawab si goblin. "tapi membaik."
Dia masih memegang pedang Gryffindor, dan kelihatan aneh, setengah galak, setengah licik. Harry memperhatikan kulitnya yang pucat, jari-jarinya yang kurus panjang, mata hitamnya. Fleur telah melepas sepatunya; telapak kakinya yang panjang kotor. Dia sedikit lebih besar daripada peri rumah, tapi tidak terlalu.
Kepala bulatnya sedikit lebih besar dari kepala manusia.
"Mungkin kau tidak ingat..." Harry memulai.
"-bahwa aku adalah goblin yang menuntunmu ke ruang penyimpananmu, pada saat pertama kalinya kau mengunjungi Gringotts"" kata Griphook. "Aku ingat, Harry Potter. Bahkan diantara para goblin, kau sangat terkenal.'
Harry dan goblin itu saling bertatapan, saling menilai. Bekas luka Harry masih berdenyut. Dia ingin menyelesaikan pembicaraan ini dengan cepat, dan pada saat bersamaan merasa takut telah melakukan kesalahan. Sementara dia memutuskan cara terbaik untuk menyampaikan permintaannya, goblin itu memecah kesunyian.
"Kau menguburkan peri itu," dia berkata, kedengaran seperti tanpa belas kasihan yang tidak terduga.
"Ya," kata Harry.
Griphook memandangnya lewat sudut matanya yang hitam. "Kau penyihir yang tidak biasa, Harry Potter." "Dibagian mana"" kata Harry, menggosok bekas lukanya "Kau menggali sebuah makam." "Jadi""
Griphook tidak menjawab. Harry berpikir bahwa goblin itu mencemoohnya karena berbuat seperti muggle, tapi itu bukan masalah apakah Griphook menyetujui makam
Dobby atau tidak. Dia mempersiapkan dirinya untuk menyerang.
"Griphook, aku ingin bertanya..."
"Kau juga menyelamatkan goblin."
"Apa"" "Kau membawaku kemari. Menyelamatkanku."
"Well, kurasa kau tidak menyesal"" kata Harry sedikit tidak sabar.
"Tidak, Harry Potter," kata Griphook, dan dengan satu jari dia memilin janggut kecil di
dagunya, "tapi kau penyihir yang sangat aneh."
"Baiklah." kata Harry. "Well, aku membutuhkan beberapa pertolongan, Griphook, dan kau dapat memberikannya." Goblin itu tidak memperlihatkan ketertarikan, tetapi masih melanjutkan memandang
Harry seakan dia belum pernah melihat sesuatu sepertinya.
"Aku ingin menerobos ke dalam ruang penyimpanan Gringgots."
Harry tidak bermaksud mengatakannya begitu buruk; kata-kata yang terucap darinya
ketika rasa sakit terasa di bekas lukanya dan dia melihat, lagi, bentuk bangunan Hogwarts. Dia menutup pikirannya. Dia butuh kesepakatan dengan Griphook terlebih
dahulu. Ron dan Hermione memandang Harry seperti dia sudah gila.
"Harry-" kata Hermione, tapi dia dipotong oleh Griphook.
"Menerobos ke ruang penyimpanan Gringotts"" ulang si goblin, mengernyit sedikit ketika dia berubah posisi di atas tempat tidur. "Itu tidak mungkin."
"Tidak, itu tidak benar," Ron menentangnya, "itu sudah pernah dilakukan."
"Yeah," kata Harry, "pada hari yang sama ketika aku bertemu denganmu, Griphook. Saat ulang tahunku, tujuh tahun yang lalu."
"Ruang penyimpanan yang kalian maksud sudah dikosongkan pada hari itu juga."
timpal si goblin, dan Harry mengerti bahwa meskipun Griphook telah meninggalkan Gringotts, dia tertahan pada rencana untuk melanggar pertahanannya, "pengamanan ruang itu minimal."
"Well, ruang penyimpanan yang kami inginkan tidak kosong, dan aku rasa pengamanannya akan sangat kuat," kata Harry. "Ruang itu milik keluarga Lestrange."
Dia melih at Ron dan Hermione saling berpandangan, keheranan, tapi ada banyak waktu untuk menjelaskan setelah Griphook telah memberikan jawabannya.
"Kau tidak memiliki kesempatan," kata Griphook datar. "Tak ada kemungkinan sama sekali. Jika kau mencari dibawah lantai kami, harta yang tak berhak kaumiliki..."
"Pencuri, kau telah diperingatkan, waspadalah... yeah, aku tahu, aku ingat," kata Harry. "Tapi aku bukan mencoba mengambil harta apapun untukku, aku tidak bermaksud mendapatkan keuntungan pribadi. Dapatkah kau mempercayainya""
Goblin itu memandang condong ke Harry, dan bekas luka sambaran kilat di dahi Harry berdenyut, tapi dia mengacuhkannya, menolak untuk merasakan sakitnya atau undangannya.
"Jika ada penyihir yang dapat aku percaya bahwa mereka tidak mencari keuntungan pribadi," akhirnya Griphook berkata, "itu adalah kau, Harry Potter.
Para goblin dan peri belum pernah mendapatkan perlindungan dan penghormatan seperti yang kau tunjukkan malam ini. Tidak dari para pembawa-tongkat."
"Pembawa-tongkat." Ulang Harry: istilah itu kedengaran aneh di telinganya ketika bekas lukanya berdenyut, ketika Voldemort melayangkan pikirannya ke utara, dan ketika Harry merencanakan pertanyaan untuk Ollivanders di pintu selanjutnya.
"Kesepakatan untuk mempunyai sebuah tongkat sihir," kata si goblin dengan pelan, "telah dibuat lama sebelumnya diantara para penyihir dan goblin."
"Well, para goblin dapat melakukan sihir tanpa tongkat sihir," kata Ron.
"Bukan itu masalahnya! Para penyihir menolak untuk berbagi rahasia pembuatan tongkat dengan mahluk sihir lainnya, mereka mengira kami bermaksud untuk memperkuat kekuatan kami!"
"Well, para goblin juga tidak mau membagikan rahasia mereka," kata Ron, "Kau tidak mau memberitahu kami bagaimana membuat pedang-pedang dan pakaian perang seperti yang kalian lakukan. Para goblin tahu bagaimana bekerja dengan logam dengan cara yang para penyihir tidak..."
"Itu tidak masalah," kata Harry, memperhatikan perubahan warna Griphook.
"Ini bukan tentang para penyihir lawan para goblin atau jenis mahluk sihir lainnya..."
Griphook tertawa tidak menyenangkan.
"Tapi ini memang benar, ini masalah sebenarnya! Ketika Penguasa Kegelapan menjadi lebih kuat, ras kalian berada lebih tinggi di atas kami! Gingotts tunduk di bawah peraturan penyihir, peri rumah dijadikan budak, dan siapa diantara para pembawa-tongkat yang keberatan""
"Kami!" kata Hermoine. Dia telah duduk tegak, matanya bersinar. "Kami keberatan! Dan aku diburu seperti setiap goblin dan peri rumah, Griphook! Aku adalah Darah Lumpur!"
"Jangan sebut dirimu..." Ron bergumam.
"Kenapa tidak"" kata Hermione. "Darah Lumpur, dan aku bangga karenanya! Aku tidak memiliki posisi yang lebih tinggi dari pada kau sekarang, Griphook! Aku yang mereka pilih untuk disiksa, di rumah Malfoy!"
