Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 21
mengganggu ditambah lebih banyak lagi, jadi tidak berdaya untuk menghadapi tiga jago itu.
Dilain pihak, Pak-kek Suncu yang mengandalkan
jumlahnya orang, lantas timbul pikirannya hendak bersekutu dengan pihaknya Ban-ciong Nio-nio untuk menghadapi Hong-hong-tie. Setelah mengambil keputusan demikian, ia lantas berkara sambil tertawa: "Sudah lama aku mendengar kabar bahwa di daerah Tionggoan ada partai yang dinamakan Hong-hong-tie, yang kepandaian 248
orang2nya merupakan tersendiri. Maka itu, aku kepingin sekali belajar kena! dengan kepandaianmu itu!"
Setelah itu ia lalu berkata dengan suara nyaring kepada Khiu-pan-po dan Lak-chiu Sian-nio "Mari kita keluar!"
Lebih dahulu ia melesat keluar.
Orang2 Hong-lui-po, karena pemimpinnya sudah terima baik tantangan lawannya, segera keluar semua mengikuti jejak pemimpinnya.
Orangnya Ban-ciong Nio-nio juga tidak mau unjukkan kelemahannya, begitulah segera terdengar perkataan Thian-bong Lolo: "Sudah lama aku si nenek tidak melakukan latihan gerak badan, hingga tulang2 dan otot2ku pada lemas. Malam ini biarlah aku coba kekuatan Pengemis Pincang ini, entah sampai di mana tingginya?"
Sambil memutar tongkatnya ia juga lompat melesat keluar.
Sebentar kemudian, orang2 yang tadi memenuhi
ruangan pendopo itn, kini sudah bubar semua.
Pada saat itu, orangnya Hong-hong-tie seperti Mo-ie Kim-khe, Cong-pian Jie-lo dan lain2nya juga sudah tiba semua. Cian-lie Tui-hong tidak memperdulikan tantangan Thian-bong Lolo, lebih dahulu ia memberi hormat kepada Liauw In Suthay sembari berkata: "Oleh karena urusan partai Hong-hong-tie, telah mengganggu ketenangan Amcu, hal ini sesungguhnya membuat aku yang rendah dan kawan2 merasa tidak enak"
"Tayhiap terlalu merendahkan diri. Lim Siauw-hiap merupakan satu jago muda yang banyak pengharapannya, sudah menjadi keharusan pinni untuk bantu melindungi 249
jiwanya" jawab Liauw In Suthay sambil rangkapkan kedua tangannya.
Kemudian ia berpaling dan berkata kepada orang tua jenggot putih tadi: "Jikalau dugaan pinni tidak keliru, Siecu ini tentunya adalah Gin-sie Tayhiap, Gin-sie-siu, yang dahulu namanya sangat terkenal dengan ilmunya Kun-goan Bu-kek Sin-kang?"
Orang tua itu yang memang benar adalah Gin-Sie-siu, segera memberi hormat dan menjawab: "Sungguh tajam ingatan Sinnie!"
Mereka yang tengah enak mengobrol, sudah tidak abaikan semua musuhnya yang menantikan di lapangan luar.
Thian Bang Lolo menjadi gusar. Ia lantas berkata dengan suara keras: "Hei. pengemis busuk! kenapa tidak berani keluar, apa kau takut mampus?"
"Jangan kuatir. Kau memang sudah bosan hidup, nanti aku akan kirim kau ke neraka!" jawabnya si Pengemis Pincang sambil ketawa terbahak-bahak.
Kemudian ia melesat keluar sambil putar tongkat besinya.
Tiba2 terdengar suaranya Gin-sie-siu "Tunggu dulu!"
Dengan tenang orang tua itu berjalan menuju ke tengah lapangan, lalu mengangkat tangan memberi hormat seraya berkata: "Lohu adalah Gin-sie siu, yang kini menjabat sebagai kepala pengurus bagian dalam. Ada beberapa perkataan yang lohu ingin menerangkan kepada kalian lebih dulu. Hong-hong-tie dengan golongan Ban-ciong di daerah Lamhong dan Hong-lui-po daerah barat selamanya belum pernah kebentrok. Tapi mengapa sekarang, selagi Kokcu 250
kami yang lagi merawat luka2nya dengan jalan bersemedi, kalian datang mengganggu" Apakah ini yang dinamakan
'cara perjuangan" dalam partai kalian". Lohu sesungguhnya tidak mengerti, maka dengan ini minta keterangan kepada kalian semua!".
Sambil mendelikkan matanya, Thian-bong Lolo
menyahut: "Kau tidak perlu banyak bicara di depanku, perkara ini aku tidak mau tahu semua. Karena bocah she Lim itu berani mengandalkan beberapa kepandaian yang diwariskan oleh Bu-ceng Kiam-khek, hendak menjagoi dunia rimba persilatan, maka aku suruh padanya coba2
merasakan bagaimana rasanya tongkatku ini".
Gin-sie-siu pandang padanya sejenak sambi kerutkan kening, kemudian matanya menyapu ke arah Pak-kek Suncu, Khiu-pan-po dan lain2nya.
Pak-kek Suncu lantas berkata dengan suaranya yang garang: "Dalam urusan malam ini, siapa yang menang, itulah yang kuat. Siapa yang kalah, dia musnah. Bocah she Lim itu tidak perduli dia terluka atau tidak, asal kita tahu dia berada di sini, siapapun tidak akan memberikan dia begitu saja".
Gin-sie siu mendadak dongakan kepala dan ketawa terbahak-bahak. "Lohu hampir seumur hidup berkelana di dunia kang-ouw, belum pernah melihat ada orang begitu jumawa dan gila seperti kau ini. Kalau memang kalian sudah tidak hargakan tata tertib dunia kang-ouw, yah sudah! Dengan demikian kita nanti juga akan berlaku dan bertindak bebas dengan menuruti kehendak kita".
Setelah itu, dengan sinar mata tajam ia mengawasi setiap orang dan berkata pula dengan nada dingin: "Hendak bertempur satu lawan satu main keroyok. Terserah! Kalian 251
orang2 dari dua golongan hendak maju mengepung juga tidak halangan".
Perkataan Gin-sie-siu itu telah membuat suasana yang memangnya sudah gawat menjadi semakin gawat.
Khiu-pan-po dan Lak-chiu Sian-nio meski juga
merupakan orang2nya Hong-lui-po, tapi kedudukan mereka sebetulnya cuma merupakan tetamu. Orang yang
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap Hong-lui-po adalah Pak-kek Suncu, yang dalam soal ini bertindak sebagai pemimpin rombongan. Orang ini meski adatnya keras dan berangasan, tapi kejam dan banyak akalnya.
Melihat keadaan di depan matanya, meski orang2nya Hong-hong-tie tidak banyak jumlahnya, tapi setiap orang2
kuat dan berkaliber besar. Jika bertempur benar2, belum dapat dipastikan siapa yang akan kalah dan siapa yang akan menang. Sebaliknya dipihak Lam-hong, meski juga merupakan musuh besarnya Lim Tiang Hong, tapi dengan Hong-lui-po juga tidak mempunyai hubungan baik. Kalau ia bergerak lebih dulu, ini berarti memberi kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan dirinya Lim Tiang Hong, maka meski mulutnya galak, tapi tidak berani bergerak.
Tidak demikian halnya dengan Thian-bong Lolo. Nenek ini adalah orang yang jumawa. Baru saja Gin-sie-siu menutup mulut, tangannya sudah kegatelan, hampir saja ia maju menyerang. Mendadak di belakangnya ada orang menarik ujung bajunya. Ketika ia berpaling, orang itu adalah In-bu Mo-kheng. Ia lalu menegur dengan mata mendelik: "Ada apa?"
"Kita, orang2 anak murid golongan Ban-ciong, tidak mempunyai permusuhan atau dendam sakit hati terhadap Hong-hong-tie". demikian In-bu Mo-kheng berkata dengan suara lirih.
252 Mendengar jawaban demikian, Thian-bong Lolo
tercengang. "Teecu anggap, tidak ada gunanya kita menalangi orang lain untuk menjadi umpan". demikian In-bu Mo-Kheng melanjutkan keterangannya.
Thian-bong Lolo meski jumawa, tapi biar bagaimana dia juga bukan seorang goblok. Mendengar keterangan In-bu Mo-kheng, ia segera turunkan tongkatnya, tidak lagi bernafsu hendak menyerbu lebih dulu seperti tadi.
Liauw In Suthay dongakan kepala untuk melihat cuaca, diam2 merasa girang, karena krisis sudah lewat. Sebentar lagi Lim Tiang Hong sudah akan sembuh luka2nya.
Betapapun ganas dan buasnya orang2 itu, pasti tidak akan berdaya.
Mari kita sekarang balik kepada Gouw Hong Ing, Bwee Hiang dan itu Bhiksuni muda yang menjaga di luar kamar Lim Tiang Hong. Sejak kedatangan orang kuat dari Hong-hong-tie, serta sudah berhasil mengusir pergi musuh kuat yang hendak menyerbu ke dalam kamar, mereka baru merasa lega.
"Siapakah itu nenek tua bersenjatakan tongkat dari golongan Ban-ciong?" demikian Gouw Hong Ing
menanyakan kepada Bwee Hiang.
"Dia disebut Thian-bong Lolo, sumoynya Ban-ciong Nio-nio". jawabnya Bwee Hiang. Kemudian ia berkata kepada diri sendiri: "Ayam sudah berkokok, hari sudah hampir pagi!"
Dan itu Bhiksuni muda juga berkata sambil menguap:
"Kalau diwaktu biasanya, pada saat ini sudah waktunya bagi kita untuk membaca kitab....".
253 Selagi tiga wanita itu enak mengobrol, sesosok bayangan manusia mendadak melayang turun dari belakang kuil.
Setelah berhasil melalui tiga wanita itu, langsung masuk ke dalam kamar
Tapi baru saja hendak melangkah pintu, mendadak dapat dilihat oleh Bwee Hiang yang segera menegur padanya: "Siapa" Berhenti!"
Sambil menegur, senjatanya juga bekerja. Dengan menggunakan tipu serangan dari golongan Ban-ciong, ia menyerang punggung orang yang hendak menyelundup itu.
Orang itu nampak terkejut, kemudian ia berteriak:
"Eh"....".
Bwee Hiang juga sudah dapat lihat wajahnya orang itu, bukan lain dari pada Hu Kauw-cu atau ketua muda Thian-cu-kauw, Pie-ma Thian-kau Beng Sie Kiu. Jantungnya lantas tergoncang keras.
Saat itu Gouw Hong Ing dan Bhiksuni muda itu juga sudah memburu sambil menenteng pedang, hingga ketua muda Thian-cu-kauw itu terkurung di tengah-tengah.
Beng Sie Kiu dengan sorot mata menghina mengawasi mereka, kemudian berkata sambil ketawa: "Kiranya adalah kau si budak hina ini, benar2 tidak tahu diri, berani berlaku kurang ajar terhadap Hu kauwcumu!"
"Kau sendiri yang tak tahu malu! kau ada Hu
Kauwcumu siapa?" berkata Bwee Hiang sambil ketawa dingin.
Beng Sie Kiu ketawa dingin, mendadak ia bergerak maju. Dengan cepat sudah berhasil mencekal pergelangan tangan Bwee Hiang. Karena gerakannya yang demikian cepat, hingga Bwee Hiang tidak keburu menynigkir.
254 Berbareng pada saat ia berhasil mencekal pergelangan tangan Bwee Hiang, dua bilah pedang sudah mengancam jalan darah Hong Gan dan Ceng Ciok di belakang dirinya.
Beng Sie Kiu tertawa panjang, kemudian ia putar tubuhnya, sambil membetot tangan Bwee Hiang ia angkat tubuh pelayan itu untuk memakai pedang.
Gouw Hong Ing dan itu Bhiksuni muda yang
melakukan ancaman tadi terkejut, terpaksa mereka tarik kembali pedangnya dan lompat mundur.
Beng Sie Kiu telah menggunakan kesempatan itu, kakinya menendang pintu kamar. Dengan kekuatan tenaganya yang hebat, tendangan itu dengan mudah dapat merubuhkan dinding tembok yang bagaimanapun tebalnya, tapi heran pintu kamar yang terbikin dari kayu itu ternyata tidak bergeming sama sekali.
Gouw Hong Ing dan Bhiksuni muda itu ketika dapat lihat Beng Sie Kiu menendang pintu kamar, bukan kepalang kagetnya. Dengan tanpa menghiraukan jiwanya sendiri, mereka menyerlang lagi secara nekad, hingga Beng Sie, Kiu terpaksa menyingkir ke samping sembari mengancam: "Jika tidak hentikan serangan kalian, aku akan musnahkan dia dulu!"
Mendadak di belakang dirinya terdengar suara orang berkata dengan nada dingin: "Kalau kau tidak lepaskan padanya, dengan bergerak sedikit saja, jantungmu lantas akan berlubang!"
Seolah-olah ada barang tajam yang dingin menempel belakang gegernya, hingga Beng Sie Kiu tahu kalau dirinya sudah dikuasai orang asal ia bergerak sedikit saja, ujung pedang itu niscaya akan bikin tembus gegernya.
255 Meski hatinya sangat gelisah, tapi ia masih coba tenangkan perasaannya, sambil ketawa menyindir ia berkata: "Sahabat kau siapa" Dengan cara seperti ini kau perlakukan seorang kawan, rasanya ada sedikit kurang sopan!"
"Haha! terhadap orangnya Thian-cu-kauw juga
memakai segala kesopanan" Hanya orang goblok yang berbuat demikian, tapi bagi Lim Tiang Hong tidak akan berlaku begitu tolol!"
"Kau.... Lim Tiang Hong?"
"Tidak perlu menanya begitu banyak. Lekas lepaskan dia. Kalau tidak, aku si orang she Lim nanti akan menyalurkan tenaga dalam ke ujung pedang, sehingga masuk kadalam tubuhmu, kau nanti akan tahu rasa sendiri".
Beng Sie Kiu terpaksa lepaskan Bwee Hiang. Baru saja ia lepaskan cekalannya, ujung pedang yang menempel dibelakang gegernya juga sudah ditarik kembali.
Di kalangan kang-ouw Beng Sie Kiu terkenal sebagai seorang yang banyak akalnya dan suka menggunakan rupa2
akal keji untuk menghadapi lawan2nya. Ia tidak nyana kalau akan terjungkal di tangannya Lim Tiang Hong.
Tatkala ia balikkan badannya, tampak Lim Tiang-Hong dengan wajah segar berdiri di hadapannya sambil peluk tangan.
"Hitung2 kau masih panjang umur, kali ini kau lolos lagi dari bahaya maut," demikian katanya Beng Sie Kiu dengan suara gemas.
"O ya. Barangkali umurmu sendiri yang sudah
diperpendek!" javvabnya Lim Tiang Hong dingin.
256 Kemudian dengan kecepatan bagaikan kilat menyambar tangannya.
Dalam kagetnya Beng Sie Kiu miringkan badannya dan menyerang dengan tangan satunya.
Tapi gerak tipu yang digunakan oleh Lim Tiang Hong adalah gerak tipu 'Khim-liong-put-jiauw' atau 'menerkam naga dengan delapan kuku', ciptaan Bu-Ceng Kiam-khek yang sudah menggunakan waktu beberapa puluh tahun, sehingga seseorang berkepandaian tinggi seperti Hian Thong Tion lo dari gereja Siauw-lim-sie juga pernah dibikin tidak berkutik oleh gerak tipu itu. Maka sekalipun Beng Sie Kiu ada seorang licin, juga tidak berhasil untuk meloloskan diri. Apalagi kekuatan tenaga dalam Lim Tiang Hong pada saat itu sudah mendapat kemajuan pesat, setiap pukulannya ada mengandung kekuatan yang sangat hebat. Maka begitu tangan Beng Sie Kiu tercekal olehnya, rasa kesemutan membuat serangannya orang she Beng itu kandas di tengah jalan.
