Ceritasilat Novel Online

Legenda Golok Halilintar 2

Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li Bagian 2


"Paman sudah puluhan tahun terjun di dunia persilatan,
belum pernah membawa pembantu, adik Lui hari ini malah
diajak berbuat sesuatu, betul-betul buat aku jadi iri!"
Yo-po-lo-to tidak menghiraukan Cia Ma-lek, dia kembali
memakai kaca mata hitamnya, dengan serius berkata:
"Pekerjaan ini, hanya adik Lui yang pantas
mengerjakannya, dia tidak bisa bicara, malahan lebih
cocok!" Cia Ma-lek ingin bertanya lagi, tapi dilarang oleh Yo-polo-to dan berkata:
"Kau jangan ikut bicara dulu, dengar dulu di samping,
nanti juga ada tugas lain buatmu!"
Mendengar perkataan itu, Cia Ma-lek sangat senang
sambil meremas-remas kuping dan pipinya, dia tahu betul
orang ini tidak sembarangan memerintah orang, bila telah
Dewi KZ 67 diputuskan menggunakan seseorang, tentu akan diberikan
hadiah yang berharga, entah hadiah apa yang akan dia dan
A Bin dapatkan. Yo-po-lo-to melanjutkan pesannya pada A Bin:
"Aku tugaskan dirimu ke arah utara kurang lebih seratus
li, yaitu kota Lam-ning untuk bertemu seseorang, orangnya
muda sepertimu, katanya dirinya turunan raja tapi aku tidak
hafal betul. Ayahnya seorang pendekar ternama bergelar
Lok-houw-it-kun, yang telah berhubungan denganku. Dia
datang ke Tionggoan ini selain ingin bertemu denganku,
juga ingin mencoba ketangguhan pesilat-pesilatnya. Aku
ingin memberi pelajaran pada dia, tapi karena umurku lebih
tua dari dia jadi tidak pantas aku keluar sendiri, tadi aku
melihat kau sangat tangguh, aku ingin meminjam
tenagamu, mematahkan kesombongan dia.
Merasa tidak pantas mencari masalah dengan orang
asing tanpa alasan, terlihat sinar ragu di muka A Bin.
Yo-po-lo-to memandang dengan matanya yang terang
dengan sungguh-sungguh berkata:
"Adik Lui! Telah dua kali aku memperhatikan, kau
punya watak yang agung, bukan bandingan anak muda
yang suka menang sendiri tanpa perhitungan. Tugas yang
akan diberikan padamu, bukan untuk kepentinganku, kau
harus tahu jurus mereka lain dengan jurus silat yang biasa
digunakan di Tionggoan, dia menganggap remeh ilmu silat
Tionggoan. Kali ini dia menugaskan anak tunggalnya ke
daerah utara, bermaksud memamerkan ilmu Lok-houw-itkun, bila tidak dibendung, kesombongan mereka akan
menjadi-jadi." Setelah A Bin mendengar cerita yang berhubungan
dengan reputasi ilmu silat di Tionggoan, dan dia sendiri
memegang tanda Su-ciat-leng (Empat perintah wahid),
Dewi KZ 68 maka dia mesti membela nama aliran Tionggoan, bila di
kemudian hari ayah tahu juga akan senang. Maka dia
merobah pikiran, dia setuju sambil menganggukan kepala
pada Yo-po-lo-to. Yo-po-lo-to senang setelah mengetahui A Bin setuju
dengan tugasnya. Dia berkata lagi:
"Dan aku minta kau mau belajar ilmu silatku sekali saja,
jadi ketika kau menantang anak Lok-houw-it-kun,
gunakanlah ilmuku, ini adalah janjiku pada Lok-houw-itkun waktu dulu. Sesungguhnya ilmu silatmu tidak di
bawahku, tetapi kau harus belajar dua jurus ilmu silatku!"
Cia Ma-lek mendengar permintaan Yo-po-lo-to pada A
Bin, dia ingin juga belajar ilmunya seperti A Bin.
A Bin tampak ragu-ragu sejenak, lalu mengangguk
kepala setuju. Yo-po-lo-to umurnya sudah tua, tetapi masih punya sifat
anak muda, setelah bicara dia langsung mengerjakan, di
pinggir jalan dia menerangkan dengan jelas dua jurus
ilmunya pada A Bin. Ilmunya di namakan "Po-in-san-jiu"
(Tangan menghalau memecah awan) dan "Yu-sian-bi-tiongpouw" (Langkah menyesatkan dewa)
Ilmu Yo-po-lo-to juga punya keistimewaan jurus yang
berbeda dengan ilmu dari Tionggoan, jurusnya sangat aneh,
jarang ditemukan dalam aliran perkumpulan besar.
Berkat dasarnya yang kuat, dan otaknya cerdas, sekali
diberi petunjuk, A Bin langsung mengerti, tidak lebih
setengah jam A Bin telah menguasai ilmu itu dengan mahir.
Melihat hasil yang diperoleh A Bin begitu cepat, Yo-polo-to yang biasa suka humor, berkata dengan sungguhsungguh:
Dewi KZ 69 "Aku jarang memuji orang, tetapi kau adalah bibit
unggul yang sepuluh tahun ini baru aku temukan!"
Cia Ma-lek melihat Yo-po-lo-to mengajarkan ilmu silat
di depan matanya, dia senang juga dalam hati, dalam
pikirannya dia juga mendapat kesempatan menambah
ilmunya, tetapi sampai A Bin berhasil mempelajari
jurusnya, dia hanya hafal sekitar dua puluh persen saja,
melihat jurus yang diperagakan A Bin ternyata hampir
mendekati kesempurnaan, dia merasa terkejut dan iri, tetapi
memuji juga atas kemampuan A Bin
A Bin telah berhasil menambah sebuah ilmu baru,
mengetahui Yo-po-lo-to memberikan ilmunya agar
menghadapi anak Lok-houw-it-kun, dia sangat menghargai
dirinya, dia langsung mengucapkan terima kasih.
Yo-po-lo-to pura-pura tidak melihat A Bin, kemudian dia
memberi petunjuk: "Aku belum pernah melihat anak Lok-houw-it-kun,
tetapi aku tahu kira-kira orangnya bagaimana, tubuhnya
kurus pendek, mukanya cakap, selewat kelihatan seperti
anak perempuan, sifatnya sombong sekali, kali ini datang ke
utara, selain didampingi pesilat-pesilat tangguh Lok-houwit-kun dengan rahasia, dia juga membawa pembantu
dekatnya, dalam dua hari dia akan sampai di kota Lamning. Orang muda ini sudah biasa berfoya-foya, minum,
makan dan peng-inapan selalu minta yang paling mewah,
kau pasti gampang mengenalinya."
Yo-po-lo-to juga berkata pada Cia Ma-lek:
"Pergilah bersama A Bin! aku sudah memberi petunjuk,
jalankan sesuai dengan rencana." dia langsung mengatakan
tugas rahasia itu pada Cia Ma-lek dan A Bin.
Dewi KZ 70 Malam itu, Cia Ma-lek dan A Bin sudah sampai kota
Lam-ning, Cia Ma-lek membawa A Bin ke toko membaju
membeli baju anak bangsawan, menginap dihotel paling
mewah. Dua orang ini menunggu dengan sia-sia selama dua hari,
dan berkesempatan menengok hotel lain yang agak besar,
tapi tidak menemukan tamu yang persis seperti yang
diceritakan, Siang hari ketiga, Cia Ma-lek dan A Bin sedang di luar
kamar sambil santai melihat-lihat tamu yang keluar masuk
hotel, ternyata matanya terpancing oleh tiga tamu yang
baru masuk, satu majikan dan dua pembantunya.
Majikannya tampan seperti seorang anak bangsa wan,
umurnya sebaya A Bin, penampilan gagah, berbibir merah
dan gigi putih, penampilannya membawa tingkah laku
perempuan. Cia Ma-lek dan A Bin saling melempar muka
lucunya, mereka berdua sama-sama sudah menebak, pasti
orang ini anak Lok-houw-it-kun.
Setelah lebih diteliti lagi, pelayan hotel meng-iring tiga
kuda bibit unggul ke halaman belakang, salah satu dari
kedua pembantunya memegang satu pedang antik, yang
lainnya berdandan dengan potongan pendekar dunia
persilatan, Cia Ma-lek dan A Bin lebih yakin lagi tebakan
mereka tidak meleset. Tamu tiga orang itu mengetahui Cia Ma-lek dan A Bin
memperhatikan mereka dari seberang, mereka juga balik
memandang. A Bin dan Cia Ma-lek merasakan anak
bangsawan itu sangat cakap namun sombong.
Setelah memperhatikan tiga orang itu masuk kamar,
kebetulan pelayan hotel yang menaruh kuda lewat depan
kamar, Cia Ma-lek segera memanggil dia, menanyakan
asal-usul anak bangsawan itu.
Dewi KZ 71 Pelayan itu berkata: "Tamu seberang itu sangat kaya, majikannya dipanggil
tuan muda Hong-tai, dari selatan, mereka bertiga telah
memborong tiga kamar besar di dua sayap bangunan
hotel." Makin tenang kedua anak muda ini, berpikir kembali
akan kata-kata Yo-po-lo-to, Tuan itu mengaku namanya,
penampilan sangat mewah, pasti anak Lok-houw-it-kun.
Cia Ma-lek lama berkelana di dunia persilat-an, mahir
dalam penyelidikan, maka dia sendirian melang-kah ke
serambi hotel pelan-pelan menuju kamar tuan muda itu.
Dari kejauhan terdengar pembantu tuan muda itu
memesan makanan pada pelayan hotel:
".........Ikan tim, kuah merpati pecai, arak bunga Lotus!"
Pelayan berkata: "Yah,yah" sambil membuka hording kamar.
Cia Ma-lek pura-pura berjalan di serambi hotel,
menggunakan kesempatan di waktu pelayan membuka
hordeng, dia mengintai ke dalam kamar, terlihat tuan muda
Hong-tai duduk di pinggir ranjang, dibantu pembantu
memegang cermin kecil, seperti seorang perempuan
berdandan. Cia Ma-lek dalam hati berbicara:
"Mengapa laki-laki seperti perempuan perlu dandan di
depan cermin, apakah adat di luar perbatasan seperti itu."
Belum puas dengan penyelidikannya, Cia Ma-lek purapura berjalan di serambi hotel sekitar dua langkah lagi, dan
berbalik tubuh pulang ke kamarnya untuk berunding
dengan A Bin agar melaksanakan tugas Yo-po-lo-to.
Mendadak, belakang kepalanya terasa dingin, ilmu silat Cia
Dewi KZ 72 Ma-lek tidak terlalu tinggi, tetapi dia murid guru terkenal,
dan berpengalaman menghadapi banyak musuh, dia segera
mengerutkan leher sambil miringkan tubuh, dalam hitungan
detik, dia terhindar dari barang yang menghantam
kepalanya. Mengikuti arah mata, ternyata satu lembar daun
melewati kepalanya, terbang lurus ke seberang timur jalan
serambi. Dengan marah Cia Ma-lek berbalik kepala memandang,
terlihat tuan muda Hong-tai diam-diam sudah berdiri di
bagian barat jalan serambi, sedang mengangkat kepala
memandang awan di langit, sepertinya tidak melihat pada
Cia Ma-lek. 0-0dw0-0 BAB 2 Cucu raja Lok Cia Ma-lek tahu daun itu dilemparkan oleh tuan muda
Hong-tai, dia kagum atas ilmu yang disebut Sia-yap-hui-hoa
(Memetik daun menerbangkan bunga)
Dia jelas bukan tandingannya, dia melirik ke tempat A
Bin yang berdiri diseberang timur serambi, ternyata dia
tidak ada disana juga. Cia Ma-lek berseru dalam hati 'celaka'. Dia tidak berani
berlama-lama ditempat itu, langkah kakinya dipercepat
menuju keluar hotel, dia ingin mencari A Bin menanyakan
kenapa pergi duluan"
Baru saja dia menginjak mulut pintu, tiba-tiba empat
gadis berbaju putih menerobos masuk, karena perhatikan
Cia Ma-lek sedang kalut, hampir saja dia bertabrakan, ke
Dewi KZ 73 empat gadis itu sedikit menggoyangkan tubuhnya, lewat di
samping tubuh Cia Ma-lek, tempat demikian sempit tetapi
ujung bajunya sedikitpun tidak bersentuhan.
Bersamaan itu tercium wangi keluar dari baju gadis itu,
setelah diteliti oleh Cia Ma-lek, ke empat gadis itu umurnya
berkisar tujuh belas-delapan belas tahun, mukanya cantikcantik berbaju serba putih , membuat Cia Ma-lek tertegun
melirik terus. Salah seorang orang gadis merasa tidak enak dipandang
Cia Ma-lek, dengan mata melotot berteriak:
"Orang jelek, kenapa berjalan tidak pakai mata, hampir
saja menabrak orang, kenapa masih melihat terus?"
Cia Ma-lek tidak menghiraukan orang berteriak begitu,
tetapi jengkel pada ucapannya yang mengatakan 'jelek'
hampir saja dia naik darah atas ucapan gadis itu, tetapi
mengingat kata pepatah "laki-laki jantan tidak pantas
beradu mulut dengan perempuan" dia tidak jadi marah.
Keempat gadis itu tampak bukan orang bijaksana, salah
seorang telah berteriak lagi:
"Orang jelek! Kau lancang ya" Kita datang dari istana
Lok-houw, siapa yang berani kurang ajar" Bila kau tidak
tundukan kepala minta maaf, rasakan sendiri hukumannya"
Sambil bicara, tubuhnya bergerak maju, lengan bajunya
dikibaskan ke leher Cia Ma-lek, seperti sebilah pisau tajam
siap mengiris. Melihat gerakan empat gadis itu sangat cepat, Cia Malek makin berhati-hati, begitu kibasan lengan bajunya
datang, dia segera membungkukkan tubuh dan menciutkan
leher, jurus Sian-goan-jang-to (Dewa monyet menyimpan
buah Tho) digunakan menbuat serangan lengan baju gadis
itu lewat diatas kepala. Dewi KZ 74 Keempat gadis itu tertawa melihat jurus Cia Ma-lek yang
lucu dan seorang mengatakan: "Persi seperti monyet!"
Meski empat gadis itu mulutnya mengolok terus, tapi
jurusnya tidak memberi kesempatan, mereka berusaha
membuat malu Cia Ma-lek, baju putihnya berterbangan,
tangan-tangan yang putih saling berganti menyerang,
hingga Cia Ma-lek terkurung di dalam serangan mereka.
Jurus mereka tidak betul-betul mengenai tubuh Cia Malek, tetapi sangat berbahaya dan memalukan, membuat Cia
Ma-lek tidak bisa membalas.
Dalam kurungan gadis-gadis yang berbau wangi, Cia
Ma-lek dengan susah payah menghindar serangan
berbahaya, sehingga keringatnya yang bau membasahi
tubuhnya. Ilmu silat Cia Ma-lek tidak terlalu tinggi, jurus empat
gadis itu juga aneh, dengan posisi empat lawan satu,


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membuat Cia Ma-lek kewalahan, dia hanya berusaha sekuat
tenaga bertahan, mengharapkan A Bin segera datang
membantunya. Dalam perkelahian tidak seimbang, empat gadis itu
saling mencemoohkan Cia Ma-lek, berapa kali Cia Ma-lek
ingin keluar melarikan diri, sayang empat gadis itu tidak
memberi jalan, mereka menutup arah yang dituju Cia Malek.
Cia Ma-lek jadi marah, tanpa pikir panjang dia
mengeluarkan senjata rahasia perguruannya "Thian-ciatsengmang" (Langit danau bintang cahaya). Dia ingin
melukai keempat gadis itu, bersamaan waktu itu dari luar
hotel masuk lagi empat gadis berbaju putih, mengiring
seorang tuan muda berbaju brokat bordir, tuan mudanya
sangat tampan, berbibir merah, mukanya putih, umurnya
Dewi KZ 75 sekitar dua puluh tahun, dilihat sepintas juga berbau bedak
perempuan. Tuan muda yang berbaju brokat itu melihat empat gadis
yang sedang mempermalukan Cia Ma-lek, dia mengerutkan
bulu alisnya, mulutnya berbicara, entah logat daerah mana,
ke empat gadis itu langsung menghentikan kepungan
terhadap Cia Ma-lek, berdiri ditempat dan memberi hormat
pada tuan muda itu. Tuan muda itu dengan dingin bertanya pada Cia Ma-lek:
"Anak muda jelek, kau anak didik siapa?"
Cia Ma-lek yang mendengar kata itu sangat marah, dia
membelalakan mata putihnya, dengan nada tidak sopan
berbalik tanya: "Kau sendiri siapa" Bicara dulu!"
Dua gadis baju putih yang berdiri disamping tuan muda
itu bersamaan membentak: "Orang jelek, kau betul-betul punya mata tanpa biji, ini
adalah tuan muda dari istana Lok-houw, tersohor sebagai
cucu raja Lok-houw, kau betul tidak tahu, ya ampun!"
Cucu raja Lok-houw bertanya lagi:
"Hai, anak muda jelek, cepat katakan siapa gurumu?"
Mendengar kata-kata ini, Cia Ma-lek merasa memang
dirinya punya mata tanpa biji, belum lama tadi dengan A
Bin mereka salah beranggapan, tuan muda Hong-tai sebagai
anak Lok-houw-it-kun, mereka menghabiskan waktu
hampir setengah hari, ingin mengetahui dengan jelas. Siapa
tahu di depan matanya sekarang berdiri cucu raja Lok-houw
yang sebenarnya! Dewi KZ 76 Beberapa kali cucu raja Lok-houw ini menanya-kan
gurunya, entah apa maksudnya, maka dengan congkak dia
menjawab: "Aku adalah Cia Ma-lek yang tersohor di dunia
persilatan, guruku lebih hebat lagi, setiap orang pasti tahu
siapa guruku, Seng-jiu-pui-suo Leng Hau-te.... Tayhiap."
Ternyata cucu raja Lok-houw tidak terkejut atas ucapan
Cia Ma-lek, dia hanya menanyakan pada gadis di sebelah
kiri: "Pek-tan, kau teliti dalam buku catatan, apa terdaftar
nama guru anak muda ini?"
Mendengar perintah majikannya Pek-tan mengeluarkan
sebuah buku dari dalam lengan baju, segera menjawab:
"Ada terdaftar di urutan pertama Seng-jiu-pui-suo
namanya Leng Hau-te!"
Cucu raja Lok-houw dengan tertawa sadis, berkata:
"Bila gurunya ada di urutan nomor satu, sebagai cucu
raja aku pantas juga turun tangan, mengambil satu tanda
ditubuhnya!" Cia Ma-lek tidak tahu apa gunanya buku daftar nama
pesilat yang dipegang itu, mendengar nama gurunya ditaruh
paling atas, dia merasa bangga juga, tetapi setelah
mendengar bahwa lawannya akan meng-ambil tanda mata
ditubuhnya, dia merasa heran, dan cepat berkata:
"Tunggu sebentar, Cia Ma-lek dengan guruku tidak
punya dendam dengan istana Lok-houw, kenapa baru
bertemu, kau ingin mencelakakan aku?"
Dengan sinis cucu raja Lok-houw berkata:
"Anak jelek! Aku sebagai cucu raja kali ini datang ke
Tionggoan, untuk mengibarkan nama besar perguruanku,
Dewi KZ 77 mengalahkan pesilat tangguh yang ada disini, agar dunia
persilatan mengetahui hebatnya istana Lok-houw, sejak
masuk wilayah Tionggoan, aku telah mengalahkan murid
pertama aliran Tian-cong yang bernama pedang Cu-bu-pak,
di'propinsi Kwie-lam barat, membunuh ketua gerombolan
serigala tangan tunggal Ke Cen-e, bila gurunya ada nama
dibuku ini, di antaranya murid-muridnya harus dibunuh
satu, bila punya satu murid, dicongkel satu biji matanya
atau dipotong satu kupingnya, sisa hidupnya agar bisa
melaporkan pada gurunya, supaya gurunya bertemu aku,
tetapi sepanjang jalan, baru kali ini aku bertemu murid yang
gurunya terdaftar paling atas, ternyata ilmu silatmu biasa
saja, jadi lebih baik kau terima nasib, aku akan mengambil
satu matamu, agar kau bisa melaporkan keadaanku."
Mendengar kata-kata itu, Cia Ma-lek terkejut bercampur
marah, juga ngeri atas kekejaman cucu raja ini, hanya
untuk menantang gurunya, dia membunuh muridnya,
mencongkel mata memotong kuping, dia marah pada orang
yang sombong ini, menganggap rendah aliran persilatan di
Tionggoan. Terhadap guru-nya pun tidak hormat, maka dia
tanpa berpikir panjang berkata:
"Hei anak muda, kau jangan menghina para jago silat
Tionggoan, silahkan coba cambukku dulu." Sambil bicara
dia mengeluarkan satu cambuk yang terbuat dari baja,
dengan sembilan tengkorak hitam yang dinamakan Ma-lepian, seperti sembilan ekor burung aneh terjun dari udara,
menghajar kepala cucu raja Lok-houw.
Jurus Cia Ma-lek yang bernama "Kim-gui-lui-thian",
jarang ada orang yang bisa menghindar, dan ternyata
lawannya tidak menghindar, hanya menggeser tubuhnya
sedikit, jari tangan kirinya bergetar, sebuah angin kencang
dengan jurus Tok-coa-sin-hiat (Ular berbisa mencari lubang)
dia menyerang perut kecil Cia Ma-lek. Jurus ini sangat
Dewi KZ 78 ganas, bila Cia Ma-lek tidak menarik pecutnya, maka bukan
lawannya yang terluka, tetapi dia sendiri yang akan mati
terkena totokan angin dari jari cucu raja Lok-houw.
Dalam keadaan terpaksa, Cia Ma-lek menarik pecutnya
meloncat ke belakang mundur ke halaman tengah yang
diapit dua serambi. Cucu raja Lok-houw tidak memberi
napas, dia membentak: "Mau lari kemana!"
Gerakannya kencang seperti angin, jurusnya seperti
geledek, Cia Ma-lek masih bingung melihat lawan
menggunakan jurusnya, terpaan angin keras ke muka sudah
sampai betul-betul menuju satu mata kirinya.
Cia Ma-lek tidak sanggup mengelak serangan itu, dengan
reflek memejamkan kedua matanya. Dalam hati berkata:
"Habislah riwayatku, mungkin satu mata kiriku akan
hilang." Mendadak terdengar suara teriakan dari cucu raja Lokhouw, serangan angin yang menuju muka Cia Ma-lek
langsung lenyap, Cia Ma-lek membuka matanya terlihat
cucu raja Lok-houw telah mundur kebelakang sekitar tiga
kaki, mukanya penuh dengan rasa terkejut, dia sedang
mengawasi keadaan. Cia Ma-lek melirik ke belakang, ternyata A Bin telah
berdiri di belakangnya sekitar setengah kaki, entah kapan
datangnya dan dengan kedua matanya yang bersinar hijau
memandang cucu raja Lok-houw, tampak dia juga hati-hati
menghadapi lawannya. Cia Ma-lek sendiri bingung dengan apa yang terjadi di
depannya, lain dengan tuan muda Hong-tai yang melihat
secara langsung kejadian tadi dari seberang serambi timur.
Dewi KZ 79 Ternyata saat cucu raja Lok-houw berteriak dan ingin
mencopot mata kiri Cia Ma-lek, A Bin segera terbang dari
serambi barat, bagaikan bintang meteor jatuh, dalam
sekejap telah beradu satu pukulan dengan cucu raja Lokhouw yang membuat cucu Lok-houw mundur.
Sejak Tuan muda Hong-tai masuk ke hotel ini, sepintas
dia telah melihat wajah A Bin yang cakap dan bersemangat,
berpenampilan gagah tapi santai, seperti gunung
menghadap langit, membuat perhatian orang tertarik,
karena di sampingnya ada Cia Ma-lek yang rupanya jelek
dan telah mengintainya dengan mata bangsatnya, sehingga
membuat marah pada mereka.
Tadi setelah melihat jelas kecepatan geraknya dan
ketangguhan tenaga telapak tangannya, ditaksir tidak
dibawah pesilat tangguh yang lebih tua, maka dia menaruh
simpati dan memberi pujian pada A Bin.
Sejak Cucu raja Lok-houw masuk ke Tionggoan,
segalanya berjalan lancar, jago-jago silat yang tangguh telah
dikalahkan semua, hingga matanya selalu melihat ke atas
dan angkuh sekali, tapi saat tadi dia beradu tenaga dalam
dengan A Bin, dia baru tahu dia pesilat yang betul-betul
tangguh, selain terkejut dan marah, dia ingin menggunakan
kepandaiannya bertarung lagi untuk menentukan siapa
yang lebih tangguh, apalagi setelah ada orang lain malah
memuji lawannya, amarahnya makin naik.
Pemuda dari daerah asing ini dengan matanya melirik
tuan muda Hong-tai yang sedang memegang kayu gantar
pemisah kamar, dia ingin melampiaskan kemarahannya
pada orang itu. Begitu matanya tertuju pada sasaran, dia melihat seorang
pemuda cakap yang kulitnya lebih putih dari salju. Cucu
raja Lok-houw ini punya ilmu menilai orang, sekali melihat
Dewi KZ 80 tuan muda Hong-tai, dia jadi senang sekali, kemarahan
yang tadi ingin dilampiaskan langsung dibuang ke langit
tingkat sembilan. Cucu raja Lok-houw jadi meremehkan keberadaan A Bin
dan Cia Ma-lek, dia menghampiri halaman depan kamar
tuan muda Hong-tai, memberi salam perkenalan dan
berkata: "Numpang tanya... oh... adinda, siapa namamu?"
Tuan muda Hong-tai melihat cucu raja Lok-houw yang
mukanya cakap, tetapi sombongnya bukan main, dan
memperkenalkan diri seperti punya maksud tertentu, dalam
hati berpikir dia tidak pantas jadi kawannya, maka dia sama
sekali tidak mau menjawab.
Di belakang tuan muda Hong-tai keluar dua anak muda
cakap, berdiri di kiri mewakili menjawab:
"Tuan muda kami she In, orang menyebutnya tuan muda
Hong-tai!" Yang tadi bertanya adalah cucu raja Lok-houw, tapi
anak muda cakap ini menjawabnya menghadap muka A
Bin, sambil tersenyum seperti memberi isyarat pada A Bin
menggunakan kesempatan berkenalan dengan majikan
mereka. Gara-gara tidak bisa bicara, A Bin tidak menjawab,
tetapi cucu raja Lok-houw dengan maksud terselubung
tidak menghiraukan sifat dingin tuan muda Hong-tai dan
pembantunya, dengan masih berseri-seri berkata:
"Aku dipanggil Thio Kong-giok, ayahku Lok-houw-itkun, dia adalah Tay-suhu ternama di daerah selatan, aku
sudah mewarisi ilmu ayahku sekitar enam-tujuh puluh
persen, maka mereka memanggil aku cucu raja Lok-houw,
kali ini datang ke Tionggoan ingin menjumpai pesilatDewi KZ
81 pesilat tangguh di daerah ini, meng-angkat nama besar
istana Lok-houw, hari ini bisa bertemu nona In....oh salah,
adinda In, adalah kehormatan besar bagiku."
Tuan muda Hong-tai mengetahui A Bin tidak menjawab,
malah pemuda yang membuat jengkel cucu raja Lok-houw
Thio Kong-giok berebut menjawab, dia jadi merasa kesal,
sengaja dia berpaling muka tidak melihat.
Pembantu tuan muda Hong-tai telah lama mendampingi
majikannya, mereka tahu keinginan tuan mudanya, maka
pembantu yang di kanan bernada kesal berkata pada Thio
Kong-giok: "Kau orang yang tidak tahu malu, Tuan muda tidak
menghiraukanmu, siapa yang bertanya padamu, sehingga
kau ngomel terus hampir setengah hari!"
Adat Thio Kong-giok betul-betul hebat, penampilannya
sekarang sama sekali berbeda dengan tingkah sombongnya
tadi, dia mau merendahkan diri terhadap pembantu tuan
muda Hong-tai, dengan tertawa berkata:
"Tuan muda ..........tadi tidak tahu aku siapa, pasti tidak
mau memperhatikan aku, sekarang setelah tahu bahwa aku
adalah cucu raja Lok-houw yang termasyur, seharusnya
menjalin hubungan denganku!"
Pembantu tuan muda Hong-tai yang di kiri berkata:
"Siapa yang peduli pada cucu raja atau anak raja, Tuan
muda kami ingin berkenalan dengan orang lain, bukan
dengan kau!" sambil bicara pandangan matanya tertuju
pada muka A Bin. Mengetahui niat tuan muda Hong-tai dan pembantunya,
delapan pembantu wanita cucu raja Lok-houw yang berbaju
putih menjadi iri, mereka mencari kesempatan berbuat
onar, salah seorang di antara satu orang itu berteriak:
Dewi KZ 82 "Anak kecil tidak tahu aturan, berani melecehkan Tuan
muda kita, biar aku membereskanmu!" sedikit menekan
kaki kanannya ke lantai, tubuhnya bagaikan panah terlepas
dari busurnya, melesat kearah kayu pembatas serambi
timur, dengan tangan yang halus menempeleng pembantu
tuan muda Hong-tai yang berdiri di sebelah kiri
majikannya. Anak muda cakap itu tertawa geli, berkata: "Kau berani
membereskan aku, apa aku Moi-ji takut padamu, musang
genit!" Terlihat dia mengayunkan telapak tangan kiri-nya ke


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

atas, dan jarinya berobah bengkok seperti kaitan, dia sudah
mencengkram tangan gadis berbaju putih itu, dengan sedikit
tenaga bantuan sudah menggendong gadis itu ke
pelukannya. Cia Ma-lek terkejut melihat kejadian itu, dalam hati
berpikir, kedua rombongan ini saling berlomba, ternyata
anak muda bernama Moi-ji ilmunya lebih tinggi dari gadis
berbaju putih, dari kejadian itu bisa diduga bagaimana ilmu
majikannya, kelihatan ilmu silat tuan muda Hong-tai lebih
tinggi dari cucu raja Lok-houw Thio Kong-giok.
A Bin berpikiran lain, dia menganggap anak muda cakap
Moi-ji kurang sopan, mana boleh dia mempermalukan
seorang gadis. Gadis baju putih itu dengan malu bercampur marah
dengan tenaga penuh melepaskan diri, meloncat keluar dan
berdiri dilantai, ingin menggunakan senjata rahasianya
membalas dendam. Thio Kong-giok segera berteriak:
"Berhenti Bek-kui jangan mencari masalah lagi dengan
pembantu tuan muda In!"
Dewi KZ 83 Dan segera berpaling muka menghadap tuan muda
Hong-tai, dengan memberi salam berkata:
"Aku sudah melihat ilmu silat pembantumu, aku sudah
bertekad ingin menjalin hubungan persahabatan dengan
saudara In, harap jangan menolak!"
Tuan muda Hong-tai melihat A Bin sangat dingin
terhadap dirinya dan kata-kata pembantunya membuat dia
merasa jengkel, sengaja dia berkata pada Thio Kong-giok:
"Kau bicaralah, ingin bersahabat bagaimana dan aku
juga tidak ingin berkenalan dengan yang lain."
Cia Ma-lek sangat cerdik dia menangkap ucapan dan
tingkah laku tuan muda Hong-tai bersama pembantunya,
dia mengetahui tuan muda Hong-tai ingin berkenalan
dengan A Bin, karena A Bin tidak bisa bicara, sehingga
mereka salah paham dan marah, segera ikut bicara:
"Saudara A Bin, dia............."
Kata-katanya belum habis, telah dihentikan dengan nada
dingin oleh tuan muda Hong-tai:
"Siapa yang pedulikan kalian" Siapa yang perlu......"
Sambil melirik dengan marah melihat muka A Bin,
tergesa-gesa meninggalkan tempat dengan mata berlinangan
air mata. Dua pembantunya diam-diam menjulurkan
lidahnya pada A Bin dan Cia Ma-lek, menampilkan muka
lucunya. Cucu raja Lok-houw Thio Kong-giok tahu Cia Ma-lek
dan A Bin dilecehkan, dia jadi sangat senang, segera dengan
ramah sekali mengajak tuan muda Hong-tai berbicara:
"Mari! Mari! Mari! Adik In dan pembantumu, silahkan
ke ruang depan, aku mengundang kalian makan bersama!"
Dewi KZ 84 Tuan muda Hong-tai dalam keadaan marah, telah
sengaja melewati lorong berjalan ke serambi timur,
membawa dua pembantunya yang cakap mengikuti langkah
Thio Kong-giok dan delapan orang gadis berbaju putih
menuju ruang depan. Anak muda Moi-ji membalikkan kepala disaat turun dari
lorong jalan, diam-diam memberi isyarat mata pada Cia
Ma-lek. Sebetulnya setelah melihat penampilan tuan muda Hongtai yang orang cakap dan elegan, A Bin ingin juga
berkenalan dengannya, karena bisunya malah membuat
mereka marah, dia memperhatikan tuan muda Hong-tai
pergi, dia merasa sedih dan merasa kehilangan.
Dari isyarat mata Moi-ji, Cia Ma-lek menangkap sesuatu
maksud, maka dia menarik bahu A Bin berkata:
"Mereka pergi ke ruang depan, kita berdua juga bisa
pergi kesana! Adik Lui, mari ikut aku!"
Entah bagaimana, A Bin merasakan dirinya menaruh
perhatian sangat pada tuan muda Hong-tai sejak pertama
melihatnya, maka dia menurut saja ajakan Cia Ma-lek,
sampai di ruang depan. Di sana, cucu raja Lok-houw Thio Kong-giok, tuan
muda Hong-tai masing-masing duduk di meja besar bagian
kanan, dua orang anak cakap dan delapan gadis baju putih
bersama duduk di samping mereka.
Kelihatan sekali Thio Kong-giok mengetahui adat
istiadat Tionggoan, dia sedang memesan menu makanan
pada pelayan hotel, yang dipesan adalah; empat porsi buah
kering, empat buah-buahan segar, masing-masing empat
manisan asin dan manis, juga pilih delapan macam sayur,
di dalamnya ada goreng telapak bebek, kuah burung, lidah
Dewi KZ 85 ayam, perut rusa, goreng merpati, kembang kol campur
soun kelinci, ikan tim dan dua belas piring nasi, delapan
makanan ringan.................
Cia Ma-lek lama berkeliaran di dunia persilatan, dia
hafal nama-nama menu sayuran, dia melihat cucu raja
burung ingin memamerkan kekayaannya, dalam hati dia
pikir, bila aku dan A Bin memesan sayur yang sama, adalah
bodoh benar, aku tidak perlu menggeluarkan uang sebesar
ratusan... uang perak, dengan inisiatif sendiri, dia
memanggil pelayan, dan memesan empat macam makanan
dan dua botol arak Kwie-lam.
Thio Kong-giok ingin memamerkan pengetahuannya,
dia bercerita asal usul aliran sesuatu partai perguruan,
menarik juga. Hanya saja kata-katanya tidak masuk ke
telinga tuan muda Hong-tai, dia murung saja, kadangkadang melirikan matanya pada meja A Bin. Cia Ma-lek
melihat tingkah Hong-tai dari samping, dia melihat pikiran
A Bin pun seperti tidak di tempat, kadang-kadang melirik
juga kemeja mereka. Cia Ma-lek merasa heran, pikirnya
"aku kira kata jatuh cinta pada pandangan pertama hanya
untuk laki bertemu dengan perempuan, tidak pernah
kudengar ada dua laki-laki saling jatuh cinta, kelihatan
sekali adik bisuku sangat berjodoh dengan tuan muda
Hong-tai. Sebetulnya mereka adalah pasangan ideal, bila
mereka berdua berjalan bersama, lebih serasi dari pada aku
menemani adik bisu ini, lebih baik aku satukan saja
mereka". Cucu raja Lok-houw Thio Kong-giok juga mengetahui
tuan muda Hong-tai sering melirik ke meja A Bin, rasa
irinya timbul dalam hati, tetapi perasaan irinya tidak
ditampilkan diwajahnya. Melihat sayur di meja A Bin
adalah menu biasa, bila dibandingkan dengannya, sangat
Dewi KZ 86 memalukan, dia lalu merubah pokok pembicara-annya, dia
bicara soal barang antik yang aneh-aneh.
Dia bermaksud memamerkan kekayaannya, sambil
bicara, dari tangan pembantunya dia mengambil kantong
yang ditaruh dipinggangnya, sambil memperkenalkan nama
barang dan bentuknya. Satu-satu dipamerkan, ternyata
barang-barangnya betul-betul sangat antik yang jarang
ditemukan di masyarakat, dan Thio Kong-giok sengaja
mengatur susunannya, lebih ke belakang yang dipamerkan
lebih berharga. Pertama adalah batu perhiasan, giok, mutiara, safir, dan
lain-lain. Terakhir barang antik seperti pisau dari tulang
ikan, mutiara penangkap api, batu berwarna merah, baju
dari benang emas...........
Tuan muda Hong-tai seperti tidak tertarik pada barangbarang batu perhiasan tersebut, dilihatpun tidak dia hanya
melirik sejenak barang antik itu.
A Bin tidak punya pikiran iri pada kekayaan atau tamak,
tetapi menyaksikan Thio Kong-giok begitu rajin
memamerkan kekayaan di depan tuan muda Hong-tai,
perasaan irinya tampak dalam mukanya. Perobahan ini
tertangkap oleh Hong-tai dalam pandangan tidak sengaja,
seperti ingin membalas pada kelakuan dingin A Bin
terhadap dirinya, dia mendadak merobah rasa kekesalan
terhadap Thio Kong-giok, dan tertawa menarik bicara riang
pada Thio Kong-giok. Thio Kong-giok merasa tersanjung dan sangat senang,
dalam pikirannya barang antiknya betul-betul telah
menjatuhkan hati orang cakap ini, tingkahnya makin
menjadi-jadi. Menyaksikan tuan muda Hong-tai berbuat begitu, A Bin
makin panas, hingga mukanya berobah pucat, dia juga
Dewi KZ 87 merasa aneh, kenapa menaruh perhatian serius terhadap
Hong-tai. Cia Ma-lek melihat perobahan wajah A Bin tersebut, dia
ikut merasa terkejut, dia tidak mengerti kenapa A Bin bisa
jatuh hati pada laki-laki, tetapi dia juga tidak senang pada
tingkah sombong Thio Kong-giok yang menyombongkan
hartanya, dia berpikir sejenak, untuk mencari akal untuk
dilaksanakan. Diam-diam Cia Ma-lek mengeluarkan sebuah barang
dari kantong yang digantungkan di pinggang-nya,
merendahkan kepalanya di pinggir meja dan memberi udara
dari mulutnya pada barang itu, diam-diam melemparkannya melalui bawah meja keatas meja Thio
Kong-giok. Ternyata barang itu adalah seekor tikus buatan dari
bahan kulit. Melalui lemparan khusus Cia Ma-lek, persis
seekor tikus hidup, berbunyi "cit,cit" meloncat-loncat di atas
meja Thio Kong-giok. Aneh juga, di dunia ini banyak orang pemberani
melawan harimau atau macan dengan tangan kosong tetapi
ternyata takut sekali pada tikus kecil.
Orang-orang di meja Thio Kong-giok juga begitu,
semuanya pada kesima, lebih-lebih ke delapan gadis berbaju
putih itu, mereka malah menjerit-jerit, suasana menjadi
kacau. Cia Ma-lek sengaja berbuat onar dengan maksud
tertentu, menggunakan kesempatan dia lari ke meja itu
dengan tangannya menangkap tikus buatan itu sambil
berteriak: "Kau tikus, sudah mencuri di mejaku, masih tidak cukup
ya, masih tamak pada barang mewah di meja ini, biar aku
Dewi KZ 88 membereskan kau!" Gerakan Cia Ma-lek sangat terlatih,
cepat dan tepat, di waktu tikus palsu itu meloncat di depan
muka Thio Kong-giok, telah ditangkap kembali. Sengaja
diangkat balik tikus palsu itu, dengan tipuan gerakan
gemetaran tikus palsu itu seperti yang hidup ingin
melepaskan diri dan mengeluarkan bunyi cit, cit, sehingga
ke delapan gadis baju putih itu terdesak menjadi satu
gerombolan, Thio Kong-giok juga tidak bisa berbuat
banyak, hanya tuan muda Hong-tai yang mengetahui Cia
Ma-lek sengaja berbuat onar, dia tertawa sinis.
Cia Ma-lek pura-pura marah berkata:
"Tikus yang ingin mati, biar aku masukan dulu ke dalam
kantong, biar malam nanti di kupas kulitnya, setelah dicuci
digoreng untuk santapan arak ku!" Sambil bicara, benar
juga tikus palsu itu dimasukan kedalam kantongnya.
Tamu dalam ruang depan, termasuk dua pembantu tuan
muda Hong-tai dan delapan pembantu Thio Kong-giok, ada
yang terkejut, ada yang tertawa, semua mata tertuju ke meja
A Bin, otomatis cucu raja Lok-houw Thio Kong-giok
seperti telah dikucilkan.
Cia Ma-lek seperti tidak menghiraukan pandangan
semua orang, dia minum arak dan makan kembali, malahan
A Bin merasa tidak enak di pandang begitu, pandangan
matanya sementara ditujukan pada bawah meja.
Setelah membuat keributan tadi, Thio Kong-giok merasa
gusar, jerih payah untuk menarik perhatian tuan muda
Hong-tai jadi gagal total, dia mengulangi keadaan tadi,
memamerkan lagi barang yang belum dikeluarkan.
Thio Kong-giok dengan semangat tinggi, dengan nada
sombong berkata: Dewi KZ 89 "Tadi aku telah mengeluarkan barang-barang antik,
tetapi harganya hanya setengah dari barang yang akan aku
keluarkan ini, barang itu adalah jerih payah ayahku baru
bisa mendapatkannya. Hasiat barang ini biarpun tidak bisa
menghidupkan orang mati, tetapi asal masih bernapas,
dengan menggunakan barang ini di tempelkan pada
lukanya, luka pisau atau pukulan, terbakar, tenggelam di air
atau pingsan kedinginan, akan bisa mempertahankan
nyawanya sampai mendapatkan obat mujarab. Biar ku
perlihatkan agar saudara In bisa............"
Bicaranya mendadak berhenti, tangan kanan yang
dimasukan kedalam kantong seperti terkena sengatan ular,
cepat dikeluarkan lagi, ternyata kantong-nya sudah kosong.
Dua pembantu tuan muda Hong-tai mengetahui
majikannya tidak suka pada Thio Kong-giok, mereka tidak
kuat menahan diri dan tertawa sinis, Moi-ji malah
mendesak: "Cucu raja she Thio, kau bilang barang yang jarang ada
di dunia, kenapa tidak cepat dikeluarkan, biar kita tambah
wawasan!" Thio Kong-giok dengan mata melotot berkata terpatahpatah:
"Aku.......aku...........barang antikku Liong-swie-hiangyap (Sumsum naga daun wangi) telah hilang, hi..........lang.
Kedelapan pembantu baju putih yang menge-tahui daun
berharga tersebut hilang, mereka berteriak bersamaan:
"Apa Liong-swie-hiang-yap telah hilang?"
Karena kehilangan barang mahal, Thio Kong-giok dan
delapan pembantunya jadi kacau dan bimbang mencarinya,
Cia Ma-lek malah sengaja berteriak dimeja-nya:
Dewi KZ

Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

90 "Adik A Bin kau lihat, mereka memamerkan banyak
barang antik, apa kita di Tionggoan juga tidak punya" Bila
kita tidak pamerkan, orang luar akan meremehkan kita
penghuni Tionggoan!"
A Bin tidak mengerti apa maksud kata Cia Ma-lek, dia
tidak bisa bertanya, hanya bisa buka mata lebar-lebar,
melotot pada Cia Ma-lek. Cia Ma-lek dengan tertawa mengingatkan A Bin: "Adik
Lui, barang kau yang sudah bosan, yang akan diberikan
padaku Hiat-san-peng-can, coba kasih lihat pada mereka."
A Bin langsung mengerti apa maksud kata Cia Ma-lek
tadi, agar dia menggunakan kesempatan meledek Thio
Kong-giok, tapi dalam hati dia menyalahkan Cia Ma-lek
yang lupa ingatan, barang Hiat-san-peng-can itu sudah
dikantongnya sendiri karena ditolak, kenapa mendadak
minta barang itu padaku! Biarpun punya pikiran itu, A Bin mencoba merogoh
kedalam dadanya, ternyata Hiat-san-peng-can itu entah
kapan sudah ditaruh oleh Cia Ma-lek di dadanya.
A Bin mengetahui ini adalah perbuatan Cia Ma-lek,
maka tanpa banyak tingkah, pelan-pelan dia mengeluarkan
Hiat-san-peng-can, diberikan pada Cia Ma-lek.
Cia Ma-lek mempermainkan Hiat-san-peng-can ditangannya, mulutnya mengomel terus:
"Adik Lui! Kau dalam segalanya baik, hanya tidak
sayang pada barang antik, ini adalah hal tidak baik.
Mungkin kau mempunyai barang antik terlalu banyak,
hingga malas merawatnya, seperti Hiat-san-peng-can ini
adalah barang yang disukai orang untuk mengobati segala
racun , kau malah mau membuangnya, ingin diberikan
padaku." Dewi KZ 91 Begitu Hiat-san-peng-can disebut, langsung menarik
perhatian orang-orang di meja Thio Kong-giok, karena
barang tersebut mempunyai nama tersohor, bila
mendapatkan barang itu, tidak perlu takut pada segala
racun. Kedua mata Thio Kong-giok seperti api membara, iri,
ingin dan kesal menguasai dirinya, iri karena barang A Bin
ini tidak kalah nilainya dengan Liong-swie-hiang-yap, dia
ingin mendapatkan barang A Bin, sejak berangkat dari
rumah, dia tahu di Tionggoan ada benda Hiat-san-pengcan, kesal terhadap Liong-swie-hiang-yap miliknya yang
entah bagaimana bisa hilang. Sehingga begitu barang
pusaka A Bin dikeluarkan, pameran barang-barang antik
miliknya jadi tidak berharga lagi.
Tuan muda Hong-tai ikut terkejut juga setelah
mendengar nama Hiat-san-peng-can, tetapi setelah tahu A
Bin begitu dingin penampilannya, dia tetap menaruh rasa
marah pada A Bin, sehingga rasa ingin tahunya dipendam
lagi. Hanya dua pembantunya dan delapan gadis berbaju
putih yang menaruh perhatian besar, pandangan kedua
puluh mata melotot melihat meja A Bin.
Setelah banyak pasang mata memperhatikan barang
Hiat-san-peng-can, A Bin baru mengerti betapa berharganya
barang tersebut, benda pusaka yang diberikan pada dia oleh
Cia Ma-lek, membuat dia memuji keikhlasan Cia Ma-lek.
Makin bicara Cia Ma-lek makin senang, terdengar lagi
dia berkata: "Adik Lui, kenapa aku tidak mau menerima barang
pemberianmu, lucu juga kalau dikatakan. Karena aku selalu
menjadi dewa harta yang lewat saja, setiap punya barang
pusaka di tangan kanan di berikan lagi pada orang lain
Dewi KZ 92 dengan tangan kanan, tidak punya niat untuk
menyimpannya dan aku punya satu barang lagi, katanya
tidak bisa menghidupkan orang mati, segala luka oleh
senjata tajam atau terbakar, tenggelam dalam air atau
pingsan dalam es, asal masih ada napasnya, asal
menggunakan barang ini bisa mempertahankan nyawa-nya
sampai menemukan obat mujarab."
Thio Kong-giok merasa curiga, kenapa kata-katanya saat
memamerkan barang Liong-swie-hiang-yap diucapkan
kembali oleh Cia Ma-lek. Cia Ma-lek masih cerita panjang lebar:
"Aku mendapatkan barang ini tidak perlu mengeluarkan
tenaga banyak, bukan barang dari luar daerah, juga tidak
punya nama mentereng, benda ini dinamakan "Kau-kutyap-souw" (Tulang anjing daun bau) yang aku dapatkan
dari anjing turunan silang dari luar negeri, masih bau
anjing......" Thio Kong-giok makin dengar makin merasa aneh,
sudah pasti nama Kau-kut-yap-souw adalah nama samaran
dari Liong-swie-hiang-yap.
Tuan muda Hong-tai mulai mengerti kata-katanya,
melihat Cia Ma-lek bertingkah lucu terhadap Thio Konggiok, tidak tertahan dia tertawa juga. Pembantunya Moi-ji
dan kawannya juga menangkap lucu perumpamaan Cia
Ma-lek, mereka juga ikut tertawa.
Mendengar tertawa tuan muda Hong-tai dan
pembantunya, Thio Kong-giok sadar akan arti kata-kata itu
dia melihat ternyata tangan Cia Ma-lek sedang memegang
Liong-swie-hiang-yap, dia jadi betul-betul dipermalukan
oleh lawan. Dewi KZ 93 Dengan perasaan penuh percaya diri, dia kali ini keluar
rumah untuk menantang pesilat-pesilat tangguh di
Tionggoan, ternyata dia mendapat malu oleh Cia Ma-lek di
tempat ini, Thio Kong-giok jadi marah sekali, dia
membentak, sesaat kakinya tanpa menginjak bumi, hanya
menggunakan tekanan tangan kiri, dia seperti panah
melesat meninggalkan tempat duduk, berputar arah,
menuju kearah Cia Ma-lek.
A Bin dan tuan muda Hong-tai adalah ahli silat tinggi,
mereka melihat gerakan Thio Kong-giok yang dinamakan
"Yu-it-cong-thian" (Satu sayap menerjang langit), mereka
memuji ilmu Thio Kong-giok, biarpun dia sombong, tetapi
betul-betul berisi, tidak bisa dipandang remeh.
Melihat jurus Thio Kong-giok, A Bin mengetahui Cia
Ma-lek bukan tandingannya, A Bin berdiri dari tempat
duduk, telapak kanannya diarahkan antara Cia Ma-lek dan
Thio Kong-giok, dia mengamankan Cia Ma-lek.
Thio Kong-giok telah tahu ketangguhan ilmu A Bin, dia
tidak berani ceroboh, melihat lawannya membela Cia Malek, dia segera mengontrol serangan yang ditujukan pada
Cia Ma-lek, tubuhnya ditegakkan langsung berdiri di
samping A Bin. Melihat lawannya lumayan berat, Thio Kong-giok
mendadak berdiri diatas meja A Bin tetapi tubuhnya
tampak enteng sekali, arak dalam gelas Cia Ma-lek dan A
Bin sama sekali tidak bergoyang.
Cia Ma-lek terkejut dengan ilmu Thio Kong-giok, tetapi
berhubung ada A Bin di sampingnya, dia masih berteriak
tanpa berhenti: "Kau tidak tahu sopan santun, setelah melihat Kou-kutyap-souw,
timbul keinginanmu mencurinya dan merampas............"
Dewi KZ 94 Thio Kong-giok sangat cemburu terhadap A Bin yang
mendapat perhatian dari tuan muda Hong-tai, maka
kemarahannya diarahkan pada A Bin. berteriak:
"Kau cari mampus!"
Dengan jurus "Giok-kou-cia-kua"
(Giok kail digantungkan miring)" kaki kirinya menendang pada A Bin,
ini adalah jurus khusus dari Lok-houw, tendangan-nya
sangat keras, A Bin tidak tahu pasti berapa besar kekuatan
tenaga dalam lawan, dia tidak mau bentrok langsung, maka
tubuhnya digeser sedikit ke samping menghindar.
Tendangan Thio Kong-giok membuat piring sayur, gelas
arak di meja pada jatuh kebawah, cipratan sayur dan arak
berterbangan, A Bin dan Cia Ma-lek telah menghindar,
namun sepatu bordir mutiara Thio Kong-giok telah
kecipratan tidak sedikit minyak sayur, dia yang suka
kebersihan menjadi marah besar, setelah kakinya menapak
di lantai, dia mengangkat kedua telapak tangannya
mengejar A Bin. Tiba-tiba, terchim bau wangi yang diterpa angin, satu
sosok rubuh mungil telah berdiri di tengah A Bin dan Thio
Kong-giok, setelah dilihat, ternyata tuan muda Hong-tai.
Mengetahui tuan muda Hong-tai dihadapannya, Thio
Kong-giok jadi lebih ingin memamerkan kebolehan ilmu
silatnya, segera berkata:
"Adik In, biar aku yang membereskan anak muda itu!"
Maksud turut campur tuan muda Hong-tai sebetulnya
selain curiga, juga dia ingin mencoba A Bin kenapa selalu
diam saja, apa yang membuat A Bin tidak suka pada
dirinya, maka dengan nada dingin dia berkata pada Thio
Kong-giok: "Kau tutup mulut,biar aku tanya dia."
Dewi KZ 95 Aneh sekali, terhadap tuan muda Hong-tai yang begitu
alim, Thio Kong-giok tidak berani membantah, dia menurut
saja permintaan Hong-tai, menyaksikan ekspresi wajah
Hong-tai yang matanya bertanda marah, dengan berkata
dingin pada A Bin: "Mengapa kau selalu diam tidak bicara."
Kedua pembantu Hong-tai itu terperanjat setelah
mendengar majikannya berbicara begitu terhadap A Bin,
mereka berpikir kok majikan.......seperti di rumah saja,
terlalu manja, sehingga berani terang-terangan bertanya
begitu. A Bin yang disodorkan pertanyaan itu, mulutnya jadi
pahit tidak bisa menerangkan sedikitpun. Hong-tai merasa
A Bin tidak peduli pada dirinya, dia jadi bertambah salah
paham terhadap A Bin, kemarahan langsung meledak,
dengan satu bentakan, dia menjulur-kan telapak tangannya
yang mungil, menyapu muka A Bin.
Bila dilihat dari ilmu A Bin, kecepatan tangan Hong-tai
sebetulnya bisa dihindar oleh A Bin, tapi A Bin seperti
hilang konsentrasi, diam di tempat tanpa menghindar, maka
terdengar suara tempelengan di mukanya.
Suara tempelengan tersebut malah buat Hong-tai
terkejut, lain dengan Thio Kong-giok, dia begitu senang, A
Bin diam terpaku, Cia Ma-lek mendadak dapat ilham, dia
berteriak: "A Bin, adik bisuku, kau tidak pantas menerima
tempelengan itu!" Mendengar kata Cia Ma-lek, tuan muda Hong-tai seperti
tersengat aliran listrik, dia melihat muka A Bin dengan
terbata-bata berkata: "Apa" Kau bi........su........"
Dewi KZ 96 A Bin tampak bingung setelah rahasia pribadi-nya
terbuka. Setelah Thio Kong-giok melihat A Bin di tempeleng oleh
tuan muda Hong-tai, dia berteriak-teriak bagus, karena
rahasia A Bin terbuka, dia makin girang, sambil menyindir
berkata: "Bagus, ternyata kau seorang bisu, bila tadi aku tahu, aku
tidak pantas berduel denganmu!"
Dipermalukan sedemikian rupa, A Bin merasa sangat
sedih, api kemarahan tampak dari sepasang mata yang
hampir keluar. Tuan muda Hong-tai dengan suara lantang berbalik
berkata pada Thio Kong-giok:
"Kau.........tutup kau bicara!" mulutmu............... siapa yang minta
Thio Kong-giok yang dimarahi oleh Hong-tai, bagaikan
kingkong besar tidak bisa bicara, dia hanya meraba
kepalanya, entah harus berbuat apa, diam terpaku.
Hong-tai berbalik pada A Bin berkata dengan suara halus
dan lembut: "Kau.........kau........aku............aku..........." mendadak
air matanya keluar, dia menangis tersedu-sedu, menutup
mukanya memakai lengan baju, cepat berlari menuju
halaman belakang. Moi-ji segera memanggil temannya:
"Tiau-ji, mari kita susul!" mereka berdua tergesa-gesa
pergi. Biarpun mendapatkan tempelengan dari Hong-tai, A Bin
tidak menaruh dendam, malahan merasa iba terhadap sikap
Hong-tai yang meninggalkan tempat duduk sambil
Dewi KZ 97 menangis, Karena dirinya tidak bisa bicara, dia jadi tidak
mengejar Hong-tai. Setelah Thio Kong-giok menyaksikan kepergian Hongtai, dia memuntahkan kemarahannya pada A Bin. A Bin
pun tidak gentar. Terlebih dahulu dia memberi isyarat
tangan pada lembar daun Liong-swie-hiang-yap yang
dipegang Cia Ma-lek. Cia Ma-lek memahami isyarat tangan A Bin, lalu
menyerahkan daun itu pada Thio Kong-giok sambil
berkata: "Kau jangan seperti monyet, aku tidak perlu barangmu,
ambil kembali!" Thio Kong-giok dengan cepat merebut kembali daunnya,


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan hati-hati dimasukan kedalam dadanya, dan
mukanya segera berobah, berkata:
"Barang turunan raja, mana boleh sembarangan dipinjam
paksa, kalian berdua pencuri teri, bila tidak menyerahkan
Hiat-san-peng-can untuk ganti minta maaf, aku turunan raja
akan memberi pelajaran pada kalian, sampai mampus!"
Mendengar perkataan congkak itu, A Bin dan Cia Maleki marah besar. Mereka berdua mendapat perintah rahasia
dari Yo-po-lo-to untuk datang ketempat ini, justru berniat
untuk meredam kesombongan Thio Kong-giok dan kini
saatnya telah tiba. Cia Ma-lek sudah tidak sabar lagi, dengan tingkahnya
berkata: "Bagus, kau sebagai cucu raja burung, lebih pintar
menggertak dari pada bandit tua di dunia persilatan, jahat
makan yang jahat, bila bukan karena adik Lui tidak mau
sembarangan mengambil barang orang, daun busuk tadi
Dewi KZ 98 tidak akan ku kembalikan! Sekarang tahu-tahu kau malah
ingin memeras barang kita."
Kedua pihak sudah memasang kuda-kuda, pertarungan
seperti tidak terelakan lagi. Tamu hotel dan pelayan sudah
berdiri di pinggir, menghindar di sudut.
Di saat genting itu, dari luar hotel tergesa-gesa masuk
dua orang bertubuh tegak yang berbisik di kuping Thio
Kong-giok. Terlihat Thio Kong-giok tersenyun, langsung berkata
pada A Bin: "Dua pencuri teri, sekarang aku ada janji penting,
sementara kuberi ampun, besok aku akan memberi
pelajaran pada kalian."
Habis bicara, dia langsung meninggalkan hotel diikuti
semua pembantunya. A Bin terus memikirkan kepergian Hong-tai yang
menangis, malah tidak peduli atas kejadian di depan
matanya, Cia Ma-leki juga melihat ketidak acuhan A Bin,
maka menbiarkan mereka pergi, dengan pertimbangan
belum waktunya melawan Thio Kong-giok.
Cia Ma-lek menuntun A Bin kembali ke kamar hotel,
sambil berkata: "Adik Lui, tidak disangka kau dengan tuan muda Hongtai bisa saling terharu, bila salah satunya adalah perempuan,
tentu bagus sekali, sayang dua-duanya laki-laki, aku malah
belum pernah melihat dan mendengar kejadian aneh ini."
Sambil bicara, mereka berdua masuk kamar, A Bin persis
seorang dungu sambil berbaring di ranjang, kedua matanya
melihat langit kamar, merenungkan sesuatu, Cia Ma-lek
semakin terkejut, dia ingin menghibur A Bin.
Dewi KZ 99 Mendadak, pintu kamar diketok orang diikuti suara
nyaring berkata: "Tuan muda Lui dan tuan muda Cia apa ada di kamar"
Tuan muda kami sengaja datang untuk minta maaf ?"
Kedua orang itu tahu, itu adalah suara pembantu Hongtai yang bernama Moi-ji, A Bin langsung berdiri dari
ranjang, segera menuju pintu kamar.
Cia Ma-lek melihat sekeliling kamar, tidak tampak
pemandangan berantakan maka dia turut juga ke depan
pintu kamar, ternyata Hong-tai sudah berdiri di depan
pintu, matanya masih tampak merah, sangat menarik,
mereka berdua dengan A Bin sedang tukar pandang, tapi
saling diam. Moi-ji dan Tiau-ji tersenyum pada Cia Ma-lek, Cia Malek berkata:
"Adik Lui, cepat undang tamu agung masuk kamar,
untuk duduk dan ngobrol."
A Bin dan Hong-tai sedikit terperanjat, lalu mereka
saling tertawa, A Bin memberi isyarat tangan, mengundang
tamunya masuk, mereka bersamaan masuk kamar, Cia Malek juga ingin masuk, tetapi Moi-ji memberi isyarat tangan
minta dia jangan masuk dan menghampiri sambil berkata
pelan: "Tuan muda Cia biarkan mereka bicara leluasa, jangan
digangu!" Cia Ma-lek mengerti, dia tidak jadi masuk kamar, di
serambi dia bersenda gurau dengan dua anak muda cakap
Moi-ji dan Tiau-ji. Lain cerita. A Bin mengundang tamunya masuk kamar
setelah duduk berhadapan di kursi, A Bin memandang
Dewi KZ 100 muka tuan muda Hong-tai, hingga muka Hong-tai menjadi
merah, malu dipandang terus.
Hong-tai dengan agak menundukan kepala, dengan halus
berkata: "Aku In Hong-tai, tadi tidak tahu Lui Toako tidak bisa
bicara, hingga bicara sembarangan, aku merasa menyesal,
sengaja datang minta maaf padamu."
A Bin senang sekali melihat roman muka dan
penampilan Hong-tai, karena senang, dia memegang tangan
kiri Hong-tai, ternyata tangan Hong-tai sangat halus dan
licin, seperti tidak bertulang, hingga membuat A Bin
tercengang, In Hong-tai tertawa kecil, kepalanya makin
tertunduk. A Bin melihat muka merah Hong-tai seperti seorang
gadis, warna kulit leher belakang putih lembut, cahaya
matanya seperti salju, dia merasa agak aneh, tapi dia tidak
menghiraukannya, dan di atas telapak tangan Hong-tai
menggunakan telunjuk menuliskan nama sendiri.
Walaupun dua orang ini baru bertemu, terasa begitu
akrab jadinya, satu memakai mulut, satu memakai telunjuk,
berbicara panjang lebar, A Bin mendengarkan
pengalamanan dan tutur katanya, dia sangat salut pada
Hong-tai, begitu juga Hong-tai memandang A Bin yang
pintar dan banyak pengetahuan, mereka berdua merasa
terlambat bertemu, hingga tidak terasa mereka
menghabiskan waktu tiga jam, akhirnya Cia Ma-lek di luar
kamar berteriak: "Tuan muda In! Adik Lui! Kalian telah lama bicara,
sudah waktunya makan malam!"
Hong-tai dan Lui Bin baru tahu langit sudah gelap,
bersama-sama tersenyum mereka mengundang Cia Ma-lek,
Dewi KZ 101 Moi-ji dan Tiau-ji masuk kamar, dan telah memesan
pelayan hotel untuk mengantarkan beberapa macam sayur
dan satu botol arak Kwie-lam, sambil makan sambil cerita,
hingga hampir tengah malam, In Hong-tai baru kembali ke
kamar sendiri bersama kedua pembantunya.
Meski sudah larut malam, karena bertemu teman yang
cocok dengan selera sendiri, A Bin sangat senang, sehingga
dia tidak dapat tidur, dia bolak-balik di ranjang, dilihatnya
Cia Ma-lek sudah tidur nyenyak, A Bin tertawa sendiri, lalu
dia memakai mantel dan keluar kamar menuju serambi.
Waktu hampir jam dua subuh, di langit terang bulan,
bintang bisa dihitung, di halaman hotel keadaan sunyi,
tiada suara. A Bin melihat tiga kamar tuan muda Hong-tai di
seberang timur, pintu kamarnya terkunci rapat,
penghuninya kemungkinan sedang tidur nyenyak.
A Bin baru mendapatkan teman akrab, hatinya sangat
senang, segala kepusingannya hilang, maka dia berjalan
santai di halaman hotel. Mendadak hidung A Bin mencium sesuatu wangi yang
aneh, dia telah mendapat petunjuk dari Co-siau-yau-cu
gurunya tentang wangi yang biasa diguna-kan orang-orang
dikalangan aliran sesat untuk melumpuhkan orang dan
berbuat tidak senonoh pada korbannya, A Bin meneliti arah
wanginya, ternyata dari arah timur, dia berkata dalam hati,
celaka, jangan-jangan tuan muda Hong-tai sedang diincar
musuhnya. A Bin menperkirakan bangsat yang membuang dupa
wangi itu dari arah luar jendela hotel, maka dia segera
meloncat keatas genting, di sana dia diam-diam mengintai
ke bawah. Dewi KZ 102 Terlihat oleh A Bin bayangan gelap sudah berbalik tubuh
menjauh jendela kamar, dari dalam kamar juga keluar satu
sosok orang, diam-diam mengejar orang yang sedang
melarikan diri. Dari bentuk tubuh, A Bin melihat orang belakang yang
mengejarnya adalah Hong-tai, dia tidak bisa memberi
isyarat, terpaksa meloncat kebawah, menggunakan ilmu
mengentengkan tubuh dia mengejar juga.
Dari kejauhan, A Bin melihat orang jahat yang
menyebarkan bau wangi ke kamar itu, ilmu meringankan
tubuhnya tidak setinggi In Hong-tai, tetapi dia sangat
waspada, begitu keluar dari hotel, langsung menyelinap ke
gang yang gelap, melarikan diri dengan berputar-putar,
biarpun In Hong-tai berilmu tinggi, tetap tidak bisa
digunakan dengan leluasa di dalam gang gelap itu, dia
hanya bisa menguntip orang itu jangan sampai kehilangan
jejak. A Bin yang terlambat mengejar, sementara tidak bisa
mengejar kecepatan In Hong-tai, dia takut membuat suara,
sehingga In Hong-tai salah paham dan menghindar darinya,
hal itu mengakibatkan orang jahat itu bisa lari jauh, A Bin
pun hanya bisa mengikuti secara diam-diam dibelakang.
Tiga orang itu saling kejar-mengejar, tidak lebih dari
seperempat jam, akhirnya tampak di depan ada satu kuil
yang lumayan besar, orang yang di kejar itu tampak
meloncat ke dalam halaman kuil itu
In Hong-tai juga tidak ragu-ragu meloncat tembok kuil
ikut masuk juga. A Bin takut In Hong-tai mendapat bahaya,
maka tanpa ragu-ragu mendekati tembok, mengangkat
tubuhnya, berdiri diatas tembok.
Seluas matanya memandang, dalam tembok terdapat
halaman yang luas, sekelilingnya berupa barisan pohon
Dewi KZ 103 bambu, jejak In Hong-tai dan orang yang dikejar tidak
kelihatan, kemungkinan telah masuk ke dalam hutan
bambu itu. Timbul dalam pikiran A Bin, bila dalam hutan itu ada
jebakan, adik Innya pasti dalam keadaan bahaya, atas
pertimbangan itu, maka dia melupakan dirinya juga dalam
bahaya, perlahan dia meloncat ke bawah, men-injak daun
yang berserakan di tanah, pelan-pelan maju ke depan,
berkat ilmu meringankan tubuhnya yang tinggi, maka
langkahnya tidak menimbulkan suara.
Sambil jalan A Bin mengawasi keadaan sekitarnya, lalu
terdengar suara teriakan nyaring dari ruang utama kuil itu,
jelas itu teriakan dari mulut In Hong-tai, A Bin sangat
terkejut, segera menebus ranting pohon menuju dimana
suara itu berasal. Hanya berjalan sekitar tiga tombak, daun
bambu di depannya sudah agak berkurang dan hampir
keluar lingkaran hutan bambu.
Keluar dari hutan, ternyata A Bin berada di samping
ruangan utama kuil, sebuah bangunan kuning emas yang
gemerlapan, sangat agung dan hikmad, tidak tampak ada
yang mencurigakan, hanya saja sangat sunyi. Memang
tempat orang petapa biasanya demikian.
Dalam remang-remang embun malam, A Bin meneliti
sekeliling kuil, tidak terlihat sedikit jejak yang
mencurigakan, dalam hati A Bin berpikir mungkin adik In
nya sudah masuk kedalam kuil, maka A Bin pun masuk
juga ke ruang utama kuil tanpa ada waktu mengagumi
megahnya bangunan kuil. Begitu masuk pintu gedung utama A Bin tercengang,
pertama yang dia lihat dilantai ruang tengah, dibawah
patung guru Sam-ceng-sian-jin (Thio Sam-hong), ada
sekelompok pendeta To kurang lebih sepuluh orang sedang
Dewi KZ 104 mengelilingi dengan bentuk setengah
bersemedi tanpa menghiraukan orang luar.
bulat, duduk A Bin merasa aneh, yang dia tahu jarang ada tosu duduk
bersemedi di bawah patung guru pendiri Sam-ceng-siangjin, apa sebabnya"
Tiga guru A Bin Han-yu-sam-lo bukan dari golongan
agama, tetapi mereka juga memakai baju tosu, maka A Bin
menghormati mereka memberi salam sambil membungkukkan tubuh, memohon maaf atas kedatangan
dia tanpa ijin. Para tosu itu seperti patung dari batu saja, tidak ada
reaksi atas kedatangan A Bin, sepertinya tidak mengetahui
ada orang masuk ruangan. Karena A Bin tidak bisa bicara, hanya diam berdiri di
tempat diterangi sinar lilin, dengan sepasang matanya
memperhatikan para tosu yang sedang bertapa. Sesudah
lama timbul rada curiganya, dia merasakan tosu itu terlalu
kaku, seperti bukan orang hidup saja, maka dia melangkah
maju lebih memper-hatikan.
Lama memperhatikan, timbul pertanyaan dalam hati A
Bin, apakah mereka hidup atau mati" Karena tidak melihat
mulut atau hidung mereka bergerak menghirup udara.
Dengan tidak sabar, dia meraba tubuh seorang tosu yang
duduk paling dekat, ternyata suhu badannya sudah turun,
seperti gejala baru mati Dengan hati berdebar A Bin memeriksa yang lainnya,
ternyata semua tosu juga hampir habis suhu hidup
tubuhnya, kelihatan mereka dalam waktu bersamaan
meninggal sebelum A Bin datang kekuil ini, A Bin meneliti
lagi, tidak ada luka di tubuhnya, entah bagaimana cara
meninggalnya. Dewi KZ 105

Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Menemukan hal yang aneh ini, A Bin lebih
mengkhawatirkan nasib Hong-tai. Dia melirik sekeliling
ruangan, sudah tidak ada jejak lain, maka segera dia keluar
dari ruangan mencari ke tempat lain.
Baru saja dia berbalik menuju pintu ruangan sekitar dua
tombak, terlihat satu bayangan putih masuk ke dalam
gedung, berdiri di depan tosu-tosu yang telah meninggal.
A Bin berdiri melihat, ada seorang orang tua berbaju
putih, sepatu putih dan rambut kumisnya putih semua, di
terang sinar lilin, orang ini tinggi besar bermuka gagah,
sayang punya hidung seperti burung elang hingga wajah
orang berbaju putih putih ini jadi seram, tetapi rambutnya
dibentuk seperti ikatan tosu, potongan baju dan ikatan
rambut yang tidak serasi ini, jadi susah ditebak orang ini
tosu atau orang biasa"
Begitu masuk orang tua yang berbaju putih melihat pada
sepuluh orang yang duduk kaku, lalu menginjakkan kakinya
ke lantai dengan keras, dan berkata seperti menyesal:
"Aku terlambat datang selangkah!"
Dia seperti tidak peduli, tidak memandang A Bin yang
berdiri tidak jauh darinya. Diterangi sinar lilin, mata A Bin
yang berwarna sukar diketahui orang, A Bin begitu muda,
bajunya mewah bagaikcin anak orang kaya, tidak tampak
sebagai orang dunia persilatan, hingga jarang diperhatikan
pesilat-pesilat tangguh. Lain buat A Bin, sejak orang tua berbaju, putih ini
masuk, dia ingin mengetahui perkembangan selanjut-nya,
maka dia diam di tempatnya, tapi timbul banyak
pertanyaan dalam hatinya, tempat apa kuil ini" siapa tosutosu yang duduk kaku ini" dengan cara apa mereka
dibunuh" Dan siapa orang tua berbaju putih ini" Dan yang
paling membuat A Bin tidak mengerti, ketika orang tua itu
Dewi KZ 106 memperhatikan para tosu yang kaku hanya tampak
penyesalan tetapi tidak tampak kesedihan.
Orang tua berbaju putih itu sedang memperhati-kan satu
persatu tosu yang telah mati, berkata sendiri:
"Kelihatan para tosu ini mati karena racun yang dahsyat,
tetapi badannya tidak ada luka, kenapa?"
Sejenak dia ragu-ragu, mendadak dia dapat pikiran, dia
segera melihat kepala tosu tersebut, ternyata diikatan
rambut tosu itu terdapat satu jarum emas yang sangat kecil.
Dari jauh A Bin melihat kejadian itu, dia merasa malu
karena pengalamannya di dunia persilatan ternyata masih
sedikit, tadi waktu dirinya memeriksa tosu itu, tidak
terpikirkan di bawah ikatan rambut bisa terselip satu senjata
rahasia berupa jarum emas kecil.
Orang tua berbaju putih itu yang menemukan jarum
emas kecil diikatan rambut jenasah pendeta To, tampak
sedang diperhatikan di ujung jarinya, sambil termenung.
Bersamaan waktu itu, masuk tiga orang berbaju hitam
yang roman mukanya mengerikan, penuh dengan hawa
setan. Orang tua berbaju putih itu segera membalikkan tubuh,
memperhatikan mereka sejenak, tanpa bereaksi apapun,
diam di tempat. Ketiga orang berbaju hitam itu diam-diam meloncat
menuju tempat orang tua berbaju putih, setelah dekat
kurang lebih dua kaki, mereka segera meloncat lagi ke
pinggir, gerakannya cepat bagaikan bayangan setan, posisi
ketiga orang berbaju hitam menempati tiga penjuru,
mengepung orang tua berbaju putih itu dalam kurungan.
Dewi KZ 107 Orang tua berbaju putih itu tetap diam, hanya dengan
sepasang matanya memperhatikan mereka, tetapi dari sinar
matanya waspada, terlihat juga dia tidak berani
menganggap enteng orang tersebut.
Kedua pihak seperti patung batu saling pandang, tidak
ada seorangpun yang bicara, tanda-tanda membuka
kebisuan juga tidak dilakukan.
Sejak A Bin masuk ruangan ini, yang dilihat dan
didengar makin menarik, keingintahuan selanjutnya
membuat dia untuk sementara melupakan tugas mencari In
Hong-tai, tetapi ditempatnya memperhatikan situasi.
Kurang lebih sepuluh menit kemudian, satu diantara
orang berbaju hitam menggunakan tangan menunjuk tosutosu yang terpaku di lantai, selanjutnya menunjuk orang tua
baju putih dengan muka garang, seperti menanyakan tosu
itu apa dibunuh orang tua berbaju putih.
Orang tua baju putih itu tidak sudi menjawabnya, hanya
tertawa sinis sambil geleng-geleng kepala.
A Bin yang melihat dipinggir merasa geli juga, apa
mungkin tiga orang baju hitam itu seperti dia, bisu juga,
ditambah tuli, membuat A Bin mereka-reka kenapa mereka
diam saja. Ketiga orang baju hitam itu sepertinya tidak percaya atas
jawaban orang tua baju putih, salah satu diantara orang itu
membalikkan tubuh menghampiri mayat tosu itu, seperti
orang tua itu berbaju putih dia memeriksa mayat itu tapi
tidak mendapat hasil apa-apa.
Sedang dua orang baju hitam lainnya tetap mengawasi
orang tua berbaju putih, mengawasi jangan sampai dia
menyerang. Dewi KZ 108 Orang baju hitam yang memeriksa mayat tosu seperti
tidak sabar, beberapa kali menggeladah tanpa hasil
amarahnya jadi meledak, dengan angin telapak tangannya,
dia mengebut mayat-mayat tosu itu, tidak perlu waktu
lama, sudah setengah mayat tosu pada roboh ke lantai,
rambut, bajunya berantakan, membuat suasana mengerikan
dalam ruangan. Orang marah itu kebetulan berpapasan mata dengan A
Bin, dia jengkel melihat mata A Bin yang mengawasi
perbuatannya, dalam tenggorokannya keluar bunyi seperti
suara gorila marah, ingin berbuat sesuatu terhadap A Bin.
Dua orang baju hitam lain tampak lebih sabar, melihat
situasinya, mereka merasa musuh yang perlu diawasi
adalah orang tua yang berbaju putih, buat apa pedulikan
anak kecil yang kelihatan tidak ada apa-apanya, mereka
segera mengeluarkan isyarat butiran beras yang dilepaskan
dari ujung jarinya, menghalau temannya untuk kembali
ketempat semula. Orang tua berbaju putih itu menggunakan kesempatan
tiga orang baju hitam itu sedang lengah, dengan sekali
tertawa dingin, dengan cepat melesat ke depan dua orang
baju hitam yang jaraknya kurang lebih dua kaki
menggunakan kedua tangannya, menyerang mereka di
bagian tiga titik penting tubuh manusia.
Kedua orang itu sebetulnya sudah waspada pada orang
tua berbaju putih, karena kelalaian sejenak, sehingga
mengundang orang tua itu menyerang mereka, berkat ilmu
meringankan tubuhnya cukup tangguh, mereka dapat
menghindar. Begitu kedua orang baju hitam itu terdesak orang tua
berbaju putih menggunakan kesempatan, bergerak maju
lagi, kedua telapak tangannya saling bergantian
Dewi KZ 109 mengeluarkan angin kencang, dalam satu jurus sudah
menyerang kedua orang lawannya.
Kedua orang baju hitam mengetahui mereka telah
bertemu lawan berat, maka empat tangannya bersamaan
digerakan untuk menyelamatkan diri, menutup tempatempat penting di tubuhnya sambil mundur, temannya yang
berhadapan A Bin segera merobah siasatnya, dengan satu
loncatan balik, dia sudah mendekati orang berbaju putih,
lalu menusuk punggung orang tua berbaju putih, membantu
temannya yang terdesak. Ternyata kepandaian orang yang berbaju hitam itu cukup
hebat, tenaga jurusnya pun sangat dahsyat, tapi orang tua
yang baju putih itu masih tetap tertawa sinis, tubuhnya
melesat sedikit kesamping, lalu mengeluarkan telapak
tangan kiri menghadang orang yang berbaju hitam yang ke
tiga, bersamaan kedua telapak tangan merobah jurusnya
dengan cepat, terlihat tenaga dari jurus telapaknya
mengeluarkan angin keras dan geledek.
Jurus ini bukan saja mengandung pertahanan yang kuat
juga menyerang tiga orang dengan tenaga bertambah besar,
bagaikan tenaga halilintar yang sangat dahsyat, bergulunggulung diudara.
Dari tiga orang baju hitam itu, hanya satu orang yang
bisa menyerang tetapi dia tidak menyangka orang tua yang
berbaju putih itu bisa menambah tenaganya berlipat lipat,
sementara dia jadi tidak berdaya, yang dua temannya lagi
masih di bawah tekanan lawan, dan sekarang setelah
bertemu dengan tenaga kuat seperti gunung runtuh, mereka
tidak bisa bertahan lagi, bersama-sama mundur kebelakang,
kedua telapak tangan mereka mengeluarkan jurus untuk
melindungi diri sendiri, menutup rapat rapat tempat-tempat
yang berbahaya, tetapi orang tua baju putih itu terlalu
kuatbuat mereka, dia terus mengejar kedua orang baju
Dewi KZ 110 hitam itu mendesak hingga mundur beberapa langkah dan
tangan mereka mengeluarkan lima jurus, dan beruntung
setelah orang ketiga berusaha mati matian menyerang orang
tua baju putih dengan jurus berbahaya untuk membatasi
sebagian tenaga orang tua itu, mereka baru bisa menahan
satu jurus saja. Orang tua baju putih itu sambil tertawa sinis sambil
melambaikan kedua telapak tangan, terlihat dua arus tenaga
menyerang ketiga orang baju hitam, sebentar diatas
sebentar dibawah, kadang di depan lalu berobah di
belakang, kecepatan jurusnya jarang terlihat di dunia,
dalam seekejab mata saja dia sudah menggunakan sepuluh
jurus lebih. A Bin melihat di pinggir, dia tahu bahwa orang baju
putih dan lawannya mempunyai ilmu tinggi dan mereka
sangat mahir menggunakan jurus. Tetapi orang tua baju
putih ini kelihatan lebih tinggi setingkat dari tiga lawannya,
kebetulan dia dapat merebut inisiatif menyerang dulu di
waktu tiga lawannya terpencar pikiran mereka, sehingga
dua lawannya hanya bisa bertahan, bila betul betul ketiga
orang itu bersatu, orang tua baju putih itu juga tidak akan
begitu gampang menang. Sedang asyiknya ABin berpikir, terlihat baju ketiga orang
baju hitam itu terlayang layang, sepertinya mereka berada
diatas puncak bukit terkena terpaan angin, jurus orang1 tua
itu lebih cepat, maka tenaga anginnya makin keras.
Selang bertarung sesaat, orang tua baju putih itu
menambah lagi tenaga serangannya, maka ketiga lawan-nya
seperti terkurung dalam lingkaran badai, sehingga membuat
lawannya kelabakan, selain yang dikiri, kedua orang yang
sudah berat bertindak, sudah berada dalam keadaan
bahaya, belum lagi lewat lima jurus, salah seseorang sudah
Dewi KZ 111 meingis kesakitan karena terkena pukulan, dan tubuhnya
jatuh terpental beberapa tombak.
Kedua orang baju hitam lainnya bersamaan terkejut,
melihat temannya terluka, sehingga jurus mereka makin
kacau, tampak sekali siapa yang akan menang dalam
pertarungan ini sudah jelas.
Tetapi orang tua baju putih itu malah memper-lambat
serangannya, dan matanya melihat-lihat kearah pintu
gedung. Bersamaan itu A Bin juga melihat dari luar gedung
datang lagi tamu tidak diundang. Orang ini bermuka bengis,
dari gerakannya terlihat ilmu silatnya sangat tinggi, lebih
tinggi dari ke empat orang yang bertarung.
Kelihatan orang tua baju putih dan dua orang baju hitam
itu merasa gentar pada tamu yang baru datang itu, sehingga
mereka bersamaan berhenti berkelahi dan memandang
orang itu. Orang itu memandang orang tua baju putih, tertawa
dengan sinis, katanya: "Po-heng datang duluan......" mata angkernya memandang sejenak para tosu yang duduk dan tertelungkup
dilantai berkata lagi, "Kelihatannya Po-heng sudah
berhasil!" Orang tua baju putih itu menyembunyikan rasa takutnya,
dengan muka dingin berkata:
"Kongsun-heng adalah orang kuat nomor satu di negeri
barat, apa pantas berkata ceroboh demikian, apa kau tidak
melihat para tosu itu telah terkena oleh pukulan tiga Tuli
dari Bu-ie, dan mereka yang mati kaku bukan karena
tangan aku. He he! Hal ini, aku ingin mencoba ilmu
Dewi KZ 112 Kongsun-heng, mohon kau teliti, mereka mati karena jurus
apa?" Orang tua Kongsun biarpun telah dilecehkan dan
disindir oleh orang tua baju putih, tetap tidak berobah
roman mukanya, hanya dalam sepasang mata-nya terpancar
niat membunuh, dengan masih tertawa dingin dia. berkata:
"Bila Po-heng ingin mencoba ilmuku, aku menurut saja!"
Habis bicara, dia langsung mendekati salah satu tosu
yang duduk kaku, melihat dari kedua tangan, punggung
tosu itu dengan teliti, tidak bersuara, kelihatan ada masalah
yang menyulitkan. Orang tua baju putih Po tidak melepaskan kesempatan
ini, dia menyindirnya, beberapa kali tertawa sinis berkata:
"Kelihatan punya nama tersohor, orang bijak berhati ular
Coa-sim-cu-kat (Orang pintar berhati ular) Kongsun-heng,
kali ini juga......"
Kata-katanya belum selesai, terlihat mata orang tua
Kongsun seperti menemukan sesuatu, segera dia tertawa
terbahak-bahak:

Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Po-heng jangan gembira dulu, aku telah menemukan
titik luka tosu-tosu itu!"
Dengan tertawa bangga dia mengeluarkan tangan
membuka ikatan rambut tosu, dengan teliti memeriksanya.
Orang tua baju putih Po merasa malu sendiri, diri sendiri
lupa membereskan kembali rambut tosu itu, Saat
mengambil jarum emas pada kepala mereka, orang yang
mempunyai nama Coa-sim-cu-kat, pasti bisa menemukan
jejak. Dewi KZ 113 Betul juga Coa-sim-cu-kat Kongsun Pau segera
menemukan luka diatas kepala tosu. Dengan tertawa riang
berkata: "Ternyata tosu-tosu ini mati karena jarum racun, luka
kecil ini selain jarum terbang, tidak ada senjata rahasia lain
yang bisa melakukan, melihat di dunia persilatan yang bisa
menggunakan ilmu jarum terbang tidak seberapa banyak
orang, tetapi dalam waktu sangat singkat mengambil nyawa
tujuh belas tosu di kuil Cu-sia, hanya bisa dihitung dengan
jari saja. Yang aku tahu, Sin-jiu Jiu-kim-ciam, Oey Hosung1 (Dewa tangan jarum emas.) adalah orang pertama,
tetapi ilmu melepaskan jarum dia selalu tidak beracun,
pilihan kedua adalah Tiat-ci-nio-cu Pian Giok-ih, tetapi
nenek ini sudah sepuluh tahun tidak muncul di dunia
persilatan, dan dia tidak akan kemari, mencari gara gara
kepada para tosu tua ini. Dan beberapa orang lagi tapi
belum sampai tingkat sedemikian tinggi, tahun-tahun yang
lampau Po-heng sudah mendapatkan jarum-jarum emas itu.
"Bila tidak keberatan, aku ingin pinjam lihat sebentar
jarum emas itu. Aku bisa menduga sekitar delapan puluh
persen, siapa orangnya!"
Orang she Po sekali lagi tertawa sinis, katanya:
"Baik! Bila Kongsun-heng berkata demikian, aku berikan
jarum emas itu, silahkan periksa!" dan dia menggoyangkan
tangan kanannya, sepuluh lebih jarum emas berbentuk jala
emas menyerang seluruh tubuh Kongsun Pau.
Dia menggunakan cara yang sangat sempurna, asal
terkena satu saja jarum emas itu, lawannya akan seperti
tosu-tosu itu segera mati ditempat.
Mengetahui lawannya sering berbuat licik, maka
Kongsun Pau selalu berjaga-jaga, disaat lawan menggoyangkan tangan kanannya, dia sudah membuka kedua
Dewi KZ 114 lengan bajunya mengeluarkan tenaga berputar, sehingga
jarum emas yang bertebaran menyerang langsung masuk ke
dalam lengan baju. Jurus yang digunakan Kongsun Pau, dinamakan Ban-liucui-tong, (selaksa aliran kembali ke asalnya) jurus ini
membuat bengong orang-orang yang ada di dalam gedung,
orang tua baju putih, tiga bisu dari gunung Bu-ie, dan A
Bin, terkejut dengan ilmu silat Kongsun Pau yang
sempurna. Kongsun Pau sudah menduga, bila jarum emas beracun
itu bertemu darah pasti akan mengunci tenggorokan, tetapi
jika mengenai kulit saja tidak akan apa-apa, maka dari
lengan bajunya dia mengeluarkan satu jarum emas, sambil
tertawa sinis mengejek: "Tadi aku telah salah bicara, aku belum mengetahui
dunia ini ternyata masih ada satu orang yang bisa
menggunakan ilmu jarum emas sedemikian sempurna,
itulah Po-heng." Sambil bicara, matanya melirik jarum yang
dipegang jarinya, dengan tertegun bersuara, "Ih...."
Orang she Po, A Bin dan tiga bisu dari gunung Bu-ie
memandang orang tua Kongsun yang mukanya tampak
heran atas penemuannya. Kongsun Pau membolak balik melihat dua kali jarum
emas beracun itu, lalu berkata terbata-bata:
"Jarum emas ini ternyata bukan benda yang digunakan
orang-orang yang disebut tadi, dan........." dia tidak
melanjutkan perkataan malah berteriak kearah luar gedung,
"Teman dari mana! Bila sudah datang terus-terang saja
keluar bertemu kita, apa......."
Perkataannya belum habis, di luar gedung telah bergema
ucapan budha, bersama suaranya tampak seorang hweesio
Dewi KZ 115 melayang masuk, semua orang terkejut melihat kedatangan
hweesio besar ini. Orang ini mukanya agak aneh, kepala besar seperti lebar
daun pisang, kupingnya panjang hampir menyentuh bahu,
matanya agak masuk ke dalam kelopak mata, sepasang
mata bercahaya, semangat penuh, mukanya penuh dengan
tertawa dan hawa seorang beragama tinggi, tetapi tidak bisa
menutupi aura sadis dalam pandangan sepasang matanya.
Jurus lompatan yang cepat, orang susah melihat dia
dengan jurus apa dia masuk gedung, baju jubah yang besar,
tetap tidak bergoyang sedikitpun.
Kongsun Pau menenangkan pikiran, lalu berkata dengan
nada aneh: "Bu-ih Taysu juga mau menampakan diri." kuil Cu-sia
ini harus bangga menerimanya.
Bu-ih Taysu tertawa terbahak-bahak, katanya:
"Aku dari aliran agama, tetapi memperdalam ilmu
agama lain dengan pendeta biasa, tidak pantang segala tetek
bengek duniawi, semasa hidup senang mencari tempat
ramai. Bila kuil Cu-sia hari ini ada Coa-sim-cu-kat (Orang
pintar berhati ular) Kongsun Pau, Po Kong-hoo, tiga tuli
she Sung dari gunung Bu-ie, sudah pantas disebut pesta
besar, aku datang kesini juga tidak sia-sia."
A Bin yang mendengar kata-kata mereka, menjadi
panasaran karena dianggap remeh Bu-ih Taysu sebagai
salah satu jagoan dari dunia persilatan, nama-nama
Kongsun Pau, Po Kong-hoo, dan tiga tuli dari Bu-ie-san
sudah termasuk pesilat-pesilat tinggi dan ternama didunia
persilatan, tapi kenapa mereka datang kekuil Cu-sia, dan
siapa yang melepaskan jarum emas beracun pada tosu-tosu
kuil ini, kemungkinan ada sesuatu gairah yang mengundang
Dewi KZ 116 mereka datang kekuil ini, Dipikirkan lagi oleh A Bin, siapa
yang menaruh obat bius ke kamar Hong-tai di malam hari,
yang akan mencelakakan penghuni hotel Su-hai, dia
kelompok orang jahat yang mana" Apa ada hubungan
dengan tosu-tosu di kuil Cu-sia ini"
Coa-sim-cu-kat Kongsun Pau sudah menduga
kedatangan Bu-ih Taysu tidak bermaksud baik, untuk
mengusirnya tidak cukup dengan sepatah dua patah kata,
jika rahasia kuil Cu-sia ini sampai bocor keluar, dalam
waktu lama, entah berapa banyak lagi jagoan-jagoan di
dunia persilatan yang akan berbondong bondong datang ke
kuil ini, maka timbul rencana dalam pikiran ingin dengan
siasat menghalau harimau mener-kam srigala, mengadu
donba orang lain, membuat dia sendiri mendapatkan
manfaat. Orang yang mendapat julukan orang pintar siasat dari
daerah barat, Kongsun Pau menampilkan tertawa sinisnya,
katanya: "Kalau demikian, Bu-ih Taysu datang kesini, sama
seperti maksud kita orang, ada sesuatu yang diinginkan,
tetapi sayang anda terlambat selangkah."
Bu-ih Taysu telah mengetahui bahwa Kongsun Pau
punya banyak akal licik, maka dia tidak terlalu percaya
pada ucapannya, maka dengan tidak tampak antusias
berkata: "Aku ingin mendengar orang mana yang mendahului
kita, mendapatkan buku silat dari Tiat-hoan-lo-to, dan
membunuh sepuluh orang lebih tosu disini untuk menutup
mulut-mulut mereka, supaya rahasia tidak bocor?"
Kongsun Pau dengan mata berkedip, tertawa licik:
Dewi KZ 117 "Sayang aku juga terlambat datang, hal ini lebih baik
tanya pada Po-heng atau tiga tuli dari Bu-ie-san!" sementara
itu seorang yang terluka dari tiga tuli sedang beristirahat,
sedang yang dua lagi tidak bisa mendengar-kan perkataan
orang, tetapi mengeti dari gerakan mulut orang, tiga
bersaudara sudah mengetahui Bu-ih Taysu ini susah
dilayani, dia adalah musuh yang paling berat, di depan
matanya mana mau membuat dia curiga, maka mereka
membuang pandang-an mata pada muka Po Kong-hoo.
Pandangan mata tiga bersaudara tuli itu memberi isyarat
bahwa Po Kong-hoo adalah orang pertama masuk gedung,
menjadi tersangka penbunuh tosu-tosu dan yang mengambil
buku ilmu silat itu. Bu-ih Taysu tidak bicara, hanya
memandang sejenak muka Po Kong-hoo dengan mata
tajamnya. Orang tua baju putih Po Kong-hoo merasa dingin ketika
dilirik sejenak oleh Bu-ih Taysu, dalam hatinya berkata
jangan cari masalah dengan hweesia ini, dia memaksakan
batuk sedikit, merobah sifat dingin yang ada sejak masuk
gedung, terpaksa dia berkata:
"Memang betul aku yang pertama masuk gedung ini,
tetapi puluhan tosu disini sudah di bunuh orang duluan
oleh jarum emas, bila Tay-suhu tidak percaya, ada dua hal
yang bisa jadi saksi. Satu adalah yang telah mengambil
jarum emas diatas ikatan rambut tosu-tosu itu, sekarang
jarum itu dipegang oleh Kongsun-heng, dan satu hal lagi
adalah anak muda yang berdiri disana yang lebih dulu
datang ke gedung ini, dia bisa menerangkan bahwa katakataku tidak bohong.
Sambil bicara Po Kong-hoo menunjuk pada arah A Bin.
Pandangan mata semua orang melirik ke A Bin.
Dewi KZ 118 Bu-ih Taysu tercengang juga, segera melirik seluruh
tubuh A Bin, dengan suara terpendam berkata:
"Anak muda, kau datang kekuil ini untuk apa" Siapa
yang suruh kau datang kesini?"
A Bin sudah menebak Bu-ih Taysu ini orangnya sadis,
biarpun kata-katanya sopan, tetapi sinar matanya
memancarkan jiwa garangnya, diam-diam dia musatkan
tenaga dalam untuk menjaga diri.
Bu-ih Taysu menyaksikan A Bin tidak menjawab, dikira
dia betul-betul berani membangkang, mukanya tambah
berseri-seri, semua orang tahu bahwa semakin hweesio iblis
ini tertawa, niat membunuhnya makin besar, menduga dia
akan segera mencelakakan A Bin, mereka sebagai jagoan
silat mana ada jiwa iba menolong yang kecil dan lemah,
tapi melihat niat jahat Bu-ih Taysu semua jadi diam, tidak
berusaha sedikitpun. Bu-ih Taysu sebagai jagoan ternama, jarang ceroboh
dalam bertindak, sambil menghampiri A Bin, sambil melirik
A Bin dari atas kebawah, hingga dalam cahaya sinar lilin
dia melihat mata A Bin yang bermata hijau, baru dia
terkejut dan berhenti melangkah.
Hweesio iblis ini melalui pandangan mata hijau A Bin,
mengetahui bahwa anak muda ini bukan orang
sembarangan, dan terpikir kembali, kenapa anak muda ini
didepan jagoan-jagoan dunia persilatan begitu tenang, pasti
dia punya sesuatu andalan, dilingkungan banyak lawanlawan yang tangguh, tosu ini tidak mau berbuat konyol,
gegabah berbuat sesuatu, sehingga memberi kesempatan
pada lawan. Maka ditempat yang dia berdiri, memalingkan setengah
posisi badannya, sambil tertawa sinis berkata pada semua
orang dalam gedung,: Dewi KZ 119 "Kalian semua adalah jagoan dari dunia persilatan, tetapi
hari ini mata kalian telah tertutup, sehingga tidak melayani
tamu agung di depan mata."
Semua orang sudah tahu bahwa Bu-ih Taysu sudah
berpengalaman, ilmu silatnya tinggi, pengetahuan dan
akalnya lebih tinggi dari semua orang yang ada dalam
gedung, bila tidak yakin betul, dia tidak akan sembarang
bicara yang akan ditertawai orang lain, maka penilaian dia
terhadap A Bin, membuat semua orang melihat A Bin
dengan muka bengong. Dalam hati A Bin memarahi hweesio iblis itu, karena
cerdik dan teliti telah mengetahui dirinya berilmu tinggi.
Tetapi Bu-ih Taysu tidak berani menempuh resiko
menantang A Bin, maka berusaha mengadu domba pesilat
lain, agar menghadapi A Bin agar dapat mengambil
keuntungan. Ternyata tebakan A Bin betul, Bu-ih Taysu sambil
tertawa dingin berkata lagi:
"Tamu agung kita ini lebih pagi datangnya dari saudara
Po, bila dia bukan orang yang menggunakan jarum emas
itu, jadi susah mengetahui siapa yang berbuat?"
Po Kong-hoo ingin cepat mencuci namanya, tidak
percaya A Bin anak muda begini, bisa menpunyai ilmu
lebih tinggi dari pada dirinya, sebagai ketua perguruan,
maka tubuhnya menghampiri A Bin, sambil membentak:
"Bocah, cepat katakan segala yang kau ketahui!"
A Bin tidak senang melihat tingkah laku Po Kong-hoo
sebagai ketua perguruan silat, malah takut pada yang kuat
menghina yang lemah, maka A Bin tidak melayani orang
tersebut, hanya memandang dingin saja.
Dewi KZ 120 Po Kong-hoo sebagai seorang ketua perguruan yang
punya ilmu tinggi melihat A Bin begitu tangguh dan acuh
saja, malah terkejut juga, tidak berani berbuat gegabah, dia
berhenti melangkah, dan nada katanya lebih lunak berkata:
"Kau datang lebih duluan dari aku, semestinya tahu
siapa yang melepaskan jarum emas membunuh tosu-tosu
ini, kau pasti mendengar nama-nama kami, kau harus tahu,
di depan kita orang tidak boleh berbohong, lebih baik cepat
jelaskan!" Coa-sim-cu-kat Kongsun Pau melihat ada kesempatan,
dia berbicara mengadu domba:
"Adik cilik, apa kau tahu yang bertanya padamu adalah
ketua Heng-san-pay yang tersohor namanya kakek putih Po


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kong-hoo, Po-tayhiap, kau hati-hatilah bicara, jangan
sampai dia marah!" Perkataan Kongsun Pau yang penuh nada adu domba
dan sindiran, terang-terangan ditujukan pada A Bin, tetapi
arti ucapannya menyindir Po Kong-hoo apa berani
bartanding dengan A Bin. Po Kong-hoo biarpun takut bertindak, tapi di Hadapan
anak muda yang belum punya nama dia tidak boleh
memperlihatkan sikap ragu-ragu dan rasa takut, dengen
nada sinis berkata: "Kongsun-heng sengaja membuat aku marah pada anak
muda ini supaya bertarung, agar kau dapat keuntungan,
tetapi ingat! disini masih ada Bu-ih Taysu, tidak akan
membiarkan kau meraih keuntungan."
Sudah jelas kata Po Kong-hoo itu mengisyarat-kan pada
Kongsun Pau, lawan yang paling berat adalah Bu-ih Taysu,
kau sengaja supaya orang lain bertarung, akhirnya kau juga
bukan lawannya Bu-ih Taysu, buat apa berpikiran begitu.
Dewi KZ 121 Dia mengisyaratkan juga pada Bu-ih Taysu, bahwa
Kongsun Pau orangnya sangat licik.
Coa-sim-cu-kat Kongsun Pau dan Bu-ih Taysu adalah
orang -orang yang tidak gampang naik darah, kata-kata Po
Kong-hoo telah menyentuh hati mereka.
Tetapi kedua orang ini tidak memperlihatkan pikiran
dalam hati di tampilkan di wajahnya, dua-duanya saling
tertawa, Kongsun Pau berkata duluan:
"Po-heng bermaksud mengadu domba persaha-batan aku
dengan Tay-su?" Bu-ih Taysu juga tertawa sinis berkata:
"Po Sicu, lebih baik selesaikan dulu pekerjaan di depan
mata, kau pasti sibuk melayani orang, mana bisa perhatikan
lagi pada aku dan tuan Kongsun."
Kata hwesio iblis itu sudah jelas mengisyaratkan Po
Kong-hoo belum tentu bisa melawan A Bin, kata ini
membuat Po Kong-hoo terkejut dan marah. Terkejutnya
karena dia apa betul salah lihat anak muda yang dari tadi
diam saja, tetapi bagi seorang pesilat tinggi, marah karena
kata-kata Bu-ih Taysu terlalu jahat, membuat dia terpaksa
bertarung dengan A Bin. Karena terdesak oleh situasi, biarpun lawannya
setangguh Bu-ih Taysu, Po Kong-hoo juga harus turun
tangan juga, yang jelas dia tidak percaya bahwa A Bin
betul-betul hebat. Ketua Heng-san-pay ini maju selangkah lagi, dengan
kedua matanya memperhatikan mata A Bin, dari bayangan
gelap terlihat mata A Bin yang hijau, Po Kong-hoo terkejut,
dalam hatinya merasa sedikit gentar.
Dewi KZ 122 Po Kong-hoo memusatkan tenaganya, dan berteriak
pada A Bin: "Kau anak muda siapa gurumu" Datang kesini ada
maksud apa" Bila tidak cepat berkata, jangan salah-kan aku
berbuat kejam!" Muka A Bin tetap dingin, tidak pedulikan ucapannya. Po
Kong-hoo sangat marah, berteriak lagi:
"Kau betul-betul kurang ajar, lihat pukulanku,
bagaimana rasanya!" Dia tidak berani menganggap enteng
lawannya, maka memusatkan tenaga dalamnya hingga
tujuh puluh persen, mengangkat telapak tangan kirinya
ingin memukul kepala A Bin, tetapi baru saja tangannya
diangkat, kepalanya merasa pusing, mata menjadi buram,
tubuh seperti mau jatuh, tangan yang diangkat tinggi seperti
tidak bertenaga lalu turun lagi dengan lemas, Po Kong-hoo
cepat-cepat memusatkan pernapasan karena sudah tidak
berdaya memukul lagi. Orang-orang yang berdiri dibelakang Bu-ih Taysu, Coasim-cu-kat Kongsun Pau dan tiga tuli dari Bu-ie-san
mengira kakek putih Po Kong-hoo terluka oleh senjata
rahasia A Bin, semuanya pada terkejut, A Bin punya senjata
rahasia sehebat apa, sehingga dalam satu jurus bisa melukai
Po Kong-hoo. Semua orang iri pada A Bin, umurnya masih begitu
muda sudah menguasai ilmu sedemikian hebat, mereka
bersamaan ingin membunuh A Bin.
Mendadak terdengar suara tertawa sadis di salah satu
sudut ruangan: "Kalian semua telah terkena racun Cap-poh-bi-hun-hiang
(Dupa lupa ingatan sepuluh langkah), cepat duduk bersila,
Dewi KZ 123 tunggu perintah, bila tidak mendengarkan
nasibnya akan seperti Po Kong-hoo."
perintah, Kata-katanya sadis dan menakutkan, melebihi kata-kata
Coa-sim-cu-kat Kongsun Pau, kata-katanya jelas, menusuk
telinga, membuat hati masing-masing merasa dingin.
Bersamaan waktu, terdengar suara benda jatuh "Bruk"
ternyata Po Kong-hoo sudah tidak tahan berdiri, seluruh
tubuhnya lemas, kakinya tidak bertenaga menopang
tubuhnya sehingga jatuh kelantai.
Jago-jago dari persilatan biasanya mempunyai pandangan mata yang bagus, tetapi mereka tidak dapat
melihat jelas orang yang bicara tadi.
Mereka berpengalaman lama, mencoba merasa-kan
dengan hidung masing-masing, ternyata ada satu macam
bau wangi yang sangat ringan masuk ke hidung, bila tidak
diperhatikan susah mengetahui itu adalah racun.
Mereka mengartikan kata-kata orang tadi, Cap-poh-bihun-hiang, pasti orang yang terkena racun dupa itu dalam
sepuluh langkah pasti ambruk. Contohnya Po Kong-hoo,
karena marah pada A Bin, ingin menghajar lawan dengan
gerakan berantai, mengakibatkan racun dupa itu menyerang
dengan cepat, sehingga dia lumpuh di tempat. Semua orang
pada ragu-ragu sejenak, lalu mereka diam tidak berani
bergerak sembarangan. Suara dingin bagaikan angin dingin seperti es berkata
lagi: "Saat kalian masuk kuil Sam-ceng-tiam telah kena racun
yang kami campurkan dalam api lilin, racun Cap-poh-bihun-hiang tidak akan membuat kalian mati, tetapi bila
sembarangan bergerak, bisa langsung lumpuh tidak dapat
bergerak, seperti Po Kong-hoo, bila dalam satu jam tidak
ditolong, semua ilmunya akan musnah, dan selamanya
Dewi KZ 124 akan lumpuh total, bila kalian tidak percaya, coba masingmasing bernapas, teliti lagi apakah dalam harum dupa itu
terdapat harum lain!"
Harum lain dari asap lilin, semua jagoan telah
menghirupnya, sekarang setelah dicoba lagi ternyata ada
rasa lain dari hisapan hidung, semua orang mengetahui
bahwa kata orang itu bukan sembarang gertak.
Dalam keadaan bahaya Bu-ih Taysu tetap ber-sikap
tenang, dia berbicara keras:
"Teman dari mana! Kalian begitu memperhati-kan kami,
pasti ada satu pesan, apa lebih baik kita bertatap muka, biar
kita bisa rundingkan dengan baik."
Terdengar suara tertawa dan dingin:
"Kalian tenang saja, kita pasti bertemu, hanya ada dua
jalan untuk pilihan. Satu jalan potong kepala sendiri, satu
jalan lagi menyerah pada aliran kami Jian-kin-tiauw, patuh
seumur hidup tanpa membangkang."
Semua jagoan dalam gedung mendengar kata-kata orang
itu, telah mengetahui bahwa musuh dalam sekeliling kuil ini
sangat banyak, mereka merasa aneh baru hari ini
mendengar nama Jian-kin-kau-tiauw, sebelumnya belum
pernah ada orang menbicarakan, tetapi cara menaruh dupa
racun itu adalah pekerjaan organisasi yang rapih, bila
ternyata tosu-tosu yang dibunuh oleh jarum emas juga
perkerjaan orang Jian-kin-kau-tiauw, itu pasti lebih
mengerikan. Semua jago-jago itu adalah orang-orang telah banyak
makan asam garam, pintar menyesuaikan diri, tapi sekarang
saatnya tidak tepat menjadi jagoan, bila dengan kata-kata
kasar memancing musuh keluar dari persembunyiannya, itu
Dewi KZ 125 hanya mencari masalah, maka semua pada diam, tidak
menjawab. Mendadak di ruangan terdengar suara tertawa keras yang
bergema bernada gembira. Semua mata jagoan menuju sudut suara itu, terlihat
serombongan orang keluar dari sudut timur utara ruangan
gedung. Jalan ditengah rombongan ada seorang berbadan sedang,
memakai baju panjang warna emas muda, mukanya dibalut
kerudung kepala warna emas, hanya terlihat sepasang mata
yang bersinar penuh, memancar-kan kecerdasan dan
kekejaman. Dia diapit kiri kanan oleh empat orang berbaju perak,
mukanya juga ditutup kerudung berwarna perak.
Rombongan lima orang itu menghampiri tempat jagoanjagoan berdiri, kelihatan orang berbaju emas sebagai
pemimpin dari1 mereka, sebelumnya jalan bersamaan,
kemudian ternyata empat orang baju perak ini pengawal
yang baju emas. Tiga tuli dari Bu-ie-san paling ceroboh, diantara satu
orang itu menunggu rombongan lima orang lawan
mendekat, mendadak loncat dan lari kedepan, di waktu dia
loncat keatas sambil mengeluarkan pena perak dari
punggung dan dipegang ditangan.
Melihat ada orang meloncat keluar, seorang pengawal
baju perak di sisi kiri tertawa sinis, dia meloncat ke depan
juga, mulutnya membentak, telapak tangan kanannya di
dorong ke depan menghadang penyerang.
Ternyata satu orang tuli dari Bu-ie-san ini tidak bisa
menghindar, dada depannya terkena pukulan telapak, tanpa
Dewi KZ 126 sempat merintih sakit tidak dia sudah jatuh ke arah
belakang, ambruk dilantai.
Semua jagoan pada terkejut, dengan ilmu silat yang di
kuasai Tiga tuli dari Bu-ie-san, biarpun bertemu orang
berilmu tinggi di dunia persilatan juga tidak mungkn hanya
satu jurus sudah ambruk diserang lawan. Kemungkinan
racun dalam "Dupa lupa ingatan dalam sepuluh langkah"
telah bekerja sedemikian hebat.
Orang yang berbaju emas berkata dengan dingin, "Siapa
lagi yang mau bertindak, Tuli ini jadi contohnya!"
Semua jagoan pada miris, tidak ada orang yang berani
gegabah bertindak. Lima orang yang berkerudung muka sama sekali tidak
melihat keadaan jagoan, pelan pelan melewati barisan
mereka, dengan santai lewat tanpa takut di serang secara
mendadak. Bu-ih Taysu, Kongsun Pau dan Dua Tuli dari Bu-ie-san
melihat ketenangan lawan, makin tidak berani bertindak,
dan melihat seorang dari Tiga Tuli Bu-ie-san ambruk dalam
satu serangan, membuat mereka makin waspada, dan
membiarkan lima musuh dengan angkuh melewat di depan
mata, ternyata lima orang berkerudung muka itu menuju
tempat A Bin berdiri. A Bin juga tidak mengerti, kenapa lima orang
berkerudung muka ini, tidak menghiraukan kehadiran
jagoan jagoan seperti Bu-ih Taysu, Kongsun Pau, malah
memperhatikan dirinya yang belum ternama di dunia
persilatan dan asal usulnya juga belum jelas.
Yang menyaksikan di tempat lain, Bu-ih Taysu Kongsun
Pau juga terkejut, menaksir A Bin sebagai orang penting.
Dewi KZ 127 Lima orang yang berkerudung muka berjalan menuju
tempat A Bin, kakek putih Po Kong-hoo yang terluka persis
menghalangi jalan mereka, salah seorang orang baju perak
menganggap dia ketua Heng-san-pay itu sebagai barang
bekas saja, dia langsung ditendang hingga satu kaki,
badannya terpuruk dilantai.
Bu-ih Taysu, Coa-sim-cu-kat Kongsun Pau dan Dua Tuli
dari Bu-ie-san, semua orang tidak bersahabat dengan Po
Kong-hoo, tetapi melihat dia dipermalukan demikian,
didalam hati masing-masing timbul rasa iba (rasa seperti
musang menangisi kelinci mati), semua khawatir akan nasib
diri sendiri dibelakang nanti.
A Bin juga tidak suka dengan penampilan Po Kong-hoo,
tetapi karena dia terluka dulu oleh racun, bukan karena
ilmu silat dia tidak baik sehingga di hina orang lain, A Bin
marah, kedua mata melotot dengan marah pada lima orang
yang berkerudung muka. Orang baju emas mengetahui A Bin sedang marah,
sambil tertawa sinis, berkata:
"Anak muda bisu, kau melihat kejadian yang tidak enak
ya" Kau sekarang juga tidak bisa apa apa, tapi masih ingin
membela orang" Kau benar-benar keterlaluan, ingin ikut
campur urusan orang lain, sebentar lagi kau akan dapat
perlakuan lebih buruk dari dia!"
A Bin merasa terkejut, semua jagoan di gedung ini masih
belum tahu dia seorang bisu, kenapa orang baju emas ini
malah tahu dia tidak dapat bicara, timbul curiga didalam
hatinya. Terdengar kata orang baju emas itu: '"Anak muda bisu,
bila aku tidak jelaskan, takut kau jadi setan penasaran, kau
mesti tahu, aku ingin membunuhmu, karena kau telah
berbuat masalah dengan tamu agung aliran kita, sekarang
Dewi KZ 128 aku ingin mengambil kepalamu, agar tamu kita merasa
puas." Mendengar kata kata itu, A Bin telah mengetahui
kira kira delapan puluh persen persoalan, orang baju emas
yang mengatakan tamu agung aliran dia, pasti cucu raja


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lok-houw Thio Kong-giok, entah cucu raja itu mengetahui
tidak tindakan orang ini, dan A Bin pun berpikir Hong-tai
juga dalam bahaya, atau juga telah masuk perangkap yang
digunakan Jian-kin-kau-kau.
Bersamaan orang baju emas tertawa sadis, mendadak dia
menjuruskan tangan kanan, memusatkan tenaga menotok
titik nadi kematian Ki-gan-hiat di dada A Bin.
Mendapat serangan itu, A Bin dengan gesit malah maju
selangkah mendekati orang baju emas itu, dengan tusukan
jari tangan bersamaan waktu telah menotok dua titik nadi
tenggorokan Lian-koan dan Cu-kong.
Gerakan A Bin sangat cepat dalam menotok dua pusat
urat nadi lawannya, tubuh orang baju emas itu melayang
jatuh, satu tangan A Bin segera memegang bahu dia, dan
satu tangan lagi merangkul pinggangnya dan diangkat,
sehingga membuat empat orang baju perak itu tercengang
dengan mata melotot, takut melukai pimpinannya, sehingga
mereka tidak berani bertindak.
Sebetulnya ilmu silat orang baju emas ini sangat tinggi,
tetapi dia tidak mengetahui bahwa tubuh A Bin menyimpan
benda penangkal racun Hiat-san-peng-can, biar pun terkena
racun dupa Cap-poh-bi-hun-hiang, dia tidak jadi masalah,
sehingga dia berbuat ceroboh, dan berhasil dilumpuhkan
oleh A Bin dalam satu jurus saja.
Melihat kejadian itu, Bu-ih Taysu, Kongsun Pau dan
Dua Tuli dari Bu-ie-san terangsang semangatnya,
diantaranya Satu Tuli sampai lupa daratan, ingin meloncat
menyerang orang baju perak, baru meloncat jarak dua kaki,
Dewi KZ 129 ternyata kedua kakinya lemas dan jatuh lagi dilantai,
jagoan-jagoan lainnya terperanjat, semua segera diam tidak
berani bertingkah. A Bin pura pura melayangkan tubuh orang baju emas ke
arah empat orang baju perak. Keempat orang itu sedang
mencari kesempatan menyerang A Bin untuk menolong
orang baju emas itu, gerakan A Bin membuat mereka
bingung dan takut melukai teman sendiri, salah seorang
berkata dengan halus: "Teman, kau sangat pintar menggunakan kesempatan,
dengan cara gelap menyandera ketua kelompok kita, kau
ingin apa, terangkan saja."
A Bin berpikir sejenak dengan tangan kanan menunjuk
ke arah Bu-ih Taysu dan jagoan lainnya.
Orang baju perak yang tadi bicara lagi:
"Kau ingin orang-orang ini, gampang sekali, mereka
telah kena racun Cap-poh-bi-hun-hiang, bila ada niat
melawan, sedikit bergerak saja, akibatnya akan sama
dengan setan tua Po dan kedua orang Tuli itu, kalau begitu,
kau lepaskan dulu ketua kelompok kita, kita akan keluar
dari sini!" A Bin geleng geleng kepala, dengan tegas sekali lagi
menunjuk Bu-ih Taysu dan lain lain orang, mata empat
orang baju perak tampak terperanjat, yang orang bicara tadi
berkata lagi dengan ragu ragu:
"Apa......apa kau ingin obat penawar racun buat
mereka?" Bu-ih Taysu Cukat Su-sin Kongsun Pau dan Tiga Tuli
dari Bu-ie-san yang dalam detik-detik ini seperti tahanan
yang akan di eksekusi, juga dengan pandangan mata aneh
melihat A Bin, ternyata A Bin dengan tegas menganggukan
Dewi KZ 130 kepala, tanda betul minta obat penawar buat Bu-ih Taysu
dan lain-lainnya. Keempat orang baju perak itu tidak berani membantah
karena ketua kelompok mereka masih ditangan A Bin, salah
seorang diantaranya agak ragu sejenak, terpaksa berkata:
"Di dalam kantong di pinggang ketua kita, ada satu botol
kecil yang si cat merah, terdapat obat penawar racun, tiap
orang makan satu butir obat tersebut, maka racun dupa itu
akan hilang. " A Bin menggeledah kantong yang diikat di pinggang
orang baju emas, disana terdapat banyak botol kecil, di
ambilnya botol yang dicat merah, dengan jari dibuka cocok
botolnya, hidung A Bin mencium satu unsur wangi, berarti
omongan si baju perak itu betul, tanpa dipikirkan lagi,
segera melemparkan botol merah kecil itu ketangan Bu-ih
Taysu. Bu-ih Taysu seperti mendapatkan harta karun, setelah
tertangkap botol kecil itu, segera menelan satu butir obat
penawar racun, dengan sedikit ragu, botol kecil itu langsung
dimasukan kedalam dada sendiri.
Melihat perbuatan Bu-ih Taysu, A Bin marah besar,
menyesal dirinya begitu ceroboh, tidak sangka orang orang
jahat ini mempunyai hati yang begitu licik, segala cara
sudah digunakan, sudah susah payah mendapatkan obat
penawar racun, ternyata dimakan sendiri oleh Bu-ih Taysu.
Dalam keadaan marah, A Bin meletakan orang baju
emas dilantai, meloncat menuju tempat Bu-ih Taysu berdiri.
Ke empat orang baju perak melihat ketua kelompok
mereka terlepas dari pegangan A Bin, mereka langsung
menolongnya, tetapi totokan khusus dari A Bin tidak dapat
dibuka oleh mereka, maka mereka tidak berani berdiam
Dewi KZ 131 lama-lama di gedung itu, langsung menggotong tubuh
ketuanya, segera meninggalkan tempat itu.
Sebelum tubuh A Bin sampai, Bu-ih Taysu telah
memusatkan tenaga dalamnya diseluruh tubuh, dia masih
tidak percaya tenaga dalam A Bin melebihi dirinya, dia
ingin mencoba beradu tenaga.
Begitu datang sapuan telapak tangan A Bin, Bu-ih Taysu
tetap berdiri di tempatnya mendorong dengan kedua telapak
tangan, dia sudah lebih dulu mengeluarkan tenaga
dalamnya, tubuhnya menghadang tekanan tenaga
lawannya. Tapi tubuh Bu-ih Taysu malah bergetar hebat
tidak bisa mempertahankan langkahnya, dia terdorong
sampai tujuh delapan langkah.
Tenaga telapak tangan A Bin hanya dalam satu dalam
jurus telah memaksa Bu-ih Taysu mundur tujuh delapan
langkah, membuatnya dan yang menyaksikan di pinggir,
Coa-sim-cu-kat dan Satu tuli dari Bu-ie-san jadi terkejut dan
berobah warna mukanya. Mereka tahu betul Bu-ih Taysu adalah seorang hweesio
iblis yang licik, ilmunya berasal dari aliran Lohan kuil
Siauw-lim, dan telah dilatih sejak kanak kanak, tenaga
dalam dia berupa tenaga positif (yang) yang telah terkumpul
selama enam puluh tahun. Bila bukan orang yang punya
latihan tenaga dalam selama enam puluh tahun, tidak akan
tahan menerima pukulan Bu-ih Taysu, tetapi usia A Bin
belum sampai dewasa, bila bisa mendorong Bu-ih Taysu
Tiada Yang Abadi 5 Inferno Karya Dan Brown Golok Bintang Tudjuh 2

Cari Blog Ini