Ceritasilat Novel Online

Raja Barbar Momok Romawi 5

Attila Raja Barbar Momok Romawi Attila: The Barbarian King Who Challenged Rome Karya John Man Bagian 5


Besoknya hari cerah dan panas. Orang-orang Romawi mendapatkan kembali barang-barang mereka yang basah kuyup, mengeringkannya dengan sinar matahari, membayar kebaikan hati perempuan kepala suku desa itu dengan memberikan hadiah berupa tiga mangkuk emas dan buah kering sebagai tanda terima kasih, dan melanjutkan jalan mereka.
Perjalanan pun dilanjutkan, selama satu minggu dan mungkin menempuh lebih dari 200 kilometer. Mereka sampai ke desa lain. Dan di sini perjalanan mereka tersendat. Semua menunggu Attila karena ia akan bergabung kembali dan harus dia yang memimpin rombongan. Dan di sini pulalah, dengan kebetulan yang mengejutkan, ada duta besar lain, yang berasal dari
229 kekaisaran barat Roma, dengan wajah-wajah familiar dan terkenal: seorang jenderal dan seorang gubernur; utusan yang kembali pulang, Constantius, sekretaris yang aslinya dikirim oleh Aetius untuk Attila; seorang bangsawan bernama Romulus dan menantu laki-lakinya, yang tidak lain adalah ayah dari Orestes. Tampaknya menjadi duta besar untuk Attila sudah merupakan bisnis keluarga.
Para utusan kekaisaran barat punya kisah mereka sendiri, yang berpusat pada mangkuk-mangkuk emas dari Sirmium. Dulunya mangkuk tersebut milik seorang uskup yang, saat kotanya diserang pasukan Hun pada awal tahun 440-an, memberikannya kepada sekretaris Attila yang lain untuk disimpan dengan aman, beranggapan bahwa hadiah itu mudah dibawa jika ia ditangkap. Dan mangkuk itu kemudian menjadi milik Attila. Namun sekretaris tadi menggadaikan mangkuk itu kepada seorang bankir di Roma. Ketika Attila mengetahui hal ini, ia menyalib laki-laki itu. Sekarang ia menginginkan salah satunya, mangkuk tersebut atau sang bankir. Seluruh utusan yang ada di sini datang untuk memberi tahu Attila bahwa, karena bankir itu menerima mangkuk tersebut secara jujur, maka tidak dianggap sebagai barang curian dan pemimpin Hun sekarang tidak bisa menuntut mangkuk itu ataupun bankir yang tidak bersalah tersebut.
Akhirnya Attila tiba, dan barisan rombongan yang jumlahnya bertambah banyak itu melanjutkan perjalanan melintasi sebuah dataran terbuka hingga mereka sampai di sebuah desa yang sangat besar ibu kota Attila, yang, sebagaimana dikatakan pada bab sebelumnya, mungkin 20 kilometer sebelah barat wilayah Szeged saat ini, cukup jauh dari wilayah Sungai Tisza yang berliku-liku dan sering dilanda banjir.
230 S AAT ARAK ARAKAN kerajaan bergerak di antara bangunanbangunan kayu, kaum perempuan memberikan ritual penyambutan, mereka berbaris dengan secarik kain linen putih di tangan yang membentuk sebuah kanopi yang di bawahnya berjalan arak-arakan gadis-gadis muda, semua - nya bernyanyi. Mereka bergerak di antara bangunanbangunan, kemudian lurus menuju kompleks kediaman Onegesius.
Hanya setingkat di bawah kediaman Attila, kompleks kediaman Onegesius tersebut mengejutkan sebuah pemandian terbuat dari batu-batu yang dibawa dari Pannonia, yang jaraknya 150 kilometer arah selatan. Pemandian ini dibuat oleh seorang arsitek Roma yang dipenjarakan di Sirmium. Priscus tidak menyebutkan tungku perapian dan air panas, sine qua non untuk pemandian, dan tidak menjelaskan bagaimana air bisa masuk ke sana tentu saja tidak ada saluran air, karena dalam istilah Roma desa ini hanyalah desa biasa; mungkin sebuah parit, atau hanya menggunakan belanga air yang dibawa oleh para tahanan Roma secara bolak-balik dari sungai saat ingin mandi. Bagaimana pun, dalam kondisi barbar seperti ini, pemandian adalah sebuah simbol status yang luar biasa bagi Onegesius, karena pemandian merupakan hal yang dipuja dalam peradaban, dan air mandi merupakan inti sarinya. Ia akan menyetujui sebuah puisi dari seorang pujangga paling terkenal pada masa itu, Sidonius, yang menulis pujian terhadap pemandiannya sendiri di selatan Gaul, pemandian yang nantinya akan kita dengar mendapat pujian lain, dan yang mana Attila sendiri akan mendengar kabar angin tentang hal ini dua tahun kemudian:
231 Rasakanlah gelombang dingin setelah mandi uap, Air dengan rasa dinginnya akan memeluk kulitmu yang terbakar.
Priscus tidak menyebutkan Attila mandi, tapi tidak bisa dibayangkan bahwa hasil karya menakjubkan itu bisa masuk tanpa seizinnya, bahkan dorongan darinya. Arsitek Roma yang tidak diketahui namanya ini tidak diragukan lagi telah menyediakan Onegesius dengan tepidarium, calidarium, hypocaust, dan mungkin laconium, 2 ruangan uap yang tentu saja lengkap dengan tungku perapian. Pemandian itu tidak akan ada gunanya, kata sang arsitek, jika kau tetap kedinginan saat musim dingin. Arsitek itu berharap hal ini akan membuatnya bebas. Ia tidak seberuntung itu; sebagaimana yang dicatat Priscus, karena ia dijadikan pelayan pemandian.
Di dalam halaman berpagar itu, diawasi oleh istri Onegesius mungkin istri tuanya para pelayan dari banyak rumah menawarkan makanan dan anggur dari piring dan gelas piala perak kepada para penunggang kuda. Attila berkenan ikut menyantap makanan lezat di kelompok sini dan minum di kelompok sana, dan para pelayan memegang piring dan gelas untuk memberikan penghormatan pada rombongan. Di bagian depan, di luar halaman kediaman Onegesius di dekat pintu masuk halaman lainnya, terdapat sebuah tangga menuju istana.
Inilah pertama kalinya orang-orang Romawi melihat tujuan mereka, meskipun saat itu mereka hanya bisa melihat dinding kayu yang dibuat dari papan yang
232 2 Tepidarium, calidarium, hypocaust, dan laconium adalah bagian dari sistem pemanasan bawah tanah yang digunakan dalam ruang pemandian di Kekaisaran Roma.
diratakan dengan halus yang dibuat oleh tukang kayu dari suku Goth atau Burgundi sehingga sambungannya nyaris tidak terlihat. Hanya ukuran dinding itu sajalah yang menunjukkan bahwa bangunan tersebut adalah istana. Attila menghilang masuk istana, langsung melakukan pembicaraan dengan Onegesius menyangkut Akatziri dan pemimpin baru mereka yang masih muda. Kenyataannya, masalah ini sungguh penting: putra Attila jatuh dan lengan kanannya patah. Tidak diragukan lagi seorang dukun harus dipanggil untuk menyembuhkannya, dengan ritual-ritual yang benar.
Sementara itu, setelah makam malam yang disajikan oleh istri Onegesius, para utusan Roma mendirikan tenda di antara dua halaman itu, siap untuk menghadiri panggilan ke istana keesokan harinya. Mereka menunggu. Tidak seorang pun datang. Maximinus menyuruh Priscus untuk menuju kediaman Onegesius, dengan beberapa pelayan membawa hadiah untuk raja dan orang kepercayaannya. Pintu-pintu masih tertutup. Ini akan menjadi penantian yang panjang.
P RISCUS BERJALAN ke sana kemari, hampir di luar tembok pertahanan. Seorang Hun mendekat, mengenakan pakaian sebagaimana orang Hun kebanyakan, dalam balutan baju tak berlengan dan celana panjang felt. Yang mengherankan Priscus, orang Hun ini memanggilnya dalam bahasa Yunani: Khaire! Suku Hun merupakan kelompok campuran, mereka menggunakan bahasa Hun dan Goth secara rutin, sementara untuk berhubungan dengan barat seperti Onegesius sendiri agaknya juga menggunakan bahasa Latin. Namun bukan bahasa Yunani. Satu-satunya orang yang menggunakan bahasa Yunani
233 di sekitar sini adalah para tahanan dari perang barubaru ini, mereka yang ingin ditebus oleh para utusan Roma. Sekilas kita bisa membayangkan bahwa mereka teraniaya dan kusut masai. Namun laki-laki ini, aku bayangkan berusia lima puluhan, berpakaian menarik, dengan rambut dijepit rapi dengan gaya orang Hun, percaya diri, dan santai.
Khaire! balas Priscus, dan melontarkan serangkaian pertanyaan. Siapa dia" Dari mana asalnya" Bagaimana dia bisa menganut gaya barbar"
Mengapa kau ingin tahu"
Kau bicara bahasa Yunani! Tentu saja aku ingin tahu!
Laki-laki itu tertawa, dan pastinya ia mengenalkan diri, meski Priscus mengelak memberi tahu kita namanya, untuk alasan yang nantinya akan menjadi jelas. Ya, lakilaki itu keturunan Yunani, seorang pebisnis yang tinggal di Viminacium, menikah dengan seorang istri kaya dan hidup tenang saat pasukan Hun menyerang delapan tahun yang lalu dan membumihanguskan wilayah tempat tinggalnya. Ia berada di antara orang-orang yang ditangkap. Tentu saja bisnisnya hancur berantakan, tetapi karena kekayaannya, Onegesius memilihnya sebagai sandera terbaik. Dan kondisi ini menguntungkan kedua belah pihak. Ia telah menunjukkan keberanian dalam memerangi Roma dan Akatziri, yang mungkin berarti ia sudah men - danai dan memerintah pasukannya sendiri. Bagaimana pun, ia sudah mengumpulkan rampasan dalam jumlah cukup untuk membayar kebebasannya. Sekarang ia menjadi bagian dari rombongan Onegesius, dengan seorang istri baru keturunan Hun dan anak-anak, dan sekali lagi hidupnya menyenangkan.
234 Pada kenyataannya, hidup di sini lebih baik daripada di Viminacium. Ia harus tahu; dirinya berada dalam posisi unik untuk membandingkan dua budaya. Ia berkata, dalam kekaisaran Romawi, orang biasa bergantung pada para pemimpin mereka, jadi semangat tempur mereka sudah hilang. Namun para jenderal adalah para pengecut yang tidak berguna, jadi kami pasti akan kalah perang. Dalam perdamaian, kami berada dalam belas kasihan para pemungut pajak dan pelaku kriminal. Keadilan tidak ada lagi. Yang kaya menyuap para hakim, yang miskin merana dalam penjara hingga mereka mati. Menghadapi ketidakmampuan, ketidakamanan, korupsi, dan tekanan, tidak mengherankan lebih baik tinggal di sini.
Priscus, ingat, adalah seorang pejabat sipil yang menulis sebuah laporan resmi. Ia terbuka terhadap kritikan, karena tidak seorang pun menyangkal bahwa kekaisaran Romawi mengalami kemunduran untuk alasan yang persis sama seperti yang dikatakan orang Yunani yang menjadi orang Hun ini. Namun secara resmi hal ini akan terlihat tidak baik jika membiarkan hal semacam ini berlangsung tanpa adanya bantahan. Jadi Priscus menulis sendiri sebuah balasan resmi. Mereka yang merancang konstitusi Roma adalah orang-orang baik dan bijaksana. Mereka menentukan adanya prajurit yang kuat, pelatihan militer yang baik, pajak yang adil, hakim yang adil, dan pengacara independen untuk membela hak-hak orang-orang sipil. Jika pengadilan berjalan begitu lama, hal itu disengaja karena hakim ingin memastikan bahwa mereka mengambil keputusan yang tepat. Betapa orang-orang barbar tidak seperti orang Romawi, yang memperlakukan budak mereka seperti perlakuan seorang ayah dan menghukum mereka, seperti
235 anak mereka sendiri, jika berbuat salah, sehingga mereka menjauh dari perilaku yang tidak sesuai. Bahkan dalam kematiannya, seorang Roma bisa memberikan kebebasan lebih lanjut, karena surat wasiat secara resmi sifatnya mengikat. Mengapa, bahkan kaisar sendiri tidak bisa lepas dari hukum. Ini sebuah pembahasan yang sangat panjang, yang semuanya berasal dari kutipan langsung, jika Yunani kuno punya kutipan langsung. Dan itu ada dalam terjemahan Blockley. Dan apa hasil dari pidato penutup ini"
Kenalanku itu terharu dan berkata bahwa hukum sudah adil dan pemerintah Roma bersikap baik.
Nah, benar. Pernahkah kita mendengar hal yang sangat tidak bisa dipercaya ini" Laki-laki yang tidak diketahui namanya ini, yang sudah memiliki seorang istri, bisnis, rumah, dan kehilangan tanahnya dan hidup melewati peperangan, kemudian memulai hidup barunya lagi dari nol di negeri asing mendengar ungkapan formal dan penuh keyakinan langsung dari seorang pejabat tentang panduan bagaimana untuk menjadi seperti Socrates, dan ia terharu"
Banyak orang menduga-duga beberapa kekurangan Priscus di sini. Deklamasi bertele-tele dan lemah, ujar Gibbon. Tidak dapat dipertahankan& yang mendatangkan pandangan terhadap kemampuannya mencatat kejadian, ujar Thompson. Namun aku pikir, Priscus tahu persis apa tujuannya. Ini merupakan cara umum bagi seorang sarjana atau pejabat sipil dalam melakukan kritikan: Ini hanyalah sebuah hipotesis atau pendapat orang lain, yang tentu saja tidak aku dukung, jadi bukan salahku jika mereka yang membaca tulisanku menganggap hal ini serius. Galileo kemudian menggunakan cara ini dalam
236 bukunya yang berjudul Dialogue mengusulkan gagasan sistem tata surya yang berpusat pada matahari; begitu juga dengan Luther dalam Ninety-five Theses yang mengecam paus dan melakukan Reformasi. Dengan cara yang lebih halus, inilah yang dilakukan Priscus menggunakan satu kesempatan pertemuan untuk diamdiam menyisipkan kritik tajam terhadap masyarakat Roma, kemudian membuatnya bahkan lebih persuasif dengan mempertemukannya dengan kesombongan ilmiah yang membosankan dan ketus. Itulah sebabnya mengapa laki-laki itu tetap tidak diberitahukan namanya: Priscus menceritakan kejadian itu secara berlebihan, dan berharap tidak akan mempermalukan sumbernya atau berisiko mendapatkan bantahan. Protesnya ini bukan untuk ditanggapi dengan kesedihan, tetapi dengan anggukan paham dan tidak dipahami secara harfiah.
P INTU PINTU terbuka. Sebuah pesan disampaikan, dan dijawab. Onegesius muncul menerima hadiah, dan datang untuk menemui Maximinus, yang mendesaknya untuk mengunjungi Roma sebagai seorang duta besar dan meng usahakan perjanjian damai baru. Onegesius menjauhkan diri. Ia hanya akan melakukan apa yang diinginkan Attila atau apakah orang-orang Romawi ini beranggapan bahwa mereka akan menekanku begitu rupa sehingga aku akan mengkhianati kaisarku" Mengabdi kepada Attila, ujar Onegesius, lebih baik daripada hidup kaya raya di antara orang-orang Romawi! Lebih baik ia tetap di negerinya.
Keesokan harinya, saatnya bagi Priscus sebagai perantara untuk berhubungan dengan Attila. Ia mendekati dinding istana yang terbuat dari kayu dan dipersilakan masuk.
237 Sekarang ia melihat ukuran kompleks kediaman Attila yang sebenarnya, yang berisi sebuah istana, satu aula makan terpisah, dan sekelompok besar bangunanbangunan lain, beberapa papan berhias ukiran, lainnya papan dengan kulit kayu yang sudah diampelas, diratakan dan disesuaikan, sebagian milik istri tua Attila, Erekan papan berdiri tegak dengan fondasi batu. Sekarang, karena ia sudah dikenal oleh para pejabat Attila, Priscus berjalan melintasi sekumpulan penjaga, pelayan, para utusan dari suku-suku barbar lainnya, dan orang-orang Hun biasa yang gelisah menunggu pertimbangan Attila atas keluhan mereka. Suara-suara omongan terdengar dalam bahasa Hun, Goth, dan Latin. Dalam kumpulan tersebut juga terdapat anggota utusan Roma lainnya, yang datang untuk menyelesaikan perdebatan tentang mangkuk-mangkuk emas itu. Priscus masuk ke kediaman ratu, mungkin melepaskan sandalnya dan kemudian berjalan di atas permadani felt, dan melihat sang ratu berbaring di sebuah dipan, ala Roma, dikelilingi oleh gadis-gadis pelayan yang sedang menyulam jubah linen. Tidak ada penerjemah, jadi Priscus menyerahkan hadiah secara langsung, dan kembali.
Ia berada dalam kerumunan di luar istana Attila saat sang kaisar dan Onegesius keluar. Attila punya kebiasaan memandang sekilas ke sekelilingnya (sebuah trik ke - pemimpinan yang diajarkan kepada politisi dan pembicara saat ini untuk membantu mereka mendapatkan perhatian dari semua orang yang hadir dan menunjukkan kesan berkuasa). Saat para pemohon itu mengajukan per - mohonan mereka dan menerima pertimbangannya, anggota kedutaan besar Roma lainnya muncul untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Priscus bertanya tentang masalah mangkuk emas itu. Dan hasilnya bukanlah
238 kabar baik. Pendirian Attila tetap tidak berubah; kembalikan mangkuk itu, atau terjadi perang. Salah satu dari mereka, Romulus, dengan pengalaman cukup lama sebagai seorang perwakilan, menjelaskan kenapa. Sebelumnya tidak ada pemimpin yang pernah melakukan pencapaian sejauh ini dalam waktu singkat. Kekuasaan telah membuat Attila sombong. Ia juga berambisi untuk mendapatkan lebih banyak lagi. Attila ingin menyerang Persia. Persia" Terdengar suara-suara terkejut dari kerumunan itu, yang mendesak Romulus untuk men - ceritakan kisah perang pada 395, saat pasukan Hun menyerang melalui Kaukasus dan kembali melewati batubatu menyala di Pantai Kaspia. Ya, tidak lama lagi Persia akan mendapat giliran.
Lebih baik Persia daripada kita.
Ya, tapi lalu apa" Kali ini yang berkata adalah salah satu pejabat senior kekaisaran Romawi barat, dari wilayah kecil Pannonia yang sekarang di bawah kekuasaan Hun. Attila akan kembali sebagai penguasa, ujarnya. Sekarang kita memanggilnya jenderal terhormat, sehingga upeti kita tampak seperti pembayaran tetap. Namun jika ia mengalahkan Persia ia tidak akan tertarik dengan emas Roma. Ia ingin dipanggil sebagai seorang raja dan membuat Roma sebagai pelayannya. Para jenderal Hun sudah sama baiknya dengan jenderal Roma, ujarnya, dan
Pada saat itu Onegesius keluar. Satu pertanyaan mem - bingungkan berakhir saat Maximinus dipanggil untuk menghadap Attila.
Di dalam, seperti yang ia laporkan kemudian, ia ber - kesempatan melakukan pengakuan dosa. Attila meng - inginkan duta besar yang ia kenal, yang berpangkat
239 tinggi seperti Nomus, Anatolius, atau Senator, orang yang pernah ia temui. Saat Maximinus berkata hal ini mungkin akan membuat kaisar curiga ada pengkhianatan jika Attila memilih mereka, maka Attila berkata: Lakukan seperti perintahku, kecuali kau menginginkan perang.
Kembali ke tenda, saat Maximinus mempertimbangkan apa yang akan ia lakukan, datanglah undangan makan malam untuk rombongan utusan Roma. Ini adalah kesempatan pertama untuk melihat Attila bersantai, jika memang pernah. Saat waktunya tiba, para utusan Roma ini berjalan menuju aula makan, di mana para pelayan menyuguhkan secangkir anggur sehingga para tamu bisa berdoa sebelum dipersilakan duduk.
Perhatikan anggur itu. Secara tradisional suku Hun meminum kumiss, susu kuda betina yang difermentasi, dan bir dari gandum. Anggur adalah minuman tambahan baru dalam makanan suku Hun, barang penting untuk diperdagangkan, dan menjadi bagian sambutan jamuan makan formal seperti saat ini.
Di sanalah Attila, dalam pakaian sehari-hari, bahkan tali sepatunya tidak menggunakan hiasan pasukan Hun biasanya, pedang di pinggang, duduk di sebuah dipan bergaya Roma, dengan Ellac muda duduk mencolok di ujung satunya lagi, tangan kanannya yang patah barangkali sudah diikat. Sekarang ia raja yang punya hak mutlak, tetapi ia tidak tampak seperti itu, matanya memandang putus asa dalam kekaguman terhadap ayahnya. Adiknya yang bernama Ernak, kesayangan Attila, duduk di sampingnya. Sebenarnya, Priscus sekarang melihat, aula makan ini juga merupakan kamar tidur resmi Attila. Di belakang Attila terdapat dipan kedua, dan di belakangnya beberapa langkah lagi terdapat sebuah ranjang tertutup
240 tirai gantung linen dan sutra dengan banyak hiasan.
Kursi berjajar di sepanjang dinding, satu kursi satu pelayan. Priscus tidak menghitung jumlahnya, tapi aku membayangkan 30 atau 40, seperti jamuan kenegaraan yang pantas untuk para utusan Roma baik dari bagian timur atau barat. Onegesius di sebelah kanan Attila, sisi kehormatan, dengan para perwakilan Hun di sisi yang sama. Para utusan Roma duduk di sebelah kiri. Para pelayan memberikan gelas-gelas piala dari emas dan perak. Seorang pelayan memberi Attila anggur dalam cangkir kayu. Secara formal sang kaisar menyapa tamunya secara bergiliran, cangkirnya diberikan kepada setiap tamu, yang menyesap sedikit anggur dan mengembalikan - nya, dan kemudian semua orang meminum sedikit anggur dari gelasnya masing-masing. Priscus kesulitan menjelaskan berapa lama acara perkenalan ini berlangsung, tetapi kedengarannya seperti penggabungan sesi minum ala Roma dan komuni ala Kristen. Kemudian meja-meja dibawa masuk, satu meja untuk satu kelompok terdiri dari tiga atau empat orang, sehingga setiap orang bisa menikmati hidangan tanpa meninggalkan tempat duduk - nya. Sekarang saatnya makanan dihidangkan: berbagai jenis daging dan roti, di atas piring-piring besar dari perak untuk setiap orang kecuali Attila, yang me - nunjukkan akar budaya nomadennya yang sederhana dan jujur dengan menggunakan piring dan cangkir dari kayu.
Hidangan pertama berakhir, dan semuanya harus berdiri menghabiskan minuman mereka, bersulang, dan mendoakan kesehatan Attila. Sekarang hidangan lain. Priscus tidak menyebutkan apa yang dihidangkan: ia tidak tertarik dengan makanan, dan selain itu, pandangan - nya semakin kabur, pengaruh anggur dan makanan
241 bercampur. Hidangan kedua berupa masakan lain. Jamuan bagian kedua pun selesai. Semua berdiri. Kembali bersulang, dan mereka menghabiskan segelas anggur lagi. Pandangan semakin gelap. Lalu datanglah oborobor dari kayu pinus, dan saatnya hiburan. Dua orang penyair melantunkan lagu karangan mereka sendiri untuk memuji kemenangan dan keberanian Attila. Ini sangat berpengaruh. Di sekeliling aula para pemuda mengingat pertempuran dengan anggukan dan senyuman, mereka yang lebih tua menangis. Sekarang saatnya tampil seorang pelawak. Bagi seorang Roma, sulit membayangkan hal yang lebih buruk daripada seorang pelawak Hun, dan tentu saja aksinya sepenuhnya menyangkut orangorang Romawi. Priscus menganggap aksi pelawak itu menyakitkan, mengucapkan kata-kata dari daerah terpencil yang tidak bisa dipahami dan sama sekali tidak masuk akal. Namun bagi suku Hun, pelawak itu sangat lucu. Mereka tertawa terpingkal-pingkal.
Dan penampilan terbaik pun datanglah. Inilah momen yang mereka tunggu-tunggu. Zercon, orang kerdil berkaki pincang, tak berhidung, bungkuk, yang ditangkap di Lybia yang pernah menjadi pelawak Bleda. Semua orang tahu kisahnya saat ia melarikan diri, ditangkap, dan men dapatkan seorang istri dari salah satu pelayan majikannya. Satu atau dua tahun setelah Bleda dibunuh, Attila memisahkan Zercon dari istrinya dan memberikan - nya kepada Aetius; Aetius kemudian mengembalikannya kepada Aspar, majikan pertamanya. Betapa aneh kehidupan yang dialami Zercon, mulanya ia tertangkap saat menjadi pengemis di Lybia, kemudian digilir di antara para bangsawan, jenderal, dan pimpinan Romawi, kepada orang Hun, lalu kepada orang Romawi, dan kini kembali kepada orang Hun lagi. Kepala suku Skiria, Edika,
242 dengan kontak-kontak internasionalnya itulah, yang entah bagai mana membawanya kembali ke istana Attila, memengaruhi orang kerdil itu bahwa ia berhak untuk mendapatkan kembali istrinya yang hilang. Attila tidak senang melihat hal ini karena mengingatkannya kepada Bleda, dan istri yang hilang tetap hilang.
Sekarang Zercon memasuki aula. Ia bukanlah orang tolol; ia tahu nasibnya tergantung pada nilai hiburannya; jadi ia mungkin saja punya aksi, pidato, atau sejenisnya, diucapkan dengan gayanya yang cadel, dan sengaja mencampurkan bahasa Hun, Goth, dan Latin. Bagi nalar modern, ini gagasan mengerikan. Malangnya, kepekaan terhadap kecacatan adalah hal yang agak modern. Sebagian besar penonton hingga awal abad dua puluh akan menyukai hal ini, seperti mereka menyukai perempuan-perempuan berjanggut, orang-orang kerdil, dan Laki-laki Gajah. Untuk menggambarkan bagaimana aksi ini, bayangkan orang kerdil berkulit hitam dengan kaki pincang menyanyikan lagu di sebuah aula dengan aksen Franco-Jerman, dan dengan aksen cadel dan gagap. Para penonton tertawa terbahak-bahak, menunjuk ke arahnya, memukul-mukul paha mereka, dan tertawatawa sampai air mata mereka berlinangan.
Semuanya kecuali Attila, yang duduk dengan wajah dingin dan tanpa ekspresi. Lagi pula, ia sudah melihat penampilan Zercon selama tujuh tahun. Cukup sudah. Ia hanya menunjukkan respons saat Ernak muda datang dan berdiri di sampingnya. Ernak putranya yang istimewa. Sebagaimana seorang Latin dengan bahasa Hun pernah berbisik kepada Priscus bahwa sang dukun pernah memberi tahu kepada Attila bahwa suku Hun akan hancur, tetapi keberuntungan mereka akan didapatkan kembali oleh Ernak. Attila menyuruh putranya mendekat
243 sambil menyentuh lembut pipinya, dan tersenyum lembut, sementara Zercon menutup aksinya.
U RUSAN RESMI berlangsung selama lima hari kemudian: surat-surat dituliskan untuk sang kaisar; seorang tahanan perempuan Roma ditebus seharga 500 solidi; istri tua Attila, Erekan, menyajikan hidangan lain, hidangan makan malam terakhir bersama Attila. Mereka akan berangkat dengan satu masalah yang harus diselesaikan, menyangkut Constantius, sekretaris yang dikirim Attila oleh Aetius. Aetius sudah berjanji memberikan istri kaya untuk Constantius. Kaisar sudah menemukan perempuan yang tepat, tetapi rencana itu terhambat oleh politik istana. Sebagai bagian dari hubungan bilateral dan diplomasi antara Roma dan Hun, Attila bersikeras bahwa sekretarisnya harus mendapatkan istri yang dijanjikan itu. Itu hal yang sudah disetujui. Maka biarkan saja tetap begitu!
Kemudian kedutaan besar bersiap melakukan perjalanan pulang. Ini bukan perjalanan yang menyenangkan. Mereka melihat seorang mata-mata disula pengingat menyeram - kan akan kekejaman Attila dan kemampuan para algojonya yang luar biasa dan dua budak sekarat mati perlahanlahan karena melakukan pembunuhan, leher mereka digantung pada dahan pohon berbentuk huruf V. Setelah setengah perjalanan, rekan Hun mereka kembali pulang dengan gaya mereka yang menjijikkan, mengambil kembali kuda yang sudah Attila berikan sebagai hadiah.
Dan di tengah satu-satunya jalan dari Konstantinopel, mereka bertemu Vigilas, kembali dengan seorang pengawal Hun, Eslas, dan 50 pon emas (yang disembunyikan dengan hati-hati) yang rencananya akan diberikan kepada
244 Edika untuk mendanai pembunuhan Attila. Karena ia dikirim untuk membicarakan masalah pelarian dan tahanan, jadi kedatangannya kembali bukanlah sebuah rahasia besar. Tidak ada pelarian Hun bersamanya, tetapi rupanya ia membawa surat lain dari kaisar menyangkut masalah itu. Ia memimpin utusan kecil para budak dan kuda, dan sama sekali tidak sadar bahwa ia masuk perangkap. Tentu saja ia tidak boleh mengetahui hal yang sebenarnya, karena rencana ini hanya diketahui Edika dan Attila, dan Edika belum terlihat atau terdengar sejak memberikan arahan singkat kepada Vigilas tepat setelah ia menyampaikan rencana pembunuhan itu kepada Attila. Tampaknya ia tidak sadar bahwa salah satu bagian utama dalam persekongkolan mereka bahwa seharusnya ada seorang delegasi Roma berpangkat tinggi di wilayah Hun saat Attila dibunuh, seolah-olah oleh pejabatnya sendiri sudah tersingkirkan. Vigilas begitu yakin sehingga ia membawa serta putranya untuk menemani.
Priscus akan mengetahui apa yang terjadi nanti. Saat Vigilas menyeberang memasuki wilayah Hun, pasukan Hun sudah menunggu. Seorang pengawal dikirimkan untuk memberi kejutan. Dan itu menjadi kejutan yang sangat mencengangkan. Vigilas ditangkap, digeledah, tas-tasnya yang berisi emas dirampas, dan bersama putranya diseret menghadap Attila.
Jadi untuk apa persisnya semua emas ini" tanya Attila, seolah ia tidak tahu.
Untukku, atau untuk orang lain Attila membiarkan Vigilas menjelaskannya dengan terbata-bata, membuatnya tenggelam dalam kata-kata penuh kebohongan dan keangkuhan sehingga kita tidak akan gagal mengetahui tujuan kedutaan besar karena kurangnya persediaan.
245 Atau, ujarnya berusaha keras mencari alasan, atau& karena kekurangan kuda dan binatang untuk membawa barang, kalau-kalau mereka lelah karena perjalanan panjang, dan masih banyak lagi yang harus dibeli. (Dalam hal ini, apa gunanya emas di wilayah Hun, padahal sekarang rombongan Roma sudah pulang") Dan untuk menebus tahanan. Banyak tahanan di wilayah Roma memohon kepadanya untuk menebus sanak saudara mereka.
Apa yang mungkin saja dilakukan Vigilas, seandainya ia benar-benar yakin dengan dirinya sendiri, adalah kembali kepada Attila dengan marah atas tindakan seperti ini seorang duta besar ditangkap dan dirampok! Ini tidak pernah terdengar! Sang kaisar akan mendengar hal ini, dll., dll. Malahan, ia tetap dimaki karena ucapan - nya sendiri yang tidak jujur.
Bangsat tidak berguna! teriak Attila, mengungkapkan kemarahannya dengan efektif. Inilah ucapannya seperti yang dilaporkan Priscus: Kau tidak akan bisa selamat di pengadilan dengan tipu muslihatmu itu! Alasanalasanmu itu tidak akan menyelamatkanmu dari hukuman! Vigilas diperlakukan sebagai pelaku kriminal biasa, dianggap dari suku Hun, bukan dari Roma, mengabaikan jabatannya sebagai seorang diplomat. Attila sangat yakin dengan anggapannya, dan membual. Uang itu jauh lebih banyak daripada yang dibutuhkan delegasi Roma untuk perbekalan, kuda, hewan-hewan pengangkut barang, dan membayar tebusan para tahanan. Dan, lagi pula, pastinya Vigilas ingat bahwa Attila menolak tebusan para tahanan saat ia datang pertama kali bersama Maximinus.
Kemudian, Attila mengangguk ke arah para pengawal
246 yang menahan putra Vigilas. Sebilah pedang dihunus. Satu kata dariku, ujar Attila, dan anak laki-laki ini akan tewas. Sekarang katakan yang sebenarnya kepadaku.
Inilah momen yang dinantikan Attila semenjak ia pertama kali mengetahui rencana pembunuhan ini sekitar enam minggu sebelumnya. Seorang duta besar Roma tertangkap dalam satu rencana pembunuhan, sungguh duta besar yang bodoh. Adakah hal yang lebih baik daripada ini dalam mengungkap perbuatan orang Romawi yang bermuka dua dan keunggulan suku Hun"
Vigilas terpuruk, menangis, dan memanggil-manggil Attila, atas nama keadilan, biarkan pedang itu untukku, tidak untuk anak laki-lakinya yang tidak tahu apa-apa. Kalau begitu, katakan yang sebenarnya.
Dan semuanya disampaikan: kebenarannya, sebagai - mana yang sudah diketahui Attila selama ini. Chrysaphius, Edika, pertemuan di istana Konstantinopel, persetujuan kaisar, emas, dan semuanya.
Dan itu cukup untuk menyelamatkan beberapa nyawa. Jika Attila bisa marah, maka ia juga bisa bermurah hati. Namun ada hal lain yang harus digali dari masalah ini. Vigilas dirantai dan menjadi sandera. Ia, yang katanya datang untuk menebus tahanan lain, juga akan ditebus. Putranya akan dikirim pulang menyampaikan kabar itu, dan akan kembali dengan emas sebanyak 50 pon lagi. Ada hal yang puitis dalam kejadian ini. Lima puluh pon adalah jumlah yang disarankan untuk mendanai pembunuhan seorang kaisar. Sekarang Attila meminta jumlah yang sama hanya untuk seorang duta besar. Untuk kedua kalinya kaisar Roma akan kehilangan apa yang sudah ia lakukan, dan tidak mendapatkan apa-apa selain penghinaan. Bagi siapa saja yang memiliki perasaan
247 dramatik, dan Attila sangat memiliki hal itu, pembalasan dendam ini hebat sekali.
Namun hal itu tidak ada gunanya kecuali ia bisa memastikan bahwa penghinaan itu tersebar luas, baik bagi sang kaisar maupun Chrysaphius, kasim yang mengerikan itu. Ia mengirim Orestes dan Eslas, keduanya terbukti jujur, bersama dengan putra Vigilas. Tugas mereka adalah membuat sang kaisar semakin sakit hati.
Saat mereka menemui Theodosius di Konstantinopel, Orestes menggantungkan tas yang dipakai oleh Vigilas untuk menyembunyikan emasnya itu di lehernya. Chrysaphius, tentu saja hadir saat itu. Attila menyampaikan kepada Eslas apa yang harus disampaikan:
Apakah kaisar dan Chrysaphius mengenali tas ini" Hening sejenak untuk menunggu penjelasan dan pengakuan, kemudian Eslas meneruskan pesan Attila:
Theodosius adalah putra dari seorang ayah bangsawan. Begitu juga dengan diriku, Attila, putra dari ayahku, Raja Hun, Mundzuk. Aku mewarisi garis keturunan bangsawanku, tapi Theodosius tidak. Sekarang siapa yang barbar, dan siapa yang lebih beradab"
Jawabannya jelas: tas itu membuktikan maksudnya. Theodosius, dengan merencanakan pembunuhan Attila, sudah bertindak seperti seorang budak yang berkhianat. Sebagai hasilnya, Attila menyatakan, ia tidak akan membebaskan Theodosius dari kesalahan itu kecuali menyerahkan kasim itu untuk dijatuhi hukuman.
Dan ada masalah lain yang juga harus diselesaikan: masalah istri Constantius. Perempuan yang ia maksudkan sudah menikah dengan orang lain, dengan membawa mas kawinnya. Namun Theodosius pastinya mengetahui hal ini, di mana ia lebih baik membawa perempuan itu
248 249 kembali. Atau apakah ia tidak punya kendali atas pelayannya sendiri" Dalam hal ini, Attila akan senang memberikan tawaran kepada seorang laki-laki yang kemungkinan besar tidak akan bisa menolaknya.
Hanya ada satu jalan untuk keluar dari kekacauan ini dan menyelamatkan nyawa Chrysaphius: temukan seorang perempuan yang lebih kaya dan mempunyai koneksi yang lebih baik ketimbang perempuan yang pernah dijanjikan kepada Constantius, dan kemudian bayar, bayar, dan bayar. Perwakilan pun dipersiapkan, dipimpin oleh orang-orang yang bahkan lebih terkenal daripada Maximinus. Sebagai pertukaran untuk uang pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya, semuanya diselesaikan. Attila meninggalkan bagian selatan Sungai Danube, wilayah yang butuh perjuangan untuk mem - pertahankannya. Constantius mendapatkan istri kaya (menantu jenderal dan konsul Plinthas, yang putranya sudah meninggal dunia). Vigilas ditebus, Chrysaphius selamat dan membuat rencana lagi, para tahanan perang Roma dibebaskan, para pelarian Hun dengan senang hati dilupakan.
Dan Attila bebas kembali memusatkan perhatiannya pada target yang lebih mudah daripada Konstantinopel kekaisaran Romawi itu sendiri, yang sedang dalam kehancuran.
SI BARBAR DAN SANG PUTRI P ADA 450 PERBATASAN BAGIAN SELATAN WILAYAH A TTILA DI sepanjang Sungai Danube dalam keadaan damai. Pergerakan Attila menyeberangi Sungai Danube, perselisihan mengenai para tahanan dan pelarian, dan sekarang orang-orang Romawi timur yang memainkan rencana buruk dan bodoh terhadap dirinya: semuanya mendatangkan uang dan keamanan yang ia butuhkan untuk meningkatkan statusnya dari bangsawan perampok menjadi pembangun kekaisaran. Attila mungkin saja sudah mengambil langkah untuk konsolidasi dan stabilitas.
Namun itu bukan sifat Attila. Bagi seorang bangsawan perampok, uang dan keamanan tidak akan pernah cukup. Semua ini tidak akan membuat Konstantinopel percaya untuk menghargai komitmen-komitmen baru ini untuk jangka panjang. Matanya mengarah ke wilayah barat. Tentu saja, perdamaian dengan Roma sudah lima belas tahun berlangsung, berakar dari persekutuan Hun-Roma yang disokong oleh teman lama suku Hun, Aetius.
250 Namun Attila bukanlah orang yang membiarkan persahabatan bertahan dengan uang tebusan. Tahun itu juga, para pengikutnya, kemungkinan bahkan para logadenya sendiri akan merasa gelisah. Ia harus melakukan sesuatu.
Roma sendiri terlalu kuat bagi seorang gila yang ingin menantangnya tetapi povinsi bagian utaranya, Gaul, merupakan target yang lebih mudah. Gaul yang miskin dan kacau balau sudah menjadi arena bermain bagi pasukan barbar selama hampir 50 tahun. Bangsa Briton telah melarikan diri dari pulau kecil mereka yang bermasalah kemudian menuju barat laut, wilayah yang akan menjadi Brittany. Suku Vandal, Alan, dan Suevi sudah menyeberangi Sungai Rhine pada 406, bergerak ke barat daya menuju Spanyol; bangsa Burgundi, yang diusir keluar dari wilayah Main oleh gabungan pasukan Romawi dan Hun pada 534-537, sudah menetap di Savoy; dan suku Visigoth berkelana melalui Roma dan Spanyol menuju Aquitaine, di mana pada 439 Roma mengakui kemerdekaan mereka. Kelompok-kelompok perampok pengembara, suku Bacaudae, meneror wilayah utara. Dan suku Alan tinggal di dekat wilayah Valence, yang lebih dekat dengan Orl"ans.
Para ahli sejarah suka membahas sesuatu yang pasti ada dan memiliki ciri sendiri seperti suku-suku dan negara berbangsa tunggal, tetapi di daerah Gaul pada abad kelima, individu, pasukan, dan suku-suku mengalir masuk dan menyebar serta bergabung lalu berpisah secara terus-menerus, sehingga sulit menentukan kesatuan dasarnya, atau biarkan semuanya menjadi sebuah cerita. Tidak ada aturan geografis atau politik yang bertahan lama. Suku-suku barbar ini cenderung masuk dari timur ke barat, kecuali jika mereka menetap ataupun tidak;
251 mereka adalah musuh pasukan Romawi, kecuali jika tidak; mereka memelihara identitas mereka sendiri; kecuali jika tidak.
Satu kebenaran yang tidak bisa disangkal adalah bahwa daerah pinggiran Gaul sekarang cukup tenang, menawarkan beberapa terobosan menarik bagi Attila.
Di ujung timur laut, orang-orang Frank memiliki kebebasan yang kuat. Setelah mendapatkan kemenangan dari suku-suku yang ikut campur tangan di sepanjang Sungai Rhine, orang-orang Hun kini punya akses mudah terhadap mereka.
Di bagian barat laut, satu wilayah sangat luas yang berpusat di Brittany, suku Bacaudae gelisah seperti biasanya. Attila mengenal mereka berkat seorang dokter kaya asal Yunani, yang bernama Eudoxius, yang pernah menetap bersama mereka, mendapat masalah, dan harus melarikan diri dari sana. Karena dianggap pengkhianat oleh orang-orang Romawi, ia tak bisa kembali ke Roma. Dan ia malah melarikan diri ke suku Hun.
Di pinggiran barat daya, sekarang Aquitaine, orangorang Visigoth sudah menetap setelah migrasi panjang mereka melintasi wilayah Spanyol. Suku Visigoth adalah musuh lama baik bagi bangsa Romawi maupun Hun. Pasukan Hun-lah, di bawah pimpinan letnan kepala bawahan Aetius, yang bernama Litorius, yang membasmi orang-orang Visigoth dari Narbonne pada 437, dan kemudian hampir menyapu bersih wilayah dekat ibu kota Visigoth, Toulouse, pada tahun berikutnya.
Tetapi, jantung wilayah Gaul terus bergejolak, karena provinsi-provinsi Gallo-Roma di bagian tengah dan selatan meminta bantuan Roma untuk memberi perlindungan sekaligus mengembangkan budaya mereka.
252 Pada 418 mereka memiliki administrasi daerah sendiri, Dewan Tujuh Provinsi yang memaksakan budaya Roma dan ajaran Kristen terhadap ibu kota barunya, Arles (sekarang tetap menjadi sebuah kota yang kaya akan peninggalan bangsa Romawi), yang mendominasi delta Sungai Rh"ne. Di sinilah Aetius menjadi penjaga wilayah Gaul sejak tahun 424 dan seterusnya, bertahan sekuat mungkin, pertama terhadap Visigoth, tetapi juga terhadap Jerman di perbatasan Rhine. Tentu saja, untuk melakukan hal ini ia mempekerjakan beberapa orang barbar yang sangat bertentangan dengannya seperti yang juga ia lakukan dalam menangani masalahnya sendiri: saat Aetius, penjaga Gaul melawan Frank dan Hun, dipecat oleh pengawas bernama Galla Placidia pada 432, Aetius memimpin pasukan pemberontak dari prajurit upahan berkebangsaan Frank dan Hun untuk memaksakan pengembalian jabatannya. Pada 450 Aetius masih memainkan peran yang sama, kekuatannya menyebar di sepanjang jaringan jalan-jalan di Roma hingga kota-kota garnisun seperti Trier yang menjaga lembah Moselle, dan Orl"ans, mempertahankan Loire dari suku Visigoth yang ada di bagian selatan, dan bangsa Britons dan Bacaudaer yang liar dari barat laut. Tetapi, ini adalah sebuah provinsi yang menyusut untuk memper tahankan inti wilayahnya. Sungai Rhine, perbatasan kuno, memiliki benteng-benteng sendiri, tetapi letaknya di luar Ardennes, dan sulit untuk memperkuat pasukan dalam keadaan darurat.
Kekuatan militer dan Aetius hanya membentuk setengahnya. Untuk setengahnya lagi, yang bersifat budaya, kita kembali pada Avitus, seorang ahli kenegaraan, pencinta seni, dan kaisar masa depan. Ia bermukim di 15 kilometer barat daya Clermont-Ferrand, di bukit
253 vulkanik curam di Massif Central, di samping sebuah danau yang terbentuk saat lava zaman prasejarah mengalir dan menutup sebuah sungai kecil. Orang-orang Romawi menyebutnya Danau Aidacum. Sekarang dikenal dengan nama Danau Aydat, terbentang seluas 2 kilometer, lebih kecil ukurannya dibandingkan saat masa Roma, tetapi tepiannya masih dikelilingi pepohonan dan lahan-lahan terbuka. Di sinilah Avitus membangun sebuah vila untuk mengatur Avitacum, begitu ia menyebutnya. Hal ini disebutkan dalam sebuah surat oleh menantunya yang bernama Sidonius, salah satu pujangga paling terkenal pada masanya, yang meyakinkan ketenarannya dengan berkirim surat bernada menjilat kepada orang-orang kaya dan berkuasa. 1 Pidato puji-pujian yang dipertanyakan ini, ditulis tidak lama setelah kejadian ini, menandakan pemerintahan singkat Avitus sebagai seorang kaisar pada 455-456, persis sebelum ia meninggal, saat Sidonious berusia dua puluh lima tahunan. Dalam puisi dan surat yang penuh dengan pujian dan keangkuhan (ia akan menyukai kata itu) ia melukis sebuah gambaran yang menyatakan apa artinya menjadi provinsi Roma persis sebelum serangan suku Hun. Rasanya seperti melihat masa lalu, pada akhir minggu panjang zaman Edwardian persis sebelum tahun 1914, atau kehidupan istimewa Anglo-Indian tahun 1930-an, atau Amerika Selatan kuno dalam buku Gone With the Wind persis sebelum terjadinya Perang Dunia. Ada sebuah kekaisaran yang akan menguasai semua wilayah, Tetapi, kekayaan provinsi ini berlangsung dalam pesta-pesta rumahan dan pemandian, makan
254 1 Letter II, ii, untuk seorang teman, Domitius, seorang akademisi yang (ia menulis di tempat lain) sangat keras sehingga bahkan orang yang, mereka bilang, hanya tertawa satu kali sepanjang hidupnya, tidak sekritis dirinya . Mungkin gambaran dari Avitacum ditujukan untuk mengurangi sifat temannya yang suka memberengut.
malam, olahraga, dan diskusi literatur yang menarik, seolah-olah perubahan tidak akan pernah terjadi.
Avitus, salah satu orang paling terkenal pada masanya, pada 450, keluarganya hampir sebanding dengan keluarga raja Gaul. Ia pimpinan provinsi pada masa-masa kacau. Sebagai kepala dari sebuah keluarga kaya dan berpengaruh, ia menjadi seorang komandan militer di bawah Aetius, dan pengabdiannya dihargai dengan posisi senior di Gaul, baik secara militer maupun sipil. Pada 439, setelah banyak utusan gagal, ia membujuk raja Visigoth, Theodoric, untuk menandatangani perjanjian damai. Pada 450 Avitus menjadi pelindung seni yang terkenal, seorang tuan rumah yang boros, dan seorang kolektor manuskrip yang bersemangat, dikagumi di seluruh kekaisaran karena keahlian diplomatisnya.
Surat Sidonius membawa kita pada tur di kediaman Avitus yang mewah. Di bagian barat menjulang satu bukit curam, dengan punggung bukit di bagian utara dan selatan vila dan tamannya seluas 2 acre. Terdapat danau di bagian timur. Jika dilihat dari sisi modern, Avitacum lebih menyerupai sebuah desa daripada vila, mencakup akomodasi terpisah untuk para pengurus lahan, para petani penyewa, dan para budak. Satu kompleks bangunan penting, yang menjadi wujud pusat kekayaan, budaya, dan identitas, yang terdiri dari pemandian, yang mengelilingi bagian bawah daerah berhutan yang curam. Dari hutan di atas sana, saat para penebang pohon bekerja, kayu-kayu gelondongan yang menumpuk meluncur hampir dengan sendirinya menuju ujung tungku perapian . Di samping perapian terdapat pemandian air panas, dengan uap panas yang dialirkan dari susunan pipa-pipa yang rumit. Di luar pemandian panas itu terdapat ruang minyak, di mana para ahli pijat
255 meramu minyak wangi, dan frigidarium. Semua ruangan ini beratap kerucut dengan dinding beton putih, tidak dihiasi lukisan dinding biasa, tetapi dengan baris-baris sajak yang dibuat dengan cermat dan indah. Tiga lengkungan dengan tiang-tiang penyangga terbuat dari porfiria mengarah ke sebuah kolam renang yang panjangnya 20 meter, airnya diambil dari sungai kecil yang mengalir dari bukit, menyembur melalui enam pipa berujung kepala singa dengan suara gemuruh yang menenggelamkan suara percakapan. Di sampingnya terdapat ruang makan kaum perempuan, gudang utama, dan ruangan tempat menenun. Berhadapan dengan danau terdapat sebuah serambi bertiang sangat besar, yang dari sana terdapat sebuah koridor menuju satu ruang terbuka di mana para budak dan keluarga mereka berkumpul untuk mendapatkan makanan.
Di dekat sana susunannya semakin sulit dipahami terdapat ruang makan musim dingin dengan satu kubah perapian, dan ruang makan musim panas, dengan tangga pendek mengarah ke sebuah beranda yang menghadap ke danau. Di sini para tamu menikmati pemandangan para nelayan yang sedang melempar jaring atau menyiapkan kawat yang digantung dari pelampung untuk menangkap ikan trout tadi malam. Jika suasana terlalu panas, kita selalu bisa bersandar di ruangan yang meng - hadap ke utara, tempat yang bagus untuk tidur diiringi suara jangkrik. Alam juga punya nyanyian lain: suara kodok saat senja, suara angsa pada sore hari, ayam jantan sebelum subuh, burung gagak saat matahari terbit, burung bulbul di semak-semak, dan burung walet di atas kasau. Berjalan menyusuri lereng berumput menuju danau mengantar kita ke sebuah hutan kecil, dinaungi oleh dua pohon jeruk besar, tempat keluarga bermain
256 KETERAMPILAN YANG HILANG DITEMUKAN KEMBALI Lajos Kassai, master panahan (gambar utama dan sisipan), memiliki sekitar 250 murid yang berkumpul di rumahnya di dekat Kaposvar. Dia mengajar sendiri olahraga ini. Salah satu murid wanita Kassai adalah Prot"g"e, Pettra Engelander (bawah), yang membuka kursus di Gut Seeburg, dekat Berlin, bukti bahwa perempuan suku Hun bisa melawan seefektif pria.
Gerbang Hitam Triers adalah salah satu dari
beberapa benteng pertahanan militer kota yang gagal menghentikan serbuan suku Hun.
Honoria, adik kaisar, membujuk Attila untuk membantu--ia
dijadikan sebagai tawaran pernikahan, meminta setengah kekaisaran sebagai mas kawinnya.
INVASI KE EROPA BARAT Pada 451, Attila memanfaatkan permohonan penyelamatan Pangeran Honoria sebagai alasan untuk menyerang. Dia memimpin tentaranya
dari Hongaria di seluruh Jerman, melewati lembah Moselle, Trier dan Metz, dan ke Prancis. Ia menyerang beberapa kota, termasuk Reims dan Troyes. kembali di Orleans, invasi itu akhirnya dikalahkan oleh jenderal Romawi Aetius di Catalaunian Plains di utara Troyes.
Aetius, digambarkan dalam panel gading
abad ke-5, sudah mengenal suku Hun pada usia remaja, dan
mungkin telah mengenal Attila. Seperti jenderal besar Romawi lainnya, dia
mengorganisasi pertahanan kerajaan melawan Attila.
Di katedral Reims, sebuah portal untuk memperingati kemartiran Uskup Nicasius di tangan para Hun. Dia siap untuk dieksekusi (kanan), menyerahkan kepalanya (kiri) mengambarkan dirinya orang cuci.
Seorang infanteri Frank, konfederasi suku-suku Jermanik di dataran rendah Rhine. Kaum Frank diserang oleh suku Hun selama invasi ke Eropa bagian barat.
Tidak ada bukti kuat, tetapi beberapa orang percaya bahwa harta karun Pouan, yang dipamerkan di museum Troyes, adalah kuburan harta Theodoric, raja Visigothic, yang dibunuh oleh pasukan Attila dan dimakamkan secara buru-buru di medan perang.
KAMPANYE ORANG ITALIA, DALAM FAKTA DAN FIKSI Ketika Attila menginvasi Italia pada 452, ia mengambil Aquileia tapi dia benarbenar dibuat kebingungan dengan penerbangan ibu-bangau (kiri)" Dia tidak pernah maju ke sisi selatan Po dia benar-benar terhalang oleh Paus Leo I
(di atas)" Kejadian ini dengan cepat menjadi sebuah legenda. Seribu tahun kemudian, Raphael dihormati Paus sebelumnya, Leo X, dengan menggambarkan dia seperti Leo I. The Meeting of Leo the Great With Attila (1511-1514) di suite kepausan Vatikan memiliki cerita tersendiri. Hanya Paus
dan pembantu, Raphael: bahkan Attila pun juga panik (tengah). Leo I awalnya memikul tanggung jawab dari Julius II, yang menugaskan pekerjaan. Ketika Julius meninggal, Raphael menjadikan Leo I sebagai pengganti Julius, yang telah menjadi salah satu pembantu Julius. Jadi Leo X muncul dua kali, sebagai paus dan seorang pembantu.
Sebuah ilustrasi dalam Saxon Chronicle of the World menunjukkan bahwa Attila meninggalkan Aquileia pertanda musim gugur sudah dekat.
Sebuah jendela kaca berwarna Prancis pada 1883 menggambarkan Attila menjadi prajurit Wagnerian.
Poster pemerintah AS pada Perang
Dunia Pertama yang mendesak warganya untuk mengikuti perang.
Dalam bagian dua film epik Die Nibelungen (1924) karya Fritz Lang, Attila seperti inti dari kejahatan. Ini tergambar dari Bagian II, Kriemhild s Revenge, dengan Rudolf Klein-Rogge sebagai Attila yang
menakutkan. Hitler menyukai film ini, seperti arsiteknya, Albert Speer, yang terinspirasi dengan efek pencahayaan yang menghantui ketika ia menggelar Nuremberg Rallies.
Attila dan suku Hun hidup sebagai simbol kebiadaban, memperoleh makna baru dan palsu di zaman modern. Pada 1870-an di Prancis, suku Hun datang membela Jerman, bersatu di bawah kepemimpinan militer Prusia, pertimbangannya bahwa Jerman
sendiri didukung. Juru bicara Inggris kemudian mengadopsi "Hun" sebagai istilah
hinaan bagi "Jerman", sebagaimana dicontohkan dalam propaganda Perang Dunia Pertama dan berita utama surat kabar. Hari ini, istilah itu bertahan hanya sebagai sebuah perkataan kuno.
SEBUAH KEMATIAN BERDARAH Pendarahan pada malam pernikahannya dengan Ildico, istri barunya, sangatlah dramatis untuk kehidupan Attila yang menakjubkan. Para penulis dan ilustrator menceritakan kembali kejadian itu dengan cara mereka sendiri. Hampir satu milenium setelah kejadian, penulis anonim abad ke-14 atas karya Saxon Chronicle of the World mengambarkan Attila sebagai raja abad pertengahan.
bola atau dadu dengan para tamu. Jika mau, kita bisa naik sampan. Menghindari daerah rawa di ujung barat, dengan rumput gajahnya yang tumbuh tidak beraturan dan kasar, kita bisa mengayuh sepanjang pinggiran sungai bagian selatan yang berkelok-kelok dan ditumbuhi pepohonan, mengelilingi pulau kecil, berbelok di sebuah tonggak yang penyok oleh dayung para pendayung yang gila-gilaan, berkeringat dan tertawa, selama balapan tahunan. Dan dari atas Avitus melihat semua pemandangan ini, karena perpustakaan yang ada di atas menghadap ke pemandian, halaman rumput, dan danau; sementara diri nya mendiktekan surat-surat dan berunding dengan para pemimpinnya, ia suka memastikan tamu-tamunya menikmati Arcadia ala Roma ini.
Dan apa lagi yang mungkin diinginkan para tamu, selain bersampan, mandi, dan menikmati hidangan" Sidonius memberi tahu kita dalam surat lain yang menggambarkan aktivitas rumah pedesaan ini (sebenarnya, terletak di dua permukiman dekat N"mes, tetapi hal semacam ini umum untuk golongan atas pada zaman dahulu). Pagi hari, bisa saja ada babi berkeliaran saat mereka sedang bermain bola, di mana para pemain dalam posisi melingkar melempar bola sementara yang lain berusaha menangkapnya. Di dalam rumah, tamu lain bermain dadu. Pada salah satu sudut terdapat setumpuk manuskrip, seolah-olah surat kabar Minggu, Country Life dan beberapa buku terbaru: sebagian tentang kebaktian bagi kaum perempuan, dan literatur tentang kemahiran berpidato dan kehebatan gaya penulisan untuk kaum laki-laki. Lalu, saat laki-laki berdiskusi tentang karya versi Latin terbaru dari beberapa penulis Yunani terkenal, seorang kepala pelayan mengumumkan waktu makan siang, saat itu pukul lima menurut jam air.
257 Makan siang itu terdiri dari daging panggang dan daging rebus serta anggur, dinikmati sambil mendengarkan pem - bacaan satu cerita pendek. Setelah itu, jalan-jalan sebentar untuk menyenangkan hati diikuti dengan sauna. Di per - mukiman-permukiman yang sayangnya tidak memiliki cukup pemandian uap, para pelayan menggali sebuah parit, mengisinya dengan batu-batu yang sudah dipanaskan dan membangun atap dari cabang-cabang pohon dan di - tutup dengan permadani. Sementara para tamu berkumpul, para pelayan menyiramkan air pada batu-batu tadi.
Di sini kita bisa menghabiskan waktu selama berjam-jam, selalu saja ada perbincangan lucu, di mana kami diselimuti dan kesulitan bernapas karena embun, yang membuat kami berkeringat. Jika mandi uap ini sudah cukup memuaskan, kami masuk ke pemandian air panas. Airnya yang hangat menyenangkan, membuat rileks dan membersihkan pencernaan yang tersumbat; dan kemudian menyegarkan tubuh dengan air dingin dari mata air dan sumur atau aliran sungai.
Mengenang saat kami berkeliling, meskipun daerah ini adalah sebuah provinsi yang paling mewah, puncak dari perbaikan, elegan, dan mewah, di sana terdapat ratusan vila lain yang lebih kecil, semuanya kira-kira ada di sekitar 100 kota di Gaul, sebagian ukurannya sebesar ibu kota daerah seperti Narbonne dan Lyons, bahkan yang berukuran sedang, dan lebih cemerlang daripada desa Attila di padang rumput Hongaria. Kemungkinan salah satu sekretaris Attila yang berkebangsaan Roma pernah mendengar tentang Avitacum, dan menceritakan kepadanya akan hal-hal menyenangkan yang ada di sana. Orang-orang seperti ini, dengan kemewahan yang korup, akan menjadi mangsa yang mudah.
258 Dan kemudian, bukankah ini menjadi tempat yang sangat indah bagi seorang penakluk untuk meredakan ketegangannya dari urusan-urusan pemerintahan sebuah desa untuk mengasingkan diri, semacam Berchtesgaden, Chequers, atau Camp David di mana beberapa perem - puan cantik Roma dari kelas atas akan diperbolehkan memainkan sandiwara dan menghibur, serta menantikan kunjungan sesekali yang sangat ramah dari majikannya"
B AGAIMANA MEMULAINYA " Masalah utamanya adalah bagaimana bergerak ke Gaul tanpa terlihat mengancam secara langsung, dan dengan demikian mengancam Roma sekaligus berisiko kehilangan persahabatan dengan Aetius, pelindung Gaul. Tampaknya suku Visigoth adalah kuncinya, karena secara tradisional mereka adalah musuh baik bagi bangsa Romawi maupun Hun. Attila berusaha mengirim seorang diplomat, yang sejujurnya, masih orang baru. Bagi Roma, Attila membuat sebuah argumen mencurigakan bahwa Visigoth menjadi pengikut yang melarikan diri dari Hun, tuan besar mereka, dan harus dibawa kembali. Dengan mengklaim hal ini, bisa menjadi semacam pelindung diplomatik bagi Attila, karena orangorang Visigoth adalah musuh Roma, ia akan bertindak sebagai penjaga persahabatan bangsa Romawi , dalam istilah seorang pencatat kronik kontemporer, Prosper dari Aquitaine, di mana pemilik lahan akan senang meng ambil kembali tanah-tanah yang dirampas oleh Visigoth hanya satu generasi sebelumnya.
Namun, tentu saja Visigoth tidak menyambut baik kedatangan Attila ini. Mereka juga harus dinetralkan. Secara bersamaan, Attila mengirim satu pesan untuk Theodoric dengan argumen berbeda, memintanya meng - ingat kembali siapa sebenarnya musuh suku Visigoth
259 misal, Roma dan dengan kata lain menawar kan bantuan. Sebagaimana komentar Jordanes, Di balik keganasannya, Attila berkepribadian halus. Meski tidak terlalu halus. Apakah Attila benar-benar cukup naif, berpikir bahwa musuhnya tidak bisa melihat di mana sesungguhnya bahaya paling besar berada" Aku berpikir, Attila pasti sudah tahu.
Ambisi Attila didukung oleh satu kerajaan barbar baru di tempat jauh, yaitu Vandal di Afrika Utara. Dalam satu anekdot mengejutkan Jordanes menjelaskan alasannya. Seorang putri Visigoth, putri dari Theodoric, menikah dengan pangeran Vandal bernama Huneric, putra Raja Gaiseric. Pada mulanya, semua berjalan mulus. Kemudian lahirlah anak-anak. Lalu Huneric berubah menjadi brutal dan paranoid. Dia kejam, bahkan kepada anak-anaknya sendiri, dan hanya karena curiga istrinya berusaha meracuninya, ia memotong lubang dan cuping hidung istrinya, sehingga merampas kecantikan alaminya, dan mengirimnya kembali kepada ayahnya di Gaul, di mana perempuan menyedihkan ini menjadi hadiah keburukan yang tidak enak dipandang mata, yang pernah ada. Perilaku kejam ini, yang dipengaruhi oleh orang-orang yang bahkan tidak dikenalnya, membuat ayahnya melakukan balas dendam sekuat tenaga. Jadi Gaiseric punya alasan untuk cemas terhadap apa yang akan dilakukan Theodoric. Satu serangan awal oleh Attila akan sangat berguna.
Sungguh sebuah keuntungan bagi Attila jika ia berhasil mencapai tujuannya! Dengan dikalahkannya suku Visigoth, Attila akan berkuasa dari Kaspia hingga Atlantik, daerah kekuasaan yang sama luasnya dengan bagian kekaisaran Romawi jika digabungkan, dan dengan jalur persediaan melintasi Gaul membelah antara Bacaudae yang sulit
260 dikendalikan di bagian utara dan legiun Roma di bagian selatan. Hal ini pastinya akan memungkinkan bagi nya untuk menghancurkan Bacaudae atau cukup meng - abaikan mereka dan langsung menyerang Gaul. Attila akan menguasai seluruh Eropa bagian utara, sebuah keseimbangan kekaisaran dinamis baru, dan kemudian mendominasi, dan akhirnya mengapa tidak" menakluk - kan imperium yang terpisah, korup, dan hancur yang ada di selatan.
Strategi jangka panjang ini adalah sebuah rekaan, tetapi ada beberapa bukti bahwa setidaknya Attila memulai rencana ini. Ia mengirim satu pesan kepada Valentinian III di Roma, menyatakan tujuannya untuk menyerang Visigoth dan meyakinkan bahwa ia tidak punya perselisihan dengan kekaisaran barat. Waktu itu musim semi tahun 450, saat yang tepat untuk bersiap melakukan perjalanan panjang ke arah barat tapi untuk dua peristiwa yang mengubah segalanya, menggoda Attila untuk meraih sesuatu yang di luar jangkauannya, dan hal itulah yang menjamin kehancuran dirinya.
K AISAR V ALENTINIAN III, yang masih berusia tiga puluh tahunan, memiliki seorang adik perempuan, Honoria, keduanya adalah anak dari Galla Placidia yang hebat, janda dua kali, putri dari Theodosius Agung. Kisahnya sendiri merupakan sebuah drama. Wanita itu dibawa keluar dari Roma oleh pimpinan suku Goth, Athaulf, diserahkan kembali ke Roma setelah suaminya itu terbunuh, dan menikahi pimpinan Roma, musuh Athaulf, Constantius (Constantius yang lain, bukan sekretaris Attila yang bernama sama). Kemudian yang terjadi sekarang adalah sebuah melodrama: kisah putrinya, putri Honoria, yang harga dirinya terluka dan bagaimana
261 ia mengubah sejarah. Keluarga kekaisaran menetap di ibu kota yang sekarang, Ravenna, selama 25 tahun, sejak kekalahan John (atau Johannes). Honoria sejak masa remaja dibesarkan dalam posisi berkuasa dan memiliki hak istimewa, dan diberi gelar kehormatan Augusta jauh lebih dini demi kebaikannya sendiri. Ia memiliki kediaman sendiri di istana itu, sebuah tempat tinggal yang diurus oleh seorang pelayan bernama Eugenius. Seperti ibunya, ia juga seorang perempuan ambisius: tidak seperti ibunya, ia punya rencana untuk memerintah dengan haknya sendiri; dan tidak seperti abangnya yang pengecut dan lemah, Kaisar Valentinian, Honoria punya keberanian. Hanya ke - sempatan yang tidak ia miliki, yang mungkin akan ia dapatkan jika abangnya tidak memiliki keturunan, mengancam takdirnya dalam ketidakjelasan. Namun mimpi untuk berkuasa tetap ada, untuk mencapainya ia memerlukan seorang pendamping. Eugenius kandidat yang cocok, pertama sebagai seorang konspirator, dan kemudian lebih daripada itu, sebagaimana kisah yang ditambahkan oleh Gibbon: Honoria menjalani hubungan yang terlalu dini bagi gadis seusianya yang baru menginjak enam belas tahun sehingga ia benci dengan kejayaan yang bersifat mendesak yang selamanya meniadakan dirinya dari kesenangan akan rasa cinta yang terhormat: di tengah kesia-siaan dan kemegahan yang tidak memuaskan, Honoria mengeluh, menyerah pada dorongan hati, dan memasrahkan dirinya ke dalam pelukan pengurus rumah tangganya, Eugenius.
Hal ini sedikit menganggu cerita mengetahui bahwa ia benar-benar bukanlah seorang gadis yang tidak tahu arah, tetapi ketika hal ini terjadi ia berusia tiga puluhan dan mempunyai rencana. Gibbon berkata bahwa Honoria
262 kemudian hamil, dan terpaksa mengasingkan diri di sebuah daerah terpencil di Konstantinopel. Tidak ada lagi seorang pun yang menyebutkan kehamilan atau pengasingan di Konstantinopel, dan Gibbon tidak memberi tahu sumber pernyataannya ini. Namun, bagaimana pun hubungan dan rencana Honoria ini terbongkar, Eugenius dijatuhi hukuman mati dan Honoria ditunangkan dengan seorang konsul kaya dan dapat dipercaya serta tidak berniat melakukan intrik.
Marah besar karena kehilangan cintanya, kegagalan rencananya, dan calon suami yang membosankan, Honoria merencanakan balas dendam mengerikan dan kehidupan baru yang akan memberinya kekuasaan yang sudah lama ia inginkan. Seperti yang ia ketahui dari pesan yang baru-baru ini diterima abangnya dari Attila, yang saat itu sudah menjadi penguasa monarki paling kuat di luar wilayah kekaisaran, bahwa raja Hun tersebut berencana memperluas kekuasaannya ke wilayah Visigoth dan mungkin akan menguasai seluruh wilayah Gaul.
Beginilah balas dendam yang akan dilakukan Honoria terhadap abangnya: ia akan menjadi pendamping Attila. Ia akan memerintah, jika bukan sebagai kaisar perempuan di Roma, maka sebagai kaisar perempuan di Gaul.
Catatan Gibbon tentang rencana Honoria ini benarbenar bergaya Hollywood, dengan alur klasik dan sedikit nuansa Xenophobia:
Ketidaksabarannya akan kehidupan selibat yang lama dan siasia mendorong Honoria untuk mengambil resolusi ganjil dan nekat & demi mengejar cinta, atau lebih tepatnya balas dendam, putri Placidia itu mengorbankan setiap kewajiban, setiap prasangka, dan menawarkan dirinya ke dalam pelukan seorang barbar yang bahasanya saja tidak ia mengerti, yang
263 sosoknya hampir tidak menyerupai manusia, dan yang memiliki keyakinan dan kelakuan yang ia benci.
Dari sumber-sumber lain kita memiliki cukup catatan untuk memercayai gagasan utama kisah ini. Di antara rombongannya ada seorang kasim setia, Hyacinthus, yang dipercaya oleh Honoria untuk misi luar biasanya ini. Honoria memberinya sebuah cincin kepada Hyacinthus agar diserahkan kepada pemimpin Hun, Attila, sebagai bukti itikad baiknya, memohon bantuan. Sebagai ganti sejumlah uang, Attila langsung datang dan menyelamatkan - nya dari pernikahan yang ia benci. Cincin itu mengandung maksud bahwa sebagai balasan penyelamatan itu, Honoria akan menjadi istrinya.
Valentinian memiliki mata-mata, tetapi Hyacinthus sudah lama pergi sebelum kaisar itu tahu apa yang terjadi. Kabar tentang skandal ini menyebar di masyarakat kelas atas, dan juga didengar oleh Theodosius di Konstantinopel. Theodosius, yang baru saja memenangkan Attila setelah rencana pembunuhan itu, tidak ingin membuat Attila atau perjanjian damai baru mereka itu terganggu. Ia memberi saran kepada Valentinian untuk langsung menyerahkan Honoria. Honoria bisa dikirim langsung menyeberangi Sungai Danube, dan dibuang. Namun Valentinian tidak akan menerima tantangan terhadap kekuasaannya ini. Tidak ada catatan bagaimana Hyacinthus menyelesaikan misinya, karena tidak ada pejabat pencatat sejarah di Markas Besar Attila untuk mencatat semua kejadian itu. Aku punya firasat bahwa Onegesius pada awalnya tidak ingin menyusahkan tuannya dengan kedatangan utusan dan tawarannya yang gilagilaan tetapi kemudian memiliki pemikiran kedua. Mungkin keduanya sudah mendengar kabar tentang
264 Hyacinthus, karena Attila tidak merespons hal itu hingga ia kemudian mengingatnya lagi. Semua ini memakan waktu beberapa minggu. Saat Hyacinthus kembali kepada Honoria melaporkan kesuksesan misinya, Valentinian menangkap kasim itu, menyiksanya untuk membocorkan detail rencana itu, dan kemudian dipancung.
Valentinian pasti juga tergoda untuk menyingkirkan adik perempuannya itu, tetapi dilarang oleh ibunya yang pernah mengalami masa jaya, Galla Placidia, yang memerintahkan perlindungan bagi putrinya yang ber - perilaku menyimpang. Valentinian menyerahkan adiknya; beberapa tahun kemudian Placidia meninggal, pada saat itu juga Honoria menghilang dari sejarah, tenggelam dalam pernikahannya yang membosankan suaminya menjaganya agar tidak menimbulkan kerusakan lagi.
Namun akibat dari tindakan Honoria ini terus berlanjut, dipicu oleh kejadian tidak terduga kedua pada 450. Honoria memberi tawaran yang luar biasa pada musim semi tanggal 28 Juli, saat Theodosius, kaisar Roma timur jatuh dari kuda sehingga punggungnya patah. Dua hari kemudian sang kaisar meninggal dunia pada usia 50 tahun, meninggalkan dua orang putri, tidak ada ahli waris laki-laki, dan satu masalah. Dinobatkan sebagai kaisar saat kanak-kanak, 43 tahun yang lalu, Theodosius tidak pernah menjadi kaisar yang kuat. Kekuatan di belakang takhta berasal dari kakak perempuannya, Pulcheria, dan ia tidak akan menyerahkan kekuasaan ini hanya karena adiknya sudah meninggal. Dalam waktu tiga minggu Pulcheria menikah dengan soerang senator Thracia ber nama Marcian. Yang menimbulkan keheranan orang-orang istana, Marcian ternyata sudah dinobatkan sebagai penerus takhta oleh Theodosius sebelum meninggal dunia. Marcian, seperti halnya Pulcheria, bukanlah orang
265 yang suka mengalah. Sekarang adalah momen yang baik untuk menunjukkan ketetapan hatinya dan menghentikan pengiriman emas ke wilayah utara, karena Attila, di tengah rencana serangan kaisar Hun itu ke barat, tidak punya waktu atau kecenderungan untuk mengubah jalur pergerakannya. Salah satu tindakan Marcian yang pertama adalah tidak mengakui pembayaran untuk Attila yang telah disetujui oleh Theodosius.
Attila sudah siap mengumpulkan pasukan yang tidak pernah dilihat bangsa Romawi sebelumnya, menggerakkan semua suku dari kekaisarannya, sebuah daftar yang semakin panjang seiring tahun-tahun yang berlalu, hingga para penulis kronik mendukung bahwa pasukan tersebut berasal dari suku-suku mitos dan dengan fasih mengatakan bahwa pasukan itu berjumlah setengah juta orang. Yah, ini sulit menandingi kekuatan gabungan pasukan Romawi, tetapi mungkin jumlah sebenarnya ratusan ribu. Di antara mereka adalah pasukan Gepid dari perbukitan Transylvania, di bawah pimpinan raja Ardaric, yang banyak dikagumi (ujar Jordanes) atas kesetiaan dan kebijaksanaannya; tiga kontingen Ostrogoth dari wilayah baru mereka di selatan Sungai Danube, yang kini kembali di bawah Konstantinopel, tetapi menyediakan pasukan untuk menyerang kedua pihak, pasukan yang ini dikomandoi oleh Valamir yang ketus, lihai bicara, cerdas dengan dua orang letnan, Theodomir dan Vidimir; pasukan Rugia, mungkin aslinya berasal dari bagian utara Polandia, yang tidak lama kemudian menetap di perbukitan Wina bagian utara; pasukan Skiria, yang prajurit infanterinya menjadi tulang punggung unit-unit infanteri pasukan Hun semenjak kepemimpinan Ruga dan yang bekas rajanya, Edika, telah menunjukkan reputasi baik di mata Attila, dengan membuktikan
266 kesetiaannya dalam menggagalkan rencana pembunuhan; pasukan Akatziri dan Heruli dari Laut Azov, di dekat daerah asal suku Hun; pasukan kuda bertombak suku Alan yang termasyhur, beberapa dari mereka pernah ditaklukkan sebelumnya; dari Rhineland, beberapa kontingen Thuringia, dan sisa-sisa pasukan Burgundi yang tetap tinggal sementara lainnya sudah melakukan migrasi ke barat; dan dari Moravia, orang-orang Langobard ( Long-Beards /Janggut Panjang), yang pernah menetap di Elbe dan kelak bermigrasi ke Italia dengan nama Lombard, dan menjadikan nama ini sebagai nama tanah air mereka yang terletak di sekitar Milan.
Attila kini terjepit. Dia sudah bersiap untuk melakukan ekspedisi penyerangan, puluhan ribu prajurit yang harus diberi makan, ketiadaan dana dari Konstantinopel, dan kemungkinan yang paling nyata bahwa rencana jangka panjangnya pertama Visigoth, lalu Gaul, lalu kekaisaran Romawi itu sendiri akan dihabisi oleh pasukan Marcian. Tidak ada waktu lagi. Tapi ke mana harus melakukan serangan lebih dulu"
Mungkinkah pasukan Marcian adalah macan kertas, yang akan remuk saat serangan kuat pertama" Jauh dari itu. Seorang utusan Hun meminta bantuan dalam waktu yang sangat singkat. Sebagaimana dalam salah satu catatan, Marcian membalas bahwa emas itu untuk temantemannya, dan logam untuk musuh-musuhnya. Hal yang paling bisa diharapkan Attila adalah hadiah jika ia menjaga perdamaian. Dan jika dia mengancam melakukan perang, maka ia yakin akan melawan pasukan yang tidak sebanding dengan pasukannya sendiri. Harapan kembali muncul, pada akhir tahun 450, Marcian mengirim utusannya, Apollonius; tetapi, mengetahui ia tidak membawa uang tebusan, dengan marah Attila menolak
267 menemuinya, mengirim sebuah pesan bahwa ia bisa meninggalkan hadiah apa pun yang ia punya dan pergi, atau dihukum mati. Apollonius, seorang jenderal dan salah satu utusan Marcian yang paling senior, bukanlah orang yang bisa diintimidasi. Ia membalas, permintaan Attila yang semacam itu tidak bisa dibenarkan. Tentu saja, Attila punya kekuatan untuk mencuri dan membunuh; dan hanya itu yang akan ia lakukan, jika ia menginginkan hadiah dari Roma tanpa negosiasi. Atau, ia bisa saja berdiplomasi, dan mendapatkan hadiahnya. Sebuah respons yang berani dan tegas, dan cukup menghakimi. Attila masih menolak untuk berunding, tetapi membiarkan Apollonius pergi, membawa kembali hadiah niat baik itu bersamanya.
Ada satu kesempatan di mana Attila bisa mendapatkan apa yang ia inginkan tanpa pertempuran kesempatan yang sangat kecil, tetapi cukup pantas untuk diselidiki. Ia memiliki cincin dan janji dari Honoria, sebagaimana yang disampaikan oleh Hyacinthus. Jadi apakah tindakan gila seorang perempuan yang sembrono dengan kesedihan dan frustasi ini menginspirasi respons yang sama gilanya" Adik perempuan kaisar sendiri memohon pertolongan, yakni dengan cincinnya menawarkan diri kepadanya dalam ikatan pernikahan; dan selayaknya seorang istri yang datang dengan mas kawin dalam hal ini, mas kawin yang hanya dibatasi oleh impian Attila. Hanya ada dua masalah: pertama, Honoria harus di bebaskan; kemudian wanita itu harus mencapai apa yang selama ini selalu diinginkannya, yaitu menjadi penguasa bersama Valentinian. Selama Honoria bertunangan, Attila berasumsi bahwa dirinya memiliki hak untuk membuat semua ini menjadi kenyataan.
Priscus menceritakan kisah ini: Attila mengirim para
268 utusan menyatakan bahwa Honoria tidak boleh disalahkan, dan bahwa jika perempuan itu tidak menerima tongkat kerajaan, maka ia yang akan menuntut balas& Pihak kekaisaran Romawi membalas bahwa Honoria tidak bisa datang dan menikahi Attila karena ia sudah diberikan kepada laki-laki lain, dan Honoria tidak memiliki hak atas tongkat kerajaan karena menurut aturan pemerintah Roma bukan milik kaum perempuan melainkan kaum laki-laki.
Ini gila. Bagi para utusan Valentinian, pernyataan Attila ini mungkin terlihat sama tidak masuk akalnya dengan pernyataan Idi Amin, diktator bertubuh gemuk dari Uganda pada 1970-an, kepada Gedung Putih bahwa dirinya adalah Penakluk Kerajaan Inggris. Ketika hal yang tidak bisa dielakkan ini terjadi, Attila berubah pikir an. Serangan akan ditujukan ke barat, secepat mungkin untuk mencegah aksi pasukan Marcian di Konstantinopel. Attila akan melupakan Visigoth, dan langsung menyerang Gaul. Dengan kemenangan yang ia dapat di sana, semua Eropa bagian utara akan berada dalam kekuasaannya, dan bahkan kekaisaran yang bersatu akan gentar.
M ESKI BEGITU , pertama, ada masalah untuk sampai ke sana. Ini membutuhkan ekspedisi yang belum pernah Attila lakukan sebelumnya, ia akan melintasi pegunungan dan sungai serta hutan, yang pernah ia lakukan saat bergerak menyerang Balkan, tetapi belum pernah menghadapi jarak sejauh ini secara terus-menerus tanpa henti tentu saja, ia memang sama sekali belum pernah menghadapi perjalanan sejauh ini. Dan kecepatan menjadi intinya. Yang dibutuhkan adalah kekuatan yang setara dengan Blitzkrieg: serangan kilat ke Moselle, dan kemudian
269 menghancurkan daerah pinggiran yang akan memperdaya dan mengubah arah oposisi kemudian membuat satu pangkalan di Atlantik. Untuk itu Attila membutuhkan pasukan kavaleri, dengan pasukan infanteri bertugas melakukan pembersihan di belakangnya. Lebih baik melakukannya tanpa balok kayu penggempur, trebuset/alat pelontar, dan menara-menara pengepung yang pernah ia bawa saat menyerang Naissus. Peralatan itu hanya bisa bergerak sejauh 15 kilometer sehari dan perlu agar tetap kukuh. Pastinya ia akan menempuh seluruh Perancis lebih dari 700 kilometer dalam satu bulan.
Ini tidak boleh terjadi. Attila terjebak dalam paradoks. Ia memerlukan kecepatan; tapi ada kota-kota yang harus dinetralkan. Para pemanah berkuda yang bergerak cepat, bisa melancarkan serangan dengan baik di daerah terbuka melawan pasukan infanteri dan kavaleri Roma yang bersenjata lengkap, tapi tidak ada gunanya berkuda melintasi kota-kota benteng seperti Trier dan Metz, meninggalkan batalion mereka tidak tersentuh untuk membalas dendam demi kesenangan semata. Lagi pula ia membutuhkan mesin-mesin pengepung, yang berarti kereta perang. Tentu saja akan ada beberapa kereta perang, untuk membawa persediaan anak panah bagi para pemanah; tetapi mesin berat semacam itu perlu dukungan yang kompak, yang berarti sekumpulan sapi jantan, makanan ternak, dan para penunggang kuda terdepan, yang juga membutuhkan makanan. Meng - gunakan strategi menggabungkan pemanah berkuda dan mesin pengepung di daerah yang dekat memang memungkinkan, tetapi ini tidak mungkin dilakukan untuk penyerangan ke daerah yang sangat jauh.
Ini risiko mengerikan. Jika mungkin, Attila akan menghindari konflik yang tentunya sangat buruk. Sekali
270 271 lagi ia kembali pada masalah Honoria. Saat ini dengan pasukannya yang berada persis di perbatasan kekaisaran, sama seperti pasukan Jerman pada 1914 Attila tampak - nya sudah meyakinkan dirinya sendiri bahwa sebenarnya ia menghadapi masalah besar. Ia kembali mengirim para utusan, dengan tuntutan yang lebih tinggi. Honoria adalah haknya mereka membawa cincin itu sebagai bukti begitu juga dengan semua yang menjadi milik wanita itu, karena Honoria menerima itu semua dari ayahnya dan haknya dikurangi hanya karena ketamakan abangnya.
Dan apa yang sebenarnya dimiliki oleh Honoria, dan yang kini seharusnya menjadi milik Attila" Priscus menyatakan alasan Attila: Valentinian seharusnya menyerahkan setengah kekaisaran-nya kepada Attila.
Ini tuntutan yang menghina: seluruh Gaul. Dan kembali terjadi penolakan yang tidak bisa dielakkan. Lalu dikirim lagi utusan terakhir, tuntutan Attila yang tidak kenal kompromi, yang saat ini pastinya sudah melanjutkan perjalanannya ke barat melalui hutan-hutan Jerman menuju Rhine. Duta besarnya berkata kepada Valentinian: Attila pemimpinku dan pemimpinmu sudah memberikan perintah kepadamu, melalui aku, untuk menyiapkan istanamu untuknya.
Akhirnya Roma menerima pesan itu. Tidak ada lagi penyangkalan bahwa Visigoth yang menjadi target, tidak ada lagi kepercayaan pada persahabatan lama antara Attila dan Aetius, tidak ada penundaan untuk berharap pada pertukaran diplomatik. Jika Attila tak dihentikan, ia akan terus bergerak hingga kekaisaran Romawi tumbang.
BAGIAN III: KEMATIAN DAN TRANSFIGURASI
KEADAAN GENTING DI DARATAN CATALAUNIA
S ETELAH MELIHAT KE BELAKANG , SAAT ORANG ORANG TAHU bahwa ini menjadi peringatan mendesak bagi seluruh Eropa, mereka menyadari sudah ada pertanda, peringatan, keajaiban, dan isyarat akan datangnya ancaman: gempa di Spanyol, gerhana bulan, aurora yang cahayanya secara tidak wajar berpendar terlalu jauh ke selatan, seperti hantu-hantu bersenjatakan tombak yang menyala-nyala memancar dari kutub. Pada bulan Mei 451 sebuah komet terlihat jelas di langit saat fajar Komet Halley, begitu kita menyebutnya saat ini, bagian kepalanya yang bersinar dan ekornya melambai-lambai sama menakutkannya seperti misil menyala sebuah ketapel dari langit. Ancaman yang sudah terbangun dengan mantap selama 50 tahun Visigoth merebut Aquitaine; Alan, Vandal, dan Suevi ter sebar di utara Gaul; Burgundi di Savoy; Frank ter - hampar di sepanjang Meuse; Afrika Utara kalah; Britania terpecah; Brittany menetapkan hukum bagi daerahnya
275 sendiri; para perampok suku Bacaudiae berkeliaran tampaknya Eropa sudah berada di ambang klimaks.
Dalam melancarkan serangan ke Barat, pasukan Hun menghadapi satu masalah serupa yang dihadapi pasukan Jerman saat mereka bersiap menyerang Perancis pada 1914, dan juga pada 1939. Masuk melalui Rhine, Perancis memiliki pertahanan alam dalam bentuk pegunungan Vosges, memberi jalan ke Eifel dan Ardennes di utara. Praktis satu-satunya jalan adalah melalui Moselle, melintasi daerah yang sekarang bernama Luxembourg, dan kemudian keluar memasuki daratan Champagne. Namun, tidak baik melakukan serangan melalui pegunungan me - nuju pusat Perancis (Gaul) jika pasukannya bisa diserang dari utara dari Belgia atau, dalam hal ini, wilayah yang dikuasai bangsa Frank.
Attila punya masalah dengan bangsa Frank. Raja Frank sudah meninggal, dan kedua putranya memperebut - kan takhta. Putra yang lebih tua pernah mendekati Attila untuk minta bantuan; yang lebih muda, yang usianya tidak lebih dari lima belas atau enam belas tahun, mencari dukungan dari Roma, dan mendapatkannya dari Aetius. Priscus melihat anak kedua raja Frank ini di Roma pada akhir tahun 450, dan terkejut dengan penampilannya: Janggut pertamanya saja belum tumbuh, dan rambut pirangnya terlalu panjang, sebahu. Aetius kemudian mengangkatnya sebagai anak cara umum untuk memastikan persekutuan yang kuat dan pemuda bau kencur itu pun pulang membawa hadiah dan janji-janji. Ia sungguh-sungguh akan mendapat bantuan yang ia butuhkan untuk mengamankan takhta, dan pemuda itu pun jatuh ke dalam kekuasaan Roma. Tidak perlu mendapatkan bantuan pengikut Roma di sayap kanan, lebih daripada yang bisa dipenuhi pasukan Jerman agar
276 Belgia yang netral masuk dalam kamp Sekutu. Agar berhasil menyerang Perancis, Jerman harus memberi pelajaran Belgia yang malang . Untuk menyerang Gaul, pertama Attila harus menetralkan suku Frank yang malang.
Awal tahun 451 pasukan utama Attila bergerak maju di sepanjang jalur-jalur perbatasan Sungai Danube, menyebar ke salah satu sisinya, menyeberangi anak-anak sungai dengan berjalan kaki atau menggunakan kayukayu ponton yang ditebang dari hutan yang ada di sekitar. Satu sayap pasukan sepertinya bergerak ke selatan dan kemudian berakhir di Sungai Rhine, melalui Basel, Strasbourg, Speyer, Worms, Frankfurt, dan Mainz, kemudian bertemu dengan pasukan utama, yang menyusuri perbatasan lama dari Sungai Danube menuju Sungai Rhine. Pasukan Hun mungkin menyeberang di dekat Koblenz, menebang pohon di sepanjang pinggirannya untuk membuat rakit dan jembatan-jembatan ponton bagi kereta kuda mereka.
Dari sana, pada Maret 451, Attila bisa mengirim pasukan kecil untuk menyapu bersih suku Frank yang belum bertarung untuk Roma. Bukti yang mendukung hal ini adalah Childeric, putra yang lebih tua yang sudah mendekati Attila, kelak muncul di antara orang-orang Frank sebagai seorang raja yang bertubuh jangkung dari bangsanya. Pastinya, tidak lama kemudian pasukan Frank membentuk satu kontingen dalam pasukan Attila begitu juga dalam pasukan Romawi; dan ini tidak akan mungkin terjadi jika mereka masih sepenuhnya bersekutu dengan Romawi, bersiap dan menunggu menyerang Attila dari belakang.
Catatan tentang serangan ini semuanya berasal dari
277 para penulis Kristen, karena pada masa itu ajaran Kristen yang menjaga lentera peradaban tetap menyala: semuanya dalam bentuk surat tertulis, dan sebagian besarnya adalah hagiografi dari para uskup martir, yang sama-sama memusingkan dan penuh imajinasi sebagaimana kebenaran sejarah. Namun meski demikian, hal ini mungkin saja digunakan untuk memetakan perkembangan serangan Attila. Mungkin ada pasukan kedua yang menyeberang di dekat Strasbourg, dan beberapa pasukan oposisi dari Burgundi. Namun serangan utama datang dari dekat persimpangan Sungai Rhine dan Moselle di Koblenz. Pada musim semi, pasukan Hun dan sekutu mereka dari berbagai bangsa maju menuju dua sisi Moselle, masingmasing pasukan menyusuri jalan-jalan berliku, menyatu di jembatan batu sembilan lengkung di Trier.
Mereka pastinya tidak sampai melebihi itu. Trier sudah menjadi ibu kota Roma yang terletak di utara pe - gunungan Alpen hingga pemerintah provinsi memindah - kan nya ke Arles 50 tahun yang lalu, dan wilayah ini sudah menjadi benteng selama tiga abad. Temboknya yang setinggi 7 meter menghubungkan empat pintu gerbang yang sangat besar, yang salah satunya masih ada sampai sekarang, diselamatkan oleh seorang rahib Yunani yang menetap di sana pada abad ketujuh, melindunginya dengan aura kesucian. Saat pasukan Hun menghampiri, gerbang utara ini bersinar kuning lembut, tetapi selama beberapa abad terkena patina hitam yang memengaruhi semua batu pasir yang menua, dan menjadi Porta Nigra, Gerbang Hitam. Di Gaul, sejak dulu hingga kini, tidak ada yang lebih bisa menunjukkan kekuatan Roma, dibandingkan gardu yang kukuh dan menjulang ini, dengan tinggi 30 meter, panjang 36 meter, dan lebar 22 meter. Masing-masing blok batu beratnya mencapai 6
278 ton, beberapa di antaranya terdapat nama dan tanggal yang diukir oleh para tukang batu yang bangga. Dipotong dengan gergaji perunggu bertenaga air dari Moselle, batu-batu itu tidak direkatkan dengan menggunakan semen, tetapi dengan klem logam menjadi tiga tingkat yang terdiri dari 144 jendela lengkung dan dua menara pendek lebar. Dua lengkung, dengan gerbang dan pintu besi, mengarah ke dalam kota tua dan kediaman penduduknya yang berjumlah 80.000 orang. Ini adalah miniatur Roma. Istananya yang terbuat dari marmer, dibangun atas perintah Konstantin pada 300-310, tersusun dari 1,5 juta ubin yang dibawa dari Pyrenees dan Afrika. Pemandian yang ada di kota ini merupakan yang terbesar di seluruh kekaisaran, kecuali yang ada di Diocletian dan Caracalla yang ada di Roma itu sendiri, dilengkapi dengan ruang olahraga, pemandian air hangat, dingin, dan suam-suam kuku, tungku perapian batu bara, dan gudang bawah tanah dua lantai. Di dalam stadion, 20.000 orang bisa menonton perkelahian para gladiator, pelaku kriminal yang menjadi makanan singa-singa lapar, dan drama di panggung yang diungkit dari lantai (semuanya kini tinggal reruntuhan).
Jadi Trier pasti sudah menghentikan pergerakan pasukan Hun. Namun mereka melewatinya tanpa ber - istirahat. Kita tidak tahu apa yang terjadi saat itu. Kurang nya catatan sejarah mengesankan bahwa garnisun - nya, yang dikosongkan sejak Arles menjadi ibu kota Gaul, menutup diri dan membiarkan pasukan Hun bergerak masuk mengelilingi mereka. Pasukan Hun bergerak terus, pasti meninggalkan satu pasukan cadangan untuk memblokir lembah di hulu sungai kalau-kalau pasukan Trier kembali mendapatkan keberanian mereka. Biar bagaimana pun, satu-satunya informasi yang kita
279 miliki, kota berikutnya yang menjadi jalur pergerakan mereka adalah Metz. Menurut satu catatan, pasukan Hun dengan sia-sia menggempur dinding-dinding Metz dengan mesin penggempur benteng, dan maju ke benteng yang terletak di hulu, di mana, persis sebelum Paskah, mereka mendengar kabar bahwa satu bagian dinding Metz yang digempur sudah runtuh. Dengan memacu kuda mereka dengan cepat pada malam hari kembali ke hilir sungai, pasukan ini langsung menerobos dan kota itu berhasil dikalahkan pada tanggal 8 April. Seorang pendeta ditawan, yang lain dipenggal lehernya, dan banyak yang tewas di dalam rumah mereka yang dibakar.
Kemudian, turun menuju lereng batu kapur di kaki bukit Ardennes yang landai, dan keluar di hamparan tanah datar campi, savana terbuka yang diberi nama Campania, lalu menjadi Champagne. Wilayah ini kemudian dikenal sebagai Dataran Catalaunia, sesuai nama Latin suku lokal di sana, yang masih dipakai pada nama kota saat ini yaitu Ch"lons. Tampaknya ada sedikit pengalihan di utara Ch"lons, menuju Reims, ibu kota Gaul, tempat pertemuan semua jalan utama. Kota kuno ini, dengan gerbang kemenangan yang dibangun oleh Augustus dan mimbarnya, nyaris kosong, penduduk melarikan diri ke hutan, tetapi ada sedikit orang berharap hal terbaik, dan berkumpul bersama uskup besar dan para pendeta kota itu. Menurut legenda, wali gereja yang bernama Nicasius, menyanyikan Kitab Mazmur 119 saat pasukan Hun sampai di tempat mereka. Mungkin ia berharap surat Mazmur yang paling panjang ini, dengan 176 ayat, akan memberikan perlindungan khusus. Ternyata tidak. Ia baru saja membacakan ayat ke 25 Jiwaku melekat pada debu, hidupkanlah aku sesuai dengan firman- Mu. saat seorang prajurit Hun menebas kepalanya.
280 Kelak ia dikenang sebagai Santo Nicaise.
Meskipun demikian, serangan utama berada di barat, menuju Orl"ans, di mana musuh-musuh lama Attila, suku Alan, menyiapkan penyerangan. Pasukan Hun, dengan kereta kuda mereka, bergerak dengan kecepatan kurang dari Blizkrieg, melintasi tidak lebih dari 20 kilometer sehari, melalui satu daerah pedesaan yang kosong karena penduduknya ketakutan. Penduduk yang memiliki harta, menguburnya; yang kaya gemetar ketakutan dalam rumah-rumah besar mereka yang berbenteng; mereka yang miskin, melarikan diri ke hutan dan pegunungan.
Mereka bahkan melarikan diri ke sebuah kota kecil di bagian utara, jauh dari jangkauan pasukan Hun. Orang-orang Paris tidak ingin terjebak di pulau sungai mereka. Kemudian (tentu saja) kehadiran orang sucilah yang membuat mereka sadar. Genevieve, seperti perem - puan suci lainnya di kemudian hari, telah menerima didikan Kristen sejak kecil, sebelum mengenakan kerudung di usia lima belas tahun dan kemudian dikenal karena kesederhanaan, kebersahajaan, dan pandangannya, perempuan yang pasti memberi ilham kepada perempuan lain seperti dirinya. Ia pintar dalam pengobatan ajaib dan melihat masa depan, kedua keahlian ini menjadi berguna saat pasukan Hun menyerang. Ia melihat bahwa serangan ini adalah kehendak Tuhan, yang hanya bisa diredakan dengan doa dan penyesalan. Ia membuat satu permohonan dramatis kepada penduduk kota untuk tidak meninggalkan rumah mereka, tetapi menghadap Tuhan untuk mencari keselamatan. Kaum laki-laki mencacinya dan pergi melarikan diri, tetapi para perempuan pemberani mempermalukan para laki-laki pengecut dengan tetap tinggal, dan eksodus pun berhenti.
281 Diam di tempat dan melihat sekeliling, pasukan Hun sama sekali tidak mendekati Paris. Tentu saja tidak perlu, karena itu bukanlah rute mereka. Namun Paris mengenang gadis desa sederhana ini, yang mengalihkan kepanikan yang bisa saja mengubah ibu kota Perancis masa depan ini menjadi sebuah kota hantu, dan membuat Genevieve menjadi orang suci pelindung kota.
Sementara itu, di manakah pasukan Romawi" Kapan pasukan Hun pertama kalinya menyerang, tidak ada yang tahu tujuan mereka. Mungkin Italia. Valentinian sudah memerintahkan sebagian besar pasukan untuk tetap di markas mereka. Aetius, sebagai tindakan pen - cegahan, dikirim dengan satu pasukan kecil menuju Arles, di ujung Rh"ne, di mana ia menunggu perkembang - an keadaan, pasti sangat tidak sabaran.
Sekarang pasukan Hun mengarah ke barat daya, bertujuan melintasi padang terbuka Champagne, melewati Loire, kemudian ke selatan menuju ibu kota daerah Visigoth, Toulouse. Ini akan tetap menjauhkan mereka dari Massif Central, dan, begitu keluar dari hutan belantara Loire menuju daerah terbuka, pasukan kavaleri mereka bisa beroperasi penuh.
Meski demikian, mereka terlebih dahulu melalui dua kota besar, Troyes dan Orl"ans.
Orl"ans akan menjadi kunci keberhasilan, karena tidak terkalahkan selama berabad-abad. Nama aslinya, atau versi Latin dari nama asli Keltik-nya, adalah Genabum, karena terletak di genu, siku, Sungai Loire, di mana sungai tersebut menikung ke bagian paling utara. Saat musim dingin, Sungai Loire mengalir deras; tetapi di musim panas menjadi sungai dangkal, cara terbaik melintasinya adalah melalui hutan lebat pohon ek baik
282 yang menuju pesisir pantai maupun yang menuju pusat kota di pegunungan, dan turun ke Sungai Rh"ne menuju Mediterania. Namun tempat ini juga menjadi pertemuan jalan-jalan, salah satunya mengarah ke utara melintasi sebuah jembatan batu. Singkatnya, ini adalah gerbang menuju barat laut. Caesar pernah membakarnya, Marcus Aurelius membangunnya kembali, menamainya dengan namanya sendiri, Aurelianum, yang kemudian diubah menjadi Orl"ans. Pada abad kelima daerah ini kaya, besar, dan maju, jauh mengalahkan kota Paris yang kecil, dan tidak terganggu dengan keberadaan satu klan Alan yang tinggal di sekitar hutan.
Butuh waktu tiga minggu bagi pasukan Hun untuk melintasi 330 kilometer dari Metz menuju Orl"ans, andai tidak ada halangan. Mereka akan sampai di sana pada awal bulan Mei. Penduduk berlindung di balik tembok kota mereka yang kukuh dan bersiap untuk pengepungan. Sementara itu, seorang pimpinan Kristen, Anianus kelak dijadikan orang suci gereja karena pengabdiannya dan mendapat julukan sebagai Santo Aignan (atau Agnan) bergegas menghubungi Aetius untuk mencari tahu bantuan apa yang mungkin bisa Aetius berikan, dan kapan. Aetius berada di Arles, di ujung Rh"ne, perjalanan panjang bagi Anianus, baik lewat jalan darat maupun lewat sungai, mungkin kombinasi keduanya. Ia berkuda di sepanjang aliran Sungai Loire di musim semi sejauh 300 kilometer (2 minggu), melintasi batas air di St Etienne menuju Rh"ne (satu hari), kemudian bergerak cepat menuruni tepian sungai sejauh 200 kilometer (lima hari lagi). Setidaknya akan makan waktu yang sama bagi Aetius untuk bergerak ke utara: katakanlah, seluruhnya lima minggu genting, terutama saat pasukan Hun bukanlah satu-satunya bahaya yang
283

Attila Raja Barbar Momok Romawi Attila: The Barbarian King Who Challenged Rome Karya John Man di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka hadapi. Orang-orang Alan yang tinggal di sana mendadak ingat bahwa sanak keluarga mereka adalah pengikut Hun, dan merupakan bagian dari pasukan yang sedang bergerak mendekati wilayah mereka. Sang pimpinan, Sangibanus, mengirim pesan kepada Attila, mengatakan bahwa ia akan membantu mengambil alih Orl"ans dengan imbalan perlakuan yang adil.
Rute Attila mengarah melintasi Sungai Aube dan Seine melalui Troyes, dan mengelilinginya, karena ini adalah satu pasukan besar, dengan kereta-kereta kuda, yang akan menggunakan setiap jalan yang ada. Attila akan menandai wilayah utara dari Troyes, sekarang Aube d"partement, padang rumput Champagne yang sangat luas bertanah kapur, di mana Sungai Seine dan Aube berkelok-kelok ke arah satu sama lain melintasi Dataran Catalaunia. Troyes, sebuah tempat indah dengan rumahrumah terbuat dari kayu dan beratap jerami dan mungkin ada satu dua vila yang terbuat dari batu, tidak dibatasi tembok mangsa mudah bagi pasukan Hun yang bergerak maju. Di sana terdapat satu gereja besar, yang melambung - kan nama seorang uskup, Lupus, yang terkenal karena menjadi bagian dari misi Britania pasca-Roma 20 tahun sebelumnya, dan akan menjadi lebih terkenal lagi singkat nya, dengan nama buruk sebagai akibat ke - datangan pasukan Attila.
Pasukan Attila akan memasuki Troyes. Daerah itu merupakan sumber perbekalan yang terlalu bagus untuk diabaikan. Tidak diragukan lagi aksi perampasan pun dimulai, menginspirasi sebuah legenda di mana fakta dan fiksi bercampur baur, tetapi sering ditampilkan sebagai sejarah. Menurut biografi resmi Lupus, ia me - nyelamatkan kota dan masyarakat Troyes dengan meng - hadapi Attila, sebuah pertemuan yang mungkin melibatkan
284 asal-usul salah satu ungkapan terkenal. Anggaplah pertemuan itu terjadi, tidak ada catatan bagaimana Lupus memperkenalkan dirinya, tetapi diduga kejadiannya seperti: Aku Lupus, utusan dari Tuhan. Mendengar hal ini, Attila memberikan jawaban cerdas dan singkat, dalam bahasa Latin yang sempurna:
Ego sum Attila, flagellum Dei. Aku Attila, Momok dari Tuhan.
Tentu saja hal ini ditambahkan oleh seorang Kristen, yang dibuat karena keberhasilan Attila membutuhkan semacam penjelasan. Tidak bisa dibayangkan seorang penyembah berhala bisa berlaku melampaui kerajaan Tuhan sendiri, menentang keinginan Tuhan. Oleh karena itu, penyembah berhala atau bukan, ia pasti mendapat dukungan dari Tuhan, satu-satunya penjelasan yang mungkin adalah bahwa umat Kristen tidak hidup untuk memenuhi harapan Tuhan dan sedang dihukum atas waktu yang mereka sia-siakan. Sebuah cerita rakyat menceritakan seorang pertapa yang ditangkap pasukan Hun, meramalkan malapetaka: Kau adalah Momok Tuhan, tapi Tuhan akan, jika itu membuat-Nya senang, menghentikan perantara yang ia gunakan untuk melakukan balas dendam. Kau akan dikalahkan, sehingga kau akan tahu bahwa kekuatanmu tidak berasal dari kekuatan dunia. Isidore dari Seville, seorang penulis ensiklopedia abad keenam dan ketujuh, juga menggunakan ungkapan tersebut untuk menggambarkan suku Hun. Dalam waktu dua abad, ungkapan itu menjadi klise: sebuah ungkapan yang akan kita temui di bab 12.
Argumen yang tepat sama akan digunakan oleh
285 seorang pimpinan pagan selanjutnya untuk menantang agama monoteisme lain, saat Jenghis Khan menyapu bersih dunia Islam pada 1220. Dikatakan bahwa Jenghis berkata kepada penduduk Bukhara: Aku adalah hukuman dari Tuhan. Jika kalian tidak pernah melakukan kesalahan besar, Tuhan tidak akan mengirim hukuman seperti diriku kepada kalian semua. Dalam kedua kasus ini, sejarawan yang mencatat perkataan pemimpin ini memiliki sebuah agenda, untuk mengingatkan mereka yang yakin pada agama akan pentingnya berbuat saleh. Jadi gerejageraja itu membuat para pemimpin pagan menjalankan satu tujuan agung, di samping tujuan mereka sendiri.
Saat kisah terus berlanjut, sang uskup diintimidasi. Karena Attila, yang kelihatannya merupakan pembalasan yang bersifat ilahiah, maka penenangan, bukannya tantangan, yang berkuasa: Makhluk hidup apa yang bisa bertahan terhadap hukuman dari Tuhan" balas Attila. Sehingga keduanya menganggap satu sama lain bermanfaat. Attila setuju mengampuni Troyes tak lebih banyak daripada yang bisa diambil oleh seekor ayam dari tempat itu dengan syarat bahwa Lupus harus tinggal bersamanya hingga ia merasa pantas membiarkan - nya pergi. Sang uskup bisa membuktikan bahwa jemaahnya juga berhati baik dan akan memberikan bantuan, atau jika Attila membutuhkan nilai tawar di lain waktu nantinya. Ini adalah sebuah kesepakatan yang agaknya cukup baik untuk reputasi Lupus. Apakah ia seorang sandera, sebagaimana pernyataannya secara pasti" Ataukah lebih menyerupai seorang pemandu, sebuah contoh awal yang kini dikenal sebagai Sindrom Sandera, di mana korban, dalam perlindungan diri, kemudian terlibat dalam tindakan kriminal"
286 S EMENTARA ITU , Anianus berada di Arles, dengan gigih membujuk Aetius untuk melakukan pergerakan. Orl"ans tidak bisa lagi bertahan selama satu bulan. Menurut catatan hidupnya, ia menetapkan tenggat: Biarlah ramalan Roh Kudus terpenuhi, sehingga pada hari kedelapan [sebelum] kalends (misal tanggal 1) Juli, bangsat kejam itu akan memutuskan untuk memorak - porandakan daerah itu berkeping-keping. Aku memohon agar pasukan Patricia bisa datang membantu pada tanggal yang diperkirakan. Beberapa hari setelah pertengahan bulan Juni dan semuanya akan hancur. Aetius berjanji membantu, dan Anianus kembali pulang.
Aetius sekarang menghadapi tugas yang tidak menyenangkan, berperang melawan orang-orang yang ia kenal sejak kecil, yang para prajuritnya pernah ia gunakan sebagai prajurit bayaran, yang bersama mereka ia menjaga perdamaian selama lima belas tahun terakhir. Untuk melawan mereka, ia harus berteman dengan musuh-musuh Attila, suku Visigoth, yang terkuat di antara pasukan barbar lainnya yang tersebar di wilayah Gaul, dan musuh tradisional Roma.
Theodoric sudah berhenti berperang dengan Attila. Lebih dari dua puluh tahun terakhir, ia juga menjadi musuh Aetius, dan tidak ada harapan untuk mendapat bantuan darinya. Oleh karena itu ia bersiap mempertahan - kan wilayahnya sendiri, penduduknya, dan ibu kotanya, Toulouse. Ia tidak akan berperang melawan Attila me - lintasi wilayah Gaul yang bermusuhan. Aetius mengetahui semua ini. Agar Theodoric mau ikut ambil bagian, diperlukan diplomasi yang cerdik, sehingga ia harus men dapatkan dukungan dari Kaisar Valentinian sendiri. Saat hal ini terjadi, ada seseorang yang bisa mengatasi
287 hal ini dari dekat, yakni di Clermont-Ferrand. Tentu saja orang itu adalah Avitus: bangsawan, sarjana, diplomat, kaisar masa depan, dan teman Theodoric. Setelah pensiun dari pemerintahan, selama sebelas tahun terakhir ia menikmati hidupnya sebagai seorang aristokrat kaya, mengawasi Avitacum dan tanahnya yang sangat luas, dengan pohon-pohon pinus, air terjun, dan danau yang sangat menyenangkan, tidak hanya mengejar kesenangan perasaan dan pikiran, tetapi juga agenda politik dan budaya. Dari pengalaman pribadi Avitus tahu bahwa kekuatan militer saja tidak bisa mempertahankan kekaisaran. Ia sudah menyaksikan bangsa-bangsa barbar yang mengembara akhirnya menetap dan melakukan perubahan. Idenya begini: perdamaian akan tumbuh dari pendidikan dengan cara-cara yang dilakukan oleh Roma. Seperti yang dinyatakan oleh O.M. Dalton dalam terbitannya tentang surat-surat Sidonius, Avitus mungkin meyakini bahwa pemahaman perdamaian terhadap sebagian besar penduduk barbar yang paling beradab akan menyelamatkan kekaisaran yang terlalu lemah untuk dipimpin oleh Italia . Jika memang demikian dan karya Dalton berikutnya memang menyatakan demikian maka Avitus mengimpikan aristokrasi Teutonic semakin lama semakin halus dengan pengaruh Latin, yang akan menanamkan kualitas ras-ras yang kurang modern pada bangsa Romawi dan penerimaan yang lebih luas terhadap kebudayaan Italia kepada penduduk mereka . Theodoric dan suku Visigoth-nya adalah bukti bahwa tujuan semacam itu bisa berhasil.
Pahlawan Padang Rumput 3 Tujuh Pedang Tiga Ruyung Karya Gan K L Rahasia Kaum Falasha 4

Cari Blog Ini