Ceritasilat Novel Online

Sepasang Rajah Naga 13

Sepasang Rajah Naga Karya Kho Ping Hoo Bagian 13


?Gan Hok San, engkau telah menuduh Pek-Lian-Kauw melakukan penculikan. Hal itu merupakan suatu penghinaan bagi kami. Aku tidak dapat tinggal diam saja!?
?Coa-Pangcu, aku bukan menuduh buta tuli, melainkan ada alasannya. Lalu, engkau mau apa??
?Gan Hok San, engkau harus menjura tiga kali dan minta ampun atas tuduhanmu itu, kalau tidak, jangan harap dapat pergi dari sini!?
?Hemm, aku, mencari puteriku yang hilang diculik orang. Aku tidak merasa bersalah, perlu apa minta ampun? Aku tidak mau!?
?Kalau begitu, engkau memang patut dihajar! Coa Leng membentak dan dia sudah menyerang Gan Hok San dengan sepasang kepalan tangannya yang besar dan kuat. Melihat datangnya serangan yang cukup dahsyat itu, Gan Hok San cepat mengelak dengan loncatan ke samping. Akan tetapi Coa Leng yang sudah marah sekali mengejarnya dan, kembali tangan kirinya meluncur menonjok ke arah dada Gan Hok San. Pendekar ini miringkan, tubuhnya dan tangan kanannya berputar menangkis pukulan yang amat kuat itu.
?Dukk...!? Dua buah lengan bertemu dan keduanya tergetar saking kuatnya tenaga yang terkandung dalam kedua lengan itu. Hok San yang diserang secara bertubi-tubi sampai enam jurus lalu membalas dengan serangannya yang lebih dahsyat sehingga Coa Leng terhuyung ke belakang. Pertandingan terjadi dengan amat seru. Coa Leng terkenal sebagai seorang yang memiliki tenaga besar. Dia mengandalkan tenaganya dan tadinya dia yakin bahwa dengan tenaganya yang besar itu dia akan mampu menghajar dan mengalahkan Hok San. Akan tetapi dia kecelik karena ternyata pendekar Siauw-Lim-Pai itu juga memiliki tenaga sinkang yang tidak kalah kuatnya. Bahkan setelah lewat dua puluh jurus, Coa Leng terdesak terus sehingga mundur dan lebih banyak mengelak dan menangkis dari pada menyerang.
Coa Leng tidak akan terpilih menjadi pimpinan Pek-Lian-Kauw kalau tidak licik. Melihat betapa tangguhnya lawan dan maklum bahwa dia tidak akan mampu mengalahkan pendekar Siauw-Lim-Pai itu, dia lalu memberi isyarat dengan tangannya dan belasan orang anak buahnya lalu menerjang maju dan mengeroyok Gan Hok San! Pendekar ini mengamuk dengan gagah perkasa. Dia merobohkan para pengeroyoknya itu dengan tamparan dan tendangan, akan tetapi dia membatasi tenaganya agar tidak sampai membunuh orang. Coa Leng sendiri terkena tendangan pada lambungnya sehingga roboh terpelanting. Dia menjadi marah sekali. Karena tendangan itu tidak membuat dia luka parah, maka dia cepat melompat dan mencabut senjatanya yang menyeramkan yaitu sepasang kapak yang berkilauan saking tajamnya.
?Bunuh...!? Teriaknya pada anak buahnya. Para anak buah yang tadinya kocar-kacir diamuk Gan Hok San ketika mendengar teriakan ini lalu mencabut senjata mereka berupa golok atau pedang. Dengan senjata tajam di tangan, belasan orang itu menyerbu ke arah pendekar Siauw-Lim-Pai itu. Melihat ini, Gan Hok San lalu melompat jauh dan melarikan diri meninggalkan para pengeroyoknya. Melihat mereka memegang senjata, dia tidak berniat melayani mereka, karena dia maklum bahwa kalau dia mencabut pedangnya, tentu ada pihak lawan yang tewas atau terluka parah. Dia tidak menghendaki ini. Tekadnya hanya untuk mencari dan menemukan puterinya, bukan untuk mencari permusuhan. Coa Leng dan anak buahnya mengejar akan tetapi pendekar Siauw-Lim-Pai itu dapat berlari cepat sekali dan sebentar saja mereka telah kehilangan orang yang mereka kejar.
Tan Song Bu dan Ouw Yang Lan melakukan perjalanan jauh menuju ke Sung-San dan akhirnya pada suatu siang tibalah mereka di depan Kuil Siauw-Lim-Pai yang besar dan megah itu. Mereka berdiri di luar pekarangan Kuil dan mengagumi bangunan besar yang bersejarah itu. Dari tempat inilah digembleng orang-orang gagah yang kemudian menjadi pendekar-pendekar gagah perkasa dan budiman di dunia persilatan. Nama Siauw-Lim-Pai menjadi besar dan terkenal karena sepak terjang para pendekar yang menjadi muridnya.
?Bu-Ko, mari kita masuk saja!? kata Ouw Yang Lan.
?Nanti dulu, Lan-moi. Aku mendengar bahwa Biara Siauw-Lim-Si tidak menerima tamu wanita, bahkan kabarnya wanita dilarang keras memasuki Biara.?
?Mana ada aturan seperti itu? Kalau tinggal di Biara mungkin tidak diperkenankan, akan tetapi kalau berkunjung karena ada keperluan, masa tidak boleh? Kalau begitu, bagaimana kalau ada wanita yang memiliki keperluan dengan Siauw-Lim-Si seperti aku sekarang ini. Biar aku masuk, hendak kulihat bagaimana para Hwesio Siauw-Lim-Pai akan melarang wanita datang berkunjung? kata Ouw Yang Lan yang berwatak keras itu. la sudah melangkah memasuki pintu pekarangan dan terpaksa Song Bu juga mengikutinya. Ketika mereka tiba di dekat sebuah pondok yang berdiri di pekarangan Kuil itu, empat orang Hwesio turun berlari-lari menghampiri mereka.
?Ji-wi (kalian berdua) datang berkunjung ada keperluan apakah?? tanya seorang di antara empat Hwesio muda itu. Song Bu mengangkat kedua tangan depan dada sebagai penghormatan.
?Maafkan kalau kami mengganggu. Kami ingin bertemu dan bicara dengan Ketua Siauw-Lim-Pai.?
?Untuk itu, harap Kongcu (Tuan Muda) memperkenalkan nama dan maksud ingin menghadap lebih dulu agar dapat kami laporkan kepada beliau. Setelah beliau menyatakan dapat menerima, baru Kongcu diperkenankan masuk. Akan tetapi bagi Siocia (Nona) ini, harap menunggu di luar saja dan maaf, karena wanita tidak diperbolehkan memasuki Biara.?
?Hemm, aku mempunyai keperluan dengan ketua Siauw-Lim-Pai, lalu bagaimana aku dapat bertemu dan bicara kepadanya kalau tidak boleh masuk Biara? Kalian ini Hwesio-Hwesio Siauw-Lim-Pai merupakan laki-laki yang sombong dan tinggi hati! Kalian memandang rendah wanita sehingga tidak membolehkan wanita masuk! Apa kalian kira kalau wanita itu mahluk rendah yang akan mengotori Biara kalian! Tidak ingatkah kalian bahwa Ibu kalian juga wanita?? Ucapan Ouw Yang Lan yang tajam dan keras itu sungguh mengejutkan empat orang Hwesio itu, akan tetapi juga membuat mereka tertegun dan tidak tahu harus berkata dan berbuat apa. Song Bu merasa tidak enak hati sekali mendengar ucapan Ouw Yang Lan yang di anggapnya terlalu keras dan mungkin akan menyulitkan mereka sendiri.
?Lan-moi, para Hwesio ini hanya menaati peraturan yang telah ditentukan di Siauw-Lim-Si,? kata Song Bu.
?Kalau begitu si pembuat aturan itu yang tidak tahu diri, mungkin Ibunya bukan seorang wanita!? kata Ouw Yang Lan lagi, semakin marah karena ia menganggap bahwa Song Bu berpihak kepada para pendeta Siauw-Lim.
?Ibu, kenapa dua orang itu rIbut-rIbut? Apakah mereka itu datang untuk membikin kacau di sini?? terdengar suara kanak-kanak. Mendengar itu Ouw Yang Lan dan Song Bu memutar tubuh memandang.
?Hussh, Li Hong, jangan mencampuri urusan orang lain!? Seorang wanita cantik berusia empat puluh tahun lebih menegur seorang anak perempuan dengan suara halus. Anak perempuan itu berusia kurang lebih sembilan tahun. Ketika melihat wanita cantik itu, Ouw Yang Lan dan Song Bu terbelalak. Biarpun kini tampak lebih tua dari pada dahulu, namun mereka masih mengenal baik wanita itu. Ouw Yang Lan berlari menghampiri wanita itu, dikuti oleh Song Bu yang merasa girang bukan main. Diluar dugaan mereka malah bertemu dengan Sim Kui Hwa di sini!
?Ibu Sim Kui Hwa...!? ?Subo (Ibu Guru)...!? Ouw Yang Lan berlari menghampiri wanita itu diikuti oleh Song Bu yang merasa girang bukan main. Diluar dugaan mereka malah bertemu dengan Sim Kui Hwa di sini.!
?Ibu...!! Ouw Yang Lan merangkul wanita itu. Sim Kui Hwa masih tercengang karena ia merasa tidak mengenal dua orang itu.
?Ibu... aku Ouw Yang Lan!?
?Dan saya Tan Song Bu!? kata Song Bu.
?Ahh... Lan-ji... Song Bu...? Sim Kui Hwa balas merangkul Ouw Yang Lan dengan girang sekali. Lalu ia menoleh kepada empat orang Hwesio yang berdiri dan memandang heran.
?Beres, mereka ini adalah anak-anakku sendiri!? Mendengar ini, empat orang Hwesio itu mengangguk dan mereka kembali ke pintu gerbang dan memasukinya, lalu menutupkan daun pintunya yang amat tebal dan Kokoh kuat itu.
?Mari masuk pondok, kita bicara di dalam!? kata Sim Kui Hwa sambil menggandeng tangan Ouw Yang Lan. Mereka semua masuk dan duduk mengelilingi sebuah meja dalam pondok itu.
?Li Hong, ini adalah enci Ouw Yang Lan yang pernah kuceritakan padamu. Dan dia adalah Kakak Tan Song Bu, Suhengnya.?
?Jadi enci Lan ini saudaranya enci Hui Ibu?? tanya Li Hong.
?Siapakah adik manis ini, Ibu?? tanya Ouw Yang Lan yang merasa heran sekali mendengar anak perempuan itu menyebut Ibu pula kepada Sim Kui Hwa.
?Ahh, panjang ceritanya, Lan-ji. Li Hong, engkau pergilah ke dapur dan masak air, buatkan air teh untuk kedua orang Kakakmu ini!? perintah Sim Kui Hwa kepada Li Hong. Anak itu mengerutkan alisnya, Sebetulnya ia ingin sekali mendengar percakapan mereka. Li Hong adalah seorang anak yang keras hati dan cerdik. la bahkan berani membantah Ayahnya. Akan tetapi, terhadap Ibunya yang lemah lembut itu, ia taat sekali. Ketaatan yang timbul karena besarhya kasih sayangnya terhadap Ibunya. Maka, mendengar perintah Ibunya, ia turun dari kursinya.
?Baik, Ibu,? katanya patuh dan Li Hong lalu meninggalkan mereka, masuk ke dalam dapur.
?Nah, sekarang akan kuceritakan semua agar kalian berdua tidak menjadi heran dan penasaran lagi. Lan-ji, anak itu bernama Li Hong, Gan Li Hong dan ia adalah anakku sendiri.? Song Bu merasa heran, akan tetapi dia diam saja. Ouw Yang Lan terbelalak heran.
?Akan tetapi, Ibu...!? ?Dengarlah, Lan-ji, dan engkau juga, Song Bu. Ketika aku dan Ibumu dipisahkan oleh para penculik, aku dibawa pergi penjahat Tok-Gan-Houw Lo Cit. Akan tetapi aku lalu dipisahkan lagi dari Ouw Yang Hui yang dibawa pergi anak buahnya Ketika aku dibawa pergi Lo Cit, aku ditolong oleh seorang pendekar Siauw-Lim-Pai bernama Gan Hok San. Dia mengantar aku kembali ke Pulau Naga. Akan tetapi Ayahmu, Ouw Yang Lee, bukan saja tidak mau menerima aku kembali, bahkan dia cemburu dan marah dan dia hendak membunuhku. Aku tentu sudah mati terbunuh olehnya kalau saja aku tidak dibela oleh pendekar itu. Peristiwa ini tentu telah diketahui pula oleh Song Bu.? Sim Kui Hwa memandang kepada pemuda itu. Song Bu mengangguk.
?Saya melihatnya, akan tetapi saya tidak berani mencampuri dan tidak berdaya, Subo.?
?Aku tidak menyalahkan engkau, Song Bu. Ketika itu engkau masih kecil, baru berusia kurang lebih sepuluh tahun. Apa yang dapat kau lakukan untuk menolong dan menentang Suhumu??
?Ibu, apa yang Ibu ceritakan itu sudah kudengar dari Bu-Ko, lalu bagaimana selanjutnya, Ibu?? tanya Ouw Yang Lan tidak sabar.
?Sikap Ayahmu itu menghancurkan hatiku, Lan-ji. Rasanya aku ingin mati saja. Aku tidak tahu di mana adanya Hui-ji bagaimana nasibnya. Suamiku menolak bahkan ingin membunuhku. Aku tidak mempunyai siapa-siapa lagi di dunia ini. Akan tetapi, Gan Hok San bersikap amat baik kepadaku. Dia menghIburku, menasihatiku, dan melindungiku mengajak aku tinggal di rumahnya. Karena dia adalah seorang laki-laki yang hidup seorang diri, maka akhirnya aku menerima pinangannya dan menjadi isterinya. Kemudian lahirlah Li Hong.? Nyonya itu berhenti dan menundukkan mukanya, seolah merasa malu kepada Ouw Yang Lan bahwa ia telah menikah lagi dengan pria lain, bahkan sudah mempunyai seorang anak. Ouw Yang Lan yang cerdik itu dapat menduga sikap Ibu tirinya itu maka ia lalu berkata dengan nada suara menghIbur.
?Ibu, kalau Ibu menikah dengan penolong Ibu, maka Ibu kandungku sendiri, juga sudah menikah, bahkan menikah dengan penculiknya.? Biarpun berkata demikian, akan tetapi tidak ada nada marah atau mengejek dalam kata-kata gadis itu. Tentu saja Sim Kui Hwa terkejut bukan main mendengar pengakuan Ouw Yang Lan itu. Seketika lenyap rasa rikuh dan malunya ketika mendengar bahwa madunya bahkan telah menikah dengan penculiknya! la mengangkat mukanya memandang wajah Ouw Yang Lan dengan sinar mata seolah tidak mau percaya.
?Apa yang telah terjadi dengan engkau dan Ibumu, Lan-ji? Cepat ceritakan kepadaku!?
?Ketika Ibu kandungku dan aku dipisahkan darimu, kami dibawa pergi oleh Thai-Lek-Kui Ciang Sek. Di tengah perjalanan, kami berusaha untuk melarikan diri darinya. Akan tetapi kami bahkan tertangkap oleh tiga orang jahat yang hendak berbuat keji terhadap Ibu. Untung Ciang Sek datang dan dia membunuh tiga orang penjahat itu. Tentu saja kami berterima kasih kepadanya. Di sepanjang perjalanan dia bersikap sopan dan baik kepada kami. Dia membawa kami ke Pek-In-San. Dia adalah Majikan Bukit Awan Putih itu. Kami tinggal di sana dan Ciang Sek bersikap baik sekali sehingga lambat laun Ibu tidak dapat menolak ketika dia meminang Ibu untuk menjadi isterinya. Akupun diperlakukan dengan baik seperti anaknya sendiri sehingga timbul pula rasa suka dan bakti dalam hatiku terhadap Ayah tiriku itu. Dia melatih aku dengan ilmu silat juga memberi pendidikan sastra. Setelah aku dewasa, timbul niatku untuk mencari engkau dan Hui-moi, Ibu. Aku bertemu dengan Kakak Song Bu ini dan kami berdua pergi mencari kalian. Aku berhasil nembunuh jahanam Lo Cit dan Bu-Ko mendengar bahwa Ibu dan Hui-moi dibawa oleh Pendekar Gan Hok san. Karena kami mendengar bahwa Gan-Taihiap adalah seorang tokoh Siauw-Lim-Pai, maka kami berdua hendak menghadap ketua Siauw-Lim-Pai untuk menanyakan di mana tinggalnya Gan Hok San. Sama sekali kami tidak pernah menduga bahwa kami akan bertemu dengan Ibu di sini.?
?Saya juga secara tidak tersangka-sangka pernah bertemu dengan adik Ouw Yang Hui, Ibu. la sehat dan baik-baik saja waktu itu. la tinggal di Nam-Po dan ia... ia...? Song Bu tak dapat melanjutkan ceritanya karena berat hatinya untuk memberi tahu Ibu kandung gadis itu bahwa gadis itu kini menjadi anak angkat seorang mucikari dan tinggal dalam sebuah rumah hIburan.
?Aku sudah tahu, Song Bu. Hui-ji sudah pulang kepada kami dan ia telah menceritakan semua pengalamannya itu.?
?Hui-moi sudah pulang?? tanya Ouw Yang Lan sambil melompat berdiri. ?Di mana ia sekarang Ibu...? Di mana...? Aku ingin sekali bertemu dengannya, betapa rinduku kepadanya!? Bayangan khawatir dan duka yang tadi menyelubungi wajah cantik itu kini kembali lagi setelah tadi berubah cerah karena pertemuannya dengan Ouw Yang Lan.
?Adikmu... ah.! adikmu...!? Tak dapat ditahan lagi, kedua mata wanita itu menjadi basah air mata. Pada saat itu, Li Hong memasuki ruangan membawa poci dan beberapa buah cangkir. la menaruh poci teh dan cangkir-cangkir itu ke atas meja dan ketika ia memandang kepada Ibunya, ia berkata.
?Eh... Ibu menangis? Ibu tentu mengkhawatirkan enci Hui lagi. Jangan menangis, Ibu. Enci Hui pasti akan kembali!?
?Ibu, apakah yang telah terjadi dengan Hui-moi? Di mana ia sekarang?? tanya Ouw Yang Lan.
?Kisahnya begini, Lan-ji. Hui-ji memang sudah kembali kepada kami di dusun Sia-Bun di lereng pegunungan Beng-San. Akan tetapi mendadak muncul Ouw Yang Lee yang hendak merampas Hui-ji. Gan Hok San memang dapat mengusirnya, akan tetapi kami khawatir kalau dia datang lagi bersama teman-temannya yang lihai. Maka kami lalu datang ke sini dengan maksud minta perlindungan dari para Suhu di Kuil Siauw-Lim-Si. Akan tetapi ketika kami bertiga, aku, Hui-ji dan Hong-ji ini sedang, menunggu dalam kereta karena Gan Hok San melihat pertemuan yang terjadi di depan pintu gerbang Kuil, mendadak muncul seorang yang menotok aku dan Hong-ji, lalu membawa lari Hui-ji.?
?Ah, siapa orang itu, Ibu? Siapa? Katakan padaku, akan kuhajar orang itu dan kurampas kembali Hui-moi!? seru Ouw Yang Lan sambil mengepal tinju, mukanya merah, matanya berkilat. Sim Kui Hwa menggeleng kepala dengan sedih.
?Kami semua tidak tahu dengan pasti, akan tetapi... menurut penyelidikan Gan Hok San, mungkin dia itu seorang yang berjuluk Si Banci Bergigi Emas, dan penculik itupun mengenakan jubah sebagai anggauta Pek-Lian-Kauw.?
?Kapan terjadinya hal itu?? Ouw Yang Lan mendesak.
?Baru tiga hari yang lalu...?
?Sudah, Ibu. Aku pamit, aku hendak pergi mengejar penculik itu, mencari Hui-moi sampai ketemu. Mari, Bu-Ko. Gadis itu lalu melangkah keluar pondok dengan cepat seolah-olah penculiknya berada di luar pondok. Song Bu hanya dapat mengikutinya setelah memberi hormat kepada Sim Kui Hwa.
?Tunggu, enci Lan! Aku ikut!? Teriakan Li Hong ini membuat Ouw Yang Lan menoleh dan berhenti sejenak. Li Hong mengejarnya.
?Aku ikut dengan enci Lan. Aku juga hendak mencari enci Hui. Aku berani melawan penculik!? Biarpun ia sedang marah sekali terhadap penculik, namun melihat sikap Li Hong, Ouw Yang Lan tersenyum juga. la senang kepada anak ini, sikapnya demikian gagah, tidak berbeda dengan ia ketika masih kecil. la mengelus rambut di kepala Li Hong.
?Belum waktunya, Hong-moi. Engkau berlatihlah silat dengan tekun. Sepuluh tahun lagi baru boleh engkau malang melintang di dunia kang-ouw dan membasmi para penjahat!? Setelah berkata demikian, Ouw Yang Lan meloncat jauh ke depan dan lari cepat sekali, diikuti oleh Song Bu. Li Hong berdiri mengikuti bayangan dua orang itu dan termenung. la merasa kecewa sekali tidak boleh ikut, akan tetapi iapun menyadari kelemahannya. Baru mengejar dua orang itu saja ia tidak mampu, bagaimana ia akan dapat merampas kembali encinya dari tangan penculik yang lihai? Enci Lan benar, keluhnya dalam hati, ia harus belajar lagi sepuluh tahun baru akan mampu menandingi para penjahat besar. Sementara itu, Ouw Yang Lan dan Song Bu sudah menuruni lereng dengan ilmu berlari cepat mereka. Setelah tiba di kaki bukit, Ouw Yang Lan berhenti dan Song Bu otomatis berhenti pula.
?Bu-Ko, penjahat yang menculik Hui-moi itu tentu lihai sekali. Buktinya dia berani menculik enci Hui di depan Biara Siauw-LIm Yang terkenal kuat dan para pemimpinnya ditakuti orang. Kukira orang yang memiliki kepandaian seperti itu tentu bukan orang yang tidak terkenal. Julukan Banci Bergigi Emas tentu dikenal banyak orang kang-ouw walaupun aku sendiri belum pernah mendengarnya. Apakah engkau pernah mendengar julukan itu, Bu-Ko?? Song Bu menggeleng kepalanya.
?Aku belum lama meninggalkan Pulau Naga, belum lama berkecimpung di dunia kangaouw, Lan-moi. Akupun belum pernah mendengar julukan itu.?
?Sebaiknya kita sekarang membagi tugas, Bu-Ko. Engkau carilah orang yang berjuluk Si Banci Bergigi Emas itu. Aku sendiri hendak mencari ke Kotaraja.?
?Kenapa ke Kotaraja, Lan-moi??
?Hemm, aku masih curiga kalau-kalau Ouw Yang Lee yang berdiri di belakang peristiwa penculikan atas diri Hui-moi itu. Bukankah engkau mengatakan bahwa ia berusaha keras untuk membunuh Hui-moi, kemudian berusaha keras untuk mendapatkan kembali Hui-moi dengan maksud untuk dihadiahkan kepada Sribaginda Kaisar agar dia mendapatkan kedudukan tinggi? Atau mungkin juga Hui-moi akan serahkan kepada orang yang memiliki kekuasaan dan kedudukan tinggi di Istana. Siapa tahu? Orang itu, biarpun Ayah kandungku sendiri, ternyata amat jahat, serakah dan tega mencelakai isteri-isteri dan anak-anak sendiri. Aku harus menyelidiki ke sana, Bu-Ko.?
?Baiklah, Lan-moi. Akan tetapi berhati hatilah. Suhu Ouw Yang Lee...?
?Engkau masih mengakui dia sebagai Gurumu?? Song Bu menghela napas panjang.
?Biarpun aku sendiri tidak suka melihat sepak terjangnya, tidak suka melihat dia mengabdi kepada Thaikam Liu Cin dan para rekannya adalah datuk-datuk sesat yang jahat, namun bagaimanapun juga dia adalah Guruku dan sebagian besar ilmu-ilmu yang kumiliki adalah pemberiannya. Dan sebaiknya engkau bersikap hati-hati sekali. Para datuk sesat yang menjadi rekan-rekannya adalah orang-orang yang benar-benar memiliki ilmu kepandaian tinggi, merupakan lawan yang berat. Apa lagi kalau engkau berhadapan langsung dengan Thaikam Liu Cin. Dia memiliki kekuasaan besar, yang terbesar di seluruh Istana sesudah Sribaginda Kaisar.?
?Baiklah, Bu-Ko. Aku akan ingat pesanmu dan akan berlaku hati-hati.? Dua orang itu lalu berpisah mengambil jalan masing-masing dalam usaha mereka mencari Ouw Yang Hui yang dilarikan penculik.
?Hayo cepat!? Pangeran Yorgi membentak marah. Dia adalah seorang ahli silat yang terkenal sekali dengan ilmunya meringankan tubuh sehingga dia mampu berlari secepat kuda. Biasanya dia kalau melakukan perjalanan menggunakan ilmunya sehingga perjalanan berlangsung amat cepatnya. Kini, dengan Ouw Yang Hui sebagai seorang tawanannya, dia harus berjalan perlahan-lahan karena gadis itu tidak dapat berjalan cepat. Tentu saja hal ini membuatnya mendongkol dan marah sehingga dia mengomel di sepanjang jalan. Kalau dia mau memondong gadis itu, tentu perjalanan dapat dilakukan lebih cepat. Akan tetapi dia tidak suka melakukan hal itu. Ada kelainan yang aneh dalam diri tokoh yang berdarah mancu ini. Dia tidak suka kepada wanita, makin cantik wanita itu, semakin tidak sukalah dia, behkan condong membencinya. Wanita cantik membuat dia cemburu dan muak.
?Hayo cepat, keparat!? bentaknya lagi sambil mendorong punggung Ouw Yang Hui. gadis itu terhuyung-huyung ke depan.
Ouw Yang Hui menderita sekali. la letih luar biasa karena setiap hari dipaksa berjalan. Kaki dalam sepatunya sudah lecet-lecet dan membengkak. Rambutnya yang hitam lebat dan panjang itu awut-awutan, pakaiannya yang kedodoran itu kusut dan kotor. Wajahnya yang cantik jelita itu tampak pucat. la memaksa kedua kakinya untuk melangkah maju, akan tetapi dorongan itu membuat ia terhuyung-huyung dan akhirnya ia tidak kuat mempertahankan lagi dan terpelanting jatuh. Ouw Yang Hui merebahkan tubuhnya di atas tanah, menempelkan pipinya pada tanah dan ia memejamkan matanya. Alangkah nyaman dan nikmatnya rebah setengah menelungkup di atas tanah berumput itu. Bau tanah dan rumput demikian sedapnya. Seluruh tubuhnya yang kelelahan itu berdenyut-denyut nikmat sekali. Mau rasanya ia seterusnya dalam keadaan seperti itu.
?Hayo bangun, keparat malas! Hayo bangun dan berjalan lagi. Kapan kita sampai ke tujuan kalau engkau bermalas-malasan seperti ini? Hayo bangun atau akan kuseret rambutmu!? bentak Pangeran Yorgi berang. Perlahan-lahan Ouw Yang Hui membuka kedua matanya, lalu perlahan ia bangkit duduk. Kini ia mengangkat mukanya memandang kepada Pangeran Yorgi, sikapnya tenang dan berani, pandang matanya menentang mata penculiknya penuh tantangan.
?Pangeran Yorgi, dari pada engkau menyiksaku seperti ini, lebih baik bunuh saja aku. Aku sudah tidak kuat berjalan lagi. Kalau engkau hendak membunuhku, lakukanlah dan semoga Thian akan mengampunimu.?
?Hemm, kalau saja aku tidak takut pada ia yang menyuruhku, untuk apa aku bersusah pAyah menjagamu setiap hari? Engkau tentu telah kubunuh di depan Kuil Siauw-Lim itu. Hayo bangun, perutku sudah lapar.
Kita makan di dusun depan sana, tak jauh lagi dari sini. Cepat!? Pangeran Yorgi menyentuh pundak Ouw Yang Hui dengan ujung sepatunya. Akan tetapi gadis itu tetap rebah terku?ai dan ketika Pangeran Yorgi mengamatinya, dia mendapat kenyataan bahwa gadis itu telah roboh pingsan saking lelah dan kehabisan tenaga karena lapar!
?Sialan!? Yorgi memaki dan membuang ludah ke kanan. ?la pingsan kelelahan dan kelaparan. Terpaksa harus mencari makanan dan minuman untuknya. Sialan!? Dia lalu menggunakan jari tangannya menotok kedua pundak Ouw Yang Hui yang pingsan itu agar kalau gadis itu siuman dari pingsannya, ia tidak akan dapat bergerak dan tidak dapat melarikan diri. Setelah memaki beberapa kali lagi, Yorgi melompat dan seperti terbang saja dia sudah meninggalkan tempat itu menuju ke dusun yang sudah tampak genting rumahnya dari situ. Ouw Yang Hui menggeletak lemas. la tidak mampu menggerakkan kaki tangannya. Begitu siuman dari pingsannya, ia membuka matanya dan matanya silau oleh cahaya matahari yang menembus celah-celah daun pohon.
Kemudian ia teringat bahwa ia tadi terguling jatuh ke atas tanah, dimarahi dan dibentak Yorgi. la merasa heran. Yorgi tidak ada lagi disitu! la hanya seorang diri! Hal ini mengejutkan, mengherankan akan tetapi juga menggirangkan hatinya. la harus cepat pergi dari tempat itu! la menjadi bersemangat kembali, lupa akan kelelahan dan kelaparan yang menggerogoti perutnya. la berusaha bangkit, akan tetapi tidak mampu menggerakkan seluruh tubuhnya! la hanya menggeletak lemas, sama sekali tidak berdaya. Pergaulannya dengan keluarganya dan dengan Sin Cu membuat ia mengerti bahwa ia tentu telah ditotok oleh Pangeran Yorgi sebelum ditinggalkan. la merasa nelangsa kembali dan teringat kepada Sin Cu. Kalau saja ada kekasih atau tunangannya itu di situ, Pangeran Yorgi tentu akan dihajar dan ia dapat diselamatkan.
Hatinya diliputi kedukaan. Baru saja dia terangkat dari keadaannya yang membuat ia selalu gelisah ketika masih berada di rumah Cia-Ma, bertemu dengan Sin Cu, kemudian bertemu dengan Ibu kandung, bahkan lalu ditunangkan dengan Wong Sin Cu pria yang dikagumi dan dicintanya, baru saja ada cahaya terang bersinar dalam hidupnya, membuatnya bahagia sekali, sekarang secara tiba-tiba kebahagiaan itu direnggut orang dengan paksa! la membayangkan dengan sedih betapa Sin Cu, Ibu kandungnya, Li Hong, dan Gan Hok San tentu menjadi gelisah bukan main kehilangannya. Melihat sikap Pangeran Yorgi yang seperti orang gila dan kejam sekali itu, hampir tidak ada harapan baginya untuk dapat lolos dari tangannya, untuk dapat bertemu dan berkumpul kembali dengan orang-orang yang ia cinta.
Hatinya menjadi gelisah sekali. Biarpun ia sudah pasrah kepada Tuhan, namun bayangan-bayangan mengerikan yang mungkin menimpa dirinya membuat gadis itu ketakutan dan tanpa disadarinya, air mata mengalir keluar dari kedua pelupuk matanya. Tiba-tiba ia mendengar langkah kaki dari arah belakang kepalanya. la terkejut dan mengira bahwa Pangeran Yorgi yang datang. Kernudian kedua pundaknya ditotok orang dan iapun dapat menggerakkan tubuhnya kembali. Karena menduga bahwa orang yang membebaskan totokannya tentulah Pangeran Yorgi, maka Ouw Yang Hui bangkit duduk dengan malas malasan dan siap untuk tersiksa lagi harus melakukan perjalanan yang berat dan jauh dengan kedua kaki yang sudah membengkak.
?Hui-moi...!? la terkejut, memutar tubuhnya dan matanya terbelalak melihat bahwa orang yang berada di depannya, yang berjongkok sambil tersenyum, sama sekali bukan Pangeran Yorgi, melainkan Tan Song Bu.
?Bu-Ko... Ah... Bu-Ko...? Ouw Yang Hui menjerit dan saking gembiranya, saking lega dan juga terharunya, ia menubruk dan merangkul pemuda itu sambil menangis. Selama hidupnya Song Bu belum pernah bergaul dekat dengan wanita, apa lagi memeluknya. Kini dia terpaksa memeluk karena Ouw Yang Hui merangkulnya dan jantungnya berdegup keras sekali. merasa aneh. Kulit tubuh orang yang dipeluknya itu demikian halus, demikian lembut dan hangat. Timbul rasa sayang yang amat besar dalam hatinya terhadap Ouw Yang Hui.
?Hui-moi, kenapa engkau sampai begini...?? Song Bu mengelus rambut yang kusut itu, meraba muka yang basah air mata itu.
?Apa yang terjadi denganmu? Mana itu orang yang menculikmu, Hui-moi?? Mendengar pertanyaan itu, Ouw Yang Hui teringat akan penculiknya dan rasa takutnya timbul kembali. la melepaskan rangkulannya, lalu bangkit berdiri dan memandang ke sekeliling.
?Hati-hati, Bu-Ko. Dia... dia manusia iblis itu, dia lihai sekali...? Song Bu juga bangkit berdiri dan memandang ke sekeliling.
?Di mana dia, Hui-Moi? Di mana penculik itu?? tanyanya dan hatinya sudah menjadi marah sekali. Tiba-tiba terdengar suara tawa nyaring meninggi.
?Hi-hi-hi-hik! Bocah tampan dari mana berani mengganggu tawananku?? Song Bu cepat memutar tubuhnya dan dia hanya melihat bayangan berkelebat dan tahu-tahu di depannya telah berdiri seorang laki-laki berusia sekitar empat puluh tahun, bertubuh tinggi kurus, mukanya tampan dan senyumnya genit, matanya juga melirak-lirik genit seperti seorang wanita, Ketika tersenyum, ada kilatan emas pada giginya. Sekali pandang saja yakinlah sudah hati Song Bu bahwa dia berhadapan dengan Orang yang berjuluk Si Banci Bergigi Emas yang menculik Ouw Yang Hui. Mukanya menjadi merah dan hatinya panas sekali karena marah.
?Hemm... kiranya engkau ini jahanam yang telah menculik adik Ouw Yang Hui? Sekarang engkau bertemu dengan aku, berarti engkau akan mampus untuk menebus dosamu!? Pangeran Yorgi sudah melihat ketampanan pemuda itu dan hatinya tertarik sekali. Pangeran peranakan Mancu ini memang mempunyai kelainan, yaitu selain membenci wanita diapun suka sekali kepada pria tampan dan muda. Setiap kali melihat seorang pria muda yang tampan, gairah berahinya berkobar. Mendengar ucapan Song Bu yang bernada marah itu Yorgi tersenyum genit.
?Aihh, orang muda yang tampan, orang muda yang gagah. Mengapa kita harus saling bermusuhan hanya karena seorang wanita? Orang muda, dari pada kita mesti bermusuhan, lebih baik kalau kita bersahabat, bukan??
?Keparat, engkau tentu yang berjuluk Si Banci Bergigi Emas itu, bukan? Kulihat engkau ini hanya seorang gila yang sudah bosan hidup!? bentak Song Bu.
?Heh-heh-heh! Bagus sekali kalau engkau sudah tahu siapa aku! Akan tetapi engkau tentu belum tahu bahwa Si Banci Bergigi Emas adalah seorang Pangeran. Aku adalah Pangeran Yorgi. Kalau engkau mau menjadi sahabat baikku, engkau akan hidup mulia dan terhormat. Marilah kita bersahabat orang muda,?
?Gila! Siapa sudi bersahabat denganmu? Aku jijik dan muak melihat sikapmu yang seperti orang gila! Aku bahkan ingin membunuhmu!? bentak Song Bu. Kini Pangeran Yorgi menjadi marah pula. Sepasang alisnya berkerut dan pandang matanya tidak manis lagi, senyumnya menghilang dan kini mulutnya cemberut.
?Orang muda, engkau sombong sekali. Baiklah, kalau engkau lebih suka mati, aku akan melempar nyawamu ke neraka. Akan tetapi sebelum mampus, katakan dulu siapa namamu!?
?Dengar baik-baik agar engkau jangan mati penasaran tanpa mengetahui siapa yang membunuhmu. Aku adalah Tan Song Bu.?
?Tan Song Bu, engkau tidak mau kuajak hidup bersenang-senang di sorga, biarlah kukirim engkau ke neraka!? bentak Pangeran Yorgi dan diapun menerjang dengan serangan yang dahsyat. Tangan kirinya menampar ke arah rmuka Song Bu, dan pada detik berikutnya tangan kanannya mencengkeram ke arah perut pemuda itu. Serangannya ini hebat bukan main. Selain mengandung hawa pukulan yang amat kuat, juga gerakannya cepat sekali.
?Wuuuuuttt... plak...!? Song Bu juga bergerak cepat. Tamparan ke arah mukanya dapat dia elakkan dengan miringkan tubuh dan dia melangkah mundur sambil menangkis cengkeraman ke arah perutnya. Ketika kedua lengan bertemu, keduanya merasa betapa lengan mereka tergetar, tanda bahwa tenaga lawan amat kuatnya. Song Bu tidak memberi kesempatan kepada lawannya untuk menyusupkan serangan ke dua. Dia sudah membalas dengan serangan yang tidak kalah dahsyatnya. Dia mainkan ilmu silat Liong-To-Kun (Silat Sakti Pulau Naga), yaitu silat aliran Pulau Naga yang menjadi silat khas Pulau Naga yang diciptakan Ouw Yang Lee. Dan untuk melengkapi silat ini, dia menyerang dengan pengerahan Ang-Tok-Ciang (Tangan Beracun Merah) yang merupakan ilmu andalan Pulau Naga Kedua tangannya berubah merah sekali kedua tangan ini mengandung hawa beracun yang amat hebat.
?Aihh! Ang-Tok-Ciang?? Pangeran Yorgi berseru kaget dan diapun cepat berkelebatan mengelak lalu membalas dengan pukulan dan dibarengi cengkeraman tangan kedua yang menjadi andalannya. Mereka saling serang dan keduanya sama gesitnya. Pangeran Yorgi memiliki ginkang amat hebat, namun Tan Song bu juga terkenal dengan sebutan Bu-Eng-Kui (Setan Tanpa Bayangan) karena dia dapat bergerak cepat sekali sehingga pemuda itu dapat mengimbangi walaupun dia masih kalah cepat. Setelah mereka saling serang selama tiga puluh jurus lebih dan keduanya masih belum ada tanda-tanda siapa yang lebih unggul, Song Bu mengubah permainan silatnya. Kini dia mainkan Im-Yang Sin-Ciang yang pernah dipelajarinya dari Im Yang Tojin.
?Heii! Ini Im-Yang Sin-Ciang!? Pangeran Yorgi kembali berseru heran. Diam-diam Song Bu terkejut juga. Lawannya itu agaknya mengenal semua ilmunya. Karena mengenal Im-Yang Sin-Ciang, maka Pangeran Yorgi tentu saja dapat menyambutnya dengan baik. Kembali perkelahian itu berlangsung ramai dan seimbang. Puluhan jurus berlalu dan keduanya masih berimbang. Ouw Yang Hui menonton dengan jantung berdebar tegang. la tahu betapa lihainya penculiknya dan tentu saja ia amat khawatir kalau-kalau Song Bu akan kalah. Kalau ia mempergunakan kesempatan selagi penculiknya bertanding melawan Song Bu untuk melarikan diri, tentu besar kemungkinan ia akan dapat meloloskan diri.
Akan tetapi hatinya tidak mengijinkan ia meninggalkan Song Bu yang sedang mati-matian membelanya itu begitu saja. Song Bu menjadi penasaran sekali. Serangan serangan lawan itu dapat. dia hindarkan dengan tangkisan dan elakan. Dan dalam adu tenaga ketika dia menangkis, mendapat kenyataan bahwa dalam tenaga, dia lebih kuat sedikit. Akan tetapi kelebihannya ini ditutup kekurangannya dalam hal kecepatan gerak. Dalam meringankan tubuh dia harus mengakui bahwa lawannya itu hebat sekali. juga orang banci bergigi emas itu mengerti ilmu-ilmunya. Ketika dia mencoba untuk mempergunakan Pek-Tok-Ciang dan Hek-Tok-Ciang yang dia pelajari dari Hek Pek Moko, Pangeran Yorgi itu mengenali pula. Ketika Song Bu menyerangnya dengan kedua tangan, yang kiri mengandung Hek-Tok-Ciang dan yang kanan mengandung Pek-Tok-Ciang, Pangeran Yorgi melompat jauh ke belakang.
?Heii! Engkau menggunakan Hek-Tok-Ciang dan Pek-Tok-Ciang!? katanya memandang tangan kiri Song Bu yang berubah hitam dan tangan kanannya yang berubah putih.
?Apa hubunganmu dengan Hek Pek Moko, dengan Im-Yang-Pai, dan dengan Tung-Hai-Tok Ouw Yang Lee?? teriaknya. Song Bu merasa sebal mendengar nama-nama itu. Dia menjadi marah kepada dirinya sendiri karena dia mempelajari semua ilmunya dari mereka itulah! Pada hal dia membenci orang-orang itu. Maka, dia lalu mencabut pedangnya dan membentak.
?Pangeran Yorgi, bersiaplah engkau untuk mampus di ujung pedangku!? melihat pemuda yang tangguh itu melolos sebatang pedang yang berkilauan dan berwarna agak kebiruan, tahulah Yorgi bahwa pedang itu mengandung racun yang berbahaya. Diapun cepat mencabut pedang bengkok dari punggungnya dan ketika pedang di tangan Song Bu menyambar menjadi sinar kebiruan, Yorgi cepat menangkis sambil mengerahkan tenaga, mencoba untuk membabat buntung pedang lawan.
?Traaang...!!? Keduanya tergetar, pedang mereka terpental, akan tetapi kedua pedang itu tidak rusak. Yorgi terkejut.
Pedangnya terbuat dari logam baja pilihan berwarna hitam yang terkenal kekuatannya, akan tetapi ternyata tidak mampu merusak pedang lawan. Song Bu menyerang dan memainkan Coat-Beng Tok-Kiam (Pedang Beracun Pelenyap Nyawa) dan mendesak terus. Sekali ini, dalam adu silat pedang, Pangeran Yorgi terpaksa harus mengakui keunggulan lawan. Dia mempertahankan diri mati-matian, akan tetapi setelah lewat lima puluh jurus, mulailah dia main mundur dan jarang dapat membalas desakan Song Bu yang menyerang secara bertubi-tubi. Agaknya jalan satu-satunya bagi Pangeran Yorgi untuk menyelamatkan diri hanya kalau ia melompat jauh dan melarikan diri dan ini berarti bahwa dia harus meninggalkan tawanannya. Akan tetapi ketika Song Bu sedang mendesak lawannya, tiba-tiba dia dikejutkan jeritan suara Ouw Yang Hui.
?Bu-Ko..., tolooonggg...! Song Bu terkejut sekali. Dia melangkah mundur dan menengok. Alangkah kaget dan marahnya melihat Ouw Yang Hui telah dipondong seorang pria muda dan dilarikan dengan cepat ke dalam hutan sehingga sebentar saja bayangan orang itu lenyap ditelan gerombolan pohon.
?Heii...! Berhenti kau!? bentak Song Bu yang hendak mengejar. Akan tetapi pada saat itu, Pangeran Yorgi menyerangnya dengan hebat. Karena serangan pedang bengkok di tangan Pangeran Yorgi itu berbahaya sekali, Song Bu terpaksa melawan dan kembali dua orang ini telah bertanding seru. Namun hati Song Bu gelisah sekali. Tubuhnya berada di situ akan tetapi semangat dan sebagian perhatiannya melayang dan mengejar larinya penjahat yang melarikan Ouw Yang Hui! Karena itu, ia tidak dapat melayani Pangeran Yorgi dengan sepenuhnya sehingga kini keadaannya berbalik. Dialah yang terdesak hebat.
?Brettt... heh-heh-heh!? Robeknya ujung lengan bajunya yang disusul kekeh Pangeran yorgi yang menertawakannya membuat Song Bu sadar. Dia lalu mencurahkan seluruh perhatiannya dalam perkelahiannya dan segera dia dapat mendesak lagi lawannya sehingga Pangeran Yorgi kini hanya bertanding sambil mundur dan tiba-tiba dia melompat jauh ke belakang lalu melarikan diri dengan cepatnya. Song Bu tidak mengejar. Dia tahu bahwa akan sukar menyusul Si Banci Bergigi Emas yang luar biasa sekali ilmu meringankan tubuhnya itu. Pula, dia harus mengejar orang yang tadi melarikan Ouw Yang Hui. Karena itu, dia tidak memperdulikan lagi Pangeran Yorgi dan cepat berlari mengejar ke arah larinya orang yang menculik Ouw Yang Hui.
Akan tetapi dia kehilangan jejak orang itu. Dia tidak tahu ke arah mana harus mengejar. Song Bu berdiri dengan bingung, Di lalu teringat Pangeran Yorgi. Tentu ini siasat Si Banci itu. Penculik itu tentu teman Si banci. Akan tetapi diapun tidak dapat mengejarnya karena tidak tahu pula ke arah mana bekas lawannya itu melarikan diri. Song Bu merasa bingung, menyesal dan gelisah sekali. Secara kebetulan dia tadi dapat menemukan Ouw Yang Hui, akan tetapi kini hilang lagi tanpa dia ketahui kemana gadis itu dibawa pergi penculiknya. Terpaksa Song Bu harus mulai mencari dengan langkah baru lagi. Dengan lemas dia lalu meninggalkan hutan itu, akan mencari para penculik itu, mencari jejak mereka dengan jalan bertanya-tanya kepada penduduk dusun yang dijumpainya di sekitar daerah itu.
Bukit itu letaknya tersermbunyi di antara puluhan bukit lain, dikelilingi jurang-jurang yang dalam dan dinding yang merupakan tebing yang terjal. Bukit itu sukar didatangi orang yang tidak tahu jalannya. Hanya ada jalan setapak yang tertutup rumput ilalang menuju bukit itu. Inipun melalui semak belukar yang sulit ditempuh perjalanannya. Akan tetapi dipuncak bukit yang tidak berapa besar itu terdapat sekelompok bangunan yang terdiri dari lima rumah mengelilingi sebuah rumah induk yang besar. Bangunan-bangunan itu masih baru dan cukup Kokoh dan indah. Di sekeliling kelompok rumah itu terdapat taman yang indah, penuh dengan tanaman bunga beraneka ragam dan warna. Ada anak sungai buatan yang mempunyai air terjun yang indah di belakang tiga pondok kecil tempat istirahat di taman itu. Pantasnya rumah pejabat tinggi atau hartawan yang kaya raya.
Bukit itu terletak di antara perbukitan yang berada di sebelah barat Kotaraja, dekat perbatasan dan sebelah selatan Tembok Besar. Daerah yang sepi dan jarang terdapat pedusunan karena daerah berbukit-bukit itu bukan merupakan daerah yang subur bagi para petani. Pada suatu pagi, dari bawah bukit tampak seorang penunggang kuda yang memboncengkan seorang wanita mendaki bukit. Di sampingnya berjalan seorang laki-laki. Mereka mendaki bukit sambil bercakap-cakap. Penunggang kuda itu seorang pemuda yang tampan yang pesolek dan berpakaian mewah, berusia kurang lebih dua puluh lima tahun. Matanya bersinar tajam dan tampak cerdik dan licik. Wajahnya tampak menarik karena tampan terutama sekali karena dia selalu tersenyum. Kumis tipis dan dagu yang dicukur bersih membuat wajahnya jantan dan ganteng. Pemuda ini adalah Bhong Lam atau yang di kalangan Pek-Lian-Kauw disebut Bhong-Kongcu.
Dia putera tunggal dari Bhong Ki atau Bhong-Pangcu, ketua cabang Pek-Lian-Kauw di sebelah barat kota Pao-ting yang pernah dikunjungi Gan Hok San itu. Bhong-Kongcu ini mewarisi ilmu silat dan sihir dari Ayahnya, dan dia terkenal sebagai seorang pemuda yang lihai dan cerdik, juga pandai membawa diri. Adapun gadis yang diboncengkan di atas punggung kuda, duduk di sebelah depannya, bukan lain adalah Ouw Yang Hui yang masih memakai pakaian yang kedodoran pemberian Pangeran Yorgi untuk menutupi pakaiannya sendiri yang robek di bagian pundak dan paha. laki-laki tinggi kurus yang berjalan dengan langkah-langkah ringan di samping kuda itu adalah Pangeran Yorgi. Setelah berhasil mengecoh Song Bu, Pangeran Yorgi melarikan diri dan mengejar Bhong-Kongcu yang sudah melarikan Ouw Yang Hui di atas kudanya.
?Bhong-Kongcu, kita berhenti dulu. Gadis itu tadi roboh pingsan karena kelelahan dan kelaparan. Kupikir ia harus diberi makan dulu agar sehat ketika kita menyerahkan kepada Kim Niocu (Nona Kim), kata Pangeran Yorgi. Mendengar ini, Bhong-Kongcu menghentikan kudanya. Mereka tiba di bawah sebatang pohon besar. Pemuda itu lalu berkata kepada Ouw Yang Hui dengan suara lembut dan sikap sopan.
?Nona Ouw Yang Hui...! silakan turun dan kita makan dulu.? Biarpun Song Bu gagal membebaskan dari tangan para penculik, namun Ouw Yang Hui agak lega karena tidak dikuasai Pangeran Yorgi lagi.
Orang banci itu amat kejam dan agaknya membencinya. Sebaliknya, pemuda tampan pesolek dan mewah itu bersikap baik kepadanya. Sikapnya ramah dan terutama sekali yang melegakan hatinya, dia sopan. Ketika mereka berboncengan di atas punggung kudapun pemuda itu tidak pernah melakukan hal yang tidak patut, bahkan selalu merenggangkan tubuhnya. Pula, sekarang ia tidak dipaksa berjalan kaki lagi, melainkan diboncengkan di atas kuda sehingga tidak terlalu menderita. Mendengar ia disuruh, turun dan diajak makan, Ouw Yang Hui membuat gerakan hendak turun dari atas punggung kuda. Akan tetapi karena ia tidak biasa menunggang kuda dan kuda itu tinggi besar, ia merasa sukar. Injakan kaki pada kuda iu terlalu panjang sehingga kakinya tidak dapat mencapainya. Melihat ini, Bhong-Kongcu memasang tangannya dekat kaki Ouw Yang Hui dan berkata halus.
?Silakan injak tanganku, nona. Aku akan membantumu turun.? Ouw Yang Hui menginjak telapak tangan itu dengan kaki kirinya. Tangan itu mengangkat ke atas dan terasa demikian kuat sehingga dengan mudah Ouw Yang Hui dapat melangkahkan kaki kanannya dari punggung kuda. Kaki kanannya itu diterima tangan kanan Bhong-Kongcu dan kedua tangan itu dengan kuatnya lalu turun ke bawah sehingga gadis itu dengan mudah meloncat ke atas tanah dari tempat yang tidak begitu tinggi.
la berterima kasih sekali. Kalau pemuda itu bersikap kurang ajar, tentu akan membantunya turun dari kuda dengan memondongnya. Ketika pemuda itu melarikannya pada saat Song Bu bertanding dengan Pangeran Yorgi, diapun melakukannya dengan cara yang sopan sehingga Ouw Yang Hui tidak merasa rikuh. Mereka bertiga duduk di atas rumput dibawah pohon besar. Pangeran Yorgi menghidangkan makanan yang tadi sempat disambar dan dibawanya ketika dia melarikan diri. Mereka bertiga makan bak-pauw berisi daging dan air teh dari sebuah guci. Biarpun ia makan dengan cara yang sopan dan tidak tergesa-gesa, menggigit bak-pauw sedikit demi sedikit, namun sebetulnya perut Ouw Yang Hui menerima makanan itu dengan lahap sekali. Tubuhnya terasa segar kembali setelah ia menghabiskan tiga buah bak-pauw dan minum dua cangkir air teh.
(Lanjut ke Jilid 22) Sepasang Rajah Naga (Cerita Lepas)
Karya : Asmaraman S. Kho Ping Hoo
Jilid 22 ?Bhong-Kongcu, sungguh merupakan hal yang kebetulan dan menguntungkan sekali bahwa engkau datang membantuku pada saat yang sangat kuperlukan. Bagaimana bisa begitu kebetulan engkau lewat di sini, Kongcu??
?Aku sedang dalam perjalanan menuju ke bukit Siluman ini. Ayah mendengar bahwa Kim Niocu berada di sini dan Ayah mengutus aku untuk menghadap Kim Niocu dan menerima perintah-perintah dari pusat. Kami merasa heran mengapa sekali ini Kim Niocu muncul sendiri. Apakah ada suatu hal yang teramat penting maka harus dilakukan sendiri oleh Kim Niocu??
?Penting sekali! Nona Kim mewakili para pemimpin untuk melakukan pendekatan kepada Thaikam Liu Cin,? jawab Pangeran Yorgi.
?Ssstt...? Bhong-Kongcu menekan bibirnya dengan telunjuk memberi isyarat kepada Pangeran Yorgi sambil melirik kearah Ouw Yang Hui yang duduk di atas batu dalam jarak lima meter dari mereka. Setelah makan tadi gadis itu duduk di sana untuk mengaso. Si Banci itu tertawa.
?Heh-heh, jangan khawatir, Kongcu. la telah berada dalam kekuasaan kita dan sebentar lagi kuserahkan kepada Niocu.?
?Akan tetapi, siapakah gadis ini? siapa pula pemuda yang amat lihai sehingga dia mampu mendesakmu?? Pangeran Yorgi merasa tersinggung dengan pertanyaan itu yang seolah menyatakan bahwa dia kalah terhadap pemuda yang hendak merampas Ouw Yang Hui?
? Aku belum kalah olehnya. Lain kali kalau kami bertemu lagi aku pasti akan membunuhnya!?
?Pangeran, biarpun aku bukan ahli silat, aku melihat bahwa engkau tidak akan menang, melawan Kakak Tan Song Bu, apalagi kalau engkau nanti berhadapan dengan Ayahku, Ouw Yang Lee. Engkau pasti akan celakal? kata Ouw Yang Hui.
?Dan engkau akan lebih celaka lagi kalau bertemu dengan Ayah tiriku Gan Hok San dan dengan tunanganku yang bernama Wong Sin Cu. Mereka adalah orang-orang yang jauh lebih lihai daripada engkau.?
?Nona, jadi engkau adalah puteri Tung-Hai-Tok Ouw Yang Lee, Majikan Pulau Naga?? tanya Bhong-Kongcu, kaget.
?Benar. Namaku adalah Ouw Yang Hui,? jawab gadis itu dengan sikap tenang. Bhong Lam menoleh kepada Yorgi dengan pandang mata heran dan alisnya berkerut.
?Akan tetapi mengapa engkau disuruh menculik puteri Tung-Hai-Tok, Pangeran? Bukankah hal itu akan menimbulkan permusuhan dengan Pulau Naga dan amat merugikan kita sendiri?? Pangeran Yorgi tersenyum dan tampak kilatan gigi emasnya.
?lihh, Kongcu seperti tidak pernah mendengar saja tentang Kim Niocu. la tidak pernah salah dalam siasatnya dan perintahnya untuk menculik nona Ouw Yang Hui ini sudah tentu masuk dalam perhitungannya yang matang. Aku sendiri tidak tahu, Kongcu, hanya melaksanakan perintah dengan patuh.? Pangeran Yorgi lalu mengambil cawan yang berada di depan Bhong Lam, lalu minum sisa air teh yang berada di dalam cawan itu.
?Hee! Itu cawanku, Pangeran!?
?Hi-hik!? Pangeran Yorgi tertawa genit. ?Aku memang ingin sekali minum air teh sisa cawanmu, Bhong-Kongcu. Engkau ganteng sih!? Bhong Lam mengerutkan alisnya dan bangkit berdiri. Dia merasa muak, akan tetapi maklum akan kelihaian tokoh peranakan Mancu ini maka dia tidak berani menegurnya.
?Sudahlah, mari kita berangkat!? katanya ketus dan dia lalu menghampiri batu di mana Ouw Yang Hui duduk. Dia memandang kepada gadis yang berpakaian kumal dan rambutnya kusut itu dengan perasaan kagum dan kasihan. Dia bukanlah seorang pemuda mata keranjang walaupun dia berwatak licik dan kejam terhadap musuh-musuhnya, akan tetapi dia merasa baru sekarang bertemu dengan gadis yang amat menarik hatinya. Gadis yang pakaiannya lusuh dan kedodoran, rambutnya kusut bahkan awut-awutan, mukanya juga kotor berdebu. Namun semua itu tidak melenyapkan dasar kecantikannya yang luar biasa. Ia dapat menduga bahwa kalau muka itu dibersihkan, rambut itu dirapikan dan pakaian itu diganti dengan yang pantas, dia akan berhadapan dengan seorang gadis yang cantik jelita tiada bandingnya.
?Marilah, nona. Kita lanjutkan perjalanan!? katanya lembut. Ouw Yang Hui mengangguk dan ia turun dari atas batu lalu bersama pemuda itu menghampiri kuda seperti tadi, Bhong Lam membantunya naik ke atas punggung kuda dengan mempergunakan kedua tangannya sebagai tempat pijakan kedua kaki Ouw Yang Hui. Kemudian, setelah gadis itu duduk di atas pelana kuda, dia sendiri melompat ke belakang gadis itu, menjaga jarak agar tidak sampai berhimpitan.
Diam-diam Bhong-Kongcu harus mengakui bahwa dia telah jatuh cinta kepada gadis ini. Dia lahir dan besar di lingkungan orang-orang yang selalu bertempur dan memusuhi Kerajaan. keadaan yang penuh kekerasan dan kekejaman membuat dia menjadi seorang yang keras dan licik, berhati kejam pula.
Namun pada dasarnya dia seorang laki-laki yang tidak mata keranjang dan pendidikan Ibunya membuat dia menghargai kaum wanita. Dalam usianya yang dua puluh lima tahun itu, pernah dua tahun yang lalu Bhong Lam jatuh cinta kepada seorang gadis puteri anggauta pimpinan Pek-Lian-Kauw. Gadis itupun mencintanya, demikian pengakuan gadis itu. Akan tetapi kemudian ternyata bahwa gadis itu telah membagi cinta dan dia sendiri yang menangkap basah ketika gadis kekasih hati dan calon isterinya itu berjina dengan seorang pemuda lain!
Dia membunuh kekasihnya dan pemuda itu. Urusan itu tidak berkepanjangan dan Ayah gadis itu mau menerima kenyataan itu dan mengakui bahwa puterinya yang bersalah maka tidak memperpanjang urusan. Akan tetapi sejak itu, hati Bhong Lam menjadi dingin terhadap wanita dan dia tidak ingin tertipu dan kecewa untuk yang kedua kalinya. Akan tetapi, pertemuan yang tidak terduga-duga dengan Ouw Yang Hui mencairkan kebekuan hatinya dan dia benar-benar bertekuk lutut, jatuh cinta kepada gadis yang mukanya kotor, rambutnya kusut dan pakaiannya lusuh kedodoran itu. Gairah berahinya timbul dan berkobar-kobar dan dia mengambil keputusan dalam hatinya bahwa sekali ini dia tidak ingin kehilangan gadis ini dan bahwa dia harus mendapatkan gadis ini, dengan cara apapun juga.
?Kau katakan tadi bahwa engkau sudah bertunangan dengan seorang bernama Wong S?n Cu, nona Ouw Yang? Benarkah itu?? Bhong Lam bertanya lirih. Ouw Yang Hui mengangguk dan menjawab lirih.
?Benar, Kongcu.? ?Nona, apakah engkau amat mencintainya?? Pertanyaan ini tentu saja membuat Ouw Yang Hui merasa rikuh dan malu, akan tetapi ia menjawab juga dengan anggukan kepalanya.
