Ceritasilat Novel Online

Pertempuran Terakhir 2

The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle Bagian 2


berani dan menguasai hutan, tapi
sekaligus juga yang paling lancang
dan penentang. Baiklah, biarlah
Keledai itu hidup. Kau mau
mengatakan sesuatu untuk dirimu
sendiri, Keledai""
"Aku, Sire"" terdengar suara si
keledai. "Aku yakin aku sangat
menyesal kalau telah melakukan
kesalahan. Kera berkata Aslan
menginginkanku berpakaian seperti
ini. Dan kukira dia tahu kebenarannya. Aku tidaklah
sepintar dia. Aku hanya bertindak
sesuai yang diperintahkan 119
kepadaku. Sama sekali tidak
menyenangkan bagiku tinggal di
istal itu. Aku bahkan tidak tahu
apa yang sedang terjadi di luar.
Dia tidak pernah membiarkanku
keluar kecuali selama satu-dua
menit di malam hari. Bahkan ada
harihari ketika mereka juga lupa
memberiku air." "Sire," kata jewel. "Dwarfdwarf itu kian mendekat. Apakah
kita mau menghadapi mereka""
Tirian berpikir sesaat kemudian
tertawa keras-keras. Lalu dia
berbicara, kali ini tidak dalam
bisikan. "Demi Singa," dia berkata, "aku
telah menjadi lamban dalam berpikir! Bertemu mereka" Tentu
saja kita akan menemui mereka.
Kita akan menemui siapa pun
sekarang. Kita punya keledai ini
yang bisa kita tunjukkan kepada
mereka. Biarkan mereka melihat
makhluk yang telah mereka takuti
dan sembah. Kita bisa memberitahu
mereka kebenaran tentang 120
rencana keji si kera. Rahasianya
sudah terbongkar. Air pasang telah
surut. Besok kita akan menggantung
Kera itu di pohon tertinggi
Narnia. Tidak perlu lagi ada
bisikan, mengendap-endap, dan
penyamaran. Dimana dwarf-dwarf
jujur itu" Kita punya kabar baik
untuk mereka." Kalau kita sudah berbisik selama
berjam-jam, sekadar mendengar suara
siapa pun berbicara keras-keras
saja sudah membuat kita antusias.
Semua anggota kelompok itu mulai
berbicara dan tertawa-tawa: bahkan
Puzzle mengangkat kepala dan
menyuarakan Hii-hoo-hii-hoo-hii
keras-keras, si kera tidak
memperbolehkannya melakukan itu
selama berhari-hari. Kemudian mereka berjalan ke arah
suara genderang. Secara bertahap,
suara itu menjadi kian keras dan
tak lama kemudian mereka juga bisa
melihat cahaya api obor. Mereka
muncul di salah satu jalan kasar
Narnia (kita nyaris tidak 121
akan menyebutnya jalan di Inggris)
yang melintasi Lantern Waste.
Dan di sana, berbaris tegap di
sepanjang jalan, sekitar tiga puluh
dwarf, semuanya membaca sekop dan
beliung di bahu. Dua Calormen
bersenjata memimpin barisan itu dan
dua orang lagi mengawal barisan
belakang. "Berhenti!" teriak Tirian
ketika dia menapak di jalan.
"Berhenti, prajurit. Ke mana kau
memimpin para dwarf Narnia ini dan
atas perintah siapa""
BAB TUJUH Sebagian Besar tentang Dwarf
Dua prajurit Calormen di depan
barisan, melihat seseorang yang
mereka sangka seorang Tarkaan atau
bangsawan besar dengan dua pengawal
muda bersenjata, berhenti dan
mengangkat tombak mereka untuk
memberi hormat. "O Tuanku," kata salah satu
dari mereka, "kami akan membawa
orang-orang kecil ini ke Calormen
untuk bekerja di tambang-tambang
Tisroc, semoga dia selamanya kekal."
"Demi dewa agung Tash, mereka
patuh sekali," kata Tirian.
Kemudian mendadak dia menghadap
para dwarf itu sendiri. Satu di
anta ra enam dwarf membawa obor dan
berkat penerangan cahaya yang
berkedap-kedip itu, dia bisa
melihat wajah-wajah berjanggut
mereka, menatapnya dengan ekspresi
muram dan merana. "Apakah Tisroc telah 124
menang dalam pertempuran besar,
para dwarf, dan menguasai negeri
kalian"" dia bertanya. "Itukah
sebabnya kalian pergi dengan patuh
untuk mati di lubang-lubang garam Pugrahan""
Dua prajurit Calormen membelalakkan mata, memandangi
Tirian dengan terkejut, tapi para
dwarf menjawab, "Perintah Aslan,
perintah Aslan. Dia menjual kami.
Bagaimana kami bisa melawan dia""
"Tisroc apanya"" tambah salah
satu dwarf lalu meludah. "Aku
ingin melihat dia berusaha
mengalahkan kita!" "Diam, bedebah!" teriak pemimpin
prajurit. "Lihat!" kata Tirian, menarik
Puzzle ke depan agar terkena
cahaya. "Semua itu hanya
kebohongan. Ternyata Aslan tidak
sedang berada di Narnia. Kalian
semua telah ditipu si kera.
Makhluk inilah yang dikeluarkannya
dari istal untuk ditunjukkan
kepadamu. Perhatikan dia." 125
Yang dilihat para dwarf, kini
setelah mereka bisa melihat dari
dekat, jelas-jelas cukup untuk
membuat mereka bertanya-tanya
bagaimana reka bisa memercayai si
kera. Kulit singa tela menjadi
tidak rapi selama masa tahanan
Puzzle di istal dan kini makin
tidak keruan karena terbentur
berbagai benda dalam perjalanannya
melalui hutan gelap. Sebagian
besar dari kulit itu kini seperti
satu gundukan besar di salah satu
bahu. Bagian kepalanya, selain
telah terdorong ke samping, entah
bagaimana kini berada sangat jauh
ke belakang sehingga semua orang
bisa melihat wajah konyol, lembut,
seekor keledai menatap keluar dari
dalamnya. Beberapa rumput terjepit
di satu sisi mulutnya, karena Puzzle diam-diam mencari kudapan
saat mereka membawanya serta. Dan
keledai itu bergumam, "Itu bukan
salahku. Aku tidak pintar. Aku
tidak pernah bilang begitu."
Selama sedetik semua 126 dwarf memandangi Puzzle dengan
mulut ternganga kemudian salah satu
prajurit berkata tajam, "Apakah
kau sudah gila, tuanku" Apa yang
kaulakukan terhadap budak-budak
ini"" dan prajurit yang lain
berkata, "Sebenarnya siapa kau""
Tombak mereka tidak dalam posisi
menghormat-keduanya diturunkan dan
siap menyerang. "Berikan kata kuncinya," kata
pemimpin prajurit. "Inilah kata kunciku," kata sang
raja ketika dia menghunus pedang.
"Cahaya terbit, kebohongan
terungkap. Sekarang bersiaplah,
penjahat, karena aku Tirian dari
Narnia." Tirian menerjang pemimpin
prajurit seperti kilat. Eustace,
yang sudah menghunus pedang ketika
melihat sang raja melakukan ini,
bergegas menghadapi prajurit yang
satunya: wajahnya pucat pasi, tapi
aku tidak akan menyalahkannya. Dan
dia mendapatkan keberuntungan yang
terkadang dialami para 127
pemula. Dia lupa semua yang
Tirian coba ajarkan kepadanya sore
itu, dia mengayun-ayunkan pedangnya
dengan liar (aku bahkan tidak yakin
matanya terbuka) dan mendadak
mendapati, dengan keterkejutan yang
teramat sangat, bahwa orang
Calormen itu kini sudah tergeletak
tak bernyawa di kakinya. Dan
walaupun ini kelegaan besar,
kejadian itu, pada saat itu, agak
menakutkan. Pertarungan sang raja
bertahan satu atau dua detik lebih
lama: lalu dia juga mengalahkan
lawannya dan berteriak pada
Eustace, "Serang dua prajurit
yang lain." Tapi para dwarf sudah mengurus
dua Calormen yang tersisa. Kini
tiada lagi, musuh. "Pertarungan yang bagus,
Eustace!" teriak Tirian, menepuknepuk punggung anak itu.
"Sekarang, para Dwarf, kalian
bebas. Besok aku akan memimpin
kalian untuk membebaskan seluruh
Narnia. Tiga sorakan untuk 128
Aslan!" Tapi yang terjadi kemudian
teramat menyedihkan. Yang
terdengar hanya sorakan ragu
beberapa dwarf (sekitar linia
dwarf) yang langsung terbungkam,
dan geraman kemarahan dwarf-dwarf
lain. Banyak di antara dwarf-dwarf
itu yang malah tidak mengatakan
apaapa. "Tidakkah mereka paham"" tanya
Jill tidak sabar. "Kenapa kalian"
Tidakkah kalian dengar apa yang
dikatakan sang raja" Semua sudah
berakhir. Si kera tidak akan
menguasai Narnia lagi. Semua
orang bisa kembali kepada kehidupan
lamanya. Kalian bisa bersenangsenang lagi. Tidakkah kalian
lega"" Sete lah hening sejenak, dwarf
yang bertampang tidak terlalu ramah
dengan rambut dan janggut sehitam
arang berkata, "Dan siapa kau,
Missie"" "Aku Jill," jawabnya. 129
"Jill yang sama yang menyelamatkan
Raja Rilian dari penjara sihirnya-dan ini Eustace yang
melakukan itu bersamaku-dan kami
telah kembali dari dunia lain
setelah ratusan tahun. Aslan yang


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengirim kami." Para dwarf berpandangan dengan
cengiran: cengiran meremehkan,
bukan bahagia. "Yah," kata si Dwarf Hitam
(yang bernama Griffle), "aku tidak
tahu bagaimana perasaan kalian
semua, tapi aku merasa sudah cukup banyak mendengar tentang Aslan
sepanjang hidupku." "Itu benar, itu benar," geram
dwarf-dwarf lain. "Semua ini
jebakan, semuanya jebakan busuk."
"Apa maksud kalian"" tanya
Tirian. Waktu bertarung wajahnya
tidak pucat, tapi kini wajahnya
memutih. Dia mengira saat ini akan
menjadi momen bahagia, tapi
ternyata minipi buruklah yang
datang. "Kalian pasti berpikir 130
kami semua bodoh, Pasti begitu,"
kata Griffle. "Kami telah ditipu
sekali, dan sekarang kalian mengira
kami akan bisa ditipu lagi. Kami
tidak mau mendengar kisah Aslan
lagi! Lihat dia! Keledai tua
bertelinga panjang!"
"Demi langit, kalian membuatku
marah," kata Tirian. "Apakah ada di antara kami yang berkata dia
Aslan" Ini tiruan Aslan milik si
kera. Tidakkah kalian mengerti""
"Dan kalian punya tiruan yang
lebih bagus, begitu"" kata
Griffle. "Tidak, terima kasih.
Kami sudah ditipu sekali, kami
tidak akan bisa ditipu lagi."
"Aku tidak sedang menipu
kalian," kata Tirian marah, "aku
melayani Aslan asli."
"DI mana dia" Siapa dia"
Tunjukkan dia kepadaku!" kata
beberapa dwarf. "Apakah kalian pikir aku
menyinipannya di dompetku, bodoh""
kata Tirian. "Siapa aku sehingga
Aslan akan muncul sesuai 131
keinginanku" Dia bukan singa yang jinak."
Tepat pada saat kata-kata ini
keluar dari mulutnya, Tirian
menyadari dia telah mengambil
langkah keliru. Para dwarf segera
mulal mengulang-ulang "bukan singa
jinak, bukan singa jinak" dengan
nada meledek. "Itulah yang selalu
dikatakan kelompok lain kepada
kami," kata salah satu dwarf.
"Maksudmu kau tidak percaya pada
Aslan sungguhan"" kata Jill.
"Tapi aku sudah pernah melihatnya.
Dan dia telah mengirim kami ke
sini dari dunia yang berbeda."
"Ah," kata Griffle dengan
senyum lebar. "Itu katamu. Mereka
pasti sudah mengajarimu semuanya.
Sepertinya kau telah belajar
dengan baik, ya""
"Tidak sopan," teriak Tirian,
"beraninya kau mengucapkan
kebohongan seperti itu di muka
seorang lady"" "Sebaiknya kau menjaga 132
kata-kata kasar tetap dalam
kepalamu, Mister," si dwarf
menjawab. "Kurasa kami tidak mau
punya lebih banyak raja lagi-itu
pun kalau kau memang Tirian,
karena kau tidak tampak seperti
diatidak lebih seperti kami
menginginkan Aslan-Aslan lain.
Mulai sekarang kami akan menjaga
diri kami sendiri dan tidak akan
menyentuh topi untuk siapa pun.
Mengerti"" "Itu benar," kata dwarf-dwarf
yang lain. "Kami berdiri sendiri
sekarang. Tidak ada lagi Aslan,
tidak ada lagi Raja, tidak ada
lagi kisah-kisah konyol tentang
dunia lain. Bangsa dwarf adalah
untuk bangsa dwarf." Dan mereka
mulai mengambil posisi barisan dan
bersiap-siap berjalan kembali ke
tempat asal mereka. "Makhluk-makhluk kecil tak tahu
berterima kasih!" kata Eustace.
"Apakah kalian bahkan tidak akan
mengucapkan terima kasih karena
telah diselamatkan dari 133
tambang-tambang garam""
"Oh, kami sudah tahu semuanya,"
kata Griffle dari balik bahunya.
"Kalian ingin menggunakan kami,
itulah sebabnya karena menyelamatkan kami. Kalian sedang
memainkan permainan kalian sendiri.
Mari, teman-teman." Dan para dwarf menyuarakan lagu
berbaris yang aneh sesuai iringan
genderang, mereka pun menghilang
dengan derapan langkah keras ke
dalam kegelapan. Tirian dan teman-temannya
memandangi kepergian mereka.
Kemudian dia mengucapkan satu
kata, "Ayo," lalu mereka pun
melanjutkan perjalanan. Kelompok itu berjalan dalam
diam. Puzzle masih merasa dirinya
dikuasai rasa malu, lagi pula dia
tidak benar-benar mengerti apa yang
telah terjadi. Jill, selain merasa
marah pada para dwarf, juga sa
ngat kagum dengan kemenangan Eustace
terhadap prajurit Calormen, dan
merasa agak malu. Sedangkan 134
Eustace, jantungnya masih berdegup
agak kencang. Tirian dan jewel berjalan dengan
sedih bersama-sama di belakang.
Sang raja meletakkan lengannya
pada bahu si unicorn dan terkadang
Jewel menyundul pipi Tirian
dengan hidung lembutnya. Mereka
tidak berusaha saling menghibur
dengan kata-kata. Tidaklah semudah
itu memikirkan kata penghiburan
yang bisa diucapkan. Tirian tidak
pernah berminipi salah satu akibat
tipuan si kera memperkenalkan
Aslan palsu adalah berhentinya
orang-orang memercayai Aslan yang
asli. Tadinya dia merasa sangat
yakin para dwarf akan langsung
berbaris di sampingnya ketika dia
menunjukkan betapa mereka telah
dikelabui. Kemudian malam
berikutnya dia akan memimpin mereka ke Bukit Istal dan menunjukkan
Puzzle ke semua makhluk dan semua
orang akan berbalik menentang si
kera dan, mungkin setelah
perlawanan singkat dari 135
orang-orang Calormen, seluruh
kejadian ini akan berakhir. Tapi
kini, kelihatannya, dia tidak bisa
mengandalkan apa pun. Berapa
banyak warga Narnia yang akan
mengambil jalan yang sama dengan
kaum dwarf" "Menurutku, ada yang mengikuti
kita," kata Puzzle tiba-tiba.
Mereka berhenti dan mendengarkan. Benar saja, ada
entakan-entakan kaki kecil di
belakang mereka. "Siapa di sana"" teriak sang
raja. "Hanya aku, Sire," terdengar
jawaban. "Aku, Poggin si dwarf.
Aku baru saja berhasil melarikan
diri dari yang lain. Aku ada di
pihakmu, Sire, juga Aslan. Kalau
kau bisa meletakkan pedang dwarf di
tanganku, dengan senang hati aku
akan mengayunkan serangan bersama
pihak yang benar sebelum semuanya
berakhir." Semua orang berkerumun
mengelilinginya, meng ucapkan
selamat datang, memujinya, 136
dan menepuk-nepuk punggungnya.
Tentu saja satu dwarf tidak akan
membuat banyak perubahan, tapi
entah bagaimana sangatlah terasa membahagiakan untuk memperoleh
dukungan bahkan dari satu dwarf.
Semua anggota kelompok menjadi
lebih ceria. Tapi keceriaan Jill
dan Eustace tidak bertahan lama,
karena kini mereka bolak-balik
menguap dan terlalu lelah untuk
memikirkan apa pun kecuali tempat
tidur. Saat itu waktu terdingin dalam
malam, tepat sebelum fajar, ketika
mereka kembali ke menara. Kalau
ada santapan slagi menanti mereka,
mereka akan cukup berlagiang dada
untuk makan, namun kerepotan dan
penundaan peng adaannya bahkan
tidak ingin mereka pikirkan.
Mereka minum dari aliran air,
menciprati muka dengan air, dan
berjalan terhuyung-huyung
menghampiri ranjang, kecuali
Puzzle dan jewel yang berkata
mereka merasa lebih nyaman 137
di luar. Ini mungkin keberuntungan
karena unicorn dan keledai gemuk
dewasa di dalam ruangan selalu
membuat tempat terasa agak sumpek.
Dwarf Narnia, walaupun tinggi
tubuhnya hanya sekitar satu meter,
merupakan makhluk yang paling
tangguh dan kuat untuk seukuran
mereka, jadi Poggin, meskipun
telah mengalami siang yang berat
dan terjaga hingga larut malam,
terbangun segar bugar sebelum
anggota rombongan yang lain. Dia
langsung mengambil busur Jill, pergi keluar dan memanah beberapa
burung dara hutan. Kemudian dia
duduk mencabuti bulu burung-burung
itu di ambang pintu dan bercakapcakap dengan jewel serta Puzzle.
Puzzle tampak dan merasa jauh
lebih baik pagi itu. Jewel, karena
dia unicorn dan oleh sebab itu
salah satu hewan teranggun dan
terlembut yang pernah ada, bersikap
ramah padanya, bercakap-cakap
dengannya tentang berbagai hal yang
bisa dipahami mereka berdua, 138
seperti rumput, gula, dan perawatan
tapak kaki. Ketika Jill dan Eustace keluar
dari menara, menguap dan mengusapusap mata, nyaris pada Pukul
setengah sebelas, si dwarf menunjukkan kepada mereka di mana
mereka bisa mengumpulkan banyak
semak Narnia yang bernama Wild
Fresney, yang kelihatan nyaris
seperti wood sorrel dunia kita tapi
terasa lebih enak setelah dimasak.
(Dibutuhkan sedikit mentega dan
lada untuk membuatnya sempurna,
tapi mereka tidak punya keduanya.)
Jadi dengan bahan-bahan seadanya,
mereka berusaha membuat stew kental
untuk sarapan atau makan siang


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka, terserah kau mau menyebutnya yang mana. Tirian pergi lebih jauh ke dalam hutan
sambil membawa kapak dan membawa
beberapa cabang pohon untuk kayu
bakar. Sementara makanan 139 dimasak-yang terasa lama sekali,
terutama karena masakan tercium
kian lezat saat semakin siap
santap-sang raja menemukan setelan
lengkap dwarf untuk Poggin: baju
rantai besi, topi besi, perisai,
pedang, sabuk, dan belati.
Kemudian dia memeriksa pedang
Eustace dan mendapati Eustace
telah memasukkannya kembali ke
sarungnya dalam keadaan kotor
setelah dipakai untuk membunuh
prajurit Calormen. Eustace
dimarahi karena ini dan disuruh
membersihkan juga memolesnya
kembali. Sementara itu Jill berjalan
bolak-balik, terkadang mengaduk
panci dan terkadang menatap iri ke
arah Keledai dan Unicorn yang
memanah rumput dengan bahagia.
Entah sudah keberapa kalinya pagi
itu dia berharap bisa makan rumput!
Tapi ketika makanan siap, semua
orang merasa sajian tersebut memang
pantas ditunggu-tunggu masing
masing pun mengambil porsi 140
kedua. Ketika semua orang telah makan
sebanyak yang mereka mampu, tiga
manusia dan si dwarf menghampiri
ambang pintu dan duduk di sana,
kedua makhluk berkaki empat
berbaring menghadap mereka, si
dwarf (setelah meminta izin dari
Jill dan Tirian) menyalakan
pipanya, dan sang raja berkata,
"Sekarang, temanku Poggin,
sepertinya kau punya lebih banyak
berita tentang musuh daripada kami.
Beritahu kami semua yang kau
ketahui. Dan pertama-tama, kisah
apa yang mereka sebarkan tentang
pelarianku"" "Kisah yang penuh kebohongan,
Sire, dibuatbuat pula," jawab
Poggin. "Ginger si Kucinglah
yang menceritakannya, dan
kemungkinan besar mengarangnya.
Ginger ini, Sire-oh, kucing yang
paling licik yang pernah ada
berkata saat itu dia berjalan
melewati pohon tempat Yang Mulia
diikat para penjahat 141 tersebut. Dan dia berkata (tanpa
memerhatikan kehormatanmu) bahwa
kau melolong, menyumpahi, dan mengutuki Aslan dengan 'kata-kata
yang tidak ingin kuucapkan'-itu
kalimat yang digunakannya, wajahnya
saat itu jujur dan serius-kau tahu
bagaimana kucing bisa melakukan itu
bila mereka mau. Kemudian, kata
Ginger, Aslan sendiri mendadak
muncul dalam sambaran kilat dan
menelan Yang Mulia dalam satu
lahapan. "Semua hewan gemetar mendengar
kisah ini dan beberapa bahkan
langsung pingsan. Dan tentu saja
si kera mendukung cerita tersebut.
Saat itu, dia berkata, lihatlah
bagaimana Aslan menghukum mereka
yang tidak menghormatinya. Jadikan
ini peringatan bagi kalian semua.
Dan para makhluk malang itu
mengerang, merengek, dan berkata,
tentu, tentu. Jadi pelarian Yang
Mulia bukannya mengakibatkan mereka berpikir kau masih punya
teman-teman setia yang 142
bersedia membantumu, tapi malah
membuat mereka makin takut dan
patuh pada si kera."
"Benar-benar tipuan yang licik!"
kata Tirian. "Kalau begitu,
Ginger itu berada dalam pengaruh
si kera." "Saat ini, Sire, pertanyaannya
lebih kepada apakah si kera berada
dalam pengaruh Ginger," komentar
si dwarf. "Kau harus tahu si kera
kini tidak bisa lepas dari minuman.
Aku yakin rencana jahat sekarang
sebagian besar diteruskan oleh
Ginger atau Rishda-itu nama
Kapien Calormen. Dan kurasa
beberapa kata yang disebarkan
Ginger di antara para dwarf-lah
yang menimbulkan reaksi negatif
mereka terhadap dirimu. Dan aku
akan memberitahu alasannya.
"Salah satu pertemuan tengah
malam yang buruk itu baru saja
selesai malam kemarin dan aku baru
berjalan sedikit menuju rumah
ketika menyadari telah meninggalkan
pipaku di sana. Pipa itu 143
bagus, salah satu pipa tua
kesayangan, jadi aku berbalik untuk
mencarinya. Tapi sebelum aku
sampai di tempat dudukku tadi
(keadaan gelap gulita di sana) aku
mendengar suara kucing mengucapkan
Meong dan suara orang Calormen
berkata, 'Hei''' pelan-pelan
bicaranya.' Jadi aku berdiri sekaku mungkin seolah tubuhku beku.
Dan dua makhluk itu ternyata
Ginger dan Rishda Tarkaan,
begitu dia memanggilnya. 'Tarkaan yang mulia,' kata
Kucing dengan suaranya yang
merayu, 'Aku hanya ingin tahu apa
yang tepatnya kita maksud hari ini
tentang Aslan berarti tidak lebih
daripada Tash.' 'Tidak diragukan, kucing yang
paling bijak,' kat a lawan bicaranya, 'kau telah memahami
maksudku.' 'Maksudmu,' kata Ginger, 'bahwa
tidak ada makhluk bernama demikian
begitu juga yang satunya.'
'Semua yang memiliki akal 144
sehat tahu itu,' kata si Tarkaan.
'Kalau begitu kita saling
memahami,' dengkur si kucing. 'apakah kau, seperti aku, kini kian
lelah melayani si kera"'
'Hewan kejam yang bodoh dan
serakah,' jawab lawan bicaranya,
'tapi untuk saat ini, kita harus
menggunakannya. Kau dan aku harus
diam-diam menyiapkan segalanya dan
memastikan si kera melaksanakan
keinginan kita.' 'Dan pastinya akan lebih baik,
kan,' kata Ginger, 'bila kita
memperoleh dukungan dari beberapa
Narnia yang juga berakal sehat:
satu demi satu ketika kita
mendapati mereka berguna" Karena
para Hewan yang benar-benar
percaya pada Aslan tak lama lagi
akan berontak: dan pasti berontak
ketika kebodohan si kera mengkhianati rahasianya sendiri.
Tapi warga Narnia yang tidak
peduli baik pada Tash maupun
Aslan kecuali pada keuntungan
mereka sendiri dan imbalan 145
besar yang mungkin akan diberikan
Tisroc kepada mereka ketika
Narnia menjadi provinsi Calormen,
akan jadi pertahanan kuat.'
'Bagus sekali, Kucing,' kata si
Kapien. 'Tapi pilihlah pendukung
dengan hati-hati.' Sementara Poggin si dwarf
berbicara, suasana hari tampaknya
berubah. Hari itu cerah saat
mereka pertama duduk. Kini Puzzle
gemetar. Jewel menggerakkan
kepalanya gelisah. Jill mendongak.
"Awannya tebal sekali," katanya.
"Dan udara terasa sangat
dingin," kata Puzzle.
"Benar-benar dingin, demi
Singa!" kata Tirian, meniup-niup
kedua tangannya. "Dan ugh! Bau
busuk apa ini"" "Fiuh," Eustace terengah-engah.
"Seperti bau bangkai. Apakah ada
bangkai burung di sekitar sini"
Tap kenapa kita tidak menyadari
ini sebelumnya""
Jewel melompat berdiri 146
tiba-tiba dan menunjuk dengan
tanduknya. "Lihat!" dia berteriak. "Lihat
itu! Lihat, di sana!"
Kemudian mereka berenam melihat,
dan pada wajah mereka semua muncul
ekspresi kecemasan luar biasa.
BAB DELAPAN Kabar Yang Dibawa sang Elang
Dalam bayangan pepohonan di
ujung jauh ladang terbuka, sesuatu
sedang bergerak. Sosok itu
melayang sangat perlahan di arah
utara. Pada pandangan sekilas
pertama kau mungkin bakal
mengiranya sekadar asap, karena
sosok itu kelabu dan kau bisa
melihat menembusnya. Tapi bau
mematikannya bukanlah bau asap.
Lagi pula sesuatu itu memiliki
bentuk tetap, bukannya berputar
atau melingkar seperti yang biasa
dilakukan asap. Secara kasar,
bentuknya seperti manusia tapi
kepalanya seperti burung, burung
pemangsa dengan paruh melengkungnya
yang tampak kejam. Sosok itu
memiliki empat tangan yang diangkat
ke atas kepala, menjulurkan
keempatnya ke arah utara seolah dia
ingin menangkap seluruh Narnia
dalam cengkeraman. Jemarinya-kedua
puluh jari-melengkung seperti
paruhnya dan bukannya 148
berkuku biasa, semua bercakar
panjang dan tajam seperti cakar
burung. Sosok itu mengapung di
rerumputan bukannya berjalan, dan
rerumputan tampak melayu saat
dilewatinya. Sekali melihatnya, Puzzle
meringkik keras dan berlari menuju
menara. Dan Jill (yang bukanlah
pengecut seperti yang sudah
kauketahui) menutup wajahnya dengan
kedua tangan untuk menghalangi
pandangannya ke sana. Yang lain
memandangnya mungkin untuk sekitar
satu menit, sampai sosok itu
bergerak perlahan ke dalam
pepohonan yang lebih lebat di


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebelah kanan mereka, lalu
menghilang. Kemudian matahari
kembali muncul, dan burung-burung
mulai bernyanyi lagi. Semua anggota kelompok itu mulai
bernapas dengan teratur dan
bergerak. Mereka berdiri sekaku
patung saat makhluk itu berada
dalam jarak pandangan. "Apa itu tadi"" tanya 149
Eustace dalam bisikan. "Aku pernah melihatnya
sebelumnya," kata Tirian. "Tapi
waktu itu dia diukir di batu,
dilapisi emas, dan berlian utuh
dijadikan matanya. Saat itu aku
tidak lebih tua daripada kau
sekarang, dan pergi ke sana sebagai
tamu kerajaan Tisroc di Tashbaan.
Dia membawaku ke kuil besar Tash.
Di sanalah aku melihatnya, diukir
di atas altar." "Kalau begitu benda itu-benda
tadi-Tash"" tanya Eustace.
Tapi bukannya menjawab pertanyaan Eustace, Tirian
menyelip kan lengannya di belakang
bahu Jill dan berkata, "Bagaimana
keadaanmu, Lady""
"Ba-baik," jawab Jill, menurunkan tangan dari wajahnya
yang pucat dan berusaha tersenyum.
"Aku baik-baik saja membuatku
merasa mual sesaat."
"Kalau begitu tampaknya," kata
si unicorn, "benar-benar ada Tash,
ternyata." 150 "Ya," kata si dwarf. "Dan si
kera bodoh itu, yang tidak percaya
pada Tash, akan medapatkan lebih
banyak daripada yang dipertaruhkannya! Dia memanggil
Tash: Tash telah datang."
"Ke mana benda itu-dia-sosok
itu-pergi"" tanya Jill.
"Ke arah utara menuju jantung
Narnia," kata Tirian. "Dia telah
datang untuk menetap bersama kita.
Mereka telah memanggilnya dan dia
telah datang." "Ho, ho, ho!" si dwarf terkekeh,
menggosok-gosok kedua tangan
berbulunya. "Bakal jadi kejutan
bagi si kera. Kita seharusnya
tidak memanggil iblis kecuali kita
benar-benar bermaksud memanggilnya." "Siapa yang tahu apakah Tash
akan menampakkan diri di hadapan
Kera"" kata jewel.
"Ke mana Puzzle"" tanya
Eustace. Mereka semua meneriakkan 151
nama Puzzle dan Jill pergi ke
sisi lain menara untuk melihat
apakah keledai itu bersembunyi di
sana. Mereka sangat lelah mencarinya
ketika akhirnya kepala kelabu besar
mengintip dengan hati-hati keluar
dari pintu dan dia berkata, "Dia
sudah pergi, belum"" Dan ketika
akhirnya mereka bisa membujuknya
keluar, tubuh keledai itu gemetaran
seperti anjing biasa gemetaran
sebelum badai datang. "Sekarang aku sadar," kata
Puzzle, "ternyata aku benar-benar
telah menjadi keledai yang sangat
jahat. Seharusnya aku tidak
mendengarkan Shift. Aku tidak
pernah menyangka hal-hal seperti
ini akan mulai terjadi."
"Kalau kau menghabiskan lebih
sedikit waktu mengeluhkan betapa
kau tidak pintar dan lebih banyak
waktu berusaha menjadi sepintar
yang kau bisa-" kata Eustace
memulai tapi Jill memotongnya.
"Oh, jangan ganggu 152
Puzzle yang malang," katanya.
"Semua itu hanya kesalahan, ya
kan, Puzzle sayang"" Lalu dia
mencium hidung keledai itu.
Walaupun agak terguncang karena
pemandangan tadi, seluruh anggota
rombongan kini duduk kembali dan
melanjutkan perbincangan mereka.
Tidak banyak yang bisa diceritakan Jewel kepada mereka.
Sementara ditawan, dia menghabiskan hampir sepanjang
waktunya terikat di belakang istal,
dan tentu saja tidak mendengar
sedikit pun rencana musuh. Dia
ditendang (dan beberapa kali
menendang balik) dan dipukuli juga
diancam dengan kematian kecuali dia
bersedia berkata dia percaya bahwa
yang dibawa keluar dan ditunjukkan
ke semua makhluk dengan penerangan
api setiap malam memang Aslan.
Bahkan dia akan dihukum mati tepat
pada pagi itu kalau saja dia tidak
diselamatkan. Dia tidak tahu apa
yang telah terjadi pada si domba.
Permasalahan yang harus 153
mereka putuskan adalah apakah
mereka akan pergi ke Bukit Istal
lagi malam itu, menunjukkan Puzzle
kepada warga Narnia dan berusaha
membuat mereka melihat betapa
mereka telah ditipu, atau apakah
mereka sebaiknya pergi diamdiam ke
timur untuk menemui pasukan bantuan
yang dibawa Roonwit si centaurus
dari Cair Paravel dan kembali
melawan si kera dan orang-orang
Calormen-nya dengan kekuatan
tempur. Tirian ingin sekali menjalani
rencana pertama: dia membenci
bayangan membiarkan si kera menipu
rakyatnya lebih lama daripada yang
diperlukan. Di pihak lain, cara
para dwarf bersikap di malam
sebelumnya merupakan peringatan.
Tampaknya tidak akan yang bisa
yakin bagaimana orang-orang akan
bereaksi bahkan walaupun dia
menunjukkan Puzzle kepada mereka.
Lagi pula ada masalah Prajurit
Calormen yang harus diatasi.
Poggin menduga ada sekitar 154
tiga puluh prajurit. Tirian merasa
yakin kalau seluruh warga Narnia
bergabung ke pihaknya, dia, Jewel,
anak-anak, dan Poggin (Puzzle
tidak terlalu berpengaruh) akan ada
kemungkinan besar mengalahkan
mereka. Tapi bagaimana kalau
separo Narnia -- termasuk semua
bangsa dwarf-hanya duduk dan
memandang dalam diam" Atau bahkan
melawannya" Risikonya terlalu
besar. Lalu tentu saja ada juga
sosok Tash yang seperti asap. Apa
yang harus dilakukan"
Namun, seperti yang dikatakan
Poggin, tidak ada salahnya
membiarkan si ke ra mengatasi masalahnya sendiri selama satu atau
dua han. Saar ini dia tidak akan
punya Puzzle untuk dikeluarkan dan
dipertunjukkan. Tidaklah mudah
menebak kisah apa yang dia-atau Ginger-akan ciptakan untuk
menjelaskan ini. Kalau para Hewan
meminta dipertemukan dengan Aslan
setiap malam, dan tidak ada Aslan
yang bisa ditampilkan, 155
pastinya bahkan hewan yang paling
sederhana pun akan curiga.
Akhirnya mereka semua setuju
bahwa langkah terbaik yang bisa
diambil adalah melanjutkan
perjalanan dan berusaha menyusul
Roonwit. Segera setelah mereka memutuskan
ini, membahagiakan sekali melihat
betapa semua anggota rombongan
menjadi lebih ceria. Sejujurnya
aku tidak berpikir ini dikarenakan
satu pun di antara mereka takut
bertempur (kecuali mungkin Jill dan Eustace). Tapi aku yakin
masingmasing dalam diri mereka,
jauh di lubuk hati merasa sangat
lega tidak perlu mendekati
setidaknya belum perlu-makhluk
berkepala burung mengerikan yang,
kelihatan ataupun tidak kelihatan,
kini mungkin menghantui Bukit
Istal. Pokoknya, seseorang selalu
merasa lebih baik setelah membuat
keputusan. Tirian berkata sebaiknya 156
mereka melepaskan penyamaran,
supaya tidak salah dikenali sebagai
orang Calormen dan diserang warga
setia Narnia yang mungkin bakal
mereka temui dalam perjalanan. Si
dwarf membuat campuran abu yang
tampak menjijikkan dari sisa-sisa
pembakaran di bagian bawah perapian
dan minyak dari guci minyak yang
disinipan untuk menggosok pedang
dan kepala tombak. Kemudian mereka
melepaskan baju besi Calormen yang
mereka kenakan dan pergi ke sungai
kecil. Campuran memuakkan itu menghasilkan busa seperti sabun
lembut: terasa nyaman dan
mengingatkan akan rumah bila
melihat Tirian dan kedua anak itu
berlutut di tepi sungai dan
menggosok punggung leher atau
meniup atau mengembus ketika mereka
mencuci bersih busa. Kernudian
mereka kembali ke menara dengan
wajah merah, berkilau, tampak
seperti orang-orang yang diberi
kesempatan mandi lebih lama 157
sebelum pesta. Mereka mempersenjatai diri lagi dengan
gaya Narnia sebenarnya, dengan
pedang lurus dan perisai bersisi
tiga. "Tubuhku seutuhnya," kata
Tirian. "Begini lebih baik. Aku
merasa seperti manusia yang utuh
lagi." Puzzle memohon sangat keras
supaya kulit singa di tubuhnya
dilepaskan. Dia berkata kulit itu
terlalu panas dan menumpuk di
punggungnya sehingga membuatnya
merasa tidak nyaman: lagi pula
kulit itu membuatnya tampak konyol.
Tapi mereka memberitahunya dia
harus mengenakannya sedikit lebih
lama lagi, karena mereka masih ingin menunjukkan dirinya dalam
pakaian itu kepada Hewan-hewan
lain, walaupun mereka kini akan
menemui Roonwit terlebih dahulu.
Yang tersisa dari daging burung
dara dan kelinci tidak layak ikut
dibawa tapi mereka membawa beberapa


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

biskuit. Kemudian Tirian mengunci
pintu menara dan masa 158
menginap mereka di sana pun
berakhir. Saat itu pukul dua lebih sedikit
di sore hari ketika mereka
berangkat, dan hari itu hari yang
benar-benar hangat di musim semi
tersebut. Tampak lebih banyak daun muda yang bermunculan daripada
kemarin: curahan salju berakhir,
tapi mereka melihat beberapa
tumbuhan prinirose. Berkas sinar
matahari menembus pepohonan,
burung-burung bernyanyi, dan selalu
(walaupun biasanya tidak kelihatan)
terdengar suara aliran air.
Sangatlah sulit memikirkan hal-hal
mengerikan seperti Tash. Anakanak
merasa, akhirnya inilah Narnia
yang sebenarnya. Bahkan hati
Tirian menjadi lebih ringan ketika
dia berjalan di depan mereka,
menyenandungkan lagu berbaris lama
Narnia yang bagian refrain-nya
Ho, gemuruh, gemuruh, gemuruh,
gemuruh Gemuruh gendang ditabuh
Eustace dan Poggin si 159 dwarf berjalan di belakang sang
raja. Poggin memberitahu Eustace
nama-nama pepohonan, burung-burung,
dan tumbuhan-tumbuhan Narnia yang
belum diketahui anak itu.
Terkadang Eustace akan memberitahu dwarf tersebut tentang
pohon, burung, dan tumbuhan
Inggris. Di belakang mereka, berjalan
Puzzle, dan setelahnya Jill dan
jewel berjalan sangat rapat satu
sama lain. Jill telah, kau bisa
mengatakannya, sangat jatuh cinta
pada si unicorn. Anak perempuan
itu merasa -dan dia tidaklah terlalu
salah-bahwa jewel merupakan makhluk
paling bersinar, halus, dan anggun
yang pernah ditemuinya: dan unicorn
itu juga begitu lembut dan halus
dalam bertutur kata sehingga, kalau
kau belum mengetahuinya, kau nyaris tidak akan percaya betapa berani
dan menakutkan dirinya dalam
pertempuran. "Oh, ini menyenangkan 160
sekali!" kata Jill. "Hanya
berjalan seperti ini. Aku berharap
akan lebih banyak petualangan yang
seperti ini. Sayangnya begitu
banyak yang terjadi di Narnia."
Tapi si unicorn menjelaskan
kepadanya bahwa dia sangat keliru.
Dia berkata bahwa putra dan putri
Adam juga Hawa dibawa keluar dari
dunia mereka yang aneh ke Narnia
hanya pada saat-saat ketika Narnia
berada dalam kekacauan dan
kegalauan, tapi dia tidak boleh
berpikir selalu begitu keadaannya
di sini. Di antara kunjungankunjungan mereka ada ratusan dan
ribuan tahun ketika raja di masa damai diteruskan oleh raja lain
juga di masa damai sampai kau
nyaris tidak bisa mengingat namanama mereka atau menghitung jumlah
mereka, dan nyaris tidak ada yang
bisa dimasukkan ke Buku-buku
Sejarah. Dan dia melanjutkan
ceritanya dengan ratu-ratu dan para
pahlawan di masa lampau yang belum
pernah didengar Jill. 161
Jewel mengisahkan Ratu Swanwhite
yang hidup sebelum masa Penyihir
Putih dan Musim Dingin Panjang,
yang begitu cantik sehingga ketika
dia menatap ke mata air hutan mana
pun, bayangan wajahnya menyinari
air seperti bintang di malam hari
selama setahun dan satu hari
setelah itu. Dia bercerita tentang
Moonwood si Kelinci yang memiliki
pendengaran begitu hebat sehingga
dia bisa duduk di tepi Caldron
Pool di bawah gemuruh air terjun
besar itu dan mendengar orang-orang
berbicara dalam bisikan di Cair
Paravel. Dia memberitahu Jill
bagaimana Raja Gale, yang
merupakan keturunan kesembilan
Frank, raja pertama semua raja,
telah berlayar jauh ke Lautan
Timur dan membebaskan para
penghuni Lone Islands dari seekor
naga dan bagaimana, sebagai
imbalannya, mereka menyatakan Lone
Islands bagian dari tanah kerajaan
Narnia selamanya. Dia bercerita
tentang abad-abad ketika 162
Narnia begitu bahagia sehingga
hanya dansa-dansa juga pesta-pesta
yang layak ditulis, atau yang
paling sering: turnamen, yang bisa
diingat, dan setiap hari dan minggu
terasa lebih baik daripada
sebelumnya. Dan selama Jewel
melanjutkan ceritanya, bayangan
akan tahun-tahun bahagia itu,
ribuan bayangan tersebut,
menggunung dalam benak Jill hingga
dia merasa seolah sedang melihat ke
bawah dari bukit tinggi ke daratan
kaya dan indah yang penuh hutan,
air, dan ladang j agung, yang
terbentang hingga sangat jauh
sampai semuanya tampak samar dan
berkabut karena termakan jarak.
Lalu Jill berkata: "Oh, aku benar-benar berharap
kita bisa segera menyelesaikan
masalah dengan si kera dan kembali
ke masa-masa bahagia seperti dulu. Kemudian mudah-mudahan masa-masa
itu akan terus dan terus berlanjut.
Dunia kami bakal berakhir suatu
hari nanti. Mungkin dunia 163
yang ini tidak. Oh, Jewelbukankah akan bagus bila Narnia
tak pernah berakhir-dengan keadaan
seperti yang kauceritakan""
"Tidak, saudariku," Jewel
menjawab, "semua dunia akan
mencapai akhirnya, kecuali negeri
Aslan sendiri." "Yah, setidaknya," kata Jill,
"aku berharap akhir dunia ini masih
berjuta-juta tahun jauhnya-wah!
Kenapa kita berhenti""
Sang raja, Eustace, dan si
dwarf memandangi langit. Jill
bergidik, mengingat teror yang
telah mereka lihat. Tapi kali ini
bukan makhluk yang seperti itu yang tampak. Sosok itu kecil dan tampak
hitam dengan latar belakang langit
biru. "Aku berani bersumpah," kata si
unicorn, "dari ketinggiannya, dia
pasti Burung yang Bisa Berbicara. "Aku juga berpikir begitu," kata
sang raja. "Tapi apakah dia teman
atau mata-mata Si kera" 164
"Bagiku, Sire," kata si dwarf,
"dia tampak seperti Farsight si
Elang." "Apakah kita harus bersembunyi
di bawah pepohonan"" tanya
Eustace. "Tidak," kata Tirian, "lebih
baik berdiri bergeming seperti
batu. Dia pasti akan melihat kita kalau kita bergerak."
"Lihat! Dia berputar, dia sudah
melihat kita," kata jewel. "Dia
turun dengan membuat lingkaranlin
gkaran besar." "Panah pada tali busur, Lady,"
kata Tirian kepada Jill. "Tapi
janganlah menembak sebelum aku
memberitahumu. Dia mungkin teman."
Kalau ada yang tahu apa yang
akan terjadi selanjutnya, bakal
menyenangkan memerhatikan
keanggunan dan ringannya cara
burung besar itu melayang turun.
Dia bertengger pada puncak batu
beberapa meter dari Tirian,
menganggukkan kepala berjambulnya,
dan berkata dengan suara 165
elang yang aneh, "Salam, Raja."
"Salam, Farsight," kata
Tirian. "Dan karena kau telah
memanggilku Raja, aku bisa percaya
kau bukanlah salah satu pengikut si
kera dan Aslan palsunya. Aku
sangat lega kau datang."
"Sire," kata sang elang, "ketika
kau mendengar berita yang kubawa
kau akan lebih menyesali kedatanganku daripada kesedihan
paling dalam yang pernah kaualami."
Jantung Tirian seolah berhenti
berdegup saat mendengar kata-kata
ini, tapi dia merapatkan gigi dan
berkata, "Teruskan."
"Aku melihat dua pemandangan,"
kata Farsight. "Pertama
pemandangan Cair Paravel dipenuhi
warga Narnia yang gugur dan
pasukan Calormen yang beranjak
pergi, panji Tisroc dinaikkan pada
ceruk panah kerajaanmu, dan rakyatmu melarikan diri dari kotake berbagai arah, menuju hutan.
Cair Paravel diserang dari
lautan. Dua puluh kapal 166
besar Calormen berlabuh di sana
dalam kegelapan malam sebelum
kemarin malam." Tidak ada yang bisa berbicara.
"Lalu pemandangan yang lain,
sekitar lima belas mil lebih dekat
kemari daripada Cair Paravel,
adalah Roonwit sang centaurus
terbaring mati dengan panah
Calormen di sisi tubuhnya. Aku
menemaninya pada detik-detik
terakhirnya dan dia memberiku pesan
ini untuk Yang Mulia: ingatlah
semua dunia akan mencapai akhirnya
serta kematian mulia merupakan harta dan tidak ada orang yang
terlalu miskin untuk bisa
membelinya." "Jadi," kata sang raja setelah
terdiam lama, "Narnia tiada lagi."
Jantung Tirian seolah berhenti
berdegup saat mendengar kata-kata
mi, tapi dia merapatkan gigi dan
berkata, "Teruskan."
BAB SEMBILAN Pertemuan Besar di Bukit Istal
Lama sekali mereka tidak mampu
bicara atau bahkan meneteskan air
mata. Kemudian si unicorn
mengentakkan tanah dengan tapak
kakinya, mengibaskan surai, kemudian berbicara.
"Sire," katanya, "kini tidak
perlu pertinibangan apa pun lagi.
Kita telah melihat ternyata
rencana si kera telah ditanamkan
lebih dalam daripada bayangan kita.
Tidak diragukan dia sudah lama
berhubungan diam-diam dengan
Tisroc, dan segera setelah dia
menemukan kulit singa, dia mengirim
berita kepada Tisroc untuk
menyiapkan angkatan lautnya demi


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengambil alih Cair Paravel dan
seluruh Narnia. Kini tidak ada
lagi yang tersisa bagi kita
bertujuh kecuali kembali ke Bukit
Istal, mengungkapkan kebenaran,
dan menghadapi petualangan yang
dikirimkan Aslan kepada kita. Dan
jika, dengan keajaiban 168
besar, kita mengalahkan tiga puluh
Calormen yang berada bersama si
kera itu, kita kemudian harus
kembali lagi dan mati dalam
pertempuran dengan lebih banyak
prajurit mereka yang tak lama pasti
berbaris maju dari Cair Paravel."
Tirian mengangguk. Tapi dia
berbalik ke anak-anak dan berkata,
"Sekarang, teman-teman, sudah tiba
waktunya bagi kalian untuk kembali
ke duniamu sendiri. Tak diragukan
kalian telah melakukan semua yang
menjadi tujuan pengiriman kalian."
"Ta-tapi kami belum melakukan
apa-apa," kata Jill yang tubuhnya
gemetaran, tepatnya bukan karena
ketakutan, tapi karena semuanya kini telah menjadi begitu
mengerikan. "Tidak," kata sang raja, "kalian
sudah membebaskanku dari pohon, kau
merayap di depanku seperti ular
semalam di hutan dan membebaskan
Puzzle, dan kau, Eustace,
membunuh musuhmu. Tapi kalian
terlalu muda untuk berbagi 169
akhir yang begitu berbahaya seperti
yang akan kami temui malam ini
atau, mungkin, tiga hari kemudian.
Aku meminta kalian-tidak, aku
memerintahkan kalian-untuk kembali
ke dunia kalian sendiri. Aku akan
menderita malu bila membiarkan
pejuang-pejuang muda seperti kalian
terlatuh dalam pertarungan di
pihakku." "Tidak, tidak, tidak," kata
Jill (wajahnya sangat pucat ketika
dia mulai berbicara, kemudian
mendadak sangat merah lalu Puca
t lagi). "Kami tidak mau pulang,
tidak peduli apa katamu. Kami akan
berada di sampingmu apa pun yang
terjadi, benar kan, Eustace""
"Benar, tapi tidak perlu terlalu
heboh soal ini," kata Eustace,
yang memasukkan kedua tangannya ke
dalam kantong (melupakan betapa
kelihatan anehnya tindakan itu
kalau kau sedang mengenakan baju
rantai besi). "Karena, kalau kau
ingat, kami tidak punya pilihan
lain. Apa gunanya 170 membicarakan soal kepulangan kami"
Bagaimana" Kami tidak punya sihir untuk melakukannya!"
Ini memang logika yang bagus
tapi, pada saat itu Jill membenci
Eustace karena sudah mengucapkannya. Anak lelaki itu
sering sekali mengutarakan
kenyataan dengan terlalu menyebalkan ketika orang lain
sedang bersemangat. Ketika menyadari dua orang asing
itu tidak bisa pulang (kecuali
Aslan mendadak memindahkan
mereka), Tirian pun menyuruh
mereka pergi menyeberangi
Pegunungan Selatan menuju
Archenland tempat mereka mungkin
bakal aman. Tapi mereka tidak tahu
jalan ke sana dan tidak ada yang
bisa dikirim untuk mengantarkan
mereka. Lagi pula, seperti yang
dikatakan Poggin, sekali Calormen
menguasai Narnia, mereka pasti
akan merambah ke Archenland minggu
depan atau tak lama setelahnya:
sang Tisroc selalu 171 menginginkan negeri-negeri Utara
untuk dirinya sendiri. Akhirnya
Eustace dan Jill memohon begitu
keras sehingga Tirian berkata
mereka akan ikut bersamanya dan
mengambil kesempatan-atau, seperti
yang dikatakannya dengan lebih
bijaksana, "petualangan yang akan
dikirim Aslan untuk mereka".
Ide pertama sang raja adalah
mereka sebaiknya tidak kembali ke
Bukit Istal-saat ini mereka muak
bahkan bila hanya mendengar
namanya-sebelum hari gelap. Tapi
si dwarf memberitahu mereka bahwa
kalau mereka tiba di sana di siang
hari, mereka mungkin akan mendapati
tempat tersebut kosong, mungkin
hanya akan ada seorang prajurit
Calormen. Para Hewan terlalu
ketakutan dengan berita yang
disampaikan si kera (dan Ginger)
tentang Aslan baru yang murka-atau
Tashlan-untuk mendekatinya kecuali
ketika mereka dipanggil bersamasama untuk menghadiri pertemuan
pertemuan tengah malam yang 172
mengerikan itu. Dan para orang
Calormen tidak pernah bisa benarbenar tahan tinggal di hutan.
Menurut Poggin, bahkan di siang
hari mereka bisa dengan mudah pergi
ke suatu tempat di belakang istal
tanpa terlihat. Ini akan sulit
dilakukan bila malam telah tiba dan
semua prajurit Calormen bertugas.
Dan ketika pertemuan memang sudah
dimulai, mereka bisa meninggalkan
Puzzle di belakang istal, sama
sekali tidak terlihat, sampai waktu
mereka ingin menunjukkan dia tiba.
Ini sudah jelas merupakan
keuntungan: karena satu-satunya
kesempatan yang mereka miliki
adalah dengan mengejutkan warga
Narnia. Semua anggota rombongan setuju
dan mereka semua berangkat melewati
rute baru arah barat laut-menuju
bukit yang mereka benci. Sang
elang terkadang terbang bolakbalik
di atas mereka, terkadang dia
hinggap di punggung Puzzle. Tidak
seorang pun-bahkan tidak 173
sang raja sendiri kecuali dalam
keadaan benar-benar darurat-berani
membayangkan menaiki unicorn.
Kali ini Jill dan Eustace
berjalan bersama. Mereka merasa
sangat berani ketika memohon untuk
ikut bersama yang lain, tapi kini
mereka tidak merasa berani sama
sekali. "Pole," kata Eustace dalam
bisikan. "Sebaiknya aku
memberitahumu aku tegang sekali."
"Oh, kau akan baik-baik saja,
Scrubb," kata Jill. "Kau bisa
bertarung. Tapi aku-tubuhku
gemetaran terus, kalau kau mau tahu
yang sebenarnya." "Oh, gemetaran tidak ada
artinya," kata Eustace. "Aku
merasa aku bakal muntah."
"Ya ampun, jangan bicarakan soal
itu," kata Jill. Mereka terdiam selama semenit
atau lebih. "Pole," kata Eustace akhirnya.
"Apa"" kata si anak perempuan.
"Apa yang akan terjadi 174
kalau kita terbunuh di sini""
"Yah, kita akan mati, kurasa."
"Tapi maksudku, apa yang akan
terjadi di dunia kita" Apakah kita
akan terbangun dan mendapati diri
kita sendiri berada di kereta api"
Atau apakah kita akan lenyap dan
tidak akan terdengar lagi
keberadaannya" Atau apakah kita
akan ditemukan mati di Inggris""
"Astaga. Aku tidak pernah
memikirkan itu." "Bakal aneh bagi Peter dan yang
lainnya bila mereka melihatku
melambaikan tangan dari jendela
kemudian ketika kereta berhenti
kita tidak ada di mana-mana! Atau
kalau mereka menemukan dua- maksudku, kalau kita sudah mati di
Inggris sana." "Ugh!" kata Jill. "Bayangan
yang mengerikan." "Tidak bakal mengerikan bagi
kita," kata Eustace. "Kita
seharusnya tidak akan sadar berada
di sana." "Aku hampir berharap-ah, 175
tapi tidak juga, kata Jill.
"Apa yang ingin kaukatakan""
"Tadinya aku akan berkata aku
berharap kita tidak pernah datang
ke sini. Tapi tidak, tidak, tidak
begitu. Bahkan meskipun kita
memang akan terbunuh. Aku lebih
baik mati terbunuh dalam pertempuran demi Narnia daripada
menjadi tua dan bodoh di rumah dan mungkin mondar-mandir dengan kursi
roda dan akhirnya meninggal juga."
"Atau terbunuh dalam kecelakaan
kereta Jawatan Kereta Api
Inggris!" "Kenapa kau berkata begitu""
"Yah, waktu entakan keras itu
terasaentakan yang tampaknya
melemparkan kita ke Narnia-aku
menduga itu merupakan awal
kecelakaan kereta. Jadi aku lega
sekali mendapati diri kita malah
berada di sini." Sementara Jill dan Eustace
membicarakan ini, yang lain
mendiskusikan rencana mereka dan
rasa sedih mereka berkurang. 176
Itu karena mereka kini memikirkan apa yang harus dilakukan di malam
itu dan pemikiran akan apa yang
terjadi di Narnia-pemikiran bahwa
semua kejayaan dan kebahagiaan
negeri ini sudah berakhir-didorong
ke bagian belakang benak mereka.
Pada saat mereka berhenti
berbicara, pemikiran itu akan
keluar dan membuat mereka sengsara
lagi: tapi mereka terus-menerus
berbicara. Poggin benar-benar
sangat ceria tentang aksi malam
yang harus mereka lakukan. Dia
yakin Babi Hutan dan Beruang,
dan mungkin semua Anjing akan
langsung bergabung di pihak mereka.
Dan dia tidak percaya semua dwarf
akan bertahan di sisi Griffle.
Lagi pula bertempur dengan cahaya
api dan keluar-masuk di antara
pepohonan akan menjadi keuntungan
bagi pihak yang lebih lemah. Kemudian, kalau mereka bisa menang
malam ini, perlukah mereka benarbenar langsung melempar nyawa
dengan menghadapi pasukan 177
Calormen beberapa hari berikutnya"
Kenapa tidak bersembunyi di


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hutan dahulu, atau bahkan di
Western Wild lebih jauh daripada
air terjun besar dan hidup seperti
pemberontak" Kemudian mereka
mungkin akan menjadi lebih kuat dan
terus menguat, karena para Hewan
yang Bisa Berbicara dan warga
Archenland akan bergabung dengan
mereka setiap harinya. Dan
akhirnya mereka akan keluar dari
persembunyian dan menyapu orangorang Calormen (yang akan menjadi kurang waspada pada saat itu)
keluar dari negeri mereka dan
Narnia akan bangkit kembali.
Bagaimanapun, tindakan seperti itu
pernah terjadi pada masa Raja
Miraz! Tirian mendengar semua ini dan
berpikir, tapi bagaimana dengan
Tash" Dan merasakan dalam
tulangnya bahwa tidak satu pun dan
harapan itu akan terjadi. Tapi dia
tidak mengatakannya. Ketika mereka lebih dekat 178
dengan Bukit Istal tentu saja
semua orang menjadi terdiam.
Kemudian tantangan di hutan
sesungguhnya pun dimulai. Mereka
membutuhkan waktu lebih daripada
dua jam, sejak mereka pertama kali
melihat bukit itu hingga ke saat
mereka sampai di belakang istal.
Gerakan mereka sejenis gerakan
yang tidak bisa digambarkan secara
layak kecuali dituliskan dalam
berlembar-lembar halaman.
Perjalanan dari setiap tempat
perlindungan hingga ke perlindungan
berikutnya masing-masing merupakan
petualangan, dan ada banyak
penantian di antaranya, dan
beberapa dugaan akan bahaya yang
keliru. Kalau kau pramuka atau
penunjuk jalan yang baik, kau pasti
sudah tahu bagaimana keadaannya.
Pada saat matahari terbenam mereka
semua aman di rumpunan pohon holly
sekitar tiga belas meter di
belakang istal. Mereka semua
mengunyah beberapa potong biskuit
dan berbaring. 179 Sekarang tibalah bagian yang
terburuk, menunggu. Untungnya bagi
anak-anak, mereka sempat tertidur
selama dua jam, tapi tentu saja
terbangun ketika malam menjadi
lebih dingin, dan yang terburuk,
terbangun haus dan tanpa kesempatan
mencari minum. Puzzle hanya
berdiri, tubuhnya sedikit gemetar
karena g ugup, dan tidak mengatakan
apa-apa. Tapi Tirian, dengan
kepala menempel pada pinggang
Jewel, tertidur nyenyak seolah dia
berada di tempat tidur kerajaannya
di Cair Paravel, hingga suara
gong ditabuh membangunkannya, dia
Pun bangkit dan melihat ada api
unggun di ujung jauh istal dan tahu
waktunya telah tiba. "Kecuplah aku, jewel," katanya.
"Karena ini pasti akan menjadi
malam terakhir kita di bumi. Dan
kalau aku pernah menyinggungmuu
dalam salah apa pun, berat maupun
ringan, maafkan aku sekarang."
"Yang Mulia Raja," kata 180
si unicorn, "aku hampir berharap
kau telah melakukan itu, supaya aku
bisa memaafkanmu. Selamat tinggal.
Kita telah mengalami masa-masa
indah bersama. Kalau Aslan
memberiku kesempatan memilih, aku
akan memilih kembali hidup yang
telah aku jalani dan kematian yang
menyongsongku sekarang."
Kemudian mereka membangunkan
Farsight, yang tertidur dengan
kepala di bawah sayapnya (ini
membuatnya kelihatan seolah dia
tidak punya kepala), dan merangkak
maju menuju Istal. Mereka
meninggalkan Puzzle (tidak tanpa
kata-kata baik, karena kini tidak
ada yang marah kepadanya) tepat di belakang istal, memberitahunya
jangan bergerak hingga seseorang
datang menjemputnya, dan mengambil
posisi masing-masing pada salah
satu ujung istal. Api unggun belum dinyalakan
terlalu lama dan baru mulai
membakar tinggi. Api hanyalah
berjarak beberapa meter dari 181
mereka, dan kerumunan besar makhluk
Narnia berada di sisi lainnya,
sehingga Tirian awalnya tidak bisa
melihat mereka cukup jelas,
walaupun tentu saja dia melihat
lusinan mata yang bersinar karena
bayangan api, seperti ketika kau
melihat mata kelinci atau kucing
saat disinari lampu mobil. Dan
tepat pada saat Tirian mengambil
posisi, gong berhenti dibunyikan
dan dari suatu tempat di sebelah
kirinya tiga sosok muncul. Sosok
pertama adalah Rishda Tarkaan si
Kapten Calormen, sosok kedua
adalah si kera. Dia memegang
tangan si Tarkaan dengan satu
tapak dan terus-menerus merintih
dan bergumam, "Jangan terlalu
cepat, pelan-pelan, aku benar-benar
tidak sehat. Oh, kepalaku yang
malang! Pertemuan-pertemuan tengah
malam ini telah menjadi terlalu
berat untukku. Kera tidaklah
diciptakan untuk terbangun di malam
hari. Aku kan bukan tikus atau
kelelawar-oh, kepalaku yang 182
malang." Di sisi lain si kera, berjalan tanpa suara dan anggun, dengan ekor
terangkat ke udara, tampak Ginger
si kucing. Mereka menuju api
unggun dan begitu dekat dengan
Tirian sehingga mereka bakal
langsung bisa melihatnya kalau
mereka berjalan ke arah yang benar.
Untungnya itu tidak terjadi. Tapi
Tirian mendengar Rishda berkata
pada Ginger dengan suara pelan:
"Sekarang, Kucing, pergi ke
posisimu. Lakukan peranmu dengan
baik." "Meong, meong. Percayalah
kepadaku!" kata Ginger. Kemudian
dia melangkah menjauhi api unggun
dan duduk di barisan depan para
Hewan yang sudah berkumpul: kau
bisa bilang bergabung dengan para
penonton. Karena kenyataannya, ketika
terjadi, seluruh peristiwa itu
seperti pementasan teater.
Kerumunan warga Narnia seperti
para penonton yang duduk; 183
tempat berumput sempit di depan
istal, tempat api unggun dinyalakan
dan si kera juga si kapten berdiri
untuk berbicara kepada kerumunan,
seperti panggung; istal itu sendiri
seperti layar pemandangan di latar
belakang panggung; dan Tirian
serta teman-temannya seperti orangorang yang mengintip dari belakang
layar pemandangan. Posisinya
strategis sekali. Kalau ada di
antara mereka yang maju sehingga
terkena cahaya api unggun penuh,
semua pasang mata akan langsung
terpaku kepada siapa pun itu: di
pihak lain, selama mereka berdiri di dalam bayang-bayang dinding
belakang istal, perbandingannya
seratus banding satu mereka tidak
akan terlihat. Rishda Tarkaan menyeret si kera
hingga mendekati api. Keduanya
berputar untuk menghadapi
kerumunan, dan ini tentu saja
berarti punggung mereka menghadap
Tirian dan kawan-kawannya.
"Sekarang, Monyet," kata 184
Rishda Tarkaan dengan suara
pelan. "Ucapkan kata-kata yang
telah dipikirkan kepala yang lebih
bijak itu oleh mulutmu. Dan angkat
kepala." Ketika berbicara dia
sedikit menendang atau mendorong si kera dari belakang dengan ujung
kakinya. "Jangan ganggu aku," gumam
Shift. Tapi dia duduk lebih tegak
dan mulai berkata, dengan suara
yang lebih keras-"Sekarang
dengarkan, kalian semua. Telah
terjadi sesuatu yang buruk. Hal
yang kejam. Hal terkejam yang
pernah terjadi di Narnia. Dan
Aslan-" "Tashlan, bodoh," bisik Rishda
Tarkaan. "Tashlan, maksudku, tentu saja,"
kata si kera, "sangatlah murka
karena ini." Merebak kesunyian mencekam
sementara para Hewan menunggu
mendengar masalah baru apa lagi
yang menanti mereka. Kelompok
kecil di dinding belakang 185
istal juga menahan napas. Apa lagi
yang akan terjadi sekarang"
"Benar," kata si kera. "Pada
saat ini juga, ketika Yang
Menakutkan sendiri ada di tengah
kita-di sana di istal di belakangku-seekor hewan jahat telah
memutuskan melakukan sesuatu yang
kalian kira tidak akan berani
dilakukan siapa pun bahkan walaupun
Dia berada seribu mil jauhnya.
Hewan ini telah memakaikan kulit
singa pada dirinya dan berkeliaran
di hutan ini, berpura-pura menjadi
Aslan." Jill bertanya-tanya selama
sesaat apakah si kera telah gila.
Apakah dia akan mengungkapkan
seluruh kebenarannya" Erangan
ketakutan dan kemarahan dikeluarkan
para Hewan. "Grrr!" terdengar
geraman. "Siapa dia" Di mana dia"
Biarkan aku mencabiknya dengan gigiku!"
"Dia terlihat kemarin malam,"
teriak si kera, "tapi dia telah
melarikan diri. Dia seekor 186
keledai! Keledai biasa yang
menyedihkan! Kalau salah satu dari
kalian melihat keledai itu-"
"Grrr!" geram para hewan.
"Tentu, tentu. Sebaiknya dia
tidak muncul di hadapan kami."
Jill menatap sang raja. Mulut
Tirian terbuka dan wajahnya penuh
kengerian. Kemudian dia mengerti
kecurangan licik rencana musuh.
Dengan mencampurkan sedikit
kebenaran bersama kebohongan mereka


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telah membuat tipuan mereka menjadi
lebih kuat. Apa gunanya, sekarang,
memberitahu para Hewan bahwa ada
keledai yang berpenampilan seperti
singa untuk menipu mereka" Si kera
hanya bakal perlu berkata, "Itulah
yang baru saja kukatakan." Apa
gunanya menunjukkan Puzzle dengan
kulit singanya" Mereka hanya akan
menyerangnya. "Dan matilah angin di layar
kita," bisik Eustace.
"Tanah telah dirampas dari kaki
kita," kata Tirian. "Terkutuk, terkutuklah 187
kelicikan ini!" kata Poggin. "Aku
berani bersumpah kebohongan baru
ini hasil pemikiran Ginger."
BAB SEPULUH Siapa yang Akan Pergi ke Istal"
Jill merasakan sesuatu menggelitiki telinganya. Ternyata
jewel si unicorn, berbisik
kepadanya dengan mulut kuda yang
lebar. Segera setelah mendengar
kata-kata jewel, dia mengangguk dan
berjingkat pergi ke tempat Puzzle
berdiri. Dengan cepat dan tanpa
suara, dia memotong tali terakhir
yang mengikat kulit singa ke
keledai itu. Tidak akan ada
gunanya bila dia ditangkap dengan
mengenakan itu, setelah kata-kata
Kera tadi! Jill ingin menyembunyikan kulit itu di suatu
tempat yang sangat jauh, tapi kulit
tersebut terlalu berat. Tindakan
terbaik yang bisa dilakukannya
adalah menendangnya ke tengah
sesemakan yang paling lebat.
Kemudian dia memberikan sinyalsinyal kepada Puzzle untuk
mengikutinya dan mereka berdua
bergabung dengan yang lain.
Si kera sedang berbicara 190
lagi. "Dan setelah kejadian buruk
seperti itu, Aslan-Tashlanmenjadi lebih murka daripada
sebelumnya. Dia berkata dia telah
bersikap terlalu baik pada kalian,
keluar setiap malam agar kalian
bisa melihatnya! Nah, dia tidak
akan keluar lagi." Lolongan, meongan, cicitan, dan
geraman terdengar sebagai reaksi
para Hewan terhadap berita ini,
tapi mendadak suara yang sangat
berbeda terdengar bersama tawa
keras. "Dengarkan kata-kata si monyet,"
teriaknya. "Kita tahu kenapa dia
tidak akan mengeluarkan Aslan-nya
yang tersayang. Aku akan memberitahu kalian sebabnya: karena
Aslan-nya tidak ada. Dia tidak
pernah memiliki apa pun kecuali
keledai tua dengan kulit singa di punggungnya. Sekarang dia
kehilangan itu dan tidak tahu harus
bagaimana." Tirian tidak bisa melihat 191
wajah-wajah di sisi lain api unggun
dengan jelas, tapi dia menebak itu
suara Griffle si Pemimpin Dwarf.
Dan dia cukup yakin akan soal ini
ketika, sed etik kemudian, seluruh suara dwarf mendukungnya,
bernyanyi: "Tidak tahu harus
bagaimana! Tidak tahu harus
bagaimana! Tidak tahu harus
bagaimana-a-a!" "Diam!" bentak Rishda Tarkaan.
"Diam, anak-anak lumpur!
Dengarkan aku, warga Narnia yang
lain, kalau tidak aku akan
memberikan perintah kepada para
pejuangku untuk menertibkan kalian dengan ujung pedang. Lord Shift
telah memberitahu kalian tentang
keledai penipu itu. Apakah kalian
pikir, karena keledai itu maka
tidak ada Tashlan sungguhan di
dalam istal" Apakah begitu"
Berhati-hatilah, berhati-hatilah!"
"Tidak, bukan," teriak sebagian
besar makhluk. Tapi si dwarf
berkata, "Memang begitu, Kulit
Gelap, kau benar. Ayolah, 192
Monyet, tunjukkan kepada kami apa
yang ada di istal, kami akan
percaya setelah melihat dengan mata
kepala sendiri." Ketika selanjutnya keheningan
merebak, si kera berkata, "Kalian
para dwarf mengira kalian begitu
pintar, ya kan" Tapi tunggu dulu.
Aku tidak pernah berkata kau tidak
bisa melihat Tashlan. Siapa pun
yang ingin, bisa melihatnya."
Seluruh hadirin terdiam. Kemudian, setelah nyaris satu
menit, Beruang mulai berbicara
dengan suara pelan dan kebingungan:
"Aku tidak terlalu mengerti
semua ini," dia menggumam, "kukira
kau bilang-" "Kaukira!" ulang si kera.
"Seolah ada yang bisa menyebut apa
yang sedang terjadi di dalam
kepalamu berpikir. Dengarkan,
kalian semua. Semua orang bisa
melihat Tashlan. Tapi dia tidak
mau keluar. Kalian harus masuk dan
melihatnya." "Oh, terima kasih, terima 193
kasih, terima kasih," kata lusinan
suara. "Itulah yang kami inginkan!
Supaya kami bisa masuk dan
bertatapan dengannya. Dan sekarang
dia akan berbaik hati dan semuanya
akan kembali seperti dulu lagi."
Burung-burung berceloteh, dan para
Anjing menggonggong penuh
semangat. Lalu mendadak, terjadi
kehebohan besar dan terdengar suara
para makhluk bangkit berdiri,
sedetik kemudian mereka akan
berbondong-bondong bergegas maju
dan berusaha masuk ke pintu istal
secara bersama-sama. Tapi si kera berteriak, "Mundur! Diam! Tunggu dulu."
Para Hewan berhenti, banyak di
antara mereka dengan satu kaki
terangkat di udara, banyak di
antara mereka dengan ekor
bergoyang-goyang, dan semuanya
dengan kepala menoleh ke satu arah.
"Bukankah kau berkata," Beruang
mulai berkata, tapi Shift
memotong. "Siapa pun boleh masuk," 194
katanya. "Tapi satu demi satu.
Siapa yang akan masuk pertama
kali" Dia tidak berkata dia sedang
merasa berbaik hati. Dia jadi
sering menjilati bibirnya sejak dia
menelan Raja yang pembelot malam
lalu. Pagi ini dia banyak
menggeram. Aku sendiri tidak akan
berminat masuk ke istal malam ini.
Tapi terserah kalian. Siapa yang
mau masuk duluan" Jangan salahkan
aku kalau dia menelan kalian bulatbulat atau mencerai berai diri
kalian menjadi serpihan-serpihan
kecil hanya dengan teror matanya.
Itu masalah kalian. Nah sekarang!
Siapa yang akan duluan" Bagaimana
kalau salah satu dwarf kalian""
"Konyol sekali, masuk dan
terbunuh!" cemooh Griffle.
"Bagaimana kami bisa tahu apa yang
kau simpan di dalam sana""
"Ho-ho!" teriak si kera. "Jadi
kau mulai berpikir memang ada
sesuatu di dalam sana, hah" Nah,
kalian para Hewan mengeluarkan
begitu banyak suara semenit 195
lalu. Kenapa kalian semua diam
sekarang" Siapa yang akan pergi
duluan"" Tapi para Hewan hanya berdiri
berpandangan dan mulai mundur menjauhi istal. Sangat sedikit
ekor yang bergoyang-goyang
sekarang. Si kera berjalan pelan
bolak-balik sambil meledek mereka.
"Ho-ho-ho!" dia terkekeh. "Kukira
kalian semua sangat bersemangat
bertatapan langsung dengan
Tashlan! Kalian berubah pikiran,
hah" Tirian menelengkan kepala untuk
mendengar sesuatu yang berusaha
dibisikkan Jill ke telinganya.
"Menurutmu apa yang sebenarnya
ada di dalam istal"" tanyanya.
"Siapa yang tahu"" kata Tirian.
"Kemungkinan besar dua Calormen
dengan pedang terhunus di masingmasing sisi pintu."
"Kau tidak berpikir," kata
Jill, "mungkin yang ada di sana'''
kau tahu, kan''' makhluk mengerikan
yang pernah kita lihat itu"" 196
"Tash sendiri"" bisik Tirian.
"Tidak bisa dipastikan. Tapi
beranikan dirimu, Nak, kita se
mua berada di antara cakar Aslan
asli." Kemudian kejadian yang sangat
mengejutkan terjadi. Ginger si
kucing berkata dengan suara tenang
dan jelas, sama sekali tidak
terdengar penuh emosi, "Aku akan
masuk, kalau kalian mau."
Setiap makhluk menoleh dan
memandangi Kucing itu lekat-lekat.
"Perhatikan kelicikan mereka,
Sire," kata Poggin kepada sang
raja. "Kucing terkutuk itu
terlibat dalam rencana jahat ini,
di tengah-tengahnya. Aku berani
bertaruh apa pun yang berada di
dalam istal tidak akan menyakitinya. Kemudian Ginger
akan keluar lagi dan berkata telah
melihat keajaiban." Tapi Tirian tidak mendapat
kesempatan menanggapi ini si kera
sudah memanggil si kucing untuk
maju. 197 "Ho-ho!" kata si kera. "Jadi
kau, kucing Yang bersemangat, akan
bertatapan langsung dengan Dia.
Silakan saja, kalau begitu! Aku
akan membuka pintunya untukmu.
Jangan salahkan aku kalau Dia
membuatmu ngeri sehingga kumismu
copot. Itu masalahmu sendiri."
Lalu Kucing itu bangkit dan
bergerak dari posisinya di dalam
kerumunan, berjalan anggun dan
penuh kebanggaan, dengan ekor terangkat, tidak selembar bulu pun
di tubuhnya yang halus dan mengilap
berada di tempat yang salah.
Ginger berjalan hingga melewati
api unggun dan begitu dekat
sehingga Tirian, dari tempatnya


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdiri dengan bahu bersandar di
dinding belakang istal, bisa
melihat tepat ke wajahnya. Mata
hijau besarnya tidak berkedip.
"Setenang nyiur melambai," gumam
Eustace. "Dia tahu tidak ada yang
perlu ditakutinya." Si kera, terkekeh dan menampilkan ekspresi aneh, 198
bergerak menyeberang hingga berada
di samping si kucing, mengangkat
tangannya, menarik palang kayu, dan membuka pintu. Tirian berpikir dia
bisa mendengar si kucing mendengkur
saat dia berjalan masuk ke ambang
pintu yang gelap. "Aii-aii-aouwii!-" Jeritan
paling mengerikan yang pernah
kaudengar membuat semua makhluk
tersentak. Kalau kau pernah
terbangun karena kucing berkelahi
atau berkasih-kasihan di atap di
tengah malam, kau pasti tahu
bagaimana suaranya. Suara kali ini lebih buruk. Si
kera terdorong hingga terjatuh oleh
Ginger yang melompat keluar dari
istal dengan kecepatan penuh.
Kalau kau belum pernah melihat
Kucing itu, kau mungkin akan
mengira dia kilat berwarna oranye.
Dia melesat melintasi rerumputan
terbuka, kembali ke tengah
kerumunan. Tidak ada yang mau
menemui seekor kucing yang berada
dalam keadaan seperti itu. 199
Kau bisa melihat para hewan
menyingkir dan dirinya ke kiri dan
ke kanan. Dia berlari memanjat
pohon, memutarinya dengan cepat,
dan menjulurkan kepala ke arah
bawah. Bulu-bulu ekornya berdiri
sampai nyaris setebal seluruh
tubuhnya, matanya seperti api hijau
sebesar piring, di sepanjang
punggungnya setiap bulu juga
berdiri tegak. "Aku akan memberikan janggutku,"
bisik Poggin, "untuk mengetahui
apakah hewan licik itu hanya
bersandiwara atau apakah dia telah
melihat sesuatu di dalam sana yang
menakutinya!" "Tenang dulu, teman," kata
Tirian, karena si kapten dan si
kera juga sedang berbisik-bisik dan
dia ingin mendengar apa yang mereka bicarakan. Tirian tidak berhasil,
dia hanya mendengar si kera sekali
lagi mengeluh, "Kepalaku,
kepalaku," tapi dia menduga makhluk
itu juga sama herannya dengan
tingkah laku Kucing 200 tersebut, seperti dirinya.
"Sekarang Ginger," kata
Kapten. "Tenangkan dirimu.
Beritahu mereka apa yang telah
kaulihat." "Aii-Aii-Aauw-Awah," teriak
si kucing. "Bukankah kau Hewan yang Bisa
Berbicara"" kata si kapten.
"Kendalikan suara-suara tak
jelasmu dan bicaralah."
Yang mengikuti kata-kata ini
cukup mengerikan. Tirian merasa
sangat yakin (begitu juga yang
lain) bahwa Kucing itu berusaha
mengatakan sesuatu, tapi yang
keluar dari mulutnya hanya suarasuara khas kucing biasa yang
menyebaikan yang bisa kaudengar
keluar dari mulut kucing marah atau
takut mana pun di halaman belakang
Inggris. Dan semakin lama dia
bersuara, semakin dia tidak tampak
seperti Hewan yang Bisa Berbicara. Erangan gelisah dan
pekikan tajam pelan terdengar dari
kerumunan Hewan. 201 "Lihat, lihat!" kata suara
Beruang. "Dia tidak bisa
berbicara. Dia telah lupa caranya
berbicara! Di a telah kembali menjadi hewan yang bodoh. Lihat
wajahnya." Semua makhluk melihat ini memang
benar. Kemudian ketakutan terbesar menyebar di kalangan warga Narnia.
Karena setiap makhluk Narnia
telah diajarkan-ketika mereka masih
kanak-kanak -- bagaimana Aslan di
permulaan penciptaan dunia telah
mengubah para hewan Narnia menjadi
Hewan yang Bisa Berbicara dan
memperingatkan mereka bahwa kalau
mereka bersikap tidak baik, suatu
hart mereka akan kembali seperti
dulu dan menjadi hewan-hewan tidak
berakal yang malang yang biasa
ditemukan di negeri-negeri lain.
"Dan kini hukuman ini akan
mendatangi kita," mereka mengerang.
"Ampun! Ampun!" erang para
hewan. "Lindungi kami, Lord
Shift, jadilah jembatan antara
kami dan Aslan, kau harus 202
selalu masuk dan berbicara padanya
untuk kami. Kami tidak berani,
tidak berani." Ginger menghilang lebih jauh ke
atas pohon. Tidak ada yang pernah
melihatnya lagi. Tirian berdiri dengan tangan di
gagang pedang dan kepalanya
menunduk. Dia terpesona pada
segala horor yang dibawa malam itu.
Terkadang dia berpikir akan jadi
tindakan yang terbaik untuk segera
menghunus pedang dan menyerbu
orang-orang Calormen itu, namun di
detik berikutnya dia berpikir akan
lebih bijaksana untuk menunggu dan
melihat perkembangan baru apa yang
akan dialami permasalahan ini. Dan
kini perkembangan baru telah tiba.
"Ayahku," terdengar suara keras
dan jelas dari sebelah kiri
kerumunan. Tirian langsung tahu
salah satu orang Calormen-lah yang
berbicara, karena dalam pasukan
Tisroc, prajurit terbiasa
memanggil perwira "Tuanku" tapi
para perwira memanggil 203
perwira senior mereka "Ayahku".
Jill dan Eustace tidak tahu soal
ini tapi, setelah menengok ke sana
kemari, mereka lihat si pembicara,
karena tentu saja orangorang di
sebelah pinggir kerumunan lebih
mudah dilihat daripada yang berada
di tengah, tempat kobaran api
membuat semua yang berada di
belakangnya agak hitam. Pria itu
muda, tinggi, dan langsing, dan
bahkan agak tampan dengan kulit
gelap dan keangkuhan khas bangsa
Calormen. "Ayahku," katanya kepada
Kapten, "aku juga ingin mencoba
masuk." "Diamlah, Emeth," kata Kapten.
"Siapa yang menyuruhmu bicara"
Apakah patut anak muda berbicara
tanpa diminta""
"Ayahku," kata Emeth. "Aku
memang lebih belia daripadamu,
namun dalam diriku juga mengalir
darah Tarkaan yang sama seperti
dalam tubuhmu, aku juga hamba
Tash. Karena itu'''" 204
"Diam," kata Rishda Tarkaan.
"Bukankah aku kaptenmu" Istal itu
bukan urusanmu. Istal itu untuk
warga Narnia." "Tidak, ayahku," ucap Emeth.
"Kau telah berkata Aslan mereka
dan Tash kita adalah satu. Dan
jika itu memang kebenaran, kalau
begitu Tash sendiri ada di dalam
sana. Dan bagaimana kau bisa
berkata Dia bukan urusanku"
Karena aku rela mati seribu kali
kalau aku bisa melihat wajah Tash
meski barang sekali."
"Kau seorang bodoh yang tidak
mengerti apa pun," kata Rishda
Tarkaan. "Kau akan mendapat
masalah besar." Wajah Emeth menjadi tegas.
"Jadi apakah tidak benar bahwa
Tash dan Aslan adalah satu""
tanyanya. "Apakah si kera telah
berbohong pada kita""
"Tentu saja mereka adalah satu,"
jawab si kera. "Bersumpahlah, Kera," kata
Emeth. 205 "Oh, ya ampun!" keluh Shift.
"Kalau saja kalian mau berhenti
menggangguku. Kepalaku sakit
sekali. Baiklah, baiklah, aku
bersumpah." "Kalau begitu, ayahku," kata
Emeth, "aku benar-benar bertekad
akan masuk ke sana."
"Bodoh," kata Rishda Tarkaan
memulai, tapi para dwarf mulai
berteriak, "Ayolah, kulit gelap.
Kenapa kau tidak membiarkannya"
Kenapa kau membiarkan warga
Narnia masuk tapi tidak membolehkan orang-orangmu sendiri
ke sana" Apa yang kausimpan di
sana sehingga kau tidak mau orangorangmu sendiri menemuinya""
Tirian dan teman-temannya hanya
bisa melihat punggung Rishda Tarkaan, jadi mereka tidak pernah
tahu bagaimana wajahnya saat dia
mengangkat bahu dan berkata,
"Kalian akan menjadi saksi bahwa
aku tidak bersalah atas darah
pemuda bodoh ini. Masuklah, pemuda
ceroboh, dan cepat lakukan." 206
Kemudian, seperti yang telah
dilakukan Ginger, Emeth berjalan
maju menuju bagian rumput terbuka
di antara api unggun dan istal. Matanya bersinar, wajahnya sangat
serius, tangannya berada di gagang
pedang, dan dia mengangkat
kepalanya. Jill ingin menangis
ketika melihat wajahnya. Dan jewel
berbisik di telinga sang raja,
"Demi surai sang singa, aku hampir
menyukai pejuang muda ini, walaupun
dia seorang Calormen. Dia pantas
mendapatkan dewa yang lebih baik
daripada Tash." "Aku betul-betul berharap kita
tahu apa yang sebenarnya ada di
dalam sana," kata Eustace.
Emeth membuka pintu dan masuk,
ke mulut hitam istal. Dia menutup
pintu di belakangnya. Hanya
beberapa detik lewat-meski terasa
lebih lama daripada itu-sebelum
pintu tersebut terbuka lagi. Sosok
dengan baju besi Calormen terjatuh
keluar, tergeletak telentang, dan


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berbaring bergeming: pintu 207
tertutup di belakangnya. Si kapten
melompat mendekatinya dan
membungkuk untuk menatap wajahnya. Dia bergerak mendadak karena
terkejut. Kemudian dia mengendalikan diri dan menghadap
para hadirin, berteriak: "Pemuda ceroboh ini telah
mendapatkan keinginannya. Dia
telah melihat Tash dan mati.
Kalian semua harus menjadikan ini
peringatan." "Tentu, tentu," kata para Hewan
yang malang Tapi Tirian dan
teman-temannya memandangi pemuda
Calormen yang meninggal itu
kemudian berpandangan. Karena
mereka, dengan posisi yang sangat
dekat, bisa melihat sesuatu yang
tidak bisa dilihat para hadirin
karena berada jauh dan di balik api
unggun: pria yang mati itu bukan
Emeth. Orang itu sangat berbeda:
pria yang lebih tua, lebih berisi
dan tidak terlalu tinggi, dengan
janggut tebal. "Ho-ho-ho," si kera 208
terkekeh. "Ada lagi" Ada lagi
yang mau masuk" Yah, karena kalian
semua pemalu, aku akan memilih yang
akan masuk berikutnya. Kau, kau
Babi Hutan! Ayo maju. Suruh dia
maju, para prajurit Calormen. Dia
akan bertatap muka dengan
Tashlan." "O-o-mph," geram Babi Hutan,
bangkit dengan berat hati.
"Ayolah, kalau begitu. Coba
rasakan taringku." Ketika Tirian melihat Hewan
pemberani itu bersiap-siap
bertempur untuk mempertahankan
nyawa-dan para prajurit Calormen
mulai merapat menghampirinya dengan
pedang lengkung terhunus-dan tidak
ada yang membantunya sesuatu
sepertinya meledak dalam dirinya. Dia tidak lagi peduli apakah ini
waktu yang terbaik untuk turun
tangan atau bukan. "Hunus pedang," dia berbisik
kepada yang lain. "Panah pada tali
busur. Ikuti aku." Detik berikutnya warga 209
Narnia terkejut melihat tujuh
sosok melompat maju ke depan istal,
empat di antara mereka mengenakan
baju besi berkilauan. Pedang sang
raja memantulkan cahaya api ketika
dia mengayunkannya di atas kepala
dan berteriak dengan suara keras:
"Di sini aku berdiri, Tirian
dari Narnia, demi nama Aslan,
untuk membuktikan dengan tubuhku
bahwa Tash adalah iblis kejam, si
kera pengkhianat licik dan orang- orang Calormen ini pantas mati.
Datanglah ke sisiku, semua warga
Narnia yang setia. Apakah kalian
akan menunggu hingga para tuan baru
kalian membunuh kalian satu demi
satu"" BAB SEBELAS Langkah Dipercepat Secepat kilat, Rishda Tarkaan
melompat ke belakang agar terhindar
dari jangkauan pedang sang raja.
Dia bukanlah pengecut, dan akan bertarung sendirian melawan Tirian
dan si dwarf bila perlu. Tapi dia
tidak bisa menghadapi Elang dan
Unicorn sekaligus. Dia tahu
bagaimana Elang bisa terbang ke
wajahmu, mematuk matamu, dan
membutakanmu dengan sayap mereka.
Dan dia telah mendengar dari
ayahnya (yang pernah menghadapi
bangsa Narnia dalam peperangan)
bahwa tidak ada manusia, kecuali
dengan panah, atau tombak panjang,
yang bisa mengalahkan unicorn,
karena ketika mereka berdiri dengan
kaki belakang sambil menjatuhkan
tubuh ke arahmu, kau bakal harus
menghadapi kaki, tanduk, dan
giginya secara bersamaan. Jadi dia
bergegas berlari ke arah kerumunan
dan berdiri sambil berteriak:
"Berkumpul, berkumpul 212
kemari, para prajurit Tisroc,
semoga dia selamanya kekal.
Kemari, semua warga Narnia yang
setia, bila tidak ingin kemarahan
Tashlan jatuh kepadamu!"
Sementara ini terjadi, dua
peristiwa juga berlangsung pada
saat yang sama. Si kera tidak
menyadari bahaya yang mengancamnya
secepat si Tarkaan. Selama satu
detik atau lebih, dia tetap berjongkok di samping api unggun
memandangi para pendatang baru.
Kemudian Tirian bergegas menghampiri makhluk menyedihkan
itu, mengangkatnya dengan
mencengkeram punggung lehernya, dan
bergegas kembali ke istal sambil
berteriak, "Buka pintunya!"
Poggin membukanya. "Pergi dan
minumlah racunmu sendiri, Shift!" kata Tirian dan dia melemparkan si
kera ke dalam kegelapan. Tapi
ketika si dwarf menutup keras pintu
itu lagi, cahaya biru-kehijauan
yang membutakan keluar dari dalam
istal, bumi bergetar, lalu 213
terdengar suara aneh-kuakan dan
teriakan seolah itu suara serak
semacam monster burung. Para Hewan mengerang, melolong,
dan berteriak, "Tashlan!
Sembunyikan kami darinya!" dan
banyak yang pingsan dan terjatuh,
juga banyak di antara mereka yang
menyembunyikan wajah dengan sayap
atau cakar kaki. Tidak seorang pun
kecuali Farsight si elang, yang memiliki mata terbaik di antara
semua makhluk hidup, menyadari
ekspresi wajah Rishda Tarkaan
pada saat itu. Dan dari apa yang
dilihatnya, Farsight langsung tahu
Rishda juga sama terkejutnya, dan
hampir setakut, semua orang.
Itulah orang, pikir Farsight,
yang telah memanggil dewa-dewa yang
tidak dipercayainya. Bagaimana
keadaannya nanti kalau mereka
benar-benar datang" Hal ketiga-yang juga terjadi
pada waktu yang sama-merupakan
satu-satunya hal yang membahagiakan
pada saat itu. Setiap 214
Anjing yang Bisa Berbicara dalam
pertemuan tersebut (ada sedikitnya
lima belas ekor) datang bergabung dan menggonggong penuh semangat di
sisi Raja Tirian. Mereka kebanyakan anjing besar dengan bahu
kekar dan rahang besar. Kedatangan
mereka seperti ombak besar di
pantai: ombak yang nyaris
mendorongmu jatuh. Karena walaupun
mereka Anjing yang Bisa Berbicara, mereka juga punya
tingkah laku seperti anjing biasa:
dan mereka semua berdiri dengan
kaki belakang dan meletakkan kaki
depan ke bahu para manusia dan
menjllatl wajah mereka, semua
berkata bersamaan, "Selamat
datang! Selamat datang! Kami akan
membantu, kami bantu, bantu, bantu.
Tunjukkan bagaimana caranya
membantu, tunjukkan bagaimana,
bagaimana. Bagaimana-bagaimanabagaimana""
Kejadian ini begitu indah
sehingga bisa membuatmu ingin
menangis. Ini, akhirnya, 215
adalah sejenis kejadian yang mereka
harapkan. Dan ketika, sedetik
kemudian, beberapa hewan kecil
(tikus, tikus tanah, bajing, dan
sejenisnya) datang berlari dengan
langkah-langkah kecil, berdecitdecit bahagia, dan berkata,
"Lihat, lihat. Kami di sini," dan
ketika, setelah itu, Beruang dan
Babi Hutan juga datang, Eustace
mulai merasa bahwa mungkin ternyata
segalanya akan berjalan baik. Tapi
Tirian melihat ke sekeliling dan
melihat betapa sedikitnya hewan
yang pindah. "Kemari! Kemari!" dia
berteriak. "Apakah kalian semua
telah menjadi pengecut sejak aku
menjadi raja kalian""
"Kami tidak berani," rintih
lusinan suara. "Tashlan akan
marah. Lindungi kami dari Tashlan."
"Di mana semua Kuda yang Bisa
Berbicara"" kata Tirian kepada
Babi Hutan. "Kami melihat mereka, 216
kami melihat mereka," cicit Tikus.
"Si kera telah membuat mereka
bekerja. Mereka semua diikat-di
bawah bukit." "Kalau begitu, kalian para
makhluk kecil," kata Tirian,
"kalian pengerat, penggerogot, dan
penghancur kacang, pergilah secepat
kalian bisa berlari dan cari tahu
apakah para Kuda berada di pihak
kita. Dan kalau memang begitu,
gunakan gigi kalian untuk melepas
tali-tali yang mengikat mereka dan
gerogoti hingga para Kuda bebas
dan bawa mereka ke sini."
"Dengan itikad baik, Sire,"
terdengar suara-suara kecil, dan
bersama kibasan ekor, kelompok
bermata jeli dan bergigi tajam itu
berangkat. Tirian tersenyum hanya
karena rasa sayang ketika
memerhatikan mereka pergi. Tapi
waktunya sudah tiba untuk
memikirkan halhal lain. Rishda
Tarkaan sedang memberikan
perintah-perintah. "Maju," katanya. "Sebisa 217
mungkin tangkap mereka hidup-hidup
dan lemparkan mereka ke dalam
istal, atau desak mereka ke dalam
sana. Ketika mereka semua sudah
berada di dalam, kita akan membakar
istal dan menjadikan mereka
persembahan untuk dewa agung
Tash." "Hah!" kata Farsight kepada
dirinya sendiri. "Jadi in
ilah cara yang akan digunakannya dengan
harapan mendapatkan maaf Tash
karena ketidakyakinannya."
Barisan musuh-sekitar setengah
kekuatan Rishda-kini mulai
berjalan maju, dan Tirian nyaris
tidak memiliki waktu untuk
memberikan perintah. "Ke kiri, Jill, dan berusahalah


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menembak sebanyak mungkin sebelum
mereka mencapai kita. Babi Hutan
dan Beruang ambil posisi di
sampingnya. Poggin pada sebelah
kiriku, Eustace kanan. Ambil
sayap kanan, jewel. Bantu dia,
Puzzle, dan gunakan kaki-kakimu.
Melayang dan menyerang, 218
Farsight. Kalian para Anjing,
tetaplah di belakang. Masuk ke
antara mereka ketika perang dengan
pedang sudah dimulai. Aslan akan
membantu kita!" Eustace berdiri dengan hati
berdebar kencang, berharap dan
berharap dia akan merasa berani.
Dia belum pernah melihat apa pun
(walaupun dia sudah pernah melihat
naga dan ular laut raksasa) yang
bisa membuat darahnya terasa begitu
dingin seperti barisan pria
berwajah gelap dan bermata berkilau
itu. Ada lima belas orang
Calormen, Banteng yang Bisa
Berbicara Narnia, Slinkey si rubah, dan Wraggle si satyr-dewa
hutan. Kemudian dia mendengar
suara dentingan tali busur dan
lesatan anak panah di sebelah
kirinya, lalu satu Calormen
terjatuh, kemudian dentingan dan
lesatan lagi lalu si satyr
tergeletak. "Oh, bagus sekali,
putri Hawa!" terdengar suara
Tirian, kemudian musuh 219
mencapai mereka. Eustace tidak pernah ingat apa
yang terjadi dalam dua menit
berikutnya. Semua seperti mimpi
(sejenis mimpi yang biasa kaualami
ketika suhu tubuhmu lebih dari tiga
puluh tujuh derajat celsius) sampai
dia mendengar suara Rishda Tarkaan berteriak dari kejauhan:
"Mundur. Pergi ke belakang dan
bentuk ulang barisan."
Kemudian Eustace kembali kepada
kesadarannya dan melihat pasukan
Calormen berlarl mundur untuk
bergabung dengan teman-temannya.
Tapi tidak semua. Dua orang
terbaring mati, tertusuk tanduk
jewel, satu karena pedang Tirian.
Si rubah tergeletak mati di dekat
kakinya sendiri, dan dia bertanyatanya apakah dia yang telah
membunuhnya. Si banteng juga
terjatuh, matanya tertusuk panah
Jill dan sisi tubuhnya terhunjam
taring Babi Hutan. Tapi pihak
kita juga mengalami kehilangan.
Tiga anjing terbunuh dan 220
yang keempat tertatihtatih di
belakang barisan dengan tiga kaki
dan merintih. Beruang berbaring di
tanah, bergerak lemah. Kemudian
Beruang itu bergumam dengan suara
seraknya, kebingungan hingga akhir,
"Aku-aku tidak-mengerti,"
membaringkan kepala besarnya ke
rumput tanpa suara seperti anak
yang akan tidur, lalu tidak pernah
bergerak lagi. Bahkan sebenarnya, penyerangan
pertama telah gagal. Eustace
tampaknya tidak mampu merasa lega
soal ini: dia haus sekali dan
lengannya terasa sangat nyeri.
Ketika para orang Calormen yang
terkalahkan mundur ke pemimpinnya,
para dwarf mulai meledek mereka. "Sudah cukup, Kulit Gelap""
mereka berteriak. "Tidakkah kalian
menyukainya" Kenapa Tarkaan
hebatmu tidak maju dan bertarung
sendiri, bukannya mengirimkan
kalian untuk dibunuh" Para kulit
gelap yang malang!" "Dwarf!" teriak Tirian. 221
"Kemarilah dan gunakan pedang
kalian, bukan lidah. Masih ada
waktu. Para dwarf Narnia! Kalian
bisa bertarung dengan baik, aku
tahu itu. Kembalilah kepada
kesetiaan kalian." "Huh!" cemooh para dwarf.
"Lupakan saja. Kau sama banyak
bicaranya seperti yang lain. Kami
tidak menginginkan raja mana pun.
Bangsa dwarf adalah untuk bangsa
dwarf. Huu!" Kemudian bunyi genderang dimulai: bukan genderang dwarf kali ini, melainkan genderang besar
Calormen yang terbuat dari kulit
kerbau. Sejak pertama, anak-anak
langsung membenci bunyinya. Bumbum-ba-ba-bum, begitu bunyinya.
Tapi mereka akan lebih membencinya
kalau mereka tahu apa arti tabuhan
itu. Tirian tahu. Itu berarti ada
pasukan Calormen lain di suatu
tempat tidak jauh dari sana dan
bahwa Rishda Tarkaan sedang
memanggil mereka untuk meminta
bantuan. Tirian dan jewel 222
berpandangan sedih. Mereka baru
mulai berharap mereka mungkin bisa
menang malam itu: tapi semuanya
akan berakhir untuk mereka bila
musuh-musuh baru muncul. Tirian memandang ke sekitarnya
dengan putus asa. Beberapa Narni
a berdiri bersama pasukan Calormen,
entah apakah karena pengkhianatan
atau karena benar-benar takut pada
"Tashlan". Warga Narnia yang
lain duduk bergeming, memandang,
tidak tertarik bergabung dengan
pihak mana pun. Tapi kini lebih
sedikit hewan yang tertinggal:
kerumunan menipis. Jelas sekali,
beberapa di antara mereka telah
menyelinap pergi pada saat
pertempuran berlangsung. Bum-bum-ba-ba-bum, genderang
mengerikan itu terus ditabuh.
Kemudian suara lain untuk
bergabung dengannya. "Dengar!"
kata Jewel, kemudian, "Lihat!"
kata Farsight. Sedetik kemudian tidak diragukan lagi apa yang
datang. Bersama entakan 223
langkah kaki, kepala dikibaskan,
lubang hidung melebar, dan surai
melambai, lebih dari dua puluh
Kuda yang Bisa Berbicara Narnia
datang menyerbu dari bukit. Para
hewan pengerat dan penggerogot
telah melakukan tugas mereka.
Poggin si dwarf dan anak-anak
membuka mulut untuk bersorak tapi
sorakan itu tidak pernah disuarakan. Mendadak udara
dipenuhi suara tarikan tali busur
dan desisan panah. Para dwarf-lah
yang menembakkan panah danselama
sesaat Jill nyaris tidak bisa
memercayai matanya-mereka menembaki
para Kuda. Bangsa dwarf merupakan
pemanah ulung. Kuda demi Kuda
berjatuhan. Tidak satu pun Hewan
agung itu berhasil mencapai Raja.
"Pengacau kecil!" pekik
Eustace, melompat-lompat marah.
"Pengkhianat kecil yang kotor dan
jahat." Bahkan jewel pun berkata,
"Bolehkah aku menyerang para dwarf
itu, Sire, dan menusuk 224
sepuluh di antara mereka pada
setiap lompatan""
Tapi Tirian berkata dengan
wajah sekaku batu, "Tetaplah di
tempatmu, Jewel. Kalau kau harus
menangis, Sayang," (kata-kata ini
ditujukan kepada Jill), "tolehkan
kepalamu ke samping dan pastikan
kau tidak membasahi tali busurmu. Dan tenanglah, Eustace. Jangan
mengomel, seperti pelayan dapur.
Tidak ada kesatria yang mengomel.
Kata-kata mulia atau serangan
ampuh merupakan satu-satunya bahasa
yang mereka kenal." Tapi si dwarf balik meledek
Eustace. "Kau terkejut melihatnya
kan, anak kecil" Kau mengira kami
berada di pihakmu, kan" Jangan
khawatir. Kami tidak menginginkan
Kuda yang Bisa berbicara. Kami
tidak mau kalian menang, seperti
kami tidak ingin mereka menang.
Kau tidak bisa mengajak kami.
Bangsa dwarf adalah untuk bangsa
dwarf." Rishda Tarkaan masih 225 berbicara dengan para prajuritnya,
tidak perlu diragukan sedang
membuat rencana penyerangan
berikutnya dan mungkin menyesali
kenapa dia tidak mengerahkan
seluruh kekuatannya pada penyerangan pertama. Genderang
ditabuh. Kemudian, bersama rasa
horor, Tirian dan teman-temannya
mendengar, samar dan jauh seolah
berasal dari suatu tempat jauh
sekali, bunyi genderang balasan.
Pasukan Calormen lain telah
mendengar sinyal Rishda dan akan
datang untuk mendukungnya. Kau
tidak akan menduga Tirian kini
sama sekali telah kehilangan
harapan dengan melihat wajahnya.
"Dengar," dia berbisik dengan
nada langsungke-inti-permasalahan,
"kita harus menyerang sekarang,
sebelum para penjahat itu diperkuat teman-temannya yang datang dari
jauh." "Coba pertimbangkan lagi,
Sire," kata Poggin, "di belakang
kita kini ada tembok kayu 226
tebal istal. Kalau kita maju,
bukankah kita akan dengan mudah
dikepung dan menerima serangan
pedang dari segala arah""
"Aku juga berpendapat sama,
Dwarf," kata Tirian, "kalau saja
rencana mereka bukan untuk memaksa
kita masuk ke istal. Semakin jauh
kita dari pintunya yang mematikan,
semakin baik." "Sang raja benar," kata
Fairsight. "Jauh dari istal
terkutuk ini dan iblis apa pun yang
berada di dalamnya, apa pun yang terjadi."
"Ya, aku setuju," kata Eustace.
"Aku bahkan mulai membenci
melihatnya." "Bagus," kata Tirian.
"Sekarang lihat lebih jauh ke arah
kiri kita. Kau akan melihat batu
besar yang bersinar putih seperti
marmer dalam sinar api unggun.
Pertama kita akan menyerang
pasukan Calormen dengan kekuatan
penuh. Kau, gadis kecil, akan
bergerak ke sebelah kiri 227
kita sambil menembak secepat yang
kau bisa ke arah mereka, dan kau,


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Elang, terbanglah ke wajah mereka
dari sebelah kanan. Sementara itu kami akan menyerang dari depan.
Ketika kita sudah sangat dek
at dengan mereka, Jill, sehingga kau
tidak bisa lagi memanah mereka
karena khawatir malah mengenai
kami, mundurlah ke batu putih dan
tunggu di sana. Yang lain,
tajamkan pendengaran kalian selama
pertempuran. Kita harus membuat
mereka terdesak dalam hitungan
menit atau tidak sama sekali,
karena jumlah kita lebih sedikit
daripada mereka. Segera setelah
aku berteriak Mundur, semua
bergegas menyusul Jill di batu
putih, di sana kita akan mendapatkan perlindungan dari
belakang dan bisa bernapas
sebentar. Sekarang, majulah,
Jill." Merasa teramat sendirian, 228
Jill berlari sekitar enam meter,
meletakkan kaki kanannya ke
belakang dan kaki kirinya ke depan,
lalu memasang panah di tali
busurnya. Dia berdoa tangannya
tidak gemetaran sehebat itu.
"Benar-benar tembakan yang
payah!" katanya ketika panah
pertamanya melesat ke arah musuh
dan terbang melewati kepala mereka.
Tapi dia langsung memasang panah
lagi di busurnya, dia tahu
kecepatanlah yang terpenting saat
ini. Dia melihat sesuatu yang
besar dan hitam berkelebat ke
wajah-wajah orang Calormen. Itu
Farsight. Pertama satu orang,
kemudian satu lagi, menjatuhkan
pedangnya dan mengangkat kedua tangan untuk menjaga mata mereka.
Lalu salah satu panah Jill
sendiri menusuk seorang prajurit,
dan satu lagi menghunjam serigala
Narnia, yang tampaknya telah
bergabung dengan musuh. Tapi dia baru menembak beberapa
detik ketika harus berhenti. 229
Bersamaan dengan ayunan pedang,
taring Babi Hutan, dan tanduk
Jewel, juga gonggongan dalam para
anjing, Tirian dan pasukannya
menyerbu maju musuhnya, seperti
orang-orang dalam perlombaan lari
seratus meter. Jill heran melihat
betapa tidak siapnya pasukan
Calormen. Dia tidak menyadari ini
merupakan akibat serangannya dan
sang elang. Hanya sedikit pasukan
yang bisa melihat dengan baik ke
depan bila mereka dihujani panah
dan satu sisi dan dipatuki elang
dari sisi lain. "Oh, bagus sekali. Bagus
sekali!" teriak Jill.
Pasukan Raja memecah belah
pasukan musuh. Si unicorn
melemparkan orang-orang seperti kau
melemparkan jerami dengan garpu
jerami, Bahkan Eustace tampak
bagi Jill (yang bagaimanapun tidak
tahu banyak tentang keahlian
berpedang) bertarung dengan sangat
hebat. Para Anjing menyerang
leher para prajurit 230 Calormen. Penyerangan ini akan
berhasil. Akhirnya kemenangan
akan Bersama rasa shock yang dingin
dan mengerikan, Jill menyadari
sesuatu yang aneh. Walaupun
Calormen berjatuhan pada setiap
ayunan pedang Narnia, jumlah
mereka tampaknya tidak pernah
berkurang. Bahkan, jumlah mereka
tampaknya menjadi lebih banyak
sekarang daripada ketika pertarungan dimulai. Mereka
bertambah banyak setiap detiknya.
Mereka tersebar di berbagai sisi.
Tampak orang-orang Calormen baru.
Orang-orang baru ini membawa
tombak. Ada begitu banyak warga
bangsa ini sehingga Jill nyaris
tidak bisa melihat teman-temannya.
Kemudian dia mendengar suara
Tirian berteriak: "Mundur! Ke batu!"
Pasukan musuh telah mendapat
bantuan. Genderang telah menjalankan tugasnya dengan baik.
BAB DUA BELAS Melewati Pintu Istal Jill seharusnya sudah berada di
belakang di batu putih, tapi dia
melupakan bagian perintah untuknya
ini karena terlalu bersemangat
mengamati peperangan. Kim dia
mengingatnya. Dia langsung
berbalik dan berlari menuju batu
itu, dan tiba di sana tak lebih
dari sedetik sebelum yang lain
menyusul. Hal yang sama pun
terjadi pada mereka semua, untuk
sesaat punggung mereka menghadap
pasukan musuh. Mereka semua
berbalik segera setelah mereka
mencapai batu. Pemandangan
mengerikan menyambut mereka.
Seorang Calormen sedang berlari
ke pintu istal membawa sesuatu yang
menendang dan meronta. Ketika pria
itu berada di antara pasukan
Tirian dan api unggun, mereka bisa
melihat dengan jelas sosok si pria
dan sosok yang digendongnya. Itu
Eustace. Tirian dan si unicorn 232
bergegas maju untuk rnenolongnya.
Tapi orang Calormen itu kini
lebih dekat ke pintu daripada
mereka. Sebelum mereka mencapai
separo jarak, dia melemparkan
Eustace ke dalam istal, menutup
pintu dan mengurungnya di sana.
Setengah lusin lebih orang
Calormen berlari ke belakangnya.
Mere ka membentuk barisan di daerah
terbuka di depan istal. Tidak ada
kesempatan mendekati istal
sekarang. Bahkan pada saat itu Jill ingat
untuk memalingkan wajah, jauh dari
busurnya. "Bahkan kalau aku tidak
bisa berhenti terisak, aku tidak
akan membiarkan tali busurku
basah," katanya. "Awas panah!" kata Poggin tibatiba.
Semua orang merunduk dan menarik
topi besi mereka baik-baik hingga
ke hidung. Para Anjing berjongkok
di belakang. Tapi walaupun
beberapa panah mendatangi mereka,
tak lama kemudian jelas 233
bahwa bukan mereka yang menjadi
sasarannya. Griffle dan para
dwarfnya kembali menggunakan panah
mereka. Kali iini dengan tenangnya
mereka menembaki Calormen.
"Teruskan, teman-teman!"
terdengar suara Griffle. "Bersama-sama. Hati-hati. Kita
tidak menginginkan si orang kulit
gelap seperti juga kita tak
menginginkan Monyet-atau Singaatau Raja. Bangsa dwarf
adalah untuk bangsa dwarf."
Apa pun yang kaukatakan tentang
dwarf, tidak ada yang bisa
mengatakan mereka bukanlah
pemberani. Dengan mudahnya mereka
bisa pergi ke tempat yang aman.
Mereka lebih suka tetap tinggal
dan membunuh sebanyak mungkin
pasukan dari dua pihak, kecuali
ketika kedua pihak cukup baik untuk
tidak merepotkan mereka dengan
saling membunuh. Mereka menginginkan Narnia untuk diri
mereka sendiri. Yang mungkin tidak mereka 234
pertimbangkan adalah pasukan
Calormen mengenakan baju rantai
besi sedangkan para Kuda tidak
memiliki perlindungan. Selain itu
pasukan Calormen memiliki
pemimpin. Suara Rishda Tarkaan
berteriak: "Tiga puluh di antara kalian
tetap menjaga orang-orang bodoh di
balik batu putih. Sisanya, ikuti
aku, kita akan memberi para Putra
Bumi ini pelajaran."
Tirian dan teman-temannya, masih
terengah-engah akibat pertempuran
dan mensyukuri beberapa menit
istirahat, berdiri dan melihat
sementara sang Tarkaan memimpin
anak buahnya menyerang bangsa
dwarf. Pemandangan saat ini aneh.
Kobaran api tenggelam lebih
rendah: cahaya yang dihasilkannya
kini kian pudar dan berwarna merah
gelap. Sejauh yang bisa dilihat
seseorang, seluruh tempat pertemuan
itu kini telah ditinggalkan kecuali
oleh para dwarf dan bangsa
Calormen. Dalam 235 pencahayaan seperti itu seseorang
tidak bisa melihat dengan jelas apa
yang sedang terjadi. Kedengarannya
para dwarf memberikan perlawanan
yang hebat. Tirian bisa mendengar
Griffle menggunakan bahasa yang
teramat kasar, dan sesekali sang
Tarkaan berseru, "Tahan sebanyak yang kalian bisa! Tangkap mereka
hidup-hidup!" Bagaimanapun pecahnya perang
itu, perseteruan tidak berlangsung
lama. Suaranya segera menghilang.
Kemudian Jill melihat sang
Tarkaan kembali berjalan menghampiri istal: sebelas orang
mengikutinya, menyeret sebelas
dwarf yang diikat. (Apakah dwarf
yang lain telah terbunuh, atau
sebagian dari mereka melarikan
diri, tidak pernah diketahui.)
"Lemparkan mereka ke dalam kuil
Tash," kata Rishda Tarkaan.
Dan ketika kesebelas dwarf itu,
satu demi satu, dilemparkan atau
ditendang ke dalam ambang pintu
yang gelap kemudian pintu 236
tersebut tertutup lagi, sang
Tarkaan membungkuk rendah ke arah
istal dan berkata: "Mereka juga persembahan untuk
apimu, Lord Tash." Lalu semua orang Calormen
mengentakkan mata pedang mereka ke
perisai dan berteriak, "Tash!
Tash! Dewa agung Tash! Tash
yang tak tergoyahkan!" (Kini tidak
ada lagi segala omong kosong


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tentang "Tashlan".)
Kelompok kecil di batu putih
mengawasi kejadian ini dan berbisik
satu sama lain. Mereka telah
menemukan aliran kecil air yang
menuruni batu dan minum sepuaspuasnya Jill, Poggin, dan sang
raja dengan menangkupkan kedua
tangan, sementara para makhluk
berkaki empat menjilati air dari
kolam kecil yang terbentuk di
bagian bawah batu. Rasa haus
mereka begitu menguasai sehingga air itu terasa bagai minuman
terlezat yang pernah mereka reguk
seumur hidup mereka, dan 237
sementara minum mereka benar-benar
bahagia dan tidak bisa memikirkan
hal yang lain. "Aku merasakannya di tulangku,"
kata Poggin, "bahwa kita semua,
satu demi satu, akan melewati pintu
gelap itu sebelum pagi tiba. Aku
bisa memikirkan seratus kematian
yang lebih akan kupilih daripada ini." "Pintu itu memang mengerikan,"
kata Tirian. "Lebih seperti
mulut." "Oh, tidak adakah yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya"" tanya
Jill dengan suara gemetar.
"Tidak, teman baikku," kata
jewel, menyentuh lembut Jill
dengan hidungnya. "Mungkin untuk
kitalah pintu menuju negeri Aslan
terbuka dan kita akan bersantap di
mejanya malam ini." Rishda Tarkaan memutar punggungnya dari istal dan berjalan
lambat menuju tempat yang berada di
depan batu putih. "Dengarlah, "katanya. 238
"Kalau si babi hutan, para
Anjing, dan si unicorn mau datang
ke mari dan meminta belas
kasihanku, hidup mereka akan
diampuni. Si babi hutan akan
dimasukkan ke kandang di taman
Tisroc, para Anjing dikirim ke
kandang anjing Tisroc, dan si
unicorn, setelah aku memerintahkan agar tanduknya digergaji, akan
menarik kereta. Tapi si elang,
anak-anak, dan dia yang dulunya
Raja akan dipersembahkan kepada
Tash malam ini." Satu-satunya jawaban untuknya
adalah geraman. "Serang, Prajurit," kata sang
Tarkaan. "Bunuh hewan-hewannya,
tapi tangkap makhluk berkaki duanya
hidup-hidup." Kemudian pertempuran terakhir
Raja terakhir Narnia dimulai.
Yang membuat keadaan terasa
berat, selain jumlah musuh, adalah
tombaknya. Para Calormen yang
telah menyertai si kera sejak awal
tidak memiliki tombak: itu 239
karena mereka datang ke Narnia
satu-satu atau berdua, berpura-pura
menjadi para pedagang yang tidak
bermaksud jahat, dan tentu saja
mereka tidak membawa tombak karena
tombak bukanlah sesuatu yang bisa
kau sembunyikan. Tombak-tombak
baru harus masuk belakangan,
setelah si kera kuat dan mereka
bisa menyerbu secara terbuka.
Tombak itu membuat perbedaan yang
sangat kentara. Dengan tombak
panjang kau bisa membunuh babi
hutan sebelum kau bisa dicapai
taringnya dan unicorn sebelum kau
bisa ditusuk tanduknya, itu kalau
kau sangat cepat dan melindungi
kepala. Dan kini tombak-tombak
yang terhunus mendekati Tirian dan
teman-temannya yang tersisa. Menit
Siluman Goa Tengkorak 2 Pendekar Rajawali Sakti 171 Sayembara Maut Misteri Lukisan Tengkorak 5

Cari Blog Ini