Lim Tiang Hong setelah berhasil menangkap diri Beng Sie Kiu, lalu menotok di beberapa bagian jalan darahnya, kemudian dilemparkan ke tanah.
Saat itu, Bwee Hiang dan Gouw Hong Ing sudah
memburu dan dengan perasaan girang menanya: "Apakah racun dalam tubuhmu sudah keluar semua?"
"Terima kasih atas budi kalian bertiga, yang telah melindungi diriku. Bukan saja aku sudah berhasil mengeluarkan racun sangat berbisa itu, bahkan lebih cepat setengah jam dari waktu jang kita perhitungkan" jawabnya Lim Tiang Hong sambil anggukkan kepala dan tersenyum.
"Jangan kita bicarakan soal2 yang tidak penting lagi.
Sekarang ini Amcu dan lain2nya masih di lapangan depan 257
kuil menghadapi orang2 golongan Ban-ciong dan Hong-lui-po, mari kita lekas beri bantuan!" Bwee Hiang mendadak berseru.
"Tidak nyana mereka begitu rendah, selagi orang dalam susah hendak membikin tambah celaka, biarlah aku nanti bereskan mereka," katanya Lim Tiang Hong dengan alis berdiri.
Lalu ia bawa tubuhnya Beng Sie Kiu, kemudian lari keluar.
0o-dwkz-o0 Bab 54 MARI kita balik lagi untuk menengok keadaan di depan kuil Ceng-tou-am. Tiga orang dari golongan yang berdiri berhadapan sebagai musuh itu, setelah mendengar tantangan jung diucapkan oleh Gin-sie-siu, dari pihaknya Hong-lui-po dan Ban-ciong tiada seorang yang berani bergerak lebih dulu.
Sebaliknya dengan Gin-sie-siu dan Cian-lie Tui-hong, mereka itu berdiri dengan tenang, sama sekali tidak mengusik-usik lagi soal adu kekuatan, mereka cuma menantikan datangnya sang fajar. Setelah Lim Tiang Hong habis bersemedi, nanti mereka akan bertindak lagi.
Lambat laun orang2 Hong-lui-po dan Ban-ciong
agaknya mulai mengerti maksud pihak lawan, mereka merasa dengan mengulur waktu seperti itu, hanya menguntungkan pihak lawan saja.
Mendadak Kiu-pan-po perdengarkan suaranya yang seperti bebek, ia berkata sambil ketawa dingin: "Siapa 258
bercuriga, dalam hati masing2 tahu sendiri: orang2
golongan Ban-ciong bukannya takut tapi dalam soal ini tidak sudi bertindak sebagai pelopor".
"Keadaan malam ini, bukan bersilat pertandingan atau mengadu pedang, juga bukan berebutan barang pusaka, melainkan harus bersama2 menghadapi musuh. Di sini tidak ada perbedaannya siapa menjadi pelopor atau siapa bertindak belakangan!" sahutnya Lak-chiu Sian-nio sambil ketawa terkekeh-kekeh.
Perkataan Thian-cu-kauwcu ini sudah nyata benar, maksudnya jalan, supaya kedua belah pihak bekerja sama, tidak perlu memandang kedudukan atau muka.
Pak-kek Suncu keluarkan suara tertawanya yang aneh.
Payung besinya yang semula di letakkan di atas pundaknya, mendadak ditarik dan dilintangkan di depannya.
Gerakaannya ita seolah-olah memberi isyarat kepada kawan2nya, bahwa ia sudah siap hendak melakukan serangannya.
(dw^kz) Jilid ke 5 Semua anak buah Hong-lui-po dengan serentak, lantas bergerak, mereka pada menghunus senjata masing2 hingga keadaan menjadi gawat lagi.
Thian-bong Lolo meski adatnya kasar, tapi masih terhitung seorang yang suka berlaku terus terang. Melihat keadaan demikian, dengan sikap menghina ia keluarkan suara ketawa dingin. Sementara itu, In-bu Mo-kheng dengan diam2 juga sudah menghunus pedang Kim chan-259
kiam-nya, kemudian memberi isyarat kepada empat kawannya, itu wanita baju merah hingga masing2 lantas pada menghunus pedangnya.
Dalam waktu sekejapan saja suasana sudah diliputi oleh ketegangan....
Mendadak dari dalam pendopo terdengar suara tegas dan nyaring: "Aku si orang she Lim karena kurang hati2
sehingga terkena racun yang sangat berbisa. Dengan demikian, terpaksa harus menggunakan waktu tiga hari untuk mengusir racun dari dalam tubuhku. Sungguh tidak sangka kalau hal ini sudah membuat sahabat dari Hong-lui-po dan dan Lam-bong menantikan sekian lama".
Ucapan Lim Tiang Hong itu seolah-olah bunyi genta diwaktu pagi, mendengung....
Kemudian pemuda kosen yang mendapat gelar To-liong Kongcu itu lantas muncul di depan mereka dengan ketiak mengapit tubuh seorang tua berpakaian warna hijau.
Munculnya secara aneh dan tiba2 itu, kecuali membuat heran, juga membuat mereka terpesona, hingga sekian lama tiada seorang yang membuka suara.
In-bu Mo-kheng yang mendengar ucapan Lim Tiang Hong bahwa dalam waktu tiga hari sudah berhasil mengusir racunnya ulat sutra yang sangat berbisa, lebih2 merasa keheranan.
Lim Tiang Hong setelah menyapu wajah semua orang sejenak, lalu perdengarkan ketawa dingin, sambil menuding kepada Lak-chiu Sian-nio ia berkata: "Sambuti ini! Hu-kauwcu kalian diam2 telah mengunjungi aku:''
"Wer", sesosok bayangan orang melesat keluar dari tangannya.
260 Tatkala Lim Tiang Hong unjukkan diri tadi, satu2nya orang yang memperhatikan orang yang dikempit di bawah ketiaknya adalah Lak-chiu Sian-nio, hingga ia mengetahui dengan tepat siapa orangnya. Ketika dengan mendadak Lim Tiang Hong lemparkan tubuh orang itu kepadanya. seketika itu ia terperanjat dan merasa bingung. Kalau ia menyambuti tubuh orang itu, yang dilemparkan tentunya dengan kekuatan tenaga hebat, apakah ia mampu memnyambuti, masih merupakan suatu pertanyaan besar" Tapi kalau tidak disambuti, orang itu yang bukan lain daripada Beng Sie Kiu, pasti akan mati terbanting.
Apa boleh buat, ia terpaksa kerahkan seluruh
kekuatannya. Sambil kertak gigi dan ulur tangannya, ia menyambuti tubuh Beng Sie Kiu yang dilemparkan kepadanya. Apa mau, Lim Tiang Hong sengaja hendak membikin malu dirinya nyonya genit itu. Lemparannya itu dilakukan sedemikian rupa, meski Lak-chiu Sian-nio berhasil menangkapi tubuhnya Beng Sie Kiu, tapi kekuatan tenaga dalam Lim Tiang Hong yang disalurkan melalui tubuh orang she Beng itu lantas mendorong Lak-chiu Sian-nio sehingga membuat padanya mundur 5-6 langkah, kemudian jatuh terjengkang! Dan apa lacur karena ia hendak pertahankan dirinya, malah membuat ia jumpalitan di tanah.
Tatkala ia lompat bangun lagi, pakaiannya yang reboh menjadi kotor dan kusut tidak karuan macamnya, sedang sanggulnya juga hampir pindah dari tempatnya.
Dipermainkan secara demikian memalukan, ia benar2
lantas murka. Dengan suara keras ia memaki-maki: "Anak haram, kau berani permainkan diri nyonya besarmu. Nanti aku suruh kau merasakan tangan besiku!''
261 Buru2 ia bereskan pakaiannya, kemudian pergi
memeriksa keadaan luka Beng Sie Kiu, tapi dia tidak tahu bagaimana harus menolong padanya.
Khiu-pan-po mengira Lak-chiu Sian-nio dalam keadaan gusar sehingga membuat kesalahan, maka buru2 memberi bantuan. Tapi ilmu totokan yang digunakan oleh Lim Tiang Hong adalah ilmu totokan warisan Bu-ceng Kian-khek yang tidak ada keduanya, maka ia juga tidak mampu menolong.
Lim Tiang Hong setelah melemparkan dirinya Beng Sie Kiu kepada Lak-chiu Sian-nio, kembali mengawasi orang2
dari golongan Ban-ciong Mui sejenak. Ketika ia dapat lihat pedang Kim Chan-kiam ditangan In-bu Mo-kheng,
darahnya naik seketika. Sambil ketawa dingin ia menerjang padanya dan ulur tangannya untuk merampas pedang tersebut.
In-bu Mo-kheng yang sedang tertawai Lak-chiu Sian-nio, mendadak dapat lihat Lim Tiang Hong menerjang ke arahnya, dengan cepat ia lintangkan pedangnya. Di depan badannya lantas tertampak lapisan warna emas yang mengurung dirinya. Sinar emas itu selanjutnya menggulung Lim Tiang Hong yang sedang lari ke arahnya.
Ini adalah gerak tipu dalam ilmu pedang Kim Chan Kiam Hoat yang paling lihay, dapat digunakan untuk menjaga, juga dapat digunakan untuk menyerang.
Lim Tiang Hong yang disambut oleh gulungan sinar emas itu, nampaknya tidak jeri. Dengan secara berani ia malah nerobos masuk ke dalam gulungan sinar itu.
Mendadak terdengar suara jeritan kaget In-bu Mo-kheng yang kemudian lompat mundur sejauh lima kaki, sedang pedang Kim Chan-kiam yang dibuat andalan olehnya sudah pindah ke tangan Lim Tiang Hong.
262 Setelah berada ditangannya, Lim Tiang Hong
menggunakan jari tangannya untuk menyentil ujung pedang, nampak sinar berkeredapan terpancar keluar.
Thian-bong Lolo ketika melihat Lim Tiang Hong
bergerak ke arah In-bu Mo-kheng, dengan cepat memburu sambil membabat belakang kepala Lim Tiang Hong dengan senjata tongkatnya. Tapi Cian-lie Tui-hong dari samping sudah menyambuti serangan nenek itu.
Dua senjata berat itu lantas saling beradu, masing2
merasa kaget. Karena dua2nya sama menggunakan senjata serupa, ialah tongkat berat yang terbuat dari besi, pula dua2nya merupakan orang2 yang beradat berangasan, maka pertempuran itu merupakan suatu pertempuran keras lawan keras, sengit lawan sengit.
Semua orang yang menyaksikan pertempuran dua orang itu pada geleng2 kepala
Kita balik lagi kepada Lim Tiang Hong. Setelah ia buat main sebentar pedang yang mengandung sangat berbisa itu, lalu dibikin patah sehingga menjadi berkeping-keping.
Kemudian ia lompat balik ke tengah kalangan dan berkata kepada orang banyak sambil angkat tangan untuk memberi hormat: "Mohon supaya tuan2 sampaikan kepada yang bersangkutan, bahwa aku Lim Tiang Hong cepat atau lambat pasti akan datang sendiri ke barat dan Lam-bong, untuk minta pelajaran kepada Hong-lui-pocu dan Ban-ciong Nio-nio. Atas perbuatannya yang sangat memalukan ini, sebaiknya jangan dipertontonkan disini"
Malam itu, orang2 yang berada disitu sebagian besar merupakan pecundangnya Lim Tiang Hong, hanya Thian-bong Lolo yang belum pernah bertempur dengannya.
263 Kedatangan mereka pada malam itu, semata-mata hendak mencari Lim Tiang Hong yang sedang terluka parah, hendak dibinasakan. Tapi kini pemuda yang hendak dibikin celaka itu, sudah sembuh dan dalam keadaan segar bugar.
Di samping itu, orang2nya Hong-hong-tie juga sudah tiba semua, hingga mereka mengerti, sekalipun kekuatan mereka digabung menjadi satu juga tidak mampu melawan pihaknya Lim Tiang Hong.
Maka semua orang lantas pikir hendak menarik diri.
Terlebih dahulu adalah Lak-chiu Sian-nio bersama Kiu Pan-po, dengan membawa Beng Sie Kiu yang tertotok jalan darahnya, diam2 telah menghilang, kemudian disusul oleh Pak-kek Suncu yang lantas memerintahkan orang2nya mundur.
Tinggal orang2 Ban-ciong Nio-nio, karena Thian-bong Lolo masih bertempur sengit dengan si Pengemis Pincang, maka ia belum berlalu.
Lim Tiang Hong saat itu mendapat kesempatan untuk menyaksikan jalannya pertempuran hebat itu, ia segera dapat tahu bahwa pengemis pincang itu sedang menghadapi lawan berat, maka ia lantas berkata padanya dengan suara lantang: "Tui-hong Khong goan, silahkan kau mengaso dulu, biarlah aku yang melayani padanya!"
Cian-lie Tui-hong meski saat itu masih penasaran, tapi ia tidak berani melawan perintah Kokcunya, maka ia lantas mundur ke samping.
Thian-bong Lolo setelah Thian Lie Tui-hong
mengundurkan diri, dalam sengitnya lantas berkata dengan sombongnya: "Sekalipun kamu berdua maju berbareng apa kamu kira aku takut?" .
264 "Perlu apa berbuat demikian" Aku seorang she Lim tadi sudah katakan, cepat atau lambat, aku akan datang sendiri ke Lamhong untuk minta pelajaran"
In-bu Mo-kheng sebagai orang yang bisa menggunakan pikiran, dapat lihat bahwa keadaan pada saat itu tidak menguntungkan bagi pihaknya. Meski ia merasa malu karena pedangnya dirusakkan oleh Lim Tiang Hong, namun tidak unjukkan sikap gusar atau penasaran. Ketika dengar Lim Tiang Hong menghentikan pertempuran, ia anggap itu adalah kesempatan yang paling baik untuk undurkan diri, maka tanpa menantikan sampai Thian-bong Lolo membuka mulut, ia sudah berkata lebih dulu: "Baik begitulah kita tetapkan. In-bu Mo-kheng nanti akan sampaikan perkataanmu ini kepada suhu, supaya
menantikan kedatanganmu"
Thian-bong Lolo masih hendak buka mulut tapi
berulang ulang In-bu Mo-kheng memberi isyarat dengan lirikan matanya, nenek yang adatnya berangasan itu agaknya juga mengerti maksud In-bu Mo-kheng, maka ia hanya berkata: "Hari ini hitung2 aku memberi kesempatan bagi kalian untuk hidup lebih lama".
"Belum tahu siapa yang akan mati lebih dulu!"
jawabnya Lim Tiang Hong dengan tenang.
Setelah orang2nya Ban-ciong-mui berlalu, pertempuran telah berakhir.
Liauw In Suthay lalu ajak semua tetamunya masuk ke dalam.
Ketika Lim Tiang Hong menyaksikan meja kursi dalam pendopo pada berantakan, hatinya merasa tidak enak, maka ia lantas berkata kepada Liauw In Suthay: "Oleh karena urusan boaupwee, telah membuat Amcu menderita
265 kerugian begini besar, boanpwee minta maaf sebesar besarnya".
"Urusan sekecil ini jangan siauwhiap buat pikiran, siauwhiap telah berhasil mengeluarkan racun dari tubuh siauwhiap dalam waktu sesingkat itu, benar2 membuat kagum pinni" jawab Liauw In Suthay sambil tersenyum.
Lim Tiang Hong mengucapkan terima kasih lagi, lalu menanyakan kepada orang2nya yang ditugaskan untuk menjalankan perintahnya.
Masing2 lalu memberi laporannya seperti berikut: 1. Sin Suan Cukat dan si pengemis Mata Satu setelah menerima kabar, malam itu juga sudah berangkat mencari jejak Yan-jie.
2. To Hoa Tocu sudah mengambil keputusan tentang urusan Hong-gwat Kongcu dengan Im San Mo-lie. Ia bersedia menjumpai Lok-hee Hujin untuk membereskan soal tersebut.
3. Paderi aneh berkerudung itu, setelah berjanji tiga hari hendak balik lagi ke Siauw-lim-sie untuk menjabat ketua, ternyata tidak datang. Sebaliknya pihak gereja Siauw-lim-sie yang telah mengutus banyak muridnya untuk mencari jejak paderi berkerudung itu.
4. Yan-jie sejak malam itu pertemuannya dengan Lim Tiang Hong, tidak tertampak di dunia Kang-ouw lagi.
5. Pengaruh Hong-lui-po ternyata belum ditarik mundur dari daerah Tionggoan. Mundurnya mereka pada kala itu, hanya merupakan suatu siasat saja, sebenarnya mereka sedang mengadakan aksi di bawah tanah, untuk membikin persiapan penyerbuannya ke daerah Tionggoan.
266 Setelah mendengarkan laporan2nya tersebut, ia lalu hendak ambil tindakan untuk selanjutnya. Baru saja ia hendak buka mulut, mendadak Gin-sie-siu berbangkit dan memberi laporannya: "Laporan, nona Oey-eng hingga sekarang belum pulang ke Hong-hong-tie. Sudah diperintahkan kepada semua orang2 Hong-hong-tie untuk mengadakan penyelidikan, juga belum ada kabar
ceritanya". Lim Tiang Hong terperanjat, dengan cepat ia menanya:
"Apakah Yong-jie pernah pulang ke Hong-hong-tie?"
"Ia sudah pulang, katanya hari itu ia tidak dapat mengajak nona Oey-eng".
"Eh"! Kemana ia pergi?"
Lim Tiang Hong tahu bahwa Yu-kok Oey-eng
dibesarkan di Hong-hong-tie. Sekalipun Sedang
mendongkol terhadap dirinya, juga tidak akan tidak pulang ke Hong-hong-tie. Tapi kini kenyataannya ia tidak pulang, dapat diduga pasti mendapat rintangan apa2.
Setelah ia berpikir sejenak, mendadak ia dongakan kepala dan berkata: "Apa tidak mungkin ia sudah mendapat bahaya" Ini memang susah dibilang, kalau ditilik dari kepandaiannya, tiada suatu alasan sampai ia mendapat bahaya. Setidak tidaknya ia bisa mundur dalam keadaan selamat. Yang kita kuatirkan ialah kalau2 ia dibokong oleh musuhnya"
Lim Tiang Hong mendadak buka matanya lebar2,
dengan tegas ia berkata: "Mulai saat ini, kerahkan kekuatan kita semua untuk mencari jejak nona Oey-eng!".
Nyatalah lenyapnya Yu kok Oey-eng telah membuat ia sangat gelisah.
267 Gin-sie-siu kembali membuka mulut, ia berkata dengan tenang: "Orang yang dapat menyusahkan diri nona Oey-eng, pada dewasa ini kemungkinnan besar cuma orang2nya Hong-lui-po dan Ban-ciong Nio-nio. Yang tersebut duluan karena banyak orangnya dan besar kekuatannya, sedang yang tersebut belakangan pandai menggunakan racun.
Kalau kita hendak mengadakan penyelidikan, ada baiknya kita pusatkan tujuan kita kepada orang2 dua pihak itu"
Lim Tiang Hong anggukkan kepala ia menyetujui
anggapan orang tua itu. Segera ia teringat pada pengalamannya diri sendiri meski ia sendiri sudah mempunyai kepandaian dan kekuatan sedemikian tinggi, tidak urung masih terkena racun yang dilepaskan oleh In-bu Mo-kheng, kalau hal yang serupa itu dilakukan kepada Yu-kok Oey-eng, bukankah lebih mudah"
Yu-kok Oey-eng adalah anak piatu sahabat ayahnya.
Kalau terjadi apa2 atas diri nona itu bagaimana ia ada muka untuk menjumpai ayahnya" Lagipula, gadis itu juga merupakan bakal isterinya. Jikalau terhadap bakal isteri sendiri ia tidak mampu melindungi, bagaimana ada muka untuk menjagoi dunia kang-ouw"
Selagi otaknya bekerja keras memikirkan soal tersebut, mendadak terdengar suara Cian-lie yang seperti geledek.
"Bagus! kawanan iblis itu berani turun tangan terhadap orangnya Hong-hong-tie, kalau aku tidak bisa obrak-abrik sarang mereka, jangan dipanggil Cian-lie Tui-hong!"
Kemudian ia berseru kepada Lim Tiang Hong: "Harap supaya Kongcu keluarkan perintah, hari ini juga kita menyerbu ke barat!"
Lim Tiang Hong dengan tenang mengawasi orang2nya sejenak, kemudian berkata dengan lambat2: "Untuk 268
sementara kau jangan bergerak sembarangan, aku sudah mengambil keputusan".
Cian-lie Tui-hong tidak berani membuka mulut lagi, ia balik lagi ke tempatnya.
"Sekarang," demikian Lim Tiang Hong keluarkan
perintahnya, "minta supaya Gin Sie Congkoan balik ke Hong-hong-tie. Tui-hong Congkoan bersama Moe-Ie Kimkho dan Cong-pian Jie-lo berangkat ke Lam-bong, menyelidiki jejak nona Oey-eng. betul atau tidak sudah ditawan oleh mereka" Tapi untuk sementara jangan timbulkan onar dulu."
Ia berhenti sejenak, kemudian berkata pula: "Aku sendiri akan berangkat ke barat seorang diri saja. Aku kepingin lihat, Hong-lui-po sebetulnya ada mempunyai berapa besar kekuatan dan pengaruhnya. Selanjutnya kita nanti menetapkan rencananya yang kedua.''
"Mana boleh, dengan seorang diri Kokcu pergi ke barat, bukankah terlalu berbahaya" "
"Kawanan penjahat dari barat itu rasanya juga tidak bisa berbuat apa2 terhadap aku karena keputusanku tadi sudah tidak dapat diubah lagi. Sebaiknya kalian melakukan apa yang kuperintahkan tadi".
Meski semua orang beranggapan bahwa perjalanan Lim Tiang Hong ke barat dengan seorang diri itu terlalu berbahaya, tapi karena keputusan Kongcu itu tidak dapat diubah lagi, maka tiada seorang yang berani menantang.
Hanya Gin-sie-siu yang sudah banyak pengalaman, lagi pula sudah dipesan oleh Ho-lok Siu-su, karena dalam pikirannya sudah mempunyai perhitungannya sendiri, maka nampak tenang2 saja, setelah pamitan kepada Kokcu dan lain2nya, hari itu juga ia baiik ke Hong-hong-tie.
269 Setelah ssrnua orang Hong-hong-tie berlalu, Lim Tiang Hong baru dapat lihat diri Bwee Hiang hatinya lantas tergerak, hingga ia menanya: "Enci Bwee Hiang, untuk selanjutnya, kau pikir hendak ke mana?"
Barusan karena orang2 itu pada membicarakan soal lenyapnya Yu-kok Oey-eng, sekalipun Bwee Hiang ingin menyatakan pikirannya, juga tidak berani buka mulut. Kini setelah ditanya oleh Lim Tiang Hong, hatinya merasa pilu, hingga air matanya mengalir keluar.
"Budakmu adalah seorang sebatang kara, tidak
mempunyai sendaran sama sekali, sudah tentu tidak mempunyai pikiran atau tujuan". demikian jawabnya sedih.
Lim Tiang Hong kini telah merasa dihadapkan pula oleh persoalan rumit. Sudah tentu Bwee Hiang kini tidak bisa kembali lagi ke Thian-cu-kauw, tidak mungkin juga kembali kepada Lok-hee Hujin. Kalau harus ditinggalkan kekuil Ceng-tou-am, ini berati menanam sebuah bom, waktu buat Liauw In Suthay, yang setiap saat bisa meledak.
Setelah memikir sejenak, ia merasa tidak ada jalan yang lebih baik daripada tinggal di Hong-hong tie. Maka ia lantas berkata padanya: "Aku merasa simpatik terhadap nasibmu dan karena enci pernah menolong jiwaku dengan tanpa hiraukan keselamatan diri enci sendiri hingga aku merasa berhutang budi sangat besar kepadamu. Tapi oleh karena pada saat ini aku masih harus menghadapi banyak persoalan yang sangat berat, untuk sementara belum dapat memikirkan suatu cara yang paling sempurna, maka dari itu, harap enci bawa suratku ini untuk sementara biarlah enci berdiam di Hong-hong-tie dulu".
Bwee Hiang sangat cerdik, ia juga tahu bahwa Lim Tiang Hong pada saat itu memang sedang menghadapi banyak urusan, kecuali dengan jalan itu, sebetulnya tidak 270
ada lain jalan yang lebih baik lagi. Maka ia lantas terima baik tawaran anak muda itu.
Setelah menyelesaikan urusan Bwee Hiang, Lim Tiang Hong tidak mau membuang waktu lagi, ia segera pamitan dengan Liauw In Suthay dan muridnya.
"Kali ini aku si orang she Lim telah mendapat banyak bantuan dari suthay sekalian, dengan ini aku ucapkan banyak terima kasih. Nanti setelah kembali dari barat, pasti aku akan berkunjung kesini lagi,''
Setelah meninggalkan kuil Ceng-tou-am. Lim Tiang Hong dengan memakai kedok kulit manusia dan membeli seperangkat pakaian bangsa Bwee serta membeli seekor kuda, lalu melakukan perjalanannya ke daerah barat.
~dw^kz~ Bab 55 SEKARANG mari kita balik lagi kepada Yu Kok Oey-eng, yang karena urusan Hong Hay Kow Loan, telah mengambek terhadap Lim Tiang Hong dan lantas kabur meninggalkan padanya. Dalam pikirnya, Lim Tiang Hong pasti akan menyusul, untuk memberi penjelasan. Tidak nyana, Lim Tiang Hong hanya memanggil padanya dua kali, tapi tidak menyusul, hingga hatinya semakin panas.
Ketika ia tahu Yong-jie menyusul, ia malah percepat larinya, hingga tidak dapat dicandak oleh Yong-jie.
Ia lari sekencang-kencangnya, sampai beberapa kali, ia baru merasa lelah. Tadi dalam pikiran kalut dan mendongkol lari tanpa tujuan dan kini setelah kakinya merasa ietih, pikirannya lantas mulai tenang,
Mendadak suatu perasaan sedih timbul dalam hatinya, hingga air matanya turun tanpa dirasa.
271 Sekarang ia merasa seperti seekor burung kehilangan kawannya, hingga perasaan pilu dan sedih membuat ia seolah2 sudah kehilangan pegangan, ia tidak tahu bagaimana harus berbuat!
Karena sejak kanak2 ia sudah dimanja oleh Kokcu yang membesarkan dirinya, hingga selama itu belum pernah keaal apa artinya sedih.
Setelah menjadi dewasa dan mengetahui pula
hubungannya dengan Lim Tiang Hong, cinta kasihnya lantas diberikan kepada tunangannya itu. Ia kepingin selalu berada bersama-sama dengan tunangannya. Tapi apa mau Lim Tiang Hong terlalu banyak urusannya, hampir tidak ada waktunya untuk bercumbu rayu dengannya.
Selain dari pada itu, sebelum berjumpa dengannya, Lim Tiang Hong sudah banyak kawan wanita. Walaupun kawan2 wanitanya itu merupakan kawan2 di dunia Kangouw, hingga tidak mengutamakan soal cinta kasih, tapi dalam matanya Yu Kok Oey-eng, Lim Tiang Hong
dianggapnya terlalu romantis. Inilah sebabnya mengapa ia bersikap yang seolah-olah hendak mengekang kemerdekaan Lim Tiang Hong,
Sifat semacam ini, memang sudah sewajarnya bagi sebagian kaum wanita yang terlalu tebal rasa cintanya terhadap kekasihnya.
Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Maka meski Yu Kok Oey-eng berlalu dari samping tunangannya karena mendongkol, tapi setelah pikirannya tenang kembali, ia lantas merasa menyesal atas perbuatannya sendiri. Ia sejogyanya hendak balik lagi. Tapi dengan berbuat demikian, itu berarti telah mengakui kesalahannya dan sebagai seorang wanita yang keras kepala, ia segan berbuat demikian.
272 Karena itulah, maka semakin lama ia tidak dapat mengambil keputusan, hingga terus berdiri seperti patung.
Mata hari sudah mendoyong ke barat, angin malam mulai meniup, saljupun mulai membeku lagi. tapi Ia masih tidak merasakan semua perubahan hawa udara itu. Ia masih tetap berdiri di bawah sebuah pohon Yangliu, membiarkan dirinya tertiup oleh angin yang dingin.
Mendadak di belakang dirinya terdengar suara orang berkata dengan amat nyaring "Aaa, dewi Koan-im....!".
Dalam kagetnya Yu-kok Oey-eng cepat balikkan
badannya. Segera dapat lihat seorang anak laki2 desa berusia kira2 15 tahun dengan matanya yang besar dan alisnya yang tebal serta kedua lengannya yang kekar hingga kelihatan otot2nya sedang memandang dirinya dengan memikul seikat besar kayu kering.
Ketika Yu-kok Oey-eng perhatikan ikatan kayu kering yang dipikul di atas pundaknya itu, hatinya diam2
terperanjat. Menurut dugaannya, ikatan kayu itu se-kurang2nya ada mempunyai berat lima atau enam ratus pikul ke atas. Dari jauh kelihatan seperti tumpukan kayu.
Dengan bentuk tubuhnya anak itu sesungguhnya tidak seimbang. Dalam hatinya diam2 berpikir: bagaimana anak itu mempunyai kekuatan begitu hebat.
Terdorong oleh perasaan heran, maka ia lantas menanya padanya sambil bersenyum manis: "Adik kecil siapa namamu" Dimana rumahmu"'
Karena bocah itu dianggapnya masih kanak2 maka perkataannya diucapkan dengan suaranya yang lemah lembut, hinggga amat merdu kedengarannya!
Diperlakukan begitu manis, bocah itu kegirangan, mendadak ia tertawa dan tepok2 tangan, kemudian berkata: 273
''Apa kau sedang menyanyi, mengapa suaramu begitu merdu"''
Oleh karena terlalu kegirangan, ia telah lupa bahwa di atas pundaknya sedang memikul barang berat. Ketika ia tepok tangan, pikulannya lantas putus, hingga kayunya jatuh berantakan di tanah.
Ia menjadi sengit, sambil ketrukkan kakinya ia berkata:
"Pui! pantas ibu pernah kata, bahwa orang perempuan itu adalah pembawa sial. Dikemudian hari jika mencari isteri, harus mencari yang mempunyai budi pekerti. Aku pikir kau tentunya itu perempuan yang membawa sial, kalau tidak, mengapa aku baru beromong-omong sebentar saja
denganmu, kayuku lantas jatuh berantakkan Hm!
perempuan seperti kau ini aku tidak suka menjadi suamimu".
Yu-kok Oey-eng yang sedang merasa tidak enak hati karena melihat kayu yang dipikul oleh bocah itu jatuh berantakan, mendadak mendengar ucapannya yang tidak karuan itu, maka ia lantas membentak "Kau ngaco!"
Sedang tangannya lantas diulur untuk menampar
pipinya dan tamparan itu telah mengenakan dengan telak.
Tapi karena mengingat masih bocah, Yu-kok Oey-eng menampar dengan tidak menggunakan tenaga, maka meski nyaring, tapi tidak sakit.
Bocah itu nampak tercengang, kemudian dengan
mendadak ia menjadi gusar. "Kau berani memukul orang?"
demikian katanya. Dan secara tidak terduga-duga pula, kepelannya lantas melayang ke arah Yu-kok Oey-eng dengan kekuatan luar biasa.
274 "Eh! kau ternyata pandai menggunakan ilmu pukulan Pek-pou Sin-koan"'' demikian Yu-kok Oey-eng berseru dengan perasaan terheran-heran. Kemudian dengan gaya sangat manis, ia lompat kesamping untuk menghindarkan serangannya.
"Buk....!" pukulan bocah itu telah mengenakan pohon Yang-liu di belakang Yu-kok Oey-eng. hingga daun2nya pada rontok dan beterbangan ke tanah.
Kiranya serangan bocah itu tadi bukan ditujukan kepada tubuh Oey-eng melainkan di tujukan ke atas pohon, hingga sambaran anginnya yang keluar dari serangannya tadi dengan tepat mengenakan sasarannya dan membuat daun2nya pada rontok-Ini benar2 merupakan suatu kejadian yang sangat aneh.
Yu-kok Oey-eng semakin terarik, ia pura2 marah. "Apa artinya ini" Kau hendak unjukkan kepandaianmu ataukah hendak menggertak nonamu?"
Bocah itu setelah melancarkan serangannya, mendadak ketrukkan kakinya dan berkata pula dengan gemas "Semua karena kau yang tidak baik sehingga membuat aku marah, kembali sudah unjukkan kepandaianku dihadapanmu.
Jikalau tidak karena pesan ibuku, yang tidak mengizinkan aku berkelahi dengan sembarangan orang, hm! kepalanku tadi kalau aku tujukan kepada dirimu, barangkali saat ini kau sudah mampus!'
"Kalau begitu aku harus ucapkan terima kasih padamu atas kebaikanmu. Hei! aku tanya padamu, siapakah namamu, dimana. rumah tinggalmu, mengapa kau tidak sudi memberi tahukan padaku?"
"Ibu tidak mengizinkan aku memberitahukan kepada siapapun juga!"
275 Bocah itu agaknya takut orang menanyakan namanya.
Dengan cepat ia balikkan badannya dan membereskan kayunya yang berantakan di atas salju, kemudian berkata kepada dhi sendiri: "Ah! sungguh sial, pulang kemalaman, nanti akan membuat ibu marah2 lagi".
Mungkin karena tergesa-gesa hendak pulang ia tidak perdulikan Oey-eng lagi. Bocah itu meski nampaknya agak tolol, tapi sifatnya polos dan jujur, bahkan mempunyai kekuatan tenaga luar biasa besarnya.
Yu-kok Oey-eng yang memang sedang tidak tahu
kemana harus menuju, karena menghadapi keganjilan ini, hatinya semakin tertarik, karena bocah itu tidak mau memberitahukan namanya, ia juga tidak menanya lagi.
Bocah itu setelah membereskan kayunya menengok sejenak, lantas buru2 menuju ke jalan pegunungan.
Walanpun ia membawa seikat kayu yang begitu besar dan berat, tapi ia masih bisa jalan begitu gesit laksana terbang, sedikitpun tidak kelihatan payah.
Yu-kok Oey-eng membiarkan bocah itu pergi sampai jauh, ia enyot kakinya, dengan diam2 menguntit di belakangnya. Berjalan kira2 lima lie, udara sudah gelap.
Bocah itu juga pada saat itu sudah masuk ke dalam sebuah tempat di bawah kaki gunung yang sangat tersembunyi letaknya. Disitu ada terdapat tiga bangunan rumah atap.
Dari dalam rumah lapat kelihatan sinar lampunya.
Mendadak terdengar suara orang tua, dari jauh sudah memanggil- manggil: "Apa kau si Ah-gu" mengapa begini malam baru pulang?"
Bocah itu ketika mendengar panggilan namanya, buru2
percepat langkahnya. Dengan gerakan sangat gesit menghampiri rumah atap itu. Ketika berada di depan pintu, 276
ia lalu letakkan pikulan kayunya dari atas pundaknya.
Setelah membersihkan debu yang melekat di badannya, ia lantas berkata: "Ibu tadi diperjalanan aku berjumpa dengan seorang perempuan, cantik sekali dan bu, suaranya seperti orang menyanyi, sungguh merdu....".
Yu-Kok Oey-eng arahkan pandangannya ke depan
rumah gubuk itu. Di sana ada berdiri seorang wanita tua yang rambutnya sudah putih seluruhnya. Nenek tua itu mengawasi si bocah tolol tadi dengan sikap sangat menyayang. Tapi ketika mendengar perkataan bocah tadi parasnya berubah seketika, kemudian memotong
pembicaraannya: "Siapa suruh kau cari kayu sampai jauh2"
Bukankah ibumu sudah pesan padamu, tidak boleh kau pergi jauh2" Tidak boleh bicara dengan siapapun juga, tidak nyana kau berani melanggar pesan ibumu.... " berkata sampai disitu, suaranya nenek itu agak gemetar, seperti menahan ratap tangis.
Kemudian terdengar suara helaan napas perlahan dan lalu berkata pula: "Aih! kalau hal ini nanti, sampai mendatangikan musuh2 kita, maka tersia-sialah semua jerih payah ibumu selama ini...."
Ucapan yang terakhir ini hampir2 tidak terdengar dan bocah tolol itu setelah menampak ibunya marah, lantas berlutut di depan ibunya berkata: "Semua ini adalah salah Ah-gu, sehingga ibu kesal hati, selanjutnya Ah-gu tidak berani lagi"
"Lekas masuk makan! selanjutnya kau harus ingat baik pesan ibumu". kata pula si nenek sambil menghela napas.
Ibu dan anak itu lantas masuk ke dalam rumahnya.
Karena dugaannya itu ternyata tidak keliru, Yu-kok Oey-eng semakin ingin tahu sampai sedalam daiamnya 277
maka ia lantas gerakkan kakinya. Dengan gerakan badan sangat ringan sekali, sudah melesat ke atas atap rumah.
Ilmu meringankan tubuh Oey-eng, boleh dikata sudah mencapai taraf kemahirannya. Meski datangnya secara tergesa gesa, tapi ketika tiba di atas atap rumah, sedikitpun tidak mengeluarkan suara. Tapi, di atas gaunnya, karena kejatuhan salju, ketika salju itu tertiup angin, lantas terjatuh dan menimbulkan sedikit suara.
Sinar lampu di dalam rumah mendadak padam.
Kemudian tertampak berkelebatnya sesosok bayangan orang, yang melesat keluar. Hanya sedikit gerakan saja, bayangan orang itu sudah berada di hadapannya. Ternyata itu adalah nenek tua berambut putih, yang kini tidak tertampak loyo lagi, seperti apa yang dilihatnya di depan rumah.
Saat itu, dengan tangan memegang tongkat, berdiri tegak dengan sikap garang.
Yu-kok Oey-eng karena kuatir timbul salah paham.
Dengan tanpa menunggu nenek itu membuka mulut, ia sudah mendahului memberi hormat serta perkenalkan dirinya: "Boanpwee Yu-kok Oey-eng, murid Kie-lin Kokcu dari Hong-hong-tie. Kedatangan boanpwee malam ini tidak ada lain maksud, hanya....".
Nenek tua itu tidak menunggu Yu-kok Oey-eng bicara habis, sudah menyela dengan perasaan kaget dan heran:
"Hong-hong-tie"! Bolehkah nona memberitahukan nama asli suhumu kepada aku si orang tua?"
Yu-kok Oey-eng setelah berpikir sejenak baru menjawab:
"Sebetulnya memang boleh, tapi karena tidak suka memberitahukan nama aslinya kepada orang luar, boanpwee sebagai muridnya, tidak berani berkata 278
sembarangan" Dalam hal ini harap cianpwee suka maafkan"
Nenek itu lantas kembali keadaannya seperti semula, ialah loyo dan seolah olah tidak bertenaga. Kemudian ia menghela napas dan berkata: "Karena nona mempunyai kesulitan, aku si orang tua sudah tentu tidik akan memaksa, marilah kita ke dalam untuk beromong omong!"
Nenek itu balik ke dalam gubuknya, kembali
menyalakan lampu. Si bocah tolol itu nampak berdiri tegak di tengah ruangan sambil mengepal dua tinjunya. Begitu melihat datangnya Yu-kok Oey-eng, lantas berkata dengan perasaan kaget: "Eh! Mengapa kau juga datang kemari"
Aku beri tahukan padamu, kalau kau ingin menjadi isteriku, aku tidak mau".
Yu-kok Oey-eng agak mendongkol, tapi karena bocah itu masih terlalu muda, maka ia tidak bisa berbuat apa2.
Tapi si nenek segera menyemprot padanya. "Kau jangan ngaco belo tidak karuan! lekas tuangkan teh".
Bocah itu leletkan lidahnya, tapi ia tidak berani membantah, dengan cepat sudah masuk untuk mengambil teh.
Nenek tua itu setelah mempersilakan tetamunya duduk, sepasang matanya terus mengawasi nona itu dari atas sampai kebawah, setelah itu, mendadak ia menanya: "Aku ingin minta sedikit keterangan dari nona tentang dirinya.
Seseorang, entah nona tahu atau tidak?"
"Silahkan!" "Orang itu adalah Ho-lok Siu-su, Lim Tayhiap, yang pada satu masa namanya sangat terkenal disepanjang daerah Ho-lok".
279 Yu Kok Oey-eng tidak tahu apa maksudnya nenek tua itu menanyakan diri Ho-lok Siu-su, maka ia tidak menjawab langsung, sebaliknya balas menanya: "Nenek, apakah kau kenal dengan beliau?"
Nenek itu ternyata sangat cerdik. Melihat sikap Yu Kok Oey-eng, segera dapat menebak isi hatinya, maka ia lantas berkata pula: "Aku hendak minta keterangan lagi darimu tentang diri seseorang lainnya, orang itu adalah Oey Kong Cow, yang dulu sangat terkenal di daerah Koan Tong dengan julukannya 'Thiat Tat Siu Koan" apa nona kenal padanya?"
Yu Kok Oey-eng melengak, ia lalu menjawab sambil gelengkan kepala: "Belum pernah dengar".
"Chungcu ini, dulu adalah sahabat karibnya Ho-lok Siu-su, bahkan sudah mengikat tali perjodohan bagi anak2nya sebelum anak mereka itu lahir. Cuma sayang ...... Dengan secara tragis Keluarga Oey itu ..... bencana rumah tangganya".
Yu Kok Oey-eng terperanjat. Karena ia tahu benar bahwa Ho-lok Siu-su cuma mempunyai seorang anak laki2
dan yang dijodohkan sebelum lahir bukankah dia sendiri".
Apalagi orang yang disebut Chungcu itu juga adalah seorang she Oey.
Maka ia menanya dengan hati cemas: "Entah siapa orangnya yang mencelakakan diri Oey Chungcu itu. Dan dimana adanya anak perempuannya itu sekarang?".
"Hal ini sangat panjang kalau dibicarakan. Dulu, ketika Ho-lok Siu-su mendapat gambar peta perjalanan ke gunung sakti, berita ini pernah didengar oleh seorang iblis dari golongan hitam. Iblis itu bernama Im Boan Jin. Ia adalah sangat jahat dan kejam. Karena mengetahui bahwa dirinya 280
belum mampu menandingi Ho-lok Siu-su, maka lantas menggunakan akal paras wanita cantik. Tapi kesudahannya bukan saja berhasil seperti apa yang ia harapkan, malah ia sendiri yang kehilangan isterinya. Iblis itu dengan Thiat Tan Sin Koan Oey Chungcu memang pernah kenal, karena akal bulusnya tidak berhasil, ia lantas ajak Oey Chungcu merampas dengan kekerasan. Oey Chungcu adalah seorang baik, bagaimana ia sudi melakukan kejahatan semacam itu"
Apalagi dengan Ho-lok Siu-su ia ada bersahabat karib.
Anak2 mereka juga sudah ditunangkan. Walaupun
demikian, ia juga tidak berani terandari menolak. Ia coba jawab dengan perkataan manis, tapi diam2 ia beritahukan berita itu kepada Ho-lok Siu-su. Pada kala itu, Ho-lok Siu-su sudah siap heodak melakukan perjalanannya dengan seorang diri. Entah dengan cara bagaimana, berita itu kembali dapat didengar oleh Im Boan Jin. Juga entah bagaimana, ia juga dapat tahu hubungannya Oey Chungcu dengan Ho-lok Siu-su. Dengan tanpa memberitahukan Oey Chungcu lagi, ia bersama-sama serombongan kambratnya, menunggu didaerah-gurun pasir untuk memegat perjalanan Ho-lok Siu-su. Setelah terjadi suatu pertempuran hebat, orang2 Im Boan Jin telah mati semuanya" sedang Ho-lok Siu-su dengan sendiri, pada akhirnya dua2nya juga terluka dalam pertempuran itu. Gambar peta itu telah terkoyak menjadi dua lembar, yang berada dalam tangan Ho-lok Siu-su adalah bagian belakang, tapi akhirnya ia sampai juga ke tempat tujuannya dan berhasil mendapatkan kepandaian tinggi yang tidak ada taranya. Sedang yang didapatkan oleh Im Boan Jin adalah bagian depannya, meski ia tidak berhasil ke tempat tersebut, tapi ia mendapat pengalaman lain, juga kembali dengan kepandaiannya yang baru didapatkan. Tapi sejak kala itu, ia juga lantas berubah semakin buas, jahat dan ganas! Ia menyebut dirinya Pek-tok Hui-mo.
Perkumpulan yang dibentuknya semula diperluas menjadi 281
perkumpulan Thian-cu-kauw, dan terang2an menjadi salah satu golongan di dunia kang-ouw....".
Bicara sampai di sini, Yu Kok Oey-eng mendadak nyeletuk: "Semua kejadian itu telah terjadi di daerah gurun pasir, bagaimana nenek bisa dapat tahu?"
Nenek tua itu mendadak menangis, dengan suara ter-isak2 ia menjawab: "Thiat Tan Sin Koan Oey Chungcu itu.
karena kuatirkan keselamatan sahabat karibnya, setelah Ho-lok Siu-su meninggdkan kota Lok Yang, ia juga menguntit dengan seorang diri. Tapi ketika tiba digurun pasir, kebetulan telah berjumpa dengan salah seorang
komplotannya Im Boan Jin yang sudah dalam keadaan payah. Dari mulutnya orang itu, Oey Chungcu baru dapat tahu keadaan yang sebetulnya pada kala itu. Tapi juga lantaran ini, Oey Chungcu serumah tangganya telah dimusnahkan. Im Boan Jin setelah berhasil mempelajari kepandaian ilmunya dan balik ke daerah Tionggoan, menganggap bahwa kala itu ia tidak berhasil mendapatkan seluruh gambar peta itu, semata mata karena disebabkan adanya Thiat Tan Siu Koan yang membocorkan rahasia.
Maka Pada suatu malam, ia dengan rombongan
komplotannya telah menyerbu kediaman Oey Chungcu. Ia bunuh mati seluruh keluarga Oey......
.... Dengan terus terang, suamiku Hoo Hiong pada waktu itu adalah kepala pengurus rumah tangga keluarga Oey. Begitu melihat gelagat tidak baik, diam2 ia sudah membawa kabur nona .......... baru berusia enam tahun.
Dan aku sendiri, pada kala itu ketika melihat Chungcu dan keluarganya sudah binasa semua. Karena untuk menjaga keturunan keluarga Hoo, juga lantas kabur dan
sembunyikan diri sehingga hari ini"
282 Yu-kok Oey-eng dengan air mata berlinang-linang berkata dengan suara sedih: "Sekarang aku tahu. Hoo Congkoan kala itu kabur sambil menggendong Eng-jie tapi kawanan manusia keji itu tidak mau mengerti, lantas mereka mengejar. Mungkin Tuhan tidak inginkan
membikin putus keturunan keluarga Oey, kala itu berpapasan dengan Cian-lie Tui-hong dan Ceng Puo Siu dari Hong-hong-tie. Mereka setelah memukul mundur kawanan penjahat itu, lantas menolong diri Hoo Congkoan.
Tapi Hoo Congkoan yang gagah berani dan setia itu, karena luka2nya serta sudah kehabisan tenaga, tidak sanggup bertahan lagi. Cuma mengatakan "Bocah.... perempuan....
ini.... ada.... lah... anak.... perempuannya.... Thiat.... Tan...
Siu.... Koan...." lantas terputus nyawanya. Sejak saat itu, Eng-jie menjadi muridnya Kie-lin Kokcu, ketua Hong-hongtie dan Kokcu itu adalah itu Ho-lok Siu-su yang dulu berhasil pergi ke gunung untuk mendapatkan pelajaran istimewa.''
Setelah mengetahui siapa adanya nona itu, nenek tua itu semakin pilu. Baru saja menutup mulutnya, nenek itu sudah berseru: "Siocia, aku memikirkan dirimu sampai sendirian seperti ini....".
Ia lalu memeluk diri Oey-eng sambil menangis
sesenggukan. Malam itu, Yu-kok Oey-eng baru tahu asal usul dirinya.
Apabila ingat kematian ayah bundanya di tangan Pek-tok Hui-mo secara mengenaskan, hawa amarahnya lantas meluap. Ia segera hapus kering air matanya dan berkata kepada nenek itu: "Bibi Hoo, simpanlah dulu airmatamu.
Eng-jie sekarang hendak mencari Pek-tok Hui-mo. Kalau aku tidak mampu cingcang dirinya iblis itu, aku bersumpah tidak menjadi orang lagi".
283 Nenek Hoo itu, di masa mudanya juga merupakan salah satu jago betina kenamaan. Di kalangan Kang-ouw ia mendapat nama julukan Wanyo Liehiap. Ia mahir sekali dengan ilmu pedang, kini karena usianya sudah lanjut, baik adatnya maupun pengalamannya, sudah tentu jauh berbeda dengan masa mudanya. Ketika melihat Yu-kok Oey-eng gusar begitu rupa, ia sendiri sebaliknya malah tenang, buru2
ia hapus airmatanya dan memberi nasehat kepada nona itu:
"Siauwcia jangan sembrono. Dalam urusan ini, Ho-Lok Siu-su Lim Tayhiap, pasti sudah mempunyai rencananya sendiri. Lebih baik tunggu saja dulu, dengan begitu mungkin ada lebih baik!"
Yu Kok Oey-eng berdiam sekian lama, baru ia berkata sambil menghela napas: "Ia sudah menyerahkan kedudukan Kokcu kepada....''
"Kepada siapa?"
"Putranya Kokcu sendiri, ialah To-liong Kongcu Lim Tiang Hong".
Nenek Hoo itu sudah sepuluh tahun lebih sembunyikan diri di daerah pegunungan, sudah tentu tidak tahu apa yang telah terjadi di kalangan kang-ouw. Meski namanya Toliong Kongcu hampir diketahui oleh semua orang2 kangouw, tapi ia belum pernah mendengarnya. Ia cuma tahu bahwa anak laki2nya Kokcu, sudah tentu adalah
tunangannya nona itu, maka ia lantas berkata sambil ketawa: "Kalau Lim siauwya sudah pegang jabatan ketua Hong-hong-tie, bukankah ada lebih baik diajak berunding!"
Yu Kok Oey-eng mendadak merah matanya, dua butir airmata mengalir keluar, lalu berkata dengan nada sedih:
"Seumur hidupku aku tidak ingin menemui dia lagi!"
284 Jawaban ini di luar dugaan si nenek Hoo, sejenak ia terkejut, tapi sebagai orang tua yang sudah kenyang makan asam garam, ia segera sadar, bahwa siocianya ini pasti habis ribut mulut dengan tunangannya.
Tapi karena ia tidak tahu apa yang diributi, juga belum tahu sang Kokcu itu ada seorang baik ataukah seorang jahat, maka ia tidak mau memberi nasehat apa2 dan alihkan pembicaraannya kelain soal.
"Siocia sudah melakukan perjalanan jauh tentunya sudah lapar!"
Ketika nenek itu menengok ke arah anaknya, ia dapat lihat bahwa si tolol itu sedang berdiri termangu-mangu mengawasi mereka, maka lantas menegurnya: "Apa kau lihat" Bukannya lekas menjumpai siociamu".
Ah-gu benar2 dengar kata. Ia segera berlutut di hadapan Yu Kok Oey-eng sambil haturkan naaf.
Yu Kok Oey-eng bimbing bangun padanya seraya
berkata: "Kau jangan panggil aku siocia lagi, selanjutnya kau panggil enci saja!"
Ah-gu delikkan matanya, perasaan heran timbul dalam otaknya si siocia yang bentuk badannya lebih kecil daripada dirinya, mengapa harus bahasakan ia enci"
Sungguhpun dalam hatinya agak penasaran namun
mulutnya tetap memanggil: "En....ci!"
Yu Kok Oey-eng hampir saja lompat jatuh dari tempat duduknya, sedang si nenek lantas membentak: "Kurang ajar, kau berani berlaku tidak sopan terhadap siocia! lain kali kalau kau tidak dengar perintah siocia, kau nanti akan tahu rasa sendiri".
Ah-Gu ketakutan, ia tidak berani bersuara lagi.
285 Kembali sang ibu perintahkan padanya: "Lekas sediakan makanan untuk siocia".
Buru2 Ah-Gu lari masuk, si nenek juga lantas masuk kedapur. Tidak antara lama, ibu dan anak itu sudah keluar lagi sambil membawa hidangan nasi bersama lauk pauknya dan mengajak Yu-kok Oey-eng dahar bersama sama.
Yu-kok Oey-eng yang sedang kusut pikirannya,
walaupun dihadapkan hidangan enak, juga tidak tertarik. Ia hanya duduk termenung sambil mengawasi hidangan di depannya. Setelah didesak ber-ulang2 oleh nenek Hoo, barulah ia dahar beberapa sendok. Sebaliknya dengan Ah-Gu, bocah itu telah dahar dengan lahapnya, dalam waktu sekejapan semua hidangan di atas meja hampir disapu habis seluruhnya.
Yu-kok Oey-eng yang menyaksikan kelakuan Ah-Gu dengan pikiran tidak karuan, ia sebetulnya ingin segera ke Hong-hong-tie. Tapi, Hong-hong-tie kini sudah di bawah kekuasaan Lim Tiang Hong, ia tidak suka dikendalikan oleh tunangannya itu.
Sebaliknya. apabila ia tidak pulang ke Hong-hong-tie, kemana ia harus pergi". Walaupun dalam hati membenci tunangannya, tapi wajah Lim Tiang Hong yang tampan dan budi bahasanya yang mempunyai daya penarik bagi setiap wanita, terus terbayang dalam otaknya. Andaikan saat itu Lim Tiang Hong muncul di hadapannya secara mendadak, mungkin ia akan pukuli atau dicubit kerena saking gemas dan.... cintanya!
Nenek Hoo yang menyaksikan dari samping dengan kepala dingin, diam2 menghela napas. Sebagai orang yang sudah banyak pengalaman, sudah tentu ia mengerti bagaimana perasaannya Oey-eng pada saat itu. Maka ia lantas berkata padanya dengan suara pelahan: "Siocia tak 286
perlu merasa jengkel. Besok aku antar siocia pulang ke Hong-hong-tie, bagaimana?"
Tapi Yu-kok Oey-eng geleng2kan kepalanya.
"Kalau begitu siocia ingin pergi kemana?"
"Aku hendak pergi ke barat, pusat sarangnya Hong-lui-po, mencari Pe-tok Hui-mo untuk membuat perhitungan padanya".
"Hong-lui-po....?". kembali ini merupakan satu nama yang asing baginya. Meski ia tidak tahu Hong-lui-po itu sarang siapa, tapi karena dirangkai dengan namanya Pek-tok Hui-mo, sudah dapat dipastikan bukan suatu tempat yang aman. Maka ia lantas memberi nasehat dengan suara lemah lembut: "Perkara menuntut balas, sebaiknya siocia pikir dulu masak2".
"Musuh yang telah menghabiskan nyawa ayah dan ibu, ini lebih besar dari segala apa. Apakah kau hendak merintangi maksudku"
"Bukan merintangi, melainkan....".
"Tidak perlu banyak bicara. Keputusanku sudah tetap, setelah aku selesaikan penuntutan balas sakit hati ini, aku akan.... Ah...."
Karena hatinya pilu, nona itu kembali mengalirkan air mata. Sebagai satu gadis kang-ouw yang sejuk masih kanak2 sudah biasa hidup dalam kalangan kang-ouw, sebetulnya mempunyai hati keras dan jiwa kuat, Sungguh tidak disangka, saat itu hatinya bisa berubah demikian lemah.
Sesaat nenek Hoo itu tercengang, selagi hendak memberi nasebat lagi, Yu-kok Oey-eng sudah berbangkit dari tempat duduknya dan berkata: "Bibi Hoo, aku akan 287
berangkat sekarang juga. Selanjutnya kita akan bertemu lagi!".
Tekatnya itu ada begitu bulat. Selagi mulutnya masih bicara, kakinya sudah melangkah ke ambang pintu. Si nenek itu tidak tahu dengan cara bagaimana sang siocia itu bisa bergerak begitu gesit, hingga dalam hati diam2 memuji.
Ia tahu saat itu ia tidak mungkin dapat mencegah maksud itu nona lagi. Melihat hatinya begitu teguh dan sikapnya begitu gagah, nenek itu terbangkitlah semangatnya. Kalau tadi kelihatan begitu loyo dan tidak bertenaga, kini mendadak melembungkan dada. Dengan semangat meluap-luap ia panggil anaknya: "Ah-gu kemari!
Kau juga ikut siocia pergi!"
Kemudian ia berpaling dan berkata kepada Yu-kok Oey-eng: "Aku sekarang sudah tua. Budi kebaikan Chungcu dan Hujin dimasa mudanya, mungkin dapat aku balas dilain penitisan. Ah-gu ini meski orangnya tolol tapi mempunyai kekuatan tenaga luar biasa. Maka dengan secara lancang aku telah menurunkan pelajaran Chungcu dulu kepadanya.
Harap siocia suka bantu awasi padanya...."
Setelah itu, nenek itu kembali mengucurkan air mata.
Yu kok Oey-eng juga merasa terharu, ia maju
menghampiri dan berkata sambil pegang pundaknya nenek itu: "Bibi Hoo, kau tak usah kuatir. cucu perempuanmu ini meski tidak berguna, tapi terhadap dunia kang-ouw, tahu juga sedikit. Rasanya tidak sampai akan mendapat kesudahan. Terhadap adik Gu ini, aku akan nanti kuperla-kukan padanya seperti adik sekandung sendiri".
"Dia ikut siocia pergi, apa yang aku buat pikiran. Harap saja siocia suka berlaku sedikit hati2, baik2 diperjalanan...."
288 Ah-Gu diperintahkan oleh ibunya supaya ikut si nona itu, dalam hatinya merasa kaget daa girang. Kaget, karena biasanya ibu itu tidak mengizinkan ia pergi jauh2, mengapa malam itu suruh ia ikut pergi dengan nona itu. Girang karena untuk selanjutnya ia bisa malang melintang di dunia bebas.
Sang ibu melihat padanya masih berdiri mengawasi padanya, lantas mengusap2 kepalanya dan berkata dengan penuh kasih sayang. "Pergilah! diperjalanan kau harus dengar kata siociamu".
Ah-Gu meski agak tolol, tapi berbakti terhadap ibunya.
Kini mendadak harus berpisahan dengan ibunya, hatinya merasa berat, maka air matanya lantas mengalir keluar. Ia berkata sambil gelengkan kepala: "Aku tidak mau pergi, aku hendak menjaga ibu saja!"
"Hus! anak tolol, sebagai laki2 harus berambekan besar.
Bagaimana kau boleh mengikuti ibumu di dalam gunung ini untuk selama-lamanya. Lekas pergi, kalau kau tidak dengar kata, ibumu nanti akan tidak senang!"
Ah-Gu terpaksa menurut, sambil tundukan kepala ia berjalan mengikuti Yu-kok Oey-eng.
--dwkz" Bab 56 DENGAN hati kusut dan perasaan kalut, Yu-kok Oey-eng bersama Ah-Gu melakukan perjalanan ke barat.
Apa yang mengganggu pikirannya pada saat itu, hanya rasa sakit hati atas kematian ayah bundanya. Rasa bencinya terhadap Lim Tiang Hong telah di kesampingkan.
289 Namun demikian, ia masih mengharap agar di Hong lui-po nanti, ia dapat bertemu dengan Lim Tiang Hong atau orang2nya Hong-hong-tie secara tidak terduga duga. Sebab Lim Tiang Hong maupun orang2nya Hong-hong-tie
memang sudah lama kandung maksud hendak menggempur Hong-lui-po.
Si Ah-gu, meski usianya masih muda. tapi
perawakannya tinggi besar kalau berdiri ada lebih tinggi daripada Yu-kok Oey-eng. Ia selalu suka bahasakan Yu-kok Oey-eng siocia suruh dia memanggil enci, biar bagaimana ia tidak mau. Sebab ia sendiri anggap dirinya lebih tinggi lebih besar, seorang yang lebih besar masa suruh panggil orang yang lebih kecil enci" Demikian pikirnya.
Untung meskipun ia tolol, tapi patuh benar pada pesan ibunya, maka ia selalu menurut perintah Yu-kok Oey-eng, sedikitpun tidak berani membantah.
Dua orang itu berjalan dengan cepat. Dengan tanpa dirasa, sudah ke luar kota Giok Bun Koan.
Sekeluarnya pintu kota itu, selanjutnya merupakan daerah yang dikuasai oleh Hong-lui-po.
Daerah itu ternyata merupakan daerah tandus, hanya salju warna putih yang terbentang di depan mata. Berjalan sekian lama, belum menemukan sebuah perkampungan pun juga. Hal mana membuat Yu Kok Oey-eng agak gelisah.
"Ah-gu, mari kita berjalan lagi, apa kau suka?" demikian ia menanya kepada Ah-gu.
"Untuk melakukan perjalanan, bagiku tidak menjadi soal, sekalipun kuda lari, aku juga masih dapat mengejar"
jawabnya Ah-gu sambil ketawa lebar.
290 Bocah tolol ini, benar2 buktikan perkataannya segera ia bedal kakinya dan lari laksana terbang.
Sambil bersenyum Yu-kok Oey-eng menyaksikan
kelakuan Ah-gu itu, kemudian ia kerahkan ilmunya lari pesat, mengejar bocah itu.
Ah-gu yang mempunyai kondisi badan sangat aneh, larinya itu kira2 mencapai jarak dua puluh lie lebih. Tapi, bagaimanapun ia hanya mengandalkan kekuatan tenaga saja, meskipun mempunyai badan kuat, dengan lari demikian jauh tanpa mengaso, sudah cukup membuat ia empas empis. Maka ia lantas hentikan kakinya, untuk menghapus air peluh yang membasahi sekujur badannya.
Sedang dalam hatinya tertawa geli, karena dianggapnya Yu-kok Oey-eng kali ini pasti sangat letih.
Siapa nyana baru saja ia hentikan kakinya Yu-kok Oey-eng sudah tiba didampingnya dengan sikap tenang, kemudian berkata padanya sambil ketawa ter-senyum2.
"Larimu benar2 kencang sekali, sayang sedikit kau tidak mengerti ilmu meringankan tubuh".
"Aku justru tidak percaya, kau dapat lari lebih cepat dari aku". berkata Ah-gu sambil delikkan matanya, kemudian dengan mendadak ia lari lagi.
Yu-kok Oey-eng memburu sambil berseru: "Berhenti dulu, jangan lari lagi! kita nanti akan kesasar jalan"
Tapi, Ah-gu yang sudah kabur, tidak hiraukan perkataan Yu-kok Oey-eng, ia terus kabur ke arah lembah.
Yu-kok Oey-eng tidak berdaya, terpaksa mengejar padanya. Setelah lari kira2 lima lie, akhirnya tercandak, lalu menarik tangannya dan menegur padanya: "Kau berani tidak dengar ucapan encimu1?"
291 Melihat sang enci sudah marah, Ah-gu buru2 hentikan kakinya dan berkata: "Bukankah kau hendak adu lari denganku?"
"Anak tolol, siapa kesudian adu lari denganmu" Malam ini kita tiada tempat untuk bermalam, kau tahu?"
Ah-gu dongakkan kepala, benar saja matahari sudah mendoyong ke barat, hingga hatinya mulai gelisah, "Habis bagaimana?" demikian ia menanya dengan cemas.
Yu-kok Oey-eng tidak mau layani lagi padanya. Ia pasang mata, melihat keadaan sekitarnya, kini ia baru dapat kenyataan bahwa tempat ia berdiri, adalah suatu tempat agak rendah yang dikitari oleh batu cadas. Salju di atas batu cadas itu karena tertiup angin, telah mengeluarkan suara kerincingan.
Ah-gu diwaktu kabur tadi, karena mengarah jalan yang agak dekat, ia melalui jalanan pendek yang dapat digunakan untuk umum. Kini setelah tiba ditempat tersebut, ia sudah tidak dapat ketemukan jalan umum lagi.
Tapi karena ia sudah lama berdiam ditempat
pegunungan dalam hal keadaan gunung ia banyak lebih tahu dari pada Yu-kok Oey-eng, maka ia lantas berkata sambil menuding: "Dalam gerombolan pohon itu, pasti ada rumah tinggal, mengapa kita tidak pergi melihat ke sana?"
Yu-kok Oey-eng kembali pasang matanya, memang
benar di belakang derekan batu cadas, ada terdapat gerombolan pohon.
"Mari! kita pergi ke sana untuk melihatnya" demikian katanya girang.
Cepat mereka lari ke sana, tapi setelah berada agak dekat, mereka merasa kecewa, sebab di situ tiada rumah 292
tinggal, melainkan sebuah kelenteng tua yang sudah rusak keadaannya. Kelenteng itu dikitari oleh pohon2 besar yang sudah tua usianya, sayang kelenteng itu sudah terlalu rusak, hanya bagian belakang yang kelihatan agak utuh.
Tapi di tanah pegunungan yang sunyi seperti itu, ada tempat untuk bermalam, setidak-tidaknya ada lebih baik dari pada di tempat terbuka. Maka meski mereka merasa kecewa. namun masih tetap berjalan menuju kelenteng tua itu.
Baru saja melewati reruntuhan tembok dan genteng, mendadak terdengar suara elahan napas yang amat berat.
Dua orang itu terperanjat. Ah-gu yang belum
mempunyai pengalaman dan tolol pula, tidak begitu menghiraukan suara itu, tidak demikan dengan Yu-kok Oey-eng yang mempunyai kepandaian tinggi, segera mengetahui bahwa suara itu seperti keluar dari mulutnya seorang yang berkepandaian tinggi serta mempunyai kekuatan tenaga dalam yang sangat sempurna. Dalam tempat belukar seperti ini, apa lagi diwaktu malam, bagaimana ada suara orang. Hatinya lalu tertarik, maka seketika itu lantas menarik lengan Ah-gu kemudian mengeluarkan senjata gendewanya.
Dengan suara perlahan ia berkata kepada Ah-gu: "Kau berada di belakangku, apapun yang akan terjadi, jangan sekali kali kau buka mulut, juga jangan turun tangan, dengar tidak?"
Melihat sikap tegang encinya, Ah-gu tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi ia tidak menyahut, maka ia hanya angguk2kan kepalanya, suatu tanda bahwa ia sudah faham maksud encinya.
293 Pada saat itu, dua orang itu sudah melalui reruntuhan puing dan masuk ke bagian pendopo. Kemudian dengan hati2 sekali meliwati pintu bundar, disitu ternyata terdapat satu kamar untuk bersemedi. Pintunya tertutup, agaknya sudah lama tiada orang yang memakainya.
Yu-kok Oey-eng menggunakan senjata gendewanya, dengan pe-lahan2 ia menarik daun pintu yang tertutup.
Ketika pintu terbuka, dalam kamar tampak di atas sebuah bale2 ada duduk bersila seorang paderi tua dengan mata terpejam.
Paderi tua itu ternyata mempunyai rambut sangat panjang yang hampir menutupi seluruh wajahnya, kuku tangannya sangat panjang dan putih bagaikan batu giok.
Yu-kok Oey-eng yang dibesarkan dalam kalangan orang kang-ouw, segera mengetahui bahwa paderi tua ini adalah seorang thoato berilmu tinggi yang sedang beristirahat. Tapi ia tidak tahu mengapa thaoto itu berada di sini, dalam sebuah kelenteng yang sudah bobrok ini" Kalau diwaktu biasa, Yu-kok Oey-eng pasti akan balik lagi dengan diam2, tapi malam itu agak lain keadaannya, sebab kecuali kelenteng bobrok ini, sudah tiada tempat untuk bermalam lagi.
Dengan berjalan indap2 ia masuk ke dalam kamar.
Ketika berada di depan thaoto itu, ia memberi hormat lebih dulu, kemudian berkata dengan suara pelahan: "Teecu sekalian sebetulnya tidak ingin mengganggu ketenangan taysu. Tapi karena terhalang oleh angin dan salju serta hari sudah malam pula, kecuali kelenteng ini, sudah tiada tempat lagi untuk meneduh. Maka mohon belas kasihan taysu, sudilah mengizinkan teecu sekalian mencari tempat tintuk menumpang nginap satu malam saja".
294 Selesai ia memohon, thaoto tua itu masih tetap pejamkan mata nya, tidak menyahut atau bergerak. Yu kok Oey-eng anggap thaoto itu sedang bersemedi, tidak berani mengganggu lagi. Dengan per-lahan2 ia tarik mundur kakinya baru saja hendak keluar, si Ah-gu yang tolol, karena menampak sang enci itu berbicara sekian lama, tapi tidak mendapat jawaban dari si thaoto, ia lantas marah, dengan suara keras ia menggeram "Apa kau tuli" Siocia bicara denganmu, kau dengar atau tidak?"
Saking kerasnya suara, sampai dinding pada runtuh, mendadak dari dalam pakaian thaoto itu, terbang melesat dua benda hitam, yang lantas terbang keluar.
Yu-kok Oey-eng sangat heran, dengan cepat menyambar dengan senjata gendewanya, benda itu jatuh, ternyata ada seekor burung codot. Kini ia telah mengerti, bahwa thaoto itu ternyata sudah tidak bernyawa.
Dengan cepat ia berjalan menghampiri Thaoto tua, lalu ulur tangannya dan merabah hidungnya. Benar saja, thaoto itu memang sudah lama meninggal dunia. Oleh karena tinggi ilmunya, maka tubuh kasarnya tidak kaku atau rubuh Saat itu. Ah-gu juga sudah berada di depan thaoto tua itu. dengan sembrono tangannya meraba dada si thaoto dan menanya: "Apa dia sudah mati?"
Karena ia mendorong kelewat keras, dan anggap thaoto itu masih hidup, pada hal cuma satu badan kasarnya yang sudah tidak bernyawa, sudah temu tidak sanggup menerima dorongan yang begitu keras, maka lantas rubuh terjengkang.
Untung Yu-kok Oey-eng bisa berlaku sebat. Dengan cepat ia sudah menolak, hingga badan thaoto itu tidak sampai jatuh.
295 "Ah-gu, mengapa kau berlaku begitu sembrono"
tegurnya Yu-kok Oey-eng dengan gusar.
Mungkin karena sudah kelewat lama thaoto itu sudah meninggal dunia, maka pakaiannya sudah kancur. Ketika badannya rubuh, pakaian itu menjadi berkeping-keping.
Karenanya, di bagian bawah tubuh thaoto itu segera tertampak warna hitam jengat.
Yu-kok Oey-eng yang dapat lihat itu lantas berseru kaget: "Eh! thaoto ini bukan mati sewajarnya, melainkan dibikin celaka orang!"
Yu-kok Oey-eng lalu memeriksa sakunya. Dari situ terdapat serenceng tasbeh yang terbikin dari batu kumala.
Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tasbeh itu semuanya berjumlah 108 butir, setiap butir sebesar telur burung dara, dirangkai dengan urat binatang laut.
Setelah diperiksa dengan cermat, biji tasbeh itu ternyata bukan terbikin dari batu kumala, hanya mirip dengan batu kumala, tapi juga mirip dengan mutiara, entah terdiri dari bahan apa.
Yu-kok Oey-eng lalu ambil serenceng tasbeh itu dan ditaruh di atas lengannya.
Sebagai seorang wanita yang umumnya mempunyai
perasaan lebih halus. Ia anggap bahwa jenazah thaoto itu kalau dibiarkan dalam kamar itu, nanti pasti akan menjadi umpannya binatang tikus, maka setelah meletakkan jenazah itu, ia lantas berpaling dan berkata kepada Ah-gu: "Kita pergi ke belakang untuk melihat lihat lagi, sebaiknya bisa dapatkan sebuah alat untuk mengubur jenazah thaoto itu".
Ah-gu karena barusan berbuat kesalahan, ia berdiri melongo, tidak berani buka mulut. Kini setelah mendengar Yu-kok Oey-eng suruh ia mencari alat untuk mengubur 296
jenazah thaoto, buru2 lari keluar tapi Yu-kok Oey-eng sudah ingat suara helaan napas tadi. Karena ia kuatir Ah-gu mendapat susah, buru2 panggil padanya: "Tunggu dulu, aku pergi bersama-sama denganmu".
Tetap ia yang berjalan dimuka, Ah-gu mengikut di belakangnya. Dengan sangat hati2 ia berjalan per-lahan2.
Kelenteng itu ternyata sangat luas. Meski sudah banyak yang rusak, tapi masih ada beberapa kamar yang utuh.
Entah apa sebabnya, begitu lama tidak ada yang merawat.
Setindak demi setindak Yu-kok Oey-eng menjelajahi kelenteng itu. akhirnya tibalah di bagian yang belakang.
Mendadak terdengar pula suara helaan napas tadi dan kali ini karena terpisah agak dekat, kedengarannya semakin nyata, tidak salah lagi, memang itu ada suara orang hidup.
Kembali mereka terkejut. Berbareng dengan itu, mereka segera hentikan kakinya.
Yu-kok Oey-eng yang mempunyai daya pendengaran sangat tajam, segera dapat memastikan bahwa suara itu datangnya dari sebuah ruang kecil yang berdiri menyendiri dan tertutup semua pintu dan jendelanya. Dalam hatinya lantas berpikir "Kelenteng ini sudah lama tidak ada yang mendiami, mengapa dalam rumah kecil itu ada suara orang" Kalau benar ada orang hidup, bagaimana ia bisa hidup" Apakah ada setan atau hantu?"
Tapi sejak kanak2 ia sudah tidak percaya adanya setan atau hantu, maka ia lebih percaya kalau manusia biasa.
Justru karena ini, ia semakin bernafsu akau mengetahui siapa adanya orang itu.
Sambil mengusik Ah-gu, ia berkata padanya dengan suara pelahan: "Mari kita selidiki rumah kecil pendek itu, 297
tapi kau harus berdiri agak jauh, untuk menjaga segala kemungkinan".
Dengan cepat, ia melayang kerumah tersebut sedang Ah-gu yang belum mengalami berkelahi, saat itu perasaannya amat tegang, sambil mengepal tinjunya, ia mengikuti jejak Yu-kok Oey-eng.
Tiba di depan rumah tersebut, Yu-kok Oey-eng dengan pelahan dan hati2 mendorong pintu rumah. Di luar dugaan bahwa pintu itu terkunci dari dalam, oleh karenanya, ia lalu menggunakan kekuatan tenaga dalam untuk mendorong, hingga pintu itu lantas terbuka....
Mengapa dari dalam kamar menyambar keluar
hembusan angin keras, menyerang diri Yu-kok Oey-eng.
Yu-kok Oey-eng yang kala itu sudah merupakan salah satu orang kuat kelas satu dalam kalangan Kang-ouw, dan toh masih merasakan bahwa hembusan angin itu sangat hebat. Maka ia tidak berani menyambut secara gegabah, dengan cepat ia lompat menyingkir. Tapi karena tergesa gesa, rencengan tasbeh di tangannya jatuh di tanah.
Ah-gu yang sedang berdiri di belakang Yu-kok Oey-eng, ketika melihat ada sambaran angin keras ke arah encinya, menjadi gusar. Ia tidak perduli sampai dimana kekuatan tenaga sendiri, sudah menyambut serangan itu secara gegabah.
Sudah tentu bocah yang tidak tahu diri itu segera terpental dan jatuh jumpalitan dan akhirnya rebah terlentang.
Yu-kok Oey-eng terperanjat, ia buru2 menghampiri padanya dan menanya: "Adik, apakah kau terluka?"
298 Ah-gu segera lompat bangun, ia menjawab sambil gelengkan kepala: "Tidak apa2!" Sambil mengepal tinjunya, ia hendak menerjang ke dalam kamar.
Padahal pada saat itu ia sudah terluka dalamnya, mulutnya sudah mengeluarkan darah, tapi adatnya yang seperti kerbau sudah membuat ia kalap.
Sudah tentu Yu-kok Oey-eng tidak membiarkan adiknya itu mati konyol, maka sebera berkata padanya sambil menarik tangannya. "Lekas duduk diam, untuk merawat dirimu, jangan berlaku gegabah lagi!"
Dari dalam sakunya ia mengeluarkan obat pil Soat-som-wan yang segera dijejalkan ke dalam mulutnya seraya berkata: "Tubuh dalammu sudah terluka parah, lekas makan obat ini. Apapun yang akan terjadi, kau tidak boleh bergerak sedikitpun juga".'
Ah-gu merasa berterima kasih kepada encinya itu ia menurut semua pesannya. Segera ia duduk sambil pejamkan mata untuk merawat dinnya.
Meski ia agak tolol, tapi sejak kanak2 sudah diasuh dan digembleng oleh ibunya, ialah Wanyo Liehiap. Sebagai keturunan orang kuat maka sedikit banyak ia sudah mempunyai dasar yang cukup sempurna.
Yu-kok Oey-eng setelah mendapat lihat sang adik yang agak berandalan itu sudah dengar kata, kembali menerjang kerumah pendek itu, dengan tangan memegang senjata ia mengeluarkan bentakan: "Di dalam sebetulnya ada orang kuat dari golongan mana", mengapa tidak mau unjukkan muka secara terang2-an sebaliknya melukai orang secara menggelap, apakah itu ada perbuatannya orang gagah?"
299 Belum lagi ia menutup mulutnya, rencengan tasbeh jang jatuh di tanah mendadak terbang tersedot oleh samberan angin yang keluar dari dalam rumah pendek itu.
Pada waktu itu keadaan dalam pekarangan itu nampak terang benderang oleh sinar salju putih yang meliputi seluruh jagat, tapi keadaan dalam rumah pendek itu karena pintu dan daun jendelanya tertutup semua, sehingga nampak gelap. Walaupun Yu-kok Oey-eng mempunyai daya penglihatan sangat tajam, tapi juga tidak dapat melihat keadaan dalam kamar.
Selagi ia hendak menegur pula, dari dalam rumah itu tiba2 terdengar suara orang berkata dengan nada yang sangat aneh: "Bocah perempuan, kau ada membawa barang kepercayaan si thaoto tua, apakah ia yang menyuruh kau datang kemari?"
Yu-kok Oey-eng yang sangat cerdas. Mendengar
pertanyaan itu tergerak hatinya. Tapi sebelum mengetahui jelas asal usulnya orang aneh itu serta apa hubungannya dengan si thaoto tua yang sudah meninggal dunia, ia tidak mau menjawab secara gegabah maka ia lantas biasa menanya. "Kalau iya bagaimana" Dan kalau tidak kau mau apa?"
"Kalau benar kau adalah suruhan thaoto tua yang hendak membebaskan diriku, nah, ambillah barang kepercayaannya ini. Kau ulangi ucapan si thaoto yang ia sampaikan kepadamu, hitung2 sebagai wakilnya, maka lohu segera akan keluar untuk menjumpai kau".
"Kau siapa" Sebab apa kau dikeram dalam kamar gelap ini" Seharusnya kau memberitahukan padaku labih dahulu!''
"Haaa! lohu siapa" Kusebutkan kau tentunya juga tidak tahu. Kau kata aku dikeram di sini, ini lebih lucu lagi!"
300 "Kalau benar kau tidak dikeram orang, mengapa kau tidak mau keluar" Dan mengapa pula kau perlu dengan pesan thaoto tua itu?"
"Tentang ini.... budak perempuan, kau tidak perlu banyak menanya, katakan saja sebetulnya kau sudah melihat itu thaoto atau tidak"''
"Sudah tentu pernah melihat, aku beritakukan padamu, suruh aku sampaikan perkataannya tidak susah, tapi kau harus beritahukan dulu padaku apa sebabnya kau berada dalam kamar gelap ini".
"Dulu ketika thaoto tua itu membangun kuil di sini, keadaan di sini ramai sekali. Semua paderi di sini mengerti ilmu silat. Karena salah anggapan lohu yang mengira bahwa thaoto tua itu mendirikan kuil di sini hendak membangun satu golongan baru partai persilatan. Aku lantas berpikir, kalau aku membiarkan ia sampai pengaruhnya menjadi besar, sehingga membuat aku tidak dapat menjagoi di daerah barat. Maka, pada suatu hari dalam keadaan hujan angin hebat, aku bersama sama anak buahku menyerbu ke dalam kuil. Tigaratus lebih paderi dalam kuil ini aku basmi semua, tapi anak buahku sendiri juga habis seluruhnya.
Pada saat itulah thaoto tua itu pulang dari
pengembaraannya dengan menggunakan serenceng tasbeh inilah ia bertempur sengit dengan lohu.... Kita berdua bertempur sampai dua hari dua malam lamanya, seluruh kekuatan tenaga kita hampir habis. Kala itu itu baru memberi keterangan, bahwa ia adalah thaoto dari golongan Oey kauw. Ia buktikan ucapannya dengan surat keterangan Lhama, maksudnya ke daerah barat tidak lain hanya untuk menyebar ajaran golongan Oey-kauw, sedikitpun tiada maksud hendak menjagoi dunia kang-ouw. Tapi,
301 keterangan ini datangnya sudah terlambat! semua paderi yang tidak berdosa sudah binasa secara penasaran di bawah tanganku. Aih! waktu itu sekalipun lohu bunuh diri, juga tidak bisa menebus dosa yang lohu lakukan itu. Waktu itu, lohu segera mengetahui kesalahan sendiri, maka lantas menyerahkan diri kepadanya, biar thaoto tua itu yang mengambil putusan sendiri ada yang hendak dilakukan atas diriku. Tapi thaoto tua itu cuma suruh aku berdiam di rumah ini, untuk memikirkan kesalahanku....".
Yu-kok Oey-eng kini baru tahu apa sebabnya orang tua itu keram diri dalam kamar gelap itu. Dari keterangannya itu ia dapat menduga bahwa orang tua itu dulu juga merupakan salah satu orang gagah dari dunia kang-ouw maka ia lantas menanya pula "Sudah berapa lama kau berdiam dalam kamar ini" Lagi pula, kalau kau sudah tahu sendiri bahwa kau sudah melakukan satu perbuatan dosa yang begitu besar, mengapa kau masih pertahankan nyawamu dengan secara mati tidak hiduppun tidak ini"''
"Kalau dihitung, lohu berada di dalam kamar ini, sedikitnya sudah ada empatpuluh tahun lamanya. Aih!
selama waktu yang cukup panjang itu, siksaan bathinku sebetulnya jauh lebih hebat daripada siksaan badan atau mati. Lohu sebetulnya ingin mati saja untuk menebus dosaku, tapi mata apa gunanya?"
"Apakah kau ada kandung maksud hendak muncui lagi kemudian kang-ouw untuk melakukan kebaikan bagi masyarakat?"
Dari dalam kamar terdengar suara helaan napas
panjang, tiada sepatah perkataan sebagai jawaban atas pertanyaan itu. Yu-kok Oey-eng lalu berpikir orang ini di masa yang lampau ada begitu buas dan kejam, siksaan bathin dan badan selama 40 tahun ternyata masih belum 302
mengurangi ambisinya yang hendak menjagoi dunia kangouw. rasanya tidak boleh dibebaskan dengan gegabah.
Pada saat itu, mendadak nampak berkelebatnya benda putih yang melayang ke arahnya. Ia segera ulur tangan untuk menyambar, benda itu ternyata adalah serenceng tasbeh yang tadi disambar oleh orang tua itu dengan kekuatan tenaga dalamnya.
Terdengar pula suaranya orang tua dalam kamar itu:
"Usia lohu kini hanya tinggal berapa tahun lagi, mana ada hati untuk menjagoi dunia kang-ouw lagi" Lohu hanya mengharap, dalam usia hidup Lohu yang penuh dosa ini, semoga dapat melaksanakan dua keinginanku, untuk menebus dosa".
"Cobalah kau sebutkan, apakah keinginanmu itu"''
"Dengan terus terang, meski Lohu mengeram diri di sini, tapi anak buah Lohu dulu masih ada. Jikalau tidak suruh mereka merubah tujuan, mungkin masih melakukan perbuatan yang lebih ganas daripada membunuh. Oleh sebab itu, sekalipun Lohu nanti setelah binasa masuk ke dalam neraka, juga belum cukup untuk menebus dosa ini.
Inilah yang pertama. Dan yang kedua, kuil ini dulunya memang sangat ramai, banyak pengunjungnya. Tapi karena perbuatan Lohu yang sangat gegabah, sehingga menjadi begini hancur. Jikalau Lohu tidak dayakan supaya dibangun lagi, sekalipun mati Lohu juga tidak bisa meram".
Yu-kok Oey-eng gigit bibir, setelah berpikir agak lama, baru berkata: "Apakah ucapanmu ini dengan sejujurnya?"
Mendadak dari dalam kamar itu terdengar suara ketawa bergelak gelak. "Lohu hidup sampai hari ini, sudah seratus tahun lebih lamanya. Apa perlunya harus membohongi kepada satu anak kemarin sore" Lagipula, apa kau kira 303
bahwa rumah yang bisa ditiup rubuh oleh angin ini dapat mengeram Lohu selama lamanya" Hahaha....".
Suara ketawa itu meski sangat nyaring, tapi ada mengandung penuh rasa sedih dan duka dari yang tertekan.
Yu-kok Oey-eng segera dapat mengambil keputusan ia lalu angkat tinggi rencengan tasbeh dan berdiri tegak didepan pintu, kemudian berkata dengan suara nyaring:
"Thaoto tua sudah lama mangkat. Siauwlie dengan bukti serenceng tasbeh ini, menyampaikan pesan thaoto, dahulu tidak tega membunuh kau, sudah tentu karena tahu bahwa kau masih bisa insaf. Berdasarkan tujuan Buddha yang welas asih terhadap sesamanya, suruh kau letakkan golokmu dan sekarang kalau kau benar2 sudah insaf, maka silahkan kau keluar untuk selanjutnya kau hendak berlaku laku baik atau berbuat jahat, hanya tergantung kepada hati nuranimu sendiri. Tapi aku peringatkan padamu, jika kau masih belum bisa merubah kekejamanmu, nanti pasti ada orang yang akan menundukkan kau".
Belum habis kata2nya, ia merasakan mendesirnya angin dan seorang tua tinggi besar yang wajahnya hampir tidak dapat dikenali, sudah berada di hadapannya.
Dalam kagetnya, Yu-kok Oey-eng dengan sendirinya lantas mundur dua tindak.
Orang tua menarik napas panjang dan berkata: "Waktu berlalu laksana terbang. Masa empat puluh tahun rasanya seperti sekejapan saja.."
Mendadak matanya dapat lihat Ah-gu duduk bersila di tanah. Dengan cepat ia lompat menghampiri.
Yu-kok Oey-eng mengira ia hendak bermaksud jahat, maka segera menyerang si orang tua dengan senjata gendewanya sembari berseru: "Kau berani!"
304 Tapi orrang tua itu pada saat itu sudah ulur tangannya yang kurus kering menekan jalan darah 'Pek-hwee-hiat'
dibadan Ah-gu. Terhadap serangan Yu-kok Oey-eng seolah-oleh tidak hiraukan sama sekali.
Yu-kok Oey-eng terperanjat. Dengan cepat ia tarik kembali serangannya, karena ia sudah dapat lihat bahwa orang tua itu tidak mengandung maksud jahat terhadap Ah-gu.
Sambil memegang senjatanya, Yu-kok Oey-eng berdiri di samping. Kira2 satu jam lebih, orang tua itu baru perdengarkan suara helaan napas pelahan dan tarik kembali tangannya kemudian ia berkata kepada Yu-kok Oey-eng:
"Nona ada mempunyai dasar dan bakat sangat sempurna, pasti keluaran golongan tertama. Engko kecil ini entah pernah apa dengan nona?"
"Dia adalah adik angkatku".
"Dengan bakatnya yang begini baik, sayang sekali tidak ada orang yang membimbing!"
Yu-kok Oey-eng memang sudah tahu bahwa
perbuatannya orang tua tadi itu ada mengandung maksud dalam. Kini mendengar perkataannya, dalam hati lantas mengerti. Tapi karena ia bocah itu dipasrahkan kepadanya oleh janda keluarga Hoo, lagipula dalam keluarga Hoo hanya mempunyai anak laki2 seorang saja, sudah tentu ia tidak mau sembarangan menyerahkan padanya berguru kepada sembarang orang. Selain daripada itu, ia masih belum tahu benar asal usulnya orang tua itu, sudah tentu semakin tidak berani berlaku gegabah.
Maka ia lantas menjawab sambil tersenyum:
"Locianpwee terlalu memuji! Oleh karena ia harus singkirkan diri dari musuhnya, terpaksa bersembunyi dalam 305
gunung hingga terlantarkan pelajaran ilmu silatnya. Nanti setelah urusan di daerah barat ini selesai, segera balik ke Tionggoan untuk belajar kepada guru kenamaan".
Kulit wajah orang tua yang sudah keriputan itu nampak bergerak sedikit, lalu berkata sambil menghela napas:
"Lohu sebetulnya ada kandung maksud hendak
menyempurnakan kepandaian engko kecil, ini, tapi karena tugasku sendiri belum selesai terpaksa lohu pamitan dulu"
Dari dalam sakunya orang tua itu mengeluarkan sejilid kitab kecil yang sudah kumal, lalu diserahkan kepada Yu-kok Oey-eng seraya berkata: "Lohu berdiam di rumah kecil ini sudah lebih dari empatpuluh tahun lamanya, sedang thaoto tua itu sudah wafat. Jikalau nona tidak datang kemari, entah bagimana nasib lohu. Untung nona datang hingga lohu dapat menggunakan sisa hidup yang tinggal tidak seberapa lamanya ini, untuk menunaikan keinginan lohu. Dalam hal ini lohu tidak dapat membalas apa2
terhadap budi nona. Maka hanya dengan sejilid kitab kecil ini, yang lohu telah menggunakan waktu selama hampir empatpuluh tahun untuk menciptakan delapan jurus ilmu pukulan tangan, rasanya ada cocok dengan keadaan badan adik nona. Maka sekarang lohu tinggalkan kepada nona, biarlah nona sampaikan sebagai hadiah kepadanya!"
Setelah itu ia masuk ke kamar pendopo, dengan
memondong jenasah thaoto lantas menghilang dari depan Yu-kok Oey-eng.
Baru saja Yu-kok Oey-eng dikejutkan oleh gesitnya gerakan orang tua aneh tadi, Ah-gu sudah lompat bangun dan berkata nyaring: "Enci, pil itu sungguh mujarab.
Sekarang ini bukan saja aku sudah sembuh semua luka2ku, juga kekuatan tenagaku rasanya bertambah besar!"
306 Setelah itu ia lantas ayun tangannya ke arah dinding dan dinding yang sudah tua usianya itu lantas rubuh. Dalam kagetnya Yu-kok Oey-eng lantas berkata: "Pil Soat-som-wan meski merupakan obat mujijat untuk menyembuhkan luka dalam, tapi tidak dapat digunakan untuk menambah kekuatan tenaga. Kekuatan tanagamu ini pasti pemberian orang tua aneh tadi".
"Apa kau kata?" Ah-gu balas menanya sambil pentang sepasang matanya.
"Ambilah ini. Kitab pelajaran ilmu pukulan ini juga ada pemberian orang tua tadi kepadamu".
Ah-gu yang tolol itu, dalam alam pikirannya yang sangat, sederhana, biar bagimana tidak dapat memikiikan, mengapa orang tua itu ada mempunyai kepandaian menambah kekuatan tenaganya" Setelah menyambuti kitab kecil dan memeriksa isinya, ternyata cuma berisi 32 buah gambar lukisan badan manusia dengan berbagai gerakan yang berlainan. Di bawah setiap gambar ada terdapat banyak tulisan huruf kecil.
Karena pengetahuannya ilmu surat Ah-gu sangat
terbatas, hingga ia tidak dapat mengenali apa maksudnya semua tulisan itu. Ia membuka-buka sebentar lantas berkata: "Aku sedikitpun tidak mengerti! apa sebetulnya yang tertulis dalam kitab ini"
Yu-kok Oey-eng dongakan kepala, ternyata hari hampir terang tanah, maka ia lantas berkata: "Kau simpan baik2
kitab ini. Nanti kalau ada waktu terluang, aku akan ajarkan isinya padamu. Sekarang sudah hampir terang tanah, kita masih harus berjalan lagi".
Maka, keduanya lantas keluar dari rumah berhala itu, untuk melanjutkan perjalannya yang masih panjang.
307 ooodwoookzooo Bab 57 MARI kita sekarang balik lagi kepada Lim Tiang Hong, yang dengan seorang diri melakukan perjalanannya ke daerah barat.
Disepanjang jalan ia mencari keterangan, ternyata tiada yang tahu dimana letaknya Hong-lui-po, hingga hatinya merasa bimbang.
Hong-lui-po sudah lama menjagoi di daerah barat, mengapa tiada orang yang tahu" Ini sesungguhnya sangat aneh! demikian pikirnya Lim Tiang Hong.
Pada saat itu, dari jurusan depan mendadak ada seorang tinggi besar yang rambut dan jenggotnya sudah putih seluruhnya dan pakaian yang menempel di badannya kelihatan begitu dekil entah sudah berapa lama tidak dicuci.
Dengan tindakan loyo dan berbungkuk-bungkuk, setindak demi setindak ia berjalan di jalan raya itu.
Lim Tiang Hong yang kala itu sudah bertambah
pengalamannya di dunia Kang-ouw, begitu melihat orang tua itu, segera mengetahui bahwa orang tua itu usianya sudah lebih delapan puluh tahun, tapi tindakan kakinya nampaknya sangat ringan, terutama sepasang biji matanya, ada memancarkan sinar bercahaya, hingga menggerakan hatinya.
Pada saat itu orang tua itu sudah berjalan didekatnya.
maka ia lantas tarik kendali kudanya, memberikan jalan kepada orang tua itu! Siapa nyana, orang tua itu setelah berada di depannya, ia tidak lantas berjalan, sebaliknya dengan sinar mata yang tajam mengawasi Lim Tiang Hong 308
sejenak, kemudian berkata dengan suara agak gemetar.
"Engko kecil, kudamu ini bagus sekali, dinaiki oleh 3 atau 5
orang, rasanya tidak menjadi soal, bolehkah aku si orang tua ikut naik kau seperjalanan saja"''
Lim Tiang Hong meski tahu kedatangan orang tua itu secara ganjil, tapi ia tidak merasa takut sama sekali. Sambil unjukkan senyumnya ia menjawab: "Mengapa tidak boleh!
lopek naiklah" Orang tua itu dengan susah payah naik ke atas kuda, tapi tidak berhasil. Lim Tiang Hong lantas lompat turun dari kudanya dan berkata padanya "Mari aku bantu kau naik"
Ia segera membantu orang tua itu naik ke atas kudanya.
Siapa nyana berat badan orangtua itu ternyata tidak dapat dibikin bergerak oleh Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong mengerti bahwa dirinya dipermainkan oleh orang tua itu, dengan hati mendongkol ia berkata:
"Kau tak usah main gila di hadapanku, aku ini bukan, seorang yang muda kau permainkan"
Seketika itu lantas ia kerahkan kekuatan tenaga dalamnya mengangkat tubuh orang tua itu ke atas. Tapi kali ini tubuh orang tua itu mendadak menjadi ringan, sehingga tubuhnya melesat ke atas seperti dilemparkan ke atas.
Lim Tiang Hong diam2 merasa mendongkol, tapi ia tidak banyak bicara. Dengan cepat naik ke atas kudanya dan dilarikan sekencang kencangnya.
Mendadak ia dengar suara orang tua itu yang duduk dibelakangnya: "Engko kecil, kau orang dari mana, dan kini hendak ke mana?"
"Aku hendak pergi ke Hong-lui-po di daerah barat"
309 Orang tua itu agaknya terperanjat, tapi kemudian ia berkata pula dengan tenang: "Tahukah kau, dimana adanya Hong-lui-po itu?"
"Tidak tahu!". "Haha. Tempatnya saja kau tidak tahu, bagaimana kau hendak mencarinya?"
"Aku percaya bahwa di bawah hidungku ada jalan, aku pasti dapat menanyakan".
Orang tua itu kembali perdengarkan suara ketawanya.
"Di tempat lain, aku percaya kau dapat minta keterangan dari mulut orang. Tapi buat Hong-lui-po, sekalipun kau menjelajahi seluruh daerah barat, juga tidak akaa mendapat keterangacnya dari mulut orang".
"Kalau begitu kau pasti tahu"''
"Tidak salah, aku memang tahu dimana letaknya
benteng Hong-lui-po itu, tapi kau harus beritahukan aku lebih dulu, dengan keperluan apa kau hendak ke sana"
Hendak mencari orang atau hendak menuntut balas?"
Dalam hati Lim Tiang Hong diam2 lantas berpikir
"orang tua ini sesungguhnya sangat aneh, apakah dia ada orangnya Hong-lui-po?"
Kemudian ia menjawab sambil ketawa hambar: "Aku tidak akan mencari orang, juga tidak akan menuntut balas, hanya karena mendengar nama besar Hong-lui-po yang katanya bagaikan suatu kerajaan di daerah barat, maka sengaja aku datang dari daerah Tionggoan, untuk meninjau keadaannya. Jika ada kesempatan juga ingin belajar kenal dengan kepandaiannya".
Dalam hati orang tua itu diam2 merasa geli "Sungguh sombong perkataanmu!'' demikian ia berkata pada dirinya 310
sendiri. Tapi ia lantas kata sambil gelengkan kepala: "Kalau benar seperti yang kau katakan itu, ku nasehatkan padamu, sebaiknya kau jangan pergi ke sana".
"Kenapa?" tanya Lim Tiang Hong heran.
"Pertama, Hong-lui-po meski merupakan satu
bentengan yang biasa saja, tapi sebetulnya merupakan satu gua harimau atau sarang naga. Kau pergi ke sana tidak ada faedahnya. Kedua, kepandaian ilmu silat Hong-lui-pocu sudah tidak ada taranya, kepandaian ilmu silat dari daerah Tionggoan tidak nempil barang sedikit. Kau dalam usia yang masih begini muda, kau berani mengatakan hendak belajar kenal, sungguhpun ambekanmu patut dapat penghargaan, tapi perbuatanmu ini sesungguhnya sangat bodoh".
Setelah mendengar perkataan itu, Lim Tiang Hong semakin mendongkol, tapi ia tetap kendalikan hawa amarahnya dan berkata pula "Jauh2 aku sudah datang kemari, apakah harus pulang begitu saja?"
"Tidak usah sampai begitu. Jika kau suka terima dua permintaanku, aku si orang tua suka ajak kau ke sana, untuk belajar kenal keadaan dalam benteng itu"
Orang tua itu mendadak lompat turun dari atas
kudanya, sambil ketawa terbahak-bahak ia berkata pula:
"Anak muda, apa kau setuju?"
Lim Tiang Hong tahan kudanya, ia juga lompat turun.
Ketika ia melihat orang tua itu, sikapnya yang demikian loyo tadi telah lenyap semuanya. Kini nampaknya ada begitu keren dan gagah berdiri tegak, jenggutnya yang putih panjang ketika tertiup angin lembut, nampaknya sangat mengagumkan.
311 Lim Tiang Hong lantas ketawa ter-bahak2 dan berkata:
"Asal permintaan itu tidak keterlaluan, aku akan terima baik".
"Pertama, setelah masuk ke dalam benteng, tidak perduli betapapun anehnya, tidak perduli apa saja yang kau lihat, kau cuma boleh berdiri sebagai penonton, tidak boleh menanya. Lebih2 tidak boleh turun tangan. Apa kau suka menurut?"
Lim Tiang Hong segera berpikir "kedatanganku ke Hong-lui-po hanya untuk mengadakan penyelidikan saja, tidak akan turun tangan, permintaan ini sudah tentu dapat kuterima"
Maka ia lantas menjawab sambil anggukan kepala:
"Baik". "Kedua, aku tidak perduli kau orang dari golongan mana dan dengan maksud apa kau datang ke Hong-lui-po.
Tapi nanti setelah kau kembali ke Tionggoan, kau harus berusaha untuk meyakinkan orang2 rimba persilatan daerah Tionggoan dalam dua hal. Pertama, Hong-lui-po tidak kandung maksud hendak menguasai daerah Tionggoan.
Gerakan Hong-lui-po kali ini hanya atas hasutannya beberapa orang busuk rimba persilatan daerah Tioaggoan yang datang kemari. Kedua, maksud dan tujuan Hong-lui-po ialah: orang tidak mengganggu aku, tidak akan mengganggu orang. Segala perbuatan dari beberapa orang penting dalam Hong-lui-po kali ini yang ternyata malanggar ketentuan2 di atas nanti pasti akan ditindak, menurut peraturan dalam benteng".
Mendengai keterangan itu, dalam hati Lim Tiang Hong merasa heran. Mungkinkah orang tua aneh ini ada golongan tua atau sesepuh Hong-lui-po"
312 Orang tua itu menampak Lim Tiang Hong diam saja, ia lantas menanya: "Bagaimana" Apa kau tidak suka terima?"
"Sebelum mengetahui keadaan sebenarnya, memang benar aku tidak berani sembarangan terima baik permintaanmu. Tapi, kalau benar seperti apa yang kau katakan, aku dapat terima baik seluruhnya"
"Baik! aku anggap kau sudah terima haik permintaanku, mari kita jalan! kabarnya, Hong-lui-po pada belakangan ini telah kedatangan tamu dari jauh".
Lim Tiang Hong tidak bergerak dari tempatnya, ia hanya menjawab sambil ketawa hambar: "Tunggu dulu!
kalau dugaanku tidak keliru kau orang tua mungkin adalah salah satu sesepuh golongan tua dari Hong-lui-po, tapi entah siapa namamu yang mulia?"
Orang tua itu lantas berkata sambil ketawa terbahak bahak: "Tidak perlu kau unjukkan kecerdasanmu, kita tak perlu mengetahui nama masing2, seperti juga kedok kulit yang kau pakai, aku toh tidak perlu membukanya untuk mengetahui wajah aslimu yang sebenarnya!"
Lim Tiang Hong merasa jengah. Diam2 ia kagumi orang tua itu, keduanya dengan diam2 mengakhiri pembicaraan mereka, Keduanya lantas mengerahkan iimunya lari pesat melanjutkan perjalanannya.
Diam2 Lim Tiang Hong memperhatikan gerak gerik orang tua itu, yang kini nampaknya tidak seperti orang tua yang sudah lanjut usianya. Gerak kakinya sangat pesat, seolah olah tebang di atas awan, sebentar saja sudah melalui beberapa puluh tombak jauhnya. Nampaknya seperti tidak menggunakan tenaga sama sekali.
Lim Tiang Hong yang saat itu kekuatannya sudah banyak maju, ia segera menggunakan ilmu lari pesatnya 'It-313
sia Cian-lie" hingga sebentar saja sudah dapat mencandak orang tua aneh itu.
Orang tua itu agaknya sudah dapat lihat bakat luar biasa dari si anak muda itu, maka ia coba mengujinya. Di luar kelihatan tenang saja, tapi sebetulnya sudah menggunakan tenaga hampir 8 bagian. Ketika ia melihat Lim Tiang Hong menyusul dengan gerakan luar biasa pesatnya diam2 ia juga terkejut. Ia sesungguhnya tidak menduga bahwa anak muda yang usianya belum duapuluh tahun ini, ada mempunyai kepandaian dan kemahiran demikian rupa. Tidak heran kalau ia berani melakukan perjalanan jauh dengan seorang diri saja.
"Anak muda, sudah hebat ilmu lari pesatmu!'' demikian ia memberi pujiannya.
Kembali ia gerakan kakinya dan sebentar sudah berada sejauh beberapa puluh tombak,
"Locianpwee terlalu memuji!" demikian Lim Tiang Hong menjawab. Ia juga segera menggerakan kakinya hingga sebentar sudah berada di belakang orang tua itu lagi.
Orang tua itu dengan sengaja atau tidak, berpaling ke belakang. Ia dapatkan anak muda itu lari terpisah suatu jarak dengan dirinya sendiri.
Ia lalu berkata lagi sambil menghela napas: "Anak muda, orang yang mempunyai kepandaian seperti kau ini, di daerah Tionggoan ada berapa jumlahnya?"
"Aku yang rendah cuma merupakan salah satu orang dari tingkatan muda yang tidak terkenal dari satu partai rimba persilatan. Kecuali yang lainnya, yang aku sendiri belum tahu betul keadaannya. Kalau dibanding dengan toasuheng dan jisuciku, kepandaian mereka masih jauh lebih tinggi dari padaku!"
314 Perkataan Lim Ting Hong ini meski agak kelebihan-lebihan, tapi ia tidak agulkan dirinya sendiri, bahkan memujikan kepandaian suheng dan sucienya.
Mamun demikian, keterangan itu bagi si orang tua seolah-olah merupakan tikaman kepada ulu hatinya, sehingga sekujur badannya tergetar. Meski pada saat itu ia sudah tidak mempunyai pikiran untuk menjagoi dunia kang-ouw lagi, tapi sebagai seorang kang-ouw, sedikit banyak masih ingin mendapat nama baik.
Seorang muda yang tidak terkenal dari daerah
Tionggoan, ternyata mampu menandingi kepandaiannya sendiri yang sudah mempunyai latihan beberapa puluh tahun lamanya. Kalau begitu, entah bagaimana dengan kepandaian gurunya, Untung ambisinya sudah padam.
Hanya sepintas lalu saja dalam hatinya timbul
kegoncangan, setelah itu ia sudah tenang lagi seperti biasa.
"Anak muda, di depan ada sebuah kelenteng kecil, mari kita beristirahat sebentar. Setelah dahar sedikit rangsum kering, kita nanti melanjutkan perjalanan lagi!" demikian usulnya kepada si anak muda.
Dengan tanpa menunggu jawaban Lim Tiang Hong, ia sudah melesat lebih dulu ke kelenteng kecil itu. Setiba di sana, mereka berdua duduk berdampingan sambil makan makanan kering yang masing2 mereka bawa.
Ketika mereka sedang enak2 makan, mendadak orang tua itu berkata: "Ada orang menuju kemari".
"Tidak salah, malah dua orang yang datang".
Orang tua itu mengawasi Lim Tiang Hong sejenak, diam2 ia memuji daya pendengaran anak muda itu.
315 "Entah siapa mereka itu" Marilah kita sembunyikan diri lebih dulu, bagaimana kau pikir?"
"Baik!". Keduanya lalu bersembunyi di belakang pintu belakang.
Baru saja mereka sembunyikan diri, dari luar telah masuk dua orang. Seorang laki2 tinggi besar dengan hidungnya melengkung dan seorang perempuan tua berpakaian hitam.
Begitu melihat dua orang tua itu, Lim Tiang Hong lantas naik darah, mukanya merah padam.
Orang tua itu bibirnya nampak bergerak, dengan suara halus, yang hanya dapat didengar oleh orang yang diajak bicara, mengucapkan perkataan: "Ingat janjimu, jangan bergerak sembarangan".
Dengan hati panas, Lim Tiang Hong menggunakan
ilmunya Toan im jip bit atau menyampaikan suara dengan menggunakan kekuatan tenaga dalam, ia menjawab:
"Orang ini adalah Manusia Buas Nomor Satu dikolong langit. Ia sangat buas, jahat dan kejam. Aku harus bunuh mati padanya, baru dapat melampiaskan perasaanku. Lagi pula di sini bukan Hong-lui-po, sudah tentu tidak terikat dengan perjanjian itu".
"Di sini bukan Hong-lui-po, tapi mereka ada
hubungannya dengan Hong-lui-po. Untuk sementara sebaiknya kau bersabar. Awas, mereka sedang bicara, lekas dengarkan apa yang mereka bicarakan?"
Kiranya dua orang yang baru datang itu adalah Pek-tok Hui-mo dan Khiu-pan-po.
Mereka berdua juga duduk berdampingan di depan meja sembahyang.
316 Terdengar suaranya Khiu-pan-po yang berkata:
"Bagaimana dengan luka Im Heng" Barangkali sudah sembuh?"
Pertarungan Terakhir 1 Rajawali Emas 14 Tapak Asmara Lentera Kematian 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama