Wallbanger Karya Alice Clayton Bagian 4
selama berhari-hari. Aku tersenyum di dalam bungkaman tangan Simon, dan Simon
menepuk perutku, yang membuatku pening. Saat mereka memisahkan diri, Sophia
tertawa di mulut Neil, Neil menjawabnya dengan kekehan khas prianya yang konyol.
"Well, ini memang sudah saatnya," kata Simon, melepaskan mulutku. "Mimi, aku-"
Sophia memulai, menoleh kearah Mimi dan menemukan kekosongan di jacuzzi. Mimi
dan Ryan telah menghilang. Aku hanya bisa melihat pinggiran handuk Ryan menuju ke
rumah kolam-dengan seorang pendamping licin dan basah di lengannya. "Well, kalau
begitu, kita akhiri saja malam ini." Desah Sophia, meraih Neil dengan tangannya.
"Selamat malam." Aku terkikik saat Sophia berjalan ke dalam rumah dengan Neil di
belakangnya. Mereka saling berpelukan erat, menggambarkan apa yang akan mereka
lakukan. Aku melihat ke rumah kolam, dan memperhatikan bahwa lampu belum
menyala. Mereka mungkin tidak akan datang kemari dalam waktu dekat ini. "Well, itu
tadi adalah sebuah perjodohan yang lumayan bagus, meskipun apabila kecerobohanmu
ditinggalkan keadaannya akan lebih menggairahkan lagi." Simon terkekeh, meletakkan
2Wallbanger - Alice Clayton
kepalanya di punggungku. Aku masih bertengger di pangkuannya. Tangannya telah
melepaskan mulutku, dan itu mengarah ke selatan, sementara tangannya yang lainnya
tetap erat di pinggangku. "Iya, aku selalu meninggalkan cukup banyak gairah," aku
mengamatinya dengan kecut, tidak ingin meninggalkan tempat indah ini, tapi
mengetahui aku harus melakukannya- dan segera. Simon cukup tenang di belakangku
dan aku mulai bangkit dari pangkuannya. "Kau memiliki segalanya untuk diinginkan,
Caroline," katanya dengan lembut, dan aku membeku. Itu cukup tenang untuk beberapa
saat, kami berdua tidak bergerak, tapi tetap saling bergerak mendekati. Tanpa melihat
kebelakang, aku mengeluarkan tawa kecil. "Kau tahu, aku benar-benar tidak pernah
mendapatkan ungkapan seperti itu. Apakah itu artinya aku menggairahkan atau-"
Jari-jari Simon mulai membentuk lingkaran kecil di kulitku. "Kau tahu dengan pasti apa
artinya," dia berbisik telingaku. Udara berhembus di sekitar kami, ketegangannya seperti
cuaca yang sebenarnya. Lebih banyak lingakaran kecil. Pada akhirnya, lingkaran
kecillah yang akhirnya menghancurkanku. Aku kehilangan semua kendali. Aku berbalik
dengan cepat, menangkapnya saat ia lengah ketika aku membungkuskan kakiku di
sekeliling pinggangnya dan membuang semua peringatan, dan mantra haremku,
bersama angin. Aku membenamkan tanganku di rambutnya, menikmati nuansa seperti
sutra yang basah di ujungujung jariku saat aku menariknya ke arahku. "Mengapa kau
menciumku di pesta malam itu?" tanyaku, mulutku hanya beberapa inchi dari mulutnya.
Setelah ia menyadari aku yang
2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
mengemudikan bus ini, ia menjawabnya dengan menekan pinggulnya terhadapku,
membawa kami semakin dekat bersamasama lebih daripada sebelumnya. "Mengapa
kau menciumku" Tanya Simon, menggerakkan tangannya naik dan turun pada
punggungku, berhenti di tempat di mana tangannya direntangkan tepat di
pinggangku-dengan jempol di depan, dan jari yang lain di belakang- dan menekanku
lebih dekat padanya. "Karena aku harus," jawabku jujur, mengingat-ingat bagaimana
aku bereaksi secara naluriah, menciumnya ketika aku menginginkan segalanya tapi.
"Mengapa kau menciumku?" aku bertanya lagi. "Karena aku harus," kata Simon,
seringainya kembali. Beruntung aku tidak lama melihat seringainya. Karena akhirnya
aku menemukan rahasia untuk menghentikan seringaiannya. Bagaimana kau
menghentikan Wallbanger menyeringai" Kau menciumnya. *** *) Bailey's : wiski dan
krim yang berasal dari Irlandia, dibuat oleh Gilbeys of Ireland. Merk tersebut sekarang
dimiliki oleh Diageo. Memiliki kandungan alkohol sebanyak 17%. Bab 13 Langit terbuka,
menghujami dengan air hujan yang dingin, yang bercampur dengan panas di sekeliling
kami, dan di antara kami. Aku menatap ke arah Simon di bawahku, hangat dan basah,
dan tidak ada satu pun di dunia yang lebih kuinginkan selain bibirnya di bibirku. Jadi,
walaupun setiap lonceng sapi di kepalaku membunyikan alarmnya, aku merapatkan
diriku, melingkarkan kakiku lebih ketat di sekitar pinggangnya, dan menatap langsung ke
arah matanya. "Mmm, Caroline, apa yang akan kau lakukan?" Dia tersenyum,
tangannya memegang kuat pinggangku seolah jemarinya menekan ke dalam kulitku.
Kulitnya menyentuh kulitku dengan cara yang membuat kepalaku tidak bisa bekerja
dengan baik, dan aku bisa merasakan"aku benar-benar bisa merasakannya"ototnya
di perutku. Dia begitu kuat, kuat yang amat lezat yang membuat otak mulai terbakar,
dan organ lain mulai mengambil alih keputusanku. Aku pikir O bahkan menampakkan
kepalanya untuk sesaat, seperti tikus tanah. Dia menatap sekilas ke sekitar dengan
cepat dan memutuskan sepertinya musim semi lebih dekat dari yang sudah dia
perkirakan selama beberapa bulan. Aku menjilat bibirku, dan dia mengikuti apa yang
kulakukan. Aku hampir tidak bisa melihat dia dengan jelas melalui kabut uap dari bak
2Wallbanger - Alice Clayton
mandi air panas dan sekarang nafsu teramu dalam kuali kecil yang berisi senyawa kimia
terklorinasi ini. "Aku tidak akan melakukan sesuatu yang baik, itu sudah pasti," aku
menarik nafas, hanya sedikit mengangkat tubuhku. Sensasi dari dadaku yang menekan
kulitnya tidak bisa terbayangkan. Ketika aku duduk lagi di pangkuannya, aku merasakan
reaksinya dengan sangat jelas, dan kami berdua mengerang oleh sentuhan itu. "Kau
akan melakukan hal yang buruk, hah?" katanya, suaranya serak dan berat dan
menuangkan sirup maple di atasku. "Tidak baik," aku berbisik di telinganya bersamaan
dengan bibirnya yang menekan leherku. "Mau berbuat nakal bersamaku?" "Kau yakin?"
dia mengerang, tangannya mencengkeram punggungku dengan nikmat. "Ayo, Simon.
Mari kita menggedor beberapa dinding," jawabku, membiarkan lidahku keluar di antara
bibirku dan menyentuh kulit di bawah rahangnya. Lapisan atasnya menggesek indera
perasaku dan memberikanku bayangan akan seperti apa rasanya permukaan itu
menyentuh tempat lembut lain di tubuhku. O memunculkan lagi kepalanya sedikit lebih
jauh dan langsung pergi menuju ke otak, yang langsung berbicara secara langsung ke
arah tanganku. Aku menggenggam pangkal lehernya dengan kuat, dan memposisikan
dia langsung berhadapan denganku, matanya melebar dan berubah menjadi
penghipnotis kecil. Seringainya sangat kuat, dan begitu pun dirinya. Aku membungkuk
dan menghisap bibir bawahnya di antara gigiku, menggigitinya dengan lembut sebelum
menggigit dan menariknya lebih dekat. Dia mendekat dengan suka rela, menyerahkan
kendali ketika jemariku menarik dan mendorong rambutnya, dan lidahku menekan
bibirnya ketika dia mengerang ke arahku. Semua hal di duniaku menyempit menjadi
hanya perasaan untuk pria ini, pria luar biasa di tanganku ini dan di antara kakiku, dan
aku menciumnya seperti dunia akan berakhir. Ciuman ini tidaklah manis atau ragu-ragu,
ciuman ini murni keputusasaan jasmaniah yang dibubuhi dengan nafsu yang tak dapat
dipahami dan bergulir menjadi bola raksasa dari
tolong-Tuhanbiarkan-aku-hidup-dalam-mulut-pria-ini-sampai-waktu-yang-tidakterbatas-di
-masa-depan. Bibirku membawanya ke dalam tarian yang sama tuanya dengan gunung
yang mengawasi kami, lidah dan gigi dan bibir kami saling bertemu dan menghancurkan
dan memberikan ketegangan manis yang telah terbangun sejak aku muncul di pintunya
memberikan inspirasi untuk nama panggilanku. Aku bergetar ketika aku merasakan
tangannya bergerak ke bawah untuk menangkup pantatku dan menarikku lebih dekat,
kakiku bergerak ketika aku terengah seperti pelacur di gereja. Gereja Simon...di mana
aku hampir mati untuk berlutut di hadapannya. Mataku tertutup, kakiku terbuka lebar,
dan sekarang aku mendesah ke arah mulutnya seperti anjing gila. Gagasan bahwa
sebuah ciuman, hanya sebuah ciuman, mengubahku menjadi kantung besar berisi nafsu
dari CarolinButuhItu tidak terbantahkan, dan aku tahu, jika dia terus membuatku
merasakan hal ini aku akan mengundangnya langsung ke Tahoeku. Ide bagus.
"Datanglah ke Tahoeku, Simon," aku bergumam dengan tidak jelas di mulutnya. Dia
berhenti sesaat. "Caroline, datang ke apa mu" Oh, Tuhan," dia bergerak, ketika aku
mendorong kami ke sisi bak mandi air panas dan mendorong kami melintasi air,
mengosongkan sebagian isinya ke atas geladak dan sebagian lainnya tumpah di
sekeliling kami seperti ombak besar. Dia mendorongku ke arah dinding yang
berlawanan, menekanku ke arah bangku dan membelitkan kembali kakiku di sekitar
pinggangnya, dan aku dengan penuh keberanian menekankan bibirku kembali ke
arahnya, tidak mau melepasnya pergi. Pada satu titik, aku menciumnya dengan keras,
sampai dia harus mendorongku menjauh hingga dia bisa mengambil nafas. "Bernafas,
Simon, bernafas." Aku terkikik, membelai wajahnya
2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
ketika dia berjuang keras di depanku. "Kau...adalah...wanita gila," dia terengah,
2Wallbanger - Alice Clayton
tangannya melengkung di bawah lengangku dan melingkar di sekitar bahu atasku,
menahanku tetap di sisi yang berlawanan ketika aku menekan kakiku ke arah pantatnya,
mendorongnya ke tempat di mana aku benar-benar membutuhkannya. Dia menutup
matanya dan menggigit bibir bawahnya, geraman seperti binatang terdengar rendah di
tenggorokannya ketika aku meluncurkan gelombang kedua dari serangan yang
dipimpin Caroline Bagian Bawah. "Kau terasa menakjubkan," aku mendesah ketika aku
mulai menciumnya lagi, menghujani dia dengan ciuman di seluruh mulutnya, pipinya,
rahangnya, bergeser ke bawah untuk menghisap dan menggigit lehernya dan dia
menjatuhkan kepalanya ke belakang untuk membiarkan seranganku. Tangannya
bergerak dengan kasar di tubuhku, bergerak turun di punggungku dan menangkap tali
bikiniku, melepaskan ikatannya. Membayangkan payudara telanjangku menyentuh
kulitnya membuatku gila oleh nafsu, dan aku memindahkan tanganku dari rambutnya
untuk membuka ikatan di belakang leherku. Ketika aku melakukan gerakan itu, aku
menyenggol satu botol kosong Cava, dan mengakibatkan efek domino dari botol-botol
yang menghantam lantai. Aku tertawa ketika dia mundur, terkejut oleh suara itu.
Matanya biru berkabut, dipenuhi dengan nafsu, tapi ketika matanya terfokus kearahku,
matanya mulai mengkristal. Aku akhirnya berhasil membuka simpul ikatannya dan aku
bisa merasakan air berputar di sekitar kulitku yang telanjang. Aku mulai menjatuhkan
talinya, ketika Simon menggenggamnya dengan erat di tangannya. Dia menggelengkan
kepalanya seperti ingin membuat semuanya menjadi jelas, lalu dia menutup matanya
dengan rapat, memutuskan koneksi di antara kami. "Hey, hey, hey!" aku mendesak,
memaksa matanya untuk terbuka dan membuatnya melihat ke arahku. "Baru saja kau
pergi kemana?" Bisikku. Dia menggerakkan tangannya, masih tetap menggenggam tali
bikiniku, kembali ke leherku. Pelan-pelan, dia mengikat kembali pakaian renangku ke
posisi semula, dan aku merasakan wajahku berubah menjadi merah padam. Seluruh
darah di tubuhku mengkhianatiku dengan seketika. "Caroline," dia memulai, bernafas
dengan berat, tapi menatap ke arahku dengan hati-hati. "Ada yang salah?" aku
memotong. Tangannya menyentuh bahuku, dan dia terlihat menjaga jarak di antara
kami. "Caroline, kau luar biasa, tapi aku...aku tidak bisa?" lanjutnya Kali ini aku yang
menutup mataku. Emosi bergulung di belakang kelopak mataku, rasa malu menjadi
pemimpin di antara mereka. Hatiku merosot. Aku bisa merasakan matanya menatap ke
arahku, menginginkan aku untuk membuka mataku. "kau tidak bisa," kataku, membuka
mata dan melihat kemanapun kecuali ke arahnya. "Tidak, maksudku, aku..." dia
tergagap, jelas terlihat tidak nyaman ketika dia bergerak menjauhiku. Aku mulai
gemetaran. "Kau...tidak bisa?" Tanyaku, tiba-tiba merasakan dingin yang menusuk,
bahkan di dalam air. Aku melepas belitan kakiku dari pinggangnya, memberikan ruang
yang dia butuhkan untuk menjauh. "Bukan, Caroline, bukan kamu. Bukan seperti?"
"Well, tidaklah aku merasa seperti orang idiot?" ucapku, tertawa pendek dan bangkit
keluar dari air ke sisi bak mandi air panas. "Apa" Tidak, kau tidak mengerti, aku hanya
tidak bisa?" dia bergerak ke arahku dan aku mengangkat kakiku ke arahnya, menekan
kakiku di dadanya untuk menahan dia tetap menjauh. "Hey, Simon, aku mengerti. Kau
tidak bisa. Ini keren. Wow, malam yang gila, hah?" aku tertawa lagi, berbalik dan
bergerak ke arah rumah, ingin pergi menjauh sebelum dia bisa melihat air mata yang
kutahu sedang dalam perjalanannya untuk keluar. Tentu saja, ketika aku berusaha
untuk mengarahkan langkah kakiku, aku terpeleset di titik basah dan jatuh dengan suara
keras. Aku bisa merasakan bagian belakang bola mataku mulai terbakar ketika aku
berusaha pergi secepat yang aku bisa, panik aku akan menangis sebelum aku tiba di
dalam. Sekarang, ketika aku bergerak, aku bisa merasakan efek dari seluruh alkohol
yang aku minum, dan awal mulai dari sakit kepala yang kuat. "Caroline! Kau tidak
apa-apa?" Simon berteriak, berusaha keluar dari bak mandi air panas. "Aku tidak
2Wallbanger - Alice Clayton
apa-apa. Tidak apa-apa. Hanya..." ucapku, tenggorokanku mulai tertutup ketika aku
tersedak oleh isakanku. Aku mengangkat tanganku ke belakang, berharap dia bisa
mengerti aku tidak butuh bantuannya. "Aku tidak apa-apa, Simon." Aku tidak bisa
berbalik dan melihatnya. Aku hanya melanjutkan langkahku. Kutukan dari musik big
band masih bermain di atas meja, tapi aku masih bisa mendengar dia memanggil
namaku sekali lagi. Aku membiarkannya, aku masuk, merasa bodoh sekarang dalam
balutan bikini yang sekarang sama sekali tidak semenarik yang kukira. Aku bahkan
tidak mengambil handuk. Aku malah membuka pintu kaca dan mendengarnya menutup
dengan keras di belakangku ketika aku berlari dengan kencang ke kamarku. Aku
meninggalkan sedikit genangan air sepanjang jalan menuju kamarku, mencoba untuk
mengabaikan tawa yang keluar dari kamar Sophia. Ketika air mata akhirnya meluncur
turun di pipiku, aku mengunci pintuku dan membuka bikiniku. Merangkak ke kamar
mandi, menyalakan lampu, dan di sanalah aku berdiri, memantul kembali ke arahku.
Telanjang, rambut basah menutupi punggungku, memar mulai terbentuk di pahaku
karena jatuh...dan bengkak, bibir yang membengkak karena ciuman. Aku membungkus
rambutku dengan handuk, dan kemudian mendekatkan diriku lebih dekat dengan
cermin. "Caroline, sayangku, kau baru saja ditolak oleh seorang pria yang pernah
membuat seorang wanita mengeong selama tiga puluh menit tanpa henti. Bagaimana
rasanya?" wanita telanjang di cermin menjawabku, menjadikan jempolnya sebagai
mikrofon kecil. Dia bergerak di hadapanku, mengangkat jempolnya. "Yah, aku minum
cukup banyak anggur sampai mampu menenggelamkan pemukiman kecil di Spanyol,
aku belum mengalami orgasme selama sekitar seribu tahun, dan aku mungkin akan mati
tua sendirian dalam apartemen cantik dengan semua anak haram Clive berkerumun
mengelilingiku...kau pikir seperti apa rasanya?" aku balik bertanya, mengerahkan
jempolku ke arah Caroline di cermin. "Caroline bodoh, kau kan sudah mengebiri Clive,"
Jawab Caroline di cermin, menggelengkan kepalanya ke arahku. "Urusi dirimu sendiri,
Caroline di cermin, karena aku tidak bisa melakukannya," aku selesai, mengakhiri
wawancarku dan membawa pantat telanjangku kembali ke tempat tidur. Memakai kaos,
2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
menjatuhkan diri ke tempat tidur, diriku yang mabuk kelelahan karena pendakian dan
makan malam, anggur serta musik dan percumbuan terbaik yang pernah kulakukan.
Pikiran ini membawa air mataku kembali ke permukaan, dan aku berguling untuk
mengambil tisu, namun menemukan kotaknya kosong, yang membuatku menangis lebih
keras lagi. Penyihir Wallbanger bodoh. Bisakah malah ini menjadi lebih buruk lagi" Dan
kemudian teleponku berdering. *** "Panekuk, sweetie?" "Tentu, terima kasih, babe." Ya
Tuhan. "Masih adakah krim untuk kopinya?" "Aku punya krim untukmu di sini, sayang."
Astaga. Mendengarkan pasangan yang baru jadian, lebih tepatnya dua pasangan baru
kadang-kadang bisa membuat muntah. Tambahkan dengan sensasi mabuk, dan ini
akan menjadi pagi yang panjang. Setelah berbicara dengan James di telepon semalam,
aku jatuh tertidur dengan sangat pulas, terbantu, tanpa diragukan, oleh semua anggur
yang aku konsumsi. Aku bangun dengan lidah yang terasa tebal, sakit kepala sebelah,
dan perut yang memberontak"menjadi lebih mual lagi ketika aku tahu aku harus
bertemu dengan Simon pagi ini dan berhadapan dengan percakapan aneh
kita-benar-benarlepas-kontrol-tadi-malam. James membuatku merasa lebih baik. Dia
membuatku tertawa, dan aku mengingat bagaimana dia merawatku dengan baik dulu.
Kenangan yang sangai indah, dan terasa lebih menenangkan. Dia menelepon
berpura-pura untuk mengecek mengenai warna cat, yang dengan cepat aku anggap
sebagai gertakan. Dan kemudian dia mengakui dia hanya ingin berbicara denganku, dan
menyegarkan diri dari Penolakan di Bak Mandi Air Panas yang Hebat, aku senang
2Wallbanger - Alice Clayton
bicara dengan seseorang yang aku tahu menginginkan perhatianku. Sialan kau, Simon.
Ketika James mengajakku untuk makan malam akhir pekan berikutnya, aku
menyetujuinya dengan segera. Kami yakin akan sangat menikmatinya...dan semenjak O
kembali ke liang persembunyiannya, aku mungkin juga akan menikmati malam di kota.
Sekarang, aku duduk di meja sarapan, dikelilingi oleh dua pasangan baru yang
memenuhi dapur dengan kepuasan seksual yang cukup untuk membuatku menjerit.
Meskipun begitu aku tidak melakukannya. Aku mengingatkan diriku ketika Mimi duduk
dengan riangnya di atas pangkuan Ryan, dan Neil menyuapi Sophia dengan bola melon
seolah-olah keberadaan dia di bumi memang untuk alasan ini dan memang hanya untuk
alasan ini. "Bagaimana sisa malammu, Nona Caroline?" Mimi berkicau, mengangkat
alisnya ingin tahu. Aku menekan ujung garpuku ke tangannya dan menyuruhnya untuk
diam. "Wow, galak. Seseorang pasti menghabiskan malam seorang diri," Sophia
berbisik ke arah Neil. Aku mendongak ke arah dia dengan terkejut. Sikap santai mereka
terhadap urusan ini benar-benar mulai membuatku merasa terganggu. "Well, tentu saja
aku menghabiskan malam sendirian. Memangnya kalian pikir aku menghabiskan malam
dengan siapa" Huh?" tanyaku, menggebrak meja dan menyenggol gelas jus jerukku
sampai terguling. "Ah, pergi kalian semua ke neraka," gerutuku, menghambur ke arah
teras, air mata mulai muncul lagi untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari 12 jam.
Aku menjatuhkan diri di salah satu kursi Adirondack, menatap ke arah danau. Udara
dingin pagi menenangkan wajahku yang memanas, dan aku menghapus air mataku
dengan serampangan ketika aku mendengar langkah kaki perempuan mengikutiku ke
teras ini. "Aku sedang tidak ingin membahas ini, okay?" Perintahku, ketika mereka
duduk di hadapanku. "Oke...tapi kau harus memberi kami sesuatu. Maksudku, kukira
ketika kita pergi tadi malam, maksudku...kau dan Simon melakukan ?" Mimi memulai,
dan aku menghentikannya. "Aku dan Simon bukan apa-apa. Tidak ada aku dan Simon.
Apa, kalian kira kami akan menjadi pasangan hanya karena kalian berempat akhirnya
menyadari urusan kalian masing-masing" Omong-omong, Terima kasih kembali untuk
itu," bentakku, menarik penutup topi bulatku turun lebih rendah ke wajahku, menutupi air
mata yang terus turun dari sahabat-sahabatku. "Caroline, kami hanya berpikir?" Sophia
memulai, dan aku juga menghentikannya dengan segera. "Kalian pikir karena kami
Wallbanger Karya Alice Clayton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
adalah orang yang tersisa, kami secara ajaib berubah menjadi pasangan" Benar-benar
seperti di buku cerita "tiga pasangan yang cocok dengan sempurna, begitu" Seperti
hal itu memang pernah terjadi. Ini bukan kisah novel romantis." "Oh, ayolah, kalian
berdua cocok satu sama lain. Kau menyebut kami buta tadi malam" Hai, panci. Ini aku,
wajan," Sophia balas membentak. "Hai, ketel, kau punya waktu sekitar 30 detik sebelum
si panci menendang pantatmu. Tidak terjadi apa-apa. Tidak akan terjadi apaapa. Jika
kau sudah lupa, dia punya harem, ladies. Sebuah Harem! Dan aku tidak akan jadi selir
ketiganya. Jadi kau bisa melupakan ini, okay?" teriakku melompat dari kursi, kembali ke
dalam rumah, dan berlari tepat ke arah si pendiam Simon. "Bagus! Kalian ada di sini
juga! Dan aku bisa melihat kalian berdua mengintip melalui tirai, idiot!" teriakku, ketika
melihat Neil dan Ryan mundur dari jendela. "Caroline bisakah kita bicara?" tanya Simon,
menangkap tanganku dan memutarku menghadap ke arahnya. "Tentu, kenapa tidak"
Ayo buat rasa malu ini menjadi lengkap. Karena kalian semua penasaran dengan apa
yang terjadi, aku menyerahkan diriku pada pria ini tadi malam, dan dia menolakku. Oke,
rahasia terbongkar. Sekarang bisakah kita melupakan hal ini?" aku melepaskan diri dari
genggaman tangannya dan berjalan melalui jalan setapak ke arah danau. Aku tidak
mendengar apapun di belakangku dan berbalik untuk melihat mereka berlima, mata
melebar dan jelas-jelas tidak yakin akan melakukan apa selanjutnya. "Hey! Ayolah,
Simon. Ayo pergi," Aku menjentikkan jariku, dan dia mengikutiku, terlihat sedikit
ketakutan. Aku menghentakkan langkahku dan mencoba untuk memperlambat nafasku.
2Wallbanger - Alice Clayton
Jantungku berdegup kencang, dan aku tidak ingin berbicara ketika aku gusar seperti
sekarang. Tidak ada hal baik yang akan keluar dari sini. Ketika aku menarik nafas dan
menghembuskannya, aku melihat pagi yang cantik di sekitarku dan mencoba
membiarkan pemandangan itu sedikit meringankan hatiku. Apakah aku perlu membuat
semua ini menjadi lebih aneh dari seharusnya" Tidak. Aku punya kendali di sini, begitu
juga tadi malam. Aku seharusnya bisa membuat kejadian tadi malam tidak perlu terjadi,
atau pasti bisa mencobanya. Aku bernafas lagi, merasakan sedikit ketegangan
meninggalkan tubuhku. Terlepas dari semua hal yang terjadi, aku menikmati
2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
kehadiran Simon dan mulai marasakan dia sebagai temanku. Aku tetap berjalan
menghentak di sepanjang jalan setapak, namun pada akhirnya mengurangi kecepatan
langkahku menjadi santai. Aku melewati pepohonan di belakangku dan tidak berhenti
sampai tiba di ujung dok. Matahari mengintip setelah badai tadi malam, memantulkan
cahaya perak ke permukaan air. Aku mendengar dia menyusulku dan berhenti tepat di
belakangku. Aku mengambil nafas panjang lagi. Dia tetap diam. "kau tidak akan
mendorongku, kan" Itu akan menjadi keputusan yang buruk, Simon." Dia tertawa, dan
aku tersenyum kecil, aku tidak ingin tersenyum, tapi juga tidak sanggup menahannya.
"Caroline bisakah aku menjelaskan tentang tadi malam" Aku ingin kau tahu bahwa?"
"Jangan, oke" Tidak bisakah kita menganggapnya sebagai obrolan santai?" tanyaku,
berputar untuk menghadap langsung ke arahnya dan mencoba untuk mendahului
kata-katanya. Dia menunduk menatapku dengan pandangan paling aneh di wajahnya.
Dia terlihat berpakaian dengan terburu-buru: baju hangat putih, celana jeans sobek, dan
sepatu gunung yang bahkan tidak diikat, talinya sekarang terjatuh dan berlumpur. Tetap
saja dia terlihat mengagumkan, matahari pagi menyinari garis wajahnya yang kuat dan
pemandangan itu terasa begitu nikmat. "Kuharap aku bisa, Caroline, tapi?" dia memulai
lagi. Aku menggelengkan kepalaku. "Serius, Simon, bisakah?" aku memulai, tapi
berhenti ketika dia menekan jarinya ke mulutku. "Kau yang harus diam, oke" Kau terus
memotongku, dan lihat seberapa cepat kau akan dilemparkan ke danau itu," dia
memperingatkanku dengan binar di matanya. Aku mengangguk, dan dia memindahkan
jarinya. Aku mencoba membiarkan panas yang membara di bibirku, bara yang muncul
ke permukaan hanya dengan sentuhan kecilnya. "Jadi, tadi malam kita hampir saja
melakukan kesalahan besar," katanya, dan ketika dia melihat mulutku mulai kembali
terbuka, dia menggoyang jarinya ke arahku. Aku mengunci mulutku, membuang
kuncinya ke danau. Dia tersenyum sedih dan melanjutkan. "Sangat jelas aku tertarik
padamu. Bagaimana mungkin aku tidak tertarik" Kau menakjubkan. Tapi kau mabuk,
aku mabuk, dan sehebat apapun yang akan terjadi tadi malam, itu akan"ah, itu akan
mengubah sesuatu, kau tahu" Dan aku tidak bisa, Caroline. Aku tidak bisa membiarkan
diriku untuk...aku hanya..." dia berusaha keras, mengusap tangan ke rambutnya dengan
sikap yang kupahami sebagai rasa frustasinya. Dia menatap ke arahku, berharap aku
akan membuat segalanya menjadi lebih baik, untuk mengatakan kepadanya kami
baik-baik saja. Apakah aku ingin kehilangan seorang teman karena hal ini" Tentu tidak.
"Hey, seperti yang aku bilang, santai"terlalu banyak anggur. Selain itu, aku tahu kau
punya peraturanmu sendiri, dan aku tidak bisa...aku hanya lepas kendali tadi malam,"
jelasku, mencoba untuk membuat dia percaya alasannya. Dia membuka mulutnya untuk
berkomentar, tapi setelah beberapa saat dia mengangguk dan mengeluarkan desahan
panjang. "Kita tetap berteman" Aku tidak ingin semuanya berubah menjadi aneh. Aku
benar-benar menyukaimu, Caroline," katanya, terlihat seolaholah dunianya akan
berakhir. "Tentu saja teman. Memangnya akan jadi apa lagi kita?" Aku menelan ludah
dengan susah dan memaksa senyuman. Dia juga tersenyum, dan kami mulai berjalan
2Wallbanger - Alice Clayton
kembali ke jalan setapak. Oke, ini tidak terlalu buruk. Mungkin ini akan berhasil. Dia
berhenti dan mengambil segenggam penuh pasir pantai dan menyimpannya ke dalam
plastik kecil. "Botol?" "Botol." Dia mengangguk, dan kami mulai berjalan. "Jadi
sepertinya recana kecil kita berhasil," kataku, mencoba mencari bahan obrolan.
"Dengan orang-orang itu" Oh ya, kurasa berhasil cukup baik. Mereka terlihat berhasil
menemukan apa yang mereka butuhkan." "Itu yang berusaha dilakukan semua orang,
bukan?" aku tertawa ketika kami melintasi teras menuju ke dapur. Empat kepala
menghilang dari jendela dan mulai mencari posisi tidak mencurigakan di sekitar meja.
Aku berdeham. "Selalu menjadi hal yang bagus ketika apa yang kau butuhkan dan apa
yang kau inginkan adalah hal yang sama." kata Simon, menahan pintu terbuka untukku.
"Wow, kau mengatakan sesuatu yang sangat berarti." Kesedihan tiba-tiba
menghantamku lagi, tapi aku tidak perlu memaksakan senyuman ketika aku melihat
bagaimana senangnya teman-temanku. "Kau mau sarapan" Aku rasa masih ada roti
kayu manis." Tawar Simon, berjalan ke arah meja. "Um, tidak. Aku rasa aku akan
berkemas, merapikan barangbarangku," kataku, menyadari semburat kekecewaan
melintasi wajahnya sebelum dia tersenyum dengan berani. Baiklah, jadi ini tidak terlalu
bagus. Well, itu yang terjadi ketika dua orang teman berciuman. Semuanya tidak akan
sama lagi. Aku mengangguk ke arah gadis-gadisku dan menuju kamarku. *** Terdorong
oleh keinginanku untuk kembali ke kota, dalam waktu dua jam kami semua sudah beres
berkemas dan menentukan siapa yang berkendara dengan siapa. Aku tidak mau
sendirian dengan Simon, jadi aku menarik Mimi dan menyuruh dia untuk membawa
Ryan bersama kami. Sekarang kami semua berada di luar merapikan tas-tas. Ketika
Simon memasukkan semuanya ke dalam Range Rover. Aku sedikit gemetar, menyadari
sudah terlambat untuk mengambil jaket buluku dari dalam tas, yang sekarang sudah
terkubur di bawah yang lain. Ketika dia berbalik, dia menyadarinya. "Kau kedinginan?"
"Sedikit, tapi tidak apa-apa. Tasku di bawah, dan aku tidak mau kau mengeluarkan lagi
semuanya," jawabku, menggoyangkan kakiku untuk tetap hangat. "Oh! Itu
mengingatkanku, aku punya sesuatu untukmu," serunya, mengeledah tasnya, yang
berada di posisi paling atas. Dia menyerahkan kepadaku bingkisan empuk, terbungkus
dengan kertas coklat. "Apa ini?" tanyaku. Dia tersipu. Simon tersipu" Aku tidak pernah
melihatnya... "Kau tidak berpikir aku lupa, kan?" jawabnya, rambutnya jatuh menyentuh
matanya ketika dia mengeluarkan senyum kekanakan. "Aku akan memberikannya tadi
malam, tapi kemudian?" "Hey, Parker! Bisakah kau membantuku di sini!" Neil
memanggil ketika dia berusaha untuk memasukkan barang-barang Sophia. Kemarin, ini
adalah pekerjaan Ryan. Sekarang ini tugas Neil. Kemarin. Dunia berubah banyak hanya
dalam satu hari. Dia meninggalkan aku ketika Mimi dan Ryan mengambil tempat duduk
di kursi belakang. Aku membuka bingkisannya dan menemukan sweater Irlandia yang
sangat lembut dan tebal. Aku mengeluarkannya, merasakan beratnya
2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
dan teksturnya yang bergelombang. Aku menekannya ke arah hidungku, menyerapa
aroma wol dan tidak salah lagi aroma Simon yang menempel di sini. Aku tersenyum ke
arah sweater, kemudian memakainya di atas kaosku, mengagumi bagaimana benda ini
meluncur dengan lembut, tapi tetap membungkusku dengan cara yang nyaman, aku
berbalik untuk melihat Simon sedang melihat ke arahku melalui mobil Neil. Dia
tersenyum ketika aku berbalik ke arahnya. "Terima kasih," Ucapku tanpa suaraku.
"Sama-sama," balasnya. Aku mengirup aroma sweaterku dengan dalam dan lama,
berharap tidak ada seorang pun yang memperhatikan. *** Bab 14 Di dalam sebuah
Range Rover hitam selama perjalanan kembali ke San Francisco" Caroline: Oke, aku
bisa melakukannya...Ini cuma beberapa jam kembali ke kota. Aku bisa menjadi orang
2Wallbanger - Alice Clayton
yang lebih dewasa di sini. Aku bisa bertindak seolah-olah dia tidak berhenti tiba-tiba dari
pikiran melihat payudaraku semalam-dan apa-apaan sih" pria apa yang mengatakan
tidak untuk payudara" Maksudku, itu payudara yang bagus. Payudara yang menonjol
dengan bagus dan kencang, dan basah, demi Tuhan...! Kenapa dia tidak mau
payudaraku" Caroline, tenang saja...Tersenyum saja padanya dan bertindak seperti
semuanya baik-baik saja. Tunggu, dia melihat ke arah sini. Senyum! Oke, dia tersenyum
kembali...Penolak Payudara bodoh...Maksudku, ada apa dengan itu" Dan dia juga
sudah keras! " Simon: Caroline tersenyum padaku...Aku bisa tersenyum kembali
padanya, kan" Maksudku, kami bersikap natural, kan" Oke, berhasil. Aku berharap
kelihatan lebih natural daripada perasaanku. Ya Tuhan, siapa yang tahu sweater
kebesaran akan terlihat begitu bagus pada seorang gadis...Tapi semuanya terlihat
cukup bagus pada Carolineterutama bikini hijau itu. Apakah aku benar-benar
menolaknya tadi malam" Oh Tuhan, itu akan menjadi sangat mudah untuk hanya...Tapi
kemudian aku tidak bisa. Mengapa aku tidak bisa?"" Ya Tuhan, Simon. Well, kami
mabuk...Koreksi, dia yang mabuk. Apa dia menyesalinya" Dia mungkin menyesalinya.
Tidak bisa mengambil risiko"Mungkin akan jadi sedikit bencana...Atau seperti itukah
para gadis" Aku seharusnya tidak melakukannya juga dengan para gadis lain. Tapi
sekarang itu bahkan benar-benar tidak bekerja dengan baik dengan gadis lain
belakangan ini, ya kan" Huh, aku tidak memikirkan tentang mereka sekalipun akhir
pekan ini...karena aku tidak bisa berhenti memikirkan Caroline. Dia menatapku
lagi...Apa yang akan kami bicarakan di sepanjang perjalanan kembali ke kota" Ryan
bahkan tidak memperhatikan. Bajingan. Aku bilang padanya bahwa ia harus
membantuku...Dia membantu dirinya sendiri untuk seorang yang susah di urus seperti
Mimi. Aku hampir menyesal Caroline dan aku bekerja sangat keras untuk menyatukan
mereka bersama. Hmm...Caroline dan aku...Caroline dan aku di dalam bak mandi air
panas di mana memakai bikini itu dilarang...Ya Tuhan, tunggu dulu-ya, sekarang aku
sudah setengah... " Caroline: Kenapa dia gelisah seperti itu" Ya Tuhan, apa dia harus
buang air kecil" Mungkin aku harus buang air kecil. Mungkin ini akan menjadi waktu
yang tepat untuk menyarankan istirahat pipis...Lalu aku bisa menarik Mimi dan
memastikan dia tahu alasan mereka menumpang dengan kami bukan berarti mereka
bisa berciuman sepanjang perjalanan, tapi untuk membantuku menghadapi Si Takut
Payudara di sebelah sana. Oke, minta padanya saja untuk menepi di pompa bensin
berikutnya. Wow, dia benarbenar harus buang air kecil, kukira. Kuharap di SPBU ini ada
Gardetto (sejenis makanan ringan). " Simon: Terima kasih Tuhan dia ingin berhenti.
Sekarang aku dapat menyesuaikan diri tanpa terlihat seperti orang mesum...Oh, siapa
yang bercanda" Aku memang orang mesum. Aku mengendarai mobil dengan seorang
wanita yang mengangkangiku tadi malam dan hanya dengan memikirkan hal itu
membuatku keras. Mesum, mesum, mesum. Kuharap di SPBU ini ada Gardetto. "
Mimi: Ooh! Kami berhenti! Kuharap di SPBU ini ada permen karet! " Ryan: Oh, man,
kita berhenti" Kita tidak akan sampai kembali ke kota sebelum gelap. Mimi ingin aku
melihat tempatnya, dan aku benar-benar berharap itu artinya berkeliling sambil telanjang
dan membiarkan aku menonton...Kuharap di SPBU ini ada kondom. " Caroline: Oke,
kau bisa menanganinya sedikit lebih baik. Mimi menyarankanmu dan Simon berbagi
sekantong besar Gardetto bukanlah masalah besar. Apakah aku sedikit sensitif hari ini"
Ya, kukira begitu...Tapi aku tahu pasti bahwa Simon sedang memelototi pantatku saat
aku berjalan menjauh dari mobil. Kenapa dia memelototi pantatku sekarang" Tadi
malam dia bahkan tidak ingin mengintip ke balik bikiniku. Apa dia benar-benar serumit
itu" Kenapa sih dia menatapku" Dia mengulurkan tangannya. Tetap diam, Caroline,
diam...Oh, ada biji wijen di daguku. Nah, jika kau tidak melihat mulutku, Mr Penyampur
Pesan, kau bahkan tidak akan menyadarinya. Kau tidak akan pernah mengambil biji
2Wallbanger - Alice Clayton
wijen ini sekarang, buddy. Sial! Mengapa sweater ini harus tercium begitu harum" Aku
harap dia tidak melihatku mengendus sweater ini sepanjang jalan. ". Simon: Dia
benar-benar suka mengendus hari ini. Kuharap dia tidak terkena flu. Kami
menghabiskan begitu banyak waktu di luar akhir pekan ini...Aku akan membencinya jika
dia menderita sesuatu. Dia baru saja mengendus lagi. Haruskah aku menawarkannya
Kleenex" " Mimi: Tertangkap kau, Caroline. Aku benar-benar tahu kau mengendus
sweater itu. " Ryan: Aku ingin tahu apa Mimi punya permen karet lebih" Aku harap dia
tidak melihatku membeli kondom-kondom itu. Maksudku, aku tidak ingin menjadi
sombong. Tapi aku sudah pasti ingin berada di bawah tubuhnya lagi sangat, sangat
segera. Siapa yang tahu seseorang yang begitu mungil bisa begitu berisik...dan
sekarang aku sudah keras... " Mimi: Ryan Hall...Mimi Reyes Hall...Mimi Hall...Mimi
ReyesHall" " Caroline: Oke, Caroline, waktunya untuk melakukan percakapan sulit
itu-dengan diri sendiri. Mengapa tepatnya kau melemparkan diri pada Simon tadi
malam" Apakah itu karena anggur" Musik" Voodoo" Apakah itu kombinasi dari
semuanya" Oke, oke, tidak ada lagi omong kosong. Aku melakukannya
karena...karena...Sial, aku butuh lebih banyak Gardetto.
2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
" Simon: Dia begitu manis. Maksudku, ada yang disebut ayu, tapi ada juga yang
disebut manis...betapa pengecutnya aku. Persetan dengan manis-dia itu
cantik...pengecut.. dan beraroma harum...pengecut" Mengapa beberapa gadis
beraroma lebih baik" Beberapa gadis beraroma seperti bunga bercampur buah.
Maksudku, mengapa beberapa gadis ingin beraroma seperti mangga" Mengapa
seorang gadis harus beraroma seperti mangga" Mungkin jika aku cukup hanya
memikirkan kata mangga aku tidak akan berpikir tentang vagina lagi.
Caroline...mangga...Caroline...vagina...Oh Tuhan! Dan sekarang aku keras. " Caroline:
Dia tampaknya seperti ingin buang air kecil lagi...Dia terlalu banyak minum kopi. Dia
sudah meminum sekitar enam cangkir dari termos itu. Itu lucu...Dia tidak pernah minum
cangkir kedua di rumah. Kenapa aku tahu berapa banyak cangkir kopi yang ia minum"
Terima saja itu, Caroline, kau tahu begitu banyak tentang dia karena...karena... " Ryan:
Dude, kita berhenti lagi" Kita tak akan pernah sampai di rumah. Kawanku mengalami
beberapa masalah serius hari ini...Aku mungkin harus melihat apakah dia ingin minum
bir atau apapun ketika kami kembali-jika seandainya dia ingin berterus terang tentang
apa yang sebenarnya terjadi tadi malam. Haruskah aku menawarkan" Wow, Mimi
terlihat fantastis memakai celana itu...Aku bertanya-tanya apa dia membeli lebih banyak
permen karet. " Mimi: Hentikan mengendus sweatermu, Caroline! Serius, girl. Jika saja
aku bisa mengajaknya bicara berdua. Oke, Simon tampaknya terpincang-pincang
menuju toilet pria. Aku bisa mengajaknya bicara di stan beef jerky (dendeng daging). "
Caroline: Ugh...Aku tidak percaya Mimi tahu aku mengendus sweater ini. Aku ingin tahu
apakah Simon memperhatikan. " Simon: Dia tampaknya sudah lebih baik...Tidak
mengendus lagi. " Mimi: Aku harus mengirim pesan pada Sophia. Dia harus tahu
situasi Simon/Caroline tidak menjadi lebih baik. Apa yang akan kami lakukan dengan
kedua orang ini" Maksudku, serius...kadangkadang orang tidak bisa melihat apa yang
ada di depan mata mereka. Aawww...Ryan ingin aku menggaruk punggungnya. Aku
memujanya...Dan sial, jari-jarinya panjang... " Ryan:
Mmmm...punggung...garuk...punggung...garuk...Mmmm... " Caroline: Oke, tidak ada
lagi menghindari ini di kepalamu sendiri, Reynolds. Dan sekarang aku serius karena aku
menggunakan nama terakhirku. Sekarang dengarkan, Reynolds...Heeheehee...aku
terdengar seperti orang keren! " Simon: Jadi...dia cekikikan" Lelucon dalam hati,
katanya. Jadi mungkin dia baik-baik saja dengan bagaimana ini akan terjadi-uups,
2Wallbanger - Alice Clayton
menyambar kantong Gardetto's yang salah. Apa dia baru saja menggeram padaku" "
Caroline: Menolak payudaraku dan kemudian mencoba untuk mencuri Gardettoku"
jangan harap, buddy. Oke, Reynolds, tidak ada cekikikan lagi. Kau tidak dapat
menghindari hal ini selamanya, bahkan dalam pikiranmu sendiri. Berikut adalah
pertanyaanpertanyan yang terkumpul: 1. Mengapa kau melemparkan diri pada Simon
tadi malam" Dan kau tidak diizinkan untuk menyalahkan alkohol atau musik atau hasrat
liburan atau Saraf atau Jantung atau apa pun. 2. Mengapa dia menolakmu" Jika dia
tidak ingin ke arah sana, mengapa dia menggodamu selama berminggu-minggu, dan
bukan hanya dengan cara bertetangga biasa" Dia punya harem, demi Tuhan. Dia bukan
seorang Puritan. Agh! 3. Apa ditolak oleh Simon ada hubungannya dengan kencan yang
kau setujui dengan James" 4. Bagaimana Simon dan aku kembali menjadi hanya
berteman ketika kami tahu seperti apa rasanya di dalam mulut masing-masing" Dan
rasanya sangat, sangat, sangat nikmat. Oke, ya. Kau boleh mengendus sweaternya
sekali lagi-hanya saja jangan biarkan orang lain melihatmu. " Simon: Aku harus
mencari solusi masalah ini dengan Caroline. Dia begitu hebat, maksudku sangat
hebat...Apakah pernah ada seorang wanita yang memiliki setiap kualitas yang aku cari"
Kecuali untuk Natalie Portman, tentu saja. Tapi Caroline" Aku harus berhenti terlalu
sering menonton Lifetime-maksudku pria macam apa yang di dalam pikirannya sendiri
bahkan memikirkan kalimat seperti: "Apakah pernah ada seorang wanita yang memiliki
setiap kualitas yang aku cari?" Tunggu, apakah aku mencari wanita seperti itu" Tidak,
aku tidak pernah. Aku tidak punya waktu untuk itu, ruang untuk itu-dan gadis-gadisku
tidak ingin hubungan standar yang kuno. Mereka menjauhi tipe orang yang seperti itu.
Caroline bilang dia bukan tipe orang seperti itu...Katie sudah menemukan jodohnya, dan
aku merasa senang untuknya. Kapan terakhir kali aku bahkan berbicara dengan Nadia
atau Lizzie" Mungkin mereka tidak tepat untukku lagi. Aku tidak menginginkan mereka
Wallbanger Karya Alice Clayton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seperti mungkin aku menginginkan...menginginkan Caroline. Dasar kau pengecut,
Parker...Ya Tuhan, Caroline-dia wanita pilihan...Tunggu sebentar. Apa-apaan ini"
Apakah kau benar-benar terhibur dengan ide sebuahmenelan ludah-hubungan" Dan
kenapa aku benar-benar memikirkan kata "menelan ludah?" Itu sedikit dramatis, Parker.
Ayolah, pikirkan tentang hal ini...Jika aku ingat-ingat dengan benar, kau yang
mengundangnya ke Spanyol! Jangan lari dari itu. Dude, apa dia baru saja mengendus
sweaternya" " Ryan: Mmmm...gadisku menyukai dendeng-bisakah aku lebih
beruntung dari ini" Dia menggaruk punggungku dan suka makan dendeng. Aku sudah
mati dan pergi ke suatu tempat yang mirip surga... " Mimi: Aku tidak percaya dia
memakan semua dendengku...Dasar konyol...Heehee.. " Caroline: Pertanyaan
pertama terlalu sulit. Aku tidak bisa memulai dengan yang itu. Aku akan menjawabnya
dalam urutan terbalik. 4. Aku tidak tahu apakah kami bisa berteman, tapi aku
benar-benar ingin berteman-dan tidak dengan cara yang palsu. Aku benar-benar
menyukai Simon, dan meskipun apa yang terjadi tadi malam sangat payah, kupikir kami
bisa mencari solusinya...Dan aku ingin merokok apa pun itu. 3. TENTU SAJA AKU
SETUJU KENCAN DENGAN JAMES KARENA APA YANG TERJADI DENGAN SIMON!
Lucu sekali bagaimana itu semua muncul dalam huruf besar bahkan di dalam kepalaku.
2. Jika aku tahu mengapa dia menolakku, aku akan menjadi seorang yang benar-benar
jenius. Bau mulut" Bukan. Karena aku mabuk" Mungkin...Tapi jika karena kami mabuk
itu adalah waktu terburuk bagi ksatria dalam sejarah alam semesta. Dia
2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
terus mengatakan "aku tidak bisa" dan bahwa itu adalah "kesalahan". Sekarang,
mungkin adalah kesalahan. Tapi mungkin sepadan...Mungkin dia hanya setia pada
haremnya" dengan cara yang aneh itu cukup manis. Aku tahu dia benar-benar peduli
2Wallbanger - Alice Clayton
tentang mereka. Sial, dia bahkan hebat ketika itu mengenai mereka! Tapi aku tahu "aku
tidak bisa" itu tidak akurat. "Tidak bisa" menyiratkan semacam disfungsi ereksi. Dan aku
merasakan tonjolan itu di pahaku. #mendesah. Mendesah untuk paha. Sweter ini
mengacaukan isi kepalaku. mengendus... " Simon: Dia baru saja mendengus
lagi-kenapa dia terus melakukan itu" Ketika aku memakainya aku tidak melihat itu
berbau seperti apa pun selain wol. Gadis-gadis memang aneh...Luar biasa
anehnya...Vagina...Vagina Caroline...Daaaann aku keras. Kenapa sih aku bahkan
berpura-pura aku tidak benar-benar sangat senang dan bahagia bersama gadis ini" Dan
itu tidak ada hubungannya dengan vaginanya...dan sekarang aku makin keras. "
Caroline: Berhentilah mencoba menghindar dari menjawab pertanyaan ini. Hadapi
secara langsung! Mengapa kau melemparkan diri pada Simon, melupakan
persahabatan dan harem dan O yang kekeringan dan semua alasan yang sangat baik
yang kau punya untuk menjauh dari dia dan sihir voodoo penggedornya?"" Ayolah,
Caroline. Berhenti mengeluh dan katakan. Apa yang ia katakan ketika kau bertanya
mengapa dia menciummu di malam kalian bertemu" "karena aku harus". Ya Tuhan,
bahkan dalam kepalaku dia terdengar menakjubkan mengatakan itu...Itulah jawabanmu,
Caroline: karena kau harus. Dan sekarang kau harus mencari solusi masalah ini. Aku
menciumnya, dan dia menciumku karena kami harus. Dan pilihan yang kami buat
adalah milik kami dan hanya kami sendiri...Dan fakta bahwa dia menghentikannya dan
mengatakan dia tidak bisa" Bahkan setelah semua flirting konyol selama
berminggu-minggu" Setelah dia mengundangku ke Spanyol" Spanyol sialan!Dan aku
ingin pergi ke Spa Sialan-tunggu, aku ingin pergi ke Spanyol dengan dia" Argh! Spain
Schmain. Pokoknya, ia lebih baik memiliki alasan yang sangat bagus karena aku
adalah wanita yang menarik-O atau tanpa O-aku wanita yang menarik. Ya, kau,
Reynolds. Meskipun aneh bagaimana kau bergantian bolakbalik antara orang pertama
dan ketiga selama monolog batinmu, ...Terima kasih Tuhan, Bay Bridge! Introspeksi
cukup. " Simon: Sial, Bay Bridge. Kami hampir sampai rumah, dan aku tidak tahu
bagaimana hal ini akan berjalan dengan Caroline. Kami hampir tidak mengatakan
apa-apa sepanjang perjalanan-meskipun aku senang hampir sampai di rumah. Aku
tercium seperti daging sapi dendeng, dan aku perlu masturbasi seperti kau tidak akan
mempercayainya... " Mimi: Yay! Bay Bridge! Aku ingin tahu apakah Ryan akan
keberatan menghabiskan malam di tempatku. " Ryan: Akhirnya, Bay Bridge. Kami
hampir sampai rumah. Aku bertanya-tanya apakah Mimi tahu aku mau menghabiskan
malam di rumahnya-dan berencana membuat panggilan sakit untuknya besok" Gadis
kecil, hal-hal yang aku rencanakan untukmu...Tapi aku tidak akan pernah memakan
banyak dendeng lagi. Ini menjadi perjalanan paling sunyi yang pernah ada. *** Kami
menurunkan pasangan baru di tempat Mimi-walaupun sepertinya mereka tidak
memperhatikan-mereka berada di dunia mereka sendiri-dan melanjutkan perjalanan ke
apartemen kami. Meskipun sebagian besar kami hanya akan tersesat dalam pikiran
kami, ketegangan telah meningkat selama perjalanan, dan itu bahkan lebih terlihat
sekarang bahwa kami sendirian di dalam mobil. Simon dan aku selalu punya hal-hal
untuk dibicarakan, tapi sekarang begitu kami memiliki sangat banyak hal untuk dibahas,
kami diam. Aku tidak ingin segala hal menjadi aneh, dan aku tahu aku yang harus
menjadi orang yang memastikan dia tahu aku baik-baik saja sekarang. Dia sudah
melakukan bagiannya untuk memulai percakapan dewasa, dan sekali lagi sikap kikukku
di situasi hati-hati seperti ini tampaknya telah mengatasinya. Bayangan dari diriku yang
mengumumkan di dek, pada volume penuh, saat aku melewati batas dengan Simon
melintas di pikiranku, dan sementara pipiku tentu saja memanas karena malu, aku juga
tertawa dalam hati pada betapa anehnya pasti aku terlihat, tangan menggapai, mulut
terkatup seolah-olah aku bisa meludahkan kuku. Dan kemudian membentak Simon yang
2Wallbanger - Alice Clayton
ketakutan untuk mengikutiku ke pantai. Dia pasti bertanya-tanya apakah aku akan
memukulnya dan membuang tubuhnya ke danau. Melihat tangannya pada roda kemudi,
tangan yang sama yang berada di diriku dalam cara yang sangat jelas malam
sebelumnya, aku kagum pada kemampuannya untuk menahan diri, karena aku tahu
pasti ia telah sangat menginginkannya. Atau tubuhnya, setidaknya, jika bukan otaknya.
Masalahnya, walaupun, aku sudah mengira otaknya juga telah menginginkannya,
setidaknya sampai ia terlalu memikirkan resikonya. Aku melirik ke arahnya sekali lagi,
memperhatikan kami sudah sampai di jalan kami. Saat kami berhenti di pinggir jalan, ia
menatapku, menggigit bibir bawah yang sama yang kurang dari dua puluh empat jam
yang lalu aku punya keberuntungan untuk menggigitnya. Dia melompat keluar dari mobil
dan berlari ke sisiku bahkan sebelum aku membuka sabuk pengaman. "Um, aku hanya
akan...mengambil tas-tas," katanya terbata-bata, dan aku memperhatikannya dengan
seksama. Dia melarikan tangan kirinya melalui rambutnya sementara tangan kanannya
mengetuk-ngetuk sisi mobil. Apakah dia gugup" "Jadi, yeah," katanya terbata-bata lagi,
menghilang ke belakang. Yep, dia merasa gugup, sama gugupnya seperti aku. Dia
mengeluarkan tasku dari mobil, dan kami menginjak tiga anak tangga sekaligus ke
apartemen kami. Kami masih tidak berbicara, jadi satu-satunya suara adalah kunci yang
bergemerincing di lubang kunci. Aku tidak bisa meninggalkannya seperti ini. Aku harus
mengakuinya dengan dia. Aku mengambil napas dalam-dalam, dan berbalik. "Simon,
aku-" "Dengar, Caroline-" Kami berdua tertawa kecil. "Kau duluan." "Tidak, kau duluan,"
katanya. "Tidak. Apa yang akan kau katakan?" "Apa yang akan kau katakan?" "Hei,
beberkan saja, bucko. Aku punya kucing untuk diselamatkan dari dua ratu di lantai
bawah," perintahku, mendengar panggilan Clive padaku dari apartemen di bawah.
Simon mendengus dan bersandar di pintunya. "Kukira aku hanya ingin mengatakan aku
mengalami waktu yang menyenangkan akhir
2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
pekan ini." "Sampai tadi malam, kan?" Aku bersandar di pintuku sendiri, mengawasinya
bergeming saat aku membahas gajah di bak mandi air panas. "Caroline," ia menarik
napas, menutup matanya dan membiarkan kepalanya jatuh ke belakang. Dia tampak
seperti terluka sebenarnya karena wajahnya tertekuk. Aku kasihan. Aku tidak
seharusnya begitu, tapi aku kasihan. "Hei, bisakah kita lupakan saja apa yang terjadi?"
Kataku. "Maksudku, aku tahu kita tidak bisa, tapi bisakah kita berpura-pura
melupakannya" Aku tahu orang-orang mengatakan segala hal tidak akan jadi aneh
sepanjang waktu, tapi kemudian selalu begitu. Bagaimana kita bisa memastikan hal-hal
tidak jadi aneh?" Dia membuka matanya dan menatapku seksama. "Kukira kita tidak
akan membiarkannya. Kita pastikan tidak jadi aneh. Oke?" "Oke." Aku mengangguk dan
dihadiahi dengan senyum sungguhan pertama yang pernah kulihat sejak aku membuka
sweterku kembali dari Tahoe. Ia mengumpulkan tasnya. "Mainkan sesuatu yang baik
malam ini, ok?" Tanyaku sambil menuju ke dalam. "Baiklah," jawabnya, dan kami
menutup pintu. Tapi dia tidak memainkan aku lagu big band malam itu. Dan kami tidak
berbicara lagi minggu itu. *** "Siapa yang mengencingi chillimu?" Aku mendongak dari
mejaku untuk melihat Jillian, berdiri seperti biasa dengan sanggulnya yang santai
elegan, celana pensil hitam, blus sutra putih, sweater kasmir sewarna raspberi.
Bagaimana aku tahu itu kasmir dari seberang ruangan" Karena itu Jillian. Aku memilih
satu dari lima pensil yang saat ini terjebak di putaran sanggul rambutku dan
mengembalikan perhatianku ke kekacauan yaitu mejaku. Saat ini hari Rabu, dan minggu
ini terasa cepat dan lambat sekaligus. Tidak ada kabar dari Simon. Tidak ada pesan
teks dari Simon. Tidak ada lagu dari Simon. Tapi aku juga tidak mengulurkan tangan
padanya. Aku larut dalam menyelesaikan beberapa rincian terakhir di rumah Nicholson,
2Wallbanger - Alice Clayton
memesan pernak-pernik mahal untuk kondominium James, dan mulai membuat sketsa
untuk proyek desain komersial yang sudah aku jadwalkan untuk bulan depan. Itu terlihat
seperti kekacauan, tapi kadang-kadang itu satu-satunya cara yang bisa aku lakukan
untuk menyelesaikan pekerjaan. Ada hari-hari dimana aku butuh semuanya rapi dan
teratur, dan hari-hari ketika aku butuh kekacauan di atas mejaku untuk mencerminkan
kekacauan di kepalaku. Ini adalah hari itu. "Ada apa, Jillian?" bentakku, menjatuhkan
secangkir pensil warna saat mengambil kopiku. "Berapa banyak kopi yang kau minum
hari ini, Miss Caroline?" Dia tertawa, mengambil kursi di hadapanku dan menyodorkan
pensil yang tumpah di lantai. "Sulit untuk dikatakan...berapa cangkir dalam sepanci
setengah?" jawabku, menumpuk kembali beberapa kertas untuk mengosongkan tempat
untuk cangkir teh Jillian. Wanita itu berjalan di sekitar sambil minum teh dari cangkir
tulang cina, tapi itu berhasil untuknya. "Wow, aku lihat kau tidak bertemu klien hari ini?"
Tanyanya, membungkuk di atas meja dan dengan santai menyingkirkan kopiku. Aku
mendesis padanya, dan dengan bijaksana dia menaruhnya kembali. "Tidak, tidak ada
klien," jawabku, mendorong sketsa baru ke folder warna yang terkoordinasi dan
memasukkannya ke dalam laci yang sesuai. "Oke, sis, ada apa?" "Apa maksudmu" Aku
bekerja-apa yang kau bayar untuk kulakukan, ingat?" Bentakku, meraih ring carikan kain
dan menyenggol vas bungaku. Aku memungut tulip ungu tua yang hampir hitam
seminggu ini, dan mereka sekarang berceceran di lantai. Aku menghela napas berat
dan memaksakan diri untuk tenang. Tanganku gemetar karena kafein yang berdebat
melalui sistem tubuhku, dan ketika aku duduk dan mengamati keadaan di kantorku, aku
merasakan dua bulir air mata mulai terbentuk di mataku. "Sialan," gumamku dan
menutupi wajahku dengan tanganku. Aku duduk sebentar, mendengarkan suara tiktik
dari jam retro di dinding, dan menunggu Jillian mengatakan sesuatu. Ketika dia tidak
mengatakan apapun, aku mengintip ke arahnya melalui tanganku. Dia berdiri di dekat
pintu dengan jaket dan tas di tangannya. "Apa kau mengusirku?" Bisikku saat air mata
mengalir sendiri di wajahku. Dia melambaikan tangannya dan memanggilku ke pintu.
Dengan enggan aku berdiri, dan dia menyampirkan sweterku di bahuku dan
menyerahkan tasku. "Ayolah, dearie. Kau akan membelikanku makan siang." Dia
mengedipkan mata dan menarikku menuruni lorong. *** Dua puluh menit kemudian dia
telah membawaku berlindung di sebuah pojokan penuh hiasan merah yang tersembunyi
sebagian di belakang dua tirai emas. Dia membawaku ke restoran favoritnya di
Chinatown, memesankanku teh chamomile, dan menunggu dalam keheningan untukku
menjelaskan semi breakdownku (menyerah pada emosi dan menangis). Sebenarnya, itu
tidak sepenuhnya diam, Kami telah memesan sup beras yang panas sekali. "Jadi, kau
pasti mengalami akhir pekan yang sangat buruk di Tahoe, hah?" dia akhirnya bertanya.
Aku tertawa di atas sup panasku. "Bisa dibilang begitu." "Apa yang terjadi?" "Well,
Sophia dan Neil akhirnya bersama dan-" "Tunggu sebentar, Sophia dan Neil" Kupikir
Sophia dengan Ryan" " "Ya, awalnya, tapi jujur?" ia selalu ditakdirkan untuk bersama
dengan Neil, sehingga semuanya berhasil pada akhirnya." "Kasihan Mimi dan Ryan. Itu
pasti jadi aneh untuk mereka." "Ha! Oh ya, kasihan Mimi dan Ryan. Mereka
berhubungan di rumah kolam renang, demi Tuhan." Aku mendengus. Mata Jillian
terbelalak. "Di rumah kolam renang...Wow," desahnya, dan aku mengangguk. Kami
menikmati sup panas lagi. "Jadi, Simon pergi ke Tahoe, kan?" Tanyanya beberapa
menit kemudian, melihat ke mana-mana kecuali ke arahku. Aku mengeluarkan senyum
kecil pada upaya gagalnya bersikap purapura. Jillian memang bisa melakukan banyak
hal, tapi bersikap tidak kentara bukan salah satunya. "Yep, Simon ada di sana." "Dan
bagaimana?" "Menyenangkan kemudian tidak, dan sekarang aneh," aku mengakui,
menaruh supku ke samping untuk meminum tehku. Itu menenangkan dan tanpa kafein,
yang Jillian bersikeras untukku meminumnya. "Jadi, tidak ada rumah kolam renang
2Wallbanger - Alice Clayton
untuk kalian berdua?" Tanyanya, masih melirik ke sekitar restoran seolah-olah dia tidak
bertanya apapun yang penting. "Tidak, Jillian, tidak ada rumah kolam renang. Kami
berendam air panas, tapi kami tidak ke rumah kolam renang," kataku tegas
2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
kemudian aku menceritakan masalahku dan keseluruhan cerita konyolnya. Dia
mendengarkan, dia meng-hmmm dan mengerang di tempat yang tepat, dan marah di
tempat yang tepat juga. Pada saat aku selesai, aku menangis lagi, yang benar-benar
membuatku jengkel. "Dan yang terburuk dari itu semua, seharusnya aku tidak
melakukannya, tapi dia adalah satu-satunya yang menghentikan itu, dan aku
benar-benar tidak berpikir dia ingin menghentikannya!" Aku mendengus marah,
menyeka air mata dengan serbetku. "Jadi, menurutmu mengapa dia menghentikannya?"
"Dia gay?" usulku, dan dia tersenyum. Aku mengambil napas dalamdalam dan
mengontrol diri. Jillian menatapku serius dan akhirnya bersandar ke depan. "Kau sadar
kita adalah dua wanita cerdas yang bertindak tidak cukup cerdas sekarang," katanya.
"Hah?" "Kita tahu lebih baik daripada mencoba untuk mencari tahu apa maksud dari
seorang pria. Hal ini akan bisa diatasi ketika itu sudah seharusnya. Dan air matamu" Itu
adalah air mata ketegangan, air mata frustrasi-tidak lebih. Aku akan memberitahumu
satu hal. " "Apa itu?" "Selama aku mengenal Simon, aku belum pernah mendengar dia
mengajak seseorang saat pemotretan dengannya, tidak pernah. Maksudku,
mengajakmu ke Spanyol" Itu sangat berbeda dengan Simon." "Well, siapa yang tahu
jika aku bahkan akan di ajak lagi." Aku mendesah dengan dramatis. "Kalian masih
berteman, kan?" Tanyanya, mengangkat alis ke arahku. "Mengapa kau tidak bertanya
saja padanya?" Ketika aku tidak menanggapi ia menambahkan, "Taruh itu ke dalam
pipamu dan sedot." (*ungkapan: cara kasar untuk memberitahu seseorang bahwa
mereka harus menerima apa yang kau katakan, bahkan jika mereka tidak
menyukainya.) "Kupikir itu hembuskan, Jillian. Taruh itu ke dalam pipamu dan
hembuskan*." "Ah, hembus, hisap, terserahlah. Makan kue keberuntunganmu, sweetie."
Dia tersenyum, mendorong kue ke seberang meja. Aku membuka dan mengeluarkan
kertas keberuntungannya. "Apa kata kuemu?" Tanyaku. "Pecat seluruh karyawan yang
memiliki lebih dari satu pensil di rambut mereka," katanya serius. Kami tertawa bersama,
dan aku bisa merasakan beberapa ketegangan akhirnya meninggalkan tubuhku. "Apa
kata kuemu?" Dia bertanya. Aku membukanya, membaca katakatanya, dan memutar
mataku ke langit-langit. "Kue keberuntungan bodoh," aku mendesah, dan
menyerahkannya padanya. Dia membacanya dan matanya melebar lagi. "Oh, man,
kau cocok untuk itu! Ayolah, kita kembali bekerja." Dia tertawa, menarik-narik tanganku
dan menggiringku keluar dari restoran. Dia mengembalikan kertas keberuntungan itu
padaku, dan aku mulai akan membuangnya, tapi kemudian menyelipkannya ke dalam
tas: Waspadalah pada dinding yang kau bangun dan apa yang ada di baliknya.
Confucius, kau membunuhku. *** Pesan Teks Singkat dari James ke Caroline: Hai yang
di sana. Hei kau. Kita jadi pergi Jumat malam" Yep, aku mau. Kemana kita akan pergi
untuk makan malam" Ada restoran Vietnam besar baru yang sudah lama ingin aku
coba. Kau sudah lupa aku tidak benar-benar suka makanan Vietnam" Ayolah, kau tahu
itu favoritku. Kau bisa pesan sup! Baiklah, makanan Vietnam kalau begitu. Aku akan
menemukan sesuatu. Omong-omong, perabotmu yang terakhir seharusnya dikirim
Senin. Aku akan berada di sana untuk menerima dan menempatkannya. Berapa lama
lagi sampai proyek selesai" Kecuali untuk beberapa perabot di kamar tidur, seharusnya
semua selesai akhir pekan depan. Menjelang deadline, bisa kutambahkan. Bagus
sekali. Apakah kau juga ada di sana untuk menyelesaikan beberapa hal di kamar tidur"
Hentikan, Jamie. Aku benci ketika kau memanggilku Jamie. Aku tahu, Jamie. Sampai
2Wallbanger - Alice Clayton
ketemu Jumat malam. *** Hari ini sangat membuatku lelah. Aku benar-benar tidak
memiliki energi tersisa. Aku punya rencana untuk pergi yoga, sungguh, tapi ketika
malam mendekat semua yang ingin kulakukan adalah pulang. Aku ingin Clive, dan aku
juga tidak bisa lagi berpura-pura aku tidak menginginkan Simon. Mungkin dia sudah
pulang" Saat aku berjalan menaiki tangga aku bisa mendengar TV Simon melalui pintu.
Aku sudah memutar kunciku di lubang kunci ketika aku memikirkan kue
keberuntunganku. Aku bisa mengetuk pintu, kan" Aku bisa hanya bilang hai, kan" Saat
aku berdebat, aku mendengar dering telepon, diikuti dengan suaranya melalui pintu.
"Nadia" Hei, bagaimana kabarmu?" Katanya, dan itu membuat keputusan bagiku. Dia
memiliki haremnya, dan aku tidak mungkin masuk ke dalam sesuatu seperti itu. Jika aku
menginginkan Simon, aku ingin semuanya dari Simon. Aku berjanji pada diriku sendiri
tidak ada lagi main-main. Saat aku merasakan air mata menusuknusuk di mataku untuk
keseribu kalinya hari itu, aku berjalan masuk untuk menemukan Clive yang
menungguku, dan aku tersenyum melalui air mataku. Aku mengangkatnya, memeluknya
padaku saat ia bercerita tentang harinya dengan bahasa kucing. Aku menafsirkan
untuknya, dan akan terlihat bahwa hari Clive terdiri dari makanan ringan, tidur siang,
sekitar tiga puluh menit perawatan/dandan, makanan ringan lagi, tidur lagi, dan
kemudian ia mengamati lingkungan di sisa sore dan malam hari. Makan sisa takeout
(makanan yang dibeli lalu dibawa pulang dan makan di tempat lain) dengan Ina dan
Jeffrey di sofa, mandi cepat, dan pergi tidur lebih awal. Aku hanya tidak bisa
Wallbanger Karya Alice Clayton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membiarkan hari ini berlanjut lebih lama lagi. Dengan Clive yang meringkuk di antara
kedua kakiku, aku tertidur, lagi-lagi dengan tidak ada musik dari sisi lain dinding. ***
Malam berikutnya aku berdiri di depan cermin, mencoba sepatu yang berbeda untuk
kencanku/bukan kencan/tentu saja itu kencan dengan James. Aku hampir menelponnya
dua kali hari ini untuk membatalkan, tapi pada akhirnya, aku paksakan dan berpakaian.
Kadang-kadang seorang gadis hanya perlu memakai gaun, tapi malam ini aku
berpakaian habis-habisan: blus hitam tipis pas ditubuh, rok pensil ketat merah, sepatu
hak tinggi. Aku sudah mengalami konflik tentang acara ini, apa pun itu, sepanjang
minggu. Tapi aku ingin pergi. Apa aku sedikit menggunakan James" Mungkin. Tapi
aku mengalami waktu yang 2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
menyenangkan dengannya, dan mungkin tidak akan menjadi hal terburuk di dunia bagi
kami untuk kembali memulai. "Caroline Reynolds, kau penghancur hati pria," bisikku
pada diriku di cermin. aku menertawakan diriku sendiri. Clive merasa malu untuk kami
berdua dan menyembunyikan hidungnya di belakang kaki depannya. Aku masih tertawa
ketika mendengar ketukan di pintu. Aku memakai hak tinggiku dan menuju ke pintu,
Clive dekat di belakangku. Aku menarik napas dalam-dalam, dan membukanya. "Hei,
James." "Caroline, kau terlihat cantik," gumamnya, sambil melangkah masuk dan
memelukku. Saat lengannya di sekelilingku, aku langsung tahu. Ini adalah kencan. Dia
beraroma rempah. Aku tidak tahu mengapa gadis selalu mengatakan para lelaki
beraroma rempah, tapi beberapa gadis begitu. Dan itu hal yang baik, hangat dan
rempah. Tapi tidak seperti potpourri... Aku memeluknya kembali, menikmati bagaimana
tubuhku masih terasa pas dengannya. Kami selalu bagus dalam hal peluk-memeluk.
"Kau siap untuk pergi?" "Ya, aku akan mengambil tasku." Aku berlutut untuk
memberikan ciuman cepat pada Clive. Dia mengibaskan ekornya dengan marah ke arah
James dan tidak akan membiarkanku menciumnya. "Apa masalahmu?" Tanyaku ke
Clive, yang berbalik dan menunjukkan pantatnya. "Kau tahu, itu mulai jadi kebiasaan
yang sangat kasar, Mr. Clive, " aku memperingatkannya saat aku mengambil tasku dari
meja. Aku menjulurkan lidahku pada Clive, meraih lengan James, dan mengunci pintu di
2Wallbanger - Alice Clayton
belakang kami. "Oke, jadi makan malam?" Tanyaku saat kami berdiri di luar pintuku.
"Yep, makan malam," jawabnya, berdiri sangat dekat denganku. Kami saling
menatap-sebenarnya hanya beberapa detik, tapi rasanya lebih lama. Dia melangkah
lebih dekat, dan napasku tertahan. Tentu saja, saat itu Simon memutuskan untuk
membuka pintu rumahnya. "Hei, Caroline! Aku hanya-Oh, hai. James, kan?" Senyumnya
memudar sedikit ketika ia melihat kencan makan malamku. Kencan, kencan, kencan.
"Sheldon, kan?" Kata James, menawarkan tangannya. "Simon, sebenarnya." Dia
mengangkat tangan yang penuh kantong sampah dan menolak berjabat tangan.
"Setelahmu." Dia mengangguk ke tangga, dan kami bertiga mulai bergerombol turun
bersama-sama. "Jadi, kemana kalian pergi malam ini?" Tanya Simon saat kami berjalan
di depannya. Aku bisa merasakan matanya di bagian belakang leherku, dan ketika aku
sampai di ujung tangga aku menoleh ke belakang. Senyum palsu terpampang di
wajahnya, dan suaranya lebih dingin daripada yang pernah kudengar sebelumnya.
"Caroline dan aku akan keluar untuk makan malam," jawab James. Aku tersenyum
kembali lewat bahuku. "Yeah, sebuah restoran Vietnam kecil yang indah," kicauku,
purapura senang. "Kau tidak suka makanan Vietnam," katanya, mengerutkan dahi. Ini
membuatku tersenyum. "Aku akan mencoba sup," jawabku. Mata James mengunci
dengan Simon sambil menahan pintu untukku. Dia biarkan itu berayun tepat saat Simon
melewatinya dengan tangan penuh kantong sampah, tapi aku menangkap pintu tepat
pada waktunya. "Well, semoga malammu menyenangkan," kataku saat James
mendampingiku menuju mobil dengan tangannya di punggungku. "Malam," jawab
Simon, bibirnya rapat. Aku tahu dia terluka. Bagus. James menggiringku ke dalam
mobil, dan kamipun pergi. *** Makan malamnya baik-baik saja. Aku memesan nasi
goreng dari menu, dan ketika tiba, sejenak semua yang bisa aku pikirkan adalah makan
mie di rumah perahu di tengah-tengah Ha Long Bay dengan Simon. Tapi seperti yang
aku bilang, makan malamnya baik-baik saja, percakapannya baik-baik saja, pria yang
bersamaku pun baikbaik saja. Dia adalah seorang pria tampan dengan masa depan
besar ke depannya, yang akan memiliki petualangan sendiri, pegunungan untuk
ditaklukkan. Dan malam ini, aku adalah gunung. Aku semacam ingin membiarkan dia
memanjatnya. Dia mengantarku ke lantai atas ke pintuku, meskipun aku bisa
menghentikannya ikut. Saat aku mencari kunciku di dalam tas, aku bisa mendengar
telepon Simon berdering, dan ia menjawab. "Nadia" Hai. Yap, siap ketika kau siap." Dia
tertawa. Hatiku serasa diperas. Baik. Aku berbalik untuk mengucapkan selamat malam
kepada James, yang amat tampan dan di sana. Tepat di depanku. O telah pergi begitu
lama, dia dan James dulu pernah dekat. Bisakah dia" Maukah dia" Aku akan mencari
tahu. Aku mengajaknya masuk. Saat aku mengeluarkan sebotol anggur dari kulkas, aku
menyaksikan dia mengamati ruangan, memeriksa segalanya dengan hati-hati:
soundsystem Bose, kursi Eames terhadap meja. Dia bahkan memeriksa kristal saat aku
menyerahkan gelasnya. Dia berterima kasih padaku, matanya berkobar ke dalam
mataku saat jari-jari kami menyelinap melewati satu sama lain. Alam mengambil alih.
Tangan mengetahui, kulit mengenali, bibir menggoda dan mengenali kembali. Ini baru
dan lama pada saat yang sama, dan aku akan berbohong jika aku mengatakan itu tidak
terasa nikmat. Kemejanya lepas. Rokku turun, aku menendang lepas sepatuku, dan
tangan kami membungkus dan menyelip. Akhirnya dan tak terelakkan, kamipun menuju
ke kamar. Aku memantul ringan di atas kasur, menonton melalui mata kabur saat ia
berlutut di depanku di lantai. "Aku merindukanmu." "Aku tahu." Aku menarik dia ke
atasku. Semuanya baik-baik saja, semuanya sebagaimana mestinya, dan saat aku
secara refleks membungkus kakiku di pinggangnya, gespernya yang dingin menggali ke
pahaku, ia menatap dalam ke mataku dan tersenyum. "Aku sangat senang aku butuh
seorang dekorator." Dan hanya seperti itu, baik-baik saja tidak cukup. "Tidak, James."
2Wallbanger - Alice Clayton
Aku mendesah, mendorong bahunya. "Apa, baby?" Aku benci ketika dia memanggilku
baby. "Tidak, tidak, tidak. Bangun." Aku mendesah lagi saat dia terus menciumi leherku.
Air mata bocor di mataku ketika aku menyadari apa yang biasanya membuatku
merasakan sesuatu sekarang membuatku tidak merasakan apa-apa. "Kau bercanda,
kan?" Dia mengerang di telingaku, dan aku mendorongnya lagi. "Aku bilang bangun,
James," kataku, sedikit lebih keras kali ini. Dia mendapatkan pesannya. Bukan berarti
dia senang mendengarnya. Dia berdiri saat aku merapikan bajuku, yang untungnya
masih banyak yang terkancing. "Kau harus pergi," kataku, air mata mulai mengalir di
pipiku. "Caroline, apa-"
2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Pergi saja, oke" Pergi!" Aku berteriak. Itu tidak adil baginya, tapi aku harus bersikap
adil terhadap diriku sendiri. Aku tidak bisa mundur, tidak sekarang. Aku menangkupkan
tanganku ke wajahku dan mendengar dia mendesah, kemudian menghentak-hentakkan
kaki, membanting pintu. Aku tidak bisa menyalahkan dia. Dia pasti mengalami blueballs
hebat(kesakitan/ketidaknyaman saat pria sudah sangat terangsang tapi tidak ejakulasi).
Aku sedih dan marah dan sedikit mabuk, dan aku benci O-ku. Mataku mendarat di salah
satu sepatu Ayo Setubuhi Aku di lantai, dan aku melemparkannya sekeras yang aku
bisa ke ruang tamu. "Ooof!" Aku mendengar suara berat yang terucap, dan itu bukan
suara James Brown. Itu orang yang aku inginkan di tempat tidurku, dan yang membuat
aku paling marah sekarang. Memegang sepatu seperti semacam Pangeran Tampan
kemalaman ke arah Cinderella si pelacur tanpa-O, Simon muncul di ambang pintu,
bertelanjang kaki dan memakai celana piyamanya. Pemandangan otot perut
sempurnanya membuatku menyeberang dari kesal ke M.A.R.A.H. "Apa sih yang kau
lakukan di sini?" Tanyaku, dengan marah menyeka air mataku dari wajahku. Dia akan
melihatku menangis. "Um, aku mendengar kau dan James...Well, aku mendengarmu,
dan kemudian aku mendengar kau berteriak, dan aku ingin memastikan kau baik-baik
saja," katanya terbata-bata. "Kau tidak di sini untuk menyelamatkanku, kan?" cecarku,
menaikkan jari-jariku pada kata menyelamatkan. Dia mundur saat aku merangkak dari
tempat tidur, tampak takut pada ledakan yang akan datang dariku. Bahkan aku tahu ini
akan menjadi jelek. "Mengapa para pria tampaknya berpikir mereka harus
menyelamatkan seorang wanita" Apakah kami tidak mampu menyelamatkan diri kami
sendiri" Mengapa aku perlu diselamatkan" Aku tidak membutuhkan seorang pria untuk
menyelamatkanku, dan aku sudah pasti tidak butuh adanya gedoran di dinding,
Purinasialan, mendengarkan-dindingku-seperti-maniak yang datang ke sini untuk
menyelamatkanku! Kau mengerti, Tuan?" Aku menunjuk dan melambaikan tanganku
seperti seseorang akan melepaskannya dariku. Dia punya hak untuk tampak ketakutan.
"Maksudku, apa-apaan sih dengan kalian para pria" Aku punya satu yang
menginginkanku kembali, dan satu lagi yang tidak ingin ada hubungan denganku sama
sekali! Salah satu ingin menjadi pacarku, tapi bahkan tidak bisa mengingat bahwa aku
seorang desainer interior. Desainer! Bukan dekorator!" Aku bicara terus-menerus. Pada
titik ini aku hanya berteriak-teriak, terus-terang dan sederhana. Aku berjalan dalam
lingkaran di sekitar Simon, mondar-mandir dan berteriak sementara ia yang mencoba
untuk mengikutiku, akhirnya hanya berdiri diam dan menonton dengan mata melebar.
"Maksudku, kau tidak harus memaksa seseorang untuk makan makanan Vietnam jika
mereka tidak menyukainya, kan" Aku tidak harus memakannya, kan Simon" " "Tidak,
Caroline, aku tidak berpikir kau harus-" dia memulai. "Tidak, tentu saja aku tidak harus,
jadi aku makan nasi goreng! Nasi goreng, Simon! Aku tidak akan pernah makan
makanan Vietnam lagi-bukan untuk James, bukan untukmu, bukan untuk siapa pun!
Kau mengerti"!" "Well, Caroline, kupikir-" "Dan informasi untukmu," aku melanjutkan,
2Wallbanger - Alice Clayton
"Aku tidak butuh penyelamatan malam ini! Aku yang akan mengurusnya sendiri. Dia
sudah pergi. Dan aku tahu kau pikir James adalah semacam maniak, tapi dia bukan,"
kataku, mulai kehilangan semangat. Bibir bawahku bergetar lagi, dan aku berjuang, tapi
akhirnya membiarkannya keluar. "Dia bukan orang jahat. Dia hanya...dia hanya...dia
hanya bukan pria yang tepat untukku." Aku mendesah, tenggelam ke lantai di depan
tempat tidurku dan memegang kepalaku di tanganku. Aku menangis sejenak, sementara
Simon tetap membeku di atasku. Aku akhirnya menatapnya. "Halooo" Seorang gadis
menangis di bawah sini!" gerutuku. Dia menahan senyum dan duduk di depanku.
Menarikku dari lantai dan membawaku ke pelukannya. Dan aku benar-benar
membiarkannya. Dia menempatkanku di pangkuannya dan memelukku saat aku
menangis di dadanya. Dia hangat dan lembut, dan meskipun aku tahu lebih baik-oh,
betapa aku tahu lebih baik-aku menyelip di sudut tubuhnya dan membiarkan dia
menghiburku. Tangannya naik dan turun di punggungku saat aku menangis
tersedu-sedu, ujung jarinya membuat lingkaran-lingkaran terkecil di bahuku saat aku
menghirup dirinya. Sudah begitu lama sejak aku dipeluk, hanya dipeluk, oleh seorang
pria di antara lingkaran-lingkaran kecil dan aroma pelembut kain, aku kehilangan akal
sehatku. Akhirnya isak tangisku mulai tenang saat dia memelukku erat, bersila di lantai.
"Kenapa kau tidak memainkanku musik minggu ini?" Aku terisak. "Senarku putus. Aku
harus memperbaikinya." "Oh, kupikir mungkin...Well, aku merindukan itu semua," kataku
malu-malu. Dia merapikan kembali rambutku dan menaruh tangannya ke bawah
daguku, memaksaku untuk melihat ke arahnya. "Aku merindukanmu." Dia tersenyum
lembut. "Aku juga," Aku menarik napas, dan mata safirnya mulai berputar. Oh tidak.
Jangan ada voodoo. "Bagaimana Purina" Baik" Taruhan dia juga merindukanmu,"
bisikku dan menyaksikan perubahan wajahnya. "Kenapa kau terus menyebut-nyebut
Nadia?" "Aku mendengar kau di telepon dengan dia sebelumnya. Terdengar seperti kau
sedang membuat rencana." "Ya, aku bertemu dengannya untuk minum-minum."
"Please. Kau berharap aku percaya dia tidak mampir?" Tanyaku, melihat aku masih di
pangkuannya. "Tanya pada kucingmu. Apakah dia menggila malam ini?" Simon
menunjuk Clive, yang telah kembali dan sekarang mengawasi kami dari belakang sofa.
"Tidak, sebenarnya." "Itu karena dia tidak mampir. Kami bertemu untuk minum-minum
untuk mengucapkan selamat tinggal." Simon menatapku hati-hati. Jantungku mulai
berdetak begitu keras tidak mungkin dia tidak bisa mendengarnya. Mengapa Jantung
harus begitu untuk ini" "Selamat tinggal?" "Ya, dia akan kembali ke Moskow untuk
menyelesaikan gelarnya di sana." Jantung tenang sedikit. "Oh, jadi kau mengucapkan
selamat tinggal karena dia pergi, bukan untuk alasan lain. Bodohnya aku." Kuangkat
tubuhku dari pangkuannya saat dia memelukku lebih dekat. Aku berjuang. "Dia pergi,
ya, tapi itu bukan alasan kami mengucapkan selamat tinggal. Aku-" Aku terus
bergoyang-goyang. "Wow, hanya si Tukang Cekikik yang tertinggal! Dan kemudian ada
satu orang. Aku kira secara teknis satu orang tidak membentuk sebuah harem, sehingga
apa dia akan memikul beban untuk yang lain atau apa kau perlu melakukan wawancara
untuk mengambil 2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
lebih banyak perempuan" Bagaimana itu yang sebenarnya bekerja?" Aku membentak.
"Sebenarnya, aku juga akan membicarakannya dengan Lizzie segera. Aku pikir kami
akan berteman saja dari sekarang," katanya, mengamatiku lekat-lekat. "Apa yang
biasanya bekerja padaku baru saja tidak bekerja lagi." Semua berhenti. Apa" "Itu tidak
bekerja untukmu lagi?" Aku menarik napas, tidak berani percaya. "Mm-hmm," jawabnya,
hidungnya menggali ke kulit tepat di bawah telingaku dan menghirup dalam. Apakah dia
akan tahu kalau aku menjilat bahunya" Hanya merasakan sedikit" "Caroline?" "Ya,
2Wallbanger - Alice Clayton
Simon?" "Maaf, aku tidak memainkan musik untukmu minggu ini. Aku minta maaf
aku...well, mari kita anggap saja aku minta maaf untuk banyak hal. " "Oke," aku menarik
napas. "Bolehkah aku menanyakan sesuatu?" " Tidak, aku tidak punya roti zukini,"
bisikku, dan tawanya bergema ke seluruh ruangan. Aku tertawa bersama, terlepas dari
diriku sendiri. Aku rindu tertawa dengan Simon. "Ikutlah ke Spanyol denganku," bisiknya.
"Tunggu, apa?" Tanyaku lagi, bimbang dalam suaraku. Apa, apa, apa" "Apa kau
serius?" "Aku sangat serius." Aku harus mengingatkan diri untuk bernapas. Telah
dimabukkan dari voodoo dan pelembut kain, aku menggeleng untuk membersihkannya.
Dia akan ke Spanyol denganku" Aku senang dia tampak terfokus pada titik di belakang
telingaku, karena aku yakin ia akan jadi sama tertariknya jika dia bisa melihat
bagaimana mataku kini juling. Aku butuh waktu. Aku menarik diri, akhirnya berdiri. "Aku
mau cuci muka. Jangan pergi ke mana pun," perintahku. "Caroline Manis, aku tidak
akan ke mana-mana," katanya, senyum seksinya kembali. Aku membuat diriku pergi.
Setiap langkah yang kuambil, setiap pijakan tumitku di lantai kayu seperti nyanyian di
kepalaku: Spanyol. Spanyol. Spanyol. Setelah di kamar mandi, aku memercikkan air ke
wajahku, sebagian besar akan masuk ke mulutku karena aku tidak bisa berhenti
tersenyum. Perhitungan kepala harem yang baru: dua tumbang, satu lagi" Ada
saat-saat untuk berhati-hati, dan kemudian ada saat-saat ketika kau hanya harus
menjadi ekstrim dan mengambil risiko. Aku butuh kebulatan tekad. Aku memikirkan apa
yang Jillian katakan sebelumnya hari ini, dan aku pergi dengan dorongan hatiku. Aku
menguatkan diri, mengeluarkan bola abstrakku, dan kembali keluar. "Oke, ini sudah
larut, Simon. Waktunya bagimu untuk pergi." Aku mengambil tangannya, menariknya
dari lantai, dan menuntunnya menuju pintu depan. "Um, benarkah" Kau ingin aku pergi"
Tidakkah kau ingin, aku tidak tahu...mengobrol sedikit" " Tanyanya. "Aku ingin
memberitahumu bagaimana-" Aku terus menariknya. "Tidak. Tidak ada lagi yang
dibicarakan malam ini. Aku lelah." Aku membuka pintu dan menggiringnya keluar. Dia
mulai mengatakan sesuatu yang lain, dan aku mengacungkan dua jari. "Aku perlu
mengatakan dua hal, oke" Dua hal." Dia mengangguk. "Pertama, kau menyakiti
perasaanku di Tahoe," aku memulai, dan ia mencoba untuk memotongku. "Diam,
Simon. Aku tidak ingin ada pengulangan. Tapi asal tahu saja kau menyakitiku. Jangan
lakukan itu lagi." aku selesai. Aku tidak bisa menghentikan senyumku ketika aku melihat
reaksinya. Matanya melihat ke lantai, seluruh tubuhnya menyesal. "Caroline, aku minta
maaf tentang semua itu. Kau harus tahu bahwa aku hanya ingin-" "Permintaan maaf
diterima." Aku tersenyum lagi dan mulai menutup pintu. Kepalanya muncul tiba-tiba.
"Tunggu, tunggu. Apa hal yang kedua?" Panggilnya, bersandar ke pintuku. Aku
melangkah mendekatinya, membawa tubuhku seinci dari tubuhnya. Aku bisa merasakan
panas dari kulitnya di ruangan kecil di antara kami, dan aku menutup mata melawan
serangan emosi. Aku menarik napas panjang dan membuka mataku untuk melihat ke
dalam mata safir seksi yang menatap ke arahku. "Aku ikut denganmu ke Spanyol,"
kataku. Dan dengan mengedipkan mata, aku menutup pintu pada wajahnya yang heran.
*** Bab 15 "TELUR MATA SAPI, bacon, roti bakar gandum dengan jeli rasa raspberi."
"Sereal dengan kismis, beri kering, kayu manis, gula merah dan tak lupa sosis." "Wafel
Belgia, puding buah, bacon dan sosis," kata Sophia melengkapi pesanan kami dan
mendapatkan tatapan heran dari aku dan Mimi. "Apa" Aku lapar." "Senang melihatmu
kembali mendapatkan sarapan yang nyata sebagai gantinya. Pasti kau telah bekerja
keras untuk membangkitkan seleramu dengan Mr. Mitchell semalam, kan?" Godaku,
mengedipkan sebelah mata ke arah Mimi melalui jus jerukku. Kami bertiga sedang
sarapan bersama di hari Minggu, sesuatu yang tidak lagi kami lakukan semenjak dari
Tahoe. Mereka mulai sibuk dengan penyesuaian gaya hidup berpasangan dengan pacar
mereka yang baru saja bertukar, yang mana itu kebanyakan selalu meninggalkan aku
2Wallbanger - Alice Clayton
sendiri. Ketika mereka berkencan dengan pria yang salah mereka selalu lebih senang
untuk mengajakku--lebih banyak lebih seru kata mereka. Itu membantu ketika tidak ada
chemistry yang nyata. Tapi sekarang" Mimi dan Sophia telah bersama pria yang tepat
dan menikmati setiap detiknya. Awalnya aku khawatir apabila jebakan ala film The
Parent Trap akan membuat segalanya tidak nyaman, tapi sahabat-sahabatku telah
membuatku bangga. Mereka menerimanya dengan tenang, dan karena mereka telah
berpindah pada pasangan baru, lenyap sudah segala kekhawatiranku. Kami cekikikan
ketika tiba pada gosip terhangat, sambil menunggu pesanan tiba untuk sesuatu kabar
heboh, seperti biasanya. "Okay, siapa yang duluan" Siapa yang punya gosip?" Mimi
memulainya, dan kami duduk dalam ritual kami. Sophia berhenti sejenak dari kegiatan
mengacak wafelnya, menunjukkan bahwa dia akan mulai pertama. "Neil akan pergi ke
Los Angeles untuk menjadi kontributor wartawan olahraga di konferensi TV dan dia
mengajakku bersamanya," tawarnya. Aku dan Mimi mengangguk. "Ryan berpikir untuk
mengizinkanku menata kembali rukannya. Kalian harus melihatnya. Sistem
pengarsipannya saja bisa menimbulkan reaksi alergi yang parah," lapor Mimi, bergidik.
Wallbanger Karya Alice Clayton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Natalie Nicholson mereferensikan dua klien baru untukku-Nob Hill, sangat mewah,
terima kasih banyak," tambahku, menuang kopi kembali untukku dari teko saat mereka
mengucapkan selamat kepadaku. Kami mengunyah. "Neil mengigau dalam tidurnya. Itu
hal yang sangat menggemaskan. Dia meneriakkan skor football." "Ryan membiarkan
aku mengecat kukunya semalam." "Aku bilang pada Simon aku akan ikut pergi ke
Spanyol bersamanya." Berbicara mengenai menyemburkan minuman. Di film-film,
mereka tampak histeris. Di dunia nyata, mereka hanya sangat berantakan. "Tunggu
sebentar, tunggu sebentar sialan...APA?"?"?" Sophia tergagap, jus masih mengalir di
dagunya. "Caroline, kau bilang apa padanya?"" Mimi berhasil mengatakannya, walau
masih tersedak saat dia melambaikan tangan ke pelayan untuk meminta tambahan
serbet. "Aku bilang padanya aku akan ikut pergi ke Spanyol bersamanya. Bukan
masalah besar." Aku menyeringai. Itu ternyata memang masalah besar. "Aku tidak
menyangka kau memiliki keberanian untuk duduk disini dan berbicara tentang omong
kosong sepanjang pagi dan tidak memberitahu kami tentang hal ini. Kapan ini
terjadinya?" tanya Sophia, sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan bertopang pada
sikunya. "Malam ketika aku pergi kencan dengan James." Aku tersenyum. "Oke cukup.
Tidak ada lagi berputar-putar, keluarkan saja semuanya." Mimi memutar pisau mentega
ke arahku dan merenggut. "Apa-apaan kau Caroline" Aku tidak percaya kau menyimpan
ini semua dari kami. Kapan kau pergi kencan dengan James" Dan jangan coba-coba
menyimpan apapun. Beritahu kami semuanya sekarang, atau aku akan membiarkan
Mimi menodongkan pisaunya kembali kepadamu." Sophia memperingatkan. Mimi
menunjuk lagi dengan cara mengancamkan pisaunya"dengan gaya mengancam ala
Cerita Koboi, pikirnya. Aku membayangkan pertarungan yang sebenarnya dengan Mimi
akan melibatkan tendangan tangkisan dan beberapa balasan balik. Namun demikian,
aku mengambil napas panjang dan menumpahkan. Semuanya. Mengapa aku keluar
dengan James, perasaan yang kurasakan terendap pada Simon, bagaimana James
menyebutku sang penghias, bagaimana aku menendangnya keluar. Mereka
menyimaknya dengan seksama, hanya sesekali menyela ketika mereka membutuhkan
beberapa klarifikasi. "Aku sungguh bangga padamu," ujar Sophia ketika aku selesai.
Mimi mengangguk setuju. "Untuk apa?" "Caroline, ada saat ketika James menyuruhmu
untuk melompat, kau akan melompat. Menurutku, kami khawatir ketika dia kembali
muncul dalam hidupmu akan membuatmu kembali menjadi gadis yang dulu lagi," urai
Sophia. "Aku tahu kau khawatir. Kalian berdua sangat baik dan tak seorang pun yang
2Wallbanger - Alice Clayton
dapat mengurusku sebaik kalian berdua meskipun kalian merasa khawatir setengah
mati." Aku tersenyum pada teman-teman wanitaku yang kesal. "Jadi, kau mengirim
James Brown kembali, dan kemudian apa yang terjadi?" tanya Sophia, dan aku
menyelesaikan akhir ceritaku : kedatangan Simon, permintaan maafnya, menghilangnya
Purrina dari kehidupan Simon, ajakannya... "Jadi kau hanya mendapatkan pencerahan
ini di kamar mandi, seperti itu" Pergi ke Spanyol dengan Simon?" Mimi akhirnya
bertanya. "Yeap. Aku tidak benar-benar memikirkannya. Aku hanya, aku tak bisa
menjelaskannya...Yang aku tahu aku harus pergi dengannya di liburan ini. Maksudku,
aku selalu ingin pergi ke Spanyol dan aku tahu dia bisa menjadi pemandu wisata yang
bagus, dan..ayolah..bukankah hal itu sungguh menyenangkan?" Kami akan
bersenang-senang bersama!" "Omong kosong," balas Sophia sederhana. "Apa
katamu?" "Aku mengatakan omong kosong, Caroline. Kau ingin pergi karena kau ingin
sesuatu terjadi disana bersamanya. Jangan menyangkalnya." Dia menatapku tajam.
"Aku tidak menyangkal apa-apa," gurauku, memberikan tanda ke pelayan untuk
membawa tagihan kami. "Tidak ada lagi para harem, huh?" Tanya Mimi. "Sepertinya
demikian. Aku bukanlah orang bodoh. Aku tahu seorang pria tidak akan berubah dalam
sekejap, tetapi jika si Si Pengikik telah menyingkir sebelum ke Spanyol" Well, kemudian,
itu adalah Simon dengan aura yang berbeda, ya kan?" Aku tersenyum genit, menaikan
alis pada gadis-gadisku. "Mengapa, Caroline Reynolds, aku yakin kau sepertinya
berencana untuk menggoda pria ini," ujar Sophia, dan Mimi bertepuk tangan dengan
gembira. "Simon akan membawa kembali sang O!" Sorak Mimi, menarik sedikit banyak
perhatian. "Oh, diamlah. Kita lihat saja nanti. Jika, dan ini adalah jika yang besar, ladies.
Jika aku mengizinkan sesuatu terjadi antara Simon dan aku, itu akan berdasarkan
aturanku. Yang mana itu mencakup tidak ada harem, tidak minum, dan tidak ada
berendam air panas." "Entahlah, Caroline. Tidak minum" Menurutku itu akan menjadi
suatu tindak kejahatan berada di Spanyol dan tak memanjakan diri dengan sedikit
sangria*)," cetus Mimi. "Well, aku akan menikmati sedikit sangria," pikirku. Khayalanku
tentang Simon dan aku, menyesap sangria sambil menyaksikan matahari Spanyol
terbenam. Hmmm.... *** Pesan teks antara Simon dan Caroline: Jadi apakah kau tipe
gadis yang memakai topi lebar di pantai" Maaf" Kau tahu, topi pantai yang sangat
besar" Apakah kau punya salah satu" Jika kau penasaran, ya. Apakah ini suatu
kepedulianmu" Kepedulian, tidak. Hanya ingin mendapatkan bayangan tentang dirimu
di pantai di Spanyol... Bagaimana itu menurutmu" Cukup keren. Keren" Apa kau baru
saja mengatakan keren" Aku mengetik sebenarnya. Kau punya sesuatu yang lain" Hal
ini menjelaskan mengenai koleksi rekaman lagu-lagu lawas... HEY! Aku sungguh
menikmati lagu-lagu lawas. Kau tahu ini... Aku memang tahu" Apakah kita sungguh
akan pergi bersama ke Spanyol" Yep. Apakah kau di rumah" Aku tak melihat Rovermu
pagi ini. 2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Mengecekku" Mungkin...Di mana kau, Simon" Sedang ada pemotretan di LA, akan
kembali dalam beberapa hari. Dapatkah kita bertemu kala aku kembali" Kita lihat nanti...
Aku akan memainkan beberapa lagu untukmu. Keren. *** "Jadi, karena semua hal
pada proyek Nicholson telah diselesaikan, aku berpikir...semenjak aku memiliki waktu
luang sebelum menangani proyek komersial yang akan aku mulai berikutnya, dan kau
pernah mengatakan aku bisa mengambil beberapa hari libur sebelum kita mulai sibuk
dengan musim liburan, jadi, hmm, mungkin aku bisa..." "Katakan saja, Caroline. Apakah
kau mencoba bertanya padaku apakah kau bisa pergi dengan Simon ke Spanyol?"
tuntut Jillian, tidak berusaha keras menyembunyikan senyum lebarnya. "Mungkin." Aku
meringis, menjatuhkan dahiku ke meja. "Kau wanita dewasa, yang mampu untuk
2Wallbanger - Alice Clayton
mengambil keputusan sendiri. Kau tahu menurutku ini adalah waktu yang tepat untuk
mengambil liburan, jadi mengapa aku harus memberitahumu apakah kau harus pergi
dengan Simon atau tidak?" "Jillian, untuk memperjelas, aku tidak akan kabur bersama
Simon. Kau membuatnya seakan terdengar seperti adanya beberapa hubungan
terlarang." "Ya...ya...ya...itu hanya dua anak muda yang berlibur menikmati sedikit
budaya Spanyol. Bagaimana bisa aku lupa?" geram Jillian, sindiran diseluruh wajahnya,
seperti sedikit kepuasan. Dia menikmati kegelisahanku. "Oke, oke..jadi bisakah aku
pergi?" tanyaku, paham bahwa aku tak ingin mendengar akhir dari itu, tapi persetan
dengannya. "Tentu saja kau bisa. Tapi bisakah aku mengatakan satu hal?" tanyanya,
alisnya terangkat. "Seakan aku bisa menghentikanmu saja," gerutuku. "Kau tidak bisa,
sebenarnya. Yang kupinta adalah kau memiliki waktu untuk bersenang-senang, bermain
yang keras, tapi tetap menjaganya selama kau disana, oke?" pintanya, mukanya
berubah menjadi serius, sesuatu yang jarang ku lihat. "Menjaganya" Berapa umurnya,
tujuh?" aku tertawa, merasa sesak seketika aku melihat dia tidak bercanda. "Caroline,
liburan ini akan mengubah keadaan. Kau harus pahami itu. Dan aku menyayangi kalian
berdua. Aku tak ingin salah satu dari kalian terluka, tak perduli apapun itu yang terjadi
sementara kalian disana," ucapnya lembut. Aku mulai membuat lelucon, tapi aku
berhenti. Aku tahu apa yang dipintanya. "Jillian, aku tak tahu pasti apa yang terjadi
antara aku dan Simon, dan aku tak punya bayangan tentang apa yang nantinya akan
terjadi di Spanyol. Tapi aku bisa memberitahumu hal ini, aku sangat antusias akan
liburan ini. Dan aku bisa merasakan dia juga seperti itu," tambahku. "Oh sayangku, tentu
saja dia juga begitu. Hanya...Oh sudahlah. Kalian berdua sudah dewasa.
Bersenang-senanglah satu sama lain di Spanyol." "Pertama kau bilang untuk bersikap
lembut, dan sekarang kau menyuruhku untuk bersenang-senang?" omelku. Dia
mengulurman tangannya ke seberang meja untuk menepuk lembut tanganku. Kemudian
dia menarik napas panjang dan mengubah seluruh suasana hatinya. "Sekarang,
jelaskan padaku semua urusan tentang James Brown. Apalagi yang harus dilakukan?"
Aku tersenyum dan membalik agenda kerjaku terbuka hingga akhir minggu ini, ketika
segala hal yang berkaitan dengan James Brown selesai. *** Beberapa malam kemudian
aku tengah bersantai di sofaku yang nyaman bersama Mr. Clive dan Barefoot Contessa
saat kudengar sesuatu di lorong. Clive dan aku bertukar pandangan, dan dia melompat
dari pangkuanku untuk menyelidiki. Aku tahu Simon tidak ada dirumah untuk beberapa
hari berdasarkan pada smsnya-dan fakta bahwa mungkin aku telah menghitung
hari--jadi aku mengikuti Clive ke pos lamaku: Lubang Pengintaian. Saat aku mengintip
ke lorong, ada kilasan rambut pirang-stroberi di pintu Simon. Siapakah yang
mengunjunginya" Apakah aku salah untuk melihat" Paket apa yang dibawanya" Si
pemilik rambut itu mengetuk sekali, lalu dua kali dan sebelum aku menyadarinya, dia
berbalik dan melihat langsung ke pintuku, menatap curiga di lubang intipku. Tidak
terbiasa dengan orang lain yang berdiri di lubang intipku, aku membeku, matanya tak
berkedip saat dia menilik pintuku. Dia melintasi celah kecil itu dan mengetuk keras di
pintuku. Terkejut, aku mundur sedikit, menabrak tempat payungku dan membiarkan dia
tahu bahwa, pada kenyataannya, ada orang dirumah. Aku memalingkan wajahku
kesamping dan berteriak, "Aku Datang!" Kemudian aku melanjutkan berjalan ditempat
sebagai tanda aku menuju ke pintu. Clive memandangku dengan ketertarikan,
melemparkan kepalanya dan meyakinkanku aku tidak sepintar yang aku pikir. Aku
membuat yang amat ribut saat memutar kunci, dan kemudian membuka pintu. Kami
seketika menilai satu sama lain, dalam cara yang dilakukan perempuan. Dia tinggi dan
cantik dalam gaya aristokratnya yang dingin. Dia mengenakan setelan hitam yang
terpotong bagus dan terkancing hingga ke leher. Rambut pirang stoberinya digelung dan
dijepit kebelakang, walau beberapa helai terlepas dari gelungannya dan jatuh di
2Wallbanger - Alice Clayton
wajahnya. Dia menyelipkannya ke belakang telinganya. Bibir merah cerinya mengerucut
saat dia selesai menilaiku dan menawarkan senyuman tipis. "Caroline, bukan?"
tanyanya, aksen British yang tajam mengudara sejelas sikapnya. Aku sudah tahu aku
tidak perduli pada wanita ini. "Ya, ada yang bisa kubantu?" Tiba-tiba aku merasa kurang
rapi dengan celana pendek Garfieldku dan tank top. Aku memindahkan berat badanku
dari satu kaki ke kaki yang lain, kaki yang terbungkus kaus kaki panjang. Aku
memindahkan berat badanku lagi, menyadari aku mungkin kelihatan seperti orang yang
ingin buang air kecil. Aku juga menyadari pada saat yang sama wanita ini membuatku
gugup, dan aku tak tahu mengapa. Aku menegakkan badanku segera, menempatkan
diri di permainan ini. Ini semua berlangsung dalam waktu kurang dari lima detik, seumur
hidup di dunia Perempuan Menebak Perempuan yang Lain. "Aku perlu mengantarkan
ini untuk Simon, dan dia menyebutkan jikalau dia tidak dirumah untuk meninggalkannya
di flat seberang, bahwa Caroline akan menguruskan untuknya. Kau Caroline, jadi ini dia,
pikirku," dia selesai, menyodorkan kotak kardus padaku. Aku mengambilnya,
melepaskan pandanganku darinya untuk sesaat. "Memangnya dia anggap apa aku,
kotak surat?" gerutuku, meletakannya di meja dekat pintu dan kembali pada wanita itu.
"Boleh aku tahu siapa yang mengantarnya, atau dia sudah tahu?" tanyaku. Dia masih
menilaiku seolah-olah aku adalah teka-teki
2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
besar. "Oh, dia akan tahu," jawabnya, nada dinginnya terdengar musikal tapi terpotong
disaat yang sama. Sebagai seorang Amerika, aku akan mengakui aku selalu terpesona
akan aksen Inggris, tapi bisa melakukannya tanpa adanya sisi tertentu dan superioritas.
"Oke..baiklah...aku akan memastikan dia mendapatkannya," Aku mengangguk,
meletakkan tanganku di pintu. Aku menutupnya menjadi sedikit, namun dia tidak
bergerak. "Apakah ada yang lain?" tanyaku. Aku bisa mendengar Ina mengerjakan
kuenya di kamar lain, dan aku tak ingin ketinggalan setiap episode KitchenAid. "Tidak,
tidak ada lagi," jawabnya, masih tetap diam tak bergerak. "Oke kalau begitu, selamat
malam," kataku, hampir membuatnya seperti pertanyaan kala aku mulai menutup pintu.
Disaat yang sama, dia maju sedikit ke depan sehingga aku terpaksa menahan pintu
sebelum itu menghantamnya. "Ya?" tanyaku, rasa jengkelku perlahan muncul. Si
Perempuan ini menahanku menonton penyelesaian dari pembuatan Pecan Squares**)
yang telah kunanti setiap episodenya. "Aku hanya, well, aku sungguh senang bertemu
denganmu," jawabnya, matanya akhirnya melembut dan sedikit senyum menembus
pesonanya. "Dan kau sungguh cukup cantik," tambahnya. Aku balas menatapnya.
Anehnya suaranya terdengar akrab, tapi aku tak bisa mengingatnya dengan baik.
"Uhm..oke..terima kasih?" Jawabku saat dia mulai berjalan ke tangga. Hak sepatunya
tergelincir sedikit dan dia hampir tersandung. Saat aku menutup pintu, dia mulai tertawa
kala dia melepaskan sepatunya. Saat itulah aku sadar siapa yang baru saja datang.
Mataku melebar, aku yakin DEMI TUHAN, dan aku membuka kembali pintuku dengan
kasar. Aku ternganga padanya, dan wajahnya tersenyum lebar dengan seringai nakal.
Dia mengedipkan sebelah matanya saat aku tersipu. Aku telah hadir di beberapa
kejadian penting wanita itu. Dia menggoyang-goyangkan jarinya kepadaku dan
menghilang menuruni tangga. Clive membawaku kembali ke alam sadarku dengan
menggigit pelan betisku, dan aku menutup pintu. Aku duduk di sofaku, melupakan serial
TVku saat otakku mulai memproses segalanya. Si Pengikik mengatakan aku cukup
cantik. Dia pada dasarnya mengatakan padaku bahwa Simon mengatakan padanya
aku cukup cantik. Simon berpikir aku cantik. Apakah Si Pengikik bukan harem lagi"
Apakah masih ada harem yang tersisa" Apa artinya ini" Apakah aku hanya bisa
bertanya sekarang" Dan jika iya, siapakah ayah dari Eric Cartman" *** Pesan teks
2Wallbanger - Alice Clayton
antara Simon dan Caroline: Apa yang kau lakukan" Apa yang KAU lakukan" Aku yang
bertanya duluan. Tentu saja. Aku menunggu... Aku juga... Oh TUHAN, kau sangat keras
kepala. Aku sedang dalam perjalanan pulang dari LA. Kau senang" Ya, terima kasih.
Aku sedang memanggang roti labu. Hal yang bagus aku sedang di pom bensin
sekarang dan tidak sedang menyetir atau aku akan amat sulit mengendaliman mobil
agar tetap berada di jalan... Benar...memanggang membuatmu bergairah, bukan" Kau
sama sekali tidak tahu. Jadi, aku tak perlu memberitahumu aku beraroma kayu manis
dan jahe sekarang" Caroline. Kismisku sedang kurendam di brandy saat ini. Cukup
sudah" *** Aku mengintip keluar jendela lagi, mengintai jalanan dan belum ada tanda
dari Rover. Kabut sangat tebal, dan meskipun aku tidak ingin bercerewet ria, aku
menjadi sedikit perhatian dia belum juga tiba di rumah. Disini aku duduk, dengan roti
yang mulai mendingin, dan tidak ada Simon yang akan menghirup aroma mereka. Aku
mengangkat telponku untuk mengirimkan sms, tapi beralih malahan menelponnya. Aku
tak ingin dia ber-sms saat di jalan. Nada panggil berbunyi beberapa kali, dan akhirnya
dia mengangkatnya. "Hai kau yang disana, pemanggang favoritku," ia mendengung, dan
lututku gemetar bersamaan. Dia seperti latihan Kegel terbaik" seketika mengepal.
"Apakah kau sudah dekat?" "Maaf?" dia tertawa. "Dekat dengan rumah. Apakah kau
sudah dekat dengan rumah?" tanyaku sambil memutar mata dan mengendur.
"Ya...mengapa?" "Sepertinya kabut akan lebih banyak malam ini. Maksudku, lebih dari
biasanya...Berhati-hatilah, oke?" "Itu sangat manis sekali kau memperhatikanku." "Tutup
mulutmu, tuan. Aku selalu memperhatikan temank-temanku," omelku, bersiap untuk
tidur. Dari dulu ku adalah orang yang dapat melakukan beberapa hal sekaligus. Aku
dapat mengerjakan laporan pajakku sembari diwax dan tanpa mengerjapkan mata. Aku
bisa berganti baju saat berbicara dengan Simon. Ehem. "Teman" Apakah kita seperti
itu?" tanyanya. "Harusnya kita seperti apa?" balasku. Melepas celana pendekku dan
mengambil sepasang kaus kaki wol tebal. Lantainya sungguh sangat dingin malam ini.
"Hmmm," gumamnya saat aku melepas T-shirt dan meluncur masuk ke dalam kemeja
berkancing untuk tidur. "Baiklah, sementara kau ber-Hmm-ria, aku harus
memberitahumu tentang kunjungan yang kuterima dari salah satu temanmu." "Seorang
temanku" Ini kedengarannya menarik." "Yep, aksen Julie Andrews, yang bajunya
dikancingkan sampai leher" Kau ingat" Dia mengantarkan sebuah kotak untukmu."
Tawanya meledak kemudian. "Aksen Julie Andrews--sangat brilian! Itu pasti Lizzie. Kau
telah bertemu Lizzie!" Dia tertawa layaknya ini adalah hal terlucu yang pernah ada.
"Lizzie Schmizzie. Dia akan tetap menjadi Si Pengikikuntukku." Aku menyeringai, duduk
di pinggir ranjang dan mengoleskan losion ke tubuhku. "Kenapa kau menyebutnya Si
Pengikik?" tanyanya, berpura-pura polos, dan aku tahu dia sedang berada mutlak pada
ambang histerianya. "Kau sungguh ingin aku memberitahumu" Ayolah, walau kau tidak
bisa menjadi sangat tolol--lupakan, kembali ke masalah sebenarnya."
2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Aku memotongnya bicara sebelum dia bisa menghiburku dengan seberapa tololnya dia,
memang. Aku telah mengetahui dengan baik segalanya tentang si tolol itu ketika berada
di kolam.air panas, jadi aku sudah terbiasa. Kegel. Dan, terima kasih, Kegel yang lain.
"Aku senang menggodamu, Gadis Bergaun Tidur Pink. Itu membuatku tertawa."
"Pertama keren, sekarang tertawa" Aku mengkhawatirkanmu, Simon." Aku kembali ke
ruang tamu untuk mematikan lampu dan bersiap naik ke ranjang. Ini termasuk mengisi
kembali mangkuk air Clive dan menyembunyikan beberapa Pounce***) di sekeliling
ruangan apartemen. Dia menikmati sesekali bermain Permainan Berburu Besar saat
aku tidur, dengan Pounce tentu saja, bermain dalam bagian Permainan Besar.
Beberapa malam sayangnya bantalbantal ikut terlibat, termasuk rambut yang kusut, tali
2Wallbanger - Alice Clayton
sepatu yang lepas, dan cukup banyak hal lain yang nampaknya menarik di jam 2 pagi.
Di beberapa pagi tempatku terlihat seperti lokasi syuting Wild Kingdom dalam semalam.
"Baiklah, tak usah khawatir. Aku akan mengambilnya begitu aku tiba. Jadi, apakah
kalian berdua memiliki obrolan yang memyenangkan?" "Kami berbincang cukup singkat,
ya. Tapi tak ada sedikit pun rahasia kotor yang terungkap. Walau dengan dinding yang
tipis, aku sudah sedikit terbiasa dengan itu. Bagaimana dengan harem yang kesepian"
Merindukan saudari-saudarinyanya?" Aku mematikan lampu dan berjalan menuju dapur
untuk menyiapkan Permainan Besar. Aku sangat ingin bertanya apakah dia sungguh
telah putus dengan Si Pengikik. Apakah iya, apakah tidak" "Dia mungkin sedikit
kesepian, ya," ujarnya, dalam cara yang kupikir terdengar perhatian. Hmm... "Kesepian
Wallbanger Karya Alice Clayton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
karena..." Selaku. Menghentikan kegiatan menyebarkan Pounce-ku. "Kesepian karena,
well, katakan saja, untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama,
aku...well...aku....kau tahu," dia tergagap dan berhenti, menjadi bingung dengan hal itu.
"Ayo, katakan saja," ucapku, nyaris tak bernapas. "Tanpa...Teman wanita. Atau
mengambil istilahmu, bebas dari para harem." Kalimatnya keluar dalam hening yang
tenang, dan kakiku mulai gemetaran. Ini membuat Pounce sedikit bergoyang di
tempatnya, mengingatkan Clive akan memulai perburuannya. "Bebas dari para harem,
huh?" Aku menarik napas kembali, bayangan akan Simon yang Manis berputar
dikepalaku. Simon yang Manis dan Lajang, Simon yang Manis dan Lajang di Spanyol"
"Yeah," bisiknya, dan kami berdua terdiam cukup lama, meskipun dalam kenyataannya
itu waktu yang cukup bagi Clive menemukan korban pertamanya: Pounce yang
tersembunyi di sepatu tenisku di pintu depan. Aku berjalan memberinya selamat atas
hasil tangkapannya. "Dia mengatakan sesuatu yang mencurigakan," sebutku,
memecahkan kesunyian. "Oh ya" Apa itu?" tanyanya. "Dia mengatakan padaku bahwa
aku, dan kukutip "cukup cantik." "Apakah dia mengatakan begitu?" Dia tertawa,
mencoba kembali nyaman. "Iya, dan intinya adalah, dia mengatakan seolah dia
menyetujui sesuatu atas apa yang telah seseorang katakan padanya. Begini, aku
bukanlah gadis yang biasa memancing agar dipuji, tapi itu tampaknya, Simon, bahwa
kau telah berbicara hal yang manis tentangku." Aku tersenyum, tahu bahwa wajahku
berubah merona. Aku mulai beranjak ke kamar saat ku dengar ketukan halus dipintu.
Aku berjalan kembali untuk membuka pintu tanpa melihat di lubang intip. Aku punya
insting yang kuat tentang siapa yang ada di balik pintu. Disana dia berdiri, ponsel
menempel di telinganya, sambil menenteng tas duffelnya ddan tersenyum besar,
senyuman lebar. "Aku mengatakan padanya kau cantik, tapi kenyataannya kau lebih
dari cantik," ujarnya, menundukkan kepalanya ke arahku dan mendekatkan wajahnya
hingga tinggal beberapa inci dariku. "Lebih?" tanyaku, nyaris tidak menarik napas. Aku
tahu senyumku mengimbanginya. "Kau indah," jawabnya. Dan dengan begitu, aku
mengundangnya masuk. Sementara aku hanya mengenakan kemeja tidurku. Nun jauh
sana, sang O bersorak" *** Sejam kemudian, kami telah duduk bersama di meja
dapurnya, roti yang menipis di hadapan kami. Di sela kaisannya yang menggila, aku
berhasil menggigit satu atau dua gigitan roti. Sisanya sudah menetap di dalam perut
Simon, yang mana dia bangga saat ditepuknya membuncah laksana melon. Kami
berbincang dan makan, kadang terjebak, melihat Clive saat dia selesai dengan
perburuannya, dan sekarang bersantai dengan kopi yang diseduh. Tas Simon masih
tertinggal di depan pintu--dia masih belum masuk ke apartemennya. Aku masih dalam
balutan kemeja tidurku, kaki meringkuk di bawah kursi saat aku menatapnya. Kami
merasa begitu nyaman, dan dengungan rendah itu, arus listrik ketertarikan diantara
kami berdua selalu memercik dan memukau, terus berlanjut. "Omong-omong, sentuhan
yang fanstastis--kismis" Aku menyukainya." Dia menyeringai padaku, menyuapkan
sepotong lagi ke mulutnya. "Kau mengerikan." Aku menggelengkan kepalaku, sedikit
2Wallbanger - Alice Clayton
melakukan peregangan sebelum bangkit dari kursi dan mengumpulkan piring dan sedikit
remah roti yang tidak sempat terhirup. Aku bisa merasakan dia memperhatikanku saat
aku berjalan di sekitar dapur. Aku mengambil teko kopi dan menaikan alisku kearahnya.
Dia mengangguk. Aku berdiri disampingnya untuk mengisi kembali gelasnya, dan aku
memergokinya mengintip kakiku dibawah kemejaku. "Melihat sesuatu yang kau suka?"
aku mencondongkan badanku di depannya ke tempat gula. "Yep," jawabnya, turut
mencondongkan badannya ke arahku untuk mengambilnya. "Gula?" "Yep." "Krim?"
"Yep." "Hanya itu yang bisa kau katakan?" "Tidak." "Maka katakan sesuatu. Apapun."
Aku mengikik, berjalan kembali ke sisi mejaku. Sekali lagi dia memperhatikanku saat
aku mengatur diriku dikursi. "Bagaimana kalau ini?" akhirnya dia berkata, menopang
pada sikunya, wajahnya serius. "Seperti yang aku bilang tadi, aku putus dengan Lizzie."
Aku balas menatapnya, nyaris tak bernapas. Aku mencoba bersikap tenang, sangat
tenang, tapi tak bisa menahan seringai yang menyelinap di wajahku.
2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Ku lihat kau belum sepenuhnya kaget saat ini," ejeknya, kembali bersandar dikursinya.
"Tidak juga, belum. Ingin kebenaran?" tanyaku, seringai tersungging mengantarkan
kepercayaan diri yang tiba-tiba muncul. "Kebenaran terdengar bagus." "Maksudku
kebenaran dari kebenaran, kebenaran yang seutuhnya. Tak ada tangkisan yang jenaka,
tidak ada olok-olok yang tajam-walaupun kita selalu memiliki kelakar yang bagus."
"Benar sekali, namun aku bisa memberikan beberapa kebenaran," ujarnya, suaranya
tenang ketika mata safirnya berapi-api kearahku. "Oke, kebenaran. Aku senang kau
putus dengan Lizzie." "Oh ya?" "Ya. Kenapa kau putus" Sekarang saatnya
kebenaran," aku mengingatkannya. Dia memandangiku sejenak, menyesap kopinya,
menjalankan tangannya di rambutnya dengan gaya seperti orang gila, dan menarik
napas panjang. "Oke, kebenaran. Aku putus dengan Lizzie karena aku tak ingin lagi
bersamanya. Dengan semua perempuan lain, kenyataannya," tuturnya, meletakkan
gelasnya. "Aku yakin kami akan selalu menjadi teman, tapi kenyataannya adalah, aku
telah bersama dengan tiga perempuan saat ini" Itu terlalu banyak untuk kutangani. Aku
berpikir untuk menguranginya sedikit, mungkin hanya satu saja untuk sementara." Dia
tersenyum, sorot matanya semakin berbahaya. Mengetahui aku menyeringai dan
berada di tepian keadaan yang amat memalukan, dengan cepat aku berdiri beranjak
membuang ampas kopiku di wastafel. Aku berhenti untuk beberapa detik, hanya sedetik,
pikiranku berkecamuk. Dia lajang. Dia....lajang. Demi Tuhan, si Wallbanger sekarang
lajang. Aku merasakan dia bergerak melintasi dapur dan datang berdiri dibelakangku.
Aku membeku, merasakan tangannya membelai menyingkirkan rambut dari bahuku dan
meluncur ke bawah hingga ke pinggulku. Mulutnya--mulutnya yang sangat kusuka-sekilas menyentuh cuping kupingku, dan dia berbisik. "Kebenarannya" Aku tak bisa
berhenti memikirkanmu." Masih membelakanginya, mulutku menganga dan mataku
melotot, bimbang antara kaget dan bayangan akan seks yang nyata di dapur. Sebelum
aku memutuskan, mulutnya bergerak lebih sengaja, menekan ke dalam kulit tepat
dibelakang kupingku dan membuat isi kepalaku terbakar dan bagian bawahku meliuk
menari. Tangannya meraih pinggulku, dan dia memutarku menghadapnya-untuk
melihat tubuh dan senyuman--Aku segera memasang wajah datar, berusaha
mati-matian untuk tetap utuh. "Kenyataannya" Aku telah memikirkanmu sejak malam
saat kau menggedor pintuku," bisiknya, membungkuk untuk mencium lekuk leherku
dengan presisi yang amat menakjubkan. Rambutnya menggelitik hidungku, dan aku
berjuang untuk tetap menahan tanganku ditubuhku. Dia mendorongku sedikit ke
samping dan dia mengejutkanku dengan mengangkatku naik ke atas meja dapur.
Kakiku otomatis terbuka mengizinkan dia diantaraku, Hukum Universal dari si
2Wallbanger - Alice Clayton
Wallbanger menggantikan segala pikiran yang ada dikepalaku. Tidak perlu khawatir,
pahaku tahu apa yang harus dilakukan. Salah satu tangannya menyelinap di sekitar
punggungku, sementara yang satunya menahan tengkukku. "Kenyataannya?" tanyanya
sekali lagi, menarik pinggulku ke tepi meja, yang memaksaku untuk bersandar ketika
kakiku sekali lagi berubah otomatis dan membungkusnya di pinggangku. "Aku ingin kau
di Spanyol," dia menarik napas, kemudian mulutnya mendarat pada mulutku. Di suatu
tempat, terdengar panggilan...dan si O akhirnya memulai perjalanan pulangnya. ***
"Anggur lagi, Mr. Parker?" "Cukup untukku. Caroline?" "Tidak, terima kasih." Aku
berbaring dengan anggun di kursiku. Kelas satu menuju ke LaGuardia, kemudian kelas
satu lagi sepanjang perjalanan ke Malaga, Spanyol. Kami akan menyewa mobil ke
Nerja, kota pantai kecil dimana Simon telah menyewa rumah. Scuba diving, menelusuri
gua, hiking, pantai yang indah, dan pegunungan, semuanya telah menanti di sebuah
desa yang kuno. Simon menggeliat di kursinya dan melontarkan tatapan gusar melalui
bahunya. "Apa" Apa masalahmu?" tanyaku, melihat ke belakang dan tidak melihat
sesuatu yang tidak biasa. "Anak itu terus menggedor kursiku," gerutunya dengan gigi
gemeretak. Aku tertawa sekitar 20 menit. *** *Sangria: minuman rumahan khas Spanyol
yang terbuat dari anggur merah dan buah-buahan. Biasa disebut Blood in Spain.
**Pecan Squares: sejenis kue kering yang berbentuk kotak dan berbahan dasar kacang
pecan ***Pounce: sejenis makanan kucing kalengan. Bab 16 "Kita melakukannya terlalu
cepat. Seharusnya kita menunggu." "Kita sudah menunggu cukup lama"apa kau
bercanda" Kau tahu aku benar. Memang sudah waktunya melakukan itu." "Sudah
waktunya melakukan itu, omong kosong! Kita seharusnya menunggu sedikit lebih lama
lagi, dan kita tidak akan terjebak dalam kekacauan seperti sekarang." "Well, tadi aku
tidak mendengar kau mengeluh. Seingatku, nampaknya kau cukup puas." "Tidak
mungkin aku mengeluh kalau mulutku penuh. Tapi aku sudah punya firasat. Aku hanya
tahu ini salah, apa yang kita lakukan memang salah." "Oke, aku menyerah. Katakan
padaku bagaimana memperbaiki ini." "Well, sebagai permulaan, kau memegangnya
terbalik," Kualihkan pandanganku, mencengkeram peta dan memutarnya. Kami telah
berhenti di pinggir jalan selama lima menit, mencoba mencari jalan menuju Nerja.
Setelah mendarat di Malaga, mengurus imigrasi, mengurus penyewaan mobil dan
akhirnya sukses mengatur perjalanan kami keluar dari pusat kota, sekarang kami
tersesat. Simon yang mengemudi, jadi aku yang bertanggung jawab soal peta. Dan
karena hal itu dia mengambil peta dariku setiap sepuluh menit, mengamati, berhmm
dan berkomat kamit, dan menyerahkannya lagi padaku. Dia sama sekali tidak
mendengarkan apapun perkataanku, malahan dia bertahan dengan naluri prianya dalam
membaca peta. Dia juga menolak menyalakan GPS yang telah disediakan, bertekad
membawa kami kesana dengan cara tradisional. Dan itulah penyebab kami sekarang
tersesat. Menggunakan kereta api sebetulnya merupakan yang termudah. Simon
membutuhkan mobil supaya bisa berkeliling untuk keperluan pemotretannya, yang juga
merupakan alasan utama kami di sini. Setelah mengalami penerbangan semalaman,
kami berdua kelelahan, namun cara terbaik untuk mengalahkan jet lag adalah
meyesuaikan diri secepat mungkin dengan zona waktu setempat. Kami bedua setuju
untuk tidak tidur siang hingga dapat tidur nanti malam.
2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Sekarang kami berdebat mengenai di mana kami salah mengambil belokan. Aku sedang
melahap *churros yang kubeli di kedai pinggir jalan ketika kami melawati belokan yang
seharusnya kami ambil, dan kemudian kami bermain "Siapa Yang Salah." "Yang bisa
kukatakan adalah jika saja seseorang tidak sedang sibuk makan dengan rakusnya dan
Pendekar Tanpa Bayangan 2 The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo Kelembutan Dalam Baja 5
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama