Ceritasilat Novel Online

Warisan Jenderal Gak Hui 6

Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung Bagian 6


telah datang dengan tiba-tiba itu. Maka segeralah gadis itu menjawab.
" Aku terpaksa menotok jalan darah bagian leher yang melumpuhkan. Karena
aku harus dapat membawa dia keluar dari tempat ini aku tidak dapat melihat
dia binasa ditangan suhu!" bisik Kiam Ciu menjelaskan.
Pa Nu berpikir sejenak kemudian mengangguk-anggukan kepala dan berkata.
"Betul. kita harus membawa Tong-siauwhtap keluar dari tempat ini!"
sambung Pa Nu menyetujui sikap Kim Ciu.
"Tidak!" seru Kiam Ciu. "Aku tidak mau dibawa keluar dari tempat ini. Aku
sangat berterima kasih kepada kalia,n tetapi aku telah luka parah dan tak dapat
Oey Liong Kiam 8 29 melarikan diri. Jika kalian ingin menolongku, tolonglah untuk menyembuhkan
luka dalamku!" seru Kiam Ciu wajahnya masih tampak pucat dan berkeringat.
Sesaat kemudian tampaklah Kim Ciu mengambil sebutir pil dari sakunya dan
langsung dimasukan kedalam mulut Kiam Ciu tanpa ragu-tagu.
"Pil ini adalah buatan suhuku sendiri, maka aku yakin bahwa setelah Toug
siauwhiap menelannya akan segera sembuh," bisik Kim Ciu yakin.
Suasana sangat tenang, diluar telah terdengar gemuruhnya air hujan dan
angin yang berhembus kencang. Hingga dengan demikian untunglah keadaan
mereka itu. Karena gemuruhnya suara air hujan dan desauan angin maka segala
pecakapan antara Tong Kiam Ciu dan Kim Ciu maupun dengan Pa Nu tidak dapat
terdengar oleh para penjaga.
Tiba-tiba terdengar suara terompet panjang, terompet yang terbuat
daritanduk kerbau itu kedengaran melengking dan meliuk-liuk mencurigakan
iramanya. "Sumoi, suara apakah itu ? Lebih baik kita keluar saja dari tempat ini! Untuk
menjaga jangan sampai terjadi sesuatu" seru Pa Nu.
Sementara itu tampaklah Kiam Ciu telah dalam keadaan tertidur. Setelah dia
makan pil obat, keringat masih tampak membintik di wajahnya Kim Ciu
memandang wajah pemuda itu sesaat lamanya. Kemudian menghapus keringat
yang membasahi wajah pemuda itu.
"Baiklah" kita tinggalkan dulu Tong siauwhiap, setelah dia istirahat sejenak,
kukira dia akan berangsur menjadi baik" bisik Kim Ciu.
Sementara iiu diatas geladak kapal Kwi Ong terjadi kegaduhan suara orang
ribut dan berlari-lari kesana-kemari, walaupun di luat air hujan lebat sekali.
Namun kegaduhan itu terdengar tidak mereda bahkan bertambah ramai.
Tidak lama kemudian nampaklah Kim Ciu telah turun dan masuk kedalam
ruang dimana Kiam Ciu menggeletak. Pemuda iyu terbangun dan menggeliat
dirasakan pernapasannya serta tenaganya telah pulih kembali. Banyak
perobahan yang dirasakannya, dia merasa bersyukur.
Ketika Kim Ciu tiba ditempat itu dan menghampiri Kiam Ciu. maka pemuda
itu telah membuka matanya dan tersenyum kearah Kim Ciu.
Oey Liong Kiam 8 30 "Tong siauwhiap, bagaimana peraaanmu ?" tegur Kiam Ciu.
"Terima kasih atas batuan dan pertolonganmu, Aku sudah banyak kemajuan
kini" bisik Kiam Ciu menjawab.
"Rupa-rupanya kapal akan segera merapat ketepian. Kita akan segera tiba
dikota Pek-seng. Diluar hujan turun sangat lebatnya, angin topan sedang
mengganas. Kulihat pula beberapa orang tokoh tua berada diatas telaga Angtok-ouw dengan tiga buah kapal besar mengejar kapal ini." bisik Kim Ciu
bersungguh-sungguh. "Oh . . ." bisik Kiam Ciu.
"Kulihat Tie-kiat-su-seng, Eng Ciuk Tay su, Siok-soat Shin-ni bahkan seorang
yang berwajah aneh yang kudengar bernama Kun-si Mo-kun telah berhasil
mendesak suhu. Ilmu silat orang tua itu sangat lilay dan aneh, ternyata dapat
menandingi ilmu suhuku. Dia menuntut kepada suhu agar suhu membebaskan
Tong siauwhiap. Aku telah mencuri obat-obatan ini dari tempat suhuku
menyembunyikannya. Nah. makanlah obat ini dan aku yakin kau akan segera
sembuh !" bisik Kim Ciu sambil menyodorkan sebuah benda berbentuk tabung
dan didalamnya tersimpan obat-obatan.
Tong Kiam Ciu menerima penberian gadis itu, sesaat lamanya memandangi
benda itu. Kemudian memakannya
"Terima kasih atas perhatian dan pertolonganmu, Jika aku dapat keluar dari
kapal ini lalu bagaimana kau nanti ?" tanya Kiam Ciu ragu dan tampak kuatir.
"Aku ikut kau, karena perbuatanku mencuri obat-obatan ini serta menolong
membebaskan Tong siauwhiap ini adalah suatu pelanggaran yang besa r dan
tak mungkin dapat diampuni lagi. Maka kalau Kwi Ong dapat mengetahuinya aku
akan dibunuhnya" jawab Kiam Ciu.
Belum lagi selesai dengan kata-katanya tiba-tiba terdengar sebuah tertawa
yang sangat keras dan mengejutkan. Begitulah kedunya terperanjat
mendengarkan suara tawa yang mengguntur itu. Tapi semuanva itu segera
berlalu. Kiam Ciu maupun Kim Ciu telah dapat menguasai diri lagi.
Oey Liong Kiam 8 31 Ketika diperhatikan oleh Kiam Ciu ternyata orang yang baru datang itu tak
lain adalah Kwi Ong. Maka ketika Kim Ciu menyaksikan bahwa yang baru datang
itu adalah Kwi Ong, hatinya agak ragu-ragu tentang keselamatan Kun-si Mo-kun.
Apakah kakek aneh itu masih selamat, atau telah dapat dibinasakan oleh Kwi
Ong? "Hmmm, Perbuatanmu bagusus sekali Kim Ciu. Tetapi kau tidak mau
memperhitungkan terlebih dahulu, apa akibatnya atas perbuatanmu itu.. ."
damprat Kw Ong dengan suara serak dan mata melotot karera gusar.
"Akibatnya? Aku akan binasa ditanganmu ! Aku rela mati, paling banter
tebusannya atas perbuatan ini hanyalah maut" jawab Kim Ciu.
"Brakk !" terdengar gebrakan keras sekali.
Berbareng dengan itu terasalah kapal itu tergoncang sangat keras ternyata
kapal Kwi Ong itu bertabrakan dengan kapal lainnya.
"Bangsat! Mereka telah menabrak kapalku" seru Kwi Ong dengan suara
makian yang kasar dan melupakan keadaan Kiam Ciu.
"Brak ! Brak ! Brug ! Brug!" terdengar suara gaduh dan goncangan hebat tiga
kali, kemudian tampaklah dinding kapal itu pecah dan air telaga menyembur
kedalam ruang bawah. Semua benda-benda yang berada didalam ruang bawah itu telah terapung
dan suasana kacau balau. Mereka yang berada di tempat itu telah terbenam
dalam air, cepat sekali air telaga menyembur dan memenuhi ruangan itu, kapal
Kwi Ong lelah miring dan dengan cepatnya air telah memenuhi ruangan bawah.
Kiam Ciu juga tidak berdaya, entah bagaimana keadaannya saat itu. Dia telah
melupakan dan semuanya hilang lenyap dan dia tidak sadarkan diri. Tahu-tahu
dia telah berada di tepi telaga, dimulut sebuah gua.
Kiam Ciu bingung, dia telah berada di bagian yang mana ? Juga tidak terlihat
ada orang lain di tempat itu. Hanya terdengar suara burung berkicau jauh sekali,
kemudian terdengar sayup-sayup suara nyanyian yang sangat merdu sekali.
Suaranya sangat lembut dan menyayat hati iramanya.
Oey Liong Kiam 8 32 Dimasuki lorong gua itu, ternyata lantai gua itu terdiri dari pasir putih dan
lembut sekali, terus saja Kiam Ciu memasuki gua sampai ke ujung sana dan
tampaklah mulut gua yang terang.
Ketika Kiam Ciu sampai depan gua matanya memandang ke suatu
pemandangan yang sangat mengagumkan, Seolah-olah suatu pertamanan yang
sangat subur dan teratur rapi sekali. Bunga-bunga tertanam dengan sangat
terawat. Pohon-pohon yang rata-rata pendek, serta saat itu sedang pada
berbunga. Kagum Kiam Ciu memandang semuanya itu.
Sebuah bangunan rumah mungil dan tampak sangat terawat. Kemudian
sebuah kolam yang airnya jernih dengan bunga teratai yang sedang
berkembang pula. Kiam Ciu perlahan-lahan melangkah memeriksa disekitar
tempat itu. Berkali-kali pemuda itu mengucuk matanya saking tidak percaya
dengan apa yang dilihatnya itu.
"Hem, apakah aku telah berada di surga?" pikir Kiam Ciu.
Sementara itu angin berhembus halus kali. Seolah-olah hanya membelainya.
Tercium bau harum sekali serta hawa yang sangat sejuk. Terdengar pula suara
merdu irama lagu yang dinyanyikan sangat enak sekali kedengarannya. Merdu
dan menyayat hati. Kiam Ciu melangkah dengan ragu-ragu mendekati tempat itu. Dari kejauhan
dia telah melihat bayangan sesosok tubuh yang ramping dan indah sekali. Pohon
rindang menghalangi sinar surva pagi itu. Dalam keremangan dan keteduhan
pohon-pohon yang rindang dan rapat ini tampaklah semuanya itu syahdu. Indah
dan mempesonakan hati. Keadaan itu tidak akan pernah berubah kalau tiada tangan manusia yang
akan mengusiknya. Juga tidak dihancurkan oleh kekerasan dunia. Indah dan
abadi. (Bersambung Jilid 9) Oey Liong Kiam 8 33 Oey Liong Kiam 9 0 OEY LIONG KIAM (Warisan Jenderal Gak Hui)
Diolah Oleh : HO TJING HONG
Jilid ke 9 W ALAUPUN itu tidak akan mungkin terjadi. Tetapi Kiam Ciu mengharapkan
semua itu tiada terusik. Maka dia sangat berhati-hati mendekati gadis yang
sedang menyanyi dan mencurahkan getaran kalbunya yang sedang dirundung
kesengsaraan. "Oh, mengapa gadis itu juga masih menyanyikan senandung duka ? Bukankah
semuanya yang berada disini serba damai dan indah? Kalau begitu apakah
benar menurut suhu Pek-hi-siu-si bahwa dunia ini penuh kepalsuan.. . " pikir Kiam
Ciu. Ketika itu Kiam Ciu telah berada sangaR dekat sekali dengan gadis yang
sedang menyanyi. Ketika gadis itu telah berhenti menyanyi dan memalingkan
wajahnya kearah Kiam Ciu. Pemuda itu sangat terpesona.
Gadis itu sangat cantik dan pakaiannya sangat indah, kecantikannya, belum
pernah dilihat oleh Kiam Ciu. Maka pemuda itu menganggapnya kecantikan itu
seperti bidadari. "Oh, apakah aku bermimpi ? Apakah dia seorang bidadari?" pikir Kiam Ciu
dengan pandangan penuh terpesona kearah gadis itu.
Tiba-tiba gadis itu melambaikan tangannya ke arah Kiam Ciu. Pemuda itu
ragu-ragu. Tetapi tempat itu tiada siapa-siapa, berarti yang dipanggilnya adalah
dia ! Karena belum yakin bahwa yang dipanggil itu dirinya, maka Kiam Ciu
menunjuk dirinya sendiri dengan ibu jari. Gadis itu menganggukkan kepala dan
tampak tersenyum. Hati Kiam Ciu bergetar.
Setelah sampai didekat gadis itu, Kiam Ciu menghormat dan membongkok
kearah gadis berwajah sayu itu.
"Apakah siocia yang menolong menyelamatkan diriku dari tangan Kwi Ong
yang kejam itu ?" tanya Kiam Ciu ingin penjelasan.
Oey Liong Kiam 9 1 Tetapi gadis itu gelengkan kepalanya. Kemudian menyahut pertanyaan Kiam
Ciu dengan suara rawan kedengarannya.
"Tidak, aku tidak menolongmu. Kau terbawa oleh ombak telaga Ang-tok-ouw
dan terdampar di tepi telaga. Kemudian kau dengan tidak sengaja telah
memasuki sebuah gua sampai di tempat ini. Disinilah sebenarnya kota yang
bernama Pek-seng itu. Kota yang telah hilang itu. Tempat ini telah banyak
ditumbuhi semak belukar dan menjadi hutan lebat hingga lenyaplah bentuknya.
Sedangkan sebagian besar bangunan kota telah tertimbun tanah dan diatasnya
telah ditumbuhi pohon-pohon besar. Tinggallah bangunan yang saya tempati itu
satu-satunya yang tinggal" jawab gadis jelita yang berwajah rawan.
"Jadi lain-lainnya.. . apakah.. ." sambung Kiam Ciu gugup.
"Ya, aku tinggal ditempat ini seorang diri. Aku juga semula mencari kitab
Pek-seng-ki-su. Ketika aku tiba ditempat ini, aku salah makan dedaunan dan
buah-buahan yang akibatnya aku menjadi terganggu pikiran serta tidak mampu
untuk meninggalkan tempat ini. Aku hanya dapat berjalan-jalan sebatas
pekarangan gedung ini, lebih dari itu aku tidak kuat lagi, tubuhku gemetar dan
cin-kiku saling berhantam bergolak" tutur gadis itu.
Tong Kiam Ciu memandang gadis itu dan mendengarkan kisahnya dengan
penuh perhatian. Lalu gadis itu melanjutkan kisahnya :
"Sekarang kau telah berada ditempat itu mungkin juga telah dikirimkan oleh
Tuhan Yang Maha Esa untuk menolongku. Apakah kau sudi menolongku?" tanya
gadis itu penuh harapan. Tong Kiam Ciu yang berjiwa luhur itu tampak tersenyum dan memandang
kearah wajah gadis dengan mata berseri.
"Tentu saja aku bersedia menolong siocia. Lalu dengan cara bagaimanakah
aku dapat menolongmu?" tanya Kiam Ciu.
Belum lagi gadis itu menjawab pertanyaan Kiam Ciu, tiba-tiba pemuda itu
telah teringat akan sesuatu yang penting.
"Oh.. maaf siocia. Apakah siocia ini cucunya Gan Hua Liong?" tanya Kiam Ciu.
Oey Liong Kiam 9 2 Gadis itu terperanjat mendengar nama Gan Hua Lioag. Dengan mata terbeliak
gadis itu bertanya. "Darimana kau mengenal nama Gan Hua Liong itu? Sesungguhnyalah aku ini
memang cucu Gan Hua Liong, karena dia memang engkongku."
Tong Kiam Ciu akhirnya menjelaskan.
"Sebenarnya aku bermaksud datang untuk mencari Pek-seng. Engkohmu
telah meminta diriku untuk pergi kekota ini dan menolongmu. Aku sebelumnya
tak menduga bahwa dengan kehendak Tuhan aku dapat sampai kekota ini, kota
Pek-seng yang memang menjadi tujuan utamaku. Banyak jago-jago silat yang
telah datang dan menyatroni kuil Pao-yun-ta, mereka ingin merampas peta Pekseng dari tangan engkongmu. Aku telah menyaksikannya sendiri bahwa
engkongmu telah mempertahankan peta itu dengan mati-matian. Tetapi
akhirnya engkong mu bertemu dengan musuh yang lebih tangguh hingga
mendapat luka parah" belum sele sui cerita Kiam Ctu sunah terputus helaan
terkejut gadis itu. "Oh, lalu bagaimana keadaan engkong?"
"Saat itu, aku bermaksud menolongnya Tetapi beliau menolaknya. Malah
akhirnya peta Pek-seng diserahkan padaku. Hanya dipesankan padaku, aku
setibanya di kota Pek-seng di suruh mencari cucunya dan untuk menolong
membebaskan gadis itu. Akhirnya Gan Hun Liong.. ." belum lagi kata-kata itu
selesai, telah diputus lagi oleh gadis itu dengan tidak sabar.
"Hah ? Lalu bagaimana nasib engkongku ?" tanya gadis itu tak sabar.
"Sayang engkongmu keras kepala dan sama sekali menolak untuk kutolong,
akhirnya menghembuskan nafasnya yang terakhir. Tetapi sayang pula peta Pekseng itu kini telah jatuh ketangan Kwi Ong ketua partai Biauw." jawab Kiam Ciu
berhati-hati. "Oh, aku merasa sangat sedih mendengar berita kematian engkongku, Aku
merasa sangat menyesal karena dulu aku sama sekali tidak mendengar katakata nasehatnya'' sambung gadis itu dengan wajah sayu.
Oey Liong Kiam 9 3 Sesaat lamanya suasana menjadi sepi, hanya terdengar helaan nafas gadis
itu yang terdengar sangat keras. Kemudian gadis itu dengan suara yang sangat
dalam meneruskan kata-katanya :
"Aku sangat dimanjakannya. Aku telah diajarinya ilmu silat yang tinggi. Ketika
ternyata aku dapat memahami dan dengan cepat dapat menguasai ilmu-ilmu
silat itu, engkong sangat bangga. Bahkan suatu hari engkong mengatakan bahwa
aku sebenarnya dapat menjagoi dunia persilatan kalau aku dapat menguasai
ilmu silat Pek-seng-ki-su. Aku sangat berhasrat untuk menguasai ilmu silai dari
kitab Pek-seng-ki-su itu. Maka oleh kakek aku telah diberi tahu tempat
tersembunyinya kitab pusaka itu di kota Pek-seng. Sebenarnya aku dan engkong
akan berangkat bersama ke kota Pek-seng ini, tetapi mendadak kakek jatuh sakit
dan terpaksa keberangkatan ditunda. Aku tidak sabar lagi, maka akhirnya aku
berangkat sendiri. Akibatnya, karena kesembronoanku aku salah makan buahbuahan dan dedaunan hingga aku tertawan ditempat ini. Engkongku tidak dapat
datang ke tempat ini sebelum dapat menemukan sejenis buah dan akar Cu-sik,
setelah aku memakan buah dan akar itu barulah aku dapat terbebas dari
pengaruh ajaib itu" Kiam C'iu memandang kearah gadis itu, keningnya berkerut dan seolah-olah
dia sedang memikirkan suatu masalah yang paling pelik.
"Gan siocia, dengan jalan apakah aku dapat menolongmu ?" tanya Kiam Ciu
minta penjelasan. "Aku harus makan sejenis biji buah Cu-sik yang dapat memunahkan segala


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

macam racun dan guna-guna. Kemudian makan pula batang Lok-bwee-kimkeng. Tetapi kedua benda itu sukar dicari. Maka dari itulah engkongku tidak
sanggup untuk menolongku. Akupun mempunyai harapan kecil sekali atas
pertolonganmu." gadis itu merasa berkecil hati dan wajahnya yang sayu itu
berpandangan dengan sinar mata yang redup.
Tong Kiam Ciu sangat bergirang hati ketika mendengar gadis itu
menyebutkan nama batang pohon Lok-bwee-kim-keng.
Dengan keterangan gadis she Gan itu, kini tahulah Kiam Ciu mengapa Gan
Hua Liong ketika terkena racun dari Tok Giam Lo tidak mau ditolong dan disuruh
memakan akar Lok-bwee-kim-keng. Ternyata maksudnya bahwa akar batang
Oey Liong Kiam 9 4 Lok-bwee-kim-keng itu agar diberikan kepada cucunya. Namun dia belum
sempat mengutarakan permintaan itu sudah keburu meninggal. Saking
girangnya Kiam Ciu hingga tidak dapat berkata-kata dan hanya memandang
gadis she Gan itu dengan sinar mata berseri-seri. Sekarang akar batang Lokbwee-kim-keng telah dipunyai, tinggallah dia mencari biji buah Cu-sik.
Menurut anggapan gadis she Gan itu, Kiam Ciu bingung dan bimbang. Sama
sekali tidak terduga kalau pemuda yang berada dihadapannya itu telah
mempunyai akar batang Lok-bwee-kim-keng.
"Yah.. begitulah keadaannya". Kukira kaupun tidak dapat menolongku seperti
juga engkongku. Aku sudah tertawan didalam pekarangan gedung ini selama
bertahun-tahun, sedangkan usiaku kini telah mencapai tiga puluh tahun lebih,
maka aku telah hampa kini memandang hidup ini, telah sepi dari segala-galanya.
Tetapi yang mengherankan diriku sendiri mengapa aku juga tidak dapat berbuat
nekad untuk bunuh diri atau bagaimana untuk mengakhiri penderitaan ini " gadis
she Gan itu menuturkan nasibnya dan keputusasaannya kepada Kiam Ciu.
Kiam Ciu memandang gadis itu dengan pandangan penuh belas asih.
Kemudian tersenyum dan menuturkan bahwa dia dapat menolong gadis itu.
"Gan siocia, seperti telah kukatakan tadi. Aku bersedia dengan segenap jiwa
ragaku untuk menolongmu. Kebetulan pula aku telah mempunyai akar batang
Lok-bwee-kim-keng. Hanya kini tinggal mencari biji buah Cu-sik." sambung Kiam
Ciu. Gadis she Gan itu tersenyum mendengar penuturan Kiam Ciu itu. Menyatakan
rasa terimakasih dan kemudian dia berkata lagi :
"Kitab pusaka Pek-seng-ki-su tersimpan didalam gedung yang indah itu. Aku
telah menemukannya dan menyimpannya baik-baik, maka jika kau telah berhasil
mendapatkan biji buah Cu-sik aku akan menyerahkannya kepadamu kitab itu,"
sahut gadis she-Gan dengan wajuh cerah penuh harap.
Tong Kiam Ciu adalah seorang petnuda yang berwatak jujur dan budiman
dia telah mengucapkan janjinya kepada Gan Hua Liong untuk menolong cucu
kakek malang itu. Maka walaupun dia tidak akan mendapat upahpun dia akan
menolong gadis itu. Oey Liong Kiam 9 5 "Gan siocia, aku mengerti penderitaanmu dan ijinkanlah kini aku minta diri
dan akan mencari biji buah Cu-sik itu, Aku akan kembali lagi ketempat ini setelah
aku dapatkan buah Cu-sik" kata-kata Kiam Ciu itu diucapkan dengan suara sopan
dan berhati-hati. "Baiklah, sebelumnya aku mengucapkan terima kasih." jawab gadis she-Gan
itu dengan hormat sekali.
Kitab Pek-seng-ki-su yang menjadi rebutan dikalangan Kang-ouw itu yang
dipersamakan hebatnya dengan pedang Oey Liong Kiam, Sebenarnya adalah
ciptaan seorang tojin yang bernama Hong Siat Tan Su.
Tojin itu mempunyai watak yang sangat ganjil dan lagi lihay ilmu silatnya.
Selain dia memiliki kepandaian ilmu silat, juga mempunyai kemahiran dalam
ilmu ketabiban dan ahli dalam ilmu dedaunan, akar-akaran, biji-bijian dan
ramuan segala akar dan dedaunan untuk pengobatan. Ilmunya memang sangat
luar biasa dan langka. Ilmu pengobatannya sangat hebat dan mujarab.
Karena dia tiada pernah mengangkat seorangpun murid sebagai pewarisnya
segala macam ilmu yang dia punyai itu, maka akhirnya dia telah mencatat
segala ilmu silat dan ilmu ketabibannya itu dalam sebuah kitab yang diketahui
bernama Pek-seng-ki-su. Akhirnya usaha Tojin Hong Siat Tan Su untuk membukukan ilmunya itu
didengar oleh banyak tokoh-tokoh persilatan yang mengiler dengan kelihayan
ilmu kakek itu. Maka ketika Pek-seng-ki-su selesai ditulis, telah banyaklah tokoh
persilatan yang berusaha merebut kitab Pek-seng-ki-su dari tangan Hong Siat
Tan Su. Tetapi mereka dapat dijatuhkan oleh Hong Siat Tan Su dan banyak pula
yang telah binasa ditangan kakek itu. Akhirnya kalangan Kang-ouw menjadi
gempar dan karena kelihayan kakek itu tiada seorang yang berani mencoba
untuk merebut kitab Pek-seng-ki-su dari tangan yang punya.
Ketika tersiar kabar bahwa Tojin Hong Siat Tan Su telan meninggal dunia,
maka mulailah lagi orang2 persilatan berramai-ramai untuk mencari kitab
pusaka Pek-seng-ki-su. Karena memang mereka tidak akan mampu merebutnya pada waktu Tojin
itu masih hidup. Kini beramai-ramailah orang-orang di dunia Kang-ouw
Oey Liong Kiam 9 6 memperebutkan kitab Pek-seng-ki-su. Bahkan mereka telah memperlombakan
pada pesta pertemuan orang-orang gagah dikalangan Kang-ouw yang lazimnya
diselenggarakan tiap sepuluh tahun sekali disebut Bu-lim-ta-hwee.
Tong Kiam Ciu telah bertekad untuk menolong gadis she Gan itu. Maka kini
dia telah minta diri untuk mencari biji buah Cu-sik. Gadis itupun telah
mengucapkan rasa terima-kasihnya atas perhatian dan kesediaan Kiam Ciu
untuk menolongnya. Jalan yang ditempuhnya kini berlainan dengan ketika dia memasuki tempat
itu. Tong Kiam Ciu telah memasuki rumah bangunan yang mungil dan indah itu,
kemudian keluar lewat belakang, setelah sampai diluar dia melihat sebuah
padang luas itu. Disepanjang perjalanan itu dia melihat tanaman-tanaman bunga
yang indah dan beraneka warna.
Kemudian sampailah dia disebuah hutan cemara itu barulah Kiam Ciu
melihat mulut gua, maka pemuda itu lalu memasuki gua itu. Tiada seberapa
lama telah tampak lubang yang memancarkan kearah matahari. Maka Kiam Ciu
menuju ketempat itu. Tiada begitu sulit untuk mencapai tempat itu. Ketika dia
telah dekat dengan tempat yang terang itu barulah dia mengetahui bahwa dia
telah sampai diujung gua yang merupakan pintu keluar.
Hawa terasa sejuk sekali, Kiam Ciu melangkah kepintu gua dan langsung
keluar. Ternyata dia kini telah berada di atas bukit yang tinggi. Bukit karang yang
bertebing curam. Tampaklah dari atas bukit itu permukaan telaga Ang-tok-ouw.
Kiam Ciu menghela napas panjang. Hatinya merasa lega karena telah dapat
keluar dari kota Pak-seng yang hilang itu. Namun alangkah terperanjat ketika
menyaksikan kearah tepian telaga Ang-tok-ouw. Ditempat itu banyak terlihat
orang yang sedang bergumul.
Ketika Kiam Ciu berada dekat sekali dengan orang-orang itu, Maka dia
bertambah terperanjat. Ternyata mereka itu tiada lain adalah Eng Ciok taysu
pemimpin partai persilatan dari Siauw-lim, Tie-kiam-suseng ketua partai silat
Tie Kiam, Siok Siat Shin-ni, Kun-si Mo-kun dan tidak dilihatnya Shin Kai Lolo, KukKiat serta ayah. ibu paman dan adiknya. Kiam Ciu cemas melihat ketidak hadiran
mereka itu. Oey Liong Kiam 9 7 Kemudian Kiam Ciu menghampiri Kun-si Mo-kun dan menegurnya.
"Locianpwe, apakah kau tidak melihat orang-tuaku serta adikku Tong Bwee?"
tanya Kiam Ciu wajahnya keruh dan cemas.
"Oh, Tong siauwhiap syukurlah kau selamat. Kami telah merasa khawatir
karena kau jatuh ketangan Kwi Ong yang telengas itu. Sungguh aku merasa
bersyukur kau tidak kurang suatu apa". kata Kun-si Mo-kun dan tampaklah
wajahnya berseri=seri dan menyandak lengan Kiam Ciu dan digoncanggoncangkannya sambil tertawa gembira.
Bertepatan dengan itu tampaklah Shin Kai Lolo telah tiba ditempat itu
bersama dengan muridnya ialah Teng Siok Siat. Ketika nenek itu menyaksikan
Kui-si Mo-kun berhadapan dan sedang berbicara dengan Kiam Ciu dia merasa
heran bahkan khawatir. "Hey tua bangka gila.. . Bukankah kau telah bertapa di pegunungan mengapa
kau keluar lagi ?"tanya Shin Kai Lolo khawatir akan keselamatan Kiam Ciu.
"Hem kau nenek gila ! Mengapa kau mengurus urusan orang lain ? Itu
urusanku sendiri !"seru Kun-si Mo-kun tegas.
"Huh Jika kedatanganmu ketempat ini untuk maksud baik dan akan menolong
Tong siauwhiap aku tidak keberatan. Tetapi.. . Oh rupa-rupanya raja iblis itu telah
datang, ayo kita berlalu saja !" seru nenek Shin Kai Lolo tampak gelisah dan akan
beranjak dari tempat itu.
"Hah ? Masakan kita sekian banyaknya dan lagi semuanya tokoh Bu-lim
merasa takut untuk meughadapi Kwi Ong seorang ?" tanya Kun-si Mo-kun.
Karena kata-kata Kun-si Mo-kun yang bersifat membakar semangat dan
memulihkan kembali keberanian, maka orang-orang yang semula juga akan
kabur ketika menyaksikan kedatangan Kwi Ong yang kini tampak lebih seram
dengan memondong pedang Oey Liong Kiam dipunggungnya. Serta wajahnya
tampak lebih seram dan bengis menakutkan.
"Ha-ha-ha! Kalian mau merat kemana? Meskipun aku belum berhasil
mendapatkan kitab pusaka Pek-seng-ki-su namun dengan pedang pusaka Oey
Liong Kiam aku dapat lekas-lekas membinasakan kalian!" seru Kwi Ong dengan
suara lantang menggema memantul dari dinding gunung.
Oey Liong Kiam 9 8 Mereka semuanya dalam keadaan siap siaga dan tegang. Mereka
sebenarnya telah dapat mengukur kekuatan masing-masing. Mereka tidak
bakalan unggulan melawan Kwi Ong. Hanya dalam beberapa gebrak saja ketua
suku bangsa Biauw itu akan dapat membinasakan mereka itu semua.
Maka mereka hanya memandang saja ke arah Kwi Ong dan dengan mata
terbeliak serta mencabut senjata masing-masing. Menyaksikan sikap orangorang gagah itu Kwi Ong tertawa gelak-gelak dan memandang mereka itu
semakin tidak berarti dimata Kwi Ong yang telengas dan keji.
Tetapi Kiam Ciu lain halnya. Dia adalah seorang pemuda budiman dan
pemberani serta cerdik. Maka segeralah dia memutar otak untuk mencari akal
mengulur waktu dan kalau mungkin menjebak dan membinasakan Kwi Ong.
Maka segeralah dia berseru kepada Kwi Ong.
"Hey iblis jahanam! Kita telah bertemu lagi!" seru Kiam Ciu dengan nada
kasar. "Ha ha-ha kau yang akan mati untuk yang pertama kali!" seru Kwi Ong sambil
menuding kearah Kiam Ciu.
Namun pemuda itu tidak merasa gentar dia yakin bahwa Kwi Ong tidak
bermain-main. Orang suku Biauw itu berbicara dengan bersungguh-sungguh.
Kemudian Kiam Ciu memandang ke arah orang-orang yang berada disekitarnya"
dengan suara lantang dan bersipat menghasut mereka.
"Kalian dalang di telaga Ang-tok-ouw untuk mencari kitab Pek-seng-ki-su
bukan ? Padahal kalian tidak akan dapat menemukan letak penyimpanan kitab
pusaka itu kalau kalian tidak mengetahui petanya! Peta Pek-seng itu kini berada
ditangan Kwi Ong!" setu Kiam Ciu sambil menuding kearah Kwi Ong.
Bertepatan dengan kata-kata itu tiba-tiba di arena tampak berkelebat sebuah
bayangan, kemudian disusul tampaknya seorang gadis berpakaian serba hijau.
Wanita muda itu segera berdiri dengan sikap angkuh dan memandang
kearah segenap jago-jago silat yang rendah ditempat itu.
"Aku yakin bahwa kalian telah berada di tepian telaga Ang-tok-ouw ini
dengan maksud untuk mencari kitab pusaka Pek-seng-ki-su. Akupun
mempunyai maksud yang sama. Aku telah mendengar berita bahwa Peta Pek
Oey Liong Kiam 9 9 seng tidak dipegang oleh Gan Hua Liong lagi !" wanita muda yang berpakaian
hijau itu berhenti sejenak dan memandang kearah mereka.
Namun Kiam Ciu segera menyahutinya.
"Betul peta Pek-seng itu sekarang berada ditangan Kwi Ong si jahanam itu !"
seru Kiam Ciu sambil menuding kearah Kwi Ong.
Orang-orang yang berada ditepian pantai tehga Ang-tok-ouw saling
berpandangan kemudian memandang kearah Kwi Ong Mereka merasa khawatir
kalau sampai orang kejam itu turun tangan dengan tiba-tiba.
Sebenarnya Kwi Ong telah banyak bertempur pada beberapa hari ini. Sejak
berada di telaga Ang-tok-ouw dia telah banyak bertempur melawan orangorang lihay baik dari kalangan Ouw-ki-pang maupun orang-orang dari kalangan
Kim-sai serta tokoh-tokoh kang-ouw lainnya. Anak buahnya yang terdiri dari
orang-orang suku bangsa Biauw telah banyak yang luka-luka dan binasa. Pula
telah dihempaskan oleh badai telaga Ang-tok-ouw sehabis melawan Shin Kai
Lolo dan juga melawan Kun-si Mo-kun. Namun benar-benar tokoh dari suku
bangsa Biauw ini memang berilmu tinggi dan kemauan keras.
Shin Kai Lolo tidak mampu untuk menghadapi Kwi Ong dan terpaksa dia
harus dengan menggunakan siasat, kemudian Kun-si Mo-kun yang lihay itupun
ternyata juga terpaksa harus menyingkir untuk menyelamatkan nyawanya.
Sekarang seorang wanita muda berpakaian hijau, tampaknya telah
berkepandaian tinggi serta ingin merebut Peta Pek-seng itu dari tangan Kwi Ong.
Wanita itu maju dihadapan Kwi Ong dan menentangnya.
"Hey, orang biadab! Lebih baik kau serahkan Peta Pek-seng itu kepadaku,
sebelum datang marahku dan kalau kau tidak ingin mati konyol!" seru wanita
muda dan berpakaian hijau itu dengan sikap sombong.
Siapakah gerangan wanita muda atau paling tepatnya seorang gadis remaja
yang baru berusia sekitar sembilan belas tahun itu? Lagi pula begitu berani
menantang dan mencaci Kwi Ong.
Mendapat cacian dan tantangan itu Kwi Ong sangat bergusar hati. Kemudian
dia menatap pandangan Kiam Ciu dia merasa telah diadu dombakan oleh Kiam
Ciu. Maka kemarahan itu kini tampak telah dilontarkan kepada Tong Kiam Ciu.
Oey Liong Kiam 9 10 Namun gadis remaja berpakaian hijau itu juga melihat Tong Kiam Ciu dia
merasa dipermainkan oleh pemuda itu.
"Hei kau kut aku!" seru gadis itu sambil menggerakan jari kirinya
mengisyaratkan kepada Kiam Ciu untuk datang padanya.
Namun pemuda itu merasa tersinggung dan panas hatinya diperlakukan
sepeiti itu. Maka dia mengangkat wajahnya dan memandang wajah gadis itu.
"Mengapa aku harus turut denganmu ?" tanya Kiam Ciu.
Bersamaan dengan itu tiba-tiba Kwi Ong telah bergerak melawan Kiam Ciu
dengan ilmu Hui-eng-liok-louw atau Burung elang menyambar kelinci serta
tampak kelima jari -jarinya Kwi Ong terentang untuk mencengkeram dada Kiam
Ciu. Tetapi gadis berpakian hijau itu dengan gerakan sebat pula telah mendorong
bahu Kwi Ong hingga limbung dan menerjang tempat kosong terhuyung
kesamping hampir jatuh. Semua yang berada di tempat itu telah menyaksikan kehebatan gerakan
ginkang itu merasa kagum. Ternyata Kwi Ong dapat dipermainkan!
Kwi Ong memutar tubuhnya dan meloncat lagi untuk menerkam Kiam Ciu.
Gerakannya itu begitu cepat dan disertai dengan tenaga penuh. Tetapi ternyata
sekali lagi dia dibuat tidak mengerti. Karena ternyata gadis remaja itu dapat
mendorong tubuh Kwi Ong lagi. Ternyata gadis itu dengan mempergunakan ilmu
Hui-sing-cui-gwan atau bintang sapu mengejar bulan! Gerakannya sangat lincah
dan cepat sekali. " Hey, orang biadab! Serahkan lekas peta Pek-seng padaku!" bentak gadis itu
dengan suara lantang kearah Kwi Ong.
Si iblis Kwi Ong orang yang telah mengagungkan kelihayannya. Dia bercitacita untuk menjagoi kalangan Kang-ouw. Kini dipermainkan oleh seorang gadis
remaja berusia belasan tahun, hatinya panas dan gusar sekali. Maka dia sambil
melototkan mata lalu membentak kearah gadis itu.
Oey Liong Kiam 9 11 "Hey bocah kurang ajar! Apakah kau tidak mengenal ciriku, tuan besarmu
ini? Akulah Kwi Ong siorang gagah dari suku bangsa Biauw !" seru Kwi Ong
dengan sombong dan membusungkan dadanya.
"Kwi Ong? Kwi Ong ? Ah, aku belum pernah mendengar nama itu, apalagi
mengenalnya, kukira nama tak berarti.. . " sambung gadis iiu sambil kerutkan
keningnya seolah-olah mengingat-ingat sesuatu.
'"Kurang ajar kau bocah ! Kau memang sengaja mempermainkan aku, awas
rasakan pelajaranku!" tampaklah Kwi Ong akan meloncat menerkam gadis
remaja itu, tetapi niatnya itu dengan tiba-tiba telah diubahnya.
Semua mata memandang kearah Kwi Ong bergantian memandang kearah
gadis remaja itu kemudian memandang kearah Kiam Ciu. Tetapi Kwi Ong telah
meloncat di tempat yang tinggi, kemudian berseru dengan suara yang lebih
nyaring serta ramah kearah orang-orang yang berada ditempat itu.
"Kalian menginginkan Peta Pek-seng? Baiklah akan kuberikan pada kalian,
supaya adilnya Peta itu akan kuperebutkan untuk kalian!" seru Kwi Ong.
Orang-orang yang berada ditempat itu masih belum paham dengan maksud
kata-kata Kwi Ong itu. Mereka hanya memandangi wajah ketua suku bangsa


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Biuaw itu. Tampaklah Kwi Ong meloncat keatas cadas yang agak menjorok ketebing
jurang. Dari ketinggian itu Kwi Ong berseru lagi.
"Kalau kalian memang ingin mendapatkan kitab Pek-seng-ki-su maka kalian
harus mendapatkan peta Pek-seng terlebih dahulu, barulah kalian dapat
menemukan tempat bersembunyinya kiiab itu! Nah inilah salah satu dari kertaskertas yang kutemukan dikantong Tong Kiam Ciu itu yang katanya adalah peta
Pek-seng itu !" seru Kwi Ong.
Laki-laki yang berwajah mengerikan dengan jambang bauk yang kaku itu
telah menunjukan empat lembar kertas kearah para orang gagah yang berada
ditempat itu. Semuanya memperhatikan dan tampak sangat tertarik dengan
pembicaraan Kwi Ong itu. Mereka memang semuanya ingin menguasai kitab
Pek-seng-ki-su Maka perhatian mereka besar sekali akan kata-kata Kwi Ong
yang katanya akan memperebutkan peta Pek-seng itu.
Oey Liong Kiam 9 12 "Inilah kertas-kertas yang diberikan oleh Tong Kiam Ciu padaku!" seru Kwi
Ong sambil menebarkan kertas-kertas itu kebawah, kearah mereka.
Apa yang telah direncanakan oleh Kwi Ong benar-benar dapat terlaksana.
Ternyata orang-orang itu sangat ingin mendapatkan peta Pek-seng sehingga
telah melupakan apapun ! Mereka berebut untuk mendapatkan kertas-kertas itu.
Itulah harapan Kwi Ong dengan demikian dia berhasil memecah belah orangorang itu.
Kwi Ong tertawa terbahak-bahak menyaksikan kejadian itu. Ternyata daya
tarik peta Pek-seng itu sangat besar sekali. Hingga sampai kepuncaknya mereka
berbaku hantam untuk berebutan. Tampak pula Teng Siok Soa.t sedang
berhadapan dengan gadis berpaka.an hijau tadi, Mereka berdua juga akan
bertempur. Tetapi sebelum semuanya berlarut-larut lebih hebat lagi, tiba-tiba tampaklah
sebuah bayangan telah melayang ditempat keributan itu. Disusul pula oleh
bayangan yang lainnya. Semua perhatian telah dialihkan kearah bayangan-bayang yang baru datang
itu. Ternyata mereka itu adalah dua orang Tojin. Mereka berdua adalah tokoh
dari partai silat Bu-tong masing-masing bernama Tay Jat Cin Jin dan Ciok Hok
Loto. "Aku bernama Tay Jat Cin Jin ketua partai silat Bu-tong. Aku telah lama
mengundurkan diri dari Kang-ouw. Akhir-akhir ini jago-jago silat telah ramai
memperebutkan kitab pusaka Pek-seng-ki-su, juga seorang muridku telah turut
turun gelanggang perebutan kitab pusaka itu. T3tapi muridku yang bernama
Hiong Hok Totiang telah meninggal karena dianiaya orang Aku datang kemari
untuk mencari pembunuh kejam itu!" seru Tay Jat Cin Jin dengan wajah merah.
Tokoh persilatan yang berusia tua telah tahu siapa Tay Jat Cin Jin itu, dia
adalah pemegang juara ilmu silat pedang nomor wahid pada sekira empat-puluh
tahunan yang lampau juga ilmu silatnya sangat Iihay.
Kemudian sesaat lamanya suasana menjadi lenggang, lalu kakek dari Butong itu memandang kearah Teng Siok Siat dan gadis berpakaian serba hijau
itu yang tadi akan bertempur.
Oey Liong Kiam 9 13 "Hey, kalian akan bertempur karena memperebutkan peta Pek seng! Apakah
kalian tidak mengelahui bahwa kitab pusaka Pek-seng-ki-su itu sebenarnya tidak
ada yang menghaki! Mengapa tidak terpikir oleh kalian orang gagah dan orang
cendekia untuk mencari kitab itu secara beramai kekota Pek-seng?
Karena kata-kata Tay Jat Cin Jin itu maka semua orang pada terpaku dan
mereka saling berpandangan. Seolah-olah mereka sedang mempertimbangkan
kebenaran kata ketua Bu-tong itu. Dalam keadaan itu mereka lengah dan kertas
peta Pek-seng itu berserakan ditanah berbatu tanpa ada yang memperdulikan.
Tiba-tiba tampaklah sebuah bayangan, ternyata bayangan itu langsung
menyambar keempat kertas yang berserakan yang tadi menjadi penyebab
kegaduhan dan perbuatan itu. Ternyata orang yang menyambar keempat kertas
itu adalah Tok Giam Lo. "Hey ! Tok Giam Lo kau mau lari kemana ? seru Kun-si Mo-kun sambil
menghentakan kakinya dan meloncat mengejar Tok Giam Lo.
Menyaksikan kejadian itu. maka perhatian orang-orang itu telah
tertumpahkan kembali kearah peta Pek-seng yang dibawa kabur oleh Tok Giam
Lo. Tampaklah Tong Kiam Ciu, Teng Siok Siat, Shin Kai Lolo dan kedua orang
yang berada ditempat itu berlari-lari seolah belomba lari mengejar Tok Giam Lo
yang membawa kabur peta Pek-seng itu.
Mereka itu semuanya adalah para pendekar lihay, maka tampaklah mereka
telah membentangkan ilmu masing-masing untuk mendahului yang lainnya
dengan ilmu lari dan Gin-kang yang tinggi. Maka tampaklah seolah-olah para
dewa yang sedang berlomba lari dan beterbangan di udara.
Tong Kiam Ciu juga tidak ketinggalan, pemuda itu membentangkan ilmu
Piauw-hong-cian-li atau melayang diudara seribu li. Kiam Ciu berhasil
mendahului mereka dan dengan gemboran panjang dan kuat pemuda itu telah
meloncat menerkam punggung Tok Giam Lo.
Tok Giam Lo jatuh tersungkur. Kemudian dalam sekejap saja dia telah
terkurung oleh segenap jago silat,
Dalam keadaan itu maka Kwi Ong lah orang yang pertama-tama memaki
kearah Tok Giam Lo dengan suara keras dan tandas.
Oey Liong Kiam 9 14 "Hei kau benar-benar bernyali besar! Hayo kembalikan lekas peta Pek-seng
itu padaku!" seru Kwi Ong sambil melototkan matanya dan mengangsurkan
tangannya kearah Tok Giam Lo.
Kemudian tampaklah Kwi Ong meloncat kedepan, sedangkan Tok Giam Lo
menggeserkan kakinya serta siap siaga untuk menghadapi segala kemungkinan.
Sambil meloncat kebelakang beberapa tindak, kemudian memeriksa kertas yang
digenggamnya itu satu persatu. Tetapi diatas kertas-kertas itu dia tidak
menemukan apa-apa. Beberapa saat kemudian terdengarlah suara tawa yang meninggi dari mulut
Tok Giam Lo. Seraya berseru :
"Ha-ha-ha-ha..ha.. .ha semuanya kertas yang tiada berguna, tanpa ada
guratan-guratan yang berarti. Apakah kau Kwi Ong akan berusaha menipu kami?
Ha-ha-ha-ha..ha.. .ha siapa yang mau silahkan mengambilnya !" seru Tok Giam Lo
sambil menyebarkan kertas-kertas itu.
Orang-orang yang sejak tadi berdiri terpaku dan mengepung Tok Giam Lo
kini sebagian ternyata masih berhasrat merebut kertas itu. Hanya beberapa
orang saja yang tetap tenang dan telah menyadari kalau kertas-kertas itu sama
sekali tidak berharga, karena mereka menganggap hanya sebagai kertas-kertas
yang tidak berarti. Mereka yang menggubris kertas yang disebarkan oleh Tok Giam Lo ialah
antara lain Kwi Ong, Shin Kai Lolo dan Tay Jat Cin Jin.
Akhirnya kertas-kertas yang tampaknya kosong dan sesungguhnya berisi
guratan peta Pek-seng itu terpegang oleh gadis yang mengenakan pakaian
serba hijau itu. Suasana ketegangan dan keributan telah mereda. Maka Tok Giam
Lo tampak tersenyum-senyum. Entah senyum yang berarti apa. Juga perasaan
yang bagaimana kini yang telah meliputi pikiran mereka para jago silat saat itu
dalam menanggapi peta penyimpanan kitab Pusaka Pek-seng-ki-su.
Tahu-tahu Kwi Ong meraung nyaring bagaikan raungan seekor harimau
besar yang sedang mengamuk. Seraya memaki kearah Tok Giam Lo.
"Bedebah kau Tok Giam Lo ! Kau telah memfitnah aku !" seru Kwi Ong dengan
suara lanta.ng dan bengis, "urusan peta Pek-seng kita kesampingkan dulu. Kini
Oey Liong Kiam 9 15 kita menentukan nama baik kita, hayo kita selesaikan secara jantan !" seru Kwi
Ong menantang Tok Giam Lo.
Tok Giam Lo walaupun tidak ungkulan melawan Kwi Ong menurut
perhitungannya, namun dia telah ditantang dihadapan orang banyak. Maka untuk
menjaga nama baiknya, dia terpaksa menerima tantangan itu.
Kwi Ong orangnya bertubuh tegap dan tinggi besar dengan wajah seram
serta mempunyai ilmu andalan yang sangat lihay dan benar-benar telah
dikuasainya ilmu Tay-lik-kim-kong eng-jiauw-kang atau cakar garuda sakti.
Sedangkan Tok Giam Lo jago silat dari daerah tengah yang mempunyai ilmu
hebat juga serta mempunyai senjata rahasia beracun yang sangat ganas.
Kini keduanya telah bergerak ketengah-tengah kepungan para pendekar
perkasa. Mereka telah berhadap-hadapan dengan sikap waspada. Tampaklah
mata mereka sangat seram dan alis bertemu. Saling berpandang dan
mengawasi langkah-langkah awannya.
Tetapi belum lagi mereka berdua berbaku hantam, tahu-tahu sigadis remaja
yang mengenakan pakaian serba hijau telah meloncat dan berdiri diantara
kedua orang yang akan bertarung itu. Dengan berani gadis itu menghadap
kearah Kwi Ong dan membentangkan lembaran kertas putih yang kosong
tampaknya itu kearah Kwi Ong.
"Lihai ini hanya kertas putih belaka! Apakah kau memang sengaja
mengecohkan kami ?" tanya gadis remaja berpakaian hijau itu dengan mata
bersinar seram. Sikap gadis itu memang sangat berani, apalagi ketika memandang wajahnya
memang menyiratkan cahaya permusuhan sedangkan matanya bersinar tajam
bagaikan kilatan pedang pusaka.
"Apakah kau ingin mengetahui seluk-beluk kertas itu ?" tanya Kwi Ong
dengan nada ketus. "Kau jangan mencoba main-main !" bentak gadis itu dengan marah.
"Oho bagus sekali gertakanmu itu siocia ! Kalau kau tetap ingin mengetahui
rahasia peta Pek-seng itu, maka kau harus berani mewakili jago-jago silat untuk
menerima tiga buah pukulanku !" seru Kwi Ong tersenyum mencibir gadis itu.
Oey Liong Kiam 9 16 "Kau kira aku ini apa ?" tanya gadis itu dengan ketus pula.
"Terserah apa anggapanmu sendiri! Pokoknya kalau kau ingin mengetahui
rahasia peta Pek-seng itu kau harus mau menerima pukulanku sampai tiga kali,
kalau kau kuat menahan pukulanku sampai tiga kali, maka kau akan menerima
penjelasan tentang rahasia peta Pek-seng. Tetapi kalau kau ternyata tidak
mampu maka kau dan semua jago-jago silat yang berada disini harus enyah
dari tempat ini saat itu juga !" seru Kwi Ong menantang gadis itu.
Gadis itu rupa-rupanya juga merasa panas karena dipandang karena rendah
oleh Kwi Ong. Maka dia telah mengerutkan kening dan alisnya tampak bertemu
tampaklah keren wajahnya. Namun Kwi Ong hanya tersenyum seraya
menunggu jawaban gadis itu.
Namun tiba0tiba Tay Jat Cin Jin telah melangkah maju. Dengan wajah cerah
dan tersenyum dia berkata kepada Kwi Ong.
"Rupa-rupanya Kwi Ong ini adalah jago silat yang tiada tandingnya didaerah
Selatan! Kusaksikan bahwa kau telah memiliki pedang pusaka Oey Liong Kiam,
pedang pusaka yang hanya dipegang oleh jago pedang nomor satu dikalangan
Bu-lim. Maka untuk mengelakan pertarungan dan persengkataan aku
mempunyai sebuah usul!" seru Tay Jat Cin Jin.
Kwi Ong memandang kakek itu, memandangi keadaan tubuh orang tua itu
dari kaki sampai keatas kepalanya Kemudian rajanya orang-orang suku Biauw
itu berseru kepada kakek itu.
"Apakah kau sanggup mewakili orang-orang yang berada di tempat ini ?"
Namun Tay Jat Cin Jin hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu.
Kemudian menyahut dengan suaranya yang sabar.
"Zamanku untuk mewakili para jago silat dari daerah pertengahan sudah
lama berlalu karena usiaku sudah lanjut. Tetapi aku mempunyai jalan yang adil
kurasa kaupun kalau memang berjiwa luhur dan bijaksana akan setuju dengan
usulku ini.. ." bujuk Tay Jat Cin Jin.
Shin Kai Lolo selama ini diam saja karena menahan hatinya. Tetapi akhirnya
dia sudah tidak dapat membendung desakan gelombang amarahnya lagi yang
Oey Liong Kiam 9 17 telah meluap-luap hampir memecahkan benaknya. Maka dia segera meloncat
kedepan dan berdiri dihadapan Kwi Ong.
"Keparat kau Kwi Ong ! bahwa pedang Oey Liong Kiam selamanya selalu
dipegang oleh jago silat dari daerah tengah. Mana mungkin kau akan
menguasainya !" seru Shin Kai Lolo dengan surara lantang.
"Dengan alasan apa kau akan menguasai pedang Oey Liong Kiam ? Meskipun
kau berhasil menemukan kitab pusaka Pek-seng-ki-su sekalipun kau tidak
berhak untuk mengangkangi pedang pusaka itu, kau harus memperebutkannya
terlebih dahulu dalam pertemuan Bu-Lim-ta-hwee " seru Shin Kai Lolo dengan
nada suara lantang dan berani.
Semua orang menganggukan kepala membenarkan perkataan nenek itu.
Tetapi Kwi Ong tampak merah wajahnya dan tertawa terbahak-bahak seperti
orang kemasukan setan. Kemudian setelah mereda tertawanya maka dia lalu
membentak kearah Shin Kai Lolo dan segenap jago silat yang berada ditempat
itu. "Ha-ha-ha! Menurut pendapatmu pedang Oey Liong Kiam ini harus
diperebutkan dalam pertemuan Bu-lim-ta-hwee? Baiklah! Saat ini ditempai ini
telah berkumpul banyak sekali orang-orang gagah dari kalangan Bu-lim, Maka
marilah kita anggap pertemuan ini pertemuan Bu-lim-ta-hwee. Siapa saja yang
ingin mengadu kapandaiin atau ilmu denganku kupersilahkan maju! Ayo siapa
yang ingin mengadu ilmu denganku majulah !" seru Kwi Ong dengan nada yang
sangat menyakitkan hati orang-orang yang berada ditempat itu.
Shin Kai Lolo sama sekali tidak dapat menerima tantangan itu. Dia paling
tidak tahan menerima hinaan dan tantangan. Maka segeralah dia melangkah
maju kehadapan Kwi Ong lebih dekat lagi seraya membentak.
"Jangan sesumbar disini! Kau kira aku takut untuk menghadapi dirimu?" seru
Shin Kai Lolo. Suasana menjadi sangat tegang, Semua jago-jago silat yang berada di
tempat itu sebagian besar bahkan seluruhnya adalah memusuhi Kwi Ong bukan
saja karena orang itu bersipat sombong dan memandang rendah ilmu orang
Oey Liong Kiam 9 18 lain, tetapi karena dia telah berani menghina para pendekar dari bagian lengah.
Kwi Ong adalah seorang pendekar dari daerah bagiai selatan.
"Hahaha!" Terdengar suara tertawa Kwi Ong nyaring dan menggetarkan bulu
kuduk seram kedengarannya "Aku memang bermaksud untuk mengirimkan kau
terlebih dahulu ke akherat, sekarang ternyata kau yang mendesakku untuk aku
lekas bertindak!" Saat itu Shin Kai Lolo telah berdiri di atas kuda-kudanya yang telah siap
untuk menyerang atau siap menerima serangan lawan. Nenek itu telah
mengerahkan tenaga dalam, tetapi tiba-tiba Teng Siok Siat telah meloncat
menghampiri suhunya. Kemudian membisikan sesuatu ketelinga nenek itu.
Tampaklah Shin Kai Lolo mengangguk.
Kemudian nenek itu berseru kepada muridnya.
"Baiklah kau jalan duluan ! Aku segera akan menyusul !" seru Shin Kai Lolo
seraya meloncat menghampiri Eng Ciok Taysu.
Setelah nenek itu dekat dengan Eng Ciok Taysu maka nenek itu lalu
membisikkan sesuatu ketelinga Taysu itu. Tampaklah Eng Ciok Taysu
mengangguk-anggukan kepalanya. Kemudian Shin Kai Lolo berseru kepada Kwi
Ong : "Hey orang biadab ! Hari ini memang belum takdirmu harus binasa
ditanganku ! Kau masih dapat hidup selama beberapa hari lagi ! Karena ada
urusan yang sangat penting, aku terpaksa harus berlalu dan kita dapat
meneruskan urusan kita kemudian hari !" seru Shin Kai Lolo dengan sikap acuh
dan merendahkan Kwi Ong. Selesai dengan ucapannya itu maka nenek Shm Kai Lolo segera meloncat
meninggalkan arena itu yang diikuti Eng Ciok Taysu, Tie Kiam suseng, dan Siok
Siat Shin Ni. Kwi Ong terhenyak dan gusar sebenarnya, tetapi dia tidak dapat berbuat
apa-apa terhadap lawannya yang telah menyatakan keberatan saat itu. Dia
hanya mengerundel seorang diri sambil memandang kearah mereka yang telah
meninggalkannya. Oey Liong Kiam 9 19 Suatu teka-teki yang dimasudkan oleh Siok Siat membisikan sesuatu kepada
suhunya. Apakah dia merasa khawatir kalau sampai suhunya terbinasa oleh Kwi
Ong? Atau memang ada persoalan lain yang memang sangat penting?
Semuanya itu memang merupakan teka-teki bagi para pendekar yang juga ikut
dalam pertemuan dipinggir telaga Ang-tok-ouw itu. Mereka saling memandang
sesama kawan. Kemudian mereka ikut berlari-lari dibelakang Siok Siat Shin Ni.
Murid Shin Kai Lolo telah berlari terlebih dahulu. Teng Sok Siat itu telah jauh
meninggalkan rombongan orang-orang gagah menuju kesebuah pagoda yang
terletak tiada jauh dari tempat mereka bertemu ditepian telaga Ang-tok-ouw.


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah nenek Shin Kai Lolo tiba didepan pintu pagoda, maka nenek itu
menyuruhi Eng Ciok Taysu untuk menunggu diluar. Sedangkan dia langsung
masuk kedalam pagoda. Begitu juga para pendekar lainnya menunggu dluar. Tiekiam-su-seng yang tidak mengetahui seluk beluknya dan hanya ikut-ikutan saja
berlari ketempat itu mengikut jejak Eng Ciok Taysu maka segera menanyakan
segala sesuatunya kepada Taysu itu.
"Laoko, ada urusan apakah semuanya ini ? Bolehkah aku mengetahui
persoala yang sedang kita hadapi sekarang ini ? Karena aku mengikuti hanya
secara membabi buta saja." kata Tie-kiam-su-seng.
Eng Ciok Taysu sejenak menelan ludah, menatap Tie-kiam su-seng dan
kemudian memperhatikan Siok Soat Shin Nie sebelum menjawab.
"Dulu aku pernah mengatakan bahwa aku akan merebut pedang pusaka Oey
Liong Kiam, tetapi kalau sampai gagal usahaku itu maka aku akan berusaha
terus demi kewibawaan partai Siauw-lim. Tetapi kalau memang untuk
memperebutkan pedang Oey Liong Kiam itu sangat tidak mungkin maka aku
akan berusaha untuk mencari kitan pusaka Pek-seng-ki-su. Kalau toh juga tidak
berhasil, maka aku akan pergi ke gunung Hiong-san untuk menemui seorang
jago silat yang maha sakti, yang saat ini telah bertapa digunung itu. Aku ingin
berguru padanya !" kata Eng Ciok Taysu.
Sesaat lamanya tiada seorangpun yang menyambung kata-kata Taysu itu.
Mereka belum menemukan sasaran pertanyaan dan belum tahu kearah mana
pembicaraan taysu itu. Karena lain jawaban yang telah diberikan oleh Eng Ciok
Taysu dari pertanyaan Tie-kiam-suseng.
Oey Liong Kiam 9 20 "Adik Tie-kiam-su-seng, kau telah memisahkan diri dari partai kita Siauw-lim
dan telah mendirikan cabang persilatan sendiri. Tetapi walaupun bagaimana kau
adalah berasal dari Siauw-lim juga. Kau benih dari Siauw-lim. Maka kaupun
tentunya merasa tidak akan rela seandainya partai Siauw-lim hancur atau
dihina orang ?" sambung Eng Ciok Taysu.
"Hemmm.. ." gumam Tie-kiam-suseng penuh perhatian memandang Eng Ciok
Taysu yang sedang berbicara itu.
"Nah, oleh karena itu jatuhnya partai Siauw-lim juga mempengaruhi dirimu
juga bukan ?" tanya Eng Ciok Taysu sambil menatap muka adik seperguruannya
itu. "Ya" jawab Tie-kiam-su-seng mengangguk.
"Sekarang, kesimpulannya begini : apakah tidak ada baiknya seandainya
Tiekiam digabungkan menjadi satu dengan Siauw-lim ? Sehingga partai
persilatan kita menjadi kuat.. " sambung Eng Ciok Taysu dan memandang wajah
Tie-kiam suseng dengan penuh selidik.
Tetapi ketua partai cabang Tie-kiam itu diam sejenak. Kemudian tampak
mengerutkan keningnya. Melipatkan bibirnya dan mengusap dengan keras dan
penuh menggunakan perasaannya juga.
"Kalau persoalan itu.. yah, sebenarnya persoalan yang penting juga, artinya
kita harus berpikir masak-masak. Maka aku tidak berani memutuskan dengan
sembarangan" jawab Tie-kiam-su seng.
"Lalu ?" tanya Eng Ciok Taysu.
"Yah ? Aku akan mempertimbangkan dulu !" jawab Tie-kiam-su seng.
"Hemmm.. ." gumam Eng Ciok Taysu.
"Laoko, apakah yang dibisikan oleh nenek itu padamu ?" tanya Tie-kiam-su
seng penuh kesungguhan. Eng Ciok Taysu tersenyum. Taysu itu tidak mau segera memberikan
penjelasan, dia berkata dengan nada sabar.
"Tong Kiam Ciu masih sangat muda usianya. Begitu dia berkecimpung di
kalangan Kang-ouw dengan ilmu silatnya yang lihay, sehingga dia mendapat
Oey Liong Kiam 9 21 julukan Giok-ciang-cui-kiam (Tinju baja mematahkan pedang). Disamping itu dia
mempunyai watak luhur dan budiman" kata Eng Ciok Taysu dengan
mengutarakan tentang diri Tong Kiam Ciu.
Tie-kiam suseng masih kurang mengerti dengan maksud suhengnya itu. Tiekiam suseng hanya mendengarkannya dan menundukan kepala.
"Coba pikirkan itu nenek Shin Kai Lolo, si raja setan Kun-si Mo-kun yang
pernah menyapu para pendekar silat pada jaman duapuluhan tahun yang lalu,
ternyata mereka sangat menghormati Kiam Ciu. Bahkan mereka telah
membantu dan menolong pemuda itu. Kukira akhirnya pedang Oey Lioog Kiam
dan kitab Pek-seng-ki-su akhirnya juga akan jatuh ke tangan pemuda itu. Karena
dia sangat tekun dan besar sekali kemampuannya untuk menguasai ilmu-ilmu
yang langka, aku yakin itu" sambung Eng Ciok Taysu.
"Ya, tetapi apa dikatakan yang oleh Shin Kai Lolo pada Loako ?" desak Tiekiam-suseng tak sabar ke pokok pembicaraan.
"Barusan Shin Kai Lolo memberitahukan padaku bahwa Tong Siauwhiap
menderita luka dalam, nenek itu bertekad untuk memberikan pertolongan
kepadanya" Eng Ciok Taysu menjelaskan.
"Oh, apakah Loako tidak melihatnya tadi Kun-si Mo-kun telah membawa pergi
Tong Kiam Ciu !" tanya Tie-kiam-su-seng.
Eng Ciok Taysu mengangguk. Saat itu angin halus bagaikan dihimbau lembut
sekali. "Pemuda itu memang berjiwa besar, dia telah menderita luka dalam karena
pukulan beracun Tok Giam Lo. Tetapi sikeji itu juga menderita lebih berat karena
beradunya dengan tenaga sakti Bo-kit-sin-kong yang dikerahkan oleh Kiam Ciu'",
sambung Eng Ciok Tay su. "Orang semacam Tok Giam Lo mati lebih cepat kukira lebih baik !" kata-kata
Tie-kiam-suseng seolah-olah gemas.
"Ya, ya dari pada keiak kira direpotkan juga" sambung Siok Siat Shin Ni.
Mereka yang mendengarkan mengangguk mengiyakan pendapat itu.
Selanjutnya Eng Ciok Taysu meneruskan kata-katanya.
Oey Liong Kiam 9 22 "Karena luka-luka Tong Kiam Ciu itu si nenek Shin Kai Lolo itu merasa
khawatir, hingga dia rela menunda pertempuran melawan Kwi Ong yang
menentukan kehormatannya sebagai seorang tokoh tua. Itulah suatu bukti
bahwa orang itu sangat menghormati Tong Kiam Ciu, bahkan juga
menggantungkan harapannya untuk kemanusiaan dan kesejahteraan umat
manusia . . . ." sambung Eng Ciok Taysu bersungguh-sungguh.
"Hem, memang benar kesimpulanmu itu Laoko. Kitapun lebih ikhlas bendabenda pusaka itu jatuh ketangan Tong Kiam Ciu daripada jatuh ketangan orang
luar"! sela Tie-kiam-suseng.
"Jelas! Kalau sampai benda-benda pusaka itu jatuh ketangan orang luar, itu
pertanda yang kurang baik bagi sinar kemegahan daerah pertengahan ini"
sambang Siok Siat Shin Ni.
Kini kita telah melihat calon pewaris yang dapat diandalkan ialah Tong Kiam
Ciu. Maka kitapun bersedia untuk membantu dan menolong pemuda itu . . . ."
sahut Eng Ciok Taysu. Mereka mengobrol sudah begitu lama sambil menunggu berita dari Shin Kai
Lolo yang saat itu masih berada didalam pagoda.
Adapun Kun-si Mo-kun yang pada waktu keributan ditepi telaga Ang-tokouw antara Kwi Ong dan Tok Giam Lo, sigadis berpakaian serba hijau dan Shin
Kai Lolo tadi dia sempat memperhatikan keadaan Kiam Ciu vang tampak lemah
dan pucat wajahnya. Kakek yang digelari si Raja Setan itu telah yakin kalau Kiam
Ciu mendapat luka dalam yang berat dan terkena racun Tok Giam Lo ketika dia
mengejar siraja bisa itu tadi dalam memperebutkan peta Pek-seng. Maka
segeralah Kun-si Mo-kun bertindak membawa pergi pemuda itu dengan diamdiam.
Tindakannya itu telah diketahui oleh murid kesayangan Shin Kai Lolo yang
memang telah menaruh hati kepada Kiam Ciu. Kemudian memberitahukan
keadaan Kiam Ciu itu kepada suhunya. Juga pada saat itu sedang dalam keadaan
gawat antara Shin Kai Lolo dengan Kwi Ong.
Adapun Kun-si Mo-kun setelah membawa Tong Kiam Ciu menjauhi tempat
keributan dan membawa masuk kedalam pagoda, maka segeralah mengadakan
Oey Liong Kiam 9 23 pemeriksaan terhadap pemuda itu. Ternyata Tong Kiam Ciu terkena racun dan
terluka dalam memerlukan perawatan dan istirahat sampai tiga hari tiga malam
lamanya. Shin Kat Lolo setelah menemui Kun-si Mo-kun dan mendapat penjelasan
bahwa Tong Kiam Ciu harus dirawat dan istirahat selama tiga hari tiga malam
untuk memulihkan kembali tenaganya dan menyembuhkan luka dalam. Maka
segeralah nenek itu menyanggupkan diri untuk menjaga Tong Kiam Ciu.
"Aii, kalau memang Tong Siauwhiap membutuhkan perawatan selama tiga
hari tiga malam maka kita harus menjaganya dari gangguan musuh-musuh kita,
terutama Kwi Ong. Aku yakin Eng Ciok Taysu dan kawan-kawannya bersedia
untuk membantu menjaga dia!" seru Shin Kai Lolo.
Mereka berdua keluar dari pagoda meninggalkan Tong Kiam Ciu di
pembaringan dalam keadaan tidur. Setelah sampai diluar pintu pagoda tentu
saja ketiga jago silat kawakan itu segera menghujani dengan pertanyaanpertanyaan.
Hati Kun-si Mo-kun jadi senang dan dia melihat suatu harapan besar
mendapat dukungan mereka itu untuk menjaga Kiam Ciu. Maka Shin Kai Lolo
segera menjelaskan persoalan tentang keadaan Tong Kiam Ciu yang harus
beristirahat dan menyembuhkan luka-lukanya selama tiga hari didalam pagoda
itu. "Kalau begitu, kita harus menjaganya !" seru Eng Ciok Taysu.
"Ya. kita harus menjaganya agar dia dapat tenang istirahat dan memulihkan
kembali jalannya Cinkie pemuda itu" jawab Kun-si Mo-kun.
Permintaan Kun-si Mo-kun kepada Eng Ciok Taysu dan kawan-kawannya itu
mendapat sambutan dengan tulus ikhlas.
Demikian para jago silat kenamaan itu mengadakan penjagaan diluar
pagoda. Adapun Teng Siok Siat mengadakan pengertian.
Belum seberapa lama mereka mengadakan penjagaan itu. Tampaklah Kwi
Ong yang di sertai juga oleh Tay Jat Cin Jin, Tok Giam Lo serta gadis berpakaian
serba hijau yang terkenal dengan sebutan Ceng-hi-Sio-li. Tetapi orang-orang dari
partai Kong-tong tidak kelihatan.
Oey Liong Kiam 9 24 Mereka telah mendatangi pagoda itu. Kwi Ong mendatangi dengan pedang
Oey Liong Kiam terhunus dan menghampiri Kun-si Mo-kun.
"Hey orang gila, mana Tong Kiam Ciu ?" bentak Kwi Ong.
Kun-si Mo-kun dan kawan-kawannya bersikap acuh terhadap pertanyaan itu.
Mereka pura-pura tidak mendengarkan pertanyaan itu. Bahkan mereka melihat
ketempat lain. Kwi Ong gusar hati, melangkah maju lagi dan membentak.
"Jika kau tidak menyerahkan dia. aku akan masuk dan menyeretnya!"
Sikapnya yang congkak, wajahnya yang beringas dan menantang itu
menambah kegusaran Kun-si Mo-kun saja. Maka kakek itu lalu membentaknya
dengan suara gusar dan menantang pula :
"Hei Kwi Ong! Kita sudah dua kali bertemu, dua kali pula kau tidak terhasil
mengalahkan diriku. Sekarang aku akan menghadapimu dengan perangkap Ngoki-kiat-ceng (perangkap lima jalur jalan ajaib) dan akan menguji ketinggian
ilmumu!" seru Kun-si Mo-kun dengan lantang.
Ketika Kun-si Mo-kun menyebutkan perangkap Ngo-ki-kiat-ceng tampaklah
Ceng-hi-Sio li (pendekar silat wanita berpakian hijau) terkejut.
Mendengar tantangan itu hati Kwi Ong tidak tahan lagi. Dengan sebuah
gerungan keras bagaikan kerbau gila dia telah menyerang Kun-si Mo-kun
dengan mengirimkan jurus Ciok-po-thian-keng atau menggempur batu
menembus langit. Namun Kun-si Mo-kun telah siap siaga. Dengan sebuah gerakan lincah dan
cepat sekali kakek itu telah meloncat, sedangkan pedang Kwi Ong melesat
menikam tempat kosong. Begitu tubuh Kwi Ong telah lewat dan agak condong
tahu-tahu Kun-si Mo-kun telah melesat menendang mukanya. Hebat sekali
tendangan itu, jika saja Kwi Ong tidak cepat menghindar maka hancurlah
wajahnya karena terkena tendangan itu.
Kwi Ong terperanjat, tetapi untung dia nyaris dari tendangan itu ! Namun
demikian dia tidak dapat menghindari lagi terhadap serangan Siok Siat Shin-ni
Oey Liong Kiam 9 25 yang telah menghembuskan lengan jubahnya yang mendamparkan angin
bertenaga dahsyat pula. "Aduh!" terdengar Kwi Ong menjerit dan cepat-cepat meloncat mundur
menjauhi lawannya. Namun Siok-siat Shin-ni tidak tinggal diam dan membiarkan lawannya
terlepas. Dengan mencabutkan pedang dan langsung menyerang dengan jurus
yang mematikan kearah tubuh Kwi Ong. Pedang Tiong-goan-liong-kiam (Pedang
naga merah daerah pertengahan) itu tampak berputar-putar menyilaukan mata
dan bergerak sangat cepat sekali.
Hanya dengan ilmu yang tinggi Kwi Ong dapat menghindari seranganserangan pedang Tiong-goan-liong kiam itu. Walaupun demikian pakaian Kwi
Ong telah tersayat dan terkoyak serta tampaklah noda-noda darah. Untung
bahwa raja iblis dari selatan itu mempunyai ilmu Kim-kang-lik atau Tenaga
dalam ajaib hingga goresan-goresan pedang itu tidak dapat melukai tubuhnya
lebih dalam lagi. Saat itu barulah Kwi Ong menemukan lawan yang benar-benar hebat. Dia
jadi sangat gelisah, karena sejak dia memimpin orang-orangnya dari suku Biauw
menyerbu daerah pertengahan itu belum pernah ada seorangpun jago silat yang
berhasil mengalahkan dirinya. Bahkan dia telah banyak membunuh jago-jago
silat daerah pertengahan. Tetapi kini kenyataannya, sangat hebat sekali. Dia telah
mendalami kenyataannya yang luar biasa. Ternyata Kun-si Mo-kun dan Sioksiat Shin-ni telah berhasil membuat dia kalang kabut.
Gerakan Kwi Ong tampak kacau, ternyata dia tidak berhasil memecahkan
rahasia ilmu jebakan Ngo-ki-kiat-ceng. Kwi Ong jadi gelisah.
"Adapun gadis yang berpakaian serba hijau atau terkenal dengan-panggilan
Ceng-hi Sio-li yang juga ingin merebut peta Pek-seng, setelah melihat Kwi Ong
jadi kelabakan melawan Kun-si Mo-kun dan Siok-siat Shin-ni. Maka gadis itu
segera berniat untuk membantu Kwi Ong.
Tampaklah Ceng-hi Sio-li juga telah siap-siap memberikan bantuan terhadap
Kwi Ong. Ketika kakek Kun-si Mo-kun menggunakan tangannya dan Siok-siat
Shin-ni meloncat mengarahkan pedangnya ke ulu hati Kwi Ong maka tampaklah
Oey Liong Kiam 9 26 kelebatan Ceng-hi Sio-li meloncat melalui atas kepala Nenek jago pedang itu.
Hingga akhirnya perhatian nenek itu terpecah beralih kearah kelebatan Ceng-hi
Sio-li. Serangan terhadap Kwi Ong terhenti.
Begitulah dengan cepat gadis itu bergerak kearah Kun-si Mo-kun yang juga
tengah menggerakan pukulannya kearah Kwi Ong. Tahu-tahu tampaklah
kelebatan Ceng-hi Sio-li melalui atas kepalanya. Hingga kakek itu terpaksa
mengalihkan perhatannya kearah kelebatan bayangan yang mengancam kepala
kakek itu. Akibatnya serangan terhadap Kwi Ong terpaksa terhenti. Maka pecahlah
siasat Ngo-ki-kiat-ceng. Kwi Ong merasa sangat bersyukur terhadap bantuan
gadis itu, Maka dengan cepat pula dia telah meloncat kebelakang Ceng-hi Sio-li.
Sedangkan Kun-si Mo-kun sangat gusar mendengar kenyataan itu. Setelah itu
pertempuran berhenti ! "Hai ! Siapa namamu dan siapa suhumu ?! Hayo beritahukan lekas atau
kubunuh kau sekarang juga! " seru Kun-si Mo-kun dengan gusar.
Namun Ceng-hi Sio-li menyahut dengan tenang.
"Namaku . . . . . tidak! Aku terkenal dengan sebutan Ceng-hi Sio-li ! Aku tidak
perlu kasih tahu nama suhuku padamu, karena kalau kau mendengarnya akan
jatuh pingsan!" jawab gadis itu seenaknya.
"Hayo lekas jawab yang benar!" bentak Kun-si Mo-kun gusar sekali.
"Hihihi, baiklah kalau kau memang ingin tahu juga tentang suhuku biar kau
tidak penasaran. Apakah kau pernah dengar partai silat Ngo-kiat-pay? Aku
adalah salah seorang murid dari partai silat Ngokiat-pay!" jawab gadis
berpakaian hijau dengan bangga.
Kalau seandainya saat itu ada seribu kali geledek menyambar dan
gemuruhnya membelah bumi takkan mengejutkan Kun-si Mo-kun. Tapi serentak
dia mendengarkan nama partai silai Ngo-kiat-pay terasa tergetar hatinya. Tibatiba saja kakek raja setan itu tertawa terbahak-bahak seperti orang gila.
"Hahaha aku sudah duga. Nenek itu belum binasa! Hahaha dia telah
membentuk partai silat Ngo-kiat-pay. Hahaha!"
Oey Liong Kiam 9 27 "Tetapi kini dia telah cacad dan wajahnya telah menjadi sangat buruk."
sambungnya lagi. Ceng-hi Sio-li mendengarkan perkataan Kun-si Mo-kun dengan sikap
waspada. Dia tahu bahwa sekarang sedang berhadapan dengan musuhmusuhnya. Juga berhadapan dengan orang pandai dari kalangan tua. Tetapi
belum lagi dia berseru menjawab kata-kata Kun-si Mo-kun, tahu-tahu kakek itu
telah berseru lagi. "Kau muridnya ? Baiklah kini kau akan kubinasakan terlebih dahulu, baru
nanti setelah muridnya aku akan mencari suhunya dan akan kubinasakan
sekalian !" seru Kun-si Mo-kun.
Begitu selesai dengan kata-katanya itu, maka Kun-si Mo-kun langsung


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meloncat menerkam Ceng-hi Sio-li dengan gerak tiba-tiba dan cepatnya luar
biasa, hingga gadis itu tidak mampu lagi untuk berkelit.
Ceng-hi Sio-li terpaksa harus memapasnya dengan lengannya pula. Tetapi
Kwi Ong waspada, ketika dia melihat dayangnya bahaya yang mengancam
keselamatan Ceng-hi Sio-li maka dia langsung mengirimkan pukulan hebat
kearah dada Kun-si Mo-kun.
Akibatnya Kun-si Mo-kun tak sempat lagi mengelak maupun menangkis
serangan yang tidak terduga itu. Tubuh Kun-si Mo-kun terlempar karena
hantaman Kwi Ong itu. Kakek itu jatuh dan memuntahkan darah segar.
Kemudian Kwi Ong meloncat sambil berseru kearali Ceng-hi Sio-li, Tok Giam
Lo dan Liat Kiat Koan (pemimpin partai silat Kong-tong).
"Aku yang akan membereskan Kun-si Mo-kun! Kalian carilah dimana
persembunyian Tong Kiam Ciu." seru Kwi Ong sambil mengirimkan serangan
kearah K Kun-si Mo-kun yang telah berdiri dan siap dengan kuda-kudanya.
Tetapi sekejap itu pula telah tampak Shin Kai Lolo lelah meloncat berdiri
disamping Kun-si Mo-kun memberikan bantuan. Sedang Siok Siat Shin-ni, Eng
Ciok Taysu dan Tie-kiam-suseng telah berbaris menjaga pintu masuk ke pagoda
dengan pedang terhunus. Dalam keadaan itu, sewaktu-waktu pertempuran segera bisa berkobar.
Mereka sudah sama-sama tegang dan dari pihak Kwi Ong berhasrat untuk
Oey Liong Kiam 9 28 menerobos pintu pagoda, sedangkan dari pihak Kun-si Mo-kun bertekad untuk
bertahan. Kedua belah pihak adalah orang-orang dari kalangan Bu-lim yang
berilmu tinggi, Hebat sekali akibatnya kalau sampai terjadi pertempuran saat itu.
Tetapi belum lagi semuanya itu berjalan, tiba-tiba dari atas pagoda terdengar
sebuah seruan yang keluar dari jendela pagoda.
"Tunggu!" seruan itu begitu nyaring dan ternyata mempengaruhi kedua belah
pihak. Orang-orang yang berada didepan pintu pagoda itu semuanya mendongak
kearah datangnya suara. Perhatian mereka tertuju kesana. Mereka menyaksikan
Tong Kiam Ciu berdiri dibelakang jendela. Di tempat itu tampak pula Teng Siok
Siat mendampingi Kiam Ciu.
"Kalian orang-orang gagah mencariku dengan maksud untuk menanyakan
rahasia peta Pek-seng bukan?" seru Tong Kum Ciu dengan suara keras dan
tenang. "Heeii Lotee (adik kecil) mengapa kau tak menghiraukan pesanku?" teriak
Kun-si Mo-kun dengan suara nyaring dan penuh khawatir.
Semua jago-jago silat yang berada ditempat itu masih tetap memperhatikan
kearah Tong Kiam Ciu. Senangkan Teng Siok Siat masih tetap mendampingi
Tong Kiam Ciu. "Kau seharusnya tetap tenang dan beristirahat didalam. Kami yang menjaga
diluar, apapun yang terjadi itu urusan kami!" seru Kun-si Mo-kun
memperingatkan Kiam Ciu dengan pesannya.
Tetapi Tong Kiam Ciu adalah seorang pemuda yang polos dan berhati mulia.
Dia tidak senang kalau orang lain menderita karena dirinya. Maka ketika dia
mendengar ribut-ribut diluar pagoda, dia telah menduga bahwa tentulah Kwi
Ong dengan kawan-kawannya yang berusaha untuk mencarinya dan ingin
mengetahu peta Pek-seng itu.
Dengan tersenyum pemuda itu menjawab kata-kata Kun-si Mo-kun.
"Locianpwe ! Aku tidak melihat apa yang terjadi diluar, tetapi aku dapat
mendengarnya. Ini adalah urusanku dan harus mengurusnya."
"Tetapi kau belum sembuh kau hanya akan mengantarkan jiwamu saja
dengan percuma jika kau harus bertarung lagi!" seru Kun-si Mo-kun.
Oey Liong Kiam 9 29 Dengan selesainya kata-kata itu tahu-tahu tubuh kakek itu telah melesat
bagaikan terbang dan hinggap dijendela dimana Tong Kiam Ciu berdiri dengan
maksud mendorong Tong Kiam Ciu untuk masuk kembali Tetapi dengan cepat
pula Ceng-hi Sio-li telah berada di belakang Kun-si Mo-kun. Maka kakek itu lalu
membentak. "Minggir!" seru Kun-si Mo-kun sambil menghantamkan tinjunya Ceng-hi Sioli.
Namun gadis berpakaian hijau itu cepat berkelit dan langsung meloncat
kebelakang Tong Kiam Ciu sambil menerkam punggung Kiam Ciu dia
mengancam. "Jika kau dan kawan-kawanmu berani bertindak gila-gilaan, maka aku tak
segan-segan lagi memukul mati Tong Kiam Ciu! "ancam Ceng-hi Sio-li.
Lalu Ceng-hi Sio-li mengeluarkan kertas putih dan menanyakan kepada Tong
Kiam Ciu. "Ini adalah sehelai kertas putih yang kosong, tetapi kau mengatakan bahwa
kertas ini adalah peta Pek-seng. Aku minta penjelasan!" seru Ceng-hi Sio-li
sambil tetap mengancam. Suasana sudah menjadi sangat tegang sunyi senyap dan hanya napas
memeka yang terdengar. Tong Kim Ciu tampak tetap tenang dan memutar tubuhnya menghadap
kearah Ceng-hi Sio-li seraya tersenyum.
"Apakah kau kira kau dapat memaksaku dengan kekerasan?" tanya Kiam Ciu
bernada tenang dan tersenyum memandang gadis pendekar silat itu.
Mendengar perkataan Kiam Ciu itu, semua orang pada terperanjat dan
merasa kagum dengan ketenangan pemuda itu. Begitu juga Ceng-hi Sio-li yang
masih mengancam pemuda itu tampak mengerenyitkan keningnya.
"Kau tahu bahwa kita semua menginginkan kitab pusaka Pek-seng-ki-su?"
tanya Kiam Ciu dengan suara tetap tenang.
Gadis itu hanya memandangi mata Kiam Ciu dengan sorot mata tak
mengerti. Namun mata gadis itu membenarkan perkataan Kiam Ciu.
Oey Liong Kiam 9 30 "Untuk menemukan tempat penyimpanan kitab Pusaka Pek-seng-ki-su itu
harus menggunakan peta. Tanpa petunjuk peta Pek-seng itu aku yakin takkan
mungkin dapat menemukan kitab itu. Ketahuilah satu-satunya orang yang
mengetahui rahasia peta Pek-seng itu hanyalah aku sendiri !" seru Tong Kiam
Ciu dengan suara tetap tenang, selanjutnya "tanpa petunjukku kukira kalian tidak
akan dapat menemukan tempat tersimpannya kitab Pek-seng-ki-su itu !"
Lalu Tong Kiam Ciu mengambil kertas yang dipegang oleh Ceng-hi Sio-li dan
gadis itu diam saja hanya memperhatikan. Karena semua perkataan Kiam Ciu
yang baru saja diucapkan itu semuanya benar belaka. Dia membutuhkan
keterangan pemuda itu untuk menunjukan tempat tersimpannya kitab pusaka
itu. Karena memang hanya Tong Kiam Ciu seoranglah yang mengerti rahasia
peta Pek-seng itu. "Kwi Ong telah mengambil empat helai kertas dari dalam saku. Sekarang aku
hanya mendapatkan sehelai ini, lalu yang ketiga helai lagi dimana?" tanya Kiam
Ciu sambil mementangkan kertas yang dipegangnya itu kearah luar.
Kemudian terdengarlah Eng Ciok Taysu berseru.
"Tong siauwhiap ! Tiga helai kertas lainnya berada ditanganku!" seru Eng Ciok
Taysu sambil mengeluarkan tiga helai kertas dan dilipat-lipat kemudian
dilemparkan kearah Tong Kiam Ciu.
Setelah Tong Kiam Ciu memegang keempat kertas itu lalu dia berseru
kepada semua orang yang berada ditempai itu.
"Kirab pusaka Pek-seng-ki-su itu tersimpan disuatu gedung yang indah
didalam kota Pek-seng yang hilang itu. Adapun letak kota Pek-seng itu dimana
tak usahlah kalian mengetahuinya. Yang penting kalian dapat mengikutiku ke
kota Pek-seng itu" seru Kiam Ciu.
Kwi Ong telah merasa tidak sabar lagi dengan tek-tek bengek itu. Sejak tadi
dia sangat gelisah dan seakan-akan dia ingin menghancurkan kepala Tong Kiam
Ciu, kalau tidak terhalang oleh satu perkara, ialah untuk mendapat petunjuk letak
kota Pek-seng. Karena memang Kwi Ong pernah sampai di telaga Ang-tok-ouw
kemudian mengelilingi tepian telaga itu serta memasuki hutan-hutan disekitar
Oey Liong Kiam 9 31 telaga iiu serta mencari kota Pek-seng yang hilang itu dan dia juga mencari
kitab Pek-seng-ki-su namun tidak berhasil menemukan kota itu.
"Hahahaha Tong Kiam Ciu kau sungguh cerdik untuk menyelamatkan
nyawamu dengan menggunakan peta Pek-seng untuk alat! Kau telah
menjanjikan hal-hal yang muluk-muluk!" seru Kwi Ong dengan suara nyaring.
"Kwi Ong manusia keji dan rendah! Dengar dan pentangkan telingamu lebarlebar! Sebenarnya aku memang tidak rela kalau sampai kitab Pek-seng-ki-su
jatuh ketanganmu. Aku rela kalau seandainya kitab itu jatuh ketangan jago-jago
silat dari daerah pertengahan!" seru Kiam Ciu.
Kiam Ciu memang sengaja mengeluarkun kata-kata itu karena dia tahu
bahwa semua yang berada ditempat itu adalah para pendekar silat dari daerah
pertengahan kecuali Kwi Ong seoranglah yang bukan dari daerah pertengahan.
Kwi Ong dari daerah selatan. Maka dengan kata-kata yang diucapkan oleh Kiam
Ciu itu besar juga akibatnya dan menonjolkan Kwi Ong dalam posisi yang sulit
dan gawat sekali. "Lagi pula kau harus mengembalikan pedang pusaka Oey Liong Kian itu
kepadaku. Kau telah merampasnya dengan cara keji. Ketahuilah bahwa
sebenarnya pedang Oey Liong Kiam itu adalah pedang yang harus diperebutkan
oleh pendekar-pendekar daerah pertengahan pada tiap sepuluh tahun sekali
dalam pertemuan Bu-lim-ta-hwee. Maka pada sepuluh tahun yang akan datang
aku harus membawa pedang pusaka itu dalam pesta pertemuan Bu-lim-ta-hwee
dan pedang itu sebagai piala bagi mereka yang memenangkan dalam pibu!"
seru Kiam Ciu kearah Kwi Ong dengan menuding-nuding.
Sebenarnya Kwi Ong merasa sangat gusar dituding-tuding seperti itu oleh
Kiam Ciu. Namun selama beberapa saat itu dia masih dapat menahan
kemarahannya demi kitab Pek-seng-ki-su.
"Tong Kiam Ciu kau jangan hanya besar mulut ! Kalau memang kau
berkepandaian dan ada keberanian mengapa tidak datang kepadaku dan
mengambil pedang ini dari tanganku! " seru Kwi Ong dengan nada sombong.
Kiam Ciu sejenak diam dan memandang kearah Kwi Ong. Sebenarnya
hatinya merasa terpukul dengan tantangan itu. Dia terhenyak dan matanya
Oey Liong Kiam 9 32 merah membara. Tetapi dia menyadari bahwa tubuhnya dalam keadaan luka
dalam dan tidaklah mungkin untuk menghadapi Kwi Ong. Walaupun hanya dalam
beberapa jurus saja dia tidak akan mampu.
"Ayolah turun kesini dan ambillah pedang Oey Liong Kiam ini ! Mengapa tidak
berani?!" seru Kwi Ong sengaja memancing kemarahan Kiam Ciu.
Semua orang memandang kearah Kiam Ciu, kemudian memandang kearah
Kwi Ong. Kiam Ciu sendiri telah menahan rasa marahnya. Dia memandang Kwi
Ong dengan mata melotot dan gigi gemeretakan.
"Untuk apa kau gusar hati kalau ternyata bernyali kecil. Percuma saja kau
bergelar Giok-ciang-cui-kiam ternyata adalah nama kosong belaka. Pemegang
pedang pusaka nomor wahid dikolong langit ? Hahaha ternyata hanya bernyali
kecil hahaha !" seru Kwi Ong dengan sengaja memancing kemarahan Kiam Ciu.
(Bersambung Jilid 10) Oey Liong Kiam 9 33 Oey Liong Kiam 10 0 OEY LIONG KIAM (Warisan Jenderal Gak Hui)
Diolah Oleh : HO TJING HONG
Jilid ke 10 T ANTANGAN Kwi Ong yang bersifat mengejek dan merendahkan Tong Kiam
Ciu itu menimbulkan rasa panas dihati siapa saja yang mendengarkan. Bukan
saja Tong Kiam Ciu namun lawan dan kawan pemuda itu merasa gusar. Tong
Kiam Ciu meloncat melalui jendela terjun ke tanah.
Begitu indahnya pemuda itu telah melayang dan berdiri diatas tanah dengan
sangat lunak sekali. Dibelakangnya menyusul pula Siok Soat dan Ceng-hi Sio-li.
Menyaksikan orang yang ditantangnya itu telah berdiri diatas tanah yang
tiada jauh dari tempatnya. Maka Kwi Ong dengan langkah pasti dan dia buat
bersuara dengan tekanan kaki keatas tanah berbatu-batu itu dengan
mengerahkan sin-kangnya untuk pamer kelihayannya. Hingga tanah yang
dipijaknya itu terlihat tapak bekas kakinya.
Kiam Ciu tidak merasa gentar hati berhadapan dengan orang keji itu. Dia
mengawasi wajah Kwi Ong dengan mata waspada.
Ketika Kwi Ong berada tiada jauh lagi dihadapan Kiam Ciu, tiba-tiba pemuda
itu meloncat menerkam dada Kwi Ong dengan tangkas sekali.
Namun Kwi Ong sudah bertekad untuk membinasakan Kiam Ciu. Dia telah
memiringkan tubuh dan dengan ilmu cakaran garuda saktinya dia akan
membinasakan Kiam Ciu. Pada saat itu banyak para pandekar silat yang berada di tempat itu
disamping para pendekar dari aliran tua, juga terdapat lebih dari empat puluh
pendekar silat daerah pertengahan berada di tempat itu. Mereka telah
menyaksikan sikap Kwi Ong yang keji dan akan membinasakan Tong Kiam Ciu.
Mereka telah mengenal jiwa dan watak Kiam Ciu. Seorang pemuda yang
mempunyai ilmu silat lihay, berwatak sairia dan berbudi luhur. Maka banyaklah
bahkan hampir semuanya membantu Kiam Ciu.
Oey Liong Kiam 10 1 Pada saat kritis itu dimana Kwi Ong telah melayang dan mengarahkan jari
jemarinya yang beracun itu kearah wajah dan dada Kiam Ciu, tiba-tiba
tampaklah sebuah bayangan berkelebat di tengah-tengah kedua orang yang
tengah mengadu sinkang itu.
Tampaklah kedua orang itu terpental bersama. Kiam Ciu terpelanting kembali
dan jatuh begitu pula Kwi Ong mendorong balik dan jatuh pula, kedua orang itu
merasa kagum akan kehebatan orang itu.
Bersamaan dengan itu pula telah terdengar pekikan Shin Kai Lolo tahu-tahu
tubnh nenek itu telah melesat dan berdiri dihadapan Kwi Ong, yang juga disusul
oleh Kun-si Mo-kun, Siok Siat Shin-ni, Eng Ciok Taysu, Tie-kiam suseng, Teng Siok
Siat dan Ceng-hi-sio-li. Mereka berdiri dihadapan Kwi Ong dengan sikap
menantang. Kemudian tampak pula kelebatan tiga sosok tubuh yang ternyata adalah
orang-orang yang semula bersikap seolah-olah membantu Kwi Ong. Orangorang itu tidak lain ialah: Tay Jat Cin Jin, Ciok Hok Lo To dan Liat Kiat Koan
mereka telah berdiri dan meghadapi Kwi Ong dengan sikap menantang pula.
Kwi Ong menyaksikan semuanya itu dengan terperanjat, tiap kali dia
memandangi wajah orang-orang yang menggempurnya itu dengan satu
perhitungan dan mengernyitkan kening. Namun dia tidak merasa gentar
menghadapi mereka itu semuanya. Diapun telah menyangka bahwa akhirnya
dia harus berhadapan dengan sekian banyak pendekar di daerah pertengahan.
Hal itu memang telah diperhitungkannya!
Untuk menghadapi Kun-si Mo-kun saja yang menggunakan siasat Ngo-likiat-ceng, dia tidak mampu. Apalagi kini dia harus menghadapi sekian
banyaknya jago-jago silat tangguh. Maka dalam hati sebenarnya Kwi Ong
mengeluh. Tetapi terbawa dengan sikap sombong dan tidak mau ditundukkan
maka dia segera mencabut pedang Oey Liong Kiam.
Sebenarnya Kwt Ong menyadari dengan meawan sekian banyak orangorang gagah yang memang berilmu lihay dan berbagai aliran perguruan atau
partai persilatan itu maka dia berarti akan mengantarkan jiwa.
Oey Liong Kiam 10 2 Namun untuk mengundurkan diri Kwi Ong merasa malu. Maka karena
tekanan semua perasaan dan untuk menguasai semuanya itu justru Kwi Ong
lalu tertawa terbahak-bahak.
"Sebenarnya aku telah berbuat terlalu lunak. Aku telah banyak mengampuni
nyawa banyak pendekar di daerah pertengahan ini! Namun kini aku terpaksa
menyampaikan janjiku untuk menumpas jago-jago silat di daerah pertengahan
ini !" seru Kwi Ong dengan sikap sombong dan siap menyerang.
Dengan pedang Oey Liong Kiam di tangan kanan dia telah memamerkan
permainan ilmu silat bersenjata pedang itu dengan sangat hebat sekali. Dalam
sekejap mata saja seolah-olah tubuhnya telah dikurung oleh kilauan-kilauan
sinar pedang yang memancarkan cahaya biru dan menyilaukan mata.
Tampaklah seolah-olah tangan Kwi Ong telah berubah menjadi beberapa pasang
dan masing-masing memegang pedang Oey Liong Kiam dengan suara gemuruh
yang diakibatkan oleh angin sambaran pedang itu.
Semua orang yang menyaksikan permainan pedang itu merasa kagum.
Sampai sekian lamanya dan sampai beberapa jurus Kwi Ong telah memutarmutar pedangnya namun tiada seorangpun dari para jago silat itu yang
melawan atau membalas menyerang Kwi Ong. Mereka hanya berloncatan
menjauh atau menghindari tiap sabetan, bacokan maupun tusukan pedang Kwi
Ong itu. Ketika mendapat kenyataan seperti itu, maka Kwi Ong lalu menarik kembali
serangan-serangannya. Dia memandang kearah orang-orang itu dengan wajah
yang tampak sangat seram dan mata merah menyala oleh dendam dan marah.


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kwi Ong membentak dan menantang para pendekar.
"Hey mengapa kalian tidak melawanku ? Apakah kalian takut ?" tanya Kwi
Ong dengan suara sombong dan congkak seru menantang.
Berbareng dengan berakhirnya kata-kata itu dia telah menyerang kearah
barisan para pendekar dari daerah pertengahan itu dengan tikaman keras dan
menimbulkan hawa gemuruh juga.
"Tahan !" terdengar bentakan menggeledek dan ternyata suara bentakan itu
begitu hebat dan mempunyai pengaruh hebat pula terhadap Kwi Ong.
Oey Liong Kiam 10 3 Ternyata orang yang membentak itu tiada lain ialah teorang kakek
berjenggot putih dan panjang tiada lain ialah Tay Jat Cin Jin.
Tay Jat Cin Jin meloncat dihadapan Kwi Ong. Sambil memandang Kwi Ong
tanpa berkedip dan ternyata pandangan mata kakek itu sangat berwibawa dan
membangkitkan suatu perasaan malu dan segan di hati Kwi Ong.
"Aku sudah tua, tetapi aku berani melawan kau! Kau tidak perlu melawan
banyak, orang !" seru Tay Jat Cin Jin sambil memandang mata Kwi Ong.
Selanjutnya berkata lagi "Jika kau mau mendengarkan usulku yang bijaksana ini,
kukira pertumpahan darah dapat dihindarkan !".
Saat itu hati Kwi Ong yang biasanya keras seperti baja dan wataknya yang
sombong serta telengas itu, benar-benar telah dapat dilunakan oleh Tay Jat Cin
Jin. Dia menyadari bahwa dia dapat mati konyol, kalau nekad menghadapi sekian
banyak jago-jago silat itu.
"Apakah usulmu itu?" tanya Kwi Ong ingin tahu.
Tay Jat Cin Jin mengelus-elus jenggotnya yang putih dan panjang itu seraya
memandang kearah mata Kwi Ong dan berkata :
"Aku akan menjelaskan tentang usulku yang bijaksana itu kepadamu dan
kepada sekalian orang-orang gagah disini. Tetapi kuminta pedang Oey Liong
Kiam itu disarungkan terlebih dahulu, juga semua senjata para pendekar
disarungkan, agar supaya aku dapat berbicara dalam suasuna damai.. .!" seru Tay
Jat Cin Jin sambil menghormat kepada semua orang yang berada di tempat itu.
Kwi Ong segera menyarungkan pedangnya, begitu pula diikuti oleh segenap
pendekar menyarungkan senjata masing-masing. Seolah-olah apa yang
dikatakan oleh tokoh angkatan tua itu sangat penting dan kata-katanya
mempunyai pengaruh hebat terhadap mereka.
"Menurut pendapatku", kata Tay Jat Cin Jin, "hanyalah Tong siauwhiap yang
dapat membaca atau mengerti rahasia peta Pek-seng !" Kita telah tahu pula,
tanpa peta Pek-seng itu kita tidak akan dapat menemukan tempat penyimpanan
kitab pusaka Pek-seng-ki-su. Maka kini mengutamakan untuk mengetahui
tempat itu dan lagi sudah menjadi peraturan pada pertemuan Bu-lim-ta-hwee
bahwa barang siapa yang telah dapat memegang atau mendapatkan kitab
Oey Liong Kiam 10 4 pusaka Pek-seng-ki-su maka dia itulah juga berhak memegang pedang Oey
Liong Kiam. Sekarang berhubung sudah jelas bahwa yang mengetahui rahasia
peta Pek-seng itu hanyalah Tong siawhiap. maka marilah kini kita menjaga
bersama keselamatannya ! kakek itu mengakhiri kata-katanya.
Semua orang yang berada di tempat itu mengangguk-anggukan kepala,
kecuali Kwi Ong. Ketika semuanya ternyata diam tanpa ada yang membuka
suara maka kakek Tay Jat Cin Jin itu meneruskan kata-katanya.
"Sekarang persoalan ini telah menjadi berlarut-larut dan telah menjadi agak
sulit ! Menurut pendapatku ada dua jalan untuk memecahkannya !" seru Tay Jat
Cin Jin sambil menatap satu persatu wajah orang-orang yang berada di tempat
itu. "Katakan apa saja yang harus ditempuh?" seru Kun-si Mo-kun tidak sabar.
"Ya!" sambung Kwi Ong pula sambil memandang Tay Jat Cin Jin.
"Pertama, Kwi Ong harus mengembalikan pedang pusaka Oey Liong Kiam
terlebih dahulu kepada Tong siauwhiap. Kemudian Tong siauwhiap menjelaskan
rahasia peta Pek-seng kepada kita semua untuk kemudian kita perundingkan
segala sesuatunya bersama. Setelah jelas maka semuanya atau kita beramairamai untuk berlomba mendapatkan kitab Pek-seng-ki-su !" seru Tay Jat Cin Jin
tetapi kata-kata itu belum sampai selesai telah dipotong oleh Kwi Ong.
"Menurut pendapatmu jalan itu sudah bersifat adil ?" tanya Kwi Ong.
"Ya!" seru Tay Jat Cin Jin.
"Dimina letak keadilannya!" tanya Kwi Ong, orang itu tidak puas.
"Kau hanya mengembalikan pedang Oey Liong Kiam kepada Tong Kiam Ciu.
dengan demikian kita semuanya dapat mendengarkan rahasia atau petunjuk
dalam peta Pek-seng itu. Apakah ini tidak berarti adil menurut pendapatmu?"
kata kakek itu sambil mengelus janggotnya.
Kwi Ong membungkam, dia menundukan kepalanya memandang batu-batu
yang berserakan di tempat itu. Semua mata orang-orang gagah memandang
kearah Kwi Ong. "Lalu coba katakan jalan kedua!" seru Kwi Ong mendesak.
Oey Liong Kiam 10 5 "Jalan kedua lebih mudah lagi," seru Tay Jat Cin Jin, "kita telah tahu bahwa
yang mengetahui rahasia membaca peta Pek-seng hanyalah Tong Kiam Ciu dan
dia rela untuk mengajak kita ke kota Pek-seng serta menunjukkan letak atau
tempat penyimpanan kitab pusaka Pek-seng-ki-su kepada kita sekalian. Nah,
setelah kita mengetahui tempat bersembunyinya kitab Pek-seng-ki-su itu, kita
mengadu kepandaian untuk memperebutkannya !" seru Tay Jat Cin Jin dengan
mengakhiri kata-katanya itu dia diam-diam mngawasi reaksi dari orang-orang
gagah yang berada di tempat itu.
Semua orang yang berada di tempat itu mengangguk-anggukan kepala.
Mereka menganggap keputusan itu memang sangat bikjaksana dan adil.
Jalan untuk menghindarkan pertumpahan darah seperti yang telah dikatakan
oleh Tay Jat Cin Jin itu memang benar-benar sangat baik. Baik jalan pertama
maupun jalan kedua adalah sangat baik.
Mereka mengharapkan Kwi Ong mengembalikan pedang Oey Liong Kiam
kepada Tong Kiam Ciu. Kemudian pemuda itu segera membuka rahasia peta
Pek-seng kepada mereka, menurut jalan pertama.
Kemudian Tay Jat Cin Jin berseru kepada Kwi Ong.
"Aku kira bagimu lebih baik mengembalikan pedang Oey Liong Kiam itu
kepada Tong Kiam Ciu, bukankah kalau kau ternyata mendapatkan kitab Pekseng-ki-su maka kaupun berhak memegang pedang Oey Liong Kiam. Mengingat
peratutan Bu-lim ta-hwee maka kau jangan merasa khawatir. Begitu pula kukira
kau mempunyai kesempatan besar sekali, karena telah kusaksikan ternyata kau
mempunyai ilmu silat yang tinggi.
Kwi Ong lama juga berpikir. Dia agak berotak bebal, walaupun dia adalah
seorang yang berilmu tinggi, tetapi dalam hal pikir memikir sangat lemah.
Hingga beberapa saat lamanya dia berpikir. Semua orang menantikan keputusan
Kwi Ong. Mereka memandang kearah ketua suku bangsa Biauw itu. Kemudian
tampaklah Kwi Ong mengangkat wajahnya dan memandang kearah Tay Jat Cin
Jin, dan dia tersenyum. "Aku memilih jalan kedua !" seru Kwi Ong.
Oey Liong Kiam 10 6 Disitulah terlihat ketamakan Kwi Ong manusia yang berwatak sombong dan
keji itu. Dia tidak memikirkan kepentingan orang lain, dia berpikir mengapa dia
berlaku bodoh untuk mengembalikan pedang Oey Liong Kiam yang sudah jatuh
ketangannya. Yang penting sekarang baginya, ialah untuk merebut kitab pusaka
Pek-seng-ki-su ! Lalu dengan suara lantang Tay Jat Cin Jin berkata :
"Aku kira kalian telah mendengar kita mengambil jalan kedua! Tong Kiam Ciu
dapat berlalu dari tempat ini dan pergi menuju ketempat tersembunyinya kitab
Pek-seng-ki-su ! Kita semuanya membayangi secara beramai-ramai untuk
mengadu kepaudaian dan kecerdikan guna mendapatkan kitab Pek-seng-ki-su.
Nah berhubung semuanya kini telah beres, dan aku minta diri!" seru Tay Jat Cin
Jin. Pegitu dia selesai dengan kata-kata itu. maka dia segera menyingkir dengan
mengajak Ciok Hok Lo To. Tay Jat Cin Jin adalah seorang kakek yang lihay dan
cerdas serta telah pernah menjagoi dunia persilatan pada masa lampau. Dia
telah mendahului orang lain dalam memperebutkan kitab Pek-seng-ki-su. Kakek
itu telah menggunakan caranya sendiri dalam usaha untuk mendapatkan kitab
itu. Bukannya dia pergi sendiri untuk menemukan kitab Pek-seng-ki-su.
Setelah kepergiannya Tay Jat Cin Jin dan Cio Hok Lo To maka satu demi satu
jago-jago silat itu meninggalkan tempat itu, Mereka akan mengikuti jejak Tong
Kiam Ciu. Tetapi ada beberapa orang pula yang belum pergi dan masih menunggu
keberangkatan Tong Kiam Ctu, Mereka itu adalah Kwi Ong, Tok Giam Lo, tampak
pula Eng Ciok Taysu, Tie-Kiam suseng. Shin Kai Lolo, Teng Siok Soat, Siok siat
Shin-ni dan Cheng-hi-sio-li.
Adapun Tong Kiam Ciu masih perlu menyembuhkan luka dalam yang
dideritanya. Dia tetali masuk kembali kedalam pagoda untuk istirahat sambil
memulihkan kembali semangat dan kesehatannya.
Setelah sampai didalam dan mulailah Kiam Ciu istirahat. Sambil berbaring
pemuda itu mengerahkan ilmu Bo-ki-sin-kong untuk mengobati luka didalam
tubuhnya yang telah terkena racun Tok Giam Lo.
Oey Liong Kiam 10 7 Tampaklah keringat berbintik-bintik telah membasahi wajahnya. Tubuhnya
bergetar dan terasa hawa hangat telah menjalar dari ujung-ujung jari bertemu
didada kemudian bergolak dan seolah-olah mendesak dari jantung ke ujungujung jari jemarinya. Begitulah pergolakan hawa hangat yang telah mengusir
peracunan dalam hawa murni ditubuh Tong Kiam Ciu.
Beberapa saat kemudian, didalam ruang gelap itu Tong Kiam Ciu telah
terkenang kembali saat pertemuannya dengan Gan Hua Liong dan saat ketika
kakek itu akan menghembuskan napasnya yang terakhir. Segala pesanpesannya untuk menolong cucunya yang tertawan dikota Pek-seng. Juga
terkenanglah Kiam Ciu akan pertemuannya dengan cucu Gan Hoa Liong di kota
Pek-seng. Pula teringat akan janjinya untuk menolong gadis malang itu. Karena
teringat peristiwa-peristiwa itu, maka Kiam Ciu jadi kembali gelisah. Terasalah
kembali darahnya bergolak dan hawa murai telah saling berdesakan di dalam
tubuh pemuda itu. Tong Kiarn Ciu gelisah sekali, dia berusaha untuk
mengatasinya. Setelah dirasakan keadaan pergolakan hawa murni dan tenaganya telah
pulih sedikit dan menjadi agak tenang. Maka Kiam Ciu lalu mengeluarkan kertas
peta Pek-seng. Di tempat yang gelap pekat itu dia yakin bahwa peta itu dapat
dilihat. Ternyata benar juga, maka tampaklah guratan-guratan berwarna kebirubiruan seperti sinar kunang-kunang membentuk garis-garis gambar peta Pekseng. Kiam Ciu menelitinya. Tetapi sebenarnya hal itu bagi Kiam Ciu sudah tidak
berarti, karena bukankah dia mempunyai gadis she Gan yang telah mengetahui
letak penyimpanan kitab Pek-seng-ki-su ? Maka kini bagi Tong Kiam Ciu tinggal
memikirkan bagaimana caranya untuk mengelabuhi orang itu agar tidak sampai
mencelakakan gadis she Gan itu. Gadis yang malang dan terkurung dalam suatu
tempat yang terbuka. Suatu keanehan, bahwa di tempat yang terbuka dan bebas
kelihatannya itu ternyata gadis she Gan itu tidak mampu untuk pergi dan
meninggalkan bangunan mungil dan indah dikota Pek-seng yang hilang itu.
Suatu perbuatan mantra tenung yang luar biasa hebatnya !!!
Oey Liong Kiam 10 8 Pada saat itu Kiam Ciu didalam pagoda seorang diri. Diluar telah menunggu
banyak sekali pendekar silat yang kenamaan. Juga termasuk Kwi Ong dan Shin
Kai Lolo. Persoalan utamanya ialah kitab Pek-seng-ki-su.
Adapun Ceng-hi Sio-li yang semula menaruh kebinasaan Tong Kiam Ciu
ternyata kini telah mengubah sikap. Dia lama-lama telah mengenal sipat dan
jiwa Tong Kiam Ciu. Mata tidaklah mengherankan kalau kini gadis pendekar
wanita yang baju hijau itu menaruh rasa hormat dan simpati pada Kiam Ciu.
Bahkan kini dia bersedia untuk memberikan bantuan atau membela untuk
kepentingan pemuda itu. Angin berhembus halus sejuk rasanya. Saat itu masih siang hari, namun
didalam pagoda memang tampak gelap pekat. Tetapi kalau didalam pagoda itu
telah beberapa saat lamanya, maka tampaklah keadaan dalam pagoda itu,
Seolah-olah kita telah dibiasakan dan terbuka lensa kita untuk melihat dalam
keadaan itu. Sesaat lamanya Kiam Ciu telah memeriksa peta Pek-seng itu. Kemudian
terdengarlah sayup-sayup suara seruling menebus kesunyian dalam saat itu.
Seruling itu tertiup sangat halus dan mengalun iramanya menghanyutkan
perasaan. Siapapun yang mendengarkan irama seruling itu badannya terasa
sangat letih dan kemudian terasa mengantuk.
Gaib, gaib benar suara seruing itu. Siapapun ingin mendengarkan suara
irama seruling yang menyayat hati itu, namun kalau mereka mendengarkan
maka mereka itu merasa kepingin sekali untuk tidur.
Kemudian, setelah lewat lima menit lamanya semuanya tertidur. Baik Tong
Kiam Ciu yang berada didalam pagoda maupun Kwi Ong diluar pagoda merasa
sangat mengantuk dan akhirnya mereka tertidur.
Tay Jat Cin Jin dan Ciok Hok Lo To yang berada tidak jauh dari pagoda telah
mendengar pula bunyi irama seruling itu. Mereka juga merasa sangat
mengantuk dan akhirnya tertidur diatas tanah. Pokoknya siapapun yang
mendengarkan suara seruling bambu itu akhirnya akan tertidur dengan
perasaan tenang dan pulas sekali, hingga beberapa saat lamanya dalam
keadaan terlena itu tiada mendengarkan suara apapun lagi.
Oey Liong Kiam 10 9 Beberupa saat kemudian alunan seruling itu terhenti. Semua orang telah
tertidur dalam keadaan tidak sadar, mereka tertidur sangat nyenyak sekali.
Tampaklah ditingkat bagian teratas dari pagoda itu seorang gadis bertubuh
langsing menarik dan wajahnya sangat menarik sekali. Liuk tubuhnya
mendatangkan rasa rindu dan birahi.
Siapakah gerangan gadis jelita yang meniupkan seruling penghanyut sukma
itu ? Gadis jelita yang berilmu tinggi dan selalu mengendarai kereta indah dalam
pengembaraannya di kalangan Kang-ouw. Gadis jelita yang selalu menjadi tekateki umum. Gadis jelita yang menguasai ilmu Pan-yok-shin-im dan
menggegerkan dunia Kangouw !!!!!
Tiada lain adalah Cit-siocia, gadis jelita yang telah jatuh cinta kepada Tong
Kiam Ciu. Gadis yang telah berkorban karena cintanya kepada Tong Kiam Ciu.
Benar-benar dia tiada lagi berkata bohong dan tidak dapat membantah tanpa
disadarinya telah begitu kuat jatuh hati kepada Tong Kiam Ciu. Cintanya begitu
hebat hingga tidak dapat lagi dia berpura-pura untuk mengalah. Hatinya seolaholah telah lekat pada Tong Kiam Ciu. Tong Kiam Ciu adalah dirinya dan dirinya
adalah Tong Kiam Ciu Maka serasa tiada sempurnalah menurut perasaan Cit siocia kalau dia
berpisah dengan Tong Kiam Ciu, Hingga dia terpaksa harus selalu membayangi
dimanapun Kiam Ciu berada.
Cit siocia memeriksa hasil pekerjaanya. Kemudian melampaikan tangan dan
tiada lama kemudian tampaklah seorang wanita mendatanginya, wanita itu telah
menerima perintah dari Cit siocia kemudian pergi lagi. Tinggalah gadis jelita itu
seorang diri mendekati tempat Kiam Ciu, sedangkan Kiam Ciu telah terbangun
dan pemuda itu merasa heran karena dirinya telah tertidur diluar kesadaran.
"Mengapa aku tertidur tanpa kusadari ? pikir Kiam Ciu.
Kiam Ciu lalu berdiri dan keluar pagoda memeriksa keadaan. Ternyata
semua orang dalam keadaan tertidur nyenyak. Juga Kun-si Mo-kun dan Kwi Ong
begitu juga Teng Siok Siat dan Ceng-hi Sio-li.
"Mengapa mereka semuanya juga telah tertidur. Hem.. . semuanya sangat
aneh!" pikir Tong Kiam Ciu. Kemudian pemuda itu telah memasuki pagoda lagi
Oey Liong Kiam 10 10 Tetapi ketika kakinya baru menginjak ambang pintu pagoda telah tercium bau
harum yang pernah dikenalnya.
Belum sempat Kiam Ciu berpikir lebih lanjut, dia telah menyaksikan Cit siocia
berdiri sambil tersenyum sangat manis sekali. Di tangan gadis jelita itu tampak
secarik kertas Peta Pek-seng.
"Oh, kau telah datang kemari juga ?"seru Kiam Ciu.
"Ya, aku datang. Marilah ikut aku!" bisik gadis itu sambil tersenyum dengan
sikap yang sangat menarik dan menawan hati.
Tiada lama kemudian tampaklah kelebatan sebuah bayangan. Kiam Ciu
terperanjat. Tetapi pemuda itu juga pernah melihat orang yang baru datang itu
yang tiada lain adalah dayang-dayang Cit siocia. Ialah dayang serta yang selalu
mengiringkan kemana saja gadis jelita itu pergi. Dialah yang bernama Sio Cien
membawa sebilah pedang yang diketemukan dari punggung Kwi Ong yang
masih tertidur. Pedang itu tiada lain ialah pedang Oey Liong Kiam.
Sio Cien telah berdiri disamping Cit siocia dan menyerahkan pedang Oey
Liong Kiam itu kepadanya. Cit Siocia menarik pedang itu sambil tersenyum dan
menyerahkan kembali kepada Tong Kiam Ciu.
"Siauwhiap, kita telah berhasil merebut kembali pedang Oey Liong Kiam dari
tangan Kwi Ong. marilah kini kita segera pergi meninggalkan tempat ini dan
pergi mencari kota Pek-seng untuk mencari kitab Pek-seng-ki-su!" seru Cit Siocia.


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sesaat lamanya Tong Kiam Ciu terdiam, dia telah menjanjikan kepada
segenap pendekar untuk mengajak mereka ke kota Pek-seng dan menunjukkan
tempat tersimpannya kitab Pek-seng-ki-su berdasarkan petunjuk yang
tergambar dalam peta Pek-seng itu. Maka gelisahlah hati Tong Kiam Ciu karena
usul Cit siocia itu. "Tetapi". aku". telah.. ." jawab Tong Kiam Ciu bingung.
Cit siocia tersenyum mendengar jawaban pemuda itu, kemudian berbisik
kepada Tong Kiam Ciu. "Apakah Tong siauwhiap ingin membangunkan mereka semua?" tanya Cit
siocia sambil tersenyum. Oey Liong Kiam 10 11 Tong Kiam Ciu menganggukkan kepala, tetapi Cit siocia tersenyum.
"Tetapi menurut pendapatku, mereka biarlah tetap tertidur disini, lalu kita
pergi mencari kitab Pek-seng-ki-su. Setelah kita menemukan kitab itu kita
kembali lagi kesini. Cara itu saya kira sama saja dan tidak melanggar dari
ketentuan bukan? Aku ingin lihat nanti bagaimaaa musuh Tong siauwhiap dalam
keadaan kebingungan dan terheran-heran karena mereka tertidur itu !" kata Cit
siocia sambil tersenyum. Tong Kiam Ciu terdiam dan memikirkan usul yang diajukan oleh Cit siocia
itu. Menurut perhitungan Tong Kiam Ciu usul gadis jelita itu memang benar dan
baik. Pedang Oey Liong Kiam telah jatuh kembali ditangan. Tong Ki am Ciu, lalu
ia memegang pula kitab pusaka Pek-seng-ki-su dia pikir dengan kedua benda
pusaka itu dia dapat melaksanakan segala pesan suhunya.
Dalam pada itu Cit siocia dau Sio Cien telah pergi meninggalkan pagoda itu.
Peta Pek-seng masih dibawa oleh Cit siocia. Peta itu tadi telah diambil oleh Cit
siocia dari saku Tong Kiam Ciu ketika pemuda itu tertidur. Dengan melihat Peta
Pek-seng itu dia telah dapat mengingat-ngingat jalan mana yang harus
ditempuh. Setelah Tong Riam Ciu mempertimbangkan masak-masak semua usul Cit
siocia maka akhirnya Tong Kiara Ciu memilih jalan yang diusulkan oleh Cit siocia
kalau dia pergi ke kota Pek seng untuk mengambil kitab pusaka Pek-seng-ki-su
itu mendahului para pendekar silat yang saat itu sedang dalam keadaan tertidur
lelap tidaklah melanggar dari ketentuan yang lelah diputuskan ialah ketentuan
jalan kedua. Mereka salahnya sendiri tertidur, menurut persetujuan orang-orang
gagah itu bahwa mereka boleh mengikuti Tong Kiam Ciu untuk mencari tempat
disimpannya kitab Pek-seng-ki-su dan bebas menggunakan segala macam akal
dan kepandaiannya. Maka Kiam Ciu akhirnya merasa lapang pikirannya karena kalau dia telah
meninggalkan mereka itu bukan berarti dia curang.
Sengaja Cit siocia berjalan agak lambaian sedikit sambil menantikan Tong
Kiam Ciu yang masih tampak bimbang akan meninggalkan pagoda.
Namun akhirnya Tong Kiam Ciu menyusul Cit siocia juga.
Oey Liong Kiam 10 12 Dengan berpedoman peta Pek-seng yang tadi telah dilihat dan dipelajarinya
didalam pagoda, Cit siocia berjalan menuju ke tepi telaga berhati-hati. Tong Kiam
Ciu mengikuti Cit siocia tanpa mengeluarkan sepatuh katapun.
Sampai sekian lamanya mereka berjalan tetapi belum juga menemukan jalan
menuju ke kota Pek-seng. Tong Kiam Ciu juga merasa heran karena dia belum
melihat adanya gua piniu gerbang kota Pek-seng itu. Namun pemuda itu terdiam
dan kembali teringat janjinya dengan gadis she Gan yang akan di tolong dan
membebaskan gadis itu dari belenggu kota Pek-seng. Maka akhirnya dia kembali
ragu-ragu untuk menuju ke kota itu.
Sedangkan Cit siocia merasa heran juga menyaksikan keadaan itu. Dia telah
berjalan sekian lamanya menurut petunjuk peta Pek-seng. Tetapi ternyata
sampai sekian lamanya pula dia harus berputar-putar kembali lagi ke tempat
semula. "Sungguh suatu keanehan!" seru Cit siocia dengan memandang keadaan
sekitarnya dan memandang kearah Tong Kiam Ciu.
"Apanya yang aneh Cit siocia ?" tanya Kiam Ciu.
"Aku menurutkan petunjuk peta tetapi mengapa sampai sekian lamanya aku
Blackstone Affair 3 Pendekar Cambuk Naga 14 Prahara Raden Klowor Pendekar Pengejar Nyawa 2

Cari Blog Ini