?Nona, apakah engkau demikian mencintanya sehingga engkau sanggup mengorbankan nyawamu untuknya?? pertanyaan ini keluar dari mulut Bhong Lam dengan agak gemetar.
?Tentu saja? jawab Ouw Yang Hui dengan sungguh-sungguh. ?Aku mau berbuat dan berkorban apa saja untuk tunanganku.? Bhong Lam merasa jantungnya seperti ditusuk tusuk karena dia teringat akan mendiang kekasihnya yang dIbunuhnya dulu karena telah berjina dengan laki-laki lain dan dipergokinya sendiri. Dia merasa cemburu kepada pria bernama Wong Sin Cu yang menjadi tunangan gadis yang duduk didepannya ini.
Hatinya merasa kesal dan untuk melampiaskan ketidaksenangan hatinya, dia membedal kudanya sehingga kuda itu membalap dan mendaki lereng bukit. Gerakan kuda yang berlari congklang ini tentu saja membuat tubuh belakang Ouw Yang Hui berhimpitan dengan tubuh depan Bhong Lam. Akan tetapi Bhong Lam tidak perduli lagi dan dia bahkan dapat merasakan betapa lembut tubuh gadis itu berhimpitan dengan tubuhnya sehingga menimbulkan gairah berahi yang berkobar-kobar. Aku harus dapatkan gadis ini, demikian hatinya berbisik, apapun yang akan terjadi! Karena Bhong Lam melarikan kudanya dengan cepat, terpaksa Pangeran Yorgi juga mengerahkan ginkangnya untuk dapat mengimbangi larinya kuda. Orang Mancu ini memang memiliki ilmu meringankan tubuh yang khas. Dia dapat berlari cepat bukan main sehingga tidak pernah tertinggal oleh kuda yang dibalapkan Bhong Lam.
Akhirnya mereka tiba di puncak bukit itu. Pada sebuah tanah datar di puncak berdiri kelompok bangunan baru itu, dikitari pagar bambu runcing. Sembilan orang wanita bermunculan di depan pintu gerbang. Mereka terdiri dari wanita berusia antara dua puluh sampai tiga puluh tahun, rata-rata berwajah cantik bertubuh ramping padat dan gerakan mereka gesit sekali. Mereka mengenakan pakaian ringkas berwarna hitam dan di bagian dada yang menonjol itu terdapat gambar bunga teratai putih. Bhong-Kongcu segera menahan dan menghentikan kudanya. Yorgi sudah berdiri pula di samping kuda dan sembilan orang wanita itu dengan gerakan cepat sudah mengepung tiga orang yang baru datang itu. Melihat mereka, Bhong Lam segera melompat turun dari atas kudanya dan dia membantu Ouw Yang Hui untuk turun pula. Kemudian dia berseru dengan lantang.
?Hemm, apakah Hek I Kiam-Tin (Baris Pedang Baju Hitam) tidak mengenalku? Aku adalah Bhong Lam, putera ketua cabang Pek-Lian-Kauw di daerah Poa-Ting!? Dia memperkenalkan diri.
?Tentu saja kami mengenal Bhong-Kongcu!? jawab seorang di antara mereka.
?Kami mendapat perintah Niocu untuk menyambut kedatangan Pangeran Yorgi dan Bhong-Kongcu!? Mendengar ini Bhong Lam menjadi kagum sekali. Dia tahu bahwa nona Kim Lian atau lebih dikenal dengan sebutan Kim Niocu (Nona Kim) adalah puteri Ketua Umum Pek-Lian-Kauw yang selain cantik jelita seperti dewi juga memiliki ilmu kepandaian silat dan sihir yang membuatnya dikenal sebagai seorang gadis sakti. Juga dia sudah tahu bahwa Kim Niocu itu memiliki tiga regu pasukan inti yang istimewa. Pasukan itu terdiri dari tiga regu.
Yang pertama regu Hek I Kiam-Tin terdiri dari sembilan orang wanita berpakaian serba hitam dan mereka ini dapat membentuk sebuah Kiam-Tin (Barisan Pedang) yang lihai dan tangguh sekali, Regu kedua terdiri dari sembilan orang wanita berpakaian merah yang disebut Ang I Tok-Tin (Barisan Beracun Baju Merah). Kalau Hek I Kiam-Tin amat lihai membentuk barisan pedang dan rata-rata merupakan ahli pedang yang lihai, barisan pakaian merah ini lihai dan berbahaya sekali karena mereka ahli racun yang dapat menyerang musuh dengan senjata-senjata beracun. Regu ke tiga adalah Pek I Hoat-Tin (Barisan Sihir Baju Putih), terdiri dari sembilan orang wanita berpakaian putih yang mengandalkan keahlian mereka menggunakan sihir untuk mengalahkan musuh. Mereka semua, ketiga regu ini, memakai tanda gambar teratai putih di dada mereka. Yang berpakaian putih, tanda gambarnya dilingkari warna biru.
?Ah, betapa hebatnya Kim Niocu Pandai sekali, sudah mengetahui kedatanganku, pada hal selamanya aku hanya baru mendengar namanya, belum pernah bertemu muka. Bagaimana mungkin sudah mengetahui akan kedatanganku??
?Tidak ada yang tidak mungkin bagi Niocu kami!? kata pemimpin Hek I Kiam-Tin itu dengan nada suara bangga. ?Marilah, Bhong-Kongcu, Pangeran Yorgi dan engkau, nona Ouw Yang Hui, silakan mengikuti kami. Niocu sudah menanti kalian di pondok taman.? Ouw Yang Hui mengerutkan alisnya. diapun ikut merasa heran. Siapakah Kim Niocu itu dan bagaimana ia dapat mengenal namanya?
?Nona kalian juga mengenal aku?? tanyanya heran. Pangeran Yorgi tertawa dan dia mendahului kepala regu Hek I Kiam-Tin menjawab.
?Hi-hik, tentu saja Kim Niocu mengenalmu, la yang mengutus aku untuk membawamu kepadanya!? Jawaban ini membuat Ouw Yang Hui ingin sekali bertemu dengan orang yang disebut Kim Niocu itu. la berjalan bersama Bhong Lam dan Yorgi mengikuti tiga orang angauta Hek I Kiam-Tin yang berjalan di depan sedangkan enam orang lagi berjalan di belakang, memasuki pintu gerbang perumahan itu. Pasukan kecil itu membawa mereka ke rumah induk, akan tetapi pintu rumah itu tertutup dan pasukan itu membawa mereka mengambil jalan di samping bangunan yang menembus ke sebuah taman bunga yang terawat dan indah, taman yang menembus sampai ke belakang bangunan.
Begitu memasuki taman, mereka disambut oleh sembilan orang wanita yang usianya juga antara dua puluh sampai tiga puluh tahun. Pakaian mereka serba merah, bahkan tangan dan muka mereka yang rata-rata cantik itu berwarna kemerahan yang tidak wajar. Tahulah Bhong Lam bahwa inilah pasukan Ang I Tok-Tin dan sembilan wanita itu adalah ahli-ahli racun, bahkan tubuh mereka agaknya juga mengandung racun merah. Masing-masing mempunyai sebatang pedang di punggung, dan di antara mereka ada yang membawa kantung senjata rahasia, ada yang membawa gendewa dan anak panah di punggung, dan ada pula yang membawa benda-benda bulat sebesar kepalan tangan, yaitu alat-alat peledak yang mengandung asap beracun! Pasukan ini tampak menyeramkan sekali.
Kepala pasukan Hek I Kiam-Tin menyerahkan tiga orang itu kepada kepala pasukan Ang I Tok-Tin. Kepala Ang I Tok-Tin yang berwajah cantik tersenyum dan mengangguk kepada mereka bertiga. Pangeran Yorgi, Bhong-Kongcu dan nona Ouw Yang Hui, silakan!? Seperti tadi, tiga orang nona baju merah berjalan di depan dan enam orang yang lain berjalan di belakang. Pasukan Hek I Kiam-Tin segera kembali keluar setelah menyerahkan tiga orang tamu itu kepada Ang I Tok-Tin. Ketika mereka melewati bagian taman yang ditumbuhi bermacam bunga yang beraneka warna dan macam, tercium bau aneh, ada yang harum sekali, ada yang keras dan ada juga yang bau bangkai. Tanaman bunga-bunga yang aneh bentuk dan baunya ini dilindungi payung-payung lebar. Bhong Lam yang merupakan putera ketua cabang dan dia sendiri sebagai tokoh Pek-Lian-Kauw juga mempelajari tentang bunga-bunga beracun, berseru kagum.
?Taman SerIbu Bunga Beracun yang lengkap mengagumkan sekali!? Regu Ang I Tok-Tin itu hanya tersenyum manis mendengar pujian Bhong-Kongcu ini. Pangeran Yorgi yang tidak tahu tentang kembang-kembang beracun, melihat bunga-bunga berwarna ungu yang indah sekali, mengulurkan tangan hendak memetik setangkai. Dia tertarik oleh keindahan bentuk dan warna bunga, juga tertarik karena bunga itu berbau harum. Setiap orang pasti ingin memetik kalau melihat dan menciumnya,
?Jangan sentuh, Pangeran!? kata Bhong Lam cepat, ?Itu Bunga Perawan Maut! Kelihatan cantik berbau harum akan tetapi sekali sentuh dapat mendatangkan maut!? Mendengar teriakan ini, Pangeran Yorgi menarik kembali tangannya.
?Mengerikan!? Dia bergidik.
?Pangeran, bukankah Niocu sudah mengatakan agar engkau jangan sembarangan memetik bunga di taman ini?? kata wanita pemimpin Ang I Tok-Tin itu dengan suara mengandung teguran.
?Maafkan, aku lupa karena tertarik oleh bunga itu yang seolah menantang untuk dipetik,? kata Pangeran Yorgi.
?Ha-ha-ha, itulah keistimewaan Bunga Perawan Maut itu, Pangeran,? kata Bhong Lam. ?Kelihatan cantik menarik dan memikat hati, akan tetapi kalau didekati dapat mematikan!?
?Heh-heh, seperti perawan cantik. Semua wanita juga begitu. Kelihatan cantik menarik akan tetapi hatinya beracun. Hih, mengerikan!? kata Pangeran Yorgi dan dia bergidik dengan sikap genit sambil mengerling ke arah Ouw Yang Hui dan para wanita berpakaian merah. Ouw Yang Hui tidak perduli, akan tetapi sembilan orang anggauta Ang I Tok-Tin itu mencebikan bibir dan mengerling marah kepada Si Banci Bergigi Emas itu. Kini rombongan ini tiba di luar sebuah pondok bercat merah muda.
Pondok itu berdiri di tengah kolam ikan yang cukup luas dan banyak teratai putih tumbuh dikolam. Ikan-ikan emas beraneka warna berenang dengan indahnya di dalam air yang jernih. Untuk mencapai pondok orang harus menyeberangi sebuah jembatan mungil berukir yang indah sekali. Regu pengawal baju merah itu berhenti di tepi jembatan dan kini muncullah sembilan orang gadis berpakaian putih di depan pondok. Mereka itu terdiri dari sembilan orang gadis yang masih muda, berusia dari tujuh belas sampai dua puluh tahun, berpakaian serba putih. Inilah Pek I Hoat-Tin (Barisan Sihir baju Putih) yang merupakan pengawal pribadi Kim Niocu! Bhong Lam sudah banyak mendengar tentang tiga regu pengikut Kim Niocu itu, namun belum pernah bertemu dengan mereka. Kepala regu Ang I Tok-Tin memberi hormat ke arah pasukan baju putih itu dan berkata,
?Kiu-wi Suci (Kesembilan Kakak seperguruan), kami menyerahkan tiga orang tamu untuk Niocu kepada kalian.? Sungguh mengherankan, pikir Bhong Lam. Sembilan orang gadis berpakaian putih yang yang rata-rata cantik itu masih amat muda, lebih muda dari pada sembilan orang gadis berpakaian merah, namun disebut Suci (Kakak seperguruan). Hal ini menunjukkan bahwa tentu mereka memiliki ilmu kepandaian yang lebih tinggi.
?Tinggalkan mereka, sumoi. Kami akan membawa mereka menghadap Niocu.? jawab pemimpin Pek I Hoat-Tin yang tampak paling cantik di antara mereka.
Sembilan orang gadis inipun membawa pedang di punggung mereka, dan tangan kiri mereka memegang sebatang hudtim (kebutan pendeta) yang berbulu merah. Regu berpakaian merah itu membungkuk lalu mereka membalikkan tubuh meninggalkan tiga orang tamu itu. Gadis pemimpin Pek I Hoat-Tin itu tampak mengebutkan kebutan merahnya. Terdengar ledakan kecil dan tampak asap putih mengepul menyelimuti sembilan orang gadis itu. Ketika Ouw Yang Hui memandang penuh perhatian, ia melihat betapa sembilan orang gadis berpakaian putih itu seolah menunggang asap yang bergerak menyeberangi jembatan sampai mereka berhenti didepannya. Asap lenyap dan sembilan orang itu berjajar dalam barisan yang rapi, semuanya tersenyum dan tampak seperti sembilan orang bidadari turun dari kahyangan! Saking kagumnya Bhong Lam bertepuk tangan memuji.
?Hoat-sut (ilmu sihir) yang bagus! Kalian tentu Pek I Hoat-Tin. Hebat sekali!? kata Bhong Lam. Pemimpin regu itu, gadis yang paling cantik, berkata dengan nada menegur.
?Bhong-Kongcu, semua pujian hanya pantas diberikan kepada Niocu! Kami bukan apa apa.?
?Kalian memang hebat, akan tetapi tentu saja Kim Niocu jauh lebih hebat lagi. ia tiada bandingnya!? kata Bhong Lam yang memang pandai membawa diri. Tiba-tiba terdengar suara yang amat lembut, seperti bisikan, akan tetapi terdengar jelas oleh semua orang seolah olah yang berbisik berada dekat telinga mereka.
?Pek-Hwa (Bunga Putih), ajak tiga orang tamu itu menghadapku sekarang juga,? Kepala regu itu menghadap ke pondok dan berkata hormat,
?Baik, Niocu, kami melaksanakan perintah.? Kemudian menoleh kepada tiga orang tamunya.
?Silakan, sam-wi (kalian bertiga) mengikuti kami!? Kembali tiga orang gadis berpakaian putih berjalan di depan sedangkan enam orang yang lain berjalan di belakang dan tiga orang itu dikawal menyeberangi jembatan. Setelah mereka tiba di jembatan, ternyata di balik dinding penyekat itu tampak pondok yang tidak berdinding, merupakan tempat berteduh yang berdiri seperti Pulau kecil di tengah empang atau kolam itu. Tiba-tiba mereka mendengar suara berkentrang-kentringnya Yang-kim (semacam Siter) yang amat merdu.
Di tengah pondok yang agak tinggi duduk seorang wanita yang memakai pakaian berwarna hijau muda, kepalanya tertutup kerudung sutera putih yang berbentuk seperti sekuntum bunga teratai mekar. Rambutnya yang hitam lebat terurai di belakang pundak, dihias tiara permata berlian, putih berkilauan. Telinga dan lehernya juga terhias anting-anting dan kalung berlian dari emas putih. Dari jauh ia bagaikan setangkai bunga teratai putih mekar di atas daun-daun hijau, tampak begitu indah segar dan cantik. Tubuhnya tinggi langsing dan padat, kulitnya yang tampak, yaitu pada muka, leher dan kedua tangannya, putih mulus dan muka yang dipoles bedak dan gincu tipis itu begitu lembut seperti muka seorang bayi, Rambutnya lebat dan hitam agak berombak, mukanya berbentuk bulat telur dengan dagu meruncing.
Sepasang matanya yang agak sipit itu kedua ujungnya agak condong ke atas, pandang matanya lembut akan tetapi sinar matanya tajam menusuk, jeli dan jernih bola mata itu. Alisnya kecil hitam melengkung seperti dilukis, dan bulu matanya lentik dan panjang, menimbulkan bayang-bayang hitam pada bawah matanya. Hidungnya kecil mancung dan mulutnya manis sekali. Bibirnya tipis penuh dan merah membasah. Di tepi mulutnya sebelah kiri terhias setitik tahi lalat hitam yang membuat wajah itu menjadi manis dan memiliki daya tarik yang memikat hati. Bhong Lam yang belum pernah bertemu dengan wanita itu, hanya mendengar namanya saja, menjadi bengong, kemudian dia teringat akan sesuatu dan menoleh kepada Ouw Yang Hui yang juga sedang memandang ke arah wanita yang sedang bermain Yang-kim itu.
Bhong Lam tertegun, pandang matanya berpindah-pindah dari wajah Ouw Yang Hui ke wajah Kim Niocu, wanita itu. Betapa miripnya kedua wajah itu! Bagaikan dua orang gadis kembar! Kalau saja wajah Ouw Yang Hui itu dibersihkan dan dirawat, kalau rambut yang kusut itu dicuci, disisiri dan diatur, pasti wajah gadis itu tiada bedanya dengan wajah Kim Niocu. Mungkin bedanya terletak kepada hiasan alami pada ujung mulut itu. Kalau dikedua ujung mulut Ouw Yang Hui terhias lesung pipit, maka pada ujung mulut Kim Niocu sebelah kiri terdapat setitik tahi lalat. Keduanya sama-sama cantik jelita, sama manis, wajahnya mirip sekali dan bentuk tubuhnya juga sama-sama ramping, lentur dan padat, bagaikan bunga sedang mekar-mekarnya, bagaikan buah sedang ranumnya.
?Niocu yang mulia, tiga orang tamu sudah datang menghadap!? kata kepala regu Pek I Hoat-Tin dengan sikap hormat. Sementara itu, tiga orang tamu sudah berdiri di tangga pondok. Gadis di atas panggung di pondok itu tetap memainkan dawai-dawai Yang-kim itu perlahan dengan irama lembut dan lambat. Nada-nada yang terdengar satu-satu itu mendatangkan ketenangan dan kedamaian. Tanpa menghentikan permainannya dan tanpa melirik sedikitpun kepada tiga orang tamunya, gadis itu berkata lembut namun mengandung wibawa kuat kepada Pek I Hoat-Tin.
?Kalian mundurlah dan biarkan kami bicara tanpa gangguan?
?Baik, Niocu, kami melaksanakan perintah!? kata kepala regu itu dan merekapun mundur dan meninggalkan pondok begitu halusnya seolah-olah mereka tidak melangkah, melainkan terbang melayang pergi. Setelah sembilan orang wanita itu pergi, tiga orang itu termangu-mangu, merasa ditinggalkan dan tidak diperdulikan, Kim Niocu masih saja bermain Yang-kim, seolah tidak memperdulikan atau tidak tahu bahwa tiga orang tamu itu berdiri menghadapinya dan menanti penyambutannya. Atau mungkin seperti yang diduga Bhong Lam, wanita cantik itu agaknya sengaja hendak memamerkan kepandaiannya bermain Yang-kim agar dikagumi tiga orang pendengarnya itu.
Mereka tidak berani mengganggu dan terpaksa mereka bertiga mendengarkan penuh perhatian, Terutama Ouw Yang Hui. Gadis ini sendiri adalah seorang yang suka bermain Yang-kim, mengenal banyak lagu lagu penting dan mendengar permainan Yang-kim itu ia merasa heran, lagu yang dimainkan wanita cantik itu adalah lagu sedih yang berjudul bintang kesepian, Lagu ini amat populer di Kotaraja, sering dinyanyikan dalam pertunjukan opera yang terkenal. la sendiri hafal akan lagu ini, maka la memperhatikan permainan Yang-kim itu. Akhirnya Kim Niocu mengakhiri permainan Yang-kimnya. la mengangkat muka memandang kepada tiga orang itu. pandang matanya menyinarkan ketajaman dan penuh selidik ke arah Bhong Lam dan Ouw Yang Hui, sedangkan kepada Pangeran Yorgi la hanya memandang sekelebatan saja.
?Bagaimana pendapat kalian tentang permainan Yang-kim-ku tadi?? tanyanya, suaranya lembut dan merdu, namun mengandung desakan menuntut jawaban.
?Bagi saya terdengar aneh dan biarpun merdu, saya tidak dapat mengerti, Niocu!? kata Pangeran Yorgi sambil tersenyum genit. Gadis cantik itu menarik napas panjang dan menggerakkan tangan kirinya dengan tak sabar.
?Engkau bodoh dan tidak mengerti tentang kesenian, akan tetapi engkau jujur, Pangeran Yorgi.? Kemudian ia memandang kepada Bhong Lam, ?Bhong-Kongcu, bagaimana pendapatmu?? tanyanya dan Bhong Lam merasa heran bukan main. Baru sekarang dia bertemu dengan gadis puteri ketua umum Pek-Lian-Kauw yang amat terkenal itu, akan tetapi sikap gadis itu seolah-olah sudah mengenalnya benar. Sebagai seorang yang pandai membawa diri, dia tersenyum dan menjawab dengan lembut dan penuh kagum.
?Apa yang dapat saya katakan, Niocu? Hampir saya tidak dapat berkata-kata. Keindahan permainan Yang-kim-mu merampas semua kata-kata pujian dari mulutku. karena sernua kata pujian masih belum dapat menggambarkan kehebatan permainan Yang-kim-mu tadi. Hebat, indah, merdu seolah suara Yang-kim tadi datang dari atas awan di langit, dimainkan oleh para dewi!? Senyum berkembang di mulut yang manis dan menggairahkan itu. Akan tetapi Ouw Yang Hui melihat bahwa senyum itu mengandung ejekan, bukan senyum karena senang atau bangga.
?Tidak jauh dari pada apa yang ku dengar tentang kamu, Bhong-Kongcu. Engkau tidak mengerti kesenian akan tetapi engkau seorang yang pandai bermuka-muka, pandai mengambil hati dengan sanjung dan pujian kosong.? Mendengar ini, wajah Bhong-Kongcu berubah kemerahan, akan tetapi dia tidak berani membantah karena sudah mendengar betapa gadis cantik ini kadang dapat bersikap sekejam iblis betina yang tidak mengenal ampun bagi siapa saja yang menimbulkan kemarahan dan kebencian dalam hatinya, Ketika dia memandang dan bertemu pandang dengan Kim Niocu, dia terkejut. Sepasang mata yang jeli dan indah itu seolah menyorotkan hawa panas sehingga dia cepat menundukkan pandang matanya.
?Dan bagaimana dengan engkau, Ouw Yang Hui alias Siang Bi Hwa? Aku mendengar bahwa engkau seorang seniwati yang ahli bermain Yang-kim! Engkau tentu dapat menilai permainan Yang-kim tadi dengan baik, Bagaimana pendapatmu dengan permainanku tadi??
Kini Kim Niocu memandang kepada Ouw Yang Hui dengan sinar mata tajam penuh selidik. Diam-diam Ouw Yang Hui juga merasa heran bagaimana wanita cantik ini mengetahui keadaan dirinya. Ouw Yang Hui membalas pandang mata itu dengan tabah. Tadinya ia ngeri membayangkan bahwa kedua orang penculiknya akan menyerahkan ia ke tangan seorang laki-laki yang kasar dan kejam, yang akan mendatangkan bahaya yang lebih mengerikan dari pada maut kepadanya. Akan tetapi setelah melihat bahwa ia akan diserahkan kepada seorang wanita cantik yang pandai bermain Yang-kim, kegelisahannya menghilang. Tentu saja ia tidak merasa ngeri atau takut berhadapan dengan seorang gadis yang cantik dan sikapnya lembut, walaupun gadis itu memiliki pandang mata yang tajam dan aneh, juga senyumnya yang manis mengandung penuh rahasia.
?Bagaimana engkau dapat mengenal aku?? ia bertanya. Mulut yang bentuknya indah itu tersenyum. Matanya bersinar dan ada kebanggaan terbayang di sana.
?Tentu saja aku mengenalmu. Dulu engkau bernama Siang Bi Hwa, menjadi anak angkat Cia-Ma. Sebetulnya namamu Ouw Yang Hui, puteri Tung-Hai-Tok Ouw Yang Lee majikan Pulau Naga, kemudian menjadi anak tiri Gan Hok San.? Senyumnya makin melebar ketika ia melihat pandang mata Ouw Yang Hui yang keheranan.
?Dan kalau engkau belum mengenalku, aku bernama Kim Lian dan engkau boleh menyebut aku Kim Niocu seperti orang-orang lain. Nah, sekarang katakan pendapatmu tentang permainan Yang-kim-ku tadi.? Ouw Yang Hui menjawab dengan suara lembut dan tenang.
?Niocu, lagu yang engkau mainkan tadi berjudul Bintang Kesepian. Engkau memainkannya dengan penuh perasaan sehingga mudah diketahui bahwa di dasar lubuk hatimu yang paling dalam, engkau menderita kesepian. Lagu sedih itu kau mainkan dengan irama yang terlalu cepat yang membayangkan bahwa engkau hendak menutupi kesedihanmu karena kesepian itu dengan kekerasan hati. Juga semestinya lagu itu dinyanyikan dengan iringan suara Yang-kim sehingga nada sedihnya akan terasa oleh para pendengarnya.? Wajah yang jelita itu berubah kemerahan. Kim Niocu merupakan tokoh penuh rahasia dan menjadi orang yang ditakuti dikalangan Pek-Lian-Kauw. Karena itu, tidak pernah ia menerima kritik, Sekali ini permainkan Yang-kim-nya yang biasanya dipuji-puji semua orang, mendapat kritik dari seorang gadis lemah. Tentu saja ia merasa tersinggung.
?Ouw Yang Hui, ke sinilah engkau Naikilah tangga itu,? perintahnya. Suaranya yang lembut terdengar kering, tanda bahwa ia sedang marah atau setidaknya sedang tak senang hati. Ouw Yang Hui melangkah maju, mendaki tangga dan tiba di atas panggung, di depan Kim Niocu.
?Duduklah di sampingku dan kau mainkan Yang-kim ini. Mainkan lagu Bintang Kesepian tadi dan buktikanlah bahwa penilaianmu tadi benar. Awas, kalau permainanmu tidak lebih baik dari pada permainanku, engkau akan kubunuh!? Mendengar ucapan itu, Ouw Yang Hui memandang wanita itu dengan sinar mata tenang saja. Sama sekali ia tidak merasa takut.
Pangeran Yorgi yang mendengar ini menyeringai. Dia tidak perduli, bahkan diam-diam merasa gembira mendengar ancaman terhadap diri Ouw Yang Hui yang menimbulkan rasa iri dan tidak suka dalam hatinya. Akan tetapi mendengar ancaman Kim Niocu, wajah Bhong Lam menjadi pucat sekali. Dia sudah lama mendengar akan kekejaman Kim Niocu yang tidak mengenal ampun dan akan menyiksa dan membunuh siapa saja yang tidak disukainya. Dia merasa khawatir sekali. Pemuda ini tanpa disadarinya sendiri sudah jatuh cinta sedemikian rupa kepada Ouw Yang Hui, maka mendengar ancaman maut terhadap diri gadis itu, tentu saja dia menjadi gelisah bukan main. Dia tidak dapat menahan kegelisahannya dan dia membungkuk dalam-dalam kepada Kim Niocu lalu berkata dengan suara penuh permohonan.
?Kim Niocu yang mulia. Ampunilah nona Ouw Yang Hui atas semua kelancangan ucapannya. Biarlah saya akan melakukan apa saja yang Niocu perintahkan, akan saya lakukan dengan taruhan nyawa untuk menebus kesalahan yang dilakukan nona Ouw Yang Hui.? Mendengar ini, Kim Niocu mengerutkan alisnya, akan tetapi mulutnya tersenyum.
?Hei, apa ini? Aku pernah mendengar bahwa Bhong-Kongcu adalah seorang pemuda yang angkuh terhadap wanita! Akan tetapi sekarang engkau siap untuk berkorban nyawa bagi seorang gadis tawanan! Ini kah gerangan yang dinamakan cinta?? Mendengar ucapan yang disambung suara tawa merdu yang mengandung ejekan, Bhong Lam hanya menundukkan kepalanya dan Ouw Yang Hui mengerutkan alisnya. Pembelaan Bhong-Kongcu itu membuat hatinya merasa tidak tenteram. Pangeran Yorgi menyeringai, seperti seorang bocah nakal melihat bocah lain dimarahi Ibunya.
?Ouw Yang Hui, duduklah dan cepat mainkan Yang-kim seperti yang kuperintahkan tadi!? kata Kim Niocu. Terpaksa Ouw Yang Hui duduk di sebelah wanita itu. la menerima Yang-kIm Yang disodorkan pemiliknya kepadanya. Sebagai seorang berjiwa seni, ia maklum bahwa permainan seni suara harus disesuaikan dengan keadaan hatinya. Kalau bernyanyi atau memainkan musik dengan, lagu gembira, ia harus dapat membawa hatinya ke suasana gembira pula. Sebaliknya kalau harus bernyanyi atau memainkan lagu sedih, perasaan hatinya harus dibawa ke alam suasana yang sedih. Dengan demikian barulah ia dapat menghayati apa yang dinyanyikan atau dimainkan. Karena itu, begitu menerima Yang-kim, ia lalu membayangkan keadaan dirinya, membayangkan Sin Cu dan kedukaan besar menyelimuti perasaan hatinya.
la merasa kehilangan, rasa kesepian, merasa ditinggalkan dan kesedihan yang mendalam sudah mendorong air matanya sehingga sepasang bola matanya sudah menjadi basah. Jari-jari tangannya yang kecil mungil meruncing itu mulai bergerak menari-nari di antara dawai-dawai kecapi itu. terdengar bunyi kencrang-kencring yang amat lembut. Lagu yang tadi dimainkan Kim Niocu terdengar lagi. Namun alangkah jauh bedanya. Lagu itu kini dimainkan dengan lambat dan lembut, penuh getaran perasaan seolah-olah dalam bunyi denting merdu itu mengandung rintihan jiwa yang merana, dalam melodi dan irama itu terkandung tangis yang memilukan. Kemudian terdengar suara nyanyian keluar dari mulut yang indah itu, seperti bisik-bisik sayu.
?Jutaan rekan bertaburan di angkasa tak dapat mengisi hati yang kosong merana
Aku mencari-cari, di mana gerangan Dia?
Ratap dan tangis tercurah sia-sia di manakah Engkau, wahai kekasih?
Hamba... hamba kesepian, digoda harapan hampa!?
Kata-kata dalam lagu itu demikian mendayu penuh sendu, mengandung makna yang amat mendalam. Apakah itu hanya sekedar ratap tangis sebuah bintang yang merindukan bulan, kekasihnya? Ataukah ratap tangis hati seorang gadis yang merindukan munculnya seorang kekasih pembawa bahagia? Ataukah lebih mendalam lagi, ratap tangis manusia yang rindu kepada Kekasih, jiwanya, yaitu Sang Maha Kasih, Maha Pencipta? Suara nyanyian itu diiringi bunyi kecapi begitu serasi, begitu harmonis, seimbang dan saling mengisi,
Memperkuat daya gaib yang membuat tiga orang pendengarnya, tanpa mereka sadari sendiri, termangu dan berlinang air mata! Butir-butir air mata bening menuruni sepasang pipi Kim Niocu. Juga sepasang mata Bhong-Kongcu menjadi basah, hatinya terasa seperti ditusuk-tusuk dan hanya dengan pengerahan tenaga saja dia mampu men?egah mengalirnya air matanya. Keadaan Pangeran Yorgi bahkan lebih parah lagi. Dia menangis sesenggukan seperti seorang wanita menangis! Sungguh mengherankan daya pengaruh nyanyian Ouw Yang Hui yang diiringi permainan Yang-kim itu. Kalau hanya orang biasa yang mendengarnya lalu menjadi terharu dan menangis sedih, hal itu tidaklah mengherankan. Akan tetapi tiga orang pendengar itu adalah orang-orang yang sudah terbiasa melakukan kekerasan, berwatak keras dan aneh seolah sudah kehilangan kepekaan mereka.
Dapat membunuh orang tanpa berkedip. Akan tetapi mendengar nyanyian dan permainan Yang-kim tadi, mereka tetap saja hanyut dan tidak mampu menguasai perasaan hatinya lagi. Hal ini membuktikan bahwa sekejam-kejamnya, sekeras-kerasnya dan sejahat-jahatnya seorang manusia, tetap saja masih ada suatu sudut kecil yang jernih, yang dapat membangkitkan rasa haru dan belas kasih. Manusia terdiri dari kekuatan Im dan Yang, dua unsur saling berlawanan dan menghidupkan dan menggerakkan seluruh alam maya pada dengan semua isinya. Dalam diri manusia terdapat dua unsur yang saling berlawanan, yaitu unsur baik dan buruk atau lebih mudah kalau disebut saja unsur kekuatan Malaikat dan kekuatan Iblis. Dua kekuatan ini saling desak untuk menguasai batin manusia, akan tetapi tidak pernah ada yang sama sekali meninggalkan manusia.
Kalau ditinggalkan salah satu dari keduanya, maka dia bukan manusia lagi namanya. Kalau dia baik seratus prosen, namanya bukan manusia lagi melainkan mungkin akan disebut malaikat. Kalau dia buruk seratus prosen, namanya juga bukan manusia lagi melainkan mungkin disebut setan atau iblis! Selaku terjadi perlumbaan antara keduanya, antara unsur baik dan unsur buruk. Kalau unsur baik berada di atas angin, maka manusianya akan melakukan perbuatan yang baik, sebaliknya kalau unsur buruk yang mendesak, manusianya lalu melakukan perbuatan jahat. Jelasnya, sejahat-jahatnya orang, masih ada satu sisi kebaikannya dan sebaik-baiknya orang, masih ada cacatnya. Pangeran Yorgi yang pertama-tama membuka suara. Dia merasa malu dan juga marah sekali melihat dirinya menangis sedih karena keharuan yang menyerbu hatinya.
?Lagu cengeng! Menyebalkan!? katanya sambil berusaha keras untuk menghentikan isaknya dan dengan kasar tangannya mengusap air matanya. Bhong Lam tidak berkata apa-apa, hanya sepasang matanya yang basah itu menatap ke arah Ouw Yang Hui dengan sinar mata terpesona dan penuh kekaguman, Pada saat itu hatinya membisikkan bahwa dia benar-benar jatuh cinta kepada gadis itu. Kim Niocu mengerutkan alisnya. Diam-diam iapun malu kepada diri sendiri, timbul perasaan iri kepada Ouw Yang Hui yang ternyata mampu memainkan Siter dan bernyanyi sedemikian indahnya.
Sampai iapun terseret ke dalam keharuan dan perasaannya terhanyut. Ia pun cepat menghapus air mata yang turun di atas kedua pipinya dengan sehelai saputangan. Kemudian ia menoleh dan memandang kepada Ouw Yang Hui beberapa saat lamanya. Ouw Yang Hui masih duduk bersimpuh dengan Yang-kim di pangkuan dan menundukkan mukanya. la masih merasakan akibat dari penghayatan yang dilakukan atas permainan Yang-kim dan nyanyiannya tadi, yang membuat kedua matanya juga berlinang air mata. Kim Niocu bertepuk tangan tiga kali. Tiba-tiba saja muncul tiga orang gadis, berpakaian putih, kepala regu Pek I Hoat-Tin dan dua orang anggautanya. Mereka bergerak cepat dan tahu-tahu berdiri atas panggung, entah dari mana datang.
?Menanti perintah Niocu!? kata gadis kepala regu yang cantik itu.
?Bawa nona Ouw Yang Hui ke rumah, biarkan ia berkumpul dengan para gadis lain. Layani ia mandi dan beri ia pakaian yang paling indah dan yang warnanya cocok untuknya, lalu hidangkan makanan dan minuman. Layani ia baik-baik, akan tetapi jaga jangan sampai ia melarikan diri.?
?Baik, siap melaksanakan perintah, Niocu!? kata kepala regu itu.
?Ouw Yang Hui, sekarang ikutilah mereka, engkau mengasolah!? kata Kim Niocu kepada Ouw Yang Hui. Ouw Yang Hui mengangguk, meletakkan Yang-kim di atas lantai panggung dan iapun bangkit berdiri dan menuruni panggung diapit oleh tiga orang gadis berpakaian serba putih. la dibawa masuk ke dalam bangunan induk yang ternyata cukup besar.
Tiga orang gadis itu melayaninya, menyediakan air dan membiarkannya mandi berendam dan berkeramas sampai bersih. Ouw Yang Hui diberi pakaian baru yang serba indah, pakaian dalam berwarna putih dan pakaian luar dari sutera berwarna merah muda. Kemudian tiga orang gadis Pek I Hoat-Tin itu membantunya bersolek, menata rambutnya dan memberi tusuk sanggul rambut dengan hiasan dari emas permata indah bergambar burung merak. Ouw Yang Hui mendapatkan kembali ketenangannya setelah membersihkan diri dan berganti pakaian bersih. la memoleskan bedak dan gincu tipis pada kulit mukanya. Biarpun ia berdandan secara sederhana sekali, namun setelah ia selesai dan bangkit berdiri, tiga orang anggauta Pek I Hoat-Tin itu saling pandang dengan mata terbelalak heran dan kepala regu yang tadinya membantu Ouw Yang Hui berhias, berseru kagum dan heran.
?Luar biasa sekali! Nona Ouw Yang Hui, engkau seperti saudara kembar Kim Niocu!? Mendengar ini, Ouw Yang Hui memandang ke arah cermin dan melihat bayangannya sendiri berdiri dengan anggunnya. Baru sekarang ia menyadari bahwa memang ia dan gadis aneh yang disebut Kim Niocu tadi mirip sekali! Hanya dandanan rambut mereka saja yang berbeda dan Kim Niocu mempunyai sebuah tahi lalat hitam kecil di samping kiri mulutnya. Usia merekapun sepantar. Mungkin Kim Niocu lebih satu dua tahun akan tetapi karena wanita itu pesolek, maka tampak sebaya dengannya.
?Mari, Nona Ouw Yang, kami persilakan nona untuk makan minum di ruangan makan,? kata kepala regu Barisan Sihir Baju Putih yang bernama Pek Hwa (Bunga Putih) itu. Ouw Yang Hui mengangguk dan dalam hatinya merasa lebih tenang. la diperlakukan dengan baik sekali. Bahkan tadi ketika ia selesai berendam dan mandi, Pek Hwa sendiri yang memijati tubuhnya secara ahli sekali, ditekannya otot-otot dan jalan darah di tubuhnya sehingga darahnya berjalan lancar dan rasa lelah yang luar biasa di tubuhnya hampir hilang sama sekali.
Kedua telapak kakinya yang lecet-lecet juga dIbubuhi obat yang terasa dingin dan manjur, bahkan kaki yang membengkak diurut-urut sehingga kempis kembali. Tubuhnya terasa nyaman dan kini ia merasa lapar sekali. Masakan yang dihidangkan itu cukup mewah. Ouw Yang Hui dipersilakan makan, dilayani tiga orang gadis berpakaian putih itu dan iapun tidak malu-malu dan makan sampai kenyang. Setelah membersihkan mulut, Ouw Yang Hui diantar memasuki sebuah ruangan, yang luas, sebuah ruangan duduk di depan empat buah kamar yang berjajar menghadap ruangan itu. Tujuh orang gadis yang sedang duduk dan bercakap-cakap di situ bangkit berdiri menyambutnya. Mereka adalah tujuh orang gadis yang berusia antara tujuh belas sampai dua puluh tahun.
?Nona Ouw Yang,? kata Pek Hwa. ?Mulai sekarang engkau tinggal di sini bersama tujuh orang gadis ini. Engkau tinggal sekamar nona Tio itu.? la menuding seorang gadis berpakaian hijau yang manis, kemudian berkata kepada para gadis itu.
?Cuwi Siocia (Nona-nona sekalian), perkenalkan ini adalah nona Ouw Yang Hui yang menjadi rekan kalian. Ingat peraturan di sini, kalian tidak boleh bertengkar dan tidak boleh membikin rIbut, apa lagi mencoba melarikan diri. Yang melanggar akan dihukum berat. Nah, silakan kalian saling berkenalan dengan Nona Ouw Yang.? Setelah berkata demikian Pek Hwa dan dua orang anak buahnya meninggalkan ruangan itu. Gadis bertubuh mungil berwajah manis dengan kulit agak gelap yang disebut Nona Tio oleh Pek Hwa tadi, menghampiri Ouw Yang Hui dan mengamatinya dari kepala sampai ke kaki sambil tersenyum ramah.
?Ihh betapa miripnya engkau dengan Kim Niocu! Lihat, teman-teman, bukankah ia mirip sekali? Seperti pinang dibelah dua, seperti saudara kembar.? Ouw Yang Hui memandang mereka. Mereka semua berpakaian sutera halus beraneka warna seperti pakaian yang dipakainya. Mereka semua cantik jelita dan terdiri dari berbagai suku, namun semua dapat berbicara dengan bahasa Han, walaupun logat mereka asing.
?Kalian semua ini bagaimana dapat berkumpul dan berada di sini?? tanyanya dengan suara halus. Nona Tio menggandengnya dan menariknya duduk di atas bangku panjang yang banyak terdapat dalam ruangan itu. ?Kami semua datang dengan cara yang sama, yaitu dilarikan.?
?Dilarikan? Apa maksudmu?? tanya Ouw Yang Hui.
?Dipaksa atau diculik. Akan tetapi kami semua diperlakukan dengan baik sehingga kami tidak merasa menderita. Bukankah engkau sendiri juga datang ke sini bukan secara suka rela?? Ouw Yang Hui mengangguk.
?Nasib kita sama dan aku masih belum mengetahui mengapa aku diculik dan dibawa ke sini.?
?Kami semua juga belum tahu. Akan tetapi kami hanya dapat menanti keputusan Kim Niocu dan kami tidak berani membangkang. Sudah ada tiga orang gadis disiksa sampai mati karena terus-menerus menangis dan tidak menurut perintah.?
?Kalau kita menaati semua perintah Kim Niocu, kita akan diperlakukan dengan baik. Kalau tidak, kita akan disiksa sampai mati,? kata Nona Tio.
TerhIbur juga rasa hati Ouw Yang Hui bertemu dengan tujuh orang gadis senasib. la lalu berkenalan dengan mereka. Mereka itu ternyata adalah gadis-gadis yang menjadi kembang di tempat tinggal mereka. Ada anak orang kaya, ada pula anak orang miskin. Akan tetapi mereka semua memiliki keistimewaan, yaitu kecantikan yang memikat. Tio Leng, gadis kecil mungil yang menjadi teman sekamar Ouw Yang Hui itu segera mengajaknya masuk kamar dan mereka berdua bercakap dan merasa cocok satu sama lain. Sementara itu, setelah Ouw Yang Hui dibawa pergi Pek Hwa dan dua orang anak buahnya, Kim Niocu berkata kepada Pangeran Yorgi dan Bhong Lam. ?Kalian naik dan duduklah di sini!? Gad?s itu menunjuk ke depannya dan dua orang laki-laki itu cepat menaiki tangga dan duduk bersila di atas lantai yang digelari tilam lembut tebal.
?Pangeran Yorgi, bagus, engkau telah berhasil membawa Ouw Yang Hui ke sini. engkau telah bekerja dengan baik dan tidak percuma aku menerima kerja sama denganmu ini. Bagaimana dengan tugasmu kedua untuk meneliti bagaimana hasil siasat yang kita rencanakan bersama utusan Thaikam Liu Cin??
?Para Dewa sedang melindungi dan membantu saya, Niocu. Ketika saya bertemu dengan kereta yang membawa Gan Hok San sekeluarga. saya membayangi mereka, ternyata mereka menuju ke Kuil Siauw-Lim di Sung-San dan kereta berhenti agak jauh dari pintu gerbang Kuil. Kebetulan sekali pada waktu itu rombongan Bu-Tong-Pai dan Kong-Thong-Pai berkunjung ke Siauw-Lim-Si dan mengajukan tuntutan mereka karena kematian seorang murid Bu-Tong-Pai dan dua orang murid Kong-Thong-Pai. Terjadi perdebatan di antara mereka.? Kim Niocu tersenyum senang.
?Bagus! Agaknya siasat itu telah dijalankan oleh Thaikam Liu Cin dengan baik! Lalu bagaimana??
?Melihat kerIbutan itu, Gan Hok San dan seorang pemuda yang kemudian saya ketahui sebagai tunangan Nona Ouw Yang, meninggalkan kereta untuk menonton kerIbutan itu. Nah, kesempatan itu saya pergunakan untuk melarikan Nona Ouw Yang Hui. Kebetulan pada waktu itu kedua rombongan yang mengunjungi Siauw-Lim-Si itu mulai meninggalkan tempat itu. Saya berhasil melarikan Nona Ouw Yang. Akan tetapi di tengah perjalanan muncul seorang pemuda yang mencoba untuk merampas gadis itu. Dia memiliki ilmu kepandaian yang cukup lihai. Namanya Tan Song Bu dan dia adalah murid Tung-Hai-Tok Ouw Yang Lee, akan tetapi anehnya, dia dapat menyerang saya dengan ilmu Im-Yang Sin-Ciang, dengan Pek-Tok-Ciang dan Hek-Tok-Ciang!?
?Hemm, mengapa heran? Im Yang Tojin dan Hek Pek Moko adalah rekan-rekan Ouw Yang Lee dan mereka sernua berada diKotaraja membantu Thaikam Liu Cin. Tentu saja pemuda itu dapat mempelajarinya dari mereka. Yang aneh, mengapa Tan Song Bu itu menyerangmu? Mungkinkah dia tidak tahu akan hubungan kita dengan Gurunya? Sudahlah, hal itu dapat kuselidiki nanti. Kemudian bagaimana??
?Pada waktu saya bertanding dengan Tan Song Bu, kebetulan sekali Bhong-Kongcu lewat dan dia membantu saya, melarikan nona Ouw Yang Hui sehingga kami berhasil mengecoh Tan Song Bu dan melarikan nona Ouw Yang sampai ke sini dengan selamat.? Pangeran Yorgi mengakhiri ceritanya.
Kim Niocu memandang kepada Bhong Lam, tersenyum dan mengangguk-angguk.
?Bagus sekali, Bhong-Kongcu. Engkau telah membuat jasa dengan bantuanmu itu. Kuharap selanjutnya engkau akan bekerja dengan baik membantu kami.?
?Sebagai putera ketua cabang tentu saja saya akan membantu sekuat tenaga, Niocu. Saya siap melaksanakan perintah pusat yang diwakili oleh Niocu.?
?Bagus! Kita semua memang harus bekerja sama untuk menghasilkan rencana besar kita. Kalau siasat kita ini dilaksanakan dengan baik tentu tidak akan sukar bagi kita untuk menggulingkan kekuasaan Kerajaan Beng. Kalian telah bekerja dengan baik dan sebelum aku membagi tugas untuk kalian, aku ingin menjamu kalian untuk menyatakan kepuasan hatiku.? Kim Niocu bertepuk tangan lima kali dan masuklah lima orang gadis anggauta Pek I Hoat-Tin membawa beberapa macam buah buahan yang mahal dan mereka menuangkan anggur ke dalam cawan untuk Pangeran Yorgi dan Bhong-Kongcu, juga untuk Kim Niocu.
Dengan ramah dan manisnya Kim Niocu mempersilakan kedua orang itu untuk menikmati makan buah-buahan segar dan minum anggur manis. Sambil menikmati makanan buah dan minuman anggur, Kim Niocu memberi tugas kepada dua orang pembantunya. Pangeran Yorgi sudah tiga tahun menjadi pembantu utamanya yang setia dan patuh, juga yang dapat diandalkan. Sedangkan Bhong Lam biarpun baru sekarang bertemu dengannya, namun pemuda ini adalah putera Ketua Cabang Pek-Lian-Kauw sedangkan ia adalah puteri Ketua umum Pek-Lian-Kauw sehingga dapat dianggap bahwa pemuda itu adalah seorang bawahan atau anak buahnya juga.
?Pangeran Yorgi, kalau menurut ceritamu tadi, agaknya siasat untuk membuat Siauw-Lim-Pai bermusuhan dengan Bu-Tong-Pai dan Kong-Thong-Pai, belum mencapai sasaran. Buktinya mereka tidak saling bentrokan. Karena itu, kita harus membantu agar api permusuhan itu dapat berkobar. Coba, aku ingin tahu apa yang akan kau lakukan untuk memenuhi tugas itu!? Pangeran Yorgi mengambil sebutir anggur dan memakannya, alisnya berkerut dan dia berpikir sejenak.
?Kim Niocu, saya akan pergi berkunjung ke Siauw-Lim-Pai dan Niocu akan mendengar bahwa ada murid Siauw-Lim-Pai yang akan terbunuh oleh orang Bu-Tong-Pai dan Kong-Thong-Pai. Sudah benarkah itu??
?Bagus! Tepat sekali. Akan tetapi, apa yang akan membuktikan bahwa pembunuhan itu dilakukan orang Bu-Tong-Pai dan Kong-Thong-Pai?? tanya Kim Niocu.
?Untuk itu saya sudah mengadakan persiapan, Niocu. Kong-Thong-Pai terkenal dengan senjata rahasia Hui-To (Pisau Terbang) mereka. Bentuk Hui-To mereka juga khas, dengan dipasangi sirip. Nah, saya sudah mempersiapkannya, bahkan sudah mempelajari bagaimana untuk mempergunakannya seperti ilmu menyambit dari Kong-Thong-Pai. Seperti ini!? Tiba-tiba tangan kanan Pangeran Yorgi meraba pinggangnya dan tangan itu bergerak cepat menyambit ke arah sebatang pohon kecil yang tumbuh dalam pot besar di belakang pondok itu. Tiga kali tangannya bergerak dan tiga sinar menyambar ke arah batang pohon bagaikan kilat. Tiga batang pisau yang memiliki sirip itu menancap pada batang pohon sebesar lengan, berjajar rapi.
?Bagus! Bukti Hui-To Kong-Thong-Pai itu cukup meyakinkan. Akan tetapi bagaimana dengan Bu-Tong-Pai?? tanya Kim Niocu. Pangeran Yorgi bangkit dan menghampiri pohon kembang, mencabut tiga batang pisau terbangnya, menyimpan lagi diikat pinggangnya, kemudian dia duduk lagi di depan Kim Niocu.
?Bu-Tong-Pai adalah sebuah partai besar. Saya berhasil mempelajari banyak ilmu silat partai besar lainnya, akan tetapi sampai sekarang saya belum dapat menemukan dan mempelajari ilmu dari Bu-Tong-Pai, Niocu.?
?Ada ilmu totok yang mematikan dari Bu-Tong-Pai, apakah engkau pernah mendengar tentang ilmu itu?? tanya Kim Niocu.
?Maksud Niocu ilmu Tiam-Hiat-Hoat (ilmu menotok jalan darah) yang lihai itu? Saya pernah mendengarnya, akan tetapi tidak pernah melihatnya.?
?Sebelum engkau berangkat, engkau akan kuajari ilmu Tiam-Hiat-Hoat dari Bu-Tong-Pai itu. Melihat tingkat kepandaianmu, dalam waktu lima hari saja engkau pasti sudah akan dapat menguasainya.?
?Terima kasik, Niocu!? kata Pangeran Yorgi dengan girang.
?Sekarang kuberi pembagian tugas kepadamu, Bhong-Kongcu,? kata Kim Niocu sambil memandang kepada pemuda itu.
?Saya siap melaksanakan tugas, Niocu, Memang Ayah mengutus saya untuk menghadap Niocu di sini untuk menerima pembagian tugas karena Ayah sendiri menghadapi kesIbukan urusan di cabang.?
?Baik sekali, Bhong-Kongcu. Dan kebetulan sekali engkau yang mewakili Ayah mu karena tugas ini memang lebih tepat kalau engkau yang melaksanakan.?


Sepasang Rajah Naga Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

?Saya akan merasa senang sekali melakukan tugas penting untuk Pek-Lian-Kauw, Niocu. Katakanlah, apa yang harus saya lakukan??
?Kami mempunyai delapan orang gadis tawanan yang akan kami kirimkan ke Kotaraja. Engkau harus mengawal mereka, menjaga agar mereka tidak sampai melarikan diri atau dirampas orang. Sesampainya di Kotaraja dengan selamat, bawalah mereka kepada Su Kian, pembantu kami yang menjadi mata-mata di Kotaraja. Dia membuka toko rempah-rempah di sebelah timur Jembatan Rembulan dan terkenal sebagai Su Wangwe (Hartawan Su). Dia akan menyambutmu dengan baik kalau engkau perlihatkan suratku untuknya. Kemudian engkau boleh mengatur bersama Su Kian untuk menyerahkan para gadis kepada para pejabat di Kotaraja. Daftar dan suratnya sudah kubuat. Inilah daftarnya.?
Kim Niocu menyerahkan sehelai kertas di mana tertulis dengan jelas nama para gadis itu yang harus diserahkan kepada pejabat-pejabat tertentu. Pandang mata Bhong Lam melayang ke atas daftar itu dia tidak memperhatikan nama lain kecuali nama Ouw Yang Hui. Di situ tertulis bahwa Ouw Yang Hui harus diserahkan kepada Ouw Yang Lee yang menjadi pembantu Thaikam Liu Cin. Tentu saja dia merasa heran sekali. Mereka telah menculik Ouw Yang Hui, kenapa harus dikembalikan kepada Ayah kandung gadis itu?
?Niocu, maafkan pertanyaan saya. tetapi tidak kelirukah catatan dalam daftar ini bahwa Nona Ouw Yang Hui diserahkan kepada Ouw Yang Lee? Bukankah dia itu Ayah kandungnya?? Kim Niocu tersenyum.
?Engkau tidak tahu, Bhong-Kongcu, akan tetapi aku mengetahui segala mengenai Ouw Yang Hui. Ouw Yang Lee pernah hendak membunuh puterinya sendiri itu, akan tetapi kemudian dia menyatakan kepada kami bahwa dia menginginkan puterinya itu kembali kepadanya. Dia bercita-cita besar untuk mengangkat derajatnya dengan menghadiahkan puterinya yang cantik jelita kepada Kaisar. Hal ini sungguh sejalan dengan siasat kita. Kita dapat mempergunakan keluarga Ouw Yang itu untuk menguasai dan melemahkan Kaisar.? Bhong Lam mengangguk-angguk, akan tetapi dalam hatinya dia merasa tidak setuju sama sekali. Dia sendiri jatuh cinta pada Ouw Yang Hui dan dia tidak menghendaki gadis itu terjatuh ke dalam pelukan pria lain. Akan tetapi tentu saja dia tidak berani menyatakan ini di depan Kim Niocu.
?Baiklah, saya akan melaksanakan perintah ini sebaik-baiknya. Kapan saya harus berangkat mengawal mereka, Niocu??
?Besok pagi kita berangkat. Aku hendak membuat persiapan dulu. Perjalanan ini cukup jauh dan aku ikut mengawal sampai kita tiba di puncak Bukit Cemara dimana kami mempunyai benteng kecil kuat, Dari sana ke Kotaraja sudah tidak begitu jauh lagi.?
?Kami akan akan berdiam untuk sementara waktu di bukit cemara dan dari sana engkau boleh mengawal mereka ke Kotaraja.?
?Baik, Niocu. Saya akan melaksanakan tugas itu,? jawab Bhong-Kongcu dengan patuh.
?Bagaimana dengan saya, Niocu? Kapan saya harus melaksanakan tugas saya ke Kuil Siauw-Lim-Si di Sung-San?? tanya Pangeran Yorgi.
?Engkau boleh berangkat setelah engkau menguasai ilmu Tiam-Hiat-Hoat, Pangeran Yorgi. Mari sekarang juga akan kuajarkan kepadamu sampai engkau hafal benar, kemudian kalau aku besok berangkat ke Bukit Cemara engkau boleh berlatih di sini selama beberapa hari. Setelah engkau dapat menguasai benar ilmu itu, berangkatlah dan laksanakan tugasmu dengan baik.?
?Baik, Niocu,? kata Pangeran Yorgi. Kim Niocu lalu bertepuk tangan dan muncullah Pek Hwa.
?Pek Hwa, kau antar Bhong-Kongcu ke ruangan tamu. Berikan sebuah kamar tamu untuk dia bermalam semalam. Kemudian engkau persiapkan ke tiga barisan untuk ikut aku pergi ke Bukit Cemara besok pagi. Nah, Bhong-Kongcu, engkau ikut Pek Hwa ke kamarmu dan mengasolah.? Bhong-Kongcu mengangguk, lalu mengikuti Pek Hwa meninggalkan taman itu menuju ke bangunan induk di mana terdapat bagian untuk tempat bermalam para tamu. Adapun Pangeran Yorgi tinggal di pondok taman dan Kim Niocu mengajarinya memainkan ilmu totok istimewa dari Bu-Tong-Pai, yaitu Tiam-Hiat-Hoat. Pangeran ini merasa kagum sekali karena gadis cantik jelita itu sedemikian lihainya sehingga hampir tidak ada ilmu silat dari partai-partai persilatan besar yang tidak dikenal dan dikuasainya.
Pangeran Yorgi sendiri adalah seorang ahli silat yang pandai, maka dia tidak memerlukan waktu terlalu lama untuk dapat hafal dan memahami semua rahasia ilmu totok itu. Beberapa jam kemudian dia sudah dapat menguasainya, tinggal mematangkan dengan latihan. Justeru melatih sampai mahir benar inilah yang membutuhkan waktu berhari-hari. Pada malam itu, Kim Niocu menjamu mereka semua dengan makan malam yang mewah. Mereka semua berkumpul, maka di satu meja panjang yang dapat menampung mereka semua. Delapan orang gadis tawanan Kim Niocu, Bhong-Kongcu, dan Pangeran Yorgi. Bhong Lam melihat betapa delapan orang gadis tawanan itu kesemuanya cantik jelita dan manis. Akan tetapi Ia bukan seorang pemuda mata keranjang, Ia sama sekali dia tidak tertarik dengan gadis lain kecuali Ouw Yang Hui. Hatinya terpikat hanya oleh Ouw Yang Hui seorang.
Sebetulnya dia suka sekali dan kagum kepada Kim Niocu, akan tetapi mengingat akan kedudukan mereka, dia segera mengenyahkan perasaan tertarik dan hanya mencurahkan seluruh perhatiannya kepada Ouw Yang Hui. Dia tertarik kepada Kim Niocu juga karena puteri ketua umum Pek-Lian-Kauw itu memiliki bentuk tubuh dan wajah mirip Ouw Yang Hui. Para gadis itu, kecuali Ouw Yang Hui bersikap gembira. Rasa cemas di Hati mereka hilang karena mereka diperlakukan dengan ramah dan baik. Melihat sikap Kim Niocu yang lembut dan ramah, mereka lupa bahwa belum lama mereka melihat tiga orang gadis disiksa sampai mati oleh Kim Niocu. Ouw Yang Hui bersikap diam dan tenang walaupun ia merasa tidak enak dalam hatinya ketika ia bertemu pandang mata dengan Bhong Lam. Ada sesuatu dalam pandang mata pemuda itu kepadanya yang membuat Ouw Yang Hui merasa tidak tenang.
Pandang mata pemuda itu mengingatkan ia akan pandang mata Sin Cu kekasih dan tunangannya, jika memandang kepadanya. Malam itu, dalam kamar tamu yang menjadi tempat dia bermalam, Bhong Lam gelisah di atas pembaringannya. Dia tidak dapat segera tidur nyenyak. Bayangan Ouw Yang Hui selalu terbayang di pelupuk matanya. Dia memeras otaknya bagaimana dia harus mencegah agar gadis yang dicintanya itu tidak sampai diserahkan kepada Ouw Yang Lee, melainkan dapat menjadi teman hidup selamanya dengan menjadi isterinya. Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali tiga barisan pengawal Kim Niocu, yaitu Hek-I Kiam-Tin, Ang I Tok-Tin, dan Pek I Hoat-Tin, sudah sIbuk mempersiapkan keberangkatan delapan orang gadis tawanan yang akan dikawal oleh Bhong-Kongcu.
Pusaka Jarum Surga 2 Rajawali Lembah Huai Karya Kho Ping Hoo Merpati Tak Pernah Ingkar 2

Cari Blog Ini