Sementara dia berbicara, dia mendorong ke samping gaun di lehernya kesamping untuk menunjukkan goresan kecil yang telah dibuat Bellatrix, bekas luka di atas tenggorokannya.
"Apakah kau tahu bahwa Harry lah yang membebaskan Dobby"" dia bertanya.
"Apakah kau tahu kami memperjuangkan kebebasan peri selama bertahuntahun"" (Ron bergerak tidak nyaman di lengan kursi Hermione) "Kau tidak ingin Kau-Tahu-Siapa menghalangi apa yang kami lakukan, Griphook!"
Goblin itu memandang Hermione dengan pandangan aneh yang sama seperti yang diberikannya pada Harry.
"Apa yang kau cari di ruang penyimpanan keluarga Lestrange"" dia tiba-tiba bertanya. "Pedang yang ada di ruang penyimpanan itu palsu. Ini yang asli." Dia melihat mereka satu per satu. "Aku rasa kau telah mengetahui ini. Kau memintaku berbohong pada waktu di sana."
"Tapi pedang yang palsu itu bukan satu-satunya benda yang ada di sana, kan"" tanya Harry. "Mungkin kau pernah melihat benda lain di sana""
Jantungnya berdetak lebih cepat dari pada kapanpun. Dia melipatgandakan keinginannya untuk mengacuhkan denyutan di bekas lukanya. Goblin itu memilin lagi janggut di dagunya.
"Itu melanggar peraturan kami jika berbicara rahasia Gringotts pada yang lain. Kami
adalah penjaga harta-harta berharga. Kami mempunyai tugas untuk memelihara benda yang ada pada kami, ya
ng mana seringkah, dibuat oleh jari-jari kami." Goblin itu memandang pedang, dan mata hitamnya berpaling dari Harry ke Hermione ke Ron lalu kembali memandang pedang lagi.
"Sangat muda," akhirnya dia berkata, "untuk bertarung dengan keras."
"Maukah kau menolong kami"" kata Harry. "Kami tidak memiliki harapan menerobos
tanpa bantuan goblin. Kau satu-satunya kesempatan kami."
"Aku akan... memikirkannya." Kata Griphook dengan lambat.
"Tapi..." Ron mulai marah; Hermione menyodok rusuknya.
"Terima kasih." kata Harry.
Goblin itu menundukkan kepalanya dengan penghormatan, kemudian memegang kaki pendeknya.
"Kurasa," dia berkata, mengatur dirinya dengan sok di atas tempat tidur Bill dan Fleur,
"Skele-Gro telah selesai bekerja. Akhirnya aku dapat tidur. Maafkan aku..."
"Yeah, tentu saja," kata Harry, tapi sebelum meninggalkan ruangan dia membungkuk ke
depan dan mengambil pedang Gryfinddor dari samping goblin itu. Griphook tidak keberatan, tapi Harry mengira dia melihat kemarahan di mata goblin itu ketika dia menutup pintu di depannya.
"Iblis kecil," bisik Ron. "Dia menikmati telah menggantung keadaan kita."
"Harry," bisik Hermione, mendorong mereka berdua jauh dari pintu, ke tengah ruangan
yang masih gelap, "apakah kau berpikir sama dengan yang aku pikirkan" Kau mengira ada sebuah Horcrux di dalam ruang penyimpanan Lestrange"" "Ya," kata Harry. "Bellatrix ketakutan ketika dia mengira kita pernah berada di sana, dia seperti bukan dirinya. Mengapa" Apa yang dia kira kita cari, apa lagi yang dia pikir mungkin kita ambil" Sesuatu yang dia tidak ingin Kau-Tahu-Siapa mengetahuinya." "Tapi kukira kita mencari di tempat dimana Kau-Tahu-Siapa pernah tinggal, tempat
dimana dia melakukan sesuatu yang penting"" kata Ron, terlihat heran.
"Apakah dia pernah berada dalam ruang penyimpanan Lestrange""
"Aku tidak tahu apakah dia pernah berada di dalam Gringotts," kata Harry.
"Dia tidak pernah mempunyai emas di sana ketika dia masih muda, karena tak ada yang memberinya. Dia mungkin pernah melihat bank itu dari luar, kupikir, pada saat pertama kali dia pergi ke Diagon Alley."
Bekas luka Harry berdenyut, tapi dia mengacuhkannya; dia ingin Ron dan Hermione untuk mengerti tentang Gringotts sebelum mereka berbicara pada Ollivander.
"Kurasa dia bisa mencari seseorang yang mempunyai kunci ke sebuah ruang penyimpanan Gringotts. Aku rasa dia telah melihat bangunan itu sebagai salah satu simbol yang dimiliki oleh Dunia Sihir. Dan jangan lupa, dia mempercayai Bellatrix dan suaminya. Mereka adalah abdinya yang paling setia sebelum dia jatuh, dan mereka yang mencoba mencarinya setelah dia menghilang. Dia mengatakan itu pada saat dia kembali, aku mendengarnya."
Harry menggosok bekas lukanya.
"Aku tidak berpikir dia memberitahu Bellatrix bahwa benda itu sebuah horcrux. Dia tidak pernah memberitahu Lucius kebenaran tentang buku harian.
Kemungkinan dia memberitahunya itu adalah sebuah harta berharga dan memintanya untuk menyimpannya di ruang penyimpananya. Tempat teraman di dunia untuk menyembunyikan sesuatu... kecuali Hogwarts."
Ketika Harry selesai bicara, Ron menganggukkan kepala.
"Kau sangat mengerti dia."
"Sedikit tentangnya," kata Harry. "Sedikit... Aku hanya berharap aku memahami Dumbledore sama banyaknya. Tapi kita lihat saja. Ayo...
sekarang Ollivander."
Ron dan Hermione terlihat cemas tapi sangat tertarik ketika mereka mengikutinya melintasi lantai kecil itu dan mengetuk pintu yang ada di seberang kamar Bill dan Fleur. Suara "Silahkan masuk!" lemah terdengar menjawab.
Pembuat tongkat itu berbaring di atas salah satu tempat tidur kembar yang paling jauh dari jendela. Dia telah berada di penjara lebih dari satu tahun, dan disiksa, Harry tahu, dalam lebih dari satu kesempatan. Dia terlihat memprihatinkan, tulang di wajah kurusnya terlihat tajam di bawah kulitnya yang pucat kekuningan. Mata abu-abunya yang besar terlihat menonjol di kelopak mata berkantung. Tangan yang terbaring di atas selimut itu menyerupai tulang. Harry duduk diatas tempat tidur kosong, disamping Ron dan Hermione. Matahari yang sedang terbit tidak terlihat dari sini. Ruangan ini menghadap b
agian atas kebun karang dan makam yang masih basah.
"Mr. Ollivander, saya minta maaf telah mengganggu Anda," Harry berkata.
"Anakku sayang," Suara Ollivander terdengar bergetar. "Kau menyelamatkan kami, aku pikir kami akan mati di tempat itu, aku tidak pernah bisa berterima kasih... tak pernah bisa cukup berterima kasih...."
Bekas luka Harry berdenyut. Dia tahu, dia dapat memastikan, bahwa hanya ada sedikit waktu tersisa yang bisa digunakan untuk melawan Voldemort mendapatkan keinginannya, atau paling tidak mencoba menggagalkannya. Dia merasakan sedikit kepanikan... sebelumnya dia telah membuat keputusan ketika dia memilih untuk berbicara dengan Griphook terlebih dahulu. Berpura-pura tenang seperti yang tidak dia rasakan, dia merogoh ke dalam kantong di lehernya dan mengeluarkan potongan tongkatnya yang terbelah dua.
"Mr. Ollivander, Saya butuh sedikit bantuan."
"Katakan saja. Katakan saja." Kata pembuat tongkat itu dengan lemah. "Dapatkah Anda memperbaiki ini" Apakah mungkin""
Ollivander mengadahkan tangan, dan Harry meletakkan tongkat yang nyaris terputus itu di telapak tangannya. "Kayu holly dan bulu phoenix," kata Ollivander dalam suaranya yang gemetar, "sebelas inci, bagus dan fleksibel." "Ya." Kata Harry. "Dapatkah Anda...""
"Tidak," bisik Ollivander. "Aku menyesal, sangat menyesal. Tapi sebuah tongkat yang telah menderita kerusakan seperti ini tidak dapat diperbaiki oleh kemampuan yang aku miliki."
Harry telah mencoba bertahan mendengarnya, tapi itu terbang hilang. Dia mengambil tongkat yang hampir terbelah dua itu dan meletakkannya di katong disekeliling lehernya. Ollivander memandang tempat di mana tongkat yang rusak itu menghilang, dan tidak memalingkan wajah sampai Harry mengambil dari sakunya dua tongkat yang dia bawa dari rumah Malfoy.
"Dapatkah Anda mengenali ini"" Harry bertanya.
Pembuat tongkat itu mengambil tongkat yang pertama dan memegangnya dekat mata pudarnya, memutarnya diantara jarinya yang kurus kering, memperhatikan bayangannya.
"Kayu kenari dan pembuluh jantung naga," katanya, "dua puluh tiga-per-empat inci, keras hati. Tongkat ini milik Bellatrix Lestrange."
"Dan yang satu ini""
Ollivander melakukan pengujian yang sama.
"Hawthorn dan rambut unicorn. Tepat sepuluh inci. Elastis. Ini tongkat milik Draco Malfoy."
"Miliknya"" ulang Harry. "Masih miliknyakah"" "Mungkin tidak, jika kau mengambilnya." "... aku melakukannya."
"... kalau begitu ini milikmu. Tentu saja, manusia sering melakukannya. Seringkah
tergantung pada tongkatnya. Pada umumnya, bagaimanapun, jika sebuah tongkat telah dimenangkan, kepemilikannya akan berubah."
Ada kesunyian di ruangan itu, kecuali desiran di laut.
"Anda berbicara seolah tongkat memiliki perasaan," kata Harry. " Sepertinya mereka dapat berpikir sendiri."
"Tongkat yang memilih penyihir," kata Ollivander. "inilah hal yang sudah lama kami percayai sebagai orang yang mempelajari pembuatan tongkat."
"Mesikupun begitu, masihkah seseorang dapat menggunakan tongkat yang tidak memilih mereka"" kata Harry.
"Oh ya, kau dan setiap penyihir lainnya dapat menyalurkan sihir melalui benda apapun. Meskipun demikian, hasil terbaik pasti selalu datang keterikatan terkuat antara penyihir dan tongkat sihir. Hubungan ini rumit. Sebuah pertunjukan awal dan kemudian saling mencari pengalaman, penyihir belajar dari tongkatnya, dan tongkatnya belajar dari penyihirnya."
Lautan menyembur ke depan dan ke belakang: seperti suara gumaman. "Saya mengambil ini dari Draco Malfoy dalam pertempuran," kata Harry. "Dapatkah saya menggunakannya dengan aman"" "Aku rasa demikian.
Berdasarkan Hukum Kepemilikan Tongkat Sihir, tongkat sihir hasil pertempuran biasanya akan membelokkan kemauannya pada penguasa barunya."
"Jadi bisakah saya menggunakan yang satu ini"" kata Ron, menarik tongkat Wormtail dari dalam sakunya dan menyerahkannya pada Ollivander. "Kastanye dan pembuluh jantung naga. Sembilan setengah inci. Rapuh. Aku diperintahkan membuat tongkat ini dengan cepat setelah diculik, untuk Peter Pettigrew. Ya, jika kau memenangkannya, tongkat ini lebih suka melakukan kehendakmu, dan melakukannya dengan baik,
dari pada tongkat yang lain."
"Dan kejadian ini juga berlaku untuk semua tongkat sihir, kan"" tanya Harry.
"Kurasa demikian," jawab Ollivander, matanya yang menonjol terpaku pada wajah Harry. "Kau menanyakan pertanyaan yang dalam, Mr Potter. Pembuatan Tongkat itu salah satu cabang ilmu sihir yang misterius dan rumit."
"Jadi, apakah tidak perlu membunuh pemilik tongkat sihir yang sebelumnya untuk mengambil kepemilikan sebuah tongkat sihir"" tanya Harry.
Ollivander menelan ludah.
"Perlu" Tidak, aku seharusnya tidak mengatakan perlu untuk membunuh."
"Saya kira ada sebuah legenda," kata Harry, dan seketika jantungnya berdegup kencang, rasa sakit dibekas lukanya semakin menjadi; dia menjadi yakin bahwa Voldemort telah memutuskan menjalankan rencananya. "Legenda tentang sebuah tongkat sihir... atau tongkat-tongkat sihir... yang diturunkan dari tangan ke tangan melalui pembunuhan."
Ollivander menjadi pucat. Berlawanan dengan bantalnya yang berwarna salju, dia berwarna kelabu, dan matanya membesar, merah darah, dan menonjol dengan apa yang kelihatannya seperti rasa takut.
"Hanya satu tongkat, kurasa," dia berbisik.
"Dan Kau-Tahu-Siapa tertarik padanya, bukan"" tanya Harry.
"Aku... bagaimana"" kata Ollivander parau, dan dia memandang Ron dan Hermione dengan pandangan minta tolong. "Bagaimana kau tahu tentang ini""
"Dia meminta Anda untuk memberitahunya bagaimana hubungan antara tongkat sihir kami," kata Harry. Ollivander terlihat ketakutan.
"Dia menyiksaku, kau harus mengerti! Kutukan Cruciatus, Aku... aku tidak punya pilihan lain selain memberitahunya apa yang kutahu, apa yang kuperkirakan!"
"Saya mengerti." Kata Harry. "Anda memberitahunya tentang inti kembar" Anda mengatakan dia hanya perlu meminjam tongkat sihir penyihir lain""
Ollivander ketakutan, membatu, dengan banyaknya hal yang diketahui Harry. Dia mengangguk perlahan.
"Tapi itu tidak berhasil." Harry melanjutkan. "Tongkat saya tetap menghancurkan tongkat pinjaman itu. Apakah Anda tahu mengapa itu terjadi""
Ollivander menggelengkan kepalanya kepalanya dengan perlahan seperti dia mengangguk tadi.
"Aku.. .tidak pernah mendengar sesuatu yang seperti itu. Tongkatmu melakukan sesuatu yang unik malam itu. Hubungan inti yang kembar sangat jarang terjadi, aku belum mengerti bagaimana tongkat sihirmu dapat menghancurkan tongkat pinjaman itu..."
"Kita berbicara tentang tongkat yang lain, tongkat yang berpindah tangan dengan pembunuhan. Ketika Kau-Tahu-Siapa menyadari tongkat saya telah melakukan suatu yang aneh, dia kembali dan menanyakan tentang tongkat yang lain, kan""
"Bagaimana kau tahu tentang ini"" Harry tidak menjawab.
"Ya, dia bertanya," bisik Ollivander. "Dia ingin tahu semua yang dapat kukatakan tentang tongkat sihir yang sering disebut sebagai Tongkat Kematian, Tongkat Sihir Nasib, atau Tongkat Elder."
Harry memandang ke samping pada Hermione. Dia terlihat sangat keheranan.
"Penguasa kegelapan," kata Ollivander dalam suara bisikan dan ketakutan, "selalu puas dengan tongkat yang aku buatkan untuknya.. .Cemara dan bulu phoenix, tiga belas setengah inci... sampai akhirnya dia mengetahui tentang hubungan inti kembar. Sekarang dia mencari yang lain, tongkat sihir yang lebih kuat, untuk mengalahkan tongkat sihirmu."
"Tapi dia akan segera tahu, jika dia belum mengetahuinya, bahwa tongkat saya yang rusak tidak dapat diperbaiki," kata Harry pelan.
"Tidak!" kata Hermione, terdengar ketakutan. "Dia tidak dapat mengetahuinya, Harry, bagaimana bisa..."
"Priori Incantatem," kata Harry. "kita meninggalkan tongkat sihirmu dan tongkat sihir blackthorn di rumah Malfoy, Hermione. Jika mereka menguji tongkat itu dengan baik, membuat tongkat-tongkat itu menunjukkan kembali mantra terakhir yang dilontarkan, mereka akan melihat tongkatmu merusak tongkatku, mereka akan melihat bahwa kau berusaha dan gagal untuk
memperbaikinya, dan mereka akan sadar bahwa aku telah menggunakan tongkat blackthorn sejak itu."
Sedikit warna yang telah timbul sejak kedatangan mereka telah menghilang dari wajah Hermione. Ron memberikan Harry tatapan mencela, dan berkata,
"Mari kita tidak usah menghawatirkan itu sek
arang..."

Harry Potter Dan Relikui Kematian Deathly Hallows Karya Jk Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tetapi Mr. Ollivander menyela.
"Penguasa kegelapan tidak hanya mencari Tongkat Elder untuk kehancuranmu, Mr. Potter. Dia berkeinginan untuk memilikinya karena dia percaya tongkat itu membuatnya sangat kebal."
"Dan mungkinkah itu""
"Pemilik Tongkat Elder pasti takut diserang," kata Ollivander, "tapi rencana Penguasa Kegelapan untuk memiliki Tongkat kematian adalah, kalau boleh kukatakan...hebat."
Harry tiba-tiba ingat betapa tidak yakinnya dia, ketika mereka bertemu pertama kali, berapa besar dia menyukai Ollivander. Bahkan sekarang, setelah mendapat siksaan dan ditahan oleh Voldemort, rencana Penyihir Hitam yang ingin memiliki tongkat ini kelihatannya mempesonakannya sama besarnya dengan penolakannya terhadap Voldemort.
"Anda... Anda benar-benar berpikir tongkat ini ada, kalau begitu, Mr.
Ollivander"" tanya Hermione.
"Oh ya," kata Ollivander. "Ya, sangat mungkin sekali untuk menjejaki tongkat itu berdasarkan sejarah. Ada celah, tentu saja, dan panjang, saat tongkat itu menghilang dari penglihatan, hilang sementara atau disembunyikan; tapi tongkat itu masih ada. Tongkat itu memiliki karakteristik yang dikenal oleh siapa saja yang telah mempelajari pengenalan pembuatan tongkat sihir. Ada catatan tertulis, beberapa samar-samar, yang aku dan pembuat tongkat lainnya buat menjadi urusan yang dipelajari. Mereka mempunyai lingkaran tertulis"
"Jadi Anda... Anda tidak berpikir ini hanya cerita dongeng atau mitos""
Hermione berkata penuh harap.
"Tidak," kata Ollivander. "Mekipun aku tidak tahu tongkat itu beralih dengan pembunuhan. Sejarah tongkat itu berdarah, tapi itu mungkin merupakan nasib wajar bagi tongkat yang nyata sangat diinginkan, dan menimbulkan minat para penyihir. Kekuatannya yang luas, berbahaya di tangan yang salah, dan sebuah
benda yang luar biasa mengagumkan bagi kami semua yang mempelajari kekuatan tongkat sihir."
"Mr. Ollivander," kata Harry, "Anda memberi tahu Kau-Tahu-Siapa bahwa Gregorovitch memiliki Tongkat Elder, kan""
Ollivander menjadi, jika mungkin, lebih pucat. Dia terlihat seperti hantu ketika dia menelan ludah. "Tapi bagaimana... bagaimana kau...T'
"Tidak peduli bagaimana saya mengetahuinya," kata Harry, menutup matanya sebentar ketika bekas lukanya serasa terbakar dan dia melihat, untuk beberapa saat, sebuah penglihatan jalan utama Hogsmeade, masih gelap, karena tempat itu berada lebih di utara. "Anda memberitahu Kau-Tahu-Siapa bahwa Gregorovitch mempunyai tongkat itu""
"Itu hanya sebuah rumor," bisik Ollivander. "Sebuah rumor, bertahun-tahun yang lalu, jauh sebelum kau lahir, aku yakin Gregorovitch yang memulainya.
Kau dapat melihat betapa bagusnya itu untuk bisnis; bahwa dia mempelajari dan menduplikasi kualitas Tongkat Elder."
"Ya, saya menyadarinya," kata Harry. Dia berdiri "Mr. Ollivander, satu hal lagi, dan kami akan membiarkan Anda beristirahat. Apa yang Anda ketahui tentang Benda Suci sang Maut-Deathly Hallows""
"Benda... benda apa"" tanya sang pembuat tongkat, terlihat benar-benar keheranan.
"Benda Suci sang Maut."
"Aku takut aku tidak mengetahui apa yang kau bicarakan. Apakah ini masih sesuatu yang berkaitan dengan tongkat sihir""
Harry memandang wajah kurus itu dan percaya bahwa Ollivander tidak berdusta. Dia tidak mengetahui tentang Benda Suci itu.
"Terima kasih," kata Harry, "Terima kasih banyak, kami meninggalkan Anda agar dapat beristirahat sekarang." Ollivander terlihat terpukul.
"Dia menyiksaku!" dia terengah. "Kutukan Cruciatus... kau tidak mengerti..."
"Saya mengerti," kata Harry, "Saya sangat mengerti, saya mohon beristirahatlah. Terima kasih telah menjelaskan semua ini kepada kami."
Harry memimpin Ron dan Hermione menuruni tangga. Harry melihat sekilas Bill, Fleur, Luna, dan Dean duduk di depan meja di dapur, cangkir teh di depan mereka. Mereka melihat Harry ketika dia muncul di ambang pintu, tapi dia mengangguk pelan pada mereka dan melanjutkan berjalan ke kebun. Ron dan Hermione di belakangnya. Gundukan tanah merah yang menutupi Dobby terhampar di depan, dan Harry berjalan ke arahnya, ketika sakit di kepalanya menjadi lebih terasa. Dibutuhkan usaha yang kuat sekarang
untuk menutup penglihatan yang didorong mereka padanya, tapi dia tahu bahwa usahanya hanya dapat bertahan sebentar. Dia bisa segera berhasil, karena dia perlu mengetahui apakah teorinya benar, dia hanya perlu membuat satu usaha kecil, sehingga dia dapat menjelaskannya kepada Ron dan Hermione.
"Gregorovitch mempunyai Tongkat Elder pada masa lalu," dia berkata, "Aku melihat Kau-Tahu-Siapa mencoba menemuinya. Ketika dia bertemu dengan Gregorovitch, Kau-Tahu-Siapa menemukan bahwa dia sudah tidak memilikinya: tongkat itu telah dicuri darinya oleh Grindelwald. Bagaimana Grindelwald mengetahui bahwa Gregorovicth memilikinya, aku tidak tahu... tapi jika Gregorovitch cukup bodoh dengan menyebarkan rumor, ini tidak jadi terlalu sulit."
Voldemort telah berada di gerbang Hogwarts: Harry dapat melihatnya berdiri di sana, dan melihat juga lampu berkelip saat subuh, dekat dan semakin dekat.
"Dan Grindelwald menggunakan Tongkat Tertua untuk menjadi kuat. Dan dia ada di puncak kekuasaannya, ketika Dumbledore menyadari hanya dia yang dapat menghentikannya, dia berduel dengan Grindelwald dan mengalahkannya, dan mengambil Tongkat Elder."
"Dumbeldore memiliki Tongkat Elder"" kata Ron. "Tapi dimana tongkat itu sekarang""
"Di Hogwarts," kata Harry, berusaha bertahan dengan mereka di kebun di atas puncak karang.
"Kalau begitu, ayo!" kata Ron segera. "Harry, ayo pergi dan mendapatkannya sebelum dia!"
"Sangat terlambat untuk itu," kata Harry. Dia tidak dapat menolong dirinya sendiri, tapi memegang kepalanya, berusaha membantunya bertahan. "Dia tahu dimana tongkat itu, dia ada di sana sekarang."
"Harry!" Ron berkata putus asa. "Berapa lama kau tahu soal ini... mengapa kau membuang-buang waktu" Mengapa kau berbicara dengan Griphook duluan"
Kita bisa kehilangan-kita masih bisa pergi-"
"Tidak," kata Harry, dan dia berlutut di rumput. "Hermione benar.
Dumbledore tidak menginginkan aku memilikinya. Dia tidak ingin aku mengambilnya. Dia ingin aku memusnahkan Horcrux."
"Itu tongkat sihir yang tak terkalahkan, Harry." Ratap Ron.
"Aku tidak seharusnya... aku seharusnya menghancurkan Horcrux..."
Dan sekarang semuanya dingin dan gelap: matahari telah terlihat jelas di cakrawala ketika memandang melewati Snape, naik dari tanah ke danau.
"Aku akan menemuimu di kastil segera," dia berkata dengan suaranya yang tinggi dan dingin, "tinggalkan aku sekarang."
Snape membungkuk dan berjalan pergi, jubah hitamnya melambai di belakangnya.
Harry berjalan perlahan, menunggu sosok Snape menghilang. Tidak perlu didepan Snape, atau orang lain, untuk melihatnya kemana dia pergi. Tapi tidak ada cahaya di jendela-jendela kastil, dan dia dapat meyakinkan dirinya...dan beberapa saat dia melontarkan Mantra Ilusi di atasnya yang menyembunyikan tubuhnya bahkan dari matanya sendiri.
Dan dia berjalan terus, mengelilingi pinggir danau, memandang bentuk kastilnya tercinta, kerajaannya yang pertama, warisannya...
Dan itu dia, di samping danau, tercermin di air kelam. Makam marmer putih, tinta kotor yang tidak perlu diatas pemandangan yang akrab. Dia merasa berjalan dengan cepat yang dikendalikan oleh euphoria, yang terasa memabukkan dari keinginan dalam menghancurkan. Dia mengangkat tongkat cemaranya yang lama: betapa menyedihkannya bahwa ini menjadi pekerjaan hebat terakhir tongkat sihirnya.
Makam itu bergeser terbuka dari kepala ke bagian kaki. Sosok terselubung itu masih sekurus ketika dia masuh hidup. Dia mengangkat tongkatnya lagi.
Selubung itu terbuka. Wajah itu tembus cahaya, pucat, seperti tenggelam, tapi hampir awet sempurna. Mereka meninggalkan kacamata di atas hidung bengkoknya: dia tertawa mengejek. Tangan Dumbledore terlipat diatas dadanya, dan di sana tongkat itu terbaring, tergenggam diantaranya, terkubur bersamanya.
Apakah orang tua bodoh ini mengira marmer dan kematian dapat melindungi tongkat sihir itu" Apakah dia berpikir bahwa Penguasa Kegelapan akan takut mengganggu makamnya" Tangan yang seperti laba-laba itu menjangkau dan menarik tongkat sihir dari genggaman Dumbledore, dan ketika dia mengambilnya, semburan bunga api memancar dari ujungnya, berkelip di atas jasad p
emiliknya yang lama, akhirnya siap untuk melayani tuannya yang baru.
Bab 25 Shell Cottage* Pondok Kerang
Pondok Bill dan Fleur berdiri sendiri di atas jurang yang menghadap ke laut, pada dindingnya melekat kerang dan air kapur. Tempat yang sunyi dan indah.
Kemanapun Harry pergi, ke pondok kecil atau tamannya, dia dapat mendengar serapan dan aliran air laut, seperti nafas beberapa raksasa yang tidur. Ia menghabiskan waktunya sepanjang minggu membuat alasan untuk melarikan diri dari pondok yang ramai itu, berharap supaya bisa memandang ketinggian langit terbuka, laut, merasakan dingin dan angin asin di wajahnya.
Besarnya keputusan untuk tidak bersaing dengan Voldemort memperebutkan tongkat yang membuatnya khawatir. Sebelumnya Harry tidak dapat mengingat kenapa ia memilih untuk tidak bertindak. Dia dipenuhi keraguan, keraguan bahwa Ron tidak dapat membantunya sewaktu mereka membahasnya.
"Bagaimana jika Dumbledore menginginkan kita untuk mencari tahu tentang simbol itu daripada mendapatkan tongkat"" "Bagaimana jika ketika mencari tahu simbol tersebut maka berarti membuat dirimu layak untuk mendapatkan Hallows"" "Harry, jika itu memang benar Tongkat Elder, bagaimana seharusnya cara kita membunuh Kau-Tahu-Siapa."
Harry tidak mempunyai jawabannya: Ada beberapa saat ketika dia bertanya-tanya apakah itu telah menjadi sebuah kegilaan karena tidak mencoba untuk mencegah Voldemort yang membongkar kuburan Dumbledore. Dia bahkan tidak bisa menjelaskannya secara memuaskan, mengapa dia telah memutuskan untuk menolaknya: Setiap kali dia berusaha untuk menyusun kembali alasan-alasan dalam dirinya yang sudah membuat keputusan itu, alasan itu terdengar lemah baginya.
Hal aneh yang terjadi adalah bahwa dukungan Hermione hanya membuat Harry merasa bingung seperti keraguan Ron. Sekarang, menolak untuk menerima bahwa Tongkat Elder sebenarnya nyata, Hermione beranggapan bahwa itu adalah benda jahat, dan bahwa cara Voldemort telah memilikinya tidaklah perlu dipikirkan.
"Kau tidak akan pernah melakukan itu, Harry," Hermione mengatakannya
berkali-kali. "Kau tidak dapat merusak makam Dumbledore."
Tetapi ide dari jenazah Dumbledore, menggetarkan Harry, melebihi kemungkinan bahwa dia mungkin telah salah mengerti dari tujuan hidup Dumbledore. Dia merasa bahwa dia masih meraba-raba; dia telah memilih jalurnya tetapi tetap melihat ke belakang, berpikir jikalau dia salah membaca tanda, jikalau dia seharusnya tidak mengambil jalan yang lain. Dari waktu ke waktu, kemarahan pada Dumbledore merasukinya lagi, kekuatan gelombang menghempas melawan karang terjal di bawah pondok, kemarahan bahwa Dumbledore tidak menjelaskannya sebelum ia meninggal.
"Tetapi apakah dia meninggal"" kata Ron, tiga hari setelah mereka tiba di pondok. Harry sedang menatap keluar dinding di luar yang memisahkan kebun pondok dari jurang ketika Ron dan Hermione telah menemukannya; Harry berharap mereka tidak menemukannya, berharap tidak bergabung di perdebatan mereka.
"Ya, dia meninggal. Ron, Tolong jangan memulainya lagi!"
"Lihat faktanya, Hermione." Kata Ron, berbicara di seberang Harry yang melanjutkan memandang langit. "Pemecahan dari kijang. Pedang. Mata yang Harry lihat di cermin
"Harry mengaku dia mungkin membayangkan mata itu! Benarkan, Harry""
"Aku mungin melakukannya," kata Harry tanpa melihat Hermione.
"Tetapi kau tidak berpikir melakukannya, kan"" tanya Ron.
"Tidak," kata Harry "Itu dia!" sambung Ron, sebelum Hermione dapat mengelaknya." Jika itu bukan Dumbledore, coba jelaskan bagaimana Dobby tahu kita berada di bawah tanah, Hermione""
"Aku tidak bisa - tapi dapatkah kaujelaskan bagaimana Dumbledore mengirim Dobby kepada kita jika dia terbaring di kuburan Hogwarts""
"Aku tidak tahu, itu bisa saja hantunya!"
"Dumbledore tidak akan kembali menjadi hantu," kata Harry. Ada beberapa hal kecil tentang Dumbledore yang ia yakini sekarang, tetapi dia tahu lebih banyak. "Dia telah pergi."
"Apa yang kau maksud, 'telah pergi'"" Tanya Ron, tetapi sebelum Harry dapat mengatakan sesuatu, ada suara dibelakangnya, '"Arry""
Fleur telah keluar dari pondok, rambut perak panjangnya berkibar dih
embus angin. "'Arry, Grip'ook ingin berbicara denganmu. Dia b'rada di kamar tidur terkecil, dia berkata dia tidak ingin ada yang men'engar."
Ketidaksukaannya karena Goblin menyuruhnya untuk mengirimkan pesan terlihat jelas; dia terlihat jengkel saat berbalik ke dalam pondok.
Griphook telah menunggu mereka, seperti yang Fleur katakan, di kamar terkecil dari tiga kamar yang ada di pondok, tempat dimana Hermione dan Luna menginap semalam. Dia telah menggambar warna merah tirai katun, langit berawan yang terang yang memberikan kesan kamar dengan cahaya yang berapi-api di pondok peristirahatan yang berangin.
"Aku telah memutuskan, Harry Potter," kata goblin, yang duduk menyilangkan kakinya di kursi pendek, berdendang pada kakinya dengan menggunakan jarinya. "Meskipun goblin Gringotts akan menyadari penyelundupan, aku telah memutuskan untuk membantumu ..."
"Itu bagus!" kata Harry, sentakan kelegaan menyelimutinya. "Griphook, terima kasih, kami sangat..."
"... dengan imbalan," goblin berkata dengan tegas, "sebagai bayaran."
Terdorong ke belakang, Harry ragu-ragu.
"Berapa banyak yang kau inginkan" Aku punya emas."
"Bukan emas," kata Griphook. "Aku punya emas."
Mata hitamnya berbinar; tidak ada warna putih di matanya.
"Aku menginginkan pedang. Pedang Godric Griffindor."
Semangat Harry menurun. "Kau tidak bisa memilikinya," kata Harry. "Maaf." "Lalu," kata gobblin lembut, "kita punya masalah."
"Kami bisa memberimu sesuatu yang lain," kata Ron tak sabar. " Aku bertaruh keluarga
Lestange mempunyai banyak barang-barang, kau
dapat mengambilnya ketika kita masuk ke dalam
lemari besi." Ron telah mengatakan hal yang salah.
Griphook menjadi marah. "Aku bukan pencuri, nak!
Aku tidak mencoba memperoleh harta yang bukan
hakku!" "Pedang itu milik kami -" "Tidak," kata
goblin. "Kami Gryffindor, dan itu dulu kepunyaan
Godric Gryffindor -" "Dan sebelumnya, kepunyaan
siapa"" tuntut goblin yang duduk tegak.
"Bukan siapa-siapa," kata Ron. " Itu dibuat untuknya, kan"" "Tidak!" teriak goblin, dipenuhi dengan kemarahan, jari panjangnya menunjuk Ron."Kearoganan penyihir lagi! Pedang itu dulu milik Ragnuk, diambil oleh Godric Gryffindor! Itu adalah harta yang hilang, karya besar goblin! Itu kepunyaan goblin. Pedang adalah harga dari bayaranku, ambil atau tinggalkan!"
Griphook menatap mereka. Harry melirik yang lain, kemudian berkata, "Kami perlu mendiskusikan ini, Griphook, jika boleh. Bisakah kau memberi kami beberapa menit"" Goblin mengangguk, terlihat masam.
Di ruang duduk lantai dasar yang kosong, Harry berjalan menuju perapian, mengerutkan alis, mencoba untuk berpikir apa yang harus dilakukan. Di sampingnya, Ron berkata, "Dia bercanda. Kita tidak bisa membiarkan dia mendapatkan pedang itu."
"Apakah itu benar"" Harry bertanya kepada Hermione. "Apakah pedang itu dicuri Gryffindor"" "Aku tidak tahu," dia berkata tanpa harapan. "Sejarah sihir sering menghindari apa yang
penyihir lakukan kepada ras sihir lainnya, tetapi tidak ada catatan yang aku tahu yang mengatakan Gryffindor mencuri pedang."
"Itu akan terdapat di cerita goblin," kata Ron, "tentang bagaimana penyihir selalu mencoba mengambil kepunyaan mereka. Aku mengira kita harus memikirkan keberuntungan kita, dia belum meminta salah satu tongkat kita."
"Goblin mempunyai alasan bagus untuk tidak menyukai penyihir, Ron." Kata Hermione. "Dahulu mereka telah diperlakukan kasar."
"Goblin tidak seperti kelinci kecil yang lembut, kan"" kata Ron. "Mereka telah membunuh banyak dari kita. Mereka bermain kotor juga."
"Tetapi berdebat dengan Griphook tentang siapa ras yang paling curang dan kasar tidaklah membuat ia menolong kita, kan""
Ada kesunyian ketika mereka mencoba memikirkan jalan keluar tentang masalah ini. Harry melihat keluar jendela, pada kuburan Dobby. Luna sedang menata bunga lavender laut di guci kesukaran di samping batu kubur.
"Oke," kata Ron, dan Harry berbalik kepadanya, "Bagaimana bila" Kita beritahu Griphook kita memerlukan pedang hingga kita masuk ke dalam lemari besi dan dia dapat memilikinya. Ada yang pedang palsu, kan" Kita tukar dan memberinya yang palsu."
"Ron, dia lebih tahu perbeda
annya dari pada kita!" kata Hermione. "Hanya dia yang menyadari bila tertukar!" "Yeah, tapi kita bisa kabur sebelum dia menyadarinya ..." Ron takut akan pandangan Hermione padanya.
"Itu," kata Hermione pelan, "adalah perbuatan hina. Meminta pertolongannya, kemudian memperdayanya" Dan kau ingin tahu kenapa goblin tidak menyukai penyihir, Ron""
Telinga Ron berubah merah.
"Baiklah, baiklah! Hanya hal itu yang dapat kupikirkan! Lalu, apa solusimu"" "Kita perlu menawarkan sesuatu yang lain, sesuatu yang berharga."
"Hebat, aku akan pergi dan mendapatkan salah satu pedang buatan goblin kepunyaan leluhur kita dan kau bisa membungkusnya."
Kesunyian menyelimuti mereka lagi. Harry yakin bahwa goblin tidak menginginkan hal yang lain melainkan pedang itu, jika mereka mendapatkan suatu yang berharga untuk ditawarkan. Namun, pedang mereka sangat diperlukan untuk menghancurkan horcruxhorcrux.
Harry menutup matanya sekejap dan mendengar deburan ombak. Ide bahwa Gryffindor mungkin mencuri pedang tak menyenangkannya: dia selalu bangga menjadi Gryffindor, Gryffindor telah membela kelahiran Muggle, penyihir yang berselisih dengan pecinta darah murni, Slytherin ....
"Mungkin dia berbohong," Harry berkata, membuka matanya kembali.
"Griphook. Mungkin Gryffindor tidak mengambil pedang itu. Bagaimana kita tahu versi sejarah goblin, kan"" "Apakah itu membuat perbedaan"" Tanya Hermione. "Merubah perasaanku tentang ini," kata Harry.
Dia mengambil napas panjang. "Kita akan memberitahu dia dapat memiliki padang setelah dia menolong kita masuk ke dalam lemari besi - tapi kita akan berhati-hati, menghindari dalam memberitahu hal yang sebenarnya kapan dia dapat memilikinya."
Ron perlahan menyeringai. Namun, Hermione terlihat waspada. "Harry, kita tidak bisa
"Dia dapat memilikinya," Harry meneruskan, "setelah kita menggunakannya untuk semua Horcrux. Aku akan pastikan ia mendapatkannya. Aku akan menyimpan katakataku."
"Tapi itu bisa bertahun-tahun!" kata Hermione.
"Aku tahu, tapi dia tidak memerlukannya. Aku tidak akan berbohong ... sungguh." Mata Harry dan Hermione bertemu dengan campuran menantang dan malu.
Dia ingat kata-kata yang terukir di pintu gerbang menuju Nurmengard : UNTUK YANG TERBAIK. Dia menyingkirkan idenya. Apa pilihan yang mereka punya"
"Aku tidak menyukainya," kata Hermione.
"Aku juga," Harry menambahkan.
"Yah, Aku kira ini jenius, " kata Ron yang berdiri kembali. "Mari beritahu dia."
Kembali di kamar terkecil, Harry membuat penawaran dan dengan hati-hati mengatakannya seperti tidak memberikan sesuatu yang pasti tentang kapan saat perpindahan pedang. Hermione mengerutkan dahi ke lantai ketika Harry berbicara; Harry terganggu karenanya, khawatir bila Hermione mungkin akan menghancurkannya. Namun, Griphook hanya menatap Harry.
"Aku memegang kata-katamu, Harry Potter, bahwa kau akan memberikan aku pedang Gryffindor jika aku menolongmu""
"Ya," kata Harry.
"Lalu jabat tangan," kata goblin mengeluarkan tangannya. Harry menerimanya dan menjabat tangan. Dia bertanya-tanya apakah mata hitam itu melihat kekhawatiran dirinya. Lalu Griphook melepaskan tangan Harry, dan berkata, "Jadi. Kita mulai!"
Seperti rencana menyelundup ke Kementrian dimulai lagi. Mereka mengatur untuk bekerja di ruangan kecil agar aman seperti keinginan Griphook dengan cahaya redup.
"Aku hanya sekali mengunjungi lemari besi Lestrange," Griphook memberitahu mereka, "Pada peristiwa aku diberitahu tentang tempat yang di dalamnya terdapat pedang palsu. Tempat itu adalah salah satu kamar paling kuno. Keluarga penyihir tertua menyimpan harta mereka di level terdalam, tempat dimana lemari besi terbesar dengan perlindungan terbaik...."
Mereka seperti dikurung di lemari yang mirip kamar selama berjam-jam.
Perlahan-lahan hari-hari berganti menjadi minggu-minggu. Ada masalah yang datang silih berganti, seperti ketika persediaan ramuan Polyjuice mereka yang cepat kosong.
"Hanya cukup satu yang tersisa untuk salah satu dari kita," kata Hermione, memiringkan mud kental yang seperti ramuan pada cahaya lampu.
"Itu sudah cukup," kata Harry yang memeriksa tangan Griphook yang menggambar peta jal
an di level terdalam. Penghuni shell cottage pasti dapat menyadari ada sesuatu yang terjadi, walaupun Harry sering merasa mata Bill mengamati mereka bertiga ketika di meja makan.
Semakin lama mereka menghabiskan waktu bersama-sama, Harry menyadari bahwa dia tidak begitu menyukai goblin. Griphook tidak disangka-sangka haus akan darah, tertawa pada ide yang menyakiti makhluk lain dan terlihat suka pada kemungkinan bahwa mereka mungkin harus menyakiti penyihir lain untuk sampai ke lemari besi keluarga Lestrange. Harry bisa tahu bahwa kebenciannya dipunyai yang sama dengan Ron dan Hermione, tetapi mereka tidak membicarakannya.
Mereka membutuhkan Griphook.
Goblin enggan makan bersama mereka. Sesudah kakinya sembuh, dia terus meminta nampan makanan dibawa ke kamarnya, seperti Ollivander yang tak bergerak-ringkih, sampai Bill (mengikuti ledakan marah dari Fleur) bermaksud ke atas mengatakan kepadanya bahwa kebiasaan itu tidak bisa berlanjut.
Sesudah itu, Griphook bergabung dengan mereka di meja makan yang penuhsesak, meskipun dia menolak untuk makan makanan yang sama, benar-benar, malahan, ingin benjolan daging mentah, akar, dan berbagai jamur.
Harry merasa bertanggung jawab: itu ialah, bagaimanapun juga, dia yang sudah bersikeras bahwa goblin itu harus tinggal di Shell Cottage agar dia dapat bertanya; kesalahannya bahwa semua anggota keluarga Weasley harus bersembunyi, dan bahwa Bill, Fred, George, dan Mr Weasley tidak dapat bekerja kembali.
"Maafkan aku," katanya kepada Fleur, di suatu April sore ketika dia membantu Fleur menyiapkan makan malam. 'Aku tidak pernah bermaksud kau mesti menangani pekerjaan ini."
Dia baru saja telah menyusun beberapa pisau untuk bekerja, menyumbing bistik untuk Griphook dan Bill yang lebih memilih daging yang masih berdarah sejak ia diserang oleh Greyback. Ketika pisau diiris di sebelahnya, ucapannya yang agak cepat-marah melunak.
'"Arry, kau menyelamatkan hidup adikku, Aku tidak melupakannya."
Ini bukan kejadian yang sebenarnya, tetapi Harry memutuskan untuk tidak mengingatkannya bahwa sebenarnya Gabrielle tidak pernah berada dalam situasi yang berbahaya.
"Bagaimanapun juga," Fleur melanjutkan, melambaikan tongkatnya ke pot saus di atas kompor yang mulai bergelegak sekarang, "Mr. Ollivander pergi ke tempat Muriel, itu akan memudahkan. Ze goblin," dia memberengut sedikit ketika mengatakannya, "bisa pindah ke bawah dan kau, Ron, dan Dean bisa mengambil kamar itu."
"Kami tidak berkeberatan tidur di ruang tamu, " kata Harry yang tahu bahwa Griphook akan berpikir sangat rendah karena tidur di sofa; membuat Griphook senang adalah salah satu rencana mereka. "Jangan menghawatirkan kami." Dan ketika Fleur mencoba untuk protes, "Kami akan jauh darimu juga, Ron, Hermione, dan aku. Kami tidak akan tinggal lama-lama disini."
"Tapi, apa maksudmu" dia berkata, mengerutkan dahi pada Harry, melambaikan tongkatnya ke casserole dish* yang menggantung di udara. "Tentu saja kau akan tetap disini, kalian aman di sini!" Dia terlihat seperti Mrs. Weasley ketika mengatakannya, dan Harry merasa senang seketika itu pintu dibelakannya terbuka. Luna dan Dean masuk, rambut mereka basah kuyup akibat hujan diluar dan tangan mereka dipenuhi oleh driftwood*.
"... dan telinga sedikit kecil," Luna sedang berkata, "sedikit seperti kuda nil, Ayah mengatakan bahwa hanya warna ungu dan berbulu. Dan jika kau ingin memanggil mereka, kau harus bersenandung; mereka menyukai musik waltz, tidak terlalu cepat
Terlihat gelisah, Dean mengangkat bahu pada Harry ketika ia lewat, mengikuti Luna ke dalam yang gabungan ruang makan dan ruang duduk dimana Ron dan Hermione sedang meletakkan meja makan malam. Mengambil kesempatan agar lepas dari pertanyaan Fleur, Harry merebut dua kendi sari buah semacam labu dan mengikuti mereka. "... dan jika kamu pernah datang ke rumah kami, aku akan menunjukkan kau sebuah tanduk, Ayah menulis padaku tentang tanduk itu tetapi aku belum pernah melihatnya, sebab Pelahap Maut mengambilku dari Hogwarts Express dan aku tidak pernah tiba di rumah untuk Natal," Luna sedang berkata, ketika dia dan Dean menyalakan kembali a
pi. "Luna, kami sudah memberitahumu," Hermione memanggilnya. " Tanduk itu meledak. Itu berasal dari Erumpent, bukan Tanduk-Kisut Snorkack..."
"Tidak, itu sudah pasti tanduk Snorkack." kata Luna dengan jelas, " Ayah membertitahuku. Kau tahu, tanduk itu mungkin akan berubah bentuk sekarang, mereka memerbaiki diri mereka sendiri."
Hermione terkejut dengan apa yang ia dengar dan melanjutkan berbaring ketika Bill muncul, diikuti Mr. Ollivander yang menuruni tangga. Pembuat tongkat itu masih terlihat lemah dan bersandar pada lengan Bill yang membantunya mengangkat kopor besar.
"Aku akan merindukanmu, Mr. Ollivander," kata Luna menghampiri lelaki tua itu. "Dan kau, sayangku," kata Ollivander menepuk bahu Fleur.
"Kau adalah rasa nyaman yang tak dapat dilukiskan untukku dari tempat yang mengerikan itu."
"Kalau begitu, au revoir*, Mr. Ollivander," kata Fleur yang mencium kedua pipinya. "Dan Aku ingin tahu apakah kau dapat membantuku mengirimkan paket untuk bibi Bill, bibi Muriel" Aku tidak pernah mengganti tiara."
"Itu adalah suatu kehormatan," kata Ollivander sambil membungkuk, "hal yang paling terakhir yang aku dapat lakukan untuk membalas keramah-tamahanmu."
Fleur mnegeluarkan beludru usang dari peti, yang dia buka untuk diperlihatkan kepada pembuat tongkat itu. Ada sebuah tiara bercahaya dan berkelip pada
cahaya lampu yang bergantung rendah.
"Batu-Bulan dan Intan," Griphook berkata, yang telah berjalan menyamping pelan-pelan ke dalam ruang tanpa Harry menyadarinya. "Kupikir, dibuat oleh goblin""
"Dan dibayar oleh penyihir," Bill berkata dengan tenang dan goblin memberikan tatapan, keduanya diam-diam saling menantang.
Angin kuat berhembus melawan jendela pondok ketika Bill dan Ollivander akan pergi malam itu. Sisa dari mereka berjejal di sekeliling meja; siku ke siku dan dengan ruang yang cukup untuk bergerak, saat mereka mulai untuk makan. Suara arang api patah dan meletup di samping mereka. Harry menyadari Fleur hanya memainkan makanannya, dia
mengerling ke jendela setiap beberapa menit, bagaimanapun, Bill kembali sebelum mereka telah menyelesaikan course*
pertama mereka, rambut panjang Bill kusut oleh angin.
"Semuanya baik," ia berkata pada Fleur. "Ollivander telah diurus, Mum dan Dad memberi salam. Ginny mengirimkan kau semua cintanya, Fred dan George sedang mengemudikan Muriel keatas, mereka masih menjalankan bisnis pengiriman pesan burung hantu di kamar tersembunyi, mempunyai tiaranya kembali telah membuatnya ceria, meskipun. Dia berkata dia pikir kita telah telah mencurinya."
"Ah, dia eez charmant*, bibimu," Fleur berkata dengan marah, melambaikan tongkatnya dan mengakibatkan plat yang kotor naik dan membentuk suatu tumpukan di udara. Dia menangkapnya dan berbaris ke luar dari ruang itu.
"Ayahku membuat suatu tiara," Luna yang mulai buka mulut, "yeah, sebenarnya lebih bisa disebut sebagai mahkota."
Ron menangkap mata Harry dan menyeringai, Harry tahu bahwa ia sedang mengingat hiasan kepala yang lucu dan menggelikan, yang mereka lihat saat mereka mengunjungi Xenophilius.
Amanat Marga 4 Gento Guyon 21 Sang Petaka Naga Sasra Dan Sabuk Inten 35

Cari Blog